ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan...

178
ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS (Kasus pada Unit Usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI WIWIN WIDIYANI H34060046 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan...

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS (Kasus pada Unit Usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari,

Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI

WIWIN WIDIYANI H34060046

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

RINGKASAN

WIWIN WIDIYANI. H34060046. 2010. Analisis Kelayakan Pengusahaan Pupuk Kompos (Kasus pada Unit Usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Pembangunan pertanian di Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Beberapa hal yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia yaitu potensi keanekaragaman sumber daya alam, pemenuhan kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, sektor riil pendapatan nasional, dan basis pertumbuhan di perdesaan. Sebuah proyek pada masa orde baru diadakan untuk mendorong pembangunan pertanian yaitu gerakan revolusi hijau.

Adanya gerakan revolusi hijau tidak hanya berhasil membuat Indonesia mencapai swasembada beras tetapi juga menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang. Krisis lingkungan yang terjadi akibat gerakan revolusi hijau sejak tahun 1970-an mulai kini dirasa sangat merugikan masyarakat khususnya petani. Revolusi hijau yang menginstruksikan pemakaian pupuk anorganik secara intensif mengakibatkan kandungan organik tanah (humus) menurun drastis sehingga tingkat kesuburan lahan pertanian menurun secara perlahan. Departemen Pertanian mencetuskan suatu sistem pertanian organik (organik farming) dengan tema “Go Organic 2010” yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan berbasis anorganik untuk disubstitusikan dengan bahan berbasis organik. Salah satu bentuk aktivitas nyata yang turut mendukung program tersebut yaitu dengan menambahkan pupuk organik/kompos ke lahan-lahan sawah.

Diketahui pada tahun 2008 terdapat selisih yang cukup besar antara kebutuhan dan ketersediaan pupuk organik di Indonesia bila dibandingkan dengan jenis pupuk lainnya yaitu sebesar 16.655.000 ton. Besarnya kebutuhan pupuk organik menunjukkan adanya peluang pengusahaan pupuk kompos sebagai usaha yang berpotensi untuk mengembangkan sistem pertanian organik. Salah satu daerah yang turut berupaya mewujudkan pengembangan pertanian organik yaitu Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Sebagian besar petani di Desa Ciburuy telah melakukan kegiatan pembuatan pupuk kompos tetapi hanya digunakan untuk kebutuhannya sendiri dan belum dikomersilkan. Keterbatasan modal dan pengetahuan yang dimiliki membuat para petani belum termotivasi untuk menjadikannya sebagai sebuah usaha, disamping risiko kerugian yang mungkin timbul dari suatu usaha. Satu-satunya usaha pengomposan yang terdapat di Desa Ciburuy dilaksanakan oleh Unit Usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang bermitra dengan Lembaga Pertanian Sehat (LPS).

Saat ini, kondisi yang terjadi memperlihatkan kegiatan pengusahaan belum berkembang secara signifikan walaupun umur usaha telah berjalan selama ± 4 tahun. Adanya potensi pasar yang belum terpenuhi juga mendorong unit usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan kapasitas produksinya. Rencana peningkatan kapasitas produksi ini tentunya

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

iii

 

memerlukan biaya investasi tambahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan pada kondisi usaha saat ini untuk mengetahui apakah usaha menguntungkan atau tidak agar tidak terjadi kerugian yang terlalu lama dan analisis kelayakan pada rencana pengembangan usaha untuk mengetahui apakah rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha jauh lebih baik untuk dijalankan atau tidak.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) Menganalisis kelayakan pengusahaan pupuk kompos ditinjau dari aspek non finansial, 2) Menganalisis tingkat kelayakan finansial pengusahaan pupuk kompos pada kondisi saat ini dan pengembangan usaha dan 3) Menganilisis tingkat sensitivitas pengusahaan pupuk kompos terhadap kenaikan harga bahan baku, penurunan jumlah produksi dan harga jual pupuk kompos yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value.

Berdasarkan hasil analisis aspek-aspek non finansial, yaitu 1) Aspek pasar, 2) Aspek teknis, 3) Aspek manajemen dan hukum, 4) Aspek sosial, ekonomi dan budaya, dan 5) Aspek lingkungan, pengusahaan pupuk kompos KKT Lisung Kiwari layak untuk dijalankan. Analisis aspek-aspek finansial menggunakan dua skenario. Skenario I merupakan kondisi pengusahaan pupuk kompos pada saat ini, dimana usaha telah berproduksi secara optimal karena besarnya permintaan yang diajukan oleh LPS melebihi kapasitas produksi sebesar 12 ton per bulan. Hasil perhitungan kriteria investasi menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh adalah Rp 67.911.262,34; Net B/C 3,52; IRR 56,82 persen, dan payback period selama 2,84 atau 2 tahun 10 bulan 2 hari. Skenario II merupakan kondisi pengusahaan pupuk kompos pada rencana pengembangan usaha berupa peningkatan kapasitas produksi tiap bulannya menjadi 21 ton per bulan. Berdasarkan analisis kriteria investasi, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 138,322,490.83; Net B/C 5.91; IRR 96.77 persen, dan payback period 1.69 atau 1 tahun 8 bulan 8 hari.

Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa kedua skenario usaha layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Skenario usaha II memiliki tingkat kelayakan yang lebih tinggi daripada skenario usaha I karena adanya pengembangan usaha dapat memberikan tingkat perolehan manfaat yang lebih besar berupa tambahan keuntungan secara finansial. Berdasarkan perbandingan hasil analisis switching value diperoleh bahwa usaha pada kondisi pengembangan usaha (skenario II) memiliki tingkat kepekaan yang lebih rendah atau batas maksimal yang lebih tinggi terhadap kemungkinan perubahan biaya dan manfaat yang terjadi. Dengan demikian, kondisi pada pengembangan usaha menjadi skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan.

Rekomendasi saran yang dapat dipertimbangkan dalam penelitian ini yaitu unit usaha sebaiknya melakukan pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi sebesar 21 ton melalui perluasan lahan pengomposan, membuka jalur pemasaran lainnya, mempertahankan kualitas produk, dan melakukan perbaikan pengelolaan administrasi. Bagi LPS dan Pemerintah, sebaiknya terus mendukung pengusahaan pupuk kompos dengan cara menjalin hubungan kemitraan yang baik diantara keduanya dan melaksanakan pembinaan untuk berbagi informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pertanian ramah lingkungan.

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS (Kasus pada Unit Usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari,

Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

WIWIN WIDIYANI H34060046

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

 

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Pupuk Kompos (Kasus pada Unit Usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Nama : Wiwin Widiyani

NIM : H34060046

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 19550713 198703 2 001

Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Kelayakan Pengusahaan Pupuk Kompos (Kasus pada Unit Usaha Koperasi

Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2010

Wiwin Widiyani

H34060046

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 05 Juli 1988. Penulis adalah

anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sumpeno Riyadi dan Ibu

Siti Rasimah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 08 Pagi

Jakarta pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 123

Jakarta yang lulus pada tahun 2003. Penulis juga telah menamatkan pendidikan

lanjutan menengah atas di SMU Negeri 72 Jakarta pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2006. Setelah melewati Tingkat

Persiapan Bersama, pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan, penulis tercatat sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Penulis juga berkesempatan menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum

Program Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2009 dan 2010 yang di

bawahi oleh Departemen Ilmu Ekonomi. Selain itu penulis juga aktif dalam

berbagai kegiatan kepanitiaan baik di lingkungan Departemen, Fakultas maupun

Institut.

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Pupuk Kompos (Kasus pada Unit

Usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan Cigombong,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak termasuk

penulis dan juga usaha tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga

mengharapkan masukan dan kritik yang bersifat membangun untuk

penyempurnaan pada skripsi ini.

Bogor, Juni 2010

Wiwin Widiyani

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

ix 

 

UCAPAN TERIMAKASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

berkah, rahmat dan anugerah-Nya serta jalan dan kemudahan yang Engkau

tunjukkan kepada penulis. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini

juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Dalam

kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan

waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Yanti Nuraini, SP, MAgribuss selaku dosen penguji komisi pendidikan atas

segala kritik dan saran yang telah diberikan demi perbaikan skripsi ini.

4. Kedua orangtua tercinta. Terima kasih atas segalanya, tanpa kalian aku takkan

bisa seperti ini. Semoga karya ini dapat menjadi bukti kasih sayangku teruntuk

kalian.

5. Ir. Harmini, MSi selaku dosen pembiming akademik selama masa perkuliahan

di Departemen Agribisnis atas dukungan dan bimbingan akademik penulis.

6. Dosen-dosen dan Staf Departemen Agribisnis. Terimakasih atas semua ilmu

pengetahuan dan bantuan yang kalian berikan kepada penulis dan teman-

teman.

7. Bapak H.A. Zakaria selaku Ketua Gapoktan Silih Asih, Bapak Harry Kuswara

selaku Ketua Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, para petani dan

masyarakat sekitar Desa Ciburuy di Kecamatan Cigombong. Terima kasih atas

waktu, kesempatan, informasi, pelajaran, dan dukungan yang diberikan selama

penelitian.

8. Bapak H. Samsudin, Bapak Khoirul Anam, Ibu Santi, dan seluruh pihak

Lembaga Pertanian Sehat serta Instansi-instansi terkait atas waktu, informasi,

dan kesempatan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Kakak ku, Fitri Yuliani yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang serta

dukungan dan doa. Adik-adik ku Mahendra Ilham Prayogo dan Maharani

Syaputri atas segala keceriaan, penghiburan, serta semangat.

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

 

10. Mayasari selaku pembahas seminar, terima kasih atas masukan dan dukungan

baik saat perkuliahan maupun saat penyelesaian skripsi.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan, Evine, Anne, Dilla, Emil, dan Dea. Terima

kasih atas segala kebersamaan dan rasa persahabatan yang telah kalian berikan

selama ini. Semoga perjuangan dalam kebersamaan kita akan selalu ada.

12. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Selly, Khusnul, dan Ade untuk

masukan, semangat, dukungan dan doa dalam menyusun skripsi ini.

13. Teman-teman satu lokasi penelitian, Ribut, Agista, dan Lulus serta Tim

gladikarya Desa Sukaresmi, Bayu, Elva, Gladys, dan Puspi. Terima kasih atas

kerjasama, dukungan, dan kebersamaan kalian hingga menjadi pengalaman

yang berharga dan tak terlupakan bagi penulis.

14. Sahabat-sahabat dan teman-teman AGB 43,42,44 atas semangat,

kebersamaan, dan kekompakkan selama ini. Menjadi bagian dari orang-orang

cerdas dan kritis seperti kalian semua merupakan suatu motivasi bagi penulis

untuk terus berjuang ke arah yang lebih baik lagi. Dina, Firdy, Yani sebagai

teman satu pembimbing akademik. Anyez, Bale, Dida, Haris, Izil, Jiban,

Nanang, Okla, Rendi, Yuli atas kecerian, kebersamaan, kepedulian, doa dan

dukungan dalam menyusun skripsi. AGB Growing The Future !

15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas

bantuannya.

Bogor, Juni 2010

Wiwin Widiyani

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xvi

I PENDAHULUAN ................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................... 7 1.3 Tujuan ......................................................................... 11 1.4 Manfaat ...................................................................... 12 1.5 Ruang Lingkup ........................................................... 12

II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 13 2.1 Limbah Organik ......................................................... 13 2.1.1 Pengelolaan Limbah Organik ............................. 13 2.2 Pemupukan ................................................................. 14 2.2.1 Jenis Pupuk ....................................................... 15 2.2.1.1 Pupuk Anorganik ................................... 15 2.2.1.2 Pupuk Organik ....................................... 16 2.3 Kompos ...................................................................... 18 2.3.1 Bokashi ............................................................... 20 2.4 Pengolahan Limbah Organik Untuk Kompos ............ 21 2.4.1 Proses Pengomposan ......................................... 22 2.4.2 Laju Pengomposan ............................................ 23 2.4.3 Metode Pengomposan ....................................... 25 2.5 Pengusahaan Pupuk Kompos ..................................... 26 2.5.1 Perencanaan Pengusahaan Pupuk Kompos ........ 27 2.6 Tinjauan Studi Terdahulu ............................................. 28

III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 32 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................... 32 3.1.1 Analisis Kelayakan Proyek ................................ 32 3.1.2 Teori Biaya dan Manfaat .................................... 35 3.1.3 Analisis Kelayakan Investasi ............................. 37 3.1.4 Analisis Finansial ............................................... 37 3.1.5 Analisis Sensitivitas ........................................... 39 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................... 40

IV METODE PENELITIAN .................................................... 45 4.1 Lokasi dan Waktu ...................................................... 45 4.2 Data dan Instrumentasi ............................................... 45 4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................ 46 4.4 Metode dan Analisis Data .......................................... 46 4.5 Analisis Kelayakan Usaha............................................ 46 4.6 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) ................ 51 4.7 Asumsi Dasar yang Digunakan ................................... 52

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

xii

 

V GAMBARAN UMUM ......................................................... 55 5.1 Gambaran Umum Desa Ciburuy ................................ 55 5.1.1 Kondisi Fisik Desa Ciburuy ............................... 55 5.1.2 Potensi Pertanian ................................................ 55 5.2 Gambaran Umum Usaha ............................................. 56 5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha ..................... 56 5.2.2 Pengadaan Input ................................................. 59 5.2.3 Proses Produksi .................................................. 59 5.2.4 Pemasaran .......................................................... 66

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 68 6.1 Analisis Aspek-Aspek Non Finansial ......................... 68 6.1.1 Aspek Pasar ........................................................ 68 6.1.2 Aspek Teknis ...................................................... 77 6.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum .......................... 88 6.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ................. 91 6.1.5 Aspek Lingkungan ............................................. 93 6.2 Analisis Aspek Finansial ............................................. 94 6.2.1 Analisis Kelayalan Finansial Skenario I ............ 94 6.2.1.1 Inflow ..................................................... 94 6.2.1.2 Outflow ................................................... 97 6.2.1.3 Analisis Laba Rugi Usaha ...................... 111 6.2.1.4 Analisis Kelayakan Finansial ................. 112 6.2.1.5 Analisis Switching Value ....................... 114 6.2.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II .......... 116 6.2.2.1 Inflow ..................................................... 117 6.2.2.2 Outflow ................................................... 119 6.2.2.3 Analisis Laba Rugi Usaha ...................... 130 6.2.2.4 Analisis Kelayakan Finansial ................. 131 6.2.2.5 Analisis Switching Value ....................... 132 6.2.3 Perbandingan Laba Rugi .................................... 134 6.2.4 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial ........... 135 6.2.5 Perbandingan Hasil Analisis Switching Value ... 136

VII PENUTUP ............................................................................. 138 7.1 Kesimpulan ................................................................ 138 7.2 Saran ............................................................................ 139

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 140

LAMPIRAN ...................................................................................... 142

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kebutuhan dan Ketersediaan Pupuk di Indonesia Tahun 2008 4

2. Potensi Pasar Pupuk Organik di Indonesia Tahun 2009 .......... 5

3. Permintaan Pupuk Organik di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2008 ............................................................................ 9

4. Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7030-2004) .................. 19

5. Sumber-sumber Kompos dari Bahan Organik ....................... 20

6. Kandungan Nilai C/N Ratio Beberapa Bahan Organik Untuk Kompos ........................................................................ 24

7. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ................ 31

8. Jumlah Total Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha I (Kapasitas 12 ton/bulan) ........................................... 96

9. Nilai Sisa Investasi pada Skenario Usaha I (Kapasitas

12 ton/bulan) ........................................................................... 97

10. Rincian Biaya Investasi pada Skenario Usaha I (Kapasitas

12 ton/bulan) ........................................................................... 100

11. Rincian Biaya Reinvestasi pada Skenario Usaha I (Kapasitas

12 ton/bulan) ........................................................................... 101

12. Rincian Biaya Tetap pada Skenario Usaha I (Kapasitas

12 ton/bulan) ........................................................................... 104

13. Rincian Kebutuhan Bahan Baku dan Tenaga Kerja

untuk Kapasitas Produksi 1 ton dalam 1 petak ...................... 106

14. Rincian Biaya Variabel pada Skenario Usaha I (Kapasitas

12 ton/bulan) ........................................................................... 110

15. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha I

(Kapasitas 12 ton/bulan) ......................................................... 113

16. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I

(Kapasitas 12 ton/bulan) ......................................................... 114

17. Jumlah Total Produksi dan Nilai Penjualan Skenario II

(Kapasitas 21 ton/bulan) ......................................................... 118

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

xiv

 

18. Nilai Sisa Investasi pada Skenario Usaha II (Kapasitas

21 ton/bulan) ........................................................................... 119

19. Rincian Biaya Investasi pada Skenario Usaha II (Kapasitas

21 ton/bulan) ........................................................................... 121

20. Rincian Biaya Reinvestasi pada Skenario Usaha II

(Kapasitas 21 ton/bulan) ......................................................... 122

21. Rincian Biaya Tetap pada Skenario Usaha II (Kapasitas

21 ton/bulan) ........................................................................... 124

22. Rincian Biaya Variabel pada Skenario Usaha II (Kapasitas

21 ton/bulan) ........................................................................... 129

23. Rincian Pajak Penghasilan pada Skenario Usaha II

(Kapasitas 21 ton/bulan) ......................................................... 130

24. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha II

(Kapasitas 21 ton/bulan) ......................................................... 131

25. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha II

(Kapasitas 21 ton/bulan) ......................................................... 132

26. Perbandingan Hasil Laba Rugi ............................................... 135

27. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial ............................... 135

28. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value ....................... 136

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... 44

2. Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) Bogor ................ 57

3. Penumpukan dan Pengolahan Bahan Kompos ........................ 62

4. Penambahan Kapur Pertanian dan Penyiraman Kultur Bakteri 63

5. Pembalikkan Berulang Olahan Bahan Kompos ....................... 64

6. Pengayakan Pupuk Kompos ..................................................... 65

7. Pengemasan Pupuk Kompos .................................................... 65

8. Alur Pembuatan Pupuk Kompos OFER .................................. 66

9. Skema Saluran Distribusi Pupuk Kompos KKT Lisung Kiwari ......................................................................... 74

10. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari ................................ 81

11. Layout Lokasi Usaha Pupuk Kompos OFER .......................... 85

12. Layout Bangunan Pengomposan ............................................. 86

13. Mesin Pencacah Jerami ........................................................... 88

14. Struktur Organisasi Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari 90

15. Bahan Kompos ........................................................................ 162

16. Jerami ...................................................................................... 162

17. Arang Sekam ........................................................................... 162

18. Fermentasi Pengomposan ....................................................... 162

19. Pupuk Kompos Kemasan ........................................................ 162

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Harga Pokok Produksi Pupuk Kompos per kg ..................... 143

2. Cashflow Skenario Usaha I ................................................... 144

3. Cashflow Skenario Usaha II ................................................. 146

4. Laporan Laba Rugi Skenario Usaha I ................................... 148

5. Laporan Laba Rugi Skenario Usaha II .................................. 149

6. Cashflow Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Skenario Usaha I .................................................... 150

7. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario Usaha I .................................................... 152

8. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario Usaha I ................................................. 154

9. Cashflow Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Skenario Usaha II ................................................... 156

10. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario Usaha II .................................................. 158

11. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario Usaha II ............................................... 160

12. Dokumentasi ......................................................................... 162

 

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia memiliki peranan penting dalam

pembangunan ekonomi. Beberapa hal yang mendasari pentingnya pertanian di

Indonesia yaitu potensi keanekaragaman sumber daya alam, pemenuhan

kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, sektor riil pendapatan

nasional, dan basis pertumbuhan di perdesaan (Winangun 2005). Teori Malthus

mengatakan bahwa pertumbuhan populasi mempunyai kecenderungan meningkat

melebihi ketersediaan pangan. Hal ini turut mendorong para ahli untuk membuat

suatu terobosan yang mampu mengatasi kelangkaan pangan. Sebuah proyek pada

masa orde baru diadakan untuk memacu produktivitas dan mendorong

pembangunan pertanian yaitu gerakan revolusi hijau (Zaini 2008).

Gerakan revolusi hijau telah ada di dunia sejak tahun 1950-an atau setelah

Perang Dunia II dan di Indonesia mulai tahun 1970-an melalui kebijakan

intensifikasi pertanian yaitu program bimbingan massal atau bimas. Kebijakan

pemerintah pada saat itu merekomendasikan penggunaan energi luar, dengan

mendorong pemakaian benih varietas unggul (high variety yield), pemakaian

pupuk anorganik dan pestisida (Salikin 2003). Tujuan diadakannya program

tersebut dengan maksud dapat meningkatkan produktivitas pertanian secara cepat

untuk pertumbuhan penduduk yang cepat (Karama et.al. 1990, diacu dalam

Pirngadi 2008). Produktivitas padi saat itu mencapai 4,54 ton GKG per hektar

dengan umur panen <135 hari. Sedangkan pada masa pra revolusi hijau dengan

pengelolaan bahan organik secara in situ (di lokasi setempat), produktivitas masih

rendah 2,3 ton GKG per hektar dengan umur panen enam bulan (Makarim dan

Suhartatik 2006, diacu dalam Pirngadi 2008). Gerakan revolusi hijau mencapai

puncaknya yaitu dengan terwujudnya swasembada beras pada tahun 1984 (Zaini

2008).

Keberhasilan teknologi revolusi hijau yang dapat dilihat dalam waktu

singkat, ternyata menimbulkan kerugian-kerugian yang akan terlihat dalam jangka

panjang. Petani-petani tidak menyadari bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk

mencapai hal tersebut sangatlah tinggi terutama dalam bentuk ketergantungan

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

2  

                                                           

pemakaian pupuk anorganik, kerusakan lingkungan yang parah dan penurunan

tingkat kesuburan tanah. Pada tahun 1990-an gerakan revolusi hijau mencapai titik

baliknya karena dinilai gagal dan mulai banyak diprotes oleh masyarakat

(Winangun 2005).

Teknologi revolusi hijau telah membuat petani-petani Indonesia

tergantung terhadap penggunaan bibit unggul, pupuk anorganik, dan obat-obatan

kimia. Ketergantungan penggunaan pupuk anorganik secara intensif menyebabkan

perkembangan mikroorganisme di dalam tanah mati sehingga mikroorganisme

tersebut tidak lagi dapat menguraikan bahan organik. Akibatnya kandungan

organik tanah (humus) menurun drastis dan sisa-sisa pupuk yang tidak terserap

akar tanaman akan terakumulasi di dalam tanah, sehingga kondisi tanah menjadi

keras dan bergumpal. Produktivitas tanah sebagai daya dukung terhadap

ketersediaan air, hara dan kehidupan biota cenderung menurun. Pada kondisi

seperti ini bila tidak diatasi akan terjadi levelling off, yaitu kondisi dimana

pertambahan input tidak lagi mampu meningkatkan produksi tanaman. Dampak

dari pemakaian pestisida berbahan kimia pun menyebabkan hama menjadi kebal

(Oesman 2007).

Saat ini, diketahui lahan pertanian yang telah berubah menjadi kondisi

kritis mencapai 66 persen dari total 7 juta hektar lahan pertanian di Indonesia1).

Dilaporkan sebesar 73 persen lahan pertanian baik lahan sawah maupun lahan

kering mempunyai kandungan bahan organik yang rendah < 2 persen. Akibatnya,

produksi padi cenderung turun dan kebutuhan pupuk terus meningkat (Pirngadi

2008). Dilain pihak, kebijakan ekonomi oleh Menteri Perdagangan Marie

Pangestu yang mengizinkan ekspor pupuk lebih besar ke luar negeri telah

mendorong terjadinya kenaikan harga pupuk setiap kali musim tanam. Secara

ekonomi, kebijakan tersebut dirasa wajar dalam memaksimalkan keuntungan. Hal

ini disebabkan harga jual pupuk ke luar negeri jauh lebih mahal daripada ke petani

lokal. Misalnya harga pupuk urea bersubsidi di pasar dalam negeri hanya Rp

1.200,- per kg. Padahal harga pupuk urea di pasar internasional tahun 2008

diketahui mencapai Rp 4.000,- per kg. Namun, akibat dari kebijakan itu, pasokan

 1) Sakina, NN. 2009. Pencemaran Tanah Oleh Pupuk. Blog at WordPress.com. [Diakses

15 Desember 2009]

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

3  

                                                           

pupuk kepada petani menjadi berkurang sehingga harga pupuk di dalam negeri

meningkat lebih dari 40 persen2).

Upaya mengatasi dampak negatif dari sistem pertanian dengan

penggunaan bahan anorganik yang tinggi, Departemen Pertanian mencetuskan

sistem pertanian organik (organik farming) dengan tema “Go Organic 2010”

sebagai alternatif solusi dari masalah tersebut. Sistem pertanian organik

merupakan kegiatan usahatani secara menyeluruh mulai dari proses produksi (pra-

panen) sampai proses pengolahan hasil (pasca-panen) yang bersifat ramah

lingkungan dan dikelola secara alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis

dan rekayasa genetika, sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi

(IFOAM 2002, diacu dalam Hartatik et.al 2008). Menurut Salikin (2003), salah

satu model sistem pertanian lainnya yang juga berbasis organik adalah sistem

pertanian masukan luar rendah atau LEISA (Low External Input Sustainable

Agriculture). Metode LEISA tidak bertujuan memaksimalkan produksi dalam

jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan

mencukupi dalam jangka panjang. Adanya model LEISA dapat menghindari

penurunan produktivitas secara drastis, sebab penggunaan input luar masih

diperkenankan hanya bila hal tersebut sangat penting dan diperlukan untuk

melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam agroekosistem. Konsep pertanian

organik ini pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan

yang berbasis anorganik untuk disubstitusikan dengan bahan yang berbasis

organik.

Salah satu langkah nyata dari sistem pertanian organik ini adalah dengan

menambahkan pupuk organik/kompos ke lahan-lahan sawah. Penggunaan pupuk

kompos selain bermanfaat dalam mengurangi jumlah limbah organik juga dapat

mengurangi dosis pupuk dan pencemaran lingkungan. Kompos harus ditambahkan

dalam jumlah yang cukup hingga kandungan bahan organik kembali ideal seperti

semula. Berkembangnya isu pertanian berkelanjutan ramah lingkungan,

pencemaran, dan penurunan tingkat kesuburan lahan akibat pupuk anorganik telah

menyebabkan peningkatan kembali minat masyarakat dan petani dalam

 2) [MDR] Media Data Riset PT. 2009. Optimalisasi Industri Pupuk Menghadapi Krisis

Pupuk di Indonesia 2009. www.mediadata.co.id [Diakses 15 Desember 2009] 

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

4  

memanfaatkan kompos sebagai pupuk dan pembenah tanah dalam sistem

budidaya tanaman (Aminah et al. 2003). Selain itu, diketahui setiap tahun lebih

dari 165 juta ton bahan organik dihasilkan dari limbah panen tanaman pangan dan

hortikultura, namun potensi tersebut pada umumnya belum terkelola dengan baik

yaitu sekitar 75-80 juta ton digunakan untuk keperluan industri (kertas, karbon,

jamur merang) dan di sawah lebih banyak dibakar (Pirngadi et.al. 2006b,

Makarim dan Sumarno 2007, diacu dalam Pirngadi 2008). Hal ini dapat menjadi

suatu peluang potensial bagi pelaku industri pupuk dalam memanfaatkan

pergeseran minat dan potensi limbah untuk memenuhi kebutuhan petani terhadap

pupuk kompos.

Pupuk organik memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Diketahui

kebutuhan pupuk organik di Indonesia tahun 2008 mencapai 17 juta ton jauh lebih

besar dibanding kebutuhan pupuk anorganik yang hanya berkisar 1-5 juta ton.

Besarnya jumlah kebutuhan pupuk organik tersebut dikarenakan lahan pertanian

di Indonesia sudah berubah menjadi lahan kritis sehingga diperlukan pupuk

organik dalam jumlah besar untuk dapat mengembalikan fungsi daya dukung

lahan. Tabel 1 menunjukkan kebutuhan dan ketersediaan pupuk organik dan

anorganik di Indonesia tahun 2008.

Tabel 1. Kebutuhan dan Ketersediaan Pupuk di Indonesia Tahun 2008 Jenis Pupuk Kebutuhan (Ton) Ketersediaan Pupuk (Ton) Selisih (Ton) Urea 5.817.974 4.300.000 1.517.917SP-36 2.443.169 800.000 1.643.169ZA 1.164.744 700.000 464.744NPK 1.269.406 900.000 369.406Organik 17.000.000* 345.000 16.655.000

Sumber: Departemen Pertanian (2009) 3) Keterangan : * angka perkiraan

Berdasarkan Tabel 1, pada tahun 2008 terdapat selisih yang cukup besar

antara kebutuhan dan ketersediaan pupuk organik bila dibandingkan dengan jenis

pupuk lainnya yaitu sebesar 16.655.000 ton. Hal ini menunjukkan jumlah pupuk

organik yang dibutuhkan cukup besar untuk dapat memperbaiki kerusakan lahan                                                             

3) [DEPTAN] Departemen Pertanian. 2009. Statistik dalam Angka. www.deptan.go.id [Diakses 15 Desember 2009] 

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

5  

pertanian di Indonesia sehingga peluang usaha dalam bentuk penyediaan pupuk

organik masih potensial dan prospektif untuk diusahakan.

Pengelolaan industri pupuk di Indonesia sendiri sebagian besar dikelola

oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bekerjasama dengan sektor

swasta. Perkembangan jenis pupuk yang dihasilkan saat ini masih tergantung pada

penggunaan jenis pupuk untuk pertanian, yaitu jenis pupuk anorganik. Sedangkan

industri yang menghasilkan pupuk organik seperti kompos masih terbatas. Saat

ini, daerah penghasil pupuk organik hanya meliputi Bandung, Wonosobo,

Brastagi, dan Sulawesi Selatan4). Sementara hasil penelitian Puslittanah tentang

status kandungan unsur C Organik lahan pertanian di Indonesia terutama di daerah

Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Kalimantan, NTB, dan Sulawesi Selatan menunjukkan potensi kebutuhan pasar

akan pupuk organik yang cukup tinggi. Potensi pasar pupuk organik dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Potensi Pasar Pupuk Organik di Indonesia Tahun 2009

No Provinsi

Luas Areal (Ha) Potensi (Ton)

Total (Ton) Serapan (Ton)

Selisih (Ton) Tanaman

Pangan Hortiku

ltura Tanaman Pangan

Hortikultura

1. Sumbar 52.542 330 26.271 660 26.931 5.386 21.545

2. Sumsel 99.240 110 49.620 220 49.840 9.968 39.872

3. Jabar 173.700 1.660 86.850 3.320 90.170 18.034 72.136

4. Jateng 1.732.626 23.017 866.313 46.034 912.347 182.469 729.878

5. Jatim 2.689.947 56.199 1.344.974 112.398 1.457.372 291.474 1.165.898

6. Kalsel 81.875 556 40.938 1.118 42.056 8.411 33.645

7. NTB 183.750 8.160 91.875 16.320 108.195 21.639 86.556

8. Sulsel 583.000 4.305 291.500 8.610 300.110 87.022 213.088

Sumber : PT Petrokimia Organik (2009)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa total kebutuhan pasar akan

pupuk organik di masing-masing daerah lebih besar dibanding jumlah serapan

pupuk organik. Provinsi Jawa Barat menempati urutan kelima dalam selisih                                                             

4) [MDR] Media Data Riset PT. op.cit. Hal 3 

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

6  

jumlah permintaan potensial terhadap serapan permintaan pupuk organik yaitu

sebesar 72.136 ton pupuk organik. Dengan demikian, potensi pengembangan

industri pupuk di Indonesia khususnya Provinsi Jawa Barat lebih prospektif pada

usaha penyediaan pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Beberapa wilayah di Jawa Barat yang memiliki potensi pertanian dapat

menjadi lokasi yang tepat untuk mendirikan sebuah usaha pupuk kompos, salah

satunya adalah Kabupaten Bogor. Hal ini turut didukung oleh Dinas Pertanian

Kabupaten Bogor bersama Lembaga Pertanian Sehat yang sedang

mengembangkan sistem pertanian organik di kalangan petani. Upaya

pengembangan sistem pertanian organik diwujudkan oleh LPS melalui Program

Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) Bogor. Pada Program Pemberdayaan Petani

Sehat (P3S) tersebut, LPS melakukan pelatihan dan pembinaan dalam

memproduksi hasil pertanian yang berbasis ramah lingkungan seperti pupuk

kompos. Penyaluran Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) dilakukan dengan

cara membangun jejaring komunitas petani di berbagai kecamatan, salah satunya

yaitu Kecamatan Cigombong yang terdapat di Desa Ciburuy oleh Gabungan

Kelompok Tani Silih Asih.

Gapoktan Silih Asih menjadi bagian dari salah satu komunitas petani yang

ikut serta dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S). Hal ini

dikarenakan potensi limbah pertanian yang cukup besar sebagai bahan baku lokal

pembuatan kompos. Berdasarkan data potensi Desa Ciburuy, diketahui sebesar 21

ton per hektar jerami padi yang tersedia setiap kali panen. Besarnya material sisa

panen padi yang tersedia merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan usaha pembuatan pupuk kompos sebagai dasar dalam pengembangan

pertanian organik pada subsektor penyediaan input.

Pengusahaan pupuk kompos dikelola dan menjadi bagian dari unit usaha

Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari. KKT Lisung Kiwari

mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor berupa sebuah

mesin pencacah jerami yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah jerami.

Selain itu, unit usaha juga memanfaatkan bahan organik lainnya seperti arang

sekam, dedak halus serta campuran kotoran sapi dari luar desa. Hasil dari

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

7  

pengolahan bahan-bahan organik tersebut adalah pupuk kompos yang dibutuhkan

tanaman sebagai penambah unsur hara tanah.

1.2 Perumusan masalah

Berbagai permasalahan yang timbul akibat penggunaan pupuk anorganik

dengan dosis tinggi dalam sistem budidaya pertanian telah menyebabkan

masyarakat dan para petani beralih minat untuk menggunakan pupuk kompos

sebagai sebuah terobosan pertanian ramah lingkungan dalam memajukan kembali

produktivitas pertanian yang berkualitas dan berkelanjutan. Hal ini juga didukung

oleh Departemen Pertanian dalam rapat kerja teknisnya yang mencetuskan sistem

pertanian organik dengan tema “Go Organik 2010”. Salah satu wilayah yang turut

aktif berperan serta dalam upaya mendukung program “Go Organik 2010” adalah

Kabupaten Bogor.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat

yang sesuai untuk dijadikan sebagai wilayah untuk mendukung sistem pertanian

ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk kompos dan aplikasi teknologi

ramah lingkungan. Hal ini juga didukung oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bogor

itu sendiri yang melakukan kerjasama dengan pihak LPS-DD (Lembaga Pertanian

Sehat-Dompet Dhuafa) untuk mewujudkan secara nyata program organik tersebut

yaitu dengan mencanangkan Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) Bogor

yang diprakarsai oleh LPS.

Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2004 di tiga kecamatan di

Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Salah satunya terdapat di Kecamatan Cigombong

yang dilaksanakan Gapoktan Silih Asih. Salah satu program yang terdapat dalam

P3S ini yaitu transfer teknologi berupa pembuatan pupuk kompos yang dimiliki

LPS kepada petani binaan. Transfer teknologi yang dilakukan untuk membantu

petani dalam mencapai kemandiriannya terhadap aksesibilitas input pertanian.

Melihat perkembangan kemampuan produksi dan potensi pasar yang ada,

LPS berinisiasi untuk menjembatani kedua hal tersebut. LPS tidak hanya berperan

dalam transfer teknologi tetapi juga sebagai lembaga saluran pemasaran dan

distribusi produk yang dihasilkan petani binaan. Kondisi ini membuat Gapoktan

Silih Asih menjadikan kemampuan produksi tersebut sebagai sebuah

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

8  

pengusahaan. Gapoktan Silih Asih mendirikan pengusahaan pupuk kompos

melalui Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang berperan sebagai

lembaga perekonomian dari gapoktan tersebut. Pengusahaan pupuk kompos ini

menjadi salah satu dari unit usaha yang dimiliki KKT Lisung Kiwari.

Pendirian usaha pupuk kompos oleh unit usaha KKT Lisung Kiwari selain

sebagai salah satu upaya untuk mendukung program pertanian ramah lingkungan

juga sebagai bentuk pengembangan industri pupuk di wilayah tersebut. Sebagian

besar petani di Desa Ciburuy yang melakukan kegiatan pembuatan pupuk kompos

selama ini hanya digunakan untuk kebutuhannya sendiri dan belum

dikomersilkan. Keterbatasan modal dan pengetahuan yang dimiliki membuat para

petani belum termotivasi untuk menjadikannya sebagai sebuah usaha, disamping

risiko kerugian yang mungkin timbul dari suatu usaha. Pengusahaan pupuk

kompos oleh unit usaha KKT menjadi satu-satunya usaha pengomposan di Desa

Ciburuy yang mulai dijalankan secara komersil pada tahun 2006, dengan kapasitas

produksi rata-rata sebesar 12 ton per bulan berdasarkan luas petakan

pengomposan ukuran 50 m2. Pada wilayah Kabupaten Bogor juga terdapat dua

cluster binaan LPS lainnya yang memproduksi pupuk kompos yaitu Desa

Cibalung dan Desa Ciderung dengan kapasitas produksi yang sama sebesar 2 ton

per bulan. Cluster adalah satu cakupan petani dalam suatu wilayah.

Perkembangan usaha pupuk kompos itu terbilang fluktuatif selama dua

tahun awal produksinya tergantung jumlah pesanan yang diterima dari LPS.

Ketidakpastian jumlah pesanan dari LPS pada saat itu dikarenakan belum adanya

permintaan yang pasti pada pangsa pasar eksternal. Pada segmen pasar eksternal,

permintaan cenderung tidak stabil. Penyebabnya adalah tren harga jual tanaman

hias yang tidak menentu.

Pada tahun 2008 dimana tren tanaman hias sedang booming, LPS

melakukan pemesanan pupuk kompos sesuai kapasitas produksi yang dimiliki unit

usaha sebesar 12 ton per bulan. Peningkatan jumlah pesanan dikarenakan harga

jual tanaman hias yang tinggi sehingga permintaan pada pangsa pasar pun

cenderung meningkat. Para stakeholder tanaman hias berlomba-lomba untuk

menghasilkan tanaman hias yang bernilai tinggi dengan pemakaian input produksi

yang berkualitas. Permintaan pupuk kompos pada saat tren tanaman hias sedang

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

9  

booming mencapai 14 ton per bulan untuk wilayah Bogor dan Jakarta. Pemenuhan

kebutuhan dilakukan oleh cluster Desa Ciburuy sebanyak 12 ton dan sisanya

disediakan oleh dua cluster lainnya. Sementara permintaan pupuk organik untuk

Kota dan Kabupaten Bogor saja dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Permintaan Pupuk Organik di Kota dan Kabupaten Bogor Tahun 2008 Konsumen Permintaan Per Bulan

(kg) Permintaan Per Tahun

(kg) Aura Nursery 1.900 22.800Ciapus 2.150 25.800Alpa 1.950 23.400Suska 1.700 20.400Pesona DaunMas Asri 8.350 100.200Azza Florist 1.600 19.200Rika 1.600 19.200Flora Lestari Harmoni 1.550 18.600Rumah Tangga 1.400 16.800Total 22.200 266.400

Sumber : CV Saung Wira 2008, diacu dalam Khaddafy 2009

Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2008 dimana tren tanaman hias sedang

booming total permintaan pupuk organik di Kota dan Kabupaten Bogor saja

mencapai 266.400 kg per tahun. Dengan kapasitas produksi sebesar 12 ton per

bulan setara dengan 12.000 kg per bulan apabila hanya di pasarkan di Kota dan

Kabupaten Bogor pun belum mampu memenuhi permintaan yang mencapai

22.200 kg per bulan atau baru mampu memenuhi 54,05 persen pasar potensial.

Hal tersebut menunjukkan adanya permintaan pupuk organik yang cukup besar

ketika tren tanaman hias sedang bagus. Sedangkan ketika tren tanaman hias mulai

lesu seperti saat ini, permintaan sarana produksi pertanian mengalami penurunan

termasuk pupuk kompos yang turun menjadi 40 persen dari kondisi saat booming

atau hanya sebesar 5,6 ton per bulan.

Namun kondisi tersebut tidak membuat LPS mengurangi jumlah

pesanannya kepada unit usaha. Sejak tahun 2009, terjadi permintaan pada pasar

internal secara periodik sesuai dengan musim tanamnya, seperti petani padi

organik binaan LPS yang terdapat di Karawang (cluster Jati Sari dan Pedes).

Permintaan pupuk kompos oleh petani tersebut yang digunakan sebagai campuran

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

10  

saat penyemaian benih terjadi setiap tiga bulan sekali dan rata-rata mencapai 10

ton per cluster per musim tanam (tiga bulan). Ruang lingkup cluster petani binaan

yang membutuhkan pupuk kompos ini sebanyak lima cluster mencakup cluster

Brebes, Cianjur (dua cluster), dan Karawang (cluster Jati Sari dan Pedes). Total

permintaan potensial pada petani organik mencapai 50 ton per tiga bulan.

