I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura...

39
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik sebagai sayuran, tanaman hias, maupun tanaman obat. Cina adalah negara produsen jamur konsumsi terbesar didunia dengan memegang 64% dan 85% jamur tiram yang tersebar di dunia diproduksi oleh Cina (Chang 1997 cit. Tesfaw et al. 2015). Salah satu jamur yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah lingzhi (Ganoderma lucidum). Lingzhi merupakan jamur kayu yang memiliki khasiat obat dan dapat digunakan untuk menjaga kesehatan. Sejauh ini, lingzhi diperdagangkan di 10 negara, Cina menempati urutan pertama sebagai produsen terbesar, disusul Korea, Taiwan, Jepang, Amerika, Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan Sri Lanka. Produksi jamur di Indonesia belum memenuhi permintaan pasar baik pasar nasional maupun internasional, sehingga budidaya jamur memiliki prospek yang bagus (Nurwhidan 2014). Permintaan jamur terus meningkat 20%-25% per tahun. Produksi jamur Indonesia hanya mampu memenuhi 50% permintaan pasar dalam negeri dan belum termasuk permintaan pasar luar negeri (Masyarakat Agribsnis Indonesia (MAJI) dan Adiyuwono 2007 cit. Zulvah et al. 2015). Budidaya lingzhi di Indonesia masih relatif sangat kecil, sehingga memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu daerah sentra penghasil jamur terbanyak yaitu memproduksi lebih dari 50% produksi jamur nasional. Namun prduksinya bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan beberapa tahun terakhir (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2013 cit. Zulvah et al. 2015). Lingzhi merupakan jamur kayu yang tidak dapat dikonsumsi sebagai makanan. Namun lingzhi dimanfaatkan untuk pengobatan. Miselium yang dihasilkan oleh lingzhi pada umur 15 hari mengandung enzim, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia (Parjimo dan Soenanto 2008). Pemberian 0,1% 1 CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by Sebelas Maret Institutional Repository

Transcript of I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura...

Page 1: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik

dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik sebagai sayuran, tanaman

hias, maupun tanaman obat. Cina adalah negara produsen jamur konsumsi

terbesar didunia dengan memegang 64% dan 85% jamur tiram yang tersebar di

dunia diproduksi oleh Cina (Chang 1997 cit. Tesfaw et al. 2015). Salah satu jamur

yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah lingzhi (Ganoderma

lucidum). Lingzhi merupakan jamur kayu yang memiliki khasiat obat dan dapat

digunakan untuk menjaga kesehatan. Sejauh ini, lingzhi diperdagangkan di 10

negara, Cina menempati urutan pertama sebagai produsen terbesar, disusul Korea,

Taiwan, Jepang, Amerika, Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan Sri Lanka. Produksi

jamur di Indonesia belum memenuhi permintaan pasar baik pasar nasional

maupun internasional, sehingga budidaya jamur memiliki prospek yang bagus

(Nurwhidan 2014).

Permintaan jamur terus meningkat 20%-25% per tahun. Produksi jamur

Indonesia hanya mampu memenuhi 50% permintaan pasar dalam negeri dan

belum termasuk permintaan pasar luar negeri (Masyarakat Agribsnis Indonesia

(MAJI) dan Adiyuwono 2007 cit. Zulvah et al. 2015). Budidaya lingzhi di

Indonesia masih relatif sangat kecil, sehingga memiliki prospek yang bagus untuk

dikembangkan. Di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu daerah sentra

penghasil jamur terbanyak yaitu memproduksi lebih dari 50% produksi jamur

nasional. Namun prduksinya bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami

penurunan beberapa tahun terakhir (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal

Hortikultura 2013 cit. Zulvah et al. 2015).

Lingzhi merupakan jamur kayu yang tidak dapat dikonsumsi sebagai makanan.

Namun lingzhi dimanfaatkan untuk pengobatan. Miselium yang dihasilkan oleh

lingzhi pada umur 15 hari mengandung enzim, vitamin, dan mineral yang sangat

dibutuhkan oleh tubuh manusia (Parjimo dan Soenanto 2008). Pemberian 0,1%

1

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

Provided by Sebelas Maret Institutional Repository

Page 2: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

2

serbuk lingzhi pada tikus uji dapat menurunkan kolesterol total dan trigliserida

(Tong dan Choong 2006 cit. Wahyuni dan Furi 2011). Pemberian lingzhi dengan

dosis 200 mg/kg, 400 mg/kg, dan 800 mg/kg, 100 mg/kg dapat menurunkan

kolesterol total dan trigliserida (Chen et al. 2005, Yang et al. 2002 cit. Wahyuni

dan Furi 2011). Selain itu, pemberian lingzhi pada tikus dengan dosis 1 mg/kg

ekstrak jamur lingzhi dapat menurunkan kerusakan hati (Ng et al. 1993 cit.

Akhirunnisa 2010).

Perkembangan teknologi informasi dan industri menyebabkan pergeseran gaya

hidup. Gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan dan berkurangnya aktivitas

fisik turut berperan dalam memperparah kasus-kasus penyakit berat tidak

menular, seperti kanker, serangan jantung, hipertensi, diabetes, dan stroke.

Penyakit tidak menular tersebut mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir,

contohnya di Serang seperti yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi penyakit tidak menular di RSUD Serang Tahun 2007- 2010

Jenis Penyakit Jumlah Penyakit Presentase

Diabetes 9 0,15%

Hipertensi 3659 59,21%

Obesitas 10 0,16%

Payudara 4 0,06%

(Laksono et al. 2011).

Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan dan

gizi, gaya hidup sehat pun menjadi sebuah kebutuhan. Gaya hidup sehat

diantaranya ialah dengan pola makan yang sehat dan konsumsi suplemen

tambahan dari bahan alami yang tidak menimbulkan efek samping. Salah satu

tanaman obat yang ditanam secara organik dan dapat digunakan sebagai suplemen

untuk menjaga kesehatan adalah jamur (Synytsya 2009), jamur obat yang sudah

terbukti khaisat dan telah di gunakan selama berabad-abad oleh bangsa Cina dan

Jepang adalah jamur lingzhi (Ganoderma lucidum).

Page 3: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

3

Lingzhi memiliki khasiat penyembuh untuk tubuh karena memiliki bahan

bioaktif (polisakarida, triterpen, adenosin). Salah satu komponen khusus

polisakarida adalah beta-glukan yang merupakan penyusun dinding sel dan

sebagian besar dalam bentuk beta-D-glukosa (Akramienė et al. 2007, Villares et

al. 2012). Beta-glukan pada jamur khususnya jamur lingzhi memberikan respon

terhadap perubahan biologi (Han et al. 2008, Jantaramanant et al. 2014, Ahmad et

al. 2014). Komponen tersebut dapat mencegah dan mengobati berbagai penyakit

penting termasuk hipertensi, diabetes, hepatitis, kanker, AIDS, penyakit

hepatopathy, nephritis, bronkitis, penghambat poliferasi sel kanker kolorektal

manusia, bersifat antioksidan, dan merangsang imunitas (Chihara et al. 1970,

Sliva et al. 2012, Russel dan Paterson 2006, Xie et al. 2006, Rasmy et al. 2010,

Sobieralski et al. 2012, Stier et al. 2014, Gill dan Rieder 2008, Chan et al. 2009,

Oloke dan Adebayo 2015, Jiang et al. 2014). Polisakarida merupakan penyusun

utama dinding sel yang terdiri dari ikatan-ikatan beta-glukan (Latge 2007).

Budidaya lingzhi secara in vivo memerlukan waktu yang lama, sehingga

diperlukan alternatif budidaya lingzhi untuk mempercepat waktu dihasilkannya

beta-glukan oleh miselium. Mengingat pentingnya peranan beta-glukan dalam

dunia pengobatan, kandungan beta-glukan pada miselium masih bisa ditingkatkan

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).

Penggunaan ZPT di dalam kultur jaringan harus dilakukan. Hal tersebut karena

kegiatan kultur jaringan menggunakan bagian dari suatu makhluk hidup yang

tidak biasa untuk ditumbuhkan. Dengan kultur jaringan pertumbuhan eksplan

dapat ditentukan akan menjadi kalus, organogenesis, maupun embriogenesis. Hal

ini hanya dapat dilakukan apabila di dalam media terdapat nutrisi dan hormon

yang tepat sehingga hasil sesuai harapan. Auksin dapat memacu sintesis protein

dinding sel yang diperlukan untuk pertumbuhan. Hal tersebut terjadi berawal dari

peningkatan isi sel yang tidak diimbangi dengan peningkatan dinding sel sehingga

terjadi tekanan turgor. Hal ini akan mendorong kerja enzim selulolase memotong-

motong ikatan selulosa pada dinding primer sehingga dinding elastis dan sel

semakin membesar (Santoso dan Nursandi 2004). Pada proses perpanjangan sel

Page 4: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

4

terjadi proses modifikasi dinding sel secara fisik dan biokimia. Proses biokimia

pada dinding sel berkaitan dengan biokimia molekul polisakarida penyusun

dinding sel (Masuda 1990). Salah satu auksin yang dapat digunakan untuk adalah

Indole Acetic Acid (IAA).

IAA adalah auksin alami. IAA pertama kali ditemukan oleh Dolk dan

Thimann (1932) pada jamur Rhizopus suinus. IAA berkerja dalam pembelahan,

perpanjangan, dan diferensiasi sel. Ujung meristem apikal, daun muda, dan buah

muda mengandung IAA. IAA merupakan rangkain yang terdiri atas molekul

ringan dan molekul berat, seperti IAA ester, IAA-N-aspartat, IAA-glukan, dan

IAA-glikoprotein. Metabolisme molekul tersebut merupakan faktor utama yang

mempengaruhi tingkat regulasi auksin bebas. IAA juga berperan aktif dalam

meningkatkan perpanjangan sel pada koleoptil dan perpanjangan batang (Latge

2007). Pemberian IAA sebagai auksin alami dalam budidaya jamur lingzhi

berpotensi meningkatkan kandungan beta-glukan. Penelitian ini menggunakan

miselum lingzhi, hal tersebut bertujuan agar pertumbuhan lingzhi mudah di

kontrol dan mendapatkan beta-glukan dalam waktu yang lebih singkat.

B. Perumusan Masalah

Lingzhi mendapatkan makanan dalam bentuk selulosa, glukosa, lignin, protein,

dan senyawa pati. Bahan-bahan tersebut diperoleh lingzhi dengan cara

menguraikan kayu yang menjadi media pertumbuhannya. Selain itu, pengontrolan

makanan, nutrisi, suhu, cahaya, kelembaban, oksigen, dan pH baik lingkungan

maupun media pertumbuhan perlu dilakukan agar lingzhi dapat tumbuh dengan

baik. Meskipun lingzhi biasanya dibudidayakan secara in vivo, dalam penelitian

ini pemberian IAA dilakuan pada budidaya lngzhi secara in vitro. Hal tersebut

untuk mempermudah pengontrolan media dan lingkungan pertumbuhan lingzhi.

