KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf
-
Upload
kingathur26681 -
Category
Documents
-
view
164 -
download
17
description
Transcript of KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf
KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR
KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA
SUNGAI CILIWUNG
Oleh :
Muhammad Reza Cordova
C24104056
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR
KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA
SUNGAI CILIWUNG
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Muhammad Reza Cordova
C24104056
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
RINGKASAN MUHAMMAD REZA CORDOVA. Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung. Di bawah bimbingan SIGID HARIYADI.
Penggunaan air mengakibatkan perubahan komposisi dan karakteristik air, salah satunya terjadi pada kegiatan rumah tangga. Air buangan kegiatan tersebut disebut air limbah domestik. Umumnya air limbah domestik langsung dibuang menuju badan air penerima tanpa diolah terlebih dahulu.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi kualitas limbah rumah tangga yang berasal dari perumahan sederhana dan besarnya beban pencemaran yang berasal dari kegiatan rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor serta untuk melihat pengaruh limbah domestik tersebut terhadap kualitas air sungai penerimanya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 hingga Juni 2008. Pengambilan contoh air dilaksanakan pada musim kemarau bulan November 2007 dan bulan Juni 2008 sebanyak tiga kali pada waktu berbeda, masing-masing mewakili waktu pagi, siang dan sore.
Kualitas air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang berdasarkan pendekatan indeks pencemaran dikategorikan tercemar sedang, hal ini terjadi karena masukan beban pencemaran dari kegiatan rumah tangga cukup besar. Beban pencemaran dari parameter padatan tersuspensi terlarut sebesar 4891.13 kg /hari; parameter BOD sebesar 50131.17 kg /hari; parameter minyak dan lemak sebesar 748.17 kg /hari; serta parameter deterjen sebesar 404.78 kg /hari.
Berdasarkan pendekatan konsep kesetimbangan massa, air limbah domestik dari hasil kegiatan rumah tangga berkontribusi positif meningkatkan beban pencemaran pada Sungai Ciliwung, tetapi jumlahnya tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena debit air limbah saluran akhir Perumnas Bantar Kemang kecil sedangkan debit air Sungai Ciliwung sebagai penerima air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang yang besar.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar
Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai
Ciliwung
Nama Mahasiswa : Muhammad Reza Cordova
Nomor Pokok : C24104056
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc NIP. 131 471 376
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
Tanggal Lulus :
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
PRAKATA
Kegiatan rumah tangga pada umumnya menghasilkan dua buangan,
buangan padat dan buangan cair. Buangan padat merupakan buangan seperti
sampah pada umumnya sedangkan buangan cair merupakan air limbah sisa dari
kegiatan rumah tangga. Umumnya air limbah kegiatan rumah tangga (domestik)
yang dibuang langsung menuju badan air seperti sungai dan danau, hal tersebut
terjadi karena masyarakat menganggap air limbah domestik tidak akan berdampak
negatif. Di sisi lain kajian mengenai air limbah domestik belum terlalu banyak
dilakukan. Fokus utama dari penulisan skripsi ini adalah mengkaji seberapa besar
pencemar yang dihasilkan kegiatan rumah tangga dari parameter padatan
tersuspensi terlarut, kebutuhan oksigen biokimiawi, derajat keasaman, minyak dan
lemak serta deterjen, seberapa besar beban yang dihasilkan dan bagaimana
pengaruh pencemar tersebut pada badan air penerima.
Dari penulisan skripsi ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami
mengenai air limbah domestik sehingga pengaruh air limbah pencemar dari
kegiatan rumah tangga dapat dikurangi. Semoga skripsi ini bermanfaat yang
memerlukan. Akhir kata penulis menyadari masih jauh dari sempurna dan
mungkin tidak dapat memuaskan semua pihak. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang dengan
sabar berkenan membimbing, memberikan masukan dan memberikan
dorongan moril pada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil yang telah memberikan bimbingan
secara tidak langsung, memberikan masukan dan dorongan moril.
3. Ibu Majariana Krisanti, S.Pi., M.Si, sebagai penguji luar komisi yang
memberikan masukan berharga, saran dan arahan pada penulisan skripsi.
4. Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati sebagai penguji perwakilan departemen yang
memberikan masukan berharga, saran dan arahan pada penulisan skripsi.
5. Ibu Dr. Ir. Niken T.M. Pratiwi, M.S., Alm. Bapak Dr. Ir. Unggul Aktani
dan Bapak Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga dan Bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno,
M.Sc., yang telah memberikan masukan berharga, semangat, dan
dukungan moril saat penulisan skripsi.
6. Bapak Hazaddin TS yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk mengikuti penelitian ini.
7. Bapak Dr. Ir. Sulistiono sebagai pembimbing akademik yang senantiasa
memberikan arahan dan saran selama penulis menyelesaikan studi
8. Keluarga (Ibunda Etty Riani, Ayahanda Harsono Hadisoemardjo, Adik
Rama, Adik Dzikri dan Adik Farah serta Adinda Yayu Alitalia) yang telah
memberikan kasih sayang, semangat dan motivasi pada penulis.
9. Mbak Widar, Ibu Merry, Mbak Yani, staf TU, Bang Charles, staf pengajar
Departemen MSP yang telah memberikan dorongan moril. Rekan-rekan
MSP 41, 40 dan 42 dengan kerjasama yang luar biasa khususnya Feri,
Ahmad Rangkuti, Ryan Sumo, Wilda, Shelly, dan Rendy Sormin.
“Saudaraku” di Wisma Biru Dior, Agus, Habib, Dani, Lingga, Ibnu, Roy,
Ofi, Annas, Yudha, Yanda, Willi, Indra dan Bawon. Ucapan terima kasih
juga disampaikan pada semua pihak belum bisa disebutkan yang telah
membantu dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 2 1.3. Tujuan ............................................................................................... 3 1.4. Manfaat ............................................................................................. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4 2.1. Air Limbah ........................................................................................ 4 2.2. Definisi dan Sumber Air Limbah Domestik........................................ 5 2.3. Karakteristik Air Limbah Domestik ................................................... 5 2.3.1. Suhu ...................................................................................... 6 2.3.2. Warna .................................................................................... 7 2.3.3. Bau ........................................................................................ 8 2.3.4. Padatan Tersuspensi Total ...................................................... 9 2.3.5. Penggunaan dan Debit Air Rumah Tangga ............................. 9 2.3.6. Derajat Keasaman (pH) .......................................................... 10 2.3.7. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand atau BOD) ............................................................... 11 2.3.8. Minyak dan Lemak ................................................................ 12 2.3.9. Deterjen ................................................................................. 14 III. METODA PENELITIAN ................................................................... 17 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 17 3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 19 3.3. Prosedur Kerja ................................................................................... 19 3.4. Analisis Data ..................................................................................... 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 25 4.1. Kondisi Umum Perumnas Bantar Kemang ......................................... 25 4.2. Kualitas Air Limbah Domestik........................................................... 25 4.2.1. Derajat Keasaman (pH) .......................................................... 25 4.2.2. Padatan Tersuspensi Total ...................................................... 26 4.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand atau BOD) ............................................................... 27 4.2.4. Minyak dan Lemak ................................................................ 29 4.2.5. Deterjen ................................................................................. 30 4.2.6. Suhu ...................................................................................... 31 4.2.7. Warna .................................................................................... 32 4.2.8. Bau ........................................................................................ 33
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
4.3. Penggunaan dan Debit Air ................................................................. 34 4.4. Beban Pencemaran Limbah Domestik ................................................ 35 4.5. Kontribusi Beban Pencemaran Limbah Domestik yang Berasal
dari Perumnas Bantar Kemang pada Badan Air Penerima .................. 36 4.6. Penentuan Status Mutu Air................................................................. 37 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 40 5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 40 5.2. Saran.................................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 41 LAMPIRAN ............................................................................................. 44
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kuantitas penggunaan air per-orang/hari .............................................. 10
2. Parameter, alat atau metoda yang digunakan untuk analisa kualitas air limbah domestik keluaran (effluent) dari Perumnas Bantar Kemang dan untuk analisa kualitas air Sungai Ciliwung (ambient) yang terkena dampak dari effluent air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang .................................................................................... 20
3. Penentuan status mutu air dari Indeks Pencemaran ............................... 24
4. Pengukuran warna pada tiap stasiun ..................................................... 32
5. Pengukuran bau pada tiap stasiun ......................................................... 34
6. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan per rumah ............................................................................................. 35
7. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan saluran akhir (outlet) ............................................................................ 36
8. Beban pencemaran yang dibawa Sungai Ciliwung sebelum saluran akhir Perumnas Bantar Kemang ........................................................... 36
9. Kontribusi limbah domestik Sungai Ciliwung dari Perumnas Bantar Kemang ............................................................................................... 37
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
ii
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman
1. Bagan alir perumusan masalah .............................................................. 3
2. Skema pengelompokan bahan yang terkandung dalam air limbah ......... 4
3. Peta lokasi penelitian (Perumnas Bantar Kemang) ................................ 18
4. Nilai pH setiap titik pengambilan sampel .............................................. 26
5. Padatan tersuspensi total setiap titik pengambilan sampel .................... 27
6. Nilai BOD setiap titik pengambilan sampel ........................................... 28
7. Konsentrasi minyak dan lemak tiap titik pengambilan sampel ............... 29
8. Konsentrasi deterjen tiap titik pengambilan sampel ............................... 30
9. Rata-rata suhu tiap stasiun pengamatan ................................................. 31
10. Grafik fluktuasi debit di depan satu rumah ................................................... 3 11. Grafik fluktuasi pengukuran debit outlet ...................................................... 3 12. Grafik fluktuasi debit di sungai .................................................................... 3
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
iii
LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Sketsa tempat pengambilan sampel air ................................................. 44
2. Stasiun pengambilan contoh air pada Perumnas Bantar Kemang .......... 45
3. Standar beban pencemaran dari perhitungan penggunaan air dari PDAM dan baku mutu Kepmen LH No. 112 tahun 2003 ...................... 46
4. Hasil analisa data mentah dan fluktuasi debit air debit di depan satu rumah, outlet dan sungai Ciliwung ................................................ 47
5. Contoh perhitungan mass balance concept ........................................... 49
6. Perhitungan indeks pencemaran ........................................................... 50
7. Data mentah hasil analisa kualitas air ................................................... 52
8. Gambar lokasi penelitian...................................................................... 54
9. Hasil analisa air sungai setelah outfall Perumnas Bantar Kemang ........ 58
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air sangat penting bagi kehidupan, baik untuk proses-proses yang terjadi di
dalam tubuh maupun untuk berbagai kegiatan yang menunjang kehidupan. Dalam
kehidupan sehari-hari, air digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti minum,
mandi, mencuci, memasak, kegiatan pertanian, perternakan, perindustrian dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Namun karena air merupakan barang milik bersama,
maka penggunaannya seringkali tidak bijaksana. Adanya penggunaan air yang
tidak bijaksana tersebut pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
kualitas baik dari aspek kimia, aspek fisika maupun aspek biologi. Salah satu hal
yang menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air adalah semakin banyaknya
penggunaan air untuk keperluan rumah tangga, sebagai akibat meningkat pesatnya
jumlah penduduk. Di lain pihak air yang telah digunakan untuk keperluan rumah
tangga (domestik) tersebut yang biasa disebut sebagai air limbah rumah tangga
atau limbah domestik, pada umumnya langsung dibuang ke dalam ekosistem
perairan dengan tidak mengalami pengolahan terlebih dahulu.
Air limbah domestik yang langsung dibuang ke dalam ekosistem perairan
tersebut, umumnya akan mempengaruhi air yang ada pada ekosistem penerimanya,
bahkan pada akhirnya akan berakibat pada berubahnya komposisi kandungan zat
yang ada di dalamnya atau dengan kata lain akan mengakibatkan terjadinya
pencemaran pada ekosistem perairan penerimanya. Menurut Reksosoebroto
dalam Sugiharto (1987), air limbah domestik ini dapat berpengaruh buruk
terhadap berbagai hal, karena dapat berperan sebagai media pembawa penyakit,
dapat menimbulkan kerusakan pada bahan bangunan dan tanaman, dapat merusak
kestabilan kehidupan dalam air seperti kehidupan ikan dan binatang peliharaan
lainnya. Selanjutnya dikatakan bahwa air limbah dapat menurunkan nilai estetika
(keindahan) karena akan mengakibatkan munculnya bau busuk dan pemandangan
yang kurang sedap.
