HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis...

35
i HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari Pemikiran Malcolm Brownlee TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol) Program Studi Teologi Oleh: Yaspis Edgar Nugroho Funay 712013016 FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis...

Page 1: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

i

HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA

Tinjauan Etis Kristen dari Pemikiran Malcolm Brownlee

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang

Teologi (S.Si.Teol)

Program Studi Teologi

Oleh:

Yaspis Edgar Nugroho Funay

712013016

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

ii

Page 3: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

iii

Page 4: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

iv

Page 5: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

v

Page 6: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

vi

KATA PENGANTAR

Segala ungkapan syukur penulis naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena

melalui berkat dan kasih karunia-Nya yang melimpah, Tugas Akhir ini dapat

terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Campur tangan-Nya yang

begitu besar telah nyata dalam penyertaannya di setiap langkah perjuangan

penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

Pertama, terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Papi John, Mama Yetty,

Arin, Feril dan Regina, untuk setiap doa, kepercayaan dan motivasi yang selalu

menjadi penyemangat terbesar. Salam penuh cinta untuk kalian.

Kedua, terima kasih dan salam hormat kepada kedua dosen pembimbing,

Bapak Pdt. Izak Yohan Matriks Lattu Ph.D dan Bapak Pdt. Dr. Nelman A. Weny,

atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Ketiga, terima kasih yang sebesar-besarnya untuk wali study, Ibu Pdt. Irene

Ludji, MAR dan bapak Pdt. Yusak B. Setyawan Ph.D, yang telah menjadi orang

tua yang selalu mengarahkan, membimbing, dan memperhatikan penulis ditanah

perantauan selama masa perkuliahan ini.

Keempat, terima kasih dan hormat bagi seluruh dosen Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana, atas seluruh ilmu dan pengalaman yang telah

dibagikan untuk membuka wawasan berpikir penulis selama proses perkuliahan

yang selalu menginspirasi saya dalam memaknai kehidupan.

Kelima, terima kasih untuk seluruh staff tata usaha Fakultas Teologi

Universitas Satya Wacana (Ibu Budi, Mas Adi, Mas Eko, Mbak Liana) yang

sangat membantu penulis dalam mengurus administrasi.

Keenam, salam penuh cinta untuk Dhavid K. Dira Tome, Marcel Leasa, Fajar

Pratama Putra, Bobby Nenokeba, Juan Liu, Gian Noach, Jear Nenohai, Andre

Sebayang, Alti Howan, dan Yunus Djabumona yang selalu menemani dan

memberikan semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Ketujuh, salam penuh kasih untuk Anggrayni Bunga yang selalu menemani,

memberikan semangat dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Kiranya Tuhan memberkati setiap langkah perjalanan ini.

Page 7: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

vii

Kedelapan, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Mohon maaf oleh

karena keterbatasannya, penulis tidak dapat disebutkan satu persatu. Kiranya

berkat Tuhan selalu melimpah.

Akhir kata penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan

memberikan sumbangan pengetahuan bagi sivitas akademika dan pihak-pihak

yang membutuhkan. Tuhan memberkati.

Salatiga, 12 September 2017

Penulis

Page 8: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

viii

DAFTAR ISI

Judul ......................................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii

Pernyataan Tidak Plagiat ....................................................................................... iii

Pernyataan Persetujuan Akses .............................................................................. iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi ........................................................................ v

Kata Pengantar ....................................................................................................... vi-vii

Daftar Isi .................................................................................................................. viii

Motto ........................................................................................................................ ix

Abstrak ..................................................................................................................... x

I. Pendahuluan

Latar Belakang .................................................................................................... 1-3

II. Hukuman Mati Sebagai Objek Penelitian Etika

Etika Kristen Malcolm Brownlee ...................................................................... 5-9

Beberapa Pemikiran Norman L. Geisler dan J. Verkuyl .................................... 9-13

III. Hukuman Mati Kasus Narkoba dalam Kaca Mata Etika Kristen

Data Kasus Pidana Narkotika ............................................................................. 13-20

Hukuman Mati Kasus Narkoba dalam Perfektif Etika Kristen .......................... 20-24

IV. Penutup

Kesimpulan ........................................................................................................ 24

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 25

Page 9: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

ix

MOTTO

“Tidak peduli seberapa berat kelihatannya sebuah

masalah, menyerah bukan sebuah pilihan”.

Page 10: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

x

Abstrak

Tulisan ini adalah sebuah usaha untuk menjawab masalah dilema etis

“hukuman mati bagi para terpidana narkoba” dengan alasan dan bukti-bukti yang

kuat. Dalam penelitian ini saya menggunakan teknik pengumpulan data dalam

bentuk studi literatur, dalam hal ini saya mengumpulkan data dari sumber buku

dan jurnal terkait dengan permasalahan yang saya angkat. Proses penelitian ini

akan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan pengertian bahwa

penelitian ini akan dilakukan dengan cara mendeskripsikan permasalahan yang

ada untuk kemudian dianalisa dengan menggunakan data yang didapatkan dari

hasil pembacaan literatur yang terkait. Saya berpendapat dalam tulisan ini bahwa

hukuman yang tepat untuk terpidana narkoba adalah bukan hukuman mati

(retribusi), melainkan rehabilitasi.

Kata Kunci: Hukuman Mati, Narkoba, Etika Kristen, Malcolm Brownlee.

Page 11: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

1

Pendahuluan

Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjawab permasalahan dilema

etis “hukuman mati bagi para terpidana narkoba” dengan alasan dan bukti-

bukti yang kuat. Saya mencoba untuk melihat pelaksanaan hukuman mati bagi

terpidana narkoba melalui perspektif kekristenan dengan mengambil

pemikiran Malcolm Brownlee dan akan dilengkapi dengan beberapa

pemikiran para ahli lainnya seperti J. Verkuyl dan Norman L Geisler.

Munculnya dilema dalam pelaksanaan hukuman mati menjadi sebuah

pergumulan tersendiri di kalangan masyarakat, gereja, bahkan penegak hukum

yang harus melaksanakan hukuman mati di saat dunia gempar menyerukan

tentang Hak Asasi Manusia. Bahaya narkoba sudah merasuk ke dalam

kehidupan kita, bahkan telah membahayakan kehidupan bangsa. Ini memang

bukan persoalan ringan karena perdagangan narkoba telah memiliki jaringan

internasional. Sampai tahun 2000, di Indonesia tercatat dua juta korban dari

berbagai usia dan latar belakang. Narkoba berperan besar dalam proses

penghancuran sebuah negara. Efeknya sangatlah dasyat sehingga pecandu

narkoba sering disebut sebagai lost generation. Pada saat krisis seperti

sekarang ini narkoba menjadi obat penenang sehingga bisa meninabobokan

orang. Barang terlarang itu seringkali muncul dalam obat yang mengandung

zat adiktif.1 Di dalamnya juga termasuk narkotika sintesis yang menghasilkan

zat-zat, obat-obat yang termasuk dalam hallucinogen, depresant dan

stimulant.2

Seiring berjalannya waktu, hukuman mati bagi terpidana narkoba

dihadapkan dengan dilema etis yang terjadi di masyarakat. Salah satunya

adalah hukuman mati sangat berlawanan dengan konsep Hak Asasi Manusia

yang selama ini berlaku. Pendukung konsep ini berpendapat bahwa hanya

Tuhan yang bisa mengambil nyawa seseorang. Sudah menjadi pengetahuan

dikalangan para ahli hukum bahwa “Criminal Justice System is not infallible”

atau sistem peradilan pidana tidaklah sempurna. Peradilan pidana dapat saja

1 Clara R. P. Ajisuksmo, Narkoba: Petunjuk Praktis bagi Keluarga untuk

Mencegah Penyalahgunaan Narkoba (Yogyakarta: Media Pressindo, 2001), 1. 2 Wilson Nadeak, Korban Ganja dan Masalah Narkotika (Bandung: Indonesia

Publishing House, 1978), 122.

Page 12: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

2

keliru dalam menghukum orang-orang yang tidak bersalah. Polisi, jaksa

penuntut umum, maupun hakim adalah juga manusia yang bisa saja keliru

ketika menjalankan tugasnya. Berkaitan dengan dengan hukuman mati maka

kekeliruan tersebut dapat berakibat fatal. Orang yang telah dieksekusi mati

tidak dapat dihidupkan lagi walaupun dikemudian hari diketahui bahwa yang

bersangkutan tidak bersalah.3 Pemaparan ini dengan jelas ingin mengatakan

bahwa hukuman mati bertentangan dengan pasal 281 ayat (4) UUD 1945.

Jika dihadapkan dengan situasi seperti ini, sudah seharusnya kita harus

mempertimbangkan seluruh teori etika yang ada, tidak terkecuali dengan

Malcolm Brownlee. Brownlee terkenal dengan etika situasionalnya, sebuah

keputusan etis bisa diambil dengan mempertimbangkan situasi yang sedang

terjadi, karena dalam pengambilan sebuah keputusan etis sering menyangkut

pilihan yang sukar.4 Dalam pengambilan keputusan etis, individu seharusnya

diperhadapkan dengan situasi yang dilematis, bukan saja antara benar atau

salah, yang baik atau yang buruk, yang tepat atau yang tidak tepat, tetapi juga

antara kurang benar dan hampir benar. Keputusan etis tidak selalu

menyangkut yang hitam atau yang putih, tetapi juga yang abu-abu atau yang

sering kali disebut the lesser evil 5 (yang paling sedikit buruknya). Sadar atau

tidak, dalam berbagai kesempatan kita harus membuat keputusan yang bersifat

lesser evil untuk memilih menjunjung hak asasi manusia atau menghukum

yang telah melakukan pelanggaran berat. Orang-orang yang memandang etika

sebagai pilihan mutlak antara baik dan jahat kurang siap untuk menghadapi

keputusan yang sukar seperti ini. pemikiran etis bermaksud untuk menolong

mendekati pemilihan itu dengan pikiran yang lebih cerdas.6

Dalam kasus ini pengambil keputusan dihadapkan dengan dua situasi

yang masing-masing memiliki landasan yang kuat. Seperti yang sudah

dijelaskan pada bagian awal, hukuman mati sangat bertentangan dengan Hak

Asasi Manusia yang berlaku di negara. Pandangan bahwa hanya Tuhan yang

3 Todung Mulya Lubis, Kontroversi Hukuman Mati (Jakarta: Kompas, 2009), 43.

4 Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor di

Dalamnya (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 20. 5 Ebenhaizer Nuban Timo dan Irene Ludji, Panorama Etika Kristen (Salatiga:

Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2015), 73. 6 Brownlee, Pengambilan Keputusan, 21.

Page 13: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

3

memiliki kuasa penuh akan kelangsungan hidup manusia membuat hukuman

mati sangat ditentang oleh prinsip dasar HAM. Sedangkan, disisi lain terdapat

pemikiran yang sangat berlawanan dengan pemikiran pertama yaitu bahwa

terpidana narkoba sudah sepantasnya dihukum seberat-beratnya karena sudah

merugikan banyak pihak bahkan dalam hal ini negara demi kepentingan diri

sendiri, hukuman mati menjadi pilihan yang sangat tepat guna memberikan

efek jerah kepada oknum yang bersangkutan maupun oknum lain yang akan

melakukan kegiatan terlarang ini.

Penelitian ini menjadi sangat penting karena dewasa ini banyak kasus

narkoba yang akhirnya hanya menjadi catatan hitam negara dan masyarakat

tanpa penyelesaian yang jelas oleh pihak berwajib. Pengambilan keputusan

yang tidak jelas dan hukum yang saling berlawanan membuat dilema etis ini

akhirnya menemukan jalan buntu. Hukuman mati yang sangat menyita

perhatian masyarakat adalah eksekusi bagi terpidana narkoba Feddy Budiman,

satu dari empat terpidana narkoba yang dieksekusi tanggal 29 juli 2016, di

Lapangan Tembak Tunggal Panaluan, Nusakambangan, Jawa Tengah.

Dalam penelitian ini saya menggunakan teknik pengumpulan data

dalam bentuk studi literatur, dalam hal ini saya mengumpulkan data dari

sumber buku dan jurnal terkait dengan permasalahan yang saya angkat. Proses

penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan

pengertian bahwa penelitian ini akan dilakukan dengan cara mendeskripsikan

permasalahan yang ada untuk kemudian dianalisa dengan menggunakan data

yang didapatkan dari hasil pembacaan literatur yang terkait. Saya berpendapat

dalam tulisan ini bahwa hukuman yang tepat untuk terpidana narkoba adalah

bukan hukuman mati (mematikan terpidana), melainkan hukuman yang

bersifat memperbaiki terpidana.

Hukuman Mati sebagai Objek Penelitian Etika Kristen

Kata narkotika barasal dari bahasa Yunani, dari kata narke yang berarti:

beku, lumpuh, dan dungu. Orang Amerika menyebutnya narcotics yang

kemudian diikuti oleh Indonesia dengan kata narkotika. Narkotika ini juga

diartikan sebagai obat bius, yang membuat orang tertidur. Biro Bea dan Cukai

Page 14: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

4

Amerika Serikat mendefinisikan, bahwa narkotika adalah candu, ganja,

kokain, zat-zat bahan mentahnya kemudian diolah menjadi morfin, heroin,

kodein, hashish, dan kokain. Di dalamnya juga termasuk narkotika sintesis

yang menghasilkan zat-zat, obat-obat yang termasuk dalam hallucinogen,

depresant dan stimulant.7

Pada prinsipnya narkoba tidak dilarang jika digunakan sebagaimana

mestinya. Namun demikian, kepemilikannya juga harus mendapatkan izin dari

pemerintah. Hal yang dilarang adalah peredaran gelap dan

penyalahgunaannya. Sebagaimana yang kita ketahui narkoba banyak

ditransaksikan secara sembunyi-sembunyi bahkan terkadang sudah terang-

terangan di dalam lingkungan masyarakat untuk dikonsumsi dengan

mengambil efeknya berupa kesenangan, padahal kita ketahui dampak negatif

dari narkoba sangat berbahaya, serta dapat menimbulkan komplikasi berbagai

macam penyakit hingga kematian.8

Penggunaan obat dan narkotika di Indonesia sudah menjadi semacam

way of life, khususnya dikalangan artis, yuppies (young urban professionals),

dan kelas menengah keatas lainnya.9 Ibarat kanker, jaringan narkotika

internasional dari tahun ke tahun terus berkembang menggerogoti sendi-sendi

kehidupan manusia dan susah dibasmi. Jaringan produksi dan pemasarannya

pun seperti internet, yaitu tidak mengenal batas negara, jangkauannya luas,

dan bisa diakses oleh pengedarnya dimana-mana, tetapi sulit dilacak ujung

pangkalnya.10

Terdapat tiga elemen yang tercakup didalamnya yaitu pemilik, pengedar

dan pengguna. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9/1976

tentang Narkotika, ketentuan pidana yang akan didapatkan oleh seorang

pengguna narkoba adalah berupa pidana penjara selama-lamanya 6 tahun dan

denda setinggi-tingginya Rp. 10.000.000, dan atau mendapatkan pengobatan

7 Wilson Nadeak, Korban Ganja dan Masalah Narkotika (Bandung: Indonesia

Publishing House, 1978), 122. 8 Heriadi Willy, Berantas Narkoba Tak Cukup Hanya Bicara (Yogyakarta:

Kedaulatan Rakyat, 2015), 5. 9 Soejono Dirdjosisworo, Narkoba dan Peradilannya di Indonesia (Jakarta: O.C.

Kaligis & Associates), 236. 10

Dirdjosisworo, Narkoba dan Peradilannya, 249.

Page 15: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

5

dan rehabilitasi.11

Sedangkan bagi pemilik dan pengedar narkoba akan

mendapatkan ganjaran dan ketentuan pidana jauh lebih berat, yaitu berupa

pidana mati atau pidana penjara seumur hidup dan denda setinggi-tingginya

Rp 50.000.000.12

Negara dalam hal ini harus segera mengambil tindakan tegas

untuk menghukum setiap orang yang terkait dengan peredaran narkoba.

