ILWI Buletin No 01-2013

download ILWI Buletin No 01-2013

of 12

Transcript of ILWI Buletin No 01-2013

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    1/12

    ILWI Buletin No 01-2013 1

    ILWI (Indonesian Land

    reclamation & Water management Institute),

    adalah sebuah lembaga kajian dibidang

    reklamasi dan pengelolaan air. Lembaga iniberupaya untuk menyebarkan informasi dan

    pengetahuan di bidang reklamasi &

    pengelolaan air kepada masyarakat. Salah

    satunya dengan penerbitan buletin.

    Buletin ini kami kirimkan secara

    gratis. Tulisan, saran dan pemberitaan media

    menjadi bagian dari isi buletin ini.

    Alamat :

    Jalan Palapa II No 19,

    Pasar Minggu,

    Jakarta Selatan, 12520

    atau

    P.O. Box 7277/JKSPM

    Jakarta Selatan 12072

    Website : www.pengendalianbanjir.com

    Email : [email protected]

    No : 01-2013

    Maret 2013 uletinPasca Banjir Jakarta 2013:

    Mendesak Pembangunan Infrastruktur

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    2/12

    ILWI Buletin No 01-2013 2

    okezone.com

    PENGANTAR REDAKSI

    Pembaca yang budiman, di awal tahun 2013, ini, Jakarta langsung dikejutkan dengan masalah banjir yang kali ini

    genangannya cukup masif. Bagi ibukota urusan banjir sebenarnya bukan masalah baru, bahkan sudah terkesan usang dan bolak-

    balik dialami kota terbesar di Indonesia. Akan tetapi banjir kali ini lebih istimewa karena bagi Joko Widodo, Gubernur Jakarta,

    ini merupakan kali pertama dia mendapat cobaan banjir. Meski kemungkinan banjir pasti sudah diprediksi oleh gubernur dan

    wakil gubernur yang baru, akan tetapi tetap saja mereka kewalahan menghadapi tekanan masyarakat yang cemas aki bat rumah

    dan harta bendanya yang kebanjiran.

    Jokowi, demikian dia biasa disapa, harus pontang-panting kesana-kemari untuk memantau apakah aparatnya sudah

    bergerak maksimal dalam memberikan bantuan atau sekedar menyapa warganya yang menjadi korban. Basuki Thahaja Purnama,

    wakil gubernur DKI Jakarta, juga melakukan hal yang sama, memantau langsung kondisi warga yang menjadi korban.

    Disamping itu tentu saja mereka juga menawarkan rencana-rencananya berkaitan dengan penanggulangan banjir di ibukota.Pembaca, jika kita mengikuti perkembangan rencana penanggulangan banjir dalam beberapa bulan di awal tahun ini,

    setidaknya ada tiga upaya teknis yang berkembang. Pertama membangun sodetan antara Kali Ciliwung dan Kanal Banjir Timur

    Timur, kedua mempercepat realisasi pembangunan tanggul laut dan ketiga pembangunan rencana deep tunnel. Karena semua itu

    merupakan pembangun fisik maka tentunya rencana itu tidak gampang terealisasi. Butuh waktu, dana dan argumen yang kuat

    untuk bisa melaksanakannya dengan cepat.

    Pembaca, dalam kaitan itu Buletin ILWI kali ini mengangkat pemasalahan dan perkembangan penanggulangan banjir

    di Jakarta. Keterbatasan dana dan ide-ide baru mengenai upaya penanggulangan menjadi bagian dari wacana yang berkembang

    dan pas untuk kita bahas. Untuk itu kami berusaha menyegarkan ingatan dan menambah wawasan pembaca. Akhirnya kami

    ucapkan selamat menikmati buletin edisi pertama tahun 2013 ini.

    .

    Redaksi

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    3/12

    ILWI Buletin No 01-2013 3

    BERHARAP RELOKASI DANA SUBSIDI

    Banjir Jakarta Januari 2013 memaksa pemerintah untuk memacu pembangunan infrastruktur

    pengendalian banjir. Pengalihan dana subsidi bahan bakar minyak menjadi alternatif penambahan dana

    pembangunan.

    Jokowi meninjau banjir Jakarta 2013 solo pos .com

    Sabtu, 19 Januari 2013, merupakan hari kedua

    bagi Sutrisno, 40 tahun, tidak mengemudi taksinya.

