Ekologis Setu Babakan

156
KAJIAN SUMBERDAYA SETU BABAKAN UNTUK PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DKI JAKARTA ARIEF SYAICHU NUR ALAM SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of Ekologis Setu Babakan

Page 1: Ekologis Setu Babakan

KAJIAN SUMBERDAYA SETU BABAKAN UNTUK

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA

DKI JAKARTA

ARIEF SYAICHU NUR ALAM

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: Ekologis Setu Babakan

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa sripsi yang berjudul:

Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan

Ekowisata DKI Jakarta

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Desember 2009

Arief Syaichu Nur alam

C24051450

Page 3: Ekologis Setu Babakan

iii

RINGKASAN

Arief Syaichu Nur Alam. C2401450. Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk

Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta. Di bawah bimbingan

Achmad Fahrudin dan M. Mukhlis Kamal.

Setu Babakan terletak di kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah

Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi. Setu Babakan

merupakan situ alam dengan luas 20 hektar dan kawasan ini merupakan kawasan wisata

air dan budaya yang memiliki potensi lingkungan alam yang asri. Pemanfaatan Setu

Babakan oleh masyarakat sekitar maupun pengelola objek wisata membawa dampak

bagi perairan situ itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi

ekowisata Setu Babakan yang meliputi sumberdaya alam perairan dan sekitarnya serta

sumberdaya manusia, mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terkait dalam

pengelolaan kawasan, mengidentifikasi kesesuaian dan daya dukung kawasan dan

menentukan alternatif strategi dalam pengelolaan dan pengembangan Setu Babakan

secara optimal. Analisis data yang digunakan adalah analisis potensi wisata, kesesuaian

wisata, daya dukung kawasan dan SWOT. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Mei

sampai Juli 2009 di Setu Babakan.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa potensi wisata Setu Babakan mencakup

kualitas air, pemandangan alam dan budaya yang terdapat di sekitar kawasan.

Berdasarkan analisis kesesuaian wisata yang dibagi ke dalam 8 lokasi, kegiatan

memancing dapat dilakukan di lokasi satu, bersepeda air di lokasi dua dan berperahu di

lokasi tiga. Lokasi empat, enam, dan delapan dapat digunakan untuk duduk santai,

lokasi lima untuk kegiatan foto dan shooting. Pada bagian lokasi tujuh dapat dibuat

sarana untuk kegiatan flying fox.

Daya dukung kawasan Setu Babakan sebesar 1.047 orang/hari. Pada lokasi satu,

jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung sebesar 398 orang/hari. Pada

lokasi dua, daya dukung kawasan sebesar 134 orang/hari. Maksimum 211

wisatawan/hari dapat ditampung di lokasi tiga untuk berperahu. Kegiatan duduk santai

di lokasi empat, enam dan delapan memiliki nilai daya dukung kawasan total sebesar

263 orang/hari. Lokasi lima dapat menampung wisatawan sebanyak 10 orang/hari.

Adapun jumlah wisatawan yang dapat ditampung oleh lokasi yang potensial untuk

flying fox adalah 32 orang/hari.

Tiga prioritas utama strategi alternatif pengelolaan kawasan Setu Babakan

adalah mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan

Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari dan

terletak di lokasi yang strategis di DKI Jakarta; memaksimalkan fungsi kawasan sebagai

objek wisata yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya

eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung; dan membuka peluang

kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi kawasan di dalam

Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya.

Page 4: Ekologis Setu Babakan

iv

KAJIAN SUMBERDAYA SETU BABAKAN UNTUK

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DKI

JAKARTA

Arief Syaichu Nur Alam

C24051450

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 5: Ekologis Setu Babakan

iv

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan

Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta

Nama Mahasiswa : Arief Syaichu Nur Alam

Nomor Pokok : C24051450

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui

Pembimbing I

Dr. Ir. Achmad Fahrudin, MS.

NIP 19640327 198903 1 003

Pembimbing II

Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc

NIP 132084932

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Dr.Ir.Yusli Wardiatno, M.Sc

NIP.19660728 199103 1 002

Tanggal Lulus : 1 Desember 200

Page 6: Ekologis Setu Babakan

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan

nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

"Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan

Ekowisata DKI Jakarta". Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak

yang telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan, dukungan, masukan

dan arahan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik. Penulis

berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini, tetapi penulis

juga menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Semoga

skripsi ini berguna dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian lebih lanjut.

Bogor, Desember 2009

Penulis

Page 7: Ekologis Setu Babakan

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahNya sehingga menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis

persembahkan kepada Ayah dan Ibu serta ke dua adikku tercinta sebagai hadiah

kecil yang tidak sebanding dengan doa, waktu, kesabaran, dan kasih sayang yang

diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Dr. Ir. Achmad Fahrudin, MS dan Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku

dosen pembimbing yang telah bersabar dalam membimbing penulis,

memberikan banyak masukan, arahan, nasehat dan saran untuk penulis.

2. Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku penguji tamu dalam sidang skripsi dan Dr.Ir.

Yunizar Ernawati, MS selaku dosen penguji dari program studi yang telah

memberikan masukan dan saran yang sangat berarti untuk penulis.

3. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan nasihat selama menjalani perkuliahan.

4. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Kelurahan Srengseng

Sawah dan Pemerintah Kotamadya Jakarta Selatan yang telah memberikan

informasi dan kerjasamanya.

5. Para staf Tata Usaha MSP terutama Mba Widar, Bagian Produktivitas dan

Lingkungan (terutama Bu Siti, Bu Ana, Bu Wulan, Kak Budi) serta seluruh

civitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas bantuan dan

dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Teman-teman Asisten Mata Kuliah Oceanografi Umum 08/09 dan 09/10

7. Mohammad Irfan, Rofiqul Umam, Muhammad Rizki, Nur Azifah Cakra

Dewi, Steven, Garna, Satria Indra, Wahyu, Agus Tarmuji dan teman-teman

MSP (Febrianti, Rezkita, Silfia, Eris, Moro, Agustina, Rahmah, Avie,

Agustiawan, Gita, Bonit, dan teman-teman 42 lainnya) atas doa, bantuan,

dukungan, kesabaran, kerjasama dan semangatnya kepada penulis selama

masa perkuliahan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi

serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

vi

Page 8: Ekologis Setu Babakan

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Maret 1987, sebagai

anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda

Supardi Johan dan Ibunda Dedeh Kurniasih. Pendidikan formal

yang pernah dijalani oleh penulis berawal dari TK Aisyiah II

Kukusan (1993), SD Muhammadiyah 01 Kukusan (1999), SMP

85 Jakarta (2002), dan SMA 97 Jakarta (2005). Pada tahun 2005 penulis diterima di

Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Setelah melewati tahap Tingkat Persiapan Bersama selama 1 tahun, penulis diterima

di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi Asisten Praktikum

Mata Kuliah Oceanografi Umum (2008/2009 dan 2009/2010). Penulis juga aktif di

organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan

(HIMASPER) periode 2007/2008 dan 2008/2009 sebagai staff divisi

Kewirausahaaan, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan (BEM FPIK) periode 2008/2009 sebagai staff divisi PPSDM, dan Badan

Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) sebagai staff

Kementrian Budaya Olahraga dan Seni di tahun 2009 dan menjadi ketua pelaksana

Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2009.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi

dengan judul “Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan

Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta”.

vii

Page 9: Ekologis Setu Babakan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 2

1.3. Tujuan ......................................................................................... 3

1.4. Manfaat ....................................................................................... 3

2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

2.1. Definisi Situ ................................................................................. 4

2.2. Karakteristik Sumberdaya dan Lingkungan Situ ........................ 4

2.3. Pemanfaatan Situ dan Permasalahan yang Ditimbulkan ............. 7

2.4. Ekowisata Sebagai Alternatif Pengelolaan Situ ........................... 10

3. METODE PENELITIAN ................................................................ 13

3.1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 13

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 15

3.3. Alat dan Bahan ............................................................................ 15

3.4. Jenis dan Pengumpulan Data ...................................................... 17

3.4.1. Data primer ........................................................................ 17

3.4.1.1. Observasi dan pengambilan sampel air .................. 18

3.4.1.2. Wawancara ............................................................. 22

3.4.2. Data sekunder ..................................................................... 22

3.5. Analisis Data ............................................................................... 23

3.5.1. Analisis sumberdaya .......................................................... 23

3.5.2 Analisis kesesuaian ............................................................. 23

3.5.3. Analisis daya dukung ......................................................... 24

3.5.4. Analisis SWOT .................................................................. 25

3.5.4.1. Identifikasi faktor internal dan eksternal ............... 26

3.5.4.2. Penentuan bobot setiap variabel ............................. 26

3.5.4.3. Penentuan peringkat ............................................... 27

3.5.4.4. Penyusunan analisis strategi .................................. 29

3.5.4.5. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan ..... 29

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 31

4.1. Keadaan umum Setu Babakan .................................................... 31

4.1.1. Luas dan letak .................................................................... 31

viii

Page 10: Ekologis Setu Babakan

ix

4.1.2. Topografi dan hidrologi ..................................................... 31

4.2. Kondisi Fisika-Kimia-Biologi Setu Babakan ............................. 32

4.2.1. Kualitas air ........................................................................ 32

4.2.1.1. Parameter fisika ................................................... 34

4.2.1.2. Parameter kimia ................................................... 35

4.2.1.3. Parameter mikrobiologi bakteri ........................... 37

4.2.2. Karakteristik sumberdaya alam Setu Babakan ................. 38

4.2.2.1. Fitoplankton dan zooplankton .............................. 38

4.2.2.2. Tumbuhan air dan ikan di Setu Babakan ............. 40

4.2.2.3. Vegetasi di sekitar Setu Babakan ......................... 41

4.2.2.4. Potensi Setu Babakan bagi kegiatan ekowisata . .. 42

4.3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk di Kelurahan

Serengseng Sawah ...................................................................... 44

4.3.1. Jumlah dan umur penduduk .............................................. 44

4.3.2. Mata pencaharian penduduk ............................................. 45

4.3.3. Pola penggunaan lahan ..................................................... 46

4.4. Kesesuaian Wisata di Setu Babakan ........................................... 47

4.4.1. Kunjungan wisatawan ke kawasan perkampungan

budaya Betawi Setu Babakan ............................................ 47

4.4.2. Analisis kesesuaian wisata ................................................ 49

4.5. Daya Dukung Kawasan ............................................................... 54

4.6. Karakteristik Sosial Ekonomi ..................................................... 57

4.6.1. Karakteristik masyarakat sekitar ....................................... 57

4.6.1.1. Data pribadi masyarakat sekitar ........................... 57

4.6.1.2. Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap

Setu Babakan ....................................................... 60

4.6.1.3. Persepsi, aspirasi, dan harapan masyarakat

sekitar terhadap pengembangan kawasan

Setu Babakan ....................................................... 61

4.6.2. Karakteristik wisatawan .................................................... 64

4.6.2.1. Data pribadi wisatawan ........................................ 65

4.6.2.2. Motivasi wisatawan berkunjung ke

kawasan Setu Babakan ......................................... 68

4.6.2.3. Persepsi wisatawan .............................................. 70

4.6.2.4. Aktifitas wisatawan di kawasan Setu Babakan .... 74

4.6.2.5. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga

kelestarian lingkungan Setu Babakan .................. 76

4.6.3. Instansi-instansi terkait ..................................................... 77

4.7. Tata Ruang Kawasan .................................................................. 80

4.7.1. Analisis kebijakan penataan kawasan Setu Babakan ........ 80

4.7.3. Hubungan dengan objek wisata lainnya ........................... 83

4.8. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata ........................ 83

4.8.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, ancaman dan

peluang kawasan Setu Babakan ........................................ 84

4.8.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal ......... 88

4.8.3. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

dan matriks External Factor Evaluation (EFE) ................ 90

4.8.4. Pembuatan matriks SWOT ............................................... 90

ix

Page 11: Ekologis Setu Babakan

x

4.8.5. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ..................... 91

5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 95

5.1. Kesimpulan ................................................................................ 95

5.2. Saran .......................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 96

LAMPIRAN ............................................................................................... 100

x

Page 12: Ekologis Setu Babakan

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data ............................ 17

2. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal .............................. 27

3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor

Evaluation (EFE) ................................................................................... 28

4. Matriks analisis SWOT ........................................................................... 29

5. Kualitas air Setu Babakan ....................................................................... 33

6. Jumlah dan sebaran umur penduduk Kelurahan Serengseng Sawah ...... 38

7. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah ................... 45

8. Pola penggunaan lahan di Kelurahan Serengseng Sawah ....................... 46

9. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi

Setu Babakan Tahun : 2004-2008 ........................................................... 48

10. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi

Setu Babakan setiap Hari/Bulan pada Januari-Juli Tahun : 2009 ......... 48

11. Kesesuaian wisata Setu Babakan ......................................................... 54

12. Daya dukung kawasan Setu Babakan ................................................... 56

13. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan Setu Babakan ................. 89

14. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan Setu Babakan .............. 89

15. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan Setu Babakan .......... 89

16. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan Setu Babakan ....... 89

17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) kawasan Setu Babakan ...... 90

18. Matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan Setu Babakan ..... 90

19. Matriks SWOT ...................................................................................... 91

20. Perangkingan alternatif strategi ............................................................ 92

xi

Page 13: Ekologis Setu Babakan

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ............................................................... 14

2. Peta lokasi penelitian .............................................................................. 16

3. Diagram analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan

pengembangan (Rangkuti 2006) ............................................................. 29

4. Rumah adat Betawi . .... ........................................................................... 44

5. Peta kesesuaian wisata di Setu Babakan . ................................................ 53

6. Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan

Setu Babakan .......................................................................................... 58

7. Kelompok umur masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ............ 58

8. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ........ 59

9. Jenis pekerjaan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ............... 59

10. Tingkat pendapatan perbulan masyarakat di sekitar kawasan

Setu Babakan .......................................................................................... 60

11. Pengetahuan masyarakat sekitar akan adanya kawasan Setu Babakan 61

12. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap

pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (1) .......................... 62

13. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap

pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (2) .......................... 64

14. Komposisi jenis kelamin wisatawan ..................................................... 65

15. Kelompok umur wisatawan .................................................................. 65

16. Kelompok asal wisatawan ..................................................................... 66

17. Tingkat pendidikan wisatawan ............................................................. 66

18. Jenis pekerjaan wisatawan .................................................................... 67

19. Tingkat pendapatan per bulan wisatawan ............................................. 67

20. Biaya yang dikeluarkan wisatawan ..................................................... 68

21. Motivasi wisatawan .............................................................................. 69

22. Persepsi wisatawan (1) .......................................................................... 71

23. Persepsi Wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan

Setu Babakan ........................................................................................ 72

24. Persepsi wisatawan (2) .......................................................................... 73

25. Persepsi wisatawan (3) .......................................................................... 74

xii

Page 14: Ekologis Setu Babakan

xiii

26. Aktivitas wisatawan (1) ........................................................................ 75

27. Aktivitas wisatawan (2) ........................................................................ 76

28. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan

Setu Babakan ........................................................................................ 77

29. Master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan .................. 82

30. Diagram mengenai posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan

dan pengembangan kawasan Setu Babakan .......................................... 94

xiii

Page 15: Ekologis Setu Babakan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Gambar lokasi penelitian ........................................................................ 101

2. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan kualitas air ............. 102

3. Kuisioner untuk wisatawan ..................................................................... 104

4. Kuisioner untuk masyarakat sekitar ........................................................ 107

5. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan Setu Babakan ... 109

6. Panduan wawancara dengan instansi terkait ........................................... 109

7. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air ................................................... 110

8. Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori

wisata danau ............................................................................................ 112

9. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata ............... 113

10. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luasan area kegiatan (Lt) .......... 113

11. Kelimpahan plankton di Setu Babakan ................................................. 114

12. Vegetasi di sekitar Setu Babakan .......................................................... 115

13. Lokasi penelitian untuk kesesuaian wisata Setu Babakan .................... 116

14. Indeks kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan ............................. 118

15. Kategori kesesuaian wisata di masing-masing lokasi Setu Babakan ..... 122

16. Peta kesesuaian memancing di Setu Babakan ...................................... 123

17. Peta kesesuaian sepeda Air di Setu Babakan ......................................... 124

18. Peta kesesuaian perahu kayu di Setu Babakan ..................................... 125

19. Peta kesesuaian duduk santai di Setu Babakan ..................................... 126

20. Peta kesesuaian photo dan shooting di Setu Babakan .......................... 127

21. Peta kesesuaian Flying fox di Setu Babakan ......................................... 128

22. Peta daya dukung kawasan di Setu Babakan ........................................ 129

23. Karakteristik masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan

berdasarkan jumlah contoh sebanyak 30 orang ..................................... 130

24. Karakteristik wisatawan kawasan wisata Setu Babakan berdasarkan

jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang .......................... 134

25. Daerah tujuan wisata di Jakarta ............................................................ 140

xiv

Page 16: Ekologis Setu Babakan

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Situ atau setu yang sering dikenal warga Betawi adalah wadah genangan air di

atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami atau buatan; sumber airnya

berasal dari mata air, air hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Situ memiliki

potensi yang dapat dimanfaatkan secara ekologis maupun secara ekonomis. Secara

ekologis situ dapat dimanfaatkan sebagai habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan

hewan, daerah resapan air, sumber air bagi kehidupan, pengendali banjir, pengatur

iklim mikro, dan sebagainya. Secara ekonomis situ dapat dijadikan sebagai lahan

perikanan, penghasil berbagai jenis sumberdaya alam bernilai ekonomis, penghasil

energi, sarana wisata dan olah raga (Puspita et al. 2005). Saat ini banyak situ di

Indonesia yang dijadikan objek wisata sebagai kegiatan dalam memanfaatkan

potensi sumber daya alam, salah satunya adalah Setu Babakan yang terletak di

Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Setu Babakan yang memiliki luas sekitar 20 hektar terletak di kawasan

perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai tempat

pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi. Kawasan ini mempunyai luas

wilayah sekitar 289 hektar dan didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga (Anton

2008). Setu Babakan memiliki potensi wisata yang merupakan perpaduan objek

wisata alam dan objek wisata budaya. Perkampungan yang terletak di selatan Kota

Jakarta ini merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang

ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara

langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan

budaya dan cara hidup khas Betawi; seperti memancing, bercocok tanam,

berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi.

Ditambah lagi sejak tahun 2004 oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta daerah ini

dijadikan Kawasan Cagar Budaya Betawi yang menyimpan keistimewaan

khususnya bagi warga Jakarta untuk melihat dari dekat berbagai kesenian dan

budaya Betawi yang ada hingga saat ini.

Pengelolaan dan pengembangan Setu Babakan sangat diperlukan untuk

menjaga kelestarian alamnya dalam memanfaatkan situ tersebut baik oleh pihak

Page 17: Ekologis Setu Babakan

2

pengelola, masyarakat sekitar, maupun wisatawan. Upaya pengelolaan yang optimal

suatu kawasan wisata memerlukan informasi mengenai karakteristik dan potensi dari

perairan itu sendiri. Dengan adanya informasi tersebut dapat mencari alternatif

pengelolaan yang akan dilakukan untuk dapat mempertahankan kelestarian

sumberdaya dan fungsi ekosistem perairan tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Setu Babakan merupakan situ alam yang menjadi daya tarik wisata yang

dimiliki Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kawasan ini merupakan

kawasan wisata budaya yang memiliki potensi lingkungan alam yang asri, bahkan

dapat dikatakan sudah semakin sulit ditemukan di tengah keramaian Kota Jakarta

sekarang ini.

Pemanfaatan Setu Babakan oleh masyarakat sekitar maupun pengelola objek

wisata membawa dampak bagi perairan situ itu sendiri. Sebagai contoh kerusakan

lingkungan seperti pencemaran perairan setu yang menyebabkan penurunan kualitas

air dan terjadinya pendangkalan situ terkait dengan keberadaan aktivitas penduduk

setempat. Pengelolaan Setu Babakan sampai saat ini masih kurang optimal, karena

melibatkan banyak unit lintas sektoral Pemda DKI. Contohnya untuk pengembangan

budaya ditangani Dinas Kebudayaan, pembangunan dan pemeliharan taman menjadi

tanggung jawab Dinas Pertamanan, jalan dan danau Setu Babakan dikelola Dinas

Pekerjaan Umum, pengembangan agrobisnis ditangani Dinas Pertanian dan

Kehutanan, sedangkan pengembangan dan promosi pariwisata oleh Dinas

Pariwisata. Bisa dibayangkan, betapa panjangnya jalur birokrasi yang harus

ditempuh untuk menetapkan satu keputusan. Tak cukup dengan rumitnya koordinasi

antardinas itu, kerumitan itu masih ditambah dengan lemahnya koordinasi antara

Pemda Provinsi DKI dan Pemda Kotamadya Jakarta Selatan (Ely 2009).

Ekowisata merupakan perpaduan antara wisata alam, budaya dan pendidikan

dengan karakteristik yang spesifik, yaitu kepeduliannya pada kegiatan konservasi

alam dan kepentingan ekonomi serta keberlangsungan budaya masyarakat setempat

(Agustin 2007). Dengan ekowisata maka berbagai kepentingan dapat dipadukan

dengan baik untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus juga

memperhatikan keseimbangan lingkungannya. Kegiatan ekowisata di Kecamatan

Jagakarsa khusunya Setu Babakan belum berkembang luas, padahal objek wisata ini

Page 18: Ekologis Setu Babakan

3

memiliki potensi lingkungan alam yang asri dan sangat menarik yang sangat sulit

ditemukan ditengah hiruk pikuknya kota Jakarta, sehingga sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai daerah ekowisata.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui potensi ekowisata Setu Babakan yang meliputi sumberdaya alam

perairan dan sekitarnya serta sumberdaya manusia.

2. Mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terkait dalam pengelolaan Setu

Babakan.

3. Mengidentifikasi kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan Setu Babakan.

4. Menentukan alternatif strategi dalam pengelolaan dan pengembangan Setu

Babakan secara optimal.

1.4. Manfaat

Penelitian ini memberikan informasi mengenai potensi kawasan wisata Setu

Babakan, sumberdaya yang dimiliki, analisis dampak yang timbul maupun strategi

pengelolaannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perencanaan dan pengelolaan Setu Babakan kearah wisata air yang berkelanjutan

oleh pihak yang berkepentingan seperti pengelola dan pemerintah daerah

Kotamadya Jakarta Selatan.

Page 19: Ekologis Setu Babakan

4

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Situ

Situ termasuk kedalam ekosistem lahan basah. Lahan basah adalah salah satu

ekosistem terpenting karena memiliki nilai ekonomi dan keragaman hayati biota

darat dan air yang sangat tinggi, pengatur fungsi hidrologi dan iklim mikro suatu

kawasan, dan menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis tumbuhan dan hewan

yang penting. Keunikan dan nilai penting ekosistem lahan basah terutama karena

sifat pasang surutnya. Berbagai jenis hewan termasuk burung, ikan dan udang

berkembang biak mengikuti siklus pasang surut. Sifat pasang surut ini pula yang

membuat lahan basah kaya akan makanan untuk berbagai jenis hewan (Myers 1996).

.Danau-danau kecil dan dangkal di daerah Jawa Barat dikenal dengan nama

situ sedangkan dalam dialek Betawi dikenal dengan nama setu. Menurut Puspita et

al. (2005) situ merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang umumnya

berair tawar dan berukuran relatif kecil. Situ adalah wadah genangan air di atas

permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan.

Situ buatan yaitu situ yang berasal dari dibendungnya suatu cekungan

(basin), sedangkan situ alami yaitu situ yang terbentuk secara alami karena kondisi

topografi yang memungkinkan terperangkapnya sejumlah air (Suryadiputra 2003).

Sumber air situ alami berasal dari mata air, air hujan dan/atau limpasan air

permukaan. Situ alami juga terbentuk akibat kegiatan alamiah, seperti bencana alam,

kegiatan vulkanik maupun tektonik. Situ alami membutuhkan penanganan yang

lebih intensif agar dapat bermanfaat dan tidak hilang akibat pendangkalan,

penyempitan, pencemaran dan hilangnya beragam fungsi situ.

2.2. Karakteristik Sumberdaya dan Lingkungan Situ

Menurut Wulandari (2006) ada 4 struktur utama danau atau situ, yaitu

struktur fisika, kimia, biologi dan watershed. Pada struktur fisika terdapat penzonaan

berdasarkan kedalaman yaitu zona litoral dan pelagik. Organisme yang menghuni

zona tersebut harus teradaptasi untuk berenang, tersuspensi, ataupun mengambang.

Massa airnya memiliki struktur temperatur alami khas yang tidak bergantung pada

bentuk basin (cekungan) danau atau situ.

Page 20: Ekologis Setu Babakan

5

Nilai temperatur suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian

dari permukaan laut, waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan

aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan temperatur berpengaruh terhadap

proses fisik, kimia dan biologi badan air. Kisaran temperatur optimum bagi

pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20o-30

oC (Effendi 2003). Kecerahan air

tergantung pada warna dan kekeruhan. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh

keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta

ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Padatan tersuspensi total (Total

Suspended Solid/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi berdiameter>1µm yang

tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm (Effendi 2003).

Distribusi zat-zat kimiawi, terutama nutrient dalam air danau merupakan unsur

utama kedua struktur danau. Komponen vertikal struktur kimiawi danau umumnya

bersifat musiman dan tergantung pada keberadaan lapisan air yang terstabiliusasi

oleh kerapatan. Komponen horizontal dapat berlangsung sepanjang tahun dan

dipengaruhi oleh tepian danau (Wulandari 2006).

Struktur kimiawi perairan bisa menjadi faktor pembatas dalam perairan, dan

parameter kimia yang dapat menjadi faktor pembatas tersebut diantaranya:

Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), pH, Nitrogen total

(N-total) dan Fosfor total (P-total) (Effendi 2003).

Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah gas oksigen terlarut dalam

air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari fotosintesis oleh fitoplankton atau

tumbuhan air dan difusi udara (APHA. 1992 in Effendi, 2003). Sumber oksigen

terlarut bisa berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan

sebagian besar merupakan hasil sampingan aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air

dan fitoplankton (Novotny & Olem 1994). Kebutuhan Oksigen Biokimiawi

(Biochemical Oxygen Demand/BOD) merupakan gambaran secara tak langsung

kadar bahan organik adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroba aerob untuk

mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air, dan diukur pada suhu

20o selama 5 hari keadaan tanpa cahaya (Davis & Cornwell 1991 in Effendi 2003).

Mackereth et al. (1989) in Effendi (2003) berpendapat bahwa pH juga

berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. pH hanya menggambarkan ion

hydrogen (Tebbut 1992). Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai

Page 21: Ekologis Setu Babakan

6

alkalinitas dan semakin sedikit kadar karbondioksida bebas. Larutan asam (pH

rendah) bersifat korosif. Nilai pH dapat menunjukkan kualitas perairan sebagai

lingkungan hidup, walaupun perairan itu tergantung pula dari berbagai faktor lain.

Nitrogen merupakan faktor pembatas kedua setelah Fosfor yang

mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Fosfor merupakan unsur yang esensial

bagi tumbuhan tingkat tinggi dan fitoplankton. Walaupun diperlukan dalan jumlah

yang kecil, fosfor merupakan faktor pembatas bagi tumbuhan dan fitoplankton serta

sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Fosfor berada dalam jumlah

yang kecil di perairan akibat sumber fosfor yang jauh lebih sedikit dibandingkan

nitrogen (Goldman & Horne 1983).

Unsur utama ketiga struktur danau adalah struktur biologis. Organisme di

danau meliputi plankton (zooplankton dan fitoplankton), fungi, virus, nekton

(berenang, termasuk ikan), neuston (hidup di permukaan air), pleuston (mengapung

dan terombang-ambing oleh air), makrofit akuatik (tumbuhan tingkat tinggi),

perifiton (tumbuhan atau hewan mikroskopik atau nyaris mikroskopik yang melekat

pada makrofit akuatik), alga yang melekat, bentos, epibentos (hidup dan bergerak di

dasar danau), infauna (meliang di baewah permukaan lumpur), pasammon (hidup di

pasir). Selain itu ada juga yang disebut aufwuchs, yaitu keseluruhan komunitas

organisme mikroskopik melekat yang terdiri atas alga, bakteri, fungi, protozoa, dan

metazoa kecil (Wulandari 2006).

Parameter biologi yang dianalisis untuk menduga kualitas perairan adalah

dengan melihat kelimpahan plankton dan bakteri E. coli, kemudian keberadaan

tanaman air, ikan dan vegetasi yang ada di sekitar kawasan perairan. Menurut Basmi

(1999) kelimpahan plankton sering dan umum digunakan sebagai indikator biologis

untuk menduga kualitas perairan. Skala dan frekuensi perubahan struktur fisik

danau, penetrasi cahaya, dan ketersediaan nutrisi berkaitan erat dengan ekologi

fitoplankton (Souza 2008).

Sedangkan Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong

Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan

sehingga E. coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal

dari kotoran hewan berdarah panas. E. coli merupakan bakteri fecal dari genus

Page 22: Ekologis Setu Babakan

7

Escherichia, familia Enterobacteriaceae yang mampu hidup dalam saluran manusia

dan hewan berdarah panas. Bakteri ini bersifat fakultatif aerobik (Feliatra 2002).

Tanaman air yang umumnya banyak dijumpai di perairan danau adalah

eceng gondok. Eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan air yang berpotensi

menjadi gulma. Keberadaan eceng gondok yang tumbuh subur diperairan dapat

menyulitkan laju transportasi di perairan dan mengganggu perikanan. Tebal lapisan

enceng gondok bisa mencapai 1 meter lebih, dan menjadi tempat perkembangan

nyamuk malaria dan sumber penyakit lainnya. Perairan yang tertutup lapisan eceng

gondok, kandungan oksigennya sangat rendah dan mendekati nol meskipun di

permukaan (Masifwa et al. 2001).

Watersheed sama pentingnya dengan unsur-unsur fisika, kimia, dan biologis

suatu danau. Ukuran, kemiringan, komposisi geologis, dan iklim cekungan drainage

suatu danau mempengaruhi identitas dan kualitas mineral-mineral yang terlarut

dalam danau dan sendimen-sendimen yang menumpuk di dalamnya. Perbandingan

ukuran area drainage dengan luas permukaan sangatlah penting pada banyak danau

karena danau yang area drainage-nya lebih besar biasanya tingkat kesuburannya

lebih tinggi. Eutrofikasi biasanya mempengaruhi rasio permukaan danau/watershed

(Wulandari 2006).

2.3. Pemanfaatan Situ dan Permasalahan yang Ditimbulkan

Menurut Roemantyo et al. (2003) situ memiliki fungsi yang sangat penting,

fungsi utama situ adalah sebagai penampung, penyimpan, atau penyedia air. Fungsi

situ selain sebagai penampung dan penyedia air, situ juga memiliki fungsi tempat

konservasi lahan. Apabila situ dikelola dengan baik maka hal itu dapat

meningkatkan fungsi lahan tersebut sebagai tempat rekreasi, wisata alam, kolam

ikan dan untuk pengairan sawah atau kebun secara optimal.

Gangguan antropogenik dapat mengubah siklus hidrologi alam dan

menyebabkan fluktuasi air ketingkat ekstrim yang dapat melebihi kemampuan

adaptasi fisiologis atau perilaku dari banyak organisme. Pedalaman danau kecil

sangat rentan terhadap perubahan dalam input air, karena setiap gangguan dari

kegiatan penggunaan lahan dapat mempengaruhi seluruh ekosistem danau (Cot et al.

2008).

Page 23: Ekologis Setu Babakan

8

Menurut Ubaidillah & Maryanto (2003) situ-situ menghadapi permasalahan

yang sangat kompleks yang mencakup permasalahan aspek kelembagaan, aspek

hukum, aspek fisik hidrologis, aspek tata ruang dan aspek sosial kemasyarakatan.

a. Aspek kelembagaan

Permasalahan aspek kelembagaan antara lain meliputi:

1. Belum adanya keberpihakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam

upaya konservasi situ

2. Belum adanya pembagian tugas pengelolaan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah

3. Kurangnya keterpaduan pelaksanaan program pengelolaan situ

4. Keterbatasan kapasitas dan kemampuan kelembagaan Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah

5. Lemahnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan situ

6. Lemahnya kampanye publik tentang manfaat dan fungsi situ, baik yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah

b. Aspek hukum

Permasalahan aspek hukum antara lain meliputi:

1. Kekosongan hukum sebagai implikasi berlakunya Undang-Undang No. 22

Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

2. Belum adanya legalitas penguasaan atas situ

3. Belum adanya jaminan kepastian hukum

4. Lemahnya penegak hukum

c. Aspek fisik hidrologis

Permasalahan aspek fisik hidrologis antara lain meliputi:

1. Menurunnya kualitas perairan

2. Pendangkalan

3. Penutupan perairan oleh gulma

4. Longsor lahan

5. Terputusnya saluran suplai air situ

d. Aspek tata ruang

Permasalahan aspek tata ruang antara lain meliputi:

1. Tidak terkendalinya perubahan tata guna lahan atau alih fungsi situ

Page 24: Ekologis Setu Babakan

9

2. Tidak jelasnya batas daerah penguasaan situ

3. Belum adanya rencana detail kawasan dan rencana teknis kawasan

e. Aspek sosial kemasyarakatan

Permasalahan aspek sosial kemasyarakatan antara lain meliputi:

1. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap fungsi dan manfaat situ

2. Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan situ

3. Pemanfaatan situ oleh masyarakat yang tidak memperhatikan keberlanjutan

fungsi

Kawasan Setu Babakan mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan

geografi dengan corak ragam yang khas. Dengan letak kawasan yang berada di

wilayah pemukiman maka memerlukan pembinaan dan pengembangan lingkungan

hidup yang didasarkan pada keadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan,

sehingga akan meningkatkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan ekosistem

setu, yang berarti juga meningkatkan ketahanan ekosistem setu.

