illeus paralitik

13
2.4 ILEUS Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalannya makanan) di usus yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terutama dibagi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik (Hamami, 2003). Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar 2.4.1 Ileus Paralitik 2.4.1.1 Definisi Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya, disini tanpa adanya obstruksi mekanik (Sjamsuhidajat, 2003). Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara akibat suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus, contohnya amiloidosis, distrofi otot, gangguan endokrin, seperti diabetes militus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson (Sjamsuhidajat, 2003) 2.4.1.2 Etiologi

description

illeus paalitik

Transcript of illeus paralitik

2.4 ILEUSIleus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalannya makanan) di usus yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terutama dibagi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik (Hamami, 2003). Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar

2.4.1 Ileus Paralitik2.4.1.1 DefinisiIleus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya, disini tanpa adanya obstruksi mekanik (Sjamsuhidajat, 2003). Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara akibat suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus, contohnya amiloidosis, distrofi otot, gangguan endokrin, seperti diabetes militus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson (Sjamsuhidajat, 2003)2.4.1.2 Etiologi Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer maka dapat ditemukan pada: (1) proses intraabdominal seperti pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis, pankreatitis, perdarahan); (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit (hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid, antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus halus biasanya pertama kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam) dan kolon (48-72 jam). (Badash, 2005)Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam usus. Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan konsekuensi yang diharapkan dari pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali normal spontan dalam 2-3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi setelah operasi intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan retroperitoneal dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka waktu yang lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka. Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan ileus merasa tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi paru. Ileus juga meningkatkan katabolisme karena gizi buruk. Secara keseluruhan, ileus meningkatkan biaya perawatan medis karena memperpanjang rawat inap di rumah sakit (Badash, 2005).Beberapa penyebab terjadinya ileus: Trauma abdomen Pembedahan perut (laparatomy) Serum elektrolit abnormalitasHipokalemia HiponatremiaHipomagnesemia Hipermagensemia Infeksi, inflamasi atau iritasi (empedu, darah)1. Intrathorak1. Pneumonia 2. Lower lobus tulang rusuk patah 3. Infark miokard 2. Intrapelvic (misalnya penyakit radang panggul) 3. Rongga perut1. Radang usus buntu 2. Divertikulitis 3. Nefrolisiasis 4. Kolesistitis 5. Pankreatitis 6. Perforasi ulkus duodenum Iskemia usus1. Mesenterika emboli, trombosis iskemia Cedera tulang1. Patah tulang rusuk2. Vertebral Retak (misalnya kompresi lumbalis Retak ) Pengobatan1. Narkotika 2. Fenotiazin 3. Diltiazem atau verapamil 4. Clozapine 5. Obat Anticholinergic 2.3.1.3 PatofisiologiPatofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung norepineprin pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari noreepineprin pada neuron-neuron sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal (Badash, 2005).Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik akan menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal, namun tidak semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat saraf parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa neuron bersifat inhibitorik, ujung seratnya mensekresikan suatu transmitter inhibitor, kemungkinan peptide intestinal vasoaktif dan beberapa peptide lainnya.Menurut beberapa hipotesis, ileus pasca operasi dimediasi melalui aktivasi hambat busur refleks tulang belakang. Secara anatomis, 3 refleks berbeda yang terlibat: ultrashort refleks terbatas pada dinding usus, refleks pendek yang melibatkan ganglia prevertebral, dan refleks panjang melibatkan sumsum tulang belakang. (Nobie, 2003)Respon stres bedah mengarah ke generasi sistemik endokrin dan mediator inflamasi yang juga mempromosikan perkembangan ileus. Penyakit atau keadaan yang menimbulkan ileus paralitik dapat diklasifikasikan seperti yang tercantum dibawah ini: Neurogenik Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada operasi abdominal. Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan neurotransmitter asetilkolin. HormonalKolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum terutama sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam lemak dan monogliserida di dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek yang kuat dalam meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi mengeluarkan empedu kedalam usus halus dimana empedu kemudian memainkan peranan penting dalam mengemulsikan substansi lemak sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi. Kolesistokinin juga menghambat motilitas lambung secara sedang. Oleh karena itu disaat bersamaan dimana hormon ini menyebabkan pengosongan kandung empedu, hormon ini juga menghambat pengosongan makanan dari lambung untuk memberi waktu yang adekuat supaya terjadi pencernaan lemak di traktus gastrointestinal bagian atas.Hormon lainnya seperti sekretin dan peptide penghambat asam lambung juga memiliki fungsi yang sama seperti kolesistokinin namun sekretin berperan sebagai respons dari getah asam lambung dan petida penghambat asam lambung sebagai respons terhadap asam lemak dan asam amino. Inflamasi Makrofag: melepaskan proinflammatory cytokines (NO). prostaglandin inhibisi kontraksi otot polos usus. FarmakologiOpioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari pleksus mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos usus dan menghambat gerak peristaltik terkoordianasi yang diperlukan untuk gerakan propulsi. Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang mempersarafi otot polos usus.2.4.1.4 Manifestasi KlinikIleus adinamik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya gerakan usus yang disebabkan oleh penghambatan neuromuscular dengan aktifitas simpatik yang berlebihan. Sangat umum, terjadi setelah semua prosedur abdomen, gerakan usus akan kembali normal pada: usus kecil 24 jam, lambung 48 jam, kolon 3-5 hari.Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention), anoreksia, mual,distensi usus,flatus dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal.Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis.2.4.1.5 DiagnosaPada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar.AnamnesaPada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus, rasa mual dan dapat disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan tidak bisa BAB ataupun flatus, rasa tidak nyaman diperut tanpa disertai nyeri.Pemeriksaan fisik InspeksiDapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus tidak terlihat gerakan peristaltik. PalpasiPada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup defence muscular involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal untuk mengetahui penyebab ileus. PerkusiHipertimpani AuskultasiBising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan borborigmiPemeriksaan penunjangPemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit. Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan adalah leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah dan amylase. Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar. Air fluid level ditemukan berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga). Apabila dengan pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan, dapat dilakukan foto abdomen dengan mempergunakan kontras.2.4.1.6 PenatalaksanaanPengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa dekompresi (Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal tube).), menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa dan penyakit primer dan pemberiaan nutrisi yang adekuat (Sjamsuhidajat, 2003) Prognosis biasanya baik, keberhasilan dekompresi kolon dari ileus telah dicapai oleh kolonoskopi berulang (Levine, 1992). Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik (simpatolitik) atau parasimpatomimetik pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten. Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus paralitik pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan. (Sjamsuhidajat, 2003) 1. Konservatif Penderita dirawat di rumah sakit. Penderita dipuasakan Kontrol status airway, breathing and circulation. Dekompresi dengan nasogastric tube. Intravenous fluids and electrolyte Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.2. Farmakologis Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob. Analgesik apabila nyeri. Prokinetik: Metaklopromide, cisapride Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis3. Operatif Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi. Pintas usus : ileostomi, kolostomi. Reseksi usus dengan anastomosis Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.