Hukuman yang diberikan haruslah bersifat sangat tegas sehingga memberikan

efek jerah bagi sang pelaku maupun orang-orang yang menyaksikan hukuman

ini. Akhirnya hukuman mati menjadi salah satu opsi yang dianggap paling

ampuh untuk mengatasi hal ini. Hukuman mati dianggap valid karena

mengandung keadilan dalam hal pertanggungjawaban atas kesalahan yang

telah diperbuat. Para terpidana narkoba dianggap telah merugikan banyak

pihak sehingga pantas untuk dikenakan hukuman mati.13

2.1 Etika Kristen Malcolm Brownlee

Malcolm Brownlee mengemukakan tiga jenis etika, yakni etika akibat,

etika kewajiban, dan etika tanggung jawab. Menurutnya, etika akibat adalah

etika yang lebih situasional, yang cenderung “melegitimasi akibat” yang

membawa kebaikan terbesar, apa pun dasarnya atau alasan dari setiap tindakan

(etika situasi). Disatu lain, etika kewajiban menegaskan bahwa “untuk segala

sesuatu ada hukumnya.” Jenis etika ini legalistik (etika legalistik). Namun di

lain sisi, etika tanggung jawab memberiruang bagi “tanggung jawab Kristen”

dalam membuat setiap keputusan etis. Tanggung jawab etis dalam membuat

keputusan ini diberlakukan akan tetapi sambil memperhitungkan kebenaran

Allah, iman, keluarga, sesama manusia, situasi, hukum, masyarakat, bahkan

orang yang tersangkut dalam pengambilan keputusan etis berlandaskan

kebenaran sehingga dapat menghasilkan sebuah tindakan yang membawa

kebaikan tertinggi (summum bonum) bagi semua orang.14

11

Nadeak, Korban Ganja, 142-149. 12

Nadeak, Korban Ganja, 142-149. 13

Gregory C. Higgins, Dilema Moral Zaman Ini, (Yogyakarta: Kanisius,2006),

hal 131. 14

Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor di

Dalamnya, ed. Nelman A. Weny, ALLAH-Pemilik Serta Penguasa Tunggal Atas Kehidupan,

3.

Page 16: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

6

Lebih rinci dijelaskan bahwa menurut etika akibat, kehidupan etis

sama dengan proses membuat sesuatu. Kita memilih tujuan-tujuan atau kita

diberi tujuan-tujuan oleh Allah. Kemudian kita mengerjakan hal-hal yang

mendekatkan kita kepada tujuan itu. Kita berusaha mencapai tujuan tersebut.

Kalau demikian kebaikan atau keburukan perbuatan kita bergantung kepada

tujuan atau hasilnya. Suatu tindakan dianggap benar apabila mengakibatkan

hasil baik yang lebih besar daripada hasil buruk. Suatu tindakan dianggap

salah apabila mengakibatkan hasil buruk yang lebih besar daripada hasil baik.

Suatu tindakan harus dilaksanakan apabila akan mengakibatkan hasil baik

yang lebih besar daripada tindakan-tindakan lain yang ada sebagai alternatif.

Mengambil keputusan memang kita perlu memperhatikan tujuan-

tujuan dan akibat-akibatnya. Namun demikian, kita akan mengalami persoalan

besar jikalau kita hanya memperhatikan tujuan-tujuan dan akibat-akibat saja.

Salah satu persoalan dalam membatasi diri kepada teori etika akibat yaitu

ketidakmampuan kita untuk menentukan akibat perbuatan-perbuatan kita. Juga

sering kali kita kurang mampu menguasai jalan-jalan yang kita pakai untuk

mencapai akibat itu.

Persoalan kedua dalam etika akibat ialah: apakah tidak ada faktor lain

selain akibat yang menjadikan perbuatan buruk. Misalnya, apakah orang boleh

melanggar hukum atau memperkosa hak-hak asasi orang lain untuk mencapai

akibat yang baik? Pernyataan ini ditujukan kepada etika akibat oleh teori etika

yang kedua.15

Cara pengambilan keputusan etis yang kedua adalah etika kewajiban

atau deontologis. Etika deontologis adalah cara berfikir etis yang mendasarkan

diri kepada prinsip, hukum, norma objektif yang dianggap harus berlaku

mutlak dalam situasi dan kondisi apapun juga. Etika deonologis masih bisa

dibagi menjadi lagi menjadi dua aliran: deontologis aturan dan deontologis

situasi. Deontologis aturan mengandaikan bahwa aturan moral selalu berlaku

dalam situasi apapun. Mengenai deontologis situasi adalah satu tindakan etis

yang menolak segala macam peraturan moral umum. Menurut deontologis

15

Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor di

Dalamnya (Jakarta: Gunung Mulia, 2016), 31.

Page 17: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

7

situasi setiap orang harus memutuskan sendiri bagaimana dia harus bertindak

dalam situasi tertentu.16

Di dalam etika tanggungjawab, kehendak Allah dikenali lewat

pekerjaan-pekerjaanNya di dalam kehidupan manusia. Individu yang percaya

pada Allah bertanggungjawab untuk menanggapi pekerjaan Allah dalam

hidupnya. Dosa terjadi ketika manusia hidup dengan tidak percaya pada

pekerjaan Allah dalam hidupnya akibatnya ia berdosa, ia hidup terpisah dari

pekerjaan Allah. Bagi manusia yang berdosa, dibutuhkan penyelarasan agar ia

menemukan kembali damai sejahtera Allah lewat tindakan pencerahan diri dan

penerimaan atas kasih karunia Allah.

Pengambilan keputusan etis yang masuk dalam teori etika yang

diusung oleh Malcolm Brownlee memiliki ciri sebagai berikut:

Selalu memiliki pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang

salah, apa yang baik dan apa yang buruk. Etika didefinisikan secara sederhana

sebagai penyelidikan tentang apa yang baik atau benar atau luhur dan apa

yang buruk atau salah atau jahat dalam kelakuan manusia. Etika menaruh

perhatian pada norma-norma yang membimbing perbuatan manusia dan cita-

cita yang membentuk tujuan manusia17

.

Pengambilan keputusan etis sering kali menyangkut pada pilihan yang

sukar. Seringkali, keputusan kita bukan pilihan antara hitam dan putih,

melainkan antara dua corak yang kelabu. Orang-orang yang setuju tentang

prinsip-prinsip etis tidak selalu setuju dengan penerapan prinsip-prinsip itu

dalam kasus yang nyata. Sayang, orang-orang yang memandang etika sebagai

pilihan mutlak antara baik dan jahat kurang siap untuk menghadapi keputusan-

keputusan yang sukar. Karena mereka tidak bisa memilih antara kelabu tua

dan kelabu muda. Meskipun tekad dan ketetapan hati perlu diperhatikan oleh

bidang etika, tetapi etika juga harus menjelaskan persoalan-persoalan yang

terlibat dalam pemilihan-pemilihan etis yang sulit. Etika bermaksud untuk

menolong mendekati pemilihan itu dengan pikiran lebih cerdas18

.

16

Franz Von Magnis, Etika Umum: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral

(Yogyakarta: Penerbitan Yayasan Kanisius, 1975), 86. 17

Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor di

Dalamnya, 16. 18

Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis, 20.

Page 18: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

8

Keputusan-keputusan etis tidak mungkin dielakkan. Individu-individu

juga kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sering dihadapkan dengan

pilihan yang perlu dilakukan. Kerapkali kita harus mengambil keputusan entah

yang sukar atau yang mudah. Sewaktu kita dihadapkan dengan pemilihan etis,

kita tidak mungkin tidak mengambil keputusan. Kita dapat secara aktif

mengambil keputusan kita dengan memikul tanggungjawab diatasnya. Atau

secara pasif kita dapat mengambil keputusan itu dengan membiarkan orang-

orang dan peristiwa-peristiwa berjalan terus tanpa campur tangan kita19

.

