UJI STABILITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum ... · oleh SUHARSONO dan ARIS TJAHJOLEKSONO....
Transcript of UJI STABILITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum ... · oleh SUHARSONO dan ARIS TJAHJOLEKSONO....
UJI STABILITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana
tabacum) TRANSGENIK KULTIVAR SR1 YANG
MENGANDUNG GEN Gα PADA GENERASI T2
ELINA MARGANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Stabilitas Tanaman
Tembakau (Nicotiana tabacum) Transgenik Kultivar SR1 yang Mengandung Gen
Gα pada Generasi T2 adalah benar karya saya bersama dengan komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Elina Margani
NIM G34120063
ABSTRAK
ELINA MARGANI. Uji Stabilitas Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum)
Transgenik Kultivar SR1 yang Mengandung Gen Gα pada Generasi T2. Dibimbing
oleh SUHARSONO dan ARIS TJAHJOLEKSONO.
Protein Gα memiliki peranan penting dalam berbagai proses pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan. Gen Gα dari kedelai kultivar Slamet yang
dikendalikan oleh promoter kuat 35SCaMV yang dipautkan dengan gen nptII
penyandi resisten terhadap kanamisin telah berhasil diintroduksikan ke genom
tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) SR1 dengan menggunakan Agrobacterium
tumefaciens. Penelitian ini bertujuan menganalisis stabilitas integrasi gen Gα di
bawah kendali promoter kuat 35SCaMV pada tanaman tembakau kultivar SR1
transgenik. Uji segregasi dilakukan dengan menanam biji tembakau transgenik
generasi T1 dan T2 dan nontransgenik pada media MS yang mengandung kanamisin
50 mg/L. Khi-kuadrat digunakan untuk menganalisis segregasi di dalam populasi
T1 dan T2. Analisis Khi-kuadrat menunjukkan bahwa gen nptII tanaman tembakau
di dalam tanaman transgenik generasi kedua (T1) diwariskan kepada generasi ketiga
(T2) mengikuti pola pewarisan Mendel dengan perbandingan 3:1. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa terdapat satu salinan gen nptII yang terpaut dengan gen G
di dalam genom tanaman transgenik. Pemberian 1.6 mM Al selama 72 jam pada
media kultur menunjukkan bahwa akumulasi Al pada akar tanaman transgenik lebih
rendah dari pada tanaman nontransgenik. Hal ini memberikan indikasi bahwa
Gαberperan mencegah masuknya Al ke dalam akar sehingga tanaman menjadi
toleran terhadap cekaman aluminium.
Kata kunci: Agrobacterium tumefaciens, aluminium, gen Gα, gen nptII, promoter
35SCaMV
ABSTRACT
ELINA MARGANI. Stability Test of Tobacco Plants (Nicotiana tabacum)
Transgenic SR1 Cultivar which Contain Gα Genes in T2 Generation . Supervised
by SUHARSONO and ARIS TJAHJOLEKSONO.
Gα protein has an important role in the growth and development of plants. Gα
genes of soybean cv. Slamet controlled by a strong promoter 35SCaMV linked to
nptII gene encoding for kanamycin resistance was successfully introduced into the
genome of tobacco plant (Nicotiana tabacum) SR1 using Agrobacterium
tumefaciens. The aim of this research was to analyze the stability of the integration
of Gα gene under the control of 35SCaMV promoter in transgenic tobacco plants
cv. SR1. The segregation analysis was conducted by planting seeds of transgenic
tobacco T1 and T2 generation and nontransgenic tobacco SR1 on MS medium
containing of 50 mg/L kanamycin. Chi-square was used to analysis the segregation
in T1 and T2 population. Chi-square analysis show that nptII gene is inherited from
second generation (T1) transgenic plants to third generation (T2) following the
Mendelian inheritance pattern with a ratio of 3:1. This pattern showed that the
transgenic plants contain one copy of nptII gene linked to Gα gene in the genome.
Addition of 1.6 mM Al for 72 hours in the culture media showed that accumulation
Al in the roots of transgenic plants was lower than that of nontransgenic ones. This
indicated that Gα plays an important role in preventing the entry of Al into the root
cells, so the plant become tolerant to Al stress.
Keywords: Agrobacterium tumefaciens, aluminum, Gα gene, nptII gene, 35SCaMV
promoter
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
UJI STABILITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana
tabacum) TRANSGENIK KULTIVAR SR1 YANG
MENGANDUNG GEN Gα PADA GENERASI T2
ELINA MARGANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2016 ini ialah
pewarisan genetika, dengan judul Uji Stabilitas Tanaman Tembakau (Nicotiana
tabacum) Transgenik Kultivar SR1 yang Mengandung Gen Gα pada Generasi T2.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Suharsono, DEA selaku
pembimbing pertama dan Dr Ir Aris Tjahjoleksono selaku pembimbing kedua atas
arahan, waktu, kesabaran yang disediakan dan semua ilmu yang diberikan. Terima
kasih kepada Dr Ir Sulistijorini, MS selaku dosen penguji atas saran dan
masukannya sehingga tulisan ini menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Almarhumah Ibu Dr Ir Utut Widyastuti,
MSi yang telah membimbing selama penulis melakukan penelitian. Masukan,
saran, bimbingan serta kasih sayang yang telah beliau berikan begitu berarti untuk
penelitian. Terima kasih penulis sampaikan kepada Penelitian Unggulan Pusat
(PUP) atas nama Dr Ir Utut Widyastuti, MSi dengan judul “Analisis Functional
Genomic Gen Gα pada Tanaman Kedelai yang mendapat Cekaman Abiotik Akibat
Perubahan Iklim” yang telah mendanai penelitian ini.
Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf di laboratorium BIORIN
dan Biologi Molekular dan Selular Tanaman, khususnya kepada Mbak Pepi
Elvavina, Ibu Nia Dahniar, Bapak Abdul Mulya, Teh Ara, Pak Asep, Pak Iri, Pak
Yanto dan Bu Retno (staf laboratorium Terpadu Biologi) selaku teknisi yang telah
memfasilitasi dan memberikan bantuan. Terima kasih kepada senior yang telah
membantu mengarahkan, Bu Ifa, Bu Ida, Pak Asri, Pak Ilyas, Mas Nono, Mbak
Nurul, Mbak Nuril, Kak Seni, Kak Yusdar, Kak Hana, dan Kak Lutfi atas semua
ilmu, bimbingan dan kerjasama yang diberikan. Ungkapan terima kasih kepada
teman-teman seperjuangan yang selalu bersedia direpotkan Sasti dan Elsy, sahabat-
sahabat penulis (Ratih, Risa, Mazidah dan Thomson) atas semangat dan
dukungannya. Terima kasih untuk seluruh rekan-rekan Biologi 49 dan rekan-rekan
kontrakan putri Gamapuri 49 (Pramesti, Mela, Ika, Tanti, Maeda) atas dukungan
yang diberikan. Terima kasih tak terlupakan kepada Andi Wisnu N yang telah
bersedia memberikan bantuan, perhatian, dan dukungan serta mendengarkan keluh
kesah selama perjuangan penyelesaian tugas akhir. Ungkapan terima kasih penulis
sampaikan kepada ayahanda dan ibunda tercinta, Nurcahyo dan Sitatun, dan adik
tersayang Rizal Ab’Daan serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan dan
kasih sayang yang diberikan.
Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, September 2016
Elina Margani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
BAHAN DAN METODE 2
Tempat dan Waktu 2
Bahan 2
Alat 3
Metode 3
Uji Segregasi Gen Gα pada Tembakau Transgenik T2 3
Pengamatan Anatomi Daun Tanaman Transgenik Generasi T1 3
Analisis Kualitatif Kandungan Aluminium pada Akar dengan Pewarna
Hematoksilin 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Uji Segregasi Gen Gα pada Tembakau Transgenik Generasi T1 dan T2 4
Pengaruh Cekaman Aluminium terhadap Akumulasi Aluminium pada
Tanaman Transgenik Gα Generasi T2 8
SIMPULAN DAN SARAN 10
Simpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 14
DAFTAR TABEL
1 Nilai Khi-kuadrat pada uji satu gen bebas pada biji T2 N. tabacum kultivar
SR1 7
DAFTAR GAMBAR
1 Daerah T-DNA dari plasmid rekombinan pGWB402-Gα 3 2 Morfologi a) Tanaman transgenic generasi T1 TGα.1/1 dan b) tanaman
nontransgenik. 5 3 Sayatan melintang daun Nicotiana tabacum transgenik generasi T1 dan
nontransgenik 5
4 Tanaman transgenik generasi T2 pada media MS0 yang mengandung
antibiotik kanamisin 50 mg/L dan tanaman nontransgenik pada media MS0
tanpa kanamisin 6 5 Tanaman generasi T2 yang ditanam pada media MS0 yang mengandung
kanamisin 50 mg/L pada 2 bulan setelah tanam 6 6 Pertumbuhan tanaman transgenik generasi T2 dari biji TGα.1/1 yang
resisten terhadap kanamisin pada media seleksi kanamisin 8 7 Uji histokimia akumulasi Al dengan pewarnaan hematoksilin pada akar
selama 72 jam 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Komposisi Media MS (Murashige dan Skoog 1962) 13 2 Komposisi media hara cair modifikasi dari Sopandie et al. (1999) 13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein G merupakan salah satu protein yang berperan dalam transduksi
sinyal. Berdasarkan komposisi dan ukurannya protein G diklasifikasikan menjadi
protein heterotrimerik G dan protein G kecil. Protein heterotrimerik G terdiri atas
subunit α, β, dan γ (Gα, Gβ, dan Gγ). Komplek heterotrimerik tersebut dalam
keadaan inaktif ketika tidak ada sinyal ekstraselular dan berada dalam bentuk trimer
(Ma 1994; Perfus-Barbeoch et al. 2004). Protein heterotrimerik G merupakan
mediator yang mengirimkan sinyal ekstraselular melalui molekul reseptor ke
molekul efektor (Fujisawa et al. 2001). Sinyal ekstraselular berikatan dengan
reseptor yang ada di membran, dan mengaktifkan protein heterotrimerik G.
Aktifnya protein heterotrimerik G menyebabkan terputusnya ikatan Guanin
Diphospat (GDP) yang berikatan dengan Gα menjadi Guanin Triphospat (GTP). Perubahan konformasi tersebut menyebabkan Gα berpisah dengan dimer Gβγ, dan
kembali membentuk trimer saat inaktif (Perfus-Barbeoch et al. 2004).
Aktifnya protein heterotrimerik G dapat meningkatkan ketahanan terhadap
cekaman biotik dan abiotik. Protein Gα telah diketahui terlibat dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, diantaranya brassinosteroid signaling
pada tembakau dan padi (Wang et al. 2006; Oki et al. 2009). Gen Gα telah diketahui
perannya dalam resistensi terhadap patogen (Suharsono et al. 2002), germinasi
polen dan transduksi sinyal ekstraseluler kalmodulin (Ma et al. 1999).
Ion Al3+ merupakan bentuk yang paling toksik bagi tanaman. Cekaman Al
dapat menurunkan integritas membran, menginduksi pembentukan peroksidasi
lipid dan kalosa sehingga menghambat pertumbuhan perpanjangan akar primer
(Yamamoto et al. 2001). Cekaman Al juga mampu menginduksi beberapa gen yang
berperan dalam sistem pertahanan tumbuhan. Gen Gα diduga terlibat dalam sistem
pertahanan tersebut (Asmann 2002).
Kedelai kultivar Slamet dan Lumut merupakan tanaman yang tahan dan peka
terhadap cekaman Al (Anwar et al. 2000). Cekaman Al 1.4 mM dan 1.6 mM
meningkatkan ekspresi gen Gα dan menghambat perpanjangan akar pada kedelai
kultivar Slamet (Mashuda 2006). Kedelai kultivar Slamet memiliki satu salinan gen
Gα di dalam genom dan telah berhasil diisolasi dan dikloning pada vektor pGEMT-
Easy (Suharsono 2006). Hartini (2008) telah melakukan pendekatan reserve genetic
untuk menonaktifkan gen Gα pada kedelai kultivar Slamet dengan menggunakan
irradiasi sinar gamma. Kandidat mutan Gα hasil irradiasi diseleksi berdasarkan
fenotip stomata menutup pada siang hari (Perfush-Barbeoch et al. 2004) dan kerdil
(Fujisawa et al. 1999). Seleksi mutan gen Gα yang stabil telah dilakukan hingga
generasi ke enam (Limbong 2010; Fajri 2011). Mutasi tersebut menghasilkan dua
nomor tanaman mutan cDNA gen Gα yang berasal dari kultivar Slamet yaitu M1
dan M2 (Fajri 2011).
Pemberian mastoparan 30 µM yang merupakan aktivator gen Gα yang
diberikan selama 8 sampai 24 jam bersamaan dengan cekaman aluminium dapat
memperbaiki kerusakan jaringan sel yang diakibatkan oleh cekaman aluminium
pada kultivar peka Lumut (Suharsono 2006). Hasil penelitian analisis fungsional
gen Gα dengan menggunakan mutan yang kehilangan gen Gα menunjukkan bahwa
2
mutan Gα dari kultivar Slamet yang toleran cekaman asam dan pH rendah menjadi
tidak toleran. Hal ini memberikan indikasi adanya pengaruh kuat kehilangan Gα
menyebabkan perbedaan sifat toleran terhadap cekaman aluminium dan asam pada
tanaman mutan dibandingkan tipe liarnya (Widyastuti dan Suharsono 2015).
Analisis fungsi cDNA gen Gα dari kedelai kultivar Slamet dapat diketahui
dengan melakukan ekspresi berlebih gen tersebut pada tanaman model Nicotiana
tabacum kultivar SR1. Vektor ekspresi biner pGWB402-Gα telah berhasil dirakit
dengan cara Recombination Cloning menggunakan enzim LR clonase. Gen Gα dari
kedelai kultivar Slamet dikendalikan oleh promoter kuat 35SCaMV yang telah
berhasil diintroduksikan ke dalam genom N. tabacum SR1 dengan menggunakan
Agrobacterium tumefaciens LBA4404 (Fajri 2014). Ekspresi gen Gα yang dikontrol
oleh promoter kuat 35SCaMV meningkat tanpa adanya aktivitas eksternal berupa
cekaman biotik maupun abiotik. Untuk mendapatkan tanaman homozigot yang
membawa gen Gα maka perlu dilakukan uji stabilitas integrasi gen Gα pada
generasi berikutnya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis stabilitas integrasi gen Gα di bawah
kendali promoter kuat 35SCaMV pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum)
kultivar SR1.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium
BIORIN (Biotechnology Research Indonesian – The Netherlands) Pusat Penelitian
Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB, Laboratorium Terpadu
Departemen Biologi IPB, dan Laboratorium LIPI Cibinong. Penelitian dimulai dari
bulan Januari sampai dengan Juli 2016.
Bahan
Bahan tanaman yang digunakan adalah biji dari tanaman transgenik
Nicotiana tabacum kultivar SR1-Gα generasi T1 dan T2 dan biji tanaman
nontransgenik Nicotiana tabacum. Ekspresi gen Gα diatur dengan kendali promoter
kuat 35SCaMV dan disisipkan bersama dengan gen penanda seleksi nptII (Gambar
1) pada daerah T-DNA plasmid pGWB402 (Fajri 2014). Bahan lain yang digunakan
adalah media Murashige and Skoog (MS) sebagai media pertumbuhan tanaman in
vitro dan media MS mengandung kanamisin konsentrasi 50 mg/L sebagai media
seleksi, kloroks, tween 80, air steril, media hara kultur air, dan larutan 1.6 mM Al,
pewarna hematoksilin 0.2% (b/v).
3
Gambar 1 Daerah T-DNA dari plasmid rekombinan pGWB402-Gα. RB: right
border, LB: left border, 35S-P: promoter 35SCaMV, Gα: gen penyandi
protein Gα dari kedelai kultivar Slamet, NPTII: neomycin
phosphotransferase II, nos: nopaline synthase (Digambar ulang dari
Fajri (2014)).
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, Laminar Air
Flow (LAF), alat tanam (pinset, gunting, scalpel), autoklaf, botol kultur, pH meter,
mikroskop cahaya, mikroskop stereo, mikrotom beku, aerator, dan tray semai.
