Ileus Obstruktif
-
Upload
mayapasaribu -
Category
Documents
-
view
60 -
download
1
Transcript of Ileus Obstruktif
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus
terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan ileus paralitik. Ileus obstruksi merupakan
kegawatdarurataan abdomen dan merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut
abdomen diluar appendisitis akut.
Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus
yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Obstruksi usus dapat disebabkan karena
adanya lesi pada bagian dinding usus, diluar usus, maupun di lumen usus.
Obstruksi usus dapat bersifat akut maupun kronis, parsial maupun total. Penyebab
obstruksi kolon yang paling sering adalah karsinoma, terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal. Sebagian besar obstruksi mengenai usus halus.
Obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh strangulasi, invaginasi atau
sumbatan di dalam lumen usus. 75% dari kasus obstruksi usus halus disebabkan
oleh adhesi intraabdominal pasca operasi. Penyebab tersering lainnya adalah
hernia inkarserata dan penyakit Chron.Obstruksi total usus halus merupakan
keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembadahan
darurat bila penderita ingin tetap hidup.(1,2,3)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1 ANATOMI USUS
2.1.1Usus Halus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan
membentang dari pilorus hingga katup ileosekal dengan panjang sekitar 6,3m (21
kaki) dengan diameter kecil 2,5 cm (1inci). Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.(1,4)
Duodenum merupakan bagian proksimal dari usus halus yang letakya
retroperitoneal. Duodenum berbentuk seperti huruf C yang panjangnya 25 cm
yang menghubungkan gaster dengan jejenum. Duodenum merupakan muara dari
saluran pankreas dan empedu. Duodenum terdiri dari 4 bagian yaitu (15)
1. Pars superior duodeni, yang hampir selalu ditutupi oleh peritoneum dan
cukup mobile.
2. Pars descenden duodenum terletak pada garis vertical dari apex pars
superior duodeni sampai sepertiga bagian horizontal. Pada bagian
medialnya terdapat ductus choledocus dan ductus pancreaticus wirsungi.
Terletak di retroperitoneum
3. Pars horizontalis duodenum, melintasi garis setinggi vertebra lumbalis
ketiga. Serta terletak di bagian depan vena cava inferior
4. Pars ascendens duodenum, terletak di anterior kiri aorta. Terdapat
ligamentum treitz yang memfiksasi pada bagian kaudal.
2
Gambar 2.1. Bagian duodenum
Duodenum diperdarahi terutama oleh arteri gastroduodenalis dan
cabangnya yaitu arteri pankreatikoduodenalis superior yang beranastomosis
dengan arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang pertama dari arteri
mesentrica superior). Darah dikembalikan melalui vena pankreatikoduodenalis
yang bermuara ke vena mesenterika superior. Pembuluh limfe mengalir melalui
pembuluh limfe mesenteric, ke cisterna chyli lalu menuju ducutus thoracicus dan
ke vena subklavia kiri. Persarafan duodenum diatur oleh parasimpatis dan
simpatis yang berasa dari nervus vagus dan nervus splanchnic.(1,3)
3
Gambar 2.2. Perdarahan usus halus
Pemisahan duodenum dan ileum ditandai oleh adanya ligamentum Treitz,
yaitu suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat
hiatus esophagus dan berinsersi pada perbatasan anatara duodenum dn jejenum.
Ligamentum ini berperan sebagai penggantung (suspensorium). (1)
Sekitar duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima
bagian akhirnya adalah ileum. Jejenum dan ileum digantung oleh mesenterium
yang merupakan lipatan peritoneum yang menyokong pembuluh darah dan limfe
yang menyuplai ke usus. Secara histologi, ileum memiliki plak peyeri dan
jejenum memiliki lapisan mukosa yang lebih tebal yang disebut plica sirkulare.
Perdarahan jejenum dan ileum berasal dari arteri mesenterika superior
yang dicabangkan dari aorta tepat dibawah arteri celiaca. Cabang cabang arteri
jejenal dan ileal muncul dari arteri mesenterka superior sebelah kiri. Mereka
saling beranastomosis dan membentuk arkade yang disebut vasa recta, yang
menyupai jejenum dan ileum dan terbentang diantarata mesenterium, jejenum
memiliki arkade lebih sedikit namun vasa recta yang lebih panjang. Sedangkan
ileum memiliki 4-5 arkade dan vasa recta yang lebih pendek. Bagian ileum
terbawah juga diperdarahi oleh arteri ileokolika.(1,5)
4
Dinding usus halus terdiri dari 4 lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis propria, dan serosa. Lapisan mukosa terdiri dari vili, yang memperluas
permukaan untuk absorpsi, sel goblet, kripta Lieberkuhn, lamina propria, dan
mucosa muskularis.
Lapisan submukosa terdiri dari pembuluh darah dan pleksus Meissner.
Lapoisan muskularis propria terdiri dari lapisan otot yaitu lapisan otot sirkular dan
lapisan otot longitudinal dan pleksus myenteric Auerbach. Lapisan serosa
menyelimuti organ dalam rongga peritoneum yang disebut peritoneum visceral.(5)
2.1.2 Kolon
Kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5m
yang terbentang dari sekum hingga rektum. Usus besar dibagi menjadi sekum,
kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektum.
Kolon transversum dan kolon sigmoid memiliki penggantung sendiri yang disebut
mesokolon tranversum dan mesocolon sigmoid, sehingga letaknya intraperitoneal.
