Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

16
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur seraya kita penjatkan kepada Alloh swt, karena atas curahan dan limpahan rahmat serta karuniaNya lah kita semua bisa beraktifitas menjalankan semua tugas kita. Sholawat beserta salam semoga selamanya tercurah limpahkan kepada jungjunan kita semua yaitu Nabi Muhammad saw, serta keluarganya, sahabatnya, tabi’in tabi’atnya serta kita semua selaku ummatnya aamiin ya Robbal Alamin. Setelah penulis memanjatkan puji serta syukur serta sholawat, penulis sengaja menyusun makalah ini untuk di ajukan sebagai tugas mata kuliah Agama 5 (Hadist) di Fakultas Sains dan Teknologi, dengan harapan dapat bermanfaat baik bagi diri pribadi penulis maupun untuk semua rekan rekan civitas akademik, dan lebih umumnya untuk semua yang membaca makalah ini. Penulis menyadari bahwa sebagai menusia biasa tentunya tidak terlepas dari kesalahan dan kehilafan terutama dalam penyajian materi atau pun penulisan makalah ini, untuk itu, penulis sangat berharap bagi siapa saja yang menemukan kesalahan pada makalah ini, mohon untuk bisa memeberitahukan kepada penulis serta mengembalikan kepada kebenaran yang sesungguhnya. Akhirnya penulis menyerahkan semua urusan kepada Alloh, karena hanya kepadaNya lah kita semua harus berserah diri. Pekanbaru, September 2014 Penulis

description

imu Dirayah hadits

Transcript of Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

Page 1: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur seraya kita penjatkan kepada Alloh swt, karena atas curahan dan

limpahan rahmat serta karuniaNya lah kita semua bisa beraktifitas menjalankan semua tugas

kita. Sholawat beserta salam semoga selamanya tercurah limpahkan kepada jungjunan kita

semua yaitu Nabi Muhammad saw, serta keluarganya, sahabatnya, tabi’in tabi’atnya serta kita

semua selaku ummatnya aamiin ya Robbal Alamin.

Setelah penulis memanjatkan puji serta syukur serta sholawat, penulis sengaja menyusun

makalah ini untuk di ajukan sebagai tugas mata kuliah Agama 5 (Hadist) di Fakultas Sains

dan Teknologi, dengan harapan dapat bermanfaat baik bagi diri pribadi penulis maupun untuk

semua rekan – rekan civitas akademik, dan lebih umumnya untuk semua yang membaca

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa sebagai menusia biasa tentunya tidak terlepas dari kesalahan dan

kehilafan terutama dalam penyajian materi atau pun penulisan makalah ini, untuk itu, penulis

sangat berharap bagi siapa saja yang menemukan kesalahan pada makalah ini, mohon untuk

bisa memeberitahukan kepada penulis serta mengembalikan kepada kebenaran yang

sesungguhnya.

Akhirnya penulis menyerahkan semua urusan kepada Alloh, karena hanya kepadaNya lah

kita semua harus berserah diri.

Pekanbaru, September 2014

Penulis

Page 2: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………….2

Daftar Isi…………………………………………………………………………..3

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………….…..4

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………….…..3

1.2 Perumusan Masalah……………………………………………………..……3

1.3 Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………………3

BAB II. PEMBAHASAN…………………………………………………………4

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………14

Daftar Pustaka……………………………………………………………………..15

Page 3: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadits merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al Qur’an, akan tetapi keaslian

matan sebuah hadits tidak ada jaminan secara langsung baik dari Alloh maupun dari

Rosululloh sendiri, beda halnya dengan Al Qur’an yang keasliannya mendapat jaminan

dari Alloh.

Oleh karena itu, kita selaku ummat islam harus selektif terhadap teks – teks yang

dikatakan hadits apakah itu sohih, hasan atau bahkan do’if. Untuk menyekesi hadits

tersebut maka kita perlu mengetahui ulumul hadits.Diantara sebahagian dari ulumul

hadits ada ilmu hadits dirayah.

Berangkat dari permasalahan di atas, maka dalam makalah ini akan di bahas sedikit

tentang ilmu hadits dirayah.

B. Perumusan Masalah

Dalam pembahasan Hadits dirayah ini, penulis mencoba mengambil dari berbagai

sumber, baik itu yang sudah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ataupun yang

masih asli bahasa Arab.Isi pembahasanya adalah pengertian ilmu hadits dirayah dari

berbagai pandangan para ulama hadits dan cabang dari ilmu hadits dirayah.

C. Tujuan Penulisan Makalah

Setiap langkah yang kita lakukan itu harus ada maksud dan tujuan, jangan sampai kita

melakukan suatu pekerjaan tanpa maksud dan tujuan, karena hal itu hanya akan

membuang waktu kita untuk hal yang tidak berguna, maka dari itu ada beberapa tujuan

penulis menyusun makalah ini, diantaranya adalah :

a. Untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah ulumul Hadits;

b. Membuka pemikiran kita untuk lebih mengenal macam macam Hadits;

c. Untuk mendapatkan ridho Alloh Swt.

Page 4: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

BAB II

PEMBAHASAN

ILMU HADITS DIRAYAH

Ilmu Hadits Dirayah, menurut bahasa dirayah berasal dari kata dara-yadri-daryan

yang berarti pengetahuan. Maka seringkali kita mendengar Ilmu Hadits Dirayah Disebut-

sebut sebagai pengetahuan tentang ilmu Hadits atau pengantar ilmu hadits.

Menurut mam Assyuthi, Ilmu Hadits Dirayah adalah ” ilmu yang mempelajari

tentang hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya dan hukum-hukumnya,

keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, macam-macam periwayatan, dan hal-hal yang

berkaitan dengannya”.

Ilmu Hadits Dirayah bisa juga disebut Ilmu Mustholah Hadits, Ulum al – hadis dan

qowa’id at – tahdits.

Ulama hadits berbeda dalam memberikan definisi ilmu hadsit dirayah, meskipun dari

berbagai definisi itu ada kemiripan batasab-batasan definisi. Ilmu hadits dirayah adalah

pembahasan masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan yang diriwayahkan, apakah

bisa diterima atau ditolak.

Menurut Imam At – Turmudzi yang dinamakan Hadits Dirayah adalah :

ت ني اوق د ني قلوقح ا هب ر دن فنك حت نة ققا ق ن كبص ت جبح رنا ق لا ق ا

Artinya : Kaidah – kaidah untuk mengetahui keadaan sanad dan matan, cara menerima

dan meriwayatkan, sifat – sifat perawi dan lain –lain.

Menurut Ibnu Al Akhfani Ilmu Hadits Dirayah adalah :

مل ن فاع قة لي نية هارهب ق ال قوقهب هب قلب لبح قر هارهل ق ات قتنبع بص ب ق حا

.ا هب نفمت

Artinya :Ilmu pengetahuan untuk mengetahui hakekat periwayatan, Syarat – syarat,

macam – macam, hukum – hukum hadits, serta untuk mengetahui keadaan para perawi

Page 5: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

baik syarat – syaratnya, macam – macam hadits yang diriwayatkan dan segala sesuatu

yang berkaitan dengan nya.

Yang dimaksud dengan hakikat periwayatan adalah penukilan hadits dan

penyandaran nya kepada sumber hadits atau sumber berita.

Yang dimaksud dengan syarat – syarat periwayatan adalah penerimaan perowi terhadap

hadits yang diriwayatkan dengan bermacam - macam cara, misalanya dengan as sima (

Pendengaran ), Al Qiro’ah ( Pembacaan ), Al asiah (berwasiat), Al Ijazah ( pemberian

idzin dari perowi)

Yang dimaksud dengan macam – macam periwayatan adalah membicarakan tentang

bersambung dan terputusnya periwayatan dan lain – lain.