Besarnya permintaan pupuk kompos pada pasar internal dan pasar

eksternal mendorong LPS untuk terus melakukan pemesanan kepada unit usaha

KKT Lisung Kiwari. Saat ini, jumlah pesanan dari LPS mencapai 22,27 ton per

bulan. Namun pengusahaan pupuk kompos ini belum mampu memenuhi jumlah

pesanan yang ada dikarenakan kapasitas produksinya masih terbatas. Dengan

kapasitas produksi rata-rata sebesar 12 ton per bulan, unit usaha baru mampu

memenuhi 53,88 persen atau separuh dari jumlah pesanan tersebut. Hal ini

memperlihatkan kegiatan pengusahaan belum berkembang secara signifikan

walaupun umur usaha telah berjalan selama ± 4 tahun. Oleh karena itu, perlu

dilakukan analisis kelayakannya pada kondisi usaha tersebut untuk mengetahui

apakah usaha menguntungkan atau tidak agar tidak terjadi kerugian yang terlalu

lama. Mengingat, analisis kelayakan usaha hingga saat ini belum pernah

dilakukan karena keterbatasan pengetahuan dari pengelola unit usaha KKT Lisung

Kiwari.

Adanya potensi pasar dari LPS yang belum terpenuhi juga mendorong unit

usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan

kapasitas produksinya. Rencana peningkatan kapasitas produksi ini tentunya

memerlukan biaya investasi tambahan. Kondisi tersebut dapat menjadi sebuah

pertimbangan apakah rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi

usaha jauh lebih baik untuk dijalankan dan dapat mendatangkan keuntungan atau

tidak dibanding kondisi usaha saat ini sehingga perlu dianalisis kelayakannya.

Selain itu, kemungkinan terjadinya keadaan yang berubah-ubah pada

kegiatan usaha pupuk kompos turut mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan

diperoleh. Faktor yang dapat menyebabkan perubahan kondisi usaha

pengomposan ini yaitu faktor harga bahan baku, jumlah produksi, dan harga

output. Berdasarkan pengalaman usaha selama ini, perubahan kondisi usaha yang

pernah terjadi hanya sebatas pada faktor harga bahan baku berupa kotoran sapi.

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

11  

Variabel tersebut dapat berubah akibat pengaruh faktor cuaca. Bila musim hujan,

harga kotoran sapi cenderung lebih mahal dari harga normal karena kandungan

kadar air pada kotoran sapi menjadi lebih tinggi sehingga memerlukan perlakuan

yang lebih. Sedangkan pada faktor jumlah produksi dan harga output, variabel-

variabel tersebut tidak mengalami perubahan karena kapasitas produksi yang

terbatas dan penetapan harga jual dalam sistem kemitraan dengan LPS. Namun

demikian, tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan pada kedua faktor

lainnya tersebut yang mungkin dihadapi unit usaha akibat pasokan bahan baku

yang berkurang dan penurunan kualitas pupuk kandang. Oleh karena itu, perlu

dilakukan analisis sensitivitas dari usaha pupuk kompos ini apabila terjadi

perubahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat.

Berdasarkan pemaparan diatas maka masalah yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pengusahaan pupuk kompos KKT Lisung Kiwari di Desa Ciburuy

layak untuk dijalankan bila ditinjau dari aspek non finansial?

2. Bagaimana tingkat kelayakan finansial dari pengusahaan pupuk kompos yang

sedang berjalan saat ini dan pengembangan usaha?

3. Bagaimanakah tingkat sensitivitas pengusahaan pupuk kompos pada kondisi

saat ini dan rencana pengembangan usaha terhadap kenaikan harga bahan

baku, penurunan jumlah produksi dan harga jual pupuk kompos yang dapat

mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode switching value?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan

penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan pengusahaan pupuk kompos ditinjau dari aspek non

finansial.

2. Menganalisis tingkat kelayakan finansial pengusahaan pupuk kompos KKT

Lisung Kiwari pada kondisi saat ini dan rencana pengembangan usaha.

3. Menganilisis tingkat sensitivitas pengusahaan pupuk kompos KKT Lisung

Kiwari pada kondisi saat ini dan rencana pengembangan usaha terhadap

kenaikan harga bahan baku, penurunan jumlah produksi dan harga jual pupuk

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

12  

kompos yang dapat mempengaruhi usaha dengan menggunakan metode

switching value.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Penulis dalam mengidentifikasi, menganalisis, serta menemukan alternatif

solusi sebagai bentuk aplikasi ilmu yang diperoleh pada masa perkuliahan.

2. Koperasi dan LPS sebagai informasi tambahan mengenai kelayakan dari usaha

yang sedang dijalankannya dan pada saat pengembangan usaha.

3. Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai referensi untuk mengembangkan

kegiatan industri pupuk kompos di Kabupaten Bogor.

4. Masyarakat sebagai referensi tambahan ketika ingin mendirikan sebuah usaha

pengomposan atau memperbaiki usaha yang telah dijalankan.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian hanya difokuskan pada analisis kelayakan pengusahaan pupuk

kompos oleh unit usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari dalam

memanfaatkan berbagai limbah pertanian dari sisa hasil panen padi bebas

pestisida seperti jerami, arang sekam, dedak halus serta campuran kotoran sapi

yang diperoleh dengan membeli dari luar desa. Unit usaha Koperasi Kelompok

Tani (KKT) Lisung Kiwari merupakan wadah petani mitra binaan Lembaga

Pertanian Sehat (LPS) di bawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan

Dompet Dhuafa Republika di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten

Bogor. Dalam kaitan dengan analisis usaha, Lembaga Pertanian Sehat (LPS) yang

menjalin mitra dengan para petani berperan sebagai lembaga saluran pemasaran

dan distribusi produk yang dihasilkan petani binaan disamping mengembangkan

produk pertanian ramah lingkungan yang mudah diaplikasikan oleh petani,

pemberdayaan petani dalam membangun komunitas petani, pelatihan dan

pembinaan dalam memproduksi hasil pertanian yang berbasis ramah lingkungan.

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Organik

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga) yang lebih dikenal sebagai sampah

dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,

limbah terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan

konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif

terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan

penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh

limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Beberapa karakteristik

limbah yaitu : (1) berukuran mikro; (2) dinamis; (3) berdampak luas

(penyebarannya); (4) berdampak jangka panjang (antar generasi).

Menurut Hadiwijoto (1983), limbah organik merupakan limbah yang

terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam

atau dihasilkan dari kegitan pertanian, perikanan dan lainnya. Limbah organik ini

dapat diuraikan dalam proses alami. Limbah yang dihasilkan dari rumah tangga

sebagian besar merupakan bahan organik.

2.1.1 Pengelolaan Limbah Organik

Menurut Hadisuwito (2007), terdapat beberapa alternatif pengelolaan

limbah organik yaitu :

1. Penumpukan

Pada metode ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung,

tetapi dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan bersifat

murah dan sederhana, tetapi sangat berisiko karena bisa menimbulkan penyakit

dan menyebabkan pencemaran.

2. Pembakaran

Metode ini memang yang paling sering dilakukan masyarakat. Namun,

cara ini sebaiknya dilakukan hanya untuk sampah yang dapat terbakar habis.

Selain itu, lokasi pembakaran berada di tempat yang jauh dari pemukiman.

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

14

 

Mengingat, sampah yang dibakar ternyata dapat menghasilkan dioksin, yaitu

ratusan jenis senyawa kimia berbahaya seperti CDD (chlorinated dibenzo-p-

dioxin), CDF (chlorinated dibenzo furan), dan PCB (poly chlorinated biphenyl).

3. Sanitary Landfill

Metode ini khusus diberlakukan untuk tempat pembuangan akhir ketika

lahan yang disediakan telah penuh terisi sampah. Caranya yaitu dengan membuat

cekungan baru untuk mengubur sampah yang diatasnya ditutupi tanah.

4. Pengomposan

Metode ini merupakan langkah sederhana yang tidak menimbulkan efek

samping bagi lingkungan, tetapi memberi nilai tambah bagi sampah, khususnya

sampah organik. Pengelolaan sampah dengan cara pengomposan atau

mengubahnya menjadi pupuk merupakan alternatif terbaik. Namun demikian,

menurut data Kementrian Lingkungan Hidup, sampah organik yang dikomposkan

baru berkisar 1-6% sedangkan sisanya lebih banyak dibakar, ditimbun, atau

dibuang ke sungai dan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

2.2 Pemupukan

Pupuk dapat dikatakan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanah

agar dapat menambah unsur-unsur atau zat makanan yang diperlukan tanah baik

secara langsung atau tidak langsung. Dengan demikian, pemupukan pada

umumnya bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah,

dimana secara langsung atau tidak langsung akan dapat menyumbangkan bahan

makanan kepada tanaman yang tumbuh di tanah tersebut.

Pemupukan adalah tindakan yang mempengaruhi hubungan tanah dengan

tumbuh-tumbuhan. Tanah dan tumbuh-tumbuhan merupakan dwi tunggal yang

tak bisa dipisahkan. Seperti halnya tumbuh-tumbuhan, tanah juga harus dipandang

sebagai perantara yang hidup bukan sebagai suatu medium atau bahan perantara

yang pasif. Hal itu karena pada hakekatnya yang langsung dipupuk bukan

tanamannya melainkan tanahnya.

Dalam pemupukan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

mengenai jenis zat apa yang dibutuhkan oleh tanah agar dapat mencapai hasil

tanaman yang maksimal. Selain itu, jumlah dan perbandingan zat serta pengaruh

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

15

 

apa yang ditimbulkannya terhadap bagian-bagian dan sifat-sifat tanah serta tanam-

tanaman.

Pupuk juga mempunyai pengaruh yang tidak langsung terhadap

produktivitas tanah dan tanaman. Pupuk organik dapat membebaskan kation-

kation dari ikatan-ikatan adsorbsif menjadi ion-ion bebas yang tersedia bagi

tanaman. Ini disebabkan oleh adanya asam arang yang tinggi yang ada di

dalamya, berkat peruraian pupuk tersebut. Pemupukan dengan pupuk kandang,

kompos, dan pupuk hijau juga mengakibatkan tanah-tanah yang ringan

strukturnya menjadi lebih baik, daya mengikat air menjadi lebih tinggi, sedangkan

tanah-tanah yang berat menjadi lebih ringan. Pengaruh garam Calcium juga

sangat penting terhadap struktur tanah sebab ion-ion Calcium dapat

mengumpulkan kolloid-kolloid tanah, sehingga struktur tanah menjadi beremah.

Tetapi ion-ion Natrium mempunyai pengaruh sebaliknya, yaitu memperbesar

dispersitas kolloid tanah. Jadi bila dilakukan pemupukan dengan Natrium terus-

menerus, struktur tanah akan menjadi lebih berat. Kolloid tanah menjadi lebih

plastis dan tanah yang berat menjadi lebih berat lagi. Jadi pengaruh garam-garam

Natrium terhadap struktur tanah berakibat tidak baik (Murbandono 1993).

2.2.1 Jenis Pupuk

Beragam jenis dan bentuk pupuk yang dibedakan berdasarkan atas: (1)

terjadinya yaitu pupuk alam dan pupuk buatan; (2) susunan kimiawinya yaitu

pupuk tunggal, pupuk majemuk, pupuk Ca dan Mg; (3) susunan kimiawinya yang

berkenaan dengan perubahan-perubahan di dalam tanah yaitu pupuk organik dan

pupuk anorganik (Murbandono 1993).

2.2.1.1 Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral yang telah

diubah melalui proses produksi, sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah

diserap tanaman. Pupuk anorganik juga bisa diproduksi dengan pengolahan pabrik

(Hadisuwito 2007).

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

16

 

Sutedjo (1994) menjelaskan bahwa pupuk anorganik sangat dikenal dan

disukai di daerah tropik, terutama negara dengan penduduk yang melakukan

usaha di bidang pertanian. Hal ini disebabkan oleh :

1. Pupuk anorganik sangat praktis dalam penggunaannya, artinya pemakaian

dapat disesuaikan dengan perhitungan hasil penyelidikan defisiensi unsur hara

yang tersedia dalam kandungan tanah.

2. Penyedia pupuk anorganik bagi para pemakainya dapat meringankan ongkos-

ongkos angkutan, mudah didapat, dapat disimpan lama.

2.2.1.2 Pupuk Organik

Marsono dan Sigit (2002) menjelaskan bahwa pupuk organik sering juga

disebut sebagai pupuk alam, sebab sebagian besar pupuk ini berasal dari alam.

Kotoran hewan, sisa tanaman, limbah rumah tangga, dan batu-batuan merupakan

bahan dasar pupuk organik. Beberapa jenis pupuk organik masih ada yang benar-

benar alami tanpa sentuhan teknologi, tetapi tidak sedikit pula pupuk organik yang

telah diproses dengan teknologi modern sehingga muncul dalam bentuk, rupa, dan

warna yang jauh berbeda dengan bahan dasarnya. Beberapa produsen pupuk

organik ada juga yang menambahkan komponen atau bahan lain ke dalam

produknya kemudian dikemas dan diproduksi secara komersial. Dengan kemasan

yang menarik, pupuk organik dapat sejajar dengan pupuk anorganik.

Pupuk organik dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan cara

pembentukannya, yaitu pupuk organik alami dan pupuk organik buatan. Pupuk

organik alami merupakan pupuk organik yang bahan-bahannya langsung diambil

dari alam dan benar-benar alami, seperti dari sisa hewan, tumbuhan, serta tanah,

tanpa penambahan unsur hara lain untuk melengkapi atau meningkatkan

kandungan unsur haranya. Kandungan unsur hara pupuk ini tergantung pada jenis

bahan, kondisi pemeliharaan, proses pembuatan, dan cara penyimpanannya. Jenis

pupuk organik alami ada enam macam, yaitu:

1. Pupuk kandang

Pupuk kandang berasal dari hasil pembusukan kotoran hewan, baik itu

berbentuk padat (berupa feses atau kotoran) maupun cair (berupa air seni atau

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

17

 

kencing), sehingga warna rupa, tekstur, bau, dan kadar airnya tidak lagi seperti

asli.

2. Pupuk Kompos

Kompos adalah sampah organik yang telah mengalami proses pelapukan

atau dekomposisi akibat adanya interaksi mikroorganikme yang bekerja di

dalamnya. Bahan-bahan organik yang biasa dipakai bisa berupa dedaunan,

rumput, jerami, sisa ranting atau dahan pohon, kotoran hewan, kembang yang

telah gugur, air kencing hewan, kotoran hewan, dan sampah daur ulang.

3. Humus

Humus mirip dengan kompos, tetapi proses pelapukan bahan organiknya

terjadi secara alami. Bahan dasar humus umumnya berupa sisa-sisa tanaman yang

telah melapuk di kawasan hutan. Seperti halnya pupuk kandang dan kompos,

kandungan unsur hara dalam humus cukup baik. Humus mengandung unsur hara

makro N, P, dan K, juga mengandung unsur-unsur hara mikro.

4. Pupuk Hijau

Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman

tertentu yang dibenamkan di dalam tanah dalam kondisi segar. Tujuannya untuk

menambah bahan organik tanah dan unsur hara tanah, terutama nitrogen.

Tanaman yang digunakan adalah jenis yang mempunyai kemampuan mengikat

nitrogen bebas di udara dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat diserap

tanaman. Tanaman yang mempunyai kemampuan seperti ini yaitu tanaman dari

keluarga kacang-kacangan atau polong-polongan (Leguminoseae).

5. Kascing

Kascing adalah pupuk organik yang melibatkan cacing tanah dalam proses

penguraian atau dekomposisi bahan organik. Walaupun sebagian besar penguraian

dilakukan oleh jasad renik, kehadiran cacing justru membantu memperlancar

proses dekomposisi. Proses pengomposan dengan melibatkan cacing tanah

tersebut dikenal dengan istilah vermi-composting. Sementara hasil akhirnya

disebut kascing (bekas cacing).

6. Pupuk Guano

Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran unggas liar,

termasuk kelelawar. Sedangkan pupuk dari kotoran ayam, itik, atau merpati

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

18

 

peliharaan tidak termasuk di dalamnya. Karena itu, pupuk ini dikenal pula sebagai

pupuk burung. Pupuk guano merupakan hasil pelapukan batuan dan kotoran

burung yang ada di dalam goa-goa alam. Jenis pupuk ini tergolong langka,

sehingga sulit ditemukan di pasaran.

Sedangkan pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang dibuat

dengan sentuhan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman yang

bersifat alami atau nonkimia, berkualitas baik dengan bentuk, ukuran, dan

kemasan yang praktis, mudah didapat, didistribusikan dan diaplikasikan, serta

dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan teratur. Kandungan haranya juga

tidak lagi bergantung pada bahan baku organik yang digunakan melainkan sudah

disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Pupuk organik buatan ini terdiri dari

dua bentuk, yaitu padat dan cair.

Marsono dan Sigit (2002) menjelaskan bahwa sifat pupuk organik

memiliki kelebihan yang tidak dapat ditandingi oleh jenis pupuk lain, yaitu

mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik sehinggga pertumbuhan

akar tanaman lebih baik pula. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah, bahan

organik pada pupuk dirombak oleh mikroorganikme pengurai menjadi senyawa

anorganik yang mengisi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk

organik sangat berperan dalam mengatasi masalah kekurangan air di musim

kering karena bahan organik mampu menyerap air dua kali dari bobotnya.

2.3 Kompos

Kompos berasal dari bahasa Latin componere dan dalam bahasa Inggris

disebut compost, artinya mengumpulkan, menaruh semua bahan di suatu tempat,

menumpuk semua bahan menjadi satu campuran bahan. Kompos adalah hasil

akhir peruraian atau penghancuran oleh mikro dan makroorganisme pada bahan

campuran yang berasal dari tanaman (daun, cabang/ranting, batang, buah, dan

lain-lain), kotoran ternak, dan kotoran manusia (tinja, urine) yang siap digunakan

untuk pemupukan (Winangun 2005).

Menurut Murbandono (1993), kompos ialah bahan organik yang telah

menjadi lapuk, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak

padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan. Di lingkungan

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

19

 

alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput,

daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama-kelamaan membusuk

karena kerjasama antara mikroorganik dengan cuaca. Proses tersebut juga bisa

dipercepat oleh perlakuan manusia hingga menghasilkan kompos yang berkualitas

baik dalam waktu tidak terlalu lama. Contoh standar kualitas kompos tercantum

dalam Tabel 4.

Tabel 4. Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7030-2004)

Kandungan Baku Bahan Organik (%) 27-58 Kadar Air (%) <50 Total N (%) >0,40 Karbon (%) 9,80-32,00 Imbangan C/N 10-20 P (%) >0,10 K (%) >0,20 pH 6,80-7,49

Sumber : Murbandono (1993)

Aminah et al. (2003) mengemukakan mengenai keunggulan-keunggulan

kompos yang tidak dapat digantikan oleh pupuk anorganik, yaitu :

a. Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan

perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara.

b. Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah dapat

menyimpan air lebih lama dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah.

c. Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara.

d. Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah

seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.

Menurut Sutanto (2002), karakterisasi kompos yang telah selesai

mengalami proses dekomposisi sebagai berikut :

1. Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah

2. Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi

3. Nisbah C/N berkisar 10–20, tergantung dari komposisi bahan baku dan derajat

humifikasinya

4. Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

20

 

5. Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan

6. Tidak berbau

Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang

mengandung karbon dan nitrogen. Pada Tabel 5 disajikan bahan-bahan yang

umum dijadikan bahan baku pengomposan.

Tabel 5. Sumber-sumber Kompos dari Bahan Organik Asal Bahan

1. Pertanian • Limbah dan residu tanaman • Limbah dan residu ternak

• Pupuk Hijau

• Tanaman air

• Penambat nitrogen

Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa. Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, tepung tulang, cairan biogas. Gliriside, terrano, mukuna, turi, lamtoro, centrosema, albisia. Azola, ganggang biru, rumput laut, enceng gondok, gulma air. Mikroorganisme, Mikoriza, Rhizobium biogas.

2. Industri • Limbah padat • Limbah Cair

Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan. Alkohol, limbah pengolahan kertas, bumbu masak (MSG), limbah pengolahan minyak kelapa sawit (POME)

3. Limbah rumah tangga • Sampah

Tinja, urin, sampah rumah tangga dan sampah kota

Sumber : Sutanto (2002)

2.3.1 Bokashi

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau

peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganikms 4).

Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat

dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

21

 

konvensional. EM4 juga dapat menekan pertumbuhan patogen tanah,

mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan

unsur hara pada tanaman, meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang

menguntungkan, serta mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia

(Djuarnani et.al. 2006)

Cairan EM4 mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri

fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat

diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput,

tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan

yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak

karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.

Pada prinsipnya, peranan bokashi hampir sama dengan pupuk kompos

lainnya, namun bokashi EM4 pengaruhnya dipercepat dengan adanya

penambahan Effective Microorganikms 4 (EM4). Keuntungan penggunaan

bokashi adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman meskipun

bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos. Bila bokashi dimasukan ke

dalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai substrat oleh

mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak dalam tanah, sekaligus sebagai

tambahan persediaan unsur bagi tanaman (Sutanto 2002).

2.4 Pengolahan Limbah Organik Untuk Kompos

Salah satu unsur pembentuk tanah adalah bahan organik. Sebelum

mengalami proses perubahan, bahan organik yang terbentuk dari sisa tanaman dan

hewan tidak berguna bagi tanaman karena unsur hara terikat dalam bentuk yang

tidak dapat diserap oleh tanaman. Oleh sebab itu, perlu dikomposkan terlebih

dahulu agar unsur hara makanan bebas menjadi bentuk yang larut dan dapat

diserap tanaman melalui proses perubahan dan peruraian bahan organik. Bahan

organik yang akan digunakan sebagai pupuk, sebaiknya mempunyai perbandingan

C/N yang mendekati C/N tanah sebesar 10-12. Sisa-sisa tanaman yang masih

segar pada umumnya memiliki C/N tinggi sehingga belum bisa langsung

digunakan sebagai kompos. Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau

mendekati C/N tanah tentu dapat langsung digunakan. Tetapi sebelum digunakan

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

22

 

                                                           

sebagai pupuk, sebaiknya dikomposkan terlebih dahulu agar C/N-nya menjadi

lebih rendah dan mandekati C/N tanah (Murbandono 1993).

2.4.1 Proses Pengomposan

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian

secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan

organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan

mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses

ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,

pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik

maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator

pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting

Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko

Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganikm) atau

menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap

aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri5).

Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap,

yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen

dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh

mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.

Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan

meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu

tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu

mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada kondisi ini terjadi

dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di

dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik

menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka

suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi

pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus.

 5) Isroi. 2008. Kompos. http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos [Diakses 15 Desember 2009]

 

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

23

 

Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa

bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen)

atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah

proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi

bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen

yang disebut proses anaerobik. Pengomposan secara anaerobik memanfaatkan

mikroorganikme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan

organik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan

akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan

senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam

asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S (Sutanto 2002).

2.4.2 Laju Pengomposan

Aminah et al. (2003), terdapat beberapa faktor penting yang

mempengaruhi laju dalam pembuatan kompos adalah :

1. C/N ratio dalam bahan

Setiap bahan organik mengandung unsur C (Karbon) dan N (Nitrogen)

dalam komposisi yang berbeda antara bahan satu dengan lainnya yang dinyatakan

dengan C/N Ratio. Nilai C/N ratio tersebut berpengaruh terhadap proses

pengomposan. Apabila nilai C/N ratio suatu bahan semakin tinggi maka semakin

lambat bahan tersebut untuk diubah menjadi kompos, sebaliknya nilai C/N ratio-

nya semakin rendah maka akan mempercepat laju pengomposan.

Idealnya bahan-bahan yang akan dikomposkan bernilai C/N ratio 30:1.

Pada nilai tersebut diperlukan waktu sekitar 1 bulan untuk mengubah bahan

menjadi kompos. Namun demikian, di alam tidaklah mudah memperoleh bahan

yang memiliki C/N ratio 30:1. Untuk memperoleh bahan-bahan dengan C/N ratio

mendekati angka tersebut, disarankan mencampur beberapa bahan. Kandungan

nilai C/N ratio pada beberapa bahan organik dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

24

 

Tabel 6. Kandungan Nilai C/N Ratio Beberapa Bahan Organik Untuk Kompos Bahan C/N Ratio

Sisa Makanan 15:1

Bubuk Gergaji, Kayu, Kertas 400:1

Jerami 80:1

Dedaunan 50:1

Sisa-sisa Buah-buahan 35:1

Pupuk Kandang Kering 20:1

Bonggol Jangung 60:1 Sumber : Michel et al. 1999, diacu dalam Aminah 2003

2. Ukuran bahan yang dikompos

Ukuran bahan yang dikompos juga berpengaruh terhadap laju

pengomposan. Ukuran bahan organik yang semakin kecil menjadikan proses

pengomposan akan berlangsung lebih cepat sebab semakin kecil ukuran bahan

maka semakin luas pula permukaan yang dapat dirombak oleh mikroba pengurai.

3. Aerasi

Aerasi merupakan faktor yang juga mempercepat proses pengomposan.

Proses pengomposan dapat berlangsung dalam suasana aerob dan anaerob. Dalam

aktivitasnya merombak bahan organik pada suasana aerob, mikroba aerobik

memerlukan oksigen, sedangkan mikroba anaerobik tidak memerlukan oksigen.

Proses pengomposan yang berlangsung secara anaerob, menimbulkan bau busuk

akibat terlepasnya gas amonia dan membutuhkan waktu yang lama. Untuk

memberikan cukup aerasi dalam pengomposan dapat dilakukan dengan cara

menyediakan celah-celah kosong di bagian bawah tumpukan bahan untuk

memudahkan sirkulasi udara.

4. Kelembaban

Keadaan lingkungan yang lembab sangat diperlukan dalam aktivitas

mikroba pengurai sehingga pengaturan kelembaban perlu dilakukan dalam

pembuatan kompos. Kelembaban optimal yang disarankan adalah 40-60%. Bahan

yang kering akan menghambat proses dekomposisi sedangkan bahan yang terlau

basah akan menghambat aerasi yang pada akhirnya juga akan menghambat proses

penguraian oleh mikroba.

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

25

 

5. Suhu

Tinggi rendahnya suhu tergantung dari bahan-bahan yang dikompos.

Bahan dengan C/N ratio tinggi akan sulit mencapai suhu tinggi, sebaliknya bahan

dengan C/N ratio rendah akan dengan cepat mencapai suhu tinggi. Semakin tinggi

suhu yang bisa dicapai akan semakin cepat pula proses pengomposan.

Pengomposan akan berlangsung efisien jika dapat mencapai suhu sekurang-

kurangnya 600C.

2.4.3 Metode Pengomposan

Aminah et al. (2003), terdapat beberapa metode pengomposan yang telah

dikembangkan dan dipraktekkan di Indonesia, antara lain :

a. Metode Indore

Metode ini dibedakan menjadi dua, yakni (1) Indore heap method (bahan

dikompos di atas tanah) dan (2) Indore pit method (bahan dipendam di dalam

tanah). Metode Indore sesuai diterapkan di daerah yang bercurah hujan tinggi.

Lama proses pengomposan lebih kurang 3 bulan. Pada Indore heap method,

bahan-bahan kompos ditimbun secara berlapis-lapis setebal 10-25 cm dan bagian

atasnya ditutupi kotoran ternak yang tipis untuk mengaktifkan proses, kemudian

disiram dengan campuran pupuk kandang dan abu. Pada Indore pit method,

dilakukan penggalian tanah pada tempat yang relatif tinggi dan mempunyai

pengaturan yang baik, bahan dasar kompos yang mudah terdekomposisi disebar

secara merata di dalam lubang galian dan bahan disusun berlapis-lapis serta

dilakukan pembasahan secukupnya. Pembalikan dilakukan pada hari ke 15, 30,

dan 60.

b. Metode Barkeley

Metode ini ditujukan untuk bahan kompos yang berselulosa tinggi (C/N

ratio tinggi) seperti jerami, alang-alang, dll yang dikombinasikan dengan bahan

kompos yang C/N ratio-nya rendah. Bahan kompos ditimbun secara berlapis-lapis

dengan lapisan paling bawah adalah bahan kompos yang C/N ratio-nya paling

rendah diikuti oleh bahan yang C/N ratio-nya tinggi, begitu seterusnya sampai

mencapai ketinggian yang diinginkan. Pembalikan dilakukan pada hari ke tujuh

dan sepuluh. Dalam tiga minggu kompos telah masak dan siap diaplikasikan.

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

26

 

c. Metode Jepang

Pada metode Jepang pengomposan juga dilakukan penumpukan seperti

halnya pada metode pit, namun sebagai pengganti lubang galian digunakan bak

penampung yang terbuat dari kawat, atau bambu, atau kayu yang disusun secara

bertingkat. Bagian dasar bak dilapisi bahan kedap air guna menghindarkan

terjadinya pencucian unsur hara ke dalam tanah dibawahnya. Keunggulan metode

Jepang adalah bak yang diletakkan di atas permukaan tanah akan memudahkan

pengadukan, sedangkan dasar yang kedap air dapat mengurangi kehilangan unsur

N selama pengomposan.

2.5 Pengusahaan Pupuk Kompos

Di Indonesia, produktifitas lahan sawah kita, rata-rata hanya 4 ton Gabah

Kering Panen (GKP) per hektar per musim tanam. Sementara petani Thailand

sudah bisa mencapai rata-rata 6 ton GKP per hektar per musim tanam. Rahasianya

ada di kualitas benih dan pemupukan. Untuk mencapai hasil rata-rata 6 ton GKP,

diperlukan aplikasi pemupukan organik minimal 3 ton per hektar per musim

tanam. Untuk kondisi tanah sawah di Jawa yang telah terlanjur rusak karena

keracunan nitrogen akibat pemupukan urea dosis tinggi, diperlukan aplikasi

kompos minimal 5 ton per hektar per musim tanam. Baru pada musim-musim

tanam berikutnya, dosis kompos itu pelan-pelan diturunkan hingga menjadi 3 ton

per hektar per musim tanam.

Perhitungan secara sederhananya, untuk menghasilkan satu satuan volume

produk panen, diperlukan pupuk organik separo dari angka hasil panen tersebut.

Jagung hibrida yang hasilnya 8 ton jagung pipilan kering misalnya, memerlukan

pupuk kompos sebanyak 4 ton per hektar per musim tanam. Jadi kalau produksi

gabah nasional kita sekitar 50 juta ton dan jagungnya 10 juta ton per tahun, maka

total jumlah kompos atau pupuk organik lain yang diperlukan untuk padi dan

jagung tersebut akan mencapai 30 juta ton per tahun. Penggunaan pupuk organik

ini akan bisa menurunkan kebutuhan pupuk anorganik tanpa memperkecil hasil

panen. Selain itu, kompos juga dapat meningkatkan volume produksi sekitar 20%

dari hasil optimal sebelum pupuk organik digunakan. Kalau nilai kompos untuk

jagung dan padi tadi Rp 100.000,- per ton, maka omset dari industri kompos untuk

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

27

 

                                                           

padi dan jagung saja, akan mencapai Rp 3 trilyun per tahun. Pupuk anorganik

yang bisa dihemat sekitar 2.000.000 ton. Dengan harga pupuk anorganik Rp

1.000.000,- per ton, maka penghematan pupuk anorganik akan mencapai Rp 2

trilyun per tahun. Sementara peningkatan hasil panen akan mencapai 20% dari 60

juta ton = 12 juta ton. Dengan harga Rp 1.000.000,- per ton maka nilai

peningkatan hasil panen padi dan jagung akan mencapai Rp 12 trilyun per tahun.

Angka tersebut baru mengacu pada asumsi aplikasi kompos untuk padi

dan jagung. Belum memperhitungkan komoditas-komoditas lain seperti singkong,

kedelai, kacang tanah dan produk hortikultura, terutama sayuran dan buah-

buahan. Jadi tampak betapa strategisnya industri kompos bagi sebuah negara

agraris seperti Indonesia6).

2.5.1 Perencanaan Pengusahaan Pupuk Kompos

Pupuk tanaman bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan, karena

berkaitan erat dengan produktivitas tanaman dan berpengaruh terhadap hasil

panennya. Kondisi negara Indonesia sebagai negara tropis, mendukung proses

pembuatan pupuk tanaman khususnya pupuk organik dari bahan sisa tanaman

maupun kotoran ternak hewan. Beberapa faktor yang dapat menjadi pertimbangan

dalam merencanakan pendirian sebuah usaha pengolahan pupuk kompos7), yakni:

1. Lokasi Produksi

Jika ingin memulai usaha produksi sebaiknya mencari lokasi yang dekat

dengan lokasi bahan baku dan lokasi pasar, karena untuk mengurangi biaya

transportasi, baik dalam pembelian bahan baku maupun penjualan produk.

Misalnya dekat dengan peternakan hewan, seperti daerah sepanjang Pantura,

seluruh Pulau Jawa, areal peternakan di Jawa Timur, Tapanuli, Aceh, Bengkulu,

NTT, Irian Jaya yang memilki babi, hingga Sulawesi Selatan. Daerah penghasil

pupuk alami saat ini yakni Bandung, Wonosobo, Brastagi, dan Sulawesi Selatan.

 

6) [FKA] Forum Kerjasama Agribisnis. 2008. Membangun Industri Kompos Komersial. http://foragri.blogsome.com/membangun-industri-kompos-komersial/. [Diakses 19 Desember 2009]

7) [KADINJATENG] Kamar Dagang dan Industri Provinsi Jawa Tengah. 2009. Tabloid Peluang Usaha-Usaha Pupuk Kompos dan Bahan Pendukung Tanaman. Tabloid Peluang Usaha. http://www.kadinjateng.com/12 [Diakses 19 Desember 2009]  

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

28

 

2. Teknologi

Pelaku usaha sebaiknya selalu meng-update teknologi baru pembuatan

pupuk. Misalnya, untuk di kota produksi kompos lebih ditempat tertutup ataupun

menggunakan zat peredam bau berupa bahan karbon seperti penggembur Green

Phoskko (bulking agent) yang cara kerjanya menyerap bakteri pathogen penyebab

bau yang berasal dari limbah tersebut.

3. Sertifikasi Produk

Salah satu penyebab lemahnya pupuk kompos di Indonesia karena masih

banyak yang belum tersertifikasi dan melalui uji laboratorium. Hal tersebut terjadi

karena mahalnya biaya untuk melakukan semua itu. Biaya yang dibutuhkan bisa

mencapai puluhan juta rupiah sehingga banyak sekali pupuk kompos yang

kualitasnya jelek. Akibat tingginya biaya tersebut banyak kompos yang telah

terkemas baik, namun menyebabkan tanaman hangus terbakar, mati ataupun

kurang produktif.

Untuk mendapatkan sertifikasi kelayakan bisa diajukan ke Departemen

Pertanian, sedangkan untuk pengujian produk bisa dilakukan di berbagai lab

kimia, misalnya laboratorium kimia di berbagai universitas. Untuk uji

keefektifannya bisa di Balai Pertanian daerah setempat dan kelayakan jual dibuat

di Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

4. Persaingan Usaha

Persaingan usaha pupuk anorganik sintetik tidak terlalu ketat, karena

pupuk anorganik di Indonesia masih dipegang oleh industri besar bahkan ada

yang masih impor. Sedangkan untuk pupuk kompos persaingan cukup ketat,

namun hal tersebut justru membawa kebaikan, yakni banyak produsen berlomba-

lomba membuat pupuk kompos lebih cepat siap pakai, misalnya dahulu bisa

memakan waktu 1-2 bulan, sekarang banyak yang membuat pupuk komposter

dengan alat mesin Rotary Kiln hanya dalam 5-10 hari.

2.6 Tinjauan Studi Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Gustoro (2006) mengenai sistem

penunjang keputusan pendirian industri kompos di TPA Galuga, Bogor. Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menunjang keputusan

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

29

 

investasi meliputi prakiraan jumlah timbunan sampah dan penilaian kelayakan

finansial industri pengolahan kompos. Sistem penunjang keputusan untuk

pendirian industri kompos dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman

Visual Basic 6.0 yang disebut SPKKompos. Paket program SPKKompos terdiri

dari dua model yaitu model prakiraan dan model kelayakan finansial industri.

Model prakiraan digunakan untuk melihat prakiraan timbulan pasar sebagai bahan

pembuat kompos dengan cara memprakirakan jumlah penduduk pada masa yang

akan datang dengan metode prakiraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

diperoleh model prakiraan yang tepat untuk memprakirakan jumlah penduduk di

Kota Bogor dengan menggunakan metode tren linier yaitu persamaan y = 611047

+ 21409x. Hasil prakiraan jumlah penduduk kemudian dilakukan analisis dengan

tetapan-tetapan profil sampah Kota Bogor sehingga didapat volume timbulan

sampah pasar Kota Bogor untuk periode 10 tahun yang akan datang dari tahun

2006-2015. Sedangkan model kelayakan finansial industri digunakan untuk

mengetahui kelayakan suatu usaha dari aspek finansial. Hasil analisa industri

kompos dengan pengadaan sampah pasar 30 ton per hari tidak layak dijalankan.

Untuk pengadaan sampah pasar 60 ton per hari dan 120 ton per hari dengan umur

proyek 10 tahun layak untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan

perolehan nilai NPV sebesar Rp 1.425.694.004,- dan Rp 4.951.641.556,- dengan

nilai IRR sebesar 33,25 % dan 47,59 %. Untuk nilai B/C ratio diperoleh 1,86 dan

2,68 sedangkan payback period 5,52 tahun dan 3,16 tahun.

Khaddafy (2009) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha

pupuk organik di CV Saung Wira, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat. Penelitian ini menganalisis kelayakan rencana pengembangan usaha pupuk

organik dari segi non finansial dan finansial serta tingkat kepekaan terhadap

penurunan harga penjualan dan kenaikan biaya variabel. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa rencana pengembangan usaha pupuk organik dilihat dari

kriteria pasar dan pemasaran layak untuk diusahakan karena perusahaan mampu

bersaing dan menyerap pasar dengan cara promosi yang dilakukan serta kualitas

dan kemasan pupuk organik sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Dengan

demikian persentase penjualan menjadi meningkat, aspek pasar rencana

pengembangan usaha pupuk organik layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

30

 

analisa aspek teknis dan teknologi, dapat dinilai bahwa lokasi dan kondisi

geografis memenuhi syarat pembuatan pupuk organik serta teknologi yang

digunakan mempercepat proses produksi sehingga waktu yang digunakan lebih

efisien. Analisis aspek manajemen yang mencakup analisis struktur organikasi

dan deskripsi pekerjaan sesuai dengan kualifikasi perusahaan sehingga rencana

pengembangan usaha ini layak untuk diusahakan. Dilihat dari aspek sosial,

perusahaan dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan karena sebagian

bahan baku terdiri dari sampah-sampah organik yang dihasilkan rumah tangga.

Perusahaan juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Dari

analisis kelayakan finansial skenario I, yaitu dengan menggunakan modal sendiri

merupakan skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan. Hasil

switching value menunjukkan bahwa skenario II merupakan skenario yang paling

rentan terhadap perubahan baik dari segi penurunan penjualan maupun kenaikan

biaya variabel.

Siregar (2009) meneliti tentang analisis kelayakan pengusahaan sapi perah

dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos di UPP

Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan

biogas dan pupuk kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB bila

ditinjau dari aspek-aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen, aspek SDM, dan aspek lingkungan hidup dapat disimpulkan layak

untuk diusahakan. Sedangkan hasil analisis finansial usaha peternakan UPP Darul

Fallah memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp 202.456.789,33 yang artinya bahwa

usaha ini layak untuk dijalankan. Pada usaha ini diperoleh Net B/C>0 yaitu

sebesar 1,74 yang mengindikasikan bahwa pengusahaan sapi perah dan

pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos layak untuk

dijalankan dimana setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan selama umur proyek

menghasilkan 1,74 satuan manfaat bersih. IRR yang diperoleh sebesar 26,13

persen, artinya usaha ini layak dan menguntungkan karena IRR lebih besar dari

nilai diskon faktor (8,75 %) dengan periode pengembalian investasi selama lima

tahun sepuluh bulan tujuh belas hari. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya

dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

31

 

Tabel 7. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

Nama Tahun Judul Beda Penelitian Terdahulu

Metode Analisis

Gustoro 2006 Sistem Penunjang Keputusan Pendirian Industri Kompos di TPA Galuga, Bogor.

Dalam penelitian ini output utamanya yang dibahas yaitu kompos limbah pertanian tanpa memperkirakan model prakiraan. Sedangkan peneliti terdahulu, output berupa kompos limbah pasar dengan memperkirakan model prakiraan volume sampah.

Visual Basic 6.0, tren linier, NPV, IRR, NET B/C Ratio, PP

Khaddafy 2009 Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik di CV Saung Wira, Kabupaten Bogor.

Dalam penelitian ini output utamanya yang dibahas yaitu kompos limbah pertanian. Sedangkan peneliti terdahulu, output berupa pupuk organik yang berbahan sampah organik rumah tangga.

NPV, IRR, NET B/C, Payback Period, Analisis Switching Value

Siregar 2009 Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah Untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB.

Dalam penelitian ini objek yang dikaji hanya sebatas pengusahaan pupuk komposnya saja oleh unit usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari yang merupakan sampel dari masyarakat suatu desa.

NPV, IRR, NET B/C, Payback Period

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Analisis Kelayakan Proyek

Gittinger (1986) mendefinisikan proyek merupakan suatu kegiatan yang

mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan

yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan

perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Menurut Kadariah,

dkk. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas

yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns)

diwaktu yang akan datang, dan dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan

sebagai satu unit. Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu

tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik

akhir (ending point).