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah mencari informasi apakah IAA

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan kandungan beta-glukan jamur

lingzh dan berapa konsentrasi yang paling sesuai untuk meningkatkan

pertumbuhan dan kandungan beta-glukan lingzhi.

Page 5: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:

a. Pengaruh pemberian IAA terhadap pertumbuhan dan kandungan beta-

glukan jamur lingzhi

b. Konsentrasi IAA yang paling efektif meningkatkan pertumbuhan dan

kandungan beta glukan jamur lingzhi

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang :

a. Pengaruh IAA terhadap kandungan beta-glukan jamur lingzhi

b. Konsentrasi terbaik dalam meningkatkan kandungan beta-glukan jamur

lingzhi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamur Lingzhi

Page 6: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

6

Bentuk lingzhi menyerupai

payung atau buah ginjal, berbentuk

bundar, bagian tepi berlekuk, sedikit

bergerigi, berdaging tebal. Bagian atas jamur berwarna merah tua. Khusus untuk

spesies lucidum, warnanya cerah mengkilap dan ada guratan-guratan disekujur

tubuhnya. Bagian bawah tubuh lingzhi berwarna putih dengan warna tepi

kemerahan. Tubuh lingzhi sedikit lunak atau kenyal saat masih muda, kemudian

mengeras saat tua. Tangkai lingzhi panjang, tebal, keras (Parjimo dan Soenanto

2008).

Pada tahun 1997 produksi lingzhi dunia sudah mencapai 4500 ton, 3000 ton

diantaranya dihasilkan oleh Cina. Total perdagangan lingzhi di dunia mencapai

1,2 juta dolar Amerika (Dunham 2000 cit Suryanto et al. 2005). Lingzhi

merupakan komoditas yang penting di kancah perdagangan dunia selama lebih

dari 4000 tahun, khususnya negara Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea, dan

sebagainya. Pasar Lingzhi di dunia semakin luas seiring dengan brekembangnya

penelitian tentang lingzhi sebagai jamur obat dan jamur spiritual (Wasser 2005).

Di Asia, berbagai produk makanan telah digunakan selama berabad-abad

sebagai obat populer untuk mencegah atau mengobati penyakit. Sejumlah besar

diekstrak dari jamur obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit. Jamur

Ganoderma lucidum dikumpulkan dan dikonsumsi di Cina, Korea, dan Jepang

Kingdom : Fungi

Divisi : Agaricomycota

Kelas : Basidiomycota

Ordo : Polyporales

Famili : Ganodermataceae

Genus : Ganoderma

Species : Ganoderma lucidum

6

Page 7: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

7

selama berabad-abad. Jamur lingzhi kaya akan vitamin, serat, dan asam amino dan

rendah lemak, kolesterol, dan kalori. Jamur ini juga mengandung berbagai macam

polisakarida biologis aktif dengan sifat imunostimulan, yang berkontribusi

terhadap efek anti kanker. Selain itu, zat bioaktif lainnya, termasuk triterpen,

protein, lipid, serebrosida, dan fenol, telah diidentifikasi dalam jamur obat (Sliva

2004).

Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik

dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik sebagai sayuran, tanaman

hias, maupun tanaman obat tanpa memberikan efek samping. Cina adalah negara

produsen jamur konsumsi terbesar didunia dengan memegang 64% pasar jamur

konsumi dunia dan 85% jamur tiram yang tersebar di dunia diproduksi oleh Cina

(Chang 1997 cit Tesfaw et al. 2015). Salah satu jamur yang sering dimanfaatkan

sebagai tanaman obat adalah lingzhi (Ganoderma lucidum). Lingzhi merupakan

jamur kayu yang memiliki khasiat obat dan dapat digunakan untuk menjaga

kesehatan. Sejauh ini, lingzhi diperdagangkan di 10 negara dimana Cina

menempati urutan pertama sebagai produsen terbesarnya. Disusul Korea, Taiwan,

Jepang, Amerika, Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan Sri Lanka. Produksi jamur di

Indonesia belum memenuhi permintaan pasar baik pasar nasional maupun

internasional, sehingga budidaya jamur memiliki prospek yang bagus (Nurwhidan

2014).

Permintaan jamur terus meningkat 20%-25% per tahun. Produksi jamur

Indonesia hanya mampu memenuhi 50% permintaan pasar dalam negeri dan

belum termasuk permintaan pasar luar negeri (Masyarakat Agribsnis Indonesia

(MAJI) dan Adiyuwono 2007 cit Zulvah et al. 2015). Sedangkan budidaya lingzhi

di Indonesia masih relatif sangat kecil, sehingga memiliki prospek yang bagus

untuk dikembangkan. Di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu daerah

sentra penghasil jamur terbanyak yaitu memproduksi lebih dari 50% produksi

jamur nasional. Namun prduksinya bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami

Page 8: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

8

penurunan beberapa tahun terakhir (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal

Hortikultura 2013 cit Zulvah et al. 2015).

Lingzhi merupakan jamur kayu yang tidak dapat dikonsumsi sebagai makanan.

Namun lingzhi dimanfaatkan untuk pengobatan. Miselium yang dihasilkan oleh

lingzhi pada umur 15 hari mengandung enzim, vitamin, dan mineral yang sangat

dibutuhkan oleh tubuh manusia (Parjimo dan Soenanto 2008). Pemberian 0,1%

serbuk lingzhi selama pada tikus uji dapat menurunkan kolesterol total dan

trigliserida (Tong dan Choong 2006 cit Wahyuni dan Furi 2011). Pemberian

lingzhi dengan dosis 200 mg/kg, 400 mg/kg, dan 800 mg/kg, 100 mg/kg dapat

menurunkan kolesterol total dan trigliserida (Chen et al. 2005, Yang et al. 2002 cit

Wahyuni dan Furi 2011). Selain itu, pemberian lingzhi pada tikus dengan dosis 1

mg/kg ekstrak jamur lingzhi dapat menurunkan kerusakan hati (Ng et al. 1993 cit

Akhirunnisa 2010).

Lingzhi adalah makro fungi busuk putih basidiomycetes yang telah digunakan

secara luas sebagai "jamur keabadian" di Cina, Jepang, Korea dan negara-negara

Asia lainnya selama dua ribu tahun. Banyak manfaat lingzhi dintaranya untuk

terapi. Basidiocarp, miselia dan spora Ganoderma lucidum mengandung sekitar

400 senyawa bioaktif yang berbeda, yang terutama mencakup triterpenoid,

polisakarida, nukleotida, sterol, steroid, asam lemak, protein/peptida dan elemen

yang telah dilaporkan memiliki sejumlah efek farmakologis termasuk

immunomodulation, anti-aterosklerosis, anti-inflamasi, analgesik, kemopreventif,

antitumor, kemoterapi, antibakteri, antivirus (termasuk anti-HIV), hipolipidemik,

anti-fibrosis, hepatoprotektif, anti-diabetes, anti androgenic, anti-angiogenik, anti-

herpes, antioksidan dan radikal bebas, anti-penuaan, hipoglikemik, aktivitas

estrogenik dan anti-ulkus. Lingzhi kini telah diakui sebagai adjuvant alternatif

dalam pengobatan leukemia, kanker, hepatitis dan diabetes. Makro fungi ini

sangat langka di alam sehingga sering tidak cukup untuk eksploitasi komersial

untuk keadaan darurat, oleh karena itu, budidaya pada substrat padat, medium cair

stasioner atau budidaya terendam telah menjadi aspek penting untuk memenuhi

Page 9: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

9

kekuatan pendorong terhadap peningkatan permintaan pasar internasional

(Sanodya et al. 2009)

Lingzhi adalah basidiomycetes kayu yang memiliki berbagai efek

farmakologis. Karena jamur ini sangat jarang tersedia di alam, budidaya buatan

telah dikenal pada log kayu dan serbuk gergaji di dalam kantong plastik atau

botol. Budidaya dengan bioteknologi dari miselia Ganoderma lucidum dalam

bioreaktor juga telah dibentuk, baik pada substrat padat maupun media cair.

Komponen aktif secara farmakologi yang paling penting dari G. lucidum adalah

triterpenoid dan polisakarida. Triterpenoid telah dilaporkan memiliki

hepatoprotektif, anti-hipertensi, efek hipokolesterolemik dan antihistamin,

antitumor, dan aktivitas antiangiogenic. Polisakarida, terutama beta-glukan, telah

diketahui memiliki efek anti-tumor melalui immunomodulation dan anti-

angiogenesis. Selain itu, polisakarida memiliki efek perlindungan terhadap radikal

bebas dan mengurangi kerusakan sel yang disebabkan oleh mutagen (Boh et al.

2007).

Sebagian besar jamur 90% dari total beratnya adalah air. Sedangkan untuk

Lingzhi 10% terdiri dari 26-28% karbohidrat, 3-5% lemak kasar, 59% serat kasar,

7-8% protein kasar (Mau et al. 2001 cit Kao et al. 2013). Komponen besar lainnya

terdiri dari komponen bioaktif berupa terpenoid, steroid, fenol, glikoprotein, dan

polisakarida. Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukan

bahwa triterpen dan polisakarida merupakan komponen utama yang paling

berpengaruh secara fisiologi (Boh et al. 2007, Zhou et al. 2007 cit Kao et al.

2013).

Kondisi lingkungan untuk membudidayakan jamur lingzhi tidak berbeda jauh

dengan lingkungan yang digunakan untuk membudidayakan jamur kuping

(Auricularya sp) dan jamur tiram (Pleuretus sp). Hal tersebut karena jamu lingzhi

memiliki kemiripan sifat dengan kedua jamur tersebut. Suhu ruang antara 15 – 28

oC dengan kelembaban 80%-95%. Lingzhi paling cocok dikembangkan didaerah

Page 10: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

10

dengan suhu 24 oC- 30 oC, kelembaban 80%-90%, ketinggian 400-600 mdpl

(Suratno 2005).