Pembangunan memanfaatkan secara terus-menerus sumberdaya alam guna

meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Sementara itu, ketersediaan

sumber daya alam terbatas dan tidak merata, baik dalam jumlah maupun dalam

kualitas, sedangkan permintaan akan sumberdaya alam tersebut makin meningkat

sebagai akibat meningkatnya kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan

penduduk yang makin meningkat dan beragam (Yusuf 2008).

Di pihak lain, daya dukung lingkungan hidup dapat terganggu dan daya

tampung lingkungan hidup dapat menurun. Kegiatan pembangunan yang makin

meningkat mengandung risiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan

dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup itu akan merupakan beban

sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya

pemulihannya (Yusuf 2008).

Situ dapat tercemar oleh beberapa hal, misalnya pestisida, pupuk, sedimentasi

berlebihan, sampah akibat aktivitas manusia, limbah cair, limbah radioaktif, panas

buangan dan lain-lain. Pemanfaatan situ untuk kegiatan budaya ikan dengan system

keramba jarring apung juga dapat menyebabkan pencemaran. Hal itu diakibatkan

oleh kurangnya perhatian pada daya tampung limbah ke perairan. Sebagai akibatnya,

Page 25: Ekologis Setu Babakan

10

degradasi lingkungan pun terjadi, terutama ketika terjadi umbalan (up welling).

Ikan-ikan yang hidup di situ dapat mengalami kematian massal. Selain itu,

penumpukan limbah organik dari proses budidaya akan mempercepat proses

eutrofikasi (Wulandari 2006).

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa situ atau danau yang berukuran lebih kecil

kemungkinan tingkat pencemarannya lebih besar dari pada situ atau danau yang

lebih besar. Hal itu disebabkan danau yang lebih besar tingkat pengenceran dan

pelarutannya limbahnya juga tinggi. Keberadaan arus juga dapat mengeluarkan

limbah dari dalam danau dengan cukup cepat (Wulandari 2006).

2.4. Ekowisata Sebagai Alternatif Pengelolaan Situ

Beragam definisi Ekowisata yang diberikan oleh banyak ahli dan praktisi.

Namun demikian pada dasarnya memiliki konsistensi di dalam isinya, yaitu konsep

keberlanjutan. Beberapa negara bahkan mendifinisikan ekowisata secara berbeda,

yang disesuaikan dengan karakteristik setempat, dengan kata kunci konservasi dan

pelibatan masyarakat. Pada beberapa negara memilih fokus pada konservasi alam

dan budaya, sementara pada beberapa negara lain, lebih menfokuskan kegiatan

ekowisatanya pada pelibatan dan pemberdayaan masyarakat (Conservation

International 2006).

Secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai konsep

pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-

upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada

masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat

didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di

tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam

dan secara ekonomi berkelanjutan, yang mendukung upaya-upaya pelestarian

lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

setempat (Conservation International 2006).

Ekowisata juga diyakini beberapa pihak memiliki kemampuan untuk

membangun pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, jika ekowisata

dikembangkan dan dikelola berdasarkan prinsip-prinsip yang dikandungnya. Hal-hal

yang mendukung penyataan tersebut adalah: (1) Ekowisata sangat bergantung pada

Page 26: Ekologis Setu Babakan

11

kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya; (2) Ekowisata

meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah

dan budaya; (3) Ekowisata memprioritaskan partisipasi masyarakat, sebagai salah

satu prinsip dalam mencapai keberlanjutan (Wall 1997).

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan dalam

merumuskan kebijaksanaan pengembangan ekowisata, yang penting diantaranya

adalah cara-cara pengelolaan, pengusahaan, penyediaan prasarana dan sarana yang

diperlukan. Atas dasar itu, sifat dan jenis kegiatan yang dilakukan juga harus

disesuaikan dengan kawasan ekowisata. Satu hal yang tidak pernah dilupakan adalah

masalah pelestarian lingkungan hidup yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dengan ekowisata.

Adapun daerah-daerah yang biasanya dijadikan kawasan ekowisata di luar

negeri maupun dalam negeri (Yoeti 2000) adalah :

1. Daerah atau wilayah yang diperuntukan sebagai kawasan pemanfaatan

berdasarkan rencana pengelolaan pada kawasan seperti Taman Wisata

Pegunungan, Taman Wisata Danau, Taman Wisata Pantai atau Taman Wisata

Laut.

2. Daerah atau zona pemanfaatan pada Kawasan Taman Nasional seperti Kebun

Raya Bogor, Hutan Lindung, Cagar Alam atau Hutan Raya.

3. Daerah pemanfaatn untuk Wisata Berburu berdasarkan rencana pengelolaan

Kawasan Taman Perburuan.

Ketiga jenis daerah atau lokasi pengembangan ekowisata tersebut merupakan

lokasi yang boleh dan dapat dimanfaatkan secara intensif untuk pengembangan

sarana dan prasarana untuk aktivitas ekowisata. Setu Babakan termasuk dalam

daerah yang dapat dijadikan kawasan ekowisata karena diperuntukan sebagai

kawasan pemanfaatan berdasarkan rencana pengelolaan pada kawasan Taman

Wisata Danau, dan Setu Babakan juga berada pada kawasan Cagar Budaya.

Kriteria lain dalam pengembangan lokasi ekowisata harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Yoeti 2000) :

1. Kelayakan pasar dan kapasitas pengunjung

2. Tersedianya aksebilitas yang memadai ke daerah tersebut.

3. Potensi yang dimiliki daerah untuk dijadikan kawasan ekowisata.

Page 27: Ekologis Setu Babakan

12

4. Dapat mendukung pengembangan wilayah lain di daerah tersebut.

5. Member peluang bagi pembangunan kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan

bagi masyarakat setempat.

6. Mempunyai kemungkinan besar untuk saling mendukung pengembangan

pariwisata di daerah setempat.

7. Dapat saling mendukung bagi pengembangan pelestarian kawasan danau bagi

daerah tersebut.

Agar kelestarian alam tetap terjaga dan tidak mengganggu habitat mahluk

hidup lain serta memberikan kenyamanan bagi wisatawan maka diperlukan adanya

daya dukung lingkungan dan daerah kesesuai wisata. Selain itu, perencanaan dan

pengembangan wisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasarkan tujuan

wisata. Daya dukung lingkungan pada area wisata adalah jumlah individu

maksimum yang dapat diakomodir pada suatu area dengan tidak mempengaruhi atau

merusak lingkungan yang ada dan dapat memberikan suatu kepuasan bagi

pengunjung juga bagi masyarakat setempat (Libosada 1998 in Maryadi 2003).

Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhui oleh dua faktor utama,

yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Sedangkan

daya dukung badan air yang digunakan untuk pariwisata dipengaruhi oleh luas dan

volume badan air serta pergerakan air. Penentuan daya dukung juga dikaitkan

dengan fasilitas akomodasi, pembangunan sarana rekreasi yang dibangun di tempat

wisata (Soemarwoto 2004).

Page 28: Ekologis Setu Babakan

13

3. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar

1. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi kondisi ekologi Setu Babakan.

Setu Babakan termasuk ke dalam situ alami, memiliki luas sekitar 20 hektar terletak

di kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat

pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Setu Babakan termasuk situ di

Jakarta Selatan yang diperuntukan sebagai daerah resapan air bagi kawasan Jakarta

secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan keberadaan potensi air tanah dan

daerah hijau yang ada di Kelurahan Serengseng Sawah.

Indentifikasi selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi potensi

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia kawasan Setu Babakan. Sumberdaya

alam meliputi lingkungan fisik dan lingkungan biologi perairan Setu Babakan dan

sekitarnya (termasuk keindahan alam dan kualitas perairannya). Sumberdaya

manusia meliputi masyarakat sekitar, pengunjung dan instansi-instansi yang terkait

dalam pengelolaan kawasan Setu Babakan.

Upaya pengembangan kawasan Setu Babakan dapat menimbulkan dampak

positif dan negatif terhadap kondisi lingkungan fisik, biologi perairan, kondisi sosial

dan ekonomi masyarakat sekitar. Dampak positif dari pengembangan pariwisata di

Setu Babakan diantaranya meningkatkan perekonomian masyarakat dengan

membuka kesempatan usaha, menciptakan lapangan pekerjaan serta adanya

penataan wilayah di sekitarnya menjadi lebih indah sehingga menarik bagi

wisatawan. Namun pengembangan kawasan wisata yang melebihi daya dukung

dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan seperti terjadinya pencemaran

air, pendangkalan dan akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan

ekosistem perairan. Selain itu, dampak negatif ini dapat saja meluas hingga pada

akhirnya menurunkan jumlah wisatawan yang datang dan bahkan menurunkan

pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, untuk menekan berbagai dampak negatif

tersebut, perlu diketahui daya dukung lingkungan perairan Setu Babakan dan

sekitarnya yang akan dikembangkan sebagai objek pariwisata berwawasan

lingkungan.

Page 29: Ekologis Setu Babakan

14

Pengelolaan kawasan Setu Babakan dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi.

Keseluruhan aspek tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT

sehingga diperoleh alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan dan

pengembangan kawasan Setu babakan secara berkelanjutan.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Sumberdaya perairan

kawasan Setu Babakan

Instansi-

instansi terkait

Masyarakat

dan

pengunjung

Lingkungan

fisik

Lingkungan

biologi

Daya dukung Analisis

SWOT

Kesesuaian wisata

Strategi pengelolaan dan

pengembangan kawasan

Setu Babakan

Kondisi ekologis Setu

Babakan

Page 30: Ekologis Setu Babakan

15

Penelitian dilaksanakan di kawasan Setu Babakan yang termasuk dalam

wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah,

Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta (Lampiran 1) dan

peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

Mei-Juli 2009.

Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama diawali dengan

membuat perencanaan dan menentukan metode pengumpulan analisa data. Tahap

kedua yaitu pengumpulan data dan informasi-informasi mengenai kawasan berupa

studi literatur dan studi lapang. Tahap ketiga yaitu melakukan pengolahan data dan

analisis sesuai dengan metode analisis yang telah ditentukan.

3.3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan antara lain :

a. Kondisi biofisik kawasan Setu Babakan.

Kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang dan alat tulis untuk

mencatat data. Bahan yang digunakan adalah peta lokasi Setu Babakan, beberapa

dokumen yang berkaitan dengan Setu Babakan dan studi pustaka yang

mendukung penelitian.

Alat dan bahan untuk analisis kualitas air adalah termometer lingkungan,

kertas lakmus, botol sampel, pipet tetes, alat suntik 10 ml, botol BOD, reagent

(KI alkalis, Amylum, MnSO4), H2SO4, Thiosulfat dan aquades. Sedangkan alat

untuk mengambil contoh air adalah van Dorn water sampler dan alat untuk

mengukur kedalaman adalah tali tambang berskala yang diberi pemberat. Alat

dan bahan yang digunakan untuk analisis kualitas air dapat dilihat pada lampiran

2.

b. Kondisi sosial ekonomi.

Alat yang digunakan untuk mengamati aspek sosial-ekonomi adalah alat tulis

(untuk mencatat data). Bahan yang digunakan dalam penelitian

adalah,kuesioner, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Setu Babakan dan

literaturliteratur yang mendukung penelitian.

Page 31: Ekologis Setu Babakan

16

16

Gam

bar 2

. Peta lo

kasi p

enelitian

16

Page 32: Ekologis Setu Babakan

17

17

3.4. Jenis dan Pengumpulan Data

Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data yang diperlukan dalam

penelitian dapat dilihar pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data

3.4.1. Data primer

Data primer terdiri dari observasi dan pengambilan sampel air serta

wawancara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan :

No Komponen data Jenis data Sumber data

1. Keadaan Umum Situ Babakan

a. Luas dan Letak Primer dan Sekunder Responden dan Laporan

b. perbatasan dan aksesibiliti Sekunder Laporan

c. Visi dan Misi Pengembangan Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan Sekunder Laporan

d. Kunjungan wisatawan ke Kawasan

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Sekunder Responden dan laporan

e. Sosial ekonomi penduduk kelurahan

Serengseng Sawah Sekunder Responden dan laporan

2. Karakteristik Sumberdaya Alam Setu Babakan

a. Flora

- Vegetasi sekitar

- Tumbuhan air - Plankton

Primer dan Sekunder Lapangan, Laporan

b. Fauna

- Ikan - Biota air lainnya

Primer dan Sekunder Lapangan, Laporan

3. Kualitas Air Setu Babakan

1. Parameter Fisika

a. Temperatur (0C) Primer Lapangan

b. Kecerahan (m) Primer Lapangan

c. Warna Primer Lapangan

d. TSS (mg/l) Primer Lapangan

2. Parameter Kimia

a. pH Primer Lapangan

b. DO (mg/l) Primer Lapangan

c. BOD (mg/l) Primer Laboratorium

d. NTotal (mg/l) Primer Laboratorium

e. PTotal (mg/l) Primer Laboratorium

3. Mikrobologi Bakteri

a. E. coli (jml/100 ml) Primer Laboratorium

4. Data Kesesuain Wisata Primer Lapangan

5. Data Daya Dukung Kawasan Primer Lapangan

6. Karakteristik sosial-ekonomi

a. Masyarakat sekitar Setu Babakan Primer Responden

b. Wisatawan Primer Responden

c. Instansi-instansi terkait Primer dan sekunder Laporan dan Responden

7. Tata Ruang Kawasan

a. Analisis Kebijakan Penataan Kawasan Setu

Babakan

Primer dan sekunder Laporan dan

Responden

b. Hubungan dengan objek wisata lainnya Primer dan sekunder Laporan dan

Responden

Page 33: Ekologis Setu Babakan

18

3.4.1.1. Observasi dan pengambilan sampel air

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, yaitu meninjau

langsung kondisi lokasi di lapangan dengan melakukan sampling pada beberapa

parameter seperti kualitas air, tanaman air, biota (flora atau fauna), dan kondisi

kawasan. Pengamatatan dan pengambilan sampel kualitas air dilakukan di musim

kemarau pada tanggal 30 juni 2009 pukul 07.00 hingga pukul 10.00 sebanyak 2 kali

di 3 titik pengambilan sampel (Gambar 2). Stasiun 1 mewakili daerah inlet, stasiun 2

yakni tengah badan situ mewakili sebagai daerah yang jarang dilalui, dan stasiun 3

mewakili daerah outlet. Kemudian ditambahkan dengan pengamatan ruang sekitar

50 meter dari kawasan situ, dimana di sekitar kawasan Setu Babakan terdapat

penggunaan lahan seperti perumahan, fasilitas umum, rawa, dan kawasan hijau.

Pengamatan kualitas air dilakukan baik langsung di lapangan maupun di

laboratorium. Pengambilan air contoh dilakukan secara vertikal, yaitu pada bagian

permukaan dan dekat dasar perairan. Adapun parameter kualitas air yang diamati

terdiri dari parameter fisika, kimia dan biologi.

a. Parameter fisika

Temperature (0C) diukur dengan menggunakan termometer dan langsung

dilapangan.

Kecerahan (m) ditentukan dengan menggunakan secchi disk bertali skala,

yaitu dengan murunkan secchi disk ke dalam air sampai tidak tampak lagi

dan catat kedalamannya. Kemudian turunkan secchi disk sedikit lagi, dan

perlahan-lahan tarik ke atas. Jika sudah mulai terlihat untuk pertamakalinya,

catat kedalamannya. Selanjutnya menghitung rata-rata dari nilai kedalaman

tersebut yang merupakan nilai dari kecerahan dan dinyatakan dalam meter

(m).

Warna perairan ditentukan dengan cara visual berdasarkan indra penglihatan.

Padatan tersuspensi (TSS) diukur dengan cara sebelumnya menimbang

kertas filter millipore dengan porosity 0,45µm yang telah direndam dalam

akuades selama 24 jam dan keringkan dalam oven 1050C selama 1 jam,

kemudian pipet air sample sebanyak 100 ml, aduk dan saring dengan kertas

filter millipore dengan menggunakan alat bantu vacuum pump. Selanjutnya

ambil filter dari vacuum pump kemudian keringkan di dalam oven 1050C

Page 34: Ekologis Setu Babakan

19

ml sampel DO =

selama 1 jam. Dan terakhir timbang kertas saring yang sebelumnya telah

didinginkan di dalam dalam dessikator.

b. Parameter kimia

pH diukur dengan menggunakan pH stik yaitu dengan cara pH stik

dicelupkan ke dalam perairan kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi

dan dibandingkan dengan indikator pH.

Dissolve Oxygen (DO) di tentukan dengan metode titrasi, yaitu air sampel

yang diambil dengan botol BOD ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml

NaOH+KI ke dalam air sampel, kemudian tutup dan aduk botol dengan cara

membolak-balikkan botol. Biarkan beberapa saat hingga endapan coklat

terbentuk di dasar botol BOD secara sempurna. Lalu tambahkan 1 ml H2SO4

pekat, aduk dengan cara yang sama hingga semua endapan terlarut. Ambil 25

ml air dari botol BOD dengan pipet mohr atau gelas ukur, masukkan ke

dalam erlenmeyer dan usahakan jangan terjadi aerasi. Titrasi dengan

Na2S2O3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua kekuning muda,

kemudian tambahkan indikator amylum 2-3 tetes hingga terbentuk warna

biru dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Dan terakhir menghitung

nilai DO dengan rumus :

ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x 1000

ml botol BOD – ml reagen terpakai

ml botol BOD

BOD diukur dengan cara mengmbil air sampel sebanyak 1-2 liter dari

kedalaman yang dikehendaki. Kemudian encerkan air sampel 2-100 kali,

tergantung tingkat kepekatan sampel, dengan menggunakan akuades dan

selanjutnya tingkatkan kadar oksigen sampel dengan menggunakan aerator

selama kurang lebih lima menit.

Nitrogen total (N-total) dapat diperoleh nilainya dengan cara menyaring air

sampel dengan menggunakan kertas saring. Kemudian pipet 5 ml air yang

telah disaring, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml Brucine

dan aduk. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat (gunakan ruang asam) aduk dengan

menggunakan vibrofix, panaskan di hot plate selama 30 menit kemudian

diamkan hingga dingin. Untuk pengukuran blanko, pipet 5 ml aquadest

Page 35: Ekologis Setu Babakan

20

masukkan ke dalam tabung reaksi, lakukan seperti di atas. Ukur absorban

dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm, tentukan

persamaan regresi berdasarkan larutan standar kemudian tentukan

konsentrasinya berdasarkan kurva standar

Fosfor total (P-total) dapat diperoleh nilainya dengan cara mempipet air contoh

yang telah disaring sebanyak 50 ml kemudian tambahkan PP 1 tetes, jika

berwarna merah muda tambahkan asam sulfat 1 N sampai berwarna bening.

Selanjutnya tambahkan 0,5 gram K2S2O8 dan tambahkan 1 ml H2SO4 30%,

aduk. Panaskan di atas hot plate sampai volume air contoh berkurang

menjadi setengah volume awal. Dinginkan. Tambahkan 1 tetes inidikator PP,

atur pH menjadi sekitar 8,2-9,8 dengan menambahkan NaOH dengan

indikator air contoh berwarna merah muda. Kemudian masukan ke dalam

labu takar 50 ml, tambahkan aquades sampai batas tera. Pipet 25 ml air

contoh ke dalam erlenmeyer, tambahkan mi reagen sebanyak 4 ml. Buat

larutan blanko. Buat satu seri larutan standar PO4-P. Tentukan persamaan

regresi berdasarkan larutan standar. Tentukan konsentrasinya berdasarkan

kurva standar.

c. Parameter biologi

Parameter biologi yang diukur adalah plankton (fitplankton dan zooplankton),

bakteri E. coli., tanaman air, ikan dan vegetasi sekitar lokasi penelitian.

Plankton

Pengambilan sampel plankton dilakukan pada titik sampling parameter

kualitas air dengan menggunakan plankton net sebanyak 30ml dengan 3 kali

ulangan, setelah terlebih dahulu diidentifikasi dengan buku identifikasi

plankton (Needham 1962) kemudian dianalisis dengan menggunakan metode

sensus dan jumlah individu plankton per liter air dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

aAxcgVxu

cgAx

tVxn

N

Page 36: Ekologis Setu Babakan

21

Keterangan :

N = Jumlah total fitoplankton (ind/l)

n = Jumlah rataan individu yang teramati (ind)

u = Ulangan (3)

Vt = Volume air tersaring (30 ml)

Vcg = Volume air dibawah coverglass ( 1 ml)

Aa = Luas satu lapang pandang (20x50 mm2)

Acg = Luas coverglass/ SRC (20x50mm2)

Analisis selanjutnya adalah analisis kuantitatif indeks biologi

fitoplankton yaitu perhitungan keragaman dari Shannon-Wiener

(Odum1971). Indeks keragaman jenis:

H’ = -∑ Pi ln Pi; dimana N

niPi

Keterangan :

H’ = Indeks keragaman jenis

ni = Jumlah individu taksa ke-i

N = Jumlah total individu

Pi = Proporsi spesies ke-i

Bakteri E. coli

Pengambilan sampel bakteri E. coli diambil hanya pada bagian permukaan

perairan dengan botol steril pada titik pengambilan sampel kualitas air..

Analisis Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan di laboratorium

dengan teknik MPN (Alcamo 1983 in Feliatra 2002).

Tanaman air, ikan dan vegetasi sekitar

Pengambilan data tanaman air dilakukan dengan pengamatan langsung di

perairan Setu Babakan, tanaman air yang ditemukan langsung diidentifikasi

dan dicatat. Untuk pengambilan data ikan diperoleh dengan cara wawancara

terhadap 30 orang masyarakat yang sedang memancing dan menjala ikan di

Setu Babakan serta pihak pengelola kawasan situ. Pengambilan data vegetasi

sekitar dilakukan dengan pengamatan langsung ± 50 meter di sekitar

kawasan Setu Babakan.

Page 37: Ekologis Setu Babakan

22

3.4.1.2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang

lokasi penelitian. Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan

penelitian, yaitu:

a. Wisatawan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner yang bersifat semi terbuka

(Lampiran 3) kepada responden seperti untuk mengetahui pendapatan, tingkat

pendidikan, motivasi dan persepsi wisatawan terhadap Setu Babakan. Pemilihan

responden ini dilakukan secara accidental sampling yaitu pengambilan contoh

yang dilakukan tanpa perencanaan yang seksama dan responden yang dimintai

informasi diperoleh secara kebetulan tanpa pertimbangan tertentu. Jumlah

responden yang diambil sebanyak 30 orang.

b. Masyarakat sekitar kawasan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner bersifat semi

terbuka (Lampiran 4) kepada responden seperti untuk mengetahui aktivitas

masyarakat di sekitar Setu Babakan, pendidikan, dan persepsi ekowisata.

Pemilihan responden kepada masyarakat dilakukan secara purposive sampling

yaitu teknik pengambilan responden yang digunakan apabila peneliti mempunyai

pertimbangan tertentu dalam menetapkan responden sesuai dengan tujuan

penelitinnya.

c. Pengelola kawasan wisata, lembaga atau pihak-pihak terkait juga dilakukan

dengan metode purposive sampling (Lampiran 5 dan Lampiran 6).

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, seperti dengan mempelajari

buku-buku laporan, penelitian-penelitian sebelumnya, buku-buku penunjang, peta,

dan sumber lainnya yang dapat dijadikan informasi pendukung. Cara pengumpulan

dan pengambilan data dalam penelitian ini meliputi studi dokumen/literatur yang

merupakan langkah awal dari data sekunder untuk mengetahui kondisi lokasi

penelitian dan memperoleh informasi data penunjang yang diperlukan dalam

penelitian. Studi dokumen/literatur dapat berupa buku-buku, majalah-majalah,

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan dipelajari.

Page 38: Ekologis Setu Babakan

23

3.5. Analisis Data

3.5.1. Analisis sumberdaya

Analisis sumberdaya meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia.

Analisis sumberdaya alam meliputi kondisi kawasan, kualitas air, dan flora dan

fauna yang terdapat di sekitar danau. Kondisi kawasan diperoleh melalui data primer

yaitu melalui observasi dan wawancara dan juga data sekunder melalui

pengumpulan literatur-literatur. Parameter kualitas air yang diukur meliputi

parameter fisika, kimia dan mikrobiologi bakteri E. coli (Tabel 1), kemudian data

kualitas air tersebut dibandingkan dengan baku mutu menurut PP No. 82 Tahun

2001 (Lampiran 7). Untuk flora yang hidup di Setu Babakan seperti tanaman air

dilihat banyaknya jenis yang tumbuh disana dan kerapatannya. Untuk fauna seperti

ikan dilihat banyaknya jenis ikan dan kelimpahannya.

Analisis sumberdaya manusia yaitu mencakup masyarakat sekitar kawasan

wisata, pengunjung, pengelola dan instansi yang terkait. Analisis sumberdaya

manusia dilakukan melalui wawancara dengan beberapa responden dan diberikan

kuisioner seperti untuk mengetahui tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, dan tingkat

pemahaman kelestarian lingkungan.

3.5.2. Analisis kesesuaian

Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan

dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai

persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang

dikembangkan. Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah

(Yulianda 2007):

IKW = Σ (Ni / Nmaks) x 100%

Keterangan :

IKW = Indeks Kesesuaian Wisata

Ni = Nilai Parameter ke-i

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

Analisis kesesuaian diperoleh berdasarkan perkalian skor dan bobot dari

setiap parameter. Kemudian dihitung tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh

Page 39: Ekologis Setu Babakan

24

dengan menjumlahkan nilai dari seluruh parameter (Lampiran 8). Kegiatan-kegiatan

yang dapat dilakukan di Setu Babakan diantaranya adalah memancing, berperahu,

duduk santai, dan pengambilan gambar untuk foto dan shooting dan flying fox.

3.5.2. Analisis daya dukung

Daya dukung lingkungan (carrying capacity) merupakan intensitas

penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam juga membatasi pembangunan

fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan wisata tanpa merusak

alam. Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang

secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa

menimbulkan gangguan pada alam dan manusia yaitu dengan perhitungan

menggunakan rumus (Yulianda 2007):

DDK = K x Lp / Lt x Wt/Wp

Keterangan :

DDK = Daya Dukung Kawasan

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area

Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan

Lt = Unit area untuk kategori tertentu

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari

Wp = Waktu yang dihasilkan untuk setiap kegiatan tertentu

Pada kawasan Setu Babakan, daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah

maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai

peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan

wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan

wisatawan lain di lokasi tersebut. Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area

(K) adalah jumlah wisatawan maksimum yang dapat ditampung oleh suatu sarana

atau lokasi wisata dalam waktu yang bersamaan. Kondisi sarana atau lokasi yang

digunakan harus dalam kondisi baik (layak pakai) sehingga masih dapat menampung

wisatawan sesuai dengan nilai K yang telah ditetapkan. Luas area atau panjang area

yang dapat dimanfaatkan (Lp) adalah luas atau panjang suatu area yang telah

disediakan oleh pengelola agar wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata yang

ditetapkan di area tersebut. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) adalah luas atau

panjang suatu area yang dibutuhkan wisatawan agar dapat bergerak bebas

Page 40: Ekologis Setu Babakan

25

melakukan kegiatan wisata yang ditetapkan di area tersebut dan tidak merasa

terganggu oleh keberadaan wisatawan lain. Waktu yang disediakan oleh kawasan

untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu kawasan Setu

Babakan dibuka dalam satu hari yaitu sekitar 8 jam (jam 8.00-16.00). Waktu yang

dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda-beda

bergantung kepada jenis kegiatan wisata. Selama melakukan kegiatan bersepeda air,

wisatawan dapat mengabiskan waktu selama 0,5 jam (30 menit). Prediksi waktu

yang dibutuhkan untuk mengelilingi situ dengan perahu kayu, memancing, duduk

santai, foto dan shooting dan flying fox dapat dilihat pada Lampiran 9.

Potensi ekologis (K) untuk kegiatan bersepeda air adalah dua orang yang

berarti bahwa satu sepeda air dapat menampung dua orang wisatawan sekaligus

dalam satu kali perjalanan. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) untuk kegiatan

bersepeda air adalah 15.000 m2 yang berarti bahwa luas lokasi yang dibutuhkan oleh

satu sepeda air agar dapat bergerak bebas tanpa merasa terganggu oleh sepeda air

lain adalah 15.000 m2. Potensi ekologis dan unit area untuk kategori tertentu (Lt)

untuk kegiatan berperahu kayu, memancing, duduk santai, foto dan shooting, dan

flying fox dapat dilihat pada Lampiran 10. Nilai unit area untuk kategori tertentu (Lt)

dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (Wp)

diperoleh dari subjektifitas para pakar yang ahli dalam bidangnya.

3.5.4. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk

merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan dengan memaksimalkan kekuatan

(Strengh), peluang (Opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan

kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Analisis SWOT membandingkan

antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan

kelemahan). Kekuatan (Strenght) adalah unsur yang dimiliki kawasan wisata Setu

Babakan yang bisa membantu pengelola mencapai keberhasilan. Kelemahan

(Weakness) adalah unsur yang dimiliki oleh kawasan wisata yang bisa menyebabkan

kinerja pengelola menjadi buruk atau menghambat untuk mencapai keberhasilan.

Peluang (Oppurtunity) adalah unsure lingkungan yang berada di luar kendali

pengelola yang berada di luar kendali pengelola yang menguntungkan pengelola.

Ancaman (Threat) adalah unsur lingkungan yang berda di luar kendali pengelola

Page 41: Ekologis Setu Babakan

26

yang tidak menguntungkan dan dapat mengganggu atau menghalangi suatu kegiatan

atau usaha di kawasan wisata. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis

SWOT adalah:

3.5.4.1. Identifikai faktor internal dan eksternal

Penilaian fator internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan

dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan

kelemahan. Alat untuk menganalisis faktor internal adalah matrik IFE yang

meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dan juga memberikan

dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasihubungan antara area-area tersebut

(David 2006). Penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh

mana ancaman dan peluang. Alat yang digunakan untuk mengan alisis faktor

eksternal adalah matriks EFE yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang

mempengaruhi yang berasal dari luar. Hasil dari kedua identifikasi fakor-faktor

tersebut selanjutnya akan diberikan bobot peringkat (rating).

3.5.4.2. Penentuan bobot setiap variabel

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor

strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut digunakan

untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan

eksternal. Penentuan bobot setiap variabel menggunakna skal 1,2 dan 3 (Kinner,

T.C, 1991 in Agustin, 2007) yaitu :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal

2 = Jika indikator sama penting dengan indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripa indikator vertikal

4 = Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor

vertikal

Bentuk pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 2

Bentuk pembobotan faktor strategis eksternal sama dengan pembobotan pada faktor

strategis internal.

Page 42: Ekologis Setu Babakan

27

n

i

Xi

Xi

1

Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal

Faktor Strategis Internal/

Eksternal A B C … Total Bobot

A X1 α1

B X2 α2

C X3 α3

… X4 α4

Total

n

Σ X

i=1

n

Σ αi

i=1

Sumber: Rangkuti 2006

Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel

terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus (Kinner, T.C

in Agustin, 2007) :

αi =

Keterangan : α1 = Bobot faktor ke-i

Xi = Nilai faktor ke-i

i = 1, 2, 3,…,n

n = jumlah faktor

3.5.4.3. Penentuan peringkat

Penentuan Peringkat (Rating) merupakan pengukuran terhadap masing-

masing variabel terhadap kondisi objek wisata dengan skala 1 – 4 terhadap masing-

masing faktor strategi. Skala rating yang digunakan untuk matriks Internal Factor

Evaluation (IFE) yaitu :

a. faktor kekuatan :

1 = kekuatan yang kecil

2 = kekuatan yang sedang

3 = kekuatan yang besar

4 = kekuatan yang sangat besar

b. faktor kelemahan :

1 = kelemahan yang sangat berarti

2 = kelemahan yang cukup berarti

3 = kelemahan yang kurang berarti

Page 43: Ekologis Setu Babakan

28

4 = kelemahan yang tidak berarti

Sedangkan pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Factor Evaluation

(EFE) yaitu :

a. faktor peluang :

1 = peluang rendah, respon kurang

2 = peluang sedang, respon rata-rata

3 = peluang tinggi, respon diatas rata-rata

4 = peluang sangat tinggi, respon superior

b. faktor ancaman :

1 = ancaman sangat besar

2 = ancaman besar

3 = ancaman sedang

4 = ancaman sedikit

Tabel 3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation

(EFE)

Faktor Strategis

Internal/Eksternal Bobot Rating Nilai

Kekuatan/Peluang

1.

2.

….

Kelemahan/Ancaman

1.

2.

Sub total

Total

Sumber: Rangkuti 2006

Selanjutnya nilai pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor

dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total

nilai pembobotan (Tabel 3). Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai denan

4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat

dinyatakan bahawa kondisi internal lemah, sedangkan jika berda diatas 2,5 maka

dapat dinyatakan bahwa kondisi internal kuat. Demikian juga total pembobotan EFE

jika di bawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika di atas 2,5

menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David 2006).

Page 44: Ekologis Setu Babakan

29

3.5.4.4. Penyusunan analisis strategi

Dibuat berdasarkan matriks IFE dan EFE, bertujuan untuk melihat dan

membuat strategi yang tepat untuk diterapkan (Tabel 4.).

Tabel 4. Matriks analisis SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan

(Strenght)

Kelemahan

(Weakness)

Peluang

(Opportunity)

Strategi S-O Strategi W-O

Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang.

Strategi dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi

kelemahan yang ada.

Ancaman

(Threath)

Strategi S-T Strategi W-T

Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman

Sumber : Rangkuti 2006

3.5.4.5. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan

a. Menentukan Koordinat P yang akan diperoleh dari total nilai kekuatan dikurangi

nilai kelemahan

b. Menentukan koordinat Q yang ditentukan dari total nilai peluang dikurangi

dengan total nilai ancaman

c. Menentukan nilai P sebagai absis dan nilai Q sebagai ordinat. Strategi yang akan

dijalankan disesuaikan dengan posisi titik (P,Q).

