IBNUL RIFA'I DANO.docx

19
LAPORAN NEKROPSI BIAWAK Minggu, 5 April 2015 Oleh IBNUL RIFA’I DANO, S.KH 140130100111017

Transcript of IBNUL RIFA'I DANO.docx

LAPORAN NEKROPSI BIAWAKMinggu, 5 April 2015

Oleh IBNUL RIFAI DANO, S.KH140130100111017

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWANPROGRAM KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYA2015

LAPORAN NEKROPSI

Hari/Tanggal: Minggu / 5 April 2015Dosen PJ: drh. Dyah Ayu Oktaviane A. P., M.Biotech

Anamnese : Biawak mengalami luka karena terbelit tali pada ekor yang menyebabkan terjadi infeksi, sehingga mengganggu pergerakan biawak. Hal ini menyebabkan biawak menjadi tidak lincah dan tidak ada gerakan saat dihandling. Dilakukan eutanasi pada sore hari pukul 16.00, sebelum dilakukan eutanasi biawak masih sempat dijemur.

SignalementJenis Hewan: BiawakRas : Varanus NebulosusJenis Kelamin: BetinaUmur : 1 tahunTanggal Kematian: 05 April 2015Tanggal Nekropsi: 05 April 2015Lama sakit: Tidak diketahuiTanda Kematian: Tidak diketahuiAlamat: Malang