Lingzhi memiliki khasiat penyembuh untuk tubuh karena memiliki bahan

bioaktif (polisakarida, triterpen, adenosin). Salah satu komponen khusus

polisakarida adalah beta-glukan yang merupakan penyusun dinding sel dan

sebagian besar dalam bentuk beta-D-glukosa (Akramienė et al. 2007, Villares et

al. 2012). Beta-glukan pada jamur khususnya jamur lingzhi memberikan respon

terhadap perubahan biologi (Han et al. 2008, Jantaramanant et al. 2014, Ahmad et

al. 2014). Komponen tersebut dapat mencegah dan mengobati berbagai penyakit

penting termasuk hipertensi, diabetes, hepatitis, kanker, AIDS, penyakit

hepatopathy, nephritis, bronkitis, penghambat poliferasi sel kanker kolorektal

manusia, bersifat antioksidan, dan merangsang imunitas (Chihara et al. 1970,

Sliva et al. 2012, Russel dan Paterson 2006, Xie et al. 2006, Rasmy et al. 2010,

Sobieralski et al. 2012, Stier et al. 2014, Gill dan Rieder 2008, Chan et al. 2009,

Oloke dan Adebayo 2015, Jiang et al. 2014). Polisakarida merupakan penyusun

utama dinding sel yang terdiri dari ikatan-ikatan beta-glukan (Latge 2007). Askin

et al. (2007) melakukan ekstraksi beta-glukan dan triterpenoid dengan suhu

tertinggi 2000C. Dari percobaan tersebut dihasilkan beta-glukan dan triterpenoid

pada jamur lingzhi masing-masing sebanyak 78,1% dan 57,4%.

B. Beta-Glukan

Beta-glukan adalah polisakarida yang terdiri atas monomer glukosa yang

dihubungkan oleh ikatan b-1,3 dan b-1,6 glukosida. Senyawa ini terbukti secara

ilmiah sebagai biological defense modifier (BDM) dan termasuk kategori GRAS

(Generally Recognized As Safe) menurut FDA, serta tidak memiliki toksisitas

atau efek samping (Ber 1997 cit Nurfajarwati 2006). Beta-glukan memiliki

berbagai aktifitas biologis sebagai antitumor, antioksidan, antikolesterol,

antipenuaandini, dan peningkat sistem imun (Kulickle et al. 1996; Lee et al. 2001

cit Nurfajarwati 2006).

Page 11: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

11

Beta-glukan merupakan komponen dari polisakarida, umumnya tidak larut air

dan resisten terhadap kondisi asam. Beta-glukan digunakan sebagai

imunomedulator (meningkatkan daya imun) pada mamalia. Beta-glukan larut air,

mudah terabsorbsi dan memiliki berat molekul rendah. Beberapa contoh beta-

glukan seperti selulosa (β-1,4-glucan), lentinan (β-10.6-glucan) dan (β-1,3-

glucan), pleuran (β-1,6 dan β-1,3-glucan) diisolasi dari jamur basidiomikota

termasuk jamur konsumsi (Pleurotus ostreatus) dan shiitake (Lentinus edodes)

(Widyastuti et al. 2011).

Beta-glukan merupakan komponen polisakarida yang melimpah di jamur.

Sebagian besar glukan penting pada jamur adalah ikatan beta-polisakarida.

Beberapa diantaranya merupakan intraseluler, yang lainnya diekskresikan

kedalam media, dan kebanyakan merupakan komponen penting penyusun dinding

sel (Herrera 1991). Beta-glukan dapat diproduksi oleh beberapa galur bakteri yang

juga dapat diekstraksi dari sumber lain seperti khamir, tanaman gandum, dan

jamur tertentu (Nurfajarwati 2006)

Beta-glukan merupakan polimer glukosa yang secara alami terdapat pada yeast,

lumut, alga, jamur, bakteri, dan gandum. Imunostimulasi adalah komponen

penting penyusun beta-glukan yang diklasifikasikan seperti respon biologis

termodivikasi dan aktivitas biologisnya dapat digunakan sebagai obat untuk

manusia dan hewan. Selain itu, beta-glukan menunjukan adanya komponen reaksi

kimia yang dapat diaplikasikan pada produk pangan dan pakan, seperti pada

kosmetik dan industri kimia. Imunomodulation oleh beta-glukan secara in vitro

maupun in vivo menghambat pertumbuhan sel kanker, metastasis, dan mencegah

atau mengurangi infeksi bakteri. Pada manusia beta-glukan mengurangi kolesterol

pada darah, meningkatkan penggunaan glukosa oleh sel tubuh dan juga membantu

menyembuhkan luka (Tominac et al. 2010).

Penelitian telah dilakukan pada Ganoderma lucidum untuk menganalisis

kandungan beta glukan menggunakan Matrix Assisted Laser Desorption

Page 12: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

12

Ionization (MALDI). Beta-glukan diisolasi dari badan buah jamur. Perlakuan

langsung dan cepat menggunakan MALDI spectrometry (Hung et al. 2008).

Jamur yang mengandung beta-D-glukan merupakan pengubah respon biologi.

Tetapi hambatan utama penggunaan beta-glukan secara klinis adalah karena relatif

rendahnya kelarutan dalam air. Larutan glukan jamur diekstrak dengan alkali dari

miselium Ganoderma lucidum yang dijadikan sulfat untuk menghasilkan ekstrak

yang larut air (Han et al. 2008).

Dinding sel terdiri dari jaringan tiga dimensi berbasis polisakarida.

Dipertimbangkan untuk waktu yang lama sebagai exoskeleton inert, dinding sel

sekarang terlihat sebagai struktur yang dinamis yang terus berubah sebagai hasil

dari modifikasi tempat tumbuh dan tekanan lingkungan. Meskipun komposisi

dinding sel bervariasi antar spesies jamur, analisis komparatif khemogenomik

telah menyebabkan pemahaman yang lebih baik dari gen dan mekanisme yang

terlibat dalam pembangunan inti pusat umum yang terdiri dari cabang beta-1,3

glukan-kitin (Latge 2007).

Beta-glukan adalah salah satu polisakarida paling melimpah pada dinding sel

Saccharomyces cerevisiae. Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui produksi

beta-glukan pada Saccharomyces cerevisiae dalam media dengan sumber nitrogen

berbeda pada Air-Lift Fermentator. Hasil penelitian menunjukan hasil ekstraksi

beta-glukan tertinggi dan terendah terdapat pada pepton (933,33 mg/L) dan

glutamic acid (633,33 mg/L), mirip seperti sumber nitrogen pada kultur sel setelah

proses fermentasu selesai. Kultur sel ragi dengan urea dan DAHP mirip seperti

sumber nitrogen menunjukan hasil beta-glukan yang sama yaitu 733,33 mg/L.

Produksi konsentrasi beta-glukan dalam medium dengan urea menunjukan hasil

paling tinggi dibanding produksi menggunakan glutamic acid dan DAHP yang

dibuat mirip dengan sumber nitrogen (Thontowi et al. 2007).

Beta-glukan adalah komponen penting dalam makanan yang berperan dalam

modulasi disregulasi metabolik yang berhubungan dengan sindrom metabolik.

Page 13: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

13

Namun, dosis, bentuk, berat molekul, dan makanan pembawa bentuk beta-glukan

itu berpengaruh. Efek fisiologi beta-glukan terjadi terutama pada proses

fisiokemikal dan interaksi struktur saluran pencernaan. Penambahan beta-glukan

dalam makanan perlu untuk dikembangkan untuk membantu meningkatkan

konsumsi serat sehari-hari (El et al. 2012).

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui aktivitas anti diabetes oleh beta-

glukan Agaricus blazei. Hasil penelitian menunjukan berat molekul rata-rata beta-

glukan adalah 30-50 kDa diukur dengan menggunakan kromatografi filtrasi gel.

Oligosakarida (AO) yang berasal dari hidrolisis beta-glukan dengan endo-beta (1-

6) glukan dan AO keduanya menunjukan anti hiperglikemia, anti-

hypertriglyceridemic, anti-hiperkolesterolemia, dan aktivitas yang menunjukkan

aktivitas anti-diabetes keseluruhan pada tikus diabetes anti-arteriosclerotic, AO

memiliki sekitar dua kali aktivitas beta-glukan terhadap anti diabetes (Kimet al.

2005).

Beta-glukan dan kitin merupakan komponen struktural penyusun dinding sel

jamur yang terikat secara kovalen (Schiavone et al. 2014). Isolat Agrobacterium

sp lokal tipe liar menghasilkan beta glukan sebesar 43,0 mg/g sel dan tipe mutan

menghasilkan lebih banyak yaitu 44,0 mg/g sel (Kusmiati et al. 2006). Kadar beta-

glukan paling tinggi diperoleh pada kultur Saccharomyces cerevisiae dengan

sumber N pepton dan terendah pada kultur dengan sumber N asam glutamat. Hasil

ekstraksi b-glukan pada akhir fermentasi yaitu sebesar 933,33 mg-1 dan 633,33

mg-1 berturut-turut untuk kultur dengan sumber N pepton dan asam glutamat.

Kultur dengan sumber N urea dan DAHP memberikan hasil akhir yang sama yaitu

sebesar 733,33 mg-1 (Nurfajarwati 2006).

Auksin dapat memacu sintesis protein dinding sel yang diperlukan untuk

pertumbuhan. Hal tersebut terjadi berawal dari peningkatan isi sel yang tidak

diimbangi dengan peningkatan dinding sel sehingga terjadi tekanan turgor. Hal ini

akan mendorong kerja enzim selulolase memotong-motong ikatan selulosa pada

dinding primer sehingga dinding elastis dan sel semakin membesar (Santoso dan

Page 14: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

14

Nursandi 2004). Pada proses perpanjangan sel terjadi proses modifikasi dinding

sel secara fisik dan biokimia. Proses biokimia pada dinding sel berkaitan dengan

biokimia molekul polisakarida penyusun dinding sel (Masuda 1990). Salah satu

auksin yang dapat digunakan untuk adalah Indole Acetic Acid (IAA).

C. Indole Acetid Acid (IAA)

Auksin ditemukan pertama kali oleh Frits Went pada tahun 1926 di pucuk

tumbuhan gandum Avena sativa yang sedang tumbuh. Hormon auksin disintesis

di meristem apikal ujung batang yang kemudian disebarkan ke bagian tumbuhan

dengan gerakan terpolarisasi satu arah. Di alam dijumpai beberapa jenis auksin

seperti Indole Acetic Acid (IAA), Phenyl Acetic Acid (PAA), 4-chloro Indole

Acetic Acid (4-kloro IAA), Indole Butyric Acid (IBA). Auksin yang telah berhasil

disintesis antara lain Napthalene Acetic Acid (NAA), 2-Methyl 4-Chloro Phenoxy

Acetic Acid (MCPA), dan 2,4 Dichloro Phenoxy Acetic Acid (2,4D). Tetapi

ketiga senyawa tersebut tidak dikelompokan sebagai hormon, tetapi Zat Pengatur

Tumbuh (Setiowati dan Furqonita 2007).

