IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE DI LAHAM … fileIMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE DI...
Transcript of IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE DI LAHAM … fileIMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE DI...
IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE
DI LAHAM KABUPATEN MAHAKAM ULU
KALIMANTAN TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Andrea Clarisa Lelu
NIM: 134114035
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE
DI LAHAM KABUPATEN MAHAKAM ULU
KALIMANTAN TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Andrea Clarisa Lelu
NIM: 134114035
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
JANUARI 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
JMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE
DI LAHAM KABUPATEN MAHAKAM ULU
KALIMANTAN TIMUR
Oleh
Andrea Clarisa Lelu
NIM: 134114035
Telah disetujui oleh
Pembimbing
L/'~~3
Prof Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M. Hum.
11
tanggal30 November 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8kripsi
IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BADAD BATE
DI LAHAM KABUPATEN MAHAKAM ULD
KALIMANTAN TIMUR
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Andrea Clarisa Lelu
NIM: 134114035
Telab dipertabankan didepan Panitia Pengtvipada tanggalll Januari 2018
dan dinyatakan memenuhi syarat
Ketua
8ekretaris
Anggota
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap
Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum.
Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum.
M. M. 8inta Wardani, 8.8, M.A.
Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum.
Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum.
········z~;(5··f.····......~ .... _.....
,
Yogyakarta, 31 Januari 2018Fakultas SastraUniver~anataDharma
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 November 2017
Andrea Clarisa Lelu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Andrea Clarisa Lelu
NIM : 134114035
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Imbuhan Dalam
Bahasa Dayak Bahau Bate di Laham Kabupaten Mahakam Ulu Provinsi
Kalimantan Timur beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal 30 November 2017
Yang menyatakan,
Andrea Clarisa Lelu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”
(Kolose 3 : 23 )
Batu sandungan adalah batu loncatan untuk meraih batu mulia.
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang terkasih:
Bapak Benediktus Beda Lewun dan Ibu Ledwina Luhau Song
Ananda Anna Rivera Ping dan Suami Paskalis Tulaang Tingang
Kakak Angelus Levi Habing dan Adik Abraham Rainerius Nuho.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang
dengan Kuasa-Nyalah berkenan menyertai dan memberkati hingga penyelesaian
skripsi yang berjudul “Imbuhan dalam Bahasa Dayak Bahau Bate di Laham,
Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur” ini dengan baik. Skripsi ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program
Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-
masing membantu penulis dalam menyusun skripsi ini:
1. Bapak Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M. Hum. selaku dosen
pembimbing yang semenjak awal gagasan, proses penyusunan, hingga
penyelesaian skripsi ini, berkenan dan dengan sabar meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, koreksian, dan saran yang sangat berarti
dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Paulus Ari Subagyo, M. Hum. (alm) selaku dosen pembimbing
atas segala motivasi, saran, dan juga kritiknya dalam penyelesaian skripsi
ini.
3. Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang sejak awal studi hingga proses pembuatan skripsi selalu
mendukung dan menyemangati penulis.
4. Segenap dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Ibu S. E. Peni Adji, S.S., M.
Hum., Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum. (alm), Bapak Drs. B.
Rahmanto, M. Hum., Bapak Drs. F.X Santosa, M.S., Ibu Dra. Fransisca
Tjandrasih Adji, M. Hum., Prof. Dr. I. Dewa Putu Wijana, S.U., M.A.,
Bapak Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A., dan Ibu Maria Magdalena
Sinta Wardani, S.S., M.A., serta para dosen pengampu mata kuliah
tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
berkenan memberikan ilmu pendidikan dan pengetahuan kepada penulis
selama berkuliah di Universitas Sanata Dharma.
5. Segenap Staf Sekretariat Fakultas Sastra dan Staf Biro Administrasi
Akademik Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam
kelancaran urusan perkuliahan.
6. Segenap Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas pelayanannya
yang baik dan penyediaan sumber pustakanya yang lengkap sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
kebutuhan penulis selama masa kuliah dan saat penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini.
7. Keluarga tercinta, Bapak Benediktus Beda Lewun, Ibu Ledwina Luhau
Song, Kakak Angelus Levi Habing, Adik Abraham Rainerius Nuho,
Suami Paskalis Tulaang Tingang, dan Anak Anna Rivera Ping yang
senantiasa memberikan dukungan moril, materil, motivasi, dan doa kepada
penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Seluruh sahabat sesama perantau dan teman-teman di Program Studi
Sastra Indonesia, secara khusus angkatan 2013 yang selalu mendukung
dan menyemangati selama sama-sama berproses dalam kuliah hingga saat
ini.
9. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan dan
penyelasaian skripsi ini, baik itu secara langsung mau pun tidak langsung
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Meskipun banyak pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini, tanggung jawab atas kesalahan dan kekurangan sepenuhnya ada pada
penulis. Peneliti berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 30 November 2017
Andrea Clarisa Lelu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Lelu, Andrea Clarisa. 2018. “Imbuhan dalam Bahasa Dayak Bahau Bate di
Laham, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur” Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini membahas imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di
Laham, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian ini
ialah untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna imbuhan dalam bahasa
Dayak Bahau Bate.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah proses morfologis. Data
dalam penelitian ini berupa tuturan yang digunakan masyarakat Dayak Bahau
Bate di Laham dalam berkomunikasi. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini ialah metode simak dan metode cakap. Pada tahap analisis
data digunakan metode agih atau distribusional dengan teknik dasar bagi unsur
langsung dan teknik lanjutan yang meliputi teknik baca markah, teknik perluas,
dan teknik ubah ujud atau parafrasa. Metode penyajian hasil analisis data ialah
menggunakan metode informal dan metode formal.
Penelitian ini menghasilkan tiga temuan. Pertama, terdapat dua imbuhan
dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham, yaitu (1) imbuhan yang tidak
mengakibatkan perubahan fonologis (awalan ke-, pe-, me-, nge-, an-, be-, mi-, dan
ten-) dan (2) imbuhan yang mengakibatkan perubahan fonologis (awalan m-, pek-,
ng-, n-, ny-, pet-, pep-, t- dan sisipan –len-). Kedua, ditemukan dua jenis fungsi
imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham, yaitu (1) fungsi derivatif
yang meliputi awalan m-, ke-, ng-, pe-, nge-, be-, pek-, pep-, dan sisipan -len-, dan
(2) fungsi inflektif yang meliputi awalan m-, ng-, pe-, me-, nge-, an-, pek-, ten-, n-
, ny-, pet-, pep-, t-, ke-, be- dan mi-. Ketiga, terdapat sekitar 22 makna yang
dinyatakan oleh imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham, yakni (1)
benda, (2) bersifat yang disebut kata dasarnya, (3) melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya, (4) menyatakan tingkat/kedudukan dalam suatu deretan, (5)
berisi/mengandung yang disebut kata dasarnya, (6) mengalami/dalam keadaan
yang disebut kata dasarnya, (7) memakai/mengenakan yang disebut kata dasarnya,
(8) mengeluarkan/menghasilkan yang disebut kata dasarnya, (9)
mempunyai/memiliki yang disebut kata dasarnya, (10) menyatakan benda/bahan
yang menjadikan/menyebabkan yang disebut kata dasarnya, (11) tidak sengaja,
(12) menjadi yang disebut kata dasarnya, (13) bekerja dengan bahan yang disebut
kata dasarnya, (14) bekerja dengan alat yang disebut kata dasarnya, (15) kata kerja
pasif, (16) menaiki/mengendarai/menumpang/ yang disebut kata dasarnya, (17)
himpunan/kelompok yang terdiri dari yang disebut kata dasarnya, (18)
melakukan/mengerjakan yang disebut kata dasarnya, (19) sebabkan jadi yang
disebut kata dasarnya, (20) menjadikan berada di yang disebut kata dasarnya,
(21) dapat/sanggup, dan (22) sudah terjadi.
Kata kunci: Imbuhan, bentuk imbuhan, fungsi imbuhan, makna imbuhan,
bahasa Dayak Bahau Bate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Lelu, Andrea Clarisa. 2018. “Affix in Dayak Bahau Bate language at Laham,
Mahakam Ulu Regency, East Kalimantan”. Thesis. Yogyakarta:
Department of Indonesian Literature, Faculty of Indonesian
Literature, Sanata Dharma University.
This thesis discusses about affix in Dayak Bahau Bate language at Laham,
Mahakam Ulu Regency, East Kalimantan. The aim is to describe form, function,
and meaning of affix in Dayak Bahau Bate language.
The research uses theory of Morphological Processes. The data of this
research is the discourse of Dayak Bahau Bate society at Laham. The research
uses simak method and cakap method. On the analysis data uses agih method or
distribusional with basic technique bagi unsur langsung and baca markah
technique, perluas technique, and ubah ujud or parafrasa technique as continue
technique. Presentation of the result of data analysis used are informal and formal
methods.
The research has results three parts. First, there are two process of affix
formation in Dayak Bahau Bate language at Laham; (1) the affix which does not
effecting the changes of phonology (preffix ke-, pe-, me-, nge-, an-, be-, mi-, and
ten-) and (2) the affix which effecting the changes of phonology (preffix m-, pek-,
ng-, n-, ny-, pet-, pep-, t- and inffix –len-). Second, there are two type of affix
function in Dayak Bahau Bate language at Laham; (1) derivatif function which
comprise of preffix m-, ke-, ng-, pe-, nge-, be-, pek-, pep-, and inffix -len-, and (2)
inflektif function which comprise of preffix m-, ng-, pe-, me-, nge-, an-, pek-, ten-,
n-, ny-, pet-, pep-, t-, ke-, be- and mi-. Third, there are 22 meanings of affixes in
Bahau Bate Dayak language at Laham; (1) noun, (2) ‘has the trait like’ which
called the basic word, (3) ‘doing something’ which called the base word, (4) states
the position in a tier, (5) ‘contains’ which called the base word, (6) ‘experiencing
or in a circumstances’ which called the base word, (7) ‘wear or use’ which called
the base word, (8) ‘produce’ which called the base word, (9) ‘have’ which called
the base word, (10) ‘to declare the objects or material’ which cause the base word,
(11) accidentally, (12) ‘become’ which called the base word, (13) ‘working with a
material’ which called the base word, (14) ‘caused’ which called the base word,
(15) ‘working with equipment’ which called the base word, (16) passive verbs,
(17) ‘ride’ which called the base word, (18) ‘the group’ which comprise called the
base word, (19) ‘doing’ which called the base word, (20)‘in/on/at’ which called
the base word, (21) could, and (22) already occurred.
Keywords : Affix, form of affix, function of affix, meaning of affix, Dayak
Bahau Bate language.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ........................................................................... 7
1.5 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 8
1.6 Landasan Teori .......................................................................................... 10
1.6.1 Pengertian Proses Morfologis ......................................................... 10
1.6.2 Pengertian Imbuhan ...................................................................... 11
1.6.3 Pengertian Bentuk Imbuhan ........................................................... 11
1.6.4 Pengertian Fungsi Imbuhan ............................................................ 13
1.6.5 Pengertian Makna Imbuhan ............................................................ 13
1.7 Metode Penelitian ...................................................................................... 14
1.7.1 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 14
1.7.2 Metode Analisis Data ..................................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ........................................... 18
1.8 Sistematika Penyajian ............................................................................... 18
BAB II BENTUK IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE
2.1 Pengantar ................................................................................................... 20
2.2 Awalan yang Mengakibatkan Perubahan fonologis dalam
Bahasa Dayak Bahau Bate ........................................................................ 21
2.2.1 Kaidah Morfofonemis Awalan M- ................................................... 21
2.2.2 Kaidah Morfofonemis Awalan Pek- ................................................ 23
2.2.3 Kaidah Morfofonemis Awalan Ng- .................................................. 25
2.2.4 Kaidah Morfofonemis Awalan N- .................................................... 26
2.2.5 Kaidah Morfofonemis Awalan Ny- .................................................. 28
2.2.6 Kaidah Morfofonemis Awalan Pet- ................................................. 29
2.2.7 Kaidah Morfofonemis Awalan Pep- ................................................ 30
2.2.8 Kaidah Morfofonemis Awalan T- .................................................... 31
2.3 Sisipan yang Mengakibatkan Perubahan Fonologis dalam
Bahasa Dayak Bahau Bate ........................................................................ 34
2.3.1 Kaidah Morfofonemis Sisipan –len- ................................................ 34
BAB III FUNGSI IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE
3.1 Pengantar .................................................................................................. 36
3.2 Imbuhan yang Berfungsi Derivatif .......................................................... 36
3.2.1 Awalan m- ....................................................................................... 37
3.2.2 Awalan ke- ...................................................................................... 38
3.2.3 Awalan ng- ...................................................................................... 38
3.2.4 Awalan pe- ...................................................................................... 38
3.2.5 Awalan nge- .................................................................................... 39
3.2.6 Awalan be- ...................................................................................... 40
3.2.7 Awalan pek- .................................................................................... 41
3.2.8 Awalan pep- .................................................................................... 41
3.2.9 Sisipan –len- .................................................................................... 41
3.3 Imbuhan yang Berfungsi Inflektif ............................................................ 45
3.3.1 Awalan m- ....................................................................................... 45
3.3.2 Awalan ng- ...................................................................................... 45
3.3.3 Awalan pe- ...................................................................................... 46
3.3.4 Awalan me- ..................................................................................... 46
3.3.5 Awalan nge- .................................................................................... 47
3.3.6 Awalan an- ...................................................................................... 47
3.3.7 Awalan pek- .................................................................................... 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3.3.8 Awalan ten- ..................................................................................... 48
3.3.9 Awalan n- ........................................................................................ 49
3.3.10 Awalan ny- .................................................................................... 49
3.3.11 Awalan pet- ................................................................................... 50
3.3.12 Awalan pep- .................................................................................. 50
3.3.13 Awalan t- ....................................................................................... 51
3.3.14 Awalan ke- .................................................................................... 51
3.3.15 Awalan be- .................................................................................... 52
3.3.16 Awalan mi- .................................................................................... 52
BAB IV MAKNA IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE
4.1 Pengantar .................................................................................................. 56
4.2 Makna Awalan m- .................................................................................... 56
4.2.1 Awalan m- Menyatakan Makna ‘Benda’ ........................................ 56
4.2.2 Awalan m- Menyatakan Makna ‘Bersifat yang Disebut
Kata Dasarnya’ ............................................................................... 57
4.2.3 Awalan m- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan
yang Disebut Kata Dasarnya ......................................................... 57
4.3 Makna Awalan ke- ................................................................................... 57
4.3.1 Awalan ke- Menyatakan Makna ‘Tingkat atau Kedudukan
dalam Suatu Deretan’ ..................................................................... 58
