Web viewIndeks merupakan istilah yang terdapat dalam bidang perpustakaan dan dianggap sebagai salah...
Transcript of Web viewIndeks merupakan istilah yang terdapat dalam bidang perpustakaan dan dianggap sebagai salah...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah hak dan investasi, semua warga negara berhak atas
kesehatannya karena dilindungi oleh konstitusi seperti yang tercantum dalam
UUD 1945 Pasal 27 ayat kedua dimana tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dengan berpedoman
pada kalimat tersebut maka dapat dijelaskan bahwa semua warga negara tanpa
kecuali mempunyai hak yang sama dalam penghidupan dan pekerjaan,
penghidupan disini mengandung arti hak untuk memperoleh kebutuhan materil
seperti sandang, pangan dan papan yang layak dan juga kebutuhan immateri
seperti kesehatan, kerohanian, dan lain-lain. Demikian juga halnya kesehatan
dapat pula diartikan investasi karena kesehatan adalah modal dasar yang sangat
diperlukan oleh segenap masyarakat untuk dapat beraktifitas sesuai dengan tugas
dan kewajibannya masing-masing sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat secara ekonomi.
Namun bila kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan bisa-bisa
seluruh harta dan kekayaan yang mereka peroleh habis digunakan untuk
memperoleh kesehatan tersebut. Sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan yang
menyebutkan bahwa kesehatan rakyat adalah salah satu modal pokok dalam
1
rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa dan mempunyai peranan penting
dalam penyelesaian revolusi nasional dan penyusunan masyarakat sosialis
Indonesia. Sehingga pemerintah harus mengusahakan bidang kesehatan dengan
sebaik-baiknya, yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai dan
dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat umum.
Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan suatu badan usaha karena masyarakat adalah konsumen
dari produk yang dihasilkannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hoffman dan
Beteson (1997, p.270), yaitu : ”weithout custumers, the service firm has no
reason to exist”. Definisi kepuasan masyarakat menurut Mowen (1995, p.511):
”Costumers satisfaction is defined as the overall attitudes regarding goods or
services after its acquisition and uses”. Oleh karena itu, badan usaha harus dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga mencapai kepuasan
masyarakat dan lebih jauh lagi kedepannya dapat dicapai kesetiaan masyarakat.
Sebab, bila tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat sehingga
menyebabkan ketidakpuasan masyarakat mengakibatkan kesetiaan masyarakat
akan suatu produk menjadi luntur dan beralih ke produk atau layanan yang
disediakan oleh badan usaha yang lain. Demi untuk menjamin terpenuhinya hak-
hak masyarakat akan pelayanan publik maka diperlukan suatu standar penilaian
merngenai analisis kinerja pelayanan publik yang telah dijalankan. Analisis
terhadap kinerja birokrasi public menjadi sangat penting atau dengan kata lain
memiliki nilai yang amat strategis.
2
Informasi mengenai kinerja aparatur dan faktor-faktor yang ikut
berpengaruh terhadap kinerja aparatur sangat penting untuk diketahui, sehingga
pengukuran kinerja aparat hendaknya dapat diterjemahkan sebagai suatu kegiatan
evaluasi untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu evaluasi kinerja
merupakan analisis interpretasi keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja.
Menurut pendapat Drucker dalam buku “Reinventing Government” karya David
Osborne, bahwa dalam suatu organisasi perlu adanya pemisahan antara
manajemen puncak dan operasional, sehingga memungkinkan manajemen
puncak menfokuskan konsentrasi pada pengambilan keputusan dan pengarahan.
Sedangkan kegiatan operasional sebaiknya dijalankan oleh staf sendiri, dimana
masing-masing memiliki misi, sasaran, ruang lingkup, tindakan serta otonominya
sendiri. Upaya mengarahkan, membutuhkan orang yang mampu melihat seluruh
visi dan peluang serta mampu menyeimbangkan antar berbagai tuntutan yang
saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya. Hal tersebut membutuhkan
personil yang bersungguh-sungguh fokus pada visi, misi dan melaksanakannya
dengan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian indeks ?
2. Apa pengertian kepuasan ?
3. Bagaimana indeks kepuasan pelanggan ?
3
4. Bagaimana evolusi dan perkembangan model indeks kepuasan pelanggan
nasional ?
5. Bagaimana strategi pengelolaan indeks kepuasan ?
6. Bagaimana cara mengukur indeks kepuasan ?
7. Bagaimana cara menganalisis indeks kepuasan ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian indeks.
2. Mengetahui pengertian kepuasan.
3. Mengetahui indeks kepuasan pelanggan.
4. Mengetahui evolusi dan perkembangan model indeks kepuasan pelanggan
nasional.
5. Mengetahui strategi pengelolaan indeks kepuasan.
6. Mengetahui cara mengukur indeks kepuasan.
7. Mengetahui cara menganalisis indeks kepuasan.
D. MANFAAT
Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat dimaksudkan sebagai
acuan bagi Unit Pelayanan Instansi Pemerintah dalam menyusun indeks
kepuasan masyarakat, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit
pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya. Bagi masyarakat,
4
indeks kepuasan masyarakat dapat digunakan sebagai gambaran tentang kinerja
pelayanan unit yang bersangkutan.
