III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu...
Transcript of III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu...
17
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di rumah kasa kebun kretivitas mahasiswa Fakultas
Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (± -7.917655 lintang
selatan, ± 112.5951 bujur timur) dari tanggal 28 September – 28 Desember 2016).
3.2 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, timbangan
analitik, gypsum moisture meter, kabel tembaga, kabel serabut, solder, jangka
sorong, meteran, hand counter, kamera untuk dokumentasi, alat-alat pertanian,
oven, tabung tembaga, mikropipet, sentrifuge, spektofotometer, mikroskop, dan
alat uji GCMS.
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek tanaman Jarak Pagar
G1 = 5-1-14 (SP8 x SP-16), G2 = 6-2-10 (SP8 x SP-38), G3 = 7-2-8 (SP-33 x HS-
49), G4 = 18-1-14 (SM-35 x SP-38), G5 = IP-3A, dan G6 = IP-3P, polibag ukuran
40 x 40 cm, akarisida, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk kalium, Tanah, pupuk
kandang, pasir, kuteks, acetone, metanol.
18
3.3 Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan mengunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) /
Split-Plot Design (SPD) secara faktorial dengan jumlah perlakuan sebanyak dua
faktor dengan diulang sebanyak 2 kali. Petak utama adalah kadar air tanah
kapasitas lapang, terdiri dari 3 level yaitu K1 = Kadar air tanah 100% (Kontrol),
K2 = Kadar air tanah 70%, dan K3 = Kadar air tanah 40% kapasitas lapang. Anak
petak adalah genotip jarak pagar (6 level), yaitu G1 = 5-1-14 (SP8 x SP-16), G2 =
6-2-10 (SP8 x SP-38), G3 = 7-2-8 (SP-33 x HS-49), G4 = 18-1-14 (SM-35 x SP-
38), G5 IP-3 A, dan G6 = IP-3 P. Satuan percobaan yang diperoleh 3 x 6 x 2 x 2
= 72 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri atas 1 tanaman yang
masing-masing ditanam dengan jarak 50 x 100 cm.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Tahap Persipan
Bahan tanaman yang digunakan berupa stek batang tanaman jarak pagar
Hasil persilangan yang dilakukan oleh Dr. Ir. Maftuchah MP, dari Universitas
Muhammadiyah Malang dari 4 kombinasi persilangan yaitu: (SP 8 x SP 16) diberi
kode angka 5; (SP 8 x SP 38) diberi kode angka 6; (SP33 x HS 49) diberi kode
angka 7; (SM 35 x SP 38) diberi kode angka 18 dan dibandingkan dengan IP-3A,
dan IP-3P. Stek diambil di kebun koleksi Kedungpengaron, Pasuruan, Jawa
Timur. Stek yang digunakan berukuran 20 cm dengan diameter 1-2 cm. Setelah
usia 30 hari setelah tanam bibit tanaman jarak pagar dipindah ke dalam polibag
19
berukuran 40 x 40 yang telah berisi 10 kg media tanam tanah, pupuk kandang dan
pasir (3:1:1) (Istiana, 2008).
Menghitung Kadar Lengas Kering Angin
Kadar lengas kering angin ditentukan dengan tahapan-tahapan dan
perhitungan berikut ini :
1. Menimbang botol kuningan kosong beserta tutup botolnya (a gram).
2. Mengisi media tanam kedalam botol timbang dengan volume sekitar
separuh volume botol kemudian tutup dan timbang (b gram).
3. Masukkan botol timbang kedalam oven dengan tutup terbuka pada suhu
konstan selama 12 jam.
4. Setelah 12 jam, botol timbang ditutup rapat kemudian di keluarkan hingga
mencapai suhu ruang.
5. Menimbang botol yang telah di dinginkan (c gram).
6. Menghitung kadar lengas tanah kering angin dengan rumus :
Keterangan :
a = berat botol timbang kosong serta tutup botol (gram)
b = berat botol timbang setelah diisi degan media tanam (gram)
c = berat botol timbang dan tutup setelah didinginkan (gram)
nilai (c-a) adalah berat contoh tanah kering mutlak
nilai (b-c) adalah berat air dalam contoh tanah (Ikhwan, 2014)
20
Jenuh Air
1. Menuang contoh tanah secara merata tanpa ditekan setebal kurang lebih
2,5 cm.
