II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk...

31
II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Dalam setiap kegiatan pengajaran, seorang pengajar haruslah memiliki tujuan pembelajaran tertentu, jika tidak, kegiatan tersebut akan berjalan begitu saja tanpa ada manfaat yang akan didapatkan. Oleh sebab itu dalam setiap kegiatan pembelajaran haruslah memiliki tujuan yang dapat diterima dengan sejelas-jelasnya oleh para siswanya. Untuk mengetahui suatu hal dalam diri seseorang, terjadi suatu proses yang disebut sebagai proses belajar melalui model-model mengajar yang sesuai dengan kebutuhan proses belajar. Model dan proses pembelajaran akan menjabarkan makna- makna dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengajar dalam pembelajaran. Dalam suatu pengajaran, pengajar haruslah dapat menentukan sikap dan menentukan alasan-alasan dalam pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru (Komalasari, 2010: 57). Pembelajaran yang tidak menyenangkan dan penjelasan yang tidak benar akan membuat murid mudah melupakan pelajaran yang diterimanya. Rooijakers (dalam Sagala, 2012: 15) menjelaskan pula bahwa keberhasilan seorang pengajar akan terjamin, jika pengajar itu dapat mengajak para muridnya mengerti semua masalah melalui semua tahap proses belajar,

Transcript of II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk...

Page 1: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Dalam setiap kegiatan pengajaran, seorang pengajar haruslah memiliki

tujuan pembelajaran tertentu, jika tidak, kegiatan tersebut akan berjalan

begitu saja tanpa ada manfaat yang akan didapatkan. Oleh sebab itu dalam

setiap kegiatan pembelajaran haruslah memiliki tujuan yang dapat diterima

dengan sejelas-jelasnya oleh para siswanya. Untuk mengetahui suatu hal

dalam diri seseorang, terjadi suatu proses yang disebut sebagai proses

belajar melalui model-model mengajar yang sesuai dengan kebutuhan

proses belajar. Model dan proses pembelajaran akan menjabarkan makna-

makna dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengajar dalam

pembelajaran. Dalam suatu pengajaran, pengajar haruslah dapat menentukan

sikap dan menentukan alasan-alasan dalam pembelajaran. Model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru

(Komalasari, 2010: 57).

Pembelajaran yang tidak menyenangkan dan penjelasan yang tidak

benar akan membuat murid mudah melupakan pelajaran yang diterimanya.

Rooijakers (dalam Sagala, 2012: 15) menjelaskan pula bahwa keberhasilan

seorang pengajar akan terjamin, jika pengajar itu dapat mengajak para

muridnya mengerti semua masalah melalui semua tahap proses belajar,

Page 2: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

11

karena dengan cara tersebut, siswa akan memahami hal yang diajarkan. Hal

senada disampaikan oleh Prastowo (2013: 73) model pembelajaran adalah

acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran

tertentu secara sistematis. Oleh karena itu, dalam setiap proses

pembelajaran, pengajar haruslah dapat menggunakan model-model

mengajar yang dapat menjamin pembelajaran berhasil sesuai dengan yang

telah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun

model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Model

pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Suprijono,

2011: 46).

Sejalan dengan pendapat di atas, Trianto (2010: 51) menyatakan

bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Fungsi model pembelajaran

adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam

melaksanakan pembelajaran. Sementara itu Sagala (2012: 176),

mengemukakan bahwa model mengajar merupakan suatu kerangka

konseptual yang berisi prosedur sistematik dan mengorganisasikan

pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang

befungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proes belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual berisi

prosedur sistematik yang digunakan guru atau pendidik dalam

Page 3: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

12

pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran

digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Model Pembelajaran EXCLUSIVE

2.1. Hakikat Pembelajaran EXCLUSIVE

Meningkatnya kesadaran terhadap ancaman dan dampak yang

ditimbulkan oleh bencana alam timbul dari pemahaman terhadap suatu

kondisi mengenai bencana alam itu sendiri. Aspek penting yang harus

diperhatikan adalah mitigasi terhadap bencana alam tersebut. Mitigasi

bencana alam kebumian sangat penting untuk diketahui dan dipelajari

sejak dini. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui pendidikan

formal pada jenjang pendidikan di kelas rendah Sekolah Dasar.

Beberapa hal penting dalam upaya mitigasi bencana adalah

pemahaman tentang bencana alam kebumian (literate) dan

kesiapsiagaan (awareness) menghadapi bencana alam. Karena dengan

pemahaman yang baik tentang karakteristik bencana alam dan siap

siaga maka diharapkan dapat mengurangi resiko negatif yang

ditimbulkan oleh suatu bencana. Kedua hal ini dapat diajarkan kepada

siswa dengan mengintegrasikannya dalam pembelajaran dengan tema

tertentu pada Kurikulum 2013. Tema-tema yang dipilih adalah tema

yang dekat dengan lingkungan siswa, termasuk potensi lokal berupa

bencana alam.

