IMPLEMENTASI AUDIT MANAJEMEN FUNGSI OPERASIONAL …
Transcript of IMPLEMENTASI AUDIT MANAJEMEN FUNGSI OPERASIONAL …
Skripsi
IMPLEMENTASI AUDIT MANAJEMEN FUNGSI OPERASIONAL
DAN EFEKTIVITASNYA DALAM PENILAIAN KINERJA
MANAJERIAL PADA PT. ANGKASA PURA I (PERSERO)
MAKASSAR
SRI MERDEKAWATI
105730 2881 11
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Implementasi Audit Manajemen Fungsi
Operasional dan Efektivitasnya dalam
Penilaian Kinerja Manajerial pada PT. Angkasa
Pura I (Persero) Makassar
Nama : Sri Merdekawati
Nim : 105730 2881 11
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Menyatakan bahwa skripsi ini telah telah dipertahankan di depan
penguji pada hari Kamis 22 Oktober 2015 pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.ah
Makassar, 2015
Menyetujui :
Pembimbing I
Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M. Si. Ak. CA
Pembimbing II
Abd. Salam.HB, SE, M. Si. Ak. CA
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar
Dr.H. Mahmud Nuhung, MA
NBM : 497 794
Ketua Jurusan
Akuntansi
Ismail Badollahi, SE, M. Si. Ak. CA
NBM :
v
M O T O
Pengalaman adalah guru yang terbaik tetapi buang lah
pengalaman buruk yang hanya merugikan.
vi
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Implementasi Audit Manajemen Fungsi
Operasional dan Efektivitasnya dalam Penilaian Kinerja Manajerial
pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar”, atas nama Sri
Merdekawati, Nim : 1057302881 11. Dalam penelitian ini membahas
tentang Audit Manajemen Fungsi Operasional dan Efektivitasnya dalam
Menilai Penilaian Kinerja Manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero)
Makassar.
Dalam penelitian ini dipergunakan metode penelitian seperti
observasi, dokumentasi serta referensi buku yang relevan dengan
permasalahan. Data-data yang terkumpul berupa data yang bersifat
kualitatif dan diolah menjadi data yang bersifat deskriftif.
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa jawaban rumusan masalah
bahwa Pelaksanaan audit manajemen fungsi operasional pada PT Angkasa
Pura I (Persero) sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan PT
Angkasa Pura I (Persero)mampu memperhatikan keempat tahapan dalam
audit manajemen fungsi operasional yaitu survey pendahuluan, penelaahan
dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen, pengujian terinci serta
pengembangan laporan. Keempat tahapan penting tersebut sudah dijalankan
dengan baik oleh PT Angkasa Pura I (Persero) sehingga audit operasional
dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Dari data-data hasil penelitian
diperoleh informasi bahwa penerapan audit manajemen fungsi operasional pada PT. Angkasa Pura I (Persero) sudah efektif.
Kata Kunci : Audit Manajemen fungsi operasional, kinerja
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang hanya kepada-Nya aku berlindung dari
dosa-dosa yang pernah kuperbuat dan kepada-Nya pula aku memohon
untuk dijauhkan dari rezeki yang haram. Dialah yang Maha Adil dan tiada
Keadilan kecuali berasal dari-Nya. Segala puji bagi-Nya atas segala
anugerah yang telah dilimpahkan kepada kami dan penulis mendapatkan
petunjuk dan bimbingan untuk mampu merangkai, mengungkapkan ide,
gagasan serta menguak sebagian kecil ilmu Allah yang ada di dunia ini.
Salawat dan salam Insya Allah tetap tercurah bagi pemimpin-
pemimpin besar kita, Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat,
kepada para pengikutnya hingga yang terakhir nanti.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak
antara lain :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dekan Fakultas Ekonomi Dr. H. Mahmud Nuhung, SE., MA.
3. Ketua Jurusan Akuntansi Ismail Badollahi, SE, M. Si. Ak. CA
4. Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M. Si. Ak. CA selaku pembimbing I dan
Abd. Salam.HB, SE, M. Si. Ak. CA selaku pembimbing II atas
kesediaan beliau meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis.
viii
5. Teristimewa untuk orang tuaku, terima kasih atas kasih sayang,
perhatian, dan dukungan yang berlimpah yang selalu diberikan.
6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi dalam lingkup Universitas
Muhammadiyah Makassar pada khususnya yang telah mendidik dengan
ilmu pengetahuan, baik langsung maupun tidak langsung sehingga
penulis dapat menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dorongan, dan
seluruh keluarga yang telah membantu dengan tulus dan ikhlas selama
menempuh pendidikan.
Semoga segala bantuan yang telah penulis terima bernilai ibadah di
sisi Allah SWT dan akan dibalas dengan balasan yang terbaik nantinya,
Amin. Penulis menyadari bahwa pasti banyak terdapat kekurangan dalam
skripsi ini, walaupun demikian semoga dapat memberi sumbangsih bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dan para pembaca.
Makassar, 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………….……………………………………………i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
M O T O ........................................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
A. Pengertian Audit ........................................................................................ 5
B. Audit Operasional ..................................................................................... 8
C. Efektivitas.................................................................................................. 13
D. Manajemen ................................................................................................ 14
E. Pengertian Manajemen Personalia ...................................................... 17
F. Penilaian Kinerja ..................................................................................... 21
G. Peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas Fungsi
Manajemen Personalia ................................................................................ 26
H. Kerangka Pikir ......................................................................................... 27
I. Hipotesis .................................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 29
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 29
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 29
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 30
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 32
E. Metode Analisis data .............................................................................. 32
x
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ............................ 34
A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Angkasa Pura I (Persero) ......... 34
B. Visi dan Misi Perusahaan ...................................................................... 36
C. Bidang Usaha ........................................................................................... 37
D. Struktur Organisasi dan Uraian ........................................................... 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 48
A. Implementasi audit manajemen fungsi operasional pada PT.
Angkasa Pura I (Persero) Makassar ........................................................ 48
B. Efektivitas audit manajemen fungsi operasional dalam menilai
penilaian kinerja manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero)
Makassar ......................................................................................................... 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 99
A. Kesimpulan ............................................................................................... 99
B. Saran ......................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 101
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5. 1. Distribusi Jawaban Responden auditor bagian yang terpisah .. 77
Tabel 5. 2. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Hubungan
Kekerabatan yang dimiliki Auditor.......................................... 78
Tabel 5. 3. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Auditor harus
mendapat wewenang ................................................................ 79
Tabel 5. 4. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Indenpendensi
Auditor ..................................................................................... 80
Tabel 5. 5. Distribusi Jawaban Responden Auditor Berpendidikan S1...... 81
Tabel 5. 6. Distribusi Jawaban Responden Auditor Telah memperoleh
Training .................................................................................... 81
Tabel 5. 7. Distribusi Jawaban Responden Auditor Melaksanakan
Tugasnya sesuai dengan yang diberikan .................................. 82
Tabel 5. 8. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Indenpendensi
Auditor ..................................................................................... 83
Tabel 5. 9. Distribusi Jawaban Responden Auditor Menetapkan Tujuan dan
Ruang Lingkup Perusahaan ..................................................... 85
Tabel 5. 10. Distribusi Jawaban Responden Auditor Melakukan Evaluasi 85
Tabel 5. 11. Distribusi Jawaban Responden Auditor Melakukan Koordinasi
dan Komunikasi ....................................................................... 86
Tabel 5. 12. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai Audit
Pendahuluan ............................................................................. 87
Tabel 5. 13. Distribusi Jawaban Responden Audit Terhadap Semua
Dokumen .................................................................................. 88
xii
Tabel 5. 14. Distribusi Jawaban Responden Auditor Menggunakan Acuan
dalam Proses Audit .................................................................. 89
Tabel 5. 15. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai Audit
Lanjutan. ................................................................................... 89
Tabel 5. 16. Distribusi Jawaban Responden Auditor Membuat Laporan
Audit ......................................................................................... 91
Tabel 5. 17. Distribusi Jawaban Responden Laporan Audit Secara Tertulis
.................................................................................................. 91
Tabel 5. 18. Distribusi Jawaban Responden Laporan Menyajikan Temuan
dan Rekomendasi ..................................................................... 92
Tabel 5. 19. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai Laporan
Hasil Audit. .............................................................................. 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki daya saing
usaha yang cukup tajam, karena Indonesia tidak hanya menghadapi
persaingan di dalam negeri namun juga persaingan dari luar negeri. Untuk
meningkatkan daya saing perusahaan perlu meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Efektivitas itu sendiri
berhubungan dengan penentuan apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan
telah tercapai. Efektivitas juga dapat diartikan sebagai produk akhir suatu
kegiatan oprasional yang telah mencapai tujuannya baik dinilai dari segi
kualitas ataupun dari segi kuantitas hasil kerja dan batas waktu yang
telah ditargetkan. Efektivitas ditentukan antara output yang telah diberikan
oleh pusat pertanggungjawaban dengan tujuan jangka pendek. Sedangkan
efisiensi memperhatikan dari segi output maupun segi input.
Dengan kata lain, suatu kegiatan dapat dikatakan efisien jika
kegiatan tersebut telah mencapai tujuan atau output telah berhasil
meminimalkan biaya dengan tujuan diperolehnya hasil yang diinginkan.
Suatu kegiatan telah dikatakan efektif dan efisien jika semua kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak manajemen atau tindakan-tindakan
perusahaan yang berkaitan dengan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan
pengorbanan atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat
2
seminimal mungkin. Maka dari itu diperlukan pengedalian atas kegiatan
operasional dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan
operasional perusahaan. Pengendalian ini dapat dilakukan oleh pihak
internal maupun eksternal perusahaan.
Pengendalian internal dapat dilakukan oleh satuan pengendalian
intern di dalam perusahaan tersebut. Pengendalian eksternal dapat
dilakukan oleh perusahaan swasta baik perusahaan privat maupun publik
dilakukan oleh badan pengawas. Pengendalian oleh pihak internal menjadi
semakin penting seiring dengan semakin berkembangnya sistem usaha dan
pemerintahan.
Pengendalian tersebut menjadi semakin penting karena tidak
mungkin bagi eksekutif untuk mengawasi semua kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya. Pada situasi ini auditor sangat berperan dalam hal
memperhatikan dan mengawasi kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri
oleh pihak manajemen puncak, meminimalkan risiko yang terjadi,
membantu manajemen pada bidang-bidang tekhnis, membantu dalam
proses pengembalian keputusan dan menganalisis masa depan dan tidak
hanya memikirkan kinerja yang terjadi pada masa lalu.
Audit merupakan suatu penilaian yang telah kompleks karena
sifat sensitifitas pekerjaannya. Auditor merupakan karyawan perusahaan
yang bertugas melayani kebutuhan internal. Auditor internal berfokus pada
tugasnya yaitu pada kejadian-kejadian yang terjadi di masa yang akan
3
datang dengan melakukan evaluasi pengendalian yang khusus dibuat untuk
meyakinkan bahwa pencapaian tujuan organisasi dapat terlaksana dengan
baik. Selain itu auditor internal juga harus bersikap independen dalam
melaksanakan tugasnya agar menghasilkan laporan yang berkualitas.
Laporan yang disajikan oleh auditor tidak berisikan opini mengenai
penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan kelemehan atas
pengendalian internal, beserta saran-saran perbaikannya.
Kegiatan operasional perusahaan yang menjadi pekerjaan utama
auditor yang terkait dengan dengan kinerja manajerial karyawan. Suatu
perencanaan yang matang akan sangat diperlukan karena berakibat pada
kinerja perusahaan. Apabila perencanaan pemeliharaan dan perbaikan pada
kinerja karyawan maka perusahaan juga akan semakin baik. Berdasarkan
uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Implementasi Audit Manajemen Fungsi Operasional dan
Efektivitasnya dalam Penilaian Kinerja Manajerial pada PT. Angkasa Pura I
(Persero) Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, permasalahan dala
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah implementasi audit manajemen fungsi operasional dan
efektivitasnya dalam penilaian kinerja manajerial pada PT. Angkasa Pura
I (Persero) Makassar?
4
2. Bagaimana efektivitas pelaksanaan audit operasional yang dilakukan PT.
Angkasa Pura I (Persero) Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah implementasi audit manajemen fungsi
operasional dalam penilaian kinerja manajerial pada PT. Angkasa Pura I
(Persero) Makassar.
2. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas audit operasional yang
dilakukan PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Keguanaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi
mahasiswa mengenai implementasi audit manajemen fungsi operasional
dan efektivitasnya dalam menilai penilaian kinerja manajerial.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan implementasi
audit manajemen fungsi operasional dan efektivitasnya dalam menilai
penilaian kinerja manajerial.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Audit
Istilah audit sering disebut juga auditing, auditing merupakan salah
satu atestasi. Atestasi secara umum, merupakan suatu komunikasi dari
seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dan pernyataan
seseorang. Sedangkan atestasi secara sempit merupakan komunikasi tertulis
yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis
yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya. Pengertian auditing
menurut Soekrisno Agoes (2010:3) mengemukakan bahwa “Suatu
pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Pada dasarnya audit adalah membandingkan keadaannya yang
sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya. Pengertian Audit menurut
Mulyadi (2012:9) mengemukakan bahwa “Proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
6
dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan”.
Sedangkan pengertian Audit menurut Alvin A. Arens yang
diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2010:15) mengemukakan bahwa
“Pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, auditing harus dilaksanakan oleh
seseorang yang kompeten dan independen”.
Dari definisi diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
Audit dapat dibedakan menurut jenis-jenis audit, misalnya jenis
audit ditinjau dari luasnya dan jenis audit ditinjau dari jenis
pemeriksaannya. Menurut Soekrisno Agoes (2010:9) mengemukakan
bahwa jenis-jenis audit ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa
dibedakan atas:
1. General Audit (Pemeriksaan Umum), merupakan suatu pemeriksaan
umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendpat
mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan
7
2. Special Audit (Pemeriksaan Khusus), merupakan suatu pemeriksaan
terbatas (sesuai dengan permintaan audit) yang dilakukan oleh KAP
independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu
memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
Menurut Soekrisno Agoes(2010:11) mengemukakan bahwa jenis-
jenis audit ditinjau dari jenis pemeriksaannya, audit bisa dibedakan atas:
1. Management Audit (Operational Audit), adalah suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasi perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan
kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara
efektif, efisien dan ekonomis.
2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan), adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati
peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang
ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern
perusahaan.
3. Internal Audit (Pemeriksaan Intern), adalah pemeriksaan yang dilakukan
oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan
dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan
manajemen yang telah ditentukan.
8
4. Computer Audit, adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP terhadap
perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan
EDP (Electronic Data Processing) system.
B. Audit Operasional
Salah satu kegiatan mengevaluasi kinerja sebuah departemen
didalam sebuah perusahaan adalah dengan melakukan audit terhadap
kinerja departemen tersebut. Audit dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
suatu departemen menjalankan tugasnya sesuai visi dan misi perusahaan.
Audit ditinjau dari jenis pemeriksaan, salah satunya yaitu audit operasional.
Audit yang dilakukan untuk menilai efisiensi, efektivitas dan
keekonomisan dari fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Sunarto (2010:18) mengemukakan bahwa “Audit
operasional adalah pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metode
yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas”.
Sedangkan pengertian audit operasional menurut Ardiyos (2011:66)
mengemukakan bahwa ”Audit operasional adalah penelitian atau evaluasi
terhadap kinerja manajemen dan sesuai dengan kebijakan dan anggaran.
Analisa organisasi dan operasi yang dilakukan meliputi penilaian struktur,
kontrol, prosedur, dan proses”. Dari pengertian di atas, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa audit operasional merupakan pengkajian
terhadap bagian dari porosedur dan metode yang telah diterapkan oleh suatu
9
organisasi untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kinerja suatu bagian
dalam perusahaan.
