HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku...

126

Transcript of HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku...

Page 1: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH I

Page 2: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

II ABDUL HALIM BARKATULLAH

HUKUM

PERSEROAN DI INDONESIA

Mengkaji Bentuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu Badan Hukum yang Dibentuk dengan Akta Autentik

dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global

ABDUL HALIM BARKATULLAH

Page 3: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH I

Page 4: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

IV ABDUL HALIM BARKATULLAH

HUKUM

PERSEROAN DI INDONESIA

Mengkaji Bentuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu Badan Hukum yang Dibentuk dengan Akta Autentik

dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global

ABDUL HALIM BARKATULLAH

Page 5: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH III

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Handbook Manajemen Sumber Daya Manusia

©Michael Armstrong

Diterjemahkan dari karya Michael Armstrong

Handbook Human Resource Management Practice

©Kogan Page Limited, 10th edition

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. All Rights Reserved

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin

tertulis dari Penerbit

—Bandung: 2017

xxvi+1099 hal.; 155 x 230mm

ISBN: 978-602-6913-30-4

Penerjemah : Lita Yusron

Penyunting : Rizal

Cetakan I: Juni 2017

Diterbitkan oleh

Penerbit Nusa Media

PO Box 137 Ujungberung, Bandung

Disain cover: MF Mahardika

Tata Letak: Nusamed Studio

Page 6: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

IV ABDUL HALIM BARKATULLAH

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH V

Segala puji dan syukur ke kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan hidayah-Nya, akhirnya Buku “Hukum Perseroan di Indonesia: Mengkaji Bentuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu Badan Hukum yang Dibentuk Dengan Akta Autentik Dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global”, dapat diselesaikan.

Perseroan merupakan bentuk organisasi perusahaan yang sangat penting saat ini dalam perekonomian Indonesia dalam menghadapi perkembangan global. Perseroan telah mampu memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat pada masa 150 tahun terakhir. Perseroan dapat memegang peranan membangkitkan perkembangan ekonomi, karena memiliki kapasitas besar mengumpulkan modal. Ka- pasitas itu ada pada Perseroan karena dicipta oleh hukum korporasi atau hukum Perseroan. Hukum Perseroan memung- kinkan orang untuk menanamkan modalnya dalam Perseroan tanpa dibebani tanggung jawab tidak terbatas, dan juga tanpa dibebani tanggung jawab kepengurusan Perseroan atas diri penanam modal. Pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan yang dilakukan oleh Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang dialami Perseroan melebihi dari jumlah saham yang dimiliki.

Tujuan pendirian Perseroan adalah untuk mencari ke- untungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil- kecilnya. Perseroan merupakan asosiasi modal yaitu suatu asosiasi untuk menghimpun modal dari orang yang bermaksud untuk melakukan kegiatan usahanya sehingga suatu asosiasi usaha besar perlu dikumpulkan modal besar juga, dan karena

KATA PENGANTAR

Page 7: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

VI ABDUL HALIM BARKATULLAH

besarnya modal yang diperlukan, maka perlu dikumpulkan dari sejumlah orang. Ada 3 karakteristik dominan yang signifikan untuk terkumpulnya modal dimaksud, yaitu: (1) pertang- gungjawabannya hanya sebatas sampai harta kekayaan asosiasi;

(2) sifat mobilitas atas hak penyertaan; (3) prinsip pengurusan oleh organ.

Secara terperinci buku ini menguraikan dimulai dengan pendahuluan, kemudian membahas tentang perseroan sebagai badan usaha yang berbadan hukum, perkembangan pemikiran prinsip dan doktrin hukum perseroan, pendirian perseroan dengan sistem AHU online, ruang lingkup pengaturan hukum perseroan di indonesia, pertanggungjawaban suatu korporasi, berkembangnya model perusahaan kelompok dalam badan usaha di Indonesia, dan diakhiri dengan penutup. Isi buku ini membuat karya akademis ini penting dan perlu untuk dibaca. Saat ini tidak begitu banyak buku yang membahas mengenai hal ini. Kehadiran buku ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu di Indonesia, khususnya dalam bidang ilmu hukum.

Akhirnya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada terima kasih juga kami ucapkan pada orang tua, mertua, isteri yang tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama Mas Kamdani dan Mbak Ainun yang banyak membantu dalam penerbitan buku ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Rektor, Dekan, dan teman-teman Civitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Trimakasih juga diucapkan pada Prof. Hikmahanto Juwana, Ph.D, Prof. DR. Ridwan Khairandy, Dr. F.A. Abby, SH., MH. dan Prof. Dr. Teguh Prasetyo, SH., M.Si., Dr. Ifrani, SH, MH, yang telah banyak mencurahkan ilmu dan pengalaman kepada penulis yang mewarnai dalam penulisan buku ini.

Banjarmasin, 15 Mei 2018

Abdul Halim Barkatullah

Page 8: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH VII

KATA PENGANTAR ...................................................................... V

DAFTAR ISI .................................................................................. VII

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Metode Penelitian ....................................................................... 8

BAB II

PERSEROAN SEBAGAI BADAN USAHA YANG BERBADAN

HUKUM ............................................................................................ 13

A. Konsep Badan Hukum sebagai Subjek Hukum ....................13 B. Syarat suatu Badan dapat Diakui debagai Badan Hukum .17

BAB III PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PRINSIP DAN DOKTRIN

HUKUM PERSEROAN .................................................................. 31

A. Pengertian dan Perkembangan Prinsip Hukum Perusahaan ................................................................................. 31

B. Prinsip tentang Tanggung Jawab Terbatas ........................... 32 C. Doktrin Ultra Vires .................................................................... 33

D. Doktrin Penyingkapan Tabir Perusahaan (Piercing the Corporate Veil) .......................................................................... 35

E. Prinsip Fiduciary Duties ........................................................... 37 BAB IV

PENDIRIAN PERSEROAN DENGAN SISTEM AHU

ONLINE ............................................................................................ 41

A. Akta Pendirian Perseroan ......................................................... 41 B. Teknis dan Mekanisme Pendirian Perseroan ........................ 55

DAFTAR ISI

Page 9: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

VIII ABDUL HALIM BARKATULLAH

C. Sistem Pendaftaran Perseroan dengan Sistem AHU Online ......................................................................................................59

D. Penggunaan Sistem AHU Online dalam Proses Pendaftaran Perseroan untuk Memperoleh Status Badan Hukum ......... 64

E. Fungsi Pengesahan Akta Pendirian Melalui AHU Online Dihubungkan dengan Kepastian Hukum .................. 67

F. Pengesahan Badan Hukum dalam Pendirian Perseroan dengan menggunakan Sistem Pendaftaran AHU Onlin. .. 74

BAB V RUANG LINGKUP PENGATURAN HUKUM PERSEROAN

DI INDONESIA .............................................................................. 85

A. Pengaturan Hukum Perseroan di Indonesia ........................ 85 B. Perseroan sebagai Badan Usaha di Indonesia ........................ 89 C. Organ Perseroan sebagai suatu Badan Hukum Mandiri ..... 92

D. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi ........................................ 100

BAB VI PERTANGGUNGJAWABAN SUATU KORPORASI ............ 117

A. Pengertian dan Karakteristik Korporasi............................... 117 B. Pertanggungjawaban Pidana suatu Korporasi ................... 120

BAB VII BERKEMBANGNYA MODEL PERUSAHAAN

KELOMPOK DALAM BADAN USAHA DI INDONESIA ... 133

A. Perkembangan Model Perusahaan Kelompok ................... 133 B. Stuktur Organisasi suatu Perusahaan Kelompok ............... 144 C. Model-model Perusahaan Kelompok ................................... 147

BAB VIII

PENUTUP ....................................................................................... 149 A. Kesimpulan ...............................................................................149

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 155 BIODATA PENULIS ..................................................................... 164

Page 10: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 1

A. Latar Belakang

Perseroan Terbatas (Perseroan) merupakan salah satu bentuk badan usaha berbadan hukum dalam lapangan pereko- nomian di Indonesia dan menjadi salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional.1 Struktur permodalan Perseroan terdiri atas saham-saham2 yang dimiliki oleh orang-orang atau pihak- pihak dengan kepentingan yang sama. Kesamaan kepentingan inilah yang menyatukan para pihak dalam pendirian sebuah Perseroan. Kesamaan kepentingan tersebut dirumuskan dalam visi dan misi Perseroan yang dicantumkan dalam akta pendirian dan anggaran dasar Perseroan. Salah satu wujud kesamaan ke- pentingan tersebut adalah para pihak melakukan pemasukan (inbreng) ke dalam perseroan dengan penyetoran uang yang di- representasi kesetaraannya dalam bentuk saham-saham.

Apabila diperhatikan praktik bisnis, tampaknya para pelaku bisnis lebih tertarik mendirikan badan usaha Perseroan yang berstatus sebagai badan hukum. Ada beberapa alasan para pelaku usaha memilih Perseroan sebagai bentuk badan usaha yakni, kontinuitas badan usaha yang berbentuk Perseroan tidak tergantung dari pribadi para pemilik akan tetapi dari modal yang 1 Huruf c Konsiderans Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.

2 Hasan Alwi, et al. (ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga –

Cetakan Ketiga, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional dan Balai

Pustaka, 2005, hlm. 977.

BAB I

PENDAHULUAN

Page 11: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama
Page 12: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

2 ABDUL HALIM BARKATULLAH

terkumpul. Selanjutnya, terdapat pemisahan tanggung jawab antara pemilik perusahaan dengan perusahaan itu sendiri3.

Perseroan merupakan bentuk organisasi perusahaan yang sangat penting saat ini dalam perekonomian Indonesia. Per- seroan telah mampu memfasilitasi perkembangan dan pertum- buhan ekonomi yang sangat cepat pada masa 150 tahun ter- akhir4. Perseroan dapat memegang peranan membangkitkan perkembangan ekonomi, karena memiliki kapasitas besar me- ngumpulkan modal. Kapasitas itu ada pada Perseroan karena dicipta oleh hukum korporasi atau hukum Perseroan. Hukum Perseroan memungkinkan orang untuk menanamkan modalnya dalam Perseroan tanpa dibebani tanggungjawab tidak terbatas, dan juga tanpa dibebani tanggung jawab kepengurusan Per- seroan atas diri penanam modal5. Pemegang saham tidak ber- tanggung jawab secara pribadi atas perbuatan yang dilakukan oleh Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang dialami Perseroan melebihi dari jumlah saham yang dimiliki6.

Berdasarkan peraturan baik yang pernah berlaku maupun sedang berlaku saat ini semuanya menyebutkan, bahwa tujuan pendirian Perseroan adalah untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya7. Selan- jutnya,tujuanpendirianPerseroanmenurutWirjonoProdjodikoro harus diejawantahkan dalam anggaran dasar Perseroan dengan menyebutkan lapangan kerja atau lingkup usaha yang diseleng- garakan oleh Perseroan, dengan batasan bahwa lingkup usaha tersebut tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan8.

3 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas,

Nuansa Aulia, Bandung, 2012, hlm. 4-5

4 Metzger dalam M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar

Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 70.

5 Ibid, hlm. 71

6 HALC.S. Warendorf and R.L. Thomas M.A., Companies and Other Legal

Persons Under Netherlands Law and Netherlands Antilles Law, Boston,

Kluwer Law International Incorporates,1997, hlm. 4-3

7 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Korporasi Indonesia, Bandung,

Citra Aditya Bakti,1991, hlm. 70.

8 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan Korporasi dan Korporasi di

Page 13: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 3

Perseroan merupakan asosiasi modal yaitu suatu asosiasi untuk menghimpun modal dari orang yang bermaksud untuk melakukan kegiatan usahanya sehingga suatu asosiasi usaha besar perlu dikumpulkan modal besar juga, dan karena besarnya modal yang diperlukan, maka perlu dikumpulkan dari sejumlah orang9. Ada 3 karakteristik dominan yang signifikan untuk ter­ kumpulnya modal dimaksud, yaitu:10

1. pertanggungjawabannya hanya sebatas sampai harta keka- yaan asosiasi

2. sifat mobilitas atas hak penyertaan 3. prinsip pengurusan oleh organ.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa para pemegang saham bertanggung jawab hanya sebatassaham yang dimilikinya. Disebutkan Pasal 3 UUPT 2007 bahwa: “Pemegang saham Per- seroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan yang melebihi saham yang dimiliki”. Perseroan diberikan kedudukan sebagai persona standi in judicio yaitu suatu kedudukan mandiri yang terlepas dari orang per- orangan yang ada dalam Perseroan itu11. Perseroan diberi karakteristik sama dengan subjek hukum dalam wujud manusia alamiah. Sekalipun PT bukan manusia alamiah melainkan melalui hukum dikonstruksikan sebagai badan yang dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum, dan dari perbuatan itu apabila timbul keuntungan, maka keuntungan tersebut dianggap sebagai keuntungan badan hukum yang bersangkutan. Sebaliknya jika menimbulkan kerugian maka tidak melibatkan para pemegang saham12.

Badan hukum mempunyai kepentingan (interest) sendiri sebagaimana ada pada diri manusia. Kepentingan yang dilin-

Indonesia, Jakarta, Dian Rakyat,1967, hlm. 65.

9 Rudhi Prasetya, Perseroan Terbatas Teori dan Praktik, Jakarta, Sinar

Grafika, 2011, hlm. 4

10 Ibid.

11 Ibid, hlm. 5 .

12 Ibid

Page 14: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

4 ABDUL HALIM BARKATULLAH

dungi oleh hukum dan dilengkapi dengan suatu aksi apabila kepentingan itu diganggu dan dalam mempertahankan kepen- tingannya, badan hukum itu sendiri dalam proses tampil ke muka baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat. Dengan demikian tidaklah sulit untuk menggambarkan suatu kenyataan dari badan hukum13. Istilah perseroan pada Perseroan menunjuk pada cara penentuan modal pada badan hukum itu yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham dan istilah terbatas menunjuk pada batas tanggungjawab para pesero atau pemegang saham, yaitu hanya terbatas pada jumlah nilai nominal dari semua saham-saham yang dimiliki.14

Semula eksistensi Perseroan diatur dalam Pasal 36-56 KUHD. Perkembangan berikutnya, oleh karena aturan-aturan yang ter- dapat dalam KUHD tersebut sudah tidak dapat menampung dinamika dan perkembangan dunia bisnis, sehingga pemerintah memberlakukan UUPT 1995. Setelah undang-undang tersebut berjalan kurang lebih selama 12 tahun, perlu dilakukan berbagai perbaikan dan penyempurnaan, khususnya untuk mengako- modasikan perkembangan yang terjadi di masyarakat. UUPT 1995 dipandang tidak lagi memenuhi perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat karena keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang sudah ber- kembang pesat, khususnya pada era globalisasi dewasa ini. Me- ningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan cepat, jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).15

Melalui UUPT 2007, telah dilakukan pengakomodasian terhadap berbagai ketentuan mengenai Perseroan, baik berupa penambahan ketentuan baru, perbaikan penyempurnaan, mau-

13 R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung, Alumni, 2004, hlm. 6

14 Man S. Sastrawidjaja dan Rai Mantili, Op Cit., hlm. 63

15 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan Telaah Yuridis Terhadap Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Salatiga, Griya

Media, 2011, hlm. 7

Page 15: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 5

pun mempertahankan ketentuan lama yang dianggap masih relevan. Guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mempercepat proses pengesahan badan hukum, persetujuan perubahan anggaran dasar, penyampaian pemberitahuan per- ubahan anggaran dasar, dan perubahan data Perseroan perlu diatur mengenai tata cara pengesahan badan hukum, persetujuan perubahan anggaran dasar, penyampaian pemberitahuan per- ubahan anggaran dasar, dan perubahan data Perseroan yang dilakukan melalui media elektronik.

Globalisasi yang kian menyatukan dunia ini menciptakan keterpaduanatauintegrasidalambanyakhalyangmengakibatkan dunia ini menjadi seolah-olah tidak lagi terkotak-kotak oleh batas yurisdiksi kenegaraan (borderless atau seamless world – dunia tanpa batas). Hal ini juga terjadi dalam dunia usaha yang tidak mungkin luput dari gelombang perubahan ini. Contoh faktual yang umum adalah ketika suatu perusahaan hendak mengembangkan sayap usahanya ke negara lain yang telah dihitungnya sebagai pasar potensial bagi produk usahanya, baik berupa barang dan/atau jasa. Lazimnya, perusahaan-per- usahaan yang hendak berkiprah dengan area bisnis seluas itu akan mencoba mendirikan cabang perusahaannya di negara tersebut. Salah satu dasar pertimbangannya adalah demi efi­ siensi dan efektivitas usaha. Artinya, prinsip ekonomi yang mengajarkan “Dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, harus diraih keuntungan yang sebesar-besarnya” menjadi prioritas utama dalam dunia bisnis. Jadi, meski produksi dapat dilakukan di negara asalnya, namun karena banyak faktor, perusahan- perusahaan yang sangat memerhatikan prinsip ekonomi tadi akan lebih mempertimbangkan untuk mendirikan cabang perusahaannya di negara tempat akan dipasarkannya produk usahanya. Misalnya, apabila produksinya cukup bergantung pada ketersediaan faktor-faktor produksi: tenaga kerja yang murah, kemudahan akses memperoleh bahan baku, konsekuensi sosial, dan target pasar.

Page 16: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

6 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Bagi perusahaan yang berasal dari negara-negara Eropa yang kini semakinmemperhatikan isu lingkungan dan kesinambungan pembangunan (sustainable development) umumnya akan mem- pertimbangkan untuk mendirikan usahanya di negara lain. Alasan populer yang melandasinya adalah untuk efisiensi usaha. Namun, di balik itu ada alasan yang jauh lebih besar dan penting yang dalam tiga dekade terakhir ini menjadi per- hatian utama negara-negara Eropa, yaitu isu lingkungan. Para pengusaha Eropa lebih memilih untuk menghindari beban tanggung jawab lingkungan yang timbul dari produksi usa- hanya apabila dilakukan di negaranya tersebut. Oleh karena itu pula, kecenderungan untuk mendirikan perusahaan-per- usahaan di negara lain ini pun menjadi salah satu pendorong bermunculannya perusahaan transnasional dan multinasional yang pada gilirannya membentuk perusahaan kelompok. Hal ini terjadi karena perusahaan yang didirikan kemudian di negara lain tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, menjadi bagian dari perusahaan yang didirikan lebih dahulu. Dengan kata lain, perusahaan yang didirikan kemudian ini menjadi anak perusahaan (subsidiary) dari perusahaan yang didirikan lebih dahulu atau disebut juga dengan perusahaan induk (parent company).

Munculnya perusahaan kelompok tidak selamanya terjadi dalam konteks transnasional (cross-border) sebagaimana di- gambarkan sebelumnya. Dengan kata lain, perusahaan ke- lompok juga sangat umum terbentuk bahkan di dalam ne- gerinya sendiri, terutama yang dibentuk oleh para pebisnis dari Asia. Misalnya chaebol di Korea, keiretsu di Jepang, atau bentuk-bentuk yang dikenal dengan istilah konglomerat. Di Indonesia, perusahaan kelompok menjadi kecenderungan yang dipilih oleh para pengusaha dalam negeri, baik melalui ke- mitraannya dengan pihak asing maupun dengan pihak domestik lainnya. Dengan demikian, maka struktur kepemilikan sahamnya menjadi lebih terpilih dan cukup terbatas di lingkungan keluarga atau teman-teman dekat yang berorientasi pada visi yang sama.

Page 17: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 7

Secara hakikat, dorongan untuk membesarkan volume dan spektrum bisnis itu adalah berawal dari keinginan manusia yang tidak pernah puas atas satu pencapaian. Demikian pula halnya dalam ruang lingkup bisnis, motivasi utama para pengusaha untuk membentuk perusahaan kelompok adalah mengejar ke- puasan tersebut. Hal ini diwujudkan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan diversifikasi usaha secara vertikal, horisontal, konglomerasi, ataupun pemisahan (spin off).

Salah satu manfaat signifikan yang bersifat langsung dari pembentukan perusahaan kelompok ini adalah makin kuatnya aspek permodalan dan jaringan bisnis, di samping semakin le- luasanya pengambilan keputusan pada satu atau beberapa pemegang saham pengendali karena tidak perlu melibatkan pihak-pihak lain di luar keluarga atau teman dekat sebagai pemegang saham. Namun, implikasi dari sedemikian terbatasnya keterlibatan pihak dalam kepemilikan perlu dicermati lebih lanjut pada konteks yang lebih luas, terutama bagi kepentingan stakeholders (pemangku kepentingan) dan yang bersifat publik. Struktur kepemilikan semacam ini dikenal pula dengan istilah concentrated ownership (kepemilikan yang terkonsentrasi). Sebaliknya, ada pula struktur kepemilikan saham yang me- batkan pihak-pihak luar dari “lingkaran pertama” tersebut, misalnya yang dilakukan melalui metode ESOP (employee stock oPerseroanion program – program kepemilikan saham bagi karyawan perusahaan) ataupun media pasar modal. Struktur kepemilikan ini tergolong dalam bentuk yang dikenal dengan istilah dispersed ownership (kepemilikan yang tersebar).

Di samping kedua struktur tersebut di atas, ada struktur kepemilikan lain yang secara istimewa dipraktikkan di beberapa perusahaan kelompok, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negaralainnya.Strukturkepemilikantersebutadalahkepemilikan silang atau dikenal pula dengan istilah cross-ownership, cross- shareholding atau cross-holding. Artinya, beberapa perusahaan yang tergabung dalam satu perusahaan kelompok saling me- miliki saham satu sama lain. Tidak hanya antara perusahaan

Page 18: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

8 ABDUL HALIM BARKATULLAH

induk dan perusahaan anak, tetapi juga di antara perusahaan pada tingkat yang sama (affiliate company atau sister company), misal sesama anak perusahaan. Kecenderungan ini tidak dapat dipungkiri merupakan fenomena yang tidak mudah untuk dihindari. Hasrat para pemegang saham dari mulai meluaskan dan menguasai pangsa pasar, memiliki keleluasaan menentukan berbagai kebijakan Perseroan, hingga kekuatan untuk dapat memengaruhi kebijakan perekonomian pemerintah, menjadi faktor-faktor yang sangat tendensius. Tentu saja, dalam banyak hal fenomena ini akan bertentangan dengan beberapa peraturan perundang-undangan yang relevan di Indonesia. Antara lain, yang mengatur tentang Perseroan terbatas, pasar modal, per- saingan usaha yang sehat, serta peraturan sektoral lainnya seperti di bidang telekomunikasi, pertambangan, perbankan, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya. Pada gilirannya, situasi demikian akan menjadi kontra produktif dengan pembangunan perekonomian yang dicita-citakan konstitusi yaitu tercapainya masyarakat adil dan makmur.

B. Metode Penelitian

Buku ini ini dikaji dengan menggunakan doktrin, peraturan- peraturan hukum dari berbagai negara dan kasus-kasus hukum, yang membahas Hukum Perseroan di Indonesia: Mengkaji Bentuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu Badan Hukum yang Dibentuk Dengan Akta Autentik Dalam Menjawab Tan- tangan Bisnis Global, termasuk juga kajian terhadap hukum positif Indonesia dan usulan institusi internasional. Jenis pe- nelitian yang digunakan dalam buku ini adalah penelitian yuridis normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.16

Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian hukum normatif, maka pendekatan yang digunakan,

16 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Surabaya: Bayumedia Publishing, 2005), hlm 295.

Page 19: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 9

yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach), pen- dekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan per- bandingan (comparative approach). 1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach), digu-

nakan berkenaan dengan melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian tentang Hukum Perseroan di Indonesia: Mengkaji Bentuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu Badan Hukum yang Dibentuk Dengan Akta Autentik Dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global;

2. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach), berkenaan dengan konsep-konsep yuridis yang mengatur Hukum Perseroan di Indonesia: Mengkaji Bentuk Badan Usaha Per- seroan Sebagai Suatu Badan Hukum yang Dibentuk Dengan Akta Autentik Dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global;

3. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach), dalam Black‟s Law Dictionary17 perbandingan hukum didefinisikan

sebagai “the scholarly study of the similarities and differences between the legal systems of different jurisdictions, such as between civil law and common law countries”.

Pendekatan perbandingan pada penelitian ini digunakan sebagai metode untuk menggambarkan pristiwa-pristiwa yang berkaitan dengan Hukum Perseroan di Indonesia: Mengkaji Ben- tuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu Badan Hukum yang Dibentuk Dengan Akta Autentik Dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global yang dipilih adalah tradisi Common Law, tradisi Civil Law, dan hukum positif Indonesia. Pemilihan Hukum Perseroan di Indonesia: Mengkaji Bentuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu Badan Hukum yang Dibentuk Dengan Akta Autentik Dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global berdasarkan tradisi

17 Brayan A. Garner, et.al, ed, Black’s Law Dictionary, Seventh Edition (St.

Paul, Minn.: 1999), hlm 300

Page 20: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

10 ABDUL HALIM BARKATULLAH

common law18 dan civil law19 untuk memperoleh gambaran perkembangan hukum perseroan dalam prinsip yang digunakan dan perkembangan doktrin dari pakar-pakar hukum perseroan.

Kajian ini menggunakan bahan-bahan hukum yang men- dukung. Bahan hukum yang digunakan dibedakan menjadi: Pertama, bahan hukum primer yakni bahan hukum positif

Indonesia. Kedua, bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang dimaksud disini adalah bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer dan isinya tidak meng- ikat. Adapun jenisnya adalah bahan-bahan yang di dapat dari

internet, dokumen-dokumen resmi, buku-buku, artikel-artikel, majalah dan hasil penelitian yang berwujud laporan-laporan

ilmiah dalam suatu seminar dan laporan-laporan ilmiah dalam bentuk naskah akademik yang merupakan rancangan undang- undang. Ketiga, bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang

sifatnya melengkapi kedua bahan hukum di atas, seperti kamus

yang terkait dengan tema buku ini.

18 Common law berasal dari Henry II (pada abad ke-13), yang menganggap

hukum adalah keputusan-keputusan hakim. Undang-undang belum

menjadi “hukum”, kalau belum diberlakukan oleh hakim melalui perkara-

perkara yang dihadapkan kepadanya. Hakim harus mengikuti putusan-

putusan terdahulu yang fakta-faktanya sama (stare decisis doctrine). Lihat

Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pascasarjana FH-UI,

2003, hlm 98.