Suatu pembelajaran tidak akan terlepas dari peran model

pembelajaran. Sejalan dengan apa yang telah dijelaskan Joyce & Weil

(dalam Abdurrahman, 2012: 216) yang mendefinisikan model

pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai

Page 4: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

13

pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan tertentu serta berfungsi sebagai pedoman

dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Sehingga

model pembelajaran memegang peranan yang sangat penting untuk

berlangsungnya pembelajaran yang bermakna dan sesuai dengan

tujuan.

Terkait dengan hal tersebut, Abdurrahman (2012: 218)

memaparkan bahwa model pembelajaran EXCLUSIVE dikembangkan

bukan hanya untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya

pengetahuan tentang bencana alam kebumian di sekitar lingkungan

siswa, tetapi juga dirancang untuk membangun kesadaran mendalam

tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Pembelajaran yang dikembangkan dari kondisi Paham, Sadar dan

Siaga (PS2), akan menghasilkan sintaks yang sama dengan model

pembelajaran EXCLUSIVE, yaitu: Exploring, Clustering, Simulating,

Valuing and Evaluating.

Gambar 1. Strategi PS2 dalam rasionalisasi model pembelajaran

Sumber: Abdurahman (2012: 218)

Siaga

Sadar

Paham

Page 5: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

14

Model pembelajaran EXCLUSIVE sangat tepat digunakan

dalam mengkaji informasi dari fakta atau fenomena yang ada di

lingkungan sekitar dan terkait dengan pemahaman nyata siswa sehari-

hari. Model pembelajaran ini pula dikembangkan bukan hanya untuk

meningkatkan pemahaman akan pentingnya pengetahuan tentang

bencana alam kebumian disekitar lingkungan siswa, tetapi juga

dirancang untuk membangun kesadaran mendalam tentang pentingnya

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Sehingga dihasilkan sikap

siswa yang berkarakter siap untuk menghadapi bencana. Senada

dengan yang telah diungkapkan Istiani (2014: 1) melalui model

pembelajaran EXCLUSIVE siswa dituntut untuk melakukan proses

pembelajaran dengan menggunakan skill multirepresentasi, sehingga

akan memperlihatkan perilaku berkarakter pada diri siswa.

Proses tersebut dapat dilakukan dengan merumuskan kesamaan

konsep yang berasal dari pengalaman dan kondisi yang sama sebelum

akhirnya mereka mengkonfirmasi secara bersama konsep yang mereka

dapatkan dan kemudian disimulasikan berdasarkan informasi yang

didapat pada tahap sebelumnya. Sehingga diperoleh keterpaduan yang

baik antara pengalaman dan konsep yang didapatkan.

Berdasarkan hal tersebut maka teori dan strategi metakognisi

dijadikan landasan teori pengembangannya. Hal ini karena model ini

dirancang untuk membangun kesadaran mendalam tentang pentingnya

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Flavel dalam Martin (dalam Abdurrahman, 2012: 218)

adalah ahli yang pertama kali mengenalkan konsep dan istilah

metakognisi dalam pembelajaran yang didefinisikan sebagai

pengetahuan kesadaran dan kendali atas proses kognisi.

Page 6: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

15

Sedangakan Simon dalam Desoetem, dkk (dalam Abdurrahman,

2012: 218) mengungkapkan bahwa metakognisi terbagi atas dua

komponen, yaitu: pengetahuan dan keterampilan metakognisi.

Pengetahuan metakognisi didefinisikan sebagai pengetahuan dan

pemahaman pada proses. Sedangkan keterampilan metakognisi

didefinisikan sebagai pengendalian pada proses berpikir.

Terdapat tiga komponen pengetahuan metakognisi yaitu:

deklarasi, prosedural, dan kondisional dan empat komponen

keterampilan metakognisi yaitu memprediksi, merencanakan,

memonitor dan mengevaluasi.

Menurut Abdurrahman (2012: 218), pengetahuan dan

keterampilan metakognisi dapat dikembangkan dalam proses

pembelajaran jika siswa dibiasakan untuk menyelesaikan masalah

(problem solving) yang terkait dengan kehidupan sehari-hari di

lingkungannya. Proses problem solving dapat membuat kesadaran

siswa ditumbuhkan dengan memberikan arahan agar siswa memahami

apa yang sedang mereka pelajari, pikirkan, dan lakukan.

Kemampuan metakognisi yang dimiliki memungkinkan siswa

dapat mengembangkan pemahaman konsep karena dengan

kemampuan mengkognisi siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan,

mengaplikasikan konsep-konsep, dan memperdalam konsep-konsep

sehingga melahirkan jawaban argumentasi ilmiah yang

mempresentasikan pemahaman.

2.2. Langkah-langkah Pembelajaran EXCLUSIVE

Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran

dikembangkan berdasarkan rasional kebutuhan di wilayah rawan

bencana dan teori metakognisi, maka Abdurrahman (2012: 219)

mengemukakan sintaks model pembelajaran ini sebagai berikut:

a. Fase 1: Exploring

Setelah apersepsi dan motivasi singkat mengenai tema yang

akan dipelajari, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dimana

Page 7: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

16

masing-masing kelompok mempunyai tugas untuk mencari

informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan informasi rinci

mengenai bencana yang dipelajari.

b. Fase 2: Clustering

Setelah masing-masing kelompok mendapatkan informasi

yang cukup banyak dalam waktu yang sudah ditentukan, guru dan

siswa mencari kesamaan-kesamaan informasi yang didapat pada

langkah pertama untuk dibuat cluster-cluster informasi.

