HUMANISME EKOLOGIS

11
HUMANISME EKOLOGIS 1. Pada Titik Peralihan Selanjutnya HUMANISME tradisional telah menekankan kemuliaan manusia, kemrdekaan manusia, sebenarnya, kebesaran manusia, yang diproyeksikan ke dalam sifat khusus Promethean. Konsepsi manusia ini bergandeng tangan dengan ide pemanfaatan alam untuk tujuan-tujuan dan kebutuhan- kebutuhan manusia. Ia melihat manusia hanya sebagai bagian dari skema benda-benda yang lebih besar : alam dan kosmos.Kita harus melampaui dan mengakhiri ide manusia Promethean (dan Faustian). Konsekuensi-konsekuensi pembalikan ini mempunyai pengaruh yang besar. Di dalam visi-visi mereka yang bersifat sepotong- sepotong baik humanisme maupun ekologi tidak mengerti secara memadai bahwa keadaan buruk lingkungan dan keadaan buruk manusia keduanya mempunyai penyebab yang sama, efek- efek buruk yang sama-sama terlihat didalam manusia Kapitalis dan Komunis.Sejak Sokrates filsafat alam dan filsafat manusia telah dikembangkan disepanjang jalan yang berbeda, dan kandang-kadang dalam rute yang bertolak belakang. Ekologi adalah suatu pernyataan kembali filsafat alam, sementara humanisme adalah suatu ungkapan dari filsafat manusia. Dokotomi barat antara filsafat alam dan filsafat manusia berakar pada gagasan kita yanng keliru bahwa alam ada “disana” untuk dimanfaatkan, ditundukkan, dan diekploitasi. Penggabungan ekologi dengan humanisme tidak serampangan tetapi buah dari suatu persepsi akan kesatuan esensial dunia alamiah dengan dunnia manusia. Hasilnya konsep “ekologi” dan “humanisme” benar-benar digabung satu sama lain. Baik ekologi maupun humanisme adalah bagian dari visi kita yang diperluas atas kosmos yang sedang berevolusi. Humanisme Ekologi menawarkan suatu alternatif autentik kepada masyarakat industri. Ia meanggap bahwa : 1. Zaman yang sedang datang dilihat sebagai zaman pengurusan

Transcript of HUMANISME EKOLOGIS

HUMANISME EKOLOGIS1. Pada Titik Peralihan Selanjutnya

HUMANISME tradisional telah menekankan kemuliaan manusia, kemrdekaan manusia, sebenarnya, kebesaran manusia, yang diproyeksikan ke dalam sifat khusus Promethean. Konsepsi manusia ini bergandeng tangan dengan ide pemanfaatan alam untuk tujuan-tujuan dan kebutuhan-kebutuhan manusia. Ia melihat manusia hanya sebagai bagian dari skema benda-benda yang lebih besar : alam dan kosmos.Kita harus melampaui dan mengakhiri ide manusia Promethean (dan Faustian). Konsekuensi-konsekuensi pembalikan ini mempunyai pengaruh yang besar.Di dalam visi-visi mereka yang bersifat sepotong-sepotong baik humanisme maupun ekologi tidak mengerti secara memadai bahwa keadaan buruk lingkungan dan keadaan buruk manusia keduanya mempunyai penyebab yang sama, efek-efek buruk yang sama-sama terlihat didalam manusia Kapitalis dan Komunis.Sejak Sokrates filsafat alam dan filsafat manusia telah dikembangkan disepanjang jalan yang berbeda, dan kandang-kadang dalam rute yang bertolak belakang. Ekologi adalah suatu pernyataan kembali filsafat alam, sementara humanisme adalah suatu ungkapan dari filsafat manusia. Dokotomi barat antara filsafat alam dan filsafat manusia berakar pada gagasan kita yanng keliru bahwa alam ada disana untuk dimanfaatkan, ditundukkan, dan diekploitasi.Penggabungan ekologi dengan humanisme tidak serampangan tetapi buah dari suatu persepsi akan kesatuan esensial dunia alamiah dengan dunnia manusia. Hasilnya konsep ekologi dan humanisme benar-benar digabung satu sama lain. Baik ekologi maupun humanisme adalah bagian dari visi kita yang diperluas atas kosmos yang sedang berevolusi.Humanisme Ekologi menawarkan suatu alternatif autentik kepada masyarakat industri. Ia meanggap bahwa :1. Zaman yang sedang datang dilihat sebagai zaman pengurusan2. Dunia dipahami sebagai suatu tempat perlindungan3. Pengetahuan dipahami sebagai suatu perantara antara kita dengan daya-daya kreatif evolusi