Dengan tersedianya data Indeks Kepuasan Masyarakat secara periodik, dapat
diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Mengetahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
2. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya
yang perlu dilakukan.
3. Mengetahui indeks kepuasan masyarakat secara menyeluruh
terhadap hasil pelaksanaan pelayanan publik pada lingkup Pemerintah Pusat
dan Daerah.
4. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit
pelayanan.
5. Mengetahui kesesuaian antara kinerja pelayanan puskesmas dengan harapan
atau tingkat kepentingan masyarakat penggunan jasa pelayanan.
5
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN INDEKS
Indeks merupakan istilah yang terdapat dalam bidang perpustakaan dan
dianggap sebagai salah satu sistem temu kembali informasi. Indeks dari segi
bahasa didefinisikan sebagai :
1. Sesuatu yang menunjuk atau menanda.
2. Daftar nama-nama yang disusun secara alfabetis.
Dengan kata lain indeks merupakan daftar urutan nama, tempat, ataupun
subyek dalam sebuah dokumen yang diterbitkan. Daftar tersebut dapat menjadi
rujukan untuk mencari dokumen yang dicari. Definisi lain menjelaskan
pengindeksan adalah sebagai suatu proses menganalisa isi kandungan suatu
bahan atau sumber informasi dan menerangkannya dengan menggunakan bahasa
atau istilah di dalam sistem pengindeksan. Sistem pengindeksan ini bertujuan
untuk menganalisa (menguraikan) suatu karya. Misalnya suatu karya dimana
dalam karya tersebut terdiri dari beberapa karya orang yang berbeda, baik judul
maupun subyeknya. Maka sebaiknya masing-masing karya itu perlu kita uraikan
satu persatu dengan membuatkan indeksnya.
Para pengguna perpustakaan biasanya menggunakan indeks untuk
mencari dokumen yang ada di perpustakaan terutama dokumen yang biasa di
indeks seperti artikel dari jurnal, kertas kerja dan tesis. Sebuah indeks yang baik
harus dapat memberi panduan yang spesifik, juga mampu menentukan lokasi
6
sumber informasi dengan efisien dan dapat digunakan untuk mencari sumber-
sumber informasi lain yang berkaitan, oleh kareena itu sebuah indeks harus
lengkap dan tepat (complete and accurate).
B. PENGERTIAN KEPUASAAN
Kepuasan pelanggan adalah indikator utama dari standar suatu fasilitas
kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pelanggan
yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan
mempengaruhi provitabilitas fasilitas kesehatan tersebut, sedangkan sikap
karyawan terhadap pelanggan juga akan berdampak terhadap kepuasan
pelanggan dimana kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu akan meningkat,
begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan (Atmojo, 2006)
Menurut Irawan (2003), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan
kinerja dengan harapan-harapannya. Tjiptono (2006) berpendapat bahwa
kepuasan atau ketidakpuasan merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan
evaluasi ketidaksesuaian kinerja/tindakan yang dirasakan sebagai akibat dari
tidak terpenuhinya harapan.
Hal ini juga dinyatakan oleh Sugito (2005) yang menyebutkan bahwa
tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan, apabila kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa.
Pada dasarnya harapan klien adalah perkiraan atau keyakinan klien tertang
pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya. Sedangkan hasil
7
kinerja akan dipersepsikan oleh klien. Kesimpulan yang dapat diambil dari
beberapa pengertian di atas terdapat kesamaan pandangan bahwa kepuasan
pelanggan/klien merupakan ungkapan perasaan puas apabila menerima
kenyataan / pengalaman pelayanan memenuhi harapan klien.
C. INDEKS KEPUASAN PELANGGAN (CUSTOMER SATISFACTION
INDEX)
Kepuasan pelanggan sangat penting untuk suatu perusahaan. Mengingat
pelanggan yang puas akan kembali, membeli lagi dalam jumlah yang lebih besar,
mereka menyebarkan pengalaman kepada teman yang ditemui, dan bersedia
membayar lebih untuk berbisnis dengan pemasok / penyedia produk / jasa yang
dipercaya. Dengan demikian upaya mempertahankan pelanggan dalam jangka
pendek dapat meningkatkan revenue dan profit, sedangkan jangka panjang dapat
membangun customer loyalty dan memperkuat brand. Statistik menunjukkan
bahwa biaya untuk mempertahankan pelanggan lebih murah dari pada mencari
pelanggan baru. Upaya untuk mempertahankan kepuasan pelanggan salah
satunya adalah memantau apa yang mereka inginkan dari produk/jasa yang
disajikan.
D. EVOLUSI DAN PERKEMBANGAN MODEL INDEKS KEPUASAN
PELANGGAN NASIONAL
Kepuasan pelanggan secara signifikan merupakan bagian dari barometer
kepuasan nasional dimulai dari Swedia (Fornell,1992), Amerika Serikat (Fornell,
Johnson, Anderson, Cha, & Bryant, 1996), dan Norwegia (Andreassen &
8
Lindestad, 1998). Indeks kepuasan pelanggan ini juga dikembangkan di New
Zealand, Austria, Korea Selatan dan Uni Eropa, kemudian dikembangkan untuk
tingkat ekonomi global.