Sedangkan kolon asending dan desending letaknya retroperitoneal.(6,7)
Gambar 2.3. Anatomi usus besar
Secara histologi, usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti
usus lain. Lapisan otot longitudinal usu besar tidak sempurna, tetapi terkumpul
dalam tiga pita yang disebut taenia koli. Panjang taenia koli lebih pendek daripada
usus, seehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil
yang disebut haustrae.(7)
5
.
Gambar 2.4. Perdarahan dan histologi usus besar
Perdarahan usus besar secara garis besar diperdarahi oleh arteri
meenterica superior dan arteri mesnterica inferior. Arteri mesenterica superior
bercabang menjadi arteri kolika dekstra, arteri kolika media, arteri ileokolika, dan
arteri appendikulare yang kemudian memperdarahi sekum, kolon asendens, dan
duapertiga proksimal kolon transversum. Sedangkan arteri mesenterica inferior
bercabang menjadi arteri kolika sinistra, arteri sigmoid, dan arteri rektal superior
yang kemudian memperdarahi sepertiga distal kolon transversum, kolon
desenden, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum. Pada rektum, terdapat
supai darah tambahan yaitu arteri hemoroidalis media dan inferior yang
merupakan cabang dari arteri iliaka interna.(7)
Aliran balik vena usus besar melalui vena mesenterica superior, vena
mesenterika inferior dan vena hemoroidalis superior yang bermuara ke vena porta.
Vena hemoroidalis media dan inferior menuju ke vena iliaka.(7)
Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus
splangnikus dan pleksus presakralis, sedangkan serabut parasimpatis berasal dari
nervus vagus.(7)
2.2. Ileus Obstruksi
2.2.1 Definisi
6
Ileus obstruksi merupakan gangguan mekanik baik parsial maupun total dari
pasase isi usus. Ileus obstuktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal ini menyebabkan
pasase lumen usus tergangggu.(8)
Ileus obstruksi disebut juga obstruksi lumen usus, disebut demikian apabila
disebabkan oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada
obstruksi harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi.
Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah. Pada strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia
yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala
umum berat, yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi
memperlihatkan kombinasi gejala obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya
toksin dan sepsis. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi,
dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi. Sedangkan obstruksi oleh tumor
atau obstruksi oleh cacing askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang
menyebabkan strangulasi. (9)
2.2.2 Epidemiologi
Ileus obstruksi merupakan kelainan bedah yang paling sering ditemui pada
usus halus. Adhesi intraabdominal pasca operasi merupakan etiologi yang paling
sering yaitu 75% dari seluruh kasus. Etiologi yang sering lainnya adalah hernia
dan penyakit Crohn. Pada kolon, kanker merupakan penyebab tersering darri ileus
obstruksi. Penyebab lainnya meliputi menyempitnya lumen usus karena
diverkulitis atau penyakit infeksi usus.(3,10)
Di Indonesia, perlekatan usus merupakan penyebab yang menempati ururtan
pertama saat ini. Maingot melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari ileus
adalah perlekatan. Survey Ileus Obstruksi RSUD dr Soetomo tahun 2001
mendapatkan 50% dari penyebabnya adalah perlekatan usus, kemudian diikuti
hernia 33,3%, keganasan 15%, volvulus 1,7%.
7
2.2.3 Klasifikasi
1. Secara umum(9)
- Ileus obstruksi sederhana : obstruksi yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah
- Ileus obstruksi strangulata: ada pembuluh darah yang terjepit sehingga
terjadi iskemia yang akan menyebabkan nekrosis atau gangren.
2. Berdasarkan letak obstruksi
Letak tinggi : duodenum – jejenum
Letak tengah : ileum terminal
Letak rendah : colon sigmoid – rektum
Gambar 3.1. Klasifikasi ileus berdasarkan letak obstruksi
3. Berdasarkan stadium
Parsial : menyumbat sebagian lumen usus. Sebagian sisa makanan
dan udara masih dapat melewati tempat obstruksi.
Komplit : menyumbat total lumen usus.
Strangulasi : sumbatan kecil tapi dengan jepitan pembuluh
darah.
8
2.2.4 Etiologi
Penyebab ileus obstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga
mekanisme, yaitu blokade intralumen,intramural atau lesi instrinsik dari
dinding usus, kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari usus.
Lesi intraluminal seperti fekalit, batu empedu, lesi intramural misalnya
malignansi atau inflamasi, lesi ektralumisal misalnya adhesi, hernia, volulus
atau intususepsi.(3)
Ileus obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh :
Gambar 3.2. Penyebab ileus obstruksi pada usus halus
1. Adhesi
Adhesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis lokal
atau umum, atau pascaoperasi. Adhesi dapat berupa perlengketan dalam bentuk
tunggal maupun multipel, dan dapat setempat maupun luas. Sering juga
ditemukan adhesi yang bentuknya pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan,
9
dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali. Ileus akibat adhesi umumnya
tidak disertai strangulasi.(9)
2. Hernia inkarserata
Hernia disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, sehingga
terjadi gangguan pasase atau gangguan vaskularisasi. Hernia merupakan penyebab
kedua terbanyak setelah adhesi dan merupakan penyebab tersering pada pasien
yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. (9)
3. Askariasis
Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena
higiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang. Obstruksi umunya
disebabkan oleh gumpalan padat yang terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor
cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat cacing atau
pencahar, demam, serangan kolik, muntah, dan cacing keluar dari mulut atau
anus. (9)
4. Invaginasi
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
dewasa muda. Invaginasi adalah masukya bagian usus proksimal (intussuseptum)
kedalam bagian yang lebih distal dari usus (intussupien). Invaginasi umumnya
berupa intususepsi ileosekal yang masuk dan naik ke kolon asenden serta
mungkin keluar dari rektum. Invaginasi dapat mengakibatkan obstruksi ataupun
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan kompikasi perforasi dan
peritonitis. (9)
10
Gambar 3.3. Invaginasi
5. Volvulus
Volvulus merupakan proses memutarnya usus sehingga menyebabkan
obstruksi usus dan gangguan vaskularisasi. Volvulus jarang terjadi di usus halus.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum. (9)
6. Kelainan congenital
Dapat berupa stenosis atau atresia. Kelaianan bawaan ni akan menyebabkan
obstruksi setelah bayi mulai menyusui. (9)
7. Radang kronik
Morbus Chron dapat menyebabkan obstruksi karena udem, hipertrofi, dan
fibrosis yang biasanya terjadi pada penyakit kronik ini. (9)
8. Tumor
Lebih dari separuh tumor jinak ditemukan di ileum, sisanya di duodenum dan
yeyenum. Tumor jinak usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus,
kecuali jika menimbulkan invaginasi (penyebab tidak langsung) atau karena
tumornya sendiri (penyebab langsung).