Yang dimaksud dengan hukum – hukum periwayatan adalah pembicaraan tentang

diterima atau tidaknya sebuah Hadits.

Yang dimaksud dengan keadaan para perawi adalah pembicaraan tentang keadilan

atau kecacadan para perawi serta syarat – syarat mereka dalam menerima dab

meriwayatkan sebuah mata hadits. macam – macam hadits yang diriwayatkan meliputi

hadits – hadits yang dapat dihimpun pada kitab – kitab tasnif, Kitab tasnid an kitab

mu’jam.

Syekh Al Atiyyah al ajhuri mengatakan dalam kitabnya Baiquniyah fi mustolahal

hadits bahwa yang dimaksud dengan ilmu hadits dirayah adalah :

مل قد ا يوق ني قلوقح ا هب فاع اوق ق حني ق دن ي ة لدي ت ففض مو ح و فنك نة حت ق ن

قا ق كبص ت جبح رنا ق لا ق ا

Artinya : Ilmu pengetahuan tentang kaidah – kaidah yang dapat mengetahui keadaan

sanad dan matan dari segi sohih, hasan, do’if, uluw, Nazil serta cara menerima dan

meriwayatkan serta sifat – sifat perawi dan lain – lain.

Yang dimaksud dengan sanad adalah menceritakan perjalanan sebuah matan hadits

untuk menilai kualitas matan hadits tersebut apakah termasuk sohih, hasan atau bahkan

do’if.Adapun yang dimaksud dengan matan adalah perkataan yang ada setelah selesai

sanad. Sebagaimana syekh jalaludin as syuyuti mengatakan dalam kitabnya yang

berjudul al fiyah :

Page 6: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

مل اوق ني ق ني قلوح ا هب رد * دن

ق حيلو ق حوفو كق ا ع قن * ق حيوح فا ق حا

ق دن ابر ت ي ق ني * را ف دنب ت ل بق ق كا

ق حني بقنهم ي * ق دن ق ن ق ل ق انق

Artinya : Ilmu hadits itu dibatasi dengan dua kaidah, yang dengan dua kaidah itu

dapat diketahui keadaan matan dan sanad, yang mana itu merupakan sasaran atau tujuan

adanya ilmu hadits yaitu mengetahui mana hadits yang di terima, dan mana hadits yang

di tolak, sanad adalah menceritakan perjalanan matan seperti bersandar kepada orang

orang yang ahli, dan matan adalah sesuatu yang datang setelah selesai sanad baik itu

perkataan biasa atau sebuah hadits.

Ajjad Al Katib mendefinisikan ilmu hadits dirayah dengan :

ةحوة ق حدب ت ق يوق د لبح ا هب فاع ق ن ا د ق ا ق حا ي ق يوح لن ق ا

Artinya : Kumpulan kaidah dan masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi

(sanad dan matan ) dari segi maqbul dan mardudnya (diterima atau di tolaknya).

Istilah lain yang dipakai oleh ulama ahli hadits terhadap ilmu hadits dirayah adalah

ilmu ushul al-hadits. Pada mulanya pembahasan yang menyangkut ilmu hadits dirayah

sangat beragam. Kemudian muncullah beberapa ilmu yang bertalian dengan kajian

analisis dan semuanya terangkum dalam satu nama, yakni ilmu hadits. Munculnya

berbagai ilmu tersebut diakibatkan banyaknya topik tentang hadits dirayah tersebut

dengan tujuan dan metodenya berbeda-beda. Berikut di antara ilmu-ilmu yang

bermunculan dari berbagai ragam topik ilmu dirayah;

a. Ilmu Jarah Wa Al-Ta’dil

Ilmu ini membahas para rawi, sekiranya masalah yang membuat mereka tercela atau

bersih dalam menggunakan lafad-lafad tertentu. Ini adalah buah ilmu tersebut dan

merupakan bagian terbesarnya.

b. Ilmu Tokoh-Tokoh Hadits

Dengan ilmu ini dapat diketahui apakah para rawi layak menjadi perawi atau tidak.