Kemudian, dari cluster informasi yang terbentuk, dibentuk lagi

kelompok yang akan secara spesifik mendalami cluster informasi

yang bersangkutan. Setelah cluster information terbentuk, guru

dan siswa berdiskusi untuk mengkonfirmasi clustered data

sebelum dilakukan simulasi. Missal, clustered data/informasi

tersebut dirumuskan menjadi langkah-langkah nyata yang

disimulasikan.

c. Fase 3 : Simulating

Pada tahap ini, siswa diajak untuk melakukan simulasi

paham, sadar, dan siaga (PS2) terhadap kemungkinan bencana

yang terjadi di daerahnya.

d. Fase 4 : Valuing

Pada tahap ini siswa diajak untuk menginternalisasi

(internalized) nilai-nilai yang diperoleh melalui diskusi dan

simulasi, sehingga tumbuh kemauan yang kuat untuk menerapkan

dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.

e. Fase 5 : Evaluating

Tahap yang terakhir adalah mengevaluasi jalannya

keseluruhan proses pembelajaran sehingga memperoleh sejumlah

rumusan rekomendasi-rekomendasi perbaikan pada kegiatan

pembelajaran berikutnya. Dalam tahap ini, juga ternyata dari hasil

evaluasi masih ada hal-hal yang perlu digali lebih dalam, tahap

exsploring dapat dilakukan kembali dan begitu seterusnya seperti

sebuah siklus.

Gambar 2. Siklus model pembelajaran EXCLUSIVE

Sumber: Abdurahman (2012: 220)

PS2

Exploring

Simulating

Clustering Evaluating

Valuing

Page 8: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

17

Model pembelajaran EXCLUSIVE ini dapat dikembangkan

untuk memacu siswa berperan aktif dalam setiap fase

pembelajarannya. Siswa diharapkan mampu untuk mengajukan

pendapatya. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dan

terlibat saling tukar pikiran, berkolaborasi, berkomunikasi, dan

bersimulasi sama-sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan sehingga diharapkan siswa mampu mengembangkan

kemampuannya.

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran EXCLUSIVE

Model pembelajaran EXCLUSIVE memiliki keunggulan dan

kekurangan, Santi (2012: 96) menjelaskan kelebihan-kelebihan dan

kekurangan-kekurangan model pembelajaran EXCLUSIVE, yaitu:

a. Kelebihan

1. Siswa mampu mengembangkan pemahaman dan

pengetahuan.

2. Siswa bebas untuk berbagi ide-ide secara lisan kepada teman-

teman mereka di diskusi kelompok.

3. Siswa mampu bertukar informasi melalui diskusi kelompok.

4. Siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar.

5. Siswa bebas untuk mengekspresikan ide-ide mereka sebagai

hasil dari diskusi kelompok.

6. Siswa mampu mengembangkan kreativitas mereka dalam

simulasi hasil diskusi.

7. Siswa menikmati dan aktif terlibat dalam proses

pembelajaran.

8. Siswa terdorong untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang

sudah mereka dapatkan dan membiasakannya di kehidupan

sehari-hari.

9. Siswa mampu mengevaluasi proses belajar yang telah mereka

lakukan.

10. Siswa bebas untuk memberikan rekomendasi untuk

pembelajaran yang lebih baik.

b. Kekurangan

1. Guru perlu persiapan khusus dalam menguasai topik-topik

tertentu yang akan dibahas dan juga dalam memberikan dan

penanganan pertanyaan.

2. Jika kelas terlalu besar, sulit bagi guru untuk mengontrol dan

Page 9: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

18

memperhatikan setiap kelompok yang dapat mempengaruhi

kondusifitas kelas.

3. Kegiatan diskusi tidak akan berjalan dengan baik jika seluruh

siswa di satu kelompok terdiri dari siswa yang kurang pintar.

4. Menghabiskan lebih banyak waktu agar seluruh kelompok

dapat melakukan simulasi (memakan waktu).

5. Tidak semua langkah mengandung nilai-nilai yang siswa

dapat ambil maknanya.

6. Dibutuhkan pemikiran kritis untuk mengevaluasi seluruh

proses pengetahuan.

Dengan memahami kekurangan dan kelebihan model

pembelajaran EXCLUSIVE, maka dapat disusun rencana pembelajaran

yang lebih baik, sehingga pembelajaran akan berjalan lebih efektif.

B. Bencana Alam

1. Pengertian Bencana Alam

Bencana adalah kejadian yang sangat merugikan manusia. Berbagai

bencana, kerap terjadi di Indonesia, seperti gempa bumi, tsunami, dan

banjir.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1 tentang

Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai

berikut: bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor

alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana

nonalam, dan bencana sosial.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

(2007: 8) menyatakan banhwa bencana alam dapat terjadi tiba-tiba maupun

Page 10: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

19

melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Sehingga terjadinya suatu

bencana itu bisa saja dapat terprediksi maupun tidak terprediksi. Selain itu,

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 2 tentang

Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana alam sebagai

bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Berdasarkan penejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bencana

alam merupakan peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan

manusia yang disebabkan oleh faktor alam seperti gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor yang

mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis yang terjadi secara tiba-tiba maupaun secara perlahan.

