HUKUM - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPenelitian perkembangan Lembaga-lembaga Hukum...

51
HUKUM

Transcript of HUKUM - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPenelitian perkembangan Lembaga-lembaga Hukum...

HUKUM

BAB XX

H U K U M

1. Pendahuluan

Sebagaimana ditegaskan dalam Garis-garis Besar Haluan Ne-gara, pembangunan di bidang hukum dalam negara hukum Indonesia didasarkan atas landasan sumber tertib hukum seperti terkan- dung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Khususnya, pembangunan dan pembinaan bidang hukum diarahkan agar hukum mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan tingkat kemajuan pem-bangunan di segala bidang, sehingga dapat diciptakan ketertib- an dan kepastian hukum untuk memperlancar pelaksanaan pemba-ngunan.

Sehubungan dengan itu GBHN menggariskan perlunya dilanjut- kan usaha-usaha untuk :

(1) meningkatkan dan menyempurnakan pembinaan hukum nasional, dengan antara lain mengadakan pembaharuan kodifikasi ser- ta unifikasi hukum di bidang-bidang tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum dalam masyarakat;

(2) menertibkan badan-badan penegak hukum sesuai dengan fung- si dan wewenangnya masing-masing;

(3) meningkatkan kemampuan dan kewibawaan aparat penegak hu- kum;

(4) membina penyelenggaraan bantuan hukum untuk golongan ma-syarakat yang kurang mampu.

Dalam rangka upaya tersebut diatas maka kesadaran hukum dalam masyarakat perlu lebih ditingkatkan sehingga masyarakat menghayati hak dan kewajibannya. Demikian pula pembinaan si- kap para pelaksana penegak hukum perlu dibina ke arah tegak- nya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan mar- tabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Selanjutnya diusahakan terwujudnya Peradilan Tatausaha Negara dan perlu ditingkatkan pula langkah-langkah untuk pe-nyusunan perundang-undangan yang menyangkut tentang hak dan kewajiban asasi warga negara dalam rangka mengamalkan Panca- sila dan Undang-Undang Dasar 1945.

XX/3

2. Kebijaksanaan dan langkah-langkah.

Arah, tujuan dan kebijaksanaan dasar pembangunan bidang hukum sebagaimana digariskan dalam GBHN tersebut diatas telah dijabarkan dalam Repelita III sesuai dengan Trilogi Pembangun- an, khususnya berupa serangkaian kebijaksanaan pokok dalam rangka mewujudkan pemerataan kesempatan memperoleh keadilan dan perlindungan hukum bagi seluruh warga masyarakat Indonesia termasuk golongan masyarakat yang kurang mampu. Sehubungan de- ngan itu dalam Repelita III ditingkatkan pelaksanaan sejumlah kebijaksanaan pokok dan langkah yang meliputi bidang-bidang: pembinaan hukum, penegakan hukum dan pembinaan peradilan, pem- binaan pemasyarakatan, administrasi hukum termasuk keimigrasi- an serta pendidikan dan penyuluhan hukum.

(1). Pembinaan Hukum

Kebijaksanaan pokok dalam pembangunan dan pembinaan hukum adalah peningkatan kegiatan pembaharuan dan pembentukan per-angkat hukum nasional yang mengayomi masyarakat, menjamin ke-lestarian dan integritas bangsa serta memberi patokan, peng-arahan serta dorongan dalam perubahan sosial kearah terwujud- nya tatanan masyarakat yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Berpangkal dari kebijaksanaan pokok ini maka dalam upaya penyusunan perundang-undangan telah ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penyusunan program legislatif nasional telah lebih diman-tapkan sebagai usaha pembaharuan hukum melalui pembentuk- an berbagai perangkat perundang-undangan untuk lebih ter- jaminnya pengetrapan kesatuan politik hukum nasional.

b. Usaha kodifikasi serta unifikasi hukum di bidang-bidang tertentu telah dilanjutkan dalam rangka penyempurnaan dan pembaharuan hukum nasional dengan tetap memperhatikan ke-sadaran hukum masyarakat.

c. Berbagai kegiatan penunjang/pelengkap perencanaan hukum dan perundang-undangan telah ditingkatkan, yaitu peneliti- an hukum, penyusunan naskah akademis, pertemuan ilmiah, penulisan karya ilmiah, pengembangan jaringan dokumentasi dan informasi hukum serta publikasi hukum dan penghimpunan (inventarisasi) putusan-putusan perkara (yurisprudensi). Usaha-usaha tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan kalangan universitas khususnya lembaga-lembaga pengkajian/ penelitian hukum serta kalangan profesi hukum.

XX/4

(2). Penegakan Hukum

Kebijaksanaan pokok penegakan hukum pada.dasarnya dituju- kan guna meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat, dalam rangka membina kesadaran hukum dalam masya- rakat sehingga lebih memahami dan menghayati hak dan kewaji-bannya. Langkah-langkah dan usaha yang telah ditingkatkan an- tara lain adalah:

a. Pembinaan sikap dan wibawa, serta ketrampilan dan kemampu- an tehnis aparatur penegak/pelaksana hukum dalam periyele- saian perkara;

b. Koordinasi dan kerjasama fungsional antara beberapa ins- tansi penegak hukum seperti polisi, jaksa dan hakim dalam rangka terselenggaranya ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945;

c. Kegiatan mengungkapkan tindak pidana dengan memprioritas- kan yang dapat menghambat pembangunan seperti antara lain tindak pidana korupsi, penyelundupan dan subversi;

d. Pembangunan/perluasan/rehabilitasi gedung-gedung Kejaksa- an Tinggi dan Kejaksaan Negeri.

