Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
-
Upload
hadza-min-fadhli-r -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
-
7/31/2019 Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
1/8
IKHTISAR DISKUSI KELOMPOK ANOA
REINHOLD Niebuhr merupakan seorang filosof, teolog dan pengamat politik yang lahir pada 21 Juni 1897 di
Missouri. Dalam bidang keilmuan filsafat politik dan teolog, Niebuhr dikenal sebagai seorang pemikir realisme
Kristen, dimana pemikiran Niebuhr mencoba untuk melihat permasalahan yang terjadi pada masyarakat dalam
kerangka yang lebih nyata dan rasional. Salah satu karya Niebuhr yang monumental dan terkenal tentang
pemikirannya dalam realisme adalah buku yang berjudul Moral Man and Immoral Society.
Dalam bukunya yang berjudul Moral Man and Immoral Society, Niebuhr memberikan penjelasan yang menarik
dan cukup berbeda dari pemikir Realis lainnya. Ketika pemikir Realis seperti Thucydides dan Hobbes
mengatakan bahwa sifat manusia secara alamiah pada dasarnya buruk dan tidak bermoral, maka Niebuhr
mencoba untuk mendeskripsikan tentang karakter manusia dalam perspektif yang berbeda. Niebuhr mengatakan
bahwa pada dasarnya manusia dikaruniai moral dalam menjalankan kehidupan ini. Namun, ketika manusia
tersebut masuk dalam sebuah kelompok, maka moralitas manusia tersebut akan cenderung hilang. Mengapa?
Karena dalam sebuah kelompok, yang terbentuk adalah egoisme kolektif, dimana kepentingan-kepentingan dari
manusia yang berbeda saling berbenturan. Setiap manusia, ketika ia berada dalam sebuah kelompok, maka ia
akan cenderung mencoba untuk mempertahankan kepentingannya dengan segala cara yang mungkin supaya ia
bertahan dan kelompok tersebut dapat menghomati kepentingannya. Selain itu, ketika kita melihat permasalahan
ini dari sudut pandang psikologi sosial, dapat dilihat bahwa karakter manusia tidak dapat ditebak secara pastikarena karakter manusia tersebut tidak akan mempengaruhi karakter komunal dari kelompok tersebut. Yang
terjadi dalam sebuah kelompok kemudian adalah setiap individu berupaya untuk mempertahankan kepentingan
masing-masing kemudian termanifestasi menjadi egoisme kolektif.
Namun, dalam proses diskusi yang terjadi, ada peserta diskusi yang tidak sepakat dengan pendapat Niebuhr
tentang hilangnya moral individu dalam masyarakat, karena bagaimanapun juga setiap individu memiliki prinsip
masing-masing yang didasarkan oleh akal budi, iman dan ketaqwaan mereka terhadap keyakinan agama,
sehingga moralitas individu akan tetap bertahan. Tapi pendapat ini langsung dibantah oleh peserta diskusi lain
yang menyatakan bahwa standar moral setiap individu berbeda, dan dalam sebuah sistem masyarakat, setiap
individu pasti mencoba untuk mengartikulasikan standar moral mereka adalah yang paling benar dalam
mengendalikan kehidupan masyarakat tersebut.
Pemikiran Niebuhr lainnya yang menarik adalah bahwa Niebuhr merupakan seorang pemikir yang memberikan
justifikasi moral dan agama dalam pemikiran Realis-nya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh latar belakang Niebuhr
sebagai seorang teolog dan saleh beragama, sehingga dalam menyampaikan pendapatnya tentang karakter
manusia dan masyarakat, Niebuhr tidak benar-benar mengeksklusikan nilai moral secara sepenuhnya seperti
pemikir Realis lain. Niebuhr masih percaya dengan peran agama yang dapat membentuk dan mengasah
pemikiran manusia menjadi lebih baik lagi, dan untuk benar-benar menegakkan moral secara seutuhnya, peran
agama harus dikombinasikan dengan peran negara untuk membentuk instrumen hukum yang tegas dalam
rangka menjamin keadilan di negara dan dunia.
Niebuhr juga dikenal sebagai seorang pengamat dunia internasional yang pesimistik terhadap kerjasama dalam
ranah dunia internasional. Pada saat Niebuhr menulis bukunya yang berjudul Moral Man and Immoral Society,
dunia internasional sedang menghadapi krisis-krisis penting, seperti malaise ekonomi berkepanjangan, perang
dagang dan perang-perang di kawasan Asia dan Afrika. Padahal pada masa itu, Lembaga Bangsa-bangsa telahterbentuk sebagai sebuah organisasi internasional yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini
lah yang kemudian membentuk pesmisme Niebuhr terhadap kerjasama internasional. Hampir seluruh peserta
diskusi sepakat dengan pendapat Niebuhr dalam hal ini. Ketika dikaitkan dengan kondisi dunia internasional
kontemporer, dapat dilihat bahwa organisasi internasional sebenarnya bukanlah sebuah institusi yang didirikan
untuk mencapai tujuan bersama, namun justru sebuah institusi yang didirikan oleh beberapa aktor untuk
mencapai kepentingannya masing-masing. Sampai saat ini dapat kita lihat bahwa kita tidak dapat menafikan
fenomena tentang bagaimana beberapa negara benar-benar membentuk agenda dalam organisasi internasional
tersebut, dan kita juga tidak dapat mengabaikan terjadinya fenomena terjadinya clash of interest dalam sebuah
organisasi internasional yang memiliki tujuan kolektif.
