I JAKARTA' -...
Transcript of I JAKARTA' -...
~ ---·----~--.... _
P~HPUSTAi<;~J,f\j~;~,f~i~\ I UIN SYAHID JAKARTA' I
EFEKTIVITAS PENGAJARAN AGAMA ISLAM MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW
(Di SMP Negeri 3 Pamulang)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
1111111 111111 111111 11111111111111111111.
Ulll Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
ERA INDRIATI 104011000092
'Diterin •.... , ,,.,, .. -... .. __
d?ri : ........ _.u .................. '\'''''''""-••·'
1' ... ~l.·.·· ··.. : •O•i .. Z. ... ';" . .,,9,.,q,,'.,,~,,,,,()'" No. Thd11k : .0.U;} .. ~ .. Q.7:.l.,..2J .. 7..o ... kl~'slflkasi : .. .. .... .... .. .... .. .................. . .
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
EFEKTIVITAS PENGAJARAN AGAMA ISLAM MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK
JIGSAW (DI SMP NEGERI 3 P AMULANG)
Ski psi
Diajukan Kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memcnuhi Syarat Mencapai Gclar Sarjana Tarbiyah (S. Pd. I)
Oleh:
ERA INDRIATI 104011000092
Di Bawah Bimbingan:
YudhiL.Ag. NIP.150289434
' JURUSAN PENDIDII(AN AGAMA ISLAM FAl(ULTAS ILlVIU TARBIYAH DAN I<EGURUAN
UIN SY ARIF HIDAYATULLAH JAI<ARTA
1429 HI 2008 M
SURAT PERYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ERA INDRIATI NIM : 104011000092 Fak I Jur : FITK/PAI
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan basil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (SI) di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalampenulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya berscdia menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Desember 2008 Yan Menyatakan
Abstraksi
Era Indriati NIM. 104011000092 Efektivitas Pengajaran Agama Islam Melalui Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw (Di SMP Negeri 3 Pamulang)
Penelitian ini bertujuan ingin mendapatkan data empms tentang efektivitas cooperative learning melalui teknik jigsaw dalam pembelajaran agama Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan cooperative learning adalah pendekatan mengajar yang didasarkan kepada falsafah homo homini socius yaitu yang berprinsip yaitu berprinsip manusia adalah mahluk sosial. Pendckatan mcngajar ini mcncrapkan prinsip saling menguntungkan melalui gotong royang. Pcmbelajaran model jigsaw adalah sebuah bentuk kerja kelompok dalam proses pcmbelajaran. Pembelajaran model jigsaw merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dengan kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Adapun pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara langsung (faceto face), dan observasi. Dari data-data yang ditemukan dilapangan, setelah melakukan tes individual terhadap kelas yang menggunakan pendekatan coopeative learning teknikjigsaw (kelas eksperimen)dengan kelas yang menggunakan metode ceramah (kelas kontrol), hasilnya pada kelas yang menggunakan pendekatan cooperative learning teknikjigsaw nilai-rata-rata siswanya pada materi fiqh 8,2 dan materi sejarah ratarata siswanya 7,2, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata siswanya pada materi fiqh 7,4 dan rata-rata siswa pada materi sejarah kebudayaan Islam 5,1. Akbirnya penelitian ini menemukan efektivitas nyata (signifikan) antar kelas yang menggunakan pendckatan cooperative learning teknikjigsaw dengan kelas yang menggunakan metode ceramah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan inyah Allah SWT, serta sembah dan sujud penulis
atas karuniaNya yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis tanpa putus
sedikitpun. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan keharibaan suri tauladan
setiap insan yakni baginda Nabi Muhammad SAW.
Salam dan hormat kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, dengan ke1ja
kerasnya dalam membesarkan dan mendidik penulis dengan curahan keringat dan
kasih sayang tidak mungkin akan terbalas dan terlupakan sampai kapanpun jua.
Alhamdulillah telah selesai penulisan skripsi ini, sebagai syarat untuk
mencapai gelar sarjana. Penulis sadar bahwa tanpa bantuan semua pihak tidak
mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah
Jakaita.
3. Yudhi Munadi, M.Ag., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan
waktunya untuk mengarahkan, membimbing dengan sabar, dan ilmu yang tidak
terhingga kepada penulis.
4. Para Dosen Jurusan Pencliclikan Agama Islam yang telah memberikan motivasi
clan tak bosan-bosan memberikan ihnu dan pengalamanya.
5. Pimpinan dan Para Petugas Perpustakaan, baik Perpustakaan Utama maupun
Perpustakaan Fakultas yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan kepada
penulis untuk mendapatkan bahan-bahan yang cliperlukan sampai terselesaikannya
skripsi ini.
6. Kepada Sekolah, Guru Bidang Studi pendidikan Agama Islam, Staf Tata Usaha,
Satpam serta Dewan Guru SMP Negeri 3 Pamulang.
7. Ayahancla Smnin dan Ibunda Saodah, kakanda tercinta Eka dan Eko yang telah
memberikan dorongan, doa, dan bantuan baik materil maupun immateril.
8. Untuk temanku Ismail, yang selalu memberikan motivasi clan doanya.
9. Sahabat-sahabat Darqoku, Nisa, Dewi, I-Iasunah, Leli, Ria, Intan, Noni, Rena,
Indah dan Lia, yang selalu memotivasi dan mendoakan.
DAFTARISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATAPENGANTAR................................................................................... ii
DAFT AR ISi ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
BABI
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...... ..... ... .. ... ... .. ..... ... ... .. .. .. ...... ... .. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................... 4
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah ................................ 5
D. Metode Pembahasan ......................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 8
LANDASA TEORI
A. Efektifitas.. ... ... .......... ... . .. . .. . .. . .. ... . .... .. . .. . . . .. . .. .. . .. .. . .. ... ... . . . . . 9
B. Cooperative Learning ........................................................ 11
1. Pendekatan, Metode, Teknik ....................................... 11
2. Cooperative Learning Sebagai Pendekatan
Pembelajaran................................................................ 13
3. Jigsaw Sebagai Telmik Cooperative Learning............. 28
C. Cooperative Learnin.g Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam...................................................................... 32
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.... 32
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam 34
3. Fungsi Pendidikan Agan1a Islam................................. 36
4. Karakteristik Pendidika Agama Islam......................... 37
5. Penerapan Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam............................................. 3 9
D. Efektifitas Pembelajaran Agama Islam.............................. 41
DAFTAR TABEL
I. Tabel I. I Perbedaaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan
Kelompok Belajar Tradisional............................................. 14
2. Tabel 4.1 Kelompok Asal Telmik Jigsaw pada materi Hewan Yang
Halal dan Haram.Dimakan .................................................. 51
3. Tabel 4.2 Kelompok Ahli Teknik Jigsaw Pada materi Hewan yang
Halal dan Haran1 Dimakan .. ... ... ... .. ... .. . .. .. ... .. ... .. ... ..... ...... .. . 52
4. Tabel 4.3 Kelompok asal teknik jigsaw pada materi Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah ..... 54
5. Tabel 4.4 Kelompok ahli teknikjigsaw pada materi Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah ..... 55
6. Tabel Matrik Analisis ............................................................................. 65
A. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan penting dan menentukan eksistensi serta
perkembangan masyarakat, karena pendidikan merupakan usaha melestarikan
nilai-nilai kebudayaan dengan segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus.
Pada dasamya pendidikan merupakan proses pemberian bantuan dari guru kepada
anak didik untuk menumbuh kembangkan sikap kedewasaan.
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan guru untuk mengubah
tingkahlaku mereka sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang terjadi pada
diri setiap anak didik.
Proses belajar mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan formal
dengan guru sebagai pemegang peran utama Dalan1 proses ini sebagian besar
hasil belajar mereka ditentukan oleh peran guru, guru yang berkompeten mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu mengelola proses
belajar mengajar, sehingga hasil belajar dapat optimalkan. 1
Atas dasar konsep pendidikan dan proses pembelajaran di atas maka
kemampuan guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan proses
belajar mengajar. Sekiranya kemampuan guru baik, maka tenh1 hasil dari proses
belajar mengajar akan baik pula, sebaliknya jika guru tidak mampu melaksanakan
1 B. Suryo Subroto, Proses Be/ajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet ke- 1, h. 5
2
tugas-tugasnya maka pencapaian tujuan yang harus dicapai oleh anak didik tidak
dapat terwujud dengan maksimal.
Di dalam proses belajar mengaJar, guru dituntut memiliki strategi
pembelajan yang efektif dan efisien dan menguasai berbagai metode penyampaian
materi dan menggunakannya dengan secara tepat. Penggunaan metode ini
disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kemarnpuan anak didik yang
belajar.
Tanpa metode yang tepat guna mate1i pembelajaran tidak dapat berproses
secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar untuk mewujudkan
tujuan pendidikan. Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa guru yang telah
siap untuk mengajar dianggap sanggup dan memilih metode mengajar yang
dipakai pada waktu mengajar, sebaliknya pendidikan yang belum siap tidak
mampu memilih suatu metode mengajar yang tepat guna berarti belum sanggup
melaksanakan proses belajar mengajar yang dilakukannya.
Metode yang tidak tepat guna dapat menjadi penghalang kelancaran
jalmmya proses belajar mengajar, sehingga banyak tenaga dan waktu yang
terbuang sia-sia. Setiap guru dituntut menerapkan metode yang efektif sehingga
dapat membangkitkan minat belajar anak didik dan tujuan yang hendak dicapai
dapat terwujud. 2
Pemilihan metode mengajar merupakan suatu keharusan bagi setiap guru
yang mengajar dm1 melaksanakannya secara tepat, salah satu metode yang
kerapkali digunakan guru dalam mengajar adalah metode ceramah dan tanya
jav!ab. Penggunaan metode ceramah secara tepat dan sesuai dengan prosedur
pelaksanammya tentu memberi hasil yang baik kepada anak didik.
Metode ceramah adalah metode yang paling banyak digunakan oleh para
guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkannya kepada siswa.
Terkadang guru dalam menyampaikan materi ajar kepada siswa tidak atau kurang
memperhatikan apakah materi tersebut cocok jika menggunakan metode ceramah,
dan ha! itu disebabkan karena ketidak mampuan guru dalam menguasai berbagai
3
dalam me to de ceramah seringkali terj adi komunikasi satu arah, komunikasi model
ini seringkali tidak mengaktifkan siswa, karena peranan siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajar sangat rendah. Dampak dari model komunikasi ini
kerap kali terjadi verbalisme karena pemahaman yang berbeda antara guru dan
siswa.
Sebagai salah satu alternatif dari metode pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa adalah pendekatan cooperative learning yang mernpakan
salah satu pendekatan yang digunakan dalam metode pembelajaran
konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme menurut anggapan Paul Suparno
adalah metode pengetahuan yang merupakan konstruksi (bentuk) dari orang yang
mengetahui sesuatu itu sendiri, terutama menekankan peran aktif dan bukan
sekedar diterima secera pasif dari guru.3
Kata cooperative diambil dari kata bahasa Inggris yaitu cooperate yang
artinya ke1ja sama dan cooperative learning berarti berke1jasama dalam belajar.
Siswa saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
Menurut Slavin, cooperative learning lebih dari sekedar belaj ar kelompok
atau kelompok kerja, karena dalam cooperative learning harus ada "struktur
dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif' sehingga memungkinkan te1jadinya
unteraksi secara terbuka dab hubungan-hubunagn yang bersifat interdependensi
yang efektif di antara anggota kelompok .. 4 Pembelajaran cooperative menekankan
pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antara sesamanya sebagai sebuah
tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Pembelajaran Cooperative (Cooperative Learning) memiliki banyak teknik,
diantaranya STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games
Tournament), TAI (Teams Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition), Jigsaw, Learning Together, dan Group
Investigation. 5
3 Paul Suparno, Filsafat Konstruklivisme Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h.5
4Dra. Hi. Etin Solihatin. M.Pd. Raharjo, S.Pd. Cooperative Learning: Analisa Model
4
Pemilihan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran, tentunya
disesuaikan dengan tujuan, materi, dan karakteristik siswa. Berdasarkan
pengamatan peneliti terhadap tujuan dan materi pembelajaran PAI (pendidikan
agama Islam) terdapat sebuah peluang besar untuk penggunaan teknikjigsaw pada
beberapa materi ajar PAI. Telmik jigsaw dalam cooperative learning memiliki
pemikiran dasar yakni memberi kesempatan siswa untuk berbagai dengan yang
terjadinya proses belajar·dimana siswa mengajar serta diajar oleh sesama siswa.
Jigsaw adalah suatu struktur multifongsi struktur kerjasama belajar.
Jigsaw clapat cligunakan dalam beberapa ha! untuk mencapai berbagai tujuan
terutama cligunakan untuk persentasi dan mendapatkan materi baru, struktur ini
menciptakan saling ketergantungan. 6
Bila dilihat dari sistem komunikasi, maka komunikasi pembelajaran yang
memakani telmik jigsaw termasuk kepada komunikasi multi arah, menurut teori
ilmu komunikasi, komunikasi multi arah termasuk jenis komunikasi efektif,
karena proses penyandian yang dilakukan komunikator bertautan dengan proses
penafsiran pesan yang dilalrnkan komunikan. Semakin tumpang tindih bidang
pengalaman komunikato,r dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin
efektif pesan yang dikomunikasikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelaj aran cooperative
teknik jigsaw aclalah metocle pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur
multifungsi kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan
clan semua tingkatan untuk mengembangkan keahlian clan keterampilan setiap
anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi kelompok asal
sehingga dalam metode pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang
lain dan menciptakan saling ketergantungan bagi setiap anggota kelompok.
B. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa masalah
diidentifikasi sebagai berikut:
5
a. Bagaimana basil belajar PAI siswa yang diajar menggunakan cooperative
learning?
b. Apakah siswa paham dan mengerti dengan materi yang disampaikan
dengan pendekatan cooperative learning telmikjigsaw?
c. Apakah ada perbedaan antara basil belajar PAI siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran cooperative learning telmik jigsaw dengan
basil belajar PAI siswa yang diajar menggunakan pembel!\jaran
konvensional dengan metode ceramah ?
d. Apakah pendekatan cooperatve learning teknikjigsaw dapat mengaktfkan
siswa dalam proses belajar mengajar?
e. Efektifkah dengan penerapan cooperative learning dengan teknik jigsaw
terhadap has ii belaj ar PAI siswa ?
C. Perurnusan dan Pcrnbatasan Masalah
1. Perumusan Masalah
Proses penyandian yang dilakukan komunikator be1iautan dengan proses
penafsiran pesan yang dilakukan komunikan. Semakin tumpang tindih bidang
pengalaman komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin
efektif pesan yang dikomunikasikan.
Bertolak dari uraian teoritis pada latar belakang di muka, fenomena di
kelas-kelas pada SMP Negeri 3 Pamulang memberikan gambaran yang berbeda.
F enomena di kelas terse but tampak para siswa tidak atau kurang memperhatikan
materi yang disampaikan oleh guru. Ada beberapa siswa yang asik berbicara
dengan teman sebangkunya dan ada beberapa siswa yang asik menggambar. Salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya bal ini berdasarkan pada pengamatan
penelitian adalah cara komunikasi kedna belah pihak (guru : siswa, siswa : siswa).