    Setelah banjir mencapai puncaknya pada Kamis

    sebelumnya, bapak satu anak ini mengaku merugi jika

    memaksakan diri untuk mencari penumpang pada hari-

    hari tersebut. Pengalaman pada saat banjir besar dua

    hari sebelumnya, dimana laki-laki berkulit gelap ini,

    bukan hanya tidak mendapatkan penumpang, tapi taksiyang sudah dikendarainya selama lima tahun itu, juga

    tidak bisa bergerak kemana-mana.

    Banjir besar di Jakarta membuat Sutrisno

    gamang, risiko tidak mendapatkan penumpang atau

    kenderaan terjebak genangan air, sangat

    menakutkannya. Lebih baik dirumah saja daripada

    memaksa narik, katanya. Sebagai tulang punggung

    keluarga, tidak bekerja semacam ini tentu membebani

    ekonomi keluarga kecilnya. Kalau Jakarta setiap tahun

    banjir semcam ini, berat bagi orang kecil seperti kami,katanya dengan mata menerawang.

    Sutrisno tidak sendiri ada jutaan warga Jakarta

    yang harus kehilangan potensi ekonominya setelah

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    4/12

    ILWI Buletin No 01-2013 4

    genangan air besar menggelontor ibukota. Ganasnya

    banjir di Jakarta membuat banyak orang tidak bisa

    beraktivitas dan banyak pabrik yang tidak berproduksi.

    Triliunan rupiah potensi ekonomi tergerus begitu saja

    terbawa aliran air yang menggenangi ibukota Republik

    Indonesia ini.

    Banjir menghambat perekonomian cincara.com

    Seandainya banjir tidak pernah ada tentulah

    laju perekonomian bisa berkurang hambatannya.

    Apalagi jika banjir tersebut menghantam kota sebesar

    Jakarta, dampak ekonomi yang ditimbulkannya pastilah

    cukup besar, belum lagi hambatan yang disebabkan

    oleh kemacetan lalu lintas. Dua permasalahan besar

    Jakarta tersebut bebar-benar menjadi momok yang

    menakutkan bagi warga dan pengusaha yang berada dikota yang didirikan oleh Fatahillah ini.

    Joko Widodo, Gubernur Daerah Khusus

    Ibukota (DKI) Jakarta, memperkirakan bahwa banjir

    kali ini menyebabkan kerugian hingga 20 triliun rupiah.

    Menurutnya jika keadaan semacam ini berulang terus

    maka akan sangat membebani ekonomi.

    Ditambahkannya jika dana sebanyak itu

    digunakan untuk pembangunan infrastruktur untuk

    mengantisipasi banjir maka akan dapat mengurangi

    potensi banjir. Banjir kali ini memang cukup

    merepotkan, tidak hanya warga yang terkena langsung

    dampak banjir yang menderita. Masyarakat di wilayahlain di Jakarta juga mengalami kesulitan.

    Untungnya harga-harga barang kebutuhan

    pokok masih bisa dikendalikan. Menurut Gita

    Wirjawan, Menteri Perdagangan, meski pada saat banjir

    harga-harga sembako di Jakarta tergolong masih

    terkendali tapi hal semacam ini tidak bisa dibiarkan

    terus menerus. Tapi kalau begini - begini terus, ya

    pastinya kita akan terpengaruh. Logistik akan

    terganggu, ujarnya.

    Menurut Gita harus ada perbaikan infrastruktur

    dalam beberapa waktu ke depan, jika tidak maka

    dampaknya terhadap perekonomian akan semakinbesar.

    Tuntutan untuk mengurangi dampak banjir di

    Jakarta memang cukup kuat beberapa tahun belakangan

    ini. Sama dengan masalah kemacetan, penanggulangan

    banjir selalu menjadi tolok ukur keberhasilan gubernur

    dalam memimpin Jakarta.

    Perlu terobosan untuk perbaikan infrastruktur JG photo

    Dorongan untuk membangun infrastruktur

    penanggulangan banjir sering dikumandangkan para

    pengamat. Masalah klasik seperti keterbatasan dana dan

    pembebasan lahan membuat ruang gerak pemerintah

    menjadi terbatas.

    Sebenarnya akhir tahun 2012 lalu, Jokowi,

    demikian gubernur Jakarta biasa disebut, sempat

    melontarkan idenya untuk mengalihkan dana subsidi

    premium di Jakarta untuk membiayai proyek-proyek

    infrastruktur. Kala itu usul mantan walikota Solo ini,adalah meminta kompensasi memakai dana subsidi

    untuk membangun infrastruktur, salah satunya untuk

    mengurangi kemacetan di ibukota. Ide ini langsung

    menimbulkan pro kontra yang ditanggapi Jokowi

    dengan menebar senyum.

