IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

20
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Page 1 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA AKTIVITAS BERMAIN DI AREA BERMAIN OUTDOOR TAMAN KANAK-KANAK INDRIA, BEJI-DEPOK TAHUN 2013 Rachmi Tri Wardhani 1*) , Dadan Erwandi 2 1. Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru Depok 16424 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 *) E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini membahas risiko keselamatan pada aktivitas bermain di area bermain outdoor TK Indria, Beji-Depok Tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional yang bertujuan untuk menentukan tingkat risiko keselamatan pada aktivitas bermain terkait penggunaan alat-alat permainan di area bermain outdoor dengan menggunakan metode semi kuantitatif AS/NZS 4360:2004. Penelitian ini melakukan identifikasi bahaya dan risiko di setiap tahapan (task) aktivitas bermain dengan menggunakan metode JHA (Job Hazard Analysis) dan menganalisis nilai probability, exposure, dan consequences di setiap tahapan tersebut berdasarkan tabel semi kuantitatif W.T Fine J. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat risiko yang dimiliki pada setiap tahapan aktivitas bermain di area bermain outdoor meliputi level very high, priority 1, substantial, priority 3, dan acceptable. Kata kunci: Identifikasi dan analisis risiko keselamatan; AS/NZS 4360:2004; aktivitas bermain; area bermain outdoor sekolah ABSTRACT This research discussed the safety risk in playing activity at playgorund area Kindergarten Indria, Beji-Depok 2013. Design for this research was descriptive observational study that objective to determine the level of risk safety on playing activity related playing equipment at playground area using semi quantitative method AS/NZS 4360:2004. The research identified hazard and risk using JHA (Job Hazard Analysis) and analyze the score of probability, exposure, and consequences at each stage in playing activity based on semi quantitative table W.T. Fine J. Results of this research showed that the level of risk at each stage in playing activity at playground area includes very high level, priority 1, substantial, priority 3, and acceptable. Keywords: Identification and analysis of safety risk; AS/NZS 4360:2004; playing activity; school’s playground area Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Transcript of IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

Page 1: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  1    

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA AKTIVITAS BERMAIN DI AREA BERMAIN OUTDOOR

TAMAN KANAK-KANAK INDRIA, BEJI-DEPOK TAHUN 2013

Rachmi Tri Wardhani1*), Dadan Erwandi2

1. Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru Depok 16424

2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424

*) E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini membahas risiko keselamatan pada aktivitas bermain di area bermain outdoor TK Indria, Beji-Depok Tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional yang bertujuan untuk menentukan tingkat risiko keselamatan pada aktivitas bermain terkait penggunaan alat-alat permainan di area bermain outdoor dengan menggunakan metode semi kuantitatif AS/NZS 4360:2004. Penelitian ini melakukan identifikasi bahaya dan risiko di setiap tahapan (task) aktivitas bermain dengan menggunakan metode JHA (Job Hazard Analysis) dan menganalisis nilai probability, exposure, dan consequences di setiap tahapan tersebut berdasarkan tabel semi kuantitatif W.T Fine J. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat risiko yang dimiliki pada setiap tahapan aktivitas bermain di area bermain outdoor meliputi level very high, priority 1, substantial, priority 3, dan acceptable. Kata kunci: Identifikasi dan analisis risiko keselamatan; AS/NZS 4360:2004; aktivitas

bermain; area bermain outdoor sekolah

ABSTRACT

This research discussed the safety risk in playing activity at playgorund area Kindergarten Indria, Beji-Depok 2013. Design for this research was descriptive observational study that objective to determine the level of risk safety on playing activity related playing equipment at playground area using semi quantitative method AS/NZS 4360:2004. The research identified hazard and risk using JHA (Job Hazard Analysis) and analyze the score of probability, exposure, and consequences at each stage in playing activity based on semi quantitative table W.T. Fine J. Results of this research showed that the level of risk at each stage in playing activity at playground area includes very high level, priority 1, substantial, priority 3, and acceptable. Keywords: Identification and analysis of safety risk; AS/NZS 4360:2004; playing activity;

school’s playground area

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 2: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  2    

PENDAHULUAN

Keselamatan merupakan hak asasi yang dimiliki setiap individu dalam berbagai usia.

Selain itu, keselamatan termasuk aspek penting dalam pelaksanaan proses industri dan dalam

kegiatan sehari-hari individu maupun publik. Keselamatan proses industri dalam kegiatannya

telah diatur oleh perusahaan industri masing-masing dengan dibentuknya suatu divisi khusus

keselamatan dan kesehatan kerja yang umumnya dikenal dengan sebutan divisi HSE yang

pelaksanaannya diwajibkan oleh peraturan pemerintah sedangkan pelaksanaan aspek

keselamatan di berbagai macam aktivitas yang dilaksanakan individu maupun publik setiap

harinya (di luar proses industri) luput dari perhatian pemerintah.

Salah satu tempat yang paling sering dan ramai dikunjungi adalah taman bermain.

Taman bermain merupakan tempat bermain bagi anak-anak, tempat mengembangkan

kreativitas, serta sebagai tempat bersosialisasi bagi mereka namun di taman bermain pun

mereka dapat mengalami cedera/injuri akibat jatuh dari ketinggian, luka parah atau mungkin

sampai mengalami cedera yang lebih fatal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tinsworth dan McDonald pada November

1998 sampai Oktober 199 terkait kasus cedera/injuri pada anak, diketahui bahwa setiap tahun

di Amerika Serikat terdapat lebih dari 200.000 anak berusia di bawah 15 tahun dirawat di

bagian UGD rumah sakit akibat menderita cedera/injuri yang berhubungan dengan peralatan

bermain di area bermain (playground). Kasus cedera/injuri yang dialami yaitu berupa jatuh

dari ketinggian ketika sedang melakukan aktivitas bermain. Hasil penelitian tersebut

didapatkan bahwa 76% kejadian cedera/injuri yang berhubungan dengan peralatan bermain

terjadi di area bermain (playground) umum dengan proporsi kejadian sebesar 45% terjadi di

area bermain sekolah dan 31% terjadi di taman bermain umum, seperti area bermain restoran

cepat saji, area bermain tempat penitipan anak, dan area bermain apartemen.

Selain itu, dari penelitian tersebut juga didapatkan hasil bahwa kasus terjadinya

cedera/injuri pada anak di area bermain umum terkait dengan alat permainan seperti panjatan

(53%), ayunan (19%), perosotan (17%), jungkat-jungkit (3%), komidi putar (1%), dan alat

permainan lai seperti kotak pasir, Trapeze Bar, Ball Pits, serta Track rides (7%). Berdasarkan

penelitian tersebut, lebih dari sepertiga anak-anak mengalami cedera saat bermain diperparah

dengan patah tulang, luka dalam, gegar otak, dislokasi hingga amputasi[1].

Di Indonesia, angka kematian anak akibat kecelakaan darat tercatat 7,3% pada tahun

1992 dan merupakan salah satu dari lima penyebab kematian anak tertinggi. Dari data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, kasus kecelakaan darat pada anak salah satunya

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 3: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  3    

disebabkan oleh jatuh dari ketinggian di area bermain yaitu dengan persentase sebesar 19,2% [2].

Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disebut TK adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program

pendidikan bagi anak berusia 4 tahun sampai dengan 6 tahun[3]. Semua kegiatan belajar di TK

dikemas dalam bentuk belajar sambil bermain sehingga TK pada umumnya dilengkapi

dengan area bermain (playground) dengan berbagai macam jenis alat bermain. Setiap

lingkungan termasuk area bermain (playground) memiliki sumber bahaya, jika bahaya

tersebut tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan risiko kecelakaan. Semua

anak memiliki kebutuhan dan kecenderungan untuk mengambil risiko dalam hal

mengeksplorasi batasan-batasan, mencari pengalaman baru, dan mengembangkan kapasitas

mereka, dimulai dari usia mereka yang sangat muda dan dari awal mereka mempunyai

pengalaman bermain[4].

Pada observasi awalan yang dilakukan oleh penulis, didapatkan alat-alat permainan

tersebut banyak yang karatan, tidak mempunyai zona aman tersendiri, dan jarak antar alat

permainan tidak sesuai standar (karena keterbatasan luas area bermain). Selain itu, di TK

Indria ini pernah terjadi kasus cedera pada siswa yang menggunakan alat permainan di area

bermain outdoor. Kasus cedera yang pernah terjadi yaitu tahun 2008 dengan kejadian

sebanyak 3 kasus. Kasus tersebut berupa terbenturnya kepala siswa saat bermain panjatan

bola dunia berdampak memar di kepala, terjatuhnya siswa dari ayunan berdampak lecet-lecet,

dan terbenturnya hidung siswa ketika bermain ayunan berdampak memar di hidung. Dampak

tersebut mengalami peningkatan ke kategori yang lebih parah (serius) pada tahun 2011.

Dimana pada tahun 2011 terjadi 3 kasus cedera, yaitu terjatuh dari ayunan berdampak lecet-

lecet (luka ringan), terbentur dudukan ayunan yang mengenai mata berdampak memar (luka

cukup serius), dan terjatuh dari ayunan dengan kepala membentur permukaan area bermain

berdampak bocor di kepala dan perlu dilakukan penanganan medis di klinik dokter 24 jam

(luka serius).

Berdasarkan temuan tersebut, maka diperlukan suatu upaya manajemen risiko yang

diawali dengan melakukan identifikasi bahaya dan risiko keselamatan pada aktivitas bermain

terkait penggunaan alat-alat permainan di area bermain outdoor TK Indria Beji, Depok.

Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis tingkat risiko untuk mendapatkan upaya

atau tindakan pengendalian risiko yang tepat untuk diterapkan.

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 4: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  4    

TINJAUAN TEORITIS

Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah

dirumuskan dengan baik, mempunyai urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam

pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang dapat

ditimbulkan[5]. Selain itu, manajemen risiko juga dapat difenisikan sebagai suatu proses

evaluasi dan (jika diperlukan) mengendalikan sumber pajanan bahaya dan risiko[6].

Manajemen risiko K3 merupakan suatu sistem yang mencakup penilaian, pemantauan, dan

pengendalian risiko yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan berupa siklus

dari serangkaian kegiatan yaitu Antisipasi, Rekognisis, Evaluasi, dan Pengendalian (AREP).

Tahap-tahap tersebut merupakan kegiatan penilaian risiko[7]. Proses manajemen risiko

mencakup 7 elemen yang terdiri dari komunikasi dan konsultasi, menentukan ruang lingkup

(context), identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, serta

pemantauan dan peninjauan ulang[5].

Identifikasi Risiko

Identifikasi bahaya dan risiko adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya

potensi bahaya dan risiko yang ada di lingkungan kerja. Sumber bahaya dapat berasal dari

unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, proses serta sistem dan prosedur[8]. Bahaya

dan risiko yang berada di lingkungan kerja dapat diketahui dengan berbagai cara seperti

mengelilingi tempat kerja bersamaan dengan melihat hal apa saja yang berpotensi

menimbulkan kerusakan, mewawancarai pekerja, memeriksa instruksi atau prosedur

perusahaan, melihat atau memeriksa kembali laporan kecelakaan dan catatan kesehatan

pekerja, dan menghubungi dinas tenaga kerja atau dinas terkait keselamatan dan kesehatan

kerja di daerah setempat[9].

Metode aktif merupakan metode terbaik untuk mengidentifikasi bahaya yaitu dengan

cara mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang

merugikan. Salah satu contoh metode ini yaitu JHA (Job Hazard Analysis). JHA yaitu metode

yang berfokus pada tahapan pekerjaan untuk mengidentifikasi bahaya sebelum bahaya

tersebut terjadi. Metode ini fokus pada hubungan antara pekerja, tahapan pekerjaan, peralatan

kerja yang digunakan, dan lingkungan kerja. Setelah diketahui bahaya-bahaya yang terdapat

pada tahapan pekerjaan kemudian dilakukan langkah untuk menghilangkan atau mengurangi

risiko bahaya tersebut sampai pada tingkat yang dapat diterima[10].

Analisis Risiko

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 5: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  5    

Analisis risiko merupakan suatu proses sistematis untuk menentukan besarnya suatu

tingkat risiko yang merupakan kombinasi dari probability dan consequences. Salah satu

metode analisis risiko yang dapat digunakan, yaitu metode semi kuantitatif. Metode ini dapat

digunakan jika data-data yang tersedia lebih lengkap dan kondisi operasi atau proses lebih

kompleks[8]. Risiko ditentukan berdasarkan nilai kriteria probability, exposure, dan

consequences. Formula dari risiko didapatkan dengan mengalikan ketiga nilai tersebut. Hasil

dari perkalian ketiga nilai tersebut akan menghasilkan tingkat risiko (level of risk)[11].

Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko dilakukan berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian

risiko dengan memberikan pedoman pengendalian risiko spesifik untuk bahaya K3 menurut

hirarki sebagai berikut[8]:

1. Eliminasi, risiko dapat dihindarkan dengan menghilangkan sumbernya.

2. Substitusi, risiko dapat dihilangkan dengan mengganti bahan, alat atau cara kerja

dengan yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.

