II. KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · cerita itu berdasarkan--, bukan kejadian yg...

29
7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Proses penciptaan karya yang dibuat mengambil tulisan atau kajian yang berhubungan dengan dunia anak-anak, karya ilmiah yang relevan yaitu dalam bentuk skripsi atau tugas akhir maupun karya. Karya-karya tersebut antara lain: Tugas Akhir Findri Ari Hartanto Mahasiswa Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret tahun 2009 dengan judul Kehidupan Anak-Anak Marginal di Perkotaan Sebagai Sumber Ide dalam penciptaan Karya Seni Lukismeneyebutkan bahwa: Kehidupan anak-anak marginal di perkotaan merupakan kehidupan anak-anak miskin yang tinggal di kota yang berusaha membantu orang tua mereka mencari uang karena penghasilan orang tua mereka belum mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup. Padahal anak-anak marginal di perkotaan bukan termasuk usia kerja, hak mereka adalah belajar dan bermain, agar peran mereka sebagai penerus bangsa dapat mereka pikul dengan baik (Hartanto, 2009: xii). Tugas Akhir karya Sandi Sanjaya tahun 2015 dengan Judul Ekspresi Wajah Anak-Anak sebagai Sumber Ide dalam Penciptan Karya Seni Lukis, mahasiswa Seni Rupa Murni, Universitas Sebelas Maret Surakarta, menyebutkan bahwa anak-anak memberikan inspirasi dalam berkarya, anak- anak memiliki karakter dan ekspresi yang bervariasi dan sangat ditentukan oleh lingkungan mereka. Dasar pembuatan karya adalah ekspresi wajah anak-anak,

Transcript of II. KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.id · cerita itu berdasarkan--, bukan kejadian yg...

7

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Sumber Pustaka

1. Rujukan

Proses penciptaan karya yang dibuat mengambil tulisan atau kajian

yang berhubungan dengan dunia anak-anak, karya ilmiah yang relevan yaitu

dalam bentuk skripsi atau tugas akhir maupun karya. Karya-karya tersebut

antara lain:

Tugas Akhir Findri Ari Hartanto Mahasiswa Seni Rupa Murni

Universitas Sebelas Maret tahun 2009 dengan judul “Kehidupan Anak-Anak

Marginal di Perkotaan Sebagai Sumber Ide dalam penciptaan Karya Seni

Lukis” meneyebutkan bahwa: Kehidupan anak-anak marginal di perkotaan

merupakan kehidupan anak-anak miskin yang tinggal di kota yang berusaha

membantu orang tua mereka mencari uang karena penghasilan orang tua

mereka belum mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup. Padahal anak-anak

marginal di perkotaan bukan termasuk usia kerja, hak mereka adalah belajar

dan bermain, agar peran mereka sebagai penerus bangsa dapat mereka pikul

dengan baik (Hartanto, 2009: xii).

Tugas Akhir karya Sandi Sanjaya tahun 2015 dengan Judul “Ekspresi

Wajah Anak-Anak sebagai Sumber Ide dalam Penciptan Karya Seni Lukis”,

mahasiswa Seni Rupa Murni, Universitas Sebelas Maret Surakarta,

menyebutkan bahwa anak-anak memberikan inspirasi dalam berkarya, anak-

anak memiliki karakter dan ekspresi yang bervariasi dan sangat ditentukan oleh

lingkungan mereka. Dasar pembuatan karya adalah ekspresi wajah anak-anak,

8

dimana ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal.

Penulis melihat dan mengamati dengan jelas ekspresi wajah atau mimik pada

anak-anak, dari kehidupan sosial sekitar penulis. Dari pengamatan ini terlihat

ekspresi yang apa adanya tanpa dibuat-buat (Sanjaya, 2015: 1, 3).

Skripsi karya Ni Nyoman Dinna Arwati, mahasiswa jurusan Seni Rupa

Murni Institut Seni Indonesia Denpasar dengan judul “Aktivitas Anak sebagai

Sumber Inspirasi dalam Berkarya Seni Lukis”. Skripsi membahas tentang

aktivitas anak-anak dalam permainan sehari-hari yang ada di sekitar

lingkungan pencipta. Ide yang diangkat dari pengalaman pencipta di masa

kecil. Di sini ditekankan pada aktivitas bermain dengan memvisualkan figur

anak-anak antara usia 3 – 10 tahun dengan tingkah pola yang khas serta

ekspresi wajah yang lucu, polos, lugu dan jujur (Arwati, 2011: 4).

Karya Tugas Akhir dengan judul “Suasana Permainan Tradisional Anak

sebagai Sumber Ide dalam Karya Seni Grafis” merupakan Tugas Akhir karya

Agung Setio Utomo tahun 2012 mahasiswa Seni Rupa Murni Universitas

Sebelas Maret jurusan seni grafis. Agung Setio Utomo mengangkat tentang

suasana kemeriahan, kebersamaan, keceriaan dan kekompakan dari permainan

tradisional yang dimainkan saat masih anak-anak (Utomo, 2012: 3).

Penciptaan karya seni yang dibuat ini berbeda dengan penulisan yang

ada sebelumnya seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini, penulis

berusaha mengisi celah-celah yaitu melihat dunia anak-anak khususnya anak

pedesaan usia 5-8 tahun. Dari yang sudah dipaparkan di atas, perbedaannya

dengan karya yang dibuat penulis adalah: karya yang dibuat oleh penulis

mengangkat tema anak-anak pedesaan dengan usia anak 5-8 tahun, dengan

9

menampilkan kesan yang ceria dan menyenangkan. Karya yang dibuat

menampilkan kegiatan anak-anak pedesaan seperti bermain. Jadi, dalam karya

ini tidak hanya menampilkan kegiatan bermain anak saja, namun juga

menampilkan imajinasi dan fantasi anak usia 5-8 tahun.

2. Referensi

a. Perkembangan Anak

Perkembangan dalam diri anak dibagi dalam beberapa fase. Penulis

mengambil salah satu fase perkembangan yang dijadikan sebagai acuan

dalam pengamatan dan pembuatan karya, salah satunya yaitu

perkembangan menurut Charlotte Buhler.

Fase pertama, 0-1 tahun, masa menghayati obyek-obyek di luar

sendiri, fase ke dua, 2-4 tahun, masa pengenalan dunia obyektif di luar diri

sendiri, disertai penghayatan obyektif. Fase ketiga, 5-8 tahun, masa

sosialisasi anak. Fase ke empat, 9-11 tahun, masa sekolah rendah. Fase ke

lima, 14-19 tahun, masa tercapainya sintese antara sikap ke dalam batin

sendiri dengan sikap dasar keluar kepada dunia obyektif (Kartono, 1990:

28-29).

Jadi, anak-anak yang berumur 5-8 tahun merupakan masa dimana

mereka mulai bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, misalnya saja

ketika di Taman Kanak-kanak dan di Sekolah Dasar.

b. Arti Bermain bagi Anak-anak dan Tahapan Perkembangan Bermain

Menurut Huges (1995) dalam Anggani Sudono (2000: 77) dalam

buku Sumber Belajar dan Alat Permainan: untuk Pendidikan Anak Usia

10

Dini menyebutkan bahwa: “bermain pada hakekatnya adalah meningkatkan

daya kreativitas dan citra diri anak yang positif”.

Dalam buku Hurlock yang berjudul Perkembangan Anak jilid 1

meyebutkan bahwa bermain (play) merupakan istilah yang digunakan

secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat

adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang

ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan

secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau

kewajiban (Brooks, J.B., and D. M, Ellinot: 1971 dalam Hurlock, 1999:

320).

Menurut Kartini Kartono (1990) dalam buku Psikologi Anak

menjelaskan:

Menurut teori fenomenologis permainan mempunyai beberapa

arti dan nilai bagi anak, salah satunya adalah: dalam situasi

bermain anak bisa menampilkan fantasi, bakat-bakat, dan

kecenderungannya. Anak laki-laki bermain dengan mobil-

mobilan, dan anak perempuan dengan boneka-bonekanya. Jika

kita memberikan kertas dan gunting pada sekelompok anak-

anak kecil, masing-masing akan menghasilkan “karya” yang

berbeda, sesuai dengan bakat dan kemampuan (Kartono,

1990: 119-123).

Bentuk permainan bisa kita bagikan dalam 3 kelompok yaitu:

permainan gerakan, memberi bentuk, dan ilusi.

1. Permainan gerakan. Pada mulanya bayi bermain-main sendirian, untuk

“melatih” gerakan-gerakan badan dan angota tubuh. Pada usia 3-4

tahun timbul kebutuhan untuk bermain-main dengan teman-temannya.

Selanjutnya, anak melakukan melakukan kerjasama dengan teman

sepermainannya dengan beraneka ragam gerak dan olah tubuhnya.

11

2. Permainan memberi bentuk. Alat permainan dan bahan permainan yang

paling baik adalah: materi tanpa bentuk, misalnya lilin atau malam,

kertas, air, tanah liat, balok-balok kayu, pasir dan lain-lain.

3. Permainan ilusi. Pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang

peranan paling menonjol. Misalnya sebuah sapu menjadi “kuda

tunggangan”, kursi menjadi sebuah kereta api. Juga permainan meniru

dimasukkan dalam kategori permainan ini. Misalnya bermain ibu-ibuan,

dokter-dokteran, serdadu-serdaduan. Seoranga anak menjadi “guru” dan

adik-adiknya menjadi “murid-murid”, main kusir-kusiran, dan lain-lain.

Dalam permainan tersebut anak dengan semangat memasuki dunia ilusi

yang dijadikan dunia sungguhan oleh fantasi anak (Kartono, 1990: 119-

123).

Tahapan perkembangan bermain dijelaskan dalam buku

Perkembangan Anak jilid 1 bahwa ada empat tahapan. Tahapan eksplorasi,

tahap ini dimulai hingga bayi berusia 3 bulan, permainan mereka terutama

melihat orang dan benda yang ada di sekitarnya, serta menggapai benda

yang diacungkan di hadapannya. Tahap permainan, dimulai dari tahun

pertama hingga antara 5-6 tahun. Pada mulanya hanya mengeksplorasi

mainannya. Antara 2-3 tahun mereka membayangkan bahwa mainannya

memiliki sifat hidup, dapat bergerak, dapat berbicara, dan merasakan.