Tabel 1 Pemeriksaan Patologi Anatomi BiawakOrganEpikriseDiagnosa PA

Keadaan Umum Luar

KulitTerdapat lesi, dan abses pada batang ekor.Abses dan Lesi

MataTidak ada kelainanTidak ada kelainan

Sub Kutis

PerlemakanTidak ada kelainanTidak ada kelainan

OtotTidak ada kelainanTidak ada kelainan

Kelenjar ludahTidak ada kelainanTidak ada kelainan

Traktus Respiratorius

Sinus HidungTidak ada kelainanTidak ada kelainan

LaringTidak ada kelainanTidak ada kelainan

TrakheaTidak ada kelainanTidak ada kelainan

BronkhusTerdapat perubahan warna menjadi merah kehitamanHemorragi

Paru- paruWarna tidak homogen, merah kehitaman.Foci nekrosis

Rongga thoraxTidak ada kelainanTidak ada kelainan

Traktus Digestivus

Rongga abdomenTidak ada kelainan

Rongga mulutTidak ada kelainanTidak ada kelainan

FaringTidak ada kelainanTidak ada kelainan

EsofagusTidak ada kelainanTidak ada kelainan

LambungTidak ada kelainanTidak ada kelainan

UsusTidak ada kelainanTidak ada kelainan

HatiTerjadi perubahan warna menjadi kehitaman pekatHemorragi

Traktus Sirkulatorius

JantungPenebalan apek jantungKardiomegali

Sistem Limforetikular

LimpaTidak ada kelainanTidak ada kelainan

Traktus Urogenital

GinjalTidak ada kelainanTidak ada kelainan

OviductTidak ada kelainanTidak ada kelainan

Folikel Tidak ada kelainanTidak ada kelainan

Sistem Lokomosi

OtotTidak ada kelainanTidak ada kelainan

TulangTidak ada kelainanTidak ada kelainan

SumsumTulangTidak ada kelainanTidak ada kelainan

PersendianTidak ada kelainanTidak ada kelainan

METODOLOGIPengamatan biawak dilakukan dengan menggunakan metode mikroteknik, yaitu dengan cara membuat preparat histologis. Preparat histologis yang dibuat adalah hati, paru-paru dan jantung.Adapun prosedur dalam pembuatan preparat histologis yaitu: Biawak dibedah (nekropsi) Diawetkan dengan formalin 4 % selama 24 jam. Fiksasi, memindahkan hati ke dalam larutan FAA (Formaldehyde Aceticacid Alcohol), selama 24 jam. Dehidrasi, dilakukan secara bertingkat dengan alkohol 70%, 80%, 90%, 95 %, serta alkohol masing-masing 1 jam. Clearing, dilakukan selama 1 jam yaitu dimasukkan ke dalam larutan alkohol xilol, lalu memasukkannya ke dalam xilol murni I, II, III masing-masing selama 20 menit. Infiltrasi, menggunakan paraffin. Hati dimasukkan kedalam xylol : parafin (1:1) cair selama 20 menit, kemudian memasukkan parafin cair I, II, III masing-masing selama 20 menit di dalam oven dengan suhu 60C. Embedding, tahapan menanam jaringan atau sampel yang digunakan. Paraffin cair dituangkan ke dalam cetakan sampai penuh kemudian membenamkan potongan organ ke dalam paraffin tersebut. Jaringan diletakkan pada posisi dasar tengah dengan posisi melintang. Sectioning, sampel dipotong menggunakan microtome dengan ketebalan 6-10 mikron. Affixing, perekatan dengan menggunakan albumin dan gliserin dengan perbandingan 1:1, disimpan dalam kotak sediaan selama 1 hari. Deparafinisasi, untuk menghilangkan parafin, sediaan dimasukkan ke dalam xylol selama 10 menit. Staining atau pewarnaan, proses pewarnaan dengan menggunakan hematoxylin dan eosin dengan langkah sebagai berikut :a. Sediaan histologis dihisap xylolnya dengan menggunakan kertas saring. Kemudian berturut-turut dimasukkan ke alkohol 96%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40 % dan 30 %, masing - masing selama 5 menit lalu ke aquades selama 5 menit. Dicuci dengan air mengalir kurang lebih 2 menit.b. Dimasukkan ke dalam haemotoxylin selama 4 menit.c. Dicuci dengan air mengalir selama 10 menit.d. Dimasukkan ke dalam aquades dan alkohol 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 96% masing-masing beberapa celupan.e. Dimasukkan ke dalam eosin selama 1,5 menit.f. Dimasukkan ke dalam alkohol 70 %, 80%, 90%, 95%.g. Preparat dikering - anginkan dan dimasukkan ke xylol selama 15 menith. Sediaan histologi ditetesi dengan canada balsam lalu ditutup dengan cover glass.i. Mounting (Penutupan) dan Labelling (Pemberian Label) yaitu Penutupan preparat dengan menggunakan kaca penutup dan memberi identitas pada preparat.

PEMBAHASANBerdasarkan keadaan umum, ditemukan perubahan patologi anatomi kulit biawak bagian batang ekor mengalami lesi, peradangan disekitar lesi dan kerut kerutan kulit sekitar abdomen. Selain hal itu ditemukan pula tanda-tanda bahwa biawak mengalami stress yang ditandai dengan biawak sangat agresif dan menyerang saat dilambaikan tangan di depan biawak. Pada proses nekropsi ditemukan 2 organ yang diduga mengalami kelainan, yaitu : paru-paru dan hati, (Gambar 1). Pada organ paru-paru secara makroskopis terlihat hemoragi pada paru - paru dan perubahan warna. Pada pemeriksaan histopatologi terlihat kongesti pada alveoli (Gambar 2 dan 3).

Gambar 1. Perubahan patologi pada organ paru-paru, gambar panah menunjukan daerah hemoragi pada paru - paru.

Gambar 2. Pada histopatologi organ paru-paru terdapat kongesti pada alveoli, yang ditandai dengan lingkaran merah, (perbesaran 10x).

Gambar 3. Pada histopatologi organ paru-paru terdapat edema pada alveoli, terlihat dalam lingkaran merah (perbesaran 10x).

Paru-paru sebagai organ penting memiliki fungsi sebagai tempat pertukaran CO2 dengan O2. Karena keadaan fisiologis paru berubah maka dapat mempengaruhi kerja paru-paru. Paru-paru menjadi tidak bisa mencukupi kebutuhan O2 dalam darah. Kondisi ini dimungkinkan biawak mengalami kongesti dan pulmonum. Kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan (peningkatan jumlah darah) di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Penyebab kongesti dapat karena :1. Dilatasi arteriol, sehingga mengakibatkan jumlah darah yang masuk lebih banyak.2. Penyumbatan pembuluh darah, tepatnya di area kapiler sebagai akibat hambatan aliran darah vena.3. Kekurangan oksigen.4. Obstruksi.