Validitas dan reliabilitas model dan metodologi indeks pengukuran
kepuasan pelanggan dipelajari, diperbaiki dan dikembangkan secara terus
menerus sepanjang waktu. Tulisan ini membahas model pengukuran tersebut dari
sudut pandang ekonomi psikologi yang memposisikan customer loyalty sebagai
variabel dependen. Untuk mengetahui posisi CSI Indonesia dibandingkan dengan
negara penemu dan pemakai CSI lain maka perlu perbandingan dan kajian
ilmiah. Perbandingan model pengukuran kepuasan pelanggan ini diawali dengan
penjelasan model dan kerangka berpikir masing masing negara pemakai CSI.
Pertimbangan yang mendasari pemilihan CSI dalam tulisan ini adalah
Swedia sebagai negara penemu CSI, kemudian dikembangkan oleh Norwegia
dan selanjutnya dipergunakan secara global. Amerika, sebagai negara adidaya
yang menguasai ekonomi dunia sebagai bahan kajian berikutnya, Hongkong
yang dapat dianggap sebagai salah satu negara Asia dengan perekonomian yang
maju sehingga dapat dianggap mewakili kawasan Asia. Demikian pula Jerman
dapat dianggap mewakili salah satu negara di kawasan Eropa.
Tulisan ini membandingkan secara metodologis beberapa CSI yang
dipergunakan oleh Swedia (SCSI), Amerika (ACSI), Hongkong (HKCSI), dan
Indonesia (ICSI). Pada umumnya kerangka berpikir untuk membangun CSI
adalah sama, berawal dari Swedia (SCSI). Penjelasan salah satu CSI secara rinci
9
dalam tulisan ini adalah ACSI, yang menguraikan secara runut mulai dari dasar
pemikiran, faktor pembentuk, konsekuensi dan model CSI .
E. STRATEGI PENGELOLAAN INDEKS KEPUASAN
1. MATRIKS POSISI
Merupakan matriks kontigensi atau matriks 2x2. Masing-masing atribut
dihitung nilai meannya, lalu dihitung pula Nilai Mean Komposit (NMK).
NMK digunakan sebagai nilai batas (cut of point). Bila nilai harapan di atas
NMK, harapan diletakkan dalam kuadran yang berada yang berada diatas
batas sesuai Axis grafik, sedangkan nilai atribut Aktual yang berada diatas
nilai Nilai Mean Komposit Aktual diletakan dalam kuadran di atas nilai batas
sesuai ordinat grafik.
2. JENDELA PELANGGAN (CUSTOMER WINDOW)
Alat untuk memahami ekspektasi pelanggan. Penggunaan customer
window dalam menghitung kepuasan pelanggan akan sangat berguna dalam
menentukan strategi apa yang sesuai untuk mempertahankan pelanggan lama
dan memperlebar pangsa pasar. Pelayanan jasa kesehatan merupakan sebuah
industri jasa yang kompleks. Pelayanan jasa tidak hanya mencakup mengenai
kualitas pelayanan namun juga hubungan interaktif pelanggan dengan
penyedia, yang dalam bidang kesehatan dikenal sebagai komunikasi
terapeutik.
Kualitas dari komunikasi terapeutik akan sangat mempengaruhi
keputusan pelanggan dalam memggunakan produk jasa kesehatan tersebut.
10
Saat komunikasi ini berjalan dengan baik, selain tujuan penyembuhan
tercapai, konsumen yang puas juga dapat diberdayakan sebagai sarana
promosi. Promosi ini yang selanjutnya dapat dinyatakan sebagai sebuah
pemasaran interaktif. Indikator adanya kegiatan terapeutik adalah attending
skill, respect, emphaty, dan responsiveness.
Indikator inilah yang akan dinilai dan dihitung melalui diagram
customer service. Data mengenai pemenuhan indikator ini diperoleh dari
tanggapan pelanggan yang menyangkut tingkat kepentingan serta tingkat
pelaksanaannya. Ketika dua hal ini telah terakomodir dengan baik maka
kepuasan pelanggan akan tercapai. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
hasil pengukuran indikator yang akan dibuat matriks customer window-nya :
a) Attending skill merupakan sikap serta keberadaan pemberi jasa kesehatan
baik secara fisik dan psikologis saat melakukan komunikasi terapeutik.
Hal ini diidentifikasi dalam lima cara komunikasi yang biasa disebut
SOLER.
b) Respect merupakan sikap dan perilaku hormat pemberi jasa kesehatan.
Hal ini diidentifikasi melalui keramahtamahan dan perhatian.
c) Emphaty merupakan sikap dan perilaku mau mendengarkan oleh pemberi
layanan kesehatan.
d) Responsiveness merupakan sikap dan perilaku siaga petugas dalam
mengatasi masalah kesehatan yang tiba-tiba muncul.
