Hujan di Hari yang Lalu

7
Nama :Sadha Satya Lotan Kelas :IX-F Hujan di Hari yang Lalu Siang itu di kelas terasa gaduh, karena gurunya tidak mengajar. Kami hanya bercanda-canda saja dengan teman-teman yang lain. Ku duduk dibangku paling belakang bersama Irfan, Doni, dan Kiky sambil gambar-gambar iseng-iseng saja untuk mengisi waktu. Terdengar suara Wulan yang sedang asyiknya bercanda dengan Dina dan Ayu, mereka menyebut-nyebut namaku segala, dasar! “Ech, Din! Kita lancong yuk?? Sekedar refreshing saja, mau??”, Wulan bicara sama Dina, tapi dia menolehnya ke arahku. Dasar aneh tuw anak, pasti ada maunya, pikirku. “Iya, iya boleh tuw kayaknya. Ku mau-mau saja”, Dina menjawab sambil menoleh ke arahku juga. Pikiranku menjadi kacau, tingkah laku mereka aneh. Ku terdiam sejenak, karena heran dengan sikap mereka. “Hey Rifky!”, terdengar suara yang memanggilku, aku terkejut dan langsung terbangun dari lamunanku. “Ech…iya kenapa Lan??”, Tanyaku dengan agak senyum. “Dari pada bengong terus, lebih baik kita lancong yukz?? Ke pasar Sukawati, sekedar lihat-lihat accessories saja. Mau ikut??”, Wulan tampak semangat. “Iya boleh, gak ada salahnya juga. Lagi pula mulai besok kan gak belajar efektif, aku mau dech!”, jawabku sambil merapikan bukuku.

