Hydromagic
-
Upload
ika-kartika -
Category
Documents
-
view
114 -
download
7
Transcript of Hydromagic
Tugas Valuasi dan Komersialisasi Teknologi
Alat Penghemat Bahan Bakan Minyak (BBM)
HYDRO MAGIC
Oleh :
Putri Yulianingtyas F34061826
Riryn Nur Rachmawati F34070004
Fata Qurrota A’yun F34070025
Hilda Hasanah F34070038
Eka Melia Sari F34070050
Rahmad Alreza F34070062
Siti Ulfah Deasy Triani F34070069
Essiyana Dwiyanty F34070091
Ika Kartika F34070092
2011
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INSTANSI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Valuasi dan komersialisasi merupakan dua konsep yang saling berkaitan
satu sama lain. Metode valuasi adalah teknik untuk menentukan value (nilai) atas
suatu produk yang ditawarkan. Valuasi adalah tentang menentukan harga melalui
berbagai pendekatan diantaranya menggunakan pendekatan dari perhitungan cost
(biaya) pembuatan produk tersebut, pendekatan pasar dengan melempar seberapa
besar ekspektasi pasar menerima nilai produk tersebut. Sedangkan komersialisasi
merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah produk
atau pengembangan sebuah proses dan penerapan proses ini dalam kegiatan
produksi.
Dalam hal ini, valuasi dan komersialisasi digunakan dalam rangka
menentukan nilai produk dari Alat Penghemat Bahan Bakar Minyak “Hydro
Magic” serta mengembangkan dan memasarkan produk Hydro Magic hingga
sampai ke tangan konsumen. Hydro Magic merupakan alat yang digunakan untuk
menghemat Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kemampuan menghemat bahan
bakar sekitar 30% dan dapat diterapkan pada mesin kendaraan bermotor dan
mesin industri.
Dengan adanya Hydro Magic diharapkan dapat menjadi salah satu
alternatif untuk menghemat bahan bakar yang digunakan pada mesin, karena
seperti kita ketahui bahwa bahan bakar minyak merupakan sumber daya alam
yang tidak terbarukan dan harganya yang semakin meningkat.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini memberikan gambaran
penilaian dalam menentukan metode valuasi serta melakukan langkah
komersialisasi terhadap produk Pengehemat Bahan Bakar Minyak “ Hydro
Magic”.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pengembangan produk ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk pengurangi biaya produksi dari industri.
2. Perluasan pangsa pasar Hydro Magic
3. Pengembangan pemasaran alat penghemat bahan bakar
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inovasi
Pada dasarnya manusia memiliki insting alamiah untuk melakukan inovasi.
Selain itu, dengan kemampuan pemikirannya yang hampir tak terbatas, manusia
mampu menciptakan kreativitas demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh
karenanya, tingkat inovasi merupakan kunci utama yang menjamin keberhasilan
pencapaian kesejahteraan masyarakat sebuah negara.
Inovasi adalah tindakan yang memberi sumberdaya kekuatan dan kemampuan
baru untuk menciptakan kesejahteraan (Ducker, 1985). Empat hal yang berkaitan
dengan inovasi yaitu sebagai berikut.
1. Inovasi mempunyai tujuan dan sistematis,dimulai dari menganalisis peluang
2. Inovasi bersifat konseptual dan perseptual
3. Agar efektif sebuah inovasi harus sederhana dan harus fokus
4. Inovasi yang efektif dimulai dari yang kecil
5. Inovasi harus mengarah pada kepemimpinan
Tiga persyaratan sebuah inovasi adalah sebagai berikut.
1. Inovasi adalah karya sehingga membutuhkan pengetahuan
2. Agar berhasil, inovator harus membina kekuatannya. Inovator yang berhasil
harus melihat peluang dalam jajaran yang luas
3. Inovasi adalah dampak dalam perekonomian dan masyarakat, suatu
perubahan dalam perilaku pelanggan, guru, para petani, dan sebagainya.
Inovasi dapat diartikan sebagai "proses” dan/atau “hasil” pengembangan
dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk
keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki
produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang
memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan
sosial). Inovasi sebagai suatu “obyek” juga memiliki arti sebagai suatu produk
atau praktik baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks
komersial. Biasanya, beragam tingkat kebaruannya dapat dibedakan, bergantung
pada konteksnya: suatu inovasi dapat bersifat baru bagi suatu perusahaan, baru
bagi pasar, atau negara atau daerah, atau baru secara global. Sementara itu,
inovasi sebagai suatu “aktivitas” merupakan proses penciptaan inovasi, seringkali
diidentifkasi dengan komersialisasi suatu invensi.
Invensi diartikan sebagai upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
bermanfaat untuk memecahkan secara teknis persoalan yang dihadapi oleh
manusia atau masyarakat. Kegiatan ini melibatkan aktivitas imajinasi ide,
pengamatan, formulasi invensi, dan uji coba. Di pihak lain, inovasi adalah
kegiatan untuk membawa invensi ke pasar atau komersialisasi, yang memerlukan
perencanaan dan tidak dapat terjadi begitu saja (Goenadi, 2008). Kekayaan
Intelektual (KI) telah menjadi unsur sangat penting dalam strategi modern untuk
promosi dari inovasi dan invensi dan oleh sebab itu merupakan alat penting bagi
pembangunan.
Inovasi adalah determinan sangat penting bagi keunggulan daya saing
perusahaan yang berjangka panjang, baik dalam menghadapi persaingan pasar
domestik maupun luar negeri. Inovasi pada dasarnya terdiri dari 2 tipe yaitu;
inovasi produk dan inovasi proses. Inovasi produk berkaitan dengan produk-
produk baru atau perbaikan produk sedangkan inovasi proses berkaitan dengan
proses produksi baru atau perbaikan dari proses produksi yang sudah ada
(Goenadi, 2008).
Kemampuan dalam meluncurkan produk baru dalam menghadapi persaingan
global, harus didukung oleh kemampuan dalam inovasi proses/process innovation.
Kemampuan inovasi dalam proses produksi ini merupakan the important strategic
role – yang memungkinkan perusahaan tersebut memproduksi sesuatu produk
dimana perusahaan lain tidak dapat menirunya(Anonim, 2008).
Inovasi dapat berupa:
1. Inovasi kemasan, di mana sentuhan pembaharuan dilakukan kepada aspek
kemasan, namun isi sama, dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik
(attractiveness), sehingga secara visual akan cukup kompetitif, bila dipajang
berjejer dengan para pesaing. Kemasan yang atraktif juga dapat menjadi elemen
promosi yang efektif.
2. Inovasi produk, dengan melakukan pengembangan produk baru, baik
yang berbasis dari produk yang sudah ada ataupun produk yang baru.
3. Inovasi tempat, yakni tempat di mana kita menjual agar lebih atraktif dan
‘catchy’ (menarik pandangan).
B. Valuasi
Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk mencapai tujuan
dengan cara melakukan prediksi atas hasil yang akan didapat. Valuasi berguna
dalam analisis pendahuluan (portfolio), pendanaan, pengembangan bisnis, dan
gabungan serta kegiatan akuisisi. Penentuan harga suatu teknologi baru adalah
upaya menentukan harga dari suatu teknologi yang didasarkan atas kesepakatan
antara pembeli dan penjual dimana tinggi rendahnya harga sangat ditentukan oleh
kemampuan komunikasi dan pendekatan kedua belah pihak, sehingga penentuan
harga dapat dipandang sebagai bentuk nyata dari aktivitas valuasi.
Saat ini terdapat berbagai macam metode untuk melakukan valuasi
teknologi. Metode-metode tersebut adalah: 1). Pendekatan pasar (Market
Approach), yaitu dengan melihat suatu teknologi berdasarkan pada hasil penjualan
atau lisensi sebuah teknologi dan membandingkannya dengan teknologi yang
sedang dinilai; 2). real option value, yaitu penilaian yang digunakan untuk
memperkirakan ketidakpastian arus kas dan resiko dari setiap pemilihan aset yang
akan dikembangkan dan memperkirakan setiap kesempatan pertumbuhan masa
depan yang mungkin untuk dilakukan.
Terdapat enam metode valuasi teknologi. Adapun metode-metode tersebut
adalah :
1. Standarisasi industri (industri standards), yaitu mendesain sebuah database
dari kesepakatan-kesepakatan kerjasama komersialisasi teknologi baru yang sudah
pernah dilakukan oleh investor dan inventor. Metode standarisasi industri
merupakan sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan
lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik ketika teknologi yang sudah
dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu
berdasarkan jenis dan kualitasnya.
2. Perankingan (rating/ranking), yaitu membandingkan kesepakatan
perjanjian komersialisasi teknologi yang sudah pernah dilakukan. Metode ini
memerlukan identifikasi kesepakatan teknologi yang sudah terdokumentasikan.
Nilai cash flow pada tahun ke N = CF pada tahun ke N / (1 + R)^N
Ketika kesepakatan teknologi-teknologi sudah terdokumentasikan, maka
kesepakatan teknologi yang mempunyai ke miripan dapat dibandingkan dengan
kesepakatan yang sudah pernah dilakukan, sehingga dalam penggunaannya
metode ini sangat berhubungan dengan metode standarisasi industri.
3. Rules of thumb, yaitu mengidentifikasikan dan menggunakan data
pemasaran yang sesuai sebagai acuan dalam penilaian. Rules of thumb merupakan
panduan yang sangat berguna bagi pengambil keputusan berdasarkan pada
berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai teknologi. Metode ini
mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan cepat diaplikasikan
ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari metode ini adalah
negoisasi antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki pemikiran yang sama
sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan.
4. Discounted cash flow (DCF), yaitu penentuan nilai sekarang dari semua
aliran kas masa depan berdasarkan pada pendapatan atau Net Present Value
(NPV). Nilai DCF sangat bergantung pada besarnya nilai Risk-Adjusted Hurdle
Rate (RAHR) atau nilai k. Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu :
pemilihan waktu, besarnya nilai dan resiko untuk pembayaran masa depan.
Metode Discounted cash flow (DCF) merupakan metode yang berguna dalam
mengetahui harga yang calon pengguna teknologi bersedia bayarkan pada saat
kesepakatan terjadi, yaitu dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang
didapatkan dari perolehan hak atas teknologi tersebut.
Teknik discounted cash flow (DCF), yaitu mendiskon cash flow masa depan
dengan projeksi kinerja dimasa lalu. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai
wajar perusahaan dimasa depan dilihat dari masa sekarang.
Keterangan : CF = Cash Flow, R = Required Return (Discount Rate), N
= Nomer tahun dimasa depan
DCF ini digunakan untuk menentukan valuasi cash flow sebuah perusahaan
dimasa depan dengan asumsi asumsi tertentu untuk mendapatkan nilai valuasi saat
ini. Cost of Capital Rate yang digunakan untuk mendiskon cash flow perusahaan
di masa depan dilihat dari masa sekarang dikenal dengan company’s requered
return, atau cost of capital. Perusahaan yang stabil mempunyai cost of capital
yang rendah. Sedangkan perusahaan yang riskan dengan cash flow yang susah
diprediksi memiliki cost of capital yang tinggi (Anonim, 2008).
Penggunaan metode DCF untuk penilaian lisensi hampir sama dengan
penilaian saham suatu perusahaan. Nilai DCF sangat bergantung pada besarnya
nilai Risk-Adjusted Hurdle Rate (RAHR) atau faktor resiko. Faktpr resiko dapat
diketahui dari salah satu jenis sudut pandang, yaitu : 1). Inflasi; 2).tingkat
pengembalian alternatif yang tersedia; dan 3). resiko pengembalian.
Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu : pemilihan waktu, besarnya
nilai, dan resiko untuk pembayaran masa depan. Nilai DCF yang didapatkan
digunakan sebagai landasan prediksi harga terhadap teknologi yang akan
dikomersialkan.
5. Monte Carlo dan Real Option, yaitu metode valuasi teknologi berdasarkan
pada aliran kas dengan berbagai macam asumsi dari penerimaan dan biaya. Pada
meode ini, satu perhitungan tidak dibatasi untuk menghasilkan satu nilai perkiraan
dari variabel-variabel utama seperti penerimaan, biaya atau resiko. Perkiraan
dibuat berdasarkan pada rentang pengeluaran dengan berbagai macam
kemungkinannya, sedangkan pada metode real option digunakan ketika
berhadapan dengan perhitungan proyek berjangka waktu panjang. Pada proyek
ini, pengeluaran dihitung pada awal proyek dengan umur proyek yang lama
dantingkat pengembalian proyek berada di akhir proyek, maka penggunaan satu
nilai Risk-Adjusted Hurdle Rates (RAHR) atau nilai k akan membuat semua
proyek bernilai ekonomi menguntungkan karena adanya faktor B/(1+k)n, yaitu
nilai n yang besar. Metode ini akan mengevaluasi semua investasi dan penerimaan
dalam berbagai macam kemungkinan.
6. Pelelangan (auctions), yaitu menilai teknologi berdasarkan kesepakatan
yang sedang dilakukan sekarang untuk menawarkan perjanjian kerjasama
komersialisasi teknologi. Hal ini yang membedakan dengan metode industri
standards yang menggunakan informasi pasar dari kesepakatan-kesepakatan yang
sudah pernah dilakukan dan mempunyai kemiripan dengan teknologi yang sedang
dinilai.
Valuasi dapat menjadi tidak akurat apabila nilai hasil valuasi tidak mewakili
dari waktu yang diperlukan dan jumlah uang yang telah diinvestasikan untuk
menghasilkan suatu teknologi. Nilai itu juga bergantung pada tingkat aksesibilitas
teknologi tersebut. Semakin sulit untuk ditiru maka akan semakin baik posisinya
dalam mendapatkan keuntungan. Masa hidup dan nilai dari teknologi dapat
dipengaruhi pada munculnya suatu teknologi baru yang dapat menggantikan
teknologi tersebut sehingga penetapan harga menjadi sangat sulit dilakukan bila
melihat daur hidup dari teknologi baru tersebut.
C. Lisensi
Lisensi merupakan salah satu bentuk komersialisasi yang berarti izin yang
diberikan oleh pemilik HKI kepada pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian
hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu HKI dalam jangka waktu dan
syarat tertentu. Hak untuk memakai HKI ini umumnya ditukar dengan suatu biaya
lisensi atau royalty dalam berbagai bentuknya, seperti presentase dari penjualan
kotor dari pemegang lisensi atau biaya yang telah ditentukan. Bentuk
komersialisasi ini merupakan bentuk yang paling umum igunakan dalam
komersialisasi HKI.
Lisensi sendiri terdapat dua bentuk, yaitu lisensi eksklusif dan non-eksklusif.
Pada lisensi eksklusif, pemilik HKI tidak memberikan HKI tersebut kepada pihak
lain dalam daerah tersebut untuk jangka waktu lisensi, kecuali kepada pemegang
lisensi eksklusifnya. Pada lisensi non-eksklusif, pemilik HKI memberikan lisensi
HKI-nya kepada pihak lainnya dan menambah jumlah pemakai lisensi dalam
daerah tersebut.
Untuk menghitung nilai saat ini (present value) dari KI baru atau nilai di masa
mendatang, perlu diperhatikan beberapa hal seperti:
1. biaya disain, riset, pengembangan, produksi, pemasaran, dan distribusi,
2. masa berlakunya produk atau proses,
3. masa berlakunya perlindungan KI,
4. saat dan volume dari aliran pendapatan. Ini yang disebut dengan life cycle
costing dan menunjukkan nilai KI dalam bentuk nilai bersih kini (NPV).
1. Tahapan untuk melakukan valuasi
a) Analisis pasar
Analisis pasar merupakan salah satu apek rencana bisnis yang perlu dikaji
kelayakannya. Pasar yang dituju tidak jelas maka prospek bisnis ke depan jg tidak
jelas kegagalan bisnis menjadi besar. Pasar merupakan tempat pertemuan antara
penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan
penawaran dan merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan
untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakanya.
Untuk mengetahui tentang kebutuhan konsumen, diperlukan adanya kegiatan
survey atau observasi (pengamatan). Kegiatan ini bertujuan mengumpulkan semua
data dan informasi di lapangan yang berhubungan dengan bidang usaha yang akan
dijalankan, sehingga ditemukan hal-hal yang memungkinkan tumbuh
berkembangnya kegiatan ekonomi baru
b) Permintaan
Kelangsungan suatu kegiatan usaha akan tergantung pada adanya kebutuhan
atau permintaan atas barang dan Jasa. Untuk mengetahui berapa besar kebutuhan
utama diperlukan pengumpulan data untuk dilakukan perhitungan-perhitungan
guna kegiatan usaha yang akan dilakukan. Permintaan merupakan jumlah barang
yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada
berbagai tingkat harga.
1. Permintaan efektif (daya beli)
2. Permintaan potensial (kebutuhan)
Hukum permintaan: Apabila harga suatu barang meningkat maka jumlah
barang yang diminta akan berkurang,dan sebaliknya
c) Analisis persaingan
Bisnis adalah persaingan. peluang pasar yang hendak diambil tidak diganggu
oleh pesaing baru. Melalui pasokan langsung dari Distributor, diperoleh harga
yang lebih murah dan bersaing. Upaya untuk menang bersaing dapat dilakukan
pula dengan menerapkan sistem swalayan dan memberikan pelayanan pengiriman
barang sampai jarak maksimal 2 km dari toko bebas biaya antar. Melalui strategi
ini, akan diperoleh konsumen baru, disamping dapat menarik konsumen dari
pesaing.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat harga adalah sebagai berikut:
1. Harga barang lain
2. Ongkos produksi
3. Tingkat teknologi
4. Tujuan perusahaan
1) Strategi produk
A. Keputusan merk, kemasan, dan label
1. Menunjukkan sesuatu tentang manfaat dan mutu produk
2. Mudah dibedakan dari produk lain
3. Mudah diterjemahkan
4. Didaftarkan kepada badan hukum
B. Strategi daur hidup produk
1. Tahap pengenalan
2. Tahap pertumbuhan
3. Tahap kedewasaan
4. Tahap penurunan
Komersialisasi
Komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan
pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan
proses ini dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang
cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan
ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan
sebagainya. (Goenadi, 2001)
Komersialisasi invensi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan
pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan
proses ini dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang
cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan
ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan
sebagainya.
Tahapan komersialisasi:
1. Invensi (Ide)
2. Aplikasi Paten
3. Pengembangan Produk
4. Produksi Produk
5. Pemasaran Produk
Sebuah invensi pada dasarnya merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah
teknis. Oleh karena itu adalah sangat penting untuk memperoleh perlindungan
hukum sebelum mengkomersialkannya. Dalam beberapa kasus, penelitian lebih
lanjut masih dibutuhkan sebelum sebuah invensi dapat diwujudkan dalam bentuk
produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi
komersial. Bahkan setelah produksi dari invensi baru dilaksanakan, upaya lebih
lanjut dibutuhkan untuk memasarkannya, yang juga memerlukan dukungan
sumberdaya manusia, investasi, waktu, dan kerja kreatif.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komersialisasi Invensi
Banyak invensi yang sejak dikreasikan memiliki defisiensi, misalnya invensi
yang sudah ada sebelumnya untuk menangani masalah yang sama dan invensi
baru ini tidak memiliki keunggulan ekonomis dan teknis dibandingkan yang telah
ada di pasar, atau invensi baru yang lebih baik muncul setelah invensi sebelumnya
dan invensi sebelumnya akan menjadi tidak berharga sebelum sempat
dikomersialisasikan.
Pengembangan merupakan tahapan yang sangat penting sebelum sebuah
invensi dapat menjadi sebuah produk atau proses. Walaupun banyak tahapan yang
dapat ditempuh, pengalaman penulis menunjukkan bahwa riset pengembangan
menentukan keyakinan pihak investor dalam mengkomersialisasikan teknologi
yang dihasilkan.
Tahapan umumnya adalah sebagai berikut:
- Disain Produk
- Riset Aplikasi
- Produksi Skala Pilot
- Uji Manfaat Skala Luas
- Disain Produksi
- Uji Kelayakan Ekonomi
- Pembangunan Pabrik
- Produksi
- Pemasaran
Infrastruktur untuk fasilitasi alih teknologi memegang peranan penting bagi
upaya komersialisasi invensi yang dihasilkan oleh lembaga litbang non-produksi,
seperti perguruan tinggi melalui pelisensian paten. Untuk itu diperlukan alat yang
efektif untuk diseminasi informasi paten, khususnya paten yang siap untuk
dilisensikan. Bagi IKM dan Koperasi yang tidak memiliki fasilitas litbang akan
lebih memilih teknologi siap pakai daripada ide inventif yang ada di pasar
teknologi.
Faktor lain yang penting adalah menyangkut kebijakan keuangan, pajak, dan
yang terkait lainnya. Manfaat yang besar dapat diperoleh dari penerapan teknologi
baru, namun komersialisasi invensi itu sendiri mengandung risiko yang tinggi.
Sangat sering sebuah produk baru atau proses digantikan oleh yang lebih baru dan
lebih efisien dalam tempo yang singkat sebelum investornya mampu memperoleh
kembali investasinya. Tanpa adanya preferensi kebijak keuangan, pajak, dan yang
terkait lainnya, investor akan enggan untuk menanamkan modalnya pada
komersialisasi invensi yang berisiko.
Kebijakan untuk Fasilitasi Komersialisasi Invensi
Guna mendorong aktivitas inovasi dan menfasilitasi komersialisasi invensi
adalah sangat penting untuk membuat kebijakan dan tolok ukur guna
memfasilitasi atau menjamin bahwa investasi dalam kegiatan inovasi dan litbang
dapat kembali, keuntungan dihasilkan, dan jerih payah inventor dikompensasi.
Inventor harus memusatkan upayanya untuk mencari solusi bagi masalah teknis
yang muncul dari produksi atau kehidupan sehari-hari. Sebelum memulai risetnya,
mereka harus mempelajari dokumen paten. Selain mencakup aspek legal, teknis,
dan ekonomis, dokumen paten merupakan sumber inspirasi bagi litbang dan
identifikasi peluang teknologi yang dibutuhkan di masa mendatang. Oleh
karenanya, inventor harus memperkaya pengetahuannya dengan memanfaatkan
informasi paten.
Dalam kenyataannya pengembangan merupakan bagian tak terpisahkan dari
inovasi teknis. Tanpa investasi, sumberdaya manusia, dan unsure lainnya yang
cukup, betapapun hebatnya invensi akan tetap dalam bentuk ide saja. Oleh
karenanya diperlukan kebijakan guna memacu penguatan kemampuan
pengembangan produk sebelum invensi dibawa ke pasar.
Di satu sisi sering inventor sulit menemukan investor untuk melisensi
invensinya, tetapi di sisi lain banyak perusahaan mencari teknologi baru yang
dapat dikomersialkan. Untuk itu, kantor kekayaan intelektual memiliki
tanggungjawab untuk memberikan informasi dan pelayanan kepada publik secara
efektif. Oleh karena itu jaringan diseminasi informasi paten yang komprehensif
dan efektif secara nasional perlu dibangun untuk memacu komersialisasi invensi
baru.
Model Komersialisasi
A. Business Development Wheel
Model Komersialisasi teknologi BDW bentuknya seperti model ”Dual Model
of Innovation”. Cakupannya tidak seperti ”Dual Model of Innovation” yang
meliputi proses inovasi keseluruhan kemudian melibatkan ide-ide baru hingga
penggunaan teknologi yang dihasilkan oleh para konsumen. Model BDW lebih
fokus kepada transfer ilmu pengetahuan, teknologi ataupun produk-produk
rekayasa baru.
B. Technology Transfer Office
Pada dasarnya Teknology Transfer Office (TTO) di perguruan tinggi
berfungsi untuk menjalin komunikasi internal didalam kampus baik dengan
fakultas ataupun para inventor/peneliti. Selain itu, TTO juga bertanggung jawab
melindungi universitas secara hukum dari kemungkinan pihak lain yang
mengklaim hasil komersialisasi teknologi yang telah dilakukan pihak kampus.
C. Technology Licencing Office
Lembaga ini dibentuk untuk mengidentifikasi dan melindungi serta melakukan
proses komersialisasi teknologi yang akhirnya bermuara kepada penjagaan
kekayaan intelektual. Biasanya lembaga ini bekerjasama dan membuat perjanjian
dengan institusi komersil. Kerjasamanya bisa dalam bentuk pendirian sebuah
institusi bisnis atau menjadi rekanan dalam pendirian institusi yang telah memiliki
atau mendaftarkan kekayaan intelektualnya. Dalam hal ini universitas membangun
kerjasama strategis dengan institusi komersil dan berbagai informasi namun tetap
menjaga kerahasiaan masing-masing baik paten port folio perusahaan ataupun
kekayaan intelektual universitas.
D. Inkubator Bisnis
Menurut Supangkat dan Purwanto (2006) konsep Inkubator Bisnis yang
dikembangkan di perguruan tinggi merupakan sarana bagi komersialisasi riset dan
penciptaan lapangan kerja baru, yang pada akhirnya tercipta rantai susulan
lapangan kerja (job creation) dan proses usaha yang mepunyai nilai tambah selain
itu juga mampu menciptakan lapangan kerja dan jalinan kerjasama yang erat
antara Universitas – Industri – Masyarakat – Pemerintah. Aktivitas komersialisasi
ini akan mampu mengubah penemuan-penemuan itu menjadi inovasi, sehingga
terjadi proses penciptaan nilai (value creation) dan melalui proses tersebut akan
memiliki dampak positif yang akan muncul yaitu komersialisasi teknologi yang
mampu mendorong penciptaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dari sisi istilah lembaga yang melakukan proses inkubasi bisnis juga memiliki
nama yang berbeda-beda diantaranya: inkubator bisnis, Science Park, teknologi
Innovation Centres dan istilah-istilah yang menggunakan istilah inkubator,
venture, research dan lain-lain yang pada prisipnya memiliki proses yang serupa
yaitu proses inkubasi bisnis. Inkubator bisnis dapat dibagi dalam beberapa tipe
antara lain.
1. Technoples. Inkubator merupakan bagian yang terintegrasi dengan suatu
program yang mencakup pendidikkan dan atau lembaga riset dan organisasi yang
memiliki perhatian pada penciptaan pertumbuhan daerah.
2. Sector-Specific inkubator Inkubator yang membantu untuk
mengeksploitasi sumber-sumber lokal untuk mengembangkan bisnis baru pada
suatu sektor khusus dan berfokus pada pertumbuhan secara lokal.
3. General inkubator inkubator yang bersifat general tidak membatasi sector
yang dilayani namun demikian penekanan pada inovasi tetap menjadi
pertimbangan utama dalam menerima pelaku usaha.
4. Building Businesses, membantu untuk menciptakan bisnis untuk
memperkenalkan komersialisasi khusus dengan melakukan pemilihan bisnis yang
tepat.
5. Industrial inkubator inkubator yang didukung pemarintah dan lembaga
non-profit. Tujuannya penciptaan lapangan kerja biasanya untuk merespon
penggangguran.
6. University-related inkubator. Inkubator yang bertujuan untuk melakukan
komersialisasi science, teknologi dan HAKI dari hasil penelitian. Inkubator
perguruan tinggi menawarkan perusahaan mula untuk mempeoleh layanan
laboratorium, computer, University-related inkubator adalah inkubator yang
bertujuan untuk melakukan komersialisasi science, teknologi dan HAKI dari hasil
penelitian. Inkubator perguruan tinggi menawarkan perusahaan mula untuk
memperoleh layanan laboratorium, komputer, perpustakaan dan jasa kepakaran
perguruan tinggi. Inkubator ini didukung langsung oleh perguruan tinggi dan
bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang memiliki perhatian.
Konsep sederhana dari inkubator bisnis adalah penggunaan bersama ruang
kantor dan ruang kerja bagi para pelaku usaha. Program inkubator bisnis yang
efektif harus berfokus pada penguatan kemampuan bisnis, akses layanan bisnis,
perbaikan lingkungan bisnis dan kesempatan untuk membuka jejaring kerjasama
bisnis sebagai tahapan awal dalam mulai membuka usaha serta membuka potensi
bisnisnya untuk tumbuh dan berkembang.
Inkubator bisnis biasanya bekerja melalui hubungan antara sejumlah
stakeholder yang mencakup investor, pemerintah, modal ventura, pelaku usaha
dan professional inkubator bisnis. Kerjasama antar stakeholder tersebut
diharapkan menghasilkan bisnis yang berkelanjutan, peningkatan pendapatan,
pembukaan lapangan kerja dan pembangunan ekonomi daerah.
BISNIS MODEL
1. Statement Vision and Mision
Visi : Menjadi pioner pembuat alat penghemat bahan bakar (BBM) bagi industri dalam rangka efisiensi sumber daya alam yang tidak terbarukan.
Misi :
- Membuat alat penghemat BBM yang mudah diaplikasikan pada
mesin-mesin industri yang menggunakan bahan bakar dan motor
sebagai penggeraknya.
- Mendesain alat penghemat BBM yang tahan lama dan dengan harga
yang lebih terjangkau oleh konsumen.
- Mampu menjangkau pasar 20% dari industri nasional yang
menggunakan BBM.
2. Value Proposition - Produk : produk “Hydro Magic” mudah digunakan serta aman dalam
pengaplikasiannya.
- Harga : harga yang lebih terjangkau oleh konsumen (industri).
- Akses : produk “Hydro Magic” mudah didapatkan dan tidak
diproduksi pada waktu tertentu saja, selain itu lokasi untuk
mendapatkan produk ini sangat mudah dijangkau karena letaknya
yang berada di kota besar Jabodetabek.
- Experience : produk “Hydro Magic” sangat respect terhadap
penghematan BBM.
3. Business Model a) Costumer : pelanggan “Hydro Magic” adalah industri pemakai BBM,
penawaran ini sangat cocok karena industri sendiri sangat menghendaki
dalam penggunaan bahan bakar dan dapat mengurangi total biaya produksi.
b) Value Proposition : keuntungan unik “Hydro Magic” adalah penghematan
sekitar 40% penggunaan BBM.
Direktur
Manager Produksi
Manager Finansial
ManagerR & D
ManagerMarketing
c) Differentiation and Control : Dengan adanya garansi dan kontrak kerjasama
dengan industri terkait dan pemasaran dengan berbagai media. Selain itu
dilakukan kontrol terhadap pembiayaan dan penggunaan “Hydro Magic”
pada industri-industri yang telah mempercayakan produk ini untuk
mendukung aktivitas produksinya.
d) Scope of product and activity : Alat ini merupakan alat yang bekerja untuk
menghemat bahan bakar mesin industri dan disertai service pemasangannya.
e) Organisational design :
f) Struktur organisasi di bagi menjadi beberapa divisi, seperti pada gambar
dibawah ini :
g) Value Capture for profit : Perusahaan melakukan sertifikasi produk untuk
melindungi produk itu sendiri, perluasan pemasaran, meningkatkan loyalitas
konsumen dengan tetap memperhatikan keinginan konsumen dan fokus
terhadp pelayanan yang diberikan, dan adanya garansi bertujuan untuk
melindungi keuntungan perusahaan.
h) Value for talent : sangat dibutuhkan orang yang memiliki keahlian dalam
bidang ini terutama dalam hal penelitian dan pengembangan produk “Hydro
Magic”, selain itu perusahaan mengadakan training untuk karyawan dan
adanya pengembangan jenjang karir.
4. Core Compentencies and Competitif AdvantagesCore Competencies
Hydro Magic memiliki keterampilan unik dan kapabilitas yaitu desain alat dan
operasi yang praktis dalam mesin tersebut sehingga mudah diaplikasikan pada
mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar, terutama pada mesin-mesin
industri. Meskipun di pasaran terdapat alat serupa yang juga berfungsi untuk
menghemat bahan bakar terutama kendaraan bermotor, “hydro magic”
merupakan alat yang tidak mudah ditiru karena desain dan inovasinya sendiri
yang sangat berbeda yang sangat cocok digunakan pada mesin industri.
Competitif Advantages
Hydro Magic memiliki keunggulan kompetitif yaitu efisiensi dalam
penggunaan bahan bakar dan harganya yang murah (efficiency-low costs)
dibandingkan produk lain. Selain itu, pengaplikasian alat penghemat bhaan
bakar mesin industri belum banyak. Sehingga “hydro magic” benr-benar
menjadi satu-satunya alat yang mampu menghemat bahan bakar mesin industri.
METODOLOGI VALUASI
Metode Valuasi Teknologi
Metode yang digunakan untuk valuasi produk daging nabati kecipir adalah
metode Rules of Thumb dan DCF (Discounted Cash Flow). Rules of thumb
merupakan panduan yang sangat berguna bagi pengambil keputusan berdasarkan
pada berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai teknologi. Metode ini
digunakan untuk mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan
cepat diaplikasikan ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide yang mendasari
metode ini adalah negoisasi antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki
pemikiran yang sama sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan.
Metode Discounted cash flow (DCF) merupakan metode yang berguna dalam
mengetahui harga yang calon pengguna teknologi bersedia bayarkan pada saat
kesepakatan terjadi, yaitu dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang
didapatkan dari perolehan hak atas teknologi tersebut. DCF ini digunakan untuk
menentukan valuasi cash flow sebuah perusahaan dimasa depan dengan asumsi
asumsi tertentu untuk mendapatkan nilai valuasi saat ini.
Diagram Alir Valuasi Teknologi
1. Metode Rules Of Thumb
Produk
Identifikasi Biaya Pokok (BP)
Perhitungan selisih BP daging nabati kecipir dengan daging nabati kedelai
A
A
Mulai
Identifikasi Biaya Investasi, Biaya Tetap, Biaya Variabel
Nilai DCF
Pembuatan Arus Kas (Cash Flow)
Selisih pendapatan dengan biaya pada tahun ke-n
Identifikasi RAHR:Kebijakan Pemerintah saaat ini
Kondisi Politik NegaraKondisi Ekonomi (Laju Inflasi, Market Growth dan Size)
Nilai KPenentuan Nilai NPV
Tidak Optimum
Optimum
2. Metode Discounted Cash Flow
Penentuan persen pembagian dan
perhitungan
Nilai Persentase Rules of Thumbs
Identifikasi Keuntungan
Identifikasi Keuntungan
IV. KOMERSIALISASI
Metode Komersialisasi
Komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan
pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan
proses ini dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang
cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan
ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan
sebagainya. Langkah komersialisasi yang dilakukan untuk mengembangkan
industri daging nabati kecipir adalah sebagai berikut:
1. Customer Market Research (CRM)
Konsumen merupakan bagian penting dari suatu perusahaan. Tanpa adanya
konsumen keberlangsungan perusahaan tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu,
hal yang pertama yang penting dilakukan untuk mendirikan industri daging nabati
kecipir adalah survey kondisi pasar. Kondisi pasar dapat diketahui dari beberapa
aspek, yaitu :
a. Market Growth Rate And Size
Pengukuran laju pertumbuhan pasar dan ukuran pasar industri daging nabati
kecipir diukur dengan melihat beberapa factor, yaitu:
Kecenderungan laju pertumbuhan restoran, terutama restaurant
untuk vegetarian.
Kecenderungan laju pertumbuhan perhotelan. Pada umumnya
hotel menyediakan makanan untuk tamun sehingga hotel dapat dijadikan sebagai
salah satu wilayah pemasaran produk daging nabati kecipir.
Kecenderungan laju pertumbuhan industri makanan siap saji,
seperti sosis dan burger.
Laju pertumbuhan dan ukuran pasar industri daging nabati dapat
diketahui dari data yang terdapat di Badan Pusat Statistik (BPS).
b. Entry Barier (s)
Entry barier merupakan factor-faktor yang menghalangi perusahaan untuk
dapat memasuki pasar daging nabati. Beberapa factor yang dianggap sebagai
pengahalang industri daging nabati kecipir untuk memasuki pasar adalah pola
fikir masyarakat yang masih kaku terhadap definisi daging. Selama ini,
masyarakat mendefinisikan daging sebagai daging yang bersumber dari hewan.
Pola fikir tersebut dapat berakibat kurang baik terhadap produk daging nabati
kecipir.
c. Product Substitute (s)
Produk subtitut merupakan produk serupa yang dapat digunakan sebagai
pengganti dai produk daging nabati kecipir. Produk sabtitute dariproduk nabati
kecipir adalahTVP (Texturized Vegetable Protein from Soy).
d. Main Competitor (s)
Pesaing utama dari produk daging nabati kecipir adalah produk dari industri
pengolahan daging hewani dan produk daging nabati kedelai impor.
2. Technology Selection
Target pasar dari rancangan industri daging nabati kecipir ini adalah industri
dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Berdasarkan perbedaan target pasar tersebut,
diperlukan penyesuaian teknologi yang digunakan dengan industri yang
mengadopsi rancangan industi daging nabati kecipir ini. Pemilihan teknologi yang
digunakan didasarkan terhadap perbedaan tingkat modal dan kapasitas industri.
3. Evaluasi dan Adaptasi
Melakukan evaluasi penerimaan konsumen terhadap produk daging nabati
kecipir berdasarkan data hasil CMR (Consumer Market Reserch).
Melakukan evaluasi produk untuk meningkatkan kulitas dan penerimaan
konsumen terhadap produk daging nabati kecipir
Melakukan perbaikan-perbaikan proses produksi yang kurang efektif dan
efisien
Menyesuaikan teknologi proses produksi daging nabati kecipir dengan
teknologi pembuatan daging nabati pada umumnya sehingga dapat meningkatkan
efisiensi biaya.
Menyesuaikan produk yang dihasilkan berupa daging nabati kecipir
dengan persepsi dan keingan konsumen
Melakukan standarisasi pembuatan daging nabati kecipir sehingga
dihasilkan daging nabati kecipir dengan kualitas yang relatif seragam.
4. Development Of Institutional Arrangements
Membangun susunan kelembagaan yang ada pada sebuah industri yang ingin
mengembangkan usahanya dengan produk yang baru di pasaran. Kelembagaan
yang ada di sebuah industri harus merencanakan segala sesuatunya mulai dari
letak kantor pusat, kantor cabang atau anak perusahaan, pemasaran,
penggudangan, dan distribusi. Setelah itu merencanakan kemitraan dengan
beberapa perusahaan yang telah mengadopsi terlebih dahulu teknologi, bermitra
dengan pemasok bahan baku yang digunakan oleh industri, bermitra dengan
pembeli yang akan menjual hasil produk maupun mengadopsi ide dari produk
industri tersebut.
Jika daging nabati ini dijual hanya dalam bentuk ide bukan dalam bentuk
produk yang harus memproduksi sendiri, maka sasarannya adalah industri yang
ingin menginvestasikan uangnya atau investor. Ide atau gagasan inovasi dari
sebuah produk seperti daging nabati dari kecipir sebagai substitusi daging hewani
akan dikomersialisasikan kepada industri-industri yang akan menginvestasikan
dananya atau investor. Layaknya seorang konsultan dalam sebuah industri,
memberikan saran-saran mulai dari survey pasar akan produk yang digagaskan
pada industri, memilih teknologi yang tepat atau sesuai, lakukan evaluasi dari
hasil pemilihan teknologi tersebut berdasarkan survey yang telah dilakukan lalu
diadaptasi sesuai dengan kebutuhan, setelah itu dilakukan studi kelayakan dilihat
dari segi kelayakan teknik dan financial,
Selanjutnya membangun susunan kelembagaan dalam industri bisa berupa
kemitraan dengan beberapa industri lain, pemasok atau supplier, pembeli yang
akan menjual produk,serta menetukan dimana saja letak kantor pusat, kantor
cabang atau anak perusahaan, pemasaran, penggudangan dan distribusi. Setelah
itu pengelolaan dan alih teknologi artinya apakah mesin-mesin yang digunakan
diadopsi dari luar atau merencanakan diadakan penyuluhan bagi operator yang
memegang kendali dari mesin, dapat juga dilakukan studi kepada karyawan.
Customer Market Research
Feasibility Study (Technical And Financial Feasibility)
Evaluation And Adaptation
Development Of Institutional Arrangement
Technology Seletion
A B C DIndustri UKM
Technology Transfer And Management
Setelah step-step yang di atas dilakukan atau direncanakan, langkah
selanjutnya mengaplikasikan semuanya dalam skala kecil atau aplikasi percobaan
tetapi secara komersial. Ide atau gagasan tadi akan dicoba dilakukan atau
diaplikasi dalam skala kecil, tujuannya untuk melihat sejauh mana semua hasil
perencanaan tadi dapat berjalan dengan baik, jika ada kesalahan atau
ketidaksesuaian maka dapat diperbaiki menjadi lebih baik lagi, hal ini akan
berkaitan dengan langkah yang terakhir yaitu melakukan evaluasi terhadap semua
rencana dan aplikasi dalam skala kecil. Semua tahapan itu akan menentukan
apakah ide atau gagasan dari daging nabati kecibir sebagai substitusi daging
hewani dapat diterima oleh industri yang akan menginvestasikan dananya.
4.2 Diagram Alir Metode Komersialisasi
Keterangan :
A : Market growth rate and size
B : Entry barier (s)
C : Product substitute (s)
D : Main competitor (s)
V. PEMBAHASAN
Komersialisasi
Komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan
pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan
proses ini dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang
cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan
ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan
sebagainya.
Pemilihan Teknologi (Technology Selection)
Pemilihan teknologi merupakan suatu tahapan yang dilakukan oleh suatu
industri untuk memilih teknologi yang tepat sehingga layak diterapkan pada suatu
industri. Dalam proses komersialisasi alat penghemat bahan bakar mesin pabrik
(Hydro Magic), pemilihan teknologi dilakukan dengan menyesuaikan teknologi
yang ditawarkan dengan konsumen, yaitu industri penghemat bahan bakar mesin
pabrik. Penyesuaian teknologi meliputi proses penyediaan peralatan, perakitan,
dan penentuan kapasitas produksi.
Proses produksi yang dipilih harus sesuai dengan peralatan yang tersedia,
sehingga dapat dikatakan layak dan sesuai secara teknis. Kapasitas produksi yang
dianjurkan adalah sebanyak 1200 buah per tahun, jika kapasitas produksi ini
dianggap terlalu banyak atau terlampau sedikit oleh industri bersangkutan maka
akan dilakukan perubahan yang akan dilakukan pada proses adaptasi nantinya.
Proses pembuatan Hydro Magic secara garis besar dapat dirinci sebagai
berikut.
1. Penyiapan alat dan bahan
Pembuatan Hydro Magic secara garis besar membutuhkan alat dan bahan
sebagai berikut, yaitu botol stainless steel, lampu 12 volt, selang lubang udara dan
monifol, relay, elektroda stainless steel positif dan negatif, kabel, aquades, dan
Kalium Hidroksida (KOH).
2. Perakitan
Perakitan merupakan proses penyatuan alat dengan cara pengelasan secara
manual oleh operator.
3. Pengemasan
Proses pengemasan dilakukan setelah proses perakitan, sebelum dikemas alat
dilakukan proses pelabelan. Alat dikemas menggunakan sterofoam sehingga dapat
melindungi alat dari benturan. Selain itu, alat pun dikemas menggunakan kardus
sebagai kemasan sekunder. Proses pelabelan dan pengemasan dilakukan secara
manual oleh operator.
Evaluasi dan Adaptasi
Melakukan evaluasi penerimaan konsumen yaitu industri pemakai bahan
bakar terhadap produk Hydro Magic (Alat Penghemat BBM) berdasarkan data
hasil CMR (Consumer Market Research).
Melakukan evaluasi produk untuk meningkatkan kualitas dan penerimaan
konsumen terhadap produk Hydro Magic (Alat Penghemat BBM).
Melakukan perbaikan-perbaikan proses produksi yang kurang efektif dan
efisien dan mendesain alat yang lebih praktis.
Menyesuaikan teknologi proses produksi dengan bahan-bahan yang dapat
meningkatkan efisiensi biaya.
Menyesuaikan produk Hydro Magic (Alat Penghemat BBM) dengan
persepsi dan keinginan konsumen (industri pemakai bahan bakar) misalnya
dengan meningkat perfomansi dan tingkat kepraktisannya serta kemampuan
dalam penghematan BBM.
Evaluasi dilakukan dengan melakukan run test pada teknologi yang telah ada.
Caranya dengan membandingkan desain teknologi pembuatan Hydro Magic (Alat
Penghemat BBM) dengan teknologi atau peralatan yang telah ada di pasaran. Jika
dalam proses evaluasi terdapat perbedaan dalam desain teknologi proses produksi
dan kemampuan alat dalam penghematan BBM yang sudah ada maka akan
dilakukan proses adaptasi pada desain teknologi agar proses produksi dapat
berlangsung dengan efektif dan efisien.
Dari hasil evaluasi, apabila ditemukan adanya penyimpangan atau perbedaan
pada teknologi yang terdapat pada industri bersangkutan dengan desain proses
yang kita anjurkan, maka dilakukan perubahan teknologi hingga diperoleh hasil
yang sesuai dengan standar pada industri yang bersangkutan.
Studi Kelayakan
Aspek Pasar dan Pemasaran
Pada analisis aspek pasar dan pemasaran ini, aspek yang dikaji adalah bentuk
pasar, proyeksi permintaan dan penawaran, pangsa pasar yang mungkin diraih,
perilaku konsumen dan strategi pemasaran untuk mencapai pangsa pasar tersebut.
Dari sisi output, analisis pasar sangat penting untuk meyakinkan bahwa
terdapat suatu permintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari
sudut pandang input, rencana-rencana harus dibuat untuk meyakinkan adanya
input, saluran distribusi, kapasitas, kontinuitas, dan tingkat harga.
Produk penghemat bahan bakar minyak “Hydro Magic” memiliki beberapa
keunggulan, yakni dapat menghemat bahan bakar minyak sampai 30 %. Selain itu
Hydro Magic merupakan alat yang dapat diterapkan pada mesin kendaraan
bermotor dan mesin industri. Hydro Magic juga mudah dirakit dan alat-alatnya
mudah dicari. Selain itu, harganya pun relatif dapat terjangkau oleh masyarakat.
Selain ketersediannya pasar untuk produk Hydro Magic ini, strategi
pemasaran juga berpengaruh terhadap kelangsungan industri.
1. SegmentasiSegmentasi produk Hydro Magic ini adalah industri-industri yang
menggunakan bahan bakar minyak. Oleh karena itu, Hydro Magic bisa dijadikan
sebagai inovasi produk baru bagi perusahaan tersebut.
2. TargettingTarget pemasaran Hydro Magic adalah industri yang menggunakan mesin
berbahan bakar minyak. Hal ini dikarenakan industri-industri tersebut memiliki
proses produksi mengharapkan bahan bakar yang digunakan dapat dihemat
sehingga mengurangi pengeluaran biaya produksi. Alat ini dapat menghemat
bahan bakar minyak kurang lebih 30 %, maka efisiensi ini menjadi alternatif
inovasi produk Hydro Magic. Selain itu, bentuk Hydro Magic ini dibuat sangat
sederhana dan mudah dirakit sehingga membuat industri akan lebih tertarik karena
dengan bentuknya tersebut dapat diaplikasikan pada mesin dengan lebih mudah.
Target yang lain seperti pengguna kendaraan bermotor atau masyarakat tidak
kami targetkan karena produk sejenis telah banyak beredar dan digunakan pada
target tersebut.
3. PositioningHydro Magic merupakan sebuah pengembangan inovasi dari produk sejenis
yang telah beredar di masyarakat, yaitu dapat diaplikasikan pada mesin industri
yang menggunakan bahan bakar minyak. Produk Hydro Magic ini diposisikan
sebagai produk pengembangan inovasi yang awalnya telah banyak digunakan
masyarakat untuk kendaraan bermotor dan dikembangkan agar dapat
diaplikasikan pada mesin industri. Produk ini juga memiliki bentuk yang mirip
produk sejenis yang telah banyak digunakan pada mesin kendaraan bermotor
hanya kapasitas dan penggunaan bahan dalam alat yang diubah sehingga dapat
digunakan sebagai alat penghemat bahan bakar minyak, sehingga dengan
kapasitas yang lebih besar dapat dengan mudah diaplikasikan di mesin industri
yang menggunakan bahan bakar minyak. Selain itu, penanganan yang mudah dari
Hydro Magic membuat konsumen (industri) akan memilih produk ini. Hal lainnya
yang utama adalah alat ini lebih tahan lama dan harga jualnya terjangkau dengan
efisiensi penghematan bahan bakar kurang lebih 30%.
Strategi Marketing Mix
Pemasaran suatu produk dalam strategi Marketing Mix terdapat empat macam
strategi pemasaran yang terdiri atas :
a) Strategi Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen, atau sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi
keinginan dan kebutuhan. Produk Hydro Magic merupakan salah satu inovasi dari
produk penghemat bahan bakar terutama untuk mesin-mesin industri. Keunggulan
Hydro Magic ini dibandingkan dengan produk penghemat bahan bakar lainnya
lebih tahan lama dalam penggunaan alatnya, meningkatkan performa mesin,
menghaluskan suara dan getaran mesin, meningkatkan efisiensi mesin,
menghemat BBM hingga 30%, mengurangi emisi gas buangan, mengurangi
karbon pada ruang bakar, tidak ada efek negatif selama pemakaian, produk tahan
air, tahan panas, tahan banting dan tahan karat, masa pemakaian panjang sampai 5
tahun.
Kemasan juga merupakan salah satu strategi produk yang digunakan pada
produk daging Hydro Magic ini. Desain kemasan yang menarik terhadap produk
ini akan menjadikan daya tarik tersendiri pada konsumen. Selain itu, kemasan ini
juga akan memberikan umur simpan yang lebih lama.
b) Strategi HargaHarga adalah salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix.
Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga
merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk atau jasa yang ditawarkan.
Harga jual dari produk Hydro Magic kepada para industri adalah sebesar Rp. 2.
000.000,-.
c) Strategi Lokasi
Kegiatan pemasaran yang ketiga adalah penentuan lokasi dan distribusi.
Lokasi pemasaran dan distribusi dari produk Hydro Magic ini sasarannya adalah
industri-industri diseluruh Indonesia terutama yang berada di pulau Jawa dan Bali,
karena industri-industri didaerah ini merupakan industri-industri yang tergolong
besar.
d) Strategi Promosi
Promosi merupakan bagian dari kegiatan marketing mix yang terakhir
sekaligus sebagai ujung tombak usaha bisnis. Promosi merupakan sarana yang
paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan konsumen. Salah satu tujuan
promosi perusahaan adalah menginformasikan segala jenis produk yang
ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen yang baru.
Beberapa metode pemasaran atau promosi yang akan dilakukan oleh
perusahaan kami adalah :
1. Penjualan Personal
Penjualan personal biasa dilakukan dengan kontak langsung antara penjual
dan calon pembeli dalam suatu waktu dan tempat secara bersamaan, seperti
misalnya dengan melakukan presentasi maupun pertemuan penjualan ke beberapa
industri besar.
2. Promosi Penjualan
Dalam promosi penjualan ke beberapa industri besar berbahan bakar minyak,
cara yang dianggap masih efektif adalah dengan mempromosikan produk ini
dengan menonjolkan keunggulan-keunggulan produk ini serta memberikan
kemudahan pembelian sekaligus pendanaan serta kemudahan-kemudahan lainnya.
Aspek Teknis Teknologi
Pada aspek ini hal yang perlu dianalisis adalah bahan yang akan digunakan
dan proses produksi untuk pembuatan alat penghemat bahan bakar ini.
Aspek Proses Produksi
Proses produksi pembuatan alat penghemat BBM, yaitu:
1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat penghemat BBM ini
meliputi tabung elektrolizer, air (aquades), Kalium Hidroksida (KOH), dan relay,
sedangkan alat yang digunakan adalah plat anoda dan katoda, googles, alat las,
lampu indikator, selang,
2. Metode
Air dituangkan pada tabung elektrolizer (aliran listrik atau accu sudah
terpasang), bahan kimia (KOH) dimasukkan sedikit demi sedikit hingga
terjadi proses elektrolisa (seperti air mendidih). Saat memasukkan KOH
gunakan kaca mata googles karena KOH sangat berbahaya bila terkena mata.
Anoda & katoda berbahan stainless steel agar tidak melekat pada magnetnya
sebagai konduktor dari sumber energinya dengan cairan elektrolit, relay
digunakan sebagai penyambung dari tangki cairan air dan KOH tersebut
dengan tangki bahan bakar.
Selang dipasang di manifold atau dicabang dua dan dimasukan di
kedua bagian (intake manifold dan selang saringan udara sekaligus). Lampu
indikator ± 12 Volt dipasang sebagai indikator katalis karena jika katalis
kurang lampu akan menyala.
Bahan Baku
Perakitan
Pelabelan
Persiapan
Pengemasan
Produk Hydro Magic
Gambar 1. Diagram Kinerja Hydro Magic
Gambar 2. Diagram Alir Proses Produksi Hydro Magic
Transfer Of Ownership
Salah satu cara untuk melakukan komersialisasi yaitu dengan melaksanakan
transfer of ownership. Transfer of ownership merupakan metode komersialisasi
dengan cara menjual hak kepemilikan suatu produk/teknologi atau produk inovasi
lainnya. Biasanya pihak yang membeli merupakan perusahaan besar. Sedangkan
pihak yang menjual suatu hak kepemilikan merupakan pihak yang kurang
berpengalaman dan tidak memiliki modal yang besar.
Pada umumnya seseorang menjual produk inovasi karena alasan keterbatasan
modal. Namun, hal yang paling utama adalah karena pemilik produk inovasi
tersebut sudah tidak bisa mengembangkan produk inovasi yang dimiliki menjadi
produk komersil yang mempunyai nilai jual di pasaran. Sedangkan pihak
perusahaan yang biasanya berperan sebagai pihak pembeli atau penerima transfer
of ownership mempunyai modal, teknologi, dan pengalaman yang memadai
sehingga dapat lebih mudah untuk melakukan pengembangan-pengembangan
produk inovasi.
Selain itu biasanya perusahaan sudah memiliki data riset konsumen mengenai
kebutuhan, keinginan, dan kecenderungan konsumen dalam melakukan pembelian
sehingga dapat mempermudah untuk penentuan strategi produk inovasi
selanjutnya.
Konsekuensi dari transfer of ownership adalah pihak yang menjual sudah
tidak mempunyai hak atas produk inovasi yang dulu dimilikinya. Artinya pihak
penjual sudah tidak bisa lagi menggunakan produk inovasi yang dulu menjadi
miliknya walaupun hanya untuk kepentingan pribadi. Apabila pihak penjual
menggunakan produk inovasi yang sudah dijual maka pihak penjual pun harus
membayar kepada pihak pembeli yang sekarang sudah menjadi pemilik baru
produk inovasi.
Pihak pembeli atau pemilik baru suatu produk inovasi mempunyai hak penuh
atas produk inovasi yang telah dibeli. Pihak pembeli berhak untuk mengubah atau
memperbaharui produk inovasi yang telah dibeli, tanpu perlu melakukan
konfirmasi kepada pemilik yang lama. Bila produk inovasi yang telah
diperbaharui dan dikembangkan oleh pemilik yang baru dapat menghasilkan
keuntungan yang berlipatganda maka pemilik produk inovasi yang lama sama
sekali tidak mempunyai hak atas keuntungan yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Artikel Inovasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Inovasi. Online 15 November 2008
Ducker, Peter F. 1985. Inovasi dan Kewiraswataan, Praktek dan Dasar-dasar.
Erlangga. Jakarta.
Goenadi, D. H. 2008. Artikel Iptek. Komersialisasi Hasil Invensi Bernilai
Ekonomis.http://www.menristek.go.id/index.php?
mod=News&conf=v&id=312 . Online 15 November 2008