Homo Floresiensis

10
Oleh : Berlan Chandra Rudi Lado Fentinisa Nur Amalia HOMO FLORESIENSIS

description

forensik

Transcript of Homo Floresiensis

Homo floresiensis

Oleh : Berlan ChandraRudi LadoFentinisa Nur Amalia

Homo floresiensis

Latar BelakangHomo floresiensis ("Manusia Flores", dijuluki Hobbit)

spesies dari genus Homo, yang memiliki tubuh dan volume otak kecil,

berdasarkan serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang belum sepenuhnya membatu)

9 individu ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores, NTT, pada tahun 2001. (kode LB1-LB9) postur paling tinggi sepinggang manusia moderen (sekitar 100cm).

Para pakar antropologi dari tim gabungan Australia dan Indonesia berargumen ukuran tengkorak, ukuran tulang, kondisi kerangka yang tidak memfosil, serta temuan-temuan sisa tulang hewan dan alat-alat di sekitarnya.

Usia diperkirakan 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu

Sejak Jaman penjajahan menjadi tempat ekskavasi arkeologi dan paleontologi. Hingga 1989, telah ditemukan banyak kerangka Homo sapiens dan berbagai mamalia (seperti makhluk mirip gajah Stegodon, biawak, serta tikus besar)

ditemukan pula alat-alat batu seperti pisau, beliung, mata panah, arang, serta tulang yang terbakar, yang menunjukkan tingkat peradaban penghuninya.

PenemuanLiANG BUA

Kerja sama penggalian Indonesia-Australia dimulai tahun 2001 untuk mencari jejak peninggalan migrasi nenek moyang orang Aborigin Australia di Indonesia. Tim Indonesia dipimpin oleh :Raden Pandji Soejono dari Puslitbang Arkeologi Nasional (dulu Puslit Arkenas)

Tim Australia dipimpin oleh :Mike Morwood dari Universitas New England.

Pada bulan September 2003, ditemukan kerangka mirip manusia tetapi luar biasa kerdil, yang kemudian disebut H. floresiensis.- Diperkirakan adalah betina, Ditemukan pada lapisan berusia sekitar 18.000 tahun, terdiri dari tengkorak, tiga tungkai (tidak ada lengan kiri), serta beberapa tulang badan.tidak dapat diperoleh sisa material genetik, sehingga tidak memungkinkan analisis DNA untuk dilakukan. Pendugaan usia ini dilakukan berdasarkan usia lapisan tanah bukan dari tulangnya sendiri, sehingga dimungkinkan usia lapisan lebih tua daripada usia kerangka. Pendugaan usia kerangka dengan radiokarbon sulit dilakukan karena metode konservasi tulang tidak memungkinkan teknik itu untuk dilakukanIndividu terlengkap LB1KontroversiPendapat bahwa fosil ini berasal dari spesies bukan manusia

ditentang oleh kelompok peneliti yang juga terlibat dalam penelitian ini, Prof. Teuku Jacob dari UGM.

Berdasarkan temuannya, fosil dari Liang Bua ini berasal dari sekelompok orang katai Flores, yang sampai sekarang masih bisa diamati pada beberapa populasi di sekitar lokasi penemuan, yang menderita gangguan pertumbuhan yang disebut mikrosefali ("kepala kecil").

Menurut tim ini, sisa manusia dari Liang Bua merupakan moyang manusia Homo sapiens yang sekarang juga masih hidup di Flores dan termasuk kelompok Australomelanesoid. bulan September 2007, pergelangan tangan fosil yang ditemukan

: Homo floresiensis bukan merupakan manusia modern melainkan merupakan spesies yang berbeda. tulang Homo floresiensis berbeda dari tulang Homo sapiens (manusia modern) maupun manusia Neandertal.

Dua publikasi pada tahun 2009 : argumen bahwa spesimen LB1 lebih primitif daripada H. sapiens dan berada pada wilayah variasi H. erectus. membandingkan LB1 dengan spesimen H. sapiens (baik normal maupun patologis) dan beberapa Homo primitif.

Hasil kajian morfometri :H. floresiensis tidak dapat dipisahkan dari H. erectus dan berbeda dari H. sapiens normal maupun patologis karena mikrosefali.

Hasil analisis kladistika dan statistika :H. floresiensis secara nyata memiliki ciri-ciri berbeda dari manusia modern dan lebih dekat kepada hominin purba,