Humor

download Humor

of 104

description

sense humor

Transcript of Humor

  • Kristiandi : Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense Of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar Di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan, 2009. USU Repository 2009

    HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP SENSE OF HUMOR GURU

    DENGAN MOTIVASI BELAJAR DI KELAS 7 INTERNASIONAL SEKOLAH

    MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 MEDAN

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan

    Ujian Sarjana Psikologi

    Oleh

    KRISTIANDI

    041301087

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    GENAP, 2008/2009

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya

    bahwa skripsi saya yang berjudul : Hubungan Persepsi Siswa terhadap Sense of

    Humor Guru dengan Motivasi Belajar di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah

    Pertama Negeri 1 Medan, adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan

    untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

    Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

    hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

    norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

    Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini,

    saya besedia menerima sanksi apapun dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

    Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    Medan, Februari 2009

    KRISTIANDI

    041301087

  • Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan Motivasi Belajar di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan

    Kristiandi ABSTRAK

    Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Perwujudan interaksi guru dan siswa harus lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari guru kepada siswa. Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Salah satu faktor yang lebih utama dan sering dianggap menurunkan motivasi siswa untuk belajar adalah guru yang menyampaikan materi. Seorang guru bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, dan humor adalah salah satu cara yang digunakan. Penting bagi guru untuk menggunakan humor dalam kelas. Untuk dapat mengamati, merasakan atau mengungkapkan humor, seseorang memerlukan sense of humor. Begitu pula halnya dengan seorang guru. Pada kenyataannya di dalam kelas tidak semua humor yang dikeluarkan guru disukai oleh siswa, tergantung siswa mempersepsikan sense of humor guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan.

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 (tujuh) Internasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan yang terdiri dari 3 kelas dan masing-masing kelas terdiri dari 22 siswa, jadi jumlah seluruh populasi adalah 66 orang. Seluruh anggota populasi diikutsertakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar siswa telah diujicobakan terlebih dahulu di kelas 7A, 7B, 7C reguler SMP Negeri 1 Medan yang diambil secara Purposive Sampling. Metode analisa data dalam pengujian hiptesis menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment.

    Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi: ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar. Artinya semakin positif (tinggi) persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa, dinyatakan teruji dan diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar siswa pada siswa kelas 7 Internasional SMP Negeri 1 Medan menunjukkan hubungan yang lemah namun positif dan signifikan, dimana r = 0.265 dan p = 0.033 (p

  • KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan

    begitu banyak rahmat serta kemudahan dalam penyusunan skripsi yang berjudul

    Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru dengan Motivasi Belajar

    di Kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan, guna

    memeperoleh gelar sarjana jenjang starata (S1) di Fakultas Psikologi Universitas

    Sumatera Utara.

    Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua

    orang tuaku, Supawetno dan Mesnah serta kedua adikku adikku Ardi Gunawan dan

    Ayu Harisa atas doa dan dukungannya selama ini, mempersembahkan ini merupakan

    suatu kebahagiaan, semoga berkenan dan menjadi kebanggaan.

    Terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

    saya menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

    1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) selaku Dekan Psikologi Universitas

    Sumatera Utara.

    2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M. Pd selaku dosen pembimbing penulis yang

    selalu sabar dan selalu memberikan motivasi yang luar biasa, serta

    ketersediaan waktu ditengah kesibukannya. Terima kasih Bu Dina, saya selalu

    takjub dengan apa yang saya dengar dari Bu Dina, jujur Bu Dina masuk dalam

    daftar orang-orang yang saya kagumi dan teladani.

  • 3. Ibu Ika Sari Dewi, S. Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik.

    4. Untuk teman-teman Psikologi USU, terima kasih atas kebersamaaan dan

    pengalaman yang telah kita jalani bersama.

    Tanpa bantuan mereka, mungkin skripsi ini tidak akan selesai dan semoga

    pengorbanan dan jasa baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapat imbalan

    dari Allah SWT.

    Atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini peneliti

    mohon maaf. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

    membacanya.

    Medan, Februari 2009-02-26

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK.................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ii

    DAFTAR ISI.......... iv

    DAFTAR TABEL..... viii

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah 1

    B. Rumusan Masalah.. 7

    C. Tujuan Penelitian.. 8

    D. Manfaat Penelitian 8

    1. Manfaat teoritis 8

    2. Manfaat praktis. 8

    E. Sistematika Penulisan. 9

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Motivasi Belajar.. 10

    1. Pengertian Motivasi Belajar.... 10

    2. Aspek-aspek Motivasi Belajar.... 11

  • 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

    belajar................................. 14

    4. Prinsip-prinsip motivasi belajar............. 18

    B. Persepsi Siswa ..................... 21

    1. Pengertian Persepsi .................... 21

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 22

    3. Pengertian siswa remaja . 21

    C. Sense of Humor Guru 24

    1. Pengertian humor ... 24

    2. Dimensi Humor . 25

    3. Fungsi Humor .................................................... 26

    4. Pengeritan sense of humor ................................ 27

    5. Aspek-aspek sense of humor ...... 28

    6. Karakteristik kepribadian orang yang memiliki sense of humor

    ................................................................ 29

    7. Keuntungan memiliki sense of humor .............. 30

    8. Pengertian guru ................................................. 30

    D. Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru . 31

    E. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan

    Motivasi Belajar Siswa ............................... 32

    F. Hipotesis... 35

  • BAB III METODE PENELITIAN

    A. Identifikasi Variabel Penelitian.. 36

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36

    1. Persepsi siswa terhadap sense of humor

    guru. 36

    2. Motivasi Belajar . 36

    C. Populasi dan Pengambilan Sampel........................... 37

    1. Populasi dan sampel........................................... 37

    D. Instrumen Yang Digunakan...................... 38

    1. Pengukuran persepsi siswa terhadap

    sense of humor guru............................................ 38

    2. Skala motivasi belajar ..... 41

    E. Validitas dan Reliabilitas dan Uji Daya Beda Alat ukur 43

    1. Validitas alat ukur. 43

    2. Reliabilitas ....................................... 44

    3. Uji Daya Beda Alat ukur .................................... 44

    F. Hasil Uji Coba Alat Ukur............. 45

    1. Skala Persepsi Siswa terhadap sense of humor

    guru............................................................ 45

    2. Motivasi Belajar ........................................ 46

    G. Prosedur Penelitian.................................................. 47

    1. Permohonan izin................................................ 47

  • 2. Pembuatan alat ukur .......................................... 47

    3. Uji coba alat ukur .............................................. 48

    4. Pelaksanaan penelitian ...................................... 49

    5. Pengolahan data ................................................ 50

    H. Metode Analisa Data........................... 50

    BAB IV ANALISA DATA PENELITIAN

    A. Gambaran Subjek Penelitian....................................... 51

    1. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis

    kelamin................................................................. 51

    2. Gambaran subjek penelitian berdasarkan subjek berdasarkan

    usia................................................... 53

    B. Hasil Penelitian............................................................... 53

    1. Hasil uji asumsi penelitian........................................ 53

    2. Hasil utama penelitian.............................................. 54

    3. Deskripsi data penelitian ......................................... 54

    C. Pembahasan................................................................... 60

    BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

    A. Kesimpulan.................................................................... 59

    B. Diskusi.......................................................................... 60

    C. Saran................................................................................ 62

    1. Saran metodologis.................................................. 62

    2. Saran praktis.......................................................... 63

  • DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 64

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Citra guru terbaik dan terburuk menurut siswa ................. 5

    Tabel 2 Blue Print Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru 40

    Tabel 3 Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Diuji Coba ............ 42

    Tabel 4 Blue Print Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor

    Guru Setelah Uji Coba........................................................ 46

    Tabel 5 Blue Print Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba ......... 47

    Tabel 6 Subyek Penelitian Berdasarkana Jenis Kelamin ................ 52

    Tabel 7 Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Usia ................ 53

    Tabel 8 Deskripsi Skor Skala Persepsi Terhadap Sense of Humor

    Guru ..................................................................................... 54

    Tabel 9 Kategorisasi Data Empirik Variabel Persepsi Terhadap

    Sense of Humor Guru ........................................................... 56

  • Tabel 10 Deskripsi Skor Skala Motivasi Belajar ................................ 57

    Tabel 11 Kategorisasi Data Empirik Variabel Motivasi Belajar ........ 57

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN A .............................................................................................. x

    1. Reliabilitas Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru .. xi

    2. Reliabilitas Skala Motivasi Belajar ................................................... xii

    LAMPIRAN B ................................................................................................ xiv

    1. Data Mentah Skala Persepsis Siswa terhadap Sense of Humor Guru xvi

    2. Data Mentah Skala Motivasi Belajar ................................................ xvii

    LAMPIRAN C

    1. Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru ...................... xx

    2. Skala Motivasi Belajar

  • LAMPIRAN D

    1. Uji Normalitas Sebaran

    2. Uji Linearitas

    3. Korelasi

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya

    bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah,

    pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Suatu proses belajar mengajar

    dikatakan baik jika proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang

    efektif. Kesuksesan pengajaran bisa dilihat dari hasilnya, tetapi harus tetap

    diperhatikan juga prosesnya. Pada proses inilah nantinya siswa akan beraktivitas.

    Proses yang baik dan benar kemungkinan akan memberikan hasil yang baik pula

    (Sardiman, 2003).

  • Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi

    antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai

    pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokok yang ingin meraih cita-

    cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Hasil belajar

    akan menjadi optimal jika ada motivasi. Perwujudan interaksi guru dan siswa harus

    lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari guru kepada siswa, agar siswa

    merasa bergairah memiliki semangat, potensi, dan kemampuan yang dapat

    meningkatkan harga diri. Dengan demikian siswa diharapkan lebih aktif dalam

    melakukan kegiatan belajar. Peranan guru sangat penting, bagaimana usaha-usaha

    untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas

    dengan baik, sehingga untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan

    motivasi yang baik. Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa

    untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu (Sardiman, 2003). Berikut ini

    adalah pernyataan salah seorang guru sekolah menengah pertama tentang pentingnya

    pemberian motivasi di dalam kelas (komunikasi personal, 27/11/2008) :

    Guru memang harus berusaha bagaimanapun caranya agar siswa yang diajarinya termotivasi untuk belajar, karena motivasi siswa untuk belajar itu penting sekali. Jadi siswa menjadi aktif dalam belajar untuk menguasai materi pelajaran. Percuma saja guru menerangkan bagus-bagus kalau siswa nggak ada motivasi belajarnya, bisa sia-sia pelajaran yang diberikan. Berdasarkan pernyataan tersebut, guru mengakui bahwa motivasi belajar

    memang penting ada pada diri siswa. Motivasi belajar yang kurang akan

    menyebabkan siswa tidak memiliki semangat belajar, sehingga apa yang diajarkan

  • oleh guru kepada siswa di kelas tidak akan sia-sia. Purwanto (1990) mengatakan

    bahwa motivasi menjadi salah satu faktor penting dan syarat mutlak untuk belajar.

    Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Sardiman (2003) juga

    menambahkan bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya

    motivasi, maka seseorang yang belajar itu dapat melahirkan prestasi yang baik.

    Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

    Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa untuk

    belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi

    pelajaran itu. Mengenai materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai

    sesuatu yang membosankan, terlalu sulit, tidak ada manfaatnya untuk kehidupan

    sehari-hari, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, dan sebagainya.

    Akan tetapi hal yang lebih utama daripada faktor materi pelajaran, sebenarnya adalah

    faktor guru (Sarwono, 1989).

    Suasana belajar mengajar yang menyenangkan membuat siswa memusatkan

    perhatiannya secara penuh pada saat belajar. Seorang guru bertanggung jawab untuk

    mengkomunikasikan dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, dan

    humor adalah salah satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung jawab

    tersebut (Charles & Senter, 2005). Penting bagi guru untuk menggunakan humor

    dalam kelas (Young, Whitley & Helton dalam Manning, 2002). Berikut adalah

    pernyatan seorang guru sekolah menengah pertama tentang pentingnya penggunaan

    humor di kelas (komunikasi personal, 27/11/2008) :

  • memang nggak sumua guru bisa menyisipkan humor ketika mengajar di kelas. Tetapi menurut saya humor itu memang penting sekali diberikan kepada siswa ketika mengajar. Waktu saya sekolah dulu aja merasa nggak senang kalau gurunya gak pernah ngelucu. Jadi pandai-pandailah guru memberi humor dikelas biar suasana kelas nggak kaku. Kalau suasana kelas nggak kaku, pasti lebih enak siswa itu belajar. Jadi betah siswa dikelas dan pasti siswa menyimak pelajaran yang diberikan guru. Berdasarkan pernyataan tersebut, guru tersebut berpendapat bahwa guru

    memang harus menyisipkan humor ketika mengajar di kelas. Jadi kemampuan guru

    menyisipkan humor sangat penting agar suasana kelas tidak kaku. Suasana kelas yang

    tidak kaku akan membuat siswa senang belajar di kelas.

    Apte (2002) menyatakan bahwa untuk dapat mengamati, merasakan atau

    mengungkapkan humor, seseorang memerlukan sense of humor. Begitu pula halnya

    dengan seorang guru. Sense of humor guru merupakan kemampuan seorang guru

    dalam mengapresiasikan, menciptakan, dan mengungkapkan kelucuan serta tertawa

    dalam menjalankan tugasnya tanpa mengakibatkan individu lain terluka secara fisik

    maupun psikis. Guru yang memiliki sense of humor yang baik membuat kelas

    menjadi menarik.

    Di SMP Negeri 1 Medan yang terletak di Jalan Bunga Asoka No. 6 Medan ,

    pada kelas 7 Internasional ada seorang guru bahasa Mandarin berinisial HW yang

    menurut para siswa suka menyampaikan humor pada saat mengajar. Seperti

    dikemukakan oleh seorang siswa kelas 7 (tujuh) Internasional SMPN 1 Medan

    (komunikasi personal, 27/11/2008) :

  • senang kali kalo guru yang masuk suka ngasih humor, jadi gak bosen. Kalo gurunya ketat terus di kelas, apalagi gak pernah senyum pengennya keluar aja dari kelas. Ada guru kami Pak HW (inisial) guru bahasa mandarin, senang kali kalo dia yang ngajar. Sering buat lucu jadi semangat kalau udah dia yang ngajar. Kalau masuk bapak itu suka cerita yang lucu-lucu, nanti dikasih teka teki juga. Jadi seru! Dari komunikasi personal yang dilakukan dengan siswa tersebut, siswa

    ternyata menyukai guru yang suka memberikan humor dikelas. Pemberian humor di

    kelas dalam bentuk-bentuk tertentu akan menyebabkan siswa semangat untuk belajar.

    Dalam sebuah survei nasional terhadap sekitar seribu siswa berusia antara 13

    sampai 17 tahun, para siswa tersebut menyebutkan beberapa karakter penting yang

    harus dipunyai oleh guru, diantaranya adalah mempunyai selera humor yang baik,

    mampu mebuat kelas menjadi menarik, dan menguasai mata pelajaran yang diajarkan

    (NASSP, dalam Santrock, 2004). Dari tabel dibawah ini yang mengambarkan

    karakteristik terbaik dan terburuk yang dilihat siswa terhadap guru, dapat dilihat

    bahwa peranan humor sangat penting sekali untuk membuat siswa tertarik terhadap

    seorang guru.

    Tabel 1. Citra guru terbaik dan terburuk menurut siswa

    Karakteristik % Total Karakteristik % Total Punya selera humor 79,2 Membuat kelas menjadi

    membosankan 79,6

    Membuat kelas menjadi menarik

    73,7 Tidak menerangkan secara jelas

    63,2

    Menguasai mata pelajaran 70,1 Pilih kasih 52,7 Menerangkan secara jelas 66,2 Sikapnya buruk 49,8 Mau meluangkan waktu untuk membantu siswa

    65,8 Terlalu banyak menuntut kepada siswa

    49,1

    Bersikap adil kepada siswa 61,8 Tidak nyambung dengan siswa 46,2

  • Memperlakukan siswa seperti orang dewasa

    54,4 Memberikan PR terlalau banyak

    44,2

    Berhubungan baik dengan siswa

    54,2 Terlalu kaku 40,6

    Memperhatikan perasaan siswa

    51,9 Tidak membantu/memperhatikan siswa

    40,5

    Tidak pilih kasih 46,6 Kontrol kurang 39,9

    Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau menceritakan hal-hal lucu

    dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu pelajaran merupakan sesuatu yang

    dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan (Hadis,

    2006). Namun, beberapa siswa mungkin mempersepsikan sense of humor guru akan

    dapat mengganggu pelajaran dan mengakibatkan masalah dalam proses belajar

    mengajar di kelas apabila humor yang dibuat guru menjadikan murid sebagai bahan

    tertawaan teman-temanya (Charles & Senter, 2005). Berikut adalah pernyataan siswa

    tentang bagaimana siswa memandang humor yang diberikan guru (komunikasi

    personal, 27/11/2008):

    gak semuanya kami suka ada juga yang gak lucu, apalagi kalo uda ada porno-pornonya malas kami dengernya, tapi yang anak laki-laki pasti ketawa-ketawa. Ada guru kami yang suka cerita-cerita porno, kadang-kadang agak-agak meragakan gitu dia. Males kali kalau udah bapak itu yang masuk. Kami ketawa cuma menghargai aja, padahal sebenernya bosen kami ngeliatnya

    Dari pernyataan siswa di atas, bahwa pada kenyataannya di dalam kelas tidak

    semua humor yang dikeluarkan guru disukai oleh siswa, tergantung siswa

    mempersepsikan sense of humor guru. Sebagaimana dikemukakan Irwanto (1996)

  • bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar

    gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Proses

    penerimaan rangsang ini disebut penginderaan. Tetapi pengertian kita akan

    lingkungan dan dunia sekitar kita bukan sekedar hasil penginderaan itu. Ada unsur

    interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima, yang kemudian menjadikan

    kita subyek dari pengalaman kita sendiri. Rangsang-rangsang yang diterima inilah

    yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap linkungan. Hal ini juga

    terkait dengan persepsi siwa terhadap sense of humor guru di kelas. Siswa menerima

    rangsang-rangsang atau stimulus-stimulus berupa guru dan proses pengajaran yang

    dilakukanya, yang selanjutnya diinterpretasikan dan dipahami siswa sebagai suatu

    pengalaman belajar yang memberikan efek positif maupun negatif bagi dirinya.

    Soemanto (1998) menambahkan bahwa persepsi siswa yang cenderung negatif

    muncul karena siswa memandang guru sebagai individu yang menakutkan, oleh

    karena itu siswa cenderung untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan guru

    dengan cara bolos sekolah atau tidak masuk kelas disaat guru mengajarkan bidang

    studi tertentu. Sedangkan persepsi yang cenderung positif muncul karena siswa

    menilai guru sebagai individu yang menyenangkan dan patut diteladani, oleh karena

    itu perlu didekati, mematuhi segala ketentuan yang diberlakukan, serta mengerjakan

    tugas-tugas yang diberikan.

    Berdasarkan uraian di atas, dalam proses belajar mengajar adanya sense of

    humor guru berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Namun hubungan tersebut

    tergantung bagaimana siswa mempersepsikan sense of humor guru. Oleh karena itu,

  • peneliti ingin melihat hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan

    motivasi belajar.

    B. Rumusan Masalah

    Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan

    persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7

    Internasional Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan.

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa terhadap

    sense of humor guru dengan motivasi belajar di kelas 7 Internasional Sekolah

    Menengah Pertama Negeri 1 Medan.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat teoritis

    Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat

    pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi pendidikan. Dari

    penelitian ini diharapkan memperkaya pengetahuan tentang sense of humor guru

    dalam proses belajar-mengajar di kelas.

  • 2. Manfaat praktis.

    a. Guru bisa mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap sense of humor

    guru, sehingga bisa dijadikan masukan bagi guru penting atau tidaknya

    penggunaan humor terkait dengan interaksi guru dan siswa di kelas.

    b. Selain dapat mengetahui motivasi belajar siswanya, pihak sekolah juga dapat

    mengetahui hal-hal yang bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu

    penggunaan humor di kelas, sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan

    untuk mengadakan peningkatan kemampuan guru yang berkaitan dengan

    interaksi di kelas guna meningkatkan motivasi belajar siswa.

    E. Sistematika Penulisan

    BAB I : Pendahuluan

    Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II : Landasan Teori

    Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi

    objek penelitian yang meliput i teori motivasi belajar siswa, humor, sense of

    humor guru, persepsi dan motivasi belajar, hubungan persepsi siswa terhadap

    sense of humor guru dengan motivasi belajar siswa dan hipotesa penelitian.

    BAB III : Metode Penelitian

  • Bab ini terdiri dari identifikasi variabel penelitian, definisi operasional,

    rancangan penelian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,

    instrumen penelitian, uji coba alat ukur, serta metode analisa data.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Motivasi Belajar

    1. Pengertian motivasi belajar

    Motivasi sering disebut penggerak perilaku yang membuat kita bergerak

    untuk melakukan sesuatu dan membantu kita untuk menyelesaikannya (Irwanto,

    1990). Seluruh aktivitas mental yang dirasakan atau dialami memberikan kondisi

    hingga terjadinya perilaku tersebut disebut motif. Setiap pekerjaaan yang

    dilakukan tanpa motif yang kuat, tanpa dorongan dan kehendak untuk

    melakukannya, pasti pekerjaan itu tidak akan membawakan hasil yang memaskan.

    Demikian juga dalam belajar. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar

    sehingga dalam kegiatan belajar motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya

    penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan

    belajar yang dikehendaki subjek dapat tercapai (Purwanto, 1990).

    Sardiman (2003) menerangkan bahwa belajar merupakan perubahan

    tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

    membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Lebih lanjut,

    Witherington (dalam Purwanto, 1990) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu

    perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru

    daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu

    pengertian. Dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang

    menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya

  • yang dilakukannya (Suparno, 2001). Perubahan-perubahan tersebut tidak

    disebabkan faktor kelelahan, kematangan, ataupun mengkonsumsi obat tertentu.

    Berdasarkan beberapa penjelasan motivasi belajar diatas dapat

    disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak

    didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan

    kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai

    suatu tujuan belajar yang dikehendaki.

    2. Aspek-aspek dalam motivasi belajar

    Terdapat dua aspek dalam motivasi belajar (Santrock, 2004), yaitu :

    a. Motivasi intrinsik

    b. Motivasi ekstrinsik

    Kedua aspek dalam motivasi belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut :

    1). Motivasi intrinsik

    Motivasi intrinsik melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu

    karena keinginannya sendiri.

    Terdapat dua tipe dari motivasi intrinsik yang dikemukakan Santrock

    (2004), yaitu :

    a). Motivasi intrinsik berdasarkan penentuan diri dan pemilihan pribadi.

  • Siswa percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena keinginan

    mereka sendiri, bukan karena adanya penghargaan dari luar

    (eksternal).

    b). Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal.

    Pengalaman optimal melibatkan perasaan senang dan menikmati

    sesuatu secara mendalam. Csikzentmihalyi (dalam Santrock, 2004)

    menggunakan istilah flow untuk menggambarkan pengalaman

    optimal dalam hidup, dan menemukan keadaan flow paling sering

    terjadi ketika seseorang mengembangkan perasaan menguasai

    (mampu melakukan sesuatu) dan konsentrasi penuh sementara

    mereka terlibat dalam suatu kegiatan. Keadaan flow juga terjadi

    ketika seseorang sedang melakukan sesuatu tantangan yang mereka

    anggap tidak terlalu sulit maupun tidak terlalu mudah.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa motivasi belajar

    intrinsik berarti keinginan untuk mencapai suatu tujuan terkandung dan utuh

    bersama-sama dengan kegiatan proses dan perbuatan kegiatan belajar itu sendiri.

    Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya

    aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam

    diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya.

    2). Motivasi ekstrinsik

  • Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk memperoleh sesutau

    yang lain (suatau alat untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik seringkali

    dipengaruhi oleh ganjaran eksternal, seperti pemberian hadiah dan hukuman.

    Menurut Harter (dalam Santrock, 2004) berdasarkan penelitian ditemukan

    bahwa motivasi intrinsik siswa terus mengalami penurunan karena siswa tumbuh

    dan berkembang sejak Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas

    (SMA). Penurunan motivasi intrinsik dan peningkatan motivasi ekstrinsik yang

    besar terjadi pada siswa yang duduk antara tingkat enam dan tujuh (kelas 6 SD

    dan 1 SMP). Hal ini dapat dikarenakan pendidikan yang diterapkan pihak sekolah

    lebih berorientasi pada motivasi belajar eksternal. Oleh karena itu seiring

    pertambahan usia dan kenaikan jenjang sekolah para siswa menjadi lebih

    mengutamakan perolehan nilai yang baik daripada kesenangan mereka untuk

    belajar yang berasal dari motivasi intrinsik (Santrock, 2004).

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

    siswa terdiri dari dua tipe berdasarkan sumber dorongannya, yaitu motivasi

    intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

    3. Fungsi motivasi dalam belajar

  • Sardiman (2003) mengatakan, bahwa ada 3 (tiga) fungsi motivasi dalam

    belajar yaitu :

    a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

    yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

    penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

    b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

    Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

    harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

    c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

    yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

    menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

    tersebut.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar bagi

    siswa adalah sebagai pendorong untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan

    menyeleksikan perbuatan guna mencapai tujuan belajarnya.

    4. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

  • Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah

    sebagai berikut (Elliot, dkk, 1996) :

    a. Kecemasan

    Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang

    diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk merasa cemas pada

    beberapa situasi, tetapi tidak pada situasi yang lainnya. Ada beberapa

    sumber kecemasan bagi siswa ketika berada di dalam kelas, seperti

    guru, ujian, teman sebaya, hubungan sosial, dan lain-lain. Kecemasan

    terhadap beberapa sumber kecemasan tersebut akan berpengaruh

    terhadap performansi siswa. Apabila tingkat kecemasan relatif rendah

    atau sedang, maka hal itu akan bersifat konstruktif. Namun apabila

    kecemasan tersebut berada pada tingkat yang relatif tinggi, maka hal

    itu dapat bersifat destruktif dan non adaptif.

    b. Sikap.

    Sikap dapat didefinisikan sebagai individu yang relatif permanen

    dalam hal merasakan, berfikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu

    atau orang lain. Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh yang besar

    dalam hal perubahan tingkah laku siswa melalui komunikasi yang

    persuasif.

    c. Keingintahuan.

    Keingintahuan sering digambarkan sebagai sebagai perilaku yang

    aktif, suka mengeksplorasi atau manipulasi sesuatu. Keadaan yang

    rileks, kebebasan untuk mengeksplorasi sesuatu, dan penerimaaan

  • terhadap hal-hal yang tidak biasa dapat menimbulkan rasa ingin tahu

    siswa.

    d. Locus of Control

    Locus of Control dapat diartikan sebagai suatu penyebab terjadinya

    tingkah laku, yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal

    locus of control) atau dari luar diri/lingkungan (eksternal locus of

    control). Jika siswa percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang

    mereka raih dikarenakan kemampuan mereka sendiri, maka mereka

    telah dianggap mampu untuk mengendalikan tujuan mereka (internal

    locus of conrol). Sebaliknya, siswa yang percaya bahwa kesuksesan

    dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan faktor keberuntungan,

    maka mereka dianggap memilki kontrol yang rendah terhadap tujuan

    mereka (eksternal locus of control).

    e. Learned Helplessness

    Learned helplessness adalah reaksi individu yang merasa frustasi dan

    putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali.

    f. Efikasi Diri

    Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang

    dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasan

    dan kompetensinya. Siswa yang memilki efikasi diri yang tinggi

    cenderung untuk memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan

    tugas dan berusaha untuk meminimaliskan kesulitan yang mungkin

    terjadi.

  • g. Belajar Bersama

    Belajar bersama diartikan sebagai serangkain metode instruksional

    dimana siswa didorong untuk kerjasama dalam menyelesaikan tugas

    akademis, yang bertujuan membantu siswa yang satu dengan yang

    lainnya untuk belajar. Salah satunya adalah dengan dengan membentuk

    kelompok diskusi dalam mengerjakan tugas yang sulit.