Semakin anak berkembang, mereka tidak lagi menganggap benda mati

sebagai sesuatu yang hidup. Tahap bermain, setelah masuk sekolah, jenis

permainan mereka beragam, mulai dari olahraga, hobi dan lainnya. Tahap

melamun, semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat

12

dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan

waktu dengan melamun (Hurlock, 1999: 324).

c. Kreativitas pada Masa Anak-anak

Kreativitas merupakan suatu hal yang baru atau menciptakan

sesuatu yang baru, unik, bersifat inovatif dan juga berbeda dari yang lain.

Menurut Mangunhardjana (1986) menyebutkan bahwa:

Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang

sifatnya baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar,

menarik, aneh, mengejutkan. Berguna (useful): lebih enak, lebih

praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong,

mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi

hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih

baik/banyak. Dapat dimengerti (undersatandable): hasil yang

sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat

dimengerti, tak dapat diramalkan, tak dapat diulangi – mungkin

saja baru dan berguna, tetapi lebih merupakan hasil

keberuntungan (luck), bukan kreativitas (Mangunhardjana,

1986:11-12).

Dennis dan Lehman menyebutkan dalam Buku Hurlock yang

berjudul Perkembangan Anak jilid 2 yang mempelajari kreativitas terutama

di bidang ilmu pengetahuan melaporkan bahwa mereka yang mencapai

kemashuran karena kreatif dalam bidangnya sejak awal masa kanak-kanak

telah menunjukkan perhatian pada bidang keberhasilan mereka (Dennis:

1968, Lehman: 1968 dalam Hurlock, 1999: 11).

Menurut penemuan Hulson, wanita yang kreatif semasa anak-anak,

menunjukkan baik minat maupun pengalaman yang yang berkaitan dengan

kegiatan kreatif seperti bermain imajinatif, melukis, mengarang cerita, atau

bermain sandiwara. Ini kontras dengan wanita yang yang tidak kreatif pada

masa kanak-kanaknya yang menyukai kegiatan kelaki-lakian (tomboy)

13

termasuk agresi dan persaingan, atau mereka yang menyukai permainan

konvensional dan melakukan dimana permainan yang tidak menuntut

kreativitas (Helson: 1965 dalam Hurlock, 1999: 11-12).

Dalam buku Kreativitas (1999: 15) karangan Julius Chandra,

definisi kreativitas menurut para ahli diantaranya yaitu:

1. Dr. Myron S. Allen, dalam Pshycodinamic Synthetis mengatakan bahwa

kreativitas adalah perumusan-perumusan dari makna melalui sintesis.

2. John W. Haefele, dalam Creativity and Innovation mengataan bahwa

kreativitas dirumuskan sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-

kombinasi baru yang bernilai sosial.

3. George J. Seidel, dalam The Crisis of Creativity, kreatifitas merupakan

kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang

dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar

pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau

lapangan manapun.

d. Pengertian Fantasi dan Macam-macam Fantasi

Kehidupan dalam dunia anak merupakan masa yang penuh dengan

berbagai imajinasi dan fantasi. Anak-anak juga memiliki rasa ingin tahu

yang sangat tinggi terhadap sesuatu. Menurut Agus Sujanto dalam buku

Psikologi Umum (2004) meyebutkan fantasi bahwa:

Orang kadang-kadang dapat meninggalkan dunia yang

dihuninya pergi ke dunia yang lain, dengan kekuatan jiwanya.

Daya jiwa itu adalah fantasi. Yaitu suatu daya yang dapat

membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-

tanggapan lama. Ilmu jiwa modern memberi batasan sebagai

berikut: Fantasi ialah suatu daya jiwa untuk menciptakan

sesuatu yang baru. Jadi, dengan fantasi ini manusia dapat

14

membentuk sesuatu yang sebelum ini belum ada, sehingga

sesuatu yang baru itu merupakan suatu kreasi, meski dengan

jalan bagaimanapun juga (Sujanto, 2004: 50).

Bimo Walgito (2004: 142) dalam bukunya Pengantar Psikologi

Umum menyebutkan: Yang dimaksud dengan fantasi ialah kemampuan

jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan

baru. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:

1. Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan

fantasinya.

2. Secara tidak disadari, yaitu apabila individu tidak secara sadar telah

dituntun oleh fantasinya. Keadaan seperti ini bnyak dijumpai pada

anak-anak. Anak sering menggunakan hal-hal yang bersifat fantastis,

sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk berdusta.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, fantasi adalah:

Fan.ta.si n 1 gambar (bayangan) dl angan-angan; khayalan:

cerita itu berdasarkan--, bukan kejadian yg sebenarnya; 2 daya

untuk menciptakan sesuatu dl angan-angan: pengarang harus

kuat--nya; 3 hiasan tiruan: gaun itu diberi kancing dan saku--;--

biologis bayangan secara biologi: krn -- biologis itu, keinginan

untuk melakukan eksplorasi thd wilayah yg masih menyimpan

misteri ilmu pengetahuan tsb makin meningkat; ber·fan·ta·si

berangan-angan; berkhayal: anak-anak hendaknya dilatih agar

pandai ~ dng memberi mereka buku-buku bacaan yg dapat

menunjang pengembangan daya khayal mereka;

mem·fan·ta·si·kan v mengangan-angankan; mengkhayalkan

(KBBI, 1997: 274).

