IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI...

download IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

of 16

Transcript of IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI...

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    1/16

    LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

    PERCOBAAN V

    IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN,

    KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATOGRAFI

    LAPIS TIPIS (KLT)

    NAMA : MUH. ZULFIKAR TAHIR

    NIM : F1F1 11 014

    KELAS : A

    KELOMPOK : III (TIGA)

    ASISTEN : AGUNG WIBAWA YODHA, S.Si

    JURUSAN FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HALUOLEO

    KENDARI

    2013

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    2/16

    IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG

    ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE

    KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

    A. Tujuan

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan

    aspirin, kafein dan paracetamol dalam sediaan obat.

    B.

    Landasan Teori

    Kimia analitik adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari tentang

    karakteristik suatu zat, meliputi analisis kuantitatif dan kualitataif. Analisis

    kualitatif adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa

    yang terkandung dalam sampel, sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis

    yang bertujuan untuk mengetahui kadar suatu senyawa dalam sampel. Dalam

    kimia analitik terdapat beberapa tahap pada proses analisis yaitu penentuan

    masalah, penetapan metode, perolehan sampel, persiapan sampel untukanalisis, pemisahan, pengukuran, perhitungan hasil, dan pelaporan. Tahapan

    penetapan metode merupakan tahapan untuk menentukan banyaknya sampel,

    preparasi sampel, dan metode analisis yang digunakan. Metode analisis dibagi

    menjadi dua macam yaitu metode analisis konvensional dan modern. Metode

    analisis modern lebih mengarah pada penggunaan instrumen. Prinsip dari

    metode analisis modern dikelompokkan menjadi tiga yaitu metode

    elektrokimia, metode spektrofotometri, dan metode kromatografi (Sabrina et

    al, 2011).

    Kromatografi merupakan teknik pemisahan tertentu, pada dasarnya

    kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase tetap (stationary) dan fase

    bergerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fase

    ini. Dari beberapa jenis kromatografi, satu di antaranya adalah Kromatografi

    Lapis Tipis (KLT), kromatografi jenis ini membutuhkan waktu yang lebih

    cepat dan diperoleh pemisahan yang lebih baik (Susilo, 2005). Kromatografi

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    3/16

    lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun

    1938. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang

    seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng

    kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi

    ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (Mulya

    dan Suherman, 1995).

    KLT merupakan metode yang efisien karena senyawa bias langsung

    dipisahkan bahkan dapat diketahui golongannya. Kelebihan KLT

    dibandingkan metode lain adalah pemakaian pelarut dan cuplikan yang

    relatif sedikit. Bila dibandingkan dengan kromatografi gas dan KCKT, KLT

    menggunakan alat yang lebih sederhana dan murah(Kusumaningtyas, 2008).

    KLT merupakan cara cepat dan mudah untuk melihat kemumian suatu

    sampel maupun karakterisasi sampel dengan menggunakan standar. Cara

    ini praktis untuk analisis skala kecil karena hanya memerlukan bahan yang

    sangat sedikit dan waktu yang dibutuhkan singkat. Kemumian suatu

    senyawa bisa dilihat dari jumlah bercak yang terjadi pada plat KLT atau

    jumlah puncak pada kromatogram KLT. Uji kualitatif dengan KLT dapat

    dilakukan dengan membandingkan waktu retensi kromatogram sampel

    dengan kromatogram senyawa standar (Sri Handayani et al, 2005).

    Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/nyeri) dan antipiretik

    (penurun panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsi

    masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat menyembuhkan demam, sakit

    kepala dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat analgesik dan antipiretik

    ini mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau yang lebih dikenal

    dengan parasetamol (Rachdiati, 2008).