Kita hanya bisa memahami pengambilan keputusan etis kalau kita

memperhitungkan juga hal-hal yang tidak dipertimbangkan pada saat

pengambilan keputusan itu. Keputusan kita tidak hanya dipengaruhi oleh

norma-norma yang dipertimbangkan dan pengertian kita tentang situasi, tetapi

juga oleh kepercayaan kita, tabiat dan lingkungan sosial kita. Pengambilan

keputusan kita dipengaruhi oleh hubungan-hubungan kita dengan Tuhan,

orang lain, dan diri sendiri, padahal seringkali kita tidak menyadari pengaruh

itu.20

Dalam pengambilan keputusan etis, individu diperhadapkan pada

situasi yang dilematis, bukan hanya antara yang benar atau yang salah; yang

baik atau yang buruk; yang tepat atau yang tidak tepat; tetapi juga antara yang

kurang benar dan hampir benar. keputusan etis tidak selalu hanya menyangkut

yang hitam atau yang putih, tetapi juga yang abu-abu atau yang sering kali

disebut the lesser evil (yang paling sedikit buruknya). Sadar atau tidak, dalam

banyak kesempatan kita diharuskan untuk membuat keputusan yang sifatnya

the lesser evil. Situasi yang dilematis dalam pengambilan keputusan etis

adalah ciri keputusan etis yang kedua.21

Dalam kasus-kasus seperti ini kita

akan dihadapkan dengan pilihan yang sukar, biasanya antara kejujuran dan

white lie (kebohongan putih).22

19

Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis, 23. 20

Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis, 25. 21

Ebenhaizer Nuban Timo dan Irene Ludji, Panorama Etika Kristen (Salatiga:

Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2015), 73. 22

White lie adalah istilah yang populer yang digunakan untuk membenarkan

tindakan berbohong dengan alasan tujuan yang hendak dicapai adalah benar.

Page 19: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

9

Kadang-kadang kita mendengar orang mengatakan bahwa keputusan-

keputusan moral itu relatif. Kata “relatif” mempunyai bermacam-macam arti.

Kadang-kadang “relatif” berarti keputusan bukan pilihan antara baik dan

buruk secara mutlak melainkan antara campuran-campuran baik dengan

buruk. Satu campuran dianggap hanya relatif lebih baik daripada yang lain.

Pandangan ini dapat disetujui, tetapi tidak membebaskan kita dari

tanggungjawab untuk memilih yang relatif lebih baik dan menolak yang relatif

lebih buruk. Pilihan antara campuran-campuran baik dengan jahat masih perlu

dinilai benar-salahnya.

Arti lain untuk “relatif”: berhubungan. Kata “relatif” sering dipakai

dengan arti ini oleh orang-orang yang berpendapat bahwa keputusan kita

berhubungan dengan situasi. Karena itu mereka merasa bahwa tidak ada

patokan moral yang berlaku untuk semu situasi. Tentu “berhubungan” adalah

arti tepat bagi “relatif”. Namun demikian keputusan-keputusan kita

berhubungan bukan dengan situasi saja melainkan juga iman, tabiat,

lingkungan sosial, dan norma-norma23

.

2.2 Beberapa Pemikiran Norman L. Geisler dan J. Verkuyl

Selain Malcolm Brownlee, ada beberapa tokoh yang juga

mengemukakan teori etika yang lebih khusus menjurus kepada hukuman mati.

Beberapa pemahaman tersebut membagi pemikiran tentang hukuman mati

menjadi tiga pandangan yaitu, rekonstruksionisme, rehabilitasionisme, dan

retrebusionisme.24

Secara singkat menurut Norman L. Geisler, Rekonstruksionisme

merupakan pandangan yang menuntut hukuman mati atas semua kejahatan

serius; Rehabilitasionisme merupakan pandangan yang tidak mengizinkan

hukuman mati atas kejahatan apapun; dan Retribusionisme merupakan

pandangan yang menganjurkan hukuman mati atas sejumlah kejahatan (besar).

Bentuk-bentuk dari ketiga pandangan inilah yang dianut oleh kaum Kristen.25

23

Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis, 27. 24

Norman L. Geisler, Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer (Malang:

SAAT, 2015), 238. 25

Geisler, Etika Kristen, 238.

Page 20: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

10

Pertama, Kaum rekonstruksionisme percaya bahwa hukuman mati

seharusnya diterapkan untuk semua kejahatan besar atau setiap kejahatan

nonseremonial yang disebutkan dalam hukum Musa yang termasuk

didalamnya dua puluh pelanggaran berbeda. Kaum rekonstruksionisme

percaya bahwa tujuan utama dari keadilan adalah retribusi bukan rehabilitasi.

Tujuannya untuk menghukum bukan untuk pembaharuan.26

Pendukung

rekonstruksi Greg L. Bahnsen menjelaskan hal ini dalam Theonomy in

Christian Ethics; dia berpendapat bahwa “kita harus mengerti ketentuan dari

hukuman mati berdasarkan bahwa hukuman mati bagi warga negara adalah

kejahatan yang beralasan dimata Allah.”27

Mereka percaya bahwa hukuman

mati masih mengikat saat ini. Mereka yakin bahwa pemerintah tunduk pada

kewajiban Ilahi untuk melaksanakan hukuman mati. Intinya mereka percaya

bahwa hukuman mati perlu diberlakukan pada setiap macam pelanggaran

besar, sosial, keagamaan, atau moral.

Kedua, Pendukung pandangan ini adalah orang Kristen dan non

Kristen, yang percaya bahwa tujuan keadilan adalah rehabilitasi bukan

retribusi. Keadilan bersifat rehabilitatif bukan retributif. Kita harus berusaha

memperbaiki penjahat, bukan menghukumnya, atau setidaknya bukan dengan

hukuman mati.28

Ada beberapa pandangan moral yang digunakan oleh kaum

rehabilitasionisme untuk menolak hukuman mati, yaitu: hukuman mati

diterapkan dengan tidak adil, hukuman mati bukanlah pencegah kejahatan,

hukuman mati adalah tindakan yang tidak berprikemanusiaan, para penjahat

seharusnya disembuhkan bukan dibunuh, dan hukuman mati mengirim orang-

orang yang tidak percaya menuju neraka.29

Ketiga, retrebusi (hukuman mati untuk sejumlah kejahatan besar).

Pandangan ini berpendapat bahwa hukuman mati diberlakukan untuk beberapa

kejahatan, yaitu, kejahatan-kejahatan besar. Berbeda dengan

26

Geisler, Etika Kristen, 245. 27

Greg L. Bahnsen, Theonomy in Christian Ethics, edisi yang diperluas

(Philipsburg, NJ: Presbyterian & Reformate, 1998), 441, ed. Norman L. Geisler, Etika

Kristen: Pilihan dan Isu Kontenporer (Malang: SAAT, 2015), 245. 28

Geisler, Etika Kristen, 238. 29

Geisler, Etika Kristen, 240.

Page 21: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

11

rehabilitasionisme, retribusionisme tidak percaya bahwa tujuan utama dari

hukuman mati adalah untuk menghukum. Berbeda dangan

rekonstruksionisme, retribusionisme tidak percaya bahwa pemerintahan sipil

saat ini terikat oleh hukum Musa yaitu mengenai hukuman mati.

Retribusionisme berpendapat bahwa penjahat tidaklah sakit tetapi berdosa.

Pelanggarannya yang utama bukan bersifat patologis tetapi moral. Karena

mereka adalah manusia yang bertanggung jawab secara rasional dan moral,

mereka lebih tau dank arena itu layak dihukum. Sekalipun hukuman mati bisa

mencegah kejahatan, setidaknya oleh para pelaku, bagaimanapun ini bukanlah

tujuan utamanya. Tujuan utamanya adalah menghukum orang yang bersalah,

bukan melindungi orang yang tidak bersalah.30

Pandangan lainnya yang juga menyoroti masalah hukuman mati adalah

J. Verkuyl. Tidak seperti Geisler, Verkuyl secara gamblang menyatakan dua

argumentasinya, yaitu alasan untuk tidak menyetujui hukuman mati dan

alasan-alasan teologis sebagai dasar hukuman mati.