Tidak efektif komunikasi tersebut terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan
beberapa siswa kelas 8 berkenaan dengan materi yang telah disampaikan gunmya.
Empat orang siswa kelas 8 ditanya tentang materi yang telah disampaikan guru • n AT ..-1 ....... ; 1; .... ..,,,. nA1-t~n'l.1<;1.;:in ·u~na rll~lnk-:;in h:;inv::i c111::i nertavaan vanrr daoat
6
dijawab,dan dari empat. orang siswa yang ditanya hanya satu orang yang bisa
menjawab.
Banyak variable yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, salah
satunya adalah turum1ya motivasi siswa dalam belajar di kelas. Salah satu
penyebabnya adalah cara (metode) guru dalam menyampaikan pesan ajar (materi
pelajaran).
Sebenarnya femonena ini tidak perh.i terjadi atau dapat diminimalisir
apabila guru memperhatikan metode yang akan dipakai atau metode yang sesuai
dengan materi ajar. Berdasarkan hasil observasi terhadap hasil belajar siswa di
atas, bisa dimaklumi, karena berdasarkan pengamatan peneliti selama PBM
berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah monoton tanpa
memperhatikan kondisi mental siswanya. Dalam metode ceramah jika guru tidak
pandai memadukan beberapa metode, atau guru tidak mengembangkannya pada
berbagai macam teknik pembelajaran, maka proses PBM terasa membosankan
dan akan tercipta kondisi seperti kasus di atas, karena kegiatan siswa hanya
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru dan tidak dapat turut aktif dalam
proses PBM. Agar dalam PBM siswa dapat turut aktit: malrn perlu diterapkan
pendekatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa.
Sebagaimana telah diuraikan di muka, salah satu alternatif yang dapat
mengaktifkan siswa adalah pendekatan cooperative learning, ada banyak metode
pembelajaran yang memakai pendekatan cooperative learning, salah satunya
adalah diskusi. Metode diskusi, merupakan m.etode yang sudah lama diterapkan
dalam pembelajaran, namun untuk PBM di kelas 8 SMP Negeri 3 Pamulang,
metode ini tidak populer. Padahal saat ini metode diskusi sudah berkembang; dan
telah memunculkan beberapa teknik diskusi dalam pembelajaran di kelas, salah
satu teknik tersebut adalah jigsaw. Cooperative learning teknik jigsaw adalah
cooperative learning yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
yang bertanggimg jawab alas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kekompoknya. 1 1 1 _ - ·• --L- /-1~-·--··:----\
7
Dengan demikian penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh
pennasalahan di atas, dan akan ditelusuri melalui penelitian ilmiah dalam bentuk
skripsi. Untuk memudahlan fokus penelitian terhadap permasalahan di atas, malca
penulis membuat rumusan penelitian dalam bentuk pe1iayaan, adapun masalah
yang diteliti pada penelitian ini adalah :
a. Apakah teknikjigsaw dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar
mengajar pendidikan agama Islan1?
b. Apakah telmik jigsaw dapat memberi penguatan pemahaman siswa
terhadap materi pendidikan agama Islam?
c. Bagaimana efektifitas pendekatan cooperative learning telmik jigsaw
pada pembelajaran pendidikan agama Islam?
Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat kiranya dibuat judul penelitian
sebagai berikut EFEKTIFITAS PENGAJARAN AGAMA ISLAM
MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW
(DI SMP NEGERI 3 PAMULANG)
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian kepustakaan (Library Reseach) yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara menelaa!;i, mengumpulkan, menghimpun,
mengolah dan menganalisis data memalui literaturbuku-buku ilmiah,
majalah, jurnal, dan rujukan lain yang berkaitan dengan tema yang
akan dibahas.
2. Penelitian lapangan (Field Reseach), penelitian lapangan ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data dari lapangan melalui ttji
eksperimen, obervasi, wawancara, da post test.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan problematika yang telah dirumuskan maka kegiatan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektif atau tidaknya pendekatan
cooperative learning dengan teknik jigsaw dalam pembelajaran PAI, dan
8
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif kepada guru
dalan1 mengajarkan pelajaran PAI melalui pendekatan cooperative learning.
Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk sekolah yang diteliti agar
dapat memberikan wa~na barn tentang pembelajaran PAI yang diinginkan
siswanya, selain itu juga diharapkan dapat merp.berikan kajian untuk pembaca dan
penelitian lain.
A. Efektivitas
BABU
LANDASAN TEORI
Terminologi efektivitas yang terdapat dalam ensiklopedia Indonesia berarti
menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dapat dikatakan efektif
ketika usaha itu mencapai tujuannya.
Menurut pengertian bahasa, efektivitas berati dapat membawa hasil,
sehingga sesuatu dapat dikatakan efektif apabila berhasil dan dapat mencapai
tujuan sebagaimana yang telah dirumuskan atau direncanakan sebelum melakukan
ha! tersebut.
Sedangkan efektivitas dalam kegiatan pembelajaran mengajar merupakan
sesuatu yang membawa hasil dalam waktu yang memadai dapat memadai dapat
memungkinkan tercapainya tujuan instruksional sesuai standar yang telah
ditentukan dengan jumlah siswa. 1
Maka salah satu prinsip efektivitas p.engajaran yang baik adalah yang
apabila di dalam proses belajar menggunakan waktu yang culrnp sekaligus dapat
membuahkan hasil ( pencapaian tujuan instruksional) yang lebih tepat dan cermat
serta optimal dengan waktu yang telah ditentukan dengan bobot materi pelajaran
maupun tujuan instruksionalnya diharapkan dapat memberikan sesuatu yang
berharga bagi pese1ia didik. Nana Sudjana mengemukakan dalam bukunya
"Dasar-Dasar Proses Bdajar Mengajar" adalah ssalah satu yang menentukan
keberhasilan kcgiatan belajar mengajar dilihat ~lari proses atau pelaksanaannyti.2
1 G.B. Yuwono, et.all, Pedoman Umum Ejan Yang Te/ah Disempurnakan, (Surabaya:
10
Menurnt Sudjana, unjtuk menetapkan suatu pengajaran efektif, perlu
ditetapkan dua criteria, yaitu ditinjau dari sudut proses dan dari sudut hasilnya.
Dari sudut prosesnya (by process) suatu pengajaran itu berlangsung secara
interaktif yamh dimanis sehingga memungkiq.kan siswa dapat mengembangkan
potensinya melalui kegiatan belajar berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan dari sudut hasil ( by product), suatu pengajaran dikatakan efektif jika
siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. 3
Ketercapaian tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan menjadi
beberapa kategori, yaitu: istimewa/maksimal, baik sekali/optimal, dan baik/
minimal. Kriterianya adalah sebagai berikut: 4 ·
a. Istimewa/Maksimal : Apabila seluruh (100%) bahan pelajaran
yang diajarkan itu dapat dikuasai
b. Baik sekali/Optimal
c. Baik/Minimal
oleh siswa.
: Apabila sebagian besar (70% - 99%)
bahan pelajaran yang diajarkan itu
dapat dikuasai oleh siswa.
: Apabila hanya (60% - 75%) bahan
pelajaran yang diajarkan itu
clapat clikuasai oleh siswa.
Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, maka suatu kegiatan
pembelaj aran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik apabila clapat
mencapai minimal 60% dari tuj uan pembelaj aran yang telah clitetapkan.~ ·
Demikian, efektivitas mernpakan suatu konsep yang sangat penting,
karena mampu memerikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam
mencapai tujuarn1ya atau suatu tingkatan terhaclap tujuan-tujuan yang tela11 dicapai,
yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap
3 Jamal. A. Mappeare, Efektivitas PBM Suatu Tuntutan Reformasi Pendidikan, 2000, h.
11
melalui proses pembelajaran. Hasil dari efektivitas pembelajarnn dapat diukur
oleh tes.
Sedangkan dalam kegiatan pembe!ajaran, pengertian efektivitas adalah
da;am waktu yang memadai dapat memungkinkan tercapainya tujuan
instruksional sesuai dengan standar yang telah ditentukan dengan jumlah siswa. 5
Dalam bidang pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitli
segi efektivitas guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas mengajar guru
terutama menyangkut sejauh mana jenis-jenis kegiatan belajar mengajar clapat
dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid terutama menyangkut sejauh
mana tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan telah tercapai melalui kegiatan
belajar mengajar yang ditempuh.6
Kegiatan pembelajaran clapat tercapai sesuai clengan tujuan yang telah
dirumuskan clengan baik bila proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
B. Cooperative Learning
I. Pendekatan, Metode, dan Teknik
Istilah pendekatan, metode dan teknik bukanlah ha! yang asing dalam
pembelajaran agama Islam. Pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat
asumsi yang berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar agama Islam.
Menurut Sanjaya mengutip pendapat Roy Killen ada dua istilah
pendekatan (approach) yang dapat digunakan oleh guru clalam proses
pembelajaran yaitu, pendekatan yang berorientasi kepada guru (teacher - centered
approaches) clan pendekatan yang berorientasi kepada siswa (studen - centered
approaches). 7
Selain itu Djamarah clan Zain mengungkapkan beberapa pendekatan dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu pendekatan individual, pendekatan kelompok,
pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, penclekatan
5 G.B. Yuwono, et. at, Pedoman Umum Ejaan Yang Te/ah Disempurnakan, (Surabaya: Indah, 1987), Cet ke- I, h. 39
6 Madyo Susilo _dan R.B. Kashadi, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang: Efflrnr ofset, • '"'""" ~-" 1.- 1 1~ t:."1
12
pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan keagamaan,
pendekatan fungsional dan pendekatan kebermaknaan. 8
Sedangkan Tolkhah dalam Abdul Madjid mengungkapkan beberapa
pendekatan yang perlu mendapatkan kajian lebih lanjut berkaitan dengan
pembelaj aran agama Islam di antaranya, pendekatan psikologis, dan pendekatan
so~io kultural. 9
Pendekatan psikologis perlu dipei·timbanngkan mengingat aspek
psikologis masyarakat yang meliputi aspek-aspek rasional, aspek emosional, dan
aspek ingatan.
Sedangkan pendekatan sosio kultural, melihat dimensi manusia tidak saj a
sebagai individu melainkan juga sebagai mahluk sosial budaya yang memiliki
berbagai potensi bagi pengembangan masyarakat dan budaya.
Metode berasal dari bahasa Greek atau Yunani yakni me/ha berarti melalui,
dan hodos artinya cara, jalan, alat atau gaya, jadi metodos berarti jalan yang telah
lalu dan metode berarti jalan yang telah dilalui. 10 Metode adalah rencana
menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan
pendekatan yang ditentukan.
Secara istilah menurut H. Muzayyin Arifin, metode yaitu suatu alat atau
cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 11
Menurut Muhibbin Syah, metode secara harfiah berarti "cara". Dalam
pemakaian yang umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan
atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep
secara sistematis. 12 Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik yang
8 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Be/ajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta), cet ke·2, h, 61
9 Abdul Madjid, Perencanaan Pembe/ajara Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), eel ke-1,h. 134, h. 134
10 M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987),h. 97 11 H.Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, (Semarang:
13
diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang
dipilih.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa pendekatan bersifat aksiomatis,
metode bersifat prosedural dan teknik bersifat operasional (implementasi).
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan lebih merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Sedangkan metode bersifat procedural, maksudnya adalah cara yang tepat dan
cepat dalam melakukan sesuatu, dan teknik adalah cara yang dilakukan seseorang
dalam rangka mengimplementasikan metode. Misalnya earn yang bagaimana yang
harus dilakukan berj alan efeltif dan efesien? Dengan demikian, sebelum seseorang
melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.
Misalnya berceramah pada siang hari denganjumlah siswa yang banyak tentu saja
akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang
terbatas. 13
2. Cooperative Learning Sebagai Pendekatan Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran Cooperative
Menurut Hamid Hasan, Cooperative mengandung penge1iian beke1ja
bersama dalam mencapai tujuan bersama.
Cooperative Learning adalah satu pendekatan yang digunakan dalam
model pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme menurut
anggapan Paul Suparno adalah pengetahuan merupakan kostruksi (bentuk) dari
orang yang mengetahui sesuatu itu sendiri, konstruksivisme menekankan peran
aktif siswa karena pengetahuan dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan hanya
sekedar diterima secara pasif dari guru.14 Cooperative learning merupakan salah
satu pendekatan yang digunakan dalam model pembelajaran konstruktivistik.
13 Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2006), _Cet. 5, h.~2?
14
Pembelajaran konstruktivistik merupakan proses aktif dari pelajar untuk
membangun pengetahuan, bukan hanya bersifat mental tetapi juga keaktifan fisik,
artinya melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun
berdasarkan proses asimilasi pengalaman a tau bahan yang dipelaj ari dengan
pengetahuan yang telah dimiliki pelajaran dan ini berlangsung secara mental.
Dengan demikian hakikat dari pembelajaran ini adalah membangun pendekatan.
Cara belajar mengajar di sekolah yang berdasarkan pada teori
konstruktivisme adalah cara belajar yang menekankan murid dalam membentuk
pengetahuarmya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
membantu keaktifan murid tersebut dalam pembentukan pengetahuannya. 15
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja
sebagai sebuah tim unttik menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan tugas,
atau mengerjakan untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Dari uraian di atas
dapat diartikan bahwa cooperative learning adalah suatu model pengajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam suatu kelompok kecil, mereka pun saling
membantu, saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu materi
pelajaran dan bekerjasama dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja, baik
dalam bentuk tutorial sebaya, latihan dan koreksi sebaya. Sehingga pembelajaran
dapat membantu dalam meminimalisir perbedaan pemahaman dan penguasaan
terhadap materi pelajaran dari setiap individu siswa.
Walaupun pada dasarnya cooperative learning diterapkan dalam bentuk
kelompok belajar, tetapi'berbeda dengan kelompok tradisional. Kelompok belajar
tradisional maksudnya adalah yang sering diterapkan di sek9lah seperti kelompok
diskusi, kelompok tugas dan kelompok belajar lainnya16. Perbedaan kelompok
belajar bersebut dapat dilihat pada table berikut:
15 Pnnl ~11n~rno_ Fi!safat Konstruktivisn1e Dalam Pendidikan, h.12
15
Tabel 2.1
Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar
tradisional.
Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar tradisional
I. Adanya saling ketergantungan positif I. Tidak ada saling
2. Adanya akuntabilitas individu
3. Kelompok heterogen 4. Terjadi saling transfer sikap
kepemimpinan 5. Sama-sama bertanggung jawab
terhadap tiap anggota kelompok yang lain
6. Menekankan pada penyelesaian tugas dan mempertahankan hubungan
7. Keterampilan sosial diajarkan secara langsung
8. Guru melakukan observasi dan intervensi
9. Guru memperhatikan proses kelompok belajar sehingga efektif
ketergantungan positif 2. Tidak ada akuntabilitas
individu 3. Kelompok homogen 4. Hanya bergantung pada satu
orang pemimpin 5. Tanggung jawab hanya untuk
diri sendiri
6. Hanya menekankan pada penyelesaikan tugas
7. Keterampilan sosial hanya diasumsikan clan diabaikan
8. Guru mengabaikan fungsi kelompok belajar
9. Guru tidak memperhatikan proses kelompok belajar
Pandangan konstrnktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibangun
dalam pikiran pembelaj aran yang berlangsU11g melalui proses assimilasi atau
akomodasi yang dilandasi oleh struktur kognitif pada diri pelajar yang telah ada
sebelumnya, sehingga dalam proses pembelajaran konstruktivisme siswa. aktif
secara mental dalam membangun pengetahuannya sementara guru berperan
sebagai fasilitator yang kreatif. 17
Menurut Jacobson : "cooperative learning adalah sebuah bentuk dari
strategi mengajar yang didisain untuk menclnkung kerjasama clidalam kelompok
dan interaksi di antara siswa. Strategi ini dibuat untuk mengurangi kompetisi yang
ditemukan dibanyak ruang kelas, yang clapat menimbulkan siapa menang clan
siapa kalah dan menurunkan motivasi siswa untuk saling membantu dengan . 18 tuJuan yang sama.
17 Siswoyo, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA, (Jakarta: FMIPA UNJ, 2000), No. 1, Volume 1, h. 13-21.
16
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang beke1ja
sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu
tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Tidaklah
cukup menunjukan cooperative learning jika para siswa duduk bersama dalam
kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan masalah sendiri-sendiri.
Bukanlah cooperative learning jika para siswa duduk bersama dalam
kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah seorang diantaranya untuk
menyelesaikan selurnh pekerj aan kelompok. Cooperative learning menekankan
pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah
tim dalam menye!esaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Cooperative learning Jebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok
kerja, karena dalam medel cooperative learning harus ada" struktur dorongan dan
tugas yang bersifat cooperative" sehingga memungkinkan terjadinya interaksi
secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif
di antara anggota kelompok. Keberhasilan belajar bukan semata ditentukan oleh
kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin
baik apabila dilakukan secara bersanrn-sama dalam kelompok-kelompok belajar
kecil yang terstruktur dengan baik. 14 Di samping itu, pola hubungan kerja seperti
itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka
lakukan 1mtuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secra individual dan
sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama
dalam kelompok.20
Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi cooperative learning agar lebih
menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :
Pertama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa
ba:1wa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama
yang hams dicapai.
Kedua, para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok hams
menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan
bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggungjawab bersama
oleh seluruh anggota kelompok itu.
14 Dra. Hj. Etin Solihatin, M.Pd. Raharjo, S.Pd, Cooperative Leaning: Analisis Model
17
Ketiga, untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung
dalam kelompok itu harus berbicara satu sama fain dalam mendiskusikan masalah
yang dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok
harus menyadari bahwa 'setiap pekerjaan siswa mempnnyai akibat langsnng pada
keberhasilan kelompoknya. 21
Beberapa manfaat proses cooperative learning, menurut Anita Lie yaitu :
siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan siswa lain,
mempunyai lebih banyak kesempatan untuk ni.enghargai perbedaan, mengurangi
kecemasan siswa, meningkatkan partisipasi dalam proses pembelaj aran, motivasi,
harga diri, sikap positif, dan prestasi belajar siswa. 22
Ironisnya, model cooperative learning belum banyak diterapkan dalam
pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong
dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan
sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama
adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak
belajar jika mereka ditempatkan dalam group. Selain itu, banyak orang yang
mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam
kelompok. Banyak siswa juga tidak senang disuruh kerjasama dengan yang lain.
Siswa yang tekun harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam group mereka.
Sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu
group dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun juga merasa temannya
yang kurang mampu hanya nunut saja basil jerih payah mereka.
Sebenarnya, pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu te1jadi dalam
ke1ja kelompok, jika pengajar benar-benar menerapkan prosedur model
cooperative learning. Banyak pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok
lalu memberi tugas untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenai
pembagian tugas. Akibatnya, siswa merasa ditinggal sendiri karena mereka belum
be1pengalaman, merasa bingung dan tidak· tahu bagaimana harus beke1ja
menyelesaikan tug as terse but kekacauan dan kegaduhan yang te1j adi.
21 Eman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Komtemporer, (Bandung: UPI), h. 260.
- -- --'--- T'\-1- .•• D~ ... t.~1,.,;,.._,.,.., n,.,,,.,,.,,.,.,-r;
18
Model cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar cooperative learning yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur
model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik
mengelola kelas dengan lebih efektif.23
Slavin dan Stahl mengatakan bahwa, cooperative learning lebih dari
sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar model cooperative
learning harus ada "struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif',
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan
hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok.
Di samping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya
persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil
berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota
lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Stahl,
mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa
sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang
optimal dalam belajar.
Slavin, sebagaimana dikutip oleh Etin Solihatin mengatakan bahwa, model
pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat
yaitu : "getting better together'', atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama.
Aplikasinya dalam pembelajaran di kelas, model pembelajaran ini
mengetengahkan realita .kehidupan masyarakat yang dirasakan dan dialami oleh
siswa dalam kesehariannya dalam bentuk yang disederhanakan dalam kehidupan
di kelas. Model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar
bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain
yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebayanya.
Michael mengatakan bahwa, cooperative learning is more effective in
increasing motive and performance student Model pembelajaran cooperative
lea;·ning mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai
permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa clapat bekerja
19
sarna dengan siswa lain clalam menemukan clan merumuskan alternatif pemecahan
terhaclap rnasalah materi yang dihadapi.
Berdasarkan pengertian tersebut, mereka dalam pembelajaran dengan
menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri siswa
terutama aspek efektif siswa clilakukan bersan1a-sama. Belajar dalam kelompok
kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan
belajar, baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun konatif. Suasana belajar yang
berlangsung dalam inte;aksi yang saling percaya, terbuka dan rileks diantara
anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan
memberi rnasukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,
nilai, dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam
pembelajaran.24
Dalam pembelajaran cooperative learning semua anggota dituntut
memberikan urunan pendapat, icle, dan pemecahan masalah sehingga dapat
tercapai tujuan belajar. Anggota kelompok belajar cooperative learning harus
saling membantu, ke1ja sama clan bertanggung jawab dalam memahami suatu
pokok bahasan. 25
Pembelajaran cooperative telah diteliti dan dikembangkan oleh beberapa
universitas, diantaranya Universitas John Hoopkins. Mereka menemukan teknik
teknik belajar cooperative, pada praktiknya 111enggunakan metode Student teams
learning (STL). Pacla STL menekankan bahwa pencapaian tujuan dan kesuksesan
kelompok dilakukan dengan cara kerja sarna antar anggota kelompok yang efektif.
Kerja sarna kelompok tersebut ticlak hanya pacla penyelesaian tugas, tetapi juga
pacla saat memahami suatu pokok bahasan, seperti yang dilmgkapkan Slavin
bahwa STL siswa tidak hanya bekerja clalam mengerjakan sesuatu secara
kelompok, tetapi juga dalam memahami clan mempelaj ari sesuatu secara
kelompok.
24 Etin Solihatin, P~ngembangan Model Cooperative Learning, (Jurnal llmiah Mimbar Demokrasi, Vol. I, No. I, Oktober, 2001), h. 59-60.
21
CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition). Sejenis
dengan TAI, hanya Jebih ditekankan pada pengajaran membaca, menulis dan tata
bahasa.
Jigsaw, Seperti STAD dan TGT siswa dikelompokkan tiap anggota
kelompok diberi tugas berbeda satu dengan Jainnya dari sebuah tema yang akan
dibahas. Selanjutnya mereka memahami materi secara keseluruhan. Pemberi tes
diberikan dengan materi menyeluruh.
Selain itu ada beberapa pembelajaran cooperative yaitu, Group
Investigation, Learning Together, Co-op Co-op sebagainya. Teknik Jigsaw,
Group investigation, dan Co-op Co-op adalah teknik cooperative learning yang
mengutamakan tentang spesialisasi anggota kelompok di dalam kelompok.
Penghargaan kelompok (Teams Reward) diberikan kepada kelompok yang
telah mencapai !criteria' yang telah mencapai !criteria yang telah ditentukan.
Penghargaan kelompok diharapkan sebagai penguatan yang dapat memotivasi
anggota kelompok untuk belajar dan beke1ja sebaik mungkin dalam memberikan
konstribusi untuk kelompoknya agar menjadi kelompok yang terbaik. Dengan
demikian tiap kelompok memiliki tujuan kelompok (group goal) yang merupakan
sasaran yang harus dicapai semua anggota.
Akuntabilitas individu (Individual Accountability). Sebagai individu setiap
siswa harus bertanggung jawab untuk belajar, mengerjakan tugas dan memahami
materi yang diberikan. Tujuan dan kesuksesan kelompok ditentukan oleh
kesungguhan semua anggota kelompok tersebut siap menghadapi tes perorangan.
Kesempatan yang sama meraih keberhasilan (Equal Opportunities For
Success). Dalam suatu kelompok belajar cooperative semua anggota mempunyai
kesempatan yang sama untuk meraih keberhasilan dan mengkontribusi nilai untuk
pencapaian skor kelompok.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima
unsur model pembelajaran gotong royong hams diterapkan.
~:::a11no kP-tPrcr::ini11ng-an nositif
22
3. Tatap muka
4. Komunikasi antar anggota
5. Evaluasi proses kelompok
Elemen-elemen dasar tersebut mernpakan ha! yang sangat penting dalam
proses perkembangan siswa menuju pendewasaan diri, diantaranya pendewasaan
diri dalam proses belajar di sekolah. Dengan demikian dapat mempertinggi
pencapaian basil belajar siswa.
b. Landasan Teori Belajar Cooperative
Landasan teori yang melandasi dan mendukung pembelajaran cooperative
ada dua kategori, yaitu teori motivasi dan teori kognitif.27
Pembabasan kedua teori tersebut adalah sebagai berikut:
I) Teori Motivasi
Motovasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa
siswa untuk melibatkan diri dalam belajar. Sebagai motor penggerak,
motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan
semangat dalam belajar. Siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi
yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto mengenai definisi motivasi,
yaitu "pendorong" suatu usaha yang disadari tmtuk mempengarubi
tingkah laku ,seseorang agar ia tergerak batinya untuk be1iindak
melakukan sesuatu sebingga mencapa,i basil atau tujuan tertentu.28
Dalam cooperative learning, ilrntan kerjasama dalam suatu kelompok
mengandung daya motivasional yang kuat, masing-masing anggota kelompok
saling melibatkan diri untuk mencapai sasaran, karena mereka yakin babwa tujuan
belajar hanya dapat dicapai berkat kerjasama. Keyakinan ini berbeda dengan
keyakinan bahwa tujuan yang dikejar banya dapat dicapai bila orang lain tidak
dapat mencapainya atau keyakinan bahwa sasaran yang dituju sendiri tidak ada
bubungannya dengan sasaran orang lain. Bekerjasama bermii bahwa seorang
27 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset don Praktik, (Bandung: Nusa
23
siswa memperoleh atau meningkatkan motivasinya karena interaksi cooperative
dengan teman sekelasnya sekaligus kebutuhan untuk menerima dan dapat diterima
orang lain. Pada gilirannya, kadar motivasi yang lebih tinggi menghasilkan taraf
prestasi yang lebih tinggi pula.
Motivasi belajar di sekolah dibedakan atas dua bentuk, yaitu:
a) Motivasi Instrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri yang
tidak perlu diransang dari luar.
b) Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul karena ada peransang dari
luar.
Menurut teori motivasi siwa pada cooperative learning terletak pada
bagaimana bentuk struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan.
Pada cooperative learning siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan
hanya siswa lain juga akan mencapai tujuan tersebut.
Selanjutnya guru dapat membangkitkan motivasi tersebut dalam kegiatan
pembelajaran dengan menyesuaikan tingkat perkembangan siswa. Tentunya bagi
siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, bentuk motivasi ekstrinsik
masih dominan. Sedangkan bagi siswa menengah atas, bentuk motivasi instrinsik
hams lebih domonan. Di dalam belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi s1swa dapat
mengembangkan aktivitas dan inisiatif.
2) Teori Kognitif
Teori kognitif lebih menekankan pada efek dari kerjasama tersebut pada
diri masing-masing siswa. Ada dua kategori utama yang merupakan
bagian dari teori kognitif, yaitu:
a) Teori Perkembangan
Damon dan Murray berpendapat mengenm asums1 dasar teori
perkembangan, yaitu bahwa "interaksi antar siswa terhadap tugas-tugas yang tepat
atau sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa dapat meningkatkan penguasaan
konsep-konsep penting.29 Sedangkan Vygotsky mendefinisikan suatu teori tentang
24
memberikan pandangan bahwa "aktivitas" kolaborasi dapat meningkatkan suatu
pertumbuhan. 30 Maksudnya, apabila siswa dalam tingkat usia yang sama
melakukan kolaborasi yaitu menyelesaikan permasalahan yang taraf kesulitannya
masih berada dalam ZPD mereka, hasilnya akan lebih baik dan menguntungkan
dibandingkan dengan mereka yang bekerja sendiri-sendiri.
b) Teori Elaborasi Kognitif
Wittrock mengungkapkan bahwa "di dalam psikologi kognitif telah
ditemukan bahwa jika informasi yang telah tersimpan dalam ingatan dan
selanjutnya dihubungkan dengan informasi yang baru, maka siswa harus
melakukan penstrukturan kembali kognitifuya". Ketika siswa melakukan kembali
pengetahuannya tersebut dengan pengetahuan yang telah ada sehingga siswa
tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik.
Pada cooperative learning cli kelas biasanya akan terj adi tutorial diantara
s1swa, dimana siswa yang lebih memahan1i konsep atau materi pembelajaran
(tutor) akan memberikan penjelasan kepada siswa lain dalam kelompoknya (tute).
Struktur kognitif seorang tutor akan berbeda ketika memperoleh pemahamannya
sendiri dibandingkan setelah memberikan tutorial. Peningkatan pemahaman juga
te1jadi pada siswa yang diberikan penjelasan. Dengan demikian baik tutor maupun
tute alcan memperoleh keuntungan dari proses tutorial.
Melalui cooperative learning ini siswa diberi kesempatan bukan hanya
sekedar belajar tetapi juga saling mengajarkan satu sama lain. Sehingga siswa
tidak berpikir sendiri dan mempertanggung jawabkannya, namun juga saling
berbagi dalam proses pembelajaran. Dari dua landasan teori yang mendukung
pelaksanaan cooperative learning tersebut, pada akhirnya akan mempertinggi
pencapaian prestasi belajar siswa.31 Hubungan kedua teori dapat dilihat pada
bagan 2.1
26
1) Pencapaian hasil akademik.
2) Penghargaan dan kepercayaan dari pembelajaran.
3) Hubungan antar kelompok, mencakup lintas ras dan linlas budaya.
