i FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER ...
Transcript of i FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER ...
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD
DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
PAMBUDI
J 410 050 017
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
ii
@2009 Hak Cipta Pada Penulis
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI
KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD DI DESA
KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN 2009
Disusun Oleh : Pambudi
NIM : J 410 050 017
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta, Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Dwi Astuti, S.Pd, M.kes. Noor Alis. S, SKM.
NIK. 756 NIK. 100.1043
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI
KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD DI DESA
KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN 2009
Disusun Oleh : Pambudi
NIM : J 410 050 017
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 1 Novembers 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji Skripsi.
Surakarta, 1 November 2009
Ketua Penguji : Dwi Astuti, S.Pd, M. Kes ( )
Anggota Penguji I : Noor Alis S. SKM ( )
Anggota Penguji II : Sri Darnoto, SKM ( )
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Arif Widodo, A. Kep, M. Kes) NIK. 630
v
MOTTO
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha kaya lagi
Maha Penyantun."
(Q.S. Al Baqarah: 263)
“Allah SWT memerintahkan aku untuk selalu berbakti ibuku dan tidak
menjadikanku sebagai orang yang sombong dan celaka.”
(Q.S. Maryam: 32)
Nabi bersabda: “Berkunjunglah sekali waktu (silaturohmi) niscaya kalian akan
saling mencintai”.
(H.R. Al Baihaqi)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bapak dan Ibu tercinta
Terima kasih atas kasih sayang yang tiada henti–hentinya memberikan do’a dalam
setiap langkahku serta tetesan keringat perjuangan, mendidik dengan penuh cinta
tanpa mengenal lelah. Semoga ini menjadi awal ananda bisa membahagiakan
bapak dan ibu. Hanya doa yang bisa selalu ku panjatkan.
Seluruh Keluarga
Terima kasih atas saran, perhatian serta semangat yang telah engkau berikan agar
aku selalu lebih berpengalaman.
Sahabat-Sahabatku Kampus
Terima kasih selama ini sudah menjadi sahabatku yang paling berkesan. Semoga
tali persahabatan kita tidak akan pernah putus walaupun dimakan waktu dan usia.
Rekan-rekan aktifis kampus
BEM FIK angkatan 2005-2009 dan ORMAWA FIK semua bersama kalian aku
bisa tertawa, menangis serta dapat menjadikanku lebih berarti, bermanfaat dan
tambah dewasa.
Rakan-rekan kost Green house
(Agus Boyolali, Ridwan Sragen, Ridwan Tangerang, Harri Palu, Egga Kudus,
Dimas Jepara dan Bhakti bin Wesman Karanganyar) terimakasih atas bantuan
kalian semua dalam mengerjakan tulisan ini.
Teman-teman kesehatan masyarakat 2005 UMS
Terima kasih untuk kebersamaannya selama menempuh kuliah di UMS
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Pambudi
Tempat/Tanggal : Magetan, 09 Oktober 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Bulugunung RT 02 RW 22 Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan 63361 JAWA TIMUR.
Riwayat Pendidikan: 1. Lulus SDN 2 Sri Jaya Makmur Musi Rawas Sumatra
Selatan tahun 1998
2. Lulus SMPN 1 Poncol Magetan Jawa Timur tahun
2001
3. Lulus SMAN 3 Magetan Jawa Timur tahun 2004
4. Menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan
Masyarakat FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta
sejak tahun 2005
viii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr Wb.
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehaditat Allah SWT yang
telah menganugrahi kekuatan dan limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akir Skripsi “FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM
PEMBERANTASAN DBD DI DESA KETITANG KECAMATAN
NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselasainya skripsi ini tidak
lepas dari adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Arif Widodo, A.Kep., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berguna sehingga
tersusun skripsi ini.
4. Bapak Noor Alis. S, SKM selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berguna sehingga
tersusun skripsi ini.
5. Kedua orang tua yang telah membantu dalam moril dan spiritual sehingga
terselesaikan penulisan skripsi ini.
6. Mas Elly Dwi Rianto, Mbak Yuniati, dan Adek kecilku Ahmad Sofyan Rianto
yang telah memberikan hamba semangat, inspirasi-inspirasi dan bantuan
hamba dalam segala hal.
7. Sahabat-sahabatku satu angkatan yang selalu menolong dan membantu
terselesainya skripsi ini.
ix
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis melakukan penelitian.
Semoga Allah SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan penulis berharap semoga
karya tulis ini akan berguna dan bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang
membaca skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, November 2009
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HAK CIPTA ..................................................................................................... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................. iii PERNYATAAN PENGESAHAN ................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Beradarah Dengue .................................................................. 7 B. Kader Juru Pemantau Jentik ................................................................. 14 C. Partisipasi ............................................................................................. 16 D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penularan DBD ........................... 21 E. Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Terhadap
Pemberantasan DBD ............................................................................. 25 F. Kerangka Teori ..................................................................................... 28 G. Kerangka Konsep ................................................................................. 29 H. Hipotesis ............................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 30 B. Subjek Penelitian .................................................................................. 30 C. Lokasi dan Waktu................................................................................ 31 D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 31 E. Variabel Penelitian ............................................................................... 32 F. Definisi Operasional Variabel (DOV) .................................................. 33 G. Pengumpulan Data ............................................................................... 34 H. Pengolahan Data ................................................................................... 37 I. Analisis Data .......................................................................................... 38
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Umum Desa Ketitang .................................................................. 39 B. Hasil Analisis Univariat ....................................................................... 39 C. Hasil Analisis Bivariat .......................................................................... 42
BAB V PEMBAHASAN
A. Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Jumantik Dalam Pemberantasan DBD ............................................................................. 49
B. Faktor Yang Tidak Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Jumantik Dalam Pemberantasan DBD ................................................................. 53
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 54 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 55 B. Saran ..................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori Penelitian .............................................................................. 28 2. Kerangka Konsep ........................................................................................... 29
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional Variabel ........................................................................ 33 2. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Y ............................................. 36 3. Variabel Frekuensi Karakteristik Responden................................................. 42 4. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Partisipasi ......................................... 43 5. Hubungan Antara Penghasilan Dengan Partisipasi ........................................ 44 6. Hubungan Antara Jenis Pekerjaan Dengan Partisipasi .................................. 45 7. Hubungan Antara Ketersediaan Fasilitas Dengan Partisipasi ........................ 46 8. Rangkuman Hasil Analisis Bivariat Melalui Chi Square ............................. 46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner penelitian
2. Lembar Persetujuan Manjadi Responden
3. Peta Desa Ketitang
4. Surat keterangan ijin penelitian
5. Surat keterangan telah malakukan penelitian
6. Hasil analisis dengan manggunakan SPSS
7. Dokumentasi penelitian
xv
DAFTAR SINGKATAN
DBD : Demam Berdarah Dengue
JUMANTIK : Juru Pemantau Jentik
KLB : Kejadian Luar Biasa
LKMD : Lembaga Keamanan Masyarakat Desa
PJB : Pemeriksaan Jentik Berkala
POKJA : Kelompok Kerja
PSN : Pemeriksaan Sarang Nyamuk
WHO : World Health Organization
xvi
ABSTRAK
PAMBUDI. J 410 050 017 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN TAHUN BOYOLALI 2009 xvi+56+15
Kabupaten Boyolali merupakan daerah endemis DBD dengan kasus pada tahun 2007 dari 8 kecamatan menjadi 11 kecamatan. Kecamatan yang endemis di Kabupaten Boyolali adalah Kecamatan Nogosari dimana pada tahun 2006 yaitu 17 penderita, tahun 2007 yaitu 37 penderita, dan meningkat pada tahun 2008 menjadi 52 penderita denga 1 penderita meninggal dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD di Desa Ketitang dengan menggunakan metode survai analitik pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD adalah pendidikan p=0,003, penghasilan p=0,000 dan jenis pekerjaan p=0,002 mempunyai hasil yang signifikan terhadap partisipasi dalam pemberantasan DBD. Sedangkan faktor ketersediaan fasilitas p= 0,654 tidak berpengaruh dalam pemberantasan DBD. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009 adalah pendidikan, penghasilan dan jenis pekerjaan.
Kata kunci : Partisipasi, Pendidikan, Pendapatan, Jenis Pekerjaan, Ketersediaan
Fasilitas Surakarta, Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes. Noor Alis. S, SKM NIK. 756 NIK. 100. 1043
Mengetahui
Ketua Progdi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes NIK. 863
xvii
PAMBUDI. J 410 040 017 Influence factors with participation jumantik cadres in DHF eradication in the Ketitang village, Nogosari subdistrict, Boyolali district in 2009
ABSTRACT Boyolali district is a dengue endemic area it can be showed that DHF cases increase from 8 to 11 sub districts. One of endemic sub district is Nogosari where in 2006, it have 17 patients,37 patients in 2007 and increased in the year in 2008 to 52 patients plus 1 patient who died. This study aims to determine the factors that can influence participation of Jumantik cadres in DHF eradication in Ketitang, the study use a survey analytic with cross-sectional approach. The results show that the Jumantik cadres participation in DHF eradication can be influenced from the educational factor (p = 0.03), income factor(p = 0.00) and the types of work (p=0.03). Factors have a significant result with the participation in the eradication of dengue. While the facility availability factor (p=0,651) have no influence to eradicate the DHF. Based on these research can be concluded that the factors that affect participation to jumantik cadres in Ketitang village in 2009 is education, income and type of work factors. Keywords : Participation, Education, Income, Type of work, Facility availability .
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya
cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Hal ini disebabkan
karena semakin tersebar luasnya virus dengue oleh nyamuk penularnya di
berbagai wilayah Indonesia. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan
mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lengkap serta fasilitas transportasi
yang modern (Depkes RI, 2005).
Penyakit DBD dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan
sering menimbulkan wabah (Siregar, 2004). Pada tanggal 16 Februari 2004
Menteri Kesehatan Republik Indonesia menetapkan terjadinya kejadian luar
biasa (KLB). Provinsi-provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam,
Daereh Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (Depkes RI, 2004).
Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah endemis penyakit DBD.