Separuh kasus tumor ganas terdapat di ileum. Keluhannya samar, seperti
penurunan berat badan dan sakit perut. Sama halnya dengan tumor jinak usus
halus, tumor ganas juga jarang menyebabkan obstruksi. (9)
9. Batu empedu yang masuk ke ileus
Inflamasi yang berat dari kantung empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ke duodenum yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus
11
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya
pada ileum terminal atau katup ileosekal yang menyebabkan obstruksi. (9)
Ileus obstruksi pada kolon disebabkan 60% oleh malignansi, 20% oleh
divertikulosis dan 5% oleh volvulus sigmoid. (11)
1. Karsinoma kolon
Obstruksi kolon yang akut dan mendadak kadang-kadang disebabkan oleh
karsinoma. Sekitar 70-75% kasinoma kolon dan rektum terletak pada rektum dan
sigmoid. Karsinoma colon merupakan penyebab angka kematian yang tertinggi
dari pada bentuk kanker yang lain. Faktor predisposisi yang dikenal adalah
poliposis multiple, biasanya terdapat tanda-tanda yang mendahului antara lain
penyimpangan buang kotoran, keluarnya darah perektal dan colon akan
mengalami distensi hebat dalam waktu yang cepat. (9)
2. Volvulus
Volvulus terajadi akibar memutarnya usus (biasanya pada sekum ata
sigmoid) pada mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan
gangguan sirkulasi vena maupun arteri.
Volvulus sigmoid ditemukan jauh lebih banyak daripada volvulus sekum,
yaitu sekitar 90%.Kelainan ini terutama ditemukan pada orang yang lebih tua,
orang dengan riwayat kronik konstipasi. Volvulus sigmoid sering mengalami
strangulasi bila tidak dilakukan dekompresi.(9)
Volvulus sekum terjadi karena kelainan bawaan kolon kanan yang tidak
terletak retroperitoneal, jadi terdapat mesenterium yang panjang dan sekum yang
yang mobile karena tidak terfiksasi. Kelainan ini biasanya menyerang pada usia
60 tahunan. Volvulus sigmoid terjadi karena mesenterium yang panjang dengan
basis yang sempit.( 9,11)
3. Divertikel
Divertikel kolon paling sering ditemui di sigmoid. Divertikel kolon adalah
divertikel palsu karena terdiri atas mukosa yang menonjol melalui lapisan otot
12
seperti hernia kecil. Komplikasi dapat berupa perforaasi, abses terbuka, fistel,
obstruksi parsial, dan perdarahan.
4. Intususepsi/invaginasi
Merupakan suatu keadaan masuknya suatu segmen proksimal usus ke segmen
bagian distal yang akhirnya terjadi obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga
oleh karena perubahan dinding usus khususnya ileum yang disebabkan oleh
hiperplasia jaringan lymphoid submukosa ileum terminal akibat peradangan,
dengan abdominal kolik.
Intususepsi sering terjadi pada anak anak. Namun, sekitar 5-15% dari kasus
intususepsi di belahan bumi bagian Barat terjadi di orang dewasa, yang mana dua
per tiga kasusnya disebabkan oleh tumor atau polip di usus halus(9,11).
5. Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschprung atau yang disebut juga megacolon dapat digambarkan
sebagai suatu usus besar yang dilatasi, membesar dan hipertrofi yang berjalan
kronik. Penyakit ini dapat kongenital ataupun didapat dan biasanya berhubungan
dengan ileus obstruksi. (12)
Penyebab kongenital dari penyakit ini diakibatkan dari kegagalan migrasi dari
neural crest ke kolon bagian distal. Sedangkan megakolon yang didapat
merupakan hasil dari adanya infeksi ataupun konstipasi kronis. Infeksi
Trypanosoma cruzi menyerang sel ganglion dan menyebabkan megakolon. (12)
13
Tabel 3.1. Etiologi
ileus obstruksi
2.2.5 Patofisiologi
Patofisiologi yang
terjadi setelah
obstruksi usus adalah
sama, tanpa
memandang apakah
obstruksi itu
disebabkan oleh
penyebab mekanik
atau fungsional.