Secara umum jika air limbah domestik jumlahnya sedikit, tidak akan
menimbulkan pengaruh yang berarti pada ekosistem perairan, namun dalam
jumlah yang banyak, limbah domestik dapat menyebabkan pencemaran, terutama
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
2
pencemaran bahan organik yang cukup berarti. Namun hingga saat ini masih
banyak masyarakat yang beranggapan bahwa limbah domestik yang dibuang
langsung ke dalam ekosistem perairan tidak akan menimbulkan dampak negatif.
Di lain pihak, sejauh ini penelitian mengenai limbah domestik di Kota Bogor juga
masih sangat minim. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dikaji
seberapa banyak air limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga, serta apakah
limbah domestik yang berasal dari permukiman padat seperti dari Perumahan
Nasional (Perumnas) Bantar Kemang Kota Bogor dapat menimbulkan
pencemaran pada ekosistem perairan.
1.2. Perumusan Masalah
Peningkatan jumlah penduduk perumahan mengakibatkan terjadinya
peningkatan konsumsi dan penggunaan air. Penggunaan air dalam jumlah yang
banyak untuk kegiatan sehari-hari (rumah tangga/domestik) seperti untuk mandi,
mencuci atau memasak, mengakibatkan terjadinya perubahan air baik secara fisik,
kimia maupun secara biologi. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas air. Di lain pihak ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya
limbah domestik yang langsung dibuang ke ekosistem perairan tanpa mengalami
pengolahan terlebih dahulu dapat memperberat pencemaran pada ekosistem
perairan yang menerima limbah buangan domestik tersebut.
Sebenarnya Indonesia telah mulai mengatur pembuangan limbah domestik
sejak tahun 2003 dengan adanya kebijakan yang meregulasi pembuangan limbah
domestik, yang dimuat pada Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik serta Keputusan Gubernur Jawa Barat
No. 38 tahun 1991 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air pada Sumber Air
di Jawa Barat. Namun ketidaktahuan masyarakat dan ketidaktahuan pemangku
kepentingan, serta mahalnya biaya pengolahan limbah, membuat peraturan
tersebut seolah-olah diabaikan begitu saja dan pembuangan air limbah domestik
ke sungai terus berlangsung sehingga pencemaran lingkungan sungai terus terjadi.
Di lain pihak kajian tentang bahaya dari air limbah domestik, hingga saat ini juga
dapat dikatakan masih minim, sehingga informasi yang harus segera diketahui
saat ini dalam rangka mencarikan solusinya di masa yang akan datang antara lain
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3
adalah mencari informasi kualitas air limbah domesik dari kegiatan rumah tangga
tersebut, menganalisa seberapa besar beban pencemaran yang dihasilkan dari air
limbah domestik sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh dari air limbah
domestik tersebut terhadap ekosistem perairan penerimanya. Untuk lebih jelasnya
mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan alir perumusan masalah
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh air limbah domestik hasil
kegiatan rumah tangga Perumnas Bantar Kemang terhadap kualitas air Sungai
Ciliwung.
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
mendapatkan informasi kualitas limbah rumah tangga yang berasal dari
perumahan sederhana dan besarnya beban pencemaran yang berasal dari kegiatan
rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor, pada masyarakat dan
pemerintah. Manfaat lain yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai
bahan informasi untuk merumuskan kebijakan selanjutnya, terutama dalam
penanganan air limbah domestik, khususnya yang berasal dari perumahan
sederhana seperti Perumnas Bantar Kemang serta perumahan pada umumnya.
Air limbah domestik
Pencemaran
Pengaruh air limbah
domestik pada badan
penerima?
kualitas air limbah
Hidrologi
+ -
Perlu pengolahan air limbah domestik
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Limbah
Pengertian air limbah secara umum adalah kotoran dari masyarakat dan rumah
tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta dari buangan
lainnya (Sugiharto, 1987). Metcalf dan Eddy (2002) menambahkan air buangan
tersebut berasal dari air yang digunakan pada berbagai kegiatan manusia sehingga
terdapat perubahan karakteristik air. Rump (1999) menerangkan lebih lanjut
bahwa perubahan karakteristik tersebut berupa perubahan komposisi air setelah
digunakan oleh manusia. Perubahan komposisi tersebut akibat masuknya
substansi unsur yang langsung dapat terdegradasi, unsur yang tidak langsung
dapat terdegradasi, nutrisi untuk organisme autotrof, logam berat, garam, air
buangan panas dan organisme patogen. Substansi tersebut bila masuk ke badan
air dapat memberikan pengaruh pada kehidupan organisme akuatik dan manusia,
sehingga kehidupan organisme dan manusia terganggu.
Menurut Health Departement of Western Australia, air limbah terdiri dari
99.7% air dan 0.3% bahan lain, sedangkan menurut Mara dan Cairncross (1994)
dan Sugiharto (1987) air limbah terdiri dari 99.9% air dan 0.1% bahan lain seperti
bahan padat, koloid dan terlarut. Bahan lain tersebut terbagi atas bahan organik
dan anorganik. Bahan organik dalam air limbah terbagi atas 65% protein, 25%
karbohidrat dan 10% lemak, sedangkan bahan anorganiknya terbagi menjadi
butiran, garam dan metal (Sugiharto, 1987). Skema pengelompokan bahan yang
terkandung dalam air limbah dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema pengelompokan bahan yang terkandung dalam air limbah (Sugiharto, 1987)
Anorganik Organik
Bahan Padat (0.1%)
Air Limbah
Air (99.9%)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
5
2. 2. Definisi dan Sumber Air Limbah Domestik
Air limbah domestik merupakan air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi
untuk tujuan semula, baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari
aktivitas dapur, kamar mandi dan cuci dimana kuantitasnya 50-70% dari rata-rata
pemakaian air bersih sekitar 120-140 liter/orang/hari (Kodoatie dan Sjarief, 2005).
Menurut Sugiharto (1987), air limbah domestik merupakan air limbah yang telah
digunakan yang berasal dari rumah tangga atau pemukiman, perdagangan, daerah
kelembagaan atau daerah rekreasi, meliputi air buangan dari kamar mandi, WC,
tempat cuci atau tempat memasak. Menurut Kepmen LH no.112 tahun 2003
tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah domestik merupakan air
limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate), rumah
makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Selanjutnya McKinneya
(2004) menambahkan air limbah domestik merupakan air buangan dari kawasan
tempat tinggal, kawasan umum dan apartemen. Apabila ketiga pengertian
mengenai air limbah domestik digabungkan, maka dapat dirumuskan batasan yang
lebih jelas, terutama sumber air limbah domestik tersebut. Sumber utama air
limbah rumah tangga dari masyarakat berasal dari perumahan dan daerah
perdagangan.
Tetapi karena jumlah perumahan meningkat seiring meningkatnya penduduk
Mukhtasor (2007) menyatakan air limbah domestik lebih sulit dikendalikan
dibandingkan air limbah industri, karena sifatnya yang menyebar, sehingga
memang perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke badan sungai penerima
sesuai Kepmen LH No.112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik.
2. 3. Karakteristik Air Limbah Domestik
Folwell (1936) menyatakan penggunaan air untuk kegiatan pada perumahan
akan mengubah komposisi air tersebut. Air yang telah digunakan tersebut
mengandung ekskresi manusia dalam bentuk solid maupun cairan, sisa makanan,
air cucian, sisa kertas, rambut, potongan kain dan sampah. Mukhtasor (2007)
membagi air limbah domestik menjadi dua bagian, air limbah domestik dari air
cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan lemak serta shampo; dan air limbah
domestik yang berasal dari kakus seperti tinja dan air seni. Lebih lanjut Kodoatie
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
6
dan Sjarief (2005) menambahkan air limbah domestik mengandung 90% cairan.
Zat yang terkandung dalam air buangan tersebut berupa unsur organik tersuspensi
maupun terlarut, unsur anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut
akan mencerminkan kualitas air buangan dalam sifat fisik, kimiawi maupun
biologi. Parameter air limbah yang dianalisa pada penelitian ini adalah parameter
umum seperti suhu, warna dan bau serta parameter parameter utama dengan acuan
Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik,
PPRI No. 82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas
tiga serta Jawa Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada
sumber air di Jawa Barat yakni derajat keasaman (pH), kebutuhan oksigen
biologis (BOD), minyak dan lemak dan deterjen.
2. 3.1. Suhu
Suhu pada air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari
permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran
serta kedalaman badan air (Effendi, 2003). Metcalf dan Eddy (2002) juga
menyatakan karena adanya perbedaan lokasi geografi juga mempengaruhi
suhu rata-rata per tahun setiap wilayah. Suhu air limbah dipengaruhi oleh
proses yang dialami pada sumbernya serta proses aerobik dan anaerobik yang
berlangsung di dalam limbah itu sendiri (Yusuf, 2001). LPM-ITB (1994)
dalam Kodoatie dan Sjarief (2005) menyatakan suhu dari buangan air limbah
biasanya sedikit lebih tinggi dari suhu air minum. Pernyataan tersebut
didukung oleh Metcalf dan Eddy (2002) yang menyatakan bahwa temperatur
dari air limbah umumnya lebih tinggi dari tempat persediaan air lokal, karena
adanya kegiatan rumah tangga dan industri. Fardiaz (1992) menambahkan
dari hasil oksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel dengan
bantuan enzim akan menghasilkan energi panas.
Oksidasi bahan organik :
(CH2O)n + n O2 → n CO2 + n H2O + Panas
Sintesis sel :
(CH2O) + NH3 + O2 → komponen sel + CO2 + H2O + Panas
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
7
Oksidasi sel :
Komponen sel + O2 → CO2 + nH2O + NH3 + Panas
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi
pada suatu perairan. Perubahan tersebut mempengaruhi aktifitas mikrobial,
solubilitas gas dan viskositas (LPM-ITB, 1994 dalam Kodoatie dan Sjarief,
2005), Effendi (2003) menambahkan bahwa peningkatan suhu akan
meningkatkan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Sebagian
besar proses fisik, biologi dan karakter kimia pada air permukaan
dipengaruhi oleh temperatur. Peningkatan suhu berkorelasi positif dengan
proses kimia yang terjadi pada air, peningkatan suhu juga dapat
membahayakan biota air. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan
kelarutan gas dalam air, seperti gas O2, CO2, N2 dan CH4 (Babbit, 1969;
Haslam, 1994 dalam Effendi, 2003). Peningkatan suhu juga berpengaruh
pada kemampuan air untuk mengikat oksigen terlarut, namun demikian
perubahan suhu secara ekstrim yang umumnya berasal dari air buangan
dalam proses industri dapat mematikan biota (Cech, 2005). Peningkatan
suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan metabolisme dan
respirasi organisme air serta peningkatan dekomposisi bahan organik oleh
mikroba, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen
dalam air. Peningkatan suhu yang disertai peningkatan konsumsi oksigen,
menyebabkan keberadaan oksigen tidak mencukupi kebutuhan organisme
akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003).
Metcalf dan Eddy (2002) menambahkan suhu optimal untuk kegiatan bakteri
berada dalam kisaran 25 - 35°C. Pada limbah domestik sendiri, peningkatan
suhu mengakibatkan turunnya kadar oksigen, sehingga menyebabkan
terjadinya pembusukan, dan menimbulkan bau yang tidak sedap (Yusuf,
2001).
