KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

71
KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA SUNGAI CILIWUNG Oleh : Muhammad Reza Cordova C24104056 DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

description

air

Transcript of KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

Page 1: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR

KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA

SUNGAI CILIWUNG

Oleh :

Muhammad Reza Cordova

C24104056

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 2: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR

KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA

SUNGAI CILIWUNG

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Muhammad Reza Cordova

C24104056

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 3: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

RINGKASAN MUHAMMAD REZA CORDOVA. Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung. Di bawah bimbingan SIGID HARIYADI.

Penggunaan air mengakibatkan perubahan komposisi dan karakteristik air, salah satunya terjadi pada kegiatan rumah tangga. Air buangan kegiatan tersebut disebut air limbah domestik. Umumnya air limbah domestik langsung dibuang menuju badan air penerima tanpa diolah terlebih dahulu.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi kualitas limbah rumah tangga yang berasal dari perumahan sederhana dan besarnya beban pencemaran yang berasal dari kegiatan rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor serta untuk melihat pengaruh limbah domestik tersebut terhadap kualitas air sungai penerimanya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 hingga Juni 2008. Pengambilan contoh air dilaksanakan pada musim kemarau bulan November 2007 dan bulan Juni 2008 sebanyak tiga kali pada waktu berbeda, masing-masing mewakili waktu pagi, siang dan sore.

Kualitas air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang berdasarkan pendekatan indeks pencemaran dikategorikan tercemar sedang, hal ini terjadi karena masukan beban pencemaran dari kegiatan rumah tangga cukup besar. Beban pencemaran dari parameter padatan tersuspensi terlarut sebesar 4891.13 kg /hari; parameter BOD sebesar 50131.17 kg /hari; parameter minyak dan lemak sebesar 748.17 kg /hari; serta parameter deterjen sebesar 404.78 kg /hari.

Berdasarkan pendekatan konsep kesetimbangan massa, air limbah domestik dari hasil kegiatan rumah tangga berkontribusi positif meningkatkan beban pencemaran pada Sungai Ciliwung, tetapi jumlahnya tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena debit air limbah saluran akhir Perumnas Bantar Kemang kecil sedangkan debit air Sungai Ciliwung sebagai penerima air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang yang besar.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 4: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar

Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai

Ciliwung

Nama Mahasiswa : Muhammad Reza Cordova

Nomor Pokok : C24104056

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc NIP. 131 471 376

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799

Tanggal Lulus :

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 5: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

PRAKATA

Kegiatan rumah tangga pada umumnya menghasilkan dua buangan,

buangan padat dan buangan cair. Buangan padat merupakan buangan seperti

sampah pada umumnya sedangkan buangan cair merupakan air limbah sisa dari

kegiatan rumah tangga. Umumnya air limbah kegiatan rumah tangga (domestik)

yang dibuang langsung menuju badan air seperti sungai dan danau, hal tersebut

terjadi karena masyarakat menganggap air limbah domestik tidak akan berdampak

negatif. Di sisi lain kajian mengenai air limbah domestik belum terlalu banyak

dilakukan. Fokus utama dari penulisan skripsi ini adalah mengkaji seberapa besar

pencemar yang dihasilkan kegiatan rumah tangga dari parameter padatan

tersuspensi terlarut, kebutuhan oksigen biokimiawi, derajat keasaman, minyak dan

lemak serta deterjen, seberapa besar beban yang dihasilkan dan bagaimana

pengaruh pencemar tersebut pada badan air penerima.

Dari penulisan skripsi ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami

mengenai air limbah domestik sehingga pengaruh air limbah pencemar dari

kegiatan rumah tangga dapat dikurangi. Semoga skripsi ini bermanfaat yang

memerlukan. Akhir kata penulis menyadari masih jauh dari sempurna dan

mungkin tidak dapat memuaskan semua pihak. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 6: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang dengan

sabar berkenan membimbing, memberikan masukan dan memberikan

dorongan moril pada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil yang telah memberikan bimbingan

secara tidak langsung, memberikan masukan dan dorongan moril.

3. Ibu Majariana Krisanti, S.Pi., M.Si, sebagai penguji luar komisi yang

memberikan masukan berharga, saran dan arahan pada penulisan skripsi.

4. Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati sebagai penguji perwakilan departemen yang

memberikan masukan berharga, saran dan arahan pada penulisan skripsi.

5. Ibu Dr. Ir. Niken T.M. Pratiwi, M.S., Alm. Bapak Dr. Ir. Unggul Aktani

dan Bapak Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga dan Bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno,

M.Sc., yang telah memberikan masukan berharga, semangat, dan

dukungan moril saat penulisan skripsi.

6. Bapak Hazaddin TS yang telah memberikan kesempatan pada penulis

untuk mengikuti penelitian ini.

7. Bapak Dr. Ir. Sulistiono sebagai pembimbing akademik yang senantiasa

memberikan arahan dan saran selama penulis menyelesaikan studi

8. Keluarga (Ibunda Etty Riani, Ayahanda Harsono Hadisoemardjo, Adik

Rama, Adik Dzikri dan Adik Farah serta Adinda Yayu Alitalia) yang telah

memberikan kasih sayang, semangat dan motivasi pada penulis.

9. Mbak Widar, Ibu Merry, Mbak Yani, staf TU, Bang Charles, staf pengajar

Departemen MSP yang telah memberikan dorongan moril. Rekan-rekan

MSP 41, 40 dan 42 dengan kerjasama yang luar biasa khususnya Feri,

Ahmad Rangkuti, Ryan Sumo, Wilda, Shelly, dan Rendy Sormin.

“Saudaraku” di Wisma Biru Dior, Agus, Habib, Dani, Lingga, Ibnu, Roy,

Ofi, Annas, Yudha, Yanda, Willi, Indra dan Bawon. Ucapan terima kasih

juga disampaikan pada semua pihak belum bisa disebutkan yang telah

membantu dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 7: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 2 1.3. Tujuan ............................................................................................... 3 1.4. Manfaat ............................................................................................. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4 2.1. Air Limbah ........................................................................................ 4 2.2. Definisi dan Sumber Air Limbah Domestik........................................ 5 2.3. Karakteristik Air Limbah Domestik ................................................... 5 2.3.1. Suhu ...................................................................................... 6 2.3.2. Warna .................................................................................... 7 2.3.3. Bau ........................................................................................ 8 2.3.4. Padatan Tersuspensi Total ...................................................... 9 2.3.5. Penggunaan dan Debit Air Rumah Tangga ............................. 9 2.3.6. Derajat Keasaman (pH) .......................................................... 10 2.3.7. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand atau BOD) ............................................................... 11 2.3.8. Minyak dan Lemak ................................................................ 12 2.3.9. Deterjen ................................................................................. 14 III. METODA PENELITIAN ................................................................... 17 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 17 3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 19 3.3. Prosedur Kerja ................................................................................... 19 3.4. Analisis Data ..................................................................................... 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 25 4.1. Kondisi Umum Perumnas Bantar Kemang ......................................... 25 4.2. Kualitas Air Limbah Domestik........................................................... 25 4.2.1. Derajat Keasaman (pH) .......................................................... 25 4.2.2. Padatan Tersuspensi Total ...................................................... 26 4.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand atau BOD) ............................................................... 27 4.2.4. Minyak dan Lemak ................................................................ 29 4.2.5. Deterjen ................................................................................. 30 4.2.6. Suhu ...................................................................................... 31 4.2.7. Warna .................................................................................... 32 4.2.8. Bau ........................................................................................ 33

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 8: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

4.3. Penggunaan dan Debit Air ................................................................. 34 4.4. Beban Pencemaran Limbah Domestik ................................................ 35 4.5. Kontribusi Beban Pencemaran Limbah Domestik yang Berasal

dari Perumnas Bantar Kemang pada Badan Air Penerima .................. 36 4.6. Penentuan Status Mutu Air................................................................. 37 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 40 5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 40 5.2. Saran.................................................................................................. 40 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 41 LAMPIRAN ............................................................................................. 44

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 9: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kuantitas penggunaan air per-orang/hari .............................................. 10

2. Parameter, alat atau metoda yang digunakan untuk analisa kualitas air limbah domestik keluaran (effluent) dari Perumnas Bantar Kemang dan untuk analisa kualitas air Sungai Ciliwung (ambient) yang terkena dampak dari effluent air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang .................................................................................... 20

3. Penentuan status mutu air dari Indeks Pencemaran ............................... 24

4. Pengukuran warna pada tiap stasiun ..................................................... 32

5. Pengukuran bau pada tiap stasiun ......................................................... 34

6. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan per rumah ............................................................................................. 35

7. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan saluran akhir (outlet) ............................................................................ 36

8. Beban pencemaran yang dibawa Sungai Ciliwung sebelum saluran akhir Perumnas Bantar Kemang ........................................................... 36

9. Kontribusi limbah domestik Sungai Ciliwung dari Perumnas Bantar Kemang ............................................................................................... 37

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 10: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

ii

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

1. Bagan alir perumusan masalah .............................................................. 3

2. Skema pengelompokan bahan yang terkandung dalam air limbah ......... 4

3. Peta lokasi penelitian (Perumnas Bantar Kemang) ................................ 18

4. Nilai pH setiap titik pengambilan sampel .............................................. 26

5. Padatan tersuspensi total setiap titik pengambilan sampel .................... 27

6. Nilai BOD setiap titik pengambilan sampel ........................................... 28

7. Konsentrasi minyak dan lemak tiap titik pengambilan sampel ............... 29

8. Konsentrasi deterjen tiap titik pengambilan sampel ............................... 30

9. Rata-rata suhu tiap stasiun pengamatan ................................................. 31

10. Grafik fluktuasi debit di depan satu rumah ................................................... 3 11. Grafik fluktuasi pengukuran debit outlet ...................................................... 3 12. Grafik fluktuasi debit di sungai .................................................................... 3

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 11: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

iii

LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Sketsa tempat pengambilan sampel air ................................................. 44

2. Stasiun pengambilan contoh air pada Perumnas Bantar Kemang .......... 45

3. Standar beban pencemaran dari perhitungan penggunaan air dari PDAM dan baku mutu Kepmen LH No. 112 tahun 2003 ...................... 46

4. Hasil analisa data mentah dan fluktuasi debit air debit di depan satu rumah, outlet dan sungai Ciliwung ................................................ 47

5. Contoh perhitungan mass balance concept ........................................... 49

6. Perhitungan indeks pencemaran ........................................................... 50

7. Data mentah hasil analisa kualitas air ................................................... 52

8. Gambar lokasi penelitian...................................................................... 54

9. Hasil analisa air sungai setelah outfall Perumnas Bantar Kemang ........ 58

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 12: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air sangat penting bagi kehidupan, baik untuk proses-proses yang terjadi di

dalam tubuh maupun untuk berbagai kegiatan yang menunjang kehidupan. Dalam

kehidupan sehari-hari, air digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti minum,

mandi, mencuci, memasak, kegiatan pertanian, perternakan, perindustrian dan

kegiatan-kegiatan lainnya. Namun karena air merupakan barang milik bersama,

maka penggunaannya seringkali tidak bijaksana. Adanya penggunaan air yang

tidak bijaksana tersebut pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya penurunan

kualitas baik dari aspek kimia, aspek fisika maupun aspek biologi. Salah satu hal

yang menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air adalah semakin banyaknya

penggunaan air untuk keperluan rumah tangga, sebagai akibat meningkat pesatnya

jumlah penduduk. Di lain pihak air yang telah digunakan untuk keperluan rumah

tangga (domestik) tersebut yang biasa disebut sebagai air limbah rumah tangga

atau limbah domestik, pada umumnya langsung dibuang ke dalam ekosistem

perairan dengan tidak mengalami pengolahan terlebih dahulu.