Perbedaan utama
terletak pada
obstruksi paralitik
dimana peristaltik
dihambat sejak awal,
sedangkan pada
14
Causes of Intestinal Obstruction
Location
CauseColon Tumors (usually in left colon), diverticulitis (usually
in sigmoid), volvulus of sigmoid or cecum, fecal
impaction, Hirschsprung's disease, Crohn's disease
Duodenum
Adults Cancer of the duodenum or head of pancreas, ulcer
disease
Neonates Atresia, volvulus, bands, annular pancreas
Jejunum and ileum
Adults Hernias, adhesions (common), tumors, foreign body,
Meckel's diverticulum, Crohn's disease
(uncommon), Ascaris infestation, midgut volvulus,
intussusception by tumor (rare)
Neonates Meconium ileus, volvulus of a malrotated gut, atresia,
intussusception
obstruksi mekanik, awalnya peristaltik diperkuat, kemudian intermitten, dan
akhirnya menghilang.(1)
Pada ileus obstruksi usus halus terjadi dilatasi pada usus proksimal secara
progresif akibat akumulasi dari sekresi pencernaan dan udara yang tertelan (70%
dari udara yang tertelan) dalam lumen. Dilatasi dari usus halus menstimulasi
aktivitas sel sekretori, yang berakibat bertambahnya akumulasi cairan. Hal ini
mengakibatkan peristaltik meningkat pada bagian atas dan bawah dari obstruksi,
dengan buang air besar yang jarang dan flatus pada awal perjalanan. (13)
Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air dan
natrium dari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran
cerna setiap hari, sehingga tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat. Hal ini akan mengompresi saluran limfe
mukosa dan menyebabkan limfedema pada dinding usus. Dengan meningkatnya
tekanan hidrostatik intraluminal, meningkatnya tekanan hidrostatik pada capiler
akan menyebabkan cairan yang banyak, elektrolit dan protein ke dalam lumen
usus. Kehilangan cairan dan dehidrasi yang disebabkan oleh hal akan sangat parah
dan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. (13)
Muntah dan pengosongan isi usus merupakan penyebab utama kehilangan
cairan dan elektrolit. Akibat muntah tadi akan terjadi dehidrasi, hipovolemik.
Pada obstruksi proksimal, kehilangan cairan disertai oleh kehilangan ion hidrogen
(H+), kalium dan korida, sehingga terjadi alkalosis metabolik. Peregangan usus
yang terjadi secara terus menerus mengakibatkan timbulnya lingkaran setan
penurunan absorpsi carian dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek
lokal peregangan usus adalah iskemia akibar peregangan dan peningkatan
permeabilitas yang disebabkan oleh nekrosis, disertai dengan absorpsi toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.(1)
Pada obstruksi intestinal simpel, obstruksti terjadi tanpa gangguan
vaskularisasi. Makananan dan cairan yang masuk, sekresi getah pencernaan, dan
gas terkumpul di proksimal obstruksi. Bagian proksimal usus distensi, sedangkan
bagian distalnya colaps.Fungsi absorpsi dan sekresi dari mukosa usus berkurang,
dan dinding usus menjadi edema dan terbendung. Distensi usus yang parah akan
15
semakin progresif, menambah peristaltik, dan meningkatkan risiko dehidrasi dan
progresi ke arah strangulasi. (8)
Obstruksi intestinal strangulasi merupakan obstruksi dengan gangguan
aliran pembuluh darah, terjadi pada 25% dari pasien dengan ileus obstruksi.
Biasanya berhubungan dengan hernia, volvulus, dan intususepsi. Obstruksi
strangulasi bisa menjadi infark dan gangren dalam waktu 6 jam. Awalnya akan
terjadi obstruksi vena, kemudia oklusi arteri dan akhirnya iskemi cepat dari
dinding usus. Usus yang iskemi akan menjadi edema dan infark, yang berujung
gangren dan perforasi. Bila tidak ditangani akan menjadi perforasi, peritonitis, dan
kematian. Pada ileus obstruksi kolon, strangulasi jarang terjadi (kecuali pasien
dengan volvulus).(8,13)
Perforasi dapat terjadi pada bagian yang iskemik (usus halus). Risiko akan
meningkat bila sekum dilatasi dengan diameter > 13 cm. Pada ileus obstruksi
kolon, terjadi dilatasi pada usus yang letaknya diatas obstruksi, yang akan
menyebabkan edema mukosa, gangguan aliran vena dan arteri ke usus. Edema dan
iskemi yang terjadi meningkatkan permeabilitas mukosa, yang mengakibatkan
translokasi bakteri (termasuk bakteri anaerob Bacteoides) , toksik sistemi,
dehidrasi, dan gangguan elektrolit. Iskemi pada kolon dapat mengakibatkan
perforasi. (11)
16
Obstruksi Usus
Obstruksi Usus
Akumulasi gas dan cairan intralumen di sebelah proksimal dari letak obstruksi
Distensi
Tekanan intralumen yang meningkat dipertahankan
Kehilangan H2O dan elektrolit
Proliferasi bakteri yang berlangsung
cepat
Iskemia dinding usus
Volume ECF
Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum
Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yng nekrotik ke dalam
peritoneum dan sirkulasi sistemik
Peritonitis septikemia
Peritonitis septikemia
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Diagram 3.1 Patofisiologi Ileus Obstruksi
2.2.6 Manifestasi Klinik
a. Obstruksi usus halus
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit, baik di dalam lumen
usus bagian oral dari obstruksi maupun oleh munrah. Keadaan umum akan
memburuk dalam waktu yang relatif singkat.(9)
Gejala yang timbul biasanya : kolik pada daerah umbilikus atau di
epigastrium, mual, muntah pada obstruksi letak tinggi, dan konstipasi (pada
pasien dengan obstruksi total). Pasien dengan obstruksi simpel/parsial biasanya
menderita diare pada awal obstruksi. Konstipasi dengan tidak dapat flatus
dirasakan oleh pasien pada fase lanjut..Gerakan peristaltik yang high pitched dan
meningkat yang bersamaan dengan adanya kolik merupakan tanda yang khas. (8)
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi
bersifat kolik.Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul
setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruksi usus halus, setiap 15 sampai 20
menit pada ileus obstruksi usus besar. Nyeri dari ileus obstruksi usus halus
demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen.
Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang
memuntahkan apapun makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti 17
oleh cairan duodenum, yang kebanyakan cairan empedu. Pada ileus obstruksi usus
halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih,
hijau atau kuning. Muntah fekulen dapat terjadi pada obstruksi usus halus yang
lama yang terjadi karena bakteri yang tumbuh banyak dan merupakan tanda
patognomonik dari ileus obstruksi usus halus bagian distal komplit.(15)
Pada obstruksi strangulasi, gejalanya biasanya takikardi, demam, asidosis,
leukosistosi, dinding perut yang lemas. Apabila telah terjadi infark, dinding perut
akan lemas dan pada auskultasi didapatkan peristaltik yang minimal.(3,8)
b. Obstruksi kolon
Gejalanya biasanya lebih ringan dan terjadi lebih perlahan dibandingkan obstruksi pada usus halus. Gejala awalnya adalah
peubahan kebiasaan buang air besar, terutama berupa obstipasi dan kembung, yang kadang disertai kolik pada perut bagian bawah
(suprapubik). Akhirnya,penderita mengeluh konstipasi menyebabkan adanya distensi abdomen. Muntah mungkin terjadi namun tidak sering.
muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk sebagai hasil pertumbuuhan bakteri berlebihan
karena adanya renggang waktu yang lama.(3,8)
Small-intestinal
obstruction
Large Intestinal
obstruction
Penyebab paing
sering
Adhesi dan hernia Kanker
GejalaKolik abdomen dan
muntah dengan
interval yang reguler
Kolik abdomen dan
muntah yang jarang
Pemeriksaan fisik Distensi abdomen
mild-moderate
Distensi abdomen
moderate
18
Foto polos abdomen Dilatasi lumen usus
halus dengan air
fluid level ; udara
dan kotoran yang
sedikit pada distal
Dilatasi kolon
dengan atau tanpa
distensi usus halus
dan air fluid level
Tabel 3.2 Tabel Perbedaan Klinis Obstruksi Usus Halus dan
Kolon(15)
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis ileus obstruksi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
mengenai gejala klinis yang timbul, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
dan juga pemeriksaan penunjang
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruksi tinggi, sering dapat ditemukan penyebab,
misalnya berupa adhesi dalam perut karena dioperasi atau terdapat hernia. Gejala
yang timbul umumya berupa syok, oligouri,dan gangguan elektrolit.Kemudian
ditemukan adanya serangan kolik perut, di sekitar umbilikus pada ileus obstruksi
usus halus dan disuprapubik pada ileus obstruksi usus besar. Pada anamnesis,
didapatkan adaya mual dan muntah,tidak bisa BAB (buang air besaar), tidak dapat
flatus, perut kembung.
Pada strangulasi, terdapat jepitan yang menyebabkan gangguan peredaran
darah sehinggga terjadi iskemia, nekrosi atau gangren. Gangren menyebabkan
tanda toksis seperti, demam, takikardi, syok septik, dengan leukosistosis.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada inspeksi secara umum, terlihat adanya tanda tanda dehidrasi, dilihat
dari turgor kulit, mulut kering. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu
19
serangan kolik. Pada inspeksi abdomen, terlihat distensi, darm countour
(gambaran kontur usus), darm steifung (gambaran gerakan usus), terutama pada
penderita yang kurus.
Adanya adhesi dapat dilihat dengan adanya bekas luka operasi pada
abdomen. Adanya bejolan di perut, inguinal, dan femoral yang menandakan
adanya hernia.
b. Auskultasi
Pada auskultasi, terdengar hiperperistaltik yang kemudian suara usus
meninggi (metallic sound) terutama pada permulaan terjadinya obstruksi dan
borborygmi sound terdengar sangat jelas pada saat serangan kolik. Kalau
obstruksi berlangsung lama dan telah terjadi strangulasi serta peritonitis, maka
bising usus akan menghilang(15).
c. Palpasi
Pada palpasi, diraba adanya defans muskular, ataupun adanya tanda
peritonitis seperti nyeri tekan, nyeri lepas, teraba massa seperti pada tumor,
invaginasi, dan hernia.
d. Perkusi
Pada perkusi didapatkan bunyi hipertimpani.
Rectal Toucher
Untuk mengetahui apakah adanya massa dalam rectum. Apakah ada darah
samar, adanya feses harus diperhatikan. Tidak adanya feses menunjukan obstruksi
pada usus halus. Apabila terdapat darah berarti penyebab ileus obstruksi adalah
lesi intrinsik di dalam usus seperti malignansi. .(11,15)
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak dapat dijadikan pedoman untuk
menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan ialah darah
lengkap, elektrolit, BUN (blood urea nitrogen), ureum amilase, dan kreatinin.