Banyak komponen auksin alami maupun sintetis menunjukkan aktivitas pada

makhluk hidup. IAA dikenal sebagai auksin alami yang berada di sebagian besar

jenis tanaman. IAA disintesis dari dua siklus triptofan (Woodward dan Bartel

2004). Mikroba menggunakan IAA untuk berinteraksi dengan tanaman termasuk

fitostimulasi dan mekanisme pertahanan tanaman. Kontaminasi jamur merupakan

jumlah terbesar pada kultur jaringan Alternanthera sessilis dari pada bakteri.

Colletotrichum sp. memproduksi 25 mg/L IAA dengan konsentrasi triptofan

sebanyak 400 mg/L pada media czapex menunjukkan potensi penggunaan IAA

untuk kultur sel tanaman (Subbarayan et al. 2010).

Produksi IAA merupakan komponen utama stimulasi bakteri rhizozfer dan

memfasilitasi pertumbuhan tanaman. Penelitian telah dilakukan terhadap produksi

IAA dengan teknik isolasi, karakterisasi, dan identifikasi dari bakteri tanah

rizosfer. Sepuluh isolat, lima diantaranya terpilih sebagai isolat paling efisien.

Page 15: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

15

IAA yang diproduksi oleh bakteri merupakan biofertilizer yang efisien untuk

merangsang pertumbuhan tanaman (Mohite 2013).

Penelitian produksi IAA telah dilakukan pada Ustilago esculenta. Produksi

IAA pada media kutur semata-mata dipengaruhi oleh keberadaan triptofan.

Penambahan tiamin (vitamin B1) ke dalam media memperlihatkan peningkatan

pertumbuhan jamur, tetapi produksi IAA terhambat. Jumlah maksimum IAA

diperoleh setelah 8 hari inkubasi (Chung dan Tzeng 2004).

Perubahan bentuk pertumbuhan, penampilan, dan akar terjadi pada perlakuan

IAA (0,5 – 10 mg-1) terhadap kacang tanah yang ditanam secara hidroponik

maupun kultur cair. IAA menghambat perpanjangan akar baik dalam budidaya

hidroponik maupun kultur cair in vitro. Peningkatan yang luar biasa terjadi pada

polong dengan mengisolasi akar kedalam kutur in vitro dibandingkan dengan akar

yang diisolasi dari budidaya secara hidroponik. IAA menyebabkan penurunan

jumlah polong dan akar (Kukavica et al. 2007).

Streptomyces sp diisolasi dari rizosfer tanaman obat Thailand yang telah

ditemukan dapat memproduksi hormon pertumbuhan tanaman IAA di dalam

media MEA dengan konsentrasi 2 mg-1 triptofan. Streptomyces CMU-H009

permukaan tanah yang berasosiasi dengan Cymbopogon citratus sangat efektif

dalam memproduksi IAA. Strain filtrat kultur CMU-H009 merangsang

perpanjangan akar benih jagung (Zea mays) dan Cow Pea (Bruguiera parviflora)

(Khamna et al. 2010).

Metode untuk mengetahui produksi IAA oleh mikoriza dalam bentuk jamur

terus dikembangkan. Media kultur dan miselium jamur diekstrak dengan etil eter

bersamaan dengan percobaan IAA dengan standar internal. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa jamur mampu menghasilkan IAA. Strain Pisolithus

tinctorius yang ditunjukkan oleh pekerja lain untuk menghasilkan akar yang kuat

di lapangan percobaan menunjukkan produksi IAA dengan jumlah terbesar.

Beberapa jamur lain menunjukkan nilai IAA yang tinggi juga yang terinfeksi akar

Page 16: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

16

tanaman dengan relatif mudah dalam percobaan labolatorium (Ljungquist dan

Stenstrom 1983).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur biosintesis IAA pada

tanaman dan bakteri memiliki kesamaan. Triptofan telah diidentifikasi sebagai

prekursor utama untuk biosintesis IAA pada bakteri. Identifikasi yang telah

dilakukan menunjukkan lima jalur biosintesis yang berbeda menggunakan

triptofan sebagai prekursor IAA (Spaepen et al. 2007).

Perubahan pada polisakarida dinding sel dan komponen mekanik dinding sel

diuji selama induksi pertumbuhan perpanjangan dengan IAA yang diperlakukan

pada segmen tanaman kacang azuki dengan kondisi pertumbuhan yang berbeda.

Sukrosa merangsang induksi IAA untuk perpanjangan sel, tetapi sangat kecil

peranan IAA dalam pelonggaran dinding sel. Dalam keadaan kekurangan sukrosa,

jumlah galaktosa pada dinding sel juga berkurang. Dengan adanya sukrosa, pada

kasus lain, IAA meningkatkan jumlah selulosa, galaktosa, dan xylosa pada

polisakarida sel. IAA tidak dapat menimbulkan peningkatan apapun pada dinding

sel pada konsentrasi lebih dari 0,1 M, meskipun dapat melonggarkan dinding sel

pada konsentrasi 0,2 M (Nishitani et al. 1979).

Ketika auksin menstimulasi pertumbuhan dan perpanjangan sel koleoptil

tanaman serealia, hal tersebut terjadi dikarenakan adanya degradasi 1,3:1,4 beta-

glukan dalam polisakarida khususnya hemiselulosa. Penelitian telah dilakukan

untuk menguji ekspresi endo-1,3:1,4-beta-glukan (EI) dan exo-beta-glukan

(ExoII), dengan pH optimum 5, dan distribusi molekul polisakarida hemiselulosa

segmen koleoptil Hordeum vulgare L di uji coba dengan atau tanpa IAA. IAA

(10–5M) menstimulasi ekspresi gen EI, tetapi tidak memberi efek pada ExoII.

IAA menginduksi ekspresi gen EI setelah 4 jam dan meningkatkan kandungan

glukosa dinding sel setelah 8 jam. Distribusi berat molekul polisakarida

hemiselulosa dari koleoptil selama 2 hari perlakuan IAA. Fusicoccn (10–6M)

meniru IAA dalam menginduksi perpanjangan dan menurunkan berat molekul

hemiselulosa 1,3:1,4-beta-glucan pada koleoptil pada 4 jam pertama. Fakta ini

Page 17: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

17

menunjukkan pengasaman pada dinding sel gandum dengan aktivitas IAA

meningkatkan aktivitas glukan yang berperan dalam pembesaran dinding sel pada

pada fase awal pertama induksi IAA dan akhir fase kedua berperan dalam ekspresi

gen EI (Katoke et al. 2000).

Perpanjangan sel merupakan sifat tidak balik yang menyebabkan penguraian

dinding sel. Auksin penyebab perpanjangan batang dan sel koleoptil dengan

merangsang pembesaran sel melalui reaksi ini. Proses ini bisa jadi berpasangan

dengan pembentukan polimer pembentuk di dinding sel baru. Karena kerja utama

auksin tampaknya ada pada membran plasma atau beberapa molekul intraseluler,

dan juga pembesaran dinding sel. Oleh karena itu setiap protoplas harus

berhubungan (Rayle dan Cleland 1992).

Telah dilakukan penelitian pengaruh pemberian IAA pada pertumbuhan jamur

Aspergilus oryzae, Aspergilus terreus, Aspergilus niger, Alternaria alternata

dengan konsentrasi yang berbeda. Peningkatan laju pertumbuhan dan produksi

biomassa terjadi secara signifikan pada percobaan cairan hormon 15, 30 dan 45

mg-1. Nilai berat segar dan berat kering terjadi pada jamur yang diberi konsentrasi

IAA dengan konsentrasi hormon 45 mg-1. Data pada biomasa segar merupakan

peningkatan tertinggi yang diperoleh pada Alternaria alternata. Tercatat bahwa

biomassa mengalami peningkatan sebnyak 56%. Dimana data yang didapat pada

biomassa kering merupakan peningkatan signifikan yang tertinggi pada

Aspergilus oryzae yaitu sebesar 66%. Pertumbuhan signifikan yang mengejutkan

pada biomassa segar terjadi pada Alternaria alternata setelah diberi IAA dengan

jumlah yang sama dengan Aspergilus terreus dimana terjadi kehilangan berat

masing-masing sebanyak 31,43 dan 8,78%. Persentase kehilangan berat biomassa

kering terjadi pada Aspergillus niger yaitu sebanyak 15,3%. Biomassa kering

Aspergillus terreus tetap tidak berubah pada konsentrasi 45 mg-1 (Nasim et al.

2004).

Page 18: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

18

D. Hipotesis

Berdasarkan berbagai studi pustaka diatas, dapat diambil hipotesis sebagai

berikut :

1. IAA mampu meningkatkan kandungan beta glukan miselia jamur lingzhi

dengan melakukan pelonggaran pada dinding sel Ganoderma lucidum

2. Peningkatan beta glukan paling banyak dengan penambahan IAA 45 mg-1

Page 19: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

19

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT BPTBA LIPI), Gunug Kidul,

Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai dengan

September 2015.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplan lingzhi yang berasal

dari CV. Media Agro Merapi, Yogyakarta, kemudian eksplan dikulturkan di

Laboratorium Mikologi UPT BPTBA LIPI Gunung Kidul, Yogyakarta, glukosa,

aquades, fenol 5%, asam sulfat pekat, aquades, IAA, serbuk PDA instan, jamur

lingzhi, alkohol, biuret, HCL 2M.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu ukur 25 ml, spatula,

cawan timbang, beker glass, tabung reaksi, hot plate, kelereng, plasting wrapp,

pipet tetes, label, rak tabung reaksi, tissue, mikro pipet, autoclave, sumpal alat,

alumunium foil, magnetic stirer, magnet, erlenmeyer, sumpal tabung reaksi, gelas

ukur, Laminar Air Flow (LAF), petridish, skapel, gelas ukur, bunsen, pelubang

miselium, korek api, bupoint, nampan, petridish, kertas saring, timbangan analitik,

oven, petridish mini, desikator, penjepit, timbangan analitik, labu ukur, vortex,

spatula, beker glass, water bath, corong, spektrofotometri, jangka sorong.

C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data

Rancangan penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap

(RAL) faktor tunggal yaitu konsentrasi IAA. Penelitian terdahulu telah dilakukan

oleh Nasim et al. (2004) pada Aspergillus oryzae, A. terreus, A. niger, dan

Alternaria alternata. Hasil menunjukkan bahawa IAA dengan konsentrasi 45 mg-1

menghasilkan berat segar dan berat kering jamur yang lebih tinggi.