Alasan untuk Tidak Menyetujui Hukuman Mati

Pertama, dalam abad ini dan abad-abad yang lalu, hak itu telah

disalahgunakan dengan cara yang sangat mengerikan. Hak menjatuhkan

hukuman mati kerapkali disalahgunakan untuk memusnahkan ras yang

merupakan golongan kecil, sehingga sesudah perang dunia kedua banyak

orang berkata: “senjata ini, yakni senjata hukuman mati, tidak boleh lagi

berada didalam tangan pemerintah, sebab banyak pemerintah yang telah

bermain-main dengan senjata itu secara sangat mengerikan, dan dengan

demikian mereka telah kehilangan hak untuk mempergunakan senjata

(hukuman mati) itu.” Alasan-alasan itu sungguh sangat berat. Kemarahan dan

keberangan orang tentang penyalahgunaan hak menjatuhkan hukuman mati

mempunyai nilai kesusilaan yang sangat tinggi.31

Kedua, alasan kedua diambil dari firman keenam yang berbunyi:

“jangan membunuh.”, walaupun didalamnya hukum Taurat Israel juga

30

Geisler, Etika Kristen, 256-257. 31

Dr. J. Verkuyl, Etika Kristen: Ras, Bangsa, Gereja, dan Negara (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1992), 154.

Page 22: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

12

memberikan hak kepada pemerintah untuk menjatuhkan hukuman mati guna

melindungi hidup dan kehidupan bersama. Kepada pemerintah telah diberikan

pedang untuk dipergunakan, justru karena hidup rakyat harus dilindungi.32

Ketiga, menentang hukuman mati berdasarkan perikemanusiaan.

Perikemanusiaan memandang kehidupan manusia sebagai nilai tertinggi dan

menganggap kehidupan manusia sebagai suatu yang tidak dapat diganggu

gugat secara mutlak.33

Karena kehidupan sendiri merupakn pemberiaan

langsung dari Tuhan.

Keempat, alasan yang istimewa beratnya datang dari pihak pastoral.

Kerapkali ditunjukan bahwa hukuman mati tidak atau sedikit saja memberikan

kesempatan untuk bertobat jika seandainya pemerintah dilarang untuk

menjatuhkan hukuman mati, tetapi misalnya boleh menjatuhkan hukuman

penjara seumur hidup, maka ada lebih banyak kesempatan untuk memberi

pengembalaan kepada tawanan tersebut.34

Alasan-alasan Teologis Sebagai Dasar Hukuman Mati

Menurut Verkuyl, banyak ahli teologi yang berpendapat bahwa

pemerintah harus diberi hak untuk mengenakan hukuman mati. Alasan-alasan

yang mereka ajukan ialah.

Pertama, dalam Kejadian 9:6, Alkitab berkata untuk pertama kalinya

tentang tugas pemerintah. Sekalipun sudah tentu bahwa Alkitab tidak

dimaksudkan sebagai Kitab Undang-undang Hukum Pidana, namun adalah

sangat penting artinya bagi hukum pidana, bahwa perbuatan jahat yang

menyerang hidup manusia diancam disini dengan hukuman yang terberat oleh

Tuhan sendiri.35

Kedua, dalam perjanjian baru disebutkan bahwa pemerintah diberi

“kekuasaan pedang” (Rm. 13:4). Pedang dianggap sebagai lambang hukuman

mati dan sebagai kemungkinan yang terakhir.36

32

Verkuyl, Etika Kristen, 154. 33

Verkuyl, Etika Kristen, 154. 34

Verkuyl, Etika Kristen, 155. 35

Verkuyl, Etika Kristen, 155. 36

Verkuyl, Etika Kristen, 155.

Page 23: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

13

Ketiga, hukuman mati sebagai tanda murka Allah. Walaupun hanya

Tuhanlah yang dapat mengadili manusia, tetapi hukuman mati dijadikan

antisipasi atau pendahuluan diadilinya dunia ini. Hukuman mati adalah suatu

tanda yang menunjuk kepada hukuman yang terakhir yang diberikan kepada

manusia di dunia.37

Keempat, hukuman mati hanya dapat diterima sebagai “ultima ratio”,

sebagai alasan atau alat terakhir didalam perkara-perkara yang sangat

istimewa. Yang sangat mengerikan dalam hal hukuman mati ialah bahwa

hukuman itu tidak dapat dibetulkan, ditarik kembali, ataupun dihapuskan

apabila kemudian ternyata hukuman itu salah. Karena itu pemerintah baru

boleh mengenakan hukuman mati pada taraf yang terakhir. Maka

kemungkinan mengenakan hukuman mati perlu juga dicantumkan didalam

KUHP dengan menyebutkan pula dalam kejadian-kejadian apakah hukuman

itu boleh digunakan. 38

Hukuman Mati Kasus Narkoba dalam Kacamata Etika Kristen

3.1 Data Kasus Pidana Narkotika

Upaya pemerintah dalam meletakkan landasan yuridis terhadap

peyalahgunaan Narkotika tersebut tidak dapat dipungkiri akibat dari kian

meningkatnya pelanggaran atau kasus yang terkait dengan masalah tersebut.

Penyalahgunaan narkoba akan menyebabkan ketergantungan fisik, emosional

maupun psikir. Berbagai motivasi dalam penyalahgunaan narkoba ternyata

menyangkut motivasi yang berhubungan dengan keadaan individu, selain itu

penyalahgunaan narkoba merupakan jalan pintas untuk menghadapi beban

kehidupan sebagai dampak factor lingkungan.39

Jumlah tersangka kasus narkoba selama tahun 2004 sampai tahun 2006

yang berada di wilayah hukum Kab. Semarang dapat dilihat dari tabel I

tentang jumlah tersangka berikut:

37

Verkuyl, Etika Kristen, 155. 38

Verkuyl, Etika Kristen, 156. 39

Dr. H. Moh. Hatta, SH. Kebijakan Politik Kriminal: Penegakan Hukum dalam

Rangka Penanggulangan Kejahatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 97.

Page 24: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

14

Tabel I

Jumlah Tersangka Kasus Narkoba yang Ditangani Polres Kab.

Semarang Tahun 2004 sampai 2006

No Tahun Jumlah

Tersangka

Narkotika

Jumlah

Tersangka

Psikotropika

Jumlah

1 2004 7 5 12

2 2005 15 5 20

3 2006 16 0 16

Total 38 10 48

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Dari tabel I tentang jumlah tersangka kasus diatas dapat diketahui

selama tahun 2004 terdapat 7 (tujuh) tersangka narkotika, tahun 2005 terdapat

15 (lima belas) tersangka kasus narkotika, dan tahun 2006 terdapat 16 (enam

belas) tersangka kasus narkotika yang ditangani oleh Polres Semarang.

Terhadap 48 (empat puluh delapan) tersangka kasus narkoba yang terjadi

selama tahun 2004 sampai 2006, Polres Semarang melakukan tindakan-

tindakan penanganan yang meliputi penyelidikan, penyidikan, dan pelimpahan

perkara ke penuntut umum. Penanganan kasus narkoba oleh kepolisian

didasarkan adanya laporan/pengaduan dari masyarakat, atau mungkin polisi

mengetahui sendiri adanya tindak pidana yang berkaitan dengan narkoba yang

diterima oleh sentral pelayanan kepolisian. Dari jumlah kasus pertahun

tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun kasus narkotika mengalami

kenaikan.40

Data ini menunjukan presentase hasil yang hampir sama dengan data

yang pernah dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional tahun 2006.

40

M. Haryanto, S.H., M. Hum dan Shandra Kusumawati, Laporan Penelitian,

Penanganan Kasus Narkoba Oleh Kepolisisan Resor Semarang (Salatiga: Fakultas Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana, 2007), 46.