4.3.2 Awalan ke- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan
yang Disebut Kata Dasarnya .......................................................... 58
4.4 Makna Awalan ng- ................................................................................ 58
4.4.1 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Berisi atau
Mengandung yang Disebut Kata Dasarnya’ .................................. 59
4.4.2 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Mengalami atau
Dalam Keadaan yang Disebut Kata Dasarnya’ ............................... 59
4.4.3 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Memakai atau
Mengenakan yang Disebut Kata Dasarnya’ .................................... 59
4.4.4 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Mengeluarkan atau
Menghasilkan yang Disebut Kata Dasarnya’ .................................. 60
4.4.5 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Mempunyai atau
Memiliki yang Disebut Kata Dasarnya’ .......................................... 60
4.4.6 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan
yang Disebut Kata Dasarnya’ ......................................................... 60
4.5 Makna Awalan pe- ................................................................................... 61
4.5.1 Awalan pe- Menyatakan Makna ‘Benda atau Bahan yang
Menjadikan atau Menyebabkan yang Disebut Kata Dasarnya’ ...... 61
4.5.2 Awalan pe- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
yang Disebut Kata Dasarnya’ ................................................................. 61
4.6 Awalan me- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’ ......................................................................................... 62
4.7 Makna Awalan nge- ................................................................................. 62
4.7.1 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Tidak Sengaja’ ........................ 62
4.7.2 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Menjadi yang Disebut
Kata Dasarnya’ ............................................................................... 63
4.7.3 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Bekerja dengan Bahan yang
Disebut Kata Dasarnya’ .................................................................. 63
4.7.4 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Memakai atau Mengenakan
yang Disebut Kata Dasarnya’ ........................................................ 63
4.7.5 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Sebabkan Jadi yang Disebut
Kata Dasarnya’ ................................................................................ 64
4.7.6 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Bekerja Dengan Alat yang
Disebut Kata Dasarnya’ .................................................................. 64
4.7.7 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Mengeluarkan atau
Menghasilkan yang Disebut Kata Dasarnya’ ................................. 64
4.7.8 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Memiliki atau Mempunyai
yang Disebut Kata Dasarnya’ ......................................................... 65
4.7.9 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang
Disebut Kata Dasarnya’ .................................................................. 65
4.8 Awalan an- Menyatakan Makna ‘Kata Kerja Pasif’ ................................ 65
4.9 Makna Awalan be- .................................................................................... 66
4.9.1 Awalan be- Menyatakan Makna ‘Memakai atau Mengenakan
yang Disebut Kata Dasarnya’ ......................................................... 66
4.9.2 Awalan be- Menyatakan Makna ‘Menaiki atau Menumpang
yang Disebut Kata Dasarnya’ ....................................................... 66
4.9.3 Awalan be- Menyatakan Makna ‘Himpunan atau Kelompok
yang Terdiri dari yang Disebut Kata Dasarnya’ ............................. 67
4.9.4 Awalan be- Menyatakan Makna ‘Melakukan atau Mengerjakan
yang Disebut Kata Dasarnya’ ......................................................... 67
4.10 Awalan mi- Menyatakan Makna ‘Bekerja Dengan Alat yang Disebut
Kata Dasarnya’ .......................................................................................... 67
4.11 Makna Awalan pek- ................................................................................ 68
4.11.1 Awalan pek- Menyatakan Makna ‘Membuat Jadi yang Disebut
Kata Dasar Pada Objeknya’ ........................................................ 68
4.11.2 Awalan pek- Menyatakan Makna ‘Sebabkan Jadi yang Disebut
Kata Dasarnya’ ............................................................................. 68
4.11.3 Awalan pek- Menyatakan Makna ‘Menjadikan Berada Di
yang Disebut Kata Dasarnya’ ....................................................... 69
4.11.4 Awalan pek- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang
Disebut Kata Dasarnya’ ............................................................... 69
4.12 Awalan ten- Menyatakan Makna ‘Dapat atau Sanggup’ ........................ 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.13 Awalan n- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’ ......................................................................................... 70
4.14 Awalan ny- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’ ......................................................................................... 70
4.15 Awalan pet- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’ ......................................................................................... 71
4.16 Awalan pep- Menyatakan Makna ‘Menyebabkan Jadi yang Disebut
Kata Dasarnya’ ......................................................................................... 71
4.17 Makna Awalan t- ..................................................................................... 71
4.17.1 Awalan t- Menyatakan Makna ‘Tidak Sengaja’ .......................... 72
4.17.2 Awalan t- Menyatakan Makna ‘Sudah Terjadi’ ........................... 72
4.18 Sisipan –len- Menyatakan Makna ‘Tidak Sengaja’ ................................ 72
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 78
5.2 Saran ........................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Mahakam Ulu ................ 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Awalan yang Mengakibatkan Perubahan Fonologis dalam Bahasa
Dayak Bahau Bate ............................................................................. 33
Tabel 2. Sisipan yang Mengakibatkan Perubahan Fonologis dalam Bahasa
Dayak Bahau Bate ............................................................................. 35
Tabel 3. Imbuhan yang Berfungsi Derivatif dalam Bahasa Dayak
Bahau Bate ........................................................................................ 43
Tabel 4. Imbuhan yang Berfungsi Inflektif dalam Bahasa Dayak
Bahau Bate ........................................................................................ 54
Tabel 5. Makna Imbuhan dalam Bahasa Dayak Bahau Bate .......................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan
digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk saling berkomunikasi atau bekerja
sama dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai sebuah sistem, bahasa terbentuk
oleh suatu aturan, kaidah, dan pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi,
tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Oleh karena bahasa, komunikasi dapat
berlangsung lebih baik dan sempurna.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki bahasa Nasional
yakni bahasa Indonesia. Selain itu bangsa Indonesia juga terkenal dengan
keanekaragaman bahasanya karena terdiri dari ribuan kepulauan dan suku yang
berbeda-beda. Bahasa-bahasa tersebut cenderung menjadi ciri khas dan keunikan
tersendiri dalam suatu suku atau daerah tertentu. Bahasa daerah di Indonesia
beberapa di antaranya, yaitu bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Toraja, bahasa
Batak, bahasa Minangkabau, bahasa Dayak, dan lain sebagainya. Bahasa Dayak
merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat dan tersebar luas di seluruh
bagian Pulau Kalimantan. Bahasa Dayak Bahau Bate merupakan salah satu
bahasa daerah yang terdapat di Laham, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan
Timur.
Kabupaten Mahakam Ulu adalah sebuah kabupaten yang terletak di
Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Kutai Barat yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tanggal 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah
Otonomi Baru (DOB). Ibukota Kabupaten Mahakam Ulu ialah Ujoh Bilang. Luas
Wilayahnya sekitar 15.315 km² dan populasi penduduknya berkisar 27.923 jiwa
(2012). Adapun wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Mahakam
Ulu, yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Malinau dan Serawak
(Malaysia Timur), sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai
Kertanegara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat dan
Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat.
Kabupaten Mahakam Ulu dibagi ke dalam 5 kecamatan dan 51
kelurahan/desa, yaitu Kecamatan Long Apari yang mencakup desa Long Apari,
Long Kerioq, Long Pananeh 1, Long Pananeh 2, Long Pananeh 3, Noha Boan,
Noha Silat, Noha Tivab, Tiong Bu’u, dan Tiong Ohang. Kecamatan Long
Pahangai yang mencakup desa Datah Naha, Delang Kerohong, Lirung Ubing, Liu
Mulang, Long Pahangai 1, Long Pahangai 2, Long Isun, Long Lunuk, Long
Lunuk Baru, Long Pakaq, Long Pakaq Baru, Long Tuyoq, dan Naha Aruq.
Kecamatan Long Bagun yang mencakup desa Batoq Kelo, Batu Majang, Long
Bagun Ilir, Long Bagun Ulu, Long Hurai, Long Melaham, Long Merah, Memahak
Ilir, Memahak Ulu, Rukun Damai, dan Ujoh Bilang. Kecamatan Long Hubung
yang mencakup desa Datah Bilang Baru, Datah Bilang Ilir, Datah Bilang Ulu,
Long Hubung Ilir, Long Hubung Ulu, Lutan, Mata Libaq, Memahak Teboq, Sirau,
Tri Pariq Makmur, dan Wana Pariq. Serta Kecamatan Laham yang mencakup
desa Laham, Danum Paroy, Long Gelawang, Nyaribungan, dan Muara Ratah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Untuk lebih jelasnya berikut akan ditampilkan peta wilayah Kabupaten Mahakam
Ulu.
Sumber: http://beritamahulu.wixsite.com/mediautama/berita
Gambar 1. Peta Wilayah Administratif Kabupaten Mahakam Ulu.
Menurut Widjono (1998) dalam Djulius (2015: 21), penduduk asli di
Kalimantan Timur terklarifikasi dalam tujuh kelompok besar, yakni : (1) Luangan
yang terdiri dari Dayak Benuaq, Bentian, Paser, dan Tonyooi; (2) Apo Kayaan
meliputi Dayak Kayaan, Kenyah, Bahau, Punan, Modang, dan Long Gelaat; (3)
Lung Bawan yang terdiri dari Dayak Lundayeh dan Lun Bawan; (4) Mahakam
meliputi Dayak Seputan; (5) Kapuas meliputi Dayak Aoheng dan Bukat; (6)
Barito-Kapuas meliputi Dayak Kahayan dan Bekumpay; (7) Melayu meliputi
Kutai dan Tidung.
Mayoritas masyarakat Kabupaten Mahakam Ulu asal mulanya ialah dari
Apo Kayan yang meliputi Dayak Kayan, Kenyah, Bahau, Punan, Modang, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Long Gelaat. Berkaitan dengan Dayak Bahau, dengan merujuk temuan hasil
lokakarya pendokumentasian Hukum Adat Dayak Bahau, klasifikasi penggunaan
bahasa dan kampung domisili Dayak Bahau di Kabupaten Mahakam Ulu, yaitu
(1) Bahau Busang meliputi Long Lunuk, Datah Naha, Lirung Ubing, Long Isun,
Long Pahangai, Liu Mulang, Long Bagun, Ujoh Bilang, Memahak Besar, Long
Merah, Long Hurai, Long Hubung Ulu, Memahak Teboq, dan Tering Baru. (2)
Bahau Saaq meliputi Laham, Long Hurai, Long Hubung, Ratah, Lutaan, Memah
ak Teboq Lama, Long Daliq, Keliwai, Anah, Tering Lama, Tukul, dan Muara
Muyub. (3) Uma Telivaq yakni Mata Libaq. (4) Long Gelaat meliputi Long
Lunuk, Long Tuyoq, dan Ujoh Bilang. (5) Kayaan meliputi Long Kuling, Long
Pakaq Baru, Delang Krohong, Long Melaham, dan Laham Ulu (Djulius, 2015:
21).
Bahasa yang paling luas pemakaiannya di Kabupaten Mahakam Ulu ialah
bahasa Dayak Bahau yang terdiri atas Bahau Busang dan Bahau Saaq. Bahau
Saaq memiliki sub bahasa yaitu Bahau Bate. Bahau Bate merupakan bahasa lisan
yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat di Laham dan Long Hubung.
Apabila dibandingkan dengan bahasa Kayan, Kenyah, Aoheng, Long
Gelaat dan lain sebagainya, bahasa Bahau memiliki jumlah penutur yang paling
banyak. Bahasa ini cenderung mudah untuk dipelajari dari bahasa lainnya yang
ada di Kabupaten Mahakam Ulu. Bahasa inilah yang kemudian menjadi media
yang digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi bagi kebanyakan
masyarakat Kabupaten Mahakam Ulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Objek penelitian ini adalah imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di
Laham, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Acapkali sebuah kata dasar
atau bentuk dasar perlu diberi imbuhan dulu untuk dapat digunakan dalam
pertuturan (Chaer, 2006:197). Pengimbuhan adalah pembentukan kata jadian
dengan cara melekatkan imbuhan pada bentuk dasar (Baryadi, 2011:40).
Berikut merupakan beberapa contoh imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau
Bate di Laham:
(1) Moq, buwa anih ngataq.
‘Ma, buah ini berair.’
(2) Ihoh ngalung ubai.
‘Dia menggambar bunga.’
Kata berimbuhan ngataq (1) terjadi melalui proses penggabungan kata
dasar ataq ‘air’ dengan awalan ng- yang membentuk kata jadian ngataq ‘berair’.
Dalam proses pembentukannya pelekatan morfem ng- pada bentuk dasar ataq
‘air’ tidak mengakibatkan perubahan fonologis pada unsur- unsur kata jadian
ngataq ‘berair’ yang dibentuknya. Kata dasar ataq ‘air’ yang semulanya
merupakan kategori nomina, setelah diimbuhkan dengan morfem ng- menjadi
imbuhan ngataq ‘berair’ (mengeluarkan air) telah berubah menjadi kategori verba.
Selain itu, makna yang dinyatakan oleh awalan ng- yang membentuk kata jadian
ngataq ‘berair’ ialah ‘mengandung atau berisi’.
Kata berimbuhan ngalung (2) terjadi melalui proses penggabungan kata
dasar kalung ‘gambar’ dengan awalan ng- yang membentuk kata jadian ngalung
‘menggambar’. Dalam proses pembentukannya pelekatan morfem ng- pada
bentuk dasar kalung ‘gambar’ mengakibatkan perubahan fonologis pada unsur-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
unsur kata jadian ngalung ‘menggambar’ yang dibentuknya dan bunyi /k/ pada
kalung menjadi hilang. Kata dasar kalung ‘gambar’ yang semulanya merupakan
kategori nomina, setelah diimbuhkan dengan morfem ng- menjadi imbuhan
ngalung ‘menggambar’ telah berubah menjadi kategori verba. Selain itu, makna
yang dinyatakan oleh awalan ng- yang membentuk kata jadian ngalung
‘menggambar’ ialah ‘melakukan perbuatan yang disebut oleh bentuk dasarnya’.
Dalam penelitian ini, ada tiga hal yang yang akan dibahas, yaitu bentuk,
fungsi, dan makna imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham,
Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Bentuk imbuhan berkenaan dengan
ada tidaknya perubahan fonologis imbuhan dan kata dasarnya. Penggolongan jenis
kata yang dihasilkan oleh proses pembentukan imbuhan menjadi alasan untuk
menganalisis fungsi imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate. Analisis tersebut
menghasilkan deskripsi mengenai dua jenis fungsi imbuhan, yaitu fungsi derivatif
dan fungsi inflektif. Selain itu, analisis mengenai makna yang dinyatakan oleh
imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate juga menghasilkan deskripsi mengenai
makna imbuhan yang adalah gramatikal.
Imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate dipilih menjadi topik untuk
penelitian ini didasarkan pada alasan sebagai berikut. Pertama, dalam bahasa
Dayak Bahau Bate terdapat penggunaan imbuhan. Kedua, sehubungan dengan
adanya penggunaan imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate, hal ini
membuktikan bahwa imbuhan merupakan fenomena kebahasaan yang unik dan
penting untuk diteliti. Ketiga, penelitian tentang imbuhan belum banyak dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
oleh para peneliti khususnya dalam bahasa Dayak Bahau Bate. Keempat, terdapat
bentuk, fungsi, dan makna imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana bentuk imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate?
1.2.2 Apa saja fungsi imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate?
1.2.3 Apa saja makna yang dinyatakan oleh imbuhan dalam bahasa Dayak
Bahau Bate?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah mendeskripsikan penggunaan
imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham, Kabupaten Mahakam Ulu,
Provinsi Kalimantan Timur. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirinci
sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan bentuk imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
1.3.2 Mendeskripsikan fungsi imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
1.3.3 Mendeskripsikan makna imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah bentuk, fungsi, dan makna imbuhan dalam
bahasa Dayak Bahau Bate. Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi
teori imbuhan (pembentukan kata). Hasil penelitian tentang bentuk imbuhan
bermanfaat untuk memberikan penjelasan tentang proses pembentukan imbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dalam bahasa Dayak Bahau Bate. Hasil penelitian tentang fungsi imbuhan
berkenaan dengan peranan imbuhan dalam membentuk kata jadian yang
berkategori tertentu. Hasil penelitian tentang makna imbuhan dalam bahasa Dayak
Bahau Bate berhubungan dengan fungsi semantik pada suatu bentuk yang
kompleks. Penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu linguistik,
terutama linguistik Nusantara.
Hasil penelitian ini juga memiliki manfaat praktis, yaitu untuk membuat
dokumentasi atau perbendaharaan kata imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate
yang dapat digunakan sebagai panduan/pedoman bagi orang-orang yang ingin
belajar atau mengetahui lebih dalam mengenai bahasa dan kebudayaan
masyarakat Dayak Bahau Bate.
Penelitian ini tentunya juga memberikan sumbangan bagi masa depan
pengajaran bahasa daerah (muatan lokal) di Laham, Kabupaten Mahakam Ulu,
Kalimantan Timur.
1.5 Tinjauan Pustaka
Tulisan tentang imbuhan telah dikemukakan sebelumnya oleh Usmar, dkk
(1991) dalam bukunya yang berjudul Morfologi dan Sintaksis Bahasa Binongko.