Air limbah domestik yang langsung dibuang ke dalam ekosistem perairan

tersebut, umumnya akan mempengaruhi air yang ada pada ekosistem penerimanya,

bahkan pada akhirnya akan berakibat pada berubahnya komposisi kandungan zat

yang ada di dalamnya atau dengan kata lain akan mengakibatkan terjadinya

pencemaran pada ekosistem perairan penerimanya. Menurut Reksosoebroto

dalam Sugiharto (1987), air limbah domestik ini dapat berpengaruh buruk

terhadap berbagai hal, karena dapat berperan sebagai media pembawa penyakit,

dapat menimbulkan kerusakan pada bahan bangunan dan tanaman, dapat merusak

kestabilan kehidupan dalam air seperti kehidupan ikan dan binatang peliharaan

lainnya. Selanjutnya dikatakan bahwa air limbah dapat menurunkan nilai estetika

(keindahan) karena akan mengakibatkan munculnya bau busuk dan pemandangan

yang kurang sedap.

Secara umum jika air limbah domestik jumlahnya sedikit, tidak akan

menimbulkan pengaruh yang berarti pada ekosistem perairan, namun dalam

jumlah yang banyak, limbah domestik dapat menyebabkan pencemaran, terutama

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 13: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

2

pencemaran bahan organik yang cukup berarti. Namun hingga saat ini masih

banyak masyarakat yang beranggapan bahwa limbah domestik yang dibuang

langsung ke dalam ekosistem perairan tidak akan menimbulkan dampak negatif.

Di lain pihak, sejauh ini penelitian mengenai limbah domestik di Kota Bogor juga

masih sangat minim. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dikaji

seberapa banyak air limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga, serta apakah

limbah domestik yang berasal dari permukiman padat seperti dari Perumahan

Nasional (Perumnas) Bantar Kemang Kota Bogor dapat menimbulkan

pencemaran pada ekosistem perairan.

1.2. Perumusan Masalah

Peningkatan jumlah penduduk perumahan mengakibatkan terjadinya

peningkatan konsumsi dan penggunaan air. Penggunaan air dalam jumlah yang

banyak untuk kegiatan sehari-hari (rumah tangga/domestik) seperti untuk mandi,

mencuci atau memasak, mengakibatkan terjadinya perubahan air baik secara fisik,

kimia maupun secara biologi. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas air. Di lain pihak ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya

limbah domestik yang langsung dibuang ke ekosistem perairan tanpa mengalami

pengolahan terlebih dahulu dapat memperberat pencemaran pada ekosistem

perairan yang menerima limbah buangan domestik tersebut.

Sebenarnya Indonesia telah mulai mengatur pembuangan limbah domestik

sejak tahun 2003 dengan adanya kebijakan yang meregulasi pembuangan limbah

domestik, yang dimuat pada Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003

tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik serta Keputusan Gubernur Jawa Barat

No. 38 tahun 1991 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air pada Sumber Air

di Jawa Barat. Namun ketidaktahuan masyarakat dan ketidaktahuan pemangku

kepentingan, serta mahalnya biaya pengolahan limbah, membuat peraturan

tersebut seolah-olah diabaikan begitu saja dan pembuangan air limbah domestik

ke sungai terus berlangsung sehingga pencemaran lingkungan sungai terus terjadi.

Di lain pihak kajian tentang bahaya dari air limbah domestik, hingga saat ini juga

dapat dikatakan masih minim, sehingga informasi yang harus segera diketahui

saat ini dalam rangka mencarikan solusinya di masa yang akan datang antara lain

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 14: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

3

adalah mencari informasi kualitas air limbah domesik dari kegiatan rumah tangga

tersebut, menganalisa seberapa besar beban pencemaran yang dihasilkan dari air

limbah domestik sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh dari air limbah

domestik tersebut terhadap ekosistem perairan penerimanya. Untuk lebih jelasnya

mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan alir perumusan masalah

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh air limbah domestik hasil

kegiatan rumah tangga Perumnas Bantar Kemang terhadap kualitas air Sungai

Ciliwung.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

mendapatkan informasi kualitas limbah rumah tangga yang berasal dari

perumahan sederhana dan besarnya beban pencemaran yang berasal dari kegiatan

rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor, pada masyarakat dan

pemerintah. Manfaat lain yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai

bahan informasi untuk merumuskan kebijakan selanjutnya, terutama dalam

penanganan air limbah domestik, khususnya yang berasal dari perumahan

sederhana seperti Perumnas Bantar Kemang serta perumahan pada umumnya.

Air limbah domestik

Pencemaran

Pengaruh air limbah

domestik pada badan

penerima?

kualitas air limbah

Hidrologi

+ -

Perlu pengolahan air limbah domestik

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 15: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Limbah

Pengertian air limbah secara umum adalah kotoran dari masyarakat dan rumah

tangga dan juga berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta dari buangan

lainnya (Sugiharto, 1987). Metcalf dan Eddy (2002) menambahkan air buangan

tersebut berasal dari air yang digunakan pada berbagai kegiatan manusia sehingga

terdapat perubahan karakteristik air. Rump (1999) menerangkan lebih lanjut

bahwa perubahan karakteristik tersebut berupa perubahan komposisi air setelah

digunakan oleh manusia. Perubahan komposisi tersebut akibat masuknya

substansi unsur yang langsung dapat terdegradasi, unsur yang tidak langsung

dapat terdegradasi, nutrisi untuk organisme autotrof, logam berat, garam, air

buangan panas dan organisme patogen. Substansi tersebut bila masuk ke badan

air dapat memberikan pengaruh pada kehidupan organisme akuatik dan manusia,

sehingga kehidupan organisme dan manusia terganggu.

Menurut Health Departement of Western Australia, air limbah terdiri dari

99.7% air dan 0.3% bahan lain, sedangkan menurut Mara dan Cairncross (1994)

dan Sugiharto (1987) air limbah terdiri dari 99.9% air dan 0.1% bahan lain seperti

bahan padat, koloid dan terlarut. Bahan lain tersebut terbagi atas bahan organik

dan anorganik. Bahan organik dalam air limbah terbagi atas 65% protein, 25%

karbohidrat dan 10% lemak, sedangkan bahan anorganiknya terbagi menjadi

butiran, garam dan metal (Sugiharto, 1987). Skema pengelompokan bahan yang

terkandung dalam air limbah dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema pengelompokan bahan yang terkandung dalam air limbah (Sugiharto, 1987)

Anorganik Organik

Bahan Padat (0.1%)

Air Limbah

Air (99.9%)

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 16: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

5

2. 2. Definisi dan Sumber Air Limbah Domestik

Air limbah domestik merupakan air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi

untuk tujuan semula, baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari

aktivitas dapur, kamar mandi dan cuci dimana kuantitasnya 50-70% dari rata-rata

pemakaian air bersih sekitar 120-140 liter/orang/hari (Kodoatie dan Sjarief, 2005).

Menurut Sugiharto (1987), air limbah domestik merupakan air limbah yang telah

digunakan yang berasal dari rumah tangga atau pemukiman, perdagangan, daerah

kelembagaan atau daerah rekreasi, meliputi air buangan dari kamar mandi, WC,

tempat cuci atau tempat memasak. Menurut Kepmen LH no.112 tahun 2003

tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah domestik merupakan air

limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate), rumah

makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Selanjutnya McKinneya

(2004) menambahkan air limbah domestik merupakan air buangan dari kawasan

tempat tinggal, kawasan umum dan apartemen. Apabila ketiga pengertian

mengenai air limbah domestik digabungkan, maka dapat dirumuskan batasan yang

lebih jelas, terutama sumber air limbah domestik tersebut. Sumber utama air

limbah rumah tangga dari masyarakat berasal dari perumahan dan daerah

perdagangan.

Tetapi karena jumlah perumahan meningkat seiring meningkatnya penduduk

Mukhtasor (2007) menyatakan air limbah domestik lebih sulit dikendalikan

dibandingkan air limbah industri, karena sifatnya yang menyebar, sehingga

memang perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke badan sungai penerima

sesuai Kepmen LH No.112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik.

2. 3. Karakteristik Air Limbah Domestik

Folwell (1936) menyatakan penggunaan air untuk kegiatan pada perumahan

akan mengubah komposisi air tersebut. Air yang telah digunakan tersebut

mengandung ekskresi manusia dalam bentuk solid maupun cairan, sisa makanan,

air cucian, sisa kertas, rambut, potongan kain dan sampah. Mukhtasor (2007)

membagi air limbah domestik menjadi dua bagian, air limbah domestik dari air

cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan lemak serta shampo; dan air limbah

domestik yang berasal dari kakus seperti tinja dan air seni. Lebih lanjut Kodoatie

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 17: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

6

dan Sjarief (2005) menambahkan air limbah domestik mengandung 90% cairan.

Zat yang terkandung dalam air buangan tersebut berupa unsur organik tersuspensi

maupun terlarut, unsur anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut

akan mencerminkan kualitas air buangan dalam sifat fisik, kimiawi maupun

biologi. Parameter air limbah yang dianalisa pada penelitian ini adalah parameter

umum seperti suhu, warna dan bau serta parameter parameter utama dengan acuan

Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik,

PPRI No. 82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas

tiga serta Jawa Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada

sumber air di Jawa Barat yakni derajat keasaman (pH), kebutuhan oksigen

biologis (BOD), minyak dan lemak dan deterjen.

2. 3.1. Suhu

Suhu pada air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari

permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran

serta kedalaman badan air (Effendi, 2003). Metcalf dan Eddy (2002) juga

menyatakan karena adanya perbedaan lokasi geografi juga mempengaruhi

suhu rata-rata per tahun setiap wilayah. Suhu air limbah dipengaruhi oleh

proses yang dialami pada sumbernya serta proses aerobik dan anaerobik yang

berlangsung di dalam limbah itu sendiri (Yusuf, 2001). LPM-ITB (1994)

dalam Kodoatie dan Sjarief (2005) menyatakan suhu dari buangan air limbah

biasanya sedikit lebih tinggi dari suhu air minum. Pernyataan tersebut

didukung oleh Metcalf dan Eddy (2002) yang menyatakan bahwa temperatur

dari air limbah umumnya lebih tinggi dari tempat persediaan air lokal, karena

adanya kegiatan rumah tangga dan industri. Fardiaz (1992) menambahkan

dari hasil oksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel dengan

bantuan enzim akan menghasilkan energi panas.

Oksidasi bahan organik :

(CH2O)n + n O2 → n CO2 + n H2O + Panas

Sintesis sel :

(CH2O) + NH3 + O2 → komponen sel + CO2 + H2O + Panas

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 18: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

7

Oksidasi sel :

Komponen sel + O2 → CO2 + nH2O + NH3 + Panas

Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi

pada suatu perairan. Perubahan tersebut mempengaruhi aktifitas mikrobial,

solubilitas gas dan viskositas (LPM-ITB, 1994 dalam Kodoatie dan Sjarief,

2005), Effendi (2003) menambahkan bahwa peningkatan suhu akan

meningkatkan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Sebagian

besar proses fisik, biologi dan karakter kimia pada air permukaan

dipengaruhi oleh temperatur. Peningkatan suhu berkorelasi positif dengan

proses kimia yang terjadi pada air, peningkatan suhu juga dapat

membahayakan biota air. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan

kelarutan gas dalam air, seperti gas O2, CO2, N2 dan CH4 (Babbit, 1969;

Haslam, 1994 dalam Effendi, 2003). Peningkatan suhu juga berpengaruh

pada kemampuan air untuk mengikat oksigen terlarut, namun demikian

perubahan suhu secara ekstrim yang umumnya berasal dari air buangan

dalam proses industri dapat mematikan biota (Cech, 2005). Peningkatan

suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan metabolisme dan

respirasi organisme air serta peningkatan dekomposisi bahan organik oleh

mikroba, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen

dalam air. Peningkatan suhu yang disertai peningkatan konsumsi oksigen,

menyebabkan keberadaan oksigen tidak mencukupi kebutuhan organisme

akuatik untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003).

Metcalf dan Eddy (2002) menambahkan suhu optimal untuk kegiatan bakteri

berada dalam kisaran 25 - 35°C. Pada limbah domestik sendiri, peningkatan

suhu mengakibatkan turunnya kadar oksigen, sehingga menyebabkan

terjadinya pembusukan, dan menimbulkan bau yang tidak sedap (Yusuf,

2001).

2. 3.2. Warna

Warna air dikelompokan menjadi dua, warna sesungguhnya (true

color) yang disebabkan oleh bahan kimia terlarut dan warna tampak

(apparent color) yang disebabkan tidak hanya oleh bahan terlarut, tetapi

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 19: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

8

juga oleh bahan tersuspensi. Warna perairan ditimbulkan oleh adanya

bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus

dan ion-ion logam (Effendi, 2003; Fardiaz, 1992; Linsey dan Franzini,

1996; Hariyadi dkk, 1992). Linsey dan Franzini (1996) menambahkan

bahwa warna perairan didominasi oleh jenis bahan organik yang terlarut

dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tanaman yang membusuk.

Mahida (1986) menyatakan warna tampak cukup menunjukkan sifat dan

kualitas limbah tersebut, tetapi orang awam seringkali menilai air limbah

berdasarkan warnanya, walaupun tidak sesuai dengan warna yang

dikandungnya. Hasil penelitian LPM-ITB (1994) dalam Kodoatie dan

Sjarief (2005); Mahida (1986); Babbit (1969) menyatakan bahwa air

limbah domestik segar biasanya berwarna abu-abu, sedangkan pada

keadaan septik, telah mengalami dekomposisi, air limbah domestik akan

berwarna hitam.

2.3.3. Bau

Bau atau aroma dipengaruhi oleh keberadaan senyawa organik

maupun anorganik yang berasal dari limbah domestik, limbah industri dan

bahan alami seperti dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Bau sangat

berpengaruh dalam penentuan perairan sebagai penyedia air minum,

tempat rekreasi dan keindahan (Fardiaz, 1992; Hariyadi dkk, 1992).

Linsey dan Franzini (1996) menambahkan bau dan rasa disebabkan oleh

adanya bahan organik atau bahan kimia yang mudah menguap. Mahida

(1986) menyatakan bau dapat menunjukan apakah suatu air limbah masih

baru atau telah mengalami pembusukan. Air limbah domestik segar

biasanya tidak memiliki bau tetapi bila memiliki bau, maka akan bau

sabun atau bau lemak, sedangkan dalam kondisi septik, air limbah

domestik akan berbau sulfur dan kurang sedap (Babbit, 1969; Mahida,

1986; LPM-ITB, 1994 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005).

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 20: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

9

2. 3.4. Padatan Tersuspensi Total

Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah

bahan tersuspensi dengan diameter >1 µm yang tertahan pada saringan

milliophore dengan diameter pori 0.45 µm yang masih tetap tinggal

sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu 103-105ºC.

(Saeni, 1989). Padatan tersuspensi merupakan pencemar umum yang

terdapat pada seluruh perairan alam, bahkan di perairan alami yang masih

bersih dan belum tercemar juga dijumpai padatan tersuspensi dalam

bentuk liat, debu dan pasir yang disebabkan oleh kikisan tanah yang

terbawa badan air (Hammer, 1975; Saeni 1989). Mahida (1986)

menambahkan pada daerah pemukiman, kekeruhan perairan pada

umumnya disebabkan oleh buangan penduduk seperti dari sisa makanan

dan buah, sisa kertas dan sisa kain bekas yang akan menjadi bahan

tersuspensi.

Saeni (1989); Sawyer dkk (1994) menyatakan padatan tersuspensi

berkorelasi positif terhadap kekeruhan, semakin tinggi padatan tersuspensi,

semakin tinggi pula nilai kekeruhan. Lebih lanjut Saeni (1989)

menambahkan bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloid

sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensinya akan

mengakibatkan kekeruhan yang berbeda. Padatan tersuspensi total dapat

menyebabkan terganggunya proses osmoregulasi seperti sistem pernafasan

dan daya lihat organisme serta menghambat penetrasi cahaya dalam air

sehingga mengurangi regenerasi oksigen secara fotosintesis (Fardiaz,

1992). Sawyer dkk (1994) menambahkan adanya padatan tersuspensi

yang mengakibatkan kekeruhan tersebut dapat menjadi media hidup bagi

bakteri patogen, sehingga bakteri patogen tersebut aman dari disinfektan.

2. 3. 5. Penggunaan dan Debit Air Rumah Tangga

Penggunaan air rumah tangga adalah air yang dipergunakan di tempat-

tempat hunian pribadi, apartemen untuk keperluan minum, mandi, saniter,

penyiraman tanaman dan tujuan lain. Penggunaan air rumah tangga di

Amerika Serikat bervariasi antara 150- 1900 liter/orang/hari (Linsley dan

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 21: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

10

Franzini, 1996). Sedangkan menurut data Perusahaan Daerah Air Minum

Kota Bogor kuantitas penggunaan air untuk kegiatan sehari hari berupa

minum, mandi, bilas, cuci pakaian, memasak dan lain-lain sebesar 86-122

liter/orang/hari (Tabel 1). Dari kedua informasi, secara umum dapat

dikatakan konsumsi air untuk kegiatan rumah tangga berbeda pada tiap

tempat dan negara.

Tabel 1. Kuantitas penggunaan air per-orang/hari

No Jenis pemakaian Pemakaian per kegiatan

(liter/orang/hari)

minimal maksimal 1 Minum 1 7 2 Mandi 35 41 3 Bilas 3 9 4 Cuci 37 43 5 Memasak 6 12 6 Lain-lain 4 10

Total 86 122 Sumber : PDAM Kota Bogor, 2007

2. 3. 6. Derajat Keasaman (pH)

Power of hydrogen (pH) merupakan unit pengukuran yang

menggambarkan derajat asiditas, alkalinitas suatu larutan, terutama sebagai

indikator kualitas air. Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan

antara asam dan basa dalam air (Cech, 2005; Saeni, 1989). Skala pH

mengacu kepada kekuatan atau konsentrasi dari ion atau atom hidrogen

dalam air. Adanya ion hidrogen dan ion hidroksil diakibatkan selalu ada

proses pemisahan molekul dalam air (Mahida, 1986). Lebih lanjut Fardiaz

(1992) menyatakan pemecahan komponen molekul organik seperti karbon,

nitrogen, sulfur dan phospat yang berasal dari karbohidrat, lemak atau

protein dalam proses aerobik dan anaerobik akan menghasilkan

karbondioksida yang sifatnya asam.

Oksidasi bahan organik :

(CH2O)n + n O2 → n CO2 + n H2O + Panas

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 22: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

11

Nilai pH berkisar antara 0 yang berarti sangat asam, dengan konsentrasi

ion hidrogen positif (H+) tinggi, hingga 14 yang artinya sangat basa, dengan

konsentrasi ion hidroksil negatif (OH-) tinggi. Klasifikasi pH terbagi

menjadi tiga bagian, netral dengan pH=7, asam dengan pH kurang dari 7

hingga 0 dan basa atau alkalis dengan pH lebih dari 7 hingga 14 (Cech, 2005;

Effendi, 2003). Nilai pH dalam kondisi sangat ekstrim dapat mencapai nilai

negatif dan lebih dari 14 (Cech, 2005). Nilai pH yang baik memungkinkan

organisme untuk hidup dan tumbuh, serta kehidupan biologis yang berjalan

baik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan

menyukai pH antara 7-8,5 (Effendi, 2003). Sama dengan skala richter pada

gempa bumi, nilai pH menggunakan skala logaritmik. Setiap angka

merepresentasikan kisaran sepuluh dari asiditas atau alkalinitas. Air dengan

pH 4 berarti 10 kali lebih asam dari pH 5 (Cech, 2005; Mahida, 1986).

Nilai pH air dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam

lingkungan perairan, mempengaruhi jenis dan toksisitas dari unsur-unsur

renik seperti logam (Saeni, 1989). Senada dengan hal tersebut Novotny dan

Olem (1994) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa toksisitas logam

mengalami peningkatan pada pH rendah. Proses biokimiawi perairan juga

dipengaruhi oleh perubahan pH, misalnya proses nitrifikasi akan berhenti

pada pH asam (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003). Pada

umumnya bakteri tumbuh pada pH netral sedangkan jamur lebih menyukai

pH rendah (asam). Hal ini menunjukan bahwa proses dekomposisi bahan

organik berlangsung lebih cepat pada kondisi pH netral (Effendi, 2003).

2.3.7. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand

atau BOD)

BOD merupakan ukuran tentang jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

menstabilkan air limbah secara biologi (Sawyer dan McCarty, 1978 dalam

Linsey dan Franzini, 1996; Saeni, 1989). Secara tidak langsung, BOD

merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi

karbondioksida dan air (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003;

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 23: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

12

McKinneya, 2004; Mukhtasor, 2007). Effendi (2003) menambahkan BOD

hanya menggambarkan bahan organik yang dapat terdekomposisi secara

biologis (biodegradable). Bahan organik ini berupa lemak, protein, kanji

(starch), glukosa, aldehida, ester dan sebagainya.

Saeni (1989) menyatakan bahwa proses oksidasi biokimiawi merupakan

proses lambat dan secara teoritis memerlukan waktu yang tidak terbatas

untuk mencapai reaksi sempurna. Oksidasi mencapai 90-99% dalam periode

20 hari. Umumnya analisis BOD dilakukan dalam periode 5 hari pada suhu

20ºC, karena pada periode 5 hari sudah mencapai kesempurnaan oksidasi,

yakni mencapai 60-70%. Suhu 20ºC yang digunakan merupakan nilai rata-

rata temperatur pada iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil

akan berbeda pada suhu yang berbeda, karena kecepatan reaksi biokimia

tergantung dari suhu.

BOD dari air limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga menurut

Mukhtasor (2007) menyumbang 50-75% BOD yang terdapat di sungai

sebagai badan air penerima, sisanya (25-50%) berasal dari limbah industri.

Sehingga dapat dikatakan bahwa bahan organik hasil kegiatan rumah tangga

yang dibuang langsung ke badan air penerima juga besar.

2. 3. 8. Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak menurut Sugiharto (1987) merupakan komponen

utama bahan makanan yang banyak didapatkan dalam air limbah. Lemak

dan minyak dapat membentuk ester dan alkohol atau gliserol dengan asam

gemuk. Gliserid dari asam gemuk ini berupa cairan yang disebut minyak,

sedangkan dalam bentuk kental atau padat dikenal sebagai lemak. Lemak

dalam air limbah berasal dari roti, margarin serta buah-buahan. Lemak juga

berasal dari daging buah dekat biji-bijian, bijih-bijihan, kacang-kacangan

serta buah-buahan. Lemak tergolong pada benda organik yang stabil dan

sulit diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dihancurkan oleh bahan-bahan

asam, sehingga menghasilkan gliserin dan asam gemuk. Pada keadaan basa,

lemak terpisah dari gliserin dan terbentuk garam basa. Garam basa ini

dikenal sebagai sabun, seperti halnya lemak, sabun merupakan zat yang

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 24: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

13

stabil. Minyak merupakan lemak dalam bentuk cair. Minyak tanah, minyak

pelumas dan minyak goreng merupakan turunan dari minyak residu dan

batubara yang mengandung karbon dan hidrogen. Mulyasih (2008, komuni

kasi pribadi*) menyatakan minyak dan lemak yang berasal dari kegiatan

manusia yang telah dijelaskan Fardiaz (1992) mengandung minyak mineral

dan hidrokarbon seperti minyak tanah, minyak nabati yang berasal dari

makanan gorengan, asam lemak yang bersumber dari daging ternak dan ikan

serta sabun.

Fardiaz (1992) menjelaskan minyak mengandung senyawa volatil yang

segera dapat menguap, setelah beberapa hari 25% dari volume minyak akan

hilang karena menguap, sisa minyak yang tidak menguap tersebut akan

mengalami emulsifikasi yang mengakibatkan air dan minyak bercampur.

Komponen penyusun minyak bersifat racun tergantung struktur dan berat

molekulnya. Komponen minyak terdiri dari komponen hidrokarbon jenuh

dan komponen hidrokarbon aromatik. Komponen hidrokarbon jenuh yang

memiliki titik didih rendah pada hewan tingkat tinggi dapat menyebabkan

anastesi dan narkosis, sedangkan pada hewan tingkat rendah dapat

mengakibatkan kematian. Komponen hidrokarbon aromatik lebih larut di air

dibandingkan dengan hidrokarbon jenuh, sehingga lebih beracun, karena

komponen aromatik tersebut dapat membunuh langsung kehidupan

sekitarnya malalui kontak langsung dengan minyak.

Sawyer dkk (1994) menyatakan minyak dan lemak sebagian besar akan

mengapung dalam air, hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis, sebagian

kecil mengendap pada lumpur. Minyak dan lemak dapat mempengaruhi

kehidupan yang ada di permukaan air dan membentuk lapisan tipis di

permukaan yang menghalangi difusi oksigen dari udara ke air.

Menurut Sugiharto (1987), kadar minyak dan lemak 15-20 mg/l

merupakan batas maksimum yang diizinkan pada limbah organik, sedangkan

menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 dan Keputusan

Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah

Domestik, batas yang diperbolehkan adalah 10 mg/l.

*) Ir. Sri Mulyasih, MT, staf peneliti Laboratorium Pengujian Divisi Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 25: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

14

2. 3. 9. Deterjen

Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari senyawa

petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Dibanding dengan produk

terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain

mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan

air (Fardiaz, 1992).

Fardiaz (1992); Laws (1993); Sawyer dkk (1994); Manahan (1994)

menyatakan komponen deterjen terdisi dari tiga bagian yakni, surfaktan yang

merupakan bahan pembersih utama, bahan pembentuk serta bahan lain-lain.

Kandungan surfaktan dalam deterjen 20-30%, sedangkan 70-80% sisanya

merupakan bahan pembentuk. Surfaktan dalam deterjen berfungsi sebagai

bahan pembasah yang membuat turunnya tegangan permukaan air sehingga

air lebih mudah meresap ke dalam kain yang dicuci. Molekul surfaktan

bersifat bipolar, dimana salah satu ujung molekul bersifat nonpolar dan larut

dalam kotoran, ujung lainnya bersifat polar sehingga larut dalam air.

Sawyer dkk (1994) menambahkan surfaktan memiliki tiga tipe utama

yakni anionik, nonionik dan kationik. Surfaktan anionik merupakan jenis

surfaktan yang memiliki unsur utama ion natrium (Na+) dan alkil sulfat.

Manahan (1994) menambahkan surfaktan dengan alkil sulfat ini seperti ABS

(alkylbenzene sulfonate) dan LAS (linear alkylate sulfonates). Surfaktan

nonionik seperti, nonyl phenol polyethoxyle, memiliki sifat yang sama

seperti surfaktan anionik, daya pembersihannya lebih baik. Surfaktan

kationik merupakan surfaktan dengan bahan pembentuk utama garam

ammonium hidroksida, surfaktan jenis ini memiliki keunggulan sebagai

disinfektan saat tidak ada air panas untuk menghilangkan bakteri patogen

berbahaya. Tetapi karena dibutuhkan biaya produksi yang lebih besar untuk

pembuatan surfaktan nonionik dan kationik, sehingga produsen deterjen

lebih banyak memproduksi surfaktan anionik.

Fardiaz (1992) dan Manahan (1994) menjelaskan bahan pembentuk atau

builder deterjen memiliki peranan penting dalam proses pembersihan kotoran.

Bahan pembentuk berfungsi mengikat ion magnesium dalam jumlah besar

sehingga sifat air menjadi alkali (basa). Sifat alkali membuat proses

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 26: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

15

pembersihan menjadi efektif, sehingga builder dibutuhkan dalam jumlah

besar. Bahan pembentuk deterjen ini terbentuk dari unsur dasar phospat,

yakni natrium tripolyphospate.

Bahan terakhir pembentuk deterjen adalah bahan tambahan seperti bahan

pencerah, parfum dan antiredeposisi. Bahan pencerah berfungsi sebagai

pewarna untuk mengabsorpsi sinar ultraviolet yang tidak tampak dan

mengemisi sinar putih atau biru sehingga warna kain akan lebih cerah;

parfum berfungsi membuat kain lebih wangi; antiredoposisi berfungsi

mempertahankan kotoran yang telah lepas dari kain atau bahan lain yang

dicuci tidak menempel kembali (Fardiaz, 1992).

Fardiaz (1992) juga menyatakan pencemaran deterjen seringkali

diasosiasikan akibat surfaktan dan bahan pembentuk yang terkandung dalam

deterjen. Penanganan polusi akibat surfaktan telah banyak dilakukan, salah

satu caranya mengganti bentuk ABS menjadi LAS serta mengganti surfaktan

anionik menjadi surfaktan nonionik dan kationik. Heath (1987) dan

Manahan (1994) menambahkan penggunaan surfaktan anionik awalnya

berbentuk ABS yang memiliki dampak buruk banyaknya busa sehingga

mengganggu biota perairan. Pada tahun 1965, bentuk ABS diganti dengan

LAS yang lebih mudah terdegradasi. Pada ikan LAS empat kali lebih

beracun dibandingkan ABS, tetapi daya racunnya akan semakin berkurang

dengan adanya biodegradasi. Penggantian surfaktan anionik menjadi

surfaktan nonionik dan kationin menurut Laws (1993) telah dilakukan di

Amerika Serikat, tetapi karena biaya produksinya lebih mahal, maka

pengguna deterjen dengan surfaktan ini hanya golongan tertentu saja.

Sawyer dkk (1994) menjelaskan bahan pembentuk (builder) mencemari

perairan akibat adanya phosphate dalam builder. Sehingga dengan semakin

melimpahnya penggunaan deterjen, diperkirakan akan meningkatkan fosfat

yang masuk ke perairan, sehingga dapat menyebabkan eutrofikasi. Lebih

lanjut Grundy (1971) dalam Laws (1993) menyatakan 30-40% fosfat yang

masuk ke perairan berasal dari deterjen. Manahan (1994) menambahkan,

karena sifat builder yang mengikat ion magnesium, membuat sifat air

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 27: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

16

menjadi basa. Semakin banyak ion magnesium dalam air, akan membuat air

menjadi semakin basa.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 28: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

III. METODA PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Perumahan Nasional (Perumnas) Bantar Kemang,

RW 5/RT 1-2 dan RW 6/ RT 3-6, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 3).

Lokasi pengambilan contoh air ditentukan berdasarkan tempat saluran

pembuangan air satu rumah, tempat saluran pembuangan air gabungan, saluran

akhir pembuangan air limbah perumahan (outlet) dan di sungai. Pengambilan

contoh air dilakukan pada titik yang mewakili lokasi tersebut, yakni pada saluran

pembuangan air satu rumah sebanyak dua titik, pada saluran air gabungan

sebanyak empat titik, saluran akhir pembuangan sebanyak satu titik, pada sungai

sebanyak satu titik. Contoh air sungai diambil pada jarak ± 50 meter sebelum

outfall saluran akhir. Dengan demikian maka penelitian dilakukan pada delapan

titik pengambilan sampel (stasiun). Peta lokasi penelitian dilihat pada Gambar 3,

sketsa dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Pengambilan contoh air dilakukan pada musim kemarau bulan November

2007 dan Mei 2008 sebanyak tiga kali pada hari yang berbeda. Contoh air

pertama diambil mewakili penggunaan air maksimum yang dilakukan pada 7

Novermber 2007 antara pukul 06.00-10.00, pengambilan contoh air kedua

mewakili penggunaan air minimum dilaksanakan pada 21 November 2007 antara

puluk 11.00-14.00, pengambilan contoh air ketiga dilaksanakan antara pukul

15.00-18.00 pada 21 Mei 2008. Perhitungan debit saluran air dan sungai

dilakukan tiga kali pada hari yang berbeda antara pukul 06.00-19.00.

Pembahasan ditulis berdasarkan parameter utama dengan acuan Kepmen LH

Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, PPRI No.

82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga.

Parameter kualitas air diuraikan dan dibahas sesuai urutan tingkat peranan yakni

pH, TSS, BOD, minyak dan lemak, deterjen, suhu, bau serta warna. Selanjutnya

dibahas debit saluran, beban pencemaran dari Perumnas Bantar Kemang,

pendugaan kontribusi beban pencemaran terhadap sungai Ciliwung badan air

penerima limbah dengan pendekatan mass balance concept serta penentuan status

mutu air menggunakan pendekatan indeks pencemaran.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 29: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

18

Gambar 3. Peta lokasi penelitian (Perumnas Bantar Kemang)

(Software Map of Jakarta, 2004) Keterangan : ------- Lokasi Penelitian Tempat pengambilan sampel

18

U

Skala 1: 16000

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 30: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

19

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan dan pengukuran contoh

merupakan alat dan bahan pendukung dalam pengambilan, penanganan dan

analisis sampel. Alat yang digunakan terdiri dari botol sampel volume 1500 ml,

dan 300 ml; pH meter merk Hanna Instrument tipe pHel 1; GPS merk Garmin

GPSmap 60CSx; Spektrofotometer; Termometer Air Raksa; Turbidimeter merk

Hach tipe 2100P; Coolbox; kertas label; spidol permanen; oven; kertas saring

milliphore ukuran diameter pori 0.45 µm. Bahan yang digunakan terdiri dari

pengawet sampel (H2SO4); bahan analisis BOD; bahan analisis deterjen dengan

metoda menurut APHA (1998) Surfactant as MBAS Standard Methods 5540;

bahan analisis minyak dan lemak menurut APHA (1998) Partition-Gravimetric

Method Standard Methods 5520.

3.3. Prosedur Kerja

Pengukuran parameter fisik dan kimiawi dilakukan dengan dua cara, yakni

cara langsung dan analisa laboratorium. Pengamatan dan pengukuran langsung

di lapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, warna, bau, debit, dan pH.

Analisa laboratorium untuk parameter padatan tersuspensi total (TSS) dan

kebutuhan oksigen biokimiawi (BOD) dilakukan di Laboratorium Produktivitas

dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan

analisa parameter minyak lemak dan deterjen dilakukan di Laboratorium

Pengujian Divisi Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Parameter fisik dan kimia, alat dan metoda disajikan pada Tabel 3.

Pengambilan contoh air limbah dilakukan dengan menggunakan botol ukuran

1500 ml untuk parameter TSS dan kekeruhan tanpa pengawet; botol ukuran 1500

ml untuk parameter deterjen dan minyak dan lemak dengan pengawet H2SO4;

botol ukuran 300 ml untuk parameter BOD tanpa pengawet.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 31: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

20

Tabel 2. Parameter, alat atau metoda yang digunakan untuk analisa kualitas air limbah domestik keluaran (effluent) dari Perumnas Bantar Kemang dan untuk analisa kualitas air Sungai Ciliwung (ambient) yang terkena dampak dari effluent air limbah domestik Perumnas Bantar Kemang

Parameter Satuan Metoda/Alat Baku Mutu effluent** Baku Mutu ambient*

Fisik Suhu1 ºC Termometer Air Raksa - Suhu air normal ±3ºC Bau1 - Organoleptic - Tidak Berbau Warna1 - Visual - Tidak Berwarna TSS2 mg/l Gravimetrik 100 400 Kimia pH1 - pH meter terstandarisasi 6-9 6-9 BOD2 mg/l Inkubasi 5 hari/DO meter terstandarisasi 100 6 Minyak dan lemak2 mg/l Partition-Gravimetric Method 10 1 Deterjen2 mg/l Surfactant as MBAS - 0,2

Sumber : APHA (1998) Keterangan 1 analisa insitu; 2 analisa laboratorium

* Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut

** Berdasarkan KepMen LH No.112/2003 tentang baku mutu air limbah domestik - Parameter tidak dipersyaratkan.

20

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 32: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

21

3.4. Analisis Data

Analisa kualitas air limbah dilakukan dengan metoda membandingkan dengan

nilai baku mutu secara deskriptif. Pendekatan metoda ini bertujuan mengetahui

tingkat pencemaran limbah dengan membandingkan parameter yang terukur

dengan parameter baku mutu air sesuai Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun

2003 tentang baku mutu air limbah domestik, Peraturan Pemerintah No. 82 tahun

2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan serta

serta Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 tentang peruntukan air

dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat, pendekatan ini dilakukan

dengan tahapan

a. Menghitung rata-rata masing-masing parameter, pada tiap lokasi

pengambilan sampel untuk tiap waktu pengamatan

(Walpole, 1982)

Keterangan : Q = rata-rata pengamatan Xi = data pengamatan ke-i N = jumlah data pengamatan

b. Menyajikan tiap parameter dan/atau tiap lokasi pengamatan dalam

bentuk tabel dan/atau grafik, dengan menghubungkan nilai parameter

ke-i dari titik lokasi pengamatan sehingga akan terlihat kualitas air

limbahnya bila dibandingkan dengan baku mutu air sesuai Keputusan

Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah

domestik, Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan serta Keputusan

Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 tentang peruntukan air dan

baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat.

c. Menghitung beban pencemaran, berdasarkan Keputusan Menteri

Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 1991

tentang perhitungan debit limbah cair maksimum dan beban

pencemaran maksimum

NQ ∑=

Xi

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 33: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

22

Keterangan : BPA = beban pencemaran sebenarnya (CA) j = kadar sebenarnya unsur j (mg/l) DA = hasil pengukuran debit limbah cair,

dinyatakan dalam m3/hari d. Menghitung kontribusi beban pencemaran limbah domestik yang

berasal dari Perumnas Bantar Kemang pada badan air penerima,

menggunakan konsep keseimbangan massa (mass balance concept)

menurut Tebbut (1990)

Keterangan : Q1 = Debit sungai sebelum menerima air limbah

Perumnas Bantar Kemang Q2 = Debit air limbah Perumnas BantarKemang Q3 = Debit sungai setelah menerima air limbah

Perumnas Bantar Kemang C1 = Konsentrasi bahan pencemar sebelum

menerima air limbah Perumnas Bantar Kemang

C2 = Konsentrasi bahan pencemar Perumnas Bantar Kemang

C3 = Konsentrasi bahan pencemar setelah menerima air limbah Perumnas Bantar Kemang

e. Menentukan status mutu air berdasarkan Indeks Pencemaran. Indeks

Pencemaran (PI) menurut Nemerow (1991) merupakan indeks yang

digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap

parameter kualitas air yang diijinkan. Penentuan nilai PI dapat

ditentukan dengan cara,

i. Memilih parameter yang akan digunakan, dengan syarat

parameter yang akan digunakan tidak memiliki rentang

nilai. Parameter tersebut dapat mengindikasikan kondisi

BPA = (CA) j x DA

Q3C3 = Q1C1+ Q2C2

Dengan

Q3 = Q1+Q2

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 34: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

23

yang baik jika nilainya rendah. Dengan demikian

parameter yang diukur adalah TSS, BOD, deterjen serta

minyak dan lemak. Bila memiliki rentang, seperti pH, maka

dilakukan perhitungan

1. untuk Ci < Lij rata-rata

2. untuk Ci > Lij rata-rata

ii. Hitung nilai konsentrasi parameter kualitas air hasil analisis

(Ci) dibagi konsentrasi parameter kualitas air yang

dicantumkan (Lij) dalam baku mutu air dalam Keputusan

Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air

limbah domestik untuk parameter pH, TSS minyak lemak

dan BOD serta Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001

tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran perairan untuk parameter deterjen.

iii. Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1.0;

seperti C1/L1j = 0.95, C1/L1j = 1.06 atau perbedaan sangat

besar; seperti C3/L3j = 7.0, C4/L4j = 10.6, hal ini

menyebabkan kerusakan badan air sulit ditentukan. Untuk

mengatasi hal tersebut :

1. Jika nilai lebih kecil dari 1.0, nilai yang digunakan

adalah nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran

2. Jika nilai lebih besar dari 1.0, nilai yang digunakan

adalah nilai (Ci/Lij)baru

P merupakan konstanta dan nilainya ditentukan

bebas serta disesuaikan dengan hasil pengamatan

}(Lij)-{(Lij)](Lij)-[Ci

(Ci/Lij)rata-ratamaksimum

rata-ratabaru =

}(Lij)-{(Lij)](Lij)-[Ci

(Ci/Lij)rata-rataminimum

rata-ratabaru =

(Ci/Lij)baru = 1.0 + P Log (Ci/Lij)hasil pengukuran

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 35: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

24

lingkungan dan/atau persyaratan yang dikehendaki

untuk peruntukan, umumnya nilai P yang digunakan

adalah 5

iv. Tentukan nilai rata-rata (Ci/Lij)R dan nilai maksimum

(Ci/Lij)M dari keseluruhan nilai (Ci/Lij)

v. Tentukan nilai Indeks Pencemaran

Keterangan : PIj = Indeks Pencemaran untuk peruntukan (j)

Ci = Konsentrasi parameter kualitas air (i) hasil analisis

Lij = Konsentrasi parameter kualitas air (i) yang dicantumkan dalam baku mutu dalam

Keputusan Menteri Negara No. 112 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik untuk parameter pH, TSS minyak lemak dan BOD serta Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan untuk parameter deterjen.

(Ci/Lij)M = Nilai maksimum dari(Ci/Lij)baru (Ci/Lij)R = Nilai rata-rata dari(Ci/Lij)baru

vi. Setelah didapatkan nilai PI, tentukan status mutu air dengan

ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3. Penentuan status mutu air dari Indeks Pencemaran Skor PIj Status mutu air

0 ≤ PIj ≤ 1.0 Memenuhi baku mutu, kondisi baik

1.0 < PIj ≤ 5.0 Tercemar ringan

5.0 < PIj ≤ 10 Tercemar sedang

PIj > 10 Tercemar berat

2)/L()/L( 2

ij2

ij RiMij

CCPI

+=

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 36: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Perumnas Bantar Kemang

Perumahan Nasional (Perumnas) Bantar Kemang berlokasi di Kelurahan

Baranang Siang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Perumnas Bantar

Kemang dibangun pada tahun 1982 oleh Perum Perumnas. Perumnas Bantar

Kemang terdiri dari dua RW yakni RW 05 dan RW 06, dengan luas 17.6 Ha.

Perumnas Bantar Kemang hingga bulan Mei 2008 memiliki 1168 rumah sehat

sederhana dengan jumlah penduduk mencapai 5566 orang. Saluran drainase

Perumnas Bantar Kemang yang diperuntukkan untuk air hujan menyatu dengan

saluran pembuangan dari hasil kegiatan mandi dan cuci. Sedangkan hasil

kegiatan kakus langsung masuk ke septic tank. Limbah hasil kegiatan rumah

tangga dari kegiatan mandi dan cuci yang sudah masuk ke saluran drainase

langsung masuk ke badan air penerima yakni Sungai Ciliwung tanpa ada

pengolahan terlebih dahulu.

4.2. Kualitas Air Limbah Domestik

4.2.1. Derajat Keasaman (pH)

Dari hasil pengamatan pH didapatkan hasil pH yang tergolong agak asam

pada seluruh stasiun yang berada di Perumnas Bantar Kemang, kecuali pada

stasiun 7 di depan satu rumah saat sampling ketiga dan pada stasiun sungai

sampling pertama dan ketiga. Untuk lebih jelasnya derajat keasaman pada

setiap titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 4. Kondisi pH

yang relatif lebih asam diduga karena adanya penguraian bahan organik,

dalam hal ini penguraian bahan organik akan menghasilkan karbon dioksida

yang jika bereaksi dengan air dan di dalamnya tidak ada mineral akan

menyebabkan kondisi menjadi asam atau dengan kata lain akan

mengakibatkan pH lebih rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Fardiaz

(1992) yang menyatakan pemecahan komponen molekul organik yang

mengandung karbon, nitrogen, sulfur dan phospat yang berasal dari

karbohidrat, lemak atau protein dalam proses aerobik dan anaerobik akan

menghasilkan karbon dioksida yang sifatnya asam.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 37: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

26

Gambar 4. Nilai pH setiap titik pengambilan sampel

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini didapatkan bahwa

nilai pH di setiap titik pengambilan sampel bersifat asam tetapi mendekati

netral (pH 7). Hal ini disebabkan tingginya penggunaan sabun dan deterjen

yang mengakibatkan suasana menjadi basa. Deterjen dan sabun memiliki

unsur utama dengan sifat basa, deterjen memiliki natrium (Na+) pada bahan

surfaktan dan bahan pembentuk (builder) memiliki fungsi mengikat ion

magnesium dalam jumlah besar sehingga sifat air menjadi alkali (basa)

(Fardiaz, 1992). Berdasarkan nilai pH, air limbah domestik Perumnas Bantar

Kemang yang dibuang ke badan perairan, yakni Sungai Ciliwung cukup baik

dan masih berada dalam baku mutu yang diperbolehkan Kepmen LH Nomor

112 Tahun 2003 yakni pH dengan kisaran 6-9.

4.2.2. Padatan Tersuspensi Total

Dari penelitian ini terlihat bahwa pada dasarnya jumlah total padatan

tersuspensi yang ada di lokasi penelitian, hanya beberapa titik yang melebihi

baku mutu limbah domestik. Pada penelitian ini nilai TSS yang baru keluar

dari satu rumah (stasiun 1, 4 dan 7) pada umumnya masih cukup tinggi,

bahkan berada di luar batas ambang yang diperbolehkan Kepmen LH Nomor

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 38: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

27

112 Tahun 2003 yakni 100 mg/l. Untuk lebih jelasnya konsentrasi TSS pada

setiap titik pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Padatan tersuspensi total setiap titik pengambilan sampel

Padatan tersuspensi yang ada pada limbah domestik ini diduga berasal

dari hasil penguraian bahan organik yang pada umumnya berasal dari sisa

makanan, mikroorganisme, ion-ion, partikel-partikel tanah (lumpur) dan dari

bahan kimia lainnya yang digunakan di dalam rumah tangga, berupa bahan

kimia anorganik seperti ion-ion dan bahan lain yang tidak tersaring pada

kertas saring berdiameter 0,45 μm (Saeni, 1989; Mahida, 1986). Walaupun

nilai TSS cukup rendah, namun tetap perlu diwaspadai, mengingat TSS yang

mengendap ke dasar drainase mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada

drainase dan ada kemungkinan bakteri patogen yang menjadikan padatan

tersuspensi sebagai media hidupnya sehingga sulit dihilangkan walaupun

dengan menggunakan disinfektan (Sawyer dkk, 1994).

4.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand

atau BOD)

Dari hasil analisis BOD pada penelitian ini terlihat bahwa nilai BOD di

hampir semua titik penelitian adalah sangat tinggi (Gambar 6) dan berada

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 39: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

28

dalam kondisi yang telah melebihi ambang batas yang ditentukan oleh

Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah

Domestik yakni 100 mg/l.

Gambar 6. Nilai BOD setiap titik pengambilan sampel

Nilai BOD dapat menjadi acuan sebagai gambaran kadar bahan organik

yang dapat terdekomposisi (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003;

McKinneya, 2004; Mukhtasor, 2007). Berdasarkan nilai BOD pada air

limbah domestik Perumnas Bantar Kemang yang tinggi tersebut, dapat

dikatakan bahwa secara tidak langsung, Perumnas Bantar Kemang

menghasilkan bahan organik yang tinggi pula, sehingga akan menyumbang

bahan organik yang cukup tinggi ke dalam ekosisitem air penerimanya. Di

sisi lain, kondisi stasiun 8 (sungai) juga memiliki nilai BOD yang melebihi

ambang batas yang diizinkan oleh Kepgub Jawa Barat No. 38/1991 tentang

peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat Kelas III.

Sehingga diduga kondisi Sungai Ciliwung akan diperburuk oleh adanya

bahan organik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga di Perumnas

Bantar Kemang.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 40: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

29

4.2.4. Minyak dan Lemak

Pada penelitian ini terlihat bahwa kandungan minyak dan lemak sampling

pertama pada hampir seluruh titik pengambilan sampel lebih tinggi dan

berada di luar ambang batas yang ditetapkan Kepmen LH Nomor 112 Tahun

2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yakni 10 mg/l. Hasil

pengamatan terhadap kandungan minyak dan lemak di setiap titik sampling

pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Konsentrasi minyak dan lemak tiap titik pengambilan sampel

Hal ini disebabkan kegiatan memasak di Perumnas Bantar Kemang

umumnya dilakukan pada pagi hari. Konsumsi minyak dan lemak oleh

masyarakat Perumnas Bantar Kemang dapat dikatakan masih tinggi. Minyak

dan lemak pada air limbah diduga berasal dari penggunaan minyak goreng,

minyak ikan, daging dan biji-bijian (Sugiharto, 1987). Sugiharto (1987)

menjelaskan lebih lanjut adanya minyak dan lemak perlu diwaspadai,

mengingat minyak dan lemak akan melapisi/menutup permukaan air,

sehingga aktivitas biologis yang terjadi pada perairan akan terganggu. Selain

itu minyak dan lemak ini di dalam perairan juga akan menurunkan estetika

perairan, serta akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam

perairan.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 41: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

30

4.2.5. Deterjen

Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa seluruh stasiun memiliki

konsentrasi deterjen yang tinggi, tetapi konsentrasi deterjen dalam perairan

juga tidak diatur pada Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang limbah

domestik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No.

82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga,

deterjen memiliki ambang batas 0.2 mg/l (Gambar 8).

Gambar 8. Konsentrasi deterjen tiap titik pengambilan sampel

Konsentrasi deterjen yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga

Perumnas Bantar Kemang dapat dikatakan sangat tinggi. Konsentrasi

deterjen ini perlu diperhatikan, karena bahan dasar deterjen berupa fosfat,

dapat menyuburkan perairan hingga mengakibatkan tingginya kandungan

fosfat terutama pada badan perairan penerima, mengingat fosfat salah satu

pemicu dalam eutrofikasi (Sawyer dkk, 1994; Fardiaz, 1992). Heath (1987)

dan Manahan (1994) menambahkan kandungan surfaktan dalam deterjen saat

ini berbentuk LAS (linear alkyl sulfonate) lebih mudah terdegdradasi, tetapi

dalam bentuk sebelum terdegradasi, surfaktan LAS empat kali lebih beracun

pada ikan dibandingkan surfaktan bentuk lama (ABS, alkyl benzen sulfonate).

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 42: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

31

4.2.6. Suhu

Dari hasil pengamatan kisaran suhu antara 26.04 – 29.31°C (Gambar 9).

Suhu terendah terdapat pada stasiun 8 saat sampling pertama dan suhu

tertinggi terdapat pada stasiun 6 waktu sampling kedua.

Gambar 9. Rata-rata suhu tiap stasiun pengamatan

Fluktuasi suhu yang terjadi pada setiap stasiun diduga karena pengaruh

dari intensitas penyinaran dari matahari dan masuknya bahan lain dari

kegiatan rumah tangga yang masuk ke dalam perairan. Dalam hal ini pada

pagi hari suhu relatif rendah sesuai dengan intensitas sinar matahari yang

rendah. Pada siang hari terjadi peningkatan suhu, karena intensitas sinar

matahari pada siang hari yang tinggi dan pada sore hari menurun seiring

dengan menurunnya intensitas sinar matahari.

Semakin jauh dari perumahan menuju outlet (stasiun 6) terdapat indikasi

terjadi peningkatan suhu. Hal ini disebabkan semakin jauh dari rumah,

semakin banyak terkumpul bahan organik, sehingga penguraian bahan

organik semakin tinggi, sehingga akan dihasilkan panas yang lebih tinggi.

Selain hal tersebut tingginya suhu di outlet juga dipengaruhi oleh lebih

terbukanya daerah outlet sehingga menerima penetrasi sinar matahari yang

lebih tinggi.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 43: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

32

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa perubahan suhu pada setiap

stasiun masih dalam kisaran yang dapat ditolerir dan masih memenuhi

persyaratan baku mutu peruntukannya sesuai Kepgub Jawa Barat No.

38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di Jawa

Barat.

4.2.7. Warna

Dari hasil pengamatan warna secara visual di seluruh stasiun

menunjukkan air berwarna abu-abu hingga hitam, kecuali stasiun sungai yang

berwarna cokelat (Tabel 6). Pada kondisi sampling pertama dan sampling

ketiga saluran air pembuangan depan satu rumah (stasiun 1,4,7) dan saluran

air pembuangan gabungan (stasiun 2,3,5) berwarna abu-abu, hal ini

disebabkan masyarakat melakukan aktivitas mandi dan mencuci pada waktu

tersebut. Hal ini didukung oleh adanya bau sabun pada waktu-waktu tersebut

di atas, sedangkan pada siang hari intensitas warna abu-abu dari sabun

berkurang, karena jarangnya aktivitas mandi dan mencuci pada siang hari.

Pada saluran outlet (stasiun 6) pada sampling pertama, kedua dan ketiga

didapatkan hasil warna hitam, hal ini diduga karena limbah domestik hasil

kegiatan rumah tangga di outlet telah mengalami dekomposisi dalam kondisi

anaerob. Hal tersebut diperkuat dengan adanya bau yang busuk (tidak sedap).

Hasil pengamatan terhadap warna yang dilakukan di sungai, masih

memperlihatkan warna alami, yakni berwarna cokelat.

Tabel 4. Pengukuran warna pada tiap stasiun

Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

saluran depan rumah 1 abu-abu cerah abu-abu gelap abu-abu cerah 4 abu-abu cerah abu-abu gelap abu-abu cerah

saluran gabungan

2 abu-abu agak menghitam abu-abu 3 abu-abu abu-abu gelap abu-abu 5 abu-abu abu-abu gelap abu-abu 7 abu-abu cerah abu-abu gelap abu-abu cerah

outlet 6 hitam hitam hitam sungai 8 cokelat cokelat cokelat

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 44: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

33

Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian LPM-ITB (1994) dalam

Kodoatie dan Sjarief (2005) serta Mahida (1986) yang menyatakan bahwa

air limbah domestik segar memiliki warna abu-abu dari hasil kegiatan mandi

dan mencuci, sedangkan air limbah domestik yang tidak segar karena adanya

dekomposisi akan berwarna hitam. Warna air yang kurang sesuai akan

berakibat menurunnya nilai estetika atau keindahan. Tetapi hasil pengamatan

warna di saluran air pembuangan depan satu rumah (stasiun 1, 4), saluran air

pembuangan gabungan (stasiun 2, 3, 5, 7) dan saluran outlet (stasiun 6) sudah

tidak sesuai dengan Kepgub Jawa Barat No. 38/1991 tentang peruntukan air

dan baku mutu air pada sumber air di Jawa Barat, yang menyatakan air

seharusnya tidak berwarna.

4.2.8. Bau

Hasil pengamatan secara organoleptik, didapatkan hasil seluruh stasiun

berbau. Pada sampling pertama dan ketiga, saluran air pembuangan depan

satu rumah (stasiun 1, 4, 7) berbau sabun segar. Hal ini diduga karena

masyarakat melakukan aktivitas mandi dan mencuci pada pagi dan sore hari,

sedangkan pada siang hari kekuatan bau sabun berkurang karena jarangnya

aktivitas mandi dan mencuci pada siang hari. Hal yang sama terjadi pada

saluran air pembuangan gabungan (stasiun 2, 3, 5) sampling pertama dan

ketiga yang juga berbau sabun, tetapi kekuatan bau sabun berkurang tidak

sekuat pada saluran air pembuangan depan satu rumah. Pada siang hari

kondisi tersebut berubah dan menyebabkan bau yang tidak segar. Hal ini

diduga karena sedikitnya masukan dari hasil aktivitas mandi dan mencuci.

Pada saluran outlet (stasiun 6) pada sampling pertama hingga ketiga

didapatkan hasil bau yang tidak sedap, hal ini diduga karena adanya gas hasil

dekomposisi bahan organik. Hasil pengamatan terhadap bau yang dilakukan

di sungai, menunjukkan tidak berbau, hal ini diduga karena banyaknya

masukan air dan turbulensi air sehingga meningkatkan kelarutan oksigen.

Hal ini mengakibatkan penguraian bahan organik dilakukan secara aerobik

sehingga tidak memunculkan bau di lokasi perairan tersebut. Untuk lebih

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 45: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

34

jelasnya hasil pengamatan terhadap bau di Perumnas Bantar Kemang dapat

dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Pengukuran bau pada tiap stasiun

Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

saluran depan rumah 1 sabun sabun sabun 4 sabun sabun sabun

saluran gabungan

2 sabun tidak sedap sabun 3 sabun tidak sedap sabun 5 sabun tidak sedap sabun 7 sabun sabun sabun

outlet 6 tidak sedap tidak sedap tidak sedap sungai 8 tidak berbau tidak berbau tidak berbau

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian LPM-ITB (1994) dalam

Kodoatie dan Sjarief (2005), yang menyatakan bahwa air limbah domestik

segar memiliki bau sabun dan air limbah domestik yang tidak segar karena

adanya dekomposisi akan berbau kurang sedap. Selanjutnya dikatakan bahwa

kondisi bau tersebut akan berakibat pada menurunnya nilai estetika atau

keindahan. Hasil pengamatan bau di saluran air pembuangan depan satu

rumah (stasiun 1, 4), saluran air pembuangan gabungan (stasiun 2, 3, 5, 7)

dan saluran outlet (stasiun 6) sudah tidak sesuai dengan Kepgub Jawa Barat

No. 38/1991 tentang peruntukan air dan baku mutu air pada sumber air di

Jawa Barat, yang menyatakan air seharusnya tidak berbau.

4.3. Penggunaan dan Debit Air

Dari hasil pengamatan debit didapatkan hasil debit dapat dilihat pada

Lampiran 4. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa saluran depan satu rumah

dan outlet memiliki pola yang mirip, dengan konsumsi maksimum air pada pukul

08.00-10.00, dan konsumsi minimum air pada pukul 13.00-16.00. Penggunaan air

yang maksimum tersebut diduga karena aktivitas mencuci dan memasak

dilakukan pada pukul 08.00-10.00, sedangkan pada pukul 13.00-16.00, jarang

dilakukan aktivitas yang berhubungan dengan air. Pada grafik pengukuran debit

di sungai didapatkan hasil yang dapat dikatakan stabil.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 46: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

35

Data debit air pada saluran air Perumnas Bantar Kemang, dapat digunakan

untuk menduga penggunaan air yang dikonsumsi oleh masyarakat Perumnas

Bantar Kemang. Pendugaan konsumsi air dilakukan dengan pendekatan

pengukuran debit di depan satu rumah, dengan rata-rata penggunaan satu hari

sebesar 0.000011 m3/detik maka diduga konsumsi untuk masing-masing rumah,

adalah 29.38 m3/bulan. Untuk konsumsi air per orang, dengan asumsi, 1 rumah

terdapat 6 orang, maka konsumsi air 163.23 liter/orang/hari. Jumlah ini menurut

PDAM Kota Bogor (2007) termasuk konsumsi air yang boros. PDAM Kota

Bogor (2007) menyarankan maksimum konsumsi air yang tepat untuk kota sedang

seperti Bogor sebesar 122 liter/orang/hari.

4.4. Beban Pencemaran Limbah Domestik

Pada dasarnya limbah domestik cair yang dihasilkan dari perumahan dapat

mengandung bermacam-macam bahan pencemar yang tidak terbatas pada

parameter yang tercantum pada Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang

limbah domestik seperti deterjen. Di lain pihak limbah tersebut akan membebani

ekosistem perairan penerimanya, adapun besarnya beban pencemaran dari setiap

parameter kualitas limbah domestik cair dari Perumnas Bantar Kemang setiap hari

yang akan diterima oleh ekosistem perairan Sungai Ciliwung dapat dilihat pada

Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8 merupakan tabel pendugaan beban pencemaran

dengan pendekatan beban yang dihasilkan per rumah, sedangkan Tabel 9

merupakan tabel pendekatan beban pencemaran dengan pendekatan beban

pencemaran ditinjau dari saluran akhir

Tabel 8. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan per rumah

Parameter beban (kg/rumah/hari) beban (kg/hari) TSS 70.19 81981.67 BOD 326.12 380908.37 Minyak Lemak 6.00 7008.48 Deterjen 2.49 2907.49 *Beban dari 1168 rumah

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 47: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

36

Tabel 9. Beban pencemaran Perumnas Bantar Kemang dengan pendekatan saluran akhir (outlet)

Parameter konsentrasi rata-rata (mg/l)

debit rata-rata (m3/det)

beban (kg/hari)

TSS 48.33 0.00117 4891.13 BOD 495.39 0.00117 50131.17 Minyak Lemak 7.39 0.00117 748.17 Deterjen 4.00 0.00117 404.78

Dari pendugaan beban pencemaran dari pendekatan per rumah dan saluran

akhir (outlet) maka dapat diketahui jumlah beban yang dihasilkan sangat besar.

Tetapi terdapat perbedaan pendugaan beban pencemaran yang dihasilkan antara

pendekatan per rumah dengan pendekatan saluran akhir, hal ini diduga karena

adanya kebocoran pada saluran sehingga air limbah terserap pada saluran

drainase, penguapan, pengendapan pada saluran air, pengeluaran beban masing-

masing rumah serta pada saat pengambilan sampel berbeda. Nilai perhitungan

besar ini tergolong cukup besar bila dibandingkan dengan perhitungan beban

standar dari penggunaan air oleh PDAM Kota Bogor (Lampiran 3). Besarnya

beban pencemaran akan memperburuk kondisi Sungai Ciliwung yang sebelum

melalui Perumnas Bantar Kemang telah membawa beban yang besar pula (Tabel

10).

Tabel 10. Beban pencemaran yang dibawa Sungai Ciliwung sebelum saluran akhir

Perumnas Bantar Kemang

Parameter konsentrasi rata-rata (mg/l)

debit rata-rata (m3/det)

beban (kg/hari)

TSS 17.33 2.63 3934258.77 BOD 230.95 2.63 52420744.85 Minyak Lemak 1.13 2.63 256937.36 Deterjen 0.43 2.63 98432.13

4.5. Kontribusi Beban Pencemaran Limbah Domestik yang Berasal dari

Perumnas Bantar Kemang pada Badan Air Penerima

Kontribusi beban pencemaran limbah domestik yang berasal dari Perumnas

Bantar Kemang pada badan air penerima dapat dilihat pada Tabel 11,

menggunakan konsep keseimbangan massa (mass balance concept) menurut

Tebbut (1990).

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 48: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

37

Tabel 11. Kontribusi limbah domestik Sungai Ciliwung dari Perumnas Bantar Kemang

Parameter Outlet Sungai Konsentrasi

baru sungai (mg/l)

Kontribusi (mg/l)

konsentrasi rata-rata (mg/l)

debit rata-rata (liter/det)

konsentrasi rata-rata (mg/l)

debit rata-rata (liter/det)

TSS 48.33 1.17 17.33 2627.04 17.35 0.02 BOD 495.39 1.17 230.95 2627.04 231.07 0.12 Minyak Lemak 7.39 1.17 1.132 2627.04 1.135 0.003 Deterjen 4.00 1.17 0.434 2627.04 0.435 0.002

Berdasarkan perhitungan konsentrasi air sungai baru setelah menerima limbah

dari Perumnas Bantar Kemang menggunakan konsep kesetimbangan massa

(Lampiran 5), dapat disimpulkan bahwa air limbah domestik Perumnas Bantar

Kemang masuk ke dalam Sungai Ciliwung, sehingga mengakibatkan beban

pencemaran yang diterima Sungai Ciliwung semakin meningkat. Peningkatan

beban tersebut tidak terlalu besar, karena besarnya debit sungai dan kecilnya debit

air limbah yang berasal dari saluran akhir Perumnas Bantar Kemang.

Berdasarkan analisa contoh air sungai setelah saluran akhir Perumnas Bantar

Kemang (Lampiran 9) didapatkan hasil yang lebih tinggi dari hasil perhitungan

kontribusi. Hal ini diduga karena besarnya masukan bahan pencemar sejenis dari

pemukiman sekitar Perumnas Bantar Kemang yang membuang air limbah

domestik menuju Sungai Ciliwung. Alaert dan Santika (1984) menyatakan bisa

terdapat penyimpangan dalam perhitungan kontribusi menurut konsep

keseimbangan massa, karena konsep kesetimbangan massa hanya dapat memberi

petunjuk kasar. Tetapi bila dikaji lebih lanjut, akan lebih baik bila Perumnas

Bantar Kemang mengolah air limbah domestik, sehingga beban yang diterima

Sungai Ciliwung lebih sedikit atau bahkan mengurangi beban yang sebelumnya

telah diterima Sungai Ciliwung.

4.6. Penentuan Status Mutu Air

Pada penelitian ini status mutu air didasarkan pada nilai Indeks Pencemaran

(PI) menurut Nemerow (1991). Status mutu air ini diduga dari pendekatan

perhitungan konsentrasi parameter pH, TSS, BOD, deterjen, minyak dan lemak

yang terdapat pada saluran akhir dari Perumnas Bantar Kemang. Baku mutu yang

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 49: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

38

digunakan mengacu pada Kepmen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang limbah

domestik, untuk parameter pH, TSS, BOD, Minyak dan Lemak, serta PPRI No.

82/2001 tentang pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air kelas tiga

menjadi baku mutu untuk parameter deterjen. Hasil perhitungan nilai indeks

pencemaran adalah sebesar 5.65 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan saluran air

limbah Perumnas Bantar Kemang tergolong tercemar sedang. Hal ini disebabkan

setiap rumah tangga yang ada di Perumnas Bantar Kemang membuang limbah

cairnya ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu. Berdasarkan

hasil perhitungan tersebut diduga parameter pencemar yang mengakibatkan

saluran air limbah tercemar sedang adalah deterjen. Hal ini terjadi karena

penggunaan deterjen oleh penduduk yang banyak dari kegiatan mandi, mencuci

baju atau alat rumah tangga. Sehubungan dengan itu Perumnas Bantar Kemang

perlu melakukan pengolahan air limbah domestik terlebih dahulu, sebelum

dibuang ke badan air penerimanya, sehingga badan air penerimanya akan relatif

aman dari bahaya pencemaran air limbah domestik. Pengolahan air limbah yang

disarankan adalah rawa buatan atau tangki AG (Farida, dkk 2007).

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lokasi penelitian diduga

selain parameter yang telah disebutkan dan dibahas sebelumnya juga terdapat

parameter lain yang keberadaannya cukup mengkhawatirkan. Parameter tersebut

adalah phenol, pestisida, logam berat dan COD. Phenol adalah senyawa yang

sejak tahun 1800-an dijadikan bahan antiseptic, phenol bersifat sangat beracun,

maka phenol tidak boleh digunakan lagi untuk antiseptik, dan diganti senyawa

lain yang sifat racunnya kurang. Namun pada kenyataannya hingga saat ini

gugus phenolik masih digunakan sebagai bahan antiseptik (Sawyer dkk 1994).

Phenol diduga ditemukan pada air limbah rumah tangga karena tingginya

penggunaan sabun antiseptik. Metcalf dan Eddy (2002) menyatakan pestisida

jenis insektisida digunakan oleh kalangan masyarakat luas, penggunaan

insektisida digunakan pada cairan pembasmi serangga seperti nyamuk, lalat dan

kecoa. Sisa kosmetik, batu baterai yang sudah tidak terpakai lagi, barang

elektronik yang tidak terpakai lagi, sisa-sisa cat yang dibuang diduga dapat

menjadi sumber logam berat pada air limbah rumah tangga. COD terkait dengan

adanya unsur dalam air limbah domestik yang tidak dapat terdegradasi secara

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 50: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

39

biokimiawi (Metcalf dan Eddy, 2002). COD diduga meningkat seiring

peningkatan penggunaan bahan yang tidak dapat terdegradasi secara biokimiawi

seperti deterjen, phenol, pestisida dan merkuri tersebut. Berdasarkan hasil

wawancara dengan masyarakat Perumnas Bantar Kemang, penggunaan sabun

antiseptik, cairan pembasmi serangga dan membuang sisa kosmetik, sisa barang

elektronik, dan sebagainya ke saluran air seringkali dilakukan. Tetapi karena

penggunaan bahan-bahan tersebut tidak dominan, seperti halnya dengan deterjen,

maka parameter tersebut tidak dianalisa lebih lanjut. Lingkup penelitian ini

terbatas pada parameter pH, TSS, BOD, minyak dan lemak serta deterjen,

sehingga perlu kajian lebih lanjut untuk parameter phenol, pestisida (insektisida)

dan logam berat, karena bahan-bahan tersebut berpotensi dihasilkan dari kegiatan

rumah tangga.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 51: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Kualitas air buangan domestik pada saluran air buangan berdasarkan

pendekatan metoda indeks pencemaran dikategorikan tercemar sedang. Deterjen

menjadi bahan pencemar utama yang mengakibatkan air menjadi tercemar sedang,

setelah itu parameter BOD juga berkontribusi cukup besar. Berdasarkan hasil

perhitungan beban pencemaran didapatkan beban pencemaran yang dibawa pada

air limbah domestik tergolong cukup besar. Air limbah domesik dari kegiatan

rumah tangga di Perumnas Bantar Kemang memberikan kontribusi dalam

meningkatkan bahan pencemar terutama bahan organik pada badan air

penerimanya, yaitu Sungai Ciliwung. Bahan pencemar tersebut dapat

memperburuk kondisi Sungai Ciliwung yang sebelum melalui Perumnas Bantar

Kemang telah membawa beban pencemar yang besar.

5. 2. Saran

Pengambilan contoh air limbah domestik setiap rumah disarankan lebih

banyak, untuk melihat lebih jauh berapa besar bahan pencemar yang dihasilkan

dari kegiatan rumah tangga. Pengambilan contoh air pada saluran gabungan

disarankan dengan jumlah rumah yang sama. Perumnas Bantar Kemang perlu

melakukan pengolahan air limbah domestik terlebih dahulu sebelum air limbah

tersebut dibuang ke Sungai Ciliwung, sesuai dengan Kepmen LH Nomor 112

Tahun 2003 tentang baku mutu limbah domestik pasal 8 yang mewajibkan adanya

pengolahan air limbah sebelum air limbah dialirkan menuju air permukaan.

Dengan tingginya konsentrasi deterjen, maka disarankan deterjen dimasukkan

pada Kepmen LH tentang baku mutu air limbah domestik, untuk mencegah

pencemaran yang lebih buruk.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 52: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha

Nasional. Surabaya. APHA. 1998. Standard Menthods For The Examination of Water and Wastewater.

20th Edition. American Public Health Association, American Water Works Association, Water Environtment Federation. Washighton, DC, United State of America.

Babbit, H. 1969. Plumbing. Modern Asia Edition. 4th Printing. Charles E. Tuttle

Company, Inc. Tokyo. Japan. Cech, T. V. 2005. Principle of Water Resources: History, Development,

Management, and Policy. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc. United State of America.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Farida, W., Lutfiandi dan Wangsaatmadja, S. 2007. The Sanitation Facilities

Improvement Based on Social and Cultural Consideration in Kelurahan Batununggal, Bandung City, Indonesia. Badan Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat. http://www.wepa-db.net/pdf/0703forum/paper23.pdf diakses tanggal 14 November 2007 Pukul 20.11

Folwell, A.P. 1936. Sewerage : The Designing, Constructing and Maintaining of

Sewerage System and Sewage Treatment Plant. 11th Edition. John Willey & Sons, Inc. London.

Hammer, M.J. 1975. Water and waste water technology. John Wiley & Sons, Inc.

Canada. Hariyadi, S; Suryadiputra, I.N.N. dan Widigdo, B. 1992. Limnologi Metoda

Analisa Kualitas Air. Laboratorium Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Health Departemen of Western Australia. Domestic Wastewater Overflows.

Healthy Western Australia. Australia.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 53: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

42

http://www.population.health.wa.gov.au/Environmental/resources/Domestic%20wastewater%20overflow%20fact%20sheet.pdf diakses tanggal 14 November 2007 Pukul 19.19.

Heath, A. G. 1987. Water Polution and Fish Physiology. CRC Press. Florida,

United States of America. Keputusan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Nomor 3

Tahun 1991 Tentang Perhitungan Debit Limbah Cair Maksimum Dan Beban Pencemaran Maksimum.

Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 38 tahun 1991 Tentang Peruntukan Air dan

Baku Mutu Air pada Sumber Air di Jawa Barat. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku

Mutu Air Limbah Domestik. Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu.

Penerbit Andi. Yogyakarta. Laws, A. E. 1993. Aquatic Pollution : An introductory text. John Wiley & Sons,

Inc. 2nd Edition. Canada. Linsey, R. K. dan Franzini, J. B. 1996. Teknik Sumberdaya Air. Diterjemahkan

oleh Djoko Sasongko. Penerbit Erlangga. Jakarta. Mahida, U.N. 1986. Water Pollution and Disposal of Wastewater on The Land.

Diterjemahkan oleh G.A. Ticoalu dengan judul Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan Kedua. CV Rajawali. Jakarta.

Manahan, S.E. 1994. Environtmental Chemistry. 6th Edition. Lewis Publisher.

United States of America. Mara, D. dan Cairncross, S. 1994. Pemanfaatan Air Limbah dan Ekskreta.

Diterjemahkan oleh Benni Matram. Penerbit ITB. Bandung. McKinneya, R. E. 2004. Environtmental Polllution Control Microbiology. Marcel

Dekker, Inc. New York. Metcalf dan Eddy. 2002. Wastewater Engineering, Treatment and Reuse. Volume

1. 4th Edition. Revised by George Tchobanoglous, Franklin L. Burton and H. David Stensel. Mc Graw Hill Higher Education.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 54: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

43

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita. Jakarta. Nemerow, N.L. 1991. Steam, Lake, Estuary, and Ocean Pollution :

Environtmental Engineering Series 2nd Edition. Van Nostrand Reinhold. New York.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Perairan. Rump, H.H. 1999. Laboratory Manual fot the Examinaton of Water, Waste Water

and Soil. 3rd completely revised edition. English translation by Elisabeth j. Grayson. Wiley-VHC. Weinheim. Germany.

Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sawyer, C.N., McCarty, P.L., dan Parkin, G. 1994. Chemistry for Environtmental

Engineering. McGraw-Hill International Edition. Singapore. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta. Tebbut T.H.Y. 1990. BASIC, Water and Wastewater Treatment. Butterworth and

Co. Publisher Ltd. London, United Kingdom. Walpole, E. R. 1982. Pengantar Statistika Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Ir.

Bambang Sumantri. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yusuf, G. 2001. Kemampuan Tanaman Air Pada Proses Bioremediasi Limbah

Rumah Tangga Dalam Skala Kecil Dengan Sistem Simulasi. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 55: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

LAMPIRAN

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 56: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

244

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 57: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

45

Lampiran 2. Stasiun pengambilan contoh air pada Perumnas Bantar Kemang

Stasiun Lintang Selatan Lintang Utara

saluran depan rumah 1 06º 37.134” 106º 49.199” 4 06º 37.026” 106º 49.047”

saluran gabungan

2 06º 37.155” 106º 49.196” 3 06º 37.106” 106º 49.169” 5 06º 37.009” 106º 49.002” 7 06º 37.000” 106º 49.074”

Outlet 6 06º 36.990” 106º 48.938” Sungai 8 06º 37.016” 106º 48.942”

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 58: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

46

Lampiran 3. Standar beban pencemaran dari perhitungan penggunaan air dari PDAM dan baku mutu Kepmen LH No. 112 tahun 2003

Parameter

Baku mutu (mg/l)

Penggunaan air minimal (l/org/hari)

Penggunaan air maksimal (l/org/hari)

BP minimal (kg/hari)

BP maksimal (kg/hari)

TSS 100 86 112 47867.6 67905.2 BOD 10 86 112 4786.76 6790.52 Minyak Lemak 100 86 112 47867.6 67905.2 Deterjen 0.2 86 112 95.73 135.81

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 59: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

47

Lampiran 4. Hasil analisa data mentah dan fluktuasi debit air debit di depan satu rumah, outlet dan sungai Ciliwung

Grafik fluktuasi debit di depan satu rumah

waktu debit (m3/det) Debit (liter/det)

7 0.00001129 0.01129 8 0.00001520 0.01520 9 0.00001710 0.01710

10 0.00001648 0.01648 11 0.00001111 0.01111 13 0.00000395 0.00395 14 0.00000274 0.00274 16 0.00000574 0.00574 17 0.00001010 0.01010 18 0.00001025 0.01025

rata-rata 0.00001134 0.01040

Grafik fluktuasi pengukuran debit outlet

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 60: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

48

waktu debit (m3/det) debit (liter/det)

7 0.000847 0.84694 8 0.002116 2.11632 9 0.002821 2.82077

10 0.003263 3.26329 11 0.002311 2.31091 13 0.001005 1.00540 14 0.000825 0.82533 16 0.000543 0.54289 17 0.002005 2.00477 18 0.001986 1.98640

rata-rata 0.001772302 1.77230

Grafik fluktuasi debit di sungai

waktu debit (m3/det) debit (liter/det)

7 2.8659 2865.93 8 2.7067 2706.66 9 2.6280 2627.98

10 2.1892 2189.25 11 2.0623 2062.26 13 2.6746 2674.55 14 2.9380 2938.05 16 2.9633 2963.35 17 2.5901 2590.08 18 2.6523 2652.33

rata-rata 2.627042451 2627.04245

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 61: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

49

Lampiran 5. Contoh perhitungan mass balance concept

Parameter

Outlet Sungai Konsentrasi baru sungai (mg/l)

Kontribusi (mg/l)

konsentrasi rata-rata (mg/l)

debit rata-rata (liter/det)

konsentrasi rata-rata (mg/l)

debit rata-rata (liter/det)

TSS 48.33 1.17 17.33 2627.04 17.35 0.02 BOD 495.39 1.17 230.95 2627.04 231.07 0.12 Minyak Lemak 7.39 1.17 1.132 2627.04 1.135 0.003 Deterjen 4.00 1.17 0.434 2627.04 0.435 0.002 Contoh perhitungan dengan konsep keseimbangan massa Q3C3 = Q1C1 + Q2C2

C3 = C1 + C2 Parameter TSS Q3 = (Q1C1+ Q2C2) : C3 = [(48.11 mg/l x 1.17 l/det) + (17.33 mg/l x 2627.04 l/det)]

(1.17 l/det +2627.04 l/det) = 17.35 mg/l Kontribusi = Q3 – Q2 = 17.35 mg/l – 17.33 mg/l = 0.02 mg/l

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 62: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

50

Lampiran 6. Perhitungan indeks pencemaran - Parameter tidak dengan rentang nilai, kondisi baik jika nilai rendah,

parameter tersebut adalah : TSS, BOD, minyak dan lemak dan deterjen. - Lakukan perhitungan konsentrasi hasil pengukuran (Ci) dibagi baku mutu

yang ditentukan (Lij) - Parameter dengan rentang nilai : pH (6-9), dilakukan perhitungan

tambahan • untuk Ci < Lij rata-rata

• untuk Ci > Lij rata-rata

Lij rata-rata = (6+9)/2 = 7.5, maka nilai pH rata-rata (6.84) termasuk Ci < Lij rata-rata

7.5]-[67.5]-[6.84pH (Ci/Lij) baru =

(Ci/Lij) pHbaru = 0.44

- Bila nilai Ci/Lij < 1, nilai Ci/Lij yang digunakan adalah Ci/Lij hasil perhitungan

- Bila nilai Ci/Lij > 1, lakukan perhitungan Ci/Lij baru

P umumnya 5 (Ci/Lij) BOD baru = 1.0 + 5 Log 4.954

= 4.474 (Ci/Lij) deterjen baru = 1.0 + 5 Log 20

= 7.505

- Cari nilai Ci/Lijrata-rata dan nilai Ci/Lijmaksimum - Ci/Lijrata-rata = 2.7285

Parameter Ci Lij Ci/Lij Ci/Lij baru pH 6.84 6-9 0.44 0.44 TSS 48.33333 100 0.483333 0.483333 BOD 495.388 100 4.95388 4.474727 Minyak Lemak 7.393333 10 0.739333 0.739333 Deterjen 4 0.2 20 7.50515

(Ci/Lij)baru = 1.0 + P Log (Ci/Lij)hasil pengukuran

}(Lij)-{(Lij)](Lij)-[Ci

(Ci/Lij)rata-ratamaksimum

rata-ratabaru =

}(Lij)-{(Lij)](Lij)-[Ci

(Ci/Lij)rata-rataminimum

rata-ratabaru =

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 63: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

51

- Ci/Lijmaksimum = 7.50515 - Tentukan nilai indeks pencemaran (PIj)

2)7285.2()50515.7( 22 +

=jPI

PIj = 5.64677

2)/L()/L( 2

ij2

ij RiMij

CCPI

+=

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 64: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

52

Lampiran 7. Data mentah hasil analisa kualitas air Suhu (°C)

Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

saluran depan rumah 1 26.6 29.15 28.21 4 28.19 28.43 28.76

saluran gabungan

2 28.42 28.42 28.62 3 28.39 29.03 27.97 5 27.54 28.97 28.62 7 27.19 28.44 28.53

Outlet 6 27.93 29.31 28.86 Sungai 8 26.04 27.65 27.68

TSS (mg/l)

Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

saluran depan rumah 1 102 104 68 4 20 12 124

saluran gabungan

2 36 42 68 3 24 14 16 5 8 4 36 7 12 128 64

Outlet 6 28 32 85 Sungai 8 8 12 32

pHpH

Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

saluran depan rumah 1 6.61 6.83 6.71 4 6.75 6.73 6.72

saluran gabungan

2 6.68 6.8 6.79 3 6.86 6.76 6.86 5 6.91 6.82 6.85 7 6.98 6.82 7.02

Outlet 6 6.91 6.79 6.81 Sungai 8 7.1 6.99 7.04

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 65: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

53

BOD (mg/l) Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

Saluran depan rumah 1 478.062 226.037 401.788 4 322.377 241.025 328.604

saluran gabungan

2 538.192 302.687 486.871 3 525.464 308.854 368.706 5 560.918 296.195 443.664 7 226.145 296.087 238.717

outlet 6 573.256 342.679 570.229 sungai 8 237.604 226.469 228.784

Minyak dan Lemak (mg/l)

Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

Saluran depan rumah 1 8.79 2.25 5.43 4 9.11 7.81 3.37

saluran gabungan

2 11.28 2.69 5.03 3 14.7 3.53 5.99 5 11.05 2.88 3.67 7 4.79 2.27 3.92

outlet 6 18.04 3.84 6.79 sungai 8 0.516 1.09 1.79

Deterjen (mg/l)

Stasiun Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

Saluran depan rumah 1 3.97 2.47 1.97 4 3.25 1.46 2.13

saluran gabungan

2 4.07 3.55 2.45 3 3.39 3.52 2.16 5 5.22 3.94 2.23 7 4.04 1.8 2.4

outlet 6 3.58 5.74 2.68 sungai 8 0.291 0.722 0.288

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 66: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

54

Lampiran 8. Gambar lokasi penelitian

Stasiun 1. Lokasi pengambilan contoh air di depan satu rumah

Stasiun 4. Lokasi pengambilan contoh air di depan satu rumah

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 67: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

55

Stasiun 2. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan

Stasiun 3. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 68: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

56

Stasiun 5. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan

Stasiun 7. Lokasi pengambilan contoh air saluran air gabungan

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 69: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

57

Stasiun 6. Lokasi pengambilan contoh air saluran akhir

Stasiun 8. Lokasi pengambilan contoh air sungai

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 70: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

58

Lampiran 9. Hasil analisa air sungai setelah outfall Perumnas Bantar Kemang

Parameter hasil analisa (mg/l) rata-rata (mg/l) 1 2 3

TSS 11 14 35 20 BOD 230.8944 235.6129 230.8162 232.4412 M/L 0.6377 1.5536 1.5989 1.2634 Det 0.4789 0.4697 0.4270 0.4586

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 71: KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR.pdf

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 November 1986. Penulis merupakan putera pertama dari Bapak Harsono Hadisoemardjo dan Ibu Etty Riani.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dengan memasuki TK Permata Bogor tahun 1990 hingga 1992, pada tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri Bangka III Bogor, pada tahun 2001 lulus dari SLTP Negeri IV Bogor, pada tahun 2004 lulus dari SMU Negeri 3 Bogor. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi

Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis ikut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan Institut Pertanian Bogor, turut aktif dalam organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (Himasper) sebagai ketua Aquares Study Club (ASC), dan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Onigiri dibawah naungan Music of Agriculture. Selain itu penulis menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Hewan Air, Planktonologi dan Sumberdaya Hayati Perikanan Non-Ikan. Untuk menyelesaikan studi, penulis melaksanakan penelitian dan skripsi yang berjudul “Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang, Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung”

PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com