Penyebarannya meliputi 33 kabupaten atau kota dan tercatat sekitar 9% dari
jumlah desa termasuk daerah endemis, Kabupaten Banjarnegara dan
Wonosobo yang tidak endemis (Saraswati, 2003). Kabupaten Boyolali
termasuk daerah endemis dengan kasus pada tahun 2007 dari 8 kecamatan
2
menjadi 11 kecamatan. Kecamatan yang endemis di Kabupaten Boyolali
adalah Kecamatan Nogosari dimana pada tahun 2006 yaitu 17 penderita, tahun
2007 yaitu 37 penderita, dan meningkat pada tahun 2008 menjadi 52
penderita, hal ini diperparah dikarenakan pada tahun 2007 dan 2008 ada 1
penderita meninggal dunia (DKS Boyolali, 2007).
Pencegahan DBD digalakkan dan dilaksanakan secara terorganisir di
kota maupun di desa, mencakup penyuluhan dan pendidikan pengelolaan
penderita bagi dokter dan paramedis, dan pemberantasan sarang nyamuk
dengan peran serta masyarakat, sehingga diharapkan angka penderita DBD di
Indonesia dari tahun ke tahun akan menurun (Herke dan Sigarlaki, 2007). Hal
ini sesuai dengan indikator Indonesia sehat 2010 yaitu angka kesakitan DBD
per-100.000 penduduk adalah 2 (Depkes, 2003).
Kader juru pemantau jentik (Jumantik) yang aktif diharapkan akan
mempengaruhi menurunkan angka kasus DBD, oleh karena itu diperlukan
upaya peningkatan keaktifan jumantik melalui motivasi yang dilakukan oleh
dinas kesehatan (Yulianti, 2007). Menurut Widyanti (2006) menyatakan
bahwa, faktor yang mempengaruhi upaya pencegahan DBD adalah tindakan
masyarakat, tingkat pendidikan, informasi dan partisipasi sosial menunjukan
angka yang signifikan terhadap pengaruh masyarakat dalam pencegahan DBD
di wilayah Puskesmas II Surakarta.
Salah satu faktor yang mendorong peningkatan kasus DBD adalah
keterbatasan petugas-petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan secara
berkesinambungan dan kepedulian rakyat terhadap hal tersebut, sehingga perlu
3
adanya peningkatan penyuluhan dari petugas kesehatan kapada masyarakat
baik perorangan, keluarga dan masyarakat (Soeparmanto dan Pranata, 2006).
Membasmi jentik nyamuk tak cukup dilakukan pemerintah saja,
melainkan butuh partisipasi seluruh masyarakat juga, perlu kesediaan,
kemauan dan tindakan nyata. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
tak cukup dilakukan satu-dua kali, melainkan rutin atau berkala terlebih setiap
musim jangkitan DBD (Nadesul, 2007).
Partisipasi di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan secara mandiri. Partisipasi
memiliki kedudukan yang demikian penting, sehingga partisipasi diharapkan
dapat semakin bermutu sesuai dengan proses dan tingkat kemajuan yang
terjadi dalam masyarakat dari waktu ke waktu (Notoatmodjo, 2007).
Menurut penelitian (Dalimunthe, 2008) ada 4 faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria
antara lain adalah pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan ketersediaan
fasilitas menujukan angka yang signifikan terhadap pengaruh partisipasi
masyarakat.
Peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai beberapa faktor partisipasi
kader jumantik Desa Ketitang dalam rangka pelaksanaan pemberantasan
DBD. Para kader diharapkan bisa berpartisipasi secara aktif dalam
pemberantasan DBD, harapannya dengan peran aktif kader dalam pencegahan
DBD dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD pada
4
masyarakat, sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan kesehatan yang
setinggi-tingginya.
B. Perumusan Masalah
1. Rumusan umum
Faktor apa sajakah yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik
dalam pemeberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali Tahun 2009 ?
2. Rumusan khusus
a. Apakah ada pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap kader
jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD ?
b. Apakah ada pengaruh faktor penghasilan terhadap kader jumantik
dalam partisipasi pemberantasan DBD ?
c. Apakah ada pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap kader jumantik
dalam partisipasi pemberantasan DBD ?
d. Apakah ada pengaruh faktor ketersediaan fasilitas terhadap kader
jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi para kader jumantik dalam pemberantasan
DBD.
5
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap kader
jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD.
b. Untuk mengetahui pengaruh faktor penghasilan terhadap kader
jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD.
c. Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap kader
jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD.
d. Untuk mengetahui pengaruh faktor ketersediaan fasilitas terhadap kader
jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam penyusunan perencanaan program
kesehatan, evaluasi program dan upaya peningkatan program kesehatan,
khususnya pemberantasan DBD.
2. Bagi Kader Jumantik
Memberikan gambaran dan informasi kepada kader tentang faktor-
faktor yang berkaitan erat dengan partisipasi mereka dalam program
pemantauan jentik nyamuk.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang berkaitan erat
dengan partisipasi para kader dalam pemberanasan DBD di Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan
mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi para kader
Jumantik Desa Ketitang dalam pemberantasan DBD di Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue
1. Pengertian
DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue.
Penyakit ini ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang mempunyai kebiasaan menggit mangsanya pada saat
siang hari. Masa inkubasi virus ini adalah 2-10 hari di dalam tubuh vektor
dan akan muncul dikelenjar liur nyamuk dan siap menginfeksi manusia
yang tergigit (Soegijanto, 2004).
Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3
dan DEN 4. Keempat serotipe tersebut yang menyebabkan infeksi paling
berat di Indonesia, yaitu DEN 3. Virus Dengue berukuran 35-45 nm, Virus
ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.
Nyamuk betina menyimpan virus tersebut pada tubuhnya. Nyamuk jantan
akan menyimpan virus pada nyamuk betina saat melakukan kontak
seksual. Selanjutnya, nyamuk betina akan menularkan virus ke manusia
melalui gigitan (Satari dan Meiliasai, 2004).
2. Gejala DBD
WHO dalam (Soegijanto, 2004) diagnosis yang terdiri dari kriteria
klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk
mengurangi dioagnosis secara berlebihan, antara lain:
8
a. Kriteria klinis
1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung
selama 2-7 hari.
2) Terdapat manifestasi perdarahan.
3) Pembesaran hati.
4) Syok, yang ditandai dengan nadi kecil dan cepat dengan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien
tampak gelisah.
b. Kriteria laboratoris
1) Trombositopeni (100.000/mm3 atau kurang).
2) Hemakonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20%
atau lebih menurut standar umum dan jenis kelamin.
3. Derajat DBD
Mengingat derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka
diagnosa secara klinis dapat dibagi atas WHO dalam (Siregar, 2004)
adalah sebagai berikut:
a. Derajat I (ringan)
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain, dengan
manifestasi pendarahan.
b. Derajat II (sedang)
Penderita dengan gejala yang sama, sedikit lebih berat karena
ditemukan perdarahan spontan kulit dan perdarahan lain.
9
c. Derajat III (berat)
Penderita dengan gejala kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menyempit (>20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.
d. Derajat IV (berat)
Penderita syok berat dengan tensi tak dapat diukur dan nadi yang tak
dapat diraba.
4. Patogenesis
Menurut (Soegijanto, 2004) patogenesis DBD masih merupakan
masalah yang kontroversi. Dua teori umum yang dipakai dalam
menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD. Yang pertama adalah
hipotesis infeksi, yaitu hipotesis yang menyatakan secara tidak langsung
bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua kalinya dengan dengue
serotipe yang heterolog (serotipe yang berbeda), mempunyai resiko lebih
besar untuk kemungkinan mendapatkan DBD. Antibodi heterolog yang
telah ada dalam tubuh sebelumnya akan mengenali virus lain yang
menginfeksi kemudian membentuk kompleks antigen antibodi. Yang
kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti halnya semua virus
binatang yang lain secara genetik dapat merubah sebagai akibat dari
tekanan pada seleksi sewaktu virus tersebut melakukan replikasi pada
tubuh manusia maupun tubuh nyamuk. Di samping itu, terdapat beberapa
tingkatan virus yang mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah
yang lebih besar.
10
5. Panatalaksanaan
Pasien demam dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada
fase demam, pasien sebaiknya dianjurkan perawatan menurut (Hadinegoro
dan Satari, 2004) adalah sebagai berikut:
a. Tirah baring selama masih demam.
b. Obat kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Untuk menurunkan
suhu menjadi < 390C dianjurkan pemberian parasetamol.
c. Pada pasien dewasa diperlukan obat yang ringan kadang-kadang
diperlukan untuk mengurangi rasa sakit kepala dan nyeri otot.
d. Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop,
susu, selain air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
e. Monitor suhu badan dan jumlah trombosit serta kadar hematokrit (kadar
trombosit dalam darah) sampai normal kembali.
Pasien DBD saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda
penyembuhan. Meskipun semua pasien harus diobservasi terhadap
komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini
disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit membedakan demam
dengue dan demam berdarah dengue pada fase demam. Perbedaan sangat
jelas pada saat suhu turun, yaitu pada demam dengue akan terjadi
penyembuhan, sedangkan pada demam berdarah dengue terdapat tanda
awal kegagalan sirkulasi (syok).
11
6. Morfologi dan lingkaran hidup vektor DBD
a. Morfologi,
1) Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam
dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
2) Kepompong
Kepompong (pupa) berbentuk seperti ”koma”. Bentuknya
lebih besar namun ramping dibanding larvanya. Pupa berukuran
lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.
3) Jentik (larva)
Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva
tersebut, yaitu:
a) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
b) Instar II : 2,5-3,8 mm
c) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
d) Instar IV : berukuran paling besar 5mm
4) Telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,08 mm, berbentuk
oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih,
atau menempel pada dinding tempat penampung air.
12
b. Lingkaran hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk lainnya mengalami
metamorfosis sempurna, yaitu: telur menjadi jentik kemudian
kepompong dan fase yang terakir adalah nyamuk. Stadium telur, jentik
dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas
menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam dalam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari dan stadium kepompong
berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk
dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai umur
rata-rata antara 2-3 bulan.
7. Pemberantasan Vektor DBD
a. Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
penyemprotan dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang
hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak
dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk
menular malaria.
Alat yang digunakan adalah mesin fog (pengasapan) dan
penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu.
