II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teori - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/19712/4/BAB II LANDASAN...

29
II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teori Konsumsi dan investasi merupakan kegiatan yang berkaitan. Penundaan konsumsi sekarang dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa mendatang. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisisien untuk mengubah satu unit konsumsi yang ditunda untuk dihasilkan menjadi lebih dari satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. (Jogiyanto, 2003 ; 5). Istilah investasi pada umumnya berkaitan dengan aktivitas menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun pada aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Skripsi ini membahas investasi yang berkaitan pada pengelolaan beberapa aktiva yaitu saham, emas, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor. Investor pada umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu investor individual (individual/retail investor) dan investor institusional (institusional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi, sedangkan

Transcript of II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Teori - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/19712/4/BAB II LANDASAN...

II. LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Teori

Konsumsi dan investasi merupakan kegiatan yang berkaitan. Penundaan konsumsi

sekarang dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa mendatang.

Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang

efisisien untuk mengubah satu unit konsumsi yang ditunda untuk dihasilkan

menjadi lebih dari satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi

dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di

dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. (Jogiyanto, 2003 ; 5).

Istilah investasi pada umumnya berkaitan dengan aktivitas menginvestasikan

sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun pada

aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Skripsi ini membahas investasi

yang berkaitan pada pengelolaan beberapa aktiva yaitu saham, emas, dan

Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor. Investor pada umumnya

dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu investor individual (individual/retail

investor) dan investor institusional (institusional investors). Investor individual

terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi, sedangkan

investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi,

lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana

pensiun, maupun perusahaan investasi.

2.2 Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor membuat keputusan

investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk

mengambil keputusan tersebut dilakukan langkah-langkah;

a. Menentukan kebijakan investasi

Di sini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan

dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan

investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya

adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi menyadari bahwa

ada kemungkinan untuk menderita rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan

baik dalam keuntungan maupun risiko.

b. Analisis Sekuritas

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau

sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk

mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya

terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat mendeteksi sekuritas-

sekuritas tersebut.

c. Pembentukan Portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut identifikasi

sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang

akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak

sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan

sekuritas dipengaruhi antara lain: preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status

pajak dan sebagainya.

d. Melakukan Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan

maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang telah dimiliki.

Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi

risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas

yang membentuk portofolio tersebut.

e. Evaluasi Kinerja

Dalam tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap kinerja

(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang

diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau portofolio yang

memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari potofolio

lainnya (Husnan, 200: 49).

2.3 Tipe-Tipe Investasi Keuangan

Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi

tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva-

aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara

lainnya. Sebaliknya investasi tidak langsung dengan membeli aktiva keuangan

dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva keuangan dari

perusahaan-perusahaan lain.

2.3.1 Investasi Langsung

Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang

dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital

market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat

dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat

diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya

diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di

bank atau sertifikat deposito.

Macam-macam investasi langsung dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan

- Tabungan

- Deposito

2. Investasi yang dapat diperjualbelikan

a. Investasi langsung di pasar uang

- T-bill

- Deposito yang dapat dinegosiasi

b. Investasi langsung di pasar modal

- Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities).

- Saham-saham (equity securities)

c. Investasi langsung di pasar turunan

- Opsi

- Future Contract

2.3.2 Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat berharga dari

perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang

menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan

menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam

portofolionya. Perusahaan investasi dapat diklasifikasikan sebagai unit

investment trust, closed-end investment companies, dan open-end investment

companies.

2.4 Pasar Modal

2.4.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana

tersebut. Menurut Suad Husnan, secara formal pasar modal dapat

didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau

sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk

hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public

authorities, maupun perusahaan swasta. (Husnan, 1994 :3)

Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus

bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual

dapat menjual dan membeli surat berharga dengan cepat. Pasar modal

dikatakan efisien jika harga dari surat berharga mencerminkan nilai

perusahaan secara akurat.

2.4.2 Peranan Pasar Modal

Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat

bertemu antara penjual dan pembeli dengan risiko untung rugi. Pasar modal

sangat bermanfaat bagi para investor dan dunia usaha pada umumnya. Pasar

modal berperan sebagai sumber dana yang bersifat jangka panjang,

alternative investasi, wahana untuk melakukan restrukturisasi permodalan

perusahaan, dan media untuk melakukan divestasi. Pasar modal juga

mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan

dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif

terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkan

dananya ke individu lain yang lebih produktif.

