Ilmu Lingkungan

download Ilmu Lingkungan

of 11

description

Biologi

Transcript of Ilmu Lingkungan

LAPORANPRAKTIKUM ILMU LINGKUNGANTanggapan Masyarakat Kawasan PPGS Madukismo Terkait Aktivitas Pabrik Penggilingan Gula dan Spritus (PGPS) Madukismo, Kasihan, Bantul

Disusun olek kelompok 5 :Rizka Budiasti12308144001Annisa Milda N12308144005Anton Pandapotan12308144011Lia Pramusintia DM12308144016Aji Suhandy12308144021

BIOLOGI SWADANAJURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2014

BAB IPENDAHULUAN

A. (Latar Belakang) kenapa? Urgensi? Pentingnya persoalan linMadukismo pabrik yang sudah lama ada Aktivitas masyarakat sekitar pabrikIsu-isu limbah pabrikIlmu lingkungan

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana kondisi lingkungan secara umum di kawasan PPGS Madukismo?2. Dampak apa yang paling dirasakan masyarakat kawasan PPGS Madukismo terkati aktivitas penggilingan gula dan spritus di PPGS Madukismo? 3. Bagaimana tanggapan masyarakat terkait aktivitas penggilingan gula dan spritus di PPGS Madukismo?

C. Tujuan1. Mengetahui kondisi lingkungan secara umum di kawasan PPGS Madukismo.2. Mengetahui dampak yang paling dirasakan masyarakat kawasan PPGS Madukismo terkati aktivitas penggilingan gula dan spritus di PPGS Madukismo? 3. Mengetahui tanggapan masyarakat terkait aktivitas penggilingan gula dan spritus di PPGS Madukismo?

BAB IIDASAR TEORIA. Sejarah Singkat Pabrik Gula Madukismo atau MadubaruPT. Madubaru yang terletak di daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai usaha pokok Pabik Gula Dan Pabrik Spiritus.yang terkenal dikalangan masyarakat luas dengan sebutan PG/PS Madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan Agro Industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan bebas diera globalisasi dengan petani sebagaimitra sejati (Anonim, 2012) .Pabrik gula Madukismo didirikan pada tahun 1995 atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Setelah itu pada tanggal 29 Mei 1958 diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno. Pabrik gula ini mulai berproduksi pada tahun 1958 sedangkan pabrik alkohol dan spiritus baru berproduksi pada tahun 1959. Kontraktor utama di Pabrik Gula Madukismo adalah Machine Fabriek Sangerhausen, Jerman Timur. Status perusahaan adalah Perseroan Terbatas(PT) yang memiliki 2 pabrik yaitu Pabrik Gula (PG) dan Pabrik Spiritus (PS) Madukismo. Pemilik saham 65% adalah Sri Sulatan Hamengkubuwono X dan 35% milik pemerintah Republik Indonesia.B. ProduksiProduksi Utama (dari PG. Madukismo) adalah Gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi di pantau oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Sedangkan Produksi Samping (dari PS. Madukismo) adalah Alkohol murni (kadar minimal 95%) dan Spiritus bakar (kadar 94% ) Mutu dipantau oleh balai penelitian kimia departemen perindustrian dan PT. Sucoffindo Indonesia.C. Panenan ( Pasca Panen )Tebu dipanen setelah cukup masak,dalam arti kadar gula(sakarosa) maksimal, dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor kemasakan, koefesiensi daya tahan dan lain-lain. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum giling dimulai tebu diangkat dari kebun dengan truck atau roli tebu. Pelaksanaan tebang bisa dilaksanakan petani sendiri atau diserahkan pabrik dengan biaya oleh petani sesuai kesepakatan dalam FMPG (Forum Musyawarah Produksi Gula). Beberapa KUD yang mandiri telah dapat melaksanakan tebang angkut sendiri. Kapasitas tebang harus sama dengan kapasitas giling agar tidak terjadi stagnasi di emplasement yang akan menurunkan rendemen, dan sebaliknya kekurangan tebu akan menyebabkan berhenti giling, produksi ampas berkurang, sehigga perlu subleksi BBM untuk bahan bakar stasiun boiler, jumlah tebu ditebang per hari sekitar 3000 ton, alat transportasinya 80% menggunakan truck 20% dengan lori.D. Proses Pengolahan di PG Madukismo1. Pemerahan Nira ( Extraction )Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi). Untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa unigrator mark IV digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran 36x 64. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar tebu distasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke stasiun pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan.2. Pemurnian niraMadukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70-75 c, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, dan diberi gas SO2dalam peti sulfitasi sampai pH 7 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100-105c. Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring menggunakan rotary vacum filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya (blothong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blothong ini dibawah 2%. Nira jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.3. Penguapan niraNira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem Quadruple Effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakan. Total luas bidang pemanas 5990 m VO. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2sebagai bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.4. KristalisasiNira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gulaC dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vacum sebesar 65 CmHg , sehingga suhu didihnya hanya 65C, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog).5. Puteran gula ( Centripuge )Alat ini bertugas memisahkan gula dengan larutannya (stroop) dengan gaya sentrifugal.6. Penyelesaian dan Gudang GulaDengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dopisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik (polipropoline), kapasitas 50 kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen 8% maka pada kapasitas 3000 tth di peroleh gula 2400 ku atau 4800 sak.7. Pembangkit Tenaga Uap atau Tenega ListrikSebagai penghasil tenaga uap di gunakan 5 buah ketel pipa air newmark @ 6 ton/jam masing-masing 440 m VO dengan tekanan kerja 15 kg/cm dan 1 buah ketel cheng-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenega listrik. Sebagai bahan bakar di pakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1800 kkl/kg dan kekurangannya ditambah dengan BBM.E. LimbahLimbah adalah sisa hasil produksi /buangan yang kehadirannya pada saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi dan ekologis. Berdasarkan sumbernya, limbah dibagi menjadi 2 yaitu limbah domestik dan limbah industri. Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair, limbah gas dan partikel, serta limbah padat. Polutan limbah cair dapat berupa padatan, bahan buangan yang membutuhkan oksigen, mikroorganisme, komponen organic sintetik, nutrient tanaman, minyak, senyawa organik dan mineral, dan bahan radioaktif. Limbah gas dan partikel berasal dari penggunaan bahan baku, proses dan sisa pembakaran. Limbah padat bersumber dari hasil produksi atau hasil pemakaian alat pemenuhan kebutuhan hidup manusia.Limbah cair bersumber dari sisa buangan produksi atau pemakaian hasil produksi dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia (Mohana, 2011). Pada umumnya limbah cair bersifat merugikan. Adapun kandungan limbah cair meliputi padatan, bahan buangan yang membutuhkan oksigen, mikroorganisme, komponen organik sintetik, nutrien tanaman, minyak, senyawa organik dan mineral, bahan radioaktif serta panas. Indikator yang dapat menentukan adanya limbah cair yaitu : nilai pH/keasamaan/alkanitas, suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan, nilai BOD, pencemaran mikroorganisme phatogen, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan bahan radioaktif. Limbah padat merupakan hasil buangan industri atau domestik berupa padatan, lumpur dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan.Penurunan kualitas lingkungan hidup, salah satunya disebabkan pencemaran yang telah melebihi ambang batas. Sumber pencemar yang cukup besar saat ini umumnya dihasilkan oleh air limbah aktifitas rumah tangga, meskipun juga tidak mengesampingkan air limbah industri yang semakin hari semakin dirasakan peningkatan pencemarannya di dalam badan air.Air limbah industri mengandung bahan pencemar yang dapat berupa bahan pencemaran umum dan bahan beracun (Rajkumar, 2010). Bahan pencemaran umum adalah bahan-bahan yang secara tidak langsung membahayakan kesehatan manusia, yaitu bahan organik, lumpur, minyak, asam dan alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna,bau, panas, dan bahan anorganik. Air limbah yang mengandung bahan bahan pencemar tersebut apabila tingkat konsentrasinya cukup tinggi akan mengganggupengguna air, membuat kehidupan manusia pengguna air menjadi tidak nyaman, atau merusak ekosistem.Apabila air limbah yang mengandung bahan pencemar tersebut langsung dialirkan ke lingkungan (seperti sungai atau badan air lainnya), akan mengakibatkan terjadinya pencemaran pada badan air tersebut. Pemerintah telah menetapkan baku mutu efluen dan baku mutu beberapa badan air sesuai dengan peruntukannya. Baku mutu menetapkan kualitas dan debit maksimal yang harus dipenuhi. Kualitas effluent dalam baku mutu ditetapkan dengan memberikan batasan kadar maksimal beberapa parameter bahan pencemar yang terdapat dalam effluent suatu jenis industri. Pengelolaan air limbah ditujukan agar effluent dapat memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Baku mutu air limbah juga menetapkan debit maksimal effluent, sehingga pengambilan air juga akan terkendali dan dapat menjaga ketersediaan sumber air baik air permukaan maupun air tanah dalam. Akan tetapi karena kurangnya pengawasan dan tingkat kesadaran dari pelaku usaha, sering terjadi penyumbatan muka air tanah dangkal sehingga kekurangan air bersih di beberapa tempat yang merupakan area industri dan padat penduduk.Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan air limbah mutlak dikelola agar tidak melampaui ambang batas toleransi lingkungan. Salah satu dasar hukum yang mengatur pengelolaan ini terkait dengan IPAL. Instalasi ini sangat penting, sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 dinyatakan bahwa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sangat diperlukan dalam upaya menurunkan kadar parameter pencemar dalam limbah, agar diperoleh limbah cair dengan kualitas baik dan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada industri merupakan salah satu penanganan limbah cair yang harus dilakukan oleh kegiatan Industri, mengingat limbah ini lazimnya dibuang ke perairan umum, sedangkan di sisi lain perairan umum dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat sekitar (Jenie dan Rahayu, 1994).Air limbah, sesuai dengan sumber asalnya, mempunyai komposisi yang sangat bervariasi pada setiap tempat dan saat. Akan tetapi secara garis besar zat zat yang terdapat didalam air limbah secara detail (kandungan dan sifat-sifatnya), mempunyai sifat yang dibedakan menjadi tiga bagian besar antara lain sifat fisik, kimia dan bologis. Cara pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui sifat tersebut dilaksanakan secara berbeda beda sesuai dengan keadaannya. Analisa jumlah dan satuan biasanya diterapkan untuk penelaahan bahan kimia, sedangkan analisa dengan menggunakan penggolongan banyak diterapkan apabila menganalisa kandungan biologisnya.Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/1988, yang dimaksud dengan pencemaran adalah Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehngga kualitas udara/air menajdi kurang atau Dengan semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan transportasi, baik indutri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri jasa dan jenis aktivitas manusia lainnya, maka semakin meningkat pulabtingkat pencemaran pada perairan, udara dan tanah akibat berbagai kegiatan tersebut.Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai aktivitas tersbeut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan sebagainya (Rachmayanti, 2004).

BAB IIIMETODEA. Alat dan Bahan1. Alata. Alat tulisb. Bukuc. Recorderd. Kamera2. Bahana.

B. Langkah Kerja1. Melakukan observasi awal (survey) kondisi lingkungan sekitar kawasan pabrik Madukismo.2. Menentukan lokasi pengambilan data (lokasi wawancara) berdasarkan letak pemukiman terhadap pabrik.dan pertimbangan mayoritas pekerjaan penduduk sekitar pabrik.3. Melakukan wawancara terhadap narasumber yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pertimbangan lokasi tempat tinggal narasumber dan pekerjaannya.4. Melakukan tinjauan kembali kawasan sekitar pabrik guna membuktikan hasil wawancara.5. Rekapitulasi data diikuti dengan pengolahan data.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data pengamatan1. Peta lokasi pengambilan data

UI

i2. iiIIIIIPPGS MadukismoHasil wawancaraKeterangan :JalanJalur pembuangan limbahPemukiman pendudukSawahSungaia. i : Sungai Bedhogb. ii Sungai WinongoLokasi pengambilan dataa. I : Dukuh Jogonalan b. II : Rogocolo RT 10 Tirtonirmoloc. III : Mrisi RT 06 Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul

B. Pembahasan (ada Data sekunder)BAB VKESIMPULAN dan PEMBAHASANA. KesimpulanB. Daftar PustakaDwidjoseputro, D. 1991.Ekologi Manusia Dengan Lingkungan. Jakarta: Erlangga

http://sustainablemovement.wordpress.com/2012/12/10/pengolahan-limbah-pada-pg-madukismo-lembah-hijau-multi-farm-pt-kepurun-pawana-dan-joglo-tani/

Jenie dan Rahayu. 1994. Penanganan Limbah Industri Pangan. Jogjakarta : PT. KanisiusMohana V.S. et al.. 2011. Effect of Treated and Untreated Coffea Waste Water on Growth, Yields and Quality of Paramosa Grass (Cymbopogon muttai L.) var motta. International Journal of Research in Chemistry and Environment. 1 (2) : 111-117.

Rajkumar et al.. 2010. Ground Water Contaminate Due to Municipal Solid Waste Disposal-AGIS Based Study in Erode City. International Journal of Environmental sciences. 1 (1) : 39 55.