Identitas Akhir Januari 2016

16
identitas Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin NO. 851 TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 IPK Tinggi Tak Jadi Solusi Ajakan Anies Baswedan untuk turut berlembaga dalam ‘Pesan dari Pem- impin Untuk Calon Pemimpin’. Lanjut hal. 8

description

 

Transcript of Identitas Akhir Januari 2016

Page 1: Identitas Akhir Januari 2016

identitasPendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin NO. 851 TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016

IPK Tinggi Tak Jadi Solusi

Ajakan Anies Baswedan untuk turut berlembaga dalam ‘Pesan dari Pem-

impin Untuk Calon Pemimpin’.Lanjut hal. 8

Page 2: Identitas Akhir Januari 2016

2 identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016

Membungkam Suara Perubahan

twitter

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda

nPenyunting Pelaksana: Akhmad Dani nKoordinator Liputan: Novianto Dwiputra Addi, Nur Alfianita N. nLitbang: Ermi Ulia Utami, Siti Atirah, Risky Wulandari nStaf Penyun ting: Ramdha Mawaddha, Asmaul Husna Yasin, Fransiska Sabu Wolor nReporter: Khusnul Fadilah, Riyami, Nur Rismawati nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Kun Arfandi Akbar nArtistik dan Tata Letak: Radiah Annisa (Koordinator)nIklan/Promosi: Devika Saputri nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: [email protected] nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

karikatur

dari redaksi

Sampul Edisi Akhir Januari 2016Desain Sampul: Benny Suhardi Wiranata

Layouter: Irmayana

sms inbox

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

@identitasonline

identitasonline

identitasunhas.com

[email protected]

082196362838089632301019

Bila anda memiliki informasi, hara-pan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kun-jungi kami di

tajuk

“KAU ingin jadi apa? Pengacara, untuk memperta-hankan hukum kaum kaya, yang secara inheren tidak adil? Dokter, untuk menjaga kesehatan kaum kaya, dan menganjurkan makanan yang sehat, udara yang baik, dan waktu istirahat kepada mereka yang meman-gsa kaum miskin? Arsitek, untuk membangun rumah nyaman untuk tuan tanah? Lihat di sekelilingmu dan periksa hati nuranimu. Apa kau tak mengerti bahwa tugasmu adalah sangat berbeda: untuk bersekutu den-gan kaum tertindas, dan bekerja untuk menghancur-kan sistem yang kejam ini?” –Victor Serge, Bolshevik.

Belum lama ini mahasiswa digegerkan dengan kasus Drop Out (DO) yang menimpa Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Ja-karta (UNJ) Ronny Setiawan (5/1). Berawal dari protes sejumlah kebijakan yang ada di UNJ, akhirnya mela-lui surat keputusan bernomor 01/SP/2016 tentang Pemberhentian sebagai mahasiswa UNJ akhir nya diberikan kepada Ronny atas tuduhan tindak keja-hatan berbasis teknologi dan aktivitas penghasutan.

Tindakan Rektor UNJ Prof Dr Djaali ini langsung menuai kritik dikalangan mahasiswa. Merasa mendapat tindakan sewenang-wenang, Ronny pun sangat menyayangkan tindakan rektornya itu. Media sosial pun tak kalah heboh-nya menanggapi kasus ini dengan seruan #SaveRonny.

Bagaimana tidak, tindakan yang tak berdasar dilaku-kan rektor UNJ sangat anti kritik. Aksi-aksi yang dilakukan Ronny dan mahasiswa lainnya adalah bentuk demokrasi mahasiswa yang berhak bersuara dan berpendapat atas segala ketidakadilan yang dirasakan. Namun dianggap sebagai tindakan penghasutan dan tindakan kejahatan.

Meski Ronny pada akhirnya kembali menyandang status mahasiwa setelah dicabutnya surat DO terse-but, namun tetap saja kejadian ini masih menuai anti-pati dari berbagai kalangan. Hal ini juga tidak menjadi jaminan terwujudnya kebebasan mengemukakan pen-dapat bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa UNJ.

Mahasiswa adalah agen perubahan. Harus mampu menjadi penggerak dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Tak hanya dalam lingkup kam-pus saja, tapi mahasiswa telah dikenal sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Mampu mengkritik setiap kebijakan yang merugikan rakyat kecil hingga menuntut keadilan yang seharusnya menjadi hak.

Jika mahasiswa dibatasi bersuara bagaimana bisa menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Apakah mahasiswa apatis yang diinginkan oleh banyak kampus? Setiap kebijakan diterima begitu saja dengan segerom-bol akibat yang nampak jelas namun tak dihiraukan lagi? Mahasiswa yang kritis dianggap melakukan keja-hatan? Mahasiswa dibungkam dengan ancaman DO???

Tentu kita semua tak setuju dengan hal ini. Idealnya mahasiswa memang harus kritis dan skeptis atas setiap kebijakan yang ada. Tak ha-nya terfokus pada akademik saja. Juga tak me-lulu adalah tanggung jawab lembaga mahasiswa.

Tapi tiap kita yang menyandang status maha-siswa adalah seorang yang memiliki bayak ilmu pengetahuan dan mampu membuat perubahan atas ilmu tersebut. Mampu mendahulukan kepentingan orang banyak dibanding kepentingan pribadi, se-nantiasa mengajak untuk peduli dengan lingkungan sekitar, mengawal isu politik negara, serta kebija-kan yang tidak pro-rakyat. Hidup mahasiswa!!! n

Kami mengangkat berita terkait sisi kemanusiaan lembaga mahasiswa, seperti bantuan terhadap Mubal-ligh, aksi donor darah, desa bi-naan. Bagaimana pendapat Anda?

Anggun Friska @FriskaAnggun @identitasonline Dan juga Kebijakan publik.

nuralfianita @nuralfianitan Bagus. Ternyata lmbaga mahasiswa tdk hanya bisa bdiam diri d himpu-nan, ada aksi nyata dari mereka.

Lola Adriana N@Lolaa_AN @identitasonline sperti inilah sharusnya lmbaga mhasiswa. Kmbali k hakikatx sbgai sosial control mau-pun moral force

Andi uci @andiiucii Sepakat

SkyWalk Channel @SkyWalk_Channel @identitasonline lanjutkan !!!

Silaturahmi: Kru identitas berkunjung ke rumah senior identitas Maman Sukirman di Perumahan Antang Makassar, Minggu (17/1). Kunjungan ini merupakan bentuk silaturahmi pada acara open house rumah baru.

IDE

NT

ITA

S/SR

IWID

IAH

RO

SAL

INA

BST

Identitas tolong dimuat laporan kami ini. Yang kami hormati Ibu Rektor UH dengan ini kami menyampaikan bahwa kenapa kasus di Ramsis tentang penyelewengan dana oleh staf yang diangkat oleh bendahara aset yang di SK-kan oleh Rektor dan dipecat oleh bendahara aset ditindaklanjuti pada hal datanya lengkap di ramsis dan separuh dananya sudah di kemba-likan yang bersangkutan dan saat ini dipegang oleh bendahara aset dan kami juga minta agar pengangkatan pegawai aset harus di seleksi betul-betul jangan asal terima atau asas re-komendasi pejabat sekian dan kami harap secepatnya diselsaikan agar tidak berlarut2.

Tim Audit

Kenangan adalah satu-satunya anugrah dari Tuhan yang tidak bisa direnggut, sekalipun oleh maut – Khalil Gibran

SETIAP orang di du-nia ini pasti memiliki kenangan. Kenangan layaknya jembatan dari masa lalu yang mem-bawa kita ke masa kini.

Kenangan tidak melulu tentang diri kita, kerap kali datang dari orang lain. Ada yang datang mengantarkan kenangan dan ada yang pergi menyi-sakan kenangan. Hal ini tercermin dari keluarga kecil identitas. Kami keda-

tangan anggota baru, buah hati Redaktur Pelaksana periode 2011-2012 Hardi-anti Larasati. Disaat yang hampir bersamaan ke-luarga kecil berduka den-gan berpulangnya Ibun-da dari Prof Alfian Nur yang merupakan salah satu pendiri identitas.

Selain disibukkan de-ngan tugas redaksi. Akti-fitas kru identitas semakin padat dengan kelas menu-lis feature guna pening-katan kualitas tulisan.

Kenangan menjadi se-jarah tentang apa yang kau tanam kini, akan kau tuai nanti. Segala pembelajaran di ranah

redaksi maupun keke-luargaan kini, diharap-kan menjadi guru terbaik.

Kali ini kami menyapa pembaca dengan liputan khusus ajakan Anis Bas-wedan untuk turut ber-partisipasi dalam lembaga kemahasiswaan dalam ‘Pesan dari Pemimpin Untuk Calon Pemimpin’. Selain itu kami juga menghadirkan wawan-cara khusus bersama Dr HM Darwis MA DPS yang membahas paham radikalisme mungkinkah merasuki mahasiswa? dalam berita ‘ Radika-lisme Salah Kaprah’. Selamat membaca! n

Kenangan

KA

RIK

AT

UR

/BE

NN

Y S

UH

AR

DI

WIR

AN

ATA

Page 3: Identitas Akhir Januari 2016

3identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016

wall facebook

agenda

surat dari pembaca

Workshop and Test TOEFLBEM Farmasi Unhas kerjasama dengan BritonTema “Prepare Yourself to be Grduated with the Good English Skills”Sabtu, 20 Februari 2016Pukul 09.00 Wita – SelesaiAuditorium Prof. Amiruddin FK UnhasCp. Dicky (085298322000), Nurfadilah (085242888079)

Festival Jepang Terbesar di MakassarHimpunan Mahasiswa Sastra Jepang Unhas kerjasama Japan Lovers CommunitySabtu – Minggu, 20 – 21 Februari 2016Pukul 10.00 – 17.00 WitaGedung MULOMenampilkan Tari Tradisional Jepang, Foto Yu-kata, Parade Cosplay, dan masih banyak lagi

Ayo Cari KerjaBursa Kerja MakassarTema “Campus Hiring, Bursa Kerja Kampus Terbaik”Sabtu – Minggu, 20 – 21 Januari 2016Pukul 10.00 – 16.00 WitaBaruga A.P Pettarani Unhas

Diikuti oleh Puluhan Perusahaan BUMN, Nasional, dan MultinasionalCp. 081284554928, Pin BB: 5AB3EE41Fb: garuda organizer, Twitter: @garudaorgan-izer

Charity Human Banner (Kampanye Sosial Amal)Aksi Indonesia Muda (AIM)Minggu, 24 Januari 2016Pukul 06.30 Wita – Selesailapangan KarebosiFb: Aksi Indonesia Muda, twitter: @aksi_muda

Inaugurasi dan Apresiasi Seni Ilmu Keper-awatan 2015Himpunan Ilmu KeperawatanTema “Let’s Show Your Expression and Color Your Day with Enthusiastic of Happiness”Senin, 25 Januari 2016Pukul 13.00 Wita sampai selesaiBaruga A.P Pettarani UnhasMenampilkan: Flag Spanning, Four Ethnic Dance, Medley Dance, Anonymous Dance, dan banyak penampilan lainnya

Reuni Akbar

Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian IndonesiaTema “Eratkan Silaturahmi para Pejuang Pertanian dari Masa ke Masa”Sabtu, 30 Januari 2016Pukul 19.00-22.00 WIBHotel Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah JakartaCp. Riskita (085774561198), Syahrur (085832476947)

National Disaster and Emergency TrainingSquad of Disaster and Emergency Assistance (SIAGA) NersHIMIKA, FK UnhasTema “Creating Qualified Generation to Handle Disaster and Emergency”Talkshow “Indonesia Market Bencana”:Rabu, 3 Februari 2016Auditorium Prof. Amiruddin, FK UnhasTraining:3 – 7 Februari 2016Auditorium Prof. Amiruddin FK, Unhas dan Gedung Ipteks UnhasCp. Gunawan (085298928445), Nina (081355505952)email: [email protected], fb: SIAGA NERS UNHAS

Penggantian Ijazah yang Hilang atau Terbakar

ASSALAMUALAIKUM. Terima kasih kepada identitas yang telah memuat pertanyaan saya. Apakah Unhas bisa memberikan ijazah baru kepada alumni yang ijazahnya hilang atau terbakar. Jika bisa, bagaimana prosedurnya ?

Via akun twitter @identitasonline

Tanggapan:WAALAIKUMSALAM, Unhas

tidak bisa lagi memberikan ijazah, tetapi bisa memberikan surat keter-angan pengganti ijazah yang sifatnya sama saja dengan ijazah. Prosedur-nya yaitu pertama-tama orang (tidak bisa diwakili) yang ijazahnya terba-kar atau hilang harus meminta surat keterangan di kepolisian kemudian membawa surat tersebut ke pihak fakultas dengan menyertakan fotoko-pi ijazah dan dokumen yang men-guatkan (jika ada) untuk memudah-kan melacak nomor alumni. Nanti setelah diklarifikasi, pihak fakultas yang akan mengurus ke universitas sampai surat keterangan pengganti ijazah tersebut ditanda-tangani oleh rektor.

Ernawati Rifai SE.MMKepala Bagian Pendidikan

Unhas

Batas Waktu Ujian Agar Tidak Bayar SPP

TERIMAKASIH dan salam hangat bagi kru identitas. Saya mau tahu ka-pan batas ujian meja agar tidak lagi membayar Sumbangan Pendanaan Pendidikan (SPP) untuk semester de-lapan ?

Mahasiswa Fakultas Matema-tika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Angkatan 2012Tanggapan :TERIMAKASIH atas pertan-

yaannya. Batas ujian meja agar tidak membayar SPP di semes-ter delapan yaitu tanggal 22 Janu-ari, selain itu telah mendapat no-mor alumni dan pihak fakultas

Edisi Akhir Januari kami mengangkat liputan terkait kurangnya minat mahasiswa untuk berlembaga. Tak sedikit mahasiswa tidak ikut dalam proses pengaderan, padahal mengikuti sebuah lembaga merupakan proses yang baik. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pun, Anies Baswedan mengungkapkan bahwa berorganisasi itu penting, “IPK hanya mengantar ke ruang wawancara sedangkan kepe­mimpinan, kemampuan komunikasi dan analitik. Hal inilah yang mengantar ke masa depan” Kemampuan seperti itu hanya bisa kita dapatkan ketika ber­lembaga. Bagaimana tanggapan Anda?

telah mengupload penelitiannya.

Ernawati Rifai SE.MMKepala Bagian Pendidikan

Unhas

Larangan Berduaan di Pinggir Danau di Malam Hari

ASSALAMUALAIKUM. Terima kasih telah memuat pertanyaan saya. Setahu saya ada larangan berduan antara laki-laki dan pe-rempuan di sekitar danau jika sudah malam. Tetapi saya masih biasa melihat ada yang berduaan, banyak teman-teman saya yang juga masih sering lihat sendiri. Sebenarnya bagaimana bentuk tindak lanjut dari satpam Unhas ?

Mahasiswa Fakultas Sastra Angkatan 2013

Tanggapan :WAALAIKUMSALAM. Ya me-

mang benar ada larangan ber-duaan disekitar danau jika sudah malam. Bentuk tindak lanjutnya yaitu jika ada yang kedapatan berduaan maka akan ditegur dan diberikan peringatan. Akan tetapi jika yang dilakukan sifatnya sudah sensitif maka akan dibawa ke kan-tor untuk pemeriksaan lebih lan-jut. Bagi sivitas akademika Unhas

yang melihat ada yang berduaan, dimohon kerjasamanya untuk melapor ke satpam agar satpam segera melakukan tindakan, tidak setiap saat ada satpam yang berja-ga disekitar danau karena satpam tidak hanya berjaga disana tapi berkeliling Unhas.

Nurdin, SEKepala Satpam Unhas

Peminjaman Sepeda untuk Acara Funbike

SALAM HANGAT. Saya ingin bertanya, apakah sepeda Unhas bisa dipinjam secara kolektif un-tuk kegiatan funbike? Jika bisa bagaimana prosedurnya dan be-rapa biaya sewanya ?

Mahasiswa Fakultas TeknikAngkatan 2011

Tanggapan : TERIMAKASIH atas pertan-

yaannya. Sepeda Unhas bisa dipinjam secara kolektif dengan syarat yang meminjam adalah mahasiswa Unhas dan meng-atasnamakan organisasi. Silah-kan bersurat ke Biro Administrasi Umum minimal tujuh hari sebe-lum kegiatan.

HaeruddinKepala Bagian Rumah Tangga

Fadly Al Fhadl Sepakat dengan Pak Menteri, namun sayang sekali sepertinya kampus Unhas tercinta tidak begitu tertarik dan menganggap pent-ing akan hal pembentukan kepribadian dalam berlembaga dengan bukti adanya pembatasan aktifitas berlembaga dikala ngan ma-hasiswa, disadari atau tidak potensi strategis dari sebuah proses berlembaga telah menghasilkan pemimpin dan tokoh-tokoh besar dunia.

