III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Nama BNI · Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal...
Transcript of III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Nama BNI · Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal...
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum
1. Nama BNI
Bank Negara Indonesia (BNI) berdiri sejak 5 Juli 1946, dan
merupakan bank pertama yang didirikan oleh Pemerintah Republik
Indonesia. Dalam perjalanan sejarah sejak berdirinya, nama resmi BNI
dari masa ke masa mengalami perubahan. Seperti halnya perbankan
lainnya, BNI juga mengalami masa pasang surut yang disebabkan
karena adanya perubahan iklim ekonomi makro.
Langkah-langkah awal BNI menuju transformasi dimulai pada
paruh kedua tahun 2004. BNI memperkenalkan identitas perusahaan
baru yang menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik,
sekaligus mencerminkan upaya pemulihan kepercayaan diri setelah
melalui tahun-tahun yang memprihatinkan. Identitas baru BNI tercermin
pada logo baru yang memiliki makna sebagai berikut :
a. Identitas Baru BNI – Dasar Pembuatan Desain
Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan
suatu identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta
menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas
tersebut merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari simbol
“46” dan kata “BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu
bentuk logo baru BNI.
28
b. Huruf BNI
Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkan
kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern.
Huruf tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur
yang orisinal dan unik.
c. Simbol “46”
Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus
mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di Indonesia.
Dalam logo ini, angka “46” diletakkan secara diagonal menembus
kotak berwarna jingga untuk menggambarkan BNI baru yang
modern.
d. Palet Warna
Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap
mempertahankan warna korporat yang lama, yakni turquoise dan
jingga. Warna turquoise yang digunakan pada logo baru ini lebih
gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih stabil dan kokoh. Warna
jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan citra lebih
percaya diri dan segar.
Logo “46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan
dinamis. Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat
identitas tersebut. Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di
pasar perbankan melalui identitas yang unik, segar dan modern (BNI,
2005).
Seiring dengan era transformasi yang dilaksanakan tersebut,
istilah kantor Cabang mengalami penyesuaian nama menjadi outlet.
Sampai dengan bulan Desember 2005, jumlah outlet BNI berjumlah 955
29
outlet yang tersebar diseluruh pelosok nusantara dan Luar Negeri
(Singapore, Hong Kong, Tokyo, London dan New York). Adapun
perinciannya disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Outlet BNI per Desember 2005
Outlet Cabang KLN KCP KM KK Total
Konvensional
Syariah
Luar Negeri
216
19
5
173
--
--
405
15
--
25
--
--
97
--
--
916
34
5
Total 240 173 420 25 97 955
Sumber : BNI, 2005
Keterangan :
KLN = Kantor Layanan KCP = Kantor Cabang Pembantu KM = Kas Mobil KK = Kantor Kas
2. Usaha Kecil Menengah
Meskipun kondisi makro ekonomi Indonesia kurang kondusif pada
semester kedua tahun 2005, segmen pasar UKM tetap merupakan salah
satu segmen pasar yang paling bergairah dalam perekonomian Indonesia
saat ini. Daya tahan dan keuletan segmen pasar ini telah teruji dan
terbukti selama krisis moneter Asia dan tetap menonjol dalam kondisi
pasar yang kurang mengguntungkan saat ini.
Dari segi kualitas aset kredit dan profitabilitas, selama tiga tahun
terakhir, BNI telah memperoleh sebagian dari portofolio kredit terbaiknya
melalui segmen usaha kecil. Sejalan dengan pertumbuhan usaha kecil
portofolio kredit usaha kecil juga berkembang menjadi Rp. 12,29 trilyun
30
pada tahun 2005. Jenis kredit yang disalurkan berupa kredit investasi dan
kredit modal kerja (BNI, 2005).
3. Kajian Teori Perkreditan
Tugas pokok suatu bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada
masyarakat yang memerlukannya. Peranan kredit merupakan kegiatan
paling utama dalam operasi suatu bank, karena dari sinilah bank
memperoleh pendapatan yang paling diandalkan. Dengan pendapatan
tersebut, bank dapat menutup berbagai biaya, baik biaya operasional
maupun non operasional dalam tahun akuntansi bersangkutan
(Reksoprayitno, 1992).
Bank adalah bisnis yang berdagang dalam kredit dan uang. Jadi
bisnis utama dari suatu bank adalah kepercayaan (trust), sehingga dapat
dikatakan bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan (Rivai dan
Permata, 2006). Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling
besar dalam memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber
penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit kepada masyarakat,
mengingat bahwa :
a. bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan
timbal balik
b. pos pinjaman yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam
neraca bank
c. perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi
sebagian besar bank
31
d. bank merupakan lembaga perantara (intermediary) antara
masyarakat suplus dana dengan pihak lain yang kekurangan dana.
Debitur merupakan orang yang meminjam sejumlah dana dengan
jangka waktu tertentu kepada bank yang diikat secara hukum melalui
suatu perjanjian kredit. Debitur harus tunduk kepada seperangkat standar
dan aturan bank, tanpa melihat jumlah dan jenis kredit yang diberikan,
bertujuan untuk melindungi bank dari risiko kerugian yang ditimbulkan
dikemudian hari (Compton, 1991).
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2000, kredit
adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian
kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama,
kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang
dilengkapi dengan Note Purchased Agreement (NPA).
Dengan demikian, dalam prakteknya kredit merupakan
penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan
mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemudian hari,
suatu tindakan atas dasar perjanjian, dimana dalam perjanjian tersebut
terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang
keduanya dipisahkan oleh unsur waktu, suatu hak yang dengan hak
tersebut seorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu dalam
batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.
32
Beberapa keuntungan pemenuhan sumber-sumber dana dari
sektor perkreditan menurut Muljono (2001) adalah sebagai berikut :
a. Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya layak.
b. Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang
menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).
c. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, biaya administrasi) dapat
diperkirakan dengan tepat, sehingga memudahkan para pengusaha
dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa mendatang.
4. Fungsi Kredit Modal Kerja
Di dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan
pada umumnya, fungsi kredit modal kerja tidak terlepas dari fungsi-fungsi
kredit secara umum. Garis besarnya fungsi kredit tersebut adalah :
a. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu modal atau uang.
Melalui kredit, dana yang mengendap (idle funds) di dalam kas bank
akan dimanfaatkan oleh para debitur untuk memperbesar usaha
produksi maupun perdagangan.
b. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu barang.
Tanpa adanya bantuan fasilitas kredit dari bank, kemampuan para
pengusaha di dalam berproduksi dan mendistribusikan hasil
produksinya masih terbatas. Namun dengan adanya fasilitas kredit,
para pengusaha dapat memproduksi bahan mentah menjadi barang
jadi dan pendistribusiannya akan meningkat. Dengan demikian,
pemanfaatan atas barang tersebut meningkat pula.
33
c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Kredit yang disalurkan melalui rekening pengusaha menciptakan
pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet
giro dan sebagainya. Peredaran uang kartal dan giral akan lebih
berkembang, karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha
sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Hal ini sejalan dengan pengertian bank selaku
money creator.
d. Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
Manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi,
yaitu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan
usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, tetapi
peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan
kemampuan terutama kemampuan finansial. Fasilitas kredit yang
diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudian digunakan untuk
memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.
e. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi,
Untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha
pembangunan ekonomi, kredit bank memegang peranan yang
sangat penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi
pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor yang
produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung
berpengaruh tarhadap hajat hidup masyarakat.
f. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.
Pengusaha yang memperoleh fasilitas kredit akan berusaha untuk
meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan
34
keuntungan. Seiring dengan peningkatan produksinya tersebut,
orientasi pengusaha tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik,
juga merambah pasar ekspor. Dengan demikian, kegairahan
pengusaha untuk melakukan ekspor menjadi meningkat, yang
nantinya akan akan mendatangkan devisa bagi negara.
g. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
Negara-negara kaya atau yang kuat perekonomiannya, demi
persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada
negara-negara yang sedang berkembang atau sedang membangun.
Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan kredit
dengan syarat ringan, yaitu bunga yang relatif murah dan jangka
waktu penyelesaiannya yang panjang. Hal ini tercermin melalui
bantuan antar negara yang disebut “G to G” (Government to
Government). Hubungan antarnegara pemberi dan penerima kredit
akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan
perekonomian dan perdagangan.
5. Pelaksanaan Pemberian Kredit Modal Kerja
Pada dasarnya setiap pemberian fasilitas kredit akan
menimbulkan risiko baik yang terjadi sebagai akibat penyalah gunaan
kredit yang diberikan kepada debitur maupun risiko yang ditimbulkan
karena kurang telitinya bank dalam melakukan analisa terhadap
permohonan kredit ataupun sebagai akibat tidak efektifnya fungsi
pengawasan yang dilakukan oleh bank terhadap jalannya kredit yang
telah diberikan kepada debitur.
35
Hal ini sering terjadi benturan antara bank yang harus
memberikan pelayanan terbaik bagi calon nasabahnya, yaitu dengan
proses permohonan kredit dilakukan dengan cepat dan unsur kehati-
hatian dalam proses pencairannya. Terkadang calon debitur enggan
untuk mengajukan permohonan kreditnya di bank “X” dengan alasan
prosesnya lama dan bertele-tele. Namun di sisi bank “X” tersebut harus
menjalankan aturan dan kebijakan yang ditetapkan baik oleh internal
maupun ekternal yang dalam hal ini adalah peraturan dari Bank
Indonesia selaku bank sentral.