2. 3.2. Warna
Warna air dikelompokan menjadi dua, warna sesungguhnya (true
color) yang disebabkan oleh bahan kimia terlarut dan warna tampak
(apparent color) yang disebabkan tidak hanya oleh bahan terlarut, tetapi
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
8
juga oleh bahan tersuspensi. Warna perairan ditimbulkan oleh adanya
bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus
dan ion-ion logam (Effendi, 2003; Fardiaz, 1992; Linsey dan Franzini,
1996; Hariyadi dkk, 1992). Linsey dan Franzini (1996) menambahkan
bahwa warna perairan didominasi oleh jenis bahan organik yang terlarut
dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tanaman yang membusuk.
Mahida (1986) menyatakan warna tampak cukup menunjukkan sifat dan
kualitas limbah tersebut, tetapi orang awam seringkali menilai air limbah
berdasarkan warnanya, walaupun tidak sesuai dengan warna yang
dikandungnya. Hasil penelitian LPM-ITB (1994) dalam Kodoatie dan
Sjarief (2005); Mahida (1986); Babbit (1969) menyatakan bahwa air
limbah domestik segar biasanya berwarna abu-abu, sedangkan pada
keadaan septik, telah mengalami dekomposisi, air limbah domestik akan
berwarna hitam.
2.3.3. Bau
Bau atau aroma dipengaruhi oleh keberadaan senyawa organik
maupun anorganik yang berasal dari limbah domestik, limbah industri dan
bahan alami seperti dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Bau sangat
berpengaruh dalam penentuan perairan sebagai penyedia air minum,
tempat rekreasi dan keindahan (Fardiaz, 1992; Hariyadi dkk, 1992).
Linsey dan Franzini (1996) menambahkan bau dan rasa disebabkan oleh
adanya bahan organik atau bahan kimia yang mudah menguap. Mahida
(1986) menyatakan bau dapat menunjukan apakah suatu air limbah masih
baru atau telah mengalami pembusukan. Air limbah domestik segar
biasanya tidak memiliki bau tetapi bila memiliki bau, maka akan bau
sabun atau bau lemak, sedangkan dalam kondisi septik, air limbah
domestik akan berbau sulfur dan kurang sedap (Babbit, 1969; Mahida,
1986; LPM-ITB, 1994 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
9
2. 3.4. Padatan Tersuspensi Total
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah
bahan tersuspensi dengan diameter >1 µm yang tertahan pada saringan
milliophore dengan diameter pori 0.45 µm yang masih tetap tinggal
sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu 103-105ºC.
(Saeni, 1989). Padatan tersuspensi merupakan pencemar umum yang
terdapat pada seluruh perairan alam, bahkan di perairan alami yang masih
bersih dan belum tercemar juga dijumpai padatan tersuspensi dalam
bentuk liat, debu dan pasir yang disebabkan oleh kikisan tanah yang
terbawa badan air (Hammer, 1975; Saeni 1989). Mahida (1986)
menambahkan pada daerah pemukiman, kekeruhan perairan pada
umumnya disebabkan oleh buangan penduduk seperti dari sisa makanan
dan buah, sisa kertas dan sisa kain bekas yang akan menjadi bahan
tersuspensi.
Saeni (1989); Sawyer dkk (1994) menyatakan padatan tersuspensi
berkorelasi positif terhadap kekeruhan, semakin tinggi padatan tersuspensi,
semakin tinggi pula nilai kekeruhan. Lebih lanjut Saeni (1989)
menambahkan bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloid
sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensinya akan
mengakibatkan kekeruhan yang berbeda. Padatan tersuspensi total dapat
menyebabkan terganggunya proses osmoregulasi seperti sistem pernafasan
dan daya lihat organisme serta menghambat penetrasi cahaya dalam air
sehingga mengurangi regenerasi oksigen secara fotosintesis (Fardiaz,
1992). Sawyer dkk (1994) menambahkan adanya padatan tersuspensi
yang mengakibatkan kekeruhan tersebut dapat menjadi media hidup bagi
bakteri patogen, sehingga bakteri patogen tersebut aman dari disinfektan.
2. 3. 5. Penggunaan dan Debit Air Rumah Tangga
Penggunaan air rumah tangga adalah air yang dipergunakan di tempat-
tempat hunian pribadi, apartemen untuk keperluan minum, mandi, saniter,
penyiraman tanaman dan tujuan lain. Penggunaan air rumah tangga di
Amerika Serikat bervariasi antara 150- 1900 liter/orang/hari (Linsley dan
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
10
Franzini, 1996). Sedangkan menurut data Perusahaan Daerah Air Minum
Kota Bogor kuantitas penggunaan air untuk kegiatan sehari hari berupa
minum, mandi, bilas, cuci pakaian, memasak dan lain-lain sebesar 86-122
liter/orang/hari (Tabel 1). Dari kedua informasi, secara umum dapat
dikatakan konsumsi air untuk kegiatan rumah tangga berbeda pada tiap
tempat dan negara.
Tabel 1. Kuantitas penggunaan air per-orang/hari
No Jenis pemakaian Pemakaian per kegiatan
(liter/orang/hari)
minimal maksimal 1 Minum 1 7 2 Mandi 35 41 3 Bilas 3 9 4 Cuci 37 43 5 Memasak 6 12 6 Lain-lain 4 10
Total 86 122 Sumber : PDAM Kota Bogor, 2007
2. 3. 6. Derajat Keasaman (pH)
Power of hydrogen (pH) merupakan unit pengukuran yang
menggambarkan derajat asiditas, alkalinitas suatu larutan, terutama sebagai
indikator kualitas air. Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan
antara asam dan basa dalam air (Cech, 2005; Saeni, 1989). Skala pH
mengacu kepada kekuatan atau konsentrasi dari ion atau atom hidrogen
dalam air. Adanya ion hidrogen dan ion hidroksil diakibatkan selalu ada
proses pemisahan molekul dalam air (Mahida, 1986). Lebih lanjut Fardiaz
(1992) menyatakan pemecahan komponen molekul organik seperti karbon,
nitrogen, sulfur dan phospat yang berasal dari karbohidrat, lemak atau
protein dalam proses aerobik dan anaerobik akan menghasilkan
karbondioksida yang sifatnya asam.
Oksidasi bahan organik :
(CH2O)n + n O2 → n CO2 + n H2O + Panas
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
11
Nilai pH berkisar antara 0 yang berarti sangat asam, dengan konsentrasi
ion hidrogen positif (H+) tinggi, hingga 14 yang artinya sangat basa, dengan
konsentrasi ion hidroksil negatif (OH-) tinggi. Klasifikasi pH terbagi
menjadi tiga bagian, netral dengan pH=7, asam dengan pH kurang dari 7
hingga 0 dan basa atau alkalis dengan pH lebih dari 7 hingga 14 (Cech, 2005;
Effendi, 2003). Nilai pH dalam kondisi sangat ekstrim dapat mencapai nilai
negatif dan lebih dari 14 (Cech, 2005). Nilai pH yang baik memungkinkan
organisme untuk hidup dan tumbuh, serta kehidupan biologis yang berjalan
baik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai pH antara 7-8,5 (Effendi, 2003). Sama dengan skala richter pada
gempa bumi, nilai pH menggunakan skala logaritmik. Setiap angka
merepresentasikan kisaran sepuluh dari asiditas atau alkalinitas. Air dengan
pH 4 berarti 10 kali lebih asam dari pH 5 (Cech, 2005; Mahida, 1986).
Nilai pH air dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam
lingkungan perairan, mempengaruhi jenis dan toksisitas dari unsur-unsur
renik seperti logam (Saeni, 1989). Senada dengan hal tersebut Novotny dan
Olem (1994) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa toksisitas logam
mengalami peningkatan pada pH rendah. Proses biokimiawi perairan juga
dipengaruhi oleh perubahan pH, misalnya proses nitrifikasi akan berhenti
pada pH asam (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003). Pada
umumnya bakteri tumbuh pada pH netral sedangkan jamur lebih menyukai
pH rendah (asam). Hal ini menunjukan bahwa proses dekomposisi bahan
organik berlangsung lebih cepat pada kondisi pH netral (Effendi, 2003).
2.3.7. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand
atau BOD)
BOD merupakan ukuran tentang jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
menstabilkan air limbah secara biologi (Sawyer dan McCarty, 1978 dalam
Linsey dan Franzini, 1996; Saeni, 1989). Secara tidak langsung, BOD
merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dan air (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003;
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
12
McKinneya, 2004; Mukhtasor, 2007). Effendi (2003) menambahkan BOD
hanya menggambarkan bahan organik yang dapat terdekomposisi secara
biologis (biodegradable). Bahan organik ini berupa lemak, protein, kanji
(starch), glukosa, aldehida, ester dan sebagainya.
Saeni (1989) menyatakan bahwa proses oksidasi biokimiawi merupakan
proses lambat dan secara teoritis memerlukan waktu yang tidak terbatas
untuk mencapai reaksi sempurna. Oksidasi mencapai 90-99% dalam periode
20 hari. Umumnya analisis BOD dilakukan dalam periode 5 hari pada suhu
20ºC, karena pada periode 5 hari sudah mencapai kesempurnaan oksidasi,
yakni mencapai 60-70%. Suhu 20ºC yang digunakan merupakan nilai rata-
rata temperatur pada iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil
akan berbeda pada suhu yang berbeda, karena kecepatan reaksi biokimia
tergantung dari suhu.
BOD dari air limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga menurut
Mukhtasor (2007) menyumbang 50-75% BOD yang terdapat di sungai
sebagai badan air penerima, sisanya (25-50%) berasal dari limbah industri.
Sehingga dapat dikatakan bahwa bahan organik hasil kegiatan rumah tangga
yang dibuang langsung ke badan air penerima juga besar.
2. 3. 8. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak menurut Sugiharto (1987) merupakan komponen
utama bahan makanan yang banyak didapatkan dalam air limbah. Lemak
dan minyak dapat membentuk ester dan alkohol atau gliserol dengan asam
gemuk. Gliserid dari asam gemuk ini berupa cairan yang disebut minyak,
sedangkan dalam bentuk kental atau padat dikenal sebagai lemak. Lemak
dalam air limbah berasal dari roti, margarin serta buah-buahan. Lemak juga
berasal dari daging buah dekat biji-bijian, bijih-bijihan, kacang-kacangan
serta buah-buahan. Lemak tergolong pada benda organik yang stabil dan
sulit diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dihancurkan oleh bahan-bahan
asam, sehingga menghasilkan gliserin dan asam gemuk. Pada keadaan basa,
lemak terpisah dari gliserin dan terbentuk garam basa. Garam basa ini
dikenal sebagai sabun, seperti halnya lemak, sabun merupakan zat yang
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
13
stabil. Minyak merupakan lemak dalam bentuk cair. Minyak tanah, minyak
pelumas dan minyak goreng merupakan turunan dari minyak residu dan
batubara yang mengandung karbon dan hidrogen. Mulyasih (2008, komuni
kasi pribadi*) menyatakan minyak dan lemak yang berasal dari kegiatan
manusia yang telah dijelaskan Fardiaz (1992) mengandung minyak mineral
dan hidrokarbon seperti minyak tanah, minyak nabati yang berasal dari
makanan gorengan, asam lemak yang bersumber dari daging ternak dan ikan
serta sabun.
Fardiaz (1992) menjelaskan minyak mengandung senyawa volatil yang
segera dapat menguap, setelah beberapa hari 25% dari volume minyak akan
hilang karena menguap, sisa minyak yang tidak menguap tersebut akan
mengalami emulsifikasi yang mengakibatkan air dan minyak bercampur.
Komponen penyusun minyak bersifat racun tergantung struktur dan berat
molekulnya. Komponen minyak terdiri dari komponen hidrokarbon jenuh
dan komponen hidrokarbon aromatik. Komponen hidrokarbon jenuh yang
memiliki titik didih rendah pada hewan tingkat tinggi dapat menyebabkan
anastesi dan narkosis, sedangkan pada hewan tingkat rendah dapat
mengakibatkan kematian. Komponen hidrokarbon aromatik lebih larut di air
dibandingkan dengan hidrokarbon jenuh, sehingga lebih beracun, karena
komponen aromatik tersebut dapat membunuh langsung kehidupan
sekitarnya malalui kontak langsung dengan minyak.
Sawyer dkk (1994) menyatakan minyak dan lemak sebagian besar akan
mengapung dalam air, hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis, sebagian
kecil mengendap pada lumpur. Minyak dan lemak dapat mempengaruhi
kehidupan yang ada di permukaan air dan membentuk lapisan tipis di
permukaan yang menghalangi difusi oksigen dari udara ke air.
Menurut Sugiharto (1987), kadar minyak dan lemak 15-20 mg/l
merupakan batas maksimum yang diizinkan pada limbah organik, sedangkan
menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 dan Keputusan
Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik, batas yang diperbolehkan adalah 10 mg/l.
*) Ir. Sri Mulyasih, MT, staf peneliti Laboratorium Pengujian Divisi Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
14
2. 3. 9. Deterjen
Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari senyawa
petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Dibanding dengan produk
terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan
air (Fardiaz, 1992).
Fardiaz (1992); Laws (1993); Sawyer dkk (1994); Manahan (1994)
menyatakan komponen deterjen terdisi dari tiga bagian yakni, surfaktan yang
merupakan bahan pembersih utama, bahan pembentuk serta bahan lain-lain.
Kandungan surfaktan dalam deterjen 20-30%, sedangkan 70-80% sisanya
merupakan bahan pembentuk. Surfaktan dalam deterjen berfungsi sebagai
bahan pembasah yang membuat turunnya tegangan permukaan air sehingga
air lebih mudah meresap ke dalam kain yang dicuci. Molekul surfaktan
bersifat bipolar, dimana salah satu ujung molekul bersifat nonpolar dan larut
dalam kotoran, ujung lainnya bersifat polar sehingga larut dalam air.
Sawyer dkk (1994) menambahkan surfaktan memiliki tiga tipe utama
yakni anionik, nonionik dan kationik. Surfaktan anionik merupakan jenis
surfaktan yang memiliki unsur utama ion natrium (Na+) dan alkil sulfat.
Manahan (1994) menambahkan surfaktan dengan alkil sulfat ini seperti ABS
(alkylbenzene sulfonate) dan LAS (linear alkylate sulfonates). Surfaktan
nonionik seperti, nonyl phenol polyethoxyle, memiliki sifat yang sama
seperti surfaktan anionik, daya pembersihannya lebih baik. Surfaktan
kationik merupakan surfaktan dengan bahan pembentuk utama garam
ammonium hidroksida, surfaktan jenis ini memiliki keunggulan sebagai
disinfektan saat tidak ada air panas untuk menghilangkan bakteri patogen
berbahaya. Tetapi karena dibutuhkan biaya produksi yang lebih besar untuk
pembuatan surfaktan nonionik dan kationik, sehingga produsen deterjen
lebih banyak memproduksi surfaktan anionik.
Fardiaz (1992) dan Manahan (1994) menjelaskan bahan pembentuk atau
builder deterjen memiliki peranan penting dalam proses pembersihan kotoran.
Bahan pembentuk berfungsi mengikat ion magnesium dalam jumlah besar
sehingga sifat air menjadi alkali (basa). Sifat alkali membuat proses
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
15
pembersihan menjadi efektif, sehingga builder dibutuhkan dalam jumlah
besar. Bahan pembentuk deterjen ini terbentuk dari unsur dasar phospat,
yakni natrium tripolyphospate.
Bahan terakhir pembentuk deterjen adalah bahan tambahan seperti bahan
pencerah, parfum dan antiredeposisi. Bahan pencerah berfungsi sebagai
pewarna untuk mengabsorpsi sinar ultraviolet yang tidak tampak dan
mengemisi sinar putih atau biru sehingga warna kain akan lebih cerah;
parfum berfungsi membuat kain lebih wangi; antiredoposisi berfungsi
mempertahankan kotoran yang telah lepas dari kain atau bahan lain yang
dicuci tidak menempel kembali (Fardiaz, 1992).
Fardiaz (1992) juga menyatakan pencemaran deterjen seringkali
diasosiasikan akibat surfaktan dan bahan pembentuk yang terkandung dalam
deterjen. Penanganan polusi akibat surfaktan telah banyak dilakukan, salah
satu caranya mengganti bentuk ABS menjadi LAS serta mengganti surfaktan
anionik menjadi surfaktan nonionik dan kationik. Heath (1987) dan
Manahan (1994) menambahkan penggunaan surfaktan anionik awalnya
berbentuk ABS yang memiliki dampak buruk banyaknya busa sehingga
mengganggu biota perairan. Pada tahun 1965, bentuk ABS diganti dengan
LAS yang lebih mudah terdegradasi. Pada ikan LAS empat kali lebih
beracun dibandingkan ABS, tetapi daya racunnya akan semakin berkurang
dengan adanya biodegradasi. Penggantian surfaktan anionik menjadi
surfaktan nonionik dan kationin menurut Laws (1993) telah dilakukan di
Amerika Serikat, tetapi karena biaya produksinya lebih mahal, maka
pengguna deterjen dengan surfaktan ini hanya golongan tertentu saja.
Sawyer dkk (1994) menjelaskan bahan pembentuk (builder) mencemari
perairan akibat adanya phosphate dalam builder. Sehingga dengan semakin
melimpahnya penggunaan deterjen, diperkirakan akan meningkatkan fosfat
yang masuk ke perairan, sehingga dapat menyebabkan eutrofikasi. Lebih
lanjut Grundy (1971) dalam Laws (1993) menyatakan 30-40% fosfat yang
masuk ke perairan berasal dari deterjen. Manahan (1994) menambahkan,
karena sifat builder yang mengikat ion magnesium, membuat sifat air
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
16
menjadi basa. Semakin banyak ion magnesium dalam air, akan membuat air
menjadi semakin basa.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
III. METODA PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Perumahan Nasional (Perumnas) Bantar Kemang,
RW 5/RT 1-2 dan RW 6/ RT 3-6, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 3).
Lokasi pengambilan contoh air ditentukan berdasarkan tempat saluran
pembuangan air satu rumah, tempat saluran pembuangan air gabungan, saluran
akhir pembuangan air limbah perumahan (outlet) dan di sungai. Pengambilan
contoh air dilakukan pada titik yang mewakili lokasi tersebut, yakni pada saluran
pembuangan air satu rumah sebanyak dua titik, pada saluran air gabungan
sebanyak empat titik, saluran akhir pembuangan sebanyak satu titik, pada sungai
sebanyak satu titik. Contoh air sungai diambil pada jarak ± 50 meter sebelum
outfall saluran akhir. Dengan demikian maka penelitian dilakukan pada delapan
titik pengambilan sampel (stasiun). Peta lokasi penelitian dilihat pada Gambar 3,
sketsa dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Pengambilan contoh air dilakukan pada musim kemarau bulan November
2007 dan Mei 2008 sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda. Contoh air
pertama diambil mewakili penggunaan air maksimum yang dilakukan pada 7
Novermber 2007 antara pukul 06.00-10.00, pengambilan contoh air kedua
mewakili penggunaan air minimum dilaksanakan pada 21 November 2007 antara
puluk 11.00-14.00, pengambilan contoh air ketiga dilaksanakan antara pukul
15.00-18.00 pada 21 Mei 2008. Perhitungan debit saluran air dan sungai
dilakukan tiga kali pada hari yang berbeda antara pukul 06.00-19.00.
Pembahasan ditulis berdasarkan parameter utama dengan acuan Kepmen LH
Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, PPRI No.
82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga.
Parameter kualitas air diuraikan dan dibahas sesuai urutan tingkat peranan yakni
pH, TSS, BOD, minyak dan lemak, deterjen, suhu, bau serta warna. Selanjutnya
dibahas debit saluran, beban pencemaran dari Perumnas Bantar Kemang,
pendugaan kontribusi beban pencemaran terhadap sungai Ciliwung badan air
penerima limbah dengan pendekatan mass balance concept serta penentuan status
mutu air menggunakan pendekatan indeks pencemaran.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
18
Gambar 3. Peta lokasi penelitian (Perumnas Bantar Kemang)
(Software Map of Jakarta, 2004) Keterangan : ------- Lokasi Penelitian Tempat pengambilan sampel
18
U
Skala 1: 16000
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
19
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan dan pengukuran contoh
merupakan alat dan bahan pendukung dalam pengambilan, penanganan dan
analisis sampel. Alat yang digunakan terdiri dari botol sampel volume 1500 ml,
dan 300 ml; pH meter merk Hanna Instrument tipe pHel 1; GPS merk Garmin
GPSmap 60CSx; Spektrofotometer; Termometer Air Raksa; Turbidimeter merk
Hach tipe 2100P; Coolbox; kertas label; spidol permanen; oven; kertas saring
milliphore ukuran diameter pori 0.45 µm. Bahan yang digunakan terdiri dari
pengawet sampel (H2SO4); bahan analisis BOD; bahan analisis deterjen dengan
metoda menurut APHA (1998) Surfactant as MBAS Standard Methods 5540;
bahan analisis minyak dan lemak menurut APHA (1998) Partition-Gravimetric
Method Standard Methods 5520.
3.3. Prosedur Kerja
Pengukuran parameter fisik dan kimiawi dilakukan dengan dua cara, yakni
cara langsung dan analisa laboratorium. Pengamatan dan pengukuran langsung
di lapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, warna, bau, debit, dan pH.
Analisa laboratorium untuk parameter padatan tersuspensi total (TSS) dan
kebutuhan oksigen biokimiawi (BOD) dilakukan di Laboratorium Produktivitas
dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan
analisa parameter minyak lemak dan deterjen dilakukan di Laboratorium
Pengujian Divisi Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Parameter fisik dan kimia, alat dan metoda disajikan pada Tabel 3.
Pengambilan contoh air limbah dilakukan dengan menggunakan botol ukuran
1500 ml untuk parameter TSS dan kekeruhan tanpa pengawet; botol ukuran 1500
ml untuk parameter deterjen dan minyak dan lemak dengan pengawet H2SO4;
botol ukuran 300 ml untuk parameter BOD tanpa pengawet.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
20
Tabel 2. Parameter, alat atau metoda yang digunakan untuk analisa kualitas air limbah domestik keluaran (effluent) dari Perumnas Bantar Kemang dan untuk analisa kualitas air Sungai Ciliwung (ambient) yang terkena dampak dari effluent air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang
Parameter Satuan Metoda/Alat Baku Mutu effluent** Baku Mutu ambient*
Fisik Suhu1 ºC Termometer Air Raksa - Suhu air normal ±3ºC Bau1 - Organoleptic - Tidak Berbau Warna1 - Visual - Tidak Berwarna TSS2 mg/l Gravimetrik 100 400 Kimia pH1 - pH meter terstandarisasi 6-9 6-9 BOD2 mg/l Inkubasi 5 hari/DO meter terstandarisasi 100 6 Minyak dan lemak2 mg/l Partition-Gravimetric Method 10 1 Deterjen2 mg/l Surfactant as MBAS - 0,2
Sumber : APHA (1998) Keterangan 1 analisa insitu; 2 analisa laboratorium
* Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut
** Berdasarkan KepMen LH No.112/2003 tentang baku mutu air limbah domestik - Parameter tidak dipersyaratkan.
20
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
21
3.4. Analisis Data
Analisa kualitas air limbah dilakukan dengan metoda membandingkan dengan
nilai baku mutu secara deskriptif. Pendekatan metoda ini bertujuan mengetahui
tingkat pencemaran limbah dengan membandingkan parameter yang terukur
dengan parameter baku mutu air sesuai Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun
2003 tentang baku mutu air limbah domestik, Peraturan Pemerintah No. 82 tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan serta
serta Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 tentang peruntukan air
dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat, pendekatan ini dilakukan
dengan tahapan
a. Menghitung rata-rata masing-masing parameter, pada tiap lokasi
pengambilan sampel untuk tiap waktu pengamatan
(Walpole, 1982)
Keterangan : Q = rata-rata pengamatan Xi = data pengamatan ke-i N = jumlah data pengamatan
b. Menyajikan tiap parameter dan/atau tiap lokasi pengamatan dalam
bentuk tabel dan/atau grafik, dengan menghubungkan nilai parameter
ke-i dari titik lokasi pengamatan sehingga akan terlihat kualitas air
limbahnya bila dibandingkan dengan baku mutu air sesuai Keputusan
Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah
domestik, Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan serta Keputusan
Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 tentang peruntukan air dan
baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat.
c. Menghitung beban pencemaran, berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 1991
tentang perhitungan debit limbah cair maksimum dan beban
pencemaran maksimum
NQ ∑=
Xi
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
22
Keterangan : BPA = beban pencemaran sebenarnya (CA) j = kadar sebenarnya unsur j (mg/l) DA = hasil pengukuran debit limbah cair,
dinyatakan dalam m3/hari d. Menghitung kontribusi beban pencemaran limbah domestik yang
berasal dari Perumnas Bantar Kemang pada badan air penerima,
menggunakan konsep keseimbangan massa (mass balance concept)
menurut Tebbut (1990)
Keterangan : Q1 = Debit sungai sebelum menerima air limbah
Perumnas Bantar Kemang Q2 = Debit air limbah Perumnas BantarKemang Q3 = Debit sungai setelah menerima air limbah
Perumnas Bantar Kemang C1 = Konsentrasi bahan pencemar sebelum
menerima air limbah Perumnas Bantar Kemang
C2 = Konsentrasi bahan pencemar Perumnas Bantar Kemang
C3 = Konsentrasi bahan pencemar setelah menerima air limbah Perumnas Bantar Kemang
e. Menentukan status mutu air berdasarkan Indeks Pencemaran. Indeks
Pencemaran (PI) menurut Nemerow (1991) merupakan indeks yang
digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap
parameter kualitas air yang diijinkan. Penentuan nilai PI dapat
ditentukan dengan cara,
i. Memilih parameter yang akan digunakan, dengan syarat
parameter yang akan digunakan tidak memiliki rentang
nilai. Parameter tersebut dapat mengindikasikan kondisi
BPA = (CA) j x DA
Q3C3 = Q1C1+ Q2C2
Dengan
Q3 = Q1+Q2
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
23
yang baik jika nilainya rendah. Dengan demikian
parameter yang diukur adalah TSS, BOD, deterjen serta
minyak dan lemak. Bila memiliki rentang, seperti pH, maka
dilakukan perhitungan
1. untuk Ci < Lij rata-rata
2. untuk Ci > Lij rata-rata
ii. Hitung nilai konsentrasi parameter kualitas air hasil analisis
(Ci) dibagi konsentrasi parameter kualitas air yang
dicantumkan (Lij) dalam baku mutu air dalam Keputusan
Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air
limbah domestik untuk parameter pH, TSS minyak lemak
dan BOD serta Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran perairan untuk parameter deterjen.
iii. Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1.0;
seperti C1/L1j = 0.95, C1/L1j = 1.06 atau perbedaan sangat
besar; seperti C3/L3j = 7.0, C4/L4j = 10.6, hal ini
menyebabkan kerusakan badan air sulit ditentukan. Untuk
mengatasi hal tersebut :
1. Jika nilai lebih kecil dari 1.0, nilai yang digunakan
adalah nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran
2. Jika nilai lebih besar dari 1.0, nilai yang digunakan
adalah nilai (Ci/Lij)baru
P merupakan konstanta dan nilainya ditentukan
bebas serta disesuaikan dengan hasil pengamatan
}(Lij)-{(Lij)](Lij)-[Ci
(Ci/Lij)rata-ratamaksimum
rata-ratabaru =
}(Lij)-{(Lij)](Lij)-[Ci
(Ci/Lij)rata-rataminimum
rata-ratabaru =
(Ci/Lij)baru = 1.0 + P Log (Ci/Lij)hasil pengukuran
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
24
lingkungan dan/atau persyaratan yang dikehendaki
untuk peruntukan, umumnya nilai P yang digunakan
adalah 5
iv. Tentukan nilai rata-rata (Ci/Lij)R dan nilai maksimum
(Ci/Lij)M dari keseluruhan nilai (Ci/Lij)
v. Tentukan nilai Indeks Pencemaran
Keterangan : PIj = Indeks Pencemaran untuk peruntukan (j)
Ci = Konsentrasi parameter kualitas air (i) hasil analisis
Lij = Konsentrasi parameter kualitas air (i) yang dicantumkan dalam baku mutu dalam
Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik untuk parameter pH, TSS minyak lemak dan BOD serta Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan untuk parameter deterjen.
(Ci/Lij)M = Nilai maksimum dari(Ci/Lij)baru (Ci/Lij)R = Nilai rata-rata dari(Ci/Lij)baru
vi. Setelah didapatkan nilai PI, tentukan status mutu air dengan
ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3. Penentuan status mutu air dari Indeks Pencemaran Skor PIj Status mutu air
0 ≤ PIj ≤ 1.0 Memenuhi baku mutu, kondisi baik
1.0 < PIj ≤ 5.0 Tercemar ringan
5.0 < PIj ≤ 10 Tercemar sedang
PIj > 10 Tercemar berat
2)/L()/L( 2
ij2
ij RiMij
CCPI
+=
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Perumnas Bantar Kemang
Perumahan Nasional (Perumnas) Bantar Kemang berlokasi di Kelurahan
Baranang Siang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Perumnas Bantar
Kemang dibangun pada tahun 1982 oleh Perum Perumnas. Perumnas Bantar
Kemang terdiri dari dua RW yakni RW 05 dan RW 06, dengan luas 17.6 Ha.
Perumnas Bantar Kemang hingga bulan Mei 2008 memiliki 1168 rumah sehat
sederhana dengan jumlah penduduk mencapai 5566 orang. Saluran drainase
Perumnas Bantar Kemang yang diperuntukkan untuk air hujan menyatu dengan
saluran pembuangan dari hasil kegiatan mandi dan cuci. Sedangkan hasil
kegiatan kakus langsung masuk ke septic tank. Limbah hasil kegiatan rumah
tangga dari kegiatan mandi dan cuci yang sudah masuk ke saluran drainase
langsung masuk ke badan air penerima yakni Sungai Ciliwung tanpa ada
pengolahan terlebih dahulu.
4.2. Kualitas Air Limbah Domestik
4.2.1. Derajat Keasaman (pH)
Dari hasil pengamatan pH didapatkan hasil pH yang tergolong agak asam
pada seluruh stasiun yang berada di Perumnas Bantar Kemang, kecuali pada
stasiun 7 di depan satu rumah saat sampling ketiga dan pada stasiun sungai
sampling pertama dan ketiga. Untuk lebih jelasnya derajat keasaman pada
setiap titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 4. Kondisi pH
yang relatif lebih asam diduga karena adanya penguraian bahan organik,
dalam hal ini penguraian bahan organik akan menghasilkan karbon dioksida
yang jika bereaksi dengan air dan di dalamnya tidak ada mineral akan
menyebabkan kondisi menjadi asam atau dengan kata lain akan
mengakibatkan pH lebih rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Fardiaz
(1992) yang menyatakan pemecahan komponen molekul organik yang
mengandung karbon, nitrogen, sulfur dan phospat yang berasal dari
karbohidrat, lemak atau protein dalam proses aerobik dan anaerobik akan
menghasilkan karbon dioksida yang sifatnya asam.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
26
Gambar 4. Nilai pH setiap titik pengambilan sampel
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini didapatkan bahwa
nilai pH di setiap titik pengambilan sampel bersifat asam tetapi mendekati
netral (pH 7). Hal ini disebabkan tingginya penggunaan sabun dan deterjen
yang mengakibatkan suasana menjadi basa. Deterjen dan sabun memiliki
unsur utama dengan sifat basa, deterjen memiliki natrium (Na+) pada bahan
surfaktan dan bahan pembentuk (builder) memiliki fungsi mengikat ion
magnesium dalam jumlah besar sehingga sifat air menjadi alkali (basa)
(Fardiaz, 1992). Berdasarkan nilai pH, air limbah domestik Perumnas Bantar
Kemang yang dibuang ke badan perairan, yakni Sungai Ciliwung cukup baik
dan masih berada dalam baku mutu yang diperbolehkan Kepmen LH Nomor
112 Tahun 2003 yakni pH dengan kisaran 6-9.
4.2.2. Padatan Tersuspensi Total
Dari penelitian ini terlihat bahwa pada dasarnya jumlah total padatan
tersuspensi yang ada di lokasi penelitian, hanya beberapa titik yang melebihi
baku mutu limbah domestik. Pada penelitian ini nilai TSS yang baru keluar
dari satu rumah (stasiun 1, 4 dan 7) pada umumnya masih cukup tinggi,
bahkan berada di luar batas ambang yang diperbolehkan Kepmen LH Nomor
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
27
112 Tahun 2003 yakni 100 mg/l. Untuk lebih jelasnya konsentrasi TSS pada
setiap titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Padatan tersuspensi total setiap titik pengambilan sampel
Padatan tersuspensi yang ada pada limbah domestik ini diduga berasal
dari hasil penguraian bahan organik yang pada umumnya berasal dari sisa
makanan, mikroorganisme, ion-ion, partikel-partikel tanah (lumpur) dan dari
bahan kimia lainnya yang digunakan di dalam rumah tangga, berupa bahan
kimia anorganik seperti ion-ion dan bahan lain yang tidak tersaring pada
kertas saring berdiameter 0,45 μm (Saeni, 1989; Mahida, 1986). Walaupun
nilai TSS cukup rendah, namun tetap perlu diwaspadai, mengingat TSS yang
mengendap ke dasar drainase mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada
drainase dan ada kemungkinan bakteri patogen yang menjadikan padatan
tersuspensi sebagai media hidupnya sehingga sulit dihilangkan walaupun
dengan menggunakan disinfektan (Sawyer dkk, 1994).
4.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand
atau BOD)
Dari hasil analisis BOD pada penelitian ini terlihat bahwa nilai BOD di
hampir semua titik penelitian adalah sangat tinggi (Gambar 6) dan berada
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
28
dalam kondisi yang telah melebihi ambang batas yang ditentukan oleh
Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik yakni 100 mg/l.
Gambar 6. Nilai BOD setiap titik pengambilan sampel
Nilai BOD dapat menjadi acuan sebagai gambaran kadar bahan organik
yang dapat terdekomposisi (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003;
McKinneya, 2004; Mukhtasor, 2007). Berdasarkan nilai BOD pada air
limbah domestik Perumnas Bantar Kemang yang tinggi tersebut, dapat
dikatakan bahwa secara tidak langsung, Perumnas Bantar Kemang
menghasilkan bahan organik yang tinggi pula, sehingga akan menyumbang
bahan organik yang cukup tinggi ke dalam ekosisitem air penerimanya. Di
sisi lain, kondisi stasiun 8 (sungai) juga memiliki nilai BOD yang melebihi
ambang batas yang diizinkan oleh Kepgub Jawa Barat No. 38/1991 tentang
peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat Kelas III.
Sehingga diduga kondisi Sungai Ciliwung akan diperburuk oleh adanya
bahan organik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga di Perumnas
Bantar Kemang.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
29
4.2.4. Minyak dan Lemak
Pada penelitian ini terlihat bahwa kandungan minyak dan lemak sampling
pertama pada hampir seluruh titik pengambilan sampel lebih tinggi dan
berada di luar ambang batas yang ditetapkan Kepmen LH Nomor 112 Tahun
2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yakni 10 mg/l. Hasil
pengamatan terhadap kandungan minyak dan lemak di setiap titik sampling
pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Konsentrasi minyak dan lemak tiap titik pengambilan sampel
Hal ini disebabkan kegiatan memasak di Perumnas Bantar Kemang
umumnya dilakukan pada pagi hari. Konsumsi minyak dan lemak oleh
masyarakat Perumnas Bantar Kemang dapat dikatakan masih tinggi. Minyak
dan lemak pada air limbah diduga berasal dari penggunaan minyak goreng,
minyak ikan, daging dan biji-bijian (Sugiharto, 1987). Sugiharto (1987)
menjelaskan lebih lanjut adanya minyak dan lemak perlu diwaspadai,
mengingat minyak dan lemak akan melapisi/menutup permukaan air,
sehingga aktivitas biologis yang terjadi pada perairan akan terganggu. Selain
itu minyak dan lemak ini di dalam perairan juga akan menurunkan estetika
perairan, serta akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam
perairan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
30
4.2.5. Deterjen
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa seluruh stasiun memiliki
konsentrasi deterjen yang tinggi, tetapi konsentrasi deterjen dalam perairan
juga tidak diatur pada Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang limbah
domestik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No.