1. Prosedur Audit Operasional Secara Umum
Prosedur audit yang dilakukan dalam suatu audit operasional
tidak seluas audit prosedur yang dilakukan dalam suatu general
(financial) audit, karena ditekankan pada evaluasi terhadap kegiatan
operasi perusahaan. Menurut Soekrisno Agoes (2010:56) dalam
bukunya Auditing, mengemukakan audit prosedur yang dilakukan
mencakup dari kutipan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Analitical review procedures, yaitu membandingkan laporan
keuangan periode berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan
realisasinya serta analysis ratio (misalnya menghitung rasio likuiditas,
rentabilitas dan aktivitas baik untuk tahun berjalan maupun tahun lalu,
dan membandingkannya dengan rasio industri)
b. Evaluasi atas management control system yang terdapat diperusahaan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah terdapat sistem
pengendalian manajemen dan pengendalian intern (internal control)
yang memadai dalam perusahaan, untuk menjamin keamanan harta
perusahaan, dapat dipercayainya data keuangan dan mencegah
terjadinya pemborosan dan kecurangan.
c. Compliance test (pengujian ketaatan), dilakukan untuk menilai
efektivitas dari pengendalian intern dan sistem pengendalian
10
manajemen dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas
bukti-bukti pembukuan, sehingga bisa diketahui apakah transaksi
bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan sesuai
dengan kebijakan yang telah ditentukan menajemen perusahaan.
2. Tahapan Audit Operasional Secara Khusus
Dalam melaksanakan audit opersional auditor harus melakukan
berbagai tahapan-tahapan. Menurut Soekrisno Agoes (2010:78)
mengemukakan ada 4 (empat) tahapan dalam suatu audit operasional,
yaitu sebagai berikut:
a. Preliminary Survey (Survey Pendahuluan), survei dilakukan untuk
mendapat gambaran mengenai bisnis perusahaan yang dilakukan
melalui tanya jawab dengan manajemen dan staf perusahaan serta
penggunaan questionnaires.
b. Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan
Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen), maksudnya untuk
mengevaluasi dan menguji efektivitas dari pengendalian manajemen
yang terdapat di perusahaan.
c. Detailed Examination (Pengujian Terinci), maksudnya melakukan
pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui apakah
prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen.
Dalam hal ini auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan
dari fungsi-fungsi yang terdapat dalam perusahaan.
11
d. Report Development (Pengembangan Laporan), maksudnya dalam
menyusun laporan pemeriksaan, auditor tidak memberikan opini
mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan, laporan yang
dibuat mirip dengan management letter, karena berisi audit findings
(temuan pemeriksaan) mengenai penyinpangan yang terjadi terhadap
kriteria (standard) yang berlaku yang menimbulkan inefisiensi,
inefektifitas dan ketidakhematan (pemborosan) dan kelemahan dalam
sistem pengendalian manajemen (management control system) yang
terdapat diperusahaan. Selain itu juga auditor memberikan saran-saran
perbaikan.
Untuk melakukan audit opersional ada beberapa pihak yang
dapat melakukannya. Menurut Soekrisno Agoes (2010:79)
mengemukakan bahwa audit operasional bisa dilakukan bahwa pelaksaan
audit opersional dapat dilaksanakan oleh Internal Auditor, KAP, maupun
oleh Management Consultant.
3. Tujuan Audit Operasional
Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan tentunya memiliki
tujuan, begitupun audit operasional yang akan dilaksanakan terhadap
suatu kegiatan. Menurut Mulyadi (2012:45) mengemukakan bahwa
tujuan audit operasional ada tiga, yaitu:
a. Mengevaluasi Kinerja, maksudnya membandingkan cara suatu
organisasi melaksanakan aktivitasnya dengan tujuan yang ditetapkan
12
oleh manajemen, seperti, kebijakan organisasional, standar, tujuan,
dan rencana detil, dan perbandingan dengan fungsi lain yang sama
atau individual dalam organisasi.
b. Mengedentifikasi kesempatan untuk peningkatan, maksudnya auditor
dapat mengidentifikasi peluang-peluang khusus (pratik terbaik)
dengan menganalisis wawancara dengan individual (dalam atau luar
organisasi), mengamati operasi, menelaah data masa lalu dan
sekarang, menganalisis transaksi, melakukan perbandingan internal
dan eksternal, dan melakukan pertimbangan profesional berdasarkan
pengalaman dengan organisasi tertentu atau yang lain.
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindak lanjut, maksudnya
auditor operasional harus secara terus menerus praktik-praktik yang
terbaik (baik internal maupun eksternal) dalam suatu program untuk
perbaikan berkesinambungan.
Audit operasional memiliki karakteristik tertentu yang
membedakan dengan audit lainnya. Menurut Amin Widjaja Tunggal
(2011:23) mengemukakan karakteristik audit operasional, yaitu:
a. Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigatif
b. Mencakup semua aspek perusahaan, unit atau fungsi
c. Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya
(bagian penjualan, bagian perencanaan produksi dan sebagainya), atau
suatu fungsi, atau salah satu sub-klasifikasinya.
13
d. Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari
perusahaan/unit/fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi,
tanggungjawab, atau tugasnya
e. Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti/data dan
standar
f. Tujuan utama audit operasional adalah memberikan informasi kepada
pimpinan tentang efektif-tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu
fungsi. Diagnosis tentang permasalahan dan sebab-sebabnya, dan
rekomendasi tentang langkah-langkah korektifnya merupakan tujuan
tambahan”.
Dari pengertian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa karakteristik audit operasional bersifat investigatif, mencakup
semua aspek perusahaan, unit atau fungsi. Penelitian dipusatkan pada
prestasi dan keefektifan dari perusahaan, unit, fungsi yang diaudit dalam
menjalankan misi, tanggungjawab, atau tugasnya. Tujuan utama audit
operasional yaitu memberikan informasi kepada pimpinan tentang
efektif-tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi di dalam suatu
perusahaan.
C. Efektivitas
Menurut Anthony, Dearden, Bedford yang diterjemahkan oleh
Agus Maulana (2011:12) mengemukakan bahwa “Efektivitas diartikan
sebagai kemampuan satu unit untuk mencapai tujuan yang dinginkan”.
14
Sedangkan efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah melakukan usaha atau hal yang
benar dan berhasil pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang
untuk mencapai tujuan”.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas
berkaitan dengan tujuan, dalam hal ini apabila tujuan pelaksanaan audit
operasional yang telah ditetapkan sebagai pedoman atau acuan bagi audit
internal dapat terlaksana dengan baik maka dapat dikatakan bahwa fungsi
manajemen personalia tersebut efektif, tetapi jika pelaksanaan audit
operasional tidak dapat terlaksana dengan baik maka pelaksanaan fungsi
manajemen personalia tersebut tidak efektif.
D. Manajemen
Bila suatu saat perusahaan memiliki keinginan untuk mencapai
tujuan, yang perlu diperhatikan adalah tujuan tersebut harus didefinisikan
dengan jelas oleh perusahaan. Langkah selanjutnya adalah menentukan ciri-
ciri yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan. Keberhasilan
suatu perusahaan terletak pada manajemen yang baik pada perusahaan.
Pengertian manajemen menurut Azhar Susanto (2010:68) adalah
Manajemen dipandang sebagai upaya atau proses pencapaian tujuan dengan
menggunakan keahlian orang lain.
Menurut Edgar H. Schein yang dikutip oleh Irwan Purwanto
(2002:32) mengemukakan pengertian manajemen adalah Manajemen dapat
15
dikatakan suatu profesi karena ciri-ciri profesional dengan ciri manajer
memiliki karakteristik yang sama. Sedangkan menurut Ardiyos pengertian
manajemen adalah Suatu ilmu yang mempelajari secara khusus usaha
manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan bantuan
sejumlah sumber-sumber secara efisien dan efektif.
Dari definisi diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
manajemen merupakan suatu profesi yang berupaya mencapai tujuan
perusahaan dengan menggunakan keahlian orang lain, dan manajer
memiliki karakteristik yang sama.
1. Peranan Manajemen dalam pelaksanaan audit operasional
Merujuk pada praktik sukses yang digambarkan perusahaan-
perusahaan di atas, peranan manajemen terhadap audit operasional
merupakan sebuah inisiasi yang dapat mendatangkan manfaat pada
berbagai jenis perusahaan. Menurut RIMS dan IIA, manfaat-manfaat
yang dapat diperoleh tersebut berupa:
a. Memastikan bahwa risiko-risiko kritikal telah diidentifikasi secara
efektif.
b. Penggunaan sumber daya langka dengan efisien;
c. Komunikasi yang dalam dan konsisten, terutama pada level Board dan
manajemen;
Pengertian yang lebih dalam dan penanganan yang terfokus pada
risiko yang paling signifikan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
16
Komunikasi secara terbuka dan konsisten merupakan metode utama yang
dapat diterapkan dalam pelaksanaan audit. Komunikasi dapat
membangun pendalaman pandangan terhadap risiko-risiko yang melekat
pada organisasi dan meningkatkan kapabilatas tiap divisi untuk
mengelola risiko-risiko tersebut. Manajem mampu memberikan
gambaran mengenai batasan yang jelas mengenai tanggung jawab dan
peran setiap fungsinya dan jugadisesuaikan dengan karakteristik dan
tujuan perusahaan.
Untuk menghubungkan rencana audit dan penilaian kinerja
perusahaan, serta berbagi produk kerja lainnya. Hal ini dibutuhkan untuk
meningkatkan koordinasi dalam usaha menjamin bahwa risiko-risiko
utama dapat ditangani dengan efektif. Berbagi sumber daya-sumber daya
tertentu untuk mendukung efisiensi. Sumber daya yang dimaksud
termasuk sumber daya keuangan, manusia, dan waktu.
Saling meningkatkan kompetensi, peran, dan tanggung jawab
setiap fungsi. Menyediakan infrastruktur komunikasi yang konsisten.
Menilai dan memantau risiko strategis. Dapat membentuk pemahaman
yang lebih mendalam dan treatment yang fokus untuk mengatasi risiko
strategis. Berdasarkan pengalamannya, Irene Corbe (Whirlpool Corp.)
menyatakan bahwa pengadaan pertemuan dengan divisi manajemen
risiko dapat meningkatkan pemahaman fungsi audit internal terhadap
profil risiko perusahaan.
17
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen secara umum dalam perusahaan adalah
melakukan berbagai kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai
dengan pengendalian. Fungsi manajemen menurut Irwan Purwanto
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Staffing
d. Penggerakan (Actuating)
e. Pengendalian (Controlling)
Sedangkan menurut G.R Tery yang dikutip oleh Malayu S.P
Hasibuan (2010:20) mengemukakan fungsi manajemen adalah sebagai
berikut:
a. Planning
b. Organizing
c. Actuating
d. Controlling”.
Dari definisi diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan
jabatan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap kegiatan suatu
perusahaan.
E. Pengertian Manajemen Personalia
Mengelola SDM suatu organisasi diperlukan manajemen.
Manajemen bertugas menjalankan fungsi-fungsi administrasi secara umum,
18
yang meliputi aspek perencanaan, organisasi, koordinasi, dan kontrol.
Manajemen yang tugasnya mengelola orang di tempat kerja, biasanya
disebut manajemen personalia. Sesuai yang diungkapkan oleh Margaret
Attwood dan Stuart Dimmock yang diterjemahkan oleh Kusnedi (2011:13)
mengemukakan bahwa ”Manajemen Personalia adalah bagian dari
manajemen yang berkaitan dengan pengelolaan orang ditempat kerja”.
Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa manajemen personalia bertugas mengelola orang yang bekerja di
perusahaan. Dalam praktek di perusahaan setiap tenaga kerja harus
mempunyai keahlian dalam bidangnya, hal ini dapat membantu perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Margaret Attwood dan Stuart Dimmock yang diterjemahkan oleh Kusnedi
bahwa tenaga ahli dapat berperan sebagai:
1. Pemeriksa, maksudnya tenaga ahli personalia bertanggung jawab untuk
menjamin bahwa semua anggota pimpinan melaksanakan bagian dari
peran mereka yang berkaitan dengan penggunaan SDM secara efektif.
2. Pelaksana, maksudnya manajemen Personalia adalah bagian pekerjaan
manajer, tetapi sebagian kegiatannya dilaksanakan oleh tenaga ahli,
bukannya oleh manajer lini atau penyelia.
3. Pemberi kemudahan (fasilitator), maksudnya adalah banyaknya kegiatan
manajemen personalia membutuhkan keterampilan dan pengetahuan
yang memadai jika kegiatan itu diharapkan dapat terlaksana dengan
19
efektif. Salah satu tanggung jawab para ahli bidang personalia adalah
mengusahakan agar mereka yang melaksanakan kegiatan semacam itu,
sebagai bagian dari peran pimpinan yang lebih umum, memperoleh dan
mendapatkan peralatan dan fasilitas yang cukup.
4. Penasihat atau konsultan, maksunya dalam bidang ini peran ahli bidang
personalia dapat disamakan dengan peran manajemen dalam perusahaan.
5. Pemberi layanan atau jasa, maksudnya adalah biasanya para manajer
membutuhkan informasi untuk mereka pakai sebagai dasar keputusan
dalam hal mengatur kedudukan staf mereka. Misalnya, tenaga ahli
personalia dapat menyediakan statitik mengenai tingkat upah nasional,
menurut jenis industri atau menurut jenis pekerjaan.
Fungsi manajemen personalia sangat memegang peranan penting
dalam sebuah organisasi. Oleh karena itu, manajemen personalia harus
membuat perencanaan SDM yang lebih baik lagi, terutama dalam
perekrutan karyawan, sehingga posisi the right man on the right place dapat
tercapai dengan cara seefektif dan seefisien mungkin. Fungsi manajemen
personalia menurut Malayu S. P Hasibuan (201:34) mengemukakan bahwa:
1. Pengadaan (Procurement), maksudnya fungsi operatif ini berhubungan
dengan usaha memperoleh dan menempatkan macam dan jumlah
pegawai yang tepat diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
20
2. Pengembangan (Development), maksudnya fungsi ini mempunyai tujuan
untuk dapat meningkatkan pengetahuan serta kecakapan karyawan
melalui pengadaan program-program pelatihan dan program lainnya.
3. Kompensasi (Compentation), maksudnya fungsi ini mencakup semua
jenis imbalan yang diperoleh karyawan atas sumbangan prestasi mereka
kepada organisasi.
4. Integrasi (Integration), maksudnya fungsi intregasi merupakan tantangan
yang paling sulit dalam manajemen. Fungsi ini dimaksudkan sebagai
usaha yang perlu dilaksanakan untuk mempengaruhi setiap karyawan,
dengan harapan tercipta kesatuan tujuan, kesatuan pola berfikir serta
kegiatan.
5. Pemeliharaan (Maintenance), maksudnya fungsi pemeliharaan ditujukan
untuk dapat mempertahankan serta memperbaiki kondisi fisik dan mental
para karyawan. Selain itu dianggap sebagai suatu syarat untuk dapat
menjamin awetnya penggunaan karyawan dengan manfaat yang optimal.
6. Pemberhentian (Separation), maksunya pada suatu waktu tertentu,
seorang karyawan akan berhenti bekerja dan harus meninggalkan
pekerjaannya. Suatu hal yang tidak mungkin apabila seseorang dapat
bekerja sepanjang hidupnya, oleh karena pada suatu saat ia akan
mencapai usia pensiun. Selain itu, ada kalanya pula seseorang akan
berhenti bekerja atas permintaannya sendiri dengan berbagai alasan
pribadi, atau karena tindakan disiplin atas perilaku yang melanggar
21
ketentuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Segala macam
pemberhentian tersebut haruslah dilakukan dengan cara-cara yang baik
sehingga citra perusahaan tetap terjaga di masyarakat.
F. Penilaian Kinerja
Kinerja pegawai baik di perusahaan maupun di pemerintahan
memerlukan adanya suatu pengawasan. Pengawasan dengan kata lain
merupakan suatu penilaian kinerja pegawai. Penilaian kinerja sangat
bermanfaat bagi organisasi dan untuk kemajuan pegawai itu sendiri.