4) Penerimaan siswa secara sosial dalam linglo.mgaimya.
5) Kemampuan menggunakan kemampuan keahlian sosial (bila
diajarkan).32
Berikut ini diberikan beberapa hasil penelitian yang menunjukan manfaat
cooperative learning bagi siswa dengan hasil belajar rendah, antai·a lain seperti
berikut ini:
1) Meningkatkan pencurahan walctu pada tugas
2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
3) Memperbaiki kehadiran
4) Angka putus sekolah menjadi rendal1
5) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
6) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
7) Konflik antar pribadi berkurang
8) Sikap apatis berkurang
9) Pemalmman yang lebih mendalam
10) Motivasi lebih besar
11) Basil belajar lebih tinggi
12) Retensi lebih lama
13) Meningkatkan kebaikan budi, dai1 kepekaan dan toleransi
Pembelajaran yang menerapkan model cooperative learning juga mampu
membantu siswa dalam menumbuhkan sikap-sikap positif tertentu, tidak hanya
menekankan berpikir dan tertunduk demokratif, pembelajaran aktif, perilaku
cooperative dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multi budaya.
Tujuan cooperative learning adalah ri:J.enciptakan keberhasilan individu
yang ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Beberapa
keuntungan dalam cooperative learning antara lain:
1) Siswa beke1ja sama mencapai tujuan dengan menjunjung norma-norma
'
27
2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama
berhasil
3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok
4) Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan
kognitif
Cooperative learning dapat digunak!ln pada hampir seluruh bagian
kurikulum. Berbagai model dapat cocok bagi mata pelajaran dan tingkat kelas
yang berbeda. Penggunaan dan adaptasi dari cooperative learning tanpa batas
tergantung dari imajinasi dan gaya gum kelas. Cooperative learning dapat
diterapkan pada tingkat pra sekolah, sekolah dasar, dari kelas I sampai dengan
kelas VI, SMP dan SMU.
d. Kelemahan Cooperative Learning
Tidak ada pelajaran atau metode yang sempurna, pasti ada kelemahan dan
kekurangannya, begitu juga dengan cooperative learning. Ada ha! yang hams
diperhatikan dalam cooperative learning dalam cooperative learning dapat
menimbulkan efek ".free rider' yaitu dimana ada beberapa anggota kelompok
yang mengerjakan semua atau sebagian pekerjaan dalam pembelajaran sedang
yang lainnya j alan terns, tidak melakukan aktivitas33. Maksudnya aktivitas
kadangkala hanya dilakukan oleh sekelompok siswa saja, sedangkan yang lainnya
hanya ikut-ikutan.
Efek ".free rider" terjadi ketika kelompok mempunyai tugas sendiri seperti :
menge1jakan laporan pribadi, melengkapi lembar kerja pribadi atau membuat
suatu proyek. Penguasaaan yang demikian dapat juga menciptakaan situasi di
mana siswa-siswa yang dianggap berketerampilan rendah (less skillful) diabaikan
oleh anggota-anggota kelompok yang lainnya.
Masalah ini dapat dieliminasi dengan meyakinkan siswa untuk
bertanggung jawab sendiri selama pembelajaran berlangsung. Misalnya, dalan1
cooperative learning dengan metode STL (Student Teams Learning), kelompok
akan memperoleh penghargaan (rewards) berdasarkan pada kontribusi skor kuis
dari masin!!:-masin!.! an!.!!.!ota kelomook. sehingga iika masing-masing anggota
28
kelompok yang belajar keras dan memberikan kontribusi yang besar bagi
kelompoknya berupa skor kuis yang baik, maka kelompok tersebut akan menjadi
kelompok terbaik dan memperoleh penghargaan. Dengan demikian cliharapkan
dalam kelompok tersebut tercipta suasana saling kerja sama, yang pandai clapat
membantu yang kurang pandai berupa tutorial dan yang kurang pandai clapat
be1ianya kepada yang panclai. Sedang yang pandai akan semakin lebih memahami
dan menguasai materi pelajaran.
3. Jigsaw Sebagai Telmik Cooperative Learning
a. PengertianTeknik Jigsaw
Pembelajaran metode Jigsaw ini clikembangkan oleh Aroson et al.,sebagai
teknik cooperative learning, telmik ini bisa digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Penclekatan ini bisa pula
cligunakan clalam mata pelajaran, seperti ilnrn pengetahuan alan1, ilnrn
pengetahuan sosial, matematika, agama, clan bahasa, model ini cocok untuk semua
kelas clan tingkatan.
Telmikjigsaw clalam cooperative learning memiliki pemikiran dasar yakni
memberi kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mewujudkan
sosialisasi yang berkesinambungan dan yang terpenting terjaclinya proses belajar
mengajar climana siswa mengajar dan diajar oleh sesama siswa.
Dalam cooperative learning teknik jigsaw ini, guru memperhatikan latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema agar bahan
pelajaran lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong rayong dan mempunyai bartyak kesempatan untuk mengolah
informasi clan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.34
Menurut Jolmson cooperative learning teknikjigsaw adalah suatu metode
belajar kelompok yang memiliki gambaran umum sebagai berikut :
1) Setiap anggota kelompok mempelajari salah satu bagian informasi yang
berbeda dengan bagian informasi anggota laim1ya
30
Menurut Melvin L. Silberman yang diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien,
metode belajar jigsaw serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok
(yaitu metode belajar dimana tugas-tugas yang berbeda diberikan kepada
kelompok siswa yang berbeda, dan hasilnya setiap kelompok akan "mengajarkan"
kepada siswa lain apa yang dipelajari), namun yang berbeda pada metode jigsaw
ini siswa akan mengajarkan kepada teman kelompoknya sehingga dapat
terbentuknya kumpulan pengetahuan pada kelompok tersebut. Kumpulan
pengetahuan tersebut dapat terbentuk karena setiap siswa memiliki tanggung
jawab yang sama untuk membantu teman sekelompoknya menguasai materi yang
telah siswa tersebut kuasai sebelumnya.37
Penggunaan teknik jigsaw dapat digunakan dalam mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa dan
teknik ini juga dapat digunakan untuk semua kelas atau tingkatan.
Teknik jigsaw digunakan untuk . mengembangkan keahlian dan
keterampilan yang diperlukan untuk menggolongkan aktivitas yaitu
mendengarkan, menyampaikan, kerjasama, refleksi, dan keterampilan
memecahkan masalah. Teknik jigsaw adalah suatu teknik ke1ja kelompok tmtuk
belajar dan partisipasi dalam kelompok, dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Listening (mendengarkan), siswa aktifmendengarkan dalam materi yang
dipelajari dan mampu memberi pengajaran pada kelompok aslinya.
b. Speaking-student (berkata), akan menjadikan siswa bertanggung jawab
menerima pengetahuan dari kelompok baru dan menyampaikannya kepada
pendengar barn dari kelompok aslinya.
c. Kerjasama setiap anggota dari tiap kelompok bertanggung jawab untuk
sukses dari yang lain dalam kelompok.
d. Refleksi pemikiran dengan berhasil melengkapi, menyelesaikan kegiatan
dalam kelompok yang asli, harus ada pemikiran reflektif yang
menerangkan tentang yang dipelajari dalam kelompok ahli.
e. Berpikir kreatif, . setiap kelompok harus memikirkan penyelesaian yang
bani dalam mengajarkan dan mempresentasikan materi.38
37 ?....r,..1 .. ~ .... T c-nt...,, ........ .,, ... frEti:.riPm~hl.-,an olP_h r~d<:::11l M11tt~nien). Active Learninf!: 101 Cara
31
Tujuan teknikjigsaw :
I. Menyajikan metode alternatif di samping ceramah dam membaca.
2. Mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima
informasi diantara anggota kelompo!c untuk mendorong kedewasaan
berpikir.
3. Menyediakan kesempatan berlatih bicara dan mendengarkan untuk melatih
kognisi siswa dalam menyampaikan materi. 39
Langkah-langkah teorijigsaw dalam cooperative learning
a) Tahap Cooperative
Siswa ditempatkan dalam suatu kelompok kecil (kelompok dibentuk
berdasarkan ranking) yang disebut kelompok kooperatif dan siswa
menerima sebagian informasi yang harus dibahas atau dipecahkan
dalam kelompok kooperatif terse but.
b) Tahap Ahli
Setelah mendapat sebagian informasi beserta tugas tertentu siswa harus
menjadi pakar atau mengenai bidang yang menjadi tugasnya masing
masing. Untuk itu siswa harus mencari dari kelompok lain yang
mendapat tugas yang sama, kemudian bekerja sama melakukan hal-hal
berikut: bekerja sama dan menjadi pakar dibidang bacaan atau
informasi yang telah siswa kuasai kepada anggota kelompok
kooperatif.
c) Tahap Lima Serangkai
Siswa kembali kepada anggota kelompolmya, dengan demikian pada
saat yang sama siswa akan menerima pelajaran dari anggota lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning teknik
jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur
multifungsi kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan
dan semua tingkatan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap
anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi, yaitu diskusi
kelompok ahli dan diskusi kelompok asal sehingga dalam metode pembelajaran
ini tergantung pada dan belajar dari orang lain dan menciptakan saling
32
ketergantungan bagi setiap anggota kelompok. Tekuik jigsaw sangat
memungkinkan untuk diterapkan teknik jigsaw dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam.
C. Cooperative Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
I. Pengertian pembelajaran Pendidikan agama Islam
Pembelajaran adalah istilah yang dipakai untuk menyebutkan segala
aktivitas yang dilakukan dengan sengaja oleh peserta diclik untuk mencapai tujuan
belajar. Tujuan belajar berkaitan dengan pernbahan tingkah laku peserta didik
yang meliputi aspek-aspek pengetahuan, k:eterampilan, sikap, nilai-nilai, dan
aspirasi. Aspek-aspek tersebut dimiliki oleh .Peserta didik melalui pengalaman
belajar. Di dalam kegiatan belajar kelompok; pengalaman belajar itu tidak saja
diperoleh melalui interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan
lingkungan sosial. Dalam ha! yang disebut terakhir, pengalaman tersebut
diperoleh melalui kegiatan saling belajar.40
Hakikat pembelajaran adalah usaha-usaha yang ditempuh oleh guru agar
dengan usaha-usaha tersebut ia dapat membelajarkan siswa. Hal tersebut dapat
diwujudkan guru dengan cara membuat progran1 pembelajaran berdasarkan
kurikulum yang berlaku atau dengan membuat suatu desain instruksional. Atas
dasar desain terse but seorang guru membuat agar siswa menyusun jadwal belajar
atau program pembelajaran di rumah mereka sendiri. Guru sebagai pendidik
melakukan rekayasa pembelajaran. Rekayasa pembelajarnn tersebut dilakuikan
berdasarkan kurikulum ya11g ber!aku.41
Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang
pendidikan agama seperti; Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam
penuh dengan nilai-nilai) yang hams dipraktikan. Pendidikan agama lebih
ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dengan Tuhannya,
penghayatan nilai-nilai agama kurang dapat penekanan dan masih terdapat
40 Sudjana S. Strategi Pembelajaran, (Bandung: Falah Production, Juli 2000), Cet ke-3, Edisi Revisi, h. 96.
41 "'!----·-""! ..l-- l.A •• ...t::~.-~ D~T~:,..~ ,.J,...,. o,. ... J.,,,,f,-,;,.., .. ..-. ... !To:llr!trtl'I· RinPkri rintri NovP.mher
33
sederetan respon kritis terhadap pendidikan agama. Hal ini disebabkan penilaian
kelnlnsan siswa dalam pelajaran agama dinkur dengan berapa banyak hafalan dan
mengerjakan ujian tertulis di kelas yang dapat didemonstrasikan oleh siswa.
Memang pola pembelajaran tersebut bukanlah khas pola pendidikan
agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan
negara kita yang juga mengidap masalah yang sama. Masalah besar dalam
pendiclikan selama ini a,dalah kuatnya dominasi pusat dalam menyelenggarakan
pendidikan sehingga yang muncul uniform se11tralistik kurikulum, model hafalan
dan monolog, materi ajar yang ban yak, serta kurang menekankan pembentukan
karakter bangsa. 42
Peran guru dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional,
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Bertindak mengajar atau
membelajarkan, mengevaluasi basil belajar yang berupa dampak pengajaran.
Peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai
basil belajar dan menggunakan basil belajar yang digolongkan sebagai dampak
penggiring.dengan belajar, maka kemampuan mental semakin meningkat. Hal itu
sesuai dengan perkembangan siswa yang beremansipasi diri sehingga ia menjadi
utuh dan mandiri.
Kegiatan pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik disatu
pihak dengan pendidik dipihak lain. Interaksi antara peserta diclik dengan pencliclik
berada clalam situasi kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran clilakukan
oleh peserta didik dan kegiatan membelajarkan dilakukan oleh pendidik.
Kegiatan belajar merupakan akibat berlangsungnya fungsi pembelajaran.
Funggsi pembelajaran merupakan upaya mendorong, mengajak, membimbing,
clan melatih yang dilakukan oleh pendidik supaya peserta cliclik melakukan
kegiatan belaj ar untuk memenuhi kebutuhan belajar clan kebutuhan pendidikan
dalam upaya memuaskan pemenuhan kebutuhan hidupnya.43
42 Ahrlnl Maiid dan Dian Andavani. Pendidikan Af!a1na Js/a111 Berbasis Kon1petensi,
34
Apabila memakai istilah pembelajaran agama di sekolah SMP maka ha! itu
berarti segala aktivitas dan usaha gum dalam membelajarkan siswa di sekolah
menengah pertan1a sehingga dengan usaha tersebut siswa SMP dapat mencapai
hasil belajar meliputi keimanan (tauhid), fiqh, sejarah Islam, akhlak dengan baik.
Proses belajar mengajar pada materi .pendidikan agama Islam di SMP
kebanyakan pada saat ini sudah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi.
Dengan kurikulum tersebut siswa dituntut lebih aktif dalam belajar dibandingkan
dengan aktivitas mengajar guru, siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan,
masalah sendiri, mengoptimalkan ranah affektif, kognitif,dan psikomotorik
dengan latihan-latihan dan tugas yang dibebankannya oleh gum kepada mereka.
Tugas-tugas tersebut tidak hanya LKS dan PR saja, melainkan program
prograrn guru yang telah disiapkannya untuk siswa dalarn usahanya
membelajarkan siswa.