Untuk membasmi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua
siklus dengan inetrval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama,
semua nyamuk yang mengandung virus dengue dan nyamuk-nyamuk
lainnya akan mati. Tetapi akan segara muncul nyamuk-nyamuk baru
13
yang diantaranya akan menghisap darah pada penderita viremia (pasien
yang positif terinfaksi DBD) yang masih ada yang dapat menimbulkan
terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyemprotan yang pertama agar nymuk baru yang infektif tersebut
akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.
Tindakan penyemprotan dapat membasmi penularan, akan tetapi
tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya
agar populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan serendah-rendahnya.
b. Pemberantasan Jentik
Menurut (Depkes RI, 2005) dalam memberantasan jentik nyamuk
Aedes aegypty yang dikenal dengan PSN DBD dilakukan dengan cara:
a. Fisik
Pemberantasan dengan cara ini dikenal sebagai kegiatan 3 M
yaitu menguras dan menyikat bak mandi, bak WC, menutup tempat
penampungan air, mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan
barang-barang bekas. Pengurasan tempat-tempat penampungan air
perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya satu minggu
sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Pada
saat ini telah dikenal pula dengan istilah 3M PLUS yaitu, kegiatan
3M yang diperluas. Bila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan
serendah-rendahnya, sehingga DBD tidak menular lagi. Untuk itu
upaya penyuluhan dan motivasi kapada masyarakat harus dilakukan
14
secar terus-menerus dan berkesinambungan, oleh karena keberadaan
jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.
b. Kimia
Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan mengunakan
insektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah larvasidasi.
c. Biologi
Pemberantasan cara ini menggunakan ikan pemakan jentik
(ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang). Dapat juga
menggunakan Bacillus thuringiensis var Israeliensis (Bti).
B. Kader Juru Pemantua Jentik DBD (Jumantik)
1. Pengertian
Kader juru pemantau jentik (jumantik) adalah kelompok kerja
kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue di tingkat Desa
dalam wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (Depkes RI, 1992).
2. Tujuan
Menggerakkan peran serta masyarakat dalam usaha pemberantasan
penyakit DBD, terutama dalam pemberantasan jentik nyamuk penularnya
sehingga penularan penyakit demam berdarah dengue di tingkat desa,
dapat dicegah atau dibatasi.
15
Menurut Depkes RI (2005) peran kader kesehatan dalam
menanggulangi DBD adalah:
a. Sebagai anggota PJB di rumah-rumah dan tempat umum.
b. Memberikan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat.
c. Mencatat dan melaporkan hasil PJB Kepala Dusun atau Puskesmas
secara rutin minimal setiap minggu dan bulanan.
d. Mencatat dan melaporkan kasus kejadian DBD kepada RW/Kepala
Dusun atau Puskesmas.
e. Melakukan PSN dan pemberantasan DBD secara sederhana seperti
pemberian bubuk abate dan ikan pemakan jentik.
3. Susunan organnisasi keder jumantik
a. Kader jumantik merupakan kelompok kerja kegiatan pemberantasan
penyakit demam derdarah dengue.
b. Kepala desa selaku ketua umum.
c. Susunan organisasi kader jumantik disesuiakan dengan kondisi dan
situasi serta kebutuhan setempat.
d. Berdasarkan ketentuan yang ada, bahwa didalam organisasi LKMD
dapat dibentuk Pokja yang hanya melaksanakan jenis kegiatan dari
seksi yang sesuai dengan bidang dan tugas dan fungsinya.
4. Uraian Tugas dan Fungsi Kader Jumantik DBD
a. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan jumantik.
b. Memimpin dan menyelenggarakan pertemuan.
c. Menetapkan jadwal waktu pertemuan berkala.
16
d. Menetapkan langkah-langkah pemecahan masalah.
e. Melaporkan hasil kegiatan.
f. Menyiapkan penyelenggaraan pertemuan (undangan, tempat
pertemuan).
g. Menyiapkan laporan berkala kegiatan Pokja kepada ketua LKMD.
h. Menyiapkan bahan pertemuan misalnya data-data hasil PJB.
i. Memberikan bimbingan teknis pelaksanaan pemeriksaan jentik.
j. Memberiakan penyuluhan dan memberikan bimbingan teknis
penyuluhan kepada para penyuluh.
k. Mencatat kegiatan-kegiatan penyuluhan dan lain-lain.
l. Melaksanakan pemeriksaan jentik di 30 rumah secara acak di tiap RW
sekurang-kurangnya tiap 3 bulan dan menyampaikan hasilnya kepada
ketua LKMD.
m. Membantu pelatihan kader pemeriksa jentik.
n. Merencanakan kegiatan masyarakat secara bersama-sama untuk
melaksasnakan PSN.
o. Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaaan penanggulangan penyakit
DBD.
C. Partisipasi
Menurut Notoatmodjo (2007) Partisipasi masyarakat adalah ikut
sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi dibidang kesehatan berarti
17
keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah
kesehatan mereka sendiri. Dalam hal ini masyarakat sendirilah yang aktif
memikirkan, memecahkan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-
program kesehatan. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan
membimbingnya. Di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut
suatu kontibusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas
pada dana dan finansial saja tetapi dapat terbentuk dalam tenaga (daya) dan
pemikiran (ide). Dalam hal ini dapat diwujudkan dalam 4M yakni, manpower
(tenaga), money (uang), material (benda-benda) dan mind (ide atau gagasan)
Hubungan dengan fasilitas dan tenaga kesehatan, partisipasi masyarakat
dapat diarahkan untuk mencukupi kelengkaan tersebut. Dengan kata lain
partisipasi masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan
pelayanan kesehatan yang diciptakan dengan adanya partisipasi masyarakat
didasarkan kepada idealisme:
1. Community fell need (Pengertian dari masyarakat)
Pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berarti bahwa
masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga pelayanan
kesehatan bukan karena dibutuhkan karena diturunkan dari atas, yang
belum dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan
masyarakat dan untuk masyarakat.
2. Organisasi pelayanan masyarakat kesehatan yang berdasarkan partisipasi
masyarakat. Hal ini bararti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul
dari masyarakat sendiri.
18
3. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri.
Artinya tenaga dan penyelenggaranya akan ditangani oleh anggota
masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela.
Uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa filosifis partisipasi
masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu
pelayanan untuk masyarakat dari masyarakat dan oleh masyarakat.
Cara yang dapat dilakukan utuk mangajak atau menumbuhkan
partisipasi masyarakat. Pada pokoknya ada dua cara, antara lain:
1. Partisipasi dengam paksaan
Artinya memakasa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program, baik
melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan
perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Tetapi
masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget karena dasarnya bukan
kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai
rasa memiliki terhadap program yang ada.
2. Partisipasi dengan persuasi (kesadaran)
Artinya suatu parisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar tetapi bila
tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara.
3. Partisipasi dengan edukasi (pendidikan)
Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikaan dan sebagainya
baik secara langsung maupun tidak langsung.
19
Elemen-lemen partisipasi masyarakat diantaranya sebagai berikut:
1. Motivasi
Persyaratan utama masyarakat berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa
motivasi masyarakat sulit berpartisipasi pada segala program. Timbulnya
motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luarnya hanya
meragsang saja. Untuk itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam
rangka merangsang tumbuhnya motovasi dalam suatu masyarakat.
2. Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide
dan informasi kepada masyarakat. Media masa, seperti TV, radio, poster,
film dan sebagainya. Semua itu sangat efektif untuk manyampaikan pesan
yang akirnya dapat menimbulkan partisipasi.
3. Kooperasi
Kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan
instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team work
(kerja sama tim) antara mereka ini akan membantu menumbuhkan
partisipasi.
4. Mobilisasi
Hal ini berarti bahwa partisipasi itu bukan hanya terbatas pada tahap
pelaksaan program. Partipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin
sampai ke akhir mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan prioritas
masalah, perncanaan program, pelaksaan sampai dengan monitoring dan
evaluasi program.
20
Metode-metode yang dipakai dalam partisipasi adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati
masyarakat. Pendekatan ini terutama ditunjukan kepada pimpinan
masyarakat, baik yang formal maupun informal.
2. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan tim
a. Dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa.
b. Tim kerja yang dibentuk tiap RT, anggota tim adalah pemuka-pemuka
masyrakat RT yang bersangkutan dan pimpinan oleh ketua RT.
3. Survei diri
Tiap tim kerja di RT melakukan survei di masyarakatnya masing-masing
dan diolah serta diprentasikan kepada warganya.
4. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan
presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama
tentang prioritas masalah akan dipecahkan.
5. Training (Pelatihan)
6. Rencana evaluasi
Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria keberhasilan
suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyrakat atau
kader itu sendiri.
21
D. Faktor Yang Mempengaruhi Penularan DBD
Menurut penelitian Fathi, et al (2005) ada peranan faktor lingkungan
dan perilaku terhadap penularan DBD, antara lain:
1. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk turut menunjang atau sebagai salah satu faktor
risiko penularan penyakit DBD. Semakin padat penduduk, semakin mudah
nyamuk Aedes menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya.
Pertumbuhan penduduk yang tidak memiliki pola tertentu dan urbanisasi
yang tidak terencana serta tidak terkontrol merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam munculnya kembali kejadian luar biasa (KLB).
2. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk di daerah yang mengalami KLB penyakit DBD
sama dengan mobilitas penduduk di daerah yang tidak mengalami KLB
penyakit DBD.
3. Sanitasi Lingkungan
Hal ini disebabkan karena kenyataan di lapangan menunjukkan
kondisi sanitasi lingkungan yang tidak jauh berbeda antara daerah dengan
KLB penyakit DBD tinggi dan daerah dengan KLB penyakit DBD.
Sebenarnya kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam
perkembangbiakan nyamuk Aedes, terutama apabila terdapat banyak
kontainer penampungan air hujan yang berserakan dan terlindung dari
sinar matahari, apalagi berdekatan dengan rumah penduduk.
22
4. Keberadaan Kontainer
Keberadaan kontainer yang mempengaruhi keberadaan jentik adalah
letak, macam, bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta
asal air yang tersimpan dalam kontainer sangat mempengaruhi nyamuk
Aedes betina untuk menentukan pilihan tempat bertelurnya. Keberadaan
kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena
semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan
akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi
nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD
dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit
DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya
KLB. Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan kesehatan
masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD antara lain dengan cara
menguras, menutup, dan mengubur (3M) sangat tepat dan perlu dukungan
luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya.
