IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU MENGENAI PERAN DAN ... fileiii skripsi identifikasi pengetahuan guru...
Transcript of IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU MENGENAI PERAN DAN ... fileiii skripsi identifikasi pengetahuan guru...
i
IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU MENGENAI PERAN DAN
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
SMA/MA DI KELAS (STUDI KASUS PADA 8 GURU FISIKA SMA/MA DI
FLORES)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh :
Betrida Purnama Sari (131424042)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU MENGENAI PERAN DAIIPEMANFAATAN TEIC.{OLOGI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
SMA/MA DI KELAS (STIJDI KASUS PADA S GT]RU FISIKA SMA/I\{A DI
FLORES)
Tanggal 25 Januari 2018
Pembimbing
,d,Z-*Rohandi, Ph. D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU MENGENAI PERAN DAN
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
SMA/MA DI KELAS (STUDI KASUS PADA 8 GURU FISIKA SMA/MA DI
FLORES)
Dibuat dan dipersiapkan oleh:
Betrida Purnama Sari
NIM: 131424042
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Program studi Pendidikan Fisika
JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal: 20 Februari 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan panitia penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. ........................
Sekretaris : Dr. Ign. Edi Santoso, M.S. ........................
Anggota : Rohandi, Ph.D. ........................
Anggota : Drs. A. Atmadi, M.Si. ........................
Anggota : Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. ........................
Yogyakarta, ........................
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Dekan
Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi saya persembahkan untuk :
Bapak Damasus Levin dan Ibu Anita Mindan
Sergi Ga’ol, Andi Ga’ol, Yasintus Siga
Teman-teman RKB dan teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2013
Keluarga besar pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memlrat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebLrtkan clalarn
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Januari 2018
Penulis
Betrida Purnama Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
I
LBMBAR PERII'YATAAII PERSBTUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan dibawah
Dharma
Nama : Betrida Pumama Sari
NIM :131424042
ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Identifikasi Pengetahuan Guru Mengenai Peran Dan Pemanfaatan Teknologi
Dalam Pembelajaran Fisika sMA/lvIA Di Kelas (studi Kasus pada 8 Guru
Fisika SMA/MA Di Flores)
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari.saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang dibuat
dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, tanggal 25 Januari2018
vi
Yang mepyatakan
Betrida Purnama Sari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia berkat yang
melimpah dan penyertaa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini berjudul “Identifikasi Pengetahuan Guru Mengenai Peran
Dan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran Fisika SMA/MA Di Kelas (Studi
Kasus Pada 8 Guru Fisika SMA/MA Di Flores)” dan dibuat dalam upaya untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program
studi pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas
Sanata Dharma.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan
saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
:
1. Bpk. R. Rohandi, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan, saran, motivasi, dan bimbingan
2. Bpk. Dr. Ign. Edi Santoso, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika,
bapak Drs. Tarsisium Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dosen pembimbing
akademik, dan seluruh dosen program studi Pendidikan Fisika yang senantiasa
telah memberikan ilmu, bimbingan, dan pengalaman belajar yang berkesan
selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma
3. Kepala sekolah, guru mata pelajaran Fisika, siswa dan karyawan SMA A, SMA
B, SMA C, SMA D, SMA F, SMA G, dan SMA H yang telah membantu dan
mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
5.
6.
7.
8.
9.
Kedua orang tua yang telah meberikan nasehat dan selalu bersedia
mendengarkan segala curahan hati dan keluh kesah penulis
om Paskalis dan Tanta Maria yang telah rnenjadi orang tua kedua saya selama
diJogja
Herlina Rosalia Dona, vigilia Setiawati Kantur, dan Safriana Riyanti Bakang
Teluma selaku rekan penelitian yang telah memberikan motivasi tanpa batas dan
memberikan penilaian terhadap penelitian ini
Teman-teman RKB: Sintus, Arto, Okto Aloz, Ardy, Mery, Any, Ansi, Indry,
Meldy, Erni, Novi, Titin, Ice, Elty yang selalu rnenjadi penyemangat setia
Teman-teman Alay kos: Ira, Anansi. Rena, Dian. Uli, Wewin, Rosa yang telah
memberikan dukungan
Rekan-rekan pendidikan Fisika angkatan 2013 yang telah menerima peneliti,
berbagi pengalaman, berdinamika bersama selama masa perkuliahan di
Universitas Sanata Dharma
Penulis menyadari bahwa rnasih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sebagai penyempurnaan. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian terkait topik yang serupa.
Yogyakarta. 25 Januari 20 | 8
Penulis
vill
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Betrida Purnama Sari. 2018. Identifikasi Pengetahuan Guru Mengenai Peran
Dan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran Fisika SMA/MA Di Kelas
(Studi Kasus Pada 8 Guru Fisika SMA/MA Di Flores). Skripsi. Program Studi
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk mengetahui (1) sejauh mana pengetahuan guru di Flores mengenai peranan
dan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran Fisika SMA/MA di kelas, (2)
sejauh mana guru di Flores merancang suatu konsep pembelajaran berdasarkan
pengetahuan mengenai peranan dan pemanfaatan Teknologi yang di milikinya
dalam pembelajaran Fisika SMA/MA di kelas, dan (3) sejauh mana rancangan
pembelajaran guru di Flores yang memanfaatan Teknologi dalam pembelajaran
Fisika SMA/MA dapat diterapkan dikelas.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juni 2017. Subjek penelitian ini
adalah delapan guru yang mengajar mata pelajaran Fisika pada 8 SMA/MA di
Flores. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan ialah pertanyaan
wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) rata-rata guru di Flores
megetahui peran dan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dikelas yaitu
sebagai media belajar, sebagai sumber belajar, dan sebagai media sekaligus sumber
belajar. Dan sebagian guru telah menerapkan pengetahuan tentang peran dan
pemanfaatan teknologi yang dimilikinya secara menyeluruh dalam pembelajaran,
(2) rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran
Fisika yang dirancang oleh guru di Flores rata-rata lebih menekankan pada
teknologi sebagai media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
memahami materi pelajaran, dan (3) rata-rata rancangan pembelajaran yang di
rancang oleh guru di Flores tidak dapat diterapkan di sekolah karena adanya
keterbatasan fasilitas teknologi yang disediakan oleh sekolah.
Kata kunci: Pengetahuan guru, peran Teknologi, penerapan teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Betrida Purnama Sari. 2018. Identification Teacher's Knowledge About Role and
Utilization of Technology in High School Physics Learning in Classroom (Case
Study In 8 High School Physics Teachers In Flores). Thesis. Physics Education
Study Program. Department of Mathematics and Sciences Education. Faculty of
Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research is a qualitative descriptive research that aims to find out (1)
the extent to which the teacher's knowledge about the role and utilization of
technology in high school physics learning in class, (2) the extent to which teachers
design a concept of learning based on knowledge about the role and utilization of
technology that belongs to it learning high school physics in the classroom, and (3)
the extent to which the design of learning that utilizes the Technology in High
School Physics learning can be applied in class.
The research was conducted in May – June 2017. The subjects of this study
were eight teachers who taught Physics subjects at 8 high schools in Flores. In this
study, the instruments used are interview questions.
The results of this study show that (1) the average teacher in Flores knows
the role and utilization of technology in classroom learning as a learning media, as
a learning resources, and as a media as well as a source of learning. And some
teachers have applied knowledge about the role and utilization of the technology
they have in whole in learning, (2) learning design that integrates technology in
Physics learning designed by teachers in Flores averages more emphasis on
technology as a learning medium that can help students to understand the subject
matter, and (3) the average of learning plan designed by teachers can not be
implemented in schools due to the limited technological facilities provided by
schools.
Keywords: Teacher's knowledge, The role of technology, Application of technology
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Bagi Sekolah ..................................................................................... 5
2. Bagi Guru ......................................................................................... 5
2. Bagi Peneliti ..................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 6
A. Pengetahuan Guru ................................................................................ 6
B. Teknologi Informasi .............................................................................. 14
C. Metode Pembelajaran yang Memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai
media pembelajaran .............................................................................. 16
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 21
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 22
C. Subjek Penelitian .................................................................................. 22
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 22
E. Desain Penelitian .................................................................................. 23
1. Kegiatan Penelitian .......................................................................... 23
2. Pengumpulan Data .......................................................................... 23
F. Instrumen Penelitian ........................................................................... 24
G. Analisis Data ....................................................................................... 25
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ...................................................... 27
A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 27
B. Deskripsi Guru ..................................................................................... 28
C. Data Penelitian ..................................................................................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................ 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 61
A. Kesimpulan .......................................................................................... 61
B. Saran .................................................................................................... 62
C. Daftar Pustaka ...................................................................................... 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Daftar Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mengelola pembelajaran di kelas peran guru sangatlah penting.
Selain sebagai fasilitator guru juga harus mampu merancang metode
pembelajaran yang kreatif dan bervariasi yang tentu saja sesuai dengan situasi
dan kondisi kelas. Untuk merancang metode pembelajaran yang bervariatif
guru mesti memiliki pengetahuan terlebih dahulu tentang berbagai macam
metode pembelajaran dan penggunaan berbagai media dalam pembelajaran
tersebut. Menurut Trowbridge & Bybee dalam Suparno (2013: 10), Untuk
menjadi guru Fisika yang sungguh bermutu dan profesional ada beberapa hal
yang perlu di perhatikan dan dilatih oleh guru secara terus menerus, salah
satunya ialah guru menguasai berbagai metode. Dengan menguasai berbagai
metode mengajar dan memilih cara yang diminati siswa, akan membuat siswa
menyukai Fisika yang diajarkan.
Berdasarkan pengalaman dan informasi yang didapatkan, kebanyakan guru
Fisika di Flores lebih senang menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran di kelas sehingga yang dominan berperan ialah guru sedangkan
siswa hanya sebagai pendengar setia. Terlepas dari adanya keterbatasan-
keterbatasan sarana dan prasarana, hal ini menunjukan bahwa pengetahuan
guru mengenai berbagai metode dan penggunaan media dalam pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
masih cukup minim atau bahkan guru memiliki pengetahuan tetapi tidak
diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
Pelajaran Fisika merupakan pelajaran yang membahas konsep konsep
abstrak yang sangat sulit jika dijelaskan hanya dengan ceramah saja. Dengan
metode ceramah dalam menjelaskan konsep Fisika yang abstrak akan
menyebabkan anak lebih cepat bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran
di kelas. Jika anak sudah merasa bosan dan jenuh maka materi Fisika yang di
ajarkan akan menjadi sulit dipahami. Agar pembelajaran di kelas menjadi lebih
aktif, alangkah baiknya jika guru menerapkan metode pembelajaran yang bisa
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan
berbagai media yang atraktif.
Menurut Suparno (2013:8), Unsur yang terpenting dalam pembelajaran
yang baik adalah (1) siswa yang belajar, (2) guru yang mengajar, (3) bahan
pelajaran, dan (4) hubungan antara guru dan siswa. Dalam belajar Fisika yang
terpenting adalah siswa yang aktif belajar Fisika. Maka semua usaha guru harus
diarahkan untuk membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari Fisika
sendiri.
Dewasa ini kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi
salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Dengan
adanya peralatan teknologi semua hal yang sulit menjadi lebih dipermudah,
konsep-konsep Fisika yang abstrak dapat dinyatakan dengan begitu menarik
dan dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Selain itu, anak-anak jaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sekarang sudah sangat akrab dan mahir dalam menggunakan Teknologi
sehingga jika guru menerapkan metode pembelajaran yang berbasis Teknologi
dalam kelas maka siswa akan menjadi lebih antusias karena hal itu sesuai
dengan kegemaran mereka.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Jimmi
Zulmandho dengan judul “Korelasi Penggunaan Teknologi Informasi Pada
Proses Belajar Dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa: studi kasus di SMA
Muhammadiyah 2 Yogyakarta” diperoleh bahwa penggunaan teknologi
informasi dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa.
