Identifikasi dan Pemetaan Pengolahan Air Limbah Domestik ...
Transcript of Identifikasi dan Pemetaan Pengolahan Air Limbah Domestik ...
1
Identifikasi dan Pemetaan Pengolahan Air Limbah Domestik Di DAS Ciliwung (Studi Kasus : Kelurahan Batu Ampar sampai dengan Kelurahan
Kampung Bali)
Muhammad Anugerah, Firdaus Ali, Elkhobar M. Nazech
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Abstrak
Sungai Ciliwung merupakan salah satu dari sungai utama yang mengalir di wilayah DKI Jakarta. Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung meliputi areal 370.8 km2, dengan panjang sungai utama 124,1 km. DAS Ciliwung dibagi kedalam 3 bagian yang melingkupi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta. Sungai Ciliwung berkontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang tinggal disekitarnya, yaitu sebagai sumber penyediaan air baku, sumber air untuk irigasi, dan kepentingan lain. Penelitian ini dilakukan pada wilayah sungai Ciliwung yang membentang dari Kelurahan Batu Ampar sampai Kelurahan Kampung Bali. Berdasarkan data Bappeda Jawa Barat tahun 2013 bahwa telah terjadinya pencemaran di badan air sungai Ciliwung. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengolahan, membuat pemetaan pengolahan dan memberikan rekomendasi pengolahan air limbah domestik di setiap RW di Kelurahan Batu Ampar sampai Kelurahan Kampung Bali. Data didapat dengan 2 cara, yaitu dengan melihat literatur dan dengan survey sampel sesuai kelurahan yang dilewati sungai Ciliwung. Setelah itu, dilakukan identifikasi pengolahan air limbah domestik dan membuat pemetaan sistemnya. Hasil yang didapat adalah pencemaran air akibat pengolahan limbah domestik tidak dilakukan oleh masyarakat yang memiliki sistem pengolahan air limbah, melainkan oleh masyarakat bantaran sungai yang tidak mengolah air limbah domestik terlebih dahulu. Hal itu bisa dibuktikan dengan data pengolahan bahwa 79% kelurahan memiliki septic tank dan sisanya tidak, sebesar 74% responden memisahkan blackwater dan greywater, sebagian besar kelurahan sudah memiliki MCK dan sebanyak 67% responden tidak setuju dengan pengeluaran biaya untuk retribusi pengolahan air limbah.
Kata Kunci : Air Limbah, blackwater, Ciliwung, greywater, MCK, septic tank
Abstract
Ciliwung River is one of the major rivers flowing in the Jakarta area. Ciliwung watershed covers an area of 370.8 km2, with the main stream length about 124.1 km. Ciliwung watershed is divided into 3 sections surrounding Bogor District, Bogor City, Depok and Jakarta Province. Ciliwung contribute in fulfilling the needs of people living, that is, as a source of supply of raw water, the source of water for irrigation, and other interests. The research was conducted on Ciliwung basin that stretches from the Batu Ampar to Kampung Bali district. Based on data in 2013 from Bappeda of West Java stated that Ciliwung river have experienced water pollution. The research aims to identify,mapping of processing and also to provide recommendation of domestic wastewater treatment in every RW (Rukun Warga) from Batu Ampar to Kampung Bali district. The data obtained in 2 ways, by looking at the literature and the corresponding sample survey of each district. The result from this research is water pollution comes from the riverbanks residents who do not have wastewater treatment systems. It can be proved that 79% of respondents from district had a septic tank, 74 % of respondents has been split blackwater and greywater, and 67% of respondents are not willing to pay the waste water treatment retribution. Keywords : Wastewater, blackwater, Ciliwung, greywater, MCK, septic tank
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
2
I. Pendahuluan
Pencemaran air dapat berdampak pada kesehatan, keselamatan dan akhirnya berakibat
pada pertumbuhan ekonomi. Bencana krisis air dapat merupakan ancaman bagi keberlangsungan
generasi yang akan datang. Ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, kondisi sumber air makin
menurun dan berkembangnya berbagai sumber penyakit. Upaya pengendalian pencemaran air
semakin sulit dengan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan serta kurangnya
penegakan hukum bagi pelanggar pencemaran lingkungan. Selama ini masyarakat cenderung
menyalahkan industri terhadap kondisi pencemaran lingkungan perairan yang terjadi di wilayah
mereka. Dari hasil survei oleh JICA (1990) tersebut masyarakat perlu merubah cara pandang
masalah pencemaran yang terjadi saat ini. Limbah cair domestik yang tidak lain adalah air limbah
yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga masyarakat menjadi penyebab terbesar terjadinya
pencemaran di badan air sungai terutama DAS Ciliwung.