2. Gempa Bumi Tektonik

Salah satu bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia, khususnya di

daerah penelitian ini adalah gempa bumi. Bencana alam ini termasuk ke

dalam kategori bencana alam yang terjadi secara tiba-tiba. BNPB (2007: 53)

mendefinisikan gempa bumi sebagai berguncangnya bumi yang disebabkan

oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api, atau

runtuhan batuan.

Selanjutnya, Prasetya (2006: 34) menjelaskan bahwa gemba bumi

tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pergeseran lempeng-

lempeng tektonik yang ada di lapisan kerak bumi. Jadi, ketika terjadi

pergeseran kerak bumi maka akan dihasilkan gaya tektonik yang kemudian

mendorong permukaan, akibatnya bagian yang lemah akan patah.

Page 11: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

20

Gambar 3. Ilustrasi Kejadian Gempa Bumi Tektonik

Sumber: BNPB (2007: 3)

Sementara itu, BNPB (2007: 8) menjelaskan bahwa beberapa jenis

gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, di

mana akan terjadi, dan besarnya kekuatannya. Meskipun demikian, kejadian

bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak

kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena

kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gempa bumi

tektonik adalah pergeseran lempengan bumi yang terjadi secara tiba-tiba

akibat tumbukan lempeng bumi sehingga mengakibatkan suatu gelombang

seismik yang tidak dapat diperkirakan secara akurat kapan, di mana akan

terjadi, dan besarnya kekuatannya, serta selalu memberikan dampak kejutan

dan kerugian.

C. Keterampilan

Salah satu ranah yang harus diperhatikan dalam suatu pembelajaran

adalah ranah yang mengacu kepada keterampilan. Keterampilan menyatakan

bisa atau tidaknya seseorang dalam melakukan tugas, seperti yang dijelaskan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1505), keterampilan

Page 12: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

21

didefinisikan sebagai kecakapan untuk menyelesaiakan tugas. Selanjutnya,

keterampilan mengacu kepada ranah psikomotor dan sebagai imbas telah

tercapainya ranah kognitif dalam suatu pembelajaran. Seperti yang dijelaskan

Kunandar (2013: 249) psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang

pencapaiannya melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya

kompetensi pengetahuan. Dengan demikian, keterampilan tidak dapat

dipisahkan dengan kompetensi inti (KI) 3, yakni pengetahuan. Karena itu

ketercapaian suatu pengetahuan menjadi prasyarat agar dapat terlaksananya

suatu keterampilan dengan baik.

Sementara itu, Poerwanti (2009: 22) menyatakan bahwa kognitif adalah

ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan

intelektual, sedangkan psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan atau keterampilan motorik. Dengan demikian, keterampilan

tidak hanya mengacu pada ranah psikomotor namun mengacu pula pada ranah

kognitif.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

adalah suatu kecakapan dalam menyelesaikan tugas, mengacu pada tugas yang

berhubungan dengan keintelektualan ataupun psikomotor sebagai imbas dari

telah tercapainya suatu kompetensi pengetahuan yang mendasari keterampilan

tersebut.

D. Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi

1. Pengertian Mitigasi Bencana Alam

Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang sangat urgen dan penting

dalam usaha pengurangan resiko bencana. Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun

Page 13: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

22

2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana menjelaskan

mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana mencakup baik

perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-

resiko yang terkait dengan bahaya-bahaya karena ulah manusia dan bahaya

alam yang sudah diketahui, dan proses perencanan untuk respon yang efektif

(Coburn, dkk, 1994: 9).

Sementara itu, BNPB (2007: 15) menerangkan bahwa uapaya

mengenal karakteristik bencana yang sering terjadi di Indonesia

merupakan suatu upaya mitigasi karena dengan pengenalan

karakteristik tersebut, dapat dipahami perilaku dari ancaman sehingga

dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan dalam mengatasinya

atau paling tidak mengurangi kemungkinan dampak yang ditimbulkan.

Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai

tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan

untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun

harta.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mitigasi

bencana adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi atau paling

tidak mengurangi risiko bencana yang dilakukan baik melalui pembangunan

fisik, penyadaran, peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana

serta pengenalan karakteristik bencana yang sering terjadi.

2. Tujuan Mitigasi Bencana

Secara khusus, tujuan dari mitigasi bencana telah disebutkan oleh

BNPB (2007: 12), yaitu: 1) untuk mengidentifikasi daerah-daerah rawan

bencana, 2) mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan kerawanan, dan 3)

melakukan kegiatan-kegiatan mitigasi yang bersifat struktural (seperti

Page 14: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

23

membangun konstruksi) maupun non-struktural seperti penataan ruang,

building code dan sebagainya.