11
Gambar 1. Customer window
Customer window memiliki empat aspek yakni (Vincent Gaspersz,
2005:59) :
A merupakan kuadran attention. Pelanggan menginginkan karakteristik itu,
tetapi ia tidak mendapatkannya.
B merupakan kuadran bravo. Pelanggan menginginkan karakteristik itu, dan ia
mendapatkannya.
C merupakan kuadran cut or comunication. Pelanggan tidak menginginkan
karakteristik itu, tetapi ia mendapatkannya.
D merupakan kuadran don’t worry be happy. Pelanggan tidak menginginkan
karakteristik itu, tetapi ia tidak mendapatkannya.
Berikut merupakan praktek pada pelayanan RS
12
Gambar 2. Praktek pelayanan pada RS
3. METODE USE-PDCA
USE-PDSA merupakan metode peningkatan kualitas terus-menerus.
USE-PDSA merupakan akronim, yang terdiri dari pengertian berikut:
U= Understand improvement needs (memahami kebutuhan peningkatan)
S= State the problems( menyatakan masalah yang ada )
E=Evaluate the root causes ( mengevaluasi akar penyebab masalah )
P=Plan the solutions ( merencanakan solusi masalah )
D=Do or implement the solution ( melaksanakan atau menerapkan rencana
solusi terhadapmasalah )
S=Study the solutions results ( mempelajari hasil hasil solusi terhadap
masalah
A=Act to standardize the solution(s) ( bertindak untuk menstandarisasikan
solusi terhadapmasalah )Siklus USE-PDSA sebagai langkah-langkah dalam
menyelesaikan masalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
Langkah 1: memahami kebutuhan peningkatan
13
Identifikasi masalah berdasarkan data yang ada. Berbagai alat kualitas seperti:
Check Sheetatau Diagram Pareto dapat digunakan untuk
mengindentifikasikan masalah kualitas yang adaditempat kerja.
Langkah 2 : menyatakan masalah yang ada
Pernyataan masalah harus: Spesifik, Tegas, Jelas, dan Dapat diukur.
Seyogianya dihindari pernyataan masalah yang tidak jelas dan tidak dapat
diukur, seperti: cacat apa ? beberapa unitcacat ? dimana ? dll )5W-2H:Suatu
pernyataan masalah harus dapat menjawab pertanyaan berikut : apa (what),
dimana(where), bilamana terjadi (when), siapa yang bertanggung jawab(who),
mengapa terjadimasalah itu (why), bagaimana saran perbaikan masalah itu
(how), berapa biaya yang harusdikeluarkan untuk menerapkan tindakan
perbaikan masalah itu (howmuch).
Langkah 3 : mengevaluasi akar penyebab masalah
Akar penyebab masalah dapat dievaluasi dengan menggunakan diagram sebab
akibat(diagram tulang ikan = fishbone diagram) dan bertanya mengapa
beberapa kali, sertamenggunakan teknik diskusi sumbang saran
(brainstorming) dari tim kerjasama peningkatankualitas total.
Langkah 4 : merencankan solusi masalah
Seyogianya rencana solusi masalah berfokus pada tindakan-tindakan untuk
menghilangkanakar penyebab dari masalah yang ada.
Langkah 5 : melaksanakan atau menerapkan rencana solusi terhadap masalah
Implementasi rencana solusi masalah mengikuti daftar rencana tindakan solusi
masalahseperti ditunjukan pada tabel diatas.
14
Langkah 6 : mempelajari hasil hasil solusi terhadapmasalah
Setelah selang waktu tertentu, dilakukan studi dan evaluasi berdasarkan data
yangdikumpulkan, guna mengetahui apakah jenis masalah kualitas yang ada
telah hilang atau berkurang. Analisis terhadap hasil-hasil temuan berikutnya
akan memberikan tambahaninformasi bagi pembuatan keputusan dan
perencanaan kualitas berikutnya.
Langkah 7:bertindak untuk menstandarisasi solusi terhadap masalah
Hasil-hasil yang memuaskan diri tindakan solusi masalah harus distandarisasi,
danselanjutnya melakukan perbaikan terus menerus pada jenis masalah yang
lain. Apabilatindakan terhadap solusi masalh tidak memberikan hasil-hasil
yang memuaskan, tindakan ituharus dikoreksi atau diperbaiki.
Catatan:
Keberhasilan penggunaan model USE-PDSA akan ditunjukan melalui
berkurang atauhilangnya penyebab masalah itu, yang kemudian akan muncul
penyebab-penyebab masalahlain dalam besaran yang lebih sedikit atau kecil.
Tugas dari tim kerjasama adalah berpartisipasisecara total untuk
melaksanakan peningkatan terus menerus dalam proses dan sistemmanajemen
kualitas ISO 9001:2000.Pemahaman dan penerapan secara benar dari siklus
USE-PDSA akan memberikan hasil peningkatan kualitas total seperti
ditunjukan dalam gambar dibawah ini :
15
Gambar 3. Peningkatan kualitas total akibat pemahaman dan penerapan secara benar dari
siklus USE-PDSA
16
F. PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN
Beberapa teknik pengukuran ialah teknik rating, pengukuran kesenjangan,
dan indeks kepuasan :
1. TEKNIK RATING (SIMPLE SCALE)
Teknik ini menggunakan directly reported satisfaction, simple rating,
semantic difference technique (metode berpasangan).
2. TEKNIK PENGUKURAN LANGSUNG (DIRECTLY REPORTED
SATISFACTION)
Teknik pengukuran langsung dengan menanyakan pasien atau klien
tentang kepuasan terhadap atribut. Teknik ini mengukur secara obyektif dan
subyektif. Obyektif bila stimuli jelas, langsung bisa diamati, dan dapat diukur.
Sebaliknya, subyektif bila rangsangan stimuli sifatnya intangiable dan sulit
ditentukan, sehingga lebih dikenal sebagai pengukuran persepsi. Asumsi dasar
teknik ini ialah hasil telaah tentang selisih manfaat dengan pengorbanan atau
resiko yang diantisipasi. Hasil disini memberikan informasi tentang mutu
layanan. Instrumen ini (directly reported satisfaction) meminta individu
menilai derajat kesukaan, persetujuan, penilaian, atau tingkat kepuasan yang
dapat dinyatakan dalam bentuk skala. Skala penilaian bisa ganjil atau genap
(rating scale) :
1 = sangat tidak puas
2 = tidak puas
3 = kurang puas
4 = netral
17
5 = sedikit puas
6 = puas
7 = sangat puas
Dalam penetapan banyaknya skala genap bisa 1 sampai 4, 6, 8, atau
10. Analisis hasil dengan skala dapat ditentukan atas nilai rerata dan
simpangan bakunya. Dominan bila kurang dari nilai rata-rata (bila skala
positif, bila skala negatif diambil lebih dari nilai rata-ratanya). Teknik ini
banyak dipakai pada teori kepuasan yang menggunakan stimuli-value
judgement-reaction.
Prosedur Metode Skala untuk directly reported satisfaction melalui
langkah awal pertama, yaitu tentukan skala standar. Skala ini bisa berdasarkan
nilai skala tengah dari pengukuran dan bisa ditentukan oleh peneliti
berdasarkan tujuannya. Langkah kedua adalah menghitung nilai rata-rata.
Nilai rata-rata komposit adalah penjumlahan nilai skala dari individu yang
diamati dibagi jumlah individu.
3. METODE RANKING SEDERHANA
Metode ranking sederhana klien membuat ranking dari obyek
(variabel) yang ditanyakan dalam urutan pemilihan. Bobot kepentingan
(Importance-Performance Analysis). Klien akan berusaha mendekatkan
tingkat-tingkat kepentingan yang berbeda dengan atribut bermacam-macam.
Klien membuat ranking dari obyek (variabel) yang ditanyakan dalam urutan
pemilihan. Misalnya, empati lebih penting daripada keramahan. Bobot
18
kepentingan menentukan faktor dominan. Kelemahan metode ini bila klien
tidak memilih salah satu obyek tersebut.
Tabel 1. Rangking Urutan Masalah Menurut Pendapat Anda
Masalah Rangking
Pelayanan Dokter
Pelayanan Perawat
Pelayanan penunjang lain: Laboratorium,
Radiologi, dan lain-lain
Pelayanan administrasi, keuangan, dan
kamar terima/loket
4. METODE BERPASANGAN
Metode berpasangan menyediakan beberapa obyek yang harus dinilai,
kemudian individu tersebut disuruh memilih pasangannya. Metode
berpasangan sering dipakai karena lebihmudah menentukan pilihan antar
kedua obyek pada satu waktu yang bersamaan. Misal: tingkat tanggap
(response) perawat terhadap keluhan pasien.
Acuh tak acuh 1 2 3 4 5 Perhatian
Kuat 1 2 3 4 5 Lemah
Pada saat analisis untuk pertanyaan negatif, skala harus dibalik dahulu.
5. PENGUKURAN KESENJANGAN (THE EXPECTANCY -
DISCONFIRMATION MODEL)
19
Merupakan persepsi jenis layanan, dimana pasien diasumsikan
memiliki persepsi mengenai kedudukan masing-masing atribut. Persepsi
khusus tentang atribut dikenal sebagai citra jenis. Persepsi sangat dipengaruhi
oleh harapan pasien akan atribut. Dua pengukuran dilakukan saat klien mau
masuk rumah sakit (harapan terhadap atribut) dan saat klien pulang
(kenyataan yang diterima) (Problem Analysis Technique) akan menghasilkan
informasi tentang tingkat kesesuaian atau mutu pelayanan.
Ada dua hal yang perlu dibandingkan, yaitu harapan (E=expectation)
pasien dan kenyataan (A=actual) yang diterima pasien akan layanan
kesehatan. Harapan pasien dapat dinyatakan dengan skala 1 sampai 4 (skala 1
= tidak berharap TH, skala 2 = kurang berharap KH, skala 3 = berharap
H, dan skala 4 = sangat berharap SH), sedangkan skala kenyataan yang
diterima dinyatakan pula dengan skala yang sama (skala 1 = tidak
sesuai/setuju TS, skala 2 = kurang setuju KS, skala 3 = setuju S, dan
skala 4 = sangat setuju SS).