2. Etika dan Kosmologi Saling Mendefinisikan Satu Sama Lain

Di dalam pandangan dunia ilmiah, etika dan kosmologi (pandangan atas alam semesta) terpisah sama sekali dari dan tidak mempunyai hubungan satu dengan yang lain.Di dalam pandangan-pandangan dunia itu, yang tahan menghadapi ujian waktu dan dirasa membantu oleh masyarakat yang mengadopsinya, ada suatu keherensi diantara sistem nilai atau kode etis masyarakat itu dengan kepercayaan-kepercayaan masyarakat lain, sehingga alam semesta tampak sebagai suatu tempat yang harmonis, yang mendukung perjuangan mannusia.Filsafat lingkungan berusaha membawa kembali koherensi antara sistem nilai manusia dengan pandangannya atas alam semesta supaya masing-masing akan menjadi aspek yang satu bagi yang lain, sebagaimana di dalam kebudayaan-kebudayaan tradisional. Kebudayaan instan adalah kebudayaan yang palsu, Kerohanian yang instan adalah kerohanian gadungan.Kosmologi Alkitab mungkin dianggap kuno masa kini tetapi ia benar-benar memberikan individu suatu perasaan aman dan rasa memiliki yang besar. Alam semesta yang serba bertujuan, yang menjalankan maksud-maksud Tuhan. Manusia dibayangkan sebagai ciptaan terpilih tuhan. Ia mempunyai arti yang sangat penting bagi makhluk yang dilindungi oleh Tuhan, karena ia diciptakan di dalam citra Tuhan. Manusia mempunyai kekuasaan atas mereka tetapi tidak mempunyai hak untuk mengeksploitasi dan menghancurkannya.Alam semesta dibayangkan sebagai suatu sistem fisik yang luasnya tak terhingga, yang bekerja menurut hukum-hukum fisika. Alam semesta adalah alam yanng kosong dan aneh, sebenarnya suatu ruang kosong dengan beberapa galaksi yang dilemparkan sana-sini, di dalamnya keberadaan manusia lebih berupa kebetulan ketimbang akibat dari apapun.Sekularisasi dunia dan instrumentalisasi nilai-nilai tidak terjadi dalam semalam. Tetapi ketika proses itu mulai membentang dan mempercepat lajunya, hasil-hasilnya muncul bersama kecepatan dan kepastian yang menghasilkan mekanisme dunia yanng belum pernah terjadi sebelumnya di dalam sejarah.