Metode
Uji Segregasi Gen Gα pada Tembakau Transgenik T2
Biji tembakau tansgenik generasi T1 dan T2 dikeringkan dalam oven (40˚C)
selama 3 hari. Biji disterilisasi dengan Bayclin (5.25% NaClO) 100% selama 5
menit, dan dibilas dengan air steril hingga cairan tidak berwarna coklat. Biji
ditanam pada media MS0 sebagai kontrol dan MS (Lampiran 1) yang mengandung
kanamisin 50 mg/L di dalam cawan petri. Biji dikondisikan dalam suhu optimal
untuk perkecambahan yaitu 23˚C dan pertumbuhannya diamati dan dibandingkan
dengan kontrol setiap minggu. Analisis khi-kuadrat (chi-square) dilakukan untuk
menguji rasio segregasi dari hipotesis pada kecambah T2 tembakau transgenik 35S-
Gα dengan rumus:
χ2 = ∑(𝑜 − 𝑒)2
𝑒
Keterangan:
o : nilai observasi
e : nilai harapan
Pengamatan Anatomi Daun Tanaman Transgenik Generasi T1 Daun tanaman transgenik generasi T1 galur TGα.1/1, TGα.1/3, TGα.1/5 dan
daun tanaman nontransgenik dipotong membentuk persegi. Masing-masing daun
tersebut disayat melintang dengan menggunakan mikrotom beku. Hasil sayatan
dimasukkan ke dalam alkohol 70%. Sayatan daun kemudian diamati di bawah
mikroskop cahaya.
Analisis Kualitatif Kandungan Aluminium pada Akar dengan Pewarna
Hematoksilin
Tanaman transgenik generasi T2 galur TGα.1/1, TGα.1/3 dan TGα.1/5 yang
berumur dua bulan dengan panjang akar yang sama dicuci dengan air mengalir
hingga bersih dan diukur panjang akarnya. Tanaman tersebut ditanam pada bak,
RB 35S-P Gα Tnos
Pnos:NPTII:Tnos
LB
Xba1 BamH1
4
kemudian bak ditempatkan di dalam bak plastik berisi media hara cair modifikasi
dari Sopandie et al. (1996) (Lampiran 2) pH 6.0 selama 48 jam dengan aerasi. Hari
ke-3 (jam ke-0) media diganti dengan media perlakuan yaitu pH 6.0 tanpa cekaman
Al (kontrol), pH 4.0 tanpa cekaman Al, dan pH 4.0 + 1.6 mM AlCl3. Perlakuan
dilakukan selama 72 jam. Setelah 72 jam dilakukan pengambilan tanaman
transgenik dan nontransgenik untuk dilakukan uji histokimia untuk mengetahui
akumulasi aluminium secara kualitatif dengan mencelupkan ujung akar pada
pewarna hematoksilin 0.2% (b/v) lalu dicuci dengan air mengalir. Pengamatan
bagian ujung akar dilakukan di bawah mikrospkop stereo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Segregasi Gen Gα pada Tembakau Transgenik Generasi T1 dan T2
Penelitian Fajri (2014) menghasilkan tanaman transgenik galur TGα.1. Uji
segregasi dilakukan pada biji generasi T1 dari tanaman transgenik transgenik
generasi T0 yaitu galur TGα.1. Kanamisin merupakan penanda seleksi yang
digunakan pada pembuatan tanaman transgenik hasil transformasi. Tanaman yang
terpapar antibiotik kanamisin akan mengalami penghambatan dalam
pertumbuhannya sehingga dapat menyebabkan kematian pada perkecambahan. Biji
generasi T1 memiliki fenotip kecambah yang tahan dan sensitif terhadap kanamisin.
Semua biji generasi T1 sebanyak 2138 berkecambah pada media MS yang
mengandung kanamisin 50 mg/L. Jumlah kecambah yang tahan (tumbuh) sebanyak
1615 dan sensitif (mati) sebanyak 523. Jumlah kecambah yang tahan dan sensitif
menunjukkan perbandingan 3:1 dengan nilai Khi-kuadrat 0.330. Nilai ini jauh lebih
kecil dibandingkan dengan Khi-kuadrat tabel yaitu 3.841, pada taraf nyata 5%
(Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat satu salinan gen nptII yang terpaut
dengan gen Gα (Gambar 1) dalam genom tanaman N. tabacum transgenik generasi
T1.
Sebanyak delapan tanaman generasi T1 yang tahan terhadap kanamisin
digunakan untuk menghasilkan biji generasi T2. Tanaman transgenik generasi T1
memiliki batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan nontransgenik (Gambar 2).
Pengamatan anatomi daun pada tiga tanaman transgenik T1 menunjukkan bahwa
anatomi daun dari tanaman transgenik dan nontransgenik memiliki ukuran sel daun
yang relatif sama (Gambar 3), sehingga diduga perbedaan morfologi yang terjadi
karena gen Gα yang terdapat dalam tanaman transgenik T1 berperan pada
pembentukan brassinosteroid signaling seperti pada tembakau dan padi (Wang et
al. 2006; Oki et al. 2009). Brassinosteroid signaling menimbulkan respon
pembelahan sel, pembengkokan, reproduksi dan perkembangan vaskular, polarisasi
membran dan pompa proton, dan modulasi akibat stres (Clouse et al. 1998).
