IMD Dan Kebutuhan Kala II

78
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. (2) Menolong persalinan dengan cara Asuhan Persalinan Normal Inisiasi Menyusui Dini merupakan salah satu pergeseran paradigma yang terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. (1) Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi serviks dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi. (2) Kebutuhan ibu dalam kala II ini haruslah dipenuhi dengan baik oleh seorang bidan. Sehingga, ibu tidak merasakan kesan yang buruk dengan proses persalinan dan kelahiran bayinya. 1.2.Tujuan “Gagal merencanakan sama dengan merencanakan gagal”. Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________ 1

description

im

Transcript of IMD Dan Kebutuhan Kala II

Page 1: IMD Dan Kebutuhan Kala II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran

hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati,

yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan

pelahiran plasenta. (2)

Menolong persalinan dengan cara Asuhan Persalinan Normal Inisiasi

Menyusui Dini merupakan salah satu pergeseran paradigma yang terbukti

mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. IMD bukan

program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri

putting susu ibu. (1)

Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi serviks dan diakhiri dengan

kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi. (2) Kebutuhan ibu dalam

kala II ini haruslah dipenuhi dengan baik oleh seorang bidan. Sehingga, ibu tidak

merasakan kesan yang buruk dengan proses persalinan dan kelahiran bayinya.

1.2.Tujuan

“Gagal merencanakan sama dengan merencanakan gagal”.

Sesuatu yang hendak dicapai adalah berasal dari tujuan yang ditetapkan di

awal perencanaannya. Apa yang dikatakan orang bijak dalam kalimat pembuka di atas

sepertinya mewakili pula betapa pentingnya menetapkan tujuan. Maka kami pun tidak

ingin bekerja tanpa tujuan. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai

berikut :

1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui dan

memahami tentang Inisiasi Menyusu Dini dan kebutuhan ibu dalam kala

II persalinan.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tentang Inisiasi Menyusu Dini

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________1

Page 2: IMD Dan Kebutuhan Kala II

b. Mempelajari dan memahami tentang menolong persalinan

dengan cara Asuhan Persalinan Normal Inisiasi Menyusu Dini

c. Memahami tentang kebutuhan ibu dalam kala II persalinan

1.3.Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah

metode study pustaka/ study litelatur ; yaitu dengan mempelajari berbagai macam

litelatur yang relevan dengan tidak mengenyampingkan aspek originalitasnya.

Metode ini adalah metode perbandingan - deduksi karena kami menyusun

makalah ini berdasarkan perbandingan teori yang ada pada sumber bacaan yang kami

gunakan. Baik itu dari buku penunjang maupun dari internet.

1.4.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1.2.2 Tujuan Khusus

1.3. Metode Penulisan

1.4. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________2

Page 3: IMD Dan Kebutuhan Kala II

BAB II

PEMBAHASAN MATERI

A. Inisiasi Menyusu Dini

2.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD. IMD bukan program

ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu

ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir

di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu

ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda

dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh

dibersihkan, hanya dikeringkan saja. Proses ini harus berlangsung skin to skin

antara bayi dan ibu. (1)

IMD ini berawal dari protokol evidence-based terbaru yang telah

diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu

jam pertama yang menyatakan bahwa :

1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit

dengan kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu

jam.

2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan

inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk

menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

3. Menunda semua prosedur lainnya yang

harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusui selesai

dilakukan, prosedur tersebut seperti : memandikan, menimbang, pemberian

vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain.

Prinsip menyusu atau pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin

dan secara eksklusif.

Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi

tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan

kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih

sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________3

Page 4: IMD Dan Kebutuhan Kala II

diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan

membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk

mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan. (1)

Gambar 1-1 : Inisiasi Menyusu Dini

2.2 Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini

2.2.1 Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi

Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting

dan bisa diperkirakan :

Menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi,

memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik.

Bayi akan merasa aman dan nyaman ketika berada dalam

dekapan ibu. Perasaan terlindung dan disayangi akan membuat

pernapasan bayi stabil, temperatur tubuhnya terkendali, dan pola

tidur bayi menjadi lebih baik.

Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan

efektif

Seperti yang telah diketahui kontak kulit ke kulit ini bersifat

psikosomatis. Bayi akan merasa aman dan terlindungi sehingga

bayi akan lebih cepat mengetahui cara menyusu dikarenakan

adanya rangsangan pada sistem saraf bayi.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________4

Page 5: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya

dengan lebih cepat)

Dengan adanya kontak kulit ke kulit ini, maka ASI akan segera

cepat keluar. ASI merupakan makanan dan minuman yang ideal

serta sesuai dengan kebutuhan nutrisi bagi bayi. Hal ini tentu saja

akan meningkatkan kenaikan berat badan menjadi lebih cepat.

Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi

Bayi yang sering berada dalam dekapan pada saat menyusu

maka akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa

aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak

jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasan

terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

perkembangan emosi bayi membentuk kepribadian yang percaya

diri dan dasar spiritual yang baik. (2)

Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama

Bayi akan merasa aman dan nyaman ketika berada dalam

dekapan ibu. Perasaan terlindung dan disayangi akan membuat

bayi tidak terlalu banyak menangis.

Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi

sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi.

ASI memiliki banyak keunggulan seperti ASI itu bersih dan

bebas kontaminasi sehingga ASI yang dihisap tidak memberikan

kesempatan kepada bakteri untuk berkembang biak.

Immunoglobulin yang terdapat dalam kolostrum lebih tinggi

sehingga melumpuhkan bakteri dengan patogen E.colli dan

berbagai virus dalam saluran pencernaan. Begitupun dengan

laktoferin yang terdapat dalam ASI merupakan zat kekebalan ASI

yang mengikat zat besi disaluran pencernaan. Di dalam ASI juga

terdapat lysosim yang merupakan enzim yang melindungi bayi dari

bakteri dan virus yang merugikan, ditambah di dalam ASI terdapat

sel darah putih yang terdiri dari GALT ( Gut Asociated

Lymphocyte Tissue ) yang menghasilkan antibodi terhadap saluran

pencernaan. Faktor bifidus yang merupakan karbohidrat yang

mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________5

Page 6: IMD Dan Kebutuhan Kala II

lactobasilus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi

dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bayi yang

merugikan.

Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium

lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir

Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk

membersihkan zat yang tidak dipakai dari usus bayi yang baru lahir

dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi. (2)

2.2.2 Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu

Oksitosin :

Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan

lebih rendah

Merangsang pengeluaran kolostrum

Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi

Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta

lahir dan prosedur pasca perlainan lainnya

Prolaktin :

Meningkatkan produksi ASI

Membantu ibu mengatasi stres. Mengatasi stres adalah fungsi

oksitosin

Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai

menyusu

Menunda ovulasi (1)

2.2.3 Keuntungan menyusu dini untuk bayi

Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera

keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi

Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu

pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin. Semakin sering bayi

menghisap putting susu ibu maka semakin banyak pula ASI. ASI yang

keluar pertama mengandung banyak kolostrum. Ini merupakan

makanan dengan kuantitas dan kualitas yang ideal bagi bayi,

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________6

Page 7: IMD Dan Kebutuhan Kala II

mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen, dengan jumlah yang

sesuai, untuk pertumbuhan bayi.

Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera

kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapatkan

imunoglobulin dari ibunya melalui plasenta. Namun kadar zat ini akan

cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru

membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar

protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan.pada saat kadar

zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan

bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan

pada bayi.

Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi

ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan

yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri,

virus, parasit dan jamur.

Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak

dari susu matang. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain

akan melindungi bayi dari penyakit diare. ASI juga akan menurunkan

kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan

penyakit alergi.

Meningkatkan kecerdasan

Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang

dibutuhkan untuk perkembangan system saraf otak dapat

meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ

pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3 lebih tinggi pada usia

18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih

tinggi pad usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi

ASI.

Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas

Belum sempurnanya koordinasi syaraf menelan, menghisap dan

bernafas, dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap

payudara ketidak sempurnaan koordinasi syaraf tersebut dapat lebih

baik.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________7

Page 8: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi

Bayi yang sering berada dalam dekapan pada saat menyusu maka

akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan

tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya

yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasan terlindung dan

disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi

membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang

baik. (2)

Mencegah kehilangan panas

Memeluk bayi akan membuat bayi tetap hangat dan merupakan

upaya pencegahan kehilangan panas yang sangat baik. Anjurkan ibu

untuk sesegera mungkin menyusukan bayinya setelah lahir.(3)

Merangsang kolostrum segera keluar

Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu

pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin. Semakin sering bayi

menghisap putting susu ibu maka semakin banyak pula ASI yang

dikeluarkan. Sehingga merangsang kolostrum segera keluar.