Melihat adanya korelasi antara penggunaan teknologi dalam pembelajaran
dengan prestasi belajar Fisika siswa dan kecendrungan guru di Flores yang
menggunakan metode ceramah ini maka peneliti tertarik untuk melakukan
suatu penelitian dengan judul “Identifikasi Pengetahuan Guru Mengenai
Peran Dan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran Fisika SMA/MA
Di Kelas (Studi Kasus Pada 8 Guru Fisika SMA/MA Di Flores)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya,
maka permasalahan yang dapat di rumuskan yaitu:
1. Sejauh mana pengetahuan guru di Flores mengenai peran dan pemanfaatan
Teknologi dalam pembelajaran Fisika SMA/MA di kelas ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Bagaimana guru di Flores merancang suatu konsep pembelajaran
berdasarkan pengetahuan mengenai peran dan pemanfaatan Teknologi
dalam pembelajaran di kelas ?
3. Sejauh mana rancangan pembelajaran guru di Flores yang memanfaatan
teknologi dalam pembelajaran Fisika SMA/MA dapat di terapkan di kelas?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan sebelumnya, maka tujuan
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan guru di Flores mengenai
peranan dan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran Fisika SMA/MA
di kelas
2. Untuk mengetahui sejauh mana guru di Flores merancang suatu konsep
pembelajaran berdasarkan pengetahuan mengenai peranan dan
pemanfaatan Teknologi yang di milikinya dalam pembelajaran Fisika
SMA/MA di kelas
3. Untuk mengetahui sejauh mana rancangan pembelajaran guru di Flores
yang memanfaatkan Teknologi dalam pembelajaran Fisika SMA/MA
dapat diterapkan dikelas.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian menjadi masukan bagi sekolah agar selalu memperhatikan
kemampuan guru dalam merancang konsep pembelajaran dan
mengadakan kegiatan-kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan guru dalam merancang metode
pembelajaran.
2. Bagi Guru
Sebagai masukan yang berarti sekaligus memotivasi guru agar senantiasa
mau mengaplikasikan segala pengetahuan mengenai metode yang di
milikinya dalam pembelajaran di kelas.
3. Bagi peneliti
Sebagai bekal informasi yang mendukung ketika kelak nanti mengemban
tugas sebagai guru dan bergelut di dunia kerja yakni di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengetahuan Guru
Profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang
pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata
pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru
sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi
(keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat
melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna
(Kunandar, 2007: 46).
Seorang pengajar, dimana pun dia mengajar; bertugas menyajikan ilmu
yang dia miliki kepada peserta didiknya. Agar dapat menularkan ilmu tersebut
ia memerlukan pengalaman, pengetahuan tentang siapa peserta didik, serta
bagaimana menyampaikan ilmu tersebut dengan baik. Ia perlu mengalami
kompetensi ‘kedua’ yang memberi bekal kepadanya untuk memoles terutama
cara menyajikan topik menjadi lebih menarik, teratur, dan terpadu dengan
kompetensi yang terkandung di dalam materi. Hal ini merupakan bagian
integral dari teaching performance (kinerja mengajar) seorang pengajar untuk
segala jenjang pendidikan.
Kinerja mengajar tidak hanya di tinjau dari bagaimana pengajar tersebut
menjelaskan isi pembelajaran. Ia harus tahu bagaimana harus menghadapi
peserta didik, membantu memecahkan masalah, mengelola kelas, menata
bahan ajar, menentukan kegiatan kelas, menyusun asesmen belajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
menentukan metode atau media; atau bahkan menjawab pertanyaan dengan
bijaksana (Prawiradilaga, 2007:3).
Dari beberapa aspek kinerja mengajar tersebut salah satunya yaitu guru
harus memiliki pengetahuan dalam menentukan metode atau media
pembelajaran. Menurut Djamarah, Syaiful B. & Aswan Zein (2010: 72), salah
satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami
kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi
keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar
proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang
dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Metode sebagai strategi belajar
biasa dikaitkan dengan media, dan waktu yang tersedia untuk belajar
(Prawiradilaga, 2007: 18).
Metode memiliki kedudukan penting dalam pembelajaran, hal inilah yang
membuat guru harus mengetahui dan memahaminya dengan baik. Adapun
kedudukan metode menurut Djamarah, Syaiful B. & Aswan Zein (2010: 72-
74), yakni:
1. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati
peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satu pun kegiatan belajar mengajar
yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami
benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
belajar mengajar. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik maksudnya
metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan belajar seseorang.
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan
dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi
penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman mutlak dalam
pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya
dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru
menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna menunjang
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode,
karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan
kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan
kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalan
pengajaran pun tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah belajar.
Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak didik.
Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik.
Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan
dan anak didik dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh
guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat,
ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi
daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yan diberikan oleh guru.
Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang
diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga
penguasaan penuh dapat dicapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut
diatas, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu
jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah
menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode tanya jawab,
tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih mudah
menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demontrasi atau
metode eksperimen. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi
pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana
kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa
kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan
tujuan yang telah dirumuskan. Itu sama artinya perbuatan yang sia-sia.
Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan sama halnya ke
pasar tanpa tujuan, sehingga sukar untuk menyeleksi mana kegiatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya untuk
mencapai keinginan yang dicita-citakan.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai
selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya
adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai
tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu
mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran
menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki
keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan
dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang.
Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila
tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut. Apalah artinya
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan.
Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang
kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang
efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
Winarno, Surakkhmad (1990: 97) mengatakan, bahwa pemilihan dan
penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
a. Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan.
Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan
latar belakang kehidupan, status sosial, jenis kelamin, dan postur tubuh yang
berlainan. Jika pada aspek biologis ada persamaan dan perbedaan, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pada aspek intelektual juga ada perbedaan. Hal ini terlihat pada cepat dan
lambatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan guru
dalam kegiatan belajar mengajar. Selain dari aspek biologis, dari aspek
psikologis juga ada perbedaan. Di sekolah, perilaku anak didik juga
bermacam-macam, ada yang pendiam, ada yang kreatif, ada yang suka
bicara ada yang tertutup (introver), ada yang terbuka (ekstrover), ada yang
pemurung, ada yang periang, dan sebagainya. Semua perilaku peserta didik
tersebut mewarnai suasana kelas. Dinamika kelas terlihat dengan
banyaknya jumlah anak dalam kegiatan belajar mengajar. Semakin banyak
jumlah anak didik di kelas, semakin mudah terjadi konflik dan cenderung
sukar dikelola. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis,
intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kreatif dalam waktu yang relatif lama demi tercapainya tujuan
pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional.
b. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar.
Tujuan pembelajaran merupakan tujuan intermedier (antara), yang paling
langsung dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Metode yang guru pilih
harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri
setiap anak didik. Artinya, metodelah yang harus tunduk kepada kehendak
tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu, kemampuan yang bagaimana yang
di kehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
c. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya
sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan
situasi belajar mengajar di alam terbuka, yaitu di luar ruangan sekolah.
Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai
dengan situasi yang dicipatakan itu. Di lain waktu, sesuai dengan sifat bahan
dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan, maka guru menciptakan
lingkungan anak didik secara berkelompok.
d. Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar
anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan
mempengaruhi pemilihan metode belajar. Ketiadaan laboratorium untuk
praktik IPA, misalnya, kurang mendukung penggunaan metode eksperimen
atau metode demonstrasi.
e. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Ada yang suka
bicara dan ada pula yang kurang suka bicara. Seorang guru yang bertitel
sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang sarjana bukan
pendidikan dan keguruan dibidang penguasaan ilmu kependidikan dan
keguruan. Guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali lebih
banyak menguasai metode-metode mengajar, karena memang dicetak
sebagai tenaga ahli dibidang keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
guru. Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi.
Kurangnya pengetahuan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala
dalam memilih dan menentukan metode. Selain itu, pengalaman mengajar
dikelas juga sangat mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Guru
yang minim pengalaman belajar akan cenderung sukar memilih metode
yang tepat.
Metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan
seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar. Selain itu, metode
sering diterapkan secara kombinasi, tidak tunggal sehingga keterbatasan satu
metode dapat diatasi dengan metode lainnya. Metode pembelajaran secara
garis besar dapat dikelompokan dalam:
Melekat dengan penyajian guru, diantaranya metode ceramah,
demonstrasi, tanya jawab;
Terkait dengan proses belajar seperti belajar kolaboratif, diskusi, belajar
mandiri, metode proyek, metode belajar berbasis masalah,
Berbasis teknologi, seperti diskusi lewat internet pada kelas maya, tanya
jawab baik langsung (synchronuous) maupun tunda (asynchronuous).
Baik media, sumber belajar maupun metode tidak ada yang terbaik atau salah
satu mengungguli yang lainnya. Misalnya, alternatif penyajian pengetahuan
prosedur adalah tayangan program video untuk topik terkait. Media dan metode
ditentukan karena keduanya cocok, tepat, dan sesuai untuk suatu proses belajar
(Prawiradilaga, 2007:66-67).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pada penelitian ini, fokus peneliti ialah tentang pengetahuan guru mengenai
peran teknologi dan penerapannya, dalam hal ini yang ingin diketahui yaitu
sejauh mana teknologi dimanfaatkan sebagai media dan sumber belajar dalam
pembelajaran dikelas.
B. Teknologi Informasi
Zaman ini di tandai dengan kemajuan teknologi informatika atau komputer.
Perkembangan teknologi ini telah mengubah dunia kita menjadi lebih sempit
dan kecil karena sistem komunikasi yang begitu canggih dan cepat. Kemajuan
teknologi ini dapat di lihat dengan makin majunya jaringan komunikasi lewat
internet, sms, komunikasi satelit, dan penggunaan komputer dalam segala jenis
kehidupan (Suparno, 2013: 66).
Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang di gunakan untuk
mengolah data dalam hal ini termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan akurat dan tepat
waktu. Teknologi informasi menggunakan seperangkat komputer untuk
mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan
komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi
telekomunikasi di gunakan agar data dapat di sebar dan di akses secara global
(Hamzah & Nina, 2010: 57).
Menurut Rusman dkk (2011: 84-85), Teknologi informasi adalah
serangkaian tahapan penanganan informasi, yang meliputi penciptaan sumber-
sumber informasi, pemeliharaan saluran informasi, seleksi dan transmisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
informasi, penerimaan informasi secara selektif, penyimpanan & penelusuran
informasi, dan penggunaan informasi.
Berdasarkan definisi di atas dapat di pahami bahwa teknologi informatika
atau komputer memiliki kekhasannya sendiri yakni dalam hal penyebaran
informasi dengan sangat cepat dan luas.
Komunikasi yang begitu cepat dan luas memungkinkan semua informasi
dari suatu bagian dunia diketahui oleh bagian dunia yang lain, sehingga tidak
ada “yang tersembunyi”. Penemuan dan kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi di suatu negara dengan cepat dapat di
sebarkan dan diakses oleh orang-orang di negara lain. Dengan demikian hasil
penemuan itu dapat dimanfaatkan lebih capat dan luas oleh sebanyak mungkin
manusia. Kemajuan, penemuan, dan juga model-model pembelajaran dalam
dunia pendidikan yang ditemukan di suatu tempat, dapat pula diakses dari
tempat lain sehingga kemajuan itu juga meningkatkan pendidikan di tempat-
tempat lain. (Suparno, 2013:67).
Menurut Arsyad (2002) dalam buku pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi karya Rusman dkk (2011), manfaat teknologi
informatika atau komputer untuk tujuan pendidikan yaitu :
Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran
karena ia dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara
yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar
dalam menjalankan instruksi seperti yang di inginkan program yang
digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan,
melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya
animasi grafik, warna, dan musik yang dapat menambah realisme.
Kendali berada di tangan siswa, sehingga tingkat kecepatan belajar siswa
dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya. Dengan kata lain,
komputer dapat berinteraksi dengan siswa secara individual misalnya
dengan bertanya dan menilai jawaban.
Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan program
pembelajaran, memberi kesempatan lebih baik untuk pembelajaran
secara perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat di pantau.
Dapat berhubungan dengan, dan mengendalikan peralatan lain seperti
CD interaktif, video, dan lain-lain dengan program pengendali dari
komputer.
C. Metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi
Dalam buku Metodologi Pembelajaran Fisika Kontruktivis dan Menyenangkan
(2013: 117-124), Suparno menjelaskan beberapa metode pembelajaran Fisika.
