Husama Allauddin B Transportasi Anggrek

28
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN SERTA TRANSPORTASI BUNGA ANGGREK Dendrobium Disusun oleh : Husama Allauddin Bariq 20130210141

description

transportasi anggrek

Transcript of Husama Allauddin B Transportasi Anggrek

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN SERTA TRANSPORTASI BUNGA ANGGREK Dendrobium

Disusun oleh :Husama Allauddin Bariq20130210141

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015I. PENDAHULUAN

Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias. Warna, bentuk, ukuran yang unik, dan vaselife yang panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri oleh konsumen dalam dan luar negeri. Anggrek yang disukai sebagian besar masyarakat adalah jenis Dendrobium (34%), Oncidium Golden Shower (26%), Cattleya (20%), Vanda (17%) serta anggrek lainnya (3%) (Litbang Deptan, 2007).Bunga anggrek potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan acara-acara tertentu. Anggrek Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian bunga karena memiliki kesegaran yang relatif lama, warna dan bentuk bunganya bervariasi, tangkai bunga lentur sehingga mudah dirangkai, dan produktivitasnya tinggi. Bunga anggrek potong yang dipasarkan tentunya harus mempunyai kualitas yang baik. Salah satunya adalah umur kesegaran bunga anggrek potong yang cukup panjang, yang sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau penanganan pascapanen. Menurut Suyanti (2002) penurunan ketahanan kualitas bunga potong itu disebabkan oleh proses respirasi dan transpirasi serta kurangnya nutrisi selama dalam masa pajang, oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan ketahanan kualitas bunga potong anggrek.Dendrobium menjadi jenis yang paling banyak disukai masyarakat karena bunganya yang indah dan dapat bertahan lama serta perawatannya tidak terlalu sulit. Anggrek Dendrobium masih mendominasi pasar Indonesia (Sutiyoso, 2003). Pertumbuhan yang relatif cepat, cara budidaya yang relatif mudah, dapat ditanam di areal yang relatif sempit, mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, dan ketahanan menjadikan nilai tambah bagi para pecinta anggrek. Dendrobium juga memiliki bentuk dan variasi warna yang beragam menjadikan Dendrobium menjadi lebih dekoratif dari kebanyakan anggrek lainnya (Loan dan Lloyd, 1955).Permintaan anggrek cenderung terus meningkat. Anggrek sangat populer dan biasanya dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta untuk ungkapan duka cita. Hongkong, Singapura dan Amerika Serikat merupakan contoh beberapa negara yang cukup gencar meminta anggrek yang berasal dari Indonesia karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk memelihara tanaman anggrek dengan tujuan komersial menjadi tinggi, mengingat kondisi pasar di dalam dan luar negeri yang sangat cerah. Anggrek merupakan sumber devisa potensial bagi negara di samping dapat menjadi sumber penghasilan bagi petani dan pendapatan asli daerah.Berkembangnya usaha anggrek dalam negeri akan mampu meningkatkan pendapatan petani, memenuhi tuntutan keindahan lingkungan, menunjang pembangunan industri pariwisata, membuat kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran bertambah asri. Pembangunan industri anggrek diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja, menambah devisa, dan membuka peluang tumbuhnya industri sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi.II. PEMBAHASAN

A. PanenUmur panen untuk setiap jenis bunga anggrek berbeda-beda, tetapi rata-rata untuk anggrek potong dendrobium sekitar 3 - 4 bulan setelah memasuki masa inisiasi fase generatif. Selain dari umur, saat panen yang tepat dapat diketahui dari kondisi bunganya. Bila telah terdapat sekitar 70% kuntum bunga yang mekar maka tangkai bunga itu sudah layak dipotong (dipanen). Tempat pemotongan di dekat pangkal tangkai bunga atau sekitar 2 cm dari tempat melekatnya tangkai bunga pada bulb. Pada saat memanen, dianjurkan agar tangkai bunga dipotong 10 cm dari permukaan tanah menggunakan pisau atau gunting tajam. Metode ini dilakukan agar tangkai bunga cepat kering sehingga tidak mudah terinfeksi penyakit busuk batang. Pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air yaitu sekitar pukul 06.00 - 08.00. Walaupun demikian, pemanenan dapat juga dilakukan pada pukul 16.00 - 17.00. Pada jam tersebut penghisapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak daripada penguapannya. Tujuan pemanenan pada pagi atau sore hari adalah untuk menurunkan tigkat kerusakan bunga akibat kekurangan air dan panas (Sandra, 2005). Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme secara aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah. B. Pascapanen Periode pascapanen (postharvest period) adalah rentang waktu antara saat dipanennya hasil tanaman sampai hasil tanaman tersebut dinikmati konsumen. Pada periode pascaanen tersebut sering muncul hama dan penyakit yang menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu, penyakit yang terdapat pada periode pascapanen disebut penyakit pascapanen (postharvest disease) atau penyakit fase kedua (second phase disease). Lamanya atau panjangnya periode pascapanen tidak sama, dan ini sangat dipengaruhi oleh macam dan penggunaan suatu komoditas, termasuk juga tahap-tahap pekerjaan yang dialami komoditas tersebut. Periode pascapanen anggrek meliputi: pengkelasan (grading), pengemasan (packing), penyimpanan, penyebaran (distributing).C. Penyimpanan Bunga potong anggrek agar tetap dalam kualitas yang baik sampai hasil tanaman tersebut dikonsumsi dapat diberikan perlakuan pendinginan, pengawetan, penggunaan antiseptik, dan pengeringan. 1. Pendinginan Suhu rendah menyebabkan aktivitas organisme juga rendah termasuk metabolismenya. Suhu rendah tidak merusak hasil tanaman, juga tidak membunuh organisme pengganggu (parasit). 2. Pengawetan Pengawetan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang masa kesegaran dan kualitas bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan dengan pengawetan yaitu menambah nutrisi, menambah keasaman air, dan menghambat jasad renik pembusuk (Amiarsi et al., 1999). Zat pengawet digunakan pada empat macam metode, yaitu conditioning, pulsing, bud opening, dan holding. a. Conditioning Tujuan utama perlakuan ini adalah untuk menjaga turgiditas bunga potong dengan cara merendam dalam air setelah mengalami stress air selama penanganan, penyimpanan, dan transportasi. b. Pulsing Merupakan perendaman segera setelah bunga dipanen dengan konsentrasi larutan yang tinggi dan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Pengaruh dari pemberian larutan pulsing adalah dapat memperpanjang vaselife, meskipun pulsing yang dilakukan hanya dengan merendam dalam air. c. Holding Larutan holding merupakan larutan untuk merendam bunga potong sampai terjual atau selanjutnya digunakan oleh konsumen untuk bunga yang telah dirangkai dalam vas. Halevy dan Mayak (1981) mengemukakan bahwa dalam Larutan holding