Dalam penelitian ini, bidang morfologi yang dikemukakan mencakup afiksasi,
reduplikasi, dan pemajemukan beserta bentuk, fungsi, dan maknanya. Proses
morfologis dalam bahasa Binongko dapat berupa afiksasi, reduplikasi, dan
pemajemukan. Dalam bahasa ini terdapat afiks yang tampaknya hanya dapat
berkombinasi dengan numeralia. Afiksasi dalam bahasa Binongko cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tidak menimbulkan proses morfofonemik. Afiks yang dapat menimbulkan proses
morfofonemik agak terbatas. Afiks ho-, ke-, dan noho- hanya dapat menimbulkan
proses morfofonemik jika berkombinasi dengan kata bilangan paa ‘empat’ dan
pitu ‘tujuh’. Fonem /p/ pada kedua kata itu berubah menjadi fonem /h/.
Model penelitian yang sama pun pernah dilakukan oleh Ismail, dkk (1990)
dalam buku yang berjudul Sistem Morfologi Verba Bahasa Kluet. Dalam
penelitian ini disimpulkan bahwa pembentukan jenis verba dengan proses
pengimbuhan dapat dilakukan dengan mengimbuhkan prefiks, sufiks, dan konfiks
pada kata dasar. Afiks pembentuk jenis verba itu adalah prefiks me-, N-, dan per-;
sufiks –kon, dan i-; serta konfiks me-/-kon, me-/-an, N-/-kon, N-/-i, di-/-kon, dan
di-/-i. Afiks ini berfungsi membentuk verba dari jenis kata lain. Adanya
perubahan bentuk mengakibatkan terjadinya perubahan makna. Setiap afiks dapat
membentuk dan memberikan bermacam-macam makna.
Purba, dkk (1997) dalam buku yang berjudul Morfologi Bahasa Ormu
mengemukakan bahwa nomina, numeralia, adjektiva, dan adverba bahasa Ormu
sederhana, dengan pengertian bahwa jenis kata tersebut tidak banyak mengandung
afiksasi dan perubahan bentuk lain. Afiksasi terjadi pada verba, yaitu prefiks
penanda persona pertama tunggal sampai persona ketiga jamak (awk-,kw-, y-, kha-
, ti-, am-, dan j-), sufiks –ne untuk penanda perintah dan kala mendatang, sufiks –
au, -ou, -a, -neni, -tra, nini-, dan –ha sebagai penanda objek persona pertama
tunggal sampai persona ketiga jamak, sufiks –ne untuk kalimat perintah, dan
sufiks –vaine untuk perintah negatif (larangan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Penelitian tentang bahasa Dayak Bahau pernah dikemukakan sebelumnya
oleh Yeq (2013) mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma, dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pengulangan
dalam Bahasa Dayak Bahau di Long Lunuk, Kabupaten Mahakam Ulu,
Kalimantan Timur”. Skripsi tersebut menghsilkan jenis pengulangan, kategori
kata yang dapat mengalami proses pengulangan, dan makna yang ditimbulkan
oleh pengulangan kata dalam bahasa Dayak Bahau di Long Lunuk.
1.6 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang
terumuskan di atas adalah proses morfologis, pengertian imbuhan, bentuk
imbuhan, fungsi imbuhan, dan makna imbuhan.
1.6.1 Pengertian Proses Morfologis
Menurut Baryadi (2011:25), proses morfologis adalah pengubahan bentuk
dasar menjadi kata jadian. Ada empat komponen yang terlibat dalam proses
morfologis, yaitu (i) masukan (input), (ii) proses (process), (iii) hasil atau
keluaran (output), dan (iv) dampak (outcome). Masukan adalah bentuk dasar,
proses merupakan cara pengubahan bentuk dasar, hasil berkaitan dengan jenis
kata jadian, dan dampak berkenaan dengan pengaruh kata jadian dalam satuan
gramatikal yang lebih besar. Dari keempat komponen tersebut, yang dibahas
dalam morfologi adalah masukan, proses, dan hasil, sedangkan komponen
dampak dibahas dalam bidang sintaksis.
Secara umum dalam berbagai bahasa, ada tujuh jenis proses morfologis,
yaitu pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan, modifikasi internal, suplesi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
modifikasi kosong, dan pemendekan (Baryadi, 2011: 26). Dalam penelitian ini
secara khusus akan dibahas salah satu jenis proses morfologis yakni
pengimbuhan.
1.6.2 Pengertian Imbuhan
Proses morfologis bahasa yang akan didalami melalui penelitian ini ialah
mengenai pengimbuhan atau afiksasi. Pengimbuhan adalah pembentukan kata
jadian dengan cara melekatkan imbuhan pada bentuk dasar (Baryadi, 2011: 40).
Pengimbuhan melibatkan tiga komponen, yaitu bentuk dasar, proses
pengimbuhan, dan kata jadian. Bentuk dasar yang terlibat dalam proses
pengimbuhan meliputi morfem-asal terikat, morfem-asal bebas, kata jadian, dan
frasa. Morfem adalah satuan kebahasaan terkecil yang mengandung arti. Morfem
merupakan paduan bentuk dan arti. Karena merupakan unsur langsung pembentuk
kata, penentuan morfem harus menggunakan data berwujud kata. Kata inilah yang
berupa imbuhan.
Proses pengimbuhan itu sendiri melibatkan berbagai jenis imbuhan dalam
bahasa Indonesia, yaitu awalan (preffix), sisipan (inffix), akhiran (suffix), konfiks
(conffix), gabungan imbuhan, partikel, klitik, awalan serapan dari bahasa asing,
dan akhiran serapan dari bahasa asing. Akan tetapi, dalam bahasa Dayak Bahau
Bate hanya terdapat dua jenis imbuhan yakni awalan dan sisipan yang dibahas
dalam penelitian ini.
1.6.3 Pengertian Bentuk Imbuhan
Pengimbuhan juga berkaitan dengan tiga matra dalam proses morfologis,
yaitu bentuk, fungsi, dan arti. Bentuk berkenaan dengan ada tidaknya perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
fonologis pada unsur-unsur pembentuknya. Ada proses morfologis yang tidak
mengakibatkan perubahan fonologis pada unsur-unsur kata jadian, tetapi ada pula
proses morfologis yang menyebabkan perubahan fonologis pada unsur-unsur kata
jadian (Baryadi, 2011:27). Perubahan-perubahan fonem yang mengikuti peristiwa
pembentukan kata dalam ilmu bahasa disebut proses morfofonemis (Muslich,
2008: 41). Menurut Chaer (2008:43-45) ada lima jenis perubahan fonem yang
berkenaan dengan proses morfologi, yaitu pemunculan fonem, pelesapan fonem,
peluluhan fonem, perubahan fonem, dan pergeseran fonem.
Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia, imbuhan awalan di- pada bentuk
dasar tarik tidak mengakibatkan perubahan fonologis pada unsur-unsur kata
jadian yang dihasilkannya, yaitu ditarik. Sebaliknya, pelekatan awalan me(N)-
pada bentuk dasar tarik mengakibatkan perubahan fonologis pada unsur-unsur
kata jadian menarik yang dibentuknya, yaitu awalan me(N)- berubah menjadi
men- dan bunyi /t/ pada tarik menjadi hilang. Jenis proses morfofonemis ini ialah
perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai
akibat terjadinya proses morfologi.
Dalam morfologi, ilmu yang mempelajari morfofonemis disebut
morfofonemik. Morfofonemis bersifat teratur sehingga dapat dirumuskan
kaidahnya yang disebut kaidah morfofonemis. Salah satu kaidah morfofonemis
adalah awalan ber- berubah menjadi be- bila melekat pada bentuk dasar yang
berawal dengan fonem /r/ misalnya ber- + renang – berenang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1.6.4 Pengertian Fungsi Imbuhan
Fungsi berkenaan dengan peranan imbuhan dalam membentuk kata jadian
yang berkategori tertentu. Fungsi berkenaan dengan ada tidaknya perubahan
kategori dari bentuk dasar menjadi kata jadian. Fungsi dibedakan menjadi fungsi
derivatif dan fungsi inflektif (Verhaar, 1999:143) (dalam Baryadi, 2011: 28).
Fungsi derivatif berkenaan dengan proses morfologis yang membentuk kata
jadian yang kategori atau identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya.
Sebagai contoh pengimbuhan morfem ber- pada bentuk dasar payung yang
berkategori nomina berfungsi secara derivatif sebagai pembentuk kata jadian
berpayung yang berkategori verba.
Fungsi inflektif berkenaan dengan proses morfologis yang berfungsi
membentuk kata jadian yang kategorinya sama dengan bentuk dasarnya. Sebagai
contoh morfem ber- yang melekat pada bentuk dasar lari yang berkategori verba
berfungsi secara inflektif sebagai pembentuk kata jadian berlari yang berkategori
verba juga.
Ada imbuhan yang berfungsi sebagai pembentuk satu kategori kata jadian
dan ada pula imbuhan yang berfungsi sebagai pembentuk dua kategori kata jadian
atau lebih.
1.6.5 Pengertian Makna Imbuhan
Matra ketiga dari pengimbuhan adalah arti/makna. Bila melekat pada
bentuk dasar, imbuhan akan menyatakan arti tertentu. Arti yang dinyatakan
imbuhan adalah arti gramatikal, yaitu arti yang timbul akibat pertemuan satuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
gramatikal yang satu dengan satuan gramatikal yang lain. Jenis arti imbuhan
ditentukan oleh komponen arti bentuk dasarnya.
1.7 Metode Penelitian
Dalam upaya untuk memecahkan masalah, peneliti tentu harus mendalami
pokok permasalahannya. Untuk itu diperlukan tiga tahap strategis dalam
mengkajinya, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis
data.
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Sudaryanto (2015: 4) mengatakan bahwa data dimengerti sebagai fenomen
lingual khususnya yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah
yang dimaksud. Upaya penyediaan data dilakukan semata-mata untuk dan demi
kepentingan analisis. Oleh karena dasar pemroduksian data penelitian bahasa ini
ialah data lisan, yakni data yang dihasilkan melalui alat ucap manusia. Maka
pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan metode cakap.
Sudaryanto (2015:203) menyebutkan metode simak atau penyimakan
dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Dengan kata
lain, dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti melakukan penyimakan
terhadap percakapan atau dialog hari-hari yang melibatkan langsung narasumber
atau penutur asli yang dapat menghasilkan data berupa kata imbuhan dalam
bahasa Dayak Bahau Bate. Dalam praktiknya, metode simak dilakukan bersamaan
dengan teknik sadap, dimana si peneliti, untuk mendapatkan data, pertama-tama
dengan segenap kecerdikan dan kemauannya harus menyadap pembicaraan
seseorang atau beberapa orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tak hanya berhenti pada teknik sadap. Pemerolehan data penelitian ini
kemudian harus menggunakan teknik lanjutan, yakni teknik simak libat cakap dan
teknik simak bebas libat cakap. Teknik simak libat cakap ialah kegiatan menyadap
yang dilakukan oleh peneliti dengan berpartisipasi dalam pembicaraan sekaligus
menyimak pembicaraan. Peneliti terlibat langsung dalam dialog.
Teknik simak bebas libat cakap ialah kegiatan menyadap yang dilakukan
oleh peneliti dengan tanpa atau tidak berpartisipasi ketika menyimak. Peneliti
tidak terlibat langsung baik dalam dialog, konversasi, atau imbal wicara; tidak
ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang saling berbicara
(Sudaryanto, 2015:204).
Selain metode simak, penelitian ini juga akan menggunakan metode cakap
yang berarti terjadi kontak antara peneliti dengan penutur selaku narasumber
(informan) yaitu Ibu Ledwina Luhau Song atau yang biasa disapa Ibu Dwin.
Melalui metode ini, peneliti dapat menggunakan beberapa metode, yaitu, teknik
pancing (pemancingan) dimana peneliti dengan segenap cara memancing
narasumber untuk berbicara, dilanjutkan dengan teknik cakap sekemuka (lisan)
dan teknik cakap tansekemuka (tertulis) dengan cara memberikan pertanyaan yang
memancing pemerolehan data yang dalam bentuk tulisan ditujukan kepada
narasumber (informan) yakni ibu Dwin.
Sembari melakukan metode dan teknik yang demikian, peneliti juga harus
menggunakan teknik rekam terhadap tuturan baik itu yang verbal maupun non
verbal yang menjadi wujud data penelitian. Setelah itu, langkah terakhir dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pengumpulan data ialah teknik catat. Peneliti melakukan pencatatan pada kartu
data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi.
Pengumpulan data dalam peneilitian ini dilakukan selama tiga bulan, yakni
pada bulan September, Oktober, dan November tahun 2017. Jumlah data yang
terkumpul dalam penelitian ini ialah 70 kata berimbuhan. Data tersebut sangatlah
cukup untuk penelitian mengenai bentuk, fungsi, dan makna imbuhan dalam
bahasa Dayak Bahau Bate di Laham, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan
Timur.
1.7.2 Metode Analisis Data
Data yang telah diklasifikasikan kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya berupa bagian dari
bahasa itu sendiri. Teknik dasar metode agih ialah teknik bagi unsur langsung
(BUL). Teknik BUL dirasa sangat tepat bagi penelitian ini dimana data yang
berupa kata imbuhan dianalisis proses pembentukannya. Teknik lanjutan dari
teknik BUL dalam analisis data ini ialah teknik baca markah, teknik perluas dan
teknik parafrasa.
Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara membaca
‘permarkah’ dalam suatu konstruksi bahasa. Pemarkahan itu menunjukkan
kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu; dan kemampuan
membaca peranan pemarkah (marker) itu berarti kemampuan menentukan kejatian
yang dimaksud (Sudaryanto, 2015: 129).
(3) Aki midah ikaq man dahalam bate te peka.
‘Saya menunggu kamu dari kemarin tidak ada kelihatan.’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Imbuhan midah (3) berasal dari kata dasar pidah ‘tunggu’. Morfem m-
yang melekat pada kata dasar pidah mengakibatkan perubahan fonologis pada
unsur-unsur kata jadian midah ‘menunggu’ yang dibentuknya dan bunyi /p/ pada
pidah menjadi hilang. Teknik ini digunakan untuk melihat langsung pemarkah
bersangkutan yang terdapat dalam proses pembentukan imbuhan. Fonem /p/ yang
berubah menjadi fonem /m/ merupakan pemarkah dalam proses pembentukan
imbuhan midah ‘menunggu’.Dalam penelitian ini, teknik baca markah digunakan
untuk menjelaskan proses pembentukan imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau
Bate.
Teknik perluas adalah teknik analisis yang berupa perluasan unsur satuan
lingual data itu akan menghasilkan tuturan berbentuk EABCD atau ABCDE bila
tuturan data semula adalah berbentuk ABCD. Apapun tuturan yang dikenai
perluasan, perluasan itu hanya dua macam: ke kiri (ke depan) dan ke kanan (ke
belakang). Kegunaan teknik perluas adalah untuk menentukan segi-segi
kemaknaan (aspek semantis) satuan lingual tertentu. Dalam penelitian ini, teknik
perluas digunakan untuk mengetahui makna imbuhan dan bentuk dasarnya yang
berfungsi dalam pengkategorian kata.
Teknik ubah ujud yang parafrasal. Teknik analisis yang berupa
pengubahan wujud yang parafrasal itu akan menghasilkan tuturan antara lain
berbentuk CBAD atau CBDA dengan B dan A yang berubah wujud, bila tuturan
semula berbentuk ABCD. Pengubahan wujud itu menghasilkan bentuk tuturan
parafrasa yang gramatikal secara bentuk dan berterima secara maknawi
(Sudaryanto, 2015: 107). Dalam kaitannya dengan pengubahan wujud tuturan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
penutur memiliki porsi peranan yang cukup dominan. Parafrasa hasil pengubahan
wujud bukan saja harus mempertahankan informasi semula, tetapi harus tetap
bermakna sepenuhnya. Dalam penelitian ini, teknik parafrasa digunakan untuk
menganalisis makna (gramatikal) yang terdapat pada data berupa imbuhan dalam
bahasa Dayak Bahau Bate di Laham.
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Analisis data dari penelitian ini menghasilkan kaidah tentang proses
pembentukan, fungsi, dan makna imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di
Laham, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Kaidah ini kemudian akan
disajikan dengan metode informal dan formal. Metode penyajian informal adalah
perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis
sifatnya; sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan apa yang umum
dikenal sebagai tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 2015:241).