19 Istilah civil law berasal dari kata latin “jus civile”, yang diberlakukan

kepada masyarakat Romawi. Selain jus civile terdapat pula hukum yang

mengatur warga Romawi dengan orang asing yang dikenal dengan “jus

gentum”. Sistem civil law disebut juga dengan hukum Eropa Kontinental,

yang berakar dari tradisi hukum Indo-Jerman dan Romawi, dalam

proses perkembangannya sistem civil law tidak saja dijumpai di benua

Eropa melainkan berlaku luas di berbagai negara di luar Eropa. Lihat

Joseph Dainow, “The Civil Law and The Common Law: Some Points of

Comparison”, The American Journal of Comparative Law, vol. 15, 1967,

hlm 240. Civil law menganggap hukum adalah undang-undang yang

dibuat oleh badan legislatif. Hakim berfungsi untuk menafsirkan undang-

undang tersebut terhadap perkara-perkara yang dihadapkan kepadanya.

Dalam hal undang-undang tidak ada, hakim dalam sistem civil law harus

menemukan hukum yang hidup dalam masyarakat. Lihat Sudikno

Mertokusumo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Jakarta: PT. Citra

Aditya Bakti, 1993, hlm 4.

Page 21: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 11

Penelitian kepustakaan menggunakan studi pustaka, dari bahan hukum primer dan sekunder maupun tertier seperti telah diuraikandi atas. Denganstudi pustaka untuk memperoleh bahan hukum tentang bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan tertier yang relevan dengan permasalahan penelitian ini. Pendapat para ahli juga diperlukan untuk melengkapi kajian terhadap bahan hukum primer, sekunder dan tertier.

Setelah bahan penelitian yang berkaitan dengan Hukum Perseroan di Indonesia: Mengkaji Bentuk Badan Usaha Per- seroan Sebagai Suatu Badan Hukum yang Dibentuk Dengan Akta Autentik Dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global, maka bahan hukum hasil penelitian ini dikaji secara hukum dengan pendekatan perundang-undangan, konseptual, dan perban- dingan hukum.

Penggunaan kajian secara hukum didasarkan pada pertim- bangan, yaitu pertama penelitian ini adalah penelitian hukum. Kedua, bahan hukum yang dikaji beraneka ragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ke- tiga, sifat dasar bahan hukum yang dikaji adalah menyeluruh (comprehensive). Hal ini ditandai dengan keanekaragaman bahan- nya serta memerlukan informasi yang mendalam. Cara berfikir yang dipergunakan adalah deduksi,20 dengan mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup di dalam suatu pro- posisi atau lebih. Kesimpulan tersebut benar-benar suatu yang baru dan muncul sebagai konsekuen dari hubungan-hubungan yang terlihat dalam proposisi atau proposisi-proposisi itu.

20 Poespoprodjo, Logia Ilmu Menalar, Bandung: Pustaka Grafika, 1999, hlm

149.

Page 22: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

12 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Page 23: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 13

A. Konsep Badan Hukum sebagai Subjek Hukum

Status dan kedudukan badan hukum sebagai subjek hukum merupakan perdebatan menarik, tidak saja pada masa lampau tapi juga hingga sekarang ini.21 Meski telah secara luas diakui bahwa badan hukum adalah subjek hukum (subjectum juris atau legal entity), bahkan sejak awal jaman Hukum Romawi22 pun telah mengakui badan hukum sebagai sesuatu yang dikenal dengan istilah rechtspersoon (Belanda) atau legal person (Inggris) atau persona moralis (Latin), disampingmanusia, tetapi para ahli hukum senantiasa mengemukakan berbagai argumentasinya perihal ke- beradaan badan hukum ini. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa badan hukum adalah subjek hukum, sedangkan sebagian lainnya menolak pendapat tersebut dan menyatakan bahwa badan hukum tidak termasuk subjek hukum. Banyaknya teori- teori yang membahas status dan kedudukan badan hukum sejak masa lampau hingga masa kini menjadi semacam bukti bahwa kedudukan badan hukum dalam lapangan hukum merupakan hal penting dan senantiasa mengundang perdebatan, baik dalam

21 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Cetakan Keempat, Bandung: Alumni, 1986, hlm. 3.

22 Zuhairah Ariff Abd Ghadas, Real or Artificial? Jurisprudential Theories on Corporate Personality, Volume 4, Nomor 5 (Serial No. 30), May, US - China Law Review, 2007, hlm. 6.

BAB II

PERSEROAN SEBAGAI BADAN USAHA

YANG BERBADAN HUKUM

Page 24: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

14 ABDUL HALIM BARKATULLAH

hal penafsiran maupun penerapannya. Dalam lapangan hukum perdata di Indonesia diakui bahwa

subjek hukum yang mengemban hak dan kewajiban hukum ada dua, yaitu orang (natuurlijk persoon) dan badan hukum (rechtelijk persoon). Badan hukum sebagai suatu bentuk hukum (rechts figuur) mempunyai hak dan kewajiban hukum serta dapat mengadakan hubungan hukum.23

Pengakuan badan hukum sebagai subjek hukum ini berawal dari pemikiran bahwa manusia sebagai subjek hukum mempunyai kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi atau individual. Untuk melindungi kepentingan-kepentingan tersebut diperlukan suatu hak yang diberikan oleh hukum. Di samping kepentingan-kepentingan pribadi ini, dalam keadaan tertentu manusia juga mempunyai kepentingan lain yang bersifat kolektif bersama manusia lainnya (komunal). Kepentingan ini bertujuan untuk memperjuangkan tujuan tertentu yang sejalan dengan kehendak bersama dari sekelompok manusia ini. Untuk mewadahi kehendak dan kepentingan serta tercapainya tujuan bersama tadi, kelompok manusia ini menciptakan suatu organisasi. Mengingat kesulitan dan ketidak-praktisan yang akan dihadapi apabila mereka secara bersama-sama melakukan bermacam-macam tindakan untuk mewujudkan kehendak, kepentingan dan tercapainya tujuan tersebut, maka biasanya mereka akan memilih orang-orang tertentu yang mereka percayai bersama untuk mengurus organisasi sekaligus mewakili kepentingan organisasi ini.24

Dengan demikian, organisasi yang dibentuk untuk mencapai kehendak, kepentingan dan tujuan bersama tersebut menjadi sebuah kesatuan atau entitas (entity [Inggris], entiteit [Belanda]) dalam pergaulan antar manusia. Oleh karena itu pula, apabila manusia sebagai sebuah entitas dalam pergaulan manusia mem- butuhkan hak untuk melindungi kepentingannya, demikian pula halnya dengan organisasi sebagai entitas lainnya dalam

23 Ali Rido, loc cit.

24 Ibid

Page 25: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 15

pergaulan antar manusia, juga membutuhkan hak. Pemberian hak oleh hukum akan mendudukkan entitas non-manusia ter- sebut sebagai subjek hukum lainnya di samping manusia. Pada gilirannya, pemberian hak ini memberikan kesempatan kepada organisasi ini untuk melakukan perbuatan-perbuatan dalam pergaulan masyarakat, baik perbuatan hukum maupun bukan perbuatan hukum. Mengingat setiap hak suatu pihak akan senantiasa berhadapan dengan kewajiban pihak lainnya, dan sebaliknya, maka terhadap entitas non-manusia ini pun hukum tidak hanya memberikan hak-hak saja, tetapi juga kewajiban- kewajiban hukum, sebagaimana layaknya subjek hukum. Kemu- dian, entitas yang menjelma menjadi subjek hukum ini dalam lapangan ilmu hukum dikenal dengan istilah baku “badan hu- kum” 25 yaitu suatu badan atau entitas yang diakui secara hukum, memiliki hak dan kewajiban.

SatjiPerseroano Rahardjo berpendapat bahwa, “Hukum mempunyai kebebasan untuk memutuskan apa yang ingin ia Perseroanakan sebagai suatu konstruksi yang berasal dari imajinasinya.”26 Dalam mengkualifikasi subjek hukum, hukum tidak hanya menempatkan manusia saja, tetapi juga non- manusia. Dengan kata lain, hukum membuat konstruksi fiktif yang diterima, diperlakukan, dan dilindungi seperti halnya perlindungan yang diberikan hukum kepada subjek hukum manusia.27 Lebih lanjut, perluasan tentang subjek hukum ini, meski secara fiktif, akan tetapi bermaksud untuk mencapai tu­ juan tertentu dan dalam rangka itulah hukum menciptakan suatu kepribadian yang baru. Badan yang diciPerseroanakan tersebut terdiri dari corpus, yaitu struktur fisiknya. Ke dalam corpus inilah hukum memasukkan unsur animus (nyawa) yang menjadikan badan ini memiliki kepribadian.28 Oleh karena badan hukum ini merupakan ciri Perseroan hukum, maka tidak hanya penci

25 Ibid

26 SatjiPerseroano Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan Kedua, Bandung:

Alumni, 1986, hlm. 110.

27 Ibid

28 Ibid

Page 26: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

16 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Perseroanaannya saja yang ditentukan oleh hukum, tetapi juga kematiannya.29

Chidir Ali membuat kesimpulan yang menarik tentang subjek hukum sebagaimana berikut ini: 1. Untuk pertanyaan: apakah subjek hukum itu? Jawaban dari

teori hukum sebagai teori dari hukum positif ialah dengan

mengemukakan kategori mengenai bentuk dasarnya yaitu subjek hukum serta pengertian pokoknya dirumuskan sebagai berikut: yaitu subjek hukum adalah manusia yang berkepribadian hukum dan segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat demikian itu oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.

2. Untuk pertanyaan: siapakah subjek hukum itu? Jawaban dari hukum positif ialah bahwa dalam masyarakat pada dewasa ini mengenal siapa subjek hukum itu adalah manusia (natuurlijkpersoon) dan badan hukum (rechtspersoon).30

Jadi, menurut Chidir Ali, hukum positif di semua negara yang ada sudah mengakui atau menentukan bahwa yang termasuk subjek hukum adalah manusia dan badan hukum.

Dalam praktik dan perkembangannya, pengakuan badan hukum sebagai subjek hukum dalam lapangan hukum perdata semakin luas dalam beragam bentuk badan hukum yang diatur secara khusus suatu undang-undang. Badan usaha tersebut dapat berbentuk Perseroan terbatas31, yayasan32, koperasi33, badan usaha milik negara34, dan badan hukum pendidikan35. 29 Ibid 30 Chidir Ali, Badan Hukum, Cetakan Kedua, Bandung: Alumni, 1999, hlm.

11.

31 Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas.

32 Pasal 1 Angka 1 jo. Pasal 11 Ayat (11) Undang-undang Nomor 16 Tahun

2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 16

Tahun 2001 tentang Yayasan.

33 Pasal 1 Angka 1 jo. Pasal 9 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Koperasi.

34 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

35 Pasal 1 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum

Page 27: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 17

B. Syarat suatu Badan dapat Diakui debagai Badan Hukum

Badan hukum dianggap sama dengan manusia yaitu manusia buatan atau tiruan, akan tetapi secara hukum dapat berfungsi sebagai manusia biasa (natural person atau natuurlijk persoon), dapat digugat, dapat membuat keputusan dan bisa mempunyai hak dan kewajiban, utang piutang dan mempunyai harta kekayaan sebagaimana layaknya manusia biasa. Badan hukum dapat didefinisikan sebagai suatu perkumpulan/ organisasi yang oleh hukum diperlakukan seperti seorang manusia yang mengemban hak dan kewajiban, dapat memiliki kekayaan, dapat menggugat dan digugat di muka pengadilan.36

Dalam mengetahui hakikat dari sesuatu yang disebut badan hukum merupakan tugas dari filsafat hukum. Hasil pemikiran mengenai hal tersebut oleh filsafat hukum dirumuskan dalam bentuk asas, atau nilai, ataupun teori. Teori-teori badan hukum yang dikemukakan di bawah ini merupakan sumbangsih nyata dan berharga dari filsafat hukum kepada hukum bagi pemecahan masalah badan hukum.37

1. Teori Fiksi (Fiction Theory)

Teori ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1243 oleh Sinibald Fieschi, yang kemudian menjadi Pope Innocent IV (1243-1254), yang menyatakan bahwa perusahaan adalah “a persona ficta” 38. Teori Fieschi ini memperoleh dukungan luas dari banyak sarjana hukum lainnya, antara lain Friedrich Carl Von Savigny, Coke, Blackstone, dan Salmond. Menurut teori ini,

Pendidikan (BHP) mencantumkan 3 macam BHP, yaitu: 1) Badan Hukum

Pendidikan Pemerintah (BHPP); 2) Badan Hukum Pendidikan Pemerintah

Daerah (BHPPD); 3) Badan Hukum Pendidikan Masyarakat (BHPM).

36 Ahmad M. Ramli, Status Perusahaan dalam Hukum Perdata Internasional - Teori dan Praktek, Cetakan Pertama, Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm.

7. Chairuddin Ismail, Direksi dan Komisaris dalam Perbuatan Melawan

Hukum oleh Perseroan Terbatas, Cetakan Pertama, Jakarta: Merlyn Press,

2005, hlm. 21.

37 Chidir Ali, op cit., hlm. 29.

38 John Dewey, The Historic Background of Corporate Personality, Volume

35 Nomor 6, Yale Law Journal, USA: Yale University, 1926, hlm. 665

sebagaimana dikutip dalam Zuhairah Ariff Abd Ghadas, loc cit.

Page 28: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

18 ABDUL HALIM BARKATULLAH

kepribadian hukum (legal personality) dari suatu entitas selain dari manusia adalah hasil dari sebuah fiksi. Menurut Von Savigny, hanya manusia saja yang mempunyai kehendak. Oleh karena bukan manusia, maka entitas (perusahaan) tersebut tidak bisa menjadi manusia yang nyata sebagaimana manusia dan tidak dapat memiliki kepribadian (personality) dari dirinya sendiri.39

Menurut Von Savigny, badan hukum adalah suatu abstraksi, bukan merupakan suatu hal yang konkrit. Karenanya pula tidak mungkin menjadi suatu subjek dari hubungan hukum, sebab hukum memberi hak-hak kepada yang bersangkutan suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa (wilsmacht).40

Sebenarnya, bentuk dari badan Perseroan adalah kepribadian yang bersifat fiksi dan berasal dari sesuatu yang bersifat ruhani (bukan jasmani).41 Pada masa lampau, doktrin ini digunakan untuk menjelaskan bahwa aspek ruhani dari suatu lembaga atau institusi tidak dapat dikecualikan (dari sakramen atau pelayanan dari gereja Kristen, pen) atau dipersalahkan atas suatu delik, hanya karena mereka tidak memiliki tubuh dan juga kehendak. Pengadilan Agama menerapkan Canon Law (Hukum Kanonik, pen) yang dibuat untuk menerapkan Teori Fiksi dari Romawi yang berkenaan dengan korporasi-korporasi yang bersifat religius dan masuk dalam yurisdiksi mereka. Para ahli hukum di pengadilan sementara, kemudian meminjam teori ini dari kolega-kolega mereka di Pengadilan Kristen. Pada gilirannya, teori fiksi ini kemudian menjadi teori yang baku dalam hukum Inggris.42 Jadi, teori ini pada intinya memandang bahwa orang bersikap seolah-olah ada subjek hukum lain, tetapi dalam wujud

39 David P. Derham, Theories of Legal Personality, Legal Personality and

Political Pluralism, Melbourne – Australia: Melbourne University Press,

1958, hal 9. Lihat juga dalam Paul Redmond, Companies and Securities

Law – Commentary and Materials, Third Edition, Australia: LBC Information

Services, 2000, hlm. 33.

40 Chidir Ali, op cit., hlm. 32.

41 Ibid

42 Hallis Frederick, Corporate Personality: A Study in Jurisprudence, London – United Kingdom: Oxford University Press, 1930, hlm. 11 sebagaimana dikutip dalam Zuhairah Ariff Abd Ghadas, op cit., hlm. 8.

Page 29: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 19

yang tidak riil dan tidak dapat melakukan perbuatan-per- buatan, sehingga yang melakukan ialah manusia sebagai wakil- wakilnya.43

Kasus Salomon v. A Salomon Co. Ltd. merupakan salah satu bukti bahwa Pengadilan Inggris mengadopsi Teori Fiksi. Di dalam kasus ini, Lord Halsbury, hakim di House of Lord, mengajukan pertanyaan penting dalam memutuskan perkara korporasi ini yaitu apakah benar suatu ciPerseroanaan yang bersifat buatan dari undang-undang telah ditetapkan secara valid atau sah. Dalam kasus yang menjadi rujukan di setiap pembahasan tentang badan hukum, A. Salomon Co. Ltd. sebagai sebuah perusahaan telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh The Company Act dalam Hukum Inggris. Perusahaan ini kemudian menjadi person at law (orang dalam konteks hukum), independent (mandiri), dan distinct from its members (berbeda dari para anggotanya).44 Putusan dalam kasus Salomon ini telah membuka pandangan-pandangan baru bagi para ahli hukum perusahaan dan dunia bisnis yang menjadikan “pemisahan” antara perusahaan dan para anggotanya (organnya) tidak diragukan lagi.45

Salah satu pendukung terkemuka dari Teori Fiksi adalah Coke yang melihat bahwa perusahaan-perusahaan adalah “Invisible, immortal, and resting only in intendment and consideration of law.”46 Sedangkan menurut Salmond, Teori Fiksi Inggris yang utama menjelaskan bahwa manusia (human being) hanyalah manusia alami (natural person), sedangkan “manusia” dalam konteks hukum (legal persons) merupakan subjek lain selain dari manusia (human being) yang oleh hukum diberikan “kepribadian” (personality).47 Negara, korporasi, dan institusi tidak dapat memiliki hak-hak yang sama sebagaimana manusia, tetapi oleh

43 Chidir Ali, loc cit.

44 Zuhairah Ariff Abd Ghadas, loc cit..

45 Paul Redmond, op cit., hlm. 150.

46 Ibid (Tidak terlihat, tidak bisa mati, dan bergantung pada tujuan dan

pertimbangan hukum).

47 Ibid

Page 30: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

20 ABDUL HALIM BARKATULLAH

hukum, mereka diperlakukan sama seolah-olah mereka adalah orang atau manusia (human being).

Berdasarkan teori ini, jelaslah bahwa hak dan kewajiban pun melekat pada korporasi sebagai manusia tiruan atau buatan (artificial person) yang secara penuh tergantung pada seberapa besar hukum menghubungkannya dengan fiksi. Kepribadian hukum (legal personality) dari korporasi adalah sebuah fiksi dan penulisnya adalah negara. Dengan demikian, kepribadian (personality) dari perusahaan tidak inheren tapi ditentukan oleh negara. Mengingat hubungan dekat yang terbentuk dari teori ini dalam hubungannya dengan kepribadian hukum dan kewe- nangan negara, maka Teori Fiksi ini diklaim sama dengan Teori Kedaulatan Negara, yang juga dikenal dengan Teori Konsesi.

2. Teori Konsesi (Concession Theory)

Pada dasarnya, Teori ini berkaitan erat dengan filosofi tentang kedaulatan nasional suatu negara.48 Berdasarkan teori ini, negara dipandang sama derajatnya dengan manusia dan dengan demikian negara dapat memberikan ataupun menarik kepribadian hukum dari grup atau asosiasi lain yang berada dalam yurisdiksinya sebagai elemen kedaulatannya.49Dengan demikian, “orang” dalam konteks hukum (juristic person) dipan- dang sebagai konsesi (bantuan) atau ciPerseroanaan dari negara saja. Perusahaan tidak memiliki kepribadian hukum (legal personality) kecuali diberikan oleh negara. Para eksponen Teori Fiksi seperti Savigny, Dicey, dan Salmond turut memberikan dukungannya terhadap Teori Konsesi ini. Teori ini memiliki pandangan yang hampir sama dengan Teori Fiksi, bahwa perwujudan dari korporasi berasal dari sumber-sumber yang memberinya kekuatan hukum. Dicey memandang bahwa konsep kedaulatan adalah semata-mata konsep hukum yang menunjukkan kekuatan untuk membuat hukum tidak dibatasi

48 W. Friedmann, Legal Theory, Fourth Edition, London – United Kingdom: Stevens & Sons Limited, 1960, hlm. 512.

49 Ibid Bandingkan dengan Zuhairah Ariff Abd Ghadas, op cit., hlm. 9.

Page 31: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 21

oleh segala macam pembatasan hukum. Oleh karenanya, par- lemen di Inggris memiliki kekuatan semacam itu, dan itulah sebenarnya kedaulatan. Polloc, sarjana hukum Inggris, me- mungkiri bahwa hukum Inggris menerapkan Teori Fiksi, tapi lebih mengadopsi Teori Konsesi dalam menjelaskan karakteristik dari kepribadian dari suatu perusahaan (corporate personality).50

3. Teori Kekayaan Bersama (Propriete Collective)

Teori ini dikemukakan oleh Rudolf von Jhering, (Jerman) dan memperoleh dukungan dari Marcel Planiol (Prancis) dan Molengraaff (Belanda). Yang diikuti pula oleh Star Busmann, Kranenburg, Paul Scholten, dan Apeldoorn.51 Para pendukung Teori ini memandang bahwa badan hukum itu merupakan se- kumpulan manusia, sehingga kepentingan badan hukum adalah kepentingan seluruh anggotanya. Oleh karena itu, maka hak dan kewajiban badan hukum itu pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama.52 Demikian pula halnya dalam hal harta kekayaan badan itu adalah milik (eigendom) bersama seluruh anggota. Para anggota yang berhimpun adalah suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang disebut badan hukum. Karena itu pula, maka badan hukum hanyalah suatu konstruksi yuridis belaka.53

4. Teori Kekayaan Bertujuan (Purpose Theory atau

Zweckvermogen)

Para pelopor dari teori ini, antara lain, E.I. Bekker, Aloys Brinz, dan Demilius. Serupa dengan Teori Fiksi dan Konsesi, Teori Tujuan ini juga menyatakan bahwa hanya manusia (human being) sajalah yang dapat menjadi orang (person) dan memiliki hak.54

50 Zuhairah Ariff Abd Ghadas, loc cit. 51 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan,

Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Cetakan Ke IV, Bandung:

Alumni, 1986, hlm. 11. Bandingkan dengan Chidir Ali, op cit, hlm. 34.

52 Ali Rido, loc cit.

53 Ali Rido, id dan Chidir Ali, loc cit.

54 Ali Rido, ibid, hlm. 10; Chidir Ali, loc cit.

Page 32: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

22 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Entitas di luar manusia dipandang sebagai orang tiruan (artificial person) dan berfungsi hanya sebagai alat (legal device) untuk melindungi atau memberikan efek terhadap tujuan-tujuan nyata lainnya. Dengan demikian, segala hak yang dilekatkan kepada entitas tersebut sejatinya adalah hak yang tidak ada pemiliknya karena menurut Teori ini, kekayaan badan hukum tidak terdiri dari hak-hak sebagaimana lazimnya, melainkan terlepas dari pemegang atau pemiliknya (opersoonlijk/subjectloss)55. Jadi Teori ini memandang penting tujuan dari kekayaan tersebut.

5. Teori Simbolis (Symbolist Theory)

Teori ini dikenal sebagai Teori “Tanda Kurung” (the “bracket” theory). Pendiri teori ini adalah Rudolph von Jhering, kemudian dikembangkan secara khusus oleh Marquis de Vareilles-Sommieres.56 Pada dasarnya, teori ini sama dengan Teori Fiksi yang mengakui hanya manusia-lah yang memiliki keinginan dan hak sebagai legal person.57 Menurut von Jhering, konsep dari kepribadian Perseroan (corporate personality) adalah sangat diperlukan dan semata-mata menjadi alat ekonomi yang dengan keberadaannya mempermudah tugas-tugas yang menyambungkan hubungan-hubungan hukum. Oleh karenanya, apabila diperlukan, hukum harus melihat latar belakang entitas tersebut untuk menemukan urusan-urusan yang sebenarnya.58

Hal ini pada dasarnya sejalan dengan prinsip Lifting (atau Piercing) of the Corporate Veil yang akan dijelaskan pada bagian yang membahasnya dalam Bab II Tulisan ini.

Lebih jauh Teori Bracket ini menjelaskan bahwa hak (right) bukanlah atribut yang terdapat di dalam kehendak manusia dan dengan demikian seorang individu bukanlah subjek dari hak dengan alasan bahwa ia memiliki sebuah kehendak (will). Sebaliknya, kehendak itu ada merupakan layanan hukum dan merupakan kepentingan dari orang yang dilindungi oleh

55 Chidir Ali, ibid, hlm. 35.

56 Zuhairah Ariff Abd Ghadas, op cit., hlm. 10.

57 Ibid

58 Ibid

Page 33: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 23

hukum.59 Teori ini sering juga dikenal karena ketersediaannya untuk membenarkan kepribadian korporasi dari fakta yang non- legal, akan tetapi hal tersebut telah ditolak berulangkali oleh pengadilan-pengadilan di yurisdiksi Common Law, karena teori ini dinilai telah memungkiri hukum dengan menganggap bahwa hanya hubungan hukum yang tetap dan tertentu saja yang dapat ditemukan dengan memindahkan “tanda kurung” dari korporasi dan menganalisis hubungan-hubungan kemanusiaan yang terlibat di dalamnya.60

6. Teori Realis (Realist Theory)

Promotor teori ini adalah sarjana hukum Jerman, Johannes Althusius sebagai pendirinya. Kemudian secara signifikan dilanjutkan oleh Otto von Gierke yang tidak saja bertanggung jawab atas pemikirannya yang khusus dan berbeda tetapi juga menjadi pendorong terhadap keseluruhan dasar dari yurisprudensi di Romawi dan memperoleh dukungan dari Maitland.61 Menurut teori ini, legal person adalah kepribadian yang nyata dalam konteks extra-juridical dan pre-juridical.62 Kebe- radaan yang nyata dari legal person ini menjadi sumber atas kepribadian juristic ini.63 Badan usaha (corporate body) adalah reale verbandsperson, yang kepribadiannya tidak berutang apapun terhadap pengakuan dari negara.64 Disamping itu, teori ini juga memandang bahwa subjek dari hak tidak dimiliki semata-mata oleh manusia tapi juga oleh setiap sesuatu (every being) yang memiliki keinginan atau kehendak dan hidup dari dirinya sendiri. Dengan demikian, menjadi juristic person dan menjadi “sehidup” (alive) sebagaimana manusia, maka suatu perusahaan juga memperoleh hak-hak. Berdasarkan teori Realis ini, suatu perusahaan ada (exist) sebagai entitas nyata yang objektif

59 Ibid

60 Ibid

61 W. Friedmann, loc cit.

62 Zuhairah Ariff Abd Ghadas, loc cit.

63 W. Friedmann, loc cit.

64 Ibid

Page 34: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

24 ABDUL HALIM BARKATULLAH

dan hukum juga mengakuinya serta memberinya akibat atas keberadaannya. Para pendukung teori ini berpendapat bahwa sebenarnya hukum tidak memiliki kekuatan untuk menciptakan suatu entitas, tetapi hanya sekedar berhak untuk mengakui atau tidak mengakui suatu entitas.65

Perspektif kaum Realis memandang korporasi sebagai orga- nisme sosial (social organism), sedangkan manusia dipandang sebagai organisme fisik (physical organism).66 Kaum Realis juga ber- pendapat bahwa aksi dari korporasi dianggap dilakukan sendiri olehnya, sama dengan cara yang dilakukan oleh manusia normal dan tidak oleh agen atau perwakilannya seperti mereka yang tidak mampu, misalnya anak di bawah umur dan orang yang tidak waras. Lebih lanjut, apabila manusia menggunakan organ tubuhnya untuk melakukan suatu aksi, maka perusahaan menggunakan orang (manusia atau human being) untuk maksud tersebut.

