Identifikasi Senyawa Golongan Polifenol Dan Tanin (Autosaved)
-
Upload
wildayuniar -
Category
Documents
-
view
145 -
download
8
description
Transcript of Identifikasi Senyawa Golongan Polifenol Dan Tanin (Autosaved)
Identifikasi Senyawa Golongan Polifenol dan Tanin
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki
tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam
memberi warna pada suatu tumbuhan. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa kelompok
polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan. Antioksidan
polifenol dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan kanker. Terdapat
pula penelitian yang menyimpulkan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer.
Polifenol dapat ditemukan pada kacang-kacangan, teh hijau, teh putih, anggur merah, anggur
putih, minyak zaitun dan turunannya, cokelat hitam, dan delima. Kadar polifenol yang lebih
tinggi dapat ditemukan pada kulit buah seperti pada anggur, apel, dan jeruk.
Tanin adalah salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol.
Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan juga. Tanin dahulu digunakan untuk
menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga tanin
dapat mengikat alkaloid dan gelatin. Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa
polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk
kompleks dengan protein. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini
dikarenakan sifat tanin yang sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga pengkhelat
logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin juga dapat
berfungsi sebagai antioksidan biologis. Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat
mengendapkan protein dari larutan. Tannin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh,
dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tannin dapat
bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang tak larut dalam air. Dalam industri,
tannin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang
mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.
Pada praktikum kali ini, kami melakukan identifikasi senyawa golongan polifenol dan
tannin dalam ekstrak simplisia “A”. Kami melakukan dua macam metode yaitu Reaksi Warna
dan metode Kromatografi Lapis Tipis. Untuk reaksi warna kami melakukan 2 pengujian yakni
Uji Feriklorida dan Uji Gelatin. Pengujian diawali dengan menambahkan 0,3 gram ekstrak
dengan 10 ml akuades panas, lalu diaduk dan dibiarkan sampai temperature kamar.
Ditambahkan 3-4 tetes 10% NaCl, lalu diaduk dan disaring. Filtrat dibagi menjadi tiga bagian
masing-masing ± 4 ml yaitu sebagai larutan IVA, IVB, dan IVC.
Uji Feriklorida diawali dengan menambahkan larutan IVC dengan beberapa tetes
larutan FeCl3, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi. Adanya tanin akan
menunjukkan warna hijau kehitaman. Apabila dalam penambahan gelatin dan NaCl tidak
timbul endapan tetapi setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru hingga hitam menunjukkan adanya senyawa polifenol. Pada hasil
percobaan kami tidak terjadi warna hijau kehitaman ataupun hijau biru hingga hitam. Maka
dapat disimpulkan bahwa ekstrak “A” tidak mengandung polifenol maupun tanin.
Uji Gelatin dilakukan dengan diawali larutan IVA digunakan sebagai blanko dan
penambahan larutan IVB dengan sedikit larutan gelatin serta 5 ml larutan NaCl 10%. Adanya
tanin akan menunjukkan endapan berwarna putih. Pada hasil percobaan kami tidak terjadi
endapan berwarna putih. Maka dapat disimpulkan disimpulkan bahwa ekstrak “A” tidak
mengandung tanin.
Metode Kromotografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan dengan menggunakan Kiesel Gel
GF 254 sebagai fase diam dengan fase gerak sebanyak blabla yang terdiri dari kloroform – etil
asetat (1:9) dan dengan penampak noda pereaksi FeCl3. Sampel yang ditotolkan merupakan
larutan IVA yang digunakan sebagai blanko pada Uji Gelatin. Chamber terlebih dahulu
dieluasi dengan eluen dan dipastikan chamber dalam kondisi jenuh. Larutan ditotolkan sampai
tampak warna. Kemudian dieluasi dalam chamber yang berisi eluen. Setelah selesai dieluasi,
lempeng diambil dan dikeringkan. Setelah kering, lempeng diberi penampak noda dengan
disemprotkan pereaksi FeCl3 kemudian dilihat dibawah sinar UV. Adanya polifenol akan
menjukkan noda berwarna hitam. Pada hasil percobaan kami tidak terjadi noda berwarna
hitam. Maka dapat disimpulkan bahwa bahwa ekstrak “A” tidak mengandung polifenol.
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Edisi ke-2. ITB Bandung: Bandung