2. Memasukkan keranjang tersebut ke dalam pipa paralon dan mengisi air
secara perlahan pada keranjang hingga tanah terjenuhi oleh air.
3. Mengambil sebagian sampel tanah dalam pipa, kemudian menimbang
tanah tersebut (a gram).
4. Mengoven tanah tersebut selama 4 jam dengan suhu 1050C, kemudian
menimbang berat tanah (b gram).
BB = Berat Basah Tanah (gram)
BK = Berat Kering tanah oven (gram) (Ikhwan, 2014)
Kadar Lengas Kapasitas Lapang
Penetapan kadar air kapasitas lapang yaitu dengan menggunakan metode
gravimetri seperti tahap –hahap sebagai berikut :
1. Memasukkan sampel tanah kering angin kedalam seng tanpa ditekan lalu
menimbangnya (x gram).
2. Meletakkan seng berisi media tanam tersebut pada penyangga diatas
wadah berdiameter lebih besar. Menyiram air secara perlahan dengan
volume terukur (V1 liter) pada media sampai jenuuh air yang ditandai
dengan air yang menetes dari lubang bagian bawah seng.
21
3. Mengatuskan sampel tanah jenuh air selama semalam (12 jam) atau
sampai tidak ada air lagi yang menetes dan mengukur volume air
tertampung dalam wadah (V2 liter).
4. Menimbang sampel tanah (Bobot basah) sebanyak a (gram).
5. Mengoven media tanam selama semalam 12 jam dengan suhu 105ºC
6. Menimbang (Bobot Kering) b (gram).
Contoh tanah dikeluarkan dan ditetapkan kadar airnya dengan metode
gravimetri dengan 6 sampel media tanam. Kadar air tanah pada keadaan kering
udara dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
a = Berat Basah Tanah (gram)
b = Berat Kering tanah oven (gram) (Ikhwan, 2014)
Penetapan Penambahan Air per penurunan (ml / %)
Perlakuan cekaman kekeringan berdasarkan kapasitas lapang dapat
ditentukan tingkat kadar air tanah masing-masing sebagai berikut : 100, 70, dan
40 % KL. Untuk menentukan volume air yang diberikan, maka perhitungan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
BB = Kadar Air Tanah Kering Udara bobot basah tanah,
BK = Bobot Tanah Kering Mutlak (kering oven) (Lapanjang, 2008)
22
3.4.2 Perawatan dan pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan, pemupukan, dan pengendalian
hama-penyakit dilakukan secara intensif. Dosis pupuk yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 40 g Urea + 40 g SP-36 + 20 g KCl, pupuk diberikan setelah
tanaman berumur 1 minggu setelah tanam, setengah dosis pupuk N dan seluruh
dosis pupuk P dan K (20 g Urea + 40 g SP-36 + 20 g KCl), sedangkan ½ dosis
pupuk N (20 g) diberikan pada saat 8 minggu setelah tanam.
Tabel 3. Daftar Pestisida dan fungisida yang digunakan saat perawatan tanaman
jarak pagar (Jatropha curcas L.)
Hama/penyakit Jenis
Pestisida/Fungisida Bahan aktif Konsentrasi
Cabuk/kutu putih Marshal
Fastag
Karbosulfan
Alfametrin
0,5-2 ml/l
1-2 ml/l
Tungau Fastag
arrivo
Alfametrin
Sipermenrin
1-2 ml/l
0,5-1 ml/l
Busuk akar dan
batang
Benlox
Nordox 56 WP
Benomil
Tembaga oksida
1-1,5 gram/l
3-4 gram/l
3.4.3 Perlakuan Uji
Perlakuan uji dilaksanakan 2 tahap, tahap pertama adalah tahap perlakuan
kekeringan sesuai dengan perlakuan 100, 70, dan 40% kapasitas lapang.