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan: " untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman penghayatan, keyakinan dan pengamalan peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. "44
Di dalan1 GBPP PAI mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum
1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu: "agar siswa memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia". Rumusan
tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam
yang dilalui dan dialami ·oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi,
yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa,
dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait dengan kognisi,
35
dalam aiti penghayatan ·dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh
pengetahuan dai1 pemahamannya terhadap ajaran dan nilai againa islam. Melalui
tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan
bergerak untuk mengamalkai1 dan mantaati ajaran !slain (tahapan Psikomotorik)
yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk
manusia muslim yang beriamn, bertaqwa dan berakhlak mulia.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka rnang lingkup materi P Al
(kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh ruang lingkup pokok, yaitu: Al
quran - Hadits, Keimana syariah, lbadah, Muainalah, Akhlak, dan Tarikh (sejai·ah
Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum tahun 1999,
dipadatkan menjadi lima pokok, yaitu: Al-quran, Keimanan, Akhlak, Fiqh dan
bimbingan ibadah, serta Tarikh atau sejarah yang lebih menekankan pada
perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahua~ dan kebudayaan.45
Pcndidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan
keyakinai1, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.46
Mata pelajaran pendidikan againa !slain itu secara keseluruharmya dalam
lingkup Al-Quran dan al-hadis, keimanan, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus
menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup
perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan
Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, mahluk lainnya maupun lingkungannya
(Hablun minallah wa hablun minannas). 47
Ajai·an Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dari Allah berisi
pedoman pokok yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah),
45 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Seka/ah, (Bandung: Rosda Karya, 2004), Cet ke-3, h. 79
46 Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, Januari, 2001), cet_ke-3, h. 104
----- ~• -·--: I.
36
dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan mahluk bernyawa
yang lain, dengan benda mati dan alam semesta ini. Ajaran ini diturunkan Allah
untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat nanti.
Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhan1mad ini, Iebih Iengkap clan lebih
sempurna dari ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi-Nabi sebelumnya. Karena
agama Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia, maka pengajaran Agan1a Islam sebenamya harus berarti
pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan digunakan
oleh manusia dalam menj alani kehidupannya di dtmia ini dan untuk menyiapkan
kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti.
Dengan demikian berarti bahwa ruang Iingkup pengajaran Agama Islam itu
Iuas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.48
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi
sebagai berikut:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasamya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan Iebih Ianjut dalam diri
anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
2) Penanan1an nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup
di dunia dan di akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
baik Iingkungan fisik maupun Iingkungan sosial clan dapat mengubah
Iingkungannya sesuai dengan aj aran agama Islam. Penyesuaian mental,
yaitu untuk menyesuaikan diri dengan Iingkungan baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah Iingkungannya sesuai
dengan ajaran agama Islam.
37
4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan
kekurangan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
ajaran dalan1 kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dan lingkungaimya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan perkembangannya
menuju manusia Indonesia seutulmya.
6) Pengaj aran tentang ilmu pengetahuan keagainaan secara um um (al am
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsional.
7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secai·a optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain.49
4. Karakteristik Pendidikan Agama Islam
Sebagai mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau bahan kajian, PAI
memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan
mata pelajaran lain: Adapun karakteristik mata pelaj aran PAI itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:
!) PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran
ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Karena itulah PAI
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Ditinjau
dari segi isinya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menj adi salah
satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran
yang bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.
2) Tujuan PAI adalah untuk terbentuknya peserta didik yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak
mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki
pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islainsehingga memadai
baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan
oendidikan keienjang yang lebih tinggi.
38
3) Pendidikan agama Islam, sebagai sebuah program pembelajaran, diarahkan
pada (a) menjaga akidah dan ketaqwaan peserta didik, (b) menjadi
landasan untuk lebih rajin mempelajarl ilmu-ilmu lain yang diajarkan di
madrasah, ( c) mendorong peserta didik untuk kritis, kreatif, dan inovatif
dan (d) menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama
Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
(mengembangkan etika sosial)
4) Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan penguasan kompetensi
kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.
5) Isi mata pelajaran PAI didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan
ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok aj aran Islam, yaitu Al quran
dan sunnah Na bi Muhammad SAW ( dalil naq Ii). Di samping itu materi
P Al juga diperkaya dengan hasil-hasil istinbath atau ijtihad ( dalil aqli)
para ulama sehingga ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum lebih rinci
dan mendetail.
6) Materi PAI dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu
aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep
iman, syariah merupakan penjabaran dari konsep Islam, dan akhlak
merupakan konsep dari ihsan. Dari tiga konsep dasar itulah berkembang
berbagai kajian keislaman, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan
ilmu telmologi, seni dan budaya.
7) Out put program ·pembelajaran PAI di sekolah adalah terbentuknya peserta
didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang luhur) yang
merupakan misi utama dari diutusnya Nabi Muhammad SAW di dunia.
Pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah jiwa pendidikan dalam Islam
sehingga pencapaian akhlak mulia (karimah) adalah tujuan sebenarnya
dari pendidikan. Dalam hubungan ini, perlu ditegaskan bahwa
pembelajaran P Al tidak identik dengan menafikan pendidikan jasmani dan
nendidikan akal. Keberadaan program pembelajaran selain PAI menjadi
39
Pencapaian akhlak mulia justru mengalami kesulitan jika hanya dianggap
menjadi tanggung jawab mata pelajaran PAI. Dengan demikian,
pencapaian akhlak mulia harus menjadi tanggung jawab semua pihak
termasuk mata pelajaran non PAI dan guru-guru yang mengajarnya. Ini
berarti meskipun akhlak itu tampaknya hanya menjadi muatan mata
pelaj aran PAI, mata pelaj aran lain juga perlu mengandung muatan akhlak.
Lebih dari itu, semua guru harus memperhatikan ahklak peserta didik dan
berupaya menanamkannya dalan1 setiap proses pembelajaran. Jadi,
pencapaian akhlak mulia tidak cukup hanya melalui mata pelajaran P Al.
Demikian karakteristik Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru perlu
mengembangkannya lebih lanjut dengan rambu-rambu ini, sehingga implementasi
kurikulum PAI sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, madrasah dan
masyarakat. 50
5. Penerapan Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran Agama Islam
Dengan teknikjigsaw ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermalma. Selain itu, siswa bekerja dengan siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi.
Jigsaw didesain 'untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara
mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu)
terhadap teman sekelompoknya. Kunci teknik jigsaw ini adalah interdependensi
setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan
dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.
Menurut Elliot Aronson pelaksanaan kelas jigsaw, meliputi 10 tahap yaitu :
1. Membagi siswa ke dalam kelompok jig~aw dengan jumlah 5-6 orang.
2. Menugaskan satu orang siswa dari masing-masing kelompok sebagai
pemimpin, umumnya siswa yang dewasa dalam kelompok itu.
3. Membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 5-6 segmen.
40
4. Menugaskan tiap sJSwa untuk mempelajari satu segmen dan untuk
menguasai segmen mereka sendiri.
5. Memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk membaca secepatnya
segmen mereka sedikitnya dua kali agar mereka terbiasa dan tidak ada
waktu untuk menghafal.
6. Bentuklah kelompok ahli dengan satu orang dari masing-masing kelompok
jigsaw bergabung dengan siswa yang. lain yang memiliki segmen yang
sama untuk mendiskusikan poin-poin yang utama dari segmen mereka dan
berlatih presentasi kepada kelompok jigsaw mereka.
7. Setiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompokjigsaw mereka.
8. Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan segmen yang
dipelajarinya kepada kelompoknya, dan memberi kesempatan kepada
siswa-siswa yang lain untuk bertanya.
9. Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya,
mengamati proses itu. Bila ada siswa yang mengganggu segera dibuat
intervensi yang sesuai oleh pemimpin kelompok yang ditugaskan.
Pada akhir bagian beri ujian materi sehingga siswa tahu bahwa pada
bagian ini bukan hanya game tapi benar-benar harus menguasai.
Namun tidak semua mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat
menggunakan pendekatan cooperative learning teknikjigsaw, seperti pengajaran
tentang tauhid yang memang lebih tepat jika digunakan metode ceramah, tanya
jawab, dan diskusi karena dalam tauhid terdapat nilai-nilai normatif dan dogma
dogma yang memang sulit jika disampaikan dengan menggunakan pendekatan
cooperative learning teknikjigsaw. Begitu juga dengan mata pelajaran Al-Qur'an
Hadits dan akidah akhlak yang semuanya itu tergantung pada materi yang akan
diajarkan apakah dapat sampaikan dengan menggunakan cooperative learning
teknikjigsaw atau tidak.51
Tidak ada satu telmik pun yang sempurna demikian juga dengan
cooperative learning tek;nik jigsaw pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan telmik jigsaw antara lain: mengajarkan nilai kerjasama, meningkatkan
kepercayaan diri, membantu siswa antar yang satu dengan yang lainnya dan
41
teknik jigsaw antara lain: saling mengandalakan satu dengan yang lain pada saat
diskusi, kurang senang mendapatkan penjelasan dari teman, dan memerlukan
waktu yang cukup panjang.
D. Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam secara umum bertujuan meningkatkan keimanan.
Pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan padajenjang yag lebih tinggi.52
Dalam petunjuk pelaksanaan sistem. pendidikan nasoinal 1993-1994
disebutkan bahwa mata pelajaran pendidikan agama dimaksudkan untuk
memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agan1a yang dianut oleh siswa yang bersangkutan yang memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama laindalam hubungannya kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan peraturan nasional, bahan kajian
masing-masing agama adalah sebagai beriknt: materi pelajaran agama Islam yang
berisi bahan kajian tentang keimanan, ibadah, Al-quran, akhlak, syariah,
muamalah dan tarikh.53
Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam dalam segala tingkatannya
secara garis besar dapat disajikan sebagai berikut:
I. Menanan1kan pepsaan cinta, taat dan I'tikad yang benar kepada Allah
dalam hati peserta didik yaitu dengan meningkatkan nakmat Allh yang
tidak terhitung banyaknya.
2. Mendidik mereka agar mengikuti semua perintah Allah dan meninggalkan
larangannya.
3. Mendidik para pelajar agar membiasakan akhlak yang mulai dan adat
kebiasaan yang baik.
42
4. Memberikan pelajaran mengenai macam-macam ibadat yang wajib
dikerjakan dan cara melakukannya, faedah-faedah dan pengaruhnya serta
hukum-hukum agam yang perlu diketahui oleh tiap-tiap orang Islam.
5. Memberikan contoh kepada mereka bagaimana sebaiknya hidup di dunia.
6. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik yang
berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajanm
agama.54
Metode diskusi diperhatikan oleh Al- Quran dalam mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap
pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Maksud Allah dalam ha! ini agar
kita mengajar pelajaran yang benar dengan hikmah dan mauidah yang baik dan
membantah mereka dengan cara paling baik sebagaimana difirmankan oleh Allah
dalam suratAn-Nahl 125:
J. ,.,. <!. t -::,., .,. J:e "'"' ... """' "" "'"' ,, J ,J
)-" J..G'j oj ~I (d' ~~ __.iJ~j pl ~:,.:.ilj 4~ J,\j) ~ ,Jj t_;,1
"' (~ ~ ,:g~il.,;Jif -' - ~~ . - '1 ,_ . - ;Ji\ ~ i:J.., ; Y' .J -- -; if !,)+' 0""j
Artinya "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk. "
Dan surat Al-Ankabut ayat 46:
-::,., ef,. • J. J. bz_ J,,. • J.,.. ... ,, -::,., .:: J. ,.. "" t 'If,., -:: ,.. .,._, ,,.,.,. t. J -! ,,, C>~~ SI; l:;J j!j ~ Ir-& i:.r..~I :lj ~I (d' ~~ :lj '-:;-.-?II J'-1 l:;J~ :lj
... J. > J."'>"' ... J) .JJ" ..-J" J. ... ,. t. "'",. { ®Ju~ ,;..i ~j ~j ~Jj 4Jjj ~J J!lj Wj J!I
Artinya : "Dan janganlah kamu berdebat denganAhli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami Telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami Hanya kepada-Nya berserah diri
Dari kedua ayat tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari
metode diskusi adalah mengajarkan manusia umumnya dan siswa khususnya agar
senang mendengarkan pendapat orang lain walaupun berbeda dengan penclapat
43
sendiri, membiasakan siswa bersikap toleransi serta melatih untuk berfikir secara
teratur dan logis sehingga orang yang mendengar mudah memahaminya.
Diskusi dijadikan sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran karena
mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan menceramahkan materi.
Belajar pun bukan hanya sebatas proses penuangan informasi ke dalam benak
siswa. Belajar melatih mental dan ke1ja siswa seniri. Penjelasan dan pemeragaan
semata tidak akan membuahkan belajar yang. langgeng yang bisa membuahkan
hasil belajar yang langgeng hanyalah jika. siswa mengalami sendiri proses
pembelaj aran itu.
Jigsaw model pengajaran yang dikembangkan oleh Aronson sebagai
pendekatan cooperative learning. Model ini cocok untuk semua kelas atau
tingkatan, dengan model ini gum memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalarnan siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu siswa beke1ja dengan siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untnk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi.55 Siswa clapat
mengembangkan berbagai kemampuan clalam bersosialisasi, belajar mancliri, serta
bekerja sarna. Teknik Jigsaw dalarn cooperdtive learning memiliki pemikiran
dasar yakni memberikan kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain,
mengajar serta diajar oleh sesama siswa mernpakan bagian terpenting dalam
proses belajar dan proses sosialisasi secara berkesinarnbungan.56
55 n ...... ,.,. .... ; o,,,..,.,.J..,,,1,.;,,.,,.,,.,,,, Ynnnorntif IPA di .'\f.TP Melalui Metode Jiff.saw. Lembar Ilmu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri dari pendekatan
penelitian, subyek penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisa data, instrumen penelitian, proses pelaksanaan penelitian.
A. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didasari oleh
keinginan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran PAI siswa melalui
pendekatan cooperative learning teknik jigsaw yang diajarkan di SMP Negeri 3
Pamulang. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemehaman
dan penafsiran yang mendalam mengenai malma, kenyataan, dan fal<ta yang
relevan. Dalam penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk
mendeskripsikan, memahami dan maknai teknik pembelajaran pada mata
pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Pamulang. Oleh sebab itu, berdasarkan pada
kajian teori yang telah dipaparkan di depan, maka jenis penelitian yang dianggap
tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif analisis.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata "penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
45
kelompok. Beberapa deskripsi untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan
yang mengarah pada penyimpulan. 1
Dengan demikian, melalui pendekatan kualitatif, maka diharapkan alcan
memperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari
falcta relevan. Pendekatan kualitatif pada dasarnya bernsalm mendeskripsikan
permasalahan secara komperhensif, holistik, integratif, clan menclalam melalui
kegiatan mengamati orang dalam lingkungannya dan interaksi dengan mereka
tentang dunia sekitarnya;
Penelitian ini pacla haldkatnya ialah mengamati aktivitas siswa clalam
proses pembelajaran, interaksi mereka. Alasan lain tentang pemilihan pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran pada mata pelajaran
PAI yang dilalrnkan melalui kajian atau menelaah terhadap perilaku dari para
pelaku yang terlibat di dalamnya.
Unit bagian yang ingin teliti oleh penulis aclalah efektivitas proses belajar
mengajar denganpendekatan cooperative learning telmikjigsaw.
B. Subyek penelitian
Poerwandari menyatakan bahwa clalam penelitian kualitatif sampel ticlak
dian1bil secara acak tetapi justru clipilih mengikuti kriteria tertentu. Dengan
demikian, penulis menetapkan sasaran penelitian sebagai berikut:
I) Siswa SMP Negeri 3 Pamulang kelas 8
2) Siswa SMP Negeri 3 Pamulang kelas 8.2 dan kelas 8.3, kedua kelas ini
mempunyai karakteristik yang sama antara lain, keclua kelas ini bukanlah
kelas unggulan dan mempunyai prestasi yang tidak terlalu signifikan.