Kuadran II Kuadran I

(W-O) (S-O)

Kuadran I Kuadran II

(W-T) (S-T)

Gambar 3. Diagram analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan

Pengembangan (Rangkuti 2006)

Alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan

(Rangkuti 2006) :

Kelemahan

Internal

Kekuatan

Eksternal

Berbagai Peluang

Berbagai Ancaman

Page 45: Ekologis Setu Babakan

30

1. Strategi SO (Strenght-Opportunity) pada kuadran I, yaitu menggunakan

kekuatan yang dimilikinya untuk menambil peluang yang ada.

2. Strategi ST (Strength-Threat) pada Kuadran II, yaitu menggunakan kekuatan

yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weakness-Opportunity) pada kuadran III, yaitu diterapkan

berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan

kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weakness-Threath) pada kuadran IV, yaitu dengan berusahan

meminimalkan kelemahan yang ada serta mengahindari ancaman.

Page 46: Ekologis Setu Babakan

31

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Setu Babakan

4.1.1. Luas dan letak

Setu Babakan merupakan kawasan yang termasuk dalam wilayah

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan terletak di Kelurahan Serengseng

Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Setu Babakan merupakan

situ alami dan memiliki luas sekitar 20 hektar dengan mendapatkan input air dari

sungai Ciliwung. Setu Babakan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk

kegiatan perikanan seperti menjala dan memancing, selain itu Setu Babakan juga

banyak dikunjungi wisatawan karena kawasan tersebut merupakan objek wisata air

dan budaya. Kedalaman Setu Babakan sendiri saat ini telah mengalami

pendangkalan akibat sedimentasi, yaitu hanya berkisar dua hingga lima meter.

Secara geografis, Setu Babakan berada pada 106049’30’’ BT – 106

049’50” BT dan

06020’07” LS – 06

021’10’’ LS (Majid 2008).

Jalan Raya Pasar Minggu dan Lintasan Kereta Rel Listrik (KRL) Jakarta -

Bogor merupakan akses utama untuk menuju lokasi ini. Secara detil, Setu Babakan

dapat dicapai dari empat arah, yaitu:

1. Dari Utara, yaitu dari Jalan raya lenteng agung melalui Jalan Moch.Kahfi II

atau jalan Jeruk.

2. Dari arah Timur, dapat ditempuh melalui jalan Srengseng Sawah.

3. Dari arah Selatan, mewakili daerah Lebak bulus dan Depok dapat melalui

jalan Tanah Baru (terusan Moch.Kahfi II) dari Lebak Bulus dan jalan Raya

Kukusan di Depok.

4. Dari arah Barat, mewakili daerah Ciganjur, Cinere dan Pondok Labu dapat

melalui jalan Warung Silah.

4.1.2. Topografi dan hidrologi

Keadaan topografi kawasan Setu Babakan umumnya berbentuk datar hingga

bergelombang. Daerah ini memiliki lereng yang berkisar antara ± 15% dengan

ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut dan curah hujan 2500 mm/tahun.

Daerah permukiman di sebelah Barat lebih tinggi dari permukaan jalan di sepanjang

Page 47: Ekologis Setu Babakan

32

situ. Jalan-jalan yang ada disepanjang situ relatif datar dan telah dilapisi conblock.

Untuk mencegah terjadinya longsor dan erosi pada pinggir situ maka Pemda DKI

membangun turap pada hampir seluruh bagian tepi situ, hanya bagian Selatan situ

saja yang belum dibangun dikarenakan pada bagian Selatan Setu Babakan masih

dalam bentuk kebun dan sawah yang masih dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain memasang turap, Pemda DKI juga

memasang pintu air dan saluran pengeluaran air pada bagian outlet situ untuk

mengendalikan jumlah air yang ada di Setu Babakan agar apabila hujan lebat tidak

menyebabkan banjir.

Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah termasuk ke dalam DAS Sanggrahan

yang berada di sebelah Barat Sungai Ciliwung. Sistem hidrologis yang terdapat di

Setu Babakan merupakan sistem terbuka dengan adanya inlet dan outlet air situ.

Inlet Setu Babakan berasal dari beberapa aliran air, yaitu aliran Setu Mangga

Bolong, Kali Baru, Kali Tengah, dan Situ ISTN (Institut Sains dan Teknologi),

sedangkan outletnya melalui pintu air menuju Sungai Ciliwung. Kondisi fisik Setu

Babakan secara keseluruhan cukup baik dengan genangan 100% perkiraan volume

air ±1.755.000 m3 pada musim kemarau, dan ±2.025.000 m

3 pada musim hujan

(Apriyani 2007). Mengingat keberadaan dan fungsinya sebagai reservoir, bahkan di

dalam RTRW DKI Jakarta 2001-2010 kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan

penyangga atau daerah resapan air, hal tersebut perlu mendapatkan perhatian ekstra

baik dari pemerintah maupun penduduk karena keberadaan kawasan ini secara

ekologis tergantung pada adanya situ, sawah, kebun dan vegetasi yang juga memiliki

peran penting bagi keberadaan kawasan Jakarta secara umum.

4.2. Kondisi Fisika-Kimia-Biologi Setu Babakan

4.2.1. Kualitas air

Perairan Setu Babakan telah mengalami tekanan ekologi yang sangat tinggi

dengan berada di tengah pemukiman penduduk dan juga sebagai kawasan wisata air.

Setu Babakan sendiri telah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi. Dilihat dari

substrat Setu Babakan yang berupa lumpur maka dapat mengindikasikan perairan

Setu Babakan telah banyak menerima masukan bahan organik dan anorganik, baik

akibat erosi maupun buangan limbah rumah tangga (Indrasti et al. 2003).

Page 48: Ekologis Setu Babakan

33

Pengkajian kondisi biofisik perairan yang mencakup kualitas perairan (fisika,

kimia dan mikrobiologi bakteri) dilakukan dengan tujuan untuk melihat

keseimbangan ekosistem perairan Setu Babakan dan menentukan kondisi perairan

yang terkait dengan kelayakan habitat bagi perikanan dan pariwisata. Parameter

kualitas air yang diamati adalah temperatur, kecerahan, warna, TSS, pH, DO, BOD,

Ntotal , Ptotal dan bakteri E. coli. Parameter-parameter tersebut dapat berpengaruh

terhadap atau dipengaruhi oleh aktifitas-aktifitas wisata di Setu Babakan seperti

berseped air, memancing dan duduk santai.

Pengambilan contoh air dilakukan di musim kemarau pada tanggal 30 Juni

2009 pada pukul 07.00 hingga pukul 10.00 di 3 stasiun dan diambil secara vertikal

berdasarkan kedalaman perairan. Apabila kedalaman perairan lebih dari dua meter,

maka pengambilan contoh air dilakukan pada bagian permukaan, kedalaman secchi

dan dasar (Dwikorawati 1994). Namun kedalaman perairan Setu Babakan kurang

dari dua meter yaitu antara 1,33-1,85 m, sehingga pengukuran parameter kualitas air

dilakukan pada bagian dekat pemukaan dan bagian dekat dasar perairan. Pengukuran

parameter fisika, kimia perairan dan bakteri E.coli dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kualitas air Setu Babakan

No Parameter Baku mutu

Hasil analisis

Inlet

(Stasiun 1)

Tengah

(Stasiun 2)

Outlet

(Stasiun 3)

P D P D P D

Fisika

1. Temperatur (0C) ± 3 28 28 28 27 29 28 2. Kecerahan (m) 1,05 0,48 0,35

3. Warna Tidak

tercantum

Hijau

kecoklatan

Hijau

kecoklatan

Hijau

kecoklatan

Hijau

kecoklatan

Hijau

kecoklatan

Hijau

kecoklatan 4. TSS (mg/l) 50 25 27 21 29 32 36

Kimia

5. pH 6-9 7,5 7 6,5 6 6,5 6,5 6. DO (mg/l) 4 4,94 4,53 6,18 5,35 7,42 6,59

7. BOD (mg/l) 3 2,51 2,81 2,35 2,78 0,79 1,78

8. Ntotal (mg/l) Tidak tercantum

0,21 0,15 0,10 0,07 0,08 0,02

9. Ptotal (mg/l) 0,2 0,10 0,12 0,03 0,03 0,03 0,03 Mikrobiologi Bakteri

10. E. coli

(jml/100ml)

1000 600 160 11

Keterangan:

P : Permukaan D : Dekat dasar

Batas maksimum yang diperbolehkan pada baku mutu berdasarkan PP No.82 tahun 2001 klas 2٭

Batas minimum yang diperbolehkan ٭٭

Sumber: Data primer, 2009 (diolah)

Page 49: Ekologis Setu Babakan

34

4.2.1.1. Parameter fisika

Parameter fisika meliputi tempereatur, kecerahan, warna, dan padatan

tersuspensi (TSS). Peralatan untuk mengukur parameter fisika antara lain adalah

termometer lingkungan, secchi disk, dan van Dorn water sampler. Temperatur,

kecerahan dan warna perairan dilakukan dilapangan, sedangkan analisis TSS

dilakukan dilaboratorium dengan metode titrasi dan pemanasan.

a. Temperatur

Nilai temperatur perairan Setu Babakan berkisar antara 27-290C (Tabel 5).

Dengan demikian temperatur perairan Setu Babakan tergolong layak untuk kegiatan

rekreasi dan perikanan berdasarkan baku mutu air pada PP No. 82 tahun 2001 klas 2

yang memberikan toleransi sebesar ±3 dari rataan temperatur air setempat. Selain

itu, kisaran temperatur tersebut sesuai dengan kisaran temperatur optimum bagi

pertumbuhan fitoplankton di perairan yaitu 20-300C (Effendi 2003). Fitoplankton

sangat diperlukan oleh ikan dan organisme perairan sebagai produser. Menurut Boyd

(1982) kisaran temperatur tersebut juga masih dapat mendukung kehidupan

organisme akuatik, karena masih berada pada kisaran 25-320C. Oleh karena itu,

perairan Setu Babakan masih sesuai untuk pengembangan perikanan.

b. Kecerahan

Nilai kecerahan air yang terukur pada Setu Babakan berkisar 0,35-1,05 m

(Tabel 5). Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu

pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang

melakukan pengukuran (Effendi, 2003). Kecerahan tertinggi terletak pada stasiun 1

yaitu sebesar 1,05 m. Hal ini diduga karena jumlah padatan tersuspensi rendah.

Sedangkan nilai kecerahan terendah terletak pada stasiun 3. Hal ini diduga karena

padatan tersuspensi di stasiun 3 lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lainnya.

Kisaran nilai kecerahan tersebut mengambarkan bahwa Setu Babakan merupakan

tipe perairan eutrofik karena kecerahan secchi disk <3,0 m (Henderson-Seller &

Markland 1987 in Surya 1998). Menurut Boyd (1982) nilai kecerahan dianggap

cukup produktif dan masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan jika

pinggan secchi masih terlihat pada kedalaman 30-60 cm.

Page 50: Ekologis Setu Babakan

35

c. Warna

Warna perairan Setu Babakan yang diamati secara visual berdasarkan indra

penglihatan pada umumnya berwarna hijau kecoklatan (Tabel 5). Warna perairan

sendiri dapat mempengaruhi estetika dan menunjukkan keberadaan plankton

diperairan. Warna kecoklatan di perairan diduga ditimbulkan oleh bahan-bahan

organik seperti tannin, lignin dan asam humus yang berasal dari dekomposisi

tumbuhan yang telah mati (Effendi 2003).

d. Padatan tersuspensi total (TSS)

TSS merupakan salah satu parameter biofisik perairan yang dinamikanya

mencerminkan dinamika perubahan yang terjadi di daratan dan perairan (Parwati et

al. 2007). Kisaran nilai TSS perairan Setu Babakan adalah 21-36 mg/l (Tabel 5).

Secara vertikal, nilai TSS cenderung meningkat dengan bertambahnya kedalaman.

Pada bagian dekat permukaan, nilai TSS berkisar antara 21 mg/l hingga 32 mg/l.

Nilai TSS di dekat dasar berkisar antara 27 mg/l s/d 36 mg/l. Nilai TSS tertinggi

dijumpai pada stasiun 3 di dekat dasar perairan. Hal ini menunjukkan terjadinya

proses pengendapan partikel-partikel tersuspensi ke dasar perairan (Dwikorawati

1994).

Kisaran nilai TSS masih berada di bawah ambang batas baku mutu perairan

menurut PP No. 82 tahun 2001 klas 2 yaitu sebesar 50 mg/l sehingga masih sesuai

bagi peruntukan sarana rekreasi air dan perikanan. Nilai TSS pada musim kemarau

umumnya lebih rendah dibanding pada musim hujan dikarenakan pada musim hujan

masukan materi organik dan anorganik yang terdiri dari lumpur, protein, bakteri,

sampah dan limbah domestik yang masuk ke perairan lebih banyak, sehingga pada

bagian hulu debit air dan kecepatan arus sungai meningkat dan terjadi pengadukan

dari dasar perairan sehingga mengangkat senyawa-senyawa beracun kepermukaan

(Indrasti et al. 2003).

4.2.1.2. Parameter kimia

Parameter kimia perairan yang diamati meliputi pH, oksigen terlarut (DO),

kebutuhan oksigen biokimiawi (BOD), nitrogen total (N-total), dan fosfor total (P-total).

Pengamatan pH dan DO dilakukan di lapangan, pH dengan kertas lakmus sedangkan

DO dengan metode titrasi, sedangkan untuk bahan organik lainnya dianalisis di

laboratorium dengan metode pemanasan dan titrasi.

Page 51: Ekologis Setu Babakan

36

a. pH

Sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan

menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi 2003). pH air Setu Babakan berkisar

antara 6-7,5 (Tabel 5). Kisaran ini, masih berada dalam kisaran baku mutu bagi

sarana rekreasi air dan perikanan menurut PP No.82 tahun 2001 yaitu antara 6-9.

Nilai pH cenderung menurun seiring meningkatnya kedalaman. Hal ini diduga

akibat tingginya proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan ion hidrogen

penyebab kemasaman pada bagian dasar perairan. Jika konsentrasi ion hidrogen

terlalu tinggi atau terlalu rendah, organisme akuatik tidak mungkin mencapai

pertumbuhan yang maksimum (Moriber 1974 in Sari 2009).

b. Oksigen terlarut (DO)

Oksigen terlarut adalah salah satu parameter paling mendasar di perairan

karena mempengaruhi kehidupan organisme akuatik. Oksigen terlarut di Setu

Babakan berkisar antara 4,53-7,42 mg/l (Tabel 5). Populasi hewan dan tanaman di

badan air akan mengkonsumsi oksigen selama proses respirasi. Hal ini menghasilkan

CO2, yang akan digunakan untuk fotosintesis. Fotosintesis terjadi di zona fotik,

tetapi respirasi terjadi dimana saja di dalam perairan (diseluruh kolom air bahkan

sampai ke dasar perairan), sehingga hasil bersihnya adalah permukaan air cenderung

kaya akan oksigen terlarut, dan berkurang dengan bertambahnya kedalaman (Effendi

2003).

Kandungan oksigen terlarut tertinggi dijumpai pada permukaan, yaitu berkisar

antara 4,94-7,42 mg/l sedangkan terendah (dekat dasar) berkisar 4,53 mg/l hingga

6,59 mg/l. Tingginya konsentrasi oksigen terlarut di dekat permukaan air diduga

oleh adanya suplai oksigen dari udara (difusi) dan aktifitas fotosintesis fitoplankton

yang lebih tinggi dibandingkan dengan dekat dasar. Sedangkan oksigen terlarut di

dekat dasar lebih banyak digunakan (dikonsumsi) dalam proses dekomposisi bahan

organik oleh mikroba aerobik dan pengaruh fotosintesis yang telah berkurang. Bila

dibandingkan dengan batas minimum kadar oksigen terlarut menurut PP No.82

tahun 2001 klas 2 yaitu 4 mg/l maka kisaran tersebut masih sesuai bagi pengelolaan

Setu Babakan sebagai objek wisata air dan perikanan.

Page 52: Ekologis Setu Babakan

37

c. Kebutuhan oksigen biokimiawi (Biochemical oxygen demand/BOD)

Perairan Setu Babakan memiliki nilai BOD berkisar antara 0,79-2,81 mg/l

(Tabel 15). Pada umumnya, BOD secara vertikal di Setu Babakan cenderung

meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Nilai BOD tertinggi dijumpai pada

bagian dekat dasar perairan yaitu berkisar antara 1,78 mg/l hingga 2,81 mg/l.

Sedangkan nilai BOD terendah diperoleh pada bagian dekat permukaan berkisar

0,79 mg/l s/d 2,51 mg/l. Tingginya nilai BOD di dekat dasar diduga karena

banyaknya jumlah bahan organik dari limbah domestik, pertanian maupun hasil

pembusukan tumbuhan dan hewan yang terakumulasi di dasar. Kandungan BOD di

perairan Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2

yaitu maksimum 3 mg/l. Hal ini berarti, Setu Babakan masih sesuai peruntukkannya

bagi sarana rekreasi air dan perikanan.

d. Nitrogen total (N-total)

Nilai N-total merupakan gambaran nitrogen dalam bentuk organik dan

anorganik pada air. N-total adalah penjumlahan dari nitrogen anorganik yang bersifat

terlarut dan nitrogen organik yang berupa partikulat tidak larut dalam air (Effendi

2003). Nilai N-total perairan Setu Babakan berkisar antara 0,02-0,21 mg/l abel 15).

Sumber utama nitrogen pada Setu Babakan berasal dari kegiatan domestik dan

pemancingan.

e. Fosfor total (P-total)

Fosfor total menunjukkan kandungan P (Fosfor) baik yang berupa senyawa

organik maupun anorganik (Effendi 2003). Sumber utama fosfor perairan Setu

Babakan berasal dari limbah domestik seperti deterjen. Nilai P-total perairan Setu

Babakan berkisar antara 0,03-0,12 mg/l (Tabel 15). Kandungan P-total di perairan

Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu

maksimum 0,2 mg/l. Hal ini berarti Setu Babakan masih sesuai peruntukkannya bagi

sarana rekreasi air dan perikanan.

4.2.1.3. Parameter mikrobiologi bakteri

Parameter mikrobiologi yang diamati adalah bakteri E. coli, dengan

pengambilan sempelnya menggunakan botol steril di permukaan perairan pada 3

stasiun. Analisis Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan di laboratorium

dengan teknik MPN (Alcamo 1983 in Feliatra 2002).

Page 53: Ekologis Setu Babakan

38

a. Bakteri E. coli

Berdasarkan stasiun pengamatan, densitas E. coli berkisar antara 11-600

jml/100 ml (Tabel 5). Densitas tertinggi ditemukan di stasiun 1 yang terletak di inlet

Setu Babakan dengan densitas 600 jml/100 ml. Menurut Laliberte P & Grimes DJ

(1982) Bakteri fecal masuk ke perairan melalui aliran sungai serta limpasan air

hujan sehingga kelimpahan bakteri akan semakin tinggi pada kawasan yang banyak

dipengaruhi daratan dan pada saat hujan. Keadaan yang demikian disebabkan oleh

konsentrasi materi organik, perubahan salinitas, suhu maupun intensitas cahaya.

Pada stasiun 2 yang letaknya di tengah situ densitas E. coli yaitu 60 jml/100 ml,

sedangkan nilai densitas yang kecil pada stasiun 3 atau outlet yaitu 11 jml/100 ml

karena pengarus arus yang membawa bakteri E. coli ketempat lain (Effendi 1998 in

Feliatra 2002).

Secara umum densitas E. coli di perairan Setu Babakan berada di bawah

ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu maksimum 1000 jml/100 ml. Untuk

mencegah E. coli masuk ke dalam saluran pencernaan maka makanan dan minuman

harus terbebas dari E. coli. Menurut Pelczar & Chan (1988) in Feliatra (2002),

penyebaran E. coli tidak melalui air melainkan melalui kegiatan tangan ke mulut

atau dengan pasif lewat makanan dan minuman.

4.2.2. Karakteristik sumberdaya alam Setu Babakan

4.2.2.1. Fitoplankton dan zooplankton

Keberadaan fitoplankton dan zooplankton sangatlah penting karena masing-

masing merupakan primary producer (fitoplankton) dan primary consumer

(zooplankton) dalam rantai makanan di ekosistem perairan Setu Babakan. Kisaran

kelimpahan fitoplankton di perairan Setu Babakan adalah 250-302.125 sel/l. Di

perairan Setu Babakan dijumpai lima kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae (7

genus), Chlorophyceae (7 genus) dan Cyanophyceae (5 genus) Euglenaphyceae (3

genus) dan Dinophyceae (1 genus). Dari kelima kelas (23 genus) yang dijumpai,

ternyata perairan Setu Babakan didominasi oleh genus Choroococcus sp (kelas

Cyanophyceae) sebesar 302.125 sel/l.

Indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) dapat menunjukkan keanekaragaman

komunitas fitoplankton di perairan Setu Babakan. Nilai indeks H’ untuk komunitas

fitoplankton di Setu Babakan adalah 1,6349. Hasil analisis keragaman (H’)

Page 54: Ekologis Setu Babakan

39

fitoplankton memperlihatkan bahwa kondisi perairan termasuk stabil moderat.

Menurut Stirn (1981) apabila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil,

apabila H’ berkisar 1-3 maka stabilitas komunitas biota tersebut adalah moderat

(sedang) dan apabila H’ > 3 berarti stabilitas komunitas biota berada dalam kondsi

prima (stabil). Semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan

di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik.

Menurut Prihantini et al. (2008) Nilai H’>1 pada fitoplankton berdasarkan

kriteria limnologis menunjukkan ciri-ciri kondisi perairan yang tergolong sedang,

yaitu didominasi oleh kelas Cyanophyceae. Perairan yang termasuk golongan

sedang umumnya mendapat masukkan bahan organik yang berasal dari pencemaran

oleh limbah penduduk atau sebab alami, seperti pengayaan nutrien akibat pencucian

mineral tanah oleh air hujan. Ciri-ciri kondisi tersebut berlaku untuk Setu Babakan

yang didominasi oleh Chroococcus sp (Cyanophyceae).

Setu Babakan termasuk perairan yang eutrofik sesuai pernyataan Wetzel

(1975) in Sari (2009), bahwa danau eutrofik memiliki struktur komunitas

fitoplankton didominasi oleh kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae

dan Bacillariophyceae. Sedangkan pada danau oligotrofik memiliki struktur

komunitas fitoplankton yang didominasi oleh kelas Cyrisophyceae, Cryptophyceae,

Dinophyceae dan Bacillariophyceae.

Berbeda halnya dengan fitoplankton, jumlah kelas pada zooplankton yang

dijumpai di Setu Babakan lebih sedikit sedikit, yaitu terdiri dari tiga kelas (5 genus).

Kelimpahan zooplankton berkisar antara 2.125-27.875 sel/l. Jenis zooplankton yang

dijumpai di perairan Setu Babakan didominasi oleh genus Nauplius sp (kelas

Crustacea) dengan kelimpahan 27.875 sel/l. Rataan indeks diversitas zooplankton

berdasarkan indeks Shannon-Wienner pada perairan Setu Babakan memiliki nilai

H’>1, yaitu sebesar 1,1667 sebagai indikator bahwa stabilitas komunitas di stasiun

tersebut adalah moderat atau sedang. Kondisi komunitas yang moderat (sedang)

adalah kondisi komunitas yang mudah berubah hanya dengan terjadinya pengaruh

lingkungan yang relatif kecil (Stirn 1981). Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton

di perairan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 11.

Ketersediaan fitoplankton di Setu Babakan yang berlimpah, diharapkan

pengelola dapat menebarkan jenis-jenis ikan pemakan plankton (plankton feeder).

Page 55: Ekologis Setu Babakan

40

Dengan memanfaatkan pakan alami tersebut, maka pengelola tidak memerlukan

pemberian pakan khusus yang dapat meningkatkan biaya produksi. Selain itu, jika

tidak menggunakan pakan buatan maka dapat mengurangi laju pendangkalan akibat

sisa-sisa pakan yang terakumulasi di dasar.

4.2.2.2. Tumbuhan air dan ikan di Setu Babakan

Tumbuhan air memiliki beberapa berfungsi yaitu untuk menyaring partikel-

partikel yang terdapat di air oleh akarnya sehingga membuat air menjadi jernih,

tumbuhan air juga memiliki nilai estetika dan nilai ekonomis, dan jika dalam jumlah

yang besar maka tumbuhan air juga bisa menjadi gulma pada perairan situ.

Keberadaan ikan di dalam perairan juga memiliki peran penting dalam ekosistem

situ, yaitu sebagai bagian dari rantai makanan dan memiliki nilai ekonomis bagi

masyarakat.

Di Setu Babakan dijumpai dua jenis tumbuhan air yaitu teratai (Nymphaea

sp.) dan eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang menutupi perairan sangat sedikit

sekali jika dibandingkan dengan luas perairan Setu Babakan. Teratai adalah salah

satu tanaman air yang memiliki nilai estetika, selain bentuknya menawan juga

memiliki kemampuan menetralisir limbah.

Demikian juga dengan eceng gondok yang selama ini lebih dikenal sebagai

tanaman gulma, padahal sebenarnya eceng gondok memiliki kemampuan menyerap

logam berat. Eceng gondok dapat tumbuh dengan cepat pada danau maupun waduk

sehingga dalam waktu yang singkat dapat mengurangi oksigen perairan, mengurangi

fitoplankton dan zooplankton serta menyerap air sehingga terjadi proses

pendangkalan. Menurut Masifwa et al. (2001) Perairan yang tertutup lapisan eceng

gondok, kandungan oksigennya sangat rendah dan mendekati nol meskipun di

permukaan. Eceng gondok dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian

air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun

dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang

mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan

potasium.

Setu Babakan merupakan habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan. Ikan-

ikan yang terdapat di Setu Babakan antara lain ikan patin (Pangasius sp.), nilem

(Osteochilus hasselti), mas (Cyprinus carpio) tawes (Puntius javanicus), benteur

Page 56: Ekologis Setu Babakan

41

(Puntius binotatus), sepat rawa (Tricogaster tricopterus), nila (Oreocromis

niloticus), gabus (Channa striata), mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan lele

(Clarias batracus). Dari hasil wawancara keberadaan ikan-ikan native di Setu

Babakan hanya tinggal sepat rawa, nilem dan benteur yang kelimpahannya relatif

lebih sedikit dibandingkan ikan-ikan hasil intoduksi. Hal ini diduga selain karena

tekanan ekologis yang tinggi pada perairan sehingga dari ketersediaan makanan,

tempat memijah dan kondisi perairan yang tidak mendukung sebagai habitat ikan-

ikan native tersebut, selain itu keberadaan ikan-ikan introduksi dan adanya ikan-ikan

predator juga mempengaruhi keberadaan ikan-ikan native tersebut di perairan

(Hobson 1974).

Ikan-ikan yang ada di Setu Babakan tidak ada yang dibudidayakan karena

tidak diperbolehkan lagi oleh tim pengelola untuk dipasang karamba. Pemda DKI

Jakarta hanya memberikan bibit ikan untuk menjamin ketersediaan stok ikan di

perairan Setu Babakan dan tim pengelola masih memperbolehkan masyarakat sekitar

untuk menjala dan memancing. Dengan perairan yang masih memiliki

beranekaragam jenis ikan yang bernilai ekonomis dan kelimpahan ikan yang masih

terjamin ketersediaannya maka sangat potential untuk dikembangkannya wisata

memancing di kawasan Setu Babakan.

4.2.2.3. Vegetasi di sekitar Setu Babakan

Salah satu elemen pembentuk karakter lanskap kawasan Setu Babakan

adalah vegetasi, baik yang berada di pekarangan, kebun campuran maupun ruang

terbuka hijau lainnya. Dalam hal ini, kawasan yang dijadikan Perkampungan

Budaya Betawi ini lebih cenderung kearah lanskap Betawi yang umumnya

diidentikan dengan keberadaan tanaman buah-buahan baik di pekarangan rumah

penduduk ataupun sempadan situ. Selain sebagai penghijauan tanaman ini berfungsi

sebagai peneduh ataupun estetis. Pada tahun 2002 Dinas Pertanian dan Kehutanan

DKI Jakarta memberikan bantuan 1000 bibit buah-buahan untuk penghijauan

produktif pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan situ.

Vegetasi yang ada sebagai batas situ dan berjark 12-50 meter dari situ antara

lain andong (Cordilyn frucosa linn), jarak (Jatropha multifida), melinjo (Gnetum

gnemon), pinus (Pinus merkusii), kelapa (Cocos nucifera), nangka (Anthocarpus

heterophilus), mengkudu (Morinda citrifolia), meranti (Shorea pinanga), karet

Page 57: Ekologis Setu Babakan

42

(Ficus elastic), aren (Arenga pinnata), kecapi (Sandoricum loetjape), rambutan

(Nephelium lappaceum) dan berbagai tanaman buah lainnya (Lampiran 12).

Keberadaan vegetasi yang sengaja ditanam di pinggir Setu Babakan dimaksudkan

untuk mencegah terjadinya longsor dan mencegah aliran permukaan yang berlebihan

akibat air hujan, selain itu keberadaan vegetasi di Setu Babakan juga sebagai

kawasan yang diperuntukan Pemerintah sebagai ruang terbuka hijau yang ada di

DKI Jakarta. Menurut Goldyn et al. (2008) kebradaan vegetasi di sekitar danau

selain sebagai peneduh juga sebagai sabuk hijau kawasan yang dapat mencegah

hingga 50% terjadinya pengikisan tanah.

Sebagai sebuah lanskap budaya, vegetasi yang ada umumnya merupakan

tanaman budidaya, baik jenis lokal maupun introduksi. Introduksi tanaman tersebut

merupakan salah satu upaya penduduk setempat untuk meningkatkan produksi dan

kualitas hasil yang diperoleh. Setu Babakan juga ditetapkan menjadi daerah wisata

agro oleh pemerintah DKI Jakarta.

4.2.2.4. Potensi Setu Babakan bagi kegiatan ekowisata

a. Potensi sumberdaya alam

Setu Babakan dengan luas area 20 hektar, dan berada di kawasan yang

ditetapkan pemerintah sebagai kawasan cagar budaya di Perkampungan Budaya

Betawi Setu Babakan memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan

menjadi kawasan ekowisata. Potensi sumberdaya alam Setu Babakan meliputu

keindahan alamnya, vegetasi yang ada, jenis ikan yang hidup di dalamnya, kondisi

perairannya, serta kualitas airnya. Warna perairan yang kehijauan memberi kesan

nyaman dan tenang bagi setiap wisatawan yang memandangnya. Parameter fisika,

kimia dan biologi yang dimiliki Setu Babakan dapat dimanfaatkan sebagai potensi

wisata. Kualitas air yang tergolong baik menjadi salah satu faktor penting bagi

kehidupan organisme perairan. Suhu yang optimal merupakan salah satu syarat

pertumbuhan ikan yang baik disamping kondisi lingkungan lainnya dan ketersediaan

makanan di perairan. Kegiatan memancing dapat menjadi menyenangkan apabila

ikan di perairan juga banyak sehingga sangat potensial sebagai kawasan wisata air.

Salah satu jenis tanaman air yang terdapat di Setu Babakan adalah eceng

gondok. Eceng gondok dapat menjernihkan perairan meskipun jika jumlahnya tidak

Page 58: Ekologis Setu Babakan

43

terkendali bisa menjadi gulma. Tanaman air teratai juga memiliki nilai estetika yang

tinggi, bentuknya yang indah menjadikan pemandangan di tengah situ menjadi

menarik. Beragamnya vegetasi di Setu Babakan menjadikan kawasan ini terasa sejuk

dan indah. Vegetasi-vegetasi yang didominasi oleh tanaman buah seperti belimbing

(Averhoa bilimba L), duku condet (Lansium domesticum Var. condet), durian

sitokong (Durio zibetinus Murr.Var. Sitokong), menteng (Baccauria rasemosa),

matoa (Pometia pinnata) dan vegetasi-vegetasi yang lainnya. Adanya vegetasi-

vegetasi tersebut membentuk karakter lanskap yang bernuansa Betawi selain sebagai

kawasan yang ditetapkan pemerintah DKI Jakarta sebagai kawasan hijau dan

resapan air juga sebagai wisata agro (Bappeda DKI Jakarta 2000).

b. Potensi budaya

Setu Babakan yang terletak di Selatan Jakarta, lebih tepatnya berlokasi di

wilayah Kelurahan srengseng sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta selatan ini,

menyimpan satu objek wisata budaya yang sangat menarik berupa Perkampungan

Budaya Betawi, dan oleh pemerintah DKI Jakarta dijadikan Cagar Budaya Betawi

yang menyimpan keistimewaan khususnya bagi warga Jakarta untuk melihat dari

dekat berbagai kesenian dan budaya betawi yang ada hingga saat ini. Cagar budaya

sendiri memiliki pengertian suatu kegiatan untuk menjaga atau melakukan

konservasi terhadap benda-benda alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki

nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UU No.5 Tahun

1992).

Seperti suku-suku lainnya di Tanah Air, seni dan budaya merupakan warisan

leluhur mereka yang diturunkan bagi generasi selanjutnya untuk dilestarikan, begitu

pula dengan Suku Batawi atau lebih dikenal sebagai orang Jakarte ini, juga tidak

ketinggalan ikut serta dalam melestarikan budaya mereka khusunya di tanah

kelahirannya. Orang Betawi merupakan penduduk asli di Kota Jakarta, dan dari

sudut pandang keberadaanya memang sedikit berbeda dengan suku-suku lainnya,

perbedaan yang paling mencolok adalah mereka berada di kawasan Ibu Kota Jakarta

dimana beragam orang dari berbagai suku dan latar belakang pendidikan yang

berbeda mendiami Kota Jakarta. wajarlah Kota Jakarta tidak hanya dimilki oleh

Budaya Betawi saja, namun masih banyak budaya para pendatang yang ikut

menyemarakkan Ibu Kota.