3. Tiga Alternatif : Kant, Mark, Schweitzer

Immanuel Kant melambangkan suatu poin yang sangat penting di dalam pengembangan pandangan dunia ilmiah, dan juga karena ia juga memberikan beberapa jawaban terhadap dilema-dilema moralitas manusia di dalam zaman pembentangan ilmu yang merupakan nilai abadi. Krl Popper benar dalam mengatakan bahwa ilmu telah memunculkan semua persoalan epistemologi dan ontologi yang penting dari filsafat modern. Tetapi kerangka acuan Popper, sebenarnya semestanya, terlalu sempit untuk memungkinkan ia memperhatikan dilema kedua Kant.Kosmologi Marxis bersifat sangat materialistik dan bahkan membawa lebih jauh proses pengosongan semesta fisik, sosial, dan manusia dari unsur-unsur spritual dan idealis, ketimbang beraneka ragam empirisisme tradisional. Oleh karna itu, label materialisme kasar sering sangat cocok untuk filsafat Marxis. Telah menjadi suatu tragedi utama bagi Marxisme bahwa ia harus bertarunng didua front sekaligus : menentang masyarakat yang ada dan menentang semua agama. Karena menentang agama, ia telah memutuskan dirinya dari warisanspritual umat manusia yang bahkan lebih mendalam daripada etos filistin borjuis itu sendiri.Alternatif Albert Schweitzer kurang dalam ruang lingkup yang dimiliki Kant atau Marx tetapi pikirannya cukup tajam untuk menyadari bahwa persoalan dasar adalah proses nilai-nilai. Ia juga benar-benar mengetahui bahwa tidak cukup mengkritik peradaban dan penyakit-penyakitnya, orang harus berusaha membangun sesuatu yang konstruktif. Sumbangannya yang konstruktif adalah etika yang didasarkan pada penghormatan terhadap kehidupan.Prinsip penghormatan terhadap kehidupan diketahui dan kadang-kadang dibicarakan, tetapi muatannya diserap hanya secara dangkal. Mendengarkan dengan cermat argumen-argumen dan alasan-alasan untuk etika ekologis, kita begitu sering mendapati bahwa alasan mengapa kita harus memperhatikan habitat ekologis adalah karna hal itu memelihara kita. Merusak habitat itu adalah hal yang kontraproduktif, oleh karna itu kita harus melestarikannya. Adalah suatu prinsip manajemen yang baik untuk memelihara sumber-sumber daya kita. Jadi, dalam analisis terakhir, habitat ekologis menjadi suatu sumber daya. Dengan demikian, etika ekologis didasarkan pada suatu kalkulus optimalisasi sumber-sumber daya kita.Ada suatu pelajaran yang bermanfaat dari Schwietzer. Untuk melestarikan kesucian dan integritas manusia, sungguh-sungguh melestarikan manusia sebagai manusia, kita harus melampaui manusia itu sendiri

4. Warisan Promethean

Warisan Promethean adalah suatu bagian dari warisan moral kita. Untuk menjadi seorang agen moral adalah mampu melampaui batas-batas ketentuan-ketentuan fisik biologis. Untuk mempertahankan semesta moral, kita harus terus-menerus terlibat didalam tindakan-tindakan transendensi. Imperatif Promethean berpihak kepada kebutuhan transedensi. Imperatif Promethean menunjukan kemajuan didalam pengertian yang nyata. Gagasan Darwinian akn evolusi dan konsekuensi-konsekuensi yang mengikutinya bukanlah suatu bukti yang menentang keilahian manusia, mereka tidak mereduksi secara meyakinkan, manusia menjadi binatang yang lebih rendah pada akhirnya, menjadi materi yang tak sadar dan tak bertujuan. Kita mempunyai kesulitan yang besar dalam memikirkan evolusi sebagai suatu proses yang ramah. Karena kita telah dikondisikan untuk memandang evolusi di daalam kerangka kerja sistem persaingan bebas perusahaaan, yang didalamnya evolusi diartikan sebagai ungkapan Darwinisme sosial, dan darinya secara nyata kita memperoleh suatu pelajaraan moral, salah satu entah anda yang menindas orang lain, atau orang lain yang menindas anda. Dengan demikian, gagasan evolusi digunakan sebagai suatu senjata ideologis untuk membenarkan dan meningkatkan perssaingan dan eksploitasi.Kita harus melihat segala hal dari suatu sudut pandang evolusioner, dari suatu perspektif yang lebih besar dari pada batas-batas peradaban ekologis. Jika kita menerima konteks dan kerangka kerja masyarakat teknologis, maka prilaku manusia menurut prinsip homo homini lupus bukan hanya dapat dibenarkan tapi benar-benar tidak terelakkan. Kerangka kerja inilah yanng bersifat merusak terhadaap kehidupan pada umumnya karena ia menghilangkan keberagamaan dan kesatuan integral benda-benda, keseimbangan sistem-sistem hidup itu sendiri.Transendeni adalah suatu bagian dari warisan Promethean kita dan demikian warisan moral kita. Menganggap makna kehidupan manusia terpisah dari tindakan-tindakan transedensi masa lampau, dan tidak diarahkan menuju transedensi selanjutnya dimasa depan, akan mengosongkan muatan esensialnya. Sekarang, karena manusia mengikhtisarkan dan menyempurnakan proses evolusi, pengertian yanng mendaalam akan hakikat manusia sama dengan pengertian akan struktur fundamental evolusi itu sendiri.Prestasi besar Karl Popper telah menunjukan bahwa untuk mengerti hakikat ilmu kita harus mengerti pertumbuhan, dinamika, dan pembentangan dialektisnya. Kita harus melampaui produk-produk belaka ilmu, teori-teroinya yang terkini atau rekonstruksi-rekonstruksinya logisnya. Hal yang sama juga berlaku pada evolusi untuk memahami hakikatnya kita harus melampaui struktur molekuler dan melampaui rekontruksi logisnya sebagai ilmiah belaka, kita harus mengerti pertumbuhan, pembentangan dinamis, dialetika, transformasi-transformasinya.