Viki Wulandari Harusnya ini menjadi cermin bagi lembaga yang dimaksud. Kena-pa sampai peminatnya sedikit? Jika yang dimaksud adalah lemba-ga yang pintu gerbangnya pengaderan, jujur saja saya meragukan integritasnya. Bukannya apa, substansi dalam pro sesnya masih banyak yang masuk kategori ‘tidak perlu’. Ya, bisa jadi bahan re-nungan untuk lembaga-lembaga itu sendiri. Padahal jika ini maksi-mal, mahasiswa yang berlembaga dan berprestasi jauh lebih keren dibanding mahasiswa yang hanya unggul di bangku kelas saja.

Abdul Wahid Kaimuddin mahasiswa pada dasarnya memiliki spirit “agent of change” tapi sayangnya lembaga mahasiswa hari ini menjadi “agent of enter-tainer” dan “agent of LSM”. Lihatlah pola kaderisasi di kampus yang bermuara pada acara hiburan di Baruga. Lihatlah aktivitas mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan LSMnya seperti baksos dll. Sementara ruang-ruang diskusi dan kritik atas kebijakan yang zalim semakin menghilang. Maka wajar, mahasiswa sangat jarang memberikan tekanan kepada ketidakadilan yang marak sekarang ini. Lembaga mahasiswa bukan LSM bukan pula tempat meng-hibur senior yg sedang galau.

M Dahlan Abubakar Pengaderan itu bagus jika dilakujan secara terstruktur dan teren-cana. Dari beberapa mahasiswa saya secara acak pada tahun yang berbeda ketika ditanya alasan menurunnya IPK mereka di semester awal, seluruhnya menyebut penyebabnya penga deran. Saya tanya lagi kenapa pengaderan? “Kami tidak cukup waktu dan stamina untuk belajar, karena dari kampus sudah capek,” kata mereka. Data ini boleh dibantah, tapi jika senior yang bertanya pastilah mereka tidak akan jawab dengan jujur. Tapi dengan dosen karena diminta mengatakan dengan benar; mereka akan nengata-kan yang sebenarnya.

Wahyu Supardi Menurut saya, ada beberapa faktor sehingga kurangnya minat ma-hasiswa dalam berorganisasi dalam kampus, baik dari segi proses dan alurnya. Tak sedikit pun yang mengatakan bahwa ketika tidak berlembaga maka akan terjadi dampak pada proses akademik mahasiswa yang dimana pada proses tersebut terdapat anggota lembaga yang memungkinkan untuk melakukan diskriminasi terha-dap mahasiswa. Adanya anggapan tersebut membuat mahasiswa berpikir dua kali, bahkan saya yakin ba nyak mahasiswa yang han-ya terpaksa ikut berlembaga hanya karna takut nilai akademiknya akan hancur lebur, ini yang harus dibenahi. Selain itu, berlembaga pun tak harus di dalam kampus, banyak kok organisasi diluar kam-pus .Dari proses pengaderan yang saya alami di dalam kampus, saya kira belum terlalu menyentuh dan mendapatkan tujuan yang sebe-narnya. Bahkan melenceng dan tidak masuk akal !!

Whandy Pantang MenyerahMiris juga apa yang terjadi di ruang lingkup kampus ini dimana mahasiswa(i) perlunya kebebasan untuk berlembaga sehingga menjadi fungsi mahasiswa yang subtansial sebagai mana mes-tinya. Tapi yang jadi permasalahan oleh oknum-oknum masih saja menjadi penghalang kebebasan itu,maka seharusnya orang yang berada barisan akademik, kemahsiswan, dsb adalah orang paham akan kelembagaan.

IDE

NT

ITA

S/SR

IWID

IAH

RO

SAL

INA

BST

Berduaan: Dua orang laki-laki dan perempuan tengah duduk bersama di pinggir danau, Selasa malam (19/1). Larangan berduaan telah diterapkan namun masih juga dilanggar.

Page 4: Identitas Akhir Januari 2016

4 identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016

SEBUAH negeri dengan sumber daya ma­nusia, mineral dan alam yang melimpah ruah. Sebuah negeri yang menurut sajak lagu sebagai tanah subur ketika tongkat di­tanam maka akan jadi tanaman, lautannya laksana kolam susu yang bergelimpangan mutiara, tongkat dan kail menjadi alat yang cukup untuk mencari penghidupan.

Inilah Indonesia dengan beragam gelar dan kelimpahan berkah dari Sang Pencipta. Lautan luas dan gugusan pulau nan indah laksana butiran intan yang tersusun rapi di etalase barang antik. Kita dan generasi bangsa ini mungkin akan takjub dengan berbagai fakta dan realitas kekayaan dimi­liki bangsa ini, tapi pertanyaannya akankah kita bangga dengan kekayaan sebanyak dan seistimewa itu ?

Kita sadari atau tidak perjalanan dan di­namika bangsa ini akan senantiasa terukir dalam rangkaian sejarah panjang yang suatu saat nanti kita pun akan menjadi rangkaian sejarah panjang itu. Sejarah panjang yang membuat bangsa ini akan mempelajari ba­nyak hal dan akan mengalami banyak hal

sebelum nantinya bertahan sebagai sebuah negara ataukah ia akan mengalami seja­rah kehancuran. Akankah kita membiarkan bangsa ini larut dalam keterpurukan dan ke­hancuran yang senantiasa mengintai?

Ketika beberapa dekade silam kita dibuat risih dengan asumsi bangsa pribumi men­jadi tamu di negeri sendiri, kitapun sempat mendengarkan asumsi laksana buruh di negeri sendiri. Memang pada kenyataan­nya kondisi kita benar adanya menjadi seperti asumsi­asumsi itu. Kita laksana se­bagai seorang tamu yang hanya sekadar menumpang di negeri kita dan kitapun lak­sana buruh yang siang dan malam hari kita habiskan hanya bekerja keras memenuhi kebutuhan perusahaan yang notabenenya dikelola oleh pihak asing.

Beberapa waktu lalu kita dikagetkan dengan fenomena banyaknya tenaga kerja asing khususnya dari Negara Tirai Bambu yang didatangkan untuk menjadi buruh di negeri ini yang jumlahnya mencapai pulu­han ribu. Sempat beredar isu bahwa akan ada satu juta tenaga kerja dari Tiongkok untuk dipekerjakan di Indonesia yang disisi lain buruh warga negara sendiri kini banyak terancam di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) secara besar­besaran.

Lantas bagaimana kita melihat fenomena ini. Akankah warga negara Indonesia sendi­ri tidak akan menjadi apa­apa dinegerinya sendiri ketika hanya untuk menjadi seorang buruhpun sudah menjadi hal yang sulit. Ini semakin memperbesar persoalan dengan kebijakan pemerintah yang tidak meng­

haruskan tenaga kerja asing untuk mampu berkomunikasi bahasa Indonesia.

Belum lama ini kita juga disodorkan pemberitaan tentang beberapa anak neg­eri dengan berbagai penemuan dan ino­vasinya dibidang teknologi, kesehatan dan bidang lainnya. Sebagai contoh ditemukan rompi dan terapi anti kanker. Selain itu ada pula penemuan kompor ramah lingkun­gan, teknologi internet 4G, dan berbagai pe­nemuan lainnya yang mestinya membuat bangsa ini bangga akan hal tersebut men­jadi cenderung terabaikan bahkan sampai dibatasi ruang geraknya oleh pihak­pihak yang (mungkin) tidak ingin melihat bangsa ini maju dan berkembang.

Akankah rakyat Indonesia tak akan menjadi apa­apa di negerinya sendiri ke­tika berbagai penemuan anak bangsa yang mestinya membuat kita mengapresiasi hal tersebut malah dimanfaatkan oleh negara lain dan melihatnya sebagai potensi yang bermanfaat bagi negaranya. Sejarah bapak B.J Habibie sebagai penemu teori dibidang transportasi pesawat akan kembali mengi­ngatkan kita akan kurangnya semangat dan kepekaan mengapresiasi inovasi anak ne geri. Mungkin sebagian kita kembali tere nyuh dengan kenyataan bahwa bangsa ini tak belajar dari sejarah orang­orang is­timewa yang dengan segala kecerdasan dan potensi luar biasa yang dimilikinya men­jadi pupus harapan ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa negeri ini adalah orang­orang yang tak tahu diri dengan statusnya sebagai bangsa Indonesia.

Betapa tidak, telah sekian banyak anak negeri ini yang memiliki keistimewaan, bakat, dan penemuan yang mendunia na­mun tidak juga membuat Indonesia maju. Salah satu sebabnya adalah adanya pihak­pihak yang tak bertanggung jawab yang menginginkan bangsa ini tidak menjadi apa­apa dan bukan siapa­siapa dinegara­nya sendiri.

Kita sebagai bangsa yang besar memang harus memiliki segerombolan orang­orang yang memiliki keistimewaan, bakat, inovasi dan talenta yang unggul serta didukung oleh pemimpin dan pengambil kebijakan yang kompeten, peduli, apresiatif dan mencintai bangsanya sepenuh hati. Bukan orang yang berpura­pura dan bersembunyi dibalik jan­ji­janji manis yang sekadar membawa pe­nyakit serta menimbulkan kepahitan hidup yang berkepanjangan.

Memang pahit melihat dan merasakan realitas bangsa ini. Tapi yakinlah Tuhan senantiasa memberikan kita hari esok yang lebih baik untuk berbuat dan beramal yang jauh lebih baik. Yakinlah pejuang kebaikan dan kebenaran sejati tidak akan pernah berkhianat untuk bangsanya. Untukmu para pemimpin dan pengambil kebijakan negeri ini, cintai dan apresiasilah segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada Indonesia. Buatlah kami bangga menjadi Indonesia yang mandiri, berdaulat dan berkep ribadian unggul. n

Penulis adalah

(Aktivis KAMMI Makassar)

opini

aksara

Akankah Kita Tak Jadi Apa-Apa di Negeri Sendiri?

PERNAH suatu waktu saya bertandang ke klinik seorang rekan dokter dan mantan senior panutan di salah satu bilangan di ibukota. Bisa dibilang senior ini salah satu jawara dalam urusan lama studi. Lama studinya jauh melewati ambang batas normal dan wajar seorang mahasiswa untuk menyelesaikan studi, bahkan me­lebihi usia cicilan kredit rumah. Senior ini mencurahkan kehidupan mahasiswanya untuk kegiatan sosial dan kegiatan intra serta ekstra kampus – untuk urusan ke­giatan perkuliahan dan akademik berada di nomor kesekian – yang diikuti.

Dia terkenal sebagai seorang maha­siswa troublemaker oleh birokrat fakultas di sisi lainnya adalah enterpreneur, hal itu terbukti bahwa dia memiliki bisnis apa saja mulai dari bisnis fotokopian ba­han kuliah, kuliner anak kosan, hingga yang terakhir bisnis perjalanan haji, yang hingga hari ini masih digelutinya. Dia lu­

Dokter Plus-Pluslus nyaris tanpa prestasi akademik yang berarti disertai sekelabat ingatan akan pesimisme dosen yang pernah membim­bingnya. Namun siapa yang menyangka bahwa ketika saya menyempatkan diri untuk mampir ke prakteknya, lusinan orang mengantri per malam hanya un­tuk menanti dirinya. Menanti dirinya menginstruksikan membuka mulut.

Konsep klinik yang menarik , perjua­ngan dan keberanian bereksplorasi, juga yang paling penting adalah jaringan – ja­ringan yang dimilikinya semasa berma­hasiswa dulu menjadikan kliniknya besar di kota ini dan mengungguli rekanan se­jawatnya – bahkan para junironya ­ yang lebih dahulu memulai klinik dan lebih duluan selesai dari bangku kuliah. Saat mendapatkan izin, melihat pengerjaan di ruangan kerjanya, sangat berbeda dari rekan saya yang pertama, Dia sa ngat tinggi empati, basa – basi yang memban­jiri seluruh pengerjaan, hingga terasa suasana yang cair antara sesama dokter dan pasien. Terkahir adalah pasien terse­but meminta dokter untuk menyediakan waktu merawat kembali giginya dan ke­luarganya.

Saya selalu ingat bagaimana birokrasi kampus berkoar – koar tentang dokter yang memiliki sisi lain yang bisa dijual di masyarakat. Bolehlah diistilahkan seba­gai dokter plus­plus. Potret itu sekiranya

ada pada dokter B – tentunya dengan hst­spsn prestasi akademik yang lebih baik – yang memiliki nilai lebih diluar pen­didikan formal yang diperolehnya. Dokter yang memiliki kemampuan otak kiri dan kanan yang menghardik zaman dengan semangat dan militansi Hippokrates. Cita ­ cita mengharapkan orang yang membe­rontak, terlebih dokter yang Charles Boe­len dan turut diamini oleh WHO perlu untuk memperbaiki kondisi kesehatan dunia.

Jargon memang tetaplah hanya jargon, sepatutnya panggung parodi dengan sega­la omong kosongnya. Saya salut dengan mayoritas mahasiswa kedokteran akan konsistensi dan ketundukan terhadap sistemnya. Saya salut juga dengan mo­del totaliteran yang langgeng dilakukan oleh birokrat fakultas kedokteran untuk menjaga prestise. Praksisnya pendidikan kedokte ran masih kurang “sreg” mencip­takan dokter plus­plus. Mahasiswa yang dinyatakan “sukses” apabila sesuai de­ngan standar baku akademik – cukup IPK, taat aturan, penurut, dan selesai tepat waktu – bukan dokter yang menjelajahi ruang lainnya selain ruang perkuliahan. Bahkan orang tua mahasiswa senantiasa berinstruksi untuk secepatnya menamat­kan kuliah, bukan semangat carpe diem (mencari makna dan menyelami dalam­nya lautan pengetahuan) selagi muda

Dokter plus – plus memang adalah utopia, sama omong kosongnya dengan Dokter Hunter Doherty dalam film Patch Adams. Dunia pendidikan kedokteran me­mang tidak butuh orang yang berbeda. Dunia pendidikan kedokteran tidak butuh para anasir untuk tafsir tunggal risalah sehat. Dunia pendidikan kedokteran tidak butuh para pembaharu ataupun mereka yang kritis bin kreatif. Cukup orang yang taat pada sistem secara taqlid dan tidak banyak menuntut serta rajin mengerja­kan segala tugas dan memahami keingi­nan pembimbing dan dosen.

Masa depanlah yang berhak berbicara dan memperlihatkan ­ mungkin beberapa tahun setelah dokter selesai dan mening­galkan institusi – perlu atau tidaknya dok­ter plus­plus. Tempat di mana masyarakat akan meminta pelayanan dan deretan pasien yang kadangkala memelas harap. Tempat instingtif dan kreatifitas dalam pengabdian yang dibutuhkan. Tempat di mana mereka tak akan bertanya “Berapa tahun anda menyelesaikan pendidikan dokter ?” atau “Berapa IPK anda ?” hingga hapalan – hapalan kitab textbook.n

Penulis adalah Mahasiswa Kedokteran Unhas

Angkatan 2010Anggota Komunitas

Literasi Makassar

Oleh: Dhihram Tenrisau

Oleh: Muh Fadli

Page 5: Identitas Akhir Januari 2016

5identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016civitas

obituari

Prof. Drs.Stanislaus Sandarupa, M.A., Ph.D, dosen Fakul-tas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin yang kini menjabat Ketua Program Studi Doktor Linguistik Unhas, sekitar pukul 01.00 dini hari Senin (18/1) berpulang ke rakhmatullah sete-lah dirawat sejak Jumat (15/1) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

‘’Kita kehilangan cendekiawan Antropolinguistik yang sangat produktif dengan riset dan tulisan-tulisannya di media nasional, khusus Harian Kompas,’’ kata Rektor Universitas Hasanuddin, Dwia Aries Tina Pulubuhu usai melayat bersa-ma Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unhas Prof.Drs.Burhanud-din Arafah, M.Hum, Ph.D. bersama beberapa guru besar, sa-habat almarhum, setelah melayat ke Kompleks Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea AG 10, kediamannya, Senin pagi.

Dwia mengatakan, sebagai Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Humaniora, Stanislaus Sandarupa mampu membawa lembaga itu aktif kembali. Selain menjabat sebagai Kepala Puslitbang Humaniora, almarhum juga dipercayakan sebagai Ketua Program Studi Linguistik S-3 Unhas.