Berdasarkan data dari Badan perencanaan pembangunan daerah atau Bappeda Provinsi
Jawa Barat tahun 2013 bahwa permasalahan dalam pengelolaan sumber daya air di DAS
Ciliwung dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Ketersediaan air di wilayah sungai Ciliwung secara umum telah sangat kritis
2. Belum terkendalinya pemanfaatan ruang baik di sepanjang sempadan sungai
maupun pengelolaan di badan sungainya
3. Ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan semakin
mahal dan langka baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga menimbulkan
berbagai konflik antar sektor maupun antar wilayah
4. Fluktuasi ketersediaan air permukaan sangat tinggi, sehingga sering terjadi
kebanjiran di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Hal tersebut
merupakan wujud dari hulu DAS yang fungsi konservasinya telah jauh
berkurang
5. Belum adanya kesinergian antar wilayah dalam bentuk role sharing antara
Provinsi/Kabupaten/Kota di daerah hulu dengan Provinsi/Kabupaten/Kota di
daerah hilir dalam rangka penanganan hulu DAS.
Kondisi tersebut memberikan gambaran tentang telah terjadinya kerusakan DAS yang
berdampak terhadap permasalahan surplus/defisit neraca air sepanjang tahun. Beberapa isu utama
yang terkait dengan pengendalian daya kerusakan air yang ditemui di DAS Ciliwung anatara lain,
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
3
penebangan hutan serta budidaya lahan yang terus merambah kawasan setiap tahun, perambahan
daerah bantaran atau sempadan sungai untuk pemukiman, pembangunan perumahan di dataran
banjir, pembuangan sampah ke sungai dan saluran drainase, pendangkalan atau sedimentasi alur
sungai, saluran drainase, penurunan muka tanah, pasang tinggi air laut, tanggul laut di pesisir
kota, bahaya tanah atau tebing longsor, kejadian kekurangan air di beberapa lokasi.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengolahan air limbah domestik pada RW
yang telah ditentukan di kelurahan Batu Ampar sampai dengan kelurahan Kampung Bali,
membuat pemetaan pengolahan air limbah domestik di setiap RW yang telah ditentukan di
kelurahan Batu Ampar sampai dengan kelurahan Kampung Bali, memberikan rekomendasi
pengolahan air limbah domestik di setiap RW yang telah ditentukan di kelurahan Batu Ampar
sampai dengan kelurahan Kampung Bali. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi
tentang kondisi pengolahan air limbah domestik di wilayah kelurahan Batu Ampar sampai
dengan kelurahan Kampung Bali, dampaknya kepada DAS Ciliwung dan penanggulangannya
terutama pada pengolahan air limbah domestik di wilayah tersebut.
II. Tinjauan Pustaka Pengolahan Air Limbah Domestik
Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang terpenting
untuk memenuhi sanitasi dasar bagi setiap manusia ataupun keluarga. Yang dimaksud dengan
tinja atau kotoran adalah segala benda atau zat yang dihasilkan oleh tubuh manusia dan
dipandang tidak berguna lagi sehingga perlu untuk dikeluarkan atau dibuang(Azwar, 1995).
Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan airlimbah domestik/permukiman yaitu
Sanitasi sistem setempat atau dikenal dengansistem sanitasi on-site, yaitu systemdimana fasilitas
pengolahan air limbah berada dalam persil atau batas tanah yangdimiliki, fasilitas ini merupakan
fasilitas sanitasi individual sepertiseptic tank atau cubluk.
Sistem setempat (On System), Dengan opsi teknologi, air limbah (black dan grey water)
langsung diolah secara individu, misalkan dengan menggunakan tangki septik. Sanitasi sistem
terpusat atau dikenal denganistilah sistem off-site atau system sewerage, yaitu sistem dimana
fasilitas pengolahan air limbah berada diluar persil atau dipisahkan dengan batas jarak atau
tanahyang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara
bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL. Pendekatan dalam pengolahan air limbah
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
4
permukiman berdasarkan skala kota atau city wide dan berdasarkan pendekatan tanggap
kebutuhan (demand responsive) yaitu kota Jakarta termasuk sebagai kota metropolitan atau kota
besar, dimana sitem pelayanan yang digunakan ialah off site/sewerage system (Kementrian PU,
2012).
Partisipasi masyarakat juga akan diperlukan dan sangat berperan dalam memutuskan
pengelolaan seperti apa yang akan digunakan, dan perkembangan teknologi yang dapat
diterapkan selanjutnya.
Pada wilayah pemukiman, pertumbuhan penduduk kerap kali berdampak secara
siginifikan terhadap kuantitas limbah cair yang dihasilkan yang harus diolah pada sistem
pengolahan limbah cair baik pada IPAL setempat ataupun IPAL terpusat. Dikarenakan sumber
limbah yang berbeda-beda (limbah domestik), badan air yang berada di sekitar pemukiman
memiliki beban limbah yang cukup tinggi yang terdiri dari elemen organik, mineral, dan
mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan dan dapat menyebabkan degradasi
kualitas tidak hanya pada air permukaan, tetapi juga pada air tanah.
Bagian akhir yang harus diperhatikan dari sistem pengolahan limbah adalah sistem
pembuangan atau pemakaian kembali. Pemilihan komponen ini harus mempertimbangkan resiko
pencemaran air yang mungkin terjadi. Pembuangan dapat diartikan sebagai pembuangan air
limbah olahan langsung ke badan air terdekat (misalnya pantai atau sungai); lumpur tinja ke
tanah; dan gas sebagai hasil olahan lainnya ke udara (Djonoputro& Blackett, 2011)
Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak
sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. DAS merupakan ekosistem, dimana
unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di
dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Selain itu
pengelolaan. DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang
menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang secara umum
untuk menekan kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari
DAS dapat merata sepanjang tahun.
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
5
Total luas DAS Ciliwung adalah 370,8 km2 dengan panjang sungai utamanya 124,1 km
dari hulu sampai ke hilir. Secara keseluruhan, total panjang aliran di DAS Ciliwung adalah
1.076,1 Km dengan kerapatan jaringan aliran permukaannya adalah 2,9 Km/Km2.Secara
keseluruhan, DAS Ciliwung terbagi menjadi 18 Sub DAS.
Dengan adanya rentang panjang DAS yang begitu luas, baik secara administrasi maupun
tata ruang, diperlukan adanya koordinasi yang mungkin selama ini menjadi kelemahan utama
dalam pengelolaan DAS yaitu pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota diharapkan dapat
lebih ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2011 tentang
Sungai bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan sungai, dan pengendalian daya
rusak air sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3), Pasal 36 ayat (2), dan Pasal 58
ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bahwa pengelolaan sumber
daya air mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah dilakukan melalui koordinasi
oleh suatu wadah koordinasi yang bernama dewan sumber daya air.
III. Metode Penelitian Skema
Skema metode yang dipakai untuk penelitian tugas akhir ini menggunakan diagram alir,
seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 1 Diagram Alir Metodologi
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
6
Proses Penelitian
Variabel penelitian ini adalah pengolahan air limbah domestik yang ada di setiap RW
yang telah ditentukan berdasarkan survey langsung ke lapangan, dimanaRW tersebut adalah yang
berbatasan langsung dengan badan air sungai di Kelurahan Batu Ampar sampai dengan
Kelurahan Kampung Bali. Dalam penelitian ini terdapat beberapa indikator untuk melakukan
wawancara terkait pengolahan limbah domestik, adapun indikator tersebut adalah dengan
pengolahan air limbah domestik setiap RW di kelurahan Batu Ampar sampai dengan Kelurahan
Kampung Bali sebagai populasi dan pengolahan air limbah domestik setiap RW di kelurahan
Batu Ampar sampai dengan Kelurahan Kampung Bali sebagai sampel. Hal ini berlaku juga
untuk pembuangan limbah domestik, jenis tempat tinggal, sumber daya air, jarak sumber daya air
ke sistem pengolahan air limbah domestik, topografi wilayah, kapasitas masyarakat dalam
membayar layanan fasilitas pengolahan limbah domestik, peran kelembagaan masyarakat dan
tingkat pendidikan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini terdiri dari pengumpulan data sekunder dan data
primer. Data sekunder yang akan diambil adalah kondisi pengolahan air limbah domestik di
daerah tersebut melalui literatur atau penelitian terdahulu.Data primer yang akan diambil adalah
adalah kondisi pengolahan air limbah domestik di daerah tersebut yang akan didapatkan melalui
survey lapangan dan wawancara penduduk sekitardengan melakukan distribusi kuesioner ke RW
yang telah ditentukan di Kelurahan Batu Ampar sampai dengan Kelurahan Kampung Bali.
Pengumpulan data harus dilakukan sedemikian rupa hingga diperoleh sampel yang benar-
benar dapat mewakili dan menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Teknik
pengambilan sampel yang akan digunakan adalah probability sampling. Probability sampling
adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel (Riduwan, 2008). Dalam penelitian ini digunakan
probability sampling, dengan cara random sampling sederhana dimana tiap unit dalam sampel
memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Teknik ini dapat digunakan dengan persyaratan
(Lubis & Arma, 2003):
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
7
• Unit-unit dalam populasi harus diketahui lebih dahulu serta dapat diidentifikasi dengan
tepat sehingga kerangka penarikan sampel dapat dibentuk.
• Keragaman sifat populasi yang diteliti relatif homogen.
• Derah geografi populasi tidak terlalu luas.
Adapun alasan digunakannya metode ini :
• Teknik sampling lain yang lebih efisien tidak memungkinkan untuk digunakan.
• Keterangan dari semua unit erlementer telah diketahui lebih dahulu.
• Dapat mewakili dari keseluruhan unit sampel.
Perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan cara :
n = !!! !!
!!! !!! !!!!
(3.1)
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
S : Standar Deviasi
z : Tingkat kepercayaan. Nilai z untuk tingkat kepercayaan 95% adalah 1.96
E : Kesalahan sampel yang dikehendaki (sampling error)
Dengan mengetahui jumlah sampel yang dibutuhkan, maka dapat dilakukan distribusi
kuesioner ke tiap RW. Banyaknya kuesioner yang akan diberikan pada tiap RW dapat dihitung
sebagai berikut :
!! =!
! !"!#$ × ! (3.3)
Keterangan :
ni : Besar sampel untuk RW i
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi penduduk untuk Kelurahan i
Dengan menggunakan rumus diatas maka dapat dilakukan perhitungan untuk
menentukan jumlah sampel atau kuesioner tiap RW di masing-masing kelurahan, adalah sebagai
berikut: Batu Ampar 4, Kramat jati 3, Cililitan 5, Cawang 4, Kalibata 4, Rawajati 2, Duren Tiga
2, Pengadegan 2, Pancoran 2, Cikoko 1, Bidakara Cina 5, Bali Mester 1, Kampung Melayu 3,
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
8
Kebon Baru 4, Tebet Barat 4, Bukit Duri 5, Manggarai Selatan 3, Menteng Atas 4, Manggarai 4,
Pisangan Baru 5, Kebon Manggis 2, Kayu Manis 4, Pal Meriam 2, Pasar Manggis 2, Guntur 1,
Setia Budi 1, Menteng 3, Pegangsaan 2, Gondangdia 1, Kebon Sirih 1, Cikini 1, Karet Tengsin 2,
Benhil 2, Kebon Melati 3, Petamburan 3, Kebon Kacang 2, dan Kampung Bali 1 responden.
IV. Kondisi Umum Wilayah Studi Kelurahan Batu Ampar sampai dengan Kampung Bali ialah kelurahan yang termasuk
wilayah Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat. Secara umum fasilitas sanitasi yang
ada pada wilayah ini adalah: Kotamadya Jakarta Timur dilewati oleh beberapa sungai/kanal,
antara lain Cakung Drain, Sungai Ciliwung, Sungai Buaran, Sungai Sunter, dan Sungai Cipinang
(Badan Pertanahan Nasional DKI Jakarta, 2011). Dilihat dari keadaan topografi, pada dasarnya
wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dapat dikategorikan sebagai daerah datar(Badan
Pertanahan Nasional DKI Jakarta, 2011). Wilayah Jakarta Timur memiliki luas wilayah sebesar
187.75 km2 dengan 72% berupa pemukiman, 6% berupa fasilitas industri dan perdagangan, dan
22% berupa fasilitas umum (Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta, 2008).
Wilayah Jakarta Pusat memiliki luas wilayah sebesar 48.17 km2 dengan 53% berupa
pemukiman, 25% berupa fasilitas industri dan perdagangan, 8% berupa fasilitas umum dan 15%
berupa lahan terbuka (Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta, 2008). Lahan terbuka tersebut
berupa lahan kering seluas 2 ha dan hutan seluas 13 ha. Wilayah ini dahulunya merupakan bagian
utama dari perkembangan kota Jakarta.
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Provinsi DKI Jakarta menyebabkan letak
sumur-sumurnya berdekatan dengan septic tank, sehingga umumnya sumur-sumur di Provinsi
DKI Jakarta tercemar oleh rembesan dari septic tank penduduk yang kondisinya tidak memenuhi
syarat. Banyaknya penduduk yang memanfaatkan air sumur dangkal yang tercemar, hal ini
berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat akibat kontaminasi dan buruknya sanitasi
(BLHD, 2012).
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
9
V. Hasil dan Pembahasan
Dari survey yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Survey
Kelurahan RW
MCK Septictank Pembuangan Black Water &Grey water
Jarak Antar Septic Tank Ke Sumur Rumah
Jarak Antar Septic Tank ke Sumur
Tetangga
Berapa Tahun Sekali Disedot Sumber Air
ada tidak Terpisah Tidak Terpisah Tidak > 10 m
< 10 m
> 10 m
< 10 m
Pernah Tidak Pernah Tanah PDAM
Batu Ampar
RW 09 v v v v v v v RW 08 RT 09 v v v v v v v
RW 08 v v v v v v v RW 09 RT 09 v v v v
Kramat Jati RW 06 v v v v v v v RW 02 v v v v v v v RW 03 v v v v v v v
Cililitan
RW 04 RT 08 v v v v v v v
RW 08 v v v v v v v RW 04 RT 07 v v v v v v v
RW 09 v v v v v v v ,RW 09 RT 10 v v v v v v v
Cawang RW 12 v v v v v v v
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
10
Kelurahan RW
MCK Septictank Pembuangan Black Water &Grey water
Jarak Antar Septic Tank Ke Sumur Rumah
Jarak Antar Septic Tank ke Sumur
Tetangga
Berapa Tahun Sekali Disedot Sumber Air
ada tidak Terpisah Tidak Terpisah Tidak > 10 m
< 10 m
> 10 m
< 10 m
Pernah Tidak Pernah Tanah PDAM
RT 07 RW 05 RT 09 v v v v v v v
RW 08 RT 07 v v v v v v v
RW 03 RT 09 v v v v v v v
Kalibata
RW 11 RT 11 v v v v v v v
RW 11 RT 12 v v v v v v v
RW 11 RT10 v v v v v v v
RW 08 RT 08 v v v v v v v
Rawa Jati
RW 02 RT 08 v v v v v v v
RW 03 v v v v
Duren Tiga RW 09 RT 10 v v v v v v v
RW 03 v v v v v v v
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
11
Kelurahan RW
MCK Septictank Pembuangan Black Water &Grey water
Jarak Antar Septic Tank Ke Sumur Rumah
Jarak Antar Septic Tank ke Sumur
Tetangga
Berapa Tahun Sekali Disedot Sumber Air
ada tidak Terpisah Tidak Terpisah Tidak > 10 m
< 10 m
> 10 m
< 10 m
Pernah Tidak Pernah Tanah PDAM
Pengadegan
RW 02 RT 01 v v v v v v v
RW 01 RT 08 v v v v v v v
Pancoran RW 04 v v v v v v v RW 01 v v v v v v v
Cikoko RW 01 RT 02 v v v v v v v
Bidacara Cina
RW 04 v v v v v v v RW 04 v v v v v v v v RW 10 RT 10 v v v v
RW 01 v v v v v v v RW 10 RT 03 v v v v
Bali Mester RW 04 v v v v v v v
Kampung Melayu
RW 01 v v v v v v v
RW 01 v v v v
RW 01 v v v v v v v
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
12
Kelurahan RW
MCK Septictank Pembuangan Black Water &Grey water
Jarak Antar Septic Tank Ke Sumur Rumah
Jarak Antar Septic Tank ke Sumur
Tetangga
Berapa Tahun Sekali Disedot Sumber Air
ada tidak Terpisah Tidak Terpisah Tidak > 10 m
< 10 m
> 10 m
< 10 m
Pernah Tidak Pernah Tanah PDAM
Kebon Baru
RW 10 RT 01 v v v v
RW 10 RT 02 v v v v
RW 06 RT 07 v v v v v v v
RW 13 v v v v v v v
Tebet Barat
RW 02 v v v v v v v RW 02 v v v v v v v RW 04 v v v v v v v RW 04 v v v v v v v
Bukit Duri
RW 08 RT 09 v v v v v v v
RW 09 v v v v v v v RW 09 v v v v v v v RW 09 RT 10 v v v v v v v
RW 09 v v v v v v v
Manggarai Selatan
RW 04 v v v v v v v RW 04 v v v v v v v RW 04 RT 06 v v v v v v v
Menteng RW 10 v v v v
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
13
Kelurahan RW
MCK Septictank Pembuangan Black Water &Grey water
Jarak Antar Septic Tank Ke Sumur Rumah
Jarak Antar Septic Tank ke Sumur
Tetangga
Berapa Tahun Sekali Disedot Sumber Air
ada tidak Terpisah Tidak Terpisah Tidak > 10 m
< 10 m
> 10 m
< 10 m
Pernah Tidak Pernah Tanah PDAM
Atas RW 10 v v v v v v v RW 13 RT 08 v v v v v v v
RW 13 RT 08 v v v v v v v
Manggarai
RW 01 v v v v v v v RW 02 v v v v v v v RW 02 v v v v v v v RW 04 v v v v v v v