Pengeringan tanaman sesuai dengan perlakuan dan penambahan air (ml)
dilakukan setiap hari selama 84 hari. Tahap kedua adalah tahapan pemulihan
pasca perlakuan kekeringan. Tahapan kedua ini dilakukan mulai tanaman 66-84
hari setaleh cekaman kekeringan dengan cara mengembalikan seluruh perlakuan
ke 100 % kapasitas lapang. Pemberian air dilakukan dengan cara di kocor sesuai
dengan penurunan (%). Pengukuran kadar air tanah kapasitas lapang
menggunakan alat Gypsum Moisture Meter.
23
3.5 Pengamatan
Karakter morfologi yang diamati mencakup peubah pertambahan volume
batang tanaman (cm3), jumlah daun terbentuk, jumlah daun gugur, jumlah bunga,
jumlah buah, persentase bunga jadi buah, panjang akar (cm), karakter biokimia
yang diamati meliputi jumlah klorofil, dan kandungan metabolit sekunder (ppm).
Sedangkan karakter anatomi yang diamati adalah jumlah, ukuran stomata dan
kerapatan stomata.
a. Pertambahan Volume Batang Tanaman (Cm3)
Pertambahan Volume batang diukur setiap 14 hari sekali dengan
mengukur diameter pangkal batang dan tinggi batang, untuk cabang
primer pengukuran diameter dilakukan mulai pangkal diatas permukaan
tanah. Volume tanaman hitung dengan rumus panjang batang, volume
tiap ruas batang, dan volume batang (Nurnasari dan Djumali, 2011)
Panjang batang (Pb) dihitung dengan rumus:
Volume setiap ruas batang (Vr) dihitung dengan rumus:
Volume batang (Vb) dihitung dengan rumus:
24
b. Jumlah Daun Terbentuk
Jumlah helaian daun dihitung pertanaman yaitu dengan
menghitung jumlah daun pada masing-masing tanaman. Daun yang
dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna, pengamatan
dilakukan dengan interval 7 hari sampai 84 hari setelah perlakuan.
Pengamatan dimulai 1-56 setelah perlakuan untuk cekaman kekeringan
sedangkan 57-84 haridalam keadaan pemulihan (recovery).
c. Jumlah Daun Gugur
Jumlah daun gugur dihitung pertanaman yaitu dengan menghitung
jumlah daun gugur. Daun yang gugur disimpan dalam plastik yang di
tempel di polybag masing-masing tanaman, pengamatan dilakukan
dengan interval 7 hari sampai 84 hari setelah perlakuan. Pengamatan
dimulai 1-56 setelah perlakuan untuk cekaman kekeringan sedangkan
57-84 hari dalam keadaan pemulihan (recovery).
d. Jumlah bunga
Pengamatan jumlah bunga total dilakukan dengan mengamati
jumlah bunga jantan, betina, dan hemaprodit dalam masing-masing
tanaman. Pengamatan dilakukan pada dua fase yaitu fase pengeringan
dan fase pemulihan. Proses pengeringan berlangsung mulai dari 1-56
setelah perlakuan untuk cekaman kekeringan sedangkan 57-84 hari
dalam keadaan pemulihan (recovery). Pengamatan dilakukan setiap hari
sampai dengan akhir penelitian.
25
e. Jumlah Buah
Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati berapa banyak
jumlah bunga yang terbentuk menjadi buah. Pengamatan dilakukan pada
dua fase yaitu fase kering dan fase pemulihan setelah pengeringan.
Proses pengeringan berlangsung mulai dari 1-56 setelah perlakuan untuk
cekaman kekeringan sedangkan 57-84 hari dalam keadaan pemulihan
(recovery).Pengamatan jumlah buah dilakukan pada semua tanaman
percobaan.
f. Persentase bunga jadi buah
Penghitungan persentase bunga jadi buah dilakukan dengan
menghitung jumlah buah yang terbentuk dalam satu tanaman dibagi
dengan jumlah bunga yang terbentuk kemudian dikalikan 100%.
Penghitungan dilakukan dalam satuan persen (%).