    Acetaminophen atau Parasetamol adalah obat analgetik dan antipiretik

    yang digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal atau sakit ringan

    dan demam. Parasetamol merupakan derivate dari asetanilida yang efek

    enalgetiknnya dapat diperkuat dengan koffein dengan kira-kira 50% dan

    codein. Penggunaan parasetamol dalam dosis besar dan dalam jangka waktu

    yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada hati, untuk itu parasetamol

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    4/16

    dikontraindikasikan untuk pasien dengan gangguan fungsi hati berat

    (Rusmayanti, 2011). Parasetamol merupakan obat yang aman tetapi bukan

    berarti tidak berbahaya. Sejumlah besar asetaminofen akan melebihi kapasitas

    kerja hati, sehingga hati tidak dapat lagi menguraikannya menjadi bahan yang

    tidak berbahaya (Nasution, 2009).

    Aspirin merupakan obat anti-inflamasi non-steroid yang memiliki

    kemampuan menghambat biosintesis prostaglandin yang merupakan salah satu

    mediator inflamasi (Vane dan Botting, 1996). Mediator inflamasi tersebut

    disintesis dari asam arakidonat dalam berbagai tahap dan dikatalisis oleh

    berbagai enzim dalam setiap tahapnya, antara lain glutation S-transferase

    (GST) yang terlibat dalam pembentukan prostaglandin D2, E2, F2 dari

    prostaglandin H (Istyastono, 2002).

    Kafein (1,3,7-trimetil xantin) merupakan salah satu derivat xantin yang

    mempunyai daya kerja sebagai stimulan sistem saraf pusat, stimulan otot

    jantung, relaksasi otot polos dan meningkatkan diuresis, dengan tingkatan

    berbeda. Efek kafein dapat meningkat apabila berinteraksi dengan beberapa

    jenis obat, antara lain : obat asma (epinefrin/teofilin), pil KB, antidepresan,

    antipsikotika, simetidin. Akibatnya mungkin terjadi kofeinisme disertai gejala

    gelisah dan mudah terangsang, sakit kepala, tremor, pernapasan cepat dan

    insomnia (Hartono, 2011).

    Sediaan farmasi yang beredar di pasaran kebanyakan berupa campuran

    berbagai zat berkhasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkatkan efek

    terapi dan kemudahan dalam pemakaian. Salah satu campuran zat aktif yang

    sering digunakan adalah parasetamol dan kafein yang berkhasiat sebagai

    analgetik dan antipiretik. Campuran parasetamol dan kafein banyak ditemukan

    dalam produk antiinfluenza dengan berbagai merek dagang. Parasetamol

    merupakan metabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan sampai sedang,

    dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen, sedangkan kafein

    adalah basa lemah yang merupakanturunan xantin, memiliki gugus metil dan

    berefek stimulasi susunan saraf pusat serta dapat memperkuat efek analgetik

    parasetamol (Naid et al, 2011).

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    5/16

    C. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:

    - Bejana KLT (Chamber)

    - Penyemprot

    - Pipa kapiler

    - Oven

    - Gelas kimia

    -

    Pipet tetes

    - Pipet ukur

    - Filler

    -

    Batang pengaduk

    2. Bahan

    Bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:

    -

    Silica gel

    - Kloroform

    -

    Methanol

    - Asam asetat

    - Dietil eter

    -

    Benzen

    - Sampel obat (mengandung parasetamol, aspirin, dan kafein)

    -

    Zat pembanding (parasetamol, aspirin dan kafein murni)

    3. Uraian bahan

    a. Kloroform (Dirjen POM, 1979)

    Nama resmi : CHLOROFORNUM

    Nama lain : Kloroform, Tricholomethan

    RM/BM : CHCI3/ 119,38 gr/mol

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    6/16

    Struktur :

    Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak berwarna, manis, bau

    khas, membakar

    Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 200 bagian air, mudah larut

    dalam etanol mutlak

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik tersumbat kaca, terlindung

    cahaya

    Kegunaan : Membantu proses kristalisasi

    b. Methanol (Dirjen POM, 1979)

    Nama Resmi : METIL ALKOHOL

    Nama Lain : Metanol, Hidroksimetana, Metil alkohol, Metil

    hidrat, Alkohol kayu, Karbinol.

    Berat Molekul : 32.04 g/mol

    Rumus Molekul : CH3OH

    Struktur :

    Pemerian : Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang

    ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah

    terbakar, dan beracun dengan bau yang khas

    (berbau lebih ringan daripada etanol).