3. Pengendalian teknis (Engineering Control), memberi penghalang (barrier) pada

sumber bahaya dan mengendalikan jarak antara sumber bahaya dengan penerima.

4. Pengendalian administratif (Administratif Control), mengurangi kontak antara

penerima dengan sumber bahaya melalui pengendalian proses kerja dan pengaturan

waktu kerja.

5. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment), membatasi jumlah pemajanan

bahaya oleh penerima dengan menggunakan alat pelindung diri berupa helmet, gas

masker, dll yang disesuaikan dengan proses kerja.

Keselamatan Area Bermain (Playground)

Pada dasarnya keselamatan di area bermain (playground) untuk mencegah terjadinya

kecelakaan dan cedera pada siswa Taman Kanak-kanak (TK) membutuhkan pemilihan,

penempatan, dan pemeliharaan alat permainan serta pengawasan yang efektif dapat mencegah

kecelakaan dan mengurangi tingkat keparahan atau dampak dari cedera yang dialami oleh

siswa TK. Terdapat 4 komponen yang dapat menunjang keselamatan di area bermain

(playground) suatu TK, yaitu pengawasan area bermain, peraturan di area bermain, alat

permainan dan kondisi permukaan di area bermain, dan inspeksi serta perawatan berkala area

bermain[12].

Salah satu tugas penting bagi guru atau pendamping siswa di sekolah yaitu

pengawasan di area bermain sekolah saat siswa sedang melakukan aktivitas bermain.

Pengawasan area bermain yang memadai memiliki 4 komponen, yaitu:

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 6: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  6    

a. Kehadiran dan perhatian dari pengawas. Pengawas harus selalu ada di area bermain

atau minimal selalu berada dalam jarak pandang yang aman untuk dapat mengawasi

seluruh kegiatan bermain anak[12]. Pengawas harus memahami dasar-dasar

keselamatan area bermain, seperti:

• Memeriksa alat permainan yang rusak dan memastikan siswa tidak memainkan alat

permainan tersebut.

• Memeriksa dan memelihara permukaan (surfacing) area bermain.

• Memastikan siswa menggunakan alas kaki seperti sepatu ketika sedang melakukan

aktivitas bermain[13].

b. Pengawas harus dapat mengendalikan perilaku anak dan bahaya-bahaya yang terdapat

di area bermain.

c. Pengawas harus dapat memprioritaskan area maupun alat permainan apa yang

memiliki risiko tinggi terjadinya kecelakaan.

d. Pengawas mampu memberikan respon yang cepat dan tepat dalam keadaan darurat

(emergency) sehingga dapat mengurangi potensi cedera pada siswa dan kerusakan

pada alat permainan maupun pada area bermain.

Peraturan di area bermain perlu dipublikasikan dalam bentuk tulisan maupun lisan

kepada siswa sebelum melakukan aktivitas bermain. Publikasi dalam bentuk tulisan maupun

lisan harus dibuat dalam bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan dalam bentuk aturan

yang positif. Peraturan di area bermain ini mempunyai tujuan yaitu memberikan pedoman

pada siswa untuk berperilaku aman selama bermain sehingga dapat mencegah terjadinya

cedera atau kecelakaan pada siswa[12]. Peraturan di area bermain dapat berupa:

a. Instruksi mengenai bagaimana cara menggunakan alat permainan sesuai dengan

fungsinya.

b. Instruksi mengenai bagaimana cara bermain yang aman.

c. Petunjuk mengenai alat permainan yang sesuai dengan karakteristik usia siswa[13].

Alat permainan dan kondisi permukaan (surfacing) area bermain merupakan hal yang

perlu diperhatikan dalam upaya mengimplementasikan keselamatan di area bermain.

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi terkait keamanan sebuah area bermain, yaitu sebagai

berikut[13]:

a. General Hazards dari area bermain

Merupakan potensi bahaya umum yang terdapat di area bermain, seperti benda atau

pecahan kaca di area bermain, batu besar, lubang, tali atau kawat, bagian sudut atau

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 7: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  7    

pinggir area bermain yang tajam, dll. Bahaya-bahaya tersebut dapat menyebabkan

anak tersandung atau terluka.

b. Playground Surfacing (Kondisi permukaan area bermain)

Kondisi permukaan area bermain di bawah dan di sekitar peralatan bermain yang baik

dan aman yaitu harus cukup datar untuk anak[12]. Bahan permukaan area bermain yang

dapat digunakan di area bermain sekolah dibagi menjadi 2 yaitu Unitary surfacing

materials dan Loose-fill surfacing materials. Bahan permukaan area bermain yang

tidak aman berupa permukaan yang keras seperti aspal, beton, tanah, dan bahan keras

lainnya[13].

c. Age Appropriate Equipment Design (Pemilihan alat permainan sesuai dengan

karakteristik usia)

Pemilihan alat permainan harus mempertimbangkan karakteristik usia dari

penggunanya. Alat permainan yang sesuai dengan karakteristik anak usia 4-5 tahun

(TK Kelompok A) antara lain permainan tangga/panjatan dengan tinggi ≤ 152,4 cm,

perosotan, dan ayunan dengan ikat pinggang penuh. Alat permainan yang sesuai

dengan karakteristik anak usia 5-6 tahun (TK Kelompok B) antara lain panjatan

setengah lingkaran (arch climber), panjatan bola dunia, perosotan, ayunan dengan ikat

pinggang penuh maupun ayunan ban, jungkat-jungkit, dan komidi putar[13].

d. Playground Equipment Specification (Spesifikasi standar dari setiap alat permainan

dan zona aman alat permainan)[13]

1. Permainan panjatan/tangga

Panjatan/tangga memiliki jenis yang berbeda-beda, yaitu arch climber (panjatan

berbentuk setengah lingkaran), dome climber (panjatan berbentuk bola dunia),

flexible climber (panjatan yang menggunakan bahan tali), overhead horizontal

ladders (panjatan berbentuk horizontal) dan masih banyak lagi. Jenis

panjatan/tangga yang paling sederhana adalah overhead horizontal ladders.

Maksimum ketinggian jatuh (fall height) yang diperbolehkan untuk anak usia

prasekolah yaitu 60 inch dengan jarak antar kerangka panjat (vertical rise rung

ladders) ≤ 12 inch. Permainan ini membutuhkan zona aman yaitu minimal 6 feet

dari setiap sisinya.

2. Perosotan

Perosotan memiliki cukup banyak spesifikasi standar. Hal ini disebabkan karena

perosotan merupakan kombinasi dari beberapa struktur permainan, seperti tangga,

platform, dan slide chute atau papan untuk meluncur. Material yang digunakan

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 8: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  8    

untuk membuat perosotan, hindari material yang terbuat dari metal. Spesifikasi

perosotan yaitu ukuran fall height sama dengan ukuran tinggi platform dari

permukaan area bermain, untuk anak usia prasekolah tidak boleh melebihi 32 inch

dan dikelilingi oleh pagar/pengaman. Selain itu platform bentuknya harus datar dan

terdapat handrails untuk memfasilitasi anak dalam keadaan transisi dari posisi

berdiri ke duduk. Zona aman untuk perosotan yaitu 6 feet dari area mendarat (slide

exit zone).

3. Ayunan

Ayunan memiliki 2 tipe, yaitu ayunan single axis dan ayunan multi axis (biasanya

ayunannya menggunakan ban). Dudukan ayunan haruslah cukup kuat dan pengait

tali/rantai ayunan dengan dengan dudukan harus terkunci rapat agar pakaian anak

tidak tersangkut. Ketinggian jatuh (fall height) pada ayunan yaitu jarak vertikal dari

bagian axis/poros sampai ke permukaan area bermain. Zona aman pada ayunan

yaitu minimal 6 feet dari sisi samping ayunan dan zona aman untuk sisi depan serta

belakang ayunan dapat diperpanjang sehingga zona amannya lebih dari 6 feet.

Inspeksi atau pengecekan secara berkala bertujuan untuk mengecek secara rutin

apakah ada bahaya baru yang timbul di area bermain dimana bahaya baru ini dapat

diakibatkan oleh alat permainan yang ada di area bermain. Berdasarkan hasil inspeksi

kemudian dapat dilakukan upaya lebih lanjut yaitu upaya perawatan (maintenance) terhadap

alat permainan yang ada dan penggantian alat permainan jika terdapat alat permainan yang

sudah tidak layak pakai. Frekuensi inspeksi atau pengecekan pada alat permainan di setiap

daerah atau negara berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor seperti kondisi dan usia dari

alat permainan, frekuensi pemakaian alat permainan, dan iklim lokal daerah atau negara

setempat[12].

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan menggunakan pendekatan

semi kuantitatif untuk mengetahui atau mengestimasi tingkat risiko keselamatan pada

aktivitas bermain di area bermain Taman Kanak-Kanak Indria Beji, Depok. Identifikasi

bahaya dan risiko dilakukan dengan menggunakan metode JHA. Setelah itu, dilakukan

analisis risiko dengan menggunakan metode semi kuantitatif berdasarkan standar AS/NZS

4360:2004 tentang Risk Management dengan cara menentukan nilai probability, exposure,

dan consequences, nilai-nilai tersebut kemudian dihitung untuk mendapatkan tingkat risiko

(level of risk) pada setiap aktivitas bermain yang dilakukan siswa TK Indria Beji, Depok.

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 9: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  9    

Hasil penelitian berupa identifikasi bahaya dan risiko keselamatan serta hasil analisis tingkat

risiko keselamatan dijabarkan dalam bentuk tabel sedangkan untuk pembahasannya akan

dijabarkan dalam bentuk narasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara, lembar

JHA, kamera, tabel nilai probability, exposure, consequences, serta tingkat risiko (level of

risk) W.T. Fine J., dan formula perhitungan risiko dari perangkat lunak (Microsoft Excel).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Risiko Alat Permainan Berdasarkan Analisis Risiko AS/NZS 4360:2004 dan

Perbandingan antara Ukuran Alat Permainan, Ukuran Tinggi dan Berat Badan Siswa

TK Indria, serta Standard Safety Playground (CPSC)

1. Alat Permainan Perosotan (Slides)

Tingkat risiko pada alat permainan perosotan (slides) berdasarkan hasil analisis

risiko[5], secara umum memiliki tingkat risiko Priority 3 baik pada Basic Risk Level, Existing

Risk Level, maupun Predictive Risk Level. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar bahaya dan

risiko keselamatan yang terjadi pada alat permainan ini yaitu cukup sering (likely), namun

menimbulkan dampak berupa lecet-lecet ringan dan menyebabkan kehilangan waktu belajar

yang diperkirakan kurang dari 1 jam (noticeable) sampai menimbulkan dampak luka yang

cukup serius sehingga perlu ditangani dengan pemberian obat-obatan P3K di sekolah dan

menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan satu jam sampai satu hari

(important).

Ukuran perosotan yang sesuai dengan usia TK Kelompok A dan Kelompok B, yaitu

ukuran panjang papan seluncur dari bagian awal sampai bagian exit papan seluncur sebesar ≥

12 inch (≥ 30,48 cm) dan jarak antar anak tangga perosotan sebsar ≤ 9 inch (≤ 22,86 cm)[13].

Pada alat permainan perosotan di TK Indria didapatkan ukuran tinggi perosotan yaitu 134 cm,

panjang papan seluncur dari bagian awal sampai bagian exit papan seluncur yaitu 179 cm, dan

jarak antar anak tangga perosotan yaitu 28,3 cm. Selain itu, ukuran rata-rata siswa sebagai

pengguna (user) alat permainan yaitu rata-rata tinggi badan sebesar 109 cm (siswa TK

Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK Kelompok B). Rata-rata berat badan siswa sebesar 17 kg

(siswa TK Kelompok A) dan 20 kg (siswa TK Kelompok B). Dari perbandingan antara

ukuran standard Safety Playground[13], ukuran perosotan, dan ukuran rata-rata tinggi serta

berat badan siswa TK Indria didapatkan bahwa alat permainan perosotan ini tidak berbahaya

bagi para siswa karena alat permainan ini tidak terlalu tinggi dan papan seluncurnya landai.

Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety

Playground[13], ukuran perosotan, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa sebagai

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 10: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  10    

pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat permainan perosotan di TK

Indria sudah sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A dan Kelompok B. Namun, masih

diperlukan adanya perbaikan pada tangga perosotan.

2. Alat Permainan Panjatan Setengah Lingkaran (Arch Climber)

Tingkat risiko pada alat permainan panjatan setengah lingkaran (arch climber)

berdasarkan hasil analisis risiko[5] memiliki tingkat risiko Priority 1 pada Basic Risk Level

dan memiliki tingkat risiko Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal

ini disebabkan oleh sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat

permainan ini yaitu cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang cukup

serius (important) sehingga perlu ditangani dengan pemberian obat-obatan P3K di sekolah

dan menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan satu jam sampai satu hari.

Namun, setelah dilakukan pengendalian risiko yang sudah ada di sekolah dan diberikan

rekomendasi pengendalian risiko oleh penulis, tingkat risiko dapat turun menjadi priority 3

yang artinya perlu dipertahankan pengendalian yang sudah ada di sekolah dan diberikan

pengawasan secara berkesinambungan.

Ukuran panjatan setengah lingkaran (arch climber) yang sesuai dengan usia TK

Kelompok A dan Kelompok B, yaitu ukuran tinggi panjatan sebesar ≤ 60 inch (≤ 152,4 cm),

jarak antar anak tangga arch climber (vertical rises) sebesar ≤ 12 inch (≤ 30,48 cm) dan

diameter anak tangga sebesar 0,95-1,55 inch (2,41-3,94 cm) [13]. Pada alat permainan panjatan

setengah lingkaran (arch climber) di TK Indria didapatkan ukuran tingginya yaitu 144 cm,

jarak antar anak tangga arch climber (vertical rises) yaitu 27,8 cm, dan diameter anak

tangganya yaitu 3,66 cm. Selain itu, ukuran rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat

permainan yaitu rata-rata tinggi badan sebesar 109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm

(siswa TK Kelompok B). Rata-rata berat badan siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A)

dan 20 kg (siswa TK Kelompok B). Dari perbandingan antara ukuran standard Safety

Playground[13], ukuran panjatan setengah lingkaran, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat

badan siswa TK Indria didapatkan bahwa alat permainan panjatan setengah lingkaran ini

tidak berbahaya bagi para siswa karena alat permainan tidak terlalu tinggi (masih di bawah

standard) serta siswa masih mudah untuk melangkah dan menggenggam di tiap anak

tangganya.

Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety

Playground[13], ukuran panjatan setengah lingkaran (arch climber), dan ukuran rata-rata tinggi

serta berat badan siswa sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat

permainan panjatan setengah lingkaran di TK Indria sudah sesuai untuk usia siswa TK

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 11: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  11    

Kelompok A dan Kelompok B. Namun, masih diperlukan adanya perbaikan pada alat

permainan ini.

3. Alat Permainan Panjatan Vertikal (Vertical Climber)

Tingkat risiko pada alat permainan panjatan vertikal (vertical climber) berdasarkan

hasil analisis risiko[5] memiliki tingkat risiko Priority 1 pada Basic Risk Level dan memiliki

tingkat risiko Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal ini

disebabkan oleh sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat

permainan ini yaitu cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang cukup

serius (important) seperti memar, benjol sehingga perlu ditangani dengan pemberian obat-

obatan P3K di sekolah dan menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan satu

jam sampai satu hari. Namun, setelah dilakukan pengendalian risiko yang sudah ada di

sekolah dan diberikan rekomendasi pengendalian risiko oleh penulis, tingkat risiko dapat

turun menjadi priority 3 yang artinya perlu dipertahankan pengendalian yang sudah ada di

sekolah dan diberikan pengawasan secara berkesinambungan.

Ukuran panjatan vertikal (vertical climber) yang sesuai dengan usia TK Kelompok A

dan Kelompok B, yaitu ukuran tinggi panjatan sebesar ≤ 60 inch (≤ 152,4 cm), jarak antar

anak tangga vertical climber (vertical rises) sebesar ≤ 12 inch (≤ 30,48 cm) dan diameter anak

tangga sebesar 0,95-1,55 inch (2,41-3,94 cm)[13]. Pada alat permainan panjatan vertikal

(vertical climber) di TK Indria didapatkan ukuran tingginya yaitu 247 cm, jarak antar anak

tangga vertical climber (vertical rises) yaitu 27 cm, dan diameter anak tangganya yaitu 3,66

cm. Selain itu, ukuran rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat permainan yaitu rata-rata

tinggi badan sebesar 109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK Kelompok B).

Rata-rata berat badan siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A) dan 20 kg (siswa TK

Kelompok B). Dari perbandingan antara ukuran standard Safety Playground[13], ukuran

panjatan vertikal, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa TK Indria didapatkan

bahwa alat permainan panjatan vertikal ini cukup berbahaya bagi para siswa karena alat

permainan mempunyai ukuran tinggi yang melebihi standard.

Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety

Playground[13], ukuran panjatan vertikal (vertical climber), dan ukuran rata-rata tinggi serta

berat badan siswa sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat

permainan panjatan vertikal di TK Indria tidak sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A dan

TK Kelompok B. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan pada alat permainan ini.

4. Alat Permainan Panjatan Bola Dunia (Dome/Globe Climber)

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 12: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  12    

Tingkat risiko pada alat permainan panjatan bola dunia (dome/globe climber)

berdasarkan hasil analisis risiko[5]memiliki tingkat risiko Priority 1 pada Basic Risk Level dan

memiliki tingkat risiko Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal ini

disebabkan oleh sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat

permainan ini yaitu cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang cukup

serius (important) seperti memar, benjol sehingga perlu ditangani dengan pemberian obat-

obatan P3K di sekolah dan menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan satu

jam sampai satu hari. Selain itu, pernah terjadi kasus siswa terbentur panjatan bola dunia yang

mengakibatkan sobek di kepala (serious) tetapi kemungkinan terjadinya risiko tersebut yaitu

tidak biasa terjadi namun mungkin saja terjadi (unusual but posiible). Setelah dilakukan

pengendalian risiko yang sudah ada di sekolah dan diberikan rekomendasi pengendalian

risiko oleh penulis, tingkat risiko dapat turun menjadi priority 3 yang artinya perlu

dipertahankan pengendalian yang sudah ada di sekolah dan diberikan pengawasan secara

berkesinambungan.

Ukuran panjatan bola dunia (dome/globe climber) yang sesuai dengan usia TK

Kelompok A dan Kelompok B, yaitu ukuran tinggi panjatan sebesar ≤ 60 inch (≤ 152,4 cm),

jarak antar anak tangga globe climber (vertical rises) sebesar ≤ 12 inch (≤ 30,48 cm) dan

diameter anak tangga sebesar 0,95-1,55 inch (2,41-3,94 cm) [13]. Pada alat permainan panjatan

bola dunia (dome/globe climber) di TK Indria didapatkan ukuran tingginya yaitu 174 cm,

jarak antar anak tangga globe climber (vertical rises) yaitu 26 cm, dan diameter anak

tangganya yaitu 3,06 cm. Selain itu, rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat permainan

yaitu rata-rata tinggi badan sebesar 109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK

Kelompok B). Rata-rata berat badan siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A) dan 20 kg

(siswa TK Kelompok B). Dari perbandingan antara ukuran standard Safety Playground[13],

ukuran panjatan vertikal, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa TK Indria

didapatkan bahwa alat permainan panjatan bola dunia ini cukup berbahaya bagi para siswa

karena alat permainan mempunyai ukuran tinggi yang melebihi standard.

Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety

Playground[13], ukuran panjatan bola dunia (dome/globe climber), dan ukuran rata-rata tinggi

serta berat badan siswa sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat

permainan panjatan vertikal di TK Indria tidak sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A dan

TK Kelompok B. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan pada alat permainan ini.

5. Alat Permainan Ayunan Sendiri (Single Swings)

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 13: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  13    

Tingkat risiko pada alat permainan ayunan sendiri (single swings) berdasarkan hasil

analisis risiko[5] memiliki tingkat risiko Very High pada Basic Risk Level dan memiliki tingkat

risiko Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal ini disebabkan oleh

sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat permainan ini yaitu

cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang serius seperti sobek di

kepala akibat jatuh dari ayunan, gigi patah akibat terbentur dudukan ayunan, dan memar di

hidung akibat terbentur dudukan ayunan sehingga memerlukan penanganan medis yang

dilakukan oleh dokter, dan menyebabkan kehilangan waktu belajar yang diperkirakan 2-3 hari

atau lebih (serious). Setelah dilakukan pengendalian risiko yang sudah ada di sekolah dan

diberikan rekomendasi pengendalian risiko oleh penulis, tingkat risiko dapat turun menjadi

priority 3 yang artinya perlu dipertahankan pengendalian yang sudah ada di sekolah dan

diberikan pengawasan secara berkesinambungan.

Ukuran ayunan sendiri (single swings) yang sesuai dengan usia TK Kelompok A dan

Kelompok B, yaitu ukuran jarak antara dudukan ayunan dengan permukaan area bermain

sebesar minimal 12 inch (maksimal 30,48 cm) dan ketinggian jatuh (fall height) yaitu

maksimal 60 inch (maksimal 152,4 cm)[13]. Terdapat dua buah ayunan single swings yang

berbeda ukurannya yaitu single swings besar dan single swings kecil. Pada single swings besar

didapatkan ukuran tingginya yaitu 213,6 cm, ketinggian jatuhnya (fall height) yaitu 120,5 cm,

dan jarak antara dudukan ayunan dengan permukaan area bermain yaitu 27,4 cm. Pada single

swings kecil didapatkan ukuran tingginya yaitu 147 cm, ketinggian jatuhnya (fall height) yaitu

83 cm, dan jarak antara dudukan ayunan dengan permukaan area bermain yaitu 19 cm. Selain

itu, rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat permainan yaitu rata-rata tinggi badan sebesar

109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK Kelompok B). Rata-rata berat badan

siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A) dan 20 kg (siswa TK Kelompok B). Dari

perbandingan antara ukuran standard Safety Playground[13], ukuran ayunan sendiri (single

swings), dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa TK Indria didapatkan bahwa alat

permainan ayunan sendiri (single swings) ini tidak berbahaya bagi para siswa karena ukuran

fall height dan jarak antara dudukan ayunan ke permukaan area bermain baik pada ayunan

kecil maupun besar berada pada ukuran di bawah standard dan masih dapat dijangkau oleh

siswa.

Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety

Playground[13], ukuran ayunan sendiri (single swings), dan ukuran rata-rata tinggi serta berat

badan siswa sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat permainan

ayunan sendiri (single swings) di TK Indria sudah sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 14: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  14    

dan TK Kelompok B. Namun, masih diperlukan adanya perbaikan pada alat permainan

ini.

6. Alat Permainan Ayunan Kelompok

Tingkat risiko pada alat permainan ayunan kelompok berdasarkan hasil analisis

risiko[5] memiliki tingkat risiko Very High pada Basic Risk Level dan memiliki tingkat risiko

Priority 3 pada Existing Risk Level dan Predictive Risk Level. Hal ini disebabkan oleh

sebagian besar bahaya dan risiko keselamatan yang terjadi pada alat permainan ini yaitu

cukup sering (likely) dan menimbulkan dampak berupa luka yang serius seperti memar di

kepala akibat terbentur atau tabrakan dengan ayunan yang sedang berayun sehingga

memerlukan penanganan medis yang dilakukan oleh dokter, dan menyebabkan kehilangan

waktu belajar yang diperkirakan 2-3 hari atau lebih (serious). Setelah dilakukan pengendalian

risiko yang sudah ada di sekolah dan diberikan rekomendasi pengendalian risiko oleh penulis,

tingkat risiko dapat turun menjadi priority 3 yang artinya perlu dipertahankan pengendalian

yang sudah ada di sekolah dan diberikan pengawasan secara berkesinambungan.

Tidak terdapat ukuran standard untuk alat permainan ayunan kelompok. Hal ini

disebabkan oleh ayunan kelompok tidak direkomendasikan untuk digunakan karena ayunan

kelompok digunakan oleh 2 orang siswa atau lebih yang apabila berat badan siswa

dijumlahkan akan memiliki beban berat yang lebih besar dibandingkan dengan ayunan sendiri

(single swings) sehingga dapat menimbulkan dampak yang lebih besar pula[13]. Pada alat

permainan ayunan kelompok ditemukan bahwa ukuran tingginya yaitu ± 140 cm. Selain itu,

rata-rata siswa sebagai pengguna (user) alat permainan yaitu rata-rata tinggi badan sebesar

109 cm (siswa TK Kelompok A) dan 112 cm (siswa TK Kelompok B). Rata-rata berat badan

siswa sebesar 17 kg (siswa TK Kelompok A) dan 20 kg (siswa TK Kelompok B). Dari

perbandingan antara ukuran standard Safety Playground[13], ukuran ayunan kelompok, dan

ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa TK Indria didapatkan bahwa alat permainan

ayunan kelompok ini berbahaya bagi para siswa karena apabila ayunan kelompok ini dipakai

oleh 2 orang siswa atau lebih akan menimbulkan dampak yang lebih parah dan menimbulkan

korban yang lebih banyak dibandingkan dengan ayunan sendiri (single swings).

Dari hasil analisis tingkat risiko[5] dan perbandingan antara ukuran standard Safety

Playground[13], ukuran ayunan kelompok, dan ukuran rata-rata tinggi serta berat badan siswa

sebagai pengguna alat permainan (user) dapat disimpulkan bahwa alat permainan ayunan

kelompok di TK Indria tidak sesuai untuk usia siswa TK Kelompok A dan TK Kelompok B.

Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan pada alat permainan ini.

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 15: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  15    

Bahaya Keselamatan pada Aktivitas Bermain di TK Indria

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa jenis bahaya yang paling banyak

berkontribusi menimbulkan risiko keselamatan pada aktivitas bermain yaitu terdapat pada

bahaya unsafe act. Unsafe act ini berasal dari perilaku siswa yang tidak aman atau tidak benar

dalam menggunakan alat-alat permainannya, antara lain bercanda saat naik tangga perosotan,

rebutan ketika naik tangga perosotan, tidak berpegangan pada handrail, berlari di depan atau

belakang ayunan yang sedang berayun, berdiri saat menggunakan ayunan untuk berayun,

duduk atau berdiri di atas panjatan, dll. Unsafe condition berasal dari kondisi lingkungan

tempat bermain yang tidak aman, antara lain terdapat beberapa bagian dari alat perminan yang

karatan, patah atau retak, permukaan area bermain yang keras dan kasar karena terbuat dari

bata blok, bagian pinggiran dan ujung alat permainan tajam, dll.

Pada aktivitas bermain, anak-anak melakukannya secara spontan dan tanpa ada

paksaan. Dalam melakukan kegiatan bermain, anak-anak lebih menyukai untuk melakukan

hal-hal baru seperti bereksperimen dengan memadukan berbagai perilaku baru dan tidak biasa

mereka lakukan. Kegiatan bermain ini menjadi sarana bagi mereka untuk mengembangkan

kemampuan mereka dan memungkinkan mereka untuk bereksplorasi terhadap berbagai

kemungkinan yang ada. Oleh karena itu, anak-anak usia prasekolah dan masa pendidikan

awal (4-6 tahun) memiliki kebutuhan dan kecenderungan untuk mengambil risiko dalam hal

mengeksplorasi batasan-batasan, mencari pengalaman baru, dan mengembangkan kapasitas

mereka.

Dari ciri-ciri anak usia prasekolah, kebutuhan serta kecenderungan mereka untuk

mengeksplorasi batasan, mencari pengalaman baru, dan mengembangkan kapasitas dapat

disimpulkan bahwa anak usia prasekolah memiliki rasa ingin tahu yang besar dan senang

0  1  2  3  4  5  6  7  

7  6  

4  5  

7  

5  

Jumlah  Jenis  Bahaya  Keselamatan  pada  Ak4vitas  Bermain  

Unsafe  Act  

Unsafe  Condi7on  

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 16: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  16    

melakukan perilaku yang tidak biasa mereka lakukan tanpa mempertimbangkan baik atau

buruknya hal tersebut sehingga muncul perilaku-perilaku tidak aman (unsafe act) yang

dilakukan oleh mereka, khususnya pada saat mereka bermain. Apabila unsafe act ini

dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi suatu rutinitas atau kebiasaan yang mereka

lakukan setiap hari. Oleh karena itu, peran guru dan orang tua sangat diperlukan dalam hal ini.

Pihak guru dan orang tua harus melakukan pengawasan, memberikan nasihat, memberikan

edukasi sejak dini tentang perilaku yang aman dan benar saat mereka melakukan aktivitas

bermain, dan memberikan contoh yang benar sehingga mereka menjadi paham mengenai

bahaya dan dampak yang akan terjadi, terbiasa berperilaku aman sejak kecil, dan dapat

mengembangkan kemampuan mereka tanpa harus mengalami cedera atau kecelakaan saat

bermain.

Risiko Keselamatan pada Aktivitas Bermain di TK Indria

Dari gambar di atas menunjukkan jenis dan jumlah risiko yang muncul akibat bahaya

unsafe act dan unsafe condition yang telah dijelaskan sebelumnya. Jenis risiko yang muncul

pada setiap aktivitas bermain, yaitu terbentur, terjatuh, tergelincir, tergores, tabrakan, terkilir,

tergesek, dan terjepit. Jumlah risiko yang muncul pada setiap aktivitas bermain berbeda-beda.

Pada aktivitas bermain perosotan (slides) jenis risiko yang paling banyak muncul yaitu risiko

tergelincir dengan jumlah 5 kasus. Pada aktivitas arch climber yang paling banyak muncul

yaitu risiko terbentur dengan jumlah 6 kasus. Aktivitas vertical climber paling banyak muncul

yaitu risiko terbentur, terjatuh, dan tergelincir dengan jumlah kasus masing-masing yaitu 3.

Aktivitas dome/globe climber paling banyak muncul yaitu risiko terbentur dengan jumlah

kasus yaitu 5. Pada aktivitas single swings yang paling banyak muncul yaitu risiko terbentur

0  5  

10  

Jumlah  Risiko  Keselamatan  pada  Ak4vitas  Bermain  

Slides   Arch  Climber   Ver7cal  Climber  Dome/Globe  Climber   Single  Swings   Ayunan  Kelompok  

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 17: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  17    

dan terjatuh dengan jumlah 5 kasus dan jenis risiko pada aktivitas ayunan kelompok yang

paling banyak muncul yaitu terbentur dengan jumlah 5 kasus.

SIMPULAN

1. Aktivitas bermain yang dilakukan di area bermain outdoor TK Indria Beji, Depok yaitu

bermain perosotan (slides), panjatan bentuk setengah lingkaran (arch climber), panjatan

vertikal (vertical climber), panjatan bola dunia (dome/globe climber), ayunan sendiri

(single swings), dan ayunan kelompok.

2. Bahaya pada aktivitas bermain terbagi menjadi dua yaitu bahaya perilaku tidak aman

(unsafe act) dan kondisi yang tidak aman (unsafe condition). Di setiap aktivitas bermain,

bahaya unsafe act ini lebih sering terjadi atau muncul dibandingkan dengan bahaya

unsafe condition.

3. Risiko yang ditimbulkan pada aktivitas bermain sejumlah 8 jenis risiko, yaitu risiko

terbentur, terjatuh, tergelincir, tergores, tabrakan, terkilir, tergesek, dan terjepit.

4. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh pihak TK Indria yaitu memberikan

matras/karpet karet (rubber mats) di bagian bawah exit papan seluncur perosotan dan di

bawah ayunan single swings, pengawasan oleh guru kelas saat siswa sedang bermain,

pembagian jadwal bermain, pemberitahuan aturan atau cara bermain yang benar kepada

siswa (saat awal masuk tahun ajaran baru dan kadang-kadang sebelum aktivitas bermain

dimulai), membuat cerita dari pengalaman kejadian temannya yang luka karena jatuh

sehingga temannya yang lain jadi tahu bahaya dan akibatnya, dan tersedia sarana UKS

dan obat-obatan P3K di sekolah (betadine, trombopop, minyak kayu putih/minyak tawon,

dll).

5. Pada aktivitas bermain perosotan (slides):

Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko priority 3 pada Basic Risk

Level, Existing Risk Level, dan Predictive Risk Level. Berdasarkan standard Safety

Playground, alat permainan perosotan sudah sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B,

namun masih diperlukan perbaikan.

6. Pada aktivitas bermain panjatan setengah lingkaran (arch climber):

Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko priority 1 pada Basic Risk

Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk

Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan arch climber ini sudah

sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, namun masih diperlukan perbaikan.

7. Pada aktivitas bermain panjatan vertikal (vertical climber):

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 18: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  18    

Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko priority 1 pada Basic Risk

Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk

Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan vertical climber ini tidak

sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, sehingga diperlukan perbaikan.

8. Pada aktivitas bermain panjatan bola dunia (dome/globe climber):

Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko priority 1 pada Basic Risk

Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk

Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan globe climber ini tidak

sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, sehingga diperlukan perbaikan.

9. Pada aktivitas bermain ayunana sendiri (single swings):

Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko Very High pada Basic Risk

Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk

Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan ayunan sendiri ini sudah

sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, namun masih diperlukan perbaikan.

10. Pada aktivitas bermain ayunan kelompok:

Dari analisis risiko, alat permainan ini memiliki tingkat risiko Very High pada Basic Risk

Level dan memiliki tingkat risiko priority 3 pada Existing Risk Level, dan Predictive Risk

Level. Berdasarkan standard Safety Playground, alat permainan ayunan sendiri ini tidak

sesuai untuk siswa TK Kelompok A dan B, sehingga diperlukan perbaikan.

SARAN

1. Untuk Pihak Sekolah TK Indria Beji, Depok (kepala sekolah, guru, dan staff)

a. Engineering Control (Pengendalian Teknik):

1. Menempelkan karpet karet yang tidak terlalu tebal pada alat permainan yang

berpotensi menimbulkan risiko terbentur, tergelincir, dan terjatuh. Misalnya

menempelkan karpet karet tersebut pada bagian pinggiran anak tangga

perosotan, anak tangga panjatan, bagian pinggiran dan ujung dudukan ayunan,

serta bagian pegangan ayunan.

2. Melapisi atau menutup bagian ujung atau pinggiran yang tajam dari alat

permainan, misalnya pada handrail platform perosotan yang karatan dan tajam,

bagian pinggiran papan seluncur perosotan yang retak dan patah, serta bagian

ujung dan pinggiran dudukan ayunan sendiri (single swings) dan ayunan

kelompok yang tajam. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak atau akibat

apabila siswa tergores bagian alat permainan yang tajam.

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 19: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  19    

3. Melengkapi permukaan area bermain tepatnya di sekeliling zona alat permainan

dengan matras karet (rubber mats). Misalnya di sekeliling zona alat permainan

ayunan, perosotan, dan panjatan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak

apabila siswa jatuh di zona alat permainan.

b. Administrative Control (Pengendalian Administratif):

1. Memberikan safety sign, misalnya safety sign berupa kata-kata atau gambar

tentang cara menggunakan alat permainan yang benar, safety sign tentang alat

permainan yang sesuai dengan usia anak, misalnya safety sign bertuliskan

“Digunakan untuk anak usia 5-6 tahun” yang ditempelkan pada alat permainan

arch climber, dan memberikan safety sign, misalnya berupa kata-kata atau

gambar orang yang memegang handrail (pegangan) ketika naik tangga yang

ditempatkan pada alat permainan perosotan.

2. Memperketat pengawasan perilaku anak saat aktivitas bermain berlangsung.

3. Menambah pendamping atau guru yang mengawasi siswa ketika bermain,

misalnya satu kelas siswa bermain diawasi oleh dua orang guru. Hal ini

dilakukan agar aktivitas bermain yang dilakukan siswa dapat terpantau secara

keseluruhan dan pendamping atau guru tidak kewalahan saat mengawasi siswa

bermain.

4. Mengatur jumlah siswa yang diperbolehkan untuk menggunakan alat permainan

ayunan kelompok, misalnya apabila siswa yang menggunakan alat permainan ini

memiliki badan yang besar dan gemuk berarti alat permainan ini hanya boleh

digunakan untuk 2 orang siswa saja dan apabila siswa yang menggunakan alat

permainan ini memiliki badan yang kecil dan kurus berarti alat permainan ini

boleh digunakan untuk 3- 4 orang siswa saja.

5. Meningkatkan kerjasama antar guru terutama saat mengawasi siswa bermain.

6. Melakukan kegiatan inspeksi atau pengecekan dan merawat (maintenance) alat

permainan secara berkala dan teratur.

2. Untuk Pihak Orang Tua Siswa

a. Memberikan edukasi kepada anak tentang cara menggunakan alat permainan yang

benar di rumah.

b. Memberikan edukasi tentang bahaya dan risiko yang singkat, menarik, dan mudah

dipahami oleh anak-anak dengan menggunakan media informasi berupa gambar,

cerita, dll. di rumah.

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013

Page 20: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN PADA ...

   

KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  (K3)   Page  20    

c. Memberikan pemahaman kepada anak tentang dampak atau akibat jika berperilaku

tidak aman saat bermain dan juga memberikan alasannya sehingga anak akan lebih

mengerti.

KEPUSTAKAAN

1. Tinsworth, D. K., & McDonald, J. E. (April 2001). Special Study: Injuries and Deaths

Associated With Children's Playground Equipment. Washington, D.C.: U.S. Consumer

Product Safety Commission.

2. 70 Pencegahan Kecelakaan pada Anak. (n.d.). 30 Januari 2013.

http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/topik-kesehatan/70-pencegahan-kecelakaan-

pada-anak

3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan.

4. Ball, D., Gill, T., & Spiegal, B. (2002). Managing Risk in Play Provision:

Implementation Guide. United Kingdom: Department for Children, Schools, and

Families.

5. Standards Australia/Standards New Zealand. (Desember 2005). Handbook Risk

Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360: 2004. Reissued. Sydney dan

Wellington: Author.

6. Kolluru, Rao V. et al. (1996). Risk Assessment and Management Handbook for

Environmental, Health, and Safety Professionals. New York: McGraw-Hill.

7. Kurniawidjaja, L. Meily. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press.

8. Ramli, Soehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3.

Cetakan Pertama. Jakarta: Dian Rakyat.

9. Health & Safety Executive (HSE). (2006). Five Steps to Risk Assessment. Leaflet INDG

163, revised. London: Author.

10. Occupational Safety and Health Administration (OSHA). (2002). Job Hazard Analysis.

Publication 3071, revised. U.S. Department of Labor.

11. Fine, William T. (1971). Mathematical Evaluation For Controlling Hazards. White Oak,

Maryland: Naval Ordnance Laboratory.

12. Educational Service District 112. (2000). School Playground Safety Guidelines. Amerika:

Author.

13. U.S. Consumer Product Safety Commission. (2010). Public Playground Safety

Handbook. Publication 325. Washington D.C.: Author.

Identifikasi dan ..., Rachmi Tri Wardhani, FKM UI, 2013