Kamis, almarhum masih sempat memimpin ujian maha-siswa Magister dan mencicipi kue dos. Jumat (15/1) Stanis-laus hadir di Kampus dan bersiap-siap memimpin sidang ujian mahasiswa. Tiba-tiba pulpennya terjatuh saat berjalan memasuki ruang ujian di Fakultas Ilmu Budaya Unhas. Ke-tika tunduk hendak mengambil barangnya yang jatuh itulah dia tidak bisa lagi bangkit. Dalam keadaan tidak bisa berbi-cara sama sekali dia digotong dan dilarikan ke RSU Pusat Dr.Wahidin Sudirohusodo yang ditinggalkannya Oktober 2015.

‘’Beliau mengalami ‘afasia global (tidak bisa bicara),’’ kata Drs.H.Tammasse Balla, M.Hum, mahasiswa S-3 asuhan almarhum, yang mengutip penjelasan istrinya yang pakar stroke, Dr.dr.Jumraini, Sp.S.

Stanislaus Sandarupa yang dilahirkan di Makale 9 Okto-ber 1956, terhitung 1 Maret 2015 diangkat sebagai guru be-sar dalam mata kuliah Antropolinguistik Unhas. Ayah empat anak dengan istri Katrina Patabang (56 tahun) ini termasuk salah seorang dosen yang produktif menulis artikel di Harian Kompas Jakarta.

Sulung dari tiga bersaudara anak pasangan mendiang Martinus Ello-Clara Tibe ini menyelesaikan pendidikan dok-tor di University of Chicago, AS tahun 2004 dengan memilih bidang Antropologi. Bermodalkan pengetahuan yang ditim-banya di Departement of Linguistic University of Chicago, almarhum memperdalam pengetahuan dengan mengem-bangkan disiplin anthropolinguistic (bahasa masyarakat). Menggunakan pisau analisis ilmu tersebut, Stanislau mem-bahas wacana sosial politik para tokoh publik dengan ana-lisis wacana kritis di beberapa media, khususnya di Harian Kompas.

‘’Tidak hanya itu, dia termasuk salah seorang tokoh intelek tual Toraja yang aktif menganalisis masalah budaya Toraja secara akademik, terutama dikaitkan dengan an-tropolinguistik,’’ kata Kepala Humas dan Protokol Unhas M.Dahlan Abubakar yang juga mahasiswanya di Program S-3 Linguistik Unhas.

Kemampuan menulisnya mulai berkembang sejak SMA Katolik Makassar (tamat 1972). Dia memperoleh penghar-gaan berupa sertifikat dari sekolahnya karena berhasil tampil sebagai juara I lomba mengarang. Dia juga meraih ‘’sertifi-cate of merit’’ dari Japan Sophia University, Tokyo, ketika mewakili Universitas Hasanuddin mengikuti kuliah Musim Panas di Universitas Internasional Sophia, Tokyo selama 1 bulan 15 hari pada tahun 1978. Tujuh tahun kemudian, dia juga memperoleh ‘’ ‘’sertificate of Appreciation’’ dari Say-brook Institute, San Fransisco, AS. n

M.Dahlan AbubakarKepala Humas & Protokol Unhas

Prof. Stanislaus Sandarupa Berpulang

IDE

NT

ITA

S/N

UR

SAR

I SY

AM

SIR

Saat ini tercatat 414 mahasiswa dari berbagai negara menuntut ilmu di kampus merah, namun perbedaan tanah kelahiran dan

tanah rantauan membuat beberapa diantaranya mengalami culture shock.

Gegar budaya lebih dikenal dengan culutre shock. Istilah yang sering digu­nakan untuk menunjukkan ketidak­nyamanan seseorang baik psikis mau­pun fisik akibat melakukan kontak dengan budaya lain. Hal ini disebab­kan karena pada umumnya seseorang tumbuh dan berkembang di lingku­ngan yang tidak asing bagi mereka.

Inilah latar belakang Indah Elza Pu­tri, mahasiswa magister Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas melakukan pe­nelitian terkait rintangan komunikasi yang dihadapi oleh mahasiswa asing dalam interaksi dengan mahasiwa lokal di Unhas.

“Menarik untuk mengetahui culture shock mahasiswa asing dan bagaima­na cara mereka mengatasinya,” tutur Elza saat diwawancara via email.

Culture shock seringkali dihadapi oleh mahasiswa asing di Unhas teru­tama karena bahasa dan budaya yang jauh berbeda. Selain itu, menu ma­kanan yang berbeda pun terkadang menjadi kesulitan tersendiri bagi mereka.

Seperti yang dialami oleh Ganesha Ledchumanan, mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2007 asal Ma­laysia. Ia mengatakan cukup terkejut dengan suasana dan lingkungan di In­donesia terutama aturan agama yang tidak terlalu ketat meski mayoritas penduduknya muslim.

Bahasa Indonesia dan Bahasa Me­layu (Bahasa Kebangsaan Malaysia, red) memang tak jauh berbeda. Hal inilah yang membuatnnya tak memi­liki kesulitan beradaptasi terkait ba­hasa. Bahkan setelah delapan tahun tinggal di Makassar aksen bahasa le­laki ini pun sudah seperti masyarakat Makassar asli.

Berbicara soal menu makanan Ganesha sempat merasa kesulitan ka­rena tidak terbiasa dengan makanan di Indonesia. Tak seperti kebiasaanya di Malaysia, karena ia keturunan In­dia yang terbiasa dengan nasi dicam­pur dengan kari sedang di Makassar masyarakat biasanya hanya makan nasi saja tanpa kuah.

“Nasi saya campur dengan kecap manis, agar lebih berkuah,” kata ma­hasiswa yang pernah menjalani Kuli­ah Kerja Nyata­nya di Kabupaten Sop­peng ini. Rabu (13/1)

Lain halnya dengan Lee Clement, mahasiswa asal Kepulauan Solomon ini justru kesulitan beradaptasi untuk bahasa. Setelah lulus beasiswa kerja sama negaranya dengan Indonesia, Ia harus kursus Bahasa Indonesia se­lama tiga bulan di Universitas Brawi­jaya. Namun mahasiswa Fakultas Kes­ehatan Masyarakat angkatan 2014 ini mengaku masih kesulitan mengikuti proses perkuliahan dimana Bahasa Indonesia dijadikan bahasa pengantar.

“Di kelas, semua pakai Bahasa Indo­nesia, mulai dari dosen menjelaskan, presentasi dan sebagainya. Saya tak mengerti, jadi biasanya setelah kelas berakhir saya meminta materi pre­sentasi dan diskusi bersama teman di

luar,” katanya dalam bahasa Inggris. Selasa (19/1).

Sedangkan terkait hal cuaca, ia mengeluhkan bahwa di Makassar sangat panas tidak seperti di negara asalnya yang lebih dingin meski sa­ma­sama memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau.

Begitupun halnya dengan budaya orang Indonesia. Ia menyukai ke­ramahan mereka yang murah senyum meski tidak saling mengenal. Meski punya pengalaman buruk saat me­ngunjungi ibukota.

“Saya tiba­tiba didatangi anak kecil dan dia meminta rokok dan mencari­cari dompet. Mereka terlihat sangat agresif,” tuturnya.

Dari semuanya ia tetap menyukai Indonesia dan bangga karena mampu mempertahankan nilai­nilai budaya seperti budaya Toraja. Tak seper­ti tradisi­tradisi dari negara asalnya yang sudah mulai luntur karena pe­ngaruh budaya modern utamanya bu­daya barat.

Fenomena ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Elza. Penelitian yang dilakukakan se­jak April 2015 hingga Agustus 2015 ini dilakukan di Unhas dimana terdapat beberapa mahasiswa asing dari berba­gai negara, diantaranya China, Eritrea, Malaysia, Papua New Guinea, Korea, Sudan, dan Kepulauan Solomon.

Hasilnya menunjukkan bahwa se­bagian mahasiswa asing mengalami kesulitan dalam beradaptasi baik dari segi bahasa, makanan, budaya, dan cuaca. Adapun cara mengatasi ke­sulitan tersebut adalah dengan belajar mandiri, bergaul, ataupun meman­faatkan teknologi informasi. n

Irn/Vit

Menyesuaikan Diri di Negeri Rantau

Tiap tahun Unhas tak pernah absen menerima mahasiswa asing. Bahasa dan budaya yang jauh berbeda terkadang membuat mereka kesulitan berinte raksi dengan civitas akademika lainnya.

Page 6: Identitas Akhir Januari 2016

6 identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 potret

Naskah dan Foto : Nursari Syamsir

PAGI, siang, malam, hingga pagi lagi, tempat ini se-lalu ramai oleh perut yang keroncong. Mahasiswa yang hendak mengisi ‘jawa tengahnya’ akan segera ke Workshop, begitu sebutan tempat ini.

Menu santapan yang variatif dan murah meriah sangat cocok untuk kantong mahasiswa. Mulai dari nasi tempe, nasi ikan, nasi ayam, bakso, hingga aneka es buah dijual dengan harga murah. Enam ribu rupiah hingga lima belas ribu rupiah.

Terletak di jalan Politeknik, tepatnya di belakang Workshop Centre Unhas puluhan kios dan warung berjejer dengan aroma makanan yang berbeda-beda. Penjualnya didominasi oleh orang jawa dengan resep makanan yang dibawanya dari tanah kelahiran.

Salah satu pemilik warung di Workshop ini men-gaku mempunyai omset hingga 9 juta per hari. Rasa dan harga menjadi jaminan untuk usaha ini. Maha-siswa kenyang, penjual untung! n

Santap Sedap, Ramah di Kantong

Siap Saji

Meracik Makanan

Membayar Makanan

Memotong Sayur

Santap Sedap

Memilih Menu

Page 7: Identitas Akhir Januari 2016

7identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016

identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 7

Kampus Jadi Sarang Pencuri Motor

TERCATAT dalam kurun waktu empat hari (12-15/1) telah terjadi pencurian motor di kampus merah. Sekiranya su-dah ada lima motor yang digondol ma­ling dalam tempo hampir bersamaan. Sekitar pukul 19.30, Senin (12/1), Dwi Aprianto mahasiswa Fakultas Peterna-kan harus menanggung apes, pasalnya motor Jupiter Z yang diparkir tepat depan portal Kantin Jasa Pertanian (Jasper) telah hilang. Seketika itu Dwi melaporkan ke Satuan Pengamanan (Satpam) Pos III dekat Rusunawa.

Dwi berharap agar kampus mema-sang Closed Circuit Television (CCTV) di setiap pintu masuk. “Semoga di setiap pintu masuk Unhas dilengkapi dengan CCTV sehingga motor yang keluar masuk bisa dikontrol,” ujarnya ketika ditemui di ruang Senat Fakultas Peternakan, Jum’at (15/1).

Di hari yang sama pula, namun tempat berbeda yakni di Laboratorium Teknologi Pengolahan Ternak (THT) juga terjadi pencurian motor. Iwan Herdiyadi harus kehilangan motor Mio Biru dengan Plat DD 2165 QY. Tak ber-henti, keesokan harinya Rabu (13/1) terjadi lagi pencurian motor atas nama Darmiati, ia harus kehilangan motor-nya, Mio Sporty dengan Plat Nomor DD 2163 MU.

Hanya berselang satu hari, Jum’at (15/1) terjadi pencurian motor di Pela-taran Baruga. Nur Rifan Rahmat ma-hasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) angkatan 2015 harus menerima kenyataan pahit, motor Ju-piter MX King dengan plat DD 2767XY telah digondol maling. Seketika itu Ri-fan pun langsung melapor ke Polres BTP untuk menindaklanjuti kejadian tersebut. ”Saya harap teman-teman sekalian bisa lebih waspada saat me-markir motor dan pihak keamanan Un-has pun diharapkan bisa lebih mening-katkan pengawasannya agar kejadian yang seperti ini tidak terulang lagi,” ujarnya, Jumat (15/1). Di hari yang sama terjadi juga kecurian atas nama Muhammad Asrir dengan plat nomor DD 2628 DF.

Menanggapi kejadian pencurian tersebut, Satpam mengatakan hal ini bisa terjadi karena terkadang ma-hasiswa tidak menghiraukan aturan parkir. Mahasiswa sering melakukan parkir liar. Padahal Unhas sudah me-masang tanda larangan parkir ataupun yang larangan berhenti.

Seperti contoh yang terjadi di depan Fakultas Kedokteran, mahasiwa me-markir mobilnya disembarang tempat. Alhasil terjadi pembobolan mobil, pelaku memecahkan kaca mobil dan mengambil tas korban, Jumat (8/1).

Terkait hal ini, Satpam mengatakan sudah sering memberi peringatan baik secara lisan maupun menempelkan selebaran larangan parkir di kendaraan civitas akademika yang sering parkir liar. “Pada seluruh civitas akademika supaya parkir di tempat yang ada pen-jaganya dan jangan parkir dan berhenti di sepanjang jalan,” himbau Ari, salah seorang satuan pengaman Unhas, Kamis (14/1). n

Aksi terorisme kembali membuat galau bangsa ini. Perekrutan mereka melalui ja­ringan yang tak diketahui, mereka menyasar kaum muda khususnya mahasiswa. Kampus sebagai ladang mudah untuk menanamkan paham yang kerap mendompleng agama. Mesti siaga menghalau paham yang cende­rung mengatasnamakan agama dan ideolo­gi tertentu.

Lantas, bagaimanakah seharusnya peran kampus dalam menangkal masuknya pa­ham radikal yang tak jarang memanfaatkan kepolosan dan energi berlebih mahasiswa? Berikut wawancara khusus reporter identi-tas Riyami kepada Pakar Sosiologi Unhas DR HM Darwis MA DPS. di Kantornya, Juru­san Sosiologi Unhas, Senin (18/1).

Kampus adalah tempat proses pem­bentukan karakter dan pembangunan in­telektualitas mahasiswa. Seberapa besar kemungkinan mahasiswa disusupi radika­lisme yang ekstrem?

Jadi radiakalisme bukan saja radikalisme yang misalnya mau melakukan pemberonta-kan. Sejatinya antara radikal dan radikalisme itu berbeda. Radikalisme itu adalah sikap se-seorang yang melihat sesuatu bertentangan dengan norma-norma, dan ideologi yang dia-nutnya. Sedangkan radikal adalah sikap dasar yang juga harus dimiliki mahasiswa. Maha-siswa memang harus mempunyai sikap radi-kal, dalam artian radikal dalam berpikir dan mengambil keputusan demi perubahan sosial di masyarakat. Namun yang sekarang menon-jol menonjol pada mahasiswa adalah radika-lisme yang berujung kekerasan.

Seperti apa paham radikal yang harus di­miliki mahasiswa?

Mereka agen perubahan yang bisa radi-kal untuk merubah tatanan sosial. Asalkan dalam koridor yang benar. Artinya memang mahasiswa sudah dibekali sikap ini dalam dirinya, dan sikap ini kembali akan muncul melalui interaksinya di kampus. Tinggal radi-kalnya mau dikemanakan, ke arah positif atau negatif. Kalau mereka salah dalam memaknai sikap radikal yang mereka miliki, maka disi-tulah sikap ini akan berujung pada kekerasan dan kerusakan.

Bagaimana cara mengarahkan sikap radikal yang bibitnya sudah ada pada diri mahasisswa agar tidak terkontaminasi oleh paham ekstrem?

Lembaga mahasiswa ada, itu tidak lain dalam rangka membina mahasiswa jangan sampai radikalismenya itu lari ke arah yang negatif. Disini, Lema fungsinya untuk me-nampung dan mengakomodasi semua aspi-rasi mahasiswa dalam menyuarakan peru-bahan dan perjuangan atas nama keadilan. Kalau maasiswa sudah punya sikap radikal dan pu nya organisasi yang kuat, maka dia akan labrak semua hal yang tidak sejalan de-ngan semestinya. Sebenarnya pesannya ja-ngan menjadi radikal di kampus, kalau hanya radikal untuk melakukan kerusakan. Maha-siswa harus mengkaji sesuatu dan mencip-takan sikap radikal dalam dirinya. Agar dia mempunyai karakter.

Bagaimana menangkal paham radikal ekstrem tersebut agar tidak bertumbuh subur di kampus kita?

Sekarang akses terhadap informasi sangat mudah. Ditambah lagi, negara ini tidak mem-

batasi bacaan yang dibaca warganya. Semua informasi bisa didapatkan, semua orang bisa baca. Jadi bayangkan saja ada mahasiswa yang rajin membaca buku ideologi tertentu, namun ia membaca tanpa menyaring infor-masi yang ada. Maka disitulah sering muncul salah kaprah dan salah tafsir terhadap kajian yang dibacanya, karena hanya dikaji secara ekslusif tanpa adanya proses dialektika. Tim-bullah radikalisme, dan susah dibendung ka-lau mereka sudah terlanjur paham. Jadi disini memang harus ada lembaga mahasiswa agar proses dialektika dan aktualisasi diri maha-siswa dapat tersalurkan. Dan peran semua pembimbing mulai dalam proses belajar me-ngajar, dosen harus betul-betul jadi pembim-bing mereka jadi jika ada yang salah bisa lang-sung diidentifikasi.