2.2.4 Keuntungan menyusu dini untuk ibu

Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin

Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu

hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam

aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin

sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofise,

makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh kelenjar.

Makin sering isapan bayi, makin banyak produksi ASI.

Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI

kurang. Mekanisme ini disebut mekanisme ” supply and demand”. (4)

Apabila bayi menyusu, maka gerakan menghisap yang

berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam

glandula pituitaria posterior. Akibat langsung refleks ini adalah

dikeluarkannya oksitosin dari pituitari posterior. Hal ini akan

menyebabkan sel-sel mioepitel ( sel ”laba-laba”) di sekitar alveoli akan

berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________8

Page 9: IMD Dan Kebutuhan Kala II

lactifer, dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir ke

dalam ampullae. (5)

Meningkatkan keberhasilan produksi ASI

Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu

pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin. Semakin sering bayi

menghisap putting susu ibu maka semakin banyak pula ASI yang

dikeluarkan dan meningkatkan keberhasilan produksi ASI.

Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi

Bayi yang sering berada dalam dekapan pada saat menyusu

maka akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman

dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung

ibunya yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasan terlindung

dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi

bayi membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual

yang baik. (2)

2.2.5 Memulai menyusu dini akan :

Mengurangi 22 % kematian bayi berusia 28 hari ke bawah

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI

menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak

menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI

melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, dan

infeksi saluran akut bagian bawah. Kejadian diare paling tinggi

terdapat pada anak dibawah 2 tahun dengan penyebab rotavirus. Anak

yang diberikan ASI, mempunyai volume tinja lebih sedikit, frekuensi

diare lebih sedikit, serta lebih cepat sembuh dibanding dengan anak

yang tidak mendapat ASI. Manfaat ASI, kecuali karena adanya zat

antibodi, juga nutrien yang berasal dari ASI seperti asma amino,

dipeptid, heksose menyebabkan penyerapan natrium dan air lebih

banyak, sehingga mengurangi frekuensi diare dan volume tinja. Bayi

yang diber ASI ternyata juga terlindubgi dari diare karena shigela,

karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri lebih kecil,

mendapatkan antibodi terhadap shigela dan imunitas seluler dari ASI,

memacu pertumbuhan flora usus yang berkompetisi terhadap baktei.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________9

Page 10: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Adanya antibodi terhadap helicobacter jejuni dalam ASI melindungu

bayi dari diare oleh mikroorganisme tersebut. Anak yang tidak

mendapat ASI mempunyai risiko 2 samapai 3 kali lebih besar

menderita diare karena hellicobacter jejuni dibanding anak yang

mendapat ASI. (6)

Merangsang produksi susu

Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu

pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin. Semakin sering bayi

menghisap puting susu ibu maka semakin banyak pula ASI yang

dikeluarkan

Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada

bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir

Belum sempurnanya koordinasi syaraf menelan, menghisap dan

bernafas, dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap

payudara ketidak sempurnaan koordinasi syaraf tersebut dapat lebih

baik.

2.3 Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir

2.3.1 Langkah I :

Lahirkan, keringkan dan lakukan penilaian pada bayi

1. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.

2. Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu.

3. Nilai usaha nafas dan pergerakan bayi apa diperlukan resusitasi atau

tidak (2 detik).

4. Setelah itu, keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain

kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Keringkan

tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________10

Page 11: IMD Dan Kebutuhan Kala II

halus tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu

menghangatkan tubuh bayi.

5. Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan

bayi juga membantunya mencari puting ibunya yang berbau sama.

6. Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam

mulut atau mulut bayi karena penghisap dapat merusak selaput lendir

hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan.

7. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak

kaki. Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan

telapak tangan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta

membantu bayi dapat bernapas lebih baik.

8. Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembali

uterus untuk :

- memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)

kemudian

- suntikkan intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu agar uterus

berkontraksi baik. Biarkan bayi di atas handuk atau kain bersih di

perut ibu.

2.3.2 Langkah 2 :

Langkah kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam

1. Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat dengan

klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan

tali pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________11

Page 12: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan

pertama pada sisi ibu. Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali pusat

berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari

plasenta ibu ke bayi lebih optimal.

2. Kemudian pegang tali pusat diantara dua klem tersebut. Satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang

lain memotong tali pusat di antara klem tersebut.

3. Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding bayi

dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali pusat

dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian yang

berlawanan agar simpulannya tidak mudah terlepas.

4. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga

bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara

payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting, agar mempermudah bayi

untuk mencapai puting dan membiarkan bayi untuk memilih bagian

kanan atau kiri dari payudara ibu.

5. Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi untuk menjaga bayi tetap hangat dan merupakan upaya

pencegahan kehilangan panas yang sangat baik.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________12

Page 13: IMD Dan Kebutuhan Kala II

6. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya.

Hal ini dilakukan untuk menjaga bayi tetap hangat dan meningkatkan

jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi.Bila perlu letakkan bantal

di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan

bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu

dini dalam waktu 30-60 menit.

7. Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu

karena bau puting payudara ibu sama dengan bau cairan amnion pada

tangan bayi sehingga memudahkan bayi untuk mencari puting ibu.

8. Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah

manajeman aktif kala 3 persalinan karena semakin cepat plasenta

dikeluarkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan

akan terhindar.

2.3.3 Langkah 3 :

Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu

1. Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.

2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusui

misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya

karena proses menyusu ini membutuhkan waktu dan adaptasi bagi

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________13

Page 14: IMD Dan Kebutuhan Kala II

bayi, sehingga memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lain

akan menyebabkan kegiatan bayi untuk mencari puting susu ibu

terganggu dan berlangsung lama. Menyusu pertama biasanya

berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu

payudara.

3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi

selesai menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi

lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia.

4. Usahakan untuk tetap menetapkan ibu dan bayi di ruang bersalin

hingga bayi selesai menyusu. Hal ini akan meningkatkan hubungan

kasih sayang antara ibu dengan bayi.

5. Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan berhenti

menelan dan melepaskan puting karena merasa kenyang. Bayi dan ibu

akan merasa mengantuk karena merasa kelelahan setelah proses

menyusu. Bayi kemudian dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan

penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K1

untuk penyakit hemoragi dan mengoleskan salep antibiotik pada mata

bayi agar terhindar dari gonore yang dapat ditularkan oleh ibu. (4)

a. Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1

jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan

kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.

b. Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam

waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap

di dada ibu. Lanjutkan asuhan bayi baru lahir dan kemudian

kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.

6. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga

kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa

hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka

pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi

hangat kembali karena kontak kulit ke kulit itu merupakan upaya

pencegahan kehilangan panas yang sangat baik.

7. Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama (1) untuk

memberi perlindungan terhadap bayi baru lahir yang ibunya memiliki

antigen permukaan hepatitis B yang tidak terdiagnosis pada saat

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________14

Page 15: IMD Dan Kebutuhan Kala II

pelahiran, dengan pemajanan selanjutnya pada bayi baru lahir.

Suntikan Hepatitis B pertama ini juga efektif mencegah penularan

perinatal pada banyak bayi baru lahir. (4)

8. Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama untuk

mempertahankan hubungan alamiah antara ibu dan bayi. Letakkan

kembali bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi

bisa menyusu sesering keinginannya. (1)

Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan waktu

1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit pertama

2 Bayi mulai menecakkan bibir dan

membawa jarinya ke mulut

30-60 menit setelah

lahir dengan kontak

kulit dengan kulit terus

menerus tanpa terputus

3 Bayi mengeluarkan air liur

4 Bayi menendang, menggerakkan kaki,

bahu, lengan dan badannya ke arah dada

ibu dengan mengandalkan indra

penciumannya

5 Bayi melekatkan mulutnya ke puting ibu

Gambar 1-2 : Inisiasi Menyusu yang Salah

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________15

Page 16: IMD Dan Kebutuhan Kala II

2.4 ASUHAN KALA II

2.4.1 Pemantauan Ibu

1. Kontraksi

Kontraksi selama kala dua terjadi secara sering, kuat, dan sedikit lebih lama-

yaitu, sekitar setiap dua menit, berlangsung selama 60 sampai 90 detik- intensitas

kuat, dan berlangsung ekspulsif secara alamiah. Setelah kontraksi disertai nyeri hebat

yang di alami selama tahap transisi, wanita biasanya merasa lega pada saat di kala dua

dan mampu mendorong jika dia menginginkannya. Untuk sebagian besar wanita,

mendorong memberikan kepuasan penuh karena membuat wanita merasa terlibat

secara aktif dan dapat melakukan hal itu dengan baik juga karena usaha mereka

mempercepat tahap klimaks persalinan mereka. Kemampuan mengantisipasi meliputi

periode ini. Wanita biasanya tidak merasa kontraksi sebagai hal yang sangat nyeri;

sebaliknya mereka merasakan kombinasi kontraksi dan mendorong sebagai hal yang

melelahkan. Di pihak lain, beberapa wanita merasakan nyeri akut setiap kali

mendorong dan melawan kontraksi dan setiap usaha untuk mendorong. Biasanya

orang seperti ini merasa cukup takut; sering kali perlawanannya berkurang pada ia

ditenangkan dan dibantu untuk mendorong secara efektif dan sejumlah anestesia

alamiah dihasilkan karena tekanan kepala bayi pada otot pelvis dan jaringan lain.