Orang yang pertama di bidang ini adalah al-bukhari (256 H). dalam bukunya thabaqat,

ibn sa’ad (230 H) banyak menjelaskannya.

Page 7: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

c. Ilmu Mukhtalaf Al-Hadits

Imam Nawawi berkata dalam kitab al-Taqrib, “ini adalah salah satu disiplin ilmu

dirayah yang terpentinng.” Ilmu ini membahas hadits-hadits yang secara lahiriyah

bertentangan, namun ada kemumkinan dapat diterima dengan syarat. Jelasnya,

umpamanya ada dua hadits yang yang makna lahirnya bertentangan, kemudian dapat

diambil jalan tengah, atau salah satunya ada yang di utamakan. Misalnya sabda

rasulullah SAW, “tiada penyakit menular ” dan sabdanya dalam hadits lain berbunyi,

“Larilah dari penyakit kusta sebagaimana kamu lari singa”. Kedua hadits tersebut sama-

sama shahih. Lalu diterapkanlah jalan tengah bahwa sesungguhnya penyakit tersebut

tidak menular dengan sendirinya. Akan tetapi allah SWT menjadikan pergaulan orang

yang sakit dengan yang sehat sebagai sebab penularan penyakit.

Di antara ulama yang menulis tentang ilmu mukhtalaf al-hadits adalah imam syafi’I

(204 H), Ibn Qutaibah (276 H), Abu Yahya Zakariya Bin Yahya al-Saji (307 H) dan Ibnu

al-Jauzi (598 H)

d. Ilmu Ilal Al-Hadits

Ilmu ini membahas tetentang sebab-sebab tersembunyinya yang dapat merusak

keabsahan suatu hadits. Misalnya memuttasilkan hadits yang mungkati’, memarfu’kan

hadits yang maukuf dan sebagainya. Dengan demikian menjadi nyata betapa pentingnya

ilmu ini posisinya dalam disiplin ilmu hadits.

e. Ilmu Gharib Al-Hadits

Ilmu ini membahas tentang kesamaran makna lafad hadits. Karena telah berbaur

dengan bahasa arab pasar. Ulama yang terdahulu menyusun kitab tentang ilmu ini adalah

abu hasan al-nadru ibn syamil al-mazini, wafat pada tahun 203 H.

f. Ilmu Nasakh Wa Al-Mansukh Al-Hadits

Ilmu nasakh wa al-mansukh al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang hadits-

hadits yang bertentangan yang hukumnya tidak dapat dikompromikan antara yang satu

dengan yang lain.yang dating dahulu disebut mansukh (hadits yang dihapus) dan yang

datang kemudian disebut nasikh (hadits yang menghapus).

Page 8: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

Pengetahuan ilmu tentang nasikh mansukh ini merupakan ilmu yang sangat penting

untuk dan wajib dikuasai oleh seorang yang akan mengkaji hokum syariat. Sebab tidak

mungkin bagi seseorang yang akan membahas tentang hokum syar’I sementara ia tidak

mengenal dan menguasai ilmu tentang nasikh mansukh.

Al-hazimi berkata: disiplin ilmu ini (nasikh mansukh) termasul kesempurnaan ijtihad.

Karena, rukun yang paling penting dalam beriitihad adalah pengetahuan tentang

penulilan hadits, dan sedangkan faidah dari pengetahuan tentang penikilan adalah

pengetahuan tentang nasikh dan mansukh.

Nasikh adalah yang menghapus atau membatalkan. Kadang-kadang nasikh ini di

lakukan oleh nabi sendiri, seperti, sabdanya, “Aku pernah melarang ziarah kubur, lalu

sekarang berziarahlah, karena itu akan mengingattkanmu pada akhirat.”

Pendiri Ilmu Hadits Dirayah adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Al-Hasan bin

Abdurahman bin Khalad Ramahumuzi (w.360 H)

Pokok pembahasan ilmu dirayah itu dua, yaitu :

a. rijal al-sanad jarah-ta’dil.

Dari pembahasan dua ulasan itu muncul penilaian, bahwa suatu matan hadits dinilai

shahih, atau hasan atau dla’if. Kata penilaian seperti itu biasa disebut Mushthalah al-

Hadits.

1. Rijal al-Sanad

Sering disebut riwayat perawi al-hadits, yaitu untaian informasi tentang sosok perawi

yang menceritakan matan hadits dari satu rawi kepada rawi yang lain, sampai pada

penghimpun hadits. Informasi itu menceritakan setiap rawi, dari segi kapan dia lahir dan

wafatnya, siapa guru-gurunya, kapan tahun belajarnya, siapa murid-murid yang berguru

kepadanya, dari daerah mana dia, kedatangan dia ke seorang guru kapan, dalam keadaan

sehat, atau campur aduk kata-katanya (ikhtilath), atau dalam periwatan hadits terdapat

illat (cacad) bagi perawi, atau bagi matan hadits, dan begitulah seterusnya.

Dari satu segi, persyaratan perawi hadits adalah muslim, aqil-baligh, kesatria (’adalah)

dan kuat ingatan (dlabith), baik dlabith imgatan atau dlabit catatan Sedangkan cara

penyampaiannya bisa menggunakan pendengaran teks dari guru kepada murid, murid

membaca teks di depan guru, ijazah, timbang terima teks dari guru ke murid, tulisan guru

yang terkirimkan, pengumuman guru, wasiat, dan penemuan tulisan guru oleh murid

Page 9: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

(wijadah). Semua bisa dikembangan dengan teknologi sekarang, seperti konsep dlabith

bisa ditambah dengan catatan, atau website, atau sms dan sebagainya..

Tingkatan perawi hadits pertama adalah shahabat Rasulullah Saw. yaitu seseorang yang

pernah bertemu Rasulullah Saw. dalam keadaan hidup, sadar dan beriman (Islam) sampai

dia wafat dalam keadaan Islam.

Teknik penulisan matan hadits, sanadnya dimulai dari penyebutan sahabat Nabi,

tabi’in, tabi’ al-tabi’in dan murid-muridnya, sampai guru perawi hadits yang ditulis oleh

penghimpun hadits. Semua penyajian seperti itu biasanya ditulis oleh ulama

mutaqaddimin dalam kitab karangannya masing-masing. Sedangkan penulisan ulama

mutaakhirin dalam kitab-kitabnya hanya menyebutkan sahabat Nabi dan nama

penghimpun matan hadits itu saja, seperti sebutan : Rawahu al-Bukhari dari Ibn Umar

dan sebagainya. Penyajian seperti itu, baik penyajian ulama mutaqaddimin atau ulama

mutaakhrin.

2. Jarah-ta’dil

adalah unsur ilmu hadits yang penting dalam menentukan perawi hadits, diterima atau

ditolak matan haditsnya. Dengan kata lain hadits Nabi dinilai shahih atau tidak,

didasarkan pada penilaian itu. Dari segi lain, klasifikasi tingkat tinggi-rendahnya nilai

hadits pun, ditentukan oleh unsur itu juga. Atas dasar itu, hampir semua kitab Ulum al-

Hadits, baik karya ulama mutaqaddimin atau mutaakhirin, selalu membahas jarah ta’dil.

Kitab-kitab yang membahas jarah-ta’dil banyak sekali, dengan metoda dan penyajian

materi yang berbeda-beda. Tokoh yang pertama kali memperhatikan jarah ta’dil sebagai

ilmu, adalah Ibn Sirin (w.110 H), Al-Sya’bi (w.103 H), Syu’bah, (w.160 H), dan al-

imam Malik (w. 179 H.). Sedangkan tokoh yang pertama kali menulis kitab jarah-ta’dil

adalah Yahya ibn Ma’in (168-223 H), Ali ibn al-Madini (161-234 H), dan Ahmad ibn

Hanbal (164-241 H). Kemudian bermunculan kitab-kitab yang menulis jarah ta’dil.