Menariknya, beberapa pengikut teori Realis bahkan meng- klaim bahwa korporasi adalah sama dengan manusia biasa. Dengan kata lain, juristic person juga memiliki organ sebagaimana manusia. Salah satu yang berpendapat demikian adalah Nicholas of Cues, pelopor dari filosofi modern bahkan berpendapat bahwa sebagai juristic person, kerangka suatu negara terdiri dari tanah, orang (rakyat) sebagai dagingnya, sedangkan hukum berfungsi sebagai denyut nadi.

Menurut para sarjana hukum beraliran Realis, teori Fiksi telah gagal dalam mengidentifikasi hubungan antara hukum dengan masyarakat. Kegagalan tersebut terjadi karena ketidaktahuan atas fakta sosiologis yang berlangsung dalam proses pembuatan hukum. Oleh karenanya, dengan mengabaikan „fungsi dan kapasitas yang nyata‟ dari korporasi dalam dunia nyata, para pelopor Teori Fiksi telah gagal dalam melihat „hidup‟ yang dimiliki oleh korporasi.

65 Zuhairah Ariff Abd Ghadas, loc cit.

66 Ibid Bandingkan dengan W. Friedmann, op cit, hal 514.

Page 35: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 25

7. Teori Titik Temu Kontrak (The Nexus of Contract Theory)

Menurut Robert Hamilton, di samping berbagai teori

yang sudah umum dikenal dan diakui oleh para sarjana, para ekonom telah mengembangkan teori lain tentang perusahaan

yang memungkinkan munculnya suatu model ekonomi dalam memahami isu-isi korporasi. Teori ini dikenal dengan sebutan The Nexus of Contract Theory. Karenanya, Hamilton membagi teori badan hukum menjadi 5 macam yaitu:67 artificial entity theory, realistic theory, concession theory, contract theory, dan nexus

of contract theory. Teori yang terakhir disebutnya ini memandang perusahaan sebagai fiksi hukum yang menciptakan jaringan (menjadi “nexus”) dalam hubungan kontraktual diantara para individu. Tampaknya, teori yang dikemukakan oleh Hamilton ini berangkat dari premis umum tentang korporasi di kalangan ekonom, bahwa corporation is a nexus of contract.

Dalam pandangan Hamilton, pihak-pihak yang termasuk para individu tadi adalah “para pemilik” dari buruh, material, dan asupan modal serta konsumen (pengguna barang atau jasa dari perusahaan). Menurut teori ini, para manajer perusahaan adalah pelaku utama, memadukan berbagai sumber daya yang dise-

diakan dalam rangka mencapai kinerja yang oPerseroanimal, misalnya untuk mencapai kinerja dan kondisi yang paling menguntungkan perusahaan. Para pemegang saham tidak dipandang sebagai “pemilik” dari perusahaan tetapi lebih se- bagai penyedia modal bersama para investor atau pemegang obligasi dan kreditur lainnya dalam mengantisipasi diterimanya

keuntungan (return) dari investasi yang sudah mereka lakukan. Dalam banyak situasi, tentunya para pemegang saham dapat juga secara independen menyediakan layanan manajemen bagi perusahaan.68 Meski Hamilton memiliki teori sendiri tentang korporasi, ia berpendapat bahwa, “none is totally correct, none is totally wrong, and each has its place in defining the concePerseroan of

67 Robert Hamilton, The Law of Corporations, Third Edition, St. Paul-

Minnesota: West Publishing Co., 1991, hlm. 5.

68 Ibid

Page 36: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

26 ABDUL HALIM BARKATULLAH

corporateness.”69

8. Teori Orgaan

Teori Orgaan muncul sebagai reaksi terhadap teori Fiksi yang telah diuraikan pertama. Teori ini dikemukakan oleh Otto von Gierke dari Jerman yang juga merupakan pengikut Aliran Sejarah. Menurut von Gierke, badan hukum itu seperti manusia, menjadi jelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum. Badan hukum menjadi suatu badan yang membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau organ-organ badan tersebut. Misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya mengucapkan kehendaknya dengan perantaraan mulutnya atau dengan perantaraan tangannya. Dengan kata lain, hal-hal yang diputuskan oleh para organ tersebut, adalah “kehendak” dari badan hukum.70 Oleh karenanya, Teori Orgaan memandang badan hukum bukanlah sesuatu yang abstrak, tetapi benar- benar ada. Badan hukum bukanlah suatu kekayaan (hak yang tidak bersubjek, tetapi merupakan organisme yang riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia biasa. Tujuan badan hukum juga terlepas dari individu dan bersifat kolektif.71

Berdasarkan uraian teori-teori tentang badan hukum tersebut, dapat diketahui bahwa suatu badan hukum merupakan subjek dalam lapangan hukum. Salah satu konsekuensi hukum sebagai subjek hukum adalah melakukan perbuatan hukum. Dalam melakukan perbuatan hukum, suatu badan hukum diwakili oleh organnya. Misalnya, dalam konteks badan hukum Perseroan Terbatas, maka diwakili oleh salah satu organ Perseroannya yaitu Direksi.

Untuk lebih memperoleh pembahasan lebih jauh tentang Badan Hukum, maka berikut ini adalah uraian dari empat syarat yang diajukan oleh Ali Rido tersebut:72

69 Ibid (Tidak ada satu pun teori yang benar total maupun salah total, dan

setiap teori memiliki tempatnya masing-masing dalam mendefinisikan

konsep keperusahaan).

70 Chidir Ali,Ibid, hlm. 32-33.

71 Ibid

72 Ali Rido, Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,

Page 37: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 27

a. Memiliki Harta Kekayaan Terpisah

Yang dimaksud “harta kekayaan terpisah” adalah sejumlah kekayaan yang berbeda dan terpisah dari kekayaan para anggota atau sekutu suatu Perseroan. Harta ini berasal dari pemasukan (inbreng) dari para anggotanya yang diadakan untuk mengejar tujuan tertentu dalam hubungan hukumnya, yaitu “keuntungan yang terjadi karenanya” sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1618 KUH Perdata. Dengan demikian, harta kekayaan itu menjadi objek tuntutan tersendiri dari pihak ketiga yang mengadakan hubungan hukum dengan badan tersebut.

Akibat hukum dari adanya kekayaan terpisah adalah: (a) Kreditur pribadi dari para anggota dan atau para pengurusnya

tidak mempunyai hak untuk menuntut harta kekayaan badan hukum itu;

(b) Para anggota dan juga para pengurusnya secara pribadi tidak dapat menagih piutang badan hukum dari pihak ketiga;

(c) Kompensasi antara hutang pribadi dan hutang badan hukum tidak diperkenankan;

(d) Hubungan hukum, baik perikatan maupun proses-proses antara para anggota dan atau para pengurusnya dengan badan hukum dapat saja terjadi seperti halnya antara badan hukum dengan pihak ketiga; Dalam hal kepailitan, hanya para kreditur badan hukum itu saja yang dapat menuntut harta kekayaan yang terpisah itu.

(e) Pada kepailitan, hanya para kreditur badan hukum dapat menuntut harta kekayaan yang terpisah itu.73

b. Mempunyai Tujuan Tertentu

Menurut Ali Rido, tujuan tertentu suatu badan hukum adalah tujuan yang idiil ataupun tujuan yang bersifat komersial.

Koperasi, Yayasan, Wakaf, Cetakan IV, Bandung: Alumni, 1986, hal 50-

56.

73 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan

Terbatas, Cetakan Kesatu, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm. 29

sebagaimana dikutip dalam Chairuddin Ismail, Direksi dan Komisaris

dalam Perbuatan Melawan Hukum oleh Perseroan Terbatas, Cetakan

Pertama, Jakarta: Merlyn Press, 2005, hlm. 22, dan Ali Rido, op cit, hlm.

50.

Page 38: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

28 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Tujuan ini merupakan tujuan tersendiri dari suatu badan hukum dan bukan kepentingan pribadi dari satu atau beberapa anggota.74 Mengingat tujuan suatu badan hukum ini sebenarnya hakikat dari dibentuknya suatu badan hukum, maka lazimnya dinyatakan di awal pembentukan badan hukum tersebut. Dalm dunia bisnis modern, tujuan ini dikenal dengan istilah “visi”. Adapun upaya untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan oleh badan hukum tersebut sebagai subjek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban dalam lapangan dan pergaulan hukum di masyarakat. Kini, upaya untuk mencapai tujuan ini umumnya berbagai perusahaan meringkasnya dengan istilah “misi”. Dengan kata lain, harta kekayaan yang terpisah tadi menjadi salah satu alat untuk mencapainya tujuan suatu badan hukum.

c. Mempunyai Kepentingan Sendiri

Berkaitan dengan unsur kekayaan yang terpisah dari para anggotanya yang digunakan untuk mencapai hakikat tujuan yang sudah dicanangkan di awal pendiriannya, maka suatu badan hukum mempunyai kepentingannya sendiri.75 Senada dengan Ali Rido, Soenawar Soekowati pun memandang bahwa kepentingan tersebut adalah hak-hak subjektif yang muncul sebagai akibat dari peristiwa-peristiwa hukum, yang dengan demikian pula kepentingan tersebut menjadi hak-hak yang dilindungi oleh hukum. 76

Kepentingan-kepentingan inilah yang menjadi landasan bagi suatu badan hukum untuk dapatmenuntutdanmempertahankan kepentingannya itu terhadap pihak ketiga dalam pergaulan hukum. Meyers menambahkan bahwa kepentingan ini haruslah juga bersifat stabil.77

d. Mempunyai Organisasi yang Teratur

Sebagai subjek hukum di samping manusia, badan hukum

74 Ibid, hlm. 51.

75 Bandingkan Ibid, hlm. 52.

76 Ibid Lihat juga Chidir Ali, op cit., hlm. 97.

77 Ali Rido, op cit., hlm. 53.

Page 39: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 29

hanya dapat melakukan perbuatan hukum dengan bantuan organnya, yang terdiri dari manusia. Adapun mengenai ruang lingkup dan cara bagi para organ untuk mewakili badan hukum tersebut diadakan pengaturannya dalam anggaran dasar, per- aturan, atau pun keputusan rapat anggota.78 Anggaran dasar, sebagai cerminan keadaan suatu organisasi yang teratur, me- nentukan tata tertib organisasi dalam aktivitasnya dan bila ada hal-hal yang belum tertampung dalam anggaran dasar ini dapat diatur melalui keputusan-keputusan dalam rapat umum pemegang saham.79 Badan Hukum itu meliputi dua macam: Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Perdata.80

Untuk selanjutnya, studi tentang badan hukum dalam Tulisan ini difokuskan pada Badan Hukum Perdata, khususnya yang berbentuk Perseroan.

78 Ibid

79 Chairuddin Ismail, op cit., hlm. 23.

80 Lihat CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,

Cetakan Keenam, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984, hlm. 118; Chidir Ali,

op cit., hlm. 93-98.

Page 40: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

30 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Page 41: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

B

P

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 31

A. Pengertian dan Perkembangan Prinsip Hukum Perusahaan

Menurut segi etimologi, kata „prinsip‟ berasal dari bahasa

Inggris yaitu „principle‟. Menurut Dictionary of Philosophy, “A principle may be a high grade law, on which a lot depends, or it

may be something like a rule.”81 Selain itu, Black‟s Law Dictionary menyebutkan, “Principle is a basic rule, law, or doctrine.”82 Dari beberapa makna-katanya tersebut maka “prinsip”, atau sering

juga disebut “prinsip”, dalam konteks hukum dapat diartikan sebagai suatu landasan atau dasar pijakan dalam menentukan kaidah hukum yang akan dibuat dan diberlakukan.

Menurut Paton, prinsip adalah “A pinciple is the broad reason, which lies at the base of a rule of law” (prinsip adalah suatu alam pikiran yang dirumuskan secara luas dan mendasari adanya

suatu norma hukum).83 Sebagaimana ditegaskan pula oleh Djuhaendah Hasan bahwa prinsip itu memiliki sifat yang abstrak, sedangkan norma sifatnya konkrit. Oleh karenanya,

81 A. R. Lacey, A Dictionary of Philosophy sebagaimana dikutip dalam Bambang

Sunggono, Metodologi Tulisan Hukum, Cetakan Kelima, Jakarta: Rajawali

Pers, 2003, hlm. 89.

82 Bryan A. Garner (ed.), op.cit. , hlm. 1211.

83 Djuhaendah Hasan, Pembangunan Hukum Bisnis Dalam Pembangunan

Hukum Indonesia, dalam Pembangunan Hukum Bisnis Dalam Kerangka

Sistem Hukum Nasional, 70 Tahun Prof. Dr. Djuhaendah Hasan, SH Guru

Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung: Fakultas

Hukum Universitas Padjadjaran, 2007, hlm. 5.

AB III

ERKEMBANGAN PEMIKIRAN PRINSIP

DAN DOKTRIN HUKUM PERSEROAN

Page 42: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

32 ABDUL HALIM BARKATULLAH

prinsip merupakan jiwanya norma hukum, sehingga apabila suatu norma tidak berlandaskan suatu prinsip, maka norma itu kehilangan maknanya. 84

Soerjono Soekanto membedakan prinsip-prinsip hukum tersebut dalam dua cara pembedaan: 1) prinsip-prinsip hukum konstitutif dan prinsip-prinsip hukum regulatif; 2) prinsip- prinsip hukum umum dan prinsip-prinsip hukum khusus. Prinsip hukum konstitutif adalah kelompok prinsip yang harus ada bagi kehidupan suatu sistem hukum, sedangkan prinsip- prinsip hukum regulatif diperlukan ada bagi berprosesnya sistem hukum tersebut. Kedua kelompok prinsip tersebut ada yang berlaku umum, artinya harus ada pada setiap sistem hukum. Ada pula kelompok prinsip hukum khusus, yaitu yang merupakan perwujudan dari kekhususan masyarakat dan kebu- dayaan yang tercermin dalam sistem hukumnya.85

B. Prinsip tentang Tanggung Jawab Terbatas

Prinsip tanggung jawab ini bermakna bahwa tanggung jawab dari para pemegang sahamnya terbatas hingga sejumlah nilai saham yang disertakannya sebagai modal Perseroan. Hal ini juga menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk mendirikan usahanya dengan bentuk Perseroan. Tujuan dari ditawarkannya tanggung jawab terbatas esensinya untuk meng- gugah para pemilik modal menanamkan uangnya dalam suatu badan usaha. Disamping itu, tanggung jawab terbatas juga mendorong masuknya sumber daya modal ke dalam bisnis yang produktif.86 Untuk memberikan jaminan terlindungnya modal yang mereka tanamkan, maka tanggung jawab terbatas menjadi sebuah posisi tawar yang sangat menarik bagi para pe- modal. Akhirnya, tanggung jawab terbatas menjadi semacam hak prerogatif dari pemodal tersebut.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

84 Ibid

85 Ibid, hlm. 73.

86 Ben Pettet, Company Law, Essex – United Kingdom: Pearson Education Limited, 2001, hlm. 34.

Page 43: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 33

Terbatas (UUPT 2007) menegaskan, “Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan yang melebihi saham yang dimiliki.”87

Sebagaimana dijelaskan di dalam Penjelasannya, ketentuan ten- tang tanggung jawab terbatas tersebut menjadi ciri penting Per- seroan yang membatasi tanggung jawab pemegang sahamnya hingga jumlah setoran saham yang dimilikinya saja dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.

C. Doktrin Ultra Vires

Menurut Black‟s Law Dictionary, ultra vires adalah kata sifat yang bermakna “unauthorized; beyond the scope of power allowed or granted by a corporate charter or by law <the officer was liable for

the firm‟s ultra vires action>.” 88 Sebaliknya, ultra vires berhadapan dengan istilah intra vires yang berasal dari bahasa Latin juga dan

bermakna, ““within the powers (of)” Of or refering to an action taken within a corporation‟s of person‟s scope of authority.” 89I

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami apabila di­ reksi dan dewan komisaris sebagai pengurus Perseroan dalam menjalankan fiduciary duties-nya senantiasa mengacu kepada anggaran dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang relevan dengan maksud dan tujuan serta kegiatan atau bidang usahanya, maka perbuatan-perbuatan hukum mereka tergolong intra vires. Sebaliknya, apabila melakukan tindakan- tindakan hukum di luar maksud dan tujuan serta kegiatan Per- seroan sebagaimana ditentukan oleh anggaran dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan tersebut, maka akan digo- longkan sebagai ultra vires.

Doktrin ultra vires telah memainkan peran pentingnya dalam perkembangan tentang kewenangan-kewenangan Perseroan dalam lapangan hukum. Suatu perbuatan ultra vires adalah

87 UUPT 2007 Pasal 3 Ayat (1).

88 Bryan A. Garner, 2007, op cit., hlm. 732.

89 Ibod,, hlm. 370.

Page 44: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

34 ABDUL HALIM BARKATULLAH

suatu perbuatan yang melampaui maksud dan tujuan serta kewenangan suatu korporasi. Pada awalnya, hukum memandang bahwa perbuatan ultra vires tersebut adalah perbuatan yang tergolong void atau nietig atau batal demi hukum. 90 Artinya suatu perbuatan ultra vires adalah batal sejak awal dilakukannya perbuatan tersebut.

Akan tetapi dengan pendekatan semacam itu, pembentukan suatu Perseroan dapat dipandang hanya untuk tujuan yang terbatas (limited purposes) saja dan hanya dapat melakukan hal- hal yang diamanatkan dalam anggaran dasar saja. Pandangan demikian ini terbukti tidak dapat diterapkan, dinilai tidak adil dan tidak realistis, karena memberi peluang kepada korporasi untuk menerima manfaat dari suatu kontrak dan kemudian menolak untuk melaksanakan kewajiban (prestasi) dengan alasan bahwa kontrak tersebut ultra vires (tidak sesuai maksud dan tujuan Perseroan). Doktrin ini juga dinilai mengganggu terjaminnya perolehan hak dengan eksekusi penuh atas suatu transaksi yang melibatkan suatu korporasi.91 Oleh karenanya, pengadilan-pengadilan akhirnya mengadopsi pandangan bahwa tindakan ultra vires adalah voidable atau vernietig ketimbang dinyatakan void atau nietig.92

Ultra vires digunakan untuk menunjuk suatu tindakan atau transaksi yang melampaui tujuan dan kewenangan dari Perseroan.93 Artinya, tindakan direksi yang melampaui maksud dan tujuan serta kegiatan Perseroan, maka tergolong sebagai perbuatan ultra vires. Akan tetapi, apabila suatu tindakan direksi menyimpang dari kewenangan yang sudah ditetapkan anggaran dasar Perseroan, maka tindakan tersebut bukan perbuatan ultra

90 Robert W. Hamilton, The Law of Corporations, 3rd Edition, St. Paul-

Minnesota: West Publishing Co., 1991, hlm. 52; http://legal-dictionary.

thefreedictionary.com/Ultra+Vires ; http://law.jrank.org/pages/10965/

Ultra-Vires.html diakses pada 6 April 2009.

91 Ibid

92 Ibid 93 Jesse HAL Choper dan Melvin A. Eisenberg, Corporations- Gilbert Law

Summaries, Edisi Ketigabelas, Chicago: Harcourt Brace Legal and

Professional Publications, Inc., 1989, hlm. 24.

Page 45: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 35

vires, melainkan tindakan melampaui kewenangan.94

D. Doktrin Penyingkapan Tabir Perusahaan (Piercing the Corporate Veil)

Black‟s Law memberikan pengertian mengenai piercing

the corporate veil sebagai berikut: “The judicial act of imposing personal liability on otherwise immune corporate officers, directors,

and shareholders for the corporation‟s wrongful acts” (Tindakan hukum yang mengakibatkan tanggung jawab pribadi atas

tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh karyawan Perseroan(pejabat setara manajer ke atas), direksi dan para pemegang saham Perseroan).95 Sedangkan corporate veil itu sendiri dapat dipahami sebagai, “The legal assumPerseroanion that the acts of a corporation are not the actions of its shareholders, so that the shareholders are exemPerseroan from liability for the corporation‟s

actions” (Anggapan hukum bahwa tindakan-tindakan suatu Per- seroan adalah bukan tindakan-tindakan dari para pemegang

sahamnya, agar para pemegang sahamnya dikecualikan dari tanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Perseroan).96

Bagi kepentingan kreditur Perseroan, tanggung jawab terbatas mengurangi biaya-biaya penagihan. Artinya, kreditur tidak perlu membawa tuntutan biaya-biaya penagihan individual yang mahal dan tidak praktis terhadap sejumlah pemegang saham dari perusahaan yang gagal dalam memenuhi kewajiban mereka.97 Dari sisi pemegang saham Perseroan, tanggung jawab terbatas mengindarkan biaya-biaya yang seharusnya terjadi dalam tanggung jawab tidak terbatas (unlimited liability) pada

94 AP. Pohan, Menyibak Tirai Kemandirian Perseroan Terbatas, Tulisan ,

Surabaya: Universitas Airlangga, 2003, hlm. 96, dikutip dalam Herlien

Budiono, op cit., hlm. 257.

95 Black’s Law Dictionary, 2007, hlm. 527.

96 Ibid, hlm. 147.

97 R.C. Clark, The Regulation of Financial Holding Companies, (1979) 92 (4)

Harvard Law Review, hlm. 825 dikutip dalam Karen Vandekerckhove, op cit., hlm. 7.

Page 46: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

36 ABDUL HALIM BARKATULLAH

tiap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan.98 Tanggung jawab terbatas juga menghemat biaya-biaya asuransi yang dibutuhkan pemegang saham apabila tanggung jawab mereka adalah tidak terbatas (unlimited).99

Di satu sisi, tanggung jawab terbatas memiliki sejumlah keuntungan atau manfaat bagi pemegang saham, sebagaimana diuraikan di atas. Namun di sisi lainnya, sifat terbatas dari tanggung jawab ini juga memiliki sejumlah hal yang dapat me- rugikan pihak lain, terutama terbatasnya pemenuhan ganti rugi di pihak ketiga semata-mata karena sifat terbatas dari tanggung jawab pemegang saham. Dalam hal ini, ada pandangan bahwa tanggung jawab terbatas menggeser atau mengubah risiko kegagalan dari pemegang saham kepada para kreditur, dan hal ini menciptakan potensi moral hazard.100 Oleh karenanya, dalam perspektif ekonom, mekanisme piercing the corporate veil justru akan mengoreksi aturan tanggung jawab terbatas. Dengan kata lain, “To balance the benefits of limited liability against it costs”101

(untuk menyeimbangkan antara manfaat-manfaat dari tanggung jawab terbatas dengan segala biaya-biaya (kerugian-kerugian) yang muncul karenanya).

Piercing (atau lifting) the corporate veil atau yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai “penyingkapan (pengangkatan) tabir perusahaan” adalah sebuah konsep per- tanggungjawaban yang berlaku dalam ruang lingkup hukum perusahaan. Pada prinsipnya, doktrin ini merupakan terobosan dalam hukum perusahaan, khususnya untuk perusahaan ber-

98 R.A. Posner, The Rights of Creditors of Affiliated Corporations, (1976) 43

University of Chicago Law Review, hlm. 506 dan 515, dikutip dalam Karen

Vanderkerckhove, loc cit.

99 F.HAL Easterbrook dan D.R. Fischel, The Economic Structure of Corporate Law, Harvard University Press, Cambridge, 1991, hlm. 47, dikutip dalam

Karen Vandekerckhove, loc cit.

100 J.M. Landers, A Unified Approach to Parent, Subsidiary, and Affiliate

Questions in BankruPerseroancy, (1975) 42 University of Chicago Law

Review, hlm. 589, dikutip dalam Karen Vanderkerckhove, op cit., hlm. 8.

101 F.HAL Easterbrook dan D.R. Fischel, Limited Liability and the Corporations,

(1985) 52 University of Chicago Law Review, hlm. 112, dikutip dalam Karen

Vandekerckhove, loc cit.

Page 47: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 37

bentuk perseroan, atas tanggung jawab terbatas yang berlaku dalam suatu perseroan. Konsep yang dikemukakan oleh dok- trin ini tidak dapat dilepaskan dari pembahasan tentang mun- culnya kebutuhan akan tanggung jawab terbatas anggota atau pemegang saham suatu Perseroan yang ditandai dengan pemisahan kepribadian hukum (legal personality) antara suatu korporasi dengan para pemegang sahamnya.

