PERANCANGAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK …
Transcript of PERANCANGAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK …
1 Universitas Indonesia
PERANCANGAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK TERPADU DI APARTEMEN MEWAH DENGAN MODEL DIVIDED
TRANSIT MATERIAL PROCESSING
Fajri Mulya Iresha, Cindy R. Priadi, dan Gabriel S. B. Andari K.
Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia
ABSTRAK
Timbulan sampah di DKI Jakarta sebesar 5.598 ton per hari (BPS DKI Jakarta, 2012) dapat menimbulkan masalah bila tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan limbah padat dengan model Divided Transit Material Processing (DTMP) menekankan pemikiran proaktif dan sistem desentralisasi terutama di daerah apartemen. Hasil dari penelitian ini adalah seberapa besar potensi pengurangan sampah yang terjadi di apartemen Essence on Darmawangsa. Metode yang digunakan yaitu SNI 19-3964-1994 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Dari hasil pengukuran, didapat timbulan rata-ratanya sebesar 0,578 kg/orang/hari dan volume rata-ratanya sebesar 5,07 L/orang/hari dengan komposisi sampah terdiri dari 39,4% sampah organik, 21,4% kertas, 17,0% pamper dan pembalut wanita, 14,0% plastik, 4,00% kaca, 1,40% logam, 0,50% tekstil, 0,100% kayu, dan 2,20% sampah lain-lain. Untuk potensi sampah layak jual yaitu sebesar 18,1% dan sampah layak kompos sebesar 31,5% dari total timbulan rata-rata. Berdasarkan hasil pengukuran timbulan, teknis operasional dirancang dengan menggunakan model DTMP yang terdiri dari pemilahan dengan pemikiran proaktif, pewadahan dan pengumpulan yang terdiri dari organik dan anorganik, pengolahan yang dilakukan pengelola sampah, serta pemindahan dan pengangkutan residu. Lalu, dirancang pula Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R. Potensi pengurangan sampah bila dilakukan pengelolaan adalah sebesar 39,4% yang diharapkan dapat mengurangi beban TPA Bantar Gebang. Kata kunci: komposisi sampah, TPS 3R, model Divided Transit material Processing, pengelolaan sampah, timbulan sampah INTEGRATED MUNICIPAL SOLID WASTE MANAGEMENT DESIGN IN HIGH-RISE
APARTMENT WITH DIVIDED TRANSIT MATERIAL PROCESSING MODEL
ABSTRACT
The waste generation in Jakarta at 5,598 ton per day (BPS DKI Jakarta, 2012) can cause problems if it is not well managed. Solid Waste Management (SWM) with Divided Transit Material Processing (DTMP) model emphasizes proactive thinking and decentralized systems, focusing on SWM in apartments. The aim from this study is to measure the waste reduction potential in the apartment. The method used is SNI 19-3964-1994 on methods of sampling and measurement of the waste generation and composition. The average waste generation is measured at 0.578 kg/person/day and the average volume at 5.07 L/person/day with the compositions are 39.4% organic waste, 21.4% paper, 17.0% pamper and sanitary napkins, 14.0% plastic, 4.00% glass, 1.40% metals, 0.50% textiles, 0.100% wood, and 2.20% other waste. The potential reduction of recyclable waste is 18.1% and compostable is 31.5% of the total waste generation. Meanwhile, technical operation designed using DTMP model consists of separation with proactive thinking, storage and collection consisting of organic and anorganic fraction, waste processing, and transfer
fajri� 8/28/13 12:39 PMDeleted: yaitu
fajri� 8/28/13 12:40 PMDeleted: besar
fajri� 8/28/13 12:40 PMDeleted: menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
priadi� 8/28/13 9:00 AMComment [1]: Lihat ulang kalimat ini
priadi� 8/28/13 9:01 AMDeleted: Sementara itu
fajri� 8/28/13 12:42 PMDeleted: yang disertai
priadi� 8/28/13 9:01 AMFormatted: English (US)
priadi� 8/28/13 9:01 AMFormatted: English (US)
priadi� 8/28/13 9:01 AMComment [2]: Pengurangan sampah ke TPA kan? Sampahnya diapakan?
priadi� 8/28/13 9:01 AMFormatted: English (US)
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
2 Universitas Indonesia
and transport of residue. In addition, Material Recovery Facility (MRF) was designed as a solid waste treatment facility. The potential waste reduction is about 39.4%, expected to reduce the load impact on Bantar Gebang landfill. Keywords: Divided Transit Material Processing model, Material Recovery Facility, waste composition, waste generation, solid waste management
PENDAHULUAN
Urusan pengelolaan sampah telah menjadi masalah besar bagi setiap negara dan juga di
setiap daerah masing-masing negara tersebut. Sampah bila tidak dikelola dengan baik, dapat
menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan
lingkungan. Permasalahan sampah juga menimpa ibukota negara Indonesia. Pada tahun 2011,
tercatat jumlah timbulan sampah DKI Jakarta sebesar 5.598 ton per hari (Badan Pusat Statistik
DKI Jakarta, 2012). Pemerintah daerah setempat hanya mampu mengolah sekitar 1.000 ton per
hari dan sisanya diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bantar Gebang yang hanya
memiliki luas 108 ha (BPLHD Jakarta, 2012). Dalam hal keberlanjutan, sudah tentu TPA ini
tidak akan mampu lagi menampung sampah milik warga kota Jakarta dalam beberapa waktu ke
depan.
Di lain hal, pertumbuhan penduduk dan tingkat kepadatan yang tinggi di Jakarta, yakni
13.158 orang per km2 di tahun 2010 (Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2012) membuat Jakarta
menjadi kota terpadat nomor 6 di dunia versi majalah TIME. Hal tersebut menjadikan kebutuhan
akan hunian semakin meningkat. Sementara ketersediaan lahan semakin sedikit. Oleh karena itu,
kini sedang marak dibuat alternatif hunian vertikal yang dekat dengan pusat kota, yaitu
apartemen. Apartemen mulai berkembang pada kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta,
dengan sasaran penghuni dari kalangan menengah dan atas. Dengan berkembangnya kalangan
elit di Indonesia ini, turut memicu pula konsep apartemen mewah yang memiliki luasan lebih dari
100 m2 (SNI 03-1733-2004) yang ditawarkan para pengembang asing maupun lokal. Laris
manisnya unit apartemen mewah bahkan sebelum apartemen itu selesai proses konstruksinya
menunjukkan animo masyarakat yang tinggi terhadap hunian vertikal.
Seluruh aktivitas yang ada apartemen merupakan salah satu sumber penghasil sampah
dalam jumlah yang besar. Hal ini dikarenakan dalam area yang relatif kecil, apartemen mampu
menampung penghuni dengan jumlah yang relatif besar. Selain itu, semakin tinggi penghasilan
maka semakin tinggi pula timbulan sampah yang dihasilkan karena pengaruh gaya hidup. Oleh
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
3 Universitas Indonesia
sebab itu, dibutuhkan perencanaan sistem pengelolaan sampah apartemen yang baik untuk
mengurangi permasalahan sampah di Jakarta. Perencanaan ini harus didasarkan pada jumlah
timbulan dan komposisi yang ada pada sampah apartemen.
Perlu adanya perubahan paradigma dalam menyikapi pengelolaan sampah di Indonesia.
Paradigma lama yang memposisikan TPA menjadi tujuan akhir dari sampah terbukti gagal.
Banyak permasalahan yang timbul dimulai dari beban TPA, penyediaan lahan, dampak
pencemaran yang timbul dari TPA hingga keberlanjutan lahan TPA yang sudah ditutup. Dengan
luasan DKI Jakarta yang terbatas disertai dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, TPA
eksisting yang saat ini beroperasi yaitu TPA Bantar Gebang tidak akan mampu lagi menampung
sampah warga Jakarta dalam beberapa waktu ke depan. Berdasarkan hal tersebut, solusi dapat
dituangkan dalam suatu model pengelolaan sampah dengan menghilangkan ketergantungan
terhadap TPA. Model ini berusaha menghidupkan reverse chain (rantai kebalikan) dari suatu
proses daur hidup suatu material dengan menyambungkan kembali rantai pemakaian konsumen
menuju ke pengepul dan kembali menuju industri. Model tersebut dinamakan Model Divided
Transit Material Processing yang diterapkan oleh Fehr pada tahun 2006 di Brazil.
Solusi yang ditawarkan pada Model Divided Transit Material Processing (Fehr, 2006)
pada pengelolaan limbah padat domestik adalah dengan melakukan pengurangan sampah yang
diangkut menuju TPA dengan pemikiran proaktif dan sistem desentralisasi. Model pemikiran
proaktif ini mengubah pemikiran sampah mulai dari penamaan sampah itu sendiri, tujuan akhir
sampah yang bukan lagi menuju TPA, serta pemanfaatan sampah itu sendiri sehingga terbentuk
rantai pengelolaan sampah yang tidak terputus sampai ke pembuangan, tetapi berlanjut sampai ke
proses produksi kembali. Di Brazil, khususnya di kawasan apartemen Uberlandia, model ini
diterapkan oleh Fehr (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “A Successful Pilot Project of
Decentralized Household Waste Management in Brazil.” Dalam penelitian ini telah berhasil
diukur pengurangan sampah menuju TPA sebesar 62%.
TINJAUAN TEORITIS
Teknis Operasional dalam Pengelolaan Sampah
Dalam teknis operasional sampah, menurut Tchobanoglous (1993), dapat terdiri dari
beberapa dasar perencanaan kegiatan kegiatan yang meliputi:
1. Pewadahan sampah
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
4 Universitas Indonesia
2. Pengumpulan sampah
3. Pemindahan sampah
4. Pengangkutan sampah
5. Pengolahan sampah
6. Pemrosesan akhir sampah
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari penanganan sampah yang dilakukan
untuk mengurangi dampak akibat pembuangan langsung sampah ke lingkungan. Di Indonesia,
SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan mengatur
secara rinci tentang perencanaan teknis operasional dalam melakukan pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R
TPS 3R merupakan sebuah bangunan yang digunakan untuk menerima, memilah,
memproses dan menyimpan bahan daur ulang untuk dibentuk dan dijual kembali. Berdasarkan
SNI 03-3242-2008, klasifikasi TPS sebagai berikut :
1) TPS tipe I
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan :
(a) Ruang pemilahan
(b) gudang
(c) tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container
(d) Luas lahan ± 10 - 50 m2
2) TPS tipe II
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan :
(a) Ruang pemilahan ( 10 m2)
(b) Pengomposan sampah organik ( 200 m2)
(c) Gudang ( 50 m2)
(d) Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan kontainer (60 m2)
(e) luas lahan ± 60 – 200 m2
3) TPS tipe III
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
5 Universitas Indonesia
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan :
(a) Ruang pemilahan ( 30 m2)
(b) Pengomposan sampah organik ( 800 m2)
(c) Gudang ( 100 m2)
(d) Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m2)
(e) luas lahan > 200 m2
Pengelolaan Sampah dengan Model Divided Transit Material Processing
Menurut penelitian dan pengalaman Fehr (2006) tentang manajemen limbah padat
perkotaan yang ada di Brazil, hasilnya telah menunjukkan adanya kebutuhan untuk melakukan
perubahan paradigma tentang sampah di kalangan masyarakat. Saat ini, paradigma yang
berkembang di masyarakat adalah menjadikan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sebagai tujuan
akhir sampah. Jadi semua sampah akan dibuang secara terpusat pada satu tempat. Pola yang
tersentralisasi itu telah banyak menemui masalah dan jalan buntu dalam pengelolaan sampah. Hal
tersebut dikarenakan permasalahan sampah sudah sangat dinamis dan kompleks yang mencakup
juga permasalahan sosial dan ekonomi, bukan hanya masalah lingkungan hidup.
Model Divided Transit Material Processing ini dimulai dengan penamaan yang baru pada
sampah, lalu menuju ke interaksi yang terjadi antara warga dan pengepul sampah dan bekerja
melalui inisiatif dari tiap individu tanpa menunggu perintah dari pemerintah kota, sejumlah angka
62% pengurangan sampah menuju TPA telah dicapai dengan model ini. Hal ini juga
menunjukkan bahwa untuk mewujudkan pengurangan yang maksimum, model juga perlu
menyertakan pemilahan sampah menjadi dua jenis, yaitu biodegradable (organik) dan inert
(anorganik).
Detail Operasional
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang model pengelolaan sampah secara desentralisasi.
Jika dibandingkan dengan PP no 81 tahun 2012 yang juga mengatur pengelolaan sampah secara
desentralisasi, secara umum model Divided Transit Material Processing ini juga tidak jauh
berbeda dan tidak ada ciri khas dalam melakukan pengelolaannya. Fehr (2006) melakukan
penelitian terhadap konsep desentralisasi yang dimulai dengan pemilihan sebuah gedung
apartemen di Uberlandia dan sebuah sekolah di Araguari sebagai komunitas yang diuji. Di
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
6 Universitas Indonesia
gedung apartemen, koordinasi dilakukan dengan bagian Building Management, seluruh
sosialisasi telah diprogramkan dengan semua penghuni, dan wadah terpisah untuk sampah oganik
dan anorganik disediakan. Pada awalnya, tim peneliti memberikan contoh cara melakukan
pemilahan di TPS gedung. Setelah pelatihan awal, para petugas cleaning service yang seterusnya
mengambil alih. Semakin baiknya kualitas pemilahan di sumber, maka tugas mereka akan
menjadi semakin sederhana. Namun, untuk menjaga kualitas ini, upaya yang konstan dan
dorongan semangat kepada penduduk diperlukan. Berbagai cara terus dilancarkan kepada warga
untuk mempertahankan partisipasi mereka, terutama dengan mengadakan evaluasi secara berkala
tentang pengurangan yang terjadi menuju ke TPA.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Pada penelitian ini, dilakukannya pendekatan kuantitatif dikarenakan adanya
pengukuran jumlah timbulan dan komposisi sampah yang dihasilkan di apartemen. Kemudian
dari data pengukuran yang diperoleh akan dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
untuk mengetahui timbulan yang dihasilkan dalam satuan kg/orang/hari dan komposisi limbah
padat dalam bentuk persentase. Sedangkan pendekatan kualitatif berupa wawancara dengan
Building Management dan pengamatan langsung yang diperlukan dalam membuat usulan
perancangan pengelolaan sampah dalam bentuk teknis operasional pengelolaan sampah yang
berdasarkan Model Divided Transit Material Processing yang dapat diterapkan pada area
apartemen.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh sampah yang berasal dari apartemen
Essence on Darmawangsa setiap harinya. Sedangkan sampel yang akan diteliti adalah sampah
yang berasal dari tower apartemen dan sampah taman di apartemen Essence on Darmawangsa.
Anggota sampel kemudian akan diambil secara simple random sampling.
Adapun jumlah ukuran sampel minimal dapat ditentukan dari rumus Slovin sebagai
berikut:
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
7 Universitas Indonesia
Keterangan: n = jumlah sampel
N= jumlah populasi
Jumlah unit pada tower Eminence apartemen Essence on Darmawangsa sejumlah 208 unit
dengan jumlah unit terisi sebanyak 100 unit. Akan tetapi, jumlah sampel yang akan dipakai
dalam penelitian ini adalah sebesar 17 titik sampel disesuaikan dengan waktu penelitian yang
singkat dan tingkat kesulitan dalam pengambilan sampel di apartemen serta perizinan dari pihak
apartemen. Dengan begitu, tingkat kepercayaan data statistik yang akan diperoleh pun akan
menurun sebesar berikut:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Timbulan Sampah Rumah Tangga Apartemen Essence on Darmawangsa
Pengukuran timbulan sampah dilakukan di apartemen Essence on Darmawangsa, tepatnya
pada Eminence Tower. Terdapat 17 unit apartemen yang diukur timbulannya dari total 100 unit
yang sudah terisi di tower tersebut. Jumlah 17 unit tersebut dipakai berdasarkan rumus Slovin
dengan tingkat kepercayaan sebesar 80%. Berikut gambar 5.1 yang menunjukkan kegiatan
pengukuran sampah di apartemen Essence on Darmawangsa.
Pengambilan sampah dilakukan atas kerja sama dengan petugas cleaning service
apartemen Essence on Darmawangsa dengan mengambil sampah dari sulo tiap lantai selama 3
kali waktu pengambilan yaitu pada jam 07.00 pagi, jam 10.00 pagi, serta jam 19.00 untuk
kemudian dilakukan pengukuran di satu waktu yaitu pada pukul 13.00. Pengukuran dilakukan
mulai dari tanggal 16 Januari 2013 sampai dengan tanggal 23 Januari 2013. Adapun lantai yang
diambil adalah 3 lantai dengan tingkat okupansi tertinggi dan jumlah lantai tersebut merupakan
kesepakatan dengan pihak building management apartemen Essence on Darmawangsa mengingat
ketatnya aturan di apartemen tersebut dalam menjaga kenyaman penghuninya. Timbulan sampah
yang diukur selama 8 hari beserta rata-ratanya ditampilkan pada tabel 1 berikut.
priadi� 8/22/13 6:11 AMComment [3]: Tiap ada highlight seperti ini, berarti ejaan, tata bahasa dsb harus dilihat ulang
priadi� 8/22/13 6:11 AMComment [4]: Karena nama apartemen dan bahasa Inggris, mungkin seharusnya italic ya.
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
8 Universitas Indonesia
Tabel 1 Timbulan Sampah Apartemen Essence on Darmawangsa Berdasarkan Berat
1 2 3 4 5 6 7 8Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
3 11,3 14,2 13,0 12,0 12,4 18,2 7,30 24,5 14,18 14,5 22,3 19,5 17,0 10,2 11,7 13,7 15,7 15,612 16,9 8,90 11,0 3,30 5,80 10,6 5,80 13,4 9,46
Total 42,7 45,4 43,5 32,3 28,4 40,5 26,8 53,6 39,2
Nomor Lantai
Massa hari ke- (kg)Rata-
rata (kg)
Sumber: Olahan Penulis, 2013
Berat sampah terbesar terdapat pada pengukuran pada hari ke-8 yaitu sebesar 53,6 kg.
Sementara yang terkecil adalah pada hari ke-7 yaitu 26,8 kg. Sedangkan rata-ratanya adalah
sebesar 39,2 kg. Adapun pada tabel 2 berikut ini merupakan volume sampah yang diukur selama
8 hari berturut-turut beserta rata-ratanya.
Tabel 2 Timbulan Sampah Apartemen Essence on Darmawangsa Berdasarkan Volume
1 2 3 4 5 6 7 8Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu
3 105 110 120 115 120 137,5 75 190 121,68 130 190 130 157,5 110 130 105 120 134,112 155 100 110 21 22,5 120 47,5 117,5 86,7
Total 390 400 360 293,5 252,5 387,5 227,5 447,5 344,8
Rata-rata (L)
Nomor Lantai
Volume hari ke- (L)
Sumber: Olahan Penulis, 2013
Volume sampah terbesar terdapat pada pengukuran hari ke-8 yaitu sebesar 447,5 L.
Sementara yang terkecil adalah pada hari ke-7 yaitu 227,5 L dengan rata-rata selama 8 hari
sebesar 344,8 L.
Perbandingan Hasil Pengukuran Rata-rata Timbulan
Dari angka timbulan rata – rata perharinya, dapat ditentukan rata-rata per orang perhari.
Dari keterangan yang didapat dari bagian tenant relation apartemen Essence on Darmawangsa,
pendataan mengenai jumlah orang per unit belum rampung, tetapi sebagian besar penghuni
biasanya adalah keluarga muda baik dari dalam maupun luar negeri yang menyewa apartemen
tersebut. Oleh karena itu, diasumsikan satu unit terdiri dari bapak, ibu, dan anak, serta pembantu.
priadi� 8/22/13 6:11 AMComment [5]: Satu angka di belakang koma
priadi� 8/22/13 6:11 AMComment [6]: Sesuai dengan kapasitas unit, ga?
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
9 Universitas Indonesia
Hal ini juga sesuai dengan data yang didapat dari essencedarmawangsa.com yang menyebutkan
bahwa sebagian besar dari unit apartemen terdiri dari 3-4 kamar dan sebagian kecil terdiri dari 2
kamar. Dengan unit yang diteliti berjumlah 17 unit, jadi jumlah penghuninya menjadi 68 orang.
Berikut ini adalah perhitungan timbulan sampah per orang perhari.
Tabel 3 Rata-rata Timbulan Apartemen Essence on Darmawangsa
TanggalJumlah
PenghuniTimbulan
(kg)
Rata-Rata Timbulan
(kg/org/hari)Volume (L)
Rata-Rata Volume
(L/org/hari)
16 Januari 2013 68 42,7 0,63 390 5,7417 Januari 2013 68 45,4 0,67 400 5,8818 Januari 2013 68 43,5 0,64 360 5,2919 Januari 2013 68 32,3 0,48 294 4,3220 Januari 2013 68 28,4 0,42 252 3,7121 Januari 2013 68 40,5 0,60 388 5,7022 Januari 2013 68 26,8 0,39 228 3,3523 Januari 2013 68 53,6 0,79 448 6,58
0,79 Maksimum 6,580,39 Minimum 3,350,58 Rata-Rata 5,07
0,14Standar Deviasi
1,15
MaksimumMinimumRata-Rata
Standar Deviasi
Sumber: Olahan Penulis, 2013
Menurut SNI 19-3964-1994 (Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan), angka timbulan sampah untuk kota besar adalah sebesar 2 - 2,5
L/orang/hari, atau 0,4 - 0,5 kg/orang/hari. Dari angka timbulan sampah apartemen Essence on
Darmawangsa, terlihat berada di atas angka yang diberikan dalam SNI 19-3964-1994, yaitu
sebesar 0,58 kg/orang/hari. Sementara untuk volume juga sangat tinggi yaitu sebesar 5,07
L/orang/hari.
Hasil Pengukuran dan Analisis Komposisi Limbah Padat
Komposisi limbah padat yang diteliti terbagi menjadi 8 komponen, yaitu organik,
plastik, kertas, logam, kaca, kayu, tekstil, karet, dan lain-lain. Hasil pengukuran komposisi
limbah padat diperlukan untuk menentukan upaya pengelolaan sampah dalam mengatasi
timbulan limbah padat yang dihasilkan dari sumber. Dari 8 komponen tersebut, masing-masing
komponen masih dapat dipisahkan lagi menjadi beberapa bagian kecil.
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
10 Universitas Indonesia
Komposisi sampah di apartemen Essence on Darmawangsa yang tergolong apartemen
mewah sangat didominasi oleh sampah anorganik. Hal ini dikarenakan pendapatan penghuni
yang tinggi sehingga berbanding lurus dengan tingkat konsumsi berbagai macam barang seperti
plastik kemasan, kertas, barang-barang elektronik, dan lainnya.
Berikut ini detail komposisi sampah apartemen Essence on Darmawangsa:
Gambar 1 Komposisi Limbah Padat Apartemen Essence on Darmawangsa
Sumber: Olahan Penulis, 2013
Komposisi sampah secara garis besar yaitu organik mencapai 39,4% dari keseluruhan,
sementara anorganik mencapai 60,6%. Dalam komposisi yang lebih mendetail lagi, sampah
organik yang berasal dari sampah sisa makanan masih berada pada jumlah yang paling besar
yaitu 39,4%. Jenis sampah berikutnya yang mendominasi adalah kertas yang mencapai 21,4%
lalu diikuti dengan pamper dan pembalut wanita yang mencapai 17,0 %. Sementara itu, untuk
sampah plastik adalah sejumlah 14,0% dan kaca sebanyak 4,00%. Jenis sampah lain yang
ditemukan dalam jumlah yang kecil yaitu logam sebanyak 1,40 %, tekstil sebanyak 0,50%, kayu
sebesar 0,10%, serta sampah lainnya yang mencapai 2,20 %.
Walaupun sampah organik menempati urutan paling atas dalam komposisi sampah yaitu
sebanyak 39,4%, tetapi jumlah tersebut masih di bawah rata-rata timbulan sampah yang ada di
DKI Jakarta yakni sebesar 55,4% (Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2005). Tampak pula jenis
sampah pampers dan diapers yang jumlahnya tinggi yakni mencapai 17,0% dari total
keseluruhannya akibat penggunaan pempers dan diapers yang meningkat di kalangan masyarakat
perkotaan. Kepraktisan dan kemudahan dalam pemakaiannya menyebabkan masyarakat banyak
yang menggunakan pamper dan pembalut wanita. Selain itu, sifat pamper dan pembalut wanita
priadi� 8/22/13 6:11 AMComment [7]: Popok?
priadi� 8/22/13 6:11 AMComment [8]: Kalau semuanya satu angka di belakang koma, berarti yang ini juga. BErarti kamu harus menuliskannya 17,0
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
11 Universitas Indonesia
Jenis SampahPersentase
sampah layak jual dari berat total
Recovery factor (%)*
Sampah layak jual yang di-recovery (%)
Ember plastik 3,35 80 2,68Botol plastik bening 1,22 80 0,98Botol plastik warna 0,10 80 0,08Tutup botol aqua 0,13 80 0,10Bekas botol yakult, mika 0,02 50 0,01Impact 1,17 50 0,59Putihan 3,15 50 1,58Boncos 1,02 50 0,51Kardus 2,41 35 0,84Koran kotor 4,16 50 2,08Majalah 1,79 50 0,90Dupleks 3,07 30 0,92Buku 0,39 50 0,20Tissue 4,49 50 2,25Tetrapak 0,89 50 0,45Potongan Kaca 0,48 70 0,34Botol kaca 2,39 70 1,67Botol bir 1,16 70 0,81Umplung/kaleng 0,74 85 0,63Kaleng minuman 0,41 85 0,35Stainless 0,17 85 0,14CD 0,02 50 0,01
Persentase potensi sampah layak jual (%)
32,73Total sampah layak
jual yang di-recovery (%)
18,10
yang mudah menyerap air dan juga dapat menampung sisa metabolisme manusia menyebabkan
beratnya melonjak sehingga menjadi besar proporsinya dalam komposisi sampah di apartemen
Essence on Darmawangsa.
Potensi Sampah Layak Jual Limbah Padat di Apartemen Essence on Darmawangsa
Dalam timbulan sampah yang terdapat di apartemen Essence on Darmawangsa terdapat
beberapa jenis sampah yang dapat dijual untuk selanjutnya dilakukan proses daur ulang. Sampah
– sampah tersebutlah yang dinamakan sampah layak jual.
Tabel 4 Potensi Sampah Layak Jual yang di-recovery di Apartemen Essence on
Darmawangsa
Sumber: *Tchobanoglous & Kreith, 2002
Dari tabel 4, didapatkan potensi sampah layak jual sebesar 32,73% dari berat total sampah.
Namun, adanya recovery factor mempengaruhi persentase sampah yang benar-benar dapat di-
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
12 Universitas Indonesia
recovery setelah dijalankannya pengelolaan sampah sehingga siap untuk dijual atau langsung
didaur ulang. Sehingga diperkirakan potensi sampah layak jual yang di-recovery sebesar 18,10%
dari berat total sampah.
Potensi Sampah Layak Kompos Limbah Padat di Apartemen Essence on Darmawangsa
Untuk potensi sampah layak kompos di apartemen Essence on Darmawangsa terdapat
pada sampah yang berasal dari taman dan juga dari sampah sisa makanan. Sampah layak kompos
adalah sampah yang terdiri dari sampah-sampah potongan daun, rumput, batang-batang kecil, dan
sisa dapur yang dapat diolah menjadi pupuk kompos sehingga memiliki nilai guna kembali.