Page 59: Ekologis Setu Babakan

44

Bangunan khas Betawi yang unik dapat kita lihat dikawasan ini (Gambar 4),

malah rencananya akan dibangun sebanyak 300 rumah di Perkampungan Setu

Babakan yang bernuansa Betawi dan saat ini sudah ada 75 bangunan di tanah seluas

200 hektar peruntukan berupa bangunan yang menunjukkan nuansa dan ciri khas

Betawi. Selain itu bagi pengunjung dapat menikmati sajian tarian dan kesenian

melalui sebuah panggung yang memperagakan berbagai kesenian khas betawi yang

biasanya dilaksanakan pada hari libur oleh penari-penari cilik dikawasan konservasi

budaya betawi ini antara lain kesenian tari, musik tanjidor, ondel-ondel, lenong,

gambang kromong dan tentunya salah satunya adalah pencak silat seni, atau Tari

Betawi yang sepenuhnya merupakan aneka gerak pencak silat disebut tari silat.

Gambar 4. Rumah adat Betawi

4.3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk di Kelurahan Serengseng Sawah

4.3.1. Jumlah dan umur penduduk

Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Kelurahan Serengseng Sawah

pada bulan Juni 2009 adalah 51.931 jiwa yang terdiri dari 26.946 laki-laki dan

24.945 perempuan (Tabel 6). Sebesar 66,49% dari total penduduk tersebut berada

dalam kategori berusia produktif (15-60 tahun), sedangkan sisanya sebesar 33,51%

adalah non produktif (0-14 tahun dan >60 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa beban

tanggungan usia produktif terhadap non produktif relatif tidak terlalu berat. Usia

masyarakat yang produktif dan tidak produktif tersebut adalah kategori yang pada

umumnya digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Page 60: Ekologis Setu Babakan

45

Hal demikian juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk berusia produktif

yang tinggal di Kelurahan Serengseng Sawah berpotensi untuk dimanfaatkan baik

ilmu, tenaga dan pikirannya untuk mengembangkan kawasan Setu Babakan. Rasio

jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan lebih dari satu, hal ini menunjukkan

bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.

Tabel 6. Jumlah dan sebaran umur penduduk Kelurahan Serengseng Sawah

No. Umur

(tahun)

Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

terhadap jumlah

penduduk

1 0- 4 2.259 2.217 4.476 8,62

2 5 – 9 1.893 1.756 3.649 7,03

3 10-14 1.906 1.792 3.698 7,12

4 15-19 3.055 2.642 5.697 10,97

5 20-24 2.454 2.328 4.782 9,21

6 25-29 2.539 2.439 4.978 9,59

7 30-34 2.290 1.968 4.258 8,19

8 35-39 2.260 1.889 4.149 7,99

9 40-44 1.640 1.583 3.223 6,21

10 45-49 1.441 1.299 2.740 5,28

11 50-54 1.280 1.272 2.552 4,91

12 55-59 1.118 1.036 2.154 4,14

13 60-64 892 909 1.801 3,46

14 65-69 814 755 1.569 3,02

15 70-74 587 551 1.138 2,19

16 75 ke atas 518 549 1.067 2,05

Jumlah 26.946 24.985 51.931 100

Ratio 1,08

Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009

4.3.2. Mata pencaharian penduduk

Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Serengseng sawah sangatlah

beragam, pada umumnya adalah usia sekolah/pelajar yaitu sebesar 27,88%. Sebesar

15,06% mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah adalah pegawai

swasta/BUMN/BUMD. Kemudian sebesar 6,38% adalah pedagang, jumlah

penduduk yang menjadi TNI/POLRI sebesar 5,62% mengingat di Kelurahan

Serengseng Sawah terdapat komplek perumahan TNI/POLRI. Hanya sebagian kecil

penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebesar 3,82% sisanya pekerja yang

bergerak di bidang jasa, pertukangan, buruh dan pemulung. Sebesar 1,54%

penduduk merupakan pensiunan dari berbagai bidang pekerjaan dan 0,54%

penduduk adalah pengangguran (Tabel 7).

Page 61: Ekologis Setu Babakan

46

Bentuk partisipasi penduduk dalam menunjang kegiatan wisata sehari-hari

diantaranya adalah kegiatan perparkiran; penyediaan makanan, minuman dan

barang-barang khas betawi; penyediaan dan pengelolaan pemancingan umum.

Sedangkan bentuk partisipasi penduduk setempat dalam menunjang atraksi wisata

adalah pembntukan dan partisipasi kelompok seni tari, teater dan musik gambang

kromong setempat dalam pergelaran-pagelaran seni Betawi; serta pagelaran upacara

adat masyarakat Betawi yang sering dilaksanakan di kawasan Setu Babakan.

Tabel 7. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah

Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009

4.3.3. Pola penggunaan lahan

Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana bagian

Wilayah Kota (RBWK) Tahun 2005 Propinsi DKI Jakarta, wilayah selatan termasuk

Kelurahan Serengseng Sawah diperuntukan sebagai daerah resapan air bagi kawasan

Jakarta secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan keberadaan potensi air tanah

dan daerah hijau khususnya yang berada dikelurahan ini antara lain dengan adanya

Setu Babakan, Setu Mangga Bolong, Setu Salam UI dan Setu ISTN serta Hutan

Kota yang berada di kawasan Wales Barat Universitas Indonesia. Pemanfaatan

tanah di Kelurahan Serengseng Sawah ditetapkan peruntukannya oleh Dinas Tata

Kota Propinsi DKI. Jakarta sebagian besar digunakan untuk pemukiman penduduk,

yaitu sebesar 54%, kemudian setu dan irigasi sebesar 29,08%, lahan pertanian

sebesar 9,04%, jalan raya/lingkungan sebesar 4,76%, fasilitas umum sebesar 2,51%,

pemakaman sebesar 0,70% dan lain-lain sebesar 0,24% (Table 8).

No Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Pegawai Negeri Sipil 1.065 2,05

2. TNI/POLRI 2.919 5,62

3. Pegawai swasta/BUMN/BUMD 7.821 15,06

4. Pensiunan 920 1,77

5. Pedagang 3.315 6,38

6. Petani 1.986 3,82

7. Pertukangan 458 0,88

8. Pemulung 175 0,33

9. Buruh 1.616 3,11

10. Jasa 457 0,88

11. Pengangguran 282 0,54

12. Usia sekolah/pelajar 14.479 27,88

13. Balita 2.680 0,51

Jumlah 51.931 100

Page 62: Ekologis Setu Babakan

47

Tabel 8. Pola penggunaan lahan Kelurahan Serengseng Sawah

No. Peruntukan tanah Luas ( Ha ) Persentase (%)

1. Perumahan 366,10 54,26

2. Industri 0,00 0,00

3. Fasilitas Umum 17,00 2,51

4. Pemakaman 4,76 0,70

5. Jalan Raya/Lingkungan 28,00 4,15

6. Pertanian 61,00 9,04

7. Setu/Irigasi 196,21 29,08

8. Lain-lain 1,63 0,24

Jumlah 674,70 100,00

Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009

Peningkatan jumlah penduduk di sekitar Setu Babakan secara langsung akan

meningkatkan kebutuhan terhadap lahan, baik untuk permukiman, pertanian, sarana

dan prasarana lainnya dalam menunjang kehidupan. Hal ini secara langsung maupun

tidak langsung akan memberikan tekanan terhadap perairan Setu Babakan sehingga

masukan limbah akan menyebabkan kualitas perairan menurun dan perairan danau

tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

4.4. Kesesuaian Wisata di Setu Babakan

4.4.1. Kunjungan wisatawan ke kawasan perkampungan budaya Betawi Setu

Babakan

Diresmikannya Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan oleh Gubernur

DKI Jakarta Sutiyoso sesuai dengan SK Gubernur No.92 Tahun 2000 pada 20

Januari 2000, menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata. Selain wisata air,

masih ada lagi wisata budaya seperti pagelaran beberapa kesenian Betawi seperti

seni tari, musik, teater tradisional. Seperti halnya Qasidah, Marawis, Keroncong,

Gambang Kromong, Lenong dan Gambus. Dan tak ketinggalan tari Topeng dan

Ondel-ondel pun turut ditampilkan dengan ceria, juga sanggar budaya yang melatih

anak-anak agar tetap mengenal dan melestarikan budaya Betawi.

Visi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi adalah terwujudnya

kebudayaan dan pariwisata yang maju, dinamis, dan berwawasan lingkungan serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada

umumnya dan masyarakat dilokasi pengembangan pada khususnya. Adapun misi

pengembangan Perkampungan Budaya Betawi yaitu mendapatkan bentuk dan pola

pembinaan, pengembangan serta pelestarian seni dan budaya Betawi; mendukung

pelaksanaan Rencana Tata Ruang Umum wilayah Jakarta Selatan.

Page 63: Ekologis Setu Babakan

48

Wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini meliputi wisatawan lokal dan

wisatawan asing. Selain itu wisatawan pun datang dari mulai berbagai kalangan dari

mulai pelajar, mahasiswa, LSM, lembaga pemerintah dan juga masyarakat umum

(Tabel 9). Jumlah wisatawan pun cendrung meningkat tiap tahunnya, dengan

pengunjung paling banyak ada di tahun 2007 dengan jumlah 134.575 wisatawan.

Tabel 9. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan Tahun : 2004-2008

No Tahun

Lokal Asing

Jumlah Mahasiswa

dan Pelajar

LSM,

Lembaga Pemerintah

Masyarakat

umum

Mahasiswa

dan Pelajar

LSM,

Lembaga Pemerintah

Masyaraka

t umum

1. 2004 4.000 8.583 38.833 - - - 51.919

2. 2005 6.643 1.109 81.964 8 12 179 98.834

3. 2006 10.939 11.642 75.901 20 25 186 98.713 4. 2007 12.727 15.167 106.610 15 10 56 134.575

5. 2008 11.175 10.577 111.736 79 49 40 133.656

Sumber : Pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2009

Kawasan Setu Babakan biasanya ramai dikunjungi pada hari sabtu dan

minggu atau hari libur nasional, karena biasanya digelar pementasan kesenian

Betawi di atas panggung terbuka. Pada tahun 2009 hingga bulan Juli jumlah

wisatawan terbanyak ada pada bulan Januari di hari minggu yaitu dengan jumlah

4.007 wisatawan (Tabel 10), dengan demikian rata-rata pengunjung di hari minggu

pada bulan Januari mencapai 1.002 wisatawan.

Tabel 10. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi

Setu Babakan setiap Hari/Bulan pada Januari-Juli Tahun : 2009

No Bulan Hari kunjungan

Jumlah Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

1. Januari 175 455 514 3.474 1.236 1.279 4.007 11.140 2. Februari 225 475 852 447 483 1.251 1.412 5.140

3. Maret 167 617 866 652 1.113 954 2.739 7.108

4. April 120 477 700 585 703 1.730 2.786 7.101 5. Mei 175 478 1.011 620 784 1.949 2.591 7.608

6. Juni 403 815 588 673 631 1.449 4.037 8.596

7. Juli 575 412 1.673 1.966 936 2.044 3.259 10.885

Jumlah 1.840 3.729 6.209 8.417 5.886 10.56 21.827 58.583

Sumber : Pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2009

Daya dukung kawasan pada kawasan Setu Babakan adalah jumlah

maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai

peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan

wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan

wisatawan lain di lokasi tersebut (Yulianda 2007). Untuk mengantisipasi wisatawan

Page 64: Ekologis Setu Babakan

49

yang melebihi daya dukung maka perlu adanya pembatasan terhadap fasilitas wisata

yang ada dikawasan dengan menyesuaikan jumlah fasilitas seperti sepeda air, perahu

kayu, tempat duduk santai dan lahan memancing dengan jumlah maksimum

wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Setu Babakan.

4.4.2. Analisis kesesuaian wisata

Kegiatan wisata air yang sudah ada di kawasan Setu Babakan baru sepeda

air, duduk santai dan memancing. Sepeda air yang ada di kawasan Setu Babakan

jumlahnya masih sedikit dibandingkan luas area lokasi yang di peruntukan untuk

kegiatan wisata ini. Fasilitas duduk santai yang sudah ada umumnya baik hanya saja

masih belum tersebar secara merata, sedangkan kegiatan duduk santai dan

memancing di Setu Babakan masih belum dikelola oleh tim pengelola kawasan

Perkampungan Budaya Betawi, sehingga wisatawan bebas memancing diberbagai

lokasi. Kawasan Setu Babakan juga sering dipergunakan oleh anggota TNI dan

mahasiswa untuk berlatih dayung atau perahu kano tiap minggunya di hari kerja dan

sudah mendapatkan izin khusus oleh tim pengelola.

Analisis kesesuaian wisata dilakukan pada masing-masing kegiatan yang

akan dikembangkan di delapan lokasi dalam kawasan Setu Babakan. Adapun

kegiatan yang akan dikembangkan adalah bersepeda air, berperahu kayu,

memancing, duduk santai, foto dan shooting, dan flying fox; yaitu sebuah permainan

tantangan individu yang diadaptasi dari pelatihan militer dan permainan ini

dilakukan dengan cara meluncur dari ketinggian tertentu. Analisis kesesuaian wisata

dimaksudkan untuk menilai kelayakan atau kesesuaian wisata yang akan

dikembangkan dari ke delapan lokasi di kawasan Setu Babakan.

Penentuan lokasi didasarkan kepada perbedaan karakteristik yang

dimilikinya. Peta dan foto lokasi penelitian kesesuaian wisata di Setu Babakan dapat

dilihat pada Lampiran 13. Hasil analisis kesesuaian wisata dikelompokkan ke dalam

empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. Indeks

kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 14.

Lokasi satu sangat sesuai untuk dilakukan kegiatan memancing dengan IKW

sebesar 90,91%. Hal ini disebabkan karena masing-masing parameter yang

berpengaruh terhadap kegiatan memancing di lokasi satu sangat mendukung

kegiatan tersebut. Parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kegiatan

Page 65: Ekologis Setu Babakan

50

memancing adalah kelimpahan dan jumlah jenis ikan serta kedalaman perairan.

Lokasi yang sangat sesuai untuk kegiatan memancing adalah lokasi yang memiliki

kelimpahan ikan dalam kategori banyak, jumlah jenis ikan ≥4 dan kedalaman

perairan antara 2-6 meter. Pada lokasi satu terdapat lebih dari empat jenis ikan,

kelimpahan ikan tergolong banyak dan kedalaman perairan antara 0,3 s/d <2 meter.

Lokasi 1 juga sesuai dengan kegiatan berperahu kayu dan sepeda air. Dengan

kedalaman antara 0,3-2 meter, kecepatan arus antara 0-0,15 m/s, tidak berbau, jenis

vegetasi yang hidup di tepi Setu Babakan diantaranya adalah tanaman buah, kelapa

dan meranti serta warna perairan hijau kecoklatan, sehingga kegiatan berperahu

kayu dan bersepeda air di lokasi satu termasuk dalam kategori sesuai dengan IKW

sebesar 77,78%.

Begitu juga dengan lokasi dua dan lokasi tiga, kegiatan yang sangat sesuai

dilakukan adalah bersepeda air dan berperahu kayu serta kegiatan yang termasuk

dalam kategori sesuai adalah memancing. Hal ini dapat dilihat dari IKW di lokasi

dua untuk kegiatan-kegiatan tersebut berturut-turut adalah 86,67%, 86,67% dan

75,76%, sedangkan di lokasi tiga memiliki IKW 86,67%, 86,67% dan 60,61%.

Kegiatan bersepeda air dan berperahu kayu sama-sama termasuk dalam kategori

sangat sesuai dilakukan di lokasi dua dan lokasi tiga. Namun kegiatan berperahu

kayu membutuhkan ruang untuk bergerak lebih besar dibandingkan dengan

bersepeda air. Berdasarkan data, luas lokasi dua sebesar 61.800 meter dan lokasi tiga

sebesar 65.400 meter. Oleh karena itu lokasi tiga diprioritaskan untuk kegiatan

berperahu kayu sedangkan kegiatan bersepeda air dapat dilakukan di lokasi dua.

Pada lokasi empat, kegiatan duduk santai termsuk kategori sangat sesuai

dengan IKW sebesar 94,74% dan kegiatan foto dan shooting masuk kedalam

kategori sesuai dengan IKW sebesar 72,22%. Hal ini disebabkan oleh parameter-

parameter yang terdapat di lokasi empat sangat mendukung untuk diadakannya

kedua kegiatan tersebut. Parameter-parameter yang digunakan untuk menganalisis

kesesuaian wisata duduk santai adalah lebar tepi situ, pemandangan, vegetasi yang

hidup di tepi situ, hamparan dataran dan biota berbahaya. Parameter yang digunakan

dalam menganalisis kesesuaian wisata kereta keliling adalah lebar tepi. Berdasarkan

pengamatan, lokasi empat memiliki lebar dari tepi air ≥8 m dengan hamparan

dataran berupa rumput/tanah liat yang ditumbuhi oleh pohon kelapa, akasia dan

Page 66: Ekologis Setu Babakan

51

meranti, terdapat satu serta terdapat dua jenis pemandangan yang dapat dilihat yaitu

situ, sungai dan hutan. Namun, karena letaknya yang tepat di tepi Setu Babakan dan

agar wisatawan tidak terganggu untuk duduk santai dan memandang Setu Babakan,

maka lokasi empat lebih sesuai untuk dijadikan kawasan duduk santai daripada foto

dan shooting.

Kegiatan flying fox di lokasi empat termasuk dalam kategori sesuai bersyarat

yaitu sebesar 33,33%. Hal ini disebabkan oleh pemandangan yang dapat dilihat dari

lokasi empat kurang bervariasi. Pemandangan yang dapat dilihat dari atas tebing

flying fox di lokasi empat hanya Setu Babakan sehingga skornya satu untuk

kesesuaian wisata flying fox.

Kegiatan foto dan shooting sesuai untuk dilakukan di lokasi lima sedangkan

kegiatan flying fox termasuk dalam kategori sesuai bersyarat. Lokasi lima juga

sangat sesuai dilakukan kegiatan duduk santai. Kesesuaian wisata foto dan shooting

di kawasan Setu Babakan dihasilkan dari analisis terhadap parameter-parameter

seperti pemandangan, vegetasi yang hidup di tepi, dan fauna yang berada di sekitar

kawasan. Lebar lokasi lima ≥ 25 meter, vegetasi yang hidup adalah kelapa, akasia

dan meranti, terdapat satu jenis fauna yaitu burung. Kawasan duduk santai telah

dialokasikan di lokasi empat, sehingga lokasi lima diprioritaskan untuk kegiatan foto

dan shooting. Nilai kesesuaian wisata di lokasi lima untuk kegiatan duduk santai,

foto dan shooting, dan flying fox berturut-turut adalah 91,23%; 91,67%; dan 66,67%.

Pada lokasi enam, kegiatan foto dan shooting dan flying fox termasuk dalam

kategori sesuai bersyarat yaitu sebesar 47,22% dan 33,33%. Hal ini disebabkan oleh

karakteristik lokasi enam yang kurang mendukung untuk dikembangkan kegiatan

tersebut. Pemandangan yang terlihat hanya kawasan perairan Setu Babakan saja,

selain itu medan untuk membangun arena flyng fox juga tidak mendukung. Adapun

kegiatan yang sangat sesuai dilakukan di lokasi enam antara lain adalah duduk santai

dengan nilai IKW sebesar 85,96%.

Kegiatan flying fox termasuk dalam kategori sangat sesuai untuk dilakukan di

lokasi tujuh dengan nilai IKW sebesar 100%. Kesesuaian wisata untuk flying fox

dihasilkan dari analisis terhadap parameter pemandangan. Pemandangan yang dapat

dilihat dari lokasi delapan sangat beragam yaitu hutan, situ dan sawah sehingga

membuat kegiatan flying fox menjadi lebih menarik. Kegiatan duduk santai juga

Page 67: Ekologis Setu Babakan

52

termasuk kedalam kategorisangat sesuai dengan IKW sebesar 85,96%. Sedangkan

untuk kegiatan foto dan shooting termasuk dalam kategori sesuai dengan IKW

sebesar 72,22%. Kegiatan duduk santai telah dialokasikan pada lokasi empat dan

enam, sedangkan foto dan shooting juga telah dialokasikan pada lokasi lima. Oleh

karena itu, lokasi tujuh diprioritaskan untuk kegiatan flying fox.

Lokasi delapan sesuai untuk dilakukan kegiatan duduk santai dengan IKW

sebesar 63,16%, sedangkan foto dan shooting serta flying fox secara berturut-2

memiliki IKW sebesar 33,33%. Kesesuain wisata pada lokasi 8 hanya sesuai untuk

kegiatan duduk santai sedangkan foto dan shooting serta flying fox memiliki

kesesuaian wisata yang sesuai bersyarat. Sehingga Lokasi delapan diprioritaskan

untuk kegiatan duduk sanatai.

Kategori kesesuaian wisata untuk masing-masing lokasi dapat dilihat pada

Lampiran 15. Peta kesesuaian wisata memancing, sepeda air, perahu kayu, duduk

santai, foto dan shooting serta flying fox berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran

16, 17, 18, 19, 20 dan 21.

Berdasarkan analisis kesesuaian wisata tersebut diperoleh delapan kegiatan

wisata yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di kawasan Setu

Babakan, yaitu:

1. Kegiatan memancing di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi satu yang

memiliki luas 71.600 m2

.

2. Kegiatan sepeda air di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi dua yang memiliki

luas 62.600 m2

.

3. Kegiatan berperahu kayu di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi tiga yang

memiliki luas 65.800 m2

.

4. Kegiatan duduk santai di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi empat yang

memiliki luas 788,73 m2

.

5. Kegiatan foto dan shooting di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi lima yang

memiliki luas 2.437 m2

.

6. Kegiatan flying fox di Setu Babakan dapat dilakukan di bagian lokasi tujuh.

Hasil perhitungan indeks kesesuaian wisata di Setu Babakan dapat dilihat

pada Tabel 11 dan peta kesesuaian wisatanya dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 68: Ekologis Setu Babakan

53

53

Gam

bar 5

. Peta k

esesuaian

wisata d

i Setu

bab

akan

53

Page 69: Ekologis Setu Babakan

54

54

Tabel 11. Kesesuaian wisata Setu babakan

Lokasi

Skor Kesesuaian (%) Kategori yang

dipilih

Tingkat

kategori Sepeda

Air

Perahu

Kayu Memancing

Duduk

Santai

Foto dan

Shooting

Flyng

fox

1 77,78 77,78 90,91 - - - Memancing SS

2 86,67 86,67 75,76 - - - Sepeda air SS

3 86,67 86,67 60,61 - - - Perahu kayu SS

4 - - - 94,74 80,56 33,33 Duduk santai SS

5 - - - 91,23 91,67 66,66 Foto dan

Shooting SS

6 - - - 85,96 47,22 33,33 Duduk santai SS

7 - - - 85,96 72,22 100,00 Flying fox SS

8 - - - 63,16 33,33 33,33 Duduk santai S

4.5. Daya Dukung Kawasan

Daya dukung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

kawasan untuk menerima sejumlah wisatawan dengan intensitas penggunaan

maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara terus-menerus

dalam satu hari tanpa merusak lingkungan (Yulianda 2007). Analisis daya dukung

kawasan di Setu Babakan diperlukan agar kegiatan wisata yang akan dikembangkan

dapat terus berkelanjutan. Daya dukung setiap kawasan berbeda antara satu lokasi

dengan lokasi lainnya dan terkait dengan jenis kegiatan wisata yang akan

dikembangkan.

Kegiatan memancing dapat dilakukan di lokasi satu yang luasnya 71.600 m2.

Lokasi satu terletak di daerah inlet dan jauh dari keramaian kegiatan wisata seperti

perahu kayu dan sepeda air, sehingga wisatawan dapat merasa nyaman untuk

memancing. Wisatawan membutuhkan lokasi agar dapat bergerak bebas untuk

memancing dan tidak merasa terganggu oleh pemancing lainnya seluas 240 m2.

Waktu yang disediakan oleh pengelola untuk wisatawan yang memancing

adalah 8 jam/hari, namun maksimum wisatawan memancing selama enam jam. Dari

uraian di atas, maka daya dukung kawasan untuk memancing di lokasi tersebut

adalah 398 orang/hari. Wisatawan dapat memancing di saung-saung ataupun hanya

di atas rangkaian bambu yang memanjang di sekeliling lokasi dua.

Kegiatan bersepeda air dilakukan di lokasi dua dengan luas 62.600 m2. Satu

sepeda air digunakan oleh dua orang selama setengah jam. Lokasi yang dibutuhkan

untuk bersepeda air agar dapat bergerak bebas selama setengah jam sebesar 15.000

m2. Adapun waktu yang disediakan oleh pengelola untuk wisatawan adalah 8

Page 70: Ekologis Setu Babakan

55

jam/hari. Oleh karena itu, daya dukung kawasan untuk bersepeda air di Setu

Babakan sekitar 134 orang/hari.

Berperahu kayu dilakukan di lokasi tiga yang terletak tepat di sebelah lokasi

dua sampai daerah outlet situ. Biasanya wisatawan berperahu kayu selama 0,75 jam.

Waktu yang disediakan oleh pengelola bagi wisatawan untuk berperahu kayu adalah

8 jam/hari. Luas lokasi dua yaitu 65.800 m2, sedangkan luas lokasi yang dibutuhkan

satu perahu kayu agar dapat bergerak bebas mengelilingi Setu Babakan selama 0,75

jam tanpa terganggu oleh perahu kayu lainnya adalah 20.000 m2. Kegiatan tersebut

dapat dilakukan oleh 6 orang/perahu kayu sehingga jumlah wisatawan maksimum

yang dapat ditampung oleh lokasi dua untuk berperahu kayu adalah 211 orang/hari.

Kegiatan duduk santai yang diprioritaskan untuk loksai empat, lokasi enam

dan lokasi delapan memiliki daya tampung sebesar 263 orang/hari. Luas seluruh

lokasi empat, enam dan delapan adalah 788.73 m2. Lokasi tersebut terletak di

sepanjang tepi Setu Babakan dan di bawah pohon-pohon yang berada di kawasan

penghijauan dan merupakan lanskap dari Setu Babakan yang bernuansa Betawi,

sehingga wisatawan dapat duduk sambil menikmati pemandangan alam dengan

nyaman. Satu tempat duduk dapat menampung dua orang. Luas lokasi agar

wisatawan dapat duduk dengan nyaman tanpa terganggu oleh wisatawan lainnya

adalah 16 m2. Wisatawan duduk santai maksimum selama tiga jam. Adapun waktu

yang disediakan pengelola bagi wisatawan yang duduk santai adalah 8 jam/hari.

Wisatawan dapat duduk santai di atas tikar, di tempat duduk yang terbuat dari

bambu atau di saung-saung.

Kegiatan foto dan shooting dapat dilakukan di lokasi lima dengan luas

2.437,5 m2. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh 1 orang. Lokasi yang

dibutuhkan agar wisatawan dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh

keberadaan wisatawan lainnya adalah 250 m2. Waktu yang dihabiskan oleh

wisatawan untuk menyelesaikan kegiatan foto dan shooting adalah delapan jam,

sama dengan waktu yang disediakan pengelola. Oleh karena itu, daya dukung

kawasan yang digunakan untuk kegiatan foto dan shooting ini adalah 10 orang/hari.

Kegiatan flying fox di Setu Babakan dapat dilakukan oleh 32 orang/hari.

Untuk mendukung kegiatan flying fox diperlukan satu buah tebing yang dibuat di

bagian lokasi tujuh. Tebing terbuat dari besi atau kayu yang kokoh dengan tinggi

Page 71: Ekologis Setu Babakan

56

minimal tiga meter dan dilengkapi tangga. Wisatawan meluncur di atas Setu

Babakan dari atas tebing tersebut sampai daratan yang terletak di lokasi foto dan

shooting. Satu orang membutuhkan waktu untuk meluncur selama 0,25 jam. Waktu

yang disediakan pengelola untuk wisatawan adalah 8 jam/hari.

Tabel 12. Daya dukung kawasan Setu Babakan

No Lokasi Jenis Kegiatan

wisata

Potensi

ekologis

pengunjung (orang)

(K)

Unit area

(m²/m)

(Lt)

Luas area

yang dapat

dimanfaatkan (m²/m)

(Lp)

Waktu yang

dihabiskan oleh

pengunjung

(jam) (Wp)

Waktu yang

disediakan

oleh pengelola

(jam/hari)

(Wt

Daya

dukung

kawasan (Orang/hari)

(DDK)

1. 1 Memancing 1 240 71600 6 8 398

2. 2 Sepeda air 2 15.000 62600 0,5 8 134

3. 3 Perahu kayu 6 20.000 65800 0,75 8 211

4. 4,6 dan 8

Duduk santai 2 16 788.73 3 8 263

5. 5

Foto dan

shooting 1 250 2437.5 8 8 10

6. 7 Flyng fox 1 - - 0,25 8 32

Total DDK 1.047

Pada tabel 12 dapat diketahui bahwa total wisatawan yang dapat ditampung

di kawasan Setu Babakan sebanyak 1.047 orang/hari, tetapi harus menyebar dalam

kisaran waktu selama 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam kunjungan

yang sama (karena akan menimbulkan kesan over crawded). Kunjungan wisatawan

pada tahun 2007 dan 2008 rata-rata mencapai lebih dari 130.000 orang. Jumlah

wisatawan terbanyak terdapat pada hari minggu bulan Januari 2009 dengan jumlah

4.007 wisatawan, atau rata-rata 1.002 wisatawan. Jumlah tersebut memang masih di

bawah nilai DDK, tetapi melihat jumlah wisatawan yang tiap tahunnya cenderung

meningkat maka perlu adanya kebijakan pengelola kawasan yang memperhatikan

daya dukung seperti menutup pintu masuk kawasan ketika wisatawan sudah dalam

jumlah yang maksimum dan juga pembatasan fasilitas di masing-masing lokasi

wisata sesuai dengan daya dukung kawasan.

Peta daya dukung kawasan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 23.

Lokasi parkir di Setu Babakan diperluas dengan cara melakukan penertiban warung

makanan yang terletak di sekitar lokasi parkir. Selain itu tim pengelola juga bisa

memaksimalkan pembangunan daerah yang belum dikelola secara maksimal seperti

di bagian Selatan dari kawasan Setu Babakan. Pada bagian Selatan kawasan Setu

Babakan yang masih berupa kebun dan sawah sangat berpotensi untuk

Page 72: Ekologis Setu Babakan

57

dikembangkannya wisataagro. Selain untuk menambah nilai ekonomis juga

bermaksud agar keberadaan wisatawan lebih menyebar dan tidak terkonsentrasi.

4.6. Karakteristik Sosial Ekonomi

Karakteristik sosial-ekonomi meliputi karakteristik masyarakat sekitar

(Lampiran 23), karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata

(Lampiran 24) dan instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan Setu

Babakan.

4.6.1. Karakteristik masyarakat sekitar

Masyarakat yang diwawancara adalah masyarakat yang tinggal di sekitar

kawasan Situ Babakan. Masyarakat sekitar dapat mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh keberadaan kawasan Setu Babakan. Jumlah responden yang diambil sebanyak

30 orang dengan cakupan karakteristik masyarakat di sekitarnya yang meliputi:

(a) Data pribadi masyarakat sekitar yang terdiri dari rasio jenis kelamin, umur,

tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

(b) Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan

(c) Aspirasi, persepsi dan preferensi masyarakat sekitar terhadap

pengembangan wisata di Setu Babakan

(d) Keterlibatan masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian Setu Babakan

Karakteristik masyarakat sekitar yang disebutkan di atas sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan pengelolaan Setu Babakan dan oleh karena itu masyarakat

sekitar harus dilibatkan (baik langsung maupun tak langsung) dalam aktifitas yang

berhubungan dengan kegiatan wisata. Hal ini dilakukan untuk memperkecil

kesenjangan dan permasalahan yang terjadi antara masyarakat dengan pihak

pengelola serta agar masyarakat dapat ikut serta dalam menjaga kelestarian Setu

Babakan.

4.6.1.1. Data pribadi masyarakat sekitar

Dari 30 contoh (responden masyarakat sekitar) yang diambil saat

berlangsungnya penelitian, masyarakat yang ditemui di sekitar kawasan Setu

Babakan terdiri dari 57% perempuan dan 43% laki-laki (Gambar 6). Hal ini terjadi

karena saat penelitian berlangsung, masyarakat yang lebih banyak ditemui, lebih

Page 73: Ekologis Setu Babakan

58

mudah berkomunikasi, lebih mudah berinteraksi dan mengetahui Setu Babakan

adalah perempuan.

Gambar 6. Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan

Berdasarkan Gambar 7, dari 30 responden yang diambil, masyarakat sekitar

kawasan Situ Babakan sebagian besar berumur 35-39 tahun yaitu sebesar 30%

kemudian diikuti 20% berumur 25-29 tahun, 17 % untuk 20-24 tahun, 10 % untuk

30-34 tahun dan 45-49 tahun, 7% untuk 15-19 tahun, 6% 40-44 tahun, 3% ≥ 55

tahun, dan terakhir 0% untuk umur 50-54 tahun.

Gambar 7. Kelompok umur masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah

diikuti sesuai ijazah terakhir. Dari 30 responden yang diambil, tingkat pendidikan

masyarakat sekitar tergolong tinggi karena terdapat 40% masyarakat yang

merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sebesar 23% adalah lulusan

Diploma (D3), 20% adalah lulusan Sarjana (S1) dan juga 3% masyarakatnya

bergelar Master (S2). Sedangkan hanya sebesar 10% masyarakat merupakan lulusan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 4% merupakan lulusan Sekolah Dasar

(Gambar 8). Masyarakat sekitar kawasan Setu Babakan sebagian besar merupakan

lulusan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menyadari pentingnya

pendidikan untuk masa depan dan penghidupan yang lebih baik.