Rumus bunga jadi buah =
g. Panjang Akar (cm)
Dilakukan saat tanaman berumur 56 hari setelah perlakuan
(sampel 1) atau sampel destruktif dan 84 hari setelah perlakuan (sampel
2), media dipisahkan dari akar dengan cara merobek polibag dan
memisahkan akar dari tanah dengan cara merendamnya dalam air agar
akar tidak putus. Akar yang diukur adalah akar yang terpanjang yang
diukur dari pangkal akar hingga ujung akar.
26
h. Jumlah, Ukuran Stomata dan Kerapatan Stomata
Pengukuran Jumlah stomata dilakukan pada saat tanaman
diperlalukan selama 56 hari setelah cekaman kekeringan dengan teknik
imprint yaitu mencetak stomata dengan menggunakan kuteks bening (cat
kuku), duplikat stomata yang terletak pada bagian bawah daun seluas 1 x
1 cm3. Permukaan daun bagian bawah (daun ke-empat dari pucuk)
ditutupi dengan kutek bening. Setelah itu kutek diambil kemudian
diamati dan dihitung di bawah mikroskop stereo dengan perbesaran
400x. Kerapatan stomata dihitung berdasarkan rumus:
i. Jumlah Klorofil
Pengukuran klorofil daun dilakukan menggunakan
spektrofotometri. Klorofil diekstrak menggunakan metode baku yang
dikembangkan oleh oleh Arnon dalam Ardie (2006) yaitu 1 g jaringan
daun segar ditimbang dan digerus hingga halus dalam mortar martil,
Penambahan aseton 10 ml dilakukan sehingga jaringan menjadi
homogen. Jaringan tersebut diaduk hingga menghasilkan supernatan lalu
ditambahkan aseton 80%. Suspensi dituangkan kedalam tabung sentrifius
dan diputar selama 2 menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Secara
perlahan supernatan dituangkan kedalam tabung sentrifius yang lain dan
volume dibuat 3 ml, kemudian dilakukan pengukuran absorbansi dengan
menggunakan pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm atau 652 nm
27
menggunakan spektrofotometer Shimatzu UV-1601. Konsentrasi klorofil
berdasarkan panjang gelombang dihitung dengan persamaan McKinney
dan Arnon :
Keterangan : A663 = Nilai Absorbansi panjang gelombang 663
A645 = Nilai Absorbansi panjang gelombang 645
A652 = Nilai Absorbansi panjang gelombang 652
j. Kandungan Metabolit Sekunder (Ppm)
Kandungan metabolit sekunder dilakukan pada saat tanaman
berumur 56 hari setelah perlakuan cekaman kekeringan, pengujikan
dengan menggunakan metode Gas Chromatography Mass Spectrometry
(GCMS) dengan cara mengambil getah dari tanaman jarak pagar.
1. Bahan berupa getah tanaman jarak pagar sebanyak 500 µl per
sampel.
2. Suspensi di vorteks sampai homogen selama 5 menit.
3. Sentifugasi sampel pada kecepatan 4000 rpm selama 5-10 menit
(saat melakukan sentrifugasi, berat sampel harus seimbang).
28
4. Mengambil fasa atas (supernatant) 250 µl kemudian dipindah
kedalam tabung sentrifuge yang baru (jangan sampai endapan
terbawa).
5. Menambahkan methanol 250 µl kedalam supernatant.
6. Suspensi di vorteks sampai homogen selama 5 menit.
7. Tambah methanol dingin dengan perbandingan 1:1 (500 µl).
8. Sentrifugasi sampel pada kecepatan 4000 rpm selama 10 menit.
9. Buang supernatant hingga tersisa nathannya saja (endapan).
10. Resuspensi dengan menambah 100 µl ethanol absolut, lalu
diinjeksikan dalam kolom GCMS.