umumnya terdiri dari komponen air, gula, germisida, hormon tumbuhan, senyawa mineral (asam sitrat, asm benzoat, asam sodium, aluminium, dan boron).d. Bud opening Larutan ini digunakan untuk pemanenan bunga pada tingkat yang lebih awal dari pada pemanenan biasa, kemudian memekarkan bunga terpisah dari tanamannya (Halevy dan Mayak, 1979). Larutan yang digunakan untuk bud opening hampir sama dengan yang digunakan untuk pulsing, namun waktu yang dibutuhkan untuk bud opening lebih lama dibandingkan dengan waku untuk pulsing, dan konsentrasi gula yang digunakan lebih rendah dibandingkan untuk pulsing (Halevy dan Mayak, 1981). Cara penyimpanan bunga potong ditentukan oleh jenis bunga. Bunga yang berasal dari daerah tropis akan rusak bila disimpan pada suhu 10 - 15 oC seperti bunga anthurium, heliconia, anggrek cattleya dan vanda. Bunga yang berasal dari daerah subtropis baik disimpan pada suhu 2 - 8 oC. Walaupun suhu penyimpanan rendah dan sesuai untuk bunga yang disimpan, tetapi kelembaban udara relatif harus tinggi, sebab kelembaban yang rendah akan menyebabkan terjadi dehidrasi sehingga bunga layu. Kelembaban yang relatif baik adalah 90 - 95%, sedang bila di atas 95% akan memungkinkan terjadinya pembusukan oleh bakteri psikofilik. Tidak adanya cahaya dalam ruang penyimpanan tidak berpengaruh terhadap mutu bunga, tetapi ruang penyimpanan harus bebas dari etilen. D. Pengkelasan Tanaman (Grading) Pengkelasan tanaman merupakan menyeleksi tanaman berdasarkan kriteria tertentu yang kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kelas. Kelas-kelas yang diberikan antara lain kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kegiatan pengkelasan tanaman ini dibagi menjadi dua: 1. Pengkelasan pindah tanam (grading repotting), yaitu pengkelasan tanaman yang dilakukan pada tanaman yang telah siap dipisah (split). Tanaman yang akan dipisahkan minimal memiliki umur lima bulan dan memiliki empat batang sehat dalam satu pot. Tanaman yang masuk kriteria pindah tanam dipindahkan ke bagian depan bed dan diberi tanda batas dengan pot kosong. 2. Pengkelasan konsumen (grading inden), yaitu pengkelasan tanaman yang dilakukan pada tanaman yang telah dipesan oleh konsumen untuk memenuhi kriteria tertentu. Tanaman yang telah masuk kriteria tertentu dipindahkan pada blok khusus tanaman inden agar pada saat hari pengiriman keadaan tanaman sesuai dengan pesanan konsumen. Pengkelasan ini dilakukan 1 - 2 minggu sebelum tanggal pengiriman. Pengecekan QC dilakukan pada saat tanaman berada di ruang packing untuk dipak ke tempat tujuan. Pengemasan disesuaikan dengan daerah tujuan tanaman tersebut. Pengkelasan tanaman dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman dan operator packing di net house. Pengkelasan dilakukan pada siang hari saat proses pemupukan dan pengobatan dihentikan. Ketika melakukan pengkelasan tanaman, dua orang operator berpasangan untuk mempermudah dan efisiensi waktu kerja. Tanaman yang dikelompokan sesuai dengan kriteria pot plant, jika tanaman dipindah ke blok khusus untuk tanaman inden maka dibuat laporan bed transfer mix oleh kepala regu net house. E. Pengangkutan. Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan tanaman dari lokasi panen ke ruang packing untuk diproses ke tahap selanjutnya. Selama proses panen, bunga anggrek yang telah dipotong ditampung terlebih dahulu di troli pengangkutan bunga. Penyimpanan bunga hasil panen di troli disesuaikan dengan blok letak tanaman tersebut dipelihara untuk mempermudah proses evaluasi tanaman.

Gambar Troli penampungan dan pengangkutan bunga potongF. Pengkelasan. Pengkelasan merupakan kegiatan memisahkan bunga ke dalam kriteria tertentu berdasarkan jumlah kuntum bunga, jumlah kuntum mekar, dan jumlah kuntum kuncup. Bunga dipisahkan antara bunga dengan kuntum bunga lengkap, kuntum bunga hilang satu, dan kuntum bunga hilang lebih dari satu. Bunga dengan penampakan baik dan kuntum lengkap dimasukkan ke dalam kelas good flower, kemudian dikelaskan berdasarkan panjang tangkai, jumlah kuntum keseluruhan, dan jumlah kuntum mekar. Bunga tersebut dikelaskan menjadi ukuran XL, L, M, S, BQ, SS, dan UZ. Bunga dengan kuntum bunga hilang satu dimasukkan dalam kelas second grade (SG) dengan ukuran bunga minimal M, sedangkan bunga dengan kuntum hilang lebih dari satu, tangkai bengkok, dan kuntum hilang satu dengan ukuran S, BQ, SS dan UZ dimasukkan dalam kelas reject (RZ). Bunga yang telah dikelaskan diikat setiap sepuluh tangkai sesuai dengan ukurannya, kemudian diletakkan pada troli pengkelasan.

G. Pengawetan. Pengawetan merupakan kegiatan pemberian larutan tertentu untuk memperpanjang kesegaran bunga setelah dipotong dari tanaman induknya. Pengawetan dilakukan pada bunga yang baru dipotong dan pada bunga yang telah dikelaskan. Pengawetan pada bunga yang baru dipotong dilakukkan dengan memasukkan bunga ke dalam ember berisi larutan perendaman untuk menjaga kesegaran bunga. Sebelum dimasukkan ke dalam ember, bunga disiram terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan panas lapang. Bunga yang telah dikelaskan diawetkan dengan menggunakan kapas yang telah direndam menggunakan larutan pengawet dan dibungkus dengan plastik putih yang kemudian diikat dengan karet.

H. Pengemasan (Packing). Tujuan packing antara lain untuk memperpanjanng umur bunga, oleh karena itu cara packing yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan jenis tanaman dan tujuan pengiriman. Pada umumnya bunga potong dikemas dengan cara memasukkan ke dalam keranjang tau kotak karton. Apabila pesanan terdiri atas beberapa jenis bunga tetapi masing-masing hanya sedikit, bunga dikemas menjadi satu di dalam satu kotak karton. Menurut Sutiyoso (2003) cara packing untuk anggrek potong ada tiga macam, yaitu pengemasan kering (dry packing), pengemasan basah (wet packing), dan pengemasan basah dengan kapas. 1. Pengemasan kering (dry packing). Pangkal tangkai bunga yang telah dipotong dibiarkan saja, tanpa perlakuan. Kekurangan cara ini yaitu bunga potong hanya bertahan sebentar.2. Pengemasan basah (wet packing) dengan tube.Pangkal bunga dipotong dimasukkan ke dalam tube yang telah berisi air dan bahan pengawet. 3. Pengemasan basah (wet packing) dengan kapas. Pangkal bunga tidak dimasukkan dalam tube, tetapi ditutup kapas yang telah dicelupkan ke dalam air. Kapas kemudian dililitkan di sekeliling pangkal tangkai bunga. Setelah itu, dibungkus dengan helaian plastik putih transparan dan diikat dengan karet. Pengemasan tanaman merupakan kegiatan pembungkusan tanaman ke dalam wadah tertentu sebelum tanaman didistribusikan ke konsumen. Kegiatan ini dibedakan menjadi dua, yaitu pengemasan bunga potong dan pengemasan pot plant. Pengemasan bunga potong hanya ditujukan untuk distribusi lokal, sedangkan pot plant ditujukan untuk distribusi lokal dan luar kota. Bunga potong ukuran XL, L, M, S, dan SG dikemas sebanyak lima ikat perkardus dengan posisi saling menyilang antar kuntum bunga dan ujung tangkai, sedngkan bunga potong ukura BQ, SS, dan UZ dikemas sebanyak sepuluhikat perkardus dengan posisi kuntum buga berada pada ujung luar boks. Ujung kuntum bunga diletakkan dengan jarak 10 cm dari boks karton untuk mencegah kerusakan akibat benturan selama proses pengiriman.

Pengemasan dalam kota dilakukan untuk tanaman yang akan didistribusikan ke kota-kota di wilayah Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Kegiatan diawali dengan seleksi dan pengecekan tanaman di net house sesuai dengan permintaan konsumen. Beberapa pot plant di dalam net house telah dipisahkan untuk setiap konsumen minimal dua bulan sebelum tanggal pengiriman untuk memudahkan alokasi jumlah tanaman yang tersedia di net house. Tanaman diperiksa kondisinya sebelum dikemas dan dihitung jumlah serta varietas tanaman. Pemeriksaan ini ditujukan agar tanaman yang tidak memenuhi kriteria dan terserang hama penyakit tidak lolos, sehingga kualitas tanaman terjaga. Pemeriksaan juga ditujukan untuk menyesuaikan jumlah, varietas, serta umur tanaman agar tidak terjadi kesalahan administrasi saat proses evaluasi selanjutnya. Tanaman yang telah memenuhi kriteria dan standar disusun ke dalam troli untuk ditransfer ke ruang packing atau langsung dikemas di net house dalam karton boks dan dibawa ke ruang packing. Satu karton boks berisi dua puluh buah tanaman dengan ukuran pot tanah liat 8 dan dua puluh empat buah tanaman dengan ukuran pot tanah liat 7. Penyusunan tanaman dalam karton boks dilakukan dengan meletakkan pot secara vertikal di sela-sela batang tanaman yang berada di bawahnya. Selanjutnya tanaman yang telah selesai dikemas dituliskan nama konsumen, varietas dan jumlah tanaman pervarietas untuk memudahkan pengecekan dalam pembuatan bukti pengeluaran tanaman (BPT).Tanaman yang akan didistribusikan ke daerah-daerah di luar wilayah Jawa Barat, Jakarta, dan Banten dikemas dengan menggunakan pengemasan luar kota, dan pengiriman dilakukan dengan menggunakan kendaraan milik konsumen. Produk dikirim biasanya dalam bentuk pot plant dan bareroot. Tahap persiapan pengemasan luar kota sama dengan pengemasan dalam kota, namun tanaman yang telah diseleksi ditransfer ke ruang packing untuk dibungkus terlebih dahulu sebelum dikemas dalam karton boks. Setelah ditransfer ke ruang packing dilakukan QC untuk memeriksa kembali kualitas tanaman. Tanaman yang tidak memenuhi standar QC dikembalikan ke bed asalnya dan ditukar dengan tanaman baru. Tanaman yang telah lolos QC dibungkus dengan kertas tisu untuk bagian tangkai bunga dan kertas koran untuk bagian batang beserta daun kemudian tanaman disusun dalam boks karton.Tanaman bareroot merupakan tanaman pot plant yang dikirim tanpa menggunakan pot dan media, sehingga sebelum dilakukan pengemasan QC kembali melakukan pengecekan untuk memastikan tanaman telah bersih dari media. Tahap persiapan pengemasan bareroot sama dengan pengemasan luar kota, namun pembungkusan hanya dilakukan pada tangkai bunga dengan menggunakan kertas tisu. Penyusunan tanaman bareroot dilakukan dengan meletakkan tanaman dalam karton boks secara horizontal, tangkai bunga berada di tengah-tengah boks dan saling berhadapan. Sebelum boks ditutup rapat tanaman diikat terlebih dahulu dengan menggunakan tali rafia agar tanaman tidak goyah selama dalam perjalanan. Pengemasan pot plant dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar Jenis-jenis pengemasan pot plant dalam kota (a); bareroot (b); dan luar kota (c). Boks karton yang telah siap dikirim diberi stempel, tanda tangan, dan tanggal oleh tim QC sebagai tanda bahwa produk tersebut telah lolos QC. Koordinator membuat bukti pengeluaran tanaman untuk diserahkan ke bagian administrasi stok. Pengiriman tanaman dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh koordinator packing. Boks karton kemudian disusun dalam mobil boks berpendingin untuk dikirim ke konsumen. Penyusunan karton boks dalam mobil tidak disusun secara bertumpuk karena bagian atas boks terdapat tangkai bunga sehingga boks tidak tertutup. Satu mobil boks dapat memuat sekitar delapan belas boks pot plant.

Gambar Penyusunan boks pot plant dalam mobil boksI. Pendistribusian Dan TransportasiPada umumnya lokasi budidaya bunga potong terletak di dataran tinggi, sedangkan lokasi penjualan berada di dataran rendah. Perbedaan suhu dan waktu yang diperlukan untuk pendistribusian dapat mempengaruhi kesegaran bunga, untuk itu perlu dilakukan perlakuan kimiawi. Secara teknis penurunan mutu bunga potong selama pendistribusian dapat dikurangi dengan cara memisahkan bunga potong dengan produk lain yang menghasilkan etilen. Schusser (1989) menuliskan bahwa selama pengangkutan, etilen yang ditimbulkan oleh buah yang diangkut bersamaan dengan bunga dapat membuat kuncup bunga menjadi layu. Masalah ini dapat diatasi dengan cara menyemprot kuncup dengan Argilena (perak nitrat ditambah tiosulfat) dengan kadar 2 - 4 gr/L. Kation Ag+ selain berfungsi sebagai germisida juga dapat menghambat produksi etilen, sehingga pelayuan yang terlalu cepat dapat dicegah.Ada empat modus transportasi yang digunakan yaitu darat, kereta api, udara dan laut. Modus yang digunakan tergantung pada:1. Pasar akhir2. Biaya transport dan nilai produk3. Waktu transit4. Ketersediaan unit transportasi5. Keringkihan produk6. Volume produk yang akan ditransportasikan7. Reliabilitas modus transportTransport harus cepat dan reliabel atau konsisten bila menangani produk ringkih seperti produk hortikultura. Susut secara langsung maupun tidak langsung adalah sangat nyata dalam transportasi produk hortikultura segar. Susut akan meningkat bila terjadi transit cukup lama, penanganan kasar, dan manajemen suhu kurang baik.a. Transport DaratDibandingkan dengan negara-negara sudah berkembang, maka di negara-negara sedang berkembang pada umumnya kurang memadai, terkecuali pada jalan-jalan negara. Produk biasanya didistribusikan dengan menggunakan alat angkut terbuka dimana panas sinar matahari langsung mengenai produk. Kalaupun ditutup, biasanya menggunakan plastik atau terpal yang justru meningkatkan suhu akibat akumulasi panas dibawah penutup.

Jika menggunakan kendaraan berpendingin, maka ruangan harus didinginkan (pre-cooled) sampai pada suhu sesuai dengan produk yang akan diangkut. Jika kelembaban udara adalah tinggi dan pengisian ke truk harus di udara terbuka, maka kendaraan pendingin hendaknya di pre-cooled sebagian sampai suhu sekitar 3C dibawah suhu pertengahan antara suhu ruang dengan suhu yang akan disetel untuk kendaraan. Hal ini akan mencegah akumulasi kelembaban pada bagian permukaan dalam dinding kendaraan dan mengurangi siklus pendinginan dari unit pendingin.Kebanyakan beban panas dari kendaraan pendingin adalah datang dari jalan aspal dan panas yang melalui dinding. Dengan demikian adalah penting untuk menggunakan pallet dibawah tumpukan kemasan produk buah dan sayuran, dan menumpuk kemasan tidak menempel atau terlalu berdekatan dengan dinding (tinggalkan ruang sekitar 5 cm). Blok kayu atau kantong udara vynil dapat digunakan sebagai sekat untuk menjaga ruang antara dinding dengan tumpukan pallet. Jika distribusi produk cukup jauh hanya dengan menggunakan kendaraan tanpa pendingin, maka pengangkutan sebaiknya malam hari atau menjelang pagi pada saat suhu udara dingin. Naungi produk dari matahari dan sisakan ruang antara wadah atau kemasan untuk memungkinkan aliran atau sirkulasi udara yang baik.Menurut survey dari Winrock International dan US Agricultural Trade Office Jakarta (2000), umumnya kendaraan transport yang digunakan untuk pendistribusian produk dingin dan beku di Indonesia adalah tidak berpendingin (reefer). Suhu selama transportasi container berpendingin 20 foot tidak dijaga dengan baik, seperti untuk apel dan pear yang membutuhkan suhu 0C, jeruk 8-10C dan buah tropika 15C. Secara umum yang digunakan adalah suhu 1C sebagai standard untuk pendingin tanpa memandang jenis produk yang ditransportasi. Suhu reefers selama transport produk beku biasanya di set pada suhu 18C. Keterbatasan akan trailers yang memadai Menyebabkan sering produk di bongkar dari reefer 20 foot ke kendaraan pengangkut lebih kecil dengan ukuran 3 atau 5 ton sehingga hal ini mengekibatkan adanya pemutusan atau pelemahan rantai pendingin.b. Transport lautFaktor yang menentukan transportasi lewat laut untuk ekspor adalah:i. Komitmen untuk pasar antar pula dan eksport sehingga kapal laut digunakan secara penuhii. Pengembangan dan rencana strategi jangka panjangiii. Industri-industri terkait pada angkutan lautiv. Pengembangan dan tersedianya teknologi pendukung seperti teknologi atmosfer terkendaliv. Tersedianya infrastruktur yang dibutuhkan di pelabuhan untuk operasi secara efisien, meminimalkan penundaanpenundaan baik pada saat pembongkaran maupun pengisian kapalvi. Isu karantinaSecara umum perusahan pelayaran di Indonesia menyediakan pelayanan seperti penanganan reefer menggunakan crane,dan fasilitas sambungan listrik di ataskapal selama pengapalan. Fasilitas sambungan listrik juga disediakan di pelabuhan untuk penyimpanan reefer sementara. Banyak pelabuhan berencana melakukan upgrade terhadap fasilitas yang ada sekarang ini (Winrock International dan US Agriculture Trade Office Jakarta, 2000). Kontainer laut berpendingin yang digunakan untuk mengangkut produk segar, secara esensial, adalah box terinsulasi yang disuplai dengan udara dingin. Ada dua bentuk, yaitu: Port-hole refrigerated container. Bentuk ini terdapat lubang untuk masuknya udara ke dalam kontainer yang mana udara dingin di pompokan dari pusat refrigerasi yang ada di dalam kapal. Udara ini kemudian dikeluarkan melalui lubang pengeluaran dengan kekuatan exhaust fan dan disirkulasikan kembali melalui pusat refrigerasi. Reefer ini agak mahal tapi mempunyai ventilasi yang baik. Integral refrigerated container. Reefer ini mempunyai unit pendingin sendiri yang berlokasi pada salah satu ujung kontainer. Pola aliran udara dapat dibuat apakah dari atas atau dari bawah. Reefer ini penggunaannya mahal.

c. Angkutan UdaraAngkutan udara adalah cepat namun pilihan yang mahal untuk angkutan kebanyakan produk segar. Produk nilai tinggi, dan keringkihan tinggi yang mempunyai permintaan tinggi, sehingga harga yang dapat diraih adalah tinggi yang mampu meliput biaya angkutan udara tersebut, dapat menggunakan modus angkutan ini. Bentuk dan ukurannya tergantung pada penempatannya di dalam pesawat. Manajemen suhu agak sulit. Beberapa airlines atau freight forwarders mempunyai ruang pendingin untuk seluruh jenis produk ringkih. Namun, produk sering dibiarkan pada situasi penghangatan yang cepat karena waktu pemutusan pendinginan oleh airline.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, E. N. R. 2009. Budidaya Anggrek Phalaenopsis : Pengelolaan Pembibitan Anggrek Phalaenopsis di PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 93 hal. Amiarsi, D., Sjaifullah, Yulianingsih. 1999. Komposisi terbaik untuk larutan perendaman bunga anggrek potong Dendrobium Sonia Deep Pink. Jurnal Hortikultura 9(1):45-50. Amiarsi, D., Yulianingsih, Sabari. 2006. Pengaruh transportasi, kultivar anggrek pot terhadap kesegaran bunga selama peragaan pada berbagai kondisi ruangan. Jurnal Hortikultura 16(1):50-56. Amiarsi, D., Yulianingsih, Sabari. 2006. Pengaruh transportasi, tingkat kemekaran bunga, dan kultivar anggrek pot berbunga terhadap ketahanan segar pada rumah sere. Jurnal Hortikultura 16(1):57-62. Ginting, B., W. Prasetio, T. Sutater. 2001. Pengaruh cara pemberian air, media, dan pemupukan terhadap pertumbuhan Anggrek Dendrobium. Jurnal Hortikultura 11(1):22-29. Gunawan, L. W. 1998. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal. Gustin. 2009. Budidaya Anggrek Phalaenopsis : Produksi Bibit Anggrek Phalaenopsis untuk Ekspor di PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 94 hal. Hardenberg, R. E., Watada, A. E. and Wang, C. Y. 1986. The Commercial Storage of Fruits, Vegetables, Florist and Nursery Stocks. USDA Agric. Handbook No. 66. USDA Washington.Maisyara, J. 2013. Panen dan Pasca Panen Anggrek. Dalam http://jmaisyara.blogspot.com/2013/03/panen-dan-pasca-panen-anggrek.html. diakses pada 20 Mei 2015.Martoredjo, T. 2009. Ilmu Penyakit Pascapanen. Bumi Aksara. Jakarta. 209 hal. Mattjik, N. A. 2010. Budidaya Bunga Potong dan Tanaman Hias. IPB Press. Bogor. Muntazir. 2011. Pemasaran Produk Hortikultura. Dalam pdf https://atadro.files.wordpress.com/2011/12/makalah-pasca-panen.pdf. diakses pada 20 Mei 2015.Murtiningsih, S. Prabawati, Sjaifullah. 2002. Pengepakan bunga krisan untuk pengiriman antarprovinsi. Jurnal Hortikultura 12(3):191-197. Nurcahyawati. 2010. Pengaruh Perendaman Tangkai Bunga dalam CaCl2 terhadap Kualitas Pascapanen Bunga Potong Anggrek Dendrobium Woxinia. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal. Nurmalinda, D. Widyastoety, L. Marpaung, D. Musadad. 1999. Preferensi konsumen terhadap bunga anggrek potong di Jakarta. Jurnal Hortikultura 9(2): 146-152.Perdani, A. A. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Cara Aplikasi CaCl2 terhadap Vaselife Bunga Anggrek Dendrobium Woxinia. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 Hal. Rachmasari, A. A. 2013. Penanganan Panen Dan Pascapanen Anggrek Dendrobium Di PT. Ekakarya Graha Flora Cikampek Jawa Barat. Dalam pdf http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/62938/A13aar.pdf?sequence=1. Diakses pada 20 Mei 2015.Rimando, T. J. 2001. Ornamental Horticulture a Little Giant in the Tropics. SEAMEO Regional Center for Graduate Study ang Research in Agiculture (SEAMEO SEARCA). University of te Philippines Los Banos (UPLB). Philippines. 333 hal. Santi, A., Suciantini, D. H. Goenadi. 1996. Pengaruh waktu pemupukan dan konsentrasi asam humik terhadap pertumbuha Anggrek Dendrobuim White Candy. Jurnal Hortikultura 6(1):29-34. Satsijati. 1991. Pengaruh media tumbuh terhadap pertumbuhan bibit Anggrek Dendrobium Youpphadeewan. Jurnal Hortikultura 1(3):15-22. Sjaifullah, Yulianingsih, D. Amiarsi. 2001. Pengaruh larutan perendaman dalam pengemasan dan pengangkutan bunga anggrek Dendrobium Woch Shien potong. Jurnal Hortikultura 11(4):269-274. Soekartawi. 1996. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. UI-Press. Jakarta. 97 hal. Sutiyoso, Y. 2003. Anggrek Potong Dendrobium. Penebar Swadaya. Jakarta. 64 hal. Sutiyoso, Y. 2007. Merawat Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal. Thompson, A. K. 1995. Postharvest Technology of Fruit and Vegetables. Blackwell Sci.Widiastoety, D., W. Prasetio, N. Solvia. 2000. Pengaruh naungan terhadap produksi tiga kultivar bunga Anggrek Dendrobium. Jurnal Hortikultura 9(4):302-306. Widiastoety, D. D. 2002. Bertanam Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal. Widiastoety, D. D. 2007. Agar Anggrek Rajin Berbunga. Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal. Widyawan, R., S. Prahastuti. 1994. Bunga Potong. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 33 hal. Wills, R. B. H.; McGlasson, B.; Graham, D. and Joyce, D. Postharvest. An Introduction to the Physiology and Handling of Fruit, Vegetables and Ornamentals. 4th ed. The University of New South Wales Press Ltd, Sydney. 1998; 262 pp.Winrock International and US Agricultural Trade Office Jakarta. 2000. Cold Chain Transportation Survey for Eastern IndonesiaWiryanto, K. 1993. Penanganan pascapanen bunga anggrek. Dalam Buletin Anggrek No. 06 Th. II November 1993 : 20. Yulianingsih, D. Amiarsi, Sjaifullah. 2000. Penggunan larutan perendaman dalam menjaga kesegaran bunga potong anggrek Dendrobium Sonia Deep Pink. Jurnal Hortikultura 9(4):314-319.