Manfaat pasar modal bagi para investor adalah memberikan kesempatan

atau hak kepada masyarakat untuk memiliki perusahaan yang sehat dan

mempunyai prospek yang baik di masa depan, dan merupakan alternative

investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa

diperhitungkan. Sedangkan manfaat pasar modal bagi dunia usaha adalah

membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha serta memberikan akses

kontrol sosial bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya, mendorong

pemanfaatan manjemen profesional dalam pengelolaan perusahaan, wahana

untuk melakukan investasi dalam jangka pendek (likuiditas) maupun jangka

panjang (growth), dan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan.

Jenis pasar modal ada dua macam yaitu :

a. Pasar perdana (primary market)

Pasar perdana adalah pasar di mana untuk pertama kalinya efek di tawarkan

kepada para investor melalui agen penjual. Pada saham perdana ini harga

saham adalah tetap, pembelian saham tidak dikenakan komisi, pemesanan

dilakukan melalui agen penjual, jangka waktu terbatas dan hanya untuk

saham.

b. Pasar sekunder (secondary market)

Pasar sekunder adalah pasar untuk memperjualbelikan efek yang telah

diterbitkan. Di pasar sekunder ini harga saham berfluktuatif sesuai dengan

kekuatan pasar, pembelian maupun penjualan dikenakan komisi, pemesanan

dilakukan melalui anggota bursa dan jangka waktu tidak terbatas.pasar

sekunder dilakukan di Bursa Efek.

2.5 Saham

Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau

badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah

selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik

perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan

ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan

tersebut. Saham sebagai sekuitas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi

bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Hal

ini berbeda dengan obligasi, saham tidak memilki jangka waktu jatuh tempo

(perpetual) dan tidak memberikan pendapatan tetap.

Pada dasarnya saham terbagi atas dua jenis, yaitu :

1. Saham biasa (common stock)

Saham biasa (common stock), merupakan saham yang paling dikenal

masyarakat dan paling banyak digunakan untuk penarik dana dari masyarakat.

Pemilik saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka

menanggung risiko, mendapat keuntungan, mempunyai hak suara dalam

RUPS dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Semakin banyak

prosentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki

untuk mengontrol operasional perusahaan.

Keuntungan saham biasa :

1. Mendapatkan dividen jika perusahaan memperoleh keuntungan.

2. Mempunyai hak suara untuk setiap satu saham dengan satu suara dalam

hal pemilihan dewan direksi perusahaan, pengembalian keputusan

manajemen, dan pengembangan perusahaan.

3. Mempunyai hak atas bonus yang dapat berupa saham gratis (saham bonus)

dan rights jika perusahaan melakukan rights issue.

4. Mendapatkan keuntungan dari penjualan saham jika harga jualnya lebih

tinggi daripada harga pembeliannya.

Kerugian saham biasa :

1. Mendapatkan prioritas terakhir atas kekayaan jika perusahaan yang

menerbitkan saham (emisi) mengalami kerugian, pailit atau dilikuidasi.

2. Apabila perusahaan penerbit saham (emiten)mengalami kerugian, harga

sahamnya dilantai bursa (pasar modal) akan jatuh dan apabila dijual

kemungkinan merugi (capital loss) dan jika perusahaan mengalami

kerugian tidak ada pembagian dividen.

2. Saham preferen (preferent stocks)

Saham preferen (preferent stocks), saham yang memiliki karakteristik

gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan

pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Tetapi juga bisa tidak

mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Pemilik saham

preferen mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran deviden dibandingkan

saham biasa. Bila perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen akan

mendapatkan pembayaran dari sisa aset perusahaan terlebih dahulu sebelum

pemegang saham biasa dan sebagai imbal balik dari hal tersebut, biasanya

pemegang saham preferen memiliki suara yang terbatas. Penilaian saham

preferen ini sederhana karena saham preferen tidak memiliki nilai jatuh tempo.

Keuntungan saham prioritas :

1. Didahulukan dalam pembagian dividen jika perusahaan mengalami

keuntungan.

2. Saham prioritas dapat ditawarkan dalam berbagai cara seperti :

Cumulative Preference Share

Yaitu dividen yang tidak dibagikan pada akhir tahun harus dibagikan

secara kumulatif (seluruhnya) pada tahun-tahun berikutnya.