Lantas bagaimana jika kiprah Lembaga Mahasiswa redup dan mahasiswa kehila­ngan sosok pembimbing di kampus?

Mahasiswa bakal kehilangan wadah untuk menyalurkan sikap radikalnya. Ketika mereka tidak terwadahi maka mereka yang sejatinya sudah mempunyai bibit-bibit radikal, akan lebih mudah di-masuki oleh doktrin-doktrin ideologi dan agama yang salah kaprah. Begitu dok-trin itu masuk ke dia dan dia tau bahwa ada penyimpangan pelak-sanaan maka mereka akan memberontak. Maka hal ini juga bisa jadi mengarah pada munculnya pelaku terorisme dari kala-ngan mahasiswa.

Apa yang dapat di­lakukan kampus?

Kampus juga harus sadar pentingnya lembaga mahasiswa. Kalau Lema mati maka perannya akan diambil alih oleh ide-

ologi yang masuk, makanya gampang sekali beberapa paham radikalisme ekstrim menetas di kampus. Jadi, mahasiswa harus jadi benteng dari radikalisme lewat sikap radikal mereka. Mahasiswa punya kekuatan moral yang bisa mengalahkan semua masalah kepentingan, dan kalau ini dipakai oleh oknum luar penye-bar radikalisme ekstrem maka hal yang benar bisa jadi salah dalam pandangannya dan akan dilawannya. Kampus juga punya tanggung-jawab untuk hidupkan kembali lembaga ma-hasiswa.

Melihat kemungkinan kekerasan atas nama paham atau ideologi dapat terjadi, apa yang bisa diperbuat untuk menang­kalnya?

Yang harus dilakukan kampus, pertama harus menciptakan keadilan bagi semua civi-tas akademika. Mahasiswa juga diberi rasa bahwa dia tidak terpinggirkan dalam hal ke-giatan yang terjadi di kampus. Selain itu, kam-pus juga harus mampu menciptakan atmosfer akademik, dimana mahasiswa bebas mengak-tualisasikan diri dan berdialektika. n

Data Diri

wansuskronik Radikalisme Salah Kaprah

IDE

NT

ITA

S/SR

IWID

IAH

RO

SAL

INA

BST

Nama : DR HM Darwis MA DPSTTL : Watampone, 9 Juli 1961Jenis Kelamin : Laki­LakiPendidikan:• SDKompleksButungMakassar• PGAN4TahunWatampone• MadrasahAliyahNegeriI(MAN)Watampone• S1,SarjanaSosiologiFISIPUnhasMakassar• S2,MagisterSosiologiUniversitasIndonesiaJakarta• DiplomaCourse,InternationalInstitutePopulationStudy,

DemeedUniversityBombayIndia• DoktorBidangSosiologiPascasarjanaUnhasKarir:• KetuaJurusanSosiologiperiode2011-sekarang• PengajarJurusanSosiologiFISIPUnhas• KordinatorPendidikanPusatStudiHAMUnhas• AnggotaDewanRisetPemprov.SulawesiSelatan• TenagaAhliGubernurSulselbidangPolitikdanKesbang• DirekturEksekutifPollingCentreMakassar• SekertarisUmumPengurusPusatIkatanAlumniUnhas

Page 8: Identitas Akhir Januari 2016

8 identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 liputan khususidentitas

NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 20168

Koord. Lipsus:Devika Saputri

Anggota:Asmaul Husna Yasin

Sriwidiah Rosalina BstRasmilawanti Rustam

Wadi OpsimaSri HadrianaAndi Ningsi

Tim Lipsus:

bundelEdisi Akhir Januari 1993

Pola KKN Perlu Diubah“SUDAH saatnya pola Kuliah Kerja Nyata (KKN) perlu dipikirkan kembali. Kalau KKN yang diadakan sekarang masih sama dengan pola KKN 20 tahun yang lalu. Hal ini berarti tidak ada kemajuan dan peningkatan,” ujar Imran Arief, SH MS selaku Kepala P2KKN.

Untuk melakukan sebuah perubahan pada pola KKN, perlu diadakan evaluasi terkait dengan program KKN. Imran Arief mengatakan pola KKN saat ini ialah proses oriented bukan program oriented. “Saya juga belum menemukan pola yang terbatas,” lanjut Mantan Staf Ahli Pembantu Rektor III.

Adapun bentuk evaluasi untuk menemukan pola KKN ini berupa seminar yang harusnya melibatkan unsur perguruan tinggi, Badan Penyelenggara Daerah (Bappeda) dan pemerintah. Dalam seminar ini akan menyatukan persepsi sehingga semua pihak merasa KKN itu sebuah kebutuhan perguruan tinggi.

Hal lain yang dilakukan oleh Imran Arief yakni me-manfaatkan data yang telah diperoleh oleh mahasiswa selama KKN. Data ini akan diolah P2KKN dan akan dipergunakan untuk kepentingan univeristas atau pemerintah daerah setempat. Hal ini dapat dicapai dengan era komputerisasi sehingga hasilnya dapat diketahui lebih cepat.

KKN sendiri merupakan cara agar mengaplikasikan disiplin ilmu untuk memanajemen masyarakat. Persoa-lan masyarakat sangat beragam sehingga tidak cukup diselesaikan dengan satu disiplin ilmu saja, melainkan menyeluruh dengan berbagai aspek, sehingga perlu sinkronisasi dari masing-masing ilmu. Tentu hal i ni ber-beda dengan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang hanya memandang dari satu aspek saja.n

Edisi Akhir Januari 2004Berharap Polisi Menodong Rusuh

SETELAH kerusuhan yang terjadi pertengahan De-sember lalu, merebak kabar bahwa akan diadakan poli-si pengamanan kampus. Namun, entah kabar tersebut encer bersama waktu. Pada rapat koordinasi pimpinan fakultas sepakat perlunya diadakan polisi untuk kea-manan kampus.

Pembantu Rektor III, Ambo Ala berdalih polisi kam-pus akan menjadi public security serve. Selain itu, dengan adanya polisi juga upaya menangkal terjadi pelanggaran hukum ataupun niat jahat terhadap orang-orang yang akan masuk kampus. “Lokasi kampus relatif terbuka, jadi cukup rawan,” imbuhnya dingin.

Jika rencana ini terealisasi maka ancang-ancang tu-gas dan wewenang pun sudah ada. Polisi kampus akan ditempatkan pada wilayah lingkaran jalan kampus. Na-mun, sekali lagi Ambo menegaskan. “Masih sebatas wacana. Formatnya pun belum pasti, kita akan per-timbangkan untung dan ruginya,” tandasnya khawatir ide ini akan mendatangkan kecaman dari penghuni kampus.

Kekhawatiran Ambo terjawab, belum juga rencana ini terealisasi, kritik sudah berdatangan. Seperti Har-noto, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Pertanian mengungkapkan dengan adanya polisi kampus tekesan terlalu awas, karena sampai hal kecil seperti helm akan menjadi perhatian polisi.

Senada, Jabbal Barring pun demikian, mahasiswa Akuntansi angkatan 2002 ini mengatakan kehadiran polisi bakal mengurangi ruang gerak sivitas akademika, terutama mahasiswa. Tidak tertutup kemungkinan, polisi akan menekankan pada prioritas utama pada pemerikasaan helm, surat kendaraan bahkan narkoba.

Jika mahasiswa menolak rencana tersebut, AKBP Eko Sukriyanto, Kapolresta Makassar Timur berpan-dangan lain. Menurutnya pos polisi di dalam kampus seyogianya ada sehingga kejadian yang tidak diingin-kan bias ditangani dengan cepat. n

Rekaman Pidato Menteri Pen­didikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang diunggah di media sosial youtube menjadi

tamparan bagi mahasiswa baru agar mengetahui pentingnya mengikuti lembaga kemahasiswaan. Dalam video tersebut berisi ajakan kepada maha­siswa untuk mempersiapkan diri men­jadi pemimpin di masa depan.

Suami dari Fery Farhati Ganis ini juga berpendapat bahwa status ‘Maha’ siswa yang disandang merupakan masa di­mana seseorang memulai babak baru. Mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan siswa lainnya. Maka, mereka mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri juga mengembangkan bangsanya.

“Kalau kalian hanya belajar didalam ruang kuliah, kalian akan masuk ke­dalam golongan orang yang merugi,” Menurut lelaki kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969 ini pembela­jaran tidak hanya bisa didapatkan di ruang kuliah tetapi juga dengan diluar kelas, termasuk untuk berpartisipasi dengan lembaga kemahasiwaan, tapi dengan menyeimbangkan dengan pen­capaian akademiknya.

Lebih lanjut alumni Universitas Ga­djah Mada ini mengatakan dunia kerja tidak hanya sekadar membawa selem­bar ijazah dan transkip nilai, tetapi lebih dari itu, mereka dituntut memiliki softskill, misalnya kemampuan leader-ship dan komunikasi.

Ironinya mahasiswa di Unhas kini mengalami penurunan minat berlem­baga dengan berbagai alasan. Kekha­watiran akan menurunnya indeks pr­estasi akademik mahasiswa dijadikan

alasan untuk mengurangi aktivitas di­luar perkuliahan. Selain itu beberapa aturan universitas yang tidak men­dukung kegiatan mahasiswa, misalnya diberlakukannya aturan jam malam, komisi disiplin dan skorsing.

Menanggapi hal tersebut, Man­tan Ketua Senat Mahasiswa Unhas, Aminuddin SKM MKes MMedEd mem­benarkan. Menurutnya ilmu yang dida­patkan di dalam ruang kelas merupa­kan bagian dari pelengkap persyaratan administrasi ketika seseorang mendaf­tar pekerjaan. Lebih dari itu juga dibu­tuhkan ilmu yang ditimba di luar bang­ku kuliah.

“Lembaga itu membentuk cara ber­pikir dan pengembangan itu didapat­kan diluar bangku kuliah. Itu bagian dari perjalanan yang tidak didapatkan dalam proses perkuliahan. Misalnya bagaimana mengasah kepekaan ter­hadap orang lain, semua itu tidak ada dalam kelas,” ujar Dosen Fakultas Kese­hatan Masyarat ini saat di wawancarai, Jumat (8/1).

Aminuddin menggambarkan maha­siswa baru itu layaknya kertas kosong, misalnya jika dia ditulisi dengan huruf Arab maka dia akan menjadi orang Arab. Dengan kata lain lingkungan lah yang berperan dalam membentuk karakter mahasiswa.

“Permasalahannya bukan pada ma­hasiswanya, tapi pada kebijakan. Apa­pun yang dilakukan dan apapun yang menjadi kebijakan itu diikutinya,” tegasnya.

Dalam penjelasan Aminuddin, pola pengaderan yakni pengumpulan yang dijalani hampir setiap hari oleh para mahasiswa baru, tidak mendukung terbentuknya karakter mahasiswa.

Pengaderan sebaiknya dibuat secara formal dengan memberikan pelatihan kepemimpinan secara berjenjang. “Buatkan pelatihan, misalnya maha­siswa yang suka dakwah, jurnalistik dan lain sebagainya,” harapnya.

Selain itu, pihak birokrasi juga mempunyai peran penting dalam pengembangan kecerdasan maha­siswa. Agar dapat merumuskan profil mahasiswa Unhas kedepannya. “Me­nurut saya harus ada urung rembuk antara pihak pimpinan dengan maha­siswa, merekalah yang merumuskan bahwa mau seperti apa mahasiswa unhas kedepan,” tutur Aminuddin.

Harapan dosen berkacamata ini juga, agar Anies tidak hanya melem­par pernyataan seperti yang disam­paikan dalam videonya. Tapi juga agar dapat merumuskan kebijakan­kebijakan yang dapat menunjang pelajaran kepemimpinan pada dunia pendidikan bukan hanya di Perguru­an Tinggi tapi juga ditingkat SD, SMP, dan SMA.

“Misalnya ada pelajaran yang me­mang khusus terkait dengan kepemim­pinan, yang pembelajaran ini tidak hanya memenuhi otak pelajar tapi juga memenuhi hatinya,” harapnya.n

Pesan Pemimpin untuk Calon Pemimpin

“Jadilah pegiat, IP tinggi hanya mengantarkan anda pada panggilan wawancara, tapi kepemimpinan, kemampuan komunikasi, analytical thinking yang akan mengantarkan ke masa depan,”

IDE

NT

ITA

S/SR

IWID

IAH

RO

SAL

INA

BST

Page 9: Identitas Akhir Januari 2016

9identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016liputan khususliputan khusus identitas

NO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 9

Pagi itu, Selasa (19/1) beberapa mahasiswa berpakaian serba hi­tam bergegas menuju

Kampung Rimba Fakultas Ke­hutanan Unhas. Tepat pukul 07.00, mereka akan melakukan Bina Jasmani (Binjas). Kegiatan binjas ini sangat akrab di kala­ngan Mahasiswa Baru (Maba) untuk melatih fisiknya sebelum mengikuti kegiatan pengaderan di lapangan.

Semangat mengikuti tahap awal perkenalan kampus atau lebih dikenal dengan istilah pengaderan yang dilakukan di Fakultas Kehutanan, justru tidak dirasakan oleh beberapa maha­siswa dari fakultas lain. Salah satunya, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial ini, sedari awal tidak pernah berniat untuk berproses dalam pengaderan.

Menurutnya aturan di lemba­ga terlalu banyak. Selain itu sis­tem pengaderan yang turun te­murun menjadi alasannya tidak berminat untuk mengikuti pe­ngaderan. “Disana ada beberapa panitia yang kurang profesional atau terbawa dengan dendam masa lalu ketika masih junior,” ujar Lana, Rabu (13/1).

Bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan menjalin relasi tidak hanya melalui berlembaga, namun bisa didapatkan dimana saja. “Wadah untuk menjalin re­lasi bukan hanya di himpunan. Justru bagi saya, mahasiswa di

himpunan sekarang kurang ber­gaul dengan orang diluar,” tu­turnya.

Lain halnya, mahasiswa Fakul­tas Pertanian, sebut saja Mican. Mahasiswa Program Studi Ag­ribisnis ini menganggap ikut pengaderan bukanlah hal yang buruk. Sayangnya, keinginan­nya untuk ikut pengaderan kan­das di tengah jalan. Ada anca­man pencabutan beasiswa yang dilakukan oleh pihak birokrasi fakultas. “Saya berhenti ditahap kedua pengaderan, takut bea­siswa saya dicabut, lagipula ada kesalahpahaman antara pihak birokrat dengan senior,” katanya saat diwawancarai, Kamis (7/1).

Beda dengan Mican, Andi­arini Tenri Pada melanjutkan tahap pengaderannya. Maha­siswa Fakultas Pertanian mera­sa berlembaga akan mendukung akademik, juga menambah wa­wasan dan relasi.

Banyak yang tidak diajarkan di bangku perkuliahan, seperti softskill. Menurut mahasiswa angakatan 2015 ini, lembaga bukanlah penghalang untuk ber prestasi dalam akademik. “Senior yang aktif organisasi malahan berprestasi di akade­mik sehingga kami jadi termo­tivasi,” ungkapnya, Kamis (7/1).

Arini sapaanya, membutuhkan akademik dan organisasi berja­lan beriringan. Menurutnya pe­ngalaman berorganisasi sa ngat penting saat melamar pekerjaan

“Organisasi juga saya butuhkan karena kalau kita lamar kerja, ada pasti tertera pengalaman berorganisasi,” ucapnya.

Menanggapi hal ini, Ketua Himpunan Ilmu Pemerintahan Muhammad Chaeroel Ansar ini mengatakan tidak ada proses pengaderan yang diluar batas kemanusiaan. “Dari awal kon­sep pengaderan dirumuskan bersama dan telah disepakati, kita ingin mendidik seseorang tidak ada unsur balas dendam,”

jelasnya, Selasa (19/1). Sedangkan menurut Mustam­

mir Sultan aturan pedoman Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru (P2MB) mengintervensi lembaga maha­siswa. Dalam aturan pedoman P2MB Unhas 2015 tertera bahwa kegiatan pembinaan mahasiswa angkatan 2015 oleh BEM Fakul­tas dan Himpunan Jurusan, mu­lai dilaksanakan pada bulan No­vember 2016 pada poin ketiga. Tetapi dijelaskan dalam poin

selanjutnya bahwa pembinaan mahasiswa angkatan 2015 dapat dilaksanakan sebelum Novem­ber 2016 apabila mendapatkan persetujuan dari Wakil Dekan III.

Namun, baginya sosialisasi dengan Maba tidak perlu me­nyurat kepada Wakil Dekan III. Mahasiswa angkatan 2013 meli­hat pengalaman bahwa setiap pengaderan, WD III tidak mem­beri izin, padahal sudah selesai Basic Character Study Skill. “Apa salahnya kita sosialisasi dalam bentuk pengumpulan,” tanggap Mustamir Sultan, Rabu (20/1).

Melihat kenyataan yang terja­di di kalangan birokrat dan lem­baga mahasiswa miris rasanya. Padahal, Menteri Pendidikan dan Kebudayan Anies Baswedan menghimbau Maba untuk tak hanya kuliah saja, namun ikut berproses di lembaga. “Mereka yang memberikan kontribusi pada masyarakat, mereka yang berpengaruh, mereka yang bisa mendorong kemajuan adalah orang yang pada masa muda­nya tidak hanya menghabiskan waktu di dalam ruang kelas, tapi juga di luar kelas,” ujar Anies Baswedan.

Hal ini menjadi contoh, bahwa pembelajaran tidak hanya bisa hanya didapatkan dari ranah akademik, tetapi juga bisa dida­patkan dari luar, misalnya de­ngan turut berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan. n

Aturan dan Keinginan Tak Sejalan Mahasiswa sejatinya tidak hanya berproses dalam bangku kuliah saja. Pengalaman di lembaga kema-hasiswaan akan mendukung saat menjadi pemimpin. Sayangnya, kegiatan kemahasiswaan kini masih menanti restu aturan.

Page 10: Identitas Akhir Januari 2016

10 identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 kolom

Oleh: Anwar Arifin AndiPate

STUDI ilmu sosial memperkenalkan tak-sonomi masyarakat dengan menyebutkan bahwa setiap komunitas terdiri atas be-berapa subkomunitas (subcommunities). Ada masyarakat agama, ada masyarakat bisnis, ada masyarakat politik, ada masyarakat kesenian, ada masyarakat pertanian, dan ada masyarakat ilmiah. Semua subkomunitas itu amat diperlukan dalam kehidupan suatu bangsa dalam mengembangkan dirinya diantara bang-sa-bangsa lain.

Tak adanya salah satu subkomunitas tersebut, dapat mengakibatkan suatu kehidupan yang pincang. Hal itu dapat membuat masyarakat yang bersangkutan akan terlindas oleh bangsa lain yang se-mua subkomunitasnya mengalami kema-juan, terutama kemajuan dalam bidang Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Bahkan masyarakat tersebut dapat hilang diantara bangsa-bangsa lain.

Ilmu Sebagai Masyarakat

Setiap subkomunitas itu memiliki pu-sat-pusat tersendiri, seperti yang terlihat di Indonesia. Misalnya pusat masyarakat ekonomi berada di kompleks pertokoan dan pasar raya, pusat masyarakat aga-ma berada di suatu perkampungan yang berintikan masjid seperti yang ditemu-kan di pesantren (pesantrian), dan pusat masyarakat ilmiah terletak di kampus perguruan tinggi.

Khusus masyarakat ilmiah yang relatif

belum terlalu lama berkembang di In-donesia, hanya ditemukan di kampus perguruan tinggi dan boleh dikatakan belum tumbuh di luar kampus. Kenya-taan itu menunjukkan betapa penting-nya peranan kampus perguruan tinggi dalam mengembangkan masyarakat il-miah, yang memperlakukan ilmu sebagai proses, ilmu sebagai produk, ilmu seba-gai masayarakat, dan ilmu sebagai para-digma moral. Kehidupan ilmiah seperti itu belum berkembang di luar kampus perguruan tinggi Indonesia. Sedang di ne-gara – negara maju kehidupan ilmiah dan masyarakat ilmiah tumbuh dan berkem-bang juga di luar kampus perguruan ting-gi.

Hingga kini memang di Indonesia be-lum tumbuh tradisi penelitian untuk pengembangan ilmu di luar kampus, terutama karena belum ada fasilitas ilmiah yang memadai. Demikian juga kurangnya jiwa dan semangat ilmiah yang dapat menumbuhkan masyarakat ilmiah di luar kampus. Pendidikan in-formal misalnya belum begitu tajam me-rasuki jiwa rakyat Indonesia, mungkin karena perhatian dan pemikiran mereka masih terpusat pada perjuangan untuk memperoleh kehidupan yang layak di bi-dang ekonomi.

Jika kita memasuki perpustakaan – per-pustakaan, maka terbanyak kita jumpai adalah mahasiswa dan pelajar. Itu pun mungkin hanya karena dorongan meng-hadapi ujian atau peristiwa lain yang me-nentukan kehidupan belajarnya. Sedang kesadaran untuk membekali kemampuan intelektualnya setelah habis masa bela-jarnya di perguruan tinggi, hampir tak banyak menghinggapi mayoritas manu-sia Indonesia. Sehingga ada kesan kuat, bahkan semacam ironi, bahwa wisuda sarjana yang dilakukan oleh perguruan tinggi, juga bermakna bahwa mulai hari itu buku – buku (terutama buku teks) di-tutup dan perpustakaan tak begitu pen-ting lagi. Artinya kegiatan akademik akan

berakhir untuk memasuki hidup “baru”. Hanyalah segelintir diantara alumni yang akan melanjutkan kegiatan ilmiahnya, yaitu mereka yang kebetulan bekerja se-bagai akademisi di perguruan tinggi.

Benteng Terakhir

Kenyataan tersebut menunjukkan beta-pa penting dan strategisnya kampus seba-gai pusat pengembangan ilmu, teknologi, kebudayaan dan pengembangan perada-ban bangsa. Hal itu bersumber dari bu-daya akademik yang kental dengan kajian ilmiah, riset, dan publikasi ilmiah. Tak salah jika, kampus memang “sementara” ini harus berperan sentral sebagai pusat kehidupan masyarakat ilmiah.

Meskipun demikian, masih seringkali muncul pertanyaan, apakah betul kam-pus perguruan tinggi Indonesia telah memberikan gambaran kehidupan ilmiah yang diharapkan …? Itu merupakan per-tanyaan yang serius

Diakui bahwa kepincangan – kepinca-ngan dalam kampus memang masih terjadi dewasa ini. Bahkan bebagai bi-dang kepincangan itu masih bersemi juga. Hubu ngan dosen dengan dosen dan hubungan dosen dengan mahasiswa mi-salnya masih sering tidak mencerminkan suatu interaksi ilmiah yang di harapkan. Kampus perguruan tinggi juga belum me-nampakan adanya produksi Ilmu Penge-tahuan dn Teknologi (Iptek) yang “menge-jutkan” dunia ilmiah maupun yang mengejutkan masyarakat. Tak salah jika beberapa orang dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) menilai bahwa kampus perguruan tinggi masih mengu-takan pendidikan (ilmu sebagai proses transfer ilmu).

Kepincangan–kepincangan itulah yang senantiasa menghawatirkan banyak pihak, bahwa kampus tak bisa berperan sebagai masyarakat ilmiah yang mema-dai, sebagaimana yang diharapkan. Jus-tru itu kampus perguruan tinggi sebagai

satu – satunya “benteng terakhir” suatu masyarakat ilmiah, harus terus-menerus dibenahi dan dikembangkan. Jika hal itu tidak terjadi, maka pada suatu saat akan membawa akibat, bangsa kita akan se-makin tertinggal dari bangsa– bangsa lainnya, dalam produksi Iptek untuk me-majukan peradaban.

Selain pembenahan dan pemenuhan sarana dan prasarana fisik kampus, juga sangat diperlukan pengembangan budaya akademik bagi sivitas akademika. Pergu-ruan tinggi tidak boleh hanya memusat-kan peratiannya pada memperlakukan ilmu sebagai proses saja, melainkan harus memperlakukan ilmu sebagai produk dalam bentuk Iptek. Justru itu sivitas akademika harus juga serius memper-lakukan ilmu sebagai masyakarat yaitu berkembangnya masyarakat ilmiah yang kreatif, inovatif, dan produktif melalui riset, dengan tidak membiarkan diri nya hanya sebagai “konsumen” atau hanya se-laku “pengecer – pengecer” Iptek saja dari produk bangsa–bangsa lain. Demikian juga sivitas akademika harus memper-lakukan ilmu sebagai pararadigma moral, yaitu mengutamakan kejujuran, kecin-taan kepada kebenaran, dan kesetiakawa-nan dalam masyarakat ilmiah di kampus perguruan tinggi.

Sivitas akademika harus juga me-manfaakan fasilitas ilmiah berupa ke-merdekaan berpikir, kemerdekaan ber-pendapat, dan kebebasan mimbar. Hal itu akan membahagiakan civitas akademika, sehingga kampus perguruan tinggi benar-benar tumbuh dan berkembang menjadi suatu masyarakat ilmiah yang melakukan peranananya dengan sungguh – sungguh, guna mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan mengembangkan peradaban umat manu-sia. n

Penulis adalah Guru Besar Ilmu Komunikasi Unhas

dan Pendiri PK identitas

Mengembangkan Masyarakat llmiah

Page 11: Identitas Akhir Januari 2016

11identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016rampai

akademikaAksi Nyata Pemuda untuk IndonesiaNegeri ini butuh anak muda yang melakukan aksi sosial nyata,bukan anak muda yang suka komentar nyindir di media sosial

Dangko. Di Kampung Dangko, AIM

berkomitmen untuk melakukan pendidikan informal kepada anak-anak. Ini dilakukan atas pemikiran untuk memutus mata rantai kemiskinan suatu keluarga, dimulai dari peningkatan pendidikan bagi anak-anak. Untuk pendidikan infor-mal ini, setiap hari Sabtu-Minggu diadakan kelas di Rumah Baca AIM. Selain itu, juga ada 20 anak usia SD dan SMP yang diberikan beasiswa untuk bersekolah.

AIM juga melakukan pember-dayaan masyarakat melalui pem-buatan usaha kreatif. Para ibu dia-jarkan bagaimana membuat produk kerajinan tangan. Program ini men-dapat bantuan mesin jahit dan bros dari Dompet Dhuafa, Yayasan Kalla dan Dinas Sosial Makassar. Adapun produk yang dihasilkan ialah bros, sandal jepit, lampu hias dan ke-set kaki. “Kami ingin menjadikan Dangko ini sebagai kampung kera-jinan tangan di Makassar,” kata Su-laiman.

Untuk bergabung di AIM, pemu-

DULU BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi perambatan retak. Penemuannya ban­yak dipakai di berbagai lembaga du­nia, termasuk National Aeronautics and Space Administration (NASA) di Ameri­ka. Yogi Ahmad Erlangga kembali me­ngulang kesuksesan Presiden ketiga ini. Melalui riset gelar doktornya. Ia berhasil memecahkan rumus persamaan Helm­holtz pada Desember 2005.

Penemu rumus Helmholtz ini lahir pada 8 Oktober 1974, di kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Sekolah Dasar hingga Sekolah Me­nengah Atas dia habiskan di kota kelahirannya. Kemudian untuk melanjutkan perguruan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Penerbangan.

Pasca lulus 1998, Yogi muda melanjutkan pendidikan mag­ister di Delft University of Technology (DUT) Belanda, Jurusan Matematika Terapan. Tak berselang lama dari kelulusannya, dia langsung melanjutkan pendidikan Doktoralnya di universi­tas yang sama dengan jurusan yang sama pula. Ini dipilih Yogi sebagai bentuk kecintaanya terhadap dunia matematika. Hal ini dibuktikan saat membuat disertasi perihal persamaan Helm­holtz.

Selama 30 tahun terakhir, tak ada yang berhasil memecahkan persamaan matematika Helmholtz yang sering dipakai untuk men­cari titik lokasi minyak bumi. Keberhasilan Yogi dalam memecahkan rumus Helmholtz memuluskan jalan bagi perusahaan perminya­kan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah.

Selama ini, industri perminyakan sangat membutuhkan pemeca­han rumus Helmholtz agar bisa lebih cepat dan efisien dalam me­lakukan pencarian minyak bumi. Setelah Yogi memecahkan persa­maan Helmholtz yang selama ini justru banyak dihindari oleh para ilmuwan, perusahaan minyak bisa 100 kali lebih cepat dalam me­lakukan pencarian minyak bila dibandingkan dengan sebelumnya.

Kini, Sang tokoh menjadi buruan para konglomerat dunia bis­nis perminyakan. Universitas kelas atas pun tak ketinggalan mengincarnya agar bisa hadir di kampusnya untuk menggelar kuliah umum.Termasuk media elektronik pun berlomba­lomba me­ngundangnya untuk acara Talk Show.

Dikutip dari kompasiana.com, pernah dalam suatu seminar ber­tema, “Muslim yang berkarakter dan motivasi sukses” yang dise­lenggarakan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh, Ia mengungkapkan, sebelum persamaan Helmholtz dipecahkan olehnya, perusahaan­perusahaan perminyakan selalu memiliki masalah besar dalam menemukan sumber minyak bumi. Persa­maan Helmholtz yang digunakan oleh perusahaan minyak waktu itu sangatlah tidak efisien karena membutuhkan biaya tinggi, waktu yang lama dan membutuhkan ribuan komputer untuk melakukan survei hanya di satu daerah saja.

Hebatnya, meskipun penemuan untuk memecahkan rumus Helmholtz sangat fenomenal dan sangat menguntungkan industri perminyakan dan insdustri gelombang, Yogi tidak mematenkan penemuannya tersebut. Ini alas an spektakuler tersebut: “Pe­nemuan ini berasal dari otak sehingga tidak perlu untuk dipatenkan, biarlah penemuan ini menjadi milik publik”.

Bermimpi ingin memajukan indonesia. Menurutnya, saat ini Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan India, China dan Korea. Padahal, Indonesia dan India sama­sama sebagai negara berkembang dan banyak penduduk miskin.

Selain perusahaan minyak bumi, industri yang dapat mengguna­kan Persamaan Hemlholtz yaitu industri radar, penerbangan kapal selam, penyimpanan data dalam blue ray disc, laser, dan ilmu­ilmu lain terkait gelombang elektromagnetik. Buku yang ditulis Yogi ten­tang Persamaan Hemlhotz laris terjual.

Kini, ilmuwan yang mendapat julukan Habibie Muda menjadi dosen di Alfaisal University, Riyadh, Arab Saudi. Tak puas dengan pencapaiannya, ia masih ingin melakukan penelitian tentang pe­sawat terbang, perminyakan, dan biomekanik.

Setelah berhasil memecahkan Rumus Helmholtz, Yogi masih memiliki mimpi yang belum terwujud. Mimpi tersebut adalah melihat Indonesia maju. Dia ingin suatu saat nanti bisa melakukan riset di Indonesia tentang perminyakan, pesawat terbang, dan biomekanik, dengan anak­anak muda Indonesia. Menempatkan posisi Indone­sia sejajar dengan bangsa­bangsa maju lainnya di dunia. n

Atikah

Habibie Keduada harus melewati tahap menjadi volunteer selama kurang lebih tiga bulan. Setelah menjadi volunteer, maka akan jadi pengurus AIM se-lama satu tahun.

Kini, AIM tak hanya ada di Makas-sar saja. Pada 2014 telah terbentuk AIM Pontianak, lalu disusul lagi dengan AIM Medan dan Mataram setahun kemudian. Bahkan tahun ini, sudah ada AIM Sulawesi Barat. “Kami ada rencana adakan Perte-muan Pemuda Nasional, di sini selu-ruh pengurus AIM akan berkumpul dan berdiskusi bagaimana kondisi sosial masyarakat di Indonesia dan aksi apa yang akan dilakukan se-lanjutnya,” jelas Sulaiman, selaku Sekretaris Jenderal AIM.

Di akhir pertemuan, ia berpesan-agar mahasiswa yang katanya agent of change ini tak hanya aksi di jalan namun juga aksi di masyarakat. “Semoga AIM membuat pemuda lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya,” pesannya mengakhiri perbincangan, Senin (11/1). n

Fransiska Sabu Wolor

BEGITULAH kutipan Ridwan Kamil, walikota Bandung. Ia menilai pemu-da Indonesia itu seharusnya mampu melakukan aksi nyata, bukan sekedar protes akan kebijakan yang dikeluar-kan pemerintah. Hal ini sama dengan landasan Aksi Indonesia Muda (AIM) terbentuk. Dicetuskan oleh Derry Per-dana Munsil, mahasiswa Fakultas Teknik Unhas dan Muh Sahlan dari Fakultas Hukum Unhas. Saat itu, sang pionir merasa untuk memberantas kemiskinan di masyarakat butuh se-buah aksi sosial yang nyata, tidak se-kedar turun di jalan dan memprotes kebijakan pemerintah tapi harus ada advokasi berkelanjutan dan turun langsung membantu masyarakat. Niat mulia inilah yang menjadikan AIM terbentuk pada 2013 dan eksis hingga saat ini.

