HUBUNGAN USIA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN …/Hubungan...pasien yang diresepkan untuk mengkonsumsi obat...
Transcript of HUBUNGAN USIA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN …/Hubungan...pasien yang diresepkan untuk mengkonsumsi obat...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN USIA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT
PENGETAHUAN TERHADAP CARA PENGGUNAAN
Metered Dose Inhaler (MDI) PADA PASIEN ASMA
DI RSUD DR. MOEWARDI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FITRIA MARIZKA KUSUMAWARDHANY
G0009086
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan terhadap Cara Penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) pada Pasien Asma di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ana Rima Setijadi, dr., Sp.P selaku Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 3. Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping
yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini.
4. Dr. Eddy Surjanto, dr., Sp.P (K) selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Senyum Indrakila, dr., Sp.M selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Nur Hafidha Hikmayani, dr., MClinEpid, M.Sc dan Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.
7. Yang tercinta kedua orang tua saya, Ayahanda Drs. Dodi Kusmayadi, SE, M.M dan Ibunda Wariyah, dr., Sp.S yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan memberikan support dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.
8. Adik tersayang Rachmanisa Kusumawardhiny yang senantiasa memberikan semangat dan doa hingga penelitian ini terselesaikan.
9. Sahabat-sahabat terdekat, Antonius Bagus BK, Nur Alfiani, Handayani Putri, Francine Roselind, Ruben Stevanus atas semangat yang tak henti-henti dan waktu yang selalu tersedia.
10. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, Oktober 2012
Fitria Marizka Kusumawardhany
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Fitria Marizka Kusumawardhany, G0009086, 2012. Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan terhadap Cara Penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) pada Pasien Asma di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang: Asma merupakan penyakit inflamasi jalan napas kronik yang berdampak serius terhadap morbiditas dan mortalitas di dunia. Sebagian besar pasien yang diresepkan untuk mengkonsumsi obat dengan menggunakan alat inhalasi, tidak menggunakan alat inhalasi tersebut dengan benar. Sekitar 90% pasien menunjukkan cara yang salah dalam menggunakan MDI. Untuk itu, perlu diteliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kesalahan cara penggunaan MDI. Sehingga, faktor-faktor tersebut dapat diatasi dan menurunkan angka kesalahan cara penggunaan MDI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan usia, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan terhadap cara penggunaan MDI pada pasien asma.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 40 subjek penelitian dipilih dengan metode purposive sampling dari pasien asma di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung untuk mengisi suggested checklist dan kuesioner. Data dianalisis menggunakan metode Chi-Square dan analisis regresi logistik ganda, dengan SPSS 17.00 for Windows. Hasil Penelitian: Pasien usia ≥ 65 tahun memungkinkan untuk memiliki cara penggunaan MDI yang baik 4/10 kali lebih rendah daripada pasien usia < 65 tahun (OR = 0.43; CI 95% 0. 0.07 hingga 2.89; p = 0.388). Pasien dengan tingkat pendidikan SMA ke atas memungkinkan untuk memiliki cara penggunaan MDI yang baik 2 kali lebih tinggi daripada pasien dengan tingkat pendidikan di bawah SMA (OR = 1.68; CI 95% 0.32 hingga 8.82; p = 0.539). Pasien dengan tingkat pengetahuan tinggi terhadap pentingnya cara penggunaan MDI yang benar memungkinkan untuk memiliki cara penggunaan MDI yang baik 14 kali lebih tinggi daripada pasien dengan tingkat pengetahuan rendah (OR = 13.58; CI 95% 2.37 hingga 77.76; p = 0.003). Hasil penelitian ini telah mengontrol variabel luar terkendali lama menggunakan MDI. Simpulan Penelitian: Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara tingkat pengetahuan terhadap cara penggunaan MDI pada pasien asma. Juga terdapat hubungan usia dan tingkat pendidikan terhadap cara penggunaan MDI pada pasien asma walaupun secara statistik data yang diperoleh tidak signifikan. Simpulan ini buat setelah mengontrol mengontrol lama menggunakan MDI sebagai variabel luar terkendali. Kata Kunci: Asma, cara penggunaan MDI, usia, pendidikan, pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Fitria Marizka Kusumawardhany, G0009086, 2012. The Association between Age, Level of Education and Level of Knowledge on How to Use Metered Dose Inhaler (MDI) in Asthma Patients at RSUD Dr. Moewardi. Mini Thesis. Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Background: Asthma is a chronic airway inflammatory disease that seriously impact on morbidity and mortality in the world. Most of the patients were taking medication prescribed for inhalation using a tool, not using inhalation devices correctly. Approximately 90% of patients showed a wrong way to use MDI. For that, need to be investigated the factors associated with the occurrence of errors how to use MDI. Thus, these factors can be overcome and reduce the number of errors on how to use MDI. This study aimed to analyze the relationship between age, education level and level of knowledge on how to use MDI in asthma patients. Methods: This analytic study was observational with cross-sectional approach. A sample of 40 study subjects was selected by purposive sampling from out asthma patients visiting the Pulmonary Clinics, RSUD Dr. Moewardi Surakarta. The data were collected by interview using suggested checklist and a set of questionnaire. The data was analyszed using Chi-Square and multiple logistic regression model on SPSS version 17 for Windows. Results: Patients aged ≥ 65 years had a good way of using MDI 4/10 times lower than patients aged < 65 years (OR = 0.43; CI 95% 0. 0.07 to 2.89; p = 0.388). Patients with high education level have a good way of using MDI 2 times higher than patients with low education level (OR = 1.68; CI 95% 0.32 to 8.82; p = 0.539). Patients with a high level of knowledge of the importance of how to use the correct MDI had a good way of using MDI 14 times higher than patients with low levels of knowledge (OR = 13.58; CI 95% 2.37 to 77.76; p = 0.003).This estimate has controlled for the effects of long use of MDI as a confounding variable. Conclusion: There is a statistically significant association between knowledge on how to use MDI. There are also the association between age and education level on how to use MDI in asthma patients even though the data obtained was not statistically significant. This conclusion is drawn after controlling for the effects of long use of MDI as a confounding variable. Keywords: Asthma, how to use MDI, age, education, knowledge
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................................ vi DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................. 5 A. Tinjauan Pustaka ...................................... ........................................... 5
1. Asma ...................................... ........................................................ 5 a. Definisi ............................................ ........................................... 5 b. Faktor Risiko ................. ......................................................... … 5 c. Patofisiologi ....................... ........................................................ 6 d. Klasifikasi ......................................... ......................................... 8
2. Pengobatan Asma ....................................................... .................... 10 3. Terapi Inhalasi .................................. .............................................. 11 4. Cara Penggunaan Terapi Inhalasi Memiliki Konsekuensi Klinis yang Penting .................................................................................... 12 5. Hubungan Usia terhadap Cara Penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) .......................................................... 14 6. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Cara Penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) ........................................................................ 15 7. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Cara Penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) .......................................................... 15
B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 16 C. Hipotesis ............................................................................................. 17
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 18 A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 18 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 18 C. Subjek Penelitian ................................................................................ 18 D. Rancangan Penelitian ........................................................................... 20 E. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................... 21 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 21 G. Alat dan Bahan .................................................................................... 23 H. Cara Kerja ........................................................................................... 24 I. Teknik Analisis Data .......................................................................... 25
BAB IV. HASIL PENELITIAN................................................................................ 26 A. Karakteristik Sampel Penelitian ......................................................... 26 B. Analisis Bivariat ................................................................................. 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
1. Hubungan Usia terhadap Cara Penggunaan MDI…………………. 29 2. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Cara
Penggunaan MDI ............................................................................ 30 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Cara
Penggunaan MDI ............................................................................ 31 4. Hubungan Lama Menggunakan MDI terhadap Cara
Penggunaan MDI ............................................................................ 33 C. Analisis Regresi Logistik Ganda ........................................................ 34
BABV. PEMBAHASAN ....................................................................................... 38 BABVI. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 42
A. Simpulan ............................................................................................. 42 B. Saran ................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 44 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit inflamasi jalan napas kronik yang
berdampak serius terhadap morbiditas dan mortalitas di dunia. Asma
merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI 1992,
ditemukan angka kematian akibat asma, bronkitis kronik dan emfisema
menduduki peringkat ke-4 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia.
Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000 jiwa
(PDPI, 2004).
Di samping prevalensi yang meningkat, berbagai studi
memperlihatkan bahwa pasien dengan asma seringkali tidak terkontrol
penyakitnya (Holgate, 2000). Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Asma
Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta memperlihatkan hanya 30% pasien asma yang
menggunakan terapi inhalasi dengan benar sehingga tujuan pengobatan pada
pasien asma banyak yang tidak tercapai (Gotzsche, 2006).
Penatalaksanaan pasien asma salah satunya adalah dengan terapi
inhalasi, diantaranya yaitu Metered Dose Inhaler (MDI), Dry Powder Inhaler
(DPI), dan Inhalasi nebulizer. Obat-obatan inhalasi adalah suatu obat yang
kerjanya langsung ke jalan napas, memberikan konsentrasi lokal yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan menurunkan risiko untuk terjadinya efek sistemik. Bertahun-tahun yang
lalu, Jet nebulizer adalah satu-satunya alat terapi inhalasi yang tersedia, tetapi
perkembangan untuk alat terapi inhalasi lain MDI, dengan atau tanpa spacer,
dan DPI telah menyebabkan pengiriman obat ke dalam paru menjadi lebih
baik, dan juga menurunkan efek sistemik (Luiza et al., 2009).
Sebagian besar pasien yang diresepkan untuk mengkonsumsi obat-
obatan dengan menggunakan alat inhalasi, tidak menggunakan alat inhalasi
tersebut dengan benar. Sekitar 90% pasien menunjukkan cara yang salah
dalam menggunakan MDI (Plaza dan Sachis, 1998). Walaupun alat-alat
terapi inhalasi yang terbaru ini diciptakan dengan cara penggunaan yang
lebih mudah, jumlah yang sangat signifikan dalam kesalahan menggunakan
alat-alat ini pada pasien-pasien asma telah dilaporkan untuk semua jenis
inhalasi yang sering digunakan, bahkan pada pasien remaja. Pada semua tipe
alat inhalasi, rasio kesalahan meningkat dengan meningkatnya usia
(Wieshammer dan Dreyhaupt, 2008). Menurut Ronmark et al., (2005),
bahkan setelah dilakukan pelatihan, beberapa pasien tetap mengalami
kesulitan dalam menggunakan alat terapi inhalasi tersebut.
Menurut Wright et al., (2002), terapi inhalasi memiliki peranan yang
sangat penting pada perawatan pasien-pasien dengan asma. Supaya bisa
mendapatkan hasil terapi yang baik, pasien asma harus mengetahui dan
memahami cara menggunakan alat terapi inhalasi tersebut dengan benar.
Untuk itu, perlu diteliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya kesalahan cara penggunaan alat terapi inhalasi khususnya MDI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sehingga, faktor-faktor tersebut dapat diatasi dan menurunkan angka
kesalahan cara penggunaan alat terapi inhalasi.
Dari latar belakang di atas, untuk itu penulis ingin mengangkat topik
penelitian tentang adakah hubungan usia, tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan terhadap cara penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) pada
pasien asma di RSUD Dr. Moewardi.
B. Perumusan Masalah
Atas dasar uraian latar belakang tersebut di atas, dapat disusun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah hubungan usia,
tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan terhadap cara penggunaan
Metered Dose Inhaler (MDI) pada pasien asma di RSUD Dr. Moewardi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan usia, tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan terhadap cara penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI)
pada pasien asma di RSUD Dr. Moewardi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan usia terhadap cara penggunaan Metered Dose
Inhaler (MDI).
b. Mengetahui Hubungan tingkat pendidikan terhadap cara
penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
c. Mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan terhadap cara
penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik:
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
yaitu membuktikan adanya hubungan usia, tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan terhadap cara penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) pada
pasien asma di RSUD Dr. Moewardi.
2. Manfaat Praktis:
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi rumah sakit
dalam membuat program penanganan asma khususnya untuk
mengurangi kesalahan cara penggunaan obat inhalasi.
b. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Asma
a. Definisi
Asma didefinisikan menurut ciri-ciri klinis, fisiologis dan
patologis. Ciri-ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak,
terutama pada malam hari yang sering disertai batuk. Pada
pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah mengi. Ciri-ciri
utama fisiologis adalah episode obstruksi saluran napas, yang ditandai
oleh keterbatasan arus udara pada ekspirasi. Sedangkan ciri-ciri
patologis yang dominan adalah inflamasi saluran napas yang kadang
disertai dengan perubahan struktur saluran napas (Baratawidjaja et al.,
2006).
b. Faktor Risiko
Di Depkes RI (2008) membedakan faktor risiko asma secara
umum menjadi 2 kelompok, yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan.
1) Faktor Genetik
a) Hipereaktivitas saluran napas
b) Atopi/alergi bronkus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c) Faktor yang memodifikasi penyakit genetik
d) Jenis kelamin
e) Ras/etnik
2) Faktor Lingkungan
a) Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, bulu kucing,
jamur)
b) Alergen di luar ruangan (misalnya tepung sari)
c) Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan,
kacang, makanan laut, susu sapi, telur)
d) Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, AINS, β-
blocker)
e) Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum)
f) Stres emosional
g) Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
h) Polusi udara
i) Aktivitas tertentu yang dapat menyebabkan kambuhnya asma
j) Perubahan cuaca
c. Patofisiologi
Pada Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh
sejumlah faktor yang dapat menginduksi respons inflamasi akut.
Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf
otonom. Jalur imunologis didominasi oleh antibodi IgE, merupakan
reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
fase lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah
besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi, antibodi IgE
terutama melekat pada permukaan sel mast, yang berhubungan erat
dengan bronkiolus dan bronkus. Bila seseorang menghirup alergen,
terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut meningkat.
Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang melekat pada
sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan
berbagai macam mediator (Alsagaff dan Mukty, 2009). Beberapa
mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor
kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek
edema lokal pada dinding bronkiolus, sekresi mukus yang kental
dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga
menyebabkan inflamasi saluran napas. Pada reaksi alergi fase cepat,
obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit setelah
pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons
terhadap mediator sel mast terutama histamin yang bekerja langsung
pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8
jam pajanan alergen dan bertahan selama 16-24 jam, bahkan kadang-
kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil,
sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel
utama dalam patogenesis asma (Bernstein, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan
sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan epitel
saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus,
sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan
makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan
memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga
meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh
mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat
terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi,
inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan tersebut
reaksi asma terjadi melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal
mukosa yang terangsang menyebabkan dilepasnya neuropeptida
sensorik senyawa P, neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related
Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya
bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi
lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi sehingga terjadi obstruksi jalan
napas (Bernstein, 2003).
d. Klasifikasi
Gejala Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi,
berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma
berdasarkan derajat berat penyakitnya penting bagi pengobatan dan
perencanaan penatalaksanaan jangka panjang (PDPI, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Menurut GINA (2002), penggolongan asma berdasarkan
derajat berat penyakitnya dibagi 4 (empat) yaitu:
1) Asma Intermiten
a) Gejala < 1 kali/minggu
b) Serangan singkat
c) Gejala pada malam hari ≤ 2kali/bulan
d) VEP1 atau APE ≥ 80% nilai terbaik
e) Variabilitas APE (VAPE) < 20%
2) Asma Persisten Ringan
a) Gejala > 1 kali/minggu tetapi < 1 kali/hari
b) Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
c) Gejala pada malam hari > 2kali/bulan
d) VEP1 atau APE ≥ 80% nilai terbaik
e) Variabilitas APE (VAPE) 20% - 30%
3) Asma Persisten Sedang
a) Gejala setiap hari
b) Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
c) Gejala pada malam hari > 1kali/minggu
d) VEP1 atau APE 60% - 80% nilai terbaik
e) Variabilitas APE (VAPE) >30%
4) Asma Persisten Berat
a) Gejala setiap hari
b) Serangan terus-menerus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c) Gejala pada malam hari setiap hari
d) Terjadi pembatasan aktivitas fisik
e) VEP1 atau APE ≤ 60% nilai terbaik
f) Variabilitas APE (VAPE) >30%
2. Pengobatan Asma
Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi dua golongan
yaitu antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan
mengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenal dengan pengontrol,
dan bronkodilator yang merupakan pengobatan saat serangan untuk
mengatasi eksaserbasi atau serangan, dikenal dengan pelega. (PDPI,
2004).
Tabel 2.1 Obat Asma yang Tersedia di Indonesia (PDPI, 2004).
Jenis Obat Golongan Nama Generik Bentuk Obat
Pengontrol
Antiinflamasi
Steroid Inhalasi
Sodium kromoglikat
Nedokromil
Antileukotrien
Kontikosteroid
sistemik
Agonis β2 long acting
Flutikason Propionat
Budesonide
Kromolin
Nedokromil
Zafirluksat
Metilprednisolon
Prednisolon
Prokaterol
Bambuterol
Formoterol
MDI
MDI, Turbuhaler
MDI
MDI
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Turbuhaler
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pelega
Bronkodilator
Agonis β2 short
acting
Antikolinergik
Metilsamin
Agonis β2 long acting
Kontikosteroid
sistemik
Salbutamol
Terbutalin
Prokaterol
Fenoterol
Ipratropium bromide
Teofilin
Aminofilin
Teofilin lepas
lambat
Formoterol
Metilprednisolon
Prednison
Oral, MDI, rotacap,
rotadisk, solutio
Oral, MDI,
Turbuhaler, solutio,
ampul (injeksi)
MDI
MDI, solutio
MDI, solutio
Oral
Oral, injeksi
Oral
Turbuhaler
Oral, injeksi
Oral
Keterangan : MDI = Metered Dose Inhaler; Solutio = larutan
untuk penggunaan nebulisasi dengan nebulizer; Oral = dapat berbentuk
tablet, atau sirup; Injeksi = dapat untuk penggunaan subkutan,
intramuskular, dan intravena.
3. Terapi Inhalasi
Medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu
inhalasi, oral, dan injeksi (subkutan, intramuskular, dan intravena).
Kelebihan pemberian medikasi langsung ke jalan napas (inhalasi) adalah:
a. Lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Efek sistemik minimal atau dihindarkan
c. Beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak
terabsorpsi pada pemberian oral (antikolinergik dan kromolin). Waktu
kerja bronkodilator adalah lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada
oral.
Menurut NACA (2008) dengan cara penggunaan terapi inhalasi
yang salah ketika mengkonsumsi obat-obatan yang menggunakan alat
inhalasi secara berkala akan menghambat pasien untuk mendapatkan hasil
maksimal dari pengobatan itu. Beberapa studi sebelumnya menyatakan
bahwa :
a. Berdasarkan tipe alat inhalasi yang diresepkan, pasien pada umumnya
tidak menggunakan alat terapi dengan benar kecuali pasien
mendapatkan instruksi yang jelas termasuk demonstrasi cara
pemakaian alat terapi inhalasi tersebut.
b. Risiko terjadinya kesalahan menggunakan alat terapi inhalasi pada
umumnya tinggi pada pasien usia lanjut dan pasien cacat.
Instruksi verbal yang jelas mengenai cara penggunaan alat terapi
inhalasi yang benar dan demonstrasi, sangat efektif apabila selalu diulangi
setiap waktu. Hal ini dapat meningkatkan hasil klinis pasien.
4. Cara Penggunaan Terapi Inhalasi Memiliki Konsekuensi Klinis yang
Penting
Penggunaan alat terapi inhalasi yang salah berhubungan dengan
hasil kontrol asma yang tidak adekuat (Giraud dan Roche, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut Lindgren et al., (1987) pada obat-obatan β-2 agonis waktu kerja
pendek (pelega), penggunaan alat terapi inhalasi yang salah akan
menghasilkan efek bronkodilator yang tidak adekuat. Penggunaan MDI
yang salah berhubungan dengan terjadinya peningkatan penggunaan obat
pelega, peningkatan penggunaan layanan medis gawat darurat untuk
asma, memperparah asma, dan menyebabkan instabilitas asma.
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Penggunaan MDI dan Beberapa Kesalahan
yang Terjadi (NACA, 2008).