Untuk mengetahui seberapa besar potensinya dapat diukur dengan menghitung persentase
komposisi sampah sisa makanan terhadap berat total dikalikan dengan recovery factor. Untuk
nilai recovery factor ditetapkan sebesar 80% (Ramandhani, 2011). Jadi, untuk perhitungannya
adalah sebagai berikut:
dari total timbulan sampah rata-rata per harinya
Pemilahan dan Pewadahan di Sumber
Untuk pewadahan yang ada di apartemen Essence on Darmawangsa terdiri atas
pewadahan individu dan pewadahan komunal. Kondisi pewadahan individual eksisting yang
terdapat di tiap unit belum ada proses pemilahan.Di dalam SNI 19-2454-2002, ada tiga jenis
pembagian pewadahan limbah padat berdasarkan jenis limbah padat yang dihasilkan, yaitu
limbah padat organik (dedaunan, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan) dengan wadah
berwarna gelap, limbah padat anorganik (gelas, plastik, logam, dan lainnya) dengan wadah
berwarna terang, dan limbah padat bahan berbahaya beracun rumah tangga dengan warna merah
yang diberi lambang khusus. Bila dibandingkan dengan model Divided Transit Material
Processing, sampah harus dalam kondisi terpilah antara organik dan anorganik. Jumlah tersebut
lebih sedikit dari yang diatur di dalam SNI 19-2454-2002, dikarenakan penyesuaian keadaan dan
memudahkan penghuni dalam melakukan pemilahan. Kecilnya jumlah sampah B3 yang
dihasilkan yaitu sebesar 1,58% dari total timbulan rata-rata yang dihasilkan per hari juga
priadi� 8/22/13 6:11 AMComment [9]: Coba hubungan teori dan ide kamu ini dengan kondisi social dan ekonomi di lapangan,. Serta kondisi komposisi sampah.... Maaf mbak, di bagian ini saya kebingungan mengukur parameter sosial dan ekonominy karena saya tidak membagikan kuesioner akibat tidak diperbolehkan pengelola apartemen
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
13 Universitas Indonesia
menyebabkan tidak adanya pewadahan untuk sampah B3 dan akan masuk ke pewadahan sampah
anorganik. Sampah B3 akan dipilah dari sampah anorganik di TPS 3R.
Berdasarkan hasil sampling timbulan yang sudah dilakukan, rata-rata volume sampah
yang dihasilkan per orang per hari adalah sebesar 5,07 L. Dengan asumsi penghuni per unit
adalah 4 orang maka akan dihasilkan 20,28 L sampah perhari per unitnya. Untuk itu, tiap unit
dapat menyiapkan 2 tong sampah masing – masing untuk sampah organik dan anorganik dengan
volume 20 L dan diberi kantong kresek di dalamnya untuk membawa sampah ke pewadahan
komunal. Untuk sampah organik memakai kresek yang berwarna gelap, sedangkan anorganik
dengan wadah yang terang. Berikut ini ilustrasi pewadahan individual.
Gambar 2 Ilustrasi Pewadahan Individual di Apartemen Essence on Darmawangsa
Setelah Diterapkannya Model Divided Transit Material Processing Sumber: https://dreamindonesia.wordpress.com/category/panduan/page/2/
Untuk pewadahan komunal yang telah dilakukan, wadah ditaruh di masing-masing lantai
di setiap gedung. Wadah ini adalah sulo yang disediakan satu buah dan berisi campuran sampah.
Untuk mengaplikasikan model Divided Transit Material processing perlu adapenambahan satu
sulo sampah lagi setiap lantainya untuk mengakomodir sampah anorganik dengan memakai
warna kuning. Sementara untuk sampah organik tetap memakai sulo yang sebelumnya yaitu yang
berwarna hijau. Berikut gambaran pewadahan komunal yang ada di setiap lantai apartemen
setelah diterapkannya model Divided Transit Material Processing. priadi� 8/22/13 6:11 AMComment [10]: Dibuat gambarnya
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
14 Universitas Indonesia
Gambar 3 Ilustrasi Pewadahan Setelah Diterapkannya Model Divided Transit Material
Processing Sumber :http://minibinsgermany.wordpress.com/
Pengumpulan Limbah Padat ke TPS 3R
Pengumpulan sampah dari sumber menuju ke TPS 3R dilakukan petugas cleaning service
yang ada di apartemen.Setiap satu gedung, ada 2 orang yang bertugas untuk mengumpulkan
sampah menuju ke TPS. Frekuensi pengumpulnya 3 kali setiap harinya setiap jam 7 pagi, 10 pagi
dan jam 7 malam.
Dengan adanya model Divided Transit Material Processing tidak terlalu mempengaruhi
proses pengumpulan sampah di Apartemen Essence on Darmawangsa dan juga tidak
mempengaruhi peran dari petugas cleaning service. Perbedaan yang dapat dilakukan yaitu
frekuensi pengumpulan untuk sampah anorganik dapat diperkecil menjadi hanya dua kali yaitu
pada jam 10 pagi dan 7 malam. Sementara untuk sampah organik frekuensi tetap 3 kali
pengambilan untuk mencegah protes dari penghuni akibat bau yang ditimbulkan dari sampah
organik tersebut.
Perbedaan lainnya setelah diterapkannya Model Divided Transit Material Processing
adalah ketika sampah sampai di TPS 3R, sampah diletakkan di tempat penyimpanan yang juga
telah dipisah menjadi dua yaitu tempat penyimpanan sampah organik dan tempat penyimpanan
sampah anorganik.