Pisangan Baru
RW 14 v v v v v v v RW 10 v v v v RW 10 v v v v v v v RW 14 v v v v v v v RW 10 v v v v v v v
Kebon Manggis
RW 04 RT 08 v v v v
RW 04 RT 08 v v v v
Kayu Manis
RW 06 RT 07 v v v v v v v
RW 05 RT 01 v v v v
RW 05 v v v v v v v
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
14
Kelurahan RW
MCK Septictank Pembuangan Black Water &Grey water
Jarak Antar Septic Tank Ke Sumur Rumah
Jarak Antar Septic Tank ke Sumur
Tetangga
Berapa Tahun Sekali Disedot Sumber Air
ada tidak Terpisah Tidak Terpisah Tidak > 10 m
< 10 m
> 10 m
< 10 m
Pernah Tidak Pernah Tanah PDAM
RT 05 RW 05 RT 01 v v v v v v v
Pal Meriam RW 06 v v v v v v v RW 08 v v v v v v v
Pasar Manggis
RW 05 v v v v RW 05 RT 05 v v v v v v v
Guntur RW 09 v v v v v v v Setia Budi RW 07 v v v v
Menteng RW 10 v v v v v v v RW 10 v v v v v v v RW 10 v v v v v v v
Pegangsaan RW 04 v v v v RW 04 v v v v v v v
Gondangdia RW 02 RT 11 v v v v v v v
Cikini RW 03 RT 21 v v v v v v v
Kebon Sirih RW 07 v v v v v v v
Karet Tengsin
RW 07 RT 03 v v v v
RW 07 v v v v
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
15
Kelurahan RW
MCK Septictank Pembuangan Black Water &Grey water
Jarak Antar Septic Tank Ke Sumur Rumah
Jarak Antar Septic Tank ke Sumur
Tetangga
Berapa Tahun Sekali Disedot Sumber Air
ada tidak Terpisah Tidak Terpisah Tidak > 10 m
< 10 m
> 10 m
< 10 m
Pernah Tidak Pernah Tanah PDAM
RT 04 Bendungan
Hilir RW 05 v v v v v v v RW 06 v v v v v v v
Kebon Melati
RW 07 RT 03 v v v v
RW 14 RT 01 v v v v v v v
RW 14 v v v v
Petamburan
RW 09 RT0 6 v v v v v v v
RW 10 RT 06 v v v v v v v
RW 04 RT 09 v v v v v v v
Kebon Kacang
RW 05 RT 05 v v v v v v v
RW 07 RT 04 v v v v v v v
Kampung bali
RW 09 RT 09 v v v v v v v
Jumlah 95 5 79 21 74 26 25 75 34 66 27 73 78 22
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
16
Pemetaan Pengolahan Limbah Domestik
Pemetaan pengolahan limbah domestik yang diterapkan pada setiap kelurahan pada objek
penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Gambar 2 Peta Pengolahan Limbah Domestik Kelurahan Batu Ampar Hingga Kelurahan
Kampung Bali (Sumber : Analisis Penulis 2013)
Arahan Rekomendasi Untuk Mengatasi Permasalahan Pengolahan Limbah Domestik
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan maka perlu adanya
prioritasdalam membuat kebijakan dan pelaksanaan terhadap daerah yang berada dibawah garis
kemiskinan terutama KK/rumah yang bermukim di bantaran sungai Ciliwung, dimana
pemukiman tersebut memiliki pengolahan limbah domestik yang buruk bahkan tidak melakukan
pengolahan sama sekali. Tentunya prioritas ini juga disertakan dengan kompensasi yang
diberikan kepada warga bantaran sungai, seperti relokasi tempat tinggal layak huni sehingga
dengan salah satu usaha ini dapat mencegah pencemaran air yang terjadi di sungai Ciliwung.
Namun kenyataan yang ada di lapangan, bukan berarti warga yang tidak tinggal di
bantaran atau rumah yang memiliki instalasi pengolahan limbah domestik yaitu MCK dan septic
tanktidak memberikan kontribusi terhadap pencemaran air atau pencemaran lingkungan. Seperti
yang telah dijelaskan diatas bahwa secara garis besar warga yang memiliki septic tank tidak
melakukan penyedotan tinja secara berkala sesuai standar yang berlaku, masih banyak septic
tankdibangun kurang dari 10 meter sesuai standar yang berlaku, tidak melakukan pemisahan
pembuangan blackwater dan greywater.