    Usulan untuk mengkompensasi subsidi BBM

    dengan pembangunan infrastruktur kembali bergaung

    ketika Jakarta mengalami banjir besar, Januari lalu.

    Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden, yang

    mengumandangkannya, menurutnya jika ingin

    persoalan banjir dan kemacetan bisa diselesaikan, maka

    infrastruktur harus dibangun dan diperbaiki.Konsekuensinya, subsidi untuk BBM direalokasi untuk

    perbaikan dan pembangunan tersebut.

    Subsidi BBM yang hampir mencapai Rp 300

    triliun lebih bermanfaat bila dipakai untuk

    pembangunan infrastruktur. Untuk itu harus

    ditentukan pilihan, anggaran tersebut mau digunakan

    untuk subsidi BBM atau pembangunan infrastruktur.

    Dana itu (bisa) digunakan untuk memperbaiki jalan,

    perairan, sekolah, hingga mushala agar anak jalan enak

    ke rumah tidak banjir, tegasnya. Meski ini berakibat

    pada orang yang memiliki kendaraan bermotor harus

    membayar bensin dengan harga yang lebih tinggi.Suryo Bambang Sulistio, Ketua Umum Kamar

    Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) juga

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    5/12

    ILWI Buletin No 01-2013 5

    berpendapat perlunya subsidi diberikan pada hal-hal

    yang dianggap penting saja. Subsidi harus direalokasi,

    kalau perlu dihapus sama sekali. Kita setuju jika

    direalokasi. Misalnya untuk pembangunan infrastruktur

    dan pendidikan, jelasnya. Untuk mendorong

    perekenomian maka dipandang perlu untuk lebih

    banyak membangun infrastruktur.

    Sering memakan korban detiknews

    Pengalihan dana subsidi BBM memang

    menjadi pilihan yang cukup menarik untuk

    mengefektifkan penggunanan dana negara. Sudah

    menjadi rahasia umum bahwa dalam kenyataannya

    subsidi BBM yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih

    banyak dinikmati oleh kalangan berduit. Mengingat

    konsumsi BBM lebih banyak disedot oleh warga yang

    memiliki kendaraan bermotor. Padahal logikanyamasyarakat yang memiliki mobil untuk keperluannya

    sehari-hari tidak layak lagi diberi bantuan subsidi oleh

    pemerintah. Karena sejatinya subsidi diberikan untuk

    membantu masyarakat golongan bawah untuk

    memenuhi kebutuhannya.

    Jakarta sebagai kota dengan beragam

    kepentingan sangat memerlukan dorongan

    pembangunan infrastruktur untuk memaksimalkan

    pertumbuhan ekonomi. Karena itu keinginan Jokowi

    untuk mengalihkan subsidi BBM kepada pembangunan

    infrastruktur cukup masuk akal.

    Merambah hingga pusat kota

    Jika ini bisa dilakukan, Jakarta tidak hanya

    mendapat tambahan dana untuk membangun prasarana

    dan sarana yang diperlukan saja, disisi lain akan

    mengurangi juga permakaian BBM masyarakatnya

    untuk urusan-urusan yang tidak perlu. Kalau BBM naik

    tentu saja warga Jakarta akan lebih selektif melakukan

    pergerakan.Bayangkan saja Jakarta yang pemakaian BBM

    sekitar 8 % dari kebutuhan nasional, jika mendapatkan

    bagian dari subsidi yang jumlahnya hampir Rp. 300

    triliun, maka ibukota akan mendapatkan dana

    tambahan pembangunan sekitar Rp. 24 triliun per

    tahunnya. Jika dana sebanyak itu terkonsentrasi untuk

    pembangunan infrastruktur yang mendukung

    transportasi dan penanggulangan banjir, pastilah akan

    memotong waktu yang cukup signifikan untuk

    membuat Jakarta sebagai kota yang benar-benar layak

    sebagai ibukota negara yang produk domestik bruto nya

    masuk dalam 20 besar negara-negara di dunia.

    Triliunan rupiah untuk perbaikan infrastruktur tribunews

    Dana triliunan rupiah yang harus disiapkan

    pemerintah untuk pembangunan angkutan publik, jalan,

    tanggul laut, normalisasi sungai, pembebasan lahan

    untuk ruang terbuka hijau, pembangunan sistem-sistem

    polder, akan banyak terbantu dengan adanya dana

    tersebut. Akibatnya program-program yang jangka

    waktunya puluhan tahun bisa dipotong lebih cepat lagi.

    Sehingga kesengsaraan masyarakat Jakarta tak terlalu

    lama berlangsung.

