III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi,...

26
III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa salah satu kebijakan strategis dalam upaya penanggulangan kemiskinan adalah dengan cara memberikan motivasi dan stimulusi melalui penyuntikan dana bantuan modal usaha bergulir. Dimana kebijakan ini diharapkan memberikan dampak yang berkepanjangan serta memberikan nilai tambah pada usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakat. Selain itu kebijakan penyuntikan dana bantuan modal usaha bergulir ini dilaksanakan mengingat peran usaha mikro, kecil dan menengah selama ini memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut paling tidak dapat dilihat dari Statistik usaha mandiri tahun 1997-2006 (Litbang Media Group) sebagai berikut: (1) 99% unit usaha (40 juta unit) di Indonesia adalah UMKM; (2) 60% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia disumbang oleh UMKM, (3) 96% tenaga kerja Indonesia diserap oleh UMKM dan (4) 91% UMKM melakukan kegiatan ekspor. Dengan adanya intervensi berupa penyediaan kredit ataupun pinjaman bergulir yang diperuntukkan kepada kelompok masyarakat maka diharapkan akan memudahkan masyarakat mengakses dana guna keperluan modal usaha sehingga pada gilirannya kegiatan usahanya dapat berkembang dan kelompok semakin dinamis. Namun pelaksanaan program-progam yang bersifat dana bergulir ataupun memiliki komponen program yang bersifat dana bergulir selama ini belum menunjukkan hasil yang cukup memuaskan terutama dalam hal keberlanjutan pergulirannya. Termasuk juga kegiatan Pinjaman Bergulir Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kelurahan Tanjung Balai Karimun dirasakan belum maksimal dimana tunggakan terbesar di Kabupaten Karimun terdapat pada Kelurahan ini. Sehingga diperlukan evaluasi terhadap pelaksanaan ataupun pemanfaatan dana yang telah diberikan. Terkait dengan kajian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang sudah dilakukan (P2KP Tahap III). Evaluasi tersebut untuk melihat dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan output dihasilkan. Evaluasi tersebut nantinya untuk mengetahui apakah program yang 23

Transcript of III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi,...

Page 1: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

III. METODOLOGI KAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa salah satu kebijakan strategis

dalam upaya penanggulangan kemiskinan adalah dengan cara memberikan

motivasi dan stimulusi melalui penyuntikan dana bantuan modal usaha bergulir.

Dimana kebijakan ini diharapkan memberikan dampak yang berkepanjangan serta

memberikan nilai tambah pada usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakat.

Selain itu kebijakan penyuntikan dana bantuan modal usaha bergulir ini

dilaksanakan mengingat peran usaha mikro, kecil dan menengah selama ini

memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut

paling tidak dapat dilihat dari Statistik usaha mandiri tahun 1997-2006 (Litbang

Media Group) sebagai berikut: (1) 99% unit usaha (40 juta unit) di Indonesia

adalah UMKM; (2) 60% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia disumbang

oleh UMKM, (3) 96% tenaga kerja Indonesia diserap oleh UMKM dan (4) 91%

UMKM melakukan kegiatan ekspor.

Dengan adanya intervensi berupa penyediaan kredit ataupun pinjaman

bergulir yang diperuntukkan kepada kelompok masyarakat maka diharapkan akan

memudahkan masyarakat mengakses dana guna keperluan modal usaha sehingga

pada gilirannya kegiatan usahanya dapat berkembang dan kelompok semakin

dinamis. Namun pelaksanaan program-progam yang bersifat dana bergulir

ataupun memiliki komponen program yang bersifat dana bergulir selama ini

belum menunjukkan hasil yang cukup memuaskan terutama dalam hal

keberlanjutan pergulirannya. Termasuk juga kegiatan Pinjaman Bergulir Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kelurahan Tanjung Balai

Karimun dirasakan belum maksimal dimana tunggakan terbesar di Kabupaten

Karimun terdapat pada Kelurahan ini. Sehingga diperlukan evaluasi terhadap

pelaksanaan ataupun pemanfaatan dana yang telah diberikan.

Terkait dengan kajian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi program

penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang sudah dilakukan (P2KP Tahap

III). Evaluasi tersebut untuk melihat dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan output

dihasilkan. Evaluasi tersebut nantinya untuk mengetahui apakah program yang

23

Page 2: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

telah dilaksanakan itu sudah tepat. Selain itu evaluasi tersebut juga untuk melihat

penyimpangan atau deviasi yang terjadi.

Selanjutnya untuk penyempurnaan program, digunakan Analytichal

Hierarchi Process (AHP) dari pelaksanakan dan evaluasi dana bergulir P2KP

tersebut. Dari hasil evaluasi dan analisa yang dilaksanakan diharapkan menjadi

bahan bagi pengambilan keputusan bagi mereka yang berwenang sehingga akan

diperoleh suatu strategi bagi upaya penanggulangan kemiskinan melalui

pelaksanaan dana bergulir P2KP. Secara bagan dapat dilihat pada gambar 6.

Keterbatasan modal usaha/ ketidakmampuan masyarakat miskin

Pentingnya usaha mikro, kecil dan menengah bagi perekonomian Bangsa

EVALUASI PROGRAM

INPUT

- KelayakanLembaga Pengelola

- Kelayakan Peminjam

- Pendanaan

PROSES - Pendampingan - Penggunaan

Dana

OUTPUT - Keadaan

Ekonomi - Perguliran

Pinjaman

Program lainnya

Program Dana Bergulir P2KP

Strategi Penyempurnaan Program

Penanggulangan Kemiskinan

Gambar 6. Diagram Alir kerangka Pemikiran

Keterangan:

: hal yang menjadi fokus kajian

: hal yang tidak menjadi fokus kajian

24

Page 3: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Definisi Operasional

1. Kelayakan Lembaga Pengelola:

Kondisi apabila lembaga pengelola (BKM/UPK) telah memenuhi persyaratan

dan ketentuan pokok dalam kegiatan pinjaman bergulir P2KP, dilihat dari

variable: terbentuk secara sah, pembuatan aturan dasar dan kriteria UPK.

Terbentuk Secara Sah: apabila BKM terbentuk secara sah sesuai ketentuan

P2KP dan memiliki Anggaran Dasar yang menyatakan bahwa kegiatan

Pinjaman Bergulir akan dijalankan sebagai salah satu alat penanggulangan

kemiskinan di wilayahnya yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: Apabila BKM telah memiliki Anggaran Dasar yang memuat

pernyataan bahwa dana pinjaman bergulir diperuntukkan untuk kegiatan

pinjaman bergulir saja dan pendapatan UPK hanya untuk membiayai

operasional UPK saja.

b) Jelek: Apabila BKM belum memiliki Anggaran Dasar dalam menjalankan

kegiatan dana pinjaman bergulir P2KP.

Pembuatan Aturan Dasar: Apabila BKM dengan persetujuan masyarakat telah

membuat aturan dasar pinjaman bergulir yang memuat kriteria KSM dan

anggotanya yang boleh menerima pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar

jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman dan sistem angsuran pinjaman serta

ketentuan mengenai tanggung renteng anggota KSM yang dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a) Baik: Apabila BKM dengan persetujuan stakeholder masyarakat (Ketua

RT, Ketua RW, tokoh masyarakat dan relawan) telah membuat aturan

dasar pinjaman bergulir.

b) Sedang: Apabila BKM telah membuat aturan dasar pinjaman bergulir,

namun dalam pembuatannya tidak melibatkan stakeholder dari pihak

masyarakat secara keseluruhan.

c) Jelek: Apabila BKM belum membuat aturan dasar pinjaman bergulir.

Kriteria Unit Pengelola Keuangan (UPK): Apabila UPK yang akan mengelola

Pinjaman Bergulir memenuhi kriteria minimal yaitu: telah mengikuti pelatihan

(Keorganisasian, rencana usaha, pembukuan dan pengelolaan kas, PERT dan

kewirausahaan), telah memahami aturan dasar pinjaman bergulir dan telah

25

Page 4: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

memiliki uraian tugas dan tanggung jawab, telah memiliki rekening atas nama

UPK dan melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP. Dapat

dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: Apabila UPK telah mengikuti pelatihan, memahami aturan dasar

pinjaman bergulir dan memiliki uraian tugas dan tanggung jawab, telah

memiliki rekening atas nama UPK dan melaksanakan sistem pembukuan

yang berlaku di P2KP dengan baik.

b) Sedang: Apabila UPK telah mengikuti pelatihan dan telah memiliki

rekening atas nama UPK, namun belum memahami keseluruhan aturan

dasar pinjaman bergulir dan belum melaksanakan sistem pembukuan yang

berlaku di P2KP secara baik.

c) Jelek: Apabila UPK belum mengikuti pelatihan, belum memahami aturan

dasar pinjaman bergulir, tidak memiliki rekening atas nama UPK dan

belum melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP.

2. Kelayakan Peminjam

Kondisi apabila KSM Peminjam dan anggotanya sebagai calon peminjam

memenuhi kriteria kelayakan yang dipersyaratkan untuk mendapat pinjaman

bergulir dari UPK dilihat dari variable: Pemetaan Swadaya, Administrasi,

Pelatihan, dan Keterwakilan Perempuan,

Pemetaan Swadaya: Apabila anggota KSM peminjam dari KSM yang ada

merupakan warga miskin yang tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya

(PS). Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: Apabila keseluruhan anggota KSM Peminjam dari KSM yang ada

merupakan warga miskin sebagaimana tercantum dalam daftar Pemetaan

Swadaya (PS).

b) Sedang: Apabila minimal 60% anggota KSM Peminjam dari KSM yang

ada merupakan warga miskin sebagaimana tercantum dalam daftar

Pemetaan Swadaya (PS).

c) Jelek: Apabila dibawah 60% anggota KSM peminjam dari KSM yang ada

merupakan warga miskin sebagaimana tercantum dalam daftar Pemetaan

Swadaya (PS).

26

Page 5: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Administrasi: adalah kriteria kelayakan yang harus dipenuhi oleh anggota

KSM untuk mendapatkan pelayanan atau pinjaman dana bergulir dari segi

kelengkapan administrasi antara lain: Memiliki kartu tanda penduduk (KTP)

setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha),

membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai tabungan

minimal 5% dari pinjaman yang diajukan dan belum pernah mendapat

pelayanan dari lembaga keuangan yang ada. Dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a) Baik: apabila dalam pengajuan proposal KSM/kelompok semua

anggotanya telah mengisi atau memenuhi seluruh kelengkapan

administrasi sebagaimana disebutkan diatas.

b) Sedang: apabila dalam pengajuan proposal KSM/kelompok minimal 60%

dari total anggotanya telah mengisi atau memenuhi seluruh persyaratan

administrasi sebagaimana disebutkan diatas.

c) Jelek: apabila dalam pengajuan proposal KSM/Kelompok, dibawah 60%

dari total anggotanya yang mengisi atau memenuhi seluruh persyaratan

adminsitrasi sebagaimana disebutkan diatas.

Pelatihan: adalah keikutsertaan anggota KSM dalam mengikuti pembekalan

tentang pembukuan KSM, pinjaman bergulir (persyaratan pinjaman, skim

pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman), Pengelolaan Ekonomi

Rumah Tangga (PERT), dan kewirausahaan. Dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a) Baik: Apabila seluruh anggota KSM mengikuti pembekalan tentang

pembukuan KSM, pinjaman bergulir (persyaratan pinjaman, skim

pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman), Pengelolaan

Ekonomi Rumah Tangga (PERT), dan kewirausahaan.

b) Sedang: Apabila walaupun tidak seluruh anggota KSM mengikuti

pembekalan sebagaimana disebutkan diatas, namun dari KSM memiliki

keterwakilan minimal satu orang (baik ketua maupun anggota) mengikuti

pelatihan/pembekalan dimaksud.

c) Jelek: Apabila tidak ada satupun dari anggota KSM yang mengikuti atau

mewakili untuk mengikuti pelaihan/pembekalan dimaksud.

27

Page 6: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Keanggotaan Perempuan: adalah persyaratan minimal yang harus dari setiap

KSM untuk menempatkan perempuan dalam keanggotaan di KSM tersebut.

Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: apabila anggota KSM minimal 30% perempuan.

b) Jelek: apabila anggota KSM dibawah 30% perempuan.

3. Pendanaan

Sejumlah dana yang diterima kelurahan untuk melaksanakan kegiatan

pinjaman bergulir P2KP yang dapat dilihat dari variable: Jumlah Dana dan

Sumber Dana.

Jumlah Dana: adalah besarnya dana Pinjaman Bergulir yang diterima

masyarakat dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada dalam

satu kelurahan yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Kecil: bila dana pinjaman bergulir yang diterima masyarakat < 200 juta

b) Sedang: bila dana pinjaman bergulir yang diterima masyarakat 201 juta s/d

< 300 juta

c) Besar: bila dana pinjaman bergulir yang diterima masyarakat > 300 juta.

Sumber Dana: Sumber atau asal kegiatan pinjaman bergulir P2KP. Dapat

dikategorikan sebagai berikut:

a) Sumber dana utama: Apabila sumber atau asal dana pinjaman bergulir

hanya berasal dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang merupakan

sumber dana utama.

b) Sumber Lain: Apabila sumber atau asal dana pinjaman bergulir selain dari

dana BLM sebagai sumber dana utama, juga berasal dari APBD, dari

pihak swasta, swadaya masyarakat dan dari sumber lainnya.

4. Pendampingan

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga/badan yang telah

dibentuk/ditunjuk agar terjadinya perubahan perilaku/sikap, memperkuat

kemampuan dan upaya lainnya yang mengarah kepada kemandirian anggota

KSM dalam pengelolaan dana pinjaman bergulir dengan variable: Pengelola

lokal dan Fasilitator Kelurahan.

28

Page 7: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Pengelola Lokal: adalah kemampuan pengelola lokal (BKM/UPK) dalam

melaksanakan kegiatan pendampingan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan pengelola lokal dan

keberadaannya sangat membantu penyelesaian masalah atau kesulitan

yang dialami.

b) Sedang: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan pengelola lokal,

namun keberadaannya belum terlalu membantu penyelesaian masalah atau

kesulitan yang dialami.

c) Jelek: apabila anggota KSM tidak mengetahui keberadaan pengelola lokal

dan keberadaannya tidak membantu dalam penyelesaian masalah atau

kesulitan yang dialami.

Fasilititor Kelurahan: adalah kemampuan Fasilitator Kelurahan dalam

melaksanakan kegiatan pendampingan sesuai dengan tugas dan fungsinya

yang dapat diaktegorikan sebagai berikut:

a) Baik: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan Fasilitator Kelurahan

dan keberadaannya sangat membantu penyelesaian masalah atau kesulitan

yang dialami.

b) Sedang: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan Fasilitator

Kelurahan, namun keberadaannya belum terlalu membantu penyelesaian

masalah atau kesulitan yang dialami.

c) Jelek: apabila anggota KSM tidak mengetahui keberadaan Fasilitator

Kelurahan dan keberadaannya tidak membantu dalam penyelesaian

masalah atau kesulitan yang dialami.

5. Penggunaan Dana

Adalah kegiatan yang dilakukan oleh anggota KSM dalam menggunakan dana

yang telah diberikan sampai dengan batas waktu pengembalian (10 bulan

setelah mendapatkan pinjaman) dengan variable: Jenis Usaha dan Tingkat

Pengembalian.

Jenis Usaha: Kegiatan usaha yang dijalankan oleh masyarakat dalam

menggunakan dana yang telah diberikan, baik usaha tersebut sudah berjalan

29

Page 8: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

sebelum mendapakan pinjaman maupun baru berjalan setelah mendapatkan

pinjaman dengan pengelompokan sebagai berikut:

a) Warung: kegiatan usaha yang menjual sembako ataupun kelontong;

b) Makanan: kegiatan usaha dengan menjual makanan baik yang dijual di

depan rumah maupun dijajakan secara bekeliling. Adapun kategori usaha

yang dijalankan yaitu jualan kue, jualan gorengan, jualan bakso keliling,

jualan nasi, jualan mie atau siomay, jualan tempe, jualan es cendol, jualan

buah/rujak, jualan kerupuk, katering dan jualan jamu;

c) Non-Makanan: kegiatan usaha yang dijalankan bukan dalam bentuk

makanan ataupun warung. Adapun usaha yang dijalankan antara lain kios

bensin, pakaian bekas/rombengan, usaha M-Kios atau jualan Pulsa/voucer,

ternak ayam, ternak lele, pembuatan batako, jual TV bekas, bengkel,

menjahit dan reparasi.

Tingkat Pengembalian: adalah tingkatan KSM dalam mengembalikan dana

yang telah dipinjamkan sampai dengan jatuh tempo pembayaran (10 bulan

setelah mendapatkan pinjaman). Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Pinjaman Lancar: KSM dengan pengembalian lancar atau membayar

pinjaman keseluruhan sampai dengan jatuh tempo.

b) Menunggak > 3 bln/kali angsuran: KSM dengan tunggakan pengembalian

3 bulan angsuran atau lebih dari 3 bulan angsuran.

c) Menunggak < 3 bln/kali angsuran: KSM dengan tunggakan pengembalian

dibawah 3 bulan angsuran.

6. Keadaan Ekonomi

Adalah suatu kondisi dimana tercapainya tujuan umum program ini dimana

ekonomi dari golongan miskin semakin meningkat yang dilihat dari variable:

peningkatan modal, penambahan aset kepemilikan, dan peningkatan

pendapatan.

Peningkatan Modal: adalah kondisi terjadinya penambahan uang yang dapat

digunakan untuk menambah penjualan atau omzet usahanya. Dapat

dikategorikan sebagai berikut:

30

Page 9: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

a) Baik: apabila terjadinya peningkatan modal setelah mendapatkan pinjaman

lebih dari 20% per hari atau per bulan dibandingkan dengan sebelum

mendapatkan pinjaman.

b) Sedang: apabila terjadinya peningkatan modal setelah mendapatkan

pinjaman kurang dari 20% per hari atau per bulan dibandingkan dengan

sebelum mendapatkan pinjaman.

c) Jelek: apabila tidak terjadinya peningkatan modal sama sekali atau

menurun bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman.

Penambahan aset kepemilikan: Bertambahnya barang yang bisa diuangkan

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a) Meningkat: apabila terjadinya penambahan aset produktif maupun aset

rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak

b) Tetap: apabila tidak ada perubahan aset produktif maupun aset rumah

tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak.

c) Menurun: apabila terjadinya penurunan aset produktif maupun aset rumah

tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak.

Peningkatan pendapatan: adalah penambahan jumlah pemasukan rata-rata per

hari atau perbulan dengan kategori sebagai berikut:

a) Baik: apabila terjadinya peningkatan pendapatan lebih dari 20% bila

dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman.

b) Sedang: apabila terjadinya peningkatan pendapatan setelah mendapatkan

pinjaman kurang dari 20% bila dibandingkan dengan sebelum

mendapatkan pinjaman.

c) Jelek: apabila tidak terjadinya peningkatan pendapatan sama sekali bila

dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman.

7. Perguliran pinjaman

Adalah kondisi ataupun kegiatan yang dilakukan dalam rangka terjadinya

perguliran atau peminjaman kembali baik kepada warga miskin yang telah

mendapatkan maupun yang belum mendapatkan pinjaman dengan variable

sebagai berikut: Jumlah Peminjam dan Penagihan.

31

Page 10: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Jumlah Peminjam: adalah jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman

kembali (berulang) dengan variable sebagai berikut:

a) Baik: apabila jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman kembali

(berulang) lebih dari 40%.

b) Jelek: apabila jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman kembali

(berulang) kurang dari 40%.

Penagihan: adalah kegiatan yang dilakukan untuk menagih dana dari

penunggak dalam upaya untuk tetap terjaganya perguliran dana tersebut.

Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: apabila telah terbentuk tim kecil penagihan dan tim tersebut telah

melakukan upaya penagihan secara rutin kepada para penunggak.

b) Sedang: apabila belum terbentuk tim kecil penagihan namun UPK secara

rutin atau aktif melakukan penagihan kepada para penunggak.

c) Jelek: apabila belum terbentuk tim kecil penagihan dan UPK tidak secara

rutin atau aktif melakukan penagihan kepada para penunggak.

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilaksanakan pada lingkup Kelurahan tepatnya di Kelurahan

Tanjung Balai Karimun, Kecamatan Karimun, Kabupaten Karimun.

Pemilihan lokasi penelitian secara sengaja (purposive) dengan

mempertimbangkan merupakan salah satu Kelurahan yang memiliki kendala

terbesar dalam pengembalian pinjaman. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan

Bulan Januari 2009.

3.3. Metode Kajian

3.3.1. Penelitian/Studi Kasus

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa untuk Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) Tahap I telah disalurkan dana pinjaman bergulir sebesar

Rp. 1.053.500.000 kepada 8 kelurahan sasaran di Kabupaten Karimun yang

meliputi 3 kecamatan di Pulau Karimun. Selanjutnya dari 8 Kelurahan tersebut

disalurkan kepada 376 KSM dengan total peminjam sebanyak 2147 orang

sebagaimana pada tabel 4 dibawah ini.

32

Page 11: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Tabel 4. Penyaluran BLM Tahap Pertama di Kabupaten Karimun

No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah KSM Jumlah Peminjam Tg. Balai Karimun 76 434 Teluk Air 29 166 Parit 56 320

1. Karimun

Tulang 35 200 Pamak 17 97 2. Tebing Harjosari 54 308 Meral Kota 89 508 3. Meral Baran 20 114

Total 376 2.147 Sumber: Koordinator Kota (diolah)

Mengingat cakupan yang luas, besarnya jumlah pemanfaat/peminjam dana

bergulir, waktu dan tenaga yang terbatas maka kajian ini menggunakan

penelitian/studi kasus. Dimana penelitian kasus adalah suatu penelitian yang

dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,

lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus

hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat

penelitian, penelitian kasus lebih mendalam (Arikunto,1997).

Penentuan Kelurahan Tanjung Balai Karimun dengan pertimbangan

sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya karena tunggakan terbesar pada

penyaluran BLM Tahap I adalah Kelurahan Tanjung Balai Karimun. Sehingga

dengan kajian pada ruang lingkup Kelurahan ini diharapkan bisa lebih mendalami

terhadap permasalahan yang terjadi dan menjadi masukan bagi penyempurnaan

program di masa yang akan datang.

3.3.2. Penentuan Responden

Responden yang berasal dari peminjam ditentukan melalui pengambilan

sampel dari populasi yaitu masyarakat miskin penerima dana pinjaman bergulir

P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun sebanyak 434 orang yang berasal dari

76 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada dengan menggunakan

perhitungan estimasi proporsi yang rumusnya sebagai berikut, Umar (2003:141)

33

Page 12: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

n = ____N____ 1 + N e2

Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran Populasi. Dalam penelitian ini, berarti N adalah warga Kelurahan

Tanjung Balai Karimun peminjam Dana Bergulir P2KP E = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

dapat ditolerir, dalam kajian ini penulis memakai kelonggaran ketelitian sebesar 14%

sehingga n diperoleh sebesar :

n = _______434_______ = 46

1 + 434 (0.14)2

Selanjutnya 46 orang responden ini ditentukan secara acak dengan

menggunakan Random Sampling. Dalam teknik ini, peneliti mengambil

sampelnya dengan ”mencampur” subjek-subjek dalam populasi sehingga subjek-

subjek dalam populasi dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi

hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance)

dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subjek sama, maka penelitian

terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk

dijadikan sampel (Arikunto,1997).

Sedangkan responden diluar peminjam (responden ahli) dilakukan dengan

metode Purposive Sampling, yaitu metode pengambilan contoh responden tidak

secara acak tetapi pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan baik individu

atau lembaga sebagai responden yang mengerti permasalahan yang terjadi dan

memiliki pengaruh dalam pengambilan kebijakan baik langsung maupun tidak

langsung pada pelaksanaan kebijakan atau memberi masukan kepada para

pengambil kebijakan yaitu: Pengurus BKM/UPK, Fasilitator Kelurahan, Lurah

Pejabat Operasional Kegiatan (PJOK) dan Kabid Pemberdayaan Masyarakat

BKPMD dan Kesbang.

Adapun komposisi dari responden secara lengkap sebagaimana tabel 5

dibawah ini:

34

Page 13: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Tabel 5. Komposisi Responden Peminjam dan Responden Ahli

No

Responden

Jabatan

Jumlah 1. Peminjam Anggota KSM 46 2. BKM Ketua

UPK 1 2

3. Aparat Kelurahan Lurah 1 4. Fasilitator Kelurahan Konsultan P2KP 1 5. PJOK Pendamping P2KP 1 6. Kabid Pemberdayaan

Masyarakat BKPMD dan Kesbang

Anggota Penanggung Jawab P2KP

1

TOTAL 53

3.3.3. Metode Pengumpulan Data

Pemilihan dan penentuan pengumpulan data berdasarkan pada

permasalahan yang diteliti, dan hipotesa yang hendak diuji kebenarannya. Dalam

kajian ini pengumpulan data diperoleh dari:

a. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dari tangan pertama, atau dapat

dikatakan data primer merupakan pendapat-pendapat yang sifatnya subjektif

dari responden dan disampaikan langsung. Pengumpulan data dilakukan

melalui Observasi Lapangan (field Observation), wawancara (Interview) dan

pengisian daftar pertanyaan (kuisioner) yang dilakukan pihak-pihak terkait

atau stakeholder yang telah ditetapkan sebagai responden.

b. Data Sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi

untuk melengkapi data primer. Dalam hal ini data yang digunakan adalah arsip

atau dokumen didapat dari BKM Sejahtera, Koordinator Kota P2KP

Kabupaten Karimun, Kantor Lurah Tanjung Balai Karimun, dan Badan

Kependudukan dan Catatan Sipil.

Sedangkan data yang dikumpulkan berdasarkan tujuan dan jenis data

adalah sebagaimana pada tabel 6 dibawah ini.

35

Page 14: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Tabel 6. Tujuan Kajian, Jenis data, dan Sumber Data

No Tujuan Kajian Jenis Data Sumber Data

1.

Mengevaluasi persiapan (Input) pemanfaaan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun;

a. Kelayakan Lembaga Pengelola b. Kelayakan Peminjam c. Pendanaan

Faskel, Lurah, PJOK, BKM, Kabid BKPMD, Faskel dan BKM/UPK Faskel, Lurah, PJOK, BKM, Kabid BKPMD.

2. Mengevaluasi pelaksanaan (Proses) pemanfaatan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun;

a. Pendampingan b. Penggunaan Dana

Anggota KSM (Peminjam) Anggota KSM (Peminjam) Faskel, Lurah, PJOK, BKM, Kabid BKPMD.

3. Mengevaluasi Dampak (Output) pemanfaaan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun;

a. Keadaan Ekonomi b. Perguliran Peminjam

Anggota KSM (Peminjam) Faskel, Lurah, PJOK, BKM, Kabid BKPMD.

4. Menganalisis strategi baru bagi penyempurnaan pemanfaatan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun.

Kuesioner AHP Faskel, Lurah, PJOK, BKM, Kabid BKPMD.

3.3.4. Metode Analisis Data

Analisis data disajikan dengan dua metode analisis yaitu metode analisis

kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif dimaksudkan

untuk memaparkan seluruh data dan informasi baik primer maupun sekunder yang

berhubungan dengan obyek kajian dalam bentuk persentase dan deskriptif terkait

pelaksanaan dan permasalahan program mulai dari Input, Proses dan Output.

Metode analisis kuantitatif dimaksudkan untuk memaparkan data dan informasi

hasil perhitungan dan olahan data observasi yang berkaitan dengan obyek kajian.

Pengolahan dan analisis data pada pendekatan kuantitatif menggunakan tabulasi

data yang menghasilkan tabel frekuensi dan untuk penentuan strategi

penyempurnaan program menggunakan Analytichal Hierarchi Process (AHP)

yang akan dijelaskan lebih lanjut.

36

Page 15: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Analytical Hierarchi Process (AHP)

Analytical Hierarchi Process (AHP) merupakan suatu metode yang

digunakan untuk membantu memecahkan masalah kualitatif yang komplek

dengan memakai perhitungan kuantitatif. Melalui proses pengekspresian masalah

dalam kerangka berfikir yang terorganisir, memungkinkan dilakukannya proses

pengambilan keputusan secara efektif. Metode yang dikembangkan pada tahun

1970-an ini dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan informasi dan berbagai

keputusan secara rasional (judgement) agar dapat memilih prioritas alternatif

kebijakan dan sasaran.

Analisa dilakukan dengan menganalisa strategi pemerintah dengan

menyebarkan kuesioner AHP kepada expert dan merekapitulasi hasil pemilaian

expert tersebut serta menentukan strategi yang tepat dalam upaya pemanfaatan

dana bergulir P2KP. Alternatif strategi pada hirarki diperoleh melalui justifikasi

alternatif-alternatif dari studi kepustakaan dan observasi yang berkaitan dengan

obyek penelitian. Metode ini memiliki keunggulan tertentu kaena membantu

menyederhanakan persoalan yang komplek menjadi persoalan yang berstruktur,

sehingga mendorong dipercepatnya proses pengambilan keputusan terkait.

Menurut Saaty (1993) prinsip kerja AHP terdiri dari delapan langkah

utama sebagai berikut:

(a) Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah

secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan,

kriteria dan elemen-elemen yang menyusun struktur hierarki. Tidak terdapat

prosedur yang pasti untuk mengindentifikasikan komponen-komponen sistem,

seperti tujuan, kriteria dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu

sistem hierarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifiksaikan

berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang

dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

(b) Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.

Struktur hierarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari

sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi

sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan, tujuan

37

Page 16: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

–tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario.

Penyusunan hierarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada

tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan

fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat dibawahnya dapat

tediri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen, agar dapat

dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya.

(c) Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding berpasangan

dimulai dari puncak hierarki yang merupakan dasar untuk melakukan

pembandingan berpasangan antar elemen yang tekait yang ada dibawahnya.

Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua

terhadap fokus yang ada di puncak hierarki. Menurut perjanjian, suatu elemen

yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yangada di sebelah

kiri suatu elemen di puncak matriks.

(d) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan

perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah tiga. Setelah itu

dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i

dengan setiap elemen pada baris ke-j. Pembandingan berpasangan antar

elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan: “Seberapa kuat elemen baris

ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak

hierarki, dibandingkan dengan kolom ke-i?”. Apabila elemen-elemen yang

diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya

adalah: “Seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan

dengan elemen kolom ke-j sehubungan dengan elemen di puncak hierarki?”.

Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang

tertera pada tabel 7. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif

pentingnya suatu elemen dibanding dengan elemen lainnya sehubungan

dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk

bagian diatas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

(e) Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan sepanjang diagonal

utama. Angka satu sampai sembilan digunakan bila F, labih mendominasi atau

mempengaruhi sifat fokus puncak hierarki (X) dibandingkan dengan Fj.

Sedangkan bila F, kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X

38

Page 17: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

dibandingkan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis

diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh: bila elemen F24

memiliki nilai tujuh, maka nilai elemen F42 adalah 1/7

Tabel 7. Nilai Skala Banding Berpasangan

Intensitas Pentingnya

Definisi

Penjelasan

1

3

5

7

9

2,4,6,8

Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya. Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat tersebut Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas atas yang lainnya. Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya telah terlihat dalam praktek. Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan. Kompromi diperlukan di antara dua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka (x) jika dibandingkan dengan aktivitas j, maka memiliki nilai kebalikannya (1/x)

Sumber: Saaty (1993)

(f) Melaksanakan langkah tiga, empat dan lima, untuk semua tingkat dan gugusan

dalam hierarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada

setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, terkait dengan kriteria

elemen di atasnya. Pada metode AHP terdapat matriks berpasangan yang

dibedakan menjadi: (1) Matriks pendapat Individu (MPI) dan (2) Matriks

Pendapat Gabungan (MPG). MPI adalah matriks hasil pembandingan yang

dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a, yaitu

elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks pendapat individu

dapat dilihat pada Tabel 8.

39

Page 18: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Tabel 8. Matriks Pendapat Individu

X A1 A2 Aj .................. An A1 A2 Ai

........... An

a11 a21 a31

........... an1

a12 a22 a32

........... an2

a1j a2j a3j

........... anj

...........

...........

...........

...........

...........

a1n a2n a3n

........... ann

Sumber: Saaty (1993) Keterangan: X : Kriteria sebagai dasar pembanding Ai, Aj : elemen-elemen pembanding ai, aj : angka pembanding elemen baris ke-i terhadap elemen kolom ke-j yang diperoleh

dengan menggunakan skala berbanding berpasangan

Sedangkan yang dimaksud dengan Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal dari rata-rata geometrik

pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama

dengan sepuluh persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari

MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik. Persyaratan MPG

yang bebas dari konflik adalah:

(1) Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki

selisih kurang dari empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi

dengan nilai yang terendah.

(2) Tidak terdapat angka kebalikan (resiplokal) pada baris dan kolom yang sama.

MPG dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Matriks Pendapat Gabungan

X A1 A2 Aj .................. An

G1 G2 Gi

........... Gn

g11 g21 g31

........... gn1

g12 g22 g32

........... gn2

g1j g2j g3j

........... gnj

........... ........... ........... ........... ...........

g1n g2n g3n

........... gnn

Sumber: Saaty (1993)

Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik

adalah: mm

kijij kag1

)(=

= π

40

Page 19: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

dimana, = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j ijg

= elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k kaij )( = jumlah MPI yang memenuhi persyaratan m

= perkalian dari elemen k = 1 sampai k = m m

k 1=π

m = akar pangkat m

(g) Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.

Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor

prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai

prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah

berikut dan seterusnya.

Terdapat dua tahap pengolahan matriks pendapat, yaitu (1) pengolahan

horisontal dan (2) pengolahan certikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat

dilakukan untuk MPI dan MPG. Pemgolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan

MPG diolah secara horisontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi

persyaratan inkonsestensi.

a. Pengolahan Horisontal, terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan Vektor

Prioritas (Vector Eigen), uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang

memiliki Rasio Inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yangdilakukan pada

pengolahan horisonal ini adalah:

(1) Perkalian baris (Z) dengan rumus :

ij

n

ki aZ1=

= π (i,j = 1, 2,3, ... n)

(2) Perhitungan Vektor Prioritas (VP) atau Eigenvektor adalah :

∑= =

==n

i

nij

n

k

nij

n

ki

a

aVP

1 1

1

π

π VP = (Vpi), untuk i = 1, 2, 3, ... n)

(3) Perhitungan Nilai Eigen Maks (Maks) dengan rumus :

VpaVA ij ×= )( dengan VA = (vai)

VPVAVB = dengan VB = (vbi)

41

Page 20: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

∑=

=n

kiimaks vb

n1λ untuk i = 1, 2, 3, ... n

(4) Perhitungan Indeks Konsistensi (CPI) dengan rumus :

1−−

=n

nCI maksλ

(5) Perhitungan Rasio Inkonsistensi (CI) adalah :

RICICR =

Menurut Saaty (1993), nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil atau

sama dengan 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik

dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolak ukur

bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu

matriks pendapat.

Tabel 10. Daftar Nilai Random Indeks

Ordo Matriks (n) Indeks Random (RI) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15

0 0

0,5 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,19 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59

Sumber: Saaty (1993)

b. Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada

tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila

didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat

ke-i terhadap sasaran utama, maka:

ijCV

∑ −×−= )1()1;( aVWitCHCV tijij

42

Page 21: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Untuk ; i = 1, 2, 3, ... n; j = 1, 2, 3, ... n; t = 1, 2, 3, ... n

di mana :

)1;( −itCH ij = nilai prioritas elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal

)1( −iVWt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-t) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horisontal

P = jumlah tingkat hierarki keputusan r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-t)

c. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Pada pengisian judgement

pada tahap MBB (Matriks Banding Berpasangan) terdapat kemungkinan

terjadinya pemyimpangan dalam membandingkan elemen satu dengan elemen

yang lainnya, sehingga diperlukan suatu uji konsistensi. Dalam AHP

penyimpangan dperbolehkan dengan toleransi Rasio Inskonsistensi dibawah

sepuluh persen. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks

konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan

menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang

menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-

masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsisten

pemilahan responden untuk analisis AHP dilakukan dengan metode Purposive

Sampling, yaitu metode pengambilan contoh responden tidak secara acak

tetapi pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan baik individu atau

lembaga sebagai responden yang mengerti permasalahan yang terjadi dan

memiliki pengaruh dalam pengambilan kebijakan langsung maupun tidak

langsung pada pelaksanaan kebijakan atau memberi masukan kepada para

pengambil kebijakan.

Untuk melakukan pengolahan data dengan metode AHP dibutuhkan

sistem-sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah kajian.

Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi di lapangan serta studi literatur dapat

disajikan dengan hirarki kepentingan dan strategi terhadap Srategi

penyempurnaan pelaksanaan Dana Pinjaman Bergulir P2KP di Kelurahan

Tanjung Balai Karimun Kabupaten Karimun disajikan pada gambar 7.

43

Page 22: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

Berdasarkan gambar tersebut, sistem hirarki keputusan memiliki bentuk

yang saling terkait. Struktur hirarki ini terdiri dari empat level sebagai berikut:

1. Level pertama merupakan tujuan dari dilakukannya proses hierarki analisis

yaitu penyempurnaan pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP. Tujuan ini

ditetapkan terkait dengan identifikasi di lapangan, yaitu bahwa dalam

penyaluran dan pemanfaatan dana bergulir P2KP belum maksimal. Khususnya

di Kelurahan Tanjung Balai Karimun tingkat tunggakannya merupakan

tertinggi di Kabupaten Karimun sehingga keberlanjutan dana pinjaman

bergulir tidak maksimal. Sehingga hasil kajian ini dapat digunakan sebagai

masukan untuk Pemerintah Daerah.

2. Level kedua yaitu penentuan Aspek yang berkaitan dengan evaluasi

pelaksanaan Dana Pinjaman Begulir P2KP. Sebagaimana disebutkan

sebelumnya bahwa deviasi atau penyimpangan pada hasil sementara ataupun

hasil akhir (output) dari suatu program tidak terlepas dari penyimpangan yang

terjadi pada tahapan perencanaan ataupun Input program maupun pada proses

pelaksanaan suatu program. Sehingga dari hal tersebut dalam penentuan aspek

yang berperan disimpulkan yaitu:

a. Aspek Persiapan (Input). Penentuan aspek ini didasarkan pada evaluasi

terhadap persiapan ataupun rangkaian kegiatan yang dilaksanakan sebelum

penyaluran ataupun penyerahan dana Bantuan Langsung Masyarakat

(BLM) P2KP berupa dana pinjaman bergulir.

b. Aspek Pelaksanaan (Proses). Penentuan aspek ini didasarkan pada evaluasi

terhadap pelaksanaan ataupun kegiatan setelah penyaluran dana pinjaman

bergulir P2KP kepada masyarakat yang tergabung dalam anggota KSM

sebagai peminjam.

c. Aspek Dampak (Output). Penentuan aspek ini didasarkan kepada evaluasi

terhadap hasil atau dampak ekonomi yang diperoleh dari penyaluran dana

pinjaman bergulir P2KP terhadap masyarakat miskin yang mendapatkan

pinjaman dimaksud serta didasarkan pada evaluasi kegiatan atau upaya

yang dilakukan dalam rangka keberlanjutan program.

3. Level ketiga merupakan kriteria-kriteria dari aspek penyelenggaraan ataupun

pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP pada level kedua, yaitu:

44

Page 23: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

a. Kriteria kelayakan lembaga pengelola, penentuan kriteria ini didasarkan

pada ketentuan atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh BKM/UPK

untuk dapat mengelola dana pinjaman bergulir P2KP.

b. Kriteria kelayakan peminjam, penentuan kriteria ini didasarkan pada

ketentuan atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat yang

tergabung didalam KSM untuk mendapatkan pelayanan atau pinjaman

dana bergulir P2KP.

c. Kriteria pendanaan, penentuan kriteria ini didasarkan pada

diperbolehkannya sumber dana yang berasal dari selain sumber dana

utama yaitu Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Sedangkan untuk dana

pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun hanya

berasal dari BLM dimaksud.

d. Kriteria pendampingan, penentuan kriteria ini didasarkan pada pentingnya

aspek ini dalam upaya untuk memandirikan masyarakat dalam melakukan

kegiatan usahanya, baik kemandirian individu maupun kemandirian

kelompok.

e. Kriteria penggunaan dana, penentuan kriteria ini didasarkan pada

pentingnya evaluasi terhadap kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat

dala memanfaatkan dana yang diperolehnya dan bagaimanakah

pengembalian dana atau angsuran yang terlaksana.

f. Kriteria keadaan ekonomi, penentuan kriteria ini didasarkan kepada tujuan

yang ingin dicapai dari program ini yaitu keadaan ekonomi masyarakat

golongan miskin semakin meningkat.

g. Kriteria Perguliran pinjaman, penentuan kriteria ini didasarkan kepada

pentingnya aspek ini dalam kerangka keberlanjutan program. Dimana

perguliran atau perputaran dana dapat berjalan kepada peminjam lama

yang telah melunasi pembayarannya maupun kepada msyarakat miskin

yang belum mendapatkan pinjaman.

4. Level keempat merupakan alternatif strategi bagi penyempurnaan atau

peningkatan pemanfaatan dana bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai

Karimun yang terdiri dari:

45

Page 24: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

a. Pelatihan/training secara berkala bagi pengelola lokal. Pelatihan kepada

pengelola lokal dalam hal ini kepada Unit Pengelola Keuangan (UPK)

yang berada dibawah BKM sangat diperlukan mengingat SDM yang ada

belum memadai. Pelatihan ini diperlukan agar keberlanjutan program tetap

terjaga. Dimana setelah kontrak konsultan (dalam hal ini Korkot) berakhir,

UPK yang ada tetap bisa melaksanakan program ini secara mandiri. Baik

secara kelembagaan, administrasi umum maupun administrasi keuangan.

b. Revisi Pemetaan Swadaya. Pelaksanaan revisi terhadap pemetaan swadaya

yang ada diperlukan karena dari hasil evaluasi banyak dari peminjam yang

tidak terdaftar atau tercantum dalam pemetaan swadaya sebagaimana

ketentuan yang berlaku. Selain itu revisi ini dilakukan unuk menghindari

masyarakat yang tidak berhak atau bukan kelompok sasaran mendapatkan

dana pinjaman dimaksud.

c. Sosialisasi program kepada pihak ketiga (Bank maupun non-Bank). Dalam

pelaksanaan program ekonomi bergulir P2KP ini dimungkinkan sumber

dana yang berasal diluar dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).

Dengan sosialisasi progam ini kepada pihak ketiga tersebut merupakan

suatu strategi dalam mendapatkan sumber dana lain diluar BLM dimaksud.

d. Kunjungan dan pertemuan rutin melibatkan Stakeholder dan instansi

terkait. Pertemuan rutin ini diperlukan sebagai wadah evaluasi bagi

stakeholder dan instansi terkait lainnya terhadap pelaksanaan kegiatan

yang telah dijalankan, merumuskan penyelesaian permasalahan yang ada,

dan merencanakan kegiatan kedepan.

e. Penyaluran modal sesuai dengan skala usaha. Salah satu kriteria dan

permasalahan yang ada adalah besaran modal yang tidak sesuai dengan

skala usaha. Sehingga perlu penyusunan strategi dan telaahan terhadap

usaha yang ada, selanjutnya diberikan modal sesuai dengan skala usahanya

masing-masing. Sehingga keuntungan usaha dari peminjam dapat lebih

maksimal.

f. Pelatihan manajemen usaha atau magang bagi peminjam. Srategi ini

diperlukan mengingat selama ini usaha yang dijalankan oleh peminjam

masih bersifat tradisional. Dari waktu ke waktu mereka hanya melakukan

46

Page 25: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

47

kegiatan yang sama tanpa ada upaya terobosan untuk melakukan

diversifikasi usaha. Skala usahanya pun masih sebatas untuk bisa survive

atau dalam kerangka memenuhi kebutuhan dasar.

g. Membuat tim kecil penagihan dan mekanisme baru penagihan. Strategi ini

diperlukan karena tunggakan pinjaman merupakan permasalahan krusial

pada pelaksanaan program ini. Dengan pembentukan tim penagihan

diharapkan pelaksanaan penagihan dapat berjalan lebih maksimal.

Sedangkan mekanisme baru penagihan diperlukan agar disatu sisi

pelaksanaan penagihan tidak memberatkan penunggak dan disisi lain

pengembalian tunggakan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Page 26: III. METODOLOGI KAJIAN - repository.ipb.ac.id · setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai

48

Strategi Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP

Persiapan (Input) program

Pelaksanaan (Proses) Program

Dampak (Output) Program

Kelayakan Lembaga Pengelola

Kelayakan Peminjam

Pendanaan

Pendampingan

Penggunaan Dana

Perguliran Peminjam

Keadaan Ekonomi

Pelatihan/ training secara berkala bagi

pengelola lokal

Revisi

Pemetaan Swadaya

Sosialisasi program kepada

pihak ketiga (Bank/ maupun

non-bank)

Pertemuan rutin melibatkan

Stakeholder dan instansi terkait

Penyaluran modal

sesuai dengan skala usaha

Pelatihan manajemen usaha atau magang bagi

peminjam

Tujuan

Aspek

Kriteria

Strategi

Membuat tim kecil penagihan dan

mekanisme baru penagihan

Gambar 7. Hierarki Alternatif Strategi Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun