IMLPEMENTASI MINISASI l1-l0 UNTUK RESTORASI CITRA YANG...

9
1 IMLPEMENTASI MINISASI l 1 -l 0 UNTUK RESTORASI CITRA YANG MENGALAMI DEGRADASI OLEH DERAU GAUSSIAN CAMPURAN Suci Istachotil Jannah 1 , Yudhi Purwananto 2 , Rully Soelaiman 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS email : [email protected] 1 ABSTRAKSI Pada Tugas Akhir ini, pendekatan minimisasi l 1 -l 0 digunakan dalam menangani citra yang terkena degradasi derau Gaussian campuran, yaitu campuran dengan salt and pepper. Kondisi l 1 digunakan untuk penghilangan derau impuls, yaitu salt and pepper dan kondisi l 0 digunakan untuk representasi sparse Dictionary dari patch citra. Metode denoising yang digunakan dalam sistem tugas akhir ini menggunakan metode denosing tiga fase dimana fase pertama digunakan untuk menangani piksel yang terkena derau salt and pepper dan membentuk matriks karakteristik. Fase kedua menggunakan metode MK-SVD, untuk sparse coding dan update Dictionary, yang melibatkan representasi sinyal dari citra derau dan matriks karakteristik. Fase terakhir merupakan tahap rekontruksi citra per pikselnya berdasarkan hasil deteksi piksel pada fase pertama. Untuk menguji metode ini diperlukan suatu perhitungan PSNR (Peak Signal to Noise ratio) pada citra keluaran. Jika citra keluaran memiliki PSNR lebih tinggi dari pada citra masukan maka terbukti metode ini berhasil mereduksi derau. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan metode ini dapat digunakan untuk mereduksi derau Gaussian dan salt and pepper. Kata Kunci: derau Gaussian campuran, derau Salt and pepper, denoising tiga fase, minimisasi l 1 -l 0 . 1 PENDAHULUAN Restorasi atau pengembalian kualitas pada citra adalah permasalahan yang sangat penting dalam pengolahan citra digital. Restorasi berbeda dengan peningkatan kualitas citra (image enhancement) karena pada restorasi dibutuhkan pengetahuan tentang penyebab terjadinya degradasi sehingga dapat dikembalikan menyerupai citra aslinya. Salah satu penyebab terjadinya degradasi adalah derau. Derau memiliki berbagai macam variasi dan setiap macam derau memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada citra sehingga dibutuhkan metode yang berbeda-beda pula untuk menanganinya. Derau yang paling banyak dibahas adalah derau Gaussian dan derau salt and pepper. Derau Gaussian dan salt and pepper juga memiliki pengaruh dan metode yang berbeda untuk menghilangkannya. Namun bagaimana jika dalam suatu citra terdapat lebih dari satu derau atau derau Gaussian campuran. Dalam hal ini derau campurannya adalah derau Gaussian dan salah satu macam impulse noise yaitu salt and pepper. Oleh karena itu dalam tugas akhir ini dibahas tentang metode yang digunakan untuk menghilangkan derau campuran yaitu derau Gaussian dan derau impuls, dalam hal ini derau impuls yang digunakan adalah salt and pepper dengan menggunakan Adaptive Median Filter (AMF) dan MK-SVD (Modified K-SVD). Kemudian hasil dari kedua metode tersebuat digunakan untuk merekontruksi citra per piksel sesuai dengan matriks karakteristik. 2 ADAPTIVE MEDIAN FILTER (AMF) Adaptive Median Filter digunakan untuk menangani dan mendeteksi derau impuls yaitu salt and pepper kemudian membentuk matriks karakteristiknya [5]. Adaptive Median Filter adalah pengembangan dari median filter [4]. Filter ini melakukan pengolahan spasial untuk menentukan piksel mana dalam citra yang terkena derau dengan membandingkan setiap pikselnya terhadap tetangganya. Ukuran window dapat disesuaikan dengan batasan maksimum window. Piksel yang berbeda dengan tetangganya maka dianggap sebagai derau untuk kemudian digantikan dengan nilai median piksel yang ada dalam satu window. Misalnya ij x , untuk } ,..., 1 { } ,..., 1 { ) , ( N M A j i , adalah derajat keabuan dari citra x dengan ukuran N M pada lokasi ) , ( j i , dan ] , [ max min S S adalah jangkauan dinamik dari x dengan kata lain max min S x S ij untuk semua A j i , . Kemudian y didefinisikan sebagai citra yang terkena derau. Pada model salt and pepper, nilai piksel yang diamati pada lokasi ) , ( j i diberikan sebagai berikut q p as probabilit dengan x q as probabilit dengan S p as probabilit dengan y ij 1 S max min ij (1) dimana q p r mendefinisikan level derau. Di sini akan dijelaskan tentang algoritma Adaptive Median Filter (AMF). Dimisalkan w ij S adalah sebuah

Transcript of IMLPEMENTASI MINISASI l1-l0 UNTUK RESTORASI CITRA YANG...

  • 1

    IMLPEMENTASI MINISASI l1-l0 UNTUK RESTORASI CITRA YANG

    MENGALAMI DEGRADASI OLEH DERAU GAUSSIAN CAMPURAN

    Suci Istachotil Jannah1, Yudhi Purwananto

    2, Rully Soelaiman

    3

    Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

    email : [email protected]

    ABSTRAKSI

    Pada Tugas Akhir ini, pendekatan minimisasi l1-l0

    digunakan dalam menangani citra yang terkena degradasi

    derau Gaussian campuran, yaitu campuran dengan salt and

    pepper. Kondisi l1 digunakan untuk penghilangan derau

    impuls, yaitu salt and pepper dan kondisi l0 digunakan

    untuk representasi sparse Dictionary dari patch citra.

    Metode denoising yang digunakan dalam sistem tugas

    akhir ini menggunakan metode denosing tiga fase dimana

    fase pertama digunakan untuk menangani piksel yang

    terkena derau salt and pepper dan membentuk matriks

    karakteristik. Fase kedua menggunakan metode MK-SVD,

    untuk sparse coding dan update Dictionary, yang

    melibatkan representasi sinyal dari citra derau dan matriks

    karakteristik. Fase terakhir merupakan tahap rekontruksi

    citra per pikselnya berdasarkan hasil deteksi piksel pada

    fase pertama.

    Untuk menguji metode ini diperlukan suatu perhitungan

    PSNR (Peak Signal to Noise ratio) pada citra keluaran.

    Jika citra keluaran memiliki PSNR lebih tinggi dari pada

    citra masukan maka terbukti metode ini berhasil

    mereduksi derau. Berdasarkan hasil percobaan yang telah

    dilakukan metode ini dapat digunakan untuk mereduksi

    derau Gaussian dan salt and pepper.

    Kata Kunci: derau Gaussian campuran, derau Salt

    and pepper, denoising tiga fase, minimisasi l1-l0.

    1 PENDAHULUAN

    Restorasi atau pengembalian kualitas pada citra

    adalah permasalahan yang sangat penting dalam

    pengolahan citra digital. Restorasi berbeda dengan

    peningkatan kualitas citra (image enhancement) karena

    pada restorasi dibutuhkan pengetahuan tentang penyebab

    terjadinya degradasi sehingga dapat dikembalikan

    menyerupai citra aslinya. Salah satu penyebab terjadinya

    degradasi adalah derau.

    Derau memiliki berbagai macam variasi dan setiap

    macam derau memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada

    citra sehingga dibutuhkan metode yang berbeda-beda pula

    untuk menanganinya. Derau yang paling banyak dibahas

    adalah derau Gaussian dan derau salt and pepper. Derau

    Gaussian dan salt and pepper juga memiliki pengaruh dan

    metode yang berbeda untuk menghilangkannya. Namun

    bagaimana jika dalam suatu citra terdapat lebih dari satu

    derau atau derau Gaussian campuran. Dalam hal ini derau

    campurannya adalah derau Gaussian dan salah satu

    macam impulse noise yaitu salt and pepper.

    Oleh karena itu dalam tugas akhir ini dibahas tentang

    metode yang digunakan untuk menghilangkan derau

    campuran yaitu derau Gaussian dan derau impuls, dalam

    hal ini derau impuls yang digunakan adalah salt and

    pepper dengan menggunakan Adaptive Median Filter

    (AMF) dan MK-SVD (Modified K-SVD). Kemudian hasil

    dari kedua metode tersebuat digunakan untuk

    merekontruksi citra per piksel sesuai dengan matriks

    karakteristik.

    2 ADAPTIVE MEDIAN FILTER (AMF)

    Adaptive Median Filter digunakan untuk menangani

    dan mendeteksi derau impuls yaitu salt and pepper

    kemudian membentuk matriks karakteristiknya [5].

    Adaptive Median Filter adalah pengembangan dari

    median filter [4]. Filter ini melakukan pengolahan spasial

    untuk menentukan piksel mana dalam citra yang terkena

    derau dengan membandingkan setiap pikselnya terhadap

    tetangganya. Ukuran window dapat disesuaikan dengan

    batasan maksimum window. Piksel yang berbeda dengan

    tetangganya maka dianggap sebagai derau untuk

    kemudian digantikan dengan nilai median piksel yang ada

    dalam satu window.

    Misalnya ijx , untuk },...,1{},...,1{),( NMAji ,

    adalah derajat keabuan dari citra x dengan ukuran

    NM pada lokasi ),( ji , dan ],[ maxmin SS adalah

    jangkauan dinamik dari x dengan kata lain

    maxmin SxS ij untuk semua Aji , . Kemudian y

    didefinisikan sebagai citra yang terkena derau. Pada

    model salt and pepper, nilai piksel yang diamati pada

    lokasi ),( ji diberikan sebagai berikut

    qpasprobabilitdenganx

    qasprobabilitdenganS

    pasprobabilitdengan

    y

    ij 1

    S

    max

    min

    ij (1)

    dimana qpr mendefinisikan level derau.

    Di sini akan dijelaskan tentang algoritma Adaptive

    Median Filter (AMF). Dimisalkan wijS adalah sebuah

  • 2

    window dengan ukuran ww dan memiliki pusat di

    ),( ji sehingga

    wjklkS wij :, and wlj (2)

    dan maxmax WW adalah ukuran maksimum dari window.

    Tujuan dari algoritma Adaptive Median Filter (AMF) ini

    adalah mengidentifikasi kandidat derau ijy kemudian

    mengganti setiap ijy dengan nilai median dari piksel yang

    ada pada windowwijS . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

    pada gambaGambar 1.