SH H KH TH
Layanan Medis RS 4 3 2 1
SS S KS TS
4 3 2 1
Aplikasi Model Woodruff dan Gardial, 2002
6. PERFORMANCE PERCEPTION
20
Merupakan pengukuran untuk mengetahui cara petugas
menyampaikan pelayanan kepada pasien :
Tabel 2. Performance Perception
Instrumen pertanyaan harus diperinci dalam sub variabel atau sub
pertanyaan yang mencerminkan pemahaman variabel utama. Misalnya, empati
dibangun oleh subvariabel perhatian, mau mendengarkan, dan mau membantu
menyelesaikan masalah.
7. DISCONFIRMATION PERCEPTION
Merupakan pengukuran untuk membandingkan apa yang diterima dengan apa
yang diketahui dengan rumah sakit lain, atau harapan yang diinginkan.
Tabel 3. Disconfirmation Perception
Sangat
baik
Sangat
jelek
Empati 1 2 3 4 5 6 7
responsiveness 1 2 3 4 5 6 7
reliability 1 2 3 4 5 6 7
21
Sangat
baik
Sangat
jelek
Empati 1 2 3 4 5 6 7
responsiveness 1 2 3 4 5 6 7
Reliability 1 2 3 4 5 6 7
Disconfirmation perception adalah selisih antara harapan dan performance
perception.
8. SATISFACTION FEELING (EVALUTATION OVERALL) – A
a) Tidak Langsung
Satisfaction feeling yang berasal dari disconfirmation perception dapat
berupa tidak puas, bila nilai harapan lebih besar dari performance perception;,
puas bila harapan sama dengan performance perception; dan sangat puas bila
nilai harapan lebih besar nilai performance perception.
b) Langsung
Dengan cara mengetahui apa yang pernah diterima selama pelayanan …..,
puaskah pasien pada pelayanan petugas ….. (sebutkan nama produk/jasa yang
diterima). Berikut skala pengukurannya :
1 = sangat tidak puas
2 = tidak puas
3 = kurang puas
4 = netral
5 = sedikit puas
6 = puas
7 = sangat puas
G. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN
Inti dari kegiatan pemasaran adalah mengetahui keinginan konsumen serta
berusaha memuaskan keinginan tersebut. Konsumen yang puas akan sebuah
22
produk/ jasa mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi produk/jasa
tersebut berulang kali, hal itu akan menciptakan konsumen yang loyal/setia. Pada
akhirnya konsumen yang loyal akan meningkatkan profit perusahaan.
Kepuasan konsumen dipengaruhi oleh dua faktor, yakni harapan konsumen
akan kinerja sebuah produk/jasa, dan kenyataan yang mereka terima setelah
mengkonsumsi produk/jasa tersebut. Konsumen akan merasa puas jika kinerja
produk/jasa sama atau bahkan melebihi harapan semula. Sebaliknya, konsumen
akan tidak puas jika kinerja produk/jasa tidak sesuai dengan harapannya.
Sebelum melakukan pengukuran, tentukan dulu atribut-atribut apa saja
yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap produk/jasa tersebut melalui
butir-butir pertanyaan/kuesioner. Kemudian, pengukuran kepuasan konsumen
menggunakan bantuan SPSS dan Excel, ada beberapa metode yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Analisis inferensia melalui uji t
2. Pengukuran dengan Indeks
Indeks kepuasan konsumen adalah sebuah angka yang menyatakan
seberapa besar tingkat kepuasan konsumen akan produk/jasa tertentu. Indeks
yang biasa digunakan adalah metode CSI (Customer Satisfaction Index),
metode Fishbein, dan metode Fishbein Extended.
3. Pengukuran dengan Grafik
Tampilan melalui grafik lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan,
apalagi jika digunakan untuk membandingkan dua atau lebih produk/jasa.
Cara pengukuran kepuasan konsumen menggunakan grafik antara lain
23
Semantic Differential, Importance Performance Analysis (IPA), Multi
Dimensional Scaling (MDS), dan Categorical Analysis.
Dalam prakteknya, metode indeks dan grafik saling melengkapi,
sedangkan uji statistiknya dibuktikan melalui uji t. Disini hanya akan
dijelaskan cara pengukuran kepuasan konsumen dengan metode CSI dan IPA,
karena metode ini yang paling banyak digunakan.
a) Customer Satisfaction Index (CSI)
Merupakan metode pengukuran kepuasan konsumen yang populer
dan banyak digunakan pada perusahaan besar. Bisa digunakan untuk
membandingkan tingkat kepuasan dua produk/lebih, maupun melihat
perkembangan tingkat kepuasan konsumen akan sebuah produk dari
waktu ke waktu (time series). Caranya :
1. Mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan konsumen akan
setiap atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen dengan
menggunakan skala. Biasanya digunakan skala Likert.
2. Hitung rata-rata skor kepentingan dan rata-rata skor kepuasan
masingmasing atribut.
3. Importance weighting factor diperoleh dari skor masing-masing atribut
dibagi total kepentingan seluruh atribut.