Dari beberapa metode tersebut yang memanfaatkan teknologi informasi ialah
sebagai berikut:
1. Metode Simulasi komputer
Model pembelajaran modern yang sekarang banyak digunakan dalam
pembelajaran Fisika adalah simulasi komputer. Secara sederhana, simulasi
komputer adalah model pembelajaran menggunakan program komputer
untuk mensimulasikan beberapa percobaan Fisika, tidak lewat percobaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
di laboratorium, tetapi lewat monitor komputer dan siswa dapat
mempelajarinya dari simulasi itu. Dalam simulasi itu, siswa dapat
memanipulasi data, mengumpulkan data, menganalisis data dan
mengambil kesimpulan. Dengan proses belajar seperti itu tampak jelas
bahwa simulasi komputer merupakan pembelajaran yang kontruktivis
karena siswa berproses sendiri membangun pengetahuan mereka.
Penggunaan simulasi komputer ini sangat menguntungkan karena siswa
dapat melakukannya sendiri berkali-kali tanpa harus ditunggui guru seperti
pelajaran dalam kelas. Oleh karena siswa dapat mengulanginya sendiri di
luar kelas, maka mereka akan lebih cepat belajar dan menguasai bahan.
Dengan demikian, mereka lebih cepat mengerti konsep yang sedang
dipelajarinya secara tepat.
Keuntungan metode simulasi komputer
Dapat dilakukan oleh siswa kapan pun termasuk di rumah sehingga
mereka dapat belajar lebih lama dan mengulangi bahan lebih lama
tanpa terikat guru, jam, atau waktu.
Dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan alatnya
mahal, dengan cara yang murah dan mudah bahkan dapat dilihat siswa
lebih jelas.
Reaksi dan kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam
model sehingga siswa makin jelas menangkap konsepnya.
Di internet banyak sekali percobaan dengan simulasi yang dapat
dijadikan tugas siswa untuk mengamati dan mempelajarinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer dapat
membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat
membandingkan pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi
yang mereka lakukan dan lihat.
2. Internet – e learning
Yang sekarang juga sangat berkembang adalah pembelajaran Fisika dengan
e-learning, atau electronic learning. Yaitu siswa dapat belajar dari rumah
atau darimana pun dimana ada jaringan internet atau intranet dengan guru.
Guru memberikan bahannya lewat electronic devices, dan siswa dapat
mempelajarinya darimana pun.
Dengan berkembangnya pembelajaran lewat e-learning, maka sebenarnya
bentuk ruang kelas yang besar kurang diperlukan lagi. Siswa dapat
mengakses bahan pembelajaran darimana pun. Dan bahan yang diberikan
guru lewat e-learning, dapat terus dipelajari siswa kapan dan dimana pun.
Pembelajaran Fisika lewat internet dan juga dengan e-learning banyak
sekali menggunakan model simulasi komputer. Tetapi juga ada bahan yang
tidak disampaikan dengan model simulasi; tetapi lebih teori juga; meski
teori itu disampaikan lewat internet atau juga e-learning.
Keuntungan Internet- e-learning
Siswa dapat mempelajari darimana pun, termasuk dari rumahnya.
Tidak terbatas pada waktu dan tempat. Maka dari itu, siswa akan cepat
menguasai bahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pelajaran guru dapat juga diakses orang atau siswa lain, tidak terbatas
siswanya sendiri. Bahan yang disiapkan guru dapat berdampak luas,
bahkan dapat untuk seluruh dunia.
Bahan-bahan dari internet sering lebih lengkap dan lebih menarik
dengan berbagai ilustrasi.
Siswa aktif dan sungguh mencari.
3. Penggunaan Video, CDRom, Films
Sudah cukup lama dalam pembelajaran Fisika guru menggunakan video,
film, dan CDRom, untuk mempresentasikan topik-topik Fisika yang mau
diajarkan kepada siswa. Berbeda dengan simulasi komputer dan CDRom,
penggunaan video dan film seringkali tidak memungkinkan siswa
melakukan perubahan data-data yang ada. Siswa tidak dapat melakukan
manipulasi data sehingga dapat memperoleh berbagai variasi hasil. Siswa
hanya mengamati dan melihat lalu setelah itu mendiskusikannya.
Dari banyak praktik, video dan film diguakan untuk mempresentasikan
bahwa Fisika (entah berupa gambar hidup atau mati) tentang suatu
peristiwa fisis yang dapat membantu siswa mengerti isinya.
Keuntungan penggunaan video, CDRom, film
Keuntungan dengan video dan film, seperti juga dengan CDRom, adalah
bahwa kejadiannya dapat diulang atau diputar berkali-kali sehingga siswa
dapat terus mengulangi sampai mengerti konsepnya. Bila kejadian itu
belum ditangkap, diputar ulang momen yang belum jelas sehingga siswa
semakin mengerti. Pada zaman sekarang ini banyak video kamera dijual di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mana-mana, maka guru juga dapat membuat peralatan mengajar sendiri
sesuai dengan keadaan siswa dan sekolah. Sangat penting kalau kita
menggunakan model film atau video, kita mengajak siswa untuk
mendiskusikan bahan itu sesudahnya sehingga pengertian siswa semakin
bertambah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu studi kasus. Dalam bidang pendidikan
studi kasus dapat diartikan sebagai metode penelitian deskriptif untuk
menjawab permasalahan pendidikan yang mendalam dan komprehensif
dengan melibatkan subjek penelitian yang terbatas sesuai dengan jenis kasus
yang diselidiki. Subjek penelitian dalam studi kasus bisa individu, kelompok,
lembaga, atau golongan masyarakat tertentu. Segala aspek yang berkaitan
dengan kasus dianalisis secara mendalam, sehingga di peroleh generalisasi
yang utuh. Salah satu karakteristik metode penelitian studi kasus yaitu data
yang diperoleh biasanya data yang bersifat kualitatif, oleh sebab itu pendekatan
yang digunakan dalam studi kasus biasanya menggunakan pendekatan
kualitatif. ( Sanjaya, 2013: 73-74 )
Dalam riset kualitatif yang bersifat deskriptif , data yang di kumpulkan
berbentuk kata-kata, gambar, keadaan, dari pada bilangan. Termasuk data
adalah: transkrip wawancara, fieldnotes, foto, videotapes, dokumen pribadi dan
ofisial, memo dan record lain. Informasi dan pengungkapan detail sangat
penting dalam riset kualitatif; bukan hanya kesimpulan atau rangkuman. Data
penelitian kualitatif cendrung di analisa secara induktif dalam arti tidak mencari
data/bukti untuk membuktikan atau tidak membuktikan hipotesa yang di
punyai sebelumnya; tetapi lebih mengabstraksi dari hal-hal yang khusus. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ini di sebut grounded theory; dari bawah. Meaning atau makna merupakan
perhatian utama bagi pendekatan kualitatif. Maka peneliti boleh terus bertanya
apa maksudnya dari data-data itu (Suparno, 2014: 133-134).
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat
Penelitian di lakukan di beberapa SMA/MA di Flores. SMA/MA
tersebut ialah: SMA A, SMA B, SMA C, SMA D, SMA E, SMA F, SMA
G, SMA H.
2. Waktu
Penelitian di laksanakan pada bulan Mei – Juni 2017.
C. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini ialah delapan guru Fisika di 8 SMA/MA yang
berbeda di Flores. Adapun kedelapan guru dalam penelitian ini di beri nama
Guru K, Guru L, Guru M, Guru N, Guru O, Guru P, Guru Q, dan Guru R. Guru
Fisika di jadikan subjek penelitian karena penelitian ini berkaitan dengan
pengetahuan guru Fisika. Selain itu, alasan lain yang mendasari pemilihan
subjek dalam penelitian ini adalah karena peneliti berasal dari jurusan
pendidikan Fisika.
D. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan guru Fisika mengenai
peran teknologi dan penerapannya dalam menentukan metode pembelajaran
Fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
E. Desain penelitian
1. Kegiatan penelitian
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah
menghubungi sekolah-sekolah yang ditargetkan sebagai tempat melakukan
penelitian. Dari kegiatan awal tersebut maka di peroleh 6 (enam) sekolah
negeri dan 2 (dua) sekolah swasta. Setelah medapatkan izin dari pihak
sekolah untuk melakukan penelitian, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan ialah berkoordinasi dengan guru mata pelajaran Fisika mengenai
teknik pengambilan data penelitian dan mendiskusikan jadwal
pengambilan data. Dalam menentukan jadwal pengambilan data hal yang
perlu diperhatikan yaitu jadwal mengajar guru yang bersangkutan dan
jadwal pengambilan data disekolah yang lainnya agar tidak saling
bertabrakan.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
wawancara. Wawancara yang dilakukan bersifat bebas tapi terstruktur
dengan bantuan pedoman wawancara agar suasana saat wawancara lebih
santai dan arah pembicaraan terfokus pada topik yang ingin diteliti. Selama
proses wawancara jawaban narasumber bisa diikuti lebih lanjut lagi untuk
mendapatkan mendapatkan data yang lebih lengkap. Data informasi hasil
wawancara tentang pengetahuan guru mengenai peran dan pemanfaatan
teknologi yang diperoleh dari tiap sekolah kemudian dianalisis lebih lanjut
untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
F. Instrumen penelitian
Instrumentasi adalah seluruh proses untuk mengumpulkan data. Termasuk
didalamnya bagaimana memilih atau mendesain instrumen dan menentukan
keadaan agar instrumen itu dapat digunakan. Maka termasuk didalamnya:
dimana data akan dikumpulkan; kapan data akan dikumpulkan; berapa kali data
akan dikumpulkan; instrumen yang mau digunakan, dan siapa yang akan
mengumpulkan data. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa: tes tertulis,
angket, wawancara, dokumentasi, dan observasi (Suparno, 2014: 53).
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa pedoman
wawancara yang dibuat sendiri oleh peneliti. Pedoman wawancara merupakan
panduan wawancara yang berisi daftar pertanyaan terkait topik penelitian yang
hendak diajukan kepada narasumber. Adapun pedoman wawancara yang
digunakan peneliti untuk pengambilan data adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran seperti apa yang sering diterapkan oleh guru dalam
kelas
2. Bagaimana respon siswa dengan proses pembelajaran yang diterapkan guru
tersebut
Jika baik, apakah itu merupakan alasan bagi guru untuk tetap
mempertahankan metode tersebut
Jika tidak baik, mengapa metode tersebut tetap dilaksanakan
3. Apakah guru pernah menggunakan metode-metode yang lainnya yang
bervariasi dalam pembelajaran dikelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Jika pernah, metode apa saja yang diterapkan guru
Jika tidak pernah, mengapa tidak pernah
4. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan bagi guru dalam
menentukan suatu metode pembelajaran dalam kelas
5. Menurut guru, apakah teknologi memiliki peranan penting dalam
pembelajaran dan peran teknologi informasi seperti apa yang diketahui oleh
guru
6. Mengapa teknologi berperan penting dalam pembelajaran
7. Metode-metode pembelajaran apa saja yang memanfaatkan teknologi
informasi
8. Menurut guru apa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran
yang memanfaatkan teknologi
9. Berdasarkan pengetahuan mengenai peran teknologi, menurut guru
bagaimana rancangan suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi dan apakah rancangan tersebut dapat diterapkan dalam
pembelajaran disekolah bersangkutan
10. Sejauh mana rancangan yang di rancang guru dapat diterapkan dalam
pembelajaran di sekolah bersangkutan
G. Analisis data
Analisa data merupakan proses sistematis untuk mencari dan mengatur
transkrip interviews, fieldnotes, bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan,
sehingga dapat menyajikannya pada orang lain (Suparno, 2014:103).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Dalam penelitian ini, data hasil wawancara akan dianalisis dalam beberapa
tahap. Menurut Suparno (2014: 105-106), analisis sesudah pengumpulan data
ialah membuat transkrip data, kategorisasi coding, mengerjakan data secara
mekanik.
Saat membuat transkrip data, semua data yang masih belum berwujud
bahasa tertulis perlu ditranskrip ke tulisan lebih dahulu. Dalam penelitian ini
data yang diperoleh dalam bentuk rekaman wawancara. Oleh karena itu,
rekaman tersebut perlu ditulis dalam bentuk tulisan.
Setelah membuat transkrip data, selanjutnya yaitu kategorisasi coding.
Data-data yang sudah ditranskrip, dibaca dengan teliti sekali lagi, dan diberi
tanda (coding, kode). Coding diwujudkan dalam suatu kata yang menunjukan
isi dari bagian data tertentu. Data-data yang sama codingnya, disatukan,
sehingga kita menjadi tahu pola yang sering muncul. Pola yang sama itu
kemudian diberi nama dengan konsep tertentu yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian.
Dalam mengerjakan data secara mekanik, secara sederhana, peneliti harus
memotong-motong data yang sudah diberi kode. Kemudian data-data yang
berkode sama disatukan. Setelah disatukan, lalu dibaca sekali lagi, dan diberi
nama dengan suatu kategori yang menyatukan isinya. Setelah itu kategori yang
dekat disatukan dalam satu konsep yang sama. Langkah selanjutnya peneliti
mengurutkan konsep-konsep yang ditemukan. Langkah terakhir adalah
menulis laporan secara lengkap berdasarkan konsep-konsep yang ditemukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017 tahun ajaran 2016/2017
yang melibatkan delapan SMA/MA dan delapan orang guru Fisika di Flores.
Adapun pelaksanaan penelitian pada kedelapan sekolah tersebut dilakukan
pada hari dan tanggal yang berbeda. Untuk mempermudah dalam menganalisis
dan membahas maka peneliti mengganti nama sekolah menjadi SMA A, SMA
B, SMA C, SMA D, SMA E, SMA F, SMA G, dan SMA H. Begitu pula nama
guru diganti menjadi Guru K, Guru L, Guru M, Guru N, Guru O, Guru P, Guru
Q, dan Guru R.
Kegiatan pengambilan data berupa wawancara dengan kedelapan guru dari
kedelapan sekolah di Flores ini dilakukan pada waktu luang guru sehingga
tidak mengganggu aktivitas pembelajaran di kelas. Adapun daftar pelaksanaan
kegiatan wawancara dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Daftar pelaksanaan kegiatan wawancara
No Hari, tanggal dan waktu pengambilan data Perlakuan
1. Sabtu, 03 Juni 2017
Pukul 09.30 – 10.39 WITA
Wawancara dengan guru
K di sekolah A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
No. Hari, tanggal dan waktu pengambilan data Perlakuan
2. Kamis, 08 Juni 2017
Pukul 11.15 – 12.22 WITA
Wawancara dengan guru
L di sekolah B
3. Sabtu, 03 Juni 2017
Pukul 12.30 – 14.00 WITA
Senin, 05 Juni 2017
Pukul 08.00 – 09.30 WITA
Wawancara dengan guru
M di sekolah C
4. Rabu, 07 Juni 2017
Pukul 09.00 – 10.05 WITA
Wawancara dengan guru
N di sekolah D
5. Jumat, 02 Juni 2017
Pukul 09.10 – 09.51 WITA
Wawancara dengan guru
O di sekolah E
6. Rabu, 31 Mei 2017
Pukul 09.40 – 10.35 WITA
Wawancara dengan guru
P di sekolah F
7. Senin, 05 Juni 2017
Pukul 12.05 – 13.30 WITA
Wawancara dengan guru
Q di sekolah G
8. Selasa, 06 Juni 2017
Pukul 14.38 – 15.22 WITA
Wawancara dengan guru
R di sekolah H
B. Deskripsi Guru
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini ialah delapan guru SMA/MA dari
delapan sekolah yang berbeda di Flores. Alasan guru meneliti delapan guru
Fisika ialah agar data yang diperoleh lengkap, bervariasi, dan dapat mewakili
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
guru di Flores. Berdasarkan hasil wawancara, kedelapan guru yang diteliti
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Guru K
Guru K adalah seorang guru laki-laki berstatus PNS yang merupakan
lulusan dari salah satu universitas negeri di Kupang tahun 2002 dengan
pengalaman mengajar selama 15 tahun. Guru K pernah mengikuti pelatihan
guru di Jakarta, instruktur guru Fisika di Ruteng dan di Ende, sosialisasi
K13 di Ende. Proses pembelajaran yang sering dilakukan yaitu ceramah,
diskusi, tanya jawab, serta demonstrasi dan eksperimen (tergantung
materi). Dalam menentukan metode pembelajaran dalam kelas guru K
biasanya mempertimbangkan faktor materi.
2. Guru L
Guru L adalah seorang guru laki-laki berstatus PNS yang merupakan
lulusan dari salah satu universitas negeri di Kupang tahun 2004 dengan
pengalaman mengajar selama 12 tahun. Guru L belum pernah mengikuti
pelatihan. Proses pembelajaran yang sering dilakukan yaitu ceramah,
diskusi, tanya jawab, dan kadang-kadang demonstrasi dan eksperimen.
Dalam menentukan metode pembelajaran dalam kelas guru L biasanya
mempertimbangkan faktor karakter siswa.
3. Guru M
Guru M adalah seorang guru perempuan berstatus honorer yang merupakan
lulusan dari salah satu universitas swasta di Ende tahun 2015 dengan
pengalaman mengajar selama 3 tahun. Guru M pernah mengikuti sosialisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
K13 di Ruteng. Proses pembelajaran yang sering dilakukan yaitu ceramah
aktif, diskusi, tanya jawab, eksperimen sederhana. Dalam menentukan
metode pembelajaran dalam kelas guru M biasanya mempertimbangkan
faktor materi.
4. Guru N
Guru N adalah seorang guru laki-laki berstatus PNS yang merupakan
lulusan dari salah satu universitas negeri di Kupang tahun 2011 dengan
pengalaman mengajar selama 7 tahun. Guru N tidak pernah mengikuti
pelatihan guru dimana pun. Proses pembelajaran yang sering digunakan
yaitu ceramah aktif, diskusi, dan demonstrasi. Dalam menentukan metode
pembelajaran dalam kelas guru N biasanya mempertimbangkan faktor
karakter siswa.
5. Guru O
Guru O adalah seorang guru perempuan berstatus PNS yang merupakan
lulusan dari salah satu universitas negeri di Kupang tahun 2009 dengan
pengalaman mengajar selama 9 tahun. Guru O pernah mengikuti pelatihan
profesional seorang guru di Ruteng, pelatihan TEQIP, dan pelatihan alat
laboratorium menggunakan PPT. Pembelajaran yang sering dilakukan
yaitu ceramah aktif, diskusi, dan demonstrasi (tergantung materi). Dalam
menentukan metode pembelajaran guru O biasanya mempertimbangkan
faktor karakter siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
6. Guru P
Guru P adalah seorang guru perempuan berstatus PNS yang merupakan
lulusan dari salah satu universitas negeri di Palangkaraya tahun 2000
dengan pengalaman mengajar selama 18 tahun. Guru P pernah mengikuti
MGMP. Pembelajaran yang sering dilakukan yaitu ceramah aktif, diskusi,
dan demonstrasi (tergantung materi). Dalam menentukan metode
pembelajaran guru P biasanya mempertimbangkan faktor materi pelajaran.
7. Guru Q
Guru Q adalah seorang guru laki-laki berstatus PNS yang merupakan
lulusan dari salah satu universitas swasta di Yogyakarta tahun 2001 dengan
pengalaman mengajar selama 18 tahun. Guru Q pernah mengikuti pelatihan
Center MIPA di NTT, Pelatihan Fasilitator Penyusun Soal USBN Tingkat
Nasional, Pelatihan PROKTOR (Pelaksanaan Operator Ruangan) untuk
UNBK. Pembelajaran yang sering dilakukakan yaitu ceramah aktif. Dalam
menentukan metode pembelajaran dalam kelas guru Q biasanya
mempertimbangkan faktor karakter siswa.
8. Guru R
Guru R adalah guru laki-laki berstatus swasta yang merupakan lulusan dari
salah satu universitas negeri di Kupang tahun 1986 dengan pengalaman
mengajar selama 32 tahun. Guru R pernah mengikuti pelatihan Tutor PGSD
dari UT, mengikuti pelatihan Center MIPA bersama guru-guru di
Kabupaten Flores Timur dan Pelatihan Center MIPA bersama guru-guru
Provinsi NTT di Kupang. Pembelajaran yang sering dilakukan yaitu diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dan membagi siswa dalam bentuk kelompok untuk mencari bahan pelajaran
di perpustakaan lalu dibuat dalam bentuk laporan. Dalam menentukan
metode pembelajaran dalam kelas guru R biasanya mempertimbangkan
faktor materi pembelajaran.
C. Data penelitian
Proses pengumpulan data yang telah dilakukan yaitu dengan mewawancarai
masing-masing guru. Rekaman hasil wawancara kemudian ditranskrip.
Adapun hasil transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran.
D. Analisis data dan pembahasan
Data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara akan dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan guru di
Flores mengenai peran dan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran Fisika
SMA/MA di kelas, peneliti membagi data dalam tiga kategori yaitu (1)
Pengetahuan guru mengenai peran teknologi dan pemanfaatannya dalam
pembelajaran Fisika, (2) Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan
teknologi dalam pembelajaran Fisika, (3) Penerapan proses belajar mengajar
melalui integrasi teknologi dalam pembelajaran Fisika. Dari ketiga kategori
umum ini peneliti selanjutnya mengategorikannya lagi dalam beberapa konsep
kecil yang lebih spesifik.
1. Pengetahuan guru mengenai peran teknologi dan pemanfaatannya
dalam pembelajaran Fisika.
Seorang pengajar, dimana pun dia mengajar; bertugas menyajikan ilmu
yang dia miliki kepada peserta didiknya. Agar dapat menularkan ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tersebut ia memerlukan pengalaman, pengetahuan tentang siapa peserta
didik, serta bagaimana menyampaikan ilmu tersebut dengan baik. Ia perlu
mengalami kompetensi ‘kedua’ yang memberi bekal kepadanya untuk
memoles terutama cara menyajikan topik menjadi lebih menarik, teratur,
dan terpadu dengan kompetensi yang terkandung didalam materi
(Prawiradilaga, 2007:3).
Dari hasil wawancara tentang pengetahuan guru mengenai peran dan
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran Fisika dijumpai bahwa
masing-masing guru memiliki pengetahuan yang berbeda-beda.
Pengetahuan yang berbeda-beda disini maksudnya yakni ada guru yang
mengetahui peran teknologi sebagai media belajar, ada guru yang
mengetahui peran teknologi sebagai sumber belajar, dan ada pula guru
yang mengetahui peran teknologi sebagai media belajar sekaligus sumber
belajar.
a. Peran teknologi sebagai media belajar
Guru yang mengetahui peran teknologi sebagai media belajar yaitu
guru L, guru O, guru P, dan guru R. Keempat guru tersebut dikatakan
mengetahui peran teknologi sebagai media belajar karena dalam
menjelaskan peran teknologi yang dimilikinya keempat guru tersebut
yakni guru L, guru O, guru P, dan guru R lebih menekankan pada
bagaimana media teknologi seperti LCD Proyektor dapat digunakan
untuk menampilkan PPT, animasi, video, dan simulasi yang membantu
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Berikut ini pernyataan guru L, guru O, guru P, dan guru R yang
menunjukan peran teknologi yang dimilikinya yaitu sebagai media
belajar.
“Perannya penting sekali terutama dalam penyajian materi. Media-
media yang penting misalnya LCD Proyektor untuk menayangkan
video-video dan aplikasi-aplikasi lain yang membantu untuk
mempermudah anak-anak memahami materi”. (Guru L)
Dari pernyataan guru L dapat dilihat peran teknologi yang
dimaksudkan ialah sebagai media yang digunakan untuk menyajikan
materi pelajaran agar menjadi lebih menarik dan lebih mudah dipahami
oleh siswa. Guru L juga mengatakan bahwa dengan teknologi dalam hal
ini sebagai media belajar dapat membuat siswa melihat secara langsung
proses kerja suatu sistem yang akan sulit dipahami jika dijelaskan hanya
dengan kata-kata. Adapun media belajar yang dimaksudkan oleh guru
L yaitu LCD proyektor yang dapat digunakan untuk menampilkan
video dan aplikasi-aplikasi lainnya. Meski memiliki pengetahuan
mengenai peran teknologi sebagai media belajar, guru L tidak pernah
menerapkan teknologi sebagai media belajar seperti yang diketahuinya
dalam pembelajaran di kelas.
“Menurut saya teknologi itu punya peranan penting dalam
pembelajaran Fisika. Dulu, waktu saya mengajar di SMP saya
pernah ikut pelatihan tentang animasi-animasi tentang materi-materi
Fisika. Memang kalau kita lihat, kalau tidak ada alat-alat untuk
demostrasi atau praktek, kita bisa pakai animasi-animasi untuk
simulasi.” (Guru O)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Peran teknologi yang diketahui oleh guru O jika dilihat dari pernyataan
diatas yaitu sebagai media belajar yang dapat digunakan sebagai
alternatif yang sangat baik apabila peralatan untuk melakukan
demonstrasi atau praktikum tidak dapat disediakan. Menurut guru O
jika pada materi tertentu yang harusnya dipraktikan tetapi peralatan
praktik tidak ada maka guru dapat menggunakan animasi-animasi dan
simulasi yang ditampilkan menggunakan LCD proyektor untuk
menjelaskan materi tersebut. Guru O juga megatakan bahwa
keuntungan menggunakan teknologi sebagai media yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa karena materi yang dipelajari
menjadi lebih menarik. Pengetahuan yang dimiliki oleh guru O belum
dikatakan lengkap karena dalam pembelajaran di kelas guru O tidak
pernah menerapkan teknologi sebagai media belajar seperti yang
diketahuinya.
“Kalau pake PPT mereka pasti lebih fokus kedepan, jadi ketika kita
menyampaikan sesuatu, mereka melihat itu dibandingkan mereka
lihat buku sambil dengar ceramah dari guru.”
“Kalau kemarin, saya di optik itu, karena itu banyak penjelasannya.
Jadi saya ambil, ada yang saya kasih 2 kali pakai PPT. Kalau
materinya banyak dalam satu bab itu, mau tidak mau saya pakai
PPT.”(Guru P)
Peran teknologi yang diketahui oleh guru P dari pernyataan diatas yaitu
sebagai media yang dapat digunakan untuk menampilkan materi dalam
bentuk PPT. Guru P menggunakan PPT untuk menjelaskan materi
Fisika karena dengan PPT siswa akan lebih fokus dalam
memperhatikan materi yang ditampilkan dan penjelasan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dibandingkan jika harus melihat buku sambil mendengar ceramah.
Tidak hanya memiliki pengetahuan saja, dalam proses pembelajaran di
kelas guru P juga menerapkan peran teknologi yang diketahuinya yakni
menggunakan PPT untuk menjelaskan materi optik.
“Yang saya tahu itu teknologi itu hanya merangsang peserta didik
untuk bisa menangkap materi dan bisa berimajinasi sendiri.” (Guru
R)
Dari pernyatan guru R dapat dilihat bahwa pengetahuan yang dimiliki
oleh guru R yaitu peran teknologi sebagai media belajar dimana
penggunaan media teknologi ini dapat merangsang siswa untuk bisa
menangkap materi pelajaran dan meningkatkan daya imajinasi siswa.
Guru R juga mengatakan bahwa kelebihan dari pembelajaran yang
memanfaatkan media teknologi yaitu dapat membuat siswa
menemukan hal-hal baru yang tidak ada dalam buku pelajaran dan
dapat membuat siswa lebih berantusias dalam mengikuti pelajaran
sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. Pengetahuan guru R
mengenai peran teknologi sebagai media belajar belum pernah di
terapkan dalam pembelajaran dikelas.
b. Peran teknologi sebagai sumber belajar
Peran teknologi sebagai sumber belajar diketahui oleh guru M.
Menurut guru M, teknologi sebagai sumber belajar karena materi yang
disediakan dalam internet lebih lengkap sehingga ketika penjabaran
materi yang ada dalam buku masih kurang lengkap guru akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menggunakan internet untuk melengkapinya. Teknologi yang
dimaksudkan oleh guru M yaitu internet.
Berikut ini pernyataan guru M mengenai peran teknologi sebagai
sumber belajar.
“Menurut saya, terkadang di buku itu materinya kurang lengkap
maksudnya begini penjabaran materinya ada yang secara umum ada
yang secara khusus. Nah untuk melengkapi ini biasanya saya cari di
internet.” (Guru M)
Meskipun memiliki pengetahuan tentang peran teknologi sebagai
sumber belajar akan tetapi dalam proses pembelajaran di kelas guru M
tidak pernah menerapkan pengetahuan yang dimilikinya tersebut.
c. Peran teknologi sebagai media sekaligus sumber belajar
Guru yang mengatakan bahwa peran teknologi dapat sebagai media
sekaligus sumber belajar ialah guru K, guru N, dan guru Q. Ketiga guru
tersebut dikatakan mengetahui peran teknologi sebagai media sekaligus
sumber belajar karena dalam menjelaskan peran teknologi, keempat
guru tersebut yakni guru K, guru N, dan guru Q lebih menekankan pada
penggunaan media seperti LCD proyektor untuk menampilkan video,
animasi, dan simulasi juga penggunaan internet sebagai sumber
referensi materi.
Berikut pernyataan guru K, guru N, dan guru Q mengenai peran
teknologi sebagai media sekaligus sumber belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
“Saya sering menggunakan PPT. Terkadang siswa yang
mempresentasikan materi dengan PPT. Siswa kebanyakan sudah
mahir menggunakan PPT karena beberapa siswa sudah memiliki
laptop. Isi PPT yaitu berupa ringkasan materi dan animasi-animasi
bergambar yang menarik. Saya pernah bawakan materi tentang bel
listrik. Dengan itu siswa tahu proses dan sistem kerjanya. Itu saya
pernah saya gunakan itu dengan menggunakan laptop dan
powerpoint kemudian ditampilkan. Kalau kita hanya jelaskan secara
lisan mungkin siswa susah membayangkannya.”
“Kenapa teknologi berperan penting karena dulu kami waktu masih
kuliah, mau butuh ini itu harus ke perpustakaan daerah untuk
mencari dan itu pun belum tentu ada. Tetapi sekarang dengan
mengklik salah satu judul saja semua pasti muncul dan semuanya
ada. Hal ini mempermudah siswa untuk lebih tahu dan bahkan guru
juga harus mengikuti perkembangan itu.”(Guru K)
Dari pernyataan guru K dapat dilihat bahwa pengetahuan guru K
mengenai peran teknologi sebagai media belajar ditunjukan dengan
cara menggunakan PPT yang berisi animasi-animasi yang menarik
sebagai media bantu dalam menjelaskan materi pembelajaran dan
bahkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
presentasi materi menggunakan PPT. Adapun isi dari PPT biasanya
merupakan ringkasan materi mengenai suatu topik, dengan memberi
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan PPT dan
mempresentasikan materi sendiri maka siwa akan semakin mahir
menggunakan teknologi, siswa akan menjadi lebih bijak dalam memilih
dan memilah materi apa saja yang perlu untuk dipelajari dan
kemampuan verbal siswa dalam menjelaskan sesuatu akan menjadi
lebih baik. Tidak hanya untuk presentasi, dengan bantuan
LCD/proyektor guru K juga menjelaskan materi mengenai listrik
menggunakan video simulasi yang ditampilkan dihadapan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Menurut guru K materi mengenai listrik baik cara kerja bel listrik
maupun induksi magnet yang menghasilkan listrik keduanya
merupakan materi yang tergolong abstrak sehingga tidak cukup jika
hanya dijelaskan dengan ceramah saja. Dengan ceramah saja siswa
akan kesusahan untuk membayangkan maksud yang mau disampaikan
guru, susah untuk membayangkan prosesnya, susah untuk mengetahui
bagaimana keterkaitan antar beberapa komponen dalam suatu sistem
kerja tetapi dengan video simulasi siswa akan menjadi lebih mudah
memahami semuanya baik maksud yang mau disampaikan guru,
memahami prosesnya, serta mengetahui komponen-komponen apa saja
yang berperan dalam sistem kerja tersebut karena mereka melihat
sendiri proses dan sistem kerjanya melalui tayangan video.
Selain sebagai media belajar guru K juga mengetahui peran teknologi
sebagai sumber belajar. Guru K mengatakan bahwa dengan teknologi
dalam hal ini internet siswa menjadi lebih luas pengetahuannya, lebih
mandiri dalam mengolah pengetahuannya sendiri.
“Kita memberikan masalah kepada mereka dan meminta mereka
untuk mencari informasi berkaitan dengan masalah tersebut,
sebelum memulai pembelajaran atau satu minggu sebelum
pembelajaran, biasanya saya meminta mereka untuk mencari tahu di
internet.”
“Saya menggunakan power point biasanya untuk topik besaran dan
satuan, tentang fluida.” (Guru N)
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa guru N memandang
teknologi sebagai sumber belajar yang memperluas wawasan siswa
sehingga cenderung memberi wewenang kepada siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mengakses materi pelajarannya sendiri lalu kemudian dibahas bersama
sebagai bentuk pertanggung jawaban. Guru N juga mengatakan bahwa
kelebihan dari pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran Fisika yaitu
siswa bisa belajar lebih mandiri untuk mencari tahu hal-hal yang baru
yang dapat menambah pengetahuan mereka mengenai materi pelajaran
Fisika dan tidak selalu mengandalkan guru. Sadar akan kelebihan ini,
guru N dalam pembelajaran Fisika menggunakan metode identifikasi
masalah, dimana sebelum berpindah ke topik pembahasan berikutnya
beliau menugaskan siswa untuk memecahkan persoalan Fisika dengan
mencari sendiri dan belajar sendiri dari internet. Tidak hanya sebatas
sumber belajar, guru N juga menggunakan teknologi seperti LCD
proyektor untuk menampilkan PPT mengenai materi besaran dan satuan
serta materi mengenai fluida. Dengan menggunakan PPT untuk
menjelaskan materi pelajaran maka dapat dikatakan bahwa guru N juga
mengetahui peran teknologi sebagai media belajar.
“Saya menggunakan smartphone saat pembelajaran Fisika. Yang
berikutnya, anak-anak sekarang kalau disuruh untuk membuka buku
dan baca itu pasti sangat susah. Tetapi coba disuruh untuk
mengambil misalnya smartphone dan menyuruh mereka membaca
pasti mereka sangat tertarik.” (Guru Q)
Dari pernyataan guru Q diketahui bahwa guru memanfaatkan media
seperti smartphone dalam pembelajaran dengan sumber belajarnya
yaitu internet. Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk
menggunakan smartphone dalam kelas untuk mengakses materi
pelajaran dari internet. Menurut guru Q siswa sekarang terbiasa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
akrab dengan teknologi informasi seperti smartphone sehingga jika
disuruh menggunakan smartphone tersebut dalam mencari dan
membaca materi pelajaran siswa akan lebih antusias dan lebih tertarik.
Selain menggunakan smartphone guru Q juga mengetahui tentang
penggunaan simulasi komputer dalam pembelajaran akan tetapi
pengetahuan mengenai simulasi ini tidak pernah diterapkannya dalam
pembelajaran.
Pengetahuan guru mengenai peran dan pemanfaatan teknologi
dalam pembelajaran tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar
maupun instansi tempat guru mengajar melainkan dipengaruhi oleh
kepekaan guru terhadap maraknya perkembangan teknologi modern
dikalangan siswa jaman sekarang serta niat dan kemauan guru untuk
berani mengikuti perkembangan tersebut. Keberanian mengikuti
perkembangan teknologi inilah yang juga dimiliki oleh kedelapan guru
di Flores yakni guru K, guru L, guru M, guru N, guru O, guru P, guru
Q, dan guru R yang masing masing ditunjukan dengan adanya
pengetahuan mengenai peran teknologi dan pemanfaatannya meskipun
dalam pembelajaran pengetahuan tersebut masih jarang diterapkan.
Berdasarkan analisis hasil wawancara disimpulkan bahwa rata-rata
guru di Flores mengetahui peran dan pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran dikelas yaitu sebagai media belajar, sebagai sumber
belajar, dan sebagai media sekaligus sumber belajar. Namun dari
kedelapan guru yang diwawancarai tersebut ditemukan bahwa ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
empat guru yakni guru K, guru N, guru P, dan guru Q yang menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya mengenai peran teknologi dalam
pembelajaran. Maka dari itu dapat dikatakan juga bahwa baru sebagian
guru di Flores telah menerapkan pengetahuan mengenai peran dan
pemanfaatan teknologi yang dimilikinya secara menyeluruh dalam
pembelajaran.
2. Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dalam
pembelajaran Fisika.
Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar
proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang
dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Metode sebagai strategi belajar
biasa dikaitkan dengan media, dan waktu yang tersedia untuk belajar
(Prawiradilaga, 2007: 18). Adapun dasar yang harus dimiliki guru sebelum
merancang suatu metode pembelajaran yaitu pengetahuan mengenai metode
yang ingin dirancang tersebut dalam hal ini yakni metode pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi.
Ketika proses wawancara mengenai rancangan pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran Fisika berlangsung, peneliti
tidak sempat meminta rancangan pembelajaran yang lengkap berupa RPP
kepada guru melainkan rancangan pembelajaran sederhana berupa deskripsian
yang dideskripsikan saja oleh guru. Dari hasil wawancara ditemui bahwa
masing-masing guru ada yang memiliki rancangan pembelajaran berbeda dan
ada pula yang hampir sama. Guru yang memiliki rancangan pembelajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
berbeda ialah guru R dimana dalam rancangan pembelajarannya guru R lebih
menekankan pada pemanfaatan teknologi sebagai sumber belajar bagi siswa.
Berikut ini merupakan pernyataan guru R mengenai rancangan pembelajaran
yang memanfaatan teknologi sebagai sumber belajar.
“Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran anak mencari sendiri.
Misalnya, saya meminta mereka untuk belajar tentang topik tekanan,
silahkan mereka cari sendiri di internet mengenai apa itu tekanan baik
definisi maupun rumusan matematisnya serta sebutkan juga contoh
penerapannya dalam kegiatan sehari-hari. Hasil akhirnya akan
dipresentasikan. Disini guru fungsinya hanya membimbing.” (Guru R)
Guru R mengatakan bahwa rancangan pembelajaran menurutnya yaitu
pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana ketika masuk ke kelas guru
hanya akan menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian siswa sendiri yang
akan mencari materi pembelajarannya melalui internet baik mengenai definisi,
rumusan matematis, contoh nyata konsep yang dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari. Setelah siswa menemukan dan mempelajari sendiri materi
pelajarannya guru akan meminta siswa untuk mempresentasikan hasilnya
didepan kelas lalu kemudian dibahas bersama. Pada pembelajaran yang
berpusat pada siswa ini siswa mengambil tanggung jawab yang lebih untuk
memantau kemajuan belajar mereka sendiri sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator. Dengan rancangan berupa pembelajaran yang berpusat pada siswa
menunjukan bahwa guru R memahami sekaligus mengetahui kedudukan
metode dalam pembelajaran yaitu sebagai strategi pembelajaran dengan tujuan
agar siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Dari pernyataan guru R
dapat dikatakan bahwa teknologi yang dimaksudkan oleh guru R ialah internet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Internet dapat dikatakan sebagai sumber belajar karena bahan-bahan dari
internet sering lengkap dan lebih menarik dengan dilengkapi dengan animasi
menarik sehingga dengan mengakses internet siswa dapat mencari sendiri dan
mempelajari sendiri topik pelajaran yang sudah diberikan oleh guru. Hal ini
sedikit tidak bersesuaian dengan pengetahuan yang dimiliki oleh guru R yakni
lebih menekankan pada pemanfaatan teknologi sebagai media dalam
pembelajaran. Rancangan pembelajaran yang memanfaatkan internet dari guru
R dapat dikatakan rancangan yang baik karena secara teori (Suparno,
2013:121) pembelajaran memanfaatkan internet membuat semakin aktif untuk
mencari materi. Selain itu siswa dapat belajar dimana pun dan kapan pun tanpa
terbatas waktu dan tempat sehingga siswa akan lebih mudah menguasai bahan.
Sedangkan guru K, guru L, guru M, guru N, guru O, guru P, dan guru Q
memiliki rancangan pembelajaran yang hampir sama. Dikatakan hampir sama
karena hampir semua rancangan pembelajaran yang dirancang oleh guru-guru
tersebut menekankan pada pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran
yang dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Berikut ini
ialah pernyataan guru K, guru L, guru M, guru N, guru O, guru P, dan guru Q
mengenai rancangan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi:
“Kalau pake teknologi kan dari jam pertama, kedua, dan ketiga tidak
semuanya pake itu. Awalnya kita jelaskan materinya ini terus untuk
contohnya kita tampilkan pake LCD dan laptop setelah selesai dibahas kita
lanjutkan dengan materi lagi. Yang penting pada saat-saat mana materinya
harus dijelaskan pake LCD agar siswa bisa melihat ya harus pake itu.”(Guru
K)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Untuk membuat rancangan pembelajaran yang memanfaatan teknologi
menurut guru K yaitu disesuaikan dengan materi pelajaran dalam arti tidak
semua materi Fisika cocok untuk di jelaskan dengan bantuan media teknologi.
Guru K juga mengatakan bahwa tidak semua sesi dalam pembelajaran harus
menggunakan teknologi. Disini guru harus lebih jeli melihat materi-materi apa
saja dan bagian mana saja dalam pembelajaran yang cocok untuk diajarkan
menggunakan teknologi. Menurut guru K rancangan pembelajaran yang
memanfaatan teknologi yakni diawali dengan penjelasan materi oleh guru lalu
kemudian contoh pengaplikasian materi tersebut ditampilkan dengan
menggunakan LCD yang dihubungkan dengan laptop kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan materi lagi. Guru K berpendapat bahwa dengan
menampilkan contoh materi menggunakan media terknologi seperti LCD
untuk menampilkan video siswa dapat melihat langsung dan mudah untuk
memahami. Merancang suatu rancangan pembelajaran yang bertujuan agar
siswa dapat melihat lansung dan mudah memahami materi menunjukan bahwa
guru K memahami kedudukan metode sebagai strategi belajar. Rancangan
pembelajaran menurut guru K dapat dikatakan baik karena dalam membuat
rancangan guru memperhatikan materi pelajaran dan menggunakan video
untuk menunjang pemahaman siswa. Dimana secara teori (Suparno, 2013: 123)
dikatakan bahwa melalui video kejadian fisis dapat diulang atau diputar
berkali-kali sehingga siswa bisa terus mengulangi sampai mengerti konsepnya.
Bila kejadian itu belum ditangkap, diputar ulang momen yang belum jelas
sehingga siswa semakin mengerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
“Teknologi kan sarana untuk mempermudah pemahaman siswa jadi yang
pasti awalnya saya akan sajikan topik yang mau dipelajari atau buat peta
konsepnya baru setelah itu kita menampilkan contoh-contohnya lewat
media teknologi contohnya baik berupa video maupun gambar lalu
terakhirnya kita mengambil kesimpulan dan kalau ada konsep matematisnya
maka tinggal kita jelaskan lalu dikasih latihan soal.”(Guru L)
Rancangan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi menurut guru L yaitu
awalnya guru menyajikan topik yang mau dipelajari atau membuat kerangka
pembelajaran dalam bentuk peta konsep lalu setelah itu media teknologi berupa
LCD digunakan untuk menampilkan contoh materi yang dipelajari baik dalam
bentuk video maupun gambar yang menarik agar siswa dengan mudah
memahami materi pelajaran yang disajikan guru. Sebagai kegiatan penutup
guru akan menjelaskan penjabaran rumus jika ada konsep matematisnya lalu
dilanjutkan dengan memberi beberapa latihan soal dan setelah itu guru beserta
siswa akan mengambil kesimpulan bersama-sama mengenai topik yang
dipelajari. Rancangan pembelajaran menurut guru L dapat dikatakan baik
karena sama seperti guru K, guru L juga menggunakan video atau animasi-
animasi yang menarik yang dapat meningkatkan pemahaman siswa karena
siswa dapat melihat secara lansung proses fisis yang terjadi melalui video atau
animasi yang ditampilkan oleh guru. Dalam rancangan tersebut yang dominan
berperan ialah guru sedangkan siswa aktif mengkonstruksi pemahamannya
sendiri. Rancangan pembelajaran yang bertujuan meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang dirancang oleh guru L menunjukan
bahwa guru L memahami kedudukan metode dalam pembelajaran yaitu
sebagai strategi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
“Kalau menggunakan powert point mungkin proses pembelajaran akan
lebih mudah dan lebih bagus karena semua materi sudah dicantumkan di
powert point itu tinggal kita menjelaskannya saja.”(Guru M)
Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dalam
pembelajaran menurut guru M yaitu menggunakan teknologi berupa LCD
untuk menampilkan PPT dalam menjelaskan ringkasan materi beserta contoh.
Penjelasan guru tinggal menyesuaikan dengan yang sudah termuat dalam slide
PPT. Rancangan ini sedikit berbeda dengan pengetahuan yang dimilikinya
yakni peran teknologi sebagai sumber belajar. Rancangan pembelajaran
menurut guru M dapat dikatakan baik karena dengan menggunakan PPT dan
gambar yang menarik siswa akan lebih termotivasi dan tidak cepat jenuh dalam
mengikuti pelajaran. Merancang rancangan pembelajaran menggunakan PPT
agar siswa termotivasi dan tidak jenuh menunjukan bahwa guru M memahami
kedudukan metode pembelajaran yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik.
“Awalnya saya akan membagi mereka dalam beberapa kelompok. Biasanya
untuk pembagian kelompok kita sesuaikan dengan situasi kelas. Terus kita
juga harus memperhatikan seberapa banyak siswa yang aktif kemudian kita
akan lebur mereka dengan siswa-siswa yang kurang mampu atau masih
butuh pendampingan. Biasanya hanya meleburkan siswa-siswa yang
mampu dengan siswa yang kurang mampu. Setelah itu saya akan
menampilkan sebuah simulasi mengenai suatu topik tentang fluida misalnya
lalu kemudian saya akan meminta mereka untuk berdiskusi dalam kelompok
terkait simulasi yang ditampilkan.”(Guru N)
Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dalam
pembelajaran menurut guru N yaitu menggunakan teknik belajar berkelompok
dimana sebelum pembelajaran berlangsung guru akan membagi siswa terlebih
dahulu dalam beberapa kelompok. Dalam pembagian kelompok guru akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
memperhatikan kemampuan dan keaktifan siswa, siswa yang aktif dan
dianggap mampu akan dikelompokan dengan siswa yang kurang aktif dan
dianggap kurang mampu. Hal ini bertujuan agar siswa akan saling membantu
satu sama lain. Setelah membagi siswa dalam bentuk kelompok, guru akan
mulai menampilkan sebuah simulasi tentang topik tertentu melalui media
teknologi berupa LCD lalu meminta siswa untuk berdiskusi dalam
kelompoknya masing-masing untuk memecahkan beberapa persoalan terkait
konsep Fisika yang ditampilkan melalui simulasi. Rancangan pembelajaran
guru N dapat dikatakan merupakan rancangan yang baik karena dalam
rancangan tersebut guru N lebih terfokus pada melibat aktifkan siswa baik
untuk berdiskusi dalam kelompok maupun dalam hal berpikir untuk
memecahkan masalah. Dengan rancangan seperti ini siswa dapat lebih berpikir
kritis. Merancang rancangan pembelajaran dengan teknik belajar kelompok
dan simulasi komputer agar siswa memahami materi pelajaran menunjukan
bahwa guru N memahami kedudukan matode yaitu sebagai strategi
pembelajaran.
“Kalau untuk kegiatan pembuka pada dasarnya sama seperti yang sudah
saya jelaskan tadi di awal seperti doa, beri salam, dan absensi. Nah kalau
untuk kegiatan intinya, persiapan sebelumnya itu kita harus siapkan power
pointnya dulu, supaya pada saat pembelajaran kita langsung buka slide demi
slide saja. Kemudian rancangannya, kita bentuk mereka dalam kelompok,
dimana satu kelompoknya bisa 4 sampai 5 orang. Kemudian setelah itu kita
arahkan mereka untuk melihat dan dengar apa yang kita sampaikan lewat
power point. Setelah kita tampilkan power point tadi secara garis besar,
mereka amati, kita suruh mereka berdiskusi kelompok tentang apa yang kita
tampilkan tadi dan apa yang mereka amati di depan. Kemudian setelah itu,
kita diskusi kelompok dan setelah selesai mungkin mereka butuh satu
kelompok sebagai perwakilan dari setiap kelompok yang ada untuk
menjelaskan di depan kelas tentang hasil yang diperoleh dan kelompok lain
diminta untuk menanggapi. Setelah selesai menanggapi saya rasa itu sudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Kemudian kita guru membuat rangkuman dari apa yang sudah mereka
kerjakan. Rangkum dari awal sampai akhir. Kalau ada soal yang dikerjakan,
itu juga dibahas bersama. Setelah itu, mempersilakan mereka untuk
bertanya kalau ada yang ingin bertanya atau mungkin ada yang masih belum
paham dengan apa yang sudah dijelaskan tadi. Setelah selesai, saya rasa itu
sudah. Dan akhirnya kita rangkum kembali materi dari awal sampai akhir
pembelajaran tadi. Dan kemudian, kita kasih tugas untuk mereka kerjakan
di rumah untuk dikerjakan.”(Guru O)
Rancangan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran
yang dikemukakan oleh guru O yaitu menggunakan metode ceramah dan
diskusi yang diawali dengan doa, beri salam, absensi, dan karena menggunakan
PPT maka guru juga perlu mempersiapkan LCD proyektornya terlebih dahulu
supaya saat penjelasan guru langsung membuka slide demi slide saja. Untuk
kegiatan inti guru O membentuk siswa dalam beberapa kelompok dimana
anggota dari setiap kelompok sekitar 4-5 orang siswa. Setelah itu guru akan
mengarahkan siswa untuk mendengarkan penjelasan guru sambil melihat apa
yang ditampilkan guru dalam PPT. Ketika siswa telah mengamati dan
memahami isi PPT secara garis besar maka guru kemudian akan meminta siswa
untuk berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing terkait hal ditampilkan
dalam PPT. Tahap akhir dari diskusi kelompok yaitu salah satu anggota
perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya dan kelompok lain bertugas untuk mendengarkan dan
menanggapi penjelasan dari perwakilan kelompok tersebut. Setelah proses
diskusi dan tanya jawab telah berakhir maka guru akan merangkum semua hal
yang sudah dibahas bersama oleh siswa dari awal sampai akhir lalu kemudian
guru memberi contoh soal dan membahasnya bersama-sama dengan siswa. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
siswa telah memahami pengerjaan soal maka guru akan melanjutkan dengan
mempersilahkan siswa untuk memberi pertanyaan kepada guru apabila ada
siswa yang ingin bertanya atau apabila ada hal yang belum dipahami dengan
baik oleh siswa. Sebagai kegiatan penutupnya guru akan merangkum kembali
semua hal yang sudah dijelaskan dari awal sampai akhir lalu kemudian
memberikan tugas berupa latihan soal kepada siswa untuk dikerjakan di rumah.
Rancangan pembelajaran guru O dapat dikatakan baik karena dalam rancangan
tersebut siswa ikut terlibat aktif dalam pembelajaran yaitu pada saat diskusi
kelompok dan mengerjakan latihan soal. Rancangan seperti yang di rancang
oleh guru O dapat meningkatan pemahaman siswa dan melatih kemampuan
bernalar siswa sehingga dapat dikatakan bahwa dalam merancang proses
pembelajaran guru O memahami kedudukan metode sebagai strategi
pembelajaran.
“Kalau saya itu, pertama sekali yang saya lakukan itu yang pasti menyapa
siswa. Kemudian setelah menyapa siswa, berdoa, itu sudah pasti. Kemudian
sebelum saya masuk ke materi pengajaran saya, saya memberi pengantar
atau semacam ilustrasi yang membawa siswa ke materi yang akan mereka
pelajari. Lalu pada bagian inti saya akan menampilkan materi beserta
contohnya menggunakan PPT, setelah menjelaskan saya akan memberikan
latihan soal dan memberikan kesimpulan akhir.”(Guru P)
Rancangan pembelajaran yang memanfaatan teknologi menurut guru P yaitu
dengan metode ceramah aktif dimana kegiatan awalnya mencakup menyapa
siswa, berdoa, dan kemudian dilanjutkan dengan memberi ilustrasi sebagai
pengantar yang dapat menuntun siswa ke materi yang akan dipelajari. Untuk
kegiatan inti, guru akan memanfaatkan LCD untuk menampilkan PPT yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
berisi materi beserta contohnya dalam hal ini materi yang ditampilkan dalam
PPT dijelaskan guru slide demi slide. Setelah menjelaskan materi sebagai
kegiatan penutup guru akan memberikan latihan soal untuk meriview kembali
pemahaman siswa lalu membuat kesimpulan mengenai materi yang sudah
dipelajari secara keseluruhan. Rancangan pembelajaran menurut guru P
tersebut dapat dikatakan baik karena dalam rancangan tersebut guru
menggunakan PPT untuk membangkitkan minat belajar siswa. Penggunakaan
PPT untuk membangkitkan minat belajar siswa menunjukan bahwa dalam
merancang rancangan pembelajaran, guru P memahami kedudukan metode
yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik.
“Ketika belajar Fisika kita belajar dua hal di dalamnya. Kita belajar
memaknai hal-hal fisis. Hal fisis ini muncul dari angka. Ada fisisnya Fisika
dan ada matematika. Tapi jikalau fasilitasnya lengkap maka saya akan
memanfaatkan simulasi komputer untuk membantu memahami hal-hal
fisisnya, siswa dapat melihat langsung prosesnya dan untuk hal-hal
matematisnya akan saya jelaskan dengan direct teaching tadi.”(Guru Q)
Menurut guru Q ketika belajar Fisika ada dua hal yang dipelajari yaitu hal Fisis
dan hal matematis. Dalam Fisika siswa akan belajar memaknai hal-hal fisis dan
hal fisis ini muncul dari perhitungan matematis. Oleh karena itu, rancangan
pembelajaran yang memanfaatan teknologi yang diinginkan oleh guru Q yaitu
menggunakan simulasi komputer untuk membantu siswa dalam memahami
hal-hal fisis agar siswa dapat melihat langsung proses fisis tersebut sedangkan
untuk memahami hal-hal matematis seperti penjabaran rumus akan dijelaskan
oleh guru Q dengan direct teaching. Rancangan pembelajaran menurut guru Q
dapat dikatakan baik karena secara teori (Suparno, 2013: 117-118;120)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dikatakan bahwa dengan simulasi siswa dapat memanipulasi data,
mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan. Proses
belajar seperti itu tampak jelas bahwa simulasi komputer merupakan
pembelajaran yang kontruktivis karena siswa berproses sendiri membangun
pengetahuan mereka. Penggunaan simulasi komputer juga sangat
menguntungkan karena siswa dapat melakukannya sendiri berkali-kali tanpa
harus ditunggui guru seperti pelajaran dalam kelas. Oleh karena siswa dapat
mengulanginya sendiri di luar kelas, maka mereka akan lebih cepat belajar dan
menguasai bahan. Dengan demikian, mereka lebih cepat mengerti konsep yang
sedang dipelajarinya secara tepat. Keuntungan lainnya yaitu simulasi komputer
dapat menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat membandingkan
pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang mereka lakukan dan
mereka lihat. Dengan merancang pembelajaran yang menggunakan simulasi
komputer untuk meningkatkan pemahaman siswa menunjukan bahwa guru Q
memahami kedudukan metode yaitu sebagai strategi pembelajaran.
Dari pernyataan pernyataan diatas dapat dilihat adanya perbedaan
rancangan pembelajaran meskipun ketujuhnya sama-sama menekankan pada
pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran. Adapun perbedaannya
yaitu media yang dimaksud oleh guru K, guru L, guru N, dan guru Q lebih
difungsikan untuk menampilkan video, animasi, dan simulasi komputer
sedangkan media yang dimaksud oleh guru M, guru O, dan guru P lebih
difungsikan untuk menampilkan materi beserta contoh dalam bentuk presentasi
Powerpoint.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Jika ditinjau dari keaktifan siswa dan peningkatan pemahaman siswa
terhadap materi yang dipelajari maka semua rancangan pembelajaran yang di
rancang oleh kedelapan guru dapat dikatakan baik karena dalam merancang
rancangan pembelajaran guru memahami dan memperhatikan kedudukan
metode dalam pembelajaran yaitu sebagai strategi pembelajaran dan sebagai
alat motivasi ekstrinsik. Dalam merancang rancangan pembelajaran guru yang
memahami dan memperhatikan kedudukan metode sebagai strategi
pembelajaran ialah guru K, guru L, guru N, guru Q, dan guru R. Sedangkan
guru yang memahami dan memperhatikan kedudukan metode sebagai alat
motivasi ekstrinsik ialah guru M, guru O, dan guru P.
Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi yang dirancang
oleh guru sebenarnya tidak terlepas dari pengetahuan guru mengenai peran
teknologi itu sendiri. Dengan memiliki pengetahuan mengenai peran teknologi
dalam pembelajaran Fisika maka dalam membuat rancangan pembelajaran
guru akan berusaha memaksimalkan penggunaan peralatan teknologi yang
tentu saja bersesuaian dengan topik Fisika yang dipelajari. Dari delapan
rancangan pembelajaran yang di rancang, hanya satu rancangan pembelajaran
saja yang menekankan pada penggunaan teknologi sebagai sumber belajar
yakni rancangan yang di rancang oleh guru R sedangkan tujuh rancangan
lainnya yang dirancang oleh guru K, guru L, guru M, guru N, guru O, guru P,
dan guru Q lebih menekankan pada penggunaan teknologi sebagai media
belajar. Selain itu, dari kedelapan rancangan pembelajaran yang menekankan
pada teknologi sebagai sumber belajar dan media belajar ada yang bersesuaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dengan pengetahuan tentang peran teknologi yang dimilikinya dan ada pula
yang berlawanan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Rancangan
pembelajaran yang dirancang oleh guru K, guru L, guru N, guru O, guru P, dan
guru Q dapat dikatakan bersesuaian dengan pengetahuan yang dimilikinya
mengenai peran teknologi dalam pembelajaran dimana peran teknologi yang
diketahui oleh guru K, guru L, guru N, guru O, guru P, dan guru Q menekankan
pada aspek teknologi sebagai media belajar dan sebagai media sekaligus
sumber belajar. Sedangkan rancangan pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi yang dirancang oleh guru M dan guru R berlawanan dengan
pengetahuan peran teknologi yang dimilikinya dimana peran teknologi yang
diketahui oleh guru M yaitu sebagai sumber belajar tetapi dalam rancangan
pembelajarannya guru M lebih menekankan pada penggunaan teknologi
sebagai media belajar begitu pun sebaliknya pada guru R. Pengetahuan yang
dimiliki guru R lebih menekankan pada teknologi sebagai media belajar tetapi
dalam rancangan pembelajarannya guru R lebih menekankan pada teknologi
sebagai sumber belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rancangan
pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran Fisika
yang dirancang oleh guru di Flores rata-rata lebih menekankan pada teknologi
sebagai media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami
materi pelajaran. Rata-rata rancangan pembelajaran memanfaatan teknologi
yang dirancang oleh guru di Flores juga bersesuaian dengan peran teknologi
yang dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
3. Penerapan rancangan proses belajar mengajar melalui integrasi teknologi
dalam pembelajaran Fisika.
Seorang guru dalam merancang suatu rancangan konsep pembelajaran tentu
saja memiliki maksud dan tujuan agar rancangan tersebut dapat diterapkan dan
dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.
Dari hasil analisis wawancara diketahui bahwa rancangan pembelajaran
yang memanfaatkan teknologi yang sudah dirancang oleh masing-masing guru
tidak semuanya dapat diterapkan di sekolah. Ada beberapa yang bisa
diterapkan dan ada beberapa pula yang tidak dapat diterapkan. Rancangan
pembelajaran yang dapat diterapkan ialah rancangan pembelajaran yang
dirancang oleh guru K, guru P, dan guru R. Dapat di terapkannya rancangan
pembelajaran dari ketiga guru tersebut dikarenakan oleh beberapa hal yaitu
adanya fasilitas teknologi disekolah meski masih terbatas, siswa yang sudah
terbiasa dengan metode pembelajaran seperti yang telah dirancang, dan guru
pernah menerapkan metode pembelajaran seperti yang telah dirancangnya
dalam pembelajaran. Berikut ini pernyataan guru K, guru P, dan guru R yang
menunjukan dapat diterapkannya rancangan pembelajaran yang dirancang.
“Jika rancangan tadi diterapkan disekolah ini kemungkinan bisanya
lumayan besar karena sebelumnya saya juga pernah melakukan yang begitu
hanya kendalanya seperti yang sudah saya jelaskan tadi sehingga rancangan
ini tidak bisa diterapkan di setiap kali waktu pembelajaran.”(Guru K)
Guru K mengatakan bahwa rancangan pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi yang dirancangnya sangat dapat diterapkan disekolah tempatnya
mengajar. Hal ini karena guru K sudah sering memanfaatkan peralatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
teknologi dalam menjelaskan beberapa topik pembelajaran meskipun masih
mengalami kendala berupa ketersediaan fasilitas yang belum begitu lengkap.
Adapun fasilitas yang disediakan sekolah tempat guru mengajar yaitu berupa 2
buah LCD dan hotspot Wi-fi.
“Menurut saya rancangannya lumayan bisa untuk diterapkan disini karena
memang saya juga pernah menerapkannya beberapa kali meskipun tidak
terlalu sering. Paling kendalanya hanya ketersediaan peralatan teknologinya
saja yang masih kurang lengkap.”(Guru P)
Guru P mengatakan bahwa rancangan pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi yang dirancangnya dapat diterapkan di sekolah tempatnya mengajar
meskipun tidak secara maksimal. Guru P menyimpulkan demikian karena
sebelumnya guru P pernah memanfaatkan teknologi dalam menjelaskan topik
tertentu. Adapun kendala yang ditemui yaitu hanya masalah ketersediaan
fasilitas berupa LCD yang masih perlu dilengkapi lagi.
“Itu bisa diterapkan di sekolah ini karena anak-anak disini sudah sering saya
suruh belajar sendiri dan mencari sendiri materinya”.(Guru R)
Guru R mengatakan bahwa anak-anak di sekolah tempatnya mengajar sudah
terbiasa belajar sendiri dan mencari sendiri materi pelajaran sehingga apabila
rancangan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi yang dirancangnya
diterapkan di sekolah tersebut maka kemungkinan berhasilnya ada.
Rancangan pembelajaran yang tidak dapat diterapkan ialah rancangan yang
dirancang oleh guru L, guru M, guru N, guru O, dan guru Q. Tidak dapat
diterapkannya rancangan pembelajaran ini pada umumnya disebabkan karena
adanya keterbatasan fasilitas teknologi yang disediakan di sekolah dan daya
serap siswa terhadap materi yang diberikan guru masih sangat lambat. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
sekolah tertentu ada siswa yang masih sangat membutuhkan bimbingan
personal dari guru untuk memahami suatu topik pembelajaran.
Kendala berupa keterbatasan fasilitas teknologi dialami oleh guru L, guru
M, guru O, dan guru Q. Berikut merupakan pernyataan dari tiap guru terkait
kendala keterbatasan fasilitas yang dialaminya.
“Kami dikampung ini media satu-satunya untuk menyampaikan materi ialah
papan tulis. Jadi kita belum menyentuh media-media yang lain yang dapat
mempermudah anak-anak.” (Guru L)
Guru L mengatakan bahwa disekolah tempatnya mengajar media satu-satunya
yang digunakan untuk menyampaikan materi ialah papan tulis. Sedangkan
media-media yag lain dalam hal ini media teknologi belum pernah di gunakan
karena ketersediaan fasilitas teknologi berupa LCD dan komputer masih
terbatas. Selain itu, kendala utama di sekolah tempat guru L mengajar yaitu
belum sampainya sumber listrik PLN di sekolah. Sekolah memang
menyediakan generator listrik tetapi hanya satu buah.
“Kalau diterapkan disini saya pikir masih belum bisa karena seperti yang
saya bilang tadi kan disini fasilitasnya masih sangat kurang lengkap.”(Guru
M)
Guru M berpandangan bahwa rancangan pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi akan sangat mudah diterapkan jika ketersediaan fasilitas teknologi
yang mendukung pembelajaran sudah lengkap. Guru M juga mengatakan
bahwa ketersediaan fasilitas teknologi di sekolah tempatnya mengajar masih
belum lengkap. Fasilitas belum lengkap yang dimaksud oleh guru M ialah LCD
yang hanya satu buah dan colokan yang belum ada di setiap kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
“Kalau untuk di sekolah ini saya belum pernah. Karena kendalannya itu,
saya punya laptop, tetapi LCD nya itu tadi belum mencukupi dan saya rasa
disini hampir semua guru belum pernah mengajar menggunakan power
point atau animasi atau simulasi, karena LCD nya terbatas.”(Guru O)
Guru O mengatakan bahwa beliau dan hampir semua guru di sekolah pada
umumnya belum pernah menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Hal ini
karena fasilitas teknologi yang disediakan sekolah masih sangat terbatas
sementara jumlah rombongan belajarnya sangat banyak. Fasilitas yang
dimaksudkan guru O disini ialah LCD/proyektor untuk menampilkan PPT,
animasi, dan simulasi. Menurut guru O sekolah harus menyediakan
LCD/proyektor sesuai dengan jumlah rombongan belajar yang ada disekolah.
Dengan demikian semua guru dapat memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran secara maksimal.
“Menurut saya rancangannya masih belum dapat dikatakan berhasil jika
diterapakan karena seperti yang sudah saya katakan bahwa fasilitas yang
disediakan sekolah masih kurang lengkap.”(Guru Q)
Guru Q mengatakan bahwa rancangan pembelajaran memanfaatkan teknologi
yang dirancangnya masih belum berhasil jika diterapkan di sekolah tempatnya
mengajar karena fasilitas teknologi yang disediakan sekolah masih kurang
lengkap. Fasilitas masih kurang lengkap yang di maksud oleh guru Q yaitu
jumlah LCD yang hanya dua buah, ada hospot Wi-fi tetapi masih lelet. Guru Q
berpandangan bahwa keberhasilan suatu rancangan pembelajaran tidak
terlepas dari kelengkapan fasilitas yang disediakan sekolah.
Kendala berupa lambatnya daya serap siswa terhadap materi pelajaran
dialami oleh guru N. Berikut ini pernyataan guru N mengenai kendala yang
mebuat rancangan pembelajaran yang dirancang tidak dapat diterapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
“Kalau menurut saya kalau kita belajar tentang situasi sekolah, rata-rata
disini yang jelas untuk menghadapi siswa disini butuh pendampingan secara
langsung dan harus pelan-pelan, tidak mungkin langsung ke topik inti, kita
harus melalui dasar dulu.”(Guru N)
Menurut guru N bisa tidaknya suatu rencana pembelajaran diterapkan dalam
kelas bergantung pada situasi sekolah. Situasi sekolah yang dimaksud disini
mencakup kemampuan siswa. Siswa di sekolah tempat guru N mengajar masih
butuh pendampingan secara langsung, bertahap dan perlahan-lahan dalam
memahami suatu topik pembelajaran. Terkait pernyataan guru N, lambatnya
daya serap siswa terhadap materi pelajaran seharusnya tidak menjadi kendala
dalam menerapkan teknologi dalam pembelajaran karena jika melihat
keuntungan penggunaan teknologi secara teori maka lambatnya daya serap
siswa ini akan sangat baik diatasi dengan pemanfaatan teknologi.
Selain masalah fasilitas, tidak dapat diterapkannya rancangan pembelajaran
tersebut juga disebabkan oleh kemampuan guru untuk merancang rencana
pembelajaran yang sesuai dengan situasi sekolah dan kondisi siswa masih
cukup rendah. Guru cenderung merancang rencana pembelajaran sesuai
kehendaknya sendiri. Peneliti menduga bahwa hal ini terjadi karena guru masih
menganggap rancangan pembelajaran itu hanyalah sebuah formalitas saja
sehingga hal lain seperti situasi sekolah dan kondisi siswa kurang
dipertimbangkan.
Dari kedelapan guru yang diwawancarai mengenai sejauh mana rancangan
pembelajaran yang dirancangnya bisa diterapkan di sekolah diperoleh bahwa
rata-rata rancangan pembelajaran yang di rancang oleh guru tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
diterapkan di sekolah karena adanya keterbatasan fasilitas teknologi yang
disediakan oleh sekolah.
Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan
kompetensi (Kunandar, 2007: 46). Kompetensi yang perlu dimiliki guru
termasuk didalamnya yaitu memiliki pengetahuan mengenai berbagai metode
pembelajaran dan bagaimana cara menyusun sebuah rancangan pembelajaran
yang sesuai sehingga rancangan tersebut dapat diterapkan di kelas. Maka dari
itu guru yang berkompeten ialah guru yang konsisten dimana pengetahuan,
rancangan pembelajaran, dan penerapan rancangannya selalu sejalan.
Berdasarkan hasil penelitian, jika dibandingkan antara pengetahuan
mengenai peran dan pemanfaatan teknologi yang dimiliki oleh guru, dengan
rancangan pembelajaran yang di rancang dan penerapan rancangan
pembelajaran maka akan terlihat tidak adanya konsistensi dari sebagian besar
guru. Tidak adanya konsistensi disini maksudnya tidak adanya keselarasan
antara pengetahuan mengenai peran dan pemanfaatan teknologi yang dimiliki
guru di Flores dengan perancangan metode pembelajaran dan penerapannya.
Guru di Flores kebanyakan merancang pembelajaran yang lebih menekankan
pada penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran sedangkan peralatan
teknologi masih terbatas sehingga mengakibatkan rancangan tersebut tidak
dapat di terapkan. Terlepas dari alasan keterbatasan sarana dan prasarana yang
di sediakan sekolah, hal ini menunjukan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh
guru di Flores khususnya dalam hal merancang suatu rencana pembelajaran
masih cukup rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil analisis data maka pengetahuan guru di Flores
mengenai peran dan pemanfaatan dalam pembelajaran Fisika dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Rata-rata guru di Flores megetahui peran dan pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran dikelas yaitu sebagai media belajar, sebagai sumber belajar,
dan sebagai media sekaligus sumber belajar. Dan sebagian guru telah
menerapkan pengetahuan tentang peran dan pemanfaatan teknologi yang
dimilikinya secara menyeluruh dalam pembelajaran.
2. Rancangan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dalam
pembelajaran Fisika yang dirancang oleh guru di Flores rata-rata lebih
menekankan pada teknologi sebagai media pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk memahami materi pelajaran.
3. Rata-rata rancangan pembelajaran yang di rancang oleh guru di Flores tidak
dapat diterapkan di sekolah karena adanya keterbatasan fasilitas teknologi
yang disediakan oleh sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, peneliti menyampaikan beberapa
saran, yaitu:
1. Melihat perkembangan teknologi yang semakin maju, kegemaran siswa
menggunakan peralatan teknologi, dan konsep Fisika yang abstrak maka
sebagai guru Fisika harus bisa mengikuti perkembangan teknologi dengan
memahami peran teknologi dalam pembelajaran dan terampil menggunakan
peralatan teknologi.
2. Guru dalam merancang rencana pembelajaran sebaiknya harus
mempertimbangkan situasi sekolah dan kondisi siswa.
3. Harus ada kerjasama antara guru dengan pihak sekolah terkait pengadaan
peralatan teknologi dalam kelas dan pelatihan penggunaan peralatan
teknologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
C. Daftar Pustaka
Djamarah, Syaiful B. & Aswan Zein. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA.
Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Sanjaya, Wina. 2013. PENELITIAN PENDIDIKAN: Jenis, Metode, dan
Prosedur. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
Suparno, Paul. 2013. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan
Menyenangkan. Yogyakarta: USD.
Suparno, Paul. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta:
USD.
Uno, Hamzah B & Nina Lamatenggo. 2010. Teknologi Komunikasi &
Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno, Surrakhmad. 1990. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, Dasar
dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.
Zulmandho, Jimmi. 2004. (Skripsi) Korelasi Penggunaan Teknologi Informasi
Pada Proses Belajar Dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa: studi kasus di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI