Hukum Perbankan

7

Click here to load reader

Transcript of Hukum Perbankan

Page 1: Hukum Perbankan

Catatan Kuliah Hukum Perbankan – Kardoman Tumangger Page 1

HUKUM PERBANKAN

Dosen: Prof. Dr. Djuhaendah Hasan, S.H., M.H.

Etty Mulyati, S.H., M.H.

MATERI PERKULIAHAN

1. BI sebagai Lembaga Independen

2. Sistem Keuangan Nasional

3. Hubungan Bank dan Lembaga Keuangan

4. Usaha Bank

5. Pengaturan Jenis-Jenis Bank

6. Pengaturan Tingkat Kesehatan Bank

7. Perlindungan Nasabah dan Pengawasan Bank

8. Manajemen Risiko

9. Kejahatan Perbankan

10. Perbankan Syariah

Perbankan

Dasar hukum perbankan: (1) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan

UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan; (2) UU No. 3 Tahun 2004

Tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Bank Indonesia; (3)

UU No. 21 Tahun 2008 Tentang PerBankan Syariah.

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank berasaskan demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian

(prudential Banking principle). Prinsip kehati-hatian diperlukan karena:

(1) mengelola dana orang lain; (2) risikonya sangat berat; (3) fungsi Bank

sebagai sentral perekonomian.

Fungsi Bank adalah sebagai lembaga intermediary yaitu menghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Tujuannya untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam

rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak (Bank sebagai

jantung perekonomian nasional).

Sumber dana Bank:

1. Dana yang bersumber dari Bank sendiri: (a) pemegang saham; (b)

cadangan dan keuntungan yang belum dibagikan kepada para

pemegang saham;

2. Dana yang berasal dari masyarakat: (a) giro; (b) deposito; (c)

tabungan

Pengaturan dan Pengawasan Bank

- Bank Indonesia adalah Bank Sentral (UU No. 23 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004; Pasal 23 ayat (3) UUD 1945).

- Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas campur tangan

Pemerintah atau pihak lain. Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan

Gubernur.

- Tujuan Bank Indonesia:

1. Untuk menjaga kestabilan terhadap barang dan jasa – mengontrol

perkembangan laju inflasi; dan juga menjaga kestabilan terhadap

mata uang negara lain – mengontrol perkembangan nilai tukar rupiah

2. Sebagai acuan yang pasti bagi dunia usaha

Page 2: Hukum Perbankan

Catatan Kuliah Hukum Perbankan – Kardoman Tumangger Page 2

3. Mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomian nasional

secara keseluruhan.

- Tugas Bank Indonesia:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter: (a) pengendalian

jumlah uang yang beredar; (b) pengendalian suku bunga (Bank rate).

BI wajib menolak dan atau mengabaikan segala bentuk campur

tangan dari pihak manapun (Pasal 9 ayat 1dan 2)

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembangunan – efisien,

cepat, aman, dan handal.

BI berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah

serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dari peredaran

3. Mengatur dan mengawasi Bank – sistem perBankan yang sehat

BI menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas

kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari Bank (Pasal 24 UU BI)

BI berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan yang memuat

prinsip kehati-hatian ditetapkan dengan Peraturan BI.

- Pentingnya Kesehatan Bank

- Karakteristik perBankan yang rentan

- Proses penyelesaian Bank bermasalah membutuhkan dana yang

besar

- Hilangnya kepercayaan;

- Ketidakstabilan sektor keuangan.

- BI menjalankan fungsi sebagai “Lender of of the Last Resort” yaitu

memberikan kredit likuiditas kepada Bank-Bank untuk mengatasi

kesulitan likuiditas dan keadaan darurat.

- Tujuan Pengaturan dan Pengawasan Bank

- Mengoptimalkan fungsi perBankan

- Terciptanya perBankan yang sehat

- Mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik

- Berkembang secara wajar

- Bermanfaat bagi perekonomian nasional

- Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan dengan

menerapkan:

- Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi)

- Kebijakan prinsip kehati-hatian Bank (prudential Banking principle)

- Pengawasan Bank yang mendorong Bank untuk melaksanakan secara

konsisten ketentuan intern yang dibuat sendiri.

Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank

- Pengaturan dan Pengawasan oleh Bank Indonesia meliputi:

1. Kewenangan memberi ijin (right to license), menetapkan tata cara

perijinan dan pendirian suatu Bank:

- Pemberian dan pencabutan ijin usaha,

- Pembukuan, penutupan, dan pemindahan kantor Bank,

- Pemberian persetujuan atas kepemilikan dan pengurusan Bank

- Menjalankan kegiatan usaha tertentu

2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulation)

- Menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek-aspek usaha dan

kegiatan perBankan;

- Pengaturan likuiditas dan solvabilitas Bank, jenis usaha dan risiko

yang diambil Bank.