4. Weighted score diperoleh dari perkalian importance weighting factor
dengan skor kepuasan masing-masing atribut.
5. Weighted average diperoleh dari penjumlahan weighted score seluruh
atribut.
24
6. Customer Satisfaction Index diperoleh dari pembagian weighted
average dengan skala maksimum yang digunakan, dalam hal ini skala
5.
b) Importance-Performance Matrix (IPA)
Merupakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif dalam menganalisis
datapenelitian untuk menjawab perumusan masalah mengenai sampai
sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja suatu
perusahaan. Analisis tingkat kepentingan dan kepuasan penghuni dapat
menghasilkan suatu diagram kartesius yang dapat menunjukkan letak
faktor-faktor atau unsur-unsur yang dianggap mempengaruhi kepuasan
penghuni, dimana dalam diagram kartesius tersebut faktor-faktor akan
dijabarkan dalam empat kuadran. Menurut J. Supranto (1997), sumbu
mendatar (X) dalam diagram kartesius memuat nilai rata-rata skor
kepuasan (performance), sedangkan sumbu tegak (Y) memuat nilai rata-
rata skor kepentingan (importance), yang dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
K = banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan penghuni.
25
Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi
menjadi empat bagian dalam diagram kartesius (diagram importance-
performance matrix) sebagai berikut :
Gambar 4. Diagram importance-performance analysis
Keterangan :
1. Kuadran 1 (Atrributes to improve)
Merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
penting oleh penghuni namun pada kenyataannya belum sesuai seperti
yang diharapkan (kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah).
Atribut-atribut yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan.
2. Kuadran 2 (Maintain Performance)
Merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
penting oleh penghuni dan sudah sesuai dengan yang dirasakan
26
sehingga tingkat kepuasannya relative lebih tinggi. Karenanya atribut-
atribut yang masuk dalam kuadran ini harus dipertahankan.
3. Kuadran 3 (Attributes to Maintain)
Merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
kurang penting oleh penghuni dan pada kenyataannya, kinerjanya tidak
terlalu istimewa.
4. Kuadran 4 (Attributes to De-emphasize)
Merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
kurang penting oleh penghuni dan dirasakan terlalu berlebihan.
BAB III
STUDI KASUS
27
ANALISIS INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TERHADAP
PELAYANAN PUBLIK DI PUSKESMAS NGESREP SEMARANG
Oleh : Frederik Mote
Puskesmas Ngesrep Semarang yang berada di wilayah Kecamatan
Banyumanik merupakan penyedia jasa pelayanan kesehatan dengan wilayah
kerja meliputi 3 (tiga) kelurahan yaitu Sumurboto, Tinjomoyo dan Ngesrep.
Diketahui bahwa penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ngesrep lebih banyak
usia produktifnya dibandingkan usia nonproduktif dengan rasio sekitar 1,25%.
Hal ini dapat dijadikan acuan sebagai indikator tingkat kesehatan yang cukup
baik mengingat usia produktif identik dengan orang yang bekerja dan
memberikan penghasilan bagi keluarga sehingga kebutuhan untuk kesehatan
dapat terpenuhi.
Terjadi peningkatan jumlah pengunjung di puskesmas Ngesrep selama
lima tahun terakhir. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan pengunjung dari
semua kategori kecuali untuk pasien rawat inap. Puskesmas yang berfungsi
sebagai garda depan pelayanan kesehatan di Kota Semarang. Kenaikan jumlah
pengunjung ini adalah salah satu indikator bila kualitas pelayanan di Puskesmas
Ngesrep mengalami kemajuan. Dengan kualitas pelayanan yang baik, masyarakat
yang selama ini berobat langsung menuju rumah sakit maka beralih
pengobatannya ke puskesmas.
28
Pengunjung dari masyarakat umum sangat besar konstribusinya
dibandingkan dengan kategori yang lain baik itu peserta Askeskin, Keluarga
Miskin (Gakin) dan juga rawat inap. Hal ini mengindikasikan bahwa Puskesmas
yang selama ini hanya menjadi tempat berobat masyarakat kelas menengah ke
bawah mulai juga dikunjungi oleh masyarakat pada umumnya.
Namun menurut hasil wawancara awal (pra-survei) dengan beberapa
pengunjung di Puskesmas Ngesrep menunjukkan hal yang berbeda dengan
beberapa indikator tersebut diatas. Salah satu pengunjung mengatakan bahwa
untuk mendapatkan fasilitas pelayanan gratis di Puskesmas tersebut tidak
semudah yang dibayangkannya, hal ini dibuktikan dengan adanya persyaratan
diharuskan membawa surat keterangan yang dikeluarkan oleh kelurahan
setempat, padahal informasi tersebut tidak disosialisasikan kepada pengunjung
baik dalam bentuk pengumuman maupun edaran ke masing-masing RT\RW.
Beberapa keluhan lain terkait dengan pelayanan puskesmas juga dinyatakan oleh
beberapa warga yang pernah menjadi pasien puskesmas Ngesrep ini.
BAB IV
ANALISIS KASUS
29
Pengukuran kualitas pelayanan di Puskesmas Ngesrep Semarang ini
dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 150 responden untuk mengisi
kuesioner sesuai dengan pendapat masing-masing responden tentang pelayanan
yang diterimanya dari yang didapatkan lengkap disertai alasannya. Indikator-
indikator yang digunakan sebagai pengukuran mengacu pada 14 instrumen
Kepmen PAN Nomor : KEP/25/M.PAN/2004.
Nilai IKM dihitung dengan menggunakan "nilai rata-rata tertimbang"
masing-masing unsur pelayanan. Dalam penghitungan indeks kepuasan
masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan
memiliki penimbang yang sama dengan rumus sebagai berikut:
Bobot nilai rata-rata tertimbang = jumlah bobot / jumlah unsur
= 1 / 14
= 0,071
Untuk memperoleh nilai IKM unit pelayanan digunakan pendekatan nilai
rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut:
KM =Total dari Nilai Persepsi Per Unsur
x Nilai penimbangTotal unsur yang terisi
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 -
100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25,
dengan rumus sebagai berikut :
IKM Unit pelayanan x 25
30
Tabel 4. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan
Kinerja Unit Pelayanan
NILAI
PERSEPSI
NILAI
INTERVAL
IKM
NILAI
INTERVAL
KONVERSI
IKM
MUTU
PELAYANAN
KINERJA
UNIT
PELAYANAN
1 1,00 – 1,75 25 – 43,75 D Tidak baik
2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang baik
3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik
4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat baik
Berikut ini adalah hasil mengenai kepuasan masyarakat akan kualitas
pelayanan dan kepentingan di Puskesmas Ngesrep.
Tabel 5. Hasil kepuasan masyarakat akan kualitas pelayanan dan kepentingan di
Puskesmas Ngesrep
UNSUR PELAYANAN
NILAI
UNSUR
PELAYANAN
KETERANGAN
Prosedur Pelayanan 3,03 Baik
Persyaratan Pelayanan 2,92 Baik
Kejelasan petugas pelayanan 2,88 Baik
Kedisiplinan petugas pelayanan 2,88 Baik
31
Tanggung jawab petugas
pelayanan2,85
Baik
Kemampuan petugas pelayanan 2,31 Tidak Baik
Kecepatan pelayanan 2,59 Baik
Keadilan mendapatkan pelayanan 2,84 Baik
Kesopanan dan keramahan
petugas petugas2,83
Baik
Kewajaran biaya pelayanan 2,94 Baik
Kepastian biaya pelayanan 2,98 Baik
Kepastian jadwal pelayanan 2,79 Baik
Kenyamanan lingkungan 1,94 Tidak Baik
Kenyamanan pelayanan 2,20 Tidak Baik
Sehingga indeks pelayanan puskesmas Ngesrep Semarang dapat dihtung
sebagai berikut:
Nilai Indeks =
(3,03 x 0,071) + (2,92 x 0,071) + (2,88 x 0,071) + (2,88 x 0,071) + (2,85 x 0,071)
+ (2,31x 0,071) + (2,59 x 0,071) + (2,84 x 0,071) + (2,83 x 0,071) + (2,94 x
0,071) + (2,98 x 0,071) + (2,79 x 0,071) + (1,94 x 0,071) + (2,20 x 0,071) =
0,215 + 0,207 + 0,204 + 0,204 + 0,202 + 0,164 + 0,183 + 0,201 + 0,200 + 0,208
+ 0,211 + 0,198 + 0,137 + 0,156 = 2,69
32
Dengan demikian nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dapat
diketahui sebagai berikut:
a. Nilai IKM setelah dikonversi = Nilai Indeks x Nilai Dasar
= 2,69 x 25
= 67,25
b. Mutu pelayanan = B
c. Kinerja Unit Pelayanan = Baik
Kelemahan yang dimiliki di puskesmas Ngesrep:
1. Kemampuan petugas pelayanan
2. Kenyamanan lingkungan
3. Kenyamanan pelayanan
Kelebihan yang dimiliki di puskesmas Ngasrep:
1. Kepastian biaya pelayanan
2. Tanggung jawab petugas pelayanan
3. Kesopanan dan keramahan petugas petugas
DAFTAR PUSTAKA
Supriyanto & Ernawaty. 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Yogyakarta :
CV.Andi Offset.
http://eprints.undip.ac.id/24138/1/FREDERIK_MOTE.pdf [Diakses tanggal 12
Oktober 2012]
33
http://idoycdt.wordpress.com/pengindeksan/ [Diakses tanggal 12 oktober 2012]
http://materi-analisis.googlecode.com/files/Analisis%20Kepuasan%20Konsumen.pdf
[Diakses tanggal 13 Oktober 2012]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19449/5/Chapter%20II.pdf [Diakses
tanggal 12 Oktober 2012]
http://www.lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/03-srienny.pdf [Diakses tanggal 12 Oktober
2012]
http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/hukum/kmpan25-04.htm [Diakses tanggal 13
Oktober 2012]
isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22047784.pdf [Diakses tanggal 13 Oktober 2012]
34