Sehinggga keclua kelas ini (8.2 dan 8.3) layak dijadikan subyek penelitian.
Penulis menemukan subyek melalui observasi langsung ke lokasi yang
kebetulan penulis seclang mengadakan kegiatan Praktik Profesi Keguruan
Terpadu (PPKT) di sekolah tersebut.
3) Jumlah responden yang diwawancarai berjumlah 5 orang yang dipilih
secara "purposive" yaitu informan kunci untuk menggali informasi secara
46
lebih mendalam, sehingga diperoleh pemahaman secara komperhensif.
Pertimbangan ini dilakukan dengan memilih siswa -siswa yang telah
menerima tretment atau percobaa11 teknik, sehingga memudahkan penulis
untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Unit bahasan pada penelitian ini adalah Fiqh dan SKI yang menggunakan
teknik jigsaw, untuk menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada
mata pelajaran Fiqh aspek yang ingin dicapai melalui teknik jigsaw adalah pada
aspek kognitif diharapkan siswa mampu mengerti dan memahami hewan apa saja
yang halal dan haram dimakan dan cara menyembelih hewan yang baik menurut
Islam, pada tingkat afektif siswa diharapkan mampu membedakan antar hewan
yang halal dan haran dimakan dan mampu membedakan cara menyembelih hewan
yang dan tidak baik, dan pada tingkat psikomotorik siswa diharapkan dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada mata pelajaran SKI aspek yang ingin dicapai melalui teknik jigsaw
adalah aspek kognitif tingkat satu dan dua yaitu mengetahui sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan Islam ada masa Daulah Abbasiyah.
C. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Pamulang. Sekolah SMP
Negeri 3 panmlang ini terletak di Komplek Pamulang Permai I RT 003/10
Pamulang Barat, Tangerang 15417. Sekolah ini letaknya strategis, mudah
dijangkau dan agakjauh dari polusi suara dan kendaraan serta lebih nyaman.
D. Metode pengumpulan data
Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
I. Observasi, observasi bisa disebut juga dengan pengamatan yang
bertujuan untuk melihat performance sebyek, kegiatan subyek, untuk
memperkaya data-data yang diperoleh dari wawancara. Observasi
merupakan metode pengumpulan data yang esensial dalam penelitian,
)bsevasi bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan, yaitu
t ~ngan mendapatkan gambaran yang terperinci mengenai kegiatan,
p ;riJaku dan aktivitas siswa di kelas. Dengan demikian observasi
m •rnn"lrnn m"tocle vang esensial vang digunakan dalam pendekatan
47
2. Memberikan tretment (perlakuan) kepada kelas yang dijadikan objek
penelitian sebanyak dua kali pertemuan, dengan perlakuan teknikjigsaw
kepada kelas eksperimen dan perlakuan metode ceramah kepada kelas
kontrol.
3. Memberikan tes soal-soal fiqh (hewan yang halal dan haram dimakan)
dan sejarah kebudayaan Islam (perkembangan ilmu pengetahuan Islam
abad pertengahan) pada kedua kelas itu dengan soal yang sama.
4. Menilai basil tes yang diperoleh dari dua kelompok di atas, yaitu
eksperimen adalab hasil belajar PAI siswa yang diajar menggunkan
pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dan kelompok kontrol
adalah basil belajar siswa yang diajar menggunakan metode ceramah,
untuk selanjutnya dilakukan analisis data dan mempersiapkan laporan
penelitian.
5. Wawancara, yaitu: merupakan teknik pengumpulan data yang sesuai
berdasarkan dari lapangan secara verbal di rnana pada wawancara ini
terdapat dialog yang dilakukan oleh interviewer (pewawancara) untuk
rnemperoleh informasi dari intervieweer (orang yang diwawancarai). 2
Wawancara ini dilakukan dengan cara bertatap muka langsung untuk
memperoleh data pendukung peneliti pemanfaatkan wawancara tidak
terstuktur, artinya penulis hanya menggunakan garis besar informasi dari
informan. Wawancara dilakukan terbadap siswa kelas 8.2 yang
mendapatkan tretment atau percobaan teknik.
Penulis melakukan wawancara secara mendalam yang tersturktur untuk
menggali infonnasi dari informan, yaitu siswa sebagai data pendukung.
Alasan saya melakukan wawancara terstruktur adalah supaya
mempunyai kendali atas apa yang saya tanyakan kepada informan.
Pe1ianyaan-pertayaan yang diaj11kan harus mengikuti daftar pertayaan
yang telah disiapkan. Dengan kata lain, penulis mengbindari kebilangan
arab agar jangan sampai terlibat lebih jauh terhadap penjelasan informan
yang sama sekali tidak berbubungan dengan pertayaan penelitian.
48
E. Teknik analisa data
Data yang penulis peroleh melalui observasi, wawancara clan hasil tes
clianalisis secara kualitatif, yaitu clengan menganalisa data yang cliperoleh clari
observasi, wawancara clan hasil tes clengan bahasa yang muclah clipahami clan
logis sesuai clengan penelitian yang clibahas mengenai efektivitas pembelajaran
PAI siswa melalui penclekatan cooperarive learning teknikjigsaw di SMP Negeri
3 Pamulang.
F. Instrumen penelitian
Pacla clasarnya penelitian akan berhasil jika banyak menggunakan
instrumen, sebab data yang cliperoleh cliperlukan untuk menjawab pertayaan
penelitian (masalah). Instrumen yang penuli~ gunakan acla tiga macam, yaitu
observasi, wawancara clan tes.
G. Proses pelaksanaan penelitian
Penelitian ini clikerjakan secera intensif pacla bulan Maret san1pai clengan
Mei 2008 akakn tetapi proposal penelitian telah clibuat sejak awal semester tujuh.
Pengambilan data clilakukan ketika penulis Praktik Profesi Keguruan Terpadu
(PPKT) di sekolah terse but selama empat bulan clari F ebruari san1pai dengan Mei
2008.
Untuk memperoleh data yang mendukung sesuai dengan tujuan penelitian
penulis melakukan tes setelah materi-materi pendidikan agama Islam disampaikan,
dan tes ini dilakukan dua kali pada materi yang berbeda, yaitu, materi Fiqh dengan
judul: Hewan Yang Halal dan Haram Dimakan clan materi sejarah dengan judul:
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Pacla Masa Daulah Abbasiyah. Tes ini
dil.akukan untuk mengetahui efektivitas pendekatan cooperative learning teknik
jigsaw yang penulis terapkan di kelas eksperiman.
Selain data yang diperoleh dari hasil tes, penulis juga melakukan
wawancara untuk data pendukung, wawancara ini dilakukan terhaclap siswa kelas
8.2 yang menclapatkan treatment (perlakuan), tetapi wawancara ini hanya kepada
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Cooperative Learning Teknik Jigsaw
Penerapan cooperative learning teknik jigaw pada penelitan adalah pada
mata pelajaran Fiqh dan Sejarah Kebudayaan Islam di kelas 8.2. secara teknik
pembelajaran sistem ini dijelaskan sebagai berikut:
I. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan
awal yang hendaknya ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali
pelaksanaan pembelajran. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana
awal pembelajaran yang efektif yang emmungkinkan peserta didik dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan
pendahuluan pembelajaran ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia
untuk kegiatan tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal
pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran peserta
didik sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama.
Keberhasilan proses pembelajaran diantaranya sangat dipengaruhi oleh
kegiatan pendahuluan pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan
pembelaj aran atau pra instruksional adalah untuk menciptakan awal
pembelajaran yang efektif agar siswa siap secara penuh dalam mengikuti
kegiatan inti pembelajaran. Jadi, dalam kegiatan pendahuluan yang menunjang
terhadap terbentuknya kondisi awal belajar 'siswa yang efektif.
50
Sebelum materi pelajaran didiskusikan, guru-guru melakukan langkah-langkah
pendahuluan sebagai berikut:
1. Guru mengucapkan salam
2. Guru meminta siswa menyiapkan kelas dan berdoa
3. Guru mengecek kehadiran siswa
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan
didiskusikan
5. Memberikan arahan-arahan dan langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam proses pembelajaran
Berdasarkan pada data penelitian yang telah dideskripsikan di atas dapat
dikatalm bal1wa kegiatan pendalrnluan yang dilalcukan oleh guru cukup efektif
sebab dalarn pelaksanaa1111ya sebagian besar dari indikator pembelaj aran
efektif dapat terlaksana dengan baik dan hanya sebagian kecil saja yang belum
terlaksana dengan baik clan benar.
Dalam pelaksanaan kegiatan pendahuluan guru diharapkan memiliki
kemampuan dalam menciptakan kondisi awal pembelaj aran yang dapat
dilakukan dengan cara mengecek atau memeriksa kehadiran siswa,
menumbuhjkan kesiapan belajar siswa, menciptakan suasana belajar yang
clemokratis, membangkitkan motivasi siswa, dan me111bangkitkm1 perhatian
s1swa.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah clitetapkan dalam kurikulum. Oleh
karena itu, kegiatan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang
kompleks dalam proses belajar mengajar yang mengutarnakan pada proses
pembentukan pengalaman belajar siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran
harus direncanakan oleh guru berdasarkan pada kurikulum yang berlaku.
Dengan memprioritaskan pada aktivitas siswa yang dibimbing secara efektif
oleh guru.
1Z ,,n;oton ;nti m<>R merunakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan
51
siswa (learning experiences). Pengalarnan belajar tersebut bisa dalarn bentuk
kegiatan tatap rnuka dan nontatap muka. Pengalaman belajar tatap muka
dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa.
Sedangkan pengalaman belajar yang dilakukan siswa dalam interaksi dengan
sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru dengan siswa.
Dalam kegiatan inti ini, langkah-langkah dalarn pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sebagai berikut: guru membagi siswa kepada beberapa
kelompok belajar di dalam kelas, menunjuk jubir dan membagi sub materi
kepada beberapa kelompok tersebut untuk dibahas dan mendish.'Usikannya di
kelompok asal atau di masing-masing kelompok. Materi yang pertama kali
dijigsawkan adalah materi Fiqh yaitu: Hewan Yang Halal dan Haram
Dirnakan, karena siswa pada kelas 8.2 ini berjumlah 34 siswa (Muslim) maka
ada satu kelompok yang berjumlah 6 orang siswa dan 4 kelompok berjumlah 7
orang siswa. Pembagian kelompok asal dapat dilihat pada tebel berikut:
Table 4.1
Kelompok Asal Teknik Jigsaw Pada Materi Hewan Yang Halal dan Haram
Dimakan
1
2
3
Pada kelompok Biru ini membahas
tentang Jenis Hewan Yang Halal.
Pada kelompok Hijau ini membahas
tentang Jenis Hewan Yang Haram.
Pada kelompok Merah m1
membahas ten tang Manfaat
Memakan Hewan Yang Halal.
4
5
52
Pada kelompok Kuning 1m
membahas tentang Bahaya
Memakan Hewan Yang Haram.
Pada kelompok Pink ini membahas
tentang Cara Penyembelihan Hewan
(Tradisional dan Mekanik).
Setelah didiskusikan dalam kelompok asal kemudian didiskusikan
kembali dalam kelornpok ahli, dalam kelornpok ini setiap siswa dari rnasing
masing kelompok saling menjelaskan rnateri yang telah mereka diskusikan di
kelornpok asal. Pembagian kelompok ahli dapat dilihat pada tebel berikut:
Table 4.2
Kelompok Ahli Pada Jigsaw Pada Materi Hewan Yang Halal dan Haram
Dimakan
1.
2.
Pada kelornpok ini terdiri dari 6 orang yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya. Pada
setiap kelornpok sudah terdapat ahli-ahli materi
ten tang:
• Jenis Hewan Yang Halal
• Jenis Hewan Yang Haram
• Manfaat Memakan Hewan Yang Halal
00 Bahaya Memakan Hewan Yang Haram
• Cara penyembelihan Hewan
Pada kelompok ini terdiri dari 7 orang yang
berbeda dengan kelornpok sebelurnnya. Pada
setiap kelornpok sudah terdapat ahli-ahli materi
tentang: a
3.
4.
5.
Jenis Hewan Yang Haram
•• Manfaat Memakan Hewan Yang Halal
Q Bahaya Memakan Hewan Yang Haram
• Cara penyembelihan Hewan
53
Pada kelompok ini terdiri dari 7 orang yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya. Pada
setiap kelompok sudah terdapat ahli-ahli materi
tentang:
•• Jenis Hewan Yang Halal o• Jenis Hewan Yang Haram
• Manfaat Memakan Hewan Yang Halal
• Bahaya Memakan Hewan Yang Haram
Q Cara penyembelihan Hewan
Pada kelompok ini terdiri dari 7 orang yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya. Pada
setiap kelompok sudah terdapat ahli-ahli materi
ten tang:
•• Jenis Hewan Yang Halal
• Jenis Hewan Yang Haram
• Manfaat Memakan Hewan Yang Halal
•• Bahaya Memakan Hewan Yang Haram
Q Cara penyembelihan Hewan
Pada kelompok ini terdiri dari 7 orang yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya. Pada
setiap kelompok sudah terdapat ahli-ahli materi
ten tang:
• Jenis Hewan Yang Halal
•• Jenis Hewan Yang Haram
• Manfaat Memakan Hewan Yang Halal
•• Bahaya Memakan Hewan Yang Haram
54
Setelah didiskusikan dalam kelompok asal dan kelompok ahli, para siswa
kembali lagi dalam kelompok asal mereka dan dalam kelompok asal terakhir ini
setiap siswa dalam kelompok asal sudah menguasai seluruh sub-sub materi.
Setelah didiskusikan dalam kelompok asal dan kelompok ahli, para siswa
kembali lagi dalam kelompok asal mereka dan dalam kelompok asal terakbir ini
setiap siswa dalam kelompok asal sudah menguasai seluruh sub-sub materi,
kemudian guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.
Pada tanggal 24 April 2008 materi yang dijigsawkan adalah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan islam Pada Masa Daulah Abbasiyah. guru
membagi dalam 5 kelompok, karena jumlah siswa 34 orang maka satu kelompok
terdiri dari 6 orang siswa dan 4 kelompok terdiri dari 7 orang siswa.
Kelompok-kelompok diskusi yang telah terbentuk diberikan sub-sub
materi yang hams mereka diskusikan dalam kelompok asal atau kelompok
masing-masing. Pembagian kelompok asal dapat dilihat pada tebel berikut:
Table4.3
Kelompok Asal Pada Jigsaw Pada Materi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Daulah Abbasiyah
I
2
3
Pada kelompok Biru ini membahas tentang:
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
islam Pada Zaman Rasulullah.
Pada kelompok Hijau ini membahas
tentang: Sejarah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam Pada Zaman Daulah
Umayyah.
Pada kelompok Merah ini membahas
tentang: Sejarah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam Pada Zaman Daulah
Abbasiyah.
4
5
Pada kelompok Kuning ini membahas
tentang: Ilmuan Muslim dan
Pengetahuannya (Averois, Avicena,
Alkindi).
Pada kelompok Pink ini membahas tentang:
Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya (Al
Farabi dan Al-Ghazali).
55
Setelah didiskusikan dalam kelompok asal kemudian didiskusikan kembali
dalam kelompok ahli, dalam kelompok ini setiap siswa dari masing-masing
kelompok saling menjelaskan materi yang telah mereka diskusikan di kelompok
asal. Pembagian kelompok ahli dapat dilihat pada tebel berikut:
Table 4.4
Kelompok Ahli Jigsaw Pada Materi Perkembangan limn Pengetahuan Islam
Pada Daulah Abbasiyah
I. Pada kelompok ini terdiri dari 6 orang yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya. Pada
setiap kelompok sudah terdapat ahli-ahli
materi tentang:
• Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Rasulullah.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Daulah Umayyah.
• Perkembangan limn Pengetahuan
Islam Pada Zaman Daulah Abbasiyah.
Q Q Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
(Averois, Avicena, Alkindi
• Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
2.
3.
56
Pada kelompok ini terdiri dari 7 orang yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya. Pada
setiap kelompok sudah terdapat ahli-ahli
materi tentang:
• Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Rasulullah.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Daulah Umayyah .
•• Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Daulah Abbasiyah.
Q Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
(Averois, Avicena, Alkindi
• Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
(Al-Kindi dan Al-Ghazali).
Pada kelompok ini terdiri dari 7 orang yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya. Pada
setiap kelompok sudah terdapat ahli-ahli
materi tentang:
•• Sejarah perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam Pada Zaman
Rasulullah.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Daulah Umayyah.
• Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Daul ah
Abbasiyah.
Q Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
(Averois, Avicena, Alkindi)
•• Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
(Al-Farobi dan Al-Ghazali).
4.
5.
57
Pada kelompok ini terdiri dari 7 orang yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya. Pada
setiap kelompok sudah terdapat ahli-ahli
materi tentang:
•• Sejarah perkembangan Ilmu
• Pengetahuan Islam Pada Zaman
Rasulullah.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Daulah Umayyah .
Perkembangan
Islam Pada
Abbasiyah.
Ilmu Pengetahuan
Zaman Daulah
Q Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
(Averois, Avicena, Alkindi)
•• Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
(Al-Farabi dan Al-Ghazali).
Pada kelompok ini terdiri dari 7 orang yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya. Pada
setiap kelompok sudah terdapat ahli-ahli
materi tentang:
• Sejarah perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam Pada Zaman
Rasulullah.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Daul ah Umayyah.
• Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Pada Zaman Daulah Abbasiyah.
Q Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
(Averois, Avicena, Alkindi)
•• Ilmuan Muslim dan Pengetahuannya
(Al-Farabi dan Al-Ghazali).
Setelah di diskusikan dalam kelompok asal dan kelompok ahli, para
58
terakhir ini setiap siswa dalam kelompok asal sudah menguasai seluruh sub
sub materi, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Pada tanggal 17 April 2008 diadakan tes mengenai materi Fiqh yaitu:
Hewan Yang Halal dan Haram Dimakan yang telah dijigsawkan. Kemudian
pada tanggal 8 Mei 2008 diadalan tes mengenai materi Sejarah Kebudayaan
Islam yaitu: Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Pada Zaman
Dinasti Abbasiyah yang telah dijigsawkan.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran harus direncanakan dan
dilaksanakan secara sistematis, efektif, efisien, dan fleksibel. Kegiatan akhir
dan tindak lanjut pembelajaran harus merupakan rangkaian kegiatan
pendahuluan dan kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan akhir dalam
pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran,
tetapi juga sebagai penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tinclak
lanjut. K.egiatan tinclak lanjut harus clitempuh berclasarkan pacla proses clan
hasil belajar peserta cliclik. Waktu yang terseclia intuk kegiatan ini cukup
relatuf singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur clan memanfaatkan waktu
seefisien mungkin. Secara umum ke?iatan akhir clan tindak lanjut yang
dilaksanakan pada mata pelajaran PAI diantaranya adalah:
1. Guru menutup pelajaran clengan memberikan kesimpulan
2. Guru memberikan motivasi kepacla siswa untuk mempelajari kembali
materi yang telah mereka cliskusikan.
3. Guru menutup clengan salam
Penggunaan penclekatan cooperative learning teknik jigsaw be1tujuan
untuk menggairahkan belajar siswa di dalam kelas, karena pada suatu konclisi
siswa terlihat merasa bosan clengan metocle ceramah yang biasa guru mereka
gunakan, karena mereka harus diam clan mendengarkan materi yang
disampaikan oleh gllrll. Proses belajar mengajar clengan metode yang klasikal
yaitu metode ceramah, guru lebih dominan dalam pencapaian materi.
59
jawab atas penguasaan materi belajar dan harus mampu mengajarkannya
keanggota lai1mya.
Setiap anggota mempresentasikan sub materi yang didiskusikan
kepada anggota lain dengan bahasa mereka sendiri. Penggunaan bahasa teman
seperti ini sangat membantu siswa dalam memahami materi yang dijelaskan
oleh teman mereka dan ha! ini pun mempermudah mereka dalam
berkomunikasi karena tidak terj adi pemaharnan yang berbeda antara mereka
seperti yang terkadang terjadi antara guru dan murid karena bahasa yang '
digunakan guru terkadang terlalu tinggi. Bahkan semua responden
mengatakan bahwa bahasa sehari-hari yang mereka gunakan sangat membantu
dalam proses belajar mengajar.
Berikut unglcapan responden pada saat diwawancara :
IR I "bahasa sehari-hari yang lebih mudah dicerna dan juga lebth
nyambung ketika menjelaskan ".
IR III "bahasa teman adalah bahasa persahabatan".
IR IV "bahasa teman adalah bahasapersahabatan, bahasa guru terkadang
sulit dimengerti, sedangkan bahasa teman lebih mudah karena sudah
bias a ngobrol".
IR IV "menjelaskannya dengan menggunakan bahasa teman dan lebih
berbekas di pikiran"
Penggunaan teknikjigsaw dalam PBM dapat juga mengaktifkan siswa,
karena dalam teknik ini yang menjelaskan bukanlah guru kepada murid tetapi
murid kep~da murid dan guru bertindak sebagai fasilitator. Dalan1 teknik
jigsaw siswa mendiskusikan sub materi yang sudah diberikan dan mereka
hams paham dan menge1ii karena masing-masing dari setiap anggota hams
menjelaskan kepada anggota lainnya atau rolling presentation, selain mereka
bisa bertanya dengan guru mereka juga bisa bertanya dengan teman mereka.
Berikut ungkapan responden:
IR II "bisa lebih berinteraksi dengan teman dan bisa lebih aktiflagi".
IR III
60
"peran akt!fnya tanya jawab dengan guru dan teman dalam
berinteraksi dan juga memberikan pemahaman kalau ada teman
yang tidak mengerti ".
IR IV "akt/f, tidak terpaku dengan guru, mencari solusi dan berinteraksi
dengan te~an yang lain, dan juga bahasa yang digunakan lebih
mudah dimengert".
Selain aktif, murid juga dituntut harus bisa berkerjasama dengan teman
mereka karena karena setiap siswa hanya harus memahami satu bagian materi
belajar yang ditugaskan kepada mereka, dan itu mempennudah ke1jasama
mereka clalam PBM, setiap siswa harus memperhatikan dan memahami sub
materi yang disampaikan oleh setiap teman mereka clalam kelompok ahli.
Hal ini diungkapan dalam wawancara dengan responden:
IR I "kerjasama dengan memberikan pengertian kepada teman untuk
mendengarkan materi yang disampaikan dan memahami sama-sama
kembali sampai mengerti, dan jika semua sudah mengerti kit a ganti
kebahasan yang lain".
· IR III "misalnya satu bab dibagi kebeberapa materi, materi a, b, dan c, si A
menjelaskan yang a, si B menjelaskan yang b, dan si C menjelaskan
yang c, khan masing-masing sudah mengambil kesimpulan dan
bertukar informasi yang sudah kita tahu dan materi yang kita
pelajari"
Pengaruh buku paket dalam prose belajar mengajar di kelas sangat
membantu siswa dalam materi yang disampaikan, dari data hasil temuan
dilapangan hampir semua responden memiliki buku palcet. Selain itu mereka
juga memiliki LKS (lembar kerja siswa) yang sangat membantu mereka dalam
belajar, karena LKS perisi latihan-latihan mengenai materi yang diajar. Hal ini
dapat diketahui dari basil wawancara clengan responden:
IR I LKS, itu khan isinya ringkasan-ringkasan, kalau buku paket berisi
semua materi, jadi kalau ma/as baca buku paket bisa baca LKS.
IR II LKS berisi latihan-latihan dan sanf<af membantu. IR III: karena LKS
61
IR IV : LKS itu lebih sing/cat dan tidak terlalu diuraikan.
Dari basil wawancara di atas dapat sedikit disimpulkan bahwa cooperative
learning dengan teknikjigsaw dapat membilntu siswa:
1. Lebih aktif clalam proses belajar mengajar, karena:
a) Bahasa teman lebih mudah dipahami
b) Siswa dituntut untuk lebih dahulu memahami materi
c) lnteraktif (komunikasi clengan teman)
d) Hambatan seperti takut dan malu tidak ada
e) Adanya kepedulian sosial
t) Problem solving mandiri
g) Ke1j asama
2. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosil.
3. Meningkatkan keterampilan kognitif
4. Memungkinkan terbentuknya nilai-nilai sosial dan komitmen.
B. Efektivitas Cooperative Learning Teknik Jigsaw
1. Pemahaman siswa terhadap materi
Pemahaman siswa terhadap materi clapat dilihat dari hasil wawancara
responden mengenai sekitar materi Hewan Yang Halal dan Haram Dimakan
dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah.
Pada sub ini peneliti menayakan apakah responclen dapat membedakan antara
hewan yang halal dan haram dimakan.
Berikut jawaban responden saat diwawancara:
IR I "hewan yang haram dimakan adalah hewan yang bisa merusak
tubuh kila, misalnya babi ada cacing pitanya yang dapat merusak
tubuh dan hewan yang halal itu hewan ternak seperti: sapi, kerbau,
kambing dan lain-lain".
IR II "hewan haram adalah hewan buas, berkuku tajam, dan bertaring,
hewan yang halal contohnya seperti unggas ".
62
IR IV "hewan yang hidup dilaut, karena laut itu suci airnya dan halal
bangkainya ".
Selanjutnya peneliti menayakan dapatkah responden mengambil
kesimpulan dari materi perkembangn ilnm pengetahuan Islam pada masa
daulah Abbasiyah.
Berikutjawaban responden saat diwawancara:
IR I "Ummayah lebih tradisional tetapi Abbasiyah sudah ada ilmu-ilmu
keduniawian ".
IR II "Pada daulah Abbasiyah sudah berkembang ilmu-i/mu dunia, seperti
kimia, kedokteran, astronomi dam lain-lain".
IR III "Perkembangan ilmu pengetahuan pada Abbasiyah lebih kepada
ilmu-ilmu keduniawian, tetapi tidak lupa dengan perkembangan
ilmu-ilmu agama ".
IRV "Zaman Ummayah kurang mendukung ilmu-ilmu dunia, sedangkan
Abbasiyah sudah mendukung ilmu-ilmu keduniawian ".
Dari hasil wawancara mengenai pemahaman siswa terhadap materi yang
telah dijigsawkan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
I. Substansi Materi
2. Bahasa
3. Jarak antara pelaj aran terse but dengan wawancara ± 7 bulan, tetapi mereka
mampu untuk menj awab pertayaan yang ditanyakan mengenai materi yang
telah disampaikan. Dengan demikian pelajaran tersebut dapat dikatakan
dipahami oleh siswa.
Setelah proses belajar dilaksanakan, peneliti memberikan tes kepada
masing-masing siswa mengenai materi yang telah disampaikan, yaitu tes
mengenai Hewan Yang Halal dan Haran1 Dimakan dan tes mengenai
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyab.
Tingkat keberhasilan dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf, yaitu
istimewa (maksimal) I 00%, baik sekali (optimal) 76%- 99%, baik (minimal)
60-75% dan kurang < 60%.
Berikut hasil tes siswa antara yang menggunakan pendekatan
63
Kelas Eksperiman Kelas Kontrol
JOO = 3 orang 100 --76-99 = 21 orang 76 -99 = 16 orang
60 - 75 = 8 orang 60 -75 = 16 orang
<60 = 2 orang <60 = 2 orang
Untuk hasil ,tes siswa pada kelas yang menggunakan cooperative
learning teknik jigsaw pada materi Perkernbangan Ilmu Pengetahuan Islam
Pada Masa Daulah Abbasiyah.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
JOO = 4 orang 100 - -
76 - 99 = 9 orang 76-99 = 1 orang
66 - 75 = 16 orang 60- 75 = 11 orang
<60 = 5 orang <60 = 22 orang
Hasilnya pada kelas menggunakan pendekatan cooperative learning
teknikjigsaw nilai-rata-rata siswanya pada materi fiqh 8,2 dan materi sejarah
rata-rata siswanya 7,'2, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata siswanya pada
materi fiqh 7,4 dan rata-rata siswa pada materi sejarah kebudayaan Islam 5, 1.
2. Ketepatan pendekatan cooperative learning telmik jigsaw c!engan
karakteristik siswa, waktu yang tersedia, sarana dan prasarana.
Setiap telmik memiliki kelebihan dan kekurangan, ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam memilih dan menetapkan suatu metode atau
teknik, yaitu karakteristik siswa, waktu yang tersedia, sarana dan prasarana
yang mendukung proses belajar mengajar di kelas.
a. Karakteristik siswa
Di ruang kelas, guru berhadapan dengan siswa dengan c!erajat potensi
latar belakang histories yang berbeda demikian juga c!engan intelektualnya.
Oleh karena itu siswa tidak hanya belajar. dari guru tetapi juga dari sesama
siswa dengan bergotong royong untuk bisa saling memahami materi yang 1•,•
64
Berikut hasil wawancara dengan responden :
IR I "temotivasi sekali, karena dengan diskusi kita bisa sharing dengan
teman yang t/dak tahu dan bisa kita qjarkan juga yang mengerti bisa
mengajarkan ".
IR II : "bisa lebih berinteraksi dengan teman dan bisa lebih aktif lagi.
IRV : tidakjenuh dan enjoy berinteraksi dengan teman ".
b. Waktu yang tersedia
Dari hasil wawancara dengan beberapa responden dapat diambil
kesimpulan bahwa waktu yang tersedia akan cukup j ika dalam proses diskusi
siswanya tidak saling mengobrol ketika teman saling menjelaskan, dan harus
ada kekompakan.
c. Sarana dan prasarana
Fasilitas di SMP Negeri 3 Pamulang cukup mendukung, karena di
sekolah ini sudah ada AC yang membuat kelas lebih terasa sejuk ketika belajar
dan sisi TV dimana guru dapat mengawasi aktivitas siswa.
Berikut ungkapan responden pada saat diwawancara:
IR I "fasilitas di sekolah cukup mendukung, apalagi di SMP Negeri 3 ini
sudah ada AC dan sisi TV, jadi guru-guru mudah untuk memantau
murid-murid di kelas ".
IR II "fasilitasnya sangat mendukung dan berfungsi, apalagi AC, soalnya
kalau musim panas belajarnya sambil kipas-kipas jadi nggak konsen
dan pikirannya kemana-mana ".
IR IV "fasilitas di sekolah sangat mendukung bangat, karena bisa lebih
focus"
Teknik pengolahan data dapat dilihat pada Tabel Matrik Analisis di bawah ini:
2. Observasi
3i Wawancara: A kt if
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dalam pembelajaran melalui teknik jigsaw, materi-materi yang diajarkan yaitu terdiri dari Fiqh dan SKI, siswa dapat mempelajari, memahami, dan menyampaikan materi yang telah dipelajari dengai1 pemahan1an yang merreka miliki dan dengan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Pengggunaan teknik jigsaw dalam PBM dapat juga mengaktitkan siswa, dalam teknik ini yang menjelaskan bukanlah guru kepada murid tetapi murid kepada murid dan guru bertindak sebagai fasilitator. Dal am teknik jigsaw siswa mendiskusikan sub materi yang sudah diberikan dan mereka harus paham dan mengerti karena masing-masing dari setiap anggota harus menjelaskan kepada anggota lainnya. Selain mereka bisa bertanya dengan guru mereka juga bisa bertanya dengan teman mereka. Selin itu iuga · dituntut
66
barus memperbatikan dan memabami sub materi yang disampaikan oleb setiap teman dalam kelompok ahli.
Pemabanam Dari basil wawancara mengenai pemahaman siswa terbadap materi yang telab dijigsawkan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Subtansi materi Bahasa Jarak antara pelajaran tersebut dengan wawancara + 7 bulan, tetapi mereka mampu untuk menjawab pertanyaanpertayaan mengenai materi yang telah disan1paikan. Dengan demikian pelajaran tersebut dapat dikatakan pahami oleb siswa.
Efektivitas Efektivitas ini dapat dilihat dari basil tes siswa pada kelas experimen pad a mata pelajaran Fiqb dan SKI, rata-rata Fiqb 8,4 dan SKI 7,2, efektivitas jnga dapat dilibat dari efesiensi waktu dan saran a dan prasarana, dari basil wawancara waktu yang tersedia cukup karena siswa hanya
67
menjelaskannya kepada temannya pada kelompok ahli dan setelah mereka kembali dari kelompok ahli mereka sud ah memahami materi secara komperhensif. Selain itu sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut juga mendukung sepe1ti di setiap kelas ada AC yang membuat siswa merasa sejuk dan tidak kepanasan, dan ini sangat membantit dakam proses pelajar mengajar.
68
Dari data di atas dan dari basil wawancara dapat ditarik kesimpulan
babwa cooperative learning teknikjigsaw efektif jika digunakan dalam proses
belajar mengajar tetapi guru sebagai fasilitator baruslah memantau kegiatan
siswa pada saat diskusi agar alokasi waktu yang tersedia mencukupi: Sarana
dan prasarana yang tersedia di SMP Negeri 3 Pamulang juga sangat membantu
dalam proses belajar mengajar. Begitujuga basil dari wawancara di atas dapat
disimpulkan babwa' siswa memabami dan mengerti dengan materi yang
dijigsawkan.
A. Kesimpulan
BABY
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendekatan cooperative learning teknik jigsaw dapat mengaktifkan siswa
dalam PBM karena dalam teknik ini siswalah yang mempelaj ari materi
ajar dan menjelaska1111ya kepada teman sesama siswa.
2. Cooperative learning telmik jigsaw mampu memberikan penguatan dan
pemahaman materi PAL Hal ini dibuktikan dengan kemampuan mereka
dalam menjelaskan tentang materi yang telah diajarkan dengan benar,
walaupun masih memakai bahasa yang mereka gunakan dalam percakapan
sehari-hari.
3. Di samping hasil tes tersebut, bila dibandingkan antara mata pelajaran
Fiqh dan SKI, cooperative learning teknik jigsaw lebih efektif digunakan
dalam mata pelajaran sejarah. Hal tersebut dikarenakan mata pelajaran
SKI lebih banyak menuntut aspek kognitif siswa, yalmi, menuntut adanya
pemahaman terhadap fenomena sejarah, hal tersebut lebih menarik bila
melalui teknikjigsaw, karena:
a) Uraian fenomena sejarah dapat dibahasakan dengan bahasa yang
~,,,hh ri;nohomi (hBhBsa nercakaoan).
70
b) Permasalahan sejarah dapat di atasi karenajigsaw dilakukan secara tim
(kelompok). Karena berpikir dari 2 atau lebih orang lebih baik
dibanding kekuatan berpikir satu orang.
Sedangkan fiqh lebih menekankan aspek hafalan dan praktik yang tampak
kurang menarik bila di dekati dengan telmikjigsaw.
Melengkapi kesimpulan di atas, berikut ini dapat pula disampaikan bahwa
teknikjigsaw memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
a) Bahasa teman lebih mudah dipahami
b) Siswa dituntut untuk lebih dahulu memahami materi
c) Interaktif ( komunikasi dengan teman)
d) Hambatan seperti takut dan malu tidak ada
e) Adan ya kepedulian sosial
f) Problem solving mandiri
g) Kerjasama
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan berdasarkan kepada kelebihan
dan kekmangan dari cooperative learning teknikjigsaw, yaitu:
a. Kelebihan :
I. Mengajarkan nilai kerjasama.
2. Meningkatkan kepercayaan diri.
3. Membantu siswa antara yang satu dengan yang lainnya.
4. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royang.
b. Kelemahan:
I. Saling mengandalkan satu sama lain.
2. Kurang senang mendapatkan penjelasan dari teman.
3. Banyak memerlukan waktu.
Tips atau saran menggunakan teknikjigsaw agar lebih efektif dan efesien:
I. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok
71
3. Menyampaikan tugas-tugas yang harus dike1jakan baik tugas individu
maupun tugas kelompok dengan sejelas-jelas11ya. J
4. Membuat perlanyaan-pertayaan dari setiap sub materi agar diskusi i siswa pada kelompok asal sesuai dengan waktu yang telah ditentukfin.
' 5. Memantau berlangsungnya kerja ke!ompok-kelompok kecil yang telah
dibentuk untuk mengetahui bahwasanya kegiatan berlangsung dengan
lancar.
6. Mengevaluasi hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Khairul, Implementasi Cooperative Learning Dalam Pembelajaran Geografi: Adaftasi Model Jigsaw dan Field Study, Buletin Pelangi Pendidikan, Vol.3, No.2, 2000
Atifin, H, Muyazzin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, Semarang: Toha Putera, 1997, Cet. 1
_____ , Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.2, 2002
Djamarah, Syaifril, Bahri, dan Zain, Aswan, Strategi Be/ajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.2, 1997
Daradjat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 2, 2001
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Derektorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Juni, 2004
Dimyati dan Mudjiono, Be/ajar dan Pembelajaran, Jakarta; Rineka Cipta, Cet.2, 2002
Egged, Jacobson, Kauchak, Method For Teaching: A Skill Approach, Ohio: Metril Publishing Company, 1989
GBPP 1994, Pendidikan Agama Islam.
Haldrniranen, Kai, Jigsaw, http://www.Article.net/ Jigsaw/hakkarainen.html
http://www.damandiri.or.id/file/Yusufunsbab2.pdf
Lie, Anita, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002 ·
Madjid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran: Pengembangan Standar Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. 1, 2005 ·
Madjid, Abdul dan Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Rrremaja Rosda Karya, Cet.1, 2004
''-·----··- r0~· 0 1 A~tHrnl li'tolrth>frn< PRMS11nt11 Tuntunan Reformasi Pendidikan,
Moleong, Lexy L, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, Cet. 3, 2001
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefekifkan Pendidikan Agama !slam, Bm,e\ung: Remaja Rose\a Kti1•yti, Cet. 3, 2004
N.K, Roestiyah, Diktatik Metodik, Jakarta: Bina AKsara, Cet. 3, 1998
Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. 3, 2001
Sadhili, Hasan, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve
Sanjaya, Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kurikulum,. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. 2, 2006
Silberman, Melvin L (Diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien), Active Learning: Cara Belajkar Siswa Aktif, bandung: Nuansa dan Nuansa Media, Cet. 3, 2004
Slavin, E, Robetr, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, Bandung: Nusa Media, Cet. 1,2008
Solihatin, Etin, Pengembangna Model Cooperative Learning (Jurnal Ilmiah Mimbar Demolaasi, Vol.1, No. 1, Oktober 2001
Solihatin, Etin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisa Model Pembelajaran JPS, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 2007
Subroto, B, Suryo, Proses Be/ajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 1, 1997 .
Sudjana, S, Strategi Pembelajaran, Bandtmg: Falah Production, Juli 2000
Suherman, Eman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI, 2003
Suparno, Paul, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Y ogyakarta: Kanisius, 1997
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. 1, 1996
Wahinuddin, S, Pengaruh pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Be/ajar, Forum Pendidikan, Maret, 2003, No. 1, 2003
Yuwono, G.B, Pedoman Umum Ejaan Yang Telah Disempurnakan, Surabaya: Tnrloh (',,1 1. 1987
No Lamp Hal
: lstimewa : I (satu) Berkas : Pengajuan Judul Skripsi
Kepada Yang Terhonnat Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Di
Tempat
Assalamu 'a/aikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Saya yang be1ianda tangan dibawah ini: Nama : Era Indriati NIM : I 04011000092 Semester/Kelas : VII/C Jurusan : Pendidikan Agama Islam (P Al)
Bermaksud mengajukan judul skripsi "PERBANDINGAN METODE COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DEN GAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA (Di SMP Negeri 3 PAMULANG)", sebagai persyaratan untuk menyelesaik~n Program Starata Satu ( SI ). Berikut ini saya lampirkan: I. Outline 2. Bab I, Bab II dan Bab III 3. Daftar Pustaka sementara
Demikianlah surat pengajuan ini saya buat, dengan harapan semoga dapat diterima. Alas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
. ...-------" Dosen Seminar Skripsi · · Pem'oh?11'
J I e /fl; t!~_
\
Drs I . urdin Idris M.A . . 150 195 129
Era ~lln'ati NIM. I 04011000092
DEPARTEMEN AGAMA TJNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKUL'fAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Tclp. : (62-21) 7443328, 7401925, Fax. (62-21) 7443328
lomor 95, Ciputat 15412, Indonesia Email : [email protected] id &MA&ao&:1a I il :crm w 114 JtidU $4-iW I Hla\441 t U i iii I =-0111or : Un.O l/Fl/TL022/ <; 'Z, /:2008 .Jakarta. 4 Fcbruari 2008 :1111p. : Abstraksi/Outline a I : BIMBINGAN SKRIPSI
Kcpada Yth. Yudhi Munadhi, M.Ag Pembimbing Skripsi Fakultas llrnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Assalamu'alaikum wr. wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk rnenjadi Pernbinibing I/II (rnateri/teknis) penulisan skripsi rnahasiswa:
Nan1a
NIM
.lunisan
Semester
Judul Skripsi
Era Inclriati
1 040 I 1 000092
Pcndidikan Agama Islam
8
Perbandingan Metode Cooperative Learning Teknik .Jigsaw dcngan Mctodc Kcrja I<.elompok Tcrhadap l·fosil bclajar !'Al Siswa (di SM!' Ncgcri 3 l'amulang)
.ludul tersebul lclah disetujui oleh .Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 31 .lanuari 2008 dcngan abo.trak/outline sebai;aimana terlampir. Meskipun clcmikian Pembirnbing bcrhak untuk mcngubah judul tcrscbul bil:1 dipnndang lid;1k /kurnng scsuai.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selcsai clalam waktu 6 (enam) bulan, clan dapat diperpanjang selama 6 bu Ian berikutnya tanpa surnt perpanjangan .
Alas perhatian dan ke1ja sama Saudara, karni ucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
wwwawww
~ ~
Nomor Lamp. Hal
DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen FITK-FR-AKD-082
UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit 1 September 2008
FITK No. Revisi: 00 JI. fr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 fndonesia
~·
1/1 1 Hal
SURAT PERMOHONAN IZIN PENEL.ITIAN
: U11.0 l/F. l/KM.O ! .3/,Z]i/2008 : Outline/Proposal
Jakarta, 26 November 200
: Pcrmohonan Izin Pcnclitian
Kcpada Yth: Kepala SMAN 3 Pamnlang di.
Tcmpat
.•Jssala111u 'u/aiku111 lVf'. lvb.
_Oengan honnat kan1i sa111paikan bahwa,
·\Jama : Era Indriali'
'1 IM : I 04011 000092
.lurusan : Pcndidikan Agama Islam
Semester IX ( sembilan)
.ludul Skripsi "AJektivitas Pengajaran Agama ls/cm Melalui Pendekatan Cooperative
Leaming Teknik Jigsaw (di SMPN 3 Pa111ulang) "
~
adalah benar mahasiswa/i Fakultas limn Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang
menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (rise!) di instansi yang saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan 1Eahasiswa tersebut melaksanakan penelitian di tempat dimaksc1d.
Atas perhatian dan ke1ja sama Saudarn, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
crcinbusan: I. Dckan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangki1tan
PERPUSTAKAAN lJTAM.'\ ' U!N SYAHIO .}f\l<ARTA I
,,j
Hasil Tes Slswa Pada Mata Pelajaran Fiqh Dengan Materi Hewan Yang Halal clan Haram Dimakan
No Kelas 8.2 Kelas 8.3 1 90 60 2 70 75 ' 3 90 80 i
4 80 80 ' 5 85 80 6 100 85 7 75 75 8 55 65 9 80 80 10 85 85 11 80 80 12 90 70 13 90 80 14 90 65 15 80 60 !6 75 50 17 JOO 75 18 80 70 19 95 85 20 80 50 21 60 75 22 95 95 23 80 80 24 100 60 25 80 70 26 75 80 27 85 90 --28 80 80 29 80 75 30 50 60 31 70 75 32 70 80 33 85 85 34 75 75
Rata-rata 8,2 7,4
Hasil Tes Siswa Pada Mata Pelajaran SKI Dengan Materi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah
No Kclas 8.2 Kelas 8.3 1 60 40 2 50 40 !
3 100 60 4 60 50 5 60 40 6 100 40 7 70 65 8 60 40 . 9 80 60 .
10 80 50 11 40 75 i 12 80 40 •.
13 80 70 14 80 40 15 70 50 l 16 60 40 i
'
17 70 60 18 60 40 i
I
19 80 50 i
20 100 50 21 60 60 I
22 60 50 23 50 40 24 60 80 25 40 40 ---26 60 40 27 70 75 28 80 50 29 100 65 30 50 40 31 70
.1-------.. 40 32 90 50 33 80 50 --34 60 40
Rata-rata 7,2 5, 1