3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control)

- Pengawasan langsung (on site supervision)

- Pengawasan tidak langsung (off site supervision)

4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi

- Kewenangan untuk menjatuhkan sanksi terhadap Bank yang kurang

atau tidak memenuhi ketentuan.

- Penjatuhan sanksi mengandung unsur pembinaan

- BI selaku otoritas pembina dan pengawas Bank menetapkan

peraturan yang terlaksananya prinsip kehati-hatian dengan tujuan

untuk memberikan rambu-rambu.

Page 3: Hukum Perbankan

Catatan Kuliah Hukum Perbankan – Kardoman Tumangger Page 3

- Sistem Pengawasan Bank:

1. Pengawasan berdasarkan kepatuhan

- Pengawasan berdasarkan kepatuhan

- Pemantauan kepatuhan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan

yang terkait dengan operasi dan pengelolaan Bank

2. Pengawasan berdasarkan risiko

- Pengawasan yang berorientasi kedepan

- Difokuskan pada risiko yang melekat pada aktivitas fungsional Bank

dan sistem pengendalian pada risiko Bank

3. Pengawasan berdasarkan

Sistem Keuangan

Sistem adalah perangkat unsur yang secara terstruktur saling berkaitan

sehingga membentuk suatu totalitas

Keuangan adalah seluk beluk uang atau urusan uang

Sistem keuangan adalah sistem yang dibentuk oleh lembaga-lembaga

yang mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan seluk beluk

dibidang keuangan

Lembaga keuangan dalam arti luas sebagai perantara dari pihak yang

mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang

kekurangan dana

Peranan lembaga keuangan sebagai perantara keuangan masyarakat

Lembaga keuangan ada dua, yaitu:

1. Lembaga Keuangan Bank yaitu badan usaha yang melakukan kegiatan

di bidang keuangan secara langsung dan tidak langsung menghimpun

dana dengan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkan ke

masyarakat guna membiayai investasi perusahaan;

2. Lembaga Keuangan Non-Bank yaitu asuransi, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan, Koperasi.

Tidak tunduk pada UU Bank Indonesia, namun memiliki UU sendiri.

Hanya menghimpun dana→ Asuransi, Pegadaian, Dana Pensiun, atau

hanya menyalurkan dana→ Lembaga Pembiayaan. Koperasi simpan

pinjam memiliki fungsi intermediasi yang terbatas pada anggotanya

saja.

Kegiatan penghimpunan dana oleh lembaga keuangan non Bank diatur

dengan UU sendiri.

Bank sebagai: (1) intermediasi, (2) lembaga investasi, (3) sumber

pembiayaan.

Jenis-Jenis Bank:

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat

Selain itu ada juga pembedaan yaitu:

a. Bank Konvensional: menjalankan kegiatan usahanya secara

konvensional, terdiri dari Bank Umum dan BPR.

b. Bank Syariah: menjalankan berdasarkan prinsip syariah, terdiri dari

Bank Umum Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

c. Reksadana (Kepmenkeu No. 1548/1990 diubah Kepmenkeu

No.1199/KMK010/91 bahwa reksadana hanya dapat didirikan dengan

bentuk perseroan dan bersifat tertutup.

Perijinan (Pasal 16)

- Bank Umum dan BPR terlebih dahulu memperoleh ijin usaha dari

pimpinan Bank Indonesia

Bentuk hukum Bank Umum (Pasal 21)

- Perusahaan daerah

- Koperasi (Bank Bukopin)

- PT

Bentuk Hukum BPR

- Perusahaan daerah

- Koperasi

- PT

- Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

Kepemilikan (Pasal 22 dan 23)

Page 4: Hukum Perbankan

Catatan Kuliah Hukum Perbankan – Kardoman Tumangger Page 4

a. Bank Umum dapat didirikan antara (a) WNI dan atau Badan Hukum

Indonesia, (b) WNI dengan WNA dan atau Badan Hukum Asing secara

kemitraan.

b. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh WNI, Badan Hukum

Indonesia, Pemerintah Daerah atau bersama antara ketiganya.

Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional (Baca dalam Pasal 6-15 UU

PerBankan)

SBI adalah surat berharga atas unjar dalam rupiah yang diterbitkan BI

sebagai pengakuan utang berjangka pendek dengan sistem diskonto.

Pembeli SBI akan menerima bunga di muka/ seketika dengan ketentuan

bunga yang diterima diperhitungkan.

Kegiatan utama Bank yaitu pemberian kredit, pendapatan terbesar Bank

dari kredit berupa bunga atau provisi.

Prudential Bank Principle – tidak merugikan Bank dan keputusan nasabah

yang mempercayakan dananya kepada Bank

Kredit PerBankan

Kredit adalah penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan/kesepakatan pinjam-meminjam

antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga.

Unsur-unsur kredit: (1) kepercayaan, (2) tenggang waktu, (3) degree of

risk

Fungsi kredit:

1. Meningkatkan daya guna uang

2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

3. Meningkatkan peredaran dan daya guna barang

4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

5. Meningkatkan kegairahan berusaha

6. Meningkatkan pemerataan pendapatan

7. Alat meningkatkan hubungan internasional

Mengapa Bank harus berhati-hati dalam memberikan kredit?

Pasal 8 UU Perbankan

- Dalam memberikan kredit bank harus berdasarkan asas-asas

perbankan

- Keyakinan bank akan kemampuan dan kesanggupan debitur

melunasi utang melalui analisi 5C

- Keyakinan tidak mempunyai aspek hukum

- Harus jelas unsur mana sehingga tidak berat dalam penilaian.

Dasar-Dasar Pemberian Kredit

Prudential Banking – Prinsip 5C

1. Character, meliputi: (a) watak/sifat pribadi yang baik, (b) dipercaya

mempunyai kemampuan memenuhi kewajiban, (c) reputasi

dilingkungan usahanya;

2. Capacity, meliputi (a) kemampuan mengendalikan usaha, (b) prospek

masa depan usaha;

3. Capital, meliputi (a) modal tambahan kredit merupakan modal

tambahan untuk memperluas usaha, (b) neraca laba rugi dilihat

dari pembukuan;

4. Collateral, yaitu adanya jaminan khusus

5. Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi poleksosbud yang

mempengaruhi keadaan ekonomi dalam kurun waktu tertentu;

6. Pendapat lain tentang 5C yaitu Constraint, yaitu hambatan-hambatan

yang tidak memungkinkan seseorang melakukan usaha/bisnis di suatu

tempat.

Perjanjian Kredit

Pihak yang melakukan pengikatan dalam perjanjian kredit

Isi perjanjian ditentukan sepihak oleh bank

Bentuk perjanjian kredit secara tertulis

Page 5: Hukum Perbankan

Catatan Kuliah Hukum Perbankan – Kardoman Tumangger Page 5

Perjanjian kredit dilakukan dengan dua cara: (a) akta dibawah tangan; (b)

akta notariil.

PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT

Kredit bermasalah masih bisa diselamatkan, misalnya dikarenakan

terlambat membayar kredit, membayar kredit secara tidak penuh,

sedangkan kredit macet tidak bisa diselamatkan

Penetapan kualitas kredit: (a) prospek usaha, (b) kondisi keuangan, (c)

kemampuan membayar.

Penggolongan kualitas kredit berdasarkan SK Direktur BI No.

31/147/KEP/DIR tgl 12/11/1998: (a) lancar, (b) dalam perhatian khusus,

(c) kurang lancar, (d) diragukan, (e) macet.

Perubahan aturan penetapan kualitas aktiva, yaitu:

SK Direksi BI No. 23/68/KEP/DIR

SK Direksi BI No. 26/22/KEP/DIR/1993

SK Direksi BI No. 30/2671/KEP/DIR/1998

SK Direksi BI No. 31/148/KEP/DIR/1998

Peraturan BI No. 4/6/PBI/2002

Peraturan BI No. 7/2/PBI/2005

Peraturan BI No. 8/2/PBI/2006

Peraturan BI No. 11/2/PBI/2009

Kredit macet adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah debitur

tidak mampu membayar atau mengembalikan pinjaman sesuai yang

diperjanjikan.

Kredit macet dapat mengguncangkan ekonomi nasional, mengurangi

aset bank, dan

Penyebab kredit macet: (a) penyalahgunaan kredit, (b) sudden economic

change, (c) debitur tidak mengelola kredit dengan baik, (d) debitur tidak

mempunyai itikad baik.

Penyelamatan Kredit

1. Rescheduling, mengenai: (a) jangka waktu kredit, (b) jangka waktu

angsuran, (c) penurunan jumlah untuk setiap angsuran.

2. Reconditioning, mengenai: (a) kapitalisasi bunga, (b) penundaan

pembayaran bunga, (c) penurunan suku bunga, (d) pembebasan bunga,

(e) pengkonversian kredit.

3. Restructuring, mengenai: (a) tambahan kredit, (b) tambahan equity.

4. Combination

Penyelesaian Kredit Macet

Kredit yang tidak memenuhi kriteria lancar, dalam perhatian khusus,

kurang lancar dan meragukan, atau:

Memenuhi kriteria diragukan:

1) kredit masih dapat diselamatkan dan digunakan dan agunannya

bernilai sekurang-kurangnya 75 % dari hutang, termasuk bunga.