    Dampaknya tidak hanya itu, kota-kota disekitar

    Jakarta juga akan melakukan hal yang sama, mereka

    tidak lagi bisa bertahan dengan harga BBM yang

    rendah seperti sekarang ini. Karena penduduk Jakarta

    pasti akan menyerbu stasiun-stasiun pengisian bahan

    bakar ke wilayah mereka. Ini pastilah merepotkan kota-

    kota satelit tersebut, akibatnya mereka juga terdorong

    untuk melakukan hal yang sama. Apalagi jika dengan

    menghapuskan dana subsidi mereka mendapat stimulus

    anggaran kompensasi.

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    6/12

    ILWI Buletin No 01-2013 6

    HARUSKAH IBUKOTA PINDAH ?

    Wacana pemindahan ibukota merebak ketika banjir besar menggulung Jakarta. Isu banjir serta

    kemacetan menjadi alasan pemindahannya. Sekalipun ibukota berpindah, tidak mungkin Jakarta

    ditinggalkan dengan masalah banjir dan kemacetan yang tidak terselesaikan.

    Banjir selalu membawa isu perpindahan ibukota ILWI

    Banjir besar pertengahan Januari 2013, benar-

    benar membuat kalang kabut banyak pihak. Tidak

    hanya sumpah serapah saja yang diungkapkan wargayang menjadi korban, kalangan lain juga mengangkat

    isu untuk memindahkan ibukota dai Jakarta. Menuntut

    perpindahan ibukota memang bukan merupakan wacana

    baru di republik ini, macet dan banjir menjadi alasan

    utama.

    Pro kontra masalah perpindahan ibukota

    merebak dengan cepat ketika Jakarta lumpuh akibat

    genangan air. Pemerintah pun menanggapi wacana

    tersebut, dan meminta agar usul tersebut

    dipertimbangkan secara matang terlebih dahulu. Hatta

    Rajasa, Menteri Koordinator Perekonomian, mengaku

    telah memiliki beberapa studi terkait pemindahan

    ibukota negara dari Jakarta. Kita jangan latah hanya

    karena banjir kemudian kita berpikir lagi seperti itu.

    Namun pikiran-pikiran itu bagus saja menurut saya,"

    kata Hatta.

    Menurutnya memindahkan ibukota itu bukan

    perkara mudah, karena penempatan ibukota di DKI

    Jakarta sudah diatur dalam undang-undang. Kalau

    kita mau memindahkan, maka harus berpikir panjang

    dari segi lokasi, pembiayaan, dan lain-lain," jelas Hatta.

    Ditambahkannya yang mendesak sebenarnya adalah

    penataan tata ruang dan wilayah Jabodetabek, sehingga

    kondisi banjir seperti saat ini bisa dicegah.

    Isu memindahkan ibukota yang cukup hangat

    diperbincangkan ditengah-tengah hujan deras yang

    kerap mengguyur Jakarta, bukanlah satu bahasan yang

    tepat untuk diangkat. Apalagi ditengah-tengah

    kesibukan orang untuk melakukan tindakan tanggapdarurat pasca banjir yang menghantam kota yang

    berpenduduk lebih dari sepuluh juta jiwa ini.

    Perbincangan yang dilakukan pada saat momen yang

    kurang tepat, seolah-olah akan menimbulkan

    pertanyaan, apakah jika ibukota dipindah maka masalah

    banjir atau kemacetan lalu lintas tak perlu lagi di

    selesaikan di Jakarta?

    Harus diingat penanggulangan banjir dan

    penyelesaian masalah kemacetan tidak harus dikaitkan

    dengan pemindahan ibukota. Bagaimanapun juga dua

    masalah besar itu harus tetap diselesaikan meski ibukota

    berpindah sekali pun. Bahkan sebagai pusat

    perekonomian dan industri, Jakarta dan kota-kota

    disekitarnya tidak bisa lagi berlarut-larut dalam

    menyelesaikan kedua permasalahan ini. Jika tidak bisa,

    maka triliunan rupiah potensi ekonomi yang dimiliki

    akan terbuang percuma.

    Padahal kesempatan untuk membawa

    kehidupan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan

    sangat tergantung kepada efektifitas pemanfaatan

    potensi potensi ekonomi yang dimiliki. Karena itu

    disetiap kali ada peristiwa banjir semacam ini kita tidak

    lagi harus mengangkat isu pemindahan ibukota. Lebih

    baik mencari solusi yang tepat untuk mengenyahkan

    banjir dari Jakarta dalam waktu dekat.