Page 25: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

15

Tabel II

Data Kasus Pidana Narkotika dan Obat-Obatan Terlarang di

Indonesia Tahun 2001-2005

N

o

Kasus Tahun Jumla

h

Total

Rata-

rata

Per

Tahu

n

2001 2002 2003 2004 2005

1 Narkotika 1.90

7

2.04

0

3.92

9

3.87

4

8.171 19.921 3.984

2 Psikotropik

a

1.64

8

1.63

2

2.59

0

3.88

7

6.733 16.921 3.398

3 Bahan

Adiktif

62 79 621 648 1.348 2.758 552

Jumlah 3.61

7

3.75

1

7.14

0

8.40

9

16.25

2

39.169 7.834

%kenaikan - 3,7 90,3 17,8 93,3 205 51,3

Sumber: Dit IV/ Narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN), Februari

2006.41

Data pada tabel II menunjukan kasus narkokotika dan psikotropika

secara umum, tanpa membedakan antara produsen, pengedar, dan pemakai

(pemakai tidak diancam hukuman mati). Data ini menunjukan bahwa dari

tahun ke tahun tindak pidana narkotika terus mengalami kenaikan dengan

jumlah rata-rata per tahun 3.984 (tiga ribu Sembilan ratus delapan puluh

empat) kasus narkotika.

41

Sumber: Dit IV/Narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN), Februari 2006,

ed. Todung Mulya Lubis dan Alexsander Lay, Kontroversi Hukuman Mati (Jakarta:

Kompas,2009) 66.

Page 26: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

16

Dasar-Dasar Penentuan Hukuman Mati

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa hukuman mati (death

penalty) merupakan hukuman akhir dan hukuman paling berat yang diberikan

kepada seorang tersangka. Seiring dengan perkembangan zaman, hukuman

mati mengalami berbagai penyesuaian dan penentuan hukuman mati sudah

diatur pelaksanaannya dalam peraturan perundang-undangan masing-masing

negara.

Sekalipun ada banyak kritik dan perdebatan dari kelompok yang pro

dan kontra mengenai hukuman mati, tetapi setidaknya ada tiga hal besar yang

menjadi dasar penentuan hukuman mati yaitu,

Pertama, Hukuman mati hanya diterapkan untuk segala bentuk

kejahatan besar (the most serious crimes).42

Dikutip dari putusan MK No 2-

3/PUU-V/2007, ketentuan pasal-pasal UU Narkotika tersebut masing-masing

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 80 ayat (1) huruf a: “Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum:

memproduksi, mengolah, mengekstraksi, mengkonversi, merakit atau

menyediakan narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana mati…”, pasal

80 ayat (2) huruf a: “Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam:

Ayat (1) huruf a didahului dengan permufakatan jahat, dipidana dengan

pidana mati…”, pasal 80 ayat (3) huruf a: “Apabila tindak pidana

sebagaimana dimaksudkan dalam: Ayat (1) huruf a dilakukan secara

terorganisasi, dipidana dengan pidana mati…”, pasal 81 ayat (3) huruf a:

“Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dalam: Ayat (1) huruf a

dilakukan secara terorganisasi, dipidana dengan pidana mati…”, pasal 82

ayat (1) huruf a: “Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum: mengimpor,

mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli,

menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menukar

narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana mati…”, pasal 82 ayat (2)

huruf a: “Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dalam Ayat (1)

didahului dengan permufakatan jahat, maka terhadap tindak pidana

sebagaimana dimaksudkan dalam: Ayat (1) huruf a, dipidana dengan pidana

42

Todung Mulya Lubis dan Alexander Lay, Kontroversi Hukuman Mati

(Jakarta: Kompas, 2009), 49.

Page 27: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

17

mati…”, pasal 82 ayat (3) huruf a: “Apabila tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam: Ayat (1) huruf a dilakukan secara terorganisasi, dipidana

dengan pidana mati…”43

Dilihat dari dampaknya, narkoba juga menyebabkan ratusan nyawa

masyarakat Indonesia terutama pemuda yang merupakan generasi bangsa

terancam hilang. Kemudian atas keputusan MK ini, dapat dikatakan bahwa

kasus narkotika tergolong dalam kejahatan serius yang dihadapi oleh negara.

Kedua, Hukuman mati memberikan efek jera bagi tindak pidana.

Secara teoritis dapat dikatakan bahwa ancaman hukuman mati menimbulkan

efek jera (deterrent effect) yang sangat tinggi. Efek jera hukuman mati

tersebut merupakan faktor penting dalam menyebabkan orang mengurungkan

niatnya untuk melakukan tindak pidana.44

Penerapan hukuman mati bagi para

pengedar narkoba diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku

pengedar narkoba dan dapat mencegah masyarakat yang berniat untuk

menggunakan dan mengedarkan narkoba. Sehingga kasus kematian akibat

narkotika di Indonesia dapat ditekan dengan adanya penegakan hukuman mati

ini.

Ketiga, Menurut putusan MK No 2-3/PUU-V/2007 menyatakan bahwa

perumusan, penerapan, maupun pelaksanaan pidana mati hendaklah

memperhatikan empat hal penting. Pertama, pidana mati bukan lagi

merupakan pidana pokok, melainkan sebagai pidana yang bersifat khusus dan

alternatif. Kedua, pidana mati dapat dijatuhkan dengan masa percobaan

selama 10 tahun yang apabila terpidana berkelakuan terpuji dapat diubah

dengan pidana penjara seumur hidup atau selama dua puluh tahun. Ketiga,

pidana mati tidak dapat dijatuhkan terhadap anak-anak yang belum dewasa.

Keempat, eksekusi pidana mati terhadap perempuan hamil dan seorang yang

sakit jiwa diyangguhkan sampai perempuan hamil tersebut melahirkan dan

terpidana yang sakit jiwa tersebut sembuh.45

43

Dikutip dari Putusan MK No. 2-3/PUU-V/2007, hal 403-432, Ed. Tudung

Mulya Lubis dan Alexsander Lay, Kontroversi Hukuman Mati, 344. 44

Lubis, Kontroversi Hukuman Mati, 65. 45

Lubis, Kontroversi Hukuman Mati, Xi.

Page 28: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

18

Pro dan Kontra Disekitar Hukuman Mati

Seiring berjalannya waktu hukuman mati terkhusus bagi terpidana

narkoba dihadapkan dengan dilema etis yang terjadi dimasyarakat. Hukuman

mati tersebut memperoleh berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik

tanggapan yang pro maupun kontra terhadap kebijakan tersebut. Disatu sisi

beranggapan bahwa didalam undang-undang narkotika di Indonesia

menjadikan hukuman mati sebagai hukuman berat bagi bandar narkoba yang

dianggap telah merugikan banyak pihak sehingga pantas untuk dikenakan

hukuman mati. Sedangkan disisi lain, terdapat kelompok yang menolak

hukuman mati atas nama hukum HAM Internasional sebagai alasan utamanya.

Pro terhadap Hukuman Mati

Saya tidak akan banyak membahas tanggapan kelompok masyarakat

yang pro atau setuju dengan pidana mati karena kolompok ini kukuh

menggunakan dasar-dasar penentuan hukuman mati (seperti yang dijelaskan

sebelumnya) sebagai alasan utama mereka menyetujui hukuman mati.

Negara dalam hal ini harus mengambil tindakan tegas untuk

menghukum setiap orang yang terkait dengan peredaran narkoba. Hukuman

yang diberikan haruslah bersifat tegas sehingga memberikan efek jera bagi

sang pelaku maupun orang-orang yang menyaksikan hukuman ini. Akhirnya

hukuman mati menjadi salah satu opsi yang dianggap paling ampuh untuk

mengatasi hal ini. Hukuman mati dianggap valid karena mengandung keadilan

dalam hal pertanggungjawaban atas kesalahan yang telah diperbuat. Para

terpidana narkoba dianggap telah merugikan banyak pihak sehingga pantas

dikenakan hukuman mati.46

Kontra terhadap Hukuman Mati

Sama halnya dengan pandangan yang mendukung pidana hukuman

mati, pandangan yang kontra atau tidak setuju dengan hukuman mati juga

memiliki landasan yang kuat. Seperti yang telah dijelaskan dibagian awal,

hukuman mati sangat bertentangan dengan Hak Asasi Manusia yang berlaku

46

Gregory C. Higgins, Dilema Moral Zaman Ini (Yogyakarta: Kanisius, 2006),

131.

Page 29: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

19

di negara. Pandangan bahwa hanya Tuhan yang memiliki kuasa penuh akan

keberlangsungan hidup manusia membuat hukuman mati bertentangan dengan

prinsip dasar HAM. Beberapa alasan lain yang disampaikan adalah

diragukannya efek jera hukuman mati dalam menurunkan jumlah tindak

pidana47

, dan hukuman mati merupakan suatu bentuk penghukuman yang

kejam dan merendahkan martabat manusia.48

“Efek jera hukuman mati tersebut merupakan factor penting dalam

menyebabkan orang mengurungkan niatnya untuk melakukan tindak pidana”.

Secara logika argument ini masuk akal, namun tidak terdapat data statistic

(empiris) dan riset yang secara meyakinkan mendukung kesimpulan tersebut.

Yang terjadi justru sebaliknya.49

Sebagai contoh, jumlah tindak pidana

narkotika dan psikotropika di Indonesia justru meningkat dari tahun ke tahun

walaupun UU narkotika dan UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika

memberlakukan hukuman mati. Hal ini cukup membuktikan bahwa ancaman

hukuman mati bukanlah faktor utama dan bukan merupakan faktor yang tidak

tergantikan dalam upaya mengurangi tindak pidana narkotika dan psikotropika

ataupun tindak pidana lainnya.

Salah satu sebab hukuman mati dihapuskan diberbagai negara didunia

adalah kenyataan bahwa hukuman mati dianggap merupakan satu bentuk

hukuman atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan

martabat manusia. Kejamnya hukuman mati dilukiskan oleh Mahkama

Konstitusi Afrika Selatan ketika menghapus hukuman mati dari sistem hukum

Afrika Selatan. Dalam kasus ini Hakim Chaskalson, mendeskripsikan

hukuman mati sebagai berikut: kematian adalah sebuah hukuman yang kejam,

dan proses-proses hukum untuk menentukan dibatalkan atau tidak dilakukan

hukuman, yang membuat si terpidana menunggu dalam ketidakpastian,

semakin menambah kekejaman tersebut. Hukuman mati juga berada diluar

batas perikemanusiaan, karena… ”dengan sendirinya merupakan

pengingkaran terhadap kemanusiaan yang bersangkutan”50

47

Lubis, Kontroversi Hukuman Mati, 65. 48

Lubis, Kontroversi Hukuman Mati, 338. 49

Lubis, Kontroversi Hukuman Mati,65-66. 50

Lubis, Kontroversi Hukuman Mati, 338-339.

Page 30: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

20

Fakta ini membuktikan bahwa pada dasarnya permasalahannya terletak

pada hakikat hukuman mati itu sendiri sebagai suatu bentuk penghukuman

yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat manusia. Upaya

mencari metode eksekusi yang lebih “berperikemanusiaan” bukanlah

solusinya. Jika terjadi kesalahan pada sistem peradilan pidana hukuman mati,

terpidana yang sudah terlanjur dieksekusi sudah tidak bisa dibebaskan

kembali. Pada kasus hukuman mati yang telah dieksekusi, kelemahan ini

menjadi fatal. Orang yang telah dieksekusi tidak dapat dihidupkan kembali.51

3.2 Hukuman Mati Kasus Narkoba dalam Perfektif Etika Kristen

Pada dasarnya setiap kasus pelanggaran narkoba dikarenakan oleh

penggunaan narkoba dalam kadar yang tidak wajar dan tidak memiliki izin

atau hak dalam menggunakannya. Sebagaimana yang kita ketahui narkoba

banyak ditransaksikan secara sembunyi-sembunyi bahkan terkadang sudah

terang-terangan dalam lingkungan masyarakat untuk dikonsumsi dengan

mengambil efeknya berupa kesenangan, padahal kita ketahui dampak negatif

dari narkoba sangat berbahaya, serta dapat menimbulkan komplikasi berbagai

macam penyakit hingga kematian.52

Oleh karena itu menurut pandangan saya,

hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah kurangnya

pengetahuan mengenai dampak yang akan ditimbulkan oleh narkoba dan

barang-barang sejenisnya, menganggap bahwa narkoba merupakan jalan

keluar atas masalah kehidupan yang dihadapi, dan yang terakhir adalah

narkoba dijadikan gaya hidup zaman sekarang.

Data yang saya kumpulkan berasal dari penanganan kasus narkoba

oleh kepolisian resor Semarang yang terangkum dalam tabel I (jumlah

tersangka kasus narkoba yang ditangani Polres Kab. Semarang tahun 2004

sampai 2006)53

dan data yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional

51

Lubis, Kontroversi Hukuman Mati, 339. 52

Heriadi Willy, Berantas Narkoba Tidak Cukup Hanya Bicara (Yogyakarta:

Kedaulatan Rakyat, 2015), 5. 53

M. Haryanto, S.H., M. Hum. dan Ahndra Kusumawati, Penanganan Kasus

Narkoba oleh Kepolisian Resor Semarang (Salatiga: Fakultas Hukum Universitas Kristen

Satya Wacana, 2007), 29.

Page 31: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

21

yang dirangkum dalam tabel II (data kasus pidana narkotika dan obat-obat

terlarang di Indonesia)54

Dari penelitian literarur yang dilakukan penulis, dari tahun ke tahun

kasus narkotika terus mengalami kenaikan. Pada tabel I tentang jumlah

tersangka kasus narkotika yang ditangani oleh Polres Kab. Semarang terdapat

total 38 (tiga puluh delapan) kasus narkotika. Hal yang sama juga terlihat pada

tabel II dengan total 19.921 (sebilan belas ribu Sembilan ratus dua puluh satu)

kasus pidana narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia.

Berkaitan dengan kenaikan tindak pidana narkoba tiap tahunnya, fakta

ini cara tidak langsung membuktikan bahwa hukuman yang diberikan terhadap

pelaku tidak terlalu efektif karena tidak dapat memberikan efek jera bagi

pelaku tindak pidana narkoba.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa hukuman mati

merupakan hukuman yang paling berat bagi seorang terpidana. Atas dasar

tersebut, hukuman mati jelas membutuhkan alasan yang kuat untuk dikenakan

pada seorang terpidana. Pada sistem pelaksanaan hukuman mati harus benar-

benar valid dan tidak boleh ada sedikitpun kesalahan. Karena pada dasarnya

hukuman mati adalah hukuman terakhir, orang yang telah dihukum mati tidak

dapat dihidupkan kembali (jika nantinya terbukti tidak bersalah).

Menurut Malcolm Brownlee pada dasarnya setiap pengambilan

keputusan etis memiliki ciri sebagai berikut: Selalu memiliki pertimbangan

tentang apa yang benar dan apa yang salah, pengambilan keputusan etis sering

kali menyangkut pada pilihan yang sukar, keputusan etis tidak mungkin

dielakkan, dan kita hanya bisa memahami pengambilan keputusan etis kalau

kita memperhitungkan hal-hal yang tidak dipertimbangkan pada saat

pengambilan keputusan itu.55

Dari hasil perbandingan data yang telah dikumpulkan dan teori etika

Kristen Brownlee, saya dapat jelaskan bahwa memang tindak pidana narkoba

jelas merupakan sebuah kejahatan paling serius yang pantas untuk dikenakan

54

Sumber: Dit IV/Narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN), Februari 2006,

ed. Todung Mulya Lubis dan Alexsander Lay, Kontroversi Hukuman Mati (Jakarta:

Kompas,2009) 66. 55

Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis, 16-25.

Page 32: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

22

hukuman mati. Tetapi dalam prakteknya, pidana mati harus tetap

memperhatikan hal-hal lain sebagai bentuk pertimbangan etis, seperti: umur,

kesehatan mental dan fisik, serta kemajuan bentuk tingkah laku dalam masa

percobaan.56

Putusan MK tentang syarat penentuan hukuman mati ini sangat

jelas, sehingga hukuman mati tidak boleh dilakukan diluar empat poin yang

telah ditetapkan. Jika ditemukan kasus yang sesuai dengan ciri-ciri tersebut,

hukuman mati harus ditangguhkan. Selain harus sah dimata hukum, hukuman

mati sebagai salah satu bentuk hukum harus menghasilkan kebaikan yang

maksimal bagi seluruh komponen masyarakat.