Jarah ta’dil pada dasarnya diangkat dari ayat-ayat al-Qur’an, antara lain ayat 6 Surat al-

Hujurat, dan beberapa hadits Nabi Saw. Kemudian pemahaman terhadap ayat dan hadits

itu dikongkritkan oleh ahli hadits untuk dijadikan sebagai konsep jarah ta’dil. Kemudian

konsep itu diterapkan pada setiap orang yang akan menceritakan hadits Nabi.

Sebenarnya, pekerjaan itu sudah dilakukan oleh pengamal hadits sejak dari zaman

Rasulullah, zaman sahabat Nabi, dan ulama berikutnya. Tetapi gagasan itu baru

dinormatifkan sebagai ilmu hadits, pada zaman tabi’in, seperti tersebut di atas.

Page 10: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

Jarah ta’dil adalah sebuah ilmu yang menurut sifat dan tabiatnya adalah berkembang.

Tetapi sesudah karya Ibn Hajar al-Asqallani, kitab yang muncul berikutnya hanya

mengutip apa adanya, sehingga tidak ada komentar baru. Tulisan ini ingin mengajak

pembaca untuk mengolah jarah-ta’dil menjadi sebuah ilmu yang berkembang.

Pengembangan jarah ta’dil berangkat dari dua kelompok pembahasan, yaitu :

berangkat dari unsur rawi (pembawa hadits) dan unsur takhrij (metoda pengeluaran

predikat jarah atau ta’dil pada seorang rawi yang ada dalam sanad).

unsur dalil unsur penilaian. Yaitu unsur alasan ditetapkannya jarah atau ta’dil kepada

seorang rawi, dan unsur norma-norma penilaian jarah atau ta’dil itu sendiri. Dua

kelompok itulah merupakan pilar utama dalam bangunan Ilmu Hadits Dirayah.

Secara rinci, fokus pengembangan jarah ta’dil tersebar berdasarkan dua pemilahan.

Pemilahan matan hadits, seperti hadits akidah, hadits hukum, hadits muamalah, hadits

sosial, hadits kepribadian, dan sebagainya.

Pemilahan rawi dari segi jarah atau ta’dil berdasarkan jenjang kaidahnya, sehingga

muncul pengkelompokkan ulama pemikir jarah ta’dil menjadi ulama mutasyaddidin,

ulama mutawassithin, atau ulama mutasahilin. Semua itu berangkat dari penilaian

mereka terhadap rawi, sehingga ada rawi yang disepakati jarahnya, ada yang disepakati

adilnya, dan yang paling banyak adalah ualam yang diikhtilafkan penilaian jarah dan

ta’dilnya. Atas dasar itu, jarah-ta’dil dapat diterapkan pada konteks yang berbeda-beda.

Selain itu, Ilmu Hadits Dirayah juga mengolah matan hadits, dari segi penawaran

beberapa metoda yang diperlukan oleh Ilmu Hadits Riwayah. Model-model pengolahan

itu banyak sekali, tetapi dalam tulisan ini hanya disajikan dua model saja, yaitu matan

hadits dan kebudayaan, atau mekanisme matan hadits.

Matan hadits dan kebudayaan terdiri atas tiga masalah, yaitu (1) bentuk-bentuk hadits

Nabi meliputi hadits qudsi, hadits nabawi bukan qudsi, jawami’ al-kalim, hadits dzikir

dan do’a, hadits riwayat bi al-makna, dan aqwal al-shahabah. Semua dikutip untuk

dikembangkan, setelah ditafsirkan oleh para ulama dalam bentuk kitab. Penafsiran ulama

dalam kitab-kitab itu disebut format hadits Gambarannya adalah sebagai berikut :

Matan Hadits Nabi dan kebudayaan (Format dan formatisasi oleh matan hadits)

Format hadits dinilai agama, sedangkan kehidupan masyarakat dinilai budaya, maka

penerapan hadits kepada masyarakat disebut formatisasi. Yaitu pengolahan konsep

Page 11: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

penerapan hadits Nabi kepada masyarakat, sesuai dengan maksud yang dikehendaki oleh

hadits itu. Unsur penerapan formatisasi ada lima, yaitu :

Penyusun konsep syarah yang berinisiatip untuk mengembangkan format hadits .

Misi format baik verbal atau non-verbal yang memiliki nilai, norma, gagasan, atau

maksud yang dibawakan oleh format hadits.

Alat atau wahana yang digunakan oleh penyusun konsep, untuk menyampaikan pesan

formatisasi kepada masyarakat.

Halayak atau komentator yang menerima formatisasi dari penyusun konsep,

Gambaran atau tanggapan yang terjadi pada penerima format setelah melihat formatisasi.

Unsur ini tetap diperlukan untuk melihat perkembangan formatisasi.

Teori nasikh-mansukh diterapkan, ketika ada dua hadits yang isinya kelihatan

bertentangan, dan susah dijadikan istinbath sebagai dalil hukum. Teori ini dikembangkan

oleh Ilmu Ushul Fiqh ketika membahas hadits sebagai dalil hukum. Contohnya seperti

sabda Rasulullah ”Saya melarang kamu sekalian tentang ziarah ke kuburan. Maka

ziarahilah ke kuburan, karena itu mengingatkan kamu ke akhirat.” Riwayat Malik,

Muslim, Abu Dawud, Al-Tirmizi dan al-Nasai.

Hampir semua kitab Dirayah Hadits membahas tentang nasikh-mansukh. Tokoh yang

pertama kali menulis Dirayah tentag ini adalah Qatadah ibn Di’amah (w.118 H), tetapi

kitab itu tidak dicetak sampai sekarang. Disusul oleh kitab ”Nasikh al-hadits wa

mansukhuh” karya Al-Atsram (w. 261 H), disusul lagi oleh kitab ”Nasikh al-Hadits wa

Mansukhuh” karya Ibn Syahin (w. 386 H). Tetapi kitab yang banyak beredar adalah Al-

I’tibar fi al-Nasikh wa al-Mansukh min al-Atsar” karya Abu Bakar al-Hamdzani (w. 584

H).

b. Asbab Wurud al-Hadits.

Teori ini membahas tentang latarbelakang datangnya sebuah hadits yang diterima oleh

seorang rawi (shahabat). Pembahasan ini sama seperti ungkapan Ilmu Asbab al-Nuzul

dalam Ulum al-Qur’an. Dalam kaitan ini, wurud al-hadits juga banyak membahas

persesuaian (munasabat) antara satu matan hadits dengan matan hadits yang lain. Tokoh

yang pertama kali membahas tentang Asbab Wurud al-Hadits adalah Abu Hafsh al-

’Ukburi (w. 468 H). Tetapi kitab yang lebih lengkap adalah Al-Bayan wa al-Tarif fi

Asbab Wurud al-Hadits al-Syarif karya Ibn Hamzah al-Dimasyqi (w. 1120 H).

Page 12: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

Nasikh-Mansukh dan Asbab Wurud al-Hadits adalah dua teori Ilmu Hadits Dirayah yang

berdekatan sasaranya, dan saling menunjang dalam penerapan makna. Nasikh-Mansukh

dalam hadits tidak dapat diketahui tanpa melihat Wurud al-Hadits lebih dahulu. Hadits

yang datang pertama disebut mansukh, dan hadits berikutnya disebut nasikh. Dua teori

itu banyak dibahas oleh kitab-kitab Ulum al-Hadits.

Jika nasikh-mansukh dan wurud al-hadits hanya diolah dengan pendekatan tekstualis,

seperti filosofis, atau yuridis, tologis saja, maka ilmu hadits tidak dapat berkembang.