Biji yang dihasilkan dari tanaman T1 selanjutnya digunakan untuk uji
stabilitas integrasi gen Gα pada generasi T2. Sebanyak lima tanaman dari delapan
tanaman T1 digunakan untuk analisis segregasi pada generasi T2. Biji tembakau
transgenik dan nontransgenik ditanam pada media MS sehingga dapat diketahui
bahwa biji tersebut memiliki viabilitas yang baik karena akar dan daun mampu
tumbuh dengan baik (Gambar 4a). Biji T2 tanaman transgenik N. tabacum kultivar
5
SR1 dan nontransgenik (Gambar 4 b, c, d) mampu berkecambah pada media seleksi
yang mengandung antibiotik kanamisin 50 mg/L. Biji transgenik yang resisten
(tahan) terhadap kanamisin akan tetap tumbuh dengan daun berwarna hijau segar
(Gambar 5a), ukuran dan jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan biji
nontransgenik, sedangkan biji yang sensitif (tidak tahan) terhadap kanamisin
daunnya berwarna kuning dan berukuran lebih kecil (Gambar 5b). Biji
nontransgenik yang awalnya hijau segar akan berubah menjadi berwarna putih
kemudian mati (Gambar 5c).
Gambar 2 Morfologi a) Tanaman transgenic generasi T1 TGα.1/1 dan b) tanaman
nontransgenik.
Gambar 3 Sayatan melintang daun Nicotiana tabacum transgenik generasi T1 dan
nontransgenik. a) Nontransgenik, b) Transgenik TGα.1/1, c) Transgenik
TGα.1/3, dan d) Transgenik TGα.1/5.
a b
50 c
m
Epidermis Palisade
a
Epidermis Palisade
c
Epidermis Palisade
b
Epidermis Palisade
d
6
Gambar 4 Tanaman transgenik generasi T2 pada media MS0 yang mengandung
antibiotik kanamisin 50 mg/L dan tanaman nontransgenik pada media
MS0 tanpa kanamisin. a) Transgenik TGα.1/1; b) Transgenik TGα.1/3;
c) Transgenik TGα.1/5; d) Nontransgenik. Tanaman diamati pada umur
2 bulan setelah tanam. generasi T2 di media MS0 yang mengandung
kanamisin 50 mg/L. Tanda panah ( ) menunjukkan biji transgenik
pada media seleksi yang sensitif.
Gambar 5 Tanaman generasi T2 yang ditanam pada media MS0 yang mengandung
kanamisin 50 mg/L pada 2 bulan setelah tanam. a) Kecambah resisten
dengan kotiledon hijau, b) kecambah sensitif dengan kotiledon kuning,
dan c) kecambah tanaman nontransgenik dengan kotiledon putih.
Tanaman T2 memiliki kemampuan berkecambah yang sama ketika
ditumbuhkan pada media seleksi yang mengandung kanamisin dan memiliki
fenotip kecambah yang tahan dan sensitif terhadap kamanisin. Resistensi tanaman
transgenik tersebut disebabkan oleh adanya gen nptII. Gen nptII mengkode enzim
neomycin phosphotransferase II yang secara ekstensif digunakan sebagai gen
N
T
T
N
T
N
T
T
a
N
T
b
T
T
d c
NT T
d
NT T
a
NT
T
b
NT
T
c
a c b a c b
7
penanda seleksi. Enzim neomycin phosphotransferase II memiliki kemampuan
memfosforilasi gugus hidroksi dari kanamisin (Miki dan McHugh 2004).
Kanamisin adalah antibiotik aminoglikosida yang terdiri atas satu deoxystreptamin
dan dua unit glukosamin (Yu et al. 2003). Kanamisin memiliki peran sebagai agen
penyeleksi karena dapat membunuh sel tanaman yang tidak diinginkan melalui
penghambatan pertumbuhan sel tanaman (Zhang et al. 2001). Oleh sebab itu,
tanaman transgenik yang resisten terhadap kanamisin akan tetap tumbuh pada
media seleksi karena adanya gen nptII dalam genom tanaman tersebut.
Hasil analisis segregasi gen nptII dengan uji Khi-kuadrat dengan hipotesis
perbandingan 3 resisten, 1 sensitif terhadap kanamisin menunjukkan bahwa
populasi tanaman tembakau pada generasi T2 mempunyai perbandingan 3:1 untuk
resisten dan sensitif terhadap kanamisin (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah gen nptII yang terintegrasi ke dalam genom tanaman tembakau transgenik
adalah sebanyak satu salinan. Karena gen nptII dipautkan dengan gen Ga dengan
jarak yang sangat dekat sehingga kedua gen tersebut diwariskan secara bersama-
sama. Hal ini mengindikasikan bahwa gen Ga juga terintegrasi di dalam genom
tembakau secara stabil dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Hasil ini sesuai
dengan Liu (1998) yang menyatakan bahwa lokus tunggal dapat dikarakterisasi
berdasarkan pola pewarisan Mendel untuk satu gen. Karena uji resistensi
menunjukkan adanya individu tanaman yang sensitif terhadap kanamisin maka
tetua dari kelima populasi generasi T2 merupakan tanaman transgenik heterozigot
untuk gen nptII.
Tabel 1 Nilai Khi-kuadrat pada uji satu gen bebas pada biji T2 N. tabacum kultivar
SR1
Galur
T1
Total
biji TKc Kc
Resisten
(Tumbuh)
Sensitif
(Mati)
Hipotesisi
(Resisten:Sensitif)
x²
hitung
TGα.1/1 444 192 252 198 54 3:1 1.714
TGα.1/2 431 83 348 250 98 3:1 1.854
TGα.1/3 453 73 380 285 95 3:1 0.000
TGα.1/5 405 68 337 265 72 3:1 2.375
TGα.1/7 665 202 463 342 121 3:1 0.317
x² tabel = 3.841 pada taraf nyata 5%; Tkc: Tidak berkecambah; Kc: Berkecambah.
Tanaman transgenik T2 yang telah berumur dua bulan dipindahkan pada
media MS yang mengandung kanamisin 50 mg/L (Gambar 6) untuk memastikan
bahwa tanaman tersebut benar-benar resisten terhadap kanamisin. Pertumbuhan
tanaman transgenik T2 pada media seleksi kanamisin 50 mg/L menunjukkan
pertumbuhan yang baik dengan kondisi tanaman segar dan daun berwarna hijau.
Hal ini menandakan bahwa tanaman tersebut mengandung gen nptII yang terpaut
dengan gen Gα (Gambar 1).
8
Gambar 6 Pertumbuhan tanaman transgenik generasi T2 dari biji TGα.1/1 yang
resisten terhadap kanamisin pada media seleksi kanamisin.
Pengaruh Cekaman Aluminium terhadap Akumulasi Aluminium pada
Tanaman Transgenik Gα Generasi T2
Perlakuan cekaman diberikan pada tanaman nontransgenik dan tiga galur
transgenik Gα generasi T2 dari biji TGα.1/1, TGα.1/3, dan TGα.1/5. Akumulasi Al
didekteksi dengan pewarnaan menggunakan hematoksilin. Semakin pekat
warnanya, semakin tinggi Al yang dikandungnya. Hematoksilin merupakan
pewarna yang diekstrak dari batang pohon kayu logwood. Oksidasi hematoksilin
membentuk hematein, suatu senyawa yang membentuk kompleks berwarna sangat
kuat dengan ion logam tertentu. Kompleks logam-hematein digunakan untuk
mewarnai inti sel sebelum diperiksa di bawah mikroskop. Metode uji pewarna
hematoksilin (Hematoxylin staining) merupakan salah satu cara untuk mendeteksi
akumulasi Al pada ujung akar. Lapisan terluar ujung akar akan terwarnai
hematoksilin apabila pada ujung akar terdapat Al, karena Al bertindak sebagai alat
pengikat hematein yang merupakan komponen oksida dari larutan hematoksilin.
Akar yang terwarnai oleh hematoksilin menunjukkan bahwa akar tersebut
mengandung Al (Agustina et al. 2006)
Perlakuan cekaman aluminium sebesar 1.6 mM Al selama 72 jam
menyebabkan akumulasi aluminium pada akar tanaman nontransgenik, sedangkan
pada tanaman transgenik tidak terjadi akumulasi aluminium. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin berkurangnya warna merah pekat hematoksilin pada 72 jam
perlakuan cekaman pada tanaman transgenik dibandingkan dengan tanaman
nontransgenik. Contoh hasil uji histokimia akumulasi Al pada akar tanaman
nontransgenik dan transgenik generasi T2 dari biji TGα.1/1 dapat dilihat pada
Gambar 7. Perlakuan pH 4 dan pH 6 tanpa Al baik tanaman transgenik maupun
tanaman nontransgenik mempunyai akar yang tidak terwarnai atau sedikit terwarnai
oleh hematoksilin (Gambar 7a dan 7b). Terwarnainya ujung akar yang tidak
mengandung Al pada perlakuan tanpa Al kemungkinan disebabkan oleh pembilasan
ujung akar dengan air yang tidak sempurna sehingga hematoksilin diikat oleh
molekul atau sel akar secara tidak spesifik.
Akar tanaman transgenik TGα.1/1 pada pH 4 + 1.6 mM Al menunjukkan
tidak adanya hematoksilin pada ujung akar (Gambar 7c). Hal ini diduga karena
9
adanya keterlibatan Gα yang mampu meningkatkan konsentrasi Ca2+. Peningkatan
ion Ca2+ tersebut menyebabkan Al yang terakumulasi di dalam sitosol dipompa
keluar sel. Menurut Delhaiz dan Ryan (1995), Al dapat menggantikan kedudukan
ion lain dalam proses metabolisme sehingga metabolisme tumbuhan terganggu.
Akar tanaman nontransgenik dengan pewarnaan hematoksilin menunjukkan adanya
akumulasi aluminium yang lebih tinggi pada pH 4 + 1.6 mM Al sehingga
pertumbuhan akar terganggu.
Gambar 7 Uji histokimia akumulasi Al dengan pewarnaan hematoksilin pada akar
selama 72 jam. a) pH 6, b) pH 4, dan c) pH 4 + 1.6 mM Al. NT)
nontransgenik; TGα.1/1/1, TGα.1/1/2, TGα.1/1/3 dari biji TGα.1/1.
Protein heterotrimerik G meregulasi banyak efektor, di antaranya adenilat
siklase, phosphalipase C dan efektor transducin (Ma 1994). Phospholipase C
menghidrolisis phosphatidyl inositol 4,5-biphosphate (P1P2) menjadi 2 second
messengers yaitu inositol 1,4,5-triphosphate (IP3) dan diacyglycerol (DAG). IP3
dapat meningkatkan reseptor membran seperti kanal Ca2+ dan melepas Ca2+ dari
retikulum endoplasma ke dalam sitosol sehingga level Ca2+ meningkat (Becker et
al. 2000). Ca2+ terlibat dalam berbagai proses dasar seperti aliran di dalam
sitoplasma, pembelahan sel, perpanjangan sel, diferensiasi sel, polaritas sel, dan
respon pertahanan stres pada tanaman (Song et al. 2008).
Hasil penelitian Giok (2010) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian 1.6
mM Al pada mutan 103 dan 338 dari kedelai Slamet menyebabkan akar tanaman
tersebut pendek dan mempunyai jumlah sel di bagian epidermis sampai korteks
yang rusak lebih banyak dari pada kedelai Kultivar Slamet (kultivar tahan). Hal
tersebut diduga karena mutan 103 dan 338 kehilangan gen Gα. Hasil penelitian
Srimulyati (2007) menunjukkan bahwa pada kedelai Kultivar Lumut yang peka
terhadap Al, pemberian Mastoparan 30 µM terbukti meningkatkan ketahanan
tanaman kedelai terhadap 1.6 mM Al yang ditunjukkan oleh adanya pertambahan
panjang akar, penurunan kandungan Al, kandungan peroksidasi lipid dan
kandungan kalosa, serta peningkatan integritas membran sel akar.
NT TGα.1/1/1 NT TGα.1/1/2 NT TGα.1/1/3
(a) (b) (c)
10
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Gen Gα di bawah kendali promoter 35SCaMV terintegrasi secara stabil di
dalam genom tanaman Nicotiana tabacum kultivar SR1 transgenik dan diwariskan
ke generasi ketiga mengikuti pola pewarisan Mendel dengan perbandingan 3:1.
Jumlah gen Gα yang terintegrasi ke dalam genom tanaman transgenik Nicotiana
tabacum kultivar SR1 adalah satu salinan gen. Tanaman transgenik yang
mengandung gen Gα mengakumulasi Al lebih sedikit dari pada tanaman
nontransgenik. Hal ini menunjukkan bahwa Gα berperan dalam mencegah
masuknya Al sehingga tanaman toleran terhadap Al.
Saran
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman
transgenik homozigot. Tanaman homozigot ini akan digunakan untuk uji tantang.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina K, Sopandie D, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D, Hardaningsih W. Di
dalam: Agustina K, Sopandie D, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D,
Hardaningsih W, editor. Distribusi dan Akumulasi Aluminium pada Akar
Sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) melalui Uji Pewarnaan
Hematoksilin [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui].
Bogor (ID): IPB. hlm 47-52; [diunduh 2016 Okt 4]. Tersedia pada:
https://www.academia.edu/15461737/DISTRIBUSI_DAN_AKUMULASI
_ALUMINIUM_PADA_AKAR_SORGUM_Sorghum_bicolor_L_Moenc
h_MELALUI_UJI_PEWARNAAN_HEMATOKSILIN.
Anwar S, Jusuf M, Suharsono, Sopandie D. 2000. Pengklonan gen yang diinduksi
oleh aluminium pada kedelai. Bioteknol Indonesia. 5(1): 7-16.
Anwar. 1999. Pengklonan gen-gen yang diinduksi oleh aluminium pada kedelai
(Glycine max (L) Merryl). [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Assmann SM. 2002. Heterotrimeric and unconventional GTP binding protein in
plant cell signaling. Plant Cell. Supl: S355-S373.
Becker WM, Kleinsmith LJ, Hardin J. 2000. The World of The Cell. 4th Ed.
Madison: The Benjamin/Cummings Publishing Company.
Clouse S, Carolina N, Sasse J. 1998. Brassinosteroids: essential regulator of plant
growth and development. Plant Mol Biol. 49: 427-51.
Delhaiz, Ryan PR. 1995. Aluminium toxicity and tolerance in plant. Plant Physiol.
107: 315-321.
Fajri H. 2011. Identifikasi secara molekuler kandidat mutan Gα dari kedelai kultivar
Slamet berdasarkan mRNA. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fajri H. 2014. Rekayasa genetika Nicotiana tabaccum SR1 dengan gen Gα. [Thesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
11
Fujisawa Y, Kato H, Iwasaki Y. 2001. Structure and function of heterotrimeric G
protein in plant. Plant Cell Physiol. 42(8): 789-794.
Fujisawa Y, Kato T, Ohki S, Ishikawa A, Kitano H, Sasaki T, Asahi T, Iwasaki Y.
1999. Supresion of the heterotrimeric G protein causes abnormal
morphology, including dwarfisme, in rice. Proc Natl Acad Sci. 96: 7575-
7580.
Giok G. 2010. Studi anatomi dan histokimia pada akar kedelai (Glycine max (L.)
Merr) kandidat mutan protein Gα terhadap cekaman aluminium. [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hartini S. 2008. Induksi mutasi dengan irradiasi sinar gamma pada kedelai (Glycine
max (L.) Merrill) kultivar Slamet dan Lumut. [Thesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Jusuf M. 2001. Genetika I: Struktur dan Ekspresi Gen. Jakarta (ID): CV. Sagung
Seto.
Limbong LM. 2010. Identifikasi molekular kandidat mutan protein heterotrimerik
G subunit α (Gα) dari kedelai (Glycine max (L) Merrill) toleran aluminium
kultivar Slamet. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Liu Ben-Hui. 1998. Statistical Genomics: Linkage, Mapping and QTL Analysis.
New York (US): CRC Press LLC.
Ma H. 1994. GTP-binding protein in plants: new members of an old family. Plant
Mol Biol 26: 1611-1636.
Ma L, Xu X, Cui S, Sun D. 1999. The presence of a heterotrimeric G protein and
its role in signal transduction of extracelullar calmodulin in polen
germination and tube growth. The Plant Cell. 11: 1351-1363.
Mashuda. 2006. Ekspresi gen Gα dan GST pada kedelai kultivar Slamet yang
mendapatkan cekanamn aluminium. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Miki B, McHugh. 2004. Selectable marker genes in transgenic plants: applications,
alternatives and biosafety. J Biotechnol. 107: 193-232.
Oki K, Inaba N, Kitagawa K, Fujioka S, Kitano H, Fujisawa Y, Kato H, Iwasaki Y.
2009. Function of the α subunit of rice heterotrimeric G protein in
brassinosteroid signaling. Plant Cell Physiol. 50(1): 161-172.
Perfush-Barbeoch L, Jones AM, Assmann SM. 2004. Plant heterotrimeric G protein
function: insights from Arabidopsis and rice mutants. Plant Biol. 7: 719-731.
Ryan PR, Ditomaso JM, Kochian LV. 1993. Aluminium toxicity in roots: an
investigation of spatial sensitivity and the role of the root cap. Exp Bot J.
44(259): 437-446.
Song W, Zhang Z, Shao H, Guo X, Cao H, Zhao H, Fu Z, Hu X. 2008. Relationship
between calcium decoding elements and plant abiotic-stress resistance. Biol
Sci. 4(2): 116-125.
Sopandie D, Jusuf M, Hamim, Supiatno. 1996. Fisiologi dan genetik daya adaptasi
kedelai terhadap cekaman kekeringan dan pH rendah dengan Al tinggi.
Laporan Riset Unggulan Terpadu (RUT I).
Srimulyati T. 2007. Keterlibatan protein heterotrimerik Gα terhadap cekaman
aluminium pada kedelai (Glycine (L) Merryl) melalui uji histokimia
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
12
Suharsono U, Fujisawa Y, Tsutomu K, Iwasaki Y, Satoh H, Shimamoto K. 2002.
The heterotrimeric G protein α subunit acts upstream of the small GTPase
Rac in disease resistance of rice. Proc Natl Acad Sci. 99: 13307-13312.
Suharsono UW. 2006. Analisis gen penyandi protein heterotrimerik G subunit α
yang terlibat dalam sistem toleransi tanaman kedelai terhadap cekaman
aluminium [laporan akhir hibah bersaing XII]. Bogor (ID): Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Wang L, Xu YY, Ma QB, Li D, Xu ZH, Chong K. 2006. Heterotrimeric G protein
alpha subunit is involved in rice brassinosteroid response. Cell Res. 16: 916-
922.
Widyastuti U, Suharsono. 2015. Analisis Functional genomic Gen G pada
tanaman Kedelai yang mendapat Cekaman abiotik akibat perubahan iklim.
Laporan Penelitian Perguruan Tinggi. RISKTEK-Dikti.
Yamamoto et al. 2001. Lipid peroxidation is an early symptom triggered by
aluminum, but not the primary cause of elongation inhibition in pea roots.
Plant Physiol. 125: 199-208.
Ye F, Signer ER. 1996. RIGS (repeat-induced gene silencing) in Arabidopsis is
transcriptional and alters chromatin configuration. Proc Natl Acad Sci. 93:
10881-10886.
Yin Z, Plander W, Malepszy S. 2004. Transgene inheritance in plants. J Appl Genet.
45: 127-144.
Yu TA, Shyi-Dong Y, Jiu-Sherg Y. 2003. Comparison of the effects of kanamycin
and geneticin on regeneration of papaya from root tissue. Plant Cell, Tissue
Organ Cult. 74: 169-178.
Zhang BH, Fang L, Zhi-Hong L, Hong-Mei W, Chang-Bing Y. 2001. Effects of
kanamycin on tissue culture and somatic embryogenesis in cotton. Plant
Growth Regu. 33: 137-149.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Komposisi Media MS (Murashige dan Skoog 1962)
Kategori Bahan Konsentrasi dalam media (mg/l)
Hara makro
NH4NO3
KNO3
MgSO4.7H2O
KH2PO4
CaCl2.2H2O
FeSO4.7H20
Na2EDTA
1650
1900
370
170
440
27.8
37.3
Hara mikro
H3BO2
MnSO4H2O
ZnSO4.7H2O
KI
NaMoO4.7H2O
CuSO4.5H2O
CoCl2.6H2O
6.2
16.9
8.6
0.83
0.25
0.025
0.025
Vitamin
Niacin
Pyridoxine
Thiamin
Glycine
Myo-Inositol
0.5
0.5
0.4
2
100
Sukrosa 30 g/l
pH 5.8
Lampiran 2 Komposisi media hara cair modifikasi dari Sopandie et al. (1999)
Bahan Konsentrasi dalam media
Ca(NO3)2.4H2O
NH4NO3
MgSO4.7H2O
KH2PO4
MnSO4.H2O
CuSO4.5H2O
ZnSO4.7H2O
H3BO3
(NH4)2Mo7O24.4H2O
Fe-EDTA
0.375 mM
0.250 mM
0.100 mM
0.100 mM
5 µM
0.2 µM
1 µM
5 µM
1 µM
5 µM
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 09 Oktober 1994, merupakan
anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Nurcahyo dan Ibu Sitatun.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N 2 Pangenrejo pada tahun 2006,
menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP N 1 Purworejo pada tahun
2009, dan pendidikan menengah atas di SMA N 7 Purworejo pada tahun 2012.
Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan
kampus. Penulis terlibat aktif dalam kegiatan Organisasi Mahasiswa Daerah
(OMDA) Purworejo, serta aktif terlibat dalam kepanitiaan Masa Perkenalan
Fakultas (MPF) tahun 2014 dan Masa Perkenalan Departemen (MPD) tahun 2014.
Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang
Kewirausahaan tahun 2014 dengan judul “ROKUGGI: Roti Isi Berbahan Dasar
Tepung Sukun (Artocarpus communis) sebagai Alternatif Pengganti Tepung
Gandum”. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Biologi Dasar dan asisten
praktikum Pengantar Genetika Molekuler tahun 2016. Penulis mengikuti kegiatan
Studi Lapang di Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan judul “Bakteri Penghasil
Senyawa Bioaktif yang Diisolasi dari Tanah dan Daun Beberapa Tumbuhan Asal
Gunung Walat” dan Praktik Lapang di Balai BPOM Jakarta Timur dengan judul
“Manajemen Pengujian Sampel Obat Tradisional dan Suplemen Laboratorium
Teranokoko Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Jakarta”.