Setelah kontraksi otot rahim tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum

kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum

kontraksi, yang disebut retraksi. dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak

berangsur didorong ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang.

retraksi ini mengakibatkan SAR makin tebal dengan majunya persalinan apalagi

setelah bayi lahir.

Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri  dan

berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada SBR. sebagian dari isi rahim

keluar dari SAR diterima oleh SBR sehingga SAR makin mengecil sedang SBR

makin diregang dan makin tipis dan isi rahim pindah ke SBR sedikit demi sedikit.(7)

2. Tanda – Tanda Kala II

Gejala dan tanda persalinan kala dua persalinan adalah:

- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, karena

adanya kontraksi dan penurunan sehingga ada perasaan ingin meneran.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________16

Page 17: IMD Dan Kebutuhan Kala II

- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya

karena adanya desakan untuk mengejan akibat kantung amnion atau bagian

terendah janin terdorong ke depan melalui serviks yang berdilatasi dan

menekan rektum

- Perineum menonjol karena adanya penekana pada perineum oleh kepala bayi.

- Vulva- vagina dan sfingter ani membuka karena adanya penurunan kepala

sehingga adanya penekanan pada perineum.

- Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah karena porsio yang

semakin berdilatasi yang menyebabkan pembuluh darah yang melebar

sehingga ada darah yang keluar. Lendir karena adanya penekanan kepala pada

porsio.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah:

- Pembukaan serviks telah lengkap.

- Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.(1)

Seperti kala satu persalinan, perilaku wanita dan manisfestasi fisik selama kala

dua juga mencerminkan kemajuan. Keinginan untuk mendorong yang tidak dapat

ditahan biasanya merupakan tanda tibanya kala dua persalinan. Namun, hal ini tidak

selalu benar, terutama jika kepala janin belum turun sepenuhnya ke dalam pelvis.

Dalam keadaan seperti itu, wanita dapat tidak merasakan desakan untuk mendorong

karena mekanisme refleks yang membuat ingin mendorong tidak terjadi sampai

kepala janin menekan dasar pelvis. Untuk wanita yang merasa ingin mendorong

setelah memasuki tahap kedua persalinan memberi anda informasi bahwa telah terjadi

penurunan derajat tertentu. Penurunan kepala janin juga dapat dideteksi dengan

penurunan auskultasi denyut jantung janin secara progresif dan penurunan titik nyeri

punggung secara progresif. Konfirmasi, jika perlu, dilakukan dengan pemeriksaan

dalam.

Sebaliknya, beberapa wanita merasakan keinginan untuk mendorong sebelum

masuk kala dua. Hal ini terjadi ketika letak kepala janin terlalu rendah dalam pelvis.

Mekanisme refleks (refleks Ferguson) di mulai terlalu awal dan membuat wanita

secara konstan ingin melakukan defekasi. Akibatnya, wanita sering meminta pispot

atau pergi ke kamar mandi. Kondisi ini merupakan kondisi yang sulit untuk wanita

karena tidak boleh mendorong sebelum dilatasi serviks lengkap. Tindakan mendorong

pada saat ini dapat menyebabkan edema serviks dan mudah rusak serta menyebabkan

laserasi serviks, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan perdarahan.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________17

Page 18: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Penonjolan rektum, penonjolan perineum, dan kemajuan kepala janin yang

terlihat pada introitus vagina merupakan indikasi persalinan akan terjadi sebentar lagi.

Jika wanita yang hampir atau sudah dalam kala dua tiba-tiba merasa ingin ke kamar

mandi, bidan harus bertanya kepada wanita tersebut apakah ia ingin berkemih atau

ingin defekasi. Jika jawabannya ingin defekasi, bidan perlu memastikan apakah

wanita benar-benar ingin defekasi atau hanya merasakan tekanan, mungkin ia

merasakan bayi akan lahir. Tanda lain pelahiran yang akan segera terjadi, dan hampir

selalu benar adalah ekspresi verbal wanita, ”bayi saya akan lahir!” 99,99% kejadian

tersebut benar-benar diakhiri dengan lahirnya bayi, sering kali terjadi walaupun

pemeriksaan dalam beberapa menit sebelumnya, temuan berlawanan (bayi belum

akan lahir). Tidak mendengarkan wanita tersebut merupakan salah satu kesalahan

terbesar yang dapat dilakukan praktisi.(8)

3. Keadaan Umum

Tanda Vital

Frekuensi pemeriksaan tanda-tanda vital meningkat selama kala dua

persalinan. Frekuensi ini mungkin sedikit bervariasi pada setiap tempat pelayanan

kesehatan atau dari dokter ke dokter lain, tetapi secara umum standar yang diterima

untuk wanita normal selama kala dua persalinan adalah bahwa tekanan darah wanita

harus diperiksa setiap 15 menit dan suhu, denyut nadi, serta pernapasannya harus

diperiksa setiap jam (apakah ketuban sudah pecah tidak lagi memengaruhi frekuensi

pemeriksaan). Penting untuk di ingat dalam menginprestasikan tekanan darah bahwa

tekanan darah di antara kontraksi (waktu seharusnya dilakukan pemeriksaan) pada

saat ini normalnya meningkat dengan rata-rata 10 mm Hg jika wanita telah melakukan

upaya dorongan.

Kandung Kemih

Penatalaksanaan kandung kemih wanita selama kala dua persalinan dan

rasional penatalaksanaan itu sama seperti penatalaksanaan yang dibahas untuk kala

satu persalinan. Selain itu, bidan harus memutuskan apakah wanita memerlukan

kateterisasi segera sebelum pelahiran. Ungkapan ”segera sebelum melahirkan” berarti

sebagian bagian rangkaian kejadian dalam mempersiapkan kelahiran; jadi tindakan ini

dilakukan hampir mendekati akhir kala dua persalinan. Jika kateterisasi diperlukan,

biasanya dilakukan sebelum prosedur yang lain, seperti pudendal block atau

melakukan episiotomi. Penentuan waktu seperti ini dipilih sehingga kateter dapat

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________18

Page 19: IMD Dan Kebutuhan Kala II

dimasukan sebelum kepala janin lebih turun ke dalam pelvis, karenan penurunan

kepala janin lebih lanjut dapat menyebabkan katetetrisasi lebih sulit.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan perlunya melakukan

kateterisasi pada saat ini adalah sebagai berikut:

1. Ketidaknyamanan bagi wanita. Kateterisasi merupakan prosedur yang tidak

nyaman, jika tidak menimbulkan nyeri. Di lain pihak, distensi kandung kemih

dapat menambah rasa nyari yang di alami di bagian bawah abdomen.

2. Apakah kandung kemih perlu dikosongkan:

a. Apakah kandung kemih distensi?

b. Apakah wanita telah berkemih dalam 2 jam terakhir?

c. Apakah cairan yang masuk sejak terakhir berkemih?

3. Peningkatan risiko infeksi kandung kemih akibat kateterisasi.

4. Apakah anda mengantisipasi komplikasi yang mungkin terjadi (mis:

perdarahan segera pascapartum; distosia bahu). Penatalaksanaan kedua

komplikasi tersebut adalah agar wanita memiliki kandung kemih yang kosong.

Waktu tidak terbuang percuma, jika kandung kemih sudah dipastikan kosong.