Hukum dan hukuman mati adalah dua hal yang berbeda. Hukum (law)

dapat dimaknai sebagai “norma yuridis legal yang tersistem yang berfungsi

sebagai dasar yang mengatur, melindungi, dan mendukung kehidupan

masyarakat sebagai entitas sipil dari sebuah negara.” Sedangkan hukuman

mati (capitalpunishment , or death penalty) merujuk kepada eksekusi oleh

negara atas seseorang yang diyakini (secara yuridis formal) terbukti

melakukan jenis kejahatan tertentu.57

Hukuman mati memang salah satu

bentuk hukuman yang banyak mengundang kontroversi dalam setiap

pelaksanaannya. Berbagai pandangan turut mewarnai pelaksanaan hukuman

mati, ada pandangan yang sejutu dengan diberlakukannya hukuman mati dan

ada pula yang justru menentang pelaksanaan hukuman mati. Secara umum

alasan yang diangkat oleh pandangan yang menyetujui hukuman mati adalah

bahwa hukuman mati merupakan bentuk hukuman yang cocok untuk

memberikan efek jera bagi terpidana kejahatan serius dan orang-orang yang

menyaksikan hukuman ini. Sedangkan disisi lain, pandangan yang kontra

terhadap hukuman mati berpandangan bahwa hukuman mati sangat

berlawanan dengan konsep HAM yang berlaku.

Jika kita berkaca pada pemikiran Malcolm Brownlee pilihan untuk pro

terhadap hukuman mati lebih condong kepada jenis etika akibat yang

cenderung “melegitimasi akibat” yang membawa kebaikan terbesar, apa pun

dasarnya atau alasan dari setiap tindakan. Suatu tindakan dianggap benar

56

Lubis, Kontroversi Hukuman Mati, xi. 57

Weny, Allah Pemilik setra Penguasa, 1.

Page 33: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

23

apabila mengakibatkan hasil baik yang lebih besar daripada hasil buruk. Suatu

tindakan dianggap salah apabila mengakibatkan hasil buruk yang lebih besar

daripada hasil baik. Suatu tindakan harus dilaksanakan apabila akan

mengakibatkan hasil baik yang lebih besar daripada tindakan-tindakan lain

yang ada sebagai alternatif.58

Hukuman mati dianggap baik karena dapat menghukum terpidana

narkoba yang dianggap telah merugikan banyak pihak sehingga pantas untuk

dihukum. Hal ini mengesampingkan fakta bahwa si terpidana memiliki hak

untuk hidup, dan hanya Tuhan yang bisa mengambil nyawa seseorang. Fakta

lain yang mungkin juga terlupakan adalah bahwa yang harus diberantas

adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan narapidana melakukan tindak

pidana, bukan narapidana yang bersangkutan.59

Pandangan yang kontra terhadap hukuman mati lebih condong kepada

etika tanggungjawab yang selalu memberiruang bagi “tanggung jawab

Kristen” dalam membuat setiap keputusan etis. Tanggung jawab etis dalam

membuat keputusan ini diberlakukan akan tetapi sambil memperhitungkan

kebenaran Allah, iman, keluarga, sesama manusia, situasi, hukum,

masyarakat, bahkan orang yang tersangkut dalam pengambilan keputusan etis

berlandaskan kebenaran sehingga dapat menghasilkan sebuah tindakan yang

membawa kebaikan tertinggi (summum bonum) bagi semua orang.60

Atas dasar perbandingan tersebut, menurut saya hak menjatuhkan hukuman

mati boleh dimasukan ke dalam perundang-undangan, asalkan diterangkan

secara sejelas-jelasnya dalam kejadian yang bagaimana pemerintah boleh

mengenakan hukuman mati. Lebih dalam, hukuman mati menurut saya baru

boleh dilakukan ketika penegak hukum telah menemukan alasan dan bukti-

bukti yang kuat untuk melakukannya. Pemikiran yang tidak kalah penting

adalah hukuman mati hanya digunakan sebagai bentuk tindakan yang paling

terakhir.61

Karena menurut Todung Mulya Lubis, jika terdapat kesalahan

58

Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis, 31. 59

Lubis, Kontroversi Hukuman Mati, 65. 60

Malcolm Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor di

Dalamnya, ed. Nelman A. Weny, ALLAH-Pemilik Serta Penguasa Tunggal Atas Kehidupan,

3. 61

J. Verkuyl, Etika Kristen, 157.

Page 34: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

24

dalam sistem hukuman mati (salah tangkap atau terbukti tidak bersalah), orang

yang sudah dihukum mati tidak dapat dihidupkan kembali.

Penutup

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat mengemukakan kesimpulan

sebagai berikut:

Tindak pidana narkoba jelas merupakan suatu bentuk kejahatan yang

serius dan pantas untuk dihukum seberat-beratnya karena telah merugikan

banyak pihak didalamnya. Tetapi hukuman mati bukan merupakan pilihan

yang etis untuk menghukum terpidana narkoba. Meskipun hukum negara

memberikan alasan yang sangat jelas, hukuman mati tidak boleh dijadikan

hukuman pokok melainkan hanya sebagai hukuman sekunder terutama dalam

jenis kasus pidana narkoba.

Hukuman mati adalah hukuman yang terakhir. Orang yang telah

dihukum mati tidak dapat dihidupkan kembali jika dikemudian hari

didapatkan fakta bahwa terpidana ternyata tidak bersalah.

Keputusan etis yang harus diperlihatkan dalam kasus seperti ini adalah

rehabilitasi bukan retrebusi. Kita harus memperbaiki penjahat, bukan

mematikan penjahat. Karena pada dasarnya yang harus dimatikan atau

dihilangkan adalah tingkah lakunya yang buruk, bukan nyawanya. Bukan

tidak mungkin, dengan pendampingan atau rehabilitasi terpidana narkoba

dapat dipulihkan mental dan tingkah lakunya.

Page 35: HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13448/1/T1_712013016_Full...HUKUMAN MATI BAGI TERPIDANA NARKOBA Tinjauan Etis Kristen dari

25

DAFTAR PUSTAKA

Ajisuksmo, Clara R. P. Narkoba: Petunjuk Praktis Bagi Keluarga Untuk

Mencegah Penyalahgunaan Narkoba. Yogyakarta: Media Pressindo,

2001.

Brownlee, Malcolm. Pengambilan Keputusan Etis dan Faktor-Faktor di

Dalamnya. Jakarta: Gunung Mulia, 2006.

Dirdjosisworo, Soejono. Narkoba dan Peradilannya di Indonesia. Jakarta: O.C.

Kaligis & Associates.

Geisler, Norman L. Etika Kristen: Pilihan dan Isu Kontemporer. Malang: SAAT,

2015.

Haryanto, M, dan Shandra Kusumawati. Penanganan Kasus Narkoba oleh

Kepolisian Resor Semarang. Laporan Penelitian, Salatiga: Fakultas

Hukum Universitas Kristen Satya Wacana, 2007.

Hatta, Moh. Kebijakan Politik Kriminal: Penegakan Hukum dalam Rangka

Penanggulangan Kejahatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Higgins, Gregory C. Dilema Moral Zaman Ini. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Lubis, Todung Mulya. Kontroversi Hukuman Mati. Jakarta: Kompas, 2009.

Magnis, Franz Von. Etika Umum: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta: Penerbitan Yayasan Kanisius, 1975.

Nadeak, Wilson. Korban Ganja dan Masalah Narkotika. Bandung: Indonesia

Publishing House, 1978.

Nubantimo, Ebenhaizer dan Irene Ludji. Panorama Etika Kristen. Salatiga:

Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2015.

Verkuyl, J. Etika Kristen: Ras, Bangsa, Gereja, dan Negara. Jakarta: Gunung

Mulia, 2015.

Weny, Nelman A. “Allah-Pemilik Serta Penguasa Tunggal Atas Kehidupan:

Sebuah Pandangan Teologis Kristen Atas Hukuman Mati”. Kuliah

Umum Agama UKSW, Salatiga Jawa Tengah, 23 Juli 2016.”

Willy, Heriadi. Berantas Narkoba Tak Cukup Hanya Bicara. Yogyakarta:

Kedaulatan Rakyat, 2015.