6%

40-44

thn

17%

20-24

thn

20%

25-29

thn

10%

30-34

thn

27%

35-39

thn

7%

15-19

thn

10%

45-49

thn

0%

50-54

thn

3%

>55

thn

Page 74: Ekologis Setu Babakan

59

Gambar 8. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan

Tingkat pendidikan masyarakat sekitar mencerminkan kualitas sumberdaya

manusia di Setu Babakan. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar sangat berperan

dalam menentukan pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka cenderung akan semakin tinggi

pula tingkat pemahaman tentang konsep wisata, kelestarian, tingkat kesadaran dan

pengelolaan yang tepat bagi kawasan Setu Babakan.

Dari 30 responden yang diambil, masyarakat sekitar kawasan Setu Babakan

mayoritas merupakan ibu rumah tangga (37%) . Sebesar 20% masyarakat kawasan

wisata air Situ Babakan bekerja sebagai wiraswasta, 17% pelajar, 13% masyarakat

masing-masing memiliki pekerjaan sebagai karyawan dan Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dan 10% masyarakat bekerja sebagai guru (Gambar 9).

Gambar 9. Jenis pekerjaan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan

Sebesar 40% dari 30 responden masyarakat di kawasan Setu Babakan

memiliki pendapatan antara Rp.1.000.000,00-Rp.2.000.000,00 setiap bulan.

Masyarakat yang memiliki pendapatan antara Rp.500.000,00-Rp.1.000.000,00 setiap

bulan sebesar 27%, kemudian sebesar 20% masyarakat memiliki pendapatan di atas

27%

ibu

rumah tangga

13%

karyaw-

an20%

wira-

swasta

13%

PNS

10%

guru

17%

pelajar

Page 75: Ekologis Setu Babakan

60

Rp.2.000.000,00 setiap bulan dan sebesar 13% masyarakat memiliki pendapatan

dibawah Rp.500.000,00 (Gambar 10).

Hal ini menunjukkan perekonomian masyarakat sekitar Setu Babakan

tergolong tinggi. Adanya perbedaan jumlah pendapatan masyarakat dapat

disebabkan oleh perbedaan jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan masyarakat di

sekitar kawasan Setu Babakan.

Gambar 10. Tingkat pendapatan per bulan masyarakat di sekitar kawasan Setu

Babakan

4.6.1.2. Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan

Responden yang diwawancara adalah responden yang mengetahui kawasan

Setu Babakan sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

dengan baik. Pengetahuan responden masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan

dapat dilihat dari jumlah responden masyarakat yang tahu adanya kawasan Setu

Babakan, jumlah kunjungan dan aktifitas yang dilakukan

Dari 30 responden yang ditemui, masyarakat mengakui tahu adanya kawasan

Setu Babakan (Gambar 11a). Masyarakat yang baru mengunjungi kawasan Setu

Babakan sebanyak 2 kali sebesar 90%, masyarakat telah mengunjungi kawasan Setu

Babakan lebih dari dua kali. Dari 30 orang responden tidak ada yang menyatakan

bahwa mereka belum pernah sekalipun berkunjung ke kawasan Setu babakan atau

baru berkunjung satu kali (Gambar 11b). Aktifitas-aktifitas masyarakat di kawasan

Setu Babakan sebagian besar adalah berekreasi (83%), berdagang (10%) dan bekerja

(7%) (Gambar 11c).

13%

<Rp.

500 ribu

27%

Rp 500

ribu-1 juta

40%

Rp. 1

juta-2 juta

20%

>Rp. 2

juta

Page 76: Ekologis Setu Babakan

61

a. Komposisi masyarakat yang b. Jumlah kunjungan masyarakat mengetahui dan belum mengetahui sekitar ke Setu Babakan

adanya kawasan Setu Babakan

c. Aktivitas masyarakat disekitar kawasan Setu Babakan

Gambar 11. Pengetahuan masyarakat sekitar akan adanya kawasan Setu Babakan.

4.6.1.3. Persepsi, aspirasi, dan harapan masyarakat sekitar terhadap

pengembangan kawasan Setu Babakan.

Dari 30 responden yang ditemui, sebesar 100% responden dari masyarakat

sekitar Setu Babakan menyatakan setuju terhadap upaya pengembangan kawasan

Setu Babakan sebagai kawasan wisata (Gambar 12a). Seluruh responden masyarakat

sekitar menyatakan setuju dengan potensi Setu Babakan yang indah (Gambar 12b).

Dengan adanya kawasan wisata Setu Babakan, sebesar 37% masyarakat sekitar

berpendapat bahwa kawasan tersebut dapat membuka lapangan kerja bagi

masyarakat sekitar, sebesar 23% berpendapat dapat berinteraksi dengan wisatawan,

17% dapat berekreasi, dan 10% masyarakat berpendapat manfaat yang diperoleh

adalah adanya perbaikan jalan. Dari uraian di atas terlihat bahwa, bentuk-bentuk

dukungan positif yang diberikan oleh masyarakat terhadap keberadaan kawasan

wisata Setu Babakan cukup bervariasi dan ini tentunya akan mempengaruhi upaya-

upaya pengembangan kawasan wisata Setu Babakan. Selain itu sekitar 13%

masyarakat mengaku tidak merasakan manfaat apa pun (Gambar 12c). Hal ini

dikarenakan oleh adanya isu bahwa hanya pengelola dan masyarakat yang

bertempat tinggal dekat dengan kawasan saja yang dibantu oleh Pemda DKI Jakarta.

Salah satu hal yang dikhawatirkan dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke

100%

tahu

0%

tidak

tahu

10%

berdagang 7%

bekerja

83%

rekreasi

Page 77: Ekologis Setu Babakan

62

Setu Babakan yaitu terpengaruhnya perilaku masyarakat sekitar oleh perilaku negatif

wisatawan. Sampai saat ini, sebesar 50% masyarakat sekitar tidak merasakan adanya

pengaruh apapun yang ditimbulkan oleh wisatawan terhadap masyarakat (Gambar

12d). Namun ada juga masyarakat yang merasakan adanya pengaruh yang

diakibatkan oleh wisatawan seperti perubahan tingkah laku (10%), perubahan cara

berbicara (13%), cara berpakaian (14%) dan perubahan berpakaian sekaligus tingkah

laku dinyatakan oleh 13% masyarakat sekitar (Gambar 12e). Pendapat masyarakat

sekitar terhadap adanya aktifitas wisatawan yang mengganggu kenyamanan

diungkapkan oleh 10% responden. Namun, sebesar 90% masyarakat berpendapat

bahwa tidak ada aktifitas wisata yang mengganggu kenyamanan (Gambar 12f).

a. Aspirasi masyarakat sekitar terhadap upaya b. Persepsi masyarakat tentang keindahan alam yang pengembangan kawasan Setu Babakan dimiliki Setu Babakan

c. Persepsi tentang mafaat yang diperoleh d. Persepsi tentang dampak negatif dari

masyarakat sekitar dengan adanya kawasan kegitan wisata Setu babakan

e. Persepsi tentang pengaruh dan prilaku f. Persepsi masyarakat tentang aktivitas yang

wisatawan terhadap masyarakat sekitar menggangu kenyamanan masyarakat sekitar

Gambar 12. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap

pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (1)

100

%

setu-ju

0%

tidak

setu-ju

10%

jalan

yang baik

37%

lapa

ngan

kerja

23%

inter

aksi

13%

tdk

ada

17%

rekre

asi

7%terpenga-

ruh

20%

kotor

17%

terce

mar0%

keam

anan

56%

tdk

khawatir

14%

berp

akaian

13%

bica-

ra10%

ting

kah-

laku

13%

tkh

lku,p

kaian

50%

tdk

ada

Page 78: Ekologis Setu Babakan

63

Sebanyak 43% masyarakat sekitar berpendapat bahwa pengelola kawasan

Setu Babakan memberikan bantuan berupa terbukanya lapangan pekerjaan bagi

masyarakat sekitar, sedangkan 57% masyarakat berpendapat bahwa pengelola tidak

memberikan bantuan apapun termasuk bantuan modal usaha (Gambar 13a). Hal ini

terjadi karena pengelolaaan kawasan Setu Babakan belum membutuhkan tenaga

kerja dalam jumlah besar.

Sebesar 67% masyarakat berpendapat bahwa mereka tidak mengerti akan

adanya konsep ekowisata dan sebesar 33% masyarakat paham akan konsep

ekowisata (Gambar 13b). Sebagian besar responden (77%) penduduk sekitar setuju

bahwa kawasan Setu Babakan dijadikan kawasan ekowisata dan 23% penduduk

sekitar tidak setuju untuk menjadikan kawasan Setu babakan menjadi kawasan

ekowisata karena bisa terjadi konflik antara masyarakat sekitar dan pengelola

mengingat letak Setu Babakan yang ada ditengah pemukiman dan banyaknya

masyarakat sekitar yang beraktifitas di kawasan tersebut baik sebagai pedagang,

memancing, menangkap ikan dan yang aktivitas lainnya yang belum terkontrol

pengelola (Gambar 13c).

Sebesar 87% masyarakat berpendapat bahwa pengelolaan kawasan Setu

Babakan masih tetap menjaga kelestarian lingkungannya dan hanya 13% masyarakat

yang berpendapat bahwa pengelolaan tidak menjaga kelestarian alam (Gambar 13d).

Harapan-harapan masyarakat terhadap pengembangan kawasan Setu Babakan

menjadi kawasan ekowisata adalah agar Setu Babakan tetap lestari (27%), tetap

bernuansa alami (20%), tidak ada pencemaran lingkungan perairan (17%), membuka

lapangan kerja baru (17%), membangun fasilitas yang mendukung menjadi kawasan

ekowisata (13%) dan mensejahterakan masyarakat sekitar (6%) (Gambar 13e).

Dilihat dari harapan-harapan yang disampaikan, dapat memperlihatkan bahwa

masyarakat peduli terhadap kelestarian alam Setu Babakan, karena pada dasarnya

konsep ekowisata adalah mengajak seluruh pelaku pariwisata untuk harus ikut

bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan alam dan kebudayaan sebagai

aset utama dan meningkatkan partisipasi masyarakat lokal untuk pembangunan

pariwisata yang berkelanjutan (Wall 1997).

Page 79: Ekologis Setu Babakan

64

a. Persepsi tentang bantuan yang diberikan b. pemahaman masyarakat terhdap konsep

Pengelola terhadap masyarakat ekowisata

c. Persepsi masyarakat jika kawasan d. Persepsi masyarakat tentang pengelola yang

Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata menjaga kelestarian kawasan Setu Babakan

e. Harapan masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata di Setu Babakan

Gambar 13. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap

pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (2)

4.6.2. Karakteristik wisatawan

Karakteristik wisatawan meliputi data pribadi seperti rasio jenis kelamin,

umur, asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan biaya wisata; motivasi;

persepsi, aktifitas dan keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan

Setu Babakan.

43%

terbukan

ya lapang-

an kerja

57%

tidak ada

bantu-an apa-apa

0%

bantu-an

modal untuk

usaha

33%

ya

67%

tidak

77%

setuju

23%

tidak

setuju

87%sudah

13%

belum

17%

tidak

adanya pencmaran

perairan

27%

melestari-

kan lingkungan

17%

membuka

lapangan kerja

20%

bernuansa

alami

13%

membang-

un fasilitas yang

menduku-

ng ekowisata

6%

mensejahte

rakan masyarakat

sekitar

0%

tidak

memiliki harapan

Page 80: Ekologis Setu Babakan

65

4.6.2.1. Data pribadi wisatawan

Jumlah responden wisatawan adalah 30 orang yang terdiri atas 57% laki-laki

dan 43% perempuan (Gambar 14). Wisatawan laki-laki lebih banyak ditemui

dibandingkan dengan perempuan, hal ini karena wisatawan laki-laki lebih banyak

yang tertarik untuk berkumpul dan duduk-duduk santai bersama teman-teman

disamping melakukan kegiatan wisata di Setu Babakan.

Gambar 14. Komposisi jenis kelamin wisatawan

Kisaran umur wisatawan yang ada di Setu Babakan bervariatif, paling

banyak ditemui sebagian besar berumur 20-29 tahun (27%), kemudian diikuti umur

30-39 tahun dan 40-49 tahun (23%), umur < 20 tahun (17%) dan wisatawan yang

berkunjung paling sedikit berada pada umur ≥ 50 tahun (10%). (Gambar 15).

Gambar 15. Kelompok umur wisatawan

Asal daerah wisatawan dibuat berdasarkan tempat tinggal wisatawan.

Wisatawan yang ditemui, 90% berasal dari Jakarta antara lain warga Serengseng

Sawah itu sendiri, Pondok Labu, Ciganjur, Tebet, Kebayoran Baru dan Pondok

Gede. Sedangkan wisatawan yang berasal dari luar Jakarta antara lain berasal dari

Depok dan Cinere. Wisatawan berpendapat bahwa Setu Babakan merupakan salah

satu tempat wisata yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal dan nuansanya

masih terbilang asri. (Gambar 16).

57%Laki-laki

43%Perempuan

Page 81: Ekologis Setu Babakan

66

Gambar 16. Kelompok asal wisatawan

Tingkat pendidikan wisatawan ditentukan berdasarkan ijazah atau tamatan

pendidikan formal terakhir. Tingkat pendidikan wisatawan berpengaruh terhadap

kelestarian objek wisata. Semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka

cenderung semakin tinggi pula pengetahuan wisatawan akan arti pentingnya

menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan

vandalisme seperti mencoret-coret sarana, membuang sampah sembarangan dan

berbuat keributan yang meresahkan masyarakat setempat tidak akan terjadi di

kawasan wisata Setu Babakan. Wisatawan yang merupakan lulusan SMA memiliki

persentase terbesar yaitu 37%, kemudian lulusan S1 sebesar 27%. Sebesar 23%

wisatawan Setu Babakan merupakan lulusan D3, kemudian 10% wisatawan

merupakan lulusan SMP dan tidak ada wisatawan yang merupakan lulusan SD

(Gambar 17).

Gambar 17. Tingkat pendidikan wisatawan

Berdasarkan jenis pekerjaan di atas, wisatawan yang datang ke Setu Babakan

paling banyak bekerja sebagai karyawan (37%), kemudian terbanyak kedua adalah

pelajar (23%), diikuti PNS (17%), Guru dan wiraswasta (13%) dan Ibu rumah

tangga (7%). (Gambar 18). Bervariasinya wisatawan yang datang ke Setu Babakan

Page 82: Ekologis Setu Babakan

67

berdasarkan jenis pekerjaan ini, karena karyawan, mahasiswa, pelajar, wiraswasta

dan PNS dapat berekreasi ke Setu Babakan bersama teman maupun keluarga

diwaktu senggang, terutama hari libur.

Gambar 18. Jenis pekerjaan wisatawan

Dari tiga puluh responden yang diwawancara, wisatawan memiliki

pendapatan yang berbeda-beda. Wisatawan yang memiliki pendapatan per bulan

berkisar antara Rp.1.000.000,- s/d Rp 2.000.000,- sebesar 47%. Wisatawan yang

berpenghasilan antara Rp. 500.000 s/d Rp. 1.000.000,- sebesar 30%. Wisatawan

berpenghasilan di atas Rp. 2.000.000,- yaitu sebesar 17% dan 6% wisatawan

memiliki pendapatan per bulan di bawah Rp. 500.000,- (Gambar 19). Wisatawan

yang berpenghasilan dibawah Rp. 500.00,- adalah pelajar dimana belum memiliki

pendapatan.

Gambar 19. Tingkat pendapatan per bulan wisatawan

Biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk berekreasi di Setu Babakan

bervariasi bergantung pada tempat tinggal, jenis kendaraan yang digunakan dan jenis

rekreasi yang dituju. Sebagian besar wisatawan mengeluarkan biaya untuk datang ke

Setu Babakan kurang dari Rp.50.000,-. Pada umumnya, untuk berekreasi di Setu

6%<Rp. 500

ribu

30%Rp. 500 ribu-1 juta47%

Rp. 1-2 juta

17%>Rp.2 juta

Page 83: Ekologis Setu Babakan

68

Babakan, wisatawan hanya mengeluarkan biaya transportasi, tiket parkir bagi yang

membawa kendaraan, tiket sarana wisata sepeda air dan biaya untuk membeli

makanan. Sebesar 46% wisatawan mengeluarkan biaya sebesar Rp 30.000,- s/d

Rp.50.000,- merupakan wisatawan yang datang bersama keluarga. Sebesar 27%

wisatawan mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,- s/d Rp.30.000,-. Terdapat 17%

wisatawan yang menghabiskan biaya lebih dari Rp. 50.000,-, yaitu wisatawan yang

membeli oleh-oleh berupa makanan khas betawi seperti bir pletok dan kerak telor,

dan sebesar 10% wisatawan menghabiskan kurang dari Rp. 10.000,-, yang rata-rata

mereka hanya duduk-duduk santai ditepi situ sambil membeli es kelapa muda atau

minuman yang lain. (Gambar 20).

Gambar 20. Biaya yang dikeluarkan wisatawan

4.6.2.2. Motivasi wisatawan berkunjung ke kawasan Setu Babakan

Sebesar 70% wisatawan mengetahui adanya kawasan wisata Setu Babakan

dari teman. Bagi wisatawan yang pernah melewati dan tinggal di sekitar kawasan

Setu Babakan mengetahui sendiri tentang keberadaan kawasan wisata air ini (17%).

Sebesar 10% wisatawan mengetahui kawasan wisata Setu Babakan dari koran atau

majalah dan hanya 3% wisatawan yang mengetahuinya dari saudra. (Gambar 21a).

Meskipun pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan telah

membuat leaflet atau brosur tentang objek wisata Setu Babakan, namun tidak ada

satupun wisatawan yang mengetahui keberadaan kawasan wisata Setu Babakan dari

sumber tersebut. Demikian juga wisatawan tidak menegtahui iklan yang ditayangkan

dan disiarkan televisi dan radio mengenai keberadaan kawasan wisata Setu Babakan,

Kejadian ini perlu dipertimbangkan oleh pihak pengelola maupun instansi-instansi

10%

<Rp. 10

ribu

27%

Rp. 10

ribu s/d Rp. 30

ribu

46%

Rp.30

ribu s/d Rp. 50

ribu

17%

>Rp. 50

ribu

Page 84: Ekologis Setu Babakan

69

terkait agar dapat mempromosikan kawasan wisata Setu Babakan lebih baik lagi

melalui siaran-siaran publik yang lebih intensif seperti radio, televisi, internet dan

juga melalui penyebaran brosur.

Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan, sebelumnya

telah pernah mengunjungi Situ Babakan sebesar 90%, sedangkan wisatawan yang

sebelumnya belum pernah mengunjungi kawasan wisata Setu Babakan sebesar 10%.

Hal ini berdasarkan pada hasil survey yang disajikan pada Gambar 21b.

Sebanyak 40% wisatawan berpendapat bahwa kawasan wisata Setu Babakan

mudah dijangkau dan 20% wisatawan berpendapat pemandangan di Setu Babakan

indah. Selain itu dorongan wisatawan ke Setu Babakan sebesar 17% karena diajak

teman, 10% karena pemandangan yang indah dan mudah dijangkau, 7% karena

pemandangan yang indah dan diajak teman dan 6% karena sebelumnya wisatawan

belum pernah sehinnga ingin berkunjung ke kawasan ini. (Gambar 21c).

a. Sumber informasi yang diperoleh wisatawan b. Intensitas berkunjung wisatawan

c. Dorongan wisatawan mengunjungi d. Tujuan wisatawan mengunjungi kawasan wisata

Kawasan wisata

Gambar 21. Motivasi wisatawan

Tujuan wisatawan mengunjungi Setu Babakan bervariasi yaitu menikmati

aktifitas wisata yang ditawarkan (23%), menikmati pemandangan alam (20%),

70%

teman

10%

koran

/majalah

0%

Tv/

Radio

0%

leaflet

/brosur

3%

sauda-

ra17%

sendiri

90%

pernah

10%

belum

pernah

6%

belum

pernah

40%

mudah

dijang-kau

17%

diajak

teman

20%

peman

dangan indah

7%peman

dangan, diajak

teman

10%

peman

dangan , mud-

ah

Page 85: Ekologis Setu Babakan

70

mengisi waktu luang (20%), makan (14%), sekedar menghilangkan stress (13%)

seperti memancing, kemudian tujuan wisatawan lainnya yaitu menikmati keindahan

alam dan mengisi waktu luang (10%). (Gambar 21d).

4.6.2.3. Persepsi wisatawan

Sebanyak 56% wisatawan mengungkapkan puas berwisata ke Setu Babakan.

Hal tersebut dikarenenakan, selain terdapat wisata air Setu Babakan terdapat pula

pergelaran kesenian budaya betawi seperti lenong dan pergelaran tari setiap akhir

pekan. Sebesar 27% wisatawan berpendapat sangat puas berwisata ke Setu Babakan

dengan salasan yang sama seperti diatas dan tambahan biaya yang murah serta

banyaknya aneka makanan khususnya makanan khas betawi seperti kerak telor dan

bir pletok (Gambar 22a). Hal ini diungkapkan oleh 100% wisatawan yang

menyatakan bahwa pengelola menetapkan harga yang murah bagi wisatawan untuk

naik sepeda air (Gambar 22b). Harga tiket untuk naik sepeda air Rp. 5000/orang,

tiket parkir bagi pengunjung yang membawa kendaraan roda dua (motor) sebesar

Rp.1000,- dan kendaraan roda empat (mobil) sebesar Rp.2000,-. Terlebih lagi letak

kawasan yang berada di DKI Jakarta yang hampir setiap kawasan wisata

dikomersilkan.

Hambatan untuk berkunjung ke Setu Babakan yang dialami oleh 37%

wisatawan, yaitu kondisi jalan, dimana lebar jalan yang relatif kecil dan melalaui

pemukiman penduduk. Sebesar 36% wisatawan menyatakan hambatannya ke Setu

Babakan adalah karena lalu-lintas yang macet, terutama yang datang dari arah Pasar

Minggu. Sebesar 27% wisatawan mengungkapkan bahwa mereka tidak ada waktu

luang untuk sering berkunjung ke Setu Babakan, karena wisatawan umumnya

berwisata pada hari libur kerja. Wisatawan tidak mengalami kesulitan dalam

menemukan Setu Babakan, selain banyaknya penunjuk jalan yang menujukkan arah

ke Setu Babakan, wisatawan juga sudah mengetahui sebelumnya dikarenakan

tempat tinggal sebagian besar pengunjung berdekatan dengan kawasan Setu

Babakan. Selain itu juga tidak ada yang berpendapat tiket untuk memasuki kawasan

wisata air Situ Babakan itu mahal, karena memang pengunjung hanya dikenakan

biaya retribusi parkir saja bagi yang membawa kendaraan bermotor. Selain itu

wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan pada umumnya membawa kendaraan

pribadi. (Gambar 22c).

Page 86: Ekologis Setu Babakan

71

a. Kepuasan wisatawan b. Pendapat wisatawan menegnai harga tiket

c. Hambatan wistawan berkunjung ke Situ Babakan

Gambar 22. Persepsi wisatawan (1)

Menurut wisatawan, kawasan Setu Babakan sudah memiliki fasilitas yang

rata-rata tergolong baik. Dari hal aksesibilitas, pelayanan pengelola, keamanan

kawasan wisata, kenyamanan dalam kawasan, keindahan kawasan wisata,

kebersihan lingkungan, keaslian lingkungan, tata tertib peraturan, toilet, mushola,

sisrem tata ruang dan taman duduk. Menurut persepsi wisatawan yang dirasa cukup

yaitu dalam hal kebersihan air dan warung penjualan makanan. Setu Babakan

memiliki banyak kekurangan dalam hal penjualan souvenir dan tempat sampah,

karena wisatawan mengalami kesulitan dalam menemukan tempat penjualan

souvenir yang letaknya berada di kantor pengelola dan juga tempat sampah yang

lebih terfokus di sekitar pusat wisata. Yang tidak ada di kawasan Setu Babakan

adalah perahu dan taman bermain anak. Meskipun demikian, wisatawan berpendapat

bahwa secara keseluruhan keamanan, kenyamanan, keaslian lingkungan, peraturan,

serta keindahan kawasan sudah tergolong baik (Gambar 23).

Page 87: Ekologis Setu Babakan

72

Gambar 23. Persepsi Wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan Setu

Babakan

Meskipun fasilitas tempat sampah tergolong kurang namun kebersihan

kawasan Setu babakan tetap terjaga, dikarenakan banyaknya tenaga pembersih yang

dipekerjakan oleh pihak pengelola. Selain itu warung-warung makanan juga

menyediakan tempat sampah sendiri dan turut menjaga kebersihan Setu Babakan.

Selain itu wisatawan juga berpendapat bahwa jenis aktifitas wisata yang

ditawarkan masih kurang beragam. Adapun kegiatan wisata yang dapat

dikembangkan di Setu Babakan diantaranya adalah outbond, memancing, dayung

dan taman bermain anak-anak. Pada umumnya wisatawan menginginkan adanya

wisata memancing yang lebih teratur dan diatur oleh pihak pengelola (Gambar 24a).

Pemanfaatan kawasan Setu Babakan sebagai tempat wisata air harus tetap menjaga

kelestariannya.

Sebesar 70% wisatawan berpendapat bahwa kelestarian Setu Babakan sudah

baik dilihat dari pemandangan situ yang masih asri dan warna perairan yang hijau

kecoklatan sehingga terlihat alami. Sebanyak 30% lainnya berpendapat kelestarian

Setu Babakan kurang baik, ini dikarenakan kurang terkelolanya bagian inlet situ

sehingga buangan limbah rumah tangga seperti sampah dan bekas makanan masih

ditemui, meskipun secara keseluruhan sudah baik dilihat dari kebersihannya

(Gambar 24b).

Page 88: Ekologis Setu Babakan

73

a. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan b. Pendapat wisatawan tentang kelestarian di kawasan wisata

Gambar 24. Persepsi wisatawan (2)

Sebanyak 60% wisatawan mengerti akan konsep ekowisata, yaitu wisata

yang berwawasan lingkungan dengan turut menjaga kelestarian sumberdaya alam

yang ada di Setu Babakan dan 40% wisatawan menyatakan tidak mengerti dengan

konsep ekowisata dikarenakan kurangnya informasi dan wawasan mereka dibidang

ekologi (Gambar 25a). Tetapi 100% wisatawan setuju dengan menjadikan kawasan

Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata, dikarenakan dampak positif yang akan

diterima nantinya yaitu menjadi kawasan yang lestari dan fungsi ekologinya pun

tidak terganggu sehingga akan tetap menjadi kawasan hijau dan sebagai daerah

resapan air di daerah DKI Jakarta (Gambar 25b).

Sebesar 77% wisatawan setuju dengan adanya pembatasan jumlah

pengunjung ke kawasan Setu Babakan untuk mendukung menjadi kawasan

ekowisata, dan sebesar 23% wisatawan tidak setuju dengan pembatasan pengunjung

ini karena dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik antara pihak pengelola dengan

wisatawan (Gambar 25c). Dari hasil analisis daya dukung kawasan (DDK) memang

jumlah wisatawan di kawasan Setu Babakan belum melebihi daya tampungnya,

tetapi melihat dari total jumlah wisatawan yang meningkat tiap tahunnya maka

pengunjung kawasan ini sangat berpotensi melebihi daya dukung maksimal yang

telah ditetapkan. Sehingga perlu adanya pembatasan jumlah pengunjung ditiap-tiap

lokasi yang diperuntukan untuk kegiatan wisata dan pengunjung tidak menumpuk

pada satu lokasi.

70%

baik

30%

kurang

baik

0%

buruk

Page 89: Ekologis Setu Babakan

74

a. Pendapat wisatawan tentang pengertian ekowisata

a. Pendapat wisatawan tentang c. Pendapat wisatawan mengenai

dijadikannya Setu Babakan pembatasan pengunjung sebagai kawasan ekowisata

Gambar 25. Persepsi wisatawan (3)

4.6.2.4. Aktifitas wisatawan di kawasan Setu Babakan

Tidak ada satupun wisatawan yang datang sendirian. Minimal wisatawan

datang berdua bersama teman (27%), atau rombongan bersama teman-teman (60%)

dan sisanya yaitu sebesar 13% wisatawan datang bersama keluarga (Gambar 26a).

Sebagian besar wisatawan menggunakan motor sebagai kendaraan untuk mencapai

kawasan Situ Babakan (77%). Sebesar 17% wisatawan menggunakan mobil pribadi,

6% wisatawan berjalan kaki, dan tidak ada satupun wisatawan yang menggunakan

angkutan umum dan kendaraan sewaan. Banyaknya wisatawan yang menggunakan

kendaraan pribadi dikarenakan akses menuju kawasan lebih mudah dan cepat

dibandingkan naik kendaraan umum, meskipun sarana transportasi menuju kawasan

tersedia dengan mudah. Wisatawan yang rumahnya berdekatan dengan kawasan

Setu Babakan lebih memilih untuk berjalan kaki atau menggunakan motor. (Gambar

26b).

Perlengkapan yang dibawa oleh wisatawan ke Setu Babakan paling banyak

adalah kamera (67%), baik hanphone berkamera ataupun kamera digital. Adapun

perlengkapan lain yang dibawa adalah handycam (6%) dan tidak ada wisatawan

100%

setuju

0%

tidak

77%

setu-

ju

23%

tidak

setu-ju

40%

tidak

menger-ti

60%

menger

-ti

Page 90: Ekologis Setu Babakan

75

yang membawa tape recorder saat berwisata ke Setu Babakan, selain itu juga

sebesar (27%) wisatawan tidak membawa perlengkapan apa-apa. (Gambar 26c).

a. Pendamping wisatawan b. Kendaraan yang digunakan

untuk mencapai lokasi

c. Perlengkapan yang dibawa d. kegiatan yang dilakukan wisatawan

untuk wisata di kawasan Situ Babakan

Gambar 26. Aktivitas wisatawan (1)

Kegiatan yang dilakukan wisatawan di kawasan wisata Setu Babakan

bervariasi. Pada umumnya wisatawan berkunjung ke Setu Babakan untuk menikmati

keindahan alam dan piknik seperti duduk-duduk di pinggir situ sambil minum es

kelapa dan menikmati sepeda air. Selain itu cukup banyak wisatawan yang datang ke

Setu Babakan dengan tujuan memancing dan sebagian lainnya untuk fotografi

karena keindahan kawasan Setu Babakan. Keindahan kawasan Setu Babakan

membuat sebagian kecil wisatawan ada yang bersemangat untuk

mendokumentasikannya dalam bentuk foto. (Gambar 26d).

Semua wisatawan ingin kembali lagi ke kawasan wisata Setu Babakan

karena memiliki pemandangan alam yang indah, sejuk, dekat dengan tempat tinggal

dan murah (Gambar 27a). Selain itu wisatawan merasa biasa saja (60%) dan merasa

17%

mobil

77%

motor

0%

kenda-

raan umum

0%

sewa/

carter

6%

jalan

kaki

67%

kame-

ra

6%

handy-

cam

27%

tidak

mem-bawa

apa-

apa

0%

tape

record-er

13%

piknik20%

meman

-cing

7%

fotogra

-fi

43%

menik

mati keinda

han

alam

17%

piknik,

menik-mati

alam

Page 91: Ekologis Setu Babakan

76

nyaman (40%) meskipun pada waktu libur kawasan ini dipadati oleh wisatawan

lainnya (Gambar 27b).

a. Keinginan wisatawan untuk kembali b. Kenyamanan berwisata saat kawasan

dipdati pengunjung

Gambar 27. Aktivitas wisatawan (2)

4.6.2.5. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu

Babakan

Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan

sangat mempengaruhi kelestarian dan juga kebersihan kawasan wisata tersebut.

Sebagian besar wisatawan membuang sampah makanan di tempat sampah yang

telah disediakan (87%). Namun sebanyak 13% wisatawan membuang sampah di

sembarang tempat (Gambar 28a). Wisatawan cenderung membiarkan sampah

makanan mereka di tepi Situ Babakan dan di sembarang tempat karena tempat

sampah kurang memadai.

Seluruh responden wisatawan (100%) menyatakan setuju diberikan sanksi

membayar denda apabila terdapat wisatawan yang merusak lingkungan (Gambar

28b). Hal ini dibutuhkan untuk memberikan efek jera bagi pelakunya agar tidak

melakukan hal yang sama di kawasan wisata Setu Babakan maupun di tempat lain.

Walaupun sudah terdapat papan peraturan di sekitar kawasan Situ Babakan, masih

banyak wisatawan yang sengaja merusak lingkungan. Prilaku buruk yang sering

dilakukan wisatawan yaitu membuang sampah, membuang limbah dan mencoret-

coret fasilitas. Untuk itu, diharapkan agar pengelola dapat melakukan pengawasan

yang lebih baik.

Sebagian besar wisatawan berharap agar pengembangan fasilitas wisata yang

bernuansa alami (87%). Hanya sebagian kecil wisatawan yang menginginkan

pengembangan fasilitas bernuansa modern yaitu sebesar 13% (Gambar 28c). Nuansa

100%

ya

0%

tidak 40%

nyam

-an

60%

biasa

saja

0%kura-

ng nyam

-an

0%

tidak

nyam-an

Page 92: Ekologis Setu Babakan

77

87%

alami

13%

modern

modern yang dimaksud adalah keberadaan fasilitas-fasilitas wisata yang dapat

berpotensi merusak keseimbangan lingkungan seperti penggunaaan perahu boat,

pembangunan hotel dan pembangunan area bermain yang tidak sesuai

peruntukannya untuk kawasan wisata alam

a. Tempat wisatawan membuang sampah b. Persetujuan wisatawan terhadap pemberian sanksi bagi wisatawan

yang merusak lingkungan

c. Bentuk pengembangan fasilitas

Gambar 28. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan

Setu Babakan

4.6.3. Instansi-instansi terkait

Pengelolaan kawasan Setu Babakan melibatkan beberapa instansi terkait.