Pada ileus obstruksi sederhana, hasi pemeriksaan larobarotiumnya dalam
batas normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis, dan
20
nliai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan pada
semua jenis ileus obstruksi, terutama strangulasi. Penurunan dalam kadar serum
natrium, klorida dan kalium merupaan manifestasi lebih lanjut, dapat juga terjadi
alkalosis akibat muntah. Bila BUN didapatkan meningkat, menunjukkan
hipovolemia dengan azotemia prerenal.(15)
Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis ileus obstruksi biasanya dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan
radiologi.
a. Foto polos abdomen
Diperlukan foto abdomen 3 posisi yaitu foto posisi supine, foto posisi
setengah duduk, dan foto left lateral decubitus. Pada posisi supine dapat
ditemukan gambaran distensi usus dan herring bone appearance, posisi lateral
dekubitus ataupun setengah duduk dapat ditemukan gambaran step ladder pattern,
Hal yang paling spesifik dari obstruksi usus halus ialah distensi usus halus
(diamater > 3 cm), adanya air fliud level pada foto posisi setengah duduk, dan
kekurangan udara pada kolon. Negatif palsu dapat ditemukan pada pemeriksaan
radiologi ketika letak obstruksi berada di proksimal usus halus dan ketika lumen
usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak adanya udara. Hal ini dapat
mengakibatkan tidak adanya gambaran air fluid level ataupun distensi usus.(3)
Pada ileus obstruksi kolon, pemeriksaan foto abdomen menunjukan
adanya distensi pada bagian proksimal dari obstruksi. Selain itu, tampak
gambaran air fluid level yang berbentuk seperti tangga yang disebut juga step
ladder pattern karena cairan transudasi.
21
Gambar 3.4 Foto polos abdomen posisi supine (dilatasi usus)
(a) (b)
Gambar 3.5 (a) ileus obstruksi (b) posisi setengah duduk denga gambaran air fluid
level yang membentuk step ladder pattern
b. Foto Thorax
Foto thorax dapat menggambarkan adanya free air sickle yang terletak
dibawah difaragma kanan yang menunjukkan adanya perforasi usus.(11)
22
Gambar 3.6. Gamabaran free air sickle
c. CT scan
CT scan berguna untuk menentukan diagnosa dini dari obstruksi
strangulasi dan untuk menyingkirkan penyebab akut abdominal lain, terlebih jika
klinis dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT scan juga dapat membedakan
penyebab dari ileus obstrusi usus halus,yaitu penyebab ekstrinsik (seperti adhesi
dan hernia) dengan penyebab instrinsik (seperti malignansi dan penyakit Chron).
Obtruksi pada CT scan ditandai dengan diameter usus halus sekitar 2,5 cm pada
bagian proksimal menjadi bagian yang kolaps dengan diameter kurang dari 1 cm.(11)
Temuan lain pada obstruksi usus yaitu zona transisi dengan dilatasi usus
proksimal, dekompresi usus bagian distal, kontras intralumen yang tidak dapat
melewati bagian obstruksi, dan pada bagian kolon terdapat gas ataupun cairan.
Strangulasi ditandai dengan menebalnya dinding usus, pneumatosis intestinalis
(udara pada dinding usus), udara pada vena porta, dan berkurangnya kontras
intravena ke dalam usus yang terkena.(3)
Penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas CT 80-90%, spesifisitas 70-
90% dalam mendeteksi obstruksi.(3)
23
Gambar 3.7. Ileus obstruksi pada CT scan (dilatasi lumen usus halus, dan
dekompresi terminal ileum (I) dan kolon asenden (C))
d. Enteroclysis
Enteroclysis berguna untuk mendeketsi adanya obstruksi dan berguna
membedakan antara obstruksi parsial atau total. Metode ini berguna jika foto
polos abdomen mempelihatkan gambaran normal namun gambaran klinis
menunjukan adanya obstruksi atau jika foto polos abdomen tidak spesifik.
Pemeriksaan ini juga dapat membedakan adhesi karena metastase, tumor yang
rekuren, dan kerusakan akibat radiologi. Enteroclysis dapat dilakukan dengan dua
jenis kontras. Barium merupakan kontras yang sering digunakan dalam
pemeriksaan ini. Barium aman digunakan dan berguna mendiagnosa obstruksi bila
tidak terdapat iskemia usus ataupun perforasi. Namun, penggunaan barium sering
dihubungkan dengan terjadinya peritonitis, dan harus dihindari bila diduga adanya
perforasi.(11)
Enteroclysis jarang digunakan pada keadaan akut. Pada pemeriksaan ini,
digunakan 200-250 mL barium dan diikuti 1-2 L larutan methylcellulose dalam
air yang dimasukan melalui proksimal jejenum melalu kateter nasoenteric.
24
(a) (b)
Gambar 3.8. (a). adhesional small bowel obstruction. Menunjukan gambaran
lumen usus yang menyempit (tanda anak panah) (b). Enteroclysis
e. USG abdomen
USG merupakan pemeriksaan yang tidak invasif dan murah dibandingnkan
CT scan, dan spefisitas dari USG dilaporkan mencapai 100%. Pemeriksaan ini
dapat menunjukan gambaran dan penyebab dari obstruksi dengan melihat
pergerakan dari usus.
Gambar 3.9. USG abdomen dengan gambaran dilatasi usus halus
2.2.8 Diagnosa Banding
Ileus paralitik
Pada ileus paralitik terdapat distensi yang hebat namun nyeri yang dirasakan
lebih ringan dan cenderung konstan, mual, muntah, bising usus yang menghilang,
25
pada pemeriksaan fisik tidak adanya defans muskular dan pada gambaran foto
polos didapatkan gambaran udara pada usus.
Appendisitis akut
Pada appendisitis akut, didapatkan gejala nyeri tumpul pada epigastrium
yang kemudian berpindah pada kuadran kanan bawah, demam, mual, dan muntah.