3. Langkah-langkah Mitigasi Bencana Gempa Bumi

“Kenalilah musuhmu, bahaya-bahaya, dan pengaruhnya” adalah suatu

kalimat yang dapat mewakili bagaimana mitigasi bencana itu akan

dilaksanakan, karena dengan mengenali karakteristik bencana yang akan

terjadi, akan didapatkan langkah-langkah terbaik untuk melakukan mitigasi

bencana ini. Hal senada diungkapan pula oleh Coburn, dkk (1994: 14) bahwa

bagian paling kritis dari pelaksanan mitigasi adalah pemahaman penuh akan

sifat bencana. Karena setiap wilayah memiliki sifat bencana yang berbeda,

sehingga membuat mekanisme mitigasi yang berbeda pula.

Pemahaman bahaya-bahaya mencakup memahami tentang: (1)

bagaimana bahaya-bahaya itu muncul, (2) kemungkinan terjadi dan besarnya,

(3) mekanisme fisik kerusakan, (4) elemen-elemen dan aktivitas-aktivitas

yang paling rentan terhadap pengaruh-pengaruhnya, dan (5) konsekuensi-

konsekuensi kerusakan.

Strategi-strategi mitigasi yang sesuai dengan bencana gempa bumi

dapat dilakukan dengan melakukan perekayasaan bangunan yang tahan akan

kekutan-kekuatan getaran yang ditimbulkan oleh gempa, selain itu hal lain

yang sangat penting adalah peningkatan pengetahuan tentang apa yang harus

dilakukan pada saat terjadi suatu gempa bumi.

Dalam BNPB (2007: 57) secara rinci dijelaskan langkah-langkah

mitigasi dan pengurangan bencana gempa bumi, yaitu:

- Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa.

- Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.

- Pembangunan fasilitas umum denggan standar kualitas yang tinggi.

- Perkuatan bangunan bangunan vital yang telah ada.

- Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi

tingkat kepadatan hunian di daerah rawan bencana.

Page 15: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

24

- Asuransi.

- Zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan.

- Pendidikan kepada masyarakat tentang gempabumi.

- Membangun rumah dengan konstruksi yang aman terhadap

gempa bumi.

- Masyarakat waspada terhadap risiko gempa bumi.

- Masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi

gempa bumi.

- Masyarakat mengetahui tentang pengamanan dalam

penyimpanan barang barang yang berbahaya bila terjadi gempabumi.

- Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan

dan kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi.

- Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan

pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.

- Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan

peralatan perlindungan masyarakat lainnya.

- Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota

keluarga dalam menghadapi gempa bumi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mitigasi terbagi

menjadi 2 bagian, yaitu mitigasi yang berhubungan dengan pengelolaan

keadaan fisik dan mitigasi yang berhubungan dengan keadaan nonfisik.

Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang mitigasi bencana merupakan

salah satu aspek mitigasi non fisik.

Secara spesifik, langkah-langkah mitigasi pada bencana gempa bumi

non fisik adalah berupa: 1) peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap

resiko gempa bumi, 2) pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan jika

terjadi gempa bumi, dan 3) pengetahuan tentang pengamanan dalam

penyimpanan barang-barang yang berbahaya dan berharga.

Peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap resiko gempa dapat

berupa pembuatan peta evakuasi (jalur penyelematan). Hal ini bisa menjadi

hal yang sangat membantu nantinya ketika terjadi bencana. Seperti yang

dijelaskan Ayuni, dkk (2006: 12) rencanakan jalur penyelematan dari

rumahmu, perhatikan letak pintu yang mudah dilewati, setiap anggota

keluarga harus tahu, paling tidak 2 jalan keluar rumah.

Page 16: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

25

Gambar 4. Peta Evakuasi

Sumber: Ayuni (2006: 12)

Pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi

terbagi menjadi beberapa ketentuan, dengan melihat posisi orang tersebut

ketika terjadi gempa bumi. Prasetya (2006: 78) menyebutkan ada 7 posisi

berbeda ketika terjadi gempa, yaitu: 1) di dalam rumah, 2) di luar rumah, 3) di

mall, bioskop, dan lantai dasar mall, 4) di lift, 5) di dalam kereta api, 6) di

dalam mobil, dan 7) di gunung atau pantai.

Pengetahuan tentang pengamanan dalam penyimpanan barang-barang

yang berbahaya dan berharga dapat diartikan dengan melakukan pemosisian

serta peletakan barang yang memungkinkan akan dapat menimpa diri dan

membahayakan tubuh berjauhan dari posisi pintu. Serta pengamanan barang

berharga seperti surat-surat penting, P3K, obatan-obatan, dan lain sebagainya

ke dalam tas siaga.

Page 17: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

26

E. Sikap Sosial

1. Pengertian Sikap Sosial

Sikap (attitude) adalah suatau cara bereaksi terhadap suatu

perangsang. Zimbardo dan Ebbesen (dalam Ahmadi, 2007: 150)

menyatakan bahwa sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah

terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-

komponen cognitive, affective, dan behavior. Tiap-tiap sikap mempunyai 3

aspek, yaitu:

1. Aspek kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran.

Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta

harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu,

dapat diwujudkan dari kepahaman seseorang terhadap sesuatu.

2. Aspek afektif berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan

tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya

yang ditujukan kepada objek-ojek tertentu.