Instansi-instansi terkait tersebut diharapkan dapat bekerjasama dan berkoordinasi

dalam mengembangkan dan menjadikan kawasan Setu Babakan sebagai salah satu

kawasan ekowisata yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan DKI

Jakarta. Berikut adalah instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan

Setu Babakan:

1. Dinas Pariwisata DKI Jakarta

Dinas Pariwisata DKI Jakarta bertugas dalam mempromosikan kawasan

Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. Selain itu, merencanaan pembangunan

dan pengelolaan sarana rekreasi di Setu Babakan dan menyelenggarakan atraksi

wisata yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kegiatan promosi

100%

setuju

0%

tidak

setuju

Page 93: Ekologis Setu Babakan

78

dapat dilakukan melalui media massa seperti televisi, radio, leaflet atau brosur,

spanduk, papan penunjuk jalan maupun melalui mouth to mouth. Promosi juga dapat

dilakukan dengan cara membuat suatu situs khusus di internet.

2. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Sehubungan dengan ditetapkannya Kawasan Setu Babakan sebagai

Perkampungan Budaya Betawi dan dalam upaya peningkata fungsi fasilitas-fasilitas

yang ada di Perkampungan Budaya Betawi yang meliputi penataan dan pengaturan

fungsi rumah adat Betawi, Wisma Betawi, Teater Terbuka, Gedung Pengelola dan

Gallery Betawi; maka berdasarkan SK Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman

DKI Jakarta Nomor 49 tahun 2003 menetapkan adanya perangkat Pengelola

Perkampungan Budaya Betawi. Tim pengelola ini terdiri dari pihak Dinas

Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, tokoh masyarakat Betawi. dan

masyarakat setempat.

Biaya kegiatan pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi dibebankan pada

Anggaran Belanja Aktivitas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta dan

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman

DKI Jakarta, dan dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan dinas-dinas lain

yang terkait.

3. Dinas Kebudayaan dan Permusiuman DKI Jakarta

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman bertugas dalam pembangunan fisik

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yaitu sarana penunjang yang

tercantum dalam Rencana Induk Perkampungan Budaya Betawi, meliputi:

Pembangunan pintu gerbang Bang Pitung

Pembangunan Gedung Teater

Pembangunan Wisma Betawi

Pembangunan rumah adat Betawi

Pembangunan Gedung pengelola

Pembangunan Gallery/ruang pamer

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman juga bertugas dalam menjalankan

kegiatan pergelaran Kesenian atau apresiasi seni Budaya yang dilaksanakan secara

insidental atau dalam memperingati event-event tertentu seperti HUT Kota Jakarta.

Selain itu, kegiatan pelatihan kesenian bagi masyarakat di sekitar Perkampungan

Page 94: Ekologis Setu Babakan

79

Budaya Betawi seperti seni tari, seni teater, dan seni musik gambang kromong yang

rutin digelar setiap minggunya juga menjadi agenda kegiatan dari Dinas

Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.

4. Dinas Tata Kota DKI Jakarta

Dinas Tata Kota DKI Jakarta berperan sebagai Team Leader dalam perencanaaan

dan penanganan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. Hingga saat ini

pembangunan yang telah dilakukan adalah:

Perbaikan jaringan jalan melalui pengerasan, yaitu melapisinya dengan

conblock.

Pembangunan lahan parkir dan pembangunan landscape furniture (lampu

taman, bangku taman dan papan informasi)

Pemugaran rumah penduduk

5. Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta dan

Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

Dinas Pertamanan DKI Jakarta berwenang dalam penataan taman di sekitar

rumah adat, wisma Betawi, teater terbuka, gedung pengelola, gallery dan Setu

Babakan serta pembuatan pot bunga dan tempat sampah, sedangkan Dinas Pertanian

dan Kehutanan DKI Jakarta bertugas dalam pemberian bibit buah-buahan untuk

penghijauan produktif pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan setu babakan serta

penyediaan tanaman hias dan pot. Untuk kegiatan penataan sarana penampungan

sampah di sekitar lokasi Perkampungan Budaya Betawi menjadi tugas Dinas

Kebersihan DKI Jakarta.

6. Biro administrasi sarana perkotaan DKI Jakarta

Setu Babakan yang memiliki luas area sebesar 20 hektar berencana akan

mengalami perluasan menjadi sebesar 32 hektar. Selain fungsi utama Setu babakan

sebagai tempat penampung, penyimpan, dan penyedia air, Setu Babakan juga

berfungsi sebagai konservasi lahan. Untuk itu Biro administrasi sarana perkotaan

DKI Jakarta berwenang khusus dalam melaksanakan inventarisasi lahan Setu

Babakan, selain itu juga berwenang dalam pembinaan dan pengendalian

pembangunan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan khususnya di sekitar

perairan Setu Babakan.

Page 95: Ekologis Setu Babakan

80

4.7. Tata Ruang Kawasan

4.7.1. Analisis kebijakan penataan Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan

Kebijakan tata ruang Propinsi DKI Jakarta secara umum telah mengarahkan

pengembangan dan pembangunan daerah melalui peningkatan fungsi kota serta

pengembangan wilayah secara merata melalui sistem utilitas dan fasilitas kota dan

keseimbangan alam. Dalam kebijakan ini disebutkan pula bahwa kawasan Setu

Babakan merupakan kawasan prioritas untuk dikembangkan sebagai bagian dari

fasilitas kota dan keseimbangan alam melalui Perkampunggan Budaya Betawi yang

didukung hutan kota yang serasi untuk kawasan wisata budaya dan lokasi

lingkungan di Jakartan Selatan.

Apabila ditinjau dari kebijakan pariwisata Propinsi DKI Jakarta, maka

keberadaan kawasan Setu Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi telah

sesuai dan mendukung beberapa program yang diarahkan untuk mengembangkan

jaringan pariwisata di DKI Jakarta. Program-program tersebut yaitu pemantapan dan

pengembangan budaya bangsa dan kesenian tradisional, peningkatan

penyelenggaraan event atraksi budaya, serta pelestarian warisan kesenian dan

budaya Betawi.

Keberadan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi ini diperkuat pula

melalui SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 92 Tahun 2000 dan telah

disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta

No. 3 Tahun 2005, mengenai Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi

di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan.

Dengan dikeluarkannya kebijakan ini merupakan bukti keseriusan Pemda DKI

dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan seni budaya Betawi melalui pembentukan

Perkampungan Budaya Betawi. Peneglolaan Setu Babakan diharapkan juga dapat

mempertahankan fungsi utama situ, yaitu sebagai daerah resapan air.

Berdasarkan master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2000-

2010 (Lemtek FT UI & Dinas Tata Kota DKI Jakarta 2001) konsep dasar

pengembangan Perkampungan Budaya Betawi adalah meningkatkan harkat dan

martabat warga Betawi melalui penataan ruang di dalam batas wilayah kehidupan

masyarakat berdasarkan nilai-nilai tradisi dan sosial budaya yang dikembangkan.

Seluruh bangunan di dalam Perkampungan Budaya Betawi selain harus

Page 96: Ekologis Setu Babakan

81

menampilkan citra tradisional Indonesia khususnya Betawi, namun jiga

menggambarkan perkembangan yang mengarah kepada konsep berwawasan

lingkungan.

Lahan kawasan Setu Babakan yang berada di Perkampungan Budaya Betawi

terbagi menjadi beberapa zona pengembangan fisik lingkungannya yang diharapkan

dapat menampung aspirasi kehidupan penduduk setempat. Zona pengembangan fisik

tersebut adalah zona perumahan dan fasilitasnya, zona kesenian dan sejarah, zona

wisata agro, zona wisara air, dan zona industri (Gambar 29).

Zona perumahan tersebar merata di atas lahan milik penduduk. Kebun atau

halaman rumah merupakan bagian dari konsep agro wisata harus menjadi sandaran

dalam menunjang kehidupan ekonomi penduduknya melalui pembinaan dan

pemberdayaan masyarakatnya.

Zona kesenian dan sejarah merupakan suatu areal yang menampung kegiatan

dan pengembangan kesenian Betawi, serta nilai-nilai sejarah yang ada sejak dulu

hingga sekarang. Konsep arsitektur bangunan maupun lingkungan di dalam zona ini

harus mencerminkan budaya Betawi dan merupakan satu kesatuan Perkampungan

Budaya Betawi.

Zona wisata agro menyajikan perjalanan wisata perkebunan atau pertamanan

Perkampungan Budaya Betawi yang seharusnya memiliki ciri dan nuansa Betawi.

Konsep penataan tidak dapat lepas dari zona perumahan sebagai tempat tinggal

pemilik kebun atau pertanian tersebut. Lanskap wisata agro dilengkapi dengan

elemen taman seperti bangku, dan lampu taman sehingga pengunjung dapat dengan

nyaman menikmati perjalanan wisata.

Zona wisata air memanfaatkan Setu Babakan sebagai tujuan utama yang

memberikan nilai ekonomis dan ekologis bagi penduduk Perkampungan Budaya

Betawi. Setu babakan tidak hanya dikembangkan sebagai objek wisata air, namun

diharapkan dapat memicu perkembangan area Perkampungan Budaya Betawi

lainnya sebagai zona-zona wisata sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Zona industri di dalam Perkampungan Budaya Betawi disediakan dalam

rangka melindungi dan mengembangkan industri yang ada (home industry). Karena

sifatnya merupakan industri rumah tangga, maka zona ini menyebar di dalam

kawasan Perkampungan Budaya Betawi.

Page 97: Ekologis Setu Babakan

Gam

bar 2

9. M

aster plan

Perk

ampungan

Buday

a Betaw

i Setu

bab

akan

82

Page 98: Ekologis Setu Babakan

83

4.7.2. Hubungan dengan objek wisata lainnya

Hubungan dengan objek wisata lain perlu diperhatikan dalam pengembangan

suatu objek wisata, guna mengetahui adanya ancaman atau dukungan yang

diakibatkan oleh keberadaan objek wisata lain bagi pengembangan wisata

kedepannya. Unsur-unsur yang termasuk dalam penilaian hubungan dengan objek

lain yaitu jumlah dan jarak objek-objek wisata lain baik yang sejenis maupun tidak

sejenis di kota objek berada. Jarak tiap-tiap objek wisata dibandingkan dengan objek

wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan (Lampiran 25).

Kawasan Setu Babakan terletak di wilayah Jakarta Selatan berjarak sekitar 6

km dengan Kebun Binatang Ragunan dan berjarak 10 km dari kompleks Taman

Mini Indonesia Indah (TMII) yang terletak di kawasan Jakarta Timur. Sebenarnya

bisa menjadi keuntungan dan peluang pengembangan wisata Setu Babakan dengan

bekerja sama dengan biro-biro perjalanan untuk membuat penawaran paket tour.

Sehingga paket wisata yang ditawarkan tidak hanya wisata yang sudah dikenal saja.

Dilihat dari jenis wisatanya diketahui bahwa objek-objek wisata yang ada di DKI

Jakarta lebih didominasi oleh objek wisata rekreasi dan wisata belanja seperti

kompleks Taman Impian Jaya Ancol, kompleks Monas, kompleks taman Ismail

Marzuki dan kompleks-kompleks perbelanjaan seperti Blok-M. Mangga Dua dan

Plaza Senayan. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan kawasan

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ke depan, karena kawasan ini adalah

perpaduan atara wisata alam dan wisata budaya.

4.8. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata

Untuk menentukan prioritas pelaksanaan strategi pengelolaan dilakukan

analisis SWOT dengan pertimbangan faktor internal dan eksternal. Factor internal

yaitu Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness), dan faktor eksternal yaitu

Peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Kedua factor tersebut memberikan

dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan serta dampak negative yang

berasal dari kelemahan dan ancaman.

83

Page 99: Ekologis Setu Babakan

84

4.8.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kawasan Setu

Babakan

1. Kekuatan (Strength)

a. Potensi sumberdaya alam

Setu Babakan memiliki potensi sumberdaya alam yang sesuai untuk

dijadikan objek wisata. Setu Babakan merupakan situ alami yang memiliki luas 20

hektar. Pemandangan alamnya yang indah, dan memiliki udara yang cukup sejuk

karena masih banyak pohon yang tetap dipertahankan sebagai daerah hijau

menjadikan bentang alam Setu Babakan unik dan menarik. Selain itu, sumberdaya

alam yang dimiliki oleh kawasan Setu Babakan sesuai untuk dilakukan berbagai

aktifitas wisata. Perairan yang tidak dalam, tidak bau dan berwarna hijau kecoklatan

sangat mendukung untuk dilakukan aktifitas wisata berperahu. Beranekaragamnya

jenis ikan dan terjaminnya ketersediaan ikan sehingga kawasan Setu Babakan sangat

sesuai untuk dikembangkan kegiatan memancing. Ditambah lagi di Setu Babakan

juga telah dikembangkan wisata agro yang menyajikan berbagai aneka buah asli

Jakarta seperti belimbing, kecapi, salak, dukuh, dan rambutan.

b. Potensi sosial budaya

Kesenian dan budaya Betawi sudah ada sebelum Kelurahan Srengseng

Sawah dikembangkan menjadi Perkampungan Budaya Betawi, tetapi baru aktif

kembali dengan adanya Perkampungan Budaya Betawi. Dengan visi-misi yang

mendukung kegiatan kebudayaan dan kepariwisataan yang berwawasan lingkungan

dan pelestarian seni dan budaya Betawi. Kesenian dan budaya Betawi dapat

dikembangkan agar dapat dijadikan atraksi atau pertunjukan di Perkampungan

Budaya Betawi. Kesenian tradisional yang ada di saat ini dalah Gambang Kromong,

lenong, marawis dan rebana.

Dengan mayoritas penduduk Betawi yang bertempat tinggal di daerah ini

menimbulkan corak budaya setempat yang cenderung kearah budaya Betawi yang

tercermin dalam pola kehidupan sehari-hari. Seperti pelaksaan upacara perkawinan

yang dilakukan secara adat Betawi, dan dalam tutur bahasa mereka yang

menggunakan bahasa Betawi dengan dialek yang khas. Selain itu mudah

dijumpainya makanan dan minuman tradisional khas Betawi yang sulit dijumpai di

tempat lain memberikan nilai tambah akan potensi yang dimiliki masyarakat.

Page 100: Ekologis Setu Babakan

85

c. Letak yang strategis

Setu Babakan yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

memiliki akses yang cukup baik dari dan ke Jakarta yaitu jalan arteri (Jl. Raya Pasar

Minggu) dan untuk menuju Setu Babakan dapat melalui dua jalan kolektor yaitu Jl.

Moch. Kahfi II dan Jl. Srengseng Sawah. Ditunjang tersedianya roda transportasi

masalnya kereta api dengan stasiun terdekat yaitu stasiun KRL Lenteng Agung dan

Stasiun KRL Universitas Pancasila dengan jarak 5 km dari Setu Babakan. Selain itu

Setu Babakan terletak diantara dua objek yang berskala nasional yaitu Kebun

Binatang Ragunan dan TMII merupakan potensi yang dapat dijadikan media

pemasaran untuk lebih memperkenalkan objek wisata Setu Babakan ini.

2. Kelemahan

a. Informasi

Walaupun akses menuju kawasan Setu Babakan tergolong mudah dan juga

terletak diantara dua objek wisata berskala nasional yaitu Kebun Binatang Ragunan

dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tetapi pada prakteknya yang ditawarkan

hanya objek yang sudah dikenal saja. Perlunya bekerja sama dengan biro-biro

perjalanan untuk memasukan kawasan Setu Babakan ke dalam paket tour mereka.

Kawasan Setu Babakan tidak hanya mengandalkan wisata air saja, karena terdapat

atraksi kesenian budaya Betawi dan juga sedang dikembangkannya wisata agro.

Selama ini pemasaran objek hanya melalui peliputan media massa seperti koran,

internet dan televisi dan dari mulut ke mulut.

b. kebersihan

Kebersihan di objek wisata air Setu Babakan kurang karena minimnya

sarana-sarana yang menagani masalah ini seperti tempat sampah. Sedangkan

pengunjung terus meningkat dan sering mendapat kesulitan untuk menemukan

tempat sampah. Sehingga wisatawan akhirnya membuang sampah di sembarang

tempat yang membuat image objek yang kotor dan merusak pemandangan.

Penanganan sampah yang sederhana yaitu dibakar dan ditimbun mempengaruhi

estetika kawasan dan persepsi dari wisatawan terhadap kebersihan kawasan. Selain

itu peran serta masyarakat kurang sehingga perlu pemahaman bahwa citra suatu

objek wisata diciptakan bersama-sama.

Page 101: Ekologis Setu Babakan

86

c. Pengelolaan kawasan

Kondisi memprihatinkan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

tidak lepas dari pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi yang melibatkan lintas

sektoral unit Pemda DKI. Keterlibatan begitu banyak unit justru akan menghambat

kinerja pengembangan Perkampungan Budaya Betawi. Jika pengelolaannya

diserahkan pada setiap unit terkait otomatis prosedur administrasi dan birokasinya

akan lebih rumit. Ini justru akan menghambat kinerja pengelolaan Perkampungan

Budaya Betawi. Sedangkan tim pengelola sendiri bertugas meningkatkan fasilitas-

fasilitas yang ada di Perkampungan Budaya Betawi, serta berkoordinasi dengan

dinas-dinas lain yang terkait dan tidak memiliki wewenang untuk memutuskan

keputusan yang terkait dengan pembangunan wilayah studi sebagai Perkampungan

Budaya Betawi.

d. Letak objek

Kawasan Setu Babakan berada di lingkungan RW 08 Kelurahan Srengseng

Sawah terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Penggunaan lahan

tertinggi di kawasan RW 08 adalah perumahan, dimana penduduk sekitar sudah

lama menetap dan memiliki bangunan rumah atau wisma sebagai tempat tinggal. Di

kawasan RW 08 termasuk pemukiman padat dan hampir tidak ditemui lahan kosong

atau terbuka. Batas kawasan Setu babakan dengan pemukiman penduduk hanya

diberi batas sekitar 12 meter dari pinggir situ.

Dengan kondisi yang seperti ini besar kemungkinannya untuk terjadi

pencemaran limbah rumah tangga pada perairan Setu Babakan juga rentan terjadi

kerusakan lingkungan pada kawasan ini. Pengetahuan masyarakat sekitar mengenai

ekowisata pun sangat terbatas. Dari hasil wawancara penduduk sekitar hanya sekitar

33% masyarakat yang mengetahui konsep ekowisata. Hal ini dapat terjadi karena

kurangnya informasi tentang ekowisata atau lemahnya masyarakat mencari

informasi.

3. Peluang

a. Agrowisata

Potensi perkebunan yang ada di sekitar situ dapat memberikan peluang

dikembangkannya agrowisata. Bentuk agrowisata yang dapat dikembangkan di

kawasan Setu Babakan adalah dengan menanami berbagai tanaman buah seperti

belimbing, rambutan, salak dan tanaman buah lainnya di pekarangan rumah atau

Page 102: Ekologis Setu Babakan

87

kebun milik penduduk kemudian wisatawan yang datang dapat memetik sendiri

buah-buahan yang diinginkan secara langsung dengan tambahan lanskap wisata agro

berupa bangku dan lampu taman sehingga pengunjung dapat dengan nyaman

berwisata.

b. Citra budaya

Kawasan Setu Babakan yang ditetapkan sebagai Perkampungan Budaya

Betawi merupakan satu-satunya objek wisata air dan wisata budaya yang

dikembangkan di DKI Jakarta. Objek wisata ini tidak bersifat statis tetapi juga

dinamis yang akan memberikan kesempatan untuk menciptakan citra yang kuat

bahwa jika ingin mengetahui mengenai Betawi silahkan datang ke Perkampungan

Budaya Betawi di kelurahan Srengseng Sawah. Karena kita bisa menikmati

langsung nuansa yang diberikan dari mulai bentang alam, arsitektur bangunan dan

juga pola kehidupan masyarakat yang kental dengan nuansa Betawi.

c. Pengembangan kawasan

SK Gubernur No. 92 Tahun 2000 telah disempurnakan lagi dengan

dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2005, yaitu

tentang penetapan perkampungan Budaya Betawi di kelurahan Srengseng Sawah.

Penetapan Perkampungan Budaya Betawi juga memiliki fungsi-fungsi, yaitu sebagai

sarana pemukiman, sarana ibadah, sarana informasi, sarana seni dan budaya, sarana

pendidikan, sarana penelitian, sarana pelestarian dan pengembangan, serta yang

terakhir, yaitu sebagai sarana pariwisata.

4. Ancaman

a. Image yang komersil

Dikembangkannya kawasan Perkampungan Budaya Betawi menjadi objek

wisata maka akan dapat menambah dan meningkatkan nilai-nilai ekonomi daerah

tersebut atau secara aktual fenomena materialisme cenderung melebihi spiritiualisme

yang dapat mengkondisikan segala sesuatu dihitung secara material atau komersial.

Hal ini harus diantisipasi agar daya dukung alam dan penyangga kebudayaan tidak

dimanfaatkan hanya dengan memperhitungkan keuntungan yang didapat.

Jika hanya mempertimbangkan dari segi ekonomi besar kemungkinannya

terjadi eksploitasi dan pengembangan kawasan wisata tanpa memperhitungkan daya

dukung kawasan. Padahal konsep ekowisata adalah pengembangan pariwisata yang

berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan

Page 103: Ekologis Setu Babakan

88

alam dan budaya. Sementara ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat

didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di

tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam

dan secara ekonomi berkelanjutan, yang mendukung upaya-upaya pelestarian

lingkungan alam dan budaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat

(Conservation International, 2006).

b. Kerusakan lingkungan

Akibat pembangunan fasilitas sarana dan prasarana kepariwisataan di

Perkampungan Budaya Betawi yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan

berkurangnya ruang hijau yang merupakan ruang penyangga untuk penyerapan air

khususnya wilayah Jakarta selatan yang tentu saja dapat memberikan dampak yang

sangat luas tidak saja dilokasi objek tetapi juga wilayah lain. Kawasan Setu Babakan

yang diperuntukan sebagai daerah resapan air oleh Pemda Jakarta butuh pengawasan

yang lebih intensif mengingat selain pembangunan fasilitas wisata juga letaknya

yang dekat pemukiman penduuk yang bisa berakibat kerusakan lingkungan.

c. Potensi buangan limbah

Letak Setu Babakan yang berada di kawasan pemukiman penduduk dapat

berpotensi menurunnya kualitas air. Perubahan kondisi kualitas air Situ Babakan

sangat tergantung pada kebiasaan hidup penduduk yang tercakup dalam daerah

aliran Situ Babakan. Masuknya partikel-partikel tersuspensi dan limbah-limbah dari

aktifitas yang dilakukan oleh berbagai sektor tersebut seperti zat-zat organik, unsur-

unsur Nitrogen dan Phosphat yang dihasilkan dari sisa buangan limbah domestik dan

sisa pakan ikan dapat berpeluang terjadinya eutrofikasi, pencemaran kualitas air dan

pendangkalan perairan yang akhirnya dapat mempengaruhi keberlanjutan usaha

wisata di Setu Babakan. Selain itu, penanganan sampah yang sederhana seperti

dibakar dan ditimbun juga dapat mempengaruhi estetika kawasan dan persepsi

wisatawan terhadap kebersihan kawasan.

4.8.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal

Faktor internal dan eksternal terlebih dahulu ditentukan tingkat kepenti

ngannya sebelum dilakukan pembobotan pada faktor-faktor tersebut. Tingkat

kepentingan faktor internal dan eksternal pada kawasan Situ Babakan dapat dilihat

secara berturut-turut pada Tabel 13 dan Tabel 14. Setelah memperoleh tingkat

Page 104: Ekologis Setu Babakan

89

kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan

pembobotan (Tabel 15 dan Tabel 16).

Tabel 13. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan Setu Babakan

Simbol Faktor kekuatan (Strengths) Tingkat kepentingan

S1 Potensi sumberdaya alam Kekuatan yang sangat besar S2 Letak yang strategis Kekuatan yang besar

S3 Potensi sosial budaya Kekuatan yang sangat besar

Simbol Faktor kelemahan (Weaknesses) Tingkat kepentingan

W1 Informasi objek Kelemahan yang sangat berarti W2 Kebersihan di objek kurang Kelemahan yang cukup berarti

W3 Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas

sektoral

Kelemahan yang sangat berarti

W4 Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman

penduduk

Kelemahan yang cukup berarti

Tabel 14. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan Setu Babakan

Simbol Faktor peluang (Opportunities) Tingkat kepentingan

O1 Agrowisata Peluang yang sangat tinggi

O2 Pengembangan kawasan telah didukung oleh

kebijakan Pemda DKI Jakarta

Peluang yang tinggi

O3 Daerah wisata dengan citra budaya yang kuat Peluang yang tinggi

Simbol Faktor ancaman (Threats) Tingkat kepentingan

T1 Potensi buangan limbah Ancaman sangat besar

T2 Kerusakan lingkungan Ancaman besar

T3 Image yang komersil Ancaman sedang

Tabel 15. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan Setu Babakan

Simbol faktor

internal S1 S2 S4 W1 W2 W3 W4 Total Bobot

S1 1 1 2 1 1 1 9 0,11

S2 3 2 3 2 2 2 16 0,20

S3 3 2 3 2 2 2 9 0,11

W1 2 1 1 1 1 1 9 0,11

W2 4 2 2 3 2 2 16 0,20

W3 4 2 2 3 2 2 9 0,11

W4 4 2 2 3 2 2 14 0,17

Total 82 1,00

Tabel 16. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan Setu Babakan

Simbol faktor

eksternal O1 O2 O3 T1 T2 T3 Total Bobot

O1 1 1

2 1 1 6 0,10

O2 3 2

3 2 1 11 0,17

O3 3 2

3 2 1 11 0,17

T1 2 1 1

1 1 6 0,10

T2 3 2 2

4 1 12 0,19

T3 4 3 3 4 3 17 0,27

Total 63 1,00

Page 105: Ekologis Setu Babakan

90

4.8.3. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks

External Factor Evaluation (EFE)

Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan

eksternal, selanjutnya dilakukan penentuan peringkat (rating) antara 1-4. Kemudian

rating setiap faktor tersebut dikali dengan bobot untuk memperoleh skor

pembobotan yang tercantum dalam matriks IFE dan EFE (Tabel 17 dan Tabel 18).

Tabel 17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) kawasan Setu Babakan

Faktor strategis internal Bobot Rating Skor

Potensi sumberdaya alam 0,11 4,00 0,44

Letak yang strategis 0,20 3,00 0,59

Potensi sosial budaya 0,11 4,00 0,44

Pemasaran objek 0,11 1,00 0,11

Kebersihan di objek kurang 0,20 2,00 0,39 Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas sektoral 0,11 1,00 0,11

Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk 0,17 2,00 0,34

Total 1,00 2,41

Tabel 18. Matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan Setu Babakan

Faktor strategis eksternal Bobot Rating Skor

Agrowisata 0,10 4,00 0,38

Pengembangan kawasan telah didukung oleh kebijakan Pemda DKI Jakarta 0,17 3,00 0,52

Daerah wisata dengan image atau citra yang kuat 0,17 3,00 0,52

Potensi buangan limbah 0,10 1,00 0,10

Kerusakan lingkungan 0,19 2,00 0,38

Image yang komersil 0,27 3,00 0,81

Total 1,00 2,71

Kondisi internal kawasan Setu Babakan kuat karena memiliki nilai total skor

di sebesar 2,41. Total skor EFE yaitu sebesar 2,71 sehingga menunjukkan bahwa

kondisi eksternal kawasan Setu Babakan kuat. Hal ini diungkapkan oleh David

(2006) bahwa nilai total skor EFE > 2,5 menunjukkan kondisi eksternal adalah kuat.

4.8.4. Pembuatan matriks SWOT

Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah

membuat matriks SWOT (Tabel 19). Setiap unsur SWOT yang ada saling

dihubungkan untuk memperoleh beberapa alternatif strategi pengelolaan kawasan

Setu Babakan. Matriks ini menghubungkan empat kemungkinan strategi, yaitu

menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada (strategi

S-O), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi

Page 106: Ekologis Setu Babakan

91

(strategi S-T), mendapatkan keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan

(strategi W-O), meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman (strategi W-

T).

Tabel 19. Matriks SWOT

IFE

EFE

Kekuatan (S)

1. Potensi Sumberdaya Alam

2. Letak yang strategis

3. Potensi sosial budaya

Kelemahan (W)

1. Informasi objek

2. Kebersihan di objek kurang

3. Pengelolaan kawasan terlalu banyak

melibatkan lintas sektoral

4. Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk

Peluang (O)

1.Agrowisata

2.Pengembangan kawasan

telah didukung oleh

kebijakan Pemda DKI

Jakarta 3.Daerah wisata dengan image

atau citra yang kuat

Strategi S-O

1. Mengembangkan kawasan sesuai dengan

Kebijakan Pemda DKI Jakarta sebagai

daerah wisata budaya, wisata air dan wisata

agro yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan 2. Membuka peluang kebutuhan masyarakat

akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi

kawasan di dalam Kota Jakarta dan

lingkungan yang serasi dengan budaya

3. Mengoptimalkan pengembangan kawasan

sebagai daerah cagar budaya dan upaya

pengelolaan sumberdaya alam di Setu

Babakan dengan menjalin kerjasama antara pengelola, masyarakat dan pemerintah

Strategi W-O

1. Perlu melakukan koordinasi antar

instansi-instansi yang berkaitan

langsung sehingga tidak terjadi

tumpang tindih kepentingan di

wilayah Setu Babakan 2. Perlunya bekerjasama dengan biro

tour agar menjadi nagian dari paket

wisata yang ada di DKI Jakarta

3. Mengatur penataan, perbaiakan dan

fasilitas dan uitilitas dengan tetap

berointasi pada kawasan sebagai

daerah resapan dan wisata sehingga

kebersihan objek tetap terus dijaga.

Ancaman (T)

1. Potensi buangan limbah

2. Kerusakan lingkungan

3. Image yang komersil

Strategi S-T

1. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai

objek wisata yang berwawasan lingkungan

dan berkelanjutan serta mencegah

terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak

memperhatikan daya dukung 2. Mempertahankan kondisi tipikal

perkampungan Betawi yang ada di

kawasan Setu Babakan sebagai corak

budaya dan lingkungan yang asri dengan

konsep lestari dan terletak di lokasi yang

strategis.

3. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai

daerah reasapan air melalui pengawasan yang ketat terhadap perubahan penggunaan

lahan dan buangan limbah masyarakat.

Strategi W-T

1. Mensosialisasikan mengenai prinsip

dan konsep ekowisata kepada

stakeholders

2. Memberikan pengawasan ekstra

dalam pembangunan kawasan dan membuat aturan mengenai batas

maksimum dan minimum rasio

daerah terbangun/daerah tidak

terbangun serta buangan limbah

domestik guna mencegah terjadinya

kerusakan lingkungan

3. Perlunya sosialisasi dan penerapan

sanksi oleh pihak pengelola terhadap pihak-pihak yang tidak menjaga

kebersihan dan membuang limbah

yang dapat mencemari kawasan

4.8.5. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi

Penentuan prioritas strategi pengelolaan kawasan Setu Babakan dilakukan

dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor

pembobotan akan menentukan rangking prioritas strategi. Jumlah skor (nilai) ini

diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait.

Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil

dari semua strategi. Tabel perangkingan alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel

20.

Page 107: Ekologis Setu Babakan

92

Tabel 20. Perangkingan alternatif strategi

Alternatif strategi Keterkaitan dengan

unsur SWOT Skor Rangking

Mengembangkan kawasan sesuai dengan Kebijakan Pemda DKI

Jakarta sebagai daerah wisata budaya, wisata air dan wisata agro

yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

S1,S3, O1,O2 1,78 5

Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan

kestrategisan lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan

lingkungan yang serasi dengan budaya

S1,S2,S3,O3 1,99 3

Mengoptimalkan pengembangan kawasan sebagai daerah cagar

budaya dengan menjalin kerjasama antara pengelola, masyarakat

dan pemerintah

S1,S3,O2,O3 1,93 4

Perlu melakukan koordinasi antar instansi-instansi yang berkaitan

langsung sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan di

wilayah Setu Babakan

W3,O2 0,63 12

Lebih memaksimalkan lagi promosi dan publikasi Setu Babakan

sebagai kawasan wisata yang terletak di Perkampungan Budaya

Betawi Setu Babakan dengan mengandalkan tiga objek wisata yaitu wisata air, wisata agro dan wisata budaya.

W1,W4,O1,O3 1,36 8

Mengatur penataan, perbaiakn dan fasilitas dan uitilitas dengan

tetap berointasi pada kawasan sebagai daerah resapan dan wisata sehingga kebersihan objek tetap terus dijaga

W2,W4,O2,O3 1,78 6

Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya

dukung

S1,S3,T2,T3 2,07 2

Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan

yang asri dengan konsep lestari dan terletak di lokasi yang

strategis di DKI Jakarta.

S1,S2,S3,T2,T3 2,63 1

Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai daerah reasapan air

melalui pengawasan yang ketat terhadap perubahan penggunaan

lahan dan buangan limbah masyarakat.

S1, T1,T2 0,92 11

Mensosialisasikan mengenai prinsip dan konsep ekowisata kepada

stakeholders W1,W3,T2,T3 1,41 7

Memberikan pengawasan ekstra dalam pembangunan kawasan dan membuat aturan mengenai batas maksimum dan minimum rasio

daerah terbangun/daerah tidak terbangun serta buangan limbah domestik

W2,W4,T1,T2 1,21 9

Perlunya sosialisasi dan penerapan sanksi oleh pihak pengelola

terhadap pihak-pihak yang tidak menjaga kebersihan dan membuang limbah yang dapat mencemari kawasan

W2, W4,T1 0,94 10

Dari 12 alternatif strategi yang dihasilkan, maka diperoleh tiga prioritas

utama sebagai rencana strategis utama dalam pengelolaan kawasan Setu Babakan.