Salah satu model pengembangan masalah ini adalah menggunakan pendekatan

interdisipliner, atau ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Setidaknya ada dua sistem

nilai yang diterapkan pada makna hadits yang berinteraksi, baik interaksi antara hadits

dengan hadits, atau hadits dengan kasus yang melingkari. Dua sistem itu adalah sistem

internal dan sistem eksternal (maa fi al-hadits dan maa haul al-hadits).

Sistem internal adalah semua sistem nilai yang dibawakan oleh sebuah hadits, ketika

ia diterapkan pada satu makna, atau pada maksud hadits yang dituju. Nilai itu terlihat

ketika hadits itu diberi interpretasi seperti nilai akidah, hukum fiqh, akhlak, nasihat, do’a

dan sebagainya. Dalam istilah lain, sistem internal mencakup juga pola pikir, kerangka

rujukan, struktur kognitif, atau juga sikap, yang dikandung oleh matan hadits.

Sedangkan sistem eksternal terdiri atas unsur-unsur yang ada dalam lingkungan di luar

isi matan hadits. Lingkungan itu, termasuk struktur yang mendorong munculnya matan

hadits, atau kejadian yang melatarbelakangi tampilnya sebuah hadits, atau jawaban

Rasulullah yang muncul karena pertanyaan sahabat. Lebih dari itu, pemecahan sebuah

hadits yang ditulis oleh seorang perawi pun bisa diterima berdasarkan latarbelakang

munculnya pemecahan itu.

Ulama pertama yang membukukan ilmu hadis dirayah adalah Abu Muhammad ar-

Ramahurmuzi (265-360 H) dalam kitabnya, al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al- wa

‘iz (Ahli Hadis yang Memisahkan Antara Rawi dan Pemberi Nasihat). Sebagai pemula,

kitab ini belum membahas masalah-masalah ilmu hadis secara lengkap. Kemudian

muncul al-Hakim an-Naisaburi (w. 405 H/1014 M) dengan sebuah kitab yang lebih

sistematis, Ma’rifah ‘U1um al-Hadis (Makrifat Ilmu Hadis).

Page 13: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

BAB III

KESIMPULAN

Dari berbagai definisi yang ada pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

objek pembahasan ilmu dirayah hadits adalah keadaan para perawi dan marwinya. Dari

ilmu Hadits dirayah ini lahir beberapa cabang diantaranya :

Ilmu Jarah Wa Al-Ta’dil

Ilmu Tokoh-Tokoh Hadits

Ilmu Mukhtalaf Al-Hadits

Ilmu Ilal Al-Hadits

Ilmu Gharib Al-Hadits

Ilmu Nasakh Wa Al-Mansukh Al-Hadits

Pokok pembahasan ilmu dirayah itu dua, yaitu :

Rijal al-sanad

Jarah-ta’dil.

Dari pembahasan dua ulasan itu muncul penilaian, bahwa suatu matan hadits dinilai

shahih, atau hasan atau dla’if. Kata penilaian seperti itu biasa disebut Mushthalah al-

Hadits.

Page 14: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Mudasir. Ilmu Hadis, Pustaka setia Bandung cetakan 2 April 2005

Syekh Atiyyah Al Ajhuri, Baiquniyyah fi mustolahil Hadis, Haromaen sunkopuroh.

Haris Budi Blog, Ilmu Hadis Riwayat dan Diroyat , Upload 02 Januari 2012

Arynata, Resume Ilmu Hadits Uplod minggu 20 September 2009

http://enjangjamahsari.blogspot.com/2013/04/hadits-dirayah.html

Page 15: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah

Dosen pembimbing

Syarifuddin, S. Ag, M.A

ILMU DIRAYAH HADITS

Disusun oleh:

FIQHRI MULIANDA PUTRA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TA : 2014/2015

Page 16: Ilmu hadis dirayah by fiqhri Makalah