Metode ini berusaha mendeskripsikan tentang bentuk imbuhan dalam
bahasa Dayak Bahau Bate. Pokok permasalahan yang dideskripsikan ialah tentang
pembentukan, fungsi, dan makna imbuhan. Melalui metode ini, peneliti
membatasi penelitian pada wilayah yang telah ditetapkan, yaitu di Laham,
Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.
1.8 Sistematika Penyajian
Penyajian hasil penelitian ini dibagi ke dalam empat bab. Bab I berisi
pendahuluan yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi ke dalam delapan
sub bab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
penyajian. Bab II berisi deskripsi hasil analisis proses pembentukan imbuhan
dalam bahasa Dayak Bahau Bate. Bab III berisi deskripsi mengenai fungsi
imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate. Bab IV berisi deskripsi mengenai
makna imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham, Kabupaten Mahakam
Ulu, Kalimantan Timur. Bab V berupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB II
BENTUK IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE
2.1 Pengantar
Menurut Baryadi (2011:40), pengimbuhan adalah pembentukan kata
jadian dengan cara melekatkan imbuhan pada bentuk dasar. Dalam bab ini dibahas
bentuk imbuhan yang terdapat dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham,
Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Bentuk imbuhan yang yang
terdapat dalam bahasa Dayak Bahau Bate adalah awalan m-, ke-, ng-, pe-, me-,
nge-, an-, be-, mi-, pek-, ten-, n-, ny-, pet-, pep-, t-, dan sisipan –len-. Dalam
bahasa Dayak Bahau Bate terdapat dua proses pembentukan awalan, yaitu awalan
yang tidak mengakibatkan perubahan fonologis dan awalan yang mengakibatkan
perubahan fonologis. Awalan yang tidak mengakibatkan perubahan fonologis
ialah ke-, pe-, me-, nge-, an-, be-, mi- dan ten-. Sedangkan awalan yang
mengakibatkan perubahan fonologis ialah m-, pek-, ng-, n-, ny-, pet-, pep-, dan t-.
Dalam bahasa Dayak Bahau Bate sisipan –len- diketahui sebagai imbuhan yang
mengakibatkan perubahan fonologis. Oleh karena bentuk berkenaan dengan ada
tidaknya perubahan fonologis pada usnur-unsur pembentuknya maka yang
dibahas dalam penelitian ini ialah awalan yang mengakibatkan perubahan
fonologis dan sisipan yang mengakibatkan perubahan fonologis dalam bahasa
Dayak Bahau Bate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.2 Awalan yang Mengakibatkan Perubahan Fonologis dalam Bahasa
Dayak Bahau Bate
Awalan adalah imbuhan yang melekat pada awal bentuk dasar. Awalan
dapat melekat pada morfem-asal terikat, morfem-asal bebas, dan kata jadian.
Awalan yang mengakibatkan perubahan fonologis dalam bahasa Dayak Bahau
Bate ialah m-, pek-, ng-, n-, ny-, pet-, pep-, dan t-. Berikut merupakan contoh
kaidah awalan yang mengakibatkan perubahan fonologis dalam bahasa Dayak
Bahau Bate.
2.2 1 Kaidah Morfofonemis Awalan M-
Awalan m- dapat menyebabkan bunyi awal pada bentuk dasarnya menjadi
luluh apabila melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p,b,t/.
Berikut ini contohnya.
(4) m- + paik ‘sapu’ maik ‘menyapu’
(5) m- + puhai ‘tiru’ muhai ‘meniru’
(6) m- + puloh ‘tombak’ muloh ‘menombak’
(7) m- + butat ‘putus’ mutat ‘memutuskan’
(8) m- + berung ‘patah’ merung ‘mematahkan’
(9) m- + butaq ‘buta’ mutaq ‘membutakan’
(10) m- + tedah ‘sempit’ medah ‘menyempitkan’
(11) m- + tegook ‘terbentur’ megook ‘membenturkan’
(12) m- + tebat ‘hilang’ mebat ‘menghilangkan’
Pada contoh (4), (5), dan (6) fonem /p/ pada awal bentuk dasar paik,
puhai, dan puloh menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan m-.
Pada contoh (7), (8), dan (9) fonem /b/ pada awal bentuk dasar butat, berung, dan
butaq menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan m-. Pada contoh
(10), (11), dan (12) fonem /t/ pada awal bentuk dasar tedah, tegook, dan tebat
menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan m-. Kaidah perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bunyi awalan m- berlaku pada fonem konsonan dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
Apabila dilekati imbuhan m-, fonem /p,b,t/ pada awal bentuk dasar akan hilang
atau luluh.
Contoh dan uraian mengenai data (4), (5), (6), (7), (8), (9), (10), (11), dan
(12) di atas, menurut Baryadi (2011: 31) dapat dianalisis dengan membagi unsur
langsungnya melalui bantuan diagram pohon (tree diagram) seperti tampak pada
contoh berikut.
(4a) maik
m- /p/aik
(5a) muhai
m- /p/uhai
(6a) muloh
m- /p/uloh
(7a) mutat
m- /b/utat
(8a) merung
m- /b/erung
(9a) mutaq
m- /b/utaq
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(10a) medah
m- /t/edah
(11a) megook
m- /t/egook
(12a) mebat
m- /t/ebat
Diagram 1. Contoh 4-12
Keterangan:
Unsur pembagi
2.2.2 Kaidah Morfofonemis Awalan Pek-
Awalan pek- dapat menyebabkan perubahan bunyi awal pada bentuk
dasarnya menjadi luluh apabila melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /ng,m/. Berikut ini contohnya.
(13) pek- + ngileh ‘turun’ pekileh ‘menurunkan’
(14) pek- + ngesam ‘masuk’ pekesam ‘memasukan’
(15) pek- + ngasa ‘injak’ pekasa ‘menginjak’
(16) pek- + musaang ‘keluar’ pekusaang ‘mengeluarkan’
(17) pek- + muhai ‘meniru’ pekuhai ‘menirukan’
(18) pek- + masap ‘kotoran’ pekasap ‘mengotori’
Pada contoh (13), (14), dan (15) fonem /ng/ pada awal bentuk dasar ngileh,
ngesam, dan ngasa menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan
pek-. Pada contoh (16), (17), dan (18) fonem /m/ pada awal bentuk dasar
musaang, muhai menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan pek-.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Kaidah perubahan bunyi awalan pek- berlaku pada fonem konsonan dalam bahasa
Dayak Bahau Bate. Apabila dilekati imbuhan pek-, fonem /ng,m/ pada awal
bentuk dasar akan hilang atau luluh.
Berikut ialah analisis unsur langsung dari contoh dan uraian data (13),
(14), (15), (16), (17), dan (18) di atas.
(13a) pekileh
pek- /ng/ileh
(14a) pekesam
pek- /ng/esam
(15a) pekasa
pek- /ng/esam
(16a) pekusaang
pek- /m/usaang
(17a) pekuhai
pek- /m/uhai
(18a) pekasap
pek- /m/asap
Diagram 2. Contoh 13-18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Keterangan:
Unsur pembagi
2.2.3 Kaidah Morfofonemis Awalan Ng-
Awalan ng- dapat menyebabkan bunyi awal pada bentuk dasarnya menjadi
luluh apabila melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k/. Berikut
ini contohnya.
(19) ng- + kelingai ‘cermin’ ngelingai ‘bercermin’
(20) ng- + kato ‘kirim’ ngato ‘mengirimkan’
(21) ng- + kefeh ‘angin’ ngefeh ‘berangin’
Pada contoh (19), (20), dan (21) fonem /k/ pada awal bentuk dasar
kelingai, kato, dan kefeh menjadi hilang atau luluh karena dilekatkan dengan
imbuhan ng-. Kaidah perubahan bunyi awalan ng- berlaku pada fonem konsonan
dalam bahasa Dayak Bahau Bate. Apabila dilekati imbuhan ng-, fonem /k/ pada
awal bentuk dasar akan hilang atau luluh.
Berikut ialah analisis unsur langsung dari contoh dan uraian data (19),
(20), dan (21) di atas.
(19a) ngelingai
nge- /k/elingai
(20a) ngato
nge- /k/ato
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(21a) ngefeh
nge- /k/efeh
Diagram 3. Contoh 19-21
Keterangan:
Unsur pembagi
2.2.4 Kaidah Morfofonemis Awalan N-
Awalan n- dapat menyebabkan bunyi awal pada bentuk dasarnya menjadi
luluh apabila melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t,h/. Berikut
ini contohnya.
(22) n- + tukop ‘pukul’ nukop ‘memukul’
(23) n- + tesau ‘lompat’ nesau ‘melompat’
(24) n- + tujo ‘tunjuk’ nujo ‘menunjuk’
(25) n- + hudaan ‘kejar’ nudaan ‘mengejar’
(26) n- + havang ‘tambah’ navang ‘menambah’
(27) n- + habang ‘pakai’ nabang ‘memakai’
Pada contoh (22), (23), dan (24) fonem /t/ pada awal bentuk dasar tukop,
tesau, dan tujo menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan n-. Pada
contoh (25), (26), dan (27) fonem /h/ pada awal bentuk dasar hudaan, havang, dan
habang menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan n-. Kaidah
perubahan bunyi awalan n- berlaku pada fonem konsonan dalam bahasa Dayak
Bahau Bate. Apabila dilekati imbuhan n-, fonem /t,h/ pada awal bentuk dasar akan
hilang atau luluh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Berikut ialah analisis unsur langsung dari contoh dan uraian dari data (22),
(23), (24), (25), (26), dan (27) di atas.
(22a) nukop
n- /t/ukop
(23a) nesau
n- /t/esau
(24a) nujo
n- /t/ujo
(25a) nudaan
n- /h/udaan
(26a) navang
n- /h/avang
(27a) nabang
n- /h/abang
Diagram 4. Contoh 22-27
Keterangan:
Unsur pembagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.2.5 Kaidah Morfofonemis Awalan Ny-
Awalan ny- dapat menyebabkan bunyi awal pada bentuk dasarnya menjadi
luluh apabila melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/. Berikut
ini contohnya.
(28) ny- + sepram ‘pejam’ nyepram ‘memejamkan’
(29) ny- + sitook ‘bertanya’ nyitook ‘menanyakan’
(30) ny- + sapeq ‘gitar’ nyapeq ‘bergitar’
Pada contoh (28), (29), dan (30) fonem /s/ pada bentuk dasar sepram,
sitook, dan sapeq menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan ny-.
Kaidah perubahan bunyi awalan ny- berlaku pada fonem konsonan dalam bahasa
Dayak Bahau Bate. Apabila dilekati imbuhan ny-, fonem /s/ pada awal bentuk
dasar akan hilang atau luluh.
Berikut ialah analisis unsur langsung dari contoh dan uraian dari data (28),
(29), dan (30) di atas.
(28a) nyepram
ny- /s/epram
(29a) nyitook
ny- /s/itook
(30a) nyapeq
ny- /s/apeq
Diagram 5. Contoh 28-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Keterangan:
Unsur pembagi
2.2.6 Kaidah Morfofonemis Awalan Pet-
Awalan pet- dapat menyebabkan bunyi awal pada bentuk dasarnya
menjadi luluh apabila melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /n/.
Berikut ini contohnya.
(31) pet- + nepurung ‘lari’ petepurung ‘berlari’
(32) pet- + nakan ‘panjat’ petakan ‘memanjat’
(33) pet- + nukop ‘memukul’ petukop ‘berpukulan’
Pada contoh (31), (32), dan (33) fonem /n/ pada bentuk dasar nepurung,
nakan dan nukop menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan pet-.
Kaidah perubahan bunyi awalan pet- berlaku pada fonem konsonan dalam bahasa
Dayak Bahau Bate. Apabila dilekati dengan imbuhan pet-, fonem /n/ pada awal
bentuk dasar menjadi hilang atau luluh.
Berikut ialah analisis unsur langsung dari contoh dan uraian data (31),
(32), dan (33) di atas.
(31a) petepurung
pet- /n/epurung
(32a) petakan
pet- /n/akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(33a) petukop
pet- /n/ukop
Diagram 6. Contoh 31-33
Keterangan:
Unsur pembagi
2.2.7 Kaidah Morfofonemis Awalan Pep-
Awalan pep- dapat menyebabkan bunyi awal pada bentuk dasarnya
menjadi luluh apabila melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /m/.
Berikut merupakan contohnya.
(34) pep- + mu’un ‘naik’ pepu’un ‘menaikan’
(35) pep- + megaang ‘kering’ pepegaang ‘mengeringkan’
(36) pep- + mitang ‘potong’ pepitang ‘memotong’
Pada contoh (34), (35) dan (36) fonem /m/ pada bentuk dasar mu’un,
megaang, dan mitang menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan
pep-. Kaidah perubahan bunyi awalan pep- berlaku pada fonem konsonan dalam
bahasa Dayak Bahau Bate. Apabila dilekati dengan imbuhan pep-, fonem /m/ pada
awal bentuk dasar menjadi hilang atau luluh.
Berikut ialah analisis unsur langsung dari contoh dan uraian data (34),
(35), dan (36) di atas.
(34a) pepu’un
pep- /m/u’un
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(35a) pepegaang
pep- /m/egaang
(36a) pepitang
pep- /m/itang
Diagram 7. Contoh 34-36
Keterangan:
Unsur pembagi
2.2.8 Kaidah Morfofonemis Awalan T-
Awalan t- dapat menyebabkan bunyi awal pada bentuk dasarnya menjadi
luluh apabila melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /n/. Berikut
ini contohnya.
(37) t- + nutung ‘bakar’ tutung ‘terbakar’
(38) t- + nubit ‘cabut’ tubit ‘tercabut’
(39) t- + nepang ‘pantang’ tepang ‘pantangan’
Pada contoh (37), (38), dan (39) fonem /n/ pada awal bentuk dasar nutung,
nubit dan nepang menjadi hilang atau luluh karena dilekati dengan imbuhan t-.
Kaidah perubahan bunyi awalan t- berlaku pada fonem konsonan dalam bahasa
Dayak Bahau Bate. Apabila dilekati dengan awalan t-, fonem /n/ akan menjadi
hilang atau luluh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Berikut ialah analisis unsur langsung dari contoh dan uraian data (37),
(38), dan (39) di atas.
(37a) tutung
t- /n/utung
(38a) tubit
t- /n/ubit
(39a) tepang
t- /n/epang
Diagram 8. Contoh 37-39
Keterangan:
Unsur pembagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 1. Awalan yang Mengakibatkan Perubahan Fonologis
dalam Bahasa Dayak Bahau Bate
No Masukan Proses Hasil Arti
4 Paik m- + /p/aik Maik Menyapu
5 Puhai m- + /p/uhai Muhai Meniru
6 Puloh m- + /p/uloh Muloh Menombak
7 Butat m- + /b/utat Mutat Memutuskan
8 Berung m- + /b/erung Merung Mematahkan
9 Butaq m- + /b/utaq Mutaq Membutakan
10 Tedah m- + /t/edah Medah Menyempitkan
11 Tegook m- + /t/egook Megook Membenturkan
12 Tebat m- + /t/ebat Mebat Membuang
13 Ngileh pek- + /n,g/ileh Pekileh Menurunkan
14 Ngesam pek- + /n,g/esam Pekesam Memasukan
15 Ngasa pek- + /n,g/asa Pekasa Menginjak
16 Musaang pek- + /m/usaang Pekusaang Mengeluarkan
17 Muhai pek- + /m/uhai Pekuhai Menirukan
18 Masap pek- + /m/asap Pekasap Mengotori
19 Kelingai ng- + /k/elingai Ngelingai Bercermin
20 Kato ng- + /k/ato Ngato Mengirimkan
21 Kefeh ng- + /k/efeh Ngefeh Berangin
22 Tukop n- + /t/ukop Nukop Memukul
23 Tesau n- + /t/esau Nesau Melompat
24 Tujo n- + /t/ujo Nujo Menunjuk
25 Hudaan n- + /h/udaan Nudaan Mengejar
26 Havang n- + /h/avang Navang Menambah
27 Habang n- + /h/abang Nabang Memakai
28 Sepram ny- + /s/epram Nyepram Memejamkan
29 Sitook ny- + /s/itook Nyitook Menanyakan
30 Sapeq ny- + /s/apeq Nyapeq Bergitar
31 Nepurung pet- + /n/epurung Petepurung Berlarian
32 Nakan pet- + /n/akan Petakan Memanjat
33 Nukop pet- + /n/ukop Petukop Berpukulan
34 Mu’un pep- + /m/u’un Pepu’un Menaikan
35 Megaang pep- + /m/egaang Pepegaang Mengeringkan
36 Mitang pep- + /m/itang Pepitang Memotong
37 Nutung t- + /n/utung Tutung Terbakar
38 Nubit t- + /n/ubit Tubit Tercabut
39 Nepang t- + /n/epang Tepang Pantangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.3 Sisipan yang Mengakibatkan Perubahan Fonologis dalam Bahasa
Dayak Bahau Bate
Sisipan adalah imbuhan yang dilekatkan di dalam bentuk dasar atau
dibubuhkan di tengah bentuk dasar. Sisipan biasanya dilekatkan pada suku awal
kata (Chaer, 2008 : 23). Sisipan yang terdapat dalam bahasa Dayak Bate ialah -
len-. Sisipan –len- dapat mengakibatkan perubahan fonologis dalam bahasa Dayak
Bahau Bate. Berikut merupakan contoh kaidah sisipan yang mengakibatkan
perubahan fonologis dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
2.3.1 Kaidah Morfofonemis Sisipan –len-
Sisipan –len- dapat memunculkan bunyi di tengah bentuk dasar yang
mulanya tidak ada menjadi ada setelah melekat di dalam bentuk dasar. Berikut ini
contohnya.
