III - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190724-035722-8077.p… · 13....

59
RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-lJNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA 1 Tahun Sidang Masa Sidang Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tern pat Ketua Rapat ! Sekretaris Rapat: 1987-1988 III 7 Rapat Kerja Panitia Khusus ke-2 Pemerintah (Menteri Pertahanan Keamanan) Terbuka Selasa, 19 Januari 1988 09.00 - 13.05 WIB Ruang Rapat Panitia Khusus Gedung DPR-RI Dr. A. Baramuli, S.H. Drs. Noer Fata Acara Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 dan Rancangan Undang-Undang tentang Prajurit ABRI. Hadir 1. 29 dari 30 Anggota Tetap; 14 dari 17 Anggota Pengganti. 2. Pemerintah I. ANGGOTA TETAP PANITIA KHUSUS DPR RI: 1 . Dr. A. Baramuli, S.H. 4. H. Imron Rasyadi, S.H. 2. Drs. Sabar Koembino 5. R. Soetjipto, S.H. 3. Joni Herlaut Sumardjono 6. Drs. H. Iman Soedarwo PS. 493

Transcript of III - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190724-035722-8077.p… · 13....

RISALAH RAPAT PEMBAHASAN

RANCANGAN UNDANG-lJNDANG TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK

PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

1 Tahun Sidang Masa Sidang Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tern pat Ketua Rapat

! Sekretaris Rapat:

1987-1988 III 7 Rapat Kerja Panitia Khusus ke-2 Pemerintah (Menteri Pertahanan Keamanan) Terbuka Selasa, 19 Januari 1988 09.00 - 13.05 WIB Ruang Rapat Panitia Khusus Gedung DPR-RI Dr. A. Baramuli, S.H. Drs. Noer Fata

Acara Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 dan Rancangan Undang-Undang tentang Prajurit ABRI.

Hadir 1. 29 dari 30 Anggota Tetap; 14 dari 17 Anggota Pengganti.

2. Pemerintah

I. ANGGOTA TETAP PANITIA KHUSUS DPR RI:

1 . Dr. A. Baramuli, S.H. 4. H. Imron Rasyadi, S.H. 2. Drs. Sabar Koembino 5. R. Soetjipto, S.H. 3. Joni Herlaut Sumardjono 6. Drs. H. Iman Soedarwo PS.

493

7. Ors. F. Harefa, S.H. 8. Soesanto Bangoennagoro, S.H. 9. Marzukj Darusman, S.H.

10. Drs. Ardi Partadinata 11 . Bagoes Sasmito 12. Dwi Riawenny S. Nasution, BA 13. A.A. Oka Mahendra, S.H. 14. Z. Ansori Achmad, S.H. 15. M. Hatta Mustafa, S.H. 16. Obos Sy a ban di Purwana 1 7. Ors. Osman Simanjuntak 18. Ir. Hano ch Eliezer Mackbon

19. H.A. Poerwosasmito 20. A. Hartono 21. Drs. Soetrayo 22. Soeardi 23. D.P. Soenardi, S.H. 24. Drs. Soedjadi, S.H. 25. H. Ismail Hasan Metareum, S.H. 26. H. Ali Tamim, S.H. 27. Sukrdi Effendi, S.H. 28. Soetardjo Soerjo Goeritno, BSc. 29. Djupri, S.H.

II. ANGGOTA PENGGANTI PANITIA KHUSUS DPR RI:

1. Drs. Ga tot Soewagio 2. H. Moh. Taslim Ibrahim 3. Drs. H.M.L. Patrewijaya 4. Tjahjo Koemala, S.H. 5. Drs. Soewardi Poespojo 6. Amir Yudowinarno 7. Ir. Sarwono Kusumaatmaja 8. Soegiyono 9. Siswadi

10. Waltom Silitonga 11. Poedjo Bintoro 12. R.M.O. Mahdi Tjokroaminoto 13. Nurhasan Ibnuhadjar 14. Budi Hardjono, S.H.

III. PEMERINT AH :

494

l. Jenderal TNI (Purn) Poniman - Menhankam 2. Letjen TNI LB. Sudjana - Sekjen Dephankam 3. Letjen TNI Soegiarto - Kassospol ABRI 4. Teddy Rusdy - Asrenum 'Pangab 5. Soetaryo - Waka Bais ABRI 6. Muntaram - Dirjen Persmanvet 7. Brigjen TNI Muhartono - Kapusdiklat Dephankam 8. Brigjen TNI Ir. Ibrahim Marzuki- Karo Organisasi Setjen Dephan­

kam 9. Brigjen TNI Kandar

10. Laksma TNI Dalem Udayana, 1 1. Brigjen TNI Amir Singgih 12. Kol. Laut R. Susanto, S.H.

- Pati Mabes A.D - Karo Hukum Setjen Dephankam

- Kabag Undang-undang Setjen Dephankarn

Rokum

13. Kol. Chk A. Sihombing 14. M. Zulkamaen, S.H. - Kasubag Rancang Rokum Setjen

Dephankam

15. Kaslar 16. Suardi Saibi, S.H. 17. Sudjipto, S.H. 18. T.B. Silalahi 19. Bambang Hartoyo 20. M. Taha Usman 21. Kol. Inf. Hadi Sutrisno 22. R.B. Iskandar K. 23. Imam Supardi 24. Ors. Sudjadi 25. Eliyas Margiyo, BA.

KETUA RAPAT (DR. A. BARAMULI, S.H.):

Saudara-saudara sekalian. Wakil Pemerintah Saudara Menteri Pertahanan dan Staf yang saya

hormati.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Merdeka ! Sa udara -sa udara sekalian.

Perkenan saya untuk membuka Sidang Panitia Khusus yang ke-2 pada hari ini. Sidang dinyatakan terbuka untuk umum.

Sebagaimana telah kita putuskan bersama maka pada pagi hari ini Wakil Ketua yang mengkoordinir lobby semalam Saudara Joni Herlaut Surnardjono akan memberikan laporan tentang hasil daripada rumusan mengenai halaman 1 sampai dengan halaman 2 butir c dari Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) tentang Perubahan Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982.

Untuk itu saya persilakan Saudara Wakil Ketua melaporkannya kepada Sidang Panitia Khusus ini.

Silakan.

WAKIL KETUA (JONI HERLAUT SUMARDJONO) :

Pimpinan dan Sidang yang terhormat.

Pertama-tama kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Saudara-saudara yang rnewakili Fraksi-fraksi a tau pun pihak Pernerintah yang tadi rnalam bersarna karni telah rnenunjuk kan sikap toleransinya dan iktikad untuk dapat rnenyelesaikan tugas-tugas kita bersarna.

495

Untuk itu kami akan melaporkan hasil lobby antar Fraksi-fraksi dan Pemerintah yang dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 1988 pukul 23.bO sampai dengan pµkul 24.00 WIB.

Materi yang dilobbykan adalah mengenai konsep konsiderans menimbang huruf a, huruf b dan huruf c. Apa yang sementara disepakati adalah bahwa untuk huruf a tidak ada masalah, artinya sesuai dengan rumusan dan catatan tim Pemerintah. Selanjutnya perumusannya diserahkan kepada tim yang akan ditunjuk oleh Panitia Khusus. Untuk huruf b tidak ada masalah, artinya sesuai dengan rumusan dan catatan tim Pemerintah. Selanjutnya perumusan­nya diserahkan kepada tim yang akan ditunjuk oleh Panitia Khusus. Untuk huruf c, FKP, FABRI dan FPDI tidak ada masalah. Sedangkan FPP masih menghendaki masalah tersebut dibicarakan dalam Sidang Pleno Panitia Khusus.

Demikian hasil lobby yang dapat kami laporkan pada Sidang ini, dan a tas perhatiannya diucapkan terima kasih.

KETUA RAP AT : Pimpinan Panitia Khusus menyampaikan terima kasih atas hasil karya

Saudara Wakil Ketua bersama-sama Saudara-saudara Pimpinan Fraksi masing­masing Fraksi. Dengan demikian dapatlah saya simpulkan sebagai berikut:

Untuk halaman pertama mengenai judul itu tetap, tidak ada masalah. Mengenai menimbang a, tidak ada masalah, diserahkan perumusan kepada Tim Kecil. Mengenai b, tidak ada masalah, diserahkan perumusan kepada Tim Kecil.

Demikianlah Saudara-saudara untuk halaman pertama. Ada yang mengusulkan sesuatu? Kalau tidak ada yang mengusulkan

sesuatu, saya nyatakan ini diterima.

Saya persilakan Saudara dari FKP.

FKP (R. SOETJIPTO, S.H.) :

Terima kasih atas kesempatan.

Perlu kami sampaikan bahwa dalam lobby . tadi malam sebenarnya mengenai a itu masih ada catatan dari FKP yaitu dimungkinkannya adanya perubahan secara redaksional daripada konsiderans a tersebut. Jadi dalam hal ini kami telah memberikan suatu perumusan yang kira-kira nantinya akan dapat disesuaikan atau dimasukkan oleh Tim Kecil atau dipertimbang­kan oleh Tim Kecil untuk me'njadi rumusan yang menjadi pernikiran dari FKP, yaitu dalam menimbang a kami ingin merumuskan sebagai berikut:

Bahwa sesungguhnya Tentara Nasional Indonesia adalah wadah tunggal keprajuritan rakyat Indonesia dengan azas Pancasila.

496

Yang perumusan b: Bahwa Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang merupakan komponen utama dalam sistim pertahanan keamanan rakyat semesta dengan inti dari Tentara Nasional fudonesia perlu menyediakan ke­sempatan yang seluas-luasnya kepada waria negara yang memenuhi persyaratan untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara.

Ini adalah saran-saran dari FKP untuk nantinya dimusyawarahkan atau di­selesaikan oleh Tim Kecil.

Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Masih ada dari Fraksi-fraksi lainnya? Kami persilakan FABRI?

F ABRI (A. HARTONO) :

Tidak ada masalah. Dari FPP?

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Ti dak ada masalah.

FPDI (DJUPRI, S.H.) :

Tidak ada masalah.

Sekali lagi saya rumuskan kembali bahwa untuk "menimbang a" di­setujui pada prinsipnya oleh 4 Fraksi dengan "rumusan" diperbaiki redaksi­onal "b" disetujui oleh 4 Fraksi dan "rumusan" disesuaikan redaksionalnya. Bagaimana kalau demikian Saudara-saudara? Tidak ada masalah. Dari

[ Pemerintah ada usul? Pemerintah setuju, dengan ini saya nyatakan diterima.

(RAPAT SETUJU)

Sekarang kita beralih ke halaman 2 sub c.

Sesuai dengan mekanisme prosedural yang kita tempuh, maka Fraksi yang memajukan masalah/mempunyai masalah, maka saya persilakan FPP untuk memajukannya, silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dari laporan Wakil Ketua yang membidangi bidang lobby kemarin ter­dapat suatu laporan bahwa mengenai butir c dibicarakan dalam Panitia Khusus. Mengenai masalah ini saya ingin menjelaskan bahwa sebenarnya kami bukan mengusulkan dibicarakan dalam Panitia Khusus tapi di "pending"

497

dan menunggu selesainya masalah yang berkaitan dengan itu di bagian yan~ sesudah itu. Karena tadi malam memang sejak terdapat pengertian bersama mengenai masal~h ini, maka dikatakanlah 3 dan 1 tadi itu.

Kami berpendapat dan tadi malam sudah kami sampaikanjuga diselesai· kan kemudian, bisa saja mengenai prinsip yang kami usulkan (soal diktum) sudah selesai, ini kita serahkan kepada Tim Perumus yang merumuskan a da'.n b itu bisa. Akan tetapi sebelum itu dibicarakan, maka ini janganlah diputuskan dulu. Ini yang kami usulkan dan kami ingin pending. Dalam usul kami itu mencari jalan ke luar. Adapun jalan ke luarnya bukan itu, itu masalah yang hams kita bicarakan. Jadi yang kita bicarakan bukan butir c tapi sesudahnya a tau usul kami yang merupakan pokok.

Teri ma kasih.

KETUA RAPAT:

Baik dari FPDI ada pen~apat mengenai butir c? Silakan. Sekaligus bisa memberikan bahan untuk FPP.

FPDI (DJUPRI, S.H.) :

Pada prinsipnya dari FPDI tidak ada masalah, hanya FPDI akan mengusulkan perubahan redaksional saja. Di dalam butir c itu dikemukakan, dirumuskan oleh Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan bahwa persyaratan untuk menjadi Anggota ABRI Sukarela, Anggota ABRI Wajib, dan Anggota Cadangan Tentara Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 merupa­kan pembatasan bagi warganegara maupun bagi ABRI, oleh karena itu perlu diadakan perubahan dan penyempurnaan seperlunya. Usul FPDI hanya mengenai perkataan "pembatasan". Menurut pemikiran FPDI terminologi "pembatasan" di sini kurang kena untuk ditempatkan di dalam konsiderans Undang-undang. Usul konkrit FPDI perkataan "pembatasan" diganti dengan "membatasi hak dan kewajiban bela negara", konsisten dengan isi Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945.

Jadi sekali lagi perkataan "pembatasan", FPDI secara konkrit mengusul­kan diganti dengan perkataan "membatasi hak dari kewajiban bela negara".

Demikian, terima kasih.

KETUARAPAT:

Terima kasih dari FPDI.

Itu tanggapan terhadap FPP dan sekaligus merupakan usul tambahan mengenai perbaikan redaksional.

Sekarang silakan FKP.

498

FKP (R. SOETJIPTO, S.H.):

Karena apa yang disarankan oleh FKP telah ditampung oleh pihak Pemerintah,jadi tidak ada masalah lagi.

Se kian, terima kasih.

KETUARAPAT:

lliri FKP tidak ada masalah, karena seluruh butir c ini telah ditampung dalam rumusan dengan pihak Pemerintah.

Silakan dari F ABRI.

F ABRI (A. HARTONO) :

Dari F ABRI tetap seperti yang telah kami utarakan tadi malam bahwa tetap seperti rumusan yang diajukan oleh Pemerintah dan sekaligus bahwa

: F ABRI memang membahas tentang saran Pemerintah khususnya terhadap Pasal 21 dan Pasal 22 dalam usaha mencari dasar hukum untuk Rancangan Undang-undang tentang Prajurit ABRI.

Dengan demikian FABRI tetap seperti rumusan Pemerintah dan dapat menyetujui sepenuhnya rumusan Pemerintah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silakan Pemerintah kalau ada hal yang akan dikemukakan dalam rangka butir c.

PEMERINTAH (MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Dari Pemerintah masih berpegang pada jawaban atau pandangan Pemerintah yang tadi malam kami sampaikan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pemerintah tetap dengan apa yang telah dirumuskan bersama. Berarti Pemerintah mempunyai pandangan yang sama dengan FABRI, FKP, FPDI ditambah usul perumusan redaksional. Sedangkan dari FPP mengusulkan supaya pending.

Menurut ketentuan yang telah kita sepakati, pending artinya setelah kita membahas seluruh usul perubahan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 Pasal 21 dan Pasal 22, maka kita kembali kepada butir c. Ini usul dari FPP yang mana tidak berarti menolak usul Pemerintah, tapi mohon dibicara­kan setelah seluruh pembicaraan dalam rangka menyelesaikan Daf tar

499

Inventarisasi Masalah tentang Perubahan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 ini.

Apakah demikian FPP.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Betul. Betul. Kalau demikian Saudara-saudara apakah dapat menerimanya?

Prinsipnya tidak ditolak oleh FPP hanya diusulkan setelah kita membahas seluruhnya, maka kita kembali lagi membahas butir c. Secara teknis butir c ini memang menunjukkan bahwa inilah sumber daripada undang-undang berikutnya yang akan dilakukan. Walaupun demikian untuk pending tidak ada halangannya.

Kalau demikian setujukah Saudara-saudara sekalian untuk pending setelah ini selesai (usahakan hari ini selesai) kita kembali juga mungkin pada malam hari kepada butir c, bagaimana kalau demikian?

Tidak ada yang keberatan? Saya nyatakan butir c ini pending.

(RAPAT SETUJU)

Sekarang kita beralih kepada "mengingat".

Dalam Daftar Inventarisasi Masalah ini saya tidak baca lagi apa yang disebut "mengingat". Sistemnya itu saya hanya menyampaikan pokoknya "mengingat", lalu mengecek dari 4 Fraksi ini apakah ada yang mengemukakan pendapat.

Dalam Daftar Inventarisasi Masalah ini yang mengemukakan pendapat adalah FKP dan F ABRI. Sedangkan FPP dan FPDI tidak ada pendapat.

Kalau demikian halnya, saya mulai dari FKP yang punya pendapat.

Silakan.

FKP (Z. ANSORI ACHMAD, S.H.) :

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

FKP dalam hal ini mempunyai pendapat yai.tu "mengingat 1" kami ingin mengusulkan agar dasar hukum ini ditambah dengan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, oleh karena dengan itulah DPR RI mem­punyai hak dan kewajiban untuk menyetujui tiap-tiap Rancangan Undang­Undang yang diajukan oleh Pemerintah. Kemudian oleh karena Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 sudah merupakan dasar hukum daripada Undang­undang Nomor 20 Tahun 1982, FKP mengusulkan untuk ditiadakan.

Namun demikian, oleh karena semua usul itu di dalam jawaban tertulis Pemerintah sudah ditampung, maka dengan demikian" mengingat l" ini tidak ada masalah. Demikian juga _ "mengingat 2" kami menyetujui untuk tetap sebagaimana formulasi yang diajukan Pemerintah.

500

KETUA RAPAT:

Baiklah, dari FKP menambah juga butir 2 dibahas dinyatakan tetap, tidak apa-apa.

Kita teruskan sekarang "mengingat butir 1 ". Bilamana bu ti 1 2 hendak dimajukan, dipersilakan.

Sekarang persilakan F ABRI, butir 1.

FABRI (A. HARTONO):

Untuk konsiderans "mengingat" sesuai Daftar Inventarisasi Masalah yang diajukan oleh F ABRI, maka F ABRI menyarankan ditambahkan Pasal 20 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Karena Pasal 5 Ayat (1) dan Pasal 20 Ayat (1) merupakan hal yang baku yang hams dicantumkan ke dalam konsiderans "mengingat" untuk setiap undang-undang yang dibuat.

Demikian usul yang diajukan oleh F ABRI untuk konsiderans "mengingat butir l ", dan konsiderans "mengingat butir 2". Tetap seperti rumusan yang diajukan Pemerintah. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Pemerintah pada bulan Desember 1985 yang lalu bahwa Pemerintah secara bertahap akan memulai membakukan hal-hal yang berkaitan dengan rumusan konsiderans

1. "menimbang" maupun "mengingat" dan "mengingat" yang akan langsung . sebagai dasar hukum terhadap Batang Tubuh atau lahirnya Rancangan 1 Undang-Undang tersebut.

Demikian saran dan pendapat dari F ABRI.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Dari F ABRI jelas. Dan sekarang silakan dari FPP untuk menyampaikan pandangannya.

Silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Dari Fraksi kami memang tidak mencantumkan suatu usul, karena memang setuju dengan Rancangan Un dang-Un dang.

Kemudian kalau memang ada usul hendaknya menambah dengan Pasal 20, barangkali dua-duanya dapat dimasukkan. Oleh karena Pasal 20 itu ber­arti kita mendudukkan tempat dari Undang-undang itu sendiri.

Kemudian Pasal 30 berkenaan dengan undang-undang yang sudah dibuat, tapi juga tidak salah kalau ini dicantumkan toh kita refer ke sana juga tidak salah, ini pandangan kami.

Terima kasih.

501

KETUA RAPAT:

Dari FPP pada azasnya setuju dengan usul F ABRI, seluruhnya sama. Jadi ditambah ·dengan Pasal 20 dan tetap Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945. Jadi itu dasar dari Pemerin tah sama, tidak men ye but apakah me­nyetujui usul dari FKP.

Sekarang silakan FPDI.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.):

FPDI menyetujui apa yang tercantum di dalam Rancangan Undang­Undang Perubahan itu ditambah Pasal 20 Ayat (1 ). Sebab memang demikian bahwa tiap undang-undang itu menghendaki persetujuan DPR RI. Jadi ini memang harus dicantumkan dalam konsiderans "mengingat".

Demikian.

KETUA RAPAT:

FPDI mendukung penuh F ABRI, sama.

Silakan dari FKP sekali lagi, bagaimana usulnya untuk menghilangkan Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945, apakah tetap dipertahankan untuk dihilangkan, dihapus atau sudah setuju dengan 3 Fraksi yang tadi sebelum saya menanyakan Pemerintah.

Silakan FKP.

FKP (H.Z. ANSORI ACHMAD, S.H.) :

FKP tetap berkeinginan untuk menghilangkan Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945, oleh karena dasar hukum itu telah ada dalam dasar hukum Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 yang dalam hal ini undang-undang tersebut, akan kita jabarkan di dalam Undang-undang Perubahan maupun Rancangan Undang-Undang tentang Prajurit.

Oleh karena muaranya satu, maka kami menganggap Pasal 30 Undang­Undang Dasar l 945 cukup menjadi dasar hukum dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 dan tidak perlu dimasukkan dalam "mengingat "Rancangan Undang-Undang Perubahan ini, oleh karena pada dasamya Rancangan Undang-Undang Perubahan ini hanya mengubah Pasal 21 dan Pasal 22 saja. Karenanya kami tetap pada usul untuk meniadakan Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 ini sebagai dasar hukum dari Rancangan Undang-Undang Perubah­an ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Demikianlah usul dari FKP. Apakah Pemerintah dapat memberikan jalan ke luamya untuk usul ini, yaitu dalam "mengingat" diktumnya hanya

502

ditambahkan Pasal 20 Ayat (l) !alu Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 itu dihapus.

Bagaimana pendapat Pemerintah?

Kami persilakan.

PEMERINTAH (MENTER! PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Setelah mempelajari daripada itu semua, maka dicantumkannya Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 itu sebenamya lebih memantapkan daripada "mengingat" ini. Tapi apabila sidang berkeinginan untuk tidak mencantum­kan, Pemerintah pun saya pikir tidak ada masalah.

Demikian Saudara Ketua.

KETUA RAPAT:

Dari Pemerintah masalah Pasal 30 ini bukan masalah yang prinsipiil, sehingga bilamana diputuskan oleh Fraksi-fraksi untuk mendukung FKP, maka masalah ini tidak ada masalah.

Oleh karena itu, sekali lagi kami persilakan Fraksi-fraksi lainnya untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing. Sebenamya isi daripada Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 ini adalah menetapkan mengenai bagaimana melakukan usaha pembelaan negara. Jadi untuk jelasnya saya perlu untuk

, membacakan sekali lagi Bab XII Undang-Undang Dasar 1945 Pertahanan Negara Pasal 30:

( 1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pem­belaan negara.

(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

Jadi memang akan diatur dengan Undang-undang tentang Syarat-syarat Tentang Pembelaan. Kalau ini dianggap telah diatur secara garis besar dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 yang memang dasar-dasamya demi­kian pengaturannya, maka untuk mengulangi secara teknis tidak prinsipiil. Diulangi tidak apa-apa, tidak diulangi juga tidak apa-apa.

Saya silakan dari F ABRI.

F ABRI (A. HARTONO):

Dari F ABRI telah mendengar penjelasan Pemerintah pada dasamya dapat menerima bahwa Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 telah diperguna­kan sebagai dasar hukum Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 dan Undang­undang Nomor 20 Tahun 1982 secara utuh kita pergunakan sebagai kon­siderans "mengingat" butir 2.

Terima kasih.

503

L

KETUA RAPAT:

Jadi dicantumkan tidak apa-apa, tidak dicantumkan tidak apa-apa.

Demikian dari FABRI.

Sekarang silakan FPP, memang politik itu menerima dan memberi.

Silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Tadi sudah kami jelaskan jalan pikiran atau latar belakang pemikiran kami sehingga tidak memberikan usul. Bagi kami barangkali hampir sama dengan yang dikemukakan FABRI kemudian. Masalah pasal ini dimasukkan baik, tidak dimasukkan pun juga baik.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kalau dalam hukum lslamnya ada itu.

(Pak Imron Rosyadi: Ja'is)

Ja'is, kata Pak lmron Rosyadi, ini masuk risalah.

Silakan dari FPDI.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.):

FPDI tetap pada pendirian bahwa Pasal 30 itu tetap dicantumkan. Apa reasoning atau penalarannya? Karena undang-undang yang kita bicara­kan, Prajurit ABRI essensinya atas substansinya adalah mengenai pertahanan keamanan dan mengenai ABRI. Pasal 30 adalah satu pasal di dalam Undang­Undang ·Dasar 1945 yang secara eksplisit dan tegas mencantumkan hal ter­sebut. Jadi hak dan wajib daripada warga negara di dalam bela negara.

Sedangkan persoalan pokok di dalam Undang-undang Prajurit ABRI adalah menyangkut kewajiban dan hak bela negara. Sehingga bagi kami se­benarnya sangat prinsipiil. Sebaliknya kalau Pasal. 5 itu juga harus diber­lakukan, tetapi menyangkut daripada tugas dan kewajiban proses penyelesaian dan kewenangan penyelesaian undang-undang. Jadi saya melihat secara ter­inci bahwa bagaimanapun Pasal 30 itu karena pasal yang dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 kita itu mutlak untuk menjadi dasar daripada Rancangan Undang-Undang tersebut. Dan kalau kita pelajari lebih legislasi daripada produk-produk perundang-undangan kita, belum ada satu keseragam­an bahwa satu pasal yang telah disebut oleh undang-undang yang terdahulu kalau ada perubahan undang-undang kemudian disebut di dalam tidak harus disebut di dalam undang-undang yang berikutnya.

504

Tapi lebih dari itu kami ingin mendapatkan satu landasan yang·kokoh dari Undang-Undang Dasar 1945 itu sendiri.

Demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ini dan mufakat, bagaimana kalau saya usulkan pending mengenai Pasal 30 UUD 1945, artinya nanti setelah selesai ini kita kembali lagi untuk membi­carakan, karena dari FPDI menganggap ini prinsipiil. Walaupun dari 3 Fraksi dan oleh Pemerintah dapat diterima, Bagaimana kalau demikian FKP yang mengusulkan. Silakan FKP.

FKP (H.Z. ANSORI ACHMAD, S.H.) :

Kami tidak keberatan kalau memang hams pending, namun demikian barangkali reasoning kami juga tetap hanya pada tahap ini usul pending kami terima.

KETUA RAPAT:

BAiklah kalau demikian, maka mengingat khusus mengenai Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 itu pending. Sekarang kita teruskan mengenai butir 2, butir 2 mengenai Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 dan seterus­nya, di sini kelihatannya dari FKP tetap, F ABRI juga sama walaupun ada catatan hanya singkat, dari FPP tidak ada masalah, dari FPDI tidak ada masalah. Karena ada catatan dari FABRI, maka saya persilakan FABRI <lulu. Apa artinya catatan ini.

FABRI (A. HARTONO).

Terima kasih Saudara Ketua, sebenarnya dari F ABRI tidak ada catatan, mungkin hanya kekurangan secara lebih lengkap menambahkan Lembaran Negara Republik Indonesia, tahun, nomor dan sebagainya. Pada dasarnya, F ABRI tetap seperti rumusan Pemerintah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT ~

Dari F ABRI tidak asda apa-apa, dengan demikian dari Pemerintah saya simpulkan juga tidak ada masalah, bolehkah saya nyatakan bahwa butir 2 ini diterima secara aklamasi? Demikian Saudara-saudara. Dari FPDI Saudara Budi silakan.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.):

Ini ada catatan kecil dari FPDI yaitu di dalam Daftar Inventarisasi Masa­lah yaitu yang diajukan oleh Sekretariat Panitia Khusus ini belum dicantum­kan tahun, jadi Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok itu hanya perlu diusulkan tahun 1982. Isinya tidak ada masalah.

505

KETUA RAPAT:

Memang betul jadi catatannya perbaikan redaksional pada prinsipnya tetap, jadi catatan hanya tahun, mungkin kelupaan ini. Dus memang hams ditulis lengkap menurut tekniknya.

Dengan demikian saya nyatakan bahwa butir 2 ini diterima sepenuhnya dengan tambahan supaya dilengkapi. Demikian Saudara-saudara? FPDI?

(RAPAT SETUJU)

Baik kita beralih ke halaman 3, mengenai memutuskan dan menetapkan dari Fraksi-fraksi hanya ada catatan, di sini tidak ada catatan sama sekali. Jadi dapatkah saya katakan bahwa memutuskan dan menetapkan ini diteri­ma secara mufakat musyawarah penuh. Begitu Saudara-saudara?

Kalau terlalu cepat bisa saya perlambat sedikit.

(RAPA T SE TU JU)

Terima kasih, sekarang Pasal l. Pasal l dalam catatan ini ada usul dari FKP, juga dari F ABRI, juga dari FPP juga dari FPDI. Oleh karena itu saya mulai dengan FPP. Silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Saudara Pimpinan, Bapak Menteri dan Staf, Hadirin yang mulia. Menge­nai pasal yang akan kita bicarakan ini kami anggap memang inilah esensi dari­pada pembicaraan atau pembahasan kita dalam rangka salah satu Rancangan Undang-Undang. Dalam keterangan Pemerintah kami membaca, bahwa Peme­rintah menganggap Pasal 21 lama dan Pasal 22 yang lama mempunyai kele­mahan dalam pengertian agak sulit dilaksanakan. Ini juga tertera dalam konsiderans tadi yang sudah kita bicarakan hambatan dari segi pelaksanaan.

Oleh karena itulah, maka kami mencoba memikirkan dengan pikiran yang ada pada kami supaya pertama-tama kita tetap konsisten dalam pemi­kiran kenegaraan dan ingin supaya Undang-Undang yang sudah kita tetapkan berlaku lama dan disamping itu ada satu jalan yan~ dapat diputuskan oleh kita bersama untuk mengatasi hambatan-hambatan itu. Oleh karena itulah, maka timbul pemikiran pada kami, kami setuju Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 itu kita lihat kembali hanya dalam pengertian yang dimaksud. Kalau yang dimaksudkan itu merupakan hambatan karena tidak bisa dilak­sanakan oleh karena pembiayaan yang besar, maka dengan penuh keyakinan terhadap kemajuan negeri kita dan perkembangan ekonomi yang begitu pesat selama ini, bahwa satu saat nanti kita akan dapat melaksanakannya meskipun secara bertahap. Oleh karena itulah maka kami usulkan jalan keluar agar ditambah I pasal yang memberikan kemungkinan kepada Pemerintah untuk melihat situasi dan kondisi.

506

Apabila Pemerintah sudah menganggap waktunya mulai dilaksanakan, maka marilah kita laksanakn bersama-sama apabila ini benar-benar sesuai dengan pandangan Panitia Khusus pada tahun 1982 menganggap bahwa pasal Rakyat Terlatih ini merupakan penjelmaan atau penafsiran salah satu dari cara yang ditetapkan oleh Pasal 30 UUD 1945. Di samping itu kami­pun terpengaruh oleh pemikiran yang disampaikan oleh Bapak Presiden yang tadi malam sudah saya kemukakan. Di dalam rancangan GBHN yang akan datang agar masalah Rakyat Terlatih ini mulai dilaksanakan, mulai dirintis. Kalau memang sudah mulai dirintis, maka Rakyat Terlatih akan ada. Oleh karena itu, maka dari Rakyat Terlatih bisa diharapkan untuk dapat disaring lagi kedua kali, untuk dimasukkan ke dalam ABRI.

Saringan terhadap Rakyat Terlatih sendiripun perlu dilaksanakan karena berbagai faktor. Faktor biaya dan faktor teknis yang lainnya. Sesudah disaring untuk menjadi Rakyat Terlatih, kemudian barulah disaring untuk ABRI. Dan ini tidak memerlukan bahwa mereka harus selesai duduk sampai akhir tua dulu baru diambil untuk ABRI, tidak demikkan. Tapi Rakyat Terlatih ini hanya memerlukan waktu singkat kemudian setelah selesai Rakyat Terlatih dapat disaring untuk mendapatkan benih-benih unggul untuk ABRI.

Kami menganggap bahwa Pasal 30 UUD 1945 itu memang memerintah­kan kepada kita semua untuk ikut dalam pembelaan negara ~dengan istilah yang digunakan berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara. KaJau wajib ikut serta dalam pembelaan negara tanpa latihan itu masalah sulit untuk dibayangkan, meskipun ada diantara kita dulu yang demikian bisa melakukan peperangan terhadap penjajah tanpa latihan, tetapi akrobatik seperti itu tentu tidak akan dilakukan di zaman modern.

Oleh karena itulah maka apabila ada keinginan kita untuk benar-benar mengikutsertakan rakyat dalam pembelaan negara, maka marilah kita usaha­kan supaya Rakyat Terlatih itu bisa kita laksanakan dengan baik. Ini pemikir­an kami.

Oleh karna itulah, maka kami mengusulkan jalan keluar agar prinsip yang sudah kita putuskan itu tetap terjaga, tetap menjadi dalam Undang­undang, sedangkan jalan keluarnya kita tambah 1 pasal sehingga Pemerintah tidak mengalami kesulitan. Karena di dalam Pasal 21, Pasal 22 itu ada ke­harusan untuk mengambil dari Rakyat Terlatih, maka kita berikan escape close supaya keharusan itu dapat ditunda sampai waktunya vereble untuk dapat dilaksanakan sesuai dengan bunyi undang-undang seperti yang sudah kita terima bersama itu.

lnilah dasar pemikiran kami, maka kami mengusulkan satu pasal sebagai jalan keluar. Saya kira demikian saya perlu penjelasan untuk sementara waktu yang pertama, terima kasih.

507

KETUA RAPAT:

Barangkali masih perlu lagi sedikit penjelasan apakah usul ini merupakan usul perubahan- Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982. Karena di atas ter­gantung menambah pasal baru antara Pasal 20 dan Pasal 23 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 atau ini merupakan tambahan dalam Pasal 21 dan Pasal 22.

Silakan memberikan penjelasan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Saudara Pimpinan, kami menganggap ini perubahan, karena Undang­undang Nomor 20 Tahun 1982 sudah utuh, sudah sempuma dan sudah di­sahkan dan sudah diundangkan, sudah masuk dalam Lembaran Negara. Karena itu apabila kita menambah sesuatu pasal, maka kita menyatakan itu perubahan. Jadi ini kami anggap perubahan terhadap Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 dan perubahan ini kita beri nama kita pakai dengan istilah Pasal 22 (a). Pasal 21, Pasal 22 menyangkut bidang yang kami usulkan untuk dimasukkan pengertiannya dan diadakan perubahan dalam Pasal 22 (a).

Inilah jawabannya.

KETUA RAPAT ~ Jadi supaya jelas bagi Fraksi-fraksi lainnya, kalau Pemerintah itu meng­

usulkan perubahan Pasal 21 dan Pasal 22 lalu dari FPP menambah bukan saja .Pasal 21, Pasal 22 tetapi mengusulkan tambahan perubahan Pasal 22 (a). Tidak demikian?

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.): INTERUPSI

Pasal 21, Pasal 22 tetap, kami tambah Pasal 22 (a) dalam hubungan dengan Pasal 21, Pasal 22: Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi Pasal 21 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tetap juga Pasal 22 tetap, hanya yang diusulkan tambahan pasal, sedangkan Pemerintah mengusul­kan perubahan Pasal 21 dan Pasal 22, kira-kira demikian. Nah hakekatnya inti­nya itu Saudara-saudara maklumi sendiri bagaimana rrienilainya, karena itu saya ingin mempersilakan dari F ABRI setelah merenungkan, memang saya sengaja mengambil kata-kata panjang sedikit supaya diienungkan, setelah me­renungkan usul ini bagaimana usul dari F ABRI. Silakan F ABRI.

FABRI (A. HARTONO):

Saudara Ketua, Saudara Menteri Pertahanan Keamanan dan Sidang yang saya muliakan. Terima kasih. Pertama sesuai Daftar Inventarisasi Masalah yang telah diajukan oleh F ABRI, maka F ABRI dalam Pasal I menyarankan adanya penyempumaan yang disesuaikan dengan teknis penulisan perumusan peru-

508

bahan perundang-undangan. Yaitu dengan perubahan menjadi Bab III Undang­undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Per­tahanan Keamanan Negara (Lembaran Negara) dan sebagainya. lni pertama. Yang berisi pasal perumusan Pasal 21 dan Pasal 22. Dari FABRI tidak ada tanggapan dan berpendapat bahwa rumusan ini telah tepat.

Keterangan Pemerintah pada tanggal 23 Nopember yang lalu yang ter­dapat pada halaman 30 dan 31 sebenarnya bukan masalah praktis saja namun memang terkandung hakiki bahwa ingin memberikan kesempatan seluas­luasnya kepada seluruh dan setiap warga negara untuk ikut serta membela negara dengan wadah tunggal Tentara Nasional Indonesia ABRI. Dengan de­mikian, maka fokus materi di dalam masalah yang kita bahas ini adalah ber­kisar kepada materi Pasal 21 dan Pasal 22 ini. Oleh karena itu kami dari F ABRI menyoroti Pasal 21 dan Pasal 22 ini dapat menerima dan kami percaya bahwa Pemerintah dalam hal ini mengetahui tingkat atau macam gangguan ataupun ancaman dalam periode 10-15 tahun yang akan datang, serta kondisi­kondisi kemampuan yang saya kira kita semua juga mengetahui bahwa dengan demikian juga didasarkan pada Pasal 30 yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya, dan dihadapkart juga kepada kenyataan-kenyataan saat ini yang selama ini masukkan anggota ABRI memang langsung dari masyarakat. Me­mang benar bahwa masalah ini berkaitan dengan Rakyat Terlatih. Namun pendapat F ABRI bahwa masalah konsepsi Rakyat Terlatih itu sendiri dalam Pasal I butir (7), Pasal 18 butir (b ), Pasal I 0 dan Pasal 20 dalam Undang­undang Nornor 20 Tahun 1982 tidak dibicarakan. Dalam hal ini berarti bahwa konsepsi Rakyat Terlatih itu sendiri aktif, sehinga ten tu sangat berkem­bang dari seberapa jauh kernampuan Pemerintah nanti akan melaksanakan hal-hal tersebut. Karena toh akan diciptakan ketentuan-ketentuan peraturan pelaksanaan lebih lanjut dikemukakan hari tentu berdasarkan situasi, kondisi.

Itulah be berapahal yang disarnpaikan oleh F ABRI pendapat-pendapat yang berkaitan dengan Pasal 21 dan Pasal 22. Terirna kasih.

KETUA RAPAT:

Dari F ABRI mernberikan penjelasan lagi mengenal usulnya, memang secara wet teknis, jadi teknik perundang-undangan dapat dibuat seperti usul FABRI, tapi juga bisa dibuat secara lebih ringkas lagi, ini hanya statement dari Ketua jadi kalau dirubah sebagai berikut ~ tidak lagi diulangi, Pasal 21 dibaca sebagai berikut langsung ke pasalnya itu juga sarna dengan usul FABRI, hanya Pasal 21 dibaca sebagai berikut hilang itu juga bisa demikian, ini wet teknis, hanya kata-kata itu dirubah atau diubah itu soal terminologi.

Jadi saya kira tidak masalah, hanya saya sampaikan wet teknis bisa seperti ini, bisa juga Pasal 21 dibaca sebagai berikut dihapus, lalu langsung dirubah sebagai berikut Pasal 21 dan seterusnya, tidak ada masalah, ini hanya statement untuk rnenambah usul dari F ABRI.

Saya silakan sekarang dari FKP.

509

FKP (H.Z. ANSORI ACHMAD, S.H.) .

Terima kasih Saudara Pimpinan, Fraksi kami dalam menanggapi Pasal 1 ini mengajukan · usul penyempumaan redaksi di mana pada Pasal I, kata se­hingga menjadi berbunyi itu diusulkan untuk dihilangkan sehingga menjadi lebih singkat.

Kemudian Pasal 21 istilah dipilih diantara, kami usulkan untuk diganti diperoleh dari Alasannya adalah kami ingin menonjolkan peranan warga negara dan rakyat, oleh karena warga negara dan rakyat itulah yang akan me­nyebabkan sumber daripada requitment anggota-anggota prajurit ABRI itu.

Selain itu istilah diperoleh tadi, adalah istilah yang bisa dipergunakan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 dalam i konsiderannnya. Oleh karena itu demi taat azas, maka kami mengusulkan istilah dipilih diantara dalam pasal ini disesuaikan dengan istilah diperoleh dari, agar taat azas dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 itu.

Dalam Pasal 22 pun perubahan hanya redaksional di mana istilah-istilah sukarela dengan huruf "s" kecuali kami mengusulkan untuk diganti dengan Sukarela dengan huruf "S" besar. Demikian juga tentang kata "wajib", de­ngan demikian dari FKP tidak ada masalah yang substansial dibutuhkan, lebih banyak dengan yang bersifat redaksional. Namun demikian dalam ke­sempatan ini barangkali kami boleh memberikan komentar tentang usul dari FPP.

KETUA RAPAT:

Silakan.

FKP (H.Z. ANSORI ACHMAD, S.H.) :

Kami melihat bahwa usul yang diajukan oleh FPP dalam Pasal 22 (a) merupakan suatu peraturan peralihan untuk menjabatkan Pasal 21 dan Pasal 22, sehingga pada saatnya jika terjadi kemacetan, maka sudah ada pasal pe­nyangganya.

Namun demikian kami melihat dari segi lain bahwa Rancangan Undang­undang ini diajukan oleh Pemerintah dengan maksud hanya untuk merubah Pasal 21 dan Pasal 22 saja dus tidak bermaksud membuat Rancangan Undang­Undang itu sebagai suatu ketentuan peralihan. Oleh karena itu barangkali Fraksi kami melihat urgensi kedua-duanya dengan reasoning yang semuanya masuk akal kami ingin ikut urun rembug dengan mengajukan suatu saran bahwa agar Pasal 22 (a) yang ·ctiajukan FPP ini barangkali dapat ditampung dalam penjelasan umum. Sehingga dengan demikian esensinya dapat dimenger­ti, tetapi Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh Pemerintah itu tetap mengenai Pasal 21 dan Pasal 22 saja.

Sekian dan terima kasih.

510

KETUA RAPAT: Jadi FKP mendukung FPP. Dukungannya hanya berupa masukkan

dalam penjelasan, bukan dalam batang tubuh, tetapi intinya mendukung. Karena itu saya persilakan sekarang FPDI.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.): Saudara Pimpinan, dari FPDI mengenai Pasal 21 dan Pasal 22, sebagai­

mana telah dikemukakan, semula FPDI memang mengajukan perubahan Pasal 10 antara lain, tapi setelah mendengar penjelasan dari pihak Pemerintah yang juga telah dituangkan di dalam Daftar lnventarisasi Masalah yang telah kita terima hari-hari ini dan melihat urgensi daripada kepentingan requitment atau pemilihan Anggota ABRI dari masyarakat yang lebih luas sebagaimana yang telah kita bicarakan beberapa waktu yang lalu FPDI setuju sepenuhnya dengan perubahan Pasal 21 dan Pasal 22 dengan cara kongkrit FPDI setuju sepenuhnya perubahan redaksi yang secara baik telah dirumuskan oleh rekan FKP. Jadi setuju perubahan Pasal 21 dan perubahan Pasal 22 dengan redaksi yang telah diusulkan dituangkan oleh FKP.

Sekian terima kasih.

KETUA RAPAT:

Dari FPDI mendukung FKP hampir seluruhnya Pasal I perubahannya, 1 Pasal 21, Pasal 22 dan seterusnya. Tidak ada masalah, dengan perubahan I tentunya apa yang disebut redaksional saja. Saya kira ini tidak ada masalah. : Dengan demikian jelas, saya persilakan dari Pemerintah barangkali ada , masalah yang bisa dikemukakan.

Jadi kesimpulannya begini; F ABRI menyetujui usul perubahan Peme­rintah, hanya penulisannya disesuaikan dengan kebiasaan yang ada. Dalam

, ketentuan membuat undang-undang. I

Lalu saya berikan komentar hanya statement saja dari Ketua, bahwa boleh sebagai yang dikemukakan oleh F ABRI, boleh juga seperti yang di­kemukakan Pemerintah. Jadi itu sudah menjadi kebiasaan. Jadi tidak ada standar yang mutlak. Hanya perkataan diubah, dirubah itu memang di dalam standar perundang-undangan dipakai diubah, hanya itu. Pada intinya sama, usul F ABRI dan Pemerintah. Dari FKP intinya juga sama dengan usul Pemerintah, hanya masalah berbunyi supaya dihilangkan itu tidak ada masalah. Sehingga berbunyi sebagai berikut: Sama dengan usul dari FABRI. Yaitu langsung, jadi ini tentunya ketentuan Pasal 21 diganti dengan ketentuan yang berbunyi sebagai berikut, itu bisa langsung juga, Pasal 21 Ayat (1) terus ditulis Angkatan Bersenjata ... jadi ini tinggal perumusan sama isinya. Jadi

· kalimat ketentuan ... diganti dengan itu juga bisa hilang, untuk mengikuti teknis pembuatan undang-undang. Jadi berurut Pasal 1, lalu kemudian sebagai

i berikut Pasal 21 Ayat (1 ), Ayat (2) dan seterusnya sama. Jadi tidak ada I bedanya sebenamya ini, ada soal rasa dan cara pendekatan, lalu kemudian

511

dari FPDI mendukung seluruhnya FKP, berarti mendukung FABRI, men­dukung Pemerintah. Nah sekarang tinggal usul dari FPP.

Dari FKP. pada prinsipnya menyetujui pemikiran ini dimasukkan, tetapi tidak dalam Ba tang Tubuh, tapi di dalam Penjelasan Umum.

Sekarang kami persilakan Pemerintah, setelah Pemerintah nanti kami persilakan FPP.

FKP (H.Z. AN SO RI ACHMAD, S.H. ): INTERUPSI

Barangkali interupsi Pak Pimpinan, menambah sedikit.

Jadi kami mengajukan usu! agar masuk Penjelasan Umum supaya me­rupakan jalan tengah barangkali karena pada dasarnya memang kita sepen­dapat dengan Pemerintah bahwa dalam hal ini Rancangan Undang-Undang Pasal 21, Pasal 22 undang-undang perubahan ini tidak akan mengatur peng­aturan peralihan, tetapi justru essensi Pasal 21, Pasal 22. Te ta pi bahwa dalam suatu undang-undang selalu disediakan pasal peralihan ini kita dapat mengerti.

Oleh karena itu saran kita dimasukkan penjelasan umum tentunya sepanjang penjelasan itu sendiri yang ditambahkan tidak akan berlawanan dengan Pasal 21, Pasal 22 itu sendiri. Jadi penyesuaiannya tentu penyesuaian kepada induknya yaitu Pasal 21 dan Pasal 22.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya kira ini jelas, saya tidak perlu kasih statement lagi. Sekarang saya persilakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Saudara Ketua dan Sidang yang terhormat.

Setelah kita mempelajari daripada Daftar Inventarisasi Masalah yang kita terima maka Pemerintah ingin menyampaikan pandangan atau pendapat sebagai berikut:

Pasal 1

Pemerintah sependapat dengan usul perubahan yang diajukan F ABRI terhadap Pasal I Rancangan Undang-Undang Perubahan apabila memang sesuai dengan teknis penulisan, perumusan, perubahan perundang-undangan, namun perlu disempumakan sebagai berikut.

a. Bab III Undang-undasg Norn or 2 0 Tah un 19 82 ten tang Ketentuan­ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia, Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3235.

512

b. Terhadap usul perubahan yang diajukan FPP tentang penambahan Pasal II a. Pemerintah mengusulkan tidak diperlukan penambahan dimaksud mengingat bahwa dasar pengajuan Rancangan Undang-Undang Perubahan adalah untuk mengajukan perubahan persyaratan sebagai­mana dimaksud Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 bukan sebagai ketentuan peralihan sebagaimana dirumuskan FPP Pasal 22. Terhadap usul perubahan yang diajukan FPDI bila yang di­kehendaki adalah rumusan yang dapat menghilangkan penafsiran yang berbeda-beda tentang istilah Tentara Nasional Indonesia ABRI, kiranya maksud FPDI telah dapat dituangkan dalam konsiderans "mengingat" maupun dalam "penjelasan umum" Rancangan Undang-Undang Prajurit ABRI dan konsiderans "menimbang" Rancangan Undang-Undang Perubahan.

Pasal 21

Pemerintah sependapat dengan perumusan Pasal 21 Ayat ( l) yang di­ajukan F ABRI dan sependapat pula dengan usul FKP ten tang perubahan kata "keanggotaan" diganti dengan kata "anggota". Pemerintah sependapat dengan rumusan Pasal 21 Ayat (2) yang diajukan FABRI dan FKP.

Pasal 22

Pemerintah sependapat dengan usul perubahan Pasal 22 Ayat (1) dan Ayat (2) yang diajukan oleh FABRI sepanjang cara penulisan atau perumusan ini sesuai dengan teknik perumusan perubahan suatu perundang-undangan. Namun demikian altematif pilihan usul yang diajukan Pemerintah lebih condong kepada usul rumusan yang diajukan F ABRI dengan alasan lebih sederhana dan baku.

Terima kasih Saudara Ketua.

KETUA RAPAT:

Masalahnya sekarang tinggal dari FPP. Jadi saya persilakan FPP.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Terima kasih Saudara Ketua.

Fraksi kami mengucapkan terima kasih kepada FKP yang memahami apa yang kami usulkan dan memberikan beberapa penjelasan yang kami anggap relevan atau sesuai dengan maksud kami bahwa setiap peraturan itu kalau memang kita khawatirkan tidak bisa dilaksanakan kita berikan escape­clausul. itu memang benar yang kami maksudkan. Dan sesungguhnya apabila

513

ini merupakan jalan tengah kami setuju, kalau ini merupakan jalan teng;tli. Mungkin harus kita pikirkan tambahan-tambahannya, itu nanti Saudara Ketua lebih mengetahui apa masalahnya.

Apabila· kita masukkan dalam "penjelasan" maka tidak berarti akan kurang nilainya karena penjelasan itu memerlukan ketentuan. Karena itu saya katakan apabila ini merupakan jalan tengah maka kami dapat menerima­nya.

Kemudian kami juga mengerti bahwa Pemerintah mengusulkan perubah­an Pasal 21 dan Pasal 22 hanya karena alasan yang dikemukakan oleh pihak Pemerintah, maka kami mencarikan jalan ke 1uar seperti yang kami usulkan itu dan ini dimasukkan dalam diktum boleh, di dalam penjelasan pun tidak a pa-a pa.

Terima kasih Saudara Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Jadi kalau boleh saya simpulkan Saudara-saudara sekalian, 3 Fraksi sudah menyetujui mengenai Pasal I, lalu selanjutnya sebagai berikut Pasal 21 lan~ung ke halaman 4 Pasal 22. Jadi Pasal 2 belum disinggung tadi, tapi tadi sudah sampai ke halaman 4. Hanya ada perubahan redaksional di sana­sini. Mengenai soal mana yang cocok secara wetgeving, saya lihat tidak ada masalah. F ABRI tidak berpegang teguh, FKP juga tidak berpegang teguh sebagai prinsipiil karena memang tidak prinsipiil memang.

Jadi saya ambil kesimpulan 3 Fraksi ini sama dengan Pemerintah. Penulisannya nanti dibuat oleh Tim Kecil. Hanya tinggal satu masalah, yaitu masalah apakah yang dikemukakan pokok pikiran (bukan pasalnya), pokok pikiran dalam usul Pasal 22 a. FPP ini dapat dirnasukkan dalam Penjelasan Umum daripada Undang-undang atau Rancangan Undang-Undang usul per­ubahan ini.

Pemerintah menganggapnya bukan peralihan, tidak sama dengan pe­mikiran dari FPP. Oleh karena itu sekali lagi saya ingin meminta pendapat akhir dari Pemerintah, apakah rumusan (kalau salah minta dari Saudara FPP menambah) pikiran (bukan pasalnya) dari Pasal 22 a ini yang sebenarnya intinya bahwa perolehan ABRI itu dari Rakyat Terlatih hanya belum di­laksanakan karena macam-macam, hanya ini intinya, apa demikian Saudara FPP? Nah, intinya demikian. Jadi hanya menegaskan .bahwa sumber ABRI itu adalah Rakyat Terlatih, hanya belum dapat dilaksanakan sekarang. Ini dimasukkan sebagai penjelasan umum di dalam halaman 8 Daftar Inventarisasi Masalah ini sampai halaman 9, jadi kalau dilihat memang ada kalimat itu di dalam halaman 8 Daftar Inventarisasi Masalah ini yang dirnajukan oleh Pe­merintah, oleh Pemerintah sendiri dimajukan pemikiran yang hampir sama hanya menegaskan seperti berikut dan dipilih dari anggota Rakyat Terlatih, itu kalimat dari Pemerintah.

514

Jadi Pasal 21 itu ada kalimat yang akhirnya berbunyi: " .... dan dipilih di antara anggota Rakyat Terlatih". Itu halaman 8 dari Daftar Inventarisasi Masalah ini usul daripada Pemerintah. Sekarang dua kali disebut begitu juga untuk Pasal 22, sekarang pemikiran ini mau dipertegas, kalau saya boleh ambit kata-kata "mau dipertegas" oleh FPP, nah bagaimana pendapat Pe­merintah? Dapatkah ini dimasukkan dalam penjelasan? Yang menurut pen­dapat saya sudah ada dalam penjelasan usul Pemerintah (halaman 8 dan halaman 9), karena kalimatnya itu; sedangkan untuk menjadi anggota Rakyat Terlatih, setiap warga negara secara bergilir dan berkala hams menunaikan wajib prabakti dan wajib bakti yang kemudian disusun dalam kesatuan Rakyat Terlatih. Pikiran ini sudah ada, hanya ditambahkan: .... ha! ini belum dapat dilaksanakan karena kemampuan negara atau prioritas pembangunan negara diutamakan untuk bidang-bidang lainnya dalam Pembangunan Nasional, mungkin begitu kalimatnya. Misalnya hal ini belum dapat dilaksanakan karena Anggaran Pendapatan Belanja Negara masih memprioritaskan hal­hal di bidang lainnya. Kalimat ini sudah mencakup usul dari PPP, kecuali FPP punya usul kalimat lainnya, kira-kira? Tidak ada.

Sekarang saya persilakan dari Pemerintah kalau bisa pikiran ini dapat diterima, silakan yang terhormat Saudara Menteri Pertahanan Keamanan

I dapat juga dilakukan konsultasi <lulu sampai kita memikirkan mana yang · terbaik. Dari Pimpinan Panitia Khusus hanya merumuskan di halaman 8 paling ' i bawah, misalnya ditambahkan kalimat yang demikian.

Terima kasih.

Saya persilakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTER! PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Saudara Ketua dan Anggota Panitia Khusus yang saya hormati.

Setelah saya mendengar daripada apa yang dijelaskan oleh Saudara Ketua dan kemudian melihat daripada halaman 8 dan halaman 9 mengenai pen­jelasan dari rancangan ini, maka apabila hal itu semua Fraksi menghendaki saya pikir Pemerintah tidak keberatan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saudara-saudara sekalian FKP sudah setuju dari permulaan mengusulkan supaya ini diterima dalam penjelasan.

FABRI silakan.

F ABRI (A. HARTONO):

Terima kasih Saudara Ketua.

515

Sebenarnya F ABRI berpendapat bahwa bila kita menggunakan kata­kata "warga negara" dan kita kaitkan dengan pasal-pasal yang ada di Undang­undang Nomor. 20 Tahun 1982 yang berkaitan dengan Rakyat Terlatih, menurut pendapat kami sebenarnya sudah termasuk di dalam warga negara tersebut. Artinya bahwa warga negara itu di dalamnya ada Rakyat Terlatih, dan kami tegaskan tadi bahwa konsepsi Rakyat Terlatih itu sendiri dalam pasal-pasal Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 sebenarnya masih eksist, karena memang tidak kita bicarakan dalam Panitia Khusus ini. Jadi dilihat dari makna kata-kata "warga negara".

Namun karena dari pihak Pemerintah menganggap bahwa hal ini bisa dicantumkan dalam penjelasan um um, dari F ABRI dapat memahami.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Nah, F ABRI menerima dengan ca ta tan bahwa sebenamya perumusan m1 sudah ada dalam arti warga negara, jadi ini hanya pengulangan, begitu F ABRI? Jadi sama saja dengan FKP say a kira dan sama dengan Pemerintah.

Sekarang silakan dari FPDI.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.):

Dari FPDI setuju hanya dengan catatan bahwa di dalam penjelasan itu dimaksudkan sebagai menampung peralihan daripada pasal itu sendiri, jadi .tidak merupakan suatu prinsip tapi menampung peralihan daripada kedua pasal itu sendiri.

Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Memang istilah politiknya adalah menyetujui, istilah politiknya, rumus­annya adalah bisa macam-macam tapi prinsipnya akan dimasukkan dalam Penjelasan Urn um. Saya kira sama dengan Pemerintah.

Nah, sekarang dari FPP tidak ada tambahan? Kalau tidak ada tambahan ini saya nyatakan diterima secara bulat dimasukkan di dalam rumusan yang tempatnya nanti diserahkan kepada Tim Kecil yang akan terdiri daripada ... , masih ada dari Saudara FKP?

Silakan.

FKP (DRS. F. HAREFA, S.H.):

Kita minta agar rapat ini diskors sebentar, sekian dan terima kasih.

516

KETUA RAPAT:

Dari FKP minta diskors, rupanya kecepatan ini Pemerintah sama Pimpinan Fraksi kecepatan, FKP kurang cepat minta diskors dulu, betul katanya.

Bagaimana Pemerintah setuju diskors sementara dengan kesimpulan sementara kalau boleh saya ulangi kesimpulan yang sudah ada tinggal diketok lagi, bahwa pada prinsipnya apa yang menjadi pikiran bahwa Rakyat Terlatih adalah sumber daripada ABRI belum dapat dilaksanakan latihannya sekarang karena APBN memprioritaskan bidang-bidang lainnya, kira-kira begitu. Belum memprioritaskan ini Rakyat Terlatih, itu sudah cukup bagi FPP. Sebenarnya ini sudah ada dalam penjelasan Pemerintah dan juga sudah ada dalam rumusan "warganegara" itu diambil, hanya sekarang soal bagaimana sebaiknya. Untuk itu FKP minta break, berapa menit FKP? Ini sudah setelah sebelas, program kita adalah selesaikan sebelum pukul 14.00 WIB ini selesai. Lima betas karya yang sejati silakan kalau begitu, tidak ada kaberatan Saudara-saudara lima belas menit. Diskors 15 menit sampai pukul 10.45 tidak lebih.

(Rapat diskors s/d pukul 10.45)

Saudara-saudara sekalian, Saudara-saudara Menteri Pertahanan Keamanan · yang saya hormati, Saudara-saudara sekalian yang terhormat karena time-1 out diminta oleh FKP, maka sekarang kami persilakan FKP untuk 1 menyampaikan pendapatnya atas usul daripada FKP dan usul dari FPP.

Dan sebelum itu saya nyatakan rapat ini dibuka.

(RAPAT SETUJU)

FKP (R. SOETJIPTO, S.H.) :

Terima kasih Saudara Ketua atas kesempatan yang diberikan pada FKP untuk mempergunakan time-out ini kurang lebih selama 15 menit.

Dalam penjelasan umum sekiranya dapat ditambahkan suatu clusual a tau suatu perumusan yang menyebutkan bahwa perubahan pasal ini tidak mengurangi pengaturan lebih lanjut tentang Rakyat Terlatih yang pada hakekatnya adalah warganegara. Ini yang ingin kami masukkan dalam dengan adanya ketentuan dalam penjelasan ini. Dengan demikian jadi Rakyat Terlatih itu masih dapat diatur dan tidak mengurangi pengaturan lebih lanjut tentang Rakyat Terlatih ini.

Demikian Saudara Ketua, terima kasih atas perhatian.

KETUA RAPAT:

Jadi ditujukan kepada FPP usul daripada FKP menampung usulnya tadi, bunyinya: Bahwa perubahan pasal ini dimaksud Pasal 21 dan Pasal 22 tidak

517

mengurangi lebih lanjut Rakyat Terlatih yang pada hakekatnya adalah warga­negara. Arti warganegara ialah warga negara Indonesia. lnilah kalimat yang akan dimasukk:m dalam penjelasan umum.

Kalau kalimat ini sudah mencakup pemikiran dari FPP, saya silakan FPP.

FPP (ff. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Terima kasih Saudara Pimpinan.

Kalau dianggap ditanyakan mencakup soal pemikiran malah kami terus terang saja tidak mengerti apa yang diusulkan FKP ini. Tadi kami memang sudah mendukung apa yang disampaikan oleh FKP, ta pi kalimat yang diaju­kan sekarang ini kami tidak mengerti tempatnya dan tidak mengerti isinya. Sebab ada kalimat/kata-kata: " . . . yang pada hakekatnya adalah warga negara". Ini kami tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan itu dan dengan konteks lainnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Apakah FKP ingin menjelaskan apa artinya itu? Silakan kalau ada.

FKP (R. SOETJIPTO, S.H.) :

Saudara Ketua bahwa pada hakekatnya adalah semua warganegara itu dapat mengikuti Rakyat Terlatih. Hanya seperti yang dijelaskan oleh Pemerintah bahwa karena kesulitan untuk dapat melaksanakannya itu, maka itu belum dilaksanakan a tau belum dapat diatur untuk saat ini.

Sekian terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi penjelasannya itu kalau boleh saya ulangi hakekatnya yang akan

menjadi anggota atau Prajurit ABRI adalah warganegara yang memenuhi syarat-syarat. Termasuk di dalamnya Rakyat · Terlatih, Perlindungan Masyarakat dan sebagainya, begitu maksudnya.

Kalau masih perlu penjelasan, maksudnya demikian. Silakan dari FPP.

FPP (ff. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Terima kasih Saudara Ketua.

Malah dengan tambahan penjelasan Pak Ketua barusan malah saya jadi bingung. Apakah saya terlalu awam tidak mengerti. Jadi lebih bingung karena ada hubungan masalah ABRI, masalah lainnya. Padahal kalimat yang di­maksudkan tadi yang saya catat yang diusulkan tadi tidak ada hubungan

518

dengan itu. Dan kalau menangkap menanggapi penjelasan tambahan dari FKP, saya akan mengemukakan bahwa masalah penjelasan ten tang Rakyat Terlatih itu sudah cukup di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 dalam Pasal 20, pasal-pasal lainnya itu sudah cukup, dari Pasal 1, Pasal 10, Pasal 20 yang disebutkan F ABRI tadi itu sudah cukup penjelasannya. Jadi istilah yang pada hakekatnya adalah negara membingungkan saya mendengarnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi di sana bingung, di sini bingung, di tengah-tengah yang paling baik.

Jadi bagaimana kalau di tengah-tengah Pemerintah sekarang? Kalau Pemerintah ada rumusan yang kira-kira bisa mendekatkan pandangan ini, yang sebenarnya pandangan ini berbeda memang. Hanya kita mencari penyelesaian politis, harus saya nyatakan pandangan ini berbeda. Yang satu mengambil ABRI dari seluruh rakyat secara demokratis. Jadi demokratis hearing dari ABRI sebetulnya, kalau mau dikatakan istilah politiknya. Jadi ABRI mengingini semua orang punya hak sama, tidak ada bedanya, jadi demokratis hearing melaksanakan demokrasi.

Sekarang ada pendapat harus melalui Rakyat Terlatih. Dari Rakyat Terlatih sajalah yang undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 pendapatnya demikian yang terutama. Dari FPP tidak mengusulkan demikian.

Silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Bukan ada pendapat, tapi undang-undang yang ada. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi istilah undang-undangnya demikian. Undang-undang yang ada menyatakan sumber ABRI adalah Rakyat Terlatih. Saya lebih tegas, makin hari makin tegas bukan malah lemah.

Sekarang saya persilakan Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTER! PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Saudara Ketua dan Anggota Yang Terhorrnat.

Seperti yang dikemukakan tadi Saudara Ketua tadi itu saya pikir akan lebih demokratis apabila hal ini dilempar dahulu kepada Fraksi-fraksi lain untuk menanggapi apa tadi yang dikemukakan oleh FKP.

Terima kasih.

519

KETUA RAP AT :

Menteri Pertahanan Keamanan memang tidak gampang Saudara-saudara, kelihatannya mudah.

Sekarang saya silakan F ABRI.

F ABRI (A. HARTONO) :

Terima Kasih Saudara Ketua.

Sidang yang saya hormati. Menanggapi dua pendapat yang sama-sama bingung tadi, mungkin kalau

kami terjun di tengah ikut pusaran jadi ikut bingung, maka kami mengoba untuk tidak ikut bingung.

Dus, kami menangkap bahwa dengan kesepakatan sementara tadi bahwa kita sepakat untuk memberikan rumusan dalam penjelasan umum yang berkaitan dengan Pasal 21 dan Pasal 22. Mengapa demikian, karena kita atau FABRI berpandangan kita terikat kepada materi yang kita bahas, Pasal 21 dan Pasal 22 yaitu rumusan penyempumaan dan perubahan dari rumusan Pemerintah. Oleh karenanya dari F ABRI sependapat dengan FKP bahwa rumusannya perubahan pasal ini dalam hal ini Pasal 21 dan Pasal 22 seperti rumusan/saran perubahan yang diajukan Pemerintah tidak mengurangi pengaturan lebih lanjut tentang Rakyat Terlatih yang pada hakekatnya adalah warganegara.

Kami menyarankan, mungkin lebih gampang berdasarkan Pasal 20 Ayat ( 1) bahwa pada dasarnya yang dimaksud Warganegara pada Pasal 21 dan Pasal 22 seperti dalam rumusan yang diajukan Pemerintah adalah termasuk Rakyat Terlatih. Karena pada dasarnya Rakyat Terlatih atau setiap warga­negara secara wajib, sehingga nanti secara keseluruhan secara bertahap ten tu saja setiap warganegara berdasarkan ketentuan-ketentuan lebih lanjut akan secara bertahap berdasarkan kemampuan akan melewati Rakyat Terlatih.

Dan say a juga sependapat dengan FPP, sudah baca Buku Ketiga Repelita IV halaman 484. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Pokok­pokok Pertahanan harus dijabarkan lebih lanjut dalam undang-undang dan sebagainya. Tentang ABRI Sukarela, ABRI Wajib, ABRI Cadangan atau Cadangan Tentara Nasional Indonesia nah ini yang kita bahas, ini yang men­jadi pokok. J ustru kita sudah mengemban ingin mengemb an jabaran dari Pelita IV, mengemban Amanat Mandataris. Memang ada Rakyat Terlatih, namun kan tentu berdasarkan kemampuan kita.

Jadi saya kira, sedang Garis-garis Besar Haluan Negara yang diputuskan Ad-Hoc kami belum tahu karena belum jadi Garis-garis Besar Haluan Negara sehingga susah untuk dijadikan referensi.

Dengan demikian kami dapat menerima dan memahami bilamana di dalam penjelasan umum dirumuskan bahwa yang dimaksud warga negara

520

dalam Pasal 21 dan Pasal 22 adalah termasuk Rakyat Terlatih. Hal ini FABRI berpendapat bahwa hakikinya/maknanya tidak berbeda atau searah dengan saran dari FPP pada Pasal 3 isi perubahan Pasal 22a.

Demikian, terima kasih.

KETUA RAP AT :

Saya kira jelas, tidak perlu saya berikan statement.

Saya silakan sekarang dari FPDI, karena dari FKP sudah ada pendapat, FABRI ada pendapat yang pada dasarnya menjelaskan pendapatnya yang sama sebenarnya dengan FKP, dan sekarang s:tya silakan dari FPDI.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.) :

Saudara Pimpinan Sidang.

FPDI kembali pada pendirian semula bahwa tidak keberatan pikiran dari FPP itu dirumuskan di dalam penjelasan. Tadi kalau tidak salah sebenamya sudah ada arah kesepakatan dari keempat Fraksi bahwa pokok pikiran yang diusulkan oleh FPP sebagai tambahan Pasal 21 dan Pasal 22 yang dalam Daftar Inventarisasi Masalah itu diusulkan sebagai Pasal 22.a, itu bisa dirumus­.kan dalam sua tu penjelasan.

Bagi kami karena sudah tidak ada masalah, yang penting bahwa dasar Pasal 21 dan Pasal 22 itu dirubah sebagaimana yang telah kita setujui, FPDI menyerahkan nanti persoalan ini karena prinsipnya sudah ada kesepakatan antara kita bersama tadi menyerahkan perumusannya kepada Tim Kecil, barangkali di sana nanti bisa diakomodasi pikiran-pikiran dari barangkali yang belum sepenuhnya diterima pada kesempatan ini bisa ditampung di dalam Tim Kecil.

Demikian, terima kasih Saudara Pimpinan.

KETUA RAPAT =

FPDI berpendapat bahwa pikiran-pikiran Rakyat Terlatih, saya tidak tahu bagaimana, itu dapat ditampung di dalam penjelasan dan akan diatur/ dirumus oleh Tim Kecil. Jadi kalau perlu Tim Kecil. Kalau tidak perlu Tim Kecil, tetapi Tim Kecil itu memang hams ada. Kalau dalam sistematik kita, kalau dibentuk Tim Kecil kita hanya kasih pengarahan Pasal 21, Pasal 1 tetap "sebagai berikut" hanya hilang "berbunyi" dan sebagainya," isinya adalah se­bagai berikut." Nanti mereka yang memperbaiki. Jadi kira-kira begitu.

Sekali lagi dari FPP apakah masih belum mengerti atau sudah mengerti? Silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Terima kasih Saudara Pimpinan. Sekarang samar-samar, karena sebelum diskors kita sudah mengambil suatu rumusan. Kesan saya, kita sudah sepakat

521

untuk menerima usul FKP yang setujui. Ini tadi sebelum skors, tetapi sesuqah skors saya tidak mengemukakan lagi kalimat itu kemudian diusulkan kalimat yang lain, yang _kalimatnya sendiri sudah saya kemukakan tadi kami kurang mengerti karena konteks kalimatnya juga tidak bisa dimengerti. Apalagi ditambah dengan penjelasan Pak Ketua tadi. Dari FPDI barusan kembali untuk mengingatkan kita kepada rumusan sebelum skorsing. Jadi inilah yang menjadi persoalan sekarang, yang Pak Ketua ingin pertanyakan lagi itu apa soalnya sekarang ini ingin kita teruskan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi masalahnya supaya bagi Pemerintah nanti lebih mudah, yaitu di dalam perumusan oleh Tim Kecil itu apakah perumusan itu cukup menam­pung pikiran, bahwa Rakyat Terlatih itu tetap menjadi sumber daripada Angkatan Bersenjata seperti dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 ataukah rakyat seluruhnya menjadi sumber.

Nah, bagaimana merumuskan ini, bahwa dua-duanya asdalah sumber. Semua mengakui bahwa itu dua-dua, mungkin ada sumber utama, ada sumber kedua, tetapi memang rakyat sumbernya. Jadi inilah pikiran bagaimana me­rumuskan, dari Tim Kecil itu memerlukan guidance. Kalau kita mengatakan rakyat sumber bukan Rakyat Terlatih menjadi lain konteksnya. Demikian kira-kira pikirannya. Dan tiga Fraksi ini tadi tetap menyatakan sama dengan Pemerintah. Kalau ada yang henak ditampung, apa yang diusulkan oleh FPP diusahakan untuk ditampung. Dari FPDI mengatakan demikian, yang saya tidak mengerti atau samar-samar juga, yang ditampung yang mana? Sekarang saya minta penjelasan apakah bisa Tim Kecil diberikan tugas untuk menyele­saikan perumusan Pasal 1 di mana termasuk perubahan Pasal 21 dan Pasal 22 dengan petunjuk, bahwa sumber atau Rakyat Terlatih haruslah dilatih, Rakyat Terlatih harus ada. Selanjutnya diperoleh dari warganegara yang memenuhi persyaratan untuk anggota Angkatan Bersenjata, misalnya demikian. Atau­kah tetap Pasal 22 a secara letterlijk diambil. Ini kira-kira yang diingin oleh FPP.

Kalau demikian halnya maka terserah kepada Pemerintah. Memang sistem ini berbeda, karena kita tidak bisa lagi mengatakan tidak berbeda. Memang Pasal 21, Pasal 22 dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 berbeda dengan pikiran yang sekarang ada ini dari Rancangan Undang-Un­dang. Begitu tegasnya.

Saya silakan dari Pemerintah, bagaimana apakah kita teruskan secara prinsipiil atau kita tampung di mana bisa ditampung.

PEMERINTAH (MENTER! PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Saudara Ketua dan Anggota Panitia Khusus yang saya hormati, saya pikir akan lebih tepat kalau hal ini yang dikemukakan Saudara Ketua itu ditawar-

522

kan kepada Fraksi-fraksi, apakah kesimpulan yang diambil oleh Ketua tadi itu adalah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Fraksi-fraksi. Dengan de­mikian saya rasa untuk kita beralih tentu setelah ada kesepakatan dari pada semua Fraksi.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pemerintah lebih demokratis. Jadi rumusannya, tiga Fraksi berpegang bahwa sumber ini saya langsung saja kepada pointnya seperti yang dinyata­kan dalam Pasal 21, Pasal 22 dari usul Pemerintah itu diterima dengan per­baikan redaksional. Ini satu rumusan.

· Kedua, dari FPDI keluar dengan pikiran, bahwa apa yang dikemukakan oleh FPP itu masih dapat ditampung dalam penjelasan. "Dapat" ditampung, kalau tidak dapat tidak ditampung. Kira-kira begitu. Ini tiga Fraksi sependapat saya kira.

Sekarang FPP masih menghendaki ini ditampung di dalam penjelasan, sekurang-kurangnya.

Kalau demikian halnya bisakah kita memberikan tugas kepada Tim Kecil sebagai berikut ~

Usul perubahan dari Pemerintah diterima, Pasal 21 dan Pasal 22, dengan perbaikan redaksional. Ini satu.

Kedua, supaya dalam penjelasan menegaskan. Jadi dalam penjelasan, bukan dalam Batang Tubuh bagaimana mengenai Rakyat Terlatih. ltu rumusannya. Saya kira jelas ini rumusannya sederhana, tetapi merupakan pertanyaan. Saya harapkan saja Tim Kecil bisa menyelesaikannya.

Dari Pemerintah setuju, asal Fraksi-fraksi menyetujui. Begitu Bapak Menteri Pertahanan Keamanan, jadi rumusannya tadi tiga

Fraksi menyetujui rumusan perubahan Rancangan Undang-undang dengan perbaikan redaksional.

Kedua, dalam penjelasan supaya dijelaskan mengenai Rakyat Terlatih. Bagaimana itu, nanti Tim Kecil yang merumuskannya.

Bagaimana kalau demikian Saudara-saudara? Dari FPP dan usul silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H) :

Terima kasih Saudara Pimpinan. Saya tidak memakai lagi istilah "bi­ngung", tetapi ingin mengingatkan bahwa kita sedang membahas persoalan, pembahasan ini belum selesai. Saya kira, tadinya sebelum diskors memang kami sudah sepakat dengan usul FKP dan kemudian ditanyakan kepada

' Pemerintah juga.

Kemudian sekarang ini oleh Saudara Ketua diambil kesimpulan yang saya belum pernah dengar, bahwa tiga Fraksi sudah menerima, jadi belum

523

pemah mendengar komentar-komentar yang berkenaan dengan itu. Makanya apakah mungkin bisa dirumuskan oleh Tim Kecil, apakah tidak terlalu berat Tim Kecil untuk diminta merumuskan apa yang belum kita bicarakan secara benar.

Inilah yang kami persoalkan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Sebenamya sudah dengar, karena penjelasan Ketua jelas, cuma belum menampung masalahnya. Kata-katanya politis, jadi buat risalah juga susah nan ti.

Jadi untuk lebih tegas begini:

Masalahnya itu FPP masih berpegang teguh kepada usulnya Pasal 22 a. Lalu Pasal 22 a ini kalau ditampung dalam penjelasan, FPP menerimanya. Saya kira sudah dengar sekarang, bagaimana dengan tiga Fraksi. lni dahulu satu supaya jelas, FKP.

Silakan.

FKP (R. SUTJIPTO, S.H.):

Terima kasih Saudara Ketua. Sebenamya telah ada pendekatan yang lebih dekat lagi, yaitu karena apa

yang dirumuskan oleh F ABRI itu telah dapat menampung keinginan dari FKP, maka apabila nanti hal ini akan dirumuskan oleh Tim Kecil hendaknya memperhatikan baik rumusan dari FKP maupun dari F ABRI. Jadi kedua­duanya hendaknya dapat dimasukkan di dalam penjelasan umum. Dengan demikian apa yang diinginkan oleh FPP untuk dimasukkan dalam penjelasan umum sudah tertampung.

Demikian Saudara Ketua.

KETUA RAPAT: Saya kira didengar oleh Pimpinan FPP. Yang terakhir coba diulangi

Saudara FKP.

FKP (R. SUTJIPTO, S.H.):

Dengan demikian, maka apa yang diinginkan oleh FPP tentang saran untuk dimasukkan di dalam penjelasan umum itu dapat ditampung di dalam penjelasan umum. Jadi dalan1 hal ini perumusan dari FKP maupun dari F ABRI itu kita ambil mana yang terbaik. Dengan demikian maka yang di­inginkan oleh FPP untuk menampung tambahan Pasal 22 a di dalam penje­lasan umum.

Demikian, Saudara Ketua.

524

KETUA RAPAT:

Jadi ini boleh silang. Silang artinya dialog.

PPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H).:

Terima kasih. Sebenamya bukan silang, hanya ingin interupsi untuk koreksi, untuk

kepentingan notulen. Yang mengusulkan di penjelasan umum bukan kami. Terima kash.

KETUA RAPAT :

Jadi untuk notulen, bukan prinsipiil. Yarg diusulkan untuk masuk dalam penjelasan umum bukan dari FPP, tetapi FPP menerima.

PPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Kalimatnya kalau itu merupakan jalan tengah kami terima, tadinya begitu.

Terima kasih.

KETUA RAP AT :

Jadi kalau merupakan jalan tengah diterima.

Sekarang saya ingin menjelaskan lagi atau memberikan statement mengenai penjelasan dari FKP, bahwa usul perubahan ini, Pasal I berisi Pasal 21 dan Pasal 22, jadi halaman 3 dan 4 sampai dengan Pasal 2 di halaman 4 ini, itu menerima usul Pemerintah dengan perbaikan redaksional.

Apa begitu Saudara FPP?

PPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Ya, begitu.

Lalu mengenai usul daripada FPP supaya ditampung di dalam penjelasan. Apa yang ditampung dengan rumusan dari FABRI dan FKP.

PPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Ditampung dari rumusan FABRI dan FKP.

Jadi ditampung dengan rumusan dari F ABRI dan FKP.

PPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.): INTERUPSI

Berarti tidak ditampung.

KETUA RAPAT:

Hanya tidak ditampung kalau begitu. Tetapi cobalah kita teruskan, ini mesti musyawarah, kalau tidak kita tunda, kita bentuk lagi Tim Kecil

525

bertemu di lobby untuk mempertemukan. Tetapi itu pendapat sementa.ra.

Kalau boleh saya pindah ke F ABRI.

Silakan FABRI.

F ABRI (A. HARTONO) :

Terima kasih Saudara Ketua.

Sidang yang saya hormati. Saya sangat gembira dari FPP tadi sudah samar-samar. Sebenarnya

kalau kita shalat Subuh menuju ke pukul 06.30 WIB jadi terang, mudah­mudahan tidak Magrib menuju ke gelap, jadi samar-samar menuju ke titik temu.

Kami berpendapat, bahwa sebelum skors tadi dari FKP ada usulan dapat menerima dicantumkannya esensi saran FPP dalam penjelasan umum atau menampung dalam penjelasan umwn. Tentu menampung yang sedang diper­debatkan, yaitu materi dari saran FPP. Kemudian demikian juga FPDI dan Pemerintah dapa t menerima.

FABRI akhirnya dapat memahami dengan catatan arti daripada warga­negara Republik Indonesia pada dasarnya sudah termasuk Rakyat Terlatih. Kemudian diskors. Kemudian setelah diskors dengan pembahasan tadi, kami berpendapat bahwa kedua Fraksi dalam hal ini FKP dan F ABRI tegas bahwa telah mengajukan dua rumusan yang sedikit berbeda redaksionalnya namun sama maknanya untuk dicantumkan dalam Penjelasan Umum terhadap Pasal 21, Pasal 22 rumusan Pemerintah yang dianggap telah dapat menampung per­masalahan dari FPP. Sedangkan FPDI pada dasamya sependapat untuk me­nampung persoalan tersebut pada penjelasan namun tidak mengajukan pe­rumusannya. Sehingga dari kondisi ini kami berpendapat bahwa ketiga Fraksi pada dasarnya sependapat memahami seperti halnya juga tadi Pemerintah tadi telah menerima, bahwa dalam Penjelasan Umum kita cantumkan rumusan yang dapat menampung persoalan yang diajukan oleh FPP. Dengan catatan secara tegas FKP dan F ABRI mengusulkan saran rumusannya.

Demikian, Saudara Pimpinan, terima kasih.

KETUARAPAT:

Jadi sudah dua Fraksi yang setuju mengenai usul di dalam Daftar Inventarisasi Masalah ini, Pasal 1 yang berisi Pasal 21 sampai dengan Pasal 22. Hanya redaksionalnya yang diperbaiki.

Kedua, dari F ABRI dapat memasukkan esensi daripada pikiran FPP di dalam penjelasan umum. Lantas dimajukan rumusan. Rumusan yang konkrit itu bagaimana, apakah Saudara ingin mendengarkan kembali rumusan yang konkrit dari F ABRI tentang esensi yang dimaksud.

526

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Kalau mau dimajukan tentu kami tidak akan tidak mendengar.

Terima kasih.

KETUA RAP AT :

Jadi tadi usulnya itu kalau bisa diulangi oleh F ABRI.

F ABRI (A. HARTONO) :

Terima kasih.

Mudah-mudahan cukup jelas. Jadi secara jelas F ABRI menyarankan rumusan dalam penjelasan umum yang sebenarnya secara redaksional sedikit berbeda dengan FKP namun tidak berbeda maknanya, yaitu:

"Yang dimaksud dengan warganegara dalam Pasal 21 dan Pasal 22 (rumusan Pasal 21 dan Pasal 22 rumusan Pemerintah Rancangan Undang~ undang tentang Perubahan) adalah termasuk Rakyat Terlatih"

Demikian, mudah-mudahan dapat dipergunakan.

KETUA RAP AT :

Saya kira buat saya jelas, kecuali untuk Saudara Ismail Hasan Metareum mungkin samar-samar a tau sudah jelas.

Silakan dari FPP.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Terima kasih Saudara Ketua.

Kalau berdebat barangkali terus kita akan berdebat. Ini pandangan kami, karena rumusan-rumusan seperti ini overbodig, tidak perlu. Kalau sudah warga negara tidak ada batasnya lagi semuanya warga negara sudah terma suk asal yang memenuhi syarat, yang kita pakai yang memenuhi syarat. Tetapi kalau kita masuk warga negara termasuk Rakyat Terlatih saya kira overbodig. Karena itu maka saya katakan kalau memang mau berdebat lama nanti jadi­nya, berdebat terns saja tidak ada arti apa-apa. Karena itu kami memikirkan baiklah kita memikirkan yang sebenarnya bagaimana. Keinginan kita sungguh­nya bagaimana. Tadi kami sudah memakai satu jalan ke luar, jalan ke luar itu kami terima kalau itu jalan ke luar. Tetapi nampaknya sekarang kita hendak berputar pada kalimat, yang saya bilang bingung atau samar-samar tadi itu karena kita hendak berdebat pada kalimat, Sebenarnya barangkali tidak terlalu perlulah kita berdebat pada hal-hal yang tidak esensiil. Oleh karen itu maka saya ingin mengusulkan berilah kesempatan kepada kami IO menit untuk memikirkan bagaimana pemikiran jalan ke luar, sehingga tidak harus berdebat pada soal yang seperti itu.

Terima kasih.

527

KETUA RAPAT:

Bagaimana kalau usul itu langsung kita terima; 10-15 menit diserahkan kepada FPP untuk membut rumusan yang cocok.

Saudara-saudara setuju?

(RAPAT SETUJU)

(Rapat ditunda selama 15 menit)

Perkenankan kami untuk membuka kembali rapat Panitia Khusus ini, oleh karena usul dari FPP untuk diberikan waktu 15 menit dan sudah di­pergunakan, maka kami silakan sekarang dari FPP untuk menyampaikan pikiran-pikiran a tau rumusan-rumusan yang hendak dikemukakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN MET AREUM, S.H.) :

Terima kasih Saudara Pimpinan.

Kami berterima kasih bahwa kami telah diberikan waktu yang seolah­olah untuk kami saja beberapa menit.

Tadi dari Pemerintah menyampaikan harapan agar Fraksi-fraksi mem­berikan pendapat terlebih dahulu. Kita sudah membahas persoalan ini bahkan istilahnya berdebat saya katakan tadi dari pagi sampai sekarang, jadi berarti Fraksi-fraksi telah memenuhi/memberikan pendapat mengenai persoalan ini masing-masing Fraksi. Oleh karena itu dalam pertemuan kami intern Fraksi di dalam Panitia Khusus ini mengambil keismpulan supaya yang belum mem­beri rumusan kita mengharapkan dapat memberikan rumusan. Yang sudah ada rumusan dari Fraksi-fraksi tadi, Pemerintah belum memberi rumusan. Karena itu kami cenderung menyerahkan kepada Pemerintah untuk membuat rumusan, setelah mendengar pendapat dari Fraksi-fraksi. Dengan harapan agar pada saat yang memungkinkan ABRI dapat diambil dari Rakyat Ter­latih. Apakah ini dimasukkan dalam diktum a tau penjelasan terserah.

Inilah kesimpulan kami, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Bagaimana kalau kita langsung kepada Pemerintah. FPDI ada usul. FPDI silakan.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.):

FPDI demikian. Jadi FPDI tetap berpendapat bahwa Pasal 21 dan Pasal 22 kita sepakati ada perubahan seperti tadi yang telah dikemukakan.

Kemudian usul daripada FPP yang sekarang sudah jauh lebih maju -menurut pendapat saya - bisa dirumuskan oleh Pemerintah. Sudah barang

528

tentu rumusan yang akan dirumuskan nanti sejalan dengan jiwa dan semangat Pasal 21 dan Pasal 22.

Demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi usul dari FPDijelas. Kalau dari FKP masih ada.

Silakan.

FKP (R. SOETJIPTO, S.H.):

Kami dari FKP tetap pada giliran semula;·yaitu pertama-tama menyetujui Pasal 21 dan Pasal 22. Kemudian mengenai apa yang dikemukakan FPP di­tampung di dalam Penjelasan Umum, yang dengan sendirinya tidak ber­tentangan perubahan Pasal 21 dan Pasal 2 2.

Sekian.

KETUA RAPAT:

Jadi FKP sama dengan FPDI.

Saya silakan sekarang dari F ABRI.

FABRI (A. HARTONO):

Jadi kami kira tidak perlu mengulangi, jadi F ABRI sama dengan yang telah kami uraikan di depan yang pada hakekatnya sama dengan FKP maupun FPDI, bahwa pertama menerima rumusan perubahan Pasal 21 dan Pas<j] 22. Kemudian menetapkan dalam Penjelasan Umum tentang essensi dari usulan FPP, hanya tinggal perumusannya yang perlu dicarikan titik temu.

KETUA RAPAT:

Jadi saya resume yang tiga ini untuk Pemerintah supaya lebih mudah, bahwa sebenarnya tiga Fraksi ini dan juga kalau rumusan tadi benar termasuk FPP menyetujui usul perubahan dari Pemerintah, Pasal 1 yang berisi Pasal 21 dan Pasal 22, dengan perbaikan redaksional. Lalu FPP menambah, kalau pada suatu waktu dapat diambil dari Rakyat Terlatih itu supaya dimasukkan. Apakah masuk di dalam Batang Tubuh atau dalam Penjelasan Umum itu terse rah.

Dari FPP masih ada tambahan?

Jadi begitu persisnya. Jadi sudah dekat sekali ini Saudara Menteri Per­tahanan Keamanan. Jadi pada prinsipnya setuju asal kalimat pada suatu waktu dapat diambil dari Rakyat Terlatih. Di mana dimasukkan? Di Penjelasan atau di Batang Tubuh, terserah.

Saya silakan sekarang Pemerintah.

529

tah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN/PANGA).J/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Saudara Ketua dan Saudara-saudara Anggota Panitia Khusus yang saya honnati.

Saya rasa Pemerintah sudah jelas apa yang dikemukakan oleh Pemeri~-

Saya rasa Pemerintah sudah mempertimbangkan bahwa dapat mem­buktikan di mana hikmah daripada yang diambil Saudara Ketua tetapi masih ada kesempatan yang memang mungkin perlu kejelasan daripada masalah itu yang mungkin akan merasakan. Maka apabila hal ini diizinkan oleh Saudara Ketua maka saya akan meminta bantuan dari Staf saya untuk men­jelaskan sedikit mengenai permasalahan tadi yang diungkapkan oleh FPP, maka ini yang ingin saya kemukakan kepada Saudara Ketua.

KETUA RAPAT : Saya persilakan Saudara Menteri Pertahanan Keamanan.

PEMERINTAH (MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN) : Kalau begitu saya persilakan Saudara Muhartono untuk menyampaikan.

PEMERINTAH (KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PERTAHANAN KE­AMANA1'l/MUHARTONO):

·- - - - .. Saudara Pimpinan dan Sidang yang kami hormati.

Kami ingin kembali kepada usulan yang diajukan oleh Pemerintah yaitu tentang perlunya dirubah Pasal 21 dan Pasal 22 dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982, yang tiada lain maksudnya adalah untuk meratakan jalan bagi pelaksanaan daripada Undang-undang Prajurit itu nanti. Adapun usulan mi sebenarnya didasarkan kepada 2 landasan pemikiran yaitu per­tama-tama bahwasanya apabila kita perhatikan isi daripada Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 ini maka kiranya tidak terlalu sukar untuk membaca dari dalamnya sesuatu yang sebenarnya ber­tentangan dengan apa yang diungkapkan dalam Pasal 30 dari Undang-Undang Dasar 1945 kita, yang pada dasarnya memberikan jaminan bahwasanya setiap warga negara itu mempunyai hak dan kewajiban jadi basic rise untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Tanpa harus ditambah persyaratan­persyaratan lain, nah sebenarnya dengan adanya apa yang dinyatakan dalam Pasal 21 dan Pasal 22 itu maka seakan-akan terjadi pengurangan terhadap hak-hak azasi daripada warga negara untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara itu yang pertama.

Dari Pasal 21 dan Pasal 22 ini sebenamya kita melihat adanya sesuatu yang dari segi mungkin pengelolaan pertahanan keamanan negara sukar untuk dibayangkan pelaksanaannya karena di sana dibuat adanya dua sistem

530

di mana satu secara mutlak dikaitkan dengan lainnya, sehingga apabila salah satu di antaranya yaitu yang menjadi landasan daripada sistem yang kedua terjadi apa-apa maka otomatis sistem yang bersangkutan adalah terhenti.

Nah, demikianlah kenyataan yang terjadi .sekarang yaitu bahwasanya karena memang untuk jangka waktu tertentu mungkin negara kita ini belum mempunyai dana untuk melaksanakan Rakyat Terlatih, maka sebenarnya Undang-undang Prajurit itu apabila tidak disertai perubahan pada Pasal 21 dan Pasal 22 juga tidak akan bisa terlaksana. Oleh karena itu maka Peme­rintah menghendaki agar persyaratan Rakyat Terlatih itu jika menurut undang-undang yang ada dianggap sebagai .satu persyaratan dasar, nantinya cukup dirubah hingga menjadi hanya menjadi satu persyaratan khusus yaitu di ·kelak kemudian hari apabila dipandang perlu dan memang karena sudah terlaksana tentunya tidak terlalu sukar untuk menyatakan di dalam persyarat­an untuk menjadi prajurit itu ditambahkan persyaratannya, adalah mereka yang diterima adalah yang telah melalui Rakyat Terlatih, karena jelas itu akan mempunyai keuntungan yaitu mereka akan dilatih dalam tempo yang lebih pendek dan mungkin bisa sudah ketahuan kualitas manusianya.

Demikianlah yang perlu kami utarakan, jadi dengan demikian sekaligus juga menyatakan bahwasanya apa yang dimaksud Pasal 22a sebagai suatu Ketentuan Peralihan ini memang tidak dikehendaki oleh Pemerintah jadi tegas saja memang Pasal 21 dan Pasal 22 dirubah. Nanti di dalam penjelasannya itu barangkali bisa dinyatakan bahwasanya persyaratan Rakyat Terlatih itu adalah sebagai suatu persyaratan khusus bukan suatu persyaratan dasar.

Demikian Bapak Menteri yang dapat kami utarakan.

PEMERINTAH (MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Saudara Ketua dan Saudara-saudara sekalian.

Demikianlah untuk melengkapi daripada keterangan Pemerintah kepada Sidang yang terhormat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi boleh saya simpulkan dari Pemerintah itu sudah ada rumusan, jadi rumusannya itu persyaratan Rakyat Terlatih merupakan persyaratan Rakyat Terlatih merupakan persyaratan khusus, jadi kalau dipandang perlu ini saya coba mengambil intinya "Kalau dipandang perlu" maka persyaratan Rakyat Terlatih sebagai persyaratan khusus dapat dipertimbangkan, apa demikian Pak Muhartono? Ya, ini kalimatnya nanti diperbaiki lagi, tidak ada interupsi katanya, Saudara Ismail Hasan Metareum. Jadi dengan demikian bolehkah saya katakan bahwa halaman 3 Pasal 1 yang berisi Pasal 21 Ayat (1 ), Ayat (2) dan selanjutnya halaman 4 Pasal 22 yang berisi Ayat (1) dan

531

Ayat (2) diterima sepenuhnya dengan perbaikan-perbaikan redaksional, ini yang pertama.

Kedua supaya dalam Penjelasan Umum persyaratan Rakyat Terlatih sebagai persyaratan khusus dapat ditampung dalam satu rumusan dalam Penjelasan Umum, ini yang kedua dan ini rumusan dari Pemerintah. Kalau demikian maka semuanya ini halaman 3 dan halaman 4 saya nyatakan diterima berdasarkan musyawarah dan mufakat hampir 3 jam, Saudara­Saudara ada yang keberatan? Tidak ada keberatan, dengan demikian saya nyatakan diterima.

Sekarang kita teruskan dengan Pasal 2. Pasal 2 dari Fraksi-fraksi hanya ada pendapat dari F ABRI, ada tulisan di sini yang saya tidak lihat bedanya dengan apa yang dikemukakan oleh Pemerintah. Apa ada bedanya? Halaman 4.

Silakan F ABRI.

FABRI (A. HARTONO):

Terima kasih Saudara Ketua.

Tidak ada bedanya hanya pada waktu itu dari Sekretariat Panitia Khusus F ABRI tetap menuliskan rumusan kembali, jadi sebenamya tetap seperti rumusan Pemerintah.

atas.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Dari FKP ada saran halaman 5 dari Daftar Inventarisasi Masalah bagian

Silakan dari FKP.

FKP_(H.Z. ANSORI ACHMAD, S.H.):

Saudara Pimpinan terima kasih dan Menteri Pertahanan Keamanan.

Dalam hal ini Fraksi kami mengusulkan agar penulisan daripada pengesahan undang-undang ini disesuaikan dengan standar yang sudah biasa dan ini barangkali dapat dilihat dan undang-undang yang sudah pemah kita sahkan termasuk juga masalah barangkali kecil mengenai nama, di mana harus diletakkan titik dan sebagainya.

Saya kira bagaimana seharusnya bersesuaikan barangkali tidak perlu kami jelaskan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kalau apa yang disampaikan oleh FKP ini hanya rekomendasi, me­nyatakan bahwa supaya di semua penulisan disesuaikan dengan standar

532

yang sudah ada, jadi tidak ada masalah. Dari Fraksi-fraksi lain juga tidak ada masalah, bolehkah saya katakan bahwa ini diterima? Tidak ada masalah.

Selanjutnya yang dicantumkan dalam Daftar Inventarisasi Masalah halaman 5 ada Undang-undang Nomor 20 Tabun 1982 itu hanya untuk diketahui saja, jadi sebelah kiri dalam Daftar lnventarisasi Masalah itu ada Pasal 10 itu untuk diketahui saja. Tetapi oleh FPDI lalu disambut, sehingga ini menjadi masalah karena disambut oleh FPDI yaitu mengusulkan per­ubahan, padahal dicantumkannya ini bukan dimaksud untuk dibicarakan cuma sebagai bahan. ltu halaman 5 Pasal 10 dan setemsnya, Pasal 29 dan Pasal 30. Jadi saya boleh bertanya kepada FPDI kalau ini mempakan bahan saja di halaman 5 ini sampai halaman 6 dan halaman 7. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 dicantumkan di sini menumt Saudara Wakil Ketua adalah untuk menanggapi Pasal 10 saran FPDI, sebenamya sistemnya tidak begitu. Kita hanya membicarakan usul penyempumaan (usul pembahan), tidak memasukkan pasal-pasal lain, jadi kalau ada tanggapan itu di luar

Sekarang karena ini sudah terlanjur dan sistematika atau mekanisme kita hams dibicarakan apa yang tertulis di dalam Daftar Inventarisasi Masalah maka saya hams bertanya kepada FPDI dan FPP apakah kalau sudah di­mengertikan bahwa pasal-pasal yang di sebelah kiri ini hanya sebagai tambah­an karena ada salah pengertian tetapi Daftar lnventarisasi Masalahnya sebenar-

, nya hanya sampai kepada halaman 5 di bawah nama Sudarmono, S.H. habis. Tidak ada lagi sebenarnya.

Saya silakan dari FPDI.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.) :

Saudara Pimpinan Sidang dan para Anggota Dewan yang terhormat. Mengenai Pasal 10 dari FPDI itu sebenamya demikian, sebagaimana telah

kami kemukakan dalam Pemandangan Umum kemudian juga Daftar lnventari­sasi Masalah yang telah kita bahas bersama dan selanjutnya tadi malam kata pengantar Saudara Djupri, S.H. selaku Anggota Tim dan setelah mendengar penjelasan dari Pemerintah dan termasuk uraian Pemerintah di dalam Daftar Inventarisasi Masalah dan setelah FPDI mengkaji sampai pada satu kesimpulan sebagaimana tadi malam telah kami ·tegaskan bahwa ternyata Pemerintah di dalam mengajukan perubahan Rancangan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 itu berpangkal tolak dari urgensi dan konsentrasi Pasal 21 dan Pasal 22.

Sebenamya FPDI ingin mengadakan perubahan-perubahan lain-min sebab kalau kita kaji secara mendalam dan komprehensif, banyak pasal yang perlu ada pembahan. Namun mengingat urgensi dan konsentrasi sebagaimana telah kami kemukakan tadi pada kesempatan ini FPDI tidak ingin mempersoalkan lagi pasal tersebut, barangkali kami catat sebagai data dan dokumen untuk waktu-waktu yang akan datang dii mana-di mana kondisi telah memungkin untuk mempelajari dan membahas kembali Undang-undang tersebut yang

533

sudah barang tentu tidak akan mengganggu setelah ditetapkannya atau diundangkannya Un'dang-undang perubahan undang-undang ini dan Undang­undang tentang Prajurit ABRI.

Demikian tanggapan dari FPDI terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jelas jadi Pasal I 0, P-asal 29, Pasal 30, Pasal 38 tidak lagi dipermasalah­kan oleh FPDI tapi dimuat dalam risalah bahwa perlu dipertimbangkan di kemudian hari, begitu dari FPDI? Karena itu saya persilakan sekarang dari FPP juga ada usul silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Terima kasih Saudara Pimpinan semua yang termasuk dalam kolom FPP ini berkenaan dengan pengertian Tentara Nasional Indonesia dan tadi malam di dalam lobby terdapat suatu pengertian bahwa Tentara Nasional Indonesia dalam hal ini kita artikan dalam pengertian luas, sehingga kami menganggap bahwa kalau memang masa sekarang ini ada waktunya sedang kita merubah Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982, maka alangkah baiknya apabila kita berpikiran luas melihat keseluruhan persoalan, ini pandangan kami.

Jadi sekali merubah, rubahlah apa yang dirasa perlu tapi kalau tidak mungkin kita akan melihat waktu yang lain, mungkin demikian. Hanya kami mengharapkan supaya perubahan undang-undang jangan terlalu sering sebab itu menimbulkan tidak enak, apalagi kalau para Mahasiswa yang sedang belajar ikut ngomong itu repot sekali kita. Mereka bisa melihat apa Anggota DPR RI ini tidak punya wawasan jauh, ini repot sekali kalau itu kita dengar, karena itu maka kami menyempatkan diri untuk memikirkan yang lain dari pada yang diajukan oleh Pemerintah karena kita sedang mengadakan per­ubahan. 'Dalam hal ini kami melihat ada istilah yang kami lihat dari segi di lihat dalam arti luas dan dari segi lain dilihat dalam arti sempit, padahal istilah itu memang benar-benar kita perlukan untuk menebalkan rasa patriotis­me dan nasionalisme daripada kita bersama untuk menggunakan istilah ini terhadap prajurit kita.

Ini kami anggap sebenarnya suatu istilah yang baik sekali Tentara Nasional Indonesia atau istilah prajurit dan Tentara Nasional Indonesia itu sudah baik sekali untuk kepentingan mempertebal rasa nasionalisme dan patriotisme itu, oleh karena itulah maka kami anggap lebih tepat apabila sekarang juga kita bicarakan soal ini dengan merumuskan pengertian dari Tentara Nasional Indonesia itu sendiri dan kita teritibkan semua istilah yang berbeda dengan pengertian kita itu inilah tujuan kami hendak rumuskan atau mengusulkan persoalan ini kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu di Panitia Khusus ini.

534

Sekarang tirn bul persoalan bagairnana penyelesaiannya ada pemikiran waktu ticak cukup untuk kita seluruhnya dan ada pemikiran bahwa kita sudah merubah usul yang tidak diusulkan dalam Rancangan Undang-Undang kami serahkan sepenuhnya kepada Pahitia Kh~us, bagaimana menilai per­soalan ini tapi kami sudah mencoba untuk menyumbangkan pemikiran kami dalam rangka perbaikan kita bersama. Apakah ini dapat dibicarakan atau tidak kami serahkan kepada Panitia Khusus sepenuhnya, saya kira demikian dari kami terirna kasih.

KEfUA RAPAT:

Tentunya kita berterima kasih bahwa ini sudah dipikirkan oleh FPP, wafau demikian kami mengharapkan pandangan dari Fraksi lainnya apakah sekarang dibicarakan Pasal 10, Pasal 29, Pasal 30 dan Pasal 38 bahkan Pasal 39 Ayat (1) ataukah cukup kita nyatakan sebagai catatan untuk Pemerintah supaya mempertirnbangkan atau memasukkan Rancangan Undang-Undang kemudian hari mengenai hal-hal ini, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya misalnya, atau dalam waktu cukup. Saya kira hanya itu intinya dari FPP, kalau soal Mahasiswa heres kan ada Rektor dan di situ juga ada Rektor di FKP Saudara Z. Ansori Achmad, S.H. jadi 2 Rektor sehingga beres.

Demikian saya silakan dari F ABRI.

F ABRI (A. HARTONO) :

Terima kasih Saudara Ketua dan Sidang yang terhormat.

FABRI dapat mengerti apa yang disampaikan oleh FPP namun kembali karena fokus kita adalah Rancangan Undang-Undang tentang Prajurit dan waktu kita juga terbatas malahan kalau menurut hitungan hanya tersedia 50 jam dari 100 jam dus kami berpendapat masalah ini dibahas di lain waktu dan dicatat oleh Sekretariat Panitia Khusus sebagai catatan untuk penyelesai­an-penyelesaian lebih lanjut.

Demikian terirna kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih dari F ABRI, sama dengan FPP dan FPDI, sekarang FKP silakan.

FKP (R. SOETJIPTO, S.H.):

Terima kasih Saudara Ketua.

Fraksi kami berpendapat bahwa dalam mengantar musyawarah tadi malam bahwa kami memahami sikap Pemerintah yang hanya membatasi diri pada perubahan Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 yang merupakan masalah esensial agar dalam waktu singkat dapat mengatasi maupun kendala dalam memanfaatkan sumber daya manusia dalam

535

pembelaan negara untuk keperluan pertahanan keamanan. Adapun apa yang dikemukakan oleh FPP hendaknya cukup dicatat oleh Pemerintah saJa.

Demikian ~udara Ketua atas perhatiannya terima kasih.

KETUA RAPAT:

Apakah Pemerintah ingin menyampaikan sesuatu? Jadi kesimpulannya begini Saudara Menteri Pertahanan Keamanan Pasal 10, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 38 Ayat (1 ), Pasal 38 sebagai catatan saja untuk Pemerintah kira-kira terima kasih silakan.

PEMERINTAH (MENTER! PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Kami menghargai sekali dari Fraksi-fraksi yang menginginkan adanya perbaikan-perbaikan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tetapi saya rasa kita sudah sependapat bahwa fokus kita adalah untuk menyelesai­kan dari Rancangan Undang-Undang tentang Prajurit ABRI yang langsung terkait hanya Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982.

Demikian Saudara Ketua.

KETUA RAPAT:

Saya jelas dari Pemerintah jadi kalau demikian maka mulai dari Pasal 20 sampai dengan Pasal 38 kita nyatakan sebagai catatan risalah untuk diper­timbangkan oleh Pemerintah untuk masa-masa yang akan datang, dernikian Saudara-saudara tidak ada keberatan. Sekarang kita di halaman 8 Rancangan Penjelasan, tentunya kita sudah menerima tadi satu usul mengenai persyaratan khusus tentang Rakyat Terlatih itu dengan sendirinya dicatat, kemudian di dalam Daftar Inventarisasi Masalah ini ada pendapat dari FKP ituu saya silakan uµtuk membahasnya sampai selesai di halaman I 0, jadi halaman 8, 9 dan IO sehingga berhenti di penjelasan pasal demi pasal, jadi hanya mengenai penjelasan umum. Jadi saya harapkan dari FKP untuk memberikan pendapat dari halaman 8 sampai halaman 10 tentang penjelasan umum karena ada catatan dari FKP saya persilakan dari FKP.

FKP (H.Z. ANSORI ACHMAD, S.H.):

Terima kasih Saudara Pimpinan.

Pada kesempatan ini kami ingin mengajukan perbaikan redaksional saja yaitu sama seperti di atas tadi istilah dipilih diantara itu diusulkan diganti dengan diperoleh dari, kemudian mengenai isi penjelasan itu tentunya perlu disesuaikan dengan konsiderans. Kemudian di alinea 3 dari Rancangan penjelasan kami usulkan mulai dari kata-kata mempertimbangkan, bahwa ketentuan tersebut tidak menguntungkan bagi usaha pembinaan dan pengembangan Angkatan Bersenjata diusulkan untuk dihapus. Dengan

536

demikian kalimat baru akan berbunyi dengan pertimbangan seperti tersebut di atas, maka terhadap ketentuan Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 perlu dilakukan perubahan dan penyempurnaan.

Kemudian kami mengusulkan agar perlu dicantumkan penjelasan Pasal l yang berisi Pasal 21 dan Pasal 22 yang baru itu, berikutnya untuk menghilang­kan keragu-raguan, maka kami usulkan agar penjelasan Pasal 22 Undang­undang Nornor 20 Tahun 1982 dicabut dan diganti dengart cukup jelas. Saudara Pimpinan hanya itu masalah-masalah yang redaksional barangkali yang kami usulkan dalam rangka menyimpulkan pikiran terhadap rancangan penjelasan yang telah dikemukakan tadi.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi redaksional ini sifatnya, sekarang kami persilakan dari F ABRI yang panjang lebar dalam Daftar lnventarisasi Masalah ini.

F ABRI (A. HARTONO) :

Saudara Pimpinan Yang terhormat, Bapak Menteri Pertahanan Keamanan yang terhormat, Hadirin yang saya hormati.

Pertimbangan F ABRI dalam mengajukan pandangan atau saran pemikir­an rumusan dalam penjelasan umum Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 ini didasarkan kepada dalam konsiderans menimbang a untuk pertama kali di sana tersebut ABRI sebagai inti Tentara Nasional Indonesia, kemudian sekaligus juga untuk men­coba memberikan sumbangan pikir agar masalah ke Tentara Nasional Indonesiaan ini menjadi lebih jelas bagi semua pihak, tidak hanya dikalangan Dewan maupun Pemerintah narnun seluruh rnasyarakat, karena Rancangan Undang-undang Prajurit dan bela negara pada hakekatnya adalah menjadi/ harus dimengerti secara tepat dan benar oleh seluruh lapisan masyarakat. Yang berikutnya agar ada kejelasan yang dikaitkan dengan penjelasan umum butir 7 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982, dan dikaitkan dengan Pasal 29 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982.

Di samping itu juga mungkin akan memberikan lebih kejelasan terhadap apa yang telah disampaikan oleh Bapak Menteri Pertahanan waktu itu dalam Keterangan Pemerintah terhadap kedua Rancangan Undang-Undang tanggal 23 Nopember yang lalu. Dan juga mungkin menambah kejelasan terhadap penjelasan umum atau rumusan penjelasan umurn yang berada di penjelasan umum Rancangan Undang-Undang tentang Prajurit ABRI inilah la tar belakang pernikirannya.

Oleh karena itu atas izin Ketua dan Sidang yang terhormat saya ingin membacakan saran pemikiran rumusan dari F ABRI terhadap penjelasan

537

Tentara Nasional Indonesia berintikan ABRI atau ABRI sebagai inti Tentara Nasional Indonesia. Yang kami maksud di sini adalah inti penjelasan dari ABRI sebagai in~i Tentara Nasional Indonesia, ini kurang "inti" dalam artian rumusannya tentu secara redaksional dapat disusun kembali.

Pertama say a bagi dalam 3 periode: Periode 1945 sampai 1949: Sejarah kita menunjukkan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia telah

diperjuangkan dan dipertahankan dengan perlawanan rakyat bersenjata oleh rakyat secara berentak karena kesadaran dan rasa tanggung jawab atas hak dan kewajibannya dalam bela Negara.

Perlawanan rakyat masih terns berlanjut meskipun telah dibentuk tentara dengan nama Badan Keamanan Rakyat, Tentara Keamanan Rakyat, Tentara Keselamatan Rakyat dan Tentara Republik Indonesia.

Di samping itu masih terdapat pula laskar-laskar rakyat seperti Nisbullah, BPPRI, Kris, Laskar Wanita dan lain-lain sebagainya yang tetap meneruskan perjuangannya. Keadaan ini kurang menguntungkan dalam perjuangan Bangsa secara keseluruhan. Oleh karenanya pada tanggal 3 Juni 1947 dibentuklah Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang merupakan wadah tunggal guna mem­persatukan seluruh kekuatan perjuangan bersenjata untuk menghadapi tentara Penjajah, sehingga timbullah pengertian Tentara Nasional Indonesia dalam arti luas.

Periode setelah tahun 19 50-19 59 Setelah pengakuan kedaulatan dalam proses peneataan ketatanegaraan.

Banyak para pejuang Tentara Nasional Indonesia dalam arti luas yang beralih ke bidang-bidang lain, baik bidang Pemerintah maupun Swasta, yang ber­barengan dengan hal itu Tentara Nasional Indonesia juga melaksanakan penataan organisasi, organisatoris dalam rangka membentuk wadah Tentara Reguler. Pada saat itu wadah tersebut dinamakan Angkatan Perang Republik Indonesia' yang terdiri dari: Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara sehingga timbullah pengertian Tentara Nasional Indonesia dalam arti sempit (dulu waktu Republik Indonesia Serikat dinamakan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat).

Selama periode 1950 - 1959 Tentara Nasional Indonesia arti sempit ini berkembang dengan Tentara Nasional Indonesia arti luas dalam menegak­kan kedaulatan dan kemerdekaan kita.

Periode sesudah 1959: Pada tahun 1959 sebutan Angkatan Perang Republik Indonesia dirubah

menjadi ABRI dalam arti Angkatan Perang Republik Indonesia - Tentara Nasional Indonesia dalam arti sempit. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1 961 Pasal 3 menyebutkan: "Bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah ABRI". Dengan demikian ABRI meliputi: Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Polri.

538

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 225 Tahun 1962 dan Keputusan Presiden Nomor 132 Tahun 1967 serta Keputusan Presiden Nomor 79 Tahun 1969 dalam proses penataan organisasi ABRI disebutlah ABRI terdiri dari .; Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, Tentara Nasional Indonesia ·Angkatan Udara dan Polisi Republik Indonesia.

Menjadi jelaslah di sini bahwa ABRI yang meliputi Tentara Nasional Indonesia dalam arti sempit ditambah Polisi Republik Indonesia adalah merupakan inti dalam Tentara Nasional Indonesia dalam arti luas.

Sebagai tambahan legalitas hukum. penggunaan Tentara Nasional lnd~:mesia ini dimulai sejak Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 tentang Kepangkatan ABRI. Yang kedua adalah secara jelas dalam pasal-pasal Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982.

Secara doktriner Tentara Nasional Indonesia di sini adalah merupakan. jiwa dari seluruh prajurit ABRI. Jadi agar kita bisa membedakan kalau Angkatan Darat saja, bisa Angkatan Darat Malaysia maupun Angkatan Darat Thailand, dan telah dipakai/dibakukan secara umum.

Demikianlah, mudah-mudahan dapat memberikan kejelasan bagaimana I sebenarnya arti Tentara Nasional Indonesia dalam arti luas dikaitkan dengan ·Tentara Nasional Indonesia dalam arti sempit ABRI. Mudah-mudahan bila . ini menjadi jelas, maka tentu dengan harapan tidak akan memiliki dampak-dampak yang lain dan akan menjadi jelas bila dituangkan dalam penjelasan umum karena akan dapat diketahui oleh seluruh khalayak masyarakat.

Demikian, terima kasih.

KETUARAPAT:

Jadi ini usul supaya dijadikan "penjelasan umum" dalam Rancangan Undang-Undang ini.

FABRI (A. HARTONO):

Sebagai tambahan "penjelasan umum butir l ". Sedangkan "penjelasan umum" semula menjadi "penjelasan um um butir 2".

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Di "penjelasan umum butir l ". Yang kedua jadi "penjelasan umum butir l" tentu di depan itu "menimbang a", yang kedua menimbang b", jadi di­balik. "menimbang a" yang dimaksud.

F ABRI (A. HARTONO) :

Bukan. Jadi dasar pengajuan saran rumusan ini adalah bereferensi kepada "menimbang a". Kemudian sebelum ini dalam rumusan Rancangan Undang-

539

Undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 telal ada konsep penjelasan umum dari Pemerintah, itu F ABRI menerima da1 menjadikan "penjelasan umum butir 2".

Demikian, terima kasih.

KETUARAPAT:

Jadi yang menyangkut dari F ABRI yang tadi dibacakan itu pen jelasan tentang pertimbangan "menimbang butir a.". Sedangkan yani Pemerintah "butir b" atau kedua.

Saya kira jelas bagi kita sekalian. Sekarang tanggapan daii FPP saya silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.) :

Setelah mempelajari beberapa macam penjelasan yang ada di sini, sedang kan kami sendiri tidak membuat sesuatu rumusan tentang penjelasan, sehingg~ lebih gampang untuk berbicara (tidak ada batasan) dan kami sudah mendenga1 penjelasan dari F ABRI di samping mem baca penjelasan dari Rancangar Undang-Undang.

Terns terang kami tertarik terhadap rencana tambahan yang diusulkar oleh F ABRI, baik dari a, b maupun c untuk dimasukkan dalam penjelasar ini, karena ini menggambarkan perjuangan kita. Lebih banyak kita masukkar lebih baik, untuk generasi penerus.

Pada prinsipnya kami dapat menerima usul dari F ARRI tentang penjelas· an ini, dengan ca ta tan Pemerintah sebagai tanggapan terhadap usul F ABRI itu. Barangkali ada hal yang perlu kami sampaikan di sini dalam "butir c" ter· lihat kalimat yang terpotong sehingga kami mohon F ABRI untuk meliha1 kembali kalimat yang terpotong itu dan menjelaskan secara lebih bisa di­mengerti.'

Kedua, dari sejarah perjuangan karena kita menyebutkan di sini F ABRI mengusulkan dimulai sejarah dalam arti sejarah perjuangan Bangsa, kami ingin sedikit menambah agar Tentara Pelajar dapat ditempatkan dalam salah satu kalimat, di manapun, mungkin di butir b barangkali. 'Memang Tentara Pelajar tidak masuk Tentara Nasional Indonesia dan tidak dimasukkan di dalam Tentara Nasional Indonesia sampai demobilisasi. Akan tetapi itu merupakan faktor atau unsur daripada kekuatan Angkatan Bersenjata kita dalam meng­hadapi penjajah.

Oleh karena itu , bagaimana kalimatnya dan di mana tempatnya kami serahkan kepada FABRI untuk merumuskan atau menambahkan mengenai masalah Tentara Pelajar ini. Bukan karena kami Tentara Pelajar, tapi masuk­nya Tentara Pelajar itu adalah lebih baik untuk melengkapi saja. Kami anggap

540

potensi Tentara Pelajar baik kita masukkan untuk kesempumaan sejarah kita meskipun sedikit.

Demikianlah, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Say a kira jelas usul FPP menanggapi apa yang diusulkan F ABRI.

Silakan dari FPDI.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.) :

Dari FPDI mengenai tanggapan masalah penjelasan bahwa penjelasan pada dasarnya tidak ada masalah secara prinsip, karena penjelasan harus terkait daripada batang tubuh undang-undaang itu sendiri. Hanya secara redaksional sudah barang tentu harus disesuaikan dengan perubahan-per­ubahan redaksional daripada batang tubuh perubahan-perubahan tersebut sehingga klop dan konsisten antara redaksi dalam batang tubuh dengan penjelasan redaksi di dalam penjelasannya itu.

Kedua, historical back-ground sedikit yang disajikan oleh F ABRI barang­kali ada baiknya diusulkan supaya menjadi lebih lengkap, yaitu komponen keprajuritan lain barangkali kalau ada data-data di F ABRI yang lebih lengkap disebut lebih luas dan memang potensial. Karena saya tidak pemah ikut perang (masih kecil) jadi tidak pemah ikut Tentara Pelajar (seperti Pak Ismail Hasan Metareum) dan sebagainya, hanya melihat saja. Barangkali TRIP juga ada baiknya dimasukkan dalam satu komponen terse but dan juga barang­kali kesatuan lain yang secara historis punya peranan.

Ketiga, juga telah ditampung oleh pihak Pemerintah mengenai 1 pembakuan istilah-istilah ABRI, TNI, Prajurit dan Militer. Barangkali ber­

pangkal tolak dari perubahan Rancangan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 ini dan nanti akan berpangkal tolak dari Undang-undang tentang Prajurit ABRI yang lnsya Allah bisa kita sah dalam waktu dekat nanti, sudah barang tentu merupakan suatu pangkal tolak untuk meluruskan pembakuan istilah­istilah. Sehingga pada waktunya istilah Pengadilan Militer, Kitab Undang­undang Hukum Acara Pidana Tentara dan sebagainya, itu bisa diluruskan. Namun barangkali yang paling tepat dan punya privelege dari segi keahlian juga dari ABRI sendiri, tapi yang penting ada satu pembakuan. Sehingga pada waktu· masa-masa mendatang kalau kita tarik garis lurus di dalam perundang­undangan kita tidak terjadi bermacam-macam istilah yang sebenamya artinya sama, tapi karena bermacam-macaam istilah tersebut bisa menimbulkan salah tafsir dan barangkali dari produk legislasi ini kurang menguntungkan. Ini adalah satu pendapat atau saran FPDI, dan barang tentu pembakuan peristilahan itu tidak mungkin selesai pada Panitia Khusus ini dan tidak di­kandung maksud untuk diselesaikan pada kesempatan sidang-sidang Panitia Khusus ini, tetapi sebagai bahan pikiran karena proses pengaturan

541

perundangan yang menyangkut keprajuritan kita sudah berkembani selama usia Republik ini sehingga penyelesaiannyapun secara integral dar comprehensive juga masih memerlukan waktu yang lebih lama.

Namun demikian sekali lagi FPDI berpendapat perlu danya suatu pem bakuan peristilahan sehingga ada kejelasan, di mana masuk kategori Militer pengertian ABRI, Prajurit dan sebagainya.

Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pembicara dari FPDI ini, Panglima Besar Sudirman dulu pernah tingga di rumah beliau untuk beberapa saat selama Perang Gerilya (hanya penjelas an). Di rumah orang tua beliau waktu itu beliau ada di sana.

Silakan FKP, Pak A.A. Oka Mahendra, S.H.

FKP (A.A. OKA MAHENDRA, S.H.) :

Pertama-tama tentunya FKP mengucapkan terima kasih kepada F ABR: karena telah mencoba untuk merumuskan sejarah Tentara Nasional Indonesia Dan sebagaimana lazimnya suatu perumusan sejarah, apalagi sejarah kontemporer ini tentu dipengaruhi oleh macam-macam faktor. Tentuny~ karena ini yang merumuskan adalah dari F ABRI yang kita pan dang cukur menghayati, memahami yang sedalam-dalamnya proses perkembangan lahiJ Tentara Nasional Indonesia sejak masa embrionalnya pada tahun-tahur perjuangan kemerdekaan sampai perkembangan sekarang ini tentuny2 obyektivitasnya tidak kita ragukan lagi.

Namun demikian, pendekatan penulisan sejarah bisa dilakukan dengan macam-macam cara. Ada yang menggunakan pendekatan periodesasi1 kronologi waktu seperti yang dikemukakan F ABRI ini. Te ta pi kalau kita baca Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 di sana juga secara singka1 dilukiskan perkembangan Tentara Nasional Indonesia yang periodesasinya agak berbeda dengan periodesasi yang dikemukakan oleh FABRI. Meman~ jauh lebih lengkap apa yang dikemukakan oleh FABRI, tapi masalahnya sekarang apakah pas masalah yang begini prinsipiil dfin penting dicantumkan di dalam satu Undang-undang tentang Perubahan yang nota bene hanya merubah 2 pasal saja dari undang-undang sebelumnya, itu yang pertama

Apakah tidak tempat yang lebih pas, karena bagaimanapun juga satu penjelasan mesti menjelaskan ~suatu di dalam batang tubuh dari undang· undang yang bersangkutan. Tadi FABRI mengatakan bahwa hal ini dikaitkan dengan Tentara Nasional Indonesia dalam arti luas dan Tentara Nasional Indonesia dalam arti sempit. Dalam kaitan inilah dicoba diuraikan sejarah.

Tadi juga diuraikan oleh FPP, FPDI apa tidak ada yang ketinggalan? Ini memang suatu kelemahan dari penulisan sejarah apalagi dalam waktu

542

yang sangat singkat seperti ini, kita khawatir ada yang ketinggalan sehingga bisa menimbulkan bermacam-macam pemikiran atau penafsiran mengapa yang satu masuk yang lain tidak. Ini merupakari suatu permasalahan.

Juga dapat kami kemukakan di sini kalau di dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 di situ BKR dikatakari sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang yang dibentuk pada bulan Agustus 1945. Hal ini tidak tercantum kembali dalam rancangan penjelasan yang diajukan FABRI. Kalau memang Pemerintah tidak keberatan dengan penjelasan seperti ini dan lagi setelah mendengarkan saran-saran atau pandangan Fraksi-fraksi lain, tentunya bagi FKP kalau memang sudah dipandang pas tempatnya di dalam "penjelasan umum" Rancangan Undang-Undang ini, marl kita rumuskan bersama dengan harapan supaya kita coba dalam waktu yang ada ini kita teliti kembali, jangan sampai ada yang ketinggalan.

Kedua, apakah periodesasi ini sudah tepat, sampai menggunakan kronologi seperti ini? Ataukah tidak ada cara penulisan lain yang lebih baik. Karena di sini saya lihat misalnya: Periode sesudah 1959 hanya sampai Ke­putusan Presiden Nomor 79 Tahun 1969. Sedangkan setelah itu masih ada perkembangan-perkembangan yang saya kira merupakan suatu momentum sejarah bagi pertumbuhan ABRI. Sebagai contoh lahimya Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 sendiri merupakan suatu produk hukum yang ikut memperkokoh atau memberikan andil dalam pertumbuhan ABRI atau Tentara Nasional Indonesia.

Demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Sudah lengkap ini, empat Fraksi tidak ada yang dilupa, soalnya sudah hampir pukul 13.00, jadi mungkin ada yang di lupa. Jadi tidak ada yang dilupa? Kalau dari FKP itu memang memerlukan masalah ini apakah tempat­nya di sini. Ataukah tempatnya di tempat lain. Misalnya saja, ini statement lagi bukan usul, misalnya saja di Rancangan Undang-Undang tentang Prajurit, misalnya saja, hanya misal. Jadi untuk hal ini saya kira memang dari F ABRI sebelum Pemerintah memberikan pendapatnya sekali lagi kami persilakan.

Silakan.

FABRI (A. HARTONO):

Terima kasih Saudara Ketua.

Dan Sidang yang saya hormati.

Penghargaan yang setinggi-tingginya kepada rekan-rekan Fraksi, FPP, FPDI dan FKP yang secara umum dapat mengerti, mengapa kami mencoba memberikan sumbangan pikir terhadap penjelasan umum ini.

543

Hal ikhwal tentang saran-saran yang diajukan oleh baik FPP, FPDI dan FKP yang berkaitan dengan penambahan unsur-unsur element sejarah maupun sistim penulisan _atau penekanan penulisan kami dapat mengerti, karena memang pada dasamya saran dari F ABRI adalah inti-tinginya saja. Dan kami percaya bahwa Pemerintah memiliki pusat sejarah ABRI yang nanti akan dapat melengkapi hal-hal oleh Tim Kecil atau Tim Perumus dianggap perlu untuk dimasukkan ataupun sistem penulisan dari sejarah ini.

Yang kedua, menanggapi dari FKP, apakah pas kalau dicantumkan dalam Undang-undang perubahan. Kami sebetulnya ada dua pendapat, masalah ini sebenarnya didasarkan kepada hal-hal yang tersurat dalam konsideran. Baik dalam Rancangan Undang-undang perubahan maupun dalam Rancangan Undang-undang tentang Prajurit. Kedua-duanya ada konsiderans ABRI sebagai inti Tentara Nasional Indonesia. lnilah yang menirnbulkan masih beberapa penafsiran. Oleh karenanya itu karena sepakat bahwa Rancangan Undang­Undang ini akan diundangkan dahulu kemudian barn Rancangan Undang­undang Prajurit sebenarnya analog dari pemikiran itu berada di Rancangan Undang-undang tentang Perubahan, namun juga ada satu pemikiran karena bahwa Rancangan Undang-undang tentang Pokok Prajurit adalah yang pokok, dan di konsiderans (a) juga ada rumusan tentang ABRI sebagai inti Tentara Nasional Indonesia ini juga dapat diletakkan dalam penjelasan umum Rancangan Undang-undang tentang Prajurit.

Jadi pada dasarnya untuk memberikan lebih kejelasan. Dan untuk ini kmi serahkan nanti kepada pihak Pemerintah atau Panitia Khusus di manapun diletakkan bagi kami tidak masalah. Yang jelas untuk memberikan kejelasan bagaimana sebenarnya riwayat ke Tentara Nasional Indonesia dan ini agar dapat dimengerti oleh generasi berikut, seluruh kenyataan sejarah tentang Pertahanan Keamanan dan Tentara Nasional Indonesia supaya tidak kelewat. Rumusannya nanti kita sarankan untuk diperbantukan ahli-ahli dari Pusat Sejarah ABRI.

Demikian Pirnpinan terima kasih.

KETUA RAPAT:

Sebelum Pemerintah apakah FKP masih ingin menyampaikan sesuatu?

FKP (H.Z. ANSORI ACHMAD, S.H.).

Sudah cukup.

KETUA RAPAT:

Sudah cocok katanya, silakan dari Pemerintah jadi rumusannya Saudara Menteri Pertahanan dan Keamanan semuanya menyetujui bahwa apa yang diusulkan oleh pertama FKP mengenai redaksional itu diterima, yang diusul oleh F ABRI mengenai penjelasan um um inipun diterima dengan beberapa

544

tambahan baik dari FPP mengenai Tentara Pelajar, baik dari FPDI mengenai Kesatuan-kesatuan lainnya dan dari FKP mengenai hal-hal yang masih perlu dicocokkan dengan jalannya sejarah TNI (Tentara Nasional Indonesia), saya kira tidak ada masalah.

Oleh karena itu saya persilakan Pemerintah·.

PEMERINTAH (MENTER! PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Saudara Ketua dan para Anggota yang terhorma t.

Setelah Pemerintah mendengar penjelasan daripada Fraksi-fraksi dan telah tadi disimpulkan oleh Saudara Ketua, maka terhadap usul perubahan dalam penjelasan umum sebagaimana diajukan F ABRI, Pemerintah pada prinsipnya sependapat, dengan catatan kalimat butir 1 diubah a tau disempur­nakan sebagai berikut:

(1) Pertumbuhan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sebagai inti dari Tentara Nasional Indonesia tidak terlepas dari perjuangan bersenjata rakyat Indonesia dalam memperjuangkan, menegakkan dan memper­tahankan Kemerdekaarr Republik Indonesia yang berdasarkan fakta sejarah dapat diuraikan, dibagi dalam periodisasi sebagai berikut: a. sama dengan butir I .a. b. c yang diusulkan F ABRI. c. dengan penyempurnaan pada alinea terakhir dengan rumusan sebagai

berikut.

Menjeadi jelas di sini bahwa: ABRI yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dan Polisi Republik Indonesia adalah Tentara Nasional Indonesia dalam arti sempit. Kedua adalah sama dengan butir 2 yang diusulkan oleh F ABRI. Dan saya sanga t menghargai sekali daripada pandangan Fraksi-fraksi di mana melengkapi tadi dikemukakan FPP dan FPDI, maka tentunya akan lebih melengkapi daripada apa yang dirumuskan oleh F ABRI. Dan tentang letaknya daripada itu se betulnya kami menyerahkan kepada Panitia Khusus ini di mana diletakkan, tentunya dalam segala pertimbangan yang ada pada Panitia Khusus.

Te rim a kasih.

KETUA RAPA T :

Jadi dengan demikian mengenai penjelasan umum ini sudah menjadi jelas buat kita sekalian, semua usul diterima dengan perbaikan daripada usul Pemerintah terhadap usul dari F ABRI. F ABRI saya kira tidak ada kebera tan dan menerimanya. Dengan demikian kesimpulan kami adalah sebagai berikut:

Mengenai penjelasan umum telah diterima dengan penyempurnaan dari usul Pemerintah, FPP, FPDI dan FKP.

545

Kedua syarat khusus, yang dimaksud oleh FPP dimasukkan dalan penjelasan umum.

Ketiga perbaikan redaksional, usul FKP diterima, kalau demikian keada annya apakah ada yang keberatan Saudara-saudara? Kalau tidak maka say< nyatakan ini diterima.

(RAPAT SETUJU)

Sekarang kita kembali ke depan masih ada 2 masalah, ada lagi yang terakhir sebelum kembali ke depan penjelasan pasal demi pasal, jadi ini yang terakhir sekali di halaman 10 mengenai penjelasan pasal demi pasal. Di dalam Daftar Inventarisasi Masalah ini hanya dari FKP yang ada catatan dan untuk itu saya persilakan.

FKP (H.Z. ANSORI ACHMAD, S.H.):

Terima kasih Saudara Pimpinan.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan usul penyemplirnaan seperti halnya dalam usul-usul sebelumnya, hanya saja selain perubahan­perubahan redaksional kami usulkan agar dari pasal-pasal tersebut yang sudah kita setujui diberikan penjelasan, kemudian untuk menghindari keragu-raguan sebagaimana tadi sudah kami kemukakan itu dalam Pasal 22 dari Undang­undang Nomor 20 Tahun 1982 karena pasalnya sendiri sudah kita cabut, maka penjelasannyapun diusulkan untuk dicabut dan diganti dengan cukup jelas. Sedangkan lain-lain hanya masalah redaksional saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

jadi konkritnya ada kalimat penjelasan Pasal 22 dicabut setelah itu baru cukup jelas. Begitu? Kalau ada pendapat dari lain-lain Fraksi ini hanya wet teknis saja, boleh dimuat boleh tidak, dimuat lebih baik, kalau tidak dimuat menimbulkan masalah.

Silakan dari F ABRI.

FABRI (A. HARTONO):

Terima kasih Bapak Ketua, dari F ABRI dapat menerima.

KETUA RAPAT:

F ABRI dapat menerimanya asal sesuai dengan wet teknis. Silakan dari FPP.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.):

Saudara Pimpinan, ini disesuaikan dengan masalah-masalah lainnya, artinya tidak hanya terletak pada penjelasan Pasal 22 tapi dilihat dari konteks

546

dengan lainnya, asal itu sesuai dengan konteksnya kami tidak keberatan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi tidak keberatan asal sesuai dengan konteksnya, hanya balik saja. Kepada Saudara FPDI silakan.

FPDI (BUDI HARDJONO, S.H.) :

Dari FPDI tidak ada masalah, tapi lebih konkrit supaya karena memang masalah kita adalah Pasal 21 dan Pasal 22 perlu ada penegasan bahwa pasal tersebut dicabut.

Demikian saja

KETUA RAP AT :

Baik jadi mendukung FKP, kita serahkan ini kepada Pemerintah kalau ada penjelasan Pemerintah.

Silakan dari Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

i Saudara Ketua dan Sidang yang terhormat, Pemerintah sependapat , dengan usul dan perubahan yang diajukan oleh FKP.

KETUA RAPAT :

Jadi dengan demikian Pemerintah juga setuju untuk dilaksanakan sesuai dengan usul FKP.

Saudara-saudara dapat saya katakan ini diterima.

(RAPAT SETUJU)

Sekarang kita kembali ke halaman depan ada 2 masalah yang masih pending, yang pending itu adalah pertama mengenai butir c, mungkin dengan diangkatnya Pasal 22 (a) yang usul FPP, maka butir c ini tidak menjadi masalah lagi, mungkin. lni hanya mungkin statement saja, bukan saran bukan usul. Jadi kalau kembali kepada butir c, karena itu pending atas permintaan dari FPP, tentunya kami persilakan FPP setelah melihat secara keselunihannya apa yang telah kita selesaikan isi dari mana sekarang usul ini posisi Saudara.

Silakan.

FPP (H. ISMAIL HASAN METAREUM, S.H.) :

Terima kasih.

547

Sebenamya kami tidak perlu berbicara tadinya, tapi karena kalimat dari Pak Ketua, maka saya terpaksa bicara sedikit.

Tadi malam ·memang sudah saya usulkan pending, karena kami melihat ini i<:onteks dengan yang lain. Jadi karena yang lain sudah selesai, maka masalah ini tidak merupakan persoalan lagi. Jadi kami serahkan kepada Panitia Khusus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Saya juga mengerti bahwa musti begitu.

Jadi say a persilakan sekarang, dari Fraksi, Fra ksi lainnya tidak ada masalah? Jadi butir c sudah selesai dan disetujui semuanya, Pemerintah juga tidak ada apa-apa.

(RAPAT SETUJU)

Sekarang dari FKP, Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 apakah masih perlu dicantumkan ataukah dicabut, silakan FKP, kalau FPP tadi hampir semuanya selesaikan oleh Panitia Khusus.

FKP bagaimana? Silakan.

FKP (H.Z. ANSORI ACHMAD, S.H.) :

Terima kasih Saudara Pimpinan.

Alasan kami mengusulkan agar Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945 dicabut, kami kira tidak perlu diulangi lagi, sedangkan pendirian kami yang dikemukakan dalam qourum ini sudah jelas dan tetap pada pendirian agar dicabut, namun demikian untuk tidak menjadi penghambat kami bisa meng­usulkan untuk dilemparkan kepada Panitia Kerja.

KETUA RAPAT:

Dicabut bisa, tidak dicabut juga bisa, jadi pada prinsipnya kalau bahasa politik disetujui. ·

Jadi Saudara-saudara sekalian, dengan demikian satu Rancangan Undang­undang telah selesai dan hari ini tepat pukul 13.00 WIB. Jadi nomor satu, pukul 13.00 WIB kita nyatakan bahwa perubahan atas Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia telah selesai di dalam Panitia Khusus yang lainnya diserahkan Tim Kecil.

Sekarang untuk melengkapi hal ini, maka saya ingin menyampaikan bahwa sistem dalam mengolah dan membentuk Tim ini adalah sebagai beri­kut

548

Panitia Khusus terdiri dari 47 Anggota Tetap dan Anggota Pengganti. Setengah dari pada Panitia Khusus nanti menjadi Panitia Kerja. Jadi berarti 15 Anggota Tetap, kira-kira demikian 30 Anggota, lalu 8 Anggota Pengganti, jadi 23 Anggota dalam Panitia Kerja. Lalu kemud~an Tim Perumus setengah dari Panitia Kerja yaitu 7 Anggota Tetap dan kemudian barangkali 4 Anggota Pengganti. Jadi selalu FPDI ada tempat, selalu ada walaupun jumlahnya sekarang masih kecil, mudah-mudahan makin hari makin besar. Ini statement.

Jadi dengan demikian, nantinya dari Panitia Khusus yang akan me­mimpin Tim Kecil itu adalah dari Wakil Ketua FKP. Sedangkan dari Tim Perumus, dipimpin oleh wakil dari F ABRI.. Sedangkan dari Panitia Kerja terdiri daripada Pimpinannya adalah Pimpinan Panitia Khusus send.iri.

Demikian kira-kira, jadi kalau dapat sebentar malam kalau masih di­perlukan terserah Saudara-saudara, kalau menurut saya besok pagi juga boleh mengingat Pemerintah perlu mempelajari lagi lebih dalam apa yang sudah kita hasilkan dan kita masing-masing juga perlu mempelajari, kalau menurut rencana waktu yang ada di sini kalau lajunya seperti ini kita tidak perlu berapat malam sebentar malam, besok pagi pukul 09.00 WIB. kita bisa mulai, dengan syarat 15 pasal kita harus selesaikan, hanya itu syaratnya. Kalau Saudara-saudara setuju, maka kita tidak adakan rapat malam hari. Yang harus Saudara majukan dulu besok pagi itu supaya lengkap dengan nama-nama untuk Panitia Kerja, Tim Perumus dan Tim Kecil. Dari Pemerintah tergantung, berapa hendak dikemukakan, tetapi pembagian di dalam Panitia Kerja, Tim Perumus dan Tim Kecil itu proposional, sesuai dengan sistem yang kita pergunakan selalu. Jadi selalu FKP yang terbanyak. Dari Pemerintah terserah berapa hendak dikemukakan, karena di situ akan terjadi dialog antara Fraksi-fraksi dan Pemerintah atau antar Fraksi-fraksi atau satu Fraksi dengan Pemerintah. Jadi Pemerintah selalu menjadi bukan lawan tapi teman sekerja di dalam rapat kerja yang berbentuk Panitia Kerja itu.

Jadi biasanya tentu dari Pemerintah tidak akan melebihi jumlah Panitia Kerja yang ada atau dari Panitia Khusus yang ada dan dari Tim Kecil yang ada.

FKP (A.A. OKA MAHENDRA, S.H.) :

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Yang ingin kami tanyakan adalah jumlah persisnya berapa dari FKP, berapa dari F ABRI, FPP dan FPDI. Ini kami mengharapkan penjelasan dari Pimpinan, kemudian kami belum terang betul tadi pembagian pekerjaan di antara Pimpinan ini. Tadi saya dengar Ketua Tim Perumus dan lain-lain ini mohon diulang kembalilah.

KETUA RAPAT:

Jadi ini mekanismenya memang pertama-tama tentang jumlah Anggota dari Panitia Kerja, Panitia Khusus, Tim Kecil itu proporsional nanti dihitung

549

oleh Saudara Sekretariat, besok pagi disampaikan kepada Saudara-saudara persis berapa. Dan tidak sama komposisi yang ada sekarang ini.

Jadi sama · apa yang ada, tidak ada bedanya. Lalu kedua mengenai Pimpinan itu, itu kita musyawarahkan, ini baru usul di musyawarahkan di­antara Pimpinan dan kalau Saudara menyeyujui. Jadi usulnya demikian. Jadi ini belum putus, yang mau putus ini adalah perubahan atas undang~ undang ini diterima. Dan diselesaikan oleh Tim Kecil.

Saudara-saudara demikian, jadi besok Tim Kecil dibentuk nah sudah tahu yang mengerjakan ini, terdiri daripada, ini ketuanya ini anggotanya. Demikian Saudara-saudara. Jadi akhirnya kalau dari Pemerintah tidak ada lagi yang dikemukakan, dari pihak Pemerintah silakan.

PEMERINTAH (MENTER! PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Dari Pemerintah ingin bertanya sebetulnya apakah besok hari itu kita sudah kepada Panitia Kerja a tau kita masih seperti Jadwal yang ditentukan.

KETUA RAPAT:

Jadi kita memasuki apa yang kita sebut pembahasan Undang-undang Rancangan Undang-undang Prajurit, tapi sudah kita bentuk Tim-tim kita supaya mereka sudah siap untuk menyelesaikan.

Demikian dari Panitia Khusus.

PEMERINTAH (MENTER! PERTAHANAN KEAMANAN/PANGAB/ JENDERAL TNI (PURN) PONIMAN):

Baik terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kalau demikian Saudara-saudara, tidak ada masalah Saudara-saudara setuju, bahwa perubahan ini diselesaikan oleh Tim Kecil sesuai dengan pe­tunjuk yang telah kita putuskan.

(RAPAT SETUJU)

Kedua, apakah Saudara-saudara setuju untuk rapflt sebentar malam.

(RAP AT TIDAK SETUJU)

Tidak setuju, kalau Pimpinan Panitia Khusus selalu siap Pak, dengan Pemerintah selalu siap, tapi Fraksi-fraksi mengatakan tidak ya kita setuju untuk besok pagi pukul 09 .00 WIB begitu Saudara-saudara?

(RAPAT SETUJU)

550

Dengan demikian perkenankan saya menyampaikan Wassalamu'alaikum warahma tullahi wa barakatuh.

Tetap Merdeka! !

(Rapat ditutup pukul 13.05 WIB)

Jakarta, 19 Januari 1988 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS PANITIA KHUSUS,

ttd

(DRS. NOER FATA) NIP : 210000598

551