Strategi-strategi tersebut adalah:

1. Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu

Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari

dan terletak di lokasi yang strategis di DKI Jakarta.

Daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Setu Babakan meliputi

pemandangan alam yang indah, perairan yang bersih, dan menyaksikan pergelaran

seni budaya Betawi. Aksebilitas yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum

dan pribadi juga menjadi pilihan wisatawan berkunjung ke kawasan Setu Babakan

yang ada Perkampungan Budaya Betawi dan menjadi ciri khas tempat objek wisata

dengan corak budaya betawi yang kental. Oleh karena itu, kondisi seperti ini sudah

Page 108: Ekologis Setu Babakan

93

sangat sulit ditemukan di tengah hiruk pikuknya kota Jakarta dan harus terus

dilestarikan.

2. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan

yang tidak memperhatikan daya dukung.

Dalam kebijakan Tata Ruang Propinsi DKI Jakarta disebutkan bahwa

kawasan Setu Babakan merupakan kawasan prioritas untuk dikembangkan sebagai

daerah fasilitas kota dan keseimbangan alam melalui Perkampungan Budaya Betawi

yang didukung hutan kota yang serasi untuk kawasan wisata budaya dan lokasi

wisata lingkungan (wisata air dan agro) di Jakarta. Ditambah lagi dengan visi dan

misi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi yang ingin mewujudkan

kebudayaan dan pariwisata yang maju, dinamis, dan berwawasan lingkungan serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan

lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya

Kawasan Setu Babakan yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi dapat

membuka peluang pasar yang cukup luas. Kawasan ini terletak di Kota Jakarta dan

keberadaan lingkungannya serasi dengan budaya Betawi, sehingga pengelola dapat

menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang

bernuansa budaya Betawi, mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan non-

fisik sehingga saling bersinergi untuk tetap mempertahankan fungsi ekologi Setu

Babakan.

Alternatif strategi juga dapat disusun melalui penetuan koordinat titik A(P,Q)

dengan terlebih dahulu menentukan nilai P dan nilai Q. Penentuan koordinat nilai P

dan koordinat nilai Q dilakukan untuk menentukan posisi strategis yang akan

dijelaskan berdasarkan hasil identifikasi, sehingga strategi yang akan dijalankan

berada pada titik A(P,Q). Nilai P diperoleh dari pengurangan antara total skor

kekuatan (Strength) dengan total skor kelemahan (Weakness) yang terdapat pada

matriks IFE. Sedangkan nilai Q didapatkan dari total skor peluang (Opportunity)

dikurangi total skor ancaman (Threat) yang terdapat pada matriks EFE.

Titik A berada ada koordinat (0,51;0,14) yang terletak di kuadran 1. Hal ini

berarti bahwa pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan sebaiknya

Page 109: Ekologis Setu Babakan

94

-1.50

-1.25

-1.00

-0.75

-0.50

-0.25

0.00

0.25

0.50

0.75

1.00

1.25

1.50

-1-0.9-0.8-0.7-0.6-0.5-0.4-0.3-0.2-0.11E-160.10.20.30.40.50.60.70.80.9 1

menggunakan prioritas utama strategi berdasarkan pada strategi S-O (Strength-

Opportunity) yaitu melakukan mengembangkan kawasan sebagai tempat wisata

yang berwawasn lingkungan dan mengoptimalkan sebagai kawasan cagar budaya

dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan membuka peluang kebutuhan

masyarakat akan tempat wisata dengan kestrategisan lokasi. Strategi S-O merupakan

strategi yang sangat menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang yang

ada di kawasan Setu Babakan (Gambar 30).

Peluang (Opportunity)

Kuadran II Kuadran I

(W-O) (S-O)

Kelemahan Kekuatan

(Weakness) (Strength)

A(1,0;0,14)

Kuadran III Kuadran IV

(W-T) (S-T)

Ancaman (Threat)

Gambar 30. Diagram mengenai posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan

dan pengembangan kawasan Setu Babakan

Page 110: Ekologis Setu Babakan

95

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setu Babakan merupakan objek wisata yang berada di kawasan cagar budaya

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kondisi perairan yang tidak tercemar

dengan kelimpahan ikan yang bisa dikembangkan untuk berbagai kegiatan wisata

air. Setu Babakan juga memiliki tumbuhan air yang selain memiliki nilai estetika

juga memiliki kemampuan menetralisir pencemaran lingkungan. Dalam pengelolaan

kawasan Setu Babakan melibatkan beberapa instansi terkait. Dinas Kebudayaan dan

Permuseuman DKI Jakarta menetapkan tim pengelola yang bertugas meningkatkan

fungsi dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada di Perkampungan Budaya Betawi,

serta berkoordinasi dengan dinas-dinas lain yang terkait.

Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, lokasi-lokasi yang sesuai untuk

dilakukan kegiatan-kegiatan wisata adalah memancing (lokasi 1), bersepeda air

(lokasi 2), berperahu (lokasi 3), duduk santai (lokasi 4, 6,7 dan 8), foto dan shooting

(lokasi 5), dan flying fox (bagian dari lokasi 7).

Total wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Setu Babakan sebanyak

1.047 orang/hari, tetapi harus menyebar dalam kisaran waktu selama 8 jam/hari atau

tidak terakumulasi pada jam-jam kunjungan yang sama. Berdasarkan hasil analisis

SWOT di kawasan Setu Babakan dihasilkan strategi S-O (Strength-Opportunity)

Startegi S-O merupakan situasi yang sangat menguntungkan dimana pengelola

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada

untuk mengelola dan mengembangkan kawasan Setu Babakan.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini, dengan letak kawasan Setu Babakan yang berada

di DKI Jakarta dan berada ditengah pemukiman penduduk maka perlunya

mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu

Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari.

Kemudian perlunya pengembangan kawasan wisata di bagian Selatan Setu Babakan

terutama wisata agro melihat potensi lokasi yang berupa sawah dan kebun guna

menarik wisatawan agar tidak terpusat di wisata air dan bagian Barat Setu Babakan

yang memang menjadi pusat kegiatan wisata.

Page 111: Ekologis Setu Babakan

96

DAFTAR PUSTAKA

Agustin H. 2007. Inventarisasi Potensi dan Peluang Pengembangan Ekowisata Situ

Lengkong Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

[skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. vi + 96 hlm.

Anton. 2008. Sehari di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Jakarta.

http://www.beritajakarta.com [5 Desember 2008].

Apriyani R. 2007. Dampak Perubahan Ekosistem Situ Babakan Terhadap Kehidupan

Penduduk Sekitrar [skripsi]. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. xii + 96 hlm.

Badan Perencana Pembangunan Daerah DKI Jakarta. 2000. Jakarta Membangun.

RTRW DKI Jakarta. http://www.bappedajakarta.go.id/jktbangun. [15 Juni

2009].

Basmi J. 1999. Plaktonologi: Plankton sebgai bioindikator kualitas perairan.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74-76

hlm.

Boyd C E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier

Scientific Publishing Company. Amsterdam. Oxford. xi + 318 p.

Conservation International. 2006. Studi Kelayakan Ekowisata. http://www.pdf-

search-engine.com [6 Januari 2009]

David FR. 2006. Manajemen Strategis. Konsep. Ed ke-10. Paulyn Sulistio, Mcomm

dan Harryadin Mahardika. Penerjemah. PT Prenhallindo. Jakarta. xxxx + 456

Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan Dinas Tata Kota

DKI Jakarta. 2001. Penyempurnaan Master Plan dan Penyusunan Rencana

Teknis Ruang KawasanBudaya Betawi di Situ Babakan.. Jakarta.

Dwikorawati S S. 1994. Telaah Kandungan Nitrogen dan Fosfor di Perairan Setu

Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. [Tesis]. IPB. Bogor. vi +

120 hlm.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm.

Ely 2009. Setu Babakan Bakal Bernasib Sama Dengan Condet?, Terlalu Banyak

Unit yang Menangani Bikin Rumit Admi. Jakarta. http://www.hupelita.com [6

Januari 2009].

Page 112: Ekologis Setu Babakan

97

Feliatra. 2002. Sebaran Bakteri Eschercia coli di Perairan Muara Sungai Bantan

Tengah Bengkalis Riau. Laboratorium Biologi Laut. Faperika. Universitas

Riau. 179-181 hlm.

Goldman CR and AJ Horne. 1983. Limnology. McGraw-Hill Inc. United State of

America. xvi + 464

Gołdyn H, Arczyńska-Chudy E, Pińskwar P,& Jezierska-Madziar M. 2008. Natural

and anthropogenic transformations of water and marsh vegetation in Lake

Zbęchy (Wielkopolska Region). International Journal of Oceanography and

Hydrobiology. 37(2):77-87.

Grimes DJ and Lalibertet. 1982. Survival of Escherichia coli in Lake Bottom

Sediment Applied and Enviromental Microbiologi. 43(3):623-628

Hobson E., 1974. Feeding Relationships of Teleostean Fishes of coral reefs in Kona,

Hawaii. Fish. Bull., 72(4):915-1.031

Indrasti R, Bakrie B, & Wiguna IW. 2003. An Ecological Assesment of Situ

Babakan Lake for Agroturism Development in Jakarta. Jurnal Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian 6(2):176-184

Parwati E, Kartika T, Indarto J, Dyah F, Nur M & Kartasasmita M. 2007. The Study

of Relation Between Total Suspended Solid (TSS) and Landuse / Landcover

Change in The Berau Coastal Area, East Kalimantan. Proceeding Geo-Marine

Research Forum

Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2005. Peraturan Daerah Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan

Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan

Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Jakarta

Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang

Benda Cagar Budaya.

Prihantini NB, Wardhana W, Hendrayanti D, Widyawan A, Ariyani Y & Rianto R.

2008. Biodiversitas Cyanobacteria dari Beberapa Situ/Danau di Kawasan

Jakarta-Depok-Bogor, Indonesia. Makaira Sains. 12(1):44-54

Kementrian Lingkungan Hidup. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran. Jakarta

Kelurahan Serengseng Sawah. 2009. Laporan Bulanan : Juni 2009 Kelurahan

Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Jakarta

Page 113: Ekologis Setu Babakan

98

Majid R. 2008. Analisis Willingnes to Pay Pengunjung Terhadap Upaya Pelestarian

Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. [skripsi]. Program

Studi Ekonomi pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor. Bogor. vi + 84.

Maryadi D. 2003. Peluang Pengembangan Ekowisata di Kawasan Rawa Danau dan

Sekitarnya, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. [Tesis]. Program Pasca

Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Masifwa W.F, Twongo T, & Denny P. 2001. The Impact of Water Hyacinth,

Eichhornia crassipes (Mart) Solms on The Abundance and Diversity of

Aquatic Macroinvertebrates Along The Shores of Northern Lake Victoria,

Uganda. In: Hydrobiologia. 452(1-3):79-88.

Myers N. 1996. Environmental Services of Biodiversity. Proc. Natl. Acad. Sci.

USA. 93:2764-2769

Needham JG. 1962. A Guide to the Study of Fresh Water Biology. San Fransisco,

Calif: Holden-Day. Inc. 174 p.

Novotny V and Olem H. 1994. Water Quality: Prevention, Identification and

Management of Diffuse Pollution. Van Nostrand Reinhold. New York. 1054 p.

Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd edition

. Philadelpia. W. B Saunders

Company. 74 p.

Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. 2008. Kunjunga Wisatawan

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Tahun 2008. Jakarta.

Puspita LE, Ratnawati, INN Suryadiputra, & AA Meutia. 2005. Lahan Basah Buatan

di Indonesia. Ditjen. PHKA. Wetlands International Indonesia Programme.

Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta. 188 hlm.

Roemantyo, Noerdjito M, Prabandani D, & Maryanto I. 2003. Perubahan Jumlah

Situ-Rawa di Jabodetabek Tahun 1922-1943 dan 2000 dalam Manajemen

Bioregional Jabodetabek: Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan

Danau. R Ubaidillah dan I Maryanto (eds). Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 85-

97 hlm.

Sari E. 2009. Kajian Pengelolaan Wisata Air Situ Gede Kecamatan Bogor Barat,

Kota Bogor [skripsi]. Departemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiii + 188 hlm.

Soemarwoto O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Ed ke-10.

Djambatan. Jakarta. xii + 362 hlm.

Page 114: Ekologis Setu Babakan

99

Souza MBG, Barros CFA, Barbosa F, Hajnal E, & Padisak J. 2008. Role of

Atelomixis in Replacement of Phytoplankton Assemblages in Dom Helvécio

Lake, South-East Brazil. Hydrobiologia. 607 (1): 211-216

Stirn, J. 1981. Manual Methods in Aquatic Environment Research. Part 8. Rome:

Ecological Assesment of Pollution Effect, FAO

Surya G. 1998. Tingkat Kesuburan Perairan Situ Lengkong Panjalu, Ciamis, Jawa

Barat Berdasarkan Kandungan Unsur P dan N. [Skripsi]. Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Institut Pertanian Bogor. 57 hlm.

Suryadiputra INN. 2003. Penelitian Situ-Situ di Jabodetabek: Tantangan dan

Harapan. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 205-228 hlm.

Tebbut THY. 1992. Priciples of Water Quality Control. Fourth Edition. Pergamon Press.

Oxford. 251 p.

Ubaidillah R, & Maryanto, I. 2003. Manajemen Bioregional JABODETABEK:

Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian

Biologi-LIPI. Bogor. xxvi + 404 hlm.

Wall G. 1997. Forum:Is Ecotourism Sustainable?. Environmental Management.

21(4):483-491

Wulandari TW. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Danau. http://matakelabu.coffee-

cat.net [7 Mei 2009].

Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya

perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Instut Pertanian Bogor.

Yusuf. 2008. Lingkungan Danau Tempe. http://ekosistem-danautempe.blogspot.com

[7 Mei 2009]

Yoeti OA. 2000. Ekowisata Pariwisata Berwawasan Lingkungan. Penerbit Pertja.

Jakarta. xxii + 173 hal.

Page 115: Ekologis Setu Babakan

100

LAMPIRAN

Page 116: Ekologis Setu Babakan

101

Lampiran 1. Gambar lokasi penelitian

Page 117: Ekologis Setu Babakan

102

Lampiran 2. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan kualitas air

Erlenmeyer Timbangan digital Vacuum pump

Secchi disk pH meter Reagen untuk analisis DO

& BOD

SCT meter Van dorn water sampler Tambang dan pemberat

Inkubator Planktonet Botol BOD GPS Meteran

Page 118: Ekologis Setu Babakan

103

Lampiran 3. K

uisioner untuk wisatawan

A. Data Pribadi Wisatawan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Asal/ Tempat Tinggal :

5. Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/S1/S2/S3

6. Pekerjaan :

7. Pendapatan :

a. Kurang dari Rp.500.000,-

b. Rp.500.000,- sampai Rp. 1000.000,-

c. Rp. 1000.000,- sampai Rp. 2000.000,-

d. Lebih dari Rp. 2000.000,-

8. Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke kawasan Situ Babakan :

a. Kurang dari Rp.10.000,-

b. Rp. 10.000,- sampai Rp.30.000,-

c. Rp. 30.000,- sampai Rp. 50.000,-

d. Lebih dari Rp. 50.000,-

B. Motivasi Wisatawan

1. Dari manakah saudara/i mendapat informasi mengenai Situ Babakan?

a. Teman

b. Radio / Televisi

c. Leaflet / brosur

d. Lainnya...........

2. Apakah sebelumnya saudara/i pernah berkunjung ke Situ Babakan ?

a. Belum pernah

b. Pernah, berapa kali?...........

3. Apa yang mendorong saudara/i berkunjung ke tempat ini ?

a. Belum pernah berkunjung ke tempat ini

b. Mudah dijangkau

c. Diajak teman

Lampiran 3. (lanjutan)

d. Pemandangan indah

e. Lainnya...........

4. Apakah tujuan saudara/i mengunjung tempat ini?

a. Menikmati keindahan alam

b. Mengisi waktu luang

c. Menghilangkan stres dari aktifitas-aktifitas keseharian

d. Menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan

e. Lainnya……….

5. Mengapa saudara/i memilih tempat ini?

a. Aksesibilitasnya yang mudah

b. Biaya murah

c. Fasilitas Lengkap

d. Lainnya………..

C. Persepsi Wisatawan

1. Apakah saudara/i merasa puas melakukan kegiatan di kawasan wisata Situ Babakan?

a. Sangat puas, karena………..

b. Puas, karena………..

c. Cukup puas, karena……….

d. Tidak puas, karena………..

e. Sangat tidak puas, karena………..

Page 119: Ekologis Setu Babakan

104

Lampiran 3. (lanjutan)

2. Apakah saudara/i mengerti dengan konsep ekowisata?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah saudara/i setuju jika kawasan wisata Situ Babakan dijadikan sebagai kawasan

ekowisata?

a. Ya, karena ...........

b. Tidak, karena. ..........

4. Apakah saudara/i setuju dengan adanya pembatasan jumlah pengunjung ke kawasan wisata

Situ Babakan?

a. Ya, karena ...........

b. Tidak, karena. ..........

5. Apa menurut saudara/i yang menjadi hambatan untuk datang ke kawasan wisata Situ Babakan?

a. Kondisi jalan yang menuju ke kawasan Situ Babakan

b. Lalu lintas yang sering macet

c. Tiket masuk yang terlalu mahal

d. Susah menemukan lokasi

e. Tidak ada waktu luang

f. Lainnya..........

6. Apakah menurut saudara/i fasilitas di kawasan wisata sudah cukup atau tidak?

a. Cukup, karena............

b. Tidak, karena ............

7. Kekurangan di kawasan wisata Situ Babakan?

a. Kenyamanan kurang karena sampah

b. Pelayanan kurang ramah

c. Jenis-jenis aktifitas wisata kurang beranekaragaman

d. Fasilitas kurang

e. Kenyamanan kurang karena terlalu ramai

f. Lainnya...........

8. Menurut saudara/i harga tiket masuk sekarang ke kawasan wisata Situ Babakan?

a. Mahal

b. Sedang

c. Murah

9. Bagaimana pendapat saudara/i terhadap kelestarian lingkungan Situ Babakan?

a. Baik, karena...........

b. Kurang baik, karena...........

c. Buruk, karena..........

Page 120: Ekologis Setu Babakan

105

Lampiran 3. (lanjutan)

10. Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas dan lingkungan yang ada di kawasan

wisata Situ Babakan

No. Aspek Penilaian/Parameter Kriteria / Persepsi

Baik Cukup Kurang Tidak Tahu

1. Aksesibilitas

2. Pelayanan oleh pengelola

3 Keamanan kawasan wisata

4. Kenyamanan dalam kawasan

5. Keindahan Kawasan Wisata

6. Kebersihan lingkungan

7. Kebersihan air

8. Keaslian lingkungan

9. Peraturan yang ada dalam

kawasan

10. Sistem tata ruang dan tata

letak fasilitas

11. Fasilitas rekreasi:

12. Tempat sampah

13. Toilet

14. Tempat ibadah

15. Taman duduk

No. Aspek Penilaian/Parameter Kriteria / Persepsi

Baik Cukup Kurang Tidak Tahu

1. Tempat bermain anak

2. Warung penjualan makanan

3. Toko souvenir

4. Fasilitas perahu

D. Aktivitas Wisatawan

1. Saudara/i datang ke tempat ini

a. Sendiri

b. Berdua

c. Keluarga

d. Kelompok/Rombongan

Lampiran 3. (lanjutan)

2. Jenis kendaraan yang saudara/i gunakan untuk mencapai lokasi ini?

a. Kendaraan pribadi

b. Sewa / carter

c. Kendaraan umum (angkot/ojek)

d. Jalan kaki

3. Perlengkapan yang saudara/i bawa ke kawasan wisata

a. Kamera

b. Handycam

c. Tape Recorder

d. Lainnya……….

4. Kegiatan yang saudara/i lakukan di tempat ini

a. Piknik

b. Mancing

c. Fotografi

d. Menikmati keindahan alam

e. Lainnya………..

Page 121: Ekologis Setu Babakan

106

Lampiran 3. (lanjutan)

5. Dimanakah saudara/i membuang sampah?

a. Tempat sampah

b. Ke Situ Babakan

c. Dibuang begitu saja

6. Apakah saudara/i berkeinginan untuk kembali berkunjung atau melakukan rekreasi di Situ

Babakan kembali ke depannya?

a. Ya, karena………..

b. Tidak, karena………..

7. Apakah saudara/i merasa nyaman apabila kawasan wisata dipadati oleh pengunjung lain pada

saat anda berwisata ke kawasan ini?

a. Nyaman

b. Biasa aja

c. Kurang nyaman

d. Tidak nyaman

Lampiran 3. (lanjutan)

8. Apakah saudara/i setuju adanya pembatasan pengunjung dalam kurun waktu tertentu di

kawasan wisata?

a. Setuju, karena………..

b. Tidak setuju, karena………..

9. Selama kunjungan saudara/i di kawasan ini, apakah ada aktivitas wisata yang menurut anda

berpotensi untuk dikembangkan?

a. Ya, yaitu………..

b. Tidak tahu/ada

10. Sebaiknya aktivitas wisata apa yang perlu penambahan atau perbaikan?

a. Memancing

b. Berkemah

c. Perahu

d. Duduk Santai

e. Lainnya………..

11. Menurut saudara/i apakah ada kegiatan yang merusak lingkungan di kawasan ini?

a. Ada, yaitu………..

b. Tidak ada

Page 122: Ekologis Setu Babakan

107

Lampiran 4. Kuisioner untuk masyarakat sekitar

A. Data Pribadi Masyarakat Sekitar

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/S1/S2/S3

5.Status dalam keluarga :

6. Pekerjaan :

7. Pendapatan per bulan :

a. Kurang dari Rp.500.000,-

b. Rp.500.000,- sampai Rp. 1000.000,-

c. Rp. 1000.000,- sampai Rp. 2000.000,-

d. Lebih dari Rp. 2000.000,-

B. Manfaat dan Pengaruh Wisata

1. Manfaat yang diperoleh :

a. Kondisi jalan menjadi baik

b. Membuka lapangna kerja / ada kesempatan berusaha

c. Bisa berinteraksi dengan wisatawan

d. Tidak ada manfaat yang dirasakan

e. Lainnya………..

2. Pengaruh / dampak negatif yang saudara/i lihat atau rasakan dengan adanya kegiatan wisata :

a. Terpengaruhnya kehidupan masyarakar oleh perilaku wisatawan

b. Kotornya kawasan

c. Tercemarnya perairan

d. Tingkat keamanan masyarakat terganggu

e. Tidak ada kekhawatiran apa-apa

f. Lainnya………..

3. Bentuk kerjasama / bantuan yang dilakukan pengelola dengan masyarakat yang saudara/i tahu

atau rasakan :

a. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar

b. Tidak ada bantuan apa-apa

Lampiran 4. (lanjutan)

c. Bantuan modal untuk usaha di sekitar kawasan wisata.

d. Lainnya……….

4. Pengaruh yang sudah ada pada masyarakat akibat perilaku wisatawan :

a. Perilaku berpakaian (ada / cenderung / tidak ada)

b. Perilaku berbicara (ada / cenderung / tidak ada)

c. Tingkah laku (ada / cemderung / tidak ada)

d. Lainnya……….

C. Aktivitas Masyarakat di kawasan Situ Babakan

1. Sudah berapa kali saudara/i masuk ke kawasan Situ Babakan?

a. Satu kali

b. Dua kali

c. Lebih dari dua kali

d. Lainnya………..

2. Aktivitas yang dilakukan dalam kawasan wisata Situ Babakan?

a. Bekerja

b. Berdagang

c. Lainnya………..

3. Pernahkah saudara/i melakukan kegiatan untuk menjaga kelestarian lingkungan Situ Babakan?

a. Belum pernah

b. Pernah, yaitu………..

4. Apakah menurut saudara/i pengelolaan kawasan wisata Sitru Babakan ini sudah menjaga

kelestarian alamnya?

a. Ya, karena………..

b. Tidak

Page 123: Ekologis Setu Babakan

108

Lampiran 4. (lanjutan)

5. Apakah saudara/i senang dengan adanya kawasan wisata ini?

a. Ya, karena………..

b. Tidak

6. Setujukah saudara/I apabila tanah milik masyarat dibeli oleh pengelola dan dibangun fasilitas

hotel/restoran di kawasan wisata?

a. Ya, karena………..

Lampiran 4. (lanjutan)

b. Tidak, karena……….

7. Apakah menurut saudara/i ada aktivitas wisata yang mengganggu kenyaman masyarakat

sekitar?

a. Ya, yaitu…………

b. Tidak ada

D. Persepsi ekowisata dan sumberdaya alam situ

1. Apakah saudara/i mengerti apa yang dimaksud dengan ekowisata?

2. Apakah saudara/i setuju kawasan wisata Situ Babakan dikelola oleh pihak pengelola saat ini

(dalam hal ini Pemda setempat)?

3. Harapan-harapan yang diinginkan terhadap pengelola kawasan wisata.

4. Potensi sumberdaya alam danau apa saja yang saudara/i ketahui yang dapat dijadikan untuk

pengembangan wisata?

5. Menurut saudara/i apakah sumberdaya alam Situ Babakan sudah terjadi

kerusakan/pencemaran?

6. Apa tanggapan saudara/i bila kawasan ini sudah terjadi kerusakan/ pencemaran?

7. Harapan-harapan saudara/i terhadap pengelola mengenai kerusakan/pencemaran yang terjadi.

8. Apa yang dilakukan saudara/i dalam mengurangi kerusakan/ pencemaran di kawasan wisata?

Page 124: Ekologis Setu Babakan

109

Lampiran 5. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan Setu Babakan

1. Riwayat singkat kawasan wisata Setu Babakan

2. Potensi yang dimiliki oleh kawasan wisata Setu Babakan

3. Pemanfaatan yang telah dilakukan pengelola terhadap kawasan wisata

4. Pengelolaan objek wisata yang sudah berjalan hingga saat ini, konsep wisata yang dijalankan

dan pembatasan mengenai daya dukung kawasan

5. Kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan kawasan wisata

6. Aliran kebijakan wewenang/peraturan pengelolaan kawasan wisata dari pusat hingga sampai

ke lapangan

7. Rencana pengembangan yang sudah ada dan akan dilakukan

8. Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dilakukan

9. Permasalahan atau kendala yang terjadi dalam pengelolaan kawasan wisata termasuk saat di

lapangan.

10. Solusi atau tindakan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

kawasan

11. Kerjasama yang sudah dilakukan untuk pengembangan pengelolaan wisata

12. Pengelola setuju atau tidak untuk melibatkan masyarakat dalam mengelola kawasan wisata?

(Jika ya, dalam bentuk apa saja?)

13. Anggaran/ biaya yang dikeluarkan/dibutuhkan utnuk pengelolaan wisata

14. Pendapatan yang diperoleh

15. Jumlah karyawan/ pegawai, tingkat pendidikan dan pendapatan

16. Jumlah wisatawan dalam satu tahun terakhir

17. Objek-objek wisata yang mengelilingi atau berdekatan dengan kawasan objek wisata Situ

Babakan

18. Pengaruh objek wisata lain yang berdekatan dengan Situ Babakan

19. Peta-peta kawasan

20. Sumberdaya alam situ yang belum dimanfaatkan secara optimal

21. Apakah setuju dengan konsep ekowisata dan pembatasan jumlah pengunjung?

Lampiran 6. Panduan wawancara instansi terkait

1. Pendapat tentang keberadaan Kawasan wisata Situ Babakan

2. Pendapat tentang kondisi Kawasan wisata Situ Babakan saat ini

3. Rencana pengembangan Pemda Provinsi DKI Jakarta dan Pemda Kotamadya Jakarta Selatan

yang sedang dan akan dilakukan terhadap pengelolaan kawasan wisata Situ Babakan

4. Kondisi sarana dan prasarana ekonomi, kesehatan, transportasi, komunikasi, dan keamanan,

serta budaya masyarakat setempat

5. Permasalah yang ada dalam masyarakat dan tingkat pengangguran

6. Tindakan/usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi

7. Potensi yang dimilki masyarakat seputar budaya atau keterampilan khas dan unik yang dapat

dikembangkan

8. Pendapat mengenai kelestarian lingkungan sekitar dikaitkan dengan adanya pengelolaan

kawasan wisata Situ Babakan

9. Pendapat mengenai dampak positif dari adanya kawasan wisata Situ Babakan

10. Pendapat mengenai dampak negatif dari adanya kawasan wisata Situ Babakan

11. Setuju atau tidak Situ Babakan dijadikan kawasan wisata

12. Harapan/keinginan bagi pengelolaan kawasan wisata air yang berkelanjutan

13. Apakah mau mendukung pengembangan wisata sesuai dengan kompetensi dari instansi yang

terkait?

Page 125: Ekologis Setu Babakan

110

Lampiran 7. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN

I II III IV

FISIKA

Temperatur °C dev 3 dev 3 dev 3 dev 3 Deviasi temperatur dari kondisi alamiahnya

Residu terlarut mg/L 1000 1000 1000 1000 Residu

tersusupensi mg/L 50 50 400 400

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,

residu tersuspensi ≤5000 mg/L

KIMIA ANORGANIK

pH mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9

Apabila secara alamiah dan rentang waktu

tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi

alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum

Total fosfat

sebagai P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH3 mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan peka ≤ 0,02 mg/L

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,02 Bagi pengolahan air minum konvensional, Cu ≤ 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air minum konvensional, Fe ≤ 5

mg/L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi pengolahan air minum konvensional, Pb ≤

0,1 mg/L

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai

N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,

NO2N≤1 mg/L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan

Belerang sebagai H2S

mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S <0,1 mg/L

MIKROBIOLOGI

Fecal coliform jml/100ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤2000 jml/100

Total coliform jml/100ml 1000 5000 10000 10000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional,

total coliform ≤10000 jml/100

RADIOAKTIVITAS

Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross-B Bq/L 1 1 1 1

Page 126: Ekologis Setu Babakan

111

Lampiran 7. (lanjutan)

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN

I II III IV

KIMIA ORGANIK

Minyak dan lemak

µg/L 1000 1000 1000 (-)

Deterjen

sebagai MBAS µg/L 200 200 200 (-)

Senyawa Fenol

sebagai Fenol µg/L 1 1 1 (-)

BHC µg/L 210 210 210 (-)

Aldrin/Dieldrin µg/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane µg/L 3 (-) (-) (-)

DDT µg/L 2 2 2 2

Heptachlor dan Heptachlor

epoxide

µg/L 18 (-) (-) (-)

Lindane µg/L 56 (-) (-) (-)

Methoxychlore µg/L 35 (-) (-) (-)

Endrin µg/L 1 4 4 (-)

Toxaphan µg/L 5 (-) (-) (-)

Keterangan:

Mg : milligram

µg/L : microgram

mL : milliliter

L : liter

Bq : bequerel

MBAS : Methylene Blue Activa Sunstance

ABAM : Air Baku Untuk Air Minum

Logam berat merupakan logam terlarut, kecuali untuk pH dan DO

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum

Nilai DO merupakan batas minimum

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan

Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan

Tanda < adalah lebih kecil

Page 127: Ekologis Setu Babakan

112

Lampiran 8. Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori

wisata danau

No Parameter Bobot Kategori

Baik Skor

Kategori

Cukup

Baik

Skor Kategori

Buruk Skor

Sepeda air

1. Warna

Perairan 5 Hijau jernih 3

Hijau

kecoklatan 2

Cokelat

kehitaman 1

2. Bau 5 Tidak berbau 3 Sedikit berbau 2 Berbau 1

3. Kedalaman

perairan (m) 4 2<x≤3 3 3≤x≤5 2 x<1; x>5 1

4.

Vegetasi yang

hidup di tepi

danau

3

Kelapa,

meranti,

pinus

3 1 dari 3 2 Semak belukar

tinggi 1

5. Kecepatan

arus (m/s) 3 0<x≤0,15 3 0,15<x≤0,30 2 0,30<x≤0,50 1

Memancing

1. Kelimpahan

ikan 5

Sangat

banyak 3 Banyak 2 Sedikit 1

2. Jenis ikan 3 Lebih dari 4 3 2-3 2 <2 1

3. Kedalaman

perairan (m) 1 1≤x<3 3 3<x≤5 2 X<1 ; x>5 1

Duduk santai

1. Lebar tepi

danau (m) 1 x≥8 3 1≤ x<8 2 <1 1

2. Pemandangan 5

situ, hutan,

pegunungan,

sungai

3 2-3 dari 4

pemandangan 2

Satu dari 4

pemandangan 1

3.

Vegetasi yang

hidup di tepi

danau

5

Kelapa,

cemara,

akasia

3 1 dari 3 2 Belukar tinggi 1

4. Hamparan

daratan 3 Rumput/pasir 3 Tanah liat 2 Lumpur/batu 1

5. Biota

berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis 2 > 1 jenis 1

Pengambilan gambar untuk foto dan shooting

1. Pemandangan

(object view) 5

Situ, hutan,

pegunungan,

sungai

3 2-3 dari 4

pemandangan 2

Satu dari 4

pemandangan 1

2. Vegetasi yang

hidup di tepi 4

Kelapa,

meranti,

pinus

3 1 dari 3 2 Belukar tinggi 1

3. fauna 3 Ikan, burung,

monyet, rusa 3 1 dari 4 2 Tidak ada 1

Flying fox

1. Pemandangan

(object view) 5

Situ, hutan,

pegunungan,

sungai

3 2-3 dari 4

pemandangan 2

Satu dari 4

pemandangan 1

Sumber : Yulianda (2007)

Keterangan:

Nilai maksimum = 51 (sepeda air), 27 (memancing), 51 (duduk santai), 36

(pengambilan gambar untuk foto dan shooting).