(40) -len- + ketip ‘jepit’ kelentip ‘terjepit’
Pada contoh (40) fonem /l,e,n/ muncul di tengah bentuk dasar ketip karena
dibubuhkan di tengah kata dasarnya. Kaidah perubahan bunyi sisipan –len-
berlaku pada suku awal kata dalam bahasa Dayak Bahau Bate. Apabila dilekati
dengan sisipan-len-, fonem /l,e,n/ akan muncul pada suku awal kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Berikut ialah analisis unsur langsung dari contoh dan uraian data (40) di
atas.
(40a) kelentip
ke -len- tip
Diagram 9. Contoh 40
Keterangan:
Unsur pembagi
Tabel 2. Sisipan yang Mengakibatkan Perubahan Fonologis
Dalam Bahasa Dayak Bahau Bate
No Masukan Proses Hasil Arti
40 Ketip -len- + ketip Kelentip Terjepit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III
FUNGSI IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE
3.1 Pengantar
Dalam bab ini dibahas mengenai fungsi imbuhan dalam bahasa Dayak
Bahau Bate di Laham, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Hal ini
dilakukan untuk membuktikan peranan imbuhan dalam membentuk kata jadian
yang berkategori tertentu.
Dalam bahasa Dayak Bahau Bate terdapat dua jenis fungsi imbuhan, yaitu
derivatif dan inflektif. Imbuhan yang berfungsi derivatif adalah m-, ke-, ng-, pe-,
nge-, be-, pek-, pep-, dan -len-. Sedangkan imbuhan yang berfungsi inflektif
adalah m-, ng-, pe-, me-, nge-, an-, pek-, ten-, n-, ny-, pet-, pep-, t-, ke-, be- dan
mi-.
3.2 Imbuhan yang Berfungsi Derivatif
Fungsi derivatif berkenaan dengan imbuhan yang berfungsi membentuk
kata jadian yang kategorinya berbeda dengan bentuk dasarnya. Adapun imbuhan
dalam bahasa Dayak Bahau Bate yang berfungsi derivatif ialah awalan m-, ke-,
ng-, pe-, nge-, be-, pek-, pep- dan sisipan –len-.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.2.1 Awalan m-
Awalan m- berfungsi dalam membentuk dua kategori kata, yaitu nomina
yang apabila bentuk dasarnya adjektiva dan verba apabila bentuk dasarnya
nomina dan adjektiva. Berikut merupakan contoh awalan m- yang berfungsi
derivatif dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(41) m- + asap ‘kotor’ masap ‘kotoran’
(42) m- + paik ‘sapu’ maik ‘menyapu’
(43) m- + tedah ‘sempit’ medah ‘menyempitkan’
Asap ‘kotor’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
adjektiva. Akan tetapi setelah dilekati dengan morfem m- bentuk dasar asap
‘kotor’ berubah menjadi imbuhan masap ‘kotoran’. Masap ‘kotoran’ merupakan
kata jadian yang termasuk dalam kategori nomina.
Paik ‘sapu’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori nomina.
Setelah dilekati dengan morfem m- bentuk dasar paik ‘sapu’ berubah menjadi
maik ‘menyapu’. Maik ‘menyapu’ merupakan kata jadian yang termasuk dalam
kategori verba.
Tedah ‘sempit’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
adjektiva. Setelah dilekati dengan morfem m- bentuk dasar tedah ‘sempit’
berubah menjadi medah ‘menyempitkan’. Medah ‘menyempitkan’ merupakan
kata jadian yang termasuk dalam kategori verba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3.2.2 Awalan ke-
Awalan ke- dapat berfungsi dalam membentuk kategori verba apabila
bentuk dasarnya nomina. Berikut merupakan contoh awalan ke- yang berfungsi
derivatif dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(44) ke- + bang ‘tutup’ kebang ‘menutupkan’
Bang ‘tutup’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori nomina.
Namun, setelah dilekati dengan morfem ke- bentuk dasar bang ‘tutup’ berubah
menjadi imbuhan kebang ‘menutupkan’. Kebang ‘menutupkan’ merupakan kata
jadian yang termasuk dalam kategori verba.
3.2.3 Awalan ng-
Awalan ng- dapat berfungsi dalam membentuk kategori verba apabila
bentuk dasarnya nomina. Berikut merupakan contoh awalan ng- yang berfungsi
derivatif dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(45) ng- + anaak ‘anak’ nganaak ‘beranak’
Anaak ‘anak’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
nomina. Akan tetapi setelah dilekati dengan imbuhan ng- bentuk dasar anaak
‘anak’ berubah menjadi imbuhan nganaak ‘beranak’. Nganaak ‘beranak’
merupakan kata jadian yang termasuk dalam kategori verba.
3.2.4 Awalan pe-
Awalan pe- berfungsi dalam membentuk dua kategori kata, yaitu nomina
yang apabila bentuk dasarnya adjektiva dan verba apabila bentuk dasarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
adjektiva dan nomina. Berikut merupakan contoh awalan pe- yang berfungsi
derivatif dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(46) pe- + meh ‘manis’ pemeh ‘pemanis’
(47) pe- + ayaq ‘besar’ peayaq ‘membesarkan’
(48) pe- + harin ‘saudara’ peharin ‘bersaudara’
Meh ‘manis’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
adjektiva. Setelah dilekati dengan morfem pe- bentuk dasar meh ‘manis’ berubah
menjadi imbuhan pemeh ‘pemanis’. Pemeh ‘pemanis’ merupakan kata jadian yang
termasuk dalam kategori nomina.
Ayaq ‘besar’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
adjektiva. Setelah dilekati dengan morfem pe- bentuk dasar ayaq ‘besar’ berubah
menjadi imbuhan peayaq ‘membesarkan’. Peayaq ‘membesarkan’ merupakan
kata jadian yang termasuk dalam kategori verba.
Harin ‘saudara’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
nomina. Setelah dilekati dengan morfem pe- bentuk dasar harin ‘saudara’ berubah
menjadi imbuhan peharin ‘bersaudara’. Peharin ‘bersaudara’ merupakan kata
jadian yang termasuk dalam kategori verba.
3.2.5 Awalan nge-
Awalan nge- berfungsi dalam membentuk kategori verba apabila bentuk
dasarnya adjektiva dan nomina. Berikut merupakan contoh awalan nge- yang
berfungsi derivatif dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(49) nge- + lema ‘lemah’ ngelema ‘melemah’
(50) nge- + hiaq ‘garam’ ngehiaq ‘menggarami’
Lema ‘lemah’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
adjektiva. Setelah dilekati dengan morfem nge- bentuk dasar lema ‘lemah’
berubah menjadi imbuhan ngelema ‘melemah’. Ngelema ‘melemah’ merupakan
kata jadian yang termasuk dalam kategori verba.
Hiaq ‘garam’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
nomina. Akan tetapi, setelah dilekati dengan morfem nge- bentuk dasar hiaq
‘garam’ berubah menjadi imbuhan ngehiaq ‘menggarami’. Ngehiaq ‘menggarami’
merupakan kata jadian yang termasuk dalam kategori verba.
3.2.6 Awalan be-
Awalan be- berfungsi membentuk kategori verba apabila bentuk dasarnya
nomina. Berikut merupakan contoh awalan be- yang berfungsi derivatif dalam
bahasa Dayak Bahau Bate.
(51) be- + haruk ‘perahu’ beharuk ‘berperahu’
Haruk ‘perahu’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
nomina. Setelah dilekati dengan morfem be- bentuk dasar haruk ‘perahu’ berubah
menjadi imbuhan beharuk ‘berperahu’. Beharuk ‘berperahu’ merupakan kata
jadian yang termasuk dalam kategori verba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.2.7 Awalan pek-
Awalan pek- berfungsi membentuk kategori verba apabila bentuk dasarnya
adjektiva. Berikut merupakan contoh awalan pek- yang berfungsi derivatif dalam
bahasa Dayak Bahau Bate.
(52) pek- + asap ‘kotor’ pekasap ‘mengotori’
Asap ‘kotor’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
adjektiva. Setelah dilekati dengan morfem pek- bentuk dasar asap ‘kotor’ berubah
menjadi imbuhan pekasap ‘mengotori. Pekasap ‘mengotori’ merupakan kata
jadian yang termasuk dalam kategori verba.
3.2.8 Awalan pep-
Awalan pep- berfungsi membentuk kategori verba apabila bentuk dasarnya
adjektiva. Berikut merupakan contoh awalan pep- yang berfungsi derivatif dalam
bahasa Dayak Bahau Bate.
(53) pep- + megaang ‘kering’ pepegaang ‘mengeringkan’
Megang ‘kering’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori
adjektiva. Setelah dilekati dengan morfem pep- bentuk dasar megang ‘kering’
berubah menjadi imbuhan pepegang ‘mengeringkan’. Pepegang ‘mengeringkan’
merupakan kata jadian yang termasuk dalam kategori verba.
3.2.9 Sisipan –len-
Sisipan –len- berfungsi dalam membentuk kategori verba apabila bentuk
dasarnya nomina. Berikut merupakan contoh sisipan –len- yang berfungsi
derivatif dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(54) -len- + ketip ‘jepit’ kelentip ‘terjepit’
Ketip ‘jepit’ merupakan kata dasar yang termasuk dalam kategori nomina.
Setelah dilekati dengan morfem –len- bentuk dasar ketip ‘jepit’ berubah menjadi
imbuhan kelentip ‘terjepit’. Kelentip ‘terjepit’ merupakan kata dasar yang
termasuk dalam kategori verba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel. 3 Imbuhan yang Berfungsi Derivatif
dalam Bahasa Dayak Bahau Bate
No Imbuhan Kata
Asal Fungsi Contoh
41
m-
Asap
‘kotor’
Membentuk kategori
nomina.
Naqnuh kung kaq meraan masap?
‘Kenapa kepalamu banyak kotoran?
42 Paik
‘sapu’
Membentuk kategori
verba.
Harai maik betaman kenan araq do’on
lang gaak.
‘Harai menyapu halaman karena
banyak daun yang jatuh.’
43 Tedah
‘sempit’
Membentuk kategori
verba.
Amin ayaq dalo ni medah alaan turan.
‘Rumah besar mereka ini
menyempitkan jalan saja.’
44 ke- Bang
‘tutup’
Membentuk kategori
verba.
Hiping kebang kanan anah dehen
pigan.
‘Hiping menutupkan nasi itu dengan
piring.’
45 ng- Anaak
‘anak’
Membentuk kategori
verba.
Ngau itah nganaak telo Moq.
‘Kucing kita beranak tiga Ma.’
46
pe-
Meh
‘manis’
Membentuk kategori
nomina.
Te pemeh kah halam du anih?
‘Ada pemanis kah dalam minuman
ini?’
47 Ayaq
‘besar’
Membentuk kategori
verba.
Habing lang peayaq anaak hoo anah
man ho uk.
‘Habing yang membesarkan anak
anjing itu dari dia kecil.’
48 Harin
‘saudara’
Membentuk kategori
verba.
Bella dehen Carolin na peharin.
‘Bella dengan Carolin itu bersaudara.’
49
nge-
Lema
‘lemah’
Mebentuk kategori
verba.
Boqroh ngelema man malam re.
‘Nenek melemah dari malam tadi.’
50 Hiaq
‘garam’
Membentuk kategori
verba.
Timang ngehiaq telang no kenan
maseh beleh.
‘Timang menggarami kuahnya karena
masih hambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
51 be- Haruk
‘perahu’
Membentuk kategori
verba.
Kalo ne beharuk man Long Huvung.
‘Kami datang beperahu dari Long
Hubung.’
52 pek- Asap
‘kotor’
Membentuk kategori
verba.
Hi lang pekasap betaman mafa re?
‘Siapa yang mengotori halaman pagi
tadi?’
53 pep- Megaang
‘kering’
Membentuk kategori
verba.
Tanaq ngedap pepegaang kelumaq
ningan tuk mesin uyau anih.
‘Kalau mau mengeringkan selimut bisa
pakai mesin cuci ini.’
54 -len- Ketip
‘jepit’
Membentuk kategori
verba.
Pajung no kelentip haq ang bataang.
‘Kakinya terjepit di antara batang.’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3.3 Imbuhan yang Berfungsi Inflektif
Fungsi inflektif berkenaan dengan imbuhan yang berfungsi membentuk
kata jadian yang kategorinya sama dengan bentuk dasarnya. Adapun imbuhan
dalam bahasa Dayak Bahau Bate yang berfungsi inflektif ialah awalan m-, ng-, pe,
me-, nge-, an-, pek-, ten-, n-, ny-, pet-, pep-, t- ke-, be- dan mi-.
3.3.1 Awalan m-
Awalan m- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan m- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(55) m- + atan ‘antar’ matan ‘mengantar’
Atan ‘antar’ merupakan kata dasar berkategori verba. Setelah dilekati
dengan morfem m- bentuk dasar atan ‘antar’ yang berubah menjadi imbuhan
matan ’mengantar’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Matan ‘mengantar’
merupakan kata jadian yang termasuk dalam kategori verba. Kata dasar atan
‘antar’ dan imbuhan matan ‘mengantar’ berada dalam kategori yang sama yakni
verba.
3.3.2 Awalan ng-
Awalan ng- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan ng- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(56) ng- + kato ‘kirim’ ngato ‘mengirimkan’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Kato ‘kirim’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem ng- bentuk dasar kato ‘kirim’ yang berubah menjadi
imbuhan ngato ‘mengirimkan’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Ngato
‘mengirimkan’ merupakan kata jadian yang termasuk dalam kategori verba. Kata
dasar kato ‘kirim’ dan imbuhan ngato ‘mengirimkan’ berada dalam kategori yang
sama yakni verba.
3.3.3 Awalan pe-
Awalan pe- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan pe- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(57) pe- + hudaan ‘kejar’ pehudaan ‘berkejaran’
Hudaan ‘kejar’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem pe- bentuk dasar hudaan ‘kejar’ yang berubah menjadi
imbuhan pehudaan ‘berkejaran’ tidak mengalami perubahan kategori kata.
Pehudaan ‘berkejaran’ merupakan kata jadian yang termasuk dalam kategori
verba. Kata dasar hudaan ‘kejar’ dan imbuhan pehudaan ‘berkejaran’ termasuk
dalam kategori yang sama yakni verba.
