IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...
Transcript of IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 1
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA AKTIVITAS BERMAIN DI AREA BERMAIN OUTDOOR
TAMAN KANAK-KANAK INDRIA, BEJI-DEPOK TAHUN 2013
Rachmi Tri Wardhani1*), Dadan Erwandi2
1. Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru Depok 16424
2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424
*) E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini membahas risiko keselamatan pada aktivitas bermain di area bermain outdoor TK Indria, Beji-Depok Tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional yang bertujuan untuk menentukan tingkat risiko keselamatan pada aktivitas bermain terkait penggunaan alat-alat permainan di area bermain outdoor dengan menggunakan metode semi kuantitatif AS/NZS 4360:2004. Penelitian ini melakukan identifikasi bahaya dan risiko di setiap tahapan (task) aktivitas bermain dengan menggunakan metode JHA (Job Hazard Analysis) dan menganalisis nilai probability, exposure, dan consequences di setiap tahapan tersebut berdasarkan tabel semi kuantitatif W.T Fine J. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat risiko yang dimiliki pada setiap tahapan aktivitas bermain di area bermain outdoor meliputi level very high, priority 1, substantial, priority 3, dan acceptable. Kata kunci: Identifikasi dan analisis risiko keselamatan; AS/NZS 4360:2004; aktivitas
bermain; area bermain outdoor sekolah
ABSTRACT
This research discussed the safety risk in playing activity at playgorund area Kindergarten Indria, Beji-Depok 2013. Design for this research was descriptive observational study that objective to determine the level of risk safety on playing activity related playing equipment at playground area using semi quantitative method AS/NZS 4360:2004. The research identified hazard and risk using JHA (Job Hazard Analysis) and analyze the score of probability, exposure, and consequences at each stage in playing activity based on semi quantitative table W.T. Fine J. Results of this research showed that the level of risk at each stage in playing activity at playground area includes very high level, priority 1, substantial, priority 3, and acceptable. Keywords: Identification and analysis of safety risk; AS/NZS 4360:2004; playing activity;
school’s playground area
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 2
PENDAHULUAN
Keselamatan merupakan hak asasi yang dimiliki setiap individu dalam berbagai usia.
Selain itu, keselamatan termasuk aspek penting dalam pelaksanaan proses industri dan dalam
kegiatan sehari-hari individu maupun publik. Keselamatan proses industri dalam kegiatannya
telah diatur oleh perusahaan industri masing-masing dengan dibentuknya suatu divisi khusus
keselamatan dan kesehatan kerja yang umumnya dikenal dengan sebutan divisi HSE yang
pelaksanaannya diwajibkan oleh peraturan pemerintah sedangkan pelaksanaan aspek
keselamatan di berbagai macam aktivitas yang dilaksanakan individu maupun publik setiap
harinya (di luar proses industri) luput dari perhatian pemerintah.
Salah satu tempat yang paling sering dan ramai dikunjungi adalah taman bermain.
Taman bermain merupakan tempat bermain bagi anak-anak, tempat mengembangkan
kreativitas, serta sebagai tempat bersosialisasi bagi mereka namun di taman bermain pun
mereka dapat mengalami cedera/injuri akibat jatuh dari ketinggian, luka parah atau mungkin
sampai mengalami cedera yang lebih fatal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tinsworth dan McDonald pada November
1998 sampai Oktober 199 terkait kasus cedera/injuri pada anak, diketahui bahwa setiap tahun
di Amerika Serikat terdapat lebih dari 200.000 anak berusia di bawah 15 tahun dirawat di
bagian UGD rumah sakit akibat menderita cedera/injuri yang berhubungan dengan peralatan
bermain di area bermain (playground). Kasus cedera/injuri yang dialami yaitu berupa jatuh
dari ketinggian ketika sedang melakukan aktivitas bermain. Hasil penelitian tersebut
didapatkan bahwa 76% kejadian cedera/injuri yang berhubungan dengan peralatan bermain
terjadi di area bermain (playground) umum dengan proporsi kejadian sebesar 45% terjadi di
area bermain sekolah dan 31% terjadi di taman bermain umum, seperti area bermain restoran
cepat saji, area bermain tempat penitipan anak, dan area bermain apartemen.
Selain itu, dari penelitian tersebut juga didapatkan hasil bahwa kasus terjadinya
cedera/injuri pada anak di area bermain umum terkait dengan alat permainan seperti panjatan
(53%), ayunan (19%), perosotan (17%), jungkat-jungkit (3%), komidi putar (1%), dan alat
permainan lai seperti kotak pasir, Trapeze Bar, Ball Pits, serta Track rides (7%). Berdasarkan
penelitian tersebut, lebih dari sepertiga anak-anak mengalami cedera saat bermain diperparah
dengan patah tulang, luka dalam, gegar otak, dislokasi hingga amputasi[1].
Di Indonesia, angka kematian anak akibat kecelakaan darat tercatat 7,3% pada tahun
1992 dan merupakan salah satu dari lima penyebab kematian anak tertinggi. Dari data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, kasus kecelakaan darat pada anak salah satunya
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 3
disebabkan oleh jatuh dari ketinggian di area bermain yaitu dengan persentase sebesar 19,2% [2].
Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disebut TK adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program
pendidikan bagi anak berusia 4 tahun sampai dengan 6 tahun[3]. Semua kegiatan belajar di TK
dikemas dalam bentuk belajar sambil bermain sehingga TK pada umumnya dilengkapi
dengan area bermain (playground) dengan berbagai macam jenis alat bermain. Setiap
lingkungan termasuk area bermain (playground) memiliki sumber bahaya, jika bahaya
tersebut tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan risiko kecelakaan. Semua
anak memiliki kebutuhan dan kecenderungan untuk mengambil risiko dalam hal
mengeksplorasi batasan-batasan, mencari pengalaman baru, dan mengembangkan kapasitas
mereka, dimulai dari usia mereka yang sangat muda dan dari awal mereka mempunyai
pengalaman bermain[4].
Pada observasi awalan yang dilakukan oleh penulis, didapatkan alat-alat permainan
tersebut banyak yang karatan, tidak mempunyai zona aman tersendiri, dan jarak antar alat
permainan tidak sesuai standar (karena keterbatasan luas area bermain). Selain itu, di TK
Indria ini pernah terjadi kasus cedera pada siswa yang menggunakan alat permainan di area
bermain outdoor. Kasus cedera yang pernah terjadi yaitu tahun 2008 dengan kejadian
sebanyak 3 kasus. Kasus tersebut berupa terbenturnya kepala siswa saat bermain panjatan
bola dunia berdampak memar di kepala, terjatuhnya siswa dari ayunan berdampak lecet-lecet,
dan terbenturnya hidung siswa ketika bermain ayunan berdampak memar di hidung. Dampak
tersebut mengalami peningkatan ke kategori yang lebih parah (serius) pada tahun 2011.
Dimana pada tahun 2011 terjadi 3 kasus cedera, yaitu terjatuh dari ayunan berdampak lecet-
lecet (luka ringan), terbentur dudukan ayunan yang mengenai mata berdampak memar (luka
cukup serius), dan terjatuh dari ayunan dengan kepala membentur permukaan area bermain
berdampak bocor di kepala dan perlu dilakukan penanganan medis di klinik dokter 24 jam
(luka serius).
Berdasarkan temuan tersebut, maka diperlukan suatu upaya manajemen risiko yang
diawali dengan melakukan identifikasi bahaya dan risiko keselamatan pada aktivitas bermain
terkait penggunaan alat-alat permainan di area bermain outdoor TK Indria Beji, Depok.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis tingkat risiko untuk mendapatkan upaya
atau tindakan pengendalian risiko yang tepat untuk diterapkan.
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 4
TINJAUAN TEORITIS
Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah
dirumuskan dengan baik, mempunyai urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang dapat
ditimbulkan[5]. Selain itu, manajemen risiko juga dapat difenisikan sebagai suatu proses
evaluasi dan (jika diperlukan) mengendalikan sumber pajanan bahaya dan risiko[6].
Manajemen risiko K3 merupakan suatu sistem yang mencakup penilaian, pemantauan, dan
pengendalian risiko yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan berupa siklus
dari serangkaian kegiatan yaitu Antisipasi, Rekognisis, Evaluasi, dan Pengendalian (AREP).
Tahap-tahap tersebut merupakan kegiatan penilaian risiko[7]. Proses manajemen risiko
mencakup 7 elemen yang terdiri dari komunikasi dan konsultasi, menentukan ruang lingkup
(context), identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, serta
pemantauan dan peninjauan ulang[5].
Identifikasi Risiko
Identifikasi bahaya dan risiko adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya
potensi bahaya dan risiko yang ada di lingkungan kerja. Sumber bahaya dapat berasal dari
unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, proses serta sistem dan prosedur[8]. Bahaya
dan risiko yang berada di lingkungan kerja dapat diketahui dengan berbagai cara seperti
mengelilingi tempat kerja bersamaan dengan melihat hal apa saja yang berpotensi
menimbulkan kerusakan, mewawancarai pekerja, memeriksa instruksi atau prosedur
perusahaan, melihat atau memeriksa kembali laporan kecelakaan dan catatan kesehatan
pekerja, dan menghubungi dinas tenaga kerja atau dinas terkait keselamatan dan kesehatan
kerja di daerah setempat[9].
Metode aktif merupakan metode terbaik untuk mengidentifikasi bahaya yaitu dengan
cara mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang
merugikan. Salah satu contoh metode ini yaitu JHA (Job Hazard Analysis). JHA yaitu metode
yang berfokus pada tahapan pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya sebelum bahaya
tersebut terjadi. Metode ini fokus pada hubungan antara pekerja, tahapan pekerjaan, peralatan
kerja yang digunakan, dan lingkungan kerja. Setelah diketahui bahaya-bahaya yang terdapat
pada tahapan pekerjaan kemudian dilakukan langkah untuk menghilangkan atau mengurangi
risiko bahaya tersebut sampai pada tingkat yang dapat diterima[10].
Analisis Risiko
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 5
Analisis risiko merupakan suatu proses sistematis untuk menentukan besarnya suatu
tingkat risiko yang merupakan kombinasi dari probability dan consequences. Salah satu
metode analisis risiko yang dapat digunakan, yaitu metode semi kuantitatif. Metode ini dapat
digunakan jika data-data yang tersedia lebih lengkap dan kondisi operasi atau proses lebih
kompleks[8]. Risiko ditentukan berdasarkan nilai kriteria probability, exposure, dan
consequences. Formula dari risiko didapatkan dengan mengalikan ketiga nilai tersebut. Hasil
dari perkalian ketiga nilai tersebut akan menghasilkan tingkat risiko (level of risk)[11].
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dilakukan berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian
risiko dengan memberikan pedoman pengendalian risiko spesifik untuk bahaya K3 menurut
hirarki sebagai berikut[8]:
1. Eliminasi, risiko dapat dihindarkan dengan menghilangkan sumbernya.
2. Substitusi, risiko dapat dihilangkan dengan mengganti bahan, alat atau cara kerja
dengan yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.
3. Pengendalian teknis (Engineering Control), memberi penghalang (barrier) pada
sumber bahaya dan mengendalikan jarak antara sumber bahaya dengan penerima.
4. Pengendalian administratif (Administratif Control), mengurangi kontak antara
penerima dengan sumber bahaya melalui pengendalian proses kerja dan pengaturan
waktu kerja.
5. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment), membatasi jumlah pemajanan
bahaya oleh penerima dengan menggunakan alat pelindung diri berupa helmet, gas
masker, dll yang disesuaikan dengan proses kerja.
Keselamatan Area Bermain (Playground)
Pada dasarnya keselamatan di area bermain (playground) untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan cedera pada siswa Taman Kanak-kanak (TK) membutuhkan pemilihan,
penempatan, dan pemeliharaan alat permainan serta pengawasan yang efektif dapat mencegah
kecelakaan dan mengurangi tingkat keparahan atau dampak dari cedera yang dialami oleh
siswa TK. Terdapat 4 komponen yang dapat menunjang keselamatan di area bermain
(playground) suatu TK, yaitu pengawasan area bermain, peraturan di area bermain, alat
permainan dan kondisi permukaan di area bermain, dan inspeksi serta perawatan berkala area
bermain[12].
Salah satu tugas penting bagi guru atau pendamping siswa di sekolah yaitu
pengawasan di area bermain sekolah saat siswa sedang melakukan aktivitas bermain.
Pengawasan area bermain yang memadai memiliki 4 komponen, yaitu:
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 6
a. Kehadiran dan perhatian dari pengawas. Pengawas harus selalu ada di area bermain
atau minimal selalu berada dalam jarak pandang yang aman untuk dapat mengawasi
seluruh kegiatan bermain anak[12]. Pengawas harus memahami dasar-dasar
keselamatan area bermain, seperti:
• Memeriksa alat permainan yang rusak dan memastikan siswa tidak memainkan alat
permainan tersebut.
• Memeriksa dan memelihara permukaan (surfacing) area bermain.
• Memastikan siswa menggunakan alas kaki seperti sepatu ketika sedang melakukan
aktivitas bermain[13].
b. Pengawas harus dapat mengendalikan perilaku anak dan bahaya-bahaya yang terdapat
di area bermain.
c. Pengawas harus dapat memprioritaskan area maupun alat permainan apa yang
memiliki risiko tinggi terjadinya kecelakaan.
d. Pengawas mampu memberikan respon yang cepat dan tepat dalam keadaan darurat
(emergency) sehingga dapat mengurangi potensi cedera pada siswa dan kerusakan
pada alat permainan maupun pada area bermain.
Peraturan di area bermain perlu dipublikasikan dalam bentuk tulisan maupun lisan
kepada siswa sebelum melakukan aktivitas bermain. Publikasi dalam bentuk tulisan maupun
lisan harus dibuat dalam bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan dalam bentuk aturan
yang positif. Peraturan di area bermain ini mempunyai tujuan yaitu memberikan pedoman
pada siswa untuk berperilaku aman selama bermain sehingga dapat mencegah terjadinya
cedera atau kecelakaan pada siswa[12]. Peraturan di area bermain dapat berupa:
a. Instruksi mengenai bagaimana cara menggunakan alat permainan sesuai dengan
fungsinya.
b. Instruksi mengenai bagaimana cara bermain yang aman.
c. Petunjuk mengenai alat permainan yang sesuai dengan karakteristik usia siswa[13].
Alat permainan dan kondisi permukaan (surfacing) area bermain merupakan hal yang
perlu diperhatikan dalam upaya mengimplementasikan keselamatan di area bermain.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi terkait keamanan sebuah area bermain, yaitu sebagai
berikut[13]:
a. General Hazards dari area bermain
Merupakan potensi bahaya umum yang terdapat di area bermain, seperti benda atau
pecahan kaca di area bermain, batu besar, lubang, tali atau kawat, bagian sudut atau
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 7
pinggir area bermain yang tajam, dll. Bahaya-bahaya tersebut dapat menyebabkan
anak tersandung atau terluka.
b. Playground Surfacing (Kondisi permukaan area bermain)
Kondisi permukaan area bermain di bawah dan di sekitar peralatan bermain yang baik
dan aman yaitu harus cukup datar untuk anak[12]. Bahan permukaan area bermain yang
dapat digunakan di area bermain sekolah dibagi menjadi 2 yaitu Unitary surfacing
materials dan Loose-fill surfacing materials. Bahan permukaan area bermain yang
tidak aman berupa permukaan yang keras seperti aspal, beton, tanah, dan bahan keras
lainnya[13].
c. Age Appropriate Equipment Design (Pemilihan alat permainan sesuai dengan
karakteristik usia)
Pemilihan alat permainan harus mempertimbangkan karakteristik usia dari
penggunanya. Alat permainan yang sesuai dengan karakteristik anak usia 4-5 tahun
(TK Kelompok A) antara lain permainan tangga/panjatan dengan tinggi ≤ 152,4 cm,
perosotan, dan ayunan dengan ikat pinggang penuh. Alat permainan yang sesuai
dengan karakteristik anak usia 5-6 tahun (TK Kelompok B) antara lain panjatan
setengah lingkaran (arch climber), panjatan bola dunia, perosotan, ayunan dengan ikat
pinggang penuh maupun ayunan ban, jungkat-jungkit, dan komidi putar[13].
d. Playground Equipment Specification (Spesifikasi standar dari setiap alat permainan
dan zona aman alat permainan)[13]
1. Permainan panjatan/tangga
Panjatan/tangga memiliki jenis yang berbeda-beda, yaitu arch climber (panjatan
berbentuk setengah lingkaran), dome climber (panjatan berbentuk bola dunia),
flexible climber (panjatan yang menggunakan bahan tali), overhead horizontal
ladders (panjatan berbentuk horizontal) dan masih banyak lagi. Jenis
panjatan/tangga yang paling sederhana adalah overhead horizontal ladders.
Maksimum ketinggian jatuh (fall height) yang diperbolehkan untuk anak usia
prasekolah yaitu 60 inch dengan jarak antar kerangka panjat (vertical rise rung
ladders) ≤ 12 inch. Permainan ini membutuhkan zona aman yaitu minimal 6 feet
dari setiap sisinya.
2. Perosotan
Perosotan memiliki cukup banyak spesifikasi standar. Hal ini disebabkan karena
perosotan merupakan kombinasi dari beberapa struktur permainan, seperti tangga,
platform, dan slide chute atau papan untuk meluncur. Material yang digunakan
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 8
untuk membuat perosotan, hindari material yang terbuat dari metal. Spesifikasi
perosotan yaitu ukuran fall height sama dengan ukuran tinggi platform dari
permukaan area bermain, untuk anak usia prasekolah tidak boleh melebihi 32 inch
dan dikelilingi oleh pagar/pengaman. Selain itu platform bentuknya harus datar dan
terdapat handrails untuk memfasilitasi anak dalam keadaan transisi dari posisi
berdiri ke duduk. Zona aman untuk perosotan yaitu 6 feet dari area mendarat (slide
exit zone).
3. Ayunan
Ayunan memiliki 2 tipe, yaitu ayunan single axis dan ayunan multi axis (biasanya
ayunannya menggunakan ban). Dudukan ayunan haruslah cukup kuat dan pengait
tali/rantai ayunan dengan dengan dudukan harus terkunci rapat agar pakaian anak
tidak tersangkut. Ketinggian jatuh (fall height) pada ayunan yaitu jarak vertikal dari
bagian axis/poros sampai ke permukaan area bermain. Zona aman pada ayunan
yaitu minimal 6 feet dari sisi samping ayunan dan zona aman untuk sisi depan serta
belakang ayunan dapat diperpanjang sehingga zona amannya lebih dari 6 feet.
Inspeksi atau pengecekan secara berkala bertujuan untuk mengecek secara rutin
apakah ada bahaya baru yang timbul di area bermain dimana bahaya baru ini dapat
diakibatkan oleh alat permainan yang ada di area bermain. Berdasarkan hasil inspeksi
kemudian dapat dilakukan upaya lebih lanjut yaitu upaya perawatan (maintenance) terhadap
alat permainan yang ada dan penggantian alat permainan jika terdapat alat permainan yang
sudah tidak layak pakai. Frekuensi inspeksi atau pengecekan pada alat permainan di setiap
daerah atau negara berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor seperti kondisi dan usia dari
alat permainan, frekuensi pemakaian alat permainan, dan iklim lokal daerah atau negara
setempat[12].
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan menggunakan pendekatan
semi kuantitatif untuk mengetahui atau mengestimasi tingkat risiko keselamatan pada
aktivitas bermain di area bermain Taman Kanak-Kanak Indria Beji, Depok. Identifikasi
bahaya dan risiko dilakukan dengan menggunakan metode JHA. Setelah itu, dilakukan
analisis risiko dengan menggunakan metode semi kuantitatif berdasarkan standar AS/NZS
4360:2004 tentang Risk Management dengan cara menentukan nilai probability, exposure,
dan consequences, nilai-nilai tersebut kemudian dihitung untuk mendapatkan tingkat risiko
(level of risk) pada setiap aktivitas bermain yang dilakukan siswa TK Indria Beji, Depok.
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 9
Hasil penelitian berupa identifikasi bahaya dan risiko keselamatan serta hasil analisis tingkat
risiko keselamatan dijabarkan dalam bentuk tabel sedangkan untuk pembahasannya akan
dijabarkan dalam bentuk narasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara, lembar
JHA, kamera, tabel nilai probability, exposure, consequences, serta tingkat risiko (level of
risk) W.T. Fine J., dan formula perhitungan risiko dari perangkat lunak (Microsoft Excel).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Risiko Alat Permainan Berdasarkan Analisis Risiko AS/NZS 4360:2004 dan
Perbandingan antara Ukuran Alat Permainan, Ukuran Tinggi dan Berat Badan Siswa
TK Indria, serta Standard Safety Playground (CPSC)
1. Alat Permainan Perosotan (Slides)
Tingkat risiko pada alat permainan perosotan (slides) berdasarkan hasil analisis
risiko[5], secara umum memiliki tingkat risiko Priority 3 baik pada Basic Risk Level, Existing
Risk Level, maupun Predictive Risk Level. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar bahaya dan
risiko keselamatan yang terjadi pada alat permainan ini yaitu cukup sering (likely), namun
menimbulkan dampak berupa lecet-lecet ringan dan menyebabkan kehilangan waktu belajar
yang diperkirakan kurang dari 1 jam (noticeable) sampai menimbulkan dampak luka yang
cukup serius sehingga perlu ditangani dengan pemberian obat-obatan P3K di sekolah dan
menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan satu jam sampai satu hari
(important).
Ukuran perosotan yang sesuai dengan usia TK Kelompok A dan Kelompok B, yaitu
ukuran panjang papan seluncur dari bagian awal sampai bagian exit papan seluncur sebesar ≥
12 inch (≥ 30,48 cm) dan jarak antar anak tangga perosotan sebsar ≤ 9 inch (≤ 22,86 cm)[13].
Pada alat permainan perosotan di TK Indria didapatkan ukuran tinggi perosotan yaitu 134 cm,
panjang papan seluncur dari bagian awal sampai bagian exit papan seluncur yaitu 179 cm, dan
jarak antar anak tangga perosotan yaitu 28,3 cm. Selain itu, ukuran rata-rata siswa sebagai
pengguna (user) alat permainan yaitu rata-rata tinggi badan sebesar 109 cm (siswa TK
Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK Kelompok B). Rata-rata berat badan siswa sebesar 17 kg
(siswa TK Kelompok A) dan 20 kg (siswa TK Kelompok B). Dari perbandingan antara
ukuran standard Safety Playground[13], ukuran perosotan, dan ukuran rata-rata tinggi serta
berat badan siswa TK Indria didapatkan bahwa alat permainan perosotan ini tidak berbahaya
bagi para siswa karena alat permainan ini tidak terlalu tinggi dan papan seluncurnya landai.
Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety
Playground[13], ukuran perosotan, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa sebagai
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 10
pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat permainan perosotan di TK
Indria sudah sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A dan Kelompok B. Namun, masih
diperlukan adanya perbaikan pada tangga perosotan.
2. Alat Permainan Panjatan Setengah Lingkaran (Arch Climber)
Tingkat risiko pada alat permainan panjatan setengah lingkaran (arch climber)
berdasarkan hasil analisis risiko[5] memiliki tingkat risiko Priority 1 pada Basic Risk Level
dan memiliki tingkat risiko Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal
ini disebabkan oleh sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat
permainan ini yaitu cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang cukup
serius (important) sehingga perlu ditangani dengan pemberian obat-obatan P3K di sekolah
dan menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan satu jam sampai satu hari.
Namun, setelah dilakukan pengendalian risiko yang sudah ada di sekolah dan diberikan
rekomendasi pengendalian risiko oleh penulis, tingkat risiko dapat turun menjadi priority 3
yang artinya perlu dipertahankan pengendalian yang sudah ada di sekolah dan diberikan
pengawasan secara berkesinambungan.
Ukuran panjatan setengah lingkaran (arch climber) yang sesuai dengan usia TK
Kelompok A dan Kelompok B, yaitu ukuran tinggi panjatan sebesar ≤ 60 inch (≤ 152,4 cm),
jarak antar anak tangga arch climber (vertical rises) sebesar ≤ 12 inch (≤ 30,48 cm) dan
diameter anak tangga sebesar 0,95-1,55 inch (2,41-3,94 cm) [13]. Pada alat permainan panjatan
setengah lingkaran (arch climber) di TK Indria didapatkan ukuran tingginya yaitu 144 cm,
jarak antar anak tangga arch climber (vertical rises) yaitu 27,8 cm, dan diameter anak
tangganya yaitu 3,66 cm. Selain itu, ukuran rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat
permainan yaitu rata-rata tinggi badan sebesar 109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm
(siswa TK Kelompok B). Rata-rata berat badan siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A)
dan 20 kg (siswa TK Kelompok B). Dari perbandingan antara ukuran standard Safety
Playground[13], ukuran panjatan setengah lingkaran, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat
badan siswa TK Indria didapatkan bahwa alat permainan panjatan setengah lingkaran ini
tidak berbahaya bagi para siswa karena alat permainan tidak terlalu tinggi (masih di bawah
standard) serta siswa masih mudah untuk melangkah dan menggenggam di tiap anak
tangganya.
Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety
Playground[13], ukuran panjatan setengah lingkaran (arch climber), dan ukuran rata-rata tinggi
serta berat badan siswa sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat
permainan panjatan setengah lingkaran di TK Indria sudah sesuai untuk usia siswa TK
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 11
Kelompok A dan Kelompok B. Namun, masih diperlukan adanya perbaikan pada alat
permainan ini.
3. Alat Permainan Panjatan Vertikal (Vertical Climber)
Tingkat risiko pada alat permainan panjatan vertikal (vertical climber) berdasarkan
hasil analisis risiko[5] memiliki tingkat risiko Priority 1 pada Basic Risk Level dan memiliki
tingkat risiko Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal ini
disebabkan oleh sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat
permainan ini yaitu cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang cukup
serius (important) seperti memar, benjol sehingga perlu ditangani dengan pemberian obat-
obatan P3K di sekolah dan menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan satu
jam sampai satu hari. Namun, setelah dilakukan pengendalian risiko yang sudah ada di
sekolah dan diberikan rekomendasi pengendalian risiko oleh penulis, tingkat risiko dapat
turun menjadi priority 3 yang artinya perlu dipertahankan pengendalian yang sudah ada di
sekolah dan diberikan pengawasan secara berkesinambungan.
Ukuran panjatan vertikal (vertical climber) yang sesuai dengan usia TK Kelompok A
dan Kelompok B, yaitu ukuran tinggi panjatan sebesar ≤ 60 inch (≤ 152,4 cm), jarak antar
anak tangga vertical climber (vertical rises) sebesar ≤ 12 inch (≤ 30,48 cm) dan diameter anak
tangga sebesar 0,95-1,55 inch (2,41-3,94 cm)[13]. Pada alat permainan panjatan vertikal
(vertical climber) di TK Indria didapatkan ukuran tingginya yaitu 247 cm, jarak antar anak
tangga vertical climber (vertical rises) yaitu 27 cm, dan diameter anak tangganya yaitu 3,66
cm. Selain itu, ukuran rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat permainan yaitu rata-rata
tinggi badan sebesar 109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK Kelompok B).
Rata-rata berat badan siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A) dan 20 kg (siswa TK
Kelompok B). Dari perbandingan antara ukuran standard Safety Playground[13], ukuran
panjatan vertikal, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa TK Indria didapatkan
bahwa alat permainan panjatan vertikal ini cukup berbahaya bagi para siswa karena alat
permainan mempunyai ukuran tinggi yang melebihi standard.
Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety
Playground[13], ukuran panjatan vertikal (vertical climber), dan ukuran rata-rata tinggi serta
berat badan siswa sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat
permainan panjatan vertikal di TK Indria tidak sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A dan
TK Kelompok B. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan pada alat permainan ini.
4. Alat Permainan Panjatan Bola Dunia (Dome/Globe Climber)
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 12
Tingkat risiko pada alat permainan panjatan bola dunia (dome/globe climber)
berdasarkan hasil analisis risiko[5]memiliki tingkat risiko Priority 1 pada Basic Risk Level dan
memiliki tingkat risiko Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal ini
disebabkan oleh sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat
permainan ini yaitu cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang cukup
serius (important) seperti memar, benjol sehingga perlu ditangani dengan pemberian obat-
obatan P3K di sekolah dan menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan satu
jam sampai satu hari. Selain itu, pernah terjadi kasus siswa terbentur panjatan bola dunia yang
mengakibatkan sobek di kepala (serious) tetapi kemungkinan terjadinya risiko tersebut yaitu
tidak biasa terjadi namun mungkin saja terjadi (unusual but posiible). Setelah dilakukan
pengendalian risiko yang sudah ada di sekolah dan diberikan rekomendasi pengendalian
risiko oleh penulis, tingkat risiko dapat turun menjadi priority 3 yang artinya perlu
dipertahankan pengendalian yang sudah ada di sekolah dan diberikan pengawasan secara
berkesinambungan.
Ukuran panjatan bola dunia (dome/globe climber) yang sesuai dengan usia TK
Kelompok A dan Kelompok B, yaitu ukuran tinggi panjatan sebesar ≤ 60 inch (≤ 152,4 cm),
jarak antar anak tangga globe climber (vertical rises) sebesar ≤ 12 inch (≤ 30,48 cm) dan
diameter anak tangga sebesar 0,95-1,55 inch (2,41-3,94 cm) [13]. Pada alat permainan panjatan
bola dunia (dome/globe climber) di TK Indria didapatkan ukuran tingginya yaitu 174 cm,
jarak antar anak tangga globe climber (vertical rises) yaitu 26 cm, dan diameter anak
tangganya yaitu 3,06 cm. Selain itu, rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat permainan
yaitu rata-rata tinggi badan sebesar 109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK
Kelompok B). Rata-rata berat badan siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A) dan 20 kg
(siswa TK Kelompok B). Dari perbandingan antara ukuran standard Safety Playground[13],
ukuran panjatan vertikal, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa TK Indria
didapatkan bahwa alat permainan panjatan bola dunia ini cukup berbahaya bagi para siswa
karena alat permainan mempunyai ukuran tinggi yang melebihi standard.
Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety
Playground[13], ukuran panjatan bola dunia (dome/globe climber), dan ukuran rata-rata tinggi
serta berat badan siswa sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat
permainan panjatan vertikal di TK Indria tidak sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A dan
TK Kelompok B. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan pada alat permainan ini.
5. Alat Permainan Ayunan Sendiri (Single Swings)
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 13
Tingkat risiko pada alat permainan ayunan sendiri (single swings) berdasarkan hasil
analisis risiko[5] memiliki tingkat risiko Very High pada Basic Risk Level dan memiliki tingkat
risiko Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal ini disebabkan oleh
sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat permainan ini yaitu
cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang serius seperti sobek di
kepala akibat jatuh dari ayunan, gigi patah akibat terbentur dudukan ayunan, dan memar di
hidung akibat terbentur dudukan ayunan sehingga memerlukan penanganan medis yang
dilakukan oleh dokter, dan menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan 2-3 hari
atau lebih (serious). Setelah dilakukan pengendalian risiko yang sudah ada di sekolah dan
diberikan rekomendasi pengendalian risiko oleh penulis, tingkat risiko dapat turun menjadi
priority 3 yang artinya perlu dipertahankan pengendalian yang sudah ada di sekolah dan
diberikan pengawasan secara berkesinambungan.
Ukuran ayunan sendiri (single swings) yang sesuai dengan usia TK Kelompok A dan
Kelompok B, yaitu ukuran jarak antara dudukan ayunan dengan permukaan area bermain
sebesar minimal 12 inch (maksimal 30,48 cm) dan ketinggian jatuh (fall height) yaitu
maksimal 60 inch (maksimal 152,4 cm)[13]. Terdapat dua buah ayunan single swings yang
berbeda ukurannya yaitu single swings besar dan single swings kecil. Pada single swings besar
didapatkan ukuran tingginya yaitu 213,6 cm, ketinggian jatuhnya (fall height) yaitu 120,5 cm,
dan jarak antara dudukan ayunan dengan permukaan area bermain yaitu 27,4 cm. Pada single
swings kecil didapatkan ukuran tingginya yaitu 147 cm, ketinggian jatuhnya (fall height) yaitu
83 cm, dan jarak antara dudukan ayunan dengan permukaan area bermain yaitu 19 cm. Selain
itu, rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat permainan yaitu rata-rata tinggi badan sebesar
109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK Kelompok B). Rata-rata berat badan
siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A) dan 20 kg (siswa TK Kelompok B). Dari
perbandingan antara ukuran standard Safety Playground[13], ukuran ayunan sendiri (single
swings), dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa TK Indria didapatkan bahwa alat
permainan ayunan sendiri (single swings) ini tidak berbahaya bagi para siswa karena ukuran
fall height dan jarak antara dudukan ayunan ke permukaan area bermain baik pada ayunan
kecil maupun besar berada pada ukuran di bawah standard dan masih dapat dijangkau oleh
siswa.
Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety
Playground[13], ukuran ayunan sendiri (single swings), dan ukuran rata-rata tinggi serta berat
badan siswa sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat permainan
ayunan sendiri (single swings) di TK Indria sudah sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 14
dan TK Kelompok B. Namun, masih diperlukan adanya perbaikan pada alat permainan
ini.
6. Alat Permainan Ayunan Kelompok
Tingkat risiko pada alat permainan ayunan kelompok berdasarkan hasil analisis
risiko[5] memiliki tingkat risiko Very High pada Basic Risk Level dan memiliki tingkat risiko
Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal ini disebabkan oleh
sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat permainan ini yaitu
cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang serius seperti memar di
kepala akibat terbentur atau tabrakan dengan ayunan yang sedang berayun sehingga
memerlukan penanganan medis yang dilakukan oleh dokter, dan menyebabkan kehilangan
waktu belajar yang diperkirakan 2-3 hari atau lebih (serious). Setelah dilakukan pengendalian
risiko yang sudah ada di sekolah dan diberikan rekomendasi pengendalian risiko oleh penulis,
tingkat risiko dapat turun menjadi priority 3 yang artinya perlu dipertahankan pengendalian
yang sudah ada di sekolah dan diberikan pengawasan secara berkesinambungan.
Tidak terdapat ukuran standard untuk alat permainan ayunan kelompok. Hal ini
disebabkan oleh ayunan kelompok tidak direkomendasikan untuk digunakan karena ayunan
kelompok digunakan oleh 2 orang siswa atau lebih yang apabila berat badan siswa
dijumlahkan akan memiliki beban berat yang lebih besar dibandingkan dengan ayunan sendiri
(single swings) sehingga dapat menimbulkan dampak yang lebih besar pula[13]. Pada alat
permainan ayunan kelompok ditemukan bahwa ukuran tingginya yaitu ± 140 cm. Selain itu,
rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat permainan yaitu rata-rata tinggi badan sebesar
109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK Kelompok B). Rata-rata berat badan
siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A) dan 20 kg (siswa TK Kelompok B). Dari
perbandingan antara ukuran standard Safety Playground[13], ukuran ayunan kelompok, dan
ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa TK Indria didapatkan bahwa alat permainan
ayunan kelompok ini berbahaya bagi para siswa karena apabila ayunan kelompok ini dipakai
oleh 2 orang siswa atau lebih akan menimbulkan dampak yang lebih parah dan menimbulkan
korban yang lebih banyak dibandingkan dengan ayunan sendiri (single swings).
Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety
Playground[13], ukuran ayunan kelompok, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa
sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat permainan ayunan
kelompok di TK Indria tidak sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A dan TK Kelompok B.
Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan pada alat permainan ini.
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 15
Bahaya Keselamatan pada Aktivitas Bermain di TK Indria
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa jenis bahaya yang paling banyak
berkontribusi menimbulkan risiko keselamatan pada aktivitas bermain yaitu terdapat pada
bahaya unsafe act. Unsafe act ini berasal dari perilaku siswa yang tidak aman atau tidak benar
dalam menggunakan alat-alat permainannya, antara lain bercanda saat naik tangga perosotan,
rebutan ketika naik tangga perosotan, tidak berpegangan pada handrail, berlari di depan atau
belakang ayunan yang sedang berayun, berdiri saat menggunakan ayunan untuk berayun,
duduk atau berdiri di atas panjatan, dll. Unsafe condition berasal dari kondisi lingkungan
tempat bermain yang tidak aman, antara lain terdapat beberapa bagian dari alat perminan yang
karatan, patah atau retak, permukaan area bermain yang keras dan kasar karena terbuat dari
bata blok, bagian pinggiran dan ujung alat permainan tajam, dll.
Pada aktivitas bermain, anak-anak melakukannya secara spontan dan tanpa ada
paksaan. Dalam melakukan kegiatan bermain, anak-anak lebih menyukai untuk melakukan
hal-hal baru seperti bereksperimen dengan memadukan berbagai perilaku baru dan tidak biasa
mereka lakukan. Kegiatan bermain ini menjadi sarana bagi mereka untuk mengembangkan
kemampuan mereka dan memungkinkan mereka untuk bereksplorasi terhadap berbagai
kemungkinan yang ada. Oleh karena itu, anak-anak usia prasekolah dan masa pendidikan
awal (4-6 tahun) memiliki kebutuhan dan kecenderungan untuk mengambil risiko dalam hal
mengeksplorasi batasan-batasan, mencari pengalaman baru, dan mengembangkan kapasitas
mereka.
Dari ciri-ciri anak usia prasekolah, kebutuhan serta kecenderungan mereka untuk
mengeksplorasi batasan, mencari pengalaman baru, dan mengembangkan kapasitas dapat
disimpulkan bahwa anak usia prasekolah memiliki rasa ingin tahu yang besar dan senang
0 1 2 3 4 5 6 7
7 6
4 5
7
5
Jumlah Jenis Bahaya Keselamatan pada Ak4vitas Bermain
Unsafe Act
Unsafe Condi7on
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 16
melakukan perilaku yang tidak biasa mereka lakukan tanpa mempertimbangkan baik atau
buruknya hal tersebut sehingga muncul perilaku-perilaku tidak aman (unsafe act) yang
dilakukan oleh mereka, khususnya pada saat mereka bermain. Apabila unsafe act ini
dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi suatu rutinitas atau kebiasaan yang mereka
lakukan setiap hari. Oleh karena itu, peran guru dan orang tua sangat diperlukan dalam hal ini.
Pihak guru dan orang tua harus melakukan pengawasan, memberikan nasihat, memberikan
edukasi sejak dini tentang perilaku yang aman dan benar saat mereka melakukan aktivitas
bermain, dan memberikan contoh yang benar sehingga mereka menjadi paham mengenai
bahaya dan dampak yang akan terjadi, terbiasa berperilaku aman sejak kecil, dan dapat
mengembangkan kemampuan mereka tanpa harus mengalami cedera atau kecelakaan saat
bermain.
Risiko Keselamatan pada Aktivitas Bermain di TK Indria
Dari gambar di atas menunjukkan jenis dan jumlah risiko yang muncul akibat bahaya
unsafe act dan unsafe condition yang telah dijelaskan sebelumnya. Jenis risiko yang muncul
pada setiap aktivitas bermain, yaitu terbentur, terjatuh, tergelincir, tergores, tabrakan, terkilir,
tergesek, dan terjepit. Jumlah risiko yang muncul pada setiap aktivitas bermain berbeda-beda.
Pada aktivitas bermain perosotan (slides) jenis risiko yang paling banyak muncul yaitu risiko
tergelincir dengan jumlah 5 kasus. Pada aktivitas arch climber yang paling banyak muncul
yaitu risiko terbentur dengan jumlah 6 kasus. Aktivitas vertical climber paling banyak muncul
yaitu risiko terbentur, terjatuh, dan tergelincir dengan jumlah kasus masing-masing yaitu 3.
Aktivitas dome/globe climber paling banyak muncul yaitu risiko terbentur dengan jumlah
kasus yaitu 5. Pada aktivitas single swings yang paling banyak muncul yaitu risiko terbentur
0 5
10
Jumlah Risiko Keselamatan pada Ak4vitas Bermain
Slides Arch Climber Ver7cal Climber Dome/Globe Climber Single Swings Ayunan Kelompok
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 17
dan terjatuh dengan jumlah 5 kasus dan jenis risiko pada aktivitas ayunan kelompok yang
paling banyak muncul yaitu terbentur dengan jumlah 5 kasus.
SIMPULAN
1. Aktivitas bermain yang dilakukan di area bermain outdoor TK Indria Beji, Depok yaitu
bermain perosotan (slides), panjatan bentuk setengah lingkaran (arch climber), panjatan
vertikal (vertical climber), panjatan bola dunia (dome/globe climber), ayunan sendiri
(single swings), dan ayunan kelompok.
2. Bahaya pada aktivitas bermain terbagi menjadi dua yaitu bahaya perilaku tidak aman
(unsafe act) dan kondisi yang tidak aman (unsafe condition). Di setiap aktivitas bermain,
bahaya unsafe act ini lebih sering terjadi atau muncul dibandingkan dengan bahaya
unsafe condition.
3. Risiko yang ditimbulkan pada aktivitas bermain sejumlah 8 jenis risiko, yaitu risiko
terbentur, terjatuh, tergelincir, tergores, tabrakan, terkilir, tergesek, dan terjepit.
4. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh pihak TK Indria yaitu memberikan
matras/karpet karet (rubber mats) di bagian bawah exit papan seluncur perosotan dan di
bawah ayunan single swings, pengawasan oleh guru kelas saat siswa sedang bermain,
pembagian jadwal bermain, pemberitahuan aturan atau cara bermain yang benar kepada
siswa (saat awal masuk tahun ajaran baru dan kadang-kadang sebelum aktivitas bermain
dimulai), membuat cerita dari pengalaman kejadian temannya yang luka karena jatuh
sehingga temannya yang lain jadi tahu bahaya dan akibatnya, dan tersedia sarana UKS
dan obat-obatan P3K di sekolah (betadine, trombopop, minyak kayu putih/minyak tawon,
dll).
5. Pada aktivitas bermain perosotan (slides):
Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko priority 3 pada Basic Risk
Level, Existing Risk Level, dan Predictive Risk Level. Berdasarkan standard Safety
Playground, alat permainan perosotan sudah sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B,
namun masih diperlukan perbaikan.
6. Pada aktivitas bermain panjatan setengah lingkaran (arch climber):
Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko priority 1 pada Basic Risk
Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk
Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan arch climber ini sudah
sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, namun masih diperlukan perbaikan.
7. Pada aktivitas bermain panjatan vertikal (vertical climber):
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 18
Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko priority 1 pada Basic Risk
Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk
Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan vertical climber ini tidak
sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, sehingga diperlukan perbaikan.
8. Pada aktivitas bermain panjatan bola dunia (dome/globe climber):
Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko priority 1 pada Basic Risk
Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk
Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan globe climber ini tidak
sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, sehingga diperlukan perbaikan.
9. Pada aktivitas bermain ayunana sendiri (single swings):
Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko Very High pada Basic Risk
Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk
Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan ayunan sendiri ini sudah
sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, namun masih diperlukan perbaikan.
10. Pada aktivitas bermain ayunan kelompok:
Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko Very High pada Basic Risk
Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk
Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan ayunan sendiri ini tidak
sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, sehingga diperlukan perbaikan.
SARAN
1. Untuk Pihak Sekolah TK Indria Beji, Depok (kepala sekolah, guru, dan staff)
a. Engineering Control (Pengendalian Teknik):
1. Menempelkan karpet karet yang tidak terlalu tebal pada alat permainan yang
berpotensi menimbulkan risiko terbentur, tergelincir, dan terjatuh. Misalnya
menempelkan karpet karet tersebut pada bagian pinggiran anak tangga
perosotan, anak tangga panjatan, bagian pinggiran dan ujung dudukan ayunan,
serta bagian pegangan ayunan.
2. Melapisi atau menutup bagian ujung atau pinggiran yang tajam dari alat
permainan, misalnya pada handrail platform perosotan yang karatan dan tajam,
bagian pinggiran papan seluncur perosotan yang retak dan patah, serta bagian
ujung dan pinggiran dudukan ayunan sendiri (single swings) dan ayunan
kelompok yang tajam. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak atau akibat
apabila siswa tergores bagian alat permainan yang tajam.
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 19
3. Melengkapi permukaan area bermain tepatnya di sekeliling zona alat permainan
dengan matras karet (rubber mats). Misalnya di sekeliling zona alat permainan
ayunan, perosotan, dan panjatan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak
apabila siswa jatuh di zona alat permainan.
b. Administrative Control (Pengendalian Administratif):
1. Memberikan safety sign, misalnya safety sign berupa kata-kata atau gambar
tentang cara menggunakan alat permainan yang benar, safety sign tentang alat
permainan yang sesuai dengan usia anak, misalnya safety sign bertuliskan
“Digunakan untuk anak usia 5-6 tahun” yang ditempelkan pada alat permainan
arch climber, dan memberikan safety sign, misalnya berupa kata-kata atau
gambar orang yang memegang handrail (pegangan) ketika naik tangga yang
ditempatkan pada alat permainan perosotan.
2. Memperketat pengawasan perilaku anak saat aktivitas bermain berlangsung.
3. Menambah pendamping atau guru yang mengawasi siswa ketika bermain,
misalnya satu kelas siswa bermain diawasi oleh dua orang guru. Hal ini
dilakukan agar aktivitas bermain yang dilakukan siswa dapat terpantau secara
keseluruhan dan pendamping atau guru tidak kewalahan saat mengawasi siswa
bermain.
4. Mengatur jumlah siswa yang diperbolehkan untuk menggunakan alat permainan
ayunan kelompok, misalnya apabila siswa yang menggunakan alat permainan ini
memiliki badan yang besar dan gemuk berarti alat permainan ini hanya boleh
digunakan untuk 2 orang siswa saja dan apabila siswa yang menggunakan alat
permainan ini memiliki badan yang kecil dan kurus berarti alat permainan ini
boleh digunakan untuk 3- 4 orang siswa saja.
5. Meningkatkan kerjasama antar guru terutama saat mengawasi siswa bermain.
6. Melakukan kegiatan inspeksi atau pengecekan dan merawat (maintenance) alat
permainan secara berkala dan teratur.
2. Untuk Pihak Orang Tua Siswa
a. Memberikan edukasi kepada anak tentang cara menggunakan alat permainan yang
benar di rumah.
b. Memberikan edukasi tentang bahaya dan risiko yang singkat, menarik, dan mudah
dipahami oleh anak-anak dengan menggunakan media informasi berupa gambar,
cerita, dll. di rumah.
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 20
c. Memberikan pemahaman kepada anak tentang dampak atau akibat jika berperilaku
tidak aman saat bermain dan juga memberikan alasannya sehingga anak akan lebih
mengerti.
KEPUSTAKAAN
1. Tinsworth, D. K., & McDonald, J. E. (April 2001). Special Study: Injuries and Deaths
Associated With Children's Playground Equipment. Washington, D.C.: U.S. Consumer
Product Safety Commission.
2. 70 Pencegahan Kecelakaan pada Anak. (n.d.). 30 Januari 2013.
http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/topik-kesehatan/70-pencegahan-kecelakaan-
pada-anak
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan.
4. Ball, D., Gill, T., & Spiegal, B. (2002). Managing Risk in Play Provision:
Implementation Guide. United Kingdom: Department for Children, Schools, and
Families.
5. Standards Australia/Standards New Zealand. (Desember 2005). Handbook Risk
Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360: 2004. Reissued. Sydney dan
Wellington: Author.
6. Kolluru, Rao V. et al. (1996). Risk Assessment and Management Handbook for
Environmental, Health, and Safety Professionals. New York: McGraw-Hill.
7. Kurniawidjaja, L. Meily. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press.
8. Ramli, Soehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3.
Cetakan Pertama. Jakarta: Dian Rakyat.
9. Health & Safety Executive (HSE). (2006). Five Steps to Risk Assessment. Leaflet INDG
163, revised. London: Author.
10. Occupational Safety and Health Administration (OSHA). (2002). Job Hazard Analysis.
Publication 3071, revised. U.S. Department of Labor.
11. Fine, William T. (1971). Mathematical Evaluation For Controlling Hazards. White Oak,
Maryland: Naval Ordnance Laboratory.
12. Educational Service District 112. (2000). School Playground Safety Guidelines. Amerika:
Author.
13. U.S. Consumer Product Safety Commission. (2010). Public Playground Safety
Handbook. Publication 325. Washington D.C.: Author.
Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013