Fantasi umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Fantasi

dibedakan menjadi dua yaitu fantasi yang menciptakan dan fantasi yang

dipimpin.

15

a. Fantasi yang menciptakan, yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi

yang menciptakan sesuatu.

b. Fantasi yang dituntun atau dipimpin: bentuk atau jenis fantasi yang

dituntun oleh pihak lain (Walgito, 2004: 142).

Fantasi juga memiliki manfaat yang sangat baik bagi perkembangan

dalam diri anak, seperti yang dijelaskan oleh Agus Sujanto (2004) dalam

buku Psikologi Umum:

Dengan mengetahui peranan fantasi pada anak kita tidak

tergesa-gesa menghukum, karena dusta anak, sebab itu bukan

disengaja oleh anak, tetapi terbawa oleh perkembangannya.

Dengan antasi terpimpin kita dapat membentuk watak anak-

anak. Karena itu kepada anak bolehlah diberi dongeng-dongeng,

ceritera-ceritera dan film-film yang memuat tokoh-tokoh yang

baik sekali di dalam hidupnya, misalnya tokoh kepahlawanan,

tokoh keadilan, tokoh pencipta ulung dan sebagainya (Sujanto,

2004: 55).

Pada waktu kecil anak-anak sangat suka berimajinasi dan berfantasi

dengan hal-hal yang ada disekitarnya. Pada masa itu anak bisa

mengekspresikan apa yang diinginkan dan disamping dari kehidupan anak-

anak yang menyenangan, anak-anak lebih suka dengan hal-hal yang

imajinatif dan fantasi. Pengalaman yang pernah dialami pada masa lalu

(khususnya pada masa anak-anak) sebenarnya juga masih melekat pada diri

seseorang walaupun orang tersebut telah tumbuh dewasa.

e. Pengertian Imajinasi

Imajinasi berasal dari kata bahasa Inggris imagination, yaitu

kemampuan untuk menciptakan image dengan “mata otak” atau di dalam

benak diri kita. Imajinasi adalah kemampuan otak kanan yang akan

mengaktifkan kerja otak kanan secara keseluruhan, sekaligus untuk

16

memadukannya dengan kinerja otak kiri sehingga timbul daya ingat yang

luar biasa (Windura, 2010: 42).

Dalam buku Diksi Rupa karangan Mikke Susanto menjelaskan

bahwa imajinasi adalah:

Daya pikir untuk membayangkan atau mengangan-angan atau

menciptakan gambar-gambar kejadian berdasarkan pikiran dan

pengalaman seseorang. Imajinasi berpaut erat dengan proses

kreatif, serta berfungsi untuk menggabungkan berbagai serpihan

informasi yang didapat dari bagian-bagian indera menjadi suatu

gambaran utuh dan lengap (Susanto, 2012: 190).

Imajinasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu 1. Daya pikir

untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar

(lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau

pengalaman seseorang, 2. Khayalan (KBBI, 1997: 372).

f. Pengertian Seni Lukis

Menurut Dharsono dalam buku seni Rupa Modern seni lukis adalah:

“Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik

seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra), dengan

menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan

sebagainya (Kartika, 2004: 36)”.

Dapat disimpulkan bahwa seni lukis merupakan suatu daya cipta dari

imajinasi manusia yang diekspresikan atau diungkapkan melalui media

garis, warna, tekstur, gelap terang, bidang dan bentuk pada bidang dua

dimensi. Melukis termasuk dalam fine art karena lebih mementingkan

fungsi utama atau merupakan ekspresi murni dari ungkapan seniman.

17

g. Komponen Karya Seni

1. Tema

Tema atau subject matter merupakan suatu tema yang diangkat

atau bisa disebut juga suatu pokok permasalahan dalam berkarya seni.

Pokok permasalahan atau subject matter dalam pembuatan karya seni

penulis adalah kehidupan dunia anak-anak. Anak-anak dalam karya yang

dibuat menampilkan kegiatan anak-anak yaitu bermain.

Dharsono Sony Kartika dalam buku Seni Rupa Modern

menyebutkan bahwa subject matter adalah:

Subject matter atau tema pokok ialah rangsang cipta seniman

dalam usahanya untuk meciptakan bentuk-bentuk yang

menyenangkan. Bentuk menyenangkan adalah bentuk yang

dapat memberikan konsumsi batin manusia secara utuh, dan

perasaan keindahan kita dapat menangkap harmoni bentuk

yang disajikan serta mampu merasakan lewat sensivitasnya

(Kartika, 2004:28).

Menurut Mikke Susanto dalam buku Diksi Rupa subject matter

adalah objek-objek atau ide-ide yang dipakai dalam berkarya atau ada

dalam sebuah karya seni (Susanto, 2012: 383).