Pertumbuhan dari perusahaan kelompok memberi peluang kepada grup usaha ini untuk menciptakan beberapa lapis tanggung jawab terbatas, yang sebenarnya bertujuan untuk melindungi investor atau pemegang saham yang utama (ultimate investor/ shareholder).102 Dalam konteks perusahaan kelompok ini pula, Blumberg berpendapat bahwa penerapan tanggung jawab terbatas untuk melindungi kepentingan induk perusahaan, demikian pula halnya dengan investor yang utama, yang justru seringkali terjadi secara signifikan sebagai konsekuensi dari pengakuan dari prinsip pemisahan identitas atau entitas hukum (separate legal identity) suatu korporasi dari para pemegang sahamnya.103

E. Prinsip Fiduciary Duties

Phillip dan Abe Herzberg menyebutkan bahwa “a fiduciary relationshipis the relationship between a person in a position of trust, the fiduciary, and the person for whose benefit the fiaduciary

acts.”104Dengan demikian, fiduciary duties meliputi pihak-pihak (fiduciary dan beneficiary), tugas (duty), dan hubungan di antara keduanya (fiduciary relationship). Di dalam suatu perusahaan,

yang termasuk ke dalam para pengemban tugas (fiduciary) adalah corporate officers. Dalam struktur organisasi perusahaan berbentuk Perseroan terbatas di Indonesia, yang dapat digolong- kan ke dalam corporate officers yang secara langsung mengemban tugas dari para pemegang saham selaku beneficiary (penerima manfaat) ini adalah direksi dan dewan komisaris. Sebagai cata-

102 Ibid, hlm. 5.

103 Ibid 104 Phillip dan Abe Herzberg, Understanding Company Law, Ninth Edition,

Melbourne – Australia: LBC Information Service, 2000, hal 255.

Page 48: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

38 ABDUL HALIM BARKATULLAH

tan, mengingat pihak yang menjadi beneficiary adalah peme- gang saham, maka dapat dikatakan bahwa paradigma dalam hubungan kepercayaan ini masih berorientasi pada shareholder value. Artinya, kegiatan perusahaan dilaksanakan untuk me- menuhi kepentingan para pemegang saham saja. Dalam per- kembangannya, paradigma shareholder value ini sudah berubah menjadi stakeholders value, sehingga yang menjadi beneficiary dalam hubungan fidusia ini adalah perusahaan (corporation). Artinya, kegiatan perusahaan dijalankan tidak lagi semata- mata untuk memenuhi kepentingan pemegang saham, tetapi lebih luas lagi mencakup berbagai kepentingan yang berkaitan dengan perusahaan (stakeholders), baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Untuk menelusuri lebih jauh tentang fiduciary duties ini, sebenarnya tidak ada satu standar yang menentukan kewajiban- kewajiban (duties) yang tergolong duties dalam hubungan keper- cayaan atau fidusia ini. Setiap ahli mengemukakan batasannya sendiri berdasarkan prinsip dan pemahaman yang dianutnya. Kendati demikian, Tulisan iniakan mengambil beberapa duties yang bersifat universal dan umumnya tersirat dari kategorisasi duties yang diajukan dalam berbagai referensi.

Pada dasarnya, fiduciary duties adalah prinsip yang lazim dikenal di negara-negara beryurisdiksi Common Law. Secara tradisional, negara-negara tersebut membagi dua duties dalam hukum perusahaan, yaitu: common law duties of care and skill dan fiduciary duties.105 Hal ini merupakan hasil dari pemikiran bahwa direksi memiliki dua tipe fungsi yang dipisahkan oleh hukum. Di satu sisi, direksi dapat dipandang sebagai trustee, yang berperan untuk melindungi dan menjaga aset perusahaan untuk beneficiary.106 Di sisi lainnya, direksi dipandang sebagai pengusaha dinamis yang pekerjaannya untuk mengambil risiko dengan modal yang ditanamkan dan investasi dari beragam pe- megang saham.107

105 Ben Pettet, op cit., hlm. 173.

106 Ibid

107 Ibid

Page 49: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 39

Seorang fiduciary dibebani kewajiban-kewajiban (duties) untuk bersikap setia (loyalty), beritikad baik (good faith), dan menghindari benturan kepentingan (the avoidance of conflict of interests).108 Rincian dari setiap kewajiban ini tergantung dari khususnya hubungan dan situasinya.

108 Phillip LiPerseroanon dan Abe Herzberg, loc cit.

Page 50: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

40 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Page 51: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

B

P

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 41

A. Akta Pendirian Perseroan

Perseroan sebagai badan hukum didirikan berdasarkan perjanjian, yang merupakan kumpulan modal yang terbagi dalam saham. Pendirian Perseroan dilakukan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia, demikian pengaturan Pasal 1 angka (1) dan Pasal 7 ayat (1) UUPT 2007. Akta pendirian Perseroan yang di dalamnya me- muat anggaran dasar dan keterangan lain (Pasal 8 ayat (1) UUPT 2007). Akta pendirian Perseroan merupakan akta notariil yang dibuat oleh notaris, oleh karena itu pendirian Perseroan termasuk perjanjian formal yaitu suatu perjanjian yang untuk terbentuknya di samping adanya kata sepakat juga harus ada bentuk tertentu yang merupakan syarat mutlak.

Notaris sebagai pejabat umum sebagaimana ditentukan Pasal 1 angka (1) UUJN yang menyatakan, bahwa “Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta Auten- tik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini”. Berkenaan dengan akta otententik, Pasal 1868 KUHPerdata menyebutkan bahwa: “Suatu akta Autentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat”.

Sebagai pejabat umum, notaris berwenang membuat akta

AB IV

ENDIRIAN PERSEROAN DENGAN

SISTEM AHU ONLINE

Page 52: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

42 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta Autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Demikian pengaturan Pasal 15 UUJN.

Akta notaris merupakan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh notaris sebagai pejabat umum yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, demikian menurut ketentuan Pasal 1870 KUHPerdata dan Pasal 165 HIR. Akta notaris merupakan bukti yang sempurna sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan pembuktian lain selama ketidakbenarannya tidak dapat dibuktikan. Selanjutnya, akta notaris sebagai alat bukti tulisan yang utama sehingga dokumen ini merupakan alat bukti di persidangan yang memiliki kedudukan sangat penting, demikian pengaturan Pasal 1866 KUHPerdata dan Pasal 165 HIR.

Pengertian akta notaris adalah akta Autentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan oleh undang-undang, demikian ketentuan Pasal 1 angka 7 UUJN. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dibe- dakan antara akta yang dibuat oleh notaris (relaas acten) dan akta yang dibuat dihadapan notaris (partij acten). Dimaksud dengan akta yang dibuat oleh notaris mengandung pengertian, bahwa akta yang berisikan uraian tentang apa yang dilihat, disaksikan oleh notaris sendiri dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk akta notaris. Akta yang dibuat di hadapan notaris mengandung makna, bahwa akta tersebut berisikan keterangan sesuai kehendak para pihak yang bersangkutan yang membuat atau menyuruh membuat akta itu untuk dituangkan dalam akta notaris109.

Akta yang dibuat oleh notaris sebagaimana dimaksud, diantaranya akta pendirian Perseroan yang oleh UUPT 2007

109.http://Ibidwikipedia.org/wiki/akta_Notaris, diunggah pada 17 Juni

Page 53: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 43

disyaratkan dibuat dalam bentuk akta notaris. Peran notaris berkaitan dengan pendirian Perseroan berikut pengurusan pengesahan sebagai badan hukum menjadi sangat penting sebab masyarakat tidak dapat mengakses langsung melalui AHU Online tersebut. Notaris melaksanakan sebagian dari tugas negara dalam bidang hukum perdata. Pendirian Perseroan dalam bentuk akta notaris merupakan salah satu persyaratan untuk mengajukan permohonan kepada Menteri guna memperoleh status badan hukum Perseroan.

Proses awal pendirian Perseroan diatur dalam Pasal 7 UUPT 2007, pasal tersebut menentukan, bahwa Perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya, dalam penjelasan Pasal 7 ayat (1) UUPT 2007 menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan orang adalah orang perorangan, baik warga negara Indonesia maupun asing atau badan hukum Indonesia atau asing. Lebih lanjut, penjelasan pasal tersebut menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan undang-undang ini bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum, Perseroan dibentuk berdasarkan perjanjian dan karenanya mempunyai lebih dari 1 orang pemegang saham.

Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) UUPT 2007, setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan. Ketentuan tersebut tidak berlaku dalam rangka peleburan ( Pasal 7 ayat (3) UUPT 2007). Penjelasan pasal tersebut menentukan, bahwa dalam hal peleburan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan yang meleburkan diri masuk menjadi modal Perseroan hasil peleburan dan pendiri tidak mengambil bagian saham sehingga pendiri Perseroan hasil peleburan adalah Perseroan yang meleburkan diri dan nama pemegang saham Perseroan hasil peleburan tersebut adalah nama pemegang saham dari Perseroan yang meleburkan diri.

Perseroan memperoleh kedudukan sebagai badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan yang bersangkutan, hal

2016.

Page 54: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

44 ABDUL HALIM BARKATULLAH

ini diatur dalam Pasal 7 ayat (4) UUPT 2007. Apabila Perseroan telah memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi kurang dari 2 orang, maka dalam jangka waktu paling lama 6 bulan terhitung sejak keadaan tersebut maka pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian saham- nya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain. Selanjutnya, jika setelah 6 bulan lewat pemegang saham tetap kurang dari 2 orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, demikian pengaturan Pasal 7 ayat (5), dan

(6) UUPT 2007.

Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat

(5), dan ayat (6) pasal tersebut, tidak berlaku bagi Perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau Perseroan

yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, serta lembaga lainnya sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang pasar modal. Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 7 ayat (7) UUPT 2007.

Berkaitan dengan akta pendirian Perseroan pengaturannya terdapat dalam Pasal 8 ayat (1) UUPT 2007 yang menyebutkan, bahwa akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan

lain. Selanjutnya, Pasal 8 ayat (2) UUPT 2007 menentukan, bahwa

keterangan lain memuat sekurang-kurangnya:

1. nama lengkap, tempat tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan pendiri perorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;

2. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat;

3. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Page 55: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 45

Lebih lanjut, dalam hal pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa, demikian Pasal 8 ayat (3) UUPT 2007. Berkaitan dengan anggaran dasar Perseroan sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (1) UUPT 2007, anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya:

1. nama dan tempat kedudukan Perseroan; 2. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; 3. jangka waktu berdirinya Perseroan; 4. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan

modal disetor;

5. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak­hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

6. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

7. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS; 8. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian ang-

gota Direksi dan Dewan Komisaris;

9. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.

Akta pendirian Perseroan dapat juga memuat ketentuan lain selain sebagaimana tersebut yang tidak bertentangan dengan undang-undang Perseroan, dan tidak boleh memuat ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham dan ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain. Demikian dimaksud ketentuan Pasal 15 ayat (2), dan ayat

(3) UUPT 2007. Berkaitan dengan proses memperoleh status sebagai badan

hukum Perseroan, UUPT 2007 memanfaatkan jasa elektronik modern yang dikenal dengan SABH, yang pengaturannya terdapat dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 11 UUPT 2007. Selanjutnya, menurut Pasal 9 ayat (3) UUPT 2007 apabila pendiri tidak mengajukan sendiri permohonan, maka pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada notaris. Permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 hari terhitung

Page 56: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

46 ABDUL HALIM BARKATULLAH

sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, yang dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung, demikian dimaksud Pasal 10 ayat (1) UUPT 2007.

Pasal 7 UUPT 2007 mengatur mengenai pendirian Perseroan sebagai badan hukum. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar pendirian Perseroan sah sebagai badan hukum, yaitu:

1. harus didirikan oleh dua orang atau lebih; 2. didirikan dalam bentuk akta notaris;

3. dibuat dalam bahasa Indonesia; 4. setiap pendiri wajib mengambil bagian saham; 5. memperoleh pengesahan dari Menteri.

Syarat tersebut bersifat kumulatif bukan bersifat fakultatif, hal ini dimaksud bahwa salah satu persyaratan tersebut tidak dipenuhi, mengakibatkan pendirian Perseroan tidak sah sebagai badan hukum110. Selanjutnya, menurut hukum pengertian “pendiri” adalah orang-orang yang mengambil bagian dengan maksud untuk mendirikan Perseroan. Lebih lanjut, orang-orang tersebut melakukan suatu tindakan untuk mendirikan Perseroan berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan111. Dengan demikian pendiri Perseroan harus dilakukan oleh paling sedikit dua orang, jika kurang dari dua orang tidak memenuhi syarat untuk mendirikan Perseroan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UUPT 2007, yang menyatakan bahwa: “Perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.

Selanjutnya, berdasarkan penjelasan Pasal 7 ayat (1) UUPT 2007 tersebut dimaksud dengan “orang” adalah orang per- orangan (naturlijkpersoon), yakni perorangan atau pribadi kodrati atau manusia secara alamiah (human being), baik warga negara Indonesia maupun asing atau badan hukum Indonesia atau asing. Adapun yang dimaksud dengan orang termasuk juga

110 M. Yahya Harahap, Op Cit, hlm. 161-162

111 Charlesworth and Morse. 1991. Company Law. ELBS: Fourteenth Edition,

hlm. 98, dalam M Yahya Harahap, IbIbid

Page 57: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 47

badan hukum yang lazim disebut baik rechtspersoon atau legal person maupun legal entity, yakni orang yang tidak lahir secara alamiah seperti manusia individu, kelahirannya diciPerseroana melalui proses hukum yang memperoleh pengesahan dari negara112.

Lebih lanjut, ketentuan Pasal 7 ayat (1) UUPT 2007 juga menegaskan, bahwa akta notaris merupakan syarat yang harus

dipenuhi untuk adanya suatu Perseroan. Tanpa akta notaris akan meniadakan eksistensi Perseroan, sebab akta pendirian

Perseroan tersebut yang harus disahkan oleh Menteri113. Selain dari pada itu akta notaril yang dibuat dihadapan notaris terse-

but harus menggunakan bahasa Indonesia114. Dengan demikian ketentuan pasal ini bersifat memaksa dan oleh karena itu tidak dapat dikesampingkan baik oleh para pendiri maupun Menteri115.

Akta notaris bukan hanya berfungsi sebagai alat bukti atas kesepakatan/ perjanjian yang dibuat oleh para pendiri

Perseroan, tetapi akta notaris sekaligus berfungsi sebagai solemnitatis causa yakni apabila tidak dibuat dalam bentuk akta notaris, maka akta pendirian Perseroan tidak memenuhi syarat

untuk disahkan sebagai badan hukum oleh Menteri116. Menurut ketentuan Pasal 8 ayat (1) UUPT 2007, akta pendirian dibuat dihadapan notaris memuat juga anggaran dasar dan keterangan lain yang berkaitan dengan pendirian Perseroan. Akta pendirian memuat juga anggaran dasar Perseroan yang berisi antara lain

hal-hal sebagai berikut:

1. nama dan tempat kedudukan Perseroan; 2. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

3. jangka waktu berdirinya Perseroan; 4. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; 112 Ibid, hlm. 163-164

113 Ibid, hlm. 172

114 Ibid

115 Ibid

116 Achmad Ichsan. 1987. Hukum Dagang Lembaga Perserikatan, Surat-Surat

Berharga, Aturan-Aturan Angkutan. Cetakan Keempat, Jakarta: Pradnya

Paramita, hlm.146

Page 58: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

48 ABDUL HALIM BARKATULLAH

5. domisili Perseroan; 6. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah

saham; 7. untuk tiap klasifikasi, hak­hak yang melekat pada tiap

saham, dan nilai; 8. nominal setiap saham;

9. nama jabatan dan jumlah anggota direksi dan dewan komisaris;

10. penetapan tempat dan tata cara penyelenggara RUPS; 11. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian ang-

gota direksi dan dewan komisaris; 12. tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden.

Adapun dimaksud dengan keterangan-keterangan lain dalam akta pendirian menurut Pasal 8 ayat (2) UUPT 2007 me- muat hal-hal sebagai berikut:

1. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;

2. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota direksi dan dewan komisaris yang pertama kali diangkat;

3. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Menurut penjelasan Pasal 8 ayat (2) huruf a UUPT 2007, pentingnya menyebut kewarganegaraan pendiri perseorangan agar diketahui kejelasan mengenai kewarganegaraan pendiri. Pada dasarnya badan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan didirikan oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. Namun, kepada warga negara asing maupun badan hukum asing diberikan kesempatan untuk mendirikan badan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan. Akan tetapi, dengan ketentuan sepanjang undang-undang yang mengatur

Page 59: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 49

bidang usaha Perseroan tersebut memungkinkan, atau pendirian Perseroan itu diatur dengan peraturan perundang-undangan tersendiri.

Pada alenia kedua penjelasan pasal tersebut dikatakan, bahwa dalam hal pendiri adalah badan hukum asing, maka nomor dan tanggal pengesahan badan hukum pendiri adalah dokumen yang sejenis dengan itu, antara lain certificate of in corporation. Dalam hal pendirinya badan hukum negara diper- lukan peraturan pemerintah tentang penyertaan dalam Persero- an. Adapun jika pendirinya daerah diperlukan peraturan daerah tentang penyertaan daerah dalam Perseroan tersebut.

Ketentuan Pasal 8 ayat (3) UUPT 2007 menegaskan, bahwa pembuatan akta pendirian Perseroan dihadapan notaris dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa. Setelah akta pendirian Perseroan ditandatangani oleh para pendiri atau kua- sanya, maka sejak saat itu Perseroan telah berdiri dan hubu- ngan antara para pendiri adalah hubungan kontraktual karena Perseroan belum berstatus sebagai badan hukum117. Berkaitan dengan perbuatan hukum berupa perjanjian, agar mengikat para pihak maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana di- tentukan Pasal 1320 KUHPerdata, yakni:

1. adanya kesepakatan diantara mereka yang mengikatkan dirinya;

2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. perikatan harus mengenai sesuatu hal tertentu; 4. perikatan harus mengenai sesuatu hal yang tidak berten-

tangan dengan hukum.

Akta pendirian Perseroan dibuat dalam bentuk akta notaris yang bertujuan untuk terwujudnya kepastian hukum baik bagi pihak-pihak terkait dalam perjanjian maupun terhadap pihak ketiga yang berkepentingan.118 Perjanjian tersebut mempunyai

117Agus Budiarto. 2009. Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendirian

Perseroan Terbatas, Edisi kedua, Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia, hlm. 34.

118 HALF.A. Vollmar. 1984. Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid II,

Terjemahan I.S. Adiwimarta. Jakarta: Rajawali, Cetakan Pertama. hlm.

129-130.

Page 60: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

50 ABDUL HALIM BARKATULLAH

daya berlaku ke dalam, akan tetapi dalam hal-hal lain tulisan hanya mempunyai arti sebagai alat bukti apabila ada yang menyangkal perjanjian tersebut119.

Perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pendiri untuk dan atas nama Perseroan yang belum memperoleh pengesahan sebagai badan hukum dari Menteri, maka para pendiri bertang- gung jawab secara renteng sepenuhnya bagi pihak ketiga terhadap segala perbuatan atau tindakan-tindakan yang dila- kukan atas nama Perseroan. Tindakan-tindakan demikian ha- nya akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi Perseroan, manakala setelah pendirian dinyatakan baik secara diam-diam maupun dengan tegas, dan kalau hal ini tidak dilakukan maka tidak mengikat Perseroan. Setelah mendapat pengesahan maka pesero pengurus harus memberikan pertanggungan jawab kepada Perseroan tentang segala tindakan yang dilakukan pada waktu Perseroan belum berbadan hukum120.

Selanjutnya, Pasal 7 ayat (5) dan (6) UUPT 2007 menentukan, bahwa:

(5) Setelah Perseroan memperoleh status sebagai badan hukum dan pemegang sahammenjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain

(6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham ber- tanggungjawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan,dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut”.

119 Ibid

120 Rochmat Soemitro, Op Cit, hlm. 9

Page 61: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 51

Meskipun pemegang saham kurang dariduaorang, Perseroan tetap memiliki legalitas sebagai badan hukum dan selama jangka waktu tersebut, semua perbuatan hukum yang dilakukan masih tetap menjadi tanggung jawab Perseroan dan masih melekat prinsip separe entity dan limited liability121. Larangan pemegang saham tunggal secara konsePerseroanual memiliki makna sebagai berikut:122

1. konsisten menerapkan unsur perjanjian dalam pendirian Perseroan;

2. mencegah penyalahgunaan tanggungjawab pribadi dari pemegangsaham denganmenggunakan/mengatasnamakan Perseroan;

3. pemegang saham tunggal tidak mencerminkan Perseroan sebagai badan usaha yang modalnya terdiri dari saham- saham dengan tanggungjawab terbatas;

4. mewujudkan dasar kekeluargaan, yakni terhadap pelangga- ran atas larangan ini berakibat pemegang saham tunggal bertanggung jawab secara pribadi atas nama Perseroan ter- hadap pihak ketiga.

Pemegang saham yang kurang dari dua orang dan telah melampaui batas waktu enam bulan, pemegang saham tunggal sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (5) tersebut wajib melakukan tindakan alternatif, yaitu:123

1. mengalihkan sebagaian saham yang dimilikinya kepada orang lain, atau;

2. mengeluarkan saham baru kepada orang lain.

Menurut penjelasan Pasal 7 ayat (6) UUPT 2207, perikatan dan kerugian yang menjadi tanggung jawab pribadi pemegang saham adalah perikatan dan kerugian yang terjadi setelah lewat waktu enam bulan tersebut. Dengan demikian, tidak termasuk perikatan dan kerugian yang terjadi selama tenggang waktu

121 M. Yahya Harahap, Op Cit, hlm. 165

122 Agus Budiarto, Op Cit, hlm. 37.

123 M. Yahya Harahap, Loc Cit.

Page 62: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

52 ABDUL HALIM BARKATULLAH

enam bulan sebagaimana ditentukan Pasal 7 ayat (6) UUPT 2007. Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan pembubaran Perseroan dan berdasarkan permohonan tersebut pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan dimaksud.

Selanjutnya, pada alenia kedua penjelasan Pasal 7 ayat (6) UUPT 2007 menyatakan bahwa dimaksud “pihak yang ber- kepentingan” adalah pihak yang dapat mengajukan permoho- nan pembubaran Perseroan dalam hal pemegang saham kurang dari dua orang yaitu:

1. kejaksaan untuk kepentingan umum;

2. pemegang saham; 3. direksi;

4. dewan komisaris; 5. karyawan Perseroan; 6. kreditor dan/atau; 7. pemangku kepentingan (stake holder) lainnya.

Dalam kondisi demikian, Perseroan masih dapat melakukan kegiatan usaha sepanjang tidak ada pihak yang mengajukan pembubaran, dan tanggung jawab atas segala perikatan yang timbul menjadi tanggung jawab pribadi pemegang saham. Tanggung jawab terbatas sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat

(1) UUPT 2007 hapus dan menjadi gugur sehingga sampai harta pribadi pemegang saham berdasar Pasal 3 ayat (2) UUPT 2007124.

Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) UUPT 2007, bahwa pendiri dan pemegang saham Perseroan minimal dua orang, namun ketentuan tersebut dikecualikan terhadap Perseroan

tertentu. Pengecualian dimaksud sebagaimana dinyatakan pada Pasal 7 ayat (7) UUPT 2007, bahwa ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih, tidak berlaku

terhadap Perseroan tertentu. Berdasarkan penjelasan pasal tersebut, status dan karakteristik yang khusus melekat pada Per- seroan tertentu, maka persyaratan jumlah pendiri bagi Perseroan

tunduk dan diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri. Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (7) UUPT 2007 yang

124 Ibid, hlm. 167

Page 63: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 53

termasuk kategori Perseroan tertentu yang tidak tunduk pada syarat minimal jumlah pendiri dan pemegang saham minimal dua orang atau lebih adalah:125

1. Perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara;

2. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar modal.

Berdasarkan penjelasan Pasal 7 ayat (7) huruf a UUPT 2007, dimaksud “persero” adalah BUMN yang berbentuk Perseroan yang modalnya terbagi dalam saham-saham yang diatur dalam undang-undang tentang BUMN. Pengecualian dimaksud pasal ini baru berlaku bagi BUMN yang berbentuk persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara dan jika sahamnya tidak dimiliki seluruhnya oleh negara maka berlaku ketentuan Pasal 7 ayat(1) UUPT 2007, yakni pemegang sahamnya minimal dua orang.

Perseroan yang baru didirikan dengan akta pendirian yang dibuat dihadapan notaris sudah dapat melakukan perbuatan hukum, dalam praktik sering disebut “Perseroan dalam pen- dirian”126, artinya para pendiri telah dapat melakukan kegiatan usaha atas nama Perseroan yang bersangkutan, dan segala ke- giatan yang dilakukan selama masa tersebut menjadi tanggung jawab secara pribadi para pendirinya sampai perbuatan hukum tersebut diterima, diambil alih atau dikukuhkan oleh Perseroan setelah memperoleh pengesahan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 14 UUPT 2007, yakni:

(1) Perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum memperolehstatus badan hukum hanya boleh dilakukan oleh semua anggota direksi bersama-sama para pendiri serta semua anggota dewan komisaris perseroan, dan mereka bertanggungjawab secara tanggung renteng atas

125 Ibid, hlm. 168

126.Habib Adjie. 2008. Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan

Tanggungjawab Sosial PT, Bandung: Mandarmaju, hlm. 24-25

Page 64: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

54 ABDUL HALIM BARKATULLAH

perbuatan hukum yang dilakukan. (2) Apabila para pendiri melakukan perbuatan hukum atas

nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, maka perbuatan hukum yang dilakukan terbut menjadi tanggungjawab pendiri yang bersangkutan dan tidak mengikat Perseroan.

(3) Apabila perbuatan hukum dilakukan oleh semua anggota direksi bersama-sama para pendiri dan dewan komisaris Perseroan, karena hukum menjadi tanggungjawab Perse- roan setelah Perseroan tersebut memperoleh status ba- dan hukum”.

Perseroan berdiri sah sebagai badan hukum setelah mem- peroleh pengesahan dari Menteri, pengesahan diterbitkan dalam bentuk keputusan Menteri yang disebut keputusan pengesahan badan hukum Perseroan, demikian dinyatakan Pasal 7 ayat

(4) UUPT 2007. Tata cara dan prosedur permohonan untuk memperoleh status badan hukum Perseroan diatur pada Pasal 9 dan 10 UUPT 2007, dan Permen Hukum dan Ham No. 4/14.

Menurut ketentuan Pasal 9 ayat (1) UUPT 2007 untuk mem- peroleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan akta pen- dirian Perseroan sebagai badan hukum, pendiri secara bersama- sama mengajukan permohonan melalui SABH secara elektronik kepada Menteri. Selanjutnya, menurut ketentuan Pasal 9 ayat

(3) UUPT 2007 dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri per- mohonan pengesahan, pendiri hanya dapat memberikan kuasa kepada notaris. Dengan demikian berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (1) dan ayat (3) UUPT 2007 tersebut, yang dapat meng- ajukan permohonan pengesahan akta pendirian Perseroan sebagai badan hukum kepada Menteri adalah pendiri Perseroan secara bersama-sama atau dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri, maka pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada notaris.

Selanjutnya, ketentuan Pasal 1 ayat (4) Permen Hukum dan Ham No. 4/14 menentukan, bahwa yang berhak untuk mengajukan permohonan adalah calon pendiri bersama-sama.

Page 65: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 55

Namun untuk melakukan pengajuan permohonan, calon pen- diri memberikan kuasa kepada notaris. Secara formal yang mengajukan permohonan adalah notaris dalam kapasitas selaku kuasa dari calon pendiri Perseroan. Pemohon adalah calon pendiri bersama-sama memberikan kuasa kepada notaris untuk mengajukan permohonan melalui SABH, demikian dimaksud Pasal 1 ayat (4) Permen Hukum dan Ham No. 4/14.

Ketentuan pasal tersebut menegaskan, bahwa calon pendiri tidak dapat langsung melakukan permohonan pengesahan Per- seroan sebagai badan hukum, sehingga calon pendiri menunjuk notaris selaku kuasa untuk bertindak melakukan permohonan pengesahan tersebut. Hal ini dapat dimaklumi karena tidak semua calon pendiri memahami proses pengajuan pengesahan Perseroan sebagai badan hukum sehingga harus dilakukan oleh orang yang mengerti dan profesional dalam bidang itu dalam hal ini notaris127. Selanjutnya, notaris mengajukan permohonan pengesahan pendirian Perseroan sebagai badan hukum kepada Menteri, demikian ketentuan Pasal 9 ayat (1) UUPT 2007.

Prosedur pengajuan permohonan pengesahan akta pendirian Perseroan sebagai badan hukum, diajukan oleh pemohon me- lalui jasa teknologi informasi AHU- Online secara elektronik. Jasa teknologi informasi AHU - Online adalah jenis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam proses pengesahan badan hukum Perseroan, demikian pengaturan Pasal 9 ayat (1) UUPT 2007 berikut penjelasannya. Selanjutnya, menurut Pasal 1 ayat (3) Permen Hukum dan Ham No. 4/14, AHU Online adalah sistem pelayanan administrasi Perseroan secara elektronik yang diselenggarakan oleh Dirjen AHU. Permen Hukum dan Ham No. 4/14 tersebut mengatur baik mengenai pengajuan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan maupun permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan pemberitahuan perubahan data Perseroan.

B. Teknis dan Mekanisme Pendirian Perseroan

127 Ibid, hlm. 175

Page 66: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

56 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Sebagai konsekuensi dari pengertian peseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, maka Pasal 7 ayat (1) UUPT mensyaratkan bahwa Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau “lebih” dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Bahwa definisi atau persyaratan ini terdapat unsur-unsur pokok: “oleh dua orang orang”, “akta notaris” dan “bahasa Indonesia”128. Sekurang-kurangnya harus 2 (dua) orang karena dalam mendirikan Perseroan harus didasarkan pada perjanjian, atau yang disebut asas kontraktual sesuai Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dimana suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih, sehingga tidak mungkin dalam pendirian Perseroan Terbatas hanya di- buat oleh satu orang saja. Yang dimaksud “orang” disini adalah orang perseorangan atau badan hukum.

Dalam perjanjian pendirian Perseroan diperlukan akta notaris karena akta yang demikian merupakan akta otentik. Dalam hukum pembuktian, akta otentik dipandang sebagai suatu alat bukti yang mengikat dan sempurna. Artinya bahwa apa yang ditulis di dalam akta tersebut harus dipercaya kebenarannya dan tidak memerlukan tambahan alat bukti lain. Jika yang diajukan bukan akta notaris maka permohonan pengesahan akta pendirian Perseroan terbatas dapat ditolak oleh Kementerian Hukum dan HAM, sehingga akan berakibat Perseroan tidak berbadan hukum129. Perjanjian pendirian Perseroan Terbatas yang dilakukan oleh para pendiri tersebut dituangkan dalam suatu akta notaris yang disebut dengan “Akta Pendirian”. Akta Pendirian ini pada dasarnya mengatur berbagai macam hak-hak dan kewajiban para pihak pendiri Perseroan dalam mengelola dan menjalankan Perseroan tersebut. Hak-hak dan kewajiban- kewajiban tersebut yang merupakan isi perjanjian selanjutnya disebut dengan “Anggaran Dasar” Perseroan, sebagaimana

128 I.G.Rai Widjaya. 2006. Hukum Perusahaan. Bekasi:Megapoint Divisi dari

Kesaint Blanc, hlm. 153.

129 R. Subekti. 1978. Hukum Pembuktian. Jakarta: Pradnya Paramita, hlm.

27.

Page 67: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 57

ditegaskan dalam Pasal 8 ayat (1) UUPT. Pasal tersebut menegaskan bahwa akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan.

Dalam Pasal 8 ayat (2) “keterangan lain” tersebut memuat sekurang-kurangnya :

1) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri Perseroan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;

2) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat; dan

3) nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

UUTP juga mengatur tentang hal-hal yang tidak boleh dimuat di dalam akta pendirian. Adapun hal-hal yang tidak boleh dimuat dalam akta pendirian sebagaimana ditetapkan Pasal 15 ayat (3) UUPT yaitu :

a. ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham; b. ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada

pendiri atau pihak lain.

Dalam mendirikan Perseroan tidak cukup dengan cara membuat akta pendirian yang dilakukan dengan akta otentik. Merupakan suatu keharusan setelah akta pendirian Perseroan selesai dibuat, mendapat pengesahan dari Menteri agar Per- seroan memperoleh status badan hukum. Selanjutnya untuk dapat memperoleh pengesahan tersebut, menurut Pasal 9 ayat

(1) UUPT prosedur yang harus ditempuh adalah para pendiri Perseroan Terbatas tersebut secara bersama-sama atau melalui kuasanya mengajukan permohonan melalui jasa teknologi infor- masi sistem administrasi badan hukum melalui AHU Online secara elektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya :

Page 68: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

58 ABDUL HALIM BARKATULLAH

a. nama dan tempat kedudukan Perseroan; b. jangka waktu berdirinya Perseroan;

c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; d. jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. alamat lengkap Perseroan.

Terhadap permohonan ini Pasal 10 ayat (1) UUPT mene- tapkan jangka waktu memprosesnya dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai “dokumen pendukung”. Apabila “dokumen pendukung” telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung menyatakan tidak keberatan atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik. Maksudnya adalah bahwa per- mohonan yang diajukan tersebut sudah memenuhi syarat dan kelengkapan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya apabila dokumen pendukung tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada pemohon secara elektronik. Dalam jangka waktu paling lam- bat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal pernyataan “tidak keberatan” Menteri, pemohon yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri “dokumen pendukung”. Apabila semua persyaratan telah dipe- nuhi secara lengkap, paling lambat 14 (empatbelas) hari, Menteri menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani secara elektronik. Dengan di- perolehnya pengesahan dari Menteri yang berarti berlakunya Anggaran Dasar Perseroan secara menyeluruh terhadap semua pihak, baik pihak pendiri maupun pihak ketiga lainnya yang ber- kepentingan dengan Perseroan, maka praktis Anggaran Dasar Perseroan telah menjadi “Undang-undang” bagi semua pihak.

Status badan hukum Perseroan tersebut mempengaruhi tanggung jawab Perseroan Terbatas dalam tindakannya. Ter- hadap kerugian yang diderita Perseroan berakibat para pe- megang saham bertanggungjawab terbatas sebesar saham

Page 69: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 59

yang dimasukkan. Seperti halnya ketentuan sebelumnya da- lam Kitab Undang-undang Hukum Dagang, UUPT juga me- wajibkan dilaksanakannya pendaftaran dan pengumuman Perseroan. Kewajiban pendaftaran dan pengumuman tersebut diselenggarakan oleh Menteri, sesuai Pasal 29 dan Pasal 30 UUPT130.

Adapun yang wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia adalah :

a. akta pendirian Perseroan beserta Keputusan Menteri; b. akta perubahan anggaran dasar Perseroan beserta Keputusan

Menteri;

c. akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pembe- ritahuannya oleh Menteri.

Pengumuman oleh Menteri dilakukan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterbit- kannya Keputusan Menteri atau sejak diterimanya.

C. Sistem Pendaftaran Perseroan dengan Sistem AHU

Online

1. Pengertian Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH)

dengan sistem AHU Online

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia, khususnya Direktorat Jenderal Administrasi Hu- kum Umum, mempunyai unit kerja yang memberikan pelaya- nan kepada publik yaitu pelayanan jasa hukum kepada masya- rakat di bidang pengesahan badan hukum yang berbentuk Perseroan. Pelayanan tersebut dilaksanakan dalam suatu sis- tem yang disebut Sistem Administrasi Badan Hukum yang

sekarang disempurnakan dengan AHU Online. AHU Online disempurnakan dari Sistem Administrasi Badan Hukum yang dahulu disebut Sisminbakum memiliki berbagai macam pengertian. Sisminbakum adalah sistem komputerisasi dalam proses pengesahan/persetujuan pendirian suatu badan

130 Ahmad Yani & Gunawan Wijaya. 1999. Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas. Jakarta: PT. RajaGrafindo Widjaja, hal .30.

Page 70: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

60 ABDUL HALIM BARKATULLAH

hukum oleh Direktorat Jenderal Administrasi hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 131. Sisminbakum dalam Keputusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M-01.HT.01.01. tahun 2000 dise- butkan sebagai Penerapan Sistem Administrasi Badan hukum adalah penerapan prosedur permohonan pengesahan Perseroan dengan menggunakan komputer atau dengan fasilitas home page/web site. Pengertian Sisminbakum lainnya menyebutkan Sisminbakum sebagai suatu sistem komputerisasi dalam proses pengesahan/persetujuan pendirian suatu badan hukum oleh Direktorat Jenderal Administasi hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.132

Sistem Administrasi Badan Hukum oleh Syamsuddin Manan Sinaga disebut sebagai suatu bentuk pelayanan kepada masyarakat yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik dengan menggunakan sistem kom- puterisasi dalam memproses permohonan pengesahan akta pendirian dan permohonan persetujuan dan penerimaan/la- poran perubahan anggaran dasar Perseroan , yang dilakukan secara online yang dapat diakses oleh seluruh notaris pada situs http://www.sisminbakum.com.133 Sekarang pengaksesan Sistem Administrasi Badan Hukum telah berganti menjadi http://www.ahu.go.id. Sejak diambil alih pengoperasiannya oleh AHU Online.

Sekarang ini penyebutan Sisminbakum telah diubah menjadi

SABH dan diubah lagi menjadi AHU Online. Dalam Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan hukum 131Muhammad Azhari dan Rudi Indrajaya.2001. Mengenal

Sisminbakum, Cet. II. Bandung: CV. Dinamika Putera, hlm.17. 132 Romli Atmasasmita. 2001. Sistem Administrasi Badan Hukum. Media

Notariat , hal 61.

133Syamsuddin Manan Sinaga. 2004. Kebijakan Pemerintah Dibidang

Kenotariatan Perseroan Terbatas Dan Yayasan. Media Notariat (Edisi

SePerseroanember-Oktober 2004), hlm. 70.

Page 71: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 61

dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar serta penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas. Sistem Administrasi Badan Hukum yang selanjutnya disingkat SABH yang sekarang menjadi AHU Online adalah jenis pelayanan jasa hukum yang diberikan kepada masyarakat dalam proses pengesahan badan hukum Perseroan, yayasan dan perkumpulan dengan menggunakan sistem teknologi informasi secara elektronik yang dapat diakses secara online yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum yang dipadukan dengan layanan lain dan disempurnakan.

Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) melalui AHU Online mencakup keseluruhan fungsi dari sistem tersebut. Bukan hanya sebagai suatu sistem yang digunakan dalam proses pe- ngesahan/persetujuan pendirian suatu badan hukum oleh Direktorat Jenderal Administasi hukum Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, tetapi juga pengesahan yayasan dan perkumpulan yang diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Kehadiran AHU Online perubahan dari SABH sebagai peremajaan dari Sisminbakum diharapkan akan mempermudah pekerjaan (simplifikasi). Kemudian fungsi pelayanan pun akan lebih cepat, akurat, efisian serta tepat waktu.

2. Pengaturan Sistem Administrasi Badan Hukum Yang

Menjadi AHU Online

Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan Hukum dida- sarkan pada : 1) Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia yang berhubungan dengan pengaturan tata cara penyampaian ataupun tata cara pengajuan permo- honan : a) Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia tanggal 4 Oktober 2000 nomor M-01. HT.01.01 tahun 2000 tentang Pemberlakuan Sistem

Page 72: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

62 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Administrasi Badan Hukum Di Direktorat Jenderal Ad- ministrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

b) Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 12 Juli 2002 nomor M-05. HT.01.01 tahun 2002 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan HukumDi Direktorat Jenderal Ad- ministrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang berhubungan dengan pengaturan tata cara penyampaian ataupun tata cara pengajuan permohonan :

a) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-02.AH.01.10 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Penge- sahan Badan hukum Perseroan, Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian pemberitahuan Per- ubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan;

b) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-03.AH.01.01 Tahun 2009 tentang Daftar Perseroan;

c) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 21 SePerseroanember 2007 nomor M.02.HT.01.10 tahun 2007 tentang Tata Cara Pe- ngumuman Perseroan Terbatas Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

3) Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum berkaitan dengan Sistem Administrasi Badan Hukum: Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 22 Januari 2003 nomor C-01.HT.01.01 tahun 2003 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta PendirianDan Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Page 73: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 63

Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar serta penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas.

3. Maksud dan Tujuan Berlakunya AHU Online

Pemberlakuan AHU Online, dalam pemberian pengesahan badan hukum Perseroan terbatas yang memanfaatkan teknologi canggih dengan menggunakan jaringan internet untuk memberi pelayanan jasa hukum di bidang pengesahan badan hukum Perseroan sehingga pelayanan kepada publik dapat dilakukan dengan cepat dan tepat waktu. Pengadministrasian proses Pen- dirian dan Perubahan Badan Hukum (terbuka maupun tertutup) di Indonesia,kedalam suatu Bank Data (database) sehingga akan meningkatkan kinerja Direktorat Administrasi hukum Umum Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di bidang pelayanan masyarakat.

Menurut Pasal 2 Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor M-01.HT.01.01 TAHUN 2000 Tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan Hukum Di Direktorat Jenderal Hukum Umum Kemen- terian Hukum Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, SISMINBAKUM diberlakukan pada :

a. Pengesahan akta pendirian atau persetujuan perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas;

b. Permohonan lain yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum.

Pembuatan dan program aplikasi Badan hukum ini diper- gunakan sebagai pengelola, baik di dalam pengurusan akta per- usahaan sampai pengesahannya maupun sebagai pengelola bank data (data base) perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sistem ini akan terus berkembang dengan pengembangan ke aplikasi keseluruh instansi yang terkait, sehingga pada akhirnya seluruh

Page 74: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

64 ABDUL HALIM BARKATULLAH

proses yang berhubungan dengan pengurusan dan eksistensi perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan pelayanan satu atap yang akan mempermudah para notaris dalam proses pengadministrasian dan pendaftaran perusahaan.

Sistem online bukan saja untuk meningkatkan pelayanan Notaris dalam pengesahan Perseroan terbatas tetapi juga untuk membantu kinerja Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam mengadministrasi dan mengembangkan suatu penyimpanan data-data tentang Perseroan terbatas agar lebih tertib administrasi dan lebih mudah untuk melakukan pene- lusuran data. AHU Online diharapkan memberikan layanan hukum kepada masyarakat, instansi maupun lembaga untuk mewujudkan pelayanan prima dengan mengutamakan pela- yanan yang professional, cepat, tepat, efisien, murah dan bebas pungli.

D. Penggunaan Sistem AHU Online dalam Proses Pendaftaran Perseroan untuk Memperoleh Status Badan Hukum

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terus mela- kukan pembenahan, termasuk dalam proses pendirian badan hukum status Perseroan. Pada tanggal 8 Agustus 2014 Kemen- terian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah menerapkan sistem pendaftaran Perseroan dengan sistem pendaftaran AHU Online. AHU online.

Pengajuan permohonan pengesahan akta pendirian Per- seroan sebagai badan hukum menurut ketentuan Pasal 9 ayat (1) UUPT 2007 dilakukan dengan cara mengisi format isian, yang memuat sekurang-kurangnya:

1. nama dan tempat kedudukan Perseroan 2. jangka waktu berdirinya Perseroan 3. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan

4. jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor 5. alamat lengkap Perseroan.

Untuk melakukan pengesahan pendirian Perseroan melalui

Page 75: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 65

AHU Online yang dilakukan oleh notaris yaitu sebagai berikut: a. masuk ke halaman website AHU http://www.ahu.web.id

b. Klik menu Perseroan terbatas c. Masuk ke halaman Pendirian Perseroan menu d. Masukkan nomer Voucher Pengesahan Badan hukum Per-

seroan, nomor pemesanan dan kode pembayaran

e. Mengisi form pendirian 1) Pada form pendirian berfungsi untuk melakukan input

pendirian Perseroan, dalam form pendirian yang ter- dapat beberapa fitur diantaranya yaitu seperti data Per­ seroan terdiri nama Perseroan, jenis Perseroan, npwp Perseroan, jangka waktu.

2) Mengisi kedudukan Perseroan. 3) Maksud dan tujuan Perseroan.

4) Akta notaris yang terdiri dari nomor akta, tanggal akta. 5) Modal dasar, moda dasar minimal Rp. 50.000.000,-., serta

Modal yang ditempatkan tidak boleh kurang 25% dari modal dasar. Dan modal disetor menampilkan modal sesuai dengan modal ditempatkan.

6) Pengurus dan Pemegang Saham. Yang terdiri dari peng- urus dan pemegang saham WNI dan Pemegang saham dan pengurus asing. Mengisi data pengurus dengan form yang telah ditentukan.

f. Masuk kehalaman Pra Tinjau pengisisan data Perseroan, fungsi halaman pratinjau adalah untuk dilihat kembali adanya data yang tidak sesuai dengan akta pada saat penginputan atau data yang salah saat melakukan penginputan sebelum tersimpan. Pratinjau akan berlaku selama 7 hari.

g. Masuk kehalaman daftar transaksi Perseroan. h. Maka di daftar transaksi Perseroan akan muncul SK Peng-

esahan dan lampiran Perseroan.

Selanjutnya, dimaksud format isian adalah bentuk pengisian data yang dilakukan secara elektronik untuk permohonan peng- ajuan pemakaian nama Perseroan, pengesahan badan hukum dan pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar, serta

Page 76: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

66 ABDUL HALIM BARKATULLAH

penyampaian pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan perubahan data Perseroan. Demikian pengaturan Pasal 1 angka 5 Permen Hukum dan Ham No. 4/14. Format isian sebagaimana tersebut, mengatur hal-hal sebagai berikut 134:

1 format isian pengajuan pemakaian nama Perseroan yang selanjutnya disebut format pengajuan nama adalah format isian untuk pengajuan nama Perseroan yang akan dipakai dalam pendirian Perseroan ataupun perubahan nama Per- seroan,

2 format isian pendirian yang selanjutnya disebut format pendirian adalah format isian untuk permohonan pengesahan badan hukum Perseroan,

3 format isian persetujuan perubahan anggaran dasar yang selanjutnya disebut format perubahan anggaran dasar I adalah format isian untuk permohonan persetujuan per- ubahan anggaran dasar Perseroan

4 format isian pemberitahuan perubahan anggaran dasar yang selanjutnya disebut format perubahan anggaran dasar II adalah format isian untuk pemberitahuan perubahan anggaran dasar,

5 format isian pemberitahuan perubahan data Perseroan yang selanjutnya disebut format perubahan data Perseroan adalah format isian untuk pemberitahuan perubahan data Perseroan yang diwajibkan oleh undang- undang.

Berdasarkan hasil Tulisan , proses awal pendirian Perseroan melalui AHU Online dilakukan melalui suatu proses yang diawali dengan pembelian voucher pada Bank BNI sebesar Rp 200.000,-. Langkah tersebut dilakukan sebagai sarana untuk dapat meng- akses proses pengecekan dan pemesanan nama Perseroan. Pembelian voucher tersebut sebagai bentuk pembayaran PNBP pengecekan dan pesan nama Perseroan.

Berkaitan dengan jangka waktu permohonan untuk 134 Dapat dilihat Pasal 1 angaka 5, 6, 7, 8, Permen Kumham 4/14 Tentang Tata

Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan

Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan

Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas.

Page 77: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 67

memperoleh keputusan Menteri melalui AHU Online sebagai- mana dijelaskan di atas, menurut ketentuan Pasal 10 ayat (1) UUPT 2007, harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung. Lewat dari jangka waktu tersebut, akta pendirian menjadi batal karena hukum, dan Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum menjadi bubar karena hukum dan pemberesannya dilakukan oleh pendiri.

Jadi, Pengguna sistem AHU Online dalam proses pendaftaran Perseroan untuk memperoleh status badan hukum yaitu me- lakukan pendaftaran yang dilakukan oleh notaris dengan mengisi format isian. yang dimaksud format isian adalah ben- tuk pengisian data yang dilakukan secara elektronik untuk per- mohonan pengajuan pemakaian nama Perseroan, pengesahan badan hukum dan pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar, serta penyampaian pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan perubahan data Perseroan. Demikian pengaturan Pasal 1 angka 5 Permen Hukum dan Ham No. 4/14.

Sistem pendaftaran ini jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya mengalami perkembangan yang lebih baik, tapi dalam praktiknya masih banyak kendala-kendala yang dihadapi, salah satunya yaitu jaringan yang selalu dalam masa perbaikan dan sering sekali mengalami gangguan sistem yang sangat mengganggu notaris dalam melakukan pendaftaran Perseroan, terlebih lagi sekarang AHU Online bukan hanya melayani pendaftaran Perseroan, tapi juga yayasan, perkumpulan dan koperasi135.

E. Fungsi Pengesahan Akta Pendirian Melalui AHU Online Dihubungkan dengan Kepastian Hukum

Berkaitan dengan AHU Online, pengaturannya terdapat dalam Pasal 7 ayat (4) UUPT 2007, selanjutnya pasal tersebut

135Wawancara dengan Notaris Henny Supiyanty, SH di Banjarmasin, 18

November 2016

Page 78: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

68 ABDUL HALIM BARKATULLAH

menegaskan, bahwa akta pendirian Perseroan memperoleh kedudukan sebagai badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum ter- sebut. Praktik AHU Online yang berkaitan dengan pengesahan Perseroan sebagai badan hukum dilakukan melalui proses yang dimulai dari pengecekan dan pememesanan nama Perseroan, dilanjutkan dengan mengisi format isian dan membuat per- nyataan, kesemuanya dilakukan oleh notaris secara online. Apabila semua persyaratan telah dipenuhi, proses terakhir adalah pencetakan keputusan Menteri oleh notaris.

Menurut penulis, ketentuan pasal tersebut apabila dihu- bungkan dengan praktik AHU Online mengenai pengesahan badan hukum Perseroan hanya bersifat teknis administratif. Fungsi pengesahan oleh Menteri adalah untuk memperoleh status badan hukum dari Perseroan itu sendiri. Selanjutnya, me- nurut penulis keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan perlu dipertimbangkan kembali.

Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum apabila menghadapi persoalan dalam operasionalnya. Pertang- gungjawaban Perseroan akan dikembalikan kepada para peme- gang saham, direksi, komisaris Perseroan yang bersangkutan. Hemat penulis, status badan hukum Perseroan sebaiknya dipe- roleh setelah akta pendirian Perseroan diselesaikan dihadapan notaris, dengan demikian ketika akta pendirian Perseroan telah diselesaikan dengan sempurna oleh notaris, pada saat itu juga Perseroan telah memperoleh akta pendirian sebagai badan hukum, dan notaris hanya mendaftarkan akta pendirian Per- seroan melalui AHU Online kepada Menteri.

Berkaitan dengan pengajuan permohonan untuk mem- peroleh keputusan Menteri, Pasal 9 ayat (3) UUPT 2007 me- nyatakan bahwa, “Dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada notaris”. Me- nurut penulis, ketentuan pasal tersebut kurang tepat, hal ini dapat dijelaskan bahwa notaris sebagai pejabat umum dalam

Page 79: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 69

menjalankan jabatannya dalam bidang hukum keperdataan dan pengemban sebagian dari tugas negara, sudah menjadi kewajibannya untuk mengajukan permohonan memperoleh keputusan Menteri. Karenanya kuasa dari para pendiri kepada notaris sebenarnya tidak diperlukan lagi. Praktik permohonan untuk memperoleh keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan melalui AHU Online, hanya dapat dilakukan oleh notaris yang memiliki user id dan pass word sehingga kerahasiaan dokumen para pendiri Perseroan dapat terlindungi.

Berkaitan dengan batas waktu pengajuan permohonan untuk memperoleh keputusan Menteri harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dan dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung, demikian sebagaimana dimaksud Pasal

10 ayat (1) UUPT 2007. Menurut hemat penulis, ketentuan pasal ini secara yuridis tidak dapat dipertanggungjawabkan validilitas-legalitasnya. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa dalam undang-undang baik di dalam konsideran maupun pada bagian penjelasan tidak diketemukan keterangan mengenai legal rationing atau ratio legis dari ketentuan pasal tersebut.

Setiap tindakan badan atau pejabat administrasi negara dalam suatu negara hukum harus berdasarkan atas hukum dan asas demikian disebut asas legalitas. Implementasi asas legalitas dilakukan melalui attributif, sehingga setiap wewenang badan atau pejabat administrasi negara diperoleh melalui wewenang attributif136. Sebagai perwujudan dari negara hukum diantaranya adalah perlindungan hak dan kewajiban warga negara suatu negara melalui ketentuan hukum, terutama aturan-aturan tertulis yang berupa peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, dalam negara hukum semua tindakan penyelenggara negara dan pemerintahan harus berdasarkan peraturan perundang-unda- ngan. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mulai dari tingkat tertinggi, yaitu undang-undang dasar dan selanjutnya

136Marcus Lukman. 1996. Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan Dalam Bidang

Page 80: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

70 ABDUL HALIM BARKATULLAH

dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan di bawahnya.

Selanjutnya, di dalam ilmu hukum disebutkan bahwa tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat. Mengenai hal ini L.J. van Apeldoorn berpendapat, bahwa “tujuan hukum adalah untuk mempertahankan keter- tiban masyarakat dan dalam mempertahankan ketertiban ter- sebut hukum harus secara seimbang melindungi kepentingan- kepentingan yang ada dalam masyarakat”137. Tujuan hukum secara umum adalah mewujudkan keadilan dalam masyarakat, oleh karena setiap manusia ingin diperlakukan secara adil. Kea- dilan merupakan kebutuhan yang fundamental dan karenanya setiap manusia pasti mendambakan keadilan walaupun manusia itu sendiri termasuk orang yang tidak berlaku adil138.

Makna keadilan apabila dihubungkan dengan ilmu penge- tahuan hukum, maka keadilan merupakan suatu sikap hukum yang mengatur hubungan manusia secara harmonis dalam masyarakat melalui peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis. Aristoteles membagi keadilan menjadi 2 bagian, yaitu:139

1. keadilan distributif, adalah keadilan yang memberikan kepada setiaporangjatahmenurutjasanya, bukan persamaan, namun memberikan yang sebanding

2. keadilan komutatif, adalah keadilan yang memberikan pada setiap orang sama banyaknya tanpa mempertimbangkan jasa masing-masing orang.

Keadilan distributif berkaitan erat dengan pembentukan

Perencanaan Dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah Serta

Dampaknya Terhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasiona.

Tulisan Universitas Padjajaran. Bandung: Universitas Padjajaran, hlm.

124.

137Peter Mahmud Marzuki. 2007. Tulisan Hukum. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, hlm. 58.

138Chatib RasyIbid 1996. Aktualisasi Hukum Islam. Millibar Hukuni, No. 27

Tahun VII, , hlm. 67.

139 C.S.T. Kansil. 1984. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 42-43.

Page 81: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 71

undang-undang dan lebih bersifat proporsional sehingga dalam menyusun undang-undang harus mendapat perhatian serius. Sedang menyangkut keadilan komutatif merupakan urusan hakim. Hakim yang memperhatikan hubungan perorangan yang mempunyai kedudukan yang sama tanpa membeda-bedakan antara satu sama lainnya140.

Isi hukum ditentukan oleh kesadaran etis masyarakat me- ngenai apa yang adil dan apa yang tidak adil, dengan kata lain menurut teori etis hukum bertujuan mewujudkan keadilan. Ha- kekat keadilan adalah penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan dengan mengkajinya berdasarkan suatu norma yang menurut pandangan subjektif (subjektif untuk kepentingan ke- lompoknya, golongan dan sebagainya) melebihi norma-norma lainnya. Menyangkut hal ini, ada pihak yang terlibat, yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang menerima perlakuan. Hukum menciptakan peraturan-peraturan yang mengikat setiap orang dan karenanya bersifat umum. Ini berarti, hukum bersifat menyamaratakan setiap orang sama dihadapan hukum141.

Mengenai keadilan sebagaimana diuraikan di atas, dan dihubungkan dengan ketentuan Pasal 7 ayat (4) UUPT 2007, menurut hemat penulis dirasakan kurang adil. Dapat dijelaskan, bahwa keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan hanya bersifat tekhnis administratif saja. Notaris bertanggungjawab penuh terhadap proses permohonan Perse- roan sebagai badan hukum. Sementara pemerintah tidak ber- tanggungjawab atas pemberian persetujuan nama Perseroan hingga penerbitan keputusan pengesahan tersebut, oleh karena itu ketentuan pasal tersebut bertentangan dengan prinsip keadilan sebagaimana diuraikan di atas. Ketentuan Pasal 7 ayat

(4) UUPT 2007 tersebut, perlu mendapat perhatian untuk dapat disempurnakan.

140Sudikno Mertokusumo. 1999. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 73.

141L.J. van Apeldoorn. 2000. Inleiding tot de Sardis van het Nederlandse Rechts, diterjemahkan oleh Oetarid Sadino, Pengantar Ilmu Hukum.

Jakarta: Pradnya Paramita, Cet. XXV, , hlm. 11-12.

Page 82: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

72 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Pengesahan pendirian Perseroan sebagai badan hukum hanya menyangkut tekhnis administratif sehingga keputusan Menteri tersebut perlu dikaji ulang. Hemat penulis, Perseroan berstatus sebagai badan hukum pada saat akta pendirian ditan- datangani oleh para pendiri dan telah diselesaikan oleh notaris dengan sempurna. Pemerintah hanya menerima laporan dari notaris mengenai telah didirikan suatu Perseroan. Dengan cara demikian akan menghemat waktu, biaya, dan mempersingkat proses birokrasi. Notaris sebagai pejabat umum harus men- dapatkan perlindungan hukum dalam menjalankan jabatannya dalam kaitannya dengan pendirian Perseroan berikut penge- sahannya sebagai badan hukum.

Pendirian Perseroan berikut pengesahannya sebagai badan hukum bertujuan untuk menjamin kepastian hukum dan perlin- dungan hukum bagi pihak -pihak yang berkepentingan. Perlin- dungan hukum merupakan salah satu hal terpenting dari unsur suatu negara hukum. Dalam suatu negara akan terjadi suatu hubungan timbal balik antara warga negaranya sendiri dan hal ini akan melahirkan suatu hak dan kewajiban satu sama lain sehingga perlindungan hukum akan menjadi hak setiap warga negarannya.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang dibe- rikan kepada subjek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu keadilan, keteriban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian142. Berkenaan dengan hal ini para ahli hukum mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian dari per- lindungan hukum diantarannya, SatjiPerseroano Raharjo yang mendefinisikan perlindungan hukum sebagai pemberian pe­ ngayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain

142http://Tulisanhukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-

para-ahli/, diuanggah, pada 27 september 2016.

Page 83: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 73

dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum143.

Philipus M. Hadjon berpendapat, bahwa “Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kese- wenangan”. Selanjutnya, menurut CST Kansil “Perlindungan hukum adalah upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun”144.

Berkaitan dengan pengaturan pengesahan pendirian Perse- roan sebagai badan hukum, menurut penulis selain harus me- lindungi pihak(-pihak) yang berkepentingan, juga harus men- jamin kepastian hukum. Kepastian hukum erat hubungannya dengan keadilan, tanpa keadilan maka kepastian hukum sulit tercapai. Pasal 7 ayat (4) UUPT 2007 dihubungkan dengan konsep keadilan sebagaimana dimaksud, pasal tersebut selain belum mencerminkan rasa keadilan dan kepastian hukum dalam pelaksanaannya sehingga perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan akan sulit diwujudkan.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri, demikian pengaturan Pasal 7 UUPT 2007. Ketentuan pasal ini mempergunakan sebutan “diterbitkannya keputusan Menteri” untuk mempemperoleh status badan hukum Perseroan. Hal ini kelihatan hanya menitikberatkan kepada istilah teknis administratif. Selanjutnya, fungsi pengesahan oleh Menteri sebagaimana dimaksud adalah untuk memperoleh status badan hukum dari Perseroan.

Berkaitan dengan hal tersebut apabila dihubungkan dengan keadaan yang terjadi saat ini dapat dikatakan, bahwa pendirian Perseroan berikut pengesahannya sebagai badan hukum belum

143 Ibid

144 Ibid

Page 84: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

74 ABDUL HALIM BARKATULLAH

memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi para pihak yang berkepentingan. Keadaan demikian perlu men- dapat perhatian serius dari pembentuk undang-undang untuk diadakan penyempurnaan terhadap UUPT 2007. Diharapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Per- seroan dapat memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi pihak-pihak berkepentingan. Dengan demikian, hukum harus dapat mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, dan hukum yang baik adalah hukum yang hidup dan ber- kembang serta dapat mengikuti dinamika yang ada di dalam masyarakat, demikian sebagaimana dikemukakan Mochtar Kusumaatmadja.

Jadi, fungsi pengesahan akta pendirian melalui AHU Online yang dihubungkan dengan kepastian hukum yaitu untuk memperoleh kedudukan sebagai badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum tersebut. Praktik AHU Online yang berkaitan dengan pengesahan Perseroan sebagai badan hukum dilakukan melalui proses yang dimulai dari pengecekan dan pemesanan nama Perseroan, dilanjutkan dengan mengisi format isian dan mem- buat pernyataan, kesemuanya dilakukan oleh notaris secara online. Apabila semua persyaratan telah dipenuhi, proses ter- akhir adalah pencetakan keputusan Menteri oleh notaris.

F. Pengesahan Badan Hukum dalam Pendirian Perseroan

dengan menggunakan Sistem Pendaftaran AHU Online

Berkaitan dengan praktik permohonan pengesahan badan

hukum Perseroan, pemohon mengajukan permohonan melalui AHU Online. AHU Online adalah pelayanan jasa teknologi informasi PT secara elektronik yang diselenggarakan oleh Dirjen AHU. Selanjutnya, pemohon dalam hal ini adalah pendiri bersama-sama atau direksi Perseroan yang telah memperoleh status badan hukum atau likuidator Perseroan bubar atau kurator Perseroan pailit yang memberikan kuasa kepada notaris untuk mengajukan permohonan pengesahan, demikian dimaksud

Page 85: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 75

Pasal 1 angka 4 Permen Hukum dan Ham No. 4/14. Permohonan pengesahan badan hukum Perseroan diawali dengan pengajuan nama Perseroan kepada Menteri melalui AHU Online dengan mengisi format penagajuan nama Perseroan. Selanjutnya, format pengajuan nama adalah format isian untuk pengajuan nama Perseroan yang akan dipakai dalam pendirian Perseroan atau perubahan nama Perseroan, demikian pengaturan Pasal 1 angka 6, Pasal 3 dan Pasal 4 ayat (1) Permen Hukum dan Ham No. 4/14.

Lebih lanjut, format pengajuan nama Perseroan paling sedikit memuat nomor pembayaran persetujuan pemakaian nama Perseroan pada bank BNI, dan nama Perseroan yang dipesan. Demikian pengaturan Pasal 16 ayat (4) UUPT 2007. Format isian pendirian adalah format isian untuk pengajuan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan. Selanjutnya, format isian perubahan anggaran dasar dan/atau data Perseroan adalah format isian untuk permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar, pemberitahuan anggaran dasar, dan/atau data Perseroan, demikian sebagaimana dinyatakan Pasal 1 angka 7 dan 8 Permen Hukum dan Ham No. 4/14.

Nama Perseroan yang dipesan harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai tata cara pengajuan dan pemakaian nama Perseroan. Pemohon wajib mengisi formulir pernyataan yang berisi bahwa nama Perseroan yang dipesan telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pemohon bertanggung jawab penuh terhadap nama Perseroan yang dipesan. Selanjutnya, nama Perseroan yang telah disetujui oleh Menteri diberikan persetujuan pemakaian nama secara elektronik. Terhadap permohonan pengajuan dan pemakaian nama Perseroan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Menteri dapat menolak nama Perseroan tersebut secara elektronik. Mengenai hal ini pengaturannya dalam Pasal 6 dan 8 Permen Hukum dan Ham No. 4/14.

Setelah nama Perseroan yang dimohonkan disetujui oleh

Page 86: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

76 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Menteri, pendiri bersama-sama mengajukan permohonan pengesahan pendirian Perseroan sebagai badan hukum kepada Menteri.PengajuanpermohonanpengesahanpendirianPerseroan dilakukan dengan mengisi format pendirian Perseroan. Dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri permohonan sebagaimana dimaksud, pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada notaris. Demikian dinyatakan Pasal 9 UUPT 2007. Berdasarkan hasil Tulisan , praktik AHU Online untuk memperoleh status badan hukum Perseroan pendiri secara bersama-sama memberi kuasa kepada notaris untuk mengajukan permohonan pengesahan tersebut. Surat kuasa dimaksud diberikan oleh pendiri kepada notaris sebagaimana tertuang dalam akta pendirian Perseroan. Menurut penulis, ketentuan pasal tersebut menjadi tidak relevan. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan sebagian dari tugas negara dalam bidang hukum perdata sudah seharusnya melaksanakan pengajuan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan tersebut.

Selanjutnya, para pendiri tidak mempunyai akses secara langsung untuk mengajukan permohonan pengesahan secara elektronik melalui situs AHU Online. Selain dari pada itu, untuk melakukan permohonan pengesahan badan hukum Perseroan melalui AHU Online harus memiliki user id dan pass word, sehingga secara elektronik dapat diakses. Para pendiri Perseroan tidak memiliki user id dan pass word dimaksud dan hanya notaris yang terdaftar saja yang dapat memiliki user id dan pass word, karenanya notaris yang bersangkutan dapat melakukan peng- ajuan permohonan pengesahan pendirian Perseroan sebagai badan hukum secara elektronik melalui AHU Online.

Permohonan untuk memperoleh keputusan Menteri seba- gaimana dimaksud harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, yang dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung, demikian pengaturan Pasal 10 ayat (1) UUPT 2007. Dokumen pendukung dimaksud berupa surat pernyataan secara elektronik dari pemohon tentang dokumen untuk pendirian Perseroan

Page 87: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 77

yang telah lengkap. Selanjutnya, dokumen pendirian tersebut disimpan oleh

notaris, yang meliputi: minuta akta pendirian Perseroan atau minuta akta perubahan pendirian Perseroan, minuta akta pele- buran dalam hal pendirian Perseroan dilakukan dalam rangka peleburan, bukti setor modal Perseroan, surat pernyataan ke- sanggupan dari pendiri untuk memperoleh keputusan/per- setujuan atau rekomendasi dari instansi teknis untuk Perseroan bidang usaha tertentu atau fotokopi keputusan/persetujuan dari instansi teknis terkait. Lebih lanjut, dokumen lainnya berupa fotokopi surat keterangan alamat lengkap Perseroan dari pengelola gedung yang berwenang atau asli surat pernyataan mengenai alamat lengkap yang ditanda tangani oleh semua anggota direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota dewan komisaris. Hal ini diatur dalam Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3) Permen Hukum dan Ham No. 4/14.

Mengenai format isian dan keterangan mengenai dokumen pendukung yang telah sesuai dengan ketentuan peraturan per- undang-undangan, Menteri Kementerian Hukum dan Ham langsung menyatakan tidak berkeberatan atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik. Apabila format isian yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada pemohon. Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal pernyataan tidak berkeberatan sebagaimana dimaksud, pemohon yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen pendukung. Demikian pengaturan Pasal 10 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) UUPT 2007.

Berdasarkan hasil Tulisan , praktik AHU Online berkaitan dengan pasal di atas tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa Menteri tidak memberitahukan penolakan berikut alasannya apabila dokumen pendukung tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Diperkuat lagi dengan ketentuan Pasal 16 Permen Hukum dan Ham No. 4/14

Page 88: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

78 ABDUL HALIM BARKATULLAH

yang menyatakan, bahwa “Dalam hal format pendirian Perseroan yang dilengkapi dokumen pendukung tidak sesuai dengan ke- tentuan peraturan perundang-undangan, maka keputusan Menteri tersebut dicabut”. Terdapat pertentangan antara Pasal 10 ayat (4) UUPT 2007 dengan peraturan pelaksananya. Prak- tik AHU Online membuktikan, bahwa pemohon tidak me- nyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri do­ kumen pendukung, dan hal ini tidak sejalan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (5) UUPT 2007 tersebut. menurut penulis, pemerintah tidak konsisten dalam menjalankan perintah UUPT 2007 khususnya Pasal 10 ayat (4) dan ayat (5) tersebut.

Sebagai perwujudan dari negara hukum, diantaranya adalah perlindungan hak dan kewajiban warga negara suatu negara melalui ketentuan hukum, terutama aturan-aturan tertulis yang berupa peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, dalam negara hukum semua tindakan penyelenggara negara dan pe- merintahan harus berdasarkan peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mulai dari ting- kat tertinggi, yaitu undang-undang dasar dan selanjutnya dija- barkan lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan di bawahnya.

Notaris dapat langsung melakukan pencetakan sendiri ke- putusan Menteri mengenai pengesahan pendirian Perseroan

sebagai badan hukum, dengan menggunakan kertas berwarna putih ukuran F4/folio dengan berat 80 gram. Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud wajib ditandatangani dan dibubuhi cap jabatan notaris serta memuat frasa yang menyatakan “Keputusan Menteri ini dicetak dari AHU Online”. Praktiknya yang berkaitan dengan persyaratan jangka waktu dan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud tidak dijalankan sesuai perintah Pasal 10 UUPT 2007. Menteri tidak melakukan pemberitahuan kepada pemohon secara elektronik apabila pemohon tidak melengkapi dokumen pendukung sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan.

Menurut penulis, pemerintah tidak menjalankan perintah

Page 89: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 79

Pasal 10 ayat (6) UUPT 2007 tersebut sebagaimanamanamestinya. Hal ini bertentangan dengan prinsip, bahwa hukum sebagai pundamen dalam segala aktivitas kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa untuk mencapai masyarakat adil dan makmur secara merata. Oleh karena itu segala tindakan baik yang dilakukan oleh penyelenggara negara maupun rakyat harus sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum yang ber- laku. Dengan dimikian tujuan hukum yang hendak dicapai diantaranya kepastian hukum dan perlindungan hukum dapat terwujud dengan baik.

Suatu negara dikategorikan sebagai negara hukum menurut Sri Soemantri Martosoewignjo harus mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:145

1. pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus;berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang- undangan;

2. adanya jaminan hak-hak asasi manusia (warga negara); 3. adanya pengawasan dari badan-badan peradilan.

Selanjutnya, salah satu prinsip penting dalam negara hukum adalah perlindungan yang sama (equal protection) atau persamaan dalam hukum (equality before the law)146. Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum berfungsi sebagai perlindungan kepen- tingan manusia, dan agar kepentingan manusia terlindungi maka hukum harus dilaksanakan secara normal, damai, dan dapat pula terjadi karena pelanggaran hukum147. Pelanggaran hukum terjadi ketika subjek hukum tertentu tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya atau melanggar hak- hak subjek hukum lainnya. Oleh karena itu pelanggaran atas hak-haknya subjek hukum harus memperoleh perlindungan hukum148.

145Sri Soemantri Martosoewignjo. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara

Indonesia, Bandung: Alumni, hlm. 29.

146Munir Fuady, Op Cit, hlm. 207.

147Sudikno Mertokusumo. 1996. Mengenal Hukum, Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty, hlm. 140.

148Ridwan HR, Op Cit, hlm. 280

Page 90: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

80 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep yang bersifat universal yang dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang mengedepankan prinsip negara hukum149. pihak- pihak yang berkepentingan dalam pendirian Perseroan juga harus diberikan perlindungan hukum. Perlindungan hukum dimaksud dititiberatkan pada perlindungan hukum terhadap perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia.

Selanjutnya, Menteri menerbitkan keputusan tentang badan hukum Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari setelah semua persyaratan dipenuhi. Menurut penulis, ketentuan tersebut sudah tidak relevan lagi untuk kondisi saat ini. Dapat dijelaskan, bahwa dengan menggunakan jasa teknologi informasi elektronik proses penerbitan keputusan Menteri tersebut dapat dilakukan dengan cepat, yakni segera setelah semua persyaratan dipenuhi oleh pemohon.

Lebih lanjut, ketentuan pasal tersebut harus dipertegas lagi, sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain selain yang dimaksud. Pernyataan tidak keberatan sebagaimana dimak- sud menjadi gugur, ketentuan pasal tersebut perlu mendapat perhatian oleh karena dalam praktik Menteri tidak membe- ritahukan hal ini kepada pemohon secara elektronik apabila per- syaratan dimaksud tidak dipenuhi, sehingga pernyataan tidak berkeberatan menjadi gugur, tidak sejalan dengan pratik.

Berkaitan dengan pemohon mengisi surat pernyataan secara elektronik sebagaimana dimaksud, ketentuan tersebut belum ada pengaturannya dalam UUPT 2007. Surat pernyataan dimaksud merupakan bentuk pengalihan tanggungjawab pemerintah kepada pemohon. Seharusnya pemerintah bertanggungjawab atas penerbitan surat keputusan badan hukum Perseroan ter- sebut. Pemerintah dalam hal ini tidak konsisten menerapkan ketentuan Pasal 10 ayat (7) UUPT 2007 tersebut dalam praktik Perseroan.

Berdasarkan uraian tersebut dan dalam kaitannya dengan

149 Ibid

Page 91: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 81

Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana telah dijelaskan, bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan adanya jaminan hak-hak asasi manusia, sehingga tujuan hukum yang dicita-citakan yakni antara lain kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan akan tercapai. Konsepsi negara hukum merupakan landasan terwujudnya kepastian hukum150.

Berkaitan dengan daftar Perseroan diatur dalam ketentuan Pasal 29 UUPT 2007. Secara garis besar ketentuan UUPT 2007 tentang daftar Perseroan yang memuat data tentang Perseroan yang meliputi: nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, jangka waktu pendirian dan per- modalan, alamat lengkap Perseroan, nomor dan tanggal akta pendirian dan keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan dalam hubungan dengan peleburan, nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan persetujuan Menteri dalam hubungan dengan perubahan anggaran dasar, nomor dan tanggal akta perubahan anggaran dasar dan pers- etujuan Menteri sebagaimana dimaksud pada pasal 23 ayat (2) UUPT 2007.

Selanjutnya, daftar Perseroan yang memuat data tentang Perseroan mencakup juga tentang nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar, nama lengkap dan alamat pemegang saham, anggota direksi dan anggota dewan komisaris Perseroan, nomor dan tanggal akta pembubaran atau nomor dan tanggal pene- tapan pengadilan tentang pembubaran Perseroan yang telah di- beritahukan kepada Menteri, berakhirnya status badan hukum Perseroan, neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi Perseroan yang wajib diaudit.

Lebih lanjut, data Perseroan tersebut dimasukkan dalam daftar Perseroan pada tanggal yang bersamaan dengan 150Fachmi. 2011. Kepastian Hukum mengenai Batal Demi Hukum Dalam

Sistem Peradilan Pidana Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia Publishing,

hlm. 20.

Page 92: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

82 ABDUL HALIM BARKATULLAH

tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, persetujuan atas perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan, penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan atau penerimaan pemberitauan perubahan data Perseroan yang bukan merupakan anggaran dasar dan Daftar Perseroan terbuka untuk umum.

Berkaiatan dengan proses atau alur ahu Online tentang pendirian Perseroan secara sistematis dapat dijelaskan sebagai berikut151:

1. pemohon mengajukan permohonan nama Perseroan se- cara elektronik;

2. setelah nama Perseroan disetujui dilanjutkan dengan pembuatan akta pendirian;

3. Perseroan dihadapan notaris;

4. notaris mengisi format pendirian; 5. pernyataan notaris tentang kebenaran format pendirian

dan dokumen lainnya; 6. pernyataan tidak keberatan Menteri atas permohonan

pengesahan akta pendirian Perseroan; 7. notaris mencetak surat keputusan badan hukum Perseroan

berikut lampiran; 8. surat keputusan pengesahan;

9. akta pendirian dan pengesahan didaftarkan dalam daftar Perseroan;

10. akta pendirian, pengesahan dan pendaftaran diumumkan dalam TBNRI.

Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia diberikan kewenangan untuk memberikan status badan hukum Perseroan. Sedangkan notaris sebagai pejabat umum diberikan kewenangan membuat akta otentik. Akta otentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang- undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk di tempat akta itu dibuat, demikian ketentuan Pasal 1868

151 Ibid

Page 93: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 83

KUH Perdata. Pendirian Perseroan harus dibuat dalam bentuk akta notaris. Akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan. Tanggungjawab notaris dalam hal pembuatan akta pendirian Perseroan, hanya bertanggung jawab terhadap rumusan/ isi anggaran dasar dari Perseroan yang bersangkutan sesuai kewenangan yang dimilikinya.

Page 94: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

84 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Page 95: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 85

A. Pengaturan Hukum Perseroan di Indonesia

Secara khusus badan usaha Perseroan diatur dalam Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Sebelum UUPT 2007, berlaku UUPT No. 1 Th 1995 yang diberlakukan sejak 7 Maret 1996 (satu tahun setelah diundangkan) sampai dengan 15 Agustus 2007, UUPT tahun 1995 tersebut sebagai pengganti ketentuan tentang perseroan terbatas yang diatur dalam KUHD Pasal 36 sampai dengan Pasal 56, dan segala per- ubahannya(terakhir dengan UU No. 4 Tahun 1971 yang meng- ubah sistem hak suara para pemegang saham yang diatur dalam Pasal 54 KUHD dan Ordonansi Perseroan Indonesia atas saham

-Ordonantie op de Indonesische Maatschappij op Aandeelen (IMA)- diundangkan dalam Staatsblad 1939 No. 569 jo 717.

Istilah Perseroan Terbatas (PT) dulunya dikenal dengan istilah Naamloze Vennootschap (NV). Istilah lainnya Corporate Limited (Co. Ltd.), Serikat Dagang Benhard (SDN BHD). Pengertian Perseroan Terbatas terdiri dari dua kata, yakni “perseroan” dan “terbatas”. Perseroan merujuk kepada modal PT yang ter- diri dari sero-sero atau saham-saham. Adapun kata terbatas merujuk kepada pemegang yang luasnya hanya sebatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya. Istilah Perseroan Terbatas terdiri dari dua kata, yakni Perseroan dan terbatas.

BAB V

RUANG LINGKUP PENGATURAN

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIA

Page 96: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

86 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Perseroan merujuk kepada modal Perseroan yang terdiri atas sero-sero atau saham-saham. Kata terbatas merujuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya.152

Menurut Sri Redjeki Hartono, Perseroan adalah sebuah per- sekutuan untuk menjalankan Perseroan tertentu dengan meng- gunakan suatu modal dasar yang dibagi dalam sejumlah saham atau sero tertentu, masing-masing berisikan jumlah uang tertentu pula ialah jumlah nominal, sebagai ditetapkan dalam akta notaris pendirian Perseroan Terbatas, akta mana wajib dimintakan pengesahannya oleh Menteri Kehakiman, sedangkan untuk jadi sekutu diwajibkan menempatkan penuh dan menyetor jumlah nominal dari sehelai saham atau lebih153.

Di lihat dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT, yakni

: “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Penunjukan “terbatasnya tanggung jawab” pemegang saham tersebut dapat dilihat dari Pasal 3 UUPT yang berbunyi: “Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian Perseroan melebihi nilai saham yang telah dimilikinya”.

Di dalam hukum Inggris Perseroan dikenal dengan istilah Limited Company. Company artinya bahwa lembaga usaha yang diselenggarakan itu tidak seorang diri, tetapi terdiri atas beberapa orang yang tergabung dalam suatu badan. Limited menunjukkan terbatasnya tanggung jawab pemegang saham, dalam arti bertanggung jawab tidak lebih dari dan semata- mata dengan harta kekayaan yang terhimpun dalam badan

152 HALM.N PurwosutjiPerseroano. 1982. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jakarta:Djambatan, hal. 85.

153 Sri Redjeki Hartono. 1985. Bentuk Bentuk Kerjasama Dalam Dunia Niaga,Semarang: Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, hal. 47.

Page 97: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 87

tersebut. Dengan kata lain, hukum Inggris lebih menampilkan segi tanggungjawabnya154. Berbeda dengan hukum di Jerman, Perseroan dikenal dengan istilah Aktien Gesellschaft. Aktien adalah saham. Gesellschaft adalah himpunan. Ini berarti hukum Jerman lebih menampilkan segi saham yang merupakan ciri bentuk usaha ini.

Menurut Rudhi Prasetya, istilah Perseroan yang digunakan Indonesia sebenarnya mengawinkan antara sebutan yang digunakan hukum Inggris dan hukum Jerman. Di satu pihak ditampilkan segi sero atau sahamnya, tetapi sekaligus di sisi lain juga ditampilkan segi tanggungjawabnya yang terbatas155.

Perseroan adalah badan hukum. Hal ini berarti bahwa Perseroan merupakan subjek hukum dimana Perseroan sebagai sebuah badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti hal nya manusia pada umumnya memiliki kekayaan sendiri, dan digugat dan menggugat di depan pengadilan156.

Badan Hukum, dalam bahasa Belanda “Rechtspersoon” adalah suatu badan yang dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi157. Oleh karena badan hukum adalah subjek, maka ia merupakan badan yang independen atau mandiri dari pendiri, anggota atau penanam modal badan tersebut. Badan ini dapat melakukan kegiatan bisnis atas nama dirinya sendiri-nya seperti manusia. Bisnis yang dijalankan, kekayaan yang dikuasai, kontrak yang dibuat semua atas badan itu sendiri. Secara teoretik, dikenal beberapa ajaran atau doktrin yang menjadi landasan teoretik keberadaan badan hukum. Ada beberapa konsep terkemuka tentang personalitas badan hukum (legal personality):158

154 Rudhi Prasetya. 1996. Kedudukan Mandiri Perseroan Tebatas. Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, hal. 43.

155 Ibid 156 Ridwan Khairandy. 2014. Hukum Perseroan Terbatas.Yogyakarta:FH UII

Press, hal. 5.

157Rochmat Soemitro. 1993. Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan Dan

Wakaf. Bandung: PT.Eresco, hal.10.

158 Ridwan Khairandy. 2007. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum. Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26, No.3, hal.6

Page 98: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

88 ABDUL HALIM BARKATULLAH

1. Legal Personality as Legal Person, Menurut konsep ini, badan hukum adalah ciPerseroanaan atau rekayasa manusia. Kapasitas hukum badan ini didasarkan hukum positip, se- hingga negara mengakui dan menjamin personalitas hukum badan tersebut.

2. Corporate Realism,Menurut konsep ini personalitas hukum suatu badan hukum berasal dari suatu kenyataan dan tidak diciPerseroanakan oleh proses inkorporasi, yakni pendirian badan hukum yang didasarkan pada peraturan perundang- undangan.

3. Theory of the Zweckvermogen, Menurut konsep ini suatu badan hukum terdiri atas sejumlah kekayaan yang digunakan untuk tujuan tertentu.

4. Aggregation Theory, Menurut konsep personalitas korporasi, badan hukum ini adalah semata-mata suatu nama bersama, suatu symbol bagi para anggota korporasi. Perseroan Ter- batas merupakan badan hukum yang oleh hukum diakui secara tegas sebagai badan hukum, yang cakap melakukan perbuatan hukum atau mengadakan hubungan hukum dengan berbagai pihak layaknya seperti manusia. Selama Perseroan belum memperoleh status badan hukum, semua pendiri, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut.

Oleh karena itu Direksi Perseroan hanya boleh melakukan perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum dengan persetujuan semua pendiri, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris. Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, tidak dapat diadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dimana keputusan diambil berdasarkan suara setuju mayoritas. Oleh karena itu setiap perubahan akta pendirian Perseroan hanya dapat dibuat apabila disetujui oleh semua pendiri dan perubahan tersebut harus dituangkan dalam akta notaris yang ditandatangani oleh semua pendiriatau kuasa mereka yang sah.

Page 99: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 89

Sesuai Pasal 7 ayat (4) UU PT, status badan hukum diperoleh sejak akta pendirian disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Ini berarti secara prinsipnya pemegang saham tidak bertanggungjawab secara pribadi atas seluruh perikatan yang dibuat oleh dan atas nama Perseroan dengan pihak ketiga, danoleh karenanya tidak bertanggungjawab atas setiap kerugian yang diderita oleh Perseroan. Para pemegang saham tersebut hanya bertanggungjawab atas penyetoran penuh dari nilai saham yang telah diambil bagian olehnya.159

Jadi, Unsur-unsur perseroan menurut UUPT harus memenuhi unsur-unsur:

1. Berbentuk badan hukum, yg merupakan persekutuan modal; 2. Didirikan atas dasar perjanjian; 3. Melakukan kegiatan usaha;

4. Modalnya terbagi saham-saham; 5. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UUPT serta

peraturan pelaksananya.

Persyaratan material pendirian perseroan terbatas untuk mendirikan suatu perseroan harus memenuhi persyaratan ma- terial antara lain:

1. perjanjian antara dua orang atau lebih; 2. dibuat dengan akta autentik 3. modal dasar perseroan 4. pengambilan saham saat perseroan didirikan.

B. Perseroan sebagai Badan Usaha di Indonesia

1. Pengaturan Perseroan dalam Lintas Sejarah di Indonesia

Kedudukan Perseroan sebagai badan hukum dalam sistem hukum di Indonesia mengalami evolusi yang tidak terlalu sig- nifikan. Pengaturannya pertama kali dalam Kitab Undang­ undang Hukum Dagang (terjemahan dari Wetboek van Koophandel

- WvK) pada bagian Naamloze Vennootschap yang diatur mulai Pasal 36 sampai dengan Pasal 56. Dalam pasal-pasal tersebut sebenarnya tidak ada satu pasal pun yang secara eksplisit me-

159 Chidir Ali. 1987. Badan Hukum. Bandung: Alumni, hal.19.

Page 100: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

90 ABDUL HALIM BARKATULLAH

nyebutkan bahwa Perseroan (NV) merupakan badan hukum. Akan tetapi berdasarkan pendapat atau doktrin para sarjana hukum pada masa itu, pasal-pasal tersebut mencerminkan terpenuhinya syarat-syarat yang diperlukan bagi sebuah badan hukum sebagaimana pertimbangan para ahli hukum dan telah diuraikan sebelumnya. Misalnya, pasal-pasal mengakomodir syarat kekayaan terpisah160, tujuan untuk mencari keuntungan161, kepentingan tertentu,162 dan yang berkenaan dengan struktur organisasi dari perseroan163

Setelah berlaku selama tiga abad lebih, pengaturan mengenai Perseroan di Indonesia ini akhirnya mengalami perubahan dengan berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT 1995). Status dan kedudukan hukum Perseroan menjadi lebih jelas melalui Pasal 1 UUPT 1995 yang secara eksplisit dan tegas menyatakan bahwa Perseroan adalah badan hukum. Rejim ini berlanjut manakala UUPT 1995 digantikan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Persoan Terbatas (UUPT 2007). Pasal 1 Angka (1) menyebutkan bahwa “Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham … .” Dengan kata lain, tidak ada keraguan bahwa Perseroan merupakan badan hukum. Oleh karena sebagai badan hukum, maka Perseroan dapat dikualifikasi sebagai subjek hukum yang dibebani hak dan kewajiban oleh hukum, sebagaimana subjek hukum lainnya yaitu orang (manusia).

Sebagaisuatubadanhukumyangmandiri,Perseroanmemiliki

3 (tiga) karakteristik utama, yaitu: (1) pertanggungjawaban yang timbul semata-mata dibebankan kepada harta kekayaan yang terhimpun dalam asosiasi; (2) sifat mobilitas atas hak

160 Pasal 40, 43, 45, 51, 53 KUHD.

161 Pasal 36 KUHD.

162 Pasal 36, 37 (2), 37 (3), 46, 47, 48, 50, 51, 53, 56 KUHD.

163 Pasal 40 (2), 44, 45 (1), 52, 54, 55 KUHD.

Page 101: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 91

penyertaan; (3) prinsip pengurusan melalui suatu organ.164

Vollmar berpendapat bahwa unsur pertanggungjawaban ter- batas di atas merupakan faktor penting sebagai umpan pen- dorong kesediaan menanamkan modal dalam Perseroan.165

Artinya, aspek pertanggungjawaban yang bersifat terbatas pada karakteristik pertama merupakan daya tarik utama yang mengundang suatu pihak (pemilik modal atau investor) untuk menanamkan uangnya dalam Perseroan tersebut. Makna seder- hana pertanggungjawaban terbatas ini dapat dijelaskan bahwa bila terjadi utang atau kerugian maka hal tersebut akan semata- mata dibayar secukupnya dari harta kekayaan yang tersedia dalam Perseroan. Sebaliknya, mereka yang menanamkan modalnya dalam Perseroan, yaitu pemegang saham, secara pasti tidak akan memikul kerugian utang itu lebih dari bagian harta kekayaannya yang sudah diinvestasikan dalam Perseroan tersebut.166

2. Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas

Prosedur tahapan dalam pendirian suatu Perseroan,

yaitu: a. Persiapan, antara lain: kesepakatan-kesepakatan/perjanjian

antara para pendiri (minimal 2 orang atau lebih) untuk dituangkan dalam akta notaris (akta pendirian).

b. Pembuatan Akta Pendirian, yang memuat AD dan Keterangan lain berkaitan dengan pendirian Perseroan, dilakukan di muka Notaris.

c. Pengajuan permohonan (melalui sistem AHU online) Peng- esahan oleh Menteri Hukum dan HAM (jika dikuasakan pengajuan hanya dapat dilakukan oleh Notaris)à diajukan paling lambat 60 hari sejak tanggal akta pendirian ditanda-

164 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Cetakan Kedua,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 12.

165 Vollmar, et al., Vennootschappen, Verenigingem, en Stichtingen, A.E.

Kluwer Deventer, tanpa tahun, Band A, II., hal. 13 sebagaimana dikutip

dalam Rudhi Prasetya, loc cit. 166 Ibid.

Page 102: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

92 ABDUL HALIM BARKATULLAH

tangani,dilengkapiketerangandengandokumenpendukung. Jika lengkap Menteri langsung menyatakan tidak keberatan atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik. Paling lambat 30 hari sejak pernyataan tidak keberatan, yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen pendukung, 14 hari kemudian Menteri menerbitkan keputusan pengesahan BH Perseroan yang ditanda-tangani secara elektronik.

d. Daftar Perseroan (diselenggarakan oleh Menteri, dilakukan bersamaan dengan tinggal Keputusan mentri mengenahi Pengesahan BH Perseroan, persetujuan atas perubahan AD (Anggaran Dasar) yang memerlukan Persetujuan; penerimaan pemberitahuan perubahan AD (Anggaran Dasar) yang tidak memerlukan persetujuan; atau pene- rimaan pemberitahuan perubahan data perseroan yang bukan merupakan perubahan AD (Anggaran Dasar). Daftar perseroan terbuka untuk umum.

e. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI (peng- umuman dalam TBNRI diselenggarakan oleh Menteri, antara lain: akta pendirian perseroan beserta Keputusan mentri tentang Pengesahan BH Perseroan; akta perubahan AD beserta Kepmen sbgmana dimaksud Psl 21 ayat (1); Akta perubahan AD yg telah diterima pemberitahuanya oleh menteri).

C. Organ Perseroan sebagai suatu Badan Hukum Mandiri

Berdasarkan uraian tentang beberapa teori yang berkenaan dengan badan hukum sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, dapat dipelajari bahwa meski terdapat beragam perbedaan dalam mengimplementasikan perwujudan sesuatu yang tidak berbentuk dan memiliki zat ke dalam sebuah eksistensi pergaulan hukum dalam masyarakat, namun secara umum dapat dicatat pula adanya pengakuan atas entitas hukum selain manusia (human being). Dengan demikian, agar dapat secara efektif melakukan kiprah dalam pergaulan hukum di

Page 103: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 93

masyarakat, eksistensi dari entitas hukum selain manusia ini harus dibantu secara konkrit oleh entitas hukum manusia. Mekanisme sederhananya, entitas manusia ini bertindak sebagai alat, wakil, atau agen dari entitas hukum selain manusia ini. Pada area hukum perdata, entitas hukum manusia ini disebut orang atau natuurlijk persoon, sedangkan entitas hukum selain manusia disebut badan atau badan hukum atau rechtelijk persoon. Subjek hukum manusia ini dalam konteks badan hukum disebut dengan organ (alat perlengkapan atau pengurus) dari badan hukum yang merupakan unsur esensialia dari organisasi tersebut.167 Hukum mengakui perbuatan pengurus sebagai wakil dari badan hukum, sebagaimana ditentukan melalui Pasal 1655 KUHPdt, bahwa pengurus dapat mengikatkan badan hukum dengan pihak-pihak ketiga.

Sehubungan dengan tindakan pengurus untuk mengikat badan hukum dalam perikatan dengan pihak ketiga, Polak berpendapat bahwa pengurus menerima pemberian kuasa dari badan hukum.168 Jadi, hubungan antara pengurus dengan badan hukum sebagai lastgeving (pemberian kuasa) sebagaimana diatur dalam Pasal 1792 KUHPdt. Pada masa lampau, banyak ahli hukum yang menerima teori dan argumentasi dari Polak ini. Akan tetapi Paul Scholten yang didukung oleh Pitlo, menolak teori dari Polak tersebut. Menurut kedua ahli hukum ini, perwakilan itu bermacam-macam, dan pemberian kuasa hanyalah salah satu sumber dari perwakilan.169 Argumentasi menarik dari Scholten dan Pitlo yang dapat disimak adalah, jika lastgeving itu diterima, maka antara siapa persetujuan pemberian kuasa itu diadakan? Menurut Mollengraaff, apabila para anggota sebagai pemberi kuasa, maka hal tersebut hanya tepat apabila merujuk padda Teori Collectieve Eigendom.170 Sedangkan badan hukum hanya

167 Ali Ridho, op cit., hal. 17.

168 Mr. M. Polak, Handboek voor het Ned. Handelsch en Faillissementsrecht, Jilid I, Cetakan Ketiga, sebagaimana dikutip dalam Ali Ridho, op cit., hal.

18.

169 Ibid

170 Ibid

Page 104: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

94 ABDUL HALIM BARKATULLAH

dapat melakukan tindakan-tindakan dengan perantaraan para pengurusnya, maka badan hukum tidak dapat secara sendiri menutup perjanjian pemberian kuasa dengan pengurusnya.171

Sebagai subjek hukum, perseroan terbatas adalah artificial person, tidak mungkin memiliki kehendak, dan karenanya juga tidak dapat melakukan tindakannya sendiri. Untuk membantu perseroan terbatas dalam melakukan tugasnya, dibentuklah organ-organ, yang secara teoritis disebut sebagai organ theory. Untuk itu dikenal adanya 3 (tiga) organ perseroan terbatas yaitu:172

1. Direksi

2. Dewan Komisaris 3. Rapat Umum Pemegang Saham

Ketiga organ tersebut dalam Perseroan tidak ada yang oaling tinggi, masing-masing melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan yang diperintahkan oleh Undang-undang, dalam hal ini UUPT.173 Oleh karena itu, Ali Ridho menyebutkan bahwa bentuk perwakilan pada badan hukum itu merupakan perwakilan khusus yang ditetapkan melalui anggaran dasar dan peraturan- peraturan lain yang dibuat oleh badan hukum itu sendiri.174 Pada intinya, perbuatan dari pengurus tersebut tidak dapat disamakan dengan wakil biasa atau wakil dengan surat kuasa, sebagaimana sering terjadi antara subjek hukum yang merupakan manusia biasa yang diwakili oleh orang lain. Pengangkatan pengurus oleh suatu rapat umum (RUPS dalam Perseroan) bukan merupakan lastgeving dari para anggota-anggotanya (para pemegang saham). Hal ini mengingat pemegang saham atau anggota-anggota itu

171 Ibid, hal. 19.

172 Ibid

173 Ibid. 174 Ibid Menurut Pasal 1796 KUHPdt, pemberian kuasa yang dirumuskan

dalam kata-kata umum, hanya meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan

atau pengelolaan (tot daden van beheer) saja dan tidak termasuk perbuatan

penguasaan (tot daden van beschikken). Jika anggaran dasar tidak

memuat ketentuan-ketentuan lain, maka pengurus badan hukum itu

selain perbuatan pengurusan, maka meliputi pula perbuatan penguasaan

(seperti menjual, menyewa, menggadaikan).

Page 105: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 95

sendiri merupakan organ dari badan hukum tersebut. Dalam badan hukum Perseroan, organ ini menjalankan

fungsinya melalui peran-peran organ dalam Perseroan, yaitu sebagai Pemegang Saham dalam satu kesatuan lembaga bernama Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Direksi, dan Dewan Komisaris. Dengan demikian, melalui peran-peran ter- sebutlah, orang dapat menjalankan fungsinya sebagai alat, wakil, atau agen dari badan hukum yang tidak berwujud konkrit itu.

1. Organ Direksi

Keberadaan Direksi dalam suatu perseroan merupakan

suatu keharusan atau dengan kata lain perseroan wajib memiliki Direksi karena perseroan sebagai artificial person tidak dapat berbuat apa-apa tanpa adanya bantuan dari anggota Direksi sebagai natural person. Menurut Pasal 1 angka 5 UUPT, “Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran

dasar”. Selanjutnya dalam Pasal 92 ayat (1) UUPT menentukan

bahwa “direksi menjalankan pengurusan tersebut sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam UUPT dan/atau anggaran dasar”. Dari ketentuan- ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa Direksi di dalam perseroan memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi pengurusan

(management) dan fungsi perwakilan (representasi). Apabila Direksi dalam menjalankan pengurusan tidak untuk kepentingan perseroan dan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, perbuatan Direksi tersebut merupakan perbuatan yang ultra vires, dan perbuatan yang ultra vires tersebut tidak mengikat perseroan tetapi mengikat pribadi anggota Direksi.

Sesuai Pasal 98 ayat (1) dan Pasal 98 ayat (2) UUPT, yang berhak mewakili Perseroan adalah Direksi (yaitu board atau majelis), maka sebagai konsekuensi ketentuan tersebut tidak ada seorang anggota Direksi pun, termasuk Direktur Utama, yang

Page 106: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

96 ABDUL HALIM BARKATULLAH

merupakan atasan dari anggota Direksi yang lain. Konsekuensi yang lain adalah, keputusan Direksi harus diambil secara kolektif, dengan demikian tidak dapat mengambil keputusan sendiri untuk dan atas nama perseroan, atau dengan kata lain Direktur Utama adalah koordinator Direksi.

2. Organ Dewan Komisaris

Berdasarkan Pasal 108 ayat (1) UUPT, ruang lingkup tugas Dewan Komisaris dibatasi hanya : (1) melakukan pengawasan, (2) memberi nasihat kepada Direksi. Dengan demikian Dewan Komisaris tidak boleh memberikan nasihat yang bertentangan dengan kepentingan perseroan, misalnya untuk kepentingan pribadi atau untuk kepentingan pihak ketiga. Dewan Komisaris tidak dapat mengawasi dan memberikan nasihat berkenaan dengan perilaku anggota Direksi yang tidak terkait dengan pelaksanaan tugasnya sebagai anggota Direksi, kecuali apabila perilaku tersebut dapat merugikan kepentingan Perseroan, termasuk menyangkut nama baik Perseroan.

Apabila Dewan Komisaris melakukan kegiatan yang melampaui tugas dan kewenangannya, secara hukum Dewan Komisaris dianggap telah melakukan perbuatan yang ultra vires dan yang melawan hukum, sehingga dapat digugat oleh pihak- pihak yang dirugikan akibat perseroan mengalami kerugian atau dipailitkan. Berbeda dari Direksi yang memungkinkan setiap anggota Direksi bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas Direksi, setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas Dewan Komisaris kecuali berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. Mengenai tanggung jawab Dewan Komisaris dapat dibagi dalam:

a. Tanggung jawab keluar terhadap pihak ketiga; Dewan Komisaris bertindak keluar berhubungan dengan pihak ketiga hanya dalam keadaan-keadaan yang sangat istimewa, yaitu dalam hal Dewan Komisaris dibutuhkan Direksi sebagai saksi atau pemberi persetujuan dalam hal Direksi

Page 107: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 97

menurut ketentuan dalam anggaran dasar harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Dewan Komsaris dalam perbuatan penguasaan, seperti menjual, menggadaikan dan lain-lain.

b. Tanggung jawab kedalam terhadap perseroan; Tanggung jawab kedalam sama dengan Direksi, pertanggungjawaban secara pribadi untuk seluruhnya. Tanggung jawab Dewan Komisaris wajib terutama yang berkaitan dengan keikutsertaannya menandatangani neraca dan perhitungan laba rugi yang berarti ia ikut menyetujui isi laporan pertanggungjawaban direksi tersebut.

3. Organ Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 98 ayat (4) juncto Pasal 1 angka (4) UUPT ditegaskan bahwa RUPS bukan pemegang kedaulatan tertinggi dalam perseroan, keputusan RUPS tidak dapat mengurangi, atau menambah, atau mengambil alih kewenangan Direksi dan Dewan Komisaris yang telah diberikan baik oleh UUPT maupun anggaran dasar perseroan. Dalam hal RUPS ingin memutuskan sesuatu yang bertentangan dengan yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar, RUPS harus terlebih dahulu mengubah ketentuan dalam RUPS sesuai kewenangan RUPS untuk mengubah anggaran dasar sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19 ayat (1) UUPT.

RUPS mewakili kehendak dari pemegang saham secara keseluruhan, baik sebagai akibat putusan dengan musyawarah maupun putusan hasil pemungutan suara yang sesuai dan sejalan dengan ketentuan UUPS dan/atau anggaran dasar. Jadi RUPS tidak mewakili kepentingan dari hanya salah satu atau lebih pemegang saham, melainkan seluruh pemegang saham PT. Terdapat 2 (dua) jenis RUPS, yaitu RUPS Tahunan, dan RUPSLB.

a. RUPS Tahunan

RUPS Tahunan adalah RUPS perseroan yang dilaksanakan setiap tahun, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya setiap tahun buku. Jadi RUPS Tahunan ini wajib

Page 108: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

98 ABDUL HALIM BARKATULLAH

diselenggarakan setiap tahun, dan sebaliknya RUPS lainnya diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan atau keperluan PT yang bersangkutan. Penyelenggaran RUPS Tahunan inimengikuti proses penyelenggaraan RUPS, yaitu sebagai berikut:

1) Pemanggilan dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS.

2) RUPS Tahunan baru dapat dilakukan jika dalam RUPS lebih dari 1/2 (seperdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakilkan.

3) Dalam hal kuorum kehadiran tersebut tidak memenuhi, maka dapat diadakan pemanggukan RUPS kedua.

4) Dalam pemanggilan RUPS kedua harus disebutkan bahwa RUPS pertama telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum. RUPS Kedua sah dan berhak me- ngambil keputusan jika dalam RUPS paling sedikit 1/3 (Sepertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakilkan.

5) Dalam hal kuorum RUPS kedua tidak tercapai, maka perseroan dapat memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerahnya meliputi tempat kedudukan perseroan agar dapat ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga.

6) RUPS ketiga akan dilakukan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri. Penetapan Ketua Pengadilan Negeri mengenai kuorum RUPS bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

7) Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sebelum RUPS Kedua dan ketiga dilangsungkan. RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat (21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan.

Page 109: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 99

b. RUPS Luar Biasa (RUPSLB)

Proses penyelenggaraan RUPSLB sama dengan proses penyelenggaraan RUPS pada umumnya: 1) Untuk RUPSLB yang diselenggarakan guna

melakukan perubahan anggaran dasar: Jika dalam

rapat paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari

jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir,

dan keputusan adalah sah jika disetujui paling

sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah suara

yang dikeluarkan.

2) RUPS kedua hanya sah dan berhak mengambil

keputusan Jika dalam rapat paling sedikit 3/5 (tiga

per lima) bagian dari jumlah seluruh saham dengan

hak suara hadir, dan keputusan adalah sah jika

disetujui paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian

dari jumlah suara yang dikeluarkan.

3) Dalam hal kuorum RUPS kedua tidak tercapai,

maka perseroan dapat memohon kepada Ketua

Pengadilan Negeri yang daerahnya meliputi tempat

kedudukan perseroan agar dapat ditetapkan

kuorum untuk RUPS ketiga.

4) RUPS ketiga akan dilakukan dengan kuorum yang

telah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri.

Penetapan Ketua Pengadilan Negeri mengenai

kuorum RUPS bersifat final dan mempunyai

kekuatan hukum tetap.

Untuk RUPSLB yang diselenggarakan dengan tujuan untuk melakukan :

1) pemberian jaminan Perseroan 2) Pemberian jaminan Perseroan 3) Penjaminan kebendaan/pemberian agunan, atau penjualan/

pengalihan seluruh atau lebih dari ½ (seperdua) dari harta kekayaan bersih perseroan

4) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan 5) Permohonan kepailitan dan pembubaran PT.

Page 110: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

100 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Jika dalam rapat paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir, dan ke- putusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. RUPS kedua hanya sah dan berhak mengambil keputusan Jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir, dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jum- lah suara yang dikeluarkan. Dalam hal kuorum RUPS kedua tidak tercapai, maka perseroan dapat memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerahnya meliputi tempat kedudukan perseroan agar dapat ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga. RUPS ketiga akan dilakukan dengan kuorum yang telah dite- tapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri. Penetapan Ketua Peng- adilan Negeri mengenai kuorum RUPS bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

D. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi

1. Merger

Merger adalah proses penggabungan antara dua atau lebih Perseroan dan hanya ada satu Perseroan yang dipertahankan. Pengertian merger ini diambil dari arti kata tersebut dalam bahasa Inggris, merger, yang berarti penggabungan. Perseroan- Perseroan yang bergabung dan meleburkan diri tidak mengalami likuidasi. Sedangkan Perseroan yang bertahan akan membeli semua aset Perseroan yang di-merger. Akibatnya, Perseroan bertahan ini memiliki sedikitnya 50 persen dari total saham.

Sementara itu Perseroan yang di-merger harus berhenti beroperasi karena pemegang sahamnya sudah menerima uang tunai. Semua aktiva dan pasiva dari Perseroan yang di-merger akan beralih ke Perseroan yang bertahan. Pada umumnya, merger merupakan suatu solusi untuk memperkuat struktur Perseroan. Oleh sebab itu, Perseroan-Perseroan yang melakukan merger basanya bergerak di bidang yang sama, misalnya bank. Contoh merger adalah Lippo Bank yang meleburkan diri ke CIMB

Page 111: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 101

Niaga, di mana hal tersebut menyebabkan Lippo Bank berhenti beroperasi dan melebur menjadi satu dengan CIMB Niaga.175

Syarat umum penggabungan ini diatur dalam Pasal 126 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) jo. Pasal 4 ayat (1) PP No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas (“PP 27/1998”) bahwa perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib memperhatikan kepentingan:

a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; b. kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan c. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Dalam buku “Hukum Perseroan Terbatas”, M. Yahya harahap,

menyatakan bahwa syarat-syarat tersebut bersifat “kumulatif”, sehingga satu saja di antaranya dilanggar, mengakibatkan per- buatan hukum penggabungan tidak dapat dilaksanakan. Lebih lanjut, Yahya harahapmenambahkan bahwa selain syarat tersebut, Pasal 123 ayat (4) UUPT menambah satu lagi syarat bagi Perseroan tertentu yang akan melakukan penggabungan syaratnya, perlu mendapat “persetujuan” dari “instansi terkait”. Menurut penjelasan pasal ini, yang dimaksud Perseroan tertentu yang memerlukan persyaratan persetujuan dari instansi terkait adalah Perseroan yang mempunyai “bidang usaha khusus”. Antara lain lembaga keuangan bank dan yang non-bank. Sedang yang dimaksud dengan instansi terkait, antara lain Bank Indonesia (“BI”) untuk penggabungan perseroan perbankan. Setelah memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, Perseroan harus menyusun rancangan penggabungan. Rancangan penggabungan ini diatur dalam Pasal 123 UUPT jo Pasal 7 PP 27/1998:

a. Direksi perseroan yang akan menggabungkan diri dan

yang menerima penggabungan menyusun rancangan

penggabungan;

b. Rancangan penggabungan harus memuat sekurang-

kurangnya:

175s://sleekr.co/blog/apa-perbedaan-antara-merger-akuisisi-dan-

konsolidasi/ diakses 12 Januari 2018

Page 112: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

102 ABDUL HALIM BARKATULLAH

1) nama dan tempat kedudukan dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

2) alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan dan persyaratan Penggabungan;

3) tata cara penilaian dan konversi saham Perseroan yang menggabungkan diri terhadap saham Perseroan yang menerima Penggabungan;

4) rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan yang menerima Penggabungan apabila ada;

5) laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

6) rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

7) neraca proforma Perseroan yang menerima Peng- gabungan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;

8) cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan diri;

9) cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri terhadap pihak ketiga;

10) cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Penggabungan Perseroan;

11) nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris serta gaji, honorarium dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima Peng- gabungan;

12) perkiraan jangka waktu pelaksanaan Penggabungan;

13) laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;

14) kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan

Page 113: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 103

Penggabungan dan perubahan yang terjadi selama tahun buku yang sedang berjalan; dan

15) rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan.

c. Kemudian terhadap rancangan penggabungan tersebut

dimintakan persetujuan kepada Dewan Komisaris dari

setiap perseroan yang menggabungkan diri.

Penggabungan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) Setelah rancangan penggabungan disetujui oleh Dewan Komisaris dari masing-masing perseroan yang menggabungkan diri, kemudian rancangan tersebut harus diajukan kepada RUPS masing-masing perseroan untuk mendapat persetujuan. Pasal 87 ayat (1) UUPT mensyaratkan bahwa keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. penjelasan pasal ini mengatakan, yang dimaksud dengan “musyawarah untuk mufakat” adalah hasil kesepakatan yang disetujui oleh pemegang saham yang hadir atau diwakili dalam RUPS.

Ketentuan mengenai RUPS ini dapat juga kita temui dalam Pasal 89 ayat (1) UUPT yang menyatakan bahwa RUPS untuk menyetujui Penggabungan dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/ atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.

Sehubungan dengan itu, cara mengambil keputusan RUPS dalam rangka penggabungan perseroan yang harus diterapkan dan ditegakkan:176

a. Prioritas pertama, didahulukan dan diupayakan ke-

putusan diambil dengan cara musyawarah untuk mu-

176 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, hal. 491.

Page 114: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

104 ABDUL HALIM BARKATULLAH

fakat, sehingga dapat menghasilkan keputusan RUPS

yang disetujui bersama oleh pemegang saham yang

hadir atau diwakili dalam RUPS;

b. Namun, apabila gagal mengambil keputusan dengan

cara musyawarah untuk mufakat yang digariskan

Pasal 87 ayat [1] UUPT dimaksud, baru diterapkan dan

ditegakkan ketentuan yang ditetapkan Pasal 89 ayat

[1] UUPT, yakni keputusan RUPS sah apabila disetujui

paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagi dari jumlah suara

yang dikeluarkan.

Jika RUPS pertama tidak mencapai atau gagal mencapai kuorum, dapat diadakan RUPS kedua dengan kuorum kehadiran paling sedikit: a. 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham

dengan hak suara, hadir atau diwakili dalam RUPS;

b. Sedang keputusan sah jika disetujui paling sedikit

¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang

dikeluarkan.

Sekiranya RUPS kedua ini gagal karena tidak mencapai kuorum, dapat lagi diadakan RUPS ketiga dengan jalan perseroan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri agar ditetapkan kuorum RUPS ketiga (lihat Pasal 86 ayat [5] UUPT).

Setelah masing-masing RUPS menyetujui rancangan peng- gabungan yang diajukan, maka rancangan penggabungan dituangkan dalam sebuah Akta Penggabungan (Pasal 128 ayat

[1] UUPT) yang dibuat: a. di hadapan notaris; dan b. dalam Bahasa Indonesia.

Kemudian salinan akta penggabungan tersebut dilampirkan untuk menyampaikan pemberitahuan penggabungan kepada Menteri Hukum dan HAM (“Menteri”) (Pasal 21 ayat [3] UUPT) untuk dicatat dalam daftar perseroan. Apabila terdapat perubahan terhadap Anggaran Dasar (“AD”) sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (1) UUPT maka perlu adanya persetujuan

Page 115: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 105

dari Menteri. Untuk itu perlu mengajukan permohonan untuk mendapat persetujuan Menteri atas penggabungan dengan perubahan AD.

Pasal 133 ayat (1) UUPT mensyaratkan bagi Direksi perseroan yang menerima penggabungan wajib mengumumkan hasil penggabungan dengan cara: (1) diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih; (2) dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya penggabungan.

Pengumuman dimaksudkan agar pihak ketiga yang berke- pentingan mengetahui bahwa telah dilakukan Penggabungan, Peleburan, atau Pengambilalihan. Dalam hal ini pengumuman wajib dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal:

a. persetujuan Menteri atas perubahan anggaran dasar

dalam hal terjadi Penggabungan;

b. pemberitahuan diterima Menteri baik dalam hal terjadi

perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 ayat (3) maupun yang tidak disertai

perubahan anggaran dasar. (Penjelasan Pasal 133

UUPT).

2. Konsolidasi

Konsolidasi Perseroan merupakan peleburan dua atau beberapa Perseroan menjadi satu. Berbeda dengan proses merger yang tetap mempertahankan satu Perseroan sebagai entitas inde- penden, proses konsolidasi tidak menyisakan Perseroan mana pun yang meleburkan diri. Sebaliknya, proses ini menghasilkan satu Perseroan baru. Contoh proses konsolidasi adalah pem- bentukan Bank Mandiri di tahun 1998 yang merupakan hasil peleburan dari empat bank, yakni Bank Bumi Daya, Bank BDN, Bank Ekspor Impor, dan Bank Bapindo.

Keempat bank yang melakukan konsolidasi ini juga tidak mengalami likuidasi seperti status Perseroan yang di-merger. Namun, Perseroan hasil konsolidasi harus memiliki badan hukum yang resmi. Lalu, aktiva dan pasiva dari keempat

Page 116: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

106 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Perseroan yang melakukan konsolidasi tersebut akan beralih ke Perseroan baru hasil dari gabungan yang muncul.177

Konsolidasi adalah situasi di mana Perseroan yang terpisah menjadi satu. Kadang-kadang digambarkan sebagai merger, meskipun secara teknis ini adalah dua situasi yang berbeda. Dalam merger, baru bisnis terbentuk ketika satu Perseroan menyerap yang lain, dalam konsolidasi, Perseroan bergabung pada istilah yang relatif sama untuk membentuk satu Perseroan baru. Namun, kedua istilah ini sering digunakan secara ber- gantian.

Konsolidasi dapat juga dikatakan menyatukan seluruh sum- ber daya, peluang dan kekuatan untuk memenangkan persaingan jangka panjang, memenangkan persaingan berarti menjadi yang terbaik dalam melayani kebutuhan konsumen/klien saat ini dan dimasa datang.

Konsolidasi dilakukan dengan mengevaluasi kondisi usaha saat ini, diteruskan dengan pengembangan strategi usaha jangka panjang, strategi tersebut dibuat lebih terperinci dalam bentuk perencanaan dengan sasaran bergerak ke jangka menengah dan panjang yang meliputi pengembangan sistem manajemen agar perencanaan dan implementasi bisa sejalan, memberikan perioritas pada pengembangan yang dilakukan secara terus menerus, pengembangan pasar dilakukan sistimatis dan efisiensi menjadi acuan prestasi.

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UUPT, peleburan (konsolidasi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan terbatas atau lebih, untuk meleburkan diri dengan cara men- dirikan satu perseroan tebatas yang baru yang karena hukum memperoleh akitva dan pasiva dari perseroan terbatas yang me- leburkan diri dan status badan hukum perseroan tebatas yang meleburkan diri berakhir karena hukum. Sementara Pasal 1 angka PP Nomor 27 Tahun 1998, peleburan (konsolidasi), adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan terbatas

177s://sleekr.co/blog/apa-perbedaan-antara-merger-akuisisi-dan-

konsolidasi/ diakses 12 Januari 2018

Page 117: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 107

atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan terbatas baru dan masing-masing perseroan terbatas yang meleburkan diri menjadi bubar. Secara alamiah usaha yang dimulai dengan skala kecil perorangan mengalami fase-fase perkembangan mulai dari start up, bertahan hidup dan tumbuh. Pada saat Perseroan mencapai periode tumbuh maka perlu dila- kukan konsolidasi dengan serius, jika konsolidasi dilakukan setengah hati maka Perseroan akan mengalami stagnasi atau malah mundur.

Sampai pada satu titik tertentu Perseroan harus melakukan konsolidasi karena kondisi usahanya mulai mengalami kesulitan mempertahankan pertumbuhan penjualan, tingkat pertumbuhan pasar mulai lambat, persaingan yang makin ketat harga, kualitas, pesaing terus bertambah, marjin laba statis. Kondisi ini akan dialami jika strategi pengembangan usaha tidak ada, sasaran masih jangka pendek, umumnya hanya administrasi keuangan yang baik, pengembangan pasar dan produk dilakukan sporadis tidak sistimatis, penjualan tidak naik cenderung statis, produksi dibawah kapasitas bahkan akan cenderung surut jika konsolidasi tidak dilakukan sama sekali, penjualan menurun drastis, tidak mampu lagi bersaing dipasar, likuiditas makin sulit, kapasitas produksi akan terus menurun. Kondisi ini sering terjadi pada usaha kecil yang beranjak menjadi Perseroan menengah.

Permasalahan yang harus dipecahkan pada tahap awal konsolidasi adalah tujuan dan sasaran bisnis yang ingin anda capai dimasa datang atau posisi seperti apa bisnis anda lima atau sepuluh tahun mendatang.

Permasalahan dalam menetapkan sasaran bisnis adalah : a. Menarik garis antara sasaran yang ingin dicapai dimasa

datang dengan kondisi usaha dan lingkungan usaha saat ini, garis tersebut adalah sasaran antara atau tahap-tahap pengerjaannya.

b. Memperkirakan kondisi lingkungan atau peluang dan tan- tangan dimasa datang sehingga sasaran yang ingin anda capai lebih realistis.

Page 118: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

108 ABDUL HALIM BARKATULLAH

Kelebihan Perseroan yang melakukan Konsolidasi, yaitu:

a. Perseroan-Perseroan yang melakukan konsolidasi akan

memiliki kekuatan yang lebih besar untuk bersaing

dengan Perseroan yang lain karena biasanya proses

konsolidasi dilakukan oleh lebih dari dua Perseroan

yang melebur menjadi satu.

b. Dengan melakukan konsolidasi Perseroan yang meng-

alami kesulitan modal tidak harus dilikuidasi, akan

tetapi masih tetap bisa bertahan meski dengan Per-

seroan yang baru.

Kekurangan Perseroan yang melakukan Konsolidasi, yaitu: a. Dengan melakukan konsolidasi Perseroan yang lama

akan hilang karena melebur menjadi satu; dan

b. Untuk mengenalkan Perseroan yang baru (hasil kon-

solidasi) kepada masyarakat butuh waktu yang relatif

lama.

Untukmemutuskan bergabung dengan Perseroan lain bukan- lah perkara yang mudah. Keputusan bergabung diambil karena suatu alasan yang sangat kuat. Jadi sebelum melakukan peng- gabungan badan usahanya, setiap Perseroan tentu mempunyai maksud tertentu yang ingin dicapainva. Demikian pula jenis penggabungan yang akan dipilih juga dilakukan dengan ber- bagai macam pertimbangan. Terdapat beberapa alasan suatu bank atau suatu Perseroan untuk melakukan penggabungan secara Konsolidasi. Contoh Alasan yang biasa dipakai suatu per- seroan dalam bidang perbankan, yaitu antara lain:

a. Masalah Kesehatan

Apabila bank sudah dinyatakan tidak sehat oleh Bank Indonesia setelah melalui beberapa perbaikan sebelumnya, maka sebaik¬nya bank tersebut melakukan penggabungan. Pilihan pengga¬bungan tentunya dengan bank yang sehat. Jika bank yang digabungkan sama-sama dalam kondisi tidak sehat maka sebaiknya pilihan penggabungan adalah konsolidasi atau dapat pula diakui¬sisi oleh bank lain yang sehat.

Page 119: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 109

b. Masalah Permodalan

Apabila modal suatu bank dirasakan kecil sehingga sulit untuk melakukan perluasan usaha, maka bank dapat ber- gabung dengan satu atau beberapa bank sehingga modal dimiliki menjadi besar. Sebagai contoh Bank Maras hanva memiliki modal 5 milyar dengan 12 buah cabang bergabung dengan Bank Mangkol yang memiliki modal 10 milyar clan memiliki 20 cabang. Gabungan kedua bank tersebut sekarang memiliki modal 15 milyar dan 32 cabang. Dengan adanya penggabungan atau usaha peleburan otomatis lebih mudah untuk mengembangkan usahanya. Yang jelas setelah melakukan penggabungan modal dan cabang dari beberapa bank yang ikut bergabung akan bertambah besar.

c. Masalah Manajemen

Manajemen bank yang sembrawut atau kurang profesional sehingga,Perseroanterusmerugidansulituntukberkembang. Jenis bank inipun sebaiknya melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha dengan bank yang lebih profesional yang terkenal dengan kualitas manajemennya.

d. Teknologi dan Administrasi

Bank yang menggunakan teknologi yang masih tradisional sa¬ngat menjadi masalah. Dalam perkembangan yang sedemikian cepat diperlukan teknologi yang canggih. Untuk memperoleh teknologi yang canggih diperlukan modal yang tidak sedikit. Ja¬Ian keluar yang dipilih adalah melakukan penggabungan dengan bank yang sudah memiliki teknologi yang canggih. Demikian pula bagi bank yang kurang teratur dan masih tradisional dalam hal administrasinya, sebaiknya bank melakukan penggabungan atau peleburan sehingga diharapkan administrasinya menjadi lebih baik.

e. Ingin Menguasai Pasar

Tujuan ingin menguasai pasar tidak diumumkan secara jelas kepada pihak luar dan biasanya hanya diketahui oleh mereka yang hendak ikut bergabung. Dengan adanya penggabungan dari beberapa bank, maka jumlah cabang dan jumlah nasabah

Page 120: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

110 ABDUL HALIM BARKATULLAH

yang dimiliki bertambah. Tujuan ini juga dilakukan untuk meng¬hilangkan atau melawan pesaing yang ada. 178

3. Akuisisi

Terakhir adalah akuisisi. Akuisisi adalah proses pengam- bilalihan Perseroan yang dilakukan dengan cara membeli saham mayoritasnya. Perseroan yang membeli saham ini kemudian akan menjadi pengendali Perseroan yang dibeli sahamnya. Berbeda dengan konsolidasi dan merger yang menghilangkan eksistensi Perseroan yang melakukan peleburan, akuisisi tetap mempertahankan eksistensi kedua Perseroan. Jadi, tidak ada Perseroan yang hilang, keduanya tetap berdiri sebagai badan hukum yang terpisah. Yang berubah hanyalah pemegang sahamnya. Contoh akuisisi ini adalah ketika Phillip Morris Ltd mengambil saham mayoritas dari PT HM Sampoerna di tahun 2005. PT. HM Sampoerna tetap ada hingga sekarang, bukan? Contoh akuisisi lainnya adalah saham mayoritas Aqua yang diakuisisi oleh Danone.

Meski begitu, tidak semua proses pembelian saham di- sebut akuisisi. Akuisisi hanya terjadi ketika saham yang dibeli jumlahnya sangat besar sehingga mampu mengubah status pemegang saham. Akuisisi dapat dilakukan terhadap saham ataupun aset Perseroan. Untuk akuisisi saham, biasanya hanya Perseroan berbentuk perseroan terbatas (PT) yang dapat melakukannya. Hal ini disebabkan karena kepemilikan PT diwujudkan dalam bentuk saham. Sedangkan untuk akuisisi aset biasa dilakukan pada Perseroan setaraf UD, CV, dan badan hukum.179

Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut. Pengambilalihan

178http://artonang.blogspot.co.id/2016/03/tujuan-kelebihan-kelemahan-

dan-alasan.html diakses 23 Maret 2018.

179s://sleekr.co/blog/apa-perbedaan-antara-merger-akuisisi-dan-

konsolidasi/ diakses 12 Januari 2018

Page 121: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 111

dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham. Akuisisi saham secara harfiah adalah membeli atau mendapatkan sesuatu/objek untuk ditambahkan pada sesuatu/objek yang telah dimiliki sebelumnya.

Syarat-Syarat Pengambilan Saham(Akuisisi) Perseroan, mengacu pada UUPT Pasal 126, terdapat beberapa persyaratan yang dapat diacu bagi proses pengambilan saham, yaitu: a. Pengambilalihan saham wajib memperhatikan keten-

tuan Anggaran Dasar Perseroan yang diambil alih ten-

tang pemindahan hak atas saham dan perjanjian yang

telah dibuat oleh Perseroan dengan pihak lain;

b. Pengambilalihan saham tidak boleh merugikan Perse-

roan, baik kepentingan Perseroan yang mengakuisisi

maupun kepentingan Perseroan;

c. Pengambilalihan saham tidak boleh merugikan peme-

gang saham minoritas;

d. Pengambilalihan saham tidak boleh merugikan karya-

wan Perseroan;

e. Pengambilalihan saham tidak boleh merugikan kre-

ditur dan mitra usaha lainnya dari Perseroan;

f. Pengambilalihan saham tidak boleh merugikan kepen-

tingan masyarakat dan persaingan sehat.

g. Pengambilalihan saham wajib memperhatikan keten-

tuan anggaran dasar Perseroan yang diambil alih ten-

tang pemindahan hak atas saham dan perjanjian yang

telah dibuat oleh Perseroan dengan pihak lain.

Disamping persyaratan di atas, suatu pengambilalihan saham (Akuisisi) juga harus tunduk pada persyaratan yang diatur dalam pada Pasal 4, Pasal dan Pasal 6 PP No.27/1998 mengenai Syarat-syarat pengambilalihan dengan mengacu pada pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan memper- hatikan kepentingan Perseroan, pemegang saham minoritas,

Page 122: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

112 ABDUL HALIM BARKATULLAH

dan karyawan yang bersangkutan;

b. Pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan mem- perhatikan kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha;

c. Pengambilalihan harus memperhatikan kepentingan kre- ditur;

d. Pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RUPS.

Meskipun begitu pada dasarnya semua persyaratan yang diatur dalam PP No.27/1998 ini sudah mencakup persyaratan yang diatur dalam UUPT.

Dokumen Persyaratan Dalam Proses Pengambilan Saham (Akuisisi) Berdasarkan persyaratan di atas dapat ditelususri me- ngenai dokumen-dokumen yang diperlukan untuk melakukan proses Pengambilan Saham atau Akuisisi, yaitu meliputi:

a. Pernyataan Maksud Untuk Mengambil Alih Perseoran. Dalam hal Pengambilalihan dilakukan melalui Direksi, pihak yang akan mengambil alih menyampaikan maksudnya untuk melakukan Pengambilalihan kepada Direksi Perseroan yang akan diambil alih. Akan tetapi Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan langsung dari pemegang saham, ketentuan ini tidak berlaku.

b. Rancangan Pengambilalihan Perseroan. Direksi Perseroan yang akan diambil alih dan Direksi Perseroan yang akan mengambilalihdenganpersetujuanDewanKomisarismasing- masing menyusun rancangan Dalam Pengambilalihan suatu perseroan yang memuat sekurang-kurangnya:

1) nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil alih;

2) alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi Perseroan yang akan diambil alih;

3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

66 ayat (2) huruf a untuk tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan

Page 123: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 113

yang akan diambil alih; 4) tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan

yang akan diambil alih terhadap saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan dilakukan dengan saham;

5) jumlah saham yang akan diambil alih; 6) kesiapan pendanaan; 7) neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan

mengambil alih setelah Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;

8) cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Pengambilalihan;

9) cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih;

10) perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada Direksi Perseroan;

11) rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan hasil Pengambilalihan apabila ada.

Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas Rencana Pengambialihan (Akuisisi). Berdasarkan Pasal 125 ayat

(1) UUPT dijelaskan bahwa Dalam hal Pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk Perseroan, Direksi sebelum melakukan perbuatan hukum pengambilalihan harus terlebih dahulu berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengam- bilan keputusan RUPS.

Adapun Kuorum yang dimaksud disini sebagaimana dije- laskan dalam Pasal 89 ayat (1) UUPT adalah 3/4(tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum

Page 124: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

114 ABDUL HALIM BARKATULLAH

kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.

Pengumuman Ringkasan Rencana Pengambilan Alihan Ke Surat Kabar bahwa Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib mengumumkan ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 (satu) surat kabar dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.

Surat Tercatat Rancangan Pengambilalihan Kepada Seluruh Kreditor Paling Lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Direksi wajib menyemapaikan dengan surat tercatat Rancangan Pengambilalihan kepada seluruh Kreditor Perseroan.

Pengumuman secara tertulis kepada karyawan Perseroan. Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan, Pele- buran, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib mengumumkan secara tertulis kepada karyawan dari Perseroan yang akan melakukan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.

Akta Notaris Pengambilalihan Perseroan. Rancangan Pe- ngambilalihan yang telah disetujui RUPS dituangkan ke dalam akta Pengambilalihan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia. Akta pengambilalihan saham yang dilakukan langsung dari pemegang saham jugawajib dinyatakan dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia.

Surat Pemberitahuan dari Menteri Hukum dan HAM. Setelah rancangan Pengambilaihan (Akuisisi) dituangkan menjadi Akta Notaris maka selanjutnya adalah mendapatkan Surat Penyampaian Pemberitahuan dari Menteri Hukum dan HAM. Dalam penyampaian pemberitahuan ini Salinan akta Pengambilalihan Perseroan wajib dilampirkan pada penyam- paian pemberitahuan kepada Menteri tentang perubahan ang- garan dasar. Sedangkan Dalam hal Pengambilalihan saham dilakukan secara langsung dari pemegang saham, salinan akta

Page 125: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama

HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 115

pemindahan hak atas saham wajib dilampirkan pada penyam- paian pemberitahuan kepada Menteri tentang perubahan susunan pemegang saham.

Pendaftaran Wajib Daftar Perseroan. Setiap perubahan yang diakibatkan oleh Pengambilalihan (akuisis) baik yang berhu- bungan dengan data-data Pemegang Saham maupun, data yang berhubungan dengan data-data Perseroan wajib dilaporkan pada kantor tempat pendaftaran Perseroan oleh pemilik atau pengurus Perseroan.180

180http://www.gultomlawconsultants.com/tata-cara-pengambilalihan-

saham-akuisisi-persereoan-terbatas-di-indonesia/# diakses 23 Maret

2018.

Page 126: HUKUM PERSEROANDI INDONESIAH Ieprints.ulm.ac.id/3932/1/3. Buku Referensi Hukum...tercinta, kakaku tersayang, anakku Ainaya Raisa Adila dan Achmad Rifyal Ka‟bah, serta kerabat, terutama