Secara umum, jika kandung kemih wanita benar- benar distensi dan tidak

mampu berkemih dan mengosongkan kandung kemihnya, anda harus mengambil

keputusan untuk melakukan kateterisasi guna menghindari trauma kandung kemih,

mengurangi ketidaknyamanan abdomen bagian bawah, dan menghindari masalah

kandung kemih dalam kasus komplikasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika

kandung kemihnya tidak benar- benar mengalami distensi, pengambilan keputusan

didasarkan pada perhitungan anda terhadap probabilitas wanita mengalami satu atau

dua komplikasi. Probabilitas yang rendah tidak memerlukan kateterisasi. Probabilitas

yang tinggi memerlukan kateterisasi jika wanita itu baru- baru ini berkemih, walaupun

distensi kandung kemih tidak jelas. Wanita harus mengakhiri tahap persalinan ini

dengan kandung kemih yang kosong. Pastikan agar wanita mendapatkan pemantauan

kandung kemih yang cermat selama kala satu dan kala dua persalinan dan gunakan

semua cara agar wanita berkemih secara alamiah. Wanita yang dirawat oleh bidan

biasanya tidak memerlukan kateter.

Jika kateterisasi harus dilakukan dan kepala janin berada dalam pelvis minor,

arah kateter berbeda dari biasanya. Uretra berubah posisi karena kepala janin dan

menyesuaikan dengan konturnya. Oleh karena itu, segera setelah memasukan kateter

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________19

Page 20: IMD Dan Kebutuhan Kala II

ke atas dan melewati kepala janin sambil mengarahkan ke dalam. Sebaliknya,

memasukan kateter denganarah lurus saja seperti biasa akan membuat kateter anda

tidak dapat masuk dan anda hanya berhasil menyebabkan trauma uretra. Kadang-

kadang sangat membantu membelat uratra melalui vagina dengan meletakan jari di

bawah kateter pada saat dimasukan. Gerakan kateter ke arah atas dan melalui kepala

janin berarti lebih banyak kateter yang di masukkan ke dalam vagina uretra di

bandingkan biasanya sebelum mencapai kandung kemih (petunjuk yang sama ini

digunakan untuk mengkateterisasi wanita selama kala satu persalinan dan kepala janin

berada pada pelvis minor).(7)

Hidrasi dan kondisi umum

Penatalaksanaan kedua area tersebut dan rasionalnya selama kala dua

persalinan sama seperti penatalaksanaan kala satu persalinan. Namun, hidrasi

selanjutnya dipengaruhi oleh hilangnya cairan melalui kulit dalam bentuk keringat

selama kala dua persalinan. Wanita dapat berkeringat banyak akibat upaya

mendorong, terutama jika lingkungan tidak difasilitasi dengan AC dan berada dalam

area yang secara geografis panas dan lembab. Hal itu membuat perhatian terhadap

cairan bahkan menjadi lebih vital.

Kondisi wanita selama kala dua persalinan akan bergantung pada kondisi

umumnya di akhir kala satu persalinan. Jika wanita memasuki tahap kedua persalinan

sudah kehabisan tenaga, ia akan mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang

diperlukan untuk mendorong terutama jika ia primigravida. Hal ini disebabkan rata-

rata lama kala dua persalinan pada primigravida lebih panjang dibandingkan pada

multipara. Namun, masalah ini sering kalai dapat diatasi, jika wanita yakin bahwa

persalinan akan segera terjadi. Oleh karena itu, bidan harus memasukan ide itu ke

dalam pikiran wanita. Hal ini tidak sulit, karena hal itu benar- karena kelahiran segera

terjadi, terutama dalam perbandingan dengan lama kala satu persalinan. Sebagian

wanita berespon baik terhadap tanda-tanda kemajuan persalinan. Mungkin tidak ada

semangat yang lebih besar untuk wanita selain ketika melihat penonjolan pada rektum

dan perineumnya serta warna rambut bayinya (jika presentasi sefalik) dan menyentuh

kepala bayi. Cermin diletakan ditempat yang memungkinkan wanita melihat bahwa

dampak upaya mendorongnya sangat bermanfaat untuk tujuan ini.(8)

Upaya Mendorong pada Ibu

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________20

Page 21: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Upaya mendorong yang dilakukan ibu harus di evaluasi keefektifannya. Bukti

keefektifannya adalah penurunan kepala janin yang progresif dan rangkaian

mekanisme persalinan yang di alami janin. Hal ini biasanya dibuktikan dengan urutan

penonjolan perineum, dan pada akhirnya mampu melihat pertambahan bagian

presentasi janin yang terus terjadi di orifisium vagina yang membesar. Dalam kondisi

tidak adanya kemajuan, penting menevaluasi kembali keadekuatan pelvis dan

menyingkirkan berhentinya mekanisme persalinan dengan pemeriksaan dalam yang

teliti. Apabila kedua kesulitan itu tidak terjadi, masalahnya mungkin dorongan tidak

efektif atau hambatan psikologis. Bahwa hambatan psikologis seperti itu dapat

mempengaruhi kemajuan persalinan adalah observasi lama yang ditemukan dengan

cara lain. Efek keadaan psikologis wanita pada persalinan lebih mudah terlihat di luar

area rumah sakit, tempat ketika emosi wanita kurang dikendalikan oleh tekanan

lingkungan eksternal. Perubahan dramatis dala kemajuan persalinan dapat

dipengaruhi dengan apa pun mengatasi psikikologis yang dimiliki wanita.

Pendukung upaya mendorong spontan atau ”fisiologis” terus berjuang

melawan pihak yang mendukung upaya mendorong dengan mendesak wanita untuk

terus menerus mendorong sambil menahan napas ketika dilatasi telah lengkap, yang

ditentukan dengan pemeriksaan dalam. Ada dua isu yang terlibat dalam kontroversi

ini. Pertama adalah kapan memulai usaha mendorong dan kedua adalah bagaimana

cara mendorong.

Kapan dimulainya usaha mndorong sangat dipengaruhi oleh persoalan

kebijakan, pedoman atau protokol tentang lama kala dua persalinan sebelum

intervensi dilakukan apabila kala dua tidak diselesaikan dalam karengaka waktu

tersebut. Kepatuhan yang kaku terhadap batas dua jam yang sering digunakan

bertolak dari analisis grafik-statik Friedman tentang lama persalinan memotivasi

banyak klinisi untuk secara kuat mendukung upaya mendorong ibu sesegera mungkin

setelah dilatasi lengkap. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk melaksanakan tugas

dalam batasan waktu yang ditentukan sebelum trauma akibat alat- alat atau intervensi

bedah terjadi. Mendorong yang berlebihan terhadap upaya mendorong mencerminkan

ketidak sabaran secara umum, yang berkembang karena kebutuhan untuk segera

melihat bukti bahwa janin menagalami kemajuan dengan aman melewati meknisme

persalinan.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________21

Page 22: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Hilangnya skenario ini merupakan keputusan klinis yang didasrkan pada

kesejahteraan baik ibu maupun bayi dan pada kemjuan persalinan. Jika kondisi ibu

dan janin baik terdapat bukti kemajuan persalinan kepala janin, tidak ada dasar untuk

menggunakan batasan waktu. Penelitian telah menunjukan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara durasi kala dua dan mortalitas perinatal, skor APGAR 5- menit

pertama dibawah 7, kejang neonatus, atau pasien masuk ke perawatan intensif bayi.

Namun apabila terdapat bukti bahwa ibu kehabisan tenaga, atau intoleransi janin

terhadap stres pada kala dua persalinan pada gawat janin, kemudian intervensi yang

cepat diindikasikan. Tidak adanya kemajuan penurunan atau rotasi internal secara

mutlak dalam dua jam juga merupakan suatu indikasi intervensi.

Parameter yang lebih signifikan dalam durasi kala dua persalinan adalah lama

waktu yang dihabiskan wanita untuk mendorong secara aktif, bukan waktu sejak

dilatasi lengkap sampai pelahiran. Awal kala dua persalinan sulit untuk ditentukan

dengan pasti karena hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan dalam. Tidak

memeriksa serviks wanita sampai ia menunjukan dengan jelas desakan untuk

mendorong nenunjukan realitas mengenai durasi kala dua dan menjelaskan kembali

pemulaan kala dua sebagai kombinasi dilatasi lengkap dan upaya mendorong spontan.