5. Kepadatan Vektor
Data kepadatan vektor nyamuk Aedes yang diukur dengan
menggunakan parameter ABJ yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota.
Hal ini nampak peran kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap daerah
yang terjadi kasus KLB. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh para peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi
angka kepadatan vektor akan meningkatkan risiko penularan.
23
6. Tingkat Pengetahuan DBD
Pengetahuan merupakan hasil proses keinginan untuk mengerti, dan
ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terutama indera
pendengaran dan pengelihatan terhadap obyek tertentu yang menarik
perhatian terhadap suatu objek.
7. Sikap
Masyarakat bersikap tidak serius dan tidak berhati-hati terhadap
penularan penyakit DBD akan semakin bertambah risiko terjadinya
penularan penyakit DBD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Thurstone
et al. seperti dikutip oleh Azwar (2003) bahwa sikap seseorang terhadap
suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable)
maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourable) pada
obyek tersebut. Pendapat senada juga dikemukakan oleh La Pierre seperti
dikutip oleh Azwar (2003) yang menyatakan bahwa sikap adalah suatu
pola perilaku. Secara sederhana, sikap dapat dikatakan adalah respons
terhadap stimulus (pemberian) sosial yang telah terkondisikan.
Disimpulkan bahwa semakin kurang sikap seseorang atau masyarakat
terhadap penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD maka akan
semakin besar kemungkinan timbulnya KLB penyakit DBD.
8. Tindakan PSN
Tindakan PSN meliputi tindakan masyarakat menguras air kontainer
secara teratur seminggu sekali, menutup rapat kontainer air bersih, dan
mengubur kontainer bekas seperti kaleng bekas, gelas plastik, barang
24
bekas lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga menjadi sarang
nyamuk yang dikenal dengan istilah tindakan 3M dan tindakan abatisasi
atau menaburkan butiran abate ke dalam tempat penampungan air bersih
yang mempunyai efek residu sampai 3 bulan.
Hasil yang didapat ini sesuai dengan pernyataan Suroso (2003)
bahwa tindakan 3M merupakan cara paling tepat dalam pencegahan dan
penanggulangan terjadinya KLB penyakit DBD. Demikian juga WHO
(2000) telah menyatakan bahwa pemberantasan jentik nyamuk Aedes
dengan penaburan butiran Temephos dengan dosis 1 ppm dengan efek
residu selama 3 bulan cukup efektif menurunkan kepadatan populasi
nyamuk Aedes atau meningkatkan angka bebas jentik.
9. Pengasapan (Fogging)
Tindakan pengasapan seharusnya dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu
waktu antara pengasapan pertama dan berikutnya (kedua) harus dalam
interval 7 hari, dengan maksud jentik yang selamat dan menjadi nyamuk
Aedes dapat dibunuh pada pengasapan yang kedua.
Pengasapan pada umumnya menggunakan insektisida misalnya
malathion dalam larutan minyak solar tidak begitu efektif dalam
membunuh nyamuk dewasa dan kecil pengaruhnya dalam menurunkan
kepadatan populasi nyamuk Aedes, apalagi siklus pengasapannya tidak 2
kali dengan interval 7 hari. Sebaliknya tindakan pengasapan memberikan
rasa aman yang semu kepada masyarakat yang dapat mengganggu
program pembersihan sarang nyamuk seperti 3M dan abatisasi. Dari segi
25
politis, cara ini disenangi karena terkesan pemerintah melakukan tindakan
yang terlihat nyata untuk mencegah dan menanggulangi penyakit ini.
10. Penyuluhan DBD
Penyuluhan dari Dinas Kesehatan dan kurangnya pengertian tentang
apa yang harus dilakukan oleh petugas sebelum melakukan penyuluhan,
seperti identifikasi hal-hal apa saja yang penting bagi masyarakat dan apa
yang harus diimplementasikan pada tingkat masyarakat, tingkat wilayah,
atau tingkat penentu kebijakan. Perlu dipahami, penyuluhan bukanlah
semata-mata sebagai forum penyampaian hal-hal yang boleh atau tidak
boleh dilakukan masyarakat. Sebaiknya masyarakat dibekali pengetahuan
dan ketrampilan tentang cara-cara pengendalian vektor yang
memungkinkan mereka menentukan pilihan terbaik segala hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan secara individu maupun secara
kolektif.
E. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader terhadap
pemberantasan DBD
Program pencegahan DBD yang efektif adalah dilaksanakan secara
integral mencakup beberapa komponen. Pendidikan bagi lingkungan
kesehatan terutama dalam pengelolaan penderita secara efektif dan PSN
dengan peran serta masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian
DBD. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik nyamuk Aedes
26
di suatu daerah adalah faktor kesehatan lingkungan, pengetahuan dan
pelaksanaan PSN pada suatu daerah.
Keberhasilan upaya PSN ini memerlukan waktu yang cukup lama
karena erat kaitannya dengan perilaku masyarakat. Sementara penyakit DBD
cenderung menyebar luas, insiden meningkat disertai kematian, oleh karena
itu digunakan insektisida untuk membatasi penyebaran penyakit dan
mencegah KLB. Menurut Hiswani (2003) ada beberapa kebijakan pemerintah
untuk mengurangi kasus DBD di Indonesia antara lain:
1. Penyuluhan dilaksanakan melalui berbagai jalur komunikasi dan informasi
kepada masyarakat oleh petugas kesehatan dan sektor terkait, pemuka
masyarakat dan orang yang mengetahui tentang penyakit demam berdarah
dengue.
2. Upaya pencegahan DBD ditingkat desa dilaksankan secara swadaya dan
dikoordinasiakan oleh Pokja DBD.
3. Pembinaan pelaksanaannya dilakukan oleh Pokjanal DBD oleh tim
Pembina LKMD ditiap tingkat administrasi pemerintah.
4. Setiap kasus DBD dilaporkan kepada puskesmas untuk dilakukan
penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan seperlunya.
5. Di desa endemis dilakukan penyemprotan dan abatisasi selektif untuk
membatasi penularan dan pencegahan KLB.
27
Menurut Achmad (1997), menyatakan variabel yang mempengaruhi
partisipasi ibu rumah tangga dalam PSN-DBD yang meliputi pengetahuan
dan adanya anjuran serta kunjungan petugas kesehatan ke rumah yang
menunjukan hubungan secara bermakna antar variabel.
Berdasarkan hasil penelitian (Dalimunthe, 2008) yang berjudul
“Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program
Pencegahan Malaria Di Kecamatan Saibu Kabupaten Mandailing Natal”
variabel yang mempengaruhi masyarakat agar ikut berpatisipasi dalam
pemberantasan penyakit malaria antara lain sebagai berikut:
1. Pendidikan
2. Umur
3. Penghasilan
4. Ketersediaan fasilitas
5. Pekerjaan
Faktor umur tidak tidak berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat.
Ketersediaan dan kecukupan fasilitas dalam pengelolaan program
memungkinkan terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan
pemberantasan penyakit maria. Penambahan fasilitas yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan program pencagahan penyakit, serta kerja sama lintas program
dalam menggerakan masyarakat berpartisipasi dalam program pencegahan
penyakit merupakan hal yang sangat perlu dilakukan.
28
F. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka disusun
kerangka teori sebagai berikut:
Gambar 1.Kerangka Teori
Derajat DBD
Gejala DBD
Pemberantasan DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Morfologi dan lingkaran hidup
vektor DBD
Penatalaksanaan DBD
Partisipasi Kader jumantik
Petogenesis DBD
1. Nyamuk dewasa 2. Jentik nyamuk
Pendidikan Penghasilan Ketersediaan fasilitas
Pekerjaan
Penularan DBD
29
G. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 2. Kerangka Konsep
H. Hipotesis
Hipotesis yang akan peneliti uji dalam penelitian ini adalah:
a. Ada pengaruh antara tingkat pendidikan kader jumantik terhadap
partisipasi pemberantasan DBD.
b. Ada pengaruh antara penghasilan kader jumantik terhadap partisipasi
pemberantasan DBD.
c. Ada pengaruh antara jenis pekerjaan kader jumantik terhadap partisipasi
pemberantasan DBD.
d. Ada pengaruh antara ketersediaan fasilitas kader Jumantik terhadap
partisipasi pemberantasan DBD.
Partisipasi kader Jumantik pemberantasan DBD
Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Ketersediaan
Penghasilan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode survai analitik
pendekatan cross sectional dimana rancangan studi epidemologi yang
mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor peneliti) dengan cara
mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari
populasi tunggal, pada suatu saat atau periode (Murti, 1997).
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah para kader juru pemantau jentik
(Jumantik) Desa ketitang Kecamatan Nogoasri Kabupaten Boyolali yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang
layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria dalam
penelitian ini adalah:
a. Terdaftar sebagai kader jumantik Desa Ketitang.
b. Aktif dalam kegiatan jumantik Desa Ketitang.
c. Dapat berkomunikasi secara verbal atau dapat membaca dan menulis.
d. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat pernyataan.
31
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Tidak terdaftar sebagai kader jumantik Desa Ketitang.
b. Tidak aktif dalam kegiatan jumantik Desa Ketitang.
c. Tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau dapat membaca dan
menulis.
d. Tidak bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat
pernyataan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari,
Kabupaten Boyolali. Waktu pelaksaaan penelitian adalah pada bulan Agustus
2009.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kader juru
pemantau jentik (Jumantik) di Kelurahan Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali dengan jumlah kader 39 orang.
32
2. Sampel
a. Jumlah sampel
Besar sampelnya adalah total populasi sebanyak 39 kader.
b. Teknik atau cara pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Exhaustive
Sampling. Karena jika tidak mengambil semuanya menimbulkan
persepsi diskriminasi (Murti, 2006). Yaitu dengan cara mengambil
seluruh populasi, yang tercantum sebagai kader jumantik yang aktif
melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) antara waktu
1-4 minggu terakir, sehingga jumlah kader sebanyak 60 orang menjadi
39 orang. Jumlah ini diperoleh melalui uji pendahuluan yang dilakukan
bersamaan dengan penelitian, hasil dari uji pendahuluan ini diperoleh
sebanyak 39 kader jumantik aktif di Desa Ketitang Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali jumlah ini dijadikan sebagai sampel
penelitian.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah gejala yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang menjadi fokus dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini
terdiri dari variabelbebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas
Pendidikan, penghasilan, jenis pekerjaan dan ketersediaan fasilitas.
33
2. Variabel terikat
Partisipasi kader jumantik.
F. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
No Variabel
Deskripsi
Skala ukur
Hasil ukur
1 2 3 4 5
Pendidikan Penghasilan Jenis pekerjaan Ketersediaan Fasilitas Partisipasi kader jumantik
Tingkat pendidikan formal responden yang di katagorikan tinggi dan rendah. Pendapatan responden yang dikatagorikan menurut UMR Kota Boyolali. Jenis pekerjaan responden yang dikatagorikan formal dan informal. Tersedianya alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan jumantik. Keaktifan kader dalam kegiatan pemantauan jentik berkala (PJB) memotivasi dan memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga yang terdapat jentik nyamuk pada saat pemeriksaaan.
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal
1. Tinggi 2. Rendah
1. Tinggi 2. Rendah
1. Formal 2. Informal
1. Ada 2. Tidak ada
1. Aktif 2. Tidak
aktif
34
G. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Kuantitatif meliputi pendidikan, penghasilan, jenis pekerjaan,
ketersediaan fasilitas.
b. Kualitatif meliputi partisipasi para kader jumantik dalam
pemberantasan DBD.
2. Sumber data
a. Data primer
Data yang diperoleh dari responden dengan menggunakan
kuesioner dan wawancara langsung kepada responden dengan
menggunakan pedoman wawancara.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari kantor Desa Ketitang berupa jumlah
jumlah kader jumantik. Selain itu di peroleh lewat internet, studi
pustaka dan data kejadian DBD melalui puskesmas Nogosari
3. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melalui wawancara
secara langsung kepada kapada responden mengenai identitas responden,
pendidikan, umur dan ketersediaan fasilitas. Dengan menggunakan
kuesioner terstruktur untuk mengukur variabel yang akan diteliti.
Sedangkan untuk data sekunder dengan mendatangi instansi yang terkait
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
35
4. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel
penelitian yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner diuji dengan uji
validitas dan reliabilitas.
a. Uji vaiditas dan reliabilitas
Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang
digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai yang
kita inginkan. Uji validitas instrumen menggunakan uji korelasi product
momen person. Uji reliabilitas dengan rumus Alfa Cronbach.
Rumus korelasi product momen person (Abdurahman dan
Muhidin, 2006).
=
Keterangan:
: Korelasi antar variabel x dan y
: Skor masing-masing skala
: Skor ganjil
: Skor genap
N : Banyaknya subjek
36
Hasil uji coba kuesioner dilaksanakan diluar sampel penelitian,
selanjutnya uji validitasnya menggunakan uji korelasi product moment.
Suatu item dinyatakan valid jika nilai korelasi product moment yang
dihasilkan lebih besar dari nilai rtabel (0,444). Nilai rtabel dengan jumlah
sampel (N=20) dan pada signifikansi 5%. Hasil uji validitas bahwa nilai
rata-rata rxy=0,511 karena nilai rxy>0,0444 maka kuesioner tersebut
dinyatakan valid.
Tabel 2. Tingkat Keeratan hubungan
Variabel X dan Variabel Y
No Besar rxy Keterangan
1 0,00-<0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap
tidak ada)
2 ≥0,20-<0,40 Hubungan rendah
3 ≥0,40-<0,70 Hubungan sedang atau cukup
4 ≥0,70-<0,90 Hubungan kuat atau tinggi
5 ≥-0,90≤1,00 Hubungan sangat kuat atau sangat tinggi
Rumus Alfa Cronbach (Abdurahman dan Muhidin, 2006)
Keterangan:
:Reabilitas instrumen
:Banyaknya bulir soal
:Jumlah varians bulir
:Varians total
37
Hasil uji reliabilitas koesioner penelitian ini menunjukkan r11=
1,000 sebagaimana dapat dilihat pada tabel nilai reliabilitas, sehingga
kuesioner dinyatakan reliabel dan memiliki hubungan yang sangat kuat.
G. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah (editing, coding, entri dan
tabulating data)
1. Editing
Data yang telah terkumpul dikoreksi dilapangan sehingga data dapat
langsung dilengkapi dan di sempurnakan. Editing dilakukan atas
kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, konsistensi antar
jawaban, relevansi antar jawaban dan keserangaman satuan pengukur.
2. Coding
Memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data.
3. Entry
Dengan menggunakan komputer untuk untuk dilakukan analisis data
dengan program SPSS ver 16.00.
4. Tabulating
Mengelompokan data sesuai variabel yang akan diteliti guna
memudahkan analisis data.
38
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik dengan
menggunakan:
1. Analisi univariat
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel seperti pendidikan kader jumantik,
penghasilan, jenis pekerjaan, ketersediaan alat dan bahan serta partisipasi
kader dalam kegiatan jumantik.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan. Variabel bebas (independen) dan
variabel terikat (dependen) dengan uji statistik chi square (χ2). Pengujian
normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dengan ketentuan
pengambilan keputusan jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima atau
data berdistribusi normal, sedangkan jika probabilitas < 0,05, maka Ho
ditolak atau data tidak berdistribusi normal. Analisis chi square dilakukan
dengan mengunakan SPSS 16 dengan tingkat signifikan p>0,05 (taraf
kepercayaan 95%). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat
kepercayaan 95%:
a. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.
b. Jika nilai sig p < 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
D. Data Umum Desa Ketitang
1. Gambaran Umum
Desa Ketitang terdiri dari 4 dusun dengan jumlah Rukun Warga
(RW) sebanyak 11 buah dan Rukun Tetangga (RT) sebanyak 39 buah.
Luas wilayah 588,47 dan berpenduduk 6.595 jiwa yang terdiri dari 3.148
laki-laki, 3.177 perempuan, dan Kepala Keluarga (KK) miskin 468 jiwa.
2. Batas Wilayah Desa Ketitang
Batas-batas wilayah Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kalijambe (Sragen).
Sebelah Selatan : Sembungan.
Sebelah Barat : Guli dan Rembun.
Sebelah Timur : Jeron dan Gondang Rejo (Karanganyar).
E. Hasil Analisis Univariat
Responden dalam penelitian ini adalah kader jumantik Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Jumlah responden
sebanyak 39 kader yang memenuhi kriteria inklusi, jumlah responden ini
diperoleh dari uji pendahuluan mengenai keaktifan dari para kader jumantik
40
dalam 1-4 minggu dalam pelaksanaan PSN. Data yang yang diperoleh
peneliti mengenai karakteristik responden disajikan dalam tabel berikut ini.
1. Karateristik responden
a. Pendidikan
Distribusi pendidikan responden berdasarkan Tabel 3. dapat
diketahui bahwa kader jumantik Desa Ketitang adalah yang
berpendidikan tinggi (D3/S1) sebanyak 7 responden (17,9%),
pendidikan SMA sebanyak 10 responden (25,7%), pendidikan SMP
sebanyak 15 responden (38,5%), pendidikan SD sebanyak 7 responden
(17,9%). Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa rata-rata
pendidikan kader jumantik Desa ketitang adalah rendah (SMP) dengan
jumlah 15 responden (38,5%).
b. Penghasilan
Distribusi penghasilan responden berdasarkan Tabel 3. dapat
diketahui bahwa kader jumantik Desa Ketitang adalah berpenghasilan
tinggi (diatas UMR Kota Boyolali) sebanyak 20 responden (51,3%) dan
yang berpenghasilan rendah (dibawah UMR Kota Boyolali) sebanyak
19 responden (48,7%). Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa
rata-rata penghasilan kader jumantik Desa Ketitang adalah tinggi (diatas
UMR Kota Boyolali) dengan jumlah 20 responden (51,3%).
c. Jenis pekerjaan
Distribusi jenis pekerjaan responden berdasarkan Tabel 3. dapat
diketahui bahwa kader jumantik Desa Ketitang adalah yang bekerja
41
pada bidang formal sebanyak 14 responden (35,9%) dan yang bekerja
pada bidang informal sebanyak 25 responden (64,1%). Berdasarkan
Tabel 3. dapat diketahui bahwa rata-rata jenis pekerjaan kader jumantik
Desa Ketitang adalah pada bidang informal sebanyak 25 responden
(64,1%) dimana jenis pekerjaan tersebut tidak mempunyai surat
keputusan dari pemerintah daerah ataupun negara (pada bidang swasta).
d. Ketersediaan fasilitas
Distribusi ketersediaan fasilitas yang diperlukan pada saat dalam
kegiatan jumantik berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa yang ada
sebanyak 36 responden (92,3%) dan tidak ada sebanyak 2 responden
(5,1%). Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa rata-rata fasilitas
pada saat kegiatan jumantik yang terdapat pada kader jumantik Desa
Ketitang adalah sangat baik yaitu sebanyak 36 responden (92,3%).
42
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Frekuensi (f)
Prosentase (%)
1 Pendidikan a. Tinggi
1) D3/S1
b. Rendah
1) SD
2) SMP
3) SMA
4) Tidak sekolah
Total
7
7
15
10
0
39
17,9
17,9
38,5
25,7
0
100
2 Penghasilan a. Tinggi
b. Rendah
Total
20
19
39
51,3
48,7
100
3 Jenis pekerjaan
a. Formal
b. Informal
Total
14
25
39
35,9
64,1
100
4 Ketersediaan fasilitas
a. Ada
b. Tidak ada
Total
37
2
39
94,8
5,2
100
43
C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi Square dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95% (p=0,05%) dengan menggunakan
bantuan SPSS versi 16 yang dilakukan dengan kriteria pengambilan
kesimpulan berdasarkan tingkat signifikan (nilai p).
1. Hasil analisis bivariat pada masing-masing variabel antara lain:
a. Pendidikan responden
Proporsi responden yang berpendidikan tinggi (D3/S1) (17,9%)
dan berpendidikan rendah (SD, SMP dan SMA) (82,1%). Hasil analisis
dengan program SPSS 16 diperoleh nilai statistik p < 0,05 yaitu sebesar
0,003. Berarti H0 ditolak, maka hasilnya menunjukan signifikan artinya
ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan partisipasi kader
jumantik dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan antara pendidikan dengan partisipasi
No Pendidikan Frekuensi
Nilai p N (%)
1 Pendidikan tinggi 7 17,9 0,003
2 Pendidikan rendah 32 82,1
Total 39 100
44
b. Penghasilan responden
Proporsi responden yang mempunyai penghasilan tinggi (diatas
UMR Kota Boyolali) (51,2%) dan berpendidikan rendah (dibawah
UMR Kota Boyolali) (48,7%). Dari data kuesioner diperoleh data
bahwa untuk pemberian insentif dari Kelurahan atau dari Puskesmas
tidak terdapat pemberian insentif, melainkan dalam bentuk bantuan
bantuan yang sifatnya dapat membantu kalancaran dalam kagiatan
jumantik. Biasanya berupa alat dan bahan yang biasa dipakai dalam
kegitan PJB, contohnya bubuk abate, lampu senter, kaos seragam dan
lain sebagainya. Hasil analisis statistik dengan menggunakan program
SPSS 16 diperoleh nilai statistik p < 0,05 yaitu sebesar 0,000. Berarti
H0 ditolak, maka hasilnya menunjukan signifikan artinya ada hubungan
bermakna antara penghasilan responden dengan partisipasi kader
jumantik dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan antara penghasilan dengan partisipasi
No Penghasilan Frekuensi
Nilai p N (%)
1 Penghasilan tinggi 20 51,2 0,000
2 Penghasilan rendah 19 48,7
Total 39 100
45
c. Jenis pekerjaan responden
Proporsi responden yang bekerja (formal) (35,8%) dan bekerja
(tidak formal) (64,1%). Hasil analisis statistik dengan menggunakan
program SPSS 16 diperoleh nilai statistik p < 0,05 yaitu sebesar 0,002.
Berarti H0 ditolak hasilnya menunjukan signifikan, artinya ada
hubungan bermakna antara jenis pekerjaan responden dengan
partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan partisipasi
No Jenis pekerjaan Frekuensi
Nilai p N (%)
1 Formal 14 35,8 0,002
2 Informal 25 64,1
Total 39 100
d. Ketersediaan fasilitas responden
Proporsi ketersediaan fasilitas responden ada (94,8%) dan tidak
ada 2 (5,2%). Hasil analisis statistik dengan menggunakan program
SPSS 16 diperoleh nilai statistik p > 0,05 yaitu sebesar 0,654. Berarti
H0 diterima maka hasilnya menunjukan tidak signifikan artinya tidak
ada hubungan bermakna antara ketersediaan fasilitas dengan partisipasi
kader jumantik dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang
46
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 7. Hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan partisipasi
No Ketersediaan failitas Frekuensi
Nilai P N (%)
1 Ada 37 94,8 0,654
2 Tidak ada 2 5,2
Total 39 100
2. Rangkuman hasil bivariat
Rangkuman hasil uji bivariat tentang faktor yang mempengaruhi
partisipasi kader jumantik Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan DBD. Data rangkuman dari hasil
analisis bivariat dapat dilihat seperti Table 8. dibawah ini.
Tabel 8. Rangkuman hasil analisis bivariat melalui uji Chi Square
No Variabel Nilai
p α Keterangan
1
Pendidikan
0,003
0,05
Ada hubungan yang sangat signifikan
2 Penghasilan 0,000
0,05
Ada hubungan yang sangat signifikan
3 Jenis pekerjaan
0,002
0,05
Ada hubungan yang sangat signifikan
4 Ketersediaan fasilitas
0,654 0,05
Tidak ada hubungan yang signifikan
47
Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD
adalah faktor: pendidikan, penghasilan, jenis pekerjaan. Mempunyai
hubungan yang signifikan dengan partisipasi para kader dalam
pemberantasan DBD di wilayah Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali. Sedangkan faktor ketersediaan fasilitas tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan partisipasi para kader dalam
pemberarantasan DBD di wilayah Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali.
48
BAB V
PEMBAHASAN
Menurut data dari Dinas Kesehatan Sosial Boyolali tahun 2008 Desa
Nogosari masih merupakan daerah yang mempunyai status endemis, dimana data
jumlah korban antara kurun waktu tahun 2006-2008 korban yang terjangkit kasus
DBD pada desa ini terus mengalami peningkatan dan diantaranya ada korban yang
meninggal pada tahun 2008.
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD Di Desa
Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009. Pembuktian hipotesis
penelitian ini menggunakan uji chi square.
Sebagian besar pendidikan kader jumantik Di Desa Ketitang Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali adalah berpendidikan SMP yaitu sebesar 38,4%.
Dan menurut penelitian ini pendidikan tersebut termasuk rendah. Hal ini akan
sangat berpengaruh dalam setiap menerima informasi dan perubahan sikap. Yang
mencerminkan belum sepenuhnya menerima informasi tentang pencegahan dan
penularan penyakit yang diberikan oleh petugas kesehatan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan akan sangat berpengaruh dalam menerima informasi dan perubahan
sikap. Menurut Mugiati (2005) tingkat pendidikan di suatu wilayah dapat
menggambarkan kualitas penduduk di daerah tersebut. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka kualitas penduduk akan semakin baik pula jika diukur dari aspek
pengetahuan. Namun hal tersebut belum tentu dapat menjamin kesadaran dan
49
kedewasaan masyarakat. Apabila tingginya tingkat pendidikan diiringi dengan
kesadaran dan kedewasaan yang tinggi, maka bukan hal yang mustahil jika dapat
mewujudkan tatanan kehidupan yang semakin baik pula. Sebagian besar
pendidikan responden adalah SMP sehingga kemampuan untuk menerima
informasi tentang arti pentingnya pemberantasan DBD masih rendah. semakin
tinggi tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh dalam menerima informasi dan
perubahan sikap.
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pendidikan, penghasilan, jenis
pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi para kader
jumantik Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009 dalam
pemberantasan DBD. Sedangkan faktor lainnya yaitu ketersediaan fasilitas tidak
memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi para keder jumantik Di
Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009 dalam
pemberantasan DBD. Adapun faktor-faktor tersebut yang memiliki hubungan
yang signifikan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
A. Fakor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Jumantik Dalam
Pemberantasan DBD
Hasil analisis bivariat masing-masing variabel menunjukkan bahwa
variabel yang terbukti berhubungan dengan partisipasi kader jumantik dalam
pemberantasan DBD antara lain:
50
1. Pendidikan
Hasil analisis statistik melalui chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pendidikan dengan partisipasi para kader dalam
pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali pada α = 0,05 dengan p = 0,003. Para kader yang berpendidikan
tinggi terbukti mempunyai pengaruh tehadap partisipasi dalam
pemberantasan DBD. Responden yang berpendidikan tinggi akan
mengakibatkan tindakan partisipasi pemberantasan DBD akan semakin
baik. Hal ini dikarenakan informasi dan perubahan sikap responden yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi pengetahuannya dalam
pemberantasan penyakit DBD.
Hal ini sesuai dengan penelitian Widyanti (2006) yang dilakukan di
Desa Makam Haji wilayah kerja Puskesmas II Kartasura. Menyatakan
tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap tindakan masyarakat
dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Variabel pendidikan dalam
penelitian ini mempunyai odd ratio 7,633 yang berarti (interval
keyakinan 95% 2,417-24,107). Artinya pendidikan mempunyai pengaruh
yang signifikan, sehingga dalam peneltian ini terbukti bahwa pendidikan
mempunyai pengaruh terhadap pencegahan DBD.
Menurut Helmi dan Faizah (2008) dengan judul “ pengaruh
pendidikan kesehatan tentang penyakit demam berdarah dengue terhadap
perilaku aktif pencegahan penyakit demam berdarah dengue pada ibu-ibu
warga Minapadi Kelurahan Nusukan Kota Surakrata” membuktikan
51
bahwa ada perbedaan rata-rata perilku aktif pencegahan DBD sebelum
dan sesudah pendidikan kesehatan. Hasil uji hipotesis dengan uji t
memperoleh nilai t hitung sebesar 9,733 > t hitung 2, 042 pada taraf
signifikan 5%. Adanya perbedaan tersebut membuktikan bahwa
pendidikan kesehatan mampu meningkatkan kualitas perilaku aktif dalam
pencegahan DBD. Nilai rata-rata perilaku pencegahan DBD sesudah
pendidikan kesehatan (11,636) terlihat lebih tinggi dari pada nilai rata-
rata perilaku aktif pencegahan sebelum pendidikan kesehatan (9,242).
2. Penghasilan
Hasil analisis statistik melalui chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara penghasilan dengan partisipasi para kader dalam
pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali pada α = 0,05 dengan p = 0,000. Pada variabel penghasilan ini
terbukti mempunyai pengaruh tehadap partisipasi dalam pemberantasan
DBD. Responden yang memiliki penghasilan diatas UMR Kota Boyolali
memiliki pengaruh partisipasi yang tinggi dalam pemberantasan DBD.
Hal ini dikarenakan responden yang berpenghasilan tinggi akan bisa
meluangkan banyak waktu untuk bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan
jumantik, selain itu banyak waktu dari kader berada di rumah sehingga
pada saat jadwal jumantik yang dilaksanakan setiap hari minggu.
Hal ini sesuai dengan penelitian Widyanti (2006) yang menyatakan
tingkat pendapatan mempunyai pengaruh terhadap tindakan masyarakat
dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Variabel penghasilan dalam
52
penelitian ini mempunyai odd ratio 6,495 yang berarti (interval
keyakinan 95% 1,603-26,327). Artinya pendapatan keluarga mempunyai
pengaruh yang signifikan, sehingga dalam peneltian ini terbukti bahwa
pendapatan mempunyai pengaruh terhadap pencegahan DBD.
3. Jenis pekerjaan
Hasil analisis statistik melalui chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara jenis pekerjaan dengan partisipasi para kader dalam
pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali pada α = 0,05 dengan p = 0,002. Pada variabel ini terbukti
bahwa jenis pekerjaan mempunyai pengaruh tehadap partisipasi dalam
pemberantasan DBD. Hal ini dikarenakan jenis pekerjaan formal yang
mempunyai surat keputusan (SK) baik dari negara ataupun pemerintah
daerah mempunyai jaminan dan tunjangan-tunjangan. Kader yang bekerja
pada bidang formal pada akir pekan akan mempunyai waktu luang lebih
banyak dirumah, sehingga pada saat jadwal kegiatan jumantik yang
dilaksanakan pada setiap hari minggu tidak akan mengganggu untuk
mencari nafkah kelurga. Tetapi pada responden yang memiliki pekerjaan
pada bidang informal akan berpengaruh sebaliknya, terutama dalam
proses pencarian nafkah untuk kesejahteraan keluarga waktu dan hari
tidak teratur. Sehingga pada hari libur waktu para kader juga mempunyai
kegiatan mencari nafkah, sehingga pada saat pelaksanaan jumantik juga
akan ikut tergangu.
53
Hal ini sesuai dengan pernyataan (Dalimunthe, 2008) bahwa
pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam
program pencegahan penyakit.
B. Faktor Yang Tidak Berhubungan Dengan Partisipasi Para Kader
Jumantik Dalam Pemberantasan DBD
1. Ketersediaan fasilitas
Hasil analisis statistik melalui chi square menunjukkan bahwa ada
tidak ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan partisipasi para
kader dalam pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali pada α = 0,05 dengan p = 0,654. Pada variabel ini
tidak terbukti mempunyai pengaruh tehadap partisipasi dalam
pemberantasan DBD. Berdasarkan hasil kuesioner, fasilitas tersedia di
dalam kader juamantik Desa Ketitang antara lain lampu senter, alat tulis,
bubuk abate, form pengisian tiap rumah, form pengisian hasil jumantik,
buku dan ikan pemakan jentik dalam keadaan yang keadaan yang
mencukupi karena tiap kader telah telah memiliki alat dan bahan pada
saat kegiatan jumantik. Akan tetapi untuk ikan pemakan jentik dan bubuk
abate tidak ada. Hal ini disebabkan tidak adanya bantuan baik dari pihak
Kelurahan ataupun Puskesmas tidak menyediakan bahan tersebut secara
rutin pada saat melakukan kegiatan jumantik. Pada saat sistem pelaporan
PJB kepeda ketua jumantik juga kurang lancar, sehingga untuk proses
54
teguran-teguran kapada Dusun yang kurang aktif tidak bisa berjalan
dengan maksimal.
Hal ini sesuai dengan penelitian (Widiastuti, 2006) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan alat dan bahan dalam partisipasi kader. Variabel
katersediaan fasilitas dalam penelitian ini mempunyai p = 0,739 (p>0,05)
sehingga Ho diterima artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan,
sehingga dalam penelitian ini terbukti bahwa ketersediaan fasilitas tidak
mempunyai pengaruh terhadap partisipasi.
C. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan dalam memberikan pertanyaan kepada responden yang pada
saat pengisian kuesioner kurang jujur dalam menjawab pertanyaan,
sehingga peneliti melakukan pendekatan kepada responden.
2. Keterbatasan dalam menemui responden pada saat bulan ramadhan,
reponden banyak yang melakukan aktifitas memasak. Sehingga waktu
untuk pengisian kuesioner tidak bisa maksimal.
3. Kemungkinan terdapatnya bias atau kesalahan sangat mungkin terjadi.
4. Kurangnya waktu bagi peneliti dalam melakukan pendekatan dengan
responden untuk mendapatkan kepercayaan dari responden bahwa
jawaban mereka tidak akan disebarluaskan, sehingga kemungkinan
adanya jawaban dari responden yang tidak jujur.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi kader dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara pendidikan responden dengan partisipasi para kader
dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali 2009.
2. Ada hubungan antara pengasilan responden dengan partisipasi para kader
dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali 2009.
3. Ada hubungan antara jenis pekerjaan responden dengan partisipasi para
kader dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali 2009.
4. Tidak ada hubungan antara ketersediaan fasilitas responden dengan
partisipasi para kader dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009.
56
E. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
a. Memberikan kebijakan-kebijakan yang memihak khususnya kader
jumantik dalam pemberantasan DBD.
b. Melakukan pelatihan pada kader tentang pemberantasan DBD,
terutama untuk para kader jumantik yang baru.
c. Memberikan panyuluhan secara berkala kepada kader jumantik,
sehingga para kader jumantik tetap semangat untuk pelaksanaan
pemberantasan DBD.
d. Memberikan penghargaan kepada kadus aktif.
2. Bagi Kader Jumantik
a. Ikut aktif berpartisipasi dalam membantu program dari Puskesmas
dalam melaksanakan pemberantasan DBD.
b. Mengikuti program-program yang telah direncanakan oleh Puskesmas,
sehingga program tersebut bersinergis antara Puskesmas dan kader
jumantik Di Desa Ketitang dalam pemberantasan DBD.
c. Melaporkan hasil-hasil apa saja yang telah dicapai oleh para kader
jumantik pada tiap kadus tentang perkembangan DBD.
3. Bagi peneliti
a. Melakukan penelitian lain dengan variabel-variabel yang berbeda.
b. Melakukan penelitian dengan sampai ke analisis mulivariat sehingga
kita akan mengetahui seberapa besar nilai-nilai dalam setip variabel
yang diteliti tentang penguaruh antar variabel.
57
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman dan Muhidin. 2006. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setya
Achmad HH. 1997. Variabel Yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu Rumah Tangga
dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Cermin Dunia Kedokteran. No. 199. November 1997.
Cahyo K. 2006. Kajian Faktor-faktor Perilaku Dalam Keluarga Yang
Mempengaruhi Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Meteseh Kota Semarang. Media Litbang Kesehatan XVI Nomor 4 Tahun 2006: 32-41.
Dalimunthe. 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Dalam Program Pencegahan Malaria Di Kecamatan Saibu Kabupaten Mandailing Natal. [Tesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatra Utara.
Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) Demam Beradarah Dengeu. Jakarta: Direktorat Jendral PP-PL. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta. 2005 a. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral PP-PL. 2005 b. Demam Berdarah Dengue Sudah Normal Kembali Pada
Kondisi Normal. Jakarta. DKS Boyolali. 2007. Profil Dinas Kesehatan Sosial Kabupaten Boyolali 2007.
Boyolali: DKS Boyolali. Fathi, et al. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan
Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 1-10.
Hadinegoro dan Satari. 1999. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap
Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Tatalaksanaan Kasus DBD. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hiswani. 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
(DBD). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.
58
Kustini H dan Betty F. 2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Demam Berdarah Dendue Terhadap Perilaku Aktif Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Ibu-ibu Warga Minapadi Kelurahan Nusukan Kota Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. Vol. 1 No. 1, Maret 2008: 36-42.
Mugiati. 2005. Hubungan Antara Peranan Kontak Tani Dengan Dinamika
Kelompok Tani di Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. (Skripsi) Surakarta: Fakultas Pertanian UNS.
Murti B. 2006. Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif Di Bidang Kesehatan . Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
1997. Prinsip Dan Metode Riset Epidemologi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press. Nadesul H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta: Kompas. Notoatomodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rhineka
Cipta. Saraswati LD. 2003. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Anggota
Dasawisma Dengan ABJ Dalam Rangka Pelaksanaan Piket Bersama Di Kelurahan Sarirejo Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang Timur. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Deponegoro.
Satari HI dan Meiliasari. 2004. Perawatan Di Rumah & Rumah Sakit. Jakarta:
2004 Sigarlaki HJO. 2007. Karakteristik Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap
Penyakit Demam berdarah. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 23. No. 3, Septembar 2007: 148-153.
Siregar FA. 2004. Epidemologi dan Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Soegijanto H. 2004. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia.
Surabaya: Airlangga University Press Soeparmanto P. dan Pranata. 2006. Peningkatan Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue Berbasis Masuarakat Dengan Penyuluhan. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 22, No. 2, Juni 2006: 75-81.
59
Widyanti IT. 2006. Faktor-faktor Yang memepengaruhi Tindakan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Desa Makam Haji Wilayah Kerja Puskesmas II Kartasura. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yulianti NS. 2007. Pengaruh Keaktifan Juru Pemanatau Jenti (Jumantik)
Terhadap Angka Bebas Jentik (ABJ) dan Kejadian Demam Berdarah Dengue(DBD) (Studi Pada Peiaksanaan "Gerakan Jumat Berseri + PSN 60 Menit" di Kota Mojokerto). [Tesis]. Surabaya: Airlangga University Library.
60
LAMPIRAN
61
Lampiran 1
Kuesioner Pendahuluan
KUESIONER PENDAHULUAN A. Identitas Responden:
1. Nama : 2. Alamat :
B. Pertanyaan-pertanyaan: 1. Apakah Ibu aktif melakukan kegiatan jumantik? a. Ya b. Tidak 2. Berapa lama ibu menjadi kader jumantik, sebutkan? ..................................................................................... 3. Apa yang ibu lakukan saat kegiatan jumantik? .......................................................................................
4. Pilihlah aktivitas yang ibu lakukan pada saat melakukan kegiatan jumantik? a. Pemeriksaan jentik b. Memotivasi c. Memberikan teguran d. Tidak melakukan hal diatas
5. Berapa kali Ibu melakukan kegiatan diatas sebagai kader jumantik? a. 1 Minggu sekali b. 2 Minggu sekali c. 3 Minggu sekali d. 4 Minggu sekali
62
Kuesioner Penelitian
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI
KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD
DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009
PETUNJUK
a. Bacalah pertanyaan dengan baik dan telitilah sebelum anda menjawab pertanyaan.
b. Beri tanda (X) pada kolom yang disediakan yang paling sesuai dengan keadaan
keadaan para kader jumantik pada saat sekarang ini.
c. Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi dalam pada kehidupan sosial saudara.
d. Untuk kelancaran penelitian ini mohon diisi jawaban yang sesuai dengan pengetahuan
saudara, tidak perlu bertanya kepada yang lain. Jawab dengan jujur dan apa adanya.
e. Karahasiaan saudara akan tetap kami jaga.