Pada abad ke-21 kali ini, pemikiran Niebuhr masih menjadi sebuah pemikiran yang monumental dan
berpengaruh dalam membentuk kebijakan Politik Luar Negeri di Amerika Serikat. Presiden Barack Obamabahkan mengatakan Niebuhr sebagai seorang filosof yang mempengaruhi kebijakan yang ia bentuk selama
masa pemerintahannya. Kedepannya, hanyalah perkembangan keilmuan HI serta diskursus-diskursus tentang
-
7/31/2019 Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
2/8
filsafat politik yang mampu menjawab beberapa permasalaan dan pertanyaan yang diajukan Niebuhr pada awal
abad ke-20.
FASILITATOR:
Hadza Min Fadhli R 10/298963/SP/24025
PESERTA DISKUSI:
Yusnia Kurniasih 10/304977/SP/24341
Afina Nurul Faizah 10/296376/SP/23832
Dika Yulianawati 10/304894/SP/24330
Ornitha Ugahari Dwita 10/298835/SP/23999
Okvan Dwi Pramudya 10/305135/SP/24367
Resha Ayu Putri 10/297099/SP/23925
Michael Yuli Arianto 09/282752/SP/23564
Reza Wali Amrullah 10/298936/SP/24019
Tidak terlibat dalam proses diskusi/izin:
Annisa Aryati 10/296506/SP/23845
Gebyar Lintang Ndadari 09/288871/SP/23790
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!
Selamat pagi rekan-rekan medium Anoa! :D
Di pagi yang indah, cerah dan berbahagia ini, kita akan mendiskusikan pemikiran seorang filosof kece, seorang
pengamat
politik dan seorang pendeta yang bernama Reinhold Niebuhr. Saya yakin teman-teman sudah membaca bahan
yang telah saya siapkan kemarin dan mungkin telah
membaca material lainnya terkait Reinhold Niebuhr, dan saya rasa teman-teman sudah sangat siap untuk
mengikuti diskusi pagi ini
dengan semangat membara!
Nah, sebelum diskusinya dimulai, ada beberapa peraturan yang hendak saya sampaikan
1. Diskusi akan berlangsung dalam 3 paruh waktu, paruh pertama untuk pertanyaan pertama akan berlangsung
selama
20 menit dari jam 7:30-7:50, paruh kedua untuk pertanyaan kedua akan berlangsung selama 20 menit dari 8:00-
8:20, dan paruh
ketiga akan berlangsung selama 20 menit dari 8:30:8:50.
2. Dalam medium ini, saya akan menyampaikan 2 pertanyaan, dimana kedua pertanyaan itu akan saya
sampaikan pada awal dan
akhir dari proses diskusi. Di pertengahan proses diskusi, saya akan mempersilahkan teman-teman untuk
menyarankan
pertanyaan apa yang sekiranya dapat memantik proses diskusi ini supaya berjalan dengan lebih dinamis.
3. Diskusi yang akan kita lakukan pada pagi ini akan menghasilkan sebuah produk bersama yakni esai, dimana
saya akan
mengambil intisari dari pndapat teman-teman dan akan mengkompilasikan pendapat teman-teman dalam bentuk
esai.
4. Semua tanggapan terhadap pertanyaan yang saya sampaikan nanti harap ditulis di kolom diskusi sebelah
kanan, sesuai dengan
instruksi dosen pengampu (Pak Muhadi). Jangan menulis jawaban di kolom board kecuali ada permasalahan
teknis tertentu dan jangan
memodifikasi isi board.5. Teman-teman berhak memberikan masukan tentang apa yang kiranya penting dan perlu dimasukkan dalam
esai bersama medium Anoa
-
7/31/2019 Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
3/8
Terimakasih atas kerjasama teman-teman dan selamat berdiskusi!
untuk pertanyaan pertama: menurut teman-teman apa sih yang menarik dari pemikiran Niebuhr dan apa yang
kira2 membedakan Niebuhr ini dari para pemikir realis klasik lainnya?