    Kegunaan : sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan

    bakar dan sebagai bahan aditif bagi etanol industri.

    c. Asam asetat (Dirjen POM, 1979)

    Nama resmi : ACIDUM ACETICUM

    Nama lain : Cuka

    Berat molekul : 60,05 g/mol

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    7/16

    Rumus molekul : C2H4O2

    Struktur :

    Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasa

    asam, tajam

    Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dan

    dengan gliserol.

    Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

    Khasiat : zat tambahan.

    d. Dietil eter (Dirjen POM, 1979)

    Nama resmi : DIETIL ETER

    Nama lain : Dieti, eter

    Rumus molekul : C2H5O

    RJ : 0,714 gram0,78 gram

    Struktur :

    Jarak didih : Tersuling sempurna pada suhu antara 340C dan

    360C.

    e. Benzen (Dirjen POM, 1979)

    Nama Resmi : BENZENA

    Nama lain : Cyclohextriena

    Rumus molekul : C6H6

    Berat molekul : 78,0 g/mol

    Struktur :

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    8/16

    Kelarutan : Mudah larut dalam air

    Pemerian : Cairan transparant, tidak berwarna dan mudah

    menyala.

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

    Kegunaan : Sebagai inti (induk) senyawa nitrobenzene.

    f. Paracetamol (Dirjen POM, 1979)

    Nama resmi : ACETAMINOPHENUM

    Nama sinonim : Asetaminofen, parasetamol

    Rumus molekul : C8H9NO2

    Barat molekul : 151,16 gr/mol

    Struktur :

    Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

    pahit.

    Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

    (95%) P, dalam 13 bagian aseton p, dalam 40

    bagian gliserol p dan dan dalam 9 bagian

    propilenglikol p, larut dalam larutan alkali

    hidroksida

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

    K/P : Analgetikum (obat yang digunakan untuk

    menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan

    kesadaran), Antipiretikum (obat yang digunakan

    untuk menurunkan suhu tubuh / demam).

    g. Kafein (Dirjen POM, 1979)

    Nama resmi : Kofeina, 1,3,7-trimetilxantin, 1,2,3,6 tetrahidropurine

    Nama lain : Coffeinum

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    9/16

    Struktur :

    Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat,

    biasanya, biasanya menggumpal, putih tidak berbau,

    rasa pahit

    Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dan dalam etanol (95%)

    P, mudah larut dalam klorofom P, sukar larut dalam

    eter P

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

    Kegunaan : sebagai bahan hasil isolasi

    h. Asetosal (Dirjen POM, 1979)

    Nama resmi : ACIDUM ACETYLSALICYLICUM

    Nama lain : Asetosal

    RM/BM : C9H8O4/ 180,16 gr/mol

    Struktur :

    Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,

    tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam

    Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam

    etanol 95 % P, larut dalam kloroform P dan dalam

    eter P

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

    Kegunaan : Analgetik dan antipiretik

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    10/16

    D. Prosedur Kerja

    1. Penyiapan lempeng

    2. Penyiapan pengembang

    3. Penotolan sampel dan zat pembanding

    3 gram silica gel

    - Dimasukkan ke dalam gelas kimia

    - Ditambahkan 6 ml air

    - Diaduk

    - Dilapiskan pada plat kaca dengan

    ketebalan 0,1-0,3 mm

    - Dikeringkan

    - Dimasukkan ke dalam oven pada suhu

    100,5o

    C selama 1 jam

    Lempeng KLT

    Methanol, asam asetat,

    dietil eter, dan bensen

    - Dimasukkan kedalam chamber

    dengan perbandingan 1:18:60:120

    -Ditutupkan dan digoyangkan

    - Dijenuhkan

    Eluen

    Poldanmig

    - Digerus

    - Dimasukkan kedalam gelas kimia

    - Dilarutkan dengan kloroform

    - Ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak

    3 kali

    - Dikeringkan

    - Diulangi pada zat pembanding

    Lempeng yang telah ditotol

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    11/16

    4.

    Elusi dengan pengembang dan lokasi noda

    Rfparasetamol = 0,12

    Rfkafein = 0,07

    Rfasetosal = 0,5

    - Dimasukkan kedalam chamber

    - Ditutup

    - Dielusi

    - Dikeluarkan

    - Diamati noda yang terbentuk

    dibawah sinar UV

    - Disemprot dengan penampak noda

    - Dioven

    - Diamati noda yang terbentuk

    - Dihitung nilai Rf

    Lempeng yang telah ditotol

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    12/16

    E. Hasil Pengamatan

    1. Gambar hasil pengamatan

    2. Perhitungan

    Diketahui: Jarak eluen = 4 cm

    Jarak Parasetamol = 0,5 cm

    Jarak kafein = 0,3 cm

    Jarak asetosal = 2 cm

    Ditanya: Nilai Rf..?

    Jawab:

    Rf =

    Nilai Rfparasetamol =

    =

    = 0,12

    Nilai Rfkafein =

    =

    = 0,07

    Nilai Rfasetosal =

    =

    = 0,5

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    13/16

    F. Pembahasan

    Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi

    planar, selain kromatografi kertas dan elektroferesis. Berbeda dengan

    kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di

    dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang

    seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh

    lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian,

    kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari

    kromatografi kolom.

    Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan

    senyawa paracetamol, aspirin dan kafein dalam suatu sediaan obat

    analgetik antipiretik. Langkah awal dari praktikum ini adalah membuat

    lempeng KLT, dengan menggunakan silica gel dan air lalu dipanaskan di

    oven selama 1 jam yang kemudian dilapisi pada plat kaca dengan

    ketebalan 0,1-0,3 mm. Lempeng KLT ini merupakan silica yang berfungsi

    sebagai fase diam yang merupakan lapisan yang memisahkan, yang terdiri

    atas bahan berbutir-butir ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,

    logam, atau lapisan yang cocok.

    Selanjutnya adalah dibuat larutan pengembang yang nantinya

    berfungsi sebagai eluen. Eluen disini berfungsi sebagai fase gerak yang

    merupakan medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut.

    Campuran eluen yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari methanol,

    asam asetat, dietil eter, dan benzen dengan perbandingan 1 : 18 : 60 : 120,

    dimana methanol sebanyak 0,1 ml, asam asetat 0,9 ml, dietil eter 3 ml dan

    benzen 6 ml, yang kemudian ditutup dan digoyangkan, lalu dilakukan

    proses penjenuhan. Eluen yang dihasilkan ini bersifat non polar.

    Selanjutnya dilakukan penotolan sampel dengan zat pembanding.

    Sebelumnya, sampel terlebih dahulu digerus dan dicampurkan dengan

    methanol dan kloroform lalu dikocok, agar dapat terlarut sempurna.

    Sedangkan zat pembanding yang digunakan adalah parasetamol, asetosal

    dan kafein murni dengan perlakuan yang sama dengan sampel. Penotolan

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    14/16

    dilakukan pada plat KLT, dengan terlebih dahulu memberikan tanda pada

    plat tersebut. Penotolan harus dilakukan seteliti mungkin, agar dapat

    dicapai hasil yang diinginkan.

    Lempeng yang telah ditotol kemudian dimasukkan dalam chamber

    dan dielusi. Setelah eluen telah mencapai puncak pada plat, plat kemudian

    dimasukkan dalam oven beberapa saat, lalu dikeluarkan dan disemprotkan

    penampak noda dan dilihat hasilnya di bawah sinar UV.

    Setelah diamati dibawah sinar UV 254 nm, terlihat 5 noda yang

    terbentuk yakni 3 noda yang menandakan senyawa pembanding

    (parasetamol, asetosal dan kafein) dan 2 noda yang menandakan sampel.

    Noda-noda yang menandakan sampel tersebut berada sejajar dengan noda

    senyawa pembanding. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang

    digunakan mengandung parasetamol, asetosal dan kafein. Noda kafein dan

    paracetamol berada pada jarak yang dekat dengan titik penotolan pada plat

    KLT. Hal ini menandakan bahwa kedua senyawa tersebut bergerak lambat,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa kafein dan paracetamol bersifat non

    polar sama seperti eluen yang juga bersifat non polar. Sedangkan noda

    asetosal berada jauh dari titik pentolan dan menandakan bahwa asetosal

    bergerak naik pada plat KLT. Sehingga diperoleh bahwa asetosal bersifat

    polar sama seperti jenis plat KLT yangh digunakan yakni silica gel. Dapat

    ditarik kesimpulan bahwa metode KLT juga menggunakan prinsip like

    dissolve like, dimana polar akan larut pada pelarut polar dan zat non polar

    akan larut pada pelarut non polar.

    Langkah terakhir adalah penentuan nilai Rf. Nilai Rf didapatkan

    dengan mengukur perbandingan ketinggian noda yang ditinggalkan pada

    plat yang disebut jarak sampel dengan jarak eluen tersebut. Nilai Rf untuk

    paracetamol adalah 0,12, nilai Rf untuk asetosal adalah 0,5, sedangkan

    nilai Rf untuk kafein adalah 0,07.

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    15/16

    F. Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sediaan obat

    yang dipraktekkan positif mengandung paracetamol, asetosal dan kafein.

    Dengan nilai Rf paracetamol adalah 0,12, nilai Rf asetosal adalah 0,5, dan nilai

    Rf kafein adalah 0,07.

  • 7/21/2019 IDENTIFIKASI SEDIAAN OBAT YANG MENGANDUNG ASPIRIN, KAFEIN DAN PARACETAMOL DENGAN METODE KROMATO

    16/16

    DAFTAR PUSTAKA

    Dirjen POM. 1979.Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI. Jakarta.

    Handayani, S., Sunarto, dan Susila, K. 2005. Kromatografi Lapis Tipis Untuk

    Penentuan Kadar Hesperidin Dalam Kulit Buah Jeruk. Jurnal Penelitian

    Saintek. 10(1).

    Hartono, E. 2011. Penetapan Kadar Kafein Dalam Biji Kopi Secara Kromatografi

    Cair Kinerja Tinggi.Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi.

    Istyastono, EP., Martono, S., dan Supardjan, AM. 2002. Pengaruh Aspirin Pada

    Aktivitas Glutation S-Transferase Kelas Hati Tikus. Majalah FarmasiIndonesia. 13(2).

    Kusumaningtyas, E., Esti, E., dan Darmono. 2008. Sensitivitas Metode

    Bioautografi Kontak dan Agar Overlay dalam Penentuan Senyawa

    Antikapang.Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 6(2).

    Mulya, M., dan Suherman. 1995. Analisis Instrumen. Airlangga University Press.

    Surabaya.

    Naid, T., Syaharuddin, K., dan Mieke, P. 2011. Penetapan Kadar Parasetamol

    Dalam Tablet Kombinasi Parasetamol Dengan Kofein SecaraSpektrofotometri Ultraviolet-Sinar Tampak. Majalah Farmasi dan

    Farmakologi. 15(2).

    Nasution, YA. 2009. Penetapan Kadar Kafein Dalam Biji Kopi Secara

    Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

    Rachdiati, H., Ricson, PH., dan Erna, R. 2008. Penentuan Waktu Kelarutan

    Parasetamol Pada Uji Disolusi.Nusa Kimia Jurnal. 8(1).

    Rusmayanti. 2011 . Analisis Berbagai Merk tablet parasetamol 500mg Digunakan

    di Maiduguri, Menggunakan Violet Ultra Spektrofotometri dan KinerjaTinggi Liquid kromatografi (HPLC). Internasional Penelitian Jurnal

    Farmasi. ISSN 22308407

    Sabrina, A., Surjani, W., dan Neena Z. 2011. Perbandingan Metode

    Spektrofotometri UV-Vis dan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)

    pada Analisis Kadar Asam Benzoat dan Kafein dalam Teh Kemasan.

    Universitas Negeri Malang.

    Susilo, J. 2005. Penetapan Kadar Co-Trimoksazol Yang Dilakukan Dengan

    Menggunakan Spektrofotometer Ultraviolet Secara Simultan KLT.Jurnal

    Litbang. Universitas Muhammadiyah Semarang.