analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran ...
Transcript of analisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran ...
TESIS
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA
LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG
MADE RESPAWAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
TESIS
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA
LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG
MADE RESPAWAN NIM 1191561027
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
ii
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA
LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Udayana
MADE RESPAWAN NIM 1191561027
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 3 AGUSTUS 2015
Pembimbing I,
I Ketut Sudarsana, ST, PhD NIP. 19691016 199601 1 001
Pembimbing II,
Ir. Mayun Nadiasa, MT NIP. 19570801 198702 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, PhD NIP. 19690805 199503 1 001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19590215 198510 2 001
iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Pada Tanggal 3 Agustus 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 2337/UN.14.4/HK/2015, Tanggal : 3 Agustus 2015 Ketua : I Ketut Sudarsana, ST, PhD Anggota : 1. Ir. Mayun Nadiasa, MT.
2. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA
3. Ir. I.B. Rai Adnyana, MT.
4. Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT.
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA : MADE RESPAWAN NIM : 1191561027 PROGRAM STUDI : MAGISTER TEKNIK SIPIL JUDUL TESIS : ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 3 Agustus 2015 Yang menyatakan,
Made Respawan
Materai Rp.6.000,
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji dan syukur ke
hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena hanya atas asung wara nugraha-
Nya, tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada I Ketut Sudarsana, ST, PhD sebagai Dosen
Pembimbing I dan Ir. Mayun Nadiasa, MT, sebagai Dosen Pembimbing II yang
dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan
saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian
Tesis ini.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program
Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr.
dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc, PhD selaku Ketua
Program Studi Magister Teknik Sipil.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada para penguji Tesis Prof.
Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA, Ir. I.B. Rai Adnyana, MT dan Ir. I
Gusti Ketut Sudipta, MT yang telah memberikan saran, masukan, sanggahan dan
koreksi sehingga Tesis ini dapat terwujud seperti ini. Ucapan terima kasih kepada
Rektor Universitas Pendidikan Ganesha atas ijin dan kebijakan kepada penulis
selama menempuh pendidikan Magister di Universitas Udayana.
Terima kasih kepada kedua orang tua terkasih, Istriku tercinta Novi, putra-
putriku tersayang Fajar dan Indah dan seluruh keluarga besar atas segala restu,
doa, cinta, dukungan dan pengorbanannya sehingga penulis mampu
menyelesaikan Tesis ini.
vii
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kepada rekan-rekan
Manajemen Konstruksi Angkatan 2011 dan seluruh staff sekretariat jurusan
Program Magister, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas
Udayana.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis
ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, 3 Agustus 2015
Penulis
viii
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI DAN NILAI PENAWARAN PESERTA LELANG ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT)
JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG
Mulai tahun 2012 pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Buleleng dilakukan secara elektronik (e-procurement) dengan tata cara e-tendering. Dalam pelaksanaannya partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang cenderung menurun baik pada saat lelang konvensional maupun pada saat lelang elektronik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng, dan faktor apa yang pengaruhnya paling dominan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 53 kontraktor di Kabupaten Buleleng, anggota asosiasi GAPENSI yang pernah mengikuti lelang elektronik. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling dengan purposive sampling dan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan analisis faktor.
Hasil penelitian dengan analisis faktor membentuk 11 faktor baru yang berpengaruh terhadap partisipasi peserta lelang dengan komulatif variance 79,198%, yang terbentuk dari 42 variabel. Kesebelas faktor tersebut merupakan peringkat yang mempengaruhi partisipasi sesuai hasil pembahasan yang dinamai faktor I, faktor II, faktor III dan seterusnya sampai dengan faktor XI. Faktor I merupakan faktor yang pengaruhnya paling dominan dengan eigenvalues sebesar 20,738 dan variance 42,323% terbentuk oleh 11 variabel yaitu, lokasi proyek, besar nilai proyek/HPS, keamanan lingkungan proyek, mulai proyek mendekati akhir tahun, tanpa tatap muka meminimalkan peluang kolusi, korupsi dan nepotisme, jangka waktu pelaksanaan akses jalan menuju lokasi proyek, pelaksanaan saat musim hujan, syarat sertifikat ISO, syarat dukungan keuangan bank dan variabel penyelenggara lelang. Sedangkan analisis faktor yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang menghasilkan 10 faktor baru dengan komulatif variance 78,925%, yang terbentuk dari 43 variabel. Kesepuluh faktor tersebut merupakan peringkat yang mempengaruhi nilai penawaran sesuai hasil pembahasan yang dinamai faktor I, faktor II, faktor III dan seterusnya sampai dengan faktor X. Faktor yang pengaruhnya paling dominan adalah faktor I dengan eigenvalues sebesar 22,756 dan variance 47,409% terbentuk oleh sembilan variabel yaitu, fluktuasi harga material, tingkat pengembalian investasi, fluktuasi kurs mata uang asing (dolar), akses jalan menuju lokasi proyek, peluang memperoleh proyek lebih besar, resiko berinvestasi, tingkat inflasi, biaya lebih hemat tanpa biaya cetak dokumen dan biaya transportasi dan kemampuan dalam estimasi penawaran. Kata kunci: partisipasi, pilai penawaran, e-procurement, pekerjaan konstruksi
ix
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE PARTICIPATION AND VALUE OFFERS ELECTRONIC BIDDERS (E - PROCUREMENT)
CONSTRUCTION SERVICES IN BULELENG REGENCY
Starting in 2012 the procurement of government goods / services in Buleleng done electronically (e-procurement) to the procedure e-tendering. In the implementation of participation and the bid price tends to decrease the auction participants both during the auction at the current conventional and electronic auctions. This study aims to determine the factors that influence participation and value of the electronic auction participants offer construction services in Buleleng, and what factors influence most dominant. The sample used in this study as many as 53 contractors in Buleleng, GAPENSI association members who attended the electronic auction. Sampling was done by using a non-probability sampling with purposive sampling and data collection using questionnaires and interviews. Data was analyzed using factor analysis. Results of research by factor analysis to form 11 new factors that influence the participation of bidders with cumulative variance 79.198%, which is made up of 42 variables. Eleventh these factors are affecting participation ranked according to the results discussion called factor I, factor II, factor III and so on up to a factor XI. The first factor is the most dominant factor that influence the eigenvalues of 20.738 and 42.323% variance is formed by 11 variables, namely, project location, great value for the project / HPS, environmental security projects, from projects nearing the end of the year, without face-to-face to minimize the chances of collusion, corruption and nepotism, period of implementation of the access road to the project site, implementation of the rainy season, the terms of ISO certificate, the terms of financial support of banks and variable auctioneer. While the analysis of the factors affecting the bid price auction participants generate 10 new factors with cumulative variance 78.925%, which is formed of 43 variables. Tenth these factors are affecting the bid ranked according to the results discussion called factor I, factor II, factor III and so on up to a factor X. The most dominant factor that influence is a factor I with eigenvalues at 22.756 and 47.409% variance is formed by nine variables, namely, fluctuations in material prices, the return on investment, fluctuations in foreign exchange rates (dollars), the access road to the project site, the opportunity to gain a larger project , the risk of investing, inflation, cost efficient document without printing costs and transportation costs and the ability to offer estimates. Keywords: participation, value offer, e-procurement, construction work.
x
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM ............................................................................................... i PRASYARAT GELAR ........................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. . iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. v UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ vi ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT ......................................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8 1.5 Batasan Masalah ..................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi .................................................................................. 9
2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi ................................................ 9 2.1.2 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constain).................. 10 2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi ....................................................... 10
2.2 Pengertian Lelang dan Peserta Lelang ................................................... 12 2.3 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ....................................................... 13
2.3.1 Pengadaan Barang/Jasa Secara Konvensional ............................ 14 2.3.2 Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E–Procurement) .... 14 2.3.3 Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ............. 15
2.3.3.1 Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran .. 16 2.3.3.2 Pejabat Pembuat Komitmen ......................................... 17 2.3.3.3 Unit Layanan Pengadaan .............................................. 18 2.3.3.4 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan .................... 20
2.4 Tata cara E-Tendering ............................................................................ 20 2.4.1 Metode E-Tendering .................................................................. 21 2.4.2 Proses Pemilihan metode E-Tendering ...................................... 21
2.5 Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal ........................ 24 2.6 Harga Perkiraan Sendiri ......................................................................... 26
2.6.1 Komponen Harga Perkiraan Sendiri ........................................... 27 2.6.2 Kegunaan dan Waktu Penetapan HPS ........................................ 28
xi
2.7 Teknik Sampling .................................................................................... 28 2.7.1 Populasi dan Sampel ................................................................... 28 2.7.2 Menentukan Ukuran Sampel ...................................................... 31 2.7.3 Skala Pengukuran Variabel ........................................................ 32
2.7.3.1 Jenis Skala Pengukuran ................................................ 32 2.7.3.2 Tipe Skala Pengukuran ................................................. 33
2.8 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Pengumpulan Data ................... 35 2.8.1 Uji Validitas ................................................................................ 36 2.8.2 Uji Realibilitas ............................................................................ 38
2.9 Analisa Statistika .................................................................................... 40 2.9.1 Analisa Deskriptif ....................................................................... 40 2.9.2 Analisis Faktor ............................................................................ 41 2.9.3 Analisis Korelasi Product Momen .............................................. 46
2.10 Penelitian – Penelitian Sebelumnya ....................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 49 3.2 Data ........................................................................................................ 49
3.2.1 Jenis Data ................................................................................... 49 3.2.1.1 Data Primer .................................................................. 49 3.2.1.2 Data Sekunder .............................................................. 50 3.2.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................................ 50
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 52 3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... 56 3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 57 3.6 Pengolahan dan Analisa Data ................................................................ 58 3.7 Diagram Alur Penelitian ........................................................................ 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ...................................................... 61 4.1.1 Sampel Perusahaan Kontraktor .................................................. 61
4.1.2 Data Informasi Responden ......................................................... 61 4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................... 62
4.2.1 Uji validitas ................................................................................ 62 4.2.2 Uji Realibilitas ............................................................................ 66
4.3 Data Profil Responden ........................................................................... 67 4.3.1 Jabatan Responden Dalam Perusahaan ...................................... 68 4.3.2 Pendidikan Responden .............................................................. 68 4.3.3 Pengalaman Responden Dalam Lelang ...................................... 69 4.3.4 Kepemilikan SKA/SKT Responden .......................................... 69
4.4 Deskripsi Jawaban Responden mengenai Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Partisipasi dan Nilai Penawaran ..................... 70
xii
4.5 Deskripsi Jawaban Responden mengenai Partisipasi Dan Persentase Nilai Penawaran Dalam Lelang Elektronik .................. 73
4.6 Analisis Faktor ....................................................................................... 76 4.6.1 Hasil Kelayakan Data Untuk Analisis Faktor ............................ 77 4.6.1.1 Uji KMO (Kaiser – Meyer – Olkin) ............................. 77 4.6.1.2 Uji Barlett ..................................................................... 78 4.6.1.3 Uji Korelasi Anti Image ............................................... 78 4.6.2 Analisis dan Pembahasan Faktor Tingkat Pengaruh Partisipasi . 83 4.6.2.1 Ekstraksi Faktor Pengaruh Partisipasi .......................... 83 4.6.2.2 Rotasi Kelompok Faktor dan Loading Faktor Pengaruh Partisipasi ..................................................................... 84 4.6.2.3 Faktor Utama, Penamaan Kelompok Faktor dan Deskripsi Faktor Pengaruh Partisipasi ......................... 88 4.6.3 Analisis dan Pembahasan Faktor Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ................................................................................... 94 4.6.3.1 Ekstraksi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ................ 94 4.6.3.2 Rotasi Kelompok Faktor dan Loading Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ........................................................... 96 4.6.3.3 Faktor Utama, Penamaan Kelompok Faktor dan Deskripsi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ............... 99
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................................. 104 5.2 Saran ...................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109 LAMPIRAN LAMPIRAN ................................................................................. 111
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 60 Gambar 4.1 Jumlah dan Kualifikasi Responden ................................................. 67 Gambar 4.2 Jabatan Responden ........................................................................... 68 Gambar 4.3 Profil Pendidikan Responden ........................................................... 69 Gambar 4.4 Pengalaman Responden Dalam Lelang Jasa Konstruksi .................. 69 Gambar 4.5 Kepemilikan SKA/SKT Responden ................................................. 70 Gambar 4.6 Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Partisipasi ............... 72 Gambar 4.7 Pengaruh Perubahan Sistem Lelang Terhadap Nilai Penawaran ...... 73 Gambar 4.8 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Partisipasi Peserta Lelang. 75 Gambar 4.9 Flow Chart Analisis Faktor ............................................................... 76
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data paket pekerjaan konstruksi dengan lelang konvensional dan Lelang elektronik di Kabupaten Buleleng ........................................... 5 Tabel 2.1 Nilai - Nilai r Product Moment ............................................................ 37 Tabel 3.1 Sumber Data Sekunder ........................................................................ 50 Tabel 3.2 Variabel yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik .... 53 Tabel 3.3 Variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik ............................................................................................. 55 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrument Penelitian Pengaruh Partisipasi .......... 62 Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrument Penelitian Pengaruh Nilai Penawaran . 64 Tabel 4.3 Hasil Uji Realibilitas Instrument Penelitian ....................................... 67 Tabel 4.4 Nilai KMO dan Barlett Test ................................................................. 77 Tabel 4.5 Nilai Uji MSA Tingkat Pengaruh Partisipasi ...................................... 78 Tabel 4.6 Nilai Uji MSA Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ............................. 81 Tabel 4.7 Hasil Ekstraksi Faktor Pengaruh Partisipasi ........................................ 83 Tabel 4.8 Hasil Rotasi Faktor Pengaruh Partisipasi ............................................. 85 Tabel 4.9 Hasil Loading Faktor Pengaruh Partisipasi .......................................... 87 Tabel 4.10 Hasil Ekstraksi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran .............................. 94 Tabel 4.11 Hasil Rotasi Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ................................... 96 Tabel 4.12 Hasil Loading Faktor Pengaruh Nilai Penawaran ................................ 98
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ..................................................................... 111 Lampiran 2. Daftar Anggota GAPENSI Kabupaten Buleleng .......................... 118 Lampiran 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk Mengikuti lelang ........................................................................... 124 Lampiran 4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kontraktor untuk Mengikuti lelang dalam kondisi elektronik .................................. 125 Lampiran 5. Data Paket Kegiatan Pekerjaan Jasa Konstruksi dengan e-procurement di Kabupaten Buleleng Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013 ............................................................ 126 Lampiran 6.1 Tabulasi Data Kuesioner Tingkat Pengaruh Partisipasi ............... 139 Lampiran 6.2 Tabulasi Data Kuesioner Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ...... 145 Lampiran 7.1 Hasil Uji Instrumen Penelitian Tingkat Pengaruh Partisipasi ...... 151 Lampiran 7.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran ............................................................................ 153 Lampiran 8 Partisipasi dan Persentase Nilai Penawaran dalam Lelang Elektronik ...................................................................................... 155 Lampiran 9.1 Hasil Uji KMO – MSA Pengaruh Partisipasi ............................. 157 Lampiran 9.2 Hasil Uji KMO – MSA Pengaruh Nilai Penawaran ................... 165
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan
pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu.
Pengadaan barang/jasa atau yang lebih dikenal dengan lelang (procurement) telah
banyak dilakukan oleh semua pihak baik dari pemerintah maupun swasta.
Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I)
yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Pemerintah mengatur tentang pengadaan barang/jasa yang dituangkan ke
dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 70 tahun 2012, yang merupakan
perubahan kedua dari Perpres nomor 54 tahun 2010. Menurut Perpres nomor 70
tahun 2012, pengadaan barang/jasa pemerintah dapat digolongkan menjadi
pengadaan barang, pengadaan jasa konsultansi, pekerjaan konstruksi dan
pengadaan jasa lainnya. Perpres nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah mengamanatkan bahwa semua proses pengadaan
barang/jasa pemerintah menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan,
terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel, sehingga nanti dapat
diperoleh penyedia barang/jasa yang mempunyai kualifikasi dan diharapkan
mampu menyediakan barang/jasa sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan.
Selama ini proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan cara
konvensional dimana langsung mempertemukan pihak pihak yang terkait dalam
2
pengadaan seperti penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa. Pengadaan yang
dilakukan secara konvensional dinilai memiliki beberapa kelemahan yang banyak
merugikan seperti mudahnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) berkembang,
serta kurang transparan (Lubis, 2006). Pengadaan konvensional juga membutuhkan
waktu yang lama, sehingga dipandang menyia-nyiakan waktu dan biaya, kurangnya
informasi serta kompetisi yang kurang sehat yang berakibat terhadap kualitas
pengadaan, sering terjadi eksklusi terhadap penyedia barang/jasa potensial dan
pemberian hak khusus terhadap penyedia barang/jasa tertentu.
Dalam usaha untuk mengatasi kelemahan - kelemahan dan kesulitan dalam
proses pengadaan serta untuk lebih meningkatkan transparansi dan akuntabilitas,
akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses
pengadaan, mendukung proses monitoring dan audit serta memenuhi akses
informasi yang real time maka dilakukanlah pengadaan barang/jasa pemerintah
secara elektronik (e-procurement) yang dilakukan dengan cara e-tendering yaitu
tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dapat diikuti oleh penyedia
barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara
menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Proses
pengadaan barang dan jasa dengan sistem elektronik memanfaatkan penggunaan
internet sebagai sarana informasi dan komunikasi. Dengan sistem lelang elektronik
ini, maka intensitas pertemuan antara panitia/kelompok kerja pengadaan dengan
penyedia barang/jasa atau peserta lelang dapat diminimalisir.
Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) nomor 17 Tahun 2011 tentang
percepatan pemberantasan korupsi yang mewajibkan sekurang-kurangnya 40%
belanja Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) yang dipergunakan untuk
3
pengadaan barang/jasa dengan nilai pengadaan di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) untuk pengadaan barang, pengadaan konstruksi dan jasa lainnya serta
diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pengadaan jasa konsultansi
mulai tahun 2012 wajib menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
melalui unit kerja khusus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sendiri
atau yang terdekat. Untuk memenuhi Inpres nomor 17 Tahun 2011, pada bulan
agustus tahun 2012 pemerintah Kabupaten Buleleng sudah membentuk LPSE
sendiri untuk menyelenggarakan pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan
pemerintah Kabupaten Buleleng secara elektronik.
Data yang tercatat dan dikumpulkan pada instansi teknis di Kabupaten
Buleleng saat lelang dilaksanakan secara konvensional, pada tahun anggaran 2011
terdapat 44 paket pekerjaan konstruksi yang dilelangkan dengan jumlah peserta
yang memasukkan penawaran sebanyak 229 penyedia jasa konstruksi yang
selanjutnya disebut kontraktor dari 389 pendaftar (60,32%). Rata-rata harga
penawaran pemenang adalah 93,06% terhadap Harga Perkiraan Sendiri (HPS),
dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah 80% HPS terdapat empat paket
pekerjaan (9,09%), dan tidak terdapat paket yang gagal lelang akibat rendahnya
partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta. Pada tahun anggaran 2012
saat masih menggunakan lelang konvensional, sampai bulan Juli terdapat 62 paket
pekerjaan konstruksi yang dilelangkan dengan jumlah peserta yang memasukkan
penawaran sebanyak 416 kontraktor dari 762 pendaftar (58,67%). Rata-rata harga
penawaran pemenang adalah 90,10% HPS, dengan jumlah pemenang yang
menawar di bawah 80% HPS terdapat tujuh paket pekerjaan (11,29%). Dari jumlah
4
paket tersebut yang dilelangkan terdapat dua paket pekerjaan yang gagal lelang
akibat rendahnya partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta.
Untuk pekerjaan konstruksi yang dilelangkan secara elektronik, data yang
tercatat pada LPSE Kabupaten Buleleng pada tahun anggaran 2012 dari bulan
Agustus sampai bulan Desember terdapat 22 paket pekerjaan konstruksi yang
dilelangkan secara elektronik dengan jumlah peserta yang memasukkan penawaran
sebanyak 112 kontraktor dari 311 pendaftar (41,56%). Rata-rata harga penawaran
pemenang adalah 88,92% HPS, dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah
80% HPS terdapat enam paket pekerjaan (27,27%). Dari jumlah paket tersebut
yang dilelangkan terdapat dua paket pekerjaan yang gagal lelang akibat rendahnya
partisipasi yang disebabkan kurang dari tiga peserta. Pada tahun anggaran 2013
terdapat 59 paket pekerjaan konstruksi yang dilelangkan secara elektronik dengan
jumlah peserta yang memasukkan penawaran sebanyak 269 kontraktor dari 949
pendaftar (28,35%), Rata-rata harga penawaran pemenang adalah 83,55% HPS,
dengan jumlah pemenang yang menawar di bawah 80% HPS terdapat 23 paket
pekerjaan (38,89%). Dari paket tersebut yang dilelangkan terdapat 10 paket
pekerjaan yang gagal lelang akibat rendahnya partisipasi yang disebabkan kurang
dari tiga peserta. Dari keseluruhan paket tersebut, baik yang berupa lelang
konvensional maupun yang sudah menggunakan lelang elektronik jumlah
kontraktor yang mendaftar, yang berpartisipasi menjadi peserta lelang dan
memasukkan penawaran, nilai penawaran pemenang lelang serta pemenang dengan
penawaran di bawah 80% HPS seperti pada Tabel 1.1.
5
Tabel 1.1 Data paket pekerjaan konstruksi
dengan lelang konvensional dan lelang elektronik di Kabupaten Buleleng
No Uraian Konvensional Elektronik
2011 Jan s/d Juli
Agst s/d Des
2013
1 Jumlah paket kegiatan pekerjaan konstruksi
44 62 22 59
2 Jumlah yang mendaftar lelang 389 762 311 949
3 Jumlah peserta yang memasukkan penawaran
229 416 112 269
4 Persentase peserta yang memasukkan penawaran terhadap pendaftar
60,32% 58,67% 41,56% 28,35%
5 Persentase nilai penawaran pemenang rata-rata terhadap HPS
93,02% 90,01% 88,92% 83,55 %
6 Jumlah paket dengan pemenang di bawah 80 % HPS
4 7 6 23
7 Persentase paket dengan pemenang di bawah 80 % HPS terhadap jumlah paket
9,09% 11,29% 27,27% 38,98 %
8 Rentang nilai penawaran pemenang di bawah 80% HPS
72,61% s/d
77,95%
70,49% s/d
78,73%
68,67% s/d
79,99%
62,92% s/d
79,95% 9 Jumlah paket gagal lelang 0 2 2 10
10 Persentase paket gagal lelang terhadap jumlah paket
0% 3,23% 9,09% 16,95%
(Sumber : Data diolah, 2014)
Data lelang konvensional menunjukkan partisipasi kontraktor memasukkan
penawaran mengalami sedikit penurunan yaitu 60,32% pada tahun 2011, menjadi
58,67% sampai bulan juli pada tahun 2012. Partisipasi kontraktor memasukkan
penawaran terlihat mengalami penurunan yang lebih besar saat sudah
menggunakan lelang elektronik, data dari bulan agustus sampai desember pada
tahun 2012 menunjukkan partisipasi sebesar 41,56% dan menjadi 28,35% pada
tahun 2013. Nilai penawaran pemenang lelang terhadap HPS juga terlihat menurun,
baik saat lelang konvensional maupun lelang elektronik. Saat lelang konvensional
6
pada tahun 2011 nilai penawaran rata-rata pemenang terhadap HPS sebesar 93,02%
HPS menjadi 90,01% HPS sampai bulan juli pada tahun 2012. Saat lelang
elektronik dari bulan agustus sampai desember pada tahun 2012 nilai penawaran
rata-rata 88,92% HPS menjadi 83,55% HPS di tahun 2013.
Kondisi ini berdampak terhadap keseluruhan proses lelang dan proses
pelaksanaan seperti; resiko terjadinya gagal lelang dimana tahun 2011 tidak
terdapat gagal lelang menjadi 10 paket yang gagal lelang pada tahun 2013 akibat
jumlah peserta yang memasukkan penawaran kurang dari tiga, berkurangnya waktu
pelaksanaan konstruksi akibat gagal lelang, berkurangnya pilihan dari pengguna
barang/jasa terhadap calon pemenang lelang yang potensial untuk memperoleh
penyedia jasa yang terbaik dan berkualitas, mengurangi kualitas konstruksi dimana
pada tahun 2013 terdapat tiga kontraktor yang di masukkan daftar hitam (black list)
karena meninggalkan pekerjaan sebelum selesai, banyak kontraktor yang
mengalami kerugian akibat penawaran yang terlalu rendah dan tidak tertutup
kemungkinan akan berujung pada kasus hukum jika penawaran di bawah 80% HPS
(forum lintas rekanan pengadaan barang dan jasa konstruksi, 2013), karena
dikhawatirkan kualitas konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis.
Berdasarkan permasalahan rendahnya partisipasi dan nilai penawaran
terhadap HPS pada lelang elektronik jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng, maka
perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi di
Kabupaten Buleleng.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan pokok masalah
penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik
pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
2. Faktor apa yang dominan mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik
pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang
elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng
4. Faktor apa yang dominan mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang
elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang
elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng
2. Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi partisipasi peserta
lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang
elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
4. Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi nilai penawaran
peserta lelang elektronik pekerjaan jasa konstruksi di Kabupaten Buleleng.
8
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan evaluasi dan strategi bagi kontraktor yang akan mengikuti
proses lelang secara elektronik paket pekerjaan jasa konstruksi.
2. Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi pemerintah dalam proses
pengadaan secara elektronik.
3. Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5 Batasan Masalah
Agar penelitian terarah dan tidak terlalu meluas, maka dalam penelitian ini
penulis memberikan batasan permasalahan :
1. Sampel penelitian dilakukan pada kontraktor yang tergabung pada asosiasi
Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) di Kabupaten
Buleleng, yang pernah mengikuti lelang elektronik.
2. Dalam penelitian ini tidak meninjau korelasi antara partisipasi dengan nilai
penawaran peserta lelang.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi.
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan
waktu, biaya dan mutu tertentu.
Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana
ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas
fungsi organisasi sehingga membutuhkan berbagai keahlian (skills) dari berbagai
profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek
yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta
sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun
waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003).
Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu
gagasan yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian
terhadap kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan).
Selanjutnya dilakukan desain awal (preliminary design), desain rinci (detail
design), pengadaan (procurement) sumber daya, pembangunan di lokasi yang telah
disediakan (konstruksi) dan pemeliharaan bangunan yang telah didirikan
(maintenance) sampai dengan penyerahan bangunan kepada pemilik proyek.
2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi
Dari pengertian diatas terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah :
1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau akhir hasil kerja
10
2. Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan diatas telah
ditentukan.
3. Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah
ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.
4. Rangkaian kegiatan hanya dilakukan sekali (non rutin), tidak berulang – ulang,
sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis).
5. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang kegiatan proyek berlangsung.
2.1.2 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint)
Telah disebutkan bahwa tiap proyek memiliki tujuan khusus, misalnya
rumah tinggal, bangunan perkantoran, bangunan pendidikan, jalan raya, jembatan,
instalasi pabrik dan lain - lain. Dapat pula berupa produk hasil kerja pengembangan
dan penelitian. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan
yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus
dipenuhi. Ketiga batasan tersebut diatas disebut tiga kendala (Triple Constaint).
Ketiga batasan tersebut bersifat tarik menarik, artinya jika ingin meningkatkan
kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti
dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi
anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi
dengan mutu dan jadwal.
2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi
Tahapan proyek konstruksi terdiri dari :
1. Tahap Perencanaan (Planning)
a. Gagasan dan ide (needs)
b. Studi kelayakan
11
Aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan adalah teknis, ekonomi,
lingkungan dan lain – lain.
Pihak yang terlibat adalah pemilik dan dapat dibantu oleh konsultan studi
kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi.
2. Tahap Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and Design).
a. Tahap pra rancangan, mencakup kriteria desain, skematik desain, estimasi
biaya konseptual
b. Tahap pengembangan rancangan, merupakan pengembangan dari tahap
pra rancangan, estimasi terperinci.
c. Tahap desain akhir, dengan hasil gambar detail, spesifikasi, daftar volume,
rencana anggaran biaya, syarat – syarat administrasi dan peraturan –
peraturan umum.
Pihak- pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan manajemen
konstruksi, konsultan rekayasa nilai dan atau konsultan quantity surveyor.
3. Tahap pengadaan/pelelangan (procurement)
a. Pengadaan jasa konstruksi
b. Pengadaan material dan peralatan
Pihak yang terlibat adalah pemilik, kontraktor dan konsultan manajemen
konstruksi.
4. Tahap pelaksanaan (construction)
a. Merupakan pelaksanaan hasil perancangan dengan surat perintah kerja dan
kontrak.
b. Perlu manajemen proyek.
12
Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen
konstruksi, kontraktor, sub kontraktor, suplier dan instansi terkait.
5. Tahap test operasional (commissioning)
Pengujian dari fungsi masing – masing bagian bangunan.
Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen
konstruksi, pemilik, kontraktor, sub kontraktor, suplier.
6. Tahap pemanfaatan dan pemeliharaan (operasional and maintenance)
a. Operasional setelah dilakukan pembayaran total sebesar 95% dari nilai
kontrak.
b. Pemeliharaan umumnya dilakukan selama enam bulan dengan jaminan
pemeliharaan yang ditahan oleh pemilik.
Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen
konstruksi, pemilik dan pemakai.
2.2 Pengertian Lelang dan Peserta Lelang
Lelang merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa
dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa
yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang
telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas sehingga
terpilih penyedia terbaik. (Ervianto, 2005).
Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk
mencari penyedia barang dan jasa, sedangkan bagi penyedia jasa mengikuti lelang
merupakan salah satu cara untuk menjaga agar perusahaan tetap memiliki
pekerjaan sehingga adanya arus pemasukan kas, memperoleh laba dan keuntungan,
mendapatkan pengalaman dan teknologi baru, menjaga kelangsungan kontak
13
dengan pemilik pekerjaan, subkontraktor, serta mempertahankan ikatan kerja
dengan staf dan pekerja yang cakap (Soeharto, 1997).
Peserta diartikan sebagai turut berperan serta dalam suatu kegiatan.
Selanjutnya penyedia jasa sebagai peserta didalam lelang diartikan sebagai peran
penyedia jasa mulai dari proses pendaftaran untuk ikut lelang, proses pemasukan
penawaran, hingga akhirnya penetapan pemenang lelang (proses awal sampai akhir
lelang). Penyedia jasa yang hanya berperan serta sampai pada pendaftaran saja
tidak dikategorikan sebagai peserta lelang.
Menurut Standar Dokumen Pengadaan (SDP) barang/jasa pemerintah secara
elektronik dengan e-tendering yang dimaksud sebagai peserta lelang adalah
penyedia jasa yang menyampaikan dokumen penawaran yang dapat dibuka dan
dapat dievaluasi yang sekurang kurangnya memuat harga penawaran, daftar
kuantitas dan harga, jangka waktu penawaran dan spesifikasi barang/bahan yang
ditawarkan. Kontraktor sebagai penyedia jasa tentunya memiliki pertimbangan
untuk ikut atau tidaknya didalam kegiatan lelang. Pertimbangan tersebut
didasarkan pada pengalaman, penilaian dan persepsi masing-masing orang yang
berperan dalam proses lelang terhadap faktor-faktor yang dihadapi seperti misalnya
kondisi ekonomi, karakteristik proyek yang dilelangkan, dokumen proyek, kondisi
lelang, dan karakteristik kontraktor itu sendiri.
2.3 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa oleh K/L/D/I yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa, yang
14
menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) (Anonim, 2012).
2.3.1 Pengadaan Barang/Jasa Secara Konvensional
Pengadaan barang/jasa secara konvensional atau manual adalah pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan dengan tatap muka biasa (manual), yaitu dengan
cara korespondensi secara manual tanpa menggunakan teknologi informasi dan
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang - undangan, yaitu :
a. Pengumuman melalui media massa (koran nasional), dan papan
pengumuman K/L/D/I bersangkutan.
b. Pendaftaran bagi peserta yang berminat mendaftar wajib secara fisik untuk
melakukan proses pendaftaran.
c. Dokumen lelang dalam bentuk hard copy dan peserta yang mengambil
dokumen lelang wajib datang langsung.
d. Penjelasan pekerjaan (aanwijzing) dilakukan melalui tatap muka pada
waktu dan tempat yang sudah ditentukan.
e. Pemasukan dokumen penawaran dibawa langsung ke tempat dan waktu
yang sudah ditentukan dalam pelelangan dalam bentuk hard copy.
f. Pembukaan dokumen penawaran dilakukan secara tatap muka pada tempat
dan waktu yang sudah ditentukan pada pelelangan.
g. Sanggahan lelang bisa dilakukan dengan datang langsung ke tempat
pelelangan.
2.3.2 Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik
Pengadaan barang/jasa secara elektronik adalah pengadaan barang/jasa
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi
15
elektronik sesuai dengan ketentuan perundang- undangan, yang tata cara pemilihan
penyedia barang/jasanya dilakukan dengan tata cara e-tendering yaitu tata cara
pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti
oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara
elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah
ditentukan (Anonim, 2012).
2.3.3 Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Menurut Perpres nomor 70 tahun 2012, menerangkan bahwa ada beberapa
pihak dan organisasi yang berperan dalam proses pengadaan barang/jasa
pemerintah yang pengadaannya melalui penyedia barang/jasa diantaranya :
a. Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
c. Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan.
d. Panitia/ Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa para pihak yang terkait diatas
harus mematuhi etika- etika :
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk
mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan
barang/jasa.
b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan
dokumen pengadaan barang/jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa.
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat persaingan tidak sehat.
16
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak.
e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak
yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.
f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara.
h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi
atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau
kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan
pengadaan barang/jasa.
2.3.3.1 Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Pengguna Anggaran (PA) merupakan pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran K/L/D/I atau pejabat yang disamakan pada instansi lain
pengguna APBN/APBD. Sesuai dengan Perpres Nomor 70 tahun 2012, PA
memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut :
a. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan.
b. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di
website K/L/D/I.
c. Menetapkan PPK.
d. Menetapkan Pejabat Pengadaan.
e. Menetapkan Panitia/Pejabat penerima hasil pekerjaan.
17
f. Menetapkan pemenang pada pelelangan atau penyedia pada penunjukan
langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
dengan nilai di atas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
g. Menetapkan pemenang pada seleksi atau penyedia pada penunjukan
langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi dengan nilai di atas Rp.
10.000.000.000,00 ( sepuluh miliar rupiah).
h. Mengawasi penggunaan anggaran.
i. Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan.
j. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat Pengadaan,
dalam hal terjadi perbedaan pendapat.
k. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan
barang/jasa.
Dengan pertimbangan besarnya beban pekerjaan atau rentang kendali
organisasai maka, PA pada Pemerintah Daerah dapat mengusulkan satu atau
beberapa KPA yang memiliki kewenangan sesuai pelimpahan oleh PA kepada
Kepala Daerah untuk ditetapkan.
2.3.3.2 Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, yang mempunyai tugas pokok dan
kewenangan :
a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/ jasa yang meliputi,
spesifikasi teknis, harga perkiraan sendiri dan rancangan kontrak.
b. Menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/ jasa.
18
c. Menandatangani kontrak.
d. Malaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa.
e. Mengendalikan pelaksanaan kontrak.
f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada PA
atau KPA.
g. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada PA atau KPA.
dengan berita acara penyerahan.
h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan
hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA atau KPA.
i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.
Selain tugas pokok dan kewenangan tersebut diatas, PPK juga dapat :
a. Mengusulkan kepada PA atau KPA untuk melakukan perubahan paket
pekerjaan dan perubahan jadwal kegiatan
b. Menetapkan tim pendukung.
c. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer)
untuk membantu pelaksanaan tugas ULP.
d. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia
barang/jasa.
2.3.3.3 Unit Layanan Pengadaan
Unit Layanan Pengadaan adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi
melaksanakan pengadaan barang/jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen,dapat
berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada, yang mempunyai tugas
pokok dan kewenangan:
19
a. Menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa.
b. Menetapkan dokumen pengadaan.
c. Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran.
d. Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website K/L/D/I
masing - masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta
menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam portal pengadaan
nasional.
e. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi.
f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran
yang masuk.
g. Menjawab sanggahan.
h. Menetapkan penyedia barang/jasa untuk pelelangan atau penunjukan
langsung paket pengadaan barang, pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya
yang bernilai paling tinggi Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
dan menetapkan seleksi atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan
jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
i. Menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada
PPK.
j. Menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa.
k. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Menteri,
Pimpinan Lembaga, Kepala Daerah atau Pimpinan Instansi.
20
l. Memberikan pertangungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan
barang/jasa kepada PA.
2.3.3.4 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
Panitia/Pejabat penerima hasil pekerjaan adalah panitia/pejabat yang
ditetapkan oleh PA atau KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan, yang mempunyai tugas pokok dan kewenangan :
a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
b. Menerima hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian.
c. Membuat dan menandatangani berita acara serah terima hasil pekerjaan.
2.4 Tata Cara E- Tendering
Menurut Perpres Nomor 70 Tahun 2012, e-tendering adalah tata cara
pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti
oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada SPSE dengan cara
menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Sesuai
dengan peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) Nomor 18 Tahun 2012 tentang tata cara e-tendering, ruang lingkup tata
cara e-tendering meliputi :
a. Pengadaan barang/jasa di lingkungan K/L/D/I yang pembiayaannya baik
sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD.
b. Pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia,
Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
21
Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan
pada APBN/APBD.
c. Pengadaan barang/jasa yang dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal
dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri yang berpedoman pada ketentuan Perpres
nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa Pemerintah.
2.4.1 Metode E-Tendering
Metode e-tendering terdiri dari :
a. E-lelang untuk untuk pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnya
b. E-seleksi untuk pemilihan penyedia jasa konsultansi.
2.4.2 Proses Pemilihan metode E-Tendering
Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa dengan tata cara e-tendering
ada beberapa pihak yang terlibat diantaranya; PPK, ULP, penyedia barang/jasa dan
LPSE. Secara umum proses tata cara e-tendering dapat dibagi menjadi beberapa
tahap aktivitas:
a. Tahap persiapan pemilihan
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pada tahap persiapan pemilihan, PPK menyerahkan yang berisikan
paket, spesifikasi teknis, HPS dan rancangan umum kontrak kepada
ULP.
2. Unit Layanan Pengadaan (ULP)
a. ULP menerima, menyimpan dan melaksanakan pemilihan
berdasarkan surat yang disampaikan oleh PPK.
22
b. ULP menyerahkan surat keputusan tentang kepanitiaan untuk paket
pemilihan kepada LPSE untuk mendapatkan kode akses untuk
masing – masing nama yang tertera dalam kepanitian.
c. ULP membuat dokumen pengadaan dalam softcopy.
3. Penyedia barang/jasa
a. Penyedia barang/jasa yang belum mendapat kode akses aplikasi
SPSE wajib melakukan pendaftaran pada aplikasi SPSE dan
melaksanakan verifikasi pada LPSE untuk mendapatkan kode akses
aplikasi SPSE.
b. Untuk penyedia barang/jasa yang saling bergabung dalam suatu
konsorsium atau bentuk kerjasama lain, maka semua anggota berhak
untuk mendapatkan kode akses aplikasi SPSE.
4. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
a. LPSE menerima, menyimpan dan menerbitkan kode akses terhadap
nama - nama yang tercantum dalam surat keputusan tentang
penunjukan/pengangkatan PPK, Kelompok Kerja Unit ULP,
kepanitian untuk paket pemilihan.
b. LPSE melakukan verifikasi jati diri pimpinan perusahaan terhadap
penyedia barang/jasa yang telah melaksanakan pendaftaran melalui
aplikasi SPSE namun belum tercatat sebagai pengguna SPSE.
b. Pelaksanaan Pemilihan
1. Unit Layanan Pengadaan (ULP)
a. Pembuatan paket dan pendaftaran
23
Kelompok Kerja ULP membuat paket dengan informasi sistem
pengadaan yang digunakan beserta jadwal serta dokumen
pengadaan.
b. Pemberian penjelasan
Proses penjelasan pekerjaan dilakukan secara online, sesuai jadwal
yang telah ditetapkan.
c. Pemasukan kualifikasi
Data kualifikasi disampaikan oleh penyedia barang/jasa ke dalam
form isian elektronik kualifikasi.
d. Pemasukan penawaran.
Dokumen penawaran diunggah (upload) berbentuk file yang sudah
dienkripsi menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO)
e. Pembukaan penawaran dan evaluasi.
Dokumen penawaran peserta lelang di unduh (download) dan
dideskripsi dengan menggunakan APENDO.
f. Sanggahan
Peserta pemilihan yang dapat menyanggah adalah yang
menyampaikan dokumen penawaran.
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
a. Surat penunjukan penyedia barang/jasa
b. Penandatangan kontrak
c. Aturan Lain
1. Pengumuman pemilihan dan pengumuman pemenang
24
2. Evaluasi ulang, penyampaian ulang dokumen penawaran atau pemilihan
ulang
3. Surat jaminan penawaran
4. Perubahan jadwal
5. Pengenaan sanksi
6. Persiapan dan pelaksanaan audit.
2.5 Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal
Pihak – pihak yang dapat menyatakan bahwa suatu pelelangan gagal yaitu
ULP, PA atau KPA, Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan Instansi lainnya dan
Kepala Daerah.
ULP menyatakan pelelangan gagal apabila :
a. Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari
tiga peserta.
b. Jumlah peserta yang memasukkan dokumen penawaran kurang dari tiga.
c. Sanggahan dari peserta terhadap hasil prakualifikasi ternyata benar.
d. Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran.
e. Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti atau indikasi terjadi persaingan
tidak sehat.
f. Harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak
gabungan lumpsum dan harga satuan lebih tinggi dari HPS.
g. Seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak lumpsum diatas HPS.
h. Sanggahan dari peserta atas pelaksanaan pelelangan yang tidak sesuai dengan
ketentuan Perpres dan dokumen pengadaan ternyata benar.
25
i. Sanggahan dari peserta atas kesalahan substansi dokumen pengadaan ternyata
benar.
j. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan satu dan dua, setelah
dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau
pembuktian kualifikasi.
PA atau KPA menyatakan pelelangan gagal apabila:
a. PA atau KPA sependapat dengan PPK yang tidak bersedia menandatangani
surat penunjukan penyedia barang/jasa karena proses pelelangan tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan ULP atau PPK
ternyata benar
c. Dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan
pelelangan dinyatakan benar oleh pihak berwenang.
d. Sanggahan dari penyedia barang/jasa atas kesalahan prosedur yang tercantum
dalam dokumen pengadaan penyedia barang/jasa ternyata benar.
e. Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai atau menyimpang dari dokumen
pengadaan.
f. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan satu dan dua mengundurkan
diri.
Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan Instansi lainnya menyatakan pelelangan gagal,
apabila:
a. Sanggahan banding dari peserta atas terjadinya pelanggaran prosedur dalam
pelaksanaan pelelangan yang melibatkan KPA, PPK dan ULP ternyata benar.
26
b. Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN yang melibatkan KPA ternyata
benar.
Kepala Daerah menyatakan pelelangan gagal apabila :
a. Sanggahan banding dari peserta atas terjadinya pelanggaran prosedur dalam
pelaksanaan pelelangan yang melibatkan PA, KPA dan ULP ternyata benar.
b. Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN yang melibatkan KPA, ternyata
benar.
Pelelangan gagal dapat diartikan gagal terpilihnya penyedia barang/jasa
dalam suatu proses pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah sehingga untuk
memperoleh penyedia barang/jasa harus dilakukan proses pemilihan penyedia
barang/jasa ulang.
Apabila pelelangan dinyatakan gagal maka selanjutnya ULP
memberitahukan kepada seluruh peserta dan mencari tahu penyebab terjadinya
pelelangan gagal, untuk bisa diambil tindakan selanjutnya. Tindakan selanjutnya
bisa berupa evaluasi ulang, penyampaian ulang dokumen penawaran, pelelangan
ulang atau penghentian proses lelang dan tindakan lainnya tergantung dari
penyebab gagalnya pelelangan.
2.6 Harga Perkiraan Sendiri
HPS diatur dalam Perpres nomor 70 tahun 2012, tentang tata cara
pengadaan barang/jasa pemerintah, pasal 66, yang menguraikan tentang komponen
HPS, kegunaan, waktu penyusunan dan dasar penyusunan HPS. HPS adalah harga
barang/jasa yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan. Nilai total HPS terbuka dan tidak rahasia. Yang dimaksud
dengan nilai total HPS adalah hasil perhitungan seluruh volume pekerjaan
27
dikalikan dengan harga satuan ditambah dengan seluruh beban pajak dan
keuntungan. Berdasarkan HPS yang ditetapkan oleh PPK (kecuali HPS untuk
kontes/sayembara), ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan nilai total HPS.
Rincian harga satuan dalam perhitungan HPS bersifat rahasia.
2.6.1 Komponen Harga Perkiraan Sendiri
HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead
yang dianggap wajar. Penyusunan HPS ini dikalkulasikan secara keahlian
berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan meliputi :
1. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa
diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya pengadaan
barang/jasa;
2. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat
Statistik (BPS);
3. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait
dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;
4. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor
tunggal;
5. Biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya;
6. Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank
Indonesia;
7. Hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan
instansi lain maupun pihak lain;
28
8. Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana
(engineer’s estimate);
9. Norma indeks; dan/atau
10. Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.6.2 Kegunaan dan Waktu Penetapan HPS
Kegunaan HPS adalah :
1. Alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya;
2. Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah;
3. Dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran
yang nilainya lebih rendah dari 80% (delapan puluh persen) nilai total HPS.
4. HPS bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian negara.
Waktu Penetapan HPS :
a. Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir
pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau
b. Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir
pemasukan penawaran ditambah dengan waktu lamanya proses
prakualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi.
2.7 Teknik Sampling
2.7.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2013). Bila hasil
penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data sampel untuk populasi) maka
sampel yang digunakan sebagai sumber data harus representatif, hal ini dapat
29
dilakukan dengan cara mengambil sampel dari populasi secara random sampai
jumlah tertentu (Riduwan, 2009).
Dalam melaksanakan penelitian, walaupun tersedia populasi yang terbatas
dan homogen, ada kalanya peneliti tidak melakukan pengumpulan data secara
populasi, tetapi mengambil sebagian dari populasi yang dianggap mewakili
populasi (representatif). Hal ini berdasarkan pertimbangan yang logis, seperti
kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu, tenaga dan adanya percobaan yang bersifat
merusak (destruktif). Dengan meneliti secara sampel diharapkan hasil yang telah
diperoleh akan memberikan kesimpulan dan gambaran yang sesuai dengan
karakteristik populasi. Jadi, hasil kesimpulan dari penelitian sampel dapat
digeneralisasikan terhadap populasi (Riduwan, 2009).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulanya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2013).
Pengambilan data dalam penelitian dapat dilakukan dengan sampling.
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel atau suatu cara
mengambil sampel yang representatif dari populasi. Ada dua macam teknik
pengambilan sampling dalam penelitian yang umum dilakukan (Riduwan, 2009)
yaitu :
1) Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang
sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Yang tergolong teknik probability sampling yaitu :
30
a. Simple Random Sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota
populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan)
dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi
dianggap homogen (sejenis).
b. Proportionate Stratified Random Sampling adalah pengambilan sampel dari
anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan
sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).
c. Disproportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sampel
dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap sebagian ada yang
kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila anggota
populasinya heterogen (tidak sejenis).
d. Area Sampling/Cluster Sampling (sampling daerah/wilayah) ialah teknik
sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah
geografis yang ada.
2) Non Probability Sampling
Non Probability Sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi
kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota
sampel. Antara lain :
a. Systematic Sampling ialah pengambilan sampel berdasarkan atas urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
b. Quota Sampling ialah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan
c. Accidental Sampling ialah penentuan sampel berdasarkan faktor
spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan
31
peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya (ciri-cirinya), maka orang
tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden).
d. Purposive Sampling ialah teknik sampling yang digunakan jika peneliti
mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan
sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.
e. Saturated Sampling ialah pengambilan sampel apabila semua populasi
digunakan sebagai sampel
f. Snowball Sampling ialah penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian membesar.
Menurut Riduwan (2009) sampling pertimbangan ialah bentuk sampling
non random di mana penentuan sampelnya dilakukan atau ditentukan oleh peneliti
sendiri atau berdasarkan pertimbangan atau kebijaksanaan yang dianggap ahli
dalam hal yang diteliti.
2.7.2 Menentukan Ukuran Sampel
Surakhmad (1994) dalam Riduwan (2009) berpendapat apabila ukuran
populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang –
kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau
lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang – kurangnya 15% dari ukuran
populasi.
Penentuan jumlah sampel dapat dirumuskan sebagai berikut :
S = 15% + (50%− 15%) ..................................................(2.1)
Dimana :
S = Jumlah sampel yang diambil
n = Jumlah anggota populasi
32
2.7.3 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga
alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif.
2.7.3.1 Jenis Skala Pengukuran
Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang
akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan
langkah penelitian selanjutnya.
Jenis -jenis skala pengukuran ada empat yaitu :
1. Skala Nominal
Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis atau
fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik
dengan karakteristik lainnya.
Contoh data nominal :
Jenis kulit: Hitam (1), Kuning (2), Putih (3), angka 1, 2, 3 sebagai label saja
2. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang
yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya.
Contoh : Mengukur tingkat prestasi
3. Skala Interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan
data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.
Contoh : Skor ujian perguruan tinggi, A, B, C, D dan E
33
4. Skala Ratio
Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan
mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia dan ukuran timbangan
keduanya tidak memiliki angka nol negatif.
2.7.3.2 Tipe Skala Pengukuran
Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala
sosial yang di ukur, yaitu:
1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan kepribadian. Termasuk
dalam tipe ini adalah: skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisipasi
sosial.
2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan
sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skala mengukur status sosial
ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, kemasyarakatan, kondisi
rumah tangga dan lain - lain.
Selanjutnya akan dibahas hanya tentang skala sikap. Ada lima macam skala sikap
yang sering dipergunakan dalam penelitian, yaitu (Riduwan, 2009) :
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala
Likert ini maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan
(Sugiyono, 2013).
34
Jawaban setiap pertanyaan/pernyataan mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif yang dapat berkata-kata antara lain:
a. Sangat Tinggi/Sangat Penting/Sangat Benar/Sangat Berpengaruh : 5
b. Tinggi/Penting/Benar/Berpengaruh : 4
c. Cukup Tinggi/Cukup Penting/ Cukup Benar/ Cukup Berpengaruh : 3
d. Rendah/Kurang Penting/Salah/Tidak Berpengaruh : 2
e. Sangat Rendah/Tidak Penting/Sangat Salah/Sangat Tidak Berpengaruh :1
Dengan demikian, semakin besar nilai yang di dapat individu, maka semakin
mempengaruhi nilai variabel yang bersangkutan.
2. Skala Guttman
Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat
tegas, jelas dan konsisten. Misanya, yakin - tidak yakin, ya-tidak, benar-salah,
positif-negatif dan lain sebagainya.
3. Skala Simantict defferensial
Skala Simantict defferensial atau skala perbedaan semantic berisikan
serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti panas-dingin, popular-
tidak popular dan sebagainya.
4. Rating Scale
Dalam rating scale data mentah yang di dapat berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
5. Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui
dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda - beda.
35
Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan
10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.
2.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian harus berkualitas yang sudah distandarkan sesuai
dengan kriteria teknik pengujian validitas dan reliabilitas. Sebelum instrumen/alat
ukur digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka perlu dilakukan uji
coba kuesioner untuk mencari kevalidan dan reliabilitas alat ukur tersebut.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak di ukur. Instrumen yang reliabel berarti instrument
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Sedangkan suatu kuisioner dikatakan reliabel (andal) jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu.
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan realibel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan
realibel. Jadi instrument yang valid dan realibel merupakan syarat untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan realibel.
Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir
pertanyaan yang ada dalam sebuah angket, apakah isi dari butir pertanyaan tersebut
sudah valid dan reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu,
baru diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, baru otomatis
36
dibuang. Butir-butir yang sudah valid baru kemudian secara bersama diukur
reliabilitasnya.
2.8.1 Uji Validitas
Uji validitas sering digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam
kuesioner, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur
apa yang ingin diukur. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau
dukungan terhadap item total (skor total). Perhitungan dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari hasil perhitungan
korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur
tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak
digunakan atau tidak. Pada program Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS) teknik pengujian yang sering digunakan untuk uji validitas adalah
menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected
Item-Total Correlation (Priyatno, 2010).
Pada uji validitas dengan menggunakan Corrected Item-Total Correlation
dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor total item dengan
skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over
estimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan kata
lain, analisis ini menghitung korelasi tiap item dengan skor total tetapi skor total ini
tidak termasuk skor item yang akan dihitung. Kriteria pengujian adalah sebagai
berikut:
a. Jika Rhitung ≥ Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)
37
b. Jika Rhitung < Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) (Priyatno, 2010)
Ketentuan nilai r tidak lebih dari harga ( -1 ≤ r ≤ +1 ) :
1. Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna
2. r = 0 artinya tidak ada korelasi
3. r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.
(Riduwan, 2009 ).
Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan,
biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05,
artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Untuk pembahasan ini dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria
r kritis pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Dibawah ini Tabel nilai r Product
Moment.
Tabel 2.1 Nilai – Nilai r Product Moment
N Taraf Signifikan 5% N Taraf Signifikan
5% N Taraf Signifikan 5%
3 0,997 27 0,381 56 0,263 4 0,950 28 0,374 60 0,254 5 0,878 29 0,387 65 0,244 6 0,811 30 0,361 70 0,235 7 0,754 31 0,355 75 0,227 8 0,707 32 0,349 80 0,220 9 0,688 33 0,344 85 0,213 10 0,632 34 0,339 90 0,207 11 0,602 35 0,334 95 0,202 12 0,576 36 0,329 100 0,195 13 0,553 37 0,325 125 0,176 14 0,532 38 0,320 150 0,159 15 0,514 39 0,316 175 0,148 16 0,497 40 0,312 200 0,138 17 0,482 41 0,308 300 0,113 18 0,468 42 0,304 400 0,098 19 0,458 43 0,301 500 0,088
38
Lanjutan Tabel 2.1 Nilai – Nilai r Product Moment
N Taraf Signifikan 5% N Taraf Signifikan
5% N Taraf Signifikan 5%
20 0,444 44 0,297 600 0,080 21 0,433 45 0,294 700 0,074 22 0,423 46 0,291 800 0,070 23 0,413 47 0,288 900 0,065 24 0,404 48 0,284 1000 0,062 25 0,396 49 0,281 26 0,388 50 0,279
Sumber: Sugiyono, 2013
Signifikansi artinya meyakinkan atau berarti dalam penelitian mengandung
arti bahwa hipotesis yang telah terbukti pada sampel dapat diberlakukan pada
populasi. Jika tidak signifikan berarti kesimpulan pada sampel tidak berlaku pada
populasi (tidak ada generalisasi) atau hanya berlaku pada sampel saja. Tingkat
signifikansi 5% atau 0,05 artinya kita mengambil risiko salah dalam mengambil
keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% dan benar
dalam mengambil keputusan sedikit-dikitnya 95% (tingkat kepercayaan). Atau
dengan kata lain kita percaya bahwa 95% dari keputusan untuk menolak hipotesa
yang salah dan benar. Ukuran 0,05 atau 0,01 adalah ukuran yang umum sering
digunakan dalam penelitian. Taraf kesalahan yang lebih kecil atau lebih teliti
biasanya digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu, misalnya untuk meneliti
makanan, minuman atau obat (Priyatno, 2010).
2.8.2 Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah keandalan/konsistensi alat ukur (keajegan alat ukur)
tersebut dalam mengukur apa yang hendak diukur, artinya kapanpun alat ukur itu
digunakan akan memberikan hasil yang sama. Sehingga reliabilitas merupakan
ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang
39
berkaitan dengan bentuk-bentuk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu
variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner.
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara:
1. Repeated Measure atau ukur ulang. Disini seseorang akan disodori
pertanyaan yang sama pada waktu berbeda, dan kemudian dilihat apakah dia
tetap konsisten dengan jawabannya. Jadi kuesioner diberikan beberapa kali
kepada responden.
2. One short atau sekali saja. Di sini pengukuran hanya sekali dan kemudian
hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain.
Ada beberapa metode pengujian reliabilits diantaranya metode tes ulang,
formula belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Flanagan,
Cronbach’s Alpha, metode formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt.
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan cara one-short dengan
menggunakan skala Likert. Sedangkan metode penilaian yang digunakan adalah
Cronbach’s Alpha.
Rumus reliabilitas dengan metode Cronbach’s Alpha (Arikunto, 2002)
adalah :
푟 = 1 − .................................................................(2.2)
dimana:
푟 = Reliabilitas instrumen
∑ 푠 = jumlah varians skor tiap item
푠 = jumlah varians
k = Jumlah item
40
Metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0
sampai 1. Jika skala itu dikelompokan kedalam lima kelas dengan ring yang sama,
maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel
2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel
3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel
4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel
5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel
(Triton, 2005).
Metode alpha Cronbach untuk menentukan apakah setiap instrumen
reliabel atau tidak, dengan memanfaatkan bantuan dari software SPSS yang mampu
melakukan perhitungan lebih cepat dan akurat. Instrumen dikatakan reliabel
apabila nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6.
2.9 Analisis Statistik
2.9.1 Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2013), statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Statistik deskriptif
dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak
ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.
Statistik deskriftif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan
penyajian data sehingga menaksir kualitas data berupa jenis variabel, ringkasan
41
statistik (mean, median, modus, standar deviasi, frequencies, etc). Modus
digunakan untuk memperoleh jumlah data pada nilai-nilai sebuah variabel tunggal.
2.9.2 Analisis Faktor (FaktorAnalysis)
Faktor analisis termasuk variasi seperti analisis komponen dan faktor
analisis umum adalah pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk
menganalisis hubungan diantara beberapa variable dan menjelaskan variabel-
variabel ini dalam keadaan umumnya berdasarkan dimensi (faktor). Tujuannya
adalah untuk mencari cara menyingkat informasi yang terdapat dalam beberapa
variabel asal menjadi serangkaian variabel yang lebih kecil (faktor) dengan
meminimalkan kehilangan informasi (Hair dkk, 1995) dalam (Yamin dan
Kurniawan, 2009).
Faktor analisis adalah salah satu keluarga analisis multivariat yang
bertujuan untuk meringkas atau mereduksi variabel amatan secara keseluruhan
menjadi beberapa variabel atau dimensi baru, akan tetapi variabel atau dimensi
baru yang terbentuk tetap mampu mempresentasikan variabel utama. Dalam
analisis faktor dikenal ada dua pendekatan utama, yaitu exploratory factor analysis
dan confirmatory factor analysis. Kita menggunakan exploratory factor analysis
bila banyaknya faktor yang akan terbentuk tidak ditentukan terlebih dahulu.
Sebaliknya confirmatory factor analysis digunakan apabila faktor yang terbentuk
telah ditetapkan terlebih dahulu (Yamin dan Kurniawan, 2009).
Secara prinsip, analisis faktor mencoba menemukan hubungan (inter-
relationship) antar sejumlah variable-variabel yang awalnya saling independen satu
dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang
lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2012).
42
Oleh karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi -
asumsi terkait dengan korelasi yang akan digunakan (Santoso, 2012) antara lain:
1. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat,
misalnya diatas 0,5.
2. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap
variabel yang lain, justru harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi
parsial diberikan lewat pilihan Anti-Image Correlation.
3. Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel) yang diukur
dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adequancy
(MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan diantara
paling sedikit beberapa variabel.
Selain asumsi diatas dapat juga dilihat nilai determinant of corelation
matrix, dimana nilai determinan yang mendekati nol menunjukkan bahwa korelasi
antara variabel mempunyai nilai koefisien korelasi antar variabel yang cukup
tinggi.
Berikut tahapan analisis faktor adalah sebagai berikut (Santoso, 2012) :
1. Menilai variabel yang layak
Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai mana saja variabel yang
dianggap layak (appropriateness) untuk dimasukkan dalam analisis
selanjutnya. Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel
yang ada, kemudian pada variabel – variabel tersebut dikenakan sejumlah
pengujian. Logika pengujian adalah jika sebuah variabel memang
mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor,
maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan
43
variabel lain. Sebaliknya, variabel dengan korelasi yang lemah dengan
variabel lain cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu.
Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan antara lain dengan
memperhatikan, angka Kaiser Meyer Oikin (KMO) and Bartlett’s test dan
nilai Measure of Sampling Adequancy (MSA)
a. Kaiser Meyer Oikin (KMO)
Uji KMO bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah
terambil telah cukup untuk difaktorkan. Nilai KMO harus lebih besar
dari 0,5 dengan signifikansi < 0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi
diantara pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya,
sehingga analisis faktor layak digunakan. Sebaliknya nilai KMO yang
lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara
pasangan - pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya
sehingga analisis faktor tidak layak digunakan.
b. Measure of Sampling adequacy (MSA)
Tujuan pengukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses
pengambilan sampel telah memadai atau tidak. Angka MSA berkisar
antara 0 sampai 1 dengan kriteria yang digunakan sebagai interpretasi
adalah:
1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa
kesalahan oleh variabel yang lain.
2. Jika MSA > 0,5, maka variabel tersebut dapat diprediksi dan bisa
dianalisis lebih lanjut.
44
3. Jika MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa
dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya
(Santoso, 2012).
Apabila dalam pengujian ada variabel dengan nilai MSA dibawah 0,5
maka variabel tersebut dikeluarkan dan dilakukan pengujian ulang.
Seandainya ada lebih dari satu variabel yang mempunyai MSA dibawah
0,5 maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil.
Kemudian proses pengujian tetap diulang lagi.
2. Susun ekstraksi variabel
Setelah sejumlah variabel terpilih maka dilakukan ekstraksi terhadap variabel
- variabel tersebut sehingga terbentuk beberapa kelompok faktor. Metode
yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA). Penentuan
terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan dengan melihat nilai eigen
(Eigen value) yang menyatakan kepentingan relatif masing - masing faktor
dalam menghitung varian dari variabel - variabel yang dianalisis. Eigen value
dibawah 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang
terbentuk.
3. Rotasi kelompok faktor
Setelah faktor – faktor terbentuk, dengan sebuah faktor berisi sejumlah
variabel, mungkin saja sebuah variabel sulit untuk ditentukan akan masuk ke
dalam faktor yang mana. Atau, jika yang terbentuk dari proses faktoring
hanya satu faktor, bisa saja sebuah variabel diragukan apakah layak
dimasukkan dalam faktor yang terbentuk atau tidak. Untuk mengatasi hal
tersebut, bisa dilakukan proses rotasi pada faktor yang terbentuk, sehingga
45
memperjelas posisi sebuah variabel, apakah dimasukkan pada faktor yang
satu atau kefaktor lainnya. Beberapa metode rotasi yang popular dilakukan:
a. Orthogonal Rotation, yakni memutar sumbu 90°. Proses rotasi dengan
metode orthogonal masih bisa dibedakan menjadi: Quartimax, Varimax
dan Equimax.
b. Oblique Rotation, yakni memutar sumbu ke kanan, namun tidak harus
90°. Poroses rotasi dengan metode oblique masih bisa dibedakan menjadi
oblimin, promax, orthoblique dan lainnya.
Metode varimax adalah metode yang paling sering digunakan dalam praktik.
Angka loading faktor menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel
dengan faktor-faktor yang terbentuk. Proses penentuan variabel mana akan
masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melakukan perbandingan besar
korelasi antara variabel dengan faktor yang terbentuk. Variabel dengan faktor
loading dibawah 0,5 dikeluarkan dari model.
4. Menamakan kelompok faktor
Pada tahap ini, faktor – faktor yang terbentuk diberikan nama berdasarkan
faktor loading suatu variabel terhadap faktor terbentuknya. Analisa faktor
tidak menentukan nama tiap faktor dan konsep untuk faktor-faktor yang
dihasilkan sehingga penamaan faktor dalam analisis faktor bersifat subyektif.
Nama dan konsep atau makna tiap faktor bisa ditentukan berdasarkan teori
Surrogate atau bisa diberi nama sesuai dengan variabel tersebar yang
berkelompok pada faktor tersebut.
46
2.9.3 Analisis Korelasi Product Moment
Korelasi produk moment merupakan suatu teknik korelasi yang digunakan
untuk mencari hubungan dan pembuktian hipotesis hubungan dua variabel
(Sugiyono 2013). Untuk mendapatkan nilai hubungan kedua variabel tersebut atau
nilai koefisien korelasi sampel dapat digunakan rumus
)YX(
XYrxy
22 ............................................................... (2.3)
Dimana :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
X = deviasi rata-rata variabel X = (Xi- X)
Y = deviasi rata-rata variabel Y = (Yi-Y)
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi tersebut,
dibandingkan dengan tabel interpretasi nilai r
Bila sekaligus untuk menghitung persamaan regresi digunakan rumus
]y)(y][n)x(x[n
y)x)((xynrxy
2222 ......................... (2.4)
Dimana
rxy = koefisien korelasi
x = variabel bebas
y = variabel terikat
n = jumlah sampel
Korelasi Product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak
lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1) apabila nilai r = -1 berarti korelasinya negatif
47
sempurna, apabila nilai r = 0 berarti tidak ada korelasi dan bila r = 1 berarti
korelasinya sangat kuat.
Berikut rumus uji signifikansi korelasi product momen
2r1
2nrt
............................................................. (2.5)
Dimana :
t = nilai t hitung
r = nilai koefisien korelasi hasil r hitung
n = jumlah sampel
Distribusi hasil perhitungan (t) atau harga t hitung untuk kesalahan
(α) = 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan (dk) = n-2 memiliki kaedah
keputusan yaitu jika t hitung > t tabel berarti valid dan apabila sebaliknya t hitung <
t tabel berarti tidak valid.
2.10 Penelitian – Penelitian Sebelumnya.
Yuniawati dan Yessy (2005) meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi
kontraktor untuk mengikuti tender yang berlokasi di Kota Surabaya. Sampel yang
dipilih fokus pada kontraktor dengan kualifikasi menengah dan besar. Dengan
menggunakan analisis deskriptif dan analisis varian, disimpulkan faktor-faktor
yang paling mempengaruhi keputusan kontraktor untuk mengikuti tender adalah
kemampuan finansial owner, identitas owner,nilai kontrak, ketersediaan proyek,
hubungan dengan owner, fluktuasi harga material dan kelengkapan dokumen.
Suciptapura (2012), meneliti partisipasi kontraktor di kota Denpasar dalam
lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik. Sampel yang
dipilih mencakup semua kualifikasi kontraktor dari kualifikasi kecil, menengah dan
48
besar. Variabel yang dipakai dibagi menjadi dua kelompok yaitu kondisi lelang
secara umum dan kondisi lelang elektronik, dengan menggunakan analisis
deskriptif dan analisis faktor menghasilkan faktor dominan yang mempengaruhi
partisipasi kontraktor di kota Denpasar adalah tingkat kesulitan konstruksi proyek,
tingkat keselamatan dan keamanan selama proses pekerjaan, tingkat kepercayaan
diri perusahaan dalam melaksanakan proyek, ketersediaan pekerja proyek, beban
proyek yang sedang dilaksanakan selama lelang berlangsung dan ketersediaan sub
kontraktor yang kompeten di bidangnya.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada kontraktor di Kabupaten Buleleng. Kontraktor
yang menjadi objek penelitian merupakan kontraktor dari Asosiasi GAPENSI,
yang merupakan asosiasi kontraktor dengan jumlah anggota terbesar di Kabupaten
Buleleng. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner yang
ditujukan kepada pimpinan/staf yang memiliki pengalaman dalam pengadaan
barang dan jasa pemerintah sebagai instrumen penelitian, dan wawancara yang
bertujuan mendapatkan opini dari expert atau pihak pihak yang berpengalaman
dalam lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik.
3.2 Data
Pada penelitian ini diperlukan data yang akan dipakai untuk mendapatkan
tujuan akhir dari penelitian yaitu data untuk menentukan faktor – faktor yang
mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran peserta lelang elektronik jasa
konstruksi di Kabupaten Buleleng.
3.2.1 Jenis Data
3.2.1.1 Data Primer
Data primer didapat dari responden melalui penyebaran kuesioner dan
wawancara langsung. Responden adalah perusahaan kontraktor yang diwakili oleh
direktur perusahaan atau staff yang menangani proses lelang di masing – masing
perusahaan yang diwakili.
50
3.2.1.2 Data Sekunder
Data sekunder didapat dari literatur – literatur, LPSE Kabupaten Buleleng,
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buleleng, asosiasi GAPENSI serta penelitian
penelitian yang berkaitan sebelumnya. Data sekunder tersebut berupa data paket
kegiatan pekerjaan jasa konstruksi dengan sistem elektronik di Kabupaten
Buleleng, data kontraktor yang mendaftar pada kegiatan pekerjaan jasa konstruksi
dengan sistem elektronik di Kabupaten Buleleng, data paket kegiatan pekerjaan
konstruksi dengan sistem konvensional di Kabupaten Buleleng, data anggota
asosiasi GAPENSI Kabupaten Buleleng, serta faktor - faktor yang mempengaruhi
partisipasi peserta lelang mengikuti lelang. Data sekunder yang diperoleh dan
dipakai seperti dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Data Sekunder
No Sumber Data Data Yang Dipakai
1 LPSE
Paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem elektronik Peserta lelang paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem elektronik.
2 Dinas PU Paket kegiatan pekerjaan konstruksi dengan sistem konvensional
3 GAPENSI Anggota asosiasi GAPENSI
4 Penelitan sebelumnya
Faktor - faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang mengikuti lelang
Sumber : Instansi Terkait
3.2.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi Penelitian
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah usaha jasa konstruksi yang
tergabung dalam asosiasi GAPENSI Kabupaten Buleleng. Dari data yang
51
diperoleh, anggota GAPENSI Kabupaten Buleleng berjumlah 188 kontraktor.
Dilihat dari kepemilikan/manajemen, total 188 kontraktor tersebut dimiliki oleh
107 orang seperti pada Lampiran 2. (Gapensi, 2013).
b. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
probability sampling dilakukan dengan purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013).
Surakhmad (1994) dalam (Riduwan, 2010) berpendapat apabila ukuran
populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-
kurangnya 50% dari ukuran populasi. Penentuan jumlah sampelnya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
S = 15% + (50%− 15%) ................................................... (3-1)
Dimana :
S = Jumlah sampel yang diambil
n = Jumlah anggota populasi
Sehingga :
S = 15% + (50%− 15%)
= 15% +893900
(35%)
= 49,73%
Jadi jumlah sampel yang diambil berdasarkan jumlah pemilik perusahaan
kontraktor dengan mempertimbangkan ada satu orang/manajemen memiliki lebih
dari satu perusahaan yaitu sebesar 107 pemilik/manajemen perusahaan x 49,73 % =
53,2 ~ 53 responden.
52
Sampel yang dipakai sebanyak 53 responden yang mewakili 53 kontraktor
dengan mempertimbangkan:
1. Respondennya orang yang mengerti dan menangani proses lelang di masing
- masing perusahaan yang diwakili.
2. Kontraktor yang pernah mendaftar ataupun menjadi peserta pada paket
kegiatan konstruksi yang dalam proses lelangnya menggunakan lelang
elektronik.
3. Dari 53 kontraktor yang diambil sebagai sampel sudah mewakili kualifikasi
usaha kecil dan non kecil dengan rincian sebanyak 47 perusahaan kecil dan
enam perusahaan non kecil.
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang bervariasi, atau dapat juga berupa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel yang dapat diidentifikasi
dalam penelitian ini adalah : partisipasi peserta lelang, nilai penawaran peserta
lelang dan variabel - variabel yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran
kontraktor dalam lelang elektronik
Dalam penelitian ini ada beberapa situasi kejadian yang akan digunakan
sebagai variabel untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
dan nilai penawaran peserta lelang elektronik yang telah dirangkum dari varibel -
variabel yang telah diteliti pada penelitian terdahulu untuk mendapatkan faktor-
faktor yang mendasari kontraktor untuk mengikuti lelang antara lain penelitian
Yuniawaty dan Yessy (2005) mendapatkan faktor - faktor yang mendasari
kontraktor untuk mengikuti lelang seperti pada Lampiran 3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kontraktor untuk mengikuti lelang sesuai dengan penelitian
53
Yuniawaty dan Yessy (2005), kemudian dijadikan dasar untuk penelitian
Suciptapura (2012) untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi peserta
lelang elektronik seperti pada Lampiran 4.
Berdasarkan pengamatan, wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak
(expert) yang terlibat dalam proses pengadaan barang dan jasa yang berhubungan
dengan lelang elektronik, variabel-variabel yang diambil dari penelitian Yuniawaty
dan Yessy (2005) dan penelitian Suciptapura (2012) tidak seluruhnya dipakai
dalam penelitian ini yang disesuaikan dengan keadaan saat ini, kemudian
ditambahkan dengan beberapa variabel-variabel dari hasil diskusi yang
mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik, seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Variabel yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik
No Variabel Referensi A Karakteristik Proyek 1 Besar nilai proyek / HPS
Yuniawaty dan Yessy (2005)
2 Lokasi proyek 3 Akses jalan lokasi proyek 4 Keamanan lingkungan proyek 5 Jangka waktu pelaksanaan 6 Mulai proyek mendekati akhir tahun
Hasil Diskusi 7 Pelaksanaan saat musim hujan
8 Tingkat kesulitan konstruksi B Dokumen Lelang 1 Syarat personil dan SKA/SKT
Hasil Diskusi
2 Syarat jumlah, kapasitas dan jenis alat 3 Syarat brosur dan surat dukungan distributor 4 Syarat dukungan keuangan bank
5 Syarat lelang mengarah pada produk atau perusahaan tertentu.
6 Jaminan penawaran 7 Syarat sertifikat ISO C Karakteristik Perusahaan 1 Ketersediaan modal awal Yuniawaty dan Yessy
(2005) 2 Ketersediaan staff ber SKA dan SKT
54
Lanjutan Tabel 3.2 Variabel yang mempengaruhi partisipasi peserta lelang elektronik.
No Variabel Referensi
3 Ketersediaan pekerja yang memadai
Yuniawaty dan Yessy (2005)
4 Ketersediaan peralatan yang memadai 5 Dukungan sub kontraktor yang memadai 6 Kemampuan dalam estimasi penawaran 7 Kebutuhan akan pekerjaan 8 Beban proyek yang sedang dikerjakan 9 Pengalaman proyek sejenis Hasil Diskusi D Kondisi Lelang/Penawaran 1 Perkiraan Jumlah Kompetitor Yuniawaty dan Yessy
(2005) 2 Tingkat Kompetisi Lelang Sebelumnya 3 Pengumuman Lelang Sejenis Saat Bersamaan
Hasil Diskusi
4 Rekayasa Calon Pemenang Sudah Ditentukan 5 Aturan dan Pengawasan yang Ketat 6 Sorotan / Liputan Media Massa 7 Penyelenggara Lelang 8 Batas Upload Penawaran Sempit E Kondisi Ekonomi 1 Ketersediaan proyek
Yuniawaty dan Yessy (2005)
2 Resiko berinvestasi 3 Tingkat pengembalian investasi 4 Kebijakan ekonomi pemerintah 5 Fluktuasi harga material 6 Fluktuasi kurs mata uang asing (Dolar)
Hasil Diskusi 7 Tingkat inflasi F Kondisi Lelang Elektronik 1 Proses pendaftaran lelang lebih mudah
Suciptapura (2012)
2 Biaya lebih hemat tanpa biaya cetak dokumen dan biaya transportasi.
3 Keamanan data lelang terjamin 4 Tanpa tatap muka minimalkan peluang KKN 5 Peluang memperoleh proyek lebih besar
6 Tanpa batasan lokasi proyek berdasarkan daerah / lokasi usaha
7 Kemampuan staff dalam teknologi informasi, komputer dan internet
8 Pemahaman Aturan Lelang Elektronik Hasil Diskusi 9 Pelatihan dan Sosialisasi Lelang Elektronik
10 Proses Lelang Lebih Transparan
11 Upload Penawaran Tergantung Kualitas Koneksi Internet
Suciptapura (2012)
55
Sedangkan variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik,
yang dipakai dalam penelitian ini seperti pada Tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3. Variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik
No Variabel Referensi
A Karakteristik Proyek 1 Besar nilai proyek / HPS
Yuniawaty dan Yessy (2005)
2 Lokasi proyek 3 Akses jalan lokasi proyek 4 Keamanan lingkungan proyek 5 Jangka waktu pelaksanaan 6 Mulai proyek mendekati akhir tahun
Hasil Diskusi 7 Pelaksanaan saat musim hujan
8 Tingkat kesulitan konstruksi B Dokumen Lelang 1 Syarat personil dan SKA/SKT
Hasil Diskusi
2 Syarat jumlah, kapasitas dan jenis alat 3 Syarat brosur dan surat dukungan distributor 4 Syarat dukungan keuangan bank
5 Syarat lelang mengarah pada produk atau perusahaan tertentu.
6 Jaminan penawaran 7 Sistem pembayaran C Karakteristik Perusahaan 1 Ketersediaan modal awal
Yuniawaty dan Yessy (2005)
2 Ketersediaan staff ber SKA dan SKT 3 Ketersediaan pekerja yang memadai 4 Ketersediaan peralatan yang memadai 5 Dukungan sub kontraktor yang memadai 6 Kemampuan dalam estimasi penawaran 7 Kebutuhan akan pekerjaan 8 Keuntungan proyek sebelumnya 9 Beban proyek yang sedang dikerjakan
10 Pengalaman proyek sejenis Hasil Diskusi
11 Biaya overhead D Kondisi Lelang/Penawaran 1 Perkiraan jumlah kompetitor Yuniawaty dan Yessy
(2005) 2 Tingkat kompetisi lelang sebelumnya
56
Lanjutan Tabel 3.3 Variabel yang mempengaruhi nilai penawaran peserta lelang elektronik.
No Variabel Referensi
3 Pengumuman lelang sejenis saat bersamaan
Hasil Diskusi 4 Rekayasa calon pemenang sudah ditentukan 5 Aturan dan pengawasan yang ketat 6 Budaya setoran kepada pejabat E Kondisi Ekonomi 1 Ketersediaan proyek
Yuniawaty dan Yessy (2005)
2 Resiko berinvestasi 3 Tingkat pengembalian investasi 4 Kebijakan ekonomi pemerintah 5 Fluktuasi harga material 6 Fluktuasi kurs mata uang asing (Dolar)
Hasil Diskusi 7 Tingkat inflasi F Kondisi Lelang Elektronik 1 Proses pendaftaran lelang lebih mudah
Suciptapura (2012)
2 Biaya lebih hemat tanpa biaya cetak dokumen dan biaya transportasi.
3 Keamanan data lelang terjamin 4 Tanpa tatap muka minimalkan peluang KKN 5 Peluang memperoleh proyek lebih besar
6 Tanpa batasan lokasi proyek berdasarkan daerah / lokasi usaha
7 Kemampuan staff dalam teknologi informasi, komputer dan internet
8 Pemahaman aturan lelang elektronik Hasil Diskusi 9 Pelatihan dan sosialisasi lelang elektronik
10 Proses lelang lebih transparan
11 Peserta lelang tidak bisa saling intervensi Suciptapura (2012)
3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : partisipasi
peserta lelang, nilai penawaran peserta lelang, dan variabel yang mempengaruhi
kontraktor untuk berpartisipasi dan nilai penawaran dalam lelang elektronik.
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah :
57
1. Partisipasi peserta lelang elektronik merupakan banyaknya kontraktor yang
berperan serta dalam proses lelang elektronik dari mulai pendaftaran,
pemasukkan penawaran sampai penetapan pemenang.
2. Nilai penawaran peserta lelang merupakan total nilai penawaran peserta
lelang elektronik dalam paket pekerjaan jasa konstruksi.
3. Variabel yang mempengaruhi kontraktor untuk berpartisipasi dan nilai
penawaran dalam lelang elektronik merupakan pertimbangan yang
mendasari kontraktor untuk ikut didalam lelang elektronik serta besaran
nilai penawaran kontraktor dalam lelang elektronik.
3.5 Instrumen Penelitian
Penelitian menggunakan instrumen berupa kuesioner kepada pihak yang
ahli di bidang proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pihak yang ahli ini
adalah orang - orang yang berpengalaman menangani proses pengadaan barang dan
jasa/proses lelang dari pihak kontraktor. Kuesioner penelitian terdiri dari
penjelasan singkat mengenai latar belakang dan tujuan penelitian, data responden
dan identitas perusahaan serta dua model pertanyaan seperti pada Lampiran 1.
Adapun data yang diperoleh adalah:
1. Data profil responden
2. Pendapat responden mengenai pengaruh perubahan sistem lelang dari
sistem konvensional menjadi sistem elektronik terhadap partisipasi dan nilai
penawaran perusahaan.
3. Partisipasi, perolehan proyek dan nilai penawaran kontraktor dalam lelang
pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik
58
4. Variabel yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran kontraktor
dalam mengikuti lelang elektronik jasa konstruksi.
Pengukuran menggunakan skala likert dengan lima alternatif jawaban untuk
menentukan tingkat pengaruh dari variabel terhadap partisipasi dan nilai penawaran
peserta lelang, yaitu :
1. Responden yang menjawab sangat tidak berpengaruh dengan nilai 1
2. Responden yang menjawab tidak berpengaruh dengan nilai 2
3. Responden yang menjawab cukup berpengaruh dengan nilai 3
4. Responden yang menjawab berpengaruh dengan nilai 4
5. Responden yang menjawab sangat berpengaruh dengan nilai 5
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner untuk pengumpulan data, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian yang dilakukan
dengan menyebarkan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk
mengetahui tingkat pengaruh faktor-faktor terhadap partisipasi dan nilai penawaran
peserta lelang elektronik jasa konstruksi. Untuk menguji validitas, terlebih dahulu
dicari harga korelasi antara bagian – bagian dari alat ukur secara keseluruhan
dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang
merupakan jumlah tiap skor butir, dengan analisis Corrected Item-Total
Correlation. Jawaban responden (dalam bentuk skala likert dari 1 sampai 5)
dengan mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor totalnya.
Uji reliabilitas menggunakan cara one-short dengan menggunakan skala
Likert. Sedangkan metode penilaian yang digunakan adalah Alpha Cronbach. Pada
59
penelitian ini perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan
memanfaatkan bantuan dari software SPSS.
b. Input Data
Setelah didapat instrumen pengumpulan data yang valid dan reliabel, maka
selanjutnya dilakukan pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner dan input
data. Input data dilakukan dengan memasukkan data yang didapat dari responden
ke dalam program SPSS
c. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan dan memberikan gambaran
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan partisipasi dan nilai penawaran
peserta lelang. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari 53 kontraktor
anggota GAPENSI yang ditampilkan dengan statistik deskriptif dengan mencari
modus untuk memperoleh jumlah jawaban responden pada tiap-tiap variabel
pertanyaan yang berpengaruh terhadap partisipasi dan nilai penawaran peserta
lelang.
d. Analisis Faktor
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai
penawaran peserta lelang elektronik jasa konstruksi digunakan analisis faktor.
Analisis faktor merupakan suatu metode analisis yang bertujuan mereduksi data
dan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang
kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk
satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari variabel awal.
Analisis faktor sebagai alat analisis data menggunakan alat bantu program SPSS.
60
LATAR BELAKANG
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
IDENTIFIKASI POPULASI DAN SAMPEL
DESAIN KUESIONER
PEMBAHASAN Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi
dan Nilai Penawaran Peserta Lelang Elektronik
SIMPULAN & SARAN
KAJIAN LITERATUR Literatur, Jurnal, Paper, Penelitian Sebelumnya
PENYEBARAN KUESIONER DAN PENGUMPULAN SELURUH DATA
ANALISIS DATA Analisis Deskriptif dan Analisis Faktor
PENGUMPULAN DAN TABULASI DATA PENDAHULUAN
3.7 Diagram Alur Penelitian
Gambar 3.1.
Diagram Alur Penelitian
MULAI
DATA VALID DAN
RELIABEL
Tidak
Ya
SELESAI
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Penelitian dilakukan pada kontraktor di Kabupaten Buleleng. Kontraktor
yang menjadi objek penelitian merupakan kontraktor dari asosiasi GAPENSI.
Sesuai dengan data tahun 2013, jumlah kontraktor yang tergabung dalam asosiasi
GAPENSI berjumlah 188 kontraktor yang terdiri dari 182 perusahaan kualifikasi
kecil dan enam perusahaan dengan kualifikasi non kecil (menengah). Dilihat dari
kepemilikan/manajemen perusahaan tersebut dimiliki oleh 107 orang.
4.1.1 Sampel Perusahaan Kontraktor
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner ke
perusahaan kontraktor, dengan mengambil sampel beberapa perusahaan kontraktor
anggota GAPENSI Kabupaten Buleleng yang pernah mendaftar dan mengikuti
kegiatan lelang elektronik proyek konstruksi di Kabupaten Buleleng sebanyak 53
kontraktor.
4.1.2 Data Informasi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah orang - orang yang menangani
proses lelang ditiap-tiap perusahaan yang dijadikan sampel dengan menggunakan
teknik non-probability sampling dengan purposive sampling yang dikenal juga
dengan sampling pertimbangan, yaitu teknik pengambilan sampel untuk tujuan
tertentu. Sesuatu atau seseorang ditetapkan sebagai sampel karena dengan
pertimbangan memiliki informasi (information rich) dan keahlian yang diperlukan
dalam bidang tersebut.
62
4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian.
4.2.1 Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan korelasi antara
variabel/item dengan skor total variabel dilakukan dengan mengambil 27 sampel
responden dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian adalah, jika Rhitung ≥
Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor
total atau dinyatakan valid, jika Rhitung < Rtabel maka instrumen atau item
pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total atau dinyatakan tidak
valid. Dengan bantuan program SPSS 17.0, uji validitas instrumen penelitian untuk
tingkat pengaruh partisipasi dapat dilihat pada lampiran 7.1, hasilnya disajikan
pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh partisipasi
No Variabel Rtabel Partisipasi
Rhitung Keterangan A Karakteristik Proyek 1 Besar Nilai Proyek / HPS 0,381 0,487 Valid 2 Lokasi Proyek 0,381 0,531 Valid 3 Akses Jalan Lokasi Proyek 0,381 0,655 Valid 4 Keamanan Lingkungan Proyek 0,381 0,553 Valid 5 Jangka Waktu Pelaksanaan 0,381 0,503 Valid 6 Mulai Proyek Mendekati Akhir Tahun 0,381 0,664 Valid 7 Pelaksanaan Saat Musim Hujan 0,381 0,764 Valid 8 Tingkat Kesulitan Konstruksi 0,381 0,651 Valid B Dokumen Lelang 1 Syarat Personil dan SKA/SKT 0,381 0,591 Valid 2 Syarat Jumlah, Kapasitas dan Jenis Alat 0,381 0,517 Valid
3 Syarat Brosur dan Surat Dukungan Distributor 0,381 0,488 Valid
4 Syarat Dukungan Keuangan Bank 0,381 0,603 Valid
5 Syarat Lelang Mengarah Pada Produk atau Perusahaan Tertentu. 0,381 0,597 Valid
6 Jaminan Penawaran 0,381 0,412 Valid 7 Syarat Sertifikat ISO 0,381 0,446 Valid
63
Lanjutan Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh partisipasi
No Variabel Rtabel Partisipasi
Rhitung Keterangan C Karakteristik Perusahaan 1 Ketersediaan Modal Awal 0,381 0,529 Valid 2 Ketersediaan Staff ber SKA dan SKT 0,381 0,719 Valid 3 Ketersediaan Pekerja Yang Memadai 0,381 0,634 Valid 4 Ketersediaan Peralatan Yang Memadai 0,381 0,587 Valid 5 Dukungan Sub Kontraktor yang Memadai 0,381 0,439 Valid 6 Kemampuan Dalam Estimasi Penawaran 0,381 0,632 Valid 7 Kebutuhan Akan Pekerjaan 0,381 0,573 Valid 8 Beban Proyek Yang Sedang Dikerjakan 0,381 0,485 Valid 9 Pengalaman Proyek Sejenis 0,381 0,400 Valid D Kondisi Lelang/Penawaran 1 Perkiraan Jumlah Kompetitor 0,381 0,596 Valid 2 Tingkat Kompetisi Lelang Sebelumnya 0,381 0,593 Valid
3 Pengumuman Lelang Sejenis Saat Bersamaan 0,381 0,651 Valid
4 Rekayasa Calon Pemenang Sudah Ditentukan 0,381 0,624 Valid
5 Aturan dan Pengawasan yang Ketat 0,381 0,436 Valid 6 Sorotan / Liputan Media Massa 0,381 0,504 Valid 7 Penyelenggara Lelang 0,381 0,501 Valid 8 Batas Upload Penawaran Sempit 0,381 0,630 Valid E Kondisi Ekonomi 1 Ketersediaan proyek 0,381 0,608 Valid 2 Resiko Berinvestasi 0,381 0,675 Valid 3 Tingkat Pengembalian Investasi 0,381 0,797 Valid 4 Kebijakan Ekonomi Pemerintah 0,381 0,640 Valid 5 Fluktuasi Harga Material 0,381 0,458 Valid 6 Fluktuasi Kurs Mata Uang Asing (Dolar) 0,381 0,569 Valid 7 Tingkat inflasi 0,381 0,497 Valid F Kondisi Lelang Elektronik 1 Proses Pendaftaran Lelang Lebih Mudah 0,381 0,497 Valid
2 Biaya Lebih Hemat Tanpa Biaya Cetak Dokumen dan Biaya Transportasi. 0,381 0,416 Valid
3 Keamanan Data Lelang Terjamin 0,381 0,408 Valid
4 Tanpa Tatap Muka Minimalkan Peluang KKN 0,381 0,639 Valid
5 Peluang Memperoleh Proyek Lebih Besar 0,381 0,714 Valid
6 Tanpa Batasan Lokasi Proyek Berdasarkan Daerah / Lokasi Usaha 0,381 0,669 Valid
64
Lanjutan Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh partisipasi
No Variabel Rtabel Partisipasi
Rhitung Keterangan
7 Kemampuan Staff Dalam Teknologi Informasi, Komputer dan Internet 0,381 0,679 Valid
8 Pemahaman Aturan Lelang Elektronik 0,381 0,445 Valid 9 Pelatihan dan Sosialisasi Lelang Elektronik 0,381 0,483 Valid
10 Proses Lelang Lebih Transparan 0,381 0,430 Valid
11 Upload Penawaran Tergantung Kualitas Koneksi Internet 0,381 0,540 Valid
Pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 50 variabel yang diteliti, untuk
tingkat pengaruh partisipasi menghasilkan korelasi yang terkecil sebesar 0,400 dan
korelasi terbesar adalah 0,797. Rtabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan jumlah
data (n) sebanyak 27, maka didapat Rtabel sebesar 0,381 sesuai Tabel 2.1. Ini berarti
seluruh variabel mempunyai nilai Rhitung lebih besar dari Rtabel. Dari hasil uji
validitas dapat diketahui bahwa pengumpulan data yang dilakukan dengan
kuesioner dalam penelitian ini adalah valid sehingga dapat dilaksanakan ke analisa
selanjutnya.
Sedangkan uji validitas instrumen penelitian untuk tingkat pengaruh nilai
penawaran dapat dilihat pada Lampiran 7.2, hasilnya disajikan pada Tabel 4.2 di
bawah ini.
Tabel 4.2 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh nilai penawaran
No Variabel Rtabel Nilai Penawaran
Rhitung Keterangan A Karakteristik Proyek 1 Besar Nilai Proyek / HPS 0,381 0,627 Valid 2 Lokasi Proyek 0,381 0,509 Valid 3 Akses Jalan Lokasi Proyek 0,381 0,473 Valid 4 Keamanan Lingkungan Proyek 0,381 0,787 Valid 5 Jangka Waktu Pelaksanaan 0,381 0,576 Valid
65
Lanjutan Tabel 4.2 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh nilai penawaran
No Variabel Rtabel Nilai Penawaran
Rhitung Keterangan 6 Mulai Proyek Mendekati Akhir Tahun 0,381 0,593 Valid 7 Pelaksanaan Saat Musim Hujan 0,381 0,399 Valid 8 Tingkat Kesulitan Konstruksi 0,381 0,632 Valid B Dokumen Lelang 1 Syarat Personil dan SKA/SKT 0,381 0,806 Valid 2 Syarat Jumlah, Kapasitas dan Jenis Alat 0,381 0,612 Valid
3 Syarat Brosur dan Surat Dukungan Distributor 0,381 0,449 Valid
4 Syarat Dukungan Keuangan Bank 0,381 0,722 Valid
5 Syarat Lelang Mengarah Pada Produk atau Perusahaan Tertentu. 0,381 0,442 Valid
6 Jaminan Penawaran 0,381 0,619 Valid 7 Sistem Pembayaran 0,381 0,740 Valid C Karakteristik Perusahaan 1 Ketersediaan Modal Awal 0,381 0,519 Valid 2 Ketersediaan Staff ber SKA dan SKT 0,381 0,631 Valid 3 Ketersediaan Pekerja Yang Memadai 0,381 0,531 Valid 4 Ketersediaan Peralatan Yang Memadai 0,381 0,478 Valid 5 Dukungan Sub Kontraktor yang Memadai 0,381 0,485 Valid 6 Kemampuan Dalam Estimasi Penawaran 0,381 0,465 Valid 7 Kebutuhan Akan Pekerjaan 0,381 0,513 Valid 8 Beban Proyek Yang Sedang Dikerjakan 0,381 0,441 Valid 9 Pengalaman Proyek Sejenis 0,381 0,544 Valid
10 Keuntungan Proyek Sebelumnya 0,381 0,767 Valid 11 Biaya Overhead 0,381 0,668 Valid D Kondisi Lelang/Penawaran 1 Perkiraan Jumlah Kompetitor 0,381 0,451 Valid 2 Tingkat Kompetisi Lelang Sebelumnya 0,381 0,569 Valid 3 Pengumuman Lelang Sejenis Saat Bersamaan 0,381 0,609 Valid 4 Rekayasa Calon Pemenang Sudah Ditentukan 0,381 0,401 Valid 5 Aturan dan Pengawasan yang Ketat 0,381 0,445 Valid 6 Budaya Setoran Kepada Pejabat 0,381 0,483 Valid E Kondisi Ekonomi 1 Ketersediaan proyek 0,381 0,719 Valid 2 Resiko Berinvestasi 0,381 0,543 Valid 3 Tingkat Pengembalian Investasi 0,381 0,597 Valid
66
Lanjutan Tabel 4.2 Hasil uji validitas instrument penelitian tingkat pengaruh nilai penawaran
No Variabel Rtabel Nilai Penawaran
Rhitung Keterangan 4 Kebijakan Ekonomi Pemerintah 0,381 0,674 Valid 5 Fluktuasi Harga Material 0,381 0,551 Valid 6 Fluktuasi Kurs Mata Uang Asing (Dolar) 0,381 0,568 Valid 7 Tingkat inflasi 0,381 0,572 Valid F Kondisi Lelang Elektronik 1 Proses Pendaftaran Lelang Lebih Mudah 0,381 0,456 Valid
2 Biaya Lebih Hemat Tanpa Biaya Cetak Dokumen dan Biaya Transportasi. 0,381 0,590 Valid
3 Keamanan Data Lelang Terjamin 0,381 0,543 Valid
4 Tanpa Tatap Muka Minimalkan Peluang KKN 0,381 0,516 Valid
5 Peluang Memperoleh Proyek Lebih Besar 0,381 0,520 Valid
6 Tanpa Batasan Lokasi Proyek Berdasarkan Daerah / Lokasi Usaha 0,381 0,785 Valid
7 Kemampuan Staff Dalam Teknologi Informasi, Komputer dan Internet 0,381 0,607 Valid
8 Pemahaman Aturan Lelang Elektronik 0,381 0,440 Valid 9 Pelatihan dan Sosialisasi Lelang Elektronik 0,381 0,492 Valid 10 Proses Lelang Lebih Transparan 0,381 0,492 Valid
11 Peserta Lelang Tidak Bisa Saling Intervensi 0,381 0,424 Valid
Pada Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 50 variabel yang diteliti, untuk
tingkat pengaruh nilai penawaran menghasilkan korelasi yang terkecil sebesar
0,399 dan korelasi terbesar adalah 0,806. Ini berarti seluruh variabel mempunyai
nilai Rhitung lebih besar dari Rtabel yaitu 0,381. Dari hasil uji validitas dapat diketahui
bahwa pengumpulan data yang dilakukan dengan kuesioner dalam penelitian ini
adalah valid sehingga dapat dilaksanakan ke analisis selanjutnya.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah mengukur keandalan suatu instrumen, pada
penelitian ini digunakan koefesien Alpha Cronbach, menyatakan bahwa nilai suatu
instrumen dikatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6. Metode uji
67
reliabilitas dengan menggunakan bantuan program SPSS, seperti pada lampiran 7.1
dan 7.2, hasil uji reliabilitas disajikan dalam Tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Hasil uji reliabilitas instrument penelitian
No Kuisoner Jumlah Butir
Cronbach Alpha Keterangan
1 Tingkat Pengaruh Partisipasi 50 0,959 Reliabel
2 Tingkat Pengaruh Nilai Penawaran 50 0,960 Reliabel
Pada Tabel 4.3 diatas hasil perhitungan untuk tingkat pengaruh partisipasi,
didapatkan koefesien Alpha Cronbach adalah sebesar 0,959 dan untuk tingkat
pengaruh nilai penawaran, didapatkan koefesien Alpha Cronbach adalah sebesar
0,960 yang berarti lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur
dalam penelitian ini reliabel atau dengan kata lain pengukuran tersebut dapat
memberikan hasil yang konsisten apabila dilakukan pengukuran kembali terhadap
subyek yang sama.
4.3 Data Profil Responden
Dalam penelitian ini kontraktor yang dijadikan responden sebanyak 53
perusahaan. Distribusi penyebaran kuesioner dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Jumlah dan kualifikasi responden
47
6
53
0102030405060
Kecil Non Kecil Total
Kualifikasi Kontraktor
Kualifikasi Kontraktor
68
4.3.1. Jabatan Responden Dalam Perusahaan
Dari hasil survey didapatkan prosentase jabatan responden sesuai Gambar
4.2. Responden sebagian besar adalah direktur/direktris perusahaan yaitu sebanyak
40 orang atau 75,5%, sedangkan sisanya adalah staff perusahaan yaitu sebanyak 13
orang atau 24,5% dari responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
kontraktor belum memiliki sumber daya khusus untuk menangani proses lelang
elektronik sehingga ditangani langsung oleh direktur/direktris, yang disebabkan
sebagian besar kontraktor berkualifikasi kecil.
Gambar 4.2. Jabatan Responden
4.3.2. Pendidikan Responden
Prosentase pendidikan responden sesuai Gambar 4.3. Responden
berpendidikan SLTA/SMK yaitu sebanyak 27 orang atau 50,9%, berpendidikan
Diploma sebanyak empat orang atau 7,5%, Sarjana (S1) sebanyak 21 orang atau
39,6% dan Pascasarjana sebanyak 1 orang atau 1,9%. Dari prosentase pendidikan
menunjukkan responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup untuk
memberikan jawaban faktor yang mempengaruhi partisipasi dan nilai penawaran di
dalam lelang pengadaan secara elektronik.
Staff24,5%
Direktur75,5%
Jabatan Responden
StaffDirektur
69
Gambar 4.3. Profil pendidikan responden
4.3.3. Pengalaman Responden dalam Lelang
Pengalaman responden dalam lelang jasa konstruksi sesuai Gambar 4.4.
Responden yang mempunyai pengalaman 1 - 5 tahun yaitu sembilan orang atau
17%, berpengalaman 6 - 10 tahun sebanyak 17 orang atau 32,1%, sisanya sebanyak
27 orang atau 50,9% mempunyai pengalaman diatas 10 tahun, hal ini menunjukkan
sebagian besar responden mempunyai pengalaman yang cukup didalam lelang dan
dianggap sudah sangat memahami tentang proses lelang.
Gambar 4.4. Pengalaman responden dalam lelang jasa konstruksi
4.3.4. Kepemilikan SKA/SKT Responden
Dari Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa dominan responden tidak memiliki
Sertifikat Keahlian (SKA) ataupun Sertifikat Keterampilan (SKT) yaitu 29 orang
SLTA/SMK50,9%
Diploma7,5%
Sarjana (S1)39,6%
Pascasarjana1,9%
Profil Pendidikan Responden
SLTA/SMKDiplomaSarjana (S1)Pascasarjana
1 - 5 Tahun17%
6 - 10 Tahun32,1%
> 10 Tahun50,9%
Profil Pengalaman Responden
1 - 5 Tahun6 - 10 Tahun> 10 Tahun
70
atau 54,7%, sedangkan yang memiliki Sertifikat Keahlian (SKA) ataupun Sertifikat
Keterampilan (SKT) yaitu 24 orang atau 45,3%.
Gambar 4.5. Kepemilikan SKA/SKT Responden
4.4. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Pengaruh Perubahan Sistem
Lelang Terhadap Partisipasi dan Nilai Penawaran.
Deskripsi jawaban responden mengenai pengaruh perubahan sistem lelang
terhadap partisipasi dan nilai penawaran dalam lelang pengadaan barang dan jasa
pemerintah secara elektronik dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi lelang
a. Sebanyak 40 responden (75,5%) menyatakan perubahan sistem lelang
menurunkan jumlah partisipasi mereka dalam proses lelang pengadaan.
Dengan sistem lelang elekronik, kontraktor belum mempunyai staff
perusahaan yang khusus menangani lelang elektronik, informasi dan
pengumuman lelang sejenis pada waktu yang bersamaan membuat
kontraktor lebih selektif dan cenderung memilih paket lelang sesuai
dengan kemampuan kontraktor, jadwal upload penawaran yang terbatas
serta persyaratan lelang yang cukup berat terutama terkait persyaratan
SKA/SKT, akibatnya partisipasi dalam lelang menjadi menurun.
Memiliki SKA/SKT
45,3%Tidak Memiliki
SKA/SKT54,7%
Profil Kepemilikan SKA/SKT Responden
Memiliki SKA/SKTTidak Memiliki SKA/SKT
71
b. Sebanyak lima responden (9,4%) menyatakan perubahan sistem lelang
tidak memberi pengaruh terhadap partisipasi didalam lelang. Partisipasi
didalam lelang pemerintah tidak dipengaruhi oleh sistem lelang baik
konvensional ataupun elektronik. Sebelum lelang elektronik dan
sesudah lelang elektronik hampir tidak mempengaruhi partisipasi
karena alur pengadaan hampir sama hanya medianya saja yang
berbeda, selain itu kontraktor juga tidak hanya mengandalkan proyek-
proyek pemerintah, saat lelang berlangsung responden mendapatkan
pekerjaan pada sektor swasta atau proyek pribadi sehingga lelang
proyek pemerintah cenderung tidak besar pengaruhnya jika ada
perubahan sistem lelang.
c. Sebanyak delapan responden (15,1%) menyatakan perubahan sistem
lelang dapat meningkatkan partisipasi mereka dalam lelang. Dalam
sistem lelang elekronik, kontraktor memiliki akses yang lebih luas
terhadap informasi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Informasi
lelang dapat diperoleh dari manapun dan kapanpun sepanjang ada
koneksi internet. Dengan sistem lelang elektronik hampir semua
tahapan lelang bisa diikuti tanpa kehadiran secara fisik direktur atau
staff perusahaan di Unit Layanan Pengadaan. Bahkan dengan kemajuan
teknologi kini informasi lelang dan proses pendafaran bisa dilakukan
menggunakan telepon genggam.
72
Gambar 4.6. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi
2. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap nilai penawaran
a. Sebanyak 38 responden (71,7%) menyatakan perubahan sistem lelang
menurunkan persentase nilai penawaran, ini berkaitan dengan tingkat
kompetisi dalam lelang yang sangat tinggi serta tidak adanya peluang
untuk mengatur lelang dan nilai penawaran karena antar peserta lelang
tidak saling mengetahui dan tidak bisa saling intervensi, dimana
sebelum lelang elektronik peluang pengaturan nilai penawaran masih
bisa dilakukan akibat masih adanya tatap muka dan saling mengetahui
antara peserta maupun penyelenggara lelang.
b. Sebanyak 9 responden (17%) menyatakan perubahan sistem lelang
tidak berpengaruh terhadap persentase nilai penawaran. Responden
beranggapan bahwa besar kecil nilai penawaran tidak dipengaruhi oleh
perubahan sistem lelang, faktor lain yang mempengaruhi adalah
karakteristik proyek serta kemampuan perusahaan untuk memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam dokumen pengadaan.
75,5%
9,4% 15,1%
0,0%10,0%20,0%30,0%40,0%50,0%60,0%70,0%80,0%
Menurunkan Partisipasi
Tidak Ada Pengaruh Meningkatkan Partisipasi
Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi
Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap partisipasi
73
c. Sebanyak enam responden (11,3%) menyatakan perubahan sistem
lelang dapat meningkatkan persentase nilai penawaran ini disebabkan
semakin luas dan mudahnya akses terhadap lelang pengadaan barang
dan jasa pemerintah sehingga bisa dipilih paket lelang yang lebih
memungkinkan untuk dimenangkan sehingga tidak perlu untuk terlalu
menekan besaran nilai penawaran, hal ini mendorong meningkatkan
persentase nilai penawaran.
Gambar 4.7. Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap nilai penawaran
4.5. Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Partisipasi dan Persentase
Nilai Penawaran Dalam Lelang Elektronik
Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi dan persentase nilai
penawaran dalam lelang elektronik bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Sebanyak 41 responden (77,4%) menyatakan jumlah lelang jasa konstruksi
secara elektronik yang pernah diikuti sebanyak lebih dari 10 kali paket
lelang, sebanyak lima responden (9,4%) menyatakan mengikuti lelang
71,7%
17,0%11,3%
0,0%10,0%20,0%30,0%40,0%50,0%60,0%70,0%80,0%
Menurunkan Nilai Penawaran
Tidak Ada Pengaruh Meningkatkan Nilai Penawaran
Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap Nilai Penawaran
Pengaruh perubahan sistem lelang terhadap Nilai Penawaran
74
secara elektronik 6 - 10 kali paket lelang sedangkan sisanya sebanyak tujuh
responden (13,2%) mengikuti lelang elektronik 1 - 5 kali paket lelang.
2. Dilihat dari partisipasi responden mengikuti lelang elektronik diluar
kabupaten/kota tempat domisili perusahaan, sebagian besar responden
pernah berpartisipasi 1–5 kali saja yaitu sebanyak 34 responden (64,2%),
sisanya sebanyak 11 responden (20,7%) pernah mengikuti lebih dari enam
kali dan sisanya sebanyak delapan responden (15,1%) tidak pernah
mengikuti lelang elektronik diluar kabupaten/kota tempat domisili
perusahaan.
3. Responden yang menyatakan pernah ditunjuk sebagai pemenang lelang
sebanyak 41 responden (77,4%) pernah ditunjuk sebagai pemenang 1-5 kali
paket lelang saja, sebanyak enam responden (11,3%) pernah ditunjuk
sebagai pemenang 6-10 kali, sebanyak enam responden (11,3%)
menyatakan tidak pernah ditunjuk sebagai pemenang dan tidak ada yang
menang lebih dari 10 kali paket lelang.
4. Jika dilihat responden yang pernah menawar di bawah 80% HPS
menyatakan sebanyak 39 responden (73,6%) pernah menawar di bawah
80% HPS sebanyak 1-5 kali paket lelang, sisanya sebanyak enam responden
(11,3%) pernah menawar di bawah 80% HPS sebanyak lebih dari enam kali
paket lelang dan sebanyak delapan responden (15,1%) menyatakan tidak
pernah menawar di bawah 80% HPS.
5. Responden menyatakan pernah ditetapkan sebagai pemenang saat menawar
dibawah 80% HPS, sebanyak 28 responden (52,8%) menyatakan pernah
menang 1-5 kali saat menawar kurang dari 80% HPS, dan sisanya sebanyak
75
25 responden (47,2%) menyatakan tidak pernah ditunjuk sebagai pemenang
saat menawar dibawah 80% HPS.
Dari deskripsi jawaban responden menunjukkan bahwa dari segi
pengalaman responden mengikuti lelang elektronik sudah cukup banyak, akan
tetapi meskipun akses terhadap pengumuman lelang diluar domisili perusahaan
semakin mudah akan tetapi partisipasi terhadap lelang diluar kabupaten/kota
tempat domisili perusahaan tidak terlalu besar. Jika dilihat dari perolehan proyek,
tidak ada perusahaan yang dominan mendapatkan pekerjaan di dalam lelang
elektronik menunjukkan transparansi dan kecil indikasi pengaturan pemenang. Dari
data juga dapat dilihat bahwa pemenang lelang dengan penawaran lelang dibawah
80% nilai HPS cukup tinggi lebih dari 50% responden.
Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi peserta lelang disajikan
dalam Gambar 4.8 berikut :
Gambar 4.8. Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi lelang
05
1015202530354045
Jumlah lelang yang diikuti
Jumlah lelang di luar Kab/Kota
domisili yang diikuti
Jumlah lelang yang
dimenangkan
Menawar kurang dari 80% HPS
Sebagai pemenang menawar
kurang dari 80% HPS
7
3441 39
28
5 6 6 60
41
50 0 0
Deskripsi jawaban responden mengenai partisipasi peserta lelang
1-5 Kali 6-10 kali > 10 Kali