description

Cerita Pendek Bahasa Indonesia

Transcript of Hujan di Hari yang Lalu

Nama:Sadha Satya LotanKelas:IX-F

Hujan di Hari yang LaluSiang itu di kelas terasa gaduh, karena gurunya tidak mengajar. Kami hanya bercanda-canda saja dengan teman-teman yang lain. Ku duduk dibangku paling belakang bersama Irfan, Doni, dan Kiky sambil gambar-gambar iseng-iseng saja untuk mengisi waktu. Terdengar suara Wulan yang sedang asyiknya bercanda dengan Dina dan Ayu, mereka menyebut-nyebut namaku segala, dasar!Ech, Din! Kita lancong yuk?? Sekedar refreshing saja, mau??, Wulan bicara sama Dina, tapi dia menolehnya ke arahku. Dasar aneh tuw anak, pasti ada maunya, pikirku.Iya, iya boleh tuw kayaknya. Ku mau-mau saja, Dina menjawab sambil menoleh ke arahku juga.Pikiranku menjadi kacau, tingkah laku mereka aneh. Ku terdiam sejenak, karena heran dengan sikap mereka.Hey Rifky!, terdengar suara yang memanggilku, aku terkejut dan langsung terbangun dari lamunanku.Echiya kenapa Lan??, Tanyaku dengan agak senyum.Dari pada bengong terus, lebih baik kita lancong yukz?? Ke pasar Sukawati, sekedar lihat-lihat accessories saja. Mau ikut??, Wulan tampak semangat.Iya boleh, gak ada salahnya juga. Lagi pula mulai besok kan gak belajar efektif, aku mau dech!, jawabku sambil merapikan bukuku.Kita ajak Dina ya?? Hehebiar ada temenku nantinya, Wulan sikapnya aneh, Dina juga tampak senyum-senyum saja. Ku balas saja dengan senyuman juga.Iya Wulan, jam berapa??Hmjam 2 saja, sepulang dari sekolah.Echajak Yuda juga ya?? Biar kamu nggak sendiri cowok, kata Wulan. Dia langsung kembali ke bangkunya dan mulai bercanda lagi dengan Dina. Ku hanya mengangguk saja, dan mulai beranjak keluar bersama Irfan.***Cuaca siang ini tak begitu cerah, sepertinya akan turun hujan. Langit sedang mendung, aku ragu untuk pergi. Terdengar suara dering dari HP-ku, ternyata dari Wulan. Dia bilang hari ini jadi berangkatnya, ku langsung mengirim pesan kepada Rina, karena ku akan lancong dengan teman-teman. Aku tak sengaja mengajaknya ikut, setelah ku dapat balasan, aku agak kaget. Ternyata Rina ingin ikut bersama kami, ku merasa senang karena dia ingin ikut.Setelah jam menunjukkan pukul 2, aku langsung bergegas mengambil kunci motor. Echsialnya! Baru sampai di depan rumah sudah turun hujan gerimis, aku langsung saja tancap gas dan menuju tempat perkumpulan. Hujan semakin deras, ku menunggu sambil berteduh di depan warung bakso. Tak lama, Wulan datang bersama Dina yang basah kuyup.Ech Rifky! Yuda mana?? Koq gak diajak??, ucap Wulan sambil mengeringkan bajunya yang basah.Hmtadi hujan, makanya gak bisa jemput Yuda. Jadi ku sendiri saja.Owhpalingan mau sama Rina kan?? kata Wulan seperti menyindir.Hah?? Kak Rina?? Koq?? Dina tampak keheranan, dia seperti agak takut saat Wulan bilang kalau Rina mau ikut.Iya, jawabku dengan agak malu. Ku tidak mungkin menolak permintaan Rina untuk ikut.Owhjadi kamu harus jemput dulu donk??, ucap Dina yang masih keheranan.Echnie jas hujannya, kata Wulan sambil menyodorkan jas hujan miliknya kepadaku. Wulan memotong pembicaraanku dengan Dina yang belum ku jawab. Ku menerima saja, kebetulan aku tidak bawa jas hujan.Din, kamu sama Rifky dulu ya?? Soalnya ku mau mampir dulu sebentar di rumahnya Aldo, untuk ganti celana. Basah nie, pinta Wulan.Hah? Dina?? Ikut gandeng sama Rifky?? Ichgak mau! ucap Dina dengan cemberut ke arahku, ku tahu dia tidak akan mau ikut gandeng sama aku, takut kali dia! Dasar Dina aneh.Setelah lama berunding, akhirnya dia mau juga ikut gandeng sama aku. Ku mulai turun dan memakai jas hujan. Syukurnya aku cuma sama dia sampai di rumah Aldo saja, kalo Rina melihat ini, bisa marah dia.Semakin jauh, hujannya semakin deras. Ku kasihan juga sama Dina, dia sepertinya menggigil kedinginan di belakangku. Tapi ku tak berani berkata apa-apa, ku hanya menjaganya dengan kata hatiku. Tak lama, hujan berhenti. Tepat di depan rumah Aldo, Dina turun dari motorku, kemudian dia sama Wulan. Di sana kami berpisah, karena ku harus menjemput Rina terlebih dahulu.Mereka pergi duluan dan kami berencana nanti ketemu di pasar Sukawati. Dina memberi lambaian tangan kepadaku, aku hanya tersenyum melihat wajahnya yang putih pucat itu.***Sepanjang perjalanan, aku merasa tidak tenang. Dalam hatiku merasa takut, karena aku baru pertama kali menjemput Rina. Ku tidak hafal banyak jalan ke rumahnya. HP didalam saku celanaku bergetar, panggilan, mungkin dari Rina. Kudiamkan saja, aku lupa meng-sms dia sebelum berangkat., seperti yang dia pesankan padaku. Hujan masih terus saja berjatuhan membasahiku yang hanya berlindungkan jas hujan kecil milik Wulan. Pikiranku gelisah, ada pikiran terlintas untuk kembali saja dan langsung ke pasar Sukawati tanpa menjemput Rina. Tapi aku sudah berjanji, dan aku bukan orang yang suka ingkar janji. Aku terus menyusuri jalan, terus memacu motorku dengan kecepatan sedang.Perasaanku masih tidak enak, saat menyusuri jalan itu, dan benar saja , kulihat ada banyakorang berkerumun dan juga polisi! Ku kaget melihat ada polisi, jangan-jangan ada tilang! Terlambat untuk berbalik, dan aku pun di stop oleh polisi. Ku meraba perlengkapanku, STNK ku tak bawa dan SIM pun tak punya. Terpaksa ku hanya bisa pasrah saja, ini mungkin nasibku. Kulihat HP-ku, panggilan dari Rina, kukatakan padanya aku kena tilang, dia langsung mengatakan dia akan menyusulku, sekitar sepuluh menit Rina pun datang, tampak seperti orang yang sehabis berlari, keringat diwajahnya tak bisa disembunyikan. Rina berdiri diseberang jalan, mendekati polisi yang berdiri disana, mereka bercakap-cakap sebentar, kurasa dia berusaha agar aku diberi keringanan, seperti yang kulakukan tadi, tetap saja tidak berhasil. Saat itu aku panik dan terpaksa harus menelepon Bapakku. Rina duduk disebelahku, bersama menunggu orangtuaku datang, mungkin Rina merasakan hal seperti aku, takut. Maaf., kata Rina saat aku menatapnya. Maaf karena aku membiarkanmu kemari, seharusnya aku tidak mau ikut, aku kira kamu tidak akan benar-benar kemari, aku bodoh sekali.. Aku mencoba tersenyum, maaf tak ada artinya lagi, sudah terlanjur.Motorku dibawa ke Polres yang letaknya cukup jauh dari tempat penilangan tadi. Aku dan Rina berjalan ke Polres, tak banyak yang kami bicarakan, Rina hanya menunduk sambil membawa helmku. Kami sampai diPolres, tetapi orangtuaku belum datang. Kami menunggu beberapa lama, dan akhirnya orangtuaku datang, Rina pun pergi menjauh sambil memberikan senyuman padaku. Dia buru-buru pergi agar tidak menjadi pertanyaan orangtuaku nanti.Aku merasa takut, karena aku tadi minta izin untuk ke pasar Sukawati bersama teman-teman, tapi aku malah kena tilang di jalan yang tidak menuju ke pasar Sukawati. Aku tidak memberitahu kalau aku akan menjemput Rina. Aku agak gemetar, tetapi Bapak hanya tersenyum kepadaku. Seketika pikiranku tenang, rasa takut dan gelisah itu mulai hilang terhapus dengan senyuman. Lama ku di Polres itu, hujan tak juga kunjung reda. Kulihat HP ku, Rina meng-sms, dia menanyakan keadaanku. Sejujurnya, aku marah padanya, karena dia aku kemari, dan entah mengapa aku bersedia. Marah pun tak ada gunanya, lagipula dia tadi sudah mau menyusulku ke tempatku ditilang, dan sudah menemaniku sampai orangtuaku datang, aku cukup senang walaupun tidak jadi ke Sukawati, tetapi tidak ditutupi bahwa aku menyesal, menyesal karena tidak berpikir panjang sebelum mengambil tindakan.Setelah cukup lama mengurus surat-surat keterangan, akhirnya aku di izinkan pulang. Aku merasa bersalah pada orangtuaku karena aku bandel dan telah berbohong. Meskipun mereka tidak memarahiku, aku tetap saja merasa bersalah. Rasa bersalah dari seorang anak yang telah membuat orangtuanya panik, membuat orangtuanya kecewa karena aku berbohong. Maafkan aku...Suara gemercik hujan yang masih terdengar seakan menertawaiku, atas kelalaianku. Aku berjanji hari ini, aku tidak akan berbohong lagi kepada orangtuaku. Ku tak akan menuruti pikiranku, tetapi menuruti kata hatiku. Ku kembali menelusuri jalan dengan ditemani hujan di hari ini yang selalu setia menemaniku, meninggalkan tempat dimana aku mendapatkan pengalaman yang tak mengenakkan, tempatdimana perasaan takut, gelisah, dan rasa bersalahku bercampur menjadi penyesalan, tempat dimana pikiranku terbuka dan kesadaranku meningkat. Aku meninggalkan tempat itu, meninggalkan semua perasaan yang kurasakan tadi, dan juga orang yang membawaku ketempat itu...

Nama:Sadha Satya LotanKelas:IX-F

Hasil Menulis Kembali

Hujan di Hari yang Lalu

Siang itu di kelas, tidak ada guru yang masuk. Rifky bersama teman-temannya menggambar untuk mengisi waktu. Wulan mengajak Dina untuk pergi lancong. Tak lama kemudian, Wulan juga mengajak Rifky untuk pergi lancong. Wulan menyarankan untuk mengajak Yuda pergi lancong juga agar Rifky tidak semdirian cowok. Mereka pun sepakat untuk pergi lancong ke Pasar Sukawati pada jam 2 sepulang sekolah.Sepulang sekolah, cuaca sedikit mendung namun Rifky akan tetap pergi lancong. Rifky memberitahu Rina kalau dia akan pergi lancong, dan tanpa sengaja Rifky mengajak Rina untuk ikut lancong dan Rina pun ingin ikut. Setelah pukul 2, hujan mulai turun sehingga Rifky bergegas menuju tempat berkumpul dan tidak bisa menjemput Yuda. Lalu Wulan berencana pergi sebentar ke rumah Aldo untuk ganti celana karena basah. Setelah sampai di rumah Aldo, Wulan bersama Dina pergi duluan ke Pasar Sukawati. Sedangkan Rifky pergi menjemput Rina dulu baru bertemu dengan Wulan dan Dina di Pasar Sukawati.Sepanjang perjalanan Rifky merasa gelisah dan takut karena ini pertama kalinya dia menjemput Rina. HPnya berbunyi namun Rifky mendiamkannya saja. Perasaan Rifky tambah gelisah ketika menyusuri jalan, ada banyak orang dan polisi, ternyata ada razia. Karena terlambat berbalik, polisi sudah mendatanginya. STNK lupa dibawa dan SIM pun tidak punya. Rifky hanya pasrah menerima nasibnya. Rifky pun memberitahu Rina kalau dia kena tilang. Rina pun langsung mendatanginya. Rina berusaha untuk meminta keringanan namun tidak berhasil. Setelah motor Rifky dibawa ke Polres, Rina tetap menemani Rifky sampai orang tua Rifky datang setelah ditelpon RIfky. Setelah datang, Rina pun pulang.Rifky merasa takut karena dia minta izin untuk pergi ke Pasar Sukawati namun kena tilang di jalan yang bukan menuju Pasar Sukawati dan dia tidak memberitahu kalau dia akan menjemput Rina. Setelah mengurus surat-surat keterangan, Rifky pun diizinkan pulang. Rifky merasa bersalah karena bandel dan telah berbohong.