Ibadah

7
DIFINISI IBADAH: 1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. 2. Ibadah adalah perkara tauqifiyah. Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. MACAM & KELUASAN CAKUPAN IBADAH : mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika perbuatan itu diniatkan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah ) atau apa-apa yang membantu qurbah itu yaitu semua ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil, dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, khassyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepada-Nya, ikhlas kepada-Nya, sabar terhadap hukum- Nya, ridha dengan qadha’-Nya, tawakkal, mengharap nikmat-Nya dan takut dari siksa-Nya. PILAR-PILAR IBADAH : 1.hubb (cinta) 2. khauf (takut) 3. raja’ (harapan). SARAT DITERIMANYA IBADAH : 1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil. 2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah

description

Arti Ibadah

Transcript of Ibadah

DIFINISI IBADAH:1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin.2. Ibadah adalah perkara tauqifiyah. Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.

MACAM & KELUASAN CAKUPAN IBADAH :mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika perbuatan itu diniatkan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah ) atau apa-apa yang membantu qurbah itu yaitu semua ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil, dan membaca Al-Quran; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar maruf nahi munkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, khassyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepada-Nya, ikhlas kepada-Nya, sabar terhadap hukum-Nya, ridha dengan qadha-Nya, tawakkal, mengharap nikmat-Nya dan takut dari siksa-Nya.

PILAR-PILAR IBADAH :1. hubb (cinta)2. khauf (takut) 3. raja (harapan).

SARAT DITERIMANYA IBADAH :1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah

DALIL BIDAHMengambil HikmahAllah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Al Baqarah : 269)

Mengambil Dalil UmumDiriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Rasulullah menerangkan sbb:Jauhilah olehmu sesuatu yang diada-adakan karena yang diada-adakan itu bidah dan sekalian bidah adalah dholalah (sesat)Diriwayatkan oleh Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah mengatakan: Barangsiapa yang berbuat satu kebidahan di dalam Islam dan dia menganggapnya baik, berarti dia telah menuduh Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam telah mengkhianati risalah. Karena Allah azza wajalla telah menyatakan: Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian. Dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku kepada kalian. Dan Aku ridha Islam menjadi agama kalian. (Al- Maidah: 3)Nabi Muhammad Saw bersabda yang artinyaBarangsiapa yang menbuat-buat sesuatu dalam urusan kami ini maka sesuatu itu ditolak (H.R Muslim Lihat Syarah Muslim XII hal 16).

Hikmah Aswaja : Arti kata-kata kebidahan di dalam Islam , dalam urusan kami ialah urusan keagamaan, karena Nabi Muhammad Saw, diutus Allah untuk menyampaikan agama. Maka dari hadist-hadits ini dapat diambil pengertian bahwa kalau dalam urusan keduniaan atau ghairu mahdah boleh saja diadakan asal tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits. Hadist Nabi yang menyatakan bahwa setiap bidah itu adalah sesat, adalah masih dapat menerima pengecualian, karena lafadz kullu bidatin adalah isim yang dimudlafkan kepada isim nakirah, sehingga dlalalah-nya adalah bersifat am (umum). Sedangkan setiap hal yang bersifat umum pastilah menerima pengecualian. Untuk itulah dijelaskan oleh hadits yang lain dengan istilah di dalam Islam atau urusan kami.Hikmah Wahabi : Bidah secara bahasa berarti membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. (Lihat Al Mujam Al Wasith, 1/91, Majma Al Lugoh Al Arobiyah-Asy Syamilah), contoh : internet, hp, lampu listrik, mobil, motor, mikropon, speaker, radio dll. Dan itu semua tidak harus merujuk ke jaman Rasulullah, karena bidah secara bahasa maknanya umum, jangankan di jaman Rasulullah, pada abad ke 15 saja belum ada yg namanya internet dan hp. Sedangkan Definisi bidah secara istilah yang paling bagus adalah definisi yang dikemukakan oleh Al Imam Asy Syatibi dalam Al Itishom, contoh : merayakan maulid, yasinan setiap malam jumat, adzan di dalam kubur pada saat penguburan dll. yg dimana perbuatan tsb harus merujuk kepada Sunnah Rasulullah dan para Sahabat karena bidah secara istilah berkaitan dengan peribadatan atau interaksi kita langsung kepada Allah (Habluminallah).dan bidah inilah yg dimaksud Rasulullah dalam sabdanya.karena Rasulullah dan para Sahabat tidak pernah melakukannya, padahal pada saat itu (zaman Rasulullah), tidak ada faktor penghalang untuk melakukannya, namun mereka tidak melakukannya Jadi, bidah sesat yg dimaksud Rasulullah itu ruang lingkupnya terbatas, hanya dalam urusan keagamaan saja yg berkaitan dengan ibadah Habluminallah. Bidah adalah suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat dan menyerupai syariat (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika melakukannya adalah sebagaimana niat ketika menjalani syariat (yaitu untuk mendekatkan diri pada Allah).