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    7/12

    ILWI Buletin No 01-2013 7

    Terowongan Multifungsi :

    MENGANGKAT KEMBALI IDE LAMA

    Ide terowongan bawah tanah pertama kali diangkat enam tahun lalu. Biaya yang besar dan efektifitas

    fungsi dari terowongan menjadi pertimbangan. Kementerian Pekerjaan Umum terkesan hati-hati dalam

    menyikapi bangkitnya ide lama ini.

    Berharap terowongan multifungsi untuk mengurangi banjir

    Kamis, 1 Maret, 2007, Fauzi Bowo, Wakil

    Gubernur DKI Jakarta, kala itu, tekun mendengarkan

    paparan dari Badan Regulator. Pertemuan yang terjadi

    enam tahun silam itu sangat penting, maklum beberapa

    hari sebelumnya Jakarta baru saja dilibas banjir besar,

    yang memakan korban cukup banyak. Banjir terbesar

    dalam sejarah ibukota Indonesia. Karena itu Sutiyoso,

    Gubernur Jakarta kala itu, merasa perlu mengambil

    langkah-langkah yang penting untuk mengurangi

    dampak banjir.

    Saat itu Badan Regulator menjelaskan

    mengenai Deep Tunnel Reservoir System (DTRS),

    sistem yang dianggap bisa menjadi terobosan untuk

    menanggulangi banjir Jakarta. Dimana rencananya akan

    dibangun kanal raksasa dibawah permukaan tanah yang

    bisa mengalirkan air dalam jumlah besar. Menurut

    Fauzi Bowo, sistem ini sangat mungkin dilaksanakan di

    ibukota. Nanti tidak ada warga yang menentang

    proyek ini karena terowongan dan tandon dibangun di

    dalam tanah, katanya saat itu.

    Menurut Ahmad Lanti, ketua Badan Regulator,

    pembangunan deep tunnel ini tidak membutuhkan

    waktu yang terlalu lama. Dia mengambil contoh

    Singapura yang membangun kanal sepanjang 70

    kilometer hanya dalam tiga tahun. Kalau di Jakarta,

    kan hanya 17 kilometer. Jadi, bisa dibangun satu sampai

    dua tahun saja, jelasnya. Pertemuan antara Badan

    Regulator dan wakil gubernur ini adalah untuk memberi

    masukan pada pemerintah provinsi yang akan

    memaparkan rencana ini di Dewan Perwakilan Rakyat

    (DPR) dan Wapres Jusuf Kalla.

    Akan tetapi setelah beberapa tahun berselang

    rencana itu raib bak ditelan bumi. Tidak ada tindak

    lanjutnya bahkan dikalangan masyarakat nyaris tidak

    ada wacana deep tunnel tersebut. Sampai akhirnya di

    awal tahun 2013, sehabis meninjau gorong-gorong yang

    mampet di jalan Thamrin, Joko Widodo, Gubernur

    Jakarta, mengutarakan keinginannya untuk membuat

    terowongan raksasa. Sejak itu, ide deep tunnel seakan

    bangkit kembali.

    Tidak seperti di jaman Sutiyoso dan Fauzi

    Bowo, kali ini isu deep tunnel ini langsung menjadi

    berita hangat di berbagai media. Gaya khas Jokowi dan

    popularitas yang lagi menempel didirinya, berhasil

    membetot banyak perhatian dari berbagai kalangan atas

    ide ini. Tentu saja gagasan terowongan multiguna ini

    disambut oleh berbagai pihak baik yang pro dan kontra.

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    8/12

    ILWI Buletin No 01-2013 8

    Menurut Jokowi nantinya terowongan itu

    memiliki 5 fungsi, sebagai jalan tol, saluran air bersih,

    saluran limbah, sebagai jalur kabel listrik dan serat

    optik, serta yang paling utama untuk menampung

    limpasan air akibat banjir. Terowongan yang

    diperkirakan berdiameter 16 meter ini diperkirakan

    mampu menampung 2,5 juta meter kubik air.

    Dibangun sepanjang 19 kilometer mulai kawasan MTHaryono, Ciliwung, hingga Pluit. Untuk membangun

    terowongan sepanjang itu pemerintah diperkirakan

    harus merogoh kocek hingga Rp. 16 triliun.

    Kanal yang juga bisa digunakan untuk jalan raya dot.gov

    Seperti yang diberitakan Tempo, Firdaus Ali,

    pendukung ide terowongan ini menyatakan bahwa

    konsep gorong-gorong yang akan diterapkan di Jakarta

    ini merupakan terobosan, dengan mengadopsi kanal

    yang sama yang telah ada di 5 negara sebelumnya yaitu

    Amerika Serikat, Hongkong, Jepang, Malaysia, danSingapura.