Pankreatitis akut
Nyeri pada pankreatitis akut biasanya dirasakan sampai ke punggung.
Gejala ini dapat juga berhubungan dengan ileus paralitik. Pada pankreatitis akut,
amilase kadarnya akan sangat tinggi bbila dibandingkan ileus obstruksi.
Gastroenteritis akut
Pada gastoenteritis akut juga terdapat nyeri perut dan muntah. Diare pada
penyakit ini juga menyebabkan adanya hiperperistaltik pada auskultasi.Namun
dapat dipikirkan adanya ileus bila abdomen distensi dan hilangnya suara atau
sedikitnya aktifitas usus.
2.2.9 Penatalaksanaan
Ileus obstruksi di usus harus dihilangkan segera setelah keadaan umum
diperbaiki. Tindakan umum sebelum dan sewaktu pembedahan meliputi
tatalaksana dehidrasi, perbaikan keseimbangan elektrolit, dan dekompresi pipa
lambung. Pada strangulasi, tidak ada waktu untuk memperbaiki keadaan umum,
sehingga strangulasi harus segera diatasi.(9)
1. Terapi konservatif
Pasien dengan ileus obstruksi bisanya mengalami dehidrasi dan
kekurangan elektrolit (Natrium, kalium, dan klorida) akibat berkuranganya
intake makanan, muntah, sehingga membutuhkan penggantian cairan
intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer Laktat. Koreksi
melalu cairan ini dapat dimonitor melalui urin dengan menggunakan
kateter , tanda tanda vital, pemeriksaan laboratorium, tekanan vena sentral. (3,11)
26
Pemberian antibiotik broadspectrum dapat diberikan sebagai profilaksis
atas dasar temuan adanya translokasi bakteri pada ileus obstruksi. Injeksi
Ceftriakson 1 gram 1 kali dalam 24 jam dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat juga diberikan untuk mengatasi muntah.(3,11)
Dekompresi traktus gastrointestinal dengan menggunakan nasogastric tube
(NGT) dan pasien dipuasakan. Hal ini berguna untuk mengeluarkan udara
dan cairan dan untuk mengurangi mual, distensi, dan resiko aspirasi
pulmonal karena muntah.
Pada ileus obstruksi parsial, biasanya dilakukan tindakan konservatif dan
pemantauan selama 3 hari. Penelitian menunjukkan adanya perbaikan
dalam pasien dengan keadaan tersebut dalam waktu 72 jam. Namun jika
keadaan pasien tidak juga membaik dalam 48 jam setelah diberi terapi
cairan dan sebagainya, makan terapi operatif segera dilakukan.(3,11)
2. Operatif
Secara umum, pasien dengan ileus obstruksi total memerlukan tindakan
operatif segera, meskipun operasi dapat ditunda untuk memperbaiki keadaan
umum pasien bila sangat buruk. Operasi dapat dilakukan bila rehidrasi dan
dekompresi nasogastrik telah dilakukan. (3,8)
Tindakan operatif dilakukan apabila terjadi :
- Strangulasi
- Obstruksi total
- Hernia inkarserata
- Tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif (pemasangat NGT,
infus, dan kateter).(9)
Tindakan operatif pada ileus obstruksi ini tergantung dari penyebabnya.
Misalnya pada adhesi dilakukan pelepasan adhesi tersebut, tumor dilakukan
reseksi, dan pada hernia dapat dilakukan herniorapi dan herniotomi. Usus yang
terkena obstruksi juga harus dinilai apakah masih bagus atau tidak, jika sudah
tidak viabel maka dilakukan reseksi. Kriteria dari usus yang masih viabel dapat
dilihat dari warna yang normal, dan adanya peristaltik, dan pulsasi arteri.(3)
27
Kanker kolon yang meyebabkan obstruksi kadang dilakukan reseksi dan
anastomosis, dengan atau tanpa colostomi atau ileostomy sementara. Jika tidak
dapat dilakukan, maka tumor diangkat dan kolostomi atau ileostomi dibuat.
Diverkulitis yang menyebabkan obstruksi, biasanya sering terjadi perforasi.
Reseksi bagian yang terkena devertikel mungkin agak sulit tapi merupakan
indikasi jika terjadi perforasi ataupun peritonitis umum. Biasanya dilakukan
reseksi dan kolostomi, namun anastomosis ditunda sampai rongga abdomen bebas
radang (cara Hartman).Vovulus sekal biasanya dilakukan tindakan operatif yaitu
melepaskan volvulus yang terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan
sekostomi temporer, yang juga berefek fiksasi terhadap sekum dengan cara
adhesi. Pada volvuus sigmoid, dapat dilakukan reposisi dengan sigmoidoskopi,
dan reseksi dan anastomosis dapat dilakukan beberapa hari kemudian. Tanpa
dilakukan reseksi, kemungkinan rekuren dapat terjadi.(8)
28
Gambar 3.2. Algoritma penatalaksanaan ileus obstruksi usus halus
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus :
Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh adhesi atau pada volvulus ringan.
Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease,
dan sebagainya.
Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi,misalnya pada Ca stadium lanjut.
Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung ususuntuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon,invaginasi strangulata dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap,
baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,misalnya pada Ca
sigmoid obstruksi, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudiani dilakukan reseksi usus dan
anastomosis.