Untuk menghindari terjadinya risiko terhadap kredit yang
diberikannya, dalam menentukan nilai kredit, bank akan melakukan
analisa terhadap calon debitur. Dalam analisa tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan formulasi 4 P’s, yaitu :
a. Personality
Bank perlu mengetahui dengan sebaik-baiknya tentang diri pribadi
calon debitur, terutama yang menyangkut pendidikan, pergaulan dan
kebiasaannya. Dengan diketahuinya kepribadian calon debitur, maka
bank akan dapat memutuskan sejauhmana calon debitur itu layak
untuk diberikan fasilitas kredit.
b. Purpose
Bank perlu menganalisa tentang keperluan kredit yang diajukan oleh
calon debitur, agar dapat diketahui apakah keperluan kredit tersebut
dapat dibiayai oleh bank yang bersangkutan sesuai dengan sektor
pembiayaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
36
c. Prospect
Melalui perkembangan usaha calon debitur selama beberapa waktu
yang lalu, bank akan dapat mengetahui perkiraan perkembangan
usaha calon debitur di masa mendatang, apakah usahanya akan
semakin meningkat atau malah sebaliknya, terutama setelah kredit
diberikan.
d. Payment
Analisa yang penting khususnya terhadap permohonan kredit modal
kerja adalah seberapa besar kemampuan calon debitur didalam
membayar kembali kredit yang diberikan kepadanya. Kemampuan
membayar ini dapat diketahui oleh bank dari analisa prospek, serta
kemampuan di dalam perdagangan dan mengatasi persaingan.
Selain formulasi 4 P’s tersebut, hal-hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penyelesaian kredit nasabah, terlebih dahulu harus
terpenuhinya 6 C’s analisys (Rivai dan Permata, 2006), yaitu :
a. Character
Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari
penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana
itikad/kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness
to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
b. Capital
Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon
nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu
semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan
usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan
37
kredit. Kemampuan modal sendiri akan merupakan benteng yang
kuat, agar tidak mudah mendapat goncangan dari luar, misalkan jika
terjadi kenaikan suku bunga, komposisi modal sendiri inipun perlu
ditingkatkan.
c. Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.
Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai
sejauhmana calon debitur mampu mengembalikan atau melunasi
kewajibannya (ability to pay) secara tepat waktu dari usaha yang
diperolehnya.
d. Collateral
Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai
agunan terhadap kredit yang diterimanya. Agunan tersebut harus
dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauhmana risiko kewajiban
finansial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap agunan ini
meliputi jenis, lokasi, bukti pemilikan dan status hukumnya.
e. Condition of Economy
Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial
ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada
suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran
perusahaan dan calon debitur.
f. Constraint
Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan
suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalkan
38
pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak
bengkel las atau pembakaran batu bara.
6. Proses Pemberian Kredit Modal Kerja di BNI
Pada dasarnya kredit modal kerja yang diberikan merupakan
kepercayaan, maka dari itu setiap kredit modal kerja yang diberikan
tersebut mengandung suatu risiko. Untuk memperkecil tingkat risiko yang
timbul, kepada setiap pemohon kredit modal kerja, BNI menetapkan
persyaratan tertentu untuk menjamin keamanan atas kredit modal kerja
tersebut. Pemberian kredit tersebut dilakukan melaui beberapa tahapan
berikut (Gambar 1) :
a. Persiapan kredit
Calon debitur mengajukan permohonan tertulis untuk memperoleh
kredit modal kerja kepada BNI dengan dilengkapi persyaratan-
persyaratan yang diperlukan. Atas dasar permohonan tersebut, BNI
mencari informasi tentang calon debitur, baik dengan melakukan
peninjauan langsung ke tempat usaha pemohon maupun melalui
sarana on line, yaitu Sistem Informasi Debitur (SID) untuk memeriksa
kebenaran atas data yang disampaikannya dan untuk menentukan
kolektibilitas pinjamannya.
b. Analisa kredit
Analisa atas permohonan kredit modal kerja calon debitur, dilakukan
oleh BNI agar diperoleh kepastian bahwa kredit tersebut benar-benar
tepat guna dan sasaran, serta aman bagi BNI.
39
c. Penyampaian aplikasi kredit kepada pemutus kredit
Dalam tahap ini telah didapat kesimpulan pokok dari analisa kredit
yang merupakan suatu pendapat dan saran yang disampaikan
kepada pemutus kredit di BNI (pemimpin cabang, pemimpin wilayah
atau direksi, tergantung dari kredit yang diajukannya dan
maksimumnya).
d. Pengambilan keputusan kredit
Disetujui atau ditolaknya permohonan atas kredit modal kerja
diputuskan oleh BNI atas dasar hasil aplikasi yang disampaikan
dengan didukung oleh analisa atas data yang ada di BNI.
e. Perjanjian kredit
Setelah permohonan kredit modal kerja disetujui, selanjutnya
dibuatkan Surat Keputusan Kredit dan dilakukan penandatanganan
perjanjian kredit dan pengikatan jaminan, baik secara resmi
dihadapan notaris yang ditunjuk BNI maupun dilakukan di bawah
tangan (antara BNI dengan debitur, diikat dengan perjanjian
tersendiri). Debitur diharuskan untuk melunasi bea materai dan
propisi kredit. Besarnya propisi kredit modal kerja tersebut berkisar
1% dari pokok kredit modal kerja yang disetujui. Pembukuan yang
dilakukan sebagai berikut :
Db. Cash/rekening nasabah
Kr. Pendapatan propisi kredit yang diterima dimuka
f. Disposisi/pencairan kredit
Pada tahap ini kredit modal kerja yang telah disetujui dan telah
dilakukan penandatanganan perjanjian kredit beserta agunannya,
dikreditkan langsung ke rekening debitur yang ada di BNI (debitur
40
wajib membuka rekening giro atau tabungan di BNI). Setelah itu,
debitur dapat langsung menggunakan dana tersebut untuk
menunjang kegiatan perusahaannya. Pembukuan yang dilakukan
sebagai berikut :
Db. Kredit yang diberikan (dibuka per nominatif nasabah)
Kr. Rekening Nasabah
Penarikan kredit modal kerja di BNI oleh debitur yang telah
disetujui, dapat dilakukan oleh debitur dengan ketentuan berikut :
a) Debitur terlebih dahulu harus membuat rencana penggunaan kredit
modal kerjanya.
b) Penarikan kredit modal kerja hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan uang giral (melalui cek/bilyet giro) dan tidak dapat
dilakukan penarikan secara tunai.
c) Penarikan kredit modal kerja tidak dapat dilakukan sekaligus untuk
seluruh jumlah kredit yang telah disetujui, debitur hanya
diperkenankan menarik dana kredit modal kerjanya sesuai dengan
jumlah kebutuhannya,
Ketentuan-ketentuan tersebut dimaksudkan agar penyalahgunaan
atas dana kredit modal kerja yang telah disetujui oleh BNI dapat dihindari.
Atas kredit modal kerja yang telah disetujui tersebut, BNI membuka
rekening pinjaman per nominatif debitur. Dimana pada saat debitur
melakukan penarikan kredit, pembayaran bunga atau pelunasan
kreditnya akan langsung dicatat secara otomatis oleh sistem.
Pembayaran bunga dapat dilakukan dengan jurnal pembukuan berikut :
Db. Cash/Rekening afiliasi atas nama debitur
Kr. Rekening pendapatan bunga kredit atas nama debitur
41
42
Rekening afiliasi adalah merupakan rekening debitur di BNI, baik
dalam bentuk rekening giro maupun tabungan yang di set secara
otomatis untuk melakukan kewajiban bunga setiap bulannya. Besarnya
bunga kredit modal kerja tersebut dihitung dari saldo debet rekening
pinjaman debitur, yaitu jumlah nilai kredit modal kerja yang telah ditarik
oleh debitur dikurangi nilai angsurannya. Jumlah hari dalam satu bulan
ditetapkan sebanyak 30 (tiga puluh) hari. Formulasi untuk menghitung
nilai bunga kredit modal kerja dalam satu bulan dihitung sebagai berikut :
= Suku Bunga x Saldo Kredit x Hari BungaBunga30
Terhadap kredit modal kerja yang diberikan, BNI tidak
menetapkan besarnya nilai angsuran yang harus dibayar oleh debitur,
demikian pula dalam menetapkan skala angsuran kredit modal kerja
tersebut. Akan tetapi pada saat kredit tersebut jatuh tempo, debitur harus
melunasi seluruh sisa pinjamannya.
Sedangkan terhadap kredit modal kerja permanen, apabila debitur
telah menggunakan 60% jangka waktu kreditnya, maka saldo
pinjamannya sudah harus berkurang menjadi 40% dari seluruh nilai
kreditnya. Namun demikian, apabila debitur masih membutuhkan
tambahan kredit modal kerja atau mengalami kesulitan untuk melunasi
kredit yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan, maka debitur yang bersangkutan dapat mengajukan
permohonan perpanjangan kredit.
Waktu yang dibutuhkan untuk satu proses atas permohonan kredit
modal kerja pada BNI sejak calon debitur mengajukan permohonan
43
sampai ditetapkan keputusan kredit tersebut adalah 2 (dua) minggu, hal
ini dilakukan apabila personil yang berwenang memproses permohonan
kredit itu sesuai dengan banyaknya permohonan dan seluruh persyaratan
yang diperlukan telah dilengkapi oleh pemohon. Namun apabila ada
permohonan atas kredit modal kerja yang belum lengkap persyaratannya,
BNI akan tetap memproses permohonan tersebut sambil meminta agar
calon debitur melengkapi persyaratannya. Dalam hal ini BNI menyadari
bahwa untuk melengkapi persyaratan tersebut dibutuhkan waktu,
terutama kepada calon debitur yang baru pertama kali memanfaatkan
fasilitas kredit bank. Oleh sebab itu, BNI berupaya untuk memberikan
bimbingan kepada calon debitur untuk melengkapinya.