3. Aspek konatif: berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuat

sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan,

menjauhkan diri dan sebagainya.

Sikap juga merupakan suatu kecendrungan seseorang untuk

berperilaku kepada suatu objek atau sasaran, seperti apa yang diungkapan

Rahman (2013: 214) bahwa sikap adalah kecendrungan untuk berperilaku

terhadap suatu objek tertentu. Sehingga dalam bersikap, seseorang tidak

dalam keadaan sendiri, pastilah ada suatu sasaran atau objek yang diberikan

perilakuan.

Page 18: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

27

Pelaku dalam bersikap dapat dilakukan oleh individu maupun

kelompok. Sikap yang dilakukan oleh suatu kelompok disebut pula dengan

sikap sosial, hal ini senada dengan pendapat Sarwono (2000: 94) yang

menyatakan bahwa sikap sosial adalah sikap yang ada pada suatu kelompok

orang yang ditunjukkan kepada suatu objek yang menjadi perhatian seluruh

orang-orang tersebut. Hal senada disampaikan pula oleh Ahmadi (2007:

152) sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja, tetapi diperhatikan oleh

orang-orang sekelompoknya. Sehingga sikap sosial ini menyentuh kepada

objek yang bersifat sosial, kelompok, atau orang banyak.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap sosial

adalah suatu kecendrungan reaksi atau perbuatan yang dilakukan secara

sadar oleh suatu individu atau kelompok kepada suatu kelompok atau objek

yang bersifat sosial.

Pada penulisan ini, peneliti memfokuskan pada sikap gotong royong

dan tanggung jawab, karena kedua sikap tersebut relevan dan dapat

diintegrasikan dengan baik dengan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang

akan dilaksanakan. Adapun penjelasan dari dua sikap tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Gotong Royong

Gotong royong adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain

untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong

menolong secara ikhlas (Kemendikbud, 2013: 221). Penerapan sikap

gotong royong dilakukan secara terintegrasi dengan proses PBM melalui

pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh siswa dalam

keseharian melalui dampak pengiring (nurturant effect) dari

Page 19: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

28

pembelajaran. Indikator-indikator sikap gotong royong yang diterapkan

dalam penelitian ini adalah:

1. Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan lingkungan yang

kotor setelah terjadi gempa.

2. Kesediaan menolong orang lain sesuai kemampuan.

3. Bersedia menolong orang lain yang terkena bencana tanpa

mengharapkan imbalan.

4. Aktif dalam kerja secara berkelompok dalam usaha evakuasi bencana. Adaptasi dari Kemendikbud (2013: 221).

b. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan (alam, sosial, dan

budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kemendikbud, 2013: 221).

Penerapan sikap tanggung jawab ini, dilakukan berdasarkan kesadaran

individu dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas.

Indikator-indikator sikap gotong royong yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah:

1. Melaksanakan sesuatu sesuai dengan tugasnya.

2. Bersama-sama menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan guru

secara baik dan menunjukkan kerja sama yang baik.

3. Berkontribusi mengutarakan fikiran, pendapat, gagasan, dan kerja nyata

sehingga tercipta penyelesaian kerja yang efektif.

4. Mengerahkan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan dengan semaksimal mungkin.

5. Menyelesaikan tugas tidak melebihi waktu yang ditentukan.

(Kemendikbud, 2013: 221).

2. Pembentukan Sikap

Sikap merupakan sesuatu hal yang timbul akibat interaksi dan proses

belajar suatu individu terhadap situasi dan lingkungannya. Situasi dan

lingkungan yang baik akan membentuk sikap individu yang baik, dan situasi

dan lingkungan yang buruk akan membentuk pribadi yang buruk. Individu

Page 20: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

29

ketika dilahirkan dapat diibaratkan sebuah kertas putih bersih yang kosong,

tergantung tinta warna apa dan tulisan apa yang akan dituliskan di kertas

tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Komalasari (2010: 156) yang

mengatakan bahwa sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau

tindakan yang diinginkan. Perkembangan sikap individu selanjutnya sangat

dipengaruhi oleh 5 proses belajar, seperti yang disebutkan oleh Rahman

(2013: 132), yaitu:

1. Sikap terbentuk karena mengamati orang lain (learning by

observing others).

2. Sikap terbentuk karena reward-punishment (learning through

reward: instrumental conditioning).

3. Sikap terbentuk karena proses asosiasi (learning through

association: classical condotioning).

4. Sikap terbentuk karena pengalaman langsung (learning by direct

experience).

5. Sikap terbentuk melalui pengamatan terhadap perilaku sendiri

(learning by observing on our own behaviour).

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

sikap tidak muncul begitu saja, namun memerlukan proses pembentukan

sikap yang berasal dari proses belajar individu terhadap lingkungan. Baik

dan buruk sikap yang akan dimiliki individu pula sangat tergantung dengan

kualitas lingkungan.

F. Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Belajar merupakan suatu hal yang sangat penting untuk semua

orang. Belajar sangat berkaitan dengan adanya suatu perubahan dalam diri

siswa dalam kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru

sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seperti yang

diungkapkan Budiningsih (2005: 20) belajar adalah perubahan tingkah

Page 21: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

30

laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa

stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Stimulis dapat

berupa apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar

perkalian, alat peraga, atau cara kerja tertentu. Sedangkan respons berupa

tanggapan atau reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru

tersebut.