(3). Pembinaan Peradilan

Badan-badan pengadilan diusahakan agar makin mampu men-jalankan kekuasaan kehakiman yang merdeka, yang,terlepas dari pengaruh luar. Usaha tersebut sekaligus dilaksanakan dalam rangka mewujudkan asas pemerataan kesempatan memperoleh ke- adilan dan perlindungan hukum sebagai salah satu dari delapan jalur pemerataan pembangunan. Langkah-langkah yang telah di-tempuh antara lain meliputi:

a. Mengusahakan agar proses peradilan lebih sederhana, cepat dan jujur dengan biaya yang terjangkau oleh para pencari keadilan dari seluruh lapisan masyarakat.

b. Pembangunan/perluasan/rehabilitasi gedung-gedung Penga- dilan Tinggi dan Pengadilan Negeri di Propinsi dan Kabu-paten.

c. Mendekatkan pelayanan badan peradilan kepada masyarakat di daerah-daerah terpencil dengan mengadakan tempat-tempat sidang.

XX/5

d. Meningkatkan bantuan dan konsultasi hukum bagi pencari keadilan yang kurang mampu, dengan kerjasama baik dengan kalangan profesi hukum maupun dengan lembaga-lembaga pen-didikan tinggi hukum.

(4). Pembinaan Pemasyarakatan

Dalam pembinaan pemasyarakatan dilanjutkan kegiatan, anta- ra lain :

a. Pembinaan dan bimbingan terhadap narapidana dan anak didik melalui pendekatan sosial edukatif tanpa mengabaikan segi keamanan masyarakat lingkungannya. Khususnya dalam usaha memasyarakatkan para narapidana dan anak didik ini dite-rapkan sistem yang lebih manusiawi.

b. Perbaikan keadaan fisik (pembangunan kembali/rehabilita-si/perluasan) Lembaga-lembaga Pemasyarakatan (LPK) serta penataan kembali dan perbaikan Rumah Tempat Tahanan (RUTAN) dan Rumah Penyimpanan Benda-benda Sitaan Negara (RUPBASAN).

(5). Administrasi Urusan Hukum

Efisiensi administrasi pelayanan berbagai jasa hukum te- lah ditingkatkan melalui kegiatan sebagai berikut

a. Menyederhanakan urusan perizinan pengesahan dan pengawas- an serta penyelesaian urusan hukum lainnya.

b. Memperlancar pelayanan urusan keimigrasian dan pengawasan lalu lintas orang dari dan ke luar negeri.

c. Pembangunan/perluasan/rehabilitasi prasarana fisik ke-imigrasian dan perluasan jaringan komunikasi.

(6). Pendidikan dan Latihan Hukum serta Penyuluhan Hukum

Pendidikan dan latihan tenaga hukum dilaksanakan,untuk me-ningkatkan kemampuan serta ketrampilan para penegak dan pelak-sana hukum. Dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum masyara- kat telah dimantapkan pola-pola penyuluhan hukum kepada masya-rakat, termasuk pola penyuluhan bagi generasi muda.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

(1). Pembinaan Hukum

XX/6

Dalam tahun 1982/83 telah dilanjutkan usaha penyusunan pe-rangkat perundang-undangan yang menunjang pembangunan diberba- gai bidang dan yang sekaligus mengarahkan pembangunan itu sen-diri secara tertib dan dinamis. Sejumlah peraturan perundang-undangan telah dihasilkan yang persiapan penyusunan rancangan- nya telah ditunjang dengan penelitian hukum, pertemuan ilmiah, pengkajian akademis berbagai masalah hukum, pengembangan in-formasi hukum, dan berbagai kegiatan lainnya.

(a) Rancangan Undang-Undang yang telah disahkan menjadi Undang-Undang berjumlah 18 buah, yaitu

(1) Undang-undang No.6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.(2) Undang-undang No.7 Tahun 1982 tentang Tambahan dan

Atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.(3) Undang-undang No. 8 Tahun 1982 tentang Perhitungan

Anggaran Negara tahun 1974/75.(4) Undang-undang No. 9 Tahun 1982 tentang Perhitungan

Anggaran Negara tahun 1975/76.(5) Undang-undang No. 10 Tahun 1982 tentang Perhitungan

Anggaran Negara tahun 1976/77.(6) Undang-undang No. 11 Tahun 1982 tentang Perhitung-

an Anggaran Negara tahun 1977/78.(7) Undang-undang No. 12 Tahun 1982 tentang Perhitung-

an Anggaran Negara tahun 1978/79.(8) Undang-undang No. 13 Tahun 1981 tentang Pembentuk-

an Pengadilan Tinggi Riau di Pekan Baru dan Peru-bahan Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Padang.

(9) Undang-undang No. 14 Tahun 1982 tentang Pembentuk- an Pengadilan Tinggi di Jambi dan Perubahan Wila- yah Hukum Pengadilan Tinggi Palembang.

(10) Undang-undang No. 15 Tahun 1982 tentang Pembentuk- an Pengadilan Tinggi di Bengkulu dan Perubahan Wi-layah Hukum Pengadilan Tinggi Tanjung Karang.

(11) Undang-undang No. 16 Tahun 1982 tentang Pembentuk- an Pengadilan Tinggi NTB di Mataram dan Perubahan Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Den Pasar.

(12) Undang-undang No. 17 Tahun 1982 tentang Pembentuk- an Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur di Samarinda dan Perubahan Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Ban-jarmasin.

(13) Undang-undang No. 18 Tahun 1982 tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah di Palu dan Perubahan Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Manado.

(14) Undang-undang No. 19 Tahun 1982 tentang Pembentuk- an Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara di Kendari

XX/7

dan Perubahan Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Ujung Pandang.

(15) Undang-undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia.

(16) Undang-undang No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 11 tahun 1966 tentang Ke-tentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah di- ubah dengan Undang-undang No. 4 tahun 1967.

(17) Undang-undang No. 1 tahun 1983 tentang Pengesahan Perjanjian antara RI dan Malaysia tentang Rejim Hukum Negara Nusantara dan Hak-hak Malaysia di laut teritorial dan perairan Nusantara serta ruang udara di atas laut territorial perairan Nusantara dan wilayah Republik Indonesia yang terletak di antara Malaysia Timur dan Malaysia Barat.

(18) Undang-undang No. 2 tahun 1983 tentang Anggaran Pen-dapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 1983/1984.

Dengan demikian maka sejak tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 Rancangan Undang-undang yang sudah disyah- kan menjadi Undang-Undang berjumlah 55 buah.

(b) Sementara itu dalam tahun 1982/83 telah pula disusun 20 naskah akademis yang merupakan bahan perundang-undangan yang merupakan hasil kerjasama dengan dunia universitas dan para tenaga ahli yaitu mengenai :

1) Perkreditan Rakyat; 2) Perlindungan Tumbuh-tumbuhan; 3) Keamanan Industri; 4) Tenaga Kerja dan Kedudukan So- sial Anak; 5) Penanaman Modal; 6) Charter atas Pesawat Terbang; 7) Perumahan; 8) Kehutanan; 9) Pemutusan Hu- bungan Kerja; 10) Tata Ruang; 11) Sewa Beli; 12) IPEDA; 13) Jasa Konsultan; 14) Pengawasan Perburuhan; 15) Per- aturan Umum Retribusi Daerah; 16) Acara Peradilan Agama; 17) Bahan-bahan Berbahaya; 18) Tata Tertib Bandar dan Alur; 19) Senjata Api; 20) Peraturan Perundang-undangan tentang Peranan Wanita di Indonesia.

(c) Disamping itu telah dilakukan pula inventarisasi 9 per- aturan perundang-undangan mengenai

(1) Permusiuman;(2) Standardisasi Perdagangan dan Perindustrian;(3) Tunjangan Kecelakaan Kerja; (4) Penempatan Tenaga Asing;

XX/8

(5) Pertambangan Rakyat;(6) Balai Harta Peninggalan;(7) Bea Meterai; (8) Pendidikan Swasta; (9) Kedudukan Protokoler.

(d) Selanjutnya dalam tahun 1982/83 dibahas pula sejumlah Rancangan Undang-undang yang meliputi

(1) Rancangan Undang-undang Hukum Dagang;(2) Rancangan Undang-undang Hukum Perdata;(3) Rancangan Undang-undang Hukum Acara Perdata;(4) Rancangan Undang-undang Hukum Perdata Internasional;(5) Rancangan Undang-undang Perseroan Dagang (pengganti

IMA) disatukan dengan Rancangan Undang-undang Per-airan Nusantara;

(6) Rancangan Undang-undang Catatan Sipil; (7) Rancangan Undang-undang Acara Peradilan Agama;(8) Rancangan Undang-undang Perlindungan Anak;(9) Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Pelaksanaan

RUU tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; (10) Rancangan Undang-undang Neighbouring Rights; (11) Rancangan Undang-undang Pola Industri; (12) Rancangan Undang-undang Asylum; (13) Rancangan Undang-undang Wajib Simpan Karya Cetak;(14) Rancangan Undang-undang Ketentuan-ketentuan Pokok

Peraturan Perundang undangan (pengganti AB); (15) Rancangan Undang-undang Perairan Nusantara; (16) Rancangan Undang-undang Hukum Pidana.

(e) Rancangan Peraturan Pemerintah yang telah disahkan men-jadi Peraturan Pemerintah dalam tahun 1982/83 berjumlah 47 buah sehingga dengan demikian sejak tahun 1978/79 s/d 1982/83 berjumlah 220 buah. Beberapa diantaranya yang te- lah disahkan dalam tahun 1982/83 adalah sebagai berikut

(1) Peraturan Pemerintah no. 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.

(2) Peraturan Pemerintah no. 23 tahun 1982 tentang Iri-gasi.

(3) Peraturan Pemerintah no. 12 tahun 1982 tentang Pe-nambahan Penyertaan Modal Negara RI kedalam Modal Perseroan Umum Listrik Negara.

(4) Peraturan Pemerintah no. 25 tahun 1982 tentang Pe-rubahan atas PP no. 60 tahun 1971 tentang Pendirian Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia.

XX/9

(5) Peraturan Pemerintah no. 27 tanun 1982 tentang Pemberian Pensiun atau Tunjangan Penghargaan bagi Be- kas Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan.

(6) Peraturan Pemerintah no. 30 tahun 1982 tentang Pe-ngalihan Bentuk Perusahaan Negara Angkutan Motor "DAMRI" menjadi Perusahaan Umum (Perum).

(7) Peraturan Pemerintah no. 31 tahun 1982 tentang Pe-nyertaan Modal Negara RI untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam bidang Industri Kertas Terpadu.

(8) Peraturan Pemerintah no. 33 tahun 1982 tentang Pe-nyertaan Modal Negara RI untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam bidang Usaha Industri Me- sin Perkakas.

(9) Peraturan Pemerintah no. 34 tahun 1982 tentang Pem-bentukan Kota Administratif Cilacap.

(10)Peraturan Pemerintah no. 35 tahun 1982 tentang Bur- sa Komoditi.

(11) Peraturan Pemerintah no. 39 tahun 1982 tentang Ban- tuan kepada Perguruan Tinggi Swasta.

(12)Peraturan Pemerintah no. 41 tahun 1982 tentang Kewa- jiban dan Tatacara Penyetoran Pendapatan Perusahaan dari Hasil Operasi Pertamina Sendiri dan Kontrak Production Sharing.

(13) Peraturan Pemerintah no. 43 tahun 1982 tentang Pe-nambahan Penyertaan Modal Negara RI kedalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio.

(14) Peraturan Pemerintah no. 1 tahun 1983 tentang Per-lakuan Terhadap Calon Pegawai Negeri Sipil yang Te-was/Cacat Akibat Kecelakaan Karena Dinas.

(15) Peraturan Pemerintah no. 2 tahun 1983 tentang Sen- sus Pertanian.

(16) Peraturan Pemerintah no. 3 tahun 1983 tentang Tata-cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan) Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).

(17) Peraturan Pemerintah no. 4 tahun 1983 tentang Pe-nyertaan Modal Negara RI untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam bidang Industri Logam.

(18) Peraturan Pemerintah no. 5 tahun 1983 tentang Peru- bahan Batas Wilayah Kotamadya Dati II Banda Aceh.

(f) Selanjutnya telah pula dilaksanakan sejumlah Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden, diantaranya sebagai berikut:

XX/10

(1) Instruksi Presiden no. 9 tahun 1982 tentang Konser- vasi Energi.

(2) Instruksi Presiden no. 10 tahun 1982 tentang Pena- taran Kewaspadaan Nasional.

(3) Instruksi Presiden no. 11 tahun 1982 tentang Pendi-dikan Politik bagi Generasi Muda.

(4) Instruksi Presiden no. 14 tahun 1982 tentang Peru-bahan atas Instruksi Presiden no. 13 tahun 1981 me-ngenai Penetapan Harga Dasar Gabah dan Beras.

(5) Instruksi Presiden no. 1 tahun 1983 tentang Sensus Pertanian tahun 1983.

(6) Instruksi Presiden no. 3 tahun 1983 tentang Keri-nganan Pajak Pembangunan I dan Retribusi Izin Mem-bangun Hotel di Daerah Tujuan Wisata.

(7) Keputusan Presiden no. 18 tahun 1982 tentang Peng-angkutan Muatan Barang Ekspor dan Impor Milik Peme-rintah Indonesia.

(8) Keputusan Presiden no. 23 tahun 1982 tentang Pengem-bangan Budidaya Laut diperairan Indonesia.

(9) Keputusan Presiden no. 27 tahun 1982 tentang Penga-daan Bahan Peledak.

(10) Keputusan Presiden no. 28 tahun 1982 tentang Dewan Gula Indonesia

(11) Keputusan Presiden no. 31 tahun 1982 tentang Badan Pengkajian dan Penerangan Teknologi.

(12) Keputusan Presiden no. 35 tahun 1982 tentang Peru-bahan Besarnya Uang Jaminan Kematian dan Uang Kubur Asuransi Sosial Tenaga Kerja.

(13) Keputusan Presiden no. 80 tahun 1982 tentang Pendi- rian dan Pokok-pokok Organisasi Bursa Komoditi.

(14) Keputuaan Presiden no. 84 tahun 1982 tentang Kebi-jaksanaan Pemberian Surat Keterangan Fiskal Luar Negeri.

(15) Keputusan Presiden no. 86 tahun 1982 tentang Pokok-pokok Organisasi Kejaksaan RI.

(16) Keputusan Presiden no. 1 tahun 1983 tentang Harga Jual Eceran Dalam Negeri Bahan Bakar Minyak Bumi.

(17) Keputusan Presiden no. 5 tahun 1983 tentang Pengha-pusan Penyediaan Kendaraan Perseorangan.

(18) Keputusan Presiden no. 6 tahun 1983 tentang Peneta-pan Gedung Pusat Kehutanan/Taman Hutan.

(19) Keputusan Presiden no. 10 tahun 1983 tentang Besar-nya Ongkos Naik Haji 1983/84.

(20) Keputusan Presiden no. 12 tahun 1983 tentang Pena-taan dan Peningkatan Pembinaan Penyelenggaraan Ca-tatan Sipil.

XX/11

(21) Keputusan Preaiden no. 13 tahun 1983 tentang Pembi- naan Perekaman Video.

(22) Keputusan Presiden no. 15 tahun 1983 tentang Kebi-jaksanaan Pengembangan Kepariwisataan.

(23) Keputusan Presiden no. 17 tahun 1983 tentang Pe-nyempurnaan Keputusan Presiden no. 10 tahun 1980 tentang Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Peme-rintah.

(g) Dalam rangka pembinaan hukum dalam tahun 1982/83 telah dilaksanakan pula 10 penelitian hukum (sejak tahun 1978/ 79 sampai dengan 1982/83 berjumlah 76 penelitian) seba- gai hasil kerja sama dengan berbagai Universitas dan badan-badan penelitian lainnya yang meliputi:

(1) Perubahan Hukum Adat dalam masa transisi pada refe-rensi khusus keadaan di daerah Aceh.

(2) Bab-bab kodifikasi Hukum Perdata Internasional.(3) Masalah Hukum yang menyangkut leasing, hire purchase dan

jual beli.(4) Bab-bab Hukum Acara Perdata Nasional. (5) Bab-bab Hukum Perdata Nasional. (6) Sistim Hukum Negara Asean.(7) Masalah anak yang bekerja dibawah usia kerja suatu

study tentang fisik, mental dan sosial.(8) Penelitian tentang ketatanegaraan di Indonesia.(9) Penelitian tentang bahan-bahan penyusunan ketentuan umum

Peraturan Perundang-undangan.(10) Penelitian perkembangan Lembaga-lembaga Hukum Adat

sejak tahun 1.945 di Sumatera Selatan.

(h). Pertemuan ilmiah (berupa lokakarya, seminar, simposium) diberbagai bidang hukum telah diselenggarakan sejumlah 6 kali (sejak 1978/79 s/d 1982/83 berjumlah 29 kali) yang meliputi pokok-pokok masalah sebagai berikut

(1) Masalah Pembaharuan Hukum Kodifikasi Hukum Nasional ( Buku I KUHP ) ( Jakarta );

(2) Masalah Bantuan Hukum ( Jakarta );(3) Hukum Waris Nasional ( Banda Aceh );(4) Aspek-aspek Hukum Pengadilan Tehnologi dalam kaitan-

nya dengan Pengembangan Tehnologi Industri (Jakarta);(5) Hak Milik ataa Tanah menurut Undang-undang Pokok Agraria (

Bandung );(6) Peranan Kerjasama Hukum dalam Pembangunan Hukum

Regional ASEAN ( Jakarta ).

XX/12

(i) Dalam tahun 1982/83 telah dilakukan penulisan karya il- miah sebanyak 4 buah (sejak 1978/79 s/d 1982/83 berjum- lah 32 buah) yang meliputi

(1) Failisement(2) Perkembangan Hukum perburuhan di Indonesia.(3) Beberapa pemikiran tentang pendekatan antar disiplin

dalam pembinaan hukum Nasional.(4) Hukum benda dalam sistim Hukum Perdata Nasional.

(j) Telah pula dilanjutkan usaha pembaharuan kodifikasi hu- kum dibidang hukum perdata, pidana, hukum acara pidana militer serta hukum perburuhan.

(k) Usaha-usaha pembinaan dan pembaharuan hukum sebagaimana diutarakan diatas telah mengikutsertakan ahli-ahli hukum, ekonomi dan sosial budaya, dalam rangka memperoleh kese-pakatan dalam pembinaan dan pembaharuan hukum nasional Antara lain di bidang hukum pidana dan acara pidana, hukum perdata dan acara pidata, hukum tatanegara dan tatausaha negara, hukum Islam dan hukum adat serta hukum ekonomi pembangunan.

(l) Usaha-usaha pembinaan dan pembaharuan hukum telah pula di- tunjang dengan kegiatan peningkatan pengembangan sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum serta perpustaka- an hukum sebagai pelayanan kepada kalangan profesi hukum.

(m) Dengan diterimanya Konvensi Hukum Laut Internasional Baru maka usaha pembaharuan hukum di tingkat kerjasama inter-nasional telah mencapai tonggak sejarah baru bagi kehidup- an bangsa-bangsa di dunia khususnya dalam pengaturan ma-salah di laut.Bagi Pemerintah Republik Indonesia, di samping upaya pe-mantapan kearah pelaksanaan Wawasan Nusantara, maka masih banyak usaha-usaha dan pemikiran yang perlu dilaksanakan dibidang peraturan perundang-undangan nasional menyongsong berlakunya Konvensi tersebut. Diakuinya Negara Nusantara dan Zona Ekonomi Eksklusif dalam Konvensi Hukum Laut Internasional Baru mengandung konsekuensi makin luasnya ruang lingkup kepentingan nasional Indonesia di laut yang harus dilindungi dan diamankan sebaik-baiknya bagi kese-jahteraan dan keamanan bangsa dan negara Indonesia. Per-airan Nusantara dan Laut wilayah Indonesia mencakup seki- tar 3,3 juta km2, sedangkan luas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia menjangkau sekitar 2,7 juta km2.

XX/13

Berkaitan dengan hal tersebut diatas telah pula disiap- kan suatu Rancangan Undang-Undang tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Dalam Tabel XX - 1 secara ringkas terlihat perkembangan pelaksanaan beberapa kegiatan pokok pembinaan hukum sebagai- mana diutarakan diatas.

(2). Pembinaan Peradilan dan Penegakan Hukum

(a). Pembinaan Peradilan

Pembinaan peradilan yang bertujuan untuk mewujudkan per-adilan yang cepat, sederhana dan dengan biaya ringan serta dapat memenuhi rasa keadilan seluruh masyarakat, khususnya para pencari hukum yang bersangkutan, telah pula ditingkatkan dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. Sesuai dengan kebutuhan maka di setiap ibukota Propinsi telah diben- tuk Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri pada setiap Ibu- kota Kabupaten dan Kotamadya. Dewasa ini telah ada 290 Penga- dilan Negeri dan 26 Pengadilan Tinggi. Hal ini berarti bahwa hampir di setiap Kabupaten/Kotamadya telah ada Pengadilan Ne-geri dan setiap Propinsi (kecuali Timor Timur) telah mempunyai Pengadilan Tinggi.

Dalam tahun 1982/83 telah dibentuk 5 buah Pengadilan Ne- geri baru yaitu di (1) Tamianglayang; (2) Slawi; (3) Gamping- rejo; (4) Mungkid dan (5) Madiun. Disamping itu telah pula dibentuk 7 buah Pengadilan Tinggi, baru yaitu di (1) Kendari; (2) Samarinda; (3) Palu; (4) Mataram; (5) Bengkulu; (6) Jambi dan (7) Pakan baru.

Untuk memenuhi kekurangan tenaga hakim maka dalam tahun 1982/83 telah diangkat sejumlah 26 orang hakim baru sehingga jumlah hakim yang ada pada saat ini berjumlah 2.217 orang. Di samping itu telah dilakukan pemutasian hakim pada tingkat regional dan nasional dalam rangka pembinaan karier personil peradilan.

Untuk lebih memperluas jangkauan pelayanan peradilan, di daerah-daerah yang wilayah Pengadilan Negeri sangat luas serta sulit komunikasinya, dibentuk dan dibangun tempat-tempat si- dang dalam rangka pelaksanaan tugas hakim keliling khususnya di kota-kota kecil. Dengan demikian dapat dipercepat proses penyelesaian perkara di tempat kasus/sengketa terjadi, disam-ping untuk mencegah penyerahan kepada dan/atau penyelesaian

XX/14

TABEL XX - 1

PELAKSANAAN KEGIATAN POKOK PEMBINAAN HUKUM,

1978/79 – 1982/83

XX/15

perkara oleh instansi lain yang sebenarnya merupakan kompe- tensi penuh dari pengadilan.

Dalam tahun 1982/83 telah dibangun 135 tempat sidang. Dengan demikian sampai dengan tahun ke-4 Repelita III telah dibentuk 3.20 tempat sidang, yang berarti bahwa sasaran semula Repelita III pembangunan sebanyak hampir 312 tempat sidang sudah dilampaui. Mengenai sarana phisik pengadilan lainnya, maka dalam tahun 1982/83 telah dilaksanakan pembangunan baru 10 gedung Pengadilan Negeri dan 2 gedung Pengadilan Tinggi, serta rehabilitasi/perluasan 6 gedung Pengadilan Negeri dan 6 gedung Pengadilan Tinggi. Demikian pula telah dilakukan pem-bangunan rumah dinas 1.072 buah untuk berbagai Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi, pengadaan kendaraan sebanyak 5 minibus dan 10 buah kendaraan/kapal motor.

Dengan demikian sejak tahun 1978/79 s/d 1982/83 (Tabel XX-7) telah dilaksanakan pembangunan baru 147 gedung Penga- dilan Negeri dan 14 gedung Pengadilan Tinggi; rehabilitasi/ perluasan 139 gedung Pengadilan Negeri dan 24 gedung Penga- dilan Tinggi.

Dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan kepada masyarakat terutama untuk golongan yang kurang/tidak mampu dilanjutkan penyediaan bantuan hukum. Dalam tahun 1982/83 telah dilaksanakan pemberian bantuan hukum untuk se- jumlah 5.970 kasus pidana bagi pencari keadilan yang kurang mampu yang tersebar di 26 Pengadilan Tinggi.

Di samping itu telah pula ditingkatkan kegiatan konsul-tasi/bantuan hukum bagi pencari keadilan yang kurang mampu melalui 24 fakultas hukum negeri di seluruh Indonesia yang dimulai sejak tahun 1981/82. Dalam tahun 1982/83 kegiatan ini meliputi 1.112 kasus konsultasi hukum dan 57 kasus bantuan hukum baik pidana maupun perdata.

Sebagaimana halnya dalam tahun-tahun sebelumnya telah di-lanjutkan kegiatan inventarisasi dan pengolahan putusan-putus- an perkara dilingkungan badan-badan peradilan, serta dilakukan pengembangan/penyuluhan statistik dan dokumentasi perkara.

Mahkamah Agung telah pula meningkatkan kegiatan khusus da- lam rangka penyelesaian penunggakan perkara sebanyak sekitar 4.500 perkara.

Dalam hubungan ini pada tahun 1982 telah diangkat sebanyak 30 Hakim Agung serta 20 orang Hakim Asisten sehingga pada ta-

XX/16

hun 1982/83 kebutuhan Hakim Agung sebanyak 51 orang yang ber-tugas dalam 17 Majelis yang dibantu oleh 68 Hakim Asisten ter-penuhi. Disamping itu telah dibangun pula sejumlah 17 rumah dinas Type B bagi Hakim Asisten serta penyediaan sejumlah 30 kendaraan sedan bagi Hakim Agung dan 2 buah minibus untuk mem-perlancar kegiatan operasional.

Perkembangan penyelesaian perkara baik oleh Mahkamah Agung, Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Tinggi dapat dili- hat pada Tabel XX-2.

Dalam rangka usaha untuk menciptakan aparat Pemerintah yang bersih dan berwibawa, Pemerintah telah menyampaikan ke- pada Dewan Perwakilan Rakyat Rancangan Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, yang diharapkan akan dapat disahkan menjadi Undang-Undang dalam tahun terakhir Repelita III.

(b). Penegakan Hukum

Penegakan hukum yang pada dasarnya bertujuan untuk mening-katkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat telah dilaksanakan melalui (a) pembinaan kesadaran hukum dalam ma-syarakat sehingga lebih memahami dan menghayati hak dan kewajiban, serta (b) pembinaan sikap, kemampuan dan kewibawaan aparatur penegak/pelaksana hukum demi tegaknya keadilan dan terlaksananya perlindungan hukum.

Langkah-langkah yang terus-menerus ditingkatkan meliputi antara lain: lebih menyerasikan kerjasama dan koordinasi antara semua unsur aparat Pemerintah dibidang pembinaan tertib hukum, serta lebih memperlancar penyelesaian perkara dan urus- an tahanan dalam rangka memantapkan ketertiban dan kepastian hukum. Khususnya dilakukan pula pembinaan kesadaran hukum ma-syarakat melalui program Jaksa masuk Desa. Perkembangan penye-lesaian perkara pada kejaksaan dari tahun 1978/79 s/d 1982/83 dapat dilihat pada Tabel XA-3.

Selanjutnya dalam rangka pengamanan kebijaksanaan Pemerin- tah dan pemeliharaan stabilitas nasional telah dimantapkan melalui kerjasama antara aparat penegak hukum dan aparat ke-amanan lainnya, khususnya dalam penanggulangan, pengamanan serta pengawasan yang efektif terhadap hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan dari unsur-unsur subversi serta anasir ekstrim lainnya. Sejumlah kasus perkara subversi dan berbagai kasus tindak pidana lainnya yang dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional telah berhasil diungkapkan dan diajukan ke Pengadilan.

XX/17

TABEL XX – 2

PENYELESAIAN PERKARA PADA BADAN PERADILAN1978/79 – 1982/83

*) Angka diperbaiki

XX/18

TABEL XX - 3

PENYELESAIAN PERKARA PADA KEJAKSAAN,

1978/79 - 1982/83

XX/19

Usaha-usaha pengawasan dibidang pembangunan ekonomi dan penyelamatan keuangan serta kekayaan negara yang juga telah ditingkatkan meliputi kegiatan pemberantasan penyelundupan khususnya uang palsu, manipulasi perpajakan, korupsi, dan lain sebagainya.

Demikian pula telah ditingkatkan penanggulangan berbagai masalah dan pelanggaran hukum yang cenderung merusak persatu- an dan kesatuan bangsa serta tatanan masyarakat dan budaya bangsa seperti masalah suku, agama, ras dan adat, serta penya-lahgunaan/pengedaran gelap narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya dan kenakalan remaja, disamping pengaruh negatif ke-budayaan asing yang disebarkan melalui berbagai media massa.

Selanjutnya berbagai upaya peningkatan observasi, detek- si, pencatatan dan telaahan di bidang politik keamanan, eko- nomi pembangunan dan sosial budaya yang terus dilakukan anta- ra lain meliputi perkembangan partai-partai politik dan ke- kuatan sosial politik lainnya, kegiatan dan lalu lintas orang asing dari dan ke Indonesia, peredaran barang cetakan serta masalah aliran kepercayaan dalam masyarakat.

Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pene- gak hukum tersebut diatas telah ditingkatkan prasarana fisik Kejaksaan. Dalam tahun 1982/83 telah dilaksanakan pembangunan 22 gedung Kejaksaan Negeri/Kejaksaan Tinggi, perluasan Kejak- saan Negeri/Kejaksaan Tinggi 33 buah dan rehabilitasi Kejak- saan Negeri/Kejaksaan Tinggi 37 buah; pengadaan mobilitas un- tuk kegiatan operasional 54 buah bus/minibus; 55 jeep; 3 pick-up; 21 cell wagon untuk pengangkutan para tahanan serta 74 buah sepeda motor; dan pengadaan rumah dinas sebanyak 867 buah (Tabel XX - 7).

(c). Pembinaan Pemasyarakatan

Usaha-usaha pembinaan narapidana dan anak didik mencakup pembinaan spiritual, pendidikan umum, pembinaan keterampilan, bimbingan sosial, perawatan dan pelayanan kesehatan serta re-kreasi/olahraga. Usaha tersebut dilaksanakan tanpa mengabai-kan segi-segi ketertiban dan keamanan lingkungan setempat. Dengan demikian diharapkan agar para narapidana dan anak didik setelah selesai menjalani pidananya dapat kembali menjadi war- ga negara yang kreatif dan produktif serta taat dan menghor- mati hukum dan norma-norma pergaulan hidup dalam masyarakat.

Khususnya dalam rangka peningkatan pembinaan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak (BISPA) telah diadakan

XX/20

pendidikan di sekolah, pendidikan keagamaan, dan kegiatan- kegiatan pembinaan pramuka, ketrampilan bertani, beternak dan berwiraswasta.

Dengan telah diundangkannya Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana, maka telah dilakukan penataan kembali Lembaga Pemasyarakatan (LP), Rumah Tahanan (RUTAN) dan Rumah Tempat Penyimpanan Barang Sitaan (RUPBASAN). Dewasa ini dari Lemba- ga-lembaga Pemasyarakatan yang ada telah diteliti mana yang akan tetap merupakan Lembaga Pemasyarakatan dan mana yang akan dialihkan sebagai Rumah Tahanan. Sementara itu sedang dan telah pula dilakukan penyesuaian fasilitas sekitar 140 Lembaga Pemasyarakatan untuk menjadi Rumah Tahanan.

Dalam tahun 1982/83 telah diselesaikan pembangunan 8 ge- dung baru Lembaga Pemasyarakatan yaitu di Garut, Bantul, Bukittinggi, Dumai, Sekayu, Argamakmur, Maros dan Ruteng; serta rehabilitasi/perluasan 58 Lembaga Pemasyarakatan; pem-bangunan baru 8 kantor BISPA yaitu di Aceh, Tg. Karang, Pame- kasan, Balikpapan, Palangkaraya, Manado, Ambon dan di Jaya-ura; pembangunan rumah dinas sebanyak 291 buah untuk petugas lembaga serta pengadaan 11 cell wagon untuk pengangkutan narapidana, 12 sepeda motor dan 10 kendaraan roda 4 lainnya untuk kegiatan operasional.

Usaha peningkatan sarana fisik pemasyarakatan sejak ta- hun 1978/79 sampai dengan 1982/83 dapat dilihat pada Tabel XX-7. Jumlah narapidana yang ada dalam lembaga-lembaga Pema-syarakatan dapat pula dilihat pada Tabel XX-4.

(d). Pembinaan Administrasi Urusan Hukum

Pembinaan administrasi urusan hukum yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan berbagai urusan hukum meli- puti antara lain urusan perizinan dan pengesahan serta peng-awasan hal-hal yang berhubungan dengan dunia usaha seperti badan hukum, pendaftaran merek serta patent dan hak cipta. Dalam rangka meningkatkan administrasi urusan hukum sedang diselesaikan penyusunan 15 berkas dokumen yaitu

(1) Dokumentasi Perjanjian Internasional; (2) Penertiban Do-kumentasi Pewarganegaraan; (3) Penertiban Dokumentasi Kewar-ganegaraan; (4) Penertiban Dokumentasi Dwi Kewarganegaraan; (5) Penyelenggaraan Pembuatan Surat Bukti Kewarganegaraan Re-publik Indonesia; (6) Peningkatan Administrasi dan Dokumenta- si Daktiloskopi: (7) Perobahan Sistem Kearsipan tentang Sidik Jari; (8) Daftar Perkembangan Peraturan Perundang-undangan

XX/21

TABEL XX - 4

JUMLAH LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN NARAPIDANA,1978/79 - 1982/83

* Angka diperbaiki

XX/22

Republik Indonesia; (9) Penertiban Administrasi dan Dokumen- tasi Sub Direktorat Catatan Sipil; (10) Penertiban Adminis- trasi dan Dokumentasi Sub Direktorat Badan Hukum; (11) Pener-tiban Administrasi dan Dokumentasi Arsip Direktorat Perdata; (1.2) Penertiban Administrasi dan Dokumentasi Arsip Balai Har- ta Peninggalan Jakarta; (13) Pedoman petunjuk Pelaksanaan Pe-ngawasan Balai Harta Peninggalan; (14) Penertiban Dokumentasi Patent; dan (15) Pendaftaran merek pada Direktorat Patent.

Kemajuan teknologi dan kebijaksanaan Pemerintah dalam penanaman modal, pariwisata dan ketenagakerjaan telah mendo- rong meningkatnya frekuensi dan volume lalu lintas antar ne- gara Indonesia dengan negara lain. Sehubungan dengan ini maka intensitas pengawasan dibidang keimigrasian maupun pengawasan terhadap adanya orang asing di Indonesia telah pula lebih ditingkatkan. Guna pelaksanaan fungsi keimigrasian semaksimal mungkin yang meliputi penegakan pelayanan hukum, keamanan dan pelayanan masyarakat, maka pada tahun 1982 telah ditetapkan Keputusan Presiden No. 5 Tahun 1982 tentang Penunjukan Tempat Berdiam Sementara bagi orang asing yang masuk ke dan atau tinggal di wilayah Republik Indonesia secara tidak sah tetapi belum dapat dikeluarkan.

Dalam rangka penunjangan tugas-tugas keimigrasian telah dilaksanakan penataan berkas dan arsip keimigrasian serta penggunaan komputer dalam sistem informasi keimigrasian.

Pengadaan sarana fisik keimigrasian dalam tahun 1982/83 meliputi: pembangunan 2 buah gedung Kantor Imigrasi yaitu di Malang dan Dilli; 6 buah gedung Resort Imigrasi di Tembaga Pura, Dobo Singkep, Nongsa, Muarasabak, Kotabaru dan Maumere; 10 Pos imigrasi di Juanda, Benoa, Larantuka dan 7 pos lainnya di perbatasan Irian Jaya dan Papua Nugini serta 4 buah asrama tahanan Imigrasi yaitu di Kantor Pusat, Kantor Imigrasi Ban- dung, Kantor Imigrasi Lhok Seumawe dan Kantor Imigrasi Palu; pembangunan 112 rumah dinas dan pengadaan 6 kapal patroli motor serta sebuah pesawat helikopter.

Perkembangan peningkatan prasarana fisik keimigrasian se- jak tahun 1978/79 s/d 1982/83 dapat dilihat dalam Tabel XX-7.

Mengenai lintas antar negara dan perizinan telah dibuat beberapa persetujuan lintas batas antara Republik Indonesia dengan Philipina, Republik Indonesia dengan Malaysia dan Re-publik Indonesia dengan Papua Nugini. Sementara itu perkem-bangan Lalu lintas antara negara Republik Indonesia dengan

XX/23

negara-negara lain nampak pada jumlah penumpang dari dan ke luar negeri (Tabel XX-5).

Tindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undang- an keimigrasian telah ditingkatkan antara lain dengan upaya penanggulangan imigrasi gelap dan operasi lapangan dalam pen-carian/penemuan imigrasi gelap dan pemalsuan surat bukti kewarganegaraan serta dokumen lainnya, disamping peningkatan pengawasan pada umumnya.

(3). Pendidikan dan Latihan serta Penyuluhan Hukum

(a) Pendidikan dan latihan tenaga di bidang hukum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan sikap mental para pene- gak dan pelaksana hukum. Dengan demikian mereka akan le- bih mampu memberi keadilan dan rasa tenteram bagi warga masyarakat serta memupuk kesadaran masyarakat agar setiap warga negara dapat memahami dan menghayati hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Dalam rangka mencapai tujuan ter-sebut telah dilaksanakan berbagai penataran baik bagi tenaga-tenaga kehakiman (tenaga tehnis hukum, hakim dan panitera pengadilan, pelaksana pelaporan hukum, tenaga perancang perundang-undangan, tenaga tehnis dokumentasi dan informasi hukum, tenaga pemasyarakatan dan tenaga teknis imigrasi), maupun tenaga kejaksaan (tenaga Pemban- tu jaksa serta tenaga intelijen, operasi dan pengawasan).

Dalam tahun 1982/83 telah dilaksanakan penataran bagi 1.215 orang tenaga kehakiman, serta 265 orang tenaga ke-jaksaan (termasuk didalamnya pendidikan bagi 25 Pembantu Jaksa yang berasal dari instansi luar Kejaksaan).

Secara ringkas dalam Tabel XX-6 nampak perkembangan ber- bagai pendidikan/penataran/latihan tenaga penegak dan pe-laksana hukum serta tenaga tehnis lainnya di bidang hukum.

(b) Pembinaan kesadaran hukum telah ditingkatkan dengan kegi- atan penyuluhan hukum, bimbingan, pendidikan dan bantuan hukum. Dengan pertimbangan betapa pentingnya pembinaan kesadaran hukum masyarakat, maka khususnya oleh Kejaksaan telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan hukum yang dipopu- lerkan dengan nama Jaksa Masuk Desa. Jangkauan utamanya ialah masyarakat pedesaan yang terpencil dari hubungan ko-munikasi dan transportasi pada umumnya. Mengingat sasaran kegiatan adalah masyarakat pedesaan yang awam/buta hukum maka teknik dan sistem pendekatan yang digunakan adalah

XX/24

TABEL XX - 5

KEDATANGAN/KEBERANGKATAN DARI/KE LUAR NEGERI,1978/79 - 1982/83

(orang)

XX/25

TABEL XX - 6

PENDIDIKAN/LATIHAN TENAGA PENEGAK HUKUMDAN TENAGA TEKNIS LAINNYA,

1978/79 - 1982/63(orang)

XX/26

pendekatan secara manusiawi dan kemasyarakatan dan bukan pendekatan secara teknis hukum.

Usaha peningkatan tingkat kesadaran hukum masyarakat untuk mentaati hukum dan menghormati hak azasi sesamanya diusahakan pula melalui penyuluhan hukum. Pada hakekatnya kegiatan ini tidak semata-mata ditujukan kepada warga masyarakat di daerah, melainkan juga ditujukan kepada se-luruh lapisan masyarakat, tidak terkecuali aparat penegak hukum sendiri agar dalam melaksanakan tugasnya selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat masyarakat. Berba- gai kegiatan penyuluhan hukum yang telah dilaksanakan, diantaranya penerangan tentang fungsi dan tugas pengadil- an melalui brosur-brosur yang disebarluaskan ke daerah-daerah, penyuluhan pada masyarakat dalam bentuk ceramah, wawancara, di TV/RRI, radio swasta, tempat-tempat umum dan publikasi media cetak lainnya. Di samping itu oleh tenaga penyuluh lapangan penyuluhan hukum dilaksanakan pula secara langsung pada masyarakat di 19 propinsi, yaitu di DKI Jaya, DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Ba- rat, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Ja- wa Timur, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Maluku, Kaliman- tan Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya.

XX/27

TABEL XX - 7HASIL USAHA PENINGKATAN PRASARANA HUKUM.

1978/79 - 1982/83( gedung )

*) Angka diperbaiki

XX/28