3.3.4 Awalan me-
Awalan me- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan me- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(58) me- + gaak ‘jatuh’ megaak ‘menjatuhkan’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gaak ‘jatuh’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem me- bentuk dasar gaak ‘jatuh’ yang berubah menjadi
imbuhan megaak ‘menjatuhkan’ tidak mengalami perubahan kategori kata.
Megaak ‘menjatuhkan’ merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar
gaak ‘jatuh’ dan imbuhan megaak ‘menjatuhkan’ termasuk dalam kategori yang
sama yakni verba.
3.3.5 Awalan nge-
Awalan nge- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan nge- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(59) nge- + hawaq ‘nikah’ ngehawaq ‘menikah’
Hawaq ‘nikah’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem nge- bentuk dasar hawaq ‘nikah’ yang berubah menjadi
imbuhan ngehawaq ‘menikah’ tidak mengalami perubahan kategori kata.
Ngehawaq ‘menikah’ merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar
hawaq ‘nikah’ dan imbuhan ngehawaq ‘menikah’ termasuk dalam kategori yang
sama yakni verba.
3.3.6 Awalan an-
Awalan an- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan an- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(60) an- + ufui ‘panggil’ anufui ‘dipanggil’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Ufui ‘panggil’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem an- bentuk dasar ufui ‘panggil’ yang berubah menjadi
imbuhan anufui ‘dipanggil’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Anufui
‘dipanggil’ merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar ufui
‘panggil’ dan imbuhan anufui ‘dipanggil’ termasuk dalam kategori yang sama
yakni verba.
3.3.7 Awalan pek-
Awalan pek- berfungsi membentuk kata kerja yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan pek- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(61) pek- + ngesam ‘masuk’ pekesam ‘memasukan’
Ngesam ‘masuk’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem pek- bentuk dasar ngesam ‘masuk’ yang berubah menjadi
imbuhan pekesam ‘memasukan’ tidak mengalami perubahan kategori kata.
Pekesam ‘memasukan’ merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar
ngesam ‘masuk’ dan imbuhan pekesam ‘memasukan’ termasuk dalam kategori
yang sama yakni verba.
3.3.8 Awalan ten-
Awalan ten- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan ten- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(62) ten- + ju ‘angkat’ tenju ‘terangkat’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Ju ‘angkat’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah dilekati
pada morfem ten- bentuk dasar ju ‘angkat’ yang berubah menjadi imbuhan tenju
‘terangkat’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Tenju ‘terangkat’
merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar ju ‘angkat’ dan
imbuhan tenju “terangkat’ termasuk dalam kategori yang sama yakni verba.
3.3.9 Awalan n-
Awalan n- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan n- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(63) n- + tukop ‘pukul’ nukop ‘memukul’
Tukop ‘pukul’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem n- bentuk dasar tukop ‘pukul’ yang berubah menjadi
imbuhan nukop ‘memukul’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Nukop
‘memukul’ merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar tukop
‘pukul’ dan imbuhan nukop ‘memukul’ termasuk dalam kategori yang sama yakni
verba.
3.3.10 Awalan ny-
Awalan ny- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan ny- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(64) ny- + sepram ‘pejam’ nyepram ‘memejamkan’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Sepram ‘pejam’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem ny- bentuk dasar sepram ‘pejam’ yang berubah menjadi
imbuhan nyepram ‘memejamkan’ tidak mengalami perubahan kategori kata.
Nyepram ‘memejamkan’ merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata
dasar sepram ‘pejam’ dan imbuhan nyepram ‘memejamkan’ termasuk dalam
kategori yang sama yakni verba.
3.3.11 Awalan pet-
Awalan pet- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan pet- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(65) pet- + nepurung ‘lari’ petepurung ‘berlari’
Nepurung ‘lari’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem pet- bentuk dasar nepurung ‘lari’ yang berubah menjadi
imbuhan petepurung ‘berlari’ tidak mengalami perubahan kategori kata.
Petepurung ‘berlari’ merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar
nepurung ‘lari’ dan imbuhan petepurung ‘berlari’ termasuk dalam kategori yang
sama yakni verba.
3.3.12 Awalan pep-
Awalan pep- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan pep- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(66) pep- + mu’un ‘naik’ pepu’un ‘menaikan’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Mu’un ‘naik’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem pep- bentuk dasar mu’un ‘naik’ yang berubah menjadi
imbuhan pepu’un ‘menaikan’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Pepu’un
‘menaikan’ merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar mu’un dan
imbuhan pepu’un termasuk dalam kategori yang sama yakni verba.
3.3.13 Awalan t-
Awalan t- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan t- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(67) t- + nutung ‘bakar’ tutung ‘terbakar’
Nutung ‘bakar’ merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah
dilekati dengan morfem t- bentuk dasar nutung ‘bakar’ yang berubah menjadi
imbuhan tutung ‘terbakar’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Tutung
‘terbakar’ merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar nutung
‘bakar’ dan imbuhan tutung ‘terbakar’ termasuk dalam kategori yang sama yakni
verba.
3.3.14 Awalan ke-
Awalan ke- berfungsi membentuk kategori numeralia yang juga sama
dengan bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan ke- yang berfungsi
inflektif dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(68) ke- + duaq ‘dua’ keduaq ‘kedua’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Duaq ‘dua’ merupakan kata dasar yang berkategori numeralia. Setelah
dilekati dengan morfem ke- bentuk dasar duaq ‘dua’ yang berubah menjadi
imbuhan keduaq ‘kedua’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Keduaq
‘kedua’ merupakan kata jadian yang berkategori numeralia. Kata dasar duaq ‘dua’
dan imbuhan keduaq ‘kedua’ termasuk dalam kategori yang sama yakni
numeralia.
3.3.15 Awalan be-
Awalan be- berfungsi membentuk kategori numeralia yang juga sama
dengan bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan be- yang berfungsi
inflektif dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
(69) be- + duaq ‘dua’ beduaq ‘berdua’
Duaq ‘dua’ merupakan kata dasar yang berkategori numeralia. Setelah
dilekati dengan morfem be- bentuk dasar duaq ‘dua’ yang berubah menjadi
imbuhan beduaq ‘bedua’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Beduaq
‘berdua’ merupakan kata jadian yang berkategori numeralia. Kata dasar duaq
‘dua’ dan imbuhan beduaq ‘berdua’ termasuk dalam kategori yang sama yakni
numeralia.
3.3.16 Awalan mi-
Awalan mi- berfungsi membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya. Berikut merupakan contoh awalan mi- yang berfungsi inflektif
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(70) mi- + yak ‘tekan’ miyak ‘menekan’
Yak merupakan kata dasar yang berkategori verba. Setelah dilekati dengan
morfem mi- bentuk dasar yak ‘tekan’ yang berubah menjadi imbuhan miyak
‘menekan’ tidak mengalami perubahan kategori kata. Miyak ‘menekan’
merupakan kata jadian yang berkategori verba. Kata dasar yak ‘tekan’ dan
imbuhan miyak ‘menekan’ termasuk dalam kategori yang sama yakni verba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel. 4 Imbuhan yang Berfungsi Inflektif
dalam Bahasa Dayak Bahau Bate
No Imbuhan Kata
Asal Fungsi Contoh
55 m- Atan
‘antar’
Membentuk
kategori verba.
Liah matan Icha uli tuk motor.
‘Liah mengantar Icha pulang
pakai motor.’
56 ng- Kato
‘kirim’
Membentuk
kategori verba.
Aki ngato ikaq sms man
dahalam.
‘Saya mengirimkan kamu sms
dari kemarin.’
57 pe- Hudaan
‘kejar’
Membentuk
kategori verba.
Duaq naharo pehudaan haq
tana.
‘Mereka berdua main
berkejaran di tanah.’
58 me- Gaak
‘jatuh’
Membentuk
kategori verba.
Ikaq megaak sen no haq
amuh?
‘Kamu menjatuhkan uangnya
di mana?’
59 nge- Hawaq
‘nikah’
Membentuk
kategori verba.
Hiran ikaq ngehawaq?
‘Kapan kamu menikah?’
60 an- Ufui
‘panggil’
Membentuk
kategori verba.
Anufui turan dalo.
‘Dipanggil saja mereka.’
61 pek- Ngesam
‘masuk’
Membentuk
kategori verba.
Dang lidau pekesam buku kaq
halam tas.
‘Jangan lupa memasukan
bukumu dalam tas.’
62 ten- Ju
‘angkat’
Membentuk
kategori verba.
Motor anah ningan tenju man
abak tanaq itoh jat tuk mobil.
‘Motor itu bisa terangkat dari
lubang jika kita tarik pakai
mobil.’
63 n- Tukop
‘pukul’
Membentuk
kategori verba.
Haraan nukop kung ki dehen
paik.
‘Haraan memukul kepalaku
dengan sapu.’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
64 ny- Sepram
‘pejam’
Membentuk
kategori verba.
Luna nyepram mataan no
kenan ho takut ninang kelit.
‘Luna memejamkan matanya
karena dia takut melihat kilat.’
65 pet- Nepurung
‘lari’
Membentuk
kategori verba.
Keluqnan araq petepurung
ninang lipaq ayaq ngesam
uma.
‘Orang banyak berlari melihat
ular besar masuk kampung.’
66 pep- Mu’un
‘naik’
Membentuk
kategori verba.
Kenan berita keluqnan
pepu’un legaan hiaq.
‘Karena berita orang menaikan
harga garam.’
67 t- Nutung
‘bakar’
Membentuk
kategori verba.
Kenan musim tagaq umaq kalo
tutung lepah.
‘Karena musim kemarau
ladang kami terbakar semua.’
68 ke- Duaq
‘dua’
Membentuk
kategori
numeralia.
Belake anah hawaan no lang
keduaq.
‘Lelaki itu suaminya yang
kedua.’
69 be- Duaq
‘dua’
Membentuk
kategori
numeralia.
Kamo beduaq turaan lang
melak haq amin.
‘Kami berdua saja yang
tinggal di rumah.’
70 mi- Yak
‘tekan’
Membentuk
kategori verba.
Dokter miyak butit Vidi lang
perah.
‘Dokter menekan perut Vidi
yang sakit’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB IV
MAKNA IMBUHAN DALAM BAHASA DAYAK BAHAU BATE
4.1 Pengantar
Dalam bab ini akan dibahas mengenai makna yang timbul akibat proses
pembentukan imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham, Kabupaten
Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Pembahasan ini mencakup makna imbuhan
yang dinyatakan (1) awalan m-, (2) awalan ke-, (3) awalan ng-, (4) awalan pe-,
(5) awalan me-, (6) awalan nge-, (7) awalan an-, (8) awalan be-, (9) awalan mi-,
(10) awalan pek-, (11) awalan ten-, (12) awalan n-, (13) awalan ny-, (14) awalan
pet-, (15) awalan pep-, (16) awalan t-, dan (17) sisipan –len-.
4.2 Makna Awalan m-
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan m- ialah benda, bersifat yang
disebut kata dasarnya, dan melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya.
Berikut merupakan contoh makna awalan m- dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
4.2.1 Awalan m- Menyatakan Makna ‘Benda’
Untuk menyatakan makna ‘benda’ awalan m- harus diimbuhakan pada
kata dasar adjektiva.
(71) Naqnuh kung kaq meraan masap?
‘Kenapa kepalamu banyak kotoran?
Kata masap (kotoran) artinya ‘ sesuatu yang menyebabkan kotor misalnya
noda’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4.2.2 Awalan m- Menyatakan Makna ‘Bersifat yang Disebut Kata
Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘bersifat yang disebut kata dasarnya’ awalan m-
harus diimbuhkan pada kata dasar adjektiva.
(72) Naqnuh kung kaq meraan masap?
‘Kenapa kepalamu banyak kotoran?
Kata masap (kotoran) artinya ‘ sesuatu yang menyebabkan kotor misalnya
noda’. Kotoran sama sifatnya dengan kata dasar ‘kotor’.
4.2.3 Awalan m- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebut kata
dasarnya’ awalan m- harus diimbuhkan pada kata dasar verba.
(73) Liah matan Icha uli tuk motor.
‘Liah mengantar Icha pulang pakai motor.’
Kata matan (mengantar) artinya ‘melakukan pekerjaan antar’.
4.3 Makna Awalan ke-
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan ke- ialah membentuk kata bilangan
yang menyatakan tingkat atau kedudukan dalam suatu deretan dan melakukan
perbuatan yang disebut oleh kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna
awalan ke- dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
4.3.1 Awalan ke- Menyatakan Makna ‘Tingkat atau Kedudukan dalam
Suatu Deretan’
Untuk menyatakan makna ‘tingkat atau kedudukan dalam suatu deretan’
awalan ke- harus diimbuhkan pada kata bilangan utama dan letaknya sesudah kata
benda yang diterangkannya.
(74) Belake anah hawaan no lang keduaq.
‘Lelaki itu suaminya yang kedua.’
Kata keduaq (kedua) artinya ‘(suami) yang urutannya nomor dua (dari
suami sebelumnya atau yang pertama)’.
4.3.2 Awalan ke- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebut kata
dasarnya’ awalan ke- harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan
tindakan.
(75) Hiping kebang kanan anah dehen pigan.
‘Hiping menutupkan nasi itu dengan piring.’
Kata kebang (menutupkan) artinya ‘melakukan pekerjaan tutup akan
(nasi)’.
4.4 Makna Awalan ng-
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan ng- ialah berisi atau mengandung
yang disebut kata dasarnya, mengalami atau berada dalam keadaan yang disebut
kata dasarnya, memakai atau mengenakan yang disebut kata dasarnya,
mengeluarkan atau menghasilkan yang disebut kata dasarnya, mempunyai atau
memiliki yang disebut kata dasarnya, dan melakukan perbuatan yang disebut oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kata dasarnya . Berikut merupakan contoh makna awalan ng- dalam bahasa Dayak
Bahau Bate.
4.4.1 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Berisi atau Mengandung yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘berisi atau mengandung yang disebut kata
dasarnya’ awalan ng- harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan zat.
(76) Moq, buwa anih ngataq.
‘Ma, buah ini berair.’
Kata ngataq (berair) artinya ‘berisi atau mengandung air’.
4.4.2 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Mengalami atau Dalam Keadaan
yang Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘merasakan, mengalami, atau dalam keadaan
yang disebut kata dasarnya’ awalan ng- harus diimbuhkan kata sifat yang
menggambarkan keadaan.
(77) Bukaq jendela anah afaan ngefeh uk.
‘Buka jendela itu supaya berangin sedikit.’
Kata ngefeh (berangin) artinya ‘merasakan ada angin’.
4.4.3 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Memakai atau Mengenakan yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘memakai atau mengenakan yang disebut kata
dasarnya’ awalan ng- harus dimbuhkan pada kata benda yang menyatakan pakaian
atau perhiasan.
(78) Hiraan ikaq maq ngufaat?
‘Kapan kamu akan berpakaian?’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Kata ngufaat (berpakaian) artinya ‘memakai atau mengenakan pakaian’
4.4.4 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Mengeluarkan atau Menghasilkan
yang Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘mengeluarkan atau menghasilkan yang disebut
kata dasarnya’ awalan ng- harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan
hasil perbuatan atau kejadian.
(79) Ngaw itah nganaak telo Moq.
‘Kucing kita beranak tiga Ma.’
Kata nganaak (beranak) artinya ‘mengeluarkan, menghasilkan, atau
memelahirkan anak’.
4.4.5 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Mempunyai atau Memiliki yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘mempunyai atau memiliki yang disebut kata
dasarnya’ awalan ng- harus diimbuhkan pada kata benda umum.
(80) Ngulang bate kayo anah?
‘Berduri tidak kayu itu?’
Kata ngulang (berduri) artinya ‘mempunyai atau memiliki duri’.
4.4.6 Awalan ng- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebut kata
dasarnya’ awalan ng- harus diimbuhkan pada kata dasar verba dan nomina.
(81) Aki ngato ikaq sms man dahalam.
‘Saya mengirimkan kamu sms dari kemarin.’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Kata ngato (mengirimkan) artinya ‘melakukan perbuatan atau pekerjaan
kirim’
4.5 Makna Awalan pe-
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan pe- ialah benda atau bahan yang
menjadikan atau menyebabkan yang disebut kata dasarnya dan melakukan
perbuatan yang disebut oleh kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna
awalan pe- dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
4.5.1 Awalan pe- Menyatakan Makna ‘Benda atau Bahan yang
Menjadikan atau Menyebabkan yang Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘benda atau bahan yang menjadikan atau
menyebabkan yang disebut kata dasarnya’ awalan pe- harus diimbuhkan pada kata
dasar adjektiva.
(82) Te pemeh kah halam du anih?
‘Ada pemanis kah dalam minuman ini?’
Kata pemeh (pemanis) artinya ‘benda atau bahan yang menjadikan
(menyebabkan, menambah) manis’.
4.5.2 Awalan pe- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebut kata
dasarnya’ awalan pe- harus diimbuhkan pada kata dasar verba dan adjektiva.
(83) Kerawing lang pebele jaja.
‘Kerawing yang berjualan kue.’
Kata pebele (berjualan) artinya ‘melakukan perbuatan jual terhadap (kue)’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
4.6 Awalan me- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang
Disebut Kata Dasarnya’
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan me- ialah melakukan perbuatan
yang disebut oleh kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna awalan me-
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebut kata
dasarnya’ awalan me- harus diimbuhkan pada kata dasar verba.
(84) Ve mesoh ataq doh no arap.
‘Ve menuangkan air mandinya sendiri.’
Kata mesoh (menuangkan) artinya ‘melakukan perbuatan tuang terhadap
(air)’.
4.7 Makna Awalan nge-
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan nge- ialah tidak sengaja, menjadi
yang disebut kata dasarnya, bekerja dengan bahan yang disebut kata dasarnya,
memakai atau mengenakan yang disebut kata dasarnya, sebabkan jadi yang
disebut kata dasarnya, bekerja dengan alat yang disebut kata dasarnya,
mengeluarkan atau menghasilkan yang disebut kata dasarnya, mempunyai atau
memiliki yang disebut kata dasarnya, dan melakukan perbuatan yang disebut oleh
kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna awalan nge- dalam bahasa
Dayak Bahau Bate.
4.7.1 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Tidak Sengaja’
Untuk menyatakan makna ‘tidak sengaja’ awalan nge- harus diimbuhkan
pada kata dasar nomina atau verba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
(85) Goh no amin dalo ngebang.
‘Sepertinya rumah mereka tertutup.’
Kata ngebang (tertutup) artinya ‘tidak sengaja ditutup’.
4.7.2 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Menjadi yang Disebut Kata
Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘menjadi yang disebut kata dasarnya’ awalan
nge- harus diimbuhkan pada kata dasar nomina dan adjektiva.
(86) Boqroh ngelema man malam re.
‘Nenek melemah dari malam tadi.’
Kata ngelema (melemah) artinya ‘menjadi lemah’.
4.7.3 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Bekerja dengan Bahan yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘bekerja dengan bahan yang disebut kata
dasarnya’ awalan nge- harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan
bahan.
(87) Timang ngehiaq telang no kenan maseh beleh.
‘Timang menggarami kuahnya karena masih hambar.
Kata ngehiaq (menggarami) artinya ‘melakukan kerja dengan garam
sebagai bahannya’.
4.7.4 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Memakai atau Mengenakan yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘memakai atau mengenakan yang disebut kata
dasarnya’ awalan nge- harus diimbuhkan pada kata dasar kata benda yang
menyatakan pakaian atau perhiasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(88) Atang lidau mung aki ngebasung kenaan maq ipat.
‘Sampai lupa juga saya berbaju karena mau cepat.’
Kata ngebasung (berbaju) artinya ‘memakai atau mengenakan baju’.
4.7.5 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Sebabkan Jadi yang Disebut Kata
Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘sebabkan jadi yang disebut kata dasarnya’
awalan nge- harus diimbuhkan pada kata dasar adjektiva.
(89) Ngebaha uk kung kaq bai bate lalau megaang.
‘Basahi sedikit rambutmu biar tidak terlalu kering.’
Kata ngebaha (basahi) artinya ‘menjadikan basah pada (kepala)’.
4.7.6 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Bekerja dengan Alat yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘bekerja dengan alat yang disebut kata
dasarnya’ awalan nge- harus diimbuhkan pada kata dasar nomina yang
menyatakan alat atau perkakas.
(90) Dehen hi Pak tai ngejalaq re?
‘Dengan siapa Bapak pergi menjala tadi?’
Kata ngejalaq (menjala) artinya ‘bekerja dengan alat jala’.
4.7.7 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Mengeluarkan atau
Menghasilkan yang Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘mengeluarkan atau menghasilkan yang
disebut kata dasarnya’ awalan nge- harus diimbuhkan pada kata dasar nomina
yang menyatakan hasil perbuatan atau kejadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
(91) Te hiyap ngeteloh haq ida duma.
‘Ada ayam bertelur di bawah kolong.’
Kata ngeteloh (bertelur) artinya ‘menghasilkan telur’.
4.7.8 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Memiliki atau Mempunyai yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘mempunyai atau memiliki yang disebut kata
dasarnya’ awalan nge- harus diimbuhkan pada kata dasar nomina.
(92) Dian haq umaq ngebuwa jama.
‘Durian di ladang berbuah subur.’
Kata ngebuwa (berbuah) artinya ‘mempunyai atau memiliki buah’.
4.7.9 Awalan nge- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebut oleh kata
dasarnya’ awalan nge- harus diimbuhkan pada kata dasar verba.
(93) Hiran ikaq ngehawaq?
‘Kapan kamu menikah?’
Kata ngehawaq (menikah) artinya ‘melakukan perbuatan nikah’.
4.8 Awalan an- Menyatakan Makna Kata Kerja Pasif
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan an- ialah kata kerja pasif. Berikut
merupakan contoh makna awalan an- dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
Untuk menyatakan makna ‘kata kerja pasif’ awalan an- harus
diimbuhkan pada kata dasar verba.
(94) Anbele turaan no mehek anih.
‘Dijual saja ikan ini.’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kata anbele (dijual) artinya ‘dilakukan pekerjaan jual’.
4.9 Makna Awalan be-
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan be- ialah memakai atau
mengenakan yang disebut kata dasarnya, mengendarai atau menumpang yang
disebut kata dasarnya, himpunan atau kelompok yang terdiri dari yang disebut
kata dasarnya, dan melakukan atau mengerjakan yang disebut kata dasarnya.
Berikut merupakan contoh makna awalan be- dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
4.9.1 Awalan be- Menyatakan Makna ‘Memakai atau Mengenakan yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘memakai atau mengenakan yang disebut kata
dasarnya’ awalan be- harus diimbuhkan pada kata dasar nomina yang menyatakan
pakaian atau perhiasan.
(95) Bulan re panau tuk pempes baqpoh beseluan.
‘Bulan tadi jalan pakai pampers belum bercelana.’
Kata beseluan (bercelana) artinya ‘memakai atau mengenakan celana’.
4.9.2 Awalan be- Menyatakan Makna ‘Menaiki atau Menumpang yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘mengendarai, menaiki, atau menumpang yang
disebut kata dasarnya’ awalan be- harus diimbuhkan pada kata benda yang
menyatakan kendaraan atau angkutan.
(96) Kalo ne beharuk man Long Huvung.
‘Kami datang beperahu dari Long Hubung.’
Kata beharuk (berperahu) artinya ‘menaiki perahu’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
4.9.3 Awalan be- Menyatakan Makna ‘Himpunan atau Kelompok yang
Terdiri dari yang Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘kelompok atau himpunan yang terdiri dari
yang disebut kata dasarnya’ awalan be- harus dimbuhkan pada kata bilangan
utama.
(97) Kamo beduaq turaan lang melak haq amin.
‘Kami berdua saja yang tinggal di rumah.’
Kata beduaq (berdua) artinya ‘kelompok yang terdiri dari dua orang’.
4.9.4 Awalan be- Menyatakan Makna ‘Melakukan atau Mengerjakan
yang Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘melakukan atau mengerjakan yang disebut
kata dasarnya’ awalan be- harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan
kegiatan.
(98) Ikaq lang belagu re?.
‘Kamu yang berlagu tadi?’
Kata belaguq (berlagu) artinya ‘mengerjakan atau melakukan lagu
(bernyanyi)’.
4.10 Awalan mi- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan mi- ialah melakukan perbuatan
yang disebut kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna awalan mi- dalam
bahasa Dayak Bahau Bate.
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebut kata
dasarnya’ awalan mi- harus diimbuhkan pada kata dasar verba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(99) Dokter miyak butit Vidi lang perah.
‘Dokter menekan perut Vidi yang sakit.’
Kata miyak (menekan) artinya ‘melakukan perbuatan tekan.’
4.11 Makna Awalan pek-
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan pek- ialah membuat jadi yang
disebut kata dasarnya pada, sebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, menjadikan
berada di yang disebut kata dasarnya, dan melakukan perbuatan yang disebutkan
oleh kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna awalan pek- dalam bahasa
Dayak Bahau Bate.
4.11.1 Awalan pek- Menyatakan Makna ‘Membuat Jadi yang Disebut Kata
Dasar Pada Objeknya’
Untuk menyatakan makan ‘membuat jadi yang disebut kata dasar pada
objeknya’ awalan pek- harus diimbuhkan pada kata dasar adjektiva.
(100) Hi lang pekasap betaman mafa re?
‘Siapa yang mengotori halaman pagi tadi?’
Kata pekasap (mengotori) artinya ‘membuat jadi kotor pada halaman’.
4.11.2 Awalan pek- Menyatakan Makna ‘Sebabkan Jadi yang Disebut Kata
Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘sebabkan jadi yang disebut kata dasarnya’
awalan pek- harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan keadaan.
(101) Pekileh uk rok kaq na lalau bau ale.
‘Turunkan sedikit rok mu itu terlalu tinggi.’
Kata pekileh (turunkan) artinya ‘jadikan turun’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4.11.3 Awalan pek- Menyatakan Makna ‘Menjadikan Berada di yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘menjadikan berada di yang disebut kata
dasarnya’ awalan pek- harus diimbuhkan pada kata dasar yang menyatakan lokasi,
wadah, atau ruang.
(102) Guru pekusang ihoh man kelas kenan nawan.
‘Guru mengeluarkan dia dari kelas karena berisik.’
Kata pekusang (mengeluarkan) artinya ‘menjadikan berada di luar’.
4.11.4 Awalan pek- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang
Disebut Kata Dasarnya’
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebutkan oleh
kata dasarnya’ awalan pek- harus diimbuhkan pada kata dasar verba.
(103) Tugung Moq pekasa parai baya moh.
‘Ikut Mama menginjak padi nanti ya.’
Kata pekasa (menginjak) artinya ‘melakukan pekerjaan injak’.
4.12 Awalan ten- Menyatakan Makna ‘Dapat atau Sanggup’
Makna yang dinyatakan imbuhan ten- ialah dapat atau sanggup. Berikut
merupakan contoh makna awalan ten- dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
Untuk menyatakan makna ‘dapat atau sanggup’ awalan ten- harus
diimbuhkan pada kata dasar verba.
(104) Motor anah ningan tenju man abak tanaq itoh jat tuk mobil.
‘Motor itu bisa terangkat dari lubang jika kita tarik pakai mobil.’
Kata tenju (terangkat) artinya ‘dapat atau sanggup diangkat’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4.13 Awalan n- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’
Makna yang dinyatakan imbuhan n- ialah melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna awalan n- dalam bahasa
Dayak Bahau Bate.
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebut kata
dasarnya’ awalan n- harus diimbuhkan pada kata kerja.
(105) Ngaw anah nesau man jendela.
‘Kucing itu melompat dari jendela.’
Kata nesau (melompat) artinya ‘melakukan pekerjaan lompat’.
4.14 Awalan ny- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang Disebut
Kata Dasarnya’
Makna yang dinyatakan imbuhan ny- ialah melakukan perbuatan yang
disebutkan oleh kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna awalan ny-
dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebutkan oleh
kata dasarnya’ awalan ny- harus diimbuhkan pada kata dasar verba.
(106) Luna nyepram mataan no kenan ho takut ninang kelit.
‘Luna memejamkan matanya karena dia takut melihat kilat.’
Kata nyepram (memejamkan) artinya ‘melakukan pekerjaan pejam’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
4.15 Awalan pet- Menyatakan Makna ‘Melakukan Perbuatan yang
Disebut Kata Dasarnya’
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan pet- ialah melakukan perbuatan
yang disebut kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna awalan pet- dalam
bahasa Dayak Bahau Bate.
Untuk menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebutkan kata
dasarnya’ awalan pet- harus diimbuhkan pada kata dasar verba.
(107) Tefah ale kelo petakan buwa keluqnan.
‘Berani sekali kalian memanjat buah orang.’
Kata petakan (memanjat) artinya ‘melakukan pekerjaan panjat’.
4.16 Awalan pep- Menyatakan Makna ‘Menyebabkan Jadi yang Disebut
Kata Dasarnya’
Makna yang dinyatakan imbuhan pep- ialah menyebabkan jadi yang
disebut kata dasarnya. Berikut merupakan contoh makna awalan pep- dalam
bahasa Dayak Bahau Bate.
Untuk menyatakan makna ‘menyebabkan jadi yang disebut kata
dasarnya’ imbuhan pep- harus diimbuhkan pada kata dasar adjektiva.
(108) Tanaq ngedap pepegaang kelumaq ningan tuk mesin uyau anih.
‘Kalau mau mengeringkan selimut bisa pakai mesin cuci ini.’
Kata pepegaang (mengeringkan) artinya ‘membuat jadi kering’.
4.17 Makna Awalan t-
Makna yang dinyatakan oleh imbuhan t- ialah tidak sengaja dan sudah
terjadi. Berikut merupakan contoh makna awalan t- dalam bahasa Dayak Bahau
Bate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.17.1 Awalan t- Menyatakan Makna ‘Tidak Sengaja’
Untuk menyatakan makna ‘tidak sengaja’ awalan t- harus diimbuhkan
pada kata dasar verba.
(109) Jin amin dalo tubit kenan hungai ayaq.
‘Tiang rumah mereka tercabut karena sungai besar (banjir).’
Kata tubit (tercabut) artinya ‘tidak sengaja dicabut’.
4.17.2 Awalan t- Menyatakan Makna ‘Sudah Terjadi’
Untuk menyatakan makna ‘sudah terjadi’ awalan t- harus diimbuhkan
pada kata dasar verba.
(110) Kenan musim tagaq umaq kalo tutung lepah.
‘Karena musim kemarau ladang kami terbakar semua.’
Kata tutung (terbakar) artinya ‘peristiwa terbakar itu sudah terjadi’.
4.18 Sisipan –len- Menyatakan Makna ‘Tidak Sengaja’
Makna yang dinyatakan imbuhan –len- ialah tidak sengaja. Berikut
merupakan contoh makna sisipan –len- dalam bahasa Dayak Bahau Bate.
Untuk menyatakan makna ‘tidak sengaja’ sisipan –len- harus diimbuhkan
pada kata dasar verba atau nomina.
(111) Pajung no kelentip haq ang bataang.
‘Kakinya terjepit di antara batang.’
Kata kelentip (terjepit) artinya ‘tidak sengaja dijepit’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel. 5 Makna Imbuhan dalam Bahasa Dayak Bahau Bate
No Imbuhan Makna Contoh
71
m-
Benda
Naqnuh kung kaq meraan
masap?
‘Kenapa kepalamu banyak
kotoran?
72 Bersifat yang disebut kata
dasarnya
Naqnuh kung kaq meraan
masap?
‘Kenapa kepalamu banyak
kotoran?
73 Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Liah matan Icha uli tuk motor.
‘Liah mengantar Icha pulang
pakai motor.’
74
ke-
Menyatakan tingkat atau
kedudukan dalam suatu
deretan
Belake anah hawaan no lang
keduaq.
‘Lelaki itu suaminya yang
kedua.’
75 Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Hiping kebang kanan anah
dehen pigan.
‘Hiping menutupkan nasi itu
dengan piring.’