2.4.1.7 Diagnosis BandingMasalah lain yang perlu dipertimbangkanMasalah umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi, juga disebut sebagai sindrom Ogilvie, dan obstruksi usus mekanik.Pseudo-obstruction (Pseudo-obstruksi) Pseudo-obstruksi didefinisikan sebagai penyakit akut, ditanda dengan distensii dari usus besar. Seperti ileus, itu terjadi didefinisikan karena tidak adanya gangguan mekanik. Beberapa teks dan artikel cenderung menggunakan ileus sinonim dengan pseudo-obstruksi. Namun, kedua kondisi itu adalah hal yang berbeda. Pseudo-obstruksi ini jelas terbatas pada usus besar saja, sedangkan ileus melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Obstruksi MekanikObstruksi mekanik usus dapat disebabkan oleh adhesi, volvulus , hernia, intususepsi , benda asing, atau neoplasma. Pasien datang dengan nyeri kram perut berat yang paroksismal. Pemeriksaan fisik ditemukan borborygmi bertepatan dengan kram perut. Pada pasien yang kurus, gelombang peristaltik dapat divisualisasikan. Dengan auskultasi dapat terdengar suara bernada tinggi, denting suara bersamaan dengan aliran peristaltic. Jika obstruksi total, pasien mengeluhkan tidak bisa BAB. Muntah mungkin terjadi tapi bisa juga tidak jika katup ileocecal kompeten dalam mencegah refluks. Tanda peritoneal terlihat nyata jika pasien mengalami strangulasi dan perforasi.Tabel berikut menyajikan perbedaan antara ileus, pseudo-obstruksi, dan obstruksi mekanis.IleusPseudo-obstruksiMekanikal Obstruksi

GejalaSakit perut, kembung, mual, muntah, konstipasiNyeri kram perut, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, anoreksiaNyeri kram perut, konstipasi, obstipasi, mual, muntah, anoreksia

Temuan Pemeriksaan FisikSilent abdomen, kembung, timpaniBorborygmi, timpani, gelombang peristaltik, bising usus hiperaktif atau hipoaktif, distensi, nyeri terlokalisasiBorborygmi, timpani, gelombang peristaltik, bising usus hiperaktif ayau hipoaktif, distensi, nyeri terlokalisasi

Gambaran Radiografidilatasi usus kecil dan besar, diafragma meninggidilatasi usus besar yang terlokalisir, diafragma meninggiBow-shaped loops in ladder pattern, berkurangnya gas kolon di distal, diafragma agak tinggi, air fluid level.

Tabel. Karakteristik ileus, Pseudo-obstruksi, dan Mekanik Sumbatan. (Fiedberg, 2004)Tabel. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.