2. Bentuk

Dharsono Sony Kartika (2004) menyebutkan bahwa bentuk (form)

adalah:

Pada dasarnya yang dimaksud dengan bentuk (form) adalah

totalitas daripada karya seni. Bentuk itu merupakan organisasi

atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung

karya. Ada sua macam bentuk: pertama visual form, yaitu

bentuk fisik dari sebuah karya seni atau satu kestuan dari

unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. Kedua special

form, yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan

timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh

18

fenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan kesadaran

emosionalnya (Kartika, 2004: 30).

3. Isi atau Makna

Dharsono Sony Kartika (2004) menyebutkan bahwa bentuk (form)

adalah:

Isi atau makna sebenarnya adalah bentuk psikis dari seorang

penghayat yang baik. Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak

pada diri penghayat. Bentuk hanya cukup hanya cukup

dihayati secara indrawi tetapi isi atau arti dihayati dengan

mata batin seorang penghayat secara kontemplasi. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa isi disamakan dengan subject matter

seorang penghayat (Kartika, 2004: 30).

h. Unsur-unsur Rupa

Ada beberapa unsur yang terdapat dalam pembuatan sebuah karya,

yaitu meliputi unsur visual maupun yang dapat dirasakan. Unsur-unsur

tersebut adalah:

1. Garis

Garis dimulai dari sebuah titik, merupakan “jejak” yang

ditimbulkan oleh titik-titik yang digerakkan atau merupakan sederetan

titik yang terhimpit. Juga merupakan suatu goresan atau sapuan yang

sempit dan panjang sehingga membentuk seperti benang atau pita

(Hakim, 1987:42).

Menurut Nooryan Bahari dalam buku Kritik Seni (2008: 98-99)

garis memiliki dimensi dan ukuran tertentu. Garis bisa berbentuk

pendek, panjang, halus, tebal, lurus, melengkung dan banyak sifat yang

lain.

19

2. Bidang (shape)

Bidang merupakan suatu area yang dibatasi oleh contour (garis

pinggir atau batas, garis formal maupun garis ilusif). Ada dua jenis

bidang (shape) yaitu shape geometric dan shape biomorphic. Shape

geometric merupakan suatu bentuk yang standar (ukuran, aturan,

batasan) dalam sifat dan asal dari ilmu ukur, misalnya lingkaran,

segitiga, trapesium dan lain-lain dan shape biomorphic (bidang bebas

atau yang tidak beraturan) (Hakim, 1987: 63-64).

Menurut A. Agung Suryahadi dalam buku Seni Rupa Menjadi

Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif, menyebutkan bahwa:

Bentuk ada karena dibatasi oleh garis. Garis yang membatasi

bidang menjadikan bentuk dan karakter bentuk itu ditentukan

oleh jenis garis yang membatasinya itu. Bentuk yang dibatasi

oleh garis lurus karakternya berbeda dengan bentuk yang

dibatasi oleh garis lengkung. Pembatasan bidang oleh garis ini

menghasilkan dua jenis bentuk yaitu bentuk geometris dan

bentuk organis. Bentuk geometris struktumya teratur

misalnya: segitiga, segiempat dan bulat; sedangkan bentuk

organis strukturnya tidak teratur dan banyak terdapat pada

bentuk-bentuk alami seperti pepohonan, akar, tulang binatang,

mahluk di dalam lautan dan sebagainya (Suryahadi, 2008:

178-179).

3. Warna

Warna merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalm seni

rupa. Warna bisa menumbuhkan suasana, harmoni, ritme dan lainnya

dalam sebuah karya seni.

Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang

dapat mempengruhi penglihatan kita. Warna memiliki tiga

dimensi dasar yaitu hue, nilai (value), dan intensitas

(intensity). Hue adalah gelombang khusus dalam spektrum

dan warna tertentu. Misalnya spektrum merah disebut hue

merah. Nilai (value) adalah nuansa yang terdapat dalam

20

warna, seperti nuansa cerah atau gelap, sedangkan intensitas

adalah kemurnian dari hue warna (Bahari, 2008: 100).

Warna merupakan suatu konsep yang membantu kita mengenali

sifat eragai objek dan mendefinisikannya dengan lebih tepat. Jika kita

memikiran warna disekitar kita, nuansa warna sangat beraneka ragam

(Yahya, 2005:16).

Teori pigmen menyatakan bahwa warna itu terdapat pada pigmen

dan hanya ada tiga jenis warna pokok, yaitu merah, biru dan kuning.

Warna-warna itu tidak bisa didapat dengan mencampur, warna-warna

tersebut adalah warna murni. Teori ini dipelopori oleh Prang Brewster

(Suryahadi, 2008: 186).

Warna didefiniskan sebagai getaran atau gelombang yang

diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya

melalui sebuah benda (Susanto, 2012: 433).

4. Cahaya dan Bayang-bayang

Citra cahaya dalam seni rupa terdiri dari dua jenis, yaitu cahaya

nyata dan cahaya semu. Cahaya nyata dalam karya seni tiga dimensi

menerangi benda-benda karya secara alamiah sehingga terdapat bagian

yang terang dan bagian gelap yang tidak terkena cahaya. Sedangkan

dalam karya dua dimensi, ilusi terang yang diakibatkan oleh pemberian

warna terang pada bagian tertentu dari subyek lukisan yang

membedakannya dengan warna gelap pada bagian lain secara bergradasi

(Bahari, 2008:103).