76
ng-
Berisi atau mengandung
yang disebut kata dasarnya
Moq, buwa anih ngataq.
‘Ma, buah ini berair.’
77
Mengalami atau dalam
keadaan yang disebut kata
dasarnya
Bukaq jendela anah afaan
ngefeh uk.
‘Buka jendela itu supaya
berangin sedikit.’
78 Memakai atau mengenakan
yang disebut kata dasarnya
Hiraan ikaq maq ngufaat?
‘Kapan kamu akan
berpakaian?’
79
Mengeluarkan atau
menghasilkan yang disebut
kata dasarnya
Ngau itah nganaak telo Moq.
‘Kucing kita beranak tiga Ma.’
80 Mempunyai atau memiliki
yang disebut kata dasarnya
Ngulang bate kayo anah?
‘Berduri tidak kayu itu?’
81 Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Aki ngato ikaq sms man
dahalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
‘Saya mengirimkan kamu sms
dari kemarin.’
82
pe-
Menyatakan benda / bahan
yang menjadkan /
menyebabkan yang disebut
kata dasarnya
Te pemeh kah halam du anih?
‘Ada pemanis kah dalam
minuman ini?’
83 Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Kerawing lang pebele jaja.
‘Kerawing yang berjualan
kue.’
84 me- Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Ve mesoh ataq doh no arap.
‘Ve menuangkan air mandinya
sendiri.’
85
nge-
Tidak sengaja
Goh no amin dalo ngebang.
‘Sepertinya rumah mereka
tertutup.’
86 Menjadi yang disebut kata
dasarnya
Boqroh ngelema man malam
re.
‘Nenek melemah dari malam
tadi.’
87 Bekerja dengan bahan yang
disebut kata dasarnya
Timang ngehiaq telang no
kenan maseh beleh.
‘Timang menggarami kuahnya
karena masih hambar.
88 Memakai atau mengenakan
yang disebut kata dasarnya
Atang lidau mung aki
ngebasung kenaan maq ipat.
‘Sampai lupa juga saya
berbaju karena mau cepat.’
89 Sebabkan jadi yang disebut
kata dasarnya
Ngebaha uk kung kaq bai bate
lalau megaang.
‘Basahi sedikit rambutmu biar
tidak terlalu kering.’
90 Bekerja dengan alat yang
disebut kata dasarnya
Dehen hi Pak tai ngejalaq re?
‘Dengan siapa Bapak pergi
menjala tadi?’
91
Mengeluarkan atau
menghasilkan yang disebut
kata dasarnya
Te hiyap ngeteloh haq ida
duma.
‘Ada ayam bertelur di bawah
kolong.’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
92 Memiliki atau mempunyai
yang disebut kata dasarnya
Dian haq umaq ngebuwa
jama.
‘Durian di ladang berbuah
subur.’
93 Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Hiran ikaq ngehawaq?
‘Kapan kamu menikah?’
94 an- Kata kerja pasif
Anbele turaan no mehek anih.
‘Dijual saja ikan ini.’
95
be-
Memakai atau mengenakan
yang disebut kata dasarnya
Bulan re panau tuk pempes
baqpoh beseluan.
‘Bulan tadi jalan pakai
pampers belum bercelana.’
96
Menaiki, mengendarai, atau
menumpang yang disebut
kata dasarnya
Kalo ne beharuk man Long
Huvung.
‘Kami datang beperahu dari
Long Hubung.’
97
Himpunan atau kelompok
yang terdiri dari yang
disebut kata dasarnya
Kamo beduaq turaan lang
melak haq amin.
‘Kami berdua saja yang
tinggal di rumah.’
98
Melakukan atau
mengerjakan yang disebut
kata dasarnya
Ikaq lang belagu re?.
‘Kamu yang berlagu tadi?’
99 mi- Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Dokter miyak butit Vidi lang
perah.
‘Dokter menekan perut Vidi
yang sakit.’
100
pek-
Membuat jadi yang disebut
kata dasar pada objeknya
Hi lang pekasap betaman
mafa re?
‘Siapa yang mengotori
halaman pagi tadi?’
101 Sebabkan jadi yang disebut
kata dasarnya
Pekileh uk rok kaq na lalau
bau ale.
‘Turunkan sedikit rok mu itu
terlalu tinggi.’
102 Menjadikan berada di yang
disebut kata dasarnya
Guru pekusang ihoh man
kelas kenan nawan.
‘Guru mengeluarkan dia dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kelas karena berisik.’
103 Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Tugung Moq pekasa parai
baya moh.
‘Ikut Mama menginjak padi
nanti ya.’
104 ten- Dapat atau sanggup
Motor anah ningan tenju man
abak tanaq itoh jat tuk mobil.
‘Motor itu bisa terangkat dari
lubang jika kita tarik pakai
mobil.’
105 n- Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Ngau anah nesau man
jendela.
‘Kucing itu melompat dari
jendela.’
106 ny- Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Luna nyepram mataan no
kenan ho takut ninang kelit.
‘Luna memejamkan matanya
karena dia takut melihat kilat.’
107 pet- Melakukan perbuatan yang
disebut kata dasarnya
Tefah ale kelo petakan buwa
keluqnan.
‘Berani sekali kalian
memanjat buah orang.’
108 pep- Menyebabkan yang
disebutkan kata dasarnya
Tanaq ngedap pepegaang
kelumaq ningaan tuk mesin
uyau anih.
‘Kalau mau mengeringkan
selimut bisa pakai mesin cuci
ini.’
109
t-
Tidak sengaja
Jin amin dalo tubit kenan
hungai ayaq.
‘Tiang rumah mereka tercabut
karena sungai besar (banjir).’
110 Sudah terjadi
Kenan musim tagaq umaq
kalo tutung lepah.
‘Karena musim kemarau
ladang kami terbakar semua.’
111 -len- Tidak sengaja Pajung no kelentip haq ang
bataang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
‘Kakinya terjepit di antara
batang.’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham, Kabupaten Mahakam Ulu,
Kalimantan Timur terdapat 17 imbuhan yang terdiri dari dua jenis imbuhan yakni
awalan dan sisipan. Imbuhan awalan yang terdapat dalam bahasa Dayak Bahau
Bate ialah m-, ke-, ng-, pe-, me-, nge-, an-, be-, mi-, pek-, ten-, n-, ny-, pet-, pep-,
dan t-. Sedangkan imbuhan sisipannya ialah –len-.
Berdasarkan pembahasan pada bab II, bab III, dan bab IV, didapatkan
tiga temuan. Pertama, terdapat dua imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau Bate di
Laham, yaitu (a) imbuhan yang tidak mengakibatkan perubahan fonologis (awalan
ke-, pe-, me-, nge-, an-, be-, mi-, dan ten-) dan (b) imbuhan yang mengakibatkan
perubahan fonologis (awalan m-, pek-, ng-, n-, ny-, pet-, pep-, t- dan sisipan –len-
).
Kedua, ditemukan dua jenis fungsi imbuhan dalam bahasa Dayak Bahau
Bate di Laham, yaitu (a) fungsi derivatif yang meliputi awalan m- yang
membentuk dua kategori kata yakni nomina yang apabila bentuk dasarnya
adjektiva (asap ‘kotor’ masap ‘kotoran’) dan verba apabila bentuk dasarnya
nomina dan adjektiva (paik ‘sapu’ maik ‘menyapu’ dan tedah ‘sempit’
medah ‘menyempitkan’), awalan ke- yang membentuk kategori verba apabila
bentuk dasarnya nomina (bang ‘tutup’ kebang ‘menutupkan’), awalan ng- yang
membentuk kategori verba apabila bentuk dasarnya nomina (anaak ‘anak’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
nganaak ‘beranak’), awalan pe- yang membentuk dua kategori kata yakni nomina
yang apabila bentuk dasarnya adjektiva (meh ‘manis’ pemeh ‘pemanis’) dan
verba apabila bentuk dasarnya adjektiva dan nomina (ayaq ‘besar’ peayaq
‘membesarkan’ dan harin ‘saudara’ peharin ‘bersaudara’), awalan nge- yang
membentuk kategori verba apabila bentuk dasarnya adjektiva dan nomina (lema
‘lemah’ ngelema ‘melemah’ dan hiaq ‘garam’ ngehiaq ‘menggarami’),
awalan be- yang membentuk kategori verba apabila bentuk dasarnya nomina
(haruk ‘perahu’ beharuk ‘berperahu’), awalan pek- yang membentuk kategori
verba apabila bentuk dasarnya adjektiva (asap ‘kotor’ pekasap ‘mengotori’),
awalan pep- yang membentuk kategori verba apabila bentuk dasarnya adjektiva
(megang ‘kering’ pepegang ‘mengeringkan’), dan sisipan –len- yang
membentuk kategori verba apabila bentuk dasarnya nomina (ketip ‘jepit’
kelentip ‘terjepit’) dan (b) fungsi inflektif yang meliputi awalan m- yang
membentuk kategori verba yang juga sama dengan bentuk dasarnya (atan ‘antar’
matan ‘mengantar’), awalan ng- yang membentuk kategori verba yang juga
sama dengan bentuk dasarnya (kato ‘kirim’ ngato ‘mengirimkan’), awalan pe-
yang membentuk kategori verba yang juga sama dengan bentuk dasarnya (hudaan
‘kejar’ pehudaan ‘berkejaran’), awalan me- yang membentuk kategori verba
yang juga sama dengan bentuk dasarnya (gaak ‘jatuh’ megaak ‘menjatuhkan’),
awalan nge- yang membentuk kategori verba yang juga sama dengan bentuk
dasarnya (hawaq ‘nikah’ ngehawaq ‘menikah’), awalan an- yang membentuk
kategori verba yang juga sama dengan bentuk dasarnya (ufui ‘panggil’ anufui
‘dipanggil’), awalan pek- yang membentuk kategori verba yang juga sama dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
bentuk dasarnya (ngesam ‘masuk’ pekesam ‘memasukan’), awalan ten- yang
membentuk kategori verba yang juga sama dengan bentuk dasarnya (ju ‘angkat’
tenju ‘terangkat’), awalan n- yang membentuk kategori verba yang juga sama
dengan bentuk dasarnya (tukop ‘pukul’ nukop ‘memukul’), awalan ny- yang
membentuk kategori verba yang juga sama dengan bentuk dasarnya (sepram
‘pejam’ nyepram ‘memejamkan’), awalan pet- yang membentuk kategori
verba yang juga sama dengan bentuk dasarnya (nepurung ‘lari’ petepurung
‘berlari’), awalan pep- yang membentuk kategori verba yang juga sama dengan
bentuk dasarnya (mu’un ‘naik pepu’un ‘menaikan’), awalan t- yang
membentuk kategori verba yang juga sama dengan bentuk dasarnya (nutung
‘bakar’ tutung ‘terbakar’), awalan ke- yang membentuk kategori numeralia
yang juga sama dengan bentuk dasarnya (duaq ‘dua’ keduaq ‘kedua’), awalan
be- yang membentuk kategori numeralia yang juga sama dengan bentuk dasarnya
(duaq ‘dua’ beduaq ‘bedua’), dan awalan mi- yang membentuk kategori verba
yang juga sama dengan bentuk dasarnya (yak ‘tekan’ miyak ‘menekan’).
Ketiga, ada berbagai macam makna yang ditemukan dari 17 imbuhan
yang terdapat dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham. Makna yang dinyatakan
oleh masing-masing imbuhan tersebut, yaitu (1) awalan m- ialah menyatakan
benda, bersifat yang disebut kata dasarnya, dan melakukan perbuatan yang disebut
kata dasarnya, (2) awalan ke- ialah menyatakan tingkat atau kedudukan dalam
suatu deretan dan melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya, (3) awalan
ng- ialah menyatakan berisi atau mengandung yang disebut kata dasarnya,
mengalami atau dalam keadaan yang disebut kata dasarnya, memakai atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
mengenakan yang disebut kata dasarnya, mengeluarkan atau menghasilkan yang
disebut kata dasarnya, mempunyai atau memiliki yang disebut kata dasarnya, dan
melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya, (4) awalan pe- ialah
menyatakan benda atau bahan yang menjadikan atau menyebabkan yang disebut
kata dasarnya dan melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya, (5) awalan
me- ialah menyatakan melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya, (6)
awalan nge- ialah menyatakan tidak sengaja, menjadi yang disebut kata dasarnya,
bekerja dengan bahan yang disebut kata dasarnya, memakai atau mengenakan
yang disebut kata dasarnya, sebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, bekerja
dengan alat yang disebut kata dasarnya, mengeluarkan atau menghasilkan yang
disebut kata dasarnya, memiliki atau mempunyai yang disebut kata dasarnya, dan
melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya, (7) awalan an- ialah
menyatakan kata kerja pasif, (8) awalan be- ialah menyatakan memakai atau
mengenakan yang disebut kata dasarnya, menaiki atau menumpang yang disebut
kata dasarnya, himpunan atau kelompok yang terdiri dari yang disebut kata
dasarnya, dan melakukan atau mengerjakan yang disebut kata dasarnya, (9)
awalan mi- ialah menyatakan melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya,
(10) awalan pek- ialah menyatakan membuat jadi yang disebut kata dasar pada
objeknya, sebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, menjadikan berada di yang
disebut kata dasarnya, dan melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya, (11)
awalan ten- ialah menyatakan dapat atau sanggup, (12) awalan n- ialah
menyatakan melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya, (13) awalan ny-
ialah menyatakan melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya, (14) awalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
pet- ialah menyatakan melakukan perbuatan yang disebut kata dasarnya, (15)
awalan pep- ialah menyatakan menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya, (16)
awalan t- ialah menyatakan tidak sengaja dan sudah terjadi, dan (17) sisipan –len-
ialah menyatakan tidak sengaja.
5.2 Saran
Penelitian ini hanya berfokus pada pembahasan mengenai imbuhan
dalam bahasa Dayak Bahau Bate di Laham, Kabupaten Mahakam Ulu,
Kalimantan Timur yang meliputi bentuk imbuhan, fungsi imbuhan, dan makna
imbuhan. Oleh karena imbuhan merupakan bagian yang dibahas dalam bidang
morfologi, ada baiknya jika dilakukan penelitian mengenai bidang morfologi
lainnya seperti pengulangan, pemajemukan, dan pemendekan dalam bahasa
Dayak Bahau Bate guna penyusunan morfologi bahasa Dayak Bahau Bate yang
utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
DAFTAR PUSTAKA
Baryadi, I. Praptomo. 2011. Morfologi Dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
----------. 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma.
----------. 2015. Teori-Teori Linguistik Pascastruktural Memasuki Abad Ke-21.
Yogyakarta. Kanisius.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineke
Cipta.
----------. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineke
Cipta.
Djulius, Horas dkk. 2015. Studi Tentang Seni Budaya dan Adat Istiadat di
Wilayah Kabupaten Mahakam Ulu. Mahakam Ulu: BAPPEDA
Kabupaten Mahakam Ulu.
Ismail, M. Ridwan dkk. 1990. Sistem Morfologi Verba Bahasa Kluet. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Media Utama Borneo. 2015. “Pemprov Kaltim Siap Bantu Kabupaten Mahulu”.
Diunduh dari: http://beritamahulu.wixsite.com/mediautama/berita:pada
tanggal 10 September 2017, pukul 22.46 WIB.
Mursalin, Said dkk. 1984. Sistem Morfologi Kata Kerja Bahasa Massenrempulu.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tata
Bahasa Deskriptif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Purba, Theodorus T. dkk. 1997. Morfologi Bahasa Ormu. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Sikki, Muhammad dkk. 1991. Morfologi Adjektiva Bahasa Bugis. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa; Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis.Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Usmar, Adnan dkk. 2002. Sistem Morfologi Verba Bahasa Mamasa. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
---------. 1991. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Binongko. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Yatim, Nurdin dkk. 1992. Morfologi Kata Kerja Bahasa Muna. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Yeq, Yohana. 2013.”Pengulangan Kata dalam Bahasa Dayak Bahau, di Long
Lunuk, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur”. Srikpsi pada
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI