II. METODOLOGI - pengndutnews.files.wordpress.com€¦ · Web viewI. PENDAHULUAN. Tinjauan....
Transcript of II. METODOLOGI - pengndutnews.files.wordpress.com€¦ · Web viewI. PENDAHULUAN. Tinjauan....
I. PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) adalah salah satu komoditas ekspor
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan memberikan sumbangan yang besar
bagi pendapatan dan devisa. Pertanaman tembakau tersebar di Sumatra, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi (Amir, 1992). Menurut Triwiarto (2003)
Kabupaten Jember memberikan kontribusi lebih dari 50 persen dari ekspor
tembakau Indonesia selama periode 1989-1993.
Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika. Asal
mula tembakau liar tidak diketahui dengan pasti karena tanaman ini sangat tua dan
telah dibudidayakan berabad-abad lamanya. Penggunaan tembakau berasal dari
bangsa Indian, berkaitan dengan upacara-upacara keagamaan mereka. Tanaman
tembakau telah menyebar keseluruh Amerika Utara, sebelum masa kedatangan
orang kulit putih. Colombus yang pertama kali mengetahui penggunaan tembakau
ini dari orang-orang Indian.
Kata tembakau berasal dari kata Indian tobacco yang merupakan nama pipa
yang telah digunakan oleh orang Indian untuk merokok daun tanaman ini. Setelah
itu, tembakau menjadi populer di Eropa dan digunakan untuk berbagai keperluan.
Misalnya, menghilangkan rasa lapar, mengurangi rasa kantuk atau pingsan dan
mengobati beberapa penyakit.
Tanaman tembakau di Indonesia diperkirakan dibawa oleh bangsa Portugis
atau Spanyol pada abad XVI. Menurut Rhumpius, tanaman tembakau pernah
dijumpai di Indonesia tumbuh dibeberapa daerah yang belum dijelajahi oleh
bangsa Portugis atau Spanyol (Matnawi, 1997).
Tanaman tembakau termasuk famili solanaceae bersama dengan tanaman lain,
misalnya Solanum tuberosum, Solanum melongena, solanum licopersicum, dan
Capsicum annum. Famili solanaceae mempunyai 85 genus, terdiri dari 1800
species.
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas pada
tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Tanaman dari bibit cabutan
terkadang mengalami gangguan kerusakan akar. Jenis akar tunggang pada
tanaman tembakau yang tumbuh subur terkadang dapat tumbuh sepanjang 0,75 m.
Akar tanaman tembakau kurang tahan terhadap adanya air berlebihan. Air yang
selalu menggenang atau sering menggenang akan berpengaruh negatif kepada
aerasi sehingga dapat mengganggu pertumbuhan akar yang berakibat
pertumbuhan tanaman akan kurang sempurna, bahkan tanaman dapat mati.
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui dan mengamati hama-hama utama pada tanaman tembakau.
II. METODOLOGI
2.1 Alat dan bahan
2.1.1 Alat
a. Plastik
b. Alat tulis
c. Kertas A4
d. Jaring
2.1.2 Bahan
Hama Tanaman Tembakau
2.2 Cara kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengamati tanaman tembakau
3. Mengambil hama yang ada pada pertanaman tembakau yang diamati dan
meletakkan pada plastik yang telah disiapkan.
4. Mengidentifikasi hama yang telah diperoleh pada tanaman tembakau
tersebut.
5. Menggambar hama yang telah diidentifikasi tadi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Dari praktikum yang telah dilakukan dan setelah diidentifikasi didapatkan
jenis-jenis hama yang diperoleh dan berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut
1. Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae.
Spesies : Spodoptera litura
Karakter Hama : Ukuran tubuh kecil sampai sedang, badan gemuk, tegap,
Sayap depan agak sempit, bisanya berwarna suram
dengan garis-garis teratur merah, kuning atau orange.
Gejala kerusakan : Ulat membuat lubang pada daun tembakau. Menyerang
tanaman pada malam hari. Daun tembakau menjadi layu,
karena fotosontesis terhambat
Kisaran inang : Polifag (tembakau, kapas, padi jagung, tomat, tebu,
buncis, kubis, pisang, dan lain-lain).
Status hama : Hama penting
2. Ordo : Lepidoptera
Famili :
Spesies : Helicoverpa spp
Karakter Hama : Warna hijau muda / lebih cerah, memiliki bulu – bulu di
setiap fragmen tubuhnya, jumlah ruas tubuh 11 – 12 buah,
3 buah di depan, 4 buah di tengah, 1 buah di belakang,
alat mulut penggigit pengunyah, ubuh keras.
Gejala kerusakan : Ulat membuat lubang pada daun tembakau. Menyerang
tanaman pada malam hari. Daun tembakau menjadi layu,
karena fotosontesis terhambat
Kisaran inang : Polifag (tembakau, kapas, padi jagung, tomat, tebu,
buncis, kubis, pisang, dan lain-lain).
Status hama : Hama penting
3. Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae.
Spesies : Heliothis armigera
Karakter Hama : Berwarna hijau kekuningan, tedapat titik-tiik kecil
disamping tubuhnya.
Gejala kerusakan : Melubangi buah, tetapi ada juga yang memakan daun
tembakau
Kisaran inang : Polifag (jagung, tomat, tembakau, kapas, kentang, jarak,
polong pupuk hijau, bermacam-macam sayuran dan
tanaman hias).
Status hama : Hama penting
4. Ordo : Hemiptera
Famili : Aphididae
Spesies : Myzus persicae
Karakter Hama : Warna bervariasi ada yang kuning, hijau, keunguan,
bagian kepala dada, pungggung abdomen, terdapat adanya
bintik-bintik berwarna hitam.
Gejala kerusakan : Hama mengisap cairan sel tanaman, sehingga hanya
jaringan tanaman yang lunak yang paling disukainya.
Daun berkerut dan keriting serta penumbuhannya
terhambat.
Kisaran inang : Kakao, kina, kopi, teh, tembakau, kentang dan cabai
5. Ordo : Thysanoptera
Famili : Tripidae
Spesies : Thrips tabaci
Karakter Hama : Kutu berwarna kuning sampai coklat kehitam-hitaman.
Gejala kerusakan : Terdapat bercak-bercak keperakan pada daun muda karena
cairan daun diisap, daun tanaman menjadi keriting.
Kisaran inang : Cabai, tembakau
6. Ordo : Hemiptera.
Famili : Miridae.
Spesies : Cyrtopeltis tenuis
Karakter Hama : Berwarna kehijauan sampai hijauan gelap.
Gejala kerusakan : Menghisap cairan tangkai daun, daun muda dan tangkai
bunga. Daun menjadi layu dan akhirnya menjadi kering.
Kisaran inang : Tembakau
Status hama : Oligofag (tembakau, tomat, wijen dan beberapa jenis
gulma).
3.2 Pembahasan
Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu spesies hama yang
menyerang tanaman tembakau. Selain menyerang tembakau, ulat ini juga
menyerang tanaman lainnya seperti kedelai, kacang tanah, kentang, cabai, bawang
merah dan kubis.
Umur ngengat pendek, bertelur dalam 2-6 hari. Telur diletakkan dalam
kelompok dan bentuknya bermacam-macam. Masing-masing kelompok berisi
telur lebih kurang 350 butir dan jumlah semua telur 2000-3000 butir. Telur akan
menetas sesudah 3-5 hari. Untuk sementara setelah menetas, ulat kecil masih tetap
berkumpul. Baru beberapa hari kemudian mereka tersebar mencari makanan. Ulat
merusak tanaman tembakau dengan cara membuat lubang pada daun tembakau,
sehingga mutu daun menjadi berkurang. Siang hari ulat bersembunyi dalam tanah
dan menyerang tanaman pada malam hari. Mereka suka bersembunyi di tempat
yang lembab. Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri yang khas yaitu
pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna
hitam, dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Setelah cukup
dewasa yaitu sekitar 2 minggu ulat mulai berkepompong di dalam tanah.
Pupuanya dibungkus dengan tanah.
Gambar 1. Hama Spodoptera litura
Usaha pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan cara mekanis
yaitu telur dan larva mudanya diambil dan dimusnahkan, secara biologis dengan
disemprot Bacillus thuringiensis atau Borrelinavirus litura, secara kimia dengan
insektisida contohnya Azodrin, Thiodan 35 EC, Dipterex 95 SP dan Tokuthion
500 EC, serta dengan sanitasi gulma.
Hama yang kedua yaitu Helopheltis armigera yang merupakan hama pada
tanaman tembakau yaitu pemakan daun tembakau. Hama ini sangat polifag karena
selain menyerang tembakau, hama ini juga menyerang tomat, kapas, kentang,
jarak,polong pupuk hijau, juga bermacam-macam sayuran dan tanaman hias.
Warna ulat bervariasi. Ada yang hijau kekuningan, hijau, hijau
kecokelatan, cokelat tua hampir hitam dan cokelat muda. Ngengat memakan madu
dari bunga-bunga tanaman dan biasanya bertelur pada tanaman yang sedang
berbunga. Telurnya diletakkan satu-persatu dalam jumlah yang besar pada bagian
atas tanaman inang, lalu ulat yang baru menetas kemudian turun ke bawah dan
melakukan aktivitas makan. Ngengat biasanya bertelur sampai 1000 butir. Ulat
bersifat kanibal. Ulat dewasa turun ke tanah dan berkepompong di sana.
Perkembangan dari telur sampai ngengat sekitar 35 hari.
Gambar 2. Hama Heliothis armigera
Pengendalian terhadap Heliothis armigera dapat dilakukan dengan rotasi
tanaman yang tepat. Juga dapat disemprot dengan insektisida misalnya Cymbush
dan Nuvacron. Tanaman liar Mimosa invisa yang sering menjadi tanaman liar
dibersihkan. Pada waktu malam ngengat ditangkap dengan perangkap lampu.
Apabila tanaman tembakau banyak terserang hama ini maka di tepi kebun
tembakau ditanami tanaman jagung sebagai tanaman perangkap untuk
mengurangi serangan.
Hama yang ketiga yaitu kutu daun temakau (Myzus persicae).
Morfologi/Bioekologi hma ini yaitu secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 -
6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan
biasanya hidup secara berkoloni. Satu generasi kutu ini berlangsung selama 6 - 8
hari pada kondisi lingkungan sekitar 25oC, dan 21 hari pada 15oC. Di antara
semua kutu daun yang menyerang jeruk, kutu daun coklat merupakan yang
terpenting. Karena kutu tersebut merupakan penular virus penyebab penyakit
Tristeza yang paling efisien. Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies
kutu daun ini serupa.
Gambar 3. Myzus persicae
Kerusakan karena hama ini tampak pada bagian-bagian tanaman yang
masih muda, misalnya tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih
muda. Hal ini terjadi karena serangga menusukkan stiletnya, kemudian mengisap
cairan sel tanaman, sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak yang paling
disukainya. Daun berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat. Pada
bagian tanaman di sekitar aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang
hitam, yaitu Capnodium sp. yang tumbuh pada sekresi atau kotoran kutu daun
berupa embun madu. Kadang-kadang di sekitar koloni tersebut terdapat semut
yang juga menyukai sekresi yang dihasilkan serangga ini.
Cara pengendalian
1. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang
mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan
tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak
tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2.
Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu.
2. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/
sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan
pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan.
3. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari
famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae,
Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.
4. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif
sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada tunas bila tunas
terserang 25 %.
Hama yang keempat yaitu Thrips tabaci. Thrips termasuk dalam ordo
Thysanoptera (serangga bersayap duri), subordo Terebranta, famili Tripidae dan
genus Megalurothrips (Borror et al. 1996). Thrips mempunyai tubuh kecil dan
langsing dengan panjang sekitar 0,50-5 mm. Tipe alat mulut adalah pengisap
penggesek. Makanan yang ditelan biasanya dalam bentuk cairan. Antena pendek,
4-9 ruas. Serangga betina mampu bertelur 200 – 250 butir pada pada jaringan
daun muda, tangkai kuncup dan buah. Telur menetas setelah 6 – 8 hari. Instar
pertama berwarna putih transparan kemudian menjadi kuning dan instar
berikutnya berwarna coklat. Pada instar ini Thrips aktif bergerak mencari tempat
yang terlindung, biasanya pada urat daun atau pada lekukan di permukaan bawah
daun (deptan, 2005) sebagaimana terlihat pada gambar 1.
Gambar 4. Fase nimfa instar 1 Thrips tabaci
Thrips mengalami metamorfosis yang bersifat agak pertengahan; dua
instar pertama tidak bersayap pada bagian eksternal (disebut nimfa); instar ketiga
disebut prapupa dan instar keempat disebut pupa dan tahapan selanjutnya adalah
serangga dewasa. Thrips berkembang biak secara partenogenesis. Thrips biasanya
meletakkan telur pada tanaman muda, berumur 10-15 hari. Telur diletakkan satu
per satu pada jaringan daun muda bagian bawah. Telur berbentuk oval, berwarna
putih keruh saat akan menetas. Setelah telur menetas, nimfa instar pertama keluar
berwarna putih transparan, mempunyai tiga pasang kaki dan berukuran 0,50 mm.
Fase instar pertama berlangsung 2-3 hari. Setelah mengalami ganti kulit, nimfa
instar kedua muncul dengan warna kuning tua keruh yang lama kelamaan menjadi
agak kecokelatan, berukuran sekitar 0,80 mm. Nimfa instar dua berlangsung 3-4
hari. Setelah ganti kulit, muncul prepupa yang dicirikan dengan terbentuknya
kerangka sayap yang belum sempurna dan gerakannya tidak aktif.
Pada proses selanjutnya kerangka sayap menjadi sempurna, tetapi bulu
sayap yang berupa rumbai-rumbai belum terbentuk. Warnanya menjadi cokelat
muda dengan beberapa garis melintang berwarna cokelat tua. Fase ini disebut
dengan fase pupa. Setelah ganti kulit yang terakhir, muncul imago yang berwarna
hitam dengan ukuran sekitar 2 mm. Pada fase imago, semua organ telah terbentuk
sempurna dan serangga siap bertelur. Pada kondisi yang optimum, daur hidup
memerlukan waktu 15 hari. Serangga dewasa dapat hidup selama 20 hari dan
menghasilkan telur 40-50 butir.
Waktu tanam berpengaruh pada populasi thrips dan kerusakan yang
diakibatkannya. Suhu dan curah hujan mempengaruhi populasi thrips. Populasi
thrips pada tanaman di musim hujan sangat rendah; tetapi meningkat seiring
dengan datangnya musim kemarau dan semakin tinggi ketika cuaca semakin
kering. Semakin tinggi populasi thrips, semakin tinggi pula kerusakan tanaman
sehingga akan menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil. Dengan
demikian populasi dan serangan thrips dapat diramal berdasarkan musim.
Thrips biasanya menyerang tanaman muda (sekitar umur satu bulan)
dengan gejala daun tidak berkembang secara normal, dan terlihat bercak klorotik
yang tidak beraturan, serta tanaman menjadi kerdil. Terdapat bercak-bercak
keperakan pada daun muda karena cairan daun diisap, daun tanaman menjadi
keriting. Nimfa dan serangga dewasa mengisap cairan permukaan daun dengan
mulut pengisapnya, sehingga permukaan atas daun berbintik-bintik keputihan dan
permukaan bawah daun menjadi nekrotik. Serangan hama ini pada bagian tangkai
dan daun muda mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi daun agak
menggulung ke atas dan pertumbuhan daun tidak normal. Gejala muncul sejak
tanaman masih muda yang dicirikan dengan daun-daun yang mengerut, tanaman
menjadi kerdil, pembentukan bunga terlambat atau bunga rontok. Dengan
rontoknya bunga, buah cabai gagal terbentuk sehingga hasil menjadi rendah.
Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan
timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil bahkan
pucuk mati. Menurut Chang dalam Chang (1991), spesies ini dapat hidup dan
berkembang pada 28 spesies tanaman. Bunga merupakan bagian tanaman yang
paling disukai, walaupun bagian tanaman yang lain seperti daun juga digunakan
sebagai tempat hidup. Di samping dapat menimbulkan gejala langsung, beberapa
spesies thrips dapat bertindak sebagai vektor virus mosaik dan virus keriting
Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan mengatur jarak tanam. Dengan
demikian usaha pengendalian mudah dilakukan. Di samping itu, penularan ke
tanaman lain dapat dihambat. Untuk perkembangannya, kelembaban ideal yang
dibutuhkan serangga ini sekitar 70%. Apabila populasi hama ini dianggap sudah
membahayakan keselamatan tanaman, maka sisarankan untuk segera
mengendalikan nya dengan insektisida seperti Curacron, Basudin, dan Matador.
Dosis sesuai anjuran.
Hama yang kelima yaitu Cyrtopeltis tenuis, nama umumnya adalah kutu
hijau. Kutu ini baik yang masih nimfa maupun dewasa menghisap cairan tangkai
daun dan daun muda, tangkai bunga. Biasanya populasinya tinggi pada musim
kering. Telur di letakkan pada permukaan bawah daun muda, pada bagian basal
urat daun. Berwarna putih gelap sampai kekuningan dan berubah warna menjadi
oranye terang sebelum menetas. Ukuran panjang berkisar 0,85 mm dan
diameternya 0,21 mm. Masa inkubasi 7 – 9 hari.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada tanaman cabai terdapat beberapa jenis hama diantaranya yaitu
Spodoptera litura, Heliothis armigera, Myzus persicae, Thrip tabaci, dan
Cyrtopeltis tenuis.
2. Gejala serangan ulat grayak (Spodoptera litura) yaitu pada daun yang
terserang terlihat bekas gigitan dan rusak berlubang-lubang.
3. Gejala serangan ulat pucuk (Heliothis armigera) yaitu Melubangi buah ,
tetapi ada juga yang memakan daun tembakau.
4. Gejala serangan kutu daun (Myzus persicae) yaitu Hama mengisap cairan
sel tanaman, sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak yang paling
disukainya. Daun berkerut dan keriting serta penumbuhannya terhambat.
5. Gejala serangan akibat hama Thrips yaitu terdapat bercak-bercak
keperakan pada daun muda karena cairan daun diisap, daun tanaman
menjadi keriting.
6. Gejala serangan Cyrtopeltis tenuis yaitu menghisap cairan tangkai daun,
daun muda dan tangkai bunga. Daun menjadi layu dan akhirnya menjadi
kering.
7. Populasi Thrips pada tanaman di musim hujan sangat rendah; tetapi
meningkat seiring dengan datangnya musim kemarau dan semakin tinggi
ketika cuaca semakin kering.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A.M. 1992. Pengendalian Kutu dan Myzus persicae Sulzer Secara Kimiawi pada Tembakau Besuki Na-Oogst. Pros. Hasil Penelitian Tembakau Besuki Na-Oogst. Tahun 1991. Balittas, Malang.
Erwin. 1998. Pedoman Tekhnis HPT Tembakau. Balai Penelitian Tembakau Deli
PTPN II, Medan. AvaIlable at : http://www.tanindo.com/abdi16/hal_2901.htm_1998. Diakses Pada Tanggal 18 Oktober 2009.
Matnawi, H. 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius. Yogyakarta
Subiyakto, S. 1995. Tembakau Pengendalian Hama dan Penyakit. Kanisius. Yogyakarta.
Triwidiarto, C. 2003. Studi Pekerja Anak pada Industri Tembakau di Kabupaten Jember. J. Ilmiah Inovasi. Vol. 3 No. 2, Mei-Agustus 2003. Politeknik Negeri Jember, Jember. 12-14.
LAPORAN PRAKTIKUM
HAMA PENTING TANAMAN UTAMA
Acara : Hama Penting Tanaman Tembakau
Tempat : Laboratorium Hama Tanaman
Oleh :
Nama : Hendrika SM. Siagian
Nim : 061510401079
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHANUNIVERSITAS JEMBERFAKULTAS PERTANIAN
2009