    Pembangunan Smart Tunnel di Malysia Allmalaysia.info

    Pintu masuk terowongan Multifungsi di Malaysia

    Disetiap negara rata-rata kanal mempunyai satu

    fungsi. Misalnya di Boston, Amerika Serikat yang

    berfungsi sebagai jalan tol, di Singapura sebagai

    pengendali limbah dan di Jepang sebagai pengendali

    banjir. Nah, untuk Jakarta rencananya terowongan itu

    memiliki 5 fungsi sekaligus, itulah makanya

    terowongan ini dikenalkan dengan sebutan Multi-

    Purpose Deep Tunnel (MPDT).

    Multi fungsi dari terowongan ini yang disebut

    sebut sebagai nilai lebih dari sistem ini, ternyata masih

    dipertanyakan kefektifitasannya oleh ahli lain. Salah

    satunya adalah Joko Luknanto, guru besar pengairan

    dari Universitas Gadjah Mada. Dalam blog nya, Joko

    membandingkan dengan terowongan yang ada di KualaLumpur, Malaysia. Buletin ILWI nomor 1 tahun 2009,

    pernah juga membahas mengenai kanal yang di Kuala

    Lumpur dinamakan dengan SMART (Stormwater

    Management And Road Tunnel) itu.

    Menurut Joko Luknanto terowongan itu akan

    lebih mahal dibandingkan Kuala Lumpur (KL) karena

    posisi Jakarta yang relatif datar dan rendah serta

    beberapa daerah berada di bawah permukaan laut.

    Sedangkan KL berada lebih tinggi dari permukaan

    laut sehingga akhirnya air yang akan dipompakan dari

    kanal ke laut menyedot energi potensial yang lebih

    tinggi. Tentu ini menyebabkan biaya yang tidak sedikitpula. Dia menyimpulkan bahwa terowongan semacam

    ini sama sekali tidak efektif diterapkan untuk

    pengendalian banjir di Jakarta.

    Mantan Dirjen Sumberdaya Air PU Ir Siswoko,

    dalam kolomnya di harian Kompas, juga meragukan

    efektifitas manfaat terowongan ini.

    Pemerintah pusat sendiri cenderung hati-hati

    menanggapi rencana itu. Djoko Kirmanto, Menteri

    Pekerjaan Umum, menilai konsep proyek terowongan

    multifungsi ini masih belum jelas benar. "Itu harus

    dievaluasi dulu, konsepnya aja belum tahu, belum

    jelas," kata Djoko Selasa, 22 Januari 2013. Djokobelum tahu juga apakah terowongan ini direncanakan

    mau dijadikan flat way atau dijadikan reserved di

    bawah tanah.

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    9/12

    ILWI Buletin No 01-2013 9

    MENGGEBER PEMBANGUNAN TANGGUL LAUT

    Niat Jokowi mempercepat pembangunan tanggul laut disetujui pemerintah pusat. Ahok yakin tanggul

    laut akan memperbaiki kualitas lingkungan Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum berharap

    perencanaan dilakukan secara matang agar tahu mana bagian tanggul yang harus dibangun terlebih

    dahulu.

    Tanggul Laut mengubah Teluk Jakarta ILWI

    Baru beberapa bulan menjabat sebagai

    gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Joko

    Widodo, dipusingkan dengan gelontoran air dalam

    jumlah besar yang menggenangi ibukota. Dengan gaya

    khasnya, mantan walikota Solo, ini harus pontang

    panting kesana kemari memantau dan memberi instruksi

    ke daerah-daerah yang terkena banjir. Sesekali

    diselinginya dengan mengadakan rapat koordinasi

    dengan instansi terkait.

    Jokowi, demikian dia kerap disapa, juga

    langsung melihat rencana-rencana apa yang telah

    disiapkan oleh pendahulunya serta mencari jalan keluar

    lain yang mungkin dilakukan. Pembangunan deeptunel

    atau saluran raksasa di bawah tanah menjadi salah satu

    rencananya yang langsung mendapat tanggapan dari

    berbagai pihak. Disamping itu Jokowi bersama

    pemerintah pusat juga berencana untuk segera membuat

    sodetan yang menghubungkan Kali Ciliwung dan Kanal

    Banjir Timur.

    Selain membuat rencana baru, Jokowi juga

    mendorong rencana yang dianggapnya cukup baik yang

    telah dilakukan gubernur sebelumnya. Seperti

    pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall

    (GSW), yang sudah mulai dilakukan pengkajian sejak

    jaman Gubernur Fauzi Bowo dulu. Jokowi sendiri

    menganggap bahwa pembangunan tanggul laut ini

    harus lebih didorong lagi agar realisasinya bisa cepat

    dilaksanakan.