5. Kosmologi Baru

Didalam kosmologi yang baru, kita menerima suatu perspektif atas alam semesta, manusia dan nilai-nilai yang baru sama sekali.Disini alam semesta dibayangkan berevolusi, misterius, kompleks dan sangat halus didalam proses kerjanya. Ia diatur oleh hukum-hukum fisik dan dalam segmen ruang-ruang waktunya, tetapi hukum-hukum ini hanya mencerminkan sebagai aspek dari prilakunya. Kehidupan adalah bagin dari karakteristik esensial alam semesta sebagaimana halnya materi, bintang-bintang, dan galksi-galaksi. Untuk memahami karakteristiknya yang paling pokok, kita harus memahami evolusinya. Evolusi ini telah bekerja menuju struktur-struktur yanng semakin kompleks dan hierarkis, berpuncak pada organisme-organisme biologis dan akhirnya pada manusia. Alam semesta dibayangkan sebagai rumah bagi manusia. Karena kita adalah para penjaga seluruh evolusi, dan pada saat yang sama hanyalah titik pada panah evolusi.Manusia di dalam kosmologi yang baru dianggap sangat penting, bukan dari sudut manusia itu sendiri, tetapi sebagai sebuah partikel yanng bersinar didalam proses pembentangan evolusi. Asal-usul manusia bisa jadi dari debuan kosmik, tetapi selama bermilyar-milyar tahun transformasinya, evolusi telah menghasilkan struktur-struktur yang berbelit-belit, halus dan bagus sekali sehingga hasil akhirnya tak lain dari sejenis keaajaiban. Kesucian manusia adalah keisyafannya yang menyadari spritual dan dorongan batinnya untuk mempertahankannya. Kesucian manusia adalah kesadaraan akan tanggung jawabnya yanng besar pada hasil evolusi, evolusi yang telah berpuncak pada kita tetapi yang harus kita teruskan. Manusia, di dalam arti tertentu, hanyalah sebuah tabung, tetapi diperlengkapi dengan kekuataan-kekuatan dan tanggung jawab-tanggung jawab yang sedemikian rupa sehingga ia adalah tabunng yang suci.Konsepsi makna kehidupan menghasilkan pengertian yang sempurna atas bentuk-bentuk kehidupan pramanusia dan kehidupan manusia, iia menjadi seni yang tinggi atau aktivitas keseharian yang didalamnya kita ingin melanjutkan kehidupan, tetapi sedikit lebih baik. Nilai-nilai di dalam kosmologi kita yang baru mengatur hubungan-hubungan manusia dengan manusia, mereka juga ikut megatur hubungan-hubungan manusia dengan kehidupan. Nilai-nilai tidak berpusat pada Tuhan juga tidak hanya berpusat pada manusia, tetapi berpusat pada evolusi. Di dalam pengertian yang terakhir, kita dapat mengatakan bahwa nilai-nilai manusia, nilai-nilai yang dijalaani di dalam semesta manusia, yanng mencakup lebih banyak daripada manusia, yang dihubungkan dan diperoleh dari proses kosmos yang membentang, karena kosmmos ini, seperti yang telah kita argumenkan, adalah komponen manusia yanng saling mendefinisikan di dalam evolusinnya.Kesucian nilai-nilai berasal dari pengakuan, penghargaan, pemujaan kita yang sungguh-sungguh terhadap hal-hal yang sangat khas pada kehidupan, dan pada struktur-struktur hierarki-hierarki yanng mendukung mereka, yang telah membuat kehidupan bercahaya didalam lingkup manusia. Orang harus berjuanng dan bekerja, kadang-kadang dengan derita yang sangat besar, untuk mewujudkan potensi ini. Di dalam kosmologi baru, kita menyadari manusia sebagai suatu bagian dan perluasan bagi kosmos yang sedang berevolusi. Evolusi ini memunngkinkan kita untuk memberikan sifat suci kepada manusia. Kesuciaannya yanng beraakar pada evolusi membuat manusia bebas dari tirani hal-hal yanng absolut, yang mengikat bentuk-bentuk kesucian terdahu dan pada saat yang sama, memungkinkan ia untuk melampaui nihilisme dan relativisme moral, beserta keserampanangan dan keterhakberhukumannya.

6. Imperatif yang Baru

Nilai-nilai manusia secara spesifik dan secara inheren adalah sifat-sifat manusiawi. Nilai-nilai itu harus diungkapkan di dalam istilah-istilah manusiawi, yakni istillah-istilah yang mempunyai konotasi menyeluruh bagi kita diberbagai level, yanng menyentuh pikiran-pikiran, jantung, dan tulang-tulang kita. Nilai-nilai ini tentunya mengejawantahkan, menggabungkan, dan mewujudkan berbagai bentuk evolusi masa lampau. Mereka harus merangkum berbagai macam fase evolusi, tetapi juga dan terutama garis-garis pedoman unntuk perilaku manusia yang konkret. Prinsip-prinnsip yang memberikan makna kepada kehidupan manusia yang dijalani di alam semesta yang bersifat manusiawi dan juga supramanusiawi.Apakah Imperatif Moral Baru kita?- Berkelakuan sedemikian rupa sehingga melestarikan dan meningkatkan mutu pembentangan evolusi dan segala kekayaannya.- Berkelakuan sedemikian rupa sehingga melestarikan dan meningkatkan ekosistem, yang merupakan kondisi yang diperlukan bagi peningkatan mutu kehidupan dan kesadaran selanjutnya.- Berkelakuan sedemikian rupa sehingga melestarikan dan meningkatkan kehidupan, yang merupakan syarat yang diperlukan unntuk meneruskan evolusi.- Berkelakuan sedemikian rupa sehingga melestarikan dan meningkatkan mutu kapasitas-kapasitas yang merupakan bentuk-bentuk paling maju dari alam semesta yang berevolusi : kesadaran, kreativitas, dan rasa iba.- Berkelakuan sedemikian rupa sehingga melestarikan dan meningkatkan mutu kehidupan manusia yang merupakan tabung tempat diberinya prestasi-prestasi evolusi yang paling indah.Lima karakteristik Imperatif Baru ini hanyalah variasi-variasi dari tema yang sama. Semua itu berasal dari formulasi pertama. Hal ini tidak hanya tak terhindarkan, tetapi sangat didambakan. Sebuah imperatif moral harus cukup umum agar dapat memberikan suatu fondasi filosofi bagi nilai-nilai. Tetapi ia harus bermanfaat dan mempunyai ujung yanng cukup terbuka untuk menghasilkan konsekuensi-konsekuensi spesifik dan garis-garis pedoman bagi tindakan. Karena pada akhirnya, kita harus menghubungkan dengan tindakan-tindakan spesifik dan usaha-usaha di dalam kehidupan kita sehari-hari, dan kita juga harus dapat memperoleh darinnya kriteria untuk menolak kumpulan nilai-nilai yang lain yanng tidak cocok dengan nilai-nilai kita sendiri.IMPERATIF YANNG BARU(terdiri dari hal-hal berikut ini)I. Imperatif Promethean : Atau kebutuhan akan trensenden.

II. Imperatif Kantian :Atau perayaan terhadap prestasi-prestasi tertinggi evolusi.III. Imperatif Ekologis :Atau kebutuhan untuk melestarikan dan meningkatkan mutu habitat yang hidup di sekitar kita.