Definisi lain menyebutkan bahwa studi kelayakan usaha merupakan suatu

kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha

atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak

usaha tersebut dijalankan (Kasmir 2003). Husnan dan Suwarsono (2000)

mengemukakan kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat

investasi yang terdiri dari :

1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut

sebagai manfaat finansial) yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup

menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.

2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga

manfaat ekonomi nasional) yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi

ekonomi makro suatu negara.

3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.

Menurut Gittinger (1986), dalam menganalisa suatu proyek yang efektif

harus mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama

dalam menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman

investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya. Aspek-aspek tersebut

antara lain :

1. Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan aspek penting yang terlebih dahulu harus

dianalisis sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu

usaha. Kelayakan aspek pasar akan sangat berkaitan dengan besarnya penerimaan

yang akan diperoleh dalam usaha, karena aspek ini akan menentukan besarnya

penekanan biaya pemasaran dan peningkatan nilai jual output yang dapat

diupayakan.

Analisis aspek pasar pada studi kelayakan mencakup permintaan,

penawaran, harga, program pemasaran, dan prakiraan penjualan yang bisa dicapai

perusahaan (Nurmalina et al. 2009). Permintaan dikaji secara total ataupun

diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan, dan proyeksi permintaan.

Hal-hal yang dikaji dalam penawaran meliputi penawaran dalam negeri maupun

luar negeri, bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan

di masa yang akan datang. Kajian aspek harga meliputi perbandingan dengan

produk saingan yang sekelas dan apakah ada kecenderungan perubahan harga atau

tidak. Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan

bauran pemasaran (marketing mix) serta market share yang bisa dikuasai

perusahaan atau dapat diserap oleh bisnis dari keseluruhan pasar potensial yang

merupakan keseluruhan jumlah produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar

tertentu.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut

selesai dibangun. Aspek teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan)

dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis

mengkaji beberapa hal yaitu lokasi bisnis, luas produksi untuk mencapai kondisi

yang ekonomis, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi

33  

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

34  

(Nurmalina et al. 2009). Analisis aspek teknis akan menguji hubungan-hubungan

teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan. Hubungan-hubungan

tersebut seperti potensi bagi pembangunan, ketersediaan air, salinitas air, suhu

udara dan pengadaan input produksi yang sangat menentukan keberhasilan usaha

terutama keberhasilan proses produksi. Aspek-aspek lain dari analisis proyek

hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan.

3. Aspek Manajemen dan Hukum

Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal

perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri

dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksanaan proyek, jadwal

penyelesaian proyek dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen

pada saat operasi yaitu bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih,

bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan,

berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan anggota

direksi dan tenaga inti (Nurmalina et al. 2009). Evaluasi aspek manajemen

diantaranya meliputi jumlah dan persyaratan tenaga manajemen, anggaran balas

jasa karyawan yang diperlukan, berapa macam tugas operasi proyek yang

memerlukan keahlian khusus. Analisis pada aspek ini adalah analisis mengenai

ketepatan dalam penetapan institusi atau lembaga proyek dan analisis tentang

posisi kerja yang harus diisi dengan pekerja yang ahli.

Dalam aspek hukum memerlukan beberapa hal yang harus dipenuhi dalam

proyek atau usaha seperti bentuk badan usaha yang digunakan, jaminan-jaminan

yang dapat diberikan apabila hendak menjamin dana, akta, sertifikat dan izin yang

diperlukan dalam menjalankan usaha. Di samping hal tersebut aspek hukum dari

suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar

kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak

lain.

4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Aspek sosial merupakan aspek yang mempertimbangkan keadaan sosial

yang ada di lingkungan sekitar atau sesuatu yang erat kaitannya dengan

keberlangsungan perusahaan. Pertimbangan-pertimbangan sosial lainnya juga

harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

35  

diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Aspek sosial

harus mempertimbangkan secara teliti pengaruh negatif dan positif dari

keberadaan proyek yang diusahakan atau didirikan di daerah tersebut (Umar

2005). Dari segi ekonomi suatu usaha dapat memberikan peluang peningkatan

pendapatan masyarakat luas. Adanya bisnis secara sosial, ekonomi, dan budaya

diharapkan lebih banyak memberikan manfaat dibandingkan kerugiannya. Suatu

bisnis tidak akan ditolak masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan

secara ekonomi memberikan kesejahteraan.

5. Aspek Lingkungan

Analisis terhadap aspek lingkungan merupakan suatu analisis yang

berkenaan dengan implikasi lingkungan yang lebih luas dari investasi yang

diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan lingkungan tersebut harus

dipikirkan secara cermat. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas

lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu

usaha itu sendiri, sebab tidak ada usaha yang akan bertahan lama apabila tidak

bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt et al. 1987). Misal, bagaimana

dampak limbah usaha terhadap lingkungan sekitar.

6. Aspek finansial

Aspek finansial berkaitan dengan pengaruh secara finansial terhadap

proyek yang sedang dilaksanakan. Hal ini menggambarkan keuntungan atau

manfaat yang diterima perusahaan secara internal dari adanya proyek tersebut.

Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh-

pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para peserta yang

tergabung di dalamnya. Analisis finansial meninjau proyek dari sudut peserta

proyek (pelaku proyek) secara individu.

3.1.2 Teori Biaya dan Manfaat

Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu

tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger

1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang

dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya-biaya

yang digunakan dalam analisis proyek agribisnis adalah biaya-biaya langsung

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

36  

seperti biaya investasi, biaya operasional, dan biaya lain-lain. Biaya investasi

adalah biaya yang dikeluarkan pada saat proyek mulai dilakukan, sedangkan biaya

operasional adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan pada saat

proyek berjalan. Biaya operasional dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung dari besarnya output

yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah selama

proses produksi. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai

berikut :

1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat

jangka panjang, seperti : tanah, bangunan, pabrik, mesin.

2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang

diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti : biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja.

3. Biaya lainnya yaitu pajak, bunga dan pinjaman.

Sedangkan menurut Kadariah (1999), manfaat dapat dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu :

1. Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai

output, fisik, dan atau dari penurunan biaya.

2. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan adanya proyek

tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang tertentu dan masyarakat berupa

adanya efek multiplier, skala ekonomi yang lebih besar dan adanya dynamic

secondary effect, misalnya perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang

disebabkan oleh keahlian.

3. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible

effect), misalnya perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan

suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai

manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa

proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan

muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986).

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

37  

3.1.3 Analisis Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan investasi diukur berdasarkan ukuran kriteria-kriteria

investasi. Kirteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh

dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan

proyek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan

berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value

of Money (nilai waktu uang) yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto.

Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat

yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai pada

masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan

umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap

mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger 1986).

Konsep nilai waktu uang (time value of mone) menyatakan bahwa nilai

sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa

yang akan datang (future value). Ada dua faktor yang menyebabkan hal ini terjadi,

yaitu time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat

ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan

datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang

memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui

kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi

masyarakat secara keseluruhan (Kadariah 1999).

Kadariah, et.al (1999) mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut

berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga

modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat

dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang

penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku

bunga ditentukan melalui proses “discounting”.

3.1.4 Analisis Finansial

Aspek finansial merupakan proyeksi anggaran dan pengeluaran bruto pada

masa yang akan datang setiap tahunnya. Analisis finansial juga merupakan suatu

analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

38  

apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan

Suwarsono 2000). Analisis finansial terdiri dari:

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang

diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. Net

Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang dari selisih antara manfaat

(benefit) dengan biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat

diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi.

Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.

Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:

• NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat

dilaksanakan.

• NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaliknya

tidak dilaksanakan.

• NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar

modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain,

proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) menyatakan besarnya

pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama

umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari

net benefit yang positif dengan present value yang negatif. Kriteria investasi

berdasarkan Net B/C adalah:

• Net B/C > 1, maka NPV > 0, proyek menguntungkan

• Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek merugikan

• Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi

3. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat bunga yang menyamakan

present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk

yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang

menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol. Gittinger (1986)

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

39  

menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan

bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen.

Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh

proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila

nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika

nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak

layak untuk dilaksanakan.

4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk

menutup kembali pengeluaran investasi yang didanai dengan aliran kas. Payback

Period (PP) atau tingkat pengembalian investasi juga merupakan salah satu

metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur

periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat

kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali

dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000).

5. Analisis Laba Rugi Usaha

Perhitungan rugi laba usaha mengkaji mengenai penerimaan dan

pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Menurut Gittinger

(1986), laporan rugi laba juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-

hasil operasi perusahaan selama waktu tersebut. Laporan rugi laba ini atau usaha

yang dijalankan mendapatkan keuntungan ataukah mendapatkan kerugian selama

waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah dikurangkannya

pengeluaran-pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang atau jasa

atau dari penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang atau jasa tersebut.

3.1.5 Analisis Sensitivitas

Suatu proyek pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena

dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi

pengeluaran. Perubahan-perubahan tersebut akhirnya akan mempengaruhi tingkat

kelayakan suatu proyek sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas. Analisis

sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisis kelayakan proyek yang

telah dilakukan (Gittinger 1986). Analisis sensitivitas dilakukan dengan

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

40  

                                                           

mengubah suatu unsur atau mengkombinasikan perubahan beberapa unsur dan

menentukan pengaruh dari perubahan pada hasil semula.

Proyek pada sektor pertanian dapat berubah-ubah akibat dari empat

permasalahan utama, yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan

pelaksanaan proyek, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi.

Permasalahan ini timbul karena banyak faktor yang tidak terkendali. Setiap

kemungkinan perubahan atau kesalahan dalam dasar perhitungan sebaiknya

dipertimbangkan dalam analisis sensitivitas (Gittinger 1986).

Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti

(switching value). Analisis switching value ini merupakan cara perhitungan untuk

mengukur perubahan maksimum dari peningkatan harga input atau perubahan

maksimum dari penurunan harga output dan jumlah produksi yang masih dapat

ditoleransi. Analisis ini menunjukkan sampai berapa persen perubahan yang

terjadi pada variabel (yang diduga bisa menyebabkan perubahan) sampai

menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net B/C sama dengan satu, dan

nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku sehingga proyek

dikatakan masih tetap layak untuk dijalankan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Program revolusi hijau yang diadakan sejak tahun 1970-an mulai kini

dirasa sangat merugikan lingkungan. Perubahan yang terjadi tidak hanya

meningkatkan produktifitas pertanian, tetapi menimbulkan dampak negatif yang

lebih besar dalam jangka panjang. Revolusi hijau yang menginstruksikan

pemakaian pupuk anorganik secara intensif menyebabkan sebagian besar petani

Indonesia masih memiliki ketergantungan bahwa pupuk adalah urea (urea

minded). Akibatnya tanah menjadi jenuh dan kandungan organik tanah (humus)

menurun drastis sehingga seiring waktu tingkat kesuburan tanah pertanian

Indonesia berubah menjadi lahan kritis. Lahan pertanian yang telah masuk dalam

kondisi kritis mencapai 66 persen dari total 7 juta hektar lahan pertanian yang ada

di Indonesia8).

 8) Sakina, NN. op.cit. Hal 2

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

41  

                                                           

Selain itu, material sisa hasil pertanian yang tidak termakan manusia telah

membentuk kumpulan sampah organik dan kemudian menjadi masalah bagi

lingkungan bila tidak ada tindakan pengelolaan. Dilain pihak, adanya kebijakan

ekonomi oleh Menteri Perdagangan Marie Pangestu yang mengizinkan ekspor

pupuk lebih besar ke luar negeri telah mendorong terjadinya peningkatan harga

pupuk setiap kali musim tanam. Akibatnya, pasokan pupuk kepada petani menjadi

berkurang sehingga harga pupuk meningkat lebih dari 40 persen9).

Departemen Pertanian mencetuskan sistem pertanian organik (organic

farming) yang bertemakan “Go Organic 2010” sebagai alternatif solusi dari

masalah tersebut. Konsep pertanian organik ini bertujuan untuk mengurangi

penggunaan bahan-bahan yang berbasis anorganik untuk disubstitusikan dengan

bahan yang berbasis organik. Salah satunya yaitu dengan menambahkan pupuk

organik/kompos ke lahan-lahan sawah.

Pada tahun 2008 terdapat selisih yang cukup besar antara kebutuhan dan

ketersediaan pupuk organik di Indonesia bila dibandingkan dengan jenis pupuk

lainnya yaitu sebesar 16.655.000 ton. Berdasarkan hasil survey tim PT Petrokimia

Organik pada tahun 2009 Propinsi Jawa Barat menempati urutan kelima terbesar

dalam selisih jumlah permintaan potensial terhadap serapan permintaan pupuk

organik yaitu sebesar 72.136 ton pupuk organik. Sedangkan permintaan potensial

pupuk organik di Kota dan Kabupaten Bogor pada tahun 2008 mencapai 22.200

kg per bulan. Besarnya kebutuhan terhadap pupuk organik menunjukkan adanya

potensi pengembangan industri pupuk di wilayah Kabupaten Bogor melalui usaha

penyediaan pupuk organik. Hal ini turut didukung oleh Dinas Pertanian

Kabupaten Bogor bersama pihak LPS-DD (Lembaga Pertanian Sehat-Dompet

Dhuafa) melalui pelaksanaan Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) Bogor

yang diikuti oleh Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari di Desa Ciburuy

dengan mengusahakan pembuatan pupuk kompos untuk memanfaatkan limbah-

limbah pertanian.

Pengusahaan pupuk kompos yang dijalankan oleh unit usaha KKT Lisung

Kiwari ini merupakan satu-satunya usaha pengomposan yang terdapat di Desa

 9) [MDR] Media Data Riset PT. op.cit. Hal 3 

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

42  

Ciburuy. Perkembangan usaha pengomposan itu sendiri terbilang cukup fluktuatif

selama dua tahun awal produksinya karena ketidakpastian pesanan yang diterima

dari LPS. Namun sejak tahun 2008 hingga saat ini permintaan LPS kepada unit

usaha KKT Lisung Kiwari cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan pada tahun

2008 tren tanaman hias sedang booming dan sejak tahun 2009 terjadi perluasan

permintaan pada pasar petani organik. Secara keseluruhan, jumlah pesanan dari

LPS mencapai 22,27 ton per bulan.

Pengusahaan pupuk kompos yang dijalankan unit usaha KKT Lisung

Kiwari belum mampu memenuhi jumlah pesanan yang ada dikarenakan kapasitas

produksinya masih terbatas. Dengan kapasitas produksi rata-rata sebesar 12 ton

per bulan, unit usaha baru mampu memenuhi 53,88 persen atau separuh dari pasar

potensial yang ada. Kondisi tersebut mendorong unit usaha untuk meningkatkan

jumlah produksinya. Oleh karena itu, analisis kelayakan terhadap usaha

pengolahan pupuk kompos menjadi penting untuk dilakukan agar dapat menilai

apakah usaha pengolahan pupuk kompos yang sedang berjalan saat ini dan

pengembangan usaha layak untuk dipertahankan dan dikembangkan atau tidak.

Kriteria kelayakan ditinjau dari aspek non finansial dan aspek finansial.

Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan

hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Variabel-

variabel aspek pasar meliputi permintaan, penawaran, harga jual produk,

pemasaran, serta perkiraan penjualan. Analisis terhadap aspek teknis meliputi

lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis

teknologi. Analisis aspek manajemen dan hukum meliputi manajemen sumber

daya manusia, bentuk organisasi, dan struktur organisasi usaha. Analisis terhadap

aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta lingkungan mengkaji pengaruh negatif

dan positif dari pengusahaan pupuk kompos terhadap lingkungan dan masyarakat

sekitar dilihat dari sisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan.

Sedangkan aspek finansial terdiri dari analisis finansial dan analisis

sensitivitas. Pengukuran analisis finansial menggunakan kriteria kelayakan

investasi NPV, IRR, Net B/C Rasio, dan Payback Period. Analisis finansial

menerapkan dua skenario perhitungan. Penentuan skenario usaha didasarkan atas

potensi pasar LPS yang belum terpenuhi. Analisis kelayakan finansial skenario I

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

43  

didasarkan pada kondisi usaha yang dijalankan saat ini dengan kapasitas produksi

sebesar 12 ton per bulan. Analisis kelayakan finansial skenario II mengacu pada

kondisi pengembangan usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 21

ton per bulan dengan memperluas petakan pengomposan ukuran 87,5 m2 untuk

memenuhi seluruh permintaan dari LPS pada kedua segmen pasar tersebut.

Pada pengukuran analisis sensitivitas menggunakan metode nilai

pengganti (switching value) untuk melihat batas kelayakan dari unit usaha jika

terjadi perubahan pada faktor harga bahan baku akibat pengaruh cuaca, pada

faktor jumlah produksi akibat pasokan bahan baku yang berkurang, dan faktor

harga jual pupuk kompos akibat peningkatan kadar air pada pupuk kandang yang

digunakan. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan

rekomendasi mengenai pelaksanaan dan pengembangan usaha pupuk kompos

selanjutnya. Kerangka pemikiran operasional pengusahaan pupuk kompos ini

dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

44  

Pengusahaan pupuk kompos KKT Lisung Kiwari

• Potensi pasar organik • Besarnya potensi

pertanian wilayah Kabupaten Bogor

• Dukungan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dengan LPS-DD

• Ketergantungan pupuk anorganik • Penurunan tingkat kesuburan tanah pertanian • Masalah limbah organik • Kenaikan harga pupuk anorganik

Pupuk organik

Gagasan Departemen

Pertanian “Go Organic 2010”

• Satu-satunya usaha di Desa Ciburuy • Besarnya permintaan pada sasaran pasar • Kapasitas produksi terbatas

Kelayakan non finansial: • Aspek pasar • Aspek teknis • Aspek manajemen dan hukum • Aspek sosial, ekonomi, dan budaya • Aspek lingkungan

• Kelayakan finansial (NPV, Ner B/C, IRR, PP) • Analisis sensitivitas

Pengembangan usaha

Kondisi saat ini

Tidak Layak

Dapat diusahakan dan dikembangkan

Layak

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan

pada unit usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin

mitra dengan Lembaga Pertanian Sehat (LPS) di bawah Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa Republika di Desa Ciburuy, Kecamatan

Cigombong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa unit usaha KKT Lisung Kiwari

merupakan satu-satunya usaha pengomposan di Desa Ciburuy yang memiliki

potensi untuk pengembangan usaha dan juga sebagai salah satu desa yang

berkomitmen mendukung program pemerintah Go Organic 2010 melalui program

P3S Bogor yang dipopulerkan LPS-DD (Lembaga Pertanian Sehat-Dompet

Dhuafa). Selain itu, pelaksanaan pengusahaan pupuk kompos ini belum pernah

melakukan studi kelayakan terhadap usahanya. Pengambilan data ini dilaksanakan

pada bulan Februari hingga April 2010.

4.2 Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dengan pihak-pihak

terkait dan observasi langsung di lapangan. Data primer diperoleh melalui

wawancara langsung dengan petani anggota unit usaha koperasi mengenai aspek

produksi, ketua KKT Lisung Kiwari mengenai perkembangan unit usaha dan

aspek kelayakan, LPS-DD mengenai kemitraan yang dijalin serta wawancara

dengan staf Pemerintah Desa untuk mengetahui kondisi pengusahaan pupuk

kompos dan bentuk dukungan pemerintah daerah terhadap usaha pengomposan di

Kabupaten Bogor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil laporan

perusahaan, studi literatur berbagai buku dan skripsi, internet, serta data dari

instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS),

Departemen Pertanian, Pemerintah Daerah. Alat pengumpul data atau

instrumentasi yang digunakan adalah alat pencatat, alat perekam, dan alat

penyimpan elektronik.

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

4.3 Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan di beberapa lokasi pada bulan

Februari-April 2010. Pengumpulan data primer diperoleh pada saat turun lapang

ke lokasi penelitian yaitu Desa Ciburuy yang meliputi usaha pengomposan dan

Desa Harjasari yang meliputi sistem kemitraan LPS. Metode yang digunakan

untuk pengumpulan data primer adalah wawancara langsung dan mendalam serta

observasi lapang. Sedangkan lokasi pengumpulan data sekunder meliputi

Pemerintah Daerah, perpustakaan IPB, Badan Pusat Statistik, Departemen

Pertanian. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan

dengan cara studi literatur dan browsing internet.

4.4 Metode dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif meliputi tahap

pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif. Data kuantitatif yang

diperoleh selama penelitian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel

2007 yang relatif mudah untuk dioperasikan. Sedangkan data kualitatif diolah dan

disajikan secara deskriptif.

Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai

pengusahaan pupuk kompos sebagai bentuk pengolahan limbah organik dilihat

dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial,

ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk

mengkaji kelayakan usaha pupuk kompos dilihat dari aspek finansial. Analisis

finansial mengolah data berdasarkan kriteria kelayakan finansial yaitu Net

Present value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net

B/C), dan Payback Period (PP). Selain itu, analisis sensitivitas juga perlu

dilakukan apabila terjadi perubahan pada faktor yang dapat mempengaruhi usaha

dengan menggunakan metode switching value.

4.5 Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan yang dilakukan terhadap berbagai aspek dalam studi

kelayakan usaha yaitu: analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan

46  

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

47  

hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek

finansial. Analisis aspek-aspek tersebut adalah:

1. Analisis Aspek Pasar

Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yeng berhubungan dengan

kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga,

hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang akan

memuaskan kebutuhan pembeli. Aspek pasar mengkaji permintaan, penawaran,

harga jual produk, program pemasaran, serta perkiraan penjualan. Suatu

perusahaan dapat dikatakan layak secara aspek pasar, apabila usaha tersebut

memiliki peluang dan potensi pasar untuk memasarkan produk yang

dihasilkannya serta dapat menghasilkan jumlah hasil penjualan yang memadai dan

menguntungkan.

2. Analisis Aspek Teknis

Pada aspek teknis, variabel-variabel yang dianalisis meliputi lokasi bisnis,

luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi. Dalam suatu

bisnis, beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis

diantaranya ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan

air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi (Nurmalina et al. 2009).

Pemilihan lokasi yang tepat dapat mengurangi sebanyak mungkin seluruh dampak

negatif dan mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktor-faktor produksi

(Umar 2005). Parameter kelayakan suatu usaha berdasarkan aspek teknisnya,

yaitu apakah usaha tersebut menjalankan usahanya sesuai dengan standard

operation procedure (SOP). Jika perusahaan telah menjalankan usaha sesuai SOP

(baik dalam proses produksi maupun ketepatan penggunaan peralatan dan

teknologi), maka usaha tersebut layak secara aspek teknis, dan sebaliknya.

3. Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen membicarakan mengenai bagaimana perencanaan

pengelolaan proyek tersebut dalam pengoperasian. Analisis ini dilakukan secara

kualitatif untuk melihat bagaimana penerapan fungsi dari manajemen pada

kegiatan. Aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan.

Adapun hal-hal yang dibahas pada aspek ini meliputi manajemen sumber daya

manusia, bentuk organisasi, dan struktur organisasi. Sedangkan aspek hukum

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

48  

mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan

kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang

bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman,

berbagai akta, sertifikat, dan izin. Ditinjau dari aspek manajemen dan hukumnya,

suatu usaha dapat dikatakan layak apabila usaha tersebut telah menjalankan fungsi

manajemen yang menjadikan usaha berjalan efektif dan efisien serta memiliki

kekuatan hukum yang dapat memperlancar kegiatan bisnis.

4. Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Aspek sosial mengkaji penambahan kesempatan kerja atau pengurangan

pengangguran dan pengaruh usaha terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari

segi ekonomi suatu usaha dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan

masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat

menambah aktivitas ekonomi. Perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis

dalam bisnis dapat secara budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh

masyarakat (Nurmalina et al. 2009). Suatu usaha dapat dikatakan layak ditinjau

dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya, apabila usaha tersebut secara sosial

budaya diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan ataupun manfaat

kepada negara umumnya dan masyarakat sekitar proyek khususnya, dan

sebaliknya.

5. Analisis Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan mengkaji mengenai dampak positif maupun negatif

terhadap lingkungan sekitar dari suatu usaha. Pelaku proyek perlu

mempertimbangkan pola dan kebiasaan-kebiasaan sosial dari pihak yang akan

dilayani oleh proyek. Pelaku proyek juga perlu meneliti secara cermat mengenai

masalah dampak lingkungan yang merugikan dari investasi yang diusulkan.

6. Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial menggunakan alat ukur kelayakan melalui

pendekatan kriteria investasi sehingga dapat diketahui tingkat kelayakan

pengusahaan pupuk kompos. Kriteria kelayakan investasi yang akan digunakan

antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal

Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP).

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

• Net Present value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai benefit sekarang

dan nilai biaya sekarang pada tingkat suku bunga tertentu selama umur proyek.

Kriteria kelayakan investasi ini menjelaskan bahwa suatu bisnis dapat dinyatakan

layak apabila jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang

dikeluarkan. NPV dirumuskan sebagai berikut:

NPV =∑= +

−n

tttt

iCB

1 )1(

   umber  : Nurmalina et al. (2009) S

Keterangan:

NPV : Jumlah nilai bersih sekarang (Rupiah)

Bt : Manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rupiah)

Ct : Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah)

t : Periode waktu (t = 1,2,3,….,n tahun)

n : Umur Proyek (Tahun)

i : Tingkat suku bunga/diskonto (%)

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV mencakup tiga kriteria,

yaitu: (1) nilai NPV > 0, artinya bisnis layak untuk dijalankan, (2) nilai NPV = 0,

artinya usaha tersebut mengembalikan sama besarnya dengan nilai uang yang

ditanamkan untuk mencapai hasilnya dan usaha tetap layak dijalankan, (3) nilai

NPV < 0, artinya usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.

• Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan

satu rupiah pengeluaran bersih. Secara matematis Net B/C dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Net B/C = ∑

=

=

+−+−

n

tttt

n

tttt

iCBiCB

1

1

)1(

)1( Dimana )0(

)0(<−>−

tt

tt

CBCB

  Sumber  : Nurmalina et al. (2009) 

49  

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Keterangan:

Bt : Manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rupiah)

Ct : Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah)

t : Periode waktu (t = 1,2,3,….,n tahun)

n : Umur Proyek (Tahun)

i : Tingkat suku bunga/diskonto (%)

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan Net B/C mencakup tiga kriteria,

yaitu: (1) Net B/C > 1, artinya bisnis layak untuk dijalankan dan dapat

menghasilkan keuntungan, (2) Net B/C = 1, artinya bisnis layak untuk dijalankan

tetapi tidak mendapatkan keuntungan ataupun kerugian, (3) Net B/C < 1, artinya

bisnis tidak layak dijalankan karena menimbulkan kerugian.

• Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria investasi yang

digunakan untuk mengukur seberapa besar pengembalian proyek atau usaha

terhadap investasi yang ditanamkan. IRR merupakan nilai discount rate yang

membuat NPV dari usaha sama dengan nol. IRR dirumuskan sebagai berikut:

50  

IRR = )'('

iiNPVNPV

NPVi −−

+

  Sumber  : Nurmalina et al. (2009) 

Keterangan :

i : tingkat discount rate yang menghasilkan NPV positif (%)

i’ : tingkat discount rate yang menghasilkan NPV negatif (%)

NPV : NPV yang bernilai positif (Rupiah)

NPV’ : NPV yang bernilai negative (Rupiah)

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan IRR mencakup dua kriteria,

yaitu: (1) nilai IRR lebih besar atau sama dengan tingkat discount rate yang

berlaku, artinya usaha layak untuk dijalankan karena pada kondisi tersebut nilai

NPV lebih besar atau sama dengan nol, (2) nilai IRR lebih kecil dari tingkat

discount rate yang berlaku, artinya usaha tidak layak dijalankan karena ada

alternatif penggunaan lain yang lebih menguntungkan.

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

• Payback Period (PP)

Payback Period atau masa pengembalian investasi merupakan jangka

waktu yang diperlukan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah

dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat pengembalian biaya

investasi suatu usaha, semakin baik usaha tersebut karena semakin lancar

perputaran modal dan semakin kecil risiko yang dihadapi investor. Payback

period dapat dirumuskan sebagai berikut:

Payback period = bA

I

  Sumber  : Nurmalina et al. (2009) 

Keterangan :

I : Jumlah modal investasi yang dibutuhkan (Rupiah)

Ab : Keuntungan bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya(Rupiah/tahun)

Nilai payback period berbanding terbalik dengan nilai NPV, semakin

tinggi nilai NPV maka nilai payback period yang dihasilkan semakin kecil.

Semakin kecil nilai payback period yang didapat maka manfaat yang diperoleh

semakin besar karena investasi yang ditanamankan cepat dikembalikan.

4.6 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)

Dalam analisis studi kelayakan bisnis, adanya kemungkinan terjadinya

perubahan pada variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberlangsungan

suatu usaha menjadikan analisis sensitivitas penting untuk dilakukan. Pada

penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan metode nilai

pengganti (switching value) untuk melihat batas tingkat kelayakan dari usaha ini

jika terjadi perubahan-perubahan pada variabel-variabel yang mempengaruhi

usaha.

Analisis nilai pengganti ini merupakan cara perhitungan untuk mengukur

perubahan maksimum dari peningkatan harga input atau perubahan maksimum

dari penurunan harga output dan jumlah produksi yang masih dapat ditoleransi

agar pengusahaan pupuk kompos ini masih tetap layak untuk dijalankan.

Perhitungan mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai

51  

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

52  

menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net B/C sama dengan satu, dan

nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku.

Switching value dilakukan terhadap variabel-variabel yang paling

mempengaruhi kelayakan usaha pupuk kompos baik dari sisi penerimaan maupun

dari sisi pengeluaran. Penentuan variabel tersebut didasarkan pada pengalaman

usaha selama ini. Dari sisi pengeluaran, analisis switching value dilakukan pada

variabel harga bahan baku kotoran sapi karena pengaruh faktor cuaca. Dari sisi

penerimaan, analisis switching value dilakukan pada variabel jumlah produksi dan

harga jual karena adanya kemungkinan pasokan bahan baku yang berkurang dan

penurunan kualitas pupuk kandang.

4.7 Asumsi Dasar yang Digunakan

Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Umur unit usaha pupuk kompos KKT Lisung Kiwari ditetapkan selama 10

tahun berdasarkan umur ekonomis lantai pengomposan yang dimilikinya,

dimana variabel tersebut merupakan pengeluaran investasi terbesar pada

bangunan produksi dengan umur ekonomis terlama yang berpengaruh dalam

kondisi pengusahaan.

2. Output yang dihasilkan oleh unit usaha hanya berupa pupuk kompos tanpa

kemasan. Hak cipta teknologi produksi dan merk dagang OFER (Organic

Fertilizer) adalah milik LPS.

3. Bahan baku untuk menghasilkan pupuk kompos adalah jerami giling, arang

sekam, dedak halus, kotoran sapi, dolomit, molase, bioaktivator EM4 (effective

microorganisme), dan air.

4. Penentuan harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang

berlaku pada saat penelitian dilakukan tahun 2010 dan diasumsikan konstan

hingga umur usaha berakhir.

5. Pengemasan pupuk kompos dilakukan oleh unit usaha namun karung kemasan

berasal dari LPS. Hal ini berimplikasi pada harga beli rata-rata yang diterima

unit usaha hanya sebesar harga curah yaitu Rp 450,- per kg. LPS sendiri hanya

membayarkan upah pengemasan sebesar Rp 30.000,- per HOK.

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

53  

6. Lantai petakan pengomposan yang digunakan seluas 50 m2 untuk 4 petak.

Satu petakan pengomposan seluas 12,5 m2 dengan kapasitas 1 ton per 10 hari.

Kapasitas total empat petakan pengomposan sebesar 4 ton per 10 hari atau 12

ton per bulan setara 144 ton per tahun.

7. Modal yang digunakan dalam usaha ini berasal dari modal sendiri.

8. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha yaitu tahun 2010 karena

pembangunan rumah produksi hanya membutuhkan waktu dua bulan dan

diasumsikan awal investasi berada pada bulan pertama di tahun pertama.

9. Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur

ekonomisnya.

10. Alat pencacah jerami atau chopper diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten

Bogor sehingga dalam analisis digunakan pendekatan opportunity cost sebesar

Rp 3.750.000,- per unit.

11. Biaya sertifikasi produk dan uji kandungan hara tidak termasuk bagian dari

biaya unit usaha karena proses penjaminan produk sepenuhnya dilakukan oleh

LPS sebagai mitra petani.

12. Biaya pemeliharaan bangunan sepuluh persen dari biaya investasi bangunan

dan diasumsikan konstan selama umur usaha.

13. Upah tenaga kerja per HOK sebesar Rp 30.000,- per orang.

14. Penyusutan barang investasi menggunakan metode garis lurus. Perhitungan

beban penyusutan dilakukan untuk perhitungan laba-rugi yang akan

menghasilkan besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh pengelola

koperasi setiap tahunnya.

15. Tingkat diskonto yang digunakan untuk kelayakan pengusahaan pupuk

kompos diasumsikan tetap hingga akhir umur usaha, yaitu tingkat suku bunga

deposito Bank Indonesia sebesar 6,5 persen. Penentuan didasarkan pada social

opportunity cost of capital dari dana yang dimiliki unit usaha.

16. Pada analisis finansial skenario I didasarkan pada kondisi usaha saat ini

dengan jumlah produksi pupuk kompos rata-rata sebesar 12 ton per bulan.

Pada analisis finansial skenario II didasarkan pada kondisi pengembangan

usaha dengan peningkatan jumlah produksi menjadi 21 ton per bulan melalui

perluasan bangunan pengomposan.

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

54  

17. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a dan 31 E, yang merupakan

perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak

penghasilan, yaitu :

• Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap

adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).

• Pasal 17 ayat 2 a.Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun

pajak 2010.

• Pasal 31 E Bagi WP UMKM yang berbentuk badan diberikan insentif

pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang berlaku terhadap

bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar. Pemberian insentif

tersebut dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya UMKM yang

pada kenyataannya memberikan kontribusi yang signifikan bagi

perekonomian di Indonesia. Pemberian insentif juga diharapkan dapat

mendorong kepatuhan WP yang bergerak di UMKM.

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

V. GAMBARAN UMUM USAHA

5.1 Gambaran Umum Desa Ciburuy

5.1.1 Kondisi Fisik Desa Ciburuy

Pengusahaan pupuk kompos yang menjadi objek penelitian terletak di

Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Desa Ciburuy terletak

pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata sepanjang tahun

di Desa Ciburuy berkisar antara 23-320 Celcius dan memiliki curah hujan rata-rata

sepanjang tahun sebesar 3000-4000 mm. Desa Ciburuy memiliki iklim yang

cukup sejuk dikarenakan berada di kaki Gunung Salak. Jarak menuju ibukota

provinsi di Bandung sejauh 120 km, sedangkan jarak menuju ibukota negara di

Jakarta sejauh 81 km. Berdasarkan keadaan iklim dan kondisi fisik yang ada,

pengusahaan pupuk kompos sesuai untuk diusahakan di Desa Ciburuy. Batas

wilayah Desa Ciburuy adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Muara Jaya

Sebelah timur : Desa Sorogol

Sebelah barat : Desa Cisalada

Sebelah selatan : Desa Cigombong

5.1.2 Potensi Pertanian

Desa Ciburuy memiliki total luas wilayah sebesar 160 hektar yang terdiri

dari lahan darat seluas 73 hektar dan lahan pertanian seluas 87 hektar, artinya

lebih dari sebagian lahan yang ada atau terdapat 54,37 persen lahan yang

dimanfaatkan penduduk untuk kegiatan pertanian. Pemanfaatan lahan pertanian di

Desa Ciburuy mayoritas digunakan untuk persawahan dengan komoditas utama

yang diusahakan petani adalah padi organik sebesar 90 persen atau seluas 78,3

hektar. Sisanya dimanfaatkan untuk budidaya peternakan dan ikan air tawar serta

penangkaran benih padi. Pemanfaatan lahan darat di Desa Ciburuy digunakan

untuk pemukiman, sekolah, fasilitas publik, dan bangunan-bangunan usaha seperti

lahan processing beras SAE, lantai penjemuran serta lahan usaha pembuatan

pupuk kompos.

 

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

56  

Kegiatan budidaya padi organik yang dilakukan para petani di Desa

Ciburuy rata-rata menghasilkan panen sebanyak 2-3 kali dalam satu tahun pada

keadaan musim yang normal. Hasil panen berupa padi sehat sebagai bahan produk

unggulan beras SAE (Beras Organik Bebas Residu Pestisida Kimia). Produktivitas

padi yang dihasilkan mencapai 7 ton per hektar padi sehat kering panen. Total

keseluruhan padi yang dihasilkan di Desa Ciburuy sebesar 548,1 ton padi sehat

kering panen.

Berdasarkan pengalaman bertani selama ini, total jerami yang dihasilkan

sebesar tiga kali lipat dari hasil gabah padi, artinya terdapat sebesar 21 ton per

hektar atau 1644,3 ton jerami padi yang tersedia setiap kali panen. Besarnya

material sisa panen padi yang tersedia merupakan suatu potensi yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber organik bagi tanah. Pemanfaatan jerami dalam

kaitannya untuk menyediakan hara dan bahan organik tanah adalah merombaknya

menjadi kompos. Rendemen kompos yang dibuat dari jerami kurang lebih 60%

dari bobot awal jerami, sehingga kompos jerami yang dapat dihasilkan dalam satu

hektar lahan sawah adalah sebesar 12,6 ton per hektar. Apabila seluruh jerami

yang tersedia dibuat kompos akan dihasilkan kompos sebanyak 986,58 ton di

Desa Ciburuy. Oleh karena itu Desa Ciburuy berpotensi dalam mengusahakan

pembuatan pupuk kompos.

5.2 Gambaran Umum Usaha

5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha

Pada tahun 1999, Lembaga Pertanian Sehat (LPS) melalui divisi penelitian

dan pengembangan (Litbang) mulai melakukan kegiatan penelitian dan

pengembangan sarana produksi pertanian yang ramah lingkungan yaitu pupuk

kompos. Divisi Litbang melakukan berbagai percobaan untuk dapat menghasilkan

formulasi pembuatan pupuk kompos yang tepat guna dalam upaya mendukung

produk pertanian sehat yang mudah diaplikasikan dan dimanfaatkan petani. Proses

penelitian ini berlangsung hingga akhir tahun 2001 dimana dihasilkan teknologi

saprotan yang mampu mengatasi kendala para petani serta dapat meningkatkan

kualitas dan mutu produk pertanian agar tetap kompetitif. Teknologi saprotan

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

tersebut berupa pembuatan pupuk kompos dengan bantuan aktivator Effective

microorganism (EM4).

Pada tahun 2004, LPS sebagai lembaga non pemerintah yang fokus di

bidang pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan berkomitmen akan

mendukung program pemerintah “Go Organic 2010” dengan mencanangkan

Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) Bogor di tiga kecamatan di

Kabupaten Bogor, yakni salah satunya Kecamatan Cigombong yang diikuti oleh

Gapoktan Silih Asih (Gambar 2). Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan dari

11 kelompok tani di Desa Ciburuy yang bergerak di bidang usahatani padi bebas

pestisida yang digarap oleh 6 kelompok tani dan sisanya bergerak pada bidang

perikanan serta benih padi. Gapoktan Silih Asih telah menjalin mitra dengan LPS

di bawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa Republika.

57  

Gambar 2. Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) Bogor

Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

Gapoktan Silih Asih sebagai lembaga petani yang sebagian besar

anggotanya bergerak di bidang budidaya padi bebas pestisida, selain beras sebagai

output utamanya namun juga menghasilkan output sampingan berupa jerami sisa

hasil panen. Tentunya jumlah jerami yang dihasilkan tidak sedikit pula. Sejalan

dengan hal itu, adanya kebutuhan aksesibilitas sarana produksi pertanian bagi

seluruh petani yang tergabung sebagai anggota gapoktan menjadi dasar dalam

pengembangan pertanian organik pada subsektor penyediaan input terutama

komoditi pupuk organik.

Dalam upaya mewujudkan kemandirian petani secara bersama pada

subsektor penyediaan input, LPS bersama para petani berinisiasi untuk

Page 74: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

58  

memanfaatkan limbah pertanian menjadi output yang memiliki nilai ekonomis dan

nilai manfaat lebih terhadap lingkungan. LPS melalui program P3S melakukan

transfer teknologi pembuatan pupuk kompos. Dalam Program P3S tersebut, LPS

mengadakan pembinaan dan pelatihan pembuatan pupuk kompos secara berkala

sehingga petani dapat memenuhi kebutuhannya sendiri terhadap pupuk. Hal ini

penting untuk dilakukan mengingat komponen yang paling berpengaruh di tingkat

pertanian adalah pupuk.

Pola pembinaan yang dilaksanakan mencakup tiga hal, yaitu quality

control, kuota pembuatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

cluster dan pemilihan bahan baku. Pembinaan pelatihan dilaksanakan hingga akhir

tahun 2005.

Pada masa pembinaan berlangsung, upaya memperbaiki kualitas terus

dilakukan oleh LPS. Salah satunya dengan mencoba melakukan pengemasan

sehingga pupuk tidak hanya berkualitas tetapi juga kontinu dan memiliki daya

tahan yang lebih lama. LPS mencoba memasarkan kelebihan pupuk yang sudah

tidak terpakai oleh petani di wilayah sekitar sebagai langkah awal pengenalan

produk. Ternyata pupuk kompos produksi petani anggota Gapoktan Silih Asih

mendapat perhatian yang cukup baik di pasaran sehingga membuka peluang untuk

pengusahaan pupuk kompos.

Melihat perkembangan kemampuan produksi dan potensi pasar yang ada,

LPS berinisiasi untuk menjembatani kedua hal tersebut. LPS tidak hanya berperan

dalam hal transfer teknologi saja tetapi juga sebagai lembaga saluran pemasaran

dan distribusi produk yang dihasilkan petani binaan. Kondisi ini membuat

Gapoktan Silih Asih menjadikan kemampuan produksi tersebut sebagai langkah

awal pembentukan sebuah pengusahaan. Gapoktan Silih Asih mendirikan

pengusahaan pupuk kompos melalui Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung

Kiwari yang dibentuk pada tahun 2005 sebagai lembaga perekonomian dari

gapoktan tersebut. Pengusahaan pupuk kompos ini menjadi salah satu dari unit

usaha yang dimiliki KKT Lisung Kiwari.

Pada tahun 2006 pengusahaan pupuk kompos oleh unit usaha KKT Lisung

Kiwari mulai dijalankan secara komersial kepada pihak LPS. LPS kemudian

memasarkan pupuk kompos tersebut di pasar eksternal dan pasar internal.

Page 75: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

59  

Pengusahaan pupuk kompos oleh unit usaha KKT Lisung Kiwari hingga saat ini

belum berkembang secara signifikan karena masih berproduksi secara terbatas

sesuai luasan lahan pengomposan yang dimiliki. Padahal permintaan yang terjadi

dari LPS mendekati dua kali lipat dari kapasitas produksi unit usaha.

5.2.2 Pengadaan Input

Pada pengusahaan pupuk kompos ini, bahan baku utama yang digunakan

adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami, arang

sekam, dedak halus, serta campuran kotoran sapi. Unit usaha KKT Lisung Kiwari

memperoleh pasokan bahan baku utama berupa limbah pertanian dari sisa panen

padi yang dihasilkan para petani anggota gapoktan di Desa Ciburuy. Pengadaan

input berupa kotoran sapi sebagai bahan baku campuran diperoleh dari PT

Karyana-Cicurug. PT Karyana-Cicurug merupakan perusahaan skala besar yang

menyediakan tiga jenis kotoran sapi atau pupuk kandang terdiri dari grade satu

dengan kadar air paling rendah hingga grade tiga dengan kadar air paling tinggi

(basah). Jenis pupuk kandang yang digunakan oleh unit usaha KKT Lisung

Kiwari yaitu kotoran sapi grade dua dengan harga Rp 3.000,- per karung (1

karung = 30 kg).

5.2.3 Proses Produksi

Kegiatan pembuatan pupuk organik dapat dilakukan dengan cara

tradisional atau dengan teknologi pengomposan. Pembuatan pupuk organik

dengan cara tradisional membutuhkan waktu berbulan-bulan karena bahan-bahan

organik dibiarkan melapuk dengan sendirinya sehingga proses fermentasi

berlangsung secara alami. Pada pembuatan pupuk organik dengan teknologi

pengomposan proses fermentasi dapat dipercepat dengan cara menambahkan

bahan lain yang disebut aktivator. Aktivator merupakan bahan bagi bakteri

pengurai yang terdiri dari enzim, asam humat bahan, dan mikroorganisme (kultur

bakteri). Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar di pasaran antara

lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos,

EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM atau menggunakan

Page 76: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

60  

cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki

keunggulan sendiri-sendiri.

Pada unit usaha KKT Lisung Kiwari pembuatan pupuk kompos dilakukan

dengan bantuan aktivator Effective Microorganism (EM4). Keunggulan yang

dimiliki EM4 yaitu dapat meningkatkan fermentasi limbah organik dan kotoran

ternak hingga lingkungan menjadi tidak bau, meningkatkan ketersediaan unsur

hara untuk tanaman, serta menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen tanah.

Proses pembuatan pupuk kompos diproduksi dengan sistem aerob (menggunakan

oksigen), dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi

bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen

yang disebut proses anaerob. Pengomposan secara anaerob memanfaatkan

mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan

organik. Namun, pada proses ini akan dihasilkan bau yang tidak sedap.

Kegiatan pengusahaan pupuk kompos ini secara umum meliputi persiapan

lokasi pembuatan, pemilihan bahan, pemotongan bahan, penumpukan bahan,

pengayaan, pembalikan, pengayakan, dan pengemasan. Metode pembuatan pupuk

kompos dilakukan dengan cara ditumpuk berlapis-lapis pada areal terbuka dan

ternaungi. Semua tahap kegiatan dilakukan secara manual dengan peralatan yang

tergolong sederhana (cangkul, sekop, ember dsb). Mesin yang digunakan pada

unit usaha ini hanya mesin pencacah jerami atau chopper sehingga pemotongan

jerami tidak lagi dilakukan secara manual dengan golok. Jangka waktu pembuatan

pupuk kompos untuk satu siklus produksi selama 10 hari. Dalam satu siklus

produksi menggunakan empat lantai petakan pengomposan ukuran 5x2,5 m

dengan kapasitas satu ton untuk setiap petak sehingga total kapasitas produksi

sebesar 12 ton per bulan. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari petani anggota

gapoktan silih asih.

1. Persiapan bahan dan lokasi

Sebelum memulai proses produksi, bahan-bahan telah dipersiapkan dekat

tempat pengomposan agar mudah dan mempercepat waktu pengolahan. Selain

bahan baku juga perlu disiapkan cangkul untuk mengaduk dan ember untuk

menyiram serta karung goni atau plastik yang berlubang untuk menutupi

tumpukan.

Page 77: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

61  

Lokasi pengomposan yang dimiliki unit usaha Lisung Kiwari terdiri dari

lahan pengomposan ukuran 5x10 m dan dua buah gudang untuk penyimpanan

bahan baku dan kompos siap jual. Lokasi pengomposan dinaungi dengan atap dari

asbes untuk menghindari curah hujan. Lahan pengomposan unit usaha KKT

Lisung Kiwari memiliki empat petakan atau bedengan yang berdampingan dengan

panjang 5 m, lebar 2,5 m dan tinggi 30 cm untuk setiap petakan yang berkapasitas

satu ton. Tujuan pembuatan petakan untuk menjaga agar tidak tergenang sewaktu

hujan. Lantai petakan disemen agar memudahkan pengadukan dan pembalikan

adonan bahan-bahan tersebut. Disekeliling lokasi juga dibuat parit untuk

membuang kelebihan air saat musim hujan.

2. Pemilihan bahan

Dalam pembuatan pupuk kompos terdapat berbagai alternatif bahan baku

yang dapat digunakan namun bahan-bahan yang harus dipilih adalah bahan

dengan kandungan C/N ratio cukup rendah yang idealnya bernilai antara 20-30

C/N ratio karena mudah melapuk dan terdekomposisi. Apabila nilai C/N ratio

suatu bahan semakin tinggi maka semakin lambat bahan tersebut untuk diubah

menjadi kompos, sebaliknya nilai C/N ratio-nya semakin rendah maka akan

mempercepat laju pengomposan.

Pada pengusahaan pupuk kompos ini, bahan baku yang dipilih adalah

bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami kering, arang

sekam, dan dedak halus, serta kotoran sapi yang relatif sudah matang sebagai

bahan campuran dari limbah peternakan. Unit usaha Lisung Kiwari memilih

menggunakan bahan-bahan dari limbah pertanian karena potensi jerami yang

begitu besar di Desa Ciburuy sehingga berpeluang untuk dapat dimanfaatkan

menjadi pupuk kompos walaupun kandungan nilai C/N ratio pada jerami cukup

besar senilai 80 C/N ratio.

Unit usaha Lisung Kiwari mensiasati hal tersebut dengan mencampur

bahan lain yang nilai C/N ratio-nya rendah agar dapat mempersingkat laju

pengomposan. Dalam hal ini, unit usaha Lisung Kiwari menggunakan kotoran

sapi sebagai bahan campurannya karena memiliki kandungan nilai C/N ratio yang

rendah sebesar 20 C/N ratio. Kotoran sapi yang digunakan telah dibersihkan dari

sisa-sisa plastik, kaca atau potongan kayu dan benda-benda plastik yang sulit

Page 78: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

melapuk. Apabila pengadaan bahan baku berupa sekam bakar sulit diperoleh

maka dapat diganti dengan abu gosok yang relatif mudah diperoleh di daerah

perdesaan. Pemilihan bahan-bahan tersebut mampu menghasilkan pupuk kompos

yang bermutu dan berkualitas sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi.

3. Pemotongan bahan

Bahan-bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

pupuk kompos harus dipotong atau dicacah menjadi berukuran kecil dan seragam

agar proses pengomposan berlangsung cepat. Ukuran potongan ± 5-10 cm.

Ukuran yang kecil memudahkan mikroba atau bakteri untuk merombak bahan-

bahan tersebut sehingga proses fermentasi berlangsung lebih cepat. Pada

pembuatan pupuk kompos ini sudah menggunakan mesin pencacah jerami atau

chopper sehingga pencacahan jerami tidak lagi dilakukan secara manual dengan

golok.

4. Penumpukan bahan dan pengolahan adonan

Pembuatan pupuk kompos pada unit usaha KKT Lisung Kiwari dilakukan

dengan cara menumpuk bahan-bahan secara berlapis-lapis. Bahan-bahan ditimbun

dengan ketinggian tertentu yaitu untuk dataran rendah sekitar 15-20 cm sedangkan

untuk dataran menengah hingga tinggi sebaiknya lebih dari 20 cm. Hal tersebut

dilakukan untuk memperoleh kondisi suhu adonan yang optimum. Lapisan paling

dasar yaitu kotoran sapi yang disebar dan diratakan terlebih dahulu kemudian

diatasnya ditaburkan sekam bakar diikuti jerami, dedak dan dolomit sebagai bahan

terakhir. Bahan-bahan yang telah ditumpuk disiram perlahan-lahan dengan larutan

kultur bakteri (larutan bioaktivator, molase, dan air) dan diaduk dengan sekop

secara merata (Gambar 3).

Gambar 3. Penumpukan dan Pengolahan Bahan Kompos Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

62  

Page 79: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Dalam penumpukan bahan, aerasi atau pergerakan udara dalam timbunan

harus tetap dipertahankan agar jasad pembusuk atau mikroba mendapat suplai

oksigen atau udara yang dibutuhkan untuk hidup (aerob) dan aktivitas pelapukan.

Bila tidak tersedia oksigen dan tumpukan tidak menghasilkan suhu yang ideal,

maka pelapukan atau fermentasi akan gagal dan terjadi pembusukan yang tidak

diharapkan oleh bakteri-bakteri anaerob.

5. Pengayaan (enrichment)

Pengayaan dimaksudkan sebagai penambahan bahan lain misal, bahan

yang mengandung hara dan nutrisi lebih banyak. Bahan-bahan kompos dapat

diperkaya dengan penambahan kapur pertanian (dolomit), molase, ikan, serbuk

gergaji, tepung tulang dan sebagainya. Disamping untuk memperkaya,

penambahan bahan ini dapat mempercepat pengomposan. Pengayaan yang

dilakukan pada pembuatan pupuk kompos yaitu menyiram kembali tumpukan

bahan dengan larutan kultur bakteri sekali lagi. Setelah itu, gundukkan adonan

ditutup dengan karung goni atau plastik berlubang selama 4-7 hari agar aerasi

berjalan lancar (Gambar 4).

Gambar 4. Penambahan Kapur Pertanian dan Penyiraman Kultur Bakteri

Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

6. Pembalikan berulang

Tumpukan adonan bahan-bahan dibiarkan selama ± 5-6 hari. Setiap dua

hari sekali dilakukan pembalikan dan diaduk secara merata agar suhu tetap

terkontrol (Gambar 5). Bila suhu terlalu tinggi harus segera diaduk dan dibalik

lagi sehingga suhu tetap optimum berada pada kisaran 40-450C. Gundukan yang

63  

Page 80: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

telah mencapai suhu normal ditutup kembali dengan karung goni. Disamping itu

kandungan air diusahakan mencapai 30 persen yaitu bila dikepal dengan tangan

air tidak keluar dari adonan dan bila dilepas akan megar.

Gambar 5. Pembalikkan Berulang Olahan Bahan Kompos

Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

7. Pengayakan

Pupuk kompos yang telah jadi dimana proses dekomposisi sudah relatif

berhenti indikatornya adalah perkembangan suhu dari gundukan adonan yang

semakin menurun. Setelah terfermentasi selama 4-7 hari, adonan kompos siap

dikemas dan digunakan sebagai pupuk organik. Bila belum siap dikemas dalam

waktu yang cukup lama, sebaiknya kompos tetap dijaga kelembabannya agar

proses fermentasi menjadi sempurna dan kompos tidak kelihatan kering (tetap

lembab). Ciri-ciri dari bahan-bahan yang sudah menjadi kompos yaitu warna

berubah mendekati kehitaman dan teksturnya remah atau mudah diayak.

Pupuk kompos yang siap kemas sebaiknya diayak terlebih dahulu agar

kualitas pupuk kompos menjadi lebih baik dan butiran pupuk kompos menjadi

halus dan merata. Pengayakan dilakukan dengan menggunakan saringan kawat

atau kawat ram berlubang diameter 0,5-1 cm. Pada unit usaha pengomposan KKT

Lisung Kiwari perlu melakukan pengayakan karena kompos yang dihasilkan

bertujuan komersil sehingga kualitas menjadi sangat penting untuk diperhatikan

(Gambar 6).

64  

Page 81: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Gambar 6. Pengayakan Pupuk Kompos

Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

8. Pengemasan

Pupuk kompos milik unit usaha KKT Lisung Kiwari dikemas dengan

karung standar berlabel yang terdapat kemasan plastik didalamnya (inner bag).

Kemasan yang digunakan berasal dari LPS sebagai satu-satunya mitra pemasaran

unit usaha ini (Gambar 7). Hal tersebut dilakukan agar kadar air atau kelembaban

pupuk kompos tetap terjaga dan tidak mudah kering. Oleh karena itu pupuk

kompos ini memiliki ketahanan produk yang cukup kuat untuk penggunaan dan

penyimpanan dalam jangka panjang. Skema pembuatan pupuk kompos pada unit

usaha KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7. Pengemasan Pupuk Kompos

Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

65  

Page 82: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

66  

BAHAN PADAT BAHAN CAIR

Dedak/Bekatul

Bahan organik

Pupuk kandang Fermentator Molase/gula Air

Gambar 8. Alur Pembuatan Pupuk Kompos OFER Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

5.2.4 Pemasaran

Kemitraan yang terjalin dengan Lembaga Pertanian Sehat (LPS) tidak

hanya dalam hal pelatihan dan pembinaan dalam memproduksi hasil pertanian

yang berbasis ramah lingkungan tetapi juga dalam hal pemasaran. Lembaga

Pertanian Sehat (LPS) berperan sebagai lembaga saluran pemasaran dan distribusi

produk yang dihasilkan petani binaan. LPS pun melakukan upaya penguatan

posisi pupuk kompos di pasaran agar memperoleh hak paten dengan cara

mendaftarkan pupuk kompos ke lembaga Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)

untuk merk dagang Organic Fertilizer (OFER).

Pada dasarnya kemitraan yang terjalin diantara kedua pihak tersebut

merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Pihak LPS sebagai pemilik

hak paten mentransfer teknologi pengomposannya kepada unit usaha KKT Lisung

Kiwari sebagai pelaksana proses produksi untuk kemudian dipasarkan kembali

melalui LPS. Adanya kemitraan tersebut menjadikan LPS sebagai satu-satunya

pasar bagi pupuk kompos unit usaha ini.

Seluruh produksi unit usaha ini diserap dan disalurkan oleh LPS.

Walaupun konsumen petani organik pada pasar internal juga mengetahui

keberadaan pengusahaan pupuk kompos oleh unit usaha KKT Lisung Kiwari,

Bahan Baku Larutan Fermentator

Adonan dengan kadar air 30 – 40 %

Proses Fermentasi Suhu 40-45˚C Kompos Packaging

Page 83: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

67  

namun tidak menjadikan pembelian langsung kepada unit usaha ini. Konsumen

petani organik tersebut tetap melakukan pembelian melalui LPS. Hal ini

dikarenakan konsumen petani organik tersebut juga merupakan cluster petani

binaan LPS yang terikat sistem kemitraan.

LPS memasarkan kembali pupuk kompos tersebut ke dalam segmen pasar

eksternal dan pasar internal. Ruang lingkup pasar eksternal mencakup agen, retail,

dan pelaku usaha tanaman hias yang tersebar di wilayah Bogor dan Jakarta. Pada

wilayah Kabupaten Bogor terdapat di Cianjur, Cipanas (toko Sigma Agri, Taman

Bunga Nusantara, Graha Tani, Barokah Tani), Bogor Kota (toko Tani Jaya,

Dermaga Tani, Sarana Tani), Sentul, OASIS (toko bunga besar). Pada wilayah

Jakarta terdapat di Kelapa Gading (Kelapa Kopyor 3) dan Cipinang Elok 1.

Sedangkan ruang lingkup pasar internal mencakup lima cluster petani

organik binaan LPS yaitu dua cluster di Cianjur, cluster Jati Sari dan cluster Pedes

di Karawang, serta cluster Brebes. Selain itu, sasaran pasar pupuk kompos LPS

juga meliputi seluruh elemen masyarakat yang peduli akan terciptanya pertanian

yang sehat, baik itu para petani di pedesaan maupun masyarakat kota.

Page 84: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Aspek-Aspek Non Finansial

6.1.1 Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan salah satu aspek bisnis yang penting dikaji

kelayakannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memulai atau

mengembangkan suatu usaha. Jika pasar yang akan dituju tidak jelas, prospek

usaha ke depan pun tidak jelas, maka risiko kegagalan usaha menjadi besar. Pada

pengusahaan pupuk kompos sebagai objek penelitian, variabel-variabel aspek

pasar yang akan dianalisis meliputi permintaan, penawaran, harga, strategi

pemasaran yang akan dilaksanakan, dan perkiraan penjualan.

a. Permintaan

Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik pada subsektor

penyediaaan input memiliki prospek yang sangat baik dan telah berkembang

dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan permintaan produk organik dunia

mencapai 15-20 persen per tahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi

hanya berkisar antara 0,5-2 persen dari keseluruhan produk pertanian (Jolly 2000).

Tingginya permintaan dunia akan produk organik mengindikasikan adanya

potensi pasar pupuk kompos yang sangat tinggi, mengingat pupuk kompos

merupakan komponen penting dalam pertanian produk organik.

Permintaan pupuk organik di Indonesia tahun 2008 mencapai 17.000.000

ton. Selisih yang terjadi saat itu cukup besar antara kebutuhan dan ketersediaan

pupuk organik dibandingkan dengan jenis pupuk lainnya yaitu sebesar 16.655.000

ton. Berdasarkan hasil survey tim PT Petrokimia Organik pada tahun 2009

propinsi Jawa Barat menempati urutan kelima terbesar dalam selisih jumlah

permintaan potensial terhadap serapan pupuk organik yaitu sebesar 72.136 ton

pupuk organik. Hal ini berarti kebutuhan pupuk organik dalam negeri masih

cukup tinggi.

Tingkat permintaan untuk pupuk kompos produksi unit usaha itu sendiri

masih cukup tinggi. Hal ini dikarenakan besarnya permintaan yang dihadapi oleh

LPS. Ditinjau dari segi konsumen, terdapat perbedaan permintaan antara pasar

Page 85: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

69  

eksternal dan pasar internal. Pada pasar eksternal permintaan pupuk kompos

cenderung fluktuatif karena adanya faktor tren harga tanaman hias. Saat tren

tanaman hias sedang booming seperti yang terjadi hingga tahun 2008, permintaan

pupuk kompos cenderung meningkat karena harga jual tanaman hias yang tinggi.

Akibatnya para stakeholder tanaman hias berlomba-lomba untuk menghasilkan

tanaman hias bernilai tinggi melalui pemakaian input produksi yang berkualitas.

Permintaan pupuk kompos yang dihadapi oleh LPS pada saat itu mencapai 14 ton

per bulan untuk wilayah Bogor dan Jakarta. Sedangkan permintaan potensial

pupuk organik di Kota dan Kabupaten Bogor saja mencapai 22.200 kg per bulan.

Dengan kapasitas produksi sebesar 12.000 kg per bulan, unit usaha baru mampu

memenuhi 54,05 persen pasar potensial apabila hanya di pasarkan di Kota dan

Kabupaten Bogor saja. Lain halnya ketika tren tanaman hias mulai lesu seperti

saat ini, permintaan pupuk kompos turun menjadi 40 persen dari kondisi normal

(booming) atau hanya sebesar 5,6 ton per bulan.

Namun, penurunan permintaan pada pasar eksternal tidak membuat

penjualan pupuk kompos unit usaha ini menurun. LPS tetap melakukan

pemesanan sesuai kuota pembuatan unit usaha. Sejak tahun 2009, terjadi

permintaan yang cukup besar di tingkat petani organik secara periodik sesuai

musim tanamnya. Permintaan potensial di tingkat petani mencapai 50 ton per

musim tanam tetapi yang baru mampu diserap oleh LPS hanya sebesar 38,4

persen dari pasar tersebut.

Besarnya permintaan pupuk kompos pada pasar internal dan pasar

eksternal mendorong LPS untuk terus melakukan pemesanan kepada unit usaha

KKT Lisung Kiwari. Saat ini, jumlah pesanan dari LPS mencapai 22,27 ton per

bulan. Walaupun LPS merupakan satu-satunya pasar bagi unit usaha ini akan

tetapi kondisi tersebut tidak menjadikan unit usaha tidak menghasilkan

keuntungan. Dengan kapasitas produksi rata-rata sebesar 12 ton per bulan saja,

unit usaha baru mampu memenuhi 53,88 persen atau separuh dari jumlah pesanan

tersebut. Hal ini berarti masih banyak bagian yang mungkin dapat diraih oleh unit

usaha dari keseluruhan pasar potensial tersebut.

Namun demikian, adanya kemitraan dengan LPS bukan berarti menutup

unit usaha untuk membuka jalur pemasaran kepada yang lainnya. Unit usaha

Page 86: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

70  

masih memungkinkan untuk membuka jalur pasarnya sendiri apabila sudah

mampu memenuhi seluruh permintaan yang ada saat ini dari LPS. Dengan

demikian, pada kondisi saat ini unit usaha tetap memprioritaskan kemitraan

pemasarannya yang telah terjalin kepada LPS.

b. Penawaran

Kebutuhan pupuk organik untuk memperbaiki kerusakan lahan pertanian

di Indonesia saat ini sangat besar. Hal tersebut tidak seimbang dengan jumlah

industri pupuk organik yang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk

organik hanya diproduksi secara parsial dengan skala industri rumah tangga

(home industry), sehingga jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak

kontinyu.

Penawaran pupuk kompos di dalam negeri masih terbatas. Tingginya

ketergantungan petani akan pupuk anorganik menyebabkan pupuk kompos itu

sendiri belum menjadi kebutuhan pokok bagi mereka. Produk pupuk kompos yang

ditawarkan oleh unit usaha KKT Lisung Kiwari terbilang masih rendah. Jumlah

produksi pupuk kompos setiap bulannya baru mencapai 12 ton per bulan. Seluruh

hasil produksi diserap oleh pasar melalui LPS ke berbagai toko dan sentra

tanaman hias (nursery) serta cluster petani organik binaan LPS. Namun demikian,

produsen pupuk kompos binaan LPS tidak hanya unit usaha ini tetapi juga

terdapat dua cluster lagi yang memproduksi pupuk kompos OFER yaitu Desa

Cibalung dan Desa Ciderung. Kuota produksi dari kedua cluster tersebut sama

besar hanya mencapai 2 ton per bulan.

Penawaran pupuk kompos juga belum menjamah pasar luar negeri.

Walaupun kualitas yang dimiliki pupuk kompos sudah bagus namun dari segi

teknologi belum berdaya saing tinggi. Bentuk pupuk kompos yang masih berupa

remahan dibanding kompos lain yang sudah digranulkan belum mampu menarik

pangsa pasar luar negeri. Apabila ingin memasuki pasar luar negeri harus

melakukan inovasi dan modifikasi produk. Kebijakan Go Organik 2010

diharapkan mampu mengangkat tren pupuk kompos di kalangan petani sehingga

mendorong produsen pupuk kompos untuk melakukan modifikasi produk agar

mampu bersaing di pasaran karena pengaplikasiannya yang mudah.

Page 87: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

71  

c. Harga

Dalam penjualan pupuk kompos, harga yang ditawarkan unit usaha

berbeda antara tingkat eceran dan distributor. Pada tingkat eceran, harga jual

pupuk kompos sebesar Rp 600,- per kg dengan karung biasa tanpa merk.

Penjualan pada tingkat eceran terjadi pada dua tahun awal produksinya. Dimana

pada saat itu permintaan yang terjadi dari LPS masih tidak menentu sehingga sisa

produk dari kuota pembuatan dijual secara eceran di sekitar lingkungan.

Sedangkan sejak tahun 2008 hingga saat ini, penjualan seluruhnya telah

mampu diserap oleh LPS sebagai satu-satunya mitra pemasaran unit usaha ini.

Permintaan yang terjadi di tingkat LPS sangat besar sehingga LPS membeli

seluruh produk sesuai kuota pembuatan unit usaha. Namun pembelian yang

dilakukan oleh LPS hanya sebatas pupuk komposnya saja. Hal ini dikarenakan

karung berlabel yang digunakan berasal dari LPS sehingga harga jual yang

ditawarkan unit usaha kepada LPS hanya sebesar harga curah yaitu Rp 450,- per

kg. Dalam hal ini, LPS membayarkan upah pengemasan sesuai standar upah

tenaga kerja unit usaha yaitu Rp 30.000,- per HOK.

Sistem kemitraan yang dijalankan dengan LPS membuat unit usaha ini

mendapatkan kepastian dalam harga jual pupuk kompos. Hal ini dikarenakan

sistem kemitraan yang dijalin mencakup quality control oleh LPS sendiri sehingga

pengurangan harga jual akibat kualitas yang menurun tidak mungkin terjadi.

Walaupun harga jual di tingkat unit usaha sebesar Rp 450,- per kg jauh lebih

murah dibanding harga jual LPS sebesar Rp 1050,- per kg, namun unit usaha

masih dapat meraup keuntungan karena banyaknya biaya-biaya lain yang tidak

dikeluarkan oleh unit usaha seperti biaya sertifikasi, biaya promosi, biaya

transportasi, dan biaya kemasan.

Jika dilihat di tingkat distributor, pesaing terdekat bagi LPS adalah pupuk

kompos produksi kelompok tani Antanan di Cimande. Pupuk kompos produksi

Antanan terbilang produk saingan pada tingkatan yang sama karena dari segi

harga ataupun kualitas tidak begitu jauh berbeda. Namun jika dilihat perbandingan

harganya, harga agen pupuk kompos yang ditawarkan LPS sebesar Rp 21.000,-

per karung (20 kg) sedangkan harga agen pupuk kompos yang ditawarkan

Antanan sebesar Rp 20.000,- per karung (20 kg), artinya harga agen pupuk

Page 88: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

72  

kompos LPS lebih mahal Rp 1.000,- per karung dibanding pupuk Antanan. Hal ini

kemasan yang berasal dari LPS menggunakan karung standar berlabel yang

dicetak dan terdapat kemasan plastik didalamnya (inner bag) sedangkan pupuk

antanan hanya menggunakan karung bekas. Kondisi tersebut dirasa

menguntungkan bagi unit usaha karena kualitasnya tetap terjaga dan memiliki

daya tahan lebih lama dibanding pupuk kompos Antanan tanpa mesti

mengeluarkan biaya pengemasan sehingga pupuk kompos unit usaha ini tetap

menjadi produk unggulan. Dengan demikian, unggulnya produk kompos ini di

tingkat distributor secara tidak langsung dapat menjaga kuota pemesanan pupuk

kompos kepada unit usaha.

d. Pemasaran

Salah satu faktor penunjang keberlangsungan pengusahaan pupuk kompos

unit usaha KKT Lisung Kiwari yakni pengelolaan dalam sistem pemasaran yang

dilakukan oleh LPS. LPS sebagai satu-satunya mitra pemasaran dari unit usaha ini

telah berkomitmen untuk mendukung segala bentuk aktivitas yang berbasiskan

pertanian ramah lingkungan. Peran LPS tidak hanya sebatas mendistribusikan

produk ke konsumen tetapi juga sepenuhnya berupaya memasarkan produk

kompos yang dihasilkan unit usaha. Bentuk upaya pemasaran yang sepenuhnya

dilakukan LPS telah menjadi komitmen di dalam sistem kemitraan antara unit

usaha dan LPS dengan saling menguntungkan.

Sistem pemasaran yang diupayakan LPS dengan cara membangun jejaring

kepada petani-petani di beberapa daerah. Selain itu, pemasaran juga dilakukan

dengan menentukan strategi yang tepat terkait bauran pemasarannya untuk

menarik minat beli konsumen. Bauran pemasaran yang dilakukan meliputi harga,

produk, promosi, dan distribusi.

Dalam hal harga, harga yang ditawarkan cukup bersaing di pasaran.

Penetapan harga yang dilakukan berbeda antara agen, retail, dan eceran. Dalam

hal produk, pupuk kompos produksi unit usaha binaan LPS memiliki kualitas

yang lebih bagus dibanding produk pesaing baik dari segi kemasan, isi maupun

keamanan produk. Dari segi kemasan, pupuk kompos dikemas dengan karung

standar berlabel yang terdapat kemasan plastik didalamnya (inner bag). Dari segi

Page 89: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

73  

isi, pupuk kompos ini memiliki kandungan unsur mikro cukup lengkap untuk

kebutuhan standar hidup tanaman. Aplikasi penggunaan pun cukup tiga kali

dibanding pupuk kompos lain yang bisa sebanyak enam kali untuk mendapatkan

tingkat keamanan dari residu dan hasil yang optimal. Dari segi keamanan produk,

apabila penggunaan pupuk kompos ini tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan

maka tidak akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman namun dari segi ekonomi

akan terjadi pemborosan.

Pupuk kompos produksi unit usaha binaan LPS juga telah memenuhi

standar mutu produk organik baik secara prinsip maupun formal. Secara prinsip,

standar pupuk kompos ini telah berpegang pada pengelolaan proses produksi yang

alami dengan menjaga keanekaragaman dan kesinambungan alam serta ekosistem

di sekitarnya sehingga menjadi produk pertanian sehat dan ramah lingkungan.

Sedangkan secara formal, pupuk kompos ini telah mendapat pengakuan formal

dari lembaga sertifikasi yang kredibel dan kompeten untuk memberikan

pengesahan keorganikan melalui mekanisme uji standar lapangan dan

laboratorium. Sertifikasi produk yang dilakukan oleh LPS terdiri dari analisa

kandungan hara oleh Balai Penelitian Biogen dan perolehan hak paten teknologi

pengomposan ini ke lembaga Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan

merk dagang OFER (Organic Fertilizer). Pelabelan diperlukan untuk memberikan

kepastian pada konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya, dapat

meningkatkan citra mutu dan nilai jual produk organik.

Dalam hal promosi, LPS melakukan penyebaran news letter atau pamflet

pada toko mitra, website, dan promosi dari mulut ke mulut (word of mouth)

melalui jejaring cluster petani. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya memperkecil

barrier informasi dan memberikan awareness kepada masyarakat serta

menciptakan pasar bagi produk organik. Dalam hal distribusi, pupuk kompos ini

dipasarkan di pusat kota yang terbilang strategis dan beberapa daerah lainnya

yang masih berada dalam jangkauan konsumen. Distribusi dari unit usaha ke agen

dan retail dilakukan dengan bantuan pihak LPS untuk kemudian disalurkan

kepada konsumen akhir.

Bauran pemasaran dari yang paling diutamakan yaitu produk, harga,

promosi, dan distribusi. Produk mendapat prioritas pemasaran pertama karena

Page 90: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

bagi unit usaha dan LPS, produk merupakan cerminan nilai yang akan didapatkan

konsumen sebagai pelaku pengambil keputusan pembelian. Ketika produk yang

ditawarkan berkualitas maka konsumen akan rela mengeluarkan biaya yang lebih

untuk mendapatkan produk tersebut karena nilai yang didapatkan akan lebih besar

dibanding biaya yang dikeluarkannya. Harga merupakan prioritas pemasaran

kedua karena ketika produk menghadapi kondisi persaingan maka harga yang

ditawarkan juga harus mampu bersaing di pasaran pada tingkat produk sekelas.

Setelah itu promosi dan distribusi dengan urutan prioritas paling akhir.

Pemasaran produk pupuk kompos dilakukan melalui dua saluran distribusi

yaitu (1) unit usaha KKT Lisung Kiwari – Lembaga Pertanian Sehat (LPS) – pasar

internal – cluster petani organik binaan dan (2) unit usaha KKT Lisung Kiwari –

Lembaga Pertanian Sehat (LPS) – pasar eksternal – agen/retail – konsumen akhir.

Skema saluran distribusi pemasaran produk unit usaha KKT Lisung Kiwari dapat

dilihat pada Gambar 9. Pada saluran distribusi tersebut, unit usaha menjual

seluruh hasil produksinya kepada LPS sebagai mitra pemasarannya lalu dijual

kepada pasar agen atau retail untuk kemudian disalurkan kembali hingga

konsumen akhir. LPS membagi pasar produk pupuk kompos ini menjadi dua

bagian yaitu pasar internal dan pasar eksternal. Pada pasar internal, LPS menjual

produk pupuk kompos kepada petani-petani binaan mereka yang belum mampu

memenuhi kebutuhan pupuk komposnya sendiri. Petani binaan LPS merupakan

petani yang konsen dalam bidang pertanian organik sehingga mengutamakan

pemakaian pupuk kompos daripada urea. Sedangkan pada pasar eksternal, LPS

menjual kepada agen, retail atau toko-toko pertanian, dan pelaku usaha tanaman

hias untuk dijual kembali kepada konsumen akhir.

74  

Gambar 9. Skema Saluran Distribusi Pupuk Kompos KKT Lisung Kiwari Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

Unit Usaha KKT Lisung Kiwari 

Lembaga Pertanian Sehat (LPS)

Pasar Internal

Pasar Eksternal

Cluster Petani Binaan

Retail/Toko, Nursery, dll.

Page 91: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

75  

Kendala pemasaran yang pernah dihadapi LPS yakni masih kuatnya

pandangan dibenak konsumen bahwa semua pupuk kompos di pasaran sama. Hal

ini disebabkan input produksi yang digunakan juga sama berasal dari limbah

organik sehingga harga pupuk kompos haruslah murah. Sedangkan harga jual

pupuk kompos ini relatif tinggi. Upaya untuk mengatasinya yaitu dengan

melakukan inovasi nama pada produknya menjadi pupuk kompos OFER (Organic

Fertilizer). Hal tersebut dilakukan untuk merubah citra produk sehingga produk

tidak hanya dikenal sebagai pupuk kompos biasa tetapi dikenal dengan sebutan

pupuk kompos OFER agar laku di pasaran.

e. Perkiraan Penjualan

Kondisi persaingan yang dihadapi oleh LPS tidak berpengaruh terhadap

jumlah pemesanan LPS kepada unit usaha. Hal ini disebabkan kualitas pupuk

kompos unit usaha lebih baik dibanding pupuk kompos lainnya. Adanya informasi

produk yang diketahui oleh konsumen menjadikan daya beli terhadap pupuk

kompos ini masih cukup tinggi.

Meskipun pada segmen petani organik memiliki daya beli yang cukup

tinggi tetapi pada segmen petani konvensional daya beli terhadap pupuk kompos

ini masih rendah. Pada segmen petani idealis dengan pola pikir pertanian

berkelanjutan ramah lingkungan akan lebih memilih menggunakan pupuk kompos

dibanding pupuk anorganik. Sedangkan pola pikir petani konvensional dengan

anggapan bahwa pupuk urea mudah dalam pengaplikasiannya dan lebih murah

dibanding pupuk kompos OFER menyebabkan pengorbanan biaya yang rela

dikeluarkan untuk pupuk kompos OFER lebih kecil dibanding pupuk anorganik.

Kondisi ini berarti memungkinkan adanya pasar potensial yang patut untuk

diupayakan dan dikembangkan. Oleh karena itu, tingkat penjualan pupuk kompos

OFER dua tahun mendatang diperkirakan cukup prospektif karena masih banyak

petani yang belum menggunakan pupuk kompos dalam cara bertaninya.

Petani yang terdapat di Pantura misalnya, dapat dikatakan bahwa mereka

dulu alergi terhadap pupuk kompos namun kini mereka merasakan sendiri dampak

dari penggunaan pupuk anorganik. Hal tersebut menyebabkan mereka menjadi

responsif dan beralih terhadap pupuk kompos karena serangan hama pun menjadi

Page 92: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

76  

berkurang. Prakiraan tersebut akan lebih mudah terwujud apabila senantiasa

berupaya untuk melakukan inovasi produk pupuk kompos OFER. Saat ini LPS

pun sedang mengupayakan penelitian untuk granulasi OFER. Namun granulasi

OFER yang terbuat dari bahan limbah jamur dan kotoran ternak menyebabkan

biaya produksi jadi lebih mahal sehingga LPS masih mendesain formulasi yang

tepat untuk petani agar biaya produksi tidak terlalu besar.

Bila ditinjau dari lingkup pasar pupuk kompos OFER itu sendiri, saat ini

keseluruhan pasar potensial yang ada dari LPS mencapai 22,27 ton per bulan.

Dengan jumlah penjualan sebesar 12 ton per bulan oleh unit usaha KKT Lisung

Kiwari maka market share yang dapat dikuasai dari keseluruhan pasar potensial

tersebut sebesar 53,88 persen. Sedangkan penjualan oleh dua cluster produsen

pupuk kompos OFER lainnya yang masih dibawah binaan LPS, masing-masing

produsen hanya mampu mensuplai sebesar 2 ton per bulan atau market share yang

dimiliki sebesar 8,98 persen untuk setiap cluster produsen. Walaupun market

share yang dimiliki unit usaha ini melebihi separuh dari keseluruhan pasar

potensial tersebut namun masih terdapat 6,27 ton per bulan permintaan LPS yang

belum mampu dipenuhi oleh industri rumah tangga pupuk kompos OFER ini.

Dengan demikian, prakiraan penjualan pada unit usaha ini masih dapat meningkat

karena banyaknya bagian dari pasar potensial yang mungkin diraih oleh unit usaha

ini.

f. Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan analisis terhadap aspek pasar di atas, dapat disimpulkan

bahwa pengusahaan pupuk kompos ini layak untuk dijalankan. Hal ini dapat

dilihat dari besarnya potensi pasar untuk pupuk kompos baik dari sisi permintaan

maupun penawarannya. Adanya kepastian harga jual pupuk kompos akibat

kemitraan yang dijalin dengan LPS juga mengurangi risiko penurunan harga jual.

Selain itu, strategi pemasaran yang diterapkan mampu membuat produk ini

diterima di pasar dan menghadapi kondisi persaingan yang ada sehingga jumlah

penjualan unit usaha kepada LPS dapat terus terjaga bahkan meningkat. Dengan

demikian pengusahaan pupuk kompos ini cukup menjanjikan untuk mendapatkan

keuntungan.

Page 93: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

77  

6.1.2 Aspek Teknis

Analisis terhadap aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini

mencakup lokasi usaha, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan

jenis teknologi. Berikut adalah hasil analisis pada setiap variabel aspek teknis.

a. Lokasi usaha

Lokasi pengusahaan pupuk kompos OFER unit usaha KKT Lisung Kiwari

terletak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah:

1. Ketersediaan bahan bahan baku

Bahan baku merupakan komponen penting dari keseluruhan proses operasi

perusahaan sehingga penanganannya menjadi signifikan dalam penentuan lokasi

usaha. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan bahan baku ini

meliputi proses pengadaan atau pembelian bahan baku, pengendalian persediaan,

dan penyimpanan. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan pupuk

kompos ini adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami,

arang sekam, dedak halus, serta kotoran sapi sebagai bahan baku campuran.

Pengadaan bahan baku berupa limbah pertanian berasal dari material sisa panen

padi yang dihasilkan para petani anggota gapoktan di Desa Ciburuy. Pemilihan

asal pasokan bahan baku ini didasarkan pada potensi lokal yang begitu besar,

kemudahan aksesibilitas, dan ramah lingkungan walaupun kandungan nilai C/N

ratio pada jerami cukup besar senilai 80 C/N ratio yang dapat memperlambat laju

pengomposan.

Unit usaha Lisung Kiwari mensiasati hal tersebut dengan mencampur

bahan lain yang nilai C/N ratio-nya rendah agar dapat mempersingkat laju

pengomposan. Dalam hal ini, unit usaha Lisung Kiwari menggunakan kotoran

sapi sebagai bahan campurannya karena memiliki kandungan nilai C/N ratio yang

rendah sebesar 20 C/N ratio. Pengadaan bahan baku berupa kotoran sapi berasal

dari PT Karyana yang berada di wilayah Kecamatan Cicurug. Pemilihan asal

pasokan kotoran sapi ini didasarkan pada kemudahan aksesibilitas, kualitas, dan

biaya untuk mendapatkannya. Lokasi PT Karyana yang berada di Kecamatan

Cicurug memiliki jarak tempuh yang cukup dekat dengan Desa Ciburuy sehingga

Page 94: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

78  

mudah dijangkau oleh KKT Lisung Kiwari. Kualitas kotoran sapi yang

ditawarkan PT Karyana juga lebih baik dibandingkan dari peternak sapi secara

individu. Hal ini dikarenakan kandungan air pada kotoran sapi PT Karyana lebih

sedikit dibandingkan dari peternak sapi yang tidak melalui proses pengelolaan

terlebih dahulu sehingga kualitas kompos yang dihasilkan pun lebih bagus. Selain

itu, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh kotoran sapi sebesar Rp 3.000,- per

karung (30 kg) bebas biaya ongkos kirim. Berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan itulah pengelola usaha memilih bahan baku tersebut sehingga lokasi

usaha dapat berdekatan dengan sumber pasokan bahan baku.

Dalam menentukan jumlah bahan baku yang akan dibeli biasanya

disesuaikan dengan kapasitas produksi usaha selama periode satu bulan yang

didasarkan pada kebutuhan untuk tiga kali siklus produksi. Proses pembelian

bahan baku berupa kotoran sapi dilakukan dengan cara memesan seminggu

sebelumnya baru kemudian produsen bahan baku tersebut mengirimnya ke lokasi

usaha. Sedangkan pembelian bahan baku limbah pertanian dilakukan secara

langsung kepada petani. Sistem pembelian bahan baku dari pemasok

menggunakan sistem cash atau langsung bayar.

Sementara untuk persediaan bahan baku, unit usaha KKT Lisung Kiwari

belum mempunyai aturan baku dalam menentukan besarnya jumlah persediaan

bahan baku. Selama ini persediaan bahan baku dipenuhi dengan pembelian untuk

tiga kali siklus produksi dalam sekali pemesanan bahan baku. Pengelola baru akan

melakukan pemesanan bahan baku lagi apabila stok bahan baku digudang

diperkirakan cukup untuk satu siklus produksi terakhir dalam periode satu bulan.

Hal ini dikarenakan pengelola tidak merasa terkendala dalam memperoleh bahan

baku. Unit usaha KKT Lisung Kiwari sendiri telah mempunyai gudang atau lahan

khusus yang digunakan untuk persediaan bahan baku. Stok bahan baku yang

belum digunakan disimpan di gudang bahan baku yang berdekatan dengan lahan

pengomposan sehingga memudahkan alur produksi yang berlangsung. Jadi secara

keseluruhan, pengelola tidak menghadapi kendala yang cukup berarti dalam

pemenuhan kebutuhan bahan baku.

Page 95: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

79  

2. Letak pasar yang dituju

Pemasaran pupuk kompos seluruhnya disalurkan melalui LPS sebagai

mitra KKT Lisung Kiwari yang berlokasi di jalan Rancamaya No. 22, Kecamatan

Bogor Selatan, Kota Bogor. LPS kemudian mendistribusikan pupuk tersebut

kepada para petani binaan, agen, toko-toko retail hingga konsumen akhir. Sasaran

pasar pupuk kompos OFER yang dibidik oleh LPS adalah konsumen kelas hobies

tanaman hias dan beberapa cluster petani binaan LPS serta seluruh elemen

masyarakat yang peduli akan terciptanya pertanian yang sehat, baik itu para petani

di pedesaan maupun masyarakat kota.

Ruang lingkup pasar tujuan mencakup di wilayah Bogor dan Jakarta

karena letaknya yang masih cukup dekat dengan Desa Ciburuy, Kabupaten Bogor.

Pada pasar eksternal, letak pasar yang dituju baru mencakup Kabupaten Bogor

dan Jakarta. Letak pasar yang dituju pada wilayah Kabupaten Bogor terdapat di

Cianjur, Cipanas (toko Sigma Agri, Taman Bunga Nusantara, Graha Tani,

Barokah Tani), Bogor Kota (toko Tani Jaya, Dermaga Tani, Sarana Tani), dan

Sentul (toko bunga besar OASIS). Letak pasar yang dituju pada wilayah Jakarta

terdapat di Kelapa Gading (Kelapa Kopyor 3) dan Cipinang Elok 1. Jarak pasar

yang tidak terlalu jauh dan berada di pusat kota menjadikan produk masih berada

dalam jangkauan konsumen.

Pada pasar internal, letak pasar yang dituju sudah mencapai cluster-cluster

petani di Cianjur, Karawang bahkan hingga Brebes. Jarak pasar yang cukup jauh

membuat alokasi biaya pengiriman lebih besar karena harus menyewa truk yang

dapat memuat pesanan dalam jumlah besar. Biaya sewa truk jangkauan Cianjur

sebesar Rp 400.000,- per truk dan biaya sewa truk untuk pengiriman paling jauh

ke Brebes sebesar Rp 900.000,- per truk dengan kapasitas maksimal pengiriman

20 ton. Namun biaya pengimriman ini menjadi tanggungan LPS sebagai

distributor.

3. Tenaga listrik dan air

Kebutuhan unit usaha akan tenaga listrik dan air tidak mengalami

kesulitan dalam mendapatkannya. Desa Ciburuy yang sebagian besar bergerak di

sektor pertanian sudah terjangkau oleh aliran listrik sehingga pemenuhan

kebutuhan tenaga listrik tidak ada masalah. Sedangkan untuk akses air bersih, unit

Page 96: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

80  

usaha juga tidak mengalami kendala yang berarti karena letak geografis Desa

Ciburuy yang berada di kaki Gunung Salak membuat pasokan air bersih masih

terbilang banyak. Air yang digunakan dalam proses pengomposan berasal dari

sumur sendiri yang dapat dimanfaatkan dengan bebas tanpa mengeluarkan biaya.

4. Supply tenaga kerja

Pada pengusahaan pupuk kompos unit usaha KKT Lisung Kiwari belum

membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar karena skala usaha masih kecil

sehingga supply tenaga kerja tidak terkendala. Tenaga kerja berasal dari

masyarakat sekitar lokasi usaha yaitu petani anggota gapoktan silih asih. Tenaga

kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi adalah tenaga kerja yang terampil

dan bukan tenaga kerja terdidik. Tenaga kerja harus terampil dan memiliki

keahlian bertani. Tenaga kerja dibutuhkan dalam proses pengadukan dan

pengolahan, proses pengayakan, dan proses pengemasan. Tenaga kerja yang

digunakan hanya berjumlah dua orang dengan upah sebesar Rp 30.000,- per HOK

per orang.

5. Fasilitas transportasi

Lokasi usaha pupuk kompos OFER yang terletak di permukiman Desa

Ciburuy telah memiliki fasilitas jalan aspal dengan kondisi baik dalam

menghubungkan desa dengan desa dan kecamatan lain. Akses dari jalan utama

menuju desa hanya disediakan ojek sepeda motor dan tidak ada angkutan desa non

trayek. Akses dari Desa Ciburuy ke jalur Sukabumi tidak terlalu jauh sehingga

mempermudah pendistribusian bahan baku kotoran sapi yang didatangkan dari PT

Karyana di Kecamatan Cicurug. Alat transportasi yang digunakan untuk akses

sumber bahan baku yaitu kendaraan beroda empat yang disediakan oleh pemasok

bahan baku tersebut. Akses dari Desa Ciburuy menuju jalur pusat kota seperti

Jakarta dan Kota Bogor juga tidak terlalu jauh. Alat transportasi yang digunakan

untuk pendistribusian produk kemasan yaitu kendaraan beroda empat (mobil box)

milik LPS. Sedangkan sarana transportasi yang digunakan untuk pendistribusian

dalam jumlah besar menuju cluster petani di Cianjur, Karawang hingga Brebes

yaitu kendaraan beroda empat truk besar berkapasitas 20 ton yang disewa oleh

LPS kepada agen truk. Kondisi jalan yang memadai menjadikan proses produksi

dan pemasaran berjalan dengan lancar. Dengan demikian, unit usaha tidak

Page 97: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

menanggung beban biaya transportasi baik untuk akses bahan baku maupun

distribusi pemasaran.

6. Hukum dan peraturan yang berlaku

Pengusahaan pupuk kompos yang didirikan di Desa Ciburuy tidak

bertentangan dengan hukum dan peraturan yang berlaku di wilayah tersebut

sehingga tidak ada hambatan bagi unit usaha untuk mengoperasikan usahanya.

Pengusahaan pupuk kompos telah mendapat izin resmi dari Pemerintah Desa dan

berbentuk badan usaha koperasi No. 518/03 BHKPTS/ kankop 2005 (Gambar 10).

Selain itu, produk dari unit usaha ini juga telah mendapatkan sertifikasi dari

lembaga Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Kondisi sosial budaya

masyarakat setempat pun tidak ada yang menentang kegiatan usaha ini.

Gambar 10. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari

Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

7. Iklim dan keadaan tanah

Kondisi iklim dan keadaan tanah di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong

cukup baik untuk dilakukan usaha pengomposan walaupun keadaan tanah tidak

terlalu berpengaruh terhadap kelangsungan produksi. Lokasi usaha yang terletak

di Desa Ciburuy memiliki iklim yang cukup sejuk dikarenakan berada di kaki

Gunung Salak. Kondisi iklim yang sejuk menjadikan proses fermentasi yang

berlangsung mencapai kondisi seimbang, artinya tidak terlalu basah atau kering.

Padahal kondisi iklim sebagai faktor alam cenderung berubah-ubah sehingga

dapat mempengaruhi kualitas pupuk kompos yang akan dihasilkan. Pada musim

hujan dapat menurunkan kualitas pupuk karena kondisi lingkungan yang terlalu

81  

Page 98: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

82  

lembab dan basah sehingga kontaminan terhadap jamur menjadi tinggi, akibatnya

menghambat aerasi dan proses penguraian oleh mikroba. Sedangkan bila iklim

terlalu panas menjadikan bahan terlalu kering yang juga dapat menghambat proses

dekomposisi. Oleh karena itu, pihak pengelola membangun lokasi pengomposan

dengan memberikan naungan dari asbes untuk menghindari curah hujan dan sinar

matahari yang terlalu terik.

8. Sikap masyarakat

Sikap masyarakat Desa Ciburuy sangat terbuka dan mendukung terhadap

keberadaan unit usaha pupuk kompos ini. Hal tersebut dikarenakan terbatasnya

produsen kompos di Desa Ciburuy sedangkan kesadaran petani akan pentingnya

pertanian organik semakin meningkat. Petani mulai tertarik untuk menghasilkan

produk pertanian yang sehat dengan cara aplikasi pemakaian input berbahan

organik seperti pupuk kompos. Keberadaan usaha pengomposan ini dijadikan

sebagai sarana pembelajaran bagi petani untuk dapat menghasilkan pupuk kompos

secara mandiri. Selain itu, pasokan limbah pertanian yang berasal dari petani

sekitar juga menjadi sumber penghasilan tambahan bagi mereka melalui penjualan

kepada unit usaha pengomposan.

9. Rencana perluasan usaha

Unit usaha KKT Lisung Kiwari berencana memperluas skala usahanya

melalui peningkatan kapasitas produksinya dengan cara menambah lantai petakan

pengomposan seluas 50 m2. Kapasitas produksi yang semula hanya 12 ton per

bulan akan ditingkatkan menjadi 21 ton per bulan. Perencanaan tersebut dilakukan

dengan tujuan dapat memenuhi permintaan potensial yang terjadi di tingkat

petani-petani organik yang mencapai 50 ton per musim tanam. Rencana ini akan

dapat menimbulkan tambahan pengeluaran biaya investasi seperti pembuatan

naungan dan pembuatan lantai semen serta biaya sewa lahan. Namun tambahan

biaya tidak begitu besar karena proses pengomposan yang dilakukan tergolong

sederhana.

b. Luas produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk

mencapai keuntungan yang optimal. Pada awal didirikannya usaha ini tahun 2006,

Page 99: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

83  

tidak ada penentuan dalam luas produksi. Unit usaha berproduksi hanya

berdasarkan pesanan karena belum adanya kepastian dari pasar. Pada tahun 2008

dimana tren pasar tanaman hias mulai booming terjadi lonjakan permintaan pupuk

kompos sehingga jumlah pesanan dari LPS pun meningkat. Unit usaha mulai

berproduksi secara optimal dan kontinyu untuk memenuhi kebutuhan pasar. Luas

produksi mencapai 12 ton per bulan.

Saat ini, unit usaha pupuk kompos KKT Lisung Kiwari masih berproduksi

dalam jumlah yang sama. Hal ini dikarenakan luasan lahan pengomposan yang

dimilikinya terbatas. Padahal sejak tahun 2009 terjadi perluasan permintaan pada

pasar internal walaupun pada pasar eksternal menurun. Namun tidak menjadi

masalah bagi unit usaha karena permintaan potensial yang terjadi di tingkat petani

jauh lebih besar dibandingkan penurunan di tingkat hobies sehingga LPS pun

tidak mengurangi jumlah pesanannya.

Jumlah produksi sebesar 12 ton per bulan terbilang belum mencapai luas

produksi optimal karena masih banyak permintaan potensial di tingkat petani

organik yang belum mampu diserap oleh unit usaha. Menurut pihak pengelola

setidaknya unit usaha harus memperbanyak jumlah produksinya sebanyak tiga

petak lagi atau menjadi 21 ton per bulan agar dapat memenuhi seluruh permintaan

yang ada. Oleh karena itu, peluang untuk meraih keuntungan yang besar masih

sangat berpotensi dengan melakukan perencanaan perluasan skala usaha.

c. Proses produksi

Kegiatan pembuatan pupuk kompos ini terdiri dari beberapa tahapan mulai

dari persiapan bahan baku dan lokasi sampai proses pengemasan. Selama

berjalannya usaha ini, tidak ditemui kendala yang berarti dalam proses produksi.

Proses produksi yang dilakukan tergolong sederhana. Namun unit usaha ini telah

menerapkan teknologi pengomposan yaitu dengan bantuan aktivator Effective

Microorganism (EM4).

Pada tahapan persiapan bahan dan lokasi, lahan pengomposan yang

disiapkan telah menggunakan naungan dan petakan yang beralaskan semen untuk

menghindari risiko musim hujan. Bahan-bahan yang akan dijadikan input

produksi telah dipilih berdasarkan pertimbangan kandungan nilai C/N ratio.

Page 100: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

84  

Sebelum bahan-bahan diolah, unit usaha melakukan pemotongan bahan-bahan

tersebut menjadi berukuran kecil dan seragam agar mempercepat laju

pengomposan. Selama proses fermentasi berlangsung, unit usaha melakukan

kontrol atas suhu dan kandungan air untuk mempersingkat waktu pengomposan.

Pupuk kompos yang dihasilkan juga telah diayak terlebih dahulu sebelum

dikemas sehingga teksturnya menjadi lebih halus. Standar penyimpanan pupuk

kompos di gudang menggunakan kayu valet atau tatakan kayu dengan syarat

penumpukan maksimal 15 karung, suhu kamar, dan pemeliharaan gudang secara

berkala. Berdasarkan literatur, pelaksanaan proses produksi yang dijalankan oleh

unit usaha ini telah sesuai dengan persyaratan yang ada.

Selain itu, upaya penguatan nilai produk di pasaran turut dilakukan oleh

LPS sebagai pihak yang memasarkan melalui sertifikasi produk. Proses sertifikasi

produk yang dilakukan terdiri dari analisa kandungan hara oleh Balai Penelitian

Biogen dan pendaftaran hak paten ke lembaga Hak Atas Kekayaan Intelektual

(HAKI) dengan merk dagang OFER (Organic Fertilizer).

d. Layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Proses penentuan bentuk atau

layout pada unit usaha pupuk kompos ini masih sederhana. Pengaturan layout

yang dilakukan mencakup lahan pengomposan dan gudang. Unit usaha KKT

Lisung Kiwari memiliki luas bangunan usaha sebesar 118 m2 yang terdiri dari 50

m2 lahan pengomposan, 20 m2 gudang bahan baku, dan 48 m2 gudang pupuk

kompos. Lokasi dari ketiganya terletak menyatu dan berdampingan dalam satu

luasan lahan. Layout dari lokasi usaha pupuk kompos OFER dapat dilihat pada

gambar 11.

Page 101: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

85  

Gambar 11. Layout Lokasi Usaha Pupuk Kompos OFER

Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010 Keterangan : Gudang 1 = Gudang bahan baku kompos Gudang 2 = Gudang kompos siap jual Petak 1,2,3,4 = Petakan pengomposan

Struktur ruangan ditata sesuai dengan alur proses produksi. Pertama,

gudang bahan baku yang digunakan untuk menyimpan stok bahan baku terletak di

bagian sisi kiri paling belakang. Kedua, lahan pengomposan yang digunakan

untuk proses produksi terletak di sisi kiri bagian depan dari gudang bahan baku.

Lahan pengomposan dibentuk dengan membuat petakan-petakan beralaskan

semen dan dinaungi dengan atap dari asbes yang dapat dilihat pada gambar 12.

Ketiga, gudang pupuk kompos yang digunakan untuk menyimpan pupuk kompos

terletak di sebelah kanan gudang bahan baku. Gudang penyimpanan pupuk

kompos ini terbuat dari bilik bambu yang berbentuk bangun ruang persegi.

10 m

2,5 m

Lantai Penjemuran

Padi

Petak 1

Gudang 1Gudang 2

8 m

Petak 2

Petak 3

Petak 4

6 m

5 m

4 m

14 m

13 m

Page 102: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

4 123 5 m

10 m

2,5

30

Gambar 12. Layout Bangunan Pengomposan Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

Tata ruang unit usaha yang masih sederhana menjadikan arus produk dari

proses satu ke proses lain berjalan dengan lancar. Letak antara gudang bahan baku

dengan lahan pengomposan yang berdampingan tanpa sekat memudahkan

pengambilan bahan baku saat ingin berproduksi. Dalam penempatan peralatan

pengomposan tidak memiliki ruangan tersendiri, hanya diletakkan pada tempat

yang masih kosong dalam gudang pupuk kompos. Hal ini dilakukan untuk

meminimisasi biaya produksi melalui penggunaan ruang secara optimal.

Kegiatan yang sifatnya administratif, unit usaha tidak memiliki kantor

khusus tetapi bergabung dengan kantor koperasi. Fungsi kantor koperasi sebagai

pelayanan unit usaha kepada masyarakat umum dan kegiatan administratif

lainnya. Lokasi kantor koperasi terpisah dengan lokasi usaha tetapi jarak diantara

keduanya tidak terlalu jauh sehingga pengoperasian usaha masih dapat berjalan

lancar.

86  

Page 103: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

87  

e. Pemilihan jenis teknologi

Pada umumnya masih banyak yang menganggap bahwa pertanian organik

miskin teknologi karena tidak menggunakan input anorganik dan mesin-mesin

modern. Padahal teknologi yang dikembangkan untuk pembuatan pupuk organik

dengan melibatkan mikroorganisme juga sebuah teknologi. Jadi tidak benar

adanya pernyataan bahwa pertanian organik adalah pertanian yang anti teknologi

bahkan anti pembangunan.

Penggunaan teknologi pada pengusahaan pupuk kompos biasa dikenal

dengan istilah soft technology atau ecotechnology karena adanya pemanfaatan

limbah-limbah dalam proses produksinya. Konsep ecotechnology memberikan

jawaban terhadap kebutuhan teknologi yang ramah lingkungan. Penggantian input

anorganik dengan input organik merupakan salah satu penerapan teknologi ini.

Pemilihan jenis teknologi dalam proses pengomposan berpengaruh

terhadap laju pengomposan. Teknologi pengomposan yang dapat dilakukan

seperti pemilihan bahan baku dan penggunaan zat aktivator. Pada proses produksi

pupuk kompos ini digunakan kotoran sapi sebagai bahan baku campuran.

Pemilihan bahan baku tersebut dikarenakan kandungan C/N ratio pada kotoran

sapi cukup rendah sebesar 20 C/N ratio sehingga dapat mempercepat laju

pengomposan. Unit usaha ini juga menggunakan teknologi aktivator untuk

mempercepat proses fermentasinya. Aktivator yang digunakan oleh unit usaha

yaitu aktivator Effective Microorganism (EM4). Keunggulan yang dimiliki EM4

yaitu dapat meningkatkan fermentasi limbah organik dan kotoran ternak hingga

lingkungan menjadi tidak bau, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk

tanaman, serta menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen tanah. Selain itu,

adanya penggunaan mesin pencacah jerami (chopper) dapat memudahkan proses

pemotongan bahan (Gambar 13). Dengan demikian unit usaha ini telah

menggunakan teknologi dalam proses produksinya.

Page 104: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Gambar 13. Mesin Pencacah Jerami

Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

f. Hasil Analisis Aspek Teknis

Berdasarkan analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa

pengusahaan pupuk kompos oleh unit usaha KKT Lisung Kiwari layak untuk

dijalankan. Hal ini karena secara teknis pelaksanaannya telah sesuai standar

pengoperasian usaha pupuk kompos baik dalam proses produksi maupun

penggunaan teknologi. Walupun kondisi layout lokasi usaha masih sederhana

tetapi tidak ada kendala dalam alur produksinya. Terkait pengadaan bahan baku,

unit usaha tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku tersebut.

Teknologi yang digunakan merupakan teknologi ramah lingkungan yang cukup

sederhana sehingga tidak menyulitkan bagi unit usaha. Produk kompos yang

dihasilkan telah memenuhi standar keamanan produk sehingga tidak merugikan

konsumennya.

6.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum

Sejak didirikannya Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari awal

tahun 2005, pengusahaan pupuk kompos ini telah menjadi bagian dari salah satu

unit usaha yang terdapat didalamnya. Kegiatan usaha KKT Lisung Kiwari

meliputi unit simpan pinjam, unit sembako, unit sarana produksi pertanian, unit

pembayaran telepon dan listrik. Unit usaha pupuk kompos sebagai bagian dari

unit sarana produksi pertanian telah memiliki struktur organisasi yang formal

namun masih terbilang sederhana karena skala usaha tergolong masih kecil

sehingga manajemen ditangani secara bersama oleh pengurus koperasi.

88  

Page 105: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

89  

Meskipun tanpa struktur organisasi yang lengkap, unit usaha telah

memiliki pembagian tugas yang jelas. Tanggung jawab seluruh kegiatan

pengusahaan baik produksi maupun pemasaran ditangani langsung oleh pengurus

koperasi. Sedangkan dalam pengoperasiannya, unit usaha ini di pimpin oleh

seorang pengelola sekaligus bertindak sebagai tenaga kerja produksi. Jumlah

tenaga kerja produksi yang dimiliki unit usaha saat ini hanya berjumlah dua orang.

Tugas seorang tenaga kerja produksi melakukan seluruh tahapan proses

produksi pupuk kompos yang terdiri dari bagian pengolahan, pengayakan, dan

pengemasan. Pada bagian pengolahan, tugas yang dilakukan mulai dari

pemotongan jerami, penimbunan bahan hingga tahap pematangan. Pengerjaan

bagian pengolahan rata-rata menghabiskan 8 HOK untuk empat petak dalam satu

siklus produksi. Waktu pengerjaan pengolahan hanya empat hari dengan

tanggungan beban kerja masing-masing sebanyak 4 HOK. Pada bagian

pengayakan, tugas yang dilakukan hanya sebatas pengayakan saja. Pengerjaan

bagian pengayakan rata-rata menghabiskan 4 HOK untuk empat petak dalam satu

siklus produksi. Waktu pengerjaan pengayakan hanya dua hari dengan

tanggungan beban kerja masing-masing sebanyak 2 HOK. Pada bagian

pengemasan, tugas yang dilakukan yaitu penimbangan dan pengemasan.

Pengerjaan bagian pengemasan rata-rata menghabiskan 4 HOK untuk empat petak

dalam satu siklus produksi. Waktu pengerjaan pengemasan hanya satu hari karena

menggunakan tenaga kerja tambahan sebanyak dua orang dengan tanggungan

beban kerja masing-masing sebanyak 1 HOK. Namun, beban kerja yang

ditanggung oleh dua orang tenaga kerja unit usaha tidak masuk ke dalam kas unit

usaha karena upah kerja dibayar oleh LPS. Jadi, total beban kerja masing-masing

tenaga kerja yang ditanggung oleh unit usaha sejumlah 6 HOK.

Upah sebagai kompensasi atas jasa diberikan kepada tenaga kerja setiap

satu kali siklus produksi sebesar Rp 30.000 per HOK per orang. Jika

diakumulasikan, total upah yang dibayarkan unit usaha kepada tenaga kerja

produksi sebesar Rp 180.000 per orang per satu siklus produksi. Secara singkat

alur struktur organisasi Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari dapat dilihat pada

Gambar 14.

Page 106: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

90  

Gapoktan Silih Asih

Unit Simpan Pinjam

Unit

Sembako

Unit Sarana

Produksi Pertanian

Unit Pembayaran Telepon dan

Listrik

Unit Usaha Pupuk

Kompos

Unit

PenySaprotan

ediaan

KKT Lisung Kiwari

Gambar 14. Struktur Organisasi Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Sumber : KKT Lisung Kiwari 2010

Bentuk badan usaha yang digunakan oleh unit usaha pupuk kompos ini

dikategorikan sebagai badan usaha koperasi yang berlandaskan asas-asas

kekeluargaan. Modal koperasi bisa didapatkan dari dua sumber modal utama

yakni modal sendiri dan modal pinjaman. Namun modal yang digunakan oleh

KKT Lisung Kiwari ini berasal dari modal sendiri dimana modal terdiri dari

simpanan pokok, simpanan wajib atau dana cadangan. Besarnya modal tercantum

dalam anggaran dasar koperasi yang dibuat atas dasar kesepakatan bersama. Sisa

hasil usaha dibagikan kepada kas koperasi dan unit usaha sesuai ketentuan yang

berlaku.

KKT Lisung Kiwari didirikan dengan mengikuti persyaratan pendirian

suatu koperasi pada umumnya, yaitu menggunakan akta resmi yang dibuat oleh

notaris. Dalam akta tersebut diantaranya tercantum nama koperasi, nomor

perizinan, bidang usaha, dan alamat perusahaan. Selain itu, unit usaha juga telah

memperoleh sertifikasi dari lembaga yang kompeten untuk pengesahan produk

organiknya.

Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek manajemen dan hukum, unit

usaha pupuk kompos KKT Lisung Kiwari layak dijalankan. Secara institusional,

Page 107: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

91  

tidak ada masalah dalam perizinan usaha karena telah memiliki izin resmi.

Struktur organisasi tergolong sederhana karena unit usaha masih berskala home

industry. Namun demikian pengusahaan ini telah mempunyai pembagian tugas

yang jelas antara pengurus koperasi dan tenaga kerja produksi unit usaha.

6.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Keberadaan usaha pengomposan yang dijalankan oleh unit usaha KKT

Lisung Kiwari mendapat dukungan dari masyarakat sekitar Desa Ciburuy karena

tidak menimbulkan dampak buruk terhadap kondisi masyarakat sekitar proyek

yang sebagian besar adalah petani. Dilihat dari segi sosial, usaha ini mampu

membebaskan petani dari ketergantungan terhadap pengusaha benih dan sarana

produksi pertanian lainnya. Pada pertanian konvensional, ketergantungan petani

terhadap pupuk demikian tingginya sehingga biaya produksi usahatani sangat

besar. Kini dengan adanya pengusahaan pupuk kompos yang berbasiskan

pertanian organik di Desa Ciburuy, petani anggota gapoktan telah mengurangi

proporsi pemakaian pupuk anorganik karena petani menjadi tahu bagaimana cara

membuat pupuk kompos yang berasal dari limbah jerami hasil panen sehingga

petani secara mandiri mampu memenuhi kebutuhannya akan pupuk dan dapat

mengeksplorasi benih lokal seperti varietas ciherang dan mekongga yang

memiliki cita rasa khusus.

Selain itu sebagai usaha yang padat karya dan sifatnya yang alami,

produksi pupuk kompos ini banyak melibatkan stakeholder, seperti para petani

dalam hal budidaya pertanian yang menghasilkan produk sampingan berupa

limbah pertanian, para peternak sapi sebagai sumber pengadaan kotoran sapi yang

digunakan untuk campuran bahan baku, pengumpul residu tanaman, hingga usaha

pembuat pupuk kompos itu sendiri yakni unit usaha KKT Lisung Kiwari. Dengan

demikian adanya pengusahaan pupuk kompos secara umum telah membuka

kesempatan kerja di berbagai bidang. Dalam pengusahaan pupuk kompos itu

sendiri telah membuka kesempatan kerja bagi penduduk sekitar walaupun

cakupannya masih sangat kecil yaitu empat orang tenaga kerja yang juga

merupakan petani anggota gapoktan. Hal ini dikarenakan skala usaha yang masih

Page 108: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

92  

kecil sehingga di dalam tubuh unit usaha itu sendiri belum memerlukan banyak

tenaga kerja.

Dilihat dari segi ekonomi, pengusahaan pupuk kompos yang berbasiskan

pertanian organik telah berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian desa.

Hal ini dikarenakan pertanian organik yang sifatnya padat karya memungkinkan

tumbuhnya usaha kecil menengah berupa industri pupuk organik skala kecil yang

bersumber pada potensi lokal dimana hal tersebut tidak mungkin dilakukan pada

pertanian anorganik yang membutuhkan modal besar baik finansial maupun

teknologi. Para petani anggota gapoktan dapat memanfaatkan limbah pertaniannya

sebagai sumber bahan baku pembuatan pupuk kompos dimana total jerami yang

tersedia mencapai 21 ton per hektar setiap kali panen. Dengan harga jual sebesar

Rp 375,- per kg maka para petani mampu meningkatkan pendapatannya hingga

Rp 7.875.000 untuk setiap jerami yang dihasilkan dalam satu hektar. Dengan

demikian berdirinya usaha pupuk kompos skala kecil ini telah memberi kontribusi

bagi pertumbuhan perekonomian Desa Ciburuy dan mempererat relasi sosial yang

saling menguntungkan.

Dilihat dari segi budaya, perubahan dalam teknologi pada suatu usaha

dapat secara budaya mengubah perilku kerja yang dilakukan masyarakat. Adanya

pengusahaan pupuk kompos ini juga memberi dampak positif terhadap

perkembangan sistem budidaya pertanian di Desa Ciburuy. Keberhasilan unit

usaha KKT Lisung Kiwari dalam menghasilkan pupuk kompos sebagai produk

pertanian sehat dengan teknologi ramah lingkungan menjadi motivasi bagi

masyarakat Desa Ciburuy yang sebagian besar berprofesi sebagai petani untuk

mengubah kebiasaan mereka dalam sistem budidaya pertaniannya. Para petani di

Desa Ciburuy sudah mulai beralih dan terbiasa dengan sistem budidaya pertanian

organik yang menggunakan pupuk organik sebagai asupan nutrisinya sehingga

penggunaan input eksternal sintesis menjadi minim. Oleh karena itu, pengusahaan

pupuk kompos OFER ini mendapat dukungan dari masyarakat sekitar.

Berdasarkan hasil analisis aspek sosial, ekonomi,dan budaya maka

keberadaan pengusahaan pupuk kompos OFER di Desa Ciburuy layak untuk

dilaksanakan karena pengusahaan tersebut secara sosial budaya diterima dan

Page 109: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

93  

secara ekonomi memberikan kesejahteraan ataupun manfaat kepada masyarakat

dan pengembangan Desa Ciburuy.

6.1.5 Aspek Lingkungan

Analisis terhadap aspek lingkungan dilakukan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan pengusahaan pupuk

kompos terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil observasi, kegiatan pengusahaan

pupuk kompos yang dilakukan oleh unit usaha KKT Lisung Kiwari tidak

menghasilkan limbah yang dapat berdampak buruk bagi keseimbangan

lingkungan namun sebaliknya usaha ini menggunakan bahan-bahan yang berasal

dari limbah pertanian sehingga mengurangi jumlah limbah yang ada dan

memperbaiki ekosistem lingkungan. Proses pengomposan pupuk kompos ini yang

dilakukan secara aerob dengan menggunakan aktivator EM4 juga tidak

menimbulkan pencemaran udara berupa bau yang tidak sedap dimana bau tersebut

akan timbul bila pengomposan dilakukan secara anaerob.

Selain itu, pengusahaan pupuk kompos yang dilaksanakan oleh unit usaha

KKT Lisung Kiwari ini sebagai wujud dari bentuk konservasi keanekaragaman

hayati. Penggunaan benih unggul atau bahkan benih transgenik menyebabkan

hilangnya beberapa varietas tanaman pangan asli Indonesia. Plasma nutfah ini

berangsur-angsur hilang tergusur oleh adanya benih unggul yang diklaim

memiliki ketahanan terhadap berbagai hama dan penyakit disamping kemampuan

produksinya yang tinggi. Namun benih jenis ini hanya bisa dipakai satu kali dan

memerlukan asupan nutrisi yang sangat besar sehingga proporsi pemakaian

terhadap pupuk anorganik pun menjadi tinggi. Akibatnya daya dukung lahan

semakin menurun.

Dengan adanya pengusahaan pupuk kompos ini merupakan upaya

melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di berbagai jenis ekosistem karena

mampu mengembalikan daya dukung lahan yang telah menurun sehingga dapat

memunculkan kembali varietas-varietas lokal yang tidak kalah kualitasnya

dibandingkan benih unggul. Berbagai varietas lokal yang telah digunakan oleh

petani organik Desa Ciburuy diantaranya varietas ciherang dan mekongga.

Berdasarkan hasil analisis aspek lingkungan, keberadaan pengusahaan pupuk

Page 110: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

94  

kompos OFER di Desa Ciburuy bermanfaat bagi lingkungan alam sekitar yang

sifatnya intangible benefit sehingga pengusahaan ini layak untuk dijalankan.

6.2 Analisis Aspek Finansial

Analisis terhadap aspek-aspek finansial dilakukan untuk mengetahui layak

atau tidaknya pengusahaan pupuk kompos unit usaha KKT Lisung Kiwari secara

finansial. Pengukuran hasil kelayakan usaha tersebut dilihat berdasarkan kriteria-

kriteria investasi. Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini akan dibagi

menjadi dua skenario berdasarkan kegiatan usaha yang telah dilakukan dan

rencana peningkatan kapasitas produksi ke depan. Penentuan skenario didasarkan

atasa potensi pasar pupuk kompos yang dihadapi LPS. Analisis kelayakan

finansial yang dilakukan pada kedua skenario bertujuan untuk melihat jenis

skenario pengusahaan pupuk kompos manakah yang lebih menguntungkan untuk

dijalankan.

6.2.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha I

Skenario I merupakan kondisi pengusahaan pupuk kompos pada saat ini,

dimana usaha telah berproduksi secara optimal karena besarnya permintaan yang

diajukan oleh LPS melebihi kapasitas produksi sebesar 12 ton per bulan. Besarnya

kapasitas produksi berdasarkan luasan lahan pengomposan yang dimiliki saat ini.

Luasan lahan pengomposan berukuran 50 m2 terdiri dari empat petakan

pengomposan. Setiap petak kompos berukuran 5x2.5 m hanya mampu

menghasilkan pupuk kompos sebesar 1 ton. Lama pembuatan pupuk kompos

membutuhkan waktu 10 hari untuk satu siklus produksi, dimana setiap satu siklus

produksi dihasilkan 4 ton. Dalam jangka waktu satu bulan, terjadi tiga kali siklus

produksi sehingga total produksi mencapai 12 ton. Pada kondisi ini diasumsikan

tidak terjadi penambahan biaya dan manfaat selama umur usaha berlangsung.

6.2.1.1 Inflow

Aliran kas masuk (inflow) pada skenario usaha I berasal dari penerimaan

penjualan produk pupuk kompos dan penjualan sisa hasil ayakan serta nilai sisa

dari investasi.

Page 111: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

95  

a. Penerimaan Penjualan

Penerimaan penjualan yang diperoleh pada unit usaha pupuk kompos ini

berasal dari penjualan pupuk kompos dan sisa hasil ayakannya. Setiap bulannya,

jumlah pupuk kompos yang diproduksi rata-rata sebesar 12 ton per bulan. Hal ini

didasarkan atas jumlah pesanan yang diterima unit usaha dari LPS melebihi

jumlah kapasitas produksi sehingga unit usaha memaksimumkan kapasitas yang

ada. Harga jual yang diterima unit usaha sebesar Rp 450,- karena penjualan hanya

berupa pupuk kompos tanpa kemasan.

Besarnya penerimaan penjualan didapat dari perkalian antara jumlah

produksi per tahun dikalikan dengan harga jual satuan. Pada tahun pertama usaha,

unit usaha mulai melakukan produksi pada bulan ke-3. Dalam waktu dua bulan

terhitung dari bulan pertama di tahun yang pertama, investasi unit usaha berupa

pembangunan rumah produksi dapat terselesaikan. Akumulasi jumlah produksi

pupuk kompos di tahun pertama sebesar 120 ton atau 120.000 kg untuk jangka

waktu 10 bulan. Penerimaan penjualan pupuk kompos di tahun pertama mencapai

Rp 54.000.000,-. Sedangkan pada tahun kedua usaha dan seterusnya, produksi

sudah dimulai pada bulan ke-1 sehingga akumulasi jumlah produksi pupuk

kompos mencapai 144 ton atau 144.000 kg per tahun. Penerimaan penjualan

pupuk kompos di tahun kedua dan seterusnya mencapai Rp 64.800.000,-.

Penerimaan penjualan juga berasal dari penjualan sisa hasil ayakan pupuk

kompos. Berdasarkan pengalaman usaha, sisa hasil ayakan yang diperoleh rata-

rata sebesar 25 kg untuk 1 ton pupuk kompos. Harga jual rata-rata pupuk kompos

sisa hasil ayakan sebesar Rp 100,- per kg. Pada tahun pertama usaha, dimana

jumlah produksi mencapai 120 ton, dapat menghasilkan jumlah ayakan sebanyak

3000 kg. Akumulasi penerimaan penjualan ini di tahun pertama mencapai Rp

300.000,-. Sedangkan pada tahun kedua usaha dan seterusnya, dapat

menghasilkan jumlah ayakan sebanyak 3600 kg, sehingga akumulasi penerimaan

penjualan ini mencapai Rp 360.000,- per tahun. Besarnya penerimaan penjualan

yang diterima selama umur usaha berlangsung sebesar Rp 640.740.000,-. Jumlah

total produksi dan nilai penjualan skenario usaha I pupuk kompos ini dapat dilihat

pada Tabel 8. 

 

Page 112: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

96  

Tabel 8. Jumlah Total Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha I (Kapasitas 12 ton/bulan)

Tahun Penjualan Produk Jumlah (kg) Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)

1

Pupuk kompos 120.000 450,00

54.000.000,00

Sisa hasil ayakan 3.000 100,00

300.000,00

Total 123.000 54.300.000,00

2 s/d 10

Pupuk kompos 144.000 450,00

64.800.000,00

Sisa hasil ayakan 3.600 100,00

360.000,00

Total 147.600 65.160.000,00

 

b. Nilai Sisa (Salvage Value)

Nilai sisa merupakan nilai investasi yang masih ada hingga akhir umur

proyek sehingga dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Nilai sisa diperoleh

dari penyusutan komponen investasi per tahun dikali dengan sisa tahun yang

belum terpakai selama umur proyek. Perhitungan penyusutan dari investasi

tersebut menggunakan metode garis lurus. Beberapa komponen investasi yang

masih memiliki nilai sisa diakhir umur usaha (pada tahun kesepuluh) yaitu gudang

pupuk kompos, ember, dan alat penyiram. Berdasarkan hasil perhitungan,

besarnya nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur usaha sebesar Rp 9.740.672,-.

Nilai sisa terbesar berasal dari komponen gudang pupuk kompos karena pada

komponen tersebut terjadi pengeluaran biaya investasi terbesar. Rincian nilai sisa

investasi pupuk kompos unit usaha KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Tabel

9.

 

Page 113: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

97  

Tabel 9. Nilai Sisa Investasi pada Skenario Usaha I (Kapasitas 12 ton/bulan)

No. Uraian Nilai Beli (Rp) Umur Pakai

(Tahun)

Penyusutan (Rp) Nilai Sisa (Rp)

1 Ijin usaha 500.000,00 -

-

-

2 Gubuk sederhana 6.000.000,00 5

1.200.000,00

-

3 Petakan pengomposan

9.000.000,00 10

900.000,00 -

4 Gudang bahan baku 7.058.824,00 5

1.411.764,80

-

5 Gudang pupuk kompos

16.941.176,00 7

2.420.168,00

9.680.672,00

6 Chopper 3.750.000,00 5

750.000,00 -

7 Cangkul 100.000,00 5

20.000,00

-

8 Sekop 100.000,00 5

20.000,00

-

9 Ember 40.000,00 3

13.333,33

26.666,67

10 Alat penyiram 50.000,00 3

16.666,67

33.333,33

11 Saringan kawat 130.000,00 2

65.000,00 -

12 Thermometer 50.000,00 10

5.000,00 -

Total 6.821.932,80 9.740.672,00

6.2.1.2 Outflow

Arus pengeluaran biaya pada skenario usaha I terdiri dari biaya investasi,

biaya reinvestasi, biaya operasional, dan pajak penghasilan.

a. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha

mulai dijalankan. Beberapa komponen investasi yang dikeluarkan oleh unit usaha

atas dasar kebutuhan teknis produksi yang meliputi ijin usaha, gubuk

pengomposan, petakan pengomposan, gudang bahan baku, gudang pupuk

kompos, chopper, cangkul, sekop, ember, alat penyiram, saringan kawat, dan

thermometer. Pada komponen investasi berupa uji kandungan hara, perolehan hak

paten produk, dan kendaraan pendistribusian tidak menjadi biaya investasi unit

usaha karena pengeluaran untuk biaya investasi tersebut dilakukan oleh LPS.

Rincian biaya investasi pada skenario usaha I dapat dilihat pada Tabel 10. Biaya

Page 114: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

98  

investasi pengusahaan pupuk kompos KKT Lisung Kiwari pada skenario usaha I

terdiri dari:

1. Ijin pendirian usaha koperasi dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) seharga

Rp 2.000.000,-. Adanya empat unit usaha pada KKT Lisung Kiwari

menjadikan persentase biaya perizinan masing-masing unit sebesar 25 persen

dari biaya ijin koperasi.

2. Pembangunan gubuk pengomposan ukuran 50 m2 sebanyak 1 unit seharga Rp

6.000.000,-. Pendirian gubuk pengomposan digunakan sebagai naungan pada

petakan pengomposan yang ada dibawahnya dengan beratapkan asbes dan

pondasi bangunan berbahan kayu sehingga umur ekonomis diperkirakan

selama 5 tahun. Tujuan pendirian gubuk pengomposan ini untuk menghindari

curah hujan atau terik panas matahari secara langsung agar proses fermentasi

dapat berjalan pada kondisi yang seimbang. Dengan demikian, komponen

investasi ini menjadi sangat penting untuk kelangsungan usaha pupuk kompos

ini.

3. Pembangunan petakan pengomposan sebanyak empat petak seharga Rp

2.250.000,- per petak. Setiap petakan yang dibangun berukuran 2,5x5 m atau

seluas 12,5 m2 dengan daya tampung bahan-bahan pengomposan untuk

kapasitas 1 ton. Pembuatan petakan pengomposan digunakan sebagai lahan

untuk pengolahan bahan-bahan kompos dengan berlantaikan semen sehingga

umur ekonomis diperkirakan selama 10 tahun. Tujuan pembuatan petakan

pengomposan ini untuk menjaga agar tidak tergenang sewaktu hujan. Lantai

petakan disemen agar memudahkan pengadukan dan pembalikan adonan

bahan-bahan tersebut.

4. Gudang bahan baku ukuran 20 m2 sebanyak 1 unit seharga Rp 7.058.824,-.

Besarnya biaya investasi tersebut atas dasar informasi yang diberikan oleh unit

usaha bahwa total biaya pembangunan seluruh gudang mencapai Rp

24.000.000,-. Luas total seluruh gudang sebesar 68 m2. Dengan menggunakan

proporsi perbandingan luas gudang, diperoleh biaya investasi gudang untuk 1

m2 seharga Rp 352.941,18. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk

gudang bahan baku seluas 20 m2 seharga Rp 7.058.824,-.

Page 115: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

99  

5. Gudang pupuk kompos ukuran 48 m2 sebanyak 1 unit seharga Rp 16.941.176,-

. Besarnya biaya tersebut menggunakan proporsi perbandingan biaya gudang

untuk 1 m2 seharga Rp 352.941,18.

6. Chopper yang digunakan untuk pencacahan jerami. Pada komponen investasi

mesin pencacah ini termasuk ke dalam biaya tidak tunai, dimana unit usaha

sebenarnya tidak mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya namun tetap

diperhitungkan sebagai biaya investasi. Alat pencacah jerami ini diperoleh

dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor sehingga dalam analisis digunakan

pendekatan opportunity cost sebesar Rp 3.750.000 per unit.

7. Cangkul digunakan untuk menimbun, mengolah, dan mengaduk adonan pupuk

kompos yang sedang difermentasikan. Cangkul yang dimiliki usaha ini ada

dua unit dengan harga @ Rp 50.000,-.

8. Sekop digunakan untuk mengambil bahan-bahan kompos pada tahap

persiapan bahan dan tahap pengayakan. Sekop yang dimiliki usaha ini ada dua

unit dengan harga @ Rp 50.000,-.

9. Ember digunakan untuk membuat larutan fermentator dan juga mengambil

kebutuhan air. Ember yang dimiliki usaha ini berjumlah dua unit dengan harga

@ Rp 20.000,-.

10. Alat penyiram digunakan untuk menyiramkan larutan fermentator pada

timbunan kompos. Alat penyiram yang dimiliki usaha ini ada dua unit dengan

harga @ Rp 25.000,-.

11. Saringan kawat digunakan untuk mengayak pupuk kompos yang sudah jadi

agar teksturnya menjadi lebih halus dan seragam. Saringan kawat yang

dimiliki usaha ini ada dua unit dengan harga @ Rp 65.000,-.

12. Thermometer digunakan untuk pengecekan suhu adonan pupuk kompos agar

suhu masih berada dalam batas kondisi ideal pada kisaran 40-450C.

Thermometer yang dibutuhkan dalam pengontrolan terhadap suhu cukup 1

unit saja dengan harga @ Rp 50.000,-.

Page 116: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

100  

Tabel 10. Rincian Biaya Investasi pada Skenario Usaha I (Kapasitas 12 ton/bulan)

No, Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total Nilai (Rp) Umur Ekonomis

(tahun)

1 Ijin usaha - 1 500.000,00

500.000,00 -

2 Gubuk Pengomposan Unit 1 6.000.000,00

6.000.000,00 5

3 Petakan pengomposan Petak 4 2.250.000,00

9.000.000,00 10

4 Gudang bahan baku Unit 1 7.058.824,00

7.058.824,00 5

5 Gudang pupuk kompos Unit 1 16.941.176,00

16.941.176,00 7

6 Chopper Unit 1 3.750.000,00

3.750.000,00 5

7 Cangkul Unit 2 50.000,00

100.000,00 5

8 Sekop Unit 2 50.000,00

100.000,00 5

9 Ember Unit 2 20.000,00

40.000,00 3

10 Alat penyiram Unit 2 25.000,00

50.000,00 3

11 Saringan kawat Unit 2 65.000,00

130.000,00 2

12 Thermometer Unit 1 50.000,00

50.000,00 10

Total Investasi

43.720.000,00

Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan oleh unit usaha pada kondisi

skenario I sebesar Rp 43.720.000,-. Biaya investasi terbesar yaitu pembangunan

gudang pupuk kompos sebesar Rp 16.941.176,- dengan umur ekonomis selama

tujuh tahun. Walaupun biaya investasi untuk gudang mempunyai proporsi yang

sama yaitu 1 m2 seharga Rp 352.941,18 namun umur ekonomis pada gudang

bahan baku berbeda dengan gudang pupuk kompos. Hal ini dikarenakan pada

gudang pupuk kompos merupakan bangunan tertutup sedangkan pada gudang

bahan baku hanya berupa bangunan tanpa sekat yang langsung berdampingan

dengan petak pengomposan.

b. Biaya Reinvestasi

Dalam komponen investasi, terdapat beberapa komponen yang telah habis

masa ekonomisnya sebelum umur usaha berakhir. Pada kondisi tersebut, unit

usaha harus melakukan investasi kembali untuk menambah fungsi ekonomisnya

selama umur usaha masih berlangsung. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

investasi kembali pada komponen yang telah habis masa ekonomisnya disebut

biaya reinvestasi. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan berbeda tiap tahunnya

Page 117: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

101  

tergantung dari banyaknya investasi yang perlu dilakukan kembali. Pada

pengusahaan pupuk kompos ini, reinvestasi dilakukan pada komponen gubuk

pengomposan, gudang bahan baku, gudang pupuk kompos, cangkul, sekop,

ember, alat penyiram, dan saringan kawat. Rincian biaya reinvestasi setiap

tahunnya dapat dilihat pada Tabel 11.

 

Tabel 11. Rincian Biaya Reinvestasi pada Skenario Usaha I (Kapasitas 12 ton/bulan)

Tahun Nilai Reinvestasi

2 - 3 130.000,00 4 90.000,00 5 130.000,00 6 17.008.824,00 7 220.000,00 8 16.941.176,00 9 130.000,00

10 90.000,00

Biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun keenam usaha, yaitu

sebesar Rp 17.008.824,00,-. Besarnya biaya reinvestasi pada tahun tersebut

dikarenakan jumlah dari lima komponen investasi yaitu gubuk pengomposan,

gudang bahan baku, chopper, cangkul, dan sekop. Pada tahun keempat dan

kesepuluh, biaya reinvestasi yang dikeluarkan paling kecil sebesar Rp 90.000,-

sedangkan pada tahun ketiga, kelima, dan kesembilan memiliki jumlah yang sama

sebesar Rp 130.000,-. Walaupun pada tahun keempat dan kesepuluh, terdapat dua

komponen yang direinvestasi yaitu ember dan alat penyiram namun biaya

reinvestasi tiap komponen lebih kecil dari biaya reinvestasi pada tahun ketiga,

kelima, dan kesembilan yang hanya terdapat satu komponen reinvestasi sehingga

biaya reinvestasi terkecil terjadi di tahun keempat dan kesepuluh. Jika dilihat

secara keseluruhan, total biaya reinvestasi yang dikeluarkan unit usaha cukup

besar karena umur usaha yang berlangsung selama 10 tahun.

Page 118: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

102  

c. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama masa

pengoperasian suatu usaha berlangsung. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap

dan biaya variabel.

• Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarya sama dan tidak tergantung dari

jumlah pupuk kompos yang dihasilkan selama masa usahanya. Rincian biaya tetap

pada skenario usaha I dapat dilihat pada Tabel 12. Biaya tetap pada pengusahaan

pupuk kompos ini terdiri dari :

1. Sewa lahan yang diperhitungkan berdasarkan biaya sewa lahan di Desa

Ciburuy yaitu sebesar Rp 9.620.000,- per hektar setiap tahunnya. Unit usaha

belum memiliki lahan pribadi koperasi sehingga lahan yang digunakan untuk

lokasi bangunan produksi merupakan lahan sewa. Luas bangunan produksi

secara keseluruhan sebesar 118 m2. Dengan biaya sewa lahan per m2 seharga

Rp 962,- per tahun maka jumlah biaya sewa lahan yang harus dikeluarkan tiap

tahunnya sebesar Rp 113.516,-. Biaya sewa lahan yang dikeluarkan pada

tahun pertama sama dengan tahun kedua dan seterusnya karena pada bulan

pertama di tahun pertama, unit usaha sudah menyewa lahan untuk kegiatan

investasi bangunan produksi.

2. Biaya pemeliharaan bangunan yang dikeluarkan untuk perawatan bangunan-

bangunan investasi. Perawatan bangunan yang dilakukan diantaranya gubuk

pengomposan, petakan pengomposan, gudang bahan baku, dan gudang pupuk

kompos. Pada peralatan-peralatan seperti cangkul, sekop, ember, dan lainnya

tidak terlalu memerlukan pemeliharaan selama kondisi alat tidak dalam

keadaan rusak. Berdasarkan pengalaman usaha selama ini, besarnya biaya

pemeliharaan bangunan setiap tahunnya rata-rata sebesar sepuluh persen dari

total biaya investasi bangunan yaitu Rp 3.900.000,- per tahun. Pada tahun

pertama usaha, biaya pemeliharaan bangunan yang dikeluarkan hanya untuk

10 bulan karena bangunan investasi baru selesai dibangun setelah dua bulan

pertama. Besarnya biaya pemeliharaan pada tahun pertama yaitu Rp

3.250.000,-. Pada tahun kedua dan seterusnya, biaya pemeliharaan bangunan

yang dikeluarkan untuk setiap tahunnya sebesar Rp 3.900.000,-.

Page 119: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

103  

3. Biaya listrik yang dikeluarkan unit usaha ini setiap bulannya rata-rata sebesar

Rp 50.000,-. Hal ini dikarenakan proses produksi pupuk kompos tidak

menggunakan tenaga listrik yang besar. Listrik hanya digunakan saat

melakukan pemotongan jerami dengan alat chopper. Pada tahun pertama

usaha, perhitungan biaya listrik dilakukan selama 10 bulan karena unit usaha

mulai beroperasi pada bulan ketiga. Biaya listrik yang dikeluarkan di tahun

pertama sebesar Rp 500.000,-. Pada tahun kedua dan seterusnya, biaya listrik

yang dikeluarkan untuk setiap tahunnya sebesar Rp 600.000,-.

4. Biaya komunikasi yang dikeluarkan dihitung dalam biaya komunikasi

bersama karena kegiatan administratif setiap unit usaha berada dalam satu

kantor sehingga menjadi biaya koperasi. Biaya komunikasi yang dikeluarkan

koperasi rata-rata setiap tahunnya sebesar Rp 2.000.000,-. Perhitungan biaya

komunikasi setiap unit usaha berdasarkan proporsi pemakaian dengan asumsi

tingkat pemakaian empat unit usaha sama besar yaitu Rp 500.000,- tiap

tahunnya. Pada tahun pertama usaha, perhitungan biaya komunikasi dilakukan

selama 10 bulan karena unit usaha mulai beroperasi pada bulan ketiga. Biaya

komunikasi yang dikeluarkan di tahun pertama sebesar Rp 416.666,67. Pada

tahun kedua dan seterusnya, biaya komunikasi yang dikeluarkan untuk setiap

tahunnya sebesar Rp 500.000,-.

5. Biaya karung plastik dikeluarkan untuk membeli karung plastik yang

digunakan sebagai penutup timbunan pupuk kompos pada proses fermentasi.

Jumlah karung plastik yang dibutuhkan untuk menutup 1 petak timbunan

pupuk kompos sebanyak 1 lembar. Dalam satu siklus produksi membutuhkan

4 lembar karung plastik. Karung plastik ini dapat bertahan hingga empat

bulan. Total karung plastik yang dibutuhkan setiap tahunnya sebanyak 12

lembar. Harga jual karung plastik per lembarnya sebesar Rp 5.000,-. Total

biaya yang dikeluarkan untuk pembelian karung ini sebesar Rp 60.000,- dan

diasumsikan konstan selama umur usaha.

6. Tunjangan Hari Raya adalah tunjangan yang diberikan unit usaha kepada

tenaga kerja produksi dalam rangka membagikan keuntungan yang diperoleh

selama satu tahun. Walaupun tenaga kerja produksi bukan merupakan tenaga

kerja tetap artinya upah diberikan hanya apabila proses produksi dilakukan,

Page 120: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

104  

namun sistem kekeluargaan yang menjadi landasan bentuk usaha ini

menjadikan mereka tetap mendapatkan THR. Besarnya THR yang diberikan

sama setiap tahunnya yaitu Rp 1.250.000,- per orang. Pada tahun pertama

usaha, total biaya THR yang dikeluarkan unit usaha sebesar Rp 2.083.300,-

karena unit usaha baru beroperasi selama 10 bulan. Pada tahun kedua dan

seterusnya, total biaya THR yang dikeluarkan unit usaha sebesar Rp

2.500.000,-.

7. Pajak bumi dan bangunan (PBB) dikeluarkan sebesar Rp 150.000,- per tahun.

8. Biaya tetap penyusutan yang terdapat dalam perhitungan laba rugi unit usaha

sebesar Rp 6.821.932,80 per tahun.

Tabel 12. Rincian Biaya Tetap pada Skenario Usaha I (Kapasitas 12 ton/bulan)

No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)

Nilai (Rp)

Tahun 1 Tahun 2-10

1 Sewa lahan m² per tahun 118 962,00

113.516,00

113.516,00

2 Pemeliharaan bangunan Tahun 1 3.900.000,00

3.250.000,00

3.900.000,00

3 Listrik Tahun 1 600.000,00

500.000,00

600.000,00

4 Komunikasi Tahun 1 500.000,00

416.666,67

500.000,00

5 Karung plastic Lembar per tahun 12

5.000,00

60.000,00

60.000,00

6 THR Orang per tahun 2

1.250.000,00

2.083.333,33

2.500.000,00

7 PBB Tahun 1 150.000,00

125.000,00

150.000,00

8 Penyusutan peralatan* Tahun 1 6.821.932,80

5.684.944,00

6.821.932,80

Total 12.233.460,00

14.645.448,80

Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan Laba/Rugi

Pada perhitungan laba rugi unit usaha, komponen biaya tetap terbesar

adalah biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 6.821.932,80,- per tahun. Biaya

penyusutan peralatan hanya dimasukkan pada perhitungan laba rugi. Laporan laba

rugi merupakan perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

manfaat bersih yang diterima selama masa pengoperasian usaha berlangsung tiap

tahunnya. Artinya, berapa selisih nilai yang akan didapatkan dari pengeluaran

biaya-biaya operasional dan pemasukan pendapatan yang terjadi dalam satu tahun.

Oleh karena itu, pengeluaran atas biaya investasi tidak dimasukkan dalam

Page 121: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

105  

perhitungan laba rugi melainkan hanya pengeluaran atas biaya penyusutannya saja

sehingga dibandingkan dengan biaya tetap lainnya, biaya penyusutan peralatan

masih yang terbesar.

Sedangkan pada perhitungan cashflow unit usaha, komponen biaya tetap

terbesar adalah biaya pemeliharaan bangunan sebesar Rp 3.900.000,- per tahun.

Hal ini dikarenakan pada laporan cashflow tidak dimasukkan biaya atas

penyusutan investasi. Selain itu, biaya pemeliharaan yang dimasukkan dalam

cashflow merupakan gabungan dari biaya pemeliharaan empat bangunan investasi

dalam satu tahun. Total biaya tetap dalam perhitungan laba rugi usaha pada tahun

pertama sebesar Rp 12.233.460,00,- dan pada tahun kedua serta seterusnya

sebesar Rp 14.645.448,80. Total biaya tetap dalam perhitungan cashflow pada

tahun pertama sebesar Rp 6.548.516,- dan pada tahun kedua serta seterusnya

sebesar Rp 7.823.516,-.

• Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari

jumlah pupuk kompos yang dihasilkan selama masa produksinya. Kebutuhan

operasional produksi pupuk kompos meliputi biaya pembelian bahan baku dan

upah tenaga kerja produksi. Besarnya bahan baku yang digunakan dalam satu

petak berbeda-beda sesuai dengan takarannya masing-masing. Komposisi bahan

baku yang digunakan dalam satu petak dapat menghasilkan satu ton pupuk

kompos setiap satu siklus produksi. Dengan mengetahui perbandingan takaran

masing-masing bahan baku dapat diperoleh Harga Pokok Produksi (HPP) pupuk

kompos per kg. Berdasarkan perhitungan pengeluaran biaya produksi untuk satu

ton pupuk kompos diperoleh HPP sebesar Rp 261,75 per kg. Rincian kebutuhan

bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk

kompos dapat dilihat pada tabel 13.

Page 122: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

106  

Tabel 13. Rincian Kebutuhan Bahan Baku dan Tenaga Kerja untuk Kapasitas Produksi 1 ton dalam 1 petak

No. Uraian Satuan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)

1 Jerami Kg 40 375,00 15.000,00

2 Sekam bakar Kg 100 180,00 18.000,00

3 Dedak Kg 25 750,00 18.750,00

4 Dolomit Kg 3 500,00 1.500,00

5 Kotoran sapi Kg 1.050 100,00 105.000,00

6 EM4 Ml 450 20,00 9.000,00

7 Molase Ml 450 10,00 4.500,00

8 Upah tenaga kerja:

a. Pengolahan HOK 2 30.000,00 60.000,00

b. Pengayakan HOK 1 30.000,00 30.000,00

Total 261.750,00

Biaya produksi per kg 261,75

Rincian biaya variabel pada skenario usaha I dapat dilihat pada Tabel 14.

Biaya variabel pada pengusahaan pupuk kompos ini meliputi :

1. Jerami sebagai bahan baku pupuk kompos berdasarkan potensi lokal Desa

Ciburuy. Jumlah jerami yang digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk

kompos sebanyak tiga karung atau 40 kg dengan harga Rp 375,- per kg. Setiap

bulannya, jerami yang dibutuhkan untuk menghasilkan 12 ton pupuk kompos

sebanyak 480 kg. Pada tahun pertama, unit usaha baru melaksanakan proses

produksinya pada bulan ketiga sehingga lama produksi hanya 10 bulan. Total

jerami yang dibutuhkan untuk menghasilkan 120 ton pupuk kompos sebanyak

4.800 kg. Akumulasi biaya pembelian jerami di tahun pertama sebesar Rp

1.800.000,-. Pada tahun kedua dan seterusnya, unit usaha telah berproduksi

penuh selama 1 tahun atau 12 bulan. Total jerami yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 144 ton pupuk kompos sebanyak 5.760 kg. Akumulasi biaya

pembelian jerami di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp 2.160.000,-.

2. Sekam bakar yang digunakan berasal dari bagian padi yang kasar (lema dan

palea) yang telah dibakar. Jumlah sekam bakar yang digunakan untuk

menghasilkan satu ton pupuk kompos sebanyak enam karung atau 100 kg

dengan harga Rp 180,- per kg. Setiap bulannya, sekam bakar yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 12 ton pupuk kompos sebanyak 1.200 kg. Pada tahun

pertama, unit usaha baru melaksanakan proses produksinya pada bulan ketiga

Page 123: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

107  

sehingga lama produksi hanya 10 bulan. Total sekam bakar yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 120 ton pupuk kompos sebanyak 12.000 kg. Akumulasi

biaya pembelian sekam bakar di tahun pertama sebesar Rp 2.160.000,-. Pada

tahun kedua dan seterusnya, unit usaha telah berproduksi penuh selama 1

tahun atau 12 bulan. Total sekam bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan

144 ton pupuk kompos sebanyak 14.400 kg. Akumulasi biaya pembelian

sekam bakar di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp 2.592.000,-.

3. Dedak yang digunakan berasal dari kulit ari beras. Jumlah dedak yang

digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk kompos sebanyak 25 kg

dengan harga Rp 750,- per kg. Setiap bulannya, dedak yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 12 ton pupuk kompos sebanyak 300 kg. Pada tahun pertama,

jumlah dedak yang dibutuhkan untuk menghasilkan 120 ton pupuk kompos

selama 10 bulan sebanyak 3.000 kg. Akumulasi biaya pembelian dedak di

tahun pertama sebesar Rp 2.250.000,-. Pada tahun kedua dan seterusnya,

jumlah dedak yang dibutuhkan untuk menghasilkan 144 ton pupuk kompos

selama 12 bulan sebanyak 3.600 kg. Akumulasi biaya pembelian dedak di

tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp 2.700.000,-.

4. Kapur pertanian atau dolomit sebagai tambahan bahan baku pupuk kompos

dengan kandungan hara atau nutrisi yang lebih banyak. Jumlah dolomit yang

digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk kompos sebanyak 3 kg dengan

harga Rp 500,- per kg. Setiap bulannya, dolomit yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 12 ton pupuk kompos sebanyak 36 kg. Pada tahun pertama,

jumlah dolomit yang dibutuhkan untuk menghasilkan 120 ton pupuk kompos

selama 10 bulan sebanyak 360 kg. Akumulasi biaya pembelian dolomit di

tahun pertama sebesar Rp 180.000,-. Pada tahun kedua dan seterusnya, jumlah

dolomit yang dibutuhkan untuk menghasilkan 144 ton pupuk kompos selama

12 bulan sebanyak 432 kg. Akumulasi biaya pembelian dolomit di tahun

kedua dan seterusnya sebesar Rp 216.000,-.

5. Kotoran sapi digunakan sebagai bahan baku campuran yang dapat

mempercepat laju pengomposan dari penggunaan limbah pertanian sebagai

bahan baku lokal Desa Ciburuy. Hal ini dikarenakan kandungan C/N ratio

pada kotoran sapi lebih rendah dibanding limbah pertanian. Jumlah kotoran

Page 124: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

108  

sapi yang digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk kompos sebanyak 35

karung atau 1050 kg dengan harga Rp 100,- per kg. Setiap bulannya, kotoran

sapi yang dibutuhkan untuk menghasilkan 12 ton pupuk kompos sebanyak

12.600 kg. Pada tahun pertama, jumlah kotoran sapi yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 120 ton pupuk kompos selama 10 bulan sebanyak 126.000 kg.

Akumulasi biaya pembelian kotoran sapi di tahun pertama sebesar Rp

12.600.000,-. Pada tahun kedua dan seterusnya, jumlah kotoran sapi yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 144 ton pupuk kompos selama 12 bulan

sebanyak 151.200 kg. Akumulasi biaya pembelian kotoran sapi di tahun kedua

dan seterusnya sebesar Rp 15.120.000,-.

6. Cairan EM4 digunakan sebagai larutan bakteri fermentasi yang dapat

mempercepat proses pengomposan. Cairan EM4 yang digunakan untuk

menghasilkan satu ton pupuk kompos sebanyak 450 ml dengan harga Rp 20,-

per ml. Setiap bulannya, EM4 yang dibutuhkan untuk menghasilkan 12 ton

pupuk kompos sebanyak 5.400 ml. Pada tahun pertama, jumlah EM4 yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 120 ton pupuk kompos selama 10 bulan

sebanyak 54.000 ml. Akumulasi biaya pembelian EM4 di tahun pertama

sebesar Rp 1.080.000,-. Pada tahun kedua dan seterusnya, jumlah EM4 yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 144 ton pupuk kompos selama 12 bulan

sebanyak 64.800 ml. Akumulasi biaya pembelian EM4 di tahun kedua dan

seterusnya sebesar Rp 1.296.000,-.

7. Molase digunakan sebagai campuran larutan kultur bakteri yang mengandung

hara atau nutrisi lebih banyak sehingga dapat memperkaya kandungan unsur

hara dan mempercepat pengomposan. Jumlah molase yang dibutuhkan untuk

menghasilkan satu ton pupuk kompos sebanyak 450 ml dengan harga Rp 10,-

per ml. Setiap bulannya, molase yang dibutuhkan untuk menghasilkan 12 ton

pupuk kompos sebanyak 5.400 ml. Pada tahun pertama, jumlah molase yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 120 ton pupuk kompos selama 10 bulan

sebanyak 54.000 ml. Akumulasi biaya pembelian molase di tahun pertama

sebesar Rp 540.000,-. Pada tahun kedua dan seterusnya, jumlah molase yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 144 ton pupuk kompos selama 12 bulan

Page 125: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

109  

sebanyak 64.800 ml. Akumulasi biaya pembelian molase di tahun kedua dan

seterusnya sebesar Rp 648.000,-.

8. Upah tenaga kerja yang diberikan kepada dua orang tenaga kerja produksinya

sebesar Rp 30.000,- per HOK per orang untuk setiap satu siklus produksi.

Pengerjaan proses produksi terdiri dari dua bagian yaitu pengolahan dan

pengayakan.

• Pengolahan

Pada tahap pengolahan, rata-rata membutuhkan 2 HOK untuk

menghasilkan satu ton pupuk kompos. Setiap bulannya, kebutuhan kerja

untuk menghasilkan 12 ton pupuk kompos rata-rata sebesar 24 HOK. Pada

tahun pertama, jumlah kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan 120 ton

pupuk kompos selama 10 bulan sebesar 240 HOK. Beban kerja yang

ditanggung masing-masing tenaga kerja sebesar 120 HOK sehingga

diperoleh upah sebesar Rp 3.600.000,- per orang. Akumulasi upah kerja di

tahun pertama sebesar Rp 7.200.000,-.

Pada tahun kedua dan seterusnya, jumlah kerja yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 144 ton pupuk kompos selama 12 bulan sebesar 288

HOK. Beban kerja yang ditanggung oleh setiap tenaga kerja sebesar 144

HOK sehingga diperoleh upah sebesar Rp 4.320.000,- per orang.

Akumulasi upah kerja di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp

8.640.000,-.

• Pengayakan

Pada tahap pengayakan, rata-rata membutuhkan 1 HOK untuk

menghasilkan satu ton pupuk kompos. Setiap bulannya, kebutuhan kerja

untuk menghasilkan 12 ton pupuk kompos rata-rata sebesar 12 HOK. Pada

tahun pertama, jumlah kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan 120 ton

pupuk kompos selama 10 bulan sebesar 120 HOK. Beban kerja yang

ditanggung masing-masing tenaga kerja sebesar 60 HOK sehingga

diperoleh upah sebesar Rp 1.800.000,- per orang. Akumulasi upah kerja di

tahun pertama sebesar Rp 3.600.000,-.

Pada tahun kedua dan seterusnya, jumlah kerja yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 144 ton pupuk kompos selama 12 bulan sebesar 144

Page 126: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

110  

HOK. Beban kerja yang ditanggung oleh setiap tenaga kerja sebesar 72

HOK sehingga diperoleh upah sebesar Rp 2.160.000,- per orang.

Akumulasi upah kerja di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp

4.320.000,-.

• Beban kerja per orang

Total beban kerja yang ditanggung di tahun pertama untuk setiap

tenaga kerja sebanyak 180 HOK dengan perolehan upah sebesar Rp

5.400.000,-. Total beban kerja yang ditanggung di tahun kedua dan

seterusnya untuk setiap tenaga kerja sebanyak 216 HOK dengan perolehan

upah sebesar Rp 6.480.000,-.

Tabel 14. Rincian Biaya Variabel pada Skenario Usaha I (Kapasitas 12 ton/bulan)

No Uraian Satuan Jumlah Harga

Satuan (Rp)

Nilai (Rp)

Tahun 1 Tahun 2-10 Tahun 1 Tahun 2-10

1 Jerami Kg 4.800 5.760 375,00

1.800.000,00

2.160.000,00

2 Sekam bakar Kg 12.000 14.400 180,00

2.160.000,00

2.592.000,00

3 Dedak Kg 3.000 3.600 750,00

2.250.000,00

2.700.000,00

4 Dolomit Kg 360 432 500,00

180.000,00

216.000,00

5 Kotoran sapi Kg 126.000 151.200 100,00

12.600.000,00

15.120.000,00

6 EM4 Ml 54.000 64.800 20,00

1.080.000,00

1.296.000,00

7 Molase Ml 54.000 64.800 10,00

540.000,00

648.000,00

8 Upah tenaga kerja:

a. Pengolahan HOK per orang

120 144

30.000,00

7.200.000,00

8.640.000,00

b. Pengayakan HOK per orang

60 72

30.000,00

3.600.000,00

4.320.000,00

Total 31.410.000,00

37.692.000,00

Akumulasi biaya variabel yang dikeluarkan unit usaha di tahun pertama

sebesar Rp 31.410.000,-. Pada tahun kedua dan seterusnya, total biaya variabel

yang dikeluarkan sebesar Rp 37.692.000,- per tahun. Pengeluaran terbesar

digunakan untuk pembelian bahan baku kotoran sapi. Hal ini dikarenakan jumlah

kotoran sapi yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan kandungan C/N ratio pada

komposisi bahan-bahan limbah pertanian cukup besar sehingga biaya pembelian

menjadi besar.

Page 127: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

111  

d. Pajak Penghasilan

Selain biaya operasional yang dikeluarkan setiap tahunnya, sebuah usaha

juga harus memberikan kompensasi atas keuntungan yang diperolehnya kepada

negara melalui pembayaran pajak penghasilan. Pajak penghasilan merupakan

pengeluaran biaya atas keuntungan yang diperoleh suatu usaha. Permasalahan

mengenai besarnya jumlah pajak penghasilan yang harus dibayarkan kepada

negara setiap tahunnya diatur oleh pemerintah.

Perhitungan pajak yang digunakan oleh unit usaha mengacu pada Undang-

Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008, pasal 31 E yang berisikan tarif

wajib pajak bagi UMKM sebesar 12,5 persen dimana tarif pajak menjadi flat

setiap tahunnya. Berdasarkan perhitungan laba rugi, unit usaha sudah mulai

membayarkan pajak penghasilannya sejak tahun pertama usaha dimulai. Hal ini

dikarenakan pada tahun pertama sudah diperoleh laba atas kegiatan usahanya.

Besar pajak penghasilan di tahun pertama sebesar Rp 1.332.067,50,-. Sedangkan

di tahun kedua dan seterusnya, pengeluaran atas pajak penghasilan lebih besar

yaitu Rp 1.602.818,90 pada tahun kedua hingga kesembilan dan Rp 2.820.402,90

pada akhir umur usaha karena laba yang diperoleh pun lebih besar dari tahun

pertama.

6.2.1.3 Analisis Laba Rugi Usaha

Analisis laba rugi merupakan suatu metode yang digunakan sebuah

perusahaan untuk mengetahui tingkat perolehan laba yang dimilikinya selama

masa usaha berlangsung. Metode yang digunakan dalam analisis laba rugi yaitu

dengan melakukan perhitungan atas pemasukan pendapatan dan pengeluaran

biaya selama masa pengoperasian usaha setiap tahunnya.

Dalam analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari penerimaan

penjualan dan nilai sisa investasi, sedangkan komponen biaya disusun atas biaya

operasional dan pajak penghasilan. Perhitungan laba rugi usaha dimulai dengan

mengurangi jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan biaya

variabel setiap tahunnya. Pada perhitungan tersebut didapatkan nilai penerimaan

sebelum bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor. kemudian EBIT dikurangi

dengan biaya bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak atau laba

Page 128: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

112  

bersih sebelum pajak (EBT). Langkah terakhir, dilakukan pengurangan terhadap

EBT dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang bernilai positif atau

untung. Dengan demikian didapatkan nilai penerimaan setelah pajak atau laba rugi

bersih usaha.

Berdasarkan hasil perhitungan laba rugi usaha, tingkat perolehan laba di

tahun pertama berbeda dengan di tahun kedua dan seterusnya. Pada tahun

pertama, unit usaha ini sudah dapat memperoleh laba bersih sebesar Rp

9.324.472,50,-. Pada tahun kedua dan seterusnya, perolehan laba bersih lebih

besar dari tahun pertama mencapai Rp 11.219.732,30 dan pada akhir umur usaha,

laba bersih yang diperoleh lebih besar lagi senilai Rp 19.742.820,30. Hal ini

dikarenakan masa produksi usaha berlangsung penuh selama 1 tahun dan diakhir

umur usaha ada tambahan penerimaan dari nilai sisa investasi. Akumulasi

keseluruhan laba bersih yang diterima selama umur usaha berlangsung pada

skenario I ini sebesar Rp 118.825.151,20.

6.2.1.4 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat

kelayakan unit usaha berdasarkan atas nilai net benefit (manfaat bersih) yang

diperoleh sebagai dasar perhitungan kelayakan finansial pada empat kriteria

investasi yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Dalam analisis

kelayakan finansial, nilai manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh

didiskontokan dengan tingkat discount factor sebesar 6,5%. Tingkat discount

factor yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia

(BI) per Januari 2010, dimana Bank Indonesia merupakan acuan untuk seluruh

bank di Indonesia meskipun setiap bank memiliki kebijakan masing-masing. Hal

ini dilakukan karena seluruh modal yang digunakan unit usaha koperasi ini berasal

dari modal sendiri sehingga sebagai nilai social Opportunity Cost of Capital

(OCC) dari modal yang dimiliki tersebut digunakan tingkat suku bunga deposito

sebagai tingkat diskon faktornya. Hasil analisis kelayakan finansial pada skenario

usaha I dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 129: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

113  

Tabel 15. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha I (Kapasitas 12 ton/bulan)

Kriteria Kelayakan Investasi JumlahNPV 67.911.262,34 Net B/C 3,52 IRR 56,82%

PP 2,84 atau 2 tahun 10 bulan 2 hari

Berdasarkan hasil perhitungan empat kriteria investasi tersebut, diperoleh

hasil bahwa :

1. Nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol (NPV>0) yaitu sebesar Rp

67.911.262,34. Artinya, jumlah manfaat bersih yang diterima unit usaha dari

kegiatan pembuatan pupuk kompos ini selama 10 tahun dengan tingkat

discount rate 6,5 persen sebesar Rp 67.911.262,34 sehingga usaha layak untuk

dijalankan.

2. Pada kriteria investasi yang kedua, nilai Net B/C yang diperoleh lebih dari

satu (Net B/C>1) yaitu sebesar 3,52. Artinya, setiap Rp 1,- biaya yang

dikeluarkan selama umur usaha mendatangkan manfaat sebesar Rp 3,52

sehingga usaha juga layak untuk dijalankan.

3. Pada kriteria investasi yang ketiga, nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari

discount rate yang berlaku (IRR>6,5%) yaitu sebesar 56,82 persen. Hal ini

menunjukkan tingkat pengembalian internal yang diperoleh dari kegiatan

pengusahaan pupuk kompos ini jauh lebih besar dibanding tingkat diskonto

yang berlaku sehingga unit usaha mendapatkan keuntungan dari adanya

kegiatan investasi tersebut dibandingkan hanya mendepositokan modal

investasinya di bank. Dengan demikian, usaha tetap layak untuk dijalankan.

4. Pada kriteria investasi yang terakhir, nilai Payback Period yang diperoleh

lebih kecil dari umur usaha (PP<5tahun) yaitu 2,84 atau 2 tahun 10 bulan 2

hari. Hal ini berarti jangka waktu pengembalian untuk sejumlah nilai investasi

yang telah dikeluarkan yaitu selama 2,84 atau 2 tahun 10 bulan 2 hari. Waktu

yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek

dari umur usaha. Semakin pendek periode pengembalian investasi maka

semakin baik kegiatan investasi tersebut sehingga dapat dikatakan usaha ini

menjadi layak untuk dijalankan.

Page 130: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

114  

Berdasarkan analisis kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback

Period menunjukkan bahwa secara finansial penggunaan investasi untuk

pengusahaan pembuatan pupuk kompos oleh unit usaha ini layak untuk

dijalankan.

6.2.1.5 Analisis Switching Value

Analisis switching value atau analisis nilai pengganti digunakan untuk

menunjukkan sampai berapa persen perubahan yang terjadi pada variabel (yang

diduga bisa menyebabkan perubahan) sehingga usaha dikatakan masih dapat

diterima. Pada skenario I, analisis switching value dilakukan dengan membuat

nilai NPV mendekati atau lebih besar dari nol sehingga usaha masih dapat

dinyatakan layak untuk dijalankan. Variabel sensitivitas pada analisis switching

value yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu variabel harga bahan baku kotoran

sapi, variabel jumlah produksi, dan variabel harga jual pupuk kompos. Hasil

analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha I (Kapasitas 12 ton/bulan)

Perubahan Kenaikan Harga K.Sapi

Penurunan Produksi P.Kompos

Penurunan Harga Jual P.Kompos

Persentase 41,44% 16,40% 16,51%

NPV 0,00

0,00

0,00

Net B/C 1,00

1,00

1,00

IRR 6,50% 6,50% 6,50%

PP 10,00

10,00

10,00

Berdasarkan hasil analisis switching value yang telah dilakukan, apabila

terjadi perubahan pada variabel bahan baku berupa kenaikan harga beli kotoran

sapi maka unit usaha akan masih dapat beroperasi selama dalam batas kenaikan

harga maksimal sebesar 41,44 persen dari biaya kotoran sapi yang dikeluarkan

tiap tahunnya. Peningkatan total biaya kotoran sapi yang mungkin terjadi pada

tahun pertama dari Rp 12.600.000,- sampai Rp 13.716.179,61 dan pada tahun

berikutnya dari Rp 15.120.000,- sampai menjadi Rp 25.818.347,38.

Page 131: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

115  

Pada variabel jumlah produksi, apabila terjadi penurunan jumlah produksi

pupuk maka unit usaha akan masih dapat beroperasi selama dalam batas

penurunan jumlah produksi sebesar 16,40 persen dari jumlah pupuk yang

diproduksi tiap tahunnya. Penurunan penerimaan penjualan pupuk kompos yang

mungkin terjadi pada tahun pertama dari Rp 54.000.000,- sampai Rp

52.403.541,95 dan pada tahun berikutnya dari Rp 64.800.000,- sampai menjadi

Rp 54.173.808,71.

Pada variabel harga jual, apabila terjadi penurunan harga jual pupuk maka

unit usaha akan masih dapat beroperasi selama dalam batas penurunan harga jual

sebesar 16,51 persen dari harga jual pupuk yang ditawarkan tiap tahunnya.

Penurunan penerimaan penjualan pupuk kompos yang mungkin terjadi pada tahun

pertama dari Rp 54.000.000,- sampai Rp 52.883.820,42 dan pada tahun

berikutnya dari Rp 64.800.000,- sampai menjadi Rp 54.101.652,62.

Dari sisi pengeluaran, besarnya kemungkinan perubahan atas peningkatan

biaya bahan baku biasanya dikarenakan adanya pengaruh iklim dalam proses

pengolahan kotoran sapi tersebut. Iklim sebagai faktor alam yang tidak dapat

dikendalikan, membuat kondisi iklim itu sendiri tidak menentu. Kondisi iklim

hujan menyebabkan kadar air pada kotoran sapi menjadi lebih basah. Upaya

pengelolaan yang dilakukan PT Karyana dalam menjaga kualitas kotoran sapinya

menjadikan harga kotoran sapi tersebut dapat meningkat bila musim hujan datang.

Namun kondisi tersebut tidak menjadikan unit usaha terkendala dalam

perolehan pasokan bahan bakunya karena kenaikan harga yang terjadi pada

biasanya relatif kecil dari Rp 3.000,- menjadi Rp 3.500,- per karung per 30 kg.

Selain itu, adanya kerjasama yang telah terjalin selama ini dirasa membuat unit

usaha masih bisa memperoleh keuntungan. Misal, layanan transportasi yang

disediakan pemasok dapat meminimisasi biaya produksi pupuk kompos.

Sedangkan bila pembelian dilakukan kepada peternak sapi yang masih individu,

unit usaha harus menanggung beban biaya transportasi pengangkutan dimana pada

kondisi saat ini usaha belum memiliki kendaraan operasional sendiri. Oleh karena

itu, selama perubahan harga bahan baku masih berada dalam batas kenaikan,

usaha ini masih layak untuk dijalankan.

Page 132: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

116  

Dari sisi penerimaan, berdasarkan pengalaman usaha selama ini hampir

tidak pernah terjadi penurunan baik pada jumlah produksi maupun harga jual

karena permintaan yang datang dari LPS melebihi kapasitas produksi dan sistem

kemitraan yang terjalin membuat unit usaha mendapatkan kepastian harga jual.

Perubahan atas penurunan jumlah produksi dan harga jual yang mungkin terjadi

biasanya dikarenakan ketersediaan pasokan bahan baku yang berkurang dan

penurunan kualitas pada pupuk kandang yang digunakan. Dalam analisis

switching value pada kondisi skenario I, variabel penurunan jumlah produksi

merupakan variabel yang paling sensitif sehingga memiliki risiko usaha paling

besar dibandingkan dua variabel lainnya. Unit usaha mengatasi hal tersebut

dengan menjalin hubungan yang baik kepada pemasok bahan baku sehingga

kontinuitas pasokan bahan baku tetap dapat terjaga.

6.2.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario Usaha II

Skenario II merupakan kondisi pengusahaan pupuk kompos pada rencana

pengembangan usaha berupa peningkatan kapasitas produksi tiap bulannya

menjadi 21 ton per bulan. Adanya rencana pengembangan ini atas dasar potensi

pasar yang masih belum terpenuhi. Permintaan yang terjadi dari LPS mencapai

22,27 ton per bulan. Besarnya permintaan tersebut yang baru mampu dipenuhi

oleh ketiga cluster produsen binaan LPS sebesar 16 ton per bulan, dimana

pemasok terbesarnya adalah unit usaha ini.

Setiap bulannya unit usaha ini rata-rata mampu mensuplai pupuk kompos

sebesar 12 ton, sedang dua cluster produsen lainnya masing-masing hanya mampu

mensuplai sebesar 2 ton. Perbedaan yang terjadi antara jumlah pasokan dan

pesanan tersebut mencapai 6,27 ton per bulan. Hal ini mengindikasikan adanya

pesanan yang masih mungkin dapat diserap unit usaha apabila dilakukan

peningkatan kapasitas produksi.

Rencana peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan menambah

jumlah petakan pengomposan sebesar tiga petak. Dalam satu siklus produksi,

setiap petak hanya mampu menampung bahan-bahan pengomposan untuk

komposisi satu ton pupuk kompos. Apabila penambahan petakan sejumlah dua

petak, maka jumlah kompos yang dapat dihasilkan hanya sebesar 2 ton per 10 hari

Page 133: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

117  

atau 6 ton per bulan. Sedangkan penambahan tiga petak pengomposan akan

menghasilkan 9 ton per bulan. Dengan begitu, unit usaha akan berencana

menambah tiga petak pengomposan untuk dapat menyerap semua pesanan yang

ada walaupun unit usaha tidak berproduksi pada kapasitas optimalnya.

6.2.2.1 Inflow

Aliran kas masuk (inflow) pada skenario usaha II berasal dari penerimaan

penjualan produk pupuk kompos dan penjualan sisa hasil ayakan serta nilai sisa

dari investasi.

a. Penerimaan Penjualan

Penerimaan penjualan yang diperoleh pada unit usaha pupuk kompos ini

berasal dari penjualan pupuk kompos dan sisa hasil ayakannya. Setiap bulannya,

unit usaha hanya memproduksi pupuk kompos sesuai dengan jumlah pesanan

yang ada dari LPS guna memenuhi permintaan pasar saat ini sehingga jumlah

penjualan sama dengan jumlah produksinya. Jumlah pupuk kompos yang

diproduksi unit usaha rata-rata sebesar 18,27 ton per bulan, dengan harga jual

pupuk kompos sama dengan skenario I.

Jumlah penjualan pupuk kompos di tahun pertama berbeda dengan tahun

berikutnya karena proses produksi di tahun pertama dimulai pada bulan kedua

sehingga lama produksi hanya 10 bulan, sedangkan tahun berikutnya proses

produksi telah berlangsung selama satu tahun. Jumlah produksi, harga jual, dan

jumlah penjualan dari pupuk kompos mulai tahun kedua dan seterusnya

diasumsikan tetap selama umur usaha.

Akumulasi jumlah produksi pupuk kompos di tahun pertama sebesar 182,7

ton atau 182.700 kg untuk jangka waktu 10 bulan. Penerimaan penjualan pupuk

kompos di tahun pertama mencapai Rp 82.215.000,-. Sedangkan pada tahun

kedua usaha dan seterusnya, akumulasi jumlah produksi pupuk kompos mencapai

219,24 ton atau 219.240 kg per tahun. Penerimaan penjualan pupuk kompos di

tahun kedua dan seterusnya mencapai Rp 98.658.000,-.

Penerimaan penjualan juga berasal dari penjualan sisa hasil ayakan pupuk

kompos. Sisa hasil ayakan yang diperoleh sama dengan skenario I yaitu rata-rata

Page 134: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

118  

sebesar 25 kg untuk 1 ton pupuk kompos dengan harga jual yang sama pula. Pada

tahun pertama usaha, dapat menghasilkan jumlah ayakan sebanyak 4567,5 kg.

Akumulasi penerimaan penjualan ini di tahun pertama mencapai Rp 456.750,-.

Sedangkan pada tahun kedua usaha dan seterusnya, dapat menghasilkan jumlah

ayakan sebanyak 5481 kg, sehingga akumulasi penerimaan penjualan ini

mencapai Rp 548.100,- per tahun. Besarnya penerimaan penjualan yang diterima

selama umur usaha berlangsung sebesar Rp 479.496.150,-. Jumlah total produksi

dan nilai penjualan skenario usaha II pupuk kompos ini dapat dilihat pada Tabel

17. 

 

Tabel 17. Jumlah Total Produksi dan Nilai Penjualan Skenario Usaha II (Kapasitas 21 ton/bulan)

Tahun Penjualan Produk Jumlah (kg) Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp)

1 Pupuk kompos 182.700 450,00 82.215.000,00

Sisa hasil ayakan 4.567,5 100,00 456.750,00

Total 187267,5 82.671.750,00 2 s/d 10 Pupuk kompos 219.240

450,00 98.658.000,00

Sisa hasil ayakan 5.481 100,00 548.100,00

Total 224.721 99.206.100,00  

b. Nilai Sisa (Salvage Value)

Pada dasarnya, perhitungan nilai sisa pada skenario II sama dengan

skenario I karena komponen investasi yang digunakan sama secara keseluruhan.

Walaupun terdapat penambahan biaya investasi pada gubuk pengomposan dan

petakan pengomposan namun tidak menambah nilai sisa investasi karena tidak

ada nilai komponen yang tersisa diakhir umur usaha. Berdasarkan hasil

perhitungan, besarnya nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur usaha sebesar Rp

9.740.672,-. Nilai sisa terbesar berasal dari komponen gudang pupuk kompos

karena pada komponen tersebut terjadi pengeluaran biaya investasi terbesar.

Rincian nilai sisa investasi pupuk kompos unit usaha KKT Lisung Kiwari dapat

dilihat pada Tabel 18.

Page 135: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

119  

Tabel 18. Nilai Sisa Investasi pada Skenario Usaha II (Kapasitas 21 ton/bulan)

No Uraian Nilai Beli (Rp)

Umur Pakai

(Tahun)

Penyusutan (Rp) Nilai Sisa (Rp)

1 Ijin usaha 500,000.00 -

-

- 2 Gubuk Pengomposan

a. Ukuran 50 m² 6,000,000.00 5

1,200,000.00

-

b. Ukuran 37,5 m² 4,500,000.00 5

900,000.00

-

3 Petakan pengomposan

15,750,000.00 10

1,575,000.00

-

4 Gudang bahan baku 7,058,824.00 5

1,411,764.80

-

5 Gudang pupuk kompos

16,941,176.00 7

2,420,168.00

9,680,672.00

6 Chopper 3,750,000.00 5

750,000.00

-

7 Cangkul 100,000.00 5

20,000.00

-

8 Sekop 100,000.00 5

20,000.00

-

9 Ember 40,000.00 3

13,333.33

26,666.67

10 Alat penyiram 50,000.00 3

16,666.67

33,333.33

11 Saringan kawat 130,000.00 2

65,000.00

-

12 Thermometer 50,000.00 10

5,000.00

-

Total 8,396,932.80

9,740,672.00

6.2.2.2 Outflow

Arus pengeluaran biaya pada skenario usaha II terdiri dari biaya investasi,

biaya reinvestasi, biaya operasional, dan pajak penghasilan.

a. Biaya Investasi

Rencana peningkatan kapasitas produksi dalam skenario usaha II ini,masih

membutuhkan seluruh komponen investasi yang sama dengan skenario usaha I.

Namun, komponen investasi berupa gubuk dan petakan pengomposan pada

skenario usaha I baru mencukupi kebutuhan LPS sebesar 12 ton tiap bulannya.

Sedangkan permintaan yang terjadi dari LPS mencapai 18,27 ton per bulan.

Dengan demikian, pada skenario usaha II ini unit usaha berencana meningkatkan

kapasitas produksinya yang dapat memenuhi semua pesanan tersebut melalui

Page 136: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

120  

peningkatan jumlah investasi pada komponen gubuk dan petakan pengomposan.

Mengingat, kedua komponen tersebut merupakan tempat utama proses produksi

dilakukan.

Dalam skenario I, jumlah biaya yang dikeluarkan pada investasi gubuk dan

petakan pengomposan dilakukan untuk kapasitas produksi sebesar 12 ton per

bulan sesuai kondisi usaha saat ini, yaitu mencakup pembangunan gubuk seluas

50 m2 dan pembangunan petakan pengomposan sebanyak empat petak. Jumlah

biaya investasi pada gubuk pengomposan tersebut seharga Rp 6.000.000,- untuk

ukuran 50 m2 dan jumlah biaya investasi pada petakan pengomposan seharga Rp

2.250.000,- per petak. Setiap petakan yang dibangun berukuran 2,5x5 m atau

seluas 12,5 m2 dengan daya tampung bahan-bahan pengomposan untuk kapasitas

1 ton.

Sedangkan dalam skenario II, jumlah biaya yang dikeluarkan pada

investasi gubuk dan petakan pengomposan dilakukan untuk rencana peningkatan

kapasitas produksi menjadi 21 ton per bulan, dimana pada kapasitas tersebut telah

mampu memenuhi semua permintaan dari LPS walaupun permintaan tidak sesuai

dengan kapasitas optimalnya. Oleh karena itu, pada rencana ini unit usaha

berproduksi dibawah kapasitas optimalnya sesuai dengan pesanan yang terjadi

saat ini.

Rencana peningkatan kapasitas produksi menjadi 21 ton per bulan

dilakukan melalui penambahan luasan bangunan gubuk ukuran 37,5 m2 untuk

menangungi tambahan tiga petak dibawahnya sehingga mampu menghasilkan

tambahan kapasitas produksi sebesar 9 ton tiap bulannya. Jumlah investasi

tambahan pada gubuk pengomposan tersebut seharga Rp 4.500.000,-. Perhitungan

harga gubuk ini berdasarkan perbandingan harga gubuk untuk luasan 50 m2

sebesar Rp 6.000.000,- sehingga tambahan luasan 37,5 m2 akan menambah biaya

sebesar 75 persen dari harga tersebut. Investasi total untuk gubuk pengomposan

seluas 87,5 m2 seharga Rp 10.500.000,-. Sedangkan biaya investasi tambahan

yang dikeluarkan untuk tiga petakan pengomposan seharga Rp 6.750.000,-

sehingga investasi total untuk tujuh petak seharga Rp 15.750.000,-. Rincian biaya

investasi pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 19.

Page 137: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

121  

Tabel 19. Rincian Biaya Investasi pada Skenario Usaha II (Kapasitas 21 ton/bulan)

No. Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total Nilai (Rp) Umur

Ekonomis (tahun)

1 Ijin usaha - 1 500.000,00 500.000,00 - 2 Gubuk Pengomposan

-

a. Ukuran 50 m² Unit 1 6.000.000,00 6.000.000,00 5

b. Ukuran 37,5 m² Unit 1 4.500.000,00 4.500.000,00 5

3 Petakan pengomposan Petak 7 2.250.000,00 15.750.000,00 10

4 Gudang bahan baku Unit 1 7.058.824,00 7.058.824,00 5

5 Gudang pupuk kompos Unit 1 16.941.176,00 16.941.176,00 7

6 Chopper Unit 1 3.750.000,00 3.750.000,00 5

7 Cangkul Unit 2 50.000,00 100.000,00 5

8 Sekop Unit 2 50.000,00 100.000,00 5

9 Ember Unit 2 20.000,00 40.000,00 3

10 Alat penyiram Unit 2 25.000,00 50.000,00 3

11 Saringan kawat Unit 2 65.000,00 130.000,00 2

12 Thermometer Unit 1 50.000,00 50.000,00 10

Total Investasi 54.970.000,00

Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan oleh unit usaha pada kondisi

skenario II sebesar Rp 54.970.000,-. Biaya investasi terbesar tetap terjadi pada

komponen pembangunan gudang pupuk kompos sebesar Rp 16.941.176,- dengan

umur ekonomis selama tujuh tahun.

b. Biaya Reinvestasi

Biaya reinvestasi dikeluarkan pada beberapa variabel yang telah habis

masa ekonomisnya sebelum umur usaha berakhir. Komponen reinvestasi yang

dikeluarkan pada skenario usaha II masih sama dengan skenario usaha I. Hal ini

dikarenakan umur ekonomis dari suatu komponen investasi tidak akan berubah

pada kondisi apapun. Rincian biaya reinvestasi setiap tahunnya dapat dilihat pada

Tabel 20.

Page 138: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

122  

Tabel 20. Rincian Biaya Reinvestasi pada Skenario Usaha II (Kapasitas 21 ton/bulan)

Tahun Nilai Reinvestasi (Rp) 2 -3 130,000.00 4 90,000.00 5 130,000.00 6 21.508.824,00 7 220,000.00 8 16,941,176.00 9 130,000.00

10 90,000.00

Biaya reinvestasi terbesar dikeluarkan pada tahun keenam usaha, yaitu

sebesar Rp 21.508.824,00,-. Besarnya biaya reinvestasi pada tahun tersebut

dikarenakan adanya tambahan komponen investasi pada gubuk pengomposan

dengan umur ekonomis lima tahun yang lebih singkat dibanding umur usaha 10

tahun, disamping komponen investasi lainnya seperti gudang bahan baku,

chopper, cangkul, dan sekop. Sedangkan pada tahun kedelapan, besarnya biaya

reinvestasi pada tahun tersebut hanya berasal dari komponen gudang pupuk

kompos. Pada tahun keempat dan kesepuluh, biaya reinvestasi yang dikeluarkan

paling kecil sebesar Rp 90.000,- sedangkan pada tahun ketiga, kelima, dan

kesembilan memiliki jumlah yang sama sebesar Rp 130.000,-. Walaupun pada

tahun keempat dan kesepuluh, terdapat dua komponen yang direinvestasi yaitu

ember dan alat penyiram namun biaya reinvestasi tiap komponen lebih kecil dari

biaya reinvestasi pada tahun ketiga, kelima, dan kesembilan yang hanya terdapat

satu komponen reinvestasi sehingga biaya reinvestasi terkecil terjadi di tahun

keempat dan kesepuluh. Jika dilihat secara keseluruhan, total biaya reinvestasi

yang dikeluarkan unit usaha cukup besar karena umur usaha yang berlangsung

selama 10 tahun. 

c. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama masa

pengoperasian suatu usaha berlangsung. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap

dan biaya variabel.

Page 139: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

123  

• Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarya sama dan tidak tergantung dari

jumlah pupuk kompos yang dihasilkan selama masa usahanya. Rincian biaya tetap

pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 21. Pada skenario usaha II,

terdapat persamaan dan perbedaan biaya tetap dengan skenario usaha I. Biaya

tetap yang sama dengan skenario usaha I diantaranya biaya listrik, biaya

komunikasi, biaya THR, dan biaya PBB. Sedangkan biaya tetap yang berbeda

dengan skenario usaha I yaitu :

1. Sewa lahan yang diperhitungkan berdasarkan biaya sewa lahan di Desa

Ciburuy sebesar Rp 9.620.000,- per hektar setiap tahunnya. Adanya rencana

peningkatan kapasitas produksi melalui tambahan bangunan pengomposan

seluas 37,5 m2 menjadikan luas lahan yang disewa pun bertambah. Secara

keseluruhan luas lahan yang disewa menjadi sebesar 155,5 m2. Dengan biaya

sewa lahan per m2 seharga Rp 962,- per tahun maka jumlah biaya sewa lahan

yang harus dikeluarkan tiap tahunnya sebesar Rp 149.591,-. Biaya sewa lahan

yang dikeluarkan pada tahun pertama sama dengan tahun kedua dan

seterusnya karena pada bulan pertama di tahun pertama, unit usaha sudah

menyewa lahan untuk kegiatan investasi bangunan produksi.

2. Biaya pemeliharaan bangunan yang dikeluarkan untuk perawatan bangunan-

bangunan investasi. Pada dasarnya, perhitungan biaya pemeliharaan bangunan

di skenario II masih sama dengan skenario I yaitu, setiap tahunnya rata-rata

sebesar sepuluh persen dari total biaya investasi bangunan. Namun pada

skenario II, total biaya investasi bangunan menjadi lebih besar karena adanya

tambahan biaya investasi pada gubuk dan petakan pengomposan sehingga

besarnya biaya pemeliharaan setiap tahunnya menjadi Rp 5.025.000,-. Pada

tahun pertama usaha, besarnya biaya pemeliharaan bangunan yang

dikeluarkan senilai Rp 4.187.000,- untuk 10 bulan pertama. Pada tahun kedua

dan seterusnya, biaya pemeliharaan bangunan yang dikeluarkan untuk setiap

tahunnya sebesar Rp 5.025.000,-.

3. Biaya karung plastik dikeluarkan untuk membeli karung plastik yang

digunakan sebagai penutup timbunan pupuk kompos pada proses fermentasi.

Jumlah karung plastik yang dibutuhkan untuk menutup 1 petak timbunan

Page 140: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

124  

pupuk kompos sebanyak 1 lembar. Dalam satu siklus produksi membutuhkan

7 lembar karung plastik karena adanya peningkatan jumlah petakan

pengomposan. Karung plastik ini dapat bertahan hingga empat bulan. Total

karung plastik yang dibutuhkan setiap tahunnya sebanyak 21 lembar. Harga

jual karung plastik per lembarnya sebesar Rp 5.000,-. Total biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian karung ini sebesar Rp 105.000,- dan

diasumsikan konstan selama umur usaha.

4. Biaya tetap penyusutan yang terdapat dalam perhitungan laba rugi unit usaha

sebesar Rp 8.396.932,80 per tahun.

Tabel 21. Rincian Biaya Tetap pada Skenario Usaha II (Kapasitas 21 ton/bulan)

No. Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)

Nilai (Rp)

Tahun 1 Tahun 2-10

1 Sewa lahan m² per tahun 155,5 962,00

149.591,00

149.591,00

2 Pemeliharaan bangunan tahun 1 5.025.000,00

4.187.500,00

5.025.000,00

3 Listrik tahun 1 600.000,00

500.000,00

600.000,00

4 Komunikasi tahun 1 500.000,00

416.666,67

500.000,00

5 Karung plastic Lembar per tahun 21

5.000,00

105.000,00

105.000,00

6 THR Orang per tahun 2

1.250.000,00

2.083.333,33

2.500.000,00

7 PBB Tahun 1 150.000,00

125.000,00

150.000,00

8 Penyusutan peralatan* Tahun 1 8.021.932,80

6.684.944,00

8.021.932,80

Total 14.252.035,00

17.051.523,80

Keterangan: * biaya tetap yang hanya ada dalam perhitungan Laba/Rugi

Pada perhitungan laba rugi unit usaha, komponen biaya tetap terbesar

adalah biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 8.396.932,80 per tahun. Biaya

penyusutan peralatan hanya dimasukkan pada perhitungan laba rugi. Hal ini

dikarenakan pengeluaran atas biaya investasi tidak dimasukkan dalam perhitungan

laba rugi melainkan hanya pengeluaran atas biaya penyusutannya saja sehingga

dibandingkan dengan biaya tetap lainnya, biaya penyusutan peralatan masih yang

terbesar.

Sedangkan pada perhitungan cashflow unit usaha, komponen biaya tetap

terbesar adalah biaya pemeliharaan bangunan sebesar Rp 5.025.000,- per tahun.

Page 141: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

125  

Hal ini dikarenakan pada laporan cashflow tidak dimasukkan biaya atas

penyusutan investasi. Selain itu, biaya pemeliharaan yang dimasukkan dalam

cashflow merupakan gabungan dari biaya pemeliharaan empat bangunan investasi

dalam satu tahun. Total biaya tetap dalam perhitungan laba rugi usaha pada tahun

pertama sebesar Rp 14.564.535,- dan pada tahun berikutnya sebesar Rp

17.426.523,80 per tahun. Total biaya tetap dalam perhitungan cashflow pada

tahun pertama sebesar Rp 7.567.091,- dan pada tahun berikutnya sebesar Rp

9.029.591,-.

• Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari

jumlah pupuk kompos yang dihasilkan selama masa produksinya. Pada skenario

II, kebutuhan operasional produksi pupuk kompos meliputi biaya pembelian

bahan baku dan upah tenaga kerja produksi yang disesuaikan dengan jumlah

produksi pupuk kompos rata-rata sebanyak 18,27 ton per bulan. Besarnya

kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan satu

ton pupuk kompos sama besar dengan skenario usaha I sehingga tidak ada

perubahan dalam perolehan Harga Pokok Produksi (HPP) pupuk kompos yaitu

seharga Rp 261,75 per kg. Rincian biaya variabel pada skenario usaha II dapat

dilihat pada Tabel 22. Biaya variabel pada pengusahaan pupuk kompos ini

meliputi :

1. Jerami yang digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk kompos sebanyak

tiga karung atau 40 kg dengan harga Rp 375,- per kg. Setiap bulannya, jerami

yang dibutuhkan untuk menghasilkan 18,27 ton pupuk kompos sebanyak

730,8 kg. Pada tahun pertama, unit usaha baru melaksanakan proses

produksinya pada bulan ketiga sehingga lama produksi hanya 10 bulan. Total

jerami yang dibutuhkan untuk menghasilkan 182,7 ton pupuk kompos

sebanyak 7.308 kg. Akumulasi biaya pembelian jerami di tahun pertama

sebesar Rp 2.740.500,-. Pada tahun berikutnya, unit usaha telah berproduksi

penuh selama 1 tahun atau 12 bulan. Total jerami yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 219,24 ton pupuk kompos sebanyak 8769,6 kg. Akumulasi

biaya pembelian jerami di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp 3.288.600,-.

Page 142: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

126  

2. Sekam bakar yang digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk kompos

sebanyak enam karung atau 100 kg dengan harga Rp 180,- per kg. Setiap

bulannya, sekam bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan 18,27 ton pupuk

kompos sebanyak 1827 kg. Pada tahun pertama, sekam bakar yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 182,7 ton pupuk kompos sebanyak 18.270 kg. Akumulasi

biaya pembelian sekam bakar di tahun pertama sebesar Rp 3.288.600,-. Pada

tahun berikutnya, total sekam bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan

219,24 ton pupuk kompos sebanyak 21.924 kg. Akumulasi biaya pembelian

sekam bakar di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp 3.946.320,-.

3. Dedak yang digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk kompos sebanyak

25 kg dengan harga Rp 750,- per kg. Setiap bulannya, dedak yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 18,27 ton pupuk kompos sebanyak 456,75 kg. Pada tahun

pertama, jumlah dedak yang dibutuhkan untuk menghasilkan 182,7 ton pupuk

kompos selama 10 bulan sebanyak 4567,5 kg. Akumulasi biaya pembelian

dedak di tahun pertama sebesar Rp 3.425.625,-. Pada tahun berikutnya, jumlah

dedak yang dibutuhkan untuk menghasilkan 219,24 ton pupuk kompos selama

12 bulan sebanyak 5.481 kg. Akumulasi biaya pembelian dedak di tahun

kedua dan seterusnya sebesar Rp 4.110.750,-.

4. Kapur pertanian atau dolomite yang digunakan untuk menghasilkan satu ton

pupuk kompos sebanyak 3 kg dengan harga Rp 500,- per kg. Setiap bulannya,

dolomit yang dibutuhkan untuk menghasilkan 18,27 ton pupuk kompos

sebanyak 54,81 kg. Pada tahun pertama, jumlah dolomit yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 182,7 ton pupuk kompos selama 10 bulan sebanyak 548,1

kg. Akumulasi biaya pembelian dolomit di tahun pertama sebesar Rp

274.050,-. Pada tahun berikutnya, jumlah dolomit yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 219,24 ton pupuk kompos selama 12 bulan sebanyak 657,72 kg.

Akumulasi biaya pembelian dolomit di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp

328.860,-.

5. Kotoran sapi yang digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk kompos

sebanyak 35 karung atau 1050 kg dengan harga Rp 100,- per kg. Setiap

bulannya, kotoran sapi yang dibutuhkan untuk menghasilkan 18,27 ton pupuk

kompos sebanyak 19.183,5 kg. Pada tahun pertama, jumlah kotoran sapi yang

Page 143: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

127  

dibutuhkan untuk menghasilkan 182,7 ton pupuk kompos selama 10 bulan

sebanyak 191.835 kg. Akumulasi biaya pembelian kotoran sapi di tahun

pertama sebesar Rp 19.183.500,-. Pada tahun berikutnya, jumlah kotoran sapi

yang dibutuhkan untuk menghasilkan 219,24 ton pupuk kompos selama 12

bulan sebanyak 230.202 kg. Akumulasi biaya pembelian kotoran sapi di tahun

kedua dan seterusnya sebesar Rp 23.020.200,-.

6. Cairan EM4 yang digunakan untuk menghasilkan satu ton pupuk kompos

sebanyak 450 ml dengan harga Rp 20,- per ml. Setiap bulannya, EM4 yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 18,27 ton pupuk kompos sebanyak 8.221,5

ml. Pada tahun pertama, jumlah EM4 yang dibutuhkan untuk menghasilkan

182,7 ton pupuk kompos selama 10 bulan sebanyak 82.215 ml. Akumulasi

biaya pembelian EM4 di tahun pertama sebesar Rp 1.644.300,-. Pada tahun

berikutnya, jumlah EM4 yang dibutuhkan untuk menghasilkan 219,24 ton

pupuk kompos selama 12 bulan sebanyak 98.658 ml. Akumulasi biaya

pembelian EM4 di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp 1.973.160,-.

7. Molase yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu ton pupuk kompos

sebanyak 450 ml dengan harga Rp 10,- per ml. Setiap bulannya, molase yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 18,27 ton pupuk kompos sebanyak 8.221,5

ml. Pada tahun pertama, jumlah molase yang dibutuhkan untuk menghasilkan

182,7 ton pupuk kompos selama 10 bulan sebanyak 82.215 ml. Akumulasi

biaya pembelian molase di tahun pertama sebesar Rp 822.150,-. Pada tahun

berikutnya, jumlah molase yang dibutuhkan untuk menghasilkan 219,24 ton

pupuk kompos selama 12 bulan sebanyak 98.658 ml. Akumulasi biaya

pembelian molase di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp 986.580,-.

8. Upah tenaga kerja yang diberikan kepada dua orang tenaga kerja produksinya

sebesar Rp 30.000,- per HOK per orang untuk setiap satu siklus produksi.

Pengerjaan proses produksi terdiri dari dua bagian yaitu pengolahan dan

pengayakan.

• Pengolahan

Pada tahap pengolahan, rata-rata membutuhkan 2 HOK untuk

menghasilkan satu ton pupuk kompos. Setiap bulannya, kebutuhan kerja

untuk menghasilkan 18,27 ton pupuk kompos rata-rata sebesar 36 HOK.

Page 144: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

128  

Pada tahun pertama, jumlah kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan

182,7 ton pupuk kompos selama 10 bulan sebesar 360 HOK. Beban kerja

yang ditanggung masing-masing tenaga kerja sebesar 180 HOK sehingga

diperoleh upah sebesar Rp 5.400.000,- per orang. Akumulasi upah kerja di

tahun pertama sebesar Rp 10.800.000,-.

Pada tahun kedua dan seterusnya, jumlah kerja yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 219,4 ton pupuk kompos selama 12 bulan sebesar 432

HOK. Beban kerja yang ditanggung oleh setiap tenaga kerja sebesar 216

HOK sehingga diperoleh upah sebesar Rp 6.480.000,- per orang.

Akumulasi upah kerja di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp

12.960.000,-.

• Pengayakan

Pada tahap pengayakan, rata-rata membutuhkan 1 HOK untuk

menghasilkan satu ton pupuk kompos. Setiap bulannya, kebutuhan kerja

untuk menghasilkan 18,27 ton pupuk kompos rata-rata sebesar 18 HOK.

Pada tahun pertama, jumlah kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan

182,7 ton pupuk kompos selama 10 bulan sebesar 180 HOK. Beban kerja

yang ditanggung masing-masing tenaga kerja sebesar 90 HOK sehingga

diperoleh upah sebesar Rp 2.700.000,- per orang. Akumulasi upah kerja di

tahun pertama sebesar Rp 5.400.000,-.

Pada tahun kedua dan seterusnya, jumlah kerja yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 219,4 ton pupuk kompos selama 12 bulan sebesar 216

HOK. Beban kerja yang ditanggung oleh setiap tenaga kerja sebesar 108

HOK sehingga diperoleh upah sebesar Rp 3.240.000,- per orang.

Akumulasi upah kerja di tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp

6.480.000,-.

• Beban kerja per orang

Total beban kerja yang ditanggung di tahun pertama untuk setiap

tenaga kerja sebanyak 270 HOK dengan perolehan upah sebesar Rp

8.100.000,-. Total beban kerja yang ditanggung di tahun kedua dan

seterusnya untuk setiap tenaga kerja sebanyak 324 HOK dengan perolehan

upah sebesar Rp 9.720.000,-.

Page 145: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

129  

Tabel 22. Rincian Biaya Variabel pada Skenario Usaha II (Kapasitas 21

ton/bulan)

No. Uraian Satuan Jumlah Harga

Satuan (Rp)

Nilai (Rp)

Tahun 1 Tahun 2-10 Tahun 1 Tahun 2-10

1 Jerami Kg 7.308 8.769,6 375,00

2.740.500,00

3.288.600,00

2 Sekam bakar Kg 18.270 21.924 180,00

3.288.600,00

3.946.320,00

3 Dedak Kg 4.567,5 5.481 750,00

3.425.625,00

4.110.750,00

4 Dolomit Kg 548,1 657,72 500,00

274.050,00

328.860,00

5 Kotoran sapi Kg 191.835 230.202 100,00

19.183.500,00

23.020.200,00

6 EM4 ml 82.215 98.658 20,00

1.644.300,00

1.973.160,00

7 Molase ml 82.215 98.658 10,00

822.150,00

986.580,00

8 Upah tenaga kerja:

a. Pengolahan HOK per orang 180 216

30.000,00

10.800.000,00

12.960.000,00

b. Pengayakan HOK per orang 90 108

30.000,00

5.400.000,00

6.480.000,00

Total 47.578.725,00

57.094.470,00

Akumulasi biaya variabel yang dikeluarkan unit usaha di tahun pertama

sebesar Rp 47.578.725,-. Pada tahun berikutnya, total biaya variabel yang

dikeluarkan sebesar Rp 57.094.470,- per tahun. Pengeluaran terbesar digunakan

untuk pembelian bahan baku kotoran sapi. Hal ini dikarenakan jumlah kotoran

sapi yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan kandungan C/N ratio pada

komposisi bahan-bahan limbah pertanian cukup besar sehingga biaya pembelian

menjadi besar.

d. Pajak Penghasilan

Komponen pengeluaran lainnya pada skenario usaha II ini yaitu

pengeluaran atas pajak penghasilan. Perhitungan pajak yang digunakan oleh unit

usaha masih sama dengan skenario I yang mengacu pada Undang-Undang

Republik Indonesia No.36 tahun 2008, pasal 31 E. Pada pasal tersebut berisikan

tarif wajib pajak bagi UMKM sebesar 12,5 persen dimana tarif pajak menjadi flat

setiap tahunnya. Berdasarkan perhitungan laba rugi, unit usaha sudah mulai

membayarkan pajak penghasilannya sejak tahun pertama usaha dimulai. Hal ini

dikarenakan pada tahun pertama sudah diperoleh laba atas kegiatan usahanya.

Besar pajak penghasilan di tahun pertama sebesar Rp 2.566.061,25-. Sedangkan di

Page 146: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

130  

tahun kedua dan seterusnya, pengeluaran atas pajak penghasilan lebih besar yaitu

Rp 3.085.638,28 pada tahun kedua hingga kesembilan dan Rp 4.303.222,28 pada

akhir umur usaha karena laba yang diperoleh pun lebih besar dari tahun pertama.

Rincian besarnya pajak penghasilan yang dikeluarkan setiap tahunnya pada

skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Rincian Pajak Penghasilan pada Skenario Usaha II (Kapasitas 21 ton/bulan)

Tahun Laba Bersih Sebelum Pajak (Rp) Nilai Pajak (Rp) 1 20,528,490.00 2.566.061,252 24,685,106.20 3.085.638,28 3 24,685,106.20 3.085.638,28 4 24,685,106.20 3.085.638,28 5 24,685,106.20 3.085.638,28 6 24,685,106.20 3.085.638,287 24,685,106.20 3.085.638,288 24,685,106.20 3.085.638,289 24,685,106.20 3.085.638,28

10 34.425.778,20 4.303.222,28

6.2.2.3 Analisis Laba Rugi Usaha

Hasil perhitungan laba rugi pada skenario usaha II menunjukkan bahwa

kegiatan pembuatan pupuk kompos ini selalu mendapatkan keuntungan selama

umur usahanya. Perhitungan laba rugi pada skenario usaha II sama seperti

perhitungan pada skenario usaha I, hanya saja yang membedakan adalah besarnya

penerimaan pendapatan dan pengeluaran biaya operasional yang terjadi akibat

peningkatan kapasitas produksi pada usahanya. Berdasarkan hasil perhitungan

laba rugi usaha, tingkat perolehan laba di tahun pertama berbeda dengan di tahun

kedua dan seterusnya. Pada tahun pertama, unit usaha ini sudah dapat memperoleh

laba bersih sebesar Rp 17.962.428,75,-. Pada tahun kedua dan seterusnya,

perolehan laba bersih lebih besar dari tahun pertama mencapai Rp 21.599.467,93

dan pada akhir umur usaha, laba bersih yang diperoleh lebih besar lagi senilai Rp

30.122.555,93. Hal ini dikarenakan masa produksi usaha berlangsung penuh

selama 1 tahun dan diakhir umur usaha ada tambahan penerimaan dari nilai sisa

Page 147: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

131  

investasi. Akumulasi keseluruhan laba bersih yang diterima selama umur usaha

berlangsung pada skenario II ini sebesar Rp 220.880.728,08.

6.2.2.4 Analisis Kelayakan Finansial

Perhitungan analisis finansial pada skenario II menggunakan cara yang

sama seperti perhitungan pada skenario I, yaitu dengan mendiskontokan nilai net

benefit yang diperoleh pada tingkat discount factor yang berlaku sebesar 6,5

persen. Pendiskontoan net benefit tersebut sebagai dasar dalam perhitungan empat

kriteria investasi yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Hasil

analisis kelayakan finansial pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Hasil Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario Usaha II (Kapasitas 21 ton/bulan)

Kriteria Kelayakan Investasi JumlahNPV 138,322,490.83 Net B/C 5.91 IRR 96.77%PP 1.69 atau 1 tahun 8 bulan 8 hari

Berdasarkan hasil perhitungan empat kriteria investasi tersebut, diperoleh

hasil bahwa :

1. Nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol (NPV>0) yaitu sebesar Rp

138.322.490,83. Artinya, jumlah manfaat bersih yang diterima unit usaha dari

kegiatan pembuatan pupuk kompos ini selama 10 tahun dengan tingkat

discount rate 6,5 persen sebesar Rp 138.322.490,83 sehingga usaha layak

untuk dijalankan.

2. Pada kriteria investasi kedua, nilai Net B/C yang diperoleh lebih dari satu (Net

B/C>1) yaitu sebesar 5,91. Artinya, setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan

selama umur usaha mendatangkan manfaat sebesar Rp 5,91 sehingga usaha

juga layak untuk dijalankan.

3. Pada kriteria investasi ketiga, nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari

discount rate yang berlaku (IRR>6,5%) yaitu sebesar 96,77 persen. Hal ini

menunjukkan tingkat pengembalian internal yang diperoleh dari kegiatan

pengusahaan pupuk kompos ini jauh lebih besar dibanding tingkat diskonto

Page 148: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

132  

yang berlaku sehingga unit usaha mendapatkan keuntungan dari adanya

kegiatan investasi tersebut dibandingkan hanya mendepositokan modal

investasinya di bank. Dengan demikian, usaha tetap layak untuk dijalankan.

4. Pada kriteria investasi yang terakhir, nilai Payback Period yang diperoleh

lebih kecil dari umur usaha (PP<5tahun) yaitu 1,69 tahun atau 1 tahun 8 bulan

8 hari. Hal ini berarti jangka waktu pengembalian untuk sejumlah nilai

investasi yang telah dikeluarkan yaitu selama 1,69 tahun atau 1 tahun 8 bulan

8 hari. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut

lebih pendek dari umur usaha sehingga dapat dikatakan usaha ini menjadi

layak untuk dijalankan.

Berdasarkan analisis kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback

Period menunjukkan bahwa penambahan penggunaan investasi untuk

pengusahaan pembuatan pupuk kompos pada skenario II ini secara finansial layak

untuk dijalankan.

6.2.2.5 Analisis Switching Value

Perhitungan analisis switching value pada skenario II menggunakan cara

yang sama seperti perhitungan pada skenario I, yaitu dengan membuat nilai NPV

mendekati atau lebih besar dari nol sehingga usaha masih dapat dinyatakan layak

untuk dijalankan. Begitu juga dengan variabel sensitivitas yang dianalisis

switching value pada skenario II masih sama dengan skenario I yaitu variabel

harga bahan baku kotoran sapi, variabel jumlah produksi, dan variabel harga jual

pupuk kompos. Hasil analisis nilai pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat

dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario Usaha II (Kapasitas 21

ton/bulan)

Perubahan Kenaikan Harga K.Sapi Penurunan Produksi P.Kompos

Penurunan Harga Jual P.Kompos

Persentase 49,03% 22,29% 22,44%NPV 0,00 0,00 0,00Net B/C 1,00 1,00 1,00 IRR 6,50% 6,50% 6,50%PP 10,00 10,00 10,00

Page 149: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

133  

Berdasarkan hasil analisis switching value yang telah dilakukan, apabila

terjadi perubahan pada variabel bahan baku berupa kenaikan harga beli kotoran

sapi maka unit usaha akan masih dapat beroperasi selama dalam batas kenaikan

harga maksimal sebesar 48.63 persen dari biaya kotoran sapi yang dikeluarkan

tiap tahunnya. Peningkatan total biaya kotoran sapi yang mungkin terjadi pada

tahun pertama dari Rp 19.183.500,- sampai Rp 21.456.948,37 dan pada tahun

berikutnya dari Rp 23.020.200,- sampai menjadi Rp 44.810.724,95.

Pada variabel jumlah produksi, apabila terjadi penurunan jumlah produksi

pupuk maka unit usaha akan masih dapat beroperasi selama dalam batas

penurunan jumlah produksi sebesar 21,94 persen dari jumlah pupuk yang

diproduksi tiap tahunnya. Penurunan penerimaan penjualan pupuk kompos yang

mungkin terjadi pada tahun pertama dari Rp 82.215.000,- sampai Rp

78.963.314,69 dan pada tahun berikutnya dari Rp 98.658.000,- sampai menjadi

Rp 77.014.443,44.

Pada variabel harga jual, apabila terjadi penurunan harga jual pupuk maka

unit usaha akan masih dapat beroperasi selama dalam batas penurunan harga jual

sebesar 22,09 persen dari harga jual pupuk yang ditawarkan tiap tahunnya.

Penurunan penerimaan penjualan pupuk kompos yang mungkin terjadi pada tahun

pertama dari Rp 82.215.000,- sampai Rp 79.904.729,41 dan pada tahun

berikutnya dari Rp 98.658.000,- sampai menjadi Rp 76.514.541,34.

Dari sisi pengeluaran, apabila kenaikan harga kotoran sapi yang terjadi

lebih besar dari batas impas tersebut, maka akan menyebabkan pengusahaan

pupuk kompos ini menjadi tidak layak untuk dijalankan secara finansial.

Sedangkan dari sisi penerimaan, banyaknya pupuk kompos yang dihasilkan

selama ini menunjukkan hasil yang ekonomis karena telah berproduksi sesuai

dengan kapasitas optimalnya dan juga adanya kemitraan yang mencakup quality

control membuat hasil kualitas pupuk kompos yang dihasilkan terjaga sehingga

penurunan harga jual hampir belum pernah terjadi. Berdasarkan pengalaman

usaha selama ini, harga jual pupuk kompos terendah yang diterima sebesar Rp

450,- per kg dan harga jual pupuk kompos tertinggi hingga mencapai Rp 600,- per

kg sehingga dalam penelitian digunakan harga jual rata-rata sebesar Rp 450,- per

kg.

Page 150: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

134  

Dalam analisis switching value pada kondisi skenario usaha II, variabel

penurunan jumlah produksi merupakan variabel yang paling sensitif sehingga

memiliki risiko usaha paling besar dibandingkan dua variabel lainnya. Namun

demikian, adanya hubungan yang terjalin baik dengan pemasok bahan baku

membuat kontinuitas pasokan bahan baku tetap dapat terjaga sehingga

memperkecil risiko terjadinya perubahan dari sisi penerimaan dan unit usaha tetap

berada dalam batas kelayakannya.

6.2.3 Perbandingan Laba Rugi

Berdasarkan hasil perhitungan laba rugi yang dilakukan pada skenario I

dan skenario II, dapat dipastikan bahwa pengusahaan pupuk kompos pada kondisi

skenario II menghasilkan laba bersih yang lebih menguntungkan dibanding

perolehan laba bersih pada kondisi skenario I. Setiap tahunnya, jumlah laba bersih

yang diperoleh pada skenario II yaitu Rp 21.927.592,93 lebih besar dari laba

bersih pada skenario I yang hanya sebesar Rp 11.547.857,30. Demikian halnya

dengan total laba bersih yang diperoleh selama umur usaha pada kondisi skenario

II jauh lebih besar dari kondisi skenario I, yaitu pada skenario II sebesar Rp

224.107.290,58 dan pada skenario I hanya sebesar Rp 122.051.713,70. Besarnya

jumlah laba bersih pada skenario II dikarenakan adanya peningkatan penerimaan

penjualan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tambahan pengeluaran

investasi yang dilakukan dalam rencana pengembangan usahanya. Dengan

demikian, rencana peningkatan kapasitas produksi pada pengusahaan pupuk

kompos ini akan membuat kondisi usaha jauh lebih baik dari kondisi usaha saat

ini. Perbandingan hasil laba rugi dapat dilihat pada Tabel 26.

Page 151: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

135  

Tabel 26. Perbandingan Hasil Laba Rugi

Tahun Laba Bersih

Skenario I (Rp) Skenario II (Rp) 1 9,597,910.00 18,235,866.25 2 11,547,857.30 21,927,592.93 3 11,547,857.30 21,927,592.93 4 11,547,857.30 21,927,592.93 5 11,547,857.30 21,927,592.93 6 11,547,857.30 21,927,592.93 7 11,547,857.30 21,927,592.93 8 11,547,857.30 21,927,592.93 9 11,547,857.30 21,927,592.93

10 20,070,945.30 30,450,680.93

Total 122,051,713.70 224,107,290.58

6.2.4 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Cashflow

Hasil analisis finansial kedua skenario usaha menunjukkan bahwa

pengusahaan pupuk kompos KKT Lisung Kiwari secara finansial layak untuk

dijalankan. Rincian perbandingan hasil kelayakan finansial kedua skenario usaha

dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kriteria Skenario I Skenario II

NPV    67,911,262.34    138,322,490.83 

Net B/C                    3.52                      5.91 

IRR 56.82% 96.77%

PP                    2 tahun 10 bulan 2 hari                      1 tahun 8 bulan 8 hari 

Berdasarkan Tabel 27, skenario usaha II memiliki tingkat kelayakan yang

paling tinggi dibandingkan dengan skenario usaha I. Nilai NPV skenario II lebih

besar dari skenario I. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, skenario II

menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar daripada skenario I. Dilihat dari

masa pengembalian biaya investasinya (payback periode), skenario II relatif lebih

cepat dibanding skenario I. Hal ini dikarenakan pada skenario II, kondisi usaha

melakukan peningkatan kapasitas produksi menjadi 21 ton per bulan untuk

menyerap semua permintaan yang terjadi dari LPS. Walaupun rencana

peningkatan kapasitas produksi pada skenario II membuat unit usaha berproduksi

Page 152: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

136  

dibawah kapasitas optimalnya akibat pesanan hanya sebanyak 18,27 ton per bulan

serta menambah pengeluaran biaya investasi, namun jumlah penerimaan

penjualan yang diperolehnya menghasilkan nilai yang lebih besar daripada

pengeluaran itu semua. Sedangkan pada skenario I, unit usaha telah berproduksi

sesuai kapasitas optimalnya sebanyak 12 ton per bulan akan tetapi besarnya

jumlah tersebut belum mampu memenuhi seluruh permintaan yang terjadi dari

LPS. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa skenario usaha II lebih

menguntungkan daripada skenario usaha I karena adanya pengembangan usaha

dapat memberikan tingkat perolehan manfaat yang lebih besar berupa tambahan

keuntungan secara finansial.

6.2.5 Perbandingan Hasil Analisis Switching Value

Analisis switching value yang dilakukan pada kedua skenario usaha

bertujuan untuk mengetahui batas maksimal kenaikan harga bahan baku kotoran

sapi serta batas maksimal penurunan jumlah produksi dan harga jual, agar masih

berada pada batas kelayakan usaha atau mencapai titik impasnya. Perbandingan

hasil switching value pada kedua skenario usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel

28.

Tabel 28. Perbandingan Hasil Analisis Switching Value Kondisi Usaha Kenaikan Harga

K.Sapi (%) Penurunan Produksi

P.Kompos Penurunan Harga Jual

P.Kompos Skenario I 41.44% 16.40% 16.51%Skenario II 48.63% 21.94% 22.09%

Berdasarkan Tabel 28, kondisi usaha pada skenario II memiliki tingkat

kepekaan yang lebih rendah atau batas maksimal yang lebih tinggi terhadap

perubahan ketiga variabel yang dianalisis sensitivitas perubahannya dibandingkan

dengan skenario I. Pada skenario II, persentase batas kenaikan harga beli kotoran

sapi yang masih memberikan keuntungan sebesar 48,63 persen dan pada skenario

I sebesar 41,44 persen. Batas maksimal perubahan penurunan produksi pupuk

kompos pada skenario II yang masih memberikan keuntungan adalah sebesar

21,94 persen dan pada skenario I hanya sebesar 16,40 persen. Pada variabel harga

jual, skenario II memiliki batas maksimal perubahan penurunan harga jual yang

Page 153: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

137  

masih memberikan keuntungan adalah sebesar 22,09 persen dan skenario I hanya

sebesar 16,51 persen.

Jika dilihat pada masing-masing skenario, baik skenario I maupun

skenario II sama-sama menghadapi tingkat kepekaan yang paling tinggi pada

variabel penurunan produksi pupuk kompos. Hal ini menunjukkan kedua skenario

usaha lebih sensitif dalam menghadapi perubahan variabel tersebut. Sedangkan

jika dilihat perbandingannya diantara kedua skenario usaha, kondisi usaha pada

skenario I lebih sensitif dalam menghadapi perubahan ketiga variabel dibanding

skenario II. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa skenario II merupakan

skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan dengan tingkat

sensitivitas paling rendah terhadap kemungkinan perubahan biaya dan manfaat

melalui rencana pengembangan usaha yang meningkatkan kapasitas produksinya.

Page 154: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

VII. PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang

dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, secara umum

pengusahaan pupuk kompos pada kondisi saat ini layak untuk dijalankan.

Dilihat dari aspek pasar, peluang pasar pupuk kompos masih terbuka karena

permintaan yang tinggi dan melebihi kapasitas produksi. Dilihat dari aspek

teknis, kegiatan pengusahaan pupuk kompos ini secara teknis pelaksanaannya

telah sesuai standar pengoperasian usaha pupuk kompos baik dalam proses

produksi maupun penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Dilihat dari

aspek manajemen dan hukum, kegiatan pengusahaan pupuk kompos telah

memiliki pembagian tugas yang jelas dan memiliki izin resmi serta kegiatan

usaha tergolong sederhana sehingga tidak memerlukan struktur organisasi

yang kompleks. Dilihat dari aspek sosial, ekonomi, dan budidaya, usaha

pupuk kompos ini mampu mewujudkan kemandirian petani terhadap

aksesibilitas pupuk, membuka kesempatan kerja di berbagai bidang,

meningkatkan perekonomian desa, dan mengubah sistem budidaya pertanian

yang mengarah ke pertanian organik. Dilihat dari aspek lingkungan, kegiatan

usaha ini mampu mengurangi jumlah limbah dan sebagai wujud dari bentuk

konservasi keanekaragaman hayati dengan memunculkan kembali varietas-

varietas lokal.

2. Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa kedua skenario usaha layak

untuk dijalankan berdasarkan kriteria investasi. Skenario usaha II memiliki

tingkat kelayakan yang lebih tinggi daripada skenario usaha I karena adanya

pengembangan usaha dapat memberikan tingkat perolehan manfaat yang lebih

besar berupa tambahan keuntungan secara finansial. Begitupun dengan hasil

analisis laba rugi yang menunjukkan nilai positif setiap tahunnya, dimana total

laba bersih yang diperoleh selama umur usaha pada skenario II jauh lebih

besar dari skenario I sehingga rencana peningkatan kapasitas produksi pada

Page 155: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

139  

skenario II akan membuat kondisi usaha jauh lebih baik dari kondisi usaha

saat ini.

3. Usaha pada kondisi pengembangan usaha (skenario II) memiliki tingkat

kepekaan yang lebih rendah atau batas maksimal yang lebih tinggi terhadap

kemungkinan perubahan biaya dan manfaat dibandingkan dengan kondisi

usaha saat ini (skenario I). Dengan demikian, kondisi pada pengembangan

usaha menjadi skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan.

7.2 Saran

1. Unit usaha sebaiknya melakukan pengembangan usaha dengan peningkatan

kapasitas produksi sebesar 21 ton per bulan agar dapat menyerap seluruh

permintaan dari LPS yang mencapai 18,27 ton per bulan.

2. Apabila rencana pengembangan usaha telah dilakukan, unit usaha sebaiknya

membuka jalur pemasaran yang lainnya sehingga dapat berproduksi pada

kapasitas optimal tanpa adanya sisa produk yang tidak terjual kepada LPS.

3. Unit usaha sebaiknya dapat terus menjaga sistem kemitraan yang terjalin

dengan LPS untuk menghindari risiko kerugian akibat penurunan pesanan

dimana unit usaha menghadapi tingkat sensitivitas paling tinggi pada variabel

penurunan jumlah produksi dan harga jual dengan cara mempertahankan

kualitas produk yang telah ada melalui pelaksanaan proses produksi yang

sesuai dengan standar pengoperasian usaha pupuk kompos dan kerjasama

yang baik dengan pemasok bahan baku.

4. Unit usaha sebaiknya melakukan perbaikan dalam pengelolaan atau

pencatatan administrasi dengan membuat laporan keuangan setiap bulannya

untuk dapat memisahkan antara pengeluran bersama koperasi dengan unit

usaha itu sendiri.

5. Untuk penelitian lanjutan dapat dilakukan analisis kelayakan pengusahaan

pupuk kompos tidak hanya sebatas pupuk komposnya saja tetapi sampai

dengan pupuk kompos kemasan yang terjadi di tingkat distributor. Dengan

demikian dapat dibandingkan pengelolaan usaha dalam kondisi mana yang

paling menguntungkan bagi pelaku usaha.

Page 156: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

DAFTAR PUSTAKA

Aminah S, Soedarsono GB, Sastro Y. 2003. Teknologi Pengomposan. Jakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2006. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Slamet Sutomo dan Komet Mangiri. penerjemah Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gustoro I. 2006. Sistem penunjang keputusan pendirian industri kompos studi kasus: TPA Galuga, Bogor [Skripsi]. Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Hadisuwito S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: Agromedia Pustaka Cetakan I, hal 4-6.

Hadiwiyoto S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan Idayu.

Hartatik W, Setyorini D, Agus F. 2008. Pupuk organik dan pupuk hayati pada sistem pertanian organik. Di dalam Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Prosiding jilid II; Bogor, 7-8 Nov 2008. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 161-170.

Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Ibrahim J. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.

IFOAM (International Federation Organic Movement). 2002. Organic Agriculture Worldwide. Statistic and Future Prospects. The World Organic Trade Fair Nurnberg, BIO-FACH.

Indrasti NS. 2003. The Perspective of Solid Waste Management and Landfill Technology in Indonesia. Makalah. Abdichtung, Stillegung Und Nachsorge Von deponien 15 : 99, Nurnberg, Jerman.

Kadariah, Karlina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Khaddafy M. 2009. Analisis kelayakan usaha pupuk organik di CV Saung Wira Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Murbandono L. 1993. Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya, hal 3-13.

Page 157: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

141

 

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor : Departemen Agribisnis.

Oesman MR. 2007. Tuntunan, strategi dan kebijakan pengelolaan lingkungan pertanian di era globalisasi. Di dalam Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Prosiding jilid I; Bogor, 7-8 Nov 2007. Bogor: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 39-43.

Pirngadi K. 2008. Peran Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Salikin KA. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

Samsudin, Manuwoto S. 2008. Panduan Pembuatan Kompos. Bogor: Pusat Kajian Buah Tropika LPPM IPB.

Siregar Y. 2009. Analisis kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos studi kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Suherman. 2005. Formulasi Pupuk Kompos Organik Berbasis Kompos Untuk Berbagai Tanaman [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius.

Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Winangun YW. 2005. Membangun Karakter Petani Organik Sukses dalam Era Globalisasi. Yogyakarta: Kanisius.

Zaini Z. 2008. Memacu Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Melalui Inovasi Teknologi Budidaya Spesifik Lokasi dalam Era Revolusi Hijau Lestari. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Page 158: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

Page 159: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 1. Harga Pokok Produksi Pupuk Kompos per kg(untuk kapasitas Produksi 1 ton dalam 1 petakan)

No Uraian Satuan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) 1 Jerami kg 40 375.00 15,000.00 2 Sekam bakar kg 100 180.00 18,000.00 3 Dedak kg 25 750.00 18,750.00 4 Dolomit kg 3 500.00 1,500.00 5 Kotoran sapi kg 1,050 100.00 105,000.00 6 EM4 ml 450 20.00 9,000.00 7 Molase ml 450 10.00 4,500.00 8 Upah tenaga kerja: a. Pengolahan HOK 2 30,000.00 60,000.00 b. Pengayakan HOK 1 30,000.00 30,000.00

Total 261,750.00 Biaya produksi per kg 261.75

143

Page 160: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 2. Cashflow Skenario Usaha I (Kapasitas Produksi 12 ton/bulan) 

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW Penjualan Kompos 54,000,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00

Penjualan S.Ayakan 300,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00

Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00

Total Inflow 54,300,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 74,900,672.00

OUTFLOW 1. Biaya Investasi Ijin usaha 500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gubuk Pengomposan 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Petakan pengomposan 9,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang bahan baku 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang pupuk kompos 16,941,176.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,941,176.00 0.00 0.00

Chopper 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cangkul 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sekop 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Ember 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00

Alat penyiram 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00

Saringan kawat 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00

Thermometer 50,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 43,720,000.00 0.00 130,000.00 90,000.00 130,000.00 17,008,824.00 220,000.00 16,941,176.00 130,000.00 90,000.00

2. Biaya Operasional 2.1 Biaya Tetap Sewa lahan 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00

Pemeliharaan bangunan 3,250,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00

Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00

Karung plastik 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00

THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00

144

Page 161: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Total Biaya Tetap 6,548,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00

2.2 Biaya Variabel

Jerami 1,800,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00

Sekam bakar 2,160,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00

Dedak 2,250,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00

Dolomit 180,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00

Kotoran sapi 12,600,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00

EM4 1,080,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00

Molase 540,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00

Upah tenaga kerja:

a. Pengolahan 7,200,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00

b. Pengayakan 3,600,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00

Total Biaya Variabel 31,410,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00

Total Biaya Operasional 37,958,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00

3. Pajak Penghasilan 1,332,067.50 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 2,820,402.90

Total Outflow 83,010,583.50 47,118,334.90 47,248,334.90 47,208,334.90 47,248,334.90 64,127,158.90 47,338,334.90 64,059,510.90 47,248,334.90 48,425,918.90

Net Benefit (28,710,583.50) 18,041,665.10 17,911,665.10 17,951,665.10 17,911,665.10 1,032,841.10 17,821,665.10 1,100,489.10 17,911,665.10 26,474,753.10

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 0.53

PV/Tahun (26,958,294.37) 15,906,601.51 14,828,155.69 13,954,243.80 13,073,381.11 707,841.25 11,468,352.25 664,949.84 10,162,241.01 14,103,790.26

PV Positif 94,869,556.71

PV Negatif (26,958,294.37)

NPV 67,911,262.34

Net B/C 3.52

IRR 56.82%

PP 2.84

145

Page 162: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 3. Cashflow Skenario Usaha II (Kapasitas Produksi 21 ton/bulan)

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Penjualan Kompos 82,215,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00

Penjualan S.Ayakan 456,750.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00

Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00

Total Inflow 82,671,750.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 108,946,772.00

OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Ijin usaha 500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gubuk Pengomposan

a. Ukuran 50 m² 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Ukuran 37,5 m² 4,500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4,500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Petakan pengomposan 15,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang bahan baku 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang pupuk kompos 16,941,176.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,941,176.00 0.00 0.00

Chopper 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cangkul 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sekop 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Ember 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00

Alat penyiram 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00

Saringan kawat 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00

Thermometer 50,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 54,970,000.00 0.00 130,000.00 90,000.00 130,000.00 21,508,824.00 220,000.00 16,941,176.00 130,000.00 90,000.00

2. Biaya Operasional

2.1 Biaya Tetap

Sewa lahan 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00

Pemeliharaan bangunan 4,187,500.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00

Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00

Karung plastik 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00

146

Page 163: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00

PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Total Biaya Tetap 7,567,091.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00

2.2 Biaya Variabel

Jerami 2,740,500.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00

Sekam bakar 3,288,600.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00

Dedak 3,425,625.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00

Dolomit 274,050.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00

Kotoran sapi 19,183,500.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00

EM4 1,644,300.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00

Molase 822,150.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00

Upah tenaga kerja: 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a. Pengolahan 10,800,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00

b. Pengayakan 5,400,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00

Total Biaya Variabel 47,578,725.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00

Total Biaya Operasional 55,145,816.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00

3. Pajak Penghasilan 2,566,061.25 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 4,303,222.28

Total Outflow 112,681,877.25 69,209,699.28 69,339,699.28 69,299,699.28 69,339,699.28 90,718,523.28 69,429,699.28 86,150,875.28 69,339,699.28 70,517,283.28

Net Benefit (30,010,127.25) 29,996,400.73 29,866,400.73 29,906,400.73 29,866,400.73 8,487,576.72 29,776,400.73 13,055,224.73 29,866,400.73 38,429,488.73

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 0.53

PV/Tahun (28,178,523.24) 26,446,605.15 24,724,872.72 23,246,935.85 21,798,913.55 5,816,825.92 19,161,298.92 7,888,373.94 16,944,798.85 20,472,389.18

PV Positif 166,501,014.07

PV Negatif (28,178,523.24)

NPV 138,322,490.83

Net B/C 5.91

IRR 96.77%

PP 1.69

147

Page 164: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 4. Laporan Laba Rugi Skenario Usaha I (Kapasitas Produksi 12 ton/bulan)

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 INFLOW Penjualan Kompos 54,000,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 Penjualan S.Ayakan 300,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00 Total Inflow 54,300,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 74,900,672.00 OUTFLOW 1. Biaya Tetap Sewa lahan 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 Pemeliharaan bangunan 3,250,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 Karung plastik 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 Penyusutan peralatan* 5,684,944.00 6,821,932.80 6,821,932.80 6,821,932.80 6,821,932.80 6,821,932.80 6,821,932.80 6,821,932.80 6,821,932.80 6,821,932.80 Total Biaya Tetap 12,233,460.00 14,645,448.80 14,645,448.80 14,645,448.80 14,645,448.80 14,645,448.80 14,645,448.80 14,645,448.80 14,645,448.80 14,645,448.80 2. Biaya Variabel Jerami 1,800,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 Sekam bakar 2,160,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 Dedak 2,250,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 Dolomit 180,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 Kotoran sapi 12,600,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 EM4 1,080,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 Molase 540,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 Upah tenaga kerja: a. Pengolahan 7,200,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 b. Pengayakan 3,600,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 Total Biaya Variabel 31,410,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 Total Outflow 43,643,460.00 52,337,448.80 52,337,448.80 52,337,448.80 52,337,448.80 52,337,448.80 52,337,448.80 52,337,448.80 52,337,448.80 52,337,448.80 EBIT 10,656,540.00 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 22,563,223.20 Biaya Bunga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 EBT 10,656,540.00 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 12,822,551.20 22,563,223.20 Pajak Penghasilan 1,332,067.50 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 2,820,402.90 Laba Bersih Setelah Pajak 9,324,472.50 11,219,732.30 11,219,732.30 11,219,732.30 11,219,732.30 11,219,732.30 11,219,732.30 11,219,732.30 11,219,732.30 19,742,820.30

148

Page 165: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 5. Laporan Laba Rugi Skenario II (Kapasitas Produksi 21 ton/bulan)

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 INFLOW Penjualan Kompos 82,215,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 Penjualan S.Ayakan 456,750.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00 Total Inflow 82,671,750.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 108,946,772.00 OUTFLOW 1. Biaya Tetap Sewa lahan 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 Pemeliharaan bangunan 4,187,500.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 Karung plastik 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 Penyusutan peralatan* 6,997,444.00 8,396,932.80 8,396,932.80 8,396,932.80 8,396,932.80 8,396,932.80 8,396,932.80 8,396,932.80 8,396,932.80 8,396,932.80 Total Biaya Tetap 14,564,535.00 17,426,523.80 17,426,523.80 17,426,523.80 17,426,523.80 17,426,523.80 17,426,523.80 17,426,523.80 17,426,523.80 17,426,523.80 2. Biaya Variabel Jerami 2,740,500.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 Sekam bakar 3,288,600.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 Dedak 3,425,625.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 Dolomit 274,050.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 Kotoran sapi 19,183,500.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 EM4 1,644,300.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 Molase 822,150.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 Upah tenaga kerja: 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 a. Pengolahan 10,800,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 b. Pengayakan 5,400,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 Total Biaya Variabel 47,578,725.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 Total Outflow 62,143,260.00 74,520,993.80 74,520,993.80 74,520,993.80 74,520,993.80 74,520,993.80 74,520,993.80 74,520,993.80 74,520,993.80 74,520,993.80 EBIT 20,528,490.00 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 34,425,778.20 Biaya Bunga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 EBT 20,528,490.00 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 24,685,106.20 34,425,778.20 Pajak Penghasilan 2,566,061.25 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 4,303,222.28 Laba Bersih Setelah Pajak 17,962,428.75 21,599,467.93 21,599,467.93 21,599,467.93 21,599,467.93 21,599,467.93 21,599,467.93 21,599,467.93 21,599,467.93 30,122,555.93

149

Page 166: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 6. Cashflow Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Skenario Usaha I (Kapasitas Produksi 12 ton/bulan)

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW Penjualan Kompos 54,000,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00 64,800,000.00

Penjualan S.Ayakan 300,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00

Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00

Total Inflow 54,300,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 65,160,000.00 74,900,672.00

OUTFLOW 1. Biaya Investasi Ijin usaha 500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gubuk Pengomposan 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Petakan pengomposan 9,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang bahan baku 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang pupuk kompos 16,941,176.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,941,176.00 0.00 0.00

Chopper 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cangkul 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sekop 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Ember 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00

Alat penyiram 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00

Saringan kawat 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00

Thermometer 50,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 43,720,000.00 0.00 130,000.00 90,000.00 130,000.00 17,008,824.00 220,000.00 16,941,176.00 130,000.00 90,000.00

2. Biaya Operasional 2.1 Biaya Tetap Sewa lahan 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00

Pemeliharaan bangunan 3,250,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00

Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00

Karung plastik 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00

THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00

150

Page 167: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Total Biaya Tetap 6,548,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00

2.2 Biaya Variabel

Jerami 1,800,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00

Sekam bakar 2,160,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00

Dedak 2,250,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00

Dolomit 180,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00

Kotoran sapi 13,716,179.61 25,818,347.38 25,818,347.38 25,818,347.38 25,818,347.38 25,818,347.38 25,818,347.38 25,818,347.38 25,818,347.38 25,818,347.38

EM4 1,080,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00

Molase 540,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00

Upah tenaga kerja:

a. Pengolahan 7,200,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00

b. Pengayakan 3,600,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00

Total Biaya Variabel 32,526,179.61 48,390,347.38 48,390,347.38 48,390,347.38 48,390,347.38 48,390,347.38 48,390,347.38 48,390,347.38 48,390,347.38 48,390,347.38

Total Biaya Operasional 39,074,695.61 56,213,863.38 56,213,863.38 56,213,863.38 56,213,863.38 56,213,863.38 56,213,863.38 56,213,863.38 56,213,863.38 56,213,863.38

3. Pajak Penghasilan 1,332,067.50 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 2,820,402.90

Total Outflow 84,126,763.11 57,816,682.28 57,946,682.28 57,906,682.28 57,946,682.28 74,825,506.28 58,036,682.28 74,757,858.28 57,946,682.28 59,124,266.28

Net Benefit (29,826,763.11) 7,343,317.72 7,213,317.72 7,253,317.72 7,213,317.72 (9,665,506.28) 7,123,317.72 (9,597,858.28) 7,213,317.72 15,776,405.72

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 0.53

PV/Tahun (28,006,350.34) 6,474,304.24 5,971,538.52 5,638,171.35 5,264,862.37 (6,624,101.23) 4,583,899.22 (5,799,325.31) 4,092,499.09 8,404,502.07

PV Positif 40,429,776.88

PV Negatif (40,429,776.88)

NPV 0.00

Net B/C 1.00

IRR 6.50%

PP 10.00

151

Page 168: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 7. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario Usaha I (Kapasitas Produksi 12 ton/bulan)

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW Penjualan Kompos 52,403,541.95 54,173,808.71 54,173,808.71 54,173,808.71 54,173,808.71 54,173,808.71 54,173,808.71 54,173,808.71 54,173,808.71 54,173,808.71

Penjualan S.Ayakan 300,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00

Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00

Total Inflow 52,703,541.95 54,533,808.71 54,533,808.71 54,533,808.71 54,533,808.71 54,533,808.71 54,533,808.71 54,533,808.71 54,533,808.71 64,274,480.71

OUTFLOW 1. Biaya Investasi Ijin usaha 500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gubuk Pengomposan 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Petakan pengomposan 9,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang bahan baku 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang pupuk kompos 16,941,176.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,941,176.00 0.00 0.00

Chopper 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cangkul 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sekop 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Ember 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00

Alat penyiram 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00

Saringan kawat 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00

Thermometer 50,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 43,720,000.00 0.00 130,000.00 90,000.00 130,000.00 17,008,824.00 220,000.00 16,941,176.00 130,000.00 90,000.00

2. Biaya Operasional 2.1 Biaya Tetap Sewa lahan 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00

Pemeliharaan bangunan 3,250,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00

Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00

Karung plastik 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00

THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00

152

Page 169: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Total Biaya Tetap 6,548,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00

2.2 Biaya Variabel

Jerami 1,800,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00

Sekam bakar 2,160,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00

Dedak 2,250,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00

Dolomit 180,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00

Kotoran sapi 12,600,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00

EM4 1,080,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00

Molase 540,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00

Upah tenaga kerja:

a. Pengolahan 7,200,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00

b. Pengayakan 3,600,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00

Total Biaya Variabel 31,410,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00

Total Biaya Operasional 37,958,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00

3. Pajak Penghasilan 1,332,067.50 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 2,820,402.90

Total Outflow 83,010,583.50 47,118,334.90 47,248,334.90 47,208,334.90 47,248,334.90 64,127,158.90 47,338,334.90 64,059,510.90 47,248,334.90 48,425,918.90

Net Benefit (30,307,041.55) 7,415,473.81 7,285,473.81 7,325,473.81 7,285,473.81 (9,593,350.19) 7,195,473.81 (9,525,702.19) 7,285,473.81 15,848,561.81

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 0.53

PV/Tahun (28,457,316.01) 6,537,921.32 6,031,272.88 5,694,259.94 5,317,527.72 (6,574,650.20) 4,630,332.11 (5,755,726.35) 4,133,437.08 8,442,941.50

PV Positif 40,787,692.56

PV Negatif (40,787,692.56)

NPV 0.00

Net B/C 1.00

IRR 6.5%

PP 10.00

153

Page 170: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 8. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario Usaha I (Kapasitas Produksi 12 ton/bulan)

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW Penjualan Kompos 52,883,820.42 54,101,652.62 54,101,652.62 54,101,652.62 54,101,652.62 54,101,652.62 54,101,652.62 54,101,652.62 54,101,652.62 54,101,652.62

Penjualan S.Ayakan 300,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00 360,000.00

Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00

Total Inflow 53,183,820.42 54,461,652.62 54,461,652.62 54,461,652.62 54,461,652.62 54,461,652.62 54,461,652.62 54,461,652.62 54,461,652.62 64,202,324.62

OUTFLOW 1. Biaya Investasi Ijin usaha 500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gubuk Pengomposan 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Petakan pengomposan 9,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang bahan baku 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang pupuk kompos 16,941,176.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,941,176.00 0.00 0.00

Chopper 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cangkul 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sekop 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Ember 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00

Alat penyiram 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00

Saringan kawat 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00

Thermometer 50,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 43,720,000.00 0.00 130,000.00 90,000.00 130,000.00 17,008,824.00 220,000.00 16,941,176.00 130,000.00 90,000.00

2. Biaya Operasional 2.1 Biaya Tetap Sewa lahan 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00 113,516.00

Pemeliharaan bangunan 3,250,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00

Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00

Karung plastik 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00 60,000.00

THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00

154

Page 171: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Total Biaya Tetap 6,548,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00 7,823,516.00

2.2 Biaya Variabel

Jerami 1,800,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00 2,160,000.00

Sekam bakar 2,160,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00 2,592,000.00

Dedak 2,250,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00 2,700,000.00

Dolomit 180,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00 216,000.00

Kotoran sapi 12,600,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00 15,120,000.00

EM4 1,080,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00 1,296,000.00

Molase 540,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00 648,000.00

Upah tenaga kerja:

a. Pengolahan 7,200,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00 8,640,000.00

b. Pengayakan 3,600,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00 4,320,000.00

Total Biaya Variabel 31,410,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00 37,692,000.00

Total Biaya Operasional 37,958,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00 45,515,516.00

3. Pajak Penghasilan 1,332,067.50 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 1,602,818.90 2,820,402.90

Total Outflow 83,010,583.50 47,118,334.90 47,248,334.90 47,208,334.90 47,248,334.90 64,127,158.90 47,338,334.90 64,059,510.90 47,248,334.90 48,425,918.90

Net Benefit (29,826,763.08) 7,343,317.72 7,213,317.72 7,253,317.72 7,213,317.72 (9,665,506.28) 7,123,317.72 (9,597,858.28) 7,213,317.72 15,776,405.72

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 0.53

PV/Tahun (28,006,350.31) 6,474,304.23 5,971,538.52 5,638,171.35 5,264,862.37 (6,624,101.23) 4,583,899.22 (5,799,325.31) 4,092,499.09 8,404,502.07

PV Positif 40,429,776.85

PV Negatif (40,429,776.85)

NPV 0.00

Net B/C 1.00

IRR 6.50%

PP 10.00

155

Page 172: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 9. Cashflow Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Skenario Usaha II (Kapasitas Produksi 21 ton/bulan)

Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Penjualan Kompos 82,215,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00 98,658,000.00

Penjualan S.Ayakan 456,750.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00

Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00

Total Inflow 82,671,750.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 99,206,100.00 108,946,772.00

OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Ijin usaha 500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gubuk Pengomposan

a. Ukuran 50 m² 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Ukuran 37,5 m² 4,500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4,500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Petakan pengomposan 15,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang bahan baku 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang pupuk kompos 16,941,176.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,941,176.00 0.00 0.00

Chopper 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cangkul 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sekop 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Ember 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00

Alat penyiram 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00

Saringan kawat 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00

Thermometer 50,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 54,970,000.00 0.00 130,000.00 90,000.00 130,000.00 21,508,824.00 220,000.00 16,941,176.00 130,000.00 90,000.00

2. Biaya Operasional

2.1 Biaya Tetap

Sewa lahan 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00

Pemeliharaan bangunan 4,187,500.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00

Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00

156

Page 173: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Karung plastik 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00

THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00

PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Total Biaya Tetap 7,567,091.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00

2.2 Biaya Variabel

Jerami 2,740,500.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00

Sekam bakar 3,288,600.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00

Dedak 3,425,625.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00

Dolomit 274,050.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00

Kotoran sapi 21,456,948.37 44,810,724.95 44,810,724.95 44,810,724.95 44,810,724.95 44,810,724.95 44,810,724.95 44,810,724.95 44,810,724.95 44,810,724.95

EM4 1,644,300.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00

Molase 822,150.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00

Upah tenaga kerja: 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a. Pengolahan 10,800,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00

b. Pengayakan 5,400,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00

Total Biaya Variabel 49,852,173.37 78,884,994.95 78,884,994.95 78,884,994.95 78,884,994.95 78,884,994.95 78,884,994.95 78,884,994.95 78,884,994.95 78,884,994.95

Total Biaya Operasional 57,419,264.37 87,914,585.95 87,914,585.95 87,914,585.95 87,914,585.95 87,914,585.95 87,914,585.95 87,914,585.95 87,914,585.95 87,914,585.95

3. Pajak Penghasilan 2,566,061.25 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 4,303,222.28

Total Outflow 114,955,325.62 91,000,224.22 91,130,224.22 91,090,224.22 91,130,224.22 112,509,048.22 91,220,224.22 107,941,400.22 91,130,224.22 92,307,808.22

Net Benefit -32,283,575.62 8,205,875.78 8,075,875.78 8,115,875.78 8,075,875.78 -13,302,948.22 7,985,875.78 -8,735,300.22 8,075,875.78 16,638,963.78

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 0.53

PV/Tahun -30,313,216.55 7,234,786.55 6,685,606.43 6,308,657.64 5,894,426.97 -9,116,964.30 5,138,960.69 -5,278,140.83 4,581,874.19 8,864,009.21

PV Positif 44,708,321.67

PV Negatif -44,708,321.67

NPV 0.00

Net B/C 1.00

IRR 6.50%

PP 10.00

157

Page 174: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 10. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Produksi Skenario Usaha II (Kapasitas Produksi 21 ton/bulan) Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Penjualan Kompos 78,963,314.69 77,014,443.44 77,014,443.44 77,014,443.44 77,014,443.44 77,014,443.44 77,014,443.44 77,014,443.44 77,014,443.44 77,014,443.44

Penjualan S.Ayakan 456,750.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00

Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00

Total Inflow 79,420,064.69 77,562,543.44 77,562,543.44 77,562,543.44 77,562,543.44 77,562,543.44 77,562,543.44 77,562,543.44 77,562,543.44 87,303,215.44

OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Ijin usaha 500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gubuk Pengomposan

a. Ukuran 50 m² 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Ukuran 37,5 m² 4,500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4,500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Petakan pengomposan 15,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang bahan baku 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang pupuk kompos 16,941,176.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,941,176.00 0.00 0.00

Chopper 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cangkul 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sekop 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Ember 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00

Alat penyiram 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00

Saringan kawat 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00

Thermometer 50,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 54,970,000.00 0.00 130,000.00 90,000.00 130,000.00 21,508,824.00 220,000.00 16,941,176.00 130,000.00 90,000.00

2. Biaya Operasional

2.1 Biaya Tetap

Sewa lahan 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00

Pemeliharaan bangunan 4,187,500.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00

Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00

Karung plastik 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00

THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00

158

Page 175: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Total Biaya Tetap 7,567,091.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00

2.2 Biaya Variabel

Jerami 2,740,500.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00

Sekam bakar 3,288,600.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00

Dedak 3,425,625.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00

Dolomit 274,050.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00

Kotoran sapi 19,183,500.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00

EM4 1,644,300.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00

Molase 822,150.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00

Upah tenaga kerja: 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a. Pengolahan 10,800,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00

b. Pengayakan 5,400,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00

Total Biaya Variabel 47,578,725.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00

Total Biaya Operasional 55,145,816.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00

3. Pajak Penghasilan 2,566,061.25 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 4,303,222.28

Total Outflow 112,681,877.25 69,209,699.28 69,339,699.28 69,299,699.28 69,339,699.28 90,718,523.28 69,429,699.28 86,150,875.28 69,339,699.28 70,517,283.28

Net Benefit (33,261,812.56) 8,352,844.17 8,222,844.17 8,262,844.17 8,222,844.17 (13,155,979.83) 8,132,844.17 (8,588,331.83) 8,222,844.17 16,785,932.17

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 0.53

PV/Tahun (31,231,748.88) 7,364,362.60 6,807,274.08 6,422,899.57 6,001,696.38 (9,016,241.84) 5,233,535.77 (5,189,337.94) 4,665,257.18 8,942,303.10

PV Positif 45,437,328.67

PV Negatif (45,437,328.67)

NPV (0.00)

Net B/C 1.00

IRR 6.50%

PP 10.00

159

Page 176: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 11. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Skenario Usaha II (Kapasitas Produksi 21 ton/bulan) Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

Penjualan Kompos 79,941,551.68 76,867,475.04 76,867,475.04 76,867,475.04 76,867,475.04 76,867,475.04 76,867,475.04 76,867,475.04 76,867,475.04 76,867,475.04

Penjualan S.Ayakan 456,750.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00 548,100.00

Nilai Sisa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9,740,672.00

Total Inflow 80,398,301.68 77,415,575.04 77,415,575.04 77,415,575.04 77,415,575.04 77,415,575.04 77,415,575.04 77,415,575.04 77,415,575.04 87,156,247.04

OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Ijin usaha 500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gubuk Pengomposan

a. Ukuran 50 m² 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6,000,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Ukuran 37,5 m² 4,500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4,500,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Petakan pengomposan 15,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang bahan baku 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7,058,824.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gudang pupuk kompos 16,941,176.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 16,941,176.00 0.00 0.00

Chopper 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3,750,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cangkul 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Sekop 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Ember 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00 0.00 0.00 40,000.00

Alat penyiram 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00 0.00 0.00 50,000.00

Saringan kawat 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00 130,000.00 0.00

Thermometer 50,000.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total Biaya Investasi 54,970,000.00 0.00 130,000.00 90,000.00 130,000.00 21,508,824.00 220,000.00 16,941,176.00 130,000.00 90,000.00

2. Biaya Operasional

2.1 Biaya Tetap

Sewa lahan 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00 149,591.00

Pemeliharaan bangunan 4,187,500.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00 5,025,000.00

Listrik 500,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00

Komunikasi 416,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00

Karung plastik 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00 105,000.00

160

Page 177: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

THR 2,083,333.33 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00 2,500,000.00

PBB 125,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00

Total Biaya Tetap 7,567,091.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00 9,029,591.00

2.2 Biaya Variabel

Jerami 2,740,500.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00 3,288,600.00

Sekam bakar 3,288,600.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00 3,946,320.00

Dedak 3,425,625.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00 4,110,750.00

Dolomit 274,050.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00 328,860.00

Kotoran sapi 19,183,500.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00 23,020,200.00

EM4 1,644,300.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00 1,973,160.00

Molase 822,150.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00 986,580.00

Upah tenaga kerja: 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

a. Pengolahan 10,800,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00 12,960,000.00

b. Pengayakan 5,400,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00 6,480,000.00

Total Biaya Variabel 47,578,725.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00 57,094,470.00

Total Biaya Operasional 55,145,816.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00 66,124,061.00

3. Pajak Penghasilan 2,566,061.25 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 3,085,638.28 4,303,222.28

Total Outflow 112,681,877.25 69,209,699.28 69,339,699.28 69,299,699.28 69,339,699.28 90,718,523.28 69,429,699.28 86,150,875.28 69,339,699.28 70,517,283.28

Net Benefit (32,283,575.57) 8,205,875.77 8,075,875.77 8,115,875.77 8,075,875.77 (13,302,948.23) 7,985,875.77 (8,735,300.23) 8,075,875.77 16,638,963.77

DF 6.5% 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69 0.64 0.60 0.57 0.53

PV/Tahun (30,313,216.50) 7,234,786.54 6,685,606.42 6,308,657.64 5,894,426.96 (9,116,964.30) 5,138,960.69 (5,278,140.83) 4,581,874.18 8,864,009.20

PV Positif 44,708,321.64

PV Negatif (44,708,321.64)

NPV (0.00)

Net B/C 1.00

IRR 6.50%

PP 10.00

161

Page 178: ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PUPUK KOMPOS … · usaha untuk melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan ... rencana pengembangan usaha ini akan membuat kondisi usaha

Lampiran 12. DOKUMENTASI

Gambar 15. Bahan Kompos Gambar 16. Jerami

Gambar 17. Arang Sekam Gambar 18. Fermentasi Pengomposan

Gambar 19. Pupuk Kompos Kemasan