A. No Responden.....
B. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
C. Jenis Pendidikan
a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA
d. Tamat D3/S1
e. Tidak sekolah
f. Lainnya, sebutkan………………
D. Pekerjaan
a. Ibu rumah tangga
b. Pedagang
c. Petani
d. PNS
e. Swasta
63
f. Lainya, sebutkan…………………
E. Penghasilan
1. Berapakah penghasilan setiap tiap bulan kelurga anda? Sebutkan Rp……………….
2. Apakah dalam kegiatan jumantik saudara mendapatkan dana insentif dari
pemerintah ataupun dari Puskesmas Nogosari?
a. Ya, Sebutkan Rp…………………..
b. Tidak
3. Apakah pemberian insentif yang diberikan oleh Pemerintah Desa atau Puskesmas
sesuai dengan beban kerja anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Menurut saudara berapakah nominal pemberian insentif yang sesuai dengan kader
jumantik? Sebutkan Rp…………………
F. Ketersediaan fasilitas
1. Apakah ada fasilitas yang mencukupi pada saat melakukan kegiatan jumatik?
a. Ya, sebutkan apa saja:…………………
b. Tidak
2. Beri tanda (√) untuk ketersediaan fasilitas dalam jumantik?
No Alat dan Bahan Ya Tidak
1 Lampu senter
2 Alat tulis
3 Bubuk abate
4 Form pengisian pada tiap rumah
5 Form pengisian hasil jumantik
6 Buku
7 Ikan pemakan jentik
64
3. Apakah dalam kegiatan jumantik saudara diberikan tanda atau seragam?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah para kader mendapatkan alat dan bahan dari Puskesmas ataupun dari
pemerintah Desa Ketitang?
a. Ya
b. Tidak
65
Lampiran 2
Surat Ketersediaan Menjadi Responden
Penelitian
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keder Jumantik Dalam Pemberantasan DBD
Di Desa Ketitang Kecamata Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009
Pernyataan Ketersediaan Menjadi Responden
Penelitian tentang: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keder Jumantik
Dalam Pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamata Nogosari Kabupaten
Boyolali Tahun 2009. Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan
oleh :
Nama :
Nim :
Mahasiswa S1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta,………………2009
Responden
( )
66
Lampiran 3
Pate Desa Ketitang
PoncolLoning Randualas
Nglarum
Bendorejo
Gondangrejo
Losari
RanduPelem
PokoPomahan
Pulorejo
Klodran
Asemsari
Margorejo
Nogosari
Widoro
Rejosari
Jangkungrejo
Manggen
Bekangan
Asemgrowong
Karangjoho
MiriDelen
Sukomulyo Sambirejo
Sambicilik
SentulWonosido
Gembosan
GembosanGembosan
Grnting
Bulu
Sajen
Tanjung
NgrangkahKemiri
GuliLor
Guli Kidul
Ngablak
Gempol
Wates
Gebel
Kajar Kec ik
Badan
Grogolan
Tegalgiri
Ds.Tegalgiri
Ds.Keyongan
Jengglong
Pundong
MandunganKenteng Gunung
GunungPelem
Londo
Grenjeng
Bakalan
Bibis
Taruban
Cengklik
Polo
Sendang
Sendangrejo
Nganngkruk
GumukrejoMojosari
Ngumbulrejo
Bulakrejo
Asrimulyo
Sumbercangkring
Dampak
Kayem
Jati
Keyongan
Putat
KlebenganTarub
Mlokolegi
MlokolegiLor
KidulRejomulyo
Kepoh
Kalikijing
Rejosari Klangsuran
Karangasem
Sanggrahan
Widoro
Jengglong
Pilangsari
Jembrangan
Watutebok
Potronayan
Tegalombo
Pilangkuk
DowoMakam
Kemloko
KarangNongko
Baseran
Sumurwaru
Karanglo
Mojolegi
Girangledok
Cabean
Mawung
Mangurejo
Tegalmulyo
Giranggunung
Pilang
KetitangRinginpitu
Tinawas
KrompakanTlangu
Mojorejo
Ringinrejo
Kedung Buntal
Klayutan
Mojosari
Baratan
Sempol
CemoroLemahireng
Pengkol
Jetis
Tubanrejo
Remi
Jetak
Rembun
Banyurejo
Mojo
Tagung
Tagung
Jangkungan
Jangkungan
Jeruk Manis
Kulon
Gejugan
Glonggong
Pulutan
BanyudonoSanggrahan
MencilNgemplak
Dilem
PojokWeru
Kedung KenongSidomulyo
Serbajadi
Ngemplak
Salemrejo
Bandungrejo
BandungMencil
Gantiwarno
Karanganyar
Purworejo
Kliwonan
Demen
Jeron
Sampu Cengklik
Gondangrejo
Pelemgulo
PenggungLemahabang
Sidomulyo
Krajan
GrinsingGrinsing
Jenalas
Jenalas
Kendel
Bendo
Sidorejo
Ngringin
Sembungan
Ngumbul
Etan
Mojo Baru
Lemahbang
U
S
B T
KAB.SRAGENKEC. KALIJAMBE
KECAMATAN ANDONG
KECAMATAN SIMO
KECAMATAN SAMBIKE
C. G
ON
DAN
GRE
JOKECAMATAN NGEMPLAK
Batas KecamatanBatas Desa
Kantor DesaKantor Kecamatan
Sungai
KETERANGAN :
:::::::::::::::
:
:
Jalan DesaJalan PUK
Tanah Subur / GadonPemukiman Penduduk
Lapangan
Pasar
Terminal
Koramil
Polsek
Puskesmas
Pasar Hewan
Tanah Tandus / Tadah Hujan
KAB.
KARA
NG
ANYA
R
Grojogan
PilangKulon
Kulon
Kulon
Etan
EtanEtanDadimulyo
Lor
Lor
Kidul
Pilang
Ds.Glonggong
Ds.Pulutan
Ds.Rembun
Ds.Ketitang
Ds.JeronDs.Sembungan
Ds.Potronayan
Ds.Guli
Ds.Kenteng
Ds.Pojok
Ds.Bendo
PETA KECAMATAN NOGOSARI
Gambar Pate Desa Ketitang
67
Lampiran 4
Tabel Frekuensi Statistik Frequencies
Statistics
jenis pendidikan
responden
penghasilan
responden
ketersediaan alat
dan bahan jenis pekarjaan partisipasi kader
N Valid 39 39 39 39 39
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Jenis Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tinggi (D3/s1) 7 17.9 17.9 17.9
Rendah (DS, SMP, SMA) 32 82.1 82.1 100.0
Total 39 100.0 100.0
Penghasilan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tinggi (diatas UMR boyolali 22 56.4 56.4 56.4
Rendah (dibawah UMR
boyolali) 17 43.6 43.6 100.0
Total 39 100.0 100.0
Ketersediaan Alat dan Bahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ada 37 94.9 94.9 94.9
tidak ada 2 5.1 5.1 100.0
Total 39 100.0 100.0
68
Jenis Pekarjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid formal 14 35.9 35.9 35.9
tidak formal 25 64.1 64.1 100.0
Total 39 100.0 100.0
Partisipasi Kader
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid aktif 17 43.6 43.6 43.6
tidak aktif 22 56.4 56.4 100.0
Total 39 100.0 100.0
69
Lampiran 5
Tabel Hubungan Antar Variabel
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
ketersediaan alat dan bahan
* partisipasi kader 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
jenis pendidikan responden *
partisipasi kader 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
penghasilan responden *
partisipasi kader 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
jenis pekarjaan * partisipasi
kader 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Tabel Hubungan Jenis Pendidikan Responden Dengan Partisipasi Kader
Crosstab
partisipasi kader
Total
aktif tidak aktifbukan sampel
jenis pendidikan responden
Tinggi (D3/s1) Count 7 0 0 7
% of Total 11.7% .0% .0% 11.7%
Rendah (DS, SMP, SMA) Count 19 13 0 32
% of Total 31.7% 21.7% .0% 53.3%
bukan sampel Count 13 3 5 21
% of Total 21.7% 5.0% 8.3% 35.0%
Total Count 39 16 5 60
% of Total
65.0% 26.7% 8.3% 100.0%
70
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 16.203a 4 .003
Likelihood Ratio 19.021 4 .001
N of Valid Cases 60
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .58. Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .461 .003
N of Valid Cases 60
Tabel Hubungan Penghasilan Responden Dengan Partisipasi Kader
Crosstab
partisipasi kader
Total aktif tidak aktif bukan sampel
penghasilan responden
Tinggi (diatas UMR boyolali Count 19 3 0 22
% of Total 31.7% 5.0% .0% 36.7%
Rendah (dibawah UMR boyolali) Count 11 11 0 22
% of Total 18.3% 18.3% .0% 36.7%
bukan sampel Count 9 2 5 16
% of Total 15.0% 3.3% 8.3% 26.7%
Total Count 39 16 5 60% of Total 65.0% 26.7% 8.3% 100.0%
71
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 23.341a 4 .000
Likelihood Ratio 22.417 4 .000
N of Valid Cases 60
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.33. Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .529 .000
N of Valid Cases 60
Tabel Hubungan Ketersediaan Fasilitas Dengan Partisipasi Kader
Crosstab
partisipasi kader
Total aktif tidak aktif bukan sampel
ketersediaan alat
dan bahan
ada Count 14 8 3 25
% of Total 23.3% 13.3% 5.0% 41.7%
tidak ada Count 2 0 0 2
% of Total 3.3% .0% .0% 3.3%
bukan sampel Count 23 8 2 33
% of Total 38.3% 13.3% 3.3% 55.0%
Total Count 39 16 5 60
% of Total 65.0% 26.7% 8.3% 100.0%
72
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.448a 4 .654
Likelihood Ratio 3.066 4 .547
N of Valid Cases 60
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .17.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .198 .654
N of Valid Cases 60 Tabel Hubungan Jenis Pekerjaan Dengan Partisipasi Kader
Crosstab
partisipasi kader
Total aktif tidak aktif bukan sampel
jenis pekarjaan formal Count 13 1 0 14
% of Total 21.7% 1.7% .0% 23.3%
tidak formal Count 14 11 0 25
% of Total 23.3% 18.3% .0% 41.7%
bukan sampel Count 12 4 5 21
% of Total 20.0% 6.7% 8.3% 35.0%
Total Count 39 16 5 60
% of Total 65.0% 26.7% 8.3% 100.0%
73
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 16.743a 4 .002
Likelihood Ratio 18.197 4 .001
N of Valid Cases 60
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.17.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .467 .002
N of Valid Cases 60
74
Lampiran 6
Dokumentasi Penelitian
Gambar Pada Saat Melakukan Penelitian Dengan Dengan Kader Jumantik
Desa Ketitang
75
Gambar Pada Saat Melakukan Penelitian Dengan Dengan Ketua Jumantik
Desa Ketitang