Selain itu, perubahan yang terjadi tersebut diharapkan adalah

perubahan yang menetap dan meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor, seperti yang diutarakan oleh Hernawan, dkk. (2007: 2) belajar

adalah proses perubahan prilaku, dimana perubahan perilaku tersebut

dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan prilaku tersebut

meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sementara itu, Zahorik (dalam Komalasari, 2010: 16) menyatakan

bahwa terdapat lima elemen belajar konstruktivistik yaitu pengaktifan

pengetahuan yang sudah ada, pemerolehan pengetahuan baru, pemahaman

pengetahuan, mempraktikan pengetahuan dan pengalaman, dan melakukan

refleksi.

Sejalan dengan teori konstruktivisme yang menerangkan bahwa

belajar lebih menekankan kepada proses dan hasil untuk pembentukan

pengetahuan. Pembentukan itu harus dilakukan oleh orang yang belajar. Ia

harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan

memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari (Budiningsih,

2005: 58). Belajar merupakan proses membangun dan membentuk makna,

pengetahuan, konsep dan gagasan melalui pengalaman. Belajar sebagai

Page 22: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

31

suatu proses mengacu kepada suatu tujuan (goal oriented). Siswa harus

menemukan dan mentranformasikan suatu informasi kompleks ke situasi

lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Untuk itu, tugas guru dalam pembelajaran adalah menjadikan pengetahuan

bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan

dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan siswa agar menerapkan

strategi mereka sendiri dalam belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang berdasarkan

hasil pengalaman dan latihan yang telah dilakukannya untuk mencapai

suatu tujuan dan hasil tertentu.

2. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan sebuah prosedur yang dilakukan seseorang

agar proses belajar dapat berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat

Hamalik (dalam Hernawan, dkk., 2007: 3) yang menyatakan bahwa

pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar

untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan

belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat

terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran

dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan

kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu seseorang

mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.

Sementara itu, menurut Komalasari (2010: 3) pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek

Page 23: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

32

didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan

dievaluasi secara sistematis agar subjek/pembelajar dapat mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru.

Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui

kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,

motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan

lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam

pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan

menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu

proses yang dilakukan secara sadar oleh seseorang kepada orang lain yang

dilakukan berdasarkan petunjuk instruksional tertentu untuk membantu

orang tersebut untuk mempelajari kemampuan dan nilai yang baru.

G. Kurikulum 2013

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada

tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurna

kurikulum sebelumnya (KTSP) yang diberi nama kurikulum 2013. Kunandar

(2013:25) menyatakan bahwa, berdasarkan Kurikulum 2013, kompetensi

yang harus dicapai pada tiap akhir jenjang kelas dinamakan kompetensi inti.

Kompetensi inti memiliki fungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising

element) organisasi vertikal dan horizontal kompetensi dasar. Pengembangan

Kurikulum 2013 mengacu pada teori “pendidikan berdasarkan standar”

Page 24: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

33

(standar-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi

(competency-based curriculum) (Kunandar, 2013:33).

Beberapa hal ditetapkan dalam pendidikan berdasarkan standar sebagai

kualitas minimal warga negara yaitu standar isi, standar proses, standar

kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana

dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar

penilaian pendidikan. Sedangkan dalam kurikulum berbasis kompetensi

dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya yang

diarahkan pada pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan pada Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), yang diarahkan dalam pengembangan

kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum penyempurna kurikulum sebelumnya

yang dikembangkan berdasarkan pada teori “pendidikan berdasarkan standar”

(standar-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi

(competency-based curriculum), yang diarahkan dalam pengembangan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

1. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah

merupakan pendekatan yang diterapkan dalam kurikulum 2013.

Pendekatan ilmiah (scientific approach) diyakini sebagai titian emas

perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

siswa dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah

(Atsnan dan Yuliana, 2013: 1). Selain itu, Sagala (2012: 69) mengatakan

bahwa pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang menggunakan fakta-

Page 25: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

34

fakta dan informasi sebagai dasar melakukan tindakan-tindakan dalam

melaksanakan proses pembelajaran.

Sementara itu, Kemendikbud (2013: 2). menjelaskan bahwa proses

pembelajaran scientific merupakan perpaduan antara proses pembelajaran

yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi

dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

mengkomunikasikan. Proses pembelajaran pada pendekatan scientific

menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Gambar 5. Tiga Ranah dalam Pendekatan Scientific

Sumber: Kemendikbud (2013: 4)

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

siswa “tahu mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi

substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”. Ranah

pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa

“tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia

yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard

skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

Page 26: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

35

Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud

meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk

jejaring.

Gambar 6. Langkah-langkah Pembelajaran dalam Pendekatan Scientific

Sumber: Kemendikbud (2013: 7)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendekatan scientific merupakan pendekatan yang berangkat dari proses

kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, yang meliputi proses mengamati,

menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring, dan menyentuh tiga

ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

2. Tematik Terpadu

Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada sekolah Dasar (SD) dilakukan

melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu. Menurut

Kemendikbud (2013: 132) tematik terpadu merupakan pendekatan

pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai

matapelajaran ke dalam berbagai tema.

Sementara itu, Hernawan, dkk (2007: 128) mengatakan bahwa

bentuk keterkaitan atau keterpaduan ini dapat diartikan sebagai

pemberdayaan materi pelajaran satu pada waktu mengajikan materi

pelajaran lain yang diikat oleh satu tema. Pemahaman konsep dalam

Page 27: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

36

pembelajaran tematik akan selalu kuat karena adanya sinergi pemahaman

antar konsep yang dikemas dalam satu tema.

Selanjutnya, dalam penerapan pembelajaran tematik terpadu ini,

bertolak dari suatu tema yang dipilih oleh siswa dan guru yang

memperhatikan tingkat keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Menurut

Poerwadarminta (dalam Hernawan, 2007: 128), tema adalah pokok fikiran

atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Sehingga, dengan

adanya tema, akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain: 1)

siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; 2) siswa

dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi

dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; 3) Pemahaman terhadap

materi pelajaran akan lebih mudah dan terkesan; 4) kompetensi dasar dapat

dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan

pengalmaan pribadi siswa; 5) siswa lebih mendapatkan manfaat dan

makna belajar; 6) siswa lebih bergairah dalam belajar; 7) guru dapat

menghemat waktu.

Pendekatan yang digunakan untuk mengintergrasikan kompetensi

dasar dari berbagai matapelajaran yaitu, intra-disipliner, inter-disipliner,

multi-disipliner, dan trans-disipliner. Integrasi intra-disipliner dilakukan

dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap mata pelajaran.

Integrasi inter-disipliner dilakukan dengan menggabungkan kompetensi-

kompetensi dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang

lainnya, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya

tumpang tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran.Integrasi multi-

Page 28: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

37

disipliner dilakukan tanpa menggabungkan kompetensi dasar tiap

matapelajaran sehingga tiap matapelajaran masih memiliki kompetensi

dasarnya sendiri. Integrasi trans-disipliner dilakukan dengan mengaitkan

berbagai matapelajaran yang ada dengan permasalahan-permasalahan yang

dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran menjadi kontekstual.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tematik

terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang

mengintergrasikan berbagai kompetensi dasar dalam beberapa mata

pelajaran menggunaka tema yang dekat dengan kehidupan siswa dan

lingkungannya sebagai pokok gagasan yang menjebatani proses

pembelajaran sehingga didapatkan proses dan hasil pembelajaran yang

lebih bermakna.

Pada penelitian ini, peneliti mencoba memilih subtema Bencana

Alam di Sekitarku, karena subtema tersebut dekat dengan keadaan

kehidupan siswa dan potensi lingkungannya dan dapat diintegrasikan

dengan baik dengan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang akan

dilaksanakan. Dalam pembelajarannya peneliti membagi subtema tersebut

menjadi 6 pembelajaran yang terdiri dari 3 siklus.

3. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Penilaian autentik memiliki hubungan yang kuat terhadap

pendekatan ilimiah (scientific approach), seperti yang dijelaskan dalam

Permendikbud No. 66 tahun 2013. Sementara itu, Nurgiyantoro (2011: 22)

mengatakan bahwa Penilaian merupakan proses sistematis dalam

pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan

seberapa jauh seorang siswa dapat mencapai tujuan pendidikan.

Page 29: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

38

Sedangkan Poerwanti, dkk (2009: 9) Penilaian adalah penerpaan berbagai

cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi

tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau keterampilan kompetensi

(rangkaian kemampuan) siswa. Ditambahkan oleh Prastowo (2013: 401)

dalam pembelajaran tematik, penilaian pembelajaran adalah usaha untuk

mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, serta

menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan maupun

perkembangan yang telah dicapai, baik berkaitan dengan proses maupun

hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian tidak hanya menekankan

pada hasil, namun proses dan hasil dari suatu pembelajaran.

Selanjutnya, Kunandar (2013: 35) mengatakan bahwa penilaian

autentik adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang

seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen

penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di

Kompetensi Inti (KI) dan kompetensi Dasar (KD). Penilaian autentik

(authentic assesment) menekankan kemampuan siswa untuk

mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan

bermakna.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian

autentik adalah proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan

penafsiran informasi untuk menentukan keberhasilan tujuan pendidikan

yang penerapannya lebih mengedepankan kepada penilian yang

menunjukkan kinerja secara bermakna yang merupakan penerapan dari

pengetahuan dan keterampilan yang terkait dalam aktivitas pembelajaran.

Page 30: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman

39

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan

sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran menerapkan model

pembelajaran EXCLUSIVE bersubtemakan Bencana Alam di Sekitarku sesuai

dengan langkah-langkah yang tepat, maka keterampilan mitigasi bencana dan

sikap iswa kelas IIIA SDN 01 Pasar Krui akan meningkat”.

Page 31: II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajarandigilib.unila.ac.id/2876/17/BAB II.pdf12 pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman