Hukum Memakan Hewan Sembelihan Non Muslim

4
Bagaimana hukum memakan hewan sembelihan non muslim? Berikut ini fatwa bagaimana hukumnya memakan sesembelihan orang non muslim. Memakan sembelihan orang kafir Oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin Pertanyaan Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Kami kadang-kadang terpaksa harus makan di luar kost tempat tinggal, yaitu di salah satu restaurant Amerika cepat saji (Kentucky, Burger). Semua makanan di sini adalah daging ayam dan daging sapi dan kami tidak tahu bagaimana hewan itu disembelih, apakah dengan cara strum listrik atau ditembak ataukah dicekik. Kami juga tidak tahu apakah disebutkan nama Allah atasnya atau tidak. Pertanyaannya adalah : Apakah boleh bagi kami makan di situ atau tidak? Terima kasih. Jawaban Kami nasehatkan agar tidak makan daging syubhat (masih diragukan) yang ada di situ, sebab boleh jadi tidak halal. Sebab biasanya orang-orang Amerika tidak mempunyai komitmen dengan penyembelihan syar’i, yaitu penyembelihan dengan pisau yang tajam, menghabiskan semua darahnya dan menyebut nama Allah atasnya. Kebanyakan penyembelihan mereka dilakukan dengan sengatan listrik atau dicelup ke dalam air panas supaya kulit dan bulunya terkelupas dengan mudah agar timbangannya bertambah berat karena menetapnya darah dalam daging. Dan di sisi lain mereka tidak mengakui adanya keharusan menyebut nama Allah di saat menyembelih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya : Janganlah kamu memakan hewan yang disembelih tidak menyebutkan nama Allah atasnya... (QS. Al-An’am : 121) Allah SWT membolehkan kita memakan sembelihan ahlu kitab, karena dahulu mereka menyebut nama Allah ketika menyembelihnya dan mereka lakukan dengan pisau hingga darahnya habis tuntas melalui tempat sembelihan. Demikianlah dahulu kebiasaan mereka, mereka lakukan itu karena mereka berkomitmen terhadap ajaran yang ada di dalam Kitab Suci yang mereka akui. Sedangkan pada abad-abad belakangan ini mereka sudah tidak mengetahui ajaran yang ada di dalam Kitab Suci mereka, maka mereka menjadi seperti orang-orang murtad. Maka dari itu kami berpendapat untuk tidak memakan hewan sembelihan mereka, kecuali jika dapat dipastikan mereka menyembelihnya secara syar’i. Maka berdasar penjelasan di atas kami berpendapat : Dilarang makan daging syubhat (diragukan) yang ada di restaurant cepat saji tersebut, dan kalian memakan ikan

Transcript of Hukum Memakan Hewan Sembelihan Non Muslim

Page 1: Hukum Memakan Hewan Sembelihan Non Muslim

Bagaimana hukum memakan hewan sembelihan non muslim?Berikut ini fatwa bagaimana hukumnya memakan sesembelihan orang non

muslim.Memakan sembelihan orang kafirOleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin

PertanyaanSyaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Kami kadang-kadang

terpaksa harus makan di luar kost tempat tinggal, yaitu di salah satu restaurant Amerika cepat saji (Kentucky, Burger). Semua makanan di sini adalah daging ayam dan daging sapi dan kami tidak tahu bagaimana hewan itu disembelih, apakah dengan cara strum listrik atau ditembak ataukah dicekik. Kami juga tidak tahu apakah disebutkan nama Allah atasnya atau tidak. Pertanyaannya adalah : Apakah boleh bagi kami makan di situ atau tidak? Terima kasih.

JawabanKami nasehatkan agar tidak makan daging syubhat (masih diragukan) yang ada di

situ, sebab boleh jadi tidak halal. Sebab biasanya orang-orang Amerika tidak mempunyai komitmen dengan penyembelihan syar’i, yaitu penyembelihan dengan pisau yang tajam, menghabiskan semua darahnya dan menyebut nama Allah atasnya. Kebanyakan penyembelihan mereka dilakukan dengan sengatan listrik atau dicelup ke dalam air panas supaya kulit dan bulunya terkelupas dengan mudah agar timbangannya bertambah berat karena menetapnya darah dalam daging. Dan di sisi lain mereka tidak mengakui adanya keharusan menyebut nama Allah di saat menyembelih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya :

Janganlah kamu memakan hewan yang disembelih tidak menyebutkan nama Allah atasnya... (QS. Al-An’am : 121)

Allah SWT membolehkan kita memakan sembelihan ahlu kitab, karena dahulu mereka menyebut nama Allah ketika menyembelihnya dan mereka lakukan dengan pisau hingga darahnya habis tuntas melalui tempat sembelihan. Demikianlah dahulu kebiasaan mereka, mereka lakukan itu karena mereka berkomitmen terhadap ajaran yang ada di dalam Kitab Suci yang mereka akui. Sedangkan pada abad-abad belakangan ini mereka sudah tidak mengetahui ajaran yang ada di dalam Kitab Suci mereka, maka mereka menjadi seperti orang-orang murtad. Maka dari itu kami berpendapat untuk tidak memakan hewan sembelihan mereka, kecuali jika dapat dipastikan mereka menyembelihnya secara syar’i.Maka berdasar penjelasan di atas kami berpendapat : Dilarang makan daging syubhat (diragukan) yang ada di restaurant cepat saji tersebut, dan kalian memakan ikan saja di restaurant-restaurant atau memilih restaurant Islam yang pemiliknya komitmen dengan sembelihan secara syar’i atau kalian sendiri yang melakukan penyembelihan hewan, seperti ayam dan hewan ternak berkaki empat. Jadi kalian tidak makan kecuali sembelihan orang yang kalian percaya dan orang Muslim atau ahlu kitab. Walahu a’lam.[Demikian dikatakan oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, pada tgl 19/12/1420 H]. [Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masail Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-1, hal 387-388 Darul Haq].

How does the law of taking slaughtered animals by non-moslem ?

Here is the judgment of the law about slaughtered animals by non-moslem.

By Sheikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin 

Page 2: Hukum Memakan Hewan Sembelihan Non Muslim

Question

Someone asked :

Sometimes we are forced to eat in a fastfood restaurant of Amerika (Kentucky, Burger)

out the boarding house. All foods there, are about chicken and beef but we don’t know

about the slaughtering method of those animals, whether they are killed by electric

shocking , shoting, or strangling, and whether they are slaughtered by mentioning the

name of Allah or not. The question is : Is it permissible for us, to eat there ? Thank you.

Answer

We advise you not to eat syubhat flesh (which is still doubted), because maybe it’s not

halal. Americans usually don’t have commitments with syar’i slaughtering method. It’s a

method of slaughtering animals by using sharp knife to leave out the blood, and by

mentioning the name of Allah. Most of them like to kill the animals by using electric

shocking or dipping the animals in the hot water so the skin and the fur will be peeled off

easily, the aim is to make the weight heavier that’s caused by the persistence of blood in

the meat.

On the other hand, they do not acknowledge the necessity of mentioning Allah’s name

when slaughtering animals. Allah says, which means :

“Don’t eat animals which are slaughtered without mentioning the name of Allah.” (Al-

An’am : 121)

Allah allows us to eat slaughtered animals from scriber , because long time ago they

mentioned the name of Allah before slaughtering and also used sharp knife from killing

the animals to running out the blood completely. They did it because they had

commitment to the teachings of their Bible. However, that was just in the past, nowadays

they do not know the true precept of their own Bibles, then they become like the people

of apostasy.

Therefore, in my opinion, we should avoid eating their slaughtered animals, but if we can

make sure that they have slaughtered the animals with syar’i method, it will be no

problem.

We can conclude that we are not allowed to eat syubhat flesh in that restaurant, eating

fishes is better than eating flesh that the slaughtering method is still doubted. Besides,

please choose Islamic restaurants where the owner has commitment to implement syar’i

method, you can do slaughter by yourself or choose the trusted Moslem, in order to be

more certain.

[As stated by Sheikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, the date 19/12/1420 H].

Page 3: Hukum Memakan Hewan Sembelihan Non Muslim

[Copied from the book al-Fataawa ash-Syar'iyyah Fi Al-Masail Ashriyyah Min Fataawa

al-Ulama Al-Balad Al-Haram, Indonesian edition Latest Fatwa-Fatwa-1, p. 387-388

Darul Haq].