Langkah Penggunaan Masalah dan
kesalahan umum
Tips
Buka tutup inhaler
Pegang inhaler tegak lurus dan kocok
tabung inhaler
Bernapas dengan pelan, ekshalasi
dengan pelan dari mulut jauh dari
inhaler
Letakkan mouthpiece diantara gigi
tanpa menggigitnya dan tutup bibir
hingga mouthpiece tertutup rapat
Mulai inhalasi pelan melalui mulut
dan sekaligus tekan canister
Lanjutkan inhalasi dengan pelan dan
dalam
Ketidakmampuan
mengkoordinasi
ekshalasi dengan
inhalasi
Gagal untuk menahan
nafas selama waktu
yang diperlukan
Tidak mengocok
tabung inhaler
sebelum
menggunakannya
Posisi inhaler yang
salah
Susah dilakukan bagi
orang-orang yang
Semua pasien yang
menggunakan MDI
untuk obat
kortikosteroid
inhalasi sebaiknya
menggunakan
spacer
Pertahankan dagu
tetap tegak dan
posisi inhaler tegak
lurus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tahan napas sampai sekitar 10 detik
(sekuat-kuatnya)
Ketika sedang menahan napas
keluarkan inhaler dari mulut
Ekshalasi dengan pelan dari mulut
Jika dibutuhkan dosis ekstra, tunggu
1 menit dan ulangi langkah 2-9
Tutup kembali inhaler
mengalami
osteoarthritis pada
tangannya
5. Hubungan Usia dengan Cara Penggunaan Metered Dose Inhaler
(MDI)
Beberapa bukti telah menunjukkan bahwa cara penggunaan alat
terapi inhalasi MDI yang salah sangat umum terjadi pada pasien usia
lanjut dengan asma (Wieshammer dan Dreyhaupt, 2008). Ketika
meresepkan medikasi inhalasi, dokter harus memeriksa apakah individu
tersebut mampu menggunakan alat inhalasi yang relevan dengan benar
(NACA, 2008).
Beberapa pasien usia lanjut dengan advanced asma bisa
mendapatkan keuntungan dari penggunaan MDI dengan spacer
(Wieshammer dan Dreyhaupt, 2008). Tetapi, pada umumnya pasien akan
mengalami kesulitan menghubungkan alat terapi inhalasi tersebut dengan
spacer. Sedangkan anak berusia mulai dari 8 tahun sudah dapat
menggunakan MDI tanpa spacer (Astari, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
6. Hubungan Usia dengan Cara Penggunaan Metered Dose Inhaler
(MDI)
Menurut Mitchell dan Nagel, (2007) ketidakmampuan untuk
menutup dengan rapat sekeliling mouthpiece ketika menggunakan alat
terapi inhalasi sendiri, maupun menggunakan spacer merupakan suatu
masalah untuk pasien dengan pendidikan rendah. Tetapi penggunaan
masker spacer (spacer face mask) bisa menyelesaikan masalah ini. Pasien
dengan pendidikan rendah akan memiliki kesulitan untuk berlatih dalam
menggunakan alat terapi inhalasi setelah dilakukan instruksi tentang cara
penggunaan alat terapi inhalasi (Allen et al., 2003).
7. Hubungan Usia dengan Cara Penggunaan Metered Dose Inhaler
(MDI)
Cara penggunaan alat terapi inhalasi yang tepat tergantung pada
tipe alat terapi yang digunakan oleh pasien, jadi pasien harus mengetahui
dan memahami tahap-tahap yang tepat dalam menggunakan alat terapi
inhalasi yang digunakan (NACA, 2008). Bahkan terkadang pasien dapat
mendemonstrasikan cara penggunaan alat terapi inhalasi yang benar
ketika konsultasi dengan pakar kesehatan, tetapi pasien tidak
mempertahankan standar penggunaan ini setiap waktu.
Edukasi yang tidak adekuat sangat berhubungan dengan
meningkatnya kemungkinan untuk melakukan kesalahan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
menggunakan alat terapi inhalasi. Edukasi bisa meningkatkan cara
penggunaan alat terapi inhalasi yang benar dan hasil klinis yang lebih
baik. Berbagai bukti yang didapat dari beberapa penelitian menunjukkan
bahwa cara penggunaan alat terapi inhalasi yang benar dapat ditingkatkan
dengan cara memberikan edukasi kepada pasien dari pakar kesehatan atau
orang lain yang sudah dilatih dengan mengikuti cara yang benar (Jones et
al., 1999). Tetapi beberapa studi menyatakan bahwa sekitar 25% pasien
dengan asma tidak pernah mendapatkan instruksi verbal tentang cara
penggunaan alat terapi inhalasi yang benar. Hanya 11% pasien yang
diberikan follow-up dan edukasi untuk menggunakan alat terapi inhalasi
yang mereka gunakan (NACA, 2008).
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.
Asma
Pengobatan
Faktor Risiko
Obstruksi Saluran Napas
Usia Tingkat Pendidikan Tingkat Pengetahuan
Cara Penggunaan MDI
Inhalasi Oral Injeksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
C. Hipotesis
Terdapat hubungan antara usia, tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan terhadap cara penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) pada
Pasien Asma di RSUD Dr. Moewardi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan studi cross sectional. Cross sectional merupakan studi
epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun
hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan,
penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu dari suatu
populasi pada suatu saat (Taufiqurrahman, 2004).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi
pada bulan Juli-Agustus 2012.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Pasien asma yang datang berobat ke Poliklinik Paru RSUD
Dr. Moewardi.
a. Kriteria inklusi:
1) Pasien terdiagnosis menderita asma persisten.
2) Berusia 8-80 tahun
3) Saat ini sedang menggunakan terapi inhalasi dengan MDI
minimal dalam sebulan terakhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Bersedia ikut penelitian dengan menandatangani informed
consent.
b. Kriteria eksklusi:
1) Mengalami hambatan motorik pada tangan (misalnya
pasien post-stroke dan osteoarthritis).
2) Pasien mengalami Bell’s palsy.
2. Sampel
a. Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus untuk menghitung
besar sampel pada rancangan cross sectional (Taufiqurrahman,
2004), yaitu:
n = Z 1-a/22 . p .q
d2
n = (1,96)2 (0,02) (0,98)
(0,05)2
n = 30
Keterangan :
P : perkiraan prevalensi asma pada populasi = 2%
(Kusuma, 2011)
q : 1-p
Z 1-a/2: nilai statistik Z 1-a/2 pada kurva normal standar pada
tingkat kemaknaan α = 5 %, sehingga Z 1-a/2 = 1,96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
d : presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi
proporsi populasi, misalnya +/- 5%.
Jadi sampel minimal yang dibutuhkan adalah 30 subjek.
b. Teknik Sampling
Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan
purposive sampling yaitu dengan pemilihan subjek berdasarkan
atas ciri - ciri atau sifat tertentu (Taufiqurrahman, 2004).
D. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Purposive sampling
Sampel
Populasi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Suggested Checklist Cara Penggunaan MDI
Penggunakan terapi
inhalasi : Baik
Penggunakan terapi
inhalasi : Buruk
Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Cara Penggunaan MDI
Uji multivariat Logistic Regression
Analisis data dengan Chi-Square
Usia Tingkat Pendidikan Tingkat Pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan
2. Variabel terikat : cara penggunaan MDI
3. Variabel luar :
a. Terkendali : lama menggunakan MDI
b. Tak terkendali : kepatuhan berobat, dan kepatuhan memakai
terapi inhalasi sehari-hari
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas :
a. Usia :
1) Definisi : usia sampel yang diambil dari selisih tanggal
penelitian dengan tanggal lahir sampel
2) Alat ukur : kuesioner
3) Skala pengukuran : kategorikal
4) Kategori : < 65 tahun dan ≥ 65 tahun
b. Tingkat Pendidikan :
1) Definisi : tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh
sampel
2) Alat ukur : kuesioner
3) Skala pengukuran : kategorikal
4) Kategori : < SMA [tidak bersekolah, pendidikan dasar (SD),
pendidikan menengah pertama (SLTP)] dan
≥ SMA [pendidikan menengah atas (SLTA),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
diploma (D1-D4), Sarjana (S1-S3))]
c. Tingkat Pengetahuan:
1) Definisi : tingkat pengetahuan sampel tentang pentingnya
cara penggunaan MDI yang benar
2) Alat ukur : kuesioner
3) Skala pengukuran : kategorikal
4) Kategori : tingkat pengetahuan rendah dan tingkat
pengetahuan tinggi
2. Variabel terikat :
a. Cara penggunaan MDI
1) Definisi : cara sampel untuk menggunakan terapi inhalasi
MDI
2) Alat ukur : suggested checklist
3) Skala pengukuran : kategorikal
4) Kategori : cara penggunaan MDI baik dan cara penggunaan
MDI buruk
3. Variabel luar terkendali
a. Lama menggunakan MDI
1) Definisi : sampel dicek apakah sedang memakai terapi
inhalasi MDI minimal dalam sebulan terakhir ini
2) Alat ukur : kuesioner dan data sekunder berupa rekam
medik sampel yang diambil dari Poliklinik Paru
RSUD Dr. Moewardi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Skala pengukuran : kategorikal
4) Kategori : ≤ 1 tahun dan > 1 tahun
4. Variabel luar tidak terkendali
a. Kepatuhan berobat
b. Kepatuhan menggunakan MDI sehari-hari
G. Alat dan Bahan
1. Kuesioner
Kuesioner tingkat pengetahuan tentang cara penggunaan
MDI diawali mengenai identitas sampel. Kemudian juga berisi
pertanyaan berupa pertanyaan tertutup yang berjumlah 10
pertanyaan dengan dua pilihan jawaban yang menggambarkan
tingkat pengetahuan sampel tentang pentingnya cara penggunaan
terapi inhalasi yang benar. Kuesioner memiliki total skor 10, tiap
pertanyaan memiliki skor 0 sampai 1 dengan kriteria jawaban ya =
1 dan tidak = 0, dan kategori penilaian dibagi ke dalam 2
kelompok, yaitu:
a. Rendah, jika jawaban Ya dari sampel ≤ 70%, yaitu total skor
sampel 0-7.
b. Tinggi, jika jawaban Ya dari sampel > 70%, yaitu total skor
sampel 8-10.
2. Suggested Checklist
Merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengevaluasi cara penggunaan MDI yang digunakan oleh sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Suggested checklist memiliki total skor 11, tiap checklist memiliki
skor 0 sampai 1 dengan kriteria jika checklist dilakukan = 1 dan
checklist tidak dilakukan = 0, dan kategori penilaian dibagi ke
dalam 2 kelompok, yaitu:
a. Baik, jika checklist dilakukan sampel ≥ 81%, yaitu total skor
sampel 9-11.
b. Buruk, jika checklist dilakukan sampel < 81%, yaitu total skor
sampel 0-8
3. Data sekunder berupa rekam medik sampel yang diambil dari
Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi.
4. Alat tulis
H. Cara Kerja
1. Sampel dijelaskan tujuan dan cara kerja penelitian kemudian bila
bersedia diminta untuk menandatangani Informed Consent.
2. Sampel diminta untuk melakukan cara penggunaan MDI.
3. Peneliti mengamati cara penggunaan MDI oleh sampel dan
mengevaluasinya dengan suggested checklist.
4. Sampel diminta mengisi kuesioner tingkat pengetahuan tentang
cara penggunaan MDI.
5. Peneliti mengolah data hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
I. Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan secara bertahap yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan antara usia, tingkat pendidikan dan
tingkat pengetahuan terhadap cara penggunaan MDI pada pasien
asma di RSUD Dr. Moewardi menggunakan analisis uji Chi-
Square. Uji analisis ini dilakukan untuk menguji hipotesis dengan
≥ 2 kelompok data penelitian yang berskala kategorikal dan tidak
berpasangan.
2. Dilakukan uji multivariat dengan Logistic Regression. Analisis
regresi logistik ganda dilakukan dengan memperhitungkan variabel
usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan lama
menggunakan MDI sehingga didapatkan hasil yang lebih valid
karena telah mengontrol variabel luar terkendali yang dapat
mempengaruhi hubungan usia, tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan terhadap cara penggunaan MDI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai Hubungan Usia, Tingkat Pendidikan dan
Tingkat Pengetahuan terhadap Cara Penggunaan MDI pada Pasien Asma
di RSUD Dr.Moewardi telah dilakukan di Poliklinik Paru RSUD Dr.
Moewardi pada bulan Juli - Agustus 2012. Subjek penelitian berjumlah 40
orang yang terdiri dari 20 pasien dengan cara penggunaan MDI baik dan
20 pasien dengan cara penggunaan MDI buruk. Berikut disampaikan hasil
penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel.
A. Karakteristik Sampel Penelitian
Berdasarkan data tentang identitas sampel, dapat diketahui
karakteristik sampel berdasarkan usia, tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan, lama menggunakan MDI dan cara penggunaan MDI
seperti yang akan dipaparkan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu.
Variabel n Mean SD Min Maks
Usia (tahun) 40 51.50 15.06 18 80
Tingkat Pengetahuan 40 7.48 1.06 4 9
Lama Menggunakan 40 78.75 94.58 1 408
MDI (bulan)
Cara Penggunaan 40 7.95 1.71 4 11
MDI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal.
Variabel n %
Usia
<65 tahun 31 77.50
≥65 tahun 9 22.50
Total 40 100.00
Tingkat Pendidikan
< SMA 19 47.50
≥ SMA 21 52.50
Total 40 100.00
Tingkat Pengetahuan
Rendah 17 42.50
Tinggi 23 57.50
Total 40 100.00
Lama Menggunakan MDI
≤ 1 tahun 12 30.00
> 1 tahun 28 70.00
Total 40 100.00
Cara Penggunaan MDI
Buruk 20 50.00
Baik 20 50.00
Total 40 100.00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 memperlihatkan karakteristik sampel
40 pasien asma yang diteliti. Dari segi usia, rata-rata pasien berumur
sekitar 52 tahun dengan umur tertinggi adalah 80 tahun dan umur
terendah adalah 18 tahun. Pasien dengan umur < 65 tahun berjumlah
31 pasien (77.50%) dan umur ≥ 65 tahun berjumlah 9 pasien (22.50%).