Pengolahan Limbah Padat
Untuk melakukan pengolahan sampah di apartemen Essence on Darmawangsa, perlu
dilakukan pemanfaatan potensi sampah layak jual dan sampah layak kompos. Sampah layak jual
berpotensi dikurangi sebanyak 18,10% sedangkan yang layak kompos berpotensi sebesar
priadi� 8/22/13 6:11 AMComment [11]: Ini seharusnya dijelaskan sebelum kamu membahas MRF dan diagram alir dong ya?
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
15 Universitas Indonesia
31,52%. Jadi akan ada sebanyak 49,62% sampah yang akan pengurangan sampah menuju ke
TPA dengan melakukan pengelolaan sampah dengan model Divided Transit Material Processing
dibandingkan kondisi eksisting yang 100% sampahnya menuju ke TPA. Namun, untuk sampah
organik diasumsikan yang dikompos hanya 50% dari total sampah organik dengan pertimbangan
keterbatasan alat pengomposan dan juga lahan yang tersedia serta pertimbangan sampah organik
yang tidak bisa dikompos. Dengan demikian terjadi pengurangan sampah menuju TPA sebesar
39,4%.
Potensi tersebut akan teroptimalisasi apabila ada bangunan/unit pengolahan sampah yang
didalamnya terdapat proses penyimpanan, pemilahan tahap kedua, serta pemrosesan sampah yang
disebut Material Recovery Facility (MRF). Di Indonesia ada beberapa penamaan MRF yang
seringkali disebut diantaranya adalah Unit Pengelolaan Sampah (UPS), Intermediate Treatment
Facility (ITF), maupun TPS 3R.
Perancangan TPS 3R pada apartemen Essence on Darmawangsa dilakukan berdasarkan
rata-rata timbulan limbah padat perhari yang akan masuk. Tchobanoglous (1993), ada 3 langkah
dasar dalam merencanakan dan mendesain TPS 3R. Ketiga langkah tersebut diantaranya adalah
studi kelayakan (feasibility study), desain awal (Preliminary Design), dan desain akhir (final
design).
Tahap Perancangan TPS 3R
Dalam tahap perancangan ini akan dibahas tentang rencana detail desain tata letak serta
spesifikasi fasilitas fisik di TPS 3R. Untuk letak TPS 3R ini direncanakan akan dibangun di
dalam kawasan Apartemen Essence on Darmawangsa itu sendiri. Setelah dilakukan perhitungan
didapat hasil kebutuhan luas ruang di dalam bangunan TPS 3R sebagai berikut.
Tabel 5 Kebutuhan Luas Ruang di Dalam Bangunan TPS 3R
No. Daerah Ruang Total Luas (m2)
1 Penerimaan sampah Sampah organik 5
Sampah anorganik 11
2 Pemilahan Conveyor Belt 11
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
16 Universitas Indonesia
Tabel 5 Kebutuhan Luas Ruang di Dalam Bangunan TPS 3R (Sambungan)
Mesin Pencacah sampah
organik
6
Penyimpanan sementara
sampah anorganik
5
3 Pemrosesan Pengomposan 15
Pencacahan dan pengayakan 11
Pemrosesan sampah anorganik 8
4 Penyimpanan Kompos 6
Sampah anorganik 16
Sampah khusus B3 3
5 Kantor - 4
6 Ruang ganti pakaian - 4
7 Sanitasi Kamar mandi 3
Cuci tangan 2
8 Ruang gerak (jalan)
dan dilatasi
26
Total 136
Sumber: Analisis Penulis, 2013
Berdasarkan SNI 03-3242-2008, TPS 3R yang didesain tersebut termasuk dalam TPS tipe
II dengan luas antara 60-200 m2. Sedangkan untuk penampungan residu didapatkan hasil 20 m2
untuk kebutuhan lahannya.
Pemindahan dan Pengangkutan
Pemindahan dan pengangkutan residu dilakukan oleh Dinas Kebersihan dengan
menggunakan dump truck dengan kapasitas 20 m3. Pemindahan dilakukan manual oleh tenaga
kerja dengan menggunakan alat. Sementara itu pengangkutan dilakukan 2 kali seminggu (1 kali
dalam 3 hari) dengan dump truck menuju ke TPA Bantar Gebang oleh Dinas Kebersihan DKI
Jakarta.
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
17 Universitas Indonesia
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil sampling timbulan dan komposisi sampah beserta data sekunder dari
apartemen Essence on Darmawangsa diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Timbulan sampah rata-rata di apartemen Essence on Darmawangsa adalah sebesar 0,58
kg/orang/hari dan volume rata-ratanya sebesar 5,07 L/orang/hari. Menurut SNI 19-3964-
1994 (Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan), angka timbulan sampah untuk kota besar adalah sebesar 2 - 2,5 L/orang/hari,
atau 0,4 - 0,5 kg/orang/hari.
2. Komposisi sampah di apartemen Essence on Darmawangsa terdiri dari 39,4% sampah
organik, 21,4% kertas, 17,0% pamper dan pembalut wanita, 14,0% plastik, 4,00% kaca,
1,40% logam, 0,50% tekstil, 0,10% kayu, dan 2,20% lain-lain.
3. Potensi sampah layak jual di apartemen Essence on Darmawangsa adalah sebesar 18,1%
sedangkan untuk sampah layak kompos adalah sebesar 31,5%
4. Perancangan pengelolaan sampah dengan model Divided Transit Material Processing
dituangkan dalam bentuk teknis operasional di apartemen Essence on Darmawangsa,
yaitu:
a. Pemilahan dan Pewadahan
Dilakukan pemilahan oleh penghuni baik pewadahan individu maupun komunal, yaitu
organik dan anorganik dengan terlebih dahulu disertai sosialisasi pemikiran proaktif
yaitu perubahan nama sampah menjadi Transit Material ataupun perubahan perilaku
terhadap sampah, tujuan akhir sampah yang bukan lagi TPA, serta logistik sampah
yang membuat sampah menjadi bernilai guna kepada penghuni.
b. Pengumpulan
Pengumpulan dilakukan dua kali untuk sampah anorganik dan tiga kali untuk sampah
anorganik. Sampah diletakkan di daerah penyimpanan TPS 3R dipisah menjadi dua
yaitu daerah penyimpanan sampah organik dan daerah penyimpanan sampah
anorganik.
c. Pengolahan
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
18 Universitas Indonesia
Pengolahan dilakukan di TPS 3R yang akan dibangun di dalam kawasan apartemen
Essence on Darmawangsa yang dilakukan oleh pihak pengelola sampah dengan
melakukan pemilahan, pemrosesan, dan penyimpanan.
d. Pemindahan dan Pengangkutan
Pemindahan residu dilakukan secara manual oleh tenaga kerja ke dump truck
kapasitas 20 m3 lalu diangkut ke TPA Bantar Gebang oleh Dinas Kebersihan DKI
Jakarta yang dilakukan 2 kali seminggu.
5. Luas bangunan TPS 3R yang dibutuhkan adalah 136 m2 untuk di dalam bangunan dan 20
m2 untuk tempat penyimpanan residu di luar bangunan. Berdasarkan SNI 03-3242-2008,
TPS 3R yang didesain termasuk dalam TPS tipe II. Secara keseluruhan TPS 3R terdiri
dari daerah penerimaan, pemilahan, pemrosesan, dan penyimpanan, serta dilengkapi
kantor, ruang ganti pakaian, sanitasi, serta ruang gerak (jalan) dan dilatasi.
6. Secara keseluruhan, potensi pengurangan yang terjadi dengan adanya pengelolaan
sampah dengan model Divided Transit Material Processing adalah sebesar 39,4%. Angka
tersebut lebih kecil dari total potensi sampah layak jual dan layak kompos yang sebesar
49,6% dikarenakan tidak semua sampah organik diolah menjadi kompos karena
keterbatasan lahan. Namun, direkomendasikan sampah organik yang tidak diolah di
apartemen tersebut tetap diolah lagi di tempat lain dan tidak langsung dibuang ke TPA
sehingga angka 49,6% tetap tercapai.
SARAN
Beberapa hal dapat dilakukan sehubungan dengan adanya perancangan pengelolaan limbah padat
di apartemen Essence on Darmawangsa diantaranya:
1. Membuat penelitian lanjutan tentang simulasi penerapan pengelolaan sampah model
Divided Transit Material Processing dan mengukur secara nyata tingkat partisipasi dan
pengurangan yang terjadi menuju ke TPA.
2. Mengadakan sosialisasi kepada penghuni untuk pemilahan sampah dan memberikan
informasi tentang adanya pengelolaan sampah terdesentralisasi dengan model Divided
Transit Material Processing di kawasan apartemen Essence on Darmawangsa.
priadi� 8/28/13 9:03 AMDeleted:
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
19 Universitas Indonesia
3. Direkomendasikan bagi Building Management apartemen Essence on Darmawangsa
untuk segera melakukan pengelolaan sampah untuk mengurangi timbulan sampah menuju
TPA.
4. Bagi para pengusaha yang bergerak di bidang pengelolaan sampah hendaknya dapat
melihat peluang untuk melakukan pengelolaan sampah di Apartemen.
5. Untuk sampah sisa makanan yang dihasilkan, hendaknya dilakukan pengukuran kualitas
secara kimiawi terutama C:N ratio mengukur kualitas pupuk kompos yang dapat
dihasilkan.
6. Membuat analisis benefit cost untuk mengukur keuntungan yang didapat dengan adanya
pengelolaan sampah di apartemen Essence on Darmawangsa.
KEPUSTAKAAN
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (2012). Jakarta Dalam Angka 2012. Badan Standarisasi Nasional. (1993). Standar Nasional Indonesia 19-3964-1994 mengenai
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
. Badan Standarisasi Nasional. (2004). Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 Badan Standarisasi Nasional. (2008). Standar Nasional Indonesia 3242-2008 Tentang
Pengelolaan Sampah di Permukiman. Badan Standarisasi Nasional. (2002). Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 Tentang Tata
Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Fehr, M (2006). A Successful Pilot Project of Decentralized Household Waste Management in
Brazil. The Environmentalist-Springer Science, 26, 21–29. Fehr, M (2004). Summit Directives And Local Compliance. Uberlandia: Federal University. Nazir, M. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.
20 Universitas Indonesia
Ramandhani, T. A. (2011). Analisis Timbulan dan Komposisi Sampah Rumah Tangga di
Kelurahan Mekar Jaya (Depok) Dihubungkan dengan Tingkat Pendapatan-Pendidikan-
Pengetahuan-Sikap-Perilaku-Masyarakat. Depok: FTUI.
Tchobanoglous, G. & Frank Kreith. (2002). Handbook Of Solid Waste Management Second
Edition. New York: McGraw-Hill. Tchobanoglous, G., Theisen, H., & Vigil, S. (1993). Integrated Solid Waste Management.
Singapore: McGraw-Hill.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Perancangan pengelolaan..., Fajri Mulya Iresha, FT UI, 2013.