HUKUM FORMIL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

9
TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN ANALISA MUATAN HUKUM FORMIL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN PADA UNDANG – UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DIKAITKAN (JUNCTO) DENGAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DISUSUN OLEH : RACHARDY ANDRIYANTO ( 090710101240 )

description

HUKUM FORMIL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

Transcript of HUKUM FORMIL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

Page 1: HUKUM FORMIL  DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

TUGAS MATA KULIAH

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

ANALISA MUATAN HUKUM FORMIL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN PADA

UNDANG – UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

DIKAITKAN (JUNCTO) DENGANKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN PENYELESAIAN

SENGKETA KONSUMEN

DISUSUN OLEH :

RACHARDY ANDRIYANTO

( 090710101240 )

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS ILMU HUKUM

2013

Page 2: HUKUM FORMIL  DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

ANALISA MUATAN HUKUM FORMIL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN PADA

UNDANG – UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

DIKAITKAN (JUNCTO) DENGANKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN PENYELESAIAN

SENGKETA KONSUMEN

PERATURAN PASAL ANALISISUU NO 8 TAHUN 1999 Pasal 23, Pasal 45 (1) -

Penyelesaian sengketa

Konsumen dapat melakukan gugatan kepada pelaku

usaha apabila pelaku usaha menolak dan atau tidak

memberi tanggapan atau tidak memenuhi ganti rugi

atas tuntutan konsumen melalui Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen atau mengajukan ke badan

peradilan di tempat kedudukan konsumen.

UU NO 8 TAHUN 1999 Pasal 45 (2) –

Penyelesaian Damai

Menjelaskan tentang penyelesaian damai yang mana

dalam penyelesaian sengketa konsumen tidak

menutup kemungkinan penyelesaian damai oleh para

pihak yang bersengketa. Pada setiap tahap

diusahakan untuk menggunakan penyelesaian damai

oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Jadi,

pengajuan gugatannya tidak harus atas persetujuan

para pihak, tetapi para pihak dapat bersepakat untuk

memilih perdamaian untuk penyelesaian

sengketanya.

UU NO 8 TAHUN 1999 Pasal 45 (4) –

Pengadilan sebagai

upaya terakhir

Menjelaskan upaya gugatan melalui pengadilan

dilakukan sebagai upaya lanjutan apabila upaya

penyelesaian sengketa diluar pengadilan tidak

berhasil

UU NO 8 TAHUN 1999 Jo

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 46 Jo pasal 15 –

Permohonan dan

pengajuan Gugatan

Tentang siapa – siapa yang dapat menggugat

(konsumen, kuasa dan ahli waris) dan permohonan

gugatan dapat dibuat dalam bentuk tertulis atau tidak

tertulis yang didaftarkan pada sekretariat BPSK yang

kemudian dibubuhi tanggal dan registrasi.

UU NO 8 TAHUN 1999 Jo Pasal 52 (a) Jo Pasal 3 BPSK sebagai badan penyelesaian sengketa

Page 3: HUKUM FORMIL  DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

(a) – Penyelesaian

Diluar Pengadilan

konsumen di luar pengadilan dengan cara mediasi,

arbitrase atau konsiliasi

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 4 (1) Penyelesaian sengketa konsumen oleh BPSK

melalui cara konsiliasi atau mediasi atau arbitrase

dilakukan atas dasar pilihan dan persetujuan para

pihak yang bersangkutan. Jadi, yang perlu

persetujuan para pihak adalah apabila penyelesaian

sengketa konsumen di BPSK dilakukan dengan cara

mediasi/konsiliasi/arbitrase.

UU NO 8 TAHUN 1999 Jo

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 54 (1) Jo Pasal 5 –

Majelis BPSK

Dimana adanya pendampingan atau pembentukan

majelis dalam penyelesaian sengketa konsumen

melalui BPSK

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 6, 40 – Putusan

BPSK

Dimana penyelesaian sengketa berupa cara

konsoliasi dan mediasi dilakukan dalam bentuk

kesepakatan yang dibuat dalam perjanjian tertulis

yang ditandatangani oleh para pihak yang

bersengketa dan kemudian dikuatkan bentuk

keputusan BPSK. Sedangkan untuk cara arbitrase

dilakukan sepenuhnya dan diputuskan oleh Majelis

yang bertindak sebagai Arbiter.

Putusan BPSK dapat berupa :

a. perdamaian;

b. gugatan ditolak; atau

c. gugatan dikabulkan.

UU NO 8 TAHUN 1999 Jo

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 54 (3) pasal 56 (2)

Jo pasal 7 (2), pasal 41

(3) - Keberatan

Menyatakan bahwa keputusan BPSK bersifat final

dan mengikat akan tetapi apabila terdapat

keberatan para pihak yang bersengketa dapat

mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri

selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas)

hari kerja, terhitung sejak pemberitahuan putusan

Majelis diterima oleh para pihak yang bersengketa.

Keputusan BPSK yang bersifat Final artinya

dalam badan penyelesaian sengketa konsumen tidak

Page 4: HUKUM FORMIL  DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

ada upaya banding dan kasasi (lihat penjelasan pasal

54 ayat [3] UUPK). Putusan BPSK kemudian dapat

dimintakan penetapan eksekusi oleh BPSK kepada

Pengadilan Negeri di tempat konsumen yang

dirugikan (lihat pasal 42 ayat [2] Kepmen Perindag

350/2001).

UU NO 8 TAHUN 1999 Jo

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 56 (4), (5) Jo

Pasal 41 (6) -

Penyidikan

Menyatakan apabila pelaku usaha tidak

melaksanakan putusan maka BPSK mempunyai

kewenangan untuk melimpahkan putusan kepada

penyidik yang oleh penyidik putusan tersebut dapat

dijadikan sebagai bukti permulaan yang cukup.

UU NO 8 TAHUN 1999 Jo

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 57 Jo Pasal 42 –

Penetapan Eksekusi

Yang mana kedudukan putusan BPSK bersifat final

dan mempunyai kekuatan hokum tetap yang dapat

dimintakan penetapan eksekusi kepada pengadilan

negeri ditempat konsumen di rugikan.

UU NO 8 TAHUN 1999 Pasal 58 KONTRA

Pasal 54 (3) – Upaya

Hukum

Terhadap putusan Pengadilan Negeri 14 hari setelah

dikeluarkan putusan dapat mengajukan keberatan

dan putusan atras keberatan wajib dikeluarkan

setelah 21 hari, kasasi dilakukan setelah 14 hari

setelah putusan keberatan di keluarkan dan putusan

kasasi dikeluarkan 30 hari setelah permohonan

pengajuan.

UU NO 8 TAHUN 1999 Jo

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 60. 61, 62 Jo Pasal

14

Tentang sanksi administratif, ganti rugi dan sanksi

pidana.

UU NO 8 TAHUN 1999 Pasal 63 hukuman tambahan terhadap sanksi pidana

dapat berupa: 

- perampasan barang tertentu;

- pengumuman keputusan hakim; 

- pembayaran ganti rugi; 

- perintah   penghentian   kegiatan   tertentu   yang  

menyebabkan   timbulnya   kerugian konsumen; 

- kewajiban penarikan barang dari peredaran; 

Page 5: HUKUM FORMIL  DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

- atau pencabutan izin usaha. 

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 17 konsumen dapat menggugat pelaku usaha ke BPSK

atau ke badan peradilan. Namun, dalam hal sengketa

itu bukan kewenangan BPSK, Ketua BPSK dapat

menolak permohonan penyelesaian sengketa

konsumen (lihat pasal 17 Kepmen Perindag

350/2001).Dalam hal telah ada perjanjian antara

pelaku usaha dan konsumen mengenai forum

penyelesaian sengketa, maka sudah seharusnya para

pihak tunduk pada klausula tersebut. Ini mengacu

pada pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPer), bahwa perjanjian yang dibuat

secara sah mengikat para pihaknya sebagai undang-

undang. Oleh karena itu, seharusnya penyelesaian

sengketa dilakukan berdasar kesepakatan awal.

UU NO 8 TAHUN 1999 Pasal 52 (g) Pasal 52 huruf g UUPK memang memberikan

kewenangan pada BPSK untuk memanggil pelaku

usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap perlindungan konsumen. Akan tetapi,

BPSK tidak diberikan kewenangan untuk

melakukan pemanggilan paksa terhadap pelaku

usaha tersebut. Meski demikian, BPSK bisa

meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan

pelaku usaha yang tidak bersedia memenuhi

panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen

(lihat pasal 52 huruf i UUPK). Jadi, BPSK tidak

memiliki kewenangan untuk melakukan

pemanggilan paksa, tetapi BPSK bisa meminta

bantuan pada penyidik untuk menghadirkan pelaku

usaha. Penyidik di sini mengacu pada Pejabat Polisi

Negara Republik Indonesia dan Pejabat Pegawai

Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi

Page 6: HUKUM FORMIL  DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya di bidang perlindungan konsumen (lihat

pasal 59 ayat [1] UUPK)

KepMen Perindag

350/MPP/Kep/12/2001

Pasal 36 Dalam hal pelaku usaha tetap tidak memenuhi

panggilan BPSK, maka BPSK dapat mengadili

sengketa konsumen tanpa kehadiran pelaku usaha.

Mengacu pada pasal 36 Kepmen Perindag 350/2001,

yaitu dalam hal pelaku usaha tidak hadir pada hari

persidangan I (pertama), majelis hakim BPSK akan

memberikan kesempatan terakhir kepada pelaku

usaha untuk hadir pada persidangan II (kedua)

dengan membawa alat bukti yang diperlukan. Jika

pada persidangan II (kedua) pelaku usaha tidak

hadir, maka gugatan konsumen dikabulkan oleh

Majelis tanpa kehadiran pelaku usaha. Jadi, dalam

hal pelaku usaha tidak menghadiri persidangan,

maka BPSK dapat mengabulkan gugatan konsumen.