    Untuk setiap piksel pada lokasi (i,j), lakukan

    1. Inisialisasi ukuran pertama dari window, 3 ww ,

    karakteristik matriks X

    2. Hitung nilai w

    ijSmin,

    , wmed

    ijS,

    , dan w

    ijSmax,

    yang

    merupakan nilai minimum, median, dan maksimum

    dari piksel-piksel yang ada dalam window w

    ijS .

    3. Jika wijwmed

    ijw

    ij SSSmax,,min, , maju ke langkah 5.

    Jika tidak, atur ukuran 2 ww

    4. Jika maxww , maka ulangi dari langkah 2. Selain

    itu, ganti piksel ijy dengan wmed

    ijS,

    kemudian set

    0ijX

    5. Jika w

    ijij

    w

    ij SySmax,min, maka ijy bukan derau

    dan tidak perlu diganti nilainya kemudian , set

    1ijX . Jika tidak, ganti ijy dengan wmed

    ijS, dan set

    0ijX

    Gambar 1 Algoritma dari Adaptive Median Filter

    3 K-SVD

    K-SVD adalah algoritma generalisasi dari K-Mean

    [3]. K-SVD menggunakan komputasi SVD (Singular

    Value Decomposition). SVD digunakan untuk

    mendekomposisi matriks sehingga dapat mereduksi

    dimensi dari matriks tersebut. Hal ini tentunya akan sangat

    berpengaruh pada proses komputasinya. K di sini adalah

    jumlah kolom Dictionary yang akan diupdate. Dimisalkan

    ada sebuah citra yang terkena derau NNR dengan

    indeks 2,...,2,1 NA , ditulis sebagai kolom vector NRf , hasil dari zero mean Gaussian noise

    NRb dengan standar devisiasi yang dibubuhkan

    pada citra asli NRu 0 . Asumsi dasar dari K-SVD

    adalah setiap patch citra, dengan ukuran yang telah

    ditetapkan yaitu nn , dapat direpresentasikan dengan

    sparse sebagai kombinasi linier dari atom yang diambil

    dari Dictionary yang telah tetap KnRD . Dictionary di

    sini adalah kumpulan dari kolom vektor nR yang disebut

    atom dan biasanya berbentuk unit norm. Seperti pada [2],

    penentuan Dictionary tersebut merupakan hal yang

    penting. Dictionary diambil dari dari sampel gelombang

    cosinus pada frekuensi yang berbeda untuk menghasilkan

    jumlah atom yang tetap. Inilah yang disebut dengan

    Dictionary DCT Overcomplete. Selain itu, untuk

    representasi dari sparse codingnya digunakan algoritma

    OMP (Orthogonal Matching Pursuit) sebagai algoritma

    pencarian matriks Koefisien atau juga bisa disebut

    Dekomposisi Atom.

    21,...,2,1 nNP (3)

    Pada persamaan (3) didefinisikan sebagai kumpulan

    indeks yang ada pada patch citra training. Kemudian

    untuk vector mm Rxxxx ,...,, 21 , kuantitas 0l :

    }0,1|{:0

    ixmiix dinyatakan sebagai jumlah

    dari masukan non-zero di dalam sebuah vektor dan p

    m

    i

    pip

    xx

    /1

    1

    adalah sebagai bentuk klsikal pl di

    dalam ruang Euclidean untuk ,1p . Dengan menggunakan asumsi sparsity, penghilangan

    gaussian noise dapat didiskripsikan sebagai minimisasi

    dari persamaan (4) berikut ini

    0),(

    ),(

    2

    2

    2

    2,,

    minargˆ,ˆ,ˆ

    ij

    Pji

    ij

    Pji

    ijijuD

    ij uRDufuDij

    (4)

    Pada persamaan (4), indeks (ij) dengan

    11 nNij menandai lokasi patch pada citra

    dan nNij RR adalah sebuah matriks biner yang

    mengekstraks patch nn dari citra pada lokasi ij dan

    dengan demikian nij RuR . Persamaan (4) terdapat tiga

    model komputasi. Model Komputasi pertama

    membutuhkan sebuah pendekatan antar citra yang

    diproses, yaitu f, dan hasil penghilangan deraunya yang

    tidak diketahui u. Model komputasi kedua menginginkan

    bahwa setiap patch dari citra yang telah direkonstruksi,

    didefinisikan dengan uRij , dapat direpresentasikan sampai

    batas errornya oleh DictionaryKnRD , dengan vektor

    koefisien Kij R . Dan yang ketiga menginginkan

    bahwa jumlah koefisien yang dibutuhkan patch adalah

    kecil atau sparse dimana nilai ij adalah bobot spesifik

    patch dan telah ditentukan secara tersembunyi oleh

    prosedur optimisasi. Minimisasi fungsi ini akan

  • 3

    menghasilkan algoritma denoising atau penghilangan

    derau.

    Pemilihan Dictionary juga sangat berpengaruh pada

    kinerja algoritma ini. Pada [2] dan [3] telah ditunjukkan

    bahwa training dapat diseleikan dengan persamaan (4).

    Dictionary yang digunakan adalah Dictionary DCT

    Overcomplete yang dibentuk dengan cara mengambil

    sample dari gelombang cosinus dalam frekuensi yang

    berbeda untuk menghasilkan jumlah atom yang tetap.

    Secara singkat K-SVD terdapat tiga macam proses,

    yaitu Sparse Coding untuk mencari koefisien matriks

    sparsity, Update Dictionary, dan rekonstruksi citra dengan

    metode final averaging. Untuk lebih jelasnya tentang

    algoritma K-SVD dapat dilihat pada Gambar 2.

    Algoritma K-SVD untuk Denoising Citra

    Algoritma parameter : n - ukuran patch blok, k - ukuran

    Dictionary, J – jumlah iterasi, - lagrange multiplier, dan C – noise gain.

    ij

    ijij

    ij

    ijijADX

    XRDXY2

    20,,min

    1. Initialization : Set X = Y, D = Overcomplete DCT Dictionary

    2. Repeat : J times

    Sparse Coding Stage : Menggunakan OMP untuk

    menghitung representasi vektor ij untuk setiap

    patch XRij melalui pendekatan dari solusi berikut

    0min ijij

    ij

    subject to 22

    2)( CDXR ijij

    Dictionary Update Stage : Untuk setiap kolom l=1,2,3...,k di dalam D, update D dengan

    o Cari kumpulan patch yang menggunakan atom berikut,

    0)(|, lij

    jil

    w

    o Untuk setiap lwji ),( hitung representasi error

    lm

    mijm

    dij

    XRe ijlij )(

    o Set lE sebagai matriks yang memiliki kolom

    lwjilije ),(}{

    o Gunakan SVD untuk mendekomposisi

    TVUl

    E . Pilih kolom Dictionary update ld

    menjadi kolom pertama U. Up-date nilai koefisien

    lwjiijl ),()}({ menjadi nilai dari V dikali dengan

    ).1,1(

    3. Set

    ij

    ij

    Tijij

    ij

    Tij RRYRRIX

    1

    Gambar 2 Algoritma K-SVD untuk Denoising Citra

    4 DENOISING TIGA FASE Pada tugas akhir ini mengajukan sebuah pendekatan

    minimisasi 01 ll dimana kondisi 1l digunakan untuk

    penghilangan derau impuls dan kondisi 0l digunakan

    untuk representasi sparse Dictionary dari patch citra[1].

    Dimisalkan N adalah kumpulan kandidat piksel

    yang rusak terkena degradasi derau impuls dan NAU \

    adalah piksel yang tertinggal tanpa derau impuls untuk

    model di bawah ini

    uij Pij

    ijij

    Pij

    ijij

    Nij

    ijijijijDu

    uRDfufuij

    )( )(0

    )(

    2

    2)(

    2

    2,,min

    (5)

    dimana , adalah parameter regularisasi, P diberikan

    pada fungsi (5) dan NRu adalah estimasi citra.

    Kemudian, KnRD adalah Dictionary, Nn

    ij RR adalah matriks biner untuk mengekstrak patch

    kecil dari citra u pada posisi (ij), koefisien Kij R

    digunakan untuk mengaproksimasi nij RuR . Oleh

    karena itu, nij RD . Selain itu, untuk setiap Pji ),( ,

    Kij R adalah parameter tersembunyi yang ditetapkan

    dengan prosedur optimisasi. Tiga fase ini akan digunakan

    untuk menyelesaikan masalah minimisasi 01 ll .

    4.1 Deteksi Piksel yang Terdegradasi Derau Salt and pepper

    f adalah sebuah citra dengan derau gaussian dan

    impuls. Langkah pertama adalah mendeteksi kandidat

    piksel yang terkena derau impuls dengan menggunakan

    Adaptive Median Filter (AMF). Dimisalkan bahwa

    NNRy adalah hasil filter dari median filter.

    Kandidat piksel derau yang terkontaminasi derau salt and

    pepper didefinisikan sebagai berikut

    ijij fyAjiN :),( dan maxmin ,ddfij

    berdasarkan pada fungsi di atas, posisi yang tersisa

    cenderung tidak terkena derau impuls yang mana telah

    didefinisikan sebagai NAU \ .

    Untuk menandai piksel yang terkena derau,

    dibuatlah suatu matriks karakteristik X menyatakan

    matriks karakteristik dari u yang didefinisikan sebagai berikut,

    lainnya 0

    ),( 1 UjiifX

  • 4

    kemudian fungsi (5) dapat diformulasikan sebagai berikut

    Pij

    ijij

    Pij

    ijijfDu

    uRDfuxfuXij

    )(0

    )(

    2

    21

    2

    2,,1min

    (6)

    dimana adalah perkalian entrywise antara dua

    matriks dan f1 adalah matriks ones dan memiliki dimensi

    yang sama dengan f . Perhitungan pertama dari fungsi (6)

    adalah sebuah data-fidelity yang kemungkinan tidak

    mengandung derau impuls, hanya derau gaussian.

    Perhitungan kedua adalah sebuah norm 1l yang

    mengkover kandidat piksel yang terkena derau impuls.

    Dan yang terakhir adalah representasi sparse untuk patch

    citra via learned Dictionary. Jadi di dalam sistem ini,

    proses denoising tetap memperhatikan posisi dari derau

    salt and pepper sehingga dapat dilakukan proses

    denoising yang sesuai pada piksel yang akan diproses. Hal

    penting dalam proses rekontruksi yang dilakukan pada

    proses akhir restorasi..

    4.2 Restorasi berdasarkan Data Free-Outlier (yang tidak terkena derau salt and

    pepper) dengan MK-SVD

    Setelah mendeteksi piksel yang terkena derau

    impuls, piksel yang tersisa di U tetap derau tapi sebagian besar adalah derau gaussian. Oleh karena itu digunakan K-

    SVD untuk learned Dictionary berdasarkan pada piksel

    pada U dan kemudian membangun kembali citra dengan merata-ratakan antara aproksimasi patch dan citra derau.

    Fungsi yang dimodifikasi dapat diformulasikan sebagai

    berikut,

    Pij

    ijijij

    Pij

    ijijDu

    uRDXR

    fuXuij

    )(

    2

    2

    )(0

    2

    2,,

    minarg~

    (7)

    dimana fungsi (7) sebenarnya sama dengan (6). Pada

    fungsi (7) di atas diperoleh dengan menambahkan

    karakteristik matriks di fungsi (6).

    Sama halnya dengan K-SVD, MK-SVD

    (Modified M-KSVD) juga terdapat tiga proses,

    diantaranya adalah sebagai berikut

    1. Sparse Coding Stage

    Sparse coding adalah proses perhitungan koefisien

    x yang didasarkan pada representasi sinyal yang telah diinisialisasi dan Dictionary D. Proses ini biasa disebut

    sebagai ‘Dekomposisi Atom’ dan diselesaikan dengan

    menggunakan algoritma pencarian (pursuit algorithm).

    Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan

    menggunakan OMP (Orthogonal Matching Pursuit) yang

    memiliki karakteristik greedy yang memilih atom secara

    sekuensial [6][7]. Penyelesaian dari sparse coding ini

    adalah dengan menyelesaikan fungsi (8) yang diberikan

    0

    2

    2minarg~ ijijijijij DuRXR

    (8)

    2. Dictionary Update

    Pertama tetapkan nilai koefisien ij , dan untuk

    setiap setiap atom ld , Kl ,...,3,2,1

    a Pilih patch lw yang menggunakan atom

    0)(|),( ljiw ijl

    b Untuk setiap lwij )( , hitung residual (error)

    ijlijijlij dDuRe (9)

    dan XRX ijlij adalah sebuah vektor indeks dari

    kandidat free-outlier pada patch citra kecil

    dengan ukuran nn dari lokasi (i,j) pada

    citra.

    c Set lwij

    lijl eE )()( dan lwij

    lijl XX )()( dan

    kemudian update ld dengan minimisasi

    2

    2)(minarg`

    2

    Tll

    d

    dEXd (10)

    Untuk masalah optimal ini, tetapkan dan penyelesaikan

    kuadrat yang berhubungan dengan d.

    3. Rekonstruksi

    Pji

    ijTij

    Pji

    ijTij DRfXRRIXu

    ),(

    1

    ),(

    ~~ (11)

    Persamaan di atas hampir sama dengan rekontruksi

    pada K-SVD dengan sedikit modifikasi. Perhatikan pada

    fungsi rekontruksi, fungsi (11), derajat

    keabuan piksel kandidat outlier bergantung pada hasil dua

    proses diatas (sparse coding dan update Dictionary) yang

    menghasilkan rekonstruksi dari Dictionary D dan

    koefisien matriks yang optimal dan tidak berhubungan

    dengan nilai derau salt and pepper.

    Saat derau impuls memiliki level yang rendah,

    MK-SVD tersebut dapat menunjukkan hasil yang bagus.

    Oleh karena itu diperlukan suatu perbaikan, yaitu dengan

    cara (1) menambahkan kondisi 1l untuk mengurangi

    kesalahan dalam mendeteksi kandidat oulier. (2) Membuat

  • 5

    suatu algoritma minimisasi untuk meningkatkan restorasi

    via Dictionary learned yang baru dari citra pulih. Dan

    pada sistem ini menggunakan suatu algoritma minimisasi

    alternatif untuk meningkatkan hasil restorasi via

    Dictionary learned baru dari citra yang pulih.

    4.3 Algoritma Minimisasi Alternatif Di sini akan digunakan algoritma minimisasi

    alternatif untuk menyelesaikan masalah minimisasi fungsi

    (6). Ada tiga sub-masalah dari langkah kedua di atas,

    diantaranya adalah

    a Diberikan citra u , untuk setiap Pji ),( , update

    koefisien ij dengan menggunakan fungsi (12)

    2

    20minarg uRD ijijijijijij

    (12)

    b Diberikan citra iju , , update Dictionary D dengan

    menggunakan fungsi (13)

    Pji

    ijijD

    uRDD

    ),(

    2

    2minarg

    (13)

    c Diberikan Dictionary D , ij rekonstruksi citra u

    dengan menggunakan fungsi (14)

    Pji

    ijij

    fu

    uRD

    fuxfuxu

    ),(

    2

    2

    1

    2

    2)()1()(minarg

    (14)

    dengan membandingkan dengan K-SVD asli, langkah

    pertama dan kedua sama (sparse coding dan Dictionary

    update). Perbedaannya adalah pada langkah rekonstruksi

    citra. Dengan menyatakan W dan M sebagai berikut

    Pji

    ijTij

    Pji

    ijTij DRMRRW

    ),(),(

    , ,

    dimana MW , memiliki dimensi yang sama dengan u

    dan f . Berarti, (14) sama dengan

    uM

    uuWfuxfuxu fu

    ,2

    ,)()1()(minargˆ1

    2

    2

    (15)

    dimana < . , . > adalah euclidian inner product.

    Untuk sejumlah matriks ⋀, dengan menyatakan ij

    sebagai nilai pada posisi i,j. Untuk setiap Aji ),( , weigh

    dari 1W adalah berapa kali piksel pada (i,j) digunakan

    untuk merekontruksi citra dengan ukurn nn

    sehingga diperoleh 1

  • 6

    ijij

    ij

    ij

    ijW

    fW

    Mshrinkfz

    , (18)

    Dan solusi dari (15) adalah sebagai berikut

    0untuk ,

    1untuk

    ˆ

    ijij

    ijij

    ij

    ij

    ijij

    ijij

    xW

    fW

    Mshrinkf

    xW

    fM

    u

    (19)

    Proposisi di atas sangat berguna untuk

    mengetahui tentang masalah dalam menghilangkan derau

    impuls. Dari (17) dapat diketahui bahwa ketika pada

    posisi tanpa derau impuls ( 1ijX ), maka diambil sebuah

    tradeoff antara ijf dan ijij WM dimana pada selanjutnya

    diperoleh dari informasi disekitar piksel. Karena ini

    adalah masalah penghilangan derau gaussian yang dasar,

    pemilihan dari didasarkan pada K-SVD aslinya

    dengan poin awal 30 , dimana adalah level dari

    derau Gaussian.

    Sedangkan pada posisi dengan derau impuls 0ijX ,

    maka dari fungsi (18), nilai estimasi hanya untuk

    mengecilkan nilai tetangga yang disarankan terhadap ijf

    dengan threshold ijW2 . Ketika level derau impuls

    tinggi maka prosedur kandidat derau akan kurang akurat

    dan ijf lebih informatif karena lebih memungkinkan

    untuk menjadi nilai piksel citra sejati dan nilai yang

    disarankan dari ketetanggaan ijij WM kurang informatif

    sehingga seharusnya diambil yang lebih besar.

    5 UJI COBA DAN EVALUASI

    Pada uji coba ini, nilai yang diubah-ubah adalah nilai

    standar deviasi derau Gaussian dan nilai level salt and

    pepper. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

    pengaruh parameter-parameter derau terhadapa proses

    restorasi yang dilakukan oleh sistem dengan melihat

    PSNR dari masing-masing citra. Parameter yang

    ditetapkan terlebih dahulu adalah level salt and pepper,

    kemudian mengubah-ubah nilai standar deviasinya.

    Proses uji coba yang pertama dilakukan terhadap

    citra yang memiliki level salt and pepper sama dengan

    0,03 dan memiliki nilai standar deviasi yang bervariasi

    dari 5, 25, dan 50. Hasil uji coba untuk standar deviasi

    sama dengan 5 dapat dilihat pada Tabel 5.2. Uji coba

    dilakukan pada tiga macam citra yaitu Barbara, Boat, dan

    Lena. Dan pada masing-masing citra yang dilakukan uji

    coba mempunyai data PSNR yang nantinya dapat

    dibandingkan hasilnya dan dapat dilihat apa pengaruh

    parameter-parameter tersebut terhadap nilai PSNR.

    Tabel 1 Uji coba terhadap citra yang memiliki =5

    dan s=0,03

    Citra Derau AMF Proses Perbaikan

    PSNR = 20.1633

    PSNR = 24,963

    PSNR = 22,9275

    PSNR = 20,4693

    PSNR = 25,3433

    PSNR = 24,4875

    PSNR = 20,4792

    PSNR = 25,7692

    PSNR = 25,529

    Proses uji coba selanjutnya adalah dilakukan pada

    citra yang memiliki nilai standar deviasi sama dengan 25.

    Untuk hasil uji coba dengan menggunakan nilai standar

    deviasi sama dengan 25 dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2 Uji coba terhadap citra yang memiliki =25

    dan s=0,03

    Citra derau AMF Proses Perbaikan

    PSNR = 17,30

    PSNR = 20,235

    PSNR = 24,0415

    PSNR = 17,3931

    PSNR = 20,3314

    PSNR = 26,785

  • 7

    PSNR = 17,424

    PSNR = 20,5001

    PSNR = 29,2025

    Proses uji coba terakhir untuk citra dengan level salt

    and pepper sama dengan 0,03 dilakukan dengan

    mengombinasikan nilai standar deviasi sama dengan 50.

    Hasil uji coba pada citra derau dengan parameter level salt

    and pepper sama dengan 0,03 dan nilai standar deviasi

    sama dengan 50 dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3 Uji coba terhadap citra yang memiliki =50

    dan s=0,03

    Citra derau AMF Proses Perbaikan

    PSNR = 13,2246

    PSNR = 15,6263

    PSNR = 21,966

    PSNR = 13,2704

    PSNR = 15,5029

    PSNR = 23,3478

    PSNR = 13,2952

    PSNR = 15,68

    PSNR = 25,1228

    Setelah dilakukan uji coba dengan menggunakan

    level salt and pepper sama dengan 0,03 dan standar

    deviasi yang beragam dari 5,25, sampai 50, dilakukan uji

    coba dengan citra yang memiliki level derau salt and

    pepper sama dengan 0.07. Paramater yang diubah tetap

    sama yaitu nilai standar deviasi. Perubahannya nilai

    standar deviasi adalah dari 5, 25, sampai 50. pada Tabel 4

    menunjukkan hasil uji coba dengan menggunakan level

    salt and pepper sama dengan 0.07 dan standar deviasi

    sama dengan 5.

    Tabel 4 Uji coba terhadap citra yang memiliki =5

    dan s=0,07

    Citra Derau AMF Proses perbaikan

    PSNR = 16,75

    PSNR = 21,51

    PSNR = 22,8879

    PSNR = 16,

    9571

    PSNR = 21,5381

    PSNR = 24,5359

    PSNR = 16,936

    PSNR = 21,80

    PSNR = 25,6357

    Uji coba selanjutnya dilakukan pada citra yang memiliki

    level salt and pepper sama dengan 0,07 dan standar

    deviasi sama dengan 25. Pada Tabel 5 menunjukkan hasil

    uji coba dengan menggunakan level salt and pepper sama

    dengan 0.07 dan standar deviasi sama dengan 25.

    Tabel 5 Uji coba terhadap citra yang memiliki =25

    dan s=0,07

    Citra Derau AMF Proses perbaikan

    PSNR = 15,1513

    PSNR = 18,90

    PSNR = 23,9245

    PSNR = 15,3013

    PSNR =

    18,9671

    PSNR = 26,5813

  • 8

    PSNR = 15,304

    PSNR = 19,017

    PSNR = 29,0613

    Dan uji coba terakhir adalah uji coba menggunakan

    citra yang memiliki level salt and pepper sama dengan

    0,07 dan standar deviasi derau Gaussian sama dengan 50.

    Hasil dari uji coba untuk citra yang memiliki level salt

    and pepper sama dengan 0,07 dan standar deviasi sama

    dengan 50 dapat dilihat pada Tabel 6.

    Tabel 6 Uji coba terhadap citra yang memiliki =50

    dan s=0,07

    Citra Derau AMF Proses Perbaikan

    PSNR = 12,2723

    PSNR = 15,1607

    PSNR = 22,044

    PSNR = 12,3371

    PSNR = 15,0489

    PSNR = 23,3274

    PSNR = 12,3367

    PSNR = 15,1969

    PSNR = 25,080

    Dari Tabel 1 sampai 6 dapat dilihat bagaimana

    perbandingan nilai PSNR untuk tiap uji coba dengan

    menggunakan parameter level salt and pepper dan

    parameter standar deviasi yang berbeda-beda. Untuk lebih

    memudahkan dalam melihat perbandingan PSNR pada

    masing-masing uji coba dapat dilihat pada Gambar 3 ,4, 5.

    5 25 500

    5

    10

    15

    20

    25

    Sigma

    PS

    NR

    barbara;s=0.03

    barbara;s=0.07

    boat;s=0.03

    boat;s=0.07

    lena;s=0.03

    lena;s=0.07

    Gambar 3 Grafik PSNR pada Masing-masing Citra

    Input

    Pada proses Adaptive Median Filter (AMF), hasil

    PSNR untuk masing-masing citra mengalami peningkatan

    dibandingkan dengan nilai PSNR citra masukan. Ini

    artinya, sebagian derau dari citra masukan terebut telah

    berhasil direduksi. Proses AMF ini bergantung pada level

    salt and pepper. Untuk level salt and pepper yang terlalu

    tinggi merusak fitur lokal asli dari citra. Pada Gambar 4

    dapat dilihat grafik hasil PSNR masing-masing citra pada

    proses AMF.

    5 25 500

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    Sigma

    PS

    NR

    Barbara;s=0.03

    Barbara;s=0.07

    Boat;s=0.03

    Boat;s=0.07

    Lena;s=0.03

    Lena;s=0.07

    Gambar 4 Grafik PSNR Masing-masing Citra Pada

    Proses AMF

    Untuk proses selanjutnya yaitu proses yang

    digunakan dalam sistem tugas akhir ini, menggunakan

    minimisasi 01 ll , kedua parameter baik level salt and

    pepper maupun standar deviasi memperngaruhi proses.

    Hal ini dapat dilihat dari hasil PSNR untuk tiap-tiap citra

    dengan nilai standar deviasi dan level salt and pepper

    yang berbeda-beda. Ketika standar deviasi sama dengan 5

    dan level salt and pepper sama dengan 0,03 hasil uji coba

    menunjukkan ada penurunan PSNR dari proses AMF ke

    proses minimisasi 01 ll . Namun secara fisik, derau pada

    citra keluarannya hilang. Hanya saja tingkat kecerahan

    citra menjadi lebih rendah. Sedangkan pada uji coba

    lainnya mengalami peningkatan nilai PSNR. Hasil

    restorasi yang maksimal pada masing-masing citra ketika

    standar deviasi sama dengan 25 dan level salt and pepper

    sama dengan 0,03. Sedangkan nilai PSNR terendah untuk

    metode minimisasi 01 ll adalah ketika standar deviasi

    sama dengan 50 dan level salt and pepper sama dengan

    0,07. Semakin tinggi nilai standar deviasi dan level salt

  • 9

    and pepper pada suatu citra, semakin rendah nilai

    PSNRnya. Untuk hasil PSNR masing-masing citra pada

    proses minimisasi 01 ll dapat dilihat pada Gambar 5.3.

    5 25 500

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    Sigma

    PS

    NR

    Barbara;s=0.03

    Barbara;s=0.07

    Boat;s=0.03

    Boat;s=0.07

    Lena;s=0.03

    Lena;s=0.07

    Gambar 5 Grafik PSNR masing-masing citra pada

    proses minimisasi l0-l1

    Level salt and pepper yang tidak terlalu besar

    membuat proses AMF menjadi baik. Sedangkan untuk

    standar deviasi, ketika nilainya terlalu kecil maka derau

    Gaussian tersebut sebenarnya tidak begitu berpengaruh

    pada citra. Dan ketika nilainya terlalu besar maka merusak

    fitur lokal asli sehingga hasilnya menjadi blur.

    6 KESIMPULAN Dari uji coba yang telah dilakukan dan setelah

    menganalisa hasil pengujian terhadap rstorasi citra dengan

    menggunakan metode denoising tiga fase via minimisasi

    01 ll dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain

    1. Metode denoising tiga fase via minimisasi 01 ll

    cukup baik dalam menghilangkan derau

    campuran Gaussian dan salt and pepper.

    2. Tingkat keberhasilan (diukur dengan menggunakan PSNR) pada metode ini

    bergantung standar deviasi dan level salt and

    pepper yang dimiliki oleh citra masukkan.

    3. Inisialisasi standar deviasi mempengaruhi hasil yang didapat pada sistem, dimana standar deviasi

    yang terlalu tinggi menyebabkan fitur asli citra

    rusak sehingga membuat citra keluaran menjadi

    blur.

    4. Inisialisasi level salt and pepper mempengaruhi hasil PSNR yang didapat pada sistem, dimana

    jika level salt and pepper tinggi maka PSNR citra

    akan rendah dan tentunya hasil PSNR setelah

    proses denoising akan rendah pula.

    5. Metode AMF baik ketika level salt and pepper tidak terlalu tinggi.

    REFERENSI

    [1] Xiao, Yu., Zeng, Tieyong., Yu, Jian., K.Ng, Michael.

    2011. Restoration of Image Corrupted by Mixed

    Gaussian-impuls Noise via li-lo Minimization. Pattern

    Recognition 44(2011) 1708-1720.

    [2] Elad, Michael., Aharon, Michal. 2006. Image

    Denoising Via Sparse and Redundant Representations

    Over Learned Dictionaries. IEEE Transactions On

    Image Processing 15, 2:3736-3745.

    [3] Aharon, Michal., Elad, Michael., Bruckstein, Alfred.

    2006. K-SVD: An Algorithm for Denosing

    Overcomplete Dictionaries for Sparse Representation.

    IEEE Transactions On Signal Processing 54,

    11:4311-4322.

    [4] Chang, Chin-Chen., Hsiao, Ju-Yuan., Hsieh, Chih-

    Ping. 2008. An Adaptive Median Filter for Image

    Denosing. Intelligent Information Technology

    Application, 2008. IITA '08. Second International

    Symposium On, 346-350.

    [5] Chan, R.H., Chung-Wa Ho, Nikola, M. 2005. Salt-

    and-pepper Noise Removal by Median-Type Noise

    Detectors and Detail-Preserving Regularization

    14,10:1479-1485.

    [6] Rubinstein, Ron., Zibulevsky, Michael., Elad,

    Michael. 2008. Efficient Implementation of K-SVD

    Algorithm using Batch Orthogonal Matching Pursuit.

    Technion – Computer Science Department –

    Technical Report CS-2008-08.

    [7] Pati, Y.C., Rezaiifar, R., Krishnaprasad, P.S. 1993.

    Orthoginal Matching Pursuit : Recursive Fuction

    Approximation with Applications to Wavelet

    Decomposisition. Signals, Systems and Computers,

    1993. 1993 Conference Record of The Twenty-

    Seventh Asilomar Conference 1,40-44.

    [8] Rubinstein, Rob. 2010. K-SVD-Matlab Tools,

    [9] Gonzales, R.C., et al. 2004. Digital Image Processing

    Using MATLAB 3rd

    edition. United States of

    America : Prentice Hall.

    http://ieeexplore.ieee.org/xpl/mostRecentIssue.jsp?punumber=4739514http://ieeexplore.ieee.org/xpl/mostRecentIssue.jsp?punumber=4739514http://ieeexplore.ieee.org/xpl/mostRecentIssue.jsp?punumber=4739514http://ieeexplore.ieee.org/xpl/mostRecentIssue.jsp?punumber=4739514http://ieeexplore.ieee.org/xpl/mostRecentIssue.jsp?punumber=922http://ieeexplore.ieee.org/xpl/mostRecentIssue.jsp?punumber=922http://ieeexplore.ieee.org/xpl/mostRecentIssue.jsp?punumber=922http://ieeexplore.ieee.org/xpl/mostRecentIssue.jsp?punumber=922http://www.cs.technion.ac.il/~ronrubin/software.html