Pendapat tentang maslahah mursalah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Iqtidho Shirotil Mustaqim, 2/101-103) mengatakan, Setiap perkara yang faktor pendorong untuk melakukannya di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam itu ada dan mengandung suatu maslahat, namun beliau shallallahu alaihi wa sallam tidak melakukannya, maka ketahuilah bahwa perkara tersebut bukanlah maslahat. Namun, apabila faktor tersebut baru muncul setelah beliau shallallahu alaihi wa sallam wafat dan hal itu bukanlah maksiat, maka perkara tersebut adalah maslahat.Contoh penerapan kaedah Syaikhul Islam di atas adalah :1. Adzan ketika shalat ied. Apakah faktor pendorong untuk melakukan adzan pada zaman beliau shallallahu alaihi wa sallam ada? Jawabannya : Ada (yaitu beribadah kepada Allah). Namun, hal ini tidak dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam padahal ada faktor pendorong dan tidak ada penghalang. Pada zaman beliau ketika melakukan shalat ied tidak ada adzan maupun iqomah. Oleh karena itu, adzan ketika itu adalah bidah dan meninggalkannya adalah sunnah.2. Adzan menggunakan mikrophon dan speaker.Apakah di zaman Rasulullah dan Sahabat ada faktor penghalang tidak digunakannya mikrophon dan speaker pada saat adzan? Jawabannya Ada ! karena dahulu teknologi tidak secanggih sekarang.lagipula mengenai perkembangan teknologi seperti mikrophon, speaker, hp, internet dll yang berkaitan dengan hal keduniaan, maka itu diperbolehkan selama tidak mengandung unsur yang dilarang,3. Pengumpulan Al-Quran dalam satu mushaf.Apakah ada faktor penghalang dikumpulkannya Al-Quran di zaman Rasulullah? Ada ! karena memang ayat-ayat pada zaman Rasulullah hidup masih turun dan syariat bisa berubah sewaktu-waktu sesuai dengan kehendak Allah yang kemudian disampaikan kepada Rasul-Nya..selain itu, pengumpulan Al-Quran dalam satu mushaf ini juga merupakan hasil ijma (kesepakatan) para Sahabat yang sudah bisa dijadikan pegangan dalam agama Islam ini.4. Mengumpulkan umat shalat tarawih dalam satu imam selama satu bulan penuh.Apakah ada faktor penghalang yang membuat Rasulullah tidak melakukan shalat tarawih terus-menerus selama satu bulan penuh? Ada ! karena Rasulullah khawatir jika beliau melakukan shalat tarawih terus-menerus, maka akan membuat shalat tarawih itu diwajibkan, sehingga dapat memberatkan umat muslim diseluruh dunia.dikatakan oleh Umar bidah karena memang pada zaman kekhalifahan sebelumnya (Abu Bakar), tidak pernah dilakukan shalat tarawih berjamaah satu bulan penuh. Jadi, bidah dalam perkataan Umar tsb adalah bidah dalam pengertian secara bahasa yang memiliki makna yang umum (tidak ada contoh sebelumnya) yang dalam hal ini masa kekhalifahan sebelum Umar yakni Abu Bakar5. Merayakan maulid atau memperingati hari kelahiran Rasulullah.Apakah ada faktor penghalang tidak dilakukannya perayaan maulid di zaman Rasulullah dan zaman Sahabat? Jawabannya adalah TIDAK ADA ! tapi, kenapa Rasulullah dan para Sahabat tidak melakukannya?pernahkah setelah Rasulullah wafat, para Sahabat merayakan hari kelahiran Rasulullah setiap tahunnya? Kalo memang memperingati maulid Nabi itu baik (maslahat) dan BUKAN MAKSIAT dan tidak ada faktor penghalangnya, kenapa para Sahabat tidak ada yang melakukannya? Jawabannya adalah tentu karena memang merayakan hari kelahiran atau memperingati hari ulang tahun itu tidak ada syariatnya dalam Islam..maka, jika tidak ada faktor penghalangnya, namun Rasulullah dan para Sahabat tidak melakukannya padahal bukan maksiat, maka sesungguhnya perkara tsb bukanlah maslahat dan pasti maksiat

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkahi lagi Maha Tinggi memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka mendapati satu majelis zikir, maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia. Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke langit. Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menanyakan mereka padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka: Dari manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan, mengagungkan, membesarkan, memuji dan memohon kepada Engkau. Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan kepada Aku? Para malaikat itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu. Allah bertanya lagi: Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum wahai Tuhan kami. Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu. Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami. Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum. Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu. Beliau bersabda kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan. Beliau melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berzikir bersama mereka. Beliau berkata lalu Allah menjawab: Aku juga telah mengampuninya karena mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka (Shahih Muslim no.1548)