Keterangan : Jumlah = (Skor x Bobot)

S1 = Sangat sesuai, dengan nilai >83%

S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 50% -<83%

S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 17%-< 50%

N = Tidak sesuai, dengan nilai < 17%

Page 128: Ekologis Setu Babakan

113

Lampiran 9. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata

No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan

Wp-(jam)

Total waktu 1 hari

Wt-(jam)

1 Kemah 48 72

2 Perahu 0,50 8

3 Memancing 3 6

4 Duduk santai 2 8

5 Pengambilan gambar untuk

foto. 8 8

6 Flying fox 0,25 8

Sumber : Yulianda (2007)

Lampiran 10. Potensi ekologis pengunjung (K) dan Luasan area kegiatan (Lt)

Jenis kegiatan ∑ Pengunjung

(orang)

Unit area

(Lt) Keterangan

Sepeda air 2 625 m2

Dihitung luas situ yang dibutuhkan

untuk 2 orang

(1 sepeda air) untuk mengelilingi situ

sebesar 62,5 m x 10 m

Memancing 1 2 m

Setiap satu orang membutuhkan jarak

pancing dari darat ke perairan

sepanjang 2 m

Duduk santai 1 5 m

Setiap satu orang membutuhkan ruang

untuk untuk duduk santai sepanjang

5 m

Pengambilan gambar

untuk foto dan

shooting

1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang tepi situ

Sumber : Yulianda (2007)

Page 129: Ekologis Setu Babakan

114

Lampiran 11. Kelimpahan plankton di Setu Babakan

a. fitoplankton

No Genus Kelimpahan plankton (sel/l)

Bacillariophyceae

1 Melosira 10750

2 Nitszchia 5125

3 Navicula 10000

4 Synedra 5903

5 Cyclotella 2750

6 Meugeotia 1250

7 Pinnularia 500

Chlorophyceae

1 Sphaerocystis 191750

2 Chlorella 258625

3 Cruchigenia 1250

4 Pediastrum 5125

5 Choroococcus 302125

6 Coelastrum 1625

7 Scenedesmus 500

Cyanophyceae

1 Oscillatoria 7750

2 Spirulina 5375

3 Microcystis 8250

4 Tetrastrum 750

5 Lyngbya 375

Dinophyceae

1 Peridinium 250

Euglenaphyceae

1 Euglena 127375

2 Trechelomonas 3250

3 Phacus 250

b. Zooplankton

No Genus Kelimpahan plankton (sel/l)

Crustacea

1 Nauplius 27875

2 Daphnia 500

3 Limnocalamus 2125

Rotifera

1 Branchionus 2875

Protozoa

1 Arcella 7000

Page 130: Ekologis Setu Babakan

115

Lampiran 12. Vegetasi di sekitar Setu Babakan

No Nama tanaman Nama latin

1 Andong Cordilyn fruticosa linn

2 Jarak Jatropha multifida

3 Melinjo Gnetum gnemon

4 Kelapa Cocos nucifera

5 Nangka Anthocarpus heterophilus

6 Mengkudu Morinda citrifolia

7 Meranti Shorea pinanga

8 Karet Ficus elastic Roxb.

9 Kecapi Sandoricum loetjape

10 Rambutan Nephelium lappaceum

11 Aren Arenga pinnata

12 Pinus Pinus merkusii

13 Belimbing Averhoa bilimba L

14 Duku condet Lansium domesticum Var. condet

15 Durian sitokong Durio zibetinus Murr.Var. Sitokong

16 Menteng Baccauria rasemosa

17 Matoa Pometia pinnata

18 Bambu Bambusa Sp

19 Asem Tamarindus indica

20 Buni Antidesma bunius

21 Jambu biji Psidium guajava

22 Jambu bol Eugenia malaccensis

23 Pepaya Carica papaya

24 Pisang Musa sp

Page 131: Ekologis Setu Babakan

116

Lam

piran

13. L

okasi p

enelitian

untu

k k

esesuaian

wisata S

etu

Bab

akan

116

Page 132: Ekologis Setu Babakan

117

Lampiran 13. (Lanjutan)

Lokasi 1 Lokasi 2

Lokasi 3 Lokasi 4

Lokasi 5 Lokasi 6

Lokasi 7 Lokasi 8

Page 133: Ekologis Setu Babakan

118

Lampiran 14. Indeks kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan

1. Sepeda air

2. Perahu kayu

Lokasi Parameter Bobot Skor

Ni Skor maks N maks

(Bobot x

skor)

(Bobot x

skor maks)

1 a. Kedalaman perairan (m) 5 2 10 3 15

b. Kecepatan arus (m/s) 5 3 15 3 15

c. Bau 3 2 6 3 9

d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 2 2 3 3

e. Warna perairan 1 2 2 3 3

Jumlah 35 45

IKW (%) 77,78

2 a. Kedalaman perairan (m) 5 3 15 3 15

b. Kecepatan arus (m/s) 5 2 10 3 15

Lokasi Parameter Bobot Skor

Ni

(Bobot x

skor)

Skor maks N maks

(Bobot x

skor maks)

1 a. Kedalaman perairan (m) 5 2 10 3 15

b. Kecepatan arus (m/s) 5 3 15 3 15

c. Bau 3 2 6 3 9

d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 2 2 3 3

e. Warna perairan 1 2 2 3 3

Jumlah 35 45

IKW (%) 77,78

2 a. Kedalaman perairan (m) 5 3 15 3 15

b. Kecepatan arus (m/s) 5 2 10 3 15

c. Bau 3 3 9 3 9

d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 3 3 3 3

e. Warna perairan 1 2 2 3 3

Jumlah 39 45

IKW (%) 86.67

3 a. Kedalaman perairan (m) 5 3 15 3 15

b. Kecepatan arus (m/s) 5 2 10 3 15

c. Bau 3 3 9 3 9

d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 3 3 3 3

e. Warna perairan 1 2 2 3 3

Jumlah 38 45

IKW (%) 86,67

4 IKW (%) - - - - -

5 IKW (%) - - - - -

6 IKW (%) - - - - -

7 IKW (%) - - - - -

8 IKW (%) - - - - -

Page 134: Ekologis Setu Babakan

119

Lampiran 14. (lanjutan)

Lokasi Parameter Bobot Skor

Ni

(Bobot x

skor)

Skor maks

N maks

(Bobot x

skor)

c. Bau 3 3 9 3 9

d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 3 3 3 3

e. Warna perairan 1 2 2 3 3

Jumlah 39 45

IKW (%) 86.67

3 a. Kedalaman perairan (m) 5 3 15 3 15

b. Kecepatan arus (m/s) 5 2 10 3 15

c. Bau 3 3 9 3 9

d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 3 3 3 3

e. Warna perairan 1 2 2 3 3

Jumlah 39 45

IKW (%) 86,67

4 IKW (%) - - - - -

5 IKW (%) - - - - -

6 IKW (%) - - - - -

7 IKW (%) - - - - -

8 IKW (%) - - - - -

3. Memancing

Lokasi Parameter Bobot Skor

Ni Skor maks N maks

(Bobot x

skor)

(Bobot x

skor maks)

1 a. Kelimpahan ikan 5 3 15 3 15

b. Jumlah jenis ikan 3 3 9 3 9

c. Kedalaman perairan (m) 3 2 6 3 9

Jumlah 30 33

IKW (%) 90,91

2 a. Kelimpahan ikan 5 2 10 3 15

b. Jumlah jenis ikan 3 2 6 3 9

c. Kedalaman perairan (m) 3 3 9 3 9

Jumlah 25 33

IKW (%) 75.76

3 a. Kelimpahan ikan 5 1 5 3 15

b. Jumlah jenis ikan 3 3 9 3 9

c. Kedalaman perairan (m) 3 2 6 3 9

Jumlah 20 33

IKW (%) 60,61

4 IKW (%) - - - - -

5 IKW (%) - - - - -

6 IKW (%) - - - - -

7 IKW (%) - - - - -

8 IKW (%) - - - - -

Page 135: Ekologis Setu Babakan

120

Lampiran 14. (lanjutan)

4. Duduk santai

Lokasi Parameter Bobot Skor

Ni Skor maks N maks

(Bobot x

skor)

(Bobot x

skor maks)

1 IKW (%) - - - - -

2 IKW (%) - - - - -

3 IKW (%) - - - - -

4 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15

b. Pemandangan (objek view) 5 3 10 3 15

c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 3 15 3 15

d. Hamparan dataran 3 2 6 3 9

e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3

Jumlah 54 57

IKW (%) 94,74

5 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15

b. Pemandangan (objek view) 5 2 10 3 15

c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 3 15 3 15

d. Hamparan dataran 3 3 9 3 9

e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3

Jumlah 52 57

IKW (%) 91,23

6 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15

b. Pemandangan (objek view) 5 2 10 3 15

c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 3 15 3 15

d. Hamparan dataran 3 2 6 3 9

e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3

Jumlah 49 57

IKW (%) 85,96

7 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15

b. Pemandangan (objek view) 5 3 15 3 15

c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 2 10 3 15

d. Hamparan dataran 3 2 6 3 9

e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3

Jumlah 49 57

IKW (%) 85,96

8 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15

b. Pemandangan (objek view) 5 1 5 3 15

c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 2 10 3 15

d. Hamparan dataran 3 1 3 3 9

e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3

Jumlah 36 57

IKW (%) 63.16

Page 136: Ekologis Setu Babakan

121

Lampiran 14. (lanjutan)

5. Foto dan shooting

Lokasi Parameter Bobot Skor

Ni Skor maks N maks

(Bobot x

skor)

(Bobot x

skor maks)

1 IKW (%) - - - - -

2 IKW (%) - - - - -

3 IKW (%) - - - - -

4 a. Pemandangan (object view) 5 3 15 3 15

b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 2 8 3 12

c. Fauna 3 2 6 3 9

Jumlah 29 36

IKW (%) 80,26

5 a. Pemandangan (object view) 5 3 15 3 15

b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 3 12 3 12

c. Fauna 3 2 6 3 9

Jumlah 33 42

IKW (%) 91,67

6 a. Pemandangan (object view) 5 2 10 3 15

b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 1 4 3 12

c. Fauna 3 1 3 3 9

Jumlah 17 42

IKW (%) 47,22

7 a. Pemandangan (object view) 5 3 15 3 15

b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 2 8 3 12

c. Fauna 3 1 3 3 9

Jumlah 26 42

IKW (%) 72,22

8 a. Pemandangan (object view) 5 1 5 3 15

b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 1 4 3 12

c. Fauna 3 1 3 3 9

Jumlah 12 42

IKW (%) 33,33

6. Flying fox

Lokasi Parameter Bobot Skor

Ni Skor maks N maks

(Bobot x

skor)

(Bobot x

skor maks)

1 IKW (%) - - - - -

2 IKW (%) - - - - -

3 IKW (%) - - - - -

4 a. Pemandangan 5 1 5 3 15

Jumlah 5 15

IKW (%) 33.33

5 a. Pemandangan 5 2 10 3 15

Jumlah 5 15

IKW (%) 66,67

6 a. Pemandangan 5 1 5 3 15

Jumlah 5 15

IKW (%) 33.33

Page 137: Ekologis Setu Babakan

122

Lampiran 14. (lanjutan)

Lokasi Parameter Bobot Skor

Ni

(Bobot x

skor)

Skor maks

N maks

(Bobot x

skor)

7 a. Pemandangan 5 3 5 3 15

Jumlah 5 15

IKW (%) 33.33

8 a. Pemandangan 5 1 15 3 15

Jumlah 15 15

IKW (%) 100

Lampiran 15. Kategori kesesuaian wisata di masing-masing lokasi Setu Babakan

Lokasi

Memancing Sepeda air Perahu

kayu

Duduk

santai

Foto dan

shooting Flying fox

IKW

(%) K

IKW

(%) K

IKW

(%) K

IKW

(%) K

IKW

(%) K

IKW

(%) K

1 90,91 SS 77,78 S 77,78 S - - - - - -

2 75,76 S 86,67 SS 86,67 SS - - - - - -

3 60,61 S 86,67 SS 86,67 SS - - - - - -

4 - - - - - - 94,74 SS 80,56 S 33,33 SB

5 - - - - - - 91,23 SS 91,67 SS 66,66 S

6 - - - - - - 85,96 SS 47,22 SB 33,33 SB

7 - - - - - - 85,96 SS 72,22 S 100,00 SS

8 - - - - - - 63,16 S 33,33 SB 33,33 SB

Page 138: Ekologis Setu Babakan

123

Lam

piran

16. P

eta kesesu

aian m

eman

cing

123

Page 139: Ekologis Setu Babakan

124

Lam

piran

17. P

eta kesesu

aian sep

eda air

124

Page 140: Ekologis Setu Babakan

125

Lam

piran

18. P

eta kesesu

aian p

erahu k

ayu

125

Page 141: Ekologis Setu Babakan

126

Lam

piran

19. P

eta kesesu

aian d

uduk san

tai

126

Page 142: Ekologis Setu Babakan

127

Lam

piran

20. P

eta kesesu

aian fo

to d

an sh

ootin

g

127

Page 143: Ekologis Setu Babakan

128

Lam

piran

21. P

eta kesesu

aian flyin

g fo

x

128

Page 144: Ekologis Setu Babakan

129

Lam

piran

22. P

eta day

a dukung k

awasan

di S

etu B

abak

an

129

Page 145: Ekologis Setu Babakan

130

Lampiran 23. Karakteristik masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan

berdasarkan jumlah contoh sebanyak 30 orang

A. Data pribadi

1. Jenis kelamin

No Rasio jenis kelamin Jumlah contoh

(orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 13 43

2 Perempuan 17 57

Jumlah 30 100

2. Kelompok umur

No Kelompok umur (tahun) Jumlah contoh

(orang) Persentase (%)

1 15-19 2 7

2 20-24 5 27

3 25-29 6 20

4 30-34 3 10

5 35-39 8 17

6 40-44 2 6

7 45-49 3 10

8 50-54 0 0

9 ≥ 50 1 3

Jumlah 30 100

3. Tingkat pendidikan

No Pendidikan terakhir

Jumlah contoh

(orang) Persentase (%)

1 SD 1 27

2 SMP 3 10

3 SMA 12 40

4 D3 7 23

5 S1 6 20

6 S2 1 3

Jumlah 30 100

4. Jenis pekerjaan

No Jenis pekerjaan

Jumlah contoh

(orang) Persentase (%)

1 Petani 0 0

2 karyawan 4 13

3 Pelajar 5 17

4 Guru 3 20

5 Wiraswasta 6 10

6 PNS 0 13

7 Ibu rumah tangga 8 27

Jumlah 30 100

Page 146: Ekologis Setu Babakan

131

Lampiran 23. (lanjutan)

5. Pendapatan per bulan

No Pendapatan per bulan Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 < Rp.500.000,00 4 13

2 Rp.500.000,00 s/d Rp.1.000.000,00 8 27

3 Rp.1.000.000,00 s/d Rp.2.000.000,00 12 40

4 > Rp.2.000.000,00 6 20

Jumlah 30 100

B. Pengetahuan masyarakat terhadap Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh

yang diwawancarai sebanyak 30 orang

1. Komposisi masyarakat yang mengetahui dan belum mengetahui adanya

kawasan Setu Babakan

No Pengetahuan masyarakat

terhadap Setu Babakan Jumlah contoh (orang)

Persentase

(%)

1 Tahu 30 100

2 Tidak tahu 0 0

Jumlah 30 100

2. Jumlah kunjungan masyarakat sekitar ke kawasan Setu Babakan

No Jumlah kunjungan

Jumlah contoh

(orang) Persentase (%)

1 Satu kali 0 0

2 Dua kali 3 10

3 Lebih dari dua kali 27 90

4 Berlum pernah 0 0

Jumlah 30 100

3. Aktifitas masyarakat di kawasan Setu Babakan

No

Aktifitas masyarakat di Situ

Gede

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Berdagang 3 56

2 Berekreasi 6 83

3 Bekerja 21 10

Jumlah 30 100

C. Aspirasi, persepsi dan preferensi masyarakat sekitar terhadap pengembangan

wisata di Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai

sebanyak 30 orang

1. Aspirasi masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata di Setu Babakan

No Aspirasi masyarakat terhadap upaya

pengembangan wisata di Setu Babakan Jumlah contoh (orang) Persentase (%)

1 Tidak 0 0

2 Setuju 30 100

Jumlah 30 100

Page 147: Ekologis Setu Babakan

132

Lampiran 23. (lanjutan)

2. Manfaat yang diperoleh masyarakat sekitar dengan adanya kawasan wisata Setu

Babakan

No

Manfaat yang diperoleh

masyarakat

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Kodisi jalan yang baik 3 10

2 Membuka lapangan kerja 11 37

3 Tidak ada manfaat 4 13

4 Rekreasi 5 17

5 Berinteraksi dengan wisatawan 7 23

Jumlah 30 100

3. Pendapat masyarakat tentang keindahan alam yang dimiliki Setu Babakan

No Pendapat masyarakat tentang keindahan

alam yang dimiliki Setu Babakan

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Ya 30 100

2 Tidak 0 0

Jumlah 30 100

4. Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata

No Dampak negatif dari kegiatan wisata Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Terpengaruhnya kehidupan masyarakat

oleh perilaku wisatawan 2 7

2 Kotornya kawasan 6 20

3 Tercemarnya perairan 5 17

4 Tingkat keamanan masyarakat terganggu 0 0

5 Tidak ada kekhawatiran apa-apa 17 56

Jumlah 30 100

5. Pengaruh dari perilaku wisatawan terhadap masyarakat

No Pengaruhdari perilaku wisatawan terhadap

masyarakat

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Perilaku berpakaian 4 14

2 Perilaku berbicara 4 13

3 Tingkah laku 3 10

4 Tidak ada pengaruh 15 50

5 Perilaku berpakaian dan tingkah laku 4 13

Jumlah 30 100

6. Pendapat masyarakat tentang aktifitas wisata yang mengganggu

kenyamanan masyarakat sekitar

No Pendapat tentang aktifitas wisata yang

mengganggu kenyaman masyarakat sekitar

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Ya 3 10

2 Tidak 27 90

Jumlah 30 100

Page 148: Ekologis Setu Babakan

133

Lampiran 23. (lanjutan)

7. Bantuan yang diberikan pengelola terhadap masyarakat

No Bantuan yang diberikan pengelola

terhadap masyarakat

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Terbukanya lapangan pekerjaan bagi

masyarakat sekitar 13 43

2 Tidak ada bantuan apa-apa 17 57

3 Bantuan modal berupa usaha 0 0

Jumlah 30 100

8. Pemahaman masyarakat terhadap ekowisata

No Pemahaman masyarakat terhadap ekowisata

Jumlah

contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Ya 10 33

2 Tidak 20 67

Jumlah 30 100

9. Persepsi masyarakat jika Setu Babakan dijadikan kawasan ekowisata

No Persepsi masyarakat jika Setu Babakan

dijadikan kawasan ekowisata

Jumlah

contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Tidak setuju 7 23

2 Setuju 23 77

Jumlah 30 100

10. Pendapat masyarakat terhadap pengelolaan yang menjaga kelestarian alamnya

No Pendapat masyarakat terhadap pengelolaan

yang menjaga kelestarian alamnya

Jumlah

contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Sudah 4 13

2 Belum 26 87

Jumlah 30 100

11. Harapan masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata Setu Babakan

No Harapan pengembangan kawasan wisata air Situ Gede Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Menjaga kelestarian alam 8 27

2 Membuka lapangan kerja baru 5 17

3 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2 6

4 Melakukan pembangunan fasilitas-fasilitas yang

bermanfaat bagi masyarakat setempat 4 13

5 Tidak punya harapan 0 0

6 Bernuansa alami 6 20

7 Tidak adanya pencemaran 5 17

Jumlah 30 100

Page 149: Ekologis Setu Babakan

134

Lampiran 24. Karakteristik wisatawan kawasan wisata Setu Babakan berdasarkan

jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang

A. Data pribadi wisatawan

1. Rasio jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah contoh (orang) Presentase (%)

1 Laki-laki 17 57

2 Perempuan 13 43

Jumlah 30 100

2. Umur

No Umur (tahun) Jumlah contoh (orang) Persentase (%)

1 < 20 5 16

2 20-29 8 27

3 30-39 7 23

4 40-49 7 23

5 > 50 3 10

Jumlah 30 100

3. Tempat tinggal

No Tempat tinggal Jumlah contoh (orang) Persentase (%)

1 Jakarta 27 90

2 Luar Jakarta 3 10

Jumlah 30 100

4. Tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah contoh (orang) Presentase (%)

1 SD 0 0

2 SMP 3 10

3 SMA 11 37

4 D3 7 23

5 S1 8 27

6 S2 1 3

Jumlah 30 100

5. Tingkat pendapatan wisatawan per bulan

No Pendapatan per bulan Jumlah contoh (orang) Presentase (%)

1 <Rp.500.000 2 6

2 Rp.500.000-Rp.1.000.000 9 30

3 Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 14 47

4 >Rp.2.000.000 5 17

Jumlah 30 100

Page 150: Ekologis Setu Babakan

135

Lampiran 24. (lanjutan)

6. Jenis pekerjaan wisatawan

7. Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke Setu Babakan

No Biaya yang dikeluarkan ke Setu

Babakan Jumlah contoh (orang)

Presentase

(%)

1 <Rp.10.000 3 10

2 Rp.10.000-Rp.30.000 8 27

3 Rp.30.000-Rp.50.000 14 46

4 >Rp.50.000 5 17

Jumlah 30 100

B. Motivasi wisatawan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak

30 orang

1. Sumber informasi yang diperoleh wisatawan

No Sumber informasi yang

diperoleh wisatawan

Jumlah contoh

(orang)

Presentase

(%)

1 Teman 21 77

2 Radio/Televisi 0 0

3 Leaflet/brosur 0 0

4 Koran/majalah 3 3

5 Sendiri 5 17

6 Saudara 1 3

Jumlah 30 100

2. Intensitas berkunjung wisatawan

No

Intensitas berkunjung

wisatawan

Jumlah contoh

(orang)

Presentase

(%)

1 Belum pernah 3 10

2 Pernah 27 90

Jumlah 30 100

No Jenis pekerjaan wisatawan

Jumlah contoh

(orang)

Presentase

(%)

1 Wiraswasta 4 13

2 PNS 5 17

3 Pelajar 7 23

4 Guru 4 13

5 Karyawan 8 27

6 Ibu rumah tangga 2 7

Jumlah 30 100

Page 151: Ekologis Setu Babakan

136

Lampiran 24. (lanjutan)

3. Dorongan wisatawan mengunjungi kawasan Setu Babakan

No Dorongan datang ke Setu Babakan

Jumlah contoh

(orang)

Presentase

(%)

1 Belum pernah berkunjung ke Setu

Babakan 2 6

2 Mudah dijangkau 12 40

3 Diajak teman 5 17

4 Pemandangan indah 6 20

5

pemandangan indah dan diajak

teman 2 7

6

Pemandangan indah dan mudah

dijangkau 3 10

Jumlah 30 100

4. Tujuan wisatawan mengunjungi kawasan wisata Setu Babakan

No Tujuan mengunjungi Setu Babakan Jumlah contoh

(orang)

Presentas

e (%)

1 Menikmati keindahan alam 6 20

2 mengisi waktu luang 6 20

3 Menghilangkan stress 4 13

4

Menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan

dan memancing 7 23

5 Makan 4 14

6

Menikmati keindahan alam dan mengisi

waktu luang 3 10

Jumlah 30 100

C. Persepsi wisatawan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak

30 orang

1. Kepuasan wisatawan dalam melakukan aktifitas wisata di Setu Babakan

No Kepuasan wisatawan melakukan aktifitas wisata di

Setu Babakan

Jumlah contoh

(orang)

Presentase

(%)

1 Sangat puas 8 27

2 Puas 17 56

3 Cukup 5 17

4 Tidak puas 0 0

Jumlah 30 100

2. Pendapat wisatawan mengenai harga tiket

No Harga tiket

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Mahal 0 0

2 Sedang 0 0

3 Murah 30 100

Jumlah 30 100

Page 152: Ekologis Setu Babakan

137

Lampiran 24. (lanjutan)

3. Hambatan wisatawan berkunjung ke Setu Babakan

No Hambatan ke Setu Babakan Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Lalu lintas yang sering macet 11 36

2 Tiket masuk yang terlalu mahal 0 0

3 Tidak ada waktu luang 8 27

4 Sulit menemukan lokasi 0 0

5 Lalu lintas macet 11 37

Jumlah 30 100

4. Pendapat wisatawan mengenai kelestarian lingkungan di kawasan wisata

No Kelestarian lingkungan Jumlah contoh (orang) Persentase (%)

1 Baik 21 70

2 Kurang baik 9 30

3 Buruk 0 0

Jumlah 30 100

5. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Setu Babakan

No Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Setu

Babakan

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Dayung 3 10

2 Outbond 6 20

3 Arena bermain anak 5 17

4 Memancing 16 53

Jumlah 30 100

6. Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas dan lingkungan yang

ada di kawasan wisata Setu Babakan

Keterangan:

A : Aksesibilitas K : Tempat sampah

B : Pelayanan oleh pengelola L : Toilet

C : Keamanan di Situ Gede M : Tempat beribadat

D : Kenyamanan dalam kawasan N : Tempat duduk

E : Keindahan O : Tempat bermain anak

F : Kebersihan lingkungan P : Warung penjual makanan

G : Kebersihan air Q : Toko souvenir

H : Keaslian lingkungan R : Fasilitas perahu

I : Peraturan yang ada dalam kawasan

J : Sistem tata ruang dan tata letak fasilitas wisata

Parameter A B C D E F G H I J K L M N O P Q R

Baik 24 28 27 25 29 23 10 20 14 12 9 17 15 17 0 11 8 0

Cukup 5 2 2 3 1 4 15 7 7 10 8 8 9 5 0 6 16 0

Kurang 1 0 1 2 0 1 2 1 5 1 13 5 6 8 0 13 6 0

Tidak ada 0 0 0 0 0 2 3 2 4 7 0 0 0 0 30 0 0 30

Tidak

tahu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

Jumlah 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Page 153: Ekologis Setu Babakan

138

Lampiran 24. (lanjutan)

7. Pendapat wisatawan mengenai pembatasan pengunjung di kawasan Setu

Babakan

No Pendapat tentang pembatasan

pengunjung

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Setuju 20 77

2 Tidak setuju 10 33

Jumlah 30 100

8. Pendapat wisatawan mengenai ekowisata

No Pendapat tentang pembatasan

pengunjung

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Mengerti 18 60

2 Tidak mengerti 12 40

Jumlah 30 100

9. Pendapat wisatawan mengenai dijadikannya kawasan Setu Babakan sebagai

kawasan ekowisata

No Pendapat tentang pembatasan

pengunjung

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Setuju 30 0

2 Tidak setuju 0 100

Jumlah 30 100

D. Aktifitas wisatawan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak

30 orang

1. Kendaraan yang digunakan untuk mencapai kawasan Setu Babakan

No Kendaraan yang digunakan

Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Motor 23 77

2 Mobil 5 17

3 Sewa/carter 0 0

4 Angkot 0 0

5 Ojek 0 0

6 Jalan kaki 2 6

Jumlah 30 100

2. Perlengkapan yang dibawa untuk berwisata ke Setu Babakan

No Perlengkapan yang dibawa

Jumlah

contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Kamera 20 67

2 Handycam 2 6

3 Tape recorder 0 0

5 tidak membawa perlengkapan 8 27

Jumlah 30 100

Page 154: Ekologis Setu Babakan

139

Lampiran 24. (lanjutan)

3. Keinginan wisatawan untuk kembali berkunjung ke Setu Babakan

No Keinginan untuk kembali Jumlah contoh (orang) Persentase (%)

1 Tidak 0 0

2 Ya 100 100

Jumlah 30 100,00

4. Pendamping wisatawan berkunjung ke Setu Babakan

No Pendamping wisatawan Jumlah contoh (orang) Persentase (%)

1 Sendiri 0 0

2 Berdua 8 27

3 Keluarga 4 13

4 Rombongan 18 60

Jumlah 30 100

5. Aktifitas yang dilakukan di Setu Babakan

No Kegiatan yang dilakukan Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Memancing 6 20

2 Fotografi 2 7

3 Menikmati keindahan alam 13 43

4 Piknik 4 13

5 Piknik dan menikmati keindahan alam 5 17

Jumlah 30 100,00

6. Kenyamanan berwisata saat kawasan dipadati pengunjung

No Tingkat kenyamanan

Jumlah

contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Nyaman 12 40

2 Kurang nyaman 0 0

3 Tidak nyaman 0 0

5 Biasa saja 18 60

Jumlah 30 100

E. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan

1. Pendapat wisatawan atas pemberian sangsi terhadap wisatawan yang merusak lingkungan

No Pendapat wisatawan atas pemberian sangsi Jumlah contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Setuju 30 100,00

2 Tidak setuju 0 0,00

Jumlah 30 100,00

2. Bentuk pengembangan fasilitas di Setu Babakan

No.

Bentuk pengembangan

fasilitas Jumlah contoh (orang) Presentase (%)

1 Alami 26 87

2 Modern 4 13

Jumlah 30 100

Page 155: Ekologis Setu Babakan

140

Lampiran 25. (lanjutan)

3. Tempat wisatawan membuang sampah berdasarkan jumlah contoh yang

diwawancarai sebanyak 30 orang

No Tempat pembuangan sampah

Jumlah

contoh

(orang)

Persentase

(%)

1 Tempat sampah 23 77

2 Di buang begitu saja 5 17

3 Ke Setu Babakan 2 6

Jumlah 30 100,00

Lampiran 25. Daerah tujuan wisata di Jakarta

No. Daerah wisata*) Jenis

Wisata Spesifikasi Atraksi

Jarak

dari Setu

Babakan

Lokasi

1. Kepulauan Seribu Wisata

Bahari

Pemandangan keindahan

kehidupan alam bawah laut

seperti ikan dan terumbu

karang

40-60 Km Kepulauan

Seribu

2.

Kompleks Taman

Impian Jaya ancol

- Pantai ancol

Wisata

Bahari

Pemandangan pantai utara

Jakarta 30 Km

Jakarta

Utara

- Dunia Fantasi Wisata

rekreasi

Berbagai atraksi dan arena

permainan 30 Km

Jakarta

Utara

- Water Boom

Ancol Wisata Air

Kolam renang besar

dilengkapi dengan arena

seluncur

30 Km Jakarta

Utara

- Sea World Wisata

Bahari

Pemandangan kehidupan

bawah laut dari akuarium

raksasa

30 Km Jakarta

Utara

3. Museum Jayakarta Wisata

Budaya

Koleksi benda-benda

purbakala semenjak Jakarta

didirikan

27 Km Jakarta

Utara

4. Kawasan Mangga

Dua

Wisata

Belanja

Kawasan perbelanjaan

dengan berbagai macam

barang yang ditawarkan

dengan harga murah

27 Km Jakarta

Utara

5. Kawasan PRJ

(kemayoran) Jakarta

Wisata

Konveksi

BPameran berskala

internasional 22 Km

Jakarta

Pusat

6. Museum Satria

Mandala

Wisata

Budaya

Koleksi benda-benda

purbakala peninggalan

kerajaan-kerajaan di

Indonesia

20 Km Jakarta

Pusat

7.

Kompleks Monas

- Monumen

Nasional

Wisata

Budaya

Koleksi benda-benda

bersejarah semenjak

kemerdekaan Indonesia

20 Km Jakarta

Pusat

- Tugu Monumen

Nasional

Wisata

rekreasi

View Kota Jakarta dari

ketinggian 150 meter 20 Km

Jakarta

pusat

- Taman Monas Wisata

Rekreasi

Kesejukan taman di tengah

Kota Jakarta 20 Km

Jakarta

Pusat

Page 156: Ekologis Setu Babakan

141

Lampiran 25. (lanjutan)

No. Daerah wisata*) Jenis

Wisata Spesifikasi Atraksi

Jarak

dari Setu

Babakan

Lokasi

8.

Kompleks Taman

Ismail Marzuki

- Taman Ismail

marzuki

Wisata

Rekreasi

Ruang terbuka (taman) dan

tempat berkumpulnya

seniman muda Jakarta

17 Km Jakarta

Pusat

- Planetarium

Wisata

Minat

Khusus

Mini teater mengenai

kehidupan luar angkasa 17 Km

Jakarta

Pusat

9.

Kompleks Taman

Mini Indonesia Indah

(TMII)

- Anjungan

Propinsi se-

Indonesia

Wisata

Budaya dan

Minat

Khusus

Rumah adat yang

menyediakan informasi

mengenai kebudayaan di

Indonesia

10 Km Jakarta

Timur

- Kereta gantung

dan Monorail

Wisata

rekreasi

Alat transportasi untuk

menikmati keindahan

keseluruhan TMII

10 Km Jakarta

Timur

- Teater IMAX

Keong Mas

Wisata

rekreasi

Teater berbentuk Keong

Mas yang menyajikan film

tentang keindahan

Indonesia

10 Km Jakarta

Timur

- Berbagai

Museum

Wisata

Budaya

Sumber informasi

mengenai hal-hal tertentu,

memiliki koleksi barang-

barang unik dan langka

10 Km Jakarta

Timur

10.

Kompleks Gelora

Senayan

- Gelanggang

Olahraga

Senayan

Wisata

Olahraga

Kompleks olahraga

lengkap 15 Km

Jakarta

Selatan

- Jakarta

Convention

Center (JCC)

Wisata

Konveksi

Pameran dan ruang

konveksi berskala

internasional

15 Km Jakarta

Selatan

- Plaza Senayan Wisata

Belanja

Kawasan perbelanjaan

eksklusif yang

menawarkan produk-

produk kualitas tinggi

berskala internasional

15 Km Jakarta

Selatan

- Taman Ria

Senayan

Wisata

Rekreasi

Arena permainan dan

restoran eksklusif di tengah

Kota Jakarta

15 Km Jakarta

Selatan

11. Kawasan Blok-M Wisata

Belanja

Kawasan perbelanjaan

yang menawarkan beragam

produk dari yang eksklusif

hingga terjangkau

14 Km Jakarta

Selatan

12. Kebun Binatang

Ragunan

Wisata

Alam

Koleksi hewan yang

lengkap 6 Km

Jakarta

Selatan