II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di...

22
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Wilayah Pesisir dan Laut Wilayah pesisir dan laut meliputi wilayah daratan dan lautan dengan karakteristik yang khas. Banyak pendapat yang berbeda dalam menetapkan batas wilayah pesisir dan laut. Pendapat yang ekstrim mengatakan, wilayah pesisir dan laut meliputi kawasan yang sangat luas, dimulai dari batas lautan terluar (zona ekonomi eksklusif, ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut. Pendapat ekstrim lainnya mengatakan, wilayah pesisir dan laut hanyalah sebuah kawasan yang sangat sempit, dimulai dari pasang tertinggi sampai 200 m ke arah darat; sedangkan ke arah laut sampai dengan garis pantai pada saat surut terendah. Dalam konteks interaksi daratan-lautan, Joseph dan Balchand (2000) mengatakan, bahwa wilayah pesisir dan laut merupakan perluasan dataran pantai sampai bibir luar paparan benua (continental shelf), daerah yang selalu tergenang selama fluktuasi muka air laut terjadi. Untuk kepentingan pengelolaan, Dahuri et al. (2004) menyarankan batas wilayah pesisir dan laut yang dipandang dari dua pendekatan. Dari pendekatan perencanaan (planning zone), wilayah pesisir dan laut meliputi seluruh daratan (hulu) di mana terdapat kegiatan manusia yang masih menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir. Dari sudut pandang pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan sehari-hari (day-to-day management), wilayah pesisir dan laut ditetapkan sesuai dengan wilayah kewenangan yang disepakati bersama di antara otoritas pengelola. Wilayah pengaturan selalu lebih kecil dan berada di dalam wilayah perencanaan. Wilayah pesisir dan laut merupakan sistem yang kompleks; di dalamnya terjadi interaksi berbagai proses: alami (misalnya hidrologi dan geomorfologi), sosial, budaya, ekonomi, administrasi dan pemerintahan (French, 2004). Dalam perspektif ekonomi-ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan sistem yang dicirikan oleh adanya interrelasi secara fisik, biokimia dan sosial-ekonomi (Turner, et al ., 1998). Kompleksitas sistem baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun biofisik inilah yang menandai keunikan wilayah pesisir dan laut (Dahuri,

Transcript of II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di...

Page 1: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Wilayah Pesisir dan Laut

Wilayah pesisir dan laut meliputi wilayah daratan dan lautan dengan

karakteristik yang khas. Banyak pendapat yang berbeda dalam menetapkan batas

wilayah pesisir dan laut. Pendapat yang ekstrim mengatakan, wilayah pesisir dan

laut meliputi kawasan yang sangat luas, dimulai dari batas lautan terluar (zona

ekonomi eksklusif, ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut.

Pendapat ekstrim lainnya mengatakan, wilayah pesisir dan laut hanyalah sebuah

kawasan yang sangat sempit, dimulai dari pasang tertinggi sampai 200 m ke arah

darat; sedangkan ke arah laut sampai dengan garis pantai pada saat surut terendah.

Dalam konteks interaksi daratan-lautan, Joseph dan Balchand (2000) mengatakan,

bahwa wilayah pesisir dan laut merupakan perluasan dataran pantai sampai bibir

luar paparan benua (continental shelf), daerah yang selalu tergenang selama

fluktuasi muka air laut terjadi.

Untuk kepentingan pengelolaan, Dahuri et al. (2004) menyarankan batas

wilayah pesisir dan laut yang dipandang dari dua pendekatan. Dari pendekatan

perencanaan (planning zone), wilayah pesisir dan laut meliputi seluruh daratan

(hulu) di mana terdapat kegiatan manusia yang masih menimbulkan dampak

secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir. Dari sudut pandang

pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan sehari-hari (day-to-day

management), wilayah pesisir dan laut ditetapkan sesuai dengan wilayah

kewenangan yang disepakati bersama di antara otoritas pengelola. Wilayah

pengaturan selalu lebih kecil dan berada di dalam wilayah perencanaan.

Wilayah pesisir dan laut merupakan sistem yang kompleks; di dalamnya

terjadi interaksi berbagai proses: alami (misalnya hidrologi dan geomorfologi),

sosial, budaya, ekonomi, administrasi dan pemerintahan (French, 2004). Dalam

perspektif ekonomi-ekologi, wilayah pesisir dan laut merupakan sistem yang

dicirikan oleh adanya interrelasi secara fisik, biokimia dan sosial-ekonomi

(Turner, et al., 1998). Kompleksitas sistem baik dari aspek sosial, ekonomi,

maupun biofisik inilah yang menandai keunikan wilayah pesisir dan laut (Dahuri,

Page 2: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

1999). Wilayah pesisir dan laut juga dikenal karena keunikan historis dan

arkeologisnya (Meulen dan Haes, 1996).

Karena posisinya yang berada di daerah perbatasan antara daratan dan

lautan, wilayah pesisir dan laut memiliki kondisi lingkungan yang sangat

beragam. Faktor-faktor biofisik yang menyusun keunikan wilayah ini ditunjukkan

dengan sangat nyata, misalnya tingkat elevasi (rendah-sedang-tinggi), jenis air

(asin-payau-tawar), tingkat pasang-surut dan jenis tanah (pasir-tanah liat).

Dijumpai banyak bukit pasir (sand dunes) dan jenis tumbuhan asli (indigenous)

pantai di wilayah ini. Kebanyakan dari jenis-jenis tumbuhan itu bersifat endemik.

Karena keunikan ini, wilayah pesisir dan laut dinilai penting dalam konteks

konservasi. Clark (1998) menilai perlindungan terhadap kekayaan sumberdaya

wilayah pesisir pada sisi wetside (lautan) perlu dilakukan melalui kontrol terhadap

pemanfaatan sumberdaya yang berada pada sisi dryside (daratan).

Wilayah pesisir dan laut juga memiliki nilai penting dalam konteks sosial-

ekonomi. Sekitar 70% penduduk dunia tinggal di wilayah pesisir (MacDonald,

2005). Berbagai aktivitas ekonomi penting penduduk dunia seperti permukiman,

industri, pertanian dan pariwisata yang terkonsentrasi di wilayah pesisir telah

memberikan dampak pada terjadinya peningkatan kepadatan penduduk secara

signifikan (Tol et al., 1996; Joseph dan Balchand, 2000). Pariwisata sebagai salah

satu sektor penting penyangga ekonomi dunia, bahkan menempatkan wilayah

pesisir dan laut sebagai salah satu daerah tujuan wisata paling dominan. Aktivitas

industri dan permukiman yang intensif telah mendorong wilayah pesisir dan laut

berkembang menjadi wilayah dengan dinamika yang semakin besar di masa yang

akan datang. Wilayah pesisir dan laut memiliki tingkat kelimpahan sumberdaya

yang tinggi namun sarat dengan berbagai kepentingan yang berbeda. Kondisi ini

cenderung menyimpan potensi konflik yang besar, yang apabila tidak dikelola

dengan baik (mismanagement), akhirnya akan membawa kerugian baik secara

ekonomi maupun ekologi (Aguero et al., 1996).

Pengelolaan wilayah laut berkaitan erat dengan kebijakan nasional masing-

masing negara. Lautan merupakan kesatuan dari permukaan, kolom air, sampai ke

dasar dan bawah dasar laut. Dasar hukum yang digunakan oleh negara-negara

pantai dalam menentukan batas wilayah laut adalah Konvensi Hukum Laut PBB

Page 3: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

1982 (UNCLOS 1982). Menurut konvensi ini, sebuah negara memiliki

kewenangan untuk mengeksploitasi sumberdaya (seperti minyak dan gas bumi,

perikanan dan berbagai bahan tambang lainnya) yang berada di dalam zona yang

diatur di dalam konvensi tersebut.

2.2 Potensi dan Permasalahan Wilayah Pesisir dan Laut

2.2.1 Sumberdaya Dapat Pulih (Renewable Resources)

Dunia yang kini berada dalam pertumbuhan ekonomi yang pesat, perlu

mengimbangi diri dengan melakukan konservasi terhadap berbagai ekosistem

alami yang masih tersisa. Perlindungan ekosistem dan pemanfaatan sumberdaya

pesisir dan laut secara berkelanjutan kini menjadi issue penting yang mendapat

perhatian besar para ilmuwan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang

semakin pesat (Joseph dan Balchand, 2000).

Wilayah pesisir dan laut memiliki ekosistem alami yang perlu dijaga

kelestariannya, di antaranya adalah mangrove, terumbu karang (coral reefs),

padang lamun (seagrass beds) dan estuaria. Sumberdaya pesisir dan laut

merupakan penghasil beragam produk dan jasa bernilai ekonomi tinggi, baik bagi

generasi sekarang maupun yang akan datang (Turner et al., 1998). Pengalaman

selama ini menunjukkan, bahwa konservasi terhadap berbagai ekosistem alami

yang dilakukan secara terpadu bukan saja menguntungkan secara ekologi tapi juga

secara ekonomi dan sosial (Clark, 1998).

Ekosistem pesisir dan laut di daerah tropis mempunyai potensi besar dalam

menunjang produksi perikanan. Tingginya produktivitas perairan pada ekosistem

ini mengakibatkan ekosistem seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun

dan estuaria merupakan habitat penting bagi berbagai jenis ikan. Ekosistem ini

berfungsi sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

ground) dan sebagai tempat mencari makan atau pembesaran (feeding ground)

(Supriharyono, 2002).

Sebagai ekosistem yang memiliki produktivitas tinggi, ekosistem mangrove

berlokasi di daerah antara level pasang-naik tertinggi sampai level di sekitar atau

di atas permukaan air laut. Bell dan Cruz-Trinidad (1996) mengatakan, bahwa

mangrove memiliki peranan penting baik secara ekonomi maupun ekologi.

Page 4: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

Ekosistem mangrove menghasilkan produk dan jasa yang bisa dieksplotasi secara

ekonomi. Ekosistem mangrove juga memiliki fungsi ekologi penting, yakni dalam

hal penyediaan material organik sebagai bahan nutrisi bagi udang/ikan yang masih

muda, retensi sedimen oleh sistem perakaran mangrove, pencegahan erosi,

perlindungan garis pantai dan penyedia habitat bagi banyak spesies akuatik di

dataran lumpur dan perakarannya.

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang unik. Ekosistem ini

dijumpai di daerah tropik, di perairan yang cukup dangkal (kedalaman kurang dari

30 m) dan suhu di atas 20ºC. Menurut Widiati (2000), ekosistem terumbu karang

berperan penting sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan dan biota laut yang

bernilai ekonomi tinggi; juga sebagai pelindung pantai dari hantaman gelombang,

sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya abrasi. Agar bisa tumbuh dengan

baik, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, suhu perairan yang

hangat, gelombang yang besar, sirkulasi air yang lancar dan terbebas dari proses

sedimentasi (Dahuri et al., 2004).

Seperti terumbu karang, ekosistem padang lamun juga dijumpai hanya di

laut dangkal. Tumbuhan lamun dinilai unik bila dibandingkan dengan tumbuhan

laut lainnya, karena perakarannya yang ekstensif dengan sistem rhizome. Daunnya

yang tumbuh lebat bermanfaat untuk mendukung tingginya produktivitas

ekosistem (Supriharyono, 2002). Ekosistem padang lamun berperan penting

dalam memerangkap (trapped) sedimen, menstabilkan substrat dasar dan

menjernihkan air. Pola distribusi padang lamun sangat dipengaruhi oleh kondisi

alam dan aktivitas manusia (Cunha et al., 2005). Ekosistem padang lamun

menyediakan habitat penting bagi berbagai jenis biota laut, sekaligus merupakan

sumber makanan langsung bagi kebanyakan hewan.

Estuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut,

sehingga air laut dengan kadar garam tinggi dapat bercampur dengan air tawar.

Kombinasi pengaruh air laut dengan air tawar di daerah estuaria menghasilkan

komunitas yang khas dengan kondisi lingkungan yang beragam (Supriharyono,

2002). Karakteristik kadar garam, suhu dan sedimen di daerah estuaria

memberikan konsekuensi pada karakteristik spesies organisme yang hidup di

daerah itu. Hewan yang hidup di dalam ekosistem estuaria terdiri dari jenis hewan

Page 5: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

laut (kemampuan mentolerir perubahan kadar garam terbatas), hewan air tawar

(tidak mampu mentolerir perubahan kadar garam), dan hewan air payau (tidak

ditemukan hidup di air laut maupun air tawar) (Widiati, 2000).

Tingginya produktivitas primer di wilayah pesisir dan laut seperti pada

ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun dan estuaria memungkinkan

tingginya produktivitas sekunder (produksi perikanan) di wilayah tersebut.

Sampai saat ini, perikanan tangkap berskala kecil (small scale fisheries) yang

diusahakan oleh masyarakat (artisanal) mendominasi jenis perikanan tangkap di

Indonesia. Perikanan rakyat ini biasanya berlokasi di pantai utara Jawa, Selat

Malaka, Selat Bali dan Selat Makassar (Supriharyono, 2002). Tingginya aktivitas

penangkapan ikan di lokasi-lokasi tersebut telah menyebabkan terjadinya

overfishing beberapa jenis ikan demersal yang berlanjut dengan terjadinya

permasalahan sosial.

2.2.2 Sumberdaya Tak Dapat Pulih (Non-renewable Resources)

Sumberdaya tak dapat pulih di wilayah pesisir dan laut terdiri dari

sumberdaya mineral dan geologi. Sumberdaya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu

kelas A (mineral strategis; misalnya minyak, gas dan batu bara), kelas B (mineral

vital; misalnya emas, timah dan nikel) dan kelas C (mineral industri; misalnya

granit dan pasir). Potensi sumberdaya mineral di wilayah pesisir dan laut

Indonesia merupakan penghasil devisa utama dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang

sebagian besar terdapat di wilayah pesisir dan laut seperti Kepulauan Natuna,

Selat Malaka, pantai selatan Jawa, Selat Makasar dan Celah Timor (Dahuri et al.,

2004). Logam mulia (emas) sekunder diperkirakan terdapat di daerah Selat Sunda

(sekitar perairan Lampung), perairan Kalimantan Selatan dan di daerah perairan

Maluku Utara serta Sulawesi Utara.

Sumberdaya geologi yang telah dieksploitasi adalah bahan baku industri dan

bahan bangunan; antara lain pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan batu

pondasi. Pemanfaatan sumberdaya geologi di wilayah pesisir dan laut diupayakan

agar tetap memperhatikan konsep keberlanjutan sehingga bisa menjamin

ketersediaan sumberdaya tersebut selama mungkin.

Page 6: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

2.2.3 Pencemaran

Pencemaran wilayah pesisir dan laut terjadi karena adanya konsentrasi

permukiman, pertanian, pariwisata dan industri. Berbagai aktivitas tersebut sering

menimbulkan gangguan baik secara langsung maupun tidak terhadap ekosistem

pesisir dan laut melalui limbah yang dihasilkannya. Penduduk pesisir memberikan

90% sumbangan pencemaran di wilayah ini, berupa bahan-bahan pencemar dari

daratan (land-based pollutants) seperti limbah rumah tangga, limbah industri dan

bahan-bahan toksik lainnya (Joseph dan Balchand, 2000).

Menurut Supriharyono (2002), ada tiga tipe bahan pencemar yang sering

menyebabkan terjadinya pencemaran di lingkungan laut; yaitu tipe patogenik,

estetik dan ekomorfik. Bahan pencemar tipe patogenik (pathogenic pollutants)

adalah bahan pencemar yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Bahan

pencemar tipe estetik (aesthetic pollutants) yaitu bahan pencemar yang

menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan yang tidak nyaman untuk indera

mata, telinga dan hidung. Bahan pencemar tipe ekomorfik (ecomorphic

pollutants) adalah bahan pencemar yang menghasilkan perubahan sifat-sifat fisik

lingkungan.

Dilihat dari asal bahan pencemarnya, diketahui ada dua macam bahan

pencemar (limbah) yaitu limbah domestik dan limbah industri. Limbah domestik

adalah limbah yang berasal dari aktivitas masyarakat urban yang biasanya

mengandung sampah padat (berupa tinja) dan cair yang berasal dari sampah

rumah tangga. Limbah domestik memiliki lima karakteristik, yaitu mengandung

bakteri, parasit dan kemungkinan virus dalam jumlah banyak; serta mengandung

bahan organik dan padatan tersuspensi sehingga nilai biological oxygen demand

(BOD)-nya tinggi. Selain itu juga mengandung padatan (organik dan anorganik)

yang mengendap di dasar perairan; memiliki kandungan unsur hara (terutama

fosfor dan nitrogen) yang tinggi; serta mengandung bahan-bahan terapung

(organik dan anorganik) di permukaan air atau berada dalam bentuk tersuspensi.

Dalam beberapa kasus, limbah industri sulit larut dalam air. Limbah industri

cenderung mengapung di permukaan air. Beberapa jenis limbah industri ada yang

secara langsung meracuni kehidupan perairan seperti sianida, fenol dan sodium

pentaklorofenat. Ada juga yang tidak secara langsung meracuni kehidupan

Page 7: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

perairan, tetapi merubah kualitas lingkungan dengan turunnya oksigen terlarut

untuk perombakan bahan-bahan organik. Beberapa jenis limbah mungkin

mengalami bioakumulasi sehingga permasalahannya menjadi sangat lama.

Limbah industri merupakan land-based pollutants yang telah terbukti

menimbulkan kerusakan lingkungan laut secara signifikan (MacDonald, 2005).

Limbah industri berpotensi menyebabkan terjadinya eutrofikasi, sebuah fenomena

di mana perairan menerima kelebihan nutrient dan ditandai oleh adanya algal

blooms (red tides). Berbagai jenis logam berat yang terdapat di dalam limbah

industri (misalnya arsen, kadmium, kobalt, kromium, merkuri dan seng)

berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan kronis pada manusia.

2.2.4 Degradasi dan Deplesi Sumberdaya Alam

Wilayah pesisir dan laut merupakan ekosistem yang kini tengah mengalami

permasalahan berat yang mengancam daya lenting (resilience) ekosistem tersebut

(Turner et al., 1998). Permasalahan tersebut terutama menyangkut trade-off

pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut, yaitu antara kepentingan ekonomi dan

preservasi ekologi. Worm (1998) mengatakan, bahwa pada umumnya

permasalahan yang dihadapi wilayah ini berupa pencemaran, reklamasi pantai

serta pembangunan perkotaan dan infrastruktur terkait lainnya. Ekspansi coastal

aquaculture secara massive telah menimbulkan dampak sosial ekonomi dan

biofisik yang besar. Kondisi itu terkait dengan hilangnya lahan basah pantai,

tingginya tingkat keasaman, salinisasi air tanah dan lahan pertanian serta

hilangnya produk dan jasa yang dihasilkan oleh ekosistem alami (Chua, 1992).

Di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, terdapat

kecenderungan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam (termasuk sumberdaya

pesisir dan laut) demi mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Setelah

lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti oleh UU No. 32 Tahun

2004, kecenderungan tersebut justru nampak semakin besar. Nelson dan

Geoghegan (2002), bahkan mengatakan bahwa para pengambil keputusan di

negara-negara sedang berkembang selalu dihadapkan pada persoalan klasik

eksploitasi sumberdaya secara berlebih manakala pertumbuhan ekonomi atau

konservasi ekologi menjadi pilihan. Persepsi yang mengatakan bahwa sumberdaya

Page 8: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

alam dapat dijadikan andalan bagi peningkatan PAD, sering menimbulkan

fenomena pengurasan sehingga timbul bahaya lingkungan yang mengakibatkan

biaya sosial yang tinggi. UU No. 32 Tahun 2004 pada hakekatnya memberikan

peluang kepada daerah untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya

alam yang ada bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah dan jaminan

keseimbangan fungsi lingkungan.

Menurut Fauzi dan Anna (2005) degradasi dan deplesi sumberdaya alam di

wilayah pesisir dan laut lebih banyak bersifat antropogenik (disebabkan oleh

manusia) baik berupa aktivitas produksi (penangkapan/eksploitasi) maupun

aktivitas non-produksi (pencemaran limbah domestik dan industri). Degradasi

mengacu pada terjadinya penurunan kualitas/kuantitas sumberdaya alam dapat

diperbarui (renewable resourcres). Deplesi mengacu pada terjadinya

pengurangan cadangan sumberdaya alam tak dapat diperbarui (non-renewable

resources). Depresiasi digunakan untuk mengukur perubahan nilai moneter dari

pemanfaatan sumberdaya alam (pengukuran tingkat degradasi dan deplesi yang

dirupiahkan).

2.3 Pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut

2.3.1 Dasar Pengembangan Wilayah

Banyak teori pengembangan wilayah yang dapat dijadikan acuan dalam

konteks pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten. Teori-

teori tersebut dibangun atas dasar dan tujuan yang berbeda-beda. Kelompok

pertama adalah teori-teori yang memberi penekanan pada kesejahteraan wilayah

(regional prosperity). Kelompok kedua memberi penekanan pada sumberdaya

alam dan lingkungan yang dinilai mempengaruhi keberlanjutan sistem produksi

(sustainable production). Kelompok ini sering disebut sebagai kelompok yang

peduli pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Kelompok

ketiga memberi penekanan pada institusi (kelembagaan) dan proses pengambilan

keputusan (decision making) di tingkat lokal sehingga kajian terfokus pada

governance yang bertanggung jawab (responsible) dan berkinerja baik (good).

Ketiga kelompok teori ini memberikan implikasi yang berbeda dalam fokus

pengembangan wilayah. Penerapan teori ini didasarkan pada perhatian terhadap

Page 9: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

masalah utama yang dihadapi masyarakat/wilayah dengan sasaran pada 3 aspek,

yaitu perekonomian yang baik (good economy), masyarakat yang baik (good

society) dan proses politik yang baik (good political process)(Akil, 2001). Sejalan

dengan sasaran tersebut, Haeruman (2001) mengatakan, bahwa dalam

perkembangannya, konsep pengembangan wilayah sejalan dengan penetapan

prioritas pembangunan ekonomi. Pada mulanya, pembangunan dilakukan untuk

tujuan efisiensi (efficiency objective). Pengalaman kemudian membawa pada

berkembangnya pemikiran untuk juga memberikan prioritas bagi tujuan

pemerataan (equity objective). Dengan adanya pergeseran orientasi tersebut,

kebijakan pembangunan tidak dapat hanya memaksimalkan efisiensi saja, tetapi

harus ada trade-off antara keduanya. Pengalaman menunjukkan, bahwa dimensi

wilayah dengan karakteristik masing-masing bersifat komplementer dan berperan

dalam meningkatkan efisiensi. Pembangunan yang berdampak pada menurunnya

kualitas lingkungan, kemudian meningkatkan pemahaman akan pentingnya tujuan

keberlanjutan (sustainability objectives) yang memasukkan wawasan lingkungan

sebagai prinsip dasar pembangunan.

Aktualisasi konsep pengembangan wilayah secara terpadu dapat diwujudkan

melalui strategi pengembangan potensi ekonomi wilayah. Dalam kaitan ini

Haeruman (2001), melihat adanya pergeseran paradigma pembangunan ekonomi

yang dipengaruhi oleh perkembangan demokrasi dan kecenderungan global yang

pada dasarnya mencakup hal-hal berikut:

a. Pergeseran dari functional integration yang memberi tekanan pada pendekatan

sektoral menuju territorial integration yang memberi tekanan pada

pemberdayaan masyarakat lokal.

b. Pergeseran dari national development menuju ke local development.

Pembangunan nasional di masa datang merupakan kerangka tindakan dari

pembangunan masyarakat lokal yang bercirikan karakteristik wilayah.

c. Pergeseran dari rural and urban dichotomy menuju ke rural-urban linkages.

Pengembangan wilayah di masa datang harus melihat keterkaitan antara desa

dan kota sebagai suatu mata rantai pengembangan ekonomi wilayah yang

saling mempengaruhi.

Page 10: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

d. Pergeseran dari orientasi daratan menuju ke orientasi daratan dan kepulauan.

Pengembangan wilayah di masa datang perlu mempertimbangkan akses dari

simpul ke simpul, sumberdaya alam di laut yang bersifat dinamis, serta

keterkaitan antara pemanfaatan sumberdaya alam dan kewenangan masyarakat

lokal.

2.3.2 Perencanaan Penggunaan Lahan

Lahan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Sedemikian pentingnya

nilai lahan, hingga seringkali muncul konflik di antara berbagai stakeholders yang

disebabkan oleh perbedaan kepentingan dalam pemanfaatan lahan. Potensi

penggunaan lahan sangat beragam, mulai dari pertanian, pertambangan, kehutanan

dan perlindungan alam serta industri dan perkotaan. Pengambilan keputusan yang

tepat dalam pemanfaatan lahan seringkali menjadi persoalan penting dalam

masyarakat modern (Verheye, 1997).

Perencanaan penggunaan lahan (land-use planning) merupakan proses

penilaian secara sistematis terhadap potensi lahan, alternatif penggunaan lahan

dan kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam rangka menetapkan opsi

penggunaan lahan terbaik. Perencanaan penggunaan lahan selalu berhubungan

dengan beberapa aktivitas seperti penetapan penggunaan lahan untuk masa yang

akan datang (physical planning), peningkatan kondisi fisik lahan (land

development) dan penetapan metode pengelolaan lahan (land management) (van

Lier, 1998). Aktivitas ini menurut Johnsons dan Cramb (1996) membutuhkan

informasi yang tepat yang terkait dengan aspek biofisik, ekonomi dan sosial.

Tanpa dukungan data yang akurat, perencanaan tidak akan berhasil mencapai

tujuan (societal goals) yang diinginkan.

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, perencanaan penggunaan lahan

menempati posisi yang sangat sentral. Perencanaan penggunaan lahan selalu

dihadapkan pada dua dimensi yang saling bertentangan, yaitu konservasi ekologi

dan pertumbuhan ekonomi. Keberlanjutan (sustainability) sebagai tujuan utama

perencanaan penggunaan lahan sering kali menjadi dilema manakala kedua

kepentingan yang saling bertentangan ini harus disatukan. Menanggapi hal

tersebut, van Lier (1998) optimis akan tetap bisa dilaksanakan apabila para pelaku

Page 11: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

ekonomi merasa diri sebagai bagian dari lingkungan sehingga kesejahteraan

ekonomi tidak akan pernah bisa dicapai tanpa langkah-langkah nyata

perlindungan terhadap lingkungan dan basis sumberdaya yang ada. Demikian juga

perlunya penanaman kesadaran bahwa keuntungan ekonomi jangka panjang hanya

dapat diraih apabila tercipta keseimbangan lingkungan dan sumberdaya secara

dinamik. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan juga diperlukan sebagai

prasyarat bagi terciptanya keseimbangan lingkungan dan sumberdaya.

Van Lier (1998) mengusulkan konsep spasial untuk menjembatani

kesenjangan antara kepentingan konservasi dengan pertumbuhan ekonomi dalam

rangka mencapai tujuan keberlanjutan. Konsep ini didekati dari 3 subkonsep,

yaitu konsep integrasi vs segregasi (integration vs segregation concept); konsep

kerangka kerja (framework concept); dan konsep jaringan ekologi (ecological

network concept). Konsep integrasi berbasis landscape ecology. Beberapa tipe

penggunaan lahan (misalnya pertanian, infrastruktur, outdoor recreation dan lalu

lintas) direncanakan dan dikembangkan dengan tetap menjaga fungsi ekologi

wilayah. Konsep kerangka kerja didasarkan pada pemahaman tentang adanya

perbedaan antara bagian wilayah yang berdinamika tinggi (misalnya pertanian,

rekreasi, permukiman dan transportasi) dengan bagian wilayah yang berdinamika

rendah (misalnya ekosistem alami). Konsep ini melakukan koreksi melalui

segregasi spasial terhadap lahan dengan penggunaan intensif (intensively-used

lands) yang memerlukan lay-out dan pemanfaatan yang fleksibel pada satu sisi,

dan lahan dengan penggunaan ekstensif yang memerlukan stabilitas pada sisi lain.

Konsep jaringan ekologi merupakan sebuah konstelasi elemen-elemen landscape

yang bersifat fungsional dalam konteks dispersi spesies di dalam landscape yang

bersangkutan. Jaringan ekologi membuat hubungan antara wilayah inti (core

regions), wilayah pengembangan (nature development regions), dan wilayah-

wilayah penghubung (connecting areas).

Page 12: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

2.4 Kecenderungan Pergeseran Basis Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai

tantangan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Di antara berbagai

tantangan itu adalah tingginya jumlah penduduk yang masih berada di bawah

garis kemiskinan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) dan distribusi

pembangunan antar wilayah yang tidak merata. Tantangan lain yang tidak kalah

pentingnya adalah bahwa pada saat ini ki ta dihadapkan pada kenyataan semakin

berkurangnya minyak dan bahan tambang yang di masa lalu merupakan

komoditas ekspor andalan; juga semakin langkanya sumberdaya terrestrial

sehingga semakin sulit untuk dikembangkan. Menghadapi AFTA (ASEAN free

trade area) yang diimplementasikan mulai tahun 2003 dan APEC (Asia Pacific

economic cooperation) yang akan diimplementasikan mulai tahun 2020, tantangan

yang dihadapi Bangsa Indonesia menjadi semakin kompleks dan perlu

penyelesaian serius.

Pengalaman pembangunan selama ini menunjukkan lemahnya infrastruktur

perekonomian Indonesia. Kondisi ini memperkuat kesadaran perlunya

membangun fundamental ekonomi yang kokoh seiring dengan semakin

intensifnya pemanfaatan sumberdaya alam sebagai raw input pembangunan.

Segala upaya untuk mencari alternatif baru pertumbuhan ekonomi perlu semakin

digalakkan sementara sumber-sumber pertumbuhan yang telah ada tetap

dipelihara keberlanjutannya.

Dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi (1,8% pada tahun 2004),

Indonesia ibarat sebuah bus dengan penumpang yang berjejal. Dengan angka

pertumbuhan sebesar itu, pada tahun 2020 Indonesia akan dipadati oleh sekitar

267 juta jiwa. Disamping peningkatan potensi dampak lingkungan (Holder, 2003),

jumlah penduduk yang besar berarti peningkatan kebutuhan yang signifikan

terhadap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental services)

(Turner, et al., 1998). Ironisnya, ketersediaan sumberdaya alam dan jasa-jasa

lingkungan itu kini telah semakin tipis akibat perilaku hedonik manusia dari

waktu ke waktu. Illegal logging telah menghabiskan jutaan hektar hutan dan

mengubahnya menjadi lahan kritis yang memilukan. Perilaku bertani yang salah

telah mengubah jutaan hektar lahan subur menjadi lahan kritis yang menyisakan

Page 13: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

penderitaan yang berkepanjangan. Sumberdaya terrestrial kini dipandang tidak

lagi mencukupi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah. Oleh karena itu

upaya pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan kini

menjadi alternatif yang tidak bisa diabaikan begitu saja sebagai sumber

pertumbuhan baru untuk kepentingan pembangunan.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia (63% wilayah kedaulatan

Indonesia berupa laut), upaya pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa

lingkungan kelautan itu menjadi sebuah keniscayaan. Hal tersebut mengingat

sampai saat ini, potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan

Indonesia yang sangat beragam, belum seluruhnya dimanfaaatkaan secara

optimal. Menurut Dahuri (2000), nilai strategis wilayah pesisir dan laut akan

menjadi semakin nyata, seiring dengan terjadinya pergeseran pusat kegiatan

ekonomi global dari poros Atlantik ke poros Pasifik. Dalam periode 2001-2010

dan periode 2011-2015, Onishi (2001) memproyeksikan laju pertumbuhan

ekonomi global tahunan rata-rata mencapai 3,0% dan 3,1%. Dalam periode itu

pula, wilayah Asia-Pasifik diproyeksikan memiliki laju pertumbuhan ekonomi

tahunan di atas rata-rata global, mencapai 4,0% dan 3,8%. Dalam kondisi ini,

apabila negara-negara sedang berkembang di wilayah Asia-Pasifik mampu

mengatasi persoalan ekonominya melalui kerja sama internasional, maka wilayah

Asia-Pasifik diproyeksikan menjadi pusat pertumbuhan utama menyongsong abad

21. Sektor ekonomi kelautan seperti transportasi laut, perikanan tangkap dan

budidaya, pariwisata, pertambangan dan energi serta industri kelautan di wilayah

Asia-Pasifik diperkirakan akan menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan

ekonomi pada dekade-dekade mendatang.

2.5 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu

Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut bersifat unik dan sangat berbeda

dengan pengelolaan sumberdaya terrestrial atau perairan. Untuk itu diperlukan

program pengelolaan khusus yang disebut dengan integrated coastal zone

management (ICZM) (Clark, 1998) atau integrated marine and coastal area

management (IMCAM) (Klaus et al., 2003). ICZM didisain untuk membangun

sistem pengelolaan sumberdaya dan lingkungan pesisir dan laut dalam rangka

Page 14: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan konservasi ekologi

(Jorge, 1997).

ICZM adalah sistem pengelolaan sumberdaya yang dilakukan pemerintah

pada level lokal/regional (Holder, 2003; French, 2004) dengan bantuan

pemerintah pusat (Clark, 1998). ICZM berkolaborasi dengan berbagai

stakeholders, mulai dari masyarakat pesisir, para pelaku dari berbagai sektor

ekonomi (misalnya perikanan, pertanian, perindustrian dan pariwisata), para

konservasionist dan pemerintah pusat (Jorge, 1997).

ICZM berfokus pada pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan, konservasi

biodiversitas, perlindungan lingkungan dan penanggulangan bencana alam di

wilayah pesisir dan laut. Konsep ICZM diarahkan untuk mewarnai pembangunan

wilayah pesisir dan laut melalui pendidikan, pengelolaan sumberdaya dan

penilaian lingkungan. Di antara instrumen utama ICZM adalah peraturan

pemerintah tentang perlindungan biodiversitas dan pengendalian pemanfaatan

sumberdaya; serta penilaian lingkungan yang dapat memprediksi dampak dari

berbagai kegiatan pembangunan (Clark, 1998).

ICZM mengembangkan keluasan partisipasi publik, koordinasi antara

pemerintah dengan sektor swasta serta pengembangan keilmuan tentang

konservasi wilayah pesisir dan laut. Pada tataran perencanaan, ICZM melakukan

penilaian terhadap berbagai rencana kegiatan, menyiapkan rencana

penanggulangan dampak dan alternatif kegiatan yang menjamin berlangsungnya

pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan. Pada tataran pengelolaan, ICZM

memberikan guide pada proses pembangunan wilayah pesisir dan laut untuk

meningkatkan konservasi sumberdaya dan perlindungan biodiversitas dengan

menggunakan berbagai pendekatan.

Di antara beberapa pendekatan dasar yang digunakan, Joseph dan Balchand

(2000) menekankan pentingnya zoning sebagai pendekatan utama ICZM. Dalam

konteks zoning, wilayah pesisir dan laut mengenal beberapa subdivisi zona, yaitu

preservation zone, scientific research zone, wilderness zone, national park zone,

recreational zone dan general use zone. Zoning telah banyak digunakan oleh

negara-negara pantai untuk mengimplementasikan ketentuan tentang pengelolaan

sumberdaya pesisir dan laut secara efektif. Prosedur ini meliputi perizinan,

Page 15: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

penguasaan lahan serta rehabilitasi dan revisi periodik baik secara administratif

maupun ilmiah.

Program konservasi wilayah pesisir dan laut yang kaya akan berbagai

sumberdaya dipandang penting seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang

semakin cepat. Wilayah pesisir sarat akan berbagai pemanfaatan, seperti

permukiman, perdagangan, rekreasi, militer dan industri. Di berbagai belahan

dunia, pertumbuhan ekonomi yang unsustainable dan pertumbuhan penduduk

yang pesat merupakan faktor penekan utama wilayah pesisir dan laut (Tol et al.,

1996). Konversi lahan di wilayah pesisir dan laut untuk berbagai kepentingan

berlangsung begitu massive dan berdampak pada terjadinya degradasi dan deplesi

sumberdaya alam dan pencemaran.

Beberapa program ICZM yang penting di antaranya adalah meningkatkan

produktivitas perikanan dan pendapatan dari sektor wisata, mempertahankan

fungsi hutan mangrove, serta melindungi kehidupan dan sumberdaya lainnya dari

kerusakan. ICZM menjamin keberlanjutan ekonomi berbasis sumberdaya dalam

jangka panjang. Menurut Worm (1998), pengelolaan wilayah pesisir dan laut

harus didasarkan pada kesadaran tentang potensi sumberdaya yang unik yang

dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masa depan dengan tanpa

meninggalkan prinsip-prinsip perlindungan lingkungan.

Berkaitan dengan berbagai persoalan yang dihadapi ICZM, Clark (1998)

mengemukakan beberapa persoalan penting sebagai berikut:

a. Degradasi sumberdaya.

Demand terhadap sumberdaya pesisir dan laut sampai saat ini dinilai telah

melampaui supply yang tersedia. ICZM menawarkan konsep sustainable use

management yang menjamin ketersediaan sumberdaya terbarukan (renewable)

untuk saat ini dan masa depan.

b. Pencemaran.

Pencemaran menyebabkan terjadinya penurunan dayadukung dan kualitas

sumberdaya. Pencemaran bersumber dari daratan dan terbawa ke laut melalui

sungai.

Page 16: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

c. Biodiversitas/keanekaragaman hayati.

Konsekuensi dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi adalah

tekanan terhadap spesies yang memiliki nilai etis dan ekonomis tinggi.

Pengaturan melalui kebijakan pemerintah diperlukan untuk melindungi

spesies yang terancam punah.

d. Bencana alam.

ICZM mengintegrasikan perlindungan kehidupan dan sumberdaya pesisir dan

laut dari bencana alam (misalnya banjir, siklon dan amblesan tanah) ke dalam

perencanaan pembangunan.

e. Kenaikan permukaan air laut (Giles, 2002).

Kenaikan permukaan air laut lebih dari 1 kaki (30 cm) dalam kurun waktu 100

tahun terakhir yang disebabkan oleh tingginya konsentrasi gas rumah kaca

(GRK) di atmosfer berpotensi menimbulkan banjir yang mengancam

kehidupan masyarakat.

f. Abrasi pantai.

Abrasi merupakan masalah yang mengancam masyarakat yang tinggal di

dekat bibir pantai. ICZM merekomendasikan pendekatan non-struktural

seperti penataan kembali garis pantai dan pemeliharaan jarak aman dari garis

pantai untuk semua kegiatan pembangunan.

g. Penggunaan lahan.

Penggunaan lahan yang tidak terkendali berpotensi menimbulkan dampak

negatif terhadap ekosistem pesisir (misalnya terjadinya penurunan

biodiversitas karena pencemaran). ICZM mengantisipasi hal semacam itu dan

merekomendasikan solusinya.

h. Hinterlands.

ICZM berperan dalam menyusun strategi untuk mengurangi dampak negatif

pemanfaatan lahan hinterlands terhadap sumberdaya pesisir dan laut.

i. Landscape.

Landscape wilayah pesisir dan laut bersifat unik, sehingga memerlukan

perhatian khusus untuk melindungi dan menjamin akses masyarakat ke

wilayah tersebut. Salah satu program ICZM adalah melakukan preservasi

keindahan landscape.

Page 17: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

j. Konflik pemanfaatan sumberdaya.

Wilayah pesisir dan laut menyimpan potensi konflik di antara para

stakeholders. ICZM menyediakan platform metodologi resolusi konflik

secara formal.

2.6 Pembangunan Berkelanjutan

Pada beberapa dekade terakhir, konsep pembangunan keberlanjutan

(sustainable development) semakin sering digunakan oleh banyak negara di dunia

untuk mengimplementasikan kebijakan pembangunan baik pada level nasional

maupun internasional. Saat ini, keberlanjutan (sustainability) telah menjadi

elemen inti (core element) bagi banyak kebijakan pemerintah negara-negara di

dunia dan lembaga-lembaga strategis lainnya (Ekins dan Simon, 2001).

The World Commission on Environment and Development (WCED)

mendefinisikan pembangunan keberlanjutan sebagai meeting the needs of current

generations without compromising the ability of future generations to meet their

own needs (World Commission on Environment and Development, 1987). Selain

berorientasi masa depan, secara etis definisi ini juga memberi jaminan pemenuhan

kebutuhan hidup antar generasi. Menurut Khanna et al. (1999), pembangunan

berkelanjutan berimplikasi pada keseimbangan dinamis antara fungsi maintenance

(sustainability) dan transformasi (development) dalam rangka pemenuhan

kebutuhan hidup.

Dengan context-dependent pada dimensi ekonomi, ekologi dan sosial,

sustainability bukanlah endpoint dari sebuah proses, tetapi justru merupakan

representasi dari proses itu sendiri. Menurut Cornelissen et al. (2001),

sustainability memiliki implikasi pada dinamika pembangunan yang sedang

berlangsung dan dikendalikan oleh ekspektasi tentang berbagai kemungkinan di

masa depan. Untuk memulai dan memantau pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan, diperlukan kerangka kerja terstandardisasi (standardized

framework) yang terbagi dalam 4 tahap (Cornelissen et al., 2001): 1.

Mendeskripsikan permasalahan sesuai dengan konteksnya; 2. Mendeterminasi

permasalahan dengan context-dependent pada dimensi ekonomi, ekologi dan

sosial; 3. Menterjemahkan permasalahan ke dalam indikator keberlanjutan yang

Page 18: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

terukur; 4. Menilai kontribusi indikator-indikator tersebut pada pembangunan

berkelanjutan secara menyeluruh.

Menurut Khanna et al. (1999), perencanaan pembangunan berkelanjutan

perlu mempertimbangkan secara mendalam adanya trade-off antara level

produksi-konsumsi dengan kapasitas asimilasi ekosistem. Sesuai dengan konsep

dayadukung (carrying capacity), peningkatan kualitas hidup hanya bisa dilakukan

bila pola dan level produksi-konsumsi memiliki kompatibilitas dengan kapasitas

lingkungan biofisik dan sosial. Melalui proses perencanaan berbasis daya-dukung

(carrying capacity-based planning process), kondisi ini bisa dicapai dengan

mengintegrasikan ekspektasi sosial dan kapabilitas ekologi ke dalam proses

pembangunan. Dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan, Khanna et al.

(1999) me nambahkan, bahwa ekonomi dipandang sebagai sebuah subsistem dari

sebuah ekosistem regional. Tidak mungkin terjadi pertumbuhan ekonomi yang

tidak terbatas. Dalam perspektif makroekonomi, hal ini berarti bahwa tingkat

pertumbuhan ekonomi harus selalu berada di dalam batas dayadukung wilayah

dan berada pada trade-off antara jumlah penduduk dan penggunaan sumberdaya

per kapita di dalam wilayah yang bersangkutan.

Perencanaan pembangunan berkelanjutan membutuhkan informasi yang

tepat tentang opsi penggunaan sumberdaya, pilihan teknologi yang digunakan,

perubahan struktur sistem, pola konsumsi, tingkat kualitas hidup yang diinginkan

dan status lingkungan yang menjamin tereduksinya tekanan ekologis oleh

berbagai proses ekonomi. Pada level wilayah, operasionalisasi skema tersebut

membutuhkan proses identifikasi keterkaitan antara kapasitas sumberdaya,

aktivitas pembangunan, kapasitas asimilasi, status lingkungan, pertumbuhan

ekonomi dan tingkat kualitas hidup yang diinginkan.

2.7 Kebijakan Publik di Bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan

Permasalahan kebijakan publik di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan seringkali muncul pada saat terjadi kesenjangan (diskrepansi) antara

kualitas lingkungan pada level aktual dengan level yang dipersyaratkan. Dalam

mengatasi persoalan ini, diperlukan kebijakan publik untuk mengendalikan

Page 19: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

perilaku produksi dan konsumsi masyarakat sehingga kesenjangan di antara kedua

level tersebut dapat semakin didekati. Kelemahan institusional dalam

implementasi kebijakan, kesalahan dalam perencanaan, prosedur dan penerapan

pendekatan berpotensi menimbulkan dampak berupa konflik sosial yang mahal

(Masalu, 2000; French, 2004). Berkaitan dengan hal tersebut, Fraser et al. (2006)

menyarankan diimplementasikannya multi-stakeholder processes agar tujuan

pengelolaan lingkungan dapat dicapai dengan baik.

Diperlukan kriteria yang tepat dalam mengevaluasi kebijakan dan untuk

mengidentifikasi alternatif kebijakan terbaik dalam mengatasi permasalahan.

Menurut Field dan Field (2002), sejumlah kriteria yang digunakan untuk

mengevaluasi kebijakan publik di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan di antaranya adalah efficiency dan cost-effectiveness, equity, incentives

for long-run innovations, enforceability dan agreement with moral precepts.

Kebijakan publik yang efficient merupakan kebijakan yang mendorong perilaku

masyarakat (konsumen) bergerak ke arah keseimbangan antara marginal

abatement cost dan marginal damages. Dengan biaya yang serendah-rendahnya,

kebijakan publik yang cost-effective akan menghasilkan peningkatan kualitas

lingkungan yang setinggi-tingginya. Kriteria equity (fairness) dalam sebuah

kebijakan publik ditunjukkan oleh adanya concern moralitas untuk

mendistribusikan benefits dan costs secara adil kepada seluruh anggota

masyarakat. Incentives for long-run innovations digunakan untuk mengevaluasi

apakah sebuah kebijakan publik mampu memberikan insentif yang kuat bagi

individu atau kelompok masyarakat untuk menemukan cara-cara baru yang

inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan. Kriteria enforceability dalam

sebuah kebijakan publik dimaksudkan sebagai penguatan hukum dan dilakukan

melalui dua langkah yakni monitoring dan sanctioning. Agreement with moral

precepts dimaksudkan agar setiap kebijakan publik dijalankan sepenuhnya dengan

tanggung jawab moral yang tinggi.

Menurut Sterner (2003) serta Field dan Field (2002), beberapa alternatif

kebijakan untuk mengatasi permasalahan pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori besar, yaitu decentralized

polices, command and control polices dan incentives-based polices. Decentralized

Page 20: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

polices dimaksudkan sebagai kebijakan publik yang memberikan kesempatan

kepada para pihak untuk mengelola masalah sendiri. Hal ini bisa ditempuh baik

melalui negosiasi informal maupun interaksi yang lebih formal di pengadilan.

Sistem desentralisasi pada proses pengambilan keputusan dalam perencanaan

wilayah pesisir dan laut terbukti mampu meningkatkan kompatibilitas dan

keseimbangan dalam pemanfaatan sumberdaya, penilaian lingkungan dan

partisipasi publik (Worm, 1998). Command and control polices merupakan

kebijakan publik yang menuntut perilaku masyarakat agar mematuhi standard

pengelolaan yang telah ditetapkan di dalam undang-undang. Kebijakan ini

mensyaratkan aturan hukum sebagai dasar pengelolaan untuk mencapai level

kualitas lingkungan yang diinginkan. Incentives-based polices merupakan

kebijakan publik yang memungkinkan masyarakat untuk memanfaatkan jasa-jasa

lingkungan melalui mekanisme charges and subsidies. Selain itu juga untuk

memperjualbelikan property right yang berupa ijin untuk mengemisikan polutan

(discharge permits) kepada pihak lain.

2.8 Sistem Dinamik

Menurut Anderson dan Johnson (1997), sistem adalah kumpulan dari

komponen-komponen yang saling berinteraksi, interrelasi atau interdependensi

(Kirkwood, 1998) dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Komponen sebuah sistem dapat berupa objek fisik yang dapat disentuh dengan

indera (misalnya berbagai spare parts yang menyusun sebuah mobil). Komponen

sebuah sistem dapat juga bersifat intangible seperti aliran informasi, kebijakan

perusahaan, interaksi interpersonal, bahkan apa yang menjadi state of minds

dalam diri seseorang seperti feeling, values dan beliefs. Anderson dan Johnson

(1997) mengatakan, bahwa sistem memiliki ciri khas yaitu tujuannya spesifik;

bagian-bagian penyusunnya lengkap, utuh dan tersusun secara spesifik; mampu

memelihara stabilitas diri melalui fluktuasi dan pengaturan; serta memiliki

mekanisme umpan balik (feedback mechanism).

Dynamic systems memiliki mekanisme internal untuk selalu mengalami

perubahan sepanjang waktu (Ottosson dan Bjorg, 2003). Dynamic systems

digunakan untuk mencari penjelasan tentang berbagai permasalahan jangka

panjang yang terjadi secara berulang-ulang di dalam struktur internal. Mekanisme

Page 21: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

umpan balik merupakan konsep inti yang digunakan di dalam dynamic systems

untuk memahami struktur sistem. Diasumsikan bahwa keputusan secara sosial

atau individual dibuat berdasarkan informasi tentang keadaan sistem atau

lingkungan di sekitar pengambil keputusan berada.

Model-model sistem dinamik dibentuk oleh banyak lingkar simpal kausal

(causal loop diagrams) yang saling berhubungan satu sama lain. Diagram simpal

kausal pada dasarnya merupakan representasi grafis dari pemahaman tentang

struktur yang sistemik. Diagram ini sangat penting karena memberi panduan

tentang bagaimana sistem itu dibangun dan bagaimana sistem itu berperilaku

(Kim dan Anderson, 1998). Diagram ini pada dasarnya menggambarkan sistem

tertutup. Sebagian besar variabel berhubungan melalui mekanisme umpan balik

dan berupa variabel endogenous. Apabila ada beberapa faktor yang dipercaya

mempengaruhi sistem dari luar tanpa dipengaruhi oleh dirinya sendiri, faktor

tersebut dipertimbangkan sebagai variabel eksogenous di dalam model.

Diagram simpal kausal memainkan peranan penting dalam studi tentang

dynamic systems. Selama pengembangan model, diagram simpal kausal dapat

dijadikan sebagai preliminary sketches dari hipotesis kausal yang dibangun.

Selain itu, diagram simpal kausal juga dapat dianggap sebagai simplifikasi model

(Goodman, 1980). Diagram simpal kausal dan diagram alir (flow diagram; stock

and flow diagram) sangat penting untuk memahami struktur sistem sebelum

mengembangkannya ke dalam persamaan sistem. Diagram alir tersusun dari

elemen rate, level dan auxiliary (Kirkwood, 1998) yang diorganisasikan dalam

sebuah network. Level adalah akumulasi atau persediaan (stock) material atau

informasi. Elemen-elemen sistem yang menunjukkan keputusan, tindakan atau

perubahan di dalam suatu level disebut rate. Rate adalah aliran material atau

informasi ke atau dari level.

Simpal kausal dibedakan menjadi dua macam; yaitu simpal positif

(reinforcing feedback loop) dan simpal negatif (balancing feedback

loop)(Bellinger, 2004). Simpal positif cenderung untuk memperkuat gangguan

dan menghasilkan pertumbuhan atau peluruhan eksponensial. Simpal negatif

cenderung meniadakan gangguan dan membawa sistem pada keadaan

kesetimbangan atau mencapai tujuan. Kombinasi dari kedua jenis simpal kausal

Page 22: II TINJAUAN PUSTAKA · alam dan aktivitas manusia ... Cadangan minyak dan gas Indonesia tersebar di 60 cekungan (basins), yang ... Logam mulia (emas) ...

tersebut sering terjadi dan memungkinkan pengguna dynamic systems

merumuskan sejumlah generalisasi atau teorema yang berguna sehubungan

dengan struktur sistem pada kecenderungan perilaku dinamik.