Pada mulanya, aksi yang dilaku-kan ini diberi nama Mahasiswa Tu-run Tangan (MTT) pada 2012. Namun, karena nama MTT ini mirip dengan program yang dianjurkan oleh Anies Baswedan Pemuda Turun Tangan, akhirnya MTT diubah menjadi AIM.

Awal terbentuknya, AIM fokus un-tuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di Kampung Kusta Dangko. Tempat ini dipilih karena menurut data dari Badan Pusat Statis-tik, daerah ini pusat dari kemiski-nan di kota masyarakat. Masyarakat Dang ko mulanya 70% berprofesi se-bagai pengemis, sisanya pemulung, tukang parkir dan tukang cuci. Tak hanya itu, Dangko terkenal dengan banyaknya preman. Namun, keha-diran AIM perlahan mengubah pan-dangan negatif itu.

Datang dengan misi mensejahtera-kan masyarakat bukanlah hal mu-dah, apalagi jika mahasiswa yang melakukannya. Inilah yang dialami Derry, saat awal masuk ke Kampung

DOK. PRIBADI

Page 12: Identitas Akhir Januari 2016

12 identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 resensi

Judul Buku : Ekofenomenologi Mengurai Disekuilibrium Relasi Manusia dengan AlamPenulis : Saras DewiCatakan : I, Maret 2015Tebal : xiv + 172 halaman, 14 x 20,3 cmPenerbit : Marjin Kiri

KITA semua tentu pernah mendengar mitos mengenai suatu tempat ataupun benda. Mi-salnya saja, kita akan mendapatkan sial jika menebang pohon di hutan adat. Kenyataan-nya, hal tersebut bisa saja terjadi. Namun, itu tak serta merta mampu menjadikan mitos sebagai alat untuk mencegah kerusa-kan, dalam hal ini alam. Ada hal yang perlu dipikirkan secara mendalam dari semua itu.

Pernahkah kita memikirkan lebih jauh mengenai kebenaran suatu mitos itu? Bisa saja dalam contoh tersebut, seseorang men-dapatkan kesialan bukan karena kekuatan gaib, sebagai penyebabnya. Melainkan, ada hal dalam dirinya yang mengalami ketidak-seimbangan (disekuilibrium) atau akhirnya si penebang pohon itu tiba-tiba menyadari bahwa hal yang dilakukannya itu salah. Akibatnya, ia menyesal dan terus memikir-kannya. Hingga perasaan itu berimbas pada semua hal yang dilakukannya, maka timbul-lah kesialan. Tapi sekali lagi, untuk mencapai sebuah kesimpulan kita butuh perenu ngan mendalam. Kira-kira seperti itulah salah satu pesan yang ingin disampaikan buku ini.

Bagian awal buku cukup menarik. Kisah masa kecil, sebuah penyesalan karena tak mampu menyelamatkan sebatang Pohon Ketapang yang benar-benar dialami penulis. Pengalaman itu kemudian menjadi titik to-lak pemikirannya dalam membahas ekologi, yang diluaskan melalui pandangannya ter-hadap fenomena yang terjadi kini.

Karya Saras Dewi ini, mengulas tentang hal yang mendasar dari pentingnya sebuah perenungan filosofis terhadap kerusakan alam yang sedang terjadi. Dosen Filsafat Universitas Indonesia ini ingin mengurai

Antara Kita dan Fenomena Alamketidakjelasan kontradiksi kepentingan ma-nusia dalam konservasi alam, juga distingsi atau perbedaan masalah subjek dan objek dalam hubungan antara manusia dan alam.

Buku bergenre filsafat lingkungan hidup ini, memberikan analisis yang radikal ter-hadap relasi manusia dengan alam. Seba-gai pembuktian bahwa perenungan filosofis penting dalam mengatasi masalah kontem-porer, kerusakan alam. Karya setebal 172 halaman ini mencoba mematahkan ang-gapan, bahwa sains dengan semua keprak-tisannya dapat memberikan solusi terhadap masalah lingkungan hidup saat ini.

Pelantun lagu Lembayung Bali ini mena-warkan metode Ekofenomenologi sebagai alat pengupas disekuilibrium relasi manusia dan alam. Metode tersebut diulas melalui beberapa teori ekologi dan filsuf lingkungan, diantaranya yaitu: teori “Etika Tanah” Aldo Leopold, fenomenologi Edmund Husserl, re-lasi subjek-objek Merleau-Ponty dan Konsep Heideggerian.

Dalam bukunya, Saras juga menilai bah-wa etika lingkungan tidak sanggup men-capai akar permasalahan pokok. Bahkan kerap menyulitkan dalam menjelaskan kepentingan manusia di dalam kesatuan hidup bersama alam. Pendekatan etika ling-kungan masih terbentur pada tema aturan, kebiasaan, serta anggapan baik ataupun buruk menyangkut alam. Sedangkan pada metode ekofenomenologi (fenomenologi lingkungan), sudah menyentuh persoalan bagaimana memahami ekosistem sebagai fenomena, bukan objek yang terlepas dari subjek, tetapi fenomena yang mensyaratkan adanya intensionalitas relasi semua unsur di

dalamnya. Sebagai buku filsafat, buku ini cukup mem-

berikan pemahaman yang utuh tentang tin-jauan disekulibrium relasi manusia dengan alam. Suatu ‘ketidakharmonisan,’ yang terjadi karena manusia gagal memahami substansi hubungan dirinya dengan alam. Seperti pen-jelasan teori Martin Heiddegger, bahwa sebe-narnya manusia tidak hanya hidup selintas lalu di dalam dunianya. Tetapi ia harus men-jadi ‘pemukim’ yang hidup harmo-nis dan damai dengan alam.

Sayangnya, pada ba-gian pertengahan buku pembaca akan merasa-kan adanya pengam-bangan wacana. Ba-rangkali pembahasan fenomenologi memang harus demikian adanya. Penjelasan mengenai teori subjek-objek pun terasa sangat panjang. Tepatnya, butuh waktu yang tidak sedikit untuk memahami isi buku ini.

Di bagian penutup, kita akan disuguhkan

semacam rangkuman dari seluruh ide yang ada pada buku. Namun kesannya, ide-ide itu hanya untuk menawarkan metode pe-nelusuran akar dan titik temu masalah. Tidak terlalu menekankan sikap dalam solusi permasalahan ketidakseimbangan hubungan manusia dengan alam.

Secara keseluruhan, dari penggunaan diksi yang cukup rumit nampaknya pem-baca harus belajar untuk membuat glo-

sarium sendiri. Agar bisa lebih memahami rangkaian kata yang ada. Terlepas dari kekurangannya, karya pe-rempuan kelahiran 1983 si-lam ini menunjukkan riset yang mendalam. Terlihat dari pencantuman referensi yang ada pada daftar pustakanya.

Pesan lain yang menarik dari Saras Dewi adalah: “bahwa peristiwa bukanlah kejadian biasa, dan per-jumpaan seorang manusia dengan alam adalah suatu peristiwa, sesuatu yang ber-makna.” Selamat membaca!. n

Riyami

ragam

PENYUSUNAN skrispsi merupakan ta-hapan yang harus dilalui oleh seorang ma-hasiswa Strata I untuk menyandang gelar sarjana. Bagi sebagian besar mahasiswa, prosesnya bisa sangat melelahkan sebab banyak waktu dan tenaga yang digunakan untuk mengerjakannya. Untuk menyelesai-kan skripsi, seorang mahasiswa tidak bisa mengerjakannya dalam waktu semalam seperti mengerjakan tugas kuliah biasa.

Selain itu, mahasiswa juga memerlukan bimbingan khusus. Nah, bimbingan terse-but disediakan oleh dosen pembimbing. Jadi tidak dapat dipungkiri, dosen pembimbing memegang peranan yang sangat penting. Selesai tidaknya sebuah skripsi, tepat waktu atau tidak seringkali sedikit banyak terkait dengan dosen pembimbing.

Dosen pembimbing tersebut pun memiliki ciri khas atau tipe yang berbeda-beda. Ber-dasarkan Video yang diunggah oleh Kom-pas di Youtube, ada enam tipe pembimbing skripsi yaitu : tipe santai, tipe desain grafis, tipe meremehkan, tipe perfeksionis, tipe banyak job, tipe artis.

Pertama, tipe santai yaitu dosen pem-bimbing yang ketika mahasiswa me-nemuinya maka diajak ngobrol berbagai hal dulu yang tidak ada hubungannya dengan skripsi. Kedua, tipe desain grafis yaitu tipe yang yang suka mencorat-coret hasil peker-jaan anak bimbingannya. Ketiga, tipe mere-

mehkan yaitu pembimbing yang biasanya menganggap bahwa penelitian yang dipilih mahasiswa bimbingannya terlalu mudah sehingga menyuruhnya untuk mengganti dengan penelitian lain.

Keempat, tipe perfeksionis yaitu tipe yang tidak ingin ada kesalahan sedikit pun yang dilakukan oleh mahasiswa bimbingannya, meskipun itu hanya tullisan yang salah ketik atau ukuran gambar. Kelima, tipe banyak job yaitu pembimbing yang sangat susah dite-mui karena memiliki banyak pekerjaan di-luar. Keenam, tipe artis yaitu tipe yang mirip dengan tipe kelima, untuk bisa menemuinya harus selalu mengecek jadwal kosongnya sebab banyak orang lain yang juga ingin me-nemuinya, layaknya seorang artis.

Menurut Muh.Nazir, mahasiswa Fakultas Hukum, tipe dosen pembimbingnya yaitu santai. Ketika bertemu tidak langsung mem-bahas mengenai perkembangan skripsinya

“Biasanya kalau ketemu, dia cerita dulu tentang anaknya, pengalamannya waktu di luar negeri, dan lain-lain, jadi kayak keba-nyakan cerita daripada bimbingan,” kata-nya, Selasa (12/01).

Meskipun santai, Nazir menambahkan bahwa proses bimbingannya lancar dika-renakan dosennya tersebut mudah untuk ditemui sehingga jika ada yang perlu dita-nyakan ia akan segera mendatangi ruangan pembimbingnya.

Cerita yang berbeda dari Ratnaningsih, pembimbingnya adalah tipe banyak job. Me-nurutnya sangat susah untuk menemui pem-bimbingnya. “Sering keluar kota, bahkan janji bertemu yang sebelumnya sudah disepakati kadang dia batalkan. Biasa juga sampai harus saya tunggui berjam-jam didepan ruangan-nya, untung kalau ada ji waktunya,” katanya, Selasa (12/01). Hal tersebut membuat penger-jaan skripsinya terhambat.

Dengan berbagai tipe pembimbing terse-but, tentunya ada mahasiswa yang menger-jakan penyusunan skripsi secara lancar atau mudah saja, pun ada yang penuh perjua ngan. Namun meskipun pembim-bing skripsi memiliki peranan yang penting, usaha yang dilakukan oleh mahasiswa juga sangat menentukan.

Viki Wulandari misalnya, yang dosen pem-bimbingnya memiliki tipe perfeksionis. Segala hal sangat diperhatikannya dengan detail, misalkan saja ukuran gambar yang kurang besar atau kurang jelas, susunan dan padanan kata. Setiap pertemuan benar-benar diguna-kan untuk membahas tentang penelitiannya.

“Tapi bagusnya pembimbingku, sekali ketemu langsung menunjukkan kesalahan yang banyak. Misalnya pertemuan pertama proposal langsung dicoret semua. Revisi se-lanjutnya tinggal menambahi kekurangan, revisi ketiga mempermantap konsep yang sudah bagus. Datang selanjutnya sudah

ACC,” kata mahasiswa Jurusan Biologi terse-but. Ia menambahkan bahwa mengerjakan skripsi sebenarnya mudah yang penting ra-jin, Rabu (13/1).

Berbicara mengenai bimbingan skripsi, Dr Muhammad Nur Latif MHum yang kerap-kali menjadi dosen pembimbing angkat bicara. Ia mengatakan bahwa setiap dosen pembimbing masing-masing memiliki ciri khas tersendiri dalam dalam membimbing mahasiswa. “Apapun alasannya yang pen-ting jangan sampai merugikan mahasiswa, jangan sampai ada yang drop mengerjakan skripsi, janganlah menganggap mahasiswa yang mau bimbingan itu hanya nomor yang kesekian,” katanya, Selasa (12/1).

Ia sendiri dalam membimbing mahasiswa bersifat fleksibel. Ketua Jurusan Sastra Asia Barat tersebut mengizinkan bimbingannya untuk menelepon 24 jam. Selain itu agar memudahkan, mahasiswa bisa melakukan konsultasi dengan via email.

Ia menambahkan bahwa pembimbing yang ideal yaitu pembimbing yang selalu memotivasi dan memberikan arahan yang sesuai kepada mahasiswa yang bersangku-tan agar tidak ada yang sampai drop.

“Prinsipnya tidak terlalu membuat mu-dah-mudah sekali tetapi juga tidak terlalu mempersulit,” jelasnya. n

Khusnul Fadilah

Apapun Tipe Pembimbingnya, Skripsi Harus Selesai

Page 13: Identitas Akhir Januari 2016

13identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016cerpen

puisi

Oleh: Dian Maudyan Arham

KATAMU aku tidak pernah selesai menuliskan sebuah kisah panjang. Aku manggut mengiyakanmu. Lalu kujawab sekenanya bahwa hidup itu singkat, buat apa menulis yang panjang bila yang pendek saja su-dah cukup. Dan aku tambahkan lagi, aku sudah menyelesaikannya. Tapi menurutku tulisan yang pendek itu membuktikan bahwa kamu tidak bisa menulis. Kilahmu.

Sore itu sepasang kekasih berkela-kar di bibir kota dan mendebatkan beberapa hal, termasuk pendidikan. Di bawah lelehan cahaya senja yang hampir lenyap mereka akhirnya saling menyiapkan kalimat. Meski pada akhirnya keduanya memilih diam dan mendengar alam berang-sur ringsut.

Dia mulai menyerangku, batin si le-laki. Bila kau perhatikan de ngan baik, tentu akan kau mengerti bagaimana raut muka perempuan itu; serius dan terlihat sungguh-sungguh. Tekanan kata dan cara bicaranya penuh ung-kapan, bahkan terlihat sangat antu-sias. Teori dalam kepalanya keluar satu-persatu. Seolah membentuk se-buah strategi, dengan laskar, dengan satu kali serang. Ah, seperti permain-an catur saja.

Meski begitu, tentu saja aku tahu, kau akan tidak langsung mati, bagiku penulis itu tidak pernah mati, batin si perempuan.

*Lagian aku bukan seorang penulis,

simpan saja teorimu itu untuk orang yang tepat bukan sepertiku. Aku bu-kan penulis, aku hanyalah orang yang kebetulan meyukai menulis. Kata si lelaki keesokan paginya ketika si perempuan kembali memancing perdebatan.

Perempuan itu selalu saja me-ngomentari setiap apa yang aku tulis. Bahkan ia selalu ingin tahu lebih dari aku. Aku menyukainya, meski seba-gian orang menganggapnya orang yang berbahaya, sebab ia penuh terus terang. Mungkin di kota ini kejujuran tidak ada artinya lagi. Ia seringkali menggebu-gebu saat bicara, meski bukan itu yang membuatku menyu-kainya.

Aku menyukai rasa ingin tahu-nya, komentarnya dan yang ter-penting ia teman yang baik untuk diajak diskusi. Kau tahu? Suaranya mengalir begitu hanyut. Aku juga menyukai pendiriannya. Kuat. Dan tak tergoyahkan.

Perempuan sepertinya membuatku bermimpi. Ia telah memi lih bertahan dan terasing, selain kesendirian dan kesunyian ia tak punya apa-apa lagi. Anehnya, ia menikmatinya. Ke sepian selalu saja bersemayam dalam di-rinya.

Ah, rasanya aku tidak perlu malu untuk mengungkapkannya. Aku se-lalu ingin menulis tentangnya.

*Orang-orang memanggilnya Ody.

Begitulah si lelaki memulai menu-

Kepada Mereka yang Diam

lis. Ia salah satu mahasiswa Sastra di salah satu Universitas ternama di Makassar. Ia gemar mengkritik ki-nerja birokrasi kampus, hampir setiap hari ia mempropagandakan isu-isu kampus, diantaranya: fasilitas kampus yang tidak memadai, toilet yang jorok, korupsi, dan kekerasan akademik serta masih banyak lagi. Begitulah ia menikmati hidupnya. Setiap waktu. Setiap hari.