Konsentrasi IAA dalam penelitian ini adalah 0 ppm, 15 ppm, 30 ppm, 45 ppm,

60 ppm, dan 75 ppm dengan 8 kali ulangan. Waktu inkubasi 14 hari. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan Ganoderma lucidum tumbuh dengan sangat baik di

19

Page 20: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

20

media Potato Dextrose (PD) dengan pH 5 dan suhu 250C dengan menggunakan

konsentrasi inokulum sebanyak 15 ml (Nasreen et al. 2005, Tesfaw et al. 2015).

Analisis data dilakukan dengan menggunakan Analisi Of Varians (ANOVA) taraf

5%. Apabila terdapat beda nyata diuji lanjut menggunakan DMRT dengan taraf

yang sama.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Pembuatan kurva standar glukosa metode fenol-sulfat (Kusmiati et al.

2007)

Baku pembanding glukosa: larutan baku pembanding glukosa 1000 ppm (stok)

dibuat dari 25 mg glukosa yang ditimbang seksama, dilarutkan dengan air dalam

labu tentukur 25 ml. Kemudian dilakukan pengenceran sedemikian sehingga

diperoleh konsentrasi glukosa baku pembanding sebesar: 10 ppm, 20 ppm, 30

ppm, 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, 100 ppm.

Cara penetapan: 1000 µl larutan baku pembanding glukosa dan molase hasil

pengenceran ditambah 0,5 ml fenol 5%, dikocok homogen, ditambah 2,5 ml

H2SO4 pekat, didiamkan selama 10 menit, dikocok homogen lalu dipanaskan di

atas penangas air mendidih selama 15 menit dan didinginkan. Masingmasing

larutan hasil reaksi diukur serapannya secara spektrofotometri cahaya tampak

pada λ 490 nm, dan dibuat kurva baku pembanding dan persamaan garis

regresinya. Dengan cara yang sama, kadar glukosa dalam masing-masing larutan

molase diukur dan dihitung menggunakan persamaan garis regresi kurva baku

glukosa.

Page 21: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

21

Gambar 1. Flow chart pembuatan larutan standar glukosa

Vortex

Pembuatan larutan stok 10 ppm samapai

100 ppm

Vortex

1 ml larutan stok + 0,5 ml fenol 5%

Vortex

2,5 ml asam sulfat pekat

Vortex

Memasakukan kedalam waterbath dengan

suhu 100oC selama 15 menit

Dinginkan

Pembuatan larutan stok 1000 ppm

Vortex

Spektro dg panjang gelombang 490 nm

Page 22: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

22

Gambar 2. Kurva standar glukosa metode fenol-sulfat

2. Pembuatan PDA-IAA

Pembuatan media PDA-IAA dengan konsentrasi IAA 0 ppm, 15 ppm, 30 ppm,

45 ppm, 60 ppm, 75 ppm. Pertama-tama menghitung volume IAA yang

dibutuhkan dengan menggunakan rumus M1V1=M2V2. Penelitian terdahulu telah

dilakukan oleh Wagner et al. (2003) bahan yang digunakan untuk pembuatan

PDA yaitu ekstrak gandum 1%, ekstrak ragi 4%, D-glukosa 0,4% dan 2% agar.

Waktu inkubasi digunakan 14 hari pada 24-30°C. Hasil budidaya kemudian

disimpan pada suhu 4°C.

Pembuatan media PDA sebanyak 50 cawan dapat dimulai dengan

menggunakan serbuk PDA sebanyak 20 gram kemudian ditambahkan

chlorampenicol 0,25 gram. Setelah itu ditambahakan aquades sebanyak 500 ml

dan dipanaskan menggunakan magnetic stirrer hingga mendidih dan larut.

Larutan dituangkan ke dalam 50 cawan yang masing-masing diisi 10 ml media

PDA cair. Setelah dingin, permukaan PDA disemprot IAA sesuai perlakuan.

3. Penanaman Lingzhi

Pembuatan kultur jamur lingzhi telah dilakukan oleh Nasreen et al. (2005),

Astuti dan Kuswytasari (2013), Asegab (2010). Pertama-tama pembuatan

y = 0,013x + 0,008

R² = 0,995

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0 20 40 60 80

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi

Page 23: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

23

inokulum dimulai dengan menyiapkan masing-masing media PDA sebanyak 100

ml. Jamur dicuci dengan air steril kemudian direndam dalam larutan alkohol 70%

selama beberapa menit. Setelah steril, jamur dipotong-potong dengan diamater 0,5

cm (6 potong disetiap labu), potongan jamur diaambil dari kultur yang masih

aktif. Kemudian, disiapkan botol/cawan petri yang berisi PDA, dan dibuka

penutupnya perlahan, Eksplan ditaruh ke dalam cawan dan ditutup kembali.

Sebelum ditutup, dilakukan pemanasan mulut botol diatas api bunsen selama

beberapa detik untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi. Botol ditutup rapat

dengan kapas dan plastik, apabila menggunkan cawan petri makan menutupnya

dengan kertas wrapping dan koran.

4. Inkubasi

Setelah proses isolasi selesai dilakukan, cawan petri/botol yang berisi eksplan

jamur akan mengalami pertumubuhan miselia. Proses inkubasi dilakukan di dalam

inkubator selama 14 hari pada suhu 25°C. Agar proses inkubasi berjalan lancar

maka perlu dilakukan kontrol sirkulasi ruang inkubasi.

5. Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan mengambil miselium jamur didalam petri

menggunakan spatula, kemudian menghilangkan agar yang menempel dengan

merendamnya kedalam air mendidih, membilas dengan aquades, kemudiam

disaring dengan kertas saring dan meniriskannya dengan dibungkus kertas saring,

kalau sudah cukup kering lalu ditimbang.

6. Pengukuran kadar air (AOAC, 1984)

Menimbang petridish (bobot wadah) dan petridish bersama dengan sampel

jamur lingzhi (bobot awal). Kemudian sampel yang telah ditimbang di oven

selama 5 jam, kemudian dimasukan ke desikator selama 10 menit dan ditimbang.

Setelah selesai ditimbang kemudian dimasukan ke oven lagi selama 2 jam,

kemudian dimasukan kedalam desikator selama 10 menit dan ditimbang kembali.

Begitu seterusnya hingga tiga jamur telah mencapai bobot konstan. (nb : pada

Page 24: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

24

penelitian ini sebelum dioven, sampel basah dimasukan kedalam desikator selama

1 malam).

Rumus perhitungan kadar air :

Kadar Air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑥 100%

7. Pengukuran beta-glukan (Kusmiati et al. 2007)

Jamur lingzhi yang sudah dipanen dimasukan kedalam tabung reaksi dan

dihaluskan dengan menggunakan spatula. Setelah cukup halus kemdian ditambah

HCl 2M sebanyak 5 ml. Setelah itu tabung reaksi ditutup menggunakan kelereng

dan di wrapp, kemudian di vortex. Setelah homogen kemudian dimasukan

kedalam air dengan suhu 100oC selama 2 jam, kemudian didinginkan. Setelah

dingin kemudian larutan disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya

sebanyak 0,05 ml. Filtrat tersebut diencerkan dengan aquades sampai volume 5

ml.

Untuk uji beta-glukan, ambil cairan sebanyak 1 ml dari filtrat yang telah

diencerkan tersebut, kemudian ditambahkan fenol 5% sebanyak 0,5 ml dan 2,5 ml

asam sulfat pekat. Tabung reaksi kembali ditutup dengan kelereng dan diwrapp

kemudian divortex. Setelah homogen kemudian diinkubasi didalam air bersuhu

100oC selama 15 menit dan didinginkan. Setelah dingin lalu dianalisis dengan

UV-Vis Spektrofotometri dengan panjang gelombang 490 nm. Apabila absorbansi

>0,7 maka perlu dilakukan pengenceran. (nb : pada perlakuan IAA 0 ppm dan

IAA 15 ppm sampel cair tidak disimpan dalam kulkas, pada perlakuan IAA 30

ppm dan IAA 45 ppm sampel cair disimpan di kulkas selama 1 malam, pada

perlakuan IAA 60 ppm dan IAA 75 ppm disimpan didalam kulkas selama 5 hari).

E. Pengamatan Peubah

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Kadar beta-glukan

Kadar beta-glukan yang terdapat pada miselium yang tumbuh di PDA diukur

sesuai lama waktu perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan mengukur absorbansi

Page 25: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

25

ekstrak miselium menggunakan spektrofotometri UV-Fis. Kemudian hasil

absorbansi dihitung menggunakan rumus kurva standar glukosa yang telah dibuat

yaitu y = 0,013x + 0,008.

2. Berat segar miselium

Berat segar miselium diukur menggunakan timbangan analitik setelah

dilakukan pemanenan. Tujuan penimbangan berat segar adalah untuk mengetahui

bobot awal miselium. Selanjutnya, hasil dari berat segar ini akan digunakan untuk

menghitungb berat kering miselum. Karena waktu yang cukup lama, sampel basah

disimpan didalam desikator ketika jeda penelitian.

3. Berat kering miselium

Berat kering diukur setelah miselium dioven sampai diperoleh berat konstan.

Untuk mencapai bobot konstan diperlukan pengovenan berulang kali. Dalam

penelitian ini dilakukan pengovenan sebanyak 5 kali. Karena memerlukan waktu

yang lama, sampel disimpan di oven saat jeda penelitian.

4. Diameter koloni

Diameter koloni diukur menggunakan jangka sorong. Sampel diukur

berdasarkan diameter yang tampak pada botol/petridish pada masing-masing

perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan mengulang pengukuran sebanyak 4 kali

dari sudut yang berbeda.

Diameter koloni: 𝐷1+𝐷2+𝐷3+𝐷4

4

5. Kadar air

Setip jenis jamur memiliki kadar air yang berbedaa-beda. Pada penelitian ini

dilakukan pengamatan kadar air untuk mengetahui kadar air miselium lingzhi

sesuai dengan perlakuan.

Kadar air: 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑥 100%.

Page 26: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jamur mendapat makanan dalam bentuk selulosa, glukosa, lignin, protein, dan

senyawa pati. Bahan makanan tersebut diperoleh dari media pertumbuhannya.

Jamur akan menyerap nutrisi lebih tinggi apabila kondisi lingkungan dan syarat

tumbuh yang dibutuhkan terpenuhi (Ridwan et al. 2013). Beta-glukan merupakan

bagian dari polisakarida yang menyusun dinding sel jamur. Berdaarkan hasil dari

banyak penelitian, beta-glukan memberikan efek fisiologis pada sel, terutama

untuk mengobati berbagai penyakit kronis tidak menular. Konsentrasi beta-glukan

pada jamur pangan berkisar antara 20.06 ± 1,76% sampai 44,21 ± 0,13% atau

29,74 ± 1,40% sampai 56,47 ± 4,72% tergantung pada jenis jamur (Bak et al.