Kelainan lainnya terjadi pada organ hati. Pada keadaan ini hepar menjadi kehitaman dan terlihat mengalami hemorragi. Pada pemerikasaan histopatologi terlihat gambaran hemoragi dan perenggangan jarak sel hepatosit. Secara normal hati tertutupi kapsul fibroelastik berupa kapsul glisson. Kapsul glisson berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Hati terbagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri. Tiap lobus tersusun atas unit-unit kecil yang disebut lobulus. Lobulus terdiri sel-sel hati, disebut hepatosit yang menyatu dalam lempeng. Hepatosit dan jaringan hati mudah mengalami regenerasi. Hati menerima darah dari 2 sumber, yaitu arteri hepatika (banyak mengandung oksigen) yang mengalirkan darah 500 ml/menit dan vena porta (kurang kandungan oksigen tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat toksik dan bakteri) yang menerima darah dari lambung, usus, pankreas dan limpa dengan mengalirkan darah 1000 ml/menit. Kedua sumber tersebut mengalir ke kapiler hati yang disebut sinusoid lalu diteruskan ke vena sentralis ditiap lobulus. Dan dari semua lobulus ke vena hepatika berlanjut ke vena kava inferior. Pada kondisi normal hepar berfungsi untuk :1. Sel Hati (hepatosit) terdiri 60% massa hati, bertanggung jawab untuk konjugasi bilirubin dan ekskresi kedalam saluran empedu2. Hati merupakan tempat aktivitas metabolik bagi karbohidrat, protein, dan lipid3. Hati mendetoksikasi banyak produk metabolik, obat, toksin sebelum diekskresikan ke dalam urin. Proses detoksikasi melibatkan perubahan kimia, dan atau konjugasi terutama dengan asam glukuronat, glisin, taurin atau sulfat.4. Hati menyimpan berbagai senyawa, termasuk besi, vitamin A, dan vitamin B.5. Sel-sel Kupffer mengambil bagian dalam semua aktivitas sistem retikulo endothelial (RES).Pada pemeriksaan histopatologi organ hepar terlihat kongesti pada sel hepatosit, pelebaran sinusoid, terjadi atropi hepatosis, ditemukan melano makrofaga dan ditemukan beberapa nekrosis piknosis pada sel hepatosit. Hal ini memungkinkan biawak terkena hepatitis. Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toksin, seperti kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis. Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Kemungkinan hepatitis pada biawak terjadi karena suplay makanan dan gizi pada biawak kurang yang kemudian menyebabkan hati menjadi rawan terkena infeksi.

Gambar 4. Pada pengamatan makro hati terlihat lebih gelap

Gambar 5. Pada histopatologi organ hati terlihat kongesti, ditunjukan dalam lingkaran sedangkan pada lingkaran biru, terlihat melano makrofaga, (perbesaran 40x).

Gambar 6. Pada histopatologi organ hati terlihat pelebaran sinusoid, ditandai pada panah dan pada lingkaran merah terlihat sel hepatosit mengalami nekrosis piknosis, ( perbesaran 40x).

Kelainan terakhir ditemukan pada organ jantung. Secara umum jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga dapat berlangsung pertukaran, pengeluaran dan penyerapan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Secara makroskopis pada jantung mengalami, penebalan pada apek, dan warna jantung menjadi lebih pucat. Hasil pemeriksaan histopatologi ditemukan sel radang, nekrosis, dan hemoragi pada otot jantung.

Gambar 7. Organ jantung tampak terjadi penebalan pada bagian apek dan warna lebih pucat.

Gambar 8. Pada histopatologi organ jantung terlihat sel sel limposit (lingkaran biru) dan kongesti otot jantung (lingkaran merah), (perbesaran 10x).

OTOT JANTUNG NEKROSISOTOT JANTUNG NORMAL

Gambar 9. Pada histopatologi jantung terlihat nekrosis pada otot jantung, (perbesaran 40x).

Nekrosis adalah kematian sel pada jaringan hidup, Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera mekanis), di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel, kemungkinan nekrosis pada otot jantung biawak disebabkan karena perbekalan suplai oksigen terputus, sehingga mempengaruhi metabolisme otot jantung.Hemoragi (pendarahan) adalah kondisi yang ditandai dengan keluarnya darah dari dalam vaskula akibat dari kerusakan dinding vaskula. Kebocoran dinding ada dua macam melalui kerobekan (per reksis) dan melalui perenggangan jarak antara sel-sel endotel dinding vaskula (per diapedisis). Beberapa kemungkinan yang mempengaruhi hemoragi yaitu :1. Trauma yaitu kerusakan dalam bentuk fisik yang merusak sistem vaskula jaringan di daerah benturan/ kontak.2. Infeksi agen infeksius 3. Bahan toksik yang merusak endotel kapiler seperti keracunan arsen, dicumarol (racun tikus) yang dapat menghambat penggumpalan darah sehingga terjadi pendarahan dan toksin uremik yang dapat merusak endotel pembuluh darah.

KESIMPULANBerdasarkan pengamatan makros dan mikros, di duga bahwa terjadinya abnormal pada jantung, paru - paru dan hati dikarenakan pemberian makan yang tidak teratur dan cara pemeliharaan yang tidak sesuai kehidupan alaminya. Habitat pemeliharaan yang tidak sesuai menyebabkan stress berat pada biawak. Pada kondisi stress menyebabkan system imun biawak menurun sehingga rentan terhadap infeksi virus, bakteri, paparan antibiotik dan toksin zat kimia di lingkungan. Kejadian kongesti paru-paru dan jantung diduga masih dalam ambang normal, dimungkinkan akibat paparan toksin zat kimia dari lingkunganya dan pengaruh saat etanasi. Terjadinya pelebaran sinusoid dan atropi hepatosis dimungkinkan adalah gejala hepatitis.