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
17
Begitu juga masih ada warga (bukan bantaran sungai) yang tidak memiliki septic tank.
Dari jumlah sampel pada penilitian ini didapat bahwa kawasan yang memiliki MCK tetapi tidak
memiliki septic tank terdapat pada kelurahan Batu Ampar, Rawa Jati, Menteng Atas, Pisangan
Baru, Kebon Manggis, Kayu Manis, Pasar Manggis, Gondangdia, Cikini, Karet Tengah,
Bendungan Hilir, Kebon Melati.Ditambah lagikawasan yang tidak memiliki MCK dan septic
tank terdapat pada kelurahan Bidara Cina, Kampung Melayu, Kebon Baru, Setia Budi,
Pegangsaan.
Pada beberapa wilayah di kelurahan Batu Ampar sampai dengan kelurahan Kampung Bali
dimana tingkat pendidikan di wilayah ini tergolong masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari
masih sedikitnya penduduk yang dapat menamatkan pendidikan hingga jenjang sekolah
menengah atas (SMA). Tingkat pendidikan akan berpengaruh dalam kualitas ekosistem
lingkungan di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, dapat mendorong
pemahaman orang tersebut mengenai kondisi ekosistem di lingkungannya. Dengan tingkat
pendidikan yang tinggi diharapkan akan ada gerakan untuk menjaga lingkungan dari kerusakan
yang mungkin terjadi sehingga permasalahan akibat pengolahan limbah domestik yang buruk
juga dapat teratasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan berkala yang menjelaskan fakta-
fakta yang dapat dialami masyarakat bila tidak dilakukannya upaya pencegahan pencemaran
sejak dini dan sosialisi akan pentingnya lingkungan higienis dengan pengolahan limbah domestik
yang baik. Dengan demikian, diharapkan muncul kesadaran pada tiap elemen masyarakat.
Selain itu juga upaya untuk mengembalikan fungsi saluran dengan membudayakan
kembali gotong royong secara berkala baik itu satu bulan sekali, dua minggu sekali, bahkan
seminggu sekali seperti yang telah digalakkan sejak jaman orde baru dulu, namun budaya ini
secara perlahan telah ditinggalkan oleh masyarakat.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka kesimpulannya
diantaranya sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan dari pengolahan air limbah domestik di kelurahan Batu
Ampar sampai dengan kelurahan Kampung Bali menunjukkan bahwa 79%
memiliki tangki septik dan 21% responden belum memiliki tangki septik,
untukkondisi pembuangan (blackwater dan greywater) menunjukkan
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
18
bahwa 74% responden memisahkan limbah blackwater dan greywater dan
26% responden tidak melakukan pemisahan limbah. Ditinjau dari jarak
pengolahan limbah domestik ke sumber daya air atau sumur didapatkan
bahwa sekitar 75% septic tank memiliki jarak yang kurang dari 10 meter.
2. Dari hasil pemetaan didapatkan bahwa kelurahan yang memiliki MCK
tetapi tidak memiliki septic tank terdapat pada kelurahan Batu Ampar,
Rawa Jati, Menteng Atas, Pisangan Baru, Kebon Manggis, Kayu Manis,
Pasar Manggis, Gondangdia, Cikini, Karet Tengah, Bendungan Hilir,
Kebon Melati. Ditambah lagi kawasan yang tidak memiliki MCK dan
septic tank terdapat pada kelurahan Bidara Cina, Kampung Melayu, Kebon
Baru, Setia Budi, Pegangsaan, selanjutnya dilakukan pemetaan
rekomendasi air limbah domestik.
3. Instalasi pengolahan air limbah domestik secara komunal yang terletak di
kelurahan Cawang dan kelurahan Menteng sebagai salah satu upaya efektif
dan efisien untuk mengurangi beban pencemar, merevitalisasi badan air,
dan memperbaiki kualitas sumber daya air. Dengan melakukan perkiraan
perhitungan terkait retribusi masyarakat, maka diperoleh hasil bahwa 33%
responden/masyarakat mau membayar retribusi untuk fasilitas pengolahan
limbah domestik secara komunal, kemudian 67% responden/masyarakat
tidak bersedia membayar retribusi, bahkan menganggap bahwa fasilitas
pengolahan limbah domestik secara komunal tidak dibutuhkan untuk saat
ini
VII. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka saran yang dapat
diberikan diantaranya sebagai berikut:
Dari identifikasi dan pemetaan 100 responden pada setiap RW di kelurahan Batu
Ampar sampai dengan kelurahan Kampung Bali, teridentifikasi pengolahan air limbah domestik
yang ada. Perlu adanya identifikasi dan pemetaan secara komprehensif dan terperinci untuk
warga atau rumah yang ada di bantaran sungai Ciliwung, dan juga efektifitas IPAL dalam
mengolah air limbah domestik di daerah yang akan dilayani. Sehingga dari seluruh pemetaan
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
19
yang ada, dapat mengetahui kondisi dan solusi dari pengolahan air limbah domestik diseluruh
wilayah DKI Jakarta, terutama wilayah yang dilewati oleh DAS Ciliwung.
Dengan data secara keseluruhan yaitu terdiri dari perumahan setiap RW, RT, dan
pemukiman liar dapat dilakukan analisa lebih lanjut terkait dampak yang diberikan akibat
pengolahan air limbah domestik terhadap badan air dan juga kaitannya terhadap kualitas air
sungai Ciliwung.
Daftar Referensi Ali, F. (2013, November 26). Mungkinkah Kita Bisa Mencegah Datangnya Bencana Ekologi di Ibukota DKI
Jakarta? Konsultasi dan Diskusi Publik Masalah Banjir, Genangan, Rob, Penurunan Muka Tanah, dan
Degradasi Lingkungan Pesisir Ibukota NKRI. Depok, Jawa Barat, Indonesia .
BPDAS Citarum-Ciliwung. (2007). Monev DAS Ciliwung untuk Pengendalian Bencana Banjir. Jakarta.
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2009). Provinsi DKI Jakarta Per Kabupaten/Kota Tahun 2010. Retrieved from Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta: http://jakarta.bps.go.id/index.php
Debataradja,M, Pembuangan Tinja dan Air Limbah, Medan, SPPH, 1999.
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2009). Review Masterplan dan
Desain Engineering Drawing Air Limbah Kota Jakarta. PT Waseco Tirta
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Penyehatan LingkunganPermukiman, Departemen
Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2012).Buku Pedoman Umum Pengelolaan Air Limbah Skala
Kawasan di Rumah Sederhana Sehat (RSH). Jakarta
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2013). Kebijakan dan Strategi
Nasional Sektor Air Limbah. Jakarta.
Fachrul, M. F., Hendrawan, D., & Sitawati, A. (2007). Land Use and Water Quality Relationships in The Ciliwung
River Basin, Indonesia. International Congress on River Basin Management (pp. 576-582). Turkey:
General Directorate Of State Hydraulic Works.
Hadi, A.2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Hammer, M.J., 1986, Water and Wastewater Technology SI Version, John Wiley & Sons, Singapore.
Hendrawan, D., Widarnako, S., Moersidik, S. S., & Triweko, R. W. (2013). Evaluation of Centralized WWTP and The Need of Communal WTP in Supporting Community-Based Sanitation in Indonesia. European Scientific Journal, 229-239.
JICA 1990, The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta.
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014
20
Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 24 tentang Tata Cara dan MetodePemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Luar Gedung, 2008
Kompas. 12 Februari 2012. "Limbah Domestik Bantaran Kali Ciliwung."
Linsley, Ray K. et.all. 1980. Applied Hydrology. New Delhi: Tata McGraw Hill Publication. Co.
Metcalf & Eddy (2003). Wastewater Engineering Treatment and Reuse. MC. Graw- Hill. New York. America
National Capital Integrated Coastal Development. (2013). (http://ncicd.com/tantangan-ncicd/kualitas-air/. Diakses
tanggal 13 September 2013)
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2012). Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012. Jakarta: Badan Pengelola Lingkungan hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009, Juni 9). Geografis Jakarta. Retrieved from jakarta.go.id: http://www.jakarta.go.id/web/news/2008/01/Geografis-Jakarta.
Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sarwadi, H, Pelatihan Pengawasan Kualitas Kesehatan Lingkungan Pemukiman, Depkes RI, 1996.
SNI 03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan.
US EPA’s. 2008. "Water Quality Modeling to Support Management Actions Workshop" .Baltimore, MD
Walpole, Ronald E., 1995, Pengantar Statistika, Edisi ke 3, PT. Gramedia PustakaUtama, Jakarta
WSP (Water and Sanitation Program). 2008. Manual pelaksanaan Program Sanitasi Total & Pemasaran Sanitasi
(SToPS).
Identifikasi Dan..., Muhammad Anugerah, FT UI, 2014