Pengertian penilaian kinerja pegawai dikemukakan oleh Anwar Prabu
Mangkunegara dalam bukunya dengan judul Evaluasi Kinerja SDM , yaitu
“Penilaian prestasi kerja (Performance apparaissal) adalah suatu proses
yang digunakan pemimpin untuk menentukan apakah seorang pegawai
melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya”
(Mangkunegara, 2010:10).
Berdasarkan definisi di atas, penilaian kinerja pegawai menurut
Anwar Prabu Mangkunegara merupakan hal yang dilakukan pimpinan
untuk menerapkan disiplin kepada pegawai. Penerapan disiplin
dimaksudkan supaya pegawai bertanggung jawab atas pekerjaan. Kegunaan
penilaian kinerja pegawai menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam
bukunya dengan judul Evaluasi Kinerja SDM, yaitu:
1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk
prestasi, pemberhentian dan besarnya balas jasa.
22
2. Untuk mengukur sejauh mana seorang pegawai dapat menyelesaikan
pekerjaannya.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam
perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan
jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan,
kondisi kerja dan pengawasan.
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi
pegawai yang berada dalam organisasi.
6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai sehingga
dicapai Performance yang baik.
7. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan
meningkatkan kemampuan pegawai selanjutnya.
8. Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan pegawai.
9. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan
pegawai.
10. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas.
Dari definisi di atas peneliti menilai bahwa kegunaan penilaian
kinerja bisa menjadi suatu acuan atau patokan dalam mengembangkan
kinerja pegawai untuk waktu yang akan datang. Menurut Wibowo
(2010:12) menyatakan bhwa kunci untuk menciptakan penilaian kinerja
pegawai yang efektif yaitu:
23
1. Ukuran mempunyai penggunaan spesifik bagi individu atau kelompok
individu nyata. Ukuran kinerja yang efektif akan selalu membantu orang
memonitor, mengontrol, mengelola, mendiagnosis, memperbaiki, atau
merencanakan beberapa aspek pekerjaan menjadi lebih baik.
2. Ukuran kinerja ditangkap dan disampaikan kepada pangguna yang
dimaksudkan dalam waktu yang ditentukan sebelumnya. Ketepatan
waktu merupakan atribut penting terhadap kegunaan, ukuran kinerja
yang baik harus disampaikan pada waktu yang tepat sehingga benar-
benar dapat dipergunakan.
3. Ukuran kinerja dibagikan kepada orang yang tepat pada waktu yang
tepat, atau dengan mudah dapat diakses oleh orang yang tepat. Oleh
karena itu, harus diidentifikasi siapa pengguna yang memerlukan
informasi sehingga dapat dihindari untuk kemungkinan jatuh pada orang
yang tidak tepat.
4. Ukuran kinerja berarti dapat diserap dan dimengerti dengan cepat dan
mudah. Ukuran kinerja yang baik tidak memerlukan studi mendalam
untuk memahami arti pentingnya. Ukuran kinerja juga berisi beberapa
tipe dasar perbandingan yang cepat membiarkan pengguna
membandingkan tingkat kinerja yang diinginkan dengan tingkat kinerja
sekarang.
5. Penyajian ukuran kinerja harus sesuai dengan pedoman standar.
Berdasarkan definisi Wibowo, ukuran kinerja dapat dipergunakan
24
untuk sejumlah keperluan yang berbeda. Keperluan tersebut dapar bermula
dari sekedar mempertimbangkan tingkat kinerja sekarang, masa depan atau
mengawasi secara hati-hati suatu proses yang berlangsung. Pengumpulan
ukuran kinerja adalah mengidentifikasi ukuran tersebut yang akan benar-
benar membantu mencapai hasil yang diinginkan, kemudian
menyampaikannya kepada orang yang benar.
Penilaian kinerja ditujukan untuk memperbaiki atau meningkatkan
kinerja pegawai dengan meningkatkan kinerja dari Sumber Daya Manusia
(SDM). Secara lebih spesifik tujuan dari penillaian kinerja pegawai
dikemukakan oleh Agus Sunyoto yang dikutip oleh Anwar Prabu
Mangkunegara yaitu:
1. Meningkatkan saling pengertian antara pegawai tentang persyaratan
kinerja.
2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang pegawai, sehingga mereka
termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya
berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.
3. Memberikan peluang kepada pegawai untuk mendiskusikan keinginan
dan aspirasinya dalam meningkatkan kepedulian terhadap karier atau
terhadap pekerjaan yang di embannya sekarang.
4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga
pegawai termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
25
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui
rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
Berdasarkan tujuan penilaian kinerja, diharapkan SDM pegawai
lebih terlatih dengan baik. Selain melakukan perencanaan, pegawai juga
perlu mendapatkan program pendidikan dan pelatihan (Diklat). Keuntungan
menggunakan sistem penilaian kinerja pegawai menurut Anwar Prabu
Mangkunegara dalam bukunya dengan judul Evaluasi Kinerja SDM, yaitu:
1. Mempermudah hubungan antara tujuan perorangan dan tujuan unit kerja.
2. Mengurangi kemungkinan terjadinya ketidaksepakatan selama
pertemuan evaluasi berjalan sesuai dengan proses perencanaan kinerja.
3. Lebih memungkinkan menempatkan manajer dan pegawai dipihak yang
sama, tidak seperti dengan sistem penilaian maupun peringkat.
4. Merupakan pendekatan terhadap evaluasi kinerja yang paling mudah
dibela secara hukum.
Peneliti berpendapat, bahwa penilaian kinerja sangat baik untuk
dilakukan dan merupakan suatu keharusan untuk perbaikan kinerja
pegawai. Apabila suatu organisasi khususnya di pemerintahan tidak
melakukan penilaian kinerja, maka bisa terjadai adanya kekacauan dan
kerugian. Adapun kerugian penggunaan sistem penilaian kinerja pegawai
menurut Anwar Prabu Mangkunegara, yaitu:
1. Memakan waktu yang lebih banyak, karena perlunya menginvestasikan
waktu di muka untuk melakukan perencanaan kinerja.
26
2. Meminta manajer dan pegawai mengembangkan keahlian dalam
menuliskan tujuan serta standar yang penting dan dapat diukur.
3. Dapat menimbulkan lebih banyak pekerjaan administrasi ketimbang
sistem penilaian maupun sistem peringkat.
4. Dapat disalahgunakan atau digunakan sambil lalu saja oleh para manajer.
Penggunaan penilaian kinerja pegawai juga memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Penilaian kinerja menuntut seorang pemimpin dan
pegawai harus kerja sama dengan tujuan utama sebagai patokan.
G. Peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas Fungsi
Manajemen Personalia
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa adanya peranan audit opersional dalam menunjang
efektivitas fungsi manajemen personalia. Audit operasional berperan dalam
menunjang efektivitas fungsi personalia, hal ini sesuai dengan pernyataan
Amin Widjaja Tunggal (2008:3) mengemukakan bahwa “Tujuan utama
audit operasional adalah memberikan informasi kepada pimpinan tentang
efektif-tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi. Diagnosis tentang
permasalahan dan sebab-sebabnya, dan rekomendasi tentang langkah-
langkah korektifnya merupakan tujuan tambahan”. Dari pengertian di atas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit operasional dilakukan
untuk memberikan informasi mengenai penilaian kinerja karyawan yang
dilakukan pada PT. Angkasa Pura I Makassar dalam melaksanakan
27
pekerjaan kepada pimpinan mengenai efektif-tidaknya perusahaan, suatu
unit,atau fungsi yang ada pada perusahaan.
H. Kerangka Pikir
Sebuah struktur organisasi terdapat manajemen puncak yang
kedudukannya berada diatas. Manajemen memerlukan informasi mengenai
efektivitas dan efisiensi semua kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap
fungsi dalam organisasi. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya kinerja
sebuah fungsi dalam sebuah organisasi maka manajemen puncak memberi
wewenang kepada auditor untuk melakukan audit terhadap fungsi tersebut.
Untuk menilai efektivitas kinerja suatu fungsi dalam organisasi
maka harus dilakukan audit operasional. Audit operasional merupakan audit
yang dilakukan terhadap kegiatan operasi yang dilakukan oleh sebuah
fungsi dalam perusahaan. Agar audit operasional mencapai sasarannya, hal
yang sangat penting dijaga adalah bahwa pelaksanaan kegiatan audit itu
benar-benar bersifat independen, bebas dari pengaruh siapapun dalam
organisasi, termasuk manajemen puncak.
Dengan melakukan audit operasional terhadap fungsi manajemen
personalia maka manajer puncak dapat mengetahui efektivitas kinerja
manajemen personalia. Berdasarkan uraian pada kerangka pikir diatas,
maka di susun bagan sebagai berikut:
28
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
I. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapatlah diberi
hipotesa adalah:
1. Diduga bahwa implementasi audit operasional pada penilaian kinerja
sesuai dengan SOP.
2. Diduga audit operasional sangat berperan menunjang efektivitas dalam
penilaian kinerja manajerial.
Audit Operasional
PT. Angkasa Pura I (Persero)
Efektif
Metode Audit
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi sebagai penunjang
utama dalam proposal ini, maka penulis memilih objek penelitian bertempat
di PT. Angkasa Pura I (Persero) direncanakan pelaksanaan kurang lebih 2
(dua) bulan yakni pada bulan Februari-April 2015.
B. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang dikumpulkan oleh penulis
dalam penulis adalah:
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) yaitu:
a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam
bentuk angka-angka seperti: jumlah karyawan, serta data lainnya yang
ada hubungannya dengan penelitian ini.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan melalui
keterangan-keterangan secara tertulis, seperti sejarah atau gambaran
umum perusahaan, struktur organisasi, dan informasi tentang jenis
pelatihan yang pernah dilaksanakan.
2. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu:
30
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan mengadakan
pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pimpinan
perusahaan dan karyawan lainnya.
b. Data sekunder, yaitu berupa bahan-bahan dokumentasi perusahaan
seperti sejarah berupa bahan-bahan, struktur organisasi, jumlah
karyawan, serta data lainnya yang ada hubungannya dengan tujuan
perusahaan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:65).
Dalam penelitian ini dijadikan populasi adalah karyawan PT. Angkasa
Pura I (Persero).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan tehnik random sampling yang
berarti pengambilan sampel diambil secara acak, maka jumlah sampel
adalah 25 karyawan (Arikunto, 2010:67). Adapun uraian karywan
yang menjadi responden sebagai berikut:
Tabel 1. Data Responden
No Responden Jenis
Kelamin
Tingkat
Pendidikan Usia
Masa Kerja
(Tahun)
1 A Muis L Strata I 35 5
2 Muh Rakib L Strata I 27 2
3 Saruji L Strata I 29 4
31
Lanjutan tabel
4
M Ilyas
Ariansyah L D3 31 5
5 A Razak L Strata I 45 5
6 M Husni L Strata I 28 5
7 Subhan L D3 26 4
8 Anas L Strata I 35 7
9 Arifin L Strata I 34 6
10 Subhan L Strata I 30 9
11 Sulaiman L Strata I 29 7
12 Sarina P Strata I 30 8
13 Sintawati P D3 35 9
14 Febriananda P Strata I 31 9
15 Jumriati P Strata I 30 8
16
Mia
damayanti P Strata I 27 2
17 Sri Eka Putri P Strata I 29 5
18 Trisnawati P Strata I 31 6
19
Endang
Munardi P Strata I 33 6
20
Asisyah
Oktaviani P D3 32 6
21 Ummi Rahayu P Strata I 35 5
22 Sri Soraya P Strata I 46 10
23 Dewi afrianti P Strata I 40 10
24 Siskasari P Strata I 39 11
25
Emilia Ratna
Dewi P Strata I 28 6
Sumber: Absensi Karyawan PT. Angkasa Pura
32
D. Metode Pengumpulan Data
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
data dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data pada prinsipnya
berfungsi untuk mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara
langsung pada PT. Angkasa Pura I (Persero)melalui :
a. Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan data dari
kegiatan perusahaan.
b. Kuesioner
Yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang dibahas untuk memperoleh data primer.
2. Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara mencari dan membaca literature-literature yang
ada hubungannya dengan materi penulisan.
E. Metode Analisis data
1. Analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil penelitian
dilapangan dikumpulkan, diklasifikasikan, serta diolah dan dianalisis
sehingga menghasilkan informasi yang lengkap bagi pemecahan
33
masalah. Adapu penilaian dari jawaban responden akan diberi skor 1
untuk jawaban sangat tidak setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, 3 untuk
jawaban Ragu-ragu, 4 untuk jawaban setuju, dan 5 untuk jawaban sangat
setuju. Hasil jawaban responden akan diolah dan disajikan dalam tabulasi
data. Adapun untuk melihat keefektifan implementasi audit manajemen
di gunakan rumus berikut:
Keterangan
% Skor aktual efektivitas : persen skor efektivitas yang diperoleh
Skor aktual : skor yang diperoleh
Skor ideal : skor yang mungkin dicapai jika semua item
dapat dijawab dengan benar
2. Analisis deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk
gambaran atau uraian mengenai bagaimana implementasi audit
manajemen fungdi operasional pada PT. Angkasa Pura I (Persero)
Makassar.
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Angkasa Pura I (Persero)
PT. Angkasa Pura I (Persero) terletak di jalan Poros Makassar-
Maros tepatnya di daerah Mandai merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dalam lingkungan Departemen Perhubungan, dipimpin oleh
seorang direksi yang mempunyai tugas pokok yaitu mengusahakan dan
menyelenggarakan penyediaan jasa pelayanan bandar udara.
Awalnya, PT. Angkasa Pura I (Persero) didirikan berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 1962, dengan nama Perusahaan Negara
(PN) Angkasa Kemayoran dengan tugas pokok mengurus dan
mengusahakan bandar udara. Tahun 1965, melalui Peraturan Pemerintah
No.21 Tahun 1965 PN Angkasa Kemayoran berubah nama menjadi PN
Angkasa Pura, yang mengurus dan mengusahakan bandar udara di daerah-
daerah sebagai cabang. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah No.37
Tahun 1974, Perusahaan Negara (PN) berubah bentuk menjadi Perusahaan
Umum (PERUM) yang disebut Perusahaan Umum Angkasa Pura. Pada
Tahun 1974, Bandar Udara Halim Perdana Kusuma ditetapkan menjadi
Bandar Udara Internasional.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menginginkan agar
BUMN yang telah dinilai baik dan mampu untuk lebih menekankan
dan berorientasi pada keuntungan, maka dengan Peraturan Pemerintah No.5
35
Tahun 1992 PERUM Angkasa Pura I berubah bentuk menjadi PT.
Angkasa Pura I (Persero). Setelah Akta Pendirian Perusahaan
ditandatangani pada tanggal 2 Januari 1993, maka PT. Angkasa Pura I
(Persero) resmi berdiri.
Dengan diberlakukannya pembagian wilayah kerja perusahaan
berdasarkan wilayah timur dan barat, maka berdampak terhadap
pengelolaan Bandar Udara Polonia Medan terhitung tanggal 1 Januari
1993 tidak lagi berada dalam pengelolaan PT. Angkasa Pura I (Persero).
Sampai saat ini, PT. Angkasa Pura I (Persero) diberi kepercayaan oleh
Pemerintah untuk mengelola 13 Bandar Udara yaitu : Bandar Udara Ngurah
Rai–Bali, Bandar Udara Juanda–Surabaya, Bandar Udara Sultan
Hasanuddin–Makassar, Bandar Udara Sepinggan–Balikpapan, Bandar
Udara Frans Kaisiepo–Biak, Bandar Udara Sam Ratulangi–Manado,
Bandar Udara Adisumarmo–Surakarta, Bandar Udara Adisutjipto–
Yogyakarta, Bandar Udara Syamsuddin Noor–Banjarmasin, Bandar Udara
Ahmad Yani–Semarang, Bandar Udara Pattimura-Ambon, Bandar Udara
Selaparang–Lombok, Bandar Udara El Tari–Kupang, 2 Terminal Cargo
yaitu Terminal Cargo Makassar,mTerminal Cargo Balikpapan dan MATSC
(Makassar Air Traffic Services Center) sebagai pusat pelayanan lalu
lintas udara di wilayah timur Indonesia (UPG FIR).
Kawasan Tengah dan Timur Indonesia dewasa ini menjadi kawasan
yang berkembang pesat untuk berbagai ragam kegiatan bisnis. Potensi
36
kekayaan alamnya sangat besar serta kebijakan pemerintah untuk menitik
beratkan aktivitas pembangunan di kawasan Timur Indonesia pada PELITA
IV adalah faktor utama yang memicu pertumbuhan ekonomi dan mobilitas
masyarakat di kawasan tersebut yang ditandai dengan peningkatan
penumpang angkutan udara rata-rata sebesar 16% dan cargo sebesar 12%
selama tahun-tahun terakhir ini.
Mengantisipasi laju pertumbuhan ekonomi dan mobilitas
masyarakat di kedua kawasan diatas, maka PT. Angkasa Pura I (Persero)
telah menyusun langkah strategis diantaranya berupa penyusunan rencana
pengembangan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin sesuai
karakter dan potensi lingkungannya, khususnya Bandar Udara Internasional
Sultan Hasanuddin akan menjadi bagian integral dari pertumbuhan
lingkungan serta mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat/konsumsi
di wilayahnya.
B. Visi dan Misi Perusahaan
Misi dari PT. Angkasa Pura I (Persero) adalah:
3. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui standarisasi peralatan
dan kemampuan sumber daya manusia untuk mencapai kepuasan
pelanggan.
4. Menambah dan mencari sumber pendapatan baru di bidang non
aeronautika terminal dan non terminal.
37
5. Pemenuhan standarisasi internasional terhadap keamanan dan
kenyamanan pengguna jasa bandara.
6. Mendukung TTI (Trade, Tourism, dan Investment) di Kawasan Timur
Indonesia pada umumnya dan Sulawesi Selatan pada khususnya.
Adapun visi dari PT. Angkasa Pura I (Persero) yaitu:
“Menjadi bandar udara Transit di Kawasan Timur Indonesia dengan
kinerja prima dan dapat dibanggakan ”.
C. Bidang Usaha
PT. Angkasa Pura I (Persero) bergerak dalam bidang usaha
pelayanan jasa bandar udara bagi pemanfaatan umum, memasarkan
fasilitas alat-alat bandara yang dimiliki oleh PT. Angkasa Pura I
(Persero), yang juga merupakan bagian dari kegiatan lalu lintas
angkutan udara sehingga dari pelayanan jasa udara tersebut
menghasilkan produksi yang akan memberikan laba bagi perusahaan.
Jenis pelayanan jasa yang diberikan oleh Bandar Udara Sultan
Hasanuddin yaitu pelayanan bandara yang meliputi:
1. Pelayanan jasa Aeronautika Non ATS, merupakan bidang usaha yang
berkaitan langsung dengan penerbangan, misalnya : Pelayanan Jasa
Pendapatan, Penempatan dan Penyimpanan Pesawat (PJP4U),
Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), Pelayanan Jasa
Penerbangan (PJP).
38
2. Pelayanan jasa Non Aeronautika, merupakan bidang usaha yang tidak
langsung berkaitan dengan penerbangan, misalnya: pemakaian
counter, sewa ruang parkir kendaraan, sewa tempat reklame,
pemakaian listrik, air dan telepon.
D. Struktur Organisasi dan Uraian
Salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan perusahaan adalah
struktur organisasi yang baik dan tepat dimana didalamnya terdapat
pembagian kerja yang jelas. Pembagian kerja tersebut dimaksudkan agar
setiap karyawan mengetahui tentang apa yang harus dilaksanakan dan
mempertanggungjawabkan tugas tersebut, mengetahui siapa atasannya
sehingga semua dapat diarahkan untuk membentuk angkatan kerja yang
loyal dan harmonis.
Struktur organisasi merup akan perwujudan dari setiap tugas yang
ada dalam tiap-tiap organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Struktur
organisasi PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin ditetapkan dengan keputusan Direksi PT.
Angkasa Pura I (Persero) No.Kep.93/OM.00/2005 yang disesuaikan
dengan perkembangan keadaan dewasa ini khususnya perkembangan
arus lalu lintas angkatan udara dan perkembangan bandar udara.
Adapun struktur organisasi pada PT. Angkasa Pura I (Persero)
Cabang Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin dapat skema 4.1
berikut ini :
Uraian Tugas
Struktur organisasi dan uraian tugas PT. Angkasa Pura I (Persero)
Cabang Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin terdiri dari :
1. General Manager
General Manager adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang
berkewajiban untuk menyiapkan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
pelayanan operasi keselamatan lalu lintas udara. General Manager juga
bertindak sebagai administrasi pelaksana dalam rangka kegiatan
keamanan, keselamatan penerbangan dan memberikan pengawasan-
pengawasan terhadap tiap divisi dan dinas melalui data laporan yang
disampaikan oleh tiap kepala divisi serta mengatus program kerja
bandara.
2. Divisi Operasi Bandar Udara
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan
dan melaporkan kegiatan jasa operasi terminal, sisi darat, sisi udara,
penerangan bandar udara, pengamanan bandar udara pertolongan
kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PK-PPK).
Divisi Operasi Bandar Udara terdiri dari lima dinas yaitu :
a. Dinas Operasi TMA dan Sisi Darat
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
pelayanan operasi jasa sisi darat, terminal dan penerangan bandar
udara.
41
b. Dinas Operasi Sisi Udara
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
pelayanan operasi jasa sisi udara yang meliputi kegiatan pengaturan
pergerakan, penempatan pesawat, kendaraan, peralatan dan orang di
apron, pembersihan dan penanggulangan gangguan di daerah sisi
udara serta ground handling.
c. Dinas Pengamanan
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
pelayanan operasi pengamanan dan penertiban umum bandar udara.
d. Dinas PK-PPK
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
pelayanan operasi pertolongan kecelakaan penerbangan dan
pemadam kebakaran di lingkup bandar udara.
3. Divisi Teknik Umum dan Peralatan
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan pemeliharaan dan
pembangunan fasilitas bangunan untuk operasi penerbangan dan
operasi bandar udara, pemeliharaan dan pembangunan fasilitas landasan,
42
teknik peralatan dan tata lingkungan bandar udara. Divisi Teknik Umum
dan Peratalan terdiri dari tiga dinas yaitu:
a. Dinas Teknik Bangunan
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
penyiapan pakai fasilitas bangunan gedung terminal bandara,
gedung kargo dan bangunan gedung lapangan lainnya.
b. Dinas Landasan dan Tata Lingkungan
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
penyiapan pakai fasilitas landasan dan tata lingkungan bandara yang
meliputi taxiway, apron, parkir, taman, pagar, saluran air serta
pengolahan limbah.
c. Dinas Teknik Peralatan
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
penyiapan pakai fasilitas dan peralatan sistem teknik mekanikal dan
air serta alat-alat besar yang meliputi kendaraan PK-PPK, traktor,
mower, ambulans, kendaraan operasional, fasilitas perbengkelan dan
peralatan lainnya.
4. Divisi Teknik Elektronika dan Listrik
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan
43
dan melaporkan kegiatan pemeliharaan dan pembangunan fasilitas
teknik telekomunikasi penerbangan, teknik navigasi dan radar, teknik
elektronika bandara, teknik listrik, teknik otomatis untuk operasi lalu
lintas penerbangan. Divisi Teknik Elektronika dan LIstrik terdiri dari
lima dinas yaitu :
a. Dinas Telekomunikasi
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
penyiapan pakai fasilitas telekomunikasi penerbangan.
b. Dinas Teknik Navigasi dan Radar
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
penyiapan pakai fasilitas navigasi udara dan radar.
c. Dinas Teknik Elektronika Bandara
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
penyiapan pakai fasilitas elektronika bandar udara yang meliputi
security system, FIDS, PAS, PABX dan peralatan elektronika
bandara lainnya.
d. Dinas Teknik Listrik
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
44
penyiapan pakai fasilitas pembangkit, jaringan listrik, airport lighting
dan teknik listrik lainnya untuk kepentingan operasi bandara.
e. Dinas Teknik Otomatis
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja,
menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
penyiapan pakai fasilitas dan peralatan teknik otomatis, baik berupa
perangkat keras dan perangkat lunaknya untuk kepentingan operasi
lalu lintas penerbangan.
5. Divisi Komersial dan Pengembangan Usaha
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan
dan melaporkan kegiatan pengembangan usaha, pemasaran dan
pembinaan pendapatan non aeronautika, aeronautika non Air Traffic
Service dan aeronautika Air Traffic Service. Divisi Komersial dan
Pengembangan Usaha terdiri dari tiga dinas yaitu:
a. Dinas Pendapatan Non Aeronautika
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengembangan usaha,
pemasaran, pembinaan dan pemungutan jasa pelayanan non
aeronautika bandar udara.
b. Dinas Pendapatan Aeronautika Non ATS
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengembangan usaha,
45
pemasaran, pembinaan dan pemungutan jasa pelayanan aeronautika
non Air Traffic Service.
c. Dinas Pendapatan Aeronautika ATS
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengembangan usaha,
pemasaran, pembinaan dan pemungutan jasa pelayanan aeronautika
Air Traffic Service.
6. Divisi Keuangan
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan
dan melaporkan kegiatan akuntansi bandar udara, perbendaharaan,
anggaran dan PKBL, gudang persediaan dan inkaso. Divisi keuangan
terdiri dari lima dinas yaitu:
a. Dinas Akuntansi
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan pencatatan dan pelaporan
akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi persediaan
aktiva tetap dan penghapusan aktiva.
b. Dinas Perbendaharaan
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan penerimaan
dan pengeluaran kas/bank, administrasi dan penyimpanan surat
berharga, bukti-bukti kekayaan perusahan serta penghapusan aktiva,
46
pengelolaan hutang, dana, perpajakan, pemotongan dan penyetoran
iuran pegawai dan kegiatan administrasi keuangan lainnya.
c. Dinas Anggaran dan PKBL
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan penyusunan, pengendalian
dan pelaporan anggaran, pengelolaan penyaluran dana PKBL melalui
proses seleksi yang tepat serta pengendalian PKBL sehingga dapat
dicapai tingkat pengembalian dana program kemitraan serta asas
manfaat yang paling optimal bagi mitra binaan perusahaan.
d. Dinas Gudang Persediaan
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan penerimaan,
penyimpanan dan pengeluaran barang persediaan di gudang, beserta
administrasi pendukungnya.
e. Dinas Inkaso
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan penagihan atau
penagihan piutang dari para pengguna jasa perusahaan.
7. Divisi Personalia dan Umum
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan
dan melaporkan kegiatan pengelolaan personalia bandar udara,
Ketatausahaan Kantor, Pelayanan Umum dan Hukum, Sistem Informasi
47
Manajemen (SIM), Data dan laporan (TAPOR), serta Hubungan
Masyarakat (HUMAS). Divisi Personalia dan Umum terdiri dari tiga
dinas yaitu:
a. Dinas Personalia
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan perencanaan dan
pengembangan personalia serta administrasi personalia.
b. Dinas Umum dan Hukum
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan ketatausahaan kantor,
pengadaan barang dan jasa, pelayanan dan penyiapan fasilitas umum
kantor, pelayanan kerumahtanggaan kantor yang meliputi jamuan
dinas, keprotokolan dan pengurusan perjalanan dinas, penyiapan
peraturan, perikatan perjanjian dan kerjasama serta bantuan hukum.
c. Dinas Sim, Tapor dan Humas
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,
mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan SIM sebagai
alat bantu untuk percepatan dan ketepatan pengembalian keputusan
manajemen, termasuk perangkat keras dan perangkat lunaknya,
kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan laporan serta
hubungan masyarakat guna menciptakan citra positif kantor PT.
Angkasa Pura I (Persero) Makassar.
48
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tujuan audit operasional fungsi operasional adalah untuk
menilai tingkat ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas dari kinerja
karyawan. Oleh karena itu, proses audit operasional atas kinerja
karyawan ini harus dilaksanakan secara sistematis dan terarah. Berikut
uraian pembahasan implementasi audit manajemen fungsi operasional
pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar.
A. Implementasi audit manajemen fungsi operasional pada PT.
Angkasa Pura I (Persero) Makassar
Pelaksanaan audit manajemen fungsi operasional pada PT.
Angkasa Pura I (Persero) dilaksanakan oleh Divisi Manajerial. Dengan
melihat struktur organisasi perusahaan, maka kita dapat mengetahui
bahwa kedudukan Audit Internal pada PT. Angkasa Pura I (Persero)
terpisah dari bagian-bagian lainnya dalam artian merupakan bagian
dalam perusahaan yang berdiri sendiri dan tidak bergabung atau berada
di bawah departemen lain serta bertanggung jawab langsung kepada
pimpinan tertinggi di kantor pada PT. Angkasa Pura I.
Pemenuhan tugas dilaksanakan dengan:
1. Melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengembangan audit.
49
2. Melakukan audit terhadap kegiatan operasional dan keuangan
perusahaan serta evaluasi atas kecukupan system atau Sarana
Pengendalian Manajemen (SPM) yang didasarkan kepada Program
Kerja Pengawasan Tahunan (SPM) yang didasarkan kepada Program
Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) atau instruksi manajemen puncak
(Direksi).
Dalam melaksanakan tugas manajer harus selalu berpedoman
kepada Pedoman Audit yang berlaku di lingkungan perusahaan, Norma
Internal Audit BUMN/BUMD, serta Norma Audit Intern yang berlaku
secara umum.
Hasil pelaksanaan tugas diwujudkan dengan bentuk laporan yang
berisikan “saran” ataupun “rekomendasi” perbaikan sistem terhadap
kegiatan operasional dan keuangan pemsahaan, serta kecukupan
sistem/SPM dalam mencapai sasaran pemsahaan. Internal Audit harus
memperoleh pembuktian bahwa saran atau rekomendasi yang diberikan
dan disepakati, telah ditindaklanjuti sesuai yang diharapkan.
Berdasarkan hasil audit manajemen fungsi operasional, berikut
ini disajikan prosedur audit yang digunakan untuk melakukan audit
terinci atas pada PT. Angkasa Pura I.
1. Pemeriksaan atas Fungsi Umum Tujuan Audit :
Untuk mengetahui apakah hal - hal yang berkaitan dengan fungsi -
fungsi SDM telah berjalan dengan efektif dan efisien.
50
2. Prosedur Audit :
a. Dapatkan peraturan perusahaan tertulis
b. Periksa mengenai kebijakan yang terdapat di dalam peraturan
perusahaan
3. Buat simpulan audit
4. Pemeriksaan atas Perekrutan Tenaga Kerja
5. Tujuan Audit : Untuk menilai apakah proses perekrutan tenaga kerja
telah dilakukan dengan efektif, efisien dan ekonomis Prosedur Audit :
a. Dapatkan prosedur manual mengenai perekrutan tenaga kerja
b. Telusuri apa yang menjadi dasar dalam pelaksanaan penerimaan
tenaga kerja
6. Periksa kesesuaian kualifikasi yang disyaratkan untuk setiap pekerjaan
dengan yang disyaratkan kepada calon pelamar
a. Telusuri apa dasar pemilihan sumber tenaga kerja
b. Periksa metode apa yang digunakan dalam melakukan rekrutmen
c. Telusuri apakah ada pelamar yang tidak memenuhi syarat diterima
dalam proses rekrutmen
d. Telusuri apakah terdapat hubungan kekeluargaan antara pelamar
yang diterima dengan pejabat di perusahaan
7. Buat simpulan audit
8. Pemeriksaan atas Seleksi SDM
51
Tujuan Audit : Untuk menilai apakah aktivitas seleksi karyawan telah
dilakukan untuk mendapatkn karyawan yang kompeten yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan.
Prosedur Audit :
a. Dapatkan prosedur manual dari aktivitas seleksi SDM
b. Periksa teknik yang digunakan dalam seleksi
c. Dapatkan job description dan kualifikasi jabatan karyawan yang
ingin direkrut
d. Analisa apakah proses seleksi didasarkan pada job description dan
kualifikasi minimum tersebut
e. Telusuri dasar penetapan pemilihan pewawancar
f. Periksa daftar pertanyaan yang digunakan dalam proses seleksi
g. Periksa mekanisme yang digunakan dalam mendapatkan informasi
tentang latar belakang peserta seleksi
h. Buat simpulan audit
9. Pemeriksaan atas Pelatihan dan Pengembangan
Tujuan Audit : Untuk menilai apakah aktivitas pelatihan dan
pengembangan telah diberikan secara efektif, ekonomis dan efisien.
Prosedur Audit :
a. Dapatkan kebijakan tertulis perusahaan mengenai program
pelatihan dan pengembangan SDM
52
b. Telusuri apa yang menjadi dasar penetapan program pelatihan
karyawan
c. Telusuri apa yang menjadi dasar dalam menentukan karyawan
untuk mengikuti pelatihan
d. Telusuri metode yang digunakan dalam pelatihan tersebut
e. Buat simpulan audit.
Berikut uraian implemnetasi audit manajemen Fungsi
Operasional pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar.
1. Perencanaan Audit Manajemen Fungsi Operasional
Setiap tahunnya sebelum melaksanakan audit PT. Angkasa Pura
I (Persero) mempunyai suatu Persiapan Audit untuk mendapatkan
informasi-informasi umum tentang kegiatan atau program yang akan
diperiksa. Persiapan Audit ini sebagai dasar pembuatan Program Kerja
Pengawasan Tahunan (PKPT) untuk mengadakan audit terhadap obyek
yang diperiksa yaitu semua divisi dan semua SBU (Strategy Business
Unit) yang terdapat pada perusahaan. Untuk tiap divisi dan SBU tersebut
namanya adalah Audit Program/Program Kerja Audit Operasional
Kegiatan.
Perencanaan audit dilaksanakan dengan memperhatikan laporan-
laporan yang dibuat oleh obyek yang diperiksa, Laporan Hasil Audit
sebelumnya mengenai perkembangan obyek yang diperiksa, Pedoman
53
Audit Operasional terhadap obyek yang diperiksa, meninjau secara fisik
ke obyek yang akan diperiksa.
2. Ruang Lingkup Audit Manajemen Fungsi Operasional
Sesuai dengan norma internal audit, maka ruang lingkup audit
yang lengkap mencakup sebagai berikut:
a. Audit atas keuangan dan ketaatan pada peraturan perundang-
undangan.
Audit ini meliputi audit atas transaksi, perkiraan (akun), kegiatan,
fungsi dan p ertanggungjawaban keuangan perusahaaan sesuai dengan
ruang lingkup audit yang ditentukan dalam penugasan, yang meliputi
pekerjaan audit yang cukup untuk menentukan bahwa:
1) Perusahaan telah melaksanakan pengendalian yang efektif terhadap
penerimaan, biaya, maupun terhadap harta dan utang.
2) Perusahaan telah melaksanakan pencatatan dengan tepat atas
sarana, kewajiban, dan kegiatan.
3) Perusahaan telah mentaati semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Penilaian tentang daya guna dan ketaatan dalam penggunaan sarana
yang tersedia.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah perusahaan, bagian
atau kegiatan yang diperiksa telah mengurus atau menggunakan
sarana yang tersedia secara berdaya guna dan hemat. Yang perlu
54
diperhatikan adalah apakah pimpinan obyek yang diperiksa telah
memperhatikan sepenuhnya usaha untuk memelihara sumber daya dan
membatasi pengeluaran sampai dengan tingkat yang minimum.
c. Penilaian tentang hasil guna atau manfaat yang direncanakan dari
suatu kegiatan atau program.
Penilaian ini meliputi penilaian tentang hasil atau manfaat yang
dicapai oleh program apakah program atau aktivitas yang
bersangkutan telah mencapai tujuan yang diterapkan secara efektif.
Yang harus diperhatikan adalah :
1) Kegunaan serta kewajaran kriteria yang digunakan oleh obyek yang
diperiksa untuk menilai efektivitas dalam pencapaian program.
2) Ketepatan cara yang digunakan oleh obyek yang diperiksa untuk
menilai efektivitas pencapaian hasil program.
3) Ketelitian data yang dikumpulkan.
4) Keandalan hasil yang telah dicapai.
5) Hambatan yang menyebabkan belum tercapainya suatu kegiatan
atau program.
3. Program Kerja Audit Manajemen Fungsi Operasional
Program kerja audit merupakan rencana langkah kerja yang
harus dilakukan selama audit, yang didasarkan atas tujuan dan sasaran
yang ditetapkan serta informasi yang ada tentang kegiatan atau program
yang diperiksa. Program kerja audit merupakan alat pengendali setiap
55
kegiatan audit dan tidak boleh menjadi “check list” yang kaku dari 1
angkah-langkah kerja sehingga mematikan inisiatif auditor dalam
pelaksanaan tugasnya.
a. Susunan dan Isi Program Kerja Audit Operasional
Setiap program kerja audit umum mengandung empat bagian pokok:
1) Pendahuluan
Pendahuluan dalam PKP memuat informasi singkat yang sifatnaya
mengantarkan auditor pada pokok masalah singkat yang sedang
diperiksa mengenai latar belakang objek yang akan diperiksa,
sehingga auditor dapat memahami dan melaksanakan audit dengan
baik..
2) Tujuan Audit
Tujuan Audit harus diungkapkan dengan jelas dalam program
kerja audit mengenai hasil apa yang diharapkan dari hasil audit
tersebut. Tujuan audit atas fungsi personalia adalah
a) Menilai kinerja aktivitas personalia dengan membandingkan
bagaimana pelaksanaan dengan kriteria yang ada.
b) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas personalia.
c) Rekomendasi untuk perbaikan atau Tindak Lanjut.
3) Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit harus dijelaskan apakah audit akan meliputi
sebagian atau seluruh runag lingkup audit.Sesuai dengan norma
56
Pemeriksaan Satuan Pengawas Intern, ruang lingkup pengawasan
mencakup :
a) Pemeriksaan atas kekayaan dan keuangan serta ketaatan pada
Peraturan Perundang-undangan dan Kebijaksanaan direksi
Angkasa Pura I yang berlaku.
b) Penilaian daya guna dan kehematan penggunaan sarana dan
prasarana yang tersedia.
c) Penilaian hasil guna atau manfaat yang direncanakan dari suatu
program.
d) Penilaian atas tertib kegiatan operasional pernsahaan di
berbagai bidang; pengutusan pegawai, keuangan, perbaikan,
fasilitas.
e) Penialain apakah target kegiatan atau program tercapai sesuai
rencana.
f) Efektivitas pengendalian internal.
4) Sasaran Audit
Sasaran pengawas operasional kegiatan perusahaan berkaitan
denga:
a) Sistem Pengendalian Manajemen
b) Ketaatan pada Perundang-undangan yang berlaku dan ketertiban
dalam pelaksanaan.
57
c) Efisiensi, efektivitas dan kehematan penggunaan sumber daya,
dana, sarana.
5) Instruksi-instruksi khusus, yang memuat instruksi-instruksi khusus,
seperti masalah koordinasi audit, penyampaian laporan dan
sebagainya.
6) Langkah - langkah kerja, memuat pengarahan-pengarahan khusus
dalam pelaksanaan tugas audit:
a) Persiapan Audit, langkah-langkahnya meliputi:
1) Pengumpulan data mengenai auditee.
2) Penyusunan audit program dan SP.
3) Pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan.
4) Metode penyusunan langkah kerja bersifat instruktif.
b) Audit Pendahuluan, langkah-langkahnya meliputi :
1) Penelaahan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Pengujian pengendalian manajemen.
3) Metode penyusunan langkah kerjanya sama dengan butir di
atas, yaitu berbentuk instruksi yang didahului dengan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Penyusunan Ikhtisar Temuan Hasil Audit Pendahuluan.
5) Pembahasan Ikhtisar Temuan Hasil Audit Pendahuluan
dengan Penanggung Jawab Audit.
c) Audit Lanjutan, langkah-langkah kerjanya meliputi:
58
1) Pengembangan Temuan Hasil Audit Pendahuluan.
2) Metode penyusunan langkah kerja berbentuk instruksi yang
didahului dengan pertanyaan-pertanyaan.
3) Penyajian Hasil Audit Lanjutan (Daftar Temuan).
4) Rekomendasi.
5) Pembahasan temuan dengan Penanggung Jawab Audit.
6) Pembahasan hasil audit lanjutan dengan obyek yang diperiksa.
d) Penyusunan Konsep Laporan Hasil Audit.
b. Patokan-patokan untuk Penyiapan Program Kerja Audit
Patokan-patokan berikut ini berlaku untuk penyiapan Program Kerja
Audit:
1. Tujuan audit harus dinyatakan secara jelas dan harus dap at dicapai
atas dasar pekerjaan yang direncanakan dalam Program Kerja Audit
2. Program Kerja Audit harus disusun sesuai dengan penugasan yang
bersangkutan
3. Setiap langkah kerja harus memerinci pekerjaan yang harus
dilakukan disertai alasan-alasannya.
4. Setiap langkah kerja harus berbentuk instruksi-instruksi mengenai
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan.
5. Program Kerja Audit harus menggambarkan urutan prioritas
langkah- langkah kerja yang harus dilaksanakan.
59
6. Program Kerja Audit harus fleksibel. Setiap perubahan harus
dengan persetujuan atasan auditor.
7. Program Kerja Audit hendaknya hanya berisi informasi yang perlu
untuk melaksanakan audit dan evaluasi secara tepat.
8. Program Kerja tidak boleh memuat perintah untuk memperoleh
informasi yang telah ada dalam permanen file. Untuk ini cukup
menunjuk kepada file yang bersangkutan.
9. Dalam penyusunan Program Kerja Audit, auditor perlu
memperhatikan
Aturan Prilaku Auditor dan Norma Internal Audit BUMN/BUMD
c. Lain-lain
1. Program Kerja Audit harus menyertakan taksiran-taksiran waktu
yang diperlukan sesuai dengan rencana kerja audit guna
melaksanakan kegiatan yang bersangkutan. Anggaran waktu
diperlukan juga untuk menentukan jumlah tenaga kerja auditor
yang harus dikerahkan agar tugas audit dapat diselesaikan dalam
waktu yang ditetapkan.
2. Untuk audit ulangan mengenai kegiatan yang sama. Program kerja
audit dapat dikembangkan menjadi suatu program kerja standar,
sehingga waktu yang dipakai untuk menyusun Program Kerja Audit
dapat dikurangi.
60
3. Program Kerja Audit disiapkan oleh Ketua Tim Auditor dan harus
disetujui oleh Pengawas Audit.
4. Aktivitas Fungsi Manajer pada PT. Angkasa Pura I (Persero)
Divisi SDM & Umum pada PT. Angkasa Pura I (Persero)
melaksanakan kegiatan- kegiatan dalam pengadaan tenaga kerja mulai
dari pencarian, penseleksian, dan penerimaan; mengadakan
pengembangan tenaga kerja, penilaian prestasi; pencatatan waktu kerja;
pengupahan dan penggajian; dan pelaporan.
a. Perencanaan Tenaga Kerja
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang tepat dalam jumlah dan
kualitas PT. Angkasa Pura I (Persero) mengadakan kegiatan
perencanaan karyawan untuk jangka waktu menengah dan jangka
waktu panjang, dengan mengacu kepada Rencana Jangka Panjang
Perusahaan (RJPP). Rencana kebutuhan karyawan ditetapkan untuk
jangka waktu tertentu yang mencakup informasi, antara lain:
1) Kualifikasi dan persyaratan-persyaratan yang hams dipenuhi
2) Tugas yang akan dilaksanakan
3) Persyaratan Pekerjaan
4) Status Karyawan
5) Jumlah Karyawan yang dibutuhkan
6) Jadwal kebutuhan.
61
Untuk memenuhi kebutuhan karyawan tersebut perusahaan
mengutamakan dari karyawan yang ada, tapi bila tidak terpenuhi/tersedia
pemenuhan kebutuhan karyawan tersebut diambil dari luar atau ektemal
perusahaan. Prosedur pemenuhan kebutuhan karyawan yang berasal dari
internal dimulai dari perencanaan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
oleh unit kerja, kalau tidak mutasi berarti langsung direkrut dari luar, jika
ya, maka hams dikonfirmasi dan mendapat ijin dari unit kerja asal.
Usulan mutasi tersebut di analisis oleh divisi SDM apakah dari promosi
atau tidak. Jika dari promosi, jika disepakati dibuat SK, kemudian
disahkan oleh direksi. Jika tidak dari promosi, usulan promosi
dikonfirmasi ke unit kerja dan bila disepakati diadakan pembuatan SK
dan pengesahan oleh direksi.
Sedangkan prosedur pemenuhan kebutuhan kebutuhan karyawan
dari ekstemal (rekrutmen) dimulai dari menginventarisasi kebutuhan
rekrutmen yaitu dalam hal kualifikasi (job title) dan jumlah. Kemudian
Tim Rekrutmen Administrasi & Penguji atau Lembaga Independen
membuat pengumuman ke media massa. Lamaran yang masuk diseleksi
dalam hal administrasi, psikotest, bahasa Inggris, akademik, kesehatan,
penelitian khusus, dan wawancara oleh direksi. Bagi yang lulus seleksi
akan diumumkan melalui surat pemyataan diterima, dilanjutkan dengan
pembuatan SK oleh Divisi SDM & Umum dan direksi.
b. Penerimaan dan Penempatan Karyawan
62
Prinsipnya kegiatan penerimaan karyawan dari luar dilakukan
bila tidak tersedianya calon dalam perusahaan, juga untuk menampilkan
tenaga kerja yang baru atau tenaga kerja dengan sedikit pengalaman, dan
dalam usia efektif kerja. Diasumsikan bahwa tenaga kerja yang bam,
bemsia muda, berdedikasi tinggi, dan berkualitas akan bersemangat
untuk bekerja.
Sesuai dengan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara PT.
Angkasa Pura I (Persero) yang disebut Karyawan/Karyawati adalah
orang yang telah memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan dan
diangkat oleh pemsahaan untuk selanjutnya disebut Karyawan, terdiri
dari:
- Karyawan Percobaan
- Karyawan Tetap
- Karyawan Perbantuan
Karyawan Percobaan adalah orang yang dinilai memenuhi
persyaratan diterima sebagai calon karyawan untuk suatu masa
percobaan paling lama 1 tahun, dengan mendapat gaji 80% dari 100%
yang semestinya diterima dan tidak boleh kurang dari Upah Minimum
Regional (UMR). Dalam masa percobaan tersebut, pemsahaan maupun
calon karyawan dapat memutuskan hubungan kerja secara sepihak tanpa
dibebani kewajiban apapun. Calon karyawan yang telah dinyatakan lulus
menjalani masa percobaan akan diangkat sebagai Karyawan Tetap yang
63
masa kerjanya dihitung sejak diterima sebagai karyawan dalam masa
percobaan. Karyawan Tetap adalah orang yang diangkat menjadi
karyawan untuk waktu tertentu yang lulus masa percobaan. Karyawan
perbantuan adalah karyawan dari perusahaan atau instansi lain.
c. Pengembangan Individu
PT. Angkasa Pura I (Persero) memberikan peluang dan
kesempatan kepada karyawan untuk berkarir seluas-luasnya dengan
memperhatikan prinsip keadilan dan keterbukaan. Promosi dilaksanakan
secara terbuka dan objektif dengan mempertimbangkan unsur-unsur
kemampuan, prestasi kerja, pendidikan pelatihan, kedisiplinan,
kepemimpinan, moralitas, dan track record (catatan kondite), melalui
seleksi yang dilaksanakan oleh perusahaan. Perusahaan mempunyai
program-program dalam hal pengembangan individu, yaitu:
1. Program Pembinaan Kecakapan Karyawan.
Bertujuan untuk meningkatkan kecakapan yang diperlukan agar
karyawan mampu mencapai kinerja yang lebih baik. Program ini
dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan antara lain pelatihan
kerja, kursus singkat.
2. Program Pengembangan Kecakapan Karyawan.
Bertujuan untuk mempersiapkan karyawan yang memenuhi syarat
dan/atau akan menduduki jabatan atau Grade yang lebih tinggi dengan
kecakapan dasar yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas barn.
64
Program ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan antara lain
pendidikan formal, pelatihan kerja, atau kursus singkat.
a) Diklatreguler dari jasa pendidikan
b) Diklatberjenjang D3/S1/S2
c) Workshop atau Lokakarya
5. Penilaian Prestasi
PT. Angkasa Pura I (Persero) mempunyai sistem Penilaian
Unjuk Kerja Pegawai berdasarkan 075.K/010/DIR/1998. Penilaian Unjuk
Kerja Pegawai merupakan proses diskusi formal antara Pegawai dengan
Atasan Langsung yang dilakukan pada akhir proses Manajemen Unjuk
Kerja Pgawai. Tujuan Penilaian Unjuk Kerja Pegawai, adalah:
a) Diperoleh umpan balik dua arah mengenai efektivitas Unjuk Kerja
Pegawai.
b) Diperoleh perbandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana
sasaran yang telah disepakati.
c) Diperoleh nilai Unjuk Kerja Pegawai secara keseluruhan.
Unsur-unsur yang dinilai adalah:
a. Analisa dan Pengambilan Keputusan
Yaitu mendapatkan informasi yang sesuai dan mampu
mengidentifikasi isu-isu utama berdasarkan informasi awal,
menghubungkan dan membandingkan data dari sumber yang berbeda,
mengidentifikasi kaitan antara sebab dan akibat.
65
b. Perencanaan dan Pengorganisasian
Menetapkan serangkaian aksi bagi dirinya sendiri dan atau rekan
lainnya untuk menyelesaikan sasaran kerja, merecanakan penugasan
yang sesuia bagi bawahannya dan mengalokasikan sumber-sumber
daya yang tepat, menetapkan prosedur-prosedur untuk memonitor
hasil pendelegasian, penugasan atau proyek.
c. Komunikasi yaitu menyampaikan ide secara efektif baik dal am situasi
individual atau kelompok menggunakan bahasa terminologi sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan pendengar.
d. Kepemimpinan Individu
Menggunakan gaya dan metode yang tepat dalam berinteraksi
sehingga dapat memberikan inspirasi dan petunjuk pada bawahan,
rekan kerja atau atasan untuk memperbaiki pencapaian sasaran kerja.
e. Pembinaan. Menjadi fasilitator bagi pengembangan bawahan dalam
hal ilmu dan keterampilan memberikan umpan balik pada saat yang
diperlukan dan memberi petunjuk untuk membantu mencapai sasaran.
f. Pendelegasian wewenang
Mengalokasikan otorisasi pengambilan keputusan dan tanggung jawab
kepada bawahan secara tepat, mendayagunakan waktu, kemampuan
dan potensi bawahan dengan tepat.
g. Pengetahuan Profesional
66
Telah mencapai tingkat kemampuan professional atau pengetajuan
yang tinggi sesuai dengan kualifikasi jabatannya; terus-menerus
memantau perkembangan dan tren berkaitan dengan keahlian di
bidangnya
h. Integritas
Memulihkan dan menunjang norma-norma sosial, etika, dan
organisasi dalam menjalankan aktivitas bisnis baik di lingkungan
internal maupun ekstemal.
i. Customer Focus (Orientasi terhadap Pelanggan)
Secara aktif mengembangkan hubungan dengan pelanggan, dengan jalan
jalan memperhatikan dan memahami pelanggan baik internal maupun
eksternal.
j. Kerjasama
Bekerja dengan efektif dalam tim atau kelompok kerja atau di luar
lingkup otorisasi yang formal untuk mencapai sasaran organisasi.
k. Unjuk Kerja Maksimal. Menetapkan standar yang tinggi dalam
pencapaian sasaran unjuk kerja atau sasaran pengembangan;
melakukan aktivitas untuk mencapai sasaran melampaui dari yang
diharapkan.
l. Pengetahuan Praktis. Mengikuti perkembangan ilmu dan keterampilan
yang sesuai dengan posisisnya dan menunjukan kemauan untuk
mempelajarinya.
67
m. Kuatitas dan Kualitas Pekerjaa
Tidak ditemukan kesalahan pada hasil kerjanya. Volume yang
dihasilkan sesuai dengan standar. Tepat waktu dan berkemauan untuk
bekerja di luar jam kerja jika diperlukan.
Tata Cara dan Prosedur Penilaian
Penilaian dilakukan dengan mengisi Formulir Penilaian Unjuk
Kerja Pegawai (Formulir A1, A2, B).
a. Nilai
Nilai untuk elemen-elemen penilaian unjuk kerja pegawai dinyatakan
dengan interval nilai dan simbol dengan berpedoman pada uraian
tentang Faktor- faktor Penilaian Unjuk Kerja Pegawai sesuai dengan
yang terdapat pada lampiran.
b. Waktu Penilaian
Penilaian untuk tahun yang bersangkutan akan dilaksanakan pada
minggu ke-1 atau bulan ke-2 bulan Desember
c. Pencatatan Waktu Kerja
Waktu kerja menurut PT. Angkasa Pura I (Persero) adalah waktu bagi
semua karyawan untuk melakukan pekerjaan yang dapat dilaksanakan
siang hari dan/atau malam hari. Hari kerja adalah lima hari, dimulai
dari Senin sampai Jumat dengan hari libur mingguan selama dua hari,
yaitu Sabtu dan Minggu.
68
Waktu kerja semua karyawan PT. Angkasa Pura I adalah 8 (delapan)
jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu.
Perincian waktu kerja bagi para karyawan adalah sebagai berikut:
- Hari Senin sampai Kamis :
08.00 - 12.00 : kerja efektif
12.00 - 13.00 : istirahat 12.20 - 16.00 : kerja efektif
- Hari Jumat :
08.00-11.30 kerja efektif
11.00- 13.10 : istirahat 13.10 - 15.00 : kerja efektif
Alat pencatat absen waktu datang dan pulang karyawan menggunakan
Handy Key, yaitu suatu mesin yang berfungsi mencatat waktu kerja
dengan cara meletakkan tangan kanan Karyawan pada satu tempat di
mesin tersebut.
6. Prosedur Pengupahan dan Gaji
Gaji/upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pernsahaan kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang, dan dibayarkan
berdasarkan sistem penggajian yang ditetapkan oleh perusahaan.
Penghasilan karyawan terdiri dari Penghasilan Bulanan dan Penghasilan
Tahunan.
a. Penghasilan Bulanan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh
karyawan setiap bulan, berupa :
69
1) Gaji dasar
Gaji dasar adalah penghasilan tetap setiap bulan yang nilainya
ditentukan berdasarkan eselon, golongan, dan masa kerja
karyawan.
2) Premi prestasi
Premi prestasi adalah penghasilan tidak tetap yang diberikan
berdasarkan Rata-rata Kinerja dan Prestasi Perusahaan.
3) Biaya Pengganti Fasilitas Perumahan (BPFP)
Biaya pengganti fasilitas perumahan adalah sejumlah uang yang
ditetapkan oleh direksi bagi karyawan sebagai bantuan untuk
mengusahakan sendiri tempat tinggal yang bersangkutan, yang
diberikan berdasarkan strata.
4) Biaya Pengganti an Fasilitas Transport (BP FT)
Biaya penggantian fasilitas transport adalah sejumlah uang yang
ditetapkan oleh direksi bagi karyawan tertentu sebagai bantuan
untuk biaya transportasi, yang diberikan berdasarkan strata.
b. Tunjangan Tahunan adalah jumlah penghasilan tahunan yang diterima
oleh karyawan setiap tahun, berupa:
1) Tunjangan Cuti Tahunan
Tunjangan cuti tahunan adalah sejumlah uang yang diberikan
kepada karyawan yang mengambil hak cuti tahunannya sebagai
bantuan dalam pemulihan kesegaran jasmani dan rohani.
70
2) Tunjangan Hari Raya
Tunjangan hari raya diberikan kepada karyawan sebesar minimal
satu kali penghasilan bulanan atau minimal sebesar Peraturan
Pemerintah yang berlaku, dan pembayarannya dilaksanakan
selambat-1 ambatnya 14 (empat belas) hari kalender sebelum Hari
Raya tersebut.
3) Insentif
Insentif adalah sejumlah uang yang diberikan kepada karyawan
sebagai penghargaan atas pencapaian kinerja yang didasarkan atas
prestasi perusahaan pada tahun berjalan sesuai laporan intern
perusahaan pada tanggal 25 Desember tahun yang bersangkutan.
Potongan Gaji adalah potongan yang langsung dipotong dari gaji
Karyawan yang telah disetujui oleh Direksi atau Pejabat yang ditunjuk
untuk melakukan pemotongan secara langsung, yang berupa :
1) Potongan absen.
2) TASPEN
3) Iuran Dana Pensiun.
4) Potongan-potongan lain yang dianggap perlu oleh pejabat perusahaan
yang berwenang di lingkungan perusahaan.
Pelanggaran Disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau
perbuatan karyawan yang melanggar tata tertib kerja, larangan bagi
karyawan, dan peraturan/kebijakan yang berlaku di perusahaan, yang
71
dapat menyebabkan dijatuhkannya sanksi kepada karyawan. Jenis-jenis
pelanggaran disiplin adalah:
a. Pelanggaran Ringan dengan sanksi Peringatan Lisan (PL).
b. Pelanggaran Sedang dengan sanksi Peringatan Tertulis-I (PT-I)
c. Peringatan Tertulis-II (PT-II), atau Peringatan Tertulis-III (PT-III).
d. Pelanggaran Berat dengan sanksi Skorsing, Denosi, atau PHK.
7. Evaluasi Hasil Audit Manajemen Fungsi Operasional
Evaluasi Audit Manajemen Fungsi Operasional adalah analisis
secara sistematis terhadap serangkaian proses dan kegiatan yang telah
dibakukan dalam SOP. Berikut hasil evaluasi terhadap Audit Manajemen
Fungsi Operasional yang diterapkan oleh PT. Angkasa Pura I (Persero)
Makassar berdasarkan prosedur - prosedur audit dijabarkan sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan atas kekayaan dan keuangan serta ketaatan pada
peraturan dan kebijaksanaan direksi PT. Angkasa Pura I Makassar.
Audit ini meliputi audit atas transaksi, perkiraan (akun),
kegiatan, fungsi dan pertanggungjawaban keuangan perusahaaan
sesuai dengan ruang lingkup audit yang ditentukan dalam penugasan,
yang meliputi pekerjaan audit yang cukup untuk menentukan. Berikut
hasil audit yang diperoleh bahwa :
- Perusahaan telah melaksanakan pengendalian yang efektif terhadap
penerimaan, biaya, maupun terhadap harta dan utang melaui
72
pembukuan-pembukuan yang dilakukan oleh para karyawan PT.
Angkasa Pura yang tercermin dari sistem pencatatan yang sudah
berbasis IT.
- Perusahaan telah melaksanakan pencatatan dengan tepat atas
sarana, kewajiban, dan kegiatan, namun belum terdokumentasikan
secara sah.
Peraturan perusahaan yang dimaksud adalah peraturan yang
dibuat secara tertulis oleh perusahaan, yang di dalamnya memuat
syarat - syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Dalam praktiknya,
tata tertib perusahaan hanya dibacakan pada saat tanda tangan
kontrak. Karena pemilik sekaligus Direktur Utama perusahaan
menjalankan perusahaan berdasarkan asas kekeluargaan, sehingga
dianggap tidak perlu adanya suatu Peraturan Perusahaan yang
dipandang terlalu mengikat tersebut. Peraturan perusahaan sudah
selesai disusun, namun
Direktur Utama belum memiliki suatu komitmen untuk
menandatangani peraturan perusahaan tersebut. Perusahaan
sebaiknya mensahkan peraturan perusahaan yang telah disusun
tersebut. Selain mengatur syarat - syarat kerja yang belum diatur
dalam peraturan perundangan, peraturan perusahaan sebaiknya juga
merinci ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam peraturan
perundangan ketenagakerjaan.
73
Peraturan perusahaan sekurang - kurangnya memuat hak dan
kewajiban perusahaan, hak dan kewajiban karyawan, syarat - syarat
kerja, tata tertib perusahaan, serta jangka waktu berlakunya
peraturan perusahaan. Dalam satu perusahaan hanya boleh dibuat
satu peraturan perusahaan yang berlaku bagi seluruh karyawan. Jika
perusahaan memiliki cabang, maka selain peraturan perusahaan
induk yang berlaku bagi semua karyawan, perusahaan juga dapat
membuat peraturan perusahaan turunan yang khusus berlaku bagi
karyawan di masing - masing cabang perusahaan sesuai dengan
kondisi perusahaan cabang.
b. Perusahaan telah mentaati semua peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Auditor operasional telah melakukan prosedur-prosedur audit
dengan baik seperi peninjauan kembali laporan audit yang dibuatnya
yang disampaikan kepada Direktur utama baik secara lisan maupun
tulisan dan sesuai dengan peraturan.
c. Penilaian tentang daya guna dan ketaatan dalam penggunaan sarana
yang tersedia.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah perusahaan,
bagian atau kegiatan yang diperiksa telah mengurus atau
menggunakan sarana yang tersedia secara berdaya guna dan hemat.
Yang perlu diperhatikan adalah apakah pimpinan obyek yang
74
diperiksa telah memperhatikan sepenuhnya usaha untuk memelihara
sumber daya dan membatasi pengeluaran sampai dengan tingkat yang
minimum.
d. Penilaian daya guna dan kehematan penggunaan sarana dan prasarana
yang tersedia.
Perusahaan pada umunya masih menggunakan prosedur
Manual. Prosedur yang dimaksud antara lain mengenai kebijakan
penilaian kinerja serta pemberhentian karyawan. Perusahaan
seharusnya memiliki prosedur dengan sistem komputerisasi agar dapat
membantu kinerja karyawan karena dengan prosedur tertulis, agar
karyawan dalam bekerja dapat waktu meringkas penyelesaian.
Pemanfaatan sarana dan prasaranatersebut akan berguna untuk
mengendalikan kegiatan kerja karyawan.
e. Penilaian hasil guna atau manfaat yang direncanakan dari suatu
program.
Manfaat dari pelaksanaan program meliputi aspek - aspek yaitu:
- Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan,
metode, teknik, dan peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang
diperolehnya.
- Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami
kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit
75
masing - masing ke dalam bidang operasional perusahaan secara
menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami
tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sebagai karyawan.
- Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu kemampuan untuk
bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan
negosiasi, dan lain - lain.
5. Penilaian apakah target kegiatan atau program tercapai sesuai rencana.
- Program-program kerja yang dilakukan tercapai dengan baik,
meskipun terdapat beberapa revisi yang harus diperbaiki seperti
belum dioptimalkannya pelaksanaan program dan waktu
penyelesaian tidak tepat waku.
8. Laporan Hasil Audit (LHA)
Sebagai kegiatan terakhir dari tugas audit adalah penyusunan
Laporan Hasil Audit (LHA). Laporan tersebut sebagai sarana komunikasi
yang resmi dan sangat penting bagi auditor untuk menyampaikan
informasi tentang temuan, kesimpulan, dan saran-saran atau rekomendasi
kepada pejabat-pejabat berwenang yang berada pada Divisi SDM &
Umum agar mengetahui informasi hasil audit tersebut dan melaksanakan
saran-saran atau rekomendasi yang diberikan terhadapnya. Langkah-
langkah penyusunan Laporan Hasil Audit PT. Angkasa Pura I (Persero)
a. Membuat konsep laporan hasil audit yang harus direview oleh
pengawas dan/atau penanggung jawab audit dengan memperhatikan
76
hal-hal sebagai berikut kelayakan dan ketepatan pendirian yang
diambil dan rekomendasi yang di kemukakan.
b. Kejelasan cara penyajian dan kemungkinan adanya reaksi negatif atas
laporan tersebut dan bagaimana cara mengatasinya.
c. Pembicaraan dan pendiskusian mengenai laporan antara petugas yang
menulis laporan dengan petugas yang mereview laporan
d. Penandatanganan Laporan Hasil Audit yang dilakukan oleh
Penanggung Jawab Audit, yaitu Kepala Internal Audit.
Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit
Setelah Laporan Hasil Auditor diterbitkan olehdan diterima oleh
Divisi SDM & Umum, khususnya fungsi personalia, dalam waktu satu
bulan langsung melaksanakan tindak lanjut sesuai saran-saran dan
rekomendasi yang telah disepakati bersama. Kemudian fungsi personalia
wajib membuat laporan tindak lanjut yang telah dilaksanakan atau yang
sedang dalam proses pelaksanaan kepada Internal Audit. Audit harus
melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan tindak lanjut laporan
hasil audit terhadap Fungsi Personalia untuk mengetahui sejauh mana
tindak lanjut yang dilaksanakan.
a. Belum adanya prosedur dalam hal penentuan karyawan untuk program
tugas belajar.
b. Belum dioptimalkannya program kerja.
77
B. Efektivitas audit manajemen fungsi operasional dalam menilai
penilaian kinerja manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero)
Makassar
Pelaksanaan audit manajemen fungsi operasional terdapat tim
audit yang terdiri dari tiga sampai enam orang dengan satu orang yang
menjabat sebagai ketua Ketua Tim dan yang lainnya sebagai anggota
tim. Berikut data responden yang berhasil dikumpulkan oleh penulis
adalah sebanyak 25 responden yang memberikan tanggapan pada
kefektifan implementasi audit manajemen pada PT. Angkasa Pura I
(Persero) Makassar.
Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner yang
dilakukan penulis, auditor operasional pada perusahaan ini memiliki
kualifikasi sebagai berikut:
1. Independen
Audit operasional dilakukan oleh auditor yang merupakan
bagian yang terpisah dan tidak terlibat langsung dengan divisi-divisi
dan SBU-SBU pada struktur organisasi perusahaan.
Tabel 5. 1. Distribusi Jawaban Responden auditor bagian yang terpisah
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 4 16 20
Setuju 4 3 12 12
Ragu –ragu 3 6 24 18
Tidak setuju 2 9 36 18
Sangat Tidak setuju 1 3 12 3
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
78
Berdasarkan hasil olah data diketahui bahwa auditor merupakan
bagian yang terpisah dari fungsi operasional perusahaan ditanggapi 4
responden atau 16% dengan penyataan sangat setuju, 12% atau 3
responden menanggapi setuju, 24% atau 6 responden menanggapi ragu-
ragu, 36% atau 9 responden menanggapi tidak setuju, dan 12% atau 3
responden menaggapi sangat tidak setuju.
Dengan demikian bahwa audit internal yang dilaksanakan oleh
PT. Angkasa Pura I (Persero) ditanggapi kurang setuju oleh sebagian
besar karyawan. Berikut tanggapan responden mengenai Auditor yang
melakukan audit tidak boleh memiliki hubungan kekerabatan dengan
salah satu karyawan.
Tabel 5. 2. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Hubungan
Kekerabatan yang dimiliki Auditor
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 - - -
Setuju 4 12 48 36
Ragu –ragu 3 8 32 32
Tidak setuju 2 5 20 10
Sangat Tidak setuju 1 - - -
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Berdasarkan hasil olah data diatas maka diperoleh informasi
bahwa seorang auditor tidak boleh memiliki hubungan kekerabatan
dengan salah satu karyawan PT. Angkasa Pura I agar dalam pelaksanaan
tugasnya tidak terpengaruh dalam memberikan penilaian pada saat audit
ditanggapi 48% atau 12 responden setuju, 32% atau 8 responden ragu-
ragu, dan 20% atau 5 responden tidak setuju. Berikut tanggapan
79
responden mengenai auditor harus mendapat wewenang yang jelas dari
pimpinan dalam melakukan audit.
Tabel 5. 3. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Auditor harus
mendapat wewenang
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 8 32 40
Setuju 4 12 48 48
Ragu –ragu 3 4 16 12
Tidak setuju 2 - - -
Sangat Tidak setuju 1 1 4 1
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Hasil perhitungan presentasi kuesioner diperoleh bahwa daro 30
responden terdapat 8 responden (32%) menanggapi sangat setuju, 12
responden (48%) setuju, 4 responden (16%) menanggapi ragu-ragu, dan
1 responden (4&) menanggapi sangat tidak setuju. beberapa alasan yang
responden menaggapi bahwa auditor harus mendapat wewenang yang
jelas dari pimpinanan dalam melakukan audit agar para karyawan yang
dapat menghormati dan mau bekerja sama dalam proses audit.
Auditor juga memiliki kebebasan yang cukup dalam
melaksanakan kegiatan auditnya. Kebebasan di sini maksudnya adalah
auditor bebas untuk mengetahui semua informasi yang berhubungan
dengan personalia tanpa ditutup-tutupi dan tidak dipengaruhi oleh pihak
manapun termasuk kepala-kepala atau manajer-manajer setiap divisi dan
SBU dalam memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan.
Berikut kalkulasi indikator indenpendensi auditor:
80
Tabel 5. 4. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Indenpendensi
Auditor
Indikator Skor
aktual
Skor
Ideal
% Skor
Aktual Kriteria
Auditor bagian yang
terpisah 71 900 7.9 Efektif
Hubungan
Kekerabatan auditor 78 900 8. 7 Efektif
Auditor harus
mendapat wewenang
dari pimpinan
101 900 11.4 Sangat Efektif
Jumlah 250 2700 9.6 Efektif
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Dengan demikian dari segi independensi, auditor dinilai sudah
efektif. Jadi seorang auditor dituntut untuk memiki sikap mental yang
independen karena sekalipun ia sorang auditor yang ahli tetapi jika tidak
mempunyai sikap independen dalam melaksanakan kegiatan audit,
informasi yang dihasilkannya tidak dapat digunakan oleh pimpinan untuk
pengambilan keputusan.
2. Kompeten
Pelaksanaan audit di dalam sebuah perusahaan tentunya
memerlukan seorang auditor yang handal dan berkometen, sehingga
proses audit berjalan lancar. Berikut tanggapan responden mengenai
audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor yang berkompeten.
81
Tabel 5. 5. Distribusi Jawaban Responden Auditor Berpendidikan S1
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 11 44 55
Setuju 4 1 4 4
Ragu –ragu 3 3 12 9
Tidak setuju 2 6 24 12
Sangat Tidak setuju 1 4 16 4
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Berdasarkan pada data diatas diperoleh informasi bahwa
responden menanggapi jika seorang auditor sebagai pelaksana audit
haruslah memiliki latar belakang pendidikan S1 dengan konsentrasi
jurusan Akuntansi ditanggapi 11 responden (44%) sangat setuju, 1
responden (4%) setuju, 3 responden (12%) ragu-ragu, 6 responden (24%)
tidak setuju, dan 4 responden (16%) sangat tidak setuju.
Berikut tanggapan responden mengenai Auditor yang ada telah
memperoleh training dalam bidang akuntansi dan auditing yang cukup
memadai.
Tabel 5. 6. Distribusi Jawaban Responden Auditor Telah memperoleh
Training
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 2 8 10
Setuju 4 2 8 8
Ragu –ragu 3 12 48 36
Tidak setuju 2 6 24 12
Sangat Tidak setuju 1 3 12 3
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
82
Hasil perhitungan kuesioner yang disebarkan ke 25 responden,
diperoleh bahwa Auditor yang ada telah memperoleh training dalam
bidang akuntansi dan auditing yang cukup memadai ditanggapi 2
responden (8%) sangat setuju, 2 responden (8%) setuju, 12 responden
(48%) ragu-ragu, 6 responden (24%) tidak setuju, dan 3 responden (12%)
sangat tidak setuju.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa mayoritas responden
menanggapi ragu-ragu jika Auditor yang ada auditor melaksanakan
tugasnya sesuai dengan yang diberikan.
Tabel 5. 7. Distribusi Jawaban Responden Auditor Melaksanakan
Tugasnya sesuai dengan yang diberikan
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 21 84 105
Setuju 4 3 12 12
Ragu –ragu 3 1 4 3
Tidak setuju 2 - - -
Sangat Tidak setuju 1 - - -
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab auditor sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan ditanggapi oleh 21 responden (84%)
sangat setuju jika demikian, 3 responden (12%) menanggapi setuju, dan
1 responden (4%) menanggapi ragu-ragu. Hal ini menunjukkan jika
responden menilai jika pelaksana audit yaitu auditor melaksanakan
tugasnya sesuai dengan yang diberikan.
Berikut kalkulasi perhitungan keefektifan kompetensi auditor:
83
Tabel 5. 8. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Indenpendensi
Auditor
Indikator Skor
aktual
Skor
Ideal
% Skor
Aktual Kriteria
Auditor memiliki latar
belakang pendidikan
S1
84 900 7.9 Efektif
Auditor yang ada telah
memperoleh training
dalam bidang akuntansi
dan auditing
69 900 8. 9 Efektif
Pelaksanaan tugas &
tanggung jawab auditor
sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan
120 900 11.2 Sangat
Efektif
Jumlah 273 2700 9.6 Efektif
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Melalui hasil kuesioner yang diperoleh keterangan kepala
internal auditor sebagai pelaksana audit operasional PT. Angkasa Pura I
(Persero) cukup efektif, hal ini dilihat dari kriteria-kriteria audit internal,
yaitu dari latar belakang pendidikan bidang-bidang yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
Pengembangan kemampuan yang berkesinambungan juga
dilaksanakan oleh prusahaan untuk mengikut sertakan setiap audit
internal dalam program pelatihan seperti penataran, seminar, dan
pelatihan, baik dilaksanakan oleh perusahaan atau lembaga.
Berarti auditor operasional pada perusahaan ini memiliki
kemampuan dan pengalaman dalam melakukan kegiatan audit. Faktanya
adalah auditor operasional mampu untuk memecahkan masalah yang ada
84
dan memberikan saran-saran atau rekomendasi dengan pengalaman yang
dimilikinya selama bekerja. Jadi kompetensi auditor operasional sangat
penting agar dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
3. Pelaksanaan
a. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan, yang bertujuan untuk
mengidentifikasikan aspek manajemen yang menunjukkan adanya
kelemahan yang mungkin dapat ditingkatkan, efisiensi dan
kehematannya dalam mencapai tujuan secara efektif atas kegiatan
program yang diperiksa, PT. Angkasa Pura I (Persero) melakukan
beberapa kegiatan yaitu :
1) Pengamatan fisik terhadap divisi-divisi dan SBU-SBU dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Mencari data tertubs yang berhubungan dengan sasaran audit.
3) Wawancara dan berkoordinasi dengan pejabat objek yang
diperiksa.
4) Kegiatan analisa terhadap laporan operasional dan laporan berkala
tiap divisi dan SBU pada perusahaan.
Adapun tanggapan responden mengenai tahap pendahuluan
pelaksanaan audit pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar sebagai
berikut:
85
Tabel 5. 9. Distribusi Jawaban Responden Auditor Menetapkan Tujuan
dan Ruang Lingkup Perusahaan
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 5 20 25
Setuju 4 9 36 36
Ragu –ragu 3 7 28 21
Tidak setuju 2 4 16 8
Sangat Tidak setuju 1 5 20 25
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Auditor sebelum melaksanakan audit, menetapkan tujuan dan
ruang lingkup perusahaan ditanggapi oleh 5 responden (20%) sangat
setuju, 9 responden (36%) menanggapi setuju, 7 responden (28%)
menaggapi rag-ragu, 4 responden (16%) menanggapi tidak setuju, dan 4
responden (16%) menanggapi sangat tidak setuju.
Berikut tanggapan responden mengenai auditor yang melakukan
evaluasi atas catatan akuntansi perusahaan sebelum melaksanakan audit.
Tabel 5. 10. Distribusi Jawaban Responden Auditor Melakukan Evaluasi
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 4 16 20
Setuju 4 16 64 64
Ragu –ragu 3 5 20 15
Tidak setuju 2 - - -
Sangat Tidak setuju 1 - - -
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
4 responden (6%) menanggapi sangat setuju dengan auditor yang
melakukan evaluasi atas catatan akuntansi perusahaan sebelum
86
melaksanakan audit, 4 responden (16%) menanggapi setuju, dan 5
responden (20%) menaggapi ragu-ragu.
Berikut tanggapan responden mengenai auditor yang melakukan
koordinasi dan komunikasi dengan bagian yang akan diperiksa sebelum
audit dilakukan.
Tabel 5. 11. Distribusi Jawaban Responden Auditor Melakukan
Koordinasi dan Komunikasi
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 20 80 100
Setuju 4 4 16 16
Ragu –ragu 3 1 4 3
Tidak setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
20 responden (80%) menanggapi sangat setuju jika auditor yang
melakukan koordinasi dan komunikasi terlebih dahulu dengan bagian
yang akan diperiksa sebelum audit dilakukan, 4 responden (16%)
menanggapi setuju, dan 1 responden (4%) menanggapi ragu-ragu jika
proses audit akan berjalan lancar jika auditor yang melakukan koordinasi
dan komunikasi terlebih dahulu dengan bagian yang akan diperiksa
sebelum audit dilakukan, karena hal tesebut tidak akan memberikan hasil
yang akurat. Berikut kalkulasi perhitungan keefektifan kompetensi
auditor:
87
Tabel 5. 12. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai Audit
Pendahuluan
Indikator Skor
aktual
Skor
Ideal
% Skor
Aktual Kriteria
Menetapkan Tujuan dan
Ruang Lingkup Perusahaan 90 900 11
Sangat
Efektif
Auditor yang melakukan
evaluasi atas catatan
akuntansi perusahaan
sebelum melaksanakan
audit
99 900 13.3 Sangat
Efektif
Pelaksanaan tugas &
tanggung jawab auditor
sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan
119 900 34.2 Sangat
Efektif
Jumlah 273 2700 11.4
Sangat
Efektif
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Dengan demikian auditor operasional perusahaan telah
melakukan tahap pendahuluan secara sangat efektif.
b. Tahap Audit Lanjutan/Mendalam
Pada tahap audit lanjutan/mendalam, yang bertujuan
memantapkan temuan yang merupakan landasan penyusunan laporan,
PT. Angkasa Pura I (Persero)
1) Studi lapangan.
Auditor melakukan wawancara dengan pihak yang terkait, observasi
dan penebtian terhadap berbagai prosedur yang dilaksanakan oleh tiap
divisi dan SBU yang diperiksa
2) Analisa. Auditor melakukan analisa mengenai hasil penebtian dengan
kriteria yang ditetapkan.
88
3) Rekomendasi.
Auditor operasional memberikan rekomendasi atas temuan-temuan
yang didapat pada audit pendahuluan.
4) Pembahasan hasil audit lanjutan/mendalam.
Auditor operasional terlebih dahulu membahas laporan hasil audit
lanjutan/mendalam dengan pengawas dan penanggung jawab audit
agarauditor lebih terarah dan terkendali. Kemudian laporan hasil audit
lanjutan/mendalam tersebut dibalias dengan objek yang diperiksa.
Berikut tanggapan responden mengenai pelaksanaan tahap
lanjutan audit pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar.
Tabel 5. 13. Distribusi Jawaban Responden Audit Terhadap Semua
Dokumen
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 13 52 65
Setuju 4 1 4 4
Ragu –ragu 3 1 4 3
Tidak setuju 2 - - -
Sangat Tidak setuju 1 - - -
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Pelaksanaan audit yang dilakukan oleh seorang auditor dalam
melakukan audit lanjutan haruslah memeriksa kelengkapan dokumen
pendukung untuk setiap transaksi di tanggapi sangat setuju oleh 13
responden (52%), 1 responden (4%) menanggapi setuju dan ragu-ragu.
Berikut tanggapan responden mengenai auditor dalam melaksanakan
89
proses audit lanjutan agar perusahaan membuat suatu standar yang
digunakan sebagai acuan auditor yang dijalankan perusahaan.
Tabel 5. 14. Distribusi Jawaban Responden Auditor Menggunakan Acuan
dalam Proses Audit
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 10 40 50
Setuju 4 3 12 12
Ragu –ragu 3 5 20 15
Tidak setuju 2 7 28 14
Sangat Tidak setuju 1 - - -
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Tanggapan responden mengenai auditor dalam melaksanakan
proses audit lanjutan agar perusahaan membuat suatu standar yang
digunakan sebagai acuan auditor yang dijalankan perusahaan di tanggapi
sangat setuju oleh 10 responden (40%), 3 responden (12%) menanggapi
setuju, 5 responden (20%) menyatakan ragu-ragu, dan 7 responden
(28%). Berikut kalkulasi jawaban responden mengenai pelaksanaan audit
lanjutan.
Tabel 5. 15. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai Audit
Lanjutan.
Indikator Skor
aktual
Skor
Ideal
% Skor
Aktual Kriteria
Audit Terhadap Semua
Dokumen 72 900 8 Efektif
Auditor Menggunakan
Acuan dalam Proses
Audit
91 900 10 Sangat
Efektif
Jumlah 163 1800 9.7 Efektif
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
90
Berdasarkan kalkulasi tanggapan responden mengenai
pelaksanaan audit lanjutan atau audit secara mendalam dinilai efektif.
c. Laporan Hasil audit
Pada tahap laporan hasil audit PT. Angkasa Pura I (Persero) mencakup:
a. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit
Auditor operasional dalam membuat laporannya mencantumkan
maksud dan tujuan auditnya, keterangan waktu audit, objek yang
diaudit.
b. Prosedur-prosedur audit
c. Auditor operasional telah melakukan prosedur-prosedur audit dengan
baik seperi peninjauan kembali laporan audit yang dibuatnya yang
disampaikan kepada Direktur utama baik secara lisan maupun tulisan
d. Temuan-temuan auditor
Auditor operasional di dalam laporan audit mencantumka temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi yang sebelumnya telah dikonfirmasikan
kepada pihak-pihak yang terkait.
e. Rekomendasi dan Tindakan Perbaikan
f. Auditor operasional melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
tindak lanjut hasil audit (follow up) kepada pihak terkait untuk segera
melakukan tindakan preventif.
Berikut tanggapan responden mengenai pelaporan auditor dalam
melaksanakan audit setelah melakukan tugasnya.
91
Tabel 5. 16. Distribusi Jawaban Responden Auditor Membuat Laporan
Audit
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 6 24 30
Setuju 4 13 52 52
Ragu –ragu 3 4 16 12
Tidak setuju 2 2 8 4
Sangat Tidak setuju 1 - - -
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Tanggapan responden mengenai pelaporan auditor dalam
melaksanakan audit setelah melakukan tugasnya di tanggapi sangat
setuju oleh 6 responden (24%), 13 responden (52%) menanggapi setuju,
4 responden (16%) menyatakan ragu-ragu, dan 2 responden (8%).
Berikut tanggapan responden mengenai laporan hasil audit dibuat secara
tertulis dan disajikan dengan jelas dan ringkas.
Tabel 5. 17. Distribusi Jawaban Responden Laporan Audit Tertulis
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 9 36 45
Setuju 4 12 48 48
Ragu –ragu 3 4 16 12
Tidak setuju 2 - - -
Sangat Tidak setuju 1 - - -
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Tanggapan responden mengenai laporan hasil audit dibuat secara
tertulis dan disajikan dengan jelas dan ringkas di tanggapi sangat setuju
oleh 9 responden (36%), 12 responden (48%) menanggapi setuju, 4
responden (16%) menyatakan ragu-ragu. Berikut tanggapan responden
mengenai laporan audit menyajikan temuan-temuan audit atas audit yang
dilakukannya dan menyajikan saran-saran rekomendasi.
92
Tabel 5. 18. Distribusi Jawaban Responden Laporan Menyajikan Temuan
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat setuju 5 10 40 50
Setuju 4 8 32 32
Ragu –ragu 3 4 16 12
Tidak setuju 2 2 8 4
Sangat Tidak setuju 1 1 4 1
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Tanggapan responden laporan audit menyajikan temuan-temuan
audit atas audit yang dilakukannya dan menyajikan saran-saran
rekomendasi di tanggapi sangat setuju oleh 10 responden (40%), 8
responden (32%) menanggapi setuju, 4 responden (16%) menyatakan
ragu-ragu, 2 responden (8%) menyatakan tidak setuju, dan 1 responden
(4%) menyatakan sangat tidak setuju. Berikut kalkulasi jawaban
responden mengenai pelaksanaan audit lanjutan.
Tabel 5. 19. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai Laporan
Hasil Audit.
Indikator Skor
aktual
Skor
Ideal
% Skor
Aktual Kriteria
Auditor selalu membuat laporan hasil
audit setelah melakukan tugasnya 98 900
10.9
Efektif
Laporan hasil audit dibuat secara
tertulis dan disajikan dengan jelas dan
ringkas
105 900 11.7 Sangat
Efektif
Laporan audit menyajikan temuan-
temuan audit atas audit yang
dilakukannya dan menyajikan saran-
saran rekomendasi
99 900 11 Sangat
Efektif
Jumlah
302
2700
11.9
Sangat
Efektif
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
93
Berdasarkan kalkulasi tanggapan responden mengenai
pelaksanaan pelaporan hasil dinilai sangat efektif. Dari data-data di atas
dapat disimpulkan bahwa penerapan audit operasional pada PT. Angkasa
Pura I (Persero) sudah efektif.
Hasil audit manajemen fungsi operasional di PT. Angkasa Pura I
maka peneliti merumuskan pencapaian tujuan dan sasaran dari
pelaksanaan audit manajemen fungsi operasional terhadap fungsi
manajerial oleh Internal Audit sebagai berikut:
1. Pencapaian Tujuan
a. Mengevaluasi kinerja
Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian dan
pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja
dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau
tujuan yang ditetapkan lebih dahulu. Evaluasi kinerja merupakan cara
yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada
pekerja. Berikut tanggapan responden mengenai pelaksanaan audit
manajemen fungsi operasional.
Tabel 5. 20. Kinerja Karyawan.
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat Baik 5 11 44 55
Baik 4 8 32 32
Ragu –ragu 3 6 24 18
Tidak Baik 2 0 0 0
Sangat Tidak Baik 1 0 0 0
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
94
Berdasarkan pada tabel evaluasi kinerja karyawan diatas sebagai
salah satu tujuan dilakukannya audit oleh responden bahwa kinerja
karyawan selama periode tahun 2014 dinilai sangat baik oleh 11
responden (44%), baik oleh 8 responden (32%), dan netral atau tidak
tahu sebanyak 6 responden (24%).
Seperti yang diketahui bahwa Tujuan evaluasi kinerja adalah
untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan dan juga
untuk mengetahui posisi perusahaan dan tingkat pencapaian sasaran
perusahaan, terutama untuk mengetahui bila terjadi keterlambatan atau
penyimpangan supaya segera diperbaiki, sehingga sasaran atau tujuan
tercapai. Hasil evaluasi kinerja individu dapat dimanfaatkan untuk
banyak penggunaan.
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
Indikator tujuan dilakukannya audit manajemen fungsi
opersional pada PT. Angkasa Pura I ditanggapi beragam oleh responden.
Berikut uraian tanggapannya:
Tabel 5. 21. Identifikasi Kesempatan.
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat Baik 5 14 56 70
Baik 4 6 24 24
Ragu –ragu 3 2 8 6
Tidak Baik 2 3 12 6
Sangat Tidak Baik 1 0 0 0
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
95
Tanggapan responden mengenai identifikasi kesempatan dengan
tujuan agar dapat meningkatkan kinerja dinilai sangat baik oleh 14
responden (56%), baik oleh 6 responden (24%), netral atau tidak tahu
sebanyak 2 responden (8%), dan tidak baik sebanyak 3 responden (12%).
Hal tersebut menunjukkan jika tiodak semua karyawan
menyetujui usaha dalam peningkatan kinerja melalui kesempatan yang
diberikan oleh pihak perusahaan.
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan atau
penyempurnaan program/kegiatan organisasi di masa mendatang.
Berikut tanggapan responden mengenai pemberian rekomendasi untuk
perbaikan lebih lanjut.
Tabel 5. 22. Rekomendasi Untuk Perbaikan.
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat Baik 5 13 52 65
Baik 4 4 16 16
Ragu –ragu 3 8 32 24
Tidak Baik 2 0 0 0
Sangat Tidak Baik 1 0 0 0
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Pemberian rekomendasi dengan tujuan adanya perbaikan
selanjutnya demi kemajuan perusahan dinilai sangat baik oleh 13
responden (52%), baik oleh 4 responden (16%), dan netral atau tidak
tahu sebanyak 8 responden (32%). Berdasarkan penilaian responden
96
maka diperoleh informasi bahwa penilaian responden mengenai
pemberian rekomendasi rekomendasi yang dapat mengarah kepada
perbaikan pertanggungjawaban. Berikut kalkulasi penilaian mengenai
pencapaian tujuan dilakukannya audit.
Tabel 5. 23. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai
Pencapaian Tujuan
Indikator Skor
aktual
Skor
Ideal
% Skor
Aktual Kriteria
MengevaluasiKinerja 105 900
11.7
Sangat
Efektif
Pemberian rekomendasi
untuk perbaikan
selanjutnya
106 900 11.8 Sangat
Efektif
Pemberian rekomendasi 105 900 11.7 Sangat
Efektif
Jumlah
316
2700
11.7
Sangat
Efektif
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Penilaian yang obyektif sejauh mana Unit Kerja melaksanakan
program/kegiatannya secara ekonomis, efisien, dan efektif serta sesuai
dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan pada tanggapan responden
yang diperoleh sangat efektif. Meskipun didalam tahapan evaluasi
diperoleh banyak keurangan-kekurangan. Namun dengan adanya tahapan
pemberian rekomendasi dan audit lanjutan maka akandiadakan perbaikan
lebih lanjut.
2. Pencapaian Sasaran
Sasaran dari audit operasional adalah penilaian masalah efisiensi,
dan ekonomis. Audit operasional ini memiliki peran penting bagi
97
organisasi, karena mampu memberikan informasi untuk meningkatkan
kinerja organisasi. Berikut tanggapan mengenai efisiensi kinerja audit.
Tabel 5. 24. Efisiensi Kinerja.
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat Baik 5 17 68 85
Baik 4 8 32 32
Ragu –ragu 3 0 0 0
Tidak Baik 2 0 0 0
Sangat Tidak Baik 1 0 0 0
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Efisiensi kinerja perusahan dinilai sangat baik oleh 17 responden
(68%), baik oleh 8 responden (32%). Hal ini berarti efisiensi kinerja
audit manajemen ditanggapi oleh responden dengan sangat baik. Berikut
tanggapan responden mengenai ekonomis kinerja.
Tabel 5. 25. Ekonomis.
Respon Bobot F Persen Skor
Sangat Baik 5 0 0 0
Baik 4 25 100 100
Ragu –ragu 3 0 0 0
Tidak Baik 2 0 0 0
Sangat Tidak Baik 1 0 0 0
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
98
Responden menanggapi bahwa kinerja dinilai sangat
ekonomis/baik dinilai sangat baik oleh keseluruhan responden (100%).
Berikut kalkulasi penilaian.
Tabel 5. 26. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden
Indikator Skor
aktual
Skor
Ideal
% Skor
Aktual Kriteria
Efisiensi 100 900
11.1
Sangat
Efektif
Ekonomis 105 900 11.7 Sangat
Efektif
Jumlah
205
2700
11.3
Sangat
Efektif
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 2015
Penilaian responden mengenai kinerja audit yang ekonomis
dinilai baik yang diperoleh dari kalkulasi jawaban responden.
Berdasarkan kedua indikator tersebut maka disimpulkan kinerja audit
manajemen fungsi operasional diperoleh rata-rata yaitu 17.9 yang berarti
sangat efektif.
99
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV,
maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pelaksanaan audit manajemen fungsi operasional pada PT Angkasa Pura
I (Persero) sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan PT
Angkasa Pura I (Persero) mampu memperhatikan keempat tahapan
dalam audit manajemen fungsi operasional yaitu survey pendahuluan,
penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen,
pengujian terinci serta pengembangan laporan. Keempat tahapan
penting tersebut sudah dijalankan dengan baik oleh PT Angkasa Pura I
(Persero)sehingga audit operasional dalam perusahaan dapat berjalan
dengan baik.
2. Dari data-data hasil penelitian diperoleh informasi bahwa penerapan
audit manajemen fungsi operasional pada PT. Angkasa Pura I
(Persero) sudah efektif.
100
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran
sebagai bahan evaluasi antara lain:
1. Mengingat pelaksanaan audit manajemen fungsi operasional pada PT
Angkasa Pura I (Persero) sudah berjalan dengan baik, maka sebaiknya
perusahaan selalu berupaya untuk menjaga kualitas pelaksanaan audit
operasional agar tercapainya tujuan perusahaan. Contohnya
pelaksanaan audit operasional yang perlu ditingkatkan misalnya tim
audit operasional dibentuk berdasarkan fungsi dan tugasnya sesuai job
description yang ada pada struktur organisasi perusahaan, selain itu
perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam berkarir
dan melaksanakan tugasnya secara professional.
2. Mengingat pentingnya kualitas SDM yang akan dan telah bekerja
pada pada PT Angkasa Pura I (Persero), maka pihak perusahaan
hendaknya lebih memberikan pengarahan dan pelatihan kepada para
karyawan yang ada, agar para karyawan dapat lebih menjalankan
tugasnya secara lebih professional lagi sehingga pengembangan SDM
sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan dapat terakomodir dengan
baik. Dengan terakomodirnya pengembangan SDM dengan baik
maka kinerja karyawan akan lebih baik lagi dan bertanggungjawab.
101
DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal. 2011. Manajemen Aset Daerah. STIA-LAN
Amir Abadi Jusuf . 2010. Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), Jakarta, Penerbit PT Indeks, Devas,
Nick, et al., Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta,
Penerbit Universitas Indonesia
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Bina Aksara.
Azhar, Susanto. 2010. Administrasi RI. Jakarta
Malayu, S.P Hasibuan. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta
Penerbit: Bumi Aksara
Mangkunegara. 2010. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi
Aksara, Jakarta
Mulyadi. 2012. Manajemen Pelayanan Umum. Bandung: LAN
Irwan, Purwanto. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Kusnedi. 2011. Implementasi Kebijakan Publik. PT Surya Multi Grafika.
Jakarta
Soekrisno, Agoes. 2010. Reformasi Birokrasi, Kelembagaan, dan
Pembinaan PNS, Kreasi Total Media, Yogyakarta
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Administrasi, Dilengkapi Dengan
Metode R&D, cv. Alfabeta, Bandung
Sunarto. 2010. Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia, cetakan
kedua belas, Yogyakarta: BPFE
Wibowo. 2010. Dasar-dasar Penilaian Prestasi Kerja. UPP AMP YKN:
Yogyakarta