    Proyek itu rencananya baru akan dibangun

    setelah tahun 2020. Gubernur sendiri tampaknya tidak

    mau terlalu lama untuk segera merealisasaikan

    pembangunan tanggul laut tersebut . "Kelamaan itu.

    Tahun depanlah, jangan lama-lama lah mulainya," kata

    Jokowi, awal Februari 2013 lalu. Untuk memastikan itu

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    10/12

    ILWI Buletin No 01-2013 10

    pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, dengan

    bantuan Belanda, terus melakukan kajian, terutama

    berkenaan dengan perhitungan teknis pembangunan

    fisik, ekonomi dan masalah lingkungan. "Masih terus

    diproses rencana pembangunan ini. Secepatnya akan

    segera kita putuskan, jelasnya.

    Pembangunan tanggul laut memakan waktu lama

    Sepakat dengan Jokowi, Basuki Tjahaja

    Purnama, Wakil Gubernur DKI Jakarta, juga

    memandang penting adanya tanggul laut ini. Bahkan

    Ahok, demikian dia biasa dipanggil, yakin bahwa

    pembangunan GSW, yang nantinya dilakukan dengan

    cara mereklamasi pantai utara Jakarta, justru akan

    memperbaiki kualitas lingkungan di Jakarta. Semua

    ekosistem di Jakarta sudah habis rusak oleh pencemaran

    sungai-sungai. Makanya diperbaiki itu denganreklamasi," ujarnya.

    Menurutnya kelak dikemudian hari, laut yang

    berada di luar dari GSW, merupakan laut yang benar-

    benar bersih tanpa ada pencemaran. Sementara air yang

    berada didalam waduk, yang berasal dari sungai-sungai

    di Jakarta akan diolah sebagai sumber bahan baku air

    bersih. Sehingga pasokan bahan baku air bersih di

    ibukota bisa melimpah dan tidak tergantung lagi

    dengan Jatiluhur. Ahok juga berani menantang para ahli

    lingkungan, tentang upaya yang dilakukan Pemprov

    DKI Jakarta berkenaan dengan pembangunan tanggul

    laut ini.Bahkan dalam kesempatan teleconference

    dengan mahasiswa dan para ahli Indonesia yang berada

    di luar negeri, Ahok juga menanggapi dengan santai

    pertanyaan-pertanyaan kritis berkaitan dengan upaya

    penanggulangan banjir di Jakarta. Salah satunya

    adalah mengenai mahalnya biaya pembangunan GSW.

    Ahok mengatakan bahwa Pemprov DKI akan menutup

    biaya mahal tersebut lewat investor yang mau

    menanamkan modalnya di sana.

    Dalam kesempatan tersebut Retno LP Marsudi,

    Duta Besar Republik Indonesia, untuk Kerajaan

    Belanda, menyatakan bahwa masalah tata kelola air

    merupakan satu bentuk kerjasama potensial yang bisa

    dilakukan antara Pemerintah Belanda dan juga

    Pemerintah Indonesia. Menurutnya Belanda dan

    Indonesia mempunyai 94 proyek berkaitan dengan

    tatakelola perairan, dimana 27 di antaranya berada di

    Jakarta dan yang terbaru adalah Jakarta Coastal

    Defence System (JCDS).

    Memperbaiki kualitas lingkungan phy.orgDimana JCDS inilah yang merumuskan strategi

    Jakarta dalam menghadapi ancaman air di pantai utara

    Jakarta, yaitu dengan melakukan pembangunan tanggul

    laut. Bahkan untuk tahun 2013 ini pemerintah Belanda

    juga telah menyiapkan tim konsultannya untuk

    membuat masterplan pembangunan GSW. Ini tentu

    saja merupakan berita gembira, karena langkah

    penataan Teluk Jakarta semakin bisa lebih cepat

    direalisasikan.

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    11/12

    ILWI Buletin No 01-2013 11

    Ahok, sendiri juga memperbincangkan

    pembangunan tanggul laut itu dengan Frans CGM

    Timmermans, Menteri Luar Negeri Belanda. Secara

    umum mereka membicarakan beberapa proyek

    strategis, salah satunya adalah mengenai pembangunan

    tanggul laut. termasuk mengatasi banjir. Saya bilang,

    kami bukan cuma mau bikin tembok raksasa saja. Kami

    ingin bikin seperti New Manhattan, supaya jadi kotabaru," kata Ahok setelah ketemu Timmermans, Rabu 20

    Februari 2013.