Lelaki itu menggambarkannya se-bagai sosok yang tangguh. Seperti pendapatku terhadap perempuan itu. Buku adalah teman sebaya nya. Ia mu-lai membaca sejak kecil. Ayahnya se-orang guru yang tegas. Sejak diperte-mukan dengan buku ia langsung jatuh cinta padanya. Katanya setiap hari ia banyak belajar dari temannya. Bela-jar pada hal-hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Seseorang harus cukup berani un-tuk melawan ketakutannya sendiri. Berani membaca dan berteman de-ngan sepi, sebab selain buku, mungkin hanyalah fana dimatanya. Tapi tidak bagi perempuan ini, ia malah hidup di dalamnya.

Buku telah memberiku mimpi dan alasan untuk hidup, kata pe rempuan itu pada suatu sore di bibir kota. Buku telah memberinya apa yang pantas ia pikirkan. Wajar saja sosoknya se-pertinya unik. Tangguh. Dan pantang menyerah.

*Pagi Januari bersikap ramah kali

ini. Meski anginnya sedikit usil, sejujur nya ia memainkan rambut panjangku, batin si lelaki. Udaranya terasa sejuk, aku mengatasinya de-ngan menyeruput segelas kopi dan satu linting kretek. Rasanya di sur-ga saja. Ah, meski aku tidak paham apakah disurga orang-orang masih bisa merokok? Apakah di surga masih ada pagi? Tapi sudahlah.

Aku kembali menulis tentang pe-rempuan itu dan mencoba mengi-ngat setiap peristiwa bersamanya dan membiarkan waktu mengalir dan aku hanyut di dalamnya. Di beranda ini aku merasa terselamatkan dari pagi yang sial.

Aku ingat kejadian dua hari yang lalu. Perempuan ini dengan gagah

berani orasi di depan kantor dekanat. Dia menyerukan kepada seluruh ma-hasiswa Fakultas Sastra untuk mem-boikot ruangan. Mari bersama-sama mengganyang ke sewenang-wenang birokrasi. Begitu perempuan itu me-mulai orasinya.

Tidak ada tempat di kampus ini untuk penguasa yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Mari bebaskan te-man kita yang diskorsing. Kekerasan akademik harus dihentikan. Jangan hanya diam kawan-kawan. Univesitas hari ini, nyata nya hanya membunuh kemanusian atas nama kemanusiaan. Esok atau lusa jika itu terjadi kepada kawan-kawan. Apakah masih akan diam?

Perempuan ini menciptakan kehe-ningan. Di sekolahku dulu, saat upaca-ra kejadian seperti ini dikenal dengan hening cipta. Dengan alunan musik, dengan lagu yang menghanyutkan. Apa yang terjadi sesudah itu? yang ter-jadi membuat berang para birokrasi dan ia me nerima surat panggilan sete-lahnya. Kenyataan yang sebenarnya, ia diskorsing dengan tuduhan meng-hasut mahasiswa lain. Lebih pahit lagi, mahasiswa lain hanya diam saja, seoalah tidak terjadi apa-apa.

Pernah suatu ketika mahasiswa lain, menegurnya.

“Ody, berhentilah membuat keo-naran!”

“Bila aku berhenti, apakah kamu akan menggantikanku?” kilah Ody.

Begitulah aku menyelesaikan tu-lisanku dan membiarkan memba-canya. Perempuan itu diam sejenak. Menarik napas sedalam mungkin lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Sangat pelan. Aku mengingat se-muanya. Seharusnya, aku juga menu-lis ucapanya yang mengatakan bahwa perjuangan tidak sesingkat hidup ini.

Aku kembali menyeruput kopiku. Di bibir gelas aku berkaca. Kupandangi wajahku sendiri. Sejujur-jujurnya. Seutuhnya. Pagi ini mulai mencipta-kan rasa sesak. Barangkali hidup di kota tak lagi memberi rasa nyaman. Bahkan untuk sebuah pagi. n

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia

Angkatan 2013

Sajak dari Seorang GelandanganOleh: Selvy Annesa Putri

Beginilah hidup seorang gelandanganMengais rezeki dari kejaran petugas keamananDebu dan aspal menjadi kawanMelihat makhluk bertopeng berkeliaran di jalanan

Beginilah hidup seorang gelandanganMakan di bawah kolong jembatanTidur di emperan rumah orang-orangPadahal bos-bos besar pernah bilang,“Tidak usah merasa begitu sungkanKalau-kalau punggungmu lelah karena bekerja seharianSiapa tahu kau butuh sejumlah uangIni kartu namaku untuk kausimpan”

Tapi tidak jua kutemukan bala bantuanSetelah kutelepon nomor yang mereka berikanKata suara di seberang sambil cekikikan, “Nanti, kapan-kapan”Ah, aku ditipu angan-angan

Beginilah hidup seorang gelandanganMencari nafkah dari sisa-sisa pengharapanOleh para penguasa yang menjanjikan kehidupanSemoga dosa mereka diampuni oleh Tuhan

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Angkatan 2013

Lentera Harapan Karya : Reski Mandasari

Aku….Bertahta diatas tanah yang nyaris gersangAku menyusuri belantara kebingunganDiantara pohon akasia dan pohon oak.

Aku…Bibit muda yang berusaha menyapa matahari yang

tinggiBerharap ia mampu memberi setitik cahayaBeraharap ia mampu membantuku melakukan respirasi

Aku…Perlahan menyusuri belantara yang temaram ituBelantara yang hanya diterangi lilin kecil yang nyaris meleleh oleh hembusan angin.

Bukankah itulah angin?Hembusan tiap detik berbedaKadang bertiup lembut, namun kadang bertiup terlalu kencangHingga memporak-porandakan daun-daun kecil yang ku

milikiMemporak-porandakan duniaku

Tapi tahukah kau?Hidup bukanlah negeri dongeng yang bahagia selamanyaHidup adalah perjuangan panjang yang harus dilaluiKadang hujan berkepanjangan membuatku terendamKadang terik yang terlalu lama membuatku kering kerontang

Tapi tahukah kau jika ternyata di tiap ujung jalan ada lentera?

Tiap bibit berhak untuk berjuang melawan angin yang menerpa

Bermain bersama ricik yang jatuh dari langitTersenyum bersama dengan sangpusat tata surya

Mungkin aku belum memiliki caulis yang kokohBelum memiliki radix yang kuatBelum memiliki corolla yang indahApalagi memiliki flos yang mampu menebar semerbak

Tapi aku ingin tumbuh kuatMenjadi pohon yang dirindukanPohon yang memberi kesejukanMemberi ketentraman di tiap insan yang berteduh di

bawahnyaMemberi secercah kebahagiaan untuk tiap insan yang

pernah meninggalkan jejaknyaAku ingin memberi lentera harapan meski hanya

setitik….Penulis adalah

Mahasiswa Jurusan Biologi Unhas Angkatan 2012

ILUSTRASI/IRMAYANA

Page 14: Identitas Akhir Januari 2016

14 identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 ipteks

cermin

ALKISAH hiduplah seorang pu-tri mahkota cantik jelita, banyak pangeran yang ingin melamarnya. Namun untuk menguji kemam-puan pengeran, sang putri lalu melakukan sayembara, dan me-nyisakan lima orang pangeran. Pada sayembara terakhir, putri memberikan tes dengan menyem-bunyikan satu jari kelingking di-belakang punggungnya, dan han-ya satu pengeran yang berhasil menebak dengan benar, akhirnya keduanya pun menikah.

Hingga pada suatu hari sang pangeran diutus untuk memimpin perang salib, sebelum ia pergi ia mengaitkan jari kelingkingya den-gan jari kelingking sang putri dan berjanji akan kembali. Namun naas pangeran dinyatakan menghilang dalam perang. Setelah beberapa tahun berselang, putri kembali me-lakukan sayembara untuk mencari raja baru. Syarat menjadi raja ter-bilang mudah, ia hanya harus tahu apa yang dilakukan saat sang putri mengacungkan jari kelingkingnya.

Banyak pangeran yang gagal, dan suatu ketika muncullah se-orang pengemis yang juga ingin mengikuti sayembara. Ia lalu mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking sang pu-tri. Sang putri pun sadar bahwa pengemis itu adalah suaminya yang telah lama hilang. Mereka akhirnya kembali bersama. Sete-lah empat puluh hari, pangeran kembali menghilang. Ternyata ia hanyalah jelmaan arwah pange-ran yang ingin menepati janji un-tuk bertemu kembali dengan sang istri. Cerita ini bukan tentang kisah cinta, apalagi tentang jari kelingk-ing, tapi tentang kekuatan sebuah janji.

Janji adalah sebuah kontrak psikologis yang menandakan tran-saksi atau kesepakatan antara dua orang. Di mana orang pertama sebagai pemberi janji, mengata-kan kepada orang kedua, sebagai orang yang dikenai janji, untuk melakukan atau memberikan sesuatu. Menurut Islam, janji itu hukumnya mubah dan menepati janji hukumnya wajib.

Saat masih kecil saya termasuk anak yang banyak mau, layaknya anak kecil lainnya. Mama dan Bapak seringkali saya repotkan dengan permintaan ini dan itu. Untuk menghentikan renge-kanku mereka akan cepat mengi-

yakan, meskipun ada banyak yang ditepati dan tidak sedikit pula yang diingkari.

Seiring perkembangan usia, saya lalu sadar kalau ‘iya’ yang di-ucapkan orang dewasa berarti dua kemungkinan ‘iya akan ditepati atau iya tidak akan ditepati’. Kini saya menjadi orang dewasa, du-nia berputar. Dari anak kecil yang seringkali menelan janji, saya ber-transformasi menjadi orang yang seringkali membuat janji, meski tidak sedikit yang saya ingkari. Alasannya selalu sama, “Pikiranku sedang kemana-mana, saya sibuk, makanya tolong diingatkan.”

‘Al wa’du dainun’ janji adalah hutang. Kepada Mama dan Bapak saya masih punya hutang gelar akademik yang harus saya sele-saikan. Tahun kemarin adalah ta-hun penuh janji yang hingga kini belum saya tepati. Saat ditanya kapan sarjana, saya jawab “bulan enam Ma,” “Bulan sembilan Ma,” dan sampai sekarang putri yang sudah empat tahun mereka dikuli-ahkan, masih bergelar mahasiswa. Lelah terus berjanji, tentu dosa jika tidak ditepati. Makanya setiap di-tanyai kapan sarjana, saya hanya menjawab “Doakan secepatnya saja Ma.”

Belum selesai janji dengan orang tua yang harus ditepati, saya kem-bali diperhadapkan dengan janji baru. Janji yang mengharuskan saya membagi dua pikiran, antara menyegerakan menyandang sta-tus sarjana kesehatan masyarakat dan melanjutkan estafet regen-erasi organisasi. Janji yang sebe-narnya sejak awal, sangat ingin saya ingkari.

Saya sadar, saya punya hutang budi di organisasi ini. Tempat yang mengajarkan arti komitmen atas nama profesionalitas dan kekelu-argaan. Dengan begitu saya harus berjanji untuk bertahan di kam-pus, mungkin untuk setahun kede-pan. Mengutamakan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi, sekali lagi.

Dari semua itu yang sangat pen-ting adalah janji kepada diri sendi-ri. Janji untuk berusaha menepati janji yang sempat diucapkan. Saya harus berjanji untuk tidak ingkar janji. Saya berusaha mewujud-kan cita-cita orang tua saya utuk segera meraih gelar sarjana, dan sebisa mungkin tidak meninggal-kan tanggung jawab. Janji, bukan-kah sekecil apapun dia tetap harus ditepati. Maka dari itu bagi orang-orang yang sedang berjanji, mari sebisa mungkin kita tepati. n

Penulis adalah

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

dan Koordinator Liputan PK identitas 2016

Janji

SEBAGAI mahasiswa, sebagian dari kita pasti pernah mengalami kesulitan saat akan mencari pondokan di Makassar. Sudah per-nahkah anda membuka situs caripondokan.com? Jika belum, anda layak untuk menco-banya. Startup kota daeng ini, akan mem-berikan anda layanan untuk mencari pon-dokan di sekitar wilayah kampus.

Startup tersebut lahir dari Progam Krea-tivitas Mahasiswa (PKM), yang gagal dilulusi Sidik Permana, Chief Executive Officer (CEO) caripondokan.com. Creativity comes in walk-ing time. Kreativitas didapat dari pengala-man, bukan hal instan. Kalimat yang cocok untuknya. Dengan alasan yakin bahwa kre-atifitasnya ini akan bermanfaat luas, maha-siswa Program Studi Teknik Informatika Un-has ini terus melanjutkannya.

Tak dapat dipungkiri, kebutuhan akan tempat tinggal kadang berbenturan dengan waktu dan tenaga yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mencarinya. Situs yang menyediakan informasi yang fokus pada rumah sewa maupun pondokan (indekos) di Makassar, pun terbilang sangat jarang sekali. Di sinilah caripondokan.com berpe-luang dalam membantu masyarakat. Tidak hanya dari sisi mahasiswa, namun pemilik pondokan yang dipromosikan pondokannya juga. “Ini adalah salah satu cara saya untuk mengabdi pada almamater,” ungkap maha-siswa angkatan 2012 ini.

Situs ini tak serta merta langsung jadi, ada proses panjang untuk mengembangkannya. Pada Januari lalu, bermodalkan 150 ribu rupiah mahasiswa yang juga web developer ini membeli domain untuk caripondokan.com. Tak cukup sampai disitu, karena situs ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pondokan, maka ia harus me-lakukan survei satu per satu pondokan yang ada di sekitar wilayah kampus di Makassar. Semua demi memberikan data yang lengkap bagi pencari pondokan.

Setelah proses panjang dan melelahkan itu, caripondokan.com pun mulai beroperasi sejak Maret lalu. Dalam pengoperasiannya, peserta Summer School Taiwan 2015 ini dibantu oleh tim kerja sejumlah tujuh orang, yang masing-masing bergerak dalam bidang pemasaran, teknis, dan survei.

Hingga saat ini, tercatat sudah ada 8000 pengguna dan 150 data pondokan yang terdaftar dalam situs ini. Fitur pencarian dalam caripondokan.com sangat memudah-kan penggunanya. Pencariannya tak hanya

didasarkan pada lokasi kampus. Namun juga didasarkan gender, tipe pondokan dan harga sewa. Tak cukup sampai disitu, situs ini juga dilengkapi peta letak pondokan dan foto detail bagian dalam pondokan. “Semua informasi dalam web sudah lengkap, mulai dari info kontak pemilik, bahkan hingga ke jenis air yang ada di pondokan air sumur atau air PDAM. Jadi datanya memang nggak asal mengarang,” jelas alumnus SMAN 17 Makassar ini.

Dalam proses pengembangan startup, tim Cari Pondokan masih terkendala pada pemasaran dan modal. Untuk biaya ope-rasi teknis saat ini, berasal dari hasil bek-erja sebagai Front-end Developer di Upa’na Studio, miliknya sendiri. Kendala lain, juga muncul dari pemilik pondokan yang kadang curiga dan tidak mau disurvei pondokannya. Mengingat angka kejahatan di kawasan pon-dokan yang cukup tinggi saat ini. Selain itu, biasanya pemilik pondokan juga tidak pa-ham mengenai periklanan melalui internet.

Tak cukup sampai disitu, tantangan lain kadang datang dari kesempatan untuk mengikuti suatu lomba atau event tertentu. Sehingga fokus mahasiswa yang tidak ting-gal di pondokan ini, kadang teralihkan. Men-jaga kekompakan teman se-tim pun menjadi tantangan mutlak untuknya. “Niat pertama situs ini dibuat itu hanya untuk bantu orang, kita kerja sukarela. Sementara teman-teman kan juga butuh makan. Jadi biasanya mere-ka pergi. Ya, itu namanya seleksi. Tapi saya tetap yakin kalau situs ini terus dikembang-kan, nanti bakalan ada ji profitnya,” papar peserta Unilever Future Leaders 2015 ini.

Usaha untuk mengembangkan startup ini mulai menunjukkan geliatnya. Sebagai langkah awal untuk dikenal masyarakat, tim Cari Pondokan diundang dalam “Sagoo Fes-tivity 2015”, kegiatan festival Industri Kreatif Digital (IKD) yang diselenggarakan oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) (29/9).

Untuk kedepannya, caripondokan.com akan ditambahi fitur lain yang berhubu-ngan dengan kebutuha n akan tempat ting-gal, yang target pemasarannya lebih luas lagi. “Semoga caripondokan.com segera pu-nya model bisnis yang tepat, dan bermanfaat lebih luas lagi, serta makin dikenal para pen-cari dan pemilik pondokan,” harapnya saat mengakhiri wawancara, Jumat (15/1). Pu-sing cari pondokan? Klik saja caripondokan.com. n

Riyami

Pusing Cari Pondokan? Yuk, Klik caripondokan.com

ILUSTRASI/IRMAYANA

Page 15: Identitas Akhir Januari 2016

15identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016kampusiana

UKM KSR PMI Lantik Ketua BaruUNIT Mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (UKM KSR PMI) peri-ode 2016 melantik ketua baru. Pelantikan ini dilaksanakan di Gedung Lantai Dasar Rektorat Unhas, Sabtu (6/1).

Dihadiri oleh ketua-ketua UKM dan Korps Sukarela Se-Makassar, kegiatan ini dibuka dengan pembacaan tujuh prinsip dasar gerakan palang merah. Dilanjutkan dengan pelantikan ketua UKM KSR PMI terpilih yakni Muyadhil Nurindar oleh Ir Muh Ali Mantung MSi sebagai Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan.

Muyadhil Nurindar terpilih menja-di ketua senat musyawarah anggota di Sumpang Bita, Pangkep. Dengan mempe-roleh 22 suara lebih unggul daripada calon kedua Farid Muhammad dengan 14 suara. Adapun rangkaian kegiatan ini yakni menandatangani berita acara oleh ketua pengurus 2015 yang telah demi-sioner dan ketua pengurus tahun 2016, kemudian sebagai saksi ketua panitia dan Ali Mantung.

“Semoga ketua periode sekarang dapat melanjutkan apa yang dilakukan ketua sebelumnya dan membawa KSR PMI jauh lebih baik dengan tetap konsisten men-jalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kita integrasikan UKM ini sebagai organisasi kemahasiswaan di bidang ke-manusiaan dan yang terpenting mampu menaungi teman-teman pengurus,” harap Amar Ma’ruf Zarkawi sebagai anggota Teamwork Pelantikan, Senin (11/1). (Win)

OKJE Adakan Kontes RobotORGANISASI Kemahasiswaan Jurusan Elektro (OKJE) Unhas gelar Celebes Ro-bot Contest and Techno Exhibition di Aula Benteng Rotterdam Makassar, Sabtu-Ahad (9-10/1). Kontes yang mengangkat tema “Makassar Tidak Rantasa” merupakan rentetan dari Hasanuddin Techno Fest. Tema ini bertujuan sebagai bentuk kon-tribusi mahasiswa dalam menyukseskan program pemerintah.

Sebanyak 28 tim peserta lomba robot dari berbagai universitas di Indonesia Timur. Yakni Unhas, Universitas Negeri Makassar, Universitas Muhammadiyah, Universitas Islam Negeri Alaudin, Po-liteknik Negeri Makassar, STMIK Dipane-gara, STMIK Handayani, Politeknik Boso-wa dan Universitas Islam Makassar.

Keluar sebagai juara pertama ialah tuan rumah, Unhas yakni Tim Dara-Daeng, ke-mudian disusul oleh juara kedua yakni Tim Winrar dari Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) dan juara ketiga yakni tim NOOB dari Politeknik Akademi Teknik Industri Manajemen (ATIM). Harapan pertama juga berasal dari Unhas yakni Tim Komang dan sebagai juara strategi terbaik diperoleh Tim Dara-Daeng. Tim Kalomang PNUP menjadi jura dengan de-sain terbaik.

Dary Mochammad Rifqie selaku ketua panitia yang juga merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ini menjelaskan bahwa kontes robot tersebut merupakan kegiatan tahunan dari OKJE. “Dengan di-adakannya lomba tingkat nasional ini se-bagai upaya menunjukkan karya-karya dari mahasiswa teknik,” ungkapnya, Sabtu (9/1). (Dya)

UKM Tenis Meja Adakan Musyawarah Ke-23

UNIT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja Unhas menggelar Musyawarah Be-sar (Mubes) ke-23. Mengangkat tema “Merangkai Nalar Menuju Asa.” Mubes ini

digelar di Bantimurung, Sabtu-Selaa (26-29/12).

Dihadiri oleh 33 orang yang terdiri atas anggota biasa dan anggota luar biasa, Mubes ini akan dilanjutkan dengan keg-iatan pelantikan dan rapat kerja pengurus baru periode 2016 pada 29 Januari men-datang.

“Semoga melalui kegiatan ini UKM tenis meja tetap eksis dalam kegiatan kelemba-gaan, mampu menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif dan kreatif, serta semua anggota UKM ini memiliki rasa tanggungjawab, kerja sama dan keke-luargaan yang tinggi,” harap Rahmat Al-fian Sofyan sebagai Ketua Terpilih, Rabu (13/1). (Kbs)

Ikab Adakan Screening Untuk Calon Pengurus

IKATAN Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (Ikab) adakan Screening untuk merekrut pengurus baru, Jumat (15/1). Kegiatan Screening merupakan salah satu per-syaratan keanggotaan Ikab. Adapun per-syaratan lainnya ialah SMART dan Bidak (Bina Dasar Kepemimpinan) dan per-syaratan administrasi.

Adapun elemen yang berpartisipasi di acara ini ialah tim panitia yaitu Dewan Pengadaan Organisasi (DPO) dan warga Ikab. Jumlah peserta Screening yakni 49 mahasiswa dari angkatan 2014 dan 31 mahasiswa angkatan 2015.

Walaupun masuk keanggotaan Ikab-merupakan pilihan bagi anak Bidik MIsi, tapi diharapkan seluruh anak Bidik Misi bisa berpartisipasi aktif di organisasi ini. “Orang-orang yang memang kita lulus-kan melalui proses ini diharapkan be-nar-benar bisa berpartisipasi aktif dalam kepengurusan organisasi, kompeten, profesional, loyal, serta mengedepankan kekeluargaan. Kemudian, baik pengurus ataupun bukan tetap jaga komunikasi satu sama lain, baik itu komunikasi sesa-ma pengurus, warga, maupun birokrasi,” ucap Syafriman selaku ketua Ikab. (M24)

HMK Gelar Bina Akrab di MarosHIMPUNAN Mahasiswa Kimia gelar Bina Akrab yang bertajuk Polihedra. Bertempat di Desa Benteng Gajah Kecamatan Tom-pobulu Kabupaten Maros, kegiatan ini diselenggarakan selama tiga hari, Jum’at – Ahad (15-17 /1).

Bina akrab ini bertujuan untuk men-jalin silaturahmi antara keluarga maha-

siswa Kimia dan Mahasiswa Baru (Maba). Selain itu, Polyhedral ini sebagai ajang Maba untuk mengenal organisasi. Ada-pun rentetan kegiatan dari bina akrab ini yakni bangun tenda, persembahan, pe-ngenalan anggota lama dan calon anggota dan penerimaan materi. Sebelum kegia-tan berlangsung di Maros, terlebih dahulu diadakan latihan rutin.

Abdul Gaffar selaku ketua panitia ber-harap dari kegiatan bina akrab ini Maba dapat mengenal dinamika kampus dan membina akhlak maba. “Bagaimana kita membina akhlak karena memang di za-man modern ini tinggi sekali keegoisan dan hedonisme, jadi itu yang mau diper-baiki dari mahasiswa baru,” ujar Gaffar. (M24)

UKM TKU Adakan Harmonisasi Alam

UNIT Kegiatan Mahasiswa Teater kam-pus Unhas (UKM TKU) gelar pengaderan tahap tiga bertajuk Harmonisasi Alam di Desa Kompang, Sinjai Tengah. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, Jum’at – Ahad (8-10 /1). Sebelumnya telah diada-kan Dasar Teater dan Workshop sebagai pengaderan tahap satu dan dua.

Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini yakni mengakrabkan antara anggota baru dengan warga teater. Selain itu, har-monisasi alam juga sebagai ajang refresh-ing. Adapun rentetan kegiatan ini berupa pementesan terbuka yang ide ceritanya dari alam, bincang lepas anggota baru dengan anggota lama, pemanasan dan olah tubuh, kerja bakti, games, olah nafas, ditampilkan potongan adegan yang akan dimainkan oleh anggota baru.

Selesainya suatu kegiatan tentunya ter-dapat harapan yang nantinya akan ber-guna kedepannya. Hal ini juga diharap-kan oleh pengurus kegiatan Harmonisasi Alam. “Selain mengakrabkan calon ang-gota baru dengan anggota lama, mereka juga dapat memahami keasyikan di teater kampus dan dapat bertahan di UKM ini,” ucap Hasman selaku Sekretaris. (M24)

MSDC Sosialisasi Maritim Kepada Siswa Bantaeng

BERTEMPAT di Baruga Bantaeng Marine Science Diving Club (MSDC) mengada-kan kegiatan yang bertajuk MSDC Goes to School. Kegaitan ini mengundang seluruh SMA se Kabupaten Bantaeng, kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan untuk men-umbuhkembangkan karakter maritim

generasi muda indonesia, Senin(11/1). Acara ini dibuka resmi oleh Haji Asri

selaku Ketua Dinas Pemuda dan Olahra-ga (Dispora) Bantaeng. Selain itu, dalam kegiatan ini MSDC juga secara langsung mengenalkan kampus dan jurusan pada umumnya kepada peserta.

Sebagai generasi muda sangat penting untuk menjaga laut. “Generasi muda yang akan melanjutkan masa depan bangsa Indonesia dan pentingnya menjaga laut Indonesia dan mensosialisasikan tentang pentingya menjaga laut kepada para ge-nerasi muda sejak dini dia bisa menjaga laut,” harap Hardin Lakota selaku ketua MSDC Unhas. (M25)

Peringati Hari Ginjal Sedunia, AIESEC Gelar Kidsneyteen Project

DALAM memperingati Hari Ginjal Sedunia 12 Maret nanti, Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) mengadakan Wel-coming Party Incoming Preparation Semi-nar (Kidsneyteen Project). Menghadirkan partispan Gabor dari Hu ngaria, Ben dan Aran dari Cina, serta Bi carso dari Taiwan. Kegiatan ini diselenggarakan di Digital Lounge, Ratulangi Nomor 68, Jum’at (15/1).

Pada kegiatan Kidsneyteen Project ada beberapa rangkaian yaitu School Road Show di sepuluh sekolah di Makassar, Sticker Campaige, Aksi Ginjal, Coloring Competition, dan Senam Ginjal. Selain itu, ada juga Donation Day. ini merupakan puncak kegiatan ini yang akan diselengga-rakan, Ahad (14/2). Dengan memberikan seluruh dana yang telah dikumpulkan ke-pada tiga orang pasien penderita penyakit ginjal di wilayah Makassar sendiri.

Jabal Noor selaku Public Relations me-ngutarakan kegiatan ini guna memberi penyuluhan kepada anak-anak akan pent-ingnya menjaga ginjal sejak usia dini. Den-gan adanya acara ini juga untuk membawa nama Indonesia. “Event participation yang hadir dalam acara ini bisa lebih mening-katkan public spea king, meningkatkan si-kap dan lebih mudah beradaptasi. Selain itu, harapan yang lebih penting adalah kita bisa membawa nama baik Indonesia menjadi lebih baik lagi melalui kegiatan Kidsneyteen Project ini,” harap Fransiske selaku Ketua Panitia. (M25)

Himbio Rekrut Kader dengan Pengenalan Lapangan

DALAM rangka perekrutan kader baru angkatan 2015,Himpunan Mahasiswa Bi-ologi (Himbio) adakan Studi Pengenalan Lapangan (SPL) yang bertempat di Desa Tompo bulu, Dusun Ara, Kecamatan Tom-po bulu, Kabupaten Maros. SPL ini ber-langsung selama tiga hari yakni Jum’at-Ahad (15-17/1).

Dengan mengangkat tema “Alam adalah data, data ilmu ku” kegiatan ini akan lebih bernuansa ilmiah sebagai ciri khas Juru-san Biologi. Diikuti sebanyak 48 orang, kegiatan ini berupa pemberian materi dan training, jungle survival, hiking (pengama-tan alam), ramah tamah, upacara pembu-kaan dan penutupan.

Lepas kegiatan peserta akan membuat laporan ilmiah dan pameran serta presen-tasi hasil pengamatan yang diperoleh keti-ka di lapangan. ”Semoga kedepan nya keg-iatan ini bisa lebih ilmiah lagi dan maba Jurusan Biologi dapat ikut penga deran ka-rena itu bukan ajang perpeloncoan tetapi ajang untuk saling mengenal satu sama lain dan juga untuk belajar,” ujar Nur Ra-maliani Samsul selaku Steering Kegiatan.(M26)

Diskusi: Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Sulawesi Selatan melakukan diskusi awal tahun ber-tajuk “Komunikasi dalam Berbagai Perspektif Birokrasi Marketing IT dan Budaya” di ruang kuliah Pas-casarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas, Rabu (13/1). Diskusi ini dihadiri oleh Wakil Walikota Makassar Syamsul Rizal, Dosen Komunikasi Fisip Unhas Dr Muhammad Akbar Msi, Dr Hasrullah dan anggota ISKI lainnya.

IDE

NT

ITA

S/SR

IWID

IAH

RO

SAL

INA

BST

Page 16: Identitas Akhir Januari 2016

16 identitasNO. 851 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR JANUARI 2016 lintas

Oleh : Mutia Larasati

PERNAH mendengar tentang ki-sah Momotaro?

Legenda seorang anak laki-laki melawan raksasa yang terkenal ini berasal dari kota Okayama, Jepang.

Okayama juga terkenal dengan taman Korakuen yang letaknya di jantung kota. Lokasinya menjadi satu kawasan dengan Kastil Oka-yama. Dari stasiun kereta JR Sanyo Line, jaraknya hanya 1,5 km saja. Pemerintah Jepang memasukan Okayama Korakuen dalam kate-gori Special Place of Scenic Beauty. Tempat tersebut dimanfaatkan untuk menjamu tamu-tamu nega-ra serta sekaligus destinasi wisata.

Awal November lalu, saya ber-sama teman Paduan Suara Maha-siswa (PSM) Unhas berkesempa-tan berpijak di kota ini. Kota yang berada di sebelah selatan Pulau Honsyu ini kami kunjungi untuk menghadiri acara “Culture Festival Okayama Perfectural University”. Kegiatan ini berkat kerjasama antara Fakultas Kedokteran Unhas dengan Okayama University.

Selama berada di kota yang di-juluki Fruit Kingdom, kami juga tampil di Shoja Showa Junior High School Okayama dan Soja West Junior High School Okayama. Penampilan tim PSM Unhas Cul-ture Festival Okayama Perfectural University semua berjalan lancar. Masa latihan yang cukup lama te lah membuahkan banyak pen-galaman indah.

Kebersamaan antara kami de-ngan para mahasiswa maupun siswa di Okayama nampak ketika di sela-sela persiapan festival. Kami saling mengajarkan bebera-pa lagu dan tari khas daerah Indo-nesia dan mereka pun mengajari kami beberapa lagu-lagu, per-mainan, kerajinan tangan, serta kebudayaan khas Jepang lainnya.

Kami juga diajak ke berbagai tempat khas sambil memandangi pemandangan musim gugur di Okayama. Adapula yang mengajak ikut dalam house party yang di-adakan keluarganya. Di situ kami menyantap makanan khas Jepang juga mengajarkan lagu dan tarian serta kebudayaan Indonesia.

Tak kalah menarik dari kunju-ngan tim kami di Okayama yaitu panitia pelakasana festival tidak menyiapkan penginapan di hotel, melainkan kita di rumah-rumah penduduk (home stay). Setiap ke-luarga Jepang diinapkan 2-3 orang dari tim kami. Mereka pun me-nganggap kita seperti keluarga baru dari kehidupan sehari-hari-nya. Kami makan bersama, ber-canda, saling bercerita mengenai jenis makanan dan kebiasaan se-hari-hari.

Suatu kesempatan yang luar bia-sa bisa bertukar pengetahuan dan budaya dengan salah satu negara maju dengan kebudayaan yang masih kental. Kami sangat bahagia dan senang dengan pe nerimaan dan antusias masyarakat Jepang. Meskipun waktunya singkat, ke-sempatan tersebut menjadi pe-

ngalaman luar biasa buat kami. Selama kunjungan kami di Oka-

yama, pelajaran yang kami terima bukan hanya mengenai budaya orang Jepang, melainkan pela-jaran berharga bahwa berkarya dalam kebersamaan dan kekom-pakan tim itu kunci kesuksesan dan suatu hal yang tidak ternilai harganya. Sebelum berpisah, tak lupa kami berbagi souvenir dari Indonesia kepada keluarga home-stay. Merasakan kehangatan dan keterbukaan keluarga homestay, menjadi salah satu kenangan ter-baik bagi kami. n

Mahasiswi Program Studi Bahasa Jepang

Fakultas Ilmu Budaya UnhasAnggota UKM PSM Unhas

Angkatan 2014

Okayama, Karya dalam Kebersamaan

DOK. PRIBADI