Cara mendorong merupan perkara pernapasan dan posisi. Secara umum

terdapat dua jenis pernapasan yang sangat berbeda, yang berhubungan dengan

mndororng. Salah satu yang sering digunakan adalah perasat valvasa, yaitu dengan

menarik napas dalam, menahannya, dan menghembuskan melawan glotis biasanya

dalam hitungan samapi 10. wanita didorong melakukan tiga dorongan keluar yang

baik setiap kali kontraksi. Terdapat bukti potensial tentang kerugian perasat Valvasa,

penutupan glotis membuat upaya mendorong terjadi terus menerus. Efek merugikan

mencakup penurunan darah teroksigenasi ke placenta sehingga mengakibatkan

hipoksia janin, insiden trauma perineum yang lebih tinggi (laserasi, episiotomi), ibu

mengalami kehabisan tenaga, dan potensi terjadi sistokel dan inkontinensia urine:

stres serta prolaps uterus akibat peregangan ligamentum kardinal.

Jenis pernapasan lain adalah pernapasan spontan atau fisiologis yang

dihembuskan wanita pada saat ia secara involunter mendorong dalam periode singkat

5 sampai 7 detik atau kurang dan mengambil napas beberapa kali di antara dororngan.

Jenis mendorong dengan glotis terbula ini terjadi ketika bagian presentasi janin berada

pada stasiun +1 dan telah mencapai dasar panggul. Tekanan pada adasar panggul

menstimulasi refleks Ferguson dipicu oleh setiap kontraksi dan diaktifkan segera

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________22

Page 23: IMD Dan Kebutuhan Kala II

setelah awitan kontraksi ketika mulai menuju puncak. Penelitian menunjukan bahwa

tidak ada perubahan dalam Ph darah arteri tali pusat dan bahwa kala dua singkat.

Tidak ada efek merugikan yang terlihat, dan efek merugikan pada pada perasat

Valvasa bernapas dan mendorong dihindari. Permintaan agar wanita mendorong

hanya ketika ia merasa ingin mendorong merupakan pendekatan yang sangat alami

sekali sehingga kadang kala mengurangi hiruk pikuk yang mengganggu usaha wanita

untuk mendorong dan mengganggu kemungkinan situasi bernapas yang rileks dan

tenang sebelumnya serta usaha mendorong pada saat kontraksi.

Posisi yang memfasilitasi dorongan pada kala dua dapat posisi pap pun,

kecuali supine. Posisi supine mengganggu perfusi uterus dan kesejajaran kepala janin

dengan pelvis ibu. Posisi yang utama dapat memfasilitasi penurunan bagian presentasi

janin selama kala dua adalah posisi tegak lurus, seperti berdiri, duduk , dan jongkok.

Posisi berbaring miring, duduk, berjongkok, dan posisi tangan lutut belum

memperlihatkan efek merugikan. Naun, terdapat beberapa bukti peningkatan risiko

kehilangan darah pada pelahiran di kursi dan laserasi derajat tiga pada posisi berdiri.

Mengajari wanita cara mendorong secara efektif mungkin dilakukan untuk

wanita yang tidak mengalami refleks Ferguson, seperti pada wanita dengan anestesia

epidural atau ketika kepala janin belum turun ke dasar pelvis. Mengajarkan wanita

cara mendorong ketika ia mengalami komplikasi dan perlu mendorong sebelum

sebelum ia merasakan desakan alami untuk mendorong merupakan hal yang kritis.

Terdapat juga kondisi ketika upaya mendorong alami ibu tidak efektf dan wanita perlu

di ajarkan cara mendorong yang efektif, yaitu yang kadang kala terjadi pada wanita

yang ketakutan karena tidak memiliki persiapan untuk kelahiran bayi. Pernapasan

yang menstimulasi dorongan fisiologis spontan, posisi tubuh, dan posisi lengan serta

tindakan merupakan hal yang penting untuk diajarkan kepada wanita tentang cara

mendorong.(4)

4. Kemajuan Persalinan

Pada nullipara, engagment biasanya terjadi ketika awitan persalinan sejati dan

tidak lebih lama daripada fase aktif kala satu persalinan. Philpott dan Castle

menemukan bahwa primigravida yang berasal dari Rhodesia Afrika tidak mengalami

engagement sampai akhir kala satu persalinan. Tidak adanya engagement sampai

akhir kala satu persalinan pada multipra adalah abnormal. Bagian presentasi janin

mulai turun selama kala satu persalinan dan, menurut Friedman, mencapai kecepatan

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________23

Page 24: IMD Dan Kebutuhan Kala II

maksimum pada saat dan ketika mendekati akhir kecepatan maksimum dalam dilatasi

serviks, dan terus mengalami penurunan melewati kala dua persalinan sampai

mencapai dasar perineum. Friedman menetapkan bahwa kecepatan maksimum rata-

rata penurunan adalah 1,6 cm per jam pada nullli para dan 5,4 cm per jam pada

multipara. Lama kala dua rata- rata, menurut Friedman, adalah 46 menit untuk

primigravida dan 14 menit untuk multipara. Pada umumnya, kala dua yang lebih lama

dari dua jam untuk primigravida atau 1 jam untuk multipara dianggap abnormal oleh

mereka yang setuju dengan Friedman. Namun, telah ada pernyataan bahwa batas dua

jam tidak mengindikasikan perlunya pelahiran bayi dengan forceps atau vakum

ekstraktor sepanjang terdapat kemajuan penurunan dan tidak ada gawat janin. Studi

oleh Klipatrick dan Laros pada hampir tujuh ribu wanita yang diperbolehkan

melahirkan tanpa gangguan sampai pelahiran spontan menetapkan ada perbedaan

durasi yang signifikan secara statistik baik pada kala satu maupun kala dua persalinan,

bergantung pada apakah konduksi anestesi digunakan. Setiap diskusi mengenai durasi

persalinan, sehingga, harus menimbang apakah wanita menerima blok epidural yang

dapat menyebabkan persalinan memanjang secara signifikan. Rata-rata lama kala dua

persalinan untuk 1472 wanita tanpa anestesi dalam studi oleh Albers, Schiff, dan

Gorwoda memiliki temuan yang hampir sama, yaitu 53 menit untuk nullipara dan 17

menit untuk multipara. Dalam studi populasi mereka, mereka menemukan kala dua

lebih singkat secara statistik, yaitu rata- rata 43 menit untuk nullipara indian

keturunan amerika sedangkan rata-rata 60 menit untuk nullipara kulit putih bukan

keturunan hispanik. Studi oleh Diegman, Andrews, dan Niemczura menemukan

perbedaan etnis lebih lanjut dengan rata-rata lama persalinan tahap kedua 31,6 menit

untuk nullipara Amerika-Afrika dan 44,3 menit untuk nullipara Puerto Rico.

Pada proses persalinan alamiah sering kali terdapat periode tenang atau diam,

diantara kala satu dan dua. Kontraksi kuat pada saat transisi sekarang sudah berlalu

dan serviks berdilatasi penuh. Tubuh wanita tampak ”beristirahat” sebelum memulai

usaha ekspulsi. Kontraksi jarang dan tidak begitu intens. Wanita beristirahat dan dapat

tidur sejenak. Periode tenang ini dapat berlangsung selama satu jam dan lebih dan

lebih lama pada primigravida di bandingkan pada multigravida. Secara bertahap

terjadi gerakan bersamaan dengan turunnya kepala janin melalui pelvis; kontraksi

menjadi lebih kuat dan wanita mulai mengejan secara sadar sambil melalakukan

dorongan singkat yang bersuara saat ekspirasi. Suara yang dikeluarkan wanita dapat

berasal dari leher dan wajahnya menjadi berubah karena usaha yang dilakukannya.(9)

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________24

Page 25: IMD Dan Kebutuhan Kala II

2.4.2 Pemantauan janin

1. Pemantauan Janin Sebelum Lahir

Frekuensi DJJ

Pada janin beresiko rendah, selama persalinan kala II frekuensi denyut jantung

hendaknya di auskultasi sekurang-kurangnya 15 menit, sementara pada mereka yang

beresiko tinggi, dianjurkan interval 5 menit. Perlambatan frekuensi DJJ yang

diinduksi oleh kompresi kepala lazim terjadi selama kontraksi dan daya ekfulsif ibu

yang menyertainya. Bila frekuensi DJJ setelah kontraksi segera mengalami pemulihan

dan daya ekspulsif ibu berhenti, persalinan dapat dilanjutkan. Tidak semua kasus

perlambatan frekuensi DJJ pada persalinan kala II disebabkan oleh kompresi kepala.

Kuatnya daya yang ditimbulkan oleh uterus akibat kontraksi dan daya eksfulsif ibu

dapat sangat menurunkan perfusi plasenta. Turunnya janin melalui jalan lahir dan

berkurangnya volume uterus sebagai konsekuensinya dapat mencetuskan pelepasan

dinding plasenta dalam derajat tertentu. Yang selanjutnya dapat mengancam

kesejahteraan janin. Penurunan janin kemungkinan besar akan mengencangkan lilitan

tali pusat di sekeliling janin, terutama di leher, sehingga dapat menyumbat aliran

darah umbilikus. Mengejan yang berkepanjangan dan tanpa henti dapat

membahayakan janin dalam keadaan ini. Takhikardi ibu, yang lazim terjadi pada kala

II, tidak boleh disalahartikan sebagai frekuensi DJJ normal.

Penurunan kepala bayi

Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa

luar) dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih

cepat.

2. Pemantauan Saat Bayi Lahir

Pada saat kepala bayi dilahirkan, wajah segera dibersihkan dan mulut serta

hidung disedot. Sebelum mengklem dan memotong tali pusat, hal yang bermanfaat

untuk menyedot mulut dan faring lagi sambil bayi masih digantung dengan kepala di

bawah. Begitu tali pusat telah diputuskan, bayi segera diterlentangkan dengan kepala

lebih rendah dan dibalik ke samping di ruang penghangat yang telah dilengkapi

dengan pengatur suhu dan perawatan intensif segera. Untuk mengurangi kehilangan

panas, bayi dilap sampai kering.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________25

Page 26: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Individu yang membantu kelahiran bayi bertanggungjawab untuk perawatan

segera pascalahir sampai orang yang mempunyai kualifikasi tiba. Seseorang yang

mempunyai kualifikasi untuk melakukan resusitasi neonatus harus segera disediakan

di rumah sakit pada saat persalinan.

Evaluasi janin

Sebelum dan selama proses kelahiran, perhatian cermat, harus diberikan pada

penentu kesejahteraan bagi neonatus sebagai berikut:

1. Status kesehatan ibu

2. Komplikasi prenatal

3. Komplikasi persalinan

4. Usia gestasi

5. Lamanya persalinan

6. Lamanya pecah ketuban

7. Jenis, jumlah, waktu, dan rute pemberian obat-obatan

8. Setiap kesulitan pada kelahiran

Bayi di inspeksi untuk setiap kelainan yang terlihat. Tali pusat dipotong,

kemudian janin ditangani oleh asisten yang terlatih untuk perawatan lebih lanjut.

Petugas yang akan segera bertugas merawat bayi tersebut hendaknya

mengamati pernapasan dari dekat dan memeriksa frekuensi denyut jantung bayi.

Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan dengan auskultasi pada dada atau palpasi

di pangkal tali pusat. Denyut jantung yang mudah dilihat sebanyak 100/menit atau

lebih dapat diterima. Bradikardia menetap memerlukan resusitasi segera. Berikutnya

mulut, nares, dan faring dengan hati-hati disedot.

Sebagian besar bayi normal mengambil napas dalam beberapa detik setelah

lahir dan menangis dalam setengah menit. Kalau pernapasannya lambat, pengisapan

mulut dan faring diikuti tepukan pada telapak kaki dan usapan punggung, biasanya

merangsang pernapasan. Pemanjangan interval ini melebihi satu dan dua menit,

menunjukkan abnormalitas. Kekurangan bernapas yang berkelanjutan memerlukan

resusitasi aktif.

Cara yang sangat tepat untuk mengevaluasi bayi adalah sistem nilai APGAR

yang diterapkan pada 1 menit dan 5 menit setelah lahir. Nilai APGAR pada menit

pertama menentukan perlunya resusitasi segera. Kebanyakan bayi pada saat lahir

memiliki kondisi yang bagus, yang diperlihatkan dengan nilai APGAR 7-10 dan

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________26

Page 27: IMD Dan Kebutuhan Kala II

tidak memerlukan bantuan selain mungkin pengusapan daerah sederhana. Nilai

APGAR 10 dalam kenyataan sangat jarang. Bayi dengan nilai 4-6 pada menit

pertama akan menampakkan depresi pernapasan, lemas (flacid), dan tampak pucat

sampai biru. Namun, frekuensi denyut jantung dan iritabilitas refleknya baik. Bayi

dengan nilai 0-3, biasanya mempunyai denyut jantung yang lambat sampai tak

terdengar dan respon refleks rendah untuk tidak ada. Resusitasi termasuk fentilasi

buatan, hendaknya segera dimulai. Bayi seperti ini seringkali mudah dikenali. Mereka

lemas, apneu, dan sering berlumuran mekonium, dan biasanya denyut jantung

dibawah 100.

Nilai APGAR adalah alat klinis yang sangat berguna untuk mengidentifikasi

neonatus yang membutuhkan resusitasi, serta untuk menunjukkan efektifitas berbagai

nilai resusitasi. Sayangnya, beberapa usaha telah dilakukan tanpa data yang

mendukung untuk mengaitkan nilai APGAR dengan kejadian antenatal atau hasil

jangka panjang. Atas alasan yang tidak sepenuhnya jelas, telah disusun suatu definisi

asfiksia yang salah, berdasarkan angka nilai APGAR belaka. Karena kesalahan

konsep ini, American College of Obstetricians and Gynecologists (1986) dan

American Academy of Pediatrics (1986) mengeluarkan suatu pernyataan bersama

tentang penggunaan dann penyalahgunaan nilai APGAR.(4)

2.5 Menolong Persalinan dengan cara APN IMD

I. MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua

Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina

Perineum tampak menonjol

Vulva dan sfinger ani membuka

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________27

Page 28: IMD Dan Kebutuhan Kala II

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong

persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia

sediakan tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu

sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi

Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam

partus set, Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung

suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

Peralatan yang digunakan :

Tensi meter

Stetoskop

Termometer

Monoaural/laenec

1. Peralatan untuk perlindungan diri :

- Kacamata

- Masker

- Apron

- Sepatu atau sendal tertutup

2. Peralatan untuk ibu dan bayi:

- Handuk

- Alas bokong

- Selimut pengganti

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________28

Page 29: IMD Dan Kebutuhan Kala II

- Pembalut dan celana dalam

- Pakaian ibu

- Dua buah kain

- Dua buah waslap

- Tempat plasenta

3. Peralatan pencegahan infeksi :

- Tempat sampah medis dan kering

- Larutan klorin 0,5 %, baskom air DTT, dan tempat baju kotor

4. Peralatan partus (partus set) :

- Dua pasang sarung tangan

- Satu gunting episiotomi

- Satu gunting tali pusat

- Dua buah klem

- Alat pemecah ketuban (1/2 kohor)

- Catéter nellaton

- Kassa

- Benang untuk mengikat tali pusat

5. Peralatan Hecting :

- Sarung tangan

- Duk

- Nailfoder

- Gunting benang

- Pinset anatomis

- Pinset sirurgis

- Kassa

- Kapas DTT dan kapas alkohol

- Air DTT

- Bengkok

- Korentang

6. Peralatan resusitasi :

- Meja Resusitasi

- Jam dinding

- Selimut bayi

- Pengganjal bahu bayi

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________29

Page 30: IMD Dan Kebutuhan Kala II

- Balon dan sungkupnya

- Bola karet

- Deli

3. Pakai celemek plastik

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan

sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau

handuk pribadi yang bersih dan kering

5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam

6. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung

tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke

belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT

Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan

dengan seksama dari arah depan ke belakang

Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang

tersedia

Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan

rendam dalam larutan klorin 0,5 % -> langkah 9

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________30

Page 31: IMD Dan Kebutuhan Kala II

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka

lakukan amniotomi

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan

rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci

tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b. Mendokumentasikan hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES

BIMBINGAN MENERAN

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu

ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi

dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalksanaan fase aktif)

dan dokumentasikan semua temuan yang ada

Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk

mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin

meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau

posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk

meneran :

Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran

apabila caranya tidak sesuai

Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi

berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________31

Page 32: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)

Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit

(2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran

(multigravida)

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjalan, atau berjongkok mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan

kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan

membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas

cepat dan dangkal.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________32

Page 33: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang

bersih.