    Belakangan keinginan Jokowi untuk

    mempercepat pembangunan tanggul laut tampaknya

    mulai mendapat dukungan dari pemerintah pusat.

    Tidak tanggung-tanggung pemerintah menargetkan

    peletakan batu pertama (ground breaking) akan

    dilakukan pada tahun 2014. "Kami akan mempercepat

    schedule dari tiga tahapan pembangunan giant sea

    wall, yang tadinya ditargetkan rampung pada tahun

    2020," jelas Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Bidang

    Perekonomian, 6 Maret 2013.

    Mengenai pendanaan Hatta mengatakan

    bahwa pemerintah akan mengalokasikan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan porsi

    kecil selebihnya akan diperoleh dari swasta melaluiskema public private partnership. Ditambahkannya

    proyek ini sangat penting untuk penataan pantai Jakarta

    terutama untuk pengendalian banjir . "Tidak hanya sisi

    hilirnya saja, tapi juga sisi hulu untuk pengendalian air

    dan pengendalian banjir, sekaligus pembangunan

    kawasan yang terpadu," jelas Hatta.

    TIM KAJIAN TANGGUL RAKSASA

    pesatnews

    Keinginan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    untuk segera melanjutkan rencana pembangunan

    tanggul raksasa tidak bertepuk sebelah tangan. Djoko

    Kirmanto, Menteri Pekerjaan Umum (PU), menyambut

    baik keinginan itu. "Saya sangat mendukung dan yakin

    tanggul itu bisa dilakukan," ujarnya. Menurutnya

    pembangunan giant sea wall merupakan salah satu

    resolusi yang bisa dilakukan pemerintah untuk

    mengatasi banjir Jakarta. Apalagi, muka air laut terus

    naik akibat pemanasan global dan turunnya permukaan

    tanah Jakarta.

    Kementerian PU juga sudah melakukan

    kerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan

    Teknologi (BPPT) untuk membentuk tim kajian

    pembangunan tanggul laut raksasa. Bahas giant sea

    wall, sudah ada timnya, sudah kita susun orang-

    orangnya," kata Djoko, 27 Februari 2012 setelah

    bertemu dengan Marzan Iskandar, Kepala BPPT.

    Tim yang bertugas mengkaji secara

    komprehensif manfaat dan dampak keberadaan tanggul

    laut itu terhadap penanganan banjir ibu kota, ini akan

    bekerja selama satu tahun.

    Disamping mengkaji secara teknis tim ini juga

    harus memberikan analisa dampak lingkungannya.

    Dampaknya terhadap lingkungan harus benar-benar

    diperhatikan agar keberadaan tanggul ini benar-benar

    menguntungkan dan tidak memperburuk kondisi alam

    disekitarnya..

    Menurut Marzan BPPT sendiri sudah

    memantau dan menganalisa GSW sejak rencana

    pembangunan tanggul itu mulai diwacanakan. "Giant

    sea wall harus diintegrasikan dengan sistem

    penanganan banjir secara kesuluruhan. Di DKI, yang

  • 7/30/2019 ILWI Buletin No 01-2013

    12/12

    ILWI Buletin No 01-2013 12

    sudah ada apa saja, performanya gimana. Sistem

    banjirnya gimana, apakah sudah optimal atau perlu

    diperbaiki," tutur Marzan.

    Meski Indonesia dianggapnya sudah mampu

    membangun proyek tersebut, Marzan berpendapat

    bahwa kita harus terbuka untuk mengadopsi teknologi

    asing bila hal tersebut dinilai lebih baik. "Kita terbuka

    untuk terima teknologi luar, tapi prioritas yang ada di

    dalam negeri, harus pertimbangkan kontribusi tenaga

    ahli dalam negeri. Jangan sampai adopsi luar, padahal

    di dalam sendiri sebenarnya mampu," tambah Marzan.

    .

    Jakarta Menuju Kota Modern

    Bagaimana Tanggul Laut Bisa Merubah Ibu kota ?

    Telah terbit buku :

    Memasuki Era Tanggul LautHarapan Baru di Teluk Jakarta

    Membahas mengenai permasalahan Jakarta,

    kerawanan daerah delta, kecenderungan

    semakin tenggelamnya sebagian wilayah

    ibukota, isu-isu strategis dan potensi Teluk

    Jakarta, analisis keselamatan tanggul laut

    hingga pengembangan Jakarta menuju kota

    modern untuk bersaing dengan kota-kota

    terkemuka di dunia.

    Untuk pemesanan bisa melalui email ke: :

    [email protected]

    atau

    di toko buku Gramedia di kota anda