21

5. Ruang dan Volume

Ruang dan volume dalam seni lukis dimanfaatkan secara ilusif

karena teknik penggarisan yang perspektifis atau adanya tone (nada)

dalam pewarnaan yang bertingkat dan berbeda-beda (Bahari, 2008:103).

6. Tekstur

Tekstur dalam buku Nirmana Dwimatra merupakan sifat

permukaan dari suatu benda atau bidang, yang memberi karakter atas

suatu benda atau bidang tersebut, apakah permukannya halus, sedang

atau kasar dan lain-lain (Hakim, 1987: 100).

Tekstur dapat dibedakan menjadi dua yaitu tekstur nyata dan

tekstur semu.

a. Tekstur nyata, yaitu nilai permukaannya nyata atau cocok antara

tampak dengan nilai rabanya. Misalnya sebuah lukisan

menampakkan tekstur yang kasar, ketika lukisan tersbut diraba,

maka yang dirasakan adalah rasa kasar sesuai tekstur lukisan

tersebut (Bahari, 2008: 101).

b. Tekstur semu, memberikan kesan kasar karena penguasaan teknik

gelap terang pelukisnya, ketika diraba, maka rasa kasarnya tidak

kelihatan, atau justru sangat halus (Bahari, 2008: 102).

7. Proporsi

Proporsi merupakan hasil dari hubungan perbandingan antara

jarak, jumlah, tingkatan, dan bagian disebut sebagai proporsi atau

hubungan satu bagian dengan bagian lain dan keseluruhan dalam suatu

susunan. Sebuah karya seni rupa dan seni kerajinan dikatakan berhasil

22

jika unsur-unsurnya disusun berdasarkan suatu proporsi. Proporsi dapat

diterapkan pada karya nirmana datar maupun nirmana ruang. Dengan

proporsi dapat ditelaah bagian-bagian dari sebuah karya atau

keseluruhan dari karya itu. Pada dasarnya proporsi dapat dilihat dari

empat tingkatan, yaitu : 1) Di dalam satu bagian, seperti perbandingan

antara panjang dan lebar. 2) Di antara bagian-bagian, perbandingan

antara satu bentuk dengan bentuk lainnya dalam satu susunan. 3) Bagian

dengan keseluruhan, perbandingan antara bentuk-bentuk dalam susunan

dengan keseluruhannya. 4) Keseluruhan dengan sekitarnya,

perbandingan antara seluruh susunan dengan apa yang ada disekitarnya

(Suryahadi: 2008: 221).

i. Perubahan Bentuk dalam Seni Rupa

1. Distorsi

Distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang

dibelokkan. Pada keadaan tertentu dalam berkarya seni dibutuhkan

karena merupakan salah satu cara mencoba menggali kemungkinan-

kemunginan lain pada suatu bentuk atau figur (Susanto, 2012: 107).

Distorsi atau penyimpangan ialah sebagai langkah penggeliatan,

melebih-lebihkan, menyangatkan bentuk sehingga menguatkan karakter

(https://wisnujadmika.wordpress.com/tag/deformasi/, diakses pada Rabu,

29 Juni 2016, 01.41 WIB).

2. Deformasi

Perubahan susunan bentuk yang dilakukan dengan sengaja, untuk

kepentingan seni yang sering terkesan sangat kuat atau besar sehingga

23

kadang-kadang tidak lagi berwujud figur semula atau yang sebenarnya

(Susanto, 2012: 98).

Deformasi atau pemisahan ialah mengubah atau memisahkan-

misahkan bagian-bagian bentuk tetapi tidak meninggalkan kesatuan atau

keselarasan (https://wisnujadmika.wordpress.com/tag/deformasi/, diakses

pada Rabu, 29 Juni 2016, 01.41 WIB).

3. Stilasi

Mike Susanto (2012: 378) menyebutkan bahwa: “stilasi atau

penggayaan merupakan salah satu bentuk deformasi, tetapi lazimnya

dikhususkan untuk menamai perubahan bentuk dalam ornamentasi.”

B. Sumber Ide

Pembuatan karya seni lukis yang dibuat dari awal karya-karya tersebut

sangat terinspirasi dari seniman dan juga ilustrator. Peran serta beberapa karya

seni tersebut secara tidak langsung memberi masukan atau pemahaman dalam

mendukung ide penulis, baik berupa konsep karya jadi maupun secara teknik

yang diperoleh melalui pengamatan.

Ada berapa karya seniman yang menjadi sumber kajian yaitu:

1. Nicoletta Ceccoli

Nicoletta Ceccoli adalah seniman San Marinian terkenal yang kaya

akan kedetailanya, bekerja seperti dalam mimpi. Ia lahir dan masih tinggal

di The Republic of San Marino dan mempelajari animasi di Institut Seni di

San Marino, Italia (https://en.wikipedia.org/wiki/Nicoletta_Ceccoli, diakses

pada Jum’at, 25 Maret 2016 pukul 21.58 WIB).

24

Ada beberapa karya Nicoletta Ceccoli yang bertemakan sejenis

dengan tema yang diangkat oleh penulis (lihat gambar 1 dan gambar 2 pada

halaman 25) maupun tema tentang fairy tale. Sebagian besar karya yang

dibuat oleh Nicoletta ini bertemakan tentang nightmare. Gambar yang

ditampilkan memiliki kesan menyeramkan, menyedihkan namun tetap

menggunakan figur anak kecil yang polos.

Ketertarikan penulis pada karya ini adalah karena teknisnya yang

halus dengan menggunakan acrylic di atas kertas, figur anak kecil yang

ditampilkan terlihat lucu, serta warna-warna yang terkesan lembut pada

setiap objeknya yang sangat menarik sehingga menjadi inspirasi dan

dorongan bagi penulis untuk membuat karya.

Gambar 1. Nicoletta Ceccoli, Candyland, 11.2" x 14.8" Acrylic on Paper

(Sumber Gambar: http://www.copronason.com/nicolettaweb/, diakses pada 5 November 2015

pukul 21.48 WIB).

25

Gambar 2. Nicoletta Ceccoli, Eat Me, Drink Me, Acrylic on Paper

(Sumber Gambar: www.nicolettaceccoli.com/public/images/gallery/work1355843697.jpg,

diakses pada Jum’at, 25 Maret 2016 pukul 22.18 WIB).

2. Mark Ryden

Mark Ryden (lahir pada tanggal 20 Januari tahun 1963) merupakan

seorang pelukis Amerika, yang merupakan bagian dari lowbrow (gerakan

pop surealis). Mark Ryden dijuluki sebagai god-father pop surealisme oleh

majalah wawancara. Mark Ryden juga menggambar inspirasinya dari apa

saja yang akan menimbulkan misteri seperti mainan-maina tua, model

anatomi, binatang isian, kerangka.

(https://en.wikipedia.org/wiki/Mark_Ryden, diakses pada Jum’at, 25 Maret

2016 pukul 21.58 WIB).

26

Karya-karya yang dibuat oleh Mark Ryden sebagian besar

memberikan kesan misterius dengan berbagai macam obyek dan symbol-

simbol dalam lukisannya seperti binatang, daging, kerangka dan lain

sebagainya. Namun figur manusia dan anak-anak yang digambarkan oleh

Mark Ryden dalam karya terlihat imut dan polos (lihat gambar 3 di bawah

ini dan gambar 4 pada halaman 27).

Gambar 3. Mark Ryden, Queen Bee, 2013, Oil on Canvas, 45 x 28 inches

(Sumber Gambar: http://www.kohngallery.com/ryden/, diakses pada Senin, 5 November 2015

pukul 22.05 WIB).

27

Gambar 4. Mark Ryden, Goodbye Bear, 2006, Oil on Canvas

(Sumber Gambar: markryden.com/paintings/treeshow/index.html, diakses pada Jum’at, 25 Maret

2016, pukul 22.01 WIB).

Ketertarikan penulis berikutnya pada karya Mark Ryden ini adalah

karakteristik figur manusia, beberap karya Mark ryden menggunakan figur-

figur seperti anak kecil dengan raut wajah yang yang polos dan misterius,

kemudian penulis juga terinspirasi pada teknik yang digunakan oleh Mark

28

Ryden dengan menggunakan sapuan cat minyak di atas kanvas serta warna-

warna yang digunakan terkesan lembut.

3. Benjamin Lacombe

Benjamin Lacombe adalah penulis dari Perancis dan seorang

ilustrator yang lahir di Paris pada Juli 12 tahun 1982. Dia adalah salah satu

kepala perwakilan ilustrasi baru Perancis. Pada tahun 2001, dia mengikuti

Cole Nationale Sup Rieure Des Seni D Coratifs (Ensad) di Paris, di mana ia

menempuh pelatihan keseniannya. Sementara di sekolah, ia juga bekerja di

bagian iklan dan animasi (www.benjminlacombe.com/info_e.html, diakses

pada Jum’at, 25 Maret 2016 pukul 21.59 WIB).

Pada karya Benjamin Lacombe ini menampilkan dunia anak-anak

yang dipenuhi dengan buku, peri-peri dan imajinasi (lihat gambar 5

halaman 29 dan karya 6 halaman 30). Penulis terinspirasi dengan karya

Benjamin Lacombe karena tema yang diangkat dan tehnik yang digunakan.

29

Gambar 5. Karya Benjamin Lacombe, The Little Witch

(Sumber Gambar: www.kaifineart.com/2013/03/benjamin-lacombe.html, diakses pada 5

November 2015, pukul 22.22 WIB).

30

Gambar 6. Karya Benjmin Lacombe

(Sumber Gambar: benjaminlacombe.hautetfort.com/media/02/01/2282851080.jpg, diakses

pada Jum’at, 25 Maret 2016 pukul 22.10 WIB0.

4. Mulyadi W.

Mulyadi W. merupakan seorang seniman yang lahir di Pasuruan,

Jawa Timur pada 22 Agustus 1938. Ia beljar melukis secara formal di ASRI

Yogyakarta pda tahun 1955-1960. Mulyadi W. pernah memperoleh

Indofood Art Award pada tahun 2002 (M.Agus dkk, 2014: 35).

Ketertarikan penulis pada karya berikunya adalah pada karya

Mulyadi W ini karena tema yang diangkat. Pelukis ini banyak mengungkap

31

hubungan manusia dalam suasana yang mesra dan damai. Karakter anak-

anak yang digambarkan dalam karya ini sangat menarik, memperlihatkan

ekspresi wajah yang polos dengan mata yang digambarkan dengan warna

hitam, seperti pada karya di bawah ini:

Gambar 7. Mulyadi W, Kakak dan Adik, Oil on Canvas, 1972

(Sumber Gambar: M.Agus dkk. 2014. Masterpieces of Indonesian National Gallery. Jakarta:

Gramedia).

32

Gambar 8. Mulyadi W, Perjalanan, Oil on Canvas, 1989

(Sumber Gambar: Burhan, M.Agus dkk. 2014. Masterpieces of Indonesian National

Gallery. Jakarta: Gramedia).

5. Erica Hestu Wahyuni

Erica Hestu Wahyuni merupakan seniman Yogyakarta yang lahir di

Yogyakarta pada tahun 1971. Erica sudah mulai melukis sejak masih duduk

di bangku Sekolah Dasar, ketika itu ia bergabung di sebuah sanggar anak-

anak, “Sanggar Katamsi” namanya. Selanjutnya dia belajar di Fakultas Seni

Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Di institut itu ia

dibimbing oleh Nyoman Gunarsa, Agus Burhan, dan Wardoyo. Ia

menerima beberapa penghargaan, antara lain di bidang Sketsa dan Lukisan

33

Cat Air Terbaik tahun 1989 dan Lukisan Terbaik saat ISI Yogyakarta

merayakan Dies Natalis yang ke-9 tahun 1993. Pada tahun yang sama,

karyanya terpilih untuk dipamerkan di “International Triennial

Competition of Painting” di Osaka, Jepang. Ia kemudian melanjutkan

studinya di Monumental Art di Sukinov Art Institute Moskow, Russia dari

tahun 2001 hingga 2005.

Lukisan yang dibuat Erica sering menampilkan berbagai macam

subjek yang memadati satu kanvas, yang biasanya merupakan ekspresi atau

pengalaman pribadinya. Karyanya cenderung seperti lukisan anak-anak,

namun lukisan anak-anak yang rumit. Setiap karyanya mempunyai narasi

yang menarik, yang menceritakan mengenai pandangannya akan dunia

(http://indonesianfineart.org/id/erica-hestu-wahyuni-

backroom/biography.html, diakses pada Senin, 28 Maret 2016 pukul 20.32

WIB).

Ketertartarikan penulis pada karya Erica ini adalah karena ini

karena tema yang diangkat yaitu tentang anak-anak serta warna-warna yang

digunakan sangat meriah (lihat gambar 9 dan 10 halaman 34). Sebagian

besar karya-karya Erica menampilkan warna yang banyak, warna-warna

yang cerah sesuai dengan karakter dunia anak-anak. Figur-figur yang

dibuat juga memenuhi kanvas. Sehingga penulis terinspirasi akan karya

yang dibuat oleh Erica.

34

Gambar 9. Erica Hestu Wahyuni, 2006, Rendezvous to the Golden Prosperity, Acrylic on Canvas,

90 x 120 cm

(Sumber Gambar: http://arsip.galeri-nasional.or.id/pelaku_seni/erica-hestu-wahyuni/karya,

diakses pada Senin, 28 Maret 2016 pukul 20.42 WIB).

Gambar 10. Erica Hestu Wahyuni, 2011, Happy Sweet Harvest, Acrylic on Canvas, 80 x 70

cm

(Sumber Gambar: http://www.artnet.com/artists/erica-hestu-wahyuni/past-auction-results/2,

diakses pada Senin, 28 Maret 2016 pukul 20.46 WIB).

35

Pembuatan karya seni lukis ini terinspirasi dari berbagai seniman dan

juga ilustrator. Dari berbagai seniman dan ilustrator yang sudah disebutkan

di atas, karakter anak-anak yang ditampilkan oleh penulis dalam kaya seni

lukis yang dibuat merupakan karakter yang diciptakan oleh penulis. Penulis

menggunakan distorsi pada karakter anak-anak yang menggambarkan

keceriaan dan kelucuan. Mulai dari bentuk wajah anak-anak, hidung dibuat

lebih panjang sehingga menyerupai hidung rusa, seperti pada aslinya hidung

rusa berbentuk panjang dan pada bagian ujungnya berwarna coklat

kehitaman. Bentuk tersebut merupakan bagian dari karakter yang dibuat

oleh penulis agar berbeda dari karya-karya yang dijadikan sumber referensi

oleh penulis dan agar menjadi karakter murni dari penulis. Selain itu, pada

kanan kiri wajah anak-anak didekat telinga terdapat satu helai rambut yang

melingkar, sehingga menambah karakter lucu anak tersebut. Kemudian

ukuran tangan lebih kecil dan lebih panjang. Ekspresi yang ditampilkan juga

merupakan ekspresi yang ceria. Warna-warna yang ditampilkan merupakan

warna-warna yang cerah.