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika

hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi

Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas

kepala bayi

Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan

potong di antara dua klem tersebut

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahir bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________33

Page 34: IMD Dan Kebutuhan Kala II

saat kontraksi berikutnya. dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah

keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan

lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

Lahirnya badan dan tungkai

23.Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku bagian bawah. Gunakan tangan atas untuk

menelusuri dan memegang lengan dan siku bagian atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,

bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki ( masukan telunjuk diantara

kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

25. Lakukan penilaian (selintas):

a. Apakah bayi menangis kuat dan / atau bernapas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________34

Page 35: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Jika bayi tidk menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi

(lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)

26. Keringkan tubuh bayi

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian dari tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan vorniks. Verniks akan membantu

menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain

yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil

tunggal)

28. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki.

Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.

Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membantu bayi dapat

bernapas lebih baik.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________35

Page 36: IMD Dan Kebutuhan Kala II

29. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

30. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

31. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama. Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali

pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari plasenta ibu

ke bayi lebih optimal.

32. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit ( lindungi perut bayi)

dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________36

Page 37: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

lingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci

pada sisi lainnya

Lepaskan klem dan masukan pada wadah yang telah disediakan

33. Letakan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi

menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu, agar mempermudah bayi

untuk mencapai puting dan membiarkan bayi untuk memilih bagian kanan atau

kiri dari payudara ibu.

34. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi untuk

menjaga bayi tetap hangat dan merupakan upaya pencegahan kehilangan panas

yang sangat baik.

35. Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu karena bau

puting payudara ibu sama dengan bau cairan amnion pada tangan bayi sehingga

memudahkan bayi untuk mencari puting ibu.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________37

Page 38: IMD Dan Kebutuhan Kala II

36. Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah manajeman aktif

kala 3 persalinan karena semakin cepat plasenta dikeluarkan maka kemungkinan

terjadinya perdarahan pasca persalinan akan terhindar.

VIII.PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA

37. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

38. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk

mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat

39. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil tangan lain

yang mendorong uterus kearah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati

(untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan

ulangi prosedur di atas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, keluarga dan suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu

Mengeluarkan Plasenta

40. Lakukan penegangan dan peregangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah

sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir ( tetap

lakukan tekanan dorso-kranial).

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-

10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

Jika plasenta jika setelah 15 menit menegangkan tali pusat

1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

2. Lakukan kateterisasi ( aseptic) jika kandung kemih penuh

3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi

perdarahan, segera lakukan plasenta manual

41. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.

Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan

tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________38

Page 39: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk

melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau

klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

42. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masasse uterus,

letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( fundus teraba keras)

Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15

detik masase.

IX. MENILAI PERDARAHAN

43. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput

ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam kantung plastic atau

tempat khusus

44. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.lakukan penjahitan bila

laserasi menyebabkan perdarahan

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

45. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

46. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam. Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.

Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam

waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15

menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara

Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil

menyusu, Hal ini dilakukan untuk menjaga bayi tetap hangat dan

meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi.Bila perlu letakkan

bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan

bayi.

47. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusui misalnya

memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya karena proses menyusu

ini membutuhkan waktu dan adaptasi bagi bayi, sehingga memindahkan bayi dari

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________39

Page 40: IMD Dan Kebutuhan Kala II

satu payudara ke payudara lain akan menyebabkan kegiatan bayi untuk mencari

puting susu ibu terganggu dan berlangsung lama.

48. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya.

Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu

saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian

telungkupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali karena kontak kulit

ke kulit itu merupakan upaya pencegahan kehilangan panas yang sangat baik.

49. Setelah satu jam, lakukan penimbangan /pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotic profilaksasi agar terhindar dari gonore yang dapat ditularkan oleh ibu. ,

dan vitamin K 1mg IM dipaha kiri anterolateral untuk penyakit hemoragi.

50. Setelah satu jam pemberian vit k berikan suntikan imunisasi HB 1 di paha kanan

anterolateral untuk memberi perlindungan terhadap bayi baru lahir yang ibunya

memiliki antigen permukaan hepatitis B yang tidak terdiagnosis pada saat

pelahiran, dengan pemajanan selanjutnya pada bayi baru lahir. Suntikan Hepatitis

B pertama ini juga efektif mencegah penularan perinatal pada banyak bayi baru

lahir.

Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa di susui.

Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam

satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu

Evaluasi

51. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai

untuk menatalaksana atonia uteri

52. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

53. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

54. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama

pasca persalinan

Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________40

Page 41: IMD Dan Kebutuhan Kala II

55. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60

kali /menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)

Kebersihan dan keamanan

56. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi ( 10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi

57. Buang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

58. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,

lender dan darah. Bantu ibu dalam memakai pakaian yang bersih dan kering

59. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga

untuk member ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

60. Dekontaminasui tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit

61. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% balikan bagian dalam

ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit

62. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

Dokumentasi

63. Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang). Periksa tanda vital dan asuhan

kala IV

B. Kebutuhan Ibu dalam Kala II Persalinan

1. Kebutuhan fisik

Kebutuhan hidrasi

Pada kala dua persalinan, penatalaksanaan kebutuhan hidrasi ini

sama seperti penatalaksanaan untuk kala satu persalinan. Namun, hidrasi

selanjutnya dipengaruhi oleh hilangnya cairan melalui kulit dalam

bentuk keringat selama kala dua persalinan. Wanita dapat berkeringat

banyak selama kala dua persalinan terutama jika lingkungan tidak

difasilitasi dengan AC dan berada dalam area yang secara geografis

panas dan lembap. Hal ini membuat perhatian terhadap cairan bahkan

menjadi lebih vital.

Jika wanita memasuki tahap kedua persalinan sudah kehabisan

tenaga, ia akan mengalami kesulitan mengerahkan tenaga yang

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________41

Page 42: IMD Dan Kebutuhan Kala II

diperlukan untuk mendorong, terutama jika ia primigravida. Hal ini

disebabkan rata-rata lama kala kedua persalinan pada primigravida lebih

panjang dibandingkan dengan multigravida. Namun, masalah ini sering

kali dapat diatasi, jika wanita yakin bahwa kelahiran akan segera terjadi (2)

Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.

Alasan: Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses

persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat

mencegah ibu mengalami hal tersebut. (Enkin, et al, 2000). (1)

Kebersihan dan kenyamanan

- Menjaga kebersihan diri merupakan hal yang penting saat kala dua

persalinan agar terhindar dari infeksi.(3) Praktik terbaik pencegahan

infeksi pada kala dua persalinan diantaranya adalah melakukan

pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT).

Gunakan gulungan kapas atau kasa yang bersih, bersihkan mulai

dari bagian atas ke arah bawah (dari bagian anterior vulva ke arah

rektum) untuk mencegah kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih di

bawah bokong saat ibu mulai meneran. Sediakan kain bersih

cadangan di dekatnya. Jika keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan

bahwa hal itu biasa terjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan kain

alas bokong atau tangan yang sedang menggunakan sarung tangan.

Ganti kain alas bokong dan sarung tangan DTT. Jika tidak ada

cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera

lahir maka sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih. (1)

Pengosongan kandung kemih

Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika

kandung kemih selalu terasa penuh. Jika diperlukan, bantu ibu untuk ke

kamar mandi. Jika ibu tak dapat berjalan ke kamar mandi, bantu agar ibu

dapat duduk dan berkemih di wadah penampung urin.

Alasan: Kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala

bayi, selain itu juga akan menambah rasa nyreri pada perut bawah,

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________42

Page 43: IMD Dan Kebutuhan Kala II

menghambat penatalaksanaan distosia bahu, menghalangi lahirnya

plasenta dan perdarahan pascapersalinan.

Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin

sebelum atau setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta. Kateterisasi

kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tak

mampu berkemih sendiri. (1)

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan perlunya

melakukan kateterisasi pada saat ini adalah sebagai berikut :

1. Ketidaknyamanan bagi wanita. Kateterisasi merupakan

prosedur yang tidak nyaman, dan menimbulkan nyeri. Di

lain pihak, distensi kandung kemih dapat menambah rasa

nyeri yang dialami di bagian bawah abdomen.

2. Apakah kandung kemih perlu dikosongkan :

a. Apakah kandung kemih distensi ?

b. Apakah wanita telah berkemih dalam 2 jam terakhir ?

c. Apakah asupan cairan yang masuk sejak terakhir

berkemih ?

3. Peningkatan risiko infeksi kandung kemih akibat

kateterisasi.