82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga,
deterjen memiliki ambang batas 0.2 mg/l (Gambar 8).
Gambar 8. Konsentrasi deterjen tiap titik pengambilan sampel
Konsentrasi deterjen yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga
Perumnas Bantar Kemang dapat dikatakan sangat tinggi. Konsentrasi
deterjen ini perlu diperhatikan, karena bahan dasar deterjen berupa fosfat,
dapat menyuburkan perairan hingga mengakibatkan tingginya kandungan
fosfat terutama pada badan perairan penerima, mengingat fosfat salah satu
pemicu dalam eutrofikasi (Sawyer dkk, 1994; Fardiaz, 1992). Heath (1987)
dan Manahan (1994) menambahkan kandungan surfaktan dalam deterjen saat
ini berbentuk LAS (linear alkyl sulfonate) lebih mudah terdegdradasi, tetapi
dalam bentuk sebelum terdegradasi, surfaktan LAS empat kali lebih beracun
pada ikan dibandingkan surfaktan bentuk lama (ABS, alkyl benzen sulfonate).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
31
4.2.6. Suhu
Dari hasil pengamatan kisaran suhu antara 26.04 – 29.31°C (Gambar 9).
Suhu terendah terdapat pada stasiun 8 saat sampling pertama dan suhu
tertinggi terdapat pada stasiun 6 waktu sampling kedua.
Gambar 9. Rata-rata suhu tiap stasiun pengamatan
Fluktuasi suhu yang terjadi pada setiap stasiun diduga karena pengaruh
dari intensitas penyinaran dari matahari dan masuknya bahan lain dari
kegiatan rumah tangga yang masuk ke dalam perairan. Dalam hal ini pada
pagi hari suhu relatif rendah sesuai dengan intensitas sinar matahari yang
rendah. Pada siang hari terjadi peningkatan suhu, karena intensitas sinar
matahari pada siang hari yang tinggi dan pada sore hari menurun seiring
dengan menurunnya intensitas sinar matahari.
Semakin jauh dari perumahan menuju outlet (stasiun 6) terdapat indikasi
terjadi peningkatan suhu. Hal ini disebabkan semakin jauh dari rumah,
semakin banyak terkumpul bahan organik, sehingga penguraian bahan
organik semakin tinggi, sehingga akan dihasilkan panas yang lebih tinggi.
Selain hal tersebut tingginya suhu di outlet juga dipengaruhi oleh lebih
terbukanya daerah outlet sehingga menerima penetrasi sinar matahari yang
lebih tinggi.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
32
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa perubahan suhu pada setiap
stasiun masih dalam kisaran yang dapat ditolerir dan masih memenuhi
persyaratan baku mutu peruntukannya sesuai Kepgub Jawa Barat No.
38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa
Barat.
4.2.7. Warna
Dari hasil pengamatan warna secara visual di seluruh stasiun
menunjukkan air berwarna abu-abu hingga hitam, kecuali stasiun sungai yang
berwarna cokelat (Tabel 6). Pada kondisi sampling pertama dan sampling
ketiga saluran air pembuangan depan satu rumah (stasiun 1,4,7) dan saluran
air pembuangan gabungan (stasiun 2,3,5) berwarna abu-abu, hal ini
disebabkan masyarakat melakukan aktivitas mandi dan mencuci pada waktu
tersebut. Hal ini didukung oleh adanya bau sabun pada waktu-waktu tersebut
di atas, sedangkan pada siang hari intensitas warna abu-abu dari sabun
berkurang, karena jarangnya aktivitas mandi dan mencuci pada siang hari.
Pada saluran outlet (stasiun 6) pada sampling pertama, kedua dan ketiga
didapatkan hasil warna hitam, hal ini diduga karena limbah domestik hasil
kegiatan rumah tangga di outlet telah mengalami dekomposisi dalam kondisi
anaerob. Hal tersebut diperkuat dengan adanya bau yang busuk (tidak sedap).
Hasil pengamatan terhadap warna yang dilakukan di sungai, masih
memperlihatkan warna alami, yakni berwarna cokelat.
Tabel 4. Pengukuran warna pada tiap stasiun
Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3
saluran depan rumah 1 abu-abu cerah abu-abu gelap abu-abu cerah 4 abu-abu cerah abu-abu gelap abu-abu cerah
saluran gabungan
2 abu-abu agak menghitam abu-abu 3 abu-abu abu-abu gelap abu-abu 5 abu-abu abu-abu gelap abu-abu 7 abu-abu cerah abu-abu gelap abu-abu cerah
outlet 6 hitam hitam hitam sungai 8 cokelat cokelat cokelat
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
33
Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian LPM-ITB (1994) dalam
Kodoatie dan Sjarief (2005) serta Mahida (1986) yang menyatakan bahwa
air limbah domestik segar memiliki warna abu-abu dari hasil kegiatan mandi
dan mencuci, sedangkan air limbah domestik yang tidak segar karena adanya
dekomposisi akan berwarna hitam. Warna air yang kurang sesuai akan
berakibat menurunnya nilai estetika atau keindahan. Tetapi hasil pengamatan
warna di saluran air pembuangan depan satu rumah (stasiun 1, 4), saluran air
pembuangan gabungan (stasiun 2, 3, 5, 7) dan saluran outlet (stasiun 6) sudah
tidak sesuai dengan Kepgub Jawa Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air
dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat, yang menyatakan air
seharusnya tidak berwarna.
4.2.8. Bau
Hasil pengamatan secara organoleptik, didapatkan hasil seluruh stasiun
berbau. Pada sampling pertama dan ketiga, saluran air pembuangan depan
satu rumah (stasiun 1, 4, 7) berbau sabun segar. Hal ini diduga karena
masyarakat melakukan aktivitas mandi dan mencuci pada pagi dan sore hari,
sedangkan pada siang hari kekuatan bau sabun berkurang karena jarangnya
aktivitas mandi dan mencuci pada siang hari. Hal yang sama terjadi pada
saluran air pembuangan gabungan (stasiun 2, 3, 5) sampling pertama dan
ketiga yang juga berbau sabun, tetapi kekuatan bau sabun berkurang tidak
sekuat pada saluran air pembuangan depan satu rumah. Pada siang hari
kondisi tersebut berubah dan menyebabkan bau yang tidak segar. Hal ini
diduga karena sedikitnya masukan dari hasil aktivitas mandi dan mencuci.
Pada saluran outlet (stasiun 6) pada sampling pertama hingga ketiga
didapatkan hasil bau yang tidak sedap, hal ini diduga karena adanya gas hasil
dekomposisi bahan organik. Hasil pengamatan terhadap bau yang dilakukan
di sungai, menunjukkan tidak berbau, hal ini diduga karena banyaknya
masukan air dan turbulensi air sehingga meningkatkan kelarutan oksigen.
Hal ini mengakibatkan penguraian bahan organik dilakukan secara aerobik
sehingga tidak memunculkan bau di lokasi perairan tersebut. Untuk lebih
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
34
jelasnya hasil pengamatan terhadap bau di Perumnas Bantar Kemang dapat
dilihat pada Tabel 7
Tabel 7. Pengukuran bau pada tiap stasiun
Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3
saluran depan rumah 1 sabun sabun sabun 4 sabun sabun sabun
saluran gabungan
2 sabun tidak sedap sabun 3 sabun tidak sedap sabun 5 sabun tidak sedap sabun 7 sabun sabun sabun
outlet 6 tidak sedap tidak sedap tidak sedap sungai 8 tidak berbau tidak berbau tidak berbau
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian LPM-ITB (1994) dalam
Kodoatie dan Sjarief (2005), yang menyatakan bahwa air limbah domestik
segar memiliki bau sabun dan air limbah domestik yang tidak segar karena
adanya dekomposisi akan berbau kurang sedap. Selanjutnya dikatakan bahwa
kondisi bau tersebut akan berakibat pada menurunnya nilai estetika atau
keindahan. Hasil pengamatan bau di saluran air pembuangan depan satu
rumah (stasiun 1, 4), saluran air pembuangan gabungan (stasiun 2, 3, 5, 7)
dan saluran outlet (stasiun 6) sudah tidak sesuai dengan Kepgub Jawa Barat
No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di
Jawa Barat, yang menyatakan air seharusnya tidak berbau.
4.3. Penggunaan dan Debit Air
Dari hasil pengamatan debit didapatkan hasil debit dapat dilihat pada
Lampiran 4. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa saluran depan satu rumah
dan outlet memiliki pola yang mirip, dengan konsumsi maksimum air pada pukul
08.00-10.00, dan konsumsi minimum air pada pukul 13.00-16.00. Penggunaan air
yang maksimum tersebut diduga karena aktivitas mencuci dan memasak
dilakukan pada pukul 08.00-10.00, sedangkan pada pukul 13.00-16.00, jarang
dilakukan aktivitas yang berhubungan dengan air. Pada grafik pengukuran debit
di sungai didapatkan hasil yang dapat dikatakan stabil.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
35
Data debit air pada saluran air Perumnas Bantar Kemang, dapat digunakan
untuk menduga penggunaan air yang dikonsumsi oleh masyarakat Perumnas
Bantar Kemang. Pendugaan konsumsi air dilakukan dengan pendekatan
pengukuran debit di depan satu rumah, dengan rata-rata penggunaan satu hari
sebesar 0.000011 m3/detik maka diduga konsumsi untuk masing-masing rumah,
adalah 29.38 m3/bulan. Untuk konsumsi air per orang, dengan asumsi, 1 rumah
terdapat 6 orang, maka konsumsi air 163.23 liter/orang/hari. Jumlah ini menurut
PDAM Kota Bogor (2007) termasuk konsumsi air yang boros. PDAM Kota
Bogor (2007) menyarankan maksimum konsumsi air yang tepat untuk kota sedang
seperti Bogor sebesar 122 liter/orang/hari.
4.4. Beban Pencemaran Limbah Domestik
Pada dasarnya limbah domestik cair yang dihasilkan dari perumahan dapat
mengandung bermacam-macam bahan pencemar yang tidak terbatas pada
parameter yang tercantum pada Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang
limbah domestik seperti deterjen. Di lain pihak limbah tersebut akan membebani
ekosistem perairan penerimanya, adapun besarnya beban pencemaran dari setiap
parameter kualitas limbah domestik cair dari Perumnas Bantar Kemang setiap hari
yang akan diterima oleh ekosistem perairan Sungai Ciliwung dapat dilihat pada
Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8 merupakan tabel pendugaan beban pencemaran
dengan pendekatan beban yang dihasilkan per rumah, sedangkan Tabel 9
merupakan tabel pendekatan beban pencemaran dengan pendekatan beban
pencemaran ditinjau dari saluran akhir
Tabel 8. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan per rumah
Parameter beban (kg/rumah/hari) beban (kg/hari) TSS 70.19 81981.67 BOD 326.12 380908.37 Minyak Lemak 6.00 7008.48 Deterjen 2.49 2907.49 *Beban dari 1168 rumah
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
36
Tabel 9. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan saluran akhir (outlet)
Parameter konsentrasi rata-rata (mg/l)
debit rata-rata (m3/det)
beban (kg/hari)
TSS 48.33 0.00117 4891.13 BOD 495.39 0.00117 50131.17 Minyak Lemak 7.39 0.00117 748.17 Deterjen 4.00 0.00117 404.78
Dari pendugaan beban pencemaran dari pendekatan per rumah dan saluran
akhir (outlet) maka dapat diketahui jumlah beban yang dihasilkan sangat besar.
Tetapi terdapat perbedaan pendugaan beban pencemaran yang dihasilkan antara
pendekatan per rumah dengan pendekatan saluran akhir, hal ini diduga karena
adanya kebocoran pada saluran sehingga air limbah terserap pada saluran
drainase, penguapan, pengendapan pada saluran air, pengeluaran beban masing-
masing rumah serta pada saat pengambilan sampel berbeda. Nilai perhitungan
besar ini tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan perhitungan beban
standar dari penggunaan air oleh PDAM Kota Bogor (Lampiran 3). Besarnya
beban pencemaran akan memperburuk kondisi Sungai Ciliwung yang sebelum
melalui Perumnas Bantar Kemang telah membawa beban yang besar pula (Tabel
10).
Tabel 10. Beban pencemaran yang dibawa Sungai Ciliwung sebelum saluran akhir
Perumnas Bantar Kemang
Parameter konsentrasi rata-rata (mg/l)
debit rata-rata (m3/det)
beban (kg/hari)
TSS 17.33 2.63 3934258.77 BOD 230.95 2.63 52420744.85 Minyak Lemak 1.13 2.63 256937.36 Deterjen 0.43 2.63 98432.13
4.5. Kontribusi Beban Pencemaran Limbah Domestik yang Berasal dari
Perumnas Bantar Kemang pada Badan Air Penerima
Kontribusi beban pencemaran limbah domestik yang berasal dari Perumnas
Bantar Kemang pada badan air penerima dapat dilihat pada Tabel 11,
menggunakan konsep keseimbangan massa (mass balance concept) menurut
Tebbut (1990).
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
37
Tabel 11. Kontribusi limbah domestik Sungai Ciliwung dari Perumnas Bantar Kemang
Parameter Outlet Sungai Konsentrasi
baru sungai (mg/l)
Kontribusi (mg/l)
konsentrasi rata-rata (mg/l)
debit rata-rata (liter/det)
konsentrasi rata-rata (mg/l)
debit rata-rata (liter/det)
TSS 48.33 1.17 17.33 2627.04 17.35 0.02 BOD 495.39 1.17 230.95 2627.04 231.07 0.12 Minyak Lemak 7.39 1.17 1.132 2627.04 1.135 0.003 Deterjen 4.00 1.17 0.434 2627.04 0.435 0.002
Berdasarkan perhitungan konsentrasi air sungai baru setelah menerima limbah
dari Perumnas Bantar Kemang menggunakan konsep kesetimbangan massa
(Lampiran 5), dapat disimpulkan bahwa air limbah domestik Perumnas Bantar
Kemang masuk ke dalam Sungai Ciliwung, sehingga mengakibatkan beban
pencemaran yang diterima Sungai Ciliwung semakin meningkat. Peningkatan
beban tersebut tidak terlalu besar, karena besarnya debit sungai dan kecilnya debit
air limbah yang berasal dari saluran akhir Perumnas Bantar Kemang.
Berdasarkan analisa contoh air sungai setelah saluran akhir Perumnas Bantar
Kemang (Lampiran 9) didapatkan hasil yang lebih tinggi dari hasil perhitungan
kontribusi. Hal ini diduga karena besarnya masukan bahan pencemar sejenis dari
pemukiman sekitar Perumnas Bantar Kemang yang membuang air limbah
domestik menuju Sungai Ciliwung. Alaert dan Santika (1984) menyatakan bisa
terdapat penyimpangan dalam perhitungan kontribusi menurut konsep
keseimbangan massa, karena konsep kesetimbangan massa hanya dapat memberi
petunjuk kasar. Tetapi bila dikaji lebih lanjut, akan lebih baik bila Perumnas
Bantar Kemang mengolah air limbah domestik, sehingga beban yang diterima
Sungai Ciliwung lebih sedikit atau bahkan mengurangi beban yang sebelumnya
telah diterima Sungai Ciliwung.
4.6. Penentuan Status Mutu Air
Pada penelitian ini status mutu air didasarkan pada nilai Indeks Pencemaran
(PI) menurut Nemerow (1991). Status mutu air ini diduga dari pendekatan
perhitungan konsentrasi parameter pH, TSS, BOD, deterjen, minyak dan lemak
yang terdapat pada saluran akhir dari Perumnas Bantar Kemang. Baku mutu yang
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
38
digunakan mengacu pada Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang limbah
domestik, untuk parameter pH, TSS, BOD, Minyak dan Lemak, serta PPRI No.
82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga
menjadi baku mutu untuk parameter deterjen. Hasil perhitungan nilai indeks
pencemaran adalah sebesar 5.65 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan saluran air
limbah Perumnas Bantar Kemang tergolong tercemar sedang. Hal ini disebabkan
setiap rumah tangga yang ada di Perumnas Bantar Kemang membuang limbah
cairnya ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut diduga parameter pencemar yang mengakibatkan
saluran air limbah tercemar sedang adalah deterjen. Hal ini terjadi karena
penggunaan deterjen oleh penduduk yang banyak dari kegiatan mandi, mencuci
baju atau alat rumah tangga. Sehubungan dengan itu Perumnas Bantar Kemang
perlu melakukan pengolahan air limbah domestik terlebih dahulu, sebelum
dibuang ke badan air penerimanya, sehingga badan air penerimanya akan relatif
aman dari bahaya pencemaran air limbah domestik. Pengolahan air limbah yang
disarankan adalah rawa buatan atau tangki AG (Farida, dkk 2007).
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lokasi penelitian diduga
selain parameter yang telah disebutkan dan dibahas sebelumnya juga terdapat
parameter lain yang keberadaannya cukup mengkhawatirkan. Parameter tersebut
adalah phenol, pestisida, logam berat dan COD. Phenol adalah senyawa yang
sejak tahun 1800-an dijadikan bahan antiseptic, phenol bersifat sangat beracun,
maka phenol tidak boleh digunakan lagi untuk antiseptik, dan diganti senyawa
lain yang sifat racunnya kurang. Namun pada kenyataannya hingga saat ini
gugus phenolik masih digunakan sebagai bahan antiseptik (Sawyer dkk 1994).
Phenol diduga ditemukan pada air limbah rumah tangga karena tingginya
penggunaan sabun antiseptik. Metcalf dan Eddy (2002) menyatakan pestisida
jenis insektisida digunakan oleh kalangan masyarakat luas, penggunaan
insektisida digunakan pada cairan pembasmi serangga seperti nyamuk, lalat dan
kecoa. Sisa kosmetik, batu baterai yang sudah tidak terpakai lagi, barang
elektronik yang tidak terpakai lagi, sisa-sisa cat yang dibuang diduga dapat
menjadi sumber logam berat pada air limbah rumah tangga. COD terkait dengan
adanya unsur dalam air limbah domestik yang tidak dapat terdegradasi secara
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
39
biokimiawi (Metcalf dan Eddy, 2002). COD diduga meningkat seiring
peningkatan penggunaan bahan yang tidak dapat terdegradasi secara biokimiawi
seperti deterjen, phenol, pestisida dan merkuri tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat Perumnas Bantar Kemang, penggunaan sabun
antiseptik, cairan pembasmi serangga dan membuang sisa kosmetik, sisa barang
elektronik, dan sebagainya ke saluran air seringkali dilakukan. Tetapi karena
penggunaan bahan-bahan tersebut tidak dominan, seperti halnya dengan deterjen,
maka parameter tersebut tidak dianalisa lebih lanjut. Lingkup penelitian ini
terbatas pada parameter pH, TSS, BOD, minyak dan lemak serta deterjen,
sehingga perlu kajian lebih lanjut untuk parameter phenol, pestisida (insektisida)
dan logam berat, karena bahan-bahan tersebut berpotensi dihasilkan dari kegiatan
rumah tangga.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Kualitas air buangan domestik pada saluran air buangan berdasarkan
pendekatan metoda indeks pencemaran dikategorikan tercemar sedang. Deterjen
menjadi bahan pencemar utama yang mengakibatkan air menjadi tercemar sedang,
setelah itu parameter BOD juga berkontribusi cukup besar. Berdasarkan hasil
perhitungan beban pencemaran didapatkan beban pencemaran yang dibawa pada
air limbah domestik tergolong cukup besar. Air limbah domesik dari kegiatan
rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang memberikan kontribusi dalam
meningkatkan bahan pencemar terutama bahan organik pada badan air
penerimanya, yaitu Sungai Ciliwung. Bahan pencemar tersebut dapat
memperburuk kondisi Sungai Ciliwung yang sebelum melalui Perumnas Bantar
Kemang telah membawa beban pencemar yang besar.
5. 2. Saran
Pengambilan contoh air limbah domestik setiap rumah disarankan lebih
banyak, untuk melihat lebih jauh berapa besar bahan pencemar yang dihasilkan
dari kegiatan rumah tangga. Pengambilan contoh air pada saluran gabungan
disarankan dengan jumlah rumah yang sama. Perumnas Bantar Kemang perlu
melakukan pengolahan air limbah domestik terlebih dahulu sebelum air limbah
tersebut dibuang ke Sungai Ciliwung, sesuai dengan Kepmen LH Nomor 112
Tahun 2003 tentang baku mutu limbah domestik pasal 8 yang mewajibkan adanya
pengolahan air limbah sebelum air limbah dialirkan menuju air permukaan.
Dengan tingginya konsentrasi deterjen, maka disarankan deterjen dimasukkan
pada Kepmen LH tentang baku mutu air limbah domestik, untuk mencegah
pencemaran yang lebih buruk.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha
Nasional. Surabaya. APHA. 1998. Standard Menthods For The Examination of Water and Wastewater.
20th Edition. American Public Health Association, American Water Works Association, Water Environtment Federation. Washighton, DC, United State of America.
Babbit, H. 1969. Plumbing. Modern Asia Edition. 4th Printing. Charles E. Tuttle
Company, Inc. Tokyo. Japan. Cech, T. V. 2005. Principle of Water Resources: History, Development,
Management, and Policy. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc. United State of America.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Farida, W., Lutfiandi dan Wangsaatmadja, S. 2007. The Sanitation Facilities
Improvement Based on Social and Cultural Consideration in Kelurahan Batununggal, Bandung City, Indonesia. Badan Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat. http://www.wepa-db.net/pdf/0703forum/paper23.pdf diakses tanggal 14 November 2007 Pukul 20.11
Folwell, A.P. 1936. Sewerage : The Designing, Constructing and Maintaining of
Sewerage System and Sewage Treatment Plant. 11th Edition. John Willey & Sons, Inc. London.
Hammer, M.J. 1975. Water and waste water technology. John Wiley & Sons, Inc.
Canada. Hariyadi, S; Suryadiputra, I.N.N. dan Widigdo, B. 1992. Limnologi Metoda
Analisa Kualitas Air. Laboratorium Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Health Departemen of Western Australia. Domestic Wastewater Overflows.
Healthy Western Australia. Australia.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
42
http://www.population.health.wa.gov.au/Environmental/resources/Domestic%20wastewater%20overflow%20fact%20sheet.pdf diakses tanggal 14 November 2007 Pukul 19.19.
Heath, A. G. 1987. Water Polution and Fish Physiology. CRC Press. Florida,
United States of America. Keputusan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Nomor 3
Tahun 1991 Tentang Perhitungan Debit Limbah Cair Maksimum Dan Beban Pencemaran Maksimum.
Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 Tentang Peruntukan Air dan
Baku Mutu Air pada Sumber Air di Jawa Barat. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik. Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu.
Penerbit Andi. Yogyakarta. Laws, A. E. 1993. Aquatic Pollution : An introductory text. John Wiley & Sons,
Inc. 2nd Edition. Canada. Linsey, R. K. dan Franzini, J. B. 1996. Teknik Sumberdaya Air. Diterjemahkan
oleh Djoko Sasongko. Penerbit Erlangga. Jakarta. Mahida, U.N. 1986. Water Pollution and Disposal of Wastewater on The Land.