Dari skor tingkat pengetahuan, rata-rata pasien memiliki skor sekitar 7
dengan skor tertinggi adalah 9 dan skor terendah adalah 4 tahun.
Pasien dengan tingkat pengetahuan rendah berjumlah 17 pasien
(42.50%) dan tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 23 pasien
(57.50%). Dari segi tingkat pendidikan, pasien dengan tingkat
pendidikan di bawah SMA berjumlah 19 pasien dan SMA ke atas
sebanyak 21 pasien. Pasien dengan tingkat pendidikan di bawah SMA
berjumlah 19 pasien (47.50%) dan tingkat pengetahuan tinggi
berjumlah 21 pasien (52.50%).
Dari segi lama penggunaan, rata-rata pasien sekitar 79 bulan
dengan lama penggunaan tertinggi adalah 408 bulan dan lama
penggunaan terendah adalah 1 bulan. Pasien dengan lama penggunaan
≤ 1 tahun berjumlah 12 pasien (30%) dan lama penggunaan > 1 tahun
berjumlah 28 pasien (70%).
Dilihat dari skor cara penggunaan MDI, pasien memiliki rerata
skor 8. Nilai skor cara penggunaan MDI tertinggi pada sampel sebesar
11, sedangkan yang terendah adalah 4. Dari data di atas didapatkan
jumlah pasien yang memiliki cara penggunaan MDI buruk sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
20 pasien (50%) dan cara penggunaan MDI baik sebanyak 20 pasien
(50%).
B. Analisis Bivariat
Pada tahap ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui
hubungan variabel bebas (usia, tingkat pendidikan, dan tingkat
pengetahuan) terhadap variabel terikat (cara penggunaan MDI) serta
arah hubungannya. Analisis juga dilakukan terhadap variabel luar
terkendali yaitu lama menggunakan MDI. Adanya faktor luar
terkendali berpengaruh terhadap hasil analisis data yang didapat.
Untuk mengendalikannya, dilakukan analisis regresi logistik. Uji
statistik menggunakan Chi-Square dengan Confidence Interval (CI) =
95%.
1. Hubungan Usia terhadap Cara Penggunaan MDI
Tabel 4.3 Analisis Bivariat tentang Hubungan Usia terhadap Cara
Penggunaan MDI.
Cara Penggunaan MDI
Variabel Buruk Baik Total OR p
n (%) n (%) n (%)
Usia
< 65 tahun 14 (45.20) 17 (54.80) 31 (100.00) 0.41 0.225
≥ 65 tahun 6 (66.70) 3 (33.30) 9 (100.00)
Dari Tabel 4.3 didapatkan dari 31 pasien berusia < 65 tahun
dengan cara penggunaan MDI buruk sebanyak 14 pasien (45.2%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sedangkan pasien dengan cara penggunaan MDI baik, yaitu
sebanyak 17 pasien (54.8%), dimana dari 9 pasien berusia ≥ 65
tahun dengan cara penggunaan MDI buruk sebanyak 6 pasien
(66.7%) sedangkan pasien dengan cara penggunaan MDI baik
hanya sebanyak 3 pasien (33.3%). Gambar 4.3 menunjukkan
analisis bivariat terhadap hubungan usia dengan cara penggunaan
MDI dalam statistik menunjukkan hubungan yang tidak signifikan
(p = 0.225). Pasien asma berusia ≥ 65 tahun memungkinkan untuk
menggunakan MDI dengan baik 4/10 kali lebih rendah daripada
pasien < 65 tahun (OR = 0.41), tetapi hasil ini belum mengontrol
pengaruh dari variabel luar terkendali.
2. Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Cara Penggunaan
MDI
Tabel 4.4 Analisis Bivariat tentang Hubungan Tingkat Pendidikan
terhadap Cara Penggunaan MDI
Cara Penggunaan MDI
Variabel Buruk Baik Total OR p
n (%) n (%) n (%)
Tingkat Pendidikan
< SMA 12 (63.20) 7 (36.80) 19 (100.00) 2.79 0.102
≥ SMA 8 (38.10) 13 (61.90) 21 (100.00)
Dari Tabel 4.4 didapatkan kelompok pasien dengan tingkat
pendidikan di bawah SMA yang berjumlah 19 orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menggunakan MDI dengan buruk sebanyak 12 pasien (63.20%)
dan yang dapat menggunakan MDI dengan baik hanya sebanyak 7
pasien (36.80%). Kemudian pada kelompok pasien dengan tingkat
pendidikan SMA ke atas berjumlah 21 orang, dimana pasien yang
menggunakan MDI dengan buruk sebanyak 8 pasien (38.10%) dan
yang dapat menggunakan MDI dengan baik berjumlah 13 pasien
(61.90%). Analisis bivariat tentang hubungan tingkat pendidikan
terhadap cara penggunaan MDI dalam statistik menunjukkan
hubungan yang tidak signifikan (p = 0.102). Pasien asma dengan
tingkat pendidikan SMA ke atas memungkinkan untuk
menggunakan MDI dengan baik 3 kali lebih tinggi daripada pasien
dengan tingkat pendidikan di bawah SMA (OR = 2.786), tetapi
hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel luar terkendali.
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Cara Penggunaan
MDI
Tabel 4.5 Analisis Bivariat tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan terhadap Cara Penggunaan MDI
Cara Penggunaan MDI
Variabel Buruk Baik Total OR p
n (%) n (%) n (%)
Tingkat Pengetahuan
Rendah 14 (82.40) 3 (17.60) 17 (100.00) 13.22 0.001
Tinggi 6 (26.10) 17 (73.90) 23 (100.00)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dari Tabel 4.5 didapatkan kelompok pasien dengan tingkat
pengetahuan rendah tentang pentingnya penggunaan MDI dengan
benar yang berjumlah 17 orang menggunakan MDI dengan buruk
sebanyak 14 pasien (82.40%) dan yang dapat menggunakan MDI
dengan baik hanya sebanyak 3 pasien (17.60%). Kelompok pasien
dengan tingkat pengetahuan tinggi tentang pentingnya penggunaan
MDI dengan benar berjumlah 23 orang, dimana pasien yang
menggunakan MDI dengan buruk sebanyak 6 pasien (26.10%) dan
yang dapat menggunakan MDI dengan baik sebanyak 17 pasien
(73.90%). Analisis bivariat tentang hubungan tingkat pengetahuan
terhadap cara penggunaan MDI menunjukkan hubungan yang
signifikan (p = 0.001). Pasien asma dengan tingkat pengetahuan
tinggi tentang pentingnya penggunaan MDI dengan benar
memungkinkan untuk menggunakan MDI dengan baik 13 kali
lebih tinggi daripada pasien dengan tingkat pengetahuan rendah
tentang pentingnya penggunaan MDI dengan benar (OR = 13.22),
tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel luar
terkendali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4. Hubungan Lama Menggunakan MDI terhadap Cara
Penggunaan MDI
Tabel 4.6 Analisis Bivariat tentang Hubungan Lama Menggunakan
MDI terhadap Cara Penggunaan MDI.
Cara Penggunaan MDI
Variabel Buruk Baik Total OR p
n (%) n (%) n (%)
Lama Menggunakan
MDI
≤ 1 tahun 8 (66.70) 4 (33.30) 12 (100.00) 2.67 0.150
> 1 tahun 12 (42.90) 16 (57.10) 28 (100.00)
Dari Tabel 4.6 didapatkan kelompok pasien dengan lama
menggunakan MDI ≤ 1 tahun yang berjumlah 12 orang
menggunakan MDI dengan buruk sebanyak 8 pasien (66.70%) dan
yang dapat menggunakan MDI dengan baik hanya sebanyak 4
pasien (33.30%). Kelompok pasien dengan lama menggunakan
MDI > 1 tahun berjumlah 28 orang, dimana pasien yang
menggunakan MDI dengan buruk sebanyak 12 pasien (42.90%)
dan yang dapat menggunakan MDI dengan baik sebanyak 16
pasien (57.10%). Analisis bivariat tentang hubungan tingkat
pendidikan terhadap cara penggunaan MDI menunjukkan
hubungan yang signifikan (p = 0.150). Pasien asma dengan lama
menggunakan MDI > 1 tahun memungkinkan untuk menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
MDI dengan baik 3 kali lebih tinggi daripada pasien dengan lama
menggunakan MDI ≤ 1 tahun (OR = 2.67).
C. Analisis Regresi Logistik Ganda
Setelah melakukan analisis bivariat cara penggunaan MDI
terhadap usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan variabel
luar terkendali yaitu lama menggunakan MDI didapatkan tingkat
pengetahuan secara signifikan berpengaruh terhadap cara penggunaan
MDI pada pasien asma di RSUD Dr.Moewardi. Analisis regresi
logistik ganda dilakukan dengan memperhitungkan variabel usia,
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan lama menggunakan MDI
sehingga didapatkan hasil yang lebih valid karena telah mengontrol
variabel luar terkendali yang dapat mempengaruhi hubungan usia,
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan terhadap cara penggunaan
MDI.
Tabel 4.7 Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Hubungan Usia,
Tingkat Pendidikan, dan Tingkat Pengetahuan terhadap Cara
Penggunaan MDI dengan Mengontrol Lama Menggunakan
MDI.
Variabel OR CI 95% Nilai p
independen Batas Batas
Bawah Atas
Usia (≥ 65thn) 0.43 0.07 2.89 0.388
Pendidikan (≥ SMA) 1.68 0.32 8.82 0.539
Pengetahuan (Tinggi) 13.58 2.37 77.76 0.003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Lama menggunakan 4.09 0.69 23.99 0.118
(>1thn)
N observasi 40
-2 log likelihood 38.29
Negerkerke R² 46.5%
Interpretasi dari Tabel 4.7 menunjukkan hasil regresi logistik
ganda bahwa terdapat hubungan antara usia, tingkat pendidikan, dan
tingkat pengetahuan terhadap cara penggunaan MDI. Pasien asma usia
≥ 65 tahun memungkinkan untuk memiliki cara penggunaan MDI yang
baik 4/10 kali lebih rendah daripada pasien asma usia < 65 tahun. (OR
= 0.43; CI 95% 0. 0.07 hingga 2.89; p = 0.388).
Pasien asma dengan tingkat pendidikan SMA ke atas
memungkinkan untuk memiliki cara penggunaan MDI yang baik 2 kali
lebih tinggi daripada pasien asma dengan tingkat pendidikan di bawah
SMA. (OR = 1.68; CI 95% 0.32 hingga 8.82; p = 0.539).
Pasien asma dengan tingkat pengetahuan tinggi terhadap
pentingnya cara penggunaan MDI yang benar memungkinkan untuk
memiliki cara penggunaan MDI yang baik 14 kali lebih tinggi daripada
pasien asma dengan tingkat pengetahuan rendah. (OR = 13.58; CI 95%
2.37 hingga 77.76; p = 0.003).
Simpulan ini telah mengendalikan pengaruh lama
menggunakan MDI usia pasien. Pasien dengan lama menggunakan
MDI > 1 tahun memungkinkan untuk memiliki cara penggunaan MDI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yang baik 4 kali lebih tinggi daripada pasien dengan lama
menggunakan MDI ≤ 1 tahun. (OR = 4.09; CI 95% 0.69 hingga 23.99;
p = 0.118). Negerkerke R² = 46.5% mengandung arti bahwa variabel
usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan lama menggunakan
MDI sebagai variabel independen dalam model regresi logistik (Tabel
4.7) mampu menjelaskan terjadinya cara penggunaan MDI yang baik
46.5%.
Tabel 4.7 menghasilkan estimasi tentang pengaruh usia
terhadap cara panggunaan MDI setelah mengontrol variabel luar
terkendali lama menggunakan MDI (adjusted estimate) dengan OR =
0.43, sedangkan tabel 4.3 menghasilkan estimasi tentang pengaruh usia
terhadap cara panggunaan MDI tanpa mengontrol variabel luar
terkendali (crude estimate) dengan OR = 0.41. Perbedaan estimasi
tersebut menunjukkan bahwa lama menggunakan MDI jika tidak
dikontrol pengaruhnya akan menyebabkan bias.
Kemudian di Tabel 4.7 juga didapatkan estimasi tentang
pengaruh tingkat pendidikan terhadap cara panggunaan MDI setelah
mengontrol variabel luar terkendali lama menggunakan MDI (adjusted
estimate) dengan OR = 1.68, sedangkan tabel 4.4 menghasilkan
estimasi tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap cara
panggunaan MDI tanpa mengontrol variabel luar terkendali (crude
estimate) dengan OR = 2.79. Perbedaan estimasi tersebut menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
bahwa lama menggunakan MDI jika tidak dikontrol pengaruhnya juga
akan menyebabkan bias.
Selanjutnya pada Tabel 4.7 menghasilkan estimasi tentang
pengaruh tingkat pengetahuan terhadap cara panggunaan MDI setelah
mengontrol variabel luar terkendali lama menggunakan MDI (adjusted
estimate) dengan OR = 13.58, sedangkan tabel 4.5 menghasilkan
estimasi tentang pengaruh tingkat pengetahuan terhadap cara
penggunaan MDI tanpa mengontrol variabel luar terkendali (crude
estimate) dengan OR = 13.22. Perbedaan estimasi tersebut
menunjukkan bahwa lama menggunakan MDI jika tidak dikontrol
pengaruhnya akan menyebabkan bias.
Hasil analisis di atas memperlihatkan nilai -2 log likelihood
sebesar 38.29 mengandung arti bahwa model regresi logistik yang
melibatkan usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan lama
menggunakan MDI sebagai variabel independen cukup sesuai dengan
data sampel yang diteliti (karena mendekati nol dan nilainya berada
pada kisaran antara 0 sampai 100).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Poliklinik Paru
RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juli - Agustus 2012. diperoleh data
sebagaimana yang telah disajikan pada tabel-tabel di atas.
Pada penelitian ini didapatkan distribusi subjek penelitian
berdasarkan usia (Tabel 4.1) menunjukkan bahwa pasien asma yang
menjadi sampel rata-rata berusia 52 tahun dengan usia terendah 18 tahun
dan usia tertinggi 80 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilaporkan sebelumnya bahwa risiko penggunaan MDI yang salah
meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Wieshammer dan
Dreyhaupt, 2008).
Dengan analisis uji bivariat (Tabel 4.3) diperoleh bahwa kesalahan
cara panggunaan MDI lebih sedikit terjadi pada kelompok usia < 65 tahun
yaitu sebanyak 14 orang (45.20%) dari total 31 orang dan lebih banyak
terjadi pada kelompok usia ≥ 65 tahun yaitu sebanyak 6 orang (66.70%)
dari total 9 orang. Dapat dilihat bahwa persentase terjadinya kesalahan
cara panggunaan MDI meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Hal
ini sesuai dengan teori yang ada bahwa kesalahan cara panggunaan MDI
dapat terjadi pada usia berapa pun, namun demikian angka risiko
kesalahan cara penggunaan MDI meningkat dengan meningkatnya usia
(Wieshammer dan Dreyhaupt, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pada analisis uji bivariat (Tabel 4.4) didapatkan bahwa kesalahan
cara panggunaan MDI lebih sedikit terjadi pada kelompok tingkat
pendidikan SMA ke atas yaitu sebanyak 8 orang (38.10%) dari total 21
orang dan lebih banyak terjadi pada kelompok tingkat pendidikan di
bawah SMA yaitu sebanyak 12 orang (63.20%) dari total 19 orang. Dapat
dilihat bahwa persentase terjadinya kesalahan cara panggunaan MDI lebih
banyak terjadi pada pasien dengan kelompok pendidikan rendah. Hal ini
sesuai dengan teori yang ada bahwa Pasien dengan pendidikan rendah
akan memiliki kesulitan untuk berlatih dalam menggunakan alat terapi
inhalasi setelah dilakukan instruksi tentang cara penggunaan alat terapi
inhalasi (Allen et al., 2003).
Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan pasien yang mengalami
kesalahan cara panggunaan MDI lebih sedikit terjadi pada kelompok
dengan skor tingkat pengetahuan tinggi tentang pentingnya cara
penggunaan MDI yang benar yaitu sebanyak 6 orang (26.10%) dari total
23 orang dan lebih banyak terjadi pada kelompok dengan skor tingkat
pengetahuan rendah yaitu sebanyak 14 orang (82.40%) dari total 17 orang.
Dapat dilihat bahwa persentase terjadinya kesalahan cara panggunaan
MDI lebih banyak terjadi pada pasien dengan kelompok pengetahuan
rendah tentang pentingnya cara penggunaan MDI yang benar. Hal ini
sesuai dengan teori yang ada bahwa edukasi yang tidak adekuat sangat
berhubungan dengan meningkatnya kemungkinan untuk melakukan
kesalahan dalam menggunakan alat terapi inhalasi. Berbagai bukti yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
didapat dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa cara penggunaan alat
terapi inhalasi yang benar dapat ditingkatkan dengan cara memberikan
edukasi kepada pasien dari pakar kesehatan atau orang lain yang sudah
dilatih dengan mengikuti cara yang benar (Jones et al., 1999).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, tingkat
pendidikan, dan tingkat pengetahuan terhadap cara penggunaan MDI pada
pasien asma. Pada Tabel 4.4, 4.5, dan 4.6 menunjukkan terdapat
hubungan yang antara usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan
dengan cara penggunaan MDI. Untuk semakin memperjelas hubungan dari
hasil analisis data yang didapat maka dilakukan kontrol terhadap variabel
luar terkendali, yaitu lama menggunakan MDI dengan analisi regresi
logistik ganda. Lama menggunakan MDI pasien secara statistik
mempengaruhi cara penggunaan MDI. Hasil yang diperoleh ini akan
menjadi lebih valid karena dalam penelitian variabel luar terkendali yang
dapat mempengaruhi variabel terikat telah dikontrol terlebih dahulu.
Pada penelitian ini masih terdapat variabel yang secara statistik
memiliki presisi (ketelitian) yang rendah dan tidak signifikan yaitu usia,
tingkat pendidikan, dan lama menggunakan MDI. Hal ini dikarenakan
penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu : (1) jumlah sampel
yang terlalu kecil, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dalam
penelitian, (2) hasil penelitian ini tidak turut menganalisis variabel luar
lainnya yang mungkin mempengaruhi hasil dari penelitian ini, seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kepatuhan berobat dan kepatuhan menggunakan MDI sehari-hari pada
pasien.
Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dan kemampuan
peneliti, maka penelitian ini hanya mengendalikan sejumlah variabel yang
dipilih sedemikian rupa, sehingga hasil penelitian dapat mempresentasikan
keadaan yang sesungguhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang secara statistik signifikan
antara tingkat pengetahuan terhadap cara penggunaan MDI pada pasien
asma. Pasien asma dengan tingkat pengetahuan tinggi memungkinkan
untuk menggunakan MDI dengan baik 14 kali lebih tinggi daripada pasien
dengan tingkat pengetahuan rendah (OR = 13.58; CI 95% 2.37 hingga
77.76; p = 0.003). Juga terdapat hubungan usia dan tingkat pendidikan
terhadap cara penggunaan MDI pada pasien asma walaupun secara
statistik data yang diperoleh tidak signifikan. Pasien asma usia ≥ 65 tahun
memungkinkan untuk memiliki cara penggunaan MDI yang baik 4/10 kali
lebih rendah daripada pasien asma usia < 65 tahun. Pasien asma dengan
tingkat pendidikan SMA ke atas memungkinkan untuk memiliki cara
penggunaan MDI yang baik 2 kali lebih tinggi daripada pasien asma
dengan tingkat pendidikan di bawah SMA.
Hasil penelitian yang didapat sesuai dengan hipotesis. Hasil
penelitian ini juga telah mengontrol lama menggunakan MDI sebagai
variabel luar terkendali dengan menggunakan analisis multivariat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penyuluhan pada pasien asma yang menggunakan
MDI dan juga keluarga pasien mengenai pentingnya cara pemakaian
MDI yang benar.
2. Sebaiknya di rumah sakit disediakan ruangan dan tenaga kesehatan
khusus untuk mencontohkan, mengontrol, dan mengevaluasi
pengobatan pasien asma khususnya untuk cara penggunaan MDI. Agar
dapat dipastikan pasien dapat menggunakan MDI tersebut dengan
benar.
3. Pemberian terapi inhalasi perlu mempertimbangkan usia dan tingkat
pendidikan pasien, oleh karena itu pasien harus mendapat terapi yang
sesuai dan paling mudah untuk digunakan oleh pasien.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menganalisis variabel-
variabel luar terkendali yang lain sehingga semakin memperkuat
simpulan dan memperkecil bias.