4. Apakah anda mengantisipasi komplikasi yang mungkin

terjadi ( misalnya perdarahan pascapersalinan, distosia

bahu). Penatalaksanaan kedua komplikasi tersebut adalah

agar wanita memiliki kandung kemih yang kosong. Waktu

tidak terbuang percuma, jika kandung kemih sudah

dipastikan kosong.

Bidan harus mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan

kateterisasi ini guna menghindari trauma kandung kemih, mengurangi

ketidaknyamanan abdomen bagian bawah, dan menghindari masalah

kandung kemih dalam kasus komplikasi ( misalnya perdarahan

pascapersalinan, distosia bahu). Kateterisasi ini dilakukan hampir

mendekati akhir kala dua persalinan. Penentuan waktu ini dipilih

sehingga kateter dapat dimasukkan sebelum kepala janin lebih turun ke

dalam pelvik, karena penurunan kepala janin lebih lanjut dapat

menyebabkan kateterisasi lebih sulit. (7)

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________43

Page 44: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Alasan: Selain menyakitkan, kateterisasi akan meningkatkan risiko

infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu. (1)

Relaksasi dan latihan pernafasan

Wanita harus menggunakan bentuk pernapasan terkontrol, seperti

yang digunakan pada saat fase aktif kala satu persalinan, selama

kontraksi jika ia belum merasa ingin mendorong. Jenis pernapasan ini

dimulai dengan napas pembersihan, kemudian menjadi napas dada

lambat yang kecepatannya meningkat pada saat kontraksi mencapai

puncaknya, kemudian melambat pada saat kontraksi mereda, dan

diakhiri dengan nafas pembersihan lainnya.

Wanita perlu dipimpin untuk bernafas pendek dan cepat jika ia

merasa ingin mendorong, tetapi anda tidak ingin ia mendorong. Bernafas

pendek dan cepat dapat berarti melakukan pengambilan nafas dengan

cepat diikuti pembuangan nafas yang kuat dan segera diulangi.

Kemampuan wanita untuk bernafas pendek dan tidak melakukan

dorongan dapat menjadi hal yang penting, dan ia harus diajarkan

bagaimana melakukan hal itu ketika memasuki kala dua persalinan jika

ia belum diajarkan sebelumnya. (7)

Pijatan

Wanita yang mengalami nyeri selama persalinan akan membuat ibu

merasa tidak nyaman. Sebagian wanita mungkin akan merasa lebih

nyaman dan berkurang rasa sakitnya bila bidan, pasangan, atau

pendamping dalam persalinannya memberikan pijatan ringan seperti

mengusap-usap punggung atau pinggulnya. (8)

Kontak fisik

Wanita akan merasa nyaman jika pasangan/partnernya berada

disampingnya seperti memegang tangannya, menggosok punggung,

menyeka keringat ataupun mendekapnya. Terutama saat ibu akan

dipimpin untuk mengejan. Suami dapat berada di belakang ibu ataupun

berada disampingnya memegang tangannya. Atau membantu ibu untuk

berganti posisi mengejan sambil terus memberikan dukungan dan

semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya. Bahkan, suami

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________44

Page 45: IMD Dan Kebutuhan Kala II

juga bisa mencoba stimulasi puting untuk mengeluarkan oksitosin

sehingga merangsang kontraksi uterus secara alami.

Posisi dan cara meneran

Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran (lihat

Gambar 2-1 sampai 2-3 untuk contoh berbagai posisi meneran). (1)

Setiap posisi memiliki keuntungannya masing-masing.

Ibu dibimbing utnuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu

untuk mengambil napas. Mengedan tanpa diselingi bernapas,

kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilikalis yang dapat

menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah. Minta

ibu bernapas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga

agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta

mencegah robekan. (8)

a. Posisi Ibu Saat Meneran

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat

mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua karena hal ini

dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang

paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________45

Page 46: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Gambar 2-1: Posisi Duduk atau Setengah Duduk

Posisi duduk atau setengah duduk (Gambar 2-1) dapat memberikan

rasa nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk

beristirahat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah

gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.

Gambar 2-2: Jongkok atau Berdiri

Jongkok atau berdiri (Gambar 2-2) membantu mempercepat

kemajuan kala dua persalinan dan mengurangi rasa nyeri.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________46

Page 47: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Gambar 2-3: Merangkak atau Berbaring Miring ke Kiri

Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring

ke kiri (Gambar 2-3) membuat mereka lebih nyaman dan efektif untuk

meneran. Kedua posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi

oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.

Posisi merangkak seringkali membantu ibu mengurangi nyeri punggung

saat persalinan.

Posisi berbaring miring ke kiri memudahkan ibu untuk

beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga

dapat mengurangi risiko terjadinya laserasi perineum.

Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada

posisi berbaring telentang (supine position).

Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya

(janin, cairan ketuban, plasenta, dll) menekan vena cava inferior ibu.

Hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi utero-

plasenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada bayi. Berbaring

terlentang juga akan mengganggu kemajuan persalinan dan menyulitkan

ibu untuk meneran secara efektif (Enkin, et al, 2000). (1)

b. Cara Meneran

Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila

ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________47

Page 48: IMD Dan Kebutuhan Kala II

untuk meneran berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu

beristirahat di antara kontraksi.

Alasan: Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit

bernapas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan

risiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen

melalui plasenta (Enkin, et al, 2000).

Cara Meneran :

Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya

selama kontraksi.

Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.

Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara

kontraksi.

Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih

mudah untuk meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu

ditempelkan ke dada.

Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk

membantu kelahiran bayi. Dorongan pada fundus

meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura uteri. Peringatkan

anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka

mencoba melakukan itu.

Catatan: Jika ibu adalah primigravida dan bayinya belum lahir atau

persalinan tidak akan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia

harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama

apabila seorang multigravida belum juga melahirkan bayinya atau

persalinan tidak akan segera terjadi setelah satu jam meneran.

I2. Kebutuhan psikologis

Masalah psikologis yang mungkin terjadi saat kala dua persalinan adalah :

1. Kecemasan saat menghadapi persalinan

Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua

persalinan. Ini berhubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi.

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________48

Page 49: IMD Dan Kebutuhan Kala II

Ataupun pengalaman buruk tentang persalinan yang lalu, seperti

tindakan episiotomi.

Berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan hatinya selama

proses persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan

mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan

dan kelahiran bayi.(1)

Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan

mendampingi ibu agar merasa nyaman, menawarkan minum, mengipasi

dan memijat ibu. (8) Dalam hal ini bidan dapat mengikutsertakan keluarga

terutama suami. Bidan juga harus melakukan bimbingan dan

menawarkan bantuan jika diperlukan. (1)

2. Kehadiran pendamping

Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama

proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang

tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani

proses persalinan. Seperti memberikan minum, mengusap keringatnya,

memegang tangan, mengusap-usap punggungnya, dan membantu

merubah posisi saat mengedan.

Alasan: Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan

dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses

persalinan (Enkin, et al, 2000). (1)

3. Kurangnya pengetahuan tentang persalinan

Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat

kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan

kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.(1) Hal ini

dapat mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu. (8)

Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan

setiap kali penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang

diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung

janin, periksa dalam ). (1)

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________49

Page 50: IMD Dan Kebutuhan Kala II

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Inisiasi Menyusu Dini adalah program yang dilakukan dengan cara langsung

meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini

merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus

dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan

menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya

dikeringkan saja. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.

2. Kebutuhan Ibu dalam Kala II Persalinan

a. Kebutuhan fisik

Kebutuhan hidrasi

Kebersihan dan kenyamanan

Relaksasi dan latihan pernafasan

Pijatan

Kontak fisik

Posisi dan cara meneran

b. Kebutuhan psikologis

Kecemasan saat menghadapi persalinan

Kehadiran pendamping

Kurangnya pengetahuan tentang persalinan

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________50

Page 51: IMD Dan Kebutuhan Kala II

DAFTAR PUSTAKA

1. JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR. 2007

2. Roesli, Utami. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya, Anggota

IKAPI. 2005

3. Bahan Bacaan Modul Manajemen Laktasi

4. Verralls,Sylvia. Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.

1993

5. Depkes RI. Manajemen Laktasi. Jakarta : Dit.Gizi Masyarakat. 2005

6. Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. 2007

7. Varney, Helen.Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol.2. Jakarta : EGC. 2007

8. JNPK-KR.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : JNPK-KR. 2002

9. http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/99-inisiasi-menyusu-dini-imd.html

Asuhan Kebidanan II ( Persalinan )___________________________________________________51