Afin: Niebuhr merupakan sosok pemikir yang unik karena berbeda dengan pemikir realis lainnya. Mungkin
karena ia seorang pendeta, ia menekankan prinsip beragama pada pemikirannya. Ia juga menekankan
kehadiran masyarakat (manusia-manusia yang berkumpul) karena secara umum, teori realisme hanya
membahas peran negara atau bagaimana negara berkuasa. Bila biasanya teori realisme berbunyi bahwa human
is naturally bad, tidak demikian dengan Niebuhr. Niebuhr berpendapat bahwa sebagai seorang individu, manusia
merupakan makhluk yang dikaruniai moral; hanya dalam kondisi ketika manusia tersebut mementingkan
kepentingan umum daripada egonya sendiri. Moralitas tersebutlah yang kemudian mendorong manusia untuk
menegakkan keadilan dan menahan ego mereka. Teori realisme biasanya, sekali lagi, berkisar tentang negara,
pencapaian negara, persaingan, peperangan. Niebuhr dalam hal ini menjelaskan mengenai bagaimana manusia
bertindak, hal-hal apa yang dapat dilakukan manusia, dsb. Dia menekankan pentingnya lehidupan
bermasyarakat dalam tatanan politik internasional. Selain itu, teori realisme dengan berulang-ulang menyatakan
bahwa human is naturally bad, mereka tamak, egois, dan pesimis serta curiga sehingga terjadiah struggle of
power dan terjadiah konflik/peperangan. Pada konsep Niebuhr, ketidakadilan merupakan sebuah sumber konflik,Neibuhr menjelaskan bahwa benar manusia memang mencari kursi kekuatan sendiri-sendiri, dan hal tsb
berujung ke ketidakadilan. Ketidakadilan ini yang menyebabkan manusia tanpa moral. Mungkin karena Niebuhr
seorang pendeta, ia juga menekankan pentingnya agama; bahwasannya agama membangun moral agar
masyarakat berlaku adil dan memberikan perimbangan terhada peran negara yang menegakkan keadilan
dengan kekuatan instrumen dan peraturan tertentu.
resha ayu putri: kalo menurut aku masih percaya niebuhr mengenai adanya moralitas yang berdasarkan agama.
okvan dwi pramudya: Hal menarik dari pemikiran Niebuhr dan apa yang kira-kira membedakan Niebuhr ini dari
para pemikir realis klasik lainnya adalah bahwa kecenderungan manusia ada dua macam yaitu bermoral dan
tidak bermoral. Jadi Niebuhr masih percaya bahwa sifat dasar manusia tidak hanya anarkis. Mungkin karena
beliau seorang pendeta yang juga mempengaruhi pemikirannya. Jika pemikir lain menyebutkan bahwa sifat
dasar manusia adalah anarkis, Niebuhr berpikir bahwa moralitas akan sulit tercapai jika individu-individu tersebut
berkumpul dalam sebuah masyarakat( social group). Sehingga peran agama di sini penting untuk membangun
moral-moral para manusia ini.
Yusnia Kurniasih: Bagi saya, yang menarik dari pemikiran Niebuhr adalah pemikirannya tentang egoisme kolektif
yang merupakan penyebab dari hilangnya moralitas individu dalam masyarkat. Hal ini menarik karena sebagai
seorang realis, asumsi dasar Niebuhr tentang manusia cukup berbeda dengan pemikir-pemikir realis lain yang
melihat manusia sebagai makhluk yang amoral, egoistik dan anarkis. Niebuhr menganggap bahwa pada
dasarnya manusia bermoral, hanya saja ketika bergabung dalam masyarakat, seringkali moralitas individu
tersebut tidak bisa bertahan karena adanya benturan-benturan kepentingan dan hilangnya kesempatan untuk
refleksi (yang merupakan inti dari moralitas). Saya setuju dengan pandangan Niebuhr ini, karena kita pun sering
melihat kejadian-kejadian seperti itu yang kita temui sehari-hari. Selain alasan tersebut, saya melihat bahwa
Niebuhr mencoba untuk melihat satu tahap lebih luas tentang obyek penelitiannya, dari pemikir-pemikirsebelumnya yang fokus pada individu, Niebuhr kemudian menggantinya dengan society yang lebih luas dan
kompleks untuk menjelaskan perilaku negara dalam perkembangannya. Satu hal lagi yang dapat membedakan
Niebuhr dari pemikir realis klasik lainnya adalah bagaimana ia menekankan agama sebagai salah satu preskripsi
untuk menciptakan suatu masyarakat yang lebih beradab dan lebih teratur. Pemikir realis klasik sebelumnya
seperti Tuchydides dan Hobbes belum membahas agama sebagai preskripsi sebagaimana yang dilakukan oleh
Niebuhr. Mungkin itu dulu yang bisa saya kemukakan untuk menjawab pertanyaan pertama. Silahkan ditanggapi
kalau teman-teman mungkin ada yang tidak setuju dengan pendapat saya :)
Ornitha Ugahari Dwita: Niebuhr menggunakan peran agama adalah hal sangat krusial dalam hubungan antar
negara untuk menciptakan moralitas. karena menurutnya, manusia pada dasarnya memiliki sifat acuh dan tak
acuh, dimana moralitas itu muncul karena akal budi mereka yang mendorongnya untuk bertindak secara adil.
nah karena individu-individu tersebut nantinya terjun dalam sebuah masyarakat, hal itu akan membuat merekamenjadi tidak acuh dgn yang lain dalam mencapai kepentingannya. oleh karena itu, ia beranggapan bahwa
-
7/31/2019 Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
4/8
agama sangat berperan penting untuk membangun moral individu dalam mencapai kepentingannya. kalo pemikir
realis lain, mereka lebih mengutamakan sikap anarkis mereka untuk melindungi kepentingan mereka.
Dika Yulianawati :
Pemikiran mannarik Niebuhr : dalam teorinya, Niebuhr meyatakan bahwa teologis atau etika teologi
mempengaruhi kehidupan politik. dia juga beranggapan bahwa manusia itu dapat bertindak bebas karena itu
adalah anugerah dari Tuhan. Dia juga percaya bahwa negara yang demokratis itu lebih baik daripada negara
yang totaliter. Tapi lagi-lagi disini Niebuhr memandang bahwa negara yang demokratis pun tidak lebih tinggi
daripada kehendak Tuhan. Cukup berbeda dari tokoh-tokoh politik kemarin, karen disini Niebuhr menekankan
urusan moral dan agama dalam urusan sosial politik.
Michael Yuli Arianto: Pemikiran Niebuhr menjadi menarik karena pribadinya sebagai seorang yang sangat saleh
beragama, terlihat dalam pemikiran dan tulisan-tulisannya, selama dua pertemuan sebelumnya kita membahas
dua pemikir realis, dan dalam dua pertemuan tersebut kita diperkenalkan mengenai skeptisme moral dalam
hubungan internasional. Dimana actor-aktor bertindak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan keopentingan
mereka untuk terus mempertahankan hidup, namun dalam pemikiran Niebuhr, moralitas bukanlah sesuatu yang
absurd, moralitas tetap ada karena moralitas merupakan jalan yang diambil manusia tanpa sadar dalam
berinteraksi dengan pihak lain. Dan penyimpangan moral yang terjadi yang kemudian mengakibatkan perang
dan sebagainya merupakan sebuah anomaly akibat ada egoisme kolektif.
Reza Wali: Menurut saya, konsep moral dan keadilan yang ditekankan oleh Niebuhr pada teori realis nya
menjadi poin yang paling menarik, dimana menurut saya kebanyakan pemikir realis klasik lainnya cukup
pesimistik terhadap moral manusia (dan lebih menekankan pada states/negara) Niebuhr menjelaskan
bahwasanya setiap individu dikaruniai moral yang mendorong mereka untuk menegakkan keadilan dan menahan
ego mereka, serta Niebuhr juga setuju bahwasanya Agama memiliki peran yang penting dalam pembangunan
moral tersebut. Namun disisi lain Niebuhr menyatakan bahwa moralitas tersebut berkurang ketika individu
tersebut tergabung dalam kelompok yang lebih besar seperti pemerintahan atau negara, dimana negara
cenderung bersikap hipokrit dan egoistik, karena setiap negara memang bergerak atas basis kepentingannya
sendiri dan tidak memahami kepentingan negara lain dengan baik. Dapat dilihat, poin yang kedua menunjukkan
teori realisme yang kerap diumbar oleh pemikir lainnya, namun disini Niebuhr merupakan pemikir realis yang
masih percaya akan adanya moralitas dalam realisme.
Teman2 ada saran ngga untuk pertanyaan kedua? Kalau nggak, aku akan ajukan langsung pertanyaanku nih..
yusnia : nggak ada dza, kamu aja yang tanya hehehe
Oke sudah jam 8:11, aku ajukan pertanyaan kedua ya!
Pertanyaan kedua: Apakah teman-teman setuju dengan pendapat Niebuhr bahwa manusia akan kehilangan
moralnya ketika sudah masuk dalam sebuah masyarakat/kelompok? Menurut teman-teman, apa alasan
filosofis/psikologis tentang karakter manusia dari pendapat Niebuhr tersebut?
Tolong tulis nama ya sebelum menjawab!
ornitha ugahari dwita : kalo dilihat dari Niebuhr yang menggunakan agama sebagai hal yang penting dalammenciptakan perdamaian dan keadilan, saya kurang setuju. karena justru dengan bergabung dalam masyarakat
itu seharusnya mereka bisa menggunakan moral dan akal budi mereka yang mengutamakan kepentingan dan
kemaslahatan umat untuk mengontrol dirinya dan kepentingannya. kan dia bilang kalo pada dasarnya manusia
itu punya sifat acuh dan sifat tak acuh, individu juga punya akal budi yang akan membentuk moral mereka. jadi
dimanapun mereka, dengan berpegang pada agama, mereka masih bisa mempertahankan moralitas dan akal
budinya. :3
resha ayu putri: kalo aku sependapat,karena ketika mereka masuk kedalam masyrakat bukan mreka yang
memiliki pemikiran yang sama. kecuali ketika mereka bergabung kedalam kelompok yang memiliki satu
pemikiran. dan hal ini ga terjadi dalam masyrakat. karena masyrakat ini memiliki perbedaan pandangan sertapemikiran dan memungkinkan terjadinya konflik.
-
7/31/2019 Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
5/8
Afina Nurul Faizah: Pendapat Niebuhr --> bahwasannya manusia akan kehilangan moralnya ketika sudah
memasuki masyarakat atau kelompok. Sesuai dengan pendapatnya yang lain, bahwa ketika seorang manusia
memasuki sebuah masyarakat, disitu ia akan menjumpai egoisme kolektif , karenanya tujuan moralitas akan
susah tercapai. Karena pada suatu masyarakat, semua manusia yang terkumpul tentu saja mementingkan
kebutuhan diri sendiri. Kebutuhan atau keinginan yang serupa dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya
dalam suatu kelompok kemudian menjadi nyata karena kebutuhan mereka dianggap sebagai kebutuhan
mayoritas, yang diakui atau disetujui sebagai kebutuhan bersama. Egoisme kolektif inilah yang berbenturan
dengan konsep moralitas karena dengannya, pilihan untuk berkonflik kemudian menjadi pilihan yang tak
terelakkan. Yang kemudian dipenuhi oleh masyarakat atau kumpulan manusia ialah keinginan (atau egoisme)
kolektif, yang merupakan suara mayoritas; tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan manusia lain
yang tergabung di perkumpulan tersebut, sehingga Niebuhr menyimpulkan bahwa konsep moralitas menjadi
terlantar pada masyarakat/ perkumpulan serupa.
Ini aku setuju dengan Niebuhr loh ya.
Reza Wali Amrullah : Tag tempat doeloe~
Okvan Dwi Pramudya:Menurut saya tidak juga. Hal ini kembali lagi kepada tingkat iman dan takwa dari seseorang tersebut (karena
Niebuhr adalah seorang pendeta). Jadi meskipun ketika sudah masuk dalam sebuah masyarakat/kelompok,
saya masih yakin bahwa individu tersebut masih memiliki moral. Kembali lagi ini menurut saya berasal dari
ajaran agama yang didapat dari individu tersebut.
Alasan psikologis dari pemikiran Niebuhr tersebut mungkin dari gagalnya LBB pada masa itu. Negara tidak bisa
bekerjasama atas dasar moralitas dan etika. Sehingga dengan melihat hal ini, Niebuhr melihat bahwa akan
semakin banyak permasalahan yang timbul, seperti adanya trade war dan isu piutang. Dan masalah ini tidak
dapat selesai begitu saja dalam sistem internasional yang anarkis.
setuju sama Okvan, mungkin he was inspired by the failure of LN.
Yusnia Kurniasih : Saya setuju dengan pendapat Niebuhr ini, mengapa? Menurut saya, secara psikologis
manusia sangat bergantung pada lingkungannya. Misalnya dalam menentukan kebutuhan pun manusia sangat
mudah dipengaruhi lingkungan. Sebagai contoh, kebutuhan akan hal -hal tersier berkembang dari masa ke masa,
handphone misalnya, dibeli bukan lagi karena kebutuhan manusia akan komunikasi namun karena masyarakat
secara konstruksi melihat handphone sebagai sesuatu yang harus dimiliki untuk tetap eksis dalam masyarakat.
Apa yang terjadi kemudian dengan adanya konstruksi semacam ini? individu kemudian terpaksa untuk membeli
handphone padahal kebutuhan lain (seperti makan dan sekolah) masih belum terpenuhi. Hanya karena prestige
maka manusia dapat melakukan apapun termasuk di dalamnya adalah korupsi untuk memenuhi tuntutan akan
lifestyle yang mahal. Dari contoh yang saya kemukakan, hal penting yang penting untuk diperhatikan adalah:
manusia tidak dapat bertahan dari konstruksi yang berkembang dalam masyarakat. Masyarakat memiliki power
untuk mengubah pemikiran, pendapat dan nilai-nilai yang dianut seorang individu. Terutama dalam hal apa yang
benar dan salah, boleh dan tidak, manusia bergantung pada lingkungan sosialnya untuk menentukan sikap dan
tindakannya. Manusia butuh eksistensi, oleh karena itu sangat butuh pengakuan dari lingkungan untuk melihat
perilakunya itu sebagai sesuatu yang acceptable. hal ini sama halnya dengan konsep moralitas~
Michael Yuli Arianto:
Setuju, karena saat manusia mengalami kesendirian, manusia akan mudah mengaktualisasikan dirinya dengan
ide dan pemikirannya sendiri. Dan Niebuhr percaya bahwa manusia diciptakan tuhan sebagai makhluk yang
baik, sehingga pemikiran manusia pada dasarnya seharusnnya baik pula. Namun saat manusia berkumpul
dengan manusia lagi dan membentuk komunitas, maka pemikirannya akan dipengaruhi oleh banyak factor dan
manusia pun tidak bisa membawa idealismnya lagi sepenuhnya. Pemikiran dan tindakan manusia akan
dipengaruhi oleh alam dimana dia berada dan bagaimana orang lain memulai interaksi dengan dia. Seperti
kelangkaan dan keterbatasan yang kemudian menciptakan egoism kolektif yang berujung pada konflik.
Filosofis/theologisnya adalah saat dimana manusia sendiri, dia akan mengalami hubungan yang baik dengan
tuhan, dan akan membawa dia dalam pribadinya yang baik sebagaimana dia diciptakan.
Kalau psikologis, seperti yang dikemukakan Sigmund Freud seorang pakal psikologi social. Manusia yangberkumpul dalam sebuah kelompok dan membentuk sebuah komunitas, tidak bisa ditebak perilakunya dengan
melihat individu-individu seperti apa yang ada di dalamnya, karena karakter individu dalam suatu kelompok tidak
-
7/31/2019 Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
6/8
akan banyak mempengaruhi perilaku kelompok tersebut. Justru bisa jadi kelompok tersebut terbentuk untuk
mencapai satu tujuan bersama yang tidak bisa dilakukan oleh manusia sebagai individu, dan dalam pemikiran
Niebuhr, tujuan seperti bertahan hidup ini yang menciptakan egoism kolektif
Dika Yulianawati:
Reza Wali Amrullah : Sebenarnya setuju, seperti yang dituliskan oleh om Niebuhr bahwasanya manusia itu
dikaruniai moral,iman dan takwa untuk mengesampingkan ego dan menegakkan keadilan, namun fakta kan
berbicara lain. Hal tersebut menurut saya tak lagi jadi valid, ketika kelompok yang tergabung merupakan
kelompok yang memiliki kecenderungan untuk bersaing dalam memperebutkan suatu tujuan, seperti power,
money, bahkan kepercayaan agama sekalipun. Karena dalam suatu persaingan, moralitas tak akan berguna,
apabila lawan anda sendiri mengesampingkan moral. Yang ada justru tersingkirkan kalau terlalu menjunjung
moral. Lain hal kalau anda tergabung dalam kelompok/masyarakat yang memang tujuannya untuk mengangkat
hal-hal positif tanpa adanya unsur persaingan, karena persaingan = egoisme = tusuk menusuk. Bilamana mau
mencari contoh unik, bayangkanlah Seorang Hitler yang terkenal dari genosida yahudi, beliau melakukan
tersebut karena beliau adalah kanselir Jerman yang adikuasa dan egoisme dari bangsa arian yang menganggap
mereka itu nomor 1 di dunia sehingga merasa bahwasanya sebagai kanselir jerman beliau harus menyatukan
dunia dibawah pangkuannya. Namun tahukah anda bahwa Hitler merupakan seorang penyayang binatang?
bayangkan kalau beliau bukan kanselir jerman, namun menjadi presiden dalam suatu klub penyayang binatang,apa iya beliau akan menghabisi klub penyayang binatang lainnya? Jadi sebagai kesimpulan, manusia akan
cenderung mengubah sikap dan moralitasnya ketika bergabung dengan kelompok/masyarakat, namun kembali
lagi pada tujuan utama kelompok tersebut, apabila memiliki tendensi untuk bersaing maka mau tak mau moral
terkadang harus dibuang untuk mencapai tujuan bersama, namun apabila tujuan utama kelompok tersebut untuk
mempromosikan hal yang positif, maka moralitas individu masih dapat dipertahankan.
Dika :
Kalo menurut ku gak. Jika seorang individu sudah memasuki suatu kelompok, moral yang awal dia percayai
belum tentu hilang. Karena pada dasarnya tiap individu itu, percaya pada suatu moral yg dia pegang teguh. Kalo
menurut Niebuhr, manusia itu punya sifat egoisme yang kuat. Bahkan ketika dia memasuki suatu kelompok. Biar
ga terjadi clash of interest ketika mereka sudah berada dalam suatu kelompok, saran Neibuhr setiap tindakan
manusia itu harus berdasarkan akal dan agama.
Yusnia Kurniasih: boleh menanggapi nggak? untuk teman-teman yang tidak setuju dengan pendapat Niebuhr,
darimana teman-teman melihat kekuatan agama (iman dan takwa mungkin) bisa menghalangi seseorang untuk
berbuat amoral dalam masyarakat yang amoral? mungkin bisa diberikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
(yang simple aja) karena aku masih menganggap bahwa nggak ada manusia yang cukup kuat untuk
mempertahankan apa yang ia percaya tentang baik dan benar ketika dia berada dalam masyarakat yang
menganggap kepercayaannya itu salah, kecuali dia keluar/ melarikan diri dari masyarakat tersebut, terimakasih.
Good point yusi, terima kasih pantikannya. Ada yang mau komen?
ornitha : menurutku sih ketika manusia memiliki keteguhan akan agamanya, -_-" keyakinan mereka akan sebuah
karma atau perbuatan baik dan buruk akan ada balasannya, dari situ kan mereka bisa memilih akan berbuat
baik atau buruk. ketika mereka yakin kalo mereka berbuat jahat, mereka akan dapat balasan yang setimpal,mereka pasti ngga mau dong hal yang seperti itu terjadi.
okvan: nah itu udah dijawab ma onyit. hehe kamujuga jawab woi, aku ngga tau lagi ngomong apa.. hhhh..
Yusnia: bagaimana jika dalam suatu masyarakat, agama yang berkembang berbeda-beda? i mean, meskipun
pada dasarnya semua agama mengajarkan kebaikan, kemampuan manusia untuk menerapkan dan memahami
agama kan beda-beda dan itu mungkin berpengaruh terhadap cara mereka berperilaku dalam masyarakat
*masihgapuas. hahaha
Afina: Sesuai dengan teori Niebuhr Yus, nantinya terjadi egoisme kolektif terus mayoritas lah yang menang.
Pada akhirnya konsep moral yang harusnya dapat diimplementasikan ke pemeluk agama lain malah tidak dapat
terjadi, jadi ya teuteup aja ada egoisme kolektif dalam perkumpulan manusia.
okvan:
Kan setiap orang juga memiliki norma dan nilai dalam masyarakat tersebut terlepas dari agama apapun itu. Kaloaku juga berpikir tidak akan semua orang seperti ini. Namun paling tidak masih akan ada orang yang akan
bertindak dengan dasar moral dan etika.
-
7/31/2019 Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
7/8
Michael Yuli Arianto; Dalam psikologi social, manusia itu dinilai dari dua sudut pandang, yaitu dari dia sebagai
individu, dan dari dia sebagai bagian dari masyarakat. Saat manusia berlaku baik sebagai individu, namun
kemudian berlaku jelek sebagai kelompok (contohnya hooligan di inggris) adalah sesuatu yang wajar, karena
dalam kelompok dia melakukan kompromi dengan idealismenya agar dapat diterima di dalam kelompok
tersebut. Agama datang sebagai guidance karena memberikan aturan-aturan yang harus ditaati oleh individu
dalam sepak terjangnya dalam sebuah kelompok. Namun kemudian sejauh mana agama ini dapat menuntun
manusia dalam perilakunya di masyarakat, kita bisa lihat sendiri: relatif, dan juga bergantung sama mereka
bergabung dengan komunitas seperti apa. dalam pemikiran Niebuhr(yang seorang realis), dunia internasional ini
kan dunia yang "jahat" dan negara pun jadi "jahat" kemudian.
ornitha: yus plis yus.. :(
Niebuhr bilang orang yang benar-benar bermoral dan idealis gak akan bertahan lho, karena mereka di
masyarakat menghadapi orang-orang bebal... bagaimana? aku berusaha jawab di atas gan
sip mas, monggo pertanyaan ketiganya dijawab yah :D
By the way, aku akan mulai mengajukan pertanyaan ketiga. Sudah siap teman2?
Untuk pertanyaan ketiga: Bagaimana relevansi pemikiran Niebuhr terhadap konstelasi politik kontemporer saatini?Ketika interdependensi antarnegara semakin meningkat dan organisasi internasional telah menjadi sebuah
forum diskusi antarbangsa untuk menyelesaikan masalah dunia, sedangkan Niebuhr mengatakan bahwa negara
itu menjalankan kerjasama dalam basis mencari keuntungan dan mengejar kepentingan, sehingga negara
cenderung munafik dan licik dalam menjalankan kerjasama atau bergabung dalam sebuah organisasi.
Ayo ditunggu jawabannya ya!
Afina Nurul Faizah: Sekali lagi, Hadza, aku setuju dengan konsep milik Pendeta Niebuhr. Lagi-lagi, egoisme
kolektif. Sebenarnya, tidak ada kata-kata "demi kepentingan bersama seluruh umat manusia" karena impossible.
Dalam organisasi/institusi internasional, walaupun katanya sih ngga ada hierarki, secara realita kita bisa
mengamati siapa sih 'bos' nya. Siapa sih yang memberi komando. Adakah yang berkorban demi tujuan
institusi/organisasi tsb tercapai. Karena memang bahkan menurutku, kerjasama internasional dlm bentuk
organisasi itu memang mewadahi kepentingan-kepentingan negara-negara ybs. Semakin kuat dan dominan
negara tsb, semakin besar peluang bagi negara tsb untuk memperoleh kepentingannya. Jadi, konsep realisme
Niebuhr masih kurasa relevan karena memang masih terjadi di dunia perpolitikan kontemporer. Aku rasa ngga
ada negara yang ikut suatu organisasi karena minoritas di negara tetangganya tertindas. Semua atas dasar
egoisme dan keinginan mereka agar kebutuhan mereka dapat tercapai.
Dika Yulianawati :
Nah, justru menurutku pemikiran Niebuhr itu relevan dengan kondisi politik internasional sekarang. Meskipun
sudah ada organisasi internasional pun pada kenyataannya gak bisa terlalu memaksa negara buat bertindak
yang benar menurut OI itu jika kepentingan negara berbeda dengan kebijakan OI. Teori Niebuhr ini kan yang
menjadi dasar bagi pemikir politik sekarang ini untuk mengkritik kebijakan luar negeri AS. Contohnya aja invasiAS ke Iraq, Afganistan. Trus intervensi AS di Libya juga. Invasi sama intervensi AS di negara-negara tersebut
pasti karena motif AS untuk memperoleh kepentingan pribadinya. Pastilah negara-negara di dunia ini masuk ke
suatu Oi buat mencari keuntungan. Suatu negara masuk ke WTO pun buat mencari keuntungan di sistem
perdagangan internasional ini. Setuju bgt sama pendapatnya Niebuhr.
resha ayu putri: lagi-lagi saya setuju, toh setiap negara yg bergabung dalam OI juga u/mencpai kepentinngan
dan keuntungan negaranya. seperti meningkatkan posisi tawar sebuah negara dan lainnya. kalau dibilang licik si
enggak tapi memang sudah begitu adanya. mereka yang bergabung dalam OI itu u/ memenuhi kebutuhan
negaranya, dan hal tersebut juga masih di gunakan hingga saat ini.
Michael Yuli Arianto: Relevan. Organisasi internasional sendiri saat ini telah membuktikan pendapat Niebuhr,bahwa dalam rangka mencari keuntungan dan mengejar kepentingan, negara-negara kemudian membentuk
organisasi-organisasi internasional. Dan dalam organsasi internasional ini negara memang kemudian cenderung
-
7/31/2019 Ikhtisar Dan Proses Diskusi Kelompok Anoa
8/8
munafik dan licik karena mengejar kepentingan pribadinya. Dalam contohnya adalah PBB yang merupakan
platform dari negara-negara pemenang perang dalam PD2 yang digunakan untuk terus menyokong pengaruh
mereka
Rezasenk : Menurut saya Organisasi Internasional itu dijadikan justifikasi oleh suatu negara agar negara-
negara lain tidak terlalu rakus dalam mencapai kepentingannya, jadi semacam supaya suatu negara yang
pertama tadi tetap kebagian gitu loh.. Ada juga organisasi yang tarafnya internasional dan tujuannnya mulia, tapi
nyatanya digerakkan dari belakang oleh sekumpulan negara besar.
Yusnia Kurniasih : Jujur aja sebenernya aku bingung sama pertanyaannya hehe tapi aku akan berusaha
menjawab. Menurutku, interdependensi antar negara ini adalah sesuatu yang tidak diharapkan untuk terjadi oleh
kaum realis karena mereka telah memprediksi apa yang akan terjadi dengan kerjasama internasional dan
organisasi-organisasi internasional. Tidak ada kerjasama internasional ataupun organisasi internasional yang
dapat benar-benar mengakomodasi kepentingan semua pihak, dan masing-masing pihak pastinya akan
mencoba memaksimalkan kepentingan dan keuntungan yang ia peroleh dari organisasi tersebut meskipun ada
pihak lain yang rugi dari usahanya. Toleransi yang diharapkan dapat tumbuh dalam organisasi malah tidak
terjadi, sehingga aku rasa pemikiran niebuhr masih relevan dengan konstelasi politik kontemporer.
Okvan: kalo diasumsikan dengan pemikiran Niebuhr, maka yang terjadi saat ini adalah egoisme kolektif. Jadimeskipun interdependensi antar negara semakin meningkat dan organisasi internasional telah menjadi sebuah
forum diskusi antar bangsa untuk menyelesaikan masalah dunia, tetap saja negara tidak akan berkorban
memberikan dari apa yang dia punya. Mungkin juga organisasi internasional ini adalah wadah atau instrumen
dari negara untuk mencapai kepentingannya.
Yusnia Kurniasih: Setuju sama okvaaan :) bagaimanapun setiap individu/negara tidak akan mempercayakan
begitu saja apa yang dia punya pada pihak lain yang belum tentu bisa mengakomodasi kepentingan atau
membawa keuntungan buat dia.
ornitha ugahari setuju sama okvan deh, kalo pada akhirnya kepentingan nsional yang dikejar, mereka hanya
menggunakan OI sebagai instrumen pelengkap untuk mengakomodasi kepentingan mereka di dunia
internasional.
okvan: aku kembali ke jalur ni..hehe..
Maaf ya tusi kalau membingungkan :) nggak papa dza :')
Oke guys, diskusinya sudah selesai kok, yang mau makan dulu monggo, yang mau bobo lagi silakan, yang mau
siap2 kelas boleh cabut... aku lagi bikin esai nya nih :) kalo mau dikomentari silakan ya..
Terimakasih ya atas partisipasinya, diskusinya seru banget!!! :D
okayyy.... sama2.
Semangat ya Hadza, makasih teman-teman diskusinya, I like it =D
makasih hadzaa..
terimakasih hadza..benar-benar diskusi dengan semangat yang membara..:3
tusina: thankyou hadza nyaaaaan seru banget nih diskusinya! makasih teman-teman, maaf ngeselin yaah :D