2) kredit tidak dapat diselamatkan tapi agunannya bernilai sekurang-

kurangnya 100 % dari hutang. Tetapi dalam jangka waktu 21 bulan

sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau

penyelamatan.

Kredit macet tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada PN atau

BUPLN, atau telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan

asuransi kredit.

Apabila penyelematan kredit macet yang ditempuh melalui 3R tidak

berhasil:

1. BUPLN

2. Peradilan Umum

3. Arbitrase

Page 6: Hukum Perbankan

Catatan Kuliah Hukum Perbankan – Kardoman Tumangger Page 6

Penghapusan Kredit Bermasalah

1. Hapus buku (write off)

2. Hapis tagih (hair cut)

MANAJEMEN RISIKO

Dasar hukum PBI No. 5/8/PBI 2003 tanggal 19 Mei 2003 Tentang

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat

menimbulkan kerugian Bank;

Manajemen Risiko (Manko) adalah serangkaian prosedur dan metodologi

yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan

mengendalikan Risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank;

Mengatasi Risiko:

Meminimalisir Risiko;

Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif;

Penerapan manajemen risiko dapat bervariasi;

BI menerapkan ketentuan tersebut sebagai standar minimal

Penerapan Manko disesuaikan dengan tujuan, kebijakan bank, ukuran

dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank

Bank wajib menyampaikan laporan profit risiko kepada BI secara triwulan

Bank wajib membentuk: (1) Komite Manko, (2) Satuan Kerja Manko

Satuan Organisasi dalam Penerapan Manko

Dewan Komisari

Staf Kerja Audit Intern-----------Dirut------------Komite Manko

Direktur 1 Direktur 2 Direktur 3

Sat.Ker Sat. Ker Sat. Ker Kepatuhan &

Operasional Operasional Manko

Tanggung jawab terdepan dalam mengelola risiko berada pada Satuan

Kerja Operasional (SKO)

Tugas dan tanggung jawab Komite Manko mengkaji dan memantau

Manko pada SKO atau bank secara keseluruhan

Satuan Kerja Manko bertugas memantau implementasi Manko yang

telah ditetapkan

Direktur Kepatuhan:

1) Menetapkan langkah-langkah untuk memastikan bank telah

mematuhi peraturan BI;

2) Memantau dan mengawasi agar kegiatan usaha bank tidak

menyimpang dari ketentuan yang berlaku;

3) Mematuhi dan menjaga kepatuhan bank terhadap seluruh perjanjian

dan komitmen yang dibuat oleh Bank kepada BI.

Ruang Lingkup Manko:

a. pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi;

b. kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit;

c. kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan

pengendalian risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan

d. sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

KATEGORI RISIKO

a. Risiko Kredit

Muncul sebagai akibat kegagalan counterparts memenuhi

kewajibannya

Potensi peminjam atau nasabah akan gagal

Instrumen pembiayaan yang lain: (1) jaminan, (2) transaksi bank, (3)

transaksi mata uang asing, dsb.

Penilaian kepada calon nasabah

Page 7: Hukum Perbankan

Catatan Kuliah Hukum Perbankan – Kardoman Tumangger Page 7

Penyebab tinggi rendahnya Risiko Kredit:

1) Penyebaran kredit pada banyak nasabah

2) Pemantauan kredit

3) Pengikatan kredit harus benar

4) Keterkaitan orang dalam

5) Situasi ekonomu secara keseluruhan.

b. Risiko Pasar potensi kerugian yang timbul karena perubahan atau

pergerakan variabel pasar (suku bunga dan nilai tukar)

c. Risiko Likuiditas disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban

yang jelas jatuh tempo:

a) Risiko likuiditas pasar

b) Risiko likuiditas pendanaan

Bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan

dari sumber lain:

penghapusan yang siginifikan

hilangnya kepercayaan masyarakat

bencana nasional - devaluasi mata uang rupiah

d. Risiko Operasional ketidakmampuan atau tidak berfungsinya proses

internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem

eksternal yang mempengaruhi operasional bank – tidak memadainya

SDM.

e. Risiko Hukum risiko yang oleh adanya kelemahan aspek yuridis:

tuntutan hukum

kelemahan perikatan – syarat sahnya perjanjian, pengikatan agunan

yang tidak sempurna.

perubahan UU dan peraturan eksternal yang berakibat negatif pada

kemampuan operasional bank.

f. Risiko Reputasi publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha

bank atau persepsi negatif terhadap bank.

g. Risiko Strategik penetapan dan pelaksanaan strategi bank tidak tepat,

pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya

bank terhadap perubahan eksternal.

h. Risiko Kepatuhan baik tidak mematuhi atau tidak melaksanakan

peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.