Participating Preference Share

Yaitu pemilik saham memperoleh prioritas atas keuntungan

perusahaan. Setelah pemilik saham prioritas biasa memperoleh

dividen, pemilik saham prioritas berhak pula memperoleh tambahan

pembayaran dari keuntungan perusahaan yang masih tersisa.

3. Saham prioritas jenis biasa sering pula memperoleh dividen lebih besar

daripada dividen yang diterima pemegang saham biasa.

4. Jika perusahaan dilikuidasi, pemilik saham prioritas akan menerima lebih

dahulu uang yang mereka investasikan sebelum pemilik saham biasa

memperoleh pengembalian modalnya.

Kerugian saham prioritas :

1. Meskipun mendapatkan hak prioritas (istimewa) namun setelah kewajiban-

kewajiban perusahaan dilunasi, saham prioritas hanya diprioritaskan

sebelum saham biasa.

2. Saham prioritas terkadang diterbitkan karena pada perusahaan terjadi

kekurangan dana atau memerlukan dana murah dalam waktu yang relatif

lebih singkat.

3. Kemungkinan terjadi kolusi antara emiten dan penjamin emisi untuk

memperoleh dana murah dan investor yang kurang berpengalaman,

sehingga saham yang dimiliki akan turun nilai atau harganya di lantai

bursa.

Return investasi dalam bentuk kepemilikan saham berupa :

1. Capital gain, merupakan return positif yang berasal dari selisih antara harga

jual yang lebih tinggi daripada haga pada saat pertama kali membelinya.

Apabila harga jualnya lebih rendah daripada harga pada saat pertama kali

membeli, maka return-nya negatif atau sering disebut capital loss.

2. Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit

saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan setelah melalui

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

.

2.5.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang

menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. Umumnya semua

indeks harga saham gabungan (composite) di berbagai negara menggunakan

metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia.

IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai

indikator pergerakan harga saham di BEI. Indeks ini mencakup pergerakan

harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari

Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982.

Indeks Harga Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau

gambaran kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu:

1. Sebagai indikator trend pasar.

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan.

3. Sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio.

4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.

2.6 Investasi Pada Emas

Emas memiliki manfaat fungsional sebagai alat investasi. Emas adalah jenis

investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil serta dapat dikelola

sendiri. Emas dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal

sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas acapkali diidentikan dengan sesuatu

yang nomor satu, prestisius, dan elegan. Hal ini dikarenakan emas adalah Logam

Mulia. Disebut logam mulia karena dalam keadaan murni-dalam udara biasa-emas

tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan tahan karat. Emas banyak

digunakan sebagai standard keuangan di banyak negara dan juga sebagai

perhiasan dan cadangan devisa suatu negara. Dan sampai saat ini emas merupakan

alat pembayaran yang paling utama di dunia.

Emas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Emas

dipersepsikan bernilai di seluruh dunia. Emas mempunyai suplai terbatas dan

permintaan yang tidak terbatas, sehingga harga emas semakin hari semakin naik.

Semakin terbuka informasi secara global, maka secara global, individu dan

lembaga akan mencari nilai dan nilai itu ada pada Emas. Emas banyak dipilih

sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik.

Sangat jarang sekali harga emas turun. Selain itu emas adalah alat yang dapat

digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Inilah

alasan utama investasi Emas, dengan demikian emas sangat layak menjadi salah

satu bagian dari portofolio investasi.

Investasi emas bisa dalam berbagai bentuk yaitu diantaranya sebagai berikut :

1. Balok Emas (gold bullion) : emas dalam bentuk logam mulia (ingot). Untuk

membeli balok emas perlu disertai sertifikat yang dikeluarkan oleh PT

(Persero) Aneka Tambang Unit Logam Mulia.

2. Perhiasan Emas (gold jewelery) : merupakan cara yang populer untuk

membeli emas. Tetapi sebenarnya bukan cara terbaik untuk investasi dalam

emas, karena biasanya adanya biaya pengrajin, mark up penjualan, dan

faktor lainnya.

3. Keping Emas (gold coins): kepingan dengan nilai kleksi kecil atau tidak ada

sama sekali (non-numismatic), karena nilainya terutama ditentukan oleh

kandungan emasnya. Kandungan emas dari keping ini diukur dalam troy

ounce (satu troy ounce mengandung kira-kira 31 gram).

4. Sertifikat Emas (gold certificates) : menunjukkan kepemilikan atas suatu

kuantitas emas tertentu yang disimpan di brankas bank (bank vault).

Kebaikan sertifikat emas : investor tidak perlu mengkhawatirkan keamanan

dari penyimpanan sendiri emas secara fisik dan pembelian sertifikat ems

bisa meringankan pajak penjualan dibandingkan pembelian balok atau

keping emas.

5. Emas mendatang (gold futures): suatu kontrak untuk membeli atau menjual

suatu jumlah emas tertentu pada suatu harga tertentu pada tanggal tertentu.

Kelebihan berinvestasi pada emas yaitu :

1. Anti-krisis dan inflasi

Emas bisa dibilang sebagai investasi yang anti krisis dan inflasi. Dalam

kondisi inflasi, harga emas akan melonjak karena bisa dibilang emas adalah

cermin sempurna dari nilai barang di pasaran. Jika harga barang-barang naik,

maka emas juga naik dengan setara. Dalam kondisi rupiah yang melemah,

emas juga akan naik.

2. Berbentuk fisik

Bagi sebagian orang, rasanya kurang nyaman berinvestasi dalam bentuk aset

kertas seperti saham, reksadana, sukuk dan sebagainya. Investasi akan lebih

aman (dari risiko penipuan) kalau barangnya sendiri berwujud seperti tanah,

properti, ternak atau emas. Selain berbentuk fisik sehingga merasa aman, emas

juga bisa dibentuk dengan menarik dan berkilau, sehingga cocok untuk

dijadikan perhiasan. Sambil berhias, juga investasi, begitu kilah para ibu yang

mengumpulkan emas di pergelangan tangan, leher, dan jari-jemarinya. Tidak

salah juga sih investasi dalam bentuk emas perhiasan, namun hasilnya tidak

seoptimal emas murni atau koin Dinar.

3. Dapat digadaikan/dijadikan jaminan

Karena sifat fisiknya yang tidak aus, emas bisa dijadikan sebagai jaminan

gadai yang sangat baik. Hanya dalam waktu 15 menit, isi kantong bisa

kembali penuh hanya dengan menggadaikan emas di bank syariah.

Kekurangan berinvestasi pada emas yaitu :

1. Tidak praktis

Di satu sisi, investasi emas dalam bentuk fisik digemari sebagian masyarakat

yang merasa lebih aman dengan melihat investasi berwujud. Namun di sisi

lain, investasi dalam fisik emas juga cukup merepotkan. Untuk membeli dan

menjual emas, kita harus betul-betul membawa fisik emasnya. Tidak bisa

menggunakan transaksi elektronik seperti halnya investasi pada perbankan

atau pasar modal.

2. Penyimpanan & pengamanan

Sampai saat ini, belum ada rekening emas di perbankan. ETF berbasis emas

juga belum ada di Indonesia. Perdagangan komoditi emas memang sudah ada,

tapi belum sesuai syariah. Maka pilihan satu-satunya masih harus transaksi

fisik. Ini artinya, kita harus menyiapkan media penyimpanan dan pengamanan

bagi emas tersebut. Sebagai solusinya, brangkas di rumah bisa jadi pilihan,

tapi safe deposit box di bank juga sebetulnya tidak terlalu mahal dibandingkan

dengan harga sekeping emas.

3. Dana macet

Kalau investasi emas dengan cara menyimpan emas, maka itu sama saja

dengan menyimpan dalam dana macet. Memang betul harganya bisa naik dan

kita mendapatkan keuntungan, tapi kalau terlalu banyak menyimpan dana

macet seperti itu membuat ekonomi menjadi kurang bergerak karena emasnya

diam saja tidak produktif. Tidak seperti deposito atau saham yang uangnya

terus berputar di dunia usaha.

Melihat kelebihan dan kekurangannya, maka investasi dalam bentuk emas sangat

cocok untuk menjaga nilai aset di masa depan atau sebagai cadangan dalam

menghadapi krisis dan inflasi. Ini artinya, emas selayaknya menjadi dana

cadangan dalam portofolio dan jumlahnya tidak lebih dari 5 %-10 % dari total aset

kita. Emas juga cocok untuk investasi berbasis mata uang asing seperti haji,

umroh dan pendidikan luar negeri, maka menyimpan emas lebih dari sekedar

cadangan diperbolehkan untuk keperluan tadi. Karena sifatnya yang berbentuk

fisik dan tidak produktif, maka salah satu strategi dalam berinvestasi emas adalah

dengan memanfaatkan jasa perbankan yaitu rahn (gadai emas) dan/atau (SDB)

safe deposit box. SDB untuk menyimpan emas cadangan, dan rahn digunakan

untuk memproduktifkan emas agar tidak diam saja menunggu harganya naik.

2.7 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan

sistem diskonto/bunga. SBI merupakan suatu aktiva bebas risiko sehingga

mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return yang sama dengan

nol. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk

mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat

menyerap kelebihan uang primer yang beredar.

Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh

mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI

menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan

target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode

tertentu.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen investasi jangka pendek

(kurang dari satu tahun) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, yang fungsi

utamanya adalah untuk menjaga stabilitas moneter Indonesia. Dengan

menerbitkan SBI (yang dilakukan melalui mekanisme lelang), maka BI dapat

menyerap likuiditas (uang yang beredar di masyarakat), sehingga nilai tukar

rupiah dapat dikendalikan. Biasanya pembeli SBI itu mayoritas adalah kalangan

investor asing dan korporasi, seperti dana pensiun, aset management, asuransi,

dan lain-lain.

2.8 Tingkat Pengembalian (Return)

Return adalah hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return merupakan salah

satu faktor yang memotivasi para investor untuk melakukan investasi dan

merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi

yang dilakukannya.

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital

gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas

atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan

capital gain (loss) merupakan kenaikan (atau penurunan) harga aktiva yang bisa

memberikan keuntungan (atau kerugian) bagi investor, dengan kata lain dapat

diartikan sebagai perubahan harga aktiva.

Return dapat berupa return realisasi (realized return) atau return ekspektasi

(expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return

realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena

digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini

juga digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan

risiko di masa datang. Sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah

return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.

Untuk menghitung tingkat pengembalian (return) pasar saham menggunakan

persamaan sebagai berikut :

IHSGit – IHSGit-1

Ri = + Dt X 100%

IHSGit - 1

Keterangan :

Ri = Return saham

IHSGit = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t

IHSGit-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1

Dt = Deviden saham

Asumsi yang digunakan untuk menghitung return adalah :

1. Dividen dianggap tidak ada (nol) yang dihitung adalah capital gain

2. Right Issue, Warrant, dan Convertible Bond tidak dihitung

3. Transaction Cost tidak dihitung

4. Risiko yang diamati hanya risiko pasar (risiko sistematis dan risiko

unsystematic dianggap variabel unobserved (eit)

5. Return diperoleh dari perkembangan harga dengan pola Buy, Hold and Sell

6. Data yang digunakan untuk harga saham adalah Indeks Harga Saham

Gabungan penutupan (closing price) pada 2004-2008

Sedangkan return emas dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai

berikut :

Pit – Pit-1

Ri = X 100 %

Pit - 1

Keterangan :

Ri = Return emas

Pit = Harga emas pada periode t

Pit-1 = Harga emas pada periode t-1

Sedangkan return aset bebas risiko pada Sertifikat Bank Indonesia diambil dari

tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.

2.9 Risiko (Risk)

Risiko adalah ketidakpastian. “High gain, high risk” adalah istilah yang ada

dalam dunia investasi, khususnya investasi saham. Risiko bagi investor adalah

suatu hal yang amat penting dan sangat berguna untuk menghindari dari adanya

kesalahan dalam melaksanakan keputusan suatu investasi dalam situasi

ketidakpastian. Risiko dalam investasi saham memang jauh lebih tinggi dari

dibandingkan tabungan, namun saham juga memiliki potensi keuntungan atau

tingkat pengembalian yang lebih besar.

Ada tiga jenis sikap investor terhadap risiko, yaitu :

1. Kelompok yang senang menghadapi risiko (risk seeker).

Kelompok pengambil risiko ini adalah mereka yang senang menghadapi

risiko. Bila dihadapkan pada dua pilihan, yaitu investasi yang kurang atau

yang lebih mengandung risiko dengan perkiraan jumlah hasil pengembalian

yang sama, seorang risk seeker akan lebih suka memilih jenis investasi yang

lebih mengandung risiko.

2. Investor yang anti risiko (risk averter).

Kelompok anti ini adalah yang lebih cendrung menghindari risiko. Jika

dihadapkan pada pilihan di atas maka risk averter lebih cendrung memilih

investasi yang kurang mengandung risiko.

3. Investor yang acuh (indifference) terhadap risiko.

Investor yang acuh terhadap risiko (risk neutral) tidak akan peduli dengan

investasi mana yang akan diambil. (Weston dan Copeland,1995:427).

Walaupun sudah jelas ada pihak yang menyenangi risiko atau acuh terhadap

risiko, namun secara akal sehat dan pengamatan telah menunjukkan bahwa para

manajer, investor maupun pemilik perusahaan akan cendrung untuk menghindari

risiko, hal ini dikarenakan adanya teori utilitas. Untuk investor yang risk averter,

bentuk kurva fungsi utilitasnya adalah melengkung dengan peningkatan yang

semakin berkurang. Untuk mereka yang risk neutral, bentuk kurvanya berupa

garis lurus. Sedangkan yang risk seeker bentuk kurvanya melengkung dengan

peningkatan yang semakin naik. (Suad Husnan, 1994:115).

Utility

Risk seeker Risk neutral

Risk averter

Gambar 2.1 Fungsi Utilitas Berbagai Preferensi Risiko Investor.

Untuk menghitung risiko yang dikaitkan dengan return investasi dapat dilakukan

dengan menghitung varian dan standar deviasi yang bersangkutan. Varian dan

standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas,

yang menunjukkan seberapa besar penyebaran variable random di antara rata-

ratanya, semakin besar penyebarannya, maka semakin besar varian dan standar

deviasi tersebut.

Menghitung varian dan standar deviasi, melalui persamaan sebagai berikut :

n

Varian (σ2) = Σ (Rit – Ri)

2

t=1

n - 1

Standar Deviasi = σ = √ σ 2

Keterangan :

Rit = Return aset periode t

Ri = Rata-rata return aset

n = Jumlah data

2.10 Konsep Portofolio

Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik

berupa aset rill maupun aset finansial yang dimiliki oleh investor. Hakikat

pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi

yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang

berkolerasi negatif.

Analisis portofolio dimaksudkan untuk mencari kombinasi investasi aset yang

efisien, yaitu portofolio yang dipilih dari berbagai alternative kombinasi aset yang

menawarkan tingkat pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu atau

kombinasi aset yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan tingkat

pengembalian tertentu.

Pendekatan yang umum digunakan dalam membentuk dan mengelola portofolio

aset adalah pendekatan yang ditemukan oleh Markowitz. Dengan teorinya yang

dikenal dengan teori diversifikasi, maka investasi dapat meminimumkan risiko

yang ada. Portofolio ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelemahan utamanya

adalah portofolio ini hanya berguna dalam meminimumkan risiko dan

mempertahankan nilai investasi secara nominal dan tidak secara riil. Artinya daya

beli dari uang yang diinvestasikan belum tentu sama setelah jangka waktu

tertentu. Di sisi lain, kelebihan portofolio ini adalah mudah dibentuk agar sesuai

dengan karakteristik investasi yang diinginkan dan tujuan yang ingin dicapai.

Hakekatnya pembentukan portofolio adalah mengalokasikan dana pada berbagai

alternative investasi, sehingga risiko investasi secara keseluruhan akan dapat

dikurangi. Di dalam membentuk portofolio akan timbul suatu masalah yaitu

terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari

kombinasi aktiva yang ada. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak

terbatas. Dengan asumsi bahwa semua investor tidak menyukai risiko (risk

averter), maka investor akan memilih portofolio efisien dari sejumlah portofolio

yang :

1. Menawarkan expected return maksimum untuk berbagai tingkat risiko, atau

2. Menawarkan risiko minimum untuk berbagai tingkat expected return.

(Yogiyanto, 2003-180)

Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio tidak lain

merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan

masing-masing aset yang membentuk portofolio. Untuk menghitung return

portofolio digunakan persamaan sebagai berikut :

n

Rp = Σ (Wi . Ri)

t=1

Keterangan :

Rp = return yang diharapkan portofolio

Wi = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset i

Ri = return investasi yang diharapkan aset i

Sedangkan untuk mengitung risiko dari portofolio aset berisiko dapat digunakan

persamaan sebagai berikut :

σp2 = W1

2 . σ1

2 + W2

2 . σ2

2 + 2 (W1 . W2 . ρ . σ1 . σ2)

Keterangan :

σp2 = risiko portofolio

W1 = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 1

W2 = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 2

ρ = koefisien korelasi aset 1 dan 2

σ1 = risiko pada aset 1

σ2 = risiko pada aset 2

2.11.1 Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua

variable relatif terhadap masing-masing deviasinya. Nilai koefisien korelasi

berkisar antara +1 sampai dengan -1. nilai koefisien korelasi +1

menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien korelasi 0

menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan

korelasi negatif sempurna.

Korelasi positif berarti jika variable yang satu naik maka variable yang lain

akan ikut naik. Sedangkan korelasi negatif berarti jika salah satu variable

naik maka variable yang lain akan turun. Nilai dari koefisien korelasi dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

ρ = n Σ xy – Σ x Σ y

√ [ n Σ x2 – ( Σ x )

2 ] [n Σ y2

– ( Σ y )2 ]

Di mana :

x = Return aset 1

y = Return aset 2

2.11 Analisis Portofolio Dengan Adanya Aktiva Bebas Risiko

Semua kombinasi antara suatu kesempatan investasi yang berisiko dengan

investasi yang bebas risiko selalu akan menunjukkan persamaan garis lurus.

E(RA)

A

E(RA)

Rf

σA σp

Gambar 2.2 : Risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan ketika dibentuk

portofolio dengan aktiva yang bebas risiko.

Setelah ada kesempatan investasi yang bebas risiko maka akan tinggal hanya satu

portofolio yang efisien. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan sebagai

aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return yang

sama dengan nol. Karena variannya (deviasi standar) sama dengan nol, kovarian

antara aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko yang lain akan menjadi nol dan

untuk varian aktiva bebas risiko (σBR) yang sama dengan nol, maka kovarian

antara aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko (σBri) adalah juga sama dengan

nol.

Dengan adanya aktiva bebas risiko, investor memiliki pilihan untuk memasukkan

aktiva ini ke dalam portofolionya. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan

sebagai aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return

yang sama dengan nol. Besarnya return ekspektasi untuk portofolio baru hasil

kombinasi aktiva berisiko dengan aktiva bebas risiko dihitung dengan formula :

E(Rp) = WBR . R BR + (1 - WBR) . E(Rs)

Sedangkan risiko dari portofolio gabungan aktiva bebas risiko dengan aktiva

berisiko dapat dihitung dengan menggunakan formula :

σp2 = (1 - WBR)

2 . σs

2

Keterangan :

σp2 = Risiko portofolio

RBR = Return aktiva bebas risiko

WBR = Proporsi dana yang diinvestasikan pada aktiva bebas risiko

E(RS) = Return aktiva berisiko

σs = Risiko aktiva berisiko

2.12 Tinjauan Empiris

Telah banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai investasi portofolio. Salah

satu tinjauan empiris yang pernah dilakukan oleh Wagner dan Lau (1971) dapat

digunakan untuk menjelaskan pengaruh suatu diversifikasi. Kedua ahli ini

membentuk portofolio dengan menggunakan satu sampai 20 surat berharga di

NYSE yang dipilih secara acak, dengan setiap surat berharga diberi bobot yang

sama. Semakin besar jumlah surat berharga dalam portofolio, deviasi standar dari

hasil pengembalian portofolio akan menurun.

Iwan Hartono melakukan penelitian pembentukan portofolio investasi saham

dengan menggunakan medel indeks tunggal pada tahun 1999. Ia menyimpulkan

bahwa pada periode 1995-1997 pembentukan portofolio optimal dengan

menggunakan model indeks tunggal akan memberikan return sebesar 6,319 %

dengan risiko sebesar 0,23 % lebih tinggi dari return pasar yaitu sebesar 0,13 %

dengan risiko sebesar 0,70 %.

Ismalia melakukan penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Portofolio

Untuk Saham LQ45 Periode Febuari 2004-Juli 2006 Dengan Model Indeks

Tunggal Di Bursa Efek Jakarta. Ia menyimpulkan bahwa saham-saham yang

dikategorikan masuk LQ45 periode Febuari 2004-Juli 2006 sebanyak 10 saham

yang dapat membentuk portofolio optimal dengan expected return 0,047749828

dan risiko sebesar 0,033205604.

Yuyun Istavitri dan Andi M. Parewangi melakukan penelitian mengenai

perkembangan pasar modal Indonesia. Melalui pengukuran kemampuan

pengelolan dana investasi oleh para pelaku di pasar modal ia menyimpulkan

bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan atas kebijakan alokasi aset pasif

yang telah ditentukan dan tertuang dalam prospectus masing-masing reksadana.

Penelitian ini menunjukkan peran positif dan signifikan dari strategi pemilihan

sekuritas terhadap kinerja reksadana saham yang diobservasi.