Tindakan dekompresi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga
kesimbangan asam basa darah tetap dilaksanakan pasca tindakan operasi. Pada
obstruksi lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah
saangat penting sampai 6-7 hari pasca bedah. Bahaya pada pasca bedah ialah
toksinemia dan sepsis. Gambaran klinisnya biasanya tampak pada hari ke 4-5
pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan dengan
hasil kultur kuman sangatlah penting.
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi dari ileus obstruksi dapat berupa nekrosis usus, perforasi usus
yang dapat menyebabkan peritonitis, syok septik, dan kematian. Usus yang
strangulasi mungkin mengalami perforasi yang mengakibatkan materi dalam usus
keluar ke peritoneum dan mengakibatkan peritonitis. Meskipun tidak mengalami
29
perforasi, bakteri dapat melintasi usus yang permeabel dan masuk ke sirkulasi
darah yang mengakibatkan syok septik.(14)
2.2.11 Prognosis
Angka kematian pada ileus obstruksi usus non-strangulasi adalah < 5 %,
dengan banyaknya kematian terjadi pada pasien usia lanjut dengan komorbid.
Angka kematian pada operasi ileus obstruksi usus strangulasi berkisar 8-25%. (3)
Pada ileus obstruksi kolon, biasanya angka kematian berkisar antara 15 – 30 %. Perforasi
sekum merupakan penyebab utama kematian. Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan
diakukan dengan cepat.
30
BAB IV
KESIMPULAN
Ileus obstruksi adalah hilangnya atau adanya gangguan pasase isi usus
yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus obstruksi pada usus halus dapat
disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, askariasis, invaginasi, volvulus,
kelainan kongenital, radang kronik, neoplasma, benda asing. Sedangkan ileus
obstruksi pada kolon dapat disebabkan oleh karsinoma, volvulus, divertikulum
meckel, intsusuepsi, penyakit Hirchsprung.
Gejala umum yang timbul ialah syok, oligouri, gangguan elektrolit.
Selanjutnya gejala dari ileus obstruksi ialah nyeri kolik abdomen, mual, muntah,
tidak dapat buang air besar, tidak dapat flatus, perut kembung (distensi). Pada
pemeriksaan fisik, terutama abdomen, terlihat distensi abdomen, terdapat darm
contour, darmn steifung, pada auskultasi terdengar hiperperistaltik dengan nada
tinggi (metalic sound) yang jika obstruksi terus berlanjut, bising usus akan
melemah dan menghilang. Pada pemeriksaaa radiologi, yaitu foto polos abdomen
3 posisi, didapatkan gambaran herring bone appearance, air fluid level yag
membentuk kaskade yang disebut juga step ladder pattern. Bila terjadi perforasi
usus, dapat ditemukan adanya free air sickle di bawah diafragma kanan.
Terapi pada ileus obstruksi meliputi tindakan konservatif yaitu resusitasi
cairan dengan cairan intravena dan monitoring melalui urin, dekompresi dengan
31
menggunakan NGT, pemberian antibiotik broadspectrum dan tindakan operatif
yang biasanya sering dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Halus. In : Price Slyvia, Wilson
Lorraine,editors. Patofisiologi Konsep Kinis Proses – Proses Penyakit. Ed
6. Jakarta : EGC ; 2006. p 437-52
2. Sjamsuhidajat R,Dahlan M, Jusi Djang. Gawat Abdomen. Dalam :
Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Rudiman R, Prasetyono Theddeus,
editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta : EGC ; 2012. P 237-45
3. Whang E E, Ashley Stanley, Zinner J Michael. Small Intestine. In :Charles
F Brunicardi. Schwartz’s Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill.
2006. P 702-11
4. Sherwood Lauralee. Sistem Pencernaan. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem. D 2. Jakarta ; EGC ; 2001. p 570-88
5. Kumar Vinay Kapoor. Small Intestine Anatomy. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1948951-overview#showall.
Accesed September 29, 2012
32
6. Kumar Vinay Kapoor. Large Intestine Anatomy. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1948929-overview#showal l .
Accesed September 29, 2012
7. Lindseth Glenda. Gangguan Usus Besar. In : Price Slyvia, Wilson
Lorraine,editors. Patofisiologi Konsep Kinis Proses – Proses Penyakit. Ed
6. Jakarta : EGC ; 2006. p 456-59
8. Ansari Parswa. Intestinal Obstruction. 2012. Available at :
http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/
acute_abdomen_and_surgical_gastroenterology/
intestinal_obstruction.html#v890928. Accesed September 29, 2012
9. Riwanto Ign. Hidayat A H, Pieter J, Tjambolang T, Ahmadsyah I. Usus
Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum. Dalam : Sjamsuhidajat R,
Karnadiharja W, Rudiman R, Prasetyono Theddeus, editors. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta : EGC ; 2012. p 731- 72
10. Anonim. Bowel Obstruction. 2011. Available at :
http://www.webmd.com/digestive-disorders/tc/bowel-obstruction-topic-
overview. Accesed September 29, 2012
11. Hopkins Christy. Large Bowel Obstruction. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/774045-treatment#showall. Accesed
September 29, 2012
12. Bullard Kelli, Rothenberger David. Colon, Rectum, and Anus. In : Charles
F Brunicardi. Schwartz’s Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill.
2006. P 770
13. Nobie Brian. Small Bowel Obstruction. 2011. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview#showall. Accesed
September 29, 2012
33
14. Jackson,P.G., Raizi, M., Evaluation and Management of Intestinal
Obstruction. American Family Physician. Vol. 83. No.2. 2011: 159-165.
15. Freeman, H.J., Thomson, A.B.R., The Small Intestine. In: First Principle
of Gastroenterologi.
34