29
Tabel 4. GCMS report properties
GCMS apparatus
model
: Shimadzu GCMS QP 2010 SE
Column : ZB - AAA (10 mL x 0,25 mml.D
(Phenomenex Inc)
Injection quantity : μ
Vaporization chamber
temperature
: 280 °C
Column oven
temperature
: 110 °C → (30 °C/min) → 320 °C
Control mode : Constant pressure (15 kPa)
Injection mode : split
Split ratio : 127,5
Carier gas : Helium
Interface temperature : 280 °C
Ion source temperature : 200 °C
Solvent elution time : 0,4 min
Data sampling time : 0,5 min to 7 min
Measurement mode : Scan
Mass range : m/z 45 - 900 (3,33 u/sec)
Event time : 0.15 sec
Total flow : 80,5 mL/min
Column flow : 0,6 mL/min
Linear velocity : 28,5 cm/sec
Purge flow : 3,0 mL/min
Solvent cut time : 2 min
Detector gain mode : Relative
Detector gain : 0,00 kV
Run time : 100 minutes
GCMS method : GCMS method
3.6 Analisis dan Penyajian Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (Anova)
kemudian jika keragaman diatas 30% data ditransformasi menggunakan (√ )
dan di D c α %
pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur. Untuk mengetahui tingkat
toleransi klon-klon jarak pagar dilakukan perhitungan indeks sensitivitas cekaman
30
(SSI = stress sensivity index) pada masing-masing peubah menurut Fischer dan
Maurer (1978).
(
c
)
( c
)
Pada peubah pertambahan volume batang tanaman, jumlah daun, berat biji,
jumlah bunga, jumlah buah, persentase buah terbentuk, panjang akar, jumlah daun
gugur, jumlah stomata selama tanaman mengalami cekaman. Klon yang
menghasilkan nilai SSI tertinggi dikategorikan klon klon rentan dan klon terendah
dikategorikan klon toleran. Kategori toleransi tanaman terhadap cekaman air yang
digunakan sebanyak 5 kategori sehingga nilai penentu batas kategori (NPB) pada
setiap peubah dihitung dari nilai SSI maksimum dibagi lima, kolon-klon
dikategorikan :
1. Rentan bila nilai SSI > (SSImax – NPB) dan diberi indeks 1
2. Agak Rentan bila(SSImax – 2 NPB) < SSI , (SSImax –NPB) dan diberi
indeks 2
3. Moderat bila (SSImax – 3 NPB) < SSI , (SSImax – 2 NPB) dan diberi
indeks 3
4. Agak toleran bila (SSImax – 4 NPB) < SSI , (SSImax – 3 NPB) dan
diberi indeks 4
5. Toleran bila nilai SSI < (SSImax – 4 NPB) dan diberi indeks 5
Rerata indek dari peubah pengamatan digunakan untuk menentukan tingkat
ketahanan klon-klon jarak pagar yang diuji (Lapanjang, 2008 ; Djumali, 2016).
31
Pengamatan &
Pengujian Sampel
Inventarisasi Alat dan
Stek Tanaman
Input
6 Genotipe Tanaman Persiapan Alat Dan
Bahan
Proses Output
TAHAP AWAL
Informasi kadar air
tanah dan data
pengamatan
Perlakuan
Pengeringan
Penyesuaian Kadar Air
Tanah 100%, 70%, dan 40%
Kapasitas lapang
TAHAP 1
Penetapan Kadar Air
Tanah kapasitas
lapang
Menjenuhkan Air dan
Mencari Selisih Kadar
Air dengan metode
gravimetri
Nilai Kadar Air
Kering Udara (%)
Informasi Parameter
pengamatan non-
destruktif, destruktif
dan Metabolit
Sekunder
TAHAP AKHIR
Uji Anova Dan Uji
D c α %
Analisis Data
Data Pengamatan
Tahap ke-II
Pemulihan Pasca
Pengeringan Penembalian kadar air
ke 100% Kapasitas
Lapang
Mengamati Parameter non-
destruktif, destruktif
dan uji GCMS
Tanaman Toleran,
Agak Toleran, dan
Tidak Toleran
Tanaman Cepat
Pulih, lambat Pulih,
dan Tidak Pulih
TAHAP 2
Informasi Parameter
pengamatan non-
destruktif dan destruktif
Pengamatan &
Pengujian Sampel
Pengamatan Parameter non-
destruktif dan destruktif
Tahapan Penelitian Uji Toleransi Enam Genotipe Jarak Pagar
(Jatropha curcas Linn) Produktivitas Tinggi Terhadap Berbagai
Cekaman Kekeringan
Gambar 2.