Diterjemahkan oleh G.A. Ticoalu dengan judul Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan Kedua. CV Rajawali. Jakarta.
Manahan, S.E. 1994. Environtmental Chemistry. 6th Edition. Lewis Publisher.
United States of America. Mara, D. dan Cairncross, S. 1994. Pemanfaatan Air Limbah dan Ekskreta.
Diterjemahkan oleh Benni Matram. Penerbit ITB. Bandung. McKinneya, R. E. 2004. Environtmental Polllution Control Microbiology. Marcel
Dekker, Inc. New York. Metcalf dan Eddy. 2002. Wastewater Engineering, Treatment and Reuse. Volume
1. 4th Edition. Revised by George Tchobanoglous, Franklin L. Burton and H. David Stensel. Mc Graw Hill Higher Education.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
43
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita. Jakarta. Nemerow, N.L. 1991. Steam, Lake, Estuary, and Ocean Pollution :
Environtmental Engineering Series 2nd Edition. Van Nostrand Reinhold. New York.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Perairan. Rump, H.H. 1999. Laboratory Manual fot the Examinaton of Water, Waste Water
and Soil. 3rd completely revised edition. English translation by Elisabeth j. Grayson. Wiley-VHC. Weinheim. Germany.
Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sawyer, C.N., McCarty, P.L., dan Parkin, G. 1994. Chemistry for Environtmental
Engineering. McGraw-Hill International Edition. Singapore. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta. Tebbut T.H.Y. 1990. BASIC, Water and Wastewater Treatment. Butterworth and
Co. Publisher Ltd. London, United Kingdom. Walpole, E. R. 1982. Pengantar Statistika Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Ir.
Bambang Sumantri. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yusuf, G. 2001. Kemampuan Tanaman Air Pada Proses Bioremediasi Limbah
Rumah Tangga Dalam Skala Kecil Dengan Sistem Simulasi. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
LAMPIRAN
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
244
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
45
Lampiran 2. Stasiun pengambilan contoh air pada Perumnas Bantar Kemang
Stasiun Lintang Selatan Lintang Utara
saluran depan rumah 1 06º 37.134” 106º 49.199” 4 06º 37.026” 106º 49.047”
saluran gabungan
2 06º 37.155” 106º 49.196” 3 06º 37.106” 106º 49.169” 5 06º 37.009” 106º 49.002” 7 06º 37.000” 106º 49.074”
Outlet 6 06º 36.990” 106º 48.938” Sungai 8 06º 37.016” 106º 48.942”
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
46
Lampiran 3. Standar beban pencemaran dari perhitungan penggunaan air dari PDAM dan baku mutu Kepmen LH No. 112 tahun 2003
Parameter
Baku mutu (mg/l)
Penggunaan air minimal (l/org/hari)
Penggunaan air maksimal (l/org/hari)
BP minimal (kg/hari)
BP maksimal (kg/hari)
TSS 100 86 112 47867.6 67905.2 BOD 10 86 112 4786.76 6790.52 Minyak Lemak 100 86 112 47867.6 67905.2 Deterjen 0.2 86 112 95.73 135.81
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
47
Lampiran 4. Hasil analisa data mentah dan fluktuasi debit air debit di depan satu rumah, outlet dan sungai Ciliwung
Grafik fluktuasi debit di depan satu rumah
waktu debit (m3/det) Debit (liter/det)
7 0.00001129 0.01129 8 0.00001520 0.01520 9 0.00001710 0.01710
10 0.00001648 0.01648 11 0.00001111 0.01111 13 0.00000395 0.00395 14 0.00000274 0.00274 16 0.00000574 0.00574 17 0.00001010 0.01010 18 0.00001025 0.01025
rata-rata 0.00001134 0.01040
Grafik fluktuasi pengukuran debit outlet
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
48
waktu debit (m3/det) debit (liter/det)
7 0.000847 0.84694 8 0.002116 2.11632 9 0.002821 2.82077
10 0.003263 3.26329 11 0.002311 2.31091 13 0.001005 1.00540 14 0.000825 0.82533 16 0.000543 0.54289 17 0.002005 2.00477 18 0.001986 1.98640
rata-rata 0.001772302 1.77230
Grafik fluktuasi debit di sungai
waktu debit (m3/det) debit (liter/det)
7 2.8659 2865.93 8 2.7067 2706.66 9 2.6280 2627.98
10 2.1892 2189.25 11 2.0623 2062.26 13 2.6746 2674.55 14 2.9380 2938.05 16 2.9633 2963.35 17 2.5901 2590.08 18 2.6523 2652.33
rata-rata 2.627042451 2627.04245
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
49
Lampiran 5. Contoh perhitungan mass balance concept
Parameter
Outlet Sungai Konsentrasi baru sungai (mg/l)
Kontribusi (mg/l)
konsentrasi rata-rata (mg/l)
debit rata-rata (liter/det)
konsentrasi rata-rata (mg/l)
debit rata-rata (liter/det)
TSS 48.33 1.17 17.33 2627.04 17.35 0.02 BOD 495.39 1.17 230.95 2627.04 231.07 0.12 Minyak Lemak 7.39 1.17 1.132 2627.04 1.135 0.003 Deterjen 4.00 1.17 0.434 2627.04 0.435 0.002 Contoh perhitungan dengan konsep keseimbangan massa Q3C3 = Q1C1 + Q2C2
C3 = C1 + C2 Parameter TSS Q3 = (Q1C1+ Q2C2) : C3 = [(48.11 mg/l x 1.17 l/det) + (17.33 mg/l x 2627.04 l/det)]
(1.17 l/det +2627.04 l/det) = 17.35 mg/l Kontribusi = Q3 – Q2 = 17.35 mg/l – 17.33 mg/l = 0.02 mg/l
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
50
Lampiran 6. Perhitungan indeks pencemaran - Parameter tidak dengan rentang nilai, kondisi baik jika nilai rendah,
parameter tersebut adalah : TSS, BOD, minyak dan lemak dan deterjen. - Lakukan perhitungan konsentrasi hasil pengukuran (Ci) dibagi baku mutu
yang ditentukan (Lij) - Parameter dengan rentang nilai : pH (6-9), dilakukan perhitungan
tambahan • untuk Ci < Lij rata-rata
• untuk Ci > Lij rata-rata
Lij rata-rata = (6+9)/2 = 7.5, maka nilai pH rata-rata (6.84) termasuk Ci < Lij rata-rata
7.5]-[67.5]-[6.84pH (Ci/Lij) baru =
(Ci/Lij) pHbaru = 0.44
- Bila nilai Ci/Lij < 1, nilai Ci/Lij yang digunakan adalah Ci/Lij hasil perhitungan
- Bila nilai Ci/Lij > 1, lakukan perhitungan Ci/Lij baru
P umumnya 5 (Ci/Lij) BOD baru = 1.0 + 5 Log 4.954
= 4.474 (Ci/Lij) deterjen baru = 1.0 + 5 Log 20
= 7.505
- Cari nilai Ci/Lijrata-rata dan nilai Ci/Lijmaksimum - Ci/Lijrata-rata = 2.7285
Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru pH 6.84 6-9 0.44 0.44 TSS 48.33333 100 0.483333 0.483333 BOD 495.388 100 4.95388 4.474727 Minyak Lemak 7.393333 10 0.739333 0.739333 Deterjen 4 0.2 20 7.50515
(Ci/Lij)baru = 1.0 + P Log (Ci/Lij)hasil pengukuran
}(Lij)-{(Lij)](Lij)-[Ci
(Ci/Lij)rata-ratamaksimum
rata-ratabaru =
}(Lij)-{(Lij)](Lij)-[Ci
(Ci/Lij)rata-rataminimum
rata-ratabaru =
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
51
- Ci/Lijmaksimum = 7.50515 - Tentukan nilai indeks pencemaran (PIj)
2)7285.2()50515.7( 22 +
=jPI
PIj = 5.64677
2)/L()/L( 2
ij2
ij RiMij
CCPI
+=
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
52
Lampiran 7. Data mentah hasil analisa kualitas air Suhu (°C)
Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3
saluran depan rumah 1 26.6 29.15 28.21 4 28.19 28.43 28.76
saluran gabungan
2 28.42 28.42 28.62 3 28.39 29.03 27.97 5 27.54 28.97 28.62 7 27.19 28.44 28.53
Outlet 6 27.93 29.31 28.86 Sungai 8 26.04 27.65 27.68
TSS (mg/l)
Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3
saluran depan rumah 1 102 104 68 4 20 12 124
saluran gabungan
2 36 42 68 3 24 14 16 5 8 4 36 7 12 128 64
Outlet 6 28 32 85 Sungai 8 8 12 32
pHpH
Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3
saluran depan rumah 1 6.61 6.83 6.71 4 6.75 6.73 6.72
saluran gabungan
2 6.68 6.8 6.79 3 6.86 6.76 6.86 5 6.91 6.82 6.85 7 6.98 6.82 7.02
Outlet 6 6.91 6.79 6.81 Sungai 8 7.1 6.99 7.04
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
53
BOD (mg/l) Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3
Saluran depan rumah 1 478.062 226.037 401.788 4 322.377 241.025 328.604
saluran gabungan
2 538.192 302.687 486.871 3 525.464 308.854 368.706 5 560.918 296.195 443.664 7 226.145 296.087 238.717
outlet 6 573.256 342.679 570.229 sungai 8 237.604 226.469 228.784
Minyak dan Lemak (mg/l)
Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3
Saluran depan rumah 1 8.79 2.25 5.43 4 9.11 7.81 3.37
saluran gabungan
2 11.28 2.69 5.03 3 14.7 3.53 5.99 5 11.05 2.88 3.67 7 4.79 2.27 3.92
outlet 6 18.04 3.84 6.79 sungai 8 0.516 1.09 1.79
Deterjen (mg/l)
Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3
Saluran depan rumah 1 3.97 2.47 1.97 4 3.25 1.46 2.13
saluran gabungan
2 4.07 3.55 2.45 3 3.39 3.52 2.16 5 5.22 3.94 2.23 7 4.04 1.8 2.4
outlet 6 3.58 5.74 2.68 sungai 8 0.291 0.722 0.288
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
54
Lampiran 8. Gambar lokasi penelitian
Stasiun 1. Lokasi pengambilan contoh air di depan satu rumah
Stasiun 4. Lokasi pengambilan contoh air di depan satu rumah
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
55
Stasiun 2. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan
Stasiun 3. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
56
Stasiun 5. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan
Stasiun 7. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
57
Stasiun 6. Lokasi pengambilan contoh air saluran akhir
Stasiun 8. Lokasi pengambilan contoh air sungai
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
58
Lampiran 9. Hasil analisa air sungai setelah outfall Perumnas Bantar Kemang
Parameter hasil analisa (mg/l) rata-rata (mg/l) 1 2 3
TSS 11 14 35 20 BOD 230.8944 235.6129 230.8162 232.4412 M/L 0.6377 1.5536 1.5989 1.2634 Det 0.4789 0.4697 0.4270 0.4586
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 November 1986. Penulis merupakan putera pertama dari Bapak Harsono Hadisoemardjo dan Ibu Etty Riani.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dengan memasuki TK Permata Bogor tahun 1990 hingga 1992, pada tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri Bangka III Bogor, pada tahun 2001 lulus dari SLTP Negeri IV Bogor, pada tahun 2004 lulus dari SMU Negeri 3 Bogor. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi
Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis ikut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan Institut Pertanian Bogor, turut aktif dalam organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (Himasper) sebagai ketua Aquares Study Club (ASC), dan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Onigiri dibawah naungan Music of Agriculture. Selain itu penulis menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Hewan Air, Planktonologi dan Sumberdaya Hayati Perikanan Non-Ikan. Untuk menyelesaikan studi, penulis melaksanakan penelitian dan skripsi yang berjudul “Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung”
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com