Permohonan kredit modal kerja akan disetujui oleh BNI, apabila
memenuhi kriteria berikut :
i. BNI yakin bahwa kredit modal kerja yang diberikannya benar-benar
aman dan tidak akan berpotensi untuk terjadinya kredit macet
dikemudian hari.
ii. Kredit modal kerja yang diberikan dapat menguntungkan kedua
belah pihak dan dapat bermanfaat bagi penerima kredit untuk
mengembangkan usahanya.
iii. BNI hanya akan memberikan kredit modal kerja sebesar kemampuan
untuk melunasi kreditnya (repayment capacity) calon debitur yang
bersangkutan.
7. Pengawasan terhadap Pemberian Kredit Modal Kerja
Setelah realisasi kredit modal kerja dilaksanakan, tidak berarti
bahwa debitur dapat sebebasnya menggunakan dana kredit modal kerja
44
tersebut. Meskipun pemilikan dana telah berpindah tangan sejak
perjanjian kredit ditandatangani, apabila terjadi penyimpangan
penggunaan dana kredit tersebut BNI masih mempunyai kekuatan hukum
untuk menghentikan disposisi kredit modal kerjanya. Selama kredit modal
kerja berjalan, BNI akan terus melakukan fungsi pengawasan terhadap
kredit yang diberikannya.
Dengan pengawasan (monitoring), dapat mengetahui setiap saat
apa saja yang terjadi di lapangan. Apabila terdapat hambatan-hambatan
dalam suatu kegiatan, bank dapat dengan segera mengambil langkah-
langkah pengamanannya (adjustments) agar hambatan tersebut dapat
segera diatasi (Djamin, 1984).
Pengawasan terhadap kredit modal kerja dilakukan bank untuk
mengamankan dana yang disalurkan, sebab dana tersebut umumnya
merupakan dana pihak ketiga yang disimpan di BNI. Dalam hal ini
pengawasan dilakukan agar dana kredit tersebut benar-benar digunakan
sesuai dengan rencana yang diajukan oleh debitur, sehingga akan
mendatangkan keuntungan, baik bagi bank maupun bagi debitur sendiri.
Di dalam melakukan pengawasan terhadap kredit modal kerja
yang sedang berjalan, perlu dipahami bahwa maksud dan tujuan
pengawasan bukan berarti mencari kesalahan debitur, tetapi mencari
kebenaran terhadap hasil pelaksanaan usahanya sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan oleh bank. Pengawasan tersebut dilakukan
tidak secara kolektif namun dilakukan secara individual per debitur, baik
secara aktif maupun pasif.
Pengawasan aktif dilakukan melalui pengawasan terhadap kredit
modal kerja yang sedang berjalan dengan cara melakukan pemeriksaan
45
langsung ke tempat usaha debitur (on the spot), dengan tujuan
disamping untuk menilai realisasi kredit modal kerja, juga melakukan
pembinaan terhadap debitur. Pemantauan langsung terhadap aktivitas
usaha debitur ini dilakukan dengan memeriksa persediaan (inventory)
barang-barang yang dibiayai dengan kredit untuk dapat diketahui
kesesuaiannya antara nilai persediaan dengan saldo kredit modal kerja
yang telah direalisasi, memeriksa keadaan proyek atau usaha debitur
serta memeriksa kondisi barang-barang yang dijadikan jaminan inti
maupun jaminan tambahan.
Pengawasan aktif dilakukan oleh BNI secara berkala untuk
memeriksa kebenaran laporan keuangan (neraca dan laporan laba/rugi
perusahaan) yang disampaikan oleh debitur, serta untuk memeriksa
kesesuaian aktivitas rekening pinjaman debitur selama kredit modal kerja
berjalan.
Pengawasan pasif dilakukan melalui penelitian atas laporan-
laporan tertulis yang diterima dari debitur, baik mengenai perkembangan
usaha, hasil usaha maupun keuangan. Pengawasan pasif dapat
dilakukan pula dengan mengadakan evaluasi terhadap aktivitas rekening
debitur.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, dalam melakukan fungsi
pengawasan harus didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut :
i. Personil pengawasan hendaknya memiliki pengetahuan tentang
masalah-masalah yang berhubungan dengan usaha debitur, baik
mengenai management, accounting, financing maupun marketing.
ii. Pengawasan harus menjadi sarana pengarahan dan pengendalian
usaha debitur, serta pembinaan untuk meningkatkan usaha tersebut.
46
Dengan dilakukannya pengawasan aktif dan pasif terhadap usaha
debitur, BNI akan segera mengetahui sampai sejauhmana kredit modal
kerja tersebut digunakan oleh debitur sesuai dengan rencana kreditnya.
Apabila terjadi ketidaksesuaian antara hasil pemeriksaan ditempat usaha
debitur dengan saldo rekening pinjamannya dapat segera diambil
langkah-langkah pengamanan. Dengan demikian, risiko yang mungkin
timbul atas kredit modal kerja tersebut dapat diperkecil dan bila
memungkinkan diusahakan untuk menghilangkan risiko tersebut.
Pada umumnya, pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank
terhadap debiturnya bertujuan untuk :
a. Menjaga agar penarikan kredit sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
b. Mencegah dan mengurangi kesalahan penggunaan dana kredit.
c. Mengusahakan agar proyek yang dibiayai dilaksanakan sesuai
dengan rencana, sehingga dapat mendatangkan hasil yang cukup
untuk melunasi pinjamannya.
d. Mempermudah persiapan mengajukan penagihan kredit ke Panitia
Utang Piutang Negara, apabila tidak ditemukan jalan lain.
8. Strategi Pemasaran Kredit Modal Kerja BNI
Dalam memasarkan produk kredit usaha kecil, selain dengan
menggunakan skema channelling, penyaluran kredit sangat terbantu oleh
dukungan dari Sentra Kredit Kecil (SKC) BNI yang telah beroperasi
penuh pada tahun 2005. Dengan adanya 45 sentra kredit di 12 wilayah
operasional BNI, maka dukungan penting dapat diperoleh sejak
penawaran aplikasi kredit, serta mempercepat proses evaluasi kredit
47
mulai pada saat aplikasi kredit diajukan untuk mendapatkan persetujuan
sampai dengan saat penyaluran kredit tersebut.
Dengan memperbaharui SKC dan memberikan pelatihan kepada
staff di SKC, BNI telah meningkatkan kualitas personalia, proses bisnis,
logistik dan infrastruktur. Faktor lain yang dilakukan dalam rangka untuk
meningkatkan efektifitas penyaluran kredit pada tahun 2005 adalah
dengan adanya relokasi dan pengelompokkan kembali beberapa SKC
(BNI, 2005). Hal ini telah menghasilkan outlet-outlet yang berdiri sendiri
untuk melayani daerah-daerah yang potensial namun kurang
diperhatikan sebelumnya. Pembaharuan dan reorganisasi SKC juga
membantu dalam proses pemantauan kredit-kredit UKM. Disini kredit
dipantau secara ketat melalui suatu sistem peringatan awal yang
memungkinkan BNI dapat mendeteksi masalah yang muncul sebelum
kemungkinan timbulnya kesulitan dalam pelunasan kredit.
Kualitas kredit juga telah diperkuat melalui prinsip “four eyes”,
dimana persetujuan kredit dlakukan setidaknya oleh 2 pejabat kredit,
dimana masing-masing mewakili unit bisnis dan unit pengendalian risiko.
Prinsip ini pertama kali diterapkan dalam proses administrasi kredit pada
tahun 2004 dan disempurnakan lagi pada tahun 2005. Pada setiap
wilayah operasional sampai kepada sentra kredit, unit penilaian risiko
sepenuhnya independen dari unit bisnis. Hal ini dilakukan agar
mekanisme dual control dapat dilakukan dalam penyaluran kredit
Selain itu, BNI juga tengah mengembangkan sistem penilaian
risiko kredit untuk UKM yang akan mempercepat proses penilaian kredit
lebih lanjut melalui otomasi. Sistem ini akan memberikan tingkat
kepercayaan yang lebih tinggi dalam menentukan kemungkinan
48
keberhasilan suatu pinjaman dengan membandingkan prospek debitur
terhadap standar baku tertentu (BNI, 2006). Dalam hal ini, BNI telah
mengidentifikasi semua parameter yang diperlukan untuk sistem
penilaian risiko kredit ini dan diharapkan dapat menerapkannya mulai
tahun 2006.