    Frandsen (dalam Suryabrata, 1995) menyatakan bahwa faktor yang

    mendorong seseorang untuk belajar adalah :

    a. Adanya sifat ingin tahu untuk menyelidiki dunia yang lebih luas.

    b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu

    maju.

    c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,

    dan teman-teman.

    d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan

    usaha yang baru, baik dengan kerjasama maupun kompetisi.

    e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

    pelajaran.

    f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

    Berdasarkan uraian di atas faktor-faktor yang bisa mempengaruhi motivasi

    belajar siswa adalah kecemasan, sikap, keingintahuan, locus of control, learned

    helplessness, efikasi diri, belajar bersama, adanya sifat ingin tahu untuk

  • menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan

    keinginan untuk selalu maju, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari

    orang tua, guru, dan teman-teman, adanya keinginan untuk memperbaiki

    kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kerjasama maupun

    kompetisi, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

    pelajaran, serta adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

    5. Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar

    Menurut Slameto (2003) jumlah motivator yang mempengaruhi siswa

    pada suatu saat yang sama dapat banyak sekali, dan faktor-faktor yang

    membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku yang dibangkitkan oleh

    motivatior-motivator tersebut mengakibatkan terjadinya sejumlah tingkah laku

    yang dimungkinkan untuk ditampilkan oleh seorang siswa. Berikut ini adalah

    prinsip-prinsip motivasi dalam belajar yang meliputi :

    a. Kebermaknaan.

    Siswa akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan dan materi pelajaran

    dirasa bermakna baginya.

    b. Pengetahuan dan keterampilan prasyarat.

    Guru perlu memahami pengetahuan awal siswa untuk diakaitkan

    dengan bahan yang akan dipelajarinya sehingga membuat belajar

    menjadi lebih mudah dan bermakna.

  • c. Model.

    Siswa akan menguasai keterampilan guru dengan baik jika guru

    memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.

    d. Komunikasi terbuka.

    Siswa akan termotivasi untuk belajar jika penyampaian dilakukan secara

    terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa sehingga

    pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat.

    e. Keaslian dan tugas yang menantang.

    Siswa akan termotivasi untuk belajar jika mereka disediakan materi,

    kegiatan baru, atau gagasan murni, asli, atau novelti yang berbeda.

    f. Pelatihan yang tetap dan aktif.

    Siswa akan dapat mengusai materi pembelajaran dengan efektif jika

    kegiatan belajar mengajar memberikan kegiatan latihan yang sesuai

    dengan kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk

    mencapai kompetensi yang diharapkan.

    g. Pemilihan tugas.

    Siswa akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika tugas

    dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang dengan frekuensi

    pengulangan yang tinggi.

    h. Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan.

  • Siswa akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat

    menyenangkan, nyaman, dan menyehatkan perasaan siswa .

    i. Keragaman pendekatan.

    Siswa akan belajar jika mereka diberi kesempatan untuk memilih dan

    menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar baik melalui

    kegiatan seperti simulasi, penelitian/ pengujian.

    j. Mengembangkan beragam kemampuan.

    Siswa akan belajar secara optimal jika pengalaman belajar yang

    disajikan dapat mengembangkan berbagai kemampuan seperti

    kemampuan logis, matematis, bahasa, musik, dan kempuan interpersonal

    maupun intrapersonal.

    k. Melibatkan sebanyak mungkin indera.

    Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal jika dalam belajar

    siswa dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin inderanya untuk

    interaksi dengan isi pembelajaran.

    l. Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar.

    Siswa akan lebih menguasai materi pembelajaran jika pengalaman

    belajar diatur sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai kesempatan

    untuk membuat satu refleksi penghayatan, mengungkapkan, dan

    mengevaluasi apa yang dipelajari.

  • Dari uraian di atas prinsip-prinsip dalam motivasi belajar siswa adalah

    kebermaknaan, pengetahuan dan keterampilan prasyarat, model, komunikasi

    terbuka, keaslian dan tugas yang menantang, pelatihan yang tetap dan aktif,

    pemilihan tugas, kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan, keragaman

    pendekatan, mengembangkan beragam kemampuan, melibatkan sebanyak

    mungkin indera, serta keseimbangan pengaturan pengalaman pelajar.

    B. Persepsi Siswa

    1. Pengertian persepsi

    Leavit (dalam Sobur, 2003) menyatakan persepsi ialah pandangan atau

    pengenalan yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

    Ditambahkan Sarwono (2001) bahwa persepsi tidak sekedar pengenalan atau

    pemahaman tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional

    (menarik kesimpulan). Seperti halnya Rakhmat (dalam Sobur, 2003) yang

    menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau

    hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

    menafsirkan peran. Begitu juga Yusuf (dalam Sobur, 2003) menyatakan bahwa

    persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan. Atkinson, dkk (1987)

    menambahkan bahwa persepsi didefenisikan sebagai proses pengorganisasian dan

    penafsiran pola stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang

    dilakukan individu terhadap suatu benda, manusia atau situasi yang bersifat positif

    maupun negatif.

  • Lindgren (dalam Gufron, 2003) menyatakan bahwa perilaku seseorang

    ditentukan oleh persepsi dan pemahaman mereka terhadap situasi yang dikaitkan

    dengan tujuan. Perilaku seseorang dapat diprediksi apabila diketahui bagaimana

    individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan. Perilaku seseorang

    ditentukan oleh persepsi mengenai diri mereka dan lingkungan sekitarnya,

    sehingga apa yang dilakukan merupakan cerminan dari lingkungan sekitarnya,

    dan persepsi dapat mempengaruhi perilaku. Persepsi merupakan salah satu

    prediktor perilaku. Persepsi seseorang bisa positif maupun negatif. Seperti

    dikemukanan oleh Fiske (dalam Hogg, 2002) bahwa informasi negatif mengarah

    pada persepsi yang negatif, sebaliknya informasi yang positif mengarahkan pada

    persepsi positif.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan

    serangkaian proses dalam diri seseorang yang meliputi pengenalan, pemahaman,

    penafsiran dan menarik kesimpulan atas hasil pengamatan terhadap benda,

    manusia, serta situasi yang bersifat positif maupun negatif.

    2. Faktor yang mempengaruhi persepsi

    Gufron (2003) menyatakan faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

    a. Pelaku persepsi

  • Bila seseorang memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan

    apa yang dilihatnya, penafsiran tersebut sangat dipengaruhi oleh

    karakteristik pribadi dari pelaku persepsi. Selain itu ada juga sikap yang

    dapat mempengaruhi tafsiran mengenai apa yang dilihat, motif yang tidak

    dipuaskan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada

    persepsi, kepentingan atau minat individu yang berbeda, pengalaman masa

    lalu, dan pengharapan.

    b. Objek atau target yang dipersepsi.

    Karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat

    mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Beberapa hal lain yang termasuk

    dalam target adalah hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, dan

    kedekatan.

    c. Konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan

    Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita. Waktu

    adalah dimana suatu objek atau peristiwa itu dilihat dapat mempengaruhi

    perhatian, seperti lokasi, cahaya, panas atau setiap jumlah faktor

    situasional.

    2. Pengertian siswa remaja

  • Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang

    menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar (Sardiman, 2003).

    Mnks, dkk (1999) membagi masa remaja menjadi tiga tahap. Tahap

    pertama, masa remaja awal yang berkisar antara usia 12-15 tahun. Tahap kedua,

    masa remaja pertengahan yang berada antara usia 15-18 tahun, dan tahap ketiga,

    masa remaja akhir yang berada antara usia 18-21 tahun. Siswa Sekolah

    Menengah Pertama (SMP) termasuk kepada remaja awal, yaitu berada pada

    rentang usia 12-15 tahun.

    Hurlock (1992) menyatakan bahwa status disekolah membuat remaja sadar

    akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terfikirkan. Kesadaran akan

    status formal yang baru, baik di rumah maupun di sekolah, mendorong sebagian

    besar remaja untuk berperilaku lebih matang. Disamping itu, berkaitan dengan

    minat mereka terhadap pendidikan, pada umumnya remaja muda suka mengeluh

    tentang sekolah dan larangan-larangan, pekerjaan rumah, dan sebagainya. Mereka

    bersikap kritis terhadap guru-guru dan cara guru mengajar.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa Sekolah Menengah

    Pertama termasuk remaja awal yang berada pada rentang usia 12-15 tahun. Pada

    usia ini remaja sudah sadar akan tanggung jawabnya disekolah dan mulai berfikir

    kritis terhadap guru dan cara mengajar guru.

    C. Sense of Humor Guru

  • 1. Pengertian humor

    Di dalam kamus Encyclopedia Britannica, humor adalah suatu stimulus

    yang cenderung mengundang refleks tertawa (Leung, 2004). Mungkin saja

    dikatakan bahwa sesuatu itu mengandung humor, meskipun tak seorangpun

    tertawa pada saat itu dan dapat juga terjadi dimana orang-orang tertawa, tetapi

    seseorang dapat mengatakan bahwa hal itu tidak lucu (Ross, 1998).

    Menurut May (dalam Martin & Lefcourt, 1983), humor berfungsi sebagai

    pemelihara sense of self, yaitu cara sehat yang dilakukan seseorang untuk

    merasakan jarak antara dirinya dengan masalah, cara untuk menghindarkan diri

    dari masalah dan memandang masalah dari sudut pandang berbeda. Pendapat May

    ini serupa dengan pendapat Oconnel (dalam Martin & Lefcourt, 1983) yang

    mengatakan bahwa melalui humor seseorang dapat menjauhkan diri dari situasi

    yang mengancam dan memandang masalah dari sudut pandang kelucuannya untuk

    mengurangi kecemasan dan rasa tak berdaya. Peran humor yang positif membantu

    orang-orang untuk menangani stres, membangun dan memelihara hubungan yang

    suportif dan mempertahankan kondisi hidup yang terus.

    Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa humor adalah

    suatu sitimulus yang dianggap lucu dan cenderung mengundang refleks tertawa,

    walaupun tidak semua menyatakan bahwa sesuatu itu lucu.

    2. Dimensi humor

    Menurut Deshefy & Longhi (2004) humor terbagi atas 4 dimensi yaitu :

  • a. Survival humor.

    Humor ini digunakan ketika seorang atau sekelompok orang harus

    beradaptasi pada kondisi yang jarang dihadapi, ekstrim, atau yang

    mengandung ancaman.

    Survival humor terdiri dari agresi, sakit, menghindar, kotor, agama,

    menyimpang, sadis.

    b. Bonding humor.

    Humor ini digunakan untuk membentuk ikatan/hubungan diantara

    individu, atau untuk membangun hubungan dan yang termasuk dimensi ini

    adalah humor etnik, rasial, positif social, penghinaan, dan humor protes

    diri.

    c. Celebatory humor.

    Humor ini digunakan ketika mengalami sukacita atau kesenangan dan

    ingin membaginya dengan orang lain. Anak-anak yang biasanya mahir

    pada celebratory humor. Celebatory humor terbagi atas badut, permainan

    kata, dan tertawa untuk menikmati kesenangan.

    4. Coping humor.

    Humor ini digunakan untuk mengatur situasi atau kejadian mengancam

    yang menciptakan stres, ketegangan dan ambigu. Coping humor dibagi

    atas humor yang menghalangi, humor jarak dan humor pertahanan.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi humor adalah

    survival humor, bonding humor, celebatory humor, coping humor.

    3. Fungsi humor

  • Humor berperan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari

    fungsi yang diberikan humor. Nilsen (dalam Munandar, 1996) membagi humor

    menjadi empat fungsi yaitu :

    a. Fungsi fisiologik

    Humor dan bermain dapat mengalihkan susunan kimia internal seseorang

    dan mempunyai akibat yang sangat besar terhadap sistem tubuh seseorang,

    termasuk sistem saraf, peredaran darah, endokrin, dan sistem kekebalan.

    b. Fungsi psikologik

    Humor efektif menolong seseorang menghadapi kesukaran. Kemampuan

    untuk melihat humor dalam suatu situasi merupakan salah satu yang dapat

    digunakan untuk mengatasi krisis dalam hidup, sebagai perlindungan

    terhadap perubahan dan ketidaktentuan.

    c. Fungsi pendidikan

    Humor dan tertawa menyebabkan seseorang lebih waspada, otak

    digunakan, dan mata bersinar. Oleh karena itu humor dan tertawa

    merupakan alat belajar yang penting. Selain itu humor merupakan alat

    yang sangat efektif untuk membawa seseorang agar mendengarkan

    pembicaraaan dan merupakan alat persuasi yang baik.

    d. Fungsi sosial

  • Humor tidak saja dapat digunakan untuk mengikat seseorang atau

    kelompok yang disukai tetapi juga dapat menjauhkan seseorang dari orang

    atau kelompok yang tidak disukai.

    4. Pengeretian sense of humor

    Untuk dapat mengamati, merasakan atau mengungkapkan humor

    seseorang harus memiliki sense of humor. Sense of humor adalah sesuatu yang

    bersifat universal yaitu konsep dari berbagai bidang yang mempunyai banyak

    definisi. The American heritage dictionary mendefinisikan sense of humor sebagai

    kemampuan untuk mengamati, menikmati, atau mengekspresikan apa yang lucu

    (Apte, 2002). Selanjutnya Martin (2001) mendefinisikan sense of humor sebagai

    kebiasaan individu yang berbeda-beda pada setiap perilaku, pengalaman,

    perasaan, kesenangan, sikap, kemampuan untuk menghubungkan sesuatu hal

    dengan kesenangan, tertawa, bercanda dan sebagainya.

    Jadi berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sense

    of humor adalah kemampuan seseorang untuk mengapresiasikan, menciptakan dan

    mengekspresikan humor untuk mengundang perasaan senang terhadap orang lain.

    5. Aspek-aspek sense of humor

  • Thorson & Powell (1997) menyatakan empat aspek penting Sense of

    humor, yang terdiri dari:

    a. Humor production

    Kemampuan untuk menemukan humor pada setiap peristiwa dan

    berhubungan dengan perasaan diterima oleh lingkungan.

    b. Coping with humor

    Bagaimana individu menggunakan humor untuk mengatasi emosional dan

    situasi yang mengandung stressful pada individu.

    c. Humor appreciation

    Kemampuan untuk mengapresiasikan humor yang dihubungkan dengan

    internal locus of control seseorang, sebuah indikasi dari seberapa banyak

    individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu sebagai bagian dari

    perilaku orang lain.

    d. Attitude toward humor

    Kecenderungan untuk tersenyum atau tertawa pada setiap situasi yang

    lucu.

    6. Karakteristik kepribadian orang yang memiliki sense of humor

    Seseorang yang memiliki sense of humor dapat berinteraksi dengan baik

    dengan orang lain daripada orang yang kurang sense of humor-nya: mereka

    cenderung lebih imaginatif dan fleksibel, lebih terbuka untuk menerima saran

    orang lain dan lebih dapat didekati (Morreal, 1982). Sense of Humor juga

    berkorelasi secara positif dengan karakteristik kepribadian yang antusias, suka

  • permainan, menggembirakan, dan teguh dan berkorelasi negatif dengan ketakutan,

    depresi, marah, tidak perduli, dan sikap menunggu (McGhee & Goldstein, 1977).

    Ditambahkan oleh Thorson & Powell (1997) bahwa orang yang memiliki perilaku

    yang mengarah pada humor dikorelasikan berhubungan positif dengan

    kemampuan sosial dan psikologi yang bervariasi. Individu dengan sense of humor

    yang tinggi lebih dicirikan dengan orang yang merendah dan lebih terbuka, lebih

    berinisiatif di dalam interaksi sosial, berusaha menciptakan hal yang lucu, dan

    mempunyai kemauan dan kemampuan yang lebih tinggi untuk

    mengkomunikasikannya. Berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa

    orang yang memiliki sense of humor memiliki karakteristik kepribadian sebagai

    berikut : menonjolkan diri, dominan, memiliki kepribadian yang hangat, asertif,

    terlihat selalu gembira, mampu membangkitkan emosi positif, kecenderungan

    untuk mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada kedalam diri sendiri

    dan lebih ceria. Selain itu sense of humor berkorelasi negatif dengan neurotisme,

    pesimis, menghindar, self-esteem yang negatif, agresi, depresi dan kecemasan

    yang tinggi, selalu serius dan mood yang buruk.

    7. Keuntungan memiliki sense of humor

    Menurut Martin (2001) mempunyai sense of humor mengandung banyak

    keuntungan. Individu dengan sense of humor yang lebih tingi, lebih termotivasi,

    lebih ceria, dapat dipercaya dan mempunyai harga diri yang lebih tinggi. Kelly

    (2002) menyatakan bahwasannya salah satu keuntungan terbesar dengan memiliki

    sense of humor adalah pengaruhnya pada kesehatan. Pertama, humor bisa

  • mengantarai hubungan sosial, yang mana ini bisa berdampak meningkatkan

    kesehatan. Kedua, humor mempunyai efek secara tidak langsung pada tingkat

    stres. Ketiga, proses fisiologi yang dipengaruhi oleh humor, contohnya tertawa

    bisa mengurangi ketegangan saraf.

    8. Pengertian guru

    Guru, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1990) diartikan

    sebagai orang yang pekejaannya adalah mengajar. Anderson dan Burns (dalam

    Elliot, 1996) mendefenisikan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang bersifat

    interpersonal dan interaktif, dan secara khusus melibatkan komunikasi verbal

    yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu satu atau lebih siswa agar dapat

    belajar atau mengubah cara mereka dalam bertingkah laku.

    Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti

    proses pembuatan seorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam

    arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku

    yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang

    bersifat tertutup seperti berfikir (ranah cipta) dan berperasaan (ranah rasa) (Syah,

    2001). Lebih lanjut, Sadiman (2003) mengemukakan bahwa mengajar pada

    dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem

    lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses

    belajar.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru adalah

    seseorang yang melakukan aktifitas yang bersifat interpersonal dan interaktif, dan

  • secara khusus melibatkan komunikasi verbal yang dilakukan dengan tujuan untuk

    membantu satu atau lebih siswa agar dapat belajar atau mengubah cara mereka

    dalam bertingkah laku dengan berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi

    ranah cipta, ranah rasa, dan ranah karsa.

    D. Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru

    Beberapa siswa merasa senang dengan guru yang memberikan humor di

    dalam kelas, namun siswa yang lain mungkin merasa humor yang diberikan guru

    tersebut dapat mengganggu pelajaran. Ini terkait dengan persepsi siswa terhadap

    sense of humor guru. Persepsi siswa terhadap sense of humor guru dapat diartikan

    sebagai tanggapan atau penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan

    seorang guru untuk mengapresiasikan, menciptakan dan mengungkapkan humor

    dalam menjalankan tugasnya guna mengundang perasaan senang terhadap siswa

    tanpa mengakibatkan siswa terluka secara fisik maupun psikis. Persepsi tersebut

    bisa bersifat positif maupun negatif.

    E. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru Dengan

    Motivasi Belajar Siswa

    Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan

    interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan

  • guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokok yang

    ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara

    optimal. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Perwujudan

    interaksi guru dan siswa harus lebih banyak berbentuk pemberian motivasi dari

    guru kepada siswa, agar siswa merasa bergairah memiliki semangat, potensi, dan

    kemampuan yang dapat meningkatkan harga diri. Dengan adanya motivasi siswa

    diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2003).

    Peranan guru sangat penting, bagaimana usaha-usaha untuk dapat

    menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas dengan

    baik, sehingga untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi

    yang baik. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa

    untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan

    materi pelajaran itu. Akan tetapi hal yang lebih utama dari faktor materi pelajaran,

    sebenarnya adalah faktor guru (Sarwono, 1989). Seperti dikemukakan McCombs,

    et al (dalam santrock, 2004) bahwa siswa yang merasa didukung dan diperhatikan

    oleh guru lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik daripada siswa

    yang tidak didukung dan diperhatikan gurunya. Charles & Senter (2005)

    menyatakan bahwa seorang guru bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan

    dan menentukan jenis lingkungan psikososial dalam kelas, humor adalah salah

    satu cara yang digunakan untuk menunaikan tanggung jawab tersebut. Penting

    bagi guru untuk menggunakan humor dalam kelas (Young, Whitley & Helton

    dalam Manning, 2002). Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau

    menceritakan hal-hal lucu dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu

  • pelajaran merupakan sesuatu yang dapat mewujudkan situasi belajar mengajar

    yang kondusif dan menyenangkan (Hadis, 2006).

    Apte (2002) menyatakan bahwa untuk dapat mengamati, merasakan atau

    mengungkapkan humor, seseorang memerlukan sense of humor. Begitu pula

    halnya dengan seorang guru. Guru yang memiliki sense of humor yang baik

    membuat kelas menjadi menarik.

    Seseorang yang memiliki sense of humor dapat berinteraksi dengan orang

    baik dengan orang lain daripada orang yang kurang sense of humor-nya: mereka

    cenderung lebih imaginatif dan fleksibel, lebih terbuka untuk menerima saran

    orang lain dan lebih dapat didekati (Morreal, 1982). Humor berkorelasi secara

    positif dengan karakteristik kepribadian yang antusias, suka permainan,

    menggembirakan, dan teguh dan berkorelasi negatif dengan ketakutan, depresi,

    marah, tidak perduli, dan sikap menunggu (Mcghee & Goldstein, 1977). Nilsen

    (dalam Munandar, 1996) humor dan tertawa menyebabkan seseorang lebih

    waspada, otak digunakan, dan mata bersinar. Oleh karena itu humor dan tertawa

    merupakan alat belajar yang penting. Selain itu humor merupakan alat yang

    sangat efektif untuk membawa seseorang agar mendengarakan pembicaraaan dan

    merupakan alat persuasi yang baik. Dengan demikian guru yang memiliki sense of

    humor yang tinggi mampu berinteraksi dengan baik dengan siswa dalam proses

    belajar mengajar, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti pelajaran.

    Kemampuan guru dalam menyisipkan humor atau menceritakan hal-hal

    lucu dalam proporsi yang wajar dan tidak mengganggu pelajaran merupakan

    sesuatu yang dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang kondusif dan

  • menyenangkan (Hadis, 2006). Pengetahuan guru mengenai siswa yang akan

    diajarkannya merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap guru

    (NASSP, dalam Santrock, 2004). Beberapa siswa mungkin mempersepsikan sense

    of humor guru akan dapat mengganggu pelajaran dan mengakibatkan masalah

    dalam proses belajar mengajar di kelas misalnya apabila humor yang dibuat guru

    menjadikan murid sebagai bahan tertawaan teman-temanya (Charles & Senter,

    2005). Ini terkait dengan persepsi siswa terhadap sense of humor guru. Persepsi

    siswa terhadap sense of humor guru dapat diartikan sebagai tanggapan atau

    penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang untuk mengerti,

    mengamati, menciptakan dan mengekspresikan humor guna mengundang

    perasaan senang terhadap orang lain. Persepsi tersebut bisa bersifat positif

    maupun negatif. Siswa menerima rangsang-rangsang atau stimulus-stimulus

    berupa guru dan proses pengajaran yang dilakukanya, yang selanjutnya

    diinterpretasikan dan dipahami siswa sebagai suatu pengalaman belajar yang

    memberikan efek positif maupun negatif bagi dirinya. Soemanto (1998)

    menambahkan bahwa persepsi siswa yang cenderung negatif muncul karena siswa

    memandang guru sebagai individu yang menakutkan, oleh karena itu siswa

    cenderung untuk menghindarkan diri dari pertemuan dengan guru dengan cara

    bolos sekolah atau tidak masuk kelas disaat guru mengajarkan bidang studi

    tertentu. Sedangkan persepsi yang cenderung positif muncul karena siswa menilai

    guru sebagai individu yang menyenangkan dan patut diteladani, oleh karena itu

    perlu didekati, mematuhi segala ketentuan yang diberlakukan, serta mengerjakan

    tugas-tugas yang diberikan.

  • G. Hipotesa Penelitian

    Berdasarkan uraian di atas maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian

    ini adalah ada hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap sense of

    humor guru dengan motivasi belajar. Artinya semakin positif (tinggi) persepsi

    siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa.

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Identivikasi Variabel Penelitian

  • Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesis

    penelitian. Terlebih dahulu perlu diidentifikasi variabel-variabel penelitian yang

    terdiri dari :

    1. Variabel X : Persepsi siswa terhadap sense of humor guru

    2. variabel Y : Motivasi belajar

    B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

    1. Persepsi siswa terhadap sense of humor guru

    Persepsi siswa terhadap sense of humor guru adalah tanggapan atau

    penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang guru untuk

    menciptakan, mengapresiasikan, dan mengekspresikan humor dalam menjalankan

    tugasnya guna mengundang perasaan senang terhadap siswa tanpa mengakibatkan

    siswa terluka secara fisik maupun psikis . Penilaian tersebut berdasarkan

    pengalaman siswa dengan guru selama mengikuti mata pelajaran di kelas.

    Data mengenai persepsi siswa terhadap sense of humor guru diperoleh dari

    skala psikologis yang disusun sendiri oleh peneliti. Skor total merupakan petunjuk

    tinggi rendahnya persepsi siswa terhadap sense of humor guru. Semakin tinggi

    skor skala sense of humor maka semakin positif persepsi siswa terhadap sense of

    humor guru. Sebaliknya, semakin rendah skor skala persepsi siswa terhadap sense

    of humor guru maka semakin negatif persepsi siswa terhadap sense of humor guru.

    2. Motivasi belajar

  • Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa

    yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan

    memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan belajar yang

    dikehendaki yaitu prestasi yang tinggi.

    Data mengenai motivasi belajar ini diperoleh dari skala psikologis yang

    disusun sendiri oleh peneliti. Skor total merupakan petuntuk tinggi rendahnya

    tingkat motivasi belajar. Semakin tinggi skor skala motivasi belajar maka semakin

    tinggi pula motivasi belajar siswa. Sebaliknya, semakin rendah skor skala

    motivasi belajar maka semakin rendah motivasi belajar siswa.

    C. Populasi dan Pengambilan Sampel

    1. Populasi dan sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 (tujuh) Internasional

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan. Alasan peneliti memilih

    populasi kelas 7 Internasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan

    adalah selain karena alasan izin dari pihak sekolah, dikelas 7 Internasional juga

    terdapat seorang guru bahasa Mandarin yang mengajar di tiga kelas tersebut dan

    menurut para siswa guru tersebut sering memberikan humor di kelas sehingga

    siswa senang mengikuti pelajaran bahasa Mandarin.

    Di sekolah tersebut untuk kelas 7 (tujuh) terdiri dari 3 kelas dan masing-

    masing kelas terdiri dari 22 siswa, jadi jumlah seluruh populasi adalah 66 orang.

    Di kelas Internasional setiap kelas mempunyai nama tersendiri yaitu kelas Pascal,

    kelas Einsten, dan kelas Celcius. Seluruh anggota populasi diikutsertakan dalam

  • penelitian, karena perneliti mampu menjangkau seluruh populasi. Jadi di dalam

    penelitian ini peneliti tidak menggunakan tehnik pengambilan sampel.

    D. Instrumen yang digunakan

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala untuk mengukur motivasi

    belajar dan skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru yang akan

    dikenakan kepada siswa.

    1. Pengukuran persepsi siswa terhadap sense of humor guru

    Persepsi siswa terhadap sense of humor guru adalah tanggapan atau

    penilaian yang diberikan siswa terhadap kemampuan seorang guru untuk

    mengapresiasikan, menciptakan, dan mengekspresikan humor dalam menjalankan

    tugasnya guna mengundang perasaan senang terhadap siswa tanpa mengakibatkan

    siswa terluka secara fisik maupun psikis.

    Skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru disusun berdasarkan

    aspek-aspek sense of humor yang dikemukakan oleh Thorson & Powell (1997)

    menyatakan empat aspek penting Sense of humor, yang terdiri dari:

    a. Humor production

    Kemampuan untuk menemukan humor pada setiap peristiwa dan

    berhubungan dengan perasaan diterima oleh lingkungan.

    b. Coping with humor

  • Bagaimana individu menggunakan humor untuk mengatasi emosional dan

    situasi yang mengandung stressful pada individu.

    c. Humor appreciation

    Kemampuan untuk mengapresiasikan humor yang dihubungkan dengan

    internal locus of control seseorang, sebuah indikasi dari seberapa banyak

    individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu sebagai bagian dari

    perilaku orang lain.

    d. Attitude toward humor

    Kecenderungan untuk tersenyum atau tertawa pada setiap situasi yang

    lucu.

    Skala persepsi terhadap sense of humor guru menggunakan model skala

    Likert. Peneliti menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S

    (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Penilaian bergerak dari 4

    sampai 1 untuk aitem-aitem yang favorable dan 1 sampai 4 untuk aitem-aitem

    yang unfavorable.

    Skala persepsi terhadap sense of humor memiliki distribusi aitem-aitem

    seperti tertera dalam tabel 1 di bawah ini :

    Tabel 2. Blue Print Skala Persepsi Siswa Terhadap Sense of Humor Guru

    No Aspek Favorable Unfavorable Total 1 Humor production 1, 9, 17, 25, 33 5, 13, 21, 29, 37 10 2 Coping with humor 2, 10, 18, 26, 34 6, 14, 22, 30, 38 10 3 Humor appreciation 3, 11, 19, 27, 35 7, 15, 23, 31, 39 10 4 Attitude toward humor 4, 12, 20, 28, 36 8, 16, 24, 32, 40 10

    Total 20 20 40

  • Subyek dalam penelitian dikatekorikan berdasarkan mean empirik dengan

    kategorisasi berdasar model distribusi normal. Subyek digolongkan kedalam dua

    kategori (Sudijono, 1987), yaitu :

    Persepsi Positif : x (x + 0.25 SD)

    Persepsi Negatif : x < (x+ 0.25 SD)

    Keterangan :

    x = Mean Empirik

    SD = Standar Deviasi Empirik

    2. Pengukuran motivasi belajar siswa

    Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis didalam

    diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan

    belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu

    tujuan belajar yang dikehendaki yaitu prestasi yang tinggi.

    Skala motivasi belajar dibuat berdasarkan aspek motivasi belajar yang

    dikemukakan oleh Santrock (2004), yaitu :

    a. Motivasi Intrinsik

    Motivasi intrinsik melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu

    karena keinginannya sendiri.

    Terdapat dua tipe dari motivasi intrinsik yang dikemukakan Santrock

    (2004), yaitu :

    1). Motivasi intrinsik berdasarkan penentuan diri dan pemilihan

    pribadi.

  • Siswa percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena keinginan

    mereka sendiri, bukan karena adanya penghargaan dari luar

    (eksternal).

    2). Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal.

    Pengalaman optimal melibatkan perasaan senang dan menikmati

    sesuatu secara mendalam. Csikszentmihalyi (dalam Santrock,

    2004) menggunakan istilah flow untuk menggambarkan

    pengalaman optimal dalam hidup, dan menemukan keadaan flow

    paling sering terjadi ketika seseorang mengembangkan perasaan

    menguasai (mampu melakukan sesuatu) dan konsentrasi penuh

    sementara mereka terlibat dalam suatu kegiatan. Keadaan flow

    juga terjadi ketika seseorang sedang melakukan sesuatu tantangan

    yang mereka anggap tidak terlalu sulit, tetapi juga tidak terlalu

    mudah.

    b. Motivasi Ekstrinsik

    Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk memperoleh sesuatu

    yang lain (suatau alat untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik seringkali

    dipengaruhi oleh ganjaran eksternal, seperti pemberian hadiah dan hukuman.

    Skala motivasi belajar menggunakan model skala Likert. Peneliti

    menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak

    sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk

    aitem-aitem yang favorable dan 1 sampai 4 untuk aitem-aitem yang unfavorable.

  • Skala motivasi belajar memiliki distribusi aitem-aitem seperti tertera

    dalam tabel di bawah ini :

    Tabel 3. Blue Print Skala Motivasi Belajar Sebelum Diuji Coba

    No Aspek Favorable Unfavorable Total

    1 Motivasi intrinsik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 22

    2 Motivasi ekstrinsik 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42 20

    Total 22 20 42

    Subyek dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan mean empirik

    dengan kategorisasi berdasar model distribusi normal. Subyek digolongkan

    kedalam tiga kategori (Azwar, 2005), yaitu :

    Motivasi Rendah : x < (x 1.0 SD)

    Motivasi Sedang : (x 1.0 SD) x < (x + 1.0 SD)

    Motivasi Tinggi : (x+ 1.0 SD) x

    D. Validitas, Reabilitas, dan Uji Daya Beda Alat Ukur

    1. Validitas alat ukur

    Pengujian validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur

    dalam menjalankan fungsinya. Validitas isi adalah sejauh mana suatu tes yang

    merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang

    dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Validitas isi juga merupakan validitas

    yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dari

    profesional judgement (Azwar, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti meminta

    profesional judgement dari dosen Pembimbing Skripsi.

    2. Reliabilitas alat ukur

  • Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat

    ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang

    berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur menunjukkan yang dapat dilihat dari

    koefisien reabilitas merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes

    dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini

    sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang

    mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

    Dalam penelitian ini teknik reabilitas yang digunakan adalah teknik satu

    kali pengukuran atau disebut juga konsistensin internal. Pengujian reliabilitas

    dilakukan dengan menggunakan teknik koefisien alpha dari Cronbach.

    3. Uji Daya beda

    Setiap aitem pada kedua skala dalam penelitian ini diberi skor pada level

    interval, oleh karena itu uji daya beda aitem kedua skala pada penelitian ini

    menggunakan formula koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor

    skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara

    keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Sebagai kriteria pemilihan

    aitem total, biasanya digunakan batasan r 0,30. Semua aitem yang mencapai

    koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Apabila

    kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya

    diskriminasi yang rendah (Azwar, 2005). Untuk itu peneliti menggunakan ( r

    0,30) agar aitem yang di gunakan nantinya dalam penelitian memiliki daya beda

  • yang dianggap memuaskan. Jadi aitem yang nilai koefisien korelasi aitem total

    setelah dikoreksi < 0,30, aitem tersebut dianggap gugur dan tidak dimasukkan

    kedalam skala penelitian.

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan koefisien korelasi Pearson

    Product Moment untuk mengukur daya beda item dengan bantuan program SPSS

    (Statistical Package fos Social Sciences) 16.0 for Windows.

    F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

    Kedua skala yang digunakan dalam penelitian ini diujicobakan pada 123

    orang siswa kelas 7 Sekolah Penengah Pertama Negeri 1 Medan, yang berasal dari

    3 kelas yaitu 7A sebanyak 42 orang, kelas 7B sebanyak 40 orang, dan 7C siswa

    yang hadir sebanyak 41 orang. Pemilihan 3 kelas dari 6 kelas yang ada untuk

    kelas 7 SMP negeri 1 Medan dilakukan peneliti dengan menggunakan tehnik

    purposive sampling dengan alasan karakteristik dari 3 kelas yang dipilih peneliti

    sama dengan 3 kelas yang lain yaitu berada pada usia 11-13 tahun dan diajar oleh

    guru Bahasa Mandarain yang sama.

    1. Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor Guru

    Skala ini terdiri dari 40 aitem yang terbagi menjadi 20 aitem yang

    favourable dan 20 aitem yang unfavourable. Setelah dilakukan analisis pertama

  • diperoleh Nilai Cronbachs Alpha 0,869. Kemudian peneliti membuang aitem

    yang nilai koefisien korelasi aitem total setelah dikoreksi < 0,30. Terpilihlah 25

    aitem, yang kemudian dilakukan analisis kedua diperolehlah nilai Cronbachs

    Alpha 0,868 dengan indeks diskriminasi aitem yang berkisar antara

    Berikut distribusi aitem-aitem Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of

    Humor Guru setelah diujicoba.

    Tabel 4. Blue Print Skala Persepsi Siswa terhadap Sense of Humor Guru

    Setelah Uji Coba

    No Aspek Favorable Unfavorable Total

    1 Humor production 6, 11, 26, 36 2, 16, 21, 31, 37 9

    2 Coping with humor 12, 27, 32 17, 33, 38 6

    3 Humor appreciation 23, 28 14, 24, 29 5

    4 Attitude toward humor 15, 34 10, 25, 30 5

    Total 12 13 25

    2. Skala Motivasi Belajar

    Skala ini terdiri dari 42 aitem yang terbagi menjadi 22 aitem yang

    favourable dan 20 aitem yang unfavourable. Pada analisis pertama, dari 42 aitem

    yang dianalisis diperoleh Nilai Cronbachs Alpha 0,928. Kemudian peneliti

    membuang aitem yang nilai koefisien korelasi aitem total setelah dikoreksi < 0,30.

  • Terpilihlah 37 aitem, yang kemudian dilakukan analisis kedua diperolehlah nilai

    Cronbachs Alpha 0,936 dengan indeks diskriminasi aitem yang berkisar antara

    0.306 hingga 0.729.

    Berikut adalah distribusi aitem-aitem skala motivasi belajar setelah uji coba.

    Tabel 5. Blue Print Skala Motivasi Belajar Setelah Uji Coba

    No Aspek Favorable Unfavorable Total

    1 Motivasi intrinsik 1, 5, 9, 13, 16, 17, 25, 26, 32, 35, 38, 42

    3, 8, 11, 20, 21, 23, 28, 31, 36, 41

    22

    2 Motivasi ekstrinsik 2, 10, 15, 19, 29, 34, 40

    4, 6, 12, 14, 22, 27, 30, 37

    15

    19 18 37

    G. Prosedur Penelitian

    Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang dilakukan

    peneliti, antara lain :

    1. Permohonan izin

    Peneliti mengurus permohonn izin penelitian dari Fakultas Psikologi USU.

    Setelah mendapatkan surat izin yang dibutuhkan, peneliti mengurus perizinan ke

    SMP Negeri 1 Medan dengan menemui guru yang bisa membantu peneliti

  • melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Medan dan menjelaskan aktivitas

    penelitian yang akan dilakukan. Pihak sekolah memberikan izin oleh peneliti

    untuk melakukan penelitian. Kemudian peneliti melakukan komunikasi dengan

    siswa di kelas Internasional yang di anjurkan oleh pihak sekolah , untuk

    mengetahui apakah ada guru yang menurut para siswa lucu dan mempunyai selera

    humor yang baik.

    Ada 2 kelas yang bisa dimasuki oleh peneliti yaitu kelas Pascal dan kelas

    Einstein. Dari hasil komunikasi tersebut peneliti memeperoleh informasi bahwa

    siswa-siswa mengatakan bahwa guru yang masuk ke kelas mereka yang paling

    lucu yaitu guru pelajaran Bahasa Mandarin, maka peneliti menentukan akan

    melakukan penelitian hubungan persepsi siswa terhadap sense of humor guru di

    kelas 7 Internasional SMP Negeri 1 Medan pada pelajaran Bahasa Mandarin.

    2. Pembuatan alat ukur

    Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari skala persepsi siswa terhadap

    sense of humor guru dan skala motivasi belajar dibuat sendiri oleh peneliti

    berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam menyusun aitem

    peneliti melakukan analisis rasional untuk menentukan pernyataan yang tepat

    dalam mengungkap aspek-aspek dari masing-masing variabel sebagai upaya untuk

    melakukan pengujian terhadap validitas alat ukur yang dipergunakan dan

    diperkuat dengan profesional judgement, dalam hal ini dibantu oleh dosen

    pembimbing peneliti. Peneliti membuat 40 aitem untuk skala persepsi siswa

    terhadap sense of humor guru dan 42 aitem untuk skala motivasi belajar. Skala

  • persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar digabung

    menjadi 1 booklet menggunakan kertas A4 sebanyak 12 halaman dan setiap

    pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban. Kedua skala tersebut dipersiapkan

    sebanyak 126 eksemplar.

    3. Uji coba alat ukur

    Uji coba dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Februari 2009 di kelas

    7 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan karena karakteristik siswa kelas 7

    Internasional SMP Negeri 1 Medan yang akan diambil datanya nanti dalam

    penelitian sama dengan karakteristik siswa kelas 7 SMP Negeri 1 Medan yaitu

    berada pada usia 11-13 tahun dan diajar oleh guru Bahasa Mandarin yang sama.

    Dengan menggunakan tekhnik purposive sampling, dari 7 kelas peneliti

    hanya mengambil data dari 3 kelas, yaitu 7A, 7B, 7C karena karakteristik dari 3

    kelas yang dipilih peneliti sama dengan 3 kelas yang lain yaitu berada pada usia

    11-13 tahun dan diajar oleh guru Bahasa Mandarain yang sama. Namun tidak

    semua siswa hadir pada saat dilakukan pengambilan data. Untuk kelas 7A siswa

    yang hadir sebanyak 42 orang, kelas 7B siswa yang hadir sebanyak 40 orang, dan

    7C siswa yang hadir sebanyak 41 orang. Jadi keseluruhan jumlah siswa yang ikut

    serta dalam pelaksanaan uji coba skala adalah sebanyak 123 orang dan semua

    siswa mengisi skala tanpa ada satu nomerpun yang terlewatkan, maka semua skala

    yang telah diisi bisa dipergunakan.

    Dari skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru yang berjumlah 40

    aitem dan skala motivasi belajar dengan jumlah aitem 42, dilakukan analisis

    statistik dengan menggunakan SPSS versi 16 dan diperoleh hasil yang

  • memuaskan. Walaupun ada beberapa aitem yang dinyatakan gugur karena tidak

    memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh penelit, namuni semua aspek dari masing-

    masing skala terwakili dan dinyatakan valid dan reliabel. Kemudian peneliti

    membuat susunan skala yang baru untuk digunakan dalam pengambilan data

    penelitian.

    d. Pelaksanaan penelitian

    Pengambilan data dilakukan peneliti di kelas 7 Internasional Sekolah Menengah

    Pertama Negeri 1 Medan pada hari Jumat tanggal 20 Februari 2009, dengan

    membagikan skala persepsi siswa terhadap sense of humor guru dan skala

    Motivasi belajar. Ketiga kelas tersebut masing-masing kelas Pascal sebanyak 22

    orang siswa, kelas Einstein sebanyak 21 orang siswa, dan kelas Celcius sebanyak

    22 orang siswa. Jadi jumlah siswa yang ikut dalam penelitian adalah 65 orang

    siswa. Seluruh siswa yang mendapatkan skala mengisi pernyataan tanpa ada yang

    terlewatkan, sehingga semua skala bisa dipergunakan dalam penelitian.

    5. Pengolahan data

    Setelah semua skala terkumpul maka data hasil penelitian dari skor skala persepsi

    siswa terhadap sense of humor guru dan skala motivasi belajar siswa kemudian

    diolah dan dianalisa dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for

    windows

    E. Metode Analisa Data

    Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

    mengggunakan analisis statistik.

  • Hadi (2002) mengemukakan bahwa analisis data secara statistik dilakukan

    dengan alasan sebagai berikut :

    1. Analisis statistik bekerja dengan angka-angka dan angka-angka ini

    dapat menunjukkan jumlah frekuensi nilai atau harga.

    2. Statistik bersifat obyektif.

    3. Statistik bersifat universal, yakni dapat digunakan pada hampir

    seluruh penelitian

    Analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian

    ini adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Sebelum dilakukan analisis

    data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian, yaitu :

    1. Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data

    penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal.

    Uji normalitas ini menggunakan teknik uji Kolmogorov Smirnov

    Z.

    2. Uji linieritas, yaitu untuk mengetahi apakah data dari variabel X

    memiliki hubungan yang linier dengan variabel Y. Uji linieritas ini

    menggunakan teknik uji F. Data dapat dikatakan linear apabila

    P

  • BAB IV

    ANALAISIS DATA PENELITIAN

    A. Gambaran Subyek Penelitian

    Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 7 Internasional Sekolah

    Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Medan. Total subyek dalam penelitian ini ada

    sebanyak 65 orang siswa. Dari subyek penelitian ini diperoleh gambaran subyek

    berdasarkan jenis kelamin dan usia.

    1. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

    Berdasarkan jenis kelamin subyek penelitian, maka dapat digambarkan

    penyebaran subyek seperti yang tertera pada tabel 6 di bawah ini :

    Jenis Kelamin

    Tabel 6 Subyek Penelitian Berdasarkana Jenis Kelamin

    Frekuensi (F) Persentase (%) Laki-laki 24 36.92

    Perempuan 41 63.08 TOTAL 65 100

  • Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek penelitian

    berjenis kelamin perempuan, yakni sebanyak 60 orang (63.08%); sedangkan jenis

    kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (29.15%).

    2. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Usia

    Berdasarkan usia sebyek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran

    subyek seperti yang terdapat pada tabel 7 berikut ini :

    Usia (Tahun) Frekuensi (F) Persentase (%) 11 9 13.85 12 46 70.77 13 10 15.38

    Total 65 100

    Dari tabel diatas sebanyak dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek

    penelitian berusia 12 tahun yaitu sebanyak 46 orang (70.77%), sedangkan yang

    berusia 13 tahun sebanyak 10 orang (15.38%), dan yang berusia 11 tahun hanya 9

    orang (13.85%).

    B. Hasil Penelitian

    1. Uji Normalitas Sebaran

    Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik

    Kolmogorov Smirnov Z pada variable persepsi siswa terhadap sense of humor

    guru dan motivasi belajar. Pada variabel persepsi siswa terhadap terhadap sense of

    humor guru menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z = 0.727 dengan p>0.05

  • dan variabel motivasi belajar juga menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z =

    0.672 dengan p>0.05 (lihat lampiran D).

    Berdasarkan analisis tersebut, maka variabel persepsi siswa terhadap sense

    of humor guru dengan motivasi belajar mengikuti sebaran normal.

    2. Uji Linearitas Hubungan

    Hasil uji liniearitas dengan menggunakan teknik uji F. Dari hasil uji

    linearitas diperoleh nilai F = 4.756 dengan nilai signifikansinya (p) = 0.033 ( lihat

    lampiran D). Karena nilai p dari uji F < 0.05 maka dapat dikatakan bahwa variabel

    persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi mempunyai

    hubungan yang linear.

    3. Hasil Utama Penelitian

    Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk melihat hubungan antara

    persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar. Dari

    hipotesis penelitian yang diajukan pada BAB II yaitu Ada hubungan yang positif

    antara persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar.

    Artinya semakin positif (tinggi) persepsi siswa terhadap sense of humor guru,

    maka semakin tinggi motivasi belajar siswa ; demikian pula sebaliknya, semakin

    rendah (negatif) persepsi siswa terhadap sense of humor guru, maka semakin

    rendah motivasi belajarnya.

    Untuk pengujian statistik dilakukan perumusan hipotesis statistik, yaitu :

    a. Ho (Hipotesis Nihil) : p

  • b. Ha (Hipotesis Alternatif) : p>0; artinya: ada hubungan positif antara

    persepsi siswa terhadap sense of humor guru dengan motivasi belajar.

    Dari hasil pengujian statistik didapat koefisien korelasi (r) sebesar 0.265

    dengan taraf signifikansi (p) = 0.033 (lihat lampiran D) dengan syarat

    hubungan linier adalah p

  • Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa mean empirik skala

    persepsi siswa terhadap sense of humor guru adalah 79.48 dengan SD empirik

    8.21 dan mean hipotetik 62.5 dan SD hipotetik 12.5. Hasil perbandingan antara

    skor mean empirik dengan mean skor hipotetik menunjukkan bahawa secara rata-

    rata sebyek penelitian memiliki persepsi terhadap sense of humor guru yang lebih

    baik dari populasinya secara umum.

    Dari mean empirik sebesar 79.48 dan standar deviasinya sebesar 8.21,

    maka dapat dibuat kategorisasi persepsi terhadap sense of humor guru seperti

    yang tercantunm pada tabel 9 berikut ini.

    Tabel 9

    Variabel

    Kategorisasi Data Empirik Variabel Persepsi Terhadap Sense of Humor Guru

    Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase

    Persepsi Posistif X 82 25 38.46%

    Negatif X < 82 40 61.54%

    Dari tabel 4 di atas dapat diperoleh bahwa seb