Dari Imperatif Baru ini, kita harus membedakan dengan tajam : Imperatif Instrumental(yang merupakan imperatif Promethean yang dikosongkan dari transendensinya). Imperatif Teknologis(yang merupakan imperatif instrumental yang dibawa hingga pada kesimpulan logisnya: instrumen, mesin mendikte cara-cara berkelakuan manusia)Komponen Promethean dari Imperatif Baru kita menegaskan bahwa hasrat untuk memperbaiki, menyempurnakan, dan melampaui kondisi kita terajut secara inheren kedalam jaringan kehidupan kita, ia adalah suatu desakan moral yang dikaruniakan kepada kita. Didalam pengertian ini, kemajuan tidak hanya dibenarkan, tetapi tidak terhindarkan. Tetapi ia adalah kemajuan menuju transedensi dan penyempurnaan yang semakin meningkat. Kemajuan menuju kesempurnaan yang semakin meningkat ini tidak dapat pada level kehidupan manusia, dipisahkan dari pencapaian dan peningkatan mutu spritual.Dengan demikian, semua kemajuan adalah kemajuan spritual. Tetapi, seperti yang ditunjukan kisah Promethean, jalan menuju kemajuan dibuka dengan pengorbanan, dan kadang-kadang berakhir dengan kecongkakan. Kisah evolusi adalah suatu kisah dari jenis pengorbana diri ini. Masing-masing tahap evolusi telah membuat dirinya sendiri sebagai alat, sebagai instrumen untuk menuju pencapaian tahap selanjutnya. Dan begitu jugalah kehidupan manusia. Pengorbanan, sifat tak mementingkan diri sendiri dan devosi adalah alamiah dan tak terhindarkan.Altruisme adalah suatu bagian dari hakikat kita, suatu bagian dari naluri manusiawi. Mengakui seseorang sebagai manusia ialah mengakui kapasitas orang itu untuk Altruisme. Selain itu, Altruisme adalah suatu bagian esensial dari hakikat evolusi. Evolusi sudah lama berhenti jika ia tidak dianugerahi dengan altruiisme sebagai modus operandinya. Kebenaran ini lambat laun diakui lewat riset terkini didalam biologi dan sosiobiologi.Dilihat di dalam kemegahan evolosionernya, kehidupan manusia adalah sebatanng obor yang menyala sendiri. Kita melakukan pengorbanan-pengorbanan yang tak terhitung banyaknya karena kita menganggapnya nilai. Kita membuat diri kita sendiri menjadi instrumen-instrumen karena kita menganggap penyebabnya bernilai. Tetapi kehidupan manusia jangan pernah diubah menjadi sebuah alat belaka. Tak ada penyebab yanng cukup agung yanng mewajibkan pengorban manusia jika di dalam prosesnya manusia tidak memenuhi dirinya sendiri sebagai manusia.Kita dapat mempertahankan kedaulataan individu manusia seraya menganggapnya pada saat yang sama sebagai bagian dari alam semesta yang sedang berevolusi. Jelaslah imperatifnya Kant adalah suatu aspek dari imperatis baru kita dalam melestarikan manusia, kita sedang melestarikan dan meningkatkan mutu ciptaan yang paling sempurna dari evolusi. Jika kehidupan manusia diperlakukan dengan rasa hormat, begitu jugalah kehidupan habitat ekologis. Habitat ekologis adalah nilai instriktik, suatu bagian kehidupan pada umumnya.Sekarang akan selalu ada konfllik-konflik, benturan-benturan, dan penderitaan mendalam didalam lingkup kehidupan, karena kita tidak dapat mempertahankan semua bentuk kehidupan. Di dalam struktur evolusi, semakin maju erganisme, semakin besar kompleksitas dan kepekaannya, semakin banyak alasan unntuk memperlakukannya sebagai yang lebih bernilai dan lebih berharga daripada organisme lain. Singkatnya, keelokan manusia lebih berharga daripada keelokan nyamuk.Nilai-nilai instrumental, sebagai wakil imperatif instrumental, mempuunyai legitimasi mereka didalam imperetif Promethean. Sebenarnya, mereka berasal dari imperatif ini dan didalam arti tertentu adalah suatu aspek darinya. Karena nilai-nilai instrumental menyimbolkan suatu usaha untuk memperbaiki kondisi-kondisi material dan dengan demikian kondisi manusia. Nilai-nilai instrumental adalah nilai yanng menentang ide kecongkakan dan mereka sendiri menjadi pembawa keaadilan. Mereka berasal dari Immperatif Promethean, tetapi mereka berada diluar Imperatif baru kita, karena dalam menyambut gembira satu aspek dari perkembangan kita, mereka benar-benar melupakan untuk apa perkembangan ini. Hal ini khususnya mencolok didalam imperatif teknologis yang berasal dari imperatif instrumental.