B. Hal yang Dikaji
Di dalam penelitian analisis ini ada tiga komponen yang ingin
diteliti berkaitan dengan BNI dan UKM yang meliputi karakteritik dan perilaku
UKM, serta sistem pembiayaan BNI. Dari hasil penyebaran kuesioner yang
diisi oleh 100 responden didapatkan data berikut :
1. Karakteristik UKM
UKM merupakan sekelompok usaha yang memiliki ciri khusus,
sehingga berbeda dengan bentuk usaha lainnya. Dari hasil observasi
terhadap responden didapatkan data berikut :
a. Latar Belakang Pendidikan Pemilik/Pengelola UKM
Rendahnya latar belakang pendidikan pemilik/pengelola usaha
adalah salah satu dari ciri UKM. Rata-rata para pengusaha memiliki
latar belakang pendidikan bukan berasal dari strata satu (S1),
melainkan berasal dari sekolah kejuruan dan sekolah lanjutan tingkat
atas (SLTA). Berdasarkan data kuesioner yang diberikan kepada 100
responden, 30% dari 38 responden berlatar belakang pendidikan
sekolah kejuruan (STM atau SMKK), 45% dari 40 responden berlatar
belakang pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), sisanya
25% dari 22 responden berlatar belakang pendidikan strata satu
(S1). Bagi kebanyakan pemilik UKM, dalam mejalankan usahanya
49
sehari-hari tidak terlalu memerlukan latar belakang pendidikan yang
tinggi, tetapi lebih di dasarkan pada “warisan leluhurnya”.
b. Permodalan UKM
Minimnya permodalan bagi UKM adalah merupakan kelemahan yang
dialami oleh hampir seluruh pengusaha. Kebanyakan usaha yang
dijalankan bukan merupakan bisnis utama, melainkan hanya sebagai
usaha sampingan. Namun ada juga UKM yang serius dalam
menjalankan usahanya, sehingga dapat menembus pasar global
melalui mekanisme ekspor. Kebanyakan UKM yang telah
berkonsentrasi kepada pasar ekspor adalah UKM perusahaan,
namun terkendala oleh lemahnya permodalan yang mengakibatkan
kapasitas produksi yang dihasilkan tidak maksimal. Berdasarkan
data kuesioner yang diberikan kepada 100 responden, didapatkan
88% responden perorangan memiliki omzet penjualan rataan per
bulan Rp. 2.000.000 - Rp. 3.500.000. Sisanya (12%) memiliki omzet
rataan per bulan lebih dari Rp. 3.500.000,--. Sedangkan untuk
responden perusahaan, 65% omzet penjualan rataan per bulan Rp.
50.000.000 -- Rp. 199.999.999. Selanjutnya 20% responden memiliki
rataan omzet per bulan Rp. 200.000.000 - Rp. 499.999.999, sisanya
(15%) dengan rataan omzet per bulan Rp. 500.000.000 - Rp.
1.000.000.000. Kebanyakan responden pengusaha telah memasuki
pasar ekspor.
c. Administrasi dan Manajerial
Dalam hal ini tercermin dari laporan-laporan yang disampaikan oleh
debitur kepada bank kurang obyektif atau kurang mencerminkan
dengan keadaan yang sebenarnya. Laporan-laporan tersebut dibuat
50
dalam keadaan yang kurang teratur dan bahkan nilainya tidak
mendekati kewajaran, karena tidak didukung dengan bukti-bukti yang
akurat. Sementara masalah manajerial perusahaan yang lemah,
jelas mengakibatkan aktivitas usaha yang dijalankan menjadi kurang
efisien. Laporan keuangan menurut Djarwanto (1984), pada
dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang
terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang
bersifat financial, dicatat, digolongkan dan diringkaskan dengan cara
yang tepat, dalam satuan uang dan kemudian diadakan penafsiran
untuk berbagai tujuan.
d. Pemasaran
Di dalam dunia usaha modern, fungsi pemasaran memegang
peranan sangat penting, terutama untuk masuk ke pasar bahkan jika
perlu dapat menguasai pasar. Pengetahuan pemasaran tersebut
masih sangat sedikit dikuasai oleh para pengusaha. Disamping itu,
para pengusaha kurang mampu mencari informasi pasar dan tidak
mampu mengikuti perkembangan selera konsumen. Akibatnya, hasil
produksi tidak mempunyai daya saing, sehingga aktivitas usaha
menjadi sulit berkembang. Lemahnya daya saing inipun dapat
disebabkan oleh kurang mampunya para debitur pengusaha untuk
menyerap teknologi tinggi.
e. Kedisiplinan
Penggunaan dana kredit diluar rencana yang diajukan oleh debitur
merupakan suatu bukti rendahnya disiplin debitur tersebut dan
bahkan hal ini sudah menunjukkan itikad yang tidak baik dari
seorang debitur. Penyalahgunaan semacam ini agak sulit dipantau
51
oleh bank pemberi kredit, dimana dana kredit tersebut oleh debitur
dipergunakan untuk membiaya usaha yang tidak sesuai dengan
rencana penggunaan kredit yang diajukannya dan untuk menutup
persediaannya, debitur tersebut melakukan pembelian secara kredit
senilai saldo pinjamannya, sehingga pada saat bank melakukan
pemeriksaan secara langsung seakan-akan persediaan yang ada
berasal dari dana kredit bank.
2. Perilaku UKM
Karakteristik UKM mempunyai hubungan yang nyata dengan
perilaku UKM itu sendiri. Hasil kajian menunjukkan bahwa perilaku umum
UKM berikut :
a. Hubungan dengan bank
Hubungan antara UKM dengan pihak perbankan sampai saat
sekarang ini kurang harmonis, dalam arti kerjasama antara keduanya
belum maksimal dan optimal. Ketidakharmonisan ini terjadi
dikarenakan adanya saling tidak percaya antara UKM dengan pihak
bank. Ketidak harmonisan hubungan ini mengakibatkan minimnya
modal UKM dalam menggerakkan usahanya karena BNI masih
enggan untuk menyalurkan kreditnya kepada UKM.
b. Jenis Usaha
Jenis usaha yang dilakukan oleh UKM banyak yang sejenis, sehingga
segmen pasarnya terbatas. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini,
mayoritas didominasi oleh sektor industri (68%), perdagangan (15%),
jasa (14%) dan sektor lainnya (3%). Kesamaan dalam jenis usaha
menjadikan persaingan di pasar tidak sehat. Diantara UKM sendiri
52
sering terjadi persaingan tidak sehat, sehingga merugikan UKM itu
sendiri, sementara pasar yang diperebutkan terbatas jumlahnya.
3. Sistem Pembiayaan UKM
Untuk mendapatkan data, maka beberapa peubah dari kajian
disusun dalam bentuk kuesioner yang ditanyakan kepada responden
(Lampiran 2). Dari jawaban responden diperoleh data pada Tabel 10, 11
dan 12.
a. Kredit modal kerja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh UKM
Tabel 10. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran KMK
Jenis pertanyaan
Jawab (%)
Ya Tidak
1. Apakah BNI sudah melakukan pola kerja sesuai dengan ketentuan dalam perbankan ?
80 20
2. Apakah Anda memilih BNI karena nama dan reputasinya yang sudah dikenal baik ?
85 15
3. Apakah hanya BNI yang menyalurkan fasilitas kredit modal kerja kepada UKM ?
85 15
4. Apakah ada perbedaan bunga pinjaman antara BNI dengan bunga bank yang lain ?
84 16
5. Apakah Anda lebih menyukai sistem bunga dalam berhubungan dengan dunia perbankan ?
90 10
6. Apakah Anda mengetahui dengan jelas sistem pembiayaan pada BNI ?
90 10
7. Jika ada Bank lain melakukan hal yang sama dengan BNI, apakah Anda akan menjadi nasabah bukan BNI ?
88 12
8. Menururt Anda, apakah prinsip penyaluran kredit modal kerja di BNI sudah sesuai dengan UKM ?
80 20
9. Menurut Anda, apakah sistem pembiayaan modal kerja di BNI lebih memberi keuntungan pada UKM ?
84 16
10. Menurut Anda, apakah sistem pembiayaan modal kerja di BNI lebih menjamin kelangsungan UKM ?
90 10
11. Menurut Anda, apakah persyaratan jaminan yang disyaratkan memberatkan UKM ?
90 10
12. Apakah sistem administrasi sistem bunga lebih mudah ? 90 10
13. Apakah sistem bank konvensional lebih menguntungkan dalam pengembangan UKM ?
85 15
14. Apakah sistem konvensional menjamin permodalan UKM Anda lebih baik ?
85 15
15. Apakah sistem pelayanan BNI sudah memuaskan Anda selaku nasabah/debitur ?
89 11
53
Dari hasil pengisian kuesioner pada para nasabah BNI yang
dimuat pada Tabel 10, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
menyatakan UKM sesuai dengan sistem pembiayaan modal kerja
84,5% dan yang menjawab tidak 15,5 %, dikarenakan mereka lebih
sengang menggunakan sistem pembiayaan syariah dan adanya
tawaran tunai cepat tanpa jaminan (instant cash).
Pola pembiayaan kredit modal kerja sesuai dengan
karakteristik dan perilaku UKM, didasari oleh hal-hal berikut :
1) Sederhana dan mudah dimengerti
Pembiayaan dengan pola kredit modal kerja sederhana, karena
jumlah bunga yang harus dibayar oleh debitur baik secara tunai
maupun angsuran bersifat tetap (fixed). Dalam hal ini debitur tidak
perlu lagi menghitung berapa kewajiban berapa besar bunga yang
harus dibayarkan ke bank setiap bulannya.
2) Tidak tergantung pada cash flow dan laba/rugi UKM
Pembayaran yang dilakukan oleh UKM pada pola kredit modal
kerja menggunakan pola pembayaran tetap selama jangka waktu
akad dan tidak tergantung kepada cash flow dan laba/rugi. Hal
tersebut mudah diterapkan, karena sesuai dengan karakteristik
UKM yang lemah dari sisi manajerial, sehingga berdampak
terhadap laporan keuangan yang dihasilkan.
3) Tidak terpengaruh kondisi ekonomi secara umum
Kemampuan UKM untuk tetap tumbuh dalam kondisi ekonomi
yang tidak kondusif membuat pola pembiayaan modal kerja
sesuai untuk diterapkan, karena usaha dapat tetap berjalan dan di
sisi lain angsuran tetap dapat dibayar oleh debitur.
54
4) Tidak memerlukan agunan tambahan
Agunan yang dijaminkan ke bank adalah sebesar kredit yang
disetujui. Dalam hal ini tidak diperlukan adanya agunan tambahan
yang memberatkan UKM.
b. Penentuan penyaluran kredit modal kerja kepada debitur UKM
Tabel 11. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran pembiayaan oleh BNI
Jenis pertanyaan
Jawab (%)
Ya Tidak
16. Apakah debitur UKM kebanyakan menghendaki one day service ?
70 30
17. Apakah debitur UKM kebanyakan menginginkan keputusan langsung ditempat ?
82 18
18. Jika dibandingkan dengan bank lain, apakah pelayanan di BNI sudah memuaskan anda ?
85 15
19. Apakah ada perbedaan bunga pinjaman antara BNI dengan bunga bank yang lain ?
84 16
20. Apakah lokasi kantor cabang BNI jauh dari tempat usaha saudara ?
90 10
21. Seandainya disekitar wilayah saudara ada bank lain, apakah anda tetap mengajukan permohonan kredit modal kerja ke BNI ?
80 20
22. Apakah sebelumnya anda telah mengetahui mekanisme persyaratan peminjaman kredit melalui bank ?
88 12
23. Menururt Anda, apakah dalam pengajuan kredit modal kerja ke BNI prosesnya lama ?
65 35
24. Menurut Anda, apakah dengan maksimal 14 hari kerja proses permohonan kredit modal kerja terlalu lama ?
84 16
25. Jika permohonan pembiayaan telah disetujui, apakah anda akan menggunakan jasa perbankan BNI lainnya ?
95 5
26. Respon debitur saat didatangi petugas bank baik atau tidak ?
90 10
27. Bila petugas bank datang ke lokasi debitur, disambut baik atau tidak ?
91 9
28. Bila nasabah diundang ke BNI, apakah disambut dengan baik ?
85 15
29. Apakah debitur keberatan bila petugas bank sering datang ke lokasi usaha anda ?
85 15
30. Apakah menurut anda produk dan layanan di BNI sudah lengkap ?
90 10
Dari hasil pengisian kuesioner kepada para nasabah BNI yang
dimuat pada Tabel 11, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
menyatakan bahwa adanya kemudahan akses dalam mengajukan
55
pembiayaan ke BNI, penyalurannya dan pelayan yang diberikan
memegang peranan penting hubungan antara UKM dengan lembaga
perbankan (BNI) adalah 82,5% dan yang menyatakan tidak adalah
17,5%.
Seperti halnya dengan pengusaha besar, pengusaha UKM
juga menginginkan adanya kemudahan-kemudahan yang diiberikan
oleh bank. Terutama dalam hal pengajuan permohonan pemberian
kredit modal kerja, lamanya proses analisa, sampai dengan
permohonan tersebut disetujui BNI.
Hal ini terkadang menjadi benturan di internal bank, disatu sisi
BNI harus mengutamakan kecepatan pelayanan namun juga harus
tetap menedepankan aspek prudent terhadap kebijakan eksternal
dan resiko yang akan muncul dikemudian hari mengingat pengusaha
UKM memiliki risiko yang cukup besar.
Apabila kredit modal kerja telah disalurkan kepada pengusaha
UKM, BNI berkewajiban untuk melaksanakan pemantauan rutin
terhadap debiturnya. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung
dengan cara mengunjungi usaha debitur setiap bulannya atau
pemantauan dari laporan keuangan yang diserahkan oleh debitur ke
bank. Dalam memberikan kredit kepada debitur UKM, BNI akan puas
apabila kondisi keuangan debitur UKM sehat (sound) dan tujuan dari
pengajuan pinjaman tersebut sesuai dan bisa
dipertanggungjawabkan oleh debitur UKM. Dengan demikian maka
pembayaran kembali atas angsuran kreditnya dapat terlaksana tepat
pada waktunya.
56
Dalam hal ini dilakukan agar kredit modal kerja yang
disalurkan dapat benar-benar digunakan untuk kepentingan usaha
debitur.
c. Kendala dalam penyaluran Kredit Modal Kerja
Tabel 12. Hasil isian kuesioner mengenai kendala penyaluran kredit
Jenis pertanyaan
Jawab (%)
Ya Tidak
31. Apakah letak jauh-dekat Cabang BNI dari tempat tinggal Anda merupakan salah satu kendala ?
70 30
32. Apakah penyerahan jaminan kepada BNI merupakan kendala ?
88 12
33. Apakah lama pemprosesan dalam permohonan pembiayaan modal kerja merupakan kendala ?
90 10
34. Apakah legalitas usaha Anda merupakan kendala dalam permohonan pembiayaan modal kerja di BNI ?
84 16
35. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam mendapatkan fasilitas pembiayaan modal kerja dari BNI ?
90 10
36. Apakah pola administrasi UKM Anda merupakan kendala dalam permohonan pembiayaan di BNI ?
85 15
37. Apakah besar kecilnya pembiayaan modal kerja yang dikucurkan oleh BNI merupakan hambatan dalam pengembangan usaha Anda ?
88 12
38. Apakah jangkauan pasar BNI merupakan hambatan dalam penyaluran pembiayaan kepada UKM ?
60 30
39. Apakah tempat tinggal (di desa atau di kota) mempengaruhi jumlah pembiayaan modal kerja yang diterima dari BNI ?
85 15
40. Apakah sistem BNI saat ini menunjang program peningkatan kinerja UKM Anda secara keseluruhan ?
95 5
41. Apakah dibutuhkan pembinaan khusus dari BNI kepada debiturnya, terutama debitur UKM yang berorientasi pasar ekspor?
95 5
42. Apakah pola administrasi yang diterapkan oleh BNI menghambat dalam permohonan pembiayaan modal kerja untuk UKM Anda ?
90 10
43. Apakah permodalan merupakan kendala utama dalam pengembangan UKM Anda ?
95 5
44. Apakah penilaian negatif terhadap sejumlah UKM merupakan kerugian bagi Anda dalam mendapatkan pembiayaan modal kerja dari BNI ?
85 15
45. Apakah anda akan tetap mengajukan pinjaman ke BNI, meskipun anda memperoleh tawaran instant cash dari bank lain?
90 10
Dari hasil data pada Tabel 12, dapat dikatakan bahwa
ditemukan adanya kendala dalam mengajukan permohonan kredit
57
modal kerja di BNI oleh pengusaha UKM adalah 77,5% dan sisanya
22,5% menyatakan bahwa UKM dalam mengajukan permohonan
kredit modal kerja ke BNI tidak menemukan kendala yang berarti.
Secara umum kendala-kendala yang muncul dalam
mengajukan permohonan pembiayaan ke BNI, antara lain :
i. legalitas perusahaan, kebanyakan berbentuk usaha keluarga
dan patungan
ii. jaminan yang harus diserahkan, rata-rata pengusaha UKM tidak
memiliki jaminan yang besar untuk diserahkan ke BNI
iii. persyaratan administrasi yang cukup rumit, hal ini juga
memberatkan pengusaha UKM, mengingat pengusaha UKM
rata-rata tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai
iv. banyaknya bank lain atau lembaga keuangan lainnya yang
menawarkan fasilitas tunai cepat (instant cash) tanpa
menggunakan jaminan dan melalui persyaratan yang berbelit
4. Hambatan Yang Ditemukan Dan Usaha Mengatasinya
Kredit berarti kepercayaan, kepercayaan yang diberikan oleh
bank baru akan terbukti, bila kredit tersebut telah dikembalikan oleh
debitur beserta kewajiban lainnya yang telah disepakati. Antara
pemberian prestasi dan penerimaan kembali prestasi itu terkait oleh
waktu tertentu yang abstrak, sehingga diantara waktu tersebut resiko
sewaktu-waktu dapat timbul.
Untuk menghilangkan atau memperkecil tingkat risiko, bank
menempuh langkah-langkah pengamanan kredit, antara lain dengan
mengusahakan efektifitas pengawasan yang dilakukan secara
58
berkesinambungan, akan tetapi selama kredit berjalan, hambatan tetap
terjadi mengingat bahwa didalam pelaksanaan kredit bukan hanya bank
yang terlibat, namun juga pihak-pihak lain.
Selain itu, untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh
IKM, maka diperlukan peran aktif dari lembaga perbankan (misal, Bank
XYZ) dengan melakukan pembinaan terhadap IKM dan memberikan
bantuan permodalan dengan syarat-syarat lunak, memberikan bantuan
pembuatan pembukuan yang tertib, seperti peyusunan neraca dan
laporan keuangan, memberikan bantuan di bidang organisasi dan
manajemen, terutama peningkatan mutu SDM (Lubis, 2003).
Secara umum hambatan-hambatan yang dihadapi oleh BNI,
antara lain :
a. Lingkungan Ekonomi
BNI tidak mungkin merencanakan program pemasaran tanpa
mengetahui lingkungan ekonomi. Kondisi perekonomian nasional
mempunyai pengaruh jelas terhadap penentuan cost of money dan
permintaan kredit dipengaruhi oleh biaya tersebut.
b. Sikap Budaya Masyarakat
Dalam memasarkan produk perbankan, BNI sangat dipengaruhi oleh
sikap budaya masyarakat setempat yang dapat diketahui dari
perilaku, adat istiadat, serta pandangan masyarakat mengenai
aktivitas perbankan, terutama mengenai produk dan jasa bank.
c. Peraturan Pemerintah
Di dalam era pembangunan dimana keadaan perekonomian masih
terus berkembang, tidak jarang pemerintah mengeluarkan kebijakan
yang berubah-ubah, terutama dalam kebijakan menaikan atau
59
menurunkan bunga yang tidak sejalan dengan kondisi yang ada di
NI. Hal ini terkadang menjadi kendala yang cukup dominan dan
menimbulkan kontradiksi. Sebagai bank umum milik pemerintah, BNI
harus menjalankan fungsi agent of development, sehingga dalam
aktivitasnya bukan hanya keuntungan yang harus dicapai, tetapi juga
ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat secara
umum.
d. Persaingan
Di dalam melakukan perencanaan dan mengarahkan aktivitasnya
sebagai perusahaan, BNI berada dalam lingkungan yang banyak
terdapat persaingan, maka dalam menetapkan suatu keputusan
harus dilakukan dengan memperhitungkan perilaku para pesaing.
Sampai saat ini, jumlah bank pesaing berjumlah banyak, baik berasal
dari bank umum milik pemerintah maupun yang berasal dari bank
swasta.
Selain hal-hal di atas, hambatan-hambatan yang terjadi di
dalam pelaksanaan pemberian kredit modal kerja, terutama ditemui dan
berada pada diri debitur, baik perorangan maupun perusahaan.
Hambatan-hambatan yang ditemui pada diri para debitur UKM tersebut,
antara lain :
a. Lemah dalam administrasi dan manajemen
Hal ini tampak dari laporan-laporan yang disampaikan kepada BNI
tidak obyektif. Laporan tersebut tidak didukung oleh bukti yang
akurat. Sementara kelemahan manajerial perusahaan telah
mengakibatkan aktivitas usaha yang dijalankan menjadi tidak efisien.
Contohnya dalam menyusun laporan keuangan tidak disusun
60
berdasarkan prinsip akuntansi perusahaan, namun disusun secara
sangat sederhana. Kebanyakan dalam menggunakan sumber daya
modalnya, pengusaha UKM tidak memperhatikan aspek budgeting,
dimana semua penggunaan dana dan alokasinya harus tersusun
rapih dan terencana.
b. Lemah di bidang permodalan
Bagi para pengusaha UKM kelemahan ini merupakan rintangan
serius, sehingga membatasi kemapuan para pengusaha untuk
mengembangkan usahanya. Dalam hal ini debitur UKM senantiasa
menginginkan maksimum kredit yang besar, sedangkan BNI
memperhitungkan aspek yang lebih luas lagi tentang penggunaan
kredit tersebut, terutama aspek repayment capacity debitur yang
disesuaikan dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
c. Resiko besar
Dalam hal penyaluran kredit modal kerja kepada UKM tidak terlepas
dari akan munculnya resiko yang akan timbul, maka BNI tetap
mensyaratkan adanya agunan tambahan yang harus disediakan oleh
debitur, sehingga memberatkan UKM dan sangat sulit untuk dapat
dipenuhi. Contohnya dilakukan blokir rekening giro debitur sebesar
tiga kali angsuran bunga, hal ini terutama untuk debitur yang
memperoleh fasilitas kredit ekspor.
d. Rendahnya sikap disiplin
Penggunaan dana kredit diluar rencana yang diajukan oleh debitur
merupakan suatu bukti rendahnya disiplin debitur tersebut dan
bahkan hal ini sudah menujukkan itikad yang kurang baik.
Penyelewengan semacam ini agak menyulitkan BNI untuk
61
melakukan pemantauan. Contohnya dana kredit yang diperoleh oleh
debitur UKM digunakan untuk membiayai sesuatu yang tidak sesuai
dengan rencana penggunaan kredit yang diajukan dan untuk
menutup persediaannya, dilakukan pembelian secara kredit senilai
saldo pinjamannya, sehingga pada saat bank melakukan
pemeriksaan langsung (on the spot), seolah-olah persediaan yang
ada berasal dari kredit bank.
Akibat yang ditimbulkan dari adanya hambatan-hambatan
tersebut adalah :
1) Kesulitan keuangan yang dialami debitur. Keberhasilan usaha
banyak tergantung pada kemampuan dan keberhasilan pimpinan di
dalam mengelola aktivitas usahanya.
2) Keterlambatan pelunasan kredit. Hal ini dikarenakan kemampuan
debitur sangat terbatas dalam mengelola usahanya, sehingga
keuntungan yang diharapkan sangat sulit untuk dicapai, yang mana
berakibat pengembalian kredit menjadi tidak sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditetapkan.
3) Munculnya resiko kredit macet yang besar. Apabila hal ini terjadi,
bukan hanya pihak bank saja yang mengalami kerugian, tetapi
kerugian yang akan dialami oleh debitur juga besar, yaitu dengan
disitanya jaminan debitur untuk dilelang.
4) Keterlambatan pengembalian maupun pelunasan atas kredit modal
kerja dan timbulnya kredit macet, yang pada akhirnya mengahambat
pembiayaan untuk sektor lainnya ataupun pembiayaan bagi debitur
lainnya. Hal ini dikarenakan dana yang semula diterima bank menjadi
berkurang, sementara di sektor lain masih membutuhkan dana untuk
62
mengembangkan usaha-usaha pembangunan agar dicapai
pemerataan dan pembangunan.
Atas dasar munculnya hambatan-hambatan tersebut, maka BNI
melakukan upaya-upaya berikut :
a. Memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada pengusaha UKM.
Dalam hal ini BNI menunjuk personil yang benar-benar menguasai
dan memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh
pengusaha UKM, baik mengenai manajerial, akuntansi, keuangan
maupun pemasaran. Selain itu, mengetahui dengan baik transaksi
ekspor, sehingga UKM dapat mengembangkan produknya untuk
diekspor ke luar negeri.
b. Membantu pemasaran hasil produksi.
Bank merupakan sumber modal bagi dunia usaha, dimana
bonafiditas seseorang atau perusahaan dapat pula diukur dari
hubungannya dengan suatu bank. Karena itu BNI mempunyai
banyak nasabah dari berbagai sektor, sehingga BNI dapat
membantu kesulitan pemasaran dari debitur UKM dengan meminta
nasabah lainnya untuk menjadikannya mitra bisnis. Selain itu, BNI
dapat mengetahui kondisi pasar dan kepada pengusaha UKM
diminta untuk menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut dengan
bimbingan penuh BNI.
c. Terhadap kredit macet, BNI melakukan penelitian kembali terhadap
usaha debitur untuk mengetahui penyebab macetnya kredit tersebut
dan kemungkinan mengambilalih usaha bagi debitur UKM. Apabila
dipandang memiliki prospek yang cerah, maka BNI akan melakukan
63
upaya pemulihan (recovery) dengan cara memberikan bantuan
tambahan kredit.
d. Terhadap penyimpangan kredit modal kerja yang dilakukan oleh
debitur, BNI akan mengambil tindakan berupa :
i. Menghentikan disposisi kredit apabila kredit modal kerja yang
ditarik debitur belum mencapai plafon kredit atau jumlah yang
telah disetujui bank.
ii. Mengamankan persediaan yang masih dimiliki oleh debitur, yaitu
persediaan yang dibiayai dengan dana kredit modal kerja.
iii. Melakukan penelitian kembali terhadap perusahaan debitur
bersangkutan.
iv. Melakukan penelitian kembali terhadap pengikatan jaminan agar
dari sudut hukum BNI berada pada pihak yang kuat apabila
jaminan tersebut diambil alih untuk dilelang.
e. Mengusahakan agar perusahaan-perusahaan UKM, terutama yang
berorientasi ekspor layak untuk dibiayai dengan kredit modal kerja
BNI.
f. Meningkatkan pengawasan secara intensif dan efektif, yaitu dengan
menyediakan jumlah personalia, sarana dan prasarana yang
memadai, serta meningkatkan pelayanan terhadap para debitur serta
para nasabah lainnya.
5. Analisis Khi Kuadrat
Dalam penelitian ini ditetapkan mengikuti distribusi khi kuadrat
dengan derajad bebas (db) = k – 1, yaitu pada distribusi khi kuadrat
dengan db = 14. Frekuensi yang diharapkan (fh) unyuk masing-masing
64
kelas ditetapkan berbeda berdasarkan kategori “banyak yang
diharapkan” (expected).
a. Pola pembiayaan kredit modal kerja sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh UKM
Dari jawaban responden diperoleh data pada Tabel 12,
selanjutnya dihitung berdasarkan rumus khi kuadrat dengan
frekuensi yang diharapkan (fh) = 75 dan frekuensi yang diobservasi
(fo) lebih dari 80%.
Tabel 13. Pola pembiayaan kredit modal kerja sesuai dengan yang dibutuhkan UKM
Jumlah Pilihan fh fo (fo – fh) (fo – fh) ² (fo – fh) ² fh
1 75 80 5 25 0,332 75 85 10 100 1,333 75 85 10 100 1,334 75 84 9 81 1,085 75 90 15 225 36 75 90 15 225 37 75 88 13 169 2,258 75 80 5 25 0,339 75 84 9 81 1,08
10 75 90 15 225 311 75 90 15 225 312 75 90 15 225 313 75 85 10 100 1,3314 75 85 10 100 1,3315 75 89 14 196 1,33
Total 2.102 26.72
Dari perhitungan khi kuadrat seperti yang ditunjukan pada
Tabel 13, dapat ditemukan bahwa khi kuadrat hitung = 26,72. Pada
tabel nilai-nilai khi kuadrat (Sugiyono, 2002), ditunjukkan bahwa χ² =
26,72 pada db = 14, mempunyai presentase taraf nyata (p) antara p
= 0,05 dan p = 0,01, artinya 0,05 > p > 0,01. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa pola pembiayaan kredit modal kerja sesuai
65
dengan yang dibutuhkan oleh UKM adalah dalam kondisi setuju dan
nyata. Hal ini dikarenakan sifat dan kegunaan dari kredit modal kerja
untuk membiayai proses produksi sampai dengan barang yang
dihasilkan oleh UKM siap dipasarkan, baik untuk pasar domestik
maupun untuk pasar ekspor. Selain itu, dalam penetapan
perhitungan besarnya bunga, bank konvensional lebih jelas dan
mudah dimengerti oleh UKM meskipun terkadang bunga yang
dikenakan cukup tinggi.
b. Penyaluran kredit modal kerja kepada debitur UKM
Dari jawaban responden diperoleh data pada Tabel 14,
selanjutnya dihitung berdasarkan rumus khi kuadrat dengan
frekuensi yang diharapkan (fh) = 75 dan frekuensi yang diobservasi
(fo) lebih dari 70%.
Tabel 14. Penyaluran pembiayaan kredit modal kerja kepada UKM
Jumlah Pilihan fh fo (fo – fh) (fo – fh) ² (fo – fh) ² fh
1 75 70 -5 -25 -0,332 75 82 7 49 0,653 75 85 10 100 1,334 75 84 9 81 1,085 75 90 15 225 36 75 80 5 25 0,337 75 88 13 169 2,258 75 65 -10 -100 -1,339 75 84 9 81 1,08
10 75 95 20 400 5,3311 75 90 15 225 312 75 91 16 256 3,4113 75 85 10 100 1,3314 75 85 10 100 1,3315 75 90 15 225 3
Total 1.911 25,48
66
Dari perhitungan khi kuadrat seperti dutunjukan pada Tabel
14, didapatkan bahwa khi kuadrat hitung = 25,48. Pada tabel nilai-
nilai khi kuadrat (Sugiyono, 2002), ditunjukkan bahwa χ² = 25,48
pada db = 14, mempunyai presentase taraf nyata (p) antara p = 0,05
dan p = 0,01, artinya 0,05 > p > 0,01. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa debitur UKM setuju bahwa penyaluran
pembiayaan modal kerja sangat berpengaruh dengan kemudahan
akses ke BNI adalah nyata. Hal ini dicerminkan dengan banyaknya
responden yang menjawab “setuju” pada saat ditanyakan mengenai
keberadaan atau lokasi kantor Cabang BNI yang jauh dari tempat
usaha ataupun tempat tinggal debitur UKM.
Bagi sebagian dari calon debitur, lebih memilih mengajukan
permohonannya ke bank lain atau ke lembaga keuangan lainnya,
ketimbang harus menuju kantor Cabang BNI. Namun secara umum,
masalah keberadaan kantor cabang BNI tidak menjadi halangan bagi
pengusaha UKM untuk mengajukan permohonan kredit modal kerja
ke BNI mengingat nama, fasilitas dan layanan perbankan di BNI
sangat lengkap untuk mendukung pengusaha UKM terutama yang
berorientasi ekspor.
c. Kendala dalam penyaluran kredit modal kerja
Dari jawaban responden diperoleh data pada tabel 15,
selanjutnya dihitung berdasarkan rumus khi kuadrat dengan
frekuensi yang diharapkan (fh) = 76 dan frekuensi yang diobservasi
(fo) lebih dari 60%.
67
Tabel 15. Kendala dalam penyaluran pembiayaan kredit modal kerja kepada UKM
Jumlah Pilihan fh fo (fo – fh) (fo – fh) ² (fo – fh) ² fh
1 76 70 -6 -36 -0,472 76 88 12 144 1,93 76 90 14 196 2,64 76 84 8 64 0,845 76 90 14 196 2,576 76 85 9 81 1,067 76 88 12 144 1,898 76 60 -16 -256 -3,369 76 85 9 81 1,06
10 76 95 19 361 4,7511 76 95 19 361 4,7512 76 90 14 196 2,5713 76 95 19 361 4,7514 76 85 9 81 1,0615 76 90 14 196 2,57
Total 2.170 28,55
Dari perhitungan khi kuadrat seperti ditunjukan pada Tabel
15, didapatkan bahwa khi kuadrat hitung = 28,55. Pada tabel nilai-
nilai khi kuadrat (Sugiyono, 2002), ditunjukkan χ² = 28,55 pada db =
14, mempunyai presentase taraf nyata (p) antara p = 0,05 dan p =
0,01, artinya 0,05 > p > 0,01. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa UKM setuju adanya kendala bagi BNI untuk menyalurkan
kredit modal kerjanya kepada debitur UKM adalah nyata.
Kendala yang timbul, diantaranya masalah legalitas
perusahaan UKM, sistem administrasi yang sangat sederhana di
perusahaan UKM, adanya penilaian yang negatif terhadap
pengusaha UKM, dan resiko kredit macet yang akan timbul
dikemudian hari serta besarnya jaminan yang ditetapkan oleh bank
yang memberatkan pengusaha UKM.
68
6. Analisis SWOT
Faktor internal dan eksternal yang digunakan dalam analisis
SWOT dijabarkan sebagai berikut :
a. Strengths (Kekuatan)
1) Coorporate Image BNI
BNI sebagai bank BUMN yang berdiri sejak 1946 berfungsi
sebagai agent of development dan merupakan bank BUMN
pertama yang telah go public.
2) Jaringan Kantor BNI
BNI memiliki jaringan outlet (Kantor cabang, cabang pembantu
dan kantor kas) dan customer based yang luas yang tersebar di
seluruh Indonesia yang didukung oleh jaringan Automatic Teller
Mekhine (ATM) yang luas dan akses transaksi ke seluruh jaringan
outlet BNI dapat dilakukan secara on-line system. Dimana antara
Cabang-Cabang BNI saling terkoneksi dengan data base yang
tersentral di pusat, dan dapat bertransaksi secara real time, baik
untuk penarikan maupun penyetoran dana. BNI juga memiliki lima
cabang di luar negeri, yaitu Singapore, Hongkong, Tokyo, New
York dan London. Saat ini Cabang-Cabang di Luar Negeri juga
sudah terkoneksi dengan data base yang ada di pusat, maka
Cabang Luar negeri dapat melakukan transaksi kiriman uang ke
Cabang Dalam Negeri secara langsung tanpa harus melalui
perantara rekening bank koresponden di Luar Negeri.
69
3) Dukungan Modal
BNI sebagai salah satu bank umum dengan dukungan pemerintah
sebagai pemegang saham mayoritas dapat dengan mudah
mengajukan permintaan penambahan modal.
b. Weaknesses (Kelemahan)
1) Mutu pelayanan BNI
Mutu pelayanan BNI yang banyak dikeluhkan nasabah seperti
pelayanan yang lambat, ATM sering rusak dan off-line.
2) Promosi produk-produk BNI sebagai salah satu unsur pemasaran
kurang gencar dilakukan.
3) Sistem administrasi kredit dan prosedur kredit yang ada masih
belum efisien dan pemrosesan aplikasi kredit telalu lama.
c. Opportunities (Peluang)
1) Penduduk Indonesia mayoritas berada dalam skala UKM.
2) Perkembangan menuju kebijakan otonomi daerah yang akan
memacu pertumbuhan dan pemerataan pengembangan sektor-
sektor riil di daerah.
3) Diterbitkannya berbagai kebijakan pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan UKM sebagai pondasi yang kokoh terhadap
perekonomian Indonesia.
4) Pengusaha UKM relatif lebih tahan terhadap krisis dibanding
pengusaha di segmen lainnya, sehingga dari segi bisnis
pengusaha UKM lebih potensial.
d. Threats (Ancaman)
1) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang banyak tersebar di seluruh
pelosok daerah di Indonesia yang sifatnya sangat lokal.
70
2) Bank Pembangunan daerah (BPD) yang membawa sentimen
kedaerahan.
3) Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan unit desanya yang menjadi
perintis berusaha di sektor UKM
4) Para Rentenir yang telah lama menjadi mitra pengusaha UKM.
Berdasarkan faktor-faktor internal BNI dibuat analisis total skor
faktor strategis internal (Tabel 16) dan faktor-faktor eksternal BNI dibuat
analisis total skor faktor strategis eksternal (Tabel 16).
Tabel 16. Faktor strategis internal dan eksternal BNI
1. Faktor Strategis Internal Bobot (a)
Rating (b)
Skor c = (a x b)
Strengths 1. Coorporate Image BNI 2. Jaringan Kantor BNI 3. Dukungan Modal Weaknesses 1. Mutu pelayanan BNI 2. Kurangnya promosi produk 3. Lamanya proses permohonan kredit
0,25 0,25 0,15
0,10 0,15 0,10
3 3 2
2 3 1
0,75 0,75 0,30
0,20 0,45 0,10
Jumlah (1)
1,00 2,55
2. Faktor Strategis Eksternal Bobot (a)
Rating (b)
Skor c = (a x b)
Opportunities 1. Pangsa pasar pembiayaan modal kerja 2. Kebijakan otonomi daerah 3. Kebijakan pemerintah terhadap UKM Threats 1. BPR sebagai bank pesaing 2. BPD sebagai bank pesaing 3. Adanya BRI unit desa
0,20 0,25 0,10
0,25 0,10 0,10
2 3 1
3 1 2
0,40 0,75 0,10
0,75 0,10 0,20
Jumlah (2)
1,00 2,30
Total (1 + 2)
2,00 4,85
71
Dari analisis total skor faktor strategis internal dan total skor faktor
strategis eksternal pada Tabel 16 dengan nilai total skor IFAS = 2,55 dan
EFAS = 2,30 didapatkan matriks IE yang akan menentukan posisi BNI.
Nilai matriks IE menunjukkan bahwa BNI berada pada kondisi growth
atau stability (Tabel 17).
Tabel 17. Matriks IE BNI
Strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal dengan
memperluas jaringan BNI dengan cara membuka cabang di lokasi lain
dan meningkatkan jenis produk serta jasa dan layanan yang ditawarkan
kepada nasabah. Strategi stabilitas dapat ditempuh dengan tanpa
mengubah arah strategi yang telah ditetapkan oleh BNI.
Setelah mengetahui posisi BNI seperti pada Tabel 16 dan
mengetahui semua jenis informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan, selanjutnya adalah memanfaatkan semua
jenis infromasi tersebut dalam model kuantitatif perumusan strategi BNI
dengan menggunakan matriks SWOT seperti pada Tabel 18.
Growth
Stability
4,0 3,0 1,0
Tota
l sko
r fak
tor s
trate
gik
ekst
erna
l = 2
,30
Total skor faktor strategik internal = 2,55
3,0
2,0
1,0
2,0Kuat Rata-rata Lemah
Tinggi
Menengah
Rendah
72
Tabel 18. Matriks SWOT BNI
Faktor Internal Faktor Eksternal
Strength (S) S1 Coorporate Image BNIS2 Jaringan Kantor BNI S3 Dukungan Modal
Weaknesses (W) W1 Mutu Pelayanan BNI W2 Kurangnya Promosi
Produk Pinjaman W3 Lamanya Proses
Aplikasi Opportunities (O) O1 Pangsa Pasar
Pembiayaan Modal Kerja
O2 Kebijakan Otonomi daerah
O3 Kebijakan Pemerintah terhadap UKM
Strategi S – O • Membuka lebih banyak
SKC di Jawa dan Luar Jawa untuk meningkatkan pangsa pasar pinjaman
(S1, S2; O1, O3) • Menjalin kerjasama
dengan Pemda setempat
(S1, S2; O3)
Strategi W – O • Meningkatkan mutu
pelayanan dan memperbaiki jaringan ATM dan teknologi (W1, W2; O1)
• Meningkatkan upaya
promosi produk dan layanan BNI (W2, W3; O1)
• Mempersingkat waktu
proses tanpa mengesampingkan aspek prudence and complience (W2, W3; O1, O3)
Threats (T) T1 BPR pesaing T2 BPD pesaing T3 BRI unit desa
Strategi S – T • Coorporate image BNI
sebagai Institusional positioning (S1; T1, T2)
• Meningkatkan
keterampilan staff cabang/SKC melalui pelatihan
(S2, S3; T1, T2) • Mempermudah
prosedur dan proses penyaluran kredit
(S2, S3; T1, T3)
Strategi W – T • Menjalin kemitraan
dengan bank BPR pesaing (W2, W3; T1)
• Menjalin kemitraan
dengan bank BPD pesaing (W1, W3; T1, T2, T3)
• Meningkatkan program
pemasaran produk ke konsumen (W1, W3; T1, T2, T3)
Keterangan : (Si ; Oi) atau (Wi ; Oi) atau (Si ; Ti) atau (Wi ; Ti) menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan pilihan strategi
i = 1,2, ………. N
73
7. Implementasi Strategi
Berdasarkan beberapa alternatif strategi yang ditetapkan seperti
terlihat dalam matriks SWOT (Tabel 17), maka dipilih beberapa strategi
yang dapat diterapkan oleh BNI sesuai dengan posisi BNI di industri
perbankan dalam mendukung strategi pertumbuhan.
Strategi pertumbuhan dapat dilakukan dengan mengembangkan
strategi yang mempengaruhi produk (product), harga (price), tempat
(place) dan promosi (promotion) dengan tetap mengandalkan kekuatan
dan peluang yang ada serta mengatasi segala kelemahan dan ancaman.
a. Produk (Product)
Produk yang dimiliki oleh BNI terdiri dari produk dana,
pembiayaan dan jasa perbankan. Produk dana terdiri dari giro,
tabungan dan deposito. Produk pembiayaan terdiri dari Kredit Modal
Kerja, Kredit Investasi dan Kredit Konsumtif. Produk jasa keuangan
terdiri dari kiriman uang, inkaso dan garansi bank. Pada saat ini
produk-produk yang tawarkan BNI dalam mata uang Rupiah dan
Valuta Asing (multy currency).
Teknologi Informasi memegang peranan sangat penting,
karena keunggulan produk perbankan yang dipromosikan tidak
berarti tanpa dukungan teknologi informasi. Oleh karena itu, dengan
dukungan teknologi BNI terkini, yaitu ICONS diharapkan produk-
produk BNI dapat dikembangkan lagi baik dari sisi jenis produk atau
mata uang, sehingga lebih memudahkan nasabah dalam melakukan
transaksi perbankan.
74
b. Harga (Price)
Harga pada produk dan jasa perbankan merupakan biaya
yang dikenakan kepada nasabah. Biaya-biaya produk yang lazim
dikenakan terhadap nasabah terdiri dari biaya administrasi rekening,
biaya ATM, biaya saldo minimum. Selain harga yang dibebankan
melalui produk perbankan, ada jenis harga lain yang dibayar nasabah
dalam melakukan suatu transaksi jasa perbankan, seperti biaya
kiriman uang dan biaya inkaso.
Harga tidak berpengaruh secara langsung kepada nasabah,
tetapi apabila nasabah sering melakukan transaksi dengan
perbankan secara rutin, besarnya harga akan menjadi faktor
pertimbangan dalam memlilih suatu bank.
Dalam upaya memenangkan persaingan dan memperbesar
pangsa pasar BNI, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan biaya-biaya yang akan dikenakan kepada
nasabah, yaitu :
1) Nilai produk dan layanan bagi nasabah
Penetapan biaya akan memberikan beban bagi nasabah dan
akan menjadi pertimbangan nasabah dalam memilih bank. Harga
yang ditetapkan harus kompetitif terhadap bank pesaing dan
dihubungkan dengan tingkat mutu produk dan layanan yang
diperoleh nasabah.
2) Biaya pengembangan produk dan layanan
BNI dalam usaha terus mengembangkan produk dan layanan
yang sesuai dengan kebutuhan nasabah akan memberikan
atribut-atribut yang merupakan nilai tambah bagi produk dan
75
layanan. Pemberian atribut pada produk dan layanan tersebut
berdampak kepada biaya yang akan dikenakan kepada nasabah
yang menggunakan produk dan layanan BNI.
c. Tempat (Place)
Tempat merupakan saluran distribusi untuk menjangkau
nasabah yang akan menggunakan produk dan layanan BNI. Tempat
dapat berupa penempatan kantor cabang, capem dan ATM. Dengan
menempatkan cabang dan capem serta ATM BNI ditempat yang
strategis dan potensial serta didukung dengan penggunaan teknologi
ICONS akan memberikan kemudahan bagi nasabah BNI dalam
melakukan transaksi perbankan.
d. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan salah satu aktifitas pemasaran yang
berfungsi sebagai sarana komunikasi antara perusahaan dan
konsumen. BNI sebagai penyedia jasa layanan perbankan memiliki
produk-produk yang sejenis dengan bank lain. Promosi yang
dilakukan BNI kepada segmen pasar yang dituju harus dapat
memberikan suatu gambaran yang jelas yang dapat membedakan
produk dan layanan BNI dengan bank lainnya.
Ada beberapa cara promosi produk dan layanan yang dapat
dilakukan oleh BNI, yaitu :
1) Iklan (Advertising)
BNI dapat melakukan iklan berdasarkan pada institusi
perbankan atau iklan produk. Dengan nama BNI yang sudah
dikenal oleh masyarakat, iklan berdasarkan institusi perbankan
akan lebih mudah dalam membentuk gambaran tentang BNI yang
76
merupakan bagian dari institusi BNI. Iklan berdasarkan produk
menekankan pada keunggulan produk BNI yang tidak dimiliki oleh
bank lain.
Pemasangan iklan dapat dilakukan diberbagai media
cetak dan elektronik dengan memperkenalkan institusi perbankan
atau nama produk.
2) Personal Selling
Personal selling adalah memberikan informasi secara rinci
kepada calon nasabah potensial dengan cara melakukan
persentasi. Personal selling ini akan lebih mudah apabila calon
nasabah telah terpengaruh atau terbentuk opininya oleh iklan.
Personal selling dapat dilakukan oleh BNI kepada pengusaha.
3) Publisitas
Promosi dengan publisitas dapat dilakukan BNI dengan
menjadi sponsor pada acara-acara, seperti seminar mengenai
ekonomi global dan acara-acara lainnya , sehingga persepsi yang
terbentuk dibenak masyarakat adalah positif.