2014). Nasim et al. (2004) memberikan IAA pada media pertumbuhan miselium

Aspergilus oryzae, Aspergilus terreus, Aspergilus niger, Alternaria alternata.

Terjadi peningkatan biomassa secara signifikan pada perlakuan IAA 45 mg-1. IAA

merupakan hormon pertumbuhan yang berkerja dalam pemanjangan, pembelahan,

dan diferensiasi sel khususnya sel jamur. Namun, hasil penelitian ini menunjukan

bahwa pemberian IAA tidak menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap

kadar air, berat kering, berat segar, dameter koloni lingzhi (α>0.005). Hasil

penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8,

Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11, Tabel 13, Tabel 14, Tabel 15, Tabel 16, Tabel 17

(Lampiran 1). Hasil uji korelasi pada penelitian juga menunjukan bahwa berat

kering miselium lingzhi (biomassa) dan beta-glukan tidak memiliki hubungan

interaksi yang besar (Tabel 3). Nishitani et al. (1979) mengatakan bahwa sukrosa

merangsang induksi IAA untuk perpanjangan sel, tetapi sangat kecil peranan IAA

dalam pelonggaran dinding sel. Pengaruh pemberian IAA terhadap beta-glukan

lingzhi menunjukan adanya interaksi yang besar pada analisisi korelasi (r2: 0,876)

dan menunjukan pengaruh yang siginfikan pada analisis varians (α<0,005).

Pengaruh pemberian IAA terhadap kadar beta-glukan miselium lingzhi dapat

dilihat pada Tabel 12, Tabel 13, Tabel 18 (Lampiran 1). Namun kadar beta-glukan

terbesar diperoleh oleh perlakuan tanpa IAA (Tabel 2). IAA berpengaruh negatif

26

Page 27: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

27

terhadap beta-glukan lingzhi. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar

konsentrasi IAA yang diberikan pada media pertumbuhan lingzhi akan diikuti

oleh penurunan kadar beta-glukannya.

Perpanjangan sel merupakan sifat tidak balik yang menyebabkan penguraian

dinding sel. Auksin penyebab perpanjangan batang dan sel koleoptil dengan

merangsang pembesaran sel. Proses ini bisa jadi berpasangan dengan

pembentukan polimer pembentuk di dinding sel baru. Karena kerja utama auksin

tampaknya ada pada membran plasma atau beberapa molekul intraseluler, dan

juga pembesaran dinding sel. Oleh karena itu setiap protoplas harus berhubungan

(Rayle dan Cleland 1992, Wang et al. 2010, Nasim et al. 2004, Katoke et al.

2000). Namun, berdasarkan hasil penelitian ini IAA juga tidak menunjukan

hubungan yang erat baik dengan kadar air (r2: 0,149), diameter koloni lingzhi (r2:

0,461), maupun berat segar lingzhi (r2: 0,314) dan berat kering lingzhi (r2: 0,243).

Selain itu, diameter, berat segar, dan berat kering lingzhi juga tidak menunjukan

adanya hubungan yang erat dengan beta-glukan lingzhi (Tabel 3).

Kandungan beta-glukan yang terdapat pada Saccharomyces cerevisiae lebih

besar dari beta-glukan yang terkandung pada jamur lingzhi yaitu berkisar antara

633.33 µg-1 (0,633 mg/mg) - 933.33 µg-1 (0,933 mg/mg) (Thotowi et al. 2007).

Kandungan beta-glukan lingzhi mirip dengan kandungan beta-glukan yang

terdapat pada amur shiitake yang telah dikeringkan yaitu menghasilkan

polisakarida kasar antara 20-100 mg/g-1 (0,2-1 mg/mg). Hal tersebut

mengindikasikan bahwa polisakarida kasar yang terkandung pada jamur

dipengaruhi oleh strain jamur, karakterisitik lingkungan, dan interaksi antara

jamur dan lingkungan (Brauer et al. 201, Boonyanuphap dan Hansawasdi 2010,

Paulraj dan Saravanan 2012). Dimana beta-glukan yang dihasilkan pada penelitian

ini (0,31 mg/mg) sama dengan hasil yang didapatkan oleh Wang et al. (2014)

yang didapat dari badan buah dan miselum lingzhi yaitu berkisar antara 1.3 -79.9

mg/dL (0,013-0,799 mg/mg).

Page 28: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

28

Tabel 2. Pengaruh pemberian IAA pada media pertumbuhan lingzhi terhadap

kadar air, diameter, berat segar, berat kering, dan beta-glukan miselium

lingzhi

Kon. IAA (ppm) Data r2 a b α

Kadar Air (%) 0

15

30

45

60

75

94,94a

95,59a

94,22a

94,96a

94,91a

94,53a

0,149 -0,006 95,09 0,722

Berat Segar (g) 0

15

30

45

60

75

1,41ab

1,79b

1,51ab

1,34ab

0,84a

1,44ab

0,243 -0,005 1,595 0,151

Berat Kering (g) 0

15

30

45

60

75

0,07ab

0,08ab

0,07b

0,05a

0,04a

0,07ab

0,314 -0,000 0,072 0,164

Diameter (cm) 0

15

30

45

60

75

8,65bc

8,34bc

8,8c

8,4bc

7,52a

8,05a

0,461 -0,011 8,709 0,006

Beta-Glukan

(mg/mg)

0

15

30

45

60

75

0,31b

0,3b

0,22a

0,21a

0,19a

0,18a

0,876 -0,001 0,305 0,000

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan menunjukan tidak

beda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Tidak adanya peningkatan kadar beta glukan ini terjadi karena pada jamur yang

termasuk basidiomicetes komponen IAA sudah terdapat pada badan buah dan

miseliunya. Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

pada Calocera viscosa (Basidiomycota) yang dikembangkan pada medium padat

dan medium cair. Hasil menunjukan bahwa Calocera viscosa menghasilkan

Page 29: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

29

komponen indole berkisar antara 0,37 sampai 11,88 mg/100 g indole pada badan

buah dan 11,42 pada miselium dari medium cair. pada media padat dihasilkan

komponen indole sebanyak 10,59 mg/100 g. Sintesis IAA selain dapat dilakukan

oleh tumbuhan berbunga, juga dapat dihasilkan oleh bakteri (rhizobakteri dan

beberapa patogen), ragi, dan beberapa jamur lainnya dalam bentuk yang berbeda-

beda dengan tingkat yang lebih tinggi dibanding tanaman (Muszynska dan Ziaja

2012, Bose et al. 2013, Setiarto dan Saskiawan 2013, Siriin et al. 2014, Uggla et

al. 1998). Oleh sebab itu, pada jamur basidiomicota pemberian IAA tidak

memberikan pengaruh yang signifikan (α>0.005) baik terhadap kadar air, berat

segar, diameter koloni maupun berat keringnya.

Tabel 3. Nilai korelasi antar variabel pengamatan.

Kadar

Air

Diameter Berat

Segar

Berat

Kering

Beta-

Glukan

Kadar Air 1 0,37 0,71 0,45 0,15

Diameter 1 0,59 0,63 0,34

Berat Segar 1 0,88 0,21

Berat Kering 1 0,37

Beta-Glukan 1

Hasil kadar air dalam penelitian ini (94-95%) sesuai dengan kadar air jamur

pangan (Auricularia polytricha dan Pleurotus ostreatus) yang di uji oleh Usha

dan Sugma (2014) yaitu berkisar antara 90,6% -93,3%. Hasil berbeda dihasilkan

oleh penelitian yang dilakukan Medany (2014) pada badan buah jamur Pleurotus

citrinopileatus. Badan buah Pleurotus citrinopileatus memiliki kadar air berkisar

antara 85,90-87,37%. Perbedaan ini dikarenakan Medany membudidayakan jamur

di Mesir dengan kondisi lingkungan yang ekstrim untuk pertumbuhan jamur

pangan. Kondisi iklim gurun di Mesir terbilang ekstrim untuk pertumbuhan jamur.

Kondisi ekstrim di Mesir akan membuat jamur mengalami stres dan kehilangan

kadar air lebih besar dibanding jika jamur dibudidayakan di negara tropis dan sub-

tropis.

Berat segar dan berat kering miselium lingzhi yang diperoleh dalam penelitian

ini masing-masing berkisar antara 0,8-1,79 g dan 0,04-0,08 g. Jamur kaya akan

Page 30: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

30

protein, serat, dan karbohidrat. Selain itu, jamur juga rendah lemak. Protein pada

jamur berkisar antara 33,3%-36%, serat berkisar antara 17,85%-22,35%, lemak

berkisar antara 3,8%-4,37%, karbohidrat berkisar antara 28,5% sampai 44,7%,

dan kadar abu berkisar antara 5,2%-7,93% dari total berat keringnya (Usha dan

Suguna 2014). Berat segar miselium lingzhi sebagian besar terdiri dari kadar air.

Selain adanya kadar air, didalam jamur juga terdaapat berbagai jenis mineral dan

vitamin. Prosentase 22,84 – 26,01% pada miselium merupakan protein.

Prosentase 2.59 – 3.23% adalah lemak. Prosentase 7,76 – 9,06% adalah abu.

Prosentase 63,77 – 65,58% adalah total karbohidrat miselium setelah dikeringkan

(Medany 2014). Mukhopadhyay et al. (2005) mengatakan bahwa protein dapat

dihasilkan dengan penambahan IAA sebanyak 2 mg-1 pada budidaya jamur

Pleurotus sajor-caju. Jadi, pemberian IAA dengan konsentrasi yang tepat dapat

meningkatkan produksi biomasa. Untuk meningkatkan kadar air pada miselium

setiap jenis jamur membutuhkan IAA dengan konsentrasi yang berbeda-beda.

Namun, penelitian yang bertujuan meningkatkan kandungan beta-glukan semakin

rendah kadar air menunjukan hasil yang baik.

Pada pengukuran berat segar ini, waktu pemanenan yang cukup lama

menjadikan penimbangan sampel segar tidak dapat dilakukan pada hari yang

sama, sehingga diperlukan tempat khusus untuk menyimpan sampel. Dalam

penelitian ini digunakan desikator untuk menyimpan sampel basah. Desikator

adalah tempat yang terbuat dari kaca yang berfungsi untuk menyimpan sampel

terutama sampel yang telah dikeringkan dan menjaganya dari kelembaban udara.

Bagian dasar desikator terdapat silika yang berfungsi untuk menyerap dan

mencegah kelembaban udara sehingga tidak akan mempengaruhi berat sampel.

Selain itu, desikator dilengkapi dengan tutup kaca yang dilapisi vaselin, dimana

vaselin berfungsi sebagai penutup celah antara tutup dan wadah. Hal tersebut

dapat mencegah adanya sirkulasi udara.

Hasil penelitian diketahui bahwa desikator berpotensi sebagai inkubator kultur

anaerob ditandai dengan tumbuhnya isolat Desulfovibrio (anaerob obligat).

Page 31: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

31

Namun, kelemahan dalam pemanfaatan desikator vakum ditandai dengan

hidupnya isolat P. aeruginosa (aerob obligat) dan E. coli (fakultatif anaerob) yang

diduga masih terdapat oksigen di head space tabung reaksi (Humaidah 2011).

Berdasarkan hasil percobaan terhadap hasil analisis kadar air baik terhadap

rumput gajah, jagung, dedak, bungkil kelapa dan tepung ikan yang dilakukan

dengan interval waktu I minggu, 2 minggu, I bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan

12 bulan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (Marlina 2006). Hal

tersebut munjukan bahwa penggunaan desikator untuk menyimpan sampel basah

tidak akan memberi pengaruh nyata terhadap kandungan air sampel. Karena silika

gel didalam desikator berfungsi menyerap uap air diudara, bukan menyerap air

yang berada didalam sampel.

Page 32: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

32

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan

bahwa IAA tidak mampu meningkatkan beta-glukan miselium jamur lingzhi pada

semua konsentrasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran agar dalam penelitian

lanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan beta-glukan jamur lingzhi tidak perlu

menggunakan IAA.

32

Page 33: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

33

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A, Anjum FM, Zahoor T, Nawaz H, Dilshad SMR. 2012. Beta-glucan : a

valuable functional ingredient in foods. Critical Reviews in Food Science and

Nutrition, 52: 201–212. DOI: 10.1080/10408398.2010.499806.

Akhirunnisa DV. 2010. Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% jamur lingzhi

(Ganoderma lucidum) pada tikus jantan yang diinduksi parasetamol. Skripsi.

Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Akramienė D, Kondrotas A, Didžiapetrienė J, Kėvelaitis E. 2007. Effects of beta-

glucans on the immune system. Medicina (Kaunas) 43(8): 597-606.

Asegab M. 2010. Bisnis pembibitan jamur tiram, jamur merang, jamur kuping.

Jakarta : PT Agromedia Pustaka.

Askin R, Sasaki M, Goto M. 2007. Sub and supercritical fluid extraction of

bioactive compounds from Ganoderma lucidum. Proceedings of International

Symposium on Eco Topia Sci, ISETS07.

Astuti HK, Kuswytasari ND. 2013. Efektifitas pertumbuhan jamur tiram putih

(Pleurotus ostreatus) dengan variasi media kayu sengon (Paraserianthes

falcataria) dan sabut kelapa (Cocos nucifera). J Sains Sen Pom 2(2): 2337-

3520.

Bak WC, Park JH, Park AE, Park YA, Ka KH. 2014. Determination of glucan

contents in the fruiting bodies and mycelia of Lentinula edodes cultivars.

Mycobiology 42(3): 301-304.

Boh B, Berovic M, Zhang J, Bin LZ. 2007. Ganoderma lucidum and its

pharmaceutically active compounds. Biotech Annu Rev 13: 265-301. URL :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17875480 (Abstr).

Boonyanuphap J dan Hansawasdi C. 2010. Spatial distribution of Beta glucan

containing wild mushroom communities in subtropical dry forest, Thailand.

Fungal Divers 46(1): 29-42.

Bose A, Shah D, Keharia H. 2013. Production of indole-3-acetic-acid (IAA) by

the white rot fungus Pleurotus ostreatus under submerged condition of

Jatropha seedcake. Mycology 4(2) : 103–111.

Brauer D, Kimmons TE, Phillips M, Brauer D. 2011. Starch concentrations in log-

grown shiitake mushrooms (Lentinula edodes (berk.) pegler). The Open

Myco J 5: 1-7.

Chan GCF, Chan WK, Sze DMY. 2009. The effects of beta-glucan on human

immune and cancer cells. J Hema Oncol 2(25): 1-11.

Chihara G, Hamuro J, Maeda YY, Arai Y, Fukuoka F. 1970. Fractionation and

purification of the polysaccharides with marked antitumor activity, especially

Page 34: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

34

lentinan, from Lentinus edodes (Berk.) Sing, (an edible mushroom). Cancer

research 30: 2776-2781.

Chung KR, Tzeng DD. 2004. Biosynthesis of indole-3-acetic acid by the gall-

inducing fungus Ustilago esculenta. J Bio Sci 4(6): 744-750.

Darwis W, Franciska A. 2013. Pembuatan isolat jamur obat (Picnoporus

sanguineus). Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

El KD, Luhovyy C, Cuda BL, Anderson GH. 2012. Beta glucan: health benefits in

obesity and metabolic syndrome. URL: http://www.hinda-

wi.com/journals/jnme/2012/851362

Fajriani. 2008. Pemberian obat-obatan anti inflamasi non steroid (ains) pada

anak. J Dentistry 15(3):200-204.

Furi PR, Wahyuni AS. 2011. Pengaruh ekstrak etanol jamur lingzhi (Ganoderma

lucidum) terhadap kadar HDL (High Density Lipoprotein) pada tikus

dislipidemia. J Pharm 12(1): 1-8.

Gill SK, Rieder MJ. 2008. Toxicity of a traditional chinese medicine, Ganoderma

lucidum, in children with cancer. Can J Clin Pharmacol 15(2): 275-285.

Han MD, Han YS, Hyun SH, Shin HW. 2008. Solubilization of water-insoluble β-

glucan isolated from Ganoderma lucidum. J Env Bio 29(2):237-242.

Herrera JR. 1991. Biosynthesis of beta-glucans in fungi. Antonie van Leeu-

wenhoek 60:73-81.

Humaidah S. 2011. Potensi Desikator untuk inkubator anaerob. Skripsi. Surabaya

: Institut Teknologi Sepuluh November.

Hung WT, Wang SH, Chen CH, Yang WB. 2008. Structure determination of β-

glucans from Ganoderma lucidum with Matrix-assisted Laser Desorption

/Ionization (MALDI) mass spectrometry. J Molecules 13:1538-1550. DOI:

10.3390/molecules13081538.

Jantaramanant P, Sermwittayawong D, Noipha K, Towatana NH, Wititsu-

wannakul R. 2014. Beta-glucan-containing polysaccharide extract from the

grey oyster mushroom (Pleurotus sajor-caju (Fr.) Sing) stimulates glucose

uptake by the L6 myotubes. Intern Food Res J 21(2): 779-784.

Jiang Y, He A, Liu Y, Xie B, Li Y, Deng Y et al. 2014. Development of lingzhi or

reishi medicinal mushroom, Ganoderma lucidum (higher basidiomy-cetes)

polysaccharides injection formulation. Inter J Medic Mush 16(5): 411-419.

Kao CHJ, Jesuthasan AC, Bishop KS, Glucina MP, Ferguson LR. 2013. Anti-

cancer activities of Ganoderma lucidum: active ingredients and pathways. Func

Foods in Health and Disea 3(2): 48-65

Khamna S, Yokota A, Peberdy JF, Lumyong S. 2010. Indole-3-acetic acid

production by Streptomyces spisolated from some Thai medicinal plant

Page 35: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

35

rhizospheresoils. Eur Asia J Bio Sci 4:23-32. DOI: 10.5053/ejobios.

2010.4.0.4.

Kim YW, Kim KH, Choi NHJ, Lee DS. 2005. Anti-diabetic activity of beta-

glucans and their enzymatically hydrolyzed oligosaccharides from Agaricus

blazei. J Biotechnol Lett 27(7):7-483. URL: http://www.ncbi.nl-m.nih.gov /

pubmed/15928854 (Abstr).

Kotake T, Nakagawa N, Takeda K, Sakurai N. 2000. Auxin-induced elongation

growth and expressions of cell wall-bound exoand endo-beta-glucanases in

barley coleoptiles. J Plant Cell Phy. 41(11):1272–1278.

Kukavica B, Mitrović A, Mojović M, Jovanović SV. 2007. Effect of indole-3-

acetic acid on pea root growth, peroxidase profiles and hydroxyl radical

formation. Arch Biol Sci Belgrade 59(4):319-326. DOI:10.2298/ABS

0704319K.

Kusmiati, Rachmawati F, Siregar S, Nuswantara S, Malik A. 2006. Produksi beta-

1,3 glukan dari Agrobacterium dan aktivitas penyembuhan luka terbuka pada

tikus putih. J Makara Sains 10(1): 24-29.

Kusmiati, Tamat SR, Nuswantara S, Isnaini N. 2007. Produksi dan penetapan

kadar β-glukan dari tiga galur Saccharomyces cerevisiae dalam media

mengandung molase. J Ilmu Farm Indones 5(1):7-16.

Kusmiati, Tamat SR, Nuswantara S , Muhamad S. 2007. Pengaruh Penambah-an

Urasil Dalam Media Fermentasi Terhadap Hasil Βeta-Glukan Dari Dua Galur

Agrobacterium. J Makara Sains 11(2): 68-74.

Laksono SP, Qomariyah, Purwaningsih E. 2011. Persentase distribusi penyakit

genetik dan penyakit yang dapat disebabkan oleh faktor genetik Di RSUD

Serang. Majalah Kes Pharm Med 3(2): 267-271.

Latgé JP. 2007. The cell wall: a carbohydrate armour for the fungal cell. J Molec

Microb 66(2):279–290. URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

pubmed/17854405 (Abstr).

Ljungquist MEPO, Stenstrom E. 1983. Indole-3-acetic acid production by

mycorrhizal fungi determined by gas chromatography-mass spectrometry. J

New Phytol 94:401-407.

Marlina N. 2006. Masa pemakaian silika gel sebagai desikan pada penentuan

kadar air. J Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Masuda Y. 1990. Auxin-induced cell elongation and cell wall changes. J Botan

Magaz Toky 103(3):345-370. URL : http://link.springer.com/article/ 10.10

07%2FBF02488646 (Abstr).

Medany GM. 2014. Cultivation possibility of golden oyster mushroom (Pleurotus

citrinopileatus) under the Egyptian conditions. Egypt J Agric Res 92(2): 749-

762.

Page 36: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

36

Mohite B. 2013. Isolation and characterization of indole acetic acid (IAA)

producing bacteria from rhizospheric soil and its effect on plant growth. J Soil

Sci Plant Nut 13(3):638-649.

Mukhopadhyay R, Chatterjee S, Chatterjee BP, Guha AK. 2005. Enhancement of

biomass production of edible mushroom Pleurotus sajor-caju grown in whey

by plant growth hormones. Process Biochem 40:1241–1244.

Muszyńska M, Ziaja KS. 2012. Analysis of indole compounds in fruiting bodies

and in mycelia from in vitro cultures of Calocera viscosa (Basidiomycota).

Acta Mycologica 47 (1): 57–64.

Nasim G, Rahman M, Shabbir A. 2004. Effect of indole acetic acid on in vitro

growth and biomass production of some soil fungi. Pakistan J Bio Sci 7(12) :

2039-2044.

Nasreen Z, Kausar T, Nadeem M, Bajwa R. 2005. Study of different growth

parameters in Ganoderma lucidum. J Mico Aplicada Intern 17(1):5-8.

Nishitani K, Shibaoka H, Masuda Y. 1979. Growth and cell wall changes in azuki

bean epicotyls II. Changes in wall polysaccharides during auxininduced growth

of excised segments. Plant Ccll Physiol. 20(2):463-472.

Noor I, 2010. Isolasi dan karakterisasi beta-glukan dari tubuh buah jamur tiram

putih (Pleurotus ostreatus) dengan metode spektroskopi UV – visibel dan FTR.

Skripsi. Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nurfajarwati W. 2006. Produksi beta-glukan dari Saccharomyces cerevisiae

dengan variasi sumber nitrogen. Skripsi.

Nurwhidan AF. 2014. Analisis pemasaran jamur tiram (Pleurotus ostreatus) di

kota Serang provinsi Banten. Skripsi.

Oloke JK, Adebayo EA. 2015. Effectiveness of immunotherapies from oyster

mushroom (Pleurotus species) in the management of immunocompro-mised

patients. Intern J Immun 3(2-1): 8-20. DOI: 10.11648/j.iji.s.2015-030201.12.

Parjimo H dan Soenanto H. 2008. Jamur Lingzhi: Raja Herbal, Seribu Khasiat.

Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.

Paulraj B dan Saravanan T. 2012. Optimization of beta-glucan production from

lower fungi using central composite design and its biological application.

Intern J Comp App 49(8): 0975-8887.

Pranamuda H, Giarni R, Pradana A, Mahsunah ISA, Dewi D. 2012. Aplikasi beta

glukan sebagai bahan berkhasiat imunomodulator dan antikanker. Prosiding

InSINas.

Rasmy GE, Botros WA, Kabeil SS, Daba AS. 2010. Preparation of glucan from

Lentinula edodes edible mushroom and elucidation of its medicinal value. Aust

J Bas App Sci 4(11): 5717-5726.

Page 37: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

37

Rayle DL, Cleland RE. 1992. The acid growth theory of auxin-induced cell

elongation is alive and well. J Plant Phy 99:1271-1274.

Redaksi Agromedia 2010. Buku pintar bertanam jamur konsumsi (tiram, kuping,

shiitake, merang, champignon). Jakarta : PT Agromedia Pustaka.

Riduwan M, Hariyono D, Nawawi M. 2013. Pertumbuhan dan hasil jamur merang

(Volvariella volvacea) pada berbagai sistem penebaran bibit dan ketebalan

media. J Prod Tan 1(1): 70-79.

Russell R, Paterson M. 2006. Ganoderma – A therapeutic fungal biofactory. J

Phyto chemist 67:1985–2001.

Sanodiya BS, Thakur GS, Baghel RK, Prasad GB, Bisen PS. 2007. Ganoderma

lucidum: a potent pharmacological macro fungus. Curr Pharm Biotechnol

10(8):717-42.URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19939212(Abstr)

Santoso U, Nursandi F. 2004. Kultur jaringan tanaman. Malang : UMM Press.

Schiavone M, Vax A, Formosa C, Yken HM, Dague E, Francois JM. 2014. A

combined chemical and enzymatic method to determine quantitatively the

polysaccharide components in the cell wall of yeasts. J FEMS Yeast Res 14(6):

1-15. Doi: 10.1111/1567-1364.12182.

Setiarto RHB dan Saskiawan S. 2013. The Lignocellulolytic Activity and Ability

to Produce Indole Acetic Acid Hormone of Fungal Inoculant Isolated From

Spent Mushroom (Agaricus sp.) Substrate. Microbiol Indones 7(4):192-197.

DOI: 10.5454/mi.7.4.8.

Setiowati T, Furqonita D. 2007. Biologi interaktif untuk SMA/MA. Jakarta : Azka

Press.

Siriin J, Kumla J, Suwannarach N, Lumyong S. 2014. Culture Conditions and

Some Properties of Pure Culture of Ectomycorrhizal Fungus, Scleroderma

sinnamariense. Chiang Mai J Sci 41(2): 275-285.

Sliva D, Labarrere C, Slivova V, Sedlak M, JrLloyd FP, Ho NWY. 2012.

Ganoderma lucidum suppresses motility of highly invasive breast and prostate

cancer cells. Bioch and Biophysic Res Comm 298: 603–612.

Sliva D. 2004. Cellular and physiological effects of Ganoderma lucidum (Reishi).

Mini Rev Med Chem 4(8): 873-9. URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

pubmed/ 15544548 (Abstr).

Sobieralski K, Siwulski M, Lisiecka J, Jędryczka M, Golak IS, Jóźwiak DF. 2012.

Fungi-derived beta-glucans as a component of functional food. Acta Sci Pol

Hortorum Cultus 11(4): 111-128.

Spaepen S, Vanderleyden J, Remans R. 2007. Indole-3-acetic acid in microbial

and microorganism-plant signaling. FEMS Microb Rev 31:425–44.

DOI:10.1111/j.1574-6976.2007.00072.x.

Page 38: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

38

Stier H, Ebbeskotte V, Gruenwald J. 2014. Immune-modulatory effects of dietary

yeast beta-1,3/1,6-d-glucan. Nut J 13(38): 1-9.

Subbarayan K, Varadharajan N, Kalyanaraman R. 2010. Indole-3-acetic acid from

contaminant fungus and potential application for cell cultures of Alternanthera

Sessilis. Intern J Pharma and Bio Sci 1(2):257-265.

Suratno. 2005. Budidaya jamur lingzhi (Ganoderma lucidum). Tugas Akhir.

Surakarta : UNS.

Suryanto D, Andriani S, Nurtjahja K. 2005. Keragaman genetik Ganoderma sp.

dari beberapa tempat di sumatera utara. J Ilmi Pert Kul 40(2): 70-76.

Synytsya A, Mícˇková K, Synytsya A, Jablonsky I, Speˇvácˇek J, Erban V et al.

2009. Glucans from fruit bodies of cultivated mushrooms Pleurotus ostreatus

and Pleurotus eryngii: Structure and potential prebiotic activity. Carb Poly 76:

548-556. DOI:10.1016/j.carbpol.2008.11.021.

Tesfaw A, Tadesse A, Kiros G. 2015. Optimization of oyster (Pleurotus ostreatus)

mushroom cultivation using locally available substrates and materials in Debre

Berhan, Ethiopia. J App Bio Biotech 3(1): 015-020. DOI:

10.7324/JABB.2015.3103.

Thontowi A, Kusmiati, Nuswantara S. 2007. Produksi beta-glukan

Saccharomyces cerevisiae dalam media dengan sumber nitrogen berbeda pada

air-lift fermentor. J Biodiv 8(4): 253-256.

Tominac VP, Krpan VZ, Grba S, Srečec S, Krbavčić IP, Vidović L. 2010.

Biological efects of yeast β-glucans. Agric Consp Sci 75(4):149-158.

Uggla C, Mellerowicz EJ, Sundberg B. 1998. Indole-3-acetic acid controls

cambial growth in scots pine by positional signaling. Plant Physiol 117: 113–

121.

Usha S dan Suguna V. 2014. Investigation on the nutritional value of edible

mushrooms viz. Auricularia polytricha and Pleurotus ostreatus. Asian J Sci

and Tech 5(8): 497-500.

Villares A, Vivaracho LM, Guillamón E. 2012. Structural features and healthy

properties of polysaccharides occurring in mushrooms. J Agr 2: 452-471.

DOI:10.3390/agriculture2040452.

Wagner R, Mitchel lDA, Sassaki GL, Amazonas MALA, Berovic M. 2003.

Current Techniques for the Cultivation of Ganoderma lucidum for the

Production of Biomass, Ganoderic Acid and Polysaccharides. Submerged

Cultivation of Ganoderma lucidum, Food Technol. Biotechnol 41(4):371–382.

Wang CH, Hsieh SC, Wang HJ, Chen ML, Lin BF, Chiang BH et al. 2014.

Concentration variation and molecular characteristics of soluble (1,3;1,6)-

β-D-Glucans in submerged cultivation products of Ganoderma lucidum

mycelium. J. Agric Food Chem 2014 62: 634−641. DOI: 10.1021/jf404-533b.

Page 39: I. PENDAHULUAN A. Latar BelakangA. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang ditanam secara organik dengan nilai gizi tinggi. Jamur dapat dimanfaatkan baik

39

Wang XY, Wei XL, Luo H, Kim JA, Jeon HS, Koh YJ, et al. 2010. Plant

Hormones Promote Growth in Lichen-Forming Fungi. Mycobiol 38(3): 176-

179. DOI:10.4489/MYCO.2010.38.3.176.

Wasser SP, Coates P, Blackman M, Cragg G, Levine M, Moss J et al. 2005.

Reishi or lingzhi (Ganoderma lucidum). URL: http://alohamedicinals.com/

reishi.pdf .

Widyastuti N, Baruji T, Giarni R, Isnawan H, Wahyudi P, et al. 2011. Analisa

kandungan beta-glukan larut air dan larut alkali dari tubuh buah jamur tiram

(Pleurotusostreatus) dan shiitake (Lentinusedodes). J Sains Tekn Indones

13(3):182-191.

Wijayati A, Solichatun, Sugiyarto 2005. Pengaruh asam indol asetat terhadap

pertumbuhan, jumlah dan diameter sel sekretori rimpang tanaman kunyit

(Curcuma domestica Val.). Biofarmasi 3(1):16-21.

Woodward AW, Bartel B. 2005. Auxin : Regulation, action, and interaction. Ann

Bot 95(5):35-707. URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 15749753

(Abstr).

Xie JT, Wang CZ, Wicks S, Yin JJ, Kong J, Li et al. 2002. Ganoderma lucidum

extract inhibits proliferation of sw 480 human colorectal cancer cells. Exper

Oncol 28 (1) : 25–29.

Zulvah, Trisunarno L, Syarudin B. 2015. perbaikan proses bisnis skala mikro

usaha budidaya jamur tiram “win jamur” di desa Turirejo, kecamatan Lawang,

kabupaten Malang. URL : http://digilib.its.ac.id/perbaikanproses-bisnis-skala-

mikro-usaha-budidaya-jamur-tiram-